filosofi negara kesejahteraan yang dirumuskan …

17
SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303 [email protected] ISSN : 2684-8791 (Online) 287 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN DALAM PANCASILA DAN PEMBUKAAN UNDANG UNDANG DASAR 1945 Appe Hamonangan Hutauruk [email protected] Fakultas Hukum Universitas Mpu Tantular Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menggali terpenuhinya kesejateraan rakyat melalui konsep kesejahteraan yang termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Hal itu bisa dilihat dari undang-undang dan peraturan yang dibuat pemerintah dalam kehidupan masyarakat sehari- hari.Undang-undang,peraturan dan kebijakan yang berpihak krpada rakyat akan membawa kemakmuran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif dengan desain eksploratori yang menggambarkan sesuatu yang sedang berlangsung dengan melakukan eksplorasi terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 dengan penerapanya pada masyarakat.Hasil dari penelitian ini adalah konsep negara kesejateraan yang yang dirumuskan dalam Pancasila dan pembukaan Unsang-Undang Dasar 1945 belum pada cita-cita terwujudnya kesejahteraan rakyat,masih dalam proses. Kata Kunci : Negara Kesejahteraan,Pancasila,Undang-Undang Dasar 1945 PENDAHULUAN Hakekat Negara Kesejahteraan Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggara negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945 (The national development is reflection of willing to increase continually the Indonesians’ prosperity which is just and well – distributed, to develop a social life and to carry out a developed and democratic country based on Pancasila and 1945 Constitution).Proses keputusan politik dalam konteks kebijakan legislasi membuat peraturan perundangundangan sebagai instrumen pengelolaan sumber daya alam dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia.Citacita membangun masyarakat adil dan makmur yang menjadi mission sacre, merupakan komitmen universal atas keadilan sosial sesuai dengan komitmen para pendiri Indonesia. Kalimat terakhir Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 mengamanatkan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial telah menjadi moral politik yang melandasi semua langkah dalam mengelola ekonomi politik negara (Husodo,2009).Ketaatan hukum adalah alat dan sarana pembangunan masyarakat menuju kesejahteraan tanpa memandang bulu dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (basic rights) dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.Pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya harus mendukung tegaknya supremasi hukum (supremacy of law) dengan melakukan berbagai penyuluhan peraturan perundangundangan dan menghidupkan kembali nilainilai (values) serta normanorma (norms) yang berlaku di masyarakat.Pemerintah Daerah

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

287 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG

DIRUMUSKAN DALAM PANCASILA

DAN PEMBUKAAN UNDANG – UNDANG DASAR 1945

Appe Hamonangan Hutauruk

[email protected]

Fakultas Hukum Universitas Mpu Tantular

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk menggali terpenuhinya kesejateraan rakyat melalui konsep

kesejahteraan yang termaktub dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Hal itu bisa dilihat

dari undang-undang dan peraturan yang dibuat pemerintah dalam kehidupan masyarakat sehari-

hari.Undang-undang,peraturan dan kebijakan yang berpihak krpada rakyat akan membawa

kemakmuran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif dengan

desain eksploratori yang menggambarkan sesuatu yang sedang berlangsung dengan melakukan

eksplorasi terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 dengan penerapanya pada

masyarakat.Hasil dari penelitian ini adalah konsep negara kesejateraan yang yang dirumuskan

dalam Pancasila dan pembukaan Unsang-Undang Dasar 1945 belum pada cita-cita terwujudnya

kesejahteraan rakyat,masih dalam proses.

Kata Kunci : Negara Kesejahteraan,Pancasila,Undang-Undang Dasar 1945

PENDAHULUAN

Hakekat Negara Kesejahteraan

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta

mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggara negara yang maju dan demokratis

berdasarkan Pancasila dan Undang–Undang Dasar 1945 (The national development is reflection of

willing to increase continually the Indonesians’ prosperity which is just and well – distributed, to

develop a social life and to carry out a developed and democratic country based on Pancasila and

1945 Constitution).Proses keputusan politik dalam konteks kebijakan legislasi membuat peraturan

perundang–undangan sebagai instrumen pengelolaan sumber daya alam dalam

mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia.Cita–cita membangun masyarakat adil dan makmur

yang menjadi mission sacre, merupakan komitmen universal atas keadilan sosial sesuai dengan

komitmen para pendiri Indonesia. Kalimat terakhir Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945

mengamanatkan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial

telah menjadi moral politik yang melandasi semua langkah dalam mengelola ekonomi–politik

negara (Husodo,2009).Ketaatan hukum adalah alat dan sarana pembangunan masyarakat menuju

kesejahteraan tanpa memandang bulu dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (basic

rights) dan memperhatikan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.Pemerintah daerah sesuai

dengan kewenangannya harus mendukung tegaknya supremasi hukum (supremacy of law) dengan

melakukan berbagai penyuluhan peraturan perundang–undangan dan menghidupkan kembali

nilai–nilai (values) serta norma–norma (norms) yang berlaku di masyarakat.Pemerintah Daerah

Page 2: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

288 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

perlu mengupayakan Peraturan Daerah (Perda) yang bijaksana dan efektif, serta didukung

penegakan hukum yang adil dan tepat. Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DRPD) maupun masyarakat perlu menghilangkan kebiasaan yang dapat menimbulkan Kolusi,

Korupsi dan Nepotisme (KKN).

Gerakan transparansi untuk mewujudkan prinsip–prinsip pemerintahan yang bersih,harus

menjadi bagian demokratisasi sistem politik ekonomi sekaligus untuk mereformasi hukum

ketatanegaraan dan konstitusi untuk memperkecil monopoli dan diskresi kekuasaan politik dari

tangan Presiden, sehingga dimungkinkan terjadinya pembagian kekuasaan, pembatasan, dan

penyeimbangan di dalam sistem politik (Ali,2008).Transparansi adalah keterbukaan atas semua

tindakan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan adanya kepercayaan timbal–

balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi.Tolak ukur transparansi

yang digunakan,yaitu; (a) bertambahnya wawasan, pengetahuan dan pemahaman masyarakat

terhadap penyelenggaraan pemerintahan, (b) Meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap

pemerintahan, (c) meningkatnya jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pembangunan

daerahnya,(d) berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan.

Rumusan Masalah :

a. Negara Kesejahteraan dirumuskan dalam Pancasila

b. Negara Kesejahteraan dirumuskan dalam Undang-Undang dasar 45

LANDASAN TEORI

Keadilan Sosial

Negara kesejaateraan yang dirumuskan dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang

Dasar 45 adalah sebuah konsep untuk mensejaterahkan rakyat yang dituangkan dalam pasal demi

pasal.Diperlukan hukum dan peraturan yang bersenyawa dengan makna yang termaktub pada

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 agar konsep negara kesejateraan tercapai.Konsep Roscoe

Pound tentang kepentingan sosial merupakan upaya yang lebih eksplisit untuk menciptakan suatu

model hukum yang responsif.Hukum yang baik harus menawarkan sesuatu lebih dari keadilan

prosedural,memberi keadilan dan komitmen pada tercapainya rasa adil yang substansi (Salman dan

Susanto,2012).Informasi tentang kebijakan yang dibuat pemerintah pusat dan daerah harus mudah

didapatkan masyarakat melalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi

maupun media informasi lainnya.Prinsip kebijakan ini mengandung makna meningkatkan

akuntabilitas para pengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan

masyarakat luas. Seluruh pembuat kebijakan pada semua tingkatan harus memahami kebijakan

yang diambil harus dipertanggung-jawabkan kepada masyarakat. Diperlukan indikator kinerja jelas

serta sistem pengawasan diperkuat dan hasil audit harus dipublikasikan,diberi sanksi apabila

terdapat kesalahan agar terhindar dari praktek–praktek maladministasi menjalankan fungsi

pelayanan publik.Konsep maladministrasi pertama kali di introdusir tahun 1967, ketika pemerintah

Inggris membentuk Parliamentary Commission for Administrasion (the ombudsman).

Maladminsitrasi dikaitkan dengan tindakan menyimpang dari aparat; yang tidak mengindahkan atau

tidak mengikuti norma–norma perilaku yang baik. The Commission menyatakan: bad decisions are

bad adminstrastion and bad administration is maladministration .... bad decision goes the bad rule,

fallacy statutory regulation (Hadjon dkk,2012).Kata maladministrasi, berasal dari bahasa

Latin ”malum” yang artinya jahat (jelek) dan administrasi dari kata administrare yang berarti

melayani,keduanya mengandung arti pelayanan yang jelek.Maladministrasi menyoroti

perilaku (behaviour) aparat melaksanakan tugas pemerintahan,perilaku aparat dalam pelayanan

publik yang diukur dengan norma–norma perilaku aparat.Norma perilaku aparat berbeda dengan

norma pemerintahan yakni Norma perilaku aparat ditujukan untuk tindakan yang dapat

didiskualifikasikan sebagai tindakan maladministrasi,sedangkan norma pemerintah ditujukan untuk

Page 3: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

289 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

suatu legalitas tindakan pemerintahan.Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan

Publik, menentukan pelaksanaan dalam menyelenggarakan pelayanan publik harus berprilaku adil

tidak tidak diskriminatif,cermat,santun dan ramah,tegas, andal, serta tidak memberikan keputusan

yang berlarut–larut,profesional,tidak mempersulit.Setiap pengambil kebiajakan harus patuh pada

perintah atasan,menjunjung tinggi nilai–nilai akuntabilitas dan integritas institusi

penyelenggara,tidak membocorkan informasi atau dokumen rahasia sesuai dengan peraturan

perundang–undangan.

Diskresi (discretion) adalah kebebasan bertindak atau mengambil keputusan dari para

pejabat Administrasi Negara yang berwenang menurut pendapat sendiri.Diskresi diperlukan sebagai

pelengkap dari asas legalitas hukum yang menyatakan bahwa setiap tindak atau perbuatan

administrasi negara harus berdasarkan ketentuan undang–undang.Undang–undang memiliki

keterbatasan untuk mengatur secara detail segala macam kasuspositie dalam praktik kehidupan

sehari hari.Diperlukan adanya “kebebasan” atau diskresi dari administrasi negara yang terdiri

dari “Diskresi Bebas” yakni undang–undang hanya menetapkan batas–batas, dan administrasi

negara bebas mengambil keputusan apa asalkan tidak melampaui/melanggar batas–batas,

dan “Diskresi Terikat” yakni undang–undang menetapkan beberapa alternatif, dan administrasi

negara bebas memilih salah satu alternatif (Atmosudirjo,1995). Namun demikian, diskresi tidak

boleh digunakan apabila bertentangan dengan Asas–Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AUPB)

yang diadaptasi oleh pemerintah Indonesia sebagai prinsip untuk mewujudkan negara kesjahteraan.

Negara Kesejateraan

Welfare state adalah gagasan yang telah lama lahir, dirintis oleh Prusia di bawah Otto von

Bismarck sejak 1850an. Dalam Encyclopedia Americana disebutkan bahwa welfare state adalah “a

form of government in which the state assumes responsibility for minimum standards of living for

every person” (bentuk pemerintahan dimana negara dianggap bertanggung jawab untuk

menjamin standard hidup minimum setiap warga negaranya). Gagasan negara kesejahteraan itu, di

Eropa dan Amerika di masa lampau, berbenturan dengan konsepsi negara liberal kapitalistik.

Namun kemudian sejarah mencatat bahwa benturan dan gagasan besar itu telah menghasilkan

negara – negara makmur dan rakyatnya hidup sejahtera, seperti di Amerika Utara dan Eropa

Barat.(Husodo,2009).Sudah lebih dari 60 tahun Republik Indonesia diproklamasikan sebagai negara

kebangsaan dan negara kesejahteraan. Namun wujud negara kesejahteraan itu belum tampak.

Bahkan kita menyaksikan dengan prihatin proses komersialisasi yang meluas dan cepat di bidang

pendidikan dan kesehatan seiring makin terbatasnya APBN. Di tengah keterbatasan pemerintah

menciptakan lapangan kerja dan menaikkan daya beli rakyat, kondisi ini menyakitkan kelompok

rakyat yang tidak berpunya.(Husodo,2009).Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa negara

kesejahteraan (welfare state) adalah negara yang menganut sistem ketatanegaraan dengan menitik

beratkan perhatian pada kepentingan kesejahteraan warga negaranya.Tujuan dari negara

kesejahteraan bukan untuk menghilangkan perbedaan dalam ekonomi masyarakat, tetapi

memperkecil kesenjangan ekonomi dan mengurangi kemiskinan.Kesenjangan (gap) yang lebar

antara masyarakat kaya (the have / the rich) dengan masyarakat miskin (the poor) dalam suatu

negara tidak hanya menunjukkan kegagalan negara tersebut didalam mengelola keadilan sosial,

tetapi kemiskinan menimbulkan dampak buruk dalam segala segi kehidupan masyarakat. Dampak

tersebut akan dirasakan mulai dari rasa ketidakberdayaan masyarakat miskin dalam berbagai

bidang, hingga berdampak buruk pada penyelenggaraan sistem demokrasi.Konsep negara

kesejahteraan yaitu berupaya untuk memperkecil jurang pemisah / kesenjangan kondisi ekonomi

dalam kehidupan masyarakatnya melalui berbagai usaha pelayanan kesejahteraan

warganegaranya. Dalam konsep negara kesejahteraan yang mengutamakan untuk mengurusi secara

langsung kesejahteraan rakyatnya, membawa akibat bahwa negara kesejahteraan menjadi negara

yang memasuki sangat banyak segi kehidupan rakyat, mulai dari soal pendidikan, jaminan sosial,

Page 4: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

290 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

jaminan kesehatan, dan sebagainya. Pemerintah sebagai alat negara, makin lama makin dipaksa

untuk menerima tanggung jawab positif atas penciptaan dan distribusi kekayaan demi terciptanya

keadilan sosial secara merata. Sejalan dengan pelaksanaan tanggung jawab tersebut perlu dilakukan

pembangunan hukum untuk mengatur dan mengendalikan berbagai kepentingan masyarakat pada

satu sisi dan pedoman pemerintah (pusat dan daerah) untuk menjalankan fungsinya sebagai

pemegang peranan dalam rangka mewujudkan negara kesejahteraan dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif dengan desain

eksploratori yang menggambarkan sesuatu yang sedang berlangsung dengan melakukan eksplorasi

terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar 45 dengan penerapanya pada masyarakat

(Umar,2008)

PEMBAHASAN

Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah Wujudkan Kesejahteraan Bagi Rakyat

Indonesia.

UUD 1945 menganut paham kedaulatan rakyat Indonesia yang mencakup aspek demokrasi

politik maupun aspek demokrasi ekonomi.Berdasarkan kedua doktrin demokrasi tersebut,sistem

sosial di Indonesia dapat dikembangkan menurut prinsip–prinsip demokrasi yang seimbang,

sehingga menumbuhkan kultur demokrasi sosial yang kokoh.Dalam paham demokrasi sosial (social

democracy),negara berfungsi sebagai alat kesejahteraan ditengah gelombang liberalism dan

kapitalisme yang mempengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia.(Asshiddiqie,2012).Tujuan

pemerintah mengalami pergeseran seiring waktuJika dulu tujuan pemerintahan membuat dan

mempertahankan hukum atau menjaga ketertiban (orde en rust) saja,sekarang lebih luas kepada

menyelenggarakan kepentingan umum (servicepublique) (Purbopranoto,1981). Rumusan tujuan

pemerintahan menurut aline IV Undang–Undang Dasar 1945 yakni melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Tugas penyelenggaraan kepentingan umum (public service) dijalankan oleh alat

pemerintahan (bestuurorgaan = administratief orgaan) yang bisa berwujud:

a. seorang petugas pemerintahan yang berdasarkan peraturan undang–undang diberi

kewenangan untuk menyatakan kehendakpemerintah c.q. penguasa (wil v/h openbaar

gezag).Dus yang dilengkapi dengan kewenangan melakukan tindakan–tindakan yang

mengikat hukum (persoon of college met enig openbaar gezag bekleed);

b. badan pemerintahan (openbaar lichaam) yaitu kesatuan hukum yang dilengkapi dengan

alat–alat atau kewenangan memaksa (coersive) (de met wereldlijk overheidsgezag en

physike dwangmiddelen toegeruste gemeenschappen”).(Purbopranoto,1981)

Bila pemerintah berpegang semua aktivitasnya pada kesejahteraan umum maka harus

langsung ditujukan pada perbaikan kondisi rakyat hidup dan bekerja.Menurut Mc.Iver (1981)

Pemerintah melakukan untuk kesehatan,keamanan,perumahan dan kehidupan yang layak, untuk

jaminan sosial serta ekonomi dan sebagainya.Peraturan-Peraturan yang mengatur penerimaan

negara harus untuk mensejahterahkan rakyat.Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2008 Tentang Jenis

dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berasal dari Penggunaan Kawasan

Hutan untuk Kepentingan Pembangunan di Luar Kegiatan Kehutanan yang Berlaku pada

Departemen Kehutanan, merupakan salah satu contoh negara telah menjadi alat hisap Kapitalisme.

Page 5: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

291 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

Dalam Peraturan Pemerintah ini, negara memberikan kesempatan luas kepada perusahaan-

perusahaan tambang untuk melakukan kegiatan tambang di kawasan hutan lindung. Akibatnya

perusahaan tambang batu bara memiliki kesempatan luas dan legal untuk melakukan kegiatan

pertambangan walaupun di kawasan hutan lindung. In concreto, kawasan hutan lindung di

Indonesia khususnya daratan Kalimantan menyimpan kekayaan barang tambang yang sangat

melimpah. Hal ini menjadi masalah utama negara kita yang tidak memiliki “visi” bagaimana

memanfaatkan sumber daya alam batubara untuk kepentingan rakyat.Dalam tataran demikian,

birokrasi merupakan instrumen penting dalam masyarakat modern yang keberadaannya sangat

penting dalam menjalankan tugas pemerintahan untuk menyelenggarakan kesejahteraan

umum (bestuurzorg).Birokrasi adalah sebagai salah satu sistem otorita yang ditetapkan secara

rasional oleh berbagai peraturan untuk mengorganisasi secara teratur suatu pekerjaan yang

dilakukan banyak orang. Sejalan dengan pendapat Weber, Blau dan Page dalam (Mustafa 2013)

memformulasikan birokrasi sebagai tipe dari organisasi, dimaksudkan untuk mencapai tugas–tugas

administratif besar dengan cara mengkoordinasikan secara sistematika pekerjaan orang banyak.

Hubungan Hak Penguasaan Negara dengan Kedudukan dan Kewenangan Pemerintah.

Dalam kedudukannya sebagai pemegang kuasa pertambangan dengan kewenangan

melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi, berdasarkan ketentuan Undang–Undang Nomor 4

Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,pemerintah menyerahkan kewenangan

tersebut kepada badan pelaksana, seterusnya berdasarkan KKS diserahkan lebih lanjut kepada

badan usaha atau bentuk usaha tetap sebagai pelaksana kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. KKS

merupakan suatu bentuk perjanjian dalam kegiatan usaha hulu yang melibatkan dua pihak yaitu

Badan Pelaksana sebagai pelaksana kuasa pertambangan yang dipunyai oleh pemerintah dengan

Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan eksplorasi dan

eksploitasi sumber daya alam mineral dan batubara. (Sumardono dan Ismail, dkk,2011).Orang,

badan hukum dan perorangan yang diberi akses mengusahakan sumber daya mineral dan batubara

harus dilandaskan pada ijin tertentu. Hubungan hukum antara orang dengan mineral dan batubara

tersebut menurut UU Minerba sudah tidak dimungkinkan lagi didasarkan pada Kontrak Karya

sebagaimana yang telah ada selama ini. Namun demikian, Kontrak Karya yang telah ada berlaku

pada saat diundangkannya UU Minerba tetap berlaku sampai berakhirnya Kontrak Karya.

(Sumardono dan Ismail, dkk,2011)

Konsep pemegang kuasa pertambangan dengan kewenangan melakukan kegiatan eksplorasi

dan eksploitasi sebagaimana diatur dalam Undang–Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara, tidak dapat dipisahkan dengan hak penguasaan atas tanah.

Hak penguasaan atas tanah oleh negara, pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menegaskan,bumi, air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar–

besarnya untuk kemakmuran rakyat.Aturan (kaidah hukum) yang dirumuskan dalam ketentuan

pasal 33 UUD 1945 ini secara konstitusional merupakan landasan hukum bagi negara atas hak

agraria atau hak penguasaan atas tanah.Secara khusus, ketentuan–ketentuan pokok tentang

pertanahan di Indonesia diatur dalam Undang–Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan

Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1960 Nomor 104–

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043), atau yang lebih dikenal dengan

sebutan Undang–Undang Pokok Agraria (UUPA).UUPA yang berlaku sejak tanggal 24 September

1960 dan sejak saat itu mulai berlaku Hukum Tanah Nasional di Indonesia.Tujuan pembentukan

Undang Undang Pokok Agraria untuk kemakmuran rakyat, sesuai dengan tujuan kehidupan

berbangsa dan bernegara berdasarkan Undang–Undang Dasar 1945.

Tambang Untuk Kemandirian dan Kesejahteraan Rakyat.

Industri pertambangan saat ini beralih dari mengandalkan sumber daya alam menjadi industry padat

Page 6: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

292 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

modal perlu modal besar, agar menghasilkan keuntungan dan efek ganda yang besar.Demikian

dengan penerapan aturan nilai tambah diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan

pada pemasukan negara. Kebijakan legislasi dalam usaha pertambangan mineral dan batubara yang

diatur dalam UU No.4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dapat dianggap

sebagai suatu lompatan besar dalam meningkatkan level perusahaan pertambangan di Indonesia,

keadaan demikian yang disebut revolusi industri pertambangan di Indonesia.Melalui pemasukan

dan nilai tambah yang diperoleh negara dapat menciptakan kemandirian dalam dunia pertambangan

mineral dan batubara di serta peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Salah satu kebijakan

yang ditentukan dalam UU Minerba Nomor 4 Tahun 2009 yaitu pengusaha pertambangan harus

mendirikan pabrik pengolahan, peleburan, dan pemurnian dalam negeri. Kebijakan tersebut

menunjukkan bahwa pemerintah menghendaki peningkatan nilai tambah dan penyediaan bahan

baku untuk industri di dalam negeri.Selama ini ekspor bijih besi meningkat luar biasa,terlihat dari

data kementerian perdagangan menunjukkan selama empat tahun terakhir, sejak tahun 2008, ekspor

bijih mineral Indonesia meningkat besar–besaran; Ekspor bijih nikel dari 4,1 juta ton menjadi 33

juta ton; bijih bauksit dari 7,8 ton menjadi 40 juta ton; dan bijih besi dari 1,8 juta ton menjadi 12,

juta ton di tahun 2011. Padahal peningkatan nilai tambah memberikan keuntungan cukup besar,

sebagai contoh, memberi nilai tambah sekitar US $ 81,15 juta untuk tiap 1 juta ton bauksit dan

pengolahan lebih lanjut ke aluminium memberikan nilai tambah baru sekitar US $ 185

juta. (Advancer,2014) Dapat kita bayangkan apabila nilai tambah sebanyak itu, belum termasuk

bahan mineral yang lain dipergunakan untuk peningkatan sebesar – besarnya kesejahteraan rakyat

Indonesia.

Berkaitan dengan kenyataan tersebut, pemerintah mengeluarkan aturan yang memperkuat

peraturan sebelumnya yakni, Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2013 Tentang Percepatan

Peningkatan Nilai Tambah Mineral melalui Pengolahan dan Pemurnian di Dalam Negeri, dan

Peraturan Menteri Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Nilai Tambah dan Larangan Ekspor Produk

Mineral Mentah. Pemerintah menyadari bahwa Indonesia mempunyai peluang besar untuk

mengambil peran dan pengaruh yang lebih besar di pasar mineral dan batubara dunia. Indonesia

memiliki cadangan laterit (oxide) terbesar nomor 4 di dunia. Indonesia memasok sekitar 7 % (tujuh

persen) kebutuhan nikel dunia pada 2010, produsen tembaga terbesar ke–5 dengan memberi

kontribusi 5 % (lima persen) produksi dunia (Advancer,2014).Kebijakan legislasi larangan ekspor

komoditi bahan mentah mineral harus diterapkan agar Indonesia menjadi tuan di rumah sendiri

dalam pemanfaatan sumber daya alam mineral dan batubara. Kebijakan tersebut menimbulkan efek

domino yang sangat besar bagi ptogram pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan baik

yang menyangkut tenaga operator maupun tenaga ahli, akan banyak Sarjana Teknik Indonesia yang

akan dipekerjakan.

Ekonomi mineral membicarakan tentang nilai dan biaya tambang, investasi modal jangka

panjang, cadangan, distribusi, pemilikan dan aliran mineral secara internal serta berbagai faktor

seperti terjadinya mineral, ketidakpastian cadangan dan penemuan, pengurangan, endapan, daur

ulang dan persyaratan lingkungan tambang.Sumberdaya mineral meliputi endapan hipotetis,

spekulatif, belum ditemukan, dan subekonomis atau endapan yang belum ditemukan dan tak

diketahui nilai ekonomisnya. (Reksohadiprodjo, Sukanto, Pradono,1988).Cadangan mineral adalah

konsentrasi komoditi mineral yang dapat dimanfaatkan, yang dapat secara ekonomis dan hukumiah

diproduksikan pada saat evaluasi.Negara Indonesia dikaruniai sumber daya alam dan energi yang

melimpah,bila digunakan untuk kemakmuran rakyat akan sejahtera rakyat Indonesia.

Pemerintah akan dianggap bersalah apabila tidak mampu mensejahterakan rakyatnya,karena

sudah termuad dalam Undang–Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air, dan

kekayaan alam yang terdapat didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya

untuk kemakmuran rakyat, namun dalam tataran penerapannya bumi, air, dan kekayaan alam yang

terdapat didalamnya tersebut dikuasai oleh investor. Begitu pula, Undang – Undang Nomor 32

Page 7: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

293 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

tahun 2004 secra eksplisit memberikan ruang dan peluang sebesar–besarnya kepada Pemerintah

Kabupaten dan Pemerintah Kota untuk mengembangkan potensi yang ada serta sumber daya alam

secara lebih baik semata-mata demi kepentingan dan kemajuan masyarakat, demi pembangunan

daerah yang berkelanjutan dan demi kesejahteraan dan kemakmuran.Keberpihakan pemerintah

kepada investor berpengaruh pada rasa tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

Konsep Negara Kesejateraan Menurut Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Dalam abad modern ini telah terjadi pemekaran tugas negara dan bukan hanya sekedar

menjaga ketertiban tetapi juga mengusahakan agar setiap anggota masyarakat dapat menikmati

kemakmuran secara adil dan merata. Untuk mencapai cita – cita wefare state tidak dapat

dihindarkan, bahkan dibutuhkan campur tangan negara dalam segala kegiatan warga negaranya. Di

negara Barat cara ini memang merupakan cara yang tepat, oleh karena mereka dalam abad ke XIX

mengalami ekses – ekses daripada struktur masyarakat yang terlampau individualistis, sehingga

asas aquality before the law malahan memukul anggota masyarakat yang kedudukan sosial

ekonominya lemah, sedangkan dalam hal–hal tertentu negara menitikberatkan kepentingan umum

dengan mengurangi kepentingan individu.Peranan negara yang bertambah besar dalam usaha

pembangunan mengakibatkan sering terjadi bentrokan antara kepentingan negara dengan

individu.(Kusnardi dan Saragih,2008).Dengan berpangkal tolak pada perumusan sebagai yang

digariskan oleh para pembentuk Undang–Undang Dasar kita yaitu, Indonesia ialah negara yang

berdasar atas hukum (rechtsstaat) maka diasumsikan bahwa pola yang diambil tidak menyimpang

dari pengertian negara hukum pada umumnya yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia,

dengan lain perkataan rumusan negara hukum tersebut dipergunakan dengan ukuran pandangan

hidup maupun pandangan bernegara bangsa kita.(Soemardi,1987).Konsep untuk menyelenggarakan

kesejahteraan sosoial–ekonomi, dapat dilakukan dengan memanfaatkan pengelolaan sumber daya

alam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia semaksimal mungkin. Pengelolaan sumber daya alam

tersebut harus sesuai dengan nilai–nilai yang terkandung dalam pandangan hidup bangsa Indonesia

yakni Pancasila.Pancasila menurut sejarah pembawaannya adalah mengandung “Isi Jiwa Bangsa

Indonesia” sehingga dapat dikatakan adalah Filsafat Bangsa Indonesia. Suatu filsafat itu adalah

suatu pemikiran yang bulat . (Kartohadiprodjo,1969).Terdapat perbedaan antara konsep keadilan

dunia barat dengan Indonesia.Perbedaan ini timbul karena pandangan hidup barat yang bersifat

individualistis, liberal dan materialistis dengan cara berpikirnya yang abstrak, analitis dan

sistematis, berbeda dengan pandangan hidup bangsa Indonesia yang lebih mengutamakan

kepentingan keluarga dan hidup dalam alam yang diliputi suasana magis metafisis dengan cara

berpikirnya yang konkrit dan riil. Walaupun terdapat perbedaan konsep keadilan

menurut pemikiran barat dan pemikiran Indonesia, namun ada kesamaan dalam hal tertentu,

karena dari konsep tersebut unsur – unsur pokok yang bernilai universal dari keadilan menurut

pemikiran barat terdapat pula dalam konsep keadilan menurut pandangan bangsa Indonesia yang

berdasarkan pada Pancasila.(Nasution,2012).

Pandangan hidup juga mengandung arti bahwa tindakan atau tingkah laku didasarkan atas

suatu endapan pengalaman yang telah tertanam sebelumnya. Sampai berapa jauh pantulan itu di

dalam penglihatan yang dibawakan oleh bangsa kita akan tampak di dalam reaksi terhadap

tantangan yang dihadapinya.(Darmodiharjo,1983). Dalam pergaulan hidup terkandung konsep dasar

mengenai kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa, terkandung pikiran-pikiran yang

terdalam dan gagasan suatu bangsa mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik..Cita hukum

atau rechtsidee adalah apa yang dicita–citakan atau apa yang dituju oleh hukum, jadi cita hukum

berada dalam dunia idee, tumbuh dalam cita–cita dan eksis dalam dunia sollen. Cita

hukum (rechtsidee) menurut Rudolf Stammler sebagaimana dikutip Theo Huijbers (1998), adalah

konstruksi pikir yang mengarahkan hukum pada cita–cita yang di inginkan masyarakat. Cita hukum

berfungsi sebagai pemandu untuk mencapai apa yang dicita–citakan,mengandung prinsip yang

Page 8: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

294 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

berlaku sebagai norma bagi keadilan atau ketidakadilan hukum. Dengan demikian, hukum yang adil

adalah hukum yang diarahkan oleh cita hukum untuk mencapai tujuan masyarakat (Saleh, 1995).

Selanjutnya Radbruch menegaskan pula bahwa cita hukum tidak hanya berfungsi sebagai tolak ukur

yang bersifat regulatif yang menguji apakah suatu hukum positif adil atau tidak, melainkan juga

sekaligus berfungsi sebagai dasar yang bersifat konstitutif, yaitu yang menentukan bahwa tanpa cita

hukum, hukum akan kehilangan maknanya sebagai hukum (Sisworo 1995).Hakekat keadilan adalah

penilaian terhadap suatu perlakuan atau tindakan dengan mengkajinya oleh suatu norma yang

menurut pandangan subjektif melebihi norma–norma lainnya (Mertokusumo,2003).Penilaian

keadilan umumnya,ditinjau dari satu pihak saja, yaitu pihak yang menerima perlakuan, misalnya

kalau kebijaksanaan pemerintah telah dipertimbangkan masak–masak bahwa hal itu demi

kepentingan umum,orang banyak, tetapi ada warga negara yang tidak terpenuhi

kebutuhannya.Menurut Nasution (2012).keadilan harus dilihat dari dua pihak, yaitu pihak yang

memperlakukan dan pihak yang menerima perlakuan.(Nasution,2012).

Menurut Sumardi (1987) Pancasila menguasai seluruh hukum yang berlaku bagi bangsa

Indonesia, baik hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis.Maka dalam mengartikan

hukum rumusan yang menyebutkan bahwa Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum, kita

hanya dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud ialah sumber dari segala sumber hukum yang

terbatas dalam kehidupan rakyat Indonesia bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kita tidak

perlu menafsirkan lebih luas daripada itu. (Attamimi,).Teori bernegara bangsa Indonesia secara

universal pada umumnya dan secara khusus pada suatu kelompok manusia. (situatio Gebundenheit)

yang bersumber pada alam dan budaya bangsa oleh Prof. Soepomo disebut dengan istilah suasana

kebatinan bangsa Indonesia (geistlichen Hintergrund). Suatu negara dapat kita lihat sebagai suatu

kesatuan yang utuh (Ganzheit) ataupun dapat kita lihat dalam strukturnya. Dengan teori dua segi

ini (zweiseiten theorie) dapat dijelaskan bahwa luas lingkup ketatanegaraan Indonesia yaitu dimana

ideologi Pancasila diimplementasikan. (Wahjono,1991).Apabila dalam teori ekonomi Barat (Klasik

– Neoklasik – Keynesian) diasumsikan bahwa hakekat manusia adalah egois dan selfish, sedangkan

dalam teori ekonomi “timur” (Marxian) manusia dianggap bersemangat kolektif, maka dalam

masyarakat Pancasila manusia mencari keseinbangan antara hidup sebagai pribadi dan hidup

sebagai warga masyarakat, antara kehidupan materi dan kehidupan rohani. Menurut Pancasila yang

Berketuhanan Yang Maha Esa, selain homo – economicus, sekaligus homo – metafisikus dan homo

– mysticus. Ini berarti bahwa dalam ekonmomi Pancasila manusia tidak hanya dilihat dari tata segi

saja yaitu instink ekonominya, tetapi sebagai manusia bulat, manusia seutuhnya. Sebagai manusia

yang utuh ia berpikir, bertingkah laku dan berbuat, tidak berdasar rangsangan ekonomi saja, tetapi

juga terangsang oleh faktor–faktor sosial dan moral.Faktor soasial dalam hubungannya dengan

manusia lain dan masyarakat dimana ia berada, dan faktor moral dalam hubungan manusia sebagai

titah Tuhan dengan penciptanya. (Moerdiono, dkk,1992).

Hak Ulayat Menurut Hukum Pertanahan

Secara sosiologis, hukum merupakan lembaga kemasyarakatan yaitu himpunan dari pada

kaedah–kaedah dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan

masyarakat. Hukum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok dari pada warga–warga

masyarakat akan ketertiban dan sebagai lembaga kemasyarakatan hukum jelas berfungsi sebagai

pedoman bagaimana bertingkah laku, sebagai alat untuk menjaga keutuhan masyarakat dan sebagai

sistem pengendalian sosial. Sebagai suatu lembaga kemasyarakatan, hukum berdiri berdampingan

dengan Lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya dan saling pengaruh–mempengaruhi dengan

Lembaga-lembaga kemasyarakatan tadi. (Soekanto,1983).Dalam hal ini diantaranya lembaga

masyarakat hukum yang dikenal dengan sebutan hak ulayat.Hak ulayat dan yang serupa itu dari

masyarakat hukum adat, (untuk selanjutnya disebut hak ulayat) adalah kewenangan yang menurut

hukum adat dipunyai oleh masyarakat hukum adat tertentu atas wilayah tertentu yang merupakan

Page 9: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

295 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

lingkungan para warganya untuk mengambil manfaat dari sumber daya alam termasuk tanah dalam

wilayah tersebut bagi kelangsungan hidup dan kehidupannya yang timbul dari hubungan secara

lahiriah dan batiniah, turun temurun dan tidak terputus antara masyarakat hukum adat tersebut

dengan wilayah yang bersangkutan.Dasar hukum berlakunya hak ulayat di Indonesia, antara lain:

a. Ketentuan Pasal 3 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang menyatakan:

1) Pasal 3 berbunyi: “Dengan mengingat Ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 Pelaksanaan

Hak Ulayat dan Hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat Hukum Adat,

sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan

kepentingan nasional dan negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh

bertentangan dengan undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih tinggi”.

2) Ketentuan Pasal 5 berbunyi: “Hukum Agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa

ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan negara,

yang berdasarkan atas persatuan bangsa, dengan sosialisme Indonesia serta dengan

peraturan-peraturan yang tercantum dalam undang-undang ini dan dengan peraturan

perundangan lainnya, segala sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang berdasar pada

hukum agama.”

b. Ketentuan Pasal II ayat (1) Ketentuan – Ketentuan Konversi, yang berbunyi: “Hak-hak atas

tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip dengan hak yang dimaksud dalam

pasal 20 ayat 1 seperti yang disebut dengan nama sebagai di bawah, yang ada pada mulai

berlakunya Undang-undang ini, yaitu: hak agrarisch eigendom, milik, yasan, andarbeni, hak

atas druwe, hak atas druwe desa, pesini, grant Sultan, landerijenbezitrecht, altijddurende

erfpacht, hak usaha atas bekas tanah partikelir dan hak-hak lain dengan nama apapun juga

yang akan ditegaskan lebih lanjut oleh Menteri Agraria, sejak mulai berlakunya Undang-

undang ini menjadi hak milik tersebut dalam pasal 20 ayat 1, kecuali jika yang

mempunyainya tidak memenuhi syarat sebagai yang tersebut dalam pasal 21”.

c. Ketentuan pasal 24 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

Tentang Pendafaran Tanah, yang menyatakan:

1) Untuk keperluan pendaftaran hak-hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama

dibuktikan dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis,

keterangan saksi dan atau pernyataan ybs yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi

dalam Pendaftaran Tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam

pendafataran tanah secara sporadik, dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak

dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.

2) Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan

fisik bidang tanah yang bersangkutan selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara

berturut-turut oleh pemohon pendaftaran dan pendahulu-pendahulunya,dengan syarat :

penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang

bersangkutan sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang

dapat dipercaya penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat

atau desa/kelurahan yang bersangkutan ataupun pihak lainnya.

d. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman

Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.

Penggunaan Lahan Masyarakat Adat Dalam Investasi Sumber Daya Alam Pertambangan

Menurut ajaran sejarah dan ajaran hukum tentang hak milik, pada awal mulanya hukum

tidak mengenal adanya hak milik pribadi atau perorangan atas benda apapun.Segala benda yang ada

Page 10: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

296 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

pada waktu itu semuanya dianggap sebagai milik bersama para anggota masyarakat secara

merata (res communes atau bonum commune) karena setiap benda tersebut dikatakan juga “res

nullius” yang berarti benda tanpa ada yang berhak untuk dimiliki oleh siapa pun juga secara

pribadi.Kemudian orang–perorangan saling mengadakan pembagian melalui perjanjian–perjanjian

untuk memiliki benda–benda tersebut atas namanya masing – masing. Benda–benda yang dapat

dimiliki secara pribadi melalui perjanjian pembagian tersebut menjadi milik mereka secara

perorangan tetapi benda–benda yang tidak dimiliki secara pribadi terpaksa dimiliki secara bersama

sebagai milik masyarakat atau negara. (Purbacaraka dan Halim,1982).

Selaras dengan Falsafah Negara dan Pandangan Hidup Bangsa kita yakni Pancasila yang

menuntut keserasian antara kepentingan perorangan dan kepentingan masyarakat, maka tentu saja di

samping pelaksanaan perlindungan hukum terhadap hak milik sebagai pengejawantahan

kepentingan perorangan, pembatasan hukum terhadap hak milikpun telah dilaksanakan di

Indonesia.Pelaksanaan pembatasan hukum terhadap hak milik inilah yang merupakan

pengejawantahan dari perhatian terhadap kepentingan masyarakat.(Purbacaraka dan Halim,1982).

Sebuah perusahaan pertambangan untuk dapat melakukan penambangan harus memiliki izin dari

pemerintah lebih dahulu. (Supramono,2012).Dengan izin yang dimiliki perusahaan pertambangan

tidak dapat langsung melakukan penambangan sesuai lokasi yang ditunjuk dalam izin,perlu melihat

dahulu di lokasi penambangan, apakah di lokasi tersebut terdapat hak–hak atas tanah yang

dimilikioleh pihak lain. Jika terdapat kepemilikan orang lain maka perlu ditunda untuk menghindari

bentrokan. Langkah yang ditempuh masyarakat maupun pemerintah dalam melakukan upaya

penyelesaian sengketa tanah ulayat secara hukum menyangkut pengakuan keberadaan hak ulayat

dan kepastian hukum. (Suranta,2014).

Refleksi Negara Kesejahteraan Dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.

Tuntutan atas muatan UU Pertambangan yang harus berpihak pada kepentingan rakyat dan

daerah, merupakan hal yang wajar dan dapat dipahami, karena dijamin oleh konstitusi negara,

persisnya oleh pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Ketentuan pasal 33 ayat (3) tersebut, mengandung roh

yang menegaskan, bahwa kekayaan alam yang terdapat di wilayah hukum Indonesia harus

dipergunakan “hanya dan hanya” untuk sebesar – besarnya kemakmuran rakyat. Selanjutnya roh

pasal 33 ayat (3) mengandung tiga unsur makna, yaitu:

a. Unsur bumi dan kekayaan alam, baik kekayaan alam yang di permukaan maupun di bawah

tanah sebagai objek;

b. Unsur negara sebagai suyek;

c. Unsur rakyat sebagai objek sekaligus subjek atau sasaran dari pemanfaatan hasil bumi dan

kekayaan alam. (Sudrajat,2013)

Dalam konteks hak menguasai negara bidang pertambangan sebagaimana dimaksud pasal 3

ayat (3) UUD 1945, tidak ada ketentuan dalam perundang – undangan, baik UU No. 11 Tahun

1967, maupun UU No. 4 Tahun 2009, yang menjelaskan tentang pengertian dan ruang lingkup

maksud hak menguasai negara tersebut. Pengertian hak menguasai negara ditemukan dalam

Undang–Undang Pokok Agraria (UUPA), memberikan makna “hak menguasai dari negara”, yaitu

wewenang untuk:

1) Mengatur dan menyelenggarakan perubahan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaan

bumi, air, dan ruang angkasa tersebut;

2) Menentukan dan mengatur hubungan – hubungan hukum antara orang – orang dengan bumi,

air, dan ruang angkasa;

3) Menentukan dan mengatur hubungan – hubungan hukum mengenai bumi, air, dan ruang

ankasa. (Sudrajat,2013)

Page 11: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

297 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

Berkaitan dengan hak menguasai oleh negara, AP Parlindungan menegaskan bahwa

kesimpulan pasal 1, 2, 3, 4, dan 9 UUPA, kesemuanya dalam konteks dengan ketahanan nasional

sebagaimana disebutkan oleh pasal 2 ayat (4) UUPA: Wewenang yang bersumber pada Hak

Menguasai Negara tersebut pada ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar–besarnya

kemakmuran rakyat, dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemerdekaan dalam masyarakat

dan negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan makmur.Mineral dan batubara

mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam menunjang pembangunan suatu negara. Karena

dari hasil pengelolaan dan pemanfaatan mineral dan batubara, negara akan menerima pajak–pajak,

bukan pajak, dan lain–lain. (H. Salim HS,2012).

Prinsip di yang dikemukakan diatas yang menjadi dasar filosofis dan sosiologis

pembentukan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

yang menggantikan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Pertambangan yang dalam prakteknya tidak mampu mengakomodir perkembangan kegiatan

pertambangan yang terus bermetafora, misalnya pembagian kewenangan antara pemerintah pusat

dan daerah dalam kaitannya dengan otonomi daerah; pengaturan mengenai wilayah pertambangan;

reklamasi dan pascatambang, pembinaan dan pengawasan penyelengaraan pertambangan;

penerimaan negara; penggunaan tanah untuk kepentingan pertambangan; divestasi saham atau

modal pemegang izin usaha pertambangan; status kontrak karya, perjanjian karya pengusahaan

pertambangan batubara dan kuasa pertambangan yang sudah diterbitkan, sehingga diperlukan

pembaharuan hukum pertambangan dari rezim pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun

1967 ke Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009.

Terdapat tiga syarat minimal,agar hukum dapat berperan mendorong jalannya perekonomian

bangsa, yaitu hukum harus dapat menciptakan predictability, stability, dan fairness, termasuk dalam

peranan pengaturan pertambangan bagi mendorong perekonomian.Pertama, yaitu predictability,

peraturan perundang-undangan harus bisa menciptakan kepastian. Peraturan perundang-undangan

yang menyebabkan ketidakpastian hukum menandakan telah terjadinya kegagalan dalam

pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut.Hukum harus memberikan kepastian

mengenai norma yang harus dipatuhi atau dihindari bagi setiap orang/badan yang terkena akibat

hukum dari suatu pengaturan. Jika kepastian hukum tidak ada, maka investasi sektor pertambangan

terhambat. Investasi merupakan kepercayaan seseorang/badan dalam menanamkan modalnya dan

sangat tergantung dari kepastian hukum suatu negara.Selain itu, aspek penegakkan hukum terhadap

tindak pidana korupsi menjadi dasar pertimbangan investor dalam menilai adanya kepastian hukum

di suatu negara. Dengan adanya kepastian pengaturan dam kepastian penegakkan hukum tersebut,

investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya sehingga ketertarikan yang diimplementasikan

dengan investasi akan berimplikasi pada pertumbuhan perekonomian bagi Indonesia.Syarat kedua,

yaitu peraturan perundang-undangan harus bisa menciptakan stability, yaitu peraturan perundang-

undangan harus mampu mengakomodir kepentingan-kepentiangan yang saling terkait dalam

masyarakat. Kepentingan masyarakat untuk mendapatkan kepastian hukum, penegakan hukum atas

tindak pidana korupsi, iklim investasi yang sehat dengan didukung oleh sistem perburuan yang

kondusif, kemudahan dalam proses perizinan, kondisi sosial politik yang baik dan stabil, merupakan

bentuk kepentingan yang harus diakomodir guna menciptakan aspek stabilitas dalam mendorong

perekonomian. Stability dapat pula dimaknai dengan adanya keseimbangan antara kepentingan

investor dalam berusaha serta kepentingan pemerintah dan masyarakat dalam memperoleh manfaat

atas implikasi investasi.Syarat ketiga, yaitu peraturan perundang-undangan sebagai saah satu

sumber hukum yang dapat menciptakan fairness.

Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 sebagian pihak investor mengganggap telah

terjadi ketidakadilan dalam pengaturan yang mengatur mengenai ketentuan peralihan yaitu pada

Pasal 172 yang pokoknya menentukan bahwa terhadap permohonan Kontrak Karya (KK) dan

Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) yang telah diajukan paling lambat

Page 12: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

298 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

satu tahun sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 (dalam hal ini paling lambat

12 Januari 2008) dan telah mendapat persetujuan prinsip atau izin penyelidikan pendahuluan, yang

diakui dan tetap diproses perijinannya tanpa melalui proses lelang berdasarkan ketentuan Undang-

Undang Nomor 4 Tahun 2009. Didasari pengaturan tersebut beberapa pengusaha baik secara

perorangan ataupun badan hukum mengajukan permohonan pengujian Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 kepada Mahkamah Konstitusi dengan registrasi Nomor 759.121/PAN.MK/IX/2009

tanggal 11 September 2009.

Didasari ketiga syarat tersebut hukum dapat mendorong pertumbuhan perekonomian, dalam

hal ini sektor pertambangan yang dalam skema penerimaan negara, sektor ini merupakan salah satu

sektor yang diprioritaskan untuk dapat menjadi sektor yang mampu berkontribusi besar untuk

membiayai pembangunan secara umum. Namun, sektor pertambangan yang menjadi sektor yang

diharapkan mampu berkontribusi tersebut, dalam prakteknya terdapat beberapa persoalan yang

secara umum merupakan bentuk ketidakmampuan penerapan ketiga syarat sebagaimana diuraikan

sebelumnya.Permasalahan yang cukup kompleks dalam kegiatan penanaman modal di bidang

pertambangan mineral dan batubara yang dewasa ini cukup mengemuka diantaranya permasalahan

divestasi saham atau modal. Salah-satu praktik pelaksanaan divestasi yang bermasalah, misalnya

praktik pelaksanaan perjanjian kontrak karya antara Pemerintah Indonesia dengan PT Newmont

NNT dalam eksplorasi tambah batuhijau di Nusa Tenggara Barat (NTB). Perjanjian kontrak karya

yang sudah berjalan bertahun-tahun tersebut tiba-tiba menghadapai permasalahan yang disebabkan

tidak terealisasinya kesepakatan mengenai klausula yang mengatur kewajiban divestasi setiap

periode divestasi yang telah ditentukan dalam perjanjian kontrak karya antara Pemerintah Indonesia

dengan PT. Newmont NNT. Imbas dari kejadian tersebut munculah sengketa antara keduanya,

pemerintah menuding PT Newmont NNT wanprestasi, sementara Newmont Merasa tidak

melakukan pelanggaran atas perjanjian mengenai divestasi. Sengketa antara Pemerintah Indonesia

dengan PT Newmont NNT akhirnya harus diselesaikan melalui penyelesaian sengketa arbitrase di

Majelis Arbitrase International yang diselenggarakan di Singapura pada tahun 2009. Hasil putusan

arbitrase internasional tersebut memenangkan Pemerintah Indonesia dengan mengabulkan tuntutan

pemerintah yang menuntut agar PT Newmont NNT mendivestasikan sahamnya sesuai dengan

periode divestasi yang belum terlaksana.Putusan arbitrase yang memenangkan Pemerintah

Indonesia terhadap PT Newmont NTT dalam pelaksanaannya tidak dapat direalisasikan secara

cepat karena mengalami berbagai kendala, antara lain mengenai kesepakatan harga saham periode

divestasi tahun 2008 yang belum disepakati antara pihak dan permasalahan pendanaan untuk

membeli sahan yang akan didivestasikan. Permasalahan pendanaan tersebut dikarenakan

Pemerintah Daerah NTB yang tidak cukup memiliki dana untuk membeli saham PT Newmont NNT

sehingga untuk mengatasi persoalan tersebut dilakukanlah kerja sama antara pemerintah daerah

dengan perusahaan BUMN dan/atau perusahaan swasta nasional. Perusahaan PT Aneka Tambang

(ANTAM) berminat untuk melakukan kerja sama dengan Pemerintah Daerah NTB dalam divestasi

saham. Namun, upaya kerja sama ini gagal karena persoalan mengenai persentase besaran

sahamnya. Akhirnya Pemeritah Daerah NTB menyepakati untuk bekerjasama dengan perusahaan

Bakrie.

Divestasi saham asing yang secara sederhana diartikan sebagai jumlah saham asing yang harus

ditawarkan untuk dijual kepada peserta Indonesia. Ketentuan mengenai divestasi saham asing ini

secara yuridis normatif telah diatur dalam Pasal 112 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009

yang mengatur bahwa pemegang IUP dan IUPK yang sahamnya dimiliki oleh asing wajib

melakukan divestasi saham pada Pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan

usaha milik daerah, atau badan usaha swasta nasional. Selanjutnya dalam ayat (2) menyatakan

bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai divestasi saham diatur dengan peraturan

pemerintah.Kewajiban sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 112 Undang-Undang Nomor 4

Tahun 2009 dalam prakteknya belum dapat diberlakukan secara efektif karena menimbulkan

Page 13: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

299 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

penolakan dari berbagai perusahaan pertambangan. Hal ini didasari oleh kendala semisal harga

komoditas yang melambung tinggi apabila dilakukan divestasi karena pengaruh isu divestasi yang

direspon pasar bursa dan juga kendala kesulitan pinjaman bagi perusahaan tambang dari perbankan

apabila komposisi saham yang relatif kecil. Saham yang didivestasikan cenderung nilainya lebih

mahal empat kali lipat dari harga sesungguhnya. Hal ini terjadi karena penilaian harga saham sudah

menyertakan proyeksi keuntungan (discount rate), biaya investasi, dan harga komoditas jangka

panjang. Dengan pola tersebut pemerintah seolah hanya mengganti biaya investasi (replacement

cost) dan mengambil alih saham. Di satu sisi, Pemerintah atau pihak pembeli akan sulit membeli

saham divestasi jika mengandalkan dana perbankan. Alasannya, pihak perbankan selaku pemberi

pinjaman akan berpikir panjang dalam memberikan pinjaman untuk porsi saham yang relatif kecil.

Terlepas dari polemik yang muncul dan berkembang, terdapat beberapa keuntungan dan

kerugian dalam hal divestasi saham badan usaha asing kepada Pemerintah, pemerintah daerah,

BUMN/BUMD, dan swasta nasional. Sehingga menyikapi polemik tersebut harus diupayakan suatu

formulasi hukum yang mampu mengatasi persoalan divestasi ini. Undang-Undang Nomor 4 Tahun

2009 belum mengatur secara jelas penyelesaian persoalan-persoalan yang timbul sebagai akibat dari

kegiatan divestasi saham. Undang-Undang mengamanatkan agar permasalahan ini diatur lebih

lanjut dalam peraturan Pemerintah. Untuk mengupayakan divestasi saham, Pemerintah dan/atau

pemerintah daerah harus memiliki power kuat dan bargaining potition yang tinggi dalam setiap

perjanjian kontrak kerjasama penambangan di wilayah Indonesia, terutama dalam hal kesiapan

pendanaan. Divestasi saham izin usaha pertambangan ke Pemerintah, pemerintah daerah, BUMN,

atau dab/atau BUMD sebagai wujud kedaulatan dalam negeri dalam hal kegiatan usaha

pertambangan sebagai upaya guna mewujudkan kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya perlu

diciptakan formulasi hukum agar divestasi ini dapat berjalan dan Pemerintah mampu mendorong

supaya investor mentaati setiap peraturan yang ada, tanpa adanya affirmative hukum mustahil

Indonesia akan mendapatkan keuntungan yang besar dalam kerjasama bisnis. Hal ini penting

supaya masyarakat indonesia tidak merasa apatis terhadap investor asing yang masuk sehingga daya

dukung sosial terhadap investasi / divetasi akan mengalami pertumbuhan dan kenyamanan investor

lebih terjamin.

Ekonomi moral yang tidak semata–mata rasional harus kita akui sudah cukup melekat pada

sistem nilai dan budaya bangsa Indonesia. Meskipun kita secara terbuka ingin mengikis habis sifat–

sifat irrasional yang tercermin dalam efisiensi dan produktivitas yang rendah dalam perekonomian

kita, pada akhirnya kita menghadapi “tantangan” berupa moral ekonomi bangsa yang tidak

sepenuhnya bersifat negatif. Dalam hati nurani kita sebagai bangsa masih selalu terselip perasaan

was–was jangan–jangan pengambilan pilihan yang semata–mata rasional justeru akan merugikan

dalam jangka panjang. (Moerdiono,1992).Wawasan ekonomi Pancasila memberikan semacam

pegangan kepada setiap pelaku ekonomi dalam melaksanakan misi dan tugasnya masing – masing,

dalam upaya memajukan kehidupan ekonominya masing–masing, dalam upaya memajukan

kehidupan ekonomi negara, bangsa dan masyarakat. Ideologi Ekonomi Pancasila adalah “aturan

main” yang mengikat setiap pelaku ekonomi, yang apabila dipatuhi secara penuh akan

mengakibatkan tertib dan teraturnya perilaku setiap warga negara. Dan ketertiban serta keteraturan

perilaku ini pada gilirannya akan menyumbang pada kemantapan dan efektivitas usaha perwujudan

keadilan sosial. (Moerdiono,1992)

Etika Ekonomi Pancasila bersumber pada UUD 1945 khusunya pasal 33 sebagai sistem

ekonomi kekeluargaan, dan pada Pancasila sebagai pedoman etik yang memberikan semangat dan

gerak pembangunan nasional. Apabila wawasan ekonomi Pancasila sudah kita terima sebagai satu –

satunya pegangan etik sistem dan kebijaksanaan pembangunan nasional, maka ia berubah menjadi

acuan nasional yang harus dipatuhi oleh setiap warga negara. Hadiah dan sanksi atas pelaksanaan

atau pelanggaran aturan etik memang bersifat etik pula, yang pengawasannya tidaklah bisa

dilakukan oleh aparat negara dan pemerintah saja. Pengawasan ini harus melekat pada hakekat

Page 14: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

300 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

moral masyarakat bangsa secara keseluruhan baik dalam kelompok – kelompok kecil maupun

kelompok besar. (Moerdiono,1992)

Tujuan akhir Pembangunan Nasional Jangka Panjang (PNJP) adalah keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Secara lebih lengkap pembangunan nasional harus mampu:

(1) memajukan kesejahteraan umum;

(2) memajukan kecerdasan kehidupan bangsa; dan

(3) mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. (Moerdiono,1992)

Konsep Pengelolaan Pertambangan

Persoalan sangat mendasar dan mendesak yang menjadi tanggung jawab pemerintah beserta

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) saat ini adalah pelaksanaan kebijakan

hilirisasi mineral. Kebijkan tersebut berkaitan dengan amanat undang–undang Minerba yang telah

disahkan tanggal 12 Januari 2009, yang menyatakan bahwa perusahaan tambang mineral harus

melakukan pengolahan dan pemurnian lima tahun setelah undang–undang Minerba dinyatakan

berlaku. Sesuai ketentuan mengenai tenggang waktu yang disebutkan dalam undang–undang

tersebut, maka saat ini (terhitung tanggal 12 Januari 2014) klausul undang-undang

tersebut imperative harus dilaksanakan. Dengan pengertian lain, setelah lima tahun undang–undang

Minerba tersebut dinyatakan berlaku maka tidak boleh lagi ada ekspor barang mentah (raw

mineral), semua produk tambang mineral dan batubara harus diolah.Pemerintah harus

melaksanakan undang – undang Minerba secara konsisten, karena baik untuk kepentingan negara.

Kemanfaatannya bagi negara adalah akan ada pengendalian ekspor dan produksi, akan ada nilai

tambah, serta pelestarian lingkungan akan lebih dapat dikendalikan. Akan tetapi, pemerintah juga

harus mempertimbangkan ketahanan perekonomian nasional, berkaitan dengan pemberlakuan UU

Minerba tersebut.Namun sampai saat ini pemerintah belum mempersiapkan peraturan organik

(peraturan pelaksana dari UU Minerba tersebut baik dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP)

maupun Peraturan Menteri (Permen). Peraturan lorganik tersebut diharapkan dapat menakomodir

kepentingan perusahaan tambang termasuk pemegang Kontrak Karya (KK). Diharapkan, kebijakan

hilirisasi yang akan ditetapkan dalam peraturan organik tersebut menegaskan hal – hal antara lain:

pertama, konsistensi pemerintah melaksanakan UU Mineral dan Batubara tersebut; kedua,

terhitung tanggal 12 Januari 2014 tidak ada lagi ekspor biji mineral; ketiga, pemerintah segera

menyiapkan PP dan Permen yang mengatur perusahaan yang telah melakukan kegiatan pengolahan

dan pemurnian.Secara substansial, terdapat perbedaan mendasar antara UU No. 11 Tahun

1967 dengan UU No. 4 Tahun 2009, baik dalam hal penggolongan bahan galian, maupun dalam

kaitannya dengan sistem pengelolaannya. Perbedaan mendasar tersebut dapat dilihat dari sisi

muatan UU No. 4 Tahun 2009 yang lebih baik dari muatan UU No. 11 Tahun 1967.Kebijakan

pemerintah mengenai hilirisasi yang mewajibkan perusahaan tambang mengolah hasil tambang di

dalam negeri,menegaskan bahwa tidak boleh ada lagi ekspor mineral

mentah. Pelaksanaan kewajiban pengolahan mineral di dalam negeri akan memberi nilai tambah.

Akan segera muncul pabrik–pabrik pengolahan mineral. Pabrik pengolahan mineral membutuhkan

supply tenaga listrik yang banyak, sehingga batubara Indonesia tidak perlu lagi dijual ke luar

negeri.Dalam jangka penedek, pelarangan ekspor ini akan menimbulkan masalah dan kesulitan bagi

perusahaan – perusahaan tambang seperti PT.Freeport, PT. Newmont, PT. Vale dan berbagai

perusahaan tambang lainnya yang diizinkan mengekspor mineral mentah. Perusahaan–perusahaan

tersebut harus membangun sendiri industri pemurnian dan pengolahan, atau menitipkan hasil

tambangnya ke smelter lain.Bila program hilirisasi yang digagas pemerintah dan Dewan Perwakilan

Rakyat (DPR) berjalan dengan lancar, maka di Indonesia akan muncul industri pengolahan dan

pemurnian minderal di daerah–daerah yang selama ini kurang berkembang dengan baik. Di

wilayah–wilayah tambang seperti Halmahera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara serta di

berbagai wilayah penghasil mineral lainnya akan segera berdiri industri pengolahan dan pemurnian.

Page 15: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

301 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

Dengan sendirinya daerah–daerah yang selama ini tertinggal akan dapat merasakan

kemajuan pembangunan ekonomi.Hadirnya industri pengolahan akan segera diikuti dengan

munculnya prasarana lain bagi kepentingan masyarakat seperti sekolah, rumah sakit, pertokoan dan

sebagainya, oleh karena daerah–daerah yang selama ini tidak berpenghuni akan didiami oleh

banyak penduduk. Pemda sebagai pihak yang mengeluarkan Izin Usaha Pertambangan (IUP),

memiliki peran sentral untuk menjaga lingkungan di area tambang dan sekitarnya. Keberadaan PP

Nomor 75 Tahun 2001 Tentang Perubahan Kedua Atas PP Nomor 32 Tahun 1969 Tentang

Pelaksanaan UU No. 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan–Ketentuan Pokok Pertambangan dan UU

Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daearah memberikan kewenangan penuh kepada

Pemda yang memunculkan euforia penambangan di daerah. Pemda seakan – akan lepas kendali

dalam menerbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Berlindung di balik peningkatan pendapatan

daerah, Bupati dan Walikota maupun Gubernur di wilayah yang memiliki potensi kekayaan alam

berlimpah cenderung “mengobral” menirbitkan IUP.Pemertintah Pusat tidak mempunyai kendali

dan pengawasan terhadap pengelolaan wilayah pertambangan. Berbagai persoalan pertambangan di

Indonesia kemudian bermunculan. Salah satu masalah yang sangat krusial adalah masalah reklamasi

lingkungan di area bekas pertambangan. Terutama pertambangan yang dikelola perusahaan –

perusahaan kecil pemegang IUP.Menurut Bupati Sumatera Barat yang juga merangkap sebagai

Ketua Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Aplikasi, Zulkifli Mahadli, “Masih banyak

pengusaha pertambangan yang tidak melakukan kegiatan reklamasi paska tambang secara benar

dan tepat. Banyak yang belum melakukan sama sekali. Adapula yang sudah melakukan, tetapi tidak

memenuhi standar dan prinsip–prinsip pengelolaan yang baik dan benar”. (Muhadi,2014) “Padahal,

reklamasi paska tambang merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pemegang IUP dan

IUPK, sebagaimana diatur dalam pasal 96 huruf (c) UU No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara, serta pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 Tentang

Reklamsi dan Pascatambang”. (Muhadi,2014).Akibat diabaikannya kegiatan reklamasi paska

tambang tersebut, pencemaran dan kerusakan lingkungan terjadi secara masif di daerah. Pemerintah

Daerah sebagai pengawas belum sepenuhnya menjalankan fungsinya sebagai pemegang

peranan (role playing) secara maksimal. Bahkan, pemertintah daerah belum memahami arti

pentingnya kegiatan reklamasi lahan pasca tambang sebagai bagian yang integral dengan

pembangunan berkelnjutan di daerah.Kebijakan pemerintah daerah harus jelas dan tegas terkait

reklamasi untuk menjadi pedoman pelaku pertambangan untuk melaksanakan pemulihan

lahan.Pakar Agronomi IPB, Purwono, mengatakan bahwa pemerintah daerah memiliki peran sangat

sentral untuk melakukan kontrol terhadap perusahaan dalam menyelenggarakan kegiatan reklamasi

sesuai dengan rencana pascatambang.Pelaksanaan reklamasi merupakan perintah undang – undang

yang wajib dilakukan, dan mendapat kontrol pemerintah daerah.Namun belum semua

daerah memberi perhatian yang besar pada masalah lingkungan karena terbentur masalah politik.

Terdapat beberapa kepala daerah yang peduli dengan lingkungan karena faktor latar belakang

sebelum menjadi kepala daerah.Kepala daerah yang berasal dari petani lebih perduli dari pada yang

berlatar belakang pengusaha (Purwono,2014).Kebijakan legislasi yang ditetapkan memang

memiliki beberapa permasalahan yang harus dicarikan pemecahannya (problem solving) secara

bersama – sama antara pengusaha dan pemerintah. Regulasi yang ditetapkan dalam undang –

undang mineral dan batubara mengharuskan (imperatif) perusahaan pembangunan smelter (pabrik

pengolahan, peleburan dan pemurnian mineral) membuat infrastruktur lain seperti untuk

transportasi dan energi, padahal lokasi pertambangan biasanya jauh dari perkotaan, bahkan

mayoritas di luar Pulau Jawa. Belum lagi masalah harga energi, pajak dan bea keluar komoditi

mineral logam. Oleh karena itu sinergi antara pemerintah dengan kalangan usaha menjadi faktor

penting dalam pelaksanaan kebijakan hilirisasi.

IUPK Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan

dalam rangka pertambangan. Menurut Pasal 62 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang

Page 16: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

302 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara yang telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 23

Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (PP Tentang

Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba), IUPK Eksplorasi diberikan berdasarkan

permohonan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), atau

badan usaha swasta yang telah mendapatkan Wilayah Ijin Usaha Pertambangan Khusus

(WIUPK).Berdasarkan Pasal 78 Undang – Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan

Batubara, IUPK Eksplorasi sekurang-kurangnya wajib memuat:nama perusahaan,luas dan lokasi

wilayah,rencana umum tata ruang,jaminan kesungguhan,modal investasi,perpanjangan waktu tahap

kegiatan,hak dan kewajiban pemegang IUPK,jangka waktu tahap kegiatan,jenis usaha yang

diberikan,rencana pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di sekitar wilayah

pertambangan,perpajakan,penyelesaian perselisihan masalah pertanahan,iuran tetap dan iuran

eksplorasi dan amdal.

KESIMPULAN

Hasil dari penelitian ini adalah konsep negara kesejateraan yang yang dirumuskan dalam

Pancasila dan pembukaan Unsang-Undang Dasar 1945 belum pada cita-cita terwujudnya

kesejahteraan rakyat,masih dalam proses.Hal ini terjadi karena penerapan kebijakan belum

sepenuhnya berjalan dengan baik,masih terdaoat disan-sini penyimpangan.

REFERENSI

Advancer,R.(2014). Reklamasi Masih Sebatas Slogan, The Indonesian Energy & Mining

Tambang,Jakarta,PT media Bakti Tambang,Volume 8 No. 103.

Ali,H,Z.(2008). Sosiologi Hukum, Jakarta,Sinar Grafika.

Asshiddiqie,J.(2012). Hukum Tata Negara & Pilar – Pilar Demokrasi, Jakarta,Penerbit Sinar

Grafika.

Atmosudirjo,S,P.(1995). Hukum Administrasi Negara, Jakarta,Ghalia Indonesia.

Attamimi,A,H,S.(1991). Pancasila Cita Hukum dalam Kehidupan Bangsa Indonesia,Jakarta, BP–7

Pusat.

Darmodiharjo,D.(1983). Pancasila dalam Beberapa Perspektif. Jakarta, Aries Lima, Jakarta.

Gatot Supramono, Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara di Indonesia, Penerbit Rineka

Cipta, Jakarta, 2012.

Gatot Supramono,G.(2012). Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara di Indonesia,Jakarta,

Rineka Cipta

Hadjon,P.M.,dkk.(2012). Hukum Administrasi dan Good Governance,Jakarta,Universitas Trisakti.

Husodo,S,Y.(2009).Menuju Welfare State, Jakarta, Penerbit Baris Baru.

Kusnardi,M., Bintan, R,S.(2008). Ilmu Negara, Jakarta,Gaya Media Pratama

Kartohadiprodjo,S.(1969).Beberapa Pikiran Sekitar Pancasila, Bandung.

Mc. Iver.(1981). Jaring – Jaring Pemerintahan, Jakarta,Aksara baru, Jakarta.

Mustafa,D. (2013).Birokrasi Pemerintahan, Bandung,Alfabeta.

Moerdiono., dkk.(1992). Pancasila sebagai Ideologi dalam Berbagai Bidang Kehidupan

Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara,Jakarta, BP – 7 Pusat.

Nasution,B,J.(2012). Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bandung,Mandar Maju.

Purbopranoto,K.(1981). Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan Administrasi

Negara, Bandung,Alumni, Bandung.

Purbacaraka,P., A.Ridwan,H.(1982).Hak Milik, Keadilan dan Kemakmuran Tinjauan Falsafah

Hukum, Jakarta,Ghalia Indonesia.

Parlindungan,A,P.(1989). Hak Pengelolaan Menurut Sistem UUPA, Bandung,Mandar Maju.

Reksohadiprodjo, S,P.(1988). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi,Yogyakarta,

Page 17: FILOSOFI NEGARA KESEJAHTERAAN YANG DIRUMUSKAN …

SOLJUSTISIO : Jurnal Penelitian Hukum Volume 3,Nomor 1,Juni 2021 Hal 287-303

[email protected] ISSN : 2684-8791 (Online)

303 Appe Hamonangan Hutahuruk : Filosofi Negara Kesejahteraan yang Dirumuskan Dalam Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945

Salman,H,R,O., Anthon,F,Susanto,.(……).Beberapa Aspek Sosiologi Hukum, Bandung,PT.

Alumni.

Sumardono,M,S,W., Nurham,I., dkk. (2011).Pengaturan Sumber Daya Alam di Indonesia antara

yang Tersurat dan Tersirat, Yogyakarta,Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada bekerja

sama dengan Gadjah Mada University Press.

Soemardi,D.(1987). Pengantar Tata Hukum Indonesia, Jakarta,IND–HILL–CO.

Soekanto,S.(1983). Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka Pembangunan di

Indonesia,Jakarta, Universitas Indonesia (UI – Press).

Suranta,F,A.(2014). Penggunaan Lahan Hak Ulayat Dalam Investasi Sumber Daya Alam

Pertambangan di Indonesia, Jakarta, Media Online, diakses pada hari Minggu, pukul 12.00,

tanggal 23 Maret 2014.

Sudrajat,N.(2013).Teori dan Praktik Pertambangan Indonesia, Jakarta,Pustaka Yustisia,

Salim,H,S.(2012). Hukum Pertambangan Mineral & Batubara,Jakarta,Sinar Grafika

Wahjono,P.(1991). Pancasila sebagai Ideologi dalam Kehidupan Ketatanegaraan, Jakarta,BP – 7

Pusat.

Zulkufli Muhadi,Z.(2014). Reklamasi Masih Sebatas Slogan, The Indonesian Energy &

Mining Tambang,Jakarta,PT media Bakti Tambang, Jakarta, Volume 8 No. 103, Januari

2014.

Umar,H.(2008).Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,Jakarta : PT.RajaGrafindo

Persada