gabungan proposal fin

Upload: shops-kiki

Post on 20-Jul-2015

42 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I Pendahuluan 1.1.Latar belakang Penelitian Di era globalisasi sekarang ini, peningkatan perekonomian di Dunia saat ini sedang mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sehingga

mengakibatkan timbulnya kompleksifitas dalam setiap kegiatan ekonomi dunia. Hal ini menimbulkan pengaruh peningkatan pendapatan masyarakat di dunia. Oleh karena itu maka keinginan setiap konsumen menjadi lebih variatif baik dalam tingkat konsumsi dan penyimpanannya yang dapat di nyatakan dalam rumus Y=C+S. Begitupun hal yang serupa terjadipula di Negara Indonesia. Tingkat pendapatan yang begitu besar, sehingga mengakibatkan tingginya aktivitas konsumsi yang ada di masyarakat. Sesuai dengan teori John Maynard Keynes (N.Gregory Mankiw2; 2006; 447) berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan mengakibatkan semakin tinggi pula tingkat konsumsi. Selain itu, pendapatan juga berpengaruh terhadap tabungan. Semakin tinggi pendapatan, semakin besar pula tabungannya karena tabungan merupakan bagian pendapatan yang tidak dikonsumsi, tetapi dalam sesuatu yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa datang. Kegiatan menempatkan dana (asset) pada sesuatu (aktiva/aset keuangan) yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang disebut sebagai kegiatan investasi (Eko Priyo Pratomo & Ubaidillah Nugraha; 2004; 3). Ada tiga hal utama yang mendasari perlunya melakukan investasi, yaitu adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini, adanya

1

keinginan untuk menambah nilai aset dan adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang sudah dimiliki, dan karena adanya inflasi. Oleh karena itu, orang berusaha untuk menyisihkan sebagian pendapatannya di masa produktif dan menyimpannya untuk masa depan yang umumnya sudah kurang produktif. Investasi memiliki arti yang sangat luas, namun didalam tulisan ini penulis hanya membahas investasi didalam bidang keuangan saja. Investasi keuangan ini dilakukan di pasar keuangan (Frederic S. Mishkin; 2008; 37) (financial market) yang pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu pasar uang dan pasar modal. Pasar uang (money market) merupakan pasar untuk surat berharga jangka pendek seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) dan commercial paper sedangkan dalam pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang dimana instrumen yang

diperjualbelikan seperti saham dan obligasi. Pada masa sekarang ini Pasar modal Indonesia bagi dunia usaha memberikan alternative pembiayaan yang menarik melalui kemungkinankemungkinan menggalang dana dimana perusahaan-perusahaan menjadi

institutionalized, atau melembaga secara ekonomi dan sosial (sosial karena perusahaan yang go public disebut public company) dalam sistem ekonomi sementara dari sudut perusahaan, pasar modal membuat perusahaan itu mempunyai public accountability yang menjadikan ia lebih transparan (lebih jelas terbaca kegiatan maupun hasil-hasilnya secara finansial) dan terbuka bagi kritik masyarakat secara meluas (Sjahrir; 1995; 60). Di sisi lain, bagi para pemilik dana, pasar modal memberikan berbagai pilihan investasi. Jumlah dan bentuk

2

pilihan ini semakin banyak mulai dari yang relatif tinggi resikonya sampai pada pilihan-pilihan beresiko rendah. Alternatif yang semula terbatas pada saham dan obligasi, kini menjadi semakin beragam dengan adanya portofolio, yang merupakan cikal bakal terbentuknya reksa dana. Gambar 1.1 Proses Pembentukan Portofolio Melalui Reksa Dana

Portofolio

Manajer Investasi

Investor Individu dengan Dana Terbatas

Sumber: Eduardus Tandelilin, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio; Edisi Pertama, Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001, Hal. 21 Dengan lahirnya reksa dana merupakan suatu pemecahan baru terhadap wahana investasi dimana seorang pemodal dapat mengimplementasikan prinsip diversifikasi, jangan letakkan semua telur Anda dalam satu keranjang, tanpa harus mempunyai modal yang relative cukup besar, pengetahuan yang cukup dan tidak perlu mengorbankan waktu untuk memilih dan mengawasinya terusmenerus untuk memperhatikan kondisi dan perkembangan pasar. Definisi Reksa Dana (mutual fund) adalah institusi jasa keuangan yang menerima uang dari para pemodal yang kemudian menginvestasikan dana tersebut dalam portofolio yang3

terdiversifikasi pada efek/sekuritas (Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, Pasal 1 ayat (27). Reksa Dana merupakan produk yang cukup sederhana dan menarik minat masyarakat. Dikatakan sederhana karena produk Reksa Dana merupakan bentuk sertifikat yang terdiri dari berbagai instrumen pasar modal dan pasar uang. Pengetahuan yang baik mengenai kondisi perusahaan-perusahaan akan

menjadikan sertifikat reksa dana sangat menguntungkan bagi calon investor yang tidak harus memilih hanya saham-saham tertentu. Begitupun, dalam situasi bursa efek yang berkepanjangan mengalami depresi, banyak sekali kalangan yang melihat reksa dana sebagai resep untuk membuat bursa menjadi bullish kembali (Vonny Dwiyanti; 1999; 43). Sekarang ini fenomena maraknya produk reksa dana ini tidak bisa ditutuptutupi dan yang paling menonjol dari perkembangan industri reksa dana adalah semakin banyaknya jumlah produk reksa dana. Jadi, bukan tidak mungkin krisis perbankan justru bukan bencana bagi industri reksa dana malah sebaliknya merupakan blessing in disguise (Eko Priyo Pratomo & Ubaidillah

Nugraha;2004;241). Ada empat jenis reksa dana yang dapat dimanfaatkan investor. Masingmasing dibedakan menurut alokasi jenis investasi yang dilakukan. Reksa dana pasar uang, berinvestasi 100% ke dalam eek pasar uang. Efek pasar uang adalah efek utang yang jatuh temponya kurang dari satu tahun (SBI, deposito, obligasi dengan sisa jatuh tempo kurang dari satu tahun)

4

Reksa dana pendapatan tetap, berinvestasi minimum 80% pada efek utang, umumnya pada obligasi. Reksa dana saham, berinvestasi minimum 80% pada efek saham. Reksa dana campuran, berinvestasi pada kombinasi efek utang dan efek saham dengan alokasi yang tidak dapat dikategorikan pada ketiga jenis reksa dana di atas. Reksa Dana Terstruktur, yang terdiri dari reksa dana terproteksi, reksa dana dengan penjaminan dan reksa dana indeks Keempat jenis reksa dana di atas memiliki karakteristik keuntungan dan risiko yang berbeda, yang meningkat dengan urutan mulai dari pasar uang, pendapatan tetap, campuran, dan saham. Ada beberapa perbedaan (http://www.bapepam.go.id/reksadana ) yang mendasar antara berinvestasi melalui deposito dan berinvestasi melalui reksa dana, khususnya dalam hal profil risiko dan keuntungan. Sebetulnya, ada reksa dana yang mirip dengan deposito dalam hal tingkat keuntungan dan risiko yang dihasilkan, yakni reksa dana pasar uang. Reksa dana lainnya memiliki tingkat potensi keuntungan dan risiko yang lebih besar daripada deposito. Satu hal yang perlu diingat investor, bahwa investasi reksa dana tidak dijamin dan memiliki risiko. Oleh karena itu, investor reksa dana perlu memahami beberapa hal tentang reksa dana yang dapat dipelajari melalui prospektus reksa dana. Investor harus membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan berinvestasi melalui reksa dana.

5

Sumber acuan investasi pada reksa dana adalah market-based return yang berarti mekanisme pasarlah yang akan menentukan besar kecilnya rate of return yang akan diperoleh oleh seorang investor (Agus Sugiarto; 2003; 4). Hal tersebut menjadikan masyarakat mulai menyadari bahwa tingkat pengembalian (yield) investasi di reksa dana ternyata lebih tinggi dari investasi deposito atau produk perbankan lainnya dimana tingkat pengembalian industri reksa dana ini didukung oleh faktor makroekonomi seperti pertumbuhan GDP, kondisi moneter, suku bunga SBI, nilai tukar rupiah dan laju inflasi. Akan tetapi, faktor makroekonomi jugalah yang membuat kinerja reksa dana akan menjadi lebih terpuruk. Dari penjelasan yang telah diulas di atas berikut ini penulis akan melampirkan data tentang perkembangan reksadana gabungan selama periode 2011. Data tersebut di kelompokan kedalam beberapa bulan agar lebih mudah dalam mengetahui perkembangan kinerja reksa dana setiap bulannya.

Resume Aktivitas Reksadana KIK yang melakukan Penawaran Umum Tahun 2011 IDR No. Bulan Total NAV 1 2 3 4 January - 2011 February - 2011 March - 2011 April - 2011 136,079,556,962,022.70 139,266,098,555,084.60 144,727,879,898,453.79 147,629,852,271,326.00 Jumlah Unit 82,708,102,030.76 83,408,593,688.26 83,626,661,903.81 83,819,411,480.96

6

5 6 7 8 9 10 Total

May - 2011 June - 2011 July - 2011 August - 2011 September - 2011 October - 2011

150,313,478,256,197.26 150,866,359,400,177.09 152,343,759,359,534.39 153,806,328,887,504.93 149,914,009,449,628.13 157,463,511,599,693.46 157,463,511,599,693.46

85,148,037,381.16 84,894,660,967.17 84,296,742,047.45 86,364,226,351.07 86,490,237,886.32 91,647,721,373.60 91,647,721,373.60

Penjelasan : 1. Data yang ditampilkan adalah data tiap akhir bulan. Untuk menjaga kelengkapan informasi kepada publik, data tersebut akan ter-update setelah 2 hari kerja di bulan berikutnya. 2. Data tersebut berasal dari pelaporan Reksa Dana yang disampaikan oleh Bank Kustodian. Dari data tersebut maka dapat dilihat perkembangan reksa dana selama periode berjalan tahun 2011 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari Net Asset Value yang ada. Setiap bulannya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dalam tulisan ini penulis akan membahas beberapa variabel yang akan mempengaruhi kinerja sebuah reksa dana. Pertama penulis akan membahas tentang seberapa besar pengaruh SBI bagi kinerja sebuah reksa dana. Sebelum membahas seberapa besar pengaruh SBI bagi kinerja sebuah reksa dana ada

7

baiknya kita memahami dulu definisi dari SBI itu sendiri. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan salah satu instrumen hutang (debt instrument) karena aset ini mengharuskan penerbitnya melakukan pembayaran kembali dalam jumlah tertentu yang terdiri dari nilai pokok ditambah bunga. Tingkat suku bunga SBI ditentukan pada pelelangan di kantor pusat Bank Indonesia pada hari Rabu setiap minggunya. Sertifikat Bank Indonesia memiliki pengaruh terhadap kinerja reksa dana saham (NAB) antara lain: (I Putu Gede Ary Suta ; 1999; 4) Jika tingkat suku bunga SBI mengalami kenaikan, tingkat suku bunga deposito berjangka juga akan naik sehingga penanaman modal dalam bentuk deposito berjangka menjadi lebih menarik, di sisi lain tingkat bunga pinjaman perbankan juga akan naik yang akan menyebabkan turunnya pendapatan perusahaan karena peningkatan jumlah pembayaran bunga hutang sehingga penanaman modal pada instrumen saham justru akan berkurang, akibatnya NAB reksa dana saham juga akan mengalami penurunan. Jika tingkat suku bunga SBI mengalami penurunan, SBI akan menjadi pilihan investasi yang kurang menarik dibandingkan instrumen investasi lain seperti saham atau obligasi sehingga permintaan instrumen investasi saham mengalami kenaikan akibatnya harga saham di bursa naik yang akhirnya akan meningkatkan NAB reksa dana saham. Selain pengaruh dari SBI dalam tulisan ini penulis juga meneliti tentang pengaruh dari nilai tukar Rupiah. Untuk itu sebelum penulis membahas lebih lanjut maka penulis akan membahas konsep dasar tentang pengaruh nilai tukar

8

terhadap kinerja reksadana. Nilai tukar/kurs (exchange rate) adalah nilai suatu mata uang dimana negara-negara melakukan pertukaran di pasar dunia. Nilai tukar rupiah terutama terhadap dollar AS merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi perkembangan dunia usaha. Fluktuasi nilai tukar yang berlebihan (over fluctuation) merupakan kendala operasional yang paling ditakuti oleh para pengusaha, karena di dalam dunia usaha sangat diperlukan kestabilan dan kepastian dalam perencanaan usaha dan investasi. Nilai tukar mata uang suatu negara dikatakan mengalami apresiasi jika nilai mata uangnya meningkat relatif terhadap mata uang negara lain dan dikatakan depresiasi jika nilai mata uangnya menurun relatif terhadap mata uang negara lain. Apresiasi rupiah terhadap mata uang dollar AS maka masyarakat bisa melihat bahwa mata uang rupiah sebagai salah satu indikator makroekonomi negara mengalami perbaikan. Hal ini akan meningkatkan ekspektasi dalam berinvestasi sehingga meningkatkan permintaan terhadap reksa dana saham, akibatnya NAB reksa dana saham juga akan meningkat, dan sebaliknya. Perlu disadari bahwa investasi pada saham jauh lebih rumit dan ada banyak faktor yang perlu dimiliki dan dilakukan oleh para investor saham diantaranya membutuhkan dana yang relatif besar, informasi, analisis, monitoring, serta pengambilan keputusan. Dana yang relatif besar untuk membeli saham di bursa saham dibutuhkan, karena investor harus terlebih dahulu menjadi nasabah salah satu perusahaan broker saham yang umumnya meminta investor menyetor dana minimum Rp. 25.000.000,- dari transaksi investasi yang akan dilakukan. Di

9

samping itu, dana yang relatif besar juga dibutuhkan untuk melakukan diversifikasi dengan membeli beberapa jenis saham untuk menghindari resiko kerugian total, misalnya kalau memilih saham dalam sebuah industri, ambillah dua saham tetapi bukan sembarang dua, ambillah yang terbaik dan terburuk (Slater, Robert ; 1998; 128). Adanya kendala yang muncul dari faktor-faktor tersebut, maka reksa dana saham muncul menjadi pilihan tepat karena umumnya pemodal mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri pada instrumen saham tersebut. Di lain pihak, catatan historis menunjukkan, dalam jangka panjang, investasi pada reksa dana saham dapat memberikan hasil yang lebih baik.( Asep Saepudin ;2005;3) Reksa Dana saham tidak hanya memberikan manfaat secara langsung kepada emiten maupun investor tetapi juga secara tidak langsung akan memberikan manfaat bagi industri pasar modal dan bagi pertumbuhan ekonomi karena turut menjadi salah satu penopang berputarnya roda perekonomian, yakni sebagai intermediary (perantara) yang menyediakan sumber dana bagi kegiatan investasi. Keberhasilan penggalangan dana masyarakat untuk tujuan investasi ini pada akhirnya akan berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang berorientasi pada penggunaan sumber dana dalam negeri. Hal ini akan dapat memperbaiki struktur pembiayaan nasional yang selama ini sangat tergantung pada pinjaman luar negeri. Berdasarkan ilustrasi di atas dan dengan memperhatikan keadaan ekonomi yang terus berkembang, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai:

10

Analisis Pengaruh SBI, Tingkat Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksadana Saham di Indonesia

1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan deskripsi yang dituangkan di atas, penulis sangat tertarik untuk mengamati dan mengembangkan lebih lanjut mengenai variabel-variabel makro ekonomi Indonesia dalam kaitannya dengan kinerja reksa dana saham. Adapun hal-hal yang ingin diketahui adalah: 1. Seberapa besar pengaruh variabel SBI, inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap kinerja reksa dana di Indonesia 2. Variabel apa yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap kinerja reksa dana di Indonesia. Dari beberapa pengaruh yang ada maka penulis mengambil beberapa data dari berbagai sumber. Diantaranya adalah data yang diperoleh dari bapepam tentang reksadana. Selain itu saya selaku penulis juga mengambil beberapa data yang akan saya teliti langsung dilapangan yaitu mengenai reksadana PT. Mandiri Investasi. Data-data yang telah di peroleh tersebut akan di olah lebih lanjut guna untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variable SBI, tingkat inflasi dan jumlah nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksadana di PT. Mandiri Investasi.

11

Di era globalisasi ini, lembaga-lembaga keuangan yang berbasis non bank mulai di gemari. Hal ini muncul karena tingginya anemo masyarakat untuk berinvestasi dengan prinsip mencari profit setinggi mungkin. Oleh karena itu reksadana muncul sebagai alternatif dalam melakukan investasi dengan modal yang relatif rendah dan mendapatkan untung yang cukup tinggi. Namun dalam penentuan reksadana, sebagai konsumen kita harus teliti dalam memilih reksadana yang memiliki prospek kedepan yang lebih cerah. Oleh karena itu maka untuk seorang investor kita harus mengetahui apa sajakah faktorfaktor yang mempengaruhi reksadana. Oleh karena itu dalam tulisan ini akan membahas faktor-faktor tersebut diantaranya pengaruh SBI, tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah pada saat itu. Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan merumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh variabel SBI, inflasi dan nilai tukar Rupiah terhadap kinerja reksa dana di Indonesia 2. Variabel apa yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap kinerja reksa dana di Indonesia. 1.3.Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui seberapa besarkah pengaruh dari variable tingkat SBI, inflasi dan nilai tukar rupiah yang sedang terjadi pada saat itu. 2. Untuk mengetahui variable manakah dari ketiga variable tersebut yang palingsignifikan 1.4.Manfaat Penelitian

12

1.4.1. Manfaat Bagi Perusahaan Manfaat yang akan di peroleh perusahaan adalah dengan adanya penelitian yang saya lakukan tentang pengaruh SBI, tingkat inflasi dan nilai pertukaran rupiah ini maka dapat di gunakan sebagai acuan dalam mencegah terjadinya dampak-dampak negatif yang muncul

akibatpengaruh dari variable variable tersebut 1.4.2. Manfaat Bagi Fakultas dan Penulis Sebagai referensi (kepustakaan) dan masukan bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi mengenai Reksadana. Dan penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan dengan menerapkan disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1.4.3. Manfaat Bagi Pihak Lain Penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya manajemen berbankan mengenai hubungan SBI, inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksadana saham. Disamping itu, penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan untuk membuat penelitian selanjutnya.

13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Reksa Dana 2.1.1. Pengertian Reksa Dana Menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, Pasal 1 ayat (27), Reksa dana dapat didefinisikan sebagai berikut: Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Terdapat 3 hal yang terkait dengan definisi di atas, yaitu; Pertama adanya dana dari masyarakat pemodal. Kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek. Ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi, sedangkan manajer investasi merupakan pihak yang dipercaya untuk mengelola dana masyarakat tersebut. Reksa Dana muncul karena umumnya investor mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri secara terpisah pada berbagai efek yang ada. Kesulitan yang dihadapi investor antara lain menyangkut kemampuan dan pengalaman untuk melakukan berbagai analisa dan memonitor kinerja efek maupun kondisi pasar secara terus-menerus yang menyita banyak waktu dan tenaga. Disamping itu dibutuhkan pula dana yang relatif besar untuk dapat melakukan investasi pada berbagai surat berharga yang ditawarkan oleh pasar. Di luar negeri, terdapat bermacam istilah yang digunakan untuk reksa dana. Misalnya di Amerika Serikat, reksa dana dikenal dengan istilah Mutual

14

Fund, Di Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust, sedangkan di Jepang disebut sebagai Investment Trust Gambar 2.2 Mekanisme Kerja Reksa Dana

.

Sumber: Eko Priyo Pratomo & Ubaidillah Nugraha, Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern, Cetakan Ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009, Hal. 43 2.1.2. Jenis-jenis Reksa Dana Membedakan reksa dana dapat dilakukan dengan beberapa sudut pandang. Sudut pandang tersebut adalah sebagai berikut: (Eko Priyo Pratomo & Ubaidillah Nugraha; 2009; 44)

15

Dari segi bentuknya, reksa dana dapat dibedakan menjadi: 1. Reksa Dana berbentuk perseroan (Corporate Type) Reksa Dana dalam bentuk ini merupakan suatu badan hukum berbentuk perseroan terbatas (PT) yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana masyarakat dengan cara menjual saham reksa dana dan selanjutnya hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang

diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang. Pada PT. Reksa Dana ini pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha adalah direksi PT. Reksa Dana, manajer investasi dan bank kustodian; setelah memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam, PT. Reksa Dana dapat menjual saham reksa dana melalui penawaran umum. 2. Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Pembentukan jenis reksa dana KIK hanya dapat dijalankan apabila telah melewati proses penandatanganan kontrak antara manajer investasi dan bank kustodian di depan notaris. Kontrak ini menerangkan hak dan kewajiban yang harus dilakukan manajer investasi dan bank kustodian dan sebaliknya, prosedur kontrak pada reksa dana perseroan dilakukan antara manajer investasi dan direksi perseroan. Kontrak perjanjian pengelolaan tersebut biasanya mencakup berbagai aspek yang meliputi rencana diversifikasi portofolio di pasar uang dan pasar modal, rencana diversifikasi efek tersebut apakah dalam bentuk obligasi atau saham, rencana diversifikasi investasi dalam bidang industri serta beberapa bentuk larangan investasi pada produk investasi tertentu lainnya.

16

Dari segi sifatnya, reksa dana dapat dibedakan menjadi: 1. Reksa Dana bersifat tertutup (closed end fund) Adalah reksa dana berbentuk perusahaan yang menjual sahamnya kepada investor melalui penawaran umum perdana di bursa efek sehingga apabila investornya akan menjual reksa dana tersebut, mereka bisa menjual kembali melalui bursa atau investor lainnya; bukan kepada pihak manajer investasi atau penerbitnya. Pembentukan harga penjualan tersebut didasarkan pada mekanisme pasar dibursa tersebut. 2. Reksa Dana bersifat terbuka (open end fund) Adalah reksa dana yang siap dibeli oleh pihak manajer investasi apabila investor tersebut akan menjual reksa dananya kembali, kapan saja dan jumlah berapa saja, sesuai dengan NAB per unit yang berlaku. Reksa Dana terbuka mempunyai daya tarik sendiri karena jumlah unit penyertaannya akan bertambah semakin banyak sesuai dengan jumlah investor baru yang membeli reksa dana tersebut. Berdasarkan sifat investasinya, reksa dana terdiri dari tiga jenis yaitu: (Sapto Rahardjo; 2004; 15) 1. Growth Fund: reksa dana ini mempunyai portofolio investasi yang bertujuan mendapatkan pertumbuhan keuntungan yang tinggi. Jenis investasinya mempunyai sifat volatilitas yang cukup tinggi, seperti investasi di instrumen saham. 2. Stable Fund: reksa dana ini menggunakan jenis portofolio investasi yang bertujuan mendapatkan pertumbuhan keuntungan yang stabil. Jenis

17

investasinya mempunyai sifat volatilitas yang agak kurang, seperti investasi di instrumen obligasi. 3. Safety Fund: reksa dana ini lebih mengutamakan keamanan atas dana investasi dan tidak menyukai adanya volatilitas harga atau ketidakstabilan pendapatan dari instrumen investasinya. Manajer Investasi reksa dana jenis ini cenderung melakukan investasi di instrumen pasar uang, seperti deposito. Reksa Dana Terbuka adalah reksa dana yang dapat dibeli dan dijual sewaktuwaktu setiap hari bursa. Reksa Dana Terbuka dibagi menjadi beberapa jenis tergantung dari isi portofolionya, yaitu: (http://www.danareksaonline.com) 1. Reksa Dana Pasar Uang Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) adalah reksa dana yang minimum 80% asetnya harus diinvestasikan pada instrumen pasar uang. Imbal hasil dan risiko pada RDPU paling rendah dibandingkan reksa dana lainnya. RDPU ditujukan bagi Anda yang sangat konservatif, yaitu Anda yang menginginkan pendapatan yang teratur dengan tingkat risiko kerugian rendah, dan memiliki jangka waktu investasi kurang dari 1 tahun. Tidak seperti reksa dana lainnya, NAB per unit pada RDPU selalu di harga Rp. 1000, sementara unit penyertaan Anda akan terus berubah setiap harinya. 2. Reksa Dana Obligasi Reksa Dana Obligasi (RDO) adalah reksa dana yang minimum 80% asetnya harus diinvestasikan pada obligasi baik korporasi maupun pemerintah. Imbal hasil dan resiko pada RDO relatif lebih tinggi dibandingkan RDPU. RDO ditujukan bagi Anda yang konservatif, yaitu Anda yang menginginkan adanya

18

sedikit pertumbuhan nilai pokok investasi dan telah sanggup menerima adanya penurunan nilai investasi sesaat, dan memiliki jangka waktu investasi antara 1 sampai 3 tahun. 3. Reksa Dana Campuran Reksa Dana Campuran (RDC) adalah reksa dana yang memiliki kebebasan untuk mengatur komposisi asetnya, baik saham, obligasi, maupun instrumen pasar uang. Imbal hasil dan resiko pada RDC relatif lebih tinggi dibandingkan RDO. RDC ditujukan bagi Anda yang bersifat moderat, yaitu Anda yang menginginkan pertumbuhan investasi yang cukup tinggi dan sanggup menoleransi adanya fluktuasi atas nilai investasi, dan memiliki jangka waktu investasi antara 3 sampai 5 tahun. 4. Reksa Dana Saham Reksa Dana Saham (RDS) adalah reksa dana yang minimum 80% asetnya harus diinvestasikan pada saham. Investasi di RDS merupakan investasi yang paling berisiko, akan tetapi mempunyai potensi pertumbuhan nilai investasi yang relatif paling tinggi dibandingkan semua jenis reksa dana. RDS ditujukan bagi Anda yang bersifat agresif, yaitu Anda yang menginginkan pertumbuhan investasi yang tinggi dalam jangka panjang dan sanggup menoleransi fluktuasi nilai investasi yang cukup tajam, dan memiliki jangka waktu investasi lebih dari 5 tahun.

19

2.1.3. Manfaat dan Resiko Reksa Dana Bagi Investor Reksa Dana memiliki manfaat bagi investor, antara lain: (Bodie, Zvi, Alex Kane & Alan J. Marcus; 2009; 75) a. Terdapat akses untuk melakukan investasi pada instrumen-instrumen investasi yang sulit dilakukan sendiri seperti saham, obligasi, dan lainnya. b. Jumlah dana yang dibutuhkan untuk investasi relatif kecil c. Prosedur investasi sangat mudah d. Biaya transaksi murah e. Adanya kesempatan untuk melakukan diversifikasi investasi yang sulit dilakukan sendiri, misalnya karena keterbatasan dana yang dimiliki investor. f. Pengelolaan investasi pada portofolio reksa dana dilakukan secara profesional oleh manajer investasi yang telah berpengalaman serta administrasi investasi yang dilakukan oleh bank kustodian sehingga investor relatif terbebas dari pekerjaan menganalisa, memonitor serta mengelola administrasi investasi yang rumit. g. Hasil investasi dari reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif bukan merupakan objek pajak karena kewajiban pajak telah dipenuhi oleh reksa dana. h. Likuiditas upaya reksa dana tergolong tinggi karena reksa dana dapat dibeli dan dicairkan setiap hari bursa melalui manajer investasi. Disamping manfaat diatas, investor juga perlu mengetahui sejumlah resiko yang dihadapi reksa dana, yaitu: (Eko Priyo Pratomo & Ubaidillah Nugraha; 2009; Hal. 84)

20

a. Resiko berkurangnya nilai unit penyertaan Resiko ini dipengaruhi oleh melemahnya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat berharga lainnya) yang termasuk dalam portofolio investasi reksa dana tersebut. b. Resiko likuiditas Resiko ini menyangkut kesulitan yang dihadapi oleh Manajer lnvestasi jika sebagian besar pemegang unit penyertaan reksa dana menjual kembali (redemption) unit-unit yang dipegangnya. Manajer Investasi akan

mengalami kesulitan untuk menyediakan uang tunai atas redemption tersebut. c. Resiko wanprestasi Merupakan resiko terburuk, dimana timbul ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa dana tidak segera membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah daripada nilai pertanggungjawaban saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti wanprestasi dari perusahaan investasi atau manajer investasi, bank kustodian, agen pembayaran, bencana alam dan sebagainya. 2.1.4. Unit Penyertaan Reksa Dana Unit penyertaan reksa dana pertama kali ditawarkan dengan harga Rp 1.000 yang sama dengan nilai aktiva bersih awal yaitu Rp 1.000 per unit penyertaan dan biasanya ditentukan besarnya investasi minimum untuk pertama kali.

21

Unit penyertaan merupakan tanda bukti satuan kepemilikan investor atas reksa dana tertentu. Satu unit penyertaan dinilai sebesar Rp 1.000 pada hari pertama penawaran dan selanjutnya ditetapkan berdasarkan nilai aktiva bersih per unit penyertaan pada hari bursa tersebut.

2.1.5. Nilai Reksa Dana Istilah Nilai Aktiva Bersih (NAB) tidak bisa dipisahkan dari reksa dana, karena istilah ini merupakan salah satu tolok ukur dalam memantau hasil dari suatu reksa dana. Yang dimaksud dengan NAB adalah sejumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per saham atau per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu reksa dana setelah dikurangi semua biaya operasional (kewajiban) dan dibagi dengan jumlah saham atau unit penyertaan yang beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. NAB per saham/unit penyertaan dihitung setiap hari oleh bank kustodian setelah mendapatkan data dari manajer investasi dan nilainya dapat dilihat pada surat kabar tertentu setiap hari. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung pada perubahan nilai efek dalam portofolio reksa dana. Meningkatnya NAB mengindikasikan meningkatnya investasi pemegang saham/unit penyertaan, begitu pula sebaliknya.

22

2.1.6. Harga Pasar Reksa Dana Harga pasar reksa dana merupakan harga yang telah disesuaikan dengan kondisi pasar. Sesungguhnya harga pasar ini tergantung juga pada nilai reksa dana. Sebagaimana diketahui, nilai reksa dana merupakan NAB, dimana untuk menentukan NAB sangat bergantung pada hasil portofolio investasi yang dilakukan manajer investasi. Dengan demikian NAB akan dipengaruhi oleh harga instan isi portofolio reksa dana dan pada akhirnya NAB juga akan mempengaruhi harga pasar. Pengertian NAB adalah total market value dari suatu portofolio dikurangi kewajibannya, dibagi dengan total jumlah saham yang beredar. Dengan demikian rumus perhitungan NAB per saham/unit penyertaan sebagai berikut: (Marzuki Usman; 2000; 74)

NAB per saham/unit penyertaan

NilaiPasar Wajar dari Aset - Kewajiban Unit Penyertaan yang beredar

...(2.1)

2.1.7. Biaya, Komisi, dan Pajak Reksa Dana Beberapa jenis biaya yang timbul dalam mengelola reksa dana dibagi dalam beberapa kelompok: (Sapto Rahardjo; 2006; 116) a. Biaya yang menjadi beban reksa dana Biaya yang dibebankan pada reksa dana itu sendiri terdiri dari: 1) Imbalan jasa manajer investasi, misalnya sebesar 2% per tahun dihitung dari jumlah NAB reksa dana 2) Imbalan jasa bank kustodian, misalnya sebesar 0,20% per tahun dihitung dari jumlah NAB reksa dana

23

3) Imbalan jasa untuk profesi akuntan publik, notaris, dan konsultan hukum setelah pernyataan pendaftaran reksa dana tersebut dianggap efektif oleh Bapepam. 4) Biaya operasional yaitu biaya transaksi efek (saham atau obligasi) dan juga registrasi efek dan biaya administrasi pembuatan dan pengiriman prospektus serta biaya pajak yang disebabkan oleh biaya-biaya yang disebutkan di atas.

b. Biaya yang menjadi beban manajer investasi Tujuan pengelompokan biaya ini adalah supaya lebih jelas karena beban biaya manajer investasi juga cukup besar yang terdiri dari: 1) Biaya administrasi pendirian reksa dana (biaya konsultasi jasa profesi dan pembuatan dokumen dan kontrak hukum). 2) Biaya pemasaran dan biaya percetakan berbagai formulir administrasi. c. Biaya yang menjadi beban pemilik unit penyertaan - Biaya pembelian (subscription fee) untuk membeli unit penyertaan reksa dana tersebut ada yang berkisar sebesar 0,5%. - Biaya penjualan kembali (redemption fee) unit penyertaan reksa dana tersebut, misalnya apabila kurang dari 1 tahun, ada yang berkisar sebesar 1,5% atau maksimum Rp 25 Juta; antara 1 sampai 2 tahun berkisar sebesar 1% atau maksimum Rp 15 Juta; apabila lebih dari 2 tahun, tidak dikenakan biaya redemption fee.

24

- Biaya pertukaran. Biaya ini timbul apabila pemegang unit penyertaan reksa dana X milik manajer investasi Y, ingin menukarkan unit penyertaan reksa dana X tersebut sebelum dilakukan penjualan ke jenis reksa dana lain yang masih satu produk reksa dana milik manajer investasi Y. Dalam hal ini bisa dikenakan biaya pertukaran, misalnya sebesar 0,2%. Jenis pajak yang terdapat pada reksa dana: a. Deviden, akan dikenai pajak berdasarkan PPh Tarif Umum [Pasal 4 (1) UU PPh]. b. Bunga obligasi, masih dianggap sebagai bukan objek pajak (selama 5 tahun pertama sejak reksa dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif/KIK menjadi efektif), dasar hukumnya adalah Pasal 4 (3) huruf j-UU PPh jo. PP 139 tahun 2000. c. Bunga deposito, akan dikenakan pajak sebesar 20% (PPh Final), dasar hukumnya PP 131 tahun 2000. d. Capital gain saham di Bursa, akan dikenakan pajak 0,1% atas dasar PPh Final (PP 41 tahun 1994 jo. PP 14 tahun 1997). e. Surat utang (commercial paper), akan dikenakan PPh Tarif Umum. f. Bagian laba, termasuk pelunasan kembali (redemption), dianggap bukan objek pajak PPh [Pasal 4 (3) huruf h UU PPh]. Penentuan besaran pajak di atas berlaku standar pada setiap produk reksa dana yang ada di pasar modal Indonesia.

25

2.2. Mengenal Saham Didalam penelitian ini kita tidak bisa meepaskan diri dari saham, hal itu dikarenakan saham merupakan komponen mayoritas dalam penyusunan portofolio reksa dana saham di Indonesia. Sehingga antara saham dan reksa dana saling berkaitan satu samalain. 2.2.1. Karakteristik Saham Saham memiliki beberapa karakteristik, antara lain: (M. Fakhruddin & Sopian Adianto; 2001; 15) - Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. - Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote). - Memiliki hal terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. - Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya. - Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya. Saham merupakan salah satu instrumen keuangan yang cukup menarik bagi kalangan investor di pasar modal ataupun bagi perusahaan untuk mendapatkan dana bagi kepentingan perusahaan. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut. Dengan demikian kalau seorang investor membeli saham,

26

maka ia pun menjadi pemilik perusahaan, dan memiliki andil pada aset perusahaan. Adapun masing-masing jenis instrumen pasar modal yang bersifat kepemilikan dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Saham Biasa (Common Stocks) Saham biasa yaitu merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior terhadap hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi dan paling junior atas hak pembagian dividen. Karakteristik saham biasa adalah sebagai berikut: - Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba - Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (one share one vote). - Memiliki hak terakhir (junior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi. - Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya. 2. Saham Preferen (Preferred Stocks) Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor.

27

Oleh karena saham preferen diperdagangkan berdasarkan hasil yang ditawarkan kepada investor, maka secara praktis saham preferen dipandang sebagai surat berharga dengan pendapatan tetap dan karena itu akan bersaing dengan obligasi di pasar. Walaupun demikian, obligasi perusahaan menduduki tempat yang lebih senior dibanding dengan saham preferen. Kelebihan dan kelemahan saham preferen adalah: - Lebih aman daripada saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. - Dibandingkan dengan investasi dalam bentuk pinjaman utang, saham preferen kurang aman karena dividen secara hukum bukan kewajiban. - Pembayaran dividen secara tetap sulit dinaikkan - Tidak memiliki waktu jatuh tempo - Sulit diperjual belikan dibanding saham biasa karena biasanya jumlah saham preferen yang beredar jauh lebih sedikit. - Pada saat perusahaan dilikuidasi yang dibayarkan hanyalah nilai nominalnya. Dengan demikian saham preferen sama dengan saham biasa karena dua hal, yaitu: - Mewakili kepemilikan akan ekuitas perusahaan dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut; dan - Membayar dividen.

28

2.2.2 Keuntungan Memiliki Saham Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham: 1. Dividen Yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Keuntungan yang berbentuk dividen bisa didapatkan pada saat emiten membagikan sebagian laba bersihnya untuk pembayaran dividen kepada para pemegang saham. Periode pembagian bisa dilakukan pada saat setelah selesai penyelenggaraan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Besaran dividen biasanya dibayarkan maksimal 30% sampai 40% dari total laba bersih. Adanya rencana pembagian dividen akan memicu kenaikan harga saham tersebut di bursa efek. Manajer investasi yang profesional biasanya selalu memilih saham dari perusahaan yang konsisten membagikan dividennya. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.

29

2. Capital Gain Yaitu selisih antara harga beli dengan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Keuntungan ini dapat terealisasi apabila manajer investasi melakukan penjualan saham yang harganya mengalami kenaikan dari harga beli sebelumnya. Manajer Investasi yang profesional mampu melakukan analisis dan seleksi pembelian saham yang prospektif pada saat harganya murah atau membeli pada saat pasar mengalami bearish (kondisi harga pasar saham yang menurun) dan melakukan penjualan pada saat harganya ada di posisi atas atau pada saat pasar bullish (kondisi harga pasar saham yang meningkat). Capital gain merupakan sasaran target bagi manajer investasi dalam mendapatkan keuntungan atas investasi sahamnya. 2.2.3 Resiko Memiliki Saham Saham terkenal dengan karakteristik high risk-high return, artinya saham merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga berpotensi resiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return atau keuntungan (capital gain) dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Namun, seiring dengan berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami kerugian besar dalam waktu singkat. Resiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya adalah sebagai berikut: - Tidak mendapat dividen Perusahaan akan membagikan dividen jika operasi perusahaan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika

30

perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dengan demikian potensi keutungan pemodal untuk mendapatkan dividen ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut. - Capital loss Dalam aktivitas perdagangan saham, tidak selalu pemodal mendapatkan capital gain alias keuntungan atas saham yang dijualnya. Adakalanya pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang pemodal mengalami capital loss. Dalam jual beli saham, terkadang untuk menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya harga saham, maka investor harus rela menjual saham dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah cut loss. - Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi Jika suatu perusahaan bangkrut, maka tentu saja akan berdampak secara langsung kepada saham perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, maka jika suatu perusahaan bangkrut atau dilikuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di-delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi, artinya setelah semua aset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.

31

- Saham di-delist dari bursa (Delisting) Resiko lain yang dihadapi para pemodal adalah jika saham perusahaan dikeluarkan dari pencatatan bursa efek atau di-delist. Suatu perusahaan di-delist dari bursa umumnya karena kinerja yang buruk seperti mengalami kerugian beberapa tahun. Saham yang telah di-delist tentu saja tidak lagi diperdagangkan di bursa, namun tetap dapat diperdagangkan di luar bursa dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika terjual biasanya dengan harga yang jauh dari harga sebelumnya. - Saham di-suspend Disamping dua resiko diatas maka resiko lain yang juga mengganggu para pemodal untuk melakukan aktivitasnya, yaitu jika suatu saham di-suspend alias dihentikan perdagangannya oleh otoritas bursa efek dalam waktu singkat. Hal tersebut dilakukan otoritas bursa jika misalnya suatu saham mengalami lonjakan harga yang luar biasa yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan sementara perdagangan saham tersebut untuk kemudian dimintakan konfirmasi kepada perusahaan tersebut atau kejelasan informasi lainnya, sedemikian hingga informasi yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi. 2.3 Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Reksadana Saham Seperti yang telah dikemukakan dalam bab satu, instrumen investasi pada reksa dana saham sebagian besar (>80%) berupa saham, oleh karena itu akan dibahas mengenai pengaruh variabel-variabel makro ekonomi terhadap saham.

32

2.3.1 Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Saham (Ali Arifin; 2004; 118) Suku bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan. Tingkat bunga sebagai variabel yang paling penting diantara variabel-variabel makroekonomi, khususnya dalam melakukan

pertimbangan berinvestasi, baik investasi di pasar uang ataupun di pasar modal. Sebagian besar sumber pembiayaan perusahaan berasal dari perbankan dan sebagian lainnya dari pasar modal. Tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga SBI. Adanya kenaikan bunga SBI berarti bank-bank dan lembaga keuangan lainnya akan terdorong untuk membeli SBI. Bunga yang tinggi dalam SBI membuat bank dan lembaga keuangan yang menikmatinya ini otomatis akan memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk produk-produknya. Tujuannya agar mampu menarik sebanyak mungkin dana masyarakat yang akan dipergunakan untuk membeli SBI lagi. Bunga yang tinggi ini tentunya akan berdampak pada alokasi dana investasi para investor. Investasi produk bank seperti deposito jelas lebih kecil resikonya dibanding investasi dalam bentuk saham sehingga investor akan menjual sahamnya dan penjualan saham secara serentak ini akan berdampak pada penurunan harga saham secara signifikan. Selain itu dampak dari tingkat suku bunga bank yang tinggi adalah tingkat bunga yang tinggi juga untuk para debitur. Bank tidak mau rugi. Jika mereka memberikan bunga yang tinggi untuk mereka yang menyimpan uangnya maka mereka akan menuntut bunga yang lebih tinggi lagi bagi mereka yang meminjam

33

dana dari bank. Selisih antara keduanya adalah keuntungan bank dan inilah salah satu sumber penghasilan bank. Karena hampir semua perusahaan besar, termasuk yang mencatatkan sahamnya di bursa juga menikmati pinjaman bank, otomatis mereka terkena dampak dari kenaikan bunga pinjaman. Ini artinya penambahan pengeluaran perusahaan (hutang). Kalau pos hutang bertambah maka dampaknya adalah pengurangan pos laba bersih yang akhirnya berdampak pada pembagian dividen. Jika ini terjadi maka kondisi fundamental perusahaan tersebut akan kurang menguntungkan. Dampaknya akan banyak investor yang melepas sahamnya dan terjadilah penurunan harga. Penurunan pada suku bunga SBI berarti bahwa instrumen tersebut memberikan tingkat pengembalian yang kurang menarik sehingga masyarakat lebih memilih berinvestasi di pasar saham. Akibatnya permintaan terhadap saham akan meningkat dan akan berpengaruh terhadap peningkatan harga saham. Hal ini sesuai dengan teori pemilihan portofolio yaitu bahwa seseorang akan menginvestasikan uangnya di aset finansial yang memberikan expected return yang lebih besar. Dengan demikian, SBI sebagai instrumen investasi alternatif memiliki pengaruh yang berbanding terbalik terhadap permintaan saham. 2.3.2 Pengaruh Inflasi terhadap Saham Salah satu indikator ekonomi yang penting dalam mendukung kondisi perekonomian suatu negara adalah perkembangan tingkat harga, dimana dalam suatu perekonomian diasumsikan senantiasa terjadi inflasi. Inflasi adalah suatu peningkatan tingkat harga umum dalam suatu perekonomian yang berlangsung

34

secara terus menerus dari waktu ke waktu. Inflasi dianggap sebagai sesuatu yang tidak diinginkan karena memberi pengaruh yang tidak baik terhadap distribusi pendapatan, kegiatan pinjam meminjam, spekulasi dan perdagangan internasional. Seperti negara berkembang lainnya, Indonesia juga menggunakan indeks harga konsumen (consumer price index) sebagai indikator perhitungan inflasi. IHK digunakan sebagai indikator inflasi di Indonesia secara resmi terhitung sejak bulan April 1979. Kenaikan tingkat harga yang terlalu cepat atau terlalu tinggi dapat menimbulkan masalah bagi perekonomian suatu negara. Menurut T. Nakamaru (http://agusriyanto.wordpress.com), dampak negatif baik dari sisi sosial maupun ekonomi yang dapat ditimbulkan inflasi antara lain: 1. Inflasi memperburuk distribusi pendapatan, golongan masyarakat yang mempunyai penghasilan tetap mengalami kemorosotan pendapatan riil, sementara pemilik modal dan pemilik harta tetap semakin kaya, karena nilai kekayaan mereka semakin meningkat. 2. Dapat menyebabkan berkurangnya tabungan domestik. Berkurangnya pendapatan riil mendorong masyarakat untuk menarik tabungannya untuk memenuhi kebutuhan hidup hingga tabungan domestik berkurang. 3. Mengakibatkan terjadinya defisit neraca perdagangan serta mengakibatkan peningkatan utang luar negeri. Kenaikan tingkat harga dalam negeri menyebabkan harga barang impor relatif lebih murah dibandingkan harga barang dalam negeri sehingga meningkatkan permintaan impor dan memperburuk neraca perdagangan.

35

4. Dapat menimbulkan ketidakstabilan politik. Ketidakpastian perekonomian akibat inflasi menyebabkan kacaunya kontrak kerja, perupahan dan meningkatkan pengangguran sehingga membahayakan stabilitas keamanan dan politik dalam negeri. Dengan demikian, salah satu dampak inflasi terhadap perekonomian adalah bahwa inflasi memperburuk distribusi pendapatan. Golongan masyarakat yang mempunyai penghasilan tetap mengalami penurunan pendapatan riil, sementara pemilik modal akan semakin kaya. Karena sebagian besar dari pemilik sertifikat reksa dana saham adalah investor institusi dan investor golongan menengah ke atas, maka dengan meningkatnya inflasi akan berpengaruh terhadap peningkatan harga-harga saham.( I Putu Gede Ary Suta; 2000; 15) 2.3.3 Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Saham Konsep nilai tukar/kurs pada dasarnya terbagi dua, yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal merupakan harga relatif dari dua mata uang berbeda, sedangkan Nilai tukar riil merupakan harga relatif dari output komoditi yang sama dari dua negara yang berbeda. Secara persamaan: (Krugman, Paul & Obstfeld, Maurice ; 1996; 149) Nilai Tukar Riil = q Rp/$ = (E Rp/$ x P1)/PA ........(2.2)

Nilai tukar riil menyatakan bahwa nilai Rp/Dollar yang terjadi merupakan perbaikan kurs Rp/Dollar dengan tingkat harga agregat di Indonesia dibagi dengan harga agregat dunia. Dari nilai tukar riil ini dibentuk nilai tukar nominal dengan persamaan sebagai berikut: Nilai Tukar Nominal = E Rp/$ = q Rp/$ x (PA/PI) ........(2.3)

36

Yang berarti bahwa nilai tukar nominal merupakan nilai tukar riil dikalikan dengan nisbah tingkat harga agregat dunia dengan tingkat harga agregat Indonesia. Pengertian mengenai nilai tukar dalam penelitian ini menggunakan pengertian nilai tukar nominal. Nilai tukar merupakan salah satu variabel terpenting dalam suatu perekonomian terbuka karena variabel ini berpengaruh terhadap variabel-variabel ekonomi lainnya seperti harga produk, tingkat bunga, ekspor, impor dan variabel lainnya. Apresiasi rupiah akan berdampak positif pada perusahaan berbasis pasar domestik yang bahan bakunya dari luar negeri (impor) karena akan mengurangi biaya input produksi perusahaan sehingga meningkatkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, akibatnya saham perusahaan tersebut akan semakin menarik di dunia investasi yang berpengaruh pada peningkatan harga saham perusahaan. Apresiasi rupiah akan berdampak negatif pada perusahaan berbasis ekspor yang bahan bakunya dari dalam negeri karena perusahaan akan kesulitan (tidak menjadi kompetitif) dalam hal persaingan harga yang berdampak pada pemasaran produknya di luar negeri (penerimaan devisa ekspor akan menurun) sehingga menurunkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, akibatnya saham perusahaan tersebut akan kurang menarik di dunia investasi yang berpengaruh pada penurunan harga saham perusahaan.

37

Jadi fluktuasi nilai tukar turut mempengaruhi kondisi cadangan devisa dan neraca pembayaran dimana keduanya merupakan indikator tingkat resiko dalam berinvestasi di suatu negara. Semakin besar surplus neraca pembayaran dan jumlah cadangan devisa suatu negara maka akan memotivasi minat untuk berinvestasi di negara itu. Dengan demikian dapat diperkirakan bahwa apresiasi rupiah akan berdampak positif pada industri berbasis pasar domestik yang menggunakan bahan baku impor, sebaliknya akan menghambat industri yang berorientasi ekspor. Sedangkan depresiasi rupiah akan berdampak positif bagi industri yang berorientasi ekspor dengan menggunakan bahan baku domestik, sebaliknya akan menghambat industri yang berbasis pasar domestik yang menggunakan bahan baku impor (Eduardus Tandelilin; 2001; 211). 2.4. Penelitian Empiris tentang Reksa Dana 2.4.1 Penelitian Roger Otten dan Dennis Bams Penelitian ini membahas performa reksa dana di Amerika dengan variabelvariabel yang digunakan yaitu jumlah reksa dana, momentum, book to market, dan indeks harga obligasi. Model pertama yang digunakan untuk mengevaluasi risk-adjusted fund performance berdasarkan penelitian Sharpe, Lintner, dan Mossin menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM) sebagai berikut: Rit Rft = i + i (Rmt-Rft) + eit Keterangan: Rit Rft = Return dari dana i pada waktu t = Return dari treasury bill periode 1 bulan pada waktu t (1)

38

Rmt i eit

= Return indeks harga saham pada waktu t = Intersep = Error term

Berdasarkan persamaan di atas, Fama & French mengembangkan model baru sebagai berikut: Rit Rft = i + 0i (Rmt -Rft) + 1i SMBt + 2i HMLt + eit Keterangan: SMBt = Perbedaan return antara portofolio perusahaan kecil dengan portofolio (2)

perusahaan besar pada waktu tdari dana i pada waktu t HMLt = Perbedaan return antara portofolio dengan book to market yang tinggi

dengan portofolio dengan book to market rendah pada waktu t Pada tahun 1993, model di atas diperbaharui oleh Jega deesh & Titman dengan menambahkan variabel keempat, sehingga didapat persamaan sebagai berikut: Rit Rft = i + 0i (Rmt -Rft) + 1i SMBt + 2i HMLt + 3i PRIYRt + eit (3) Keterangan: PRIYRt = Perbedaan return antara portofolio perusahaan yang mengalami

keuntungan dengan perusahaan yang mengalami kerugian pada waktu t. Model (3) dapat menjelaskan return reksa dana dengan lebih baik dibandingkan model lainnya, dan dapat digunakan untuk mengukur kinerja reksa dana. 2.4.2. Penelitian Rut Milinda Sitorus; 2009 Penelitian ini membahas tentang analisis pengaruh tingkat suku bunga dan PDB terhadap pertumbuhan reksadana di Indonesia. Dalam penelitian ini peneliti membahas perkembangan reksadana dan perkembangan PDB selama 6 tahun

39

yaitu dari tahun 2001-2006 dengan data triwulannan. Hasil dari penelitian tersebut adalah : 1) Suku bunga berpengaruh negatif terhadap perumbuhan Reksa Dana Indonesia dan besarnya koefisien -8878.395 , artinya Jika suku bunga dinaikkan sebesar 1 % maka akan menyebabkan penurunan Reksa Dana sebesar 8878,395 %, cateris paribus. Produk Domestik Bruto/PDB berpengaruh positif terhadap pertumbuhan Reksa Dana Indonesia dan besarnya koefisien 0.193927 , artinya Jika Produk Domesti Bruto/PDB dinaikkan sebesar 1 % maka akan menyebabkan peningkatan Reksa Dana sebesar 0,193927%, cateris paribus.

2) Variabel tingkat suku bunga (X1), Produk Domestik Bruto/PDB (X2) ternyata berpengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Reksa Dana Indonesia. 3) Hasil uji F-statistik berdasarkan hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa variabel Suku Bunga (X1), Produk Domestik Bruto/PDB (X2) secara keseluruhan (bersama-sama) mempengaruhi pertumbuhan Reksa Dana di Indonesia. 4) Di dalam model persamaan ekonometrika tidak ada multikolinearitas. 5) D-W statistik yang dihasilkan dalam pengolahan data E-views 4.1 adalah 0.84. Hal ini menyatakan bahwa ada autokorelasi positif karena DW hitung = 0.84 berada pada posisi DW 0.05 data terdistribusi normal. Apabila data tidak terdistribuis secara normal maka dilakukan transfotmasi data ( V. Wiratna Sujarweni, 2007:55) B. Uji asumsi klasik a. Multikolinerritas Uji multi kolineariras bertujuan untuk menguji apakah model regresi di temukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel independen. Model regresi yang tidak ada multi kolilnearitas adalah yang menpunyai nilai

45

besaran kolerasi antar variabel bebas kurang dari 95% VIF (variance inflantion factor) kurang dari angka 10 dan mempunyai nilai Tolerance lebih dari 0,1 atau 10% (V. Wiratna Sujarweni, 2007:95). b. Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamat ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi apakah terdapat heteroskedastisitas pada model regresi, dapat di lihat pada model grafik scatterplot. Dasara pengambil keputusannya sebagai berikut : 1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk pola tertentu teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2) Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (V. Wiratna Sujarweni, 2007:96). c. Autokolerasi Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan. Pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi, maka dimanakan ada problem autokorelasi. Suatu model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokolerasi Untuk mengetuhui ada tidaknya autokorelasi perlu juga dikemukakan hipotesis dengan bentuk sebagai berikut:

46

Ho : tidak terjadi adanya autokorelasi di antara data pengamatan Ha : terjadi adanya autokolerasi di antara data pengamatan. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari problem autokolerasi. (Singgih Santoso,2000:218). C. Uji hipotesis a. Analisis Regresi Berganda (Multiple Regresion Analisis) Metode yang digunakan penulis adalah regresi berganda. Persamaan regresi ini bertujuan untuk memprediksi besar variabel terikat dengan menggunakan data veriabel bebas yang telah di ketrahui besarnya (V. Wiratna Sujar weni, 2007:81) Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh tingkat SBI, inflasi dan nilai tukar rupiah yang sedang terjadi pada saat itu sebagai variabel bebas terhadap kinerja reksadana sebagai variabel terikat. Adapun Regresi Linear Berganda dapat di rumuskan sebagai berikut: Y=a+b1x1+b2x2+b3x3+e Dimana: Y X1 X2 X3 a e : kinerja reksadana : tingkat SBI : inflasi : nilai tukar rupiah : Konstanta : Error

b1,b1,,bm : parameter yang mencerminkan variabel koefisien regresi

47

b. Uji R2 (Koefisien Determinasi) dan Uji R (Kolerasi) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukkur sebarapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan veriabel-veriabel dependen dalam menjelaskan variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu veriabel dependen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk diprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:83) Adapun rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut: KD r2 X 100% Keterangan : KD : koefisien determinasi R : koefisien kolerasi

c. Uji Signifikan Simultan (uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen untuk mengambil keputusan hipotesis di terima atau di tolak dengan membandingkan tingkat kesalahan 0.05 (V. Wiratna Sujarweni, 2007:85) d. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T) Uji statistik T pada dasarnya mengukur seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi dependen (V. Wiratna Sujarweni, 2007:86).

48

Uji hipotesis dilakukan dengan uji t untuk menguji signifikansi koefisien regresi dengan ketentuan sebgai berikut: Hipotesis : Ho : Tidak terdapat pengaruhn positif dan signifikasi antara tingkat SBI, inflasi

dan nilai tukar rupiah yang sedang terjadi pada saat itu terhadap kinerja reksadana Ha : Terdapat pengaruhn positif dan signifikasi antara tingkat SBI, inflasi dan

nilai tukar rupiah yang sedang terjadi pada saat itu terhadap kinerja reksadana. 3.1.7. Operasional Variabel Penelitian Berdasarkan judul peneliti diatas, terdapat empet variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. SBI sebagai variabel independen (tidak terikat) yang di lambangkan dengan X1. 2. Inflasi sebagai variabel independen (tidak terikat) yang dilambangkan dengan X2. 3. Nilai tukar Rupiah sebagai variabel independen (tidak terikat) yang dilambangkan dengan X3. 4. Kinerja reksadana sebagai variabel dependen (terikat) yang dilambangkan dengan Y1.

49