fazra raissa wulandari-fdk

Upload: serly-gustanti

Post on 27-Feb-2018

265 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    1/108

    PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK USAHA BERSAMA

    DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA LEBAK WANGI

    KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG

    SKRIPSI

    Di ajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos.I)

    Oleh :

    FAZRA RAISSA WULANDARI

    NIM: 107054102883

    PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    2/108

    PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK USAHA BERSAMA

    DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI DESA LEBAK WANGI

    KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG

    Skripsi

    Diajukan untuk memenuhi persyaratan

    Menempuh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

    Oleh

    FAZRA RAISSA WULANDARI

    NIM : 107054102883

    Di Bawah Bimbingan

    Dr. H. Asep Usman Ismail, MA.

    NIP. 19600721 199103 1 001

    JURUSAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2011

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    3/108

    PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Skripsi berjudul PERAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT KELOMPOK

    USAHA BERSAMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI

    DESA LEBAK WANGI KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG.

    Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 16 juni 2011. Skripsi ini telah diterima

    sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Kesejahteraan Sosial Islam (S.Sos.I)

    pada Program Studi Kesejahteraan Sosial.

    Jakarta, 16 Juni 2011

    Sidang Munaqasyah

    Ketua Merangkap Anggota Sekertasi Merangkap Anggota

    Siti Napsiyah, MSW Ahmad Zaky, MSi

    NIP. 197000903 199603 1 001 NIP. 150411158

    Penguji I Penguji II

    Drs. Helmi Rustandi, M.Ag Nurhayati Nurbus, MSi

    NIP. 196012081 988031 005 NIP. 150289775

    Pembimbing

    Dr. H. Asep Usman Ismail, MA.

    NIP. 19600721 199103 1 001

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    4/108

    LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah

    satu penyataan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

    merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

    sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Ciputat, 16 Juni 2011

    Fazra Raissa Wulandari

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    5/108

    i

    ABSTRAK

    Fazra Raissa Wulandari

    Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama Dalam

    Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan

    Timur Tangerang.

    Dimensi kemiskinan dapat diartikan sebagai kemiskinan yang disebabkan

    oleh faktor faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu peningkatan

    kesejahteraan rakyat Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak

    dilakukan khususnya bagi keluarga miskin, karena adanya kondisi yang

    menunjukan beban hidup yang semakin meningkat, pada dasarnya keluarga

    miskin memiliki kemampuan atau potensi yang ada pada diri mereka sebagai

    modal dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan

    sangat minim atau terbatas. Oleh karena itu pemerintaah melaksanakan programdan salah satunya KUBE, Adanya KUBE dalam melaksanakan program

    pemberdayaan keluarga miskin melalui program Kelompok Usaha Bersama

    pemerintah mempunyai mekanisme pelaksanaan program yaitu adanya Pembina

    teknis wilayah dengan dukungan anggaran dari APBD, sebagai pekerja sosial

    masyarakat yang cakupannya sebagai pendampingan tehadap keluarga miskin

    dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.

    KUBE merupakan dibentuk, tumbuh dan berkembang atas dasar

    prakarsanya sendiri, saling berinteraksi, antara satu dengan lain dan tinggal dalam

    satu wilayah tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

    prodiktivitas, modal sosial. Jenis kegiatannya adalah pada bidang pertanian,

    perternakan, perikanan, industri rumah tangga/ kerajinan rakyat, perdagangan danjasa. Adanya KUBE dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin

    melalui

    Salah satunya adalah Kelompok Usaha Bersama Monalisa Lebak Wangi

    Kecamatan Sepatan Timur berdiri pada Tahun 2008 yang dibentuk oleh Dinas

    Sosial Kabupaten Tangerang. KUBE ini dibentuk dengan latar belakang ingin

    meningkatkan kesejahteraan atau pengembangan usaha ekonomi keluarga miskin,

    karena begitu banyaknya pengangguran dan anak-anak putus sekolah yang hanya

    berdiam diri dan mengakibatkan kemiskinan.KUBE Monalisa Berawal dari

    pembuatan kue biasa yang dikelola oleh pribadi bergerak pada pembuatan kue

    kering seperti keripik, peyek, keripik pisang dll, yang berjumlah 10 orang

    Dari hasil penelitian bahwa peran pendampingan sangat diperlukan agarKUBE dapat berjalan dan berkembang dengan ditampilkannya pendamping,

    pendamping adalah seorang pekerja sosial dibidang kemasyarakatan yang

    perannya meliputi perencana, pembimbing, pemberi informasi, motivator,

    faslitator dan evaluator. Pendamping bukan seorang penyembuh tetapi adalah

    seorang pemecah masalah Penelitian ini menggunakan metode penelitian

    kualitatif dan jenis penelitian deskriptif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan

    adalah wawancara ,observasi, dan studi dokumen, dimana yang menjadi informan

    kunci dalam penelitian ini adalah Bidang Perencanaan, PSM dan ketua KUBE

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    6/108

    ii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirahmanirohim

    Saya panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan taufik dan hidayah-Ny, shalawat serta salam kita curahkan kepada

    junjungan NABI kita NABI MUHAMMAD SAW, serta keluarganya, para

    sahabatnya. Tanpa ijin-mu takkan ku mampu menyelesaikan skripsi ini.

    Kau memberikan kesehatan dalam setiap napasku, Kau memberikan

    kemudahan dalam setiap sulitkan, Kau memberikan kebahagian dalam setiap

    tangisku. Ya Rabb, kekhawatiranku tak terjadi, karena Kau telah

    menyelamatkanku dalam penyelesaian skripsi ini. Kini, akankah ku mampu

    mempertanggungjawabkan semuanya.

    Penulis menyadari bahwa karya tulus ini jauh dari kategori sempurna,

    sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Dengan penuh

    kerendahan hati, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi

    perbaikan skripsi dan sebagai bahan evaluasi serta intropeksi diri.

    Perjalan penulis dari awal pencaharian tempat, penyusunan dan

    penyelesaian karya tulis ini pun tidak luput dari orang-orang yang memberikan

    doa, motivasi, arahan serta kontribusi guna menyelesaikan karya tulis menjadi

    sebuah bentuk skripsi. Karena itu, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan

    seuntai ucapan terima kasih yang diiringi doa penuh harap, semoga Allah

    mendengarkan dan memberikan harapan yang terbaik kepada jiwa-jiwa tersebut.

    1. Dr. Arief Subhan, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    7/108

    iii

    2. Siti Napsiyah Arifuzzaman, MSW. Selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan

    Sosial.

    3. Ahmad Zaky, M.Si. Selaku Sekretaris jurusan Kesejahteraan Sosial.

    4. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, MA., Dosen pembimbing skripsi yang

    telah banyak memberikan inspirasi dan meluangkan waktunya serta

    banyak memberikan masukan kepada penulis mengenai penelitian yang

    telah penulis kerjakan semoga Allah memberikan kesehatan kepada beliau

    serta membalas segala amal ibadah beliau. Semoga anakmu ini bisa

    mengamalkan ilmunya dengan baik. Amien

    5. Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya

    dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial.

    6. Seluruh pegawai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khusunya pegawai

    perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta pegawai

    Perpustakaan Utama yang telah memberikan kemudahan kepada penulis

    dalam mencari buku yang penulis perlukan.

    7. Untuk kedua orang tuaku tercinta, Ayah tercinta (Drs. Udin Syamsudin)

    dan Mamah tercinta (Siti Napiyah), yang selalu sabar dalam

    membesarkanku, memberikan kasih sayang dan cinta yang tiada hentinya.

    Selalu ada bersamaku dan disampingku selalu, terima kasih atas semua

    doa untukku, semoga semua harapan dan cita-citaku tercapai untuk

    membahagiakanmu. Tak lupa pula, adik-adik tercinta (Fahmi Ilham

    Arjanggi), (Nia Amalia Baried), dan (Laily Intan Cahaya), yang selalu

    memberikan keceriaan untukku.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    8/108

    iv

    8. Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, khususnya Pak Peter, Pak Ade yang

    tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua dukungan

    dan motivasi kalian selama ini.

    9. Pendamping Kelompok Usaha Bersama khususnya, Terima kasih untuk

    Pak Subur yang membantu dalam penelitian ini.

    10. Anggota Kelompok Usaha Bersama, khususnnya Ibu Farida selaku ketua

    KUBE yang membantu memperlancar penelitian semoga saya bisa

    bermanfaat untuk masyarakat di Desa Lebak Wangi.

    11. Kawan-kawan Kessos, khususnya angkatan 2007 terima kasih atas

    motivasi dan dukungannya yang selalu ada disetiap duka dan suka dan

    yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

    12. Untuk alumni Ponpes Assiddiqyah dan teman-teman alumni terima kasih

    semua doa-doa kalian.

    13. Terima kasih untuk ( MRS ) semoga kita akan selalu bersama. Amien.

    14. Tak lupa semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya, namun penulis

    sangat mengucapkan terima kasih semoga Allah SWT membalas

    kebaikan-kebaikan kalian.

    Jakarta, 16 Juni 2011

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    9/108

    v

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ...................................................................................................... i

    KATA PENGANTAR..................................................................................... ii

    DAFTAR ISI ..................................................................................................iv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ......................................................1

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................8

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................8

    D. Metodelogi Penelitian ..........................................................10

    E. Tinjauan Pustaka .................................................................13

    F. Sistematika Penulisan ..........................................................15

    BAB II LANDASAN TOERI

    A. Peran ...................................................................................16

    1. Pengertian Peran ............................................................16

    B. Pekerja Sosial Masyarakat ...................................................18

    1. Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat ............................18

    2. Peran Pekerja Sosial Masyarakat ....................................20

    3. Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat ...............................22

    C. Kelompok Usaha Bersama....................................................23

    1. Pembentukan Kelompok Usaha Bersama .......................23

    2. Tujuan Kelompok Usaha Bersama ..................................24

    3. Kelembagaan Kelompok Usaha Bersama .......................26

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    10/108

    vi

    D. Pemberdayaan .....................................................................28

    1. Pengertian Pemberdayaan ...............................................28

    2. Strategi Pemberdayaan ..................................................29

    3. Tahapan Pemberdayaan ..................................................31

    E. Keluarga Miskin ..................................................................34

    1. Pengertian Keluarga Miskin ..........................................34

    2. Indikator Keluarga Miskin .............................................36

    BAB III GAMBARAN UMUM KELOMPOK USAHA BERSAMA

    MONALISA

    A. Gambaran Umum Desa Lebak Wangi

    1. Sejarah Desa Lebak Wangi .............................................38

    2. Sejarah Pemerintahan Desa ............................................39

    3. Kondisi Geografi ............................................................39

    4. Kondisi Demografi .........................................................41

    5. Kondisi Sosial ................................................................41

    6. Kondisi Ekonomi ..........................................................42

    B. Kelompok Usaha Bersama ...................................................43

    1. Profil Kelompok Usaha Bersama ....................................43

    2. Visi, Misi dan tujuan KUBE Monalisa ...........................44

    3. Kegiatan KUBE Monalisa ..............................................45

    4. Sturuktur KUBE Monalisa .............................................46

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    11/108

    vii

    BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS

    A. Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha

    Bersama di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur

    Tangerang ...........................................................................48

    B. Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat KUBE dalam

    Pemberdayaan Keluarga Miskin .. ........................................61

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................63

    B. Saran ...................................................................................65

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    12/108

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang senantiasa

    hadir di tengah tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang.

    Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan, baik para

    akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan pun

    terus dikembangkan untuk menyibak tirai dari misteri kemiskinan ini. Di

    Indonesia, masalah kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa

    relevan untuk dikaji terus menerus. Ini bukan saja karena masalah kemiskinan

    telah ada sejak lama tetapi kemiskinan masih hadir di tengah-tengah kita saat

    ini1. Kemiskinan merujuk pada kekurangan jaringan dan struktur sosial yang

    mendukung dalam mendapatkan kesempatan-kesempatan peningkatan

    produktivitas. Dimensi kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai

    kemiskinan yang disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat seperti

    faktor internal dan eksternal.2

    Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan rakyat di Indonesia saat ini

    dirasakan sudah sangat mendesak dilakukan khususnya bagi keluarga miskin,

    karena adanya kondisi yang menunjukan beban hidup yang harus ditanggung

    oleh keluarga miskin yang semakin meningkat, pada dasarnya keluarga miskin

    memiliki kemampuan atau potensi yang ada pada diri mereka sebagai modal

    1 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat ( Bandung : Refika

    Aditama, 2005 ), h. 131.2 Ibid., h. 135.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    13/108

    2

    dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya walaupun dalam keadaan

    sangat minim atau terbatas.3

    Terlihat bahwa beban hidup yang ditanggung oleh keluarga miskin

    sangat berat terlebih lagi keperluan hidup sangat besar, kita bisa lihat bahwa

    jumlah keluarga miskin di Kabupaten Tangerang masih berada di atas rata-

    rata yang harus ditangani, meski sedikit berkurang jumlah keluarga miskin

    di Kabupaten Tangerang, tetapi membutuhkan penanganan yang sangat

    serius. Tingginya harga kebutuhan dan rendahnya daya beli masyarakat

    menjadi salah satu pemicu adanya keluarga miskin. Dinas Kesejahteraan

    Sosial Kabupaten Tangerang mencatat jumlah keluarga miskin tahun 2009

    sebanyak 177.729 KK, dan 2010 sebanyak 165.512 KK.4

    Bersumber Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tangerang ada 36

    kecamatan di Kabupaten Tangerang yang jumlah kemiskinannya tertinggi,

    yang berada di wilayah Pantai Utara Tangerang, seperti Kecamatan Teluk

    Naga dengan jumlah 20.508 Kepala keluarga, Rajeg 11.624 KK, Paku Haji

    10.905 KK, dan Kresek 8.892 KK5, yang jumlah pendapatan adalah Rp

    175.000 perbulan, yang sampai saat ini keadaannya sangat memprihatinkan.

    Banyaknya keluarga miskin yang ada pada saat ini karena adanya

    masalah yang dihadapi keluarga miskin seperti: menghadapi penghasilan

    rendah dibawah garis kemiskinan dan dapat diukur dari tingkat pengeluaran

    3 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

    Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui

    Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro2004, h.114Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Buku Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan

    Kemampuan Bagi Pendampingan Sosial dan BKM 2010, h.95Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Laporan Realisasi Kegiatan Pembangunan Bidang

    Urusan Sosial 2009, h.5

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    14/108

    3

    per-orang-per bulan berdasarkan standar BPS per wilayah propinsi dan

    kabupaten/kota, tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu

    anggota keluarga yang sakit, tidak mampu membianyai pendidikan dasar 9

    tahun bagi anak-anaknya dan rumah yang tidak layak huni6.

    Sehingga dapat kita lihat bahwa keluarga miskin berhak memperoleh

    pelayanan kesejahteraan sosial atau peningkatan untuk kehidupan sehari-hari

    karena keluarga miskin termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial

    (PMKS) yang membutuhkan penanganan yang sungguh-sungguh, terpandu

    secara lintas sektor dan berkelanjutan7. Pemenuhan taraf kesejahteraan

    keluarga miskin perlu diupanyakan mengingat sebagian besar belum mencapai

    taraf kesejateraan sosial.

    Dalam hal ini Departemen Kementerian RI telah merancang dan

    mengimplemtasikan program penanganan kemiskinan melalui beberapa jenis

    program seperti: Proyek Bantuan Kesejahteraan Sosial (BKS), Program

    Kesejanteraan Sosial KUBE (Prokesos KUBE), Program Bantuan Sosial Fakir

    Miskin (BSFM) dan lain-lain diseluruh propinsi dengan sasaran keluarga

    miskin, baik di perkotaan dan pedesaan.8

    Melalui program inilah pemberdayaan keluarga miskin dirancangkan

    guna untuk mengurangi terjadi peningkatan yang besar, dalam konteks

    pembangunan kesejahteraan sosial berarti peningkatan kapasitas (Capacity

    6 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

    Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui

    Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, h.15.7 Ibid., h.1.8 Joyakin Tampubolon, (ed)., Implementasi Program Pemberdayaan Fakir miskin,

    (Jakarta : Puslitbang Kesejahteraan Sosial-Departement Sosial, 2007), h.1.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    15/108

    4

    Building) agar para penerima pelayanan sosial memiliki kemampuan dan

    kepercayaan diri dalam memenuhi kebutuhan dasar.9

    Pemberdayaan memiliki konteks yang luas begitu banyaknya program

    pemberdayaan yang guna meningkatkan taraf hidup masyarakat seperti

    pemberdayaan sosial, kesehatan dan ekonomi melalui intervensi mikro dan

    makro. Pemberdayaan berguna untuk mengembangkan klien dari keadaan

    tidak atau kurang berdaya mempunyai daya guna mencapai kehidupan untuk

    lebih baik.10

    Usaha mengatasi penanggulangan keluarga miskin melalui

    pemberdayaan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah melaui berbagai

    program yang telah ada. Salah satu dari program tersebut adalah program

    pengembangan usaha ekonomi produktif melalui kelompok usaha bersama

    (KUBE). Program ini ditujukan untuk meningkatkan motivasi keluarga miskin

    untuk lebih maju, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok,

    mendayagunakan potensi sumber sosial ekomoni lokal keluarga miskin, dan

    memperkuat budaya kewirausahaan.

    Program ini diharapkan menjadi lokasi program untuk menyediakan

    kontribusi pendanaan, untuk meningkatkan motivasi keluarga miskin supaya

    maju, meningkatkan interaksi dan kerjasama dalam kelompok keluarga

    miskin, mendayagunakan potensi sumber sosial ekonomi lokal, memperkuat

    9 Artikel di Akses pada 27 Maret 2011 dari http://www.banjar-jabar.go.id/index10

    Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

    Komunitas( Jakarta :Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2003 ) ,h.53

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    16/108

    5

    budaya kewirausahaan, dan mengembangkan ekonomi pasar dan menjalin

    kemitraan sosial ekonomi dengan pihak yang terkait.11

    Kegiatan usaha ekonomi produktif yang dikembangkan meliputi

    bidang pertanian, perternakan, perikanan, industri rumah tangga, jasa dan

    kegiatan ekonomi lainnya, kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pemberian

    bantuan modal usaha, sarana prasarana ekonomi dan santunan hidup yang

    disalurkan secara langsung atau melalui mekanisme perbankan.

    Pengembangan KUBE yang ditujukan untuk mewujudkan kemandirian usaha

    ekonomi keluarga miskin, meningkatkan tanggung jawab sosial dunia usaha

    dalam penanggulangan kemiskinan.

    Dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 84/HUK/1997 tentang

    Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sosial Keluarga Miskin, dan untuk

    Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial lintas Kabupaten/

    Kota yang mengaju pada pasal 10 UU No 32 tahun 200412

    , maka

    pemberdayaan untuk keluarga miskin dapat dilaksanakan.

    Dalam melaksanakan program pemberdayaan keluarga miskin melalui

    program Kelompok Usaha Bersama pemerintah mempunyai mekanisme

    pelaksanaan program yaitu adanya Pembina teknis wilayah dengan dukungan

    anggaran dari APBD, sebagai pekerja sosial masyarakat yang cakupannya

    sebagai pendampingan yang disebut sebagai pekerja sosial masyarakat,

    tehadap keluarga miskin dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial.

    11Departement Sosial RI, Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial, Pemberdayaan Fakir

    Miskin 2006, h.1.12

    Departement Sosial RI, Panduan Operasional Program Pemberdayaan Fakir Miskin

    2005, h. 39.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    17/108

    6

    Pekerja sosial dibentuk dan ditentukan oleh ketua tim Pembina (Bupati/

    Walikota)13

    . Pekerja sosial berguna untuk memecahkan masalah dan

    mengembangkan KUBE agar dapat dilaksanakan dengan baik berjalan dengan

    lancar dan KUBE dapat tumbuh, maju dan mandiri. Karena pendamping

    adalah pemandu yang mempengaruhi segala aktifitas KUBE.14

    Dalam tataran pelaksanaan terkadang antara teori dan pelaksanaan

    pekerja sosial di lapangan kurang begitu berjalan dengan baik, dikarenakan

    banyak yang tidak bisa membedakan bagaimana menjadi pekerja sosial

    profesional atau sebagai relawan di bidang sosial, sehingga dalam pelaksanaan

    di lapangan kurang begitu berjalan lancar. Oleh sebab itu keberhasilan dalam

    penanganan permasalahan dalam pemberdayaan keluarga miskin harus

    diperlukan tenaga pekerja sosial yang cakupannya sebagai pendamping sosial

    yang menguasai disiplin ilmu kesejahteraan sosial.

    Kondisi emperik menunjukkan bahwa pendamping sosial, baik

    pemerintah maupun masyarakat, baik di pusat maupun di daerah ada yang

    berlatar belakang pekerja sosial professional. Pekerja sosial professional

    memiliki kriteria antara lain tingkat pendidikan minimal adalah sarjana (S1)

    atau Diploma IV, mempunyai pengalaman minimal 2 tahun dalam

    pendampingan sosial atau pengembangan masyarakat (community

    deveploment), mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang pembangunan

    kesejahteraan sosial, mempunyai pengetahuan dan keterampilan pekerja sosial

    yang diperoleh melalui pendidikan formal dan non formal, mempunyai

    13Ibid., h. 41.14

    Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir

    Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial ( P2FM- BLPS)2009, h.93.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    18/108

    7

    pengetahuan dan keterampilan di bidang lembaga dan keuangan mikro, dan

    mempunyai kemampuan manajerial.15

    Pekerja sosial professional tergabung dalam Ikatan Pekerja Profesional

    Indonesia (IPSPI) yang merupakan landasan untuk memutuskan persoalan-

    persoalan etika, apabila perilaku pekerja sosial professional dinilai

    menyimpang dari standar perilaku etis dalam melaksanakan hubungan-

    hubungan profesionalnya dengan kelayakan, kolega, profesi dan dengan

    masyarakat16

    .

    Sehingga, pekerja sosial professional diharapkan menciptakan sinergi

    yang harmonis dan efektif dalam mencapai tujuan pembangunan dan

    pelayanan kesejahteraan sosial, khususnya untuk tenaga kesejahteraan sosial

    masyarakat yang dijadikan sebagai pendamping sosial17

    .

    Pekerja sosial diharapkan sebagai agen perubah yang turut terlibat

    membantu memecahkan persoalan yang ada khususnya dalam pemberdayaan

    keluarga miskin. Berdasarkan masalah di atas diperlukan penelitian apakah

    pendamping sosial sudah berperan secara optimal dalam pemberdayaan

    masyarakat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti subyek di atas

    dengan judul.

    Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

    Dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi

    Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.

    15 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

    Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui

    Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, h.111.16Artikel di akses pada tanggal 06 april 2011 dari http://ichwanmuis.com/?p=170817

    Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir

    Miskin Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial ( P2FM- BLPS), h.1.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    19/108

    8

    B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

    Agar penulisan ini menjadi terarah dan mempunyai titik fokus yang

    jelas, maka penulis membatasi penelitian ini pada peran Pekerja Sosial

    Masyarakt dengan pembatasan yang hanya meliputi peran sebagai

    perencana, peran pembimbing, peran sebagai pemberi informasi, peran

    sebagai motivator, peran sebagai fasilitator, dan peran sebagai evaluator.

    Yang penelitiannya sejak tanggal 31 Maret 2011 - 31 Mei 2011

    2. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pembatasan masalah serta eksplorasi permasalahan

    pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah:

    a. Bagaimana Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama

    (KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin di Desa Lebak Wangi

    Kecamatan Sepatan Timur Kabupaten Tangerang ?

    b. Bagaimana Kegiatan Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha

    Bersama (KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin Desa Lebak

    Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang ?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk :

    a. Tujuan Umum :

    Untuk mengetahui peran pendamping kelompok usaha bersama

    (KUBE) dalam pemberdayaan keluarga miskin

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    20/108

    9

    b. Tujuan Khusus :

    Mendeskripsikan proses pekerja sosial masyarakat dalam

    pemberdayaan keluarga miskin.

    2. Manfaat penelitian

    Adapun manfaat penelitian ini adalah :

    a. Manfaat Akademis

    1) Memberikan sumbangan pengetahuan peran dan tugas

    pendampingan sosial dan proses pelaksanaan dalam pemberdayaan

    keluarga miskin.

    2) Memberikan sumbangan pengetahuan dan proses pelaksanaan

    pendampingan sosial keluarga miskin untuk meningkatkan

    kompetensi di bidang pemberdayaan masyarakat

    3) Menjadi bahan pijakan untuk penelitian selanjutnya.

    b. Manfaat Praktisi

    1) Memberikan masukan dan saran untuk para praktisi pemberdayaan

    keluarga miskin baik yang aktif di lembaga pemerintahan maupun

    swadaya masyarakat (LSM).

    2) Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut,

    khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengan permasalahan

    pemberdayaan keluarga miskin.

    3) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan dalam

    lingkup kesejahteraan sosial.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    21/108

    10

    D. Metodelogi Penelitian

    1. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualiltatif, yaitu metode

    penelitian yang dihasilkan dari data-data yang dikumpulkan dan berupa

    kata-kata dan merupakan suatu penelitian alamiah. Bogdan dan taylor

    mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang

    menghasilkan data deskritif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari

    orang-orang perilaku yang diamati.

    18

    2. Macam dan Sumber Data

    a. Data primer adalah data yang belum tersedia sehingga untuk

    menjawab masalah penelitian, data harus diperoleh dari sumber aslinya

    atau data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

    sumber asli, yaitu dari Bidang Perencanaan 1 orang, Tenaga Pekerja

    Sosial Masyarakat 1 orang, Ketua KUBE 1 orang.

    b. Data sekunder adalah Data ini merupakan data yang diperoleh dari

    catatan-catatan atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun

    instansi yang terkait lainya. Data sekunder ini penulis peroleh dari

    profil KUBE, dan profil Desa Lebak Wangi 2011-2011.

    3. Teknik Pengumpulan Data

    a. Observasi

    Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang berasal dari

    bahasa latin yang berarti melihat dan memperhatikan19

    . Observasi

    18 Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif,( Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2007),hal. 4.19

    Tristiadi Ardi, Observasi dan wawancara,( Malang : Bayumedia Publishing, 2003),

    h.1.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    22/108

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    23/108

    12

    4. Teknik Analisis Data

    Setelah data yang di perlukan terkumpul, langkah selanjutnya

    adalah menyusun data secara sistematis sesuai dengan rumusan masalah

    dan tujuan penelitian. Dalam melakukan analisi dan penulis menggunakan

    metode deskriptif yaitu teknik analisis data dimana penulis terlebih dahulu

    memaparkan semua data yang diperoleh mengenai, segala bentuk pekerja

    sosial masyarakat ataupun aktifitas KUBE.

    5. Keabsahan Data

    Teknik Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini memiliki

    kriteria sebagai berikut:

    a. Kriteria kredebilitas (derajat kepercayaan), yaitu kriterium ini dapat

    menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data dengan

    memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data tersebut untuk keperluan

    pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Triagulasi)21

    ,

    hal ini dicapai dengan jalan (1) membandingkan dokumen dokumen

    yang berhubungan dengan KUBE Monalisa dengan hasil data

    wawancara binaan KUBE Monalisa. (2) membandingkan antara

    jawaban yang diberikan oleh pekerja sosial masyarakat dengan

    angggota KUBE mengenai program Kelompok Usaha Bersama.

    b. Kriterium kepastian, menurut Scriven ( dalam Lexy, 2004) yaitu masih

    ada unsur kualitas yang melekat pada konsep objektivitas. Hal itu

    digali dari pengertian bahwa jika sesuatu objektif, berarti dapat

    21Lexy. J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosydakarya,

    2004), Cet. Ke-20, h. 330

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    24/108

    13

    dipercaya, factual dan dapat dipastikan22

    . Dalam penelitian ini, peneliti

    membuktikan data-data ini terpercya yaitu dengan data-data yang di

    dapat dari rekaman hasil wawancara terhadap penelitian. Adapun dari

    segi faktual, adalah melihat program yang diteliti, yaitu program

    kelompok usaha bersama dalam pemberdayaan keluarga miskin yang

    dilaksanakan oleh pekerja sosial masyarakat yang berperan sebagai

    pendamping sosial. dalam hal ini peneliti dapat memastikan, bahwa

    kepastian program KUBE dengan adanya peran pekerja sosial

    masyarakat melalui rekaman hasil wawancara.

    6. Waktu dan Tempat Penelitian

    Waktu penelitian ini dimulai sejak tanggal 31 Maret 2011 dan

    penelitian berakhir pada 31 Mei 2011. Adapun tempat peneltian ini di

    KUBE MONALISA di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur

    Tangerang.

    7. Teknik Penulisan

    Teknik penulisan skripsi ini mengacu kepada Buku Hamid Nasuhi,

    dkk, pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi),

    (CeQDA-UIN Jakarta, 2007) Cet. Ke.-1.

    E. Tinjauan Pustaka

    Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, ada beberapa karya ilmiah yang

    berbentuk skripsi dan pembahasannya sangat dekat dengan tema yang penulis

    angkat dalam skripsi ini, antra lain :

    22Ibid, h.326

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    25/108

    14

    1. Hasil peneliti Hilda Avisha, dengan judul pendampingan program

    kemitraan pada tanggung jawab sosial perusahaan PT. Aneka Tambang,

    Tbk di wilayah Jakarta selatan, (Jakarta : UIN,2009). Pembahasan dalam

    skripsi tersebut menjelaskan tentang bagaimana Proses pendampingan dan

    faktor-faktor penghambat dalam menjalankan pendampingan di PT. Aneka

    Tambang, Tbk .

    2. Hasil penelitian winny widayana, dengan judul pendampingan usaha

    produktif melalui mediator pemandirian Program gerakan Masyarakat

    masndiri (GMM) Pemda Kab. Bogor di Desa Pasir Gaok Bogor (studi

    kasus pada kelompok silih asih 1, kelompok silih asih 3 dan kelompok

    Prayoga), (Jakarta : UIN, 2008). Pembahasan dalam skripsi tersebut

    menjelaskan mengenai proses pendampingan dengan menjabarkan

    tahapan-tahapan pendampingan usaha produktif yang di laksanakan oleh

    pemda Kab. Bogor terhadap tiga kelompok binaan di Desa Pasir Gaok

    serta faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung. Dari skripsi

    itulah peneliti mencoba membahas peran pendamping dan kegiatan

    pendamping yang di lakukan Tenaga Kesejahteraan Sosial kecamatan dan

    pekerja Sosial Masyarakat yang menjalankan kepedulian sosialnya, dan

    karena itulah peneliti mengangkat skripsi yang berjudul Peran

    Pendamping Kelompok Usaha Bersama Dalam Pemberdayaan Keluarga

    Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang.

    Namun demikian, peneliti tidak menafikan diri bahwa hasil dari karya

    ilmiyah di atas memberikan inspirasi bagi peneliti untuk mengangkat skripsi

    yang bertema Peran Pendamping Kelompok Usaha Bersama Dalam

    Pemberdayaan Keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan

    Timur Tangerang.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    26/108

    15

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudah pembahasan dalam skripsi ini penulis membagi

    dalam lima bab, yaitu :

    BAB I : Membahas Tentang Latar Belakang Masalah, Fokus dan Masalah,

    Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian dan Sistematika

    Penulisan

    BAB II : Membahas Kerangka Teori Peran Pendamping KUBE Meliputi :

    Pengertian Peran, Pengertian Pendamping KUBE, Peran Pendamping KUBE,

    Tugas Pendamping KUBE, Prose Pendamping KUBE, Pembentukan KUBE,

    Tujuan KUBE, Kelembagaan KUBE, Pengertian Pemberdayaan, Strategi

    Tahapan Pemberdayaan, Pengertian keluarga miskin, Indikator Keluarga

    Miskin

    BAB III: Gambaran Umum Pendamping Kube Monalisa Profil KUBE, Visi,

    Misi dan Tujuan KUBE, Kegiatan Pemasaran KUBE, Struktur Organisasi

    KUBE, Gambaran umum KUBE, Sejarah Pemerintahan Desa, Kondisi

    geografis, Kondisi Sosial, Kondisi Demografi, Kondisi Ekonomi

    BAB IV : Menjelaskan Tentang Analisis Peran Pendamping Kube Dalam

    Pemberdayaan keluarga Miskin di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan

    Timur Kabupaten Tangerang meliputi Tentang Peran Pendamping Kube dalam

    Pemberdayaan keluarga Miskin, meliputi : Analisi Peran Pendamping Kube,

    dan tahapan kegiatan Pendamping KUBE.

    BAB V: Penutup Yang Meliputi Kesimpulan dan Saran-Saran.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    27/108

    16

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Peran

    1. Pengertian Peran

    Peran dan kedudukan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain,

    tak ada peran tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peran. Sebagaimana

    halnya peran berasal dari kata peranan (role)merupakan aspek dinamis

    kedudukan (status) apabila seseorang melaksanakan hak dan

    kewajibannya. Peran juga mempunyai dua arti yaitu setiap orang

    mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola-pola pergaulan

    hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peran menetukan apa yang

    diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan kesempatan apa yang

    diberikan oleh masyarakat kepadanya.1

    Pentingnya peran karena peran mengatur perilaku seseorang, peran

    menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan

    perbuatan-perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan dapat

    menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang-orang

    sekelompoknya.

    Peran yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan

    posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam

    masyarakat yaitu (social-position) merupakan unsur statis yang lebih

    1Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994),

    h. 268.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    28/108

    17

    banyak menunjuk pada fungsi, penyesuian diri dan sebagai masyarakat

    serta menjalankan suatu peran2. Peran mungkin mencangkup tiga hal,

    yaitu :

    a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

    tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan

    rangkaian peran-peran yang membimbing seseorang dalam kehidupan

    kemasyarakatan.

    b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh

    individu dalam masyarakat sebagai organisasi

    c. Peran juga dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi

    struktur sosial masyarakat.

    Dalam skripsi ini penulis melihat peran yang digunakan dalam

    penelitian adalah peran yang meliputi norma-norma yang dihubungkan

    dengan posisi tempat seseorang dalam masyarakat karena seseorang yang

    mempunyai kedudukan dalam sruktur masyarakat dapat mempertanggung

    jawabkan tugas atau fungsinya dengan baik

    Oleh karena itu dapat menyesuaikan dirinya agar masyarakat

    melihat bahwa seseorang yang mempunyai peran dapat membimbing

    masyarakat tanpa mencari keuntungan semata dan imbalan. Seseorang

    yang mempunyai peran bekerja hanya untuk memberikan pelayanan dan

    dapat membangun komunikasi dengan menghormati harkat-martabat dan

    harga diri masyarakat.

    2Ibid., h.269-270.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    29/108

    18

    B. Pekerja Sosial Masyarkat

    1. Pengertian Pekerja Sosial Masyarakat

    Pekerja sosial merupakan satu strategi yang sangat menentukan

    keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan prinsip

    keberhasilan pekerja sosial, yakni membantu orang agar mampu

    membantu dirinya sendiri. Peran seorang pekerja sosial seringkali

    diwujudkan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai

    penyembuh atau pemecah masalah (problem solver)secara langsung, oleh

    karena itu pekerja sosial sebagai agen perubah yang turut terlibat

    membantu memecahkan persoalan dalam pemberdayaan masyarakat.3

    Pekerja sosial adalah suatu proses menjalin relasi sosial antara

    pendampingan dengan dan masyarakat sekitarnya, dalam rangka

    memecahkan masalah, memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai

    sumber atau potensi dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta

    meningkatkan akses anggota pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan

    fasilitas pelayanan publik lainnya4. Pekerja Sosial dipersiapkan dengan

    baik agar memiliki kemampuan untuk memfasilitasi anggota dengan baik.5

    Agar menjadi terarah dalam pemberdayaan masyarakat perlu

    adanya tujuan yang sebagaimana dikemukakan oleh Gunawan6 bahwa

    tujuan pekerja sosial adalah :

    3 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat ( Bandung : Refika

    Aditama, 2005), h.93.4 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

    Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin MelaluiKelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro2004, h.7.

    5Ibid., h. 1016 Gunawan Sumodiningrat, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa ( Jakarta : Elex Media

    Komputindo. 2009), h.106

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    30/108

    19

    a. Meningkatkan motivasi kemampuan dan peran anggota dalam

    mencapai kualitas hidup dan kesejahteraan anggotannya.

    b. Meningkatkan kemampuan yang didampingi dalam menemukali

    permasalahan dan potensi sumber daya sosial dan ekonomi yang ada di

    lingkungannya.

    c. Meningkatkan kemampuan dalam hal merencanakan melaksanakan,

    mengevaluasi usaha ekonomi produktif, termasuk dalam penyusunan

    proposal pengembangan usaha.

    d. Meningkatkan kemampuan dalam mempertanggung jawabkan

    pemanfaatan dana bantuan untuk usaha ekonomi produktif dengan

    membuat pembukuan sederhana dalam meningkatkan akses keuangan.

    Selain itu pekerja sosial dalam melaksanakan keberfungsian

    pekerja sosial dalam masyarakat dilihat dari beberapa strategi pekerja

    sosial antara lain:7

    a. Meningkatkan kemampuan orang dalam menghadapi masalah yang

    dialaminya

    b. Menghubungkan orang dengan sistem dan jaringan sosial yang

    memungkinkan mereka menjangkau atau memperoleh berbagai

    sumber, pelayanan dan kesempatan

    c. Meningkatkan kinerja lembaga-lembaga sosial sehingga mampu

    memberikan pelayanan sosial secara efektif, berkualitas dan

    berperikemanusiaan

    7Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h.21.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    31/108

    20

    d. Merumuskan dan mengembangkan perangkat hukum dan peraturan

    yang mampu menciptakan situasi yang kondusif.

    Dalam hal ini, pendamping mengajak masyarakat untuk bekerja

    bukan berdasarkan kebutuhan apa yang dirasakan oleh pekerja sosial saja,

    tetapi diawali dari kebutuhan apa yang memang dirasakan oleh masyarakat.

    Pendamping tidak dapat memaksakan untuk melibatkan masyarakat pada

    sesuatu yang mereka belum siap.

    2. Peran Pekeja Sosial

    Dalam melaksanakan fungsi, tugas dan kegiatan Pekerja Sosial

    dalam melakukan pendamping sosial dapat menjalankan peran yang

    meliputi : Perencana, Pembimbing, Pemberi Informasi, Motivator,

    Fasilitator dan Evaluator.8

    a. Perencana

    Perencana memerlukan visi Berorientasi ke depan sebagai

    kekuatan pendorong dalam mengembangkan potensi dan peningkatan

    kemampuan. Pendamping sosial sebagai perencana bertugas

    menetapkan tujuan dan merumuskan perencanaan yang efektif, dengan

    terlebih dahulu memperoleh gambaran awal tentang sruktur sosial-

    ekonomi aktual masyarakat yang dapat mempengaruhi upaya

    pemberdayaan yang akan dilaksanakan.

    8Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosia Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejateraan

    Sosial Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin

    Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial, 2009, h. 107.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    32/108

    21

    b. Pembimbing

    Sebagai pembimbing, pendamping sosial dituntut kemampuan dan

    keterampilan untuk mengajak, mengarahkan, dan membina sehingga

    mengerti, memahami, dan melaksanakan hasil bimbingan secara aktif

    dalam melaksanakan aktivitas sosial ekonominya.

    c. Pemberi Informasi

    Pendamping sosial memberikan penjelasan tentang gambaran

    umum program pemberdayaan, manfaat melakukan usaha ekonomi

    produktif dengan cara mengembangkan kegiatan sosial, ekonomi, dan

    kelembagaan, cara memanfaatkan lembaga keuangan mikro, dan

    sebagainnya.

    d. Motivator

    Pendamping sosial memberikan rangsangan dan dorongan

    semangat kepada anggota, sehingga mereka dapat mengenali masalah

    dan kekuatan yang dimilikinya. Pendamping sosial dapat memunculkan

    parisipasi, sehingga diharapkan dapat merubah sikap, pola pikir, dan

    dapat mengembangkan potensinya melalui upaya pemberdayaan yang

    dilaksanakan

    e. Fasilitator

    Pendamping sosial memberikan kemudahan baik berupa barang,

    peralatan, maupun ketentuan, sehingga membantu meningkatkan

    kemampuan melaksanakan berbagai kegiatan sosial, ekonomi, dan

    kelembagaan, serta mengatasi berbagai kendala dan masalah.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    33/108

    22

    Fasilitator sebagai penanggung jawab untuk membantu klien menjadi

    mampu menangani teakanan situasional atau transisional.

    Pengertian pada fasilitator yang didasari oleh visi pekerja sosial

    bahwa setiap perubahan terjadi pada dasarnya dikarenakan oleh

    adanya usaha-usaha klien sendiri, dan peran pekerja sosial adalah

    memfasilitasi atau memungkinkan klien mampu melakukan perubahan

    yang ditetapkan dan disepakati bersama.

    f. Evaluator

    Pendamping sosial dapat memberikan penilaian, saran dan

    masukan, tentang pilihan mana yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

    Disamping itu, pendamping dapat memberika penilaian terhadap

    keseluruhan program guna meningkatkan kualitas program

    pendampingan sosial.

    3. Kegiatan Pekerja Sosial

    Kegiatan pendampingan sosial merupakan serangkaian kegiatan

    yang saling berhubungan dan mempengaruhi satu dengan yang lain.

    Keberhasilan atau kegagalan suatu tahap kegiatan akan mempengaruhi dan

    dipengaruhi oleh proses ini yaitu:9

    a. Menumbuhkan Kepercayaan

    Proses ini adalah kegiatan yang terencana dalam membantu klien

    dengan cara menciptakan hubungan pribadi dengan para tokoh

    9 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

    Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui

    Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h. 121

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    34/108

    23

    masyarakat, seperti : tokoh agama, tokoh adat,dan pihak-pihak yang

    terkait dilingkungan mereka.

    b. Menciptakan Kesepakatan

    Proses kegiatan terencana dalam membantu klien memastikan

    kesediaan mereka menerima pendamping sosial dalam membantu

    melaksanakan kegiatan dibidang sosial ekonomi, kelembagaan

    c. Membentuk tim kerja kelompok

    Proses kegiatan yang terencana dalam membantu klien guna

    memecahkan masalahnya melalui pembentukan tim kerja kelompok

    sesuai dengan uraian tugas disepakati oleh mereka.

    d. Identifikasi dan Memobilisasi Sumber

    Proses kegiatan yang terancana dalam membantu kelompok untuk

    mengetahui yang terancana dalam membantu kelompok untuk

    mengetahui kondisi permasalahan dan potensi serta sistem sumber

    yang ada di lingkungannya.

    Mobilisasi adalah proses kegiatan yang terancana dalam membantu

    klien guna menghimpun, mendorong, mendayagunakan sistem sumber

    yang ada di lingkungannya.

    C. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

    1. Pembentukan KUBE

    KUBE dibentuk dilandasi oleh nilai filosofis dari, oleh dan

    untuk masyarakat. Artinya bahwa keberadaan suatu kelompok KUBE di

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    35/108

    24

    manapun (desa atau kota) adalah berasal dari dan berada di tengah-tengah

    masyarakat. Pembentukannya oleh masyarakat setempat dan

    peruntukannya juga untuk anggota dan masyarakat setempat.

    Karena konsep yang demikian, maka pembentukan dan

    pengembangan KUBE harus berincikan nilai dan norma budaya setempat,

    harus sesuai dengan keberadaan sumber-sumber dan potensi yang tersedia

    di lingkungan setempat, juga harus sesuai dengan kemampuan SDM

    (anggota KUBE) yang ada.10

    Oleh karena itu KUBE adalah kelompok warga atau keluarga di

    binaan yang dibetuk warga atau keluarga yang telah dibina melalui proses

    kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan

    kesejahteraan sosial dan usaha ekonomi dalam semangat kebersamaan

    sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya.

    KUBE merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan

    keseluruhan proses pemberdayaan masyarakat. Pembentukan KUBE

    dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan

    sosial, pelatih keterampilan, bantuan stimulans dan pendampingan.11

    2. Tujuan Kelompok Usaha Bersama

    Keberadaan KUBE bagi keluarga miskin telah menjadi sarana

    untuk meningkatkan usaha ekonomi produktif (khususnya dalam

    10 I Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

    Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui

    Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h. 51.11

    Gunawan Sumodiningrat, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa ( Jakarta : Elex Media

    Komputindo, 2009), h. 88.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    36/108

    25

    peningkatan pendapatan). Menyediakan sebagaian kebutuhan yang

    diperlukan bagi keluarga miskin menciptakan keharmonisan hubungan

    sosial antara warga menyelesaikan masalah sosial yang dirasakan keluarga

    miskin, pengembangan diri dan sebagai wadah berbagai pengalaman antar

    anggota.12

    Oleh karena itu tujuan KUBE diarahkan kepada upaya

    mempercepat penghapus kemiskinan melalui:13

    a. Peningkatan kemampuan berusaha para anggota KUBE secara bersama

    dalam kelompok

    b. Peningkatan pendapatan atau peningkatkan kemampuan anggota

    kelompok KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup

    sehari-hari ditandai dengan: meningkatkan pendapatan keluarga,

    meningkatkan kualitas pangan, sandang, papan, kesehatan tingkat

    pendidikan; dapat melaksanakan kegiatan keagamaan; dan

    meningkatkan pemenuhan kebutuhan kebutuhan sosial lainnya.

    c. Pengembangan usaha

    d. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial di antara para

    anggota KUBE dan dengan masyarakat sekitar atau meningkatkan

    kemampuan anggota kelompok KUBE dalam menampilkan peranan-

    peranan sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya,

    ditandai dengan semakin meningkatnya kepedulian dan rasa tanggung

    jawabdan keikutsertaan anggota dalam usaha-usaha kesejahteraan

    sosial di lingkungannya.

    12Ibid., h.49.13

    Gunawan Sumodiningrat, Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa ( Jakarta : Elex Media

    Komputindo. 2009), h. 89.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    37/108

    26

    3. Kelembagaan KUBE

    Dilihat dari segi kelembagaan Setiap melakukan binaan keluarga

    KUBE mempunyai kelembagaan yaitu :

    a. Kriteria Anggota

    1) Keluarga miskin yang mempunyai pendapatan di bawah garis

    kemiskinan (tingkat pengeluaran sama dengan 480 kg untuk 320

    kg dan untuk perkotaan 320 kg.

    2) Warga masyarakat yang berdomisili tetap

    3) Usia produktif

    4) Menyatakan kesediaan bergabung dalam kelompok

    5) Memiliki potensi dan keterampilan di bidang usaha ekonomi

    tertentu

    b. Jumlah Anggota Kube

    1) Jumlah keanggotaan KUBE dapat bervariasi, tergantung kebutuhan

    nyata di lapangan/ situasi dan kondisi lokal dan kesepakatan

    kelompok itu sendiri

    2) Jumlah kube terdiri dari 5-10 KK (Kube Kelompok Kecil)

    3) Karena sifat suatu kegiatan dan kepentingan tertentu, kelompok

    KUBE dapat terdiri dari kelompok besar ( gabungan beberapa kube

    atau kelompok kecil). Namun pembinaan secara rutin tetap dalam

    KUBE kelompok kecil

    4) Satu kelompok KUBE yang anggota dikategorikan keluarga miskin

    dapat melilih anggotanya yang bukan termasuk kategori miskin,

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    38/108

    27

    namun mempunyai semangat kewirausahaan namun jumlah

    anggota yang bukan dari keluarga miskin hanya 20% dari anggota

    KUBE yang ada.

    c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok

    1) Kedekatan tempat tinggal

    2) Jenis usaha atau keterampilan anggota

    3) Ketersediaan sumber/keadaan geografis

    4) Latar belakang kehidupan budaya

    5) Memiliki motivasi yang sama

    6) Keberadaan kelompok-kelompok masyarakat sudah tumbuh

    d. Sruktur dan Kepengurusan KUBE

    1) Sruktur organisasi suatu bentuk tanggung jawab yang harus

    dijalankan. Dengan stuktur dapat diketahui siapa mengerjakan

    apa, siapa berkewajiban dan bertanggung jawab apa.

    2) Struktur KUBE sangat tergantung pada kegiatan atau jenis usaha

    yang dijalankan oleh KUBE tersebut.

    3) Perumusan sruktur KUBE yang terdiri dari : ketua, sekertaris dan

    bendahara

    4) Kepengurusan dipilih berdasarkan hasil musyawarah atau

    kesepakatan anggota kelompok.

    e. Kewajiban Anggota

    1) Mengikuti dan mentaati semua ketentuan-ketentuan yang ada yang

    sudah disepakati

    2) Mewujudkan tujuan yang ingin dicapai bersama

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    39/108

    28

    3) Membangun kerjasama dengan berbagai pihak

    4) Memanfaatkan dana bantuan modal usaha dengan penuh tanggung

    jawab.14

    D. Pemberdayaan

    1. Pengertian Pemberdayaan

    Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan

    (empowerment) berasal dari kata power (kekuasaan atau

    keberdayaan).15

    Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan, sebagai proses,

    pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

    atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-

    individu yang mengalami masalah sosial. Sebagai tujuan, maka

    pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

    sebuah perubahan sosial.16

    Dalam kaitan konsep pemberdayaan banyak ahli membahas hal

    ini. Salah satunya adalah Payne (1997: h.266), yang mengemukan bahwa

    suatu pemberdayaan (empowerment), pada intinya, ditunjukan guna:17

    to help clients gain power of decision and action over their own

    lives by reducing the effect of social or personal blocks to

    14Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosia Badan Pendidikan dan Penelitian Kesejateraan

    Sosial Departement Sosial RI, Modul Pendampingan Sosial Program Pemberdayaan Fakir Miskin

    Melalui Mekanisme Bantuan Langsung Pemberdayaan Sosial, 2009, h.15.15

    Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Jakarta: Refika

    Aditama,2005), h.57.16

    Ibid., h.59-60.17 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

    Komunitas( pengantar pada pemikiran praktisi dan pendekatan praktisi). ( Jakarta: Lembaga

    Penerbitan FEUI,2003) Edisi Revisi, h. 54.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    40/108

    29

    exercising existing power, by uncreasing capacity and self-

    confidence ti use by transferring power from the environment to

    clients.

    (membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan

    dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait

    dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi

    dan sosial dalam melakukan tindakan dan rasa percaya diri untuk

    menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya

    dari lingkungannya)

    2. Srategi Pemberdayaan

    Strategi pemberdayaan dalam memperdayakan masyarakat secara

    konseptual pemberdayaan umumnya dilakukan secara kolektif. Dalam

    konteks pekerjaan sosial pemberdayaan dapat dilakukan melaui tiga aras

    atau mantra pemberdayaan ( empowerment setting ) : mikro, mezzo, dan

    makro.18

    a. Aras Mikro

    Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu

    melalui bimbingan, konseling, stress management, crisis intervention.

    Tujuannya adalah membimbing atau melatihan klien dalam

    menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut

    sebagai pendekatan yang berpusat pada Tugas (task centered

    approach)

    b. Aras Mezzo

    Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien

    pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai

    18Edi Suharto,Memberdayakan Masyarakat, Memberdayakan Rakyat, h.66

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    41/108

    30

    media intervensi, pendidikan, pelatihan, dinamika kelompok. Biasanya

    digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran,

    pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar memilih

    kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

    c. Aras Makro

    Pendekatan ini disebut juga sebagai stategi system besar (large-

    sytem strategy). Karena sasaran perubahan diarahkan pada system

    lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,

    kampanye, aksi sosial, lobbying.

    Dari 3 strategi pemberdayaan, strategi yang digunakan dalam

    skripsi ini adalah strategi pendekatan melalui makro (komunitas atau

    organisasi) merupakan bentuk intervensi dalam ilmu kesejahteraan

    sosial yang digunakan melakukan perubahan dan pemberdayaan pada

    tingkat komunitas.

    Intervensi makro merupakan istilah community work

    merupakan bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka

    melakukan perubahan secara terencana yang pendekatannya bersifat

    pengembangan masyarakat lokal, kebijakan sosial guna melakukan

    perubahan pada masyarakat atau komunitas tertentu.19

    19 Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

    Komunitas( pengantar pada pemikiran praktisi dan pendekatan praktisi). ( Jakarta: Lembaga

    Penerbitan FEUI, 2003) Edisi Revisi, h. 55.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    42/108

    31

    Intervensi makro dapat digambarkan 3 tingkatan yaitu:20

    a. Melakukan intervensi terhadap individu, keluarga, dan kelompok

    masyarakat yang berada didaerah tertentu, misalnya saja dalam suatu

    kelurahan ataupun RT

    b. Melakukan intervensi yang agen perubahannya melalui organisasi

    ditingkat lokal, provinsi, ataupun pemerintahan

    c. Agen perubahan melakukan intervensi pada isu yang terakait

    pembangunan ekonomi.

    3. Tahapan Pemberdayaan

    Tahapan pemberdayaan adalah:21

    a. Tahapan Persiapan (Engagement)

    Pada tahap ini di dalamnya sekurang-kurangannya ada dua tahapan

    yang harus dikerjakan, yaitu

    1) Penyiapan petugas dalam hal ini tenaga pemberdayaan masyarakat

    yang bisa juga dilakukan oleh Comunnity Worker yang dipilih

    mempunyai latar belakang yang sangat berbeda suatu dengan yang

    lainnya. Misalnya saja, ada petugas yang berlatar belakang Sarjana

    Agama, Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, Sarjana Pendidikan

    dan Sarjana Ilmu Budaya. Sehingga perlu dilakukan pelatihan awal

    untuk menyamakan persepsi mengenai program pemberdayaan

    masyarakat yang akan dikerjakan di daerah tersebut

    20Ibid., h.60.21

    Isbandi Rukminto, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi

    Komunitas, h.251-259

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    43/108

    32

    2) Penyiapan lapangan merupakan prasyarat suksesnya suatu program

    pemberdayaan masyarakat. Community Worker pada awalnya

    melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan dijadikan

    sasaran, baik informal maupun formal. Bila sudah ditemukan

    daerah yang ingin dikembangkan.

    b. Tahap Pengkajian (Assesment)

    Proses assessment yang dilakukan di sini dapat dilakukan

    secara individual melalui tokoh-tokoh masyarakat tetapi dapat juga

    melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Pada tahap ini

    Community Worker berusaha mengidentifikasi masalah (kebutuhan)

    dan juga sumber daya yang dimiki klien. Dalam analisis kebutuhan

    masyarakat ini ada berbagai tehnik yang dapat digunakan untuk

    melakukan assessment. Baik itu dengan pendekatan kualitatif maupun

    kuantitatif. Dalam proses assessment ini, dikenal pula konsep

    kebutuhan normatif yaitu kebutuhan berdasarkan standar norma

    berlaku, kadangkala suatu masyarakat tidak merasakan suatu hal

    sebagai kebutuhan mereka, tetapi Community Worker melihat bahwa

    kondisi yang ada perlu diperbaiki.

    c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau kegiatan (Designing)

    Dalam proses ini petugas bertindak sebagai fasilitator yang

    membantu masyarakat berdiskusi dan memikirkan program dan

    kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan.dalam hal ni masyarakat

    secara partisipatif memcoba melibatkan warga untuk berpikir tentang

    masalah yang mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    44/108

    33

    Upaya mengatasi permasalahan yang ada masyarakat diharapkan dapat

    memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan yang dapat

    mereka lakukan.

    d. Tahap Pemformulasi Rencana Aksi

    Pada tahap ini petugas membantu masing-masing kelompok

    masyarakat untuk memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk

    tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal

    kepada pihak penyandang dana. Bantuan pihak petugas ini biasanya

    amat diperlukan pada kelompok yang belum pernah mengajukan

    proposal kepada penyandang dana.

    e. Tahap Pelaksanaan Program atau Kegiatan (Implementasi)

    Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yng paling

    penting dalam program pemberdayaan masyarakat, karena sesuatu

    yang sudah direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam

    pelaksanaan di lapangan bila tidak ada kerja sama antara petugas dan

    warga masyarakat, maupun kerja sama antar warga. Dalam upaya

    melaksanakan program pemberdayaan masyarakat, peran masyarakat

    sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan program

    yang telah dikembangkan.

    f. Tahap Evaluasi

    Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas

    terhadap program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan

    sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan

    warga pada tahap ini diharapkan akan terbentuk suatu system dalam

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    45/108

    34

    komunitas untuk melakukan pengawasan secara internal. Sehingga

    dalam jangaka panjang diharapkan akan dapat membentuk suatu

    sistem dalam masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfaatkan

    sumber daya yang ada. Evaluasi program berguna untuk memberikan

    umpan balik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun

    kegiatan.

    g. Tahap Terminasi

    Pada tahap ini merupakan pemutusan hubungan secara

    formal dengan komunits sasaran. Terminasi dalam suatu program

    pemberdayaan masyarakat, tidak jarang dilakukan bukan karena

    masyarakat sudah dianggap mandiri tetapi lebih karena proyek

    sudah harus dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang

    ditetapkan sebelumnya.

    E. Keluarga miskin

    1. Pengertian Keluarga Miskin

    Dalam konsep sosiologi, keluarga adalah unit terkecil yang

    menjadi pendukung dan pembangkit lahirnya bangsa dan masyarakat.

    Selain itu keluarga adalah umat kecil yang memiliki pimpinan dan

    anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta memilki hak dan

    kewajiban bagi masing-masing anggotanya.22

    Kemudian miskin dalam, Al-Quran menyebut miskin dalam

    bentuk tunggal sebanyak 11 kali dan menyebut dalam bentuk jamak,

    22Rusmin Tumanggor, Sosiologi Dalam Persepektif Islam ( Jakarta: UIN Jakarta Press,

    2004), h.26

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    46/108

    35

    masakin sebayak 12 kali. Jadi secara keseluruhan Al-Quran menyebut

    miskin sebanyak 23 kali. Dilihat dari segi kebahasaan istilah miskin

    berasal kata kerja sakana, yang akar hurufnya terdiri atas s-k-n perkataan

    sakana mengandung arti diam, tetap, jumud dan statis. Raghib al-

    Ashfahani mendefinisikan miskin adalah seseorang yang tidak memiliki

    apapun23

    .

    Miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau

    sekelompok orang yang lemah. Penjelasaan kebahasaan tentang pengertian

    miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang atau

    sekelompok orang lemah. Ketika, seseorang itu tidak berhasil

    mengembangkan potensi dirinya secara optimal, yakni potensi

    kecerdasaan, mental, dan keterampilan maka keadaan itu akan berakibat

    langsung pada kemiskinan, yakni ketidakmampuan mendapatkan,

    memiliki, dan mengakses sumber-sumber rizki sehingga tidak memiliki

    sesuatu apa pun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.24

    Oleh karena itu keluarga miskin adalah seseorang atau penduduk

    dalam pengeluaran tidak mampu memeuhi kecukupan kosumsi makanan

    setara 2100 kalori per-hari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok

    minimum non makanan berupa perumahan, pakaian, kesehatan dasar,

    pendidikan dasar, transportasi dan aneka/ jasa atau keluarga miskin adalah

    seseorang atau kepala keluarga yang sama sekali tidak mempunyai sumber

    mata pencaharian dan tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi

    23Asep Usman Ismail,Pengamalan Al-Quran Tentang Pemberdayaan Dhuafa( Jakarta:

    UIN Jakarta Press, 2008), h. 19.24Ibid., h.20.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    47/108

    36

    kebutuhan pokok atau orang yang mempunyai akan tetapi tidak dapat

    memenuhi kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.25

    2. Indikator Keluarga Miskin

    Timbulnya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada

    pertengahan tahun 1997, menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk

    yang hidup di bawah garis kemiskinan. Faktor peningkatan ini dipengaruhi

    oleh meningkatnya indeks pengeluaran makanan dan non makanan yang

    digunakan sebagai garis kemiskinan dari BPS26

    . Dengan demikian

    indikator keluarga miskin menurut BPS adalah:

    a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

    b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu

    murahan.

    c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu

    berkualitas rendah/ tembok tanpa diplester.

    d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah

    tangga lain atau kesulitan memperoleh air bersih.

    e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

    f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak tidak terlindung/

    sungai/ air/ hujan

    g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu

    bakar/arang/minyak tanah.

    25 Departement Sosial RI, Direktorat Jenderal Bantuan Jaminan Sosial Dan Direktorat

    Bantuan Sosial Fakir Miskin, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif Fakir Miskin Melalui

    Kelompok Usaha Bersama Dan Lembaga Keuangan Mikro, 2004, h.13.26

    Artikel di akses pada tanggal 31 maret 2011 dari

    http://suyatno.blog.undip.ac.id/files/2009/11/13-indikator-kemiskinan.pdf

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    48/108

    37

    h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

    i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

    j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

    k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

    l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani, buruh tani,

    nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya

    dengan pendapatan di bawah RP. 600.00 perbulan

    m. Pendidikan tertinggi kepala kepala rumah tangga: tidak tidak sekolah/

    tidak tamat SD/hanya SD.

    n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp.

    500.000, seperti: sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal

    motor, atau barang modal lainnya.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    49/108

    38

    BAB III

    GAMBARAN DESA LEBAK WANGI DAN GAMBARAN KELOMPOK

    USAHA BERSAMA MONALISA

    A. Gambaran Umum Desa Lebak Wangi

    1. Sejarah Desa Lebak Wangi

    Desa Lebak Wangi adalah sebuah Desa pemakaran dari Desa

    Kedaung Barat pada bulan Agustus 1980, yang masuk kepada Wilayah

    Kecamatan Sepatan pada saat itu dan kini Kecamatan Sepatan Timur

    yang juga merupakan Kecamatan pemekaran pada akhr tahun 2006.

    Alasan pemekaran Desa Lebak Wangi dari Desa Kedaung Barat

    pada saat itu Desa Kedaung Barat terlalu luas sehingga jangkaun pelyanan

    terhadap masyarakat dirasa kurang maksimal, sehingga dilakukan

    pemekaran Desa Lebak Wangi.

    Nama Lebak Wangi dari dua suku kata yaitu Lebak dan Wangi,

    Lebak adalah sebuah tempat atau sebuah kampung yang daerahnya

    berbatasan desangan Desa Karet Kecamatan Sepatan. Wangi diambil dari

    sebuah kampung atau tempat dimana daerah tersebut terkenal dengan hasil

    kerajinannya dan pengasilan pertanian, seperti Kampun Lebak terkenal

    dengan pandai besinya.

    Kampung Bayur terkenal ubi atau singkongnya serta Kampung

    Bayur pengsil kerajinan tangan pembuat makanan yang terbuat dari

    singkong yaitu opak sehingga sampai-sampai kampong tersebut

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    50/108

    39

    dinamai Kp. Bayur Opak, jadi wangi adalah nama lain dari kata terkenal,

    termasuk atau kata termashur karena hasil kerajinan dan penghasil

    pertanian tersebut, maka jadilah Desa Lebak Wangi .1

    2. Sejarah Pemerintahan Desa

    Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-

    batas wilyah dan berwenang untuk mengatur serta mengurus kepentingan

    masyarakatnya berdasarkan asal usul, adat istiadat setempat yang diakui

    dan di hormati dalam system Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

    Indonesia.

    Dalam menjalankan tugas pemerintahan tentunya harus berpegang

    kepada aturan datau sistem pemerintahan yang dianut oleh pemerintahan

    yang lebih tinggi, baik itu Pemerintah Kecamatan, Kabupaten/ Kota

    Propinsi atau Pemenrintahan Pusat.

    Situasi pemerintahan kini dengan pemerintahan yang lalu sangat

    berbeda yang dipengaruhi perkembangan pembangunan dan Era

    Globalisasi serta transpaaransi, namun harus tetap berpedoman kepada azas

    pancasila dan undang-undang Dasar 1945 yang mempunyai cita-cita luhur.

    3. Kondisi Geografi

    Letak Desa Wangi secara geografis membentang dari utara ke

    selatan dengan bentangan 3,2 km dan membujur dari Barat ke Timur

    sepanjang 3,3 km sungai cisadane yang berada disebelah Timur merupakan

    1 Rencana Pembangungan Jangka Menengah Desa dab Rencana Kerja Pembangunan

    Desa Lebak Wangi, Kabupaten Tangerang 2011-2015. h. 3.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    51/108

    40

    batas wilyah yang memisahkan Desa Lebak Wangi dengan wilayah Kota

    Tangerang, sedangkan batas-batas ini seperti Utara dibatasi dengan saluran

    air tersier begitu juga batas disebelah Barat bagian Utara dibatasi oleh

    saluran air tersier dan jalan serta dibagian Selatan batasannya hanya

    pemukiman penduduk dan persawahan.

    Dengan kondisi lahan yang data Desa Lebak Wangi mempunyai

    luas wilayah 525 Ha yang sampai saat ini lahan pertanian sawah masih

    dominan dan merupakan lahan subur yang cocok untuk tanaman padi dan

    jenis sayuran, sedangkan sebagaiannya merupakan pemukiman pendududk

    perumahan KPR-BTN, yang rumah industri dan kegiatan ekonomi lainnya.

    Kepadatan penduduk Desa Lebak Wangi masing-masing wilayah

    tidak merata dan wilyah yang paling padat penduduknya adalah wilayah

    RW.08 RW.02 dan RW.04 sedangkan wilayah RW. 01 dan RW. 03

    kepadatan penduduknya masih tergolong sedang.

    Desa Lebak Wangi dengan jumlah penduduk 22.367 jiwa

    merupakan hasil sensus penduduk pada tahun 2010 dan terletak diatas 6M

    diatas permukaan air laut dengan batas-batasnya wilyah sebagai berikut :

    - Sebelah Utara : Desa Kedaung Barat dan Jatimulya

    - Sebelah Timur : Sungai Cisadane atau kec. Neglasari

    - Sebelah Selatan : Kec. Periuk dan Periuk Jaya

    - Sebelah Barat : Desa Karet dan Pondok Jaya

    Suhu udara rata-rata berkisar antara 27 s/d 33 C kareana letak

    Desa Lebak Wangi tidak terlalu jauh dari pantai utara dan kurang lebih

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    52/108

    41

    jaraknya 7,5 Km. Hal ini sangat mempengaruhi suasana pantai/ iklim

    pantai.

    4. Kondisi Demografi

    Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 Desa Lebak Wangi

    berpenduduk sebanyak 22.367 jiwa yang terdiri dari :

    - Jumlah Pendudk Laki-laki : 11.586 jiwa

    - Jumlah Pendudk Perempuan : 10.781 jiwa

    - Jumlah Rumah Tangga : 4.828 RMT

    - Jumlah Kepala Keluarga : 5.351 KK

    Adapun Desa Lebak Wangi yang mengikuti program Kelompok

    Usaha Bersama ( KUBE) sampai tahun 2011 berjumlah 10 (KK) dari

    jumlah 22.36 KK.

    5. Kondisi Sosial

    a. Kondisi Kehidupan Beragama

    Masyarakat di Desa Lebak Wangi sebagaian besar menganut

    berbagai macam-macam agama antara lain

    - Agama islam : 20.115 Jiwa

    - Agama Kristen : 188 Jiwa

    - Agama Budha : 27 Jiwa

    - Agama Hindu : 22 Jiwa

    - Kong Hucu : 2.015 Jiwa

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    53/108

    42

    b. Tingkat Pendidikan

    Pada dasarnya pendidikan merupakan salah satu indikator

    penentuan berhasilnya suatu daerah dalam pembangunan. Pendidikan

    berkaitan dengan berlangsungnya dengan peningkatan kualitas sumber

    daya manusia. Dengan demikian pendidikan pada masyarakat desa

    lebak wangi.

    - Belum Sekolah : 1.219 Jiwa

    - SD : 5.703 Jiwa

    - SLP : 4.812 Jiwa

    - SLA : 4.141 Jiwa

    - Diploma/ Sarjana : 5.700 Jiwa

    - Buta Aksara : 784 Jiwa

    6. Kondisi Ekonomi

    Jenis mata pencaharian masyarakat desa bermacam-macam seperti

    Petani 254 Jiwa, pedagang 1.115 Jiwa, peternak 0 Jiwa, buruh

    karyawan 2.117, PNS 212 Jiwa, buruh bangunan 577 Jiwa, perangkat desa

    16 Jiwa, TNI 26 Jiwa, penjahit 154 Jiwa, perangakt desa 16 jiwa, lain-lain

    955 jiwa, pensiunan 154 jiwa, petani 1.470 jiwa, tukang kayu 244 jiwa.

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    54/108

    43

    B. Kelompok Usaha Bersama Monalisa

    1. Profil Kelompok Usaha Bersma Monalisa

    Kelompok Usaha Bersama Monalisa Lebak Wangi Kecamatan

    Sepatan Timur berdiri pada Tahun 2008 yang dibentuk oleh Dinas Sosial

    Kabupaten Tangerang. KUBE ini dibentuk dengan latar belakang ingin

    meningkatkan kesejahteraan atau pengembangan usaha ekonomi keluarga

    miskin, karena begitu banyaknya pengangguran dan anak-anak putus

    sekolah yang hanya berdiam diri dan mengakibatkan kemiskinan.2

    KUBE Monalisa Berawal dari pembuatan kue biasa yang dikelola

    oleh pribadi bergerak pada pembuatan kue kering seperti keripik, peyek,

    keripik pisang dll. Pada perjalanannya pembuatan kue-kue kering

    tersebut banyak yang memesan sehingga pada tahun 2004 mendapatkan

    program bantuan dana bergulir dari P2Kp, yang kemudian pada tahun

    2009 kelompok tersebut menjadi KUBE Monalisa dengan jumlah

    anggota sebanyak 5 orang.

    Pada tahun tersebut pula mendapatkan bantuan pembeberdayaan

    bantuan dari Dinas Provinsi Banten melalui Dinas Sosial Kabupten

    Tangerang yang berupa alat-alat masak dan bahan-bahan pembuatan kue.3

    KUBE Monalisa tersebut berkembang dan mendapatkan bantuan kembali

    dari Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dan berdasarkan pengamatan dan

    survei, tersebut akhirnya pada tahun 2010.

    2Profil KUBE Monalisa. h, 2.

    3Wawancara Pendamping Kube M.Syubur Pada Tanggal 07-05-2011 jam 15.00

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    55/108

    44

    Dinas Sosial Kabupaten Tangerang melalui anggraran APBD,

    KUBE mendapatkan bantuan berupa peralatan pembuatan Kue. Jumlah

    angota kube menjadi bertambah sebanyak 10 orang dengan 8 anggota

    Wanita dan 2 Orang pria. Sehingga KUBE dapat meberdayakan warga

    masyarakat tempat yang tidak mempunyai penghasilan tetap menjadi

    mendapatkan penghasilan dan mengangkat taraf status kehidupan sosial.4

    2. Visi, Misi dan Tujuan KUBE Monalisa

    Suatu program atau organisasi agar berjalan dengan lancar harus

    mempunyai visi, misi dan tujuan yang berguna untuk program tersebut

    menjadi terarah begitu juga dengan KUBE Monalisa mempunyai visi, misi

    dan tujuan seperti.5

    a. VISI

    1) Menumbuhkembangkan semangat wirausaha bagi pelaku usaha

    bersama

    2) Menunjukan kemandirian usaha sosial dalam meningkatkan

    ekonomi keluarga

    3) Meingkatkan taraf hidup masyarakat miskin pedesaan

    b. Misi

    1) Membangun kebersamaan antar sesama anggota kelompok

    2) Menumbuhkan rasa kesetikawanan sosial antara anggota dan

    masyarakat

    4Wawancara Pendamping Kube M.Syubur Pada Tanggal 07-05-2011 jam 15.00

    5Profil KUBE Monalisa, h.3

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    56/108

    45

    3) Meningkatkan taraf hidup kesejahteraan ekonomi keluarga

    sekaligus meningkatkan status sosial di masyarakat.

    c. Tujuan

    1) Kube menjadi harapan besar untuk membawa dampak perubahan

    terhadap peningkatan ekonomi keluarga miskin.

    2) Meningkatkan motivasi dan kerjasama diantara anggota KUBE

    dalam rangka pengelolaan dan pengembangan usaha yang

    dilakukan anggota.

    3) Meningkatkan pendapatan para anggota KUBE sehingga mampu

    mengatasi masalah-masala yang ada.

    4) Meningkatkan kepedulian para anggota KUBE dalam menangani

    masalah sosial yang ada dilingkungannya

    5) Meningkatkan kesejahteraan sosial para anggota KUBE.

    3. Kegiatan Pemasaran

    Pada dasarnya KUBE MONALISA memiliki target pemasaran

    untuk menjual hasil yang telah dilakukan oleh anggota KUBE untuk

    mendapatkan hasil yang baik dengan target.6

    a. Target Pemasaran

    Target pemasaran adalah di lingkungan sekitar Kecamatan

    Sepatan Timur, pasar-pasar, agen dan penjual keliling yang ada di

    Desa Lebak Wangi Tangerang.

    6Ibid., h.4

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    57/108

    46

    b. Aspek Harga

    Harga jual kue didasarkan pada harga pasar, kondisi makanan

    atau kue dan juga memperhitungkan biaya produksi yang dikeluarkan.

    Oleh karena itu penjualan dilakukan dengan melihat situasi dan

    kondisi harga pasar terlebih dahulu.

    c. Jalur Pemasaran

    Jalur Pemasaran terdiri dari :

    1) Jalur langsung :

    KUBE MONALISA Pembeli membeli di tempat KUBE

    Produksi

    2) Jalur tidak langsung

    KUBE MONALISA AGEN PASAR

    4. Struktur Organisasi KUBE Monalisa

    Penyelengara kegiatan ini melalui Kelompok Usaha Bersama

    KUBE Monalisa mempunyai sruktur penanggungjawab sebagai berikut :

    Nama KUBE : Monalisa

    Alamat KUBE : Desa Lebak Wangi RT02/07

    Ketua : Farida Nuraeni

    Fasilitator : PSM

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    58/108

    47

    KETUA

    FARIDA NURAENI

    PENDAMPING

    M. SYUBUR

    BENDAHARA

    RAMAH

    SEKRETARIS

    ISAH

    Anggota

    Sinah

    Anggota

    Nani

    Anggota

    Siti. S

    Anggota

    Bayu.F

    Anggota

    Ika

    Anggota

    Oman

    Anggota

    Nursinah

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    59/108

    48

    BAB IV

    TEMUAN DAN ANALISIS

    A. Peran Pekerja Sosial Masyarakat Kelompok Usaha Bersama di Desa

    Lebak Wangi Kecamatan Sepatan Timur Tangerang

    Dari hasil penelitian, bahwa peran pekerja sosial masyarakat yang

    dilaksanakan melalui Dinas Sosial Kabupaten Tangerang dan dilakukan

    Pekerja Sosial Masyarakat di Desa Lebak Wangi yang berfungsi sebagai

    pendampingan dalam pemberdayaan keluarga miskin dengan cara

    pembentukan pekerja sosial masyarakat yang cakupannya sebagai pendamping

    yang terlebih dahulu dan peran pekerja sosial masyarakat kemudian

    kegiatannya adalah :

    1. Pembentukan Pendamping Sosial Desa (Pekerja Sosial Masyarakat)

    Cara pembentukan untuk pendamping Kelompok Usaha Bersama

    ada pekerja sosial dari desa harus dari lokasi program yang akan

    dilaksanakan program KUBE, awalnya mendata orang-orang LSM dan

    melalui tokoh-tokoh masyarakat setempat yang di ungkapkan pada bidang

    perencanaan sosial di Dinas Sosial Kabupaten Tangerang berikut ini :

    Awalnya dari Dinas mendata orang-orang LSM kemudian dilatihpendidikan peksos dasar dari Dinas Sosial yang dilaksanakan untuk

    pendamping sosial waktu 8 hari di Lembang dari kementrian

    Sosial. Dan backround TKSK dan PSM yang ada di tiap Desa

    terutama TKSK harus lulusan S1/ lulusan Kessos tetapi walaupun

    tidak lulusan kessos harus mengusai materi materi tentang kessos

    dan mengikuti pelatihan pendampingan selama 12 hari yang

    dilaksanakan oleh Dinas Sosial untuk mendapatkan pengetahuan

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    60/108

    49

    menjadi seorang peksos. PSM minimal SMA dan siap menjadi

    seorang pendamping masyarakat .1

    Biasanya Dinas Sosial memilih pekerja sosial yang siap untuk

    melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk bidang pemberdayaan, dan

    bertanggung jawab atas program yang diberikan dari Kementriaan Sosial,

    dan siap mengikuti pelatihan-pelatihan yang di berikan oleh Dinas Sosial.

    Agar program KUBE dapat aktif dan berkembang untuk mendapatkan

    hasil yang baik dan disinilah pekerja sosial dipilih yang berkualitas.

    Tetapi dalam pemberdayaan keluarga miskin melalui program

    KUBE yang berada di Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan timur, yang

    aktif adalah seorang pekerja sosial masyarakat. Oleh karena itu pekerja

    sosial masyarakat di Desa Lebak Wangi juga mempunyai pengetahuan

    yang sudah memenuhi kriteria artinya pekerja sosial masyarakat, dapat

    bertanggung jawab untuk di lokasi Kelompok Usaha Bersama. Oleh karena

    itu Pekerja Sosial Masyarakat adalah seorang pendamping sosial

    masyarakat yang bekerja pada tingkat desa yang di kemukakan berikut ini:

    PSM kedudukannya di Desa, PSM hanya pelatihan dasar peksos

    PSM sukarelwan murni PSM SKnya dari Desa IKPSM.2

    Pekerja sosial maasyarakat selalu memantau setiap minggu,

    pekerja sosial masyarakat harus dari lokasi yang sedang berjalannya

    program. Dalam pemberdayaan keluarga miskin pekerja sosial masyarakat

    1 Jan Peter Situmorang (Bidang Perencanaan Sosial) di Dinas Sosial, Kabupaten

    Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 20112 Jan Peter Situmorang (Bidang Perencanaan Sosial) di Dinas Sosial, Kabupaten

    Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    61/108

    50

    sangat diperlukan yang di ungkapkan pada Pekerja Sosial Masyrakat

    berikut ini:

    PSM adalah awalnya KUBE terbentuk melalui PSM, PSM

    melihat potensi atau kemampuan di tiap daerahnya kemudian saya

    mengajukan ke kecamatan dan dari kecamatan di ajukan ke Dinas

    Sosial Tangerang .3

    Proses pengembangan usaha adalah seorang Pekerja Sosial

    Masyarakat yang mana berguna untuk mengembangkan KUBE agar dapat

    berjalan dengan baik. Seorang pekerja sosial mempunyai peran yang

    sangat mempengaruhi berjalannya KUBE untuk pengembangan dalam

    pemberdayaan keluarga miskin dan mempunyai peran yang sangat

    penting, peran yang di tampilkan oleh pekerja sosial masyarakat adalah

    adalah perencana, pembimbing, fasilitator, pemberi informasi, motivator,

    evaluator.

    2. Peran Pendamping KUBE dalam Pemberdayaan Keluarga Miskin di

    Desa Lebak Wangi

    a. Perencana

    Setelah melakukan pembentukan yang dipilih dan diberikan

    pelatihan oleh Dinas Sosial Kabupaten Tangerang maka untuk

    pembentukan KUBE di Desa Lebak Wangi adalah Tahap pertama

    dalam pemberdayaan adalah tahap persiapan dimana menyiapkan

    petugas pekerja sosial melakukan sosialisasi program, pembentukan

    KUBE, yang dalam tahap ini dilakukan pekerja sosial desa (PSM),

    3M. syubur (Pendamping Sosial Masyarakat PSM ) di kecamatan Sepatan Timur,

    Kabupaten Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    62/108

    51

    dan instansi terkait seperti Dinas Sosial Kabupten Tangerang. Melalui

    tiap tiap Desa yang ingin mengikuti program KUBE yang ungkapkan

    oleh pendamping sosial (PSM) :

    Itu pertama sosialisasi program, pendataan dahulu,

    penentuan kriteria, penentuan lokasi KUBE baru penetapan

    layak atau tidaknya seseorang untuk mendapatkan bantuan. Klo

    KUBE terbentuk itu bebas tergantung kriteria yang diperlukan,

    yang penting mempunyai potensi yang dimilki. Apalagi klo

    KUBE sudah mempunyai tempat itu lebih bagus lagi.4

    Pembentukan KUBE yang dilakukan oleh pekerja sosial desa

    (PSM) dilakukan dengan cara melihat potensi keluarga miskin yang

    diterima, memilih tempat pemberdayaan yang akan dijadikan

    pemberdayaan kemudian mendata calon binaan KUBE. Biasanya

    Pekerja Sosial Masyarakat, yang melakukan penentuan kriteria itu,

    tergantung apa yang di butuhkan oleh calon binaan yang akan menjadi

    atau terbentuknya KUBE contohnya seperti membuat usaha warung,

    tata boga, konveksi, bengkel dll. Dan terbentuknya KUBE Monalisa

    adalah yang di ungkapkan oleh Pekerja Sosial Masyarakat :

    ya, awalnya ibu farida itu seorang ibu rumah tangga yang

    mempunyai bakat untuk membuat kue-kue kering tetapi ibu farida

    tidak mempunyai cukup dana untuk memasarkan dan membuat kue

    banyak pesanan, akhrinya saya sebagai PSM setempat mempunyai

    inisiatif agar ibu farida dibuatkan KUBE dari Dinas Sosial

    kemudian saya mengajukan ke TKSK dan TKSK melihat

    kemudian didata calon binaan, setempat agar membuatkan

    pesyaratan-persyaratan yang akan diajukan agar ibu farida

    dibuatkan KUBE setelah ibu Farida dibuatkan KUBE oleh Dinas

    4M. Syubur (Pekerja Sosial Masyarakat ) di kecamatan Sepatan Timur, Kabupaten

    Tangerang Wawancara Pribadi, Tangerang, 06 Mei 2011

  • 7/25/2019 Fazra Raissa Wulandari-fdk

    63/108

    52