farmakologi & no.batch
DESCRIPTION
jijijjojojojoTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN FARMAKOLOGI
2.1 Golongan obat berdasarkan farmakoterapi
Misoprostol termasuk dalam obat golongan analog prostaglandin (BP
2009, hal. 1475).
2.2 Indikasi
Pencegahan tukak lambung yang diinduksi NSAID (DIH 2011, hal. 1158).
Misoprostol, suatu analog prostaglandin memiliki sifat antisekresi dan pelindung,
mendukung penyembuhan tukak lambung. Senyawa ini dapat mencegah tukak
karena NSAID, serta pilihan yang tepat bagi pasien yang lemah atau sangat lansia
dimana penggunaan NSAID tidak mungkin dihentikan (BNF 61 hal 54, 2009).
2.3 Mekanisme kerja obat
Prostaglandin (PG)E2 dan PGI2 adalah prostaglandin utama yang disintesis
oleh mukosa gastrik; senyawa ini menghambat produksi asam dengan cara
berikatan dengan reseptor EP3 pada sel-sel parietal. Ikatan prostaglandin dengan
reseptor menyebabkan penghambatan adenilil siklase dan penurunan kadar AMP
siklik intrasel. PGE juga dapat mencegah terjadinya luka lambung berkat efek
sitoprotektifnya, yang meliputi stimulasi musin dan bikarbonat (Goodman &
Gilman hal.983, 2001).
2.4 Farmakokinetik
Absorpsi
Misoprostol diabsorpsi dengan cepat melalui pemberian oral. Setelah dosis
tunggal diberikan, penghambatan produksi asam dapat terlihat dalam
waktu 30 menit, mencapai puncak setelah 60 sampai 90 menit. Makanan
dan antasid menurunkan laju absorpsi misoprostol, menyebabkan
terjadinya penundaan dan penurunan puncak konsentrasi asam misoprostol
dalam plasma (AHFS hal 2996, 2010).
Distribusi
Distribusi misoprostol ke dalam jaringan tubuh manusia dan cairan belum
dikarakterisasi sepenuhnya. Ikatan asam misoprostol dengan protein serum
sekitar 80-90%.
Metabolisme
Misoprostol mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif dan
cepat (de-esterifikasi) membentuk asam misoprostol (asam bebasnya),
yang merupakan metabolit utama obat dan bersifat aktif. Asam
misoprostol mengalami metabolisme lebih lanjut dengan beta oksidasi
rantai alpha, oksidasi omega rantai beta, dan konversi ke F analog
prostaglandin. Metabolisme menjadi bentuk tidak aktif ini dapat
berlangsung dalam berbagai jaringan, termasuk jaringan pencernaan dan
hati. Penelitian laboratorium telah menunjukkan bahwa misoprostol tidak
menghambat atau menginduksi sistem enzim metabolisme obat berikut:
- Sitokrom P450
- Aminopyrine demethylase
- Hexobarbital Hydroxylase
- P-Nitroanisole 0-demethylase
Eliminasi
Waktu paruh eliminasi asam bebas tersebut sekitar 20-40 menit.
Eliminasinya sebagian besar melalui urin dan sebagian kecil melalui feses
(AHFS hal 2996, 2010).
2.5 Dosis dan Cara Pemberian
a. Administrasi
Cara pemberian tablet misoprostol yaitu secara oral. Kejadian diare akibat
misoprostol dapat dikurangi dengan pemberian obat dalam dosis terbagi
setelah makan dan pada malam hari, serta hindari dengan pemberian
bersamaan dengan yang mengandung magnesium atau antasid laksatif
lainnya (AHFS 2010, hal 2993).
b. Dosis
Dosis yang digunakan untuk tablet misoprostol berdasarkan indikasinya
yaitu sebagai pencegahan dari tukak lambung karena NSAID, dosis
dewasa adalah 200 mcg 4 kali sehari atau 400 mcg 2 kali sehari. Durasi
optimum misoprostol belum dijelaskan, keamanan dan efikasinya
ditetapkan hanya untuk periode sampai 3 bulan. Pengurangan dosis
misoprostol pada pasien kerusakan ginjal atau pada pasien geriatri belum
menunjukkan ketentuan, tetapi jika pasien tidak dapat mentoleransi dosis
dewasa biasa, dosis bisa dikurangi (AHFS 2010, hal 2993).
2.6 Kontraindikasi
Misoprostol dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitif pada
prostaglandin. Misoprostol tidak boleh digunakan untuk wanita hamil untuk
mengurangi resiko dari tukak lambung akibat NSAID. Misoprostol juga tidak
boleh diberikan pada wanita yang berpotensi melahirkan serta yang kemungkinan
kehamilan. Hal ini karena misoprostol dapat menimbulkan kontraksi dengan
uterus dan merangsang perdarahan uterus (AHFS 2010, Hal 2993).
2.7 Efek samping dan Toksisitas
Efek samping pada misoprostol yang sering terjadi yaitu : gangguan GI
seperti diare dan sakit perut. Efek yang jarang terjadi : konstipasi,
dispepsia, perut kembung, mual dan muntah, stimulasi uterin (kram di
bawah perut atau sekitar perut), perdarahan vagina (The Unites States
Pharmacopeial Convention 2007, hal.2010).
Toksisitas: dosis akut letal dari obat pada manusia tidak diketahui, tetapi
dosis kumulatif misoprostol 1,6 mg sehari umumnya masih bisa
ditoleransi, terutama menghasilkan efek GI yang merugikan. LD50 oral
berkisar dari 81 – 100 dan 27 – 138 mg/kg pada tikus dan mencit. LD50 -
intraperitonial berkisar dari 40 – 62 dan 70 – 160 mg/kg pada tikus dan
mencit (AHFS 2010, hal 2996).
2.8 Interaksi Obat
Makanan dan antasid: dapat menurunkan tingkat absorbsi misoprostol,
menyebabkan keterlambatan dan menurunkan konsentrasi plasma puncak
dari asam misoprostol, metabolite aktif obat. Antasid dan beberapa
makanan juga dapat menyebabkan penurunan bioavaibilitas dari
misoprostol.
Efek dari klirens hepatic obat : misoprostol tidak terlihat dapat
menghambat metabolisme dari obat, termasuk diazepam atau propranolol
dengan sistem enzim hepatic sitokrom P-450 (AHFS 2010, hal 2994).
Nomor batch
Berdasarkan Surat Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan No.
13650/D/SE/73, maka penulisan noomor batch diserahkan pada industri farmasi
yang bersangkutan, dan harus diberikan keterangan pada badan POM mengenai
sistem penomoran batch yang digunakan oleh industri farmasi tersebut sehingga
pada sediaan dicantumkan no. batch. Sediaan Misoprostol memiliki nomor batch
06150101
06 : Produk diproduksi bulan Juni
15 : Produk diproduksi tahun 2015
01 : Kode bentuk sediaan
01 : Nomor urut pembuatan