fartis-anti diabetes (1)

42
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI PRAKTIS PERAN FARMASIS DALAM PENANGANAN RESEP OBAT ANTIDIABETES” Disusun oleh: Kelompok 3 – Farmasi VI C Arumpuspa Azizah 1111102000060 Rianisa Karunia D 1111102000064 Mazaya Fadillah 1111102000079 Luthfi Bachtiar Rais 1111102000083 Wardah Annajiah 1111102000084 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Upload: nabilah-urwatul-wutsqo

Post on 17-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

anti diabetes

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI PRAKTISPERAN FARMASIS DALAM PENANGANAN RESEP OBAT ANTIDIABETES

Disusun oleh:Kelompok 3 Farmasi VI CArumpuspa Azizah 1111102000060Rianisa Karunia D 1111102000064Mazaya Fadillah 1111102000079Luthfi Bachtiar Rais 1111102000083Wardah Annajiah 1111102000084

PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 2014BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangFarmasis/apoteker sebagai professional kesehatan yang terlatih, memiliki peran yang penting dalam mengatasi masalah kesehatan yang terkait dengan obat. Farmasis berperan dalam meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dan memperkecil jarak yang terjadi pada khasiat obat pada pengujian klinis dan khasiatnya dalam praktek klinis. Farmasis dituntut untuk mampu merespon kebutuhan masyarakat pengguna jasa farmasis dengan memberikan pelayanan terbaik yang tujuan akhirnya adalah agar masyarakat mendapat manfaat/khasiat terbaik dari obat yang mereka gunakan. Hal ini dilaksanakan karena peran farmasis yang harus berorientasi kepada pasien (pasien oriented). Pada praktikum ini, mahasiswa dilatih melaksanakan peran farmasis dalam penanganan resep obat antidiabetes. Langkah pelayanan resep meliputi; penerimaan resep, analisa resep obat, penyiapan obat, pemeriksaan terakhir, penyerahan obat dan pemberian konseling. Dalam pemberian obat untuk pasien diabetes, banyak hal-hal penting yang harus diperhatikan, selain harus meminum obat yang telah diberikan pasien juga harus melakukan diet dengan terapi nutrisi medik dan berolahraga secara teratur. Sehingga, konseling terhadap pasien, sangat dibutuhkan dan dituntut agar farmasis menjelaskan setiap detail perencanaan terapi non farmakologi dan mengenai obat dan penggunaannya dengan baik.B. Tujuan PraktikumMahasiswa mampu melaksanakan praktek kefarmasian di apotek yang meliputi:1. Mengerjakan resep antidiabetes sesuai dengan alur pelayanan resep1. Menganalisa keabsahan dan kerasionalan resep1. Memberikan konseling kepada pasien dengan baik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA4.1 Antidiabetes 4.1.1 Pengaturan Fisiologi GlukosaInsulin dilepaskan dari sel beta pankreas dengan laju basal yang rendah dan dengan laju yang jauh lebih tinggi bila terstimulasi sebagai respons terhadap berbagai rangsangan, terutama glukosa. Stimulan yang lain juga dikenal seperti gula lain (misalnya, manosa), asam amino tertentu (misalnya, leusin, rignin), dan aktivitas nervus vagus. Hiperglikemia menyebabkan peningkatan kadar ATP intrasel, yang menutup kanal kalium yang bergantung-ATP. Pengurangan efluks kalium menyebabkan depolarisasi sel beta dan terbukanya kanal kalsium bergerbang-tegangan. Akibatnya, terjadi peningkatan kalsium intrasel yang mencetuskan sekresi hormon ini. Kelompok insulin secretagogue (slfonilurea, meglitinid, dan D-fenilalanin ) memanfaatkan salah satu bagian dari mekanisme tersebut. 4.1.2 Diabetes MelitusPeningkatan kadar glukosa darah yang berkaitan dengan diabetes melitus terjadi akibat sekresi insulin yang tidak adekuat atau tidak ada, dengan atau tanpa gangguan kerja insulin. Penyakit yang mendasari diagnosis diabetes melitus kini diklasifikasikan menjadi emapt kategori: tipe 1, diabetes yang dependen-insulin ; tipe 2, diabetes yang nondependen-insulin ; tipe 3, lain-lain; dan tipe 4, diabetes melitus gestasional. a. Diabetes Mellitus Tipe 1Diabetes melitus tipe 1 ditandai oleh dekstruksi sel beta secara selektif dan defisiensi insulin absolut atau berat. Pemberian insulin sangat penting pada pasien dengan diabetes tipe 1. Diabetes tipe 1 selanjutnya dibagi menjadi yang memiliki penyebab imun dan idiopatik. Bentuk imun merupakan bentuk tersering diabetes tipe 1. Meskipun sebagian besar pasien lebih mudah dari 30 tahun pada saat diagnosis dibuat onset peyakit tersebut dapat terjadi pada semua usia. b. Diabetes Mellitus Tipe 2Diabetes tipe 2 ditandai oleh resistensi jaringan terhadap kerja insulin disertai defisiensi relatif pada sekresi insulin. Individu yang terkena dapat lebih resisten atau mengalami defisiensi sel beta yang lebih parah, dan kelainanya dapat ringan atau parah. Meskipun insulin diproduksi oleh sel beta pada pasien ini, namun hal tersebut tidak cukup untuk mengatasi resistensi, dan kadar glukosa darah meningkat. Gangguan kerja insulin juga mempengaruhi metabolisme lemak sehingga meningkatkan kadar asam lemak babas dan trigliserida serta menurunkan kadar lipoprotein berdensitas tinggi (HDL).c. Diabetes Mellitus Tipe 3Sebutan tipe 3 merujuk pada berbagai penyebab spesifik lain untuk peningkatan kadar glukosa darah : penyakit yang tidak melibatkan pankreas, terapi obat dll.d. Diabetes Mellitus Tipe 4Diabetes Mellitus Gestasional (GDM) didefinisikan berupa setiap kelainan kadar glukosa yang ditemukan pertama kali pada saat kehamilan. Selama kehamilan, plasenta dan hormon plasenta menimbulkan resistensi insulin yang paling mencolok pada trimester ketiga. 4.1.3 Obat Antidiabetesa. SulfonilureaEfek utama sulfonilurea adalah meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas. Dua mekanisme tambahan kerja obat ini telah dikemukakan, yaitu penurunan kadar glukagon serum dan penutupan kanal kalium dijaringan.1. Pelepasan Insulin Dari Sel Beta PankreasSulufonilurea berikatan dengan reseptor sulfonilurea dengan berat molekul 140kDa dan afinitas tinggi yang berhubungan dengan kanal kalium satu arah yang sensitif ATP di sel beta bagian dalam. Pengikatan sulfonilurea menghambat efluks kalium melalui kanal tersebut dan menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi membuka suatu kanal kalsium bergerbang-tegangan dan menimbulkan influks kalsium dan pelepasan insulin. 2. Penurunan Konsentrasi Glukagon SerumPemberian sulfonilurea dalam jangka panjang pada penderita diabetes tipe 2 mengurangi kadar glukagon serum, yang dapat ikut berperan menimbulkan efek hipoglikemia obat ini. Mekanisme penakanan sulfonilurea terhadap kadar glukagon ini masih belum jelas namun agaknya melibatkan inhibisi tidak langsung akibat peningkatan pelepasan insulin dan somatostatin yang menghambat sekresi sel-A.3. Penutupan Kanal Kalium di Jaringan Selain PankreasInsulin secretagogue berikatan dengan reseptor sulfonilurea di kanal kalium di jaringan selain pankreas, namun afinitas pengikatannya bervariasi di antara golongan obat dan jauh kurang kuat ketimbang di kotanya reseptor sel B. Makna klinin pengikatan di luar jaringan pankreas ini belum diketahui dengan pasti.1. Sulfonilurea Generasi PertamaTolbutamid diabsorpsi dengan baik namun cepat dimetabilsme di hati. Lama kerjanya relatif pendek dengan waktu paruh eliminasi 4-5 jam, dan paling baik di berikan dalam dosis terbagi. Karena waktu paruhnya yang pendek, obat ini menjadi sulfonilurea yang paling aman digunakan pada pasien diabetes lansia. Hipoglikemia yang berkepanjangan jarang dilaporkan, pada penderita yang mendapat obat tertentu (misalnya dikumarol, fenilbutazon, beberapa sulfonamid) yang menghambat metabolisme tolbutamid. Klorpropamid mempunyai waktu paruh 32 jam dan dimetabolisme secara perlahan di hati menjadi produk yang masih memiliki aktivitas biologis, kira-kira 20-1=30% dieksresikan dalam bentuk utuh ke dalam urin. Klorpropamid juga berinteraksi dengan obat yang disebutkan sebelumnya yang bergantung papa katabolisme oksidatif hati, serta dikontraindikasikan pada penderita insufisiensi hati atau ginjal. Tolazamid Sebanding dengan klorpropamid dalam hal potensi, tetapi lama kerjanya lebih pendek. Tolazamid diserap lebih lambat ketimbang sulfonilurea yang lain, dan efeknya terhadap gula darah tidak tampak utuh dalam beberapa jam. Waktu paruhnya sekitar 7 jam. Tolazamid dimetabolisme menjadi beberapa senyawa yang tetap mempunyai efek hipoglikemia. Jika lebih dari 500 mg tolazamid/hari dibutuhka, dosis tersebut harus dibagi dan diberikan dua kali sehari.

2. Sulfonil Urea Generasi Kedua Gliburid dimetabolisme di hati menjadi produk dengan aktivitas hipoglikemik yang sangat rendah. Gliburid memunyai sedikit efek samping selain potensinya dalam menimbulkan hipoglikemik. Flusing jarang dilaporkan terjadi setelah meminum etanol dan obat ini sedikit meningkatkan bersihan air bebas. Gliburid dikontraindikasikan pada gangguan hati dan pada penderita denan insufisiensi ginjal. Glipzid mempunyai waktu paruh terpendek (2-4 jam) dari golongan obat-obat yang lebih poten. Untuk mendapatkan efek maksimum dalam menguragi hiperglikemia postprandial, obat ini harus diberikan 30 menit sebelu makan karena basopsinya akan terhambat bila obat diberikan bersama makanan. Karena waktu paruhnya yang lebih pendek, sediaan regular glipzid jauh lebih jarang menimbulkan hipoglikemia yang serius ketimbang gliburid. Paling tidak glipzid dimetabolisme di hati menjadi produk yang tidak aktif, dan 10% dieksresikan dalam bentuk utuh dalam urin. Oleh sebab itu, terapi glipzid dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan bermakna di hati atau ginjal yang beresiko tinggi mengalami hipoglikemia. Glimepirid telah disetujui untuk digunakan sekali sehari sebagai monoterapi atau dalam bentuk kombinasi dengan insulin. Glimepirid menurunkan kadar glukosa denagn dosis terendah dari sulfonilurea manapun. Obat ini bekerja dalam waktu lama dengan waktu paruh 5 jam sehingga dapat diberika sekali sehari dan memperbaiki kepatuhan pasien. Glimepirid dimetabolisme sepenuhnya oleh hati menjadi produk inaktif. b. Meglitinid Meglitinid merupakan suatu kelas insulin secretagogue yang relatif baru. Repaglinid, yaitu anggota pertama kelas obat tersebut, disetujui untuk digunakan secara klinis pada tahun 1988. Obat ini memodulasi pelepasan insulin dari sel beta dengan mengatur efluks kalium melalui kanal kalium. Terdapat tumpang tindih tempat kerja molekularnya dengan sulfonilurea karena meglitinid memiliki dua tempat pengikatan yang sama dengan sulfonilurea dan satu tempat pengikatan yang berbeda. Obat ini dimetabolisme oleh CYP3A4 di hati dengan waktu paruh plasma selama 1 jam. Karena onsetnya yang cepat, penggunaan reglinid diindikasikan untuk mengendalikan lonjakan kadar glukosa setelah makan. c. Derivat D-FenilalaninNeglitinid, suat derivat D-fenilalanin, adalah insuin secretagogue terbaru yang tersedia secara klinis. Neglitinid merangsang pelepasan insulin secara sangat cepat dan berlangsung sementara dari sel B melalui penutupan kanal K+ yang sensitif ATP. Obat ini juga memulihkan sebagian pelepasan awal insulin sebagai respon terhadap uji toleransi glukosa intravena. Hal tersebut dapat menjadi keuntungan obat ini karena diabetes tipe 2 berkaitan dengan hilangnya respon awal terhadap insulin. Restorasi sekresi insulin yang lebih normal dapat menekan pe;epasan glukagon di awal waktu makan dan menimbulkan penurunan produksi glukosa endogen atau glukosa di hati. Nelitinid di telan sesaat sebelum makan. Obat ini diabsorpsi dalam 20 menit setelah pemberian oral dan waktu kadar puncaknya kurang dari 1 jam serta dimetabolisme di hati oleh CYP2C9 dan CYP2A4 dengan waktu pruh selama 1,5 jam. Lama kerja keseluruhan obat ini kurang dari 4 jam.

d. Biguanida Hipotesis terkini tentang mekanisme kerja biguanid meliputi (1) penurunan glukoneogenesis di hati dan ginjal, (2) perlambatan absorpsi glukosa dari saluran cerna dengan peningkatan konversi glukosa menjadi laktat oleh enterosit, (3) stimulasi langsung glikolisis di jaringan dengan peningkatan bersihan glukosa dari darah, dan (4) penurunan kadar glukagon plasma. Metformin memiliki waktu paruh 1,5-3 jam, tidak berikatan dengan protein plasma, tidak dimetabolisme dan dieksresikan oleh ginjal sebagai senyawa aktif. Akibat blokade glukoneogenesis oleh metformin, obat ini dapat mengganggu metabolisme asam laktat di hati. Pada pasien dengan insudisiensi ginjal, biguanid menumpuk sehingga meningktkan resiko terjainya asidosis lakatat, yang agaknya menjadi suatu komplikasi yan bergantung pada dosis biguanid tersebut. e. Tiazolidinedion Tiazolidiinedion (Tzd) bekerja dengan enurunkan resistensi insulin. Kerja utama obat ini adalah mengatur gen yang terlibat dalam metabolisme lipid dan glukosa dan diferensiasi adiposit. Tzd merupakan ligan peroxisome proliferator-activated receptor-gammma (PPAR-), yaitu bagian dari superfamili steroid dan tirid di reseptor nti. Reseptor PPAR ini ditemukan di otot, lemak, dan hati. Reseptor PPAR- bersifat kompleks dan memodulasi ekspresi gen yang terlibat dlam metabolisme glukosa dan lipid, transduksi sinyal insulin, dan diferensiasi adiposit dan jaringan lainnya. Selain bekerja pada adiposit, miosit, dan hepatosit, Tzd juga memiliki efek yang bermakna terhadap endotel vaskular, sistem imun, ovarium, dan sel tumor. Sebagian respon tersebut mungkin tidak bergantung pada jalur PPAR-. Pada orang dengan diabetes, tempat kerja utama Tzd adalah jaringan adiposa tempat obat ini meningkatkan ambilan dan pemakaian glukosa dan memodulasi sintesis hormon lipid atau sitokin dan protein lain yang terlibat dalam pengaturan energi. Tzd juga mengatur diferensiasi dan apoptosis adiposit. Dua Tzd kini tersedia : pioglitazon dan rosiglitazon. f. Inhibitor Alfa-GlukosidaseHanya monoskarida, seperti glukosa dan fruktosa, yang dapat diangkut keluar dari umen usus dan masuk ke dalam aliran darah. Pati kompleks, oligosakarida, dan disakarida harus dipecah menjadi monosakarida sebelum diserap di duodenum dan yeyunum bagian atas. Proses pencernaan tersebut dipermudah oleh enzim enterik, termasuk amilase- pankreas, dan glukosidase- yang melekat pada brush border sel usus. Akarbosa dan miglitol merupakan inhibitor kompetitif glukosidase- dan mengurangi pencernaan dan penyerapan pati dan disakarida setelah makan. Struktur miglitol berbeda dari struktur akarbosa dan enam kali lebih poten dalam menghambat sukrase. Meskipun afinitas pengikatan kedua senyawa tersebut berbeda, akarbosa dan miglitol sama-sama bekerja pada glukosidase-: sukrase, maltase, glikomilase, dan dektranase.

4.2 Antihipertensi4.2.1 Penghambat Angiostensin Converting Enzim (ACE)Captopril dan obat-obat golongan ini menghambat converting enzyme, peptidil dipeptidase, yang menghidrolisis angistensin I menjadi angiostensin II dan menginaktifkan bradikinin, suatu vasodilator yang poten, yang setidaknya bekerja sebagian dengan merangsang pelepasan nitrat oksida dan prostasiklin. Aktifitas hipotensif captopril dihasilkan dari kerja penghambat pada sistem-renin angiostensin dan suatu kerja rangsangan pada sistem kinin-kalkrein. Interaksi obat yang penting meliputin interaksi dengan suplemen kalium atau dengan diuretik hemat kalium, yang dapat menyebabkan hiperkalemia. Obat-obat anti-inflmasi nonsteroid bisa mengganggu efek hipotensif penghambat ACE dengan menghambat vasodilatasi yang diperantarai bradikinin, yang paling tidak sebagiannya lagi, diperantarai prostaglandin.

4.2.2Obat Penyekat Reseptor AngiostensinLosartan dan valsartan merupakan obat-obat penyekat reseptor angiostensi II tipe 1 dipasarkan. Baru-baru ini telah dikeluarkan pula kandersatan, eprosartan, irbersartan, telmisartan. Obat-obat golongan ini tidak memilki efek terhadap metabolisme bradikinin sehingga merupakan penghambat yang lebih selektif terhadap efek angiostensin dibandingkan dengan obat penghambat ACE. Mereka juga memiliki potensi untuk menghambat kerja angiostensin secara menyeluruh dibandingkan dengan penghambat ACE sebab terdapat enzim-enzin lain selain ACE yang dapat menghasilkan angiostensin II. 4.3 Antibiotik4.3.1 Golongan -Laktam II (Sefalosporin)Sefalosporin merupakan pengembangan atau derivate dari -laktam. Kelebihannya adalah intensitas efeknya lebih baik, spektrum lebih luas, relatif tidak menimbulkan alergi (hipersensitif), dan lebih tahan terhadap asam lambung. Golongan ini hingga sekarang masih dikembangkan terus-menerus untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan sekarang telah ditemukan 4 atau bahkan 5 generasi. Generasi 3 dan beberapa generasi 2 dapat menembus sawar otak (BBB) sehingga sangat bermanfaat untuk terapi meningitis. Generasi ke 4 sangat bermanfaat untuk infeksi di rumah sakit yang sudah multi resisten. Pada dasawarsa terakhir, puluhan turunan sefalosporin baru telah dipasarkan yang strukturnya diubah secara kimiawi dengan maksud memperbaiki aktivitasnya. Spectrum kerjanya luas, meliputi banyak kuman Gram-positif dan Gram-negatif, termasuk E.coli, Klebsiella, dan Proteus. Berkhasiat bakterisida dalam fase pertumbuhan kuman, berdasarkan penghambatan sintesa negatif, termasuk E.coli, Klebsiella, dan Proteus. Kepekaannya untuk beta-laktamase lebih rendah daripada penisilin. Hingga tahun 2006 golongan Sefalosporin sudah menjadi 4 generasi, pembedaan generasi dari Sefalosporin berdasarkan aktivitas mikrobanya dan yang secara tidak langsung sesuai dengan urutan masa pembuatannya. Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh melalui ginjal dengan proses sekresitubuli, kecuali sefoperazon yang sebagian besar diekskresi melalui empedu. Dari sifat farmakokinetiknya sefalosporin dibagi 2 golongan ; Yang diberikan secara oral dan dapat diabsorpsi saluran cerna seperti : sefaleksinmsefadrin, sefadroksil, sefaklor. Yang diberikan secara parenteral.Absorpsi obat oral dari usus berlangsung praktis lengkap dan cepat, bentuk ester dari sefuroksim(-axetil) agak baik. Terikat protein plasmanya bervariasi antara 14-90% Plasma t1/2-nya terletakantara 30-150 menit. Sefaleksin, sefradin, sefaklor dan sefadroksil dapat diberikan per oral,karena diabsorpsi melalui saluran cerna. Sefalosporin lainnya hanya dapat diberikan parenteral,misalnya im atau iv. Sefalotin dan sefapirin umumnya diberikan secara iv karena menyebabkaniritasi lokal dan nyeri pada pemberian im. Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh lebih dari 80% melalui ginjal. Karenaekskresinya sebagian besar melalui empedu maka dosis sefoperazon pada penderita insufisiensiginjal harus dikurangi. Sediaan Sefalosporin bbiasanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi berat atau yang tidakdapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan spektrum antibakterinya. Anjuran inidiberikan karena selain harganya mahal, potensi antibakterinya yang tinggi sebaiknyadicadangkan hanya untuk hal tersebut diatas.Reaksi alergi merupakan efek samping yang paling sering terjadi, gejalanya mirip dengan reaksialergi yang ditimbulkan oleh penisilin.Interaksi Kelompok Sefalosporin dengan Obat LainKolistin: Antibiotik sefalosporin dengan Kolistin menaikkan kerusangan ginjal.Antikoagulan oral: Sefalosporin menunjukkan waktu protrombin dengan demikian mempotensiasi kerja obat anti koagulan oral.Probenesid: Probenesid mengurangi bersihan ginjal dari sefalosidin dan sefalotin, menyebabkan kenaikan tingkat plasma dari antibiotik tersebut; kombinasi dengan sefalosporin akan menaikkanekskresi antibiotik melalui empedu.Gentamisin: Fungsi ginjal memburuk yang akan mengakibatkan keadaan fatal.Tobtamisin: Menyebabkan nefrotoksisitas dengan kenaikan Kreatinin serum sebesar 0,4 mg/L.Furosemide: Menyebabkan nefrotoksisitasSisplatin: Menyebabkan nefrotoksisitas.4.3.2 KuinolonAsam Nalidiksat adalah prototip antibiotika golongan Kuinolon lama yang dipasarkan sekitartahun 1960. Walaupun obat ini mempunyai daya antibakteri yang baik terhadap kuman gram negatif, tetapi eliminasinya melalui urin berlangsung terlalu cepat sehingga sulit dicapai kadar pengobatan dalam darah. Karena itu penggunaan obat Kuinolon lama ini terbatas sebagai antiseptik saluran kemih saja. Pada awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Kuinolon baru dengan atom Fluor pada cincin Kuinolon ( karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon). Perubahan struktur ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang masa kerja obat. Peranan antibiotika golongan Kuinolon & Flurokuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mmati. Kuinolon aktif terhadap beberapa kuman Gram-Negatif antara lain : E. Coli, Proteus, Klebsiella,dan Enterobacter. Kuinolon ini bekerja dengan menghambat subunit A dari Enzim DNA graise Kuman, Akibatnya reflikasi DNA terhenti. Resistensi terhadap kinolon dapat trejadi melalui 3 Mekanisme, yaitu : Mutasi Gen gyr A yang menyababkan subunit A dari DNA graise kuman berubah sehingga tidak dapat diduduki molekul obat lagi. Perubahan pada permukaan sel kuman yang mempersulit penetrasi obat kedalam sel. Peningkatan Mekanisme Pemompaan obat keluar sel (efflux).Asam Nalidiksat diserap baik melalui saluran cerna tetapi dengan cepat dieksresikan dengan cepat melaliu Ginjal. Bioavailabilitasnya pada pemberian peroral sama dengan pemberian parenteral. Penyerapan Siproflaksin dan Flurokiunolon lainnya akan terhambat bila diberikan bersama Antasida. Sifat lainnya yang menguntungkan adalah masa paruh eliminasinya panjang sehingga obat cukup diberikan 2 kali dalam sehari.Asam Nalidiksat hanya digunakan sebagai antiseptik saluran Kemih. Secara Umum dapat dikatakan bahwa efek samping golongan kuinolon sepadan dengan antibiotik golongan lain. Beberapa Efek samping yang dihubungkan dengan penggunaan obat ini adalah : Saluran Cerna : Efek samping ini paling sering timbul akibat penggunaan golongan kuinolon, dan bermanifestasidalam bentuk mual, dan rasa tidak enak diperut. Susunan Saraf Pusat : Yang paling sering terjadi adalah Sakit kepala dan Pusing. Bentuk yang jarang timbul ialah Halusinasi. Kejang dan delirium Hepatotoksisitas Efek samping ini jarang terjadi. Kardiotoksisitas : Akumulasi kalium dalam miosit, akibatnya terjadi aritmia Ventrikel. Disglikemia dapat Menimbulkan hiper atau hipoglikemia. Akibatnya akan memperparah penyakit diabetes Melitus.Interaksi Obat Golongan Kuinolon dan Flurokuinolon berinteraksi dengan beberapa obat, Misalnya : Antasid : Absorpsi kuinolon dan flurokuinolon dapat berkurang hingga 50% jika diminum bersamaan dengan antasid. Teofilin : akan menghambat metabolisme teofolin dan meningkatkan kadar teofilin dalam darah, sehingga dapat terjadi intoksikasi. Obat Anti Artimia :akan mengakibatkan terjadinya akumulasi kalium dalam miosit , akibatnya terjadi aritmia Ventrikel. 4.4 AntasidaAntasida Antasida adalah salah satu senyawa yang mempunyai kemampuan menetralkan asam klorida (lambung) atau mengikatnya. Sediaan antasida dapat digolongkan menjadi: a) Antasida dengan kandungan alumunium dan atau magnesium, b) Antasida dengan kandungan natrium bikarbonat, c) Antasida dengan kandungan bismuth dan kalsium. Antasida masih bermanfaat untuk mengobati saluran cerna. Antasida seringkali dapat meringankan gejala-gejala yang muncul pada penyakit dyspepsia tukak maupun bukan tukak,serta pada penyakit refluks gastroesophageal (gastroesofagitis). Antasida paling baik diberikan saat gejala muncul atau diprediksi akn muncul, lazimnya di waktumakan atau sebelum tidur, 4 kali sehari atau lebih. Dosis tambahan mungkin diperlukan yakni,sampai interval setiap jam. Pemberian dosis lazim (missal 10ml, 3 atau 4 kali sehari) cair anantasida magnesium-aluminium, meskipun dapat meningkatkan penyembuhan tukak tetapi kurang efektif bila dibandingkan dengan antisekresi. Selain itu, bukti antara penyembuhan dankapasitas penetralan belum jelas. Pemilihan sediaan antasida bergantung pada kapasitas penetralan, kandungan ion natrium efek samping, palabilitas dan kemudahan penggunaannya. Pemberian antasida dengan kadar natriumtinggi, harus dihindari pada pasien yang masukan natrium dalam makanannya dibatasi. Demikianpula pada kondisi gagal jantung dan kehamilan. Hipermagnesemia mungkin terjadi apabila antasida yang mengandung magnesium diberikanpada pasien yang mengalami gagal ginjal. Pemberian antasida bersamaan dengan obat lain harus dihindari karena mungkin dapat mengganggu absorbsi obat lain. Selain itu, antasida dapat merusak salut enteric yang dirancang untuk mencegah pelarutan obat dalam lambung.Interaksi: Penghambat ACE : antasida mengurangi absorbsi dari fosinopril. Analgetik : ekskresi asetosal dipertinggi dalam urin basa, antasid mengurangi absorbsi difusinal. Antiaritmia : ekskresi kinidin diturunkan dalam urin basa, kadang bisa menurunkan kadar plasma. Antibakteri : antasid mengurangi absorbsi azitromisin, sefpodoksim, siproflosaksim,isoniazid, nitrofurantoin, norfloksasin, ofloksasin, rifampisin, dan sebagian besartetrasiklin. Antiepileptic : antasid menurunkan absorbsi gabapentin, dan fenitoin. Antijamur : antasid menurunkan absorbsi itrakonazol, dan ketokonazol. Antimalaria : antasid menurunkan absorbsi klorokuin, dan hidrosiklorokuin. Antispikotik : antasid menurunkan absorbs. Besi : magnesium trisilikat.

BAB IIIPROSEDUR PRAKTIKUM

A. Langkah pelayanan resep Penerimaan resep Cek kelengkapan resepResep yang diterima:R/Daonil tab XXX s 0-0-1Captesin tab LX s4 dd ICorsamag tab XV s3 dd1Ciproxin 500 tab X s1dd1

Nama dokter : dr. AndreNama pasien: Tn. Andi

Kelengkapan resep yang belum tertera:Dalam resep yang diterima, ada beberapa poin penting yang belum tertera, sehingga farmasis perlu menghubungi dokter atau klinik dimana resep tersebut berasal, dan meminta informasi yang diperlukan. Beberapa data yang belum lengkap: Nomor resep Alamat dokter Alamat pasien

Riwayat pengobatan Obat lain yang digunakan: Paracetamol Penggunaan obat herbal/tradisional: konsumsi bawang putih 2 siung tiap hari. Riwayat alergi obat: amoxicillin Analisis rasionalitas obat Obat yang diresepkan oleh dokter dinilai belum rasional. Obat yang diresepkan terdiri dari ciproxin, daonil captesin dan corsamag.Ciproxin diindikasikan untuk infeksi saluran nafas, telinga, mata,sinus, ginjal dan saluran kemih, perut. Namun ciproxin berinteraksi dengan glibenkalmid dan menyebabkan hipoglikemik hebat, sehingga doganti dengan golongan sefalsporin yaitu cefadroxil. Cefadroxil diberikan 2 kali sehari dengan dosis 500 mg setelah makan. Capresin digunakan untuk hipertensi, gagal jantung. Namun obat ini juga tidak dapat digunakan karena memiliki interaksi obat dengan antidiabetes. Dalam buku the drug interaction fact penggunaan golongan ACEI dengan antidiabetes glibenklamid dapat digunakan bersama, tetapi harus dimonitor apabila sudah terjadi tanda-tanda hipoglikemi. Daonil diindikasikan untuk diabetes melitus tipe 2, dengan dosis yang diberikan 1 kali sehari 500 mg. Carsomag diganti dengan magasida yang diindikasikan untuk nyeri epigastrik, mual dan muntah dengan ulkus lambung dan duedoneum. Magasida diberikan dengan dosis 3 kali sehari satu tablet dimunum setelah 1-2 jam makan atau sebelum tidur. Penyiapan obat Penyiapan etiket Etiket yang disiapkan adalah etiket bewarna putih. Pada etiket ditulis tanggal, nama pasien, usia, alamat, serta dosis dan cara penggunaan obat. Perlu diperhatikan saat menulis etikat agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan obat oleh pasien. Penyiapan obat masuk ke wadah dan beri etiketObat yang tertera dalam resep disiapkan sesuai dengan yang tertera dalam resep. Obat dimasukan ke dalam kantong plastik dan ditempelkan etiket yang sesuai. Perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan atau etiket masing-masing obat tertukar. Pemeriksaan akhirSebelum diberikan kepada pasien ada beberapa hal yang harus dipersiapkan: Kesesuaian obat dengan resepSebelum obat diberikan kepada pasien, farmasis harus memeriksa kembali kesesuaian antara obat yang diberikan dengan yang tertera dalam resep dokter. Dipastikan jumlah dan jenis obat yang akan diberikan kepada pasien. Buat kopi resepBagi pasien yang belum mengambil keseluruhan obat dari yang tertera dalam resep, farmasis akan menuliskan kopi resep. Tetapi pada kasus ini, bila antibiotik ingin diulang harus meminta konfirmasi terlebih dahulu kepada dokter. Penyiapan materi informasiKepada pasien atau walinya, farmasis wajib mempersiapkan informasi apa saja yang harus diterima oleh pasien atau walinya selama menggunakan obat tersebut. Farmasis harus mempersiapkan informasi seputar pemakaian dan efek samping obat, agar tujuan terapi tercapai dengan maksimal. Penyerahan obat dan pemberian konseling Penyerahan obat dan Pemberian konselingPenyerahan obat disertai dengan konseling kepada pasien atau walinya oleh farmasis.Sebelum diserahkan, farmasis harus mengkonfirmasi kebenaran kepemilikan obat atas pasien, serta identitas pasien kepada wali atau pasien tersebut.Selanjutnya, obat diserahkan dengan menjelaskan cara pemakaian masing-masing obat. Farmasis, dengan cara yang baik dan bahasa yang mudah dimengerti, menjelaskan kepada pasien atau walinya tujuan penggunaan obat, cara pakai, cara penyimpanan beserta dosisnya. Selain itu, farmasis juga harus menjelaskan tentang interaksi yang mungkin terjadi selama pemakaian obat. Contohnya, bila menggunakan antibiotic cefadroxil, pasien harus memakan obat tersebut hingga habis, dan sebisa mungkin dihindarkan dimakan bersaaan dengan susu, jika terpaksa, berikan jarak antara minum obat dengan minum susu. Dan untuk sementara pasien harus menghentikan kebiasaan memakan bawang putih setiap hari, dikarenakan bawang putih akan berinteraksi dengan obat dan menyebabkan hipoglikemia.Setelah menjelaskan dengan seksama, farmasis harus memastikan bahwa informasi yang diberikan dimengerti oleh pasien atau walinya. Farmasis dapat meminta pasien atau walinya untuk mengulang informasi yang diperolehnya dari farmsis. Jika ada yang informasi yang tertinggal, farmasi dapat menambahkannya.Pasien atau wali yang kurang mengerti tentang penggunaan obat, dapat menanyakannnya langsung kepada farmasis agar tepat penggunaan obat.Selanjutnya, obat diberikan kepada pasien dan walinya sambil mendoakan kesembuhan pasien.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Hasila. Resep

KLINIK PRODI FARMASI FKIK UINJl. Kertamukti no.100, CiputatTelp. 02179432222dr. AndreSIP : 12345678910iter 2xCiputat, 7 April 2014R/ Daonil Tab xxx S. 0-0-1R/ Captensin tab LX S. 4. dd. 1 R/ Corsamag tab XV S. 3. dd. 1R/ Ciproxin tab 500 X S.1.dd.1tabPro: Tn. Andi Umur: Alamat :TTDAlamat:

b. Kelengkapan ResepNoKelengkapan ResepHasil Pemeriksaan Kelengkapan Resep

1Nama dokterada

2SIP dokter Ada

3Alamat dokterAda

4Tanggal penulisan resepAda

5Paraf dokterAda

7Nama pasienAda

8Alamat pasienTidak ada

9Umur pasienTidak ada

10Jenis kelaminAda

11Jumlah sediaanAda

12Signa/aturan pakaiAda

c. Riwayat Pengobatan Pasien Obat lain yang digunakan: - Penggunaan obat herbal/tradisional: Bawang putih Riwayat alergi obat: Amoxicilind. Informasi ObatNoNama ObatIndikasiDosisEfek SampingInteraksi Obat

1Daonil(Glibenklamid)Diabetes Melitus Tipe 2Dosis awal: 2,5 mg/hr, ditingkatkan s/d ,5 mg dengan interval 3-5 hari, sudah dikontrolBerkeringat, hipertensi, cemas, kulit lembabACEI dan golongan kuinolon penurunan gula meningkat (Hipoglikemi)

2Captensin (Kaptopri)Hipertensi, gagal jantungTablet : Dewasa 12,5 mg 2-3x sehari. Dititrasi s/d 25 mg 2-3x hariRuam kulit, muka kemerahan, hipotensiDengan diuretik indometasin

3Carsomag (Mg trisilikat 300 mg , Al (OH)300 mg, simetikon 50 mgNyeri epigastrik, mual dan muntah dengan ulkus lambung dan duedoneumD : 1-2 tabKonstipasi diareMempengaruhi absropsi tetrasiklin dan simetidin

4Ciproxin(tab ciprofloxacin HCl) tidak diberikanInfeksi saluran nafas, telinga, mata,sinus, ginjal dan saluran kemih, perutCiproxin PO: 250-750 mg 2xsehariInfeksi GIT : 500 mg PO Mual, diareAntasida menurunkan absropsi ciproflaxacin

5 Cefradoxil Soho(Cefadroxil)infeksi kulit dan jar.lunak, ISK, faringitis dan tonsilitisKapsul 1 g/ hari dalam dosis terbagi (2kali sehari)Reaksi alergi

e. Etiket

f. Apotek PRODI FARMASI FKIK UINJl. Kertamukti no.100, CiputatTelp. 02179432222SIP : 1111102000064APA: Rianisa Karunia Dewi, S.Si, AptIter 2xSALINAN RESEPNama Dokter : dr.AndreAlamat Dokter: Jl. Kertamukti no.100 CiputatNama Pasien: Tn. AndiAlamat Pasien: Ciputat 10Tanggal Reseep: 7 April 2014R/ Daonil Tab xxx S. 0-0-1................................. detR/ Captensin tab LX S. 3. dd. 1................................. det R/ Magasida tab XV S. 3. dd. 1...............................detR/ Cefradoxil Soho X S.2.dd.1 cap..........................det. no iterP.C.CSalinan Resep

g. Perhitungan Harga Jual Obat HJA (Harga Jual Apotek) = HNA (Harga Netto Apotek) + Laba apotek 30%+PPN 10% Harga Resep = HJA + Biaya pelayanan resep1. Daonil HNA = 2,5 mg x 100 (Rp.111.430)HJA = Rp.33.500 ((30 tab) + Rp 11.000 + Rp 4450HJA = Rp.49.000Harga Resep = Rp.49.000 + Rp 1.000 = Rp 50.0002. Captensin HJA = Rp 34.200 (60 tab)+ Rp 10.300 + Rp 3.500HJA = Rp 48.000Harga Resep = Rp 48.000 + Rp 1.000 = Rp 49.0003. Magasida HJA = Rp 3600 (15 tab)+ Rp 1100 + Rp 360HJA = Rp 5.100Harga Resep = Rp 5.100 + Rp 1.000 = Rp 6.100

4. Cefradoxil (soho)HJA = Rp 32.000 (10 cap)+ Rp 9600 + Rp 3200HJA = Rp 44.800Harga Resep = Rp 44.800 + Rp 1.000 = Rp 45.800

TOTAL HARGA RESEP = Rp 50.000+ Rp 49.000+ Rp 6.100 + Rp 45.800 = Rp 150.900

h. Percakapan Konseling1. Percakapan apoteker pasien saat mencari informasi tentang kelengkapan resep yang kurangApoteker: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, saya apoteker di apotek ini, saya telah menerima resep dari ibu, apakah benar Tn. Andi ?Pasien: oh ya, saya Tn Andi.Apoteker: Baiklah, ada beberapa informasi terkait pasien yang perlu saya dapatkan terkait resepnya. Pertama, Bapak beralamat tempat tinggal dimana ya bu?Pasien: Ciputat 10Apoteker: Baiklah, kemudian umur Bapak berapa?Pasien: 45 tahun Apoteker : Apakah sebelumnya Bapak sedang mengkonsumsi obat atau obat herbal lainnya?Apoteker: Kalau herbal , seingat saya kemarin memakan bawang putih karena kata tetangga saya dapat menurunkkan tekanan darah.Apoteker: Apakah Bapak mengalami riwayat alergi terhadap suatu obat?Pasien: Oh, saya alergi dengan amoxicilin.Apoteker: Baiklah kalau begitu, terimakasih atas informasinya. Ibu mohon tunggu sebentar saya akan menyiapkan resep ini.

2. Percakapan apoteker-pihak klinik-dokter mencari tahu informasi tentang kelengkapan resep Apoteker : Assamalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, saya apoteker dari Apotek Prodi Farmasi FKIK UIN, apakah benar saya terhubung dengan dr. Andre?Dokter: Waalaikum salam, iya benar, ada yang bisa saya bantu?Apoteker: Baiklah, tadi baru saja ada resep masuk dari klinik anda atas nama Tn. Andi, namun saya ingin menanyakan tentang beberapa obat, apa dokter ada waktu?Dokter: Baik .Apoteker: Saya ingin mengkonfirmasi mengenai obat yang dokter tulis bahwa obat daonil memiliki interaksi obat yang dapat menyebabkan hipoglikemi berat dengan pemberian ciprofloxacin. Dokter: Kalo begitu silahkan antibiotik diganti dengan golongan sefalosporin Apoteker: O ya, baik dok, kemudian untuk antasida, yang tersedia di apotek kami adalah Magasida, apakah boleh diganti dok?.Dokter: Apakah sama komposisinya?.Apoteker: berbeda dok, tetapi untuk indikasi yang samaDokter: Baik kalo begitu, silahkan diganti Apoteker: Terima kasih dok atas waktunyaDokter: ya terimakasih kembali, waalaikumsalam

3. Percakapan apoteker- pasien saat penyerahan obatApoteker: Tn. Andi (45 tahun) !!Pasien: Ya, Resep untuk Tn. Andi ?Apoteker: Ya, Baiklah, Assalamualaikum Bapak. Ini resep Bapak telah selesai, ada 4 macam obat disini, Pertama ini. Daonil (obat diabetes) 1x sehari pada pagi hari saat makan. Kemudian yang kedua, Captensin (obat darah tinggi) cara pemakaiannya adalah 3x sehari sebelum makan. Sedangkan Magasida (obat Maag), 3 kali sehari 1-2 jam setelah makan. Dan yang terakhir Cefradoxil Soho (obat antibiotik) dimakan pada saat setelah makan 2 kali sehari dan obat ini harus dihabiskan.Pasien: mengapa obat Antibiotik begitu bu? Mengapa obat ini harus dihabiskan?Apoteker: Karena, antibiotik ini istilahnya untuk membunuh kuman di dalam tubuh, jika tidak teratur dan dihabiskan maka kuman di dalam tubuh dapat tidak seluruhnya dapat di bunuh, jadi masih ada kuman yang tersisa dan membuat antibiotik tersebut resisten atau tidak tahan lagi dalam membunuh kuman, sehingga nantinya ibu harus menaikkan dosis atau mengganti dengan antibiotik lain yang lebih kuat, seperi itu penjelasannya bu. Dan tolong ditanyakan oleh Bapak kepada dokter apakah kalo obat Antibiotik ini sudah abis perlu ditebus lagi atau tidakPasien: oh begitu, jadi harus dihabiskan .Apoteker: Iya Bapak, kemudian obat ini disimpan di ruangan yang sejuk atau Bapak dapat menaruhnya di dalam kulkasPasien: O, ya yaApoteker: maaf sebelumnya Bapak, takutnya ada informasi yang terlewatkan yang seharusnya saya sampaikan. Apakah Bapak dapat mengulangi informasi yang saya berikan tadi?Pasien: Ya baiklah. Pertama ini. Daonil (obat diabetes) 1x sehari pada pagi hari saat makan. Kemudian yang kedua, Captensin cara pemakaiannya adalah 3x sehari sebelum makan. Sedangkan Magasida (obat Maag), 3 kali sehari 1-2 jam setelah makan. Dan yang terakhir Cefradoxil Soho (obat antibiotik) dimakan pada saat setelah makan 2 kali sehari dan obat ini harus dihabiskan.Apoteker: Ya benar, terimakasih Bapak, apakah ada yang ingin Bapak tanyakan lagi atau ada yang kurang jelas?. Dan yang terakhir jika Bapak mengalami tanda-tanda seperti sakit kepala, keringat........, Bapak segera menghubungi dokter.Pasien: Oh tidak sudah jelas.Apoteker: Baiklah, ini struknya bisa Bapak bayar di kasir. Semoga lekas sembuh ya Bapak, jangan lupa selalu meminta kesembuhan kepada Allah SWT. Terima kasih, wassalamualaikum warahmatullahi wabarukatuh.Pasien:ya, waalaikumsalam.4.2 PembahasanKelengkapan ResepPemeriksaan kelengkapan resep merupakan salah satu pelayanan farmasi yang termasuk pada kegiatan pemeriksaan administratif resep. Kelengkapan resep ini menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi nama, SIP dan alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien, cara pemakaian yang jelas, serta Informasi lainnya. Pada resep yang diberikan, ada beberapa kelengkapan resep yang kurang yaitu umur pasien dan alamat pasien. Kelengkapan mengenai pasien seperti alamat serta umur pasien dapat ditanyakan langsung pada pasien yang menyerahkan resep.. Kelengkapan resep ini penting diperiksa terlebih dahulu oleh seorang apoteker sebelum ke tahap pelayanan resep selanjutnya karena ini menyangkut keabsahan administratif resep terutama jika di dalam resep terdapat obat-obat golongan psikotropika atau narkotika yang membutuhkan pencegahan terhadap ketidaktepatan atautpun penyalahgunaan obat.Analisis obat yang tidak rasional: 1. Captensin (kaptropil): Pada resep ditulis 4 kali sehari tetapi, pada MIMS yang tertera harusnya 3 kali sehari. Sehingga, pada resep cara pemakaian harus diganti menjadi S. 3. dd. 1. Dosis tidak tertera pada resep setelah dikonfirmasi menggunakan dosis 25 mg Farmakokinetik : bioavabilitas PO : 70-75 %. Pemberian bersama makanan akan mengurangi absropsi sekitar 30 % oleh karena itu obat harus diberikan 1 jam sebelum makan (Amir S., 2011). Mekanisme kerja obat : menghambat AI menjadi AII sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron. Pemberian obat : 1 jam sebelum makan. Obat ini tidak digunakan karena memiliki interaksi obat dengan antidiabetes. Dalam buku the drug interaction fact penggunaan golongan ACEI dengan antidiabetes glibenklamid dapat digunakan bersama, tetapi harus dimonitor apabila sudah terjadi tanda-tanda hipoglikemi 2. Ciproxin Berinteraksi dengan glibenklamid yaitu memeberikan efek hipoglikemik berat Farmakokinetik ciprofloxacin: Cmax: 1,5- 3 mg/L, bioavabilitas PO 60-80%, T : 3-5 jam, eliminasi di renal 30-50 %. Farmakaodinamik : menghambat DNA girase dan IV pada kuman. mempunyai daya anti-bakterinya sangat kuat terhadap E. Coli, Klebsiella, Proteus, N. Meningitis. Terhadap kuman Gram positif, daya antara bakterinya kurang baik. Interaksi obat dengan obat glibenklamid: hipoglikemi berat Sehingga obat ini diganti dengan golongan sefalosporin yaitu Cefadroxil Analisis Obat yang rasional1. Daonil (Glibenklamid) Pemberian pada pasien sudah sesuai 1x sehari 500 mg Pemberian obat diberikan pada saat makan pagi hari Farmakokinetik : diabsropsi secara efektif dari saluran GI. Ikatan dengan protein plasma terutama albumin 90-99%. Volume distribusi sebagian besar sulfonilurea sekitar 0,2 liter/kg. Waktu paruh generasi kedua singkat yaitu 3-5 jam, namun efek hipoglikeminya terlihat 12-24 jam. Untuk itu pemberian obatnya cukup 1x sehari. Lebih efektif waktu pemberian obat 30 menit sebelum makan Farmakodinamik: ikatan dengan reseptor sel -pankreas, dan memblok saluran K+ sensitif-ATP menyebabkan depolarisasi membran dan influks Ca+ yang menstimulasi sekresi insulin. Mekanisme interaksi obat dengan ACEI : ACEI meningkatkan sensitivitas insulin sementara. Mekanisme interaksi obat dengan golongan kuinolon : mekanisme tidak diketahui, bagaimanapun GATIFLOXACIN tidak berefek pada toleransi glukosa atau fungsi pankreas sel 2. Magasida () Pemberian obat ini 3 kali sehari setelah 1-2 jam sesudahmakan atau sebelum tidur Indikasi: Tukak lambung dan usus 12 jari, gastritis, refluks esofagitis, hiperasiditas lambung, perut kembung karena gas dalam perut3. Cefradoxil Soho (Cefradoxil) Cefradoxil merupakan golongan sefalosporin Pemberian obat diberikan 2x sehari dengan dosis 500 mg setelah makan Farmakokinetik : berikatan dengan protein plasma PO 20%, t : 1,5 jam, ekskresi dalam urin 90% Farmakodinamik : aktivitas antimikroba untuk terutama aktif terhadap kuman Gram-positif.

Perhatian: Bahwa penggunaan bawang putih diberhentikan sementara dulu, karena bisa meningkatkan tekanan darah.Nama Obat DosisCara Pemakaian

Daonil (obat diabetes) 1x sehari pada pagi hari saat makan

Captensin3x sehari sebelum makan

Magasida (obat Maag)3 kali sehari 1-2 jam setelah makan

Cefradoxil Soho (obat antibiotik) 2 kali seharisetelah makan dan obat ini harus dihabiskan

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanPasien Tn. Andi :Obat- yang digunakan :Cefadroxil diberikan 2 kali sehari dengan dosis 500 mg setelah makan. Daonil diberikan 1 kali sehari 500 mg. Magasida diberikan dengan dosis 3 kali sehari satu tablet dimunum setelah 1-2 jam makan atau sebelum tidur. Harga obat total yang dibayar pasien : Rp 150.900

Saran Sebaiknya, Apoteker harus lebih teliti dalam membaca resep dan memberikan pelayanan yang baik dan cepat kepada pasien yang menunggu pengambilan obat.

DAFTAR PUSTAKA

Arlina, Pramudianto dkk. 2011. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 2011/2012.Jakarta: PT Medidata Indonesia.Fauzi, Kasim dkk. 2012. ISO Volume 47 -2012/2013. Jakarta: PT ISFI .Read more:http://diabetesmelitus.org/definisi-tipe-diabetes/#ixzz2y0P9LZc7Syarif, Amir dkk. 2011. Faramakologi dan Terapi. Jakarta : UI.