film dokumenter uji antibakteri ekstrak batang pat 2

42
A. JUDUL FILM DOKUMENTER UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK PATIKAN KERBAU (Euphorbia hirta L.) TERHADAP Staphylococcus aureus SECARA IN VITRO B. LATAR BELAKANG Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan rasa sadar dan perencanaan dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan potensi diri peserta didik. Lewat pendidikan, diharapkan manusia mampu menghadapi era globalisasi. Oleh sebab itu, kualitas pendidikan harus ditingkatkan baik dalam masalah kurikulum, sarana dan prasarana, maupun kompetensi guru. Salah satu masalah dalam proses pembelajaran adalah interaksi timbal balik yang kurang antara guru dan murid. Hal tersebut juga tentu sering ditemui pada pembelajaran sains, seperti pada pembelajaran biologi. Pembelajaran biologi memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir, merencanakan dan melakukan kerja ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah, sehingga siswa dituntut lebih aktif dalam pembelajaran untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung (Nurjanah, 2012: 7). Jika siswa kurang aktif dalam pembelajaran yang mana ditunjukkan oleh interaksi antara guru dan siswa yang kurang, maka sudah pasti hal tersebut terjadi 1

Upload: teguh-pamuji

Post on 21-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

desain penelitian ppb

TRANSCRIPT

A. JUDUL

FILM DOKUMENTER UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK PATIKAN

KERBAU (Euphorbia hirta L.) TERHADAP Staphylococcus aureus

SECARA IN VITRO

B. LATAR BELAKANG

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan rasa sadar dan

perencanaan dalam mencapai tujuan untuk meningkatkan potensi diri peserta

didik. Lewat pendidikan, diharapkan manusia mampu menghadapi era globalisasi.

Oleh sebab itu, kualitas pendidikan harus ditingkatkan baik dalam masalah

kurikulum, sarana dan prasarana, maupun kompetensi guru.

Salah satu masalah dalam proses pembelajaran adalah interaksi timbal

balik yang kurang antara guru dan murid. Hal tersebut juga tentu sering

ditemui pada pembelajaran sains, seperti pada pembelajaran biologi.

Pembelajaran biologi memberikan pengalaman kepada siswa dalam

mengembangkan kemampuan berpikir, merencanakan dan melakukan kerja

ilmiah untuk membentuk sikap ilmiah, sehingga siswa dituntut lebih aktif

dalam pembelajaran untuk mendapatkan pengalaman belajar secara langsung

(Nurjanah, 2012: 7).

Jika siswa kurang aktif dalam pembelajaran yang mana ditunjukkan

oleh interaksi antara guru dan siswa yang kurang, maka sudah pasti hal tersebut

terjadi oleh karena suatu sebab. Salah satu penyebab permasalahan tersebut

adalah proses pembelajaran yang kurang menarik, yang bisa dipengaruhi oleh

keterbatasan media pembelajaran sebagai pemacu semangat belajar siswa.

Salah satu media yang masih jarang digunakan dalam pembelajaran

biologi adalah media film dokumenter. Istilah “dokumenter” dapat diartikan

sebagai sebuah film atau pembicaraan yang menggambarkan perjalanan di

suatu negeri tertentu. Film dokumenter tidak pernah lepas dari tujuan

penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok

tertentu. Film dokumenter sangat berkaitan erat dengan fakta.

1

Menurut hasil penelitian Hutagalung (2013: 9), dinyatakan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil pembelajaran sebelum

menggunakan media film dokumenter dan setelah menggunakan media film

dokumenter. Dengan komposisi fakta dari suatu kajian ilmu, ditambah gambar

visual bergerak disertai animasi yang ditimbulkan, maka sangat masuk akal

jika film dokumenter dikatakan sebagai media pembelajaran yang ampuh untuk

mengefektifkan proses pembelajaran biologi.

Salah satu pembelajaran Biologi di SMA adalah terkait dengan materi

bakteri. Bakteri merupakan organisme yang paling sederhana dan merupakan

bentuk kehidupan yang paling banyak di bumi. Organisasi ini dianggap sebagai

makhluk hidup tertua yang ditemukan di bumi. Bakteri merupakan organisme

yang inti selnya bersifat prokariotik, artinya organisme tersebut belum

memiliki membran inti (kariotika). Inti sel organisme ini hanya berupa satu

molekul ADN. Kebanyakan anggota kelompok monera ini bersifat uniseluler

dan mikroskopis.

Bakteri ditemukan di mana-mana, yaitu di laut terdalam, dalam tanah,

makanan, wajah, usus, bahkan di lembaran buku. Bakteri dapat menyebabkan

beberapa penyakit yang membahayakan manusia. Namun, sebagian besar

bakteri ada yang bermanfaat, dan hanya sedikit yang merugikan kita.

Di antara beberapa contoh kerugian akibat bakteri yang seringkali kita

temukan setiap hari adalah gangguan pada mata. Secara umum penyebab

tersering gangguan bakterial pada mata adalah mikroorganisme gram positif

yaitu Staphylococcus aureus. Usaha penyembuhan gangguan mata juga

bervariasi, mulai dari pemberian antibiotik hingga operasi. Namun tidak jarang

pula masyarakat tertarik untuk melakukan pengobatan herbal dikarenakan

bahan alami lebih aman daripada harus dioperasi dengan adanya tambahan

resiko lain.

Indonesia dikenal dunia akan kekayaan keanekaragaman hayati baik itu

berupa tumbuhan tropis ataupun biota laut. 7.000 di antara 30.000 jenis

tumbuhan diduga bermanfaat sebagai tumbuhan obat. 90% tumbuhan obat di

kawasan Asia dapat ditemukan di Indonesia. (Sampurno dalam Taufiq,

2

Wahyuningtyas, dan Wahyuni, 2008: 1).

Bahan alami semakin banyak digunakan untuk produksi obat

dikarenakan keamanan dan efisiensi bahan tersebut yang tidak menimbulkan

efek samping. Hal tersebut jelas berbeda dengan obat yang terbuat dari bahan

kimia, karena dapat mengakibatkan efek samping jika dikonsumsi secara

berkelanjutan dan dalam dosis yang banyak (Hambali,dkk dalam Harlis, 2011:

1).

Salah satu tumbuhan obat yang cukup tersebar luas di Indonesia adalah

patikan kerbau (Euphorbia hirta L.). Tumbuhan tersebut merupakan jenis

tumbuhan herba tahunan, dengan ciri-ciri utama antara lain yakni memiliki

batang yang tegak dan berambut pada bagian ujung, memiliki daun berbaris 2,

memanjang dengan pangkal yang miring, serta terdapat cyathia dalam payung

tambahan berbentuk setengah bola yang terkumpul menjadi karangan bunga

(Steenis, 2006: 251). Tumbuhan ini termasuk tumbuhan liar yang biasanya

tumbuh pada permukaan tanah yang tidak terlalu lembab. Tumbuhan ini

ditemukan secara terpencar antara satu dan yang lain.

Keberadaan patikan kerbau di alam terkesan masih kurang mendapat

perhatian dari masyarakat. Walaupun hidup secara liar, tumbuhan ini

berpotensi untuk dijadikan tumbuhan obat. Masyarakat daerah pedesaan di

Surabaya telah terbiasa menggunakan getah tumbuhan patikan kerbau sebagai

obat bagi penyakit bengkak pada kelopak mata (Citriani, 2007).

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ogbulie et al. (2007: 3)

menunjukkan bahwa ekstrak daun patikan kerbau dapat menghambat

pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 50, 100, 150,

200, dan 250 mg/ml.

Dari hasil penelitian Nafisah et al. (2014: 285) menunjukkan bahwa

patikan kerbau mengandung senyawa-senyawa yang bermanfaat antara lain

senyawa steroid, fenolik, flavonoid, tanin dan alkaloid. Senyawa flavonoid dan

tanin diketahui bermanfaat sebagai senyawa antibakteri.

Berdasarkan pertimbangan di atas maka peneliti tertarik untuk

mengangkat judul “Film Dokumenter Uji Antibakteri Ekstrak Patikan

3

Kerbau (Euphorbia hirta L.) terhadap Staphylococcus aureus secara In

Vitro”. Hasil dari pengujian ekstrak tumbuhan patikan kerbau sebagai

antibakteri terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro ini akan

diimplementasikan sebagai film dokumenter yang akan bermanfaat dalam

pembelajaran mengenai Bakteri pada kelas X SMA.

C. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ekstrak tumbuhan patikan kerbau memiliki potensi sebagai

antibakteri Staphylococcus aureus secara in vitro?

2. Berapa konsentrasi minimum ekstrak tumbuhan patikan kerbau yang

berpotensi menghambat Staphylococcus aureus secara in vitro?

3. Apakah media film dokumenter sebagai implementasi dari hasil penelitian

uji antibakteri ekstrak tumbuhan patikan kerbau terhadap Staphylococcus

aureus secara in vitro layak digunakan untuk pembelajaran materi Bakteri di

kelas X SMA?

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui potensi ekstrak tumbuhan patikan kerbau sebagai antibakteri

Staphylococcus aureus secara in vitro.

2. Mengetahui konsentrasi minimum ekstrak tumbuhan patikan kerbau yang

berpotensi menghambat Staphylococcus aureus secara in vitro.

3. Mengetahui kelayakan media film dokumenter sebagai implementasi dari

hasil penelitian uji antibakteri ekstrak tumbuhan patikan kerbau terhadap

Staphylococcus aureus secara in vitro untuk pembelajaran materi Bakteri di

kelas X SMA.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

sebagai berikut:

4

1. Bagi siswa, yaitu memberikan pengetahuan lewat media film dokumenter

tentang jenis mikroorganisme yang paling sering menjadi penyebab

gangguan pada mata dan pengatasan gangguan penyakit mata secara

tradisional. Selain itu dengan penggunaan media film dokumenter juga

dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik.

2. Bagi guru, yaitu memberikan pengetahuan tambahan lewat media film

dokumenter tentang jenis mikroorganisme yang paling sering menjadi

penyebab gangguan pada mata dan pengatasan gangguan penyakit mata

secara tradisional. Selain itu dengan penggunaan media film dokumenter

juga dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih baik.

3. Bagi sekolah, yaitu dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan

kualitas pembelajaran di sekolah.

4. Bagi peneliti, yaitu dapat meningkatkan kemampuan peneliti melakukan

penelitian ilmiah untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama

perkuliahan.

F. RUANG LINGKUP PENELITIAN

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2013: 60-61) variabel dapat didefinisikan

sebagai segala sesuatu yang berbentuk apa saja semisal, atribut atau sifat

atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Variabel Bebas

Sugiyono (2013: 61) menyatakan, “Variabel bebas adalah

merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak tumbuhan patikan kerbau

(Euphorbia hirta L.).

b. Variabel Terikat

Sugiyono (2013: 61) menyatakan, “Variabel terikat merupakan

5

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah

Staphylococcus aureus.

c. Variabel Kontrol

Sugiyono (2013: 64) menyatakan, “Variabel kontrol adalah

variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan

variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi faktor luar

yang tidak diteliti”. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah kultur

murni bakteri Staphylococcus aureus yang diuji tanpa pemberian ekstrak

tumbuhan patikan kerbau (Euphorbia hirta L.).

2. Definisi Operasional

a. Film Dokumenter

Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan

kenyataan. Kunci utama dari dokumenter adalah penyajian fakta. Film

dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan

lokasi yang nyata. Film dokumenter ini tidak menciptakan suatu

peristiwa atau kejadian, namun merekam peristiwa yang sungguh-sunguh

terjadi. Dalam penelitian ini, film dokumenter dimaksudkan sebagai film

yang mengandung fakta dari hasil penelitian uji antibakteri tumbuhan

patikan kerbau terhadap Staphylococcus aureus secara in vitro.

b. Uji Antibakteri

Pengujian aktivitas antibakteri adalah teknik untuk mengukur

berapa besar potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan

efek bagi mikroorganisme. Dalam penelitian ini, pengujian antibakteri

dimaksudkan untuk mengetahui berapa kadar aktivitas bakteri

Staphylococcus aureus yang terhambat oleh pengaruh ekstrak tumbuhan

patikan kerbau.

c. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

6

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua

pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan. Dalam penelitian

ini, ekstrak yang dimaksud adalah ekstrak yang dibuat dari kandungan

batang dan daun tumbuhan patikan kerbau.

d. Tanaman Patikan Kerbau (Euphorbia hirta L.)

Tumbuhan ini merupakan jenis tumbuhan herba tahunan, dengan

ciri-ciri utama antara lain yakni memiliki batang yang tegak dan

berambut pada bagian ujung, memiliki daun berbaris 2, memanjang

dengan pangkal yang miring, serta terdapat cyathia dalam payung

tambahan berbentuk setengah bola yang terkumpul menjadi karangan

bunga. Dapat ditemukan di daerah yang berumput, halaman, tepi jalan,

tanggul, tegalan, maupun kebun.

e. Staphylococcus aureus

Merupakan bakteri yang sering ditemukan sebagai flora normal

pada kulit dan selaput lendir manusia. S. aureus merupakan salah satu

bakteri gram positif berbentuk bulat. S. aureus hidup di dalam saluran

pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut

dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. S.

aureus memiliki kemampuan untuk mensintesis lipase yang dapat

mengubah sebum trigliserid menjadi asam lemak bebas yang dapat

merangsang inflamasi.

f. In Vitro

Kultur jaringan (Tissue Culture) atau Kultur In Vitro adalah suatu

teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan

menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat

pengatur tumbuh suatu tumbuhan pada kondisi aseptik, sehingga bagian-

bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi

tumbuhan sempurna kembali.

7

G. TINJAUAN PUSTAKA

1. Media Pembelajaran

Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol

yakni metode mengajar dan media pengajaran sebagai alat bantu mengajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan media pengajaran

sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah

satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru.

Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam

pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil

belajar yang dicapainya. Ada beberapa alasan, mengapa media pengajaran

dapat mempertinggi proses belajar siswa. Alasan berkenaan dengan manfaat

media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:

a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan

pengajaran lebih baik.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui peraturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan

dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap

jam pelajaran.

d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

(Sudjana dan Rivai, 2010: 1-2)

2. Media Film Dokumenter

Dengan menganalisis media melalui bentuk penyajian dan cara

penyajiannya, kita mendapatkan suatu format klasifikasi yang meliputi tujuh

kelompok media penyaji, yaitu (a) kelompok kesatu; grafis, bahan cetak,

dan gambar diam, (b) kelompok kedua; media proyeksi diam, (c) kelompok

ketiga; media audio, (d) kelompok keempat; media audio visual diam, (e)

8

kelompok kelima; media gambar hidup/film, (f) kelompok keenam, media

televisi, dan (g) kelompok ketujuh; multi media.

a. Film (Motion Pictures)

Film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu

serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan

diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak. Film

merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak. Oleh

karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya.

Ada beberapa jenis film, diantaranya film bisu, film bersuara, dan

film gelang yang ujungnya saling bersambungan dan proyeksinya tak

memerlukan penggelapan ruangan (Susilana dan Riyana, 2009: 14 dan

20).

b. Dokumenter

Istilah “Dokumenter” atau documentary (bahasa Inggris) adalah

turunan dari kata Prancis, documentaire yang berarti sebuah film atau

pembicaraan yang menggambarkan perjalanan di suatu negeri tertentu.

Film dokumenter tak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi,

pendidikan dan propaganda bagi orang atau kelompok tertentu. Intinya,

Film Dokumenter tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin.

Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman

dunia. Bahkan sekarang cukup banyak stasiun televisi yang

menayangkan film-film dokumenter seperti National Geographic,

Discovery Channel dan Animal Planet. Selain untuk konsumsi televisi,

film dokumenter juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film

di dalam dan luar negeri, seperti Eagle Awards di Metro TV (Hutagalung,

2013: 4-5).

3. Uji Antibakteri

Pengujian aktivitas antibakteri adalah teknik untuk mengukur berapa

besar potensi atau konsentrasi suatu senyawa dapat memberikan efek bagi

mikroorganisme. Uji kepekaan antibakteri salah satunya dipengaruhi oleh

media, media dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

9

a) Keasaman, keasaman media agar berkisar anatara 7,2-7,4 pada temperatur

ruangan. Keasaman ini penting diperhatikan karena akan mempengaruhi

hasil tes kepekaan antibakteri terhadap bakteri.

b) Efek dari timidin atau timin, media yang mengandung banyak timidin

atau timin dapat mengurangi zona hambat, media Muller Hinton

mempunyai kadar timidin yang rendah sehingga dapat digunakan sebagai

media yang baik untuk uji kepekaan antibiotik.

(Hastari, 2012: 25)

4. Ekstraksi

Ekstraksi adalah istilah dalam bidang farmasi yang artinya

pemisahan bahan aktif baik pada tanaman maupun hewan dengan

menggunakan pelarut selektif sesuai standart prosedur ekstraksi.

Standarisasi proses ekstraksi bertujuan untuk memurnikan zat aktif dari zat

lain dengan menggunakan pelarut tertentu, proses standarisasi juga sangat

berpengaruh pada kualitas obat herbal.

Alkohol (methanol,ethanol), aseton, dietil eter dan etil asetat adalah

zat yang sering digunakan sebagai pelarut dalam proses ekstraksi, sebagai

contoh ekstraksi asam fenolik yang sangat polar (benzoik, asam sinamik)

disarankan mencampur pelarut dengan air, untuk zat yang kurang polar

seperti minyak, asam lemak dan klorofil yang sering digunakan adalah

diklorometan, kloroform, hexan atau benzen.

Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam ekstraksi

diantaranya: Maserasi, infusa, digesti, dekoksi, perkolasi, soxhlet, ekstraksi

aqueous alkoholik yang difermentasi, ekstraksi Counter-current, sonikasi

(ekstraksi ultrasound), supercritical fluid extraction, dan lain sebagainya.

Beberapa zat dapat dijadikan pelarut suatu ekstrak dengan tujuan

agar ekstrak tersebut dapat digunakan. Adapun beberapa pelarut yang sering

digunakan diantaranya adalah dimethyl-sulfoxide (DMSO), dimethyl

formamide (DMF), methanol, acetone dan lain sebagainya.

Pelarut tersebut digunakan untuk melarutkan senyawa yang tidak

larut air seperti ekstrak tanaman, minyak esensial dan beberapa obat yang

10

akan digunakan dalam uji antibakteri dengan metode difusi maupun dilusi

Dimethyl-sulfoxide merupakan salah satu pelarut dalam uji antibakteri

maupun uji antifungal suatu ekstrak ataupun obat baru (Hastari, 2012: 23-

25).

5. In vitro

Kultur jaringan (Tissue Culture) atau Kultur In Vitro adalah suatu

teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan

menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur

tumbuh tanaman pada kondisi aseptik,sehingga bagian-bagian tersebut dapat

memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali.

6. Euphorbia hirta L.

Herba 1 tahun, dengan batang tegak atau naik demi sedikit, tinggi

0,1-0,6 m. Batang terutama berambut pada ujungnya. Daun berbaris 2,

memanjang, dengan pangkal miring, setidaknya pada ujung bergerigi-gerigi,

sisi bawah berambut jarang, 0,5-5 cm panjangnya; tangkai 2-4 mm. Cyathia

dalam payung tambahan yang berbentuk (setengah) bola, yang sendiri-

sendiri atau dua-dua terkumpul menjadi karangan bunga yang bertangkai

pendek, duduk di ketiak daun; piala panjang 1 mm, berambut menempel.

Buah tinggi 1,5 mm (Steenis, 2006: 251).

a. Klasifikasi

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Euphorbia

Spesies : Euphorbia hirta L.

b. Nama Daerah

Kukon-kukon (Jawa), Patian (Jawa), Patikan Kebo (Jawa),

Patikan Jawa (Jawa), Gelang Susu (Sumatera), Nanangkahan (Sunda),

11

Kak Sekakan (Madura) (Steenis, 2006:251).

c. Kandungan Kimia

Kemampuan tanaman patikan kebo dalam mengobati berbagai

macam penyakit ini melibatkan senyawasenyawa kimia di dalamnya

yang dapat bersifat antiseptik, anti-inflamasi, antifungal, dan

antibakterial, seperti kandungan tanin, flavonoid (terutama quercitrin dan

myricitrin), dan triterpenoid (terutama taraxerone dan 11α, 12 α –

oxidotaraxterol) (Ekpo & Pretorius, dalam Hamdiyati, Kusnadi, dan

Rahadian, 2008: 2-3).

d. Efek Farmakologis

Tanaman ini juga telah banyak digunakan sebagai obat

tradisional di negara-negara yang terletak di kawasan tropis, seperti

Afrika, Asia, Amerika, dan Australia. Tanaman tersebut telah dipercaya

dapat mengobati berbagai penyakit, seperti disentri amuba, diare, borok,

asma, bronkhitis, demam, penyakit pada alat genital (misalnya

gonorrhoea) (Hamdiyati, Kusnadi, dan Rahadian, 2008: 2).

e. Persebaran

Persebaran tumbuhan ini berasal dari Amerika daerah tropis; di

Jawa umumnya liar. Dapat dengan mudah ditemukan di daerah yang

berumput, halaman, tepi jalan, tanggul, tegalan dan kebun (Steenis, 2006:

251).

7. Staphylococcus aureus

Merupakan bakteri yang sering ditemukan sebagai flora normal pada

kulit dan selaput lendir manusia. S. aureus merupakan salah satu bakteri

Gram positif berbentuk bulat. S. aureus hidup di dalam saluran pengeluaran

lendir dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan

dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. S. aureus memiliki

kemampuan untuk mensintesis lipase yang dapat mengubah sebum

trigliserid menjadi asam lemak bebas yang dapat merangsang inflamasi

(Sukatta et al., dalam Aziz, 2010: 25-26).

Bakteri ini dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti

12

pneumonia, meningitis, empiema, endokarditis, jerawat, pioderma atau

impetigo (Brooks et al., dalam Aziz, 2010: 26). Menurut Mertaniasih (dalam

Aziz, 2010: 26) bakteri ini merupakan mikroba patogen yang mneyebabkan

pus (nanah).

8. Materi Bakteri

Bakteri merupakan organisme yang inti selnya bersifat prokariotik,

artinya organisme tersebut belum memiliki membran inti (kariotika). Inti sel

organisme ini hanya berupa satu molekul ADN. Kebanyakan anggota

kelompok monera ini bersifat uniseluler dan mikroskopis.

A. Klasifikasi Prokariotik

Berdasarkan klasifikasi yang dibuat oleh Carl Woese yang

mengacu pada analisis variasi RNAr organisme prokariotik ini secara

fundamental dipisahkan menjadi dua kelompok yang berbeda, yaitu

Archaebacteria dan Eubacteria.

1. Archaebacteria

Karakteristik yang dimilik oleh Archaebacteria antara lain:

a. sel penyusun tubuhnya bertipe prokariotik;

b. memiliki simpleRNA polymerase;

c. dinding sel bukan dari peptidoglikan;

d. tidak memiliki membran nukleus dan tidak memiliki organel sel;

e. ARNt nya berupa metionin;

f. sensitive terhadap toksin dipteri.

Berdasarkan habitatnya Archaaebacteria dikelompokkan

menjadi 3, yaitu kelompok methanogen, halofit ekstrim(suka garam)

dan termo asidofil (suka panas dan asam).

a. Methanogen

Methanogen ini hidupnya bersifat anaerob atau tidak

memerlukan oksigen dan heterotrof, dapat menghasilkan methan

(CH4), tempat hidupnya di lumpur, rawa-rawa, saluran pencernaan

anai-anai (rayap), saluran pencernaan sapi, saluran pencernaan

manusia dan lain-lain. Contoh:

13

–Lachnospira multiparus, organisme ini mampu menyederhanakan

pektin.

–Ruminococcus albus, organisme ini mampu menghidrolisis

selulosa.

-Succumonas amylotica, memiliki kemampuanmenguraikan

amilum.

–Methanococcus janashii, penghasil gas methane.

b. Halofit ekstrim

Sebagian besar mikroorganisme ini bersifat aerob heterotrof

meskipun ada yang bersifat anaerob dan fotosintetik dengan

pigmen yang dimilikinya berupa bakteriorodopsin. Habitat pada

lingkungan berkadar garam tinggi, seperti di danau Great Salt

(danau garam), Laut Mati, atau di dalam makanan yang bergaram.

c. Thermo asidofil

Archaebacteria merupakan organisme uniseluler, tak

berklorofil prokariot, hidup pada lingkungan yang ekstrim

Thermoasidofil merupakan mikroorganisme kemoautotrof yang

dapat memanfaatkan H2S sebagai sumber energi. Hidup di

lingkungan panas dan pH 2 – 4, habitat di sumber air panas seperti

Sulfolobus di taman nasional Yellow stone atau kawah gunung

berapi di dasar laut.

2. Eubacteria

Eubakteria disebut juga bakteri sejati, sama dengan

archaebacteria yang bersifat prokariotik. Ciri-ciri yang dimiliki oleh

bakteri ini antara lain:

a. memiliki dinding sel yang mengandung peptidoglikan

b. telah mempunyai organel sel berupa ribosom yang mengandung

satu jenis ARN polymerase

c. membran plasmanya mengandung lipid dan ikatan ester

d. sel bakteri memiliki kemampuan untuk mensekresikan lendir ke

permukaan dinding selnya, lendir ini jika terakumulasi akan dapat

14

membentuk kapsul dan kapsul inilah sebagai pelindung untuk

mempertahankan diri jika kondisi lingkungan tidak menguntungkan

baginya. Bakteri yang berkapsul biasanya lebih patogen dari pada

yang tidak memiliki kapsul

e. Sitoplasma bakteri terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, ion

organik, kromatofora, juga terdapat organel sel kecil-kecil yang

disebut ribosom dan asam nukleat sebagai penyusun ADN dan

ARN

Bakteri dibagi menjadi beberapa kelompok antara lain:

a. Berdasarkan cara memperoleh makanan, yaitu autotrof dan juga yang

heterotrof.

b. Berdasarkan kebutuhan oksigennya dibedakan menjadi bakteri aerob

dan anaerob.

c. Berdasarkan alat geraknya ada yang memiliki alat gerak berupa flagel

ada juga yang tidak berflagel.

d. Pengelompokan berdasarkan bentuknya ada yang berbentuk batang,

bola, dan spiral.

Pengelompokan bakteri berdasarkan cara memperoleh makanan:

a. Bakteri autotrof

Bakteri jenis ini dapat menyusun makanan untuk kebutuhannya

sendiri dengan cara mensintesis zat-zat anorga nik menjadi zat organik.

Jika energi untuk penyusunan tersebut bersumber dari cahaya matahari

maka bakteri tersebut dikenal dengan sebutan fotoautotrof dan apabila

energi untuk penyusunan zat organik berasal dari hasil reaksi kimia

disebut kemoautotrof.

Contoh bakteri fotoautotrof:

– Bakteri hijau, bakteri ini memiliki pigmen hijau yang dinamakan

bakterioviridin atau bakterioklorofil.

– Bakteri ungu, memiliki pigmen ungu, merah atau kuning disebut

bakteriopurpurin

15

Contoh bakteri kemoautotrof:

– Bakteri nitrifikasi, yang terdiri Nitrosomonas, Nitrosococcus,

Nitrobacter, Nitrospira, Nitrosocystis.

b. Bakteri heterotrof

Bakteri tipe ini tidak dapat mengubah zat anorganik menjadi zat

organik, sehingga untuk keperluan makannya bergantung pada zat

organik yang ada di sekitarnya. Bakteri heterotrof dapat dibedakan

menjadi 2 macam, yaitu:

– Parasit, bakteri yang kebutuhan zat makanan tergantung pada

organisme lain. Contoh: Treponema hidup pada manusia, Borrelia

hidup pada hewan dan manusia.

– Saprofit, bakteri yang memperoleh makanan dari sisa-sisa zat organik.

Bakteri jenis ini memiliki kemampuan untuk merombak zat organik

menjadi zat anorganik. Contoh: Bakteri Escherichia coli yang hidup

pada colon (usus besar) manusia. Dalam keadaan tertentu dapat

mengubah asam semut menjadi CO2 dan H2O. Thiobacillus

denitrificans dapat menguraikan senyawa nitrat menjadi nitrit.

B. Reproduksi Bakteri

Bakteri berkembangbiak dengan cara membelah diri secara

biner. Pada kondisi yang menguntungkan bakteri membelah dengan

sangat cepat, yaitu antara 15 – 20 menit. Sehingga dalam waktu satu hari

jumlahnya menjadi jutaan. Selain dengan pembelahan biner juga dapat

berkembangbiak secara seksual yang berbeda dengan perkembangbiakan

organisme eukariota. Ada yang menyebutnya paraseksual, yaitu bukan

merupakan peleburan gamet jantan dan gamet betina, tetapi berupa

pertukaran materi genetik yang disebut dengan rekombinasi genetik.

ADN yang terbentuk hasil rekombinasi kedua gen tersebut dinamakan

gen rekombinan. Rekombinasi genetik ini dibedakan menjadi tiga cara,

yaitu: transformasi, transduksi, dan konjugasi.

(Subardi, Nuryani, dan Pramono. 2009: 37-44).

16

H. METODE PENELITIAN

1. Bentuk dan Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali

(Sugiyono, 2013: 107).

Desain yang digunakan adalah true experimental, yakni eksperimen

yang betul-betul, di mana peneliti dapat mengontrol semua variabel luar

yang mempengaruhi prosedur eksperimen. Ciri utama dari true experimental

design adalah terdapat kelompok kontrol dan sampel dipilih secara random

(Sugiyono, 2013: 112). Oleh sebab itu, rancangan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)

dengan enam perlakuan konsentrasi ekstrak batang patikan kerbau yakni;

P0= kontrol (tanpa diberi ekstrak), P1= 50 mg/ml, P2= 100 mg/ml, P3= 150

mg/ml, P4= 200 mg/ml, dan P5= 250 mg/ml. Masing-masing perlakuan

diulang sebanyak 5 kali, sehingga terdapat 30 unit satuan percobaan.

Penelitian ini dibagi menjadi dua tahapan, yakni uji antibakteri

ekstrak batang patikan kerbau terhadap Staphylococcus aureus dan

pembuatan media film dokumenter pada materi Bakteri kelas X SMA.

2. Prosedur Penelitian

a. Uji Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Patikan Kerbau Terhadap

Staphylococcus aureus secara In Vitro.

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi

dan Laboratorium Pendidikan Kimia FKIP Universitas Tanjungpura

Pontianak, dan dilakukan dari minggu ketiga bulan Agustus sampai

akhir Oktober 2015.

TABEL 1.1: Kegiatan Penelitian Uji Antibakteri Ekstrak Tumbuhan

Patikan Kerbau terhadap Staphylococcus aureus secara In

17

Vitro

No Kegiatan

Bulan

Agustus

2015

Bulan

September

2015

Bulan Oktober

2015

Minggu ke - Minggu ke - Minggu ke -

3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan alat dan bahan

2 Pelaksanaan penelitian

3 Analisis data

2. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rotary

evaporator, Tabung Erlenmeyer, Pengaduk, Timbangan, Pisau,

Autoclave, Tabung reaksi steril, Pipet ukur 50 cc, Micro pipet, Cawan

petri, Lampu bunsen dan korek api, Inkubator dengan suhu 37ᵒC dan

Osse. Sedangkan bahan yang digunakan adalah batang dan daun

tumbuhan patikan kerbau (Euphorbia hirta L.), Ethanol 96%, Ekstrak

tumbuhan patikan kerbau (Euphorbia hirta L.), Suspensi bakteri

Staphylococcus aureus sesuai standart Mc Farland 0,5, Kertas

Cakram, Kertas saring Whatman 0,2, Media Nutrient agar, Dimethyl

Sulfoxide (DMSO), NaCl.

3. Pelaksanaan Penelitian

1) Sterilisasi Alat

Alat yang digunakan pada penelitian seperti erlenmeyer, cawan

petri, tabung reaksi, pipet Pasteur, pipet tetes, pipet ukur dan

pengaduk disterilisasi menggunakan autoclave dengan tekanan

udara 1 atm pada suhu 121ºC selama 15 menit, sedangkan alat-alat

18

seperti gelas obyek, gelas cover, ose dan pinset disterilkan dengan

alkohol 70 %. Namun untuk ose dan pinset setelah disterilkan

dengan alkohol 70% dibakar sebentar pada pembakar api bunsen.

2) Pembuatan Media Agar

Disiapkan 1 liter akuades dimasukkan 3 gram beef ekstrak, 5 g

pepton, 1 g ekstrak ragi, 20 g bactoagar diaduk campuran tersebut

hingga homogen kemudian disterilkan dalam autoklaf suhu 121o C

dengan 15 lbs selama 15 menit. Kemudian larutan dituang dalam

cawan petri steril dan dibiarkan membeku.

3) Ekstraksi Tumbuhan Patikan Kerbau (Euphorbia hirta L.)

Tanaman daun patikan kebo dikumpulkan dari daerah sekitar

pekarangan rumah. Batang dan daun patikan kebo yang sudah

dikumpulkan terlebih dahulu ditimbang beratnya. Pada penelitian

ini digunakan batang dan daun patikan kebo yang utuh dengan

berat 500 gr. Batang dan daun patikan kebo yang sudah

dikumpulkan terlebih dahulu dicuci sampai bersih. Batang dan

daun patikan kebo dipotong kecil-kecil kira-kira lebarnya 1 cm dan

diiris setipis mungkin, hal ini dimaksudkan untuk mempercepat

proses pengeringan batang dan daun patikan kebo. Proses

pengolahan bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat dengan

melalui cara pengeringan disebut simplisia.

Batang dan daun patikan kebo yang sudah terpotong-potong

kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Proses

selanjutnya adalah ekstraksi batang dan daun kering patikan kebo

dilakukan dengan cara maserasi dengan etanol 96% selama 72 jam

dan dilanjutkan dengan tahap destilasi menggunakan rotary vacum

evaporator.

4) Pembuatan Pelarut Ekstrak Tumbuhan Patikan Kerbau

Ekstrak batang dan daun patikan kebo diencerkan dengan

dimethylsulfoxide (DMSO) dan akuades. Untuk mendapatkan

konsentrasi DMSO 10% maka dibutuhkan DMSO sebesar 10 ml

19

dan ditambah akuades sebesar 90 ml. DMSO merupakan suatu

bahan yang digunakan sebagai pelarut bahan organik maupun

anorganik dan biasa digunakan pada industri obat. Pelarut DMSO

10% merupakan pelarut organik dan tidak bersifat bakterisidal.

Selain itu, pelarut yang dapat melarutkan hampir semua senyawa

polar maupun non polar adalah dimethylsulfoxide (DMSO). DMSO

dapat digunakan sebagai pengencer ekstrak untuk memperoleh

ekstrak dengan kadar konsentrasi tertentu.

5) Penyiapan Suspensi Staphylococcus aureus

Pembuatan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dengan

kepadatan bakteri 3 x 106 CFU/ml adalah mengambil 4 -10 koloni

bakteri yang berumur satu hari lalu dimasukkan ke dalam tabung

volume 10 ml yang berisi NaCl fisiologis kemudian

dihomogenkan. Selanjutnya perbenihan tersebut distandarisasi

dengan menggunakan metode Mc. Farland yaitu dengan cara

menyetarakan kekeruhannya dengan larutan standar Mc. Farland

no. 1 yang setara dengan kepadatan bakteri 3 x 108 CFU/ml (Jang

et al., 1978 dalam Kusumawardhani, 2007). Setelah menyetarakan

suspensi bakteri A. Hydrophila yang dibuat dengan standar Mc.

Farland no. 1 dilakukan pengenceran secara berseri untuk

mendapatkan kepadatan 3 x 106 CFU/ml.

6) Uji Ekstrak Tumbuhan Patikan Kerbau terhadap Aktivitas

Staphylococcus aureus

Cawan petri yang berisi media NA sebanyak 20 ml diberi 1 ml

suspensi bakteri dan diratakan dengan spreader. Kertas cakram

yang telah dicelupkan ke dalam berbagai konsentrasi ekstrak

patikan kerbau diletakkan diatas permukaan agar secara higienis di

dalam laminair airflow kemudian ditutup dengan menggunakan

aluminium foil. Inkubasi dilakukan pada suhu 37oC selama 24 jam

kemudian diukur zona hambat dengan menggunakan kertas

millimeter.

20

7) Pengamatan

Pengamatan didasarkan atas diameter zona hambat “zona hallow”

yang terbentuk pada 24 jam pertama diukur dengan menggunakan

kertas millimeter.

8) Analisis Data

Pengaruh masing-masing perlakuan diameter zona hambat terhadap

pertumbuhan S.aureus dengan menganalisis secara statistik

menggunakan sidik ragam anova.

b. Implementasi Media Film Dokumenter dari Hasil Penelitian Uji

Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Patikan Kerbau Terhadap

Staphylococcus aureus secara In Vitro.

a. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 6 minggu yaitu dari bulan

Agustus 2015 sampai minggu ke-2 bulan November 2015.

TABEL 1.2: Kegiatan Pembuatan dan Validasi Media Film Dokumenter

No. Kegiatan

Agustus

2015

September

2015

Oktober

2015

November

2015

Minggu

ke-Minggu ke- Minggu ke-

Minggu

ke-

1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

1 Pembuatan Media Film

Dokumenter

2 Validasi Media Film

Dokumenter

3 Analisis Data

21

b. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laptop dan

kamera DSLR. Sedangkan bahan yang digunakan adalah proses dan

hasil penelitian.

c. Pelaksanaan Penelitian

1) Pembuatan Media Film Dokumenter

a) Menentukan tujuan pembelajaran

Dalam pembuatan media secara umum langkah pertama

yang dilakukan adalah menentukan tujuan pembelajaran.

Tujuan perlu dirumuskan lebih khusus untuk menentukan

tujuan yang bersifat penguasaan kognitif, penguasaan

ketrampilan, atau penguasaan sikap berdasarkan indikator.

b) Membuat bentuk Film Dokumenter

Film Dokumenter dalam penelitian ini dirancang seperti

film dokumenter yang umumnya dibuat untuk acara National

Geographic.

c) Membuat ringkasan materi

Materi yang disajikan berbentuk uraian, namun yang

diambil hanya materi pokok saja. Materi dan gambar diambil

dari hasil penelitian dan ditambah dari berbagai sumber lain.

d) Merancang draf kasar (sketsa)

Draf kasar yang dimaksud disini adalah rancangan

susunan film agar hasilnya terstruktur.

e) Memilih teknik film yang sesuai

Agar film dokumenter yang dibuat lebih menarik, maka

digunakan teknik recording video yang sesuai untuk

mendukung proses pembelajaran.

f) Menentukan ukuran dan bentuk huruf yang sesuai

Ukuran huruf disesuaikan dengan seberapa banyak

22

tulisan, jika tulisan sedikit berarti ada cukup ruang untuk

membuat huruf menjadi lebih besar. Selain ukuran huruf,

bentuk huruf juga disesuaikan agar mudah dibaca (Susilana &

Cepi, 2007).

2) Validasi Media Film Dokumenter

Pada penelitian ini uji keabsahan dilakukan dengan uji

validitas. Menurut Sugiyono (2013) validitas merupakan derajat

ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan

data yang dilaporkan oleh peneliti. Validasi dilakukan untuk

mengetahui kelayakan atau kevalidan media film dokumenter

terhadap pembelajaran. Validasi dilakukan dengan 6 orang

validator yaitu 2 orang dosen Pendidikan Biologi FKIP UNTAN

dan 3 orang guru Biologi dari SMA/MANegeri dan 1 orang ahli

perfilman di Kalimantan Barat.

Pemilihan sampel sekolah menggunakan teknik Purposive

Sampling atau teknik Sampel Purposif. Teknik ini digunakan

apabila peneliti memiliki alasan-alasan khusus atau pertimbangan

tertentu berkenaan dengan sampel yang akan diambil, dalam hal ini

pertimbangan yang dimaksud adalah pemilihan sampel sekolah

berdasarkan jarak yang paling dekat dengan tempat penelitian.

3) Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian tahap kedua ini

adalah lembar validasi media yang terdiri dari 3 aspek yaitu format,

isi, dan bahasa. Pada lembar validasi media Film Dokumenter

terdiri dari 4 kriteria penilaian berdasarkan skala likert yaitu Sangat

Baik(SB) bernilai 4,Baik (B) bernilai 3,Cukup Baik(CB) bernilai

2,dan Kurang Baik(KB) bernilai 1.

4) Analisis Data

23

Langkah-langkah dalam menganalisis data, yaitu:

a) Memasukkan data ke dalam tabel berikut ini:

TABEL 1.3: Analisis Validasi Media Film Dokumenter

Aspek KriteriaValidator Rata-rata tiap

kriteria (Ki)

Rata-rata tiap

aspek (Ai)

Saran/

Komentar1 2 3 4 5

Format

Isi

Bahasa

Rata-rata total (RTV)

b) Mencari rata-rata per kriteria dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

Ki =rata-rata kriteria ke-i

c) Mencari rata-rata tiap aspek dengan menggunakan rumus:

Ai =

Keterangan:

Ai = rata-rata aspek ke-i

24

Ki =

d) Mencari rata-rata total validitas ketiga aspek dengan

menggunakan rumus:

RTV =

Keterangan:

RTV = rata-rata total validitas

e) Menentukan kategori kevalidan dengan mencocokan rata-rata

total dengan kriteria kevalidan, yaitu:

3 ≤ RTV ≤ 4 valid (layak)

2 ≤ RTV < 3 kurang valid

1 ≤ RTV < 2 tidak valid

25

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Syaikhul. (2010). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan

Umbi BakungPutih (Crinum asiaticum L.) terhadap Bakteri

Penyebab Jerawat. (Skripsi). (Online) (diakses 1 April 2015)

Citriani, Mirna Yunik. (2007). Kearifan Tradisional Masyarakat Selamatkan

Tumbuhan Obat. (Online). (http://racik.wordpress.com/category

/tumbuhan-obat/, diakses tanggal 1 April 2015).

Hamdiyati, Y., Kusnadi, dan Irman, R. (2008). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun

Patikan Kebo (Euphorbia hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri

Staphylococcus Epidermidis. Jurnal Pengajaran MIPA Vol. 12 No. 2,

ISSN : 1412-0917. (Online). (diakses 12 Maret 2015).

Harlis. (2011). Uji Aktivitas Anti Bakteri Ekstrak Patikan Kerbau (Euphorbia

hirta L.) Terhadap Pertumbuhan E.Coli. Jurnal Penelitian Universitas

Jambi Seri Sains, Vol. 13, No. 1, Hal. 43-48. (Online). (diakses 1 Maret

2015).

Hastari, Rizka. (2012). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Pelepah dan Batang

Tanaman Pisang Ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) terhadap

Staphylococcus aureus. (Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah). (Online).

(diakses 30 Maret 2015).

Hutagalung, Irnawati. (2013). Pengaruh Media Film Dokumenter Terhadap

Kemampuan Menulis Kreatif Puisi Oleh Siswa Kelas VII SMP Negeri

1 Kisaran Tahun Ajaran 2012/ 2013. (Online). (diakses 12 Maret 2015).

Nurjanah, Siti. (2012). Peningkatan Keaktifan Sosial Dalam Pembelajaran

26

Biologi Di Sma Negeri Karangpandan Melalui Strategi Team Quiz

Disertai Modul. (Skripsi). (Online). (diakses 30 Maret 2015)

Ogbulie, J. N., et al. (2007). Antibacterial Activities and Toxicological Potentials

of Crude Ethanolic Extracts of Euphorbia hirta. African Journal of

Biotechnology, Vol. 6 (13), pp. 1544-1548. (Online). (http://www.ajol.

info/index.php/ajb/article/download/57667/46049, diakses 30 Maret 2015).

Steenis, et al. (2006). Flora (Untuk Sekolah di Indonesia). Jakarta: Pradnya

Paramita.

Subardi, Nuryani, dan Shidiq Pramono. (2009). Buku Sekolah Elektronik

Biologi (Kelas X Untuk SMA dan MA). Jakarta: Departemen

Pendidikan.

Sudjana, N., dan Ahmad, R. (2010). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Susilana, R. dan Cepi, R. (2009). Media Pembelajaran (Hakikat,

Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian). Bandung: Wacana Prima.

Taufiq. L., Nurcahyanti. W., dan Arifah. S. W. (2008). Efek Antiinflamasi Ekstrak

Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) Pada Tikus Putih Jantan. Pharmacon,

Vol. 9, No. 1, Hal: 1–5. (Online). (diakses 1 Maret 2015).

27