field trip geostruk

23
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkah rahmat-Nya yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Fieldtrip Praktikum Geologi Struktur 2009.Laporan ini saya buat untuk melengkapi tugas praktikum akhir semester mata kuliah Geologi Struktur Program Studi Geofisika Fakultas MIPA UGM dan sebagai prasyarat untuk mengikuti responsi Praktikum Geologi Struktur. Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada : a. Bapak Ign. Sudarno selaku dosen pengajar mata kuliah geologi struktur. b. Pramudya Rinengga selaku koordinator asisten acara. c. Para asisten praktikum selaku pembimbing praktikum. d. Nara sumber yang telah memberikan informasi tentang hal tersebut. e. Teman-teman yang memberikan dorongan dan informasi serta data dalam penyelesaian laporan ini. Wassalamualaikum Wr.Wb. Yogyakarta, 19 Desember 2009 Penyusun

Upload: sugiartoss

Post on 16-Feb-2015

27 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Field Trip Geostruk

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkah rahmat-Nya yang diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Fieldtrip Praktikum Geologi Struktur 2009.Laporan ini saya buat untuk melengkapi tugas praktikum akhir semester mata kuliah Geologi Struktur Program Studi Geofisika Fakultas MIPA UGM dan sebagai prasyarat untuk mengikuti responsi Praktikum Geologi Struktur.

Pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

a. Bapak Ign. Sudarno selaku dosen pengajar mata kuliah geologi struktur.

b. Pramudya Rinengga selaku koordinator asisten acara.

c. Para asisten praktikum selaku pembimbing praktikum.

d. Nara sumber yang telah memberikan informasi tentang hal tersebut.

e. Teman-teman yang memberikan dorongan dan informasi serta data

dalam penyelesaian laporan ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, 19 Desember 2009

Penyusun

Page 2: Field Trip Geostruk

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1

Daftar Isi 2

Daftar Tabel 3

Daftar Gambar / Foto 4 .

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan Tujuan 5

I.2 Kesampaian Daerah 5

I.3 Alat dan Bahan 6

BAB II GEOMORFOLOGI

II.1 Geomorfologi regional daerah fieldtrip... 8

II.2 Geomorfologi daerah fieldtrip............................................................................9

BAB III GEOLOGI

III.1 Geologi regional daerah fieldtrip......................................................................13

III.2 Geologi daerah fieldtrip....................................................................................13

BAB IV STRUKTUR GEOLOGI

IV.1 Struktur Geologi regional daerah fieldtrip …………………………………………………..19

IV.2 Struktur Geologi daerah fieldtrip.....................................................................21

BAB V KESIMPULAN …………………………………………………………………………………………..25

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………………………………27

Lampiran ………………………………………………………………………………………………………..28

DAFTAR TABEL

Tabel Data Kekar....................................................................................................21

Page 3: Field Trip Geostruk

DAFTAR FOTO/ GAMBAR

Foto Geomorfologi STA I..........................................................................................10

Foto Geomorfologi STA II.........................................................................................11

Foto Geomorfologi STA III........................................................................................12

Foto kenampakan kekar pada STA I...........................................................................22

Foto kenampakan sisa-sisa lipatan pada STA II.........................................................23

Foto kenampakan gores garis dari sebuah sesar di STA III........................................24

Page 4: Field Trip Geostruk

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Maksud dan Tujuan

Field Trip Geologi Struktur di Pegunungan Bayat dimaksudkan untuk memperkenalkan kepada praktikan mengenai berbagai fenomena struktur geologi seperti lipatan,sesar,kekar,gores-garis dan struktur-struktur lainnya.

Tujuan dari kegiatan fieldtrip geologi struktur ini adalah praktikan mampu mengukur arah dan besar sudut pada suatu kekar baik kekar berapasangan maupun tidak dan sesar serta menentukan jenisnya, mampu mengukur arah dan besar sudut suatu lipatan serta menentukan jenisnya, mampu mendeskripsikan batuan sehingga dapat menentukan urutan umur lapisan batuan, mampu menentukan arah pergerakan sesar sehingga dapat ditentukan jenisnya, mampu merekonstruksi dan menganalisa suatu kekar, sesar, dan lipatan sehingga dapat ditentukan arah gaya, jenis, dan proses terbentuknya.

I.2 Waktu dan Kesampaian Daerah

Field Trip Geologi dilaksanakan di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, dengan 3 stasiun pengamatan.

Hari, Tanggal : Minggu, 6 Desember 2009

Waktu : 06.30 WIB – selesai

1. Stasiun Pengamatan 1 : dukuh Semen, desa Tegalrejo

- Lokasi Pengamatan 1

- Lokasi Pengamatan 2

2. Stasiun Pengamatan 2 : Taman Wisata Curug, desa Tegalrejo

- Lokasi Pengamatan 1

- Lokasi Pengamatan 2

- Lokasi Pengamatan 3

3. Stasiun Pengamatan 3 : kaki gunung Kampak

- Lokasi Pengamatan

I.3 Alat dan Bahan

Page 5: Field Trip Geostruk

1. Peralatan Kelompok

a. Peta Topografi digunakan untuk menentukan lokasi dan untuk mengetahui keadaan topografi lapangan.

b. Palu Geologi yang terdiri dari dua mata palu, yakni :

- bagian runcing yang berfungsi untuk pengambilan sampel dengan cara mencongkel.

- bagian tumpul yang berfungsi untuk pengambilan sampel dengan cara memecah.

c. Kompas Geologi digunakan untuk menentukan arah, besar sudut, kemiringan lereng, dan menentukan posisi pada peta.

d. Lup digunakan untuk membantu dalam mengamati batuan.

e. Larutan HCl (asam klorida) 0,1 N digunakan untuk mengetahui kandungan mineral karbonat pada batuan yang mengandung mineral tersebut.

f. Kamera Digital digunakan untuk mendokumentasikan batuan dan keadaan geologi di lapangan.

2. Peralatan Pribadi

a. Pensil dengan kekerasan sedang

b. Ballpoint

c. Sepasang mistar segitiga

d. Busur derajat

e. Karet penghapus

f. Buku catatan lapangan atau kertas tulis dengan clipboard

Page 6: Field Trip Geostruk

BAB II

GEOMORFOLOGI

II.1 Geomorfologi regional daerah Field Trip

Secara fisiografis Perbukitan Bayat merupakan suatu inlier dari batuan Pra Tersier dan Tersier di sekitar endapan Kuarter, yang terutama terdiri dari endapan flufio-vulkanik dari Merapi. Elevasi tertinggi dari Puncak-puncak yang ada tidak lebih dari 400 meter diatas muka laut, sehingga perbukitan tersebut dapat disebut perbukitan rendah. Perbukitan itu tersebar menurut jalur yang arahnya berbeda. Di bagian barat (Jiwo Barat), jalur puncak-puncak bukit berarah utara selatan, yang diwakili oleh puncak-puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo Sari, dan Tugu dengan di bagian paling utara membelok ke arah barat, yaitu daerah perbukitan Kampak. Di sebelah timur (Jiwo Timur) arah jalurnya adalah barat-timur, dengan puncak-puncak Konang, Pendul dan Temas, dengan percabangan kearah utara, yang terwakili oleh puncak Jokotuo dan Bawak. Di sebelah selatan(jiwo selatan) arah jalurnya adalah timur-selatan dengan puncak-puncak Watutumpeng,Eyangkuto,Watugenuk,Watukucing,Joyo,Semilir.

Bentang alam daerah Bayat merupakan bentuk lanjut dari suatu Pegunungan Lipatan, terdiri dari perbukitan homoklin, perbukitan lipatan, perbukitan intrusi dan perbukitan lembah antiklin dengan sungai-sungai konsekuen, subsekuen dan obsekuen mengalir yang secara membentuk pola aliran dendritik.

Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan memanjang dengan pegunungan yang tumpul sehingga kenampakan puncak tidak begitu nyata. Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-alur tidak banyak dijumpai. Sebagai contoh adalah perbukitan Bawak-Temas di Jiwo Timur dan perbukitan Tugu-Kapak di Jiwo Barat. Untuk daerah yang tersusun oleh batuan metamorf, ini terisi oleh campuran endapan pasir Merapi, endapan lempung hitam dan endapan rombakan dari Pegunungan Selatan. Endapan lepas yang berumur kuater ini diduga menutup lembah sesar yang membatasi Pegunungan Selatan dengan perbukitan Jiwo. Jenis dan arah gerak sesar saat ini belum ditemukan.

II.2 Geomorfologi Daerah Field Trip

II.2.1. Stasiun Pengamatan I

Terdapat beberapa macam kekar, diantaranya kekar gerus, kekar extensi dan kekar release, kami menghitung besarnya kekar gerus dan kekar release, untuk kekar ekstensi pada fieldtrip kali ini belum dilaksanakan. Nilai besaran kekar gerus dan kekar release berbeda-beda karena banyaknya kekar yang dijumpai, besarnya strike dan dip serta arah gaya pergerakan kekar akan lebih dijelaskan pada subbab 4 tentang struktur geologi daerah fieldtrip.

Macam dan jenis litologi yang ditemukan pada Lokasi pengamatan 1

Lapisan 1

Page 7: Field Trip Geostruk

a. Jenis batuan : Ziolit

b. Warna : Hijau keabu-abuan

c. Struktur : berlapis

d. Tekstur : klastik

e. Ukuran Butir : Coarse Sand Medium – High

f. Kemas : Tertutup

g. Sortasi : Sedang – Baik

h. Bentuk Butir : Sub Angular

i. Komposisi : mineral karbonatan hijau berukuran halus, Feldspar, ziolyt

Lapisan 2

a. Jenis batuan : Sedimen

b. Warna : Hijau lebih cerah daripada lapisan pertama

c. Struktur : laminasi

d. Tekstur : klastik

e. Ukuran Butir : Fine Sand

f. Kemas : Tertutup

g. Sortasi : Baik

h. Bentuk Butir : Sub rounded

i. Komposisi : mineral karbonatan hijau berukuran halus, Feldspar, Kuars.

Foto Geomorfologi STA I

II.2.2. Stasiun Pengamatan II

Stasiun Pengamatan II terletak di Pegunungan Jiwo bagian selatan,tepatnya di Curug Sungai Trembono barat daya puncak Eyangkuto. Daerah ini tidak begitu jauh dari STA I ± 2km arah tenggara STA I, jadi Formasi pembentuknya pun masih relatif sama yaitu Kebo Butak, Semilir, Nglanggran, Oyo, Sambipitu dan batuan yang ada juga masih relatif sama dengan STA I. Karena bertempat di curug maka lokasi ini bertopografi rendah dengan tebing yang cukup curam.

Page 8: Field Trip Geostruk

Foto Geomorfologi STA II

II.2.3. Stasiun Pengamatan III

Stasiun Pengamatan III terletak di utara pegunungan Jiwo Barat tepatnya di Gunung Kampak. Lokasi ini berada cukup jauh dari STA I dan II, daerah ini terbentuk dari Formasi Oyo dan Formasi Wonosari pada masa miosin tengah hal tersebut dapat diketahui dari tersingkapnya batugamping berlapis dan batugamping algae di lokasi ini. Pada lokasi Gunung Kampak batugamping menumpang pada batuan metamorf. Batugamping di gunung kampak sudah hampir habis karena dijadikan tempat pertambangan tradisional.

Pada lokasi ini terdapat lapisan batugamping dimana banyak terdapat struktur laminasi dan gradasi yang terlihat sebagai struktur batuan sedimen karbonat yang menunjukan bahwa sebelumnya daerah ini merupakan suatu lautan dimana proses sedimentasinya terjadi. Pada batugamping ini banyak terdapat urat-urat kalsit yang mengisi rekahan-rekahan akibat adanya kekaryang mengalami sesar dan terlihat pula cermin sesarnya. Di lokasi ini, kami mengamati sesar yang terjadi dengan menghitung Strike, Dip, Pitch, Bearing, Plunge serta Gores garis pada hanging wall nya.

Foto Geomorfologi STA III

BAB III

GEOLOGI

III.2. Geologi Daerah Fieldtrip

Batuan tertua yang tersingkap didaerah Bayat adalah kompleks batuan metamorf yang diduga berumur Pra Tersier, terutama berupa filit, sekis dan marmer. Filit dan sekisnya menunjukkan foliasi yang secara umum mempunyai jurus barat-daya timur laut. Kedudukan filit terhadap sekis sangat sukar ditentukan karena kebanyakan singkapan sudah lapuk dan di banyak tempat terpotong oleh sesar yang sangat kompleks. Disamping itu dijumpai pula kuarsit yang mempunyai kedudukan baik memotong maupun sejajar atau mengisi celah diantara bidang foliasi. Erosi dari kuarsit ini menghasilkan butiran kuarsa susu, berukuran kerikil sampai berangkal dan merupakan penciri khas daerah batuan metamorf. Batuan metamorf ini tersebar membentuk perbukitan dengan relief yang kuat dan terbiku sedang sampai kuat, dengan puncak-puncak yang meruncing, beberapa diantaranya membentuk egunungan yang tumpul.

. Kompleks Batuan ini merupakan basement dari cekungan sedimen Paleogen, dan merupakan salah satu batuan yang tertua di Jawa. Endapan Paleogen yang dijumpai berupa batupasir dengan sisipan batugamping yang kaya akan foraminifera besar. Batuan tersebut diterobos oleh tubuh batuan beku yang terutama terdiri dari mikrodiorit. Penerobosan ini diduga terjadi pada Paleogen akhir. Secara tidak selaras di atas batuan beku dan batuan sedimen Paleogen tersebut terdapat batuan karbonat berumur Neogen yang dijumpai dlam bentuk 2 fasies yang berbeda, yaitu fasies laut dan fasies laut dangkal. Erosi yang terjadi pada Neogen atas berakibat bahwa batuan Kuarter menumpang secara tidak selaras pada batuan dibawahnya. Setelah pengendapan batugamping, di Perbukitan Bayat tidak diketemukan lagi batuan lain yang berumur Tersier. Jaman Kuarter terwakili oleh breksi lahar, endapan pasir fluvio-

Page 9: Field Trip Geostruk

vulkanik Merapi serta endapan lempung hitam dari lingkungan rawa. Breksi lahar dijumpai pada bagian utara dari perbukitan Ngembel, berupa breksi dengan fragmen andesit yang berukuran aneka ragam, mulai dari kerikil hingga bongkah. Fragmen tersebut tersebar umumnya mengapung pada matriks yang berukuran lanau sampai pasir halus, bersifat tufan. Gejala perlapisan dan fosil tida ditemukan pada breksi ini. Breksi ini diduga berasal dari aktifitas aliran lahar dari G. Merapi dari arah barat laut, yang berhenti karena membentur bukit batugamping Ngembel, dan terjadi pada kala Pleistosen.

Geologi regional daerah bayat merupakan suatu formasi stratigrafi wilayah Pegunungan Selatan bagian barat mulai dari tua ke muda adalah :

1. Formasi Wungkal-Gamping

Formasi ini secara umum terdiri dari batu gamping, batu pasir, napal pasiran, dan batu lempung diendapkan tidak selaras diatas basement. Batas dari formasi ini batasnya tidak jelas dan sulit untuk dipisahkan.

2. Formasi Kebo Butak

Formasi ini secara umum terdiri dari konglomerat, batu pasir dan batu lempung yang menunjukkan kenampakan pengendapan arus turbid maupun pengendapan gaya berat yang lain. Berdasarkan terdapatnya gejala turbidit maka ditafsirkan lingkungan ini terjadi kenaikan muka air laut sehingga berubah menjadi lingkungan yang lebih dalam. Di bagian bawah, yang oleh Bothe (1929) disebut sebagai Kebo Beds terdiri dari perselang - selingan antara batu pasir, batu lanau dan batu lempung yang khas menunjukkan struktur turbidit, dengan perselingan batu pasir konglomeratan yang mengandung klastika lempung. Bagian bawah ini diterobos oleh sill batuan beku.

Bagian atas dari formasi ini, yang disebut sebagai Anggota Butak, tersusun oleh perulangan batu pasir konglomeratan yang bergradasi menjadi lempung atau lanau. Ketebalan total dari formasi ini kurang lebih 800 m.

3. Formasi Semilir

Secara umum formasi ini tersusun oleh batu pasir dan batu lanau yang bersifat tufaan, ringan, di beberapa tempat dijumpai selaan breksi lapili. Fragmen yang membentuk breksi maupun batu pasir pada umumnya berupa fragmen batuapung yang bersifat asam. Di lapangan satuan batuan ini umumnya menunjukkan perlapisan yang baik dengan struktur struktur yang mencirikan turbidit banyak dijumpai. Langkanya kandungan fosil pada bagian yang halus dari batuan penyusun formasi ini menunjukkan bahwa pengendapannya berlangsung pada kondisi yang sangat jenuh material asal gunung api yang berupa tuf, atau pengendapan tersebut terjadi pada lingkungan yang sangat dalam, di bawah ambang kompensasi karbonat (CCD), sehingga fosil gampingan sudah hancur akibat korosi sebelum dapat mencapai dasar pengendapan.

4. Formasi Nglanggran

Page 10: Field Trip Geostruk

Berbeda dengan formasi yang sebelumnya yaitu Kebo-Butak dan Semilir, Formasi Nglanggran ini tercirikan oleh penyusun utama terdiri dari batuan beku dan breksi dengan penyusun material berupa material asal gunung api, tidak menunjukkan perlapisan yang baik dengan ketebalan yang cukup besar. Bagian yang terkasar dari breksinya hampir seluruhnya tersusun oleh bongkah bongkah lava andesit dan juga bom andesit. Di antara masa breksi tersebut ditemukan sisipan lava yang sebagian besar telah mengalami breksiasi autoklastik.

Formasi ini ditafsirkan sebagai hasil pembentukan gunung api yang kemudian tererosi. Di bagian bawah umumnya berupa kompleks batuan beku, baik yang bersifat intrusif maupun ekstrusif (lava), yang kebanyakan menunjukkan gejala autobreksiasi yang kemudian ke arah atas berkembang menjadi breksi gunung api yang terbentuk sebagai akibat dari aliran rombakan. Aliran ini diduga berasal dari gunung api bawah laut, dalam lingkungan laut yang relatif dalam dan proses pengendapan berjalan cepat.

5. Formasi Sambipitu

Di atas Formasi Nglanggran kembali terdapat formasi batuan yang menunjukkan ciri ciri turbidit, yaitu Formasi Sambipitu. Formasi ini tersusun terutama oleh batu pasir yang bergradasi menjadi batu lanau atau batu lempung. Di bagian bawah, batu pasirnya masih menunjukkan sifat asal gunung api sedang ke arah atas sifat asal gunung api ini berangsur-angsur berubah menjadi batu pasir yang bersifat gampingan. Pada batu pasir gampingan ini sering dijumpai fragmen dari koral dan foraminifera besar yang berasal dari lingkungan terumbu laut dangkal, yang terseret masuk kedalam lingkungan yang lebih dalam akibat pengaruh arus turbid.

Pada bagian yang berupa perselingan antara batu pasir sedang yang bergradasi ke atas menjadi serpih (distal turbidite) sering dijumpai rekahan yang intensif pada sepihnya dengan arah tegak lurus bidang perlapisan.

6. Formasi Oyo – Wonosari

Di atas Formasi Sambipitu terdapat Formasi Oyo dan Formasi Wonosari. Formasi ini terdiri terutama dari batuan karbonat dan napal tufan. Penyebarannya meluas pada separuh selatan dari Pegunungan memanjang ke arah timur, membelok ke arah utara di sebelah timur perbukitan Panggung hingga mencapai bagian barat dari daerah depresi Wonogiri Baturetno.

Bagian terbawah dari Formasi Oyo - Wonosari terutama terdiri dari batu gamping berlapis, menunjukkan gejala turbidit karbonat yang diendapkan pada kondisi laut semula dangkal kemudian menjadi lebih dalam, seperti yang terlihat pada singkapan pada daerah dekat muara sungai Widoro masuk ke Sungai Oyo di Bunder serta di sebelah selatan jembatan Sungai Ngalang. Di lapangan batu gamping ini terlihat sebagai batu gamping berlapis, menunjukkan gradasi butir dan pada bagian yang halus banyak dijumpai fosil jejak tipe burrow yang terdapat, pada bidang permukaan perlapisan ataupun memotong sejajar dengan perlapisan.

Ke arah lebih muda, Formasi Oyo - Wonosari ini bergradasi menjadi dua fasies yang berbeda. Di daerah Wonosari, batu gamping ini makin ke arah selatan semakin berubah menjadi batu gamping terumbu

Page 11: Field Trip Geostruk

yang berupa rudstone, framestone dan floatstone, bersifat lebih keras dan oleh kebanyakan peneliti disebut sebagai Formasi Wonosari. Sedangkan di barat daya kota Wonosari, batu gamping terumbu ini berubah fasies menjadi batu gamping berlapis yang bergradasi menjadi napal, dan disebut sebagai Formasi Kepek.

Terkecuali Formasi Wungkal-Gamping dan Wonosari, seluruh formasi yang ada di bawahnya mulai dari Formasi Kebo-Butak hingga Sambipitu secara sebagian atau seluruhnya menunjukkan gejala turbidit.

III.2.1. Stasiun Pengamatan I

LP.I

Terdapat singkapan batuan sedimen yang berwarna dominan hijau dengan sedikit coklat mempunyai teksturnya yang klastik dengan kemas tertutup, sortasi yang baik dengan ukuran butir lanau dan berbentuk rounded. Dari pencirian tersebut dapat diketahui bahwa batuan ini adalah batuan lanau zeolit( cirri khas zeolite adalah berwarna hijau). Batuan ini merupakan bagian dari formasi Kebo Butak. Batuan sedimen sudah terkekarkan(kenampakan kekar gerus, ekstension dan release) disebabkan karena adanya gaya-gaya yang bekerja pada batuan itu.

LP.2

Berjarak tiga meter di Utara LP.I, pada lokasi ini terdapat singkapan batu sedimen yang mempunyai lithologi sama dengan LP.I yaitu sortasi baik, bertekstur klastik, kemas tertutup. Dalam pengamatan kelompok kami terdapat satu lapisan batuan zeolit saja, namun sebenarnya memiliki tiga lapisan dimana, 1) lapisan pertama yang berada paling atas mempunyai ukuran butir pasir halus dan berlaminasi sehingga bernama pasir halus zeolith, 2)lapisan kedua berada ditengah memiliki ukuran butir pasir sehingga benama batu pasir zeolith,dan 3)lapisan ketiga berada di lapisan paling bawah memiliki ukuran butir kerikil sehingga bernama batu pasir kerikilan zeolith.

III.2.2.Stasiun Pengamatan II

Pada STA II yang berada di jalur aliran Sungai Trembono 2 km arah tenggara dari STA I, ditemukan batuan sedimen dengan pencirian; warna putih sampai abu-abu, tekstur klastik ( sortasi bagus, kemas tertutup,bentuk butir rounded,dan ukuran lanau), komposisi mineral merupakan mineral-mineral tuff yang berukuran lanau berwarna putih sampai abu-abu dengan kelimpahan agak melimpah. Dari diskripsi batuan tersebut dapat dsimpulakan batuan sedimen ini bernama batu lanau tuffan( mempunyai ukaran lanau dengan komposisi tuff). Batuan ini diperkirakan berasal dari erupsi gunung semilir (formasi semilir)yang mengalami sedimentasi oleh air. Selain itu juga ditemukan batu pasir yang mengalami pelipatan.

Pada STA II terdapat tiga lokasi pengamatan (LP), dimana ketiga lokasi tersebut merupakan satu kesatuan lokasi yang berupa singkapan batu pasir yang berupa lipatan antiklin,selain itu juga terdapat sesar dan kekar.. Pada LP.I diamati lipatan yang sudah mengalami erosi sehingga hanya nampak sisa-sisanya saja, pada LP.II terbentuk zona Sesar dan pada LP.III terbentuk zona Sesar juga.

Page 12: Field Trip Geostruk

III.2.3.Stasiun Pengamatan III

Pada STA III terdapat singkapan batugamping dengan warna putih kekuning-kuningan. Batugamping ini mengalami sesar yang sangat kompleks yaitu sesar naik dan sesar turun di banyak tempat. Selain itu juga ditemukan breksi sesar, cermin sesar, gores garis, dan steps.

BAB IV

STRUKTUR GEOLOGI

1. STRUKTUR GEOLOGI REGIONAL DAERAH FIELDTRIP

Di selatan Bayat, terdapat dataran rendah yang berarah memanjang barat-timur, sejajar dengan kaki Pegunungan Selatan yang berada di selatannya. Dataran Bukit ini terpotong oleh sesar dan singkapan batuan metamorf tergeser ke arah timur laut di daerah Padasan, G. Semangu dan berbelok ke utara hingga daerah Jokotuo, dijumpai marmer yang merupakan kantong diantara filit.Di bagian utara dari Jiwo Barat yaitu di G. Tugu, G. Kampak dan daerah Ngembel serta bagian utara, timur dan tenggara dari Jiwo Timur, msing-masing di G. Jeto, G. Bawak, G. Temas dan di G. Lanang, tersingkap batugamping yang menumpang secara tidak selaras di atas batuan yang lebih tua. Di bagian tenggara G. Kampak dan di G. Jeto, batugamping ini menumpang di atas batuan metamorf, sedang di Temas menumpang di atas batuan beku.

Batugamping ini terdiri dari dua fasies yang berbeda. Fasies yang pertama terdiri dari batugamping algae, kenampakan perlapisan tidak begitu jelas. Algae membentuk struktur onkoid dalam bentuk bola-bola berukuran 2 hingga 5 cm. Fasies seperti ini dijumpai di G.Kampak, bagian selatan G.Tugu, G. Jeto, G. Bawak dan di bagian barat G.Temas. Fasies yang kedua berupa batugamping berlapis, yang merupakan perselingan antara kalkarenit dengan kalsilutit. Fasies batugamping berlapis ini dijumpai di Ngembel, utara G. Tugu, bagian timur G. Temas dan di G. Lanang. Di beberapa tempat kalsilutitnya menebal kearah lateral dan berubah menjadi napal, seperti yang terdapat di utara G. Tugu. Fasies ini tidak menunjukkan struktur alga dan kaya akan kandungan foraminifera plangon, kemungkinan diendapkan di dangkalan karbonat yang lebih dalam ditandai dengan adanya struktur nendatan (slump structures) seperti yang terlihat di bagian timur Temas dan di G. Lanang.

Di selatan G. Temas dijumpai kontak antara batuan beku dengan batugamping. Batuan bekunya sudah sangat lapuk, menunjukkan tanda-tanda retakan yang kebanyakan telah terisi oleh oksida besi (limonit) dan sebagian terisi oleh kalsit. Retakan pada batuan beku tersebut tidak menerus pada batugamping. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum pengendapan batugamping, batuan bekunya telah mengalami retakan, terisi oleh hasil pelapukannya sendiri yang berupa limonit. Setelah terjadi pengendapan batugamping, sebagian dari karbonatnya mengisi celah akibat retakan tersebut membentuk urat kalsit. Belakangan setelah batugamping terangkat dan tererosi, sebagian dari urat kalsit pada batuan beku ini bersama batuan bekunya tersingkap dan mengalami pelapukan, membentuk tanah. Urat kalsit yang ada

Page 13: Field Trip Geostruk

mengalami pelarutan dan pengendapan kembalidalam bentuk caliche, seperti yang banyak dijumpaidi barat G. Temas dan lereng timur dan selatan G.Pendul.

Berdasarkan kandungan fosilnya, batugamping neogen di Perbukitan Jiwo ini menunjukkan umur N12 atau Miosen Berdasarkan atas umur ini maka batugamping tersebut dapat dikorelasikan dengan Formasi Wonosari untuk fasies batugamping algae , sedangkan fasies batugamping berlapis adalah sepadan dengan formasi Oya.Setelah pengendapan batugamping, di Perbukitan Jiwo tidak diketemukan lagi batuan lain yang berumur Tersier. Jaman Kuarter terwakili oleh breksi lahar, endapan pasir fluvio-vulkanik Merapi serta endapan lempung hitam dari lingkungan rawa.

Breksi lahar dijumpai pada bagian utara dari perbukitan Ngembel, berupa breksi dengan fragmen andesit yang berukuran aneka ragam, mulai dari kerikil hingga bongkah. Fragmen tersebut tersebar umumnya mengapung pada matriks yang berukuran lanau sampai pasir halus, bersifat tufan. Gejala perlapisan dan fosil tida ditemukan pada breksi ini. Breksi ini diduga berasal dari aktifitas aliran lahar dari G. Merapi dari arah barat laut, yang berhenti karena membentur bukit batugamping Ngembel, dan terjadi pada kala Pleistosen.

2. STRUKTUR GEOLOGI DAERAH FIELDTRIP

Stasiun pengamatan 1

Pada stasiun pengamatan 1 terdapat beberapa macam kekar, diantaranya kekar gerus, kekar extensi dan kekar release. Pengukuran hanya dilakukan untuk menghitung besarnya kekar gerus dan kekar extensi saja. Sedangkan untuk kekar release sulit untuk dilakukan pengukuran karena menentukan kekar release tersebut juga sulit. Pengukuran arah dan besar sudut kekar tersebut digunakan untuk menganalisa arah gaya relatif pada stasiun pengamatan yang dilakukan pengukuran ini. Data pengukuran berupa data kekar gerus berpasangan dan kekar extensi.

Data Kekar

N....°E/...° N....°E/...° N....°E/...° N....°E/...°

330/16 329/60 353/66 2/75

276/20 91/58 74/77 89/85

342/16 80/70 90/60 156/70

255/20 320/72 206/74 200/60

332/16 340/71 54/65 145/56

266/20 75/64 48/66 259/63

333/16 330/72 85/74 231/80

183/20 63/79 20/55 274/68

Page 14: Field Trip Geostruk

345/16 198/43 88/74 325/65

85/20 80/64 10/64 194/64

76/63 84/70 108/66 330/73

343/64 355/78 82/58 23/73

86/70 338/76 54/76 24/59

344/61 264/83 35/63 340/72

75/70 355/77 90/90 320/80

341/79 89/80 330/68 169/72

341/78 174/51 70/75 89/72

89/79 85/76 342/90

70/79 331/70 92/81

Tabel data kekar pada STA I

Pembahasan Kekar

Pada pembahasan kekar di lokasi pengamatan 1 pada Stasiun pengamatan 1 ini, metode yang digunakan adalah metode stereonet secara manual. Data kekar yang diperoleh didapat dari berbagai kelompok, dengan jumlah data 76 buah data kekar. Dari hasil perhitungan manual dengan menggunakan metode stereografis didapat gaya pembentuk utama kekar terdapat pada σ1 pada 25º / N 304 º E, σ2 pada 65º / N 121 º E, σ3 pada 2º / N 215 º E.

Foto kenampakan kekar pada STA I

Stasiun Pengamatan 2

Pada stasiun pengamatan 2 dijumpai adanya suatu lipatan berupa antiklin yang sudah terkena struktur lain yaitu sesar dimana sesar yang mengenainya ada 2 jenis hal ini ditandai dengan adanya pergeseran lapisan sejauh ± 11,5 meter dan ± 15 meter. Pergeseran tersebut diperoleh dari hasil pengukuran 3 tempat. Jarak lokasi pertama dengan lokasi kedua sejauh 11,5 m dan jarak lokasi kedua dan lokasi ketiga sejauh 15 m sehingga jarak antara lokasi pertama dan lokasi ketiga sejauh 26,5 m. Jarak tersebut merupakan jarak pergeseran akibat adanya kedua sesar tersebut pada lipatan. Sedangkan untuk lipatanya dilakukan pengukuran dip dan strike pada sayap lipatan untuk dapat dilakukan rekonstruksi lipatan sehingga dapat ditentukan jenis lipatan yang terbentuk. Dari hasil pengukuran tersebut diperoleh:

Pengukuran lipatan

Page 15: Field Trip Geostruk

Lokasi 1 : N 36º E / 27 º

Lokasi 2 : berjarak ± 11,5 meter dari lokasi 1 dengan N 202º E / 49 º

Lokasi 3 : berjarak ± 15 meter dari lokasi 2 dengan N 219º E / 25 º

Pengukuran sesar

Sesar 1 : N 3º E / 77 º

Sesar 2 : N 28º E / 77 º

Foto kenampakan sisa-sisa lipatan pada STA II

Stasiun Pengamatan 3

Pada stasiun pengamatan 3 banyak ditemukan adanya cermin sesar yang digunakan sebagai salah satu cirri untuk menentukan jenis sesar. Selain dari cermin sesar tersebut, analisa jenis sesar ditentukan berdasarkan breksi sesar yang membentuk struktur gradasi sehingga dapat ditentukan arah pergerakan sesarnya untuk kemudian dapat ditentukan jenis sesarnya. Jika dilihat dari breksi sesarnya maka pada lokasi pengamatan ini dimungkinkan mengalami sesar turun, hal ini ditunjukan oleh breksi sesarnya yang bergradasi dari atas ke bawah dengan teksturnya dari kasar hingga menjadi semakin halus maka kemungkinan sesar turun, begitupula sebaliknya.

Tetapi hal tersebut belum cukup untuk bisa menentuan jenis sesar. Masih diperlukan bukti lain yang dapat menunjukan bahwa blok tersebut mengalami sesar turun. Sehingga dilakukan pengukuran terhadap komponen-komponen yang penting dalam menentukan jennies sesar, yaitu strike, dip, pitch, plunge, dan bearing. Dari hasil penggukuran diperoleh:

Strike / Dip : N 107º E / 57 º

Pitch : 60 º

Bearing : N 148º E

Plunge : 38º

Foto kenampakan gores garis dari sebuah sesar di STA III

BAB V

KESIMPULAN

Setelah kita melakukan pengamatan pada Fieldtrip Geologi Struktur Minggu 6 Desember 2009 dan menganalisis data data yang telah diperoleh dengan seksama maka kita dapat menarik kesimpulan kesimpulan pada stasiun pengamatan 1 kita dapat mengetahui arah gaya pembentuk kekar dan jenis

Page 16: Field Trip Geostruk

kekar yang ada. Kita juga dapat melihat adanya antiklin pada stasiun pengamatan 2 serta mengetahui cara menganalisa pergerakannya, pada stasiun pengamatan 3 saya dapat menganalisa sesar yang terjadi pada gunung kapak.

Pada daerah ini diperoleh batuan ziolit( Lokasi1 ) dan batupasir ziolit ( Lokasi 2).Pada Stasiun Pengamatan 1 di daerah diperoleh kesimpulan bahwa pada daerah ini terdapat lapisan dengan jenis lapisan yang berbeda, pada lapisan pertama yang lebih tua dari lapisan 2, terdapat struktur lapisan sedangkan lapisan 2 yang berada diatasnya berstruktur laminasi. Pada lokasi ini juga diperoleh arah gaya utama pembentuk kekar dengan menggunakan metode manual stereografis yaitu sebesar σ1 pada 25º / N 304 º E, σ2 pada 65º / N 121 º E, σ3 pada 2º / N 215 º E.

Pada stasiun pengamatan 2 dijumpai adanya suatu lipatan berupa antiklin yang sudah terkena struktur lain yaitu sesar dimana sesar yang mengenainya ada 2 jenis hal ini ditandai dengan adanya pergeseran lapisan sejauh ± 11,5 meter dan ± 15 meter. Pergeseran tersebut diperoleh dari hasil pengukuran 3 tempat. Jarak lokasi pertama dengan lokasi kedua sejauh 11,5 m dan jarak lokasi kedua dan lokasi ketiga sejauh 15 m sehingga jarak antara lokasi pertama dan lokasi ketiga sejauh 26,5 m. Jarak tersebut merupakan jarak pergeseran akibat adanya kedua sesar tersebut pada lipatan. Sedangkan untuk lipatanya dilakukan pengukuran dip dan strike pada sayap lipatan untuk dapat dilakukan rekonstruksi lipatan sehingga dapat ditentukan jenis lipatan yang terbentuk. Dari hasil Pengukuran lipatan Lokasi 1 : N 36º E / 27 º,Lokasi 2 : berjarak ± 11,5 meter dari lokasi 1 dengan N 202º E / 49 º,Lokasi 3 : berjarak ± 15 meter dari lokasi 2 dengan N 219º E / 25 º

Pada Stasiun Pengamatan 3 diperoleh kesimpulan bahwa pada lokasi ini terdapat sesar turun karena diperoleh nilai tension gash sebesar 51º dan Pitch 60º,Bearing N 148º E, Plunge 37º akibat proses endogen bumi dan dapat diliat jadi hanging wall dan footwallnya dan melihat arah pergerakan sesar dari gores garis yang terdapat pada hanging wallnya. Juga dapat ditentukan jenis sesar dari besarnya tension gash ataupun compression shear fracture, bila besarnya tension gash curam atau lebih dari 45º maka kemungkinan terjadi adalah sesar turun, begitupula sebaliknya. Pada lokasi ini ditemukan lapisan batugamping.

Page 17: Field Trip Geostruk

DAFTAR PUSTAKA

Billings, M.P. 1954. Structural Geology. Tokyo: Charles E. Tuttle Company. Katili, J.A. dan P. Marks. 1963. Geologi. Bandung: Kilat Madju.

Soetoto, Ir., S.U. 1995.Diktat Kuliah Geologi .Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

Asisten Praktikum Geologi Struktur.2009. Buku Panduan Praktikum Geologi Struktur. Yogyakarta : Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.

Sumber Lain :

http://gc.lib.itb.ac.id

http://www.freelists.org

http://www.indocaver.org