penda pat an
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
TUGAS
TEORI AKUNTANSI
PENDAPATAN
OLEH :
KELOMPOK 9YULIMEL SARI (13067/2009)
FEGI SYAHPUTRA (13069/2009)IMAM ARIF PERMANA (98621/2009)AYU PURNAMA SARI (98635/2009)ROBERT DWI VANO (98637/2009)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
PERTEMUAN 11
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
PENDAPATAN
Urutan yang logis setelah pembahasan aset dan kewajiban adalah ekuitas karena
ketiganya merupakan elemen neraca. Pendapatan dan biaya dibahas terlebih dahulu sebelum
ekuitas karena merupakan penyebab penting perubahan ekuitas yang berasal dari kegiatan
operasi perusahaan dan pembentuk statemen laba rugi yang menentukan laba perusahaan.
Konsep dasar upaya dan hasil menyatakan bahwa hasil dan capaian harus diperoleh dengan
upaya atau bukan sebaliknya capaian dulu baru capaian menanggung biaya.jadi, tidak adda
capaian tanpa upaya. Konsep dan hasil mempunyai implikasi bahwa pendapatan dihasilkan
oleh biaya. Artinya, hanya dengan biaya pendapatan dapat tercipta dan bukan sebaliknya
pendapatan menanggung biaya.
Walaupun demikian, secara teknis akuntansi, pendapatan biasanya diukur lebih
dahulu dan baru kemudian biaya yang diperkirakan menghasilkan pendapatan tersebut diukur
sehingga laba dapat ditentukan dengan tepat. Seperti aset dan kewajiban, pembahasan
pendapatan meliputi pengertian, pengukuran, pengakuan dan penilaian. Masalah teoritis
pendapatan dapat dilukiskan dalam gambar berikut.
1. Pengertian dan Karakteristik Pendapatan
1
Definisi
Apa karakter yang harus dipenuhi sehingga suatu jumlah dapat disebut sebagai pendapatan?
Pengakuan
Apa kriteria pengakuan?Apa yang harus dipenuhi agar suatu objek yang memenuhi definisi pendapatan dapat diakui?
Saat Pengakuan
Apa kaidah pengakuan?Kapan kriteria pengakuan pendapatan dipenuhi?Peristiwa arau kejadian apa menandai bahwa kriteria pengakuan dipenuhi?
Prosedur Pengakuan
Kejadian atau kegiatan apa yang dapat digunakan untuk memicu pencatatan jumlah rupiah pendapatan ke dalam sistem akuntansi?
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
Berbagai sumber mamaknai pendapatan kurang kebih sama walaupun dengan variasi
yang berbeda. Dalam SFAC No. 6 FASB mendefinisikan pendapatan dan untung sebagai
berikut :
Revenues are inflows or other enhancements of asset of an entity or setlements of its
liabilities (or combination of both) from delivering or producing goods, rendering
service, or other activities that constitute the entity’s ongoing major or central
operations (prg 78).
Pendapatan adalah arus masuk atau perangkat tambahan lain aset dari suatu entitas
atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau
produksi barang, jasa render, atau kegiatan lainnya yang merupakan operasi yang
sedang berlangsung oleh entitas besar atau pusat (prg. 78)
Gains are increasea in equity (net assets) from peripheral or incedental transaction of
an entity and from all other transaction and other events and circumstances affecting
the entity except those that result from revenues or invesment by owners (prg 82).
Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi perifer atau
insidental dari suatu entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa lain dan
keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau
investasi oleh pemilik (prg 82).
Paton dan Littleton (1970) mengkarakterisasi pendapatan sebagai berikut :
Revenues is the product of enterprise, masured by amount of new assets received from
customer; ... Steted in terms of asset the revenue of the enterprise in presented, finally,
by the flow of fund from the customer or patrons in exchange for the product of the
business, either commodities or service (hlm. 47-47).
Pendapatan adalah produk dari perusahaan, diukur dengan jumlah aset baru yang
diterima dari pelanggan, ... dinyatakan dalam hal aset pendapatan dari perusahaan
diwakili, akhirnya, oleh aliran dana dari pelanggan atau pelanggan dalam pertukaran
untuk produk bisnis, baik komoditas atau jasa (hlm, 47-47)
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), IAI mengadopsi definisi pendapatan dari
IASC yang menempatkan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income) sebagai
berikut :
Income is increase in economic benefits during the accounting period in the form
inflows or enhancement of assets or decreases of liabilities that result in increase in
equity, other than those relating to equity participants (hlm. 17).
2
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam
bentuk arus masuk atau perangkat tambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan peserta ekuitas (hlm.
17)
The definition of income acompasses both revenue and gains. Revenue arises on the
course of the ordinary activitiesof an enterprise and is referred to by a variety of
different names including sales, fees, interests, dividends, royalties, and rents (hlm.
18).
Definisi penghasilan ecompasses baik pendapatan dan keuntungan. Pendapatan timbul
dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan disebut dengan berbagai nama yang
berbeda termasuk penjualan, biaya, bunga, dividen, royalti, dan sewa (hlm.18)
Gains represent other items that meet the definition of income and may, or may not,
arise in the course of the ordinary activities of an enterprise. Gaints represent
increase in economic benefit and as such are no different in nature from revenues.
Hense, they are not regarded as constituting a separate element in this framework
(hlm. 18).
Keuntungan merupakan item lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan
mungkin, atau tidak mungkin, timbul dalam perjalanan dari aktivitas normal
perusahaan. Keuntungan merupakan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan demikian
tidak berbeda di alam dari pendapatan. Oleh karena itu, mereka tidak dianggap
sebagai merupakan elemen yang terpisah dalam kerangka kerja ini (hlm. 18)
Definisi-definisi di atas memisahkan antara pengertian dan pengakuan sehingga tidak
ada yang menjukkan kriteria pengakuan. Sementara itu, APB (1970) mendefinisikan
pendapatan dengan memasukkan kriteria pengakuan sebagai berikut (APB Statement No 4
prg 134) :
Revenue-gross increase in assets or gross decreases in liabilities recognized
and measured in confirmity with generally accepted accounting principles
that result from those types of profit-directed activities of an enterprise that
can cange owners’ equity.
Pendapatan - kenaikan bruto dalam aset atau penurunan bruto dalam kewajiban yang
diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang
dihasilkan dari jenis-jenis laba-kegiatan diarahkan kegiatan perusahaan yang dapat
mengubah ekuitas pemilik.
3
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
Dari beberapa definisi di atas dapat didaftar karakteristik karakteristik atau kata kata
kunci yang membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk pengertian
pendapatan dan untung adalah :
1. Aliran masuk atau kenaikan aset
2. Kegiatan yang mempresentasi operasi utama atau sentral yang menerus.
3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewajiban.
4. Suatu entitas
5. Produk perusahaan
6. Pertukaran produk
7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk.
8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas.
Beberapa karakteristik di atas dikatakan merupakan turunan/konsekuensi dsari atau
dikandung secara implisit oleh kata kunci yang lain. Karakteristik (3) sampai (8) sebenarnya
merupakan penjabaran atau konsekuensi dari ketiga karakteristik sebelumnya. Oleh karena
itu, dapat dikatakan bahwa karakteristik (1) dan (2) merupakan karakteristik konsekuensi,
pendukung, atau penjelas.
1. Kenaikan Aset
Paton dan Litleton (1970:47) menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena
berbagai transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:
a. Transsaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor.
b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tetap, surat
berharga, segmen bisnis, dan anak perusahaan.
c. Hadiah, donasi atau temuan
d. Revaluasi aset yang telah ada.
e. Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa)
Untuk disebut sebagai pendapatan, aliran aset masuk adalah jumlah rupiah kotor.
FASB mengisyaratkan jumlah kotor dengan menyatakan bahwa pendapatan adalah
jumlah rupiah yang datang dari p-enyerahan produk atau pelaksanaan jasa. (IASC)
menunjuk jumlah kotor dengan menyebutkan bahwa jumlah rupiah pendapatan dapat
berupa penjualan, imbalan jasa, bunga, dividen, royalitas, dan sewa.
Pendefinisian pendapatan sebagai kenaikan aset merupakan pendefinisian dengan
konsep aliran masuk. Konsep ini mempunyai kelemahan karena pendapatan dianggap
baru ada setelah transaksi penjualan terjadi.dengan kata lain pendapatan timbul karena
4
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
peristiwa atau transaksi pada saat tertentu dan bukan karena proses selama suatu
periode. Kelemahan lain adalah definisi ini mengacaukan pengukuran dan penentuan
saat pengakuan dengan proses penciptaan pendapatan. IAI harus membatasi bahwa
kenaikan aset tersebut adalah yang menaikkan ekuitas kecuali yang berasal dari
transaksi dengan pemilik.konsep ka\enaikan aset mengalami masalah dalam hal aliran
masuk yang berupa pembayaran di muka yang berasal dari pelanggan. Walaupun
pembayaran semacam ini merupakan bagian dari operasi utama perusahaan, pada
kenyataannya aliran masuk tersebut tidak atau belum dianggap pendapatan. Demikian
juga, walaupun penjualan kredit menimbulkan piutang usaha, piutang sering dianggap
buakan suatu aliranmasuk aset.
2. Operasi Utama Berlanjut
Tidak semua kenaikan aset di atas membentuk pendapatan. Kegiatan utama
atau sentral yang menerus atau berlanjut merupakan karakteristik yang membatasi
kenaikan yang dapat disebut pendapatan. Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan
operasi dan bukan kegiatan investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi ini diwujudkan
dalam bentuk memproduksi dan mengirimkan berbagai barang kepada pelanggan atau
menyerahkan atau melaksanakan berbagai jasa.
Pengertian operasi utama menunjukkan kegiatan sebagaimana pengertian operasi
dalam klasifikasi kegiatan yang membentuk statemen aliran kas yaitu, operasi,
investasi, dan pendanaan. Akan tetapi, pendapatan atau untung yang tidak berasal dari
operasi utama dengan sendirinya lalu dapat disebut sebagai pos nonoperasi.
a. Operasi dan Non-operasi
Produk yang dihasilkan secara tidak rutin atau insidential sering dianggap
sebagai pos pendapatan “non-operasi” dan dipisahkan penyajiannya.
Pembedaan memang perlu tetapi mengklasifikasinya sebagai non-operasi
dapat menyesatkan dalam pengukuran kinerja atau daya melaba perusahaan.
Paton dan Litleton (1970) berpendapat bahwa pemisahan laba atau rugi
sebagai pos operasi dan non-operasi hanya dapat dibenarkan kalau laba atau
rugi sebagai pos operasi tesebut benar benar luar biasa dan berkaitan dengan
tujuan perusahaan utama hanya secara sangat kebetulan saja. Jadi, istilah
“non-operasi” kurang deskriptif untuk mengklasifikasikan beberapa
pendapatan atau untung yang sebenarnya masuk dalam pengertian operasi
5
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
dalam arti luas. Bila tidak bersifat luar biasa, pos-pos tersebut lebih tepat
dilaporkan sebagai pendapatan lain-lain dan untung (other revenue and gains)
3. Penurunan Kewajiban
Hal ini terjadi bila suatu entitas telah mengalami kenaikan aset sebelumnya
misalnya menerima pembayarn di muka dari pelanggan penerimaan ini bukan
merupakan pendapatan karena perusahaan belum melakukan prestasi yang
menimbulkan hak penuh atas aset yang diterima. Oleh karena itu, jumlah rupiah yang
diterima biasanya diperlukan sebagai pendapatan tekterhak atau pendapatan tangguhan
yang statusnya adalah kewajiban sampaiada prestasi dari perusahaan berupa
pengirimkan barang atau pelaksanaan jasa. Pengiriman barang atau pelaksanaan jasa
akan mengurangi kewajiban yang menimbulkan pendapatan. Kejadian itu mengubah
kewajiban menjadi pendapatan.
4. Suatu Entitas
Dimasukkan kata entitas atau perusahaan dalam definisi mengisyaratkan
bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam pendefinisian. Pendapatan didefinisikan
sebagai kenaikan aset bukannya kenaikan ekuitas bersih. Jadi, aset yang masuk itulah
yang disebut pendapatan. Aset tersebut dikuasai oleh perusahaan. Akan tetapi, karena
hubungan perusahaan dengan pemilik merupakan hubungan utang-piutang, pada saat
aset naik sebagai pendapatan utang perusahaan kepada pemilik juga naik dengan
jumlah yang sama. Hal ini mengisyaratkan bahwa konsep kesatuan usaha dianut dalam
pendefinisian. Karena pendapatan didefinisikan sebagai kenaikan aset bukan kenaikan
ekuitas.
5. Produk Perusahaan
Paton dan Littleton menyatakan bahwa pendapatan adalah produk perusahaan.
Di sini pendapatan didefinisikan secara fisis bukan moneter. Definisi ini juga netral
terhadap saat pengakuan. Aliran aset dari pelanggan berfungsi hanya sebagai pengukur
tetapi bukan pendapatan itu sendiri; produk fisis yang dihasilkan oleh kegiatan usaha
itulah pendapatan. Pengertian semacam ini sesuai dengan konsep upaya dan capaian
(efford and accomplishment) yaitu pendapatan merupakan capaian upaya produktif
perusahaan. Produk merupakan capaian dari tiap kegiatan produktif. Dengan pengertian
ini, pendapatan terbentuk atau terhimpun bersamaan dengan atau selama kegiatan
produktif tanpa harus menunggu kejadian atau saat penyerahan produk kepada
pelanggan.
6
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
Ada dua aliran yang berkaitan dengan pendapatan yaitu aliran fisis dan
moneter. Pendapatan merupakan aliran masuk aset (unit moneter dan hal tersebut
berkaitan dengan aliran fisis berupa penyerahan produk (output) perusahaan. Dalam hal
ini, Kam (1990, hlm. 237) mempertanyakan apakah pendapatan itu objek atau kejadian.
Untuk menjawab hali tersebut, Kam merinci lebih lanjut kedua aliran tersebut yaitu:
a. Aliran fisis berupa:
Kejadian memproduksi dan menjual produk
Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.
b. Aliran moneter berupa:
Kejadian menaiknya nilai aset perusahaan karena produksi atau
penjualan produk ke konsumer.
Objek, yaitu jumlah rupiah aset atau produk yang dihasilkan atau
dijual.
6. Pertukaran
Ini dikarenakan pendapatan akhirnya harus dinyatakan dalam satuan moneter
untuk dicatat dalam sistem pembukuan. Satuan moneter yang paling objektif adalah
kalau jumlah rupiah tersebut merupakan hasil transaksi atau pertukaran antara pihak
independen.
7. Berbagai bentuk dan Nama
Pendapatan adalah konsep yang bersifat generik dan mencakupi semua pos
dengan berbagai bentuk dan nama apapun. Pendapatan untuk perusahaan perdagangan
misalnya disebut dengan penjualan.
Untung
IAI dan APB tidak membedakan untung dan pendapatan dan keduanya digabung
dalam konsep penghasilan. Kata kunci yang melekat pada untung adalah :
1. Kenaikan ekuitas (aset bersih)
2. Transaksi periferal atau insidental
3. Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik.
Dari ketiga karakteristik di atas, yang paling membedakan dengan pendapatan adalah
karakteristik (2) sebagai lawan dari operasi utama. Karakteristik (akibat konsep kesatua
usaha). Tidak ada petunjuk bahwa kenaikan aset yang menyebabkan kenaikan ekuitas (akibat
konsep kesatuan usaha). Tidak ada petunjuk bahwa kenaikan aset yang menyebabkan
kenaikan ekuitas tersebut merupakan jumlah kotor atau bersih. Jadi, untung dapat merupakan
7
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
jumlah kotor atau jumlah bersih. Karakteristik (3) juga merupakan karakteristik pendapatan
karena untuk disebut pendapatan kenaikan aset harus bukan berasal dari transaksi dengan
pemilik (investasi oleh pemilik). Karena secara konseptual dan essensial karakteristik
pendapatan tidak berbeda dengan untung. IAI dan APB tidak memandang untung sebagai
elemen tersendiri dan didefinisi secara formal. APB memandang untung semata-mata
merupakan klasifikasi pendapatan dalam penyajian statemen laba-rugi. Menurut APB,
pendapatan dapat berasal dari penjualan aset selain produk perusahaan.
FASB membedakan antara untung dan pendapatan karena adanya karakteristik
sumber yang dapat dibedakan dengan operasi utama. Karakteristik sumber dari untung itu
sendiri adalah :
a. Periferal dan insidental: misalnya penjualan investasi dalam surat-surat berharga,
penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo.
b. Transfer nontimbal-balik (nonreciprocal transfer) dengan pihak lain : misalnya
hadiah dan donasi (bagi organisasi nonprofit) dan penerimaan ganti rugi pemenangan
tuntutan perkara hukum.
c. Penahanan aset (holding asset) : misalnya kenaikan harga sekuritas investasi,
kenaikan nilai tukar valuta asing, dan kenaikan karena penahanan sediaan (holding
gains)
d. Faktor lingkungan : misalnya ganti rugi asuransii musibah alam yang melebihi kos
aset yang rusak.
FASB sendiri mengakui bahwa pembedaan tersebut sebenarnya lebih dimaksudkan
untuk kepentingan penyajian pendapatan atas dasar sumbernya daripada untuk membedakan
secara tegas karakteristik antara pendapatan dan untung.
(Sumber Suwardjono, 2005 : 351-362)
2. Landasan Pikiran dan Kriteria Pengakuan Pendapatan
Pengakuan adalah pencatatan jumlah rupiah secara resmi ke dalam sistem akuntansi
sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statemen keuangan. Pengertian atau definisi
pendapatan harus dipisahkan dengan pengakuan pendapatan bahkan pengertian pendapatan
sebenarnya juga harus dipisahkan dengan pengukuran pendapatan. Dengan demikian, suatu
jumlah yang memenuhi definisi pendapatan tidak dengan sendirinya jumlah tersebut diakui
(dicatat secara resmi) sebagai pendapatan.
Pendapatan sebagai produk perusahaan tidak mengisyaratkan berapa jumlahnya dan
berapa harus dicatat tetapi lebih mengisyaratkan berapa jumlahnya dan kapan harus dicatat
8
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
tetapi lebih mengisyaratkan bahwa pendapatan memang ada atau terwujud, definisi tersebut
lebih difokuskan pada eksistensi pendapatan.
Pengakuan pendapatan tidak boleh menyimpang dari landasan konseptual. Oleh
karena itu, secara konseptual pendapatan hanya dapat diakui kalau memenuhi kualitas
keterukuran (measurability), dan keterandalan (reliability). Kualitas tersebut harus
diopersionalkan dalam bentuk kriteria pengakuan pendapatan. Sebagai produk perusahaan,
kriteria keterukuran berkaitan dengan masalah berapa jumlah rupiah produk tersebut dan
kriteria keterandalan berkaitan dengan masalah apakah jumlah tersebut objektif serta dapat
diuji kebenarannya. Kedua kriteria harus dipenuhi untuk pengakuan pendaptan. Pendapatan
yang diukur dengan jumlah penghargaan sepakatan produk yang terjual baru akan menjadi
pendapatan yang sepenuhnya setelah produk selesai diproduksi dan penjualan benar-benar
terjadi. Dengan kata lain, pendapatan belum terealisasi sebelum terjadinya penjualan yang
nyata ke pihak lain. Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk menandai
eksistensi pendapatan sebelum barang/jasa sudah cukup selesai dikerjakan atau diserahkan
kepada pelangan. Dengan kata lain, pendapatan belum terbentuk sebelum perusahaan
melakukan upaya produktif. Untuk menjabarkan kriteria kualitas informasi menjadi kriteria
pengakuan pendapatan, perlu dipahami dua konsep penting yaitu pembentukan pendapatan
dan realisasi pendapatan.
a. Pembentukan Pendapatan
Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang berkaitan dengan
masalah kapan dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul dan menjadi
ada. Dengan kata lain, apakah pendapatan itu timbul dari keadaan produktif atau
karena kejadian tertentu. Konsep ini menyatakan bahwa pendapatan terbentuk ,
terhimpun atau terhal bersamaan dan dengan melekat pada seluruh atau totalitas
proses berlangsungnya operasi perusahaan dan bukan sebagai hasil transaksi
tertentu. Konsep dasar ini sering disebut pendekatan proses pembentukan
pendapatan atau pendekatan kegiatan.
Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar upaya dan hasil capaian serta
kontiuitas usaha. Biaya merepresentasikan upaya dan pendapatan
merepresentasikan capaian. Karena tujuan perusahaan adalah menciptakan laba,
manajemen atau pengusaha mengharapkan diharapkan bahwa pendapatan selalu
lebih besar dari biaya. Tanpa harapan adanya kelebihan tersebut orang tidak
bersedia melakukan usaha secara sengaja dan senang hati. Laba merupakan
9
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
imbalan untuk tenaga, pikiran, serta risiko yang ditanggung pengusaha atau
perusahaan.
Pendekatan ini juga dilandasi oleh konsep homogenesitas kos yaitu bahwa
semua tahap kegiatan atau unsur di dalamnya (direpresentasikan) mempunyai
kedudukan atau arti penting yang sama dalam menghasilkan pendapatan (Paton
dan Littleton 1970 : 67 dalam Suwardjono, 2005 : 364).
Implikasi dari konsep ini adalah semua tahap kegiatan memberi sumbangan
dalam penciptaan pendapatan yang secara proporsional sama dengan besarnta kos.
Jadi, begitu kos suatu objek biaya terjadi, pendapatan dapat dianggap terbentuk
sehingga laba juga terbentuk.
b. Realisasi Pendapatan
Kosep realisasi pendapatan:
Menurut konsep ini, pendapatan baru dikatakan terjadi atau terbentuk pada saat terjadi
kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen untuk membayar produk baik produk
telah selesai dan diserahkan atau belum dibuat sama sekali. Dengan kata lain, pendapatan
terbentuk pada saat produk selesai dikerjakan dan terjual langsusng atau pada saat terjual atas
dasar kontrak penjualan (barang mungkin belum jadi atau belum diserahkan ). Berdasarkan
konsep, pendapatan sebenarnya terjadi akibat transaksi tertentu yaitu transaksi penjualan atau
kontrak sehingga sebelum transaksi atau kontrak tersebut terjadi pendapatan belum terjadi
atau terbentuk.
10
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
Konsep penghimpunan dan realisasi pendapatan sangat penting artinya dalam
pengakuan pendapatan. Berdasarkan konsep dasar upaya dan hasil, konsep penghimpunan
pendapatan secara konseptual lebih unggul dan lebih konsisten daripada konsep realisai bila
dikaitkan dengan definisi pendaptan secara umum, karena didukung oleh konsep dasar upaya
dan hasil serta konsep homogenitas kos. Konsep realisasi lebih berkaitan dengan masalah
pengukuran pemdapatan secara objektif dan lebih bersifat kriteria pengakuan daripada
bersifat makna pendapatan. Konsep realisasi atau pendekatan transaksi lebih menekankan
kejadian yang dapat menandai pengakuan pendapatan yaitu :
1. Kejadian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualan
yang sah atau semacamnya.
2. Penguatan atau validassi transaksi penjualana tersebut dengan diperolehnya aset
lancar.
Dari kedua kejadian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses realisasi
merupakan koonfirmasi proses penghimpunan dana.
Kriteria Pengakuan Pendapatan
Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesei diproduksi dan penjualan
benar-benar telah terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Dengan kata lain,
pendapatan belum dapat dikatakan ada dan diakui sebelum ada penjualan yang nyata. Hal ini
didasarkan pada gagasan bahwa pengakuan suatu jumlah rupiah dalam akuntansi harus
didasarkan pada konsep dasar keterukuran dan reliabilitas; jumlah rupiah harus cukup pasti
dan ditentukan secara objektif oleh pihak independen.
Sebaliknya, terjadinya kontrak penjualan belum cukup untuk mengakui pendapatan
sebelum barang atau jasa sudah cukup selesai dikerjakan walaupun jumlah rupiah pendapatan
telah terealisasi karena belum ada upaya yang membentuk pendapatan. Atas dasar konsep
kesatuan usaha, tidak ada pendapatan tanpa upaya. Tanpa upaya yang cukup pendapatan
belum dapat diakui. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan (dan untung) yang
keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83):
a. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi
Pendapatan dikatakan terealisasi bilamana produk telah terjual atau ditukarkan dengan
kas atau klai atas kas. Dan dikatakan cukup pasti terealisasi bilamana aset berkaitan
yang diterima atau ditahan mudah dikonversi menjadi kas atau klaim atas kas yang
cukup pasti jumlahnya.
11
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
b. Terbentuk atau terhak
Pendapatan dikatakan dapat terbentuk bila mana perusahaan telah melakukan secara
substansial kegiatan yang harus dilakukan untuk dapat menghaki manfaat atau nilai
yang melekat pada pendapatan.
Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu kegiatan
tertentu dapat berbeda artinya dalam keadaan tertentu perhimpun menjadi lebih kritis
daripada realisasi dan sebaliknya. Terbentuknya pendapatan, tidak selalu harus
mendahului realisasi pendapatan, dapat terjadi pendapatan sebelum realisasi
terbentuk. Kam (1990) mengemukakan kriteria pengakuan secara teknis. Pendapatan
baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut :
(1) Keterukuran nilai asset (measurability of asset value)
(2) Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)
(3) Proses perhimpunan secara substansial telah selesai
Syarat (1) dan (2) telah dicakupi dalam kriteria dari FASB. Agar dapat dikatakan
terealisasi pendapatan memang harus diukur secara objektif dan hal tersebut pada
umunya dapat dicapai setelah adanya transaksi penjualan atau kontrak. Syarat (1)
berkaitan dengan masalah apakah aliran masuk asset harus bersifat likuid dan bila
pendapatan dalam bentuk piutang apakah ketertagihan (collectability) cukup pasti
sehingga jumlah rupiah pendapatn yang dicatat benar merefleksi jumalh rupiah yang
akhirnya diterima. Dengan demikian pengukkuran pendapatan sangat andal. Syarat (3)
tidak berbeda dengan kriteria b dari FASB. (Sumber Suwardjono, 2005 : 362-369)
3. Saat Pengakuan Pendapatan
Masalah kapan suatu pendapatan dapat diakui berkaitan dengan saat (timing)
pengakuan pendapatan itu sendiri. Ada beberapa gagasan mengenai hal ini :
12
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
a. Pada Saat Kontrak Penjualan
Dapat terjadi ketika perusahaan telah menandatangani kontrak perusahaan dan bahkan
sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak tetapi perusahaan belum mulai
memproduksi barang. Pendapatan sudah terealisasi tetapi belum terbentuk karena hanya
satu kriteria yang terpenuhi dan tidak dapat diakui sebagai pendapatan. Sementara itu,
pembayaran dimuka harus diakui sebagai kewajiban sampai barang atau jasa diserahkan
kepada pembeli, biasanya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Pada umumnya,
perlakuan semacam ini berlaku untuk perusahaan yang memproduksi barang konsumsi
dan jarak antara penandatangan kontrak dan penyerahan barang cukup pendek (kurang
dari satu tahun).
b. Selama proses produksi secara bertahap
Dalam industri tertentu, pembuatan produk memerlukan waktu yang cukup lama.
Misalnya dalam industri konstruksi bangunan. Biasanya produk semacam itu
diperlakukan sebagai projek dan dilaksankan atas dasar kontrak sehingga pendapatan
terealisasi untuk seluruh periode kontrak tetapi mungkin belum cukup terbentuk pada
akhir tiap periode akuntansi. Dalam hal ini, pengakuan pendapatan dapat dilakukan
secara bertahap (per periode akuntansi) sejalan dengan kemajuan proses produksi atau
sekaligus pada saat projek selesai dilakukan. Yang pertama disebut metode persentase
penyelesaian, sedangkan yang terakhir disebut metode kontrak selesai.
Permasalahan teoritis yang kemudian dapat terjadi jika seluruh pendapatan diakui dengan
memakai metode kontrak selesai, akan terjadi kemungkinan terjadi ketidakseimbangan
volume pendapatan dan kegiatan produksi antar tahun. Masalah juga timbul kalau
perusahaan tidak memperlakukan tiap kontrak sebagai projek dan mengakui pendapatan
pada saat produk diserahkan tanpa mengakumulasi kos yang berkaitan dengan produk
sehingga penandingan yang tepat tidak tercapai.
Suatu alternatif untuk memecahkan masalah di atas adalah penggunaan projek atau
angkatan produksi sebagai wadah atau takaran penentuan dan pelaporan laba bukannya
periode waktu. Sebagai alternatif lain, perusahaan dapat mengakui pendapatan secara
bertahap dan tetap menggunakan periode sebagai takaran penghitung laba.
Persentase kemajuan fisis produk bukan merupakan proporsi yang tepat untuk dasar
pengukuran pendapatan yang harus diakui karena persentase tersebut belum tentu
menunujukkan persentase penyerapan kos kecuali kenyataannya memang demikian.
Demikian juga, jumlah rupiah kas yang telah diterima atas dasar termin pembayaran
13
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
kontrak tidak dapat dijadikan basis untuk menentukan pendapatan yang harus diakui.
Walaupun kontrak konstruksi menetapkan adanya harga yang pasti, hasil pekerjaan
belum pasti sehingga kos bagi perusahaan kontraktor juga tidak pasti. Karena hal inilah
pengukuran pendapatan dengan metode kontrak selesai lebih umum digunakan.
Masalah yang yang timbul dari pengakuan selama proses produksi ini adalah :
1. Akresi. Yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau prose alamiah
lainnya. Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas
telah bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara
objektif. Tapi yang terjadi sekarang adalah pendapatan sudah terbentuk tapi belum
terealisasi. Untuk merealisasikan pertambahan tersebut nilai tersebut, proses
produksi masih diperlukan dan masih diikuti dengan perubahan aset menjadi aset
lancar baru. Oleh karena itu, tidak selayaknya karesi dianggap sebagai
pendapatan.
2. Apresiasi. Yaitu, selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai
buku aset terdepresiasi). Dibandingkan akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi
definisi pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan
tetapi lebih berkaitan dengan kondisi pasar.
3. Penghematan Kos. Penghematan kos sering dikenal dengan potongan pembelian.
Hal ini bukanlah suatu pendapatan, kalau pembelian dilakukan dengan cara
bijaksana, yang terjadi yang terjadi hanyalah bahwa kos akan menjadi lebih
rendah dibandingkan dengan pembelian biasa. Memang benar bahwa efisiensi dan
keberuntungan dalam pembelian akan mempunnyai pengaruh terhadap labayang
akhirnya diperoleh. Akan tetapi, diperolehnya laba tersebut masih menunggu
realisasi penjualan.
c. Pada saat produk selesai
Pengakuan semacam ini setara dengan pengakuan pendapatan metode kontrak selesai.
Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat dianggap layak
untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian. Bahan dasar hasil produksi
biasanya memiliki harga yang sudah pasti. Kondisi ini memungkinkan untuk menaksir
dengan cukup tepat nilai jual yang dapat direalisasi suatu sediaan barang jadi ada pada
tanggal tertentu, sehingga kedua kriteria pengakuan dianggap dapat terpenuhi.
Walaupun dasar pengakuan pendapatan atas dasar produk selesai mempunyai alasan
logis dan kuat untuk industri ekstraktif, namun penggunaannya secara umum kurang
14
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
dapat diterima. Kegiatan produksi yang tanpa ada penguatan dari penjualan dengan
harga yang disepakati tidak dapat selalu dijadikan penguji yang objektif dan menentukan
untuk dasar pencatatan dan pengakuan pendapatan. Statemen keuangannya juga
menuntut penjelasan (pengungkapan) yang jelas mengenai kondisi yang melandasi
penyimpangan dari standar umum (Penjualan).
Kalau sudah ada kontrak penjualan sebelumnya, tidak ada masalah dengan pengakuan
pendapatan pada saat produksi selesai karena pendapatan sudah terealisasi dan pada saat
produk selesai pendapatan secara subtansial sudah terbentuk. Pengakuan ini setara
dengan metoda kontrak-selesai Namun bila belum ada kontrak penjualan sebelumnya
hanya kriteria terbentuk yang terpenuhi. Dan hal seperti ini keberatan untuk dikatan
sebagai pendapatan.
d. Pada saat penjualan
Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan kriteria
penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi. Kriteria terealisasi telah terpenuhi karena
telah ada kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah rupiah pendapatan secara
objektif. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam operasi
perusahaan. Transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aset baru ke dalam
perusahaan (kas atau piutang) untuk:
Menutup kos (potensi jasa) yang terserap untuk melaksanakan kegiatan produksi
yang berkulminasi dengan penyerahan produk.
Menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada pemerintah,
bunga kepada kreditor, dan dividen kepada pemegang saham.
Kendati saat penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat beberapa
hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dasar tersebut. Hal pertama yaitu
berkaitan dengan kepastian pengukuran pendapatan akibat kos purna jual dan masalah
kedua adalah adanya kemungkinan retur barang. Akhirnya kemungkinan akan ada
piutang tak tertagih, sehingga piutang tidak dapat dijadikan bukti terealisasinya
pendapatan.
Masalah pengakuan saat penjualan :
1. Kembalian dan potongan tunai
Adanya hak pengembalian tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat
penjualan. FASB menyatakan bahwa suatu perusahaan menjual produknya dengan
15
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
hak mengembalikan maka pendapatan dapat diakui pada saat penjualana kalau syarat-
syarat berikut terpenuhi (SFAS No. 48 prg.6):
- Harga jual cukup pasti
- Pembeli sudah membayar kepada penjual
- Kewajiban membayar oleh pembeli tidak berubah dalam hal terjadi penculikan
atau kerusakan fisis produk.
- Pembeli benar-benar ada secara substantif
- Penjual tidak mempunyai kewajiban yang material untuk melakukan tindakan di
masa datang yang secara langsung menjadikan pembeli mampu menjual produk
bersangkutan
- Jumlah rupiah kembalian dapat ditaksir secara layak.
Adanya potongan tunai tidak menghalangi pengakuan pendapatan pada saat
penjualan. Masalah yang timbul tidak berkaitan dengan pengakuan pendapatan tetapi
berapa jumlah rupiah pendapatan harus dicatat.
2. Kos purna-jual
Masalah yang paling pelik dan sulit adalah masalah yang bersangkutan dengan
penyesuaian yang diperlukan untuk mengakui pengaruh kegiatan yang mungkin akan
terjadi setelah penjualan dan harus dibebankan terhadap penjualan tersebut. Prosedur
yang umum dilakukan untuk mengantisipasi kos semacam itu adalah mendebit jumlah
rupiah yang sama ke dalam satu akun cadangan melalui penyesuaian akhir tahun.
3. Kerugian piutang
Keberatan lain terhadap dasar penjualan adalah pendapat yang menyatakan bahwa
piutang bukanlah merupakan bukti yang efektif terhadap realisasi pendapatan.
Alasannya, piutang bukan merupakan sarana yang dapat digunakan sebagai alat
pembayaran sehingga kurang tepat digunakan sebagai pengukur pendapatan. Masalah
kerugian piutang dapat diatasi dengan perlakuan yang sama seperti kos purna jual,
yaitu dengan membentuk cadangan kerugian piutang. Dengan demikian pendapatan
disajikan dalam statemen sejumlah piutang yang benar-benar dapat direalisasi.
4. Transaksi penjualan
Secara umum, penjualan adalah transaksi pertukaran barang atau jasa hasil produksi
perusahaan dengan kas atau klaim atas kas. Secara teknis, transaksi penjualan adalah
transaksi pertukaran aset secara aktual bukan transaksi kontrak itu sendiri. Penjualan
dikatakan telah terjadi secara teknis bila produk (dan risiko yang melekat) telah
16
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
ditransfer ke pembeli dan sebagai penghargaan penjual mendapat kas atau klaim atas
kas.
Kontrak penjualan yang belum disertai transfer produk secara teknis belum dapat
dikatakan sebagai transaksi penjualan betapapun perusahaan telah menerima uang
muka. Namun, secara konseptual kontrak penjualan dapat dipandang sebagai realisasi
pendapatan. Masalah lebih banyak terletak pada kriteria realisasi. Melalui PSAK No.
23, IAI membuat ketentuan dapat mengakui pendapatan dari penjualan barang sebagai
berikut (Pasal 13 atau 38)24:
Perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah
memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.
Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas
barang yang dijual.
Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal.
Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dibuhungkan dengan transaksi
akan mengalir ke perusahaan tersebut.
Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transasksi penjualan
dapat diukur dengan andal.
e. Pada saat kas terkumpul
Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan
pendapatan berdasarkan asas kas. Penerapan pengakuan berdasarkan kas paling banyak
dijumpai pada perusahaan jasa dan perusahaan yang melakukan penjualan secara
angsuran. Pengakuan dasar kas digunakan untuk transaksi penjualan yang barang atau
jasanya telah diserahkan/dilaksanakn tetapi kasnya baru akan diterima secara berkala
dalam waktu yang cukup panjang.
Alasan digunakannya dasar ini adalah adanya ketidakpastian tentang kolektabilitas atau
ketertagihan piutang. Pendapatan suatu periode diakui secara proporsional atas dasar kas
yang telah diterima dalam periode tersebut. Ini berarti, jumlah rupiah tagihan sejalan
dengan kemajuan pekerjaan. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengakuan
pendapatan pada saat kas terkumpul adalah:
Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Pendek
Dalam perusahaan jasa seperti perusahaan angkutan dan bioskop, transaksi
dilakukan dalam waktu yang relatif pendek. Penerimaan kas hampir bersamaan
dan sejalan dengan penyerahan jasa. Ini berarti bahwa saat penerimaan kas atau
17
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
penyerahan jasa dapat dijadikan pengujian untuk dasar pengukuran dan
pengakuan pendapatan.
Jasa Dikonsumsi Dalam Jangka Panjang
Di lain pihak, apabila jasa yang diberikan adalah kompleks dan baru akan
selesai dalam periode yang relatif panjang seperti halnya penyewaan ruang, maka
besar kemungkinan akan terjadi perbedaan yang mencolok antara jumlah rupiah
pendapatan yang diakui dengan basis akrual dan basis kas.
Argumen Pendukung
Validitas pengakuan pendapatan secara proporsional dengan penerimaan kas
didasarkan atas tiga pertimbangan yang saling berkaitan, yaitu:
Seluruh atau sebagian piutang yang timbul bukan merupakan aset yang
mempunyai daya beli murni (dapat dibelanjakan).
Makin lama jangka waktu untuk mengangsur makin besar kemungkinan
piutang tidak tertagih.
Kos purna-jual, terutama kos penagihan dan pengumpulan piutang,
biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan kos purna jual untuk penjualan
kredit (biasa).
Alasan Penyanggah
Patton dan Litteton (1970) menegaskan bahwa pengakuan pendapatan dasar
kas (untuk perusahaan jasa) kurang dapat didukung dengan alasan:
Tagihan (piutang) yang timbul akibat penyerahan jasa pada dasarnya
mempunyai kedudukan yuridis yang sama dengan piutang yang timbul
dari penjualan barang.
Belum tentu kegagalan untuk penerimaan peluanasan piutang dalam
perusahaan jasa lebih besar daripada perusahaan barang dagang.
Dalam hal penerimaan pembayaran dimuka, kemungkinan terjadinya
kerugian piutang memang sudah tidak ada lagi tetapi tidak berarti bahwa
pendapatan sudah dapat diakui.
Jadi, pada dasarnya pengakuan pendapatan atas penerimaan kas hanya berlaku untuk
jasa profesi yang mempunyai karakteristik: (1) jasa bersifar unik dan tidak dapat
ditentukan secara jelas dan pasti pada permulaan pekerjaan, dan (2) jumlah
18
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
pendapatan total yang harus ditagih tergantung pada hasil pekerjaan yang
bersangkutan.
Prosedur Akuntansi Dasar Kas
Patton dan Litteton (1970) menggambarkan prosedur akuntansi untuk
mencapai penandingan yang tepat sebagai berikut:
Pada saat kontrak penjualan angsuran dan pengiriman seluruh barang,
perusahaan mencatat sebagai berikut:
Pengiriman Barang-Dasar Kas xxx
Sediaan Barang Dagangan xxx
Jumlah di atas dicatat atas dasar kos. Piutang angsuran dicatat secara memorial
(tidak dijurnal). Pengiriman barang-dasar kas mempunyai status sebagai aset
perusahaan (semacam barang konsinyasi).
Bila perusahaan menerima uang muka atau angsuran, penerimaan dicatat
sebagai:
Kas xxx
Penjualan-Dasar Kas xxx
Seluruh jumlah rupiah kas yang telah diterima dari penjualan dalam suatu
periode yang tampak dalam saldo akun Penjualan-Dasar Kas yang merupakan
pendapatan yang diakui dan dilaporkan dalam periode tersebut.
Pada akhir periode harus diperhitungkan kos produk yang dapat dibebankan
secara tepat (sebagai biaya) ke pendapatan dasar kas tersebut. Jurnal yang
harus dibuat pada akhir tahun adalah:
Kos Barang Terjual-Dasar Kas xxx
Pengiriman Barang-Dasar Kas xxx
Kalau ternyata ada akhir periode terdapat penjualan yang sudah diterima
kasnya tetapi barang belum dikirim maka kos barang tersebut harus ditaksir
dan ditambahkan ke kos barang terjual dasar kas. Jurnal yang harus dibuat
pada akhir periode adalah:
Kos Barang Terjual-Dasar Kas xxx
Utang Pengiriman Barang-Dasar Kas xxx
Dalam neraca, pos Pengiriman Barang-Dasar Kas akan disajikan sebagai aset
lancar sebesar kosnya dan pos Utang Pengiriman Barang-Dasar Kas dapat
19
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
dilaporkan sebagai kewajiban atau dikontrakan dengan pos Pengiriman
Barang-Dasar Kas.
Biaya Administrasi dan Penjualan
Pada umumnya kos administrasi dan penjualan bukan merupakan kos yang
dapat diperlakukan seperti kos sediaan yaitu tersediakan. Kos tersebut harus
segera dibebankan ke pendapatan sebagai biaya periode. Dalam hal inilah
pengakuan pendapatan atas dasar kas menunjukkan kelemahannya. Sementara
kos produk dapat diperhitungkan secara cukup teliti untuk ditandingkan dengan
pendapatan dasar kas, biaya administrasi dan umum sangat sulit untuk dikaitkan
dengan pendapatan tersebut.
Saat Pengakuan Penjualan Jasa
Pengakuan pendapatan dari penjualan jasa secara umum mengikuti pemikiran yang
melandasi pengakuan pendapatan untuk penjualan barang. Masalah teoritis yang dihadapi
lebih banyak menyangkut kriteria realisasi daripada pembentukan pendapatan. Yang sering
sulit ditentukan adalah mengenali kejadian atau kegiatan yang menandai bahwa penyerahan
jasa telah terjadi dan selesai.
AICPA memberikan kaidah pengakuan umum untuk penjualan jasa sebagai berikut:
Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau tindakan,
pendapatan harus diakui pada saat pekerjaan tersebut telah dilakukan.
Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkain pekerjaan atau
tindakan secara bertahap, pendapatan harus diakui selama periode pelaksanaan
pekerjaan secara proporsional.
Kalau pemberian jasa terdiri atas pelaksanaan serangkaian pekerjaan atau
tindakan secara bertahap, pendapatan dapat diakui pada saat seluruh pekerjaan
telah selesai dilaksanakan bila kondisi berikut terpenuhi:
i. Proporsi jasa yang dilaksanakan pada tahap akhir pekerjaan begitu
kritisnya sehingga seluruh pekerjaan tidak dapat dikatakan selesai
sebelum tahap akhir dilaksanakan.
ii. Jasa harus diberikan dalam beberapa tahap yang tidak dapat ditetukan
di muka selama waktu yang tidak pasti dan tidak ada cara yang cukup
layak untuk menentukan tingkat penyelesaian pekerjaan.
20
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
Terdapat tingkat ketidak pastian yang tinggi berkenaan dengan ketertagihan
atau kolektabilitas pendapatan jasa, pendapatan baru diakui setelah kas
terkumpul.
Dalam PSAK No. 23, IAI menetapkan bahwa pengakuan pendapatan atas dasar
kemajuan pelaksanaan merupkan ketentuan utama sedangkan kaidah lain merupakan
pengecualian dari kaidah ini. IAI mengeksplisitkan asumsi atau kondisi yang melandasi
keterterapan pengakuan atas dasar kemajuan pelaksanaan yaitu:
Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut
akan diperoleh perusahaan.
Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur
dengan andal.
Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan
transaksi tersebut dapat diukur dengan andal.
Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan
FASB meringkas pedomam umum dalam SFAC No. 5 paragraf 84 sebagai berikut:
Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk
diserahkan kepada konsumen.
Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mendahului produksi atau
pengiriman barang, pendapatan dapat diakui pada saat terhak dan pengiriman.
Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara
bertahap dengan metode persentase penyelesaian pada saat sudah terbentuk
asalkan dapat diukur secara andal.
Kalau jasa diberikan atau hak untuk menggunakan aset berlangsung secara
terus-menerus selama suatu periode dengan kontrak harga yang pasti,
pendapatan dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.
Kalau produk atau aset lain dapat segera terealisasi karena dapat dijual dengan
harga yang cukup pasti tanpa biaya tambahan berarti, pendapatan dan untung
rugi dapat diakui pada saat selesainya produksi atau pada saat harga aset
tersebut berubah.
Kalau produk, jasa atau aset lain ditukarkan dengan aset non moneter yang
tidak segera dapat dikonversi menjadi kas, pendapatan atau untung rugi dapat
21
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
diakui pada saat telah terhak atau transaksi telah selesai asalkan nilai wajar
aset non moneter yang dapat ditentukan dengan layak.
Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk, jasa, atau aset lain
meragukan, pendapatan dapat diakui atas dasar kas yang terkumpul.
Prosedur Pengakuan
Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal apa
yang dapat digunkan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi.
Kegiatan Internal Sebagai Pemicu dan Bukti Pengakuan Pendapatan:
Kaidah Pengakuan Kegiatan Internal yang Terlibat
Kegiatan Pemicu dan Bukti Pengakuan
1. Pada saat kontrak penjualan.
Penandatanganan kontrak, penerimaan uang muka.
Pendapatan belum diakui. Surat kontrak dan penerimaan bukti setor bank sebagai dasar pencatatan uang muka.
2. Selama proses produksi secara bertahap.
Penggunaan BB, BTKL, dan BOP. Pembayaran biaya Adm. Penagihan. Penyesuaian akhir tahun.
Penyiapan dan pengiriman surat penagihan. Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan akumulasi kos.
3. Pada saat proses produksi selesai.
Pemindahan barang jadi dari pabrik ke gudang. Penyesuaian akhir tahun.
Belum ada kontrak: (1) penyerahan barang ke gudang disertai nota penerimaan, atau (2) penyesuaian akhir tahun.Sudah ada kontrak: Penyerahan barang ke bagian gudang disertai nota penerimaan dan surat kontrak atau order pembelian.
4. Pada saat penjualan.
Penerimaan order pembelian. Penerimaan uang muka. Pengiriman barang. Pengiriman faktur penjualan. Penerimaan nota terima barang dari pembeli.
Pengiriman barang disertai pengiriman faktus sesuai syarat.
Penerimaan nota terima barang didukung faktur dan order pembelian/penjualan.
5. Pada saat kas terkumpul
Pengiriman surat tagihan angsuran. Penerimaan kas atau alat pembayaran lain. Penyesuaian akhir tahun.
Penerimaan kas didukung nota pembayaran atau bukti transfer. Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan kas yang terkumpul sampai akhir periode.
Penyajian
Masalah penyajian berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah memisahkan antara
pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa dan luar biasa
dan cara menuangkannya dalam statemen laba rugi.
(Sumber Suwardjono, 2005 : 369-392)
Pendapatan Menurut Bragg
Pendapat Bragg mengenai pengakuan pendapatan adalah sebagai berikut :
1. Mengukur pendapatan untuk penjualan barang
22
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
Pendapatan diukur pada jumlah nilai wajar yang akan diteriuma, dengan memasukkan jumlah
potongan harga dan rabat penjualan berdasarkan jumlah yang dibeli, yang diterima oleh
entitas. Bila perusahaan dibayar secara tunai, jumlah pendapatan yang diakui adalah jumlah
kas yang diterima atau piutang usaha.
2. Mengukur pendapatan saat ada pembayaran yang ditangguhkan
Dalam hal pembayaran tunai yang ditangguhkan, jumlah nilai wajar dari penerimaan dapat
dikurangi. Bila pembayaran tertunda secara efektif merupakan transaksi pendanaan,
pendapatan harus diakui sebagai arus kas transaksi yang didiskontokan., dengan
menggunakan tingkat bunga yang dapat ditentukan lebih jelas, yaitu (a) tingkat bunga yang
berlaku untuk sebuah transaksi yang sama oleh entitas dengan sebuah peringkat kredit yang
sama; atau (b) tingkat bunga yang mendiskontokan transaksi berdasarkan pada harga tunai
saat ini dari barang atau jasa.
Apabila suatu transaksi didiskontokan untuk tujuan pengakuan pendapatan, maka selisih
antara nilai wajar dan jumlah nilai nominal yang dibayarkan dicatat sebagai pendapatan
bunga.
3. Mengakui pendapatan dalam barter
Sebuah transaksi tidak menghasilkan pendapatan jika melibatkan pertukaran barang atau jasa
yang sifat atau nilainya sama. Jika pertukarannya untuk barang atau jasa yang berbeda,
transaksi ini menciptakan pendapatan; ini diukur pada nilai wajar dari nilai barang atau jasa
yang diterima, sebagaimana telah diubah oleh jumlah uang tunai yang ditransfer. Jika nilai
wajar dari barang atau jasa yang diterima tidak dapat diukur dengan andal, maka gunakan
nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, sebagaimana telah diubah oleh jumlah uang
tunai yang ditransfer.
4. Kapan dapat diakui penjualan barang
Pendapatan dari penjualan barang dapat diakui bila seluruh kondisi berikut telah diakui :
a. Jaminan manfaat. Manfaat ekonomi yang berhubungan dengan transaksi akan
mengalir kepada entitas.
b. Pengukuran biaya. Biaya yang berkaitan dengan transaksi tersebut dapat diukur secara
andal.
c. Pelepasan kepemilikan. Entitas tidak lagi memegang kendali manajemen atas barang
yang dijual.
d. Pengukuran pendapatan. Jumlah pendapatan yang diakui dapat diakui secara andal.
23
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
e. Pemindahan risiko dan manfaat. Semua risiko dan manfaat yang signifikan yang
terkait dengan barang telah dialihkan kepada pembeli. Hal ini biasanya bertepatan
dengan pengalihan hak-hak hukum atau kepemilikan kepada pembeli.
5. Pengakuan pendapatan dalam transaksi penerimaan kas pada saat pengiriman.
Jika seorang penjual menjual barang berdasarkan syarat penerimaan kas pada saat
pengiriman, maka perusahaan harus mengakui pendapatan ketika perusahaan mengirimkan
barang dan menagih kas dari transaksi tersebut.
6. Mengakui pendapatan dari penjualan langganan
Ketika penjual melakukan pengiriman publikasi dan barang yang sama kepada pembelian
dengan perjanjian berlangganan, perusahaan biasanya mengakui pendapatan atas dasar garis
lurus selama periode ketika barang tersebut diberikan. Namun, jika barang tersebut berbeda
nilainya setiap periode, maka penjual harus mengakui pendapatan berdasarkan nilai penjualan
masing-masing barang secara proporsional terhadap total estimasi nilai penjualan dari semua
barang yang termasuk dalam berlangganan.
7. Mengakui pembayaran uang muka
Pembeli dapat mengirimkan pembayaran penuh atau pembayaran sebagian kepada penjual
sebelum pengiriman barang. Penjual mungkin belum memiliki barang dalam persediaan,
barang tersebut mungkin masih dalam proses produksi, atau barang akan dikirim oleh pihak
ketiga. Dalam keadaan ini, penjual tidak boleh mengakui pendapatan sampai barang
diserahkan kepada pembeli.
8. Mengakui penjualan angsuran
Pembeli dapat mengirimkan serangkaian pembayaran kepada penjual sebagai pertukaran
untuk pengiriman barang yang segera dari penjual kepada pembeli. Dalam hal ini, penjual
dapat mengakui pendapatan setelah diserahkan , namun jumlah yang diakui adalah nilai tunai
dari seluruh pembayarn., dimana penjual menghitung dengan mendiskontokan pembayaran
pada tingkat bunga yang diestimasikan. Penjual mengakui bagian bunnga dari pembayaran,
yang menghitungnya dengan menggunakan metode bunga efektif pada saat menerimanya.
9. Mengakui penjualan layaway
Penjualan layaway terjadi pada saat barang diserahkan kepada pembeli hanya ketika pembeli
telah menyelesaikan pembayaran akhir dalam serangkaian pembayaran angsuran. Dalam
sebuah penjualan layaway, penjualan mengakui pendapatan hanya jika pada saat perusahaan
mengirimkan barang. Namun, jika pengalaman historis penjual menunjukkan bahwa sebagian
besar transaksi layaway dikonversi menjadi penjualan, maka perusahaan dapat mengakui
24
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
pendapatan pada saat perusahaan menerima setoran uang (deposit) yang signifikan, dengan
ketentuan bahwa barang tersedia, teridentifikasi , dan siap untuk pengiriman.
10. Mengakui transaksi Bill and Hold
Di dalam penjualan bill and hold, pembeli meminta supaya pengiriman ditunda, tetapi
menerima tagihan dan mengambil hak atas barang tersebut. Penjual mengakui pendapatan
pada saat pembeli mengambil hak dan kondisi berikut dipenuhi:
a. Persyaratan pembayaran normal berlaku untuk transaksi.
b. Pembeli mengakui intruksi penundaan pengiriman
c. Ada kemungkinan bahwa pengiriman akan dilakukan.
d. Barang barang teridentifikasi, tersedia, dan siap untuk pengiriman.
Penjual tidak dapat mengakui pendapatan yang berkaitan dengan transaksi bill and hold jika
hanya ada niat untuk memperoleh atau memproduksi barang dalam waktu pengiriman,
sebagai kebalikan dari ketersediaan barang.
11. Pengakuan penjualan jasa
Entitas dapat mengakui pendapatan sehubungan dengan pemberian jasa bila memenuhi segala
kondisi berikut :
Pengukuran pendapatan. Jumlah pengakuan yang diakui dapat diukur secara andal.
Jaminan manfaat. Manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi akan mengalir
kepada entitas.
Pengukuran penyelesaian. Tahap penyelesaian pada akhir periode pelaporan dapat
diukur secara andal.
Pengukuran biaya. Biaya yang berkaitan dengan transaksi tersebut dapat diukur
dengan andal, seperti biaya untuk dapat menyelesaikan.
12. Cara menghitung pendapatan dari penjualan jasa
Hal hal yang perlu diperhatikan adalah :
Pengakuan garis lurus. Jika jasa yang diberikan termasuk jumlah tindakan yang tidak
jelas sesama jangka waktu tertentu, pendapatan harus diakui dengan metode garis
lurus selama perioda waktu yang ditentukan, kecuali beberapa metode lain yang
menyajikan pemberian jasa yang lebih baik.
Aktivitas yang signifikan. Jika suatu aktivitas tertentu secara substansial lebih penting
daripada kegiatanlainnya, maka suatu entitas harus menunda pengakuan pendapatan
sampai kegiatan itu telah diselesaikan.
25
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
Estimasi yang tidak dapat diandalkan. Ketika entitas tidak dapat memperkirakan hasil
dari jasa secara andal, perusahaan harus mengakui pendapatan hanya sejauhmana
beban yang diakuidapat dipulihkan. Dalam hal ini, tidak ada laba yang diakui. Jika
biaya yang terjadi tidak mungkin dipulihkan, maka perusahaan tidak mengakui
pendapatan dan mengakui semua biaya yang terjadi sebagai beban.
13. Mengakui pendapatan royalti
Pengakuan sesuai dengan persyaratan perjanjian yang bersangkutan, kecuali substansi
perjanjian menyerukan untuk metode yang berbeda. Dari perspektif praktis, pengakuan
mungkin dengan dasar garis lurus selama juangka waktu perjanjian. Jika perjanjian adalah
penyerahan hak dalam pertukaran untuk sebuah imbalan yang ditetapkan atau jaminan yang
tidak dapat dikembalikan di mana pemberi lisensi tidak memiliki sisa liabilitas kinerja.,
pemberi lisensi tersebut dapat mengakui pendapatan pada saat penjualan. Jika pembayaran
dengan perjanjian adalah kontingensi atas terjadinya peristiwa masa depan, pendapatan harus
diakui apabila besar kemungkinan bahwa biaya atau royalti akan diterima.
(Bragg, 2010 227-259)
4. Pendapatan (IAS18/PSAK23)
No. Keterangan IAS 18 PSAK 23
1 Pengertian Pendaptan (revenue) itu sendiri
didefinisikan sebagi pendapatan yang
timbul dari aktivitas normal suatu
entitas—baik perseorang atau badan
usaha yang melakukan aktivitas usaha
—dalam berbagai varian, mungkin
disebut:
1. Penjualan;
2. Fee;
3. Bunga;
4. Dividend;
5. Royalti
Penghasilan (income) meliputi
pendapatan (revenue) maupun
keuntungan (gain). Pendapatan
adalah penghasilan yang timbul
selama dalam aktivitas normal
entitas dan dikenal dengan
bermacam-macam sebutan yang
berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa (fees), bunga,
dividen dan royalti.
2 Ruang lingkup (a) penjualan barang;
(b) penjualan jasa; dan
(c) penggunaan aset entitas oleh pihak
lain yang menghasilkan bunga, royalti,
dan dividen.
(a) penjualan barang;
(b) penjualan jasa; dan
(c) penggunaan aset entitas oleh
pihak lain yang menghasilkan bunga,
royalti, dan dividen.
3 Istilah penting/ Nilai wajar adalah jumlah darimana Nilai wajar adalah jumlah dimana
26
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
definisi suatu aset dapat dipertukarkan atau
suatu liabilitas yang diselesaikan antara
pihak-pihak yang berpengetahuan,
berkeinginan dalam transaksi yang
wajar.
Pendapatan(revenue) adalah arus
masuk kotor dari imbalan ekonomis
selama periode yang ditimbulkan
dalam rangkaian aktivitas biasa dari
suatu entitas apabila arus masuk
menimbulkan kenaikan dalam ekuitas
selain dari kenaikan yang terkait dari
iuran peserta ekuitas.
suatu aset dapat dipertukarkan atau
suatu liabilitas diselesaikan antara
pihak yang memahami dan
berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar (arm’s length
transaction).
Pendapatan(income) adalah arus
masuk bruto dari manfaat ekonomi
yang timbul dari aktivitas normal
entitas selama suatu periode jika arus
masuk tersebut mengakibatkan
kenaikan ekuitas, yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal.
4 Pengukuran
pendapatan
Pendapatan diukur atas dasar jumlah
nilai wajar yang diterima atau
ditagihkan dengan memperhitungkan
jumlah potongan perdagangan dan
volume rabat yang diperbolehkan suatu
entitas.
Pendapatan diukur dengan nilai wajar
imbalan yang diterima atau dapat
diterima.
5 Pengidentifikasia
n transaksi
Dalam kondisi yang umum, kriteria
standar pengakuan diterapkan terhadap
setiap transaksi. Akan tetapi, dalam
transaksi yang lebih kompleks, kriteria
perlu diterapkan kepada kompomem
suatu transaksi.
Pendapatan diukur dengan nilai wajar
imbalan yang diterima atau dapat
diterima.
6 Pendapatan atas
penjualan barang
Pendapatan (revenue) dari penjualan
barang harus diakui hanya bilamana
seluruh kondisi ini terpenuhi :
a. Risiko dan imbalan yang signifikan
dari kepemilikan atas barang tersebut
yang telah ditransfer oleh entitas
kepada pembeli.
b. Entitas tidak memiliki kendali yang
efektif atas banrang sudah dijual atau
tidak memiliki keterlibatan menajerial
yang berkelanjutan hingga suatu
tingkatan yang biasanya berhubungan
Pendapatan dari penjualan barang
diakui jika seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
(a) entitas telah memindahkan risiko
dan manfaat kepemilikan barang
secara signifikan kepada pembeli;
(b) entitas tidak lagi melanjutkan
pengelolaan yang biasanya terkait
dengan kepemilikan atas barang
ataupun melakukan pengendalian
efektif atas barang yang dijual;
(c) jumlah pendapatan tersebut dapat
27
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
denga kepemilikan.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur
dengan andal
d. kemungkinan besar imbalan secara
ekonomi yang terkait dengan transaksi
yang akan mengalir kepada entitas
tersebut; dan
e. biaya yang terjadi atau akan terjadi
dalam kaitan dengan transaksi dapat
diukur dengan andal.
diukur dengan andal;
(d) kemungkinan besar manfaat
ekonomi yang terkait dengan
transaksi tersebut akan mengalir
kepada entitas tersebut; dan
(e) biaya yang terjadi atau akan
terjadi sehubungan transaksi
penjualan tersebut dapat diukur
dengan andal.
7 Pendapatan dari
penyerahan jasa
Pendapatan (revenue) dari penyerahan
jasa harus diakui melalui rujukan
kepada tahap penyelesaian dari
transaksi pada akhir periode pelaporan
bilamana:
a.Jumlah pendapatan (revenue) dapat
diukur dengan andal.
b. Kemungkinan bahwa imbalan
ekonomis yang terkait dengan trasaksi
akan mengalir ke dalam entitas.
c.Tahapan penyelesaian dari transaksi
pada akhir periode pelaporan dapat
diukur dengan andal.
d. Biaya yang terjadi atas transaksi
dan biaya untuk menyelesaikan
transakasi dapat diukur dengan andal
(Penjualan jasa)
Jika hasil transaksi yang terkait
dengan penjualan jasa dapat
diestimasi dengan andal, pendapatan
sehubungan dengan transaksi tersebut
harus diakui dengan acuan pada
tingkat penyelesaian dari transaksi
pada tanggal neraca. Hasil transaksi
dapat diestimasi dengan andal jika
seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
(a) jumlah pendapatan dapat diukur
dengan andal;
(b) kemungkinan besar manfaat
ekonomi sehubungan dengan
transaksi tersebut dapat diperoleh
entitas;
(c) tingkat penyelesaian dari suatu
transaksi pada tanggal neraca dapat
diukur dengan andal; dan
(d) biaya yang timbul untuk transaksi
dan biaya menyelesaikan transaksi
tersebut dapat diukur dengan andal.
8 Bunga, royalti,
dan dividen
Pendapatan (revenue) yang timbul dari
penggunaan aset entitas oleh pihak
ketiga dan menghasilkan bunga, royalti
dan deviden baru diakui bilamana :
a. Dimungkinkan bahwa imbalan
ekonomis yang terkait dengan transaksi
akan mengalir kepada entitas.
Pendapatan yang timbul dari
penggunaan aset entitas oleh pihak
lain yang menghasilkan bunga,
royalti, dan dividen diakui atas dasar
yang dijelaskan dalam paragraf 30,
jika:
(a) kemungkinan besar manfaat
28
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
b. Jumlah pendapatan dapat diukur
dengan andal
Pendapatan (revenue) harus diakui atas
dasar sebagai berikut:
a. Bunga harus diakui dengan
menggunakan metode bunga efektif
(IAS 39)
b. Royalti harus diakui atas dasar akrual
sesuai dengan syarat perjanjian yang
relevan
c. Dividen harus diakui bilamana
pemegang saham berhak menerima
pembayaran.
ekonomi sehubungan dengan
transaksi tersebut akan diperoleh
entitas; dan
(b) jumlah pendapatan dapat diukur
dengan andal.
29. Pendapatan diakui dengan dasar
sebagai berikut:
(a) bunga diakui menggunakan
metode suku bunga efektif seperti
yang dijelaskan di PSAK 55 (revisi
2006): Instrumen keuangan:
pengakuan dan pengukuran paragraf
8 dan PA 17-20;
(b) royalti diakui atas dasar akrual
sesuai dengan substansi perjanjian
yang relevan; dan
(c) dividen diakui jika hak pemegang
saham untuk menerima pembayaran
ditetapkan.
9 Pengungkapan Pengungkapan berikut harus
dilakukan :
a.Kebijakan akuntansi yang diadopsi
untuk pengakuan pendapatan (revenue)
termasuk metode yang diadopsi untuk
menentukan tahapan penyelesaian dan
transaksi yang terkait dengan
penyerahan jasa.
b. Jumlah dari setiap kategori dari
pendapatan yang signifikan yang
diakui selama periode berjalan ,
termasuk pendapatan(revenue) yang
berasal dari:
(i) penjualan barang;
(ii) penjualan jasa;
(iii) bunga;
(iv) royalti;
(v) dividen; dan
c. jumlah pendapatan yang berasal dari
pertukaran barang atau jasa termasuk di
Entitas mengungkapkan:
(a) kebijakan akuntansi yang
digunakan untuk pengakuan
pendapatan, termasuk metode yang
digunakan untuk menentukan tingkat
penyelesaian transaksi yang
melibatkan pemberian jasa;
(b) jumlah setiap kategori signifikan
dari pendapatan yang diakui selama
periode tersebut, termasuk
pendapatan yang berasal dari:
(i) penjualan barang;
(ii) penjualan jasa;
(iii) bunga;
(iv) royalti;
(v) dividen; dan
(c) jumlah pendapatan yang berasal
dari pertukaran barang atau jasa yang
tercakup dalam setiap kategori
signifikan dari pendapatan.
29
Pertemuan 11- PendapatanKelompok 9
dalam setiap kategori pendapatan yang
signifikan
(Sumber Ankarat, 2012 : 117-124) dan (PSAK 23 Edisi Revisi 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Bragg, Steven M.2010.Panduan IFRS, Edisi Revisi, Indeks, Jakarta
IAI, 2009, Standak Akuntansi Keuangan.Edisi Revisi
Suwardjono. 2005.Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.Edisi 3, BPFE:Yogyakarta
Ankarath, Nandakumar et al, 2012, Memahami IFRS: Standar Pelaporan Keuangan Internasional, Alih Bahasa: Priyo Darmawan, S.E, Ak, MBA, Indeks, Jakarta
30