filsafat pancasila sebagai dasar etika dan pembentukannya dengan nilai-nilai pancasila di indonesia

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penegasan Mengenai Judul Judul ”FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA DAN PEMBENTUKANNYA DENGAN NILAI-NILAI PANCASILA DI INDONESIA” ini di ambil sebagai judul makalah karena menurut penulis filsafat pancasila sebagai sistem etika di Indonesia itu terbagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Maka dari itu kita harus mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus menggambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. 1.2 Alasan Pemilihan Judul Alasan penulis memilih judul ”FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA DAN PEMBENTUKANNYA DENGAN NILAI- NILAI PANCASILA DI INDONESIA” karena pada saat sekarang ini etika kita dalam menjaga filsafat pancasila sangat kurang diperhatikan bagi sebagian orang di Indonesia. Penulis berharap dengan adanya makalah ini kita dapat lebih mengerti dan paham tentang filsafah pancasila sebagai sistem etika. 1

Upload: sulimah

Post on 27-Jul-2015

3.724 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Tugas Makalah Pendidikan Kewarganegaraan

TRANSCRIPT

Page 1: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Penegasan Mengenai Judul

Judul ”FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI DASAR ETIKA DAN

PEMBENTUKANNYA DENGAN NILAI-NILAI PANCASILA DI

INDONESIA” ini di ambil sebagai judul makalah karena menurut penulis filsafat

pancasila sebagai sistem etika di Indonesia itu terbagi menjadi dua kelompok yaitu

etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan

mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Maka dari itu

kita harus mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita  harus

menggambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai

ajaran moral.

1.2 Alasan Pemilihan Judul

Alasan penulis memilih judul ”FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI DASAR

ETIKA DAN PEMBENTUKANNYA DENGAN NILAI-NILAI PANCASILA DI

INDONESIA” karena pada saat sekarang ini etika kita dalam menjaga filsafat

pancasila sangat kurang diperhatikan bagi sebagian orang di Indonesia. Penulis

berharap dengan adanya makalah ini kita dapat lebih mengerti dan paham tentang

filsafah pancasila sebagai sistem etika.

1.3 Tujuan Research di Selenggarakan

Tujuan makalah ini dibuat agar lebih mengetahui dan paham tentang filsafah

pancasila sebagai sistem etika. Maka dari itu makalah ini sangatlah penting

kegunaannya bagi kita semua. Semoga berguna sampai kapanpun. Amien.

1.4 Sistematika

A. Bagian Permulaan

- Judul

- Hal Kata Mutiara

1

Page 2: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

- Kata Penghargaan

- Daftar Isi

B. Bagian Analisa

- Pendahuluan

- Analisa Landasan

- Analisa dan Penetapan Metode yang Digunakan

- Pengumpulan dan Penyajian Data

- Analisa Data

- Kesimpulan dan Saran

C. Bagian Akhir

- Daftar Pustaka

- Lampiran

2

Page 3: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

BAB II

ANALISA LANDASAN

2.1 Analisa Hasil-Hasil

Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi menjadi beberapa cabang menurut

lingkungan masing-masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompok

bahasan pokok yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat pertama berisi

tentang segala sesuatu yang ada sedangkan kelompok kedua membahas bagaimana

manusia bersikap terhadap apa yang ada tersebut. Misalnya hakikat manusia,

alam, hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan, tentang pengetahuan, tentang apa

yang kita ketahui dan tentang yang transenden. Etika termasuk kelompok filsafat

praktis dan dibagi menjadi. dua kelompok yaitu etika umum dan etika khusus.

Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan

pandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang

bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau

bagaimana kita  harus menggambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan

dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika umum merupakan prinsip-

prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia sedangkan etika khusus

membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek

kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika khusus dibagi  menjadi etika indi-

vidu yang membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika sosial

yang membahas tentang kewajiban manusia terhadap manusia lain dalam hidup

masyarakat, yang merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus. Etika

berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pada umumnya

membicarakan masalah masalah yang berkaitan dengan predikat nilai "susila" dan

"tidak susila", "baik" dan "buruk". Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang

dilawankan dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukan bahwa

orang yang memilikinya dikatakan orang yang tidak susila. Sebenarnya etika

banyak bertangkutan dengan Prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan

dengan, tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat juga dikatakan bahwa etika

3

Page 4: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan dengan tingkah laku

manusia.

2.2 Penampilan Anggapan

Sebenarnya tidaklah begitu penting apakah Pancasila hadir menjiwai terlebih

dahulu sebelum badannya dirumuskan, atau sebaliknya. Hanya saja ada implikasi

yang dapat digunakan untuk menganalisa masalah delegitimasi Pancasila akhir-

akhir ini dengan melihat itu mana yang hadir terlebih dahulu. Ketika melihat

Pancasila sebagai jiwa yang hadir terlebih dahulu, dengan melihat kondisi saat ini,

berarti bukan Pancasilanya yang bermasalah. Bahwa Pancasila tidak lagi relevan

adalah omong kosong belaka. Pancasila adalah tetap Pancasila yang tetap terbuka

bagi semua golongan dan nilai-nilainya akan terus termutakhirkan sesuai dengan

perkembangan zaman, seperti yang dikatakan oleh Prof. Dr. Nurcholish Madjid,

“Pancasila adalah sebuah ideologi, maka itu berarti terbuka lebar adanya

kesempatan untuk semua kelompok sosial guna mengambil bagian secara positif

dalam pengisian dan pelaksanaannya. Maka para pemuka Islam pun harus

tanggap kepada masalah ini.” Jadi manusia-manusianya yang kepribadiannya

tergerus.

Dan jika kemudian, jika yang hadir terlebih dahulu adalah badannya, maka kita

memang perlu melihat kembali sila-sila Pancasila. Sudahkan hal itu sesuai dengan

watak dan pribadi bangsa ini. Atau paling tidak sudah cukup dapat menampung

watak dan kepribadian itu.

Terakhir, yang bermasalah apakah Pancasila ataukah manusia-manusianya, masih

menjadi pekerjaan rumah, yang bukan hanya diteliti dalam tataran teoritis atau

sekedar wacana saja. Namun, juga dalam tataran praktisnya. Atau bahkan kita

melepaskan itu semua, didasari ketakberdayaan kita dalam menghadapi gerusan

arus globalisasi, dengan nilai-nilai positif dan negatifnya.

4

Page 5: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

2.3 Pernyataan Hipolesa

Filsafat teoritis membahas tentang makna hakiki segala sesuatu antara lain:

manusia, alam. benda fisik, pengetahuan bahkan tentang hakikat yang transenden.

Dalam hubungan ini filsafat teoritis pada akhirnya sebagai sumber.Pengembangan

ha1-hal yang bersifat praksis termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Filsafat

praksis sebagai bidang kedua yang membahas dan mempertanyakan aspek praksis

dalam kehidupan manusia yaitu etika yang mempertanyakan dan membahas

tanggung jawab dan kewajiban manusia dalam hubungannya dengan sesama

manusia, masyarakat, bangsa dan negara lingkungan alam serta terhadap

Tuhannya (Suseno, 1987).

2.4 Hasil yang Diharapkan

Pengelompokan etika sebagaimana dibahas di muka dibedakan atas etika umum

dan etika khusus. Etika umum membahas prinsip-prinsip dasar bagi segenap

tindakan manusia, sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip dalam

hubungannya dengan kewajiban manusia dalam berbagai lingkup kehidupannya.

Etika khusus dibedakan menjadi pertama etika individu yang membahas tentang

kewajiban manusia sebagai individu terhadap dirinya sendiri serta melalui suara

hati terhadap Tuhannya, dan kedua etika sosial membahas kewajiban serta norma-

norma moral yang , seharusnya dipatuhi dalam hubungan dengan sesama manusia.

masyarakat, bangsa dan negara. Etika sosial memuat banyak etika yang khusus

mengenai wilayah-wilayah kehidupan manusia tertentu, misalnya etika keluarga,

etika profesi, etika lingkungan, etika pendidikan, etika seksual dan termasuk juga

etika politik yang menyangkut dimensi politis manusia.

Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka seseorang yang baik

secara yang baik secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut

negara serta masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan

yang buruk dalam suatu masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika

politik harus senantiasa mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia

sebagai manusia.

5

Page 6: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

BAB III

ANALISA DAN PENETAPAN METODE

3.1 Sample, Prosedur Sampling

Mencermati Lima Sila.

Abdul Hadi W.M. dalam makalahnya menyatakan bahwa Pancasila adalah

landasan ideologis berdirinya NKRI merupakan sekumpulan sistem nilai. Sebagai

sistem nilai yang dijadikan pedoman hidup sebuah bangsa Pancasila adalah jiwa

yang menghidupi kehidupan bangsa ini. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa

ada pada puncak pedoman hidup bangsa Indonesia. Dan seperti apa yang

dikatakan Abdul Hadi W.M. sila ini menjadi pengayom bagi sila yang lain dalam

prakteknya. Semangat kemanusiaan, semangat persatuan, semangat kerakyatan,

dan dan semangat keadilan berjalan dengan berlandaskan pada Ketuhanan.

Sila kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Secara sempit atau ke dalam, sila

ini dapat diartikan bahwa setiap warga negara Indonesia memperoleh perlakuan

yang adil dan beradab. Dan secara luas, bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai-

nilai kemanusian. Bahwa setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama

tanpa harus dibeda-bedakan.

Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Sila ini paling tidak menggambarkan bahwa

bangsa ini adalah satu keluarga besar yang di dalamnya didasari adanya kesadaran

perbedaan satu sama lain. Dari perbedaan inilah sebenarnya bangsa ini ada.

Bangsa ini adalah mozaik yang terdiri dari fragmen-fragmen yang membentuknya.

Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/Perwakilan. Satu nilai yang menjadi ciri bangsa ini adalah

kebersamaan dan suka bermusyawarah dalam menentukan satu kebijakan demi

kepentingan bersama. Di dasari oleh tiga sila sebelumnya.

6

Page 7: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan di sini

seperti yang dikatakan Abdul Hadi W.M., adalah Keadilan yang mencakup tiga

bentuk keadilan: (1) Keadilan distributif: menyangkut hubungan negara terhadap

warganegara, berarti bahwa negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam

membagi kemakmuran, kesejahteraaan penghasilan negara, yang terakhir ini

dalam bentuk bantuan, subsidi dan kesempatan untuk hidup bersama yang

didasarkan atas hak dan kewajiban yang setara dan seimbang; (2) Keadilan legal,

yaitu keadilan dalam kaitannya dengan hak dan kewajiban warganegara terhadap

negara, tercermin dalam bentuk ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku dalam negara; (3) Keadilan komutatif: yaitu suatu hubungan

keadilan antara warga dengan warga lainnya secara timbal balik.

3.2Metode dan Prosedur Pengolahan Data

Makna Nilai Setiap Sila Pancasila

Kehadiran pancasila yang memegang peranan penting dalam sistem etika bangsa

ini membuat penulis penasaran untuk mengulik makna nilai setiap sila pancasila.

Adapun makna nilai setiap pancasila telah diringkas penulis sebagai berikut :

Sila ke-1: Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Nilai-nilai keTuhanan sebagaimana

terkandung dalam agama-agama yang dianut bangsa mengandung nilai-nilai yang

mengayomi, meliputi dan menjiwai keempat sila yang lain. Segala sesuatu yang

berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, termasuk moral

penyelenggara negara, politik negara, pemerintahan negara dan peraturan

perundang-undangan negera, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai

nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Demikian pula dengan nilai-nilai etis dalam

sila pertama harus mendasari dan menjiwai nilai etis keempat sila yang lain.

Sila ke-2: Kemanusiaan yang adil dan beradab.

Sila ini setidak-tidaknya memberi pengakuan bahwa manusia yang hidup di negeri

ini dan merupakan warga yang sah di negeri ini diperlakukan secara adil dan

beradab oleh penyelenggara negara, termasuk hak dan kebebasannya beragama.

Kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung nilai bahwa suatu tindakan yang

berhubungan dengan kehidupan bernagara dan bermasyarakat didasarkan atas

sikap moral, kebajikan dan hasrat menjunjung tinggi martabat manusia, serta

sejalan dengan norma-norma agama dan social yang teah berkembang dalam

7

Page 8: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

masyarakat sebelum munculnya negara. Ia juga mencakup perlindungan dan

penghargaan terhadap budaya dan kebudayaan yang dikembangkan bangsa yang

beragam etnik dan golongan.

Sila ke-3: Persatuan Indonesia

Dalam sila ini adalah pemersatu seluruh rakyat Indonesia yang dapat dari berbagai

jenis suku, agama dan ras. Disila ketiga ini sangat berpengaruh bagi bangsa

Indonesia, karena tanpa adanya pesatuan antara rakyat Indonesia, walaupun

Indonesia besar dalam jumlah wilayah dan rakyat semua itu tidak akan berarti

tanpa adanya persatuan antara rakyat Indonesia.

Sila ke-4: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan didasari oleh sila Ketuhanan YME, Kemanusiaan

yang adil dan beradab, serta Persatuan .

Dalam sila ini terkandung nilai demokrasi:

(1) Adanya kebebasan yang disertai tanggung jawab moral terhadap masyarakat,

kemanusiaan dan Tuhan

(2) Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia

(3) Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam hidup bersama.

(4) Mengakui perbedaan pandangan dan kepercayaan dari setiap individu,

kelompok, suku dan agama, karena perbedaan merupakan kodrat bawaan

manusia.

(5) Mengakui adanya persaamaan yang melekat pada setiap manusia dst.

(6) Mengarahkan perbedaan ke arah koeksistensi dan solidaritas kemanusiaan;

(7) Menjunjung tinggi asas musyawarah dan mufakat.

(8) Mewujudkan dan mendasarkan kehidupan berdasarkan keadilan social.

Sila ke-5: Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat .

Keadilan social yang dimaksud harus didasarkan pada empat sila sebelumnya.

Keadilan di sini lantas mencakup tiga bentuk keadilan

(1) Keadilan distributif: menyangkut hubungan negara terhadap warganegara,

berarti bahwa negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam membagi

kemakmuran, kesejahteraaan penghasilan negara, yang terakhir ini dalam

bentuk bantuan, subsidi dan kesempatan untuk hidup bersama yang didasarkan

atas hak dan kewajiban yang setara dan seimbang

8

Page 9: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

(2) Keadilan legal, yaitu keadilan dalam kaitannya dengan hak dan kewajiban

warganegara terhadap negara, tercermin dalam bentuk ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam Negara

(3) Keadilan komutatif: yaitu suatu hubungan keadilan antara warga dengan warga

lainnya secara timbal balik. Keadilan social tercermin bukan dalam kehidupan

social dan pelaksanaan hukum oleh negara, tetapi juga dalam kehidupan

ekonomi dan politik, serta lapangan kebudayaan dan pelaksanaan ajaran

agama.

3.3Metode dan Prosedur Penganalisaan Data

PENGERTIAN NILAI, NORMA dan MORAL

Dalam pembentukan sistem etika dikenal namanya nilai, norma dan moral. Penulis akan

coba membahas pengertian tiap-tiapnya, dan hubungan antaranya.

a. Pengertian

Nilai : Sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek, bukan obyek itu sendiri

Norma : Aturan tingkah laku yang ideal

Moral : Integritas dan martabat pribadi manusia

Sedangkan etika sendiri memiliki makna suatu pemikiran kritis dan mendasar

tentang ajaran dan pandangan moral.

b. Hubungan nilai, norma dan moral

Nilai, norma dan moral langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan yang

cukup erat, karena masing-masing akan menentukan etika bangsa ini. Hubungan

antarnya dapat diringkas sebagai berikut :

1. Nilai: kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (lahir dan

batin).

- Nilai bersifat abstrak hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti dan

dihayatiolehmanusia;

- Nilai berkaitan dengan harapan, cita-cita, keinginan, dan segala sesuatu

pertimbangan batiniah manusia;

- Nilai dapat bersifat subyektif bila diberikan olehs ubyek, dan bersifat

obyektif bila melekat pada sesuatu yang terlepasd arti penilaian manusia

9

Page 10: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

2. Norma: wujud konkrit dari nilai, yang menuntun sikap dan tingkah laku

manusia. Norma hokum merupakan norma yang paling kuat keberlakuannya

karena dapat dipaksakan oleh suatu kekuasaan eksternal, misalnya penguasa atau

penegak hukum

3. Nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika

4. Makna mora lyang terkandung dalam kepribadian seseorang akan tercermin

pada sikap dan tingkah lakunya. Norma menjadi penuntun sikap dan tingkah

laku manusia.

5. Moral dan etika sangat erat hubungannya. Etika adalah ilmu pengetahuan yang

membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.

Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa yang ada serta

bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Banyak usaha untuk

menggolong-golongkan nilai tersebut dan penggolongan tersebut amat

beranekaragam, tergantung pada sudut pandang dalam rangka penggolongan

tersebut. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga maacam, yaitu:

1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani

manusia, atau kebutuhan material ragawi manusia.

2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat

mengadakan kegiatan atau aktivitas.

3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohanimanusia nilai

kerohanian ini dapat dibedakan atas empat macam yaitu :

a) Nilai kebenaran

b) Nilai keindahan

c) Nilai kebaikan

d) Nilai religius

10

Page 11: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

Pancasila Sebagai Nilai Dasar Fundamental Bagi Indonesia.

Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 menyatakan: Pancasila seperti tercantum dalam

Pembukaan UUD 45 merupakan sumber hukum yang berlaku di negara RI dan karena

itu secara obyektif ia merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum,

serta cia-cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan bangsa . Sebagai dasar

pandangan hidup bernegara dan sistem nilai kemasyarakatan, Pancasila mengandung 4

pokok pikiran, sebagai berikut:

1. Negara merupakan negara persatuan, yang bhinneka tunggal ika. Persatuan tidak

berarti penyeragaman, tetapi mengakui kebhinnekaan yang mengacu pada nilai-nilai

universal Ketuhanan, kemanusiaan, rasa keadilan dan seterusnya.

2. Negara Indonenesia didirikan dengan maksud mewuju dkan suatu keadilan sosial

bagi seluruh rakyat , dan berkewajiban pula mewujudkan kesejahteraan serta

mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Negara didirikan di atas asas kedaulatan rakyat. Kedaulatan rakyat tidak bisa

dibangun hanya berdasarkan demokrasi di bidang politik. Demokrasi harus juga

dilaksanakan di bidang ekonomi.

4. Negara didirikan di atas dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung arti

bahwa negara menjunjung tinggi keberadaan agama-agama yang dianut bangsa.

11

Page 12: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENYAJIAN DATA

4.1 Uraian Secara Singkat

Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan suatu cabang dari

ilmu-ilmu kemanusiaan (humaniora). Sebagai cabang falsafah ia membahas

sistem-sistem pemikiran yang mendasar tentang ajaran dan pandangan moral.

Sebagai cabang ilmu ia membahas bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu

ajaran moral tertentu. Etika sebagai ilmu dibagi dua, yaitu etika umum dan etika

khusus. Etika umum membahas prinsip-prinsip umum yang berlaku bagi setiap

tindakan manusia. Dalam falsafah Barat dan Timur, seperti di Cina dan , seperti

dalam Islam, aliran-aliran pemikiran etika beranekaragam. Tetapi pada prinsipnya

membicarakan asas-asas dari tindakan dan perbuatan manusia, serta sistem nilai

apa yang terkandung di dalamnya.

Etika khusus dibagi menjadi dua yaitu etika individual dan etika sosial. Etika

indvidual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dan dengan

kepercayaan agama yang dianutnya serta panggilan nuraninya, kewajibannya dan

tanggungjawabnya terhadap Tuhannya. Etika sosial di lain hal membahas

kewajiban serta norma-norma social yang seharusnya dipatuhi dalam hubungan

sesama manusia, masyarakat, bangsa dan negara.

Etika sosial meliputi cabang-cabang etika yang lebih khusus lagi seperti etika

keluarga, etika profesi, etika bisnis, etika lingkungan, etika pendidikan, etika

kedokteran, etika jurnalistik, etika seksual dan etika politik. Etika politik sebagai

cabang dari etika sosial dengan demikian membahas kewajiban dan norma-norma

dalam kehidupan politik, yaitu bagaimana seseorang dalam suatu masyarakat

kenegaraan ( yang menganut system politik tertentu) berhubungan secara politik

dengan orang atau kelompok masyarakat lain. Dalam melaksanakan hubungan

politik itu seseorang harus mengetahui dan memahami norma-norma dan

kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi.

Dan pancasila memegang peranan dalam perwujudan sebuah sistem etika yang

baik di negara ini. Disetiap saat dan dimana saja kita berada kita diwajibkan untuk

beretika disetiap tingkah laku kita. Seperti tercantum di sila ke dua “ kemanusian

12

Page 13: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

yang adil dan beadab” tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran pancasila dalam

membangun etika bangsa ini sangat berandil besar.

Setiap sila pada dasarnya merupakan azas dan fungsi sendiri-sendiri, namun secara

keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematik. Pancasila adalah suatu

kesatuan yang majemuk tunggal, setiap sila tidak dapat berdiri sendiri terlepas dari

sila lainnya, diantara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan.

Inti dan isi Pancasila adalah manusia monopluralis yang memiliki unsur-unsur

susunan kodrat (jasmani–rohani), sifat kodrat (individu-makhluk sosial),

kedudukan kodrat sebagai pribadi berdiri sendiri, yaitu makhluk Tuhan Yang

Maha Esa.

Unsur-unsur hakekat manusia merupakan suatu kesatuan yang bersifat organis dan

harmonis, dan setiap unsur memiliki fungsi masing-masing namun saling

berhubungan. Pancasila merupakan penjelmaan hakekat manusia monopluralis

sebagai kesatuan organis

13

Page 14: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

BAB V

ANALISA DATA

5.1 Analisa Kuantitatif

Sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi, menjadi beberapa cabang menurut

lingkungan masing-masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompok

bahasan pokok yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat pertama berisi

tentang segala sesuatu yang ada sedangkan kelompok kedua membahas bagaimana

manusia bersikap terhadap apa yang ada tersebut. Misalnya hakikat manusia,

alam, hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan, tentang pengetahuan, tentang apa

yang kita ketahui dan tentang yang transenden.

Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi . dua kelompok yaitu

etika umum dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan

mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah

suatu ilmu yang membahass tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu

ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita  harus menggambil sikap yang

bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987).

Etika umum merupakan prinsip- prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan

manusia sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam

hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika

khusus dibagi  menjadi etika individu yang membahas kewajiban manusia

terhadap diri sendiri dan etika sosial yang membahas tentang kewajiban manusia

terhadap manusia lain dalam hidup masyarakat, yang merupakan suatu bagian

terbesar dari etika khusus.

Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pada umumnya

membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai "susila" dan

"tidak susila", "baik" dan "buruk". Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang

dilawankan dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukan bahwa

orang yang memilikinya dikatakan orang yang tidak susila. Sebenarnya etika

banyak bertangkutan dengan Prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan

14

Page 15: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

dengan, tingkah laku manusia (Kattsoff, 1986). Dapat juga dikatakan bahwa etika

berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalam hubungan dengan tingkah laku

manusia.

Filsafat diartikan sebagai ilmu tentang  nilai-nilai. Istilah nilai di dalam bidang

filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya "keberhargaan‘

(Worth) atau ‘kebaikan (goodness), dan kata kerja yang artinya suatu tindakan

kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian, (Frankena,229)

Didalam Dictionary of Sosciology and Related Sciences dikemukakan bahwa nilai

adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan

manusia. Jadi nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat

pada suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya

ada sifat atau kualitas yang melekat pada susuatu itu.

5.2 Kesimpulan dari Analisa

Nilai berbeda dengan fakta di mana fakta dapat diobservasi melalui verifikasi

empiris, sedangkan nilai bersifat abstrak yang hanya dapat dipahami, dipikirkan,

dimengerti dan dihayati oleh manusia. Nilai berkaitan dengan harapan, cita-cita ,

keinginan, dan segala sesuatu pertimbangan internal manusia. Nilai ini bersifat

kongkrit yaitu tidak dapat ditangkap dengan indra manusia, dan nilai dapat bersifat

subjektif maupun objektif. Bersifat subjektif manakala nilai tersebut diberikan

oleh subjek dan bersifat objektif maka nilai tersebut telah melekat pada sesuatu

terlepas dari penilaian manusia.

Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku

manusia, maka perlu lebih dikongkritkan serta diformulasikan menjadi lebih

objektif sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah

laku secara kongkrit. Terdapat berbagai macam norma dan berbagai macam norma

hukumlah yang paling kuat keberlakuannya, karena dapat dipaksakan aleh suatu

kekusaan eksternal misalnya penguasa atau penegak hukum. Selanjutnya nilai

dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika.

15

Page 16: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

Moral merupakan suatu ajaran-ajaran ataupun wejangan-wejangan, patokan-

patokan, kumpulan peraturan, baik lisan maupun tertulis tentang bagaimana

manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik. Adapun  di

pihak lain etika adalah suatu cabang filsafat yaitu suatu pemikiran kritis dan

mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral tersebut

(Krammer, 1988 dalam Darmodihardjo, 1996). Menurut De Vos (1987), bahwa

etika dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang kesusilaan yaitu pengertian

moral, sehingga etika pada hakikatnya adalah sebagai ilmu pengetahuan yang

membahas tentang prinsip-prinsip moralitas.

Ajaran moral sebagai buku petunjuk tentang bagaimana kita memperlakukan

sebuah mobil dengan baik sedangkan etika memberikan pengertian pada kita

tentang struktur dan teknologi mobil itu sendiri.

16

Page 17: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Ungkapan Kembali Secara Singkat

Etika termasuk suatu kelompok filsafat praktis, yaitu suatu pemikiran kritis dan

mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral, merupakan ilmu

yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran

moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung

jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Etika berkaitan dengan pelbagai

masalah nilai karena etika pada pokoknya membicarakan masalah-masalah yang

berkaitan dengan predikat nilai “ susila” dan “tidak susila”, “baik dan buruk”.

Sebagaibahasab khusus etika membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan orang

dapat disebut susila atau bijak. Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan yang

dilawankan dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukkan bahwa

orang yang memilikinya dikatakan orang yang tidak susila. Etika lebih banyak

bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran/dasar-dasar filosofis dalam

hubungan dengan tingkah laku manusia Pancasila Sebagai Suatu Sistem Etika

Pancasila sebagai suatu system filsafat pada hakekatnya merupakan suatu Nilai,

sehingga merupakan suatu sumber dari segala penjabaran norma, baik norma

hukum, norma moral. Dalam Filsafat pancasila terkandung di dalamnya suatu

pemikiran-pemikiran yang bersifat kritis, mendasar , rasional, sistematis dan

komprehensif dan system pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh karena itu

suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang

merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek kritis melainkan suatu nilai-

nilai yang bersifat mendasar. Sebagai suatu nilai, Pancasila memberikan dasar-

dasar bersifat foundamental dan Universal bagi manusia baik dalam hidup

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Adapun manakala nilai-niilai tersebut

akan dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat praktis / kehidupan yang nyata

dalam masyarakat,bangsa maupun Negara, maka nilai-nilai tersebut kemudian

dijabarkan dalam suatu norma-norma yang jelas sehinga merupakan suatu

pedoman. Norma tersebut meliputi :

17

Page 18: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

1) Norma Moral; yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat

diukur dari sudut baik dan buruk. Sopan ataupun tidak sopan, susila atau tidak

susila.Dalam kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah dijabarkan dalam suatu

norma-norma moralitas atau norma-norma etika sehingga Pancasila

merupakan system etika dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

2) Norma Hukum; Suatu norma yang terkandung dalam system peraturan

perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam pengertian inilah,

maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hokum di

Negara Indonesia. Sebagai sumber dari segala sumber hokum nila-nilai

Pancasila yang sejak dulu telah merupakan suatu cita-cita moraal yang luhur

yang berwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum

membentuk Negara. Atas dasar pengertian inilah, maka nilai-nilai Pancasila

sebenarnya berasal dari bangsa Indonesia sendiri atau dengan lain perkataan

bangsa Indonesia sebagai asal mula materi ( kausa materialis) nilai-nilai

Pancasila. Jadi sila-sila Pancasila pada hakekatnya bukanlah merupakan suatu

pedoman yang langsung bersifat Normatif ataupun raktis, melainkan

merupakan suatu system nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma, yang

pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma etika/moral

maupun norma hokum dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

6.2 Nyatakan Kembali Metode yang Digunakan

Suatu kegiatan manusia untuk menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain,

kemudian untuk selanjutnya diambil keputusan. Keputusan itu merupakan

keputusan nilai yang dapat menyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau

tidak benar, baik atau tidak baik, indah atau tidak indah. Keputusan nilai yang

dilakukan o1eh subjek penilai tentu berhubungan dengan unsur-unsur jasmani,

akal, rasa, karsayang dan kepercayaan. Sesuatu itu dikatakan bernilai apabila

sesuatu itu berharga, berguna, benar, indah dan baik

Di dalam nilai itu sendiri terkandung cita-cita, harapan-harapan, dambaan-

dambaan dan keharusan. Maka nilai bermakna das Sollen, bukan das-Sein yang

artinya bahwa das Sollen harus menjelma menjadi das sein yang ideal harus

18

Page 19: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

menjadi real yang bermakna normatif harus direalisasikan dalam perbuatan sehari-

hari yang merupakan fakta.

Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa yang ada serta

bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia. Banyak usaha untuk

menggolong-golongkan nilai tersebut dan penggolongan tersebut amat

beranekaragam, tergantung pada sudut pandang dalam rangka

penggolongan tersebut.

Notonagoro membagi nilai menjadi tiga maacam, yaitu:

1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia, atau kebutuhan material ragawi manusia.

2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.

3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohanimanusia nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas empat macam yaitu :

a) Nilai kebenaran

b) Nilai keindahan

c) Nilai kebaikan

d) Nilai religius

Notonagoro berpendapat bahwa nilai-nilai Pancasila tergolong nilai-nilai

kerokhanian, tetapi nilai-nilai kerokhanian yang mengakui adanya  nilai material

dan nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai lain secara lengkap dan harmonis, baik

nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai keindahan atau nilai estetis, nilai

kebaikan atau nilai moral, maupun nilai kesucian yang sistematikaMaha Esa

sebagai dasar sampai dengan sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

sebagai tujuan hirarkhis yang dimulai dari sila Ketuhanan yang

(Darmodiharjo,1978).

Nilai religius merupakan suatu ni!ai yang tertinggi dan mutlak, artinya nilai

religius tersebut heirarkhinya di atas segala nilai yang ada dan tidak.dapat.di

jastifikasi berdasarkan akal manusia karena pada tingkatan tertentu nilai tersebut

bersifat di atas dan di luar kemampuan jangkauan akal pikir manusia.

19

Page 20: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

Dalam kaitannya dengan devisiasi maka nilai-nilai dapat dikelompokkan menjadi

tiga macam yaitu nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis:

a) Ni1ai Dasar

Nilai ini memiliki sifat abstrak artinya tidak dapat diamati melalui indra manusia,

namun dalam realisasinya ini berkaitan dengan tingkah laku atau segala aspek

kehidupan manusia yang bersifat nyata namun nilai memiliki nilai dasar, yaitu

merupakan hakikat, esensi, intisari atau makna yang terdalam dari nilai-nilai

tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena menyangkut hakikat

kenyataan obyektif

segala sesuatu misalnya hakikat Tuhan, manusia atau segala sesuatu lainnya.

Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan, maka  nilai tersebut

bersifat mutlak karena hakikat Tuhan adalah kausa prima, sehingga segala sesuatu

diciptakan berasal dari Tuhan. Jika nilai dasar itu berkaitan dengan

hakikat manusia, maka nilai-nilai tersebut bersumber pada hakikat kodrat manusia

sehingga nilai-nilai dasar kemanusiaan itu dijabarkan dalam norma hukum maka

diistilahkan sebagai hak dasar. Hakikat nilai dasar itu berlandaskan pada hakikat

sesuatu benda, kuantitas, kualitas, aksi, relasi, ruang maupun waktu,  sehingga

nilai dasar dapat disebut sebagai sumber norma pada gilirannya

direalisasikan.dalam suatu kehidupan yang bersifat praksis. Walaupun dalam

aspek praksis dapat berbeda-beda namun secara sistematis tidak dapat berbeda-

beda namun secara sistematis tidak dapat bertentangan dengan nilai dasar yang

merupakan sumber penjabaran norma serta realisasai praksis tersebut.

b) Nilai Instrumental

Untuk dapat direalisasikan dalam suatu kehidupan praksis maka nilai dasar

tersebut harus memiliki formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas. Nilai

instrumental merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan dapat diarahkan.

Bilamana nilai instrumental tersebut berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam

kehidupan sehari-hari maka suatu norma moral. Jika nilai

instrumental itu berkaitan dengan suatu organisasi ataupun negara maka nilai-nilai

instrumental merupakan suatu arahan kebijaksanaan atau strategis yang bersumber

20

Page 21: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

pada nilai dasar sehingga dapat dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan

suatu eksplisitasi dari nilai dasar.

c) Nilai praksis

Nilai praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari

nilai instrumental dalam suatu kehidupan yang nyata, sehingga nilai praksis ini

merupakan perwujudan dari nilai instrumental namun tidak bisa menyimpang atau

bahkan tidak dapat bertentangan. Artinya oleh karena nilai dasar, nilai

instrumental dan nilai praksis itu merupakan suatu sistem perwujudannya tidak

boleh menyimpang dari sistem tersebut.

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa nilai adalah kualitas dari suatu yang

bermaanfaat

bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Dalam kehidupan manusia nilai

dijadikan landasan, alasan, atau motivasi., dalam bersikapdan bertingkah laku baik

disadari maupun tidak.

6.3 Utarakan Kembali Penggarapan Masalah

Pengelompokan etika sebagaimana dibahas di muka dibedakan atas etika umum

dan etika khusus. Etika umum membahas prinsip-prinsip dasar bagi segenap

tindakan manusia, sedangkan ertika khusus membahas prinsip-prinsip dalam

hubungannya dengan kewajiban ma,nusia dalam pelbagai lingkup kehidupannya.

Etika khusus dibedakan menjadi pertama etika individu yang membahas tentang

kewajiban manusia sebagai individu terhadap dirinya sendiri serta melalui suara

hati terhadap Tuhannya, dan kedua, etika sosial membahas kewajiban serta norma-

norma moral yang , seharusnya dipatuhi dalam hubungan dengan sesama manusia.

masyarakat, bangsa dan negara. Etika sosial memuat banyak etika yang khusus

mengenai wilayah-wilayah kehidupan manusia tertentu, misalnya etika keluarga,

etika profesi, etika lingkungan, etika pendidikan, etika seksual dan termasuk juga

etika politik yang menyangkut dimensi politis manusia.

21

Page 22: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka seseorang yang baik

secara yang baik secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut

negara serta masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan

yang buruk dalam suatu masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika

politik harus senantiasa mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia

sebagai manusia.

6.4 Saran dan Rekomendasi yang Relevan

Norma-norma Etika serta aktualisasinya dalam kehidupan manusia, sebenarnya

tidak dapat dipisahkan dengan pandangan hidup, serta filsafat hidup dari suatu

masyarakat tertentu. Oleh karena itu berbagai aliran etika yang berkembang dalam

masyarakat senantiasa tidak dapat dilepaskan dengan dasar filsafat yang dianut

dalam masyarakat tersebut. Bagi masyarakat yang berpandangan filsafat

materialize, akan mendasarkan etika dalam hidupnya pada suatu prinsip bahwa

nilai etika yang tertinggi adalah terletak pada nilai Materialis Manusia senantiasa

diukur berdasarkan parameter materi. Materi adalah merupakan suatu prinsip

dasar tertinggi dalam kehidupan etika masyarakat.

Demikian juga bagi masyarakat yang mendasarkan kehidupannya pada filsafat

Ateisme, tidak mengakui adanya Tuhan, akan senantiasa mendasarkan kehidupan

etikanya dengan penolakan atas otoritas wahyu Tuhan. Agama tidak ada

hubungannya dengan perbuatan dan tingkah laku moral manusia. Oleh karena itu

moral ketuhanan tidak merupakan suatu norma tertinggi bahkan mereka menolak

keberadaan moral ketuhanan.Oleh karena itu apa yang baik bagi kehidupan

ketuhanan belum tentu baik bagi/ dianggap tidak baik menurut kehidupan moral

masyarakat. Manusia adalah makhluk yang otonom, bebas dan tidak mengakui

adanya dhat yang mutlak / tidak mengakui adanya Tuhan. Moral inilah yang

banyak dikembangkan pada Negara materialis dan komunis yang mendasarkan

filsafatnya pada ateisme, sehingga mereka berprinsip pada pembenaran atas segala

cara dalam mencapai tujuannya.

Pelaksanaan dan realisasi moral dalam kehidupan masyarakat tersebut merupakan

suatu fakta, atau secara terminologis disebut das sein , sedangkan prinsip nilai

yang merupakan dasar filsafat itu disebut sebagai das sollen / seharusnya.

22

Page 23: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

Sebagaimana dipahami bahwa sebagai suatu norma hukum positif, maka Pancasila

dijabarkan dalam suatu peraturan perundang-undangan yang bersifat eksplisit. Hal

ini secara kongkrit dijabarkan dalam tertib hukum Indonesia. Namun demikian

disamping tertib hukum, di dalam pelaksanaannya memerlukan suatu norma moral

yang merupakan dasar pijak pelaksanaan tertib hukum di Indonesia.

Bagaimanapun baiknya suatu peraturan perundang-undanagan jika tidak

dilandasai oleh moral yang luhur dalam pelaksanaan, penyelenggaraan Negara,

maka niscaya hukum tidak akan dapat mencapai suatu keadilan bagi kehidupan

kemanusiaan.

Dalam kehidupan kenegaraan dan kebangsaan disamping dasar hukum yang

merupakan landasan formal bagi pelaksanaan dan penyelengaraan Negara, juga

harus dilandasi oleh norma-norma etika dan moral sebagaimana terkandung dalam

Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila merupakan paradigma dalam kehidupan politik dalam

prakteknya antara das sollen dan das sein tidak konsisten. Fakta menunjukkan

bahwa panggung politiki di Indonesia tidak mendasarkan kepada moral

sebagaimana terkandung dalam Pancasila yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan yang

implementasinya kemudian pada etika politik. Kalangan elit politik kenyataannya

lenih menekankan pada pembagian kekuasaan dan perebutamn kekuasaan dari

pada memperhatikan nasib rakyat yang semakin berat. Kepekaan wakil-wakil

rakyat terhadap nasib penderitaan rakyat menunjukkan kesenjangan yang semakin

jauh, yaitu rakyat semakin menderita namun kalangan elit politik dan wakil rakyat

senantiasa menuntut kesejahteraan yang berlebih. Selain dasar moral tersebut,

pelaksanaan politik juga harus memperhatikan dasar-dasar nasionalisme /

kebangsaan Indonesia yang terkandung dalam sila ketiga.

23

Page 24: Filsafat Pancasila Sebagai Dasar Etika Dan Pembentukannya Dengan Nilai-Nilai Pancasila Di Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadi W.M,“Pancasila sebagi Etika Politik dan Dasar Negara,” makalah ini

disampaikan pada mata kuliah Pancasila di ICAS Jakarta, 06 November 2006.

Djumhardjinis, 2008, Pendidikan Pancasila, Demokrasi dan Hak Azasi Manusia,

Widya, Jakarta.

Kumpulan Artikel-Artikel di Internet

Rahman, Budhi Munawar, Ensiklopedia Cak Nur, Jakarta; Paramadina, 2007

S. Soemarsono (Tim Lemhanas), 2004, Pendidikan Kewarganegaraan, Gramedia,

Jakarta.

Suseno, Franz-Magniz, Etika Politik; Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan

Modern, Jakarta: Gramedia, 2003

24