implementasi nilai-nilai pancasila dalam menghadapi …

99
i IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI ISU SARA DI DESA KAPOTA KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh BAMBANG SUPRIANTO NIM 105430012715 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PPKn 2019

Upload: others

Post on 06-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

i

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI ISUSARA DI DESA KAPOTA KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN

KABUPATEN WAKATOBI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar SarjanaPendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas

Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

BAMBANG SUPRIANTO

NIM 105430012715

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PPKn

2019

Page 2: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …
Page 3: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …
Page 4: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

v

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama mahasiswa : Bambang Suprianto

Nim : 105430012715

Jurusan : PPKn

Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini,saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi denganpembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi.4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya

bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, September 2019

Yang membuat perjanjian

Bambang Suprianto

Page 5: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

v

Page 6: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Bambang Suprianto

Nim : 105430012715

Jurusan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Judul Skripsi : Implementasi Nilai-nilai Pancasila Dalam Menghadapi

Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi

Selatan Kabupaten Wakatobi”.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji

adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh

siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, September 2019

Yang Membuat Pernyataan

Bambang SupriantoNIM: 105430012715

Page 7: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Karunia Allah yang paling lengkap adalah kehidupan yang di dasarkan pada ilmupengetahuan karena orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan lalu di gunakan untuk

kebaikan niscaya akan di angkat derajtnya oleh Allah SWT.

Kupersembahkan karya ini buat:

kedua orang tuaku, saudaraku, dan sahabatku,

atas keiklasan dan doanya dalam mendukung penulis

mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

Page 8: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

vii

ABSTRAK

Bambang Suprianto (2019). Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalammenghadapi Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi SelatanKabupaten Wakatobi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan UniversitasMuhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhajir dan Pembimbing II AuliahAndika Rukmana.

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui Implementasi Nilai-nilaiPancasila terhadap masyarakat dalam menghadapi Isu SARA di Desa KapotaKecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. (2) untuk mengetahuiUpaya Pemerintah Daerah Wakatobi mengatasi konflik Isu SARA di Desa KapotaKecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi. Untuk mencapai tujuantersebut maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melaluiobservasi,wawancara, dan dokumentasi dengan mengambil 6 orang Informanyaitu Kepala Desa, toko masyarakat, suku buton, suku muna, suku bugis dansuku bajo. Data di olah menggunakan teknik analisis data kualitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) pada dasarnya implementasi nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat kapota masih sangat kurang sekalidikarenakan sebagian masyarakat kapota masih minim pengetahuan tentangPancasila bahkan masih banyak yang tidak tahu tentang Pancasila. Hal inimenandakan bahwa terjadinya konflik isu SARA di Desa Kapota bisa jadi karenaminimnya pengetahuan tentang Pancasila sehingga rasa persaudaraan danpersatuan masi kurang di pahami.(2) upaya yang di lakukan denganmempertemukan kedua belah pihak kemudian di lakukan secara bermusyawaraholeh tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala Desa, pihak keamanan dan jajaranpemerintah Daerah lainnya.

Kata kunci: Nilai-Nilai Pancasila, Isu SARA

Page 9: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

viii

KATA PENGANTA

Tiada kata yang paling indah dan patut penulis ucapkan kecuali

Alhamdulillah dan syukur kepada Iilahi Rabbi Yang Maha Rahman dan Maha

Rahim. Dia yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya berupa

nikmat kesehatan, kekuatan dan kemampuan senantiasa tercurah pada diri penulis

sehingga usaha untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Nilai-

nilai Pancasila Dalam Menghadapi Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-

Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi”. Begitu pula salawat dan taslim kepada

Rasulullah SAW, serta para keluarganya dan sahabat yang sama-sama berjuang

untuk kejayaan Islam semata.

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang dialami penulis,

tetapi berkat usaha, doa, bantuan serta motivasi yang diberikan oleh berbagai

pihak, maka hambatan itu dapat teratasi. Olehnya itu penghargaan dan ucapan

terima kasih yang setinggi-tingginya tak lupa penulis sampaikan kepada: Kedua

orang tua ku bapak Mus’Adi dan ibu Mu’mina berserta keluarga besar yang telah

memberikan doa dan dukungan serta motivasi kepada saya.

Dan juga tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.

H.Abd Rahman Rahim, S.E.,M.M, Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar. Bapak Erwin Akib, S.Pd.,M.Pd.,Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Muhajir, M.Pd,

Page 10: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

viii

Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dr. Muhajir, M.Pd

selaku pembimbing 1 dan Auliah Andika Rukman, SH., MH selaku pembimbing

II dengan kesabaran meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing

dan memberikan motivasi selama penulis menjelan masa perkuliahan hingga

penyusunan skripsi. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di Jurusan Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan yang banyak memberikan ilmu di Jurusan

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dari

Mahasiswa Amai Kapota Makassar, teman-teman Keluarga Posko P2K Tokka

Manuju, teman-teman dari PPKn Kelas B seperjuangan yang selalu menemani

dalam suka dan duka, sahabat-sahabat terkasih serta seluruh rekan mahasiswa

Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan angkatan 2015 atas segala

kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya kepada penulis.

Akhir kata penulis berharap semoga karya sederhana ini membawa suatu

manfaat bagi perkembangan dunia, dengan segala kerendahan hati, penulis

senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak dan dapat

memberikan manfaat bagi para pembaca, terutama dari diri pribadi penulis.

Aamiin.

Makassar, Desember 2019

Penulis

Bambang Suprianto105430012715

Page 11: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.......................................................................................................I

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………………...II

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………………..III

SURAT PERNYATAAN……………………………………………………………….IV

SURAT PERJANJIAN………………………………………………………………….V

MOTTO DAN PERSEMBAHAN............................................... ……………………..VI

ABSTRAK………….……………………………………………………….…………VII

KATA PENGANTAR..................................................................................................VIII

DAFTAR ISI....................................................................................................................IX

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................1B. Rumusan Masalah ...................................................................................5C. Tujuan Penelitian ……………………………………… .......................5D. Manfaat Penelitian …………………………………….. .......................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................7

A. Tinjaun Tentang Pancasila…………………………………… ..............71. Pengertian Pancasila………………………………………..............72. Pancasila Sebagai Dasar Negara .......................................................103. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa………………………. ..............12

B. Tinjauan Tentang Nilai-nilai Pancasila…………………... ....................131. Pengertian Nilai ……………………………………........................132. Makna Sila Pancasila ........................................................................143. Implementasi Nilai-nilai Pancasila ……… ......................................19

C. Tinjauan Tentang ISU SARA .................................................................231. Pengertian ISU…………………………………. .............................232. Pengertian SARA..............................................................................243. Pengertian Konflik ............................................................................304. Undang-Undang SARA ....................................................................32

D. Penelitian Relevan...................................................................................35

Page 12: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

ix

E. Kerangka Pikir .......................................................................................35F. Definisi Operasional................................................................................37

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................39

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan .............................................................39B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................39C. Informan Penelitian……………………………....... ..............................39D. Sumber Data ………………………………………………...................40E. Instrumen Penelitian ...............................................................................41F. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................41G. Teknik Analisis Data ..............................................................................42H. Keabsahan Data.......................................................................................44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.............................................47

A. Deskripsi Lokasi Penelitian…............................................................................47

B. Hasil Penelitian...................................................................................................48

C. Pembahasan........................................................................................................59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................66

A. Kesimpulan………………….............................................................................66

B. Saran………………………...............................................................................67

DAFTAR PUSTAKA…..................................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN..……………………………………………………………

RIWAYAT HIDUP…………………………………………………………………….

Page 13: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara pulau terbesar yang kaya akan sumber daya

alam dan memiliki keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah.

Bahkan sudah diakui secara umum bahwa bangsa Indonesia dikenal sebagai

bangsa yang majemuk.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistick (BPS) padatahun 2010 ada 2500 Bahasa daerah, dan 1.340 Suku di Indonesia yangtersebar lebih dari 17 ribu pulau. Dimana setiap Suku bangsa memilikikebudayaan yang berbeda – beda antara satu dengan yang lain.

Keberadaan masyarakat majemuk merupakan kekayaan bangsa Indonesia

yang harus diakui, diterimah, dan dihormati, kemudian diwujudkan dalam

semboyan Bhineka Tunggal Ika. Keragaman tersebut merupakan identitas

bangsa Indonesia. Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” merupakan wujud dari pilar

bangsa Indonesia yang syarat dengan keragaman. Perbedaan dan keragaman di

Indonesia jangan sampai dijadikan penghambat untuk mencapai kemajuan bangsa.

Kekayaan keragaman seharusnya dimanfaatkan untuk mewujudkan Indonesia

sebagai negara yang dapat memperkenalkan kekayaan keragaman Indonesia ke

dunia mancanegara.

Keragaman masyarakat Indonesia menuntut rasa saling toleransi,

menghormati dan menghargai antar perbedaan tersebut. Keragaman yang ada

sering mengakibatkan diskriminasi yang berujung pada konflik dan kekerasan.

Masyarakat Indonesia kurang dapat mengakui dan menerima keragaman tersebut.

Pemicu konflik tersebut biasanya disebabkan diskriminasi dan kurangnya rasa

Page 14: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

2

toleransi, menghargai dan menghormati terhadap suatu Suku, Agama, Ras dan

Antar golongan (SARA) tertentu.

Dalam sejarahnya bangsa Indonesia telah mengalami berbagai macam

konflik sosial yang berbau SARA. Salah satu contoh Desa Kapota Kecamatan

Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi yang pernah terjadi konflik sosial

yang berbau Isu SARA yang didasarkan pada sentimen sukuisme antara Suku

pendatang yaitu Suku Muna dengan Suku Buton yang ada di sana yang

mengakibatkan terjadinya konflik sosial. Hal ini mengingat Wakatobi merupakan

daerah parawisata yang banyak digemari oleh setiap kalangan baik turis lokal

maupun turis asing, banyak pendatang dari berbagai daerah suku, agama dan ras

yang datang untuk menikmati keindahan bawah laut Wakatobi, bahkan ada

yang mencoba membeli tempat untuk tinggal dan menetap disana.

Hal ini sungguh sangat memprihatikan bila banyak terjadi konflik sosial

disebabkan hanya karena perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan padahal

Sejarah mengungkapkan bahwa Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

memberi kekuatan hidup serta dan membimbing dalam mengejar kehidupan lahir

batin yang makin baik dalam menyatukan masyarakat. Diterimanya Pancaslia

sebagai pandangan hidup dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa

nilai-nilai Pancasila harus selalu di jadikan landasan pokok, landasan

fundamental, bagi pengaturan serta penyelenggaraan negara.

Bahwasannya Pancasila yang telah diterima dan di tetapkan sebagai dasar

negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa,yang telah di uji kebenaran,

Page 15: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

3

kemakmuan dan kesaktiannya, sehingga tidak ada satu kekuatan manapun juga

yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia

Menyadari bahwa untuk mewujudkan pengakuan bahwa Pancasila

sebagai pandangan hidup bangsa menharuskan bangsa Indonesia untuk

mentranformasikan nilai-nilai Pancasila secara nyata dan terus menerus

penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung didalamnya oleh setiap

warga negara Indonesia, setiap penyelenggaraan negara serta setiap lembaga

kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di Daerah.

Pancasila di dalamnnya mengandung nilai-nilai universal (umum) yang di

kembangkan dan berkembang dalam manusia-manusia sesuai dengan kodratnya,

sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Sebagaimana tercantum dalam

Pembukaan Undang-Undang Dasa 1945 dan secara khusus di jabarkan dalam

pasal-pasalnya. Bahwa tidak di pungkiri lagi nilai-nilai yang bersifat universal

(umum) tampa ada batas-batas tertentu, sebaliknya nilai-nilai khusus berlaku

hanya untuk bangsa Indonesia saja seperti yang tercantum dalam Pancasila yaitu,

(nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, nilai Persatuan, nilai Kerakyatan, dan nilai

Keadilan)

Dalam melakukan penelitian berkaitan dengan Implementasi nilai-nilai

Pancasila peneliti menfokuskan masing-masing dua nilai dari nilai yang

terkandung dalam setiap sila Pancasila dalam menghadapi Isu SARA yaitu nilai

Persatuan dan nilai kerakyatan.

Sila ketiga ini memagang teguh persatuan sebagai kuncikedamaian.Mampu menempatkan persatuan,kesatuan,serta kepentingandan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas

Page 16: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

4

kepentingan pribadi dan golongan,mengembangkan persatuan Indonesiaatas dasar Bhineka Tunggal Ika.

Sila keempat ini mengarakan bahwa setiap ada permasalahan harus diselesaikan dengan cara musyawarah mufakat, dan setiap musyawarahmengutamakan kepentingan bersama membangun semangat kekeluargaandan Keputusan yang di ambil harus dapat di pertanggungjawabkan secaramoral kepada Tuhan Yang Maha Esa

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa nilai persatuan memilki

kekuatan yang sangat besar dalam tonggak perdamayan, menjunjung tinggi harkat

martabat bangsa selalu mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan

pribadi, Nilai kerakyatan setiap ada persoalan ataupun masalah mengutamakan

musyawarah mufakat dalam mengambil suatu keputusan.

Hasil penelitian yang di lakukan oleh Wulan Purnama Sari. Menunjukan

bahwa kerukunan dapat tercipta di manado karena faktor sejarah, pendidikan,

peran orang tua, yang mengajarkan nilai-nilai hidup orang manado, nilai-nilai

ajaran agama, serta peran dari para opinion leader yang turut menjaga kerukunan.

Penelitian juga menunjukan bahwa antara Suku minahasa dengan Suku pendatang

yang berbeda agama terjadi pertukaran sosial, dimana Suku minahasa melakukan

pertuakaran ini dengan dasar keuntungan terciptanya lingkungan yang damai dan

rukun serta menaati nilai dan ajaran Agama.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis

termotivasi meneliti masalah tersebut dengan judul “Implementasi Nilai-nilai

Pancasila Dalam Menghadapi Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-

Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

Page 17: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

5

1. Bagaimana Implementasi Nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat dalam

menghadapi Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan

Kabupaten Wakatobi.?

2. Apa upaya Pemerintah Daerah Wakatobi mengatasi konflik Isu SARA di

Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menggetahui :

1. Implementasi Nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat dalam

menghadapi Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan

Kabupaten Wakatobi.?

2. Upaya Pemerintah Daerah Wakatobi mengatasi konflik Isu SARA di Desa

Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.?

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis adalah manfaat penelitian dari aspek teoritis yakni

diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan mengenai, gambaran

tentang Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam Menghadapi Isu SARA.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis adalah manfaat penelitian dari aspek praktis atau, yakni

diharapkan memiliki kegunaan sebagai berikut:

a. Kehidupan dalam masyarakat dapat diikat dengan nilai-nilai persatuan.

Page 18: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

6

b. Menjalin hubungan harmonis sesama masyarakat, menjunjung sikap

toleransi.

c. Pemerintah dan pihak lainnya dapat mengantisipasi hal-hal yang

berbau Isu SARA.

Page 19: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

7

Page 20: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Pancasila

1. Pengertian Pancasila

a. Pengertian Pancasila Secara Etimologis

Pancasila secara etimologis berarti memaknai Pancasila berdasarkan asalusul kata Pancasila. Secara etimologis istilah “Pancasila” berasal dari bahasaSansekerta dari Pancasila memiliki 2 macam arti secara leksikal yaitu : “panca”artinya “lima” “syila” vokal i pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar”“syiila” vockal I pendek artinya “peraturan tingkah laku yang baik, yang pentingatau yang senonoh” (Drs. Ali imran, S.H.,M.H. 2016:15).

Darmodiharjo dalam Daroeso (1989) Pancasila sudah di kenal sejak zamanMajapahit yang di tulis dalam buku Sotasoma karangan EmpuTantular.Pancasila selain mempunyai arti “berbatu sendi lima” jugamempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima (panca Krama) yaitu:tidak boleh melakukan kekerasan,tidak boleh mencuri, tidak boleh berjiwadengki, tidak boleh berbohong, tidak boleh mabuk minuman keras.

Kata-kata tersebut kemudian diserap dalam bahasa Indonesia dan diartikan

“susila” yang berkaitan dengan moralitas. Oleh karena hal tersebut secara etimol-

ogis diartikan sebagai “Panca Syila” yang memiliki makna berbatu sendi lima

atau secara harafiah berarti “dasar yang memiliki lima unsur”.

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa Pancasila terdiri dari

lima sila yang menjadi acuan bagi bangsa Indonesia dalam menggapai cita-

citanya. Nilai-nilai Pancasila tidak pernah berubah dari dulu sampai sekarang.

Pancasila menjadi dasar negara Indonesia yang di sepakati oleh para tokoh-tokoh

dahulu.

Page 21: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

8

b. Pengertian Pancasila Secara Historis

Proses perumusan Pancasila dimulai pada sidang pertama Badan Penyelidik

Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai oleh Dr Radjiman

Widyodiningrat. Pada sidang Badan Penyelidik Usaha Kemerdekaan Indonesia

(BPUPKI) yang pertama dibahas mengenai masalah rumusan dasar negara yang

akan dibentuk. Pada sidang BPUPKI ini ada tiga tokoh yang mengusulkan rumu-

san dasar negara yaitu Mohammad Yamin, Ir. Soekarno, dan Dr. Soepomo.

Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato mengenai calon rumu-

san dasar negara yang diberi nama Pancasila. Pancasila memiliki arti lima dasar.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia merdeka dan pada tanggal 18 Agustus

1945 disahkan Undang-Undang dasar 1945 termasuk Pembukaaan Undang-

Undang dasar 1945. Dalam Pembukaan Undang-Undang dasar 1945 termuat lima

prinsip dasar yang dijadikan dasar negara yang kemudian dikenal dengan istilah

Pancasila. Sejak saat itu Pancasila menjadi istilah umum walaupun dalam Pem-

bukaan Undang-Undang Dasar 1945 tidak disebutkan istilah “Pancasila”, namun

dasar negara Indonesia dikenal dengan istilah Pancasila.

Pancasila merupakan sebuah isi dalam jiwa bangsa Indonesia yang secara

turun temurun ada dalam setiap jiwa warga negara Indonesia. Jadi Pancasila

bukan hanya falsafah negara melainkan juga falsafah bangsa Indonesia. 1 Juni

1945 Ir. Soekarno

Page 22: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

9

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pancasila sebagai dasar

negara dan ideologi bangsa tidak muncul begitu saja, akan tetapi melalui proses

yang begitu panjang dibahas pada saat sidang BPUPKI yang pertama tanggal 29

April sampai 1 Mei tentang dasar rumusan dasar negara.

Proses sejarah perumusan Pancasila sebagai dasar negara :

1. Sidang pertama BPUPKI (Ir.Soekarno menawarkan 5 prinsip dasar negarayang di beri nama Pancasila) 1 Juni 1945a. Kebangsaan Indonesiab. Internasionalisme atau peri - kemanusiaanc. Mufakat atau demokrasid. Kesejahteraan sosiale. Ketuhanan

2. Panitia kecil atau panitia sembilan (Pancasila dalam piagam Jakarta) 22 Juni1945a. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknyab. Kemanusiaan yang adil dan beradabc. Persatuan Indonesiad. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawara-

tan perwakilane. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

3. Sidang PPKI (Pancasila dalam pembukaan UUD tahun 1945) 18 Agustus 1945a. Ketuhanan yang Maha Esab. Kemanusiaan yang adil dan beradabc. Persatuan Indonesiad. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan

perwakilane. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

c. Pengertian Pancasila Secara Terminologis

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 melahirkan

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia membutuhkan

seperangkat alat-alat perlengkapan sebagai negara seperti negara-negara lain yang

merdeka. Dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal

Page 23: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

10

18 Agustus 1945 berhasil mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945. Pada Pem-

bukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 tercantum rumusan Pancasila yaitu :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa2. Kemanusiaan yang adil dan beradab3. Persatuan Indonesia4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusya-

waratan, perwakilan5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rumusan Pancasila yang tercantum dalam pembukaan Undang-UndangDasar 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar NegaraRepublik Indonesia, yang oleh PPKI yang mewakili seluruh Indonesia. (Drs. Aliamran, S.H., M.H:18).

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Pancasila menjadi sah

sebagai dasar negara dan idieologi bangsa pada saat sidang pertama PPKI tanggal

18 1945,dan dapat di terimah oleh semua kalangan.

2. Pancasila Sebagai Dasar Negara

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 alinea ke empat terdapat rumusan sila-sila Pancasila sebagai dasar

negara Indonesia. Rumusan sila-sila Pancasila itu dalam hukum positif Indonesia

secara yuridis-konstitusonal sah, berlaku, dan mengikat seluruh lembaga negara,

lembaga masyarakat, dan setiap warga negara, tanpa kecuali.

Muhammad Yamin, Pancasila adalah kata yang berasal dari Panca yang

berarti lima dan Sila yang berarti sendi, jadi Pancasila adalah 5 sendi yang men-

jadi dasar dan peraturan untuk mengatur tingkah laku masyarakat menjadi lebih

baik. (sidang BPUPKI pertama)

Pancasila sebagai dasar negara berarti Pancasila menjadi dasar untuk

mengatur penyelengaraan negara dan seluruh warga negara Indonesia. Atau

mengandung makna bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai landasan dasar

Page 24: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

11

dalam penyelenggaraan negara. Nilai dasar Pancasila bersifat abstrak dan nor-

matif. Pancasila sebagai dasar negara berarti seluruh pelaksanaan dan penyeleng-

garaan pemerintahan harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan tidak boleh

bertentangan dengan Pancasila.

Makna atau peran Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

menurut Bambang Suteng Sulasmono (2015: 68) adalah sebagai berikut:

a. Dasar Berdiri Dan Tegaknya NegaraPancasila merupakan tonggak berdirinya Negara Republik Indonesia. Se-jarah menunjukkan bahwa Pancasila berperan sebagai dasar pembentukannegara Indonesia merdeka.Pancasila diharapkan dapat menjadi landasanbagi pengelolaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pancasila harus di-jadikan dasar dalam setiap kegiatan bernegara.

b. Dasar Kegiatan Penyelenggaraan NegaraNegara Indonesia didirikan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan Nasion-al bangsa yang dirumuskan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar(UUD) 1945.Para penyelenggara negara dituntut untuk memimpin pen-capaian tujuan itu.Agar penyelenggaran negara benar-benar dapatmewujudkan tujuan Nasional, penyelenggara negara harus mendasarkansemua kegiatan pemerintahan negara kepada Pancasila.Setiap kegiatanpenyelenggara negara harus didasarkan dan mempertimbangkan Pancasilasebagai acuan dasar dalam penyelenggaraan negara.

c. Dasar Partisipasi Warga NegaraWarga negara Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untukmempertahankan negara dan berpartisipasi dalam upaya bersama men-capai tujuan bangsa. Dalam menggunakan hak dan menunaikankewajibannya itu seluruh warga negara harus berpedoman kepada dasarnegara Pancasila.Warga negara harus dapat mengembangkan dan menga-malkan nilai-nilai Pancasila dalam partisipasi upaya mencapai tujuanbangsa Indonesia.

d. Dasar Pergaulan Antar warga NegaraPancasila tidak hanya menjadi dasar perhubung antara warga negaradengan negara, melainkan juga dasar perhubungan antar warga negara.Dalam pergaulan sehari-hari tentunya setiap warga negara akan berhub-ungan dengan warga negara lainnya, dalam hal ini Pancasila dapat dijadi-kan landasan dasar dalam bergaul dengan warga negara lain.

e. Dasar Dan Sumber Hukum NasionalSeluruh aktivitas penyelenggara negara dan warga negara dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara haruslah didasarkan pada hukumyang berlaku.Peraturan perundang-undangan atau hukum yang dibentukuntuk penyelengaraan negara harus berdasarkan pada Pancasila.Peraturan

Page 25: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

12

yang ada di Indonesia harus sesuai dan tidak boleh bertentangan denganPancasila.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Pancasila sebagai dasar

negara Menjadi landasan dasar dalam berprilaku dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara bagi setiap orang tampa kecuali.

3. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa

Ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian

dasar, cita-cita, dan logos yang berarti ilmu. Secara harafiah ideologi dapat di-

artikan sebagai ilmu tentang pengertian dasar atau ide. Ideologi dalam kehidupan

sehari-hari dapat diartikan dengan cita-cita. Cita-cita yang dimaskud adalah cita-

cita yang bersifat tetap dan yang harus dicapai, cita-cita tersebut juga dijadikan

sebagai dasar atau pandangan hidup.

Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Pancasila berperan dalammendidik, megarahkan untuk menuju jalan yang lebih baik terutama dalammemerintah dan juga sebagai suatu bangsa yang satu kita harus mempu-nyai ideology yang satu pula. Yang satu itu harus merupakan dasar bersa-ma dan cita-cita bersama bagi bangsa kita yaitu Pancasila. Drs. Lasiyo danDrs. Yuwono ( dalam Daroeso 1989)

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia mengan-dung nilai-nilai: a) Nilai Ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan,nilai kerakyatan, dan nilai keadilan, b) Nilai ideal, nilai material, nilai spir-itual, nilai pragmatis, dan nilai positif, c) Nilai etis, nilai estetis, nilai logis,nilai sosial dan nilai religius. Widjaja (2000:6),

Pancasila sebagai ideologi bangsa dapat di maknai sebagai sistem

kehidupan Nasional yang meliputi aspek etika / moral, politik, ekonomi, sosial

budaya, dan pertahanan keamanan dalam rangka pencapaian cita-cita dan tujuan

bangsa yang berdasarkan dasar negara. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pan-

casila menjadi cita-cita normatif penyelenggaraan bernegara. Nilai-nilai yang ter-

kandung dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan gambaran bagaimana ke-

Page 26: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

13

hidupan bernegara harus dijalankan. Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersi-

fat kaku dan tertutup, namun Pancasila dapat bersifat dinamis, reformatif, dan ter-

buka.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Pancasila dapat berperan se-

bagai pemersatu bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta dapat

mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Pan-

casila dapat memberi gambaran cita-cita dan dapat dijadikan motivasi dan tekad

untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia. Sebagian Ideologi Pancasila juga

dapat memberikan tekad untuk menjaga identitas bangsa. Pancasila dapat dijadi-

kan gambaran identitas bangsa, sehingga dengan Pancasila masyarakat dapat

mengembangkan karakter dan identitas bangsa Indonesia sendiri. Dalam era glob-

alisasi menjaga identitas bangsa sangat penting untuk dapat menjaga keutuhan

bangsa dan dapat menjadikan ciri khas bangsa Indonesia yang berbeda dengan

bangsa lain.

B. Tinjauan Tentang Nilai-Nilai Pancasila

1. Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjuk kualitas dan

berguna bagi manusia. Nilai sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama,

yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari. Un-

tuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas

harus melalui proses menimbang.

Suyitno dalam Soegito AT dkk (2006:71) nilai merupakan sesuatu yangkita alami sebagai ajakan dari panggilan untuk dihadapi. Nilai mau dilaksanakandan mendorong kita untuk bertindak. Nilai mengarahkan perhatian serta minat

Page 27: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

14

kita, manarik kita keluar dari diri sendiri kearah apa yang bernilai. Nilai berserakepada tingkah laku dan membangkitkan keaktifan kita.

Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia. Nilaiadalah suatu penetapan atau suatu kualitas yang menyangkut jenis dan minat.Nilai adalah suatu pengahrgaan atau suatu kualitas terhadap suatu hal yang dapatmenjadi dasar penentu tingkah laku manusia (Winarno, 2006:3).

Filsafat sering juga diartikan sebagai ilmu tentang nilai-nilai. Istilah nilai

dipakai untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya “Keberhargaan” atau

kebaikan. Disamping itu nilai juga menunjuk kata kerja yang artinya suatu tinda-

kan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian (Rukiyati, 2013:

51).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa nilai adalah sifat

yang melekat pada suatu objek yang didalamnya terdapat cita-cita, harapan dan

keharusan dan sesuatu yang dianggap ideal.

2. Makna Sila Pancasila

Sebagai suatu dasar filsafat negara, Pancasila bercirikan sifat nilai. Dalam

sila-sila Pancasila mengandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan satu sama

yang lainnya tetapi nilai-nilai tersebut merupakan sautu kesatuan yang sistematis.

Nilai-nilai sila Pancasila tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan nilai-nilai

pada sila Pancasila yang lain. Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pan-

casila adalah sebagai berikut:

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung nilai-nilai yang menjiwai

keempat sila lainnya. Negara didirikan sebagai penjawantahan tujuan manusia se-

bagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Segala hal yang berkaitan dengan penye-

lenggaraan negara harus dijiwai oleh nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

Page 28: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

15

Arti dan makna sila Ketuhanan Yang Maha Esa antara lain adalah sebagai

berikut:

1. Mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan pencipta se-luruh apa yang ada di alam semesta.

2. Menjamin penduduk untuk dapat memeluk suatu Agama dan dapat men-jalankan Ibadah sesuai dengan Agamanya masing-masing.

3. Warga negara wajib mempunyai Agama dan tidak diperbolehkan atheis.4. Menjamin tumbuh dan berkembangnya Agama dan saling toleransi antar

umat Beragama.5. Negara menjadi fasilitator tumbuh dan berkembangnya Agama serta men-

jadi moderator jika terjadi konflik antar Agama. Manusia ada di dunia inidiciptakan oleh sang pencipta yaitu Tuhan.

Dari uraian di atas dapat di simpulakan bahwa Sebagai makhluk ciptaan

Tuhan manusia wajib menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan

Tuhan. Masyarakat Indonesia sudah mengenal kepercayaan terhadap Tuhan sejak

dahulu dengan berkembangnya ajaran animisme, dinamisme dan paham polithe-

isme. Masa selanjutnya, masuklah Agama-Agama Hindu, Budha, Islam, dan

Nasrani ke Indonesia. Dalam bernegara berdasarkan Pancasila, maka negara men-

jamin hak-hak warga negara untuk dapat menjalankan keyakinan yang dianutnya.

Dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjamin setiap warga negara untuk

dapat memeluk Agama sesuai yang diinginkannya dan dapat menjalankan

peribadatan Agamanya dengan baik.

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab mengandung arti kesadaran si-

kap dan perilaku manusia sesuai nilai-nilai moral dengan memperlakukan sesuatu

dengan semestinya. Dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab terkandung

nilai-nilai bahwa negara harus dapat menjunjung tinggi harkat dan martabat

manusia. Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia harus dapat

Page 29: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

16

mewujudkan tujuan tercapainya harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia

adalah hal yang paling dasar yang harus dijamin dalam pemerintahan di Indone-

sia. Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan perwujudan manusia

yang bermoral, berbudaya dan beragama. Kehidupan berbangsa dan bernegara

harus dilandasi oleh sifat adil karena hakikat manusia sebagai makhluk yang be-

radab dan berbudaya harus mempunyai sifat adil. Dalam hukum di Indonesia

manusia mempunyai kedudukan yang samaserta mempunyai hak yang sama se-

bagai warga negara Indonesia. Manusia harus bersikap adil terhadap diri sendiri,

sesama manusia, masyarakat bangsa dan negara, lingkungan serta kepada Tuhan

Yang Maha Esa.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa konsekuensi nilai yang ter-

kandung dalam Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah menjunjung tinggi

harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan, menjunjung tinggi hak asasi

manusia, menghargai kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan suku, agama,

ras keturunan, dan status sosial. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama

manusia, saling meghormati, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

c. Sila Persatuan Indonesia

Makna persatuan artinya menjadi satu dan tidak terpecah atau terpisah-

pisah, Makna Persatuan Indonesia sering dikaitkan degan rasa Nasionalisme. Na-

sionalisme merupakan rasa cinta tanah air dan adanya perasaan bersatu sebagai

suatu bangsa atau negara. Nilai-nilai Nasionalisme harus tercermin dalam segala

aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Page 30: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

17

Rukiyati dkk (2013: 61) menyatakan bahwa pokok-pokok pikiran yangterkandung dalam sila Persatuan Indonesia adalah Nasionalisme, cinta bangsa dantanah air, menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, menghilangkan penonjolanatau kekuasaan keturunan dan perbedaan warna kulit serta menumbuhkan rasasenasib dan seperjuangan.

Berdasarkan berbagai keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa sila Per-

satuan Indonesia mengandung nilai-nilai yang dapat menjadikan Indonesia ber-

satu, tidak terpecah belah dan menumbuhkan sikap rasa Nasionalisme serta keber-

samaan sebagai suatu bangsa. Persatuan Indonesia menghendaki warga masyara-

kat bersatu padu demi mencapai tujuan bersama sebagai bangsa dan negara yang

berdaulat.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusya-

waratan / Perwakilan

Nilai filosofis yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin

Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan adalah bahwa

hakikat negara adalah perwujudan dari sifat manusia sebagai makhluk individu

dan makhluk sosial. Rakyat merupakan sekelompok manusia yang hidup bersama

di suatu wilayah negara untuk mencapai tujuan bersama. Rakyat adalah kekuatan

terbesar negara. Negara adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam

sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusya-

waratan/Perwakilan terkandung nilai demokrasi. Demokrasi dalam negara harus

dijamin secara bebas namun demokrasi juga harus disertai dengan rasa tanggung

jawab oleh warga negara.

Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Per-

musyawaratan/Perwakilan juga mengandung pokok pikiran tentang permusya-

Page 31: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

18

waratan yang artinya mengusahakan keputusan bersama secara bulat yang dil-

akukan dengan pengambilan keputusan secara bersama. Dalam menjalankan

keputusan bersama harus disertai dengan rasa kejujuran dan tanggung jawab ber-

sama.

Dapat disimpulkan dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Ke-

bijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan menngandung nilai demokrasi

yang bertanggung jawab bagi warga negara, penjaminan hak warga negara untuk

berpendapat dimuka umum, dan pengambilan suatu keputusan secara bulat dan

bijaksana serta dilaksanakan dengan penuh rasa kejujuran dan tanggung jawab.

e. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Keadilan artinya dalah memberikan sesuatu hal kepada seseorang sesuai

dengan haknya. Dalam sila kelima niai keadilan harus terwujud dalam kehidupan

bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut harus dijiwai oleh hakikat keadilan

yaitu adil terhadap diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kepada Tuhan

yang Maha Esa.

Rukiyati dkk (2013: 63) menyatakan pokok pikiran yang perlu dipahamidalam sila kelima ini adalah kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalamarti dinamis dan meningkat, seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakanbagi kebahagiaan bersama menurut potensi masing-masing, serta melindungi yanglemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai bidangnya.

Kaelan (2010: 83) disebutkan bahwa konsekuensi nilai-nilai keadilan yangharus terwujud dalam hidup bersama adalah keadilan distributif, keadilan legal,dan keadilan komutatif. Keadilan distributif adalah suatu hubungan keadilan anta-ra negara terhadap warganya, dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhikeadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam bentuk kesejahteraan, bantuan,subsidi, serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan pada hak dankewajiban. Keadilan legal adalah yaitu suatu keadilan hubungan antara warganegara dengan negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memen-uhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku

Page 32: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

19

dalam negara. Keadilan komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara wargasatu dengan lainnya secara timbal balik.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai keadilan

harus diwujudkan dalam kehidupan sosial atau kehidupan bersama warga negara.

Negara juga harus memberikan keadilan kepada setiap warga negara sesuai

dengan hak dan kewajibannya. Nilai-nilai keadilan juga harus dapat dijadikan da-

sar oleh negara untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mensejahterakan seluruh

rakyat, melindungi seluruh rakyat, dan juga mencerdaskan seluruh rakyat Indone-

sia.

3. Implementasi Nilai-nilai Pancasila

Implementasi menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti

pelaksanaan, penerapan, pertemuan kedua ini dimaksud untuk mencari bentuk ten-

tang hal yang telah disepakati terlebih dahulu. Sedangkan pengertian secara umum

adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah di susun secara cermat

dan rinci (matang).

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,

atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberi dampak, baik berupa

perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam Oxford

Advance Learner’s Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “Put

something into effect”, (penerapan, sesuatu yang memberikan efek atau dampak)

(Mulyasa, 2006:93).

Implementasi nilai-nilai Pancasila merupakan suatu proses penerapan ide,

konsep, kebijakan, aturan-aturan yang sesuai dengan nilanilai yang terkandung di

Page 33: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

20

dalam Pancasila, sehingga terjadi perubahan pada sekelompok orang yang di-

harapkan untuk berubah.

Implementasi nilai-nilai Pancasila menjadi suatu keharusan yang wajib di

lakukan oleh siapa saja yang menjadi warga negara Indonesia. Isi nilai-nilai yang

terkandung di dalam setiap pasal Pancasila yang bersifat abstrak, universal umum

bukan hanya sebagai angan-angan belaka,tetapi mempunyai peranan yamg sangat

penting dasar pelaksanaa filsafat dasar negara indonesia yaitu sebagai suatu inti

pedoman dasar yang tetap.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia mengandung konsekuensisetiap aspek penyelenggaraan negara dan semua siakap dan tingkah lakubangsa indonesia dalam bermasyarakat dan bernegara harus berdasarkanpada nilai-nilai Pancasila.sebagaimana telah di bahas di muka bahwa nilai-nilai Pancasila yang bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat ab-strak,umum universal,tetap dan tidak berubah. Nilai-nilai tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut menjadi norma-norma kenegaraan maupun norma-norma morala yang harus di laksanakan oleh setiap warga negara Indone-sia (Kaelan, 2002:240)

Berdasarkan definisi implementasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bah-

wa implementasi nilai-nilai Pancasila adalah pelaksanaan atau pengamalan nilai-

nilai Pancasila yang dilaksanakan dalam suatu kegiatan atau aktivitas. Pancasila

sangat penting untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari untuk kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila harus dilaksanakan secara

konsisten dalam kehidupan agar cita-cita dan harapan bangsa Indonesia dapat

tercapai.

Pada masa dahulu Butir-butir pengamalan sila Pancasila ada 36 butir-butir

Pancasila yang merupakan penjabaran dari ke lima asas Pancasila. Seiring

Page 34: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

21

berjalannya waktu mengalami perubahan dan penambahan dari 36 menjadi 45.

berdasarkan Tap MPR Nomor I/MPR/2003. terdiri dari 45 butir-butir Pancasila.

1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esaa. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya ter-

hadap Tuhan Yang Maha Esa.b. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,sesuai

dengan Agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaanyang adil dan beradab.

c. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antarapemeluk Agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadapTuhan Yang Maha Esa.

d. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan ke-percayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

e. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalahyang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang MahaEsa.

f. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan Iba-dah sesuai dengan Agama dan kepercayaannya masing-masing.

g. Tidak memaksakan suatu Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YangMaha Esa kepada orang lain.

2. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradaba. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan marta-

batnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.b. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap

manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.h. Berani membela kebenaran dan keadilan.i. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manu-

sia.j. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan

bangsa lain.

3. Sila ketiga: Persatuan Indonesiaa. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan

keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di ataskepentingan pribadi dan golongan.

b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabiladiperlukan.

Page 35: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

22

c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indo-

nesia.e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial.f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin Oleh Hikmat kebijaksanaan dalamPermusyawaran / Perwakilana. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia

mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepent-

ingan bersama.d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai

hasil musyawarah.f. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan

hasil keputusan musyawarah.g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan

pribadi dan golongan.h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani

yang luhur.i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral

kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabatmanusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dankesatuan demi kepentingan bersama.

j. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untukmelaksanakan pemusyawaratan.

5. Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dansuasana kekeluargaan dan kegotong royongan.

b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.d. Menghormati hak orang lain.e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.f. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan

terhadap orang lain.g. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan

gaya hidup mewah.h. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan

kepentingan umum.i. Suka bekerja keras.

Page 36: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

23

j. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dankesejahteraan bersama.

k. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang meratadan kerkeadilan sosial

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa butir-butir nilai-nilai

pancasila menjadi harapan bagi bangsa Indonesia untuk menggapai cita-cita dan

dan tujuan bangsa. Menjadi bangsa yang besar yang konsisten pada nilai-nilai

luhur bangsa sendiri

C. Tinjauan Tentang Isu SARA

1. Pengertian Isu

'Isu secara sederhana adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat di-

perkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang (masalah yang di

kedepankan), yang menyangkut banyak hal. Baik itu ekonomi, moneter, sosial,

politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian,

ataupun tentang krisis. Isu juga sering di sebut rumor, kabar burung, gosip, kabar

yg tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya.

Isu merupakan suatu pertanyaan tentang fakta, nilai, atau kebijakan yang

dapat di perdebatkan. Jadi dari pengertiannya makna isu menjurus kepada adanya

suatu masalah dalam suatu organisasi, lembaga, kelompok yang membutuhkan

penanganan. Jadi sebenarnya dari pengertiannya isu mengacu kepada adanya sua-

tu bibit permasalahan yang kemudian menyebabkan timbulnya perdebatan. Isu

bisa jadi merupakan kebijakan-kebijakan alternatif, atau suatu proses yang dimak-

sudkan untuk menciptakan kebijakan baru, atau kesadaran suatu kelompok

mengenai kebijakan-kebijakan tertentu yang dianggap bermanfaat bagi mereka.

Page 37: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

24

Isu bisa meliputi masalah, perubahan, peristiwa, situasi, kebijakan atau nilai yang

tengah berlangsung dalam kehidupan masyarakat.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Isu merupakan kabar

berita yang belum tentu terjadi dan bisa terjadi pada masa yang akan datang atau

masalah yang di kedepankan

2. Pengertian SARA

SARA merupakan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang

menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan yang

mana setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan

yang didasarkan pada identitas diri dan golongan. Tindakan ini mengebiri dan

melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia.

Sementara kata SARA itu merupakan singkatan dari Suku Agama, Ras dan Antar

golongan :

a. Suku atau etnis

Suku bangsa adalah golongan sosial yang dibedakan dari golongan-

golongan sosial lainnya, karena mempunyai ciri-ciri yang paling mendasar dan

umum yang berkaitan dengan asal usul, tempat asal, serta kebudayaannya.

Koentjaraningrat (1990) menyatakan Suku bangsa sebagai kelompok so-sial atau kesatuan hidup yang memiliki sistem interaksi yang ada karena komuni-tas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sis-tem kepemimpinan sendiri. Ciri khas suatu Suku yang membedakannya denganSuku yang lain diantaranya.

a. Perbedaan ciri fisikb. Perbedaan bahasac. Perbedaan kebudayaand. Memiliki wilayah domisilih

Page 38: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

25

Tampak bahwa etnis berbeda dari Ras. Jika pengertian Ras lebih didasar-

kan pada persamaan ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh seseorang individu, maka

pengertian etnis didasarkan kepada adanya persamaan kebudayaan dalam ke-

lompok masyarakat tersebut. Etnis atau suku merupakan identitas sosial budaya

seseorang. Artinya identifikasi seseorang dapat di kenali dari bahasa, tradisi,

budaya, kepercayaan dan pranata yang dijalaninya yang bersumber dari etnis dari

mana dia berasal. dengan demikian identitas soaial budaya orang atau kelompok

orang dapat di ketahui,misalnya dari bahasa yang di gunakan.

Secara etnis, bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan

jumlah etnis yang besar. Mengenai jumlah Suku bangsa yang ada di Indonesia

telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut para ahli jumlah Suku bangsa di

Indonesia mencapai 400 Suku (Sugeng H.R,2006).

Sutan Takdir Ali syahbana (1986) memperkirakan ada 200-250 Suku

bangsa. Semententara menurut Badan pusat statistik (BPS 2010) Suku bangsa

berjumlah 1.340, yang terbentang dari seluruh pelosok Nusantara Sabang sampai

Marauke. Di Indonesia, istilah kelompok etnis dapat disama artikan dengan Suku

bangsa, disamping ada pula yang menyebutkan dengan golongan etnis. Misalnya

golongan etnis Tionghoa. Suku yang berkembang di Indonesia ada yang memiliki

tingkat peradaban yang telah maju dan mampu berbaur dengan Suku bangsa lain.

Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa suku bangsa merupakan

suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan

kebudayaan.

Page 39: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

26

b. Agama

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Agama merupakan aja-

ran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada

Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan

manusia dan manusia serta lingkungannya.

Agama dari segi etimologi terdiri atas dua kata dari bahasa sansekerta yai-

tu A dan Gama. A berarti tidak dan Gama itu berarti kacau jadi Agama adalah

tidak kacau. Agama merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Banyak

Agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk men-

jelaskan makna hidup atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta.

Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh mo-

ralitas, etika, hukum Agama atau gaya hidup yang disukai. Ada 6 (Enam) Agama

yang di akui oleh pemerintah saat ini, yaitu Islam , Budha, Hindu, Kristen

Protestan, Katolik, dan Kong huchu.

Agama pada lazimnya bermakna kepercayaan kepada Tuhan, atau sesuatu

kuasa yang ghaib dan sakti seperti Dewa, dan juga amalan dan institusi yang

berkait dengan kepercayaan tersebut. Praktek Agama juga dapat mencakup ritual,

khotbah, peringatan atau pemujaan Tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival,

pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik,

seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari budaya manusia.

Namun, dalam kata-kata Émile Durkheim (1915) Agama berbeda darikeyakinan pribadi dalam bahwa itu adalah "sesuatu yang nyata sosial" ÉmileDurkheim juga mengatakan bahwa Agama adalah suatu sistem yang terpadu yangterdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Se-buah jajak pendapat global 2012 melaporkan bahwa 59% dari populasi dunia ada-

Page 40: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

27

lah beragama, dan 36% tidak beragama, termasuk 13% yang ateis, denganpenurunan 9 persen pada keyakinan Agama dari tahun 2005.

Dari sejarah perkembangannya agama dapat di ketahui.bahwa pada garisbesarnya sumber Agama itu dapat di bagi atas dua kelompokan:

a. Agama langit: Agama yang datangnnya dari Allah SWT. Agama seperti iniialah Agama yang disebarkan Via Nabi dan Rasul-rasul Allah ( Islam, Yahudi,Kristen )

b. Agama bumi: Agama yang sumbernya bukan dari Allah SWT. Agama sepertiini dengan sendirinya bersumber hanya dari kecerdasan otak manusia ( Hindu,Budha, Sinti dan lain-lain ).

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Agama merupakan suatu

kepercayaan seseorang terhadap tuhan yang di yakinya dalam mengatur

kehidupan manusia.

c. Ras

Franqois Bernier (1684) mengemukakan untuk pertama kalinya bahwa Rasberasal dari bahasa Prancis dan Italia, yaitu razza. tentang pembedaan manu-sia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan bentuk wajah. Setelahitu, orang lalu menetapkan hierarki manusia berdasarkan karakteristik fisik ataubiologis. Ciri-ciri yang menjadi identitas dari Ras bersifat objektif atau somatik.

Secara biologis, konsep Ras selalu di kaitkan dengan pemberian

karakteristik seseorang atau sekelompok orang ke dalam suatu kelopok tertentu

yang secara genetik memiliki kesamaan fisik, seperti warna kulit, mata, rambut,

hidung atau potongan wajah. Perbedaan seperti itulah hanya mewakili faktor

tampilan luar.

Ras merupakan kategori individu yang secara turun temurun memiliki

ciri-ciri fisik dan biologis tertentu. Persamaan umum dalam Ras yaitu, Ras meru-

pakan suatu pengertian biologi, bukan pengertian sosiokultural. Misalnya, jika

kita menyebut Ras Negro, berarti yang dimaksud bukan sifat kebudayaan ke-

lompok tersebut seperti pandai bernain musik, melainkan ciri fisiknya, seperti

Page 41: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

28

warna kulitnya hitam atau bentuk rambutnya keriting. Artinya, jika kita menyebut

satu kelompok Ras, berarti yang dimaksudkan bukan sifat kebudayaan kelompok

tersebut, melainkan ciri fisiknya.

Ahli genetik menyatakan bahwa pada keberagaman manusia pada da-

sarnya diterima dari sejumlah sifat orangtuanya, seperti bentuk hidung, warna ku-

lit, bentuk dan warna rambut, warna mata dan sebagainya. lainnya. Di dunia ini

dihuni berbagai Ras. Pada abad ke-19, para ahli biologi membuat klasifikasi Ras

atas tiga kelompok, yaitu :

a. KaukasoidKaukasoid ini ditandai dengan kulit dan mata terang, rambut mengkilap ber-

gelombang, hidung sempit, bibir tipis dan berbulu badan lebat. Seleksi wila-yahnya di Eurasia barat dengan kondisi iklim lembab, dingin, dan bentangalamnya merupakan semak yang berselang-seling.b. Negroid

Kelompok yang berkulit hitam, rambut hitam kriting halus, mata gelap,hidung lebar dan datar, bibir tebal, kepala panjang, postur tubuh pendek dan ko-koh. Seleksi wilayahnya tersebar di wilayah Afrika Barat dengan wilayah bersuhurata-rata tinggi, dan bentuk alamnya berbentuk savana.c. Mongoloid

Rata - rata bercirikan kulit kuning terang sampai coklat, mata coklat ram-but hitam lurus hitam mengkilap, hidung dan muka datar, kepala datar, tulang pipimenonjol, postur tubuh pendek dan kuat. Seleksi wilayahnya berkondisi kering,dan bentang alam stepa dilintang menengah, dengan musim panas dan dinginyang jelas.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bawa Ras merupakan ciri identitas

manusia yang dapat di lihat dari bentuk fisik manusia yaitu warna kulit, warna

rambut,suara,dan lain-lain.

d. Antar golongan

Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung hidup berkelompok, kare-

na manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia memben-

Page 42: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

29

tuk kelompoknya masing-masing dan setiap kelompok akan memberikan dampak

langsung terhadahap manusia.

Antar golongan Ialah pembagian kelompok yang satu dengan kelompok

lain, yang di bedakan atas dasar kelas sosial. Kelompok adalah sekumpulan manu-

sia yang merupakan kesatuan dan memilki identitas, dimana identitas tersebut

dapat berubah adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola interaksi

masyarakat manusia yang hidup didalam masyarakat sendiri. Kelompok terbagi

menjadi beberapa golongan misalnya kelompok profesi, kelompok aliran, ke-

lompok bermain, dan sebainya, setiap kelompok juga memiliki karakteristeik

sendiri-sendiri. Disamping itu terdapat beberapa definisi dari para ahli mengenai

kelompok sosial.

Menurut Abdul Syani (1987) terbentuknya suatu kelompok sosial karenaadanya naluri manusia yang selalu ingin hidup bersama. Manusia membutuhkankomunikasi dalam membentuk kelompok, karena melalui komunikasi orang dapatmengadakan ikatan dan pengaruh psikologis secara timbal balik.

Ada dua hasrat pokok manusia sehingga ia terdorong untuk hidup berke-

lompok, yaitu : Hasrat untuk bersatu dengan manusia lain di sekitarnya dan Hasrat

untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa manusia tidak akan hidup

tanpa bantuan orang lain,manusia mempunyai naluri untuk bergaul dan mencari

teman,sementara Antar golongan merupakan pembagian kelas sosial manusia

3. Pengertian Konflik

Secara etimologis “Konflik” berasal dari bahasa latin “con” yang berarti ber-

sama dan “figere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian, “kon-

flik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat,

Page 43: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

30

dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Dari pemaparan

di atas secara sederhana konflik dapat diartikan sebagai perselisihan atau per-

sengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau ke-

lompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk saling menjatuhkan, m

enyingkirkan, mengalahkan atau menyisihkan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik adalah pertentangan

atau percekcokan.Pertentangan sendiri muncul ke dalam bentuk pertentangan ide

maupun fisik antara dua belah pihak yang berseberangan.

Menurut Webster (1996), istilah “conflict” di dalam bahasa aslinya berarti

suatu “perkelahian, peperangan, atau perjuangan” yaitu berupa konfrontasi fisik

antara beberapa pihak. Tetapi arti kata itu kemudian berkembang dengan ma-

suknya ketidaksepakatan yang tajam antara oposisi atas berbagi kepentingan,

ide,dan lain-lain. Dengan kata lain, istilah tersebut sekarang juga meyentuh aspek

psikologis di balik konfrontasi fisik yang terjadi, selain“conflict”menjadi begitu

meluas sehingga beresiko kehilangan statusnya sebagai sebuah konsep tunggal.

Menurut Wijono (2012:224) dalam konflik dapat muncul karena adanya

kemungkinan-kemungkinan yaitu situasi-situasi yang tidak sesuai dalam men-

capai tujuan, sasaran, dan alokasi yang tidak sesuai dengan tujuan,munculnya

ketidakpastian dalam status pekerjaan dan perbedaan persepsi

Sedangkan menurut Coser (dalam zeitlin:1998:156) bahwa konflik sosial

adalah suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuannya terhadap status yang

langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dinetralisir atau

dilangsungkan atau dieliminir saingan-saingannya.

Page 44: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

31

Menurut Ramlan Surbakti (1992:8), konflik adalah perbedaan pendapat,

perdebatan, persaingan, bahkan pertentangan dan perebutan dalam upaya

mendapatkan dan atau mempertahankan nilai-nilai

Konflik dapat terjadi dimana saja dan karena kondisi tersebut maka

pemaknaan konflik dapat terkait dengan banyak makna dan konotasi yang bahkan

dapat menyesatkan jika dipahami secara keliru dalam konteks semantik. Seperti

banyak istilah lain yang terkait dengan dinamika masyarakat maka istilah konflik

juga menghasilkan ambivalensi yang cukup besar dan menimbulkan pertanyaan

mendasar dikalangan para ahli tentang arti dan relevansi, dan bagaimana cara ter-

baik untuk mengatasinya. Situasi konflik dapat ditemukan dalam berbagai ruang

kehidupan manusia, dalam suatu organisasi atau bahkan antar bangsa. Dalam hal

ini, konflik adalah proses dimana satu pihak menunjukkan bahwa kepentingannya

sedang ditantang oleh pihak yang lain.

4. Undang-Undang SARA

Adapun Pasal-pasal pidana terkait SARA adalah sebagai berikut :

a. Pasal 156 , 156 a, 157 Kitap Undang-Undang Hukum Pidana.

b. UU Diskriminasi, UU Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Dis-

kriminasi Ras dan Etnis Pasal 4, dan 16.

c. UU ITE Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik, Pasal 28 ayat (2) dan Jo Pasal 45.

a. Pasal 156 , 156 a, 157 Kitap Undang-Undang Hukum Pidana.

Barang siapa di depan umum menyatakan perasaan permusuhan, keben-cian, atau merendahkan satu atau beberapa golongan penduduk Indonesia,dipidana dengan pidana penjaran selama – lamanya empat tahun ataudengan pidana denda setinggi – tingginya empat ribu lima ratus rupiah.

Page 45: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

32

Yang dimaksud dengan golongan dalam pasal ini dan pasal berikutnyaialah setiap bagian dari penduduk Indonesia yang mempunyai perbedaandengan satu atau beberapa bagian lainnya dari penduduk berdasarkan suku,daerah, agama, asal usul, keturunan,kebangsaan atau kedudukan menuruthukum ketatanegaraan.

Dari uaraian pasal di atas dapat di simpulkan bahwa barang siapa dengan

sengaja menyatakan menyatakan merendakan sehingga menimbukan kebencian

dan permusuhan menimbulkan atas beberapa golongan dapat dikenakan pidana

penjara sesuai dengan ketentuan pasal 156

Terlepas dari hal tersebut, maka berdasarkan hal tersebut ketentuan Pasal

156a KUHP ini pada dasarnya melarang orang :

Dengan sengaja di depan umum mengeluarkan perasaan atau melakukanperbuatan, yang pada pokoknya bersifat bermusuhan, penyalahgunaan ataupenodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia;

Dengan sengaja di depan umum mengeluarkan perasaan atau melakukanperbuatan, dengan maksud supaya orang tidak menganut agama apapunjuga yang bersendikan ke – Tuhanan Yang Maha Esa

barang siapa dengan sengaja di depan umum mengeluarkan perasaan atau

melakukan perbuatan sesuai yang dimaksud pasal di atas Dipidana dengan pidana

penjara selama – lamanya lima tahun sesuai dengan ketentuan pasal di atas.

- Sementara pasal 157 menjelaskan bahwa :

Barang siapa menyiarkan,mempertunjukan atau menempelkan tulisan ataulukisan di muka umum,yang isinya mengandung pernyataan permusu-han,kebencian atau penghinaan di antara atau terhadap golongan-golonganrakyat indonesia,dengan maksud supaya isinya atau lebih di ketahui olehumum,di amcam dengan pidana penjara paling lama dua tahun enam bulanatau pidana denda paling banyak empat rupiah lima ratus lima rupiah.

Page 46: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

33

Dari uraian pasal diatas menekankan bahwa barang siapa dengan sengaja

melakukan penghinaan dan kebencian baik itu melalui tulisan maupun sebagainya

dimuka umum maka dapat di kenakan pidana penjara sesuai ketentuan pasal 157.

b. UU Diskriminasi, UU Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskrimi-

nasi Ras dan Etnis Pasal 4, dan 16.

a. memperlakukan pembedaan, pengecualian, pembatasan, atau pemilihanberdasarkan pada ras dan etnis, yang mengakibatkan pencabutan atau pen-gurangan pengakuan, perolehan, atau pelaksanaan hak asasi manusia dankebebasan dasar dalam suatu kesetaraan di bidang sipil, politik, ekonomi,sosial, dan budaya; atau

b. menunjukkan kebencian atau rasa benci kepada orang karena perbedaanras dan etnis yang berupa perbuatan:1. membuat tulisan atau gambar untuk ditempatkan, ditempelkan, atau

disebarluaskan di tempat umum atau tempat lainnya yang dapat dilihatatau dibaca oleh orang lain;

2. berpidato, mengungkapkan, atau melontarkan kata-kata tertentu ditempat umum atau tempat lainnya yang dapat didengar orang lain;

3. mengenakan sesuatu pada dirinya berupa benda, kata-kata, atau gam-bar di tempat umum atau tempat lainnya yang dapat dibaca oleh oranglain; atau

4. melakukan perampasan nyawa orang, penganiayaan, pemerkosaan,perbuatan cabul, pencurian dengan kekerasan, atau perampasan ke-merdekaan berdasarkan diskriminasi ras dan etnis

Setiap orang yang dengan sengaja menunjukkan kebencian atau rasa benci kepadaorang lain berdasarkan diskriminasi ras dan etnis sebagaimana dimaksud dalamPasal 4 huruf b angka 1, angka 2, atau angka 3, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (limaratus juta rupiah)

Dari uraian pasal di atas dapat di simpulkan bahwa barang siapa dengan

sengaja melakukan kebencian atas dasar diskriminasi ras dan etnis dapat

dikenakan pidana penjara sesuai ketentuan pasal di atas.

Penerapan pasal-pasal ini harus lebih tepat, sehingga sangat efektif dalam

proses penegakan keadilan, namun di sisi lain tidak memberangus kebebasan

berekspresi dan berpendapat. Pasal 28 ayat (2) Undang-undang ITE merupakan

Page 47: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

34

pasal paling kuat dan tegas serta jelas dalam menindak penyebaran kebencian

dibanding pasal-pasal pidana lainnya. Jarang sekali Undang-Undang Anti-

Diskriminasi diterapkan di pengadilan.

"Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yangditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individudan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas SARA". Ketentu-an sanksi pidana Pasal 28 ayat (2) tersebut diatur dalam Pasal 45 ayat (2)berbunyi:

“Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal28 ayat (1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 ta-hun dan/atau denda paling banyak 1 miliar rupiah.”

Karena pasal 28 ayat (2) ITE merupakan pasal paling kuat bagi tindak pi-

dana penyebaran kebencian di dunia maya dibanding pasal-pasal pidana lainnya.

Maka tren penggunaan pasal 28 ayat (2) ITE ditahun-tahun mendatang pasti lebih

meningkat, ini karena elemennya lebih luas, dengan ancaman pidana yang lebih

berat dan secara spesifik mudah menyasar penyebar kebencian berbasis SARA di

dunia maya, dibanding UU lainnya.

D. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang Relevan :

1. Christine Purnamasari Andu. 2018. Efek Postingan SARA Di Media Sosial

terhadap Pertemanan. Makassar : Skripsi Jurusan Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Hasanuddin

2. Wulan Purnama Sari 2018. Studi Pertukaran Sosial dan Peran Nilai Agama

Dalam Menjaga Kerukunan Antar Kelompok Umat Beragama di Manado.

Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi, Universitas Tarumanagara

Hasil penelitian diatas dijadikan pijakan peneliti ini dalam proses

penelitian tentang Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menghadapi Isu

Page 48: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

35

SARA di Desa Kapota Induk Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten

Wakatobi.

E. Kerangka Pikir

Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang bersumber dari nilai-nilai

luhur budaya bangsa. Pancasila juga merupakan ideologi bangsa Indonesia yang

dijadikan sebagai pandangan hidup dan pedoman dalam menggapai cita-cita dan

tujuan bangsa dan negara. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang beragama, maka

nilai yang terkandung dalam Agamanya dijadikan dasar membentuk karakter

bangsa. Selain itu, mengingat bahwa bangsa Indonesia adalah terbentuk dari

berbagai macam suku bangsa dan beraneka macam budaya, maka adalah suatu

keharusan dalam menanamkan nilai-nilai luhur budaya bangsa berdasarkan nilai

budaya yang ada di mana mereka berada.

Implementasi nilai-nilai Pancasila pada hakikatnya dalam kehidupan ber-

masyarakat secara menyeluruh merupakan sebuah realisasi praktis untuk men-

capai tujuan bangsa, bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berkepribadian luhur

memiliki jiwa dan kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila yang telah

dimiliki sejak jaman nenek moyang. Nilai-nilai yang telah tertanam dalam jiwa,

hati dan sanubari bangsa Indonesia yang dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari

yang hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun dengan sesamanya.

SARA ( Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan ) merupakan tindakan

yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama,

kebangsaan atau kesukuan dan golongan yang mana setiap tindakan yang

Page 49: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

36

melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas

diri dan golongan.

Dengan pelaksanaan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi

isu SARA dapat membentuk masyarakat yang sadar akan perbedaan dan

menjadikan perbedaan itu adalah sesuatu titipan dari Tuhan yang Maha Esa untuk

menjadi satu. Nilai-nilai Pancasila menjadi landasan dalam berprilaku dalam

kehidupan sehari-hari, sehingga dapat tercipta masyarakat yang tentram dan

damai.

Gambar 2.1

PANCASILA

Pancasila sebagai dasar negara danIdeologi bangsa

Nilai-nilai pancasila (ketuhanan, kemanu-siaan, persatuan, kerakyatan, dan keadi-

lan).

Implementasi nilai-nilai Pancasilaterhadap masyarakat dalam

menghadapi Isu SARA

Upaya pemerintah Daerahwakatobi mengatasi konflik Isu

SARA di Desa Kapotakecamatan Wangai-wangi

selatan Kabupaten Wakatobi

Page 50: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

37

F. Definisi Operasional Variabel

1. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjuk kualitas dan

berguna bagi manusia. Nilai merupakan petunjuk umum yang telah ber-

langsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam ke-

hidupan sehari-hari.

2. Pancasila merupakan dasar negara sekaligus idiologi bagi kehidupan bang-

sa Indonesia. Pancasila berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari

dua kata yaitu ‘’panca’’ artinya lima,dan ‘’sila’’ artinya dasar atau asas.

sehingga arti Pancasila secara harfiah adalah lima dasar.

3. Nilai - nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, menjadi

dasar serta semangat bagi segala tindakan atau perbuatan dalam kehidupan

bermasyarakat maupun kehidupan bernegara. Nilai-nilai Pancasila sebagai

sumber nilai bagi manusia Indonesia dalam menjalankan kehidupan ber-

bangsa dan bernegara, maksudnya sumber acuan dalam bertingkah laku

dan bertindak dalam menentukan dan menyusun tata aturan hidup ber-

bangsa dan bernegara

4. SARA ( Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan ) merupakan tindakan

yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan,

agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan yang mana setiap

tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang

didasarkan pada identitas diri dan golongan.

Page 51: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif

dengan pendekatan fenomologi yaitu model penelitian yang berfokus pada pem-

ahaman terhadap fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Pada metode

penelitian ini, peneliti menggunakan perspektif dari partisipan sebagai gambaran

yang diutamakan dalam memperoleh hasil penelitian. Sedangkan jenis penelitian

yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan

Kabupaten Wakatobi. Beralamat di Jalan Poros Kapota

2. Waktu penelitian

Penelitian akan di rencanakan pada Bulan September - November 2019 di

Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.

C. Informan Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi informan penelitian adalah orang atau

pelaku yang benar-benar tahu dan menguasai masalah, serta terlibat lansung

dengan masalah penelitian. Dengan mengunakan metode penelitian kualitatif,

maka peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual.

Page 52: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

39

Teknik Penentuan Informan sebagai sumber data dalam penelitian ini ada-

lah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data,

dan bersedia memberikan imformasi lengkap dan akurat. Informan yang bertindak

sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat, yang akan menjadi

informan narasumber (key informan) dalam penelitian ini. Untuk Lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:

Tabel. 1.1 Daftar informan

No Informan Frekuensi

1 Kepala Desa 1 orang

2 Toko masyarakat 1 orang

3 Suku Buton 1 orang

4 Suku Muna 1 orang

5 Suku bugis 1 orang

6 Suku Bajo 1 orang

Jumlah 6 orang

D. Sumber Data

Sumber data penelitian yaitu sumber subjek dari tempat mana data

bisa di dapatkan. Ada dua macam sumber data :

a. Data Primer

Data primer adalah data yang secara langsung yang diterimah dari in-

forman yaitu melalui wawancara dan observasi. Data primer yang di

Page 53: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

40

peroleh adalah data mengenai Implementasi Nilai-nilai Pancasila dalam

menghadapi Isu SARA.

b. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang di peroleh bukan

secara langsung dari sumbernya. Data sekunder yang di pakai adalah sum-

ber tertulis seperti sumber buku, Internet, Jurnal Penelitian, dan dokumen-

dokumen dari pihak yang berkaitan dengan Nilai-nilai Pancasila Dalam

mengahadapi Isu SARA.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam penelitian yang

dapat menunjang seorang peneliti untuk memperoleh informasi agar proses

penelitian dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Adapun instrumen

penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, pedoman observasi, pedoman wawancara,

dokumentasi, recorder, kamera dan alat penunjang lainnya.

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang di-

pergunakan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan yang dilakukan dilapangan oleh peneliti

baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap obyek penelitiannya,

hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat mengetahui objektifitas dan ken-

Page 54: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

41

yataan yang ada. Dengan berdasarkan pada perencanaan yang sistematis dan

mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.

2. Wawancara

Kegiatan wawancara dilakukan untuk memperoleh data atau informasi

dengan cara bertanya secara langsung kepada informan, Wawancara dil-

akukan dengan berdialog langsung pada informan untuk memperoleh ket-

erangan tentang sesuatu yang diteliti. Ketika melakukan wawancara dengan

informan diusahakan membangun suasana kekeluargaan. Mengajukan pertan-

yaan-pertanyaan kepada informanserta mencatat jawaban dari informan pada

saat melakukan wawancara. Terkait implementasi nilai-nilai Pancasila dalam

menghadapi isu SARA.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data melaui sumber

dokumen yang resmi relevan dan valid. Baik berupa data-data tentang tempat

penelitian, data-data terkait keadaan masyarakat Kapota Induk .

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, se-

hingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang

lain (Sugiyono, 2013:244). Teknik analisis data disesuaikan dengan masalah dan

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Untuk lebih jelasnya gambaran teknik

analisis data yang digunakan dapat dilihat pada penjelasan berikut:

Page 55: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

42

1. Reduksi Data,

Merupakan proses melakukan analisis data dengan cara merumuskan,

memilah memilih hal-hal pokok yang relevan, menfokuskan pada hal-hal

penting, dan membuat kategorisasi sehingga memberikan gambaran yang

jelas serta mempermudah peneliti. Dengan melakukan yaitu: (a), informasi

wawancara yang diperoleh dari sejumlah informan dicatat dan dalam bentuk

tabulasi data, (b), data yang telah dicatat dan ditabulasi, diseleksi yang di-

ambil hanya yang dianggap paling representative untuk disajikan sebagai da-

ta.

2. Penyajian Data,

Merupakan mengoganisasikan data, membuat uraian singkat bagan,

hubungan antara kategori dengan langkah-langkah yaitu:(a), data yang telah

diseleksi di internalisasikan dan direlevansikan dengan data etik, (b), infor-

masi yang diperoleh dari wawancara di interprestasikan untuk memberikan

gambaran mendeskripsikan fokus-fokus masalah.

3. Kesimpulan

Merupakan penarikan kesimpulan setelah menyajikan data. Peneliti

akan menarik sebuah kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah dan

memberikan saran-saran berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang

diambil. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: (a), mendeskripsikan fokus

masalah yang telah di interpretasi dan dilakukan penarikan kesimpulan.(b),

kesimpulan sementara direlevansikan dengan hasil observasi dilapangan, se-

hingga memperoleh pemahaman masalah yang sesuai dengan kajian teoritis.

Page 56: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

43

(c), melakukan penyimpulan akhir dan men deskripsikan sebagai hasil

penelitian.

H. Keabsahan Data

pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya,selain digunakan un-

tuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang menga-

takan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan dari

tubuh pengetahuan kualitatif(Moleong 2007:320)

kebsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dil-

akukan benar-benar penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang di-

peroleh. Uji kebsahan data dalam peneliatian kualitatif meliputi uji, credibility,

transferability, dependability, dan confirmability (sugiono 2007:270).

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan se-

bagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji kebsahan data. Adapun uji kebsahan

data yang dapat dilaksanakan.

1. Credibility

Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data

hasil penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang

dilakukan tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah yang dilakukan.

2. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel itu diambil

(Sugiyono,2007:276)

Page 57: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

44

Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai trasnfer sampai saat ini

masih dapat diterapkan /dipakai dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai

transfer sangat bergantung pada si pemakai. Sehingga ketika penelitian

dapat digunakan dalam konteks yang berbeda disituasi sosial yang berbeda

validitas nilai transfer masih dapat dipertanggungjawabkan.

3. Dependability

Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya dengan kata lain

beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapat percobaan yang

dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama.penelitian yang

dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila penelitian yang

dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan

memperoleh hasil yang sama pula

Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit

terhadap keseluruhan preses penelitian. Dengan cara auditor independen

atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang

dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.Misalnya bisa dimulai

ketika bagaimana peneliti mulai menentukan masalah , terjun kelapangan,

memilih sumber data, melaksanakan analisis data, melakukan uji

keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil pengamatan

Page 58: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

45

4. Confirmability

Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji

confirmablity penelitian. Penilitian bisa dikatakan objektif apabila hasil

penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji

confirmability berarti, menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan

proses yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi

dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah

memenuhi standar confirmability

Validitas dan keabsahan data adalah data yang tidak berbeda antara

data yang di peroleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesunggunya

pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat

dipertanggungjawabkan.

Page 59: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

46

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Lokasi Penelitian

Desa kapota merupakan salah satu Desa dari 21 Desa yang ada di wilayah

Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, Desa Kapota memiliki 4 dusun yaitu Dusun I,

Dusun II, Dusun III dan Dusun IV. Desa kapota adalah salah satu Daerah yang

berada di kawasan pesisir Selatan Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten

Wakatobi yang hanya berjarak 3 KM dari ibu kota Kabupaten Wakatobi.

Kondisi alamnya yang masih alami dan panorama alamnya yang sangat

indah, terutama sektor lautnya. Dengan kondisi alam seperti ini, Desa Kapota

merupakan bagian dari pengembangan sektor parawisata laut. Dan jarak antara

Desa Kapota dengan ibu kota Kabupaten Wakatobi yaitu Wangi-Wangi

membutuhkan waktu kurang lebih 30 menit dengan menggunakan motor laut atau

perahu kapal.

Berdasarkan Data Profil Desa, dalam hubungan letak suatu wilayah maka

Secara geografis Desa Kapota terletak disebelah selatan ibukota Kecamatan

Wangi-wangi Selatan dengan batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah utara : Laut Lepas

- Sebelah Timur : Desa Kabita

- Sebelah Selatan : Kabita Togo

- Sebelah Barat : Kapota Utara

46

Page 60: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

47

B. Deskripsi Informan Penelitian

Informan (subyek) dalam penelitian ini terdiri dari 6 orang yaitu :

1. Informan I

Informan pertama atas nama saudara LA yang usianya 30 tahun, LA

beragama Islam, dan ber Suku Buton pekerjaan LA sebagai wirausaha sekaligus

kepala pemuda, LA merupakan anak ke 4 dari 6 bersaudara dan LA menempuh

pendidikan sampai Strata Satu (S1).

2. Informan II

Informan kedua atas nama bapak LH yang usianya 42 tahun, bapak LH

beragama Islam, dan ber Suku Muna pekerjaan bapak LH sebagai buruh

bangunan, bapak la Husa anak ke 1 dari 2 bersaudara dan dan bapak LH

menempuh pendidikan sampai SMP.

3. Informan III

Informan ketiga atas nama saudara AR yang usianya 29 tahun, AR

beragama Islam, ber Suku Bugis pekerjaan AR sebagai staf di Pemerintahan

Desa, AR anak ke 1 dari 3 bersaudara dan AR menempuh pendidikan sampai

SMA.

4. Informan IV

Informan keempat atas nama saudara ES yang usianya 35 tahun, beragama

Islam, ber Suku Bajo pekerjaan ES sebagai guru honorer, ES anak ke 3 dari 3

bersaudara dan ES menempuh pendidikan sampai Strata Satu (S1), disalah satu

perguruan tinggi yang ada di Makassar.

Page 61: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

48

5. Informan V

Informan kelima atas nama bapak LHD yang usianya 59 tahun, beragama

Islam, pekerjaan bapak LHD sebagai petani, bapak LHD anak ke 2 dari 6

bersaudara dan bapak LHD menempuh pendidikan sampai SMP, bapak LHD

sebagai tokoh masyarakat Desa Kapota

6. Informan VI

Informan ke enam atas nama bapak HJN yang usianya 42 tahun beragama

Islam, bapak HJN merupakan anak dari ke 2 dari 4 bersaudara dan bapak HJN

menempuh pendidikan sampai SMA, bapak HJN adalah Kepala Desa Kapota.

C. Hasil Penelitian

1. Implementasi Nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat dalam

menghadapi Isu SARA di D esa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi

Selatan Kabupaten Wakatobi.

Dari hasil penelitian dilapangan bahwa masyarakat Kapota menganut

Agama Islam, Implementasi nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat Kapota

pada dasarnya bahwa sebagian masyarakat Kapota masih kurang memahami

tentang nilai-nilai Pancasila, bahkan pengamalannya dalam kehidupan sehari-hari

masih jauh dari kata baik. Bahkan sebagian juga masyarakat Kapota hanya

mengetahui Pancasila secara simbolik saja.

1. 1 Pengamalan nilai-nilai Pancasila

Pancasila mengandung nilai-nilai yang hakiki, yang didalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 diberi kedudukan sebagai dasar negara. Dasar negara

tidak akan mempunyai makna jika kita sebagai pendukungnya tidak mampu untuk

Page 62: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

49

melaksakannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai

yang terkandung dalam Pancasila dapat menjadikan kehidupan kita semakin lebih

baik. jadi kita harus mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari baik itu

didalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Namun berbeda dengan kondisi

masyarakat Kapota sekarang. Ketika nilai-nilai Pancasila masih kurang dipahami

dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana keterangan berdasarkan hasil wawancara dengan saudara LA

yang menjelaskan bahwa:

“Hanya yang mengerti nilai-nilai Pancasila saja yang bisamengamalkannya,dikarenakan sebagaian masyarakat Kapota belumsepenuhnya paham tentang Pancasila tersebut.”

Menurut keterangan saudara LA dapat dinyatakan bahwa pengamalan

nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat Kapota masih sangat kurang sekali

hanya yang mengerti saja yang bisa mengamalkannya sebagiannya tidak di

karenakan masih ada masyarakat yang tidak tahu atau tidak paham tentang

Pancasila.

Senada dengan keterangan hasil wawancara dengan bapak LH yangmenjelaskan bahwa :

“Menurut saya kalau dibilang seluruh sih mungkin tidak. Ada beberapakalangan yang agak kurang tahu tentang hal ini,bahkan tidak tahu samasekali bahwa dasar negara kita adalah Pancasila.diantaranya kalanganmereka orang-orang tua kami atau seumuran kami yang tidak memahamiaksara,juga mereka yang tingkat pendidikannya tidak melebihi sekolahdasar.”

Menurut keterangan bapak LH dapat di nyatakan bahwa sebagian

masyarakat Kapota masih belum mengamalkan nilai-nilai Pancasila disebabkan

Page 63: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

50

juga karena ketidaktahuan tentang Pancasila apalagi kalangan-kalangan yang

tingkat pendidikannya tidak melebihi sekolah dasar.

Hasil wawancara dengan saudara AR yang menjelaskan bahwa :

”Melihat kondisi yang terjadi belakangan ini,warga disini masih belumoptimal dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila,dibuktikan denganmunculnya konflik di masyarakat yang pernah terjadi hingga bisamenimbulkan perpecahan yang tidak diinginkan”.

Menurut keterangan saudara AR dapat dinyatakan bahwa warga atau

masyarakat Kapota belum terlalu optimal dalam mengamalkan nilai-nilai

Pancasila dibuktikan dengan terjadinya konflik sesama warga masyarakat Kapota

yang berujung pada perpecahan yang tidak diinginkan.

Hasil wawancara dengan saudara ES yang menjelaskan bahwa:

“Tidak semua nilai-nilai Pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,terutama nilai-nilai Pancasila yang ada pada sila ketiga ini yang palingpenting contohnya terjadinya konflik sosial yang berbauh SARA yangberujung pada perpecahan antar warga masyarakat Kapota dan hubungankekeluargaan terlepas pasca terjadinya pemelihan wakil daerah (DPRD)akibat tidak menjalin kembali tali silaturahim luntur sesama.”

Berdasarkan keterangan saudara ES dapat dinyatakan bahwa tidak semua

nilai-nilai Pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari terutama sila ke tiga

yang paling penting terjadinya perpecahan-perpecahan terhadap warga Kapota

disebabkan juga karena kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila.

1. 2 Pancasila sebagai dasar negara Indonesia

Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia dan untuk

menjadi warga negara yang baik (good citizen) di Indonesia harus sesuai dengan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila sebagai pandangan hidup

bangsa adalah konsepsi dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan bangsa dalam

Page 64: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

51

menghadapi tantangan kehidupan. Mengingat Pancasila adalah sumber dari

sumber hukum memiliki peranan penting sebagai acuan ataupun pedoman

bagaimana berperilaku yang baik di Indonesia. Maka dari itu Pancasila harus

membumi diseluruh pelosok Nusantara agar seluruh masyarakat tahu bahwa

Pancasila adalah dasar negara sekaligus ideologi bangsa. Akan tetapi hal tersebut

tidak serupa dengan masyarakat Kapota yang masih ada yang tidak tahu dan

paham tentang Pancasila.

Sebagaimana keterangan berdasarkan hasil wawancara dengan saudara LA

yang menjelaskan bahwa:

“Sebagian saja, dikarenakan tidak semua penduduk masyarakat Kapotaberpendidikan terutama di sekolah dasar.”

Berdasarkan hasil keterangan saudara LA dapat dinyatakan bahwa

pengetahuan tentang Pancasila dikalangan masyarakat Kapota masih minim

artinya masih ada masyarakat Kapota yang tidak tahu tentang dasar negara

Indonesia.

Hasil wawancara dengan bapak LH menjelaskan bahwa :

“ Sebagian tahu dan sebagian lainnya tidak tahu.”

Sesuai dengan hasil wawancara dengan informan diatas dapat dinyatakan

bahwa sebagian masyarakat Kapota belum mengetahui bahwa Pancasila adalah

dasar negara Indonesia. Ini menjadi tugas dari Pemerintah Daerah dan Pemerintah

Desa dalam membumikan Pancasila ditengah-tengah masyarakat khususnya

masyarakat Kapota.

Page 65: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

52

Hasil wawancara dengan ES menjelaskan bahwa:

“Menurut saya pribadi, tidak semua masyarakat Kapota mengetahuibahwa Pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia demikian karenahanya golongan terpelajar yang mengetahui bahwa Pancasila adalahsebagai dasar negara kita,selebihnya masyarakat yang awam hanyamengetahui Pancasila secara simbolik.”

Dilihat dari hasil wawancara dengan ES sebagaian masyarakat Kapota

mengetahui pancasila itu hanya sebagai simbolik semata tanpa mereka pahami

makna dari pancasila

Berbeda dengan jawaban AR yang menjelaskan bahwa.

“Kalau seluruh mungkin tidak.tapi sebagaian besar telah tahu bahwa dasarnegara kita adalah Pancasila.”

Di lihat dari hasil wawancara dengan saudara AR dapat dikatakan bahwa

sebagian besar masyarakat kapota telah mengetahui bahwa Pancasila adalah dasar

negara Indonesia.

1.3 Faktor penyebab konflik Isu SARA di Desa Kapota

SARA ( Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan ) merupakan tindakan

yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, Agama,

kebangsaan atau kesukuan dan golongan yang mana setiap tindakan yang

melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas

diri dan golongan. Terjadinya konflik Isu SARA di Desa Kapota disebabkan

karena perebutan hak milik mengenai batas-batas tanah antara sesama warga

Kapota yang berlainan Suku sehingga menimbulkan konflik.

Page 66: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

53

Sebagaimana keterangan berdasarkan hasil wawancara dengan saudara LA

yang menjelaskan bahwa:

“Konflik SARA ini bemula, disaat terjadinya perbedaan pendapatmengenai batas-batas wilayah ataupun perbedaan kepentingan antaraSuku.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan saudara LA dapat dinyatakan bahwa

terjadinya konflik SARA disebabkan karena perbedaan pendapat mengenai batas-

batas tanah yang di perebutkan oleh kedua kubu antara Suku setempat yaitu Suku

Boton dengan Suku Muna yang bukan asli Suku setempat.

Senada dengan jawaban bapak LH yang menjelaskan bahwa:

“karena adanya pertikayan antara sesama warga disini tentang batas-batastanah sehingga menimbulkan konflik yang berujung pada golonganSuku,yaitu Suku pendatang yang ingin menambah tanah miliknya.”

Berdasarkan keterangan hasil wawancara dengan bapak LH dapat

dinyatakan bahwa terjadinya konflik sosial yang berbau SARA di Desa Kapota

disebabkan adanya pertikayan antara warga masyarakat Kapota yaitu Suku Boton

dengan Suku Muna mengenai hak milik tanah.

Hasil wawancara dengan saudara ES :

“Jadi yang melatarbelakangi terjadinya konflik SARA ini karena perebutanbatas-batas tanah oleh warga asli kapota dan warga bukan asli kapota yangsudah menetap tinggal disini selama bertahun-tahun.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan saudara ES dapat dinyatakan bahwa

terjadinya konflik SARA di Desa Kapota disebabkan oleh perebutan batas-batas

tanah oleh warga asli Kapota dengan warga bukan asli Kapota yang sudah

menetap tinggal bertahun-tahun yaitu Suku Muna.

Page 67: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

54

Hasil wawancara dengan saudara AR menjelaskan bahwa :

“Awal mula terjadinya konflik tersebut disebabkan karena kesalapahamanantara golongan masyarakat lokal dan golongan masyarakat pendatangmengenai pengambilan batas-batas tanah yang dilakukakan olehmasyarakat pendatang.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan saudara AR dapat dinyatakan bahwa

terjadinya konflik SARA di Desa Kapota disebabkan karena kesalahpahaman

antara sesama warga Kapota yang berlainan Suku mengenai batas-batas tanah.

2. Upaya Pemerintah Daerah Wakatobi mengatasi konflik Isu SARA di

Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan bahwa Upaya-upaya yang di

lakukan oleh Pemerintah Daerah Wakatobi melalui Pemerintah Desa dengan

melibatkan aparat keamanan, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh Agama dan

jajaran Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan masalah konflik isu SARA yang

pernah terjadi di Desa Kapota dengan mempertemukan ke dua belah pihak yang

bersangkutan kemudian dibahas secara bermusyawarah dan hasilnya sudah agak

membaik meskipun belum terlalu maksimal. Namun Pemerintah Desa Kapota dan

jajarannya terus berusaha agar masalah seperti konflik sosial yang berbau SARA

tidak terjadi lagi, sebab salah satu yang dapat membahayakan persatuan dan

kesatuan bangsa adalah masalah isu SARA. Tentu ini menjadi pembelajaran

kepada pihak Pemerintah Daerah wakatobi agar dapat mengawasi setiap

permasalahan yang ada di dalam masyarakat.

Page 68: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

55

2.1 Peranan pemerintah Daerah Wakatobi mengatasi konflik isu SARA di

Desa Kapota

Pemerintah Daerah Wakatobi dengan cepat mengambil langkah dalam

menyelesaikan konflik SARA yang pernah terjadi di Desa Kapota.

Berikut ini hasil wawancara dengan bapak LHD sebagai tokoh masyarakat

yang menjelaskan bahwa :

“Peranan Pemerintah Wakatobi dalam menyelesaikan konflik SARAyang pernah terjadi di Desa ini dengan mempertemukan antara keduabelah pihak yang terlibat dalam konflik tersebut dengan caramendatangkan pihak ketiga sebagai penyelesaiaan masalah tersebut.”

Berdasarkan hasil pernyataan bapak LHD dapat dikatakan bahwa Peranan

Pemerintah Daerah dalam mengatasi masalah SARA yang pernah terjadi di Desa

Kapota dengan mempertemukan kedua belah pihak yang terlibat kemudian di

selesaikan dengan secara bermusyawarah.

Hasil wawancara dengan JN menjelaskan bahwa :

“Pemerintah dan tokoh masyarakat setempat masih terus berusaha untukmeredakan konflik isu SARA ini. kampanye-kampanye persatuan seringkami lakukan di tengah-tengah masyarakat,sejauh ini hasil ke arah posistifmulai terlihat walaupun itu belum terlalu maksimal.”

Berdasarkan hasil pernyataan bapak JN dapat dikatakan bahwa Pemerintah

dan tokoh masyarakat terus berusaha dalam meredam konflik agar tidak terjadi

lagi kampanye-kampanye persatuan sering dilakukan ditengah-tengah masyarakat.

Page 69: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

56

2.2 Forum musyawarah yang di gunakan dalam menyelesaikan masalahkonflik isu SARA

Musyawarah merupakan kegiatan pengambilan keputusan secara mufakat

yang biasa dilakukan oleh semua manusia,dengan cara musyawarah suatu masalah

dapat diselesaikan dengan baik dengan memegang prinsip persaudaraan dan

kekeluargaan.

Berikut ini hasil wawancara dengan bapak LHD sebagai tokoh masyarakat

yang menjelaskan bahwa :

“Ada biasanya untuk mengatasi masalah konflik, didatangkan pihak-pihakyang bersangkutan pihak-pihak yang berwenang dalam menyelesaikanmasalah tersebut serta pihak-pihak pertahanan seperti polisi sebagai pihakyang mengamankan.”

Berdasarkan jawaban dari bapak LHD dapat dikatakan bahwa sudah adah

musyawarah yang dilakukan dengan mendatangkan pihak-pihak yang berwenang

dan pihak keamanan di dalam musyawarah tersebut.

Hasil wawancara dengan JN menjelaskan bahwa :

“Untuk saat ini sudah ada suatu forum musyawarah untuk mengatasikonflik isu SARA seperti halnya kami sudah pernah melakukan suatupertemuan dimana antara tokoh Agama tokoh adat,tokoh masyarakat danjajaran Pemerintah Daerah untuk membahas masalah tersebut.”

Berdasarkan jawaban dari bapak JN dapat dikatakan bahwa sudah forum

musyawarah yang membahas masalah konflik SARA tersebut dimana tokoh-

tokoh penting yang didalam masyarakat Kapota menjadi orang-orang yang

dipercayai untuk mengatasi masalah tersebut didalam musyawarah.

Page 70: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

57

2.3 Tahapan musyawarah

Dalam musyawarah yang dilakukan oleh masyarakat Kapota hanya orang-

orang penting saja atau perwakilan dalam membahas masalah sosial terutama

masalah konflik SARA yang pernah terjadi di Desa Kapota.

Berikut ini hasil wawancara dengan bapak LHD sebagai tokoh masyarakat

yang menjelaskan bahwa :

“Seperti yang kita lihat realitanya saat ini hanya perwakilan saja misalnyatokoh masyarakat,tokoh adat,tokoh Agama,dan sebagian jajaranPemerintah Daerah. ”

Sesuai dengan hasil keterangan bapak LHD dapat dikatakan bahwa

kegiatan musyawarah hanya diikuti oleh orang-orang yang dianggap penting saja

misalnnya para tokoh dan jajaran Pemerintah Daerah.

Senada dengan hasil wawancara dengan JN menjelaskan bahwa :

“ Tidak semua masyarakat mengikuti kegiatan tersebut,hanya mereka yangmempunyai peranan penting yang bisa mengikutinya misalnya, tokohAgama, tokoh masyarakat, kepala Desa dan jajaran Pemerintah Daerah”.

Berdasarkan hasil keterangan bapak JN dapat disimpulkan bahwa kegiatan

musyawarah hanya diikuti oleh orang-orang yang dianggap penting saja

misalnnya para tokoh dan jajaran Pemerintah Daerah. Yang mana tujuannya untuk

mencari solusi dan jalan yang terbaik agar masalah SARA tidak terulang lagi.

2.4 Sosialisasi Pancasila

Sosialisasi merupakan proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai

dan aturan dari satu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

masyarakat. Sosialisasi Pancasila sejatinya sangat penting sekali dilakukan di

tengah-tengah masyarakat sekarang mengingat diera serba moderen ini sudah

banyak yang tidak tahu atau acuh tak acuh terhadap Pancasila.

Page 71: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

58

Sebagaimana keterangan berdasarkan hasil wawancara dengan bapak LHD

yang menjelaskan bahwa:

“Sangat penting sekali, karena dengan diadakannya sosialisasi,masyarakatbisa mendengarkan langsung tentang pemaparan dari pada nilai-nilaiPancasila yang harus diterapkann oleh kita semua.Pancasila kan adalahdasar negara kita.yang mana nilai-nilai yang terkandung didalamnnya telahsempurna sebagai patokan dalam membina rasa persatuan masyarakatIndonesia.Sosialisasi yang intes bagi masyarakat, generasi muda khusunyamenurut saya merupakan cara yang terbaik untuk memperkokoh solidnyapersatuan dan persaudaraan antara kita warga sebangsa dan setanah air.”

Berdasakan hasil wawancara dengan bapak LHD dapat dikatakan bahwa

pentingnya sosialisasi Pancasila diwujudkan ditengah-tengah masyarakat

mengingat sebagian masyarakat Kapota masih ada yang kurang paham tentang

Pancasila. timbulnya konflik sosial yang berbauh isu SARA bisa jadi juga karena

kurangnya pemahaman tentang nila-nilai Pancasila.

Hasil wawancara dengan saudara JN menjelaskan:

“Menurut saya penting sekali,saya rasa persatuan bisa sesama bangsaIndonesia akhir-akhir ini mulai menurun.entah faktor utamanya apa sayakurang tahu.Tapi yang jelas dengan diadakannya sosialisasi pendidikanpancasila yang kompleks rasa persatuan itu akan lahir kembali dan sayaharap bisa mendarah daging bagi kita semua,seluruh warga negaraIndoneia khususnya warga masyarakat Desa Kapota. Pancasila adalahamanat bangsa dan negara Republik Indonesia yang termuat dalamUndang-uandang Dasar 1945 sehingga penting mengadakan sosialisasipendidikan Pancasila dalam rangka menciptakan keharmonisasian dankerukunan ditengah-tengah masyarakat.”

Sesuai hasil wawancara dengan bapak JN maka dapat dikatakan bahwa

pentingnya sosialisasi terkait pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila dan ke

bhinekaan diwujudkan didalam masyarakat guna membentuk masyarakat yang

satu aman dan damai. Mengingat minimnya pemahaman masyarakat Kapota

terhadap ke bhinekaan dan Pancasila sebagai dasar negara.

Page 72: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

59

2.5 Harapan

Harapan masyarakat Kapota pada dasarnya adalah bisa hidup rukun aman

dan damai tanpa ada diskriminasi minoritas. Dapat memperat talisilaturahim

antara sesama warga Kapota.

Sebagaimana keterangan berdasarkan hasil wawancara dengan bapak LHD

yang menjelaskan bahwa:

“Harapan saya kepada seluruh masyarakat Kapota agar dapat mempererattali silaturahim dan tidak mudah terprovokasi dengan masalah–masalahsosial yang dapat membahayakan persatuan kita.”

Berdasarkan keterangan hasil wawancara dengan bapak LHD dapat di

katakan bahwa kepada seluruh masyarakat Kapota agar tidak mudah terprovokasi

dengan masalah-masalah yang dapat membahayakan Persatuan.

Hasil wawancara dengan JN menjelaskan bahwa :

“Harapan saya semoga hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi dan masyarakatKapota dapat hidup rukun antara sesama Suku yang ada di Desa ini.”

Sesuai keterangan hasil wawancara dengan bapak JN dapat disimpulkan

bahwa semoga masalah seperti Isu SARA tidak terjadi lagi dan masyarakat

Kapota bisa hidup rukun dan baik antara sesama Suku.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Untuk memperjelas hasil penelitian yang disajikan sebelumnya maka

peneliti akan membahas data-data yang diperolehnya dari wilayah penelitian.

Untuk lebih jelasnya dipaparkan sebagai berikut:

Page 73: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

60

1. Implementasi Nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat dalam

menghadapi Isu SARA di Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi

Selatan Kabupaten Wakatobi.

Pancasila mengandung nilai-nilai yang hakiki, yang didalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 diberi kedudukan sebagai dasar negara. Dasar negara

tidak akan mempunyai makna jika kita sebagai pendukungnya tidak mampu untuk

melaksakannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa

Pancasila masyarakat nasional kita tidak akan pernah mencapai kerukunan seperti

yang kita miliki sekarang ini. Pancasila juga merupakan pedoman bagi masyarakat

Indonesia dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Dari hasil penelitian mengenai inplementasi nilai-nilai Pancasila didukung

oleh penelitian Bambang Suteng Sulasmono (2015: 68) menyatakan bahwa

Pancasila tidak hanya menjadi dasar perhubung antara warga negara dengan

negara, melainkan juga dasar perhubungan antar warga negara. Dalam pergaulan

sehari-hari tentunya setiap warga negara akan berhubungan dengan warga negara

lainnya, dalam hal ini Pancasila dapat dijadikan landasan dasar dalam bergaul

dengan warga negara lain.

Berdasarkan uraian di atas masyarakat Kapota masih kurang memahami

nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, bahkan pengamalannya dalam

kehidupan sehari-hari masih jauh dari kata terlaksana. Hal ini menunjukan bahwa

nilai-nilai luhur bangsa kita masih kurang dipahami dan diilhami oleh sebagian

masyarakat Indonesia seperti halnya masyarakat Kapota. Bahkan masih ada juga

yang belum tahu bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Padahal

Page 74: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

61

Implementasi nilai-nilai Pancasila menjadi suatu keharusan yang wajib dilakukan

oleh siapa saja yang menjadi warga negara Indonesia.

Berdasarkan pengamatan di lapangan yang menjadi faktor kurangnya

pemahaman nilai-nilai pancasila yaitu masih banyak masyarakat Kapota terutama

para orang tua belum mengenyam pendidikan dan kurangnya pemahaman terkait

nilai-nilai pancasila karena kurangnya sosialisasi dari pemerintah setempat

tentang pentingnya nilai–nilai pancasila tersebut seperti gotong royong ,

kurangnya nilai persatuan dalam setiap suku yang ada di desa Kapota.

Pancasila dapat berperan sebagai pemersatu bangsa, menjaga persatuan

dan kesatuan, serta dapat mengarahkan bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan

yang dicita-citakan. Pancasila dapat memberi gambaran cita-cita dan dapat

dijadikan motivasi dan tekad untuk mencapai cita-cita bangsa Indonesia. Sejarah

mencatatkan sudah banyak kasus-kasus konfilik SARA yang pernah terjadi di

Indonesia bahkan sudah menjadi fenomena mulai dari zaman orde baru sampai

zaman revormasi masih sering kita dijumpai. Hal ini menandakan bahwa

penanganan masalah SARA harus betul-betul diperhatikan oleh semua kalangan

baik Pemerintah Pusat maupun sampai Pemerintah paling bawah yaitu Desa sebab

dampak dari isu SARA dapat membahayakan persatuan dan kesatuan Bangsa dan

Negara.

SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan) merupakan tindakan

yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, Agama,

kebangsaan atau kesukuan dan golongan yang mana setiap tindakan yang

Page 75: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

62

melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas

diri dan golongan.

Salah satu faktor sehingga terjadinya konflik sosial yang berbauh isu

SARA di Desa Kapota disebabkan oleh pertikayan atau perbedaan pendapat

antara sesama warga Kapota yang berlainan Suku yaitu Suku Boton dan Suku

Muna yang memperebutkan soal batas-batas tanah sehingga berujung pada konflik

sosial yang berbau SARA dimana satu sama lain saling mengedepankan ego

masing-masing sehingga berujung pada perpecahan antara ke dua belah pihak.

Menurut Wijono (2012:224) menjelaskan dalam konflik dapat muncul

karena adanya kemungkinan-kemungkinan yaitu situasi-situasi yang tidak sesuai

dalam mencapai tujuan, sasaran, dan alokasi yang tidak sesuai dengan tujuan,

munculnya ketidakpastian dalam status pekerjaan dan perbedaan persepsi

Hal ini juga sejalan dengan pendapat Ramlan Surbakti (1992:8) yang

menjelaskan bahwa konflik adalah perbedaan pendapat, perdebatan, persaingan,

bahkan pertentangan dan perebutan dalam upaya mendapatkan dan atau

mempertahankan nilai-nilai.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa memang konflik muncul

karena akibat dari ketidaksesuaian antara pemikiran pendapat maupun tujuan yang

dapat menimbulkan terjadinya pertentangan dan perkelahian yang dapat memecah

belah solidaritas antara warga maupun persatuan.

Meskipun konflik sosial ini tidak terlalu besar dan menyebar disetiap

Daerah akan tetapi keberadaanya juga sangat membahayakan persatuan-persatuan

yang ada didalam masyarakat Kapota . Apapun yang terjadi didalam masyarakat

Page 76: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

63

yang mana terjadi konflik sosial yang berupa bentrok atau lain sebagainya maka

pihak yang berwenamg harus cepat menindak lanjuti agar tidak terjadi masalah-

masalah yang tidak diinginkan. Apapun itu kalau sudah menyangkut masalah

empat kategori tersebut yaitu Suku, Agama Ras dan antar Golongan maka sudah

dikatakan itu adalah masalah SARA.

2. Upaya Pemerintah Daerah Wakatobi mengatasi konflik Isu SARA di

Desa Kapota Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi.

Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Wakatobi melalui

Pemerintah Desa dengan melibatkan aparat keamanan, tokoh masyarakat, tokoh

adat, tokoh Agama dan jajaran Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan masalah

konflik isu SARA yang pernah terjadi di Desa Kapota dengan mempertemukan ke

dua belah pihak yang bersangkutan kemudian dibahas secara bermusyawarah dan

hasilnya sudah agak membaik meskipun belum terlalu maksimal. Pemerintah

Desa Kapota dan jajarannya terus berusaha agar masalah seperti konflik sosial

yang berbau SARA ini tidak terjadi lagi, sebab salah satu yang dapat

membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa adalah masalah isu SARA.

Isu SARA meupakan isu yang tidak boleh di anggap sepeleh oleh semua

kalangan, bahkan disebutkan dalam TAP MPR No.VI Tahun 2001 tentang etika

kehidupan berbangsa Sebagai tantangan internal kebangsaan. Sebagai negara yang

besar, bukanlah hal yang mengejutkan jika banyak isu-isu merebak kedalam

kehidupan masyarakat Indonesia, mulai dari isu perekonomian, kebudayaan dan

masih banyak lagi. Akan tetapi isu yang paling sering dijumpai dan paling

Page 77: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

64

membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa adalah masalah isu SARA. Salah

satu contoh yang pernah terjadi di Desa Kapota.

Ini menunjukan bahwa nilai-nilai luhur bangsa kita masih kurang di

pahami dan diilhami oleh sebagian masyarakat Indonesia seperti halnya

masyarakat Kapota bahkan masih ada juga yang belum tahu bahwa Pancasila

adalah dasar negara Indonesia. Inilah menjadi tugas kita bersama, baik Pemerintah

Pusat maupun Pemerintah Daerah dalam membumikan Pancasila disetiap Desa,

sosialisasi-sosialisasi Pendidikan Pancasila dalam menjaga persatuan dan kesatuan

bangsa sangatlah penting diterapkan disetiap Desa maupun Daerah terpencil

mengingat masih ada sebagaian masyarakat belum memahami nilai-nilai

pancasila. Salah satu hal yang harus kita ingat dimanapun kita ditempatkan kita

harus selalu bersyukur atas hidup kita, saling menghormati dan menghargai, jalan

satu-satunya agar terjalin hubungan yang harmonis dan menjadi jembatan dari

seluruh perbedaan yang ada ialah rasa saling menghormati dan menghargai.

Hal penting yang wajib diingat oleh setiap warga Indonesia adalah:

keanekaragaman Suku, Agama, Ras, dan Golongan itu memperlengkapi kesatuan

Indonesia. Jika tubuh hanya terdiri dari mata saja, tubuh tidak dapat melakukan

aktivitas lain selain melihat. Demikian pula dengan bangsa ini. Jika hanya terdiri

dari satu Suku saja, maka terasa kurang lengkap dan miskin budaya.

SARA seharusnya semakin memperkaya budaya negera kita tercinta dan

jangan sampai memecahkan persatuan yang telah terbina selama ini. Berpikirlah

positif terhadap Suku, Agama, Ras ,dan Golongan lain. Mari kita lakukan hal-hal

positif seperti ramah tamah dengan banyak orang, diskusi kenegaraan, bakti

Page 78: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

65

sosial, dan gotong royong bersama-sama dengan orang-orang dari Suku, Agama,

Ras, dan Golongan yang sama maupun berbeda. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat

memupuk semangat Nasionalisme, rasa kekeluargaan, dan kebersamaan antara

masyarakat Indonesia.

Page 79: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

46

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka diperoleh

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Implementasi nilai-nilai Pancasila terhadap masyarakat Kapota pada

dasarnya bahwa sebagian masyarakat Kapota masih kurang memahami

tentang nilai-nilai Pancasila, bahkan pengamalannya dalam kehidupan

sehari-hari masih jauh dari kata baik. Hal ini menunjukan bahwa nilai-nilai

luhur bangsa kita masih kurang dipahami dan diilhami oleh sebagian

masyarakat Indonesia seperti halnya masyarakat Kapota bahkan masih ada

juga yang belum tahu bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia.

2. Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Wakatobi melalui

Pemerintah Desa dengan melibatkan aparat keamanan, tokoh masyarakat,

tokoh adat, tokoh Agama dan jajaran Pemerintah Daerah dalam

menyelesaikan masalah konflik isu SARA yang pernah terjadi di Desa

Kapota dengan mempertemukan ke dua belah pihak yang bersangkutan

kemudian dibahas secara bermusyawarah dan hasilnya sudah agak

membaik meskipun belum terlalu maksimal. Namun Pemerintah Desa

Kapota dan jajarannya terus berusaha agar masalah seperti konflik sosial

yang berbau SARA ini tidak terjadi lagi, sebab salah satu yang dapat

membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa adalah masalah isu SARA.

66

Page 80: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

47

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis ingin

menyampaikan beberapa saran yaitu:

a. Kepada seluruh masyarakat Kapota untuk tidak mudah terprovokasi

dengan isu-isu sosial yang dapat membahayakan persatuan dan kesatuan

bangsa setiap ada masalah jangan langsung mengambil kesimpulan

sepihak tanpa melalui musyawarah.

b. Sebagai kepala Desa maka harus memprogramkan sosialisasi-sosialisasi

persatuan membumikan Pancasila di tengah-tengah masyarakat agar

tidak ada lagi masyarkat yang tidak tahu bahwa Pancasila adalah dasar

negara Indonesia

c. Kepada Pemerintah Daerah Wakatobi jadikan masalah diatas sebagai

pembelajaran agar hal seperti ini tidak terulang lagi.

67

Page 81: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

Daftar Pustaka

Amran, Ali. 2016. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.Yogyakarta: PTRajah Grafindo persada.

Alisyahbana, Sultan Takdir.1986. Antropologi Baru. Jakarta: Dian Rakyat.

Andu Cristine Purnamasari. 2018. Efek Postingan SARA di Media SosialTerhadap Pertemanan. Universitas Teknologi Sulawesi.

Buku Pegangan Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara.

Bernier, Francois. 1684. Pembagian Baru Bumi oleh Spesies atau Ras yangMenghuninya.

Durkheim, Emile. 1915. Agama dalam Pandangan Sosiologi.

Fauzi Achmad. 2003. Pancasila, Jakarta: PT Danar Wijaya.

Gunawan, A. H. 2010. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Haryanto, Sindung. 2016. Sosiologi Agama. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

Herimanto & Winarno. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta timur:PT Bumi Aksara.

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: pradigma.

Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta,

Kitap Undang-undang Hukum Pidana Pasal 156, 156 a, 157 Pasal 156 , 156 a, 157

Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna . Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama.

Maarif, A. S. 2017. Islam dan Pancasila Sebagai Dasar Negara. Bandung:Mizan.

Martono, N. 2014. Sosiologi Pendidikan Michel Foucault. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Narbuko, Cholid & Achmadi Abu. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PenerbitBumi Aksara.

Rukiyati, Puswastuti , LA, Dwikurniani,D,e t al. 2013. Pendidikan Pancasila,Yogyakart: UNY Press.

Page 82: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

Rochmadi, N. W. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Perpustakaan Nasional:Yudhistira.

Sugiyono. 2013.Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugeng HR. 2006. Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap (RUPL). Surabaya:

Aneka Ilmu.

Sulasmono , B. S 2015 . Dasar Negara Pancasila. Sleman : PT Kanisius.

Sujarwa. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar : Manusia dan FenomenaSosial Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Sari Wulan Purnama. 2018. Studi Pertukaran Sosial Dan Peran Nilai AgamaDalam Menjaga Kerukunan Antar Kelompok Umat Beragama DiManado. Universitas Tarumanegara : profetik Jurnal Komunikasi

Ubaedillah & Rozak. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan Pancasila, Demokrasi,HAM dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenamedia Group.

Undang-Undang Diskriminasi, Nomor 40 tahun 2008 tentang Penghapusan

Diskriminasi Ras dan Etnis Pasal 4, dan 16.

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik No. 11 Tahun 2008 Tentang

Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 28 ayat (2) dan Jo Pasal 45.

Undang-Undang tentang Pemilu, Nomor 7 Tahun 2017 Pasal 280.

Winarno. 2016. Pradigma Baru Pendidikan Pancasila, Jakarta: Bumi Aksara.

Syani, Abdul. 1987. Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Jakarta: FajarAgung,

Page 83: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

L

A

M

P

I

R

A

N

Page 84: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

Kondisi geografis Desa Kapota

Page 85: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

Kantor desa kapota

Page 86: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

Wawancara bersama para Informan

Informan I. La Amudia

Informan II. Edi sofyan

Page 87: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

Informan III. La Husa

Informan IV. Andi risman

Page 88: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

Informan V. La hasidi (selaku toko masyarakat)

Informan VI. H. Jabal Nur (selaku kepala Desa)

Page 89: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

INSTRUMEN WAWANCARA I

Nama : La Amudia

Umur : 30 tahun

Pekerjaan : Wira usaha

Pendidikan : Strata satu (S1)

Daftar pertanyaan :

1. Menurut bapak/Saudara apakah nilai-nilai Pancasila dari sila ke I sampai ke V

selalu di amalkan atau di jalankan dalam kehidupan sehari-hari.?

2. Menurut bapak/saudara apakah seluruh masyarakat kapota mengetahui bahwa

Pancasila adalah dasar negara Indonesia?

3. Menurut bapak/saudara apa yang melatarbelakangi sehingga terjadinya konflik

Isu SARA di Desa ini ?

Jawaban

1. Hanya yang mengerti nilai-nilai Pancasila saja yang bisa mengamalkannya,di

kararenakan sebagaian masyarakat kapota belum sepenuhnya paham tentang

Pancasila tersebut.

2. Sebagian saja, dikarenakan tidak semua penduduk masyarakat kapota

berpendidikan terutama di sekolah dasar.

3. Konflik SARA ini bemula, di saat terjadinya perbedaan pendapat mengenai batas-

batas wilayah ataupun perbedaan kepentingan antar Suku.

Page 90: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

INSTRUMEN WAWANCARA

Nama : La Husa

Umur : 42 tahun

Pekerjaan : Tukang bangunan

Pendidikan : SMP

Daftar pertanyaan :

1. Menurut bapak/saudara Apakah nilai-nilai Pancasila dari sila ke I sampai ke V

selalu di amalkan atau di jalankan dalam kehidupan sehari-hari.?

2. Menurut bapak Apakah seluruh masyarakat kapota mengetahui bahwa Pancasila

adalah dasar negara Indonesia?

3. Menurut bapak apa yang melatarbelakangi sehingga terjadinya konflik Isu SARA

di Desa ini ?

Jawaban

1. Menurut saya kalau di bilang seluruh sih munkin tidak. Ada beberapa kalangan

yang agak kurang tau tentang hal ini,bahkan tidak tau sama sekali bahwa dasar

negara kita adalah Pancasila.diantaranya kalangan mereka orang-orang tua kami

atau seumuran kami yang tidak memahami aksara,juga mereka yang tingkat

pendidikannya tidak melebihi sekolah dasar

2. Sebagian tau dan sebagian lainnya tidak tau.

3. karena adanya pertikayan antara sesama warga di sini tentang batas-batas tanah

sehingga menimbulkan konflik yang berujung pada golongan Suku,yaitu Suku

pendatang yang ingin menambah tanah miliknya.

Page 91: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

INSTRUMEN WAWANCARA

Nama : Andi Risman

Umur : 29 tahun

Pekerjaan : Staf Desa

Pendidikan : SMA

Daftar pertanyaan :

1. Menurut bapak/saudara apakah nilai-nilai Pancasila dari sila ke I sampai ke V

selalu di amalkan atau di jalankan dalam kehidupan sehari-hari.?

2. Menurut saudara apakah seluruh masyarakat kapota mengetahui bahwa Pancasila

adalah dasar negara Indonesia?

3. Menurut saudara apa yang melatarbelakangi sehingga terjadinya konflik Isu

SARA di Desa ini ?

Jawaban

1. Melihat kondisi yang terjadi belakang ini, warga disini masih belum optimal

dalam mengamalkan nilai-nilai Pancasila,dibuktikan dengan munculnya konflik

dimasyarakat yang pernah terjadi hingga bisa menimbulkan perpecahan yang

tidak diinginkan.

2. Kalau seluruh munkin tidak.tapi sebagaian besar telah tahu bahwa dasar negara

kita adalah Pancasila.

3. Jadi yang melatarbelakangi terjadinya konflik SARA ini karena perebutan batas-

batas tanah oleh warga asli kapota dan warga bukan asli kapota yang sudah

menetap tinggal disini selama bertahu-tahun.

Page 92: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

INSTRUMEN WAWANCARA

Nama : Edi Sofyan

Umur : 35 tahun

Pekerjaan : Guru honorer

Pendidikan : Strata satu (S1)

Daftar pertanyaan :

1. Menurut bapak/saudara apakah nilai-nilai Pancasila dari sila ke I sampai ke V

selalu di amalkan atau di jalankan dalam kehidupan sehari-hari.?

2. Menurut bapak/saudara apakah seluruh masyarakat kapota mengetahui bahwa

Pancasila adalah dasar negara Indonesia?

3. Menurut saudara apa yang melatarbelakangi sehingga terjadinya konflik Isu

SARA di Desa ini ?

Jawaban

1. Tidak semua nilai-nilai Pancasila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari,terutama

nilai-nilai Pancasila yang ada pada sila ketiga ini yang paling penting contohnya

hubungan kekeluargaan terlepas pasca terjadinya pemelihan wakil daerah (DPRD)

akibat tidak menjalin kembali tali silaturahim luntur sesama.

2. Menurut saya pribadi,tidak semua masyarakat kapota mengetahui bahwa pancasila

adalah sebagai dasar negara Indonesia demikian karena hanya golongan terpelajar

yang mengetahui bahwa Pancasila adalah sebagai dasar negara kita,selebihnya

masyarakat yang awam hanya mengetahui Pancasila secara simbolik.

3. Awal mula terjadinya konflik tersebut di sebabkan karena kesalapahaman antara

golongan masyarakat lokal dan golongan masyarakat pendatang mengenai

pengambilan batas-batas tanah yang di lakukakan oleh masyarakat pendatang.

Page 93: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

INSTRUMEN WAWANCARA II

Nama : La Hasidi

Umur : 59 tahun

Pekerjaan : Tokoh Masyarakat

Pendidikan : SMP

Daftar pertanyaan :

1. Menurut bapak bagaimana peranan atau upaya pemerintah Wakatobi dan tokoh

masyarakat dalam menyelesaikan konflik Isu SARA yang pernah terjadi di desa

ini ?

2. Apakah sebelumnnya sudah ada forum musyawarah yang digunakan untuk

mengatasi konflik Isu SARA terjadi di Desa ini?

3. Apakah seluruh masyarakat mengikuti kegiatan musyawarah atau hanya

perwakilan saja?

4. Merurut bapak apa penting sosialisasi pendidikan Pancasila dalam membina rasa

persatuan di wujudkan di dalam masyarakat Kapota.?

5. Apa harapan bapak agar masalah seperti ini tidak terjadi lagi.?

Jawaban

1. Peranan Pemerintah Wakatobi dalam menyelesaikan konflik SARA yang pernah

terjadi di desa ini dengan mempertemukan antara kedua belah pihak yang terlibat

dalam konflik tersebut dengan cara mendatangkan pihak ketiga sebagai

penyelesaiaan masalah tersebut.

2. Ada biasanya untuk mengatasi masalah konflik, didatangkan pihak-pihak yang

bersangkutan pihak-pihak yang berwenang dalam menyelesaikan masalah tersebut

serta pihak-pihak pertahanan seperti polisi sebagai pihak yang mengamankan.

Page 94: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

3. Seperti yang kita lihat realitanya saat ini hanya perwakilan saja misalnya tokoh

masyarakat,tokoadat,tokoh agama,dan sebagian jajaran pemerintah daerah.

4. Sangat penting sekali, karena dengan diadakannya sosialisasi,masyarakat bisa

mendengarkan langsung tentang pemaparan dari pada nilai-nilai Pancasila yang

harus diterapkann oleh kita semua.Pancasila kan adalah dasar negara kita.yang

mana nilai-nilai yang terkandung didalamnnya telah sempurna sebagai patokan

dalam membina rasa persatuan masyarakat Indonesia.Sosialisasi yang intes bagi

masyarakat, generasi muda khusunya menurut saya merupakan cara yang terbaik

untuk memperkokoh solidnya persatuan dan persaudaraan antara kita warga

sebangsa dan setanah air.

5. Harapan saya kepada seluruh masyarakat kapota agar dapat mempererat tali

silaturahim dan tidak mudah terprovokasi dengan masalah–masalah sosial yang

dapat membahayakan persatuan kita.

Page 95: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

INSTRUMEN WAWANCARA

Nama : H. Jabal Nur

Umur : 42 tahun

Pekerjaan : Kepala Desa

Pendidikan : SMA

Daftar pertanyaan :

1. Menurut bapak bagaimana peranan pemerintah Daerah dan tokoh masyarakat

dalam menyelesaikan konflik Isu SARA yang pernah terjadi di desa ini ?

2. Apakah sebelumnnya sudah ada forum musyawarah yang digunakan untuk

mengatasi konflik Isu SARA terjadi di Desa ini?

3. Apakah seluruh masyarakat mengikuti kegiatan musyawarah atau hanya

perwakilan saja?

4. Merurut bapak apa penting sosialisasi pendidikan Pancasila dalam membina rasa

persatuan di wujudkan di dalam masyarakat Kapota.?

5. Apa harapan bapak agar masalah seperti ini tidak terjadi lagi.?

Jawaban

1. Pemerintah dan tokoh masyarakat setempat masih terus berusaha untuk

meredakan konflik isu SARA ini. kampanye-kampanye persatuan sering kami

lakukan di tengah-tengah masyarakat,sejauh ini hasil ke arah posistif mulai

terlihat walaupun itu belum terlalu maksimal.

2. Untuk saat ini sudah ada suatu forum musyawarah untuk mengatasi konflik isu

SARA seperti halnya kami sudah pernah melakukan suatu pertemuan di mana

antara tokoh agama tokoh adat,tokoh masyarakat dan jajaran pemerintah daerah

untuk membahas masalah tersebut.

Page 96: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

3. Tidak semua masyarakat mengikuti kegiatan tersebut,hanya mereka yang

mempunyai peranan penting yang bisa mengikutinya misalnya, tokoh Agama,

tokoh masyarakat, kepala desa dan jajaran pemerintah daerah.

4. Menurut saya penting sekali,saya rasa persatuan bisa sesama bangsa Indonesia

akhir-akhir ini mulai menurun.entah faktor utamanya apa saya kurang tahu.Tapi

yang jelas dengan diadakannya sosialisasi pendidikan pancasila yang kompleks

rasa persatuan itu akan lahir kembali dan saya harap bisa mendarah daging bagi

kita semua,seluruh warga negara Indoneia khususnya warga masyarakat Desa

Kapota.” Pancasila adalah amanat bangsa dan negara Republik Indonesia yang

termuat dalam Undang-uandang Dasar 1945 sehingga penting mengadakan

sosialisasi pendidikan Pancasila dalam rangka menciptakan keharmonisasian dan

kerukunan ditengah-tengah masyarakat.”

5. Harapan saya semoga hal-hal seperti ini tidak terjadi lagi dan masyarakat kapota

dapat hidup rukum antara sesama suku yang ada di desa ini.”

Page 97: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

Daftar Nama Informan Wawancara

1. Nama : La Amudia

Usia : 30 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Wirausaha

Suku : Buton

2. Nama : La Husa

Usia : 42 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Buruh Bangunan

Suku : Muna

3. Nama : Andi Risman

Usia : 29 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Staf Desa

Suku : Bugis

4. Nama : Edi Sofyan

Usia : 35 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Guru Honerer

Suku : Bajo

Page 98: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

5. Nama : La Hasidi

Usia : 59 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Tokoh Masyarakat Desa Kapota

6. Nama : H. Jabal Nur

Usia : 42 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Kepala Desa Kapota

Page 99: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MENGHADAPI …

RIWAYAT HIDUP

Bambang Suprianto. Dilahirkan di Kabita Kabupaten Wakatobi

pada tanggal 14 Desember 1995, dari pasangan Ayahanda Mus’

Adi. Dan Ibunda Mu’mina. penulis masuk sekolah dasar pada

tahun 2001 di SDN Kabita Kabupaten Wakatobi.

dan tamat 2009, tamat SMP Negeri 2 Wangi-Wangi Selatan tahun

2012. Dan tamat SMA Negeri Wangi-Wangi Selatan tahun 2015. Pada tahun yang sama

(2015), penulis melanjutkan Pendidikan pada program Strata satu (S1) Program Studi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai tahun 2020.