fin
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. DEFINISI
1.1 Pengertian Rumah Tinggal
Secara terminology rumah tinggal menurut KBBI adalah :
Rumah : bangunan untuk tempat tinggal, bangunan yang pada
umumnya (seperti gedung).
Tinggal : tetap, selalu ada, berdiam.
Pengertian Rumah tinggal secara umum adalah adalah bangunan yang
dijadikan sebagai tempat tinggal selama jangka waktu tertentu.
Dalam arti khusus, rumah mengacu pada konsep-konsep sosial-
kemasyarakatan yang terjalin di dalam bangunan tempat tinggal, seperti keluarga,
tempat bertumbuh, makan, tidur, beraktivitas, dll. (Wikipedia, 2012)
1.2 Pengertian dan Batasan Rumah Tinggal
Rumah tinggal adalah sebuah wadah atau tempat yang menaungi penghuninya
untuk dapat melakukan segala aktifitas-aktifitas pada umumnya, serta tempat untuk
berlindung dari ancaman lingkungan luar. Sebuah rumah tinggal bukan hanya menjadi
tempat melakukan segala aktifitas dan tempat berlindung, namun juga untuk
menaungi anggota keluarga yang ada di dalamnya. Rumah tinggal juga merupakan
suatu tempat bagi manusia untuk berlindung dari berbagai keadaan yang
membahayakan dirinya. ( iklim, binatang buas dan musuh) serta sebagai wadah untuk
membina keluarga dan melakukan segala rutinitas keseharian. Rumah juga berfungsi
sebagai perwujudan status sosial seseorang. Selain itu, bisa juga menjadi tempat untuk
mewadahi mata pencaharian seseorang, atau sebagai tempat bekerja.
Rumah tinggal yang akan dirancang ini adalah rumah tinggal milik kepala
Bank Indonesia cabang Kota Surakarta. Dimana dalam hal ini pemilik rumah adalah
seorang yang sibuk dan memiliki kegiatan yang padat. Rumah tinggal bagi kepala
Bank ini haruslah mampu untuk menaungi segala aktifitas keluarganya, aktifitas
pekerjaannya, nyaman, serta aman.
1
1.3 Fungsi Rumah Tinggal
Rumah tinggal yang akan dirancang ini menjadi tempat untuk beristirahat bagi
penghuninya. Rumah tinggal ini juga menjadi tempat untuk bertemunya keluarga,
melakukan segala aktifitas keluarga bersama. Rumah ini juga sebagai sebuah
perwujudan stasus social seseorang dengan lingkungan sekitarnya.
Selain untuk dapat menaungi segala aktifitas maupun kegiatan dari
penghuninya, rumah ini juga dirancang untuk dapat menyediakan tempat bagi pemilik
rumah untuk bekerja di rumah. Karena sejatinya dalam hal ini pemilik rumah adalah
seorang kepala bank Indonesia di Kota Surakarta yang memiliki kesibukan yang
cukup padat dan menjadi orang terpandang di kota tersebut. Rumah yang akan
dirancang ini diharapkan mampu menciptakan iklim yang selaras antara fungsi rumah
sebagai hunian serta sebagai tempat untuk bekerja/ menyelesaikan pekerjaan kantor di
rumah. Penyelarasan kedua aktifitas di dalam rumah tinggal tersebut juga menjadi hal
utama dalam proses perancangan kali ini. Selain itu rumah juga berfungsi sebagai
tempat berlindung dari iklim, cuaca, serta binatang buas.
1.4 Gambaran Mengenai Rumah Tinggal yang Akan Dirancang
Rumah tinggal haruslah menjadi tempat yang dapat menaungi segala aktifitas
penghuninya, mendekatkan antara satu anggota keluarga dengan yang lainnya,
menjalin intensitas hubungan keluarga dengan kreatifitas perancangan kualitas ruang
yang dihasilkan. Rumah tinggal juga harus menjadi tempat beristirahat yang nyaman
untuk beristirahat total dan tidak banyak gangguan setelah lelah melakukan aktifitas
kerja di luar. Rumah tinggal ini juga menjadi sebuah wadah yang kondusif serta
nyaman untuk bekerja di dalam rumah oleh pemiliknya. Selain akan hal tersebut,
harus adanya ruang bekerja yang dirancang sekondusif mungkin dan jauh dari
jangkauan anak-anak serta memiliki kenyamanan yang cukup untuk membuat pemilik
menjadi rileks ketika berada di dalam ruang bekerjanya ketika bekerja lembur.
2. LATAR BELAKANG
Manusia tidak pernah lepas dari segala masalah yang berhubungan dengan
tempat dimana manusia bernaung dan tinggal dalam kehidupannya sehari-hari. Bagi
2
manusia, tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar (basic need), disamping
kebutuhannya akan pangan dan sandang.
Maslow (1970) menyebutkan bahwa sesudah manusia terpenuhi kebutuhan
jasmaninya, yaitu sandang, pangan, dan kesehatan, kebutuhan akan rumah atau tempat
tinggal merupakan motivasi untuk pengembangan kehidupan yang lebih tinggi lagi.
Tempat tinggal pada dasarnya merupakan wadah bagi manusia atau keluarga dalam
melangsungkan kehidupannya. Peran tempat tinggal bagi kelangsungan kehidupan
yang dinamis sangatlah mutlak karena tempat tinggal bukan lagi sekedar tempat untuk
bernaung, tetapi juga merupakan tempat untuk melindungi diri dari kondisi alam yang
tidak selamanya menguntungkan.
Rumah ini dirancang untuk keluarga seorang kepala Bank Indonesia cabang
Kota Surakarta yang aktivitasnya cukup padat. Tidak hanya aktivitas pribadi, tetapi
juga aktivitas yang berhubungan dengan sosial. Rumah ini dibangun di era modern di
mana segala sesuatu dituntut untuk compact, instan dan cepat. Rumah yang akan
dirancang ini akan mengusung tema mediterania, dimana konsep ini akan menegaskan
serta memberikan kesan mewah bagi penghuninya dan lingkungan sekitar. Rumah
yang mengusung konsep mediterania ini merupakan cerminan dari kepribadian
pemilik rumah yang termasuk dalam golongan ekonomi menengah ke atas. Rumah
dituntut sebagai sebuah tempat yang “serba ada”, mampu menampung segala aktivitas
baik itu rumah tinggal maupun sebagai kantor dan juga harus mampu mewadahi
kegiatan sosial kemasyarakatan. Rumah Tinggal yang akan dirancang ini juga
dirancang untuk dapat mengakrabkan hubungan antara keluarga serta meningkatkan
intensitas kekeluargaan di dalamnya.
3. PERMASALAHAN
Dari segi non arsitektural
- Bagaimana merancang sebuah rumah tinggal kepala Bank Indonesia cabang kota
Surakarta ini yang mampu untuk menaungi segala aktifitas penghuni di dalamnya,
sehingga rumah tersebut menjadi rumah tinggal yang dapat memberikan
kenyamanan dan kehangatan bagi anggota keluarga, disamping profesi pemiliknya
sebagai kepala bank?
3
- Bagaimana merancang sebuah rumah yang dapat menciptakan serta
mengakbrabkan hubungan antar keluarga sehingga intensitas kekeluargaan di
dalam keluarga tersebut dapat lebih berkualitas?
- Bagaimana merancang sebuah rumah tinggal yang nyaman, aman, serta indah dan
menarik?
- Bagaimana menciptakan rumah yang akan dirancang ini mampu untuk
menciptakan iklim yang selaras antara fungsi rumah sebagai hunian serta sebagai
tempat untuk bekerja/ menyelesaikan pekerjaan kantor di rumah?
- Bagaimana merancang sebuah rumah yang juga berfungsi sebagai perwujudan
dari status sosial pemiliknya?
Dari segi arsitektural
- Bagaimana pengolahan site serta denahnya agar terjadi sebuah keserasian antara
kegiatan profesi dengan kegiatan keluarga pemilik rumah tinggal tersebut?
- Bagaimana system peruangan di dalamnya, sirkulasi, serta besaran ruang agar
rumah tersebut terlihat padu/ menyatu dengan konsep mediterania?
- Bagaimana menghadirkan sebuah keterpaduan antara unsur alami dengan konsep
mediterania?
- Bagaimana menentukan perbedaan ruang profesi/bekerja dengan ruang-ruang
untuk segala aktifitas keluarga lainnya?
- Bagaimana system struktur, serta konstruksi dan utilitas dari rumah tinggal yang
akan dirancang tersebut?
4. TUJUAN DAN SASARAN
4.1 Tujuan
Membuat serta menyusun konsep sebagai dasar dalam perancangan rumah tinggal
untuk Kepala Cabang Bank Indonesia Kota Surakarta yang serba “ada” dan
mampu untuk menampung segala aktifitas keluarga serta aktifitas yang
berhubungan dengan profesi pemiliknya serta mampu untuk meningkatkan
kualitas intensitas keakraban kekeluargaan dalam keluarga tersebut dengan
mengusung keselarasan hunian antara unsur alam dan unsur mediteranian.
4
4.2 Sasaran
Hal-hal yang ingin dicapai di dalam perancangan rumah tinggal seorang kepala
bank yakni dapat menentukan konsep mengenai :
1. Macam aktivitas
2. Hubungan ruang dengan organisasi
3. Penzooningan
4. Pemilihan site
5. Besaran ruang
6. Tata masa
7. Pengolahan tapak
8. Eksplorasi bentuk bangunan
5. METODE PEMBAHASAN
5.1 Penyajian Pola Pikir
Pembahasan mengenai beberapa proses perencanaan dan perancangan rumah
tinggal Kepala Bank Indonesia cabang Kota Surakarta ini dilakukan dengan beberapa
tahapan, yaitu:
1). Pengumpulan Data
Dalam merencanakan dan merancang sebah bangunan/ hunian dibutuhkan
berbagai macam data yang relevan. Data-data yang dibutuhkan tersebut
dibedakan menjadi:
a. Data Primer
Merupakan penyajian data pokok/utama yang dijadikan bahan dasar
dalam perencanaan dan perancangan rumah tinggal seorang Kepala Bank
Indonesia cabang Kota Surakarta.
b. Data Sekunder
Merupakan data tambahan/ pelengkap yang digunakan sebagai
pendukung. Dalam tahapan proses pengumpulan data-data tersebut hal-hal
yang perlu dilakukan adalah:
5
a). Survey
Metode survey ini bersifat kemandirian penulis yang bertujuan
untuk mendapatkan data-data yang akurat yang dibutuhkan di
lapangan.
b). Studi Literatur
Pada proses ini, perancang mencoba mencari data melalui sumber
buku-buku referensi dan situs-situs internet yang terkait dengan
judul yang diajukan.
c). Studi Komparasi
Untuk lebih mendukung obyek pembahasan selanjutnya, perancang
melalui studi banding dari obyek bangunan yang telah ada. Hal ini
dapat digunakan sebagai pembanding serta memperbanyak
pengetahuan dari kasus yang diambil dari judul.
d). Analisa Data
Dalam proses perencanaan dan perancangan rumah tinggal Kepala
Bank Indonesia cabang Kota Surakarta ini, pada tahapan analisa akan
dilakukan pengolahan data-data yang telah terkumpul dan
dikelompokkan berdasarkan pemrograman fungsional, performansi,
dan arsitektural. Analisa Fungsional bertujuan untuk mengidenifikasi
penggunaan rumah tinggal, termasuk kegiatan pengguna, kebutuhan
dan aktivitas di dalam rumah tinggal tersebut. Analisa Performansi
membahas tentang persyaratan atau kriteria persyaratan dan program
ruang dalam bangunan rumah tinggal. Analisa Arsitektural
merupakan tahap penggabungan dari hasil identifikasi kedua hasil
analisa sebelumnya (fungsional dan performansi). Dalam proses ini
akan menganalisa masalah massa, ruang, tampilan, pengolahan site,
utilitas, dan struktur bangunan yang menyatukan antara tuntutan
kebutuhan pengguna dengan persyaratan yang ada.
6
e). Konsep Perencanaan dan Perancangan
Dari proses analisa dan sintesa arsitektural akan dihasilkan beberapa
konsep yaitu konsep tampilan bangunan, konsep utilitas, serta konsep
struktur bangunan.
5.2 Penyajian Data Fisik dan Non Fisik
Data yang dibutuhkan dikumpulkan melalui observasi (tinjauan langsung ke
lokasi objek), ditambah dengan dilakukannya wawancara yang sesuai dengan tujuan
dan sasaran yang akan diperlukan. Selain itu juga menjadi bahan literatur yang
menunjang teori-teori tentag objek yang dibahas (studi literatur).
Data tersebut dibagi dan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu data fisik dan
non fisik.
1. Data fisik, meliputi lokasi site, ukuran site, denah peruangan, bentuk atau tampak
bangunan, potongan, interior atau eksterior, utilitas, struktur dan konstruksi, material
bahan dan sebagainya.
2. Data non fisik, meliputi aktivitas user, jenis kelamin, pekerjaan, karekteristik, umur,
latar belakang, religi, dan sebagainya.
7
BAB II
TINJAUAN TEORI
Rumah tinggal sejatinya adalah bangunan yang dipergunakan/ditinggali dalam
jangka waktu tertentu. Dengan pengertian demikian, maka disini perlu dirancang
sebuah hunian yang dapat menciptakan pemiliknya menjadi nyaman, aman, dan
merasa rileks ketika berada di dalam hunian pribadinya.
Kenyamanan yang akan ditimbulkan tersebut diwujudkan dengan penerapan
konsep mediterania pada perancangan hunian tempat tinggal seorang kepala bank
Indonesia cabang kota Surakarta ini. Banyak hal yang akan dilakukan dalam proses
perancangan desain hunian kali ini. Dengan berkiblat pada konsep mediterania ini
diharapkan akan dihadirkan serta diciptakan sebuah hunian yang berbeda dengan
hunian lainnya.
Sejatinya hunian yang berhasil baik secara desain maupun secara fungsional
serta kenyamanan adalah hunian yang menyesuaikan dengan lokasi di mana hunian
tersebut berdiri. Hunian selayaknya didesain selaras dengan kondisi lingkungan
sekitar. Dengan demikian keadaan iklim di Indonesia yang beriklim tropis ini, juga
mendukung konsep perencanaan rumah tinggal kepala bank Indonesia cabang Kota
Surakarta ini.
Perancangan pada hunian kali ini juga ikut memperhatikan dari segi profesi
pemilik rumah tinggal ini sebagai seorang sosok yang cukup memiliki serta mendapat
perhatian khusus di daerahnya. Oleh karena itu penggabungan antara kegiatan yang
berhubungan dengan profesi pemilik dengan pelaksanaan kegiatan-kegiatan para
penghuni rumah tinggal yang lainnya sangatlah perlu dilakukan, agar tetap menjalin
intensitas hubungan keluarga dengan kreativitas perancangan kualitas ruang yang
dihasilkan.
Bentuk dasar dari rumah tinggal Mediterania ini dapat diketahui bahwa bentuk
pada bangunan tersebut merupakan bentuk bangunan hasil dari penyesuaian dengan
keadaan lingkungan serta iklim dan keadaan geografis pada negara – negara di sekitar
laut Mediterania seperti negara – negara kawasan Eropa selatan. Seperti telah
diketahui sebelumnya, bahwa keadaan geografis, iklim serta budaya pada masing –
8
masing kawasan di sekitar pesisir laut Mediterania sangat berpengaruh pada bentukan
arsitektur Mediterania sendiri. Dari segi arsitektur, ada dua hal yang menonjol pada
gaya bangunan di Laut Mediterania, yaitu perpaduan antara budaya Barat dan Timur
serta gaya bangunan yang khas yang berlokasi di kawasan pesisir, yang dikelilingi
pulau - pulau. Secara keseluruhan bangunan bergaya Mediterania menciptakan kesan
hangat, kokoh, tetapi tetap dinamis.
Bangunan Mediterania memiliki ciri – ciri khusus pada elemennya, seperti :
a. Kolom
Kolom pendukung yang sering digunakan adalah kolom yang terbuat dari
batubata, sebagai bagian dari kolonade biasanya mengelilingi patio, kolom
satu dengan yang lain dihubungkan dengan balok berbentuk semi sirkular
(arches) dilengkapi dengan mahkota dan alas kolom sederhana.
b. Atap
Bentuk atap yang biasa digunakan adalah bentuk atap pelana, meskipun
disana-sini ditemukan bentuk atap perisai. Dan kebanyakan bangunan
menggunakan tritisan yang dalam (deep eaves). Genteng yang menutup
bagian atas listplank masih menyisakan listplank dibagian bawahnya.
c. Dinding
Bahan dinding yang menjadi ciri khas bangunan Mediterania adalah tanah
liat yang dibakar (adobe), yang tiap kali disegarkan kembali dengan
dicampur cat kapur (whitewasher). Di Amerika dinding batubata yang
dibakar merupakan bahan bangunan pilihan dan penggunaan batu alam
lebih banyak dipakai (terutama Mexico, Texas, California, dan juga New
York).
Penggunaan bahan-bahan alam diselesaikan tanpa finishing. Apabila
dinding tersebut diselesaikan, maka plesteran dibuat tidak rata sehingga
menimbulkan karakter tekstur yang kasar. Karakter dinding yang berat
hadir dengan adanya konstruksi dinding tebal.Pada awalnya bangunan
bergaya arsitektur Mediterania, memiliki citra polos dan sederhana. Ada
yang menyebut bangunan asal Spanyol ini berwajah bleak and blare.
d. Jendela
Jendela-jendela biasanya berukuran relatif kecil dan berbentuk persegi
panjang atau kotak-kotak kecil. Kadang-kadang dengan ujung bagian atas
berbentuk lengkungan. Jendela biasanya dilengkapi dengan kisi-kisi yang
9
terbuat dari kayu atau besi tempa. Angin-angin yang berbentuk lingkaran
banyak juga menjadi bagian dari penampilan wajah bangunan berarsitektur
Mediterania
e. Pintu masuk utama
Pintu masuk utama (doorway) memiliki bentukan terutama karena
pengaruh-pengaruh Bizantium, Spanish Gotthic dan bentuk pintu masuk
yang paling sering digunakan adalah bentuk Spanish Renaissance.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa pintu masuk utama
berbentuk persegi empat biasa dengan angin-angin berbentuk semi-sirkular
atau persegi empat. lukisan. Bingkai atau frame pada lubang pintu ini tidak
hanya pada pintu masuk utama saja, tetapi berlaku untuk semua pintu dan
bahkan jendela.
f. Balkon
Balkon tipe continous biasanya ditemukan pada bagian patios atau courts,
balkon ini biasanya digunakan untuk koridor terbuka yang menghubungkan
dua sayap bangunan.
Tentunya tidak hanya dibutuhkan mengenai konsep yang matang saja dalam
proses perancangan rumah tinggal seorang kepala bank ini, namun juga dibutuhkan
kepahaman seorang arsitek mengenai teori-teori dasar dalam perancangan sebuah
bangunan. Sehingga keselarasan dan kepaduan mengenai kemenarikan konsep dan
kesesuaian perancangan bangunan tersebut dengan teori-teori yang telah ada, akan
mengantarkan kepada hasil yang memuaskan serta menakjubkan bagi arsitek
(perancang) dan juga bagi pemilik rumah tersebut.
Teori-teori dasar dalam perancangan dalam rumah tinggal kali ini dapat
dimulai dalam sebuah konteks terkecil pada sebuah bangunan, yaitu ruang. Ruang
dalam arsitektur menjadi hal yang sangatlah penting karena perwujudan nyata dari
arsitektur adalah ruang. Ruang bukan hanya sesuatu yang memiliki batasan fisik,
namun juga dapat berupa batasan secara visual.
Dalam sebuah buku yang ditulis oleh Francis D.K ching, kita banyak dilatih
untuk lebih peka terhadap kehadiran ruang. Hal ini sangatlah ditekankan karena
seperti pada paragraf sebelumnya yaitu ruang adalah hal pokok dalam sebuah
perwujudan arsitektur. Secara sederhana juga, dalam hal ini penulis juga melatih kita
dengan mengamati dan melihat perhatian pada sebuah figur. Setelah itu kita
10
memfokuskan segala perhatian serta pandangan kita tertuju pada figur tersebut.
Dengan perlahan kita mencoba untuk bergeser dan mengalihkan pandangan ke daerah
yang lainnya yang terdapat di sekitar fokus figur kita yang pertama tadi. Dengan
demikian, kita dapat memahami perbedaan yang signifikan terhadap figur yang kita
amati dengan lingkungan sekitar. Perbedaan dengan batas-batas tertentu itu bisa
disebut dengan ruang, walaupun tidak dibatasi dengan sesuatu yang bersifat fisik.
Namun tidak hanya asal saja kita bisa menyebut suatu hal itu ruang. Ruang
tetap memiliki unsur, serta batasan-batasan kenapa sesuatu hal itu bisa disebut dengan
ruang. Unsur pembentuk ruang itu sendiri adalah berupa bidang bawah, bidang atas,
serta unsur vertikal yang melingkupi bidang tersebut. Kembali kepada penjelasan di
atas yang menyatakan bahwa unsur-unsur itu tidak harus berupa sesuatu yang konkret
secara fisik saja. Seperti kolom, dinding, atap, dan lain sebagainya.
Tentunya jika ruang tidak hanya bisa terbentuk dengan batasan fisik saja, pasti
ruang juga bisa terbentuk dari batasan non fisik atau yang lebih dikenal dengan unsur
imajiner. Unsur-unsur tersebut dapat berupa bayangan, suara, bau, dan lain
sebagainya. Setelah kita telah mengetahui batasan, serta unsur-unsur pembentuk
ruang, maka kita diharapkan untuk bisa menciptakan sebuah ruang yang berkualitas
dan berbeda serta memiliki kemenarikan tersendiri. Keasahan kita mengenai ruang
akan terus diasah dan dipertajam lagi dalam buku karya Francis D.K Ching ini.
Selain ruang, berlanjut lebih dalam lagi mengenai konsep dasar dalam
perancangan sebuah bangunan yaitu mengenai hubungan-hubungan antara ruang satu
dengan ruangan yang lain. Hal ini juga perlu diperhatikan, karena jika kita tidak
memperhatikan serta mempertimbangkan mengenai hubungan antar ruang, maka
denah dalam perancangan kita tersebut tidak akan ditemui sebuah kejelasan, dan
kesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini, hubungan antar ruang
dapat berupa ruang dalam ruang, ruang bersebelahan, ruang yang saling berkaitan,
serta ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama. Hubungan yang terjadi tersebut
bisa menyebabkan hubungan antar ruang menjadi dikuatkan, mengaburkan bahkan
ada yang saling berjalan beriringan.
Setelah kita mengetahui tentang hubungan-hubungan ruang, kita juga patut
untuk mengetahui mengenai organisasi-organisasi yang dimiliki oleh ruang. Dalam
hal ini tidak hanya bentuk saja yang memiliki organisasi, ruangpun di dalam dunia
arsitektur juga mengenal adanya organisasi, atau yang lebih dikenal dengan organisasi
ruang. Organisasi tersebut berupa organisasi linier, grid, cluster, terpusat serta radial.
11
Organisasi ruang ini tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, hanya berbeda pada
pengaplikasiaanya, yaitu pada ruang dalam sebuah desain atau bangunan. Dalam buku
ini penulis juga menyajikan banyak contoh dalam penggolongan organisasi ruang,
sehingga indra kita lebih terlatih dan lebih peka untuk mengidentifikasi maupun
merancang sebuah ruang dengan organisasi tertentu.
Ulasan-ulasan di atas hanyalah sekelumit ilmu tentang bagaimana mendesain
sebuah bangunan agar tercipta sebuah kepaduan antar ruang yang ada di dalamnya,
keselarasan, serta kemenarikan tersendiri. Namun ada hal lain yang patut untuk
diperhatikan juga dalam proses perancangan bangunan, selain hal-hal yang disebutkan
di atas. Hal tersebut yaitu berupa strategi desain yang kita terapkan dalam bangunan
kita, agar tercipta sebuah kenyaman thermal pada bangunan rancangan kita tersebut.
Karena sejatinya iklim di Indonesia yang tropis ini juga menghendaki kita untuk dapat
membuat sebuah inovasi baru yang dapat mengatasi permasalahan iklim yang ada di
negara ini.
Secara geografis Indonesia berada dalam garis khatulistiwa atau tropis, namun
secara thermis (suhu) tidak semua wilayah Indonesia merupakan daerah tropis.
Daerah tropis menurut pengukuran suhu adalah daerah tropis dengan suhu rata-rata
20oC, sedangkan rata-rata suhu di wilayah Indonesia umumnya dapat mencapai 35oC
dengan tingkat kelembaban yang tinggi, dapat mencapai 85% (iklim tropis panas
lembab). Keadaan ini terjadi antara lain akibat posisi Indonesia yang berada pada
pertemuan dua iklim ekstrim (akibat posisi antara 2 benua dan 2 samudra),
perbandingan luas daratan dan lautannya, dan lain-lain. Kondisi ini kurang
menguntungkan bagi manusia dalam melakukan aktifitasnya sebab produktifitas kerja
manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman
seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas. Suhu nyaman thermal untuk orang
Indonesia berada pada rentang suhu 22,8°C - 25,8°C dengan kelembaban 70%.
Langkah yang paling mudah untuk mengakomodasi kenyamanan tersebut adalah
dengan melakukan pengkondisian secara mekanis (penggunaan AC) di dalam
bangunan yang berdampak pada bertambahnya penggunaan energi (listrik). Cara yang
paling murah memperoleh kenyamanan thermal adalah secara alamiah melalui
pendekatan arsitektur, yaitu merancang bangunan dengan mempertimbangkan
orientasi terhadap matahari dan arah angin, pemanfaatan elemen arsitektur dan
material bangunan, serta pemanfaatan elemen-elemen lansekap.
12
Indonesia mempunyai iklim tropis dengan karakteristik kelembaban udara
yang tinggi (dapat mencapai angka 80%), suhu udara relatif tinggi (dapat mencapai
hingga 35_C), serta radiasi matahari yang menyengat serta mengganggu. Yang
menjadi persoalan adalah bagaimana menciptakan kenyamanan termal dalam
bangunan dalam kondisi iklim tropis panas lembab seperti di atas.
Idealnya, sebuah bangunan mempunyai nilai estetis, yang berfungsi
sebagaimana tujuan bangunan tersebut dirancang, memberikan rasa ‘aman’ (dari
gangguan alam dan manusia/makhluk lain), serta memberikan ‘kenyamanan’. Berada
di dalam bangunan kita berharap tidak merasa kepanasan, tidak merasa kegelapan
akibat kurangnya cahaya, dan tidak merasakan bising yang berlebihan. Setiap
bangunan diharapkan dapat memberikan kenyamanan ‘termal’, ‘visual’ dan ‘audio’.
Pengkondisian lingkungan di dalam bangunan secara arsitektural dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan perletakan bangunan (orientasi bangunan
terhadap matahari dan angin), pemanfaatan elemen-elemen arsitektur dan lansekap
serta pemakaian material/bahan bangunan yang sesuai dengan karakter iklim tropis
panas lembab. Melalui ke-empat hal di atas, temperatur di dalam ruangan dapat
diturunkan beberapa derajat tanpa bantuan peralatan mekanis. Hal- hal tersebut
menjadi hal yang perlu diperhatikan juga dalam proses perancangan, karena akan
mempengaruhi kenyamanan penghuni dalam rumah/ bangunan tersbut.
Hal pertama yaitu mengenai orientasi bangunan terhadap matahari. Orientasi
bangunan terhadap matahari akan menentukan besarnya radiasi matahari yang
diterima bangunan. Semakin luas bidang yang menerima radiasi matahari secara
langsung, semakin besar juga panas yang diterima bangunan. Dengan demikian,
bagian bidang bangunan yang terluas (mis: bangunan yang bentuknya memanjang)
sebaiknya mempunyai orientasi ke arah Utara-Selatan sehingga sisi bangunan yang
pendek, (menghadap Timur – Barat) yang menerima radiasi matahari langsung.
Kemudian menginjak ke hal kedua yaitu mengenai orientasi bangunan
terhadap angin. Kecepatan angin di daerah iklim tropis panas lembab umumnya
rendah. Angin dibutuhkan untuk keperluan ventilasi (untuk kesehatan dan
kenyamanan penghuni di dalam bangunan). Ventilasi adalah proses dimana udara
‘bersih’ (udara luar), masuk (dengan sengaja) ke dalam ruang dan sekaligus
mendorong udara kotor di dalam ruang ke luar. Ventilasi dibutuhkan untuk keperluan
oksigen bagi metabolisme tubuh, menghalau polusi udara sebagai hasil proses
metabolisme tubuh (CO2 dan bau) dan kegiatan-kegiatan di dalam bangunan. Untuk
13
kenyamanan, ventilasi berguna dalam proses pendinginan udara dan pencegahan
peningkatan kelembaban udara (khususnya di daerah tropika basah), terutama untuk
bangunan rumah tinggal. Kebutuhan terhadap ventilasi tergantung pada jumlah
manusia serta fungsi bangunan.
Posisi bangunan yang melintang terhadap angin primer sangat dibutuhkan
untuk pendinginan suhu udara. Jenis, ukuran, dan posisi lobang jendela pada sisi atas
dan bawah bangunan dapat meningkatkan efek ventilasi silang (pergerakan udara) di
dalam ruang sehingga penggantian udara panas di dalam ruang dan peningkatan
kelembaban udara dapat dihindari.
Jarang sekali terjadi orientasi bangunan yang baik terhadap matahari sekaligus
arah angin primer. Penelitian menunjukkan, jika harus memilih (untuk daerah tropika
basah seperti Indonesia), posisi bangunan yang melintang terhadap arah angin primer
lebih dibutuhkan dari pada perlindungan terhadap radiasi matahari sebab panas radiasi
dapat dihalau oleh angin yang berhembus. Kecepatan angin yang nikmat dalam
ruangan adalah 0,1 – 0,15 m/detik. Besarnya laju aliran udara tergantung pada:
- Kecepatan angin bebas
- Arah angin terhadap lubang ventilasi
- Luas lubang ventilasi
- Jarak antara lubang udara masuk dan keluar
- Penghalang di dalam ruangan yang menghalangi udara
Pola aliran udara yang melewati ruang tergantung pada lokasi inlet (lobang
masuk) udara dan shading devices yang digunakan di bagian luar. Secara umum,
posisi outlet tidak akan mempengaruhi pola aliran udara. Untuk menambah kecepatan
udara terutama pada saat panas, bagian inlet udara ditempatkan di bagian atas , luas
outlet sama atau lebih besar dari inlet dan tidak ada perabot yang menghalangi
gerakan udara di dalam ruang. Gerakan udara harus diarahkan ke ruang ruang yang
membutuhkan atau ruang keluarga.
Bukaan jendela (Jalousie atau louvered akan membantu udara langsung ke
tempat-tempat yang membutuhkan. Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan
langit-langit (khususnya bangunan rendah) sangat perlu agar tidak terjadi akumulasi
panas pada ruang tersebut. Panas yang terkumpul pada ruang ini akan ditransmisikan
ke ruang di bawah langit-langit tersebut. Ventilasi atap sangat berarti untuk mencapai
suhu ruang yang rendah.
14
Ventilasi yang baik adalah yang berjalan alamiah. Jika ventilasi alamiah tidak
dapat berjalan lancar, maka barulah dibutuhkan ventilasi dengan pertolongan alat.
Prinsip ventilasi adalah udara mengalir dengan sendirinya dari bagian-bagiannya yang
bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Perbedaan tekanan dapat dicapai
oleh perbedaan suhu yang horizontal menimbulkan perbedaan tekanan dan vertikal
menimbulkan perbedaan berat jenis. Ventilasi horizontal disebabkan oleh arus angin
yang datang horizontal dari pihak sumber angin. Gejala ini bisa timbul bagus, bila ada
sisi rumah yang sengaja kita buat relatif lebih panas dan ada pihak lain yang sejuk.
Berikut ilustrasinya :
Gambar 1. Skema aliran angin di sekitar bangunan
Pada bukaan-bukaan yang kita rancang dalam sebuah bangunan, hendaklah kita
menerapkannya dengan sistem croos ventilation ( ventilasi silang). Di mana hal ini
akan sangat memungkinkan penghawaan dalam sebuah ruang/ bangunan menjadi
lebih lancar, sehingga akan menjadikan udara yang ada menjadi lebih sejuk karena
penerapan cross ventilation ini.
15
Gambar 2 : Skema ventilasi silang
Gambar 3 : Skema ventilasi silang pada rumah / bangunan bertingkat
Dalam ilustrasi tersebut terlihat jelas jika penghawaan dan pertukaran udara
dalam ruangan yang menerapkan sistem cross ventilation akan lebih sejuk daripada
ruangan / bangunan yang tidak menerapkan sistem ini. Dalam gambar tersebut juga
dapat kita lihat adanya pertukaran udara yang terus berputar dan tidak ada yang
memutar atau berhenti dalam ruangan saja. Hal ini tentunya memberikan efek positif
bagi penghawaan serta sirkulasi udara dalam sebuah ruangan/ bangunan.
16
Selain mengatur letak serta penggunaan ventilasi dalam sebuah bangunan, kita
juga bisa memberikan alternatif lain untuk mencapai sebuah kenyamanan thermal
pada sebuah bangunan. Yaitu dengan menggunakan elemen-elemen arsitektur
tambahan. Seperti elemen arsitektur yang digunakan untuk melindungi dari sinar
matahari.
Apabila posisi bangunan pada arah Timur dan Barat tidak dapat dihindari,
maka pandangan bebas melalui jendela pada sisi ini harus dihindari karena radiasi
panas yang langsung masuk ke dalam bangunan (melalui bukaan/kaca) akan
memanaskan ruang dan menaikkan suhu/temperatur udara dalam ruang. Di samping
itu efek silau yang muncul pada saat sudut matahari rendah juga sangat mengganggu.
Gambar di bawah adalah elemen arsitektur yang sering digunakan sebagai pelindung
terhadap radiasi matahari (solar shading devices).
Gambar 4 : Elemen arsitektur pelindung dari sinar matahari
Elemen-elemen arsitektur tersebut merupakan salah satu cara untuk
menghalau datangnya sinar matahari, sehingga kenyamanan thermal dalam sebuah
bangunan dapat terwujud. Selain menggunakan elemen-elemen arsitektur, kita juga
bisa memanfaatkan vegetasi yang ada di sekitar bangunan, untuk memberikan
kenyamanan thermal secara alami.
Keberadaan pohon secara langsung/tidak langsung akan menurunkan suhu
udara di sekitarnya, karena radiasi matahari akan diserap oleh daun untuk proses
fotosintesa dan penguapan. Efek bayangan oleh vegetasi akan menghalangi
pemanasan permukaan bangunan dan tanah di bawahnya. Lippsmeier memperlihatkan
suatu hasil penelitian di Afrika selatan, pada ketinggian 1m di atas permukaan
perkerasan (beton) menunjukkan suhu yang lebih tinggi sekitar 4°C dibandingkan
17
suhu pada ketinggian yang sama di atas permukaan rumput. Perbedaan ini menjadi
sekitar 5°C apabila rumput tersebut terlindung dari radiasi matahari.
Gambar 5 : Skema pohon yang berjarak 1,5 meter dari bangunan
Gambar 6 : Skema pohon yang berjarak 3 meter dari bangunan
Gambar 7 : Skema pojon yang berjarak 9 meter dari bangunan
Dari ilustrasi di atas dapat kita ketahui bahwa penempatan pohon ( vegetasi )
juga akan mempengaruhi datangnya angin yang memasuki bangunan kita. Karena
itulah kita dapat memanfaatkan letak dari sebuah vegetasi untuk mendapatkan
kenyamanan alami dalam sebuah bangunan.
Selain hal-hal di atas kita juga dapat mendapatkan suatu kenyaman dalam
sebuah bangunan dengan memperhatikan material bangunan yang kita gunakan. Ini
berfungsi agar pengaplikasian material yang kita inginkan tidak salah tempat, dan
tidak salah dalam penggunaan. Kadang material yang dirasa bagus, tidak pas kita
18
terapkan pada desain bangunan kita, mengingat letak, fungsi dari material tersebut
bisa membuat kondisi dalam bangunan menjadi tidak nyaman. Itulah mengapa
pemilihan material bangunan juga sangatlah diperhatikan untuk mendapatkan
kenyaman dalam sebuah hunian atau bangunan.
Dapat disimpulkan juga, kondisi ideal yang harus dibuat untuk menciptakan
bangunan nyaman secara termal adalah sebagai berikut:
- Teritis atap/Overhang cukup lebar
- Selubung bangunan (atap dan dinding) berwarna muda (memantulkan cahaya)
- Terjadi Ventilasi Silang
- Bidang –bidang atap dan dinding mendapat bayangan cukup baik
- Penyinaran langsung dari matahari dihalangi (menggunakan solar shading devices)
untuk menghalangi panas dan silau.
Berikut ilustrasinya :
Gambar 8 : Ilustrasi pencapaian kenyamanan dalam sebuah hunian
19
BAB III
DATA DAN INFORMASI
III.1 DATA LOKASI DAN SITE
III.1.1 LOKASI
Lokasi pemilihan site kali ini berada di daerah Sumber, tepatnya di Jalan Kahuripan
Utara Raya, Sumber, Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Luasan site yang terpilih adalah
700m2, dengan ukuan 20m x 35m. Berikut sketsa situasi lokasi site terpilih.
20
III.1.2 KONDISI SITE
Dalam observasi dan peninjauan lokasi site terpilih, keadaan lingkungan yang berada
di kawasan sekitar site adalah :
1. Keadaan lingkungan terlihat sepi
2. Lokasi berada di samping SMP IT Nur Hidayah
3. Masih jarang kendaraan yang berlalulalang di depan atau di sekitar lokasi site
4. Penghawaan yang cukup sejuk karena lingkungan di sekitar lokasi site masih
banyak vegetasi dan banyak lahan kosong yang digunakan untuk persawahan
Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai keadaan site terpilih :
21
POTONGAN A-A’
POTONGAN B-B’
III. 2 STUDI PENGGUNA RUMAH TINGGAL
III.2.1 Pengguna / User
Dalam rumah tinggal yang akan direncanakan tersebut memiliki 5 orang penghuni/
pengguna. Pengguna dalam rumah tinggal tersebut adalah :
1. Ayah (Pemilik rumah tinggal sekaligus Kepala Bank)
Berprofesi sebagai Kepala Bank cabang Kota yang mempunyai hobi membaca
literatur ekonomi dan berolah raga. Menyukai rumah yang jauh dari kebisingan.
2. Ibu (Istri dari pemilik rumah)
Berprofesi sebagai seorang ekonom dengan hobi membaca buku masakan,
bercocok taman. Menyukai rumah yang terlihat megah atau bernuansa klasik.
3. Anak perempuan
Sekarang sedang duduk dibangku kuliah semester III. Mempunyai hobi membaca
buku pengetahuan umum.
22
4. Anak laki-laki
Sekarang sedang duduk dibangku SMA kelas XI. Mempunyai hobi membaca
buku dan bermain game online.
5. Pembantu
Sudah bekerja sejak anak pertama duduk dibangku taman kanak-kanak.
III.2.2 Tabel Aktivitas
PENGGUNA AKTIVITAS WAKTU
AYAH Bangun tidur 04.00
Sholat 04.30(5 X 1 hari)
Mandi 06.30
Sarapan 07.00
Persiapan kerja 07.00-08.00
Parkir mobil 08.00
Berangkat kerja 08.00
Pulang kerja 15.30
Rapat dengan staff 15.30 (1x seminggu)
Mandi 15.30
Santai 16.00
Istirahat / kumpul keluarga 16.00
Membaca Pagi,siang, sore, malam
Menerima tamu Sewaktu-waktu
Sholat + Qiro’ah 18.00-19.00
Makan 19.00
Membaca 19.30
Bekerja 20.00
Tidur 22.00
23
PENGGUNA AKTIVITAS WAKTU
IBU Bangun tidur 04.00
Sholat 04.30(5 X 1 hari)
Memasak 05.30
Mandi 06.30
Sarapan 07.00
Persiapan kerja 07.00-08.00
Parkir mobil 08.00
Berangkat kerja 08.00
Pulang kerja 15.30
Mandi 15.30
Santai 16.00
Istirahat / kumpul keluarga 16.00
Membaca Pagi, siang, sore, malam
Memasak 17.00
Sholat + Qiro’ah 18.00-19.00
Makan 19.00
Membaca 19.30
Bekerja 20.00
Tidur 22.00
ANAK
PEREMPUAN
Bangun tidur 04.00
Sholat 04.30 (5 X 1 hari)
Mandi 05.30
Sarapan 06.00
Persiapan kuliah 06.00-07.00
Parkir 07.00Berangkat kuliah 06.30
Pulang kuliah 15.00
24
Santai 16.00
Istirahat/kumpul keluarga 16.00
Membaca buku 16.00
Mandi 15.30
Sholat + Qiro’ah 18.00-19.00
Makan 19.00
Belajar 20.00
Tidur 22.00
ANAK LAKI-
LAKI
Bangun tidur 04.00
Sholat 04.30 (5 X 1 hari)
Mandi 05.30
Sarapan 06.00
Persiapan sekolah 06.00-06.30
Parkir 06.30
Berangkat sekolah 06.30
Pulang sekolah 14.00
Istirahat 14.00
Makan 14.15
Tidur siang 14.30
Santai 16.00
Istirahat/kumpul keluarga 16.00
Membaca buku 16.00
Main computer Sore, malam
Mandi 15.30
Sholat + Qiro’ah 18.00-19.00
Makan 19.00
Belajar 20.00Tidur 22.00
25
PEMBANTU Bangun tidur 04.00
Sholat 04.30(5 X 1 hari)
Mencuci baju 05.45
Menjemur 06.00
Memasak 07.00
Sarapan 07.30
Mencuci piring 08.00
Membersihkan pekarangan 09.00
Bersih-bersih rumah 11.00
Memasak 12.15
Makan 13.00
Bersih-bersih ruang makan 13.30
Mencuci piring 14.00
Istirahat 15.00
Menyetrika baju 16.00
Membersihkan pekarangan 17.00
Memasak 18.00-19.00
Sholat + Qiro’ah 19.00
Makan 19.30
Mencuci piring 20.00
Membersihkan rumah Pagi, siang, sore, malam
Tidur 22.00
TAMU/
RELASI
Datang bertamu Pagi, siang, sore, malam
Berbincang-bincang 16.00
Istirahat / bersantai 16.30
Mandi 18.00-19.00Sholat + Qiro’ah 19.00
26
Makan 19.30
Membaca 20.00
Tidur 22.00
27
BAB IV
ANALISIS
IV.1 PERSYARATAN RUANG
1. TERAS
Persyaratan ruang yang diperlukan pada teras yaitu memerlukan sinar matahari yang
cukup ketika matahari terbit, pada malam hari teras juga membutuhkan cahaya
buatan yang cukup. Penghawaan di teras juga perlu dan membutuhkan view dengan
tingkat kebisingan yang cukup.
2. RUANG TAMU
Persyaratan ruang yang diperlukan pada ruang tamu yaitu memerlukan sinar
matahari yang cukup dan memerrlukan cahaya buatan dimalam hari. Penghawaan di
ruang tamu juga diperlukan dengan adanya view yang terlihat yang memilikki
tingkat kebisingan yang cukup.
3. RUANG KERJA
Pada ruang kerja memerlukan persyaratan ruang dengan sinar matahari pagi yang
cukup dan cahaya buatan pada malam hari sangat diperlukan karena kebutuhan
aktivitas untuk bekerja. Pada tingkat kualitas penghawaan juga sangat diperlukan dan
memiliki view yang cukup, ruang ini bersifat semi publik.
4. KAMAR TAMU
Persyaratan ruang pada kamar tamu memerlukan sinar matahari pagi yang cukup dan
dibutuhkan cahaya buatan pada malam hari sangat diperlukan. Tingkat penghawaan
sangat diperlukan pada kamar tamu dan memiliki view yang cukup.
5. KAMAR MANDI TAMU/ UMUM
Pada ruang ini diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan malam yang cukup.
Penghawaan sedikit diperlukan pada kamar mandi untuk sirkulasi udara dan tidak
memerlukan view pada kamar mandi.
28
6. MUSHOLA
Persyaratan ruang yang diperlukan yaitu sinar matahari dan cahaya buatan dimalam
hari yang cukup. Penghawaan pada mushola diperlukan agar mushola tidak pengap.
Pada mushola tidak memerlukan view dan tingkat kebisingan sangat diminimalisir
karena untuk menjaga kekusyukan saat beribadah.
7. GAZEBO
Pada ruang ini sinar matahari pagi tidak diperlukan sedangkan cahaya buatan
diperlukan pada malam hari. Ruang ini bersifat terbuka dan sirkulasi udara sudah
baik untuk kriteria penghawaan.
8. TAMAN
Pada ruang ini sinar matahari diperlukan untuk fotosintesa tumbuhan. Cahaya buatan
juga diperlukan pada malam hari.
9. RUANG TANGGA
Persyaratan ruang pada ruang tangga diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan
yang cukup. Tingkat penghawaan dan view juga cukup dibutuhkan dengan tingkat
kebisingan yang rendah.
10. KAMAR TIDUR UTAMA
Pada kamar tidur anak diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan yang cukup.
Penghawaan juga cukup diperlukan untuk sirkulasi udara dan memiliki view yang
baik dengan tingkat kebisingan yang rendah.
11. KAMAR TIDUR ANAK
Pada kamar tidur anak diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan yang cukup.
Penghawaan juga cukup diperlukan untuk sirkulasi udara dan memiliki view yang
baik dengan tingkat kebisingan yang rendah.
29
12. RUANG KELUARGA
Pada ruang keluarga dibutuhkan sinar matahari dan cahaya buatan yang cukup.
Penghawaan sangat diperlukan pada ruang ini, sebaiknya view di ruang keluarga
tetap ada dengan tingkat kebisingan yang cukup.
13. RUANG DUDUK + BACA LT.2
Ruang duduk memerlukan sinar matahari yang cukup, sedangkan pada cahaya
buatan pada malam hari sangat diperlukan yang berkaitan dengan fungsinya.
Penghawaan juga sangat diperlukan dan view pun diperlukan pada ruang ini dengan
tidak adanya kebisingan di sekitar ruang karena untuk menjaga ketenangan dalam
membaca.
14. RUANG MAKAN
Persyaratan ruang pada ruang makan diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan.
Pada penghawaan juga diperlukan pada ruang ini namun view dan kebisingan tidak
begitu diperlukan.
15. CARPORT
Pada carport, sinar matahari dan cahaya buatan cukup diperlukan keadaannya.
Penghawaan tidak begitu diperlukan karena ruang yang bersifat terbuka.
16. GARASI
Pada garasi, sinar matahari dan cahaya buatan cukup diperlukan keadaannya.
Penghawaan cukup diperlukan untuk sirkulasi udara karena ruang yang bersifat
tertutup.
17. DAPUR
Persyaratan pada ruang ini, cukup diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan.
Penghawaan diperlukan untuk sirkulasi udara karena ruang yang berfungsi untuk
memasak.
30
U
18. PANTRY
Pada pantry, diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan yang cukup. Tingkat
penghawaan yang cukup diperlukan untuk sirkulasi udara karena ruang yang
berfungsi untuk menyajikan makanan dan minuman.
19. KAMAR TIDUR PEMBANTU
Pada kamar tidur pembantu diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan yang
cukup. Penghawaan juga cukup diperlukan untuk sirkulasi udara dan memiliki view
yang baik.
20. KAMAR MANDI / WC PEMBANTU
Pada ruang ini diperlukan sinar matahari dan cahaya buatan malam yang cukup.
Penghawaan sedikit diperlukan pada kamar mandi untuk sirkulasi udara dan tidak
memerlukan view pada kamar mandi.
21. TEMPAT CUCI + JEMUR
Tempat cuci dan jemur sangat memerlukan sinar matahari karena terkait dengan
fungsinya untuk menjemur, sdangkan cahaya buatan pada malam hari cukup
diperlukan. Penghawaan yang berlebih tidak begitu diperlukan.
IV.2 ANALISIS TAPAK DAN RESPON TAPAK PADA SITE TERPILIH
1. Zone terhadap Pengelompokan Kegiatan dan Hirarki Ruang
Pada sisi utara tapak sesuai dengan aktivitas user digunakan sebagai zone publik
kemudian diikuti dengan zone semi publik. Untuk aktivitas istirahat user diletakkan zone
private setelah zone semi publik. Sebagai pelayanan terhadap user diletakkan zone
service di site di sisi timur site.
31
PUBLIK
SERVIS
SEMI PRIVATE
PRIVATE
U
Jalan Kahuripan Utara Raya, Sumber
SEMI PUBLIK
PUBLIK
SERVICE
PRIVATE
U
2. Zone terhadap Kebisingan
Sisi utara tapak mempunyai tingkat kebisingan yang tinggi karena merupakan jalur
utama yang dilewati kendaraan. Pada gambar zone tingkat bising pada difungsikan
sebagai zona publik dan semi public di mana menjadi area sirkulasi tuan rumah dan
tamu. Zona tenang difungsikan sebagai zona private dan service dengan tingkat
kebisingan yang lebih rendah dan zona agak tenang difungsikan sebagai zona privat
dengan tingkat kebisingan minimal sebagai tempat istirahat.
3. Zone terhadap Pencapaian
Dalam pencapaian sebuah hunian sebaiknya ruang publik diletakkan dibagian paling
depan karena sebagai sirkulasi user dan kawan dari user. Selanjutnya diikuti oleh zone
semi publik yang terletak setelah zone public, karena pada zone ini ruang bersifat tidak
umum. Sebagai hunian / tempat istirahat pemilik / user diberikan zone private yang
terletak setelah zone semi publik, agar user lebih tenang dalam beristirahat. Sebagai
pelayanan user zone service diletakkan pada site paling belakang.
32
Jalan Kahuripan Utara Raya, Sumber
BISING
TENANG
AGAK TENANG
4. Zone terpilih
Sesuai dengan analisa pada zone aktivitas, kebisingan, dan pencapaian telah terpilih
zone yang baik sebagai rumah hunian. Berurutan dari yang dekat dengan jalan yaitu zone
publik, semi publik, private, dan semi private.
33