file
DESCRIPTION
fileTRANSCRIPT
981
GAMBARAN TUMBUH KEMBANG DAN STATUS GIZI BALITA BAWAH GARIS MERAH
Hana Ariyani1, Acep Solihat2
Abstrak
Aspek tumbuh kembang balita merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang balita secara fisik maupun psikososial. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran tumbuh kembang dan status gizi balita Bawah Garis Merah (BGM). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh Balita BGM sebanyak 17 orang, pengambilan sampel dengan cara total sampilng. Alat pengumpulan data adalah metlin, timbangan BB dan lembar observasi Denver Development Screening Test (DDST). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan fisik Tinggi Badan (TB) balita BGM dengan frekuensi tertinggi dalam kategori normal sebanyak 11 orang (64,71%). Pertumbuhan fisik Berat Badan (BB) balita BGM dengan frekuensi tertinggi dalam kategori tidak normal sebanyak 17 orang (100%). Status gizi balita BGM dengan frekuensi tertinggi dalam kategori gizi kurang sebanyak 17 orang (100%). Perkembangan motorik kasar balita BGM dengan frekuensi tertinggi dalam kategori normal sebanyak 12 orang (70,59%). Perkembangan motorik halus balita BGM dengan frekuensi tertinggi dalam kategori normal sebanyak 10 orang (58,82%). Perkembangan bahasa balita BGM dengan frekuensi tertinggi dalam kategori normal sebanyak 9 orang (52,94%). Perkembangan personal sosial balita BGM dengan frekuensi tertinggi dalam kategori normal sebanyak 14 orang (82,35%). Kesimpulan penelitian ini bahwa sebagian besar pertumbuhan TB termasuk kategori normal dan pertumbuhan BB termasuk kategori tidak normal. Perkembangan balita BGM sebagian besar termasuk kategori normal. Status gizi balita BGM sebagian besar termasuk kategori gizi kurang. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada orang tua supaya memperhatikan pertumbuhan dan status gizi anak serta menstimulasi perkembangan anak sejak dini. Kata Kunci : Pertumbuhan, Perkembangan, Status Gizi, Balita
Abstract
Growth and development of the children under five (Balita) is explains about forming process of a balita physically as well as psychosocially.This research aimed to get the description of growth and development and nutrient status of Balita in Bawah Garis Merah (BGM).This research is a descriptive study. Population of this research is all the balita with BGM about 17 person. Sampling methode was total sampling. The data collected by metlin for the height, weigth scale for the weight, and Denver Development Screening Test (DDST) observation form.The result shows that balita’s heigth physical growth was 11 persons (64,71%) in normal category. Balita’s weigth physical growth was 17 persons (100%) in abnormal category. Balita’s nutrient status was 17 persons (100%) in lack of nutrient category. Balita’s crude motoric development was 12 persons (70,59%) in normal category. Balita’s soft motoric development was 10 persons (58,82%) in normal category. Balita’s language development was 9 persons (52,94%) in normal category. Balita’s personal social development was 14 person
1 Staf Pengajar STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya
2 Mahasiswa Program Ners STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
982
(82,35%) in normal category.Conclusion of this research that most of the balita’s heigth growth is in normal category but the weigth growth is in abnormal category. Balita’s development is in normal category. Nutrient status of the balita generally in lack of nutrient category. This research suggest that the parents of balita must concern with the balita’s growth and nutrient status and always stimulate the balita’s development. Keywords : Growth, Development, Nutrient Status dan Balita with BGM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan (Growth) adalah berkaitan dengan perubahan besar,
jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu yang diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (Supriasa 2001). Perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan (Soetjiningsih 1995).
Aspek tumbuh kembang pada balita saat ini adalah salah satu aspek
yang diperhatikan secara serius, karena merupakan aspek yang menjelaskan
mengenai proses pembentukan seseorang, balita secara fisik maupun
psikososial. Sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua
yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah.
Mereka menganggap bahwa selama balita tidak sakit, berarti balita tidak
mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Para orang tua sering kali mempunyai pemahaman bahwa pertumbuhan dan
perkembangan mempunyai pengertian yang sama (Nursalam, 2005). Aspek
tumbuh kembang pada masa balita juga merupakan suatu hal yang sangat
penting, yang sering diabaikan oleh tenaga kesehatan khususnya di lapangan.
Biasanya penanganan yang dilakukan lebih banyak difokuskan pada mengatasi
penyakitnya, sementara tumbuh kembangnya diabaikan (Nursalam, 2005).
Adapun salah satu masalah pada pertumbuhan balita yakni balita dengan
Berat Badan (BB) di Bawah Garis Merah (BGM). Menurut Departemen
Kesehatan (2005) Balita BGM adalah balita yang saat ditimbang berat badannya
berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada Kartu Menuju Sehat
(KMS). KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak
berdasarkan indeks antropometri berat atau tinggi badan menurut umur,
mencatat pemberian kapsul vitamin A serta vaksinasi. Balita dengan BGM
Gambaran Tumbuh Kembang dan Status Gizi Balita Bawah Garis Merah Hana Ariyani, Acep Soliha
983
(Bawah Garis Merah) adalah balita dengan berat badan menurut umur (BB/U)
berada dibawah garis merah pada KMS. Jika anak berada pada BGM maka
diperlukan tindakan kewaspadaan “warning” agar anak tidak mengalami
menderita gangguan pertumbuhan dan penyakit infeksi serta perhatian pada pola
asuh agar lebih ditingkatkan. Berat Badan BGM bukan menunjukkan keadaan
gizi buruk tetapi sebagai peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjut. Hasil
penelitian Rachmawati dkk (2013) menunjukkan bahwa balita dengan BGM
sebagian besar memiliki riwayat penyakit infeksi dan cenderung lebih mudah
mengalami penyakit infeksi.
Secara nasional prevalensi balita gizi buruk menurun sebanyak 0,5
persen yaitu dari 18,4 persen pada tahun 2007 menjadi 17,9 persen pada tahun
2010. Prevalensi balita pendek yang menurun sebanyak 1,2 persen yaitu dari
36,8 persen pada tahun 2007 menjadi 35,6 persen pada tahun 2010, dan
prevalensi balita kurus menurun sebanyak 0,3 persen yaitu dari 13,6 persen
pada tahun 2007 menjadi 13,3 persen pada tahun 2010 (RISKESDAS,2010).
Pada tahun 2012 terjadi penurunan prevalensi Gizi kurang pada balita dari
18,4% menjadi 15% (Depkes RI, 2012).
Jumlah balita di Kabupaten Tasikmalaya terjadi penurunan dari tahun lalu
yaitu dari 219.035 balita pada tahun 2011 menjadi sebanyak 207.473 balita pada
tahun 2012. Apabila melihat dari jumlah balita yang ditimbang untuk tahun 2009
partisipasinya kurang baik, hanya 55,60% balita pernah ditimbang. Balita yang
beratnya di bawah garis merah mengalami peningkatan yang semula tahun 2011
3,43% menjadi 4,48% untuk tahun 2012. Untuk gizi baik terjadi penurunan dari
90,12% pada tahun 2011 menjadi 89,35% menurut Depkes pada tahun 2012,
dan hal ini cukup memprihatinkan. Kenaikan angka balita dengan Berat Badan
BGM ini dirasakan karena kemampuan daya beli masyarakat golongan ekonomi
bawah yang semakin menurun, sehingga pola pikir yang mereka anut bahwa
sudah makan juga sudah bagus tanpa harus bergizi. Di sisi lain muncul juga
permasalahan akibat pengetahuan yang kurang akan pentingnya gizi hingga
ada beberapa kelompok masyarakat terutama di daerah dengan masyarakat
menengah ke bawah yang sebenarnya mempunyai daya beli bahan pangan
yang baik namun mereka lebih mendahulukan kebutuhan tersier daripada
kebutuhan primer yaitu penyediaan makanan dengan gizi yang baik .
Jumlah seluruh balita yang ada, sebanyak 207.473, tercatat hanya
130.795 balita yang ditimbang di kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2012
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
984
dengan rincian sebanyak 89,35% memiliki status gizi baik, 9,04% gizi kurang,
1,03% gizi lebih dan masih ada sisanya 0,56% dengan gizi buruk.
Kecamatan Cipatujah adalah salah satu kecamatan yang berada di
wilayah Kabupaten Tasikmalaya provinsi Jawa Barat dan merupakan daerah
kawasan pertanian yang mayoritas pekerjaanya sebagai petani dan buruh. Desa
Kertasari adalah salah satu desa yang berada di Wilayah Kecamatan Cipatujah.
Di Desa Kertasari merupakan salah satu desa yang mempunyai jumlah balita
terbanyak. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Desa Kertasari Kecamatan
Cipatujah diperoleh jumlah balita 314 anak. Dengan persentase balita yang
mempunyai tumbuh kembang baik sebanyak 67 anak (21,4%), cukup 230 anak
(73,2%), dan yang mengalami gangguan pertumbuhan (BGM) sebanyak 17 anak
(5,4%). Dari hasil observasi pada balita dengan BGM tampak bahwa balita
mengalami keterlambatan perkembangan. Berdasarkan latar belakang di atas
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Tumbuh
Kembang dan Status Gizi Balita BGM di Desa Kertasari”.
Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh gambaran karakteristik tumbuh (Berat Badan dan
Tinggi Badan) kembang (Motorik Kasar, Motorik Halus, Bahasa dan Personal
Sosial) dan status gizi balita BGM di Desa Kertasari Kecamatan Cipatujah
Kabupaten Tasikmalaya.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh balita dengan BB yang berada pada BGM pada KMS di Desa
kertasari Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya sejumlah 17 orang.
Tehnnik sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah total sampling
yaitu 17 orang. Analisa data menggunakan analisis deskriptif dengan tehnik
persentase dan distribusi frekuensi.
Instrumen Penelitian
1. Alat timbang dengan mengunakan timbangan dacin dan alat ukur tinggi
badan dengan menggunakan metlin. Untuk BB menggunakan pedoman dari
WHO tahun 2005 yakni 1 tahun: 7,7 – 12 kg, 2 tahun: 9,7 – 15,3 kg, 3 tahun:
11,3 – 18,3 kg, 4 tahun: 12,7 – 21,2 kg, 5 tahun: 14,1 – 24,2 kg. Untuk
Gambaran Tumbuh Kembang dan Status Gizi Balita Bawah Garis Merah Hana Ariyani, Acep Soliha
985
kategori Tinggi Badan (TB) menggunakan pedoman dari Depkes tahun 2004
yakni: 1 tahun: 62,5 – 78 cm, 2 tahun: 69,5 – 87 cm, 3 tahun: 77,0 – 96 cm, 4
tahun: 82,5 – 103,5 cm, 5 tahun: 87,0 – 109,0 cm
2. Menggunakan DDST, teori ini untuk mengidentifikasi dalam hal
perkembangan balita. Hal-hal yang dikaji meliputi beberapa aspek yakni:
Motorik Kasar, Motorik Halus, Bahasa dan Personal Sosial. Dengan kategori
penilaian yakni normal, suspek, dan tidak dapat diuji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Fisik TB Balita BGM
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pertumbuhan Fisik TB Pada Balita BGM
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Normal 11 64,71
2 Tidak Normal 6 35,29
Jumlah 17 100
Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa pertumbuhan fisik TB pada
balita BGM kebanyakan dalam kategori normal yaitu sebanyak 11 orang
(64,71%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan fisik TB balita BGM
kebanyakan dalam kategori normal. Menurut analisa peneliti, hal ini terjadi
karena sebagian besar dipengaruhi oleh faktor genetik dari orang tua. Rata-rata
orang tua di daerah tempat penelitian memiliki TB yang normal. Tidak ada orang
tua yang pendek atau pun sangat tinggi. Menurut Supartini (2000) pertumbuhan
adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap,
berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami
peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun spiritual,
dan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi aspek ini adalah faktor
keturunan secara genetik dari orang tua kepada anaknya. Faktor ini tidak dapat
berubah sepanjang hidup manusia, tidak hanya tinggi badan, faktor ini dapat
menentukan beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna
mata, pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan sifat dan sikap tubuh seperti
temperamen.
TB balita BGM dalam penelitian ini belum semuanya normal, karena
pertumbuhan tinggi badan dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, nutrisi dan
kesehatan anak. Hasil dari observasi peneliti terhadap balita dengan TB yang
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
986
tidak normal tampak bahwa asupan nutrisinya kurang mengandung kalsium,
misalnya tidak semua balita mengkonsumsi susu.
Pertumbuhan Fisik BB Balita BGM
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pertumbuhan Fisik BB Pada Balita BGM
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Normal 0 0,00
2 Tidak Normal 17 100,00
Jumlah 17 100
Berdasarkan Tabel 2 di atas menunjukan bahwa pertumbuhan fisik BB pada
balita BGM semua dalam kategori tidak normal yaitu sebanyak 17 orang (100%).
Hasil penelitian menunjukan bahwa pertumbuhan fisik BB balita BGM
berada pada kategori tidak normal. Data tersebut sesuai dengan KMS bahwa
dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah balita yang BBnya
berada pada BGM, karena pertumbuhan berat badan dapat dipengaruhi oleh
faktor lingkungan, nutrisi, kesehatan anak dan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari
mata pencaharian orang tua bahwa sebagian besar penduduk Desa Kertasari
kebanyakan petani. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Siswanto dkk (2012)
yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya balita dengan
BGM adalah yang pertama status ekonomi, kemudian pola asuh, frekuensi
penyakit infeksi, konsumsi energi, dan konsumsi protein.
Status Gizi Balita BGM
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Balita BGM
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Gizi Lebih 0 0,00
2 Gizi Baik 0 0,00
3 Gizi Kurang 17 100,00
4 Gizi Buruk 0 0,00
Jumlah 17 100
Tabel 3 menunjukan bahwa status gizi pada balita BGM semuanya dalam
kategori gizi kurang yaitu sebanyak 17 orang (100%).
Hasil penelitian menunjukan bahwa status gizi balita BGM paling banyak
berada dalam kategori gizi kurang. Menurut analisa peneliti bahwa data tersebut
dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, pendapatan bahkan pendidikan karena
Gambaran Tumbuh Kembang dan Status Gizi Balita Bawah Garis Merah Hana Ariyani, Acep Soliha
987
sebagian besar penduduk Desa Kertasari adalah lulusan SD. Tingkat pendidikan
yang rendah ini mempengaruhi tingkat pengetahuan dan penghasilan orang tua
balita. Dari hasil wawancara dengan sebagian orang tua balita dengan status gizi
yang kurang menunjukkan bahwa pengetahuan mereka kurang tentang asupan
gizi ideal bagi balita, sehingga mereka tidak memberikan asupan gizi sesuai
kebutuhan balita. Hal ini didukung oleh tingkat penghasilan yang rendah sebagai
buruh tani, sehingga daya belinya rendah. Menurut Santoso (1999) dalam
Almaghribi (2013) masalah gizi terjadi karena kemiskinan, indikatornya adalah
taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki
keluarga tersebut.
Penghasilan yang rendah yang dihasilkan oleh kepala keluarga di Desa
Kertasari membuat istri atau ibu balita juga terpaksa untuk ikut bekerja di luar
rumah menjadi buruh tani, sehingga balita kurang diperhatikan asupan makanan
dan tumbuh kembangnya. Menurut Markum (1994) pekerjaan adalah sesuatu
yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya.
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
Perkembangan Motorik Kasar Balita BGM
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Kasar Pada Balita BGM
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Normal 12 70,59
2 Suspek 2 11,76
3 Untestable/ Tidak dapat di uji 3 17,65
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa perkembangan motorik kasar
pada balita BGM kebanyakan berada dalam kategori normal yaitu sebanyak 12
orang (70,59%) dan kategori dengan frekuensi terendah adalah kategori suspek
yaitu sebanyak 2 orang (11,65%).
Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan motorik kasar balita
BGM kebanyakan berada pada kategori normal. Hal ini terjadi karena stimulus
yang diberikan oleh orang tua terhadap anaknya cukup baik. Pada usia ini anak
memiliki kemampuan untuk belajar yang luar biasa khususnya pada masa kanak-
kanak awal. Mengingat usia dini merupakan usia emas maka pada masa itu
perkembangan anak harus dioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
988
holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat badannya, cukup gizinya
dan dididik secara baik dan benar.
Perkembangan Motorik Halus Balita BGM
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Halus Pada Balita BGM
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Normal 10 58,82
2 Suspek 5 29,41
3 Untestable/tidak dapat diuji 2 11,76
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukan bahwa Perkembangan Motorik
Halus pada balita BGM berada dalam kategori normal yaitu sebanyak 10 orang
(58,82%) dan paling sedikit dengan kategori untestable/tidak dapat diuji yaitu
sebanyak 2 orang (11,76%) dengan alasan anak kelelahan, menangis dan sakit.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan motorik halus balita
BGM kebanyakan berada dalam kategori normal dan masih ada yang berada
dalam kategori suspek sebanyak 5 orang. Hal ini terjadi karena orang tua belum
sepenuhnya menstimulasi anaknya dalam hal perkembangan motorik halus.
Pada hakekatnya pada usia ini anak memiliki kemampuan untuk belajar yang
luar biasa khususnya pada masa kanak-kanak awal. Mengingat usia dini
merupakan usia emas maka pada masa itu perkembangan anak harus
dioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat
berkembang optimal apabila sehat badannya, cukup gizinya dan dididik secara
baik dan benar.
Menurut Hurlock (1998) bahwa perkembangan motorik adalah
perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf,
urat syaraf dan otot yang terkoordinasi.
Perkembangan Bahasa Balita BGM
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perkembangan Bahasa Pada Balita BGM
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Normal 9 52,94
2 Suspek 7 41,18
3 Untestable/Tidak dapat di uji 1 5,88
Jumlah 17 100
Gambaran Tumbuh Kembang dan Status Gizi Balita Bawah Garis Merah Hana Ariyani, Acep Soliha
989
Berdasarkan tabel 6 di atas menunjukkan bahwa perkembangan bahasa
pada balita BGM berada dalam kategori normal yaitu sebanyak 9 orang (52,94%)
dan yang paling sedikit dengan kategori untestable yaitu sebanyak 1 orang
(5,88%) dengan alasan anak menangis.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan kemampuan bahasa
balita BGM berada dalam kategori normal. Berdasarkan data tersebut di atas,
kemampuan bahasa balita BGM belum semuanya normal karena berdasarkan
hasil observasi bahwa orang tua kurang aktif untuk mengajak atau merangsang
anak dalam berbicara atau komunikasi kepada anaknya, namun pada
hakekatnya rasa ingin tahu dan bisa pada anak sudah cukup optimal oleh sebab
itu maka diharuskan untuk melatih anak dalam berkomunikasi atau mengenal
lingkungan di sekitarnya, karena lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan
bahasa anak.
Kemampuan bahasa pada balita sangat penting. Bahasa adalah
simbolisasi dari sesuatu idea atau suatu pemikiran yang ingin dikomunikasikan
oleh pengirim pesan dan diterima oleh penerima pesan melalui kode-kode
tertentu baik secara verbal maupun nonverbal. Bahasa digunakan anak dalam
berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk
bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara
yang mengacu pada simbol verbal (Giel, 2010).
Piaget (1954) mengatakan bahwa individu merupakan satu hal yang tidak
bisa dipisahkan pada perkembangan bahasa anak. Para ahli kognitif juga
menegaskan bahwa kemampuan anak berbahasa tergantung pada kematangan
kognitifnya (Potter dan Perry, 2005).
Perkembangan Personal Sosial Balita BGM
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Perkembangan Pesonal Sosial Pada Balita BGM
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Normal 14 82,35
2 Suspek 2 11,76
3 Untestable/Tidak dapat diuji 1 5,88
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel 7 di atas menunjukkan bahwa perkembangan personal
sosial pada balita BGM kebanyakan dalam kategori normal yaitu sebanyak 14
orang (82,35%) dan kategori untestabel/tidak dapat diuji yaitu sebanyak 2 orang
(11,76%) dengan alasan anak kelelahan dan sakit.
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
990
Hasil penelitian menunjukan bahwa perkembangan personal sosial balita
BGM berada dalam kategori normal. Berdasarkan data tersebut di atas,
perkembangan personal sosial balita BGM belum semuanya normal, masih ada
anak yang perkembangan personalnya masih suspek karena menurut hasil
observasi bahwa anak tampak kurang diberi kepercayaan atau kebebasan oleh
orang tua-nya untuk mandiri.
Menurut Sacharin (1996) Perkembangan personal sosial dimulai pada
awal kehidupan bayi. Tersenyum dapat dianggap sebagai respon sosial.
Pertama kali senyum timbul sebagai respon terhadap orang asing juga terhadap
wajah yang dikenal. Peningkatan pertukaran sosial terjadi secara cepat ketika
anak mulai bicara (dalam Almaghribi, 2013). Umur 6 bulan senyuman menjadi
lebih sedikit terutama terhadap ibu, ayah dan saudara kandung. Anak akan malu
terhadap orang asing antara usia 2-3 tahun. Anak menunjukkan minat yang
nyata untuk melihat anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial (Hurlock,
1998). Peran orang tua adalah memberi stimulasi dengan mengajarkan cara
beradaptasi dengan lingkungan. Hambatan perkembangan sosial membuat anak
mengalami kecemasan, sulit berinteraksi dengan orang lain yang baru dikenal,
bisa juga jadi pemalu (Almaghribi, 2013).
Menurut Morgan (1996) Perkembangan personal sosial anak adalah
suatu proses perubahan yang berlangsung secara terus menerus menuju
kedewasaan anak yang merupakan manusia yang tumbuh dan berkembang
yang akan hidup di tengah-tengah masyarakat. Masa anak-anak merupakan
awal kehidupan sosial yang berpengaruh bagi anak dengan ciri perkembangan
yaitu belajar mengenal dan menyukai orang lain melalui aktifitas sosial (dalam
Potter dan Perry, 2005). Apabila pada masa pre school ini anak mampu
melakukan hubungan sosial ini dengan baik maka akan memudahkan bagi anak
dalam melakukan penyesuaian sosial dengan baik dan anak akan mudah
diterima sebagai anggota kelompok sosial di tempat mereka mengembangkan
diri (Hurlock, 1998 ).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Pertumbuhan fisik TB Balita BGM paling banyak Kategori normal yaitu
sebanyak 11 orang (64,59%).
Gambaran Tumbuh Kembang dan Status Gizi Balita Bawah Garis Merah Hana Ariyani, Acep Soliha
991
2. Pertumbuhan fisik BB Balita BGM paling banyak adalah kategori tidak normal
yaitu sebanyak 17 orang (100%).
3. Status gizi Balita BGM paling banyak adalah kategori gizi kurang yaitu
sebanyak 17 orang (100 %).
4. Perkembangan Motorik Kasar Balita BGM paling banyak adalah kategori
normal yaitu sebanyak 12 orang (70,59%).
5. Perkembangan Motorik Halus Balita BGM paling banyak adalah kategori
normal yaitu sebanyak 10 orang (58,82 %).
6. Perkembangan Bahasa Balita BGM paling banyak adalah kategori normal
yaitu sebanyak 9 orang (52,94%).
7. Perkembangan personal sosial Balita BGM paling banyak adalah kategori
normal yaitu sebanyak 14 orang (82,35%).
Saran
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada orang tua supaya memperhatikan
pertumbuhan dan status gizi anak serta menstimulasi perkembangan anak sejak
dini.
DAFTAR PUSTAKA
Al-maghribi 2013. Perkembangan Tumbuh Kembang Bayi Dan Balita. Diakses pada Tanggal 07 April 2013. Dari: http://www.al-maghribicendekia.com/2013/01/perkembangan-tumbuh-kembang-bayi-usia-0.html
DEPKES. 2012. Kartu Menuju Sehat model baru diluncurkan. Diakses pada 5
Maret 2013. Dari: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/463-kartu.
DEPKES. 2005. Pengertian Balita Bawah Garis Merah. Jakarta. Departemen
Kesehatan Indonesia. Giel. 2010. Makalah Perkembangan Bahasa Anak. Diakses pada 1 Juli 2013.
Dari: http://edichugiel.blogspot.com/2010/01/makalah-perkembangan-bahasa-anak.html
Hurlock, Elizabeth. 1998. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta. Erlangga Markum A.H. 1994. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Nursalam, 2005. Aspek Tumbuh Kembang Pada Balita. Jakarta. EGC. Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta. EGC
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
992
Rachmawati, U., Setyaningsih, P., Chabibah, N. 2013. Karakteristik Balita
Dengan Berat Badan Di Bawah Garis Merah (Bgm) Di Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan. STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Skripsi. Diakses Tanggal 1 Juli 2013. Dari: http://www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=show_detail&id=493
RISKESDAS, 2010. Prevalensi Balita Gizi Buruk. Jakarta. Siswanto, Fajar, Alfima. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
bawah Garis merah pada balita. Universitas Brawijaya Malang. Skripsi. Diakses Tanggal 1 Juli 2013. Dari: http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kebidanan/MAJALAH%20ALFIMA%20RAHASTI.pdf
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC. Supartini, Yupi. 2000. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta.
EGC. Supriasa, 2001. Pengertian Pertumbuhan. Jakarta: EGC