fin

47
BAB I PENDAHULUAN 1. DEFINISI 1.1 Pengertian Rumah Tinggal Secara terminology rumah tinggal menurut KBBI adalah : Rumah : bangunan untuk tempat tinggal, bangunan yang pada umumnya (seperti gedung). Tinggal : tetap, selalu ada, berdiam. Pengertian Rumah tinggal secara umum adalah adalah bangunan yang dijadikan sebagai tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga , tempat bertumbuh, makan, tidur, beraktivitas, dll. (Wikipedia, 2012) 1.2 Pengertian dan Batasan Rumah Tinggal Rumah tinggal adalah sebuah wadah atau tempat yang menaungi penghuninya untuk dapat melakukan segala aktifitas-aktifitas pada umumnya, serta tempat untuk berlindung dari ancaman lingkungan luar. Sebuah rumah tinggal bukan hanya menjadi tempat melakukan segala aktifitas dan tempat berlindung, namun juga untuk menaungi anggota keluarga yang ada di dalamnya. Rumah tinggal juga merupakan suatu tempat bagi manusia untuk 1

Upload: maulina-sukma

Post on 14-Aug-2015

16 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Fin

BAB I

PENDAHULUAN

1. DEFINISI

1.1 Pengertian Rumah Tinggal

Secara terminology rumah tinggal menurut KBBI adalah :

Rumah : bangunan untuk tempat tinggal, bangunan yang pada

umumnya (seperti gedung).

Tinggal : tetap, selalu ada, berdiam.

Pengertian Rumah tinggal  secara umum adalah adalah bangunan yang

dijadikan sebagai tempat tinggal selama jangka waktu tertentu.

Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-

kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga,

tempat bertumbuh, makan, tidur, beraktivitas, dll. (Wikipedia, 2012)

1.2 Pengertian dan Batasan Rumah Tinggal

Rumah tinggal adalah sebuah wadah atau tempat yang menaungi penghuninya

untuk dapat melakukan segala aktifitas-aktifitas pada umumnya, serta tempat untuk

berlindung dari ancaman lingkungan luar. Sebuah rumah tinggal bukan hanya menjadi

tempat melakukan segala aktifitas dan tempat berlindung, namun juga untuk

menaungi anggota keluarga yang ada di dalamnya. Rumah tinggal juga merupakan

suatu tempat bagi manusia untuk berlindung dari berbagai keadaan yang

membahayakan dirinya. ( iklim, binatang buas dan musuh) serta sebagai wadah untuk

membina keluarga dan melakukan segala rutinitas keseharian. Rumah juga berfungsi

sebagai perwujudan status sosial seseorang. Selain itu, bisa juga menjadi tempat untuk

mewadahi mata pencaharian seseorang, atau sebagai tempat bekerja.

Rumah tinggal yang akan dirancang ini adalah rumah tinggal milik kepala

Bank Indonesia cabang Kota Surakarta. Dimana dalam hal ini pemilik rumah adalah

seorang yang sibuk dan memiliki kegiatan yang padat. Rumah tinggal bagi kepala

Bank ini haruslah mampu untuk menaungi segala aktifitas keluarganya, aktifitas

pekerjaannya, nyaman, serta aman.

1

Page 2: Fin

1.3 Fungsi Rumah Tinggal

Rumah tinggal yang akan dirancang ini menjadi tempat untuk beristirahat bagi

penghuninya. Rumah tinggal ini juga menjadi tempat untuk bertemunya keluarga,

melakukan segala aktifitas keluarga bersama. Rumah ini juga sebagai sebuah

perwujudan stasus social seseorang dengan lingkungan sekitarnya.

Selain untuk dapat menaungi segala aktifitas maupun kegiatan dari

penghuninya, rumah ini juga dirancang untuk dapat menyediakan tempat bagi pemilik

rumah untuk bekerja di rumah. Karena sejatinya dalam hal ini pemilik rumah adalah

seorang kepala bank Indonesia di Kota Surakarta yang memiliki kesibukan yang

cukup padat dan menjadi orang terpandang di kota tersebut. Rumah yang akan

dirancang ini diharapkan mampu menciptakan iklim yang selaras antara fungsi rumah

sebagai hunian serta sebagai tempat untuk bekerja/ menyelesaikan pekerjaan kantor di

rumah. Penyelarasan kedua aktifitas di dalam rumah tinggal tersebut juga menjadi hal

utama dalam proses perancangan kali ini. Selain itu rumah juga berfungsi sebagai

tempat berlindung dari iklim, cuaca, serta binatang buas.

1.4 Gambaran Mengenai Rumah Tinggal yang Akan Dirancang

Rumah tinggal haruslah menjadi tempat yang dapat menaungi segala aktifitas

penghuninya, mendekatkan antara satu anggota keluarga dengan yang lainnya,

menjalin intensitas hubungan keluarga dengan kreatifitas perancangan kualitas ruang

yang dihasilkan. Rumah tinggal juga harus menjadi tempat beristirahat yang nyaman

untuk beristirahat total dan tidak banyak gangguan setelah lelah melakukan aktifitas

kerja di luar. Rumah tinggal ini juga menjadi sebuah wadah yang kondusif serta

nyaman untuk bekerja di dalam rumah oleh pemiliknya. Selain akan hal tersebut,

harus adanya ruang bekerja yang dirancang sekondusif mungkin dan jauh dari

jangkauan anak-anak serta memiliki kenyamanan yang cukup untuk membuat pemilik

menjadi rileks ketika berada di dalam ruang bekerjanya ketika bekerja lembur.

2. LATAR BELAKANG

Manusia tidak pernah lepas dari segala masalah yang berhubungan dengan

tempat dimana manusia bernaung dan tinggal dalam kehidupannya sehari-hari. Bagi

2

Page 3: Fin

manusia, tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar (basic need), disamping

kebutuhannya akan pangan dan sandang.

Maslow (1970) menyebutkan bahwa sesudah manusia terpenuhi kebutuhan

jasmaninya, yaitu sandang, pangan, dan kesehatan, kebutuhan akan rumah atau tempat

tinggal merupakan motivasi untuk pengembangan kehidupan yang lebih tinggi lagi.

Tempat tinggal pada dasarnya merupakan wadah bagi manusia atau keluarga dalam

melangsungkan kehidupannya. Peran tempat tinggal bagi kelangsungan kehidupan

yang dinamis sangatlah mutlak karena tempat tinggal bukan lagi sekedar tempat untuk

bernaung, tetapi juga merupakan tempat untuk melindungi diri dari kondisi alam yang

tidak selamanya menguntungkan.

Rumah ini dirancang untuk keluarga seorang kepala Bank Indonesia cabang

Kota Surakarta yang aktivitasnya cukup padat. Tidak hanya aktivitas pribadi, tetapi

juga aktivitas yang berhubungan dengan sosial. Rumah ini dibangun di era modern di

mana segala sesuatu dituntut untuk compact, instan dan cepat. Rumah yang akan

dirancang ini akan mengusung tema mediterania, dimana konsep ini akan menegaskan

serta memberikan kesan mewah bagi penghuninya dan lingkungan sekitar. Rumah

yang mengusung konsep mediterania ini merupakan cerminan dari kepribadian

pemilik rumah yang termasuk dalam golongan ekonomi menengah ke atas. Rumah

dituntut sebagai sebuah tempat yang “serba ada”, mampu menampung segala aktivitas

baik itu rumah tinggal maupun sebagai kantor dan juga harus mampu mewadahi

kegiatan sosial kemasyarakatan. Rumah Tinggal yang akan dirancang ini juga

dirancang untuk dapat mengakrabkan hubungan antara keluarga serta meningkatkan

intensitas kekeluargaan di dalamnya.

3. PERMASALAHAN

Dari segi non arsitektural

- Bagaimana merancang sebuah rumah tinggal kepala Bank Indonesia cabang kota

Surakarta ini yang mampu untuk menaungi segala aktifitas penghuni di dalamnya,

sehingga rumah tersebut menjadi rumah tinggal yang dapat memberikan

kenyamanan dan kehangatan bagi anggota keluarga, disamping profesi pemiliknya

sebagai kepala bank?

3

Page 4: Fin

- Bagaimana merancang sebuah rumah yang dapat menciptakan serta

mengakbrabkan hubungan antar keluarga sehingga intensitas kekeluargaan di

dalam keluarga tersebut dapat lebih berkualitas?

- Bagaimana merancang sebuah rumah tinggal yang nyaman, aman, serta indah dan

menarik?

- Bagaimana menciptakan rumah yang akan dirancang ini mampu untuk

menciptakan iklim yang selaras antara fungsi rumah sebagai hunian serta sebagai

tempat untuk bekerja/ menyelesaikan pekerjaan kantor di rumah?

- Bagaimana merancang sebuah rumah yang juga berfungsi sebagai perwujudan

dari status sosial pemiliknya?

Dari segi arsitektural

- Bagaimana pengolahan site serta denahnya agar terjadi sebuah keserasian antara

kegiatan profesi dengan kegiatan keluarga pemilik rumah tinggal tersebut?

- Bagaimana system peruangan di dalamnya, sirkulasi, serta besaran ruang agar

rumah tersebut terlihat padu/ menyatu dengan konsep mediterania?

- Bagaimana menghadirkan sebuah keterpaduan antara unsur alami dengan konsep

mediterania?

- Bagaimana menentukan perbedaan ruang profesi/bekerja dengan ruang-ruang

untuk segala aktifitas keluarga lainnya?

- Bagaimana system struktur, serta konstruksi dan utilitas dari rumah tinggal yang

akan dirancang tersebut?

4. TUJUAN DAN SASARAN

4.1 Tujuan

Membuat serta menyusun konsep sebagai dasar dalam perancangan rumah tinggal

untuk Kepala Cabang Bank Indonesia Kota Surakarta yang serba “ada” dan

mampu untuk menampung segala aktifitas keluarga serta aktifitas yang

berhubungan dengan profesi pemiliknya serta mampu untuk meningkatkan

kualitas intensitas keakraban kekeluargaan dalam keluarga tersebut dengan

mengusung keselarasan hunian antara unsur alam dan unsur mediteranian.

4

Page 5: Fin

4.2 Sasaran

Hal-hal yang ingin dicapai di dalam perancangan rumah tinggal seorang kepala

bank yakni dapat menentukan konsep mengenai :

1. Macam aktivitas

2. Hubungan ruang dengan organisasi

3. Penzooningan

4. Pemilihan site

5. Besaran ruang

6. Tata masa

7. Pengolahan tapak

8. Eksplorasi bentuk bangunan

5. METODE PEMBAHASAN

5.1 Penyajian Pola Pikir

Pembahasan mengenai beberapa proses perencanaan dan perancangan rumah

tinggal Kepala Bank Indonesia cabang Kota Surakarta ini dilakukan dengan beberapa

tahapan, yaitu:

1). Pengumpulan Data

Dalam merencanakan dan merancang sebah bangunan/ hunian dibutuhkan

berbagai macam data yang relevan. Data-data yang dibutuhkan tersebut

dibedakan menjadi:

a. Data Primer

Merupakan penyajian data pokok/utama yang dijadikan bahan dasar

dalam perencanaan dan perancangan rumah tinggal seorang Kepala Bank

Indonesia cabang Kota Surakarta.

b. Data Sekunder

Merupakan data tambahan/ pelengkap yang digunakan sebagai

pendukung. Dalam tahapan proses pengumpulan data-data tersebut hal-hal

yang perlu dilakukan adalah:

5

Page 6: Fin

a). Survey

Metode survey ini bersifat kemandirian penulis yang bertujuan

untuk mendapatkan data-data yang akurat yang dibutuhkan di

lapangan.

b). Studi Literatur

Pada proses ini, perancang mencoba mencari data melalui sumber

buku-buku referensi dan situs-situs internet yang terkait dengan

judul yang diajukan.

c). Studi Komparasi

Untuk lebih mendukung obyek pembahasan selanjutnya, perancang

melalui studi banding dari obyek bangunan yang telah ada. Hal ini

dapat digunakan sebagai pembanding serta memperbanyak

pengetahuan dari kasus yang diambil dari judul.

d). Analisa Data

Dalam proses perencanaan dan perancangan rumah tinggal Kepala

Bank Indonesia cabang Kota Surakarta ini, pada tahapan analisa akan

dilakukan pengolahan data-data yang telah terkumpul dan

dikelompokkan berdasarkan pemrograman fungsional, performansi,

dan arsitektural. Analisa Fungsional bertujuan untuk mengidenifikasi

penggunaan rumah tinggal, termasuk kegiatan pengguna, kebutuhan

dan aktivitas di dalam rumah tinggal tersebut. Analisa Performansi

membahas tentang persyaratan atau kriteria persyaratan dan program

ruang dalam bangunan rumah tinggal. Analisa Arsitektural

merupakan tahap penggabungan dari hasil identifikasi kedua hasil

analisa sebelumnya (fungsional dan performansi). Dalam proses ini

akan menganalisa masalah massa, ruang, tampilan, pengolahan site,

utilitas, dan struktur bangunan yang menyatukan antara tuntutan

kebutuhan pengguna dengan persyaratan yang ada.

6

Page 7: Fin

e). Konsep Perencanaan dan Perancangan

Dari proses analisa dan sintesa arsitektural akan dihasilkan beberapa

konsep yaitu konsep tampilan bangunan, konsep utilitas, serta konsep

struktur bangunan.

5.2 Penyajian Data Fisik dan Non Fisik

Data yang dibutuhkan dikumpulkan melalui observasi (tinjauan langsung ke

lokasi objek), ditambah dengan dilakukannya wawancara yang sesuai dengan tujuan

dan sasaran yang akan diperlukan. Selain itu juga menjadi bahan literatur yang

menunjang teori-teori tentag objek yang dibahas (studi literatur).

Data tersebut dibagi dan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu data fisik dan

non fisik.

1. Data fisik, meliputi lokasi site, ukuran site, denah peruangan, bentuk atau tampak

bangunan, potongan, interior atau eksterior, utilitas, struktur dan konstruksi, material

bahan dan sebagainya.

2. Data non fisik, meliputi aktivitas user, jenis kelamin, pekerjaan, karekteristik, umur,

latar belakang, religi, dan sebagainya.

7

Page 8: Fin

BAB II

TINJAUAN TEORI

Rumah tinggal sejatinya adalah bangunan yang dipergunakan/ditinggali dalam

jangka waktu tertentu. Dengan pengertian demikian, maka disini perlu dirancang

sebuah hunian yang dapat menciptakan pemiliknya menjadi nyaman, aman, dan

merasa rileks ketika berada di dalam hunian pribadinya.

Kenyamanan yang akan ditimbulkan tersebut diwujudkan dengan penerapan

konsep mediterania pada perancangan hunian tempat tinggal seorang kepala bank

Indonesia cabang kota Surakarta ini. Banyak hal yang akan dilakukan dalam proses

perancangan desain hunian kali ini. Dengan berkiblat pada konsep mediterania ini

diharapkan akan dihadirkan serta diciptakan sebuah hunian yang berbeda dengan

hunian lainnya.

Sejatinya hunian yang berhasil baik secara desain maupun secara fungsional

serta kenyamanan adalah hunian yang menyesuaikan dengan lokasi di mana hunian

tersebut berdiri. Hunian selayaknya didesain selaras dengan kondisi lingkungan

sekitar. Dengan demikian keadaan iklim di Indonesia yang beriklim tropis ini, juga

mendukung konsep perencanaan rumah tinggal kepala bank Indonesia cabang Kota

Surakarta ini.

Perancangan pada hunian kali ini juga ikut memperhatikan dari segi profesi

pemilik rumah tinggal ini sebagai seorang sosok yang cukup memiliki serta mendapat

perhatian khusus di daerahnya. Oleh karena itu penggabungan antara kegiatan yang

berhubungan dengan profesi pemilik dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan para

penghuni rumah tinggal yang lainnya sangatlah perlu dilakukan, agar tetap menjalin

intensitas hubungan keluarga dengan kreativitas perancangan kualitas ruang yang

dihasilkan.

Bentuk dasar dari rumah tinggal Mediterania ini dapat diketahui bahwa bentuk

pada bangunan tersebut merupakan bentuk bangunan hasil dari penyesuaian dengan

keadaan lingkungan serta iklim dan keadaan geografis pada negara – negara di sekitar

laut Mediterania seperti negara – negara kawasan Eropa selatan. Seperti telah

diketahui sebelumnya, bahwa keadaan geografis, iklim serta budaya pada masing –

8

Page 9: Fin

masing kawasan di sekitar pesisir laut Mediterania sangat berpengaruh pada bentukan

arsitektur Mediterania sendiri. Dari segi arsitektur, ada dua hal yang menonjol pada

gaya bangunan di Laut Mediterania, yaitu perpaduan antara budaya Barat dan Timur

serta gaya bangunan yang khas yang berlokasi di kawasan pesisir, yang dikelilingi

pulau - pulau. Secara keseluruhan bangunan bergaya Mediterania menciptakan kesan

hangat, kokoh, tetapi tetap dinamis.

Bangunan Mediterania memiliki ciri – ciri khusus pada elemennya, seperti :

a. Kolom

Kolom pendukung yang sering digunakan adalah kolom yang terbuat dari

batubata, sebagai bagian dari kolonade biasanya mengelilingi patio, kolom

satu dengan yang lain dihubungkan dengan balok berbentuk semi sirkular

(arches) dilengkapi dengan mahkota dan alas kolom sederhana.

b. Atap

Bentuk atap yang biasa digunakan adalah bentuk atap pelana, meskipun

disana-sini ditemukan bentuk atap perisai. Dan kebanyakan bangunan

menggunakan tritisan yang dalam (deep eaves). Genteng yang menutup

bagian atas listplank masih menyisakan listplank dibagian bawahnya.

c. Dinding

Bahan dinding yang menjadi ciri khas bangunan Mediterania adalah tanah

liat yang dibakar (adobe), yang tiap kali disegarkan kembali dengan

dicampur cat kapur (whitewasher). Di Amerika dinding batubata yang

dibakar merupakan bahan bangunan pilihan dan penggunaan batu alam

lebih banyak dipakai (terutama Mexico, Texas, California, dan juga New

York).

Penggunaan bahan-bahan alam diselesaikan tanpa finishing. Apabila

dinding tersebut diselesaikan, maka plesteran dibuat tidak rata sehingga

menimbulkan karakter tekstur yang kasar. Karakter dinding yang berat

hadir dengan adanya konstruksi dinding tebal.Pada awalnya bangunan

bergaya arsitektur Mediterania, memiliki citra polos dan sederhana. Ada

yang menyebut bangunan asal Spanyol ini berwajah bleak and blare.

d. Jendela

Jendela-jendela biasanya berukuran relatif kecil dan berbentuk persegi

panjang atau kotak-kotak kecil. Kadang-kadang dengan ujung bagian atas

berbentuk lengkungan. Jendela biasanya dilengkapi dengan kisi-kisi yang

9

Page 10: Fin

terbuat dari kayu atau besi tempa. Angin-angin yang berbentuk lingkaran

banyak juga menjadi bagian dari penampilan wajah bangunan berarsitektur

Mediterania

e. Pintu masuk utama

Pintu masuk utama (doorway) memiliki bentukan terutama karena

pengaruh-pengaruh Bizantium, Spanish Gotthic dan bentuk pintu masuk

yang paling sering digunakan adalah bentuk Spanish Renaissance.

Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa pintu masuk utama

berbentuk persegi empat biasa dengan angin-angin berbentuk semi-sirkular

atau persegi empat. lukisan. Bingkai atau frame pada lubang pintu ini tidak

hanya pada pintu masuk utama saja, tetapi berlaku untuk semua pintu dan

bahkan jendela.

f. Balkon

Balkon tipe continous biasanya ditemukan pada bagian patios atau courts,

balkon ini biasanya digunakan untuk koridor terbuka yang menghubungkan

dua sayap bangunan.

Tentunya tidak hanya dibutuhkan mengenai konsep yang matang saja dalam

proses perancangan rumah tinggal seorang kepala bank ini, namun juga dibutuhkan

kepahaman seorang arsitek mengenai teori-teori dasar dalam perancangan sebuah

bangunan. Sehingga keselarasan dan kepaduan mengenai kemenarikan konsep dan

kesesuaian perancangan bangunan tersebut dengan teori-teori yang telah ada, akan

mengantarkan kepada hasil yang memuaskan serta menakjubkan bagi arsitek

(perancang) dan juga bagi pemilik rumah tersebut.

Teori-teori dasar dalam perancangan dalam rumah tinggal kali ini dapat

dimulai dalam sebuah konteks terkecil pada sebuah bangunan, yaitu ruang. Ruang

dalam arsitektur menjadi hal yang sangatlah penting karena perwujudan nyata dari

arsitektur adalah ruang. Ruang bukan hanya sesuatu yang memiliki batasan fisik,

namun juga dapat berupa batasan secara visual.

Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Francis D.K ching, kita banyak dilatih

untuk lebih peka terhadap kehadiran ruang. Hal ini sangatlah ditekankan karena

seperti pada paragraf sebelumnya yaitu ruang adalah hal pokok dalam sebuah

perwujudan arsitektur. Secara sederhana juga, dalam hal ini penulis juga melatih kita

dengan mengamati dan melihat perhatian pada sebuah figur. Setelah itu kita

10

Page 11: Fin

memfokuskan segala perhatian serta pandangan kita tertuju pada figur tersebut.

Dengan perlahan kita mencoba untuk bergeser dan mengalihkan pandangan ke daerah

yang lainnya yang terdapat di sekitar fokus figur kita yang pertama tadi. Dengan

demikian, kita dapat memahami perbedaan yang signifikan terhadap figur yang kita

amati dengan lingkungan sekitar. Perbedaan dengan batas-batas tertentu itu bisa

disebut dengan ruang, walaupun tidak dibatasi dengan sesuatu yang bersifat fisik.

Namun tidak hanya asal saja kita bisa menyebut suatu hal itu ruang. Ruang

tetap memiliki unsur, serta batasan-batasan kenapa sesuatu hal itu bisa disebut dengan

ruang. Unsur pembentuk ruang itu sendiri adalah berupa bidang bawah, bidang atas,

serta unsur vertikal yang melingkupi bidang tersebut. Kembali kepada penjelasan di

atas yang menyatakan bahwa unsur-unsur itu tidak harus berupa sesuatu yang konkret

secara fisik saja. Seperti kolom, dinding, atap, dan lain sebagainya.

Tentunya jika ruang tidak hanya bisa terbentuk dengan batasan fisik saja, pasti

ruang juga bisa terbentuk dari batasan non fisik atau yang lebih dikenal dengan unsur

imajiner. Unsur-unsur tersebut dapat berupa bayangan, suara, bau, dan lain

sebagainya. Setelah kita telah mengetahui batasan, serta unsur-unsur pembentuk

ruang, maka kita diharapkan untuk bisa menciptakan sebuah ruang yang berkualitas

dan berbeda serta memiliki kemenarikan tersendiri. Keasahan kita mengenai ruang

akan terus diasah dan dipertajam lagi dalam buku karya Francis D.K Ching ini.

Selain ruang, berlanjut lebih dalam lagi mengenai konsep dasar dalam

perancangan sebuah bangunan yaitu mengenai hubungan-hubungan antara ruang satu

dengan ruangan yang lain. Hal ini juga perlu diperhatikan, karena jika kita tidak

memperhatikan serta mempertimbangkan mengenai hubungan antar ruang, maka

denah dalam perancangan kita tersebut tidak akan ditemui sebuah kejelasan, dan

kesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, hubungan antar ruang

dapat berupa ruang dalam ruang, ruang bersebelahan, ruang yang saling berkaitan,

serta ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama. Hubungan yang terjadi tersebut

bisa menyebabkan hubungan antar ruang menjadi dikuatkan, mengaburkan bahkan

ada yang saling berjalan beriringan.

Setelah kita mengetahui tentang hubungan-hubungan ruang, kita juga patut

untuk mengetahui mengenai organisasi-organisasi yang dimiliki oleh ruang. Dalam

hal ini tidak hanya bentuk saja yang memiliki organisasi, ruangpun di dalam dunia

arsitektur juga mengenal adanya organisasi, atau yang lebih dikenal dengan organisasi

ruang. Organisasi tersebut berupa organisasi linier, grid, cluster, terpusat serta radial.

11

Page 12: Fin

Organisasi ruang ini tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, hanya berbeda pada

pengaplikasiaanya, yaitu pada ruang dalam sebuah desain atau bangunan. Dalam buku

ini penulis juga menyajikan banyak contoh dalam penggolongan organisasi ruang,

sehingga indra kita lebih terlatih dan lebih peka untuk mengidentifikasi maupun

merancang sebuah ruang dengan organisasi tertentu.

Ulasan-ulasan di atas hanyalah sekelumit ilmu tentang bagaimana mendesain

sebuah bangunan agar tercipta sebuah kepaduan antar ruang yang ada di dalamnya,

keselarasan, serta kemenarikan tersendiri. Namun ada hal lain yang patut untuk

diperhatikan juga dalam proses perancangan bangunan, selain hal-hal yang disebutkan

di atas. Hal tersebut yaitu berupa strategi desain yang kita terapkan dalam bangunan

kita, agar tercipta sebuah kenyaman thermal pada bangunan rancangan kita tersebut.

Karena sejatinya iklim di Indonesia yang tropis ini juga menghendaki kita untuk dapat

membuat sebuah inovasi baru yang dapat mengatasi permasalahan iklim yang ada di

negara ini.

Secara geografis Indonesia berada dalam garis khatulistiwa atau tropis, namun

secara thermis (suhu) tidak semua wilayah Indonesia merupakan daerah tropis.

Daerah tropis menurut pengukuran suhu adalah daerah tropis dengan suhu rata-rata

20oC, sedangkan rata-rata suhu di wilayah Indonesia umumnya dapat mencapai 35oC

dengan tingkat kelembaban yang tinggi, dapat mencapai 85% (iklim tropis panas

lembab). Keadaan ini terjadi antara lain akibat posisi Indonesia yang berada pada

pertemuan dua iklim ekstrim (akibat posisi antara 2 benua dan 2 samudra),

perbandingan luas daratan dan lautannya, dan lain-lain. Kondisi ini kurang

menguntungkan bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya sebab produktifitas kerja

manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman

seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas. Suhu nyaman thermal untuk orang

Indonesia berada pada rentang suhu 22,8°C - 25,8°C dengan kelembaban 70%.

Langkah yang paling mudah untuk mengakomodasi kenyamanan tersebut adalah

dengan melakukan pengkondisian secara mekanis (penggunaan AC) di dalam

bangunan yang berdampak pada bertambahnya penggunaan energi (listrik). Cara yang

paling murah memperoleh kenyamanan thermal adalah secara alamiah melalui

pendekatan arsitektur, yaitu merancang bangunan dengan mempertimbangkan

orientasi terhadap matahari dan arah angin, pemanfaatan elemen arsitektur dan

material bangunan, serta pemanfaatan elemen-elemen lansekap.

12

Page 13: Fin

Indonesia mempunyai iklim tropis dengan karakteristik kelembaban udara

yang tinggi (dapat mencapai angka 80%), suhu udara relatif tinggi (dapat mencapai

hingga 35_C), serta radiasi matahari yang menyengat serta mengganggu. Yang

menjadi persoalan adalah bagaimana menciptakan kenyamanan termal dalam

bangunan dalam kondisi iklim tropis panas lembab seperti di atas.

Idealnya, sebuah bangunan mempunyai nilai estetis, yang berfungsi

sebagaimana tujuan bangunan tersebut dirancang, memberikan rasa ‘aman’ (dari

gangguan alam dan manusia/makhluk lain), serta memberikan ‘kenyamanan’. Berada

di dalam bangunan kita berharap tidak merasa kepanasan, tidak merasa kegelapan

akibat kurangnya cahaya, dan tidak merasakan bising yang berlebihan. Setiap

bangunan diharapkan dapat memberikan kenyamanan ‘termal’, ‘visual’ dan ‘audio’.

Pengkondisian lingkungan di dalam bangunan secara arsitektural dapat

dilakukan dengan mempertimbangkan perletakan bangunan (orientasi bangunan

terhadap matahari dan angin), pemanfaatan elemen-elemen arsitektur dan lansekap

serta pemakaian material/bahan bangunan yang sesuai dengan karakter iklim tropis

panas lembab. Melalui ke-empat hal di atas, temperatur di dalam ruangan dapat

diturunkan beberapa derajat tanpa bantuan peralatan mekanis. Hal- hal tersebut

menjadi hal yang perlu diperhatikan juga dalam proses perancangan, karena akan

mempengaruhi kenyamanan penghuni dalam rumah/ bangunan tersbut.

Hal pertama yaitu mengenai orientasi bangunan terhadap matahari. Orientasi

bangunan terhadap matahari akan menentukan besarnya radiasi matahari yang

diterima bangunan. Semakin luas bidang yang menerima radiasi matahari secara

langsung, semakin besar juga panas yang diterima bangunan. Dengan demikian,

bagian bidang bangunan yang terluas (mis: bangunan yang bentuknya memanjang)

sebaiknya mempunyai orientasi ke arah Utara-Selatan sehingga sisi bangunan yang

pendek, (menghadap Timur – Barat) yang menerima radiasi matahari langsung.

Kemudian menginjak ke hal kedua yaitu mengenai orientasi bangunan

terhadap angin. Kecepatan angin di daerah iklim tropis panas lembab umumnya

rendah. Angin dibutuhkan untuk keperluan ventilasi (untuk kesehatan dan

kenyamanan penghuni di dalam bangunan). Ventilasi adalah proses dimana udara

‘bersih’ (udara luar), masuk (dengan sengaja) ke dalam ruang dan sekaligus

mendorong udara kotor di dalam ruang ke luar. Ventilasi dibutuhkan untuk keperluan

oksigen bagi metabolisme tubuh, menghalau polusi udara sebagai hasil proses

metabolisme tubuh (CO2 dan bau) dan kegiatan-kegiatan di dalam bangunan. Untuk

13

Page 14: Fin

kenyamanan, ventilasi berguna dalam proses pendinginan udara dan pencegahan

peningkatan kelembaban udara (khususnya di daerah tropika basah), terutama untuk

bangunan rumah tinggal. Kebutuhan terhadap ventilasi tergantung pada jumlah

manusia serta fungsi bangunan.

Posisi bangunan yang melintang terhadap angin primer sangat dibutuhkan

untuk pendinginan suhu udara. Jenis, ukuran, dan posisi lobang jendela pada sisi atas

dan bawah bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang (pergerakan udara) di

dalam ruang sehingga penggantian udara panas di dalam ruang dan peningkatan

kelembaban udara dapat dihindari.

Jarang sekali terjadi orientasi bangunan yang baik terhadap matahari sekaligus

arah angin primer. Penelitian menunjukkan, jika harus memilih (untuk daerah tropika

basah seperti Indonesia), posisi bangunan yang melintang terhadap arah angin primer

lebih dibutuhkan dari pada perlindungan terhadap radiasi matahari sebab panas radiasi

dapat dihalau oleh angin yang berhembus. Kecepatan angin yang nikmat dalam

ruangan adalah 0,1 – 0,15 m/detik. Besarnya laju aliran udara tergantung pada:

- Kecepatan angin bebas

- Arah angin terhadap lubang ventilasi

- Luas lubang ventilasi

- Jarak antara lubang udara masuk dan keluar

- Penghalang di dalam ruangan yang menghalangi udara

Pola aliran udara yang melewati ruang tergantung pada lokasi inlet (lobang

masuk) udara dan shading devices yang digunakan di bagian luar. Secara umum,

posisi outlet tidak akan mempengaruhi pola aliran udara. Untuk menambah kecepatan

udara terutama pada saat panas, bagian inlet udara ditempatkan di bagian atas , luas

outlet sama atau lebih besar dari inlet dan tidak ada perabot yang menghalangi

gerakan udara di dalam ruang. Gerakan udara harus diarahkan ke ruang ruang yang

membutuhkan atau ruang keluarga.

Bukaan jendela (Jalousie atau louvered akan membantu udara langsung ke

tempat-tempat yang membutuhkan. Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan

langit-langit (khususnya bangunan rendah) sangat perlu agar tidak terjadi akumulasi

panas pada ruang tersebut. Panas yang terkumpul pada ruang ini akan ditransmisikan

ke ruang di bawah langit-langit tersebut. Ventilasi atap sangat berarti untuk mencapai

suhu ruang yang rendah.

14

Page 15: Fin

Ventilasi yang baik adalah yang berjalan alamiah. Jika ventilasi alamiah tidak

dapat berjalan lancar, maka barulah dibutuhkan ventilasi dengan pertolongan alat.

Prinsip ventilasi adalah udara mengalir dengan sendirinya dari bagian-bagiannya yang

bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Perbedaan tekanan dapat dicapai

oleh perbedaan suhu yang horizontal menimbulkan perbedaan tekanan dan vertikal

menimbulkan perbedaan berat jenis. Ventilasi horizontal disebabkan oleh arus angin

yang datang horizontal dari pihak sumber angin. Gejala ini bisa timbul bagus, bila ada

sisi rumah yang sengaja kita buat relatif lebih panas dan ada pihak lain yang sejuk.

Berikut ilustrasinya :

Gambar 1. Skema aliran angin di sekitar bangunan

Pada bukaan-bukaan yang kita rancang dalam sebuah bangunan, hendaklah kita

menerapkannya dengan sistem croos ventilation ( ventilasi silang). Di mana hal ini

akan sangat memungkinkan penghawaan dalam sebuah ruang/ bangunan menjadi

lebih lancar, sehingga akan menjadikan udara yang ada menjadi lebih sejuk karena

penerapan cross ventilation ini.

15

Page 16: Fin

Gambar 2 : Skema ventilasi silang

Gambar 3 : Skema ventilasi silang pada rumah / bangunan bertingkat

Dalam ilustrasi tersebut terlihat jelas jika penghawaan dan pertukaran udara

dalam ruangan yang menerapkan sistem cross ventilation akan lebih sejuk daripada

ruangan / bangunan yang tidak menerapkan sistem ini. Dalam gambar tersebut juga

dapat kita lihat adanya pertukaran udara yang terus berputar dan tidak ada yang

memutar atau berhenti dalam ruangan saja. Hal ini tentunya memberikan efek positif

bagi penghawaan serta sirkulasi udara dalam sebuah ruangan/ bangunan.

16

Page 17: Fin

Selain mengatur letak serta penggunaan ventilasi dalam sebuah bangunan, kita

juga bisa memberikan alternatif lain untuk mencapai sebuah kenyamanan thermal

pada sebuah bangunan. Yaitu dengan menggunakan elemen-elemen arsitektur

tambahan. Seperti elemen arsitektur yang digunakan untuk melindungi dari sinar

matahari.

Apabila posisi bangunan pada arah Timur dan Barat tidak dapat dihindari,

maka pandangan bebas melalui jendela pada sisi ini harus dihindari karena radiasi

panas yang langsung masuk ke dalam bangunan (melalui bukaan/kaca) akan

memanaskan ruang dan menaikkan suhu/temperatur udara dalam ruang. Di samping

itu efek silau yang muncul pada saat sudut matahari rendah juga sangat mengganggu.

Gambar di bawah adalah elemen arsitektur yang sering digunakan sebagai pelindung

terhadap radiasi matahari (solar shading devices).

Gambar 4 : Elemen arsitektur pelindung dari sinar matahari

Elemen-elemen arsitektur tersebut merupakan salah satu cara untuk

menghalau datangnya sinar matahari, sehingga kenyamanan thermal dalam sebuah

bangunan dapat terwujud. Selain menggunakan elemen-elemen arsitektur, kita juga

bisa memanfaatkan vegetasi yang ada di sekitar bangunan, untuk memberikan

kenyamanan thermal secara alami.

Keberadaan pohon secara langsung/tidak langsung akan menurunkan suhu

udara di sekitarnya, karena radiasi matahari akan diserap oleh daun untuk proses

fotosintesa dan penguapan. Efek bayangan oleh vegetasi akan menghalangi

pemanasan permukaan bangunan dan tanah di bawahnya. Lippsmeier memperlihatkan

suatu hasil penelitian di Afrika selatan, pada ketinggian 1m di atas permukaan

perkerasan (beton) menunjukkan suhu yang lebih tinggi sekitar 4°C dibandingkan

17

Page 18: Fin

suhu pada ketinggian yang sama di atas permukaan rumput. Perbedaan ini menjadi

sekitar 5°C apabila rumput tersebut terlindung dari radiasi matahari.

Gambar 5 : Skema pohon yang berjarak 1,5 meter dari bangunan

Gambar 6 : Skema pohon yang berjarak 3 meter dari bangunan

Gambar 7 : Skema pojon yang berjarak 9 meter dari bangunan

Dari ilustrasi di atas dapat kita ketahui bahwa penempatan pohon ( vegetasi )

juga akan mempengaruhi datangnya angin yang memasuki bangunan kita. Karena

itulah kita dapat memanfaatkan letak dari sebuah vegetasi untuk mendapatkan

kenyamanan alami dalam sebuah bangunan.

Selain hal-hal di atas kita juga dapat mendapatkan suatu kenyaman dalam

sebuah bangunan dengan memperhatikan material bangunan yang kita gunakan. Ini

berfungsi agar pengaplikasian material yang kita inginkan tidak salah tempat, dan

tidak salah dalam penggunaan. Kadang material yang dirasa bagus, tidak pas kita

18

Page 19: Fin

terapkan pada desain bangunan kita, mengingat letak, fungsi dari material tersebut

bisa membuat kondisi dalam bangunan menjadi tidak nyaman. Itulah mengapa

pemilihan material bangunan juga sangatlah diperhatikan untuk mendapatkan

kenyaman dalam sebuah hunian atau bangunan.

Dapat disimpulkan juga, kondisi ideal yang harus dibuat untuk menciptakan

bangunan nyaman secara termal adalah sebagai berikut:

- Teritis atap/Overhang cukup lebar

- Selubung bangunan (atap dan dinding) berwarna muda (memantulkan cahaya)

- Terjadi Ventilasi Silang

- Bidang –bidang atap dan dinding mendapat bayangan cukup baik

- Penyinaran langsung dari matahari dihalangi (menggunakan solar shading devices)

untuk menghalangi panas dan silau.

Berikut ilustrasinya :

Gambar 8 : Ilustrasi pencapaian kenyamanan dalam sebuah hunian

19

Page 20: Fin

BAB III

DATA DAN INFORMASI

III.1 DATA LOKASI DAN SITE

III.1.1 LOKASI

Lokasi pemilihan site kali ini berada di daerah Sumber, tepatnya di Jalan Kahuripan

Utara Raya, Sumber, Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Luasan site yang terpilih adalah

700m2, dengan ukuan 20m x 35m. Berikut sketsa situasi lokasi site terpilih.

20

Page 21: Fin

III.1.2 KONDISI SITE

Dalam observasi dan peninjauan lokasi site terpilih, keadaan lingkungan yang berada

di kawasan sekitar site adalah :

1. Keadaan lingkungan terlihat sepi

2. Lokasi berada di samping SMP IT Nur Hidayah

3. Masih jarang kendaraan yang berlalulalang di depan atau di sekitar lokasi site

4. Penghawaan yang cukup sejuk karena lingkungan di sekitar lokasi site masih

banyak vegetasi dan banyak lahan kosong yang digunakan untuk persawahan

Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai keadaan site terpilih :

21

Page 22: Fin

POTONGAN A-A’

POTONGAN B-B’

III. 2 STUDI PENGGUNA RUMAH TINGGAL

III.2.1 Pengguna / User

Dalam rumah tinggal yang akan direncanakan tersebut memiliki 5 orang penghuni/

pengguna. Pengguna dalam rumah tinggal tersebut adalah :

1. Ayah (Pemilik rumah tinggal sekaligus Kepala Bank)

Berprofesi sebagai Kepala Bank cabang Kota yang mempunyai hobi membaca

literatur ekonomi dan berolah raga. Menyukai rumah yang jauh dari kebisingan.

2. Ibu (Istri dari pemilik rumah)

Berprofesi sebagai seorang ekonom dengan hobi membaca buku masakan,

bercocok taman. Menyukai rumah yang terlihat megah atau bernuansa klasik.

3. Anak perempuan

Sekarang sedang duduk dibangku kuliah semester III. Mempunyai hobi membaca

buku pengetahuan umum.

22

Page 23: Fin

4. Anak laki-laki

Sekarang sedang duduk dibangku SMA kelas XI. Mempunyai hobi membaca

buku dan bermain game online.

5. Pembantu

Sudah bekerja sejak anak pertama duduk dibangku taman kanak-kanak.

III.2.2 Tabel Aktivitas

PENGGUNA AKTIVITAS WAKTU

AYAH Bangun tidur 04.00

Sholat 04.30(5 X 1 hari)

Mandi 06.30

Sarapan 07.00

Persiapan kerja 07.00-08.00

Parkir mobil 08.00

Berangkat kerja 08.00

Pulang kerja 15.30

Rapat dengan staff 15.30 (1x seminggu)

Mandi 15.30

Santai 16.00

Istirahat / kumpul keluarga 16.00

Membaca Pagi,siang, sore, malam

Menerima tamu Sewaktu-waktu

Sholat + Qiro’ah 18.00-19.00

Makan 19.00

Membaca 19.30

Bekerja 20.00

Tidur 22.00

23

Page 24: Fin

PENGGUNA AKTIVITAS WAKTU

IBU Bangun tidur 04.00

Sholat 04.30(5 X 1 hari)

Memasak 05.30

Mandi 06.30

Sarapan 07.00

Persiapan kerja 07.00-08.00

Parkir mobil 08.00

Berangkat kerja 08.00

Pulang kerja 15.30

Mandi 15.30

Santai 16.00

Istirahat / kumpul keluarga 16.00

Membaca Pagi, siang, sore, malam

Memasak 17.00

Sholat + Qiro’ah 18.00-19.00

Makan 19.00

Membaca 19.30

Bekerja 20.00

Tidur 22.00

ANAK

PEREMPUAN

Bangun tidur 04.00

Sholat 04.30 (5 X 1 hari)

Mandi 05.30

Sarapan 06.00

Persiapan kuliah 06.00-07.00

Parkir 07.00Berangkat kuliah 06.30

Pulang kuliah 15.00

24

Page 25: Fin

Santai 16.00

Istirahat/kumpul keluarga 16.00

Membaca buku 16.00

Mandi 15.30

Sholat + Qiro’ah 18.00-19.00

Makan 19.00

Belajar 20.00

Tidur 22.00

ANAK LAKI-

LAKI

Bangun tidur 04.00

Sholat 04.30 (5 X 1 hari)

Mandi 05.30

Sarapan 06.00

Persiapan sekolah 06.00-06.30

Parkir 06.30

Berangkat sekolah 06.30

Pulang sekolah 14.00

Istirahat 14.00

Makan 14.15

Tidur siang 14.30

Santai 16.00

Istirahat/kumpul keluarga 16.00

Membaca buku 16.00

Main computer Sore, malam

Mandi 15.30

Sholat + Qiro’ah 18.00-19.00

Makan 19.00

Belajar 20.00Tidur 22.00

25

Page 26: Fin

PEMBANTU Bangun tidur 04.00

Sholat 04.30(5 X 1 hari)

Mencuci baju 05.45

Menjemur 06.00

Memasak 07.00

Sarapan 07.30

Mencuci piring 08.00

Membersihkan pekarangan 09.00

Bersih-bersih rumah 11.00

Memasak 12.15

Makan 13.00

Bersih-bersih ruang makan 13.30

Mencuci piring 14.00

Istirahat 15.00

Menyetrika baju 16.00

Membersihkan pekarangan 17.00

Memasak 18.00-19.00

Sholat + Qiro’ah 19.00

Makan 19.30

Mencuci piring 20.00

Membersihkan rumah Pagi, siang, sore, malam

Tidur 22.00

TAMU/

RELASI

Datang bertamu Pagi, siang, sore, malam

Berbincang-bincang 16.00

Istirahat / bersantai 16.30

Mandi 18.00-19.00Sholat + Qiro’ah 19.00

26

Page 27: Fin

Makan 19.30

Membaca 20.00

Tidur 22.00

27

Page 28: Fin

BAB IV

ANALISIS

IV.1 PERSYARATAN RUANG

1. TERAS

Persyaratan ruang yang diperlukan pada teras yaitu memerlukan sinar matahari yang

cukup ketika matahari terbit, pada malam hari teras juga membutuhkan cahaya

buatan yang cukup. Penghawaan di teras juga perlu dan membutuhkan view dengan

tingkat kebisingan yang cukup.

2. RUANG TAMU

Persyaratan ruang yang diperlukan pada ruang tamu yaitu memerlukan sinar

matahari yang cukup dan memerrlukan cahaya buatan dimalam hari. Penghawaan di

ruang tamu juga diperlukan dengan adanya view yang terlihat yang memilikki

tingkat kebisingan yang cukup.

3. RUANG KERJA

Pada ruang kerja memerlukan persyaratan ruang dengan sinar matahari pagi yang

cukup dan cahaya buatan pada malam hari sangat diperlukan karena kebutuhan

aktivitas untuk bekerja. Pada tingkat kualitas penghawaan juga sangat diperlukan dan

memiliki view yang cukup, ruang ini bersifat semi publik.

4. KAMAR TAMU

Persyaratan ruang pada kamar tamu memerlukan sinar matahari pagi yang cukup dan

dibutuhkan cahaya buatan pada malam hari sangat diperlukan. Tingkat penghawaan

sangat diperlukan pada kamar tamu dan memiliki view yang cukup.

5. KAMAR MANDI TAMU/ UMUM

Pada ruang ini diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan malam yang cukup.

Penghawaan sedikit diperlukan pada kamar mandi untuk sirkulasi udara dan tidak

memerlukan view pada kamar mandi.

28

Page 29: Fin

6. MUSHOLA

Persyaratan ruang yang diperlukan yaitu sinar matahari dan cahaya buatan dimalam

hari yang cukup. Penghawaan pada mushola diperlukan agar mushola tidak pengap.

Pada mushola tidak memerlukan view dan tingkat kebisingan sangat diminimalisir

karena untuk menjaga kekusyukan saat beribadah.

7. GAZEBO

Pada ruang ini sinar matahari pagi tidak diperlukan sedangkan cahaya buatan

diperlukan pada malam hari. Ruang ini bersifat terbuka dan sirkulasi udara sudah

baik untuk kriteria penghawaan.

8. TAMAN

Pada ruang ini sinar matahari diperlukan untuk fotosintesa tumbuhan. Cahaya buatan

juga diperlukan pada malam hari.

9. RUANG TANGGA

Persyaratan ruang pada ruang tangga diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan

yang cukup. Tingkat penghawaan dan view juga cukup dibutuhkan dengan tingkat

kebisingan yang rendah.

10. KAMAR TIDUR UTAMA

Pada kamar tidur anak diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan yang cukup.

Penghawaan juga cukup diperlukan untuk sirkulasi udara dan memiliki view yang

baik dengan tingkat kebisingan yang rendah.

11. KAMAR TIDUR ANAK

Pada kamar tidur anak diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan yang cukup.

Penghawaan juga cukup diperlukan untuk sirkulasi udara dan memiliki view yang

baik dengan tingkat kebisingan yang rendah.

29

Page 30: Fin

12. RUANG KELUARGA

Pada ruang keluarga dibutuhkan sinar matahari dan cahaya buatan yang cukup.

Penghawaan sangat diperlukan pada ruang ini, sebaiknya view di ruang keluarga

tetap ada dengan tingkat kebisingan yang cukup.

13. RUANG DUDUK + BACA LT.2

Ruang duduk memerlukan sinar matahari yang cukup, sedangkan pada cahaya

buatan pada malam hari sangat diperlukan yang berkaitan dengan fungsinya.

Penghawaan juga sangat diperlukan dan view pun diperlukan pada ruang ini dengan

tidak adanya kebisingan di sekitar ruang karena untuk menjaga ketenangan dalam

membaca.

14. RUANG MAKAN

Persyaratan ruang pada ruang makan diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan.

Pada penghawaan juga diperlukan pada ruang ini namun view dan kebisingan tidak

begitu diperlukan.

15. CARPORT

Pada carport, sinar matahari dan cahaya buatan cukup diperlukan keadaannya.

Penghawaan tidak begitu diperlukan karena ruang yang bersifat terbuka.

16. GARASI

Pada garasi, sinar matahari dan cahaya buatan cukup diperlukan keadaannya.

Penghawaan cukup diperlukan untuk sirkulasi udara karena ruang yang bersifat

tertutup.

17. DAPUR

Persyaratan pada ruang ini, cukup diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan.

Penghawaan diperlukan untuk sirkulasi udara karena ruang yang berfungsi untuk

memasak.

30

Page 31: Fin

U

18. PANTRY

Pada pantry, diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan yang cukup. Tingkat

penghawaan yang cukup diperlukan untuk sirkulasi udara karena ruang yang

berfungsi untuk menyajikan makanan dan minuman.

19. KAMAR TIDUR PEMBANTU

Pada kamar tidur pembantu diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan yang

cukup. Penghawaan juga cukup diperlukan untuk sirkulasi udara dan memiliki view

yang baik.

20. KAMAR MANDI / WC PEMBANTU

Pada ruang ini diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan malam yang cukup.

Penghawaan sedikit diperlukan pada kamar mandi untuk sirkulasi udara dan tidak

memerlukan view pada kamar mandi.

21. TEMPAT CUCI + JEMUR

Tempat cuci dan jemur sangat memerlukan sinar matahari karena terkait dengan

fungsinya untuk menjemur, sdangkan cahaya buatan pada malam hari cukup

diperlukan. Penghawaan yang berlebih tidak begitu diperlukan.

IV.2 ANALISIS TAPAK DAN RESPON TAPAK PADA SITE TERPILIH

1. Zone terhadap Pengelompokan Kegiatan dan Hirarki Ruang

Pada sisi utara tapak sesuai dengan aktivitas user digunakan sebagai zone publik

kemudian diikuti dengan zone semi publik. Untuk aktivitas istirahat user diletakkan zone

private setelah zone semi publik. Sebagai pelayanan terhadap user diletakkan zone

service di site di sisi timur site.

31

PUBLIK

SERVIS

SEMI PRIVATE

PRIVATE

Page 32: Fin

U

Jalan Kahuripan Utara Raya, Sumber

SEMI PUBLIK

PUBLIK

SERVICE

PRIVATE

U

2. Zone terhadap Kebisingan

Sisi utara tapak mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi karena merupakan jalur

utama yang dilewati kendaraan. Pada gambar zone tingkat bising pada difungsikan

sebagai zona publik dan semi public di mana menjadi area sirkulasi tuan rumah dan

tamu. Zona tenang difungsikan sebagai zona private dan service dengan tingkat

kebisingan yang lebih rendah dan zona agak tenang difungsikan sebagai zona privat

dengan tingkat kebisingan minimal sebagai tempat istirahat.

3. Zone terhadap Pencapaian

Dalam pencapaian sebuah hunian sebaiknya ruang publik diletakkan dibagian paling

depan karena sebagai sirkulasi user dan kawan dari user. Selanjutnya diikuti oleh zone

semi publik yang terletak setelah zone public, karena pada zone ini ruang bersifat tidak

umum. Sebagai hunian / tempat istirahat pemilik / user diberikan zone private yang

terletak setelah zone semi publik, agar user lebih tenang dalam beristirahat. Sebagai

pelayanan user zone service diletakkan pada site paling belakang.

32

Jalan Kahuripan Utara Raya, Sumber

BISING

TENANG

AGAK TENANG

Page 33: Fin

4. Zone terpilih

Sesuai dengan analisa pada zone aktivitas, kebisingan, dan pencapaian telah terpilih

zone yang baik sebagai rumah hunian. Berurutan dari yang dekat dengan jalan yaitu zone

publik, semi publik, private, dan semi private.

33