farmakologigv
DESCRIPTION
hbTRANSCRIPT
I. TUJUAN
· Memperlihatkan pertambahan efek obat akibat dosis obat
· Memperlihatkan efek interaksi obat ( efek kerja kombinasi obat - obatan )
II. TINJAU PUSTAKA
ATROPIN
Atropin (hiosiamin) ditemukan dalam tumbuhan Atropa Belladonna, atau Tirai Malam
Pembunuh, dan dalam Datura Stramonium, atau dikenal sebagai biji jimson ( biji
Jamestown) atau apel berduri.Atropine alam adalah l(-) hiosiamin, tetapi senyawanya
sudah campuran (rasemik), sehingga material komersilnya adalah rasemik d, l-
hiosiamin.Anggota tersier kelas atropine sering dimanfaatkan efeknya untuk mata dan
system syaraf pusat.
Atropin dan senyawa tersier lainnya didistribusikan meluas kedalam tubuh setelah
penyerapan kadar tertentu dalam susunan saraf pusat (SSP) dicapai dalam 30 menit sampai
1 jam, dan mungkin membatasi toleransi dosis bila obat digunakan untuk memperoleh
efek perifernya. Didistribusikan keseluruh tubuh dengan baik.
Atropin cepat menghilang dari darah setelah diberikan dengan massa paruh sekitar 2
jam kira-kira 60% dari dosis diekskresikan kedalam urine dalam bentuk utuh. Sisanya
dalam urine kebanyakan sebahagian metabolit hidrolisa dan konjugasi. Efeknya pada
fungsi parasimpatis pada semua organ cepat menghilang kecuali pada mata. Efek pada iris
dan otot siliaris dapat bertahan sampai 72 jam atau lebih.Spesies tertentu, terutama kelinci
memiliki enzim khusus satropin esterase yang membuat proteksi lengkap terhadap efek
toksik atropine dengan mempercepat metabolisme obat.Ekskresinya melalui ginjal, yang
separuhnya dalam keadaan utuh. Plasma t1/2 nya 2-4 jam.
ADRENALIN
Adrenalin (epinefrin) yang merupakan zat adrenergikini dengan efek alfa + beta adalah
Bronkchodilata terkuat dengan kerja cepat tetapi singkat yang digunakan untuk serangan
asma yang hebat. Seringkali senyawa ini dikombinasikan dengan tranguillizer peroral
guna melawan r4asa takut dan cemas yang menyertai serangan. Secara oral, adrenalin
tidak aktif.
Adrenalin adalah sebuah hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan
gerak tubuh kita. Tidak hanya gerak, hormon ini pun memicu reaksi terhadap efek
lingkungan seperti suara derau tinggi atau cahaya yang terang. Reaksi yang kita sering
rasakan adalah frekuensi detak jantung meningkat, keringat dingin dan keterkejutan.
Adrenalin selalu akan dapat menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah arteriel dan
memicu denyut dan kontraksi jantung sehingga menimbulkan tekanan darah naik seketika
dan berakhir dalam waktu pendek. Betabloker akan selalu juga menghambat frekuensi dan
konduksi jantung pada dosis terapi dan morfin juga selalu akan mengurangi rasa sakit dan
menghambat pernapasan dalam dosis lebih besar. Semua reaksi ini merupakan dose-
dependent reactions yang nyata. Dengan demikian banyak obat lain bisa kita golongkan
kedalamnya seperti kontaseptif oral, insulin, dsb. Obat sejenis ini termasuk daftar Obat
Esensial.
III. METODOLOGI PERCOBAAN
Hewan Coba : Kelinci (rabbit)
Alat : Pipet tetes
Pupilometer
Lampu senter
Kapas
Stopwatch / jam
Obat yang dipakai : Larutan 0,5 % adrenalin HCl
Sulfasatropin
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
Mahasiswa akan dibagi atas kelompok - kelompok, dan setiap kelompok bekerja dengan seekor kelinci. Sebelum percobaan dilakukan, maka observasilah yang terlebih dahulu oculi dextra / sinistra kelinci dalam interval waktu tertentu tentang hal - hal :
· Diameter pupil ( dalam mm ) jarak horizontal kedua pimggir paling lateral pupil
· Besar bola mata : normal, exopthalmus ( menonjol ), enaphalimus ( ke dalam )
· Reflex ancaman ( reflex kornea )
· Reflex cahaya : direct, indirect
· Konsistensi bola mata : keras / lunak
· Kelainan gerakan bola mata ( misal seperti nystagmus ( kedua bola mata di tengah ))
Setelah melakukan observasi di atas, tetesi kedua mata kelinci dengan larutan adrenalin sebanyak 3 tetes ( dilakukan pada waktu yang bersamaan ). Perhatikan efeknya ( lakukan observasi di atas ). Setelah 10 menit kemudian, teteskan pada mata kanan 3 tetes larutan sulfasatropin dan mata kiri 3 tetes larutan 0,5 % larutan adrenalin HCl. Kemudian lakukan lagi observasi di atas
V. HASIL PENGAMATAN
Waktu awal Setelah ditetesi larutan 0,5 % adrenalin HCl
Setelah 10 menit mata kanan (sulfasatropin)
Setelah 10 menit mata kiri (0,5 % adrenalin HCl)
Diameter pupil
5 mm 6 mm 6 mm 8 mm
Besar bola mata
Normal Normal Lebih ke dalam dari mata kiri
Lebih menonjol dari mata kanan
Refleks ancaman
Normal Normal Normal Normal
Refleks cahaya
Direct:pupil mengecil
Indirect:pupil mengecil
Direct:pupil mengecil
Indirect:pupil tidak mengecil
Direct:pupil mengecil
Indirect:pupil tidak mengecil
Direct:pupil tidak mengecil
Indirect:pupil tidak mengecil
Konsistensi bola mata
Keras Keras Keras Keras
Kelainan gerakan bola mata
Normal Normal Normal Normal
VI. KESIMPULAN
Percobaan ini membuktikan bahwa obat memiliki efek tertentu jika kita memberikan obat secara berturut-turut dengan dosis yang sama. Efek tersebut diantaranya adalah Sinergisme dan Antagonis. Sinergisme adalah meningkatnya efek yang terjadi saat memberikan obat dengan dosis yang sama. Antagonis adalah kerja obat saling merugikan. Saat diberikan obat berbeda dengan dosis yang sama, akan menurunkan efek yang terjadi.
7. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Farmakologi Dan Terapeutik FKUI. Farmakologi Dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru; 2007 p.56-61 & 63