fghjkllkmngtyu

25
Prosesi jenazah dalam Islam memiliki makna yang sangat besar. Selain bisa mengingatkan orang akan kematian juga mempunyai keutamaan dan bisa mendatangkan pahala, sebagaimana sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam : "Barangsiapa yang mengantarkan jenazah seorang muslim karena iman dan mengharap pahala sedang ia selalu menyertai jenazah tadi, sampai di shalati dan selesai dikubur, maka ia akan membawa pulang pahala dua qirath, sedang satu qirath adalah sebesar gunung Uhud" (Shahihul Jami' No. 6136) Demikian besar keutamaan mengikuti prosesi jenazah ini, namun perlu diketahui, bahwa untuk memperoleh keutamaan tersebut tentu kita tidak boleh sembarangan dalam melaksanakan proses mengurus jenazah tadi. Karena pahala tadi dijanjikan oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, maka tentunya prosesi jenazah yang dilakukan harus mengikuti petunjuknya sebab merupakan suatu yang aneh jika kita mengharapkan pahala atau keutamaan, namun cara yang dianjurkan untuk memperolehnya tidak dilakukan dan bahkan cenderung menyelisihi. Tulisan singkat ini akan memberi-kan beberapa penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jenazah, perkara-perkara yang dibolehkan dan juga beberapa hal yang dilarang berkaitan dengannya, semoga bermanfaat. Dibolehkan seseorang yang akan meninggal untuk berwasiat memberi-kan hartanya (kepada selain ahli waris) dengan batas maksimal sepertiganya, dan bagi orang yang menunggui di saat menjelang kematiannya di sunnahkan untuk menuntunnya membaca (mentalqin) kalimat syahadat, la ilaha illallah supaya ucapan di akhir hayatnya adalah kalimat tauhid. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:

Upload: mega-reliska

Post on 03-Oct-2015

15 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk kkkkkkkkkkkkkk

TRANSCRIPT

Prosesi jenazah dalam Islam memiliki makna yang sangat besar. Selain bisa mengingatkan orang akan kematian juga mempunyai keutamaan dan bisa mendatangkan pahala, sebagaimana sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam :

"Barangsiapa yang mengantarkan jenazah seorang muslim karena iman dan mengharap pahala sedang ia selalu menyertai jenazah tadi, sampai di shalati dan selesai dikubur, maka ia akan membawa pulang pahala dua qirath, sedang satu qirath adalah sebesar gunung Uhud" (Shahihul Jami' No. 6136)

Demikian besar keutamaan mengikuti prosesi jenazah ini, namun perlu diketahui, bahwa untuk memperoleh keutamaan tersebut tentu kita tidak boleh sembarangan dalam melaksanakan proses mengurus jenazah tadi. Karena pahala tadi dijanjikan oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, maka tentunya prosesi jenazah yang dilakukan harus mengikuti petunjuknya sebab merupakan suatu yang aneh jika kita mengharapkan pahala atau keutamaan, namun cara yang dianjurkan untuk memperolehnya tidak dilakukan dan bahkan cenderung menyelisihi.

Tulisan singkat ini akan memberi-kan beberapa penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jenazah, perkara-perkara yang dibolehkan dan juga beberapa hal yang dilarang berkaitan dengannya, semoga bermanfaat. Dibolehkan seseorang yang akan meninggal untuk berwasiat memberi-kan hartanya (kepada selain ahli waris) dengan batas maksimal sepertiganya, dan bagi orang yang menunggui di saat menjelang kematiannya di sunnahkan untuk menuntunnya membaca (mentalqin) kalimat syahadat, la ilaha illallah supaya ucapan di akhir hayatnya adalah kalimat tauhid. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:Artinya: "Barang siapa yang akhir ucapannya adalah la ilaha illallah (tiada sesembahan yang haq kecuali Allah) maka dia masuk surga." (HR. Abu Dawud dan al-Hakim dari Muadz bin Jabal Radhiallaahu anhu )

Yang demikian adalah bagi orang yang mengucapkan, meyakini serta mengamalkan konsekuensi kalimat tersebut semasa hidupnya, dan dia tidak pernah melakukan sesuatu perbuatan yang d apat membatalkannya. Ini merupakan salah satu dari tanda-tanda husnul khatimah, dan selain itu, ada beberapa tanda lain dari husnul khatimah seperti meninggal ketika sedang melakukan amal shalih, syahid atau meninggal fi sabilillah, meninggal karena tha'un (kolera/pes), sakit perut, tenggelam, terbakar, TBC, tertimpa reruntuhan atau longsoran. Juga meninggal di masa nifas bagi wanita setelah melahirkan.

Jika ia telah meninggal dunia, maka dianjurkan memejamkan mata-nya, menutupinya, dan memohonkan rahmat kepada Allah untuknya, kemu-dian keluarganya (ahlinya) supaya bersegera dalam melaksanakan prosesi jenazah, tidak perlu disemayamkan sampai berhari-hari. Bagi keluarganya juga di haruskan untuk cepat-cepat menyelesaikan hutang yang ditang-gung oleh si mayit (jika ia berhutang).

Dibolehkan membuka wajah orang yang meninggal, lalu mencium dahinya (antara dua matanya), dan bagi keluarga yang ditinggal supaya bersabar atas takdir Allah yang menimpanya, janganlah mereka marah (meratapi) atas musibah tersebut.

Disunnahkan berwudhu bagi orang yang mengangkat jenazah atau membawanya dan tidak wajib baginya mandi. Jenazah hendaknya di bawa dengan tenang , khusyu' sambil mengingat akhirat dan kematian.

Disunnahkan memasukkan mayit ke dalam kubur, dengan meletakkan di atas lambung kanannya, serta posisi wajah menghadap ke kiblat, seraya mengucapkan,Artinya, "Dengan menyebut nama Allah, dan atas jalan Rasulullah."Setelah itu ditimbun dengan tanah, kubur hendaknya dibiarkan apa adanya, yakni tidak boleh dimarmer atau di semen, kuburan juga tidak boleh ditinggikan atau di bangun, lalu dicat atau dikapur.

Bagi orang yang hadir di kuburan hendaknya jangan terburu-buru untuk bubar, namun supaya diam sejenak untuk mendoakan mayit dengan cara masing-masing berdoa sendiri-sendiri, bukan salah seorang berdoa lalu diamini oleh yang lainnya. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, Mohonlah ampunan untuk saudaramu (mayit yang baru selesai di makamkan) dan mohonkanlah untuknya agar Allah menetapkannya (dengan kalimat tauhid) karena dia sekarang sedang ditanya. (HR. Abu Dawud dan Al-Hakim)

Disyariatkan untuk ta'ziah (mengibur) keluarga mayit dengan kalimat-kalimat yang baik dan sesuai, dan ta'ziah ini boleh sampai tiga harinya. Contoh kalimat untuk menghibur/ membesarkan hatinya misalnya: "Sungguh hanya milik Allah apa-apa yang Dia ambil, sama juga apa yang Dia berikan adalah milikNya, segala sesuatu adalah hanya milikNya, dan pasti ada batasnya sampai ajal yang telah ditentukan, maka sabarlah dan mohonlah pahala atas musibah ini." Dan kalimat-kalimat lain semisal yang tidak menyelisihi syari'at, namun pada intinya adalah untuk menguatkan hati keluarga yang ditinggal supaya bersabar, menerima dan ridha dengan takdir Allah, sehingga tidak larut dalam kesedihan yang berkepanjangan.BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Membacakan surat Yaasin untuk si mayit bukan termasuk ajaran Islam, karena tidak ada hadits shahih yang menjelaskan masalah ini. Bahkan dalam surat Yaasin tersebut ada satu ayat yang menjelaskan bahwa Al Qur'an ini adalah pering atan bagi orang yag hidup:Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir. (QS. 36:70)

Dilarang niyahah (meratap) atas kematian seseorang apalagi sampai berteriak-teriak dan meraung-raung menangis, menampar pipi dan merobek baju, ini semua termasuk perkara-perkara jahiliyah.

Jika seseorang meninggal dunia, maka diutamakan agar dikuburkan di negri tempat meninggalnya tersebut. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pernah memerintahkan untuk membawa pulang jenazah yang rencananya akan di bawa ke Madinah, beliau memerintahkan agar jenazah tersebut di makamkan di negri tempat dia meninggal.

Tidak dibolehkan menshalatkan orang yang murtad (keluar dari Islam) atau orang yang tidak pernah shalat (karena para ulama menghukumi, bahwa orang yang tidak pernah shalat, maka dia adalah kafir, pen), tidak pula memintakan ampun buat mereka. Mereka juga tidak ada hak saling mewarisi dan tidak boleh di kuburkan di pekuburan orang muslim. Termasuk kesalahan yang sering dilakukan oleh sebagian orang adalah mengangkat/mengeraskan suara di depan jenazah misalnya menyerukan kalimat tauhid, memanggil-manggilnya, menyebutkan syahadat dengan sangkaan, bahwa yang demikian memberi manfaat kepadanya, padahal Allah telah berfiman:Artinya : Sesungguhnya kamu tidak dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar dan (tidak pula) menjadikan orang-orang yang tuli mendengar panggilan, apabila mereka telah berpaling membelakang. (QS. 27:80)

Mengumandangkan adzan di kubur adalah tidak ada tuntunannya di dalam Islam, baik itu ketika jenazah dimakamkan ke liang kubur atau setelah selesainya penguburan. Mereka mengira ini bisa mengingatkan si mayit. Bisa jadi mayit yang diadzankan itu masa hidupnya termasuk orang yang sering mendengar adzan, namun tidak memenuhi panggilan adzan terse-but. Dan bukankah adzan adalah panggilan untuk shalat sedangkan shalat merup akan kewajiban orang Islam yang masih hidup?!

Termasuk hal yang tidak benar adalah mengumpulkan orang, menyembelih binatang (kambing atau sapi) dan makan-makan di tempat keluarga mayit, bahkan tidak jarang ada yang berlebih-lebihan atau terkadang memaksakan diri dalam hal ini. Yang dianjurkan adalah membuatkan makan untuk keluarga mayit, karena mereka sedang dalam keadaan duka, sehingga mungkin tidak sempat untuk mema-sak, bukan sebaliknya makan-makan di rumah mereka.

Ada sebagian orang yang memberi persaksian, bahwa si mayit termasuk ahli iman, orang baik dan orang shaleh padahal kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya. Persaksian seperti ini tidak ada gunanya di hadapan Allah, karena Dia Maha Tahu atas segala sesuatu.

Banyak orang yang menaburkan bunga, biji-bijian (misal, beras kuning) atau jenis-jenis tanaman lain di atas kuburan. Hal ini juga tidak memberi manfaat bagi orang yang meninggal. Yang memberi manfaaat baginya adalah amal shalehnya:Artinya: "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya," (QS. 53:39)

Termasuk hal baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi dan juga para shahabatnya adalah mengadakan acara-acara tertentu di mana orang- orang berkumpul, duduk-duduk dan tidak jarang sampai menutup jalan umum, biasanya selama tiga hari berturut-turut. Hal ini bisa mengganggu jalan sesama muslim dan memperlambat urusan mereka, disamping acara tersebut memang tidak pernah dicontohkan di dalam agama Islam.

Termasuk hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa, banyak para pelayat (orang yang berta'ziyah) ketika jenazah selesai dikuburkan tidak mendoakan untuknya. Namun segera bubar lalu berbaris di pintu gerbang makam untuk menghibur (ta'ziyah) kepada keluarga mayit, satu per satu memegangi pudak keluarga mayit tersebut. 12. Merupakan hal yang baru juga: menulis ayat-ayat Al Qur'an di kiswah (kain penutup) jenazah, menyembelih binatang di sekitar pintu rumah setelah jenazah dibawa keluar, menyediakan tempat/ruangan khusus untuk orang yang berta'ziyah, serta berdiri meng-hadap ke kuburan sambil bersedekap seperti shalat ketika mendoakan mayit.

1. Disunnahkan untuk menutup kedua matanya.Karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menutup kedua mata Abu Salamah Radhiyallahu 'anhu ketika dia meninggal dunia. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya ruh apabila telah dicabut, akan diikuti oleh pandangan mata, maka janganlah kalian berkata kecuali dengan perkataan yang baik, karena malaikat akan mengamini dari apa yang kalian ucapkan.[HR Muslim].

2. Disunnahkan untuk menutup seluruh tubuhnya, setelah dilepaskan dari pakaiannya yang semula. Hal ini supaya tidak terbuka auratnya. Dari Aisyah Radhiyallahu a'nha, beliau berkata:

Dahulu ketika Rasulullah meninggal dunia ditutup tubuhnya dengan burdah habirah (pakaian selimut yang bergaris).[Shahih, HR Bukhari dan Muslim].

Kecuali bagi orang yang mati dalam keadaan ihram,maka tidak ditutup kepala dan wajahnya.

3. Bersegera untuk mengurus jenazahnya.Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Tidak pantas bagi mayat seorang muslim untuk ditahan di antara keluarganya.[HR Abu Dawud, shahih].

Karena hal ini akan mencegah mayat tersebut dari adanya perubahan di dalam tubuhnya. Imam Ahmad rahimahullah berkata: "Kehormatan seorang muslim adalah untuk disegerakan jenazahnya." Dan tidak mengapa untuk menunggu diantara kerabatnya yang dekat apabila tidak dikhawatirkan akan terjadi perubahan dari tubuh mayit.

Hal ini dikecualikan apabila seseorang mati mendadak, maka diharuskan menunggu terlebih dahulu, karena ada kemungkinan dia hanya pingsan (mati suri). Terlebih pada zaman dahulu, ketika ilmu kedokteran belum maju seperti sekarang. Pengecualian ini, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama. [Lihat Asy Syarhul Mumti' (5/330), Al Mughni (3/367)].

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata: "Jika ada orang yang bertanya, bagaimana kita menjawab dari apa yang dikerjakan oleh para sahabat, mereka mengubur Nabi pada hari Rabu, padahal Beliau meninggal pada hari Senin? Maka jawabnya sebagai berikut: Hal ini disebabkan untuk menunjuk Khalifah setelah Beliau. Karena Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai pemimpin yang pertama telah meninggal dunia, maka kita tidak mengubur Beliau hingga ada Khalifah sesudahnya. Hal ini yang mendorong mereka untuk menentukan Khalifah. Dan ketika Abu Bakar dibaiat, mereka bersegera mengurus dan mengubur jenazah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, jika seorang Khalifah (Pemimpin) meninggal dunia dan belum ditunjuk orang yang menggantikannya, maka tidak mengapa untuk diakhirkan pengurusan jenazahnya hingga ada Khalifah sesudahnya. [Asy Syarhul Mumti' 5/333].

4. Diperbolehkan untuk menyampaikan kepada orang lain tentang berita kematiannya.Dengan tujuan untuk bersegera mengurusnya, menghadiri janazahnya dan untuk menyalatkan serta mendoakannya. Akan tetapi, apabila diumumkan untuk menghitung dan menyebut-nyebut kebaikannya, maka ini termasuk na'yu (pemberitaan) yang dilarang.

5. Disunnahkan untuk segera menunaikan wasiatnya, karena untuk menyegerakan pahala bagi mayit.Wasiat lebih didahulukan daripada hutang, karena Allah mendahulukannya di dalam Al Qur'an.

6. Diwajibkan untuk segera dilunasi hutang-hutangnya, baik hutang kepada Allah berupa zakat, haji, nadzar, kaffarah dan lainnya.Atau hutang kepada makhluk, seperti mengembalikan amanah, pinjaman atau yang lainnya. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Jiwa seorang mukmin terikat dengan hutangnya hingga dilunasi.[HR Ahmad, At Tirmidzi, dan beliau menghasankannya].

Adapun orang yang tidak meninggalkan harta yang cukup untuk melunasi hutangnya, sedangkan dia mati dalam keadaan bertekad untuk melunasi hutang tersebut, maka Allah yang akan melunasinya.

7. Diperbolehkan untuk membuka dan mencium wajah mayit. Aisyah Radhiyallahu 'anha berkata:

Aku melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mencium Utsman bin Madh'un Radhiyallahu 'anhu , saat dia telah meninggal, hingga aku melihat Beliau mengalirkan air mata.[HR Abu Dawud dan At Tirmidzi, shahih].

Demikian pula Abu Bakar Ash Shiddiq Radhiyallahu 'anhu, beliau mencium Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ketika beliau meninggal dunia.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11-12/Tahun VIII/1426H/2005. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]

1. Disunnahkan bagi orang Mukminmengucapkan"Inna lillahi wa inna ilahi raji'un'serta berdoa kepada Allah,Jika kematian salah seorang keluarganya, atau jika mendengar kabar ada seseorang meninggal dunia. Diriwayatkan olehTurmudzidariAbu Musa Al-Asy'ari r.a.bahwa Rasulullah saw. bersabda:"Jika putra dari seorang hamba meninggal dunia, maka Allah akan berfirman kepada Malaikat-Nya: 'Kamu cabutkah nyawa putera hamba-Ku'? Ujar mereka :'Benar!' kamu cabut nyawa buah hatinya'? 'Benar' ujar mereka. 'Lalu apa kata hamba-Ku itu'? tanya Allah pula. 'Ia mengucapkan alhamdulillah dan inna lillah' Maka firman Allah: 'Bangunlah sebuah rumah untuk hamba-Ku ini dalam surga, namakan diabaitul-hamd(rumah pujian). Dan diriwayatkan dariAbu Hurairah r.a.oleh Bukhari bahwa Rasulullah saw. bersabda:"Berfiman Allah Ta'ala: "Tak ada hanjaran yang akan Kuberikan kepada seorang hamba yang Kucabut nyawa kekasihnya di atas dunia, lalu diterimanya dengan hati sabar, kecuali surga'!"2. Disunnahkan memberitahukan kematiannya kepada kaum kerabat dan handai tolan. Para ulama menganngap sunnah memberitahukan atau mengabarkan kematian seseorang kepada kaum kerabat, handai tolan, dan orang-orang shaleh, agar mereka turut beroleh pahala dalam penyelenggaraannya. Berdasarkan apa yang diriwayatkan olehAbu Hurairah r.a.olehjama'ah:"Bahwa Nabi saw. memberitahukan kepada umum kemangkatan Negus Raja Ethiopia atau Habsyi pada hari wafatnya, dan membawa mereka ke mesjid, lalu diaturnya shar para sahabatnya dan dishalatkannya dengan membaca empat kali takbir." Dan diriwayatkan pula olehAhmad danBukharidariAnas r.a.:"Bahwa Nabi saw. memberitahukan berpulangnya Zaid, Ja'far dan Ibnu Ruwahah sebelum diketahui oleh umum."3. Disunnahkan menyediakan makanan bagi keluarga yang meninggal.Diterima dariAbdullah bin ja'farbahwa Rasulullah saw. bersabda:"Buatlah makanan buat keluarga Ja'far, karena mereka sedang ditimpa musibah yang merepotkan mereka."(Diriwayatkan olehAbu DauddanIbnu Majah, juga olehTurmudziyang menyatakannya hasan lagi shahih). Perbuatan inidisunnahkanoleh Allah, karena ia merupakan kewajiban dan pendekatan diri kepada keluarga mayat dan tetangga. BerkataSyafi'i: "Sebaiknya dibuatkan makanan buat keluarga mayat itu, cukup untuk mengenyangkan mereka selam satu hari dan satu malam, karena itu adalah sunat dan adalah sunat dan merupakan perbuatan orang-orang berbudi." Para ulama memandangmakruh,jikakeluarga mayat menyediakan makanan buat orang-orang yang datang berkumpul, karena hal itu akan menambah kemalangan mereka, serta meniru perbuatan orang-orang jahiliyah. Sebagian ulama malah menganggapnyaharam.AdapunIbnu Qudamah, ia berkata:Jika hal itu diperlukan, maka tak ada salahnya, karena mungkin diantara yang melawat itu, terdapat orang-orang dari dusun atau tempat-tempat jauh, hingga mereka terpaksa menginap. Dan hal ini mau tak mau tuan rumah tentu harus menjamu mereka.Allahu a'lam.

Hukum Menangisi Mayat1. Para ulama telah ijma' bahwamenangisi mayatitu hukumnyaboleh, asal tidak disertai ratapan dan pekikan. DanThabranimeriwayatkan dariAbdullah bin Zaid, katanya: "Diberi keringanan menangis itu, jika tidak disertai ratapan." Adapun tangis yang berbuah-buah dan disertai pekikan, maka demikian itu salah satu sebab tersiksanya dan pahitnya pendertiaannya."Diterima dariIbnu Umar r.a.bahwa tatkalaUmarditikam ia tidak sadarkan diri, maka ditangisi orang, Setelah ia sadar ia mengatakan: "Tidakkah Tuan-Tuan gahu bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya mayat itu akan disiksa karena ditangisi oleh orang yang hidup."Maksunya: mayat akan merasa sedih dan tersiksa oleh tangisan keluarganya, karena ia akan mendengar tangis dan melihat apa-apa yang mereka lakukan,bukan si mayat akan dihukum dan disiksa disebabkan tangis keluarganya,karena dosa seseorang tidaklah akan dipikul oleh orang lain. Diriwayatkan olehIbnu JarirdariAbu Hurairah r.a.:"Sesungguhnya perbuatanmu akan dihadapkan kepada kaum kerabatmu yang telah meninggal. Jika dilihatnya baik, maka mereka akan gembira, dan jika dilihatnya jelek, mereka akan kecewa."2. Menangis Meraung-raung (An-Nihayah).Nihayah terambil dari katanauh, artinya ialah menangis dengan meraung-raung. Ada beberapa hadits yang menegaskanharamnya. Diantaranya ialah yang diterima dariAbu Malik al-Asy'aribahwa Nabi saw. bersabda:"Ada empat macam adat jahiliyah yang masih terdapat di kalangan umatku dan masih belum mereka tinggalkan: Membangga-banggakan kasta, menjelek-jelekkan asal-usul seseorang, menggantunkan turunnya hujan pada bitang-bintang dan meraung-raung meratapi mayat." Sabda beliau selanjutnya: "Perempuan yang meratapi mayat, jika ia belu tobat sebelum meninggal, akan disuruh berdiri pada hari kiamat dengan memakai kemeja dari bahan yang mudah menyala dan blus dari paku." (RiwayatAhmaddanMuslim).

Adab Takziah yang Baik dan Benar1 CommentHukum Jenazah

Dengan ijin Allah berikut ini akan disampaikantata caraadabtakziahyang benar dan beberapa hal terkait dengantakziahyang meliputi definisi ataupengertian takziah,hukum takziahdan hikmah takziah. Sebelum sampai ke materi judul yaituadabtakziah yang benar, mari kita pahami terlebih dahulu tentang pengertian dari takziah.

Pengertian takziah menurut bahasa Takziah artinya adalah menghibur. Sedangkan pengertian Takziah menurut istilah syara' adalah mengunjungi keluarga orang yang meninggal dunia dengan tujuan supaya keluarga yang ditinggalkan dan sedang mendapat musibah dapat terhibur,diberikan kesabarandan keteguhan dalam menghadapi musibah serta mendoakan mayit atau orang yang meninggalagardiampuni oleh Allah dosa-dosanya selama menjalani hidup di dunia.

Apa hukumnya bertakziah

Takziah hukumnya adalah sunnah. Takziah adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim kepada muslim yang lain dan orang yang meninggal dunia berhak atas hak takziah. Perlu kita ketahui bahwasanya hak orang Islam yang lain ada lima, yaitu menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, menghadiri undangan, dan mendoakan orang yang bersin.

BagaimanaAdabTakziah yang baik dan benar?

Kembali kepada materi judul di atas yaituadabtakziah yang benar, berikut ini adalah uraian singkat mengenai tata caraadabtakziah yang benar adalah sebagai berikut :

Orang yang mendengar adanya musibah orang meninggal ataukematianhendaknya mengucapkan Kalimah Tayyibah yang bunyinya "Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun" yang artinya: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami akan kembali. Orang muslim yang bertakziah sebaiknya memakai baju atau berpakaian rapi dan sopan. Apabila orang yang bertakziah sudah berada di rumah duka/tempat orang yang meninggal, maka kita seharusnya menunjukkan perasaan sedih, tidak boleh tertawa, dan sebaiknya jangan berbicang-bincang dengan orang lain yang terlalu mencolok. Orang muslim yang bertakziah hendaknya harus menghibur ashhabul musibah atau keluarga yang mengalami musibah supaya merekasabar dalam menghapi musibahkarena semua manusia pasti akan mengalami yang namanya kematian atau meninggal. Apabila keadaannya memungkinkan, sebaiknya orang yang bertakziah mendekati jenazahnya dan mendoakannyaagardosa-dosanya diampuni oleh Allah Azza Wajalla. Apabila keadaan memungkinkan, orang yang bertakziah sebaiknya dapat memberikan sumbangan sehingga dapat meringankan beban dari keluarga yang ditinggalkan. Orang yang bertakziah hendaknya berusaha untuk dapat mensholatkan jenazah dengan ikut shalat jenazah, mengantarkan jenazah ketempat pemakaman atau kuburanserta mendoakannya.Apa pelajaran atau hikmah yang dapat kita ambil dari takziah?Beberapa hikmah yang dapat kita ambil dari takziah antara lain adalah sebagai berikut :

Takziah daoat menciptakanhubungan silaturrahmiyang lebih erat antara keluarga yang mengalami musibah kematian dengan orang yang bertakziah. Dengan takziah diharapkan keluarga yang mengalami musibah kematian dapat terhibur dengan tujuan dapat mengurangi beban kesedihan dari keluarga yang ditinggalkan. Dengan takziah, orang muslim yang bertakziah dapat mendoakan kepada jenazahagardosa-dosanya semasa hidup diampuni oleh Allah swt serta amal kebaikannya dapat diterima oleh Allah. Orang yang bertakziah denganikhlasinsyallah akan mendapat pahala dari Allah swt.Keluarga muslim yang ditinggalkan karena kematian berhak mendapatkan hak takziah dari sesama muslim lainnya dengan berpedoman padaadabtakziah yang baik dan benar.

engertian TakziahTakziah berasal dari akar kata al-aza = sabar. Takziah artinya berkunjung dan berucap kepada orang yang mendapat musibah karena ada anggota keluarganya yang meninggal. Kunjungan dan ucapan itu dimaksudkan untuk menghibur dan menyabarkan penerima musibah, meringankan kesusahannya, dan mengurangi rasa sedihnya dalam menghadapi musibah itu.Hukum takziah disunahkan (mustahabb) sekalipun kepada seorang zimmi. Menurut Imam Nawawi, Hambali, Sufyan As-Sauri, takziah disunahkan sebelum jenazah dikubur dan 3 hari sesudahnya. Hanafi berpendapat takziah disunahkan sebelum jenazah dikuburkan. Sayyid Sabbiq menyebutkan bahwa takziah bias dilakukan sesudah 3 hari apabila dalam waktu 3 hari si pentakziah atau yang ditakziahi tidak ada.[Ensiklopedi Islam 5, hal. 51, Fiqih Sunnah 2, hal. 130.]

Tujuan TakziahTujuan takziah adalah menghibur keluarga yang ditinggal agar tidak meratapi kematian dan musibah yang diterimanya. Apabila jika tidak dihibur maka keluarga almarhum/ almarhumah bias menangis dan susah. Keadaan demikian, menurut satu riwayat, akan memberikan pengaruh yang tidak baik terhadap almarhum/almarhumah. Takziah juga merupakan mau'izah (nasihat) bagi pelaku takziah agar mengingat kematian dan bersiap-siap mencari bekal hidup di akhirat karena maut dating tanpa memandang umur dan waktu. Kedatangannya tak dapat ditunda atau diajukan.[Ensiklopedi Islam 5, hal. 52].

Waktu TakziahImam Syafii dalam Kitab Al-Umm berkata : Apabila ikut menyaksikan jenazah, maka saya menyukai apabila ia mengundurkan taziyah sampai mayit itu dikuburkan; kecuali apabila ia melihat kesedihan dan kegundahan keluarga yang mendapat musibah, maka ia dapat datang untuk meringankan musibah itu.Dan saya menyukai apabila tetangga si mayit atau kerabatnya membuat makanan untuk keluarga mayit pada hari meninggal dan pada malam harinya yang dapat menyenangkan mereka, hal itu sunah dan merupakan sebutan yang mulia, dan merupakan pekerjaan orang-orang yang menyenangi kebaikan, karena tatkala datang berita wafatnya Jafar, maka Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda, Buatkanlah makanan untuk keluarga Jafar, karena telah datang kepada mereka urusan yang menyibukkan (Musnad Imam Syafii No. 602; Al-Umm 1/397 ; lihat Ringkasan Kitab Al-Umm 1, hal. 387]Imam Nawawi dalam kitab Raudhatuth Thalibin berkata : Saya katakan, Para sahabat Imam Asy-Syafii berpendapat, diperbolehkan taziyah sebelum acara penguburan mayat, apabila dia melihat itu perlu karena keluarga yang berduka benar-benar depresi dan tertekan. Semua itu dilakukan agar bisa menyabarkan mereka dan merelakan kepergiannya. Wallahu alam.Taziyah berlangsung selama tiga hari, dan tidak ada taziyah setelahnya, kecuali orang yang menghibur sedang pergi. Menurut satu pendapat dari mazhab Syafii, dia terus menghibur yang berduka, tapi pendapat itu aneh. Pendapat yang sahih adalah pendapat yang pertama karena lebih mendekati kebenaran untuk dilakukan.[Raudhatuth Thalibin 1/948-950].

Pendapat Para Ulama Tentang Berkumpul Di rumah Ahli Mayit1. Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Bulughul Maram mengutip hadits dari Abdullah Ibnu Ja'far Radliyallaahu 'anhu, dimana dia berkata: - - " , " , Ketika berita kematian Ja'far datang sewaktu ia terbunuh, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja'far karena telah datang sesuatu yang menyusahkan mereka. (HR. Imam Lima kecuali Nasa'i). [Bulughul Maram, hal. ]

2. Imam Ash-Shanani dalam kitab Subulussalam menjelaskan hadits di atas sebagai berikut :Hadits ini dalil yang menunjukkan bahwa keharusan mengasihani dan menghibur keluarga yang ditimpa musibah kematian dengan memasakkan makanan baginya, karena mereka sibuk mengurusi kematian itu. Tetapi Ahmad meriwayatkan dari Jarir bin Abdullah bin Bajali, Kami menganggap berkumpul ke tempat keluarga orang yang mati dan membuat makanan setelah penguburannya, termasuk ratapan, (HR. Ahmad, Ibnu Majah)Hadits dari Jarir bin Abdullah itu ditafsirkan bahwa maksudnya adalah pembuatan makanan oleh keluarga yang mati diberikan kepada mereka yang menguburkannya bersama mereka dan dihidangkan di hadapan mereka, sebagaimana yang biasa dilakukan oleh sebagian orang yang tidak mengerti.[Subulusssalam 1, hal. 889].

3. Asy-Syaukani dalam kitab Nailul Authar berkata :Ucapan Jarir (kita (semua sahabat) menganggap bahwa berkumpul di rumah ahli mayit dan membuat makanan sesudah ditanam mayit itu, masuk bilangan "meratap") maksudnya bahwa mereka menganggap berkumpul di rumah keluarga si mayat setelah dikuburkannya dan menyantap makanan di tempat mereka adalah termasuk meratapi mayat, karena hal itu membebani dan menyibukkan keluarga si mayat, padahal mereka telah dirundung musibah kematian, disamping itu, hal ini menyelisihi sunnah, karena yang diperintahkan kepada mereka adalah membuatkan makanan untuk keluarga si mayat, sehingga bila mereka melakukan itu, berarti menyelisihi perintah tersebut dan membebani keluarga tersebut untuk membuatkan makanan bagi orang lain.[Nailul Author 2, hal. 232-233]4. Al-Bakri Dimyati Dalam Kitab Ianatut Thalibin 2/165 menguraikan : : - - - - - - . . . . (). . - - : . ( ) . . - . .Dimakruhkan bagi keluarga mayit untuk duduk-duduk bertaziyah, dan membuat makanan supaya orang-orang berkumpul kesitu. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad dari Jarir bin Abdullah Bajali, dia berkata, Kami (para sahabat) berpendapat bahwa berkumpul-kumpul di rumah keluarga mayit dan membuat makanan sesudah penguburannya termasuk ratapan. Dan disunnahkan bagi tetangga keluarga mayit walau tetangga jauh dan kenalan mereka, meskipun bukan tetangga, dan kerabatnya yang jauh, meskipun tidak di negeri si mayit, membuatkan makanan untuk keluarganya yang bisa mencukupi mereka sehari semalam. Dan aku telah membaca pertanyaan yang ditujukan kepada Mufti Mekkah tentang apa yang dilakukan keluarga mayit dalam membuat makanan.Jawaban mereka adalah sebagai berikut. Bentuk pertanyaannya adalah : Bagaimana pendapat Mufti-mufti yang mulia di negeri haram, semoga mereka selalu bermanfaat bagi masyarakat sepanjang hari, tentang adapt khusus yang berlaku di suatu negeri yang disana ada beberapa orang, bahwa bila seseorang telah berpindah ke negeri pembalasan (meninggal), berlaku kebiasaan bahwa mereka menunggu makanan. Karena malu yang besar bagi keluarga mayat, mereka memaksakan sesuatu dengan sempurna, dan mereka menyiapkan banyak makanan untuk mereka dan menghadirkannya kepada mereka dengan bersusah payah. Apakah bila penguasa, dengan bersikap halus terhadap rakyat dan berbelas kasih kepada keluarganya, melarang kebiasaan tersebut secara total agar mereka kembali berpegang kepada sunnah yang mulia yang berasal dari mahluk yang paling mulia (Rasulullah), semoga Tuhan melimpahkan rahmat dan salam kepadanya, beliau bersabda : "Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja'far!. Apakah diberi pahala bila dilakukan larangan tersebut?. Berilah kami jawaban dengan jawaban yang sesuai dalil. Segala Puji bagi Allah, semoga Allah melimpahkan shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad, kepada keluarga dan sahabatnya, dan orang-orang yang menempuh jalan mereka sesudah beliau. Ya Allah, saya mohon kepadaMu agar diberi petunjuk kepada kebenaran. Ya. Apa yang dilakukan manusia dengan berkumpul di rumah keluarga mayat dan membuat makanan, merupakan bidah yang munkar dan akan diberi pahala bagi atas pemberantasannya.Dan apa yang ditradisikan (dibiasakan) orang tentang pembuatan makanan oleh ahli mayit, untuk mengundang orang banyak kepadanya, adalah bidah yang tidak disukai (oleh agama), sebagaimana berkumpul mereka untuk itu, karena telah sah apa yang diriwayatkan Jarir, Kami (sahabat) menganggap bahwa berkumpul di rumah ahli waris dan membuat makanan sesudah mayit ditanam, itu termasuk nihayag (meratapi mayat).[Ianatut Thalibin 2/165]

5. Ibnul Qayyim dalam kitab Zaadul Maad berkata :Tuntunan beliau (Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam) adalah menghibur (taziyah) keluarga mayat. Bukan termasuk tuntunan beliau mengumpulkan manusia lalu dibacakan Al-Quran. Semua ini merupakan bidah yang dibenci. Yang disunahkan ialah menciptakan suasana tenang, pasrah dan ridha terhadap qadha Allah. Tuntunan beliau adalah tidak membebani keluarga mayit untuk menghidangkan makanan. Tapi beliau justru menyuruh manusia agar mengirimkannya kepada keluarga mayit. Ini merupakan ahlak yang mulia dan dalam rangka meringankan beban penderitaan keluarga yang ditinggalkan mayit.[Zaadul Maad 1, hal. 65]

6.Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqih Sunnah berkata : , , , , , , , , . , , . , Oleh karena itu, apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang di masa kini, yaitu bertakziyah sambil duduk berkumpul, mendirikan tenda, membentangkan amparan, serta menghamburkan uang yang tidak sedikit, termasuk bidah yang dibuat-buat, dan bidah yang mungkar yang wajib dihindarkan oleh kaum muslimin dan terlarang mengerjakannya. Apalagi banyak pula terjadi hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Al-Quran dan menyalahi sunnah. Justru sebaliknya, ia sejalan dengan adat istiadat jahiliyah, misalnya menyanyikan ayat-ayat Al-Quran tanpa mengindahkan norma dan tata tertib qiraat, tanpa menyimak dan berdiam diri, sebaliknya asyik bersenda gurau dan merokok. Dan tidak hanya sampai di sini, tetapi orang-orang hartawan melangkah lebih jauh lagi. Mereka tidak puas dengan hari-hari pertama, tetapi mereka peringati pada hari keempat puluh untuk membangkitkan kemungkaran-kemungkaran dan mengulangi bidah ini. Tidak saja mereka peringati genap satu tahun masa wafatnya, tetapi juga genap dua tahun dan seterusnya, suatu hal yang tidak sesuai dengan pikiran sehat dan tuntunan Al-Quran dan sunnah Nabi.[Fiqih Sunnah 2, hal. 203-204].

7. Imam Nawawi dalam kitab Raudhatuth Thalibin berkata : Saya katakan, Penulis kitab Asy-Syamil mengatakan, Adapun menyiapkan makanan bagi keluarga yang berduka dan mengumpulkan orang-orang kepadanya, itu tidak pernah diriwayatkan sama sekaliDia menambahkan, Hal ini bidah dan tidak dianjurkan, sebagaimana yang telah dipaparkan.Jika para perempuan berkumpul untuk membuat makanan, maka mereka dilarang untuk mengambil makanan tersebut karena itu membantu untuk berbuat maksiat.[Raudhatuth Thalibin 1/139 (1/950].

Kesimpulan1. Dianjurkan bagi setiap muslim untuk bertakziah kepada keluarga yang tertimpa musibah kematian.2. Mayoritas ulama berpendapat bahwa takziah dilakukan tidak boleh melebihi hari ketiga.3. Mayoritas ulama menganjurkan bagi yang bertakziah untuk memberi makanan kepada keluarga yang tertimpa musibah.4. Mayoritas ulama berpendapat tidak boleh berkumpul dan makan-makan di rumah keluarga yang tertimpa musibah.Wallahu alam.

Sumber rujukan :-Azyumardi Azra dkk, Ensiklopedi Islam, PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.-Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, 2006-Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995.-Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shanani, Subulus salam, Darus Sunnah Press, Jakarta, 2006-Imam Asy-Syaukani, Nailul Author, Pustaka Azzam, Jakarta, 2006.-Imam Syafii, Ringkasan Kitab Al-Umm, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005-Imam Nawawi Raudhatuth Thalibin, Pustaka Azzam, Jakarta, 2007.-Al-Bakri Dimyati, Ianatut Thalibin (E-Book)-Ibnul Qayyim, Zaadul Maad, Pustaka Azzam, Jakarta, 2000