farmakologi kolaborasi

15
Penggunaan Obat di Rumah Sakit 1. Peran Dokter Dokter bertanggaung jawab atas diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun apoteker, penulis resep iti harus dihubungi untuk penjelasan. 2. Peran Apoteker Apoteker resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat. Selain itu apoteker bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-lain. Peran penting lainnya ialah sebgai narsumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan memberi nasihat kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasian tentang oabtnya (bila diminta). 3. Peran Perawat Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.

Upload: made-indra

Post on 26-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

kolaborasi

TRANSCRIPT

Penggunaan Obat di Rumah Sakit

1. Peran Dokter

Dokter bertanggaung jawab atas diagnosis dan terapi. Obat harus dipesan dengan menulis resep atau tidak terbaca, baik oleh perawat maupun apoteker, penulis resep iti harus dihubungi untuk penjelasan.

2. Peran Apoteker

Apoteker resmi bertanggung jawab atas pasokan dan distribusi obat. Selain itu apoteker bertanggung jawab atas pembuatan sejumlah besar produk farmasi seperti larutan antiseptik, dan lain-lain.

Peran penting lainnya ialah sebgai narsumber informasi obat. Apoteker bekerja sebagai konsultan spesialis untuk profesi kedokteran, dan memberi nasihat kepada staf keperawatan dan profesi kesehatan lain mengenai semua aspek penggunaan obat, dan memberi konsultasi kepada pasian tentang oabtnya (bila diminta).

3. Peran Perawat

Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.

Bila ada bobat yang diberikan kepada pasien, hal ini harus menjadi bagian inegral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respons pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (bentuk kapsul), pasien ini harus diperhatikan. Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual, atau motorik, yang mungkin membuat pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.

Rencana perawatan harus mencakup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter. Harus diperhatikan, prinsip lima benarm:

1. Pasien yang benar

2. Obat yang benar

3. Dosis yang benar

4. Cara/rute pemberuian yang benar

5. Waktu yang benar

2.1.3 Pasien Yang Benar

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (gelang identitas pasien, papan identitas ditempat tidur) atau ditanyakan. Jika pasien tidak sanggup berespons secara verbal, respon non-verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi lain sesuai ketentuan rumah skit. Bayi selalu harus diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2.1.4 Obat Yang Benar

Obat mempunyai nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang asing harus diperiksa nama generiknya, dan jikka masih ragu hubungi apotekernya.

Sebelum memberi obat, label pada botolnya harus diperiksa tiga kali; pertama, saat membaca permintaan obatnya dan botolnya diambil dari rak; kedua, label botol dibandingkan dengan obat yang diminta; dan ketiga, saat dikembalikan ke rak. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi. Bila isinya tidak uniform, sekali lagi harus dikembalikan ke farmasi.

Jika pasien meragukan oabtnya, harus diperiksa lagi. Saat memberi obat, perwat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

2.1.5 Dosis Yang Benar

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan apoteker atau penulis resep tersebut dilanjutkan. Jika pasien meragukan dosisnya, harus diperiksa lagi. Jiak setelah menanyakan kepada apoteker atau penulis resepnya, perawat masih tetap ragu, ia tidak boleh melanjutkan pemberian obat itu dan memberitahu penanggung jawab unit atau ruangan dan penulis resepnya serta alasannya.

Secara khusus perhatikan titik desimalnya dalam dosis dan beda antara singkatan mg dan mcg bila ditulis tangan. Ada obat dalam bentuk tablet lepas-berkala (ada yang berlapis-lapis, ada pula yang matriksnya khusus); tablet demikian tidak boleh dibelah atau digerus karena ciri lepas-berkalanya hilang. Ada tablet besalut-enterik untuk melindunginya terhadap asam lambung. Aspirin terdapat dalam bentuk ini bila diberi dalam dosis tinggi untuk waktu lama.

Ketentuan umum: bentuk dosis asli jangan diubah

2.1.6 Cara/Rute Pemberian Yang Benar

Obat diberikan melalui sejumlah rute berbeda. Faktor yang menentukan rute pemberian terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respons yang diinginka, sifat kimiawi dan fisik obat, dan tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberi per oral, parenteral, topika, rektal atau melalui inhalasi.

Oral, ini adalah rute pemberian obat yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat juga dapat diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal), misalnya tablet gliserin trinitrat.

Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani. Para berarti di amping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna.

Topikal. Termasuk disini adalah krim, salep, losion, liniment, sprei, dan dapat dipakai untuk melumasi., melindungi, atau menyampaikan obat kedaerah tertentu, pada kulita tau membran mukosa.

Rektal. Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria. Pemberian rektal mungkin dilakukan untuk memperoleh efek lokal, seperti pada konstipasi atau homoroid; untuk memberi obat yang mempunyai efek sistemik pada mual bila lambung tidak dapat menahan obat itu; bila obat itu berbau atau terasa tidak enak; bila pasien tidak sadar; atau untuk menghindari iritasi dari saluran cerna. Umumnya supositoria lebih unggul dari enema sebagai cara memberi obat karena retensinya lebih mudah.

Inbalasi. Saluran napas memiliki luas epitel untuk absorpsi yang sangat luas dan dengan demikian berguna untuk memberi obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbutamol (Ventolin) atau sprei beklometason (Becotide, Aldecin) untuk asma, atau dalam keadaan darurat, misalnya terapi oksigen.

2.1.7 Waktu Yang Benar

Sangat penting, khususnya bagi oabat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai, bahwa obat itu diberi pada waktu yang tepat. Jika obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimun atau a.c.) untuk memperoleh kadar yang diperluka, harus diberi satu jam sebelum makan. Hal ini berlaku untuk antibiotik. Misanya, tetrasiklin dikhelasi (yaitu terbentuk senyawa yang tidak larut) jika diberi bersama susu atau makanan tertentu, yang mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Sebaliknya, ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi berlebihan pada lambung (misalnya, indometosin) atau agar diperoleh kadar darah yang lebih tinggi (misalnya, griseofulvin bila diberi bersama makanan berlemak).

Setelah obat itu diberikan, harus dicatat dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak minum obatnya, atau obat itu tidak sampai terminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

2.2Cara Pemberian Obat

`Cara pemberian obat bergantung pada keadaan umum pasien, kecepatan respons yang diinginkan, sifat obat, dan temapt kerja obat yang diinginkan.

1. Bentuk Obat

Bentuk Padat

Obat kelompok ini dapat diberikan memlaui empat rute, yaitu oral, topikal, rektal atau vaginal.

Bentuk oral

Bentuk oral adalah obat yang masuk melalui mulut. Pada umumnya cara ini lebih disukai karena paling murah dan paling nyaman untuk diberikan. Bentuk oral ini adalah bentuk tablet, kapsul dan lozenges (obat isap).

2.2.1 Tablet

Bentuk, ukuran, warna dan berat tablet itu bervariasi. Tablet itu dapat mengandung oabat murni, atau diencerkan dengan substansi inert agar mencapai berat sesuai, atau mengandung dua atau lebih obat dalam kombinasi. Tablet ini dapt berupa tablet padat biasa, tablet sublingual (dilarutkan dibawah lidah), tablet bukal (dilarutkan antara pipi dan gusi), tablet bersalut-gula (menutupi bau atau rasa tidak enak), tablet bersalut-enterik (untuk mencegahnya larut dalam lambung dan sampai di usus halus baru pecah), atau tablet lepas-berkala (untuk melepaskan obat selang waktu panjang).

2.2.2 Kapsul

Kapsul mengandung obat berupa bubuk, butiran bersalut dengan ketebalan berbeda agar larut dengan kecepatan berbeda, yaitu kapsul keras, atau cairan dalam bentuk kapsul lunak.

2.2.3 Lozenges

Obat padat ini akan larut secara berangsur dalam mulut. Mereka berguna bila diperlukan kerja setempat dimulut ata tenggorok.

2. Bentuk topikal

Bentuk topikal dipakai untuk permukaan luar badan dan berfungsi melindungi atau sebagai vehikel untuk menyampaikan obat. Bentuk paling penting adalah salep dan krim. Salep dipakai untuk lesi kering dan bertahan dikulit lebih lama. Krim umumnya dipakai untuk lesi basah.

3. Bentuk supositoria

Supositoria adalah obat dalam bentuk mirip peluru dan akan mencair pada suhu badan. Supositoria adalah cara memberi obat melalui rektum untuk lesi atau agar diserap sistemik.

4. Bentuk pessari

Serupa dengan supositoria namun bentuknya dirancang khusus untuk vagina.

5. Bentuk cairan

Bentuk obat cairan terdapat tiga kelompok utama yaitu larutan, suspensi, dan emulsi.

2.2.4 Larutan

Larutan adalah preparat terdiri atas satu atau lebih dari obat yang dilaritkan dalam larutan, biasanya air. Jenis utamanya adalah sebagai berikut:

1. Sirup: Larutan gula pekat dalam air yang telah ditambahkan obat, misalnya sirup Tolu.

2. Eliksir: Larutan manis yang mengandung alkhohol dan air, obat dan penyedap, misalnya eliksir fenobarbiton.

3. Tinktura: Ekstrak tumbuhan atau substansi kimia beralkhohol, misalnya tinktura belladona, tinktura yodium.

2.2.5 Suspensi

Suspensi adalah preparat bubuk halus yang disuspensi dalam cairan dan umumnya perlu dikocok dahulu sebelum dipakai. Mereka dapat digunakan untuk suntikan (misalnya, suspensi penisilin) atau untuk obat luar (misalnya, losion kalamin).

2.2.6 Emulsi

Emulsi adalah preparat terdiri atas butiran-butiran air dalam minyak dengan agens pengemulsi atau lemak atau butiran minyak dalam air (misalnya, emulsi parafin). Perlu dikocok dulu sebelum dipakai.

6. Bentuk gas

a. Bentuk gas ini bersifat terapeutik atau anasterik :

GAS TERAPEUTIK

Oksigen untuk mengatasi hipoksia atau melawan keracunan CO (karbon monoksida). CO2 (karbon dioksida) dipakai bersama oksigen untuk mengatasi depresi pernafasan, asfiksia dan keracunan CO. Pada tindakan bedah, dipakai untuk meningkatkan kecepatan induksi dan pemulihan setelah anestesi.

GAS ANESTETIK

Contohnya adalah holaton.

7. Bentuk aerosol

Obat bentuk ini ada dibawah tekanan, berupa larutan atau bubuk. Yang berbentuk larutan disemprotkan berupa kabut dalam mulut serta dihirup ke dalam paru, misalnya salbutamol (Ventolin) dengan alat penyemprot khusus.

2.3Cara Penyimpanan Obat

Harus diperhatikan tiga faktor utama yaitu suhu, letak, dan kadaluarsa.

1. Suhu

Suhu adalah faktor terpenting, karena kebanyakan obat itu bersifat termo-labil (rusak atau diubah oleh panas). Untuk itu penyimpanan obat :

Ditempat sejuk: < 15 C (misalnya, insulin [tidak boleh beku!]) dalam lemari es

Suhu anatara 2 - 10 C (misalnya, vaksin tifoid)

Beku (misalnya, vaksin cacar air harus 5 C)

2. Letak

Obat itu bersifat toksik, karena itu tempat penyimpanan harus terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum. Lemari obat harus terkunci.

3. Kadalwarsa

Kurangi kemungkinana kekedaluarsaan obat dengan cara rotasi stok, artinya obat baru (pengganti) diletakkan di belakang. Obat yang kedaluarsa akan berkurang khasiatnya. Yang perlu diperhatikan adalah perubahan warna (dari bening jadi keruh) dan tablet menjadi basah.

2.4Kesalahan Pemberian Obat

Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat; memberi dua kali obat yang dilupakan sebagai kompensasi; memberi obat yang benar pada waktu yang salah; atau memberi obat yang benar melalui rute yang salah.

Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat terkait harus segera menghubungi dokternya dan kepala perawat atau perawat senior segera setelah kesalahan itu diketahuinya.

2.5Kepatuhan

Kepatuhan terjadi bila aturan pakai obat yang diresepkan segera pemberiannya dirumah sakit diikuti dengan benar. Jika terapi ini akan dilanjutkan setelah pasien pulang, penting agar pasien mengerti dan dapat meneruskan terapi itu dengan benar tanpa pengawasan. Ini terutama penting untuk penyakit-penyakit menahun, seperti asma, artritis reumatiod, hipertensi, tuberkulosis paru, dan diabetes mellitus.

Kepatuhan dalam terapi pediatrik tergantung pengertian dan kerja sama orang tuanya. Pasien senil dan psikiatrik sering menjalankan terapi multipel dan karena keluarga pasien harus menyadari keperluan obat itu bagi pasien itu. Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat di capai bila pasien mengetahui seluk beluk pengobatan serta kegunaannya. Untuk ini, sebelum pasien pulang ke rumah, tim kesehatan harus yakin bahwa pasien mengetahui :

a. Nama dan kekuatan obatnya

b. Kegunaan obat itu

c. Jumlah obat untuk dosis tunggal

d. Jumlah total kali minum obat

e. Waktu obat itu harus di minum, misalnya berkaitan dengan makan

f. Untuk berapa hari obat itu harus di minum

g. Rute pemberian obat

h. Perhatian khusus yang diperlukan oleh rute pemberian, misalnya tetes mata, supositoria, dan

i. Tindakan apa yang harus diambil bila lupa minum obat, khususnya digoksin, terapi antikougulan oral.

2.6Implikasi Keperawatan

Konseling dasar untuk pasien yang akan pulang mencakup penyuluhan hal berikut ini :

1. Saat alkohol dikontraindikasi bila sedang minum obat tertentu

2. Pantangan makanan tertentu ( misalnya, hindari ekstrak daging, keju lunak, buncis tertentu saat sedang minum MAOIS)

3. Obat non resep yang dikontraindikasi (misalnya aspirin dan analgesik pengandung aspirin pada terapi antikougulan oral)

4. Jangan mengoperasikan mesin rumit atau mengendarai mobil pada terapi obat tertentu (misalnya, sedatif, antihistamin)

5. Efek samping apa yang diperkirakan, dan bagaimana mengatasinya

6. Memperbaiki kondisi penyimpanan obat yang dipakai.

2.1 Hal Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pelaksanaan Kolaborasi Pemberian Obat.

2.1.1 Perawat yang membagi obat harus bekerja dengan penuh konsentrasi dan tenang.2.1.2 Setelah mengecek perintah pengobatan, bacalah tabel tiga kali ketika mempersiapkan obat:2.1.2.1 Saat mengambil obat2.1.2.2 Saat membuka/menuang atau mencampur2.1.2.3 Saat mengembalikan.2.5.3 Obat yang sudah lama, lebih-lebih yang sudah hilang etiketnya atau tidak jelas jangan dipakai.2.5.4 Cara pemberian obat harus memperhatikan prinsip 12 benar2.5.5 Perhatikan pasien waktu minum obat, jangan meninggalkan obat diatas meja.2.5.6 Jangan sekali-kali memberikan obat-obatan yang telah disiapkan orang lain, kecuali jelas ditugaskan kepada kita.2.5.7 Perhatikan reaksi pasien setelah minum obat.2.5.8 Mencatat atau membubuhkan paraf pada waktu atau pada status pasien setelah memberikan obat.2.5.9 Obat-obatan harus disimpan sesuai dengan syarat-syarat penyimpanan masing-masing obat, misalnya : Lemari es, tempat yang sejuk, gelap dan lain-lain.2.5.10 Obat-obat yang dibeli sendiri oleh pasien harus disimpan dalam lemari obat pada tempat khusus, dengan etiket nama yang jelas.2.5.11 Menuangkan obat-obatan cair, jangan pada sisi yang ada etiketnya dan sejajar dengan mata.2.5.12 Setiap kali selesai mengambil obat, tempat obat ditutup kembali.2.5.13 Bila terjadi kesalahan dalam memberikan obat harus segera dilaporkan kepada yang bertanggung jawab.2.5.14 Usahakan agar tangan selalu bersih, ketika akan memberikan obat-obatan.2.6 Peran dan Tanggung jawab perawat sehubungan dengan pemberian obat:2.6.1 Perawat harus mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang memadai mengenai obat.2.6.2 Mendukung keefektivitasan obat.2.6.3 Mengobservasi efek samping dan alergi obat.2.6.4 Menyimpan, menyiapkan dan administrasi obat2.6.5 Melakukan pendidikan kesehatan tentang obat.2.6.6 Perawatan, pemeliharaan dan pemberian banyak obat-obatan merupakan tanggung jawab besar bagi perawat.Kesalahan dapat terjadi pada instruksi, pembagian, penamaan dan pengintrepretasian instruksi sesuai dengan penatalaksanaan obat. Obat harus tidak diberikan perawat tanpa membawa resep tertulis kecuali pada saat kegawatan. Tanggung jawab ini hanya bisa dilimpahkan dengan persetujuan dari petugas yang memiliki wewenang. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat.