fiko

Upload: muhammad-rezzafiqrullah-r

Post on 04-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 FIKO

    1/16

    BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI PERAIRAN TAMBAK DAN PANTAI

    Oleh :

    Nama : Muh.Rezzafiqrullah RNIM : B1J010231Rombongan : IIKelompok : 6Asisten : Alkaf Ibrahim Aji

    LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONALUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS BIOLOGI

    PURWOKERTO2012

  • 7/30/2019 FIKO

    2/16

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, dan

    memiliki potensi besar sebagai penghasil rumput laut. Potensi rumput laut Indonesia

    diperkirakan sebesar 148.850 ton basah/tahun dengan potensi rumput laut

    Gracilaria sp sebesar 23.3000 ton/tahun dan Gelidium sp. 4.500 ton/tahun . Ekspor

    rumput laut Indonesia sebagian besar masih dalam bentuk rumput laut kering. Untuk

    memenuhi kebutuhan agarosa dalam negeri, Indonesia masih tergantung dari impor,

    karena agar yang memenuhi persyaratan kemurnian sebagai agarosa masih belum

    dapat dihasilkan dalam negeri. Dengan mengisolasi agarosa dari agar memungkinkan

    penggunaan yang lebih luas dan sekaligus dapat meningkatkan nilai jual produk

    tersebut. Keberhasilan isolasi agarosa dalam negeri dapat mengurangi

    ketergantungan impor dan sekaligus meningkatkan nilai ekspor agar (Wimbaningrum

    ,2010)

    Menurut Akio (1971) menambahkan bahwa perairan Indonesia yang

    merupakan 70% dari wilayah nusantara dengan 13.667 pulau memiliki potensi

    rumput laut yang cukup besar. Penduduk daerah pantai dan kepulauan di Indonesia

    sudah sejak lama memanfaatkan rumput laut untuk kebutuhan hidup sehari-hari

    dalam berbagai bentuk, misalnya dimakan mentah sebagai lalap, dibuat sayur, diacar,

    dibuat kue, panganan dan manisan, bahkan juga untuk obat-obatan.

    Indonesia memiliki kekayaan berbagai jenis rumput laut, ekspedisi Sibolga

    pada tahun 1928-1929 melaporkan ada 555 jenis rumput laut. Dari jenis-jenis

    tersebut yang mempunyai nilai ekonomis sebagai komoditi perdagangan adalah

    kelompok penghasil agar-agar ( Gracilaria, Gelidium, Gelidiela dan Gelidiopsis ).

    Sedangkan kelompok penghasil karaginan adalah Eucheuma dan Hynea . Rumput

    laut marga Gracilaria dan Eucheuma mempunyai potensi untuk dibudidayakan

    (Handayani, 2006).

    B. Tujuan

    Tujuan praktikum budidaya rumput laut di perairan tambak dan pantai

  • 7/30/2019 FIKO

    3/16

    adalah mengetahui budidaya rumput laut dengan metode dan sistim yang berbeda di

    perairan tambak dan laut atau pantai.

    C. Tinjauan Pustaka

    Rumput laut dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian dari tanaman

    laut. Rumput laut dimanfaatkan sebagai bahan mentah, seperti agar agar, karaginan

    dan algin. Pada produk makanan, karaginan berfungsi sebagai stabilator (pengatur

    keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel, pengemulsi. Rumput

    laut telah lama digunakan sebagai makanan maupun obat-obatan di negeri Jepang,Cina, Eropa maupun Amerika. Diantaranya sebagai nori, kombu, puding atau dalam

    bentuk hidangan lainnya seperti sop, saus dan dalam bentuk mentah sebagai sayuran.

    Adapun pemanfaatan rumput laut sebagai makanan karena mempunyai gizi yang

    cukup tinggi yang sebagian besar terletak pada karbohidrat di samping lemak dan

    protein yang terdapat di dalamnya (Yasita dan Intan, 2008).

    Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber

    pendapatan bagi masyarakat pesisir. Selain dapat digunakan langsung sebagai bahan

    makanan, beberapa hasil olahan rumput laut seperti agar-agar, carrageenan dan

    alginat merupakan senyawa yang cukup penting dalam industri. Indonesia di

    samping mengekspor rumput laut juga mengimpor hasil-hasil olahannya yang dari

    tahun ke tahun semakin meningkat jumlahnya. Sampai saat ini industri pengolahan di

    Indonesia yaitu agar-agar masih secara tradisional dan semi industri, sedangkan

    untuk carrageenan dan alganit belum diolah di dalam negeri.Guna meningkatkan

    nilai tambah dari rumput laut dan mengurangi impor akan hasil-hasil olahannya,

    pengolahan di dalam negeri perlu dikembangkan. Disini diuraikan beberapa proses

    pengolahan rumput laut serta manfaat dari hasil-hasil olahannya (Istini et al,1985).

    Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah

    rumput laut atau dikenal dengan sebutan lain ganggang laut, seaweed atau atau agar-

    agar. Hasil proses ekstraksi rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan

    makanan atau sebagai bahan tambahan untuk industri makanan, farmasi, kosmetik,

    tekstil, kertas, cat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula sebagai pupuk hijau dan

    komponen pakan ternak maupun ikan. Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil

  • 7/30/2019 FIKO

    4/16

    olahan rumput laut dalam berbagai industri, Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa

    pasar dalam negeri cukup penting karena selama ini industri pengolahan rumput laut

    sering mengeluh kekurangan bahan baku. Melihat peluang tersebut, pengembangan

    komoditas rumput laut memiliki prospek yang cerah karena memiliki nilai ekonomis

    yang penting dalam menunjang pembangunan perikanan baik kaitannya dengan

    peningkatan ekspor non migas, penyediaan bahan baku industri dalam negeri,

    peningkatan konsumsi dalam negeri maupun meningkatkan pendapatan

    petani/nelayan serta memperluas lapangan kerja (Yasita dan Intan,2008).

    Rumput laut merupakan ganggang yang hidup di laut dan tergolong dalam

    divisio thallophyta. Keseluruhan dari tanaman ini merupakan batang yang dikenal

    dengan sebutan thallus, bentuk thallus rumput laut ada bermacam-macam ada yang

    bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, rambut dan lain

    sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau

    banyak sel (multiseluler). Percabangan thallus ada yang thallus dichotomus (duadua

    terus menerus), pinate (dua-dua berlawanan sepanjang thallus utama), pectinate

    (berderet searah pada satu sisi thallus utama) dan ada juga yang sederhana tidak

    bercabang. Sifat substansi thallus juga beraneka ragam ada yang lunak seperti gelatin

    (gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous}, lunak bagaikan

    tulang rawan (cartilagenous), berserabut (spongeous) dan sebagainya (Soegiarto et

    al, 1978).

  • 7/30/2019 FIKO

    5/16

    II. MATERI DAN METODE

    A. Materi

    Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Bambu, Tali ris,

    Jangkar, Termometer, Tali rafia, Jaring, Pisau, Botol CD bekas, gunting, penggaris

    dan salinometer.

    Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Rumput laut

    Gracillaria verrucosa.

    B. Metode

    1. Alat dan bahan disiapkan setelah itu dibuat jaring rakit.

    2. Rumput laut Gracillaria verrucosa ditimbang sebanyak 75 gram.

    3. Rumput laut diikat menggunakan tali rafia sebanyak 25 ikat.

    4. Botol plastik diikatkan pada rakit bambu.

    5. Rumput laut disiram dengan air laut agar selalu basah

    6. Rakit bambu dihanyutkan hingga tenggelam.

  • 7/30/2019 FIKO

    6/16

    III.HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    1. Sistem jaring rakit

    Berdasarkan hasil budidaya rumput laut dari kelompok 7 yaitu menggunakan

    sistem jaring rakit. Jaring rakit dapat diletakkan secara vertikal dan horizontal, guna

    memanfaatkan lahan perairan yang ada dan baik diterapkan pada perairan yang ada

    dan baik untuk diterapkan pada perairan yang mempunyai gelombang atau arus yang

    besar. Bibit yang ditanam disesuaikan dengan luas atau besar kevilnya jaring rakit,

    dalam pembuatan sistim ini dan cara pemanenan rumput laut yang ditanam

    mendapatkan sinar matahari yang sama sehingga produksinya akan lebih tinggi.

  • 7/30/2019 FIKO

    7/16

    B. Pembahasan

    Klasifikasi Gracilaria menurut Lobban dan Horisson (1994) yaitu:

    Divisi : Rhodophyta

    Kelas : Rhodophyceae

    Ordo : Gigartinales

    Famili : Gracilariaceae

    Genus : Glacilaria

    Spesies : Glacilaria verrucosa

    Gracilaria merupakan rumput laut yang termasuk dalam kelas alga merah

    ( Rhodophycea) . Gracilaria sp. menghasilkan metabolit primer senyawa hidrokoloid

    yang disebut agar. Ciri umum dari Gracilaria sp. adalah mempunyai bentuk thallus

    silindris atau gepeng dengan percabangan mulai dari yang sederhana sampai pada

    yang rumit dan rimbun, di atas percabangan umumnya bentuk thalli (kerangka tubuh

    tanaman) agak mengecil, permukaannya halus atau berbintil-bintil, diameter thallus

    berkisar antara 0,5 2 mm. Panjang dapat mencapai 30 cm atau lebih dan Glacilaria

    tumbuh di rataan terumbu karang dengan air jernih dan arus cukup dengan salinitas

    ideal berkisar 20-28 per mil (Aslan, 1991).

    Perkembangbiakan rumput laut pada dasarnya ada dua macam, yaitu secara

    kawin (generatif) antara gamet jantan dengan gamet betina dan secara tidak kawin

    dengan cara vegetatif, konjugatif dan spora.

    Gambar 1. Diagram Daur Hidup Gracilaria verrucosa

    Gracilaria verrucosa dicirikan dengan bentuk thallus silndris, licin, berwarna

    kuning-coklat atau kuning-hijau. Percabangan berselang-seling tidak beraturan,kadang berulang-ulang memusat pada bagian pangkal. Cabang-cabang lateral

  • 7/30/2019 FIKO

    8/16

    memanjang menyerupai rumput, dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter thallus

    sekitar 0,5-15 mm (Soegiarto et.,al , 1978).

    Menurut Chapman (1970) beberapa syarat tambak untuk pembudidayaan

    rumput laut Gracillaria verrucosa , adalah:

    1. Lokasi harus terlindung dari terpaanangin dan gelombang angin yang besar untuk

    menghindari kerusakan fisik rumput laut.

    2. Dasar perairan yang baik bagi pertumbuhan rumput laut adalah potongan karang

    mati dicampur dengan pasir karang.

    3. Kedalaman berkisar antara 3-0-50 cm pada surut terendah, agar tidak mengalami

    kekeringan karena sinar karena terkena sinar matahari secara langsung.

    4. Salinitas perairan berkisar antara 28 34 ppt dengan nilai optimum 32 ppt.

    5. Suhu perairan berkisar antara 27 30 oC.

    6. Kecerahan dengan angka tranparansi berkisar antara 1,5 m.

    7. Kisaran pH antara 6 9 . Nilai optimal diharapkan pada kisaran 7,5 8,0.

    8. Kecepatan arus yang dianggap baik berkisar 20 40 cm/detik

    9. Mudah dijangkau dengan sarana dan prasarana tranportasi.

    Metode budidaya yang akan dilakukan sangat berpengaruh terhadap

    pertumbuhan rumput laut itu sendiri. Sampai saat ini telah dikembangkan lima

    metode budidaya rumput laut berdasarkan pada posisi tanaman terhadap dasar

    perairan. Metoda-metoda tersebut meliputi : metoda lepas dasar, metoda rakit apung,

    metode long line dan metode jalur serta metode keranjang (kantung) (Atmadja, et.al. ,

    1996).

    Menurut Taib (1987) Metode budidaya rumput laut berdasarkan posisi

    tanaman terhadap dasar perairan, dikenal tiga cara :

    1. Metode Dasar ( Bottom Method)

    Keuntungan : Biaya yang dibutuhkan tidak terlalu besar karena tida menggunakan media

    buatan.

    Penanaman benih dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan tidak

    membutuhkan banyak waktu.

    Sangat cocok untuk digunakan pada perairan yang dasarnya keras.

    Kekurangan :

    Tingkat produksinya rendah.

  • 7/30/2019 FIKO

    9/16

    Banyak benih yang hilang karena terbawa oleh arus air atau ombak Metode ini tidak baik untuk perairan yang berdasar pasir (lunak).

    2. Metode Lepas Dasar ( Off Bottom Method)

    Keuntungan :

    Dapat diterapkan pada perairan yang mempunyai dasar berpasir, berlumpur

    atau lumpur berpasir.

    Mudah untuk melakukan penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan rumput

    laut.

    Tanaman relatif terhindar dari serangan bulu babi.

    Kekurangan :

    Material yang digunakan lebih banyak, sehingga biaya pembuatanya lebih

    mahal.

    Pembuatan alat atau jaring beserta konstruksinya lebih lama/ memakan waktu.

    3. Metode Apung ( Floating Method)

    Keuntungan :

    Untuk menghindari hanyutnya rakit, dapat dipergunakan jangkar atau tiang

    bambu, sehingga metode ini dapat dilakukan pada semua perairan.

    Tanaman relatif terhindar dari serangan hama bulu babi. Produksi lebih tinggi dari pada metode yang lain Pertumbuhan rumput laut menjadi lebih baik karena proses fotosintesis dapat

    berlangsung dengan baik, sehingga produksinya akan lebih tinggi bila

    dibandingkan dengan metode sebelumnya.

    Kekurangan :

    Perlu biaya lebih besar dalam pembuatan jaring maupun konstruksinya. Jumlah material/ nilon yang diperlukan lebih banyak. Waktu pembuatan konstruksi maupun penanaman lebih lama

    Menurut Sze (1993). rumput laut tumbuh paling baik adalah dengan

    menggunakan metode apung bila dibandingkan dengan metode dasar dan lepas dasar.

    Hal ini berkaitan derngan kedalaman dan irradiasi cahaya karena penetrasi cahaya

    akan berbeda dipermukaan dan didasar perairan yang mempengaruhi fotosintesis.

    Praktikum rumput laut kali ini menggunakan sistem jaring rakit. Jaring rakit

    dapat diletakkan secara vertikal dan horizontal, guna memanfaatkan lahan perairan

    yang ada dan baik diterapkan pada perairan yang ada dan baik untuk diterapkan pada

  • 7/30/2019 FIKO

    10/16

    perairan yang mempunyai gelombang atau arus yang besar. Bibit yang ditanam

    disesuaikan dengan luas atau besar kevilnya jaring rakit, dalam pembuatan sistim ini

    dan cara pemanenan rumput laut yang ditanam mendapatkan sinar matahari yang

    sama sehingga produksinya akan lebih tinggi. Menurut Indriani (1994) Faktor-faktor

    yang mempengaruhi budidaya rumput laut yaitu, Suhu, Kecerahan, Arus, Salinitas

    dan Nutrisi.

    Syarat-syarat ekologis untuk pertumbuhan rumput laut meliputi dua karakteristik

    yaitu karakteristik fisika-kimia dan karakteristik biologis :

    1. Salinitas

    Salinitas untuk pertumbuhan rumput laut berkisar antara 30 35 permil atau

    bisa lebih, bergantung pada jenis rumput lautnya. Misalnya Gracylaria verrucosa

    kebanyakan infertil pada daerah yang bersalinitas tinggi (30 35 permil). Gracilaria

    yang berasal dari Atlantik dan Pasifik timur dapat tumbuh pada salinitas dengan

    kisaran 15 38 permil, dan mengalami pertumbuhan maksimum pada salinitias

    optimum 25 permil, yang ditunjang kadar nitrogen dan fosfat yang rendah dan

    berhubungan langsung dengan pasang surut dan curah hujan (Suryaningrum, 2000).

    2. Zat Hara

    Kadar nitrat dan fosfat mempengaruhi stadia reproduksi alga bila zat hara

    tersebut melimpah diperairan. Kadar nitrat dan fosfat di perairan akan mempengaruhi

    kesuburan gametofit alga cokelat ( Laminaria nigrescenc ) (Anggadireja, 1993).

    3. Gerakan Air

    Gerakan-gerakan air laut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti angin yang

    menghembus diatas permukaan laut. Pengadukan yang terjadi karena perbedaan suhu

    air dari dua lapisan, perbedaan tinggi permukaan laut, pasang surut, dan lain-lain.

    Gerakan air laut ini penting bagi berbagai proses dalam laut, baik itu biologik

    maupun non biologik. Alga yang tumbuh diperairan yang selalu berombak danberarus kuat akan mempunyai sifat dan karakteristik spora yang berbeda dengan alga

    yang berada di perairan yang tenang. Gerakan air laut dikenal sebagai arus,

    gelombang, gerakan masa air permukaan ( upwelling ) (Anggadireja, 1993).

    a. Arus

    Arus laut merupakan pencerminan langsung dari pola angin dan gerakan

    bumi. Jadi arus permukaan digerakkan oleh angin. Kecepatan arus yang dianggap

    cukup untuk budidaya rumput laut sekitar 20 40 cm/detik. Dengan kondisi seperti

  • 7/30/2019 FIKO

    11/16

    ini akan mempermudah penggantian dan penyerapan hara yang diperlukan oleh

    tanaman, tetapi tidak sampai merusak (Trihatmoko, 2005).

    b. Pasang Surut

    Pasang surut (pasut) merupakan salah satu gejala laut yang besar

    pengaruhnya terhadap biota laut khususnya di wilayah pantai. Pada saat suhu

    terendah, kedalaman perairan tidak boleh kurang dari 2 kaki (sekitar 60 cm),

    sedangkan untuk pasang tertinggi kedalaman perairan tidak boleh lebih dari 7 kaki

    (sekitar 210 cm) (Anggadireja, 1993).

    c. Gelombang

    Gelombang sebagian ditimbulkan oleh dorongan angin diatas permukaan laut

    dan sebagian lagi oleh tekanan tangensial pada partikel air. Angin yang bertiup

    dipermukaan laut menimbulkan riak gelombang. Tinggi gelombang yang cukup

    untuk pertumbuahan rumput laut antara 10 30 cm (Suryaningrum, 2000).

    4. Suhu

    Menurut Trihatmoko (2005) menyatakan bahwa suhu air yang diperlukan

    oleh rumput laut untuk hidup dan tumbuh yaitu berkisar antara 20 28 0C, namun

    masih ditemukan rumput laut yang tumbuh pada suhu 31 0C. Produksi spora akan

    dipengaruhi oleh musim, misalnya produksi maksimal tetraspora dan karpospora

    Gracilaria umumnya terdapat dimusim panas. Perkembangan stadia reproduksi

    beberapa jenis alga tergantung pada kondisi suhu dan intensitas cahaya atau

    kombinasi diantara kedua parameter tersebut.

    5. Cahaya

    Rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses fotosintesisnya.

    Karena itu, rumput laut hanya mungkin tumbuh diperairan dengan kedalaman

    tertentu dimana sinar matahari sampai ke dasar perairan. Mutu dan kualitas cahaya

    berpengaruh terhadap produksi spora dan pertumbuhannya. Spora Gelidium dapatdirangsang oleh cahaya hijau, sedangkan cahaya biru menghambat pembentukan

    zoospora. Pembentukan spora dan pembalahan sel dapat dirangsang oleh cahaya

    merah berintensitas tinggi. Intensitas cahaya yang tinggi dapat merangsang

    pensporaan Prophyra, tetapi menghambat pensporaan Eucheuma. Kebutuhan cahaya

    pada alga merah agak rendah dibanding alga cokelat. Pensporaan Gracilaria

    verrucosa misalnya berkembang baik pada intensitas cahaya 400 Lux, sedangkan

    Ectocarpus tumbuh cepat pada intensitas cahaya antara 6500 7500 Lux (Anggadireja,1993).

  • 7/30/2019 FIKO

    12/16

    6. Derajat Keasaman (pH)

    Derajat Keasaman (pH) air yang cocok untuk pertumbuhan rumput laut yaitu

    antara pH netral (7) sampai basa (9) (Badan penelitian dan pengembangan pertanian

    (Trihatmoko, 2005).

    7. Tingkat Kecerahan

    Kondisi perairan pantai tempat tumbuh rumput laut tidak boleh keruh, karena

    apabila kondisi perairannya keruh maka akan dapat menghalangi proses fotosintesis

    dari rumput laut. Air harus jernih sehingga tidak menghalangi sinar matahari

    menembus air laut. Kejernihan air kira-kira sampai batas 5 meter atau batas sinar

    matahari bisa menembus air laut (Trihatmoko, 2005).

    Menurut Ipteknet (2002) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya

    rumput laut di perairan dan tambak yaitu :

    1. Pemilihan lokasi

    2. Melakukan uji Coba

    3. Persiapan Areal Budidaya

    4. Penyediaan Bibit

    5. Penanaman Bibit

    6. Perawatan Selama Pemeliharaan / Penanaman

    7. Pemanenan

    8. Pengeringan Hasil Panen

    Rumput laut terpadu berbasis sistem akuakultur dapat meningkatkan kualitas

    air dan kinerja lingkungan dengan membuang nutrisi, dan memiliki potensi untuk

    menghasilkan keuntungan tambahan dari produksi rumput laut. Mengintegrasikan

    spesies rumput laut yang optimal ke dalam sistem akuakultur sangat penting untuk

    menyediakan berkelanjutan lingkungan akuakultur. Pemilihan spesies rumput laut

    untuk digunakan dalam sistem akuakultur yang terintegrasi harus melibatkanpertimbangan dari kedua nilai ekonomi (misalnya, spesies berharga) dan kapasitas

    biofiltrasi (misalnya, tingkat serapan hara, pertumbuhan, dan konsentrasi jaringan

    nitrogen). Rumput laut tergantung pada kecocokan antara karakteristik ekofisiologis

    dari spesies dan kondisi lingkungan yang hadir dalam pertanian.

    Nitrogen memainkan peranan penting dalam mengontrol pertumbuhan alga di

    lingkungan laut, dan tingkat serapan nitrogen oleh makroalga tergantung pada

    konsentrasi sumber nitrogen. Sumber nitrogen dipengaruhi oleh status nitrogen darirumput laut. NH4 + adalah sumber N yang lebih baik untuk yezoensis Porphyra dari

  • 7/30/2019 FIKO

    13/16

    NO3-, sementara Nereocystis menunjukkan preferensi yang signifikan untuk NO3-di

    bawah konsentrasi tinggi. Pertumbuhan Gracilaria disajikan tingkat yang sama,

    terlepas dari pemberian NH4 + atau NO3-. Oleh karena itu, bentuk nitrogen yang

    dihasilkan dapat menjadi faktor penting ketika memilih spesies rumput laut untuk

    aplikasi dalam suatu sistem akuakultur yang terintegrasi sejak limbah dibuang dari

    ikan budidaya biasanya mengandung NO3-dan NO2-selain NH4 + (Yun Hee Kang,

    et., al , 2011)

  • 7/30/2019 FIKO

    14/16

    IV.KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan

    bahwa :

    1. Faktor-faktor yang mempengaruhi budidaya rumput laut diantaranya yaitu suhu,

    nutrisi, salinitas, kecerahan, dan arus.

    2. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya rumput laut di perairan dan

    tambak yaitu Pemilihan lokasi, Melakukan uji Coba, Persiapan Areal Budidaya,

    Penyediaan Bibit, Penanaman Bibit, Perawatan Selama Pemeliharaan atau

    Penanaman, Pemanenan, Pengeringan Hasil Panen.

  • 7/30/2019 FIKO

    15/16

    DAFTAR REFERENSI

    Akio, Okazaki. 1971. Seaweeds and their uses in Japan, Tokai University Press,

    Tokyo.

    Anggadiredja, Jana T., Achmad Zatnika, Heri Purwoto dan Sri Istini. 1993. RumputLaut. Penebar Swadaya: Jakarta.

    Aslan, L.M. 1991. Budidaya Rumput Laut. Kanisius, Yogyakarta.

    Atmadja, W. S. , A. Kadi, Sulistijo, dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-jenisRumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi, LIPI, Jakarta.

    Chapman, V.J. 1970. Seaweeds and their uses, Methuen & Co. LTD, London.DAVIDSON, R.L., 1980 Handbook of Water-Soluble Gums and Resins, Mc.Graw-Hill, Inc, New York.

    Handayani, Tri. 2006. Protein pada Rumput Laut. ISSN 0216-1877. Oseana, VolumeXXXI, Nomor 4, Tahun 2006 : 23-30.

    Hee Kang Yun, Sang Rul Park and Ik Kyo Chung. 2011. Biofiltration efficiency andbiochemical composition of three seaweed species cultivated in a fish-seaweedintegrated culture Research Article Algae 2011, 26(1): 97-108.

    Indriani, H. dan Suminarsih, H. 1994. Rumput Laut: Budidaya, Pengolahan danPemasaran. Penebar Swadaya, Yogyakarta.

    Ipteknet. 2002. Rumput Laut / Alga,. http://www.iptek.net.id/ind/pd_alga/index.php?mnu=2&alga=coklat&id=8 . Diakses tanggal 20 Mei 2010.

    Istini,Sri., A.Zatnika dan Suhaimi.1985. Manfaat Rumput Laut danPengolahannya.Seafarming workshop report:Bandar lampung.

    Lobban, C.S., and Horrison. 1994. Seaweed Ecology and Phisiology. Cambridge

    University Press, London.

    Sugiarto, A., dkk, 1978. Rumput Laut (Algae), Manfaat, Potensial dan UsahaBudidayanya, LON - LIPI, Jakarta.

    Suryaningrum., D., Murdinah., Arifin M. 2000. Penggunaan kappa-karaginansebagai bahan penstabil pada pembuatan fish meat loaf dari ikan tongkol( Euthyinnus pelamys . L). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol: 8/6.

    Sze, P. 1993. Biology of the Alga. Second Edition. Wm. C. Brown Publisher.Oxford, London.

    http://www.iptek.net.id/ind/pd_%20alga/index.php?mnu=2&alga=coklat&id=8http://www.iptek.net.id/ind/pd_%20alga/index.php?mnu=2&alga=coklat&id=8http://www.iptek.net.id/ind/pd_%20alga/index.php?mnu=2&alga=coklat&id=8http://www.iptek.net.id/ind/pd_%20alga/index.php?mnu=2&alga=coklat&id=8
  • 7/30/2019 FIKO

    16/16

    Taib, G., E. G. Said dan S. Wiraatmadja. 1987. Operasi Pengeringan PadaPengolahan Hasil Pertanian. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.

    Trihatmoko, Y. K., Suminarti, D. U., Apristiani, Dwi. Dan Kurniawati, M. 2005.Pengembangan Permen Jeli Rumput Laut Aroma. Jurnal Saintifika Gadjah

    Mada 2(1): 21-29.

    Wimbaningrum, R. 2010. Padina australis Hauck. http://plasmanutfah.unej.ac.id /node/4219 . Diakses tanggal 20 Mei 2010.

    Yasita,Dian dan Intan Dewi R.2008. Optimasi Proses Ekstrasi Pada PembuatanKaraginan Dari Rumput Laut Untuk Mencapai Foodgrade. Jurusan Teknik Kimia.Fakultas Teknik.Universitas Diponegoro:Semarang.