fiksasi lag screw dari fraktur mandibula anterior
DESCRIPTION
seminarTRANSCRIPT
Fiksasi Lag Screw dari Fraktur Mandibula Anterior: Teknik Akses Minimal Baru
Abstrak
Objektif Tujuan dari studi ini untuk mengenalkan teknik akses minimal untuk penanganan
fraktur mandibula dengan beberapa keuntungan dibandingkan metode konvensional.
Metode Empat kasus dari fraktur mandibula anterior yang tidak berpindah dipilih. Tension
band diperoleh dengan fiksasi arch bar untuk mandibula atau penempatan kawat interdental
diikuti dengan fiksasi intermaksila. Dengan 1 cm insisi vertikal ditempatkan berdekatan
dengan garis fraktur. Segmen fraktur diimobilisasi dengan lag screw dengan pemotongan
minimal. Semua pasien dikontrol selama 6 bulan.
Hasil Keseluruhan dari keempat kasus menunjukkan segmen dengan kestabilan yang baik
setelah 6 bulan follow up pasca operasi. OPG memperlihatkan penempatan yang baik dari lag
screw dan tidak ada komplikasi bedah, seperti parastesi, jaringan parut dan edema.
Kesimpulan Fiksasi fraktur mandibula anterior menggunakan teknik ini dapat memberikan
kestabilan yang baik dan tekanan yang sesuai. Tekniknya sederhana dan mudah dilakukan,
mengurangi waktu pembedahan, mengurangi resiko infeksi disebabkan oleh paparan yang
sedikit, dan mendukung proses penyembuhan dengan menghasilkan tekanan pada garis
fraktur.
Kata kunci Fraktur mandibula anterior. Lag screw. Teknik akses minimal
Pendahuluan
Fraktur dari fraktur mandibula anterior dapat ditangani oleh berbagai teknik dengan
mengikuti prinsip-prinsip dari reduksi terbuka dan fiksasi internal dengan tiap pelat dan
sekrup atau lag screw. Osteosintesis lag screw dari fraktur mandibula merupakan metode
yang sensitif, lancar, dapat diprediksi dan relatif murah untuk fiksasi internal dari fraktur
yang ditunjukkan. Modifikasi dari metode tradisional dari fiksasi lag screw diusulkan setelah
prinsip bedah akses minimal, dengan berbagai keuntungan yang potensial termasuk waktu
yang lebih singkat, lebih ekonomis, penurunan morbiditas dan perbaikan dini dalam
rehabilitasi fungsi karena sedikitnya prosedur yang menyebabkan trauma.
Indikasi, Kontraindikasi dan Penilaian Preoperasi
Teknik ini diindikasikan untuk berbagai garis fraktur yang menguntungkan dari
mandibula anterior, termasuk fraktur sagital dengan bukal split dan pelat kortikal lingual dari
mandibula, fraktur berorientasi secara vertikal dan fraktur oblique pendek dengan akses yang
mencukupi sepanjang kurva mandibula anterior untuk penempatan sekrup. Kontraindikasi
meliputi pola fraktur yang tidak menguntungkan (patahan oblique panjang, bidang mandibula
yang datar), dukungan gigi yang buruk untuk tension band, ketidakmampuan untuk
menentukan pola fraktur pre-operasi dan operator yang kurang berpengalaman.
Pengalaman klinis menunjukkan bahwa daerah fraktur terisi dengan bekuan darah dan
jaringan lunak selama 24 jam setelah cedera. Debris pada interfragmen mengganggu reduksi
anatomis pada segmen fraktur tulang. Paparan yang luas dari daerah fraktur memungkinkan
ahli bedah untuk memfasilitasi reduksi anatomis dengan mengganggu segmen fraktur dan
mengotori daerah fraktur. Hal ini tidak mungkin dengan teknik yang dijelaskan di atas, oleh
karena itu, dengan intervensi bedah lebih awal (<48 jam) yang mungkin dilakukan, akan
memberikan sebuah keuntungan dalam memperoleh reduksi yang memuaskan. Parameter
penting termasuk lokasi fraktur, tingkat patahan, kondisi oklusi gigi dan waktu perbaikan.
Interpretasi radiografik yang akurat dari pola fraktur sangat penting dan mungkin diperoleh
dengan sebuah orthopantomograph atau occlusal mandibular view. Daerah dari foramen
mentale dan tersedianya ruangan diantara apeks gigi dan batas terbawah dari mandibula harus
dianalisis.
Teknik
Aplikasi dari teknik ini bergantung pada prinsip tension band. Tension band dapat
diperoleh dari fiksasi arch bar untuk mandibula, penempatan kawat interdental dan
ketahanan dari hubungan intercusp gigi setelah fiksasi intermaksila. Penggantian secara
minimal kasus fraktur symphysis mandibula dipilih (Gambar 1) dan oklusi sebelum cacat
dibuat kembali dengan fiksasi intermaksila. Satu cm insisi panjang dibuat pada lokasi yang
diduga sebelumnya (Gambar 2). Jumlah minimal dari stripping periosteal dilakukan untuk
mengebor korteks.
Gambar 1. Fraktur symphisis mandibula dengan pergeseran minimal
Gambar 2. Arch bar ditempatkan sebagai tension band dan diperoleh fiksasi intermaksila. 1 cm insisi vertikal ditempatkan berdekatan dengan garis fraktur.
Pengeboran korteks adalah langkah yang paling penting pada teknik ini. Dua faktor
harus diambil sebagai pertimbangan, yaitu titik dan angulasi dari bor. Titik bor harus sama
jauh dari garis fraktur sehingga bagian berurutan dari sekrup berikatan dengan fragmen lain
dan menghasilkan fiksasi dari fraktur. Angulasi dan kedalaman harus sedemikian rupa,
dengan demikian bor tidak memutus korteks lingual melebihi batasnya.
Sebuah gliding hole dibuat dan pengeboran hanya dilakukan 2 mm di bawah apeks
gigi anterior (Gambar 3), 20 mm lag screw ditempatkan (Gambar 4), saat menempatkan lag
screw, digital pressure diaplikasikan sebagai alat penghitung. Pengeboran kedua dibuat, di
atas batas lebih rendah dari mandibula dan lag screw ditempatkan dengan panjang yang
sama. Sekrup tunggal cukup untuk fiksasi walaupun sekrup kedua dapat juga ditempatkan
dengan sedikit ekstensi dari insisi pada kasus tertentu.
Gambar 3. Gliding hole sedang dibuat dan pengeboran sedang dalam penyelesaian
Gambar 4. Insersi lag screw
Fiksasi intermaksila dilepaskan dari mandibula dan oklusinya diperiksa. Insisi ditutup
dengan jahitan absorable. Pasca operasi orthopantomograph dan radiograf oklusal mandibula
dilakukan untuk mengkonfirmasi posisi dari lag screw (Gambar 5). Teknik ini dilakukan pada
lebih dari 3 kasus (Gambar 6,7,8). Pada follow up pasca operasi, tidak ada pasien yang
mengeluhkan terjadinya maloklusi dan gangguan sensori, dan terdapat jaringan parut
miinimal pada intraoral.
Gambar 5. OPG pasca operasi (kiri) dan gambaran oklusal (kanan) menunjukkan posisi dari lag screw
Gambar 6. Kasus 2. OPG memperlihatkan fraktur parasimfisis kanan dari mandibula (gambar atas) dan OPG 1 bulan post operasi (gambar bawah)
Gambar 7. Kasus 3. OPG memperlihatkan fraktur parasimfisis kanan mandibula (gambar atas) dan OPG 6 bulan post operasi (gambar bawah)
Gambar 8. Kasus 4. OPG memperlihatkan fraktur parasimfisis kanan mandibula (gambar atas) dan OPG 6 bulan post operasi (gambar bawah)
Komplikasi dari teknik ini meliputi kerusakan bor, maloklusi dan putusnya korteks
lingual. Hanya satu komplikasi yang terjadi pada kasus kedua, dimana dua lag screw
digunakan sebagai fiksasi. Lag screw bagian bawah memutus korteks lingual yang
disebabkan oleh angulasi yang salah selama pengeboran (gambar 9). Lag screw dilepaskan
dan dialihkan kembali dengan angulasi yang sesuai dan ditempatkan lagi ke daerah
pengeboran yang baru. Posisi dari sekrup dilihat dengan menggunakan radiografi oklusal
mandibula.
Gambar 9. Radiograf oklusal menunjukkan pemutusan korteks lingual (kiri) dan lag screw dilepaskan dan dialihkan ke posisi yang benar (kanan)
Diskusi
Perkembangan dari sistem yang berbeda untuk fiksasi internal dari trauma fasial dan
aplikasinya di dalam perawatan fraktur mandibula memiliki perubahan yang berarti pada
kriteria untuk imobilisasi pasca bedah. Hal ini juga memungkinkan pengembalian fungsi
yang lebih cepat, dengan hasil yaitu, pada pasien dapat lebih cepat kembali ke kehidupannya
semula.
Terdapat sistem yang berbeda dari fiksasi internal mandibula, setiap sistem tersebut
berdasarkan pada prinsip spesifik yang mencerminkan satu filosofi dari perawatan. Sistem 2
mm dari minipelat berasal dari tindakan Champy et al. A0 (Arbeitsgemeinschaft fur
Osteosythesefragen) didasarkan dari pendekatan berlawanan secara diametris pada
perawatan. Pilihan lain pada pelat dan sistem sekrup adalah osteosythesis dengan hanya
menggunakan lag screw. Hal ini ditunjukkan bahwa fraktur mandibula pada kedua regio,
anterior dan angulus dapat berhasil menggunakan sekrup logam. Ellis dan Ghali menemukan
fiksasi lag screw dari fraktur mandibula anterior menjadi sangat sederhana dan berhasil
membuat segmen tulang mengencang dengan keras. Dengan osteosintesis lag screw, sekrup
meluncur dengan bebas melalui korteks dekat fragmen dan mengikat korteks dari fragmen
yang jauh dengan benangnya. Saat terikat, lag screw menarik fragmen bersama dan menekan
permukaannya. Penekanan difasilitasi dengan countersinking korteks eksternal dari kepala
sekrup. Setiap dari prosedur ini memiliki pro dan kontranya masing-masing, dan terdapat
orang yang mendukung untuk potensi yang hampir tak terbatas untuk masing-masing tetapi
dengan hasil yang kontradiktif.
Namun, teknik ini membutuhkan insisi degloving yang luas pada mandibula anterior
dan mengambil subperiosteal dari jaringan untuk memfasilitasi penempatan implant yang
dapat mengakibatkan berbagai sequelae pasca operasi, misalnya meningkatkan resiko
kehilangan darah karena insisi yang luas, disfungsi otot bibir bawah, kesulitan dengan nutrisi
dan oral hygiene, devaskularisasi dari segmen tulang, cedera pada saraf mental dan
pembengkakan pasca operasi.
Perkembangan dari akses minimal dan perbaikan endoskopi dari fraktur fasial adalah
baru, dan mengembangkan teknik yang menyediakan potensi untuk mengurangi morbiditas
pasien dan waktu operasi, yang sama baik dengan kecepatan penyembuhan pasien. Aplikasi
saat ini termasuk pengaturan orbital blow-out, sinus frontal, arkus zigomatikus dan fraktur
subkondilar. Perlu ditekankan bahwa endoskopi menambah bukan menggantikan, prinsip uji
waktu dari paparan skeletal yang memadai, reduksi fraktur yang akurat dan fiksasi internal
yang sesuai. Penelitian besar mengenai perbaikan fraktur secara endoskopik ada, tetapi sangat
sedikit. Literatur saat ini, menyarankan bahwa, bila dibandingkan dengan pendekatan
terbuka, insisi endoskopik yang lebih kecil mengakibatkan morbiditas pasien berkurang
dengan hasil serupa. Artikel ini menunjukkan teknik yang menggabungkan bedah akses
minimal dengan manfaat reduksi terbuka dan fiksasi internal pada fraktur mandibula.
Teknik akses minimal yang serupa telah dijelaskan pada literatur oleh Forest dan
Christopher pada tahun 1999. Pada tekniknya, mereka menggunakan dua insisi yang sama
jauh dari garis fraktur pada mandibula anterior untuk memfasilitasi tekanan dari fragmen
tulang menggunakan towel clip (klip handuk) saat penempatan sekrup menggunakan insisi
tunggal untuk tekniknya, mempertahankan dua hal (a) teknik ini diindikasikan pada fraktur
linear yang tidak berpindah dimana terdapat sedikit kesempatan dari segmen yang melebar.
(b) Aplikasi yang sesuai dari arch bar atau interdental wiring sebagai tension band dan
ketahanan dari hubungan intercusp dari gigi setelah fiksasi intermaksila meniadakan aplikasi
dari kompresi segmen tulang. Jika dibutuhkan, kita dapat mengaplikasikan digital pressure
selama pemindahan sekrup. Pada kenyataan, teknik ini merupakan modifikasi dari teknik
Forest dengan insisi tunggal untuk mendapatkan lebih banyak manfaat.
Insisi tunggal yang kecil pada teknik kami mempunyai keuntungan yang potensial
melebihi metode tradisional yang meliputi jaringan parut dan pembengkakan pasca operasi
yang lebih sedikit, peningkatan kebersihan gigi, penyembuhan yang lebih cepat, penurunan
kesempatan untuk cedera saraf, pemeliharaan aliran darah dari fragmen tulang, jumlah yang
lebih sedikit dari bahan implant dan pengurangan waktu operasi,
Komplikasi teknis dengan teknik ini adalah pecahnya mata bur dan putusnya korteks
lingual. Pecahnya mata bur biasanya terjadi karena pengeboran yang kuat dan penggantian
angulasi pada korteks. Putusnya korteks lingual terjadi karena pengeboran berlebih dari
korteks dan arah yang salah. Kami mengalami pemutusan korteks lingual pada kasus yang
kedua. Hal ini ditunjukkan dari radiografi oklusal, yang sangat berguna pada teknik kami.
Gambaran okolusal pasca operasi menunjukkan letak yang akurat dari lag screw. Lag screw
dilepaskan, dan pengeboran diulang dengan kedalaman yang diperhitungkan dan orientasi
yang sesuai dan pemindahan dari lag screw. Teknik ini bergantung pada diagnosis yang tepat
dan penilaian dari pola fraktur untuk mencapai pilihan dari teknik fiksasi. Visualisasi
radiologis yang tidak memadai dan penilaian yang tidak akurat tentang sifat fraktur dapat
menyebabkan fiksasi di bawah optimal, perpindahan dan maloklusi pasca operasi.
Kesimpulan
Fiksasi dari fraktur anterior mandibula menggunakan teknik ini dapat menghasilkan
kestabilan yang baik dan tekanan yang sesuai. Tekniknya sederhana dan mudah untuk
dilakukan, mengurangi waktu bedah, mengurangi resiko infeksi karena paparannya sedikit
dan mendukung proses penyembuhan dengan menghasilkan tegangan pada garis fraktur.
Pemilihan kasus dan instrumentasi yang hati-hati adalah faktor utama yang dipertimbangkan.
Diharapkan bahwa teknik ini akan meurunkan morbiditas yang dihubungkan dengan metode
tradisional tetapi dengan waktu yang sama memelihara standar perawatan yang terkait
dengan teknik fiksasi internal