farha proposal metlit

43
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI ASAP CAIR SEKAM PADI GRADE 1 TERHADAP BEBERAPA BAKTERI PENCEMAR PANGAN Proposal Skripsi Oleh Farhati Mardhiyah 3325102412 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Upload: farhati-mardhiyah

Post on 30-Nov-2015

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI

DARI ASAP CAIR SEKAM PADI GRADE 1 TERHADAP BEBERAPA

BAKTERI PENCEMAR PANGAN

Proposal Skripsi

Oleh

Farhati Mardhiyah

3325102412

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2013

i

KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Robbi Semesta Alam

atas Karunia dan Rahmat-NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Uji Aktivitas Antibakteri Dari Asap Cair Sekam Padi Grade 1

Terhadap Beberapa Bakteri Pencemar Pangan tepat waktu serta selawat serta

salam semoga dihaturkan kepada Nabi dan Rasul Pilihan Muhammad SAW,

keluarga beserta sahabatnya.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu baik fisik maupun material, terutama kepada:

1. Ibu Irma Ratna. K,M.Sc. Tech. selaku Dosen Pembimbing Utama

atas bimbingan, arahan, nasehat, dan motivasi.

2. Bapak Arif Rahman, M.Sc. selaku Dosen pembimbing pendamaping.

3. Ibu Dr. Yusmaniar, M.Si. selaku ketua program studi kimia, dan

pengampu mata kuliah SPS.

4. Ibu Dr. Muktiningsih selaku ketua jurusan kimia.

5. Bapak . Dr. Agung Purwanto. M.Si selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

6. Kedua Orang tua penulis,dan

7. Teman-teman penulis yang telah memberi bantuan dan semangat.

Penulis menyusun karya ilmiah ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis

menyadari kemungkinan adanya kekurangan atau kesalahan yang tidak

disengaja. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan penulis terima

dengan rasa syukur.

Jakarta, Juni 2013

Penulis,

Farhati Mardhiyah

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR TABEL....................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................v

BAB I......................................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah....................................................................................2

C. Tujuan Penelitian......................................................................................3

D. Manfaat Penelitian....................................................................................3

BAB II.....................................................................................................................4

A. KAJIAN TEORI..........................................................................................4

1.Tinjauan Umum Tentang Asap Cair.......................................................4

2.Tinjauan Umum Tentang Beberapa Bakteri Pencemar Makanan.......13

a. Escherichia coli................................................................................13

b. Staphylococcus aureus....................................................................14

c. Vibrio cholerae.................................................................................15

d. Bacillus cereus.................................................................................16

3.Mekanisme Kerja Bahan Antibakteri dalam Membunuh Bakteri..........17

B. KERANGKA BERPIKIR..........................................................................19

C. HIPOTESIS PENELITIAN.......................................................................20

BAB III..................................................................................................................21

A. Tujuan Operasional.................................................................................21

B. Jenis Penelitian.......................................................................................21

C. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................21

D. Alat dan Bahan Penelitian......................................................................21

E. Cara Kerja...............................................................................................22

1. Uji aktivitas antibakteri........................................................................22

2. Pembuatan konsentrasi larutan..........................................................24

3. Pelaksanaan Uji Aktivitas Antibakteri.................................................25

iii

F. Analisis Data...........................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................27

iv

DAFTAR TABEL Tabel 1. Perbedaan kualitas asap cair dari pembakaran batu bata.....................11

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alat pirolisis asap cair sekam padi kelompok masyarakat “Abadi” Desa  Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, Jawa Barat................................................4

Gambar 2. Struktur ikatan kimia lignin dari asap cair grade 1...................5Tabel 1. Perbedaan kualitas asap cair dari pembakaran batu bata...........9Gambar 3. Pertumbuhan Escherichia coli pada medium Nutrien Agar

dengan metode gores empat kwadran.................................12Gambar 4. Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada medium Nutrien

Agar dengan metode gores empat kwadran.........................13Gambar 5. Pertumbuhan Vibrio cholerae pada medium TCBS dengan

metode gores empat kwadran..............................................14Gambar 6. Pertumbuhan Bacillus cereus pada medium Nutrien Agar

dengan metode gores empat kwadran.................................15Gambar 7. Kerangka berpikir...................................................................17

vi

1

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangAsap cair merupakan dispersi asap kayu dalam air yang dibuat dengan

mengkondensasikan asap cair hasil pirolisis kayu pada suhu air 250C (Darmadji,

1999). Sedangkan menurut Girard (1992), asap cair diartikan sebagai suatu

suspensi partikel-partikel padat dan cair dalam medium gas.

Asap cair telah banyak dimanfaatkan dan diproduksi secara komersial

untuk diperdagangkan. Pemanfaatan asap cair dibedakan berdasarkan

kualitasnya. Grade 1 (satu) dengan karakteristik berwarna bening, rasa sedikit

asam, kualitasnya tinggi dan tidak mengandung senyawa yang berbahaya untuk

diaplikasikan dalam produk makanan sehingga dapat dijadikan sebagai

pengawet makanan seperti tahu dan bakso (Oramahi, 2009). Asap cair Grade 2

(dua) digunakan sebagai pengawet makanan pada makanan dengan rasa asap

seperti daging asap dan bandeng asap/ikan asap. Sedangkan Grade 3 (tiga)

tidak digunakan sebagai bahan pengawet pangan, tetapi digunakan pada

pengolahan karet penghilang bau dan pengawet kayu (Astuti, 2000). Menurut

Amritama (2007), pengawetan bahan pangan mentah dengan asap cair dapat

memperpanjang masa kesegaran buah-buahan.

Pangan sangat rentan kontaminan oleh mikroba berbahaya. Kontaminan

makanan menyebabkan penyakit yang bervariasi seperti diare akibat infeksi

Escherichia coli; Staphylococcus aureus dan Bacillus cereus menyebabkan

keracunan makanan (Irianto, 2007); dan Vibrio cholerae menyebabkan kolera El

Tor (Supardi dan Sukamto, 1999). Mengingat bahaya dan tingginya tingkat

kontaminasi makanan oleh bakteri pencemar pangan menyebabkan perlunya

pemanfaatan senyawa bioaktif yang lebih efektif dan aman. Salah satu sumber

yang perlu dipertimbangkan adalah asap cair sekam padi grade 1.

Asap cair sudah digunakan di Amerika Serikat untuk pengolahan

pengawetan daging. Sedangkan di Sidoarjo asap cair digunakan untuk bandeng

asap (Tranggono, 1996). Berdasarkan penelitian Tranggono dan Darmadji

(1996), asap cair dari tempurung kelapa memiliki kemampuan untuk

mengawetkan bahan makanan, karena adanya kandungan senyawa fenolat,

asam dan karbonil.

2

Kualitas asap cair yang dihasilkan tergantung dari bahan dasar kayu yang

dipirolisis. Bahan dasar yang telah banyak digunakan untuk produksi asap cair

antara lain limbah kayu, tempurung kelapa, bongkol kelapa sawit, dan ampas

hasil penggergajian kayu (Amritama, 2007). Bahan dasar lain yang bisa

diperoleh dari limbah-limbah pertanian misalnya sekam padi, batang padi, batang

jagung, dan batang tembakau. Salah satu limbah pertanian yang banyak

ditemukan di Jawa Barat adalah sekam padi.

Di Propinsi Jawa Barat, limbah pertanian seperti sekam padi belum

banyak dimanfaatkan. Asap cair dari pembakaran sekam padi mempunyai

kandungan yang relatif sama dengan asap cair yang selama ini beredar di

pasaran seperti asap cair hasil pirolisis tempurung kelapa dan cangkang kelapa

sawit yang diaplikasikan sebagai pestisida organik, pengawet organik, dan obat

ternak. Akan tetapi, hasil yang ditunjukkan belum optimal karena belum diketahui

seberapa besar aktivitas antimikroba dalam pemanfaatannya (Ihwan, 2008).

Berdasarkan pemikiran tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

aktivitas antibakteri dari asap cair pembakaran sekam padi grade 1 sebagai

antibakteri dalam kemampuannya menghambat pertumbuhan bakteri pencemar

pangan yaitu E. coli, S. aureus, B. cereus dan V. cholerae, sehingga dapat

diketahui kemampuan antibakteri dari asap cair sekam padi grade 1 tersebut.

B. Rumusan MasalahMasalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan antibakteri

dari asap cair sekam padi grade 1 pada berbagai konsentrasi terhadap bakteri

pencemar pangan yaitu Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus

dan Vibrio cholerae?

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kemampuan

antibakteri dari asap cair sekam padi grade 1 pada berbagai konsentrasi

terhadap bakteri pencemar pangan yaitu Escherichia coli, Staphylococcus

aureus, Bacillus cereus dan Vibrio cholerae.

D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Diperoleh data ilmiah mengenai kemampuan asap cair sekam padi grade 1

sebagai antibakteri terhadap beberapa bakteri pencemar pangan yaitu

Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan Vibrio cholerae.

3

2. Sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya dalam melakukan eksplorasi

potensi asap cair sekam grade 1 padi yang dapat diaplikasikan sebagai

pengawet makanan.

4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI1. Tinjauan Umum Tentang Asap Cair Asap cair merupakan suatu hasil destilasi atau pengembunan dari uap

hasil pembakaran tidak langsung maupun langsung dari bahan-bahan yang

banyak mengandung karbon serta senyawa-senyawa lain (Amritama, 2007).

Asap cair merupakan suatu campuran larutan dari dispersi koloid asap kayu

dalam air, yang dibuat dengan mengkondensasikan asap dari hasil pembakaran

kayu tersebut (Oramahi, 2007). Sedangkan menurut Kamus Webster’s

mendifinisikan asap hasil dari pembakaran sebagai suspensi dari partikel padat

dan cair dalam medium gas.

Salah satu cara untuk membuat asap cair adalah dengan

mengkondensasikan asap hasil pembakaran tidak sempurna dari kayu. Selama

pembakaran, komponen kayu seperti hemiselulosa, selulosa, dan lignin akan

mengalami pirolisis yang menghasilkan tiga kelompok senyawa yaitu senyawa

mudah menguap yang dapat dikondensasikan, gas-gas yang tidak dapat

dikondensasikan dan zat padat berupa arang (Maga, 1987).

Pirolisis adalah proses penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan

organik atau senyawa kompleks menjadi zat dalam tiga bentuk yaitu padatan,

cairan, dan gas yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan

dengan udara luar pada suhu yang cukup tinggi (Sulaiman, 2004). Alat produksi

dari asap cair sekam padi grade 1 dapat dilihat pada gambar 2.1.

5

Gambar 1. Alat pirolisis asap cair sekam padi kelompok masyarakat “Abadi” Desa  Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

a. Kandungan Asap air1. Senyawa fenol

Senyawa fenol diduga berperan sebagai antioksidan sehingga dapat

memperpanjang masa simpan produk asapan. Kandungan senyawa fenol dalam

asap sangat tergantung dari jumlah komponen lignin pada pirolisis kayu. Lignin

merupakan makromolekul dalam kayu yang strukturnya sangat berbeda jika

dibandingkan dengan polisakarida karena terdiri atas sistem aromatik yang

tersusun atas unit-unit fenilpropana (gambar 2.2).

6

Gambar 2. Struktur ikatan kimia lignin dari asap cair grade 1

Menurut Girard (1992), kuantitas fenol pada kayu sangat bervariasi yaitu

antara 10-200 mg/kg. Beberapa jenis fenol yang biasanya terdapat dalam produk

asapan adalah guaiakol dan siringol.

Senyawa fenol yang terdapat pada kayu umumnya hidrokarbon aromatik

yang tersusun dari cincin benzena dengan sejumlah hidroksil yang terikat.

Senyawa-senyawa fenol juga dapat mengikat gugus-gugus lain seperti aldehid,

keton, asam, dan ester (Maga, 1987).

2. Senyawa karbonil

Senyawa karbonil dalam asap memiliki peranan pada pewarnaan dan cita

rasa produk asapan. Golongan senyawa ini mempunyai aroma seperti aroma

karamel yang unik. Jenis senyawa karbonil yang terdapat dalam asap cair antara

lain vanilin dan siringaldehida.

3. Senyawa asam

7

Senyawa asam mempunyai peranan sebagai antibakteri dan membentuk

cita rasa produk asapan baik rasa, aroma dan daya simpan produk. Senyawa

asam ini antara lain asam asetat, propionat, butirat dan valerat.

4. Senyawa hidrokarbon pirosiklik aromatis

Menurut Girard (1992), senyawa Hidrokarbon Pirosiklik Aromatis (HPA)

dapat terbentuk pada pirolisis kayu. Senyawa hidrokarbon pirosiklik aromatis

seperti benzene(a)pyrene merupakan senyawa yang memiliki pengaruh buruk

karena bersifat karsinogen. Pembentukan berbagai senyawa HPA selama

pembuatan asap tergantung beberapa hal, seperti temperatur pirolisis, waktu dan

kelembaban udara pada proses pembuatan asap serta kandungan udara dalam

kayu. Dikatakan juga bahwa proses yang menyebabkan terpisahnya partikel-

partikel besar dari asap akan menurunkan kadar benze(a)pyrene. Proses

tersebut antara lain adalah pengendapan dan penyaringan.

b. Pemurnian Asap cair

Asap cair yang diperoleh dari tahap pirolisis atau grade 3 masih terdapat

kandungan tar dan benzene(a)pyrene tinggi sehingga tidak aman diaplikasikan

dalam pengasapan dan pengawet makanan (Pszczola, 2002). Oleh karena itu,

dilakukan proses lebih lanjut untuk meningkatkan potensi asap cair dari grade 3

menjadi grade 2 dan 1 yang aman diaplikasikan pada makanan.

Beberapa tahapan yang dilakukan dalam pemurnian asap cair adalah

destilasi, selanjutnya dilakukan penyaringan dengan karbon aktif dan zeolit

(Demarco,1998). Penyaringan dengan zeolit aktif bertujuan untuk mendapatkan

asap cair yang benar-benar bebas dari zat berbahaya seperti benze(a)pyrene.

Sedangkan filtrasi dengan karbon aktif bertujuan untuk mendapatkan filtrat asap

cair dengan bau asap yang ringan dan tidak menyengat. Asap cair grade 1 yang

diperoleh setelah penyaringan ini berwarna bening, rasa sedikit asam, beraroma

netral, kualitasnya tinggi dan tidak mengandung senyawa yang berbahaya untuk

diaplikasikan dalam produk makanan (Oramahi, 2009). Pemurnian asap cair

dilakukan dengan cara destilasi ulang pada asap cair grade 3. Destilasi satu

tingkat/satu kali akan menghasilkan grade 2. Asap cair yang keluar dari mesin

pirolisis masih memiliki kandungan tar yang sangat pekat. Oleh karena itu, cara

8

yang mudah untuk memisahkannya adalah dengan teknik settling/pengendapan

beberapa hari sampai diperoleh asap cair yang bening (Mashuri, 2008).

Menurut Demarco (1998), menyatakan bahwa beberapa tahapan

penyaringan asap cair sebagai berikut:

1. Proses pemurnian asap cair

Pemurnian asap cair bertujuan untuk meminimalisir jumlah tar pada asap

cair. Proses tersebut dapat dilakukan dengan proses destilasi. Destilasi

merupakan proses pemisahan komponen dalam campuran berdasarkan

perbedaan titik didihnya, atau pemisahan campuran berbentuk cairan atas

komponennya dengan proses penguapan dan pengembunan sehingga diperoleh

destilat dengan komponen-komponen yang hampir murni (Astuti, 2000).

Dalam pembuatan asap cair, destilasi bertujuan untuk memisahkan tar

yang bersifat karsinogenik. Suhu yang dibutuhkan pada destilasi tidak setinggi

pada pirolisis. Suhu sekitar 150oC – 200oC sudah cukup untuk menghasilkan

asap cair yang bagus. Destilasi sederhana dilakukan secara bertahap, sejumlah

campuran dimasukkan ke dalam sebuah reaktor destilasi, dipanaskan bertahap

dan dipertahankan selalu berada dalam tahap pendidihan kemudian uap yang

terbentuk dikondensasikan dan ditampung dalam derigen plastik. Produk destilat

yang pertama kali tertampung mempunyai kadar komponen yang lebih ringan

dibandingkan destilat yang lain. Komponen-komponen dominan yang

mendukung sifat-sifat fungsional dari asap cair adalah senyawa fenolat, karbonil

dan asam. Tetapi asap cair yang baru keluar dari destilasi masih belum langsung

dapat digunakan sebagai pengawet makanan. Karena masih ada proses yang

harus dilalui.

2. Filtrasi dengan zeolit aktif

Filtrasi destilat dengan zeolit aktif bertujuan untuk mendapatkan asap cair

yang benar-benar bebas dari zat berbahaya seperti benze(a)pyrene. Dilakukan

dengan mengalirkan asap cair destilat kedalam kolom zeolit aktif sehingga

diperoleh filtrat asap cair yang benar-benar aman dari zat berbahaya seperti

benze(a)pyrene.

3. Filtrasi dengan karbon aktif

9

Filtrasi dengan karbon aktif bertujuan untuk mendapatkan filtrat asap cair

dengan bau asap yang ringan dan tidak menyengat. Dilakukan dengan

mengalirkan filtrat hasil filtrasi zeolit aktif kedalam kolom yang berisi karbon aktif

sehingga diperoleh asap cair dengan bau yang ringan dan tidak menyengat dan

dapat di aplikasikan asap cair yang diperoleh sebagai pengawet makanan.

c. Keuntungan dan Sifat Fungsional Asap Cair

Asap cair mempunyai beberapa keuntungan. Adapun keuntungan asap cair

sebagai berikut :

a. Keamanan Produk Asapan

Penggunaan asap cair yang diproses dengan baik dapat mengeliminasi

komponen asap berbahaya yang berupa hidrokarbon polisiklis aromatis.

Komponen ini tidak diharapkan karena beberapa di antaranya terbukti bersifat

karsinogen pada dosis tinggi. Melalui pembakaran terkontrol, dan teknik

pengolahan yang semakin baik, tar dan fraksi minyak berat dapat dipisahkan

sehingga produk asapan yang dihasilkan mendekati bebas HPA (Pszczola,

1995).

b. Aktivitas Antioksidan

Adanya senyawa fenol dalam asap cair memberikan sifat antioksidan

terhadap fraksi minyak dalam produk asapan. Senyawa fenolat ini berperan

sebagai donor hidrogen dan efektif dalam jumlah yang sangat kecil untuk

menghambat autooksidasi lemak (Vaughn dan Gardner, 1993).

c. Aktivitas Antibakterial

Peran bakteriostatik dari asap cair semula hanya disebabkan karena

adanya formaldehid saja tetapi aktivitas dari senyawa ini saja tidak cukup

sebagai penyebab semua efek yang diamati. Kombinasi antara komponen

fungsional fenol dan asam-asam organik yang bekerja secara sinergis dapat

mencegah dan mengontrol pertumbuhan mikrobia (Pszczola,1995).

d. Potensi Pembentukan Warna Coklat

10

Menurut Ruiter (1979), karbonil mempunyai efek terbesar pada terjadinya

pembentukan warna coklat pada produk asapan. Jenis komponen karbonil yang

paling berperan adalah aldehid glioksal dan metal glioksal sedangkan

formaldehid dan hidroksiasetol memberikan peranan yang rendah. Fenol juga

memberikan kontribusi pada pembentukan warna coklat pada produk yang

diasap meskipun intensitasnya tidak sebesar karbonil.

e. Kemudahan dan Variasi Penggunaan

Asap cair bisa digunakan dalam bentuk cairan, dalam fasa pelarut minyak

dan bentuk serbuk sehingga memungkinkan penggunaan asap cair yang lebih

luas dan mudah untuk berbagai produk (Pszczola,1995).

Asap cair tempurung kelapa sawit telah diaplikasikan dalam industri

pengolahan karet alam, bermanfaat dalam mencegah pertumbuhan bakteri

dalam pengolahan karet sehingga tidak terjadi bau busuk. Selain itu, asap cair

cangkang kelapa sawit dimanfaatkan utuk mengurangi bau busuk limbah industri

atau sampah lainnya. Produk asap cair cangkang kelapa sawit ini bisa juga

digunakan sebagai pengawet makanan, pupuk organik, pestisida, fungisida,

herbisida, dan obat-obatan (Oudejans, 1991).

d. Asap Cair Hasil Pirolisis Sekam Padi Grade 1

1. Komponen asap cair sekam padi grade 1

Berdasarkan penelitian Ihwan (2008), kandungan asap cair dari proses

pembakaran batu bata menunjukkan kandungan yang sama dengan kandungan

asap cair yang selama ini beredar dipasaran. Asap cair yang diperoleh

mengandung fenol 0,18 %, asam 0,87 %, karbonil 5,19%, benzo(a)pirena 16,24

ppm dan kadar air 92,18 %. Berat jenis 1,0134 g/ml dan pH 6,00. Asap cair

sekam padi tersebut juga dimurnikan dengan destilasi sehingga didapatkan

kandungan fenol 0,10 %, asam 0,33 %, karbonil 19,45 %, benzo(a)pirena 3,15

ppm dan kadar air 80,06 % dengan berat jenis 1,01 g/ml dan pH 4,94.

Kualitas asap cair yang dihasilkan dari pembakaran batu-bata ditunjukkan

dalam table 1.

Tabel 1. Perbedaan kualitas asap cair dari pembakaran batu bata

11

Sumber : Laboratorium LPPT UGM tahun 2007 dalam Ihwan, 2008.

2. Potensi asap cair sekam padi grade 1 sebagai antimikroba

Asap cair sekam padi hasil pembakaran batu-bata berpotensi menjadi

pestisida organik, pengawet organik dan obat ternak. Penelitian Ihwan (2008),

menunjukkan bahwa hasil uji asap cair sekam padi sebagai pestisida organik

pada cabe dan tomat memperlihatkan hasil yang sama dengan hasil

penggunaan pestisida kimia di desa Pringgajurang dengan jenis hama penyakit

yang sama. Hasil uji asap cair sebagai pengawet organik dilakukan pada tomat

yang menunjukkan ada peningkatan daya simpan tomat antara yang

menggunakan asap cair dengan yang tidak, yaitu dari 5 hari menjadi 7 hari.

Sedangkan pengujian asap cair sebagai obat ternak telah dilakukan pada sapi

yang menunjukkan penyakit sapi dapat sembuh dalam waktu 1 sampai 2 minggu

dengan dioleskan asap cair.

2. Tinjauan Umum Tentang Beberapa Bakteri Pencemar Makanan Manusia memiliki flora normal yang melimpah dalam tubuhnya yang

biasanya tidak menyebabkan penyakit, tetapi mencapai keseimbangan yang

12

menjamin bakteri dan inang untuk tetap bertahan, tumbuh dan berpropagasi.

Beberapa bakteri penting yang dapat menyebabkan penyakit biasanya tumbuh

bersama dengan flora normal. Suatu bagian tubuh, dimana bakteri menempel

atau melekat pada sel inang biasanya adalah epitel. Pada bagian yang tepat

untuk menginfeksi, bakteri akan memperbanyak diri dan menyebar melalui

jaringan atau aliran darah (Jawetz dkk, 2001).

Virulensi atau derajat patogenitas yang dinyatakan dengan jumlah

mikroorganisme yang mampu menimbulkan kematian dan inangnya dipengaruhi

oleh daya invasi dan toksigenitas bakteri. Reaksi yang dihasilkan akan merespon

kerja sistem kekebalan tubuh baik yang bersifat nonspesifik maupun kekebalan

spesifik. Bila daya tahan tubuh inang menurun, organisme yang dalam keadaan

biasa tidak pathogen dapat menimbulkan penyakit. Keadaan demikian

dinamakan oportunis (Lucky dkk, 1994). Beberapa bakteri yang menjadi objek

penelitian dapat menimbulkan penyakit pada manusia sebagai inangnya. Bakteri

tersebut diantaranya :

a. Escherichia coli Escherichia coli berbentuk batang pendek (cocobasil), Gram negatif,

ukuran sel E.coli memiliki panjang sekitar 0,4 sampai 0,7 m dan lebar 1,4 m,

beberapa strain mempunyai kapsul, motil, anaerob fakultatif (Lucky, dkk, 1993).

E.coli tumbuh pada suhu antara 10oC sampai 40oC, dengan suhu optimum 37oC.

pH optimum untuk pertumbuhannya adalah 7,0 sampai 7,5; pH minimum pada

4,0 dan maksimum pada pH 9,0 (Supardi dan Sukamto, 1999).

E.coli patogen menimbulkan gastroenteritis akut yang terutama menyerang

anak-anak di bawah dua tahun dan infeksi di luar saluran pencernaan yaitu

infeksi saluran kemih, usus buntu, peritonitis, radang empedu, dan infeksi pada

luka bakar (Supardi dan Sukamto, 1999).

13

Gambar 3. Pertumbuhan Escherichia coli pada medium Nutrien Agar dengan metode gores empat kwadran (Sumber: http:// ASM MicrobeLibrary.org).

b. Staphylococcus aureusStaphylococcus aureus bersifat gram positif, umumnya membentuk pigmen

kuning keemasan, memproduksi koagulase, dapat memfermentasi glukosa dan

mannitol dengan memproduksi asam dalam keadaan anaerob, tetapi tumbuh

baik pada kondisi aerob. Selnya berbentuk bulat atau kokus, diameternya

berukuran 0,5 sampai 1,5 m, tidak menghasilkan spora, dan biasanya sel-

selnya terdapat dalam kelompok seperti buah anggur atau membentuk tetrad.

Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35oC sampai

37oC, dengan suhu minimum 6,7oC dan suhu maksimum 45,5oC. Bakteri ini dapat

tumbuh pada pH 4,0 sampai 9,8 dengan pH optimum sekitar 7,0 sampai 7,5

(Supardi dan Sukamto, 1999).

Staphylococcus aureus berwarna kuning emas, mampu menghasilkan

enterotoksin yang tahan panas. Bakteri ini biasanya terdapat di berbagai bagian

tubuh manusia, termasuk hidung, tenggorokan dan kulit. Oleh karena itu, mudah

memasuki makanan akibat adanya kontak langsung antara organ-organ tersebut

dengan makanan. Makanan-makanan yang sering menjadi sasaran

pertumbuhannya adalah yang mengandung protein tinggi, misalnya sosis, telur

dan lain sebagainya (Fardiaz, 1993).

14

Gambar 4. Pertumbuhan Staphylococcus aureus pada medium Nutrien Agar dengan metode gores empat kwadran (Sumber: http:// ASM MicrobeLibrary.org)

c. Vibrio choleraeVibrio cholerae bersifat gram negatif, bergerak dengan flagel monotrikus,

tidak membentuk spora, berukuran panjang 1-3µm, dan lebar 0,4-0,6 µm, Bentuk

batang yang melengkung seperti koma, tersusun dalam kelompok berbentuk

huruf S atau spiral atau tunggal, anaerobik fakultatif, dan tumbuh pada pH

optimum 7,8 - 8,0 (Supardi dan Sukamto, 1999).

Vibrio cholerae hidup di air laut dan menetap 0,5-1,5 bulan di dalam

saluran pencernaan hewan laut seperti kerang, kepiting, dan ranjungan. Vibrio

cholerae El Tor dapat hidup di dalam air tawar sampai 19 hari, sedangkan biotipe

klasikal hidup selama 7 hari. Di dalam makanan hasil laut yang masih mentah,

Vibrio dapat hidup 2-4 hari selama 4-9 hari pada suhu 5 - 10°C. Di dalam air laut,

biotipe El Tor hidup selama 10-13 hari pada suhu 30 - 32°C, atau 58-60 hari

pada suhu 5-10°C (Fardias, 1993).

15

Gambar 5. Pertumbuhan Vibrio cholerae pada medium TCBS dengan metode gores empat kwadran (Sumber: http:// ASM MicrobeLibrary.org)

d. Bacillus cereusBacillus cereus adalah bakteri gram positif berbentuk batang, aerob dan

membentuk rantai. Bakteri ini bersifat saprofit yang lazim terdapat di tanah, air,

udara dan tumbuh-tumbuhan (Jawetz dkk, 2001).

Bakteri ini memiliki endospora yang berbentuk oval atau silinder dan

besarnya tidak melebihi sel induknya. Bakteri ini menyebabkan keracunan

makanan karena terbentuknya endospora. Sporulasi terjadi karena makanan

yang telah dimasak dihangatkan kembali sehingga terbentuk toksin yang dapat

mengganggu kesehatan manusia. Bakteri ini juga dapat menyebabkan

pneumonia (Pelczar dan Chan, 1986).

16

Gambar 6. Pertumbuhan Bacillus cereus pada medium Nutrien Agar dengan metode gores empat kwadran (Sumber: http:// ASM MicrobeLibrary.org)

3. Mekanisme Kerja Bahan Antibakteri dalam Membunuh BakteriMenurut Muslimin (1996), mekanisme daya kerja bahan antibakteri

terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok yaitu merusak dinding

sel, mengganggu permeabilitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat,

menghambat aktivitas enzim, dan menghambat sintesa asam nukleat.

a. Daya kerja antibakteri dengan merusak dinding sel

Dinding sel bakteri gram positif dan gram negatif dapat dirusak oleh enzim

lisozom yang terdapat di dalam air mata, leukosit, sekresi mukosa dan putih telur.

Enzim yang diproduksi oleh beberapa spesies bakteri dapat merusak struktur

dinding sel spesies lainnya. Kerusakan dinding sel biasanya diikuti dengan lisis

sel.

Beberapa senyawa dapat menghambat sintesa komponen-komponen

penyusun dinding sel pada kultur bakteri yang sedang tumbuh, sehingga

membentuk suatu struktur tanpa dinding sel yang disebut protoplas. Protoplas

sangat mudah mengalami lisis, kecuali jika ditempatkan pada kondisi tertentu.

Salah satu contoh senyawa yang menghambat sintesa dinding sel adalah

penicillin (Jawet dan Adelberg, 2001).

b. Daya kerja bahan antibakteri melalui gangguan permeabilitas sel

Semua sel hidup mempunyai membran semipermeabel yang mengatur

lewatnya substansi ke dalam dan keluar sel. Kerusakan pada membran ini

memungkinkan ion anorganik yang penting, nukleotida, koenzim, dan asam

amino merembes keluar sel. Kerusakan tersebut mengakibatkan pertumbuhan

sel terhambat atau menyebabkan kematian sel (Volk dan Wheeler, 1990).

Senyawa-senyawa yang mengganggu sifat permeabilitas sel misalnya

komponen fenol, deterjen sintetik, sabun dan komponen amonium quaterner.

Senyawa-senyawa tersebut merusak permeabilitas selektif dari membran

sehingga menyebabkan kebocoran (Megawati, 2002).

c. Daya kerja antibakteri melalui hambatan sintesa protein

17

Protein merupakan penyusun utama struktur sel. Semua reaksi

metabolisme dikatalisis oleh enzim yang terbuat dari protein. Reaksi metabolisme

ini merupakan reaksi biosintesis zat-zat penting dan reaksi penting lainnya yang

menghasilkan energi (Volk dan Wheeler, 1990). Suhu tinggi dan konsentrasi

yang tinggi dari suatu senyawa antibakteri dapat menyebabkan koagulasi dan

denaturasi terhadap protein dan asam nukleat.

d. Daya kerja antibakteri melalui hambatan aktivitas enzim

Berbagai enzim yang terdapat dalam sel dapat dihambat oleh senyawa-

senyawa antibakteri yang bertindak sebagai inhibitor. Senyawa-senyawa yang

potensial terutama adalah yang menghambat aktivitas enzim-enzim dalam

proses glikolisis, daur krebs dan sistem sitokroma. Sebagai contoh sianida

menghambat sitokhrom oksidase, fluorida menghambat glikolisis, komponen

arsenik menghambat daur krebs dan dinitrofenol menghambat fosforilasi

oksidatif.

e. Daya kerja antibakteri melalui hambatan sintesa asam nukleat.

Beberapa senyawa kimia sintetik dan alami merupakan inhibitor dalam

sintesa RNA dan DNA. Senyawa-senyawa yang menghambat sintesa asam

nukleat dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu senyawa-senyawa yang

menghambat pembentukan komponen penyusun asam nukleat, yaitu purin dan

pirimidin; dan senyawa yang menghambat polimerisasi nukleotida menjadi asam

nukleat. DNA dan RNA merupakan komponen penting dalam sintesa asam

nukleat karena dapat menghambat pertumbuhan sel atau menyebabkan

kematian sel.

B. KERANGKA BERPIKIRPada asap cair sekam padi grade 1 terdapat kandungan senyawa fenol,

asam, karbonil, dan benze(a)pyrene. Senyawa-senyawa tersebut dapat

menghambat pertumbuhan bakteri uji ini karena rusaknya membran sel bakteri.

Rusaknya membran sel bakteri ini akan mencegah metabolisme dari bakteri

sehingga pertumbuhan bakteri akan terhambat.

Asap cair sekam padi grade 1 Fenol, asam, karbonil, dan benze(a)pyrene

Merusak membran sel

mengandung

18

Gambar 7. Kerangka berpikir

C. HIPOTESIS PENELITIANTerdapat perbedaan rerata zona hambat dari asap cair sekam padi grade

1 dengan berbagai konsentrasi yang berbeda terhadap bakteri pencemar pangan

yaitu Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan Vibrio

cholerae.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

19

A. Tujuan OperasionalTujuan operasional dari penelitian ini adalah untuk menguji aktivitas

antibakteri dari asap cair sekam padi grade 1dengan berbagai konsentrasi

terhadap bakteri Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan

Vibrio cholera.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yaitu uji in vitro

kemampuan antibakteri dari asap cair hasil pirolisis sekam padi grade 1 terhadap

beberapa bakteri pencemar pangan yaitu Escherichia coli, Staphylococcus

aureus, Bacillus cereus dan Vibrio cholerae.

C. Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 – Februari 2014,

bertempat di di Laboratorium Kimia dan Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Jakarta.

D. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat penelitian Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah petri disk

(pyrex), tabung reaksi (pyrex) 20 mL, erlenmeyer (pyrex) 250 mL, 500 mL, dan

1000 mL, gelas ukur (pyrex), bunsen (pyrex), neraca analitik (Tipe AB104 merek

Mettler Toledo), autoclave, Laminar Air Flow (ESCO Class II type A2), hot plate

(Thermolyne merek Cimarec 2), incubator (merek Sanyo dan Memmert), pipet

ukur, kulkas, kapas, ose, yellow tip, mikropipet, korek, pipet, Mc Farland 0,5,

beaker glass (pyrex), alat pembuat sumuran, rak tabung reaksi, magnetic stirrer,

kertas label, gunting, aluminium foil, tisu gulung, dan kertas pembungkus.

2. Bahan dan media penelitian Bahan utama yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah asap cair

hasil pirolisis sekam padi grade 1 masa simpan 3 (tiga) bulan, yang diperoleh

dari kelompok masyarakat “abadi” sentra kerajinan batu bata. Bakteri uji yang

digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri klinis dari Laboratorium

Mikrobiologi yang terdiri dari dua bakteri gram positif (Stapylococcus aureus dan

Bacilus cereus yang diisolasi dari spesimen urin) dan dua bakteri gram negatif

(Escherchia coli dan Vibrio cholerae yang diisolasi dari spesimen urin). Bakteri

20

tersebut disimpan dalam medium cair BLH-gliserol 10% pada refigrator

bertemperatur -800C selama 3 bulan.

Media yang digunakan adalah medium Nutrien Broth (NB) untuk

meremajakan bakteri uji Escherichia coli, Stapylococcus aureus, dan Bacillus

cereus. Sedangkan medium Cholera Medium TCBS untuk remajakan isolat

Vibrio cholerae. Medium Muller Hinton Agar (MHA) untuk menguji potensi

antibakteri asap cair sekam padi grade 1 (Lampiran 4). Selain itu, digunakan juga

aquades, alkohol 70%, antibiotik (Tetrasiklin, Cloramfenikol, dan Streptomisin),

dan zat warna untuk pewarnaan gram (kristal ungu, iodin/lugol, alkohol, dan

safranin)

E. Cara Kerja

1. Uji aktivitas antibakteria. Persiapan alat dan bahan ujiPeralatan seperti cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer disterilisasi pada

suhu 1210C dan tekanan 2 atm selama 30 menit. Sedangkan medium yang

digunakan akan disterilisasi bersamaan dengan peralatan setiap pembuatan

media.

b. Pembuatan media 1. Pembuatan medium untuk peremajaan bakteri uji

Medium yang digunakan untuk peremajaan isolat Escherichia coli,

Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus adalah medium Nutrient Broth (NB)

sedang isolat Vibrio cholerae adalah Cholera Medium TCBS (Alphaprint, 1990).

Sebanyak 2,8 gr medium dilarutkan dalam 100 mL aquades steril, kemudian

dipanaskan di atas hot plate. Larutan media kemudian di sterilisasi dalam autokaf

pada suhu 121oC dan tekanan 2 atm selama 30 menit.

2. Pembuatan media untuk pengujian aktivitas antibakteriMedium yang digunakan untuk pelaksanaan uji antibakteri adalah

medium MHA (Muller Hinton Agar). Sebanyak 3,4 gram MHA oxoid dilarutkan

dalam 100 mL aquades steril, kemudian dipanaskan di atas hot plate (Alphaprint,

1990). Larutan medium kemudian di sterilisasi dalam autokaf pada suhu 121oC

dan tekanan 2 atm selama 30 menit. Medium yang telah steril didinginkan

selanjutnya dituang dalam cawan petri steril yang berdiameter 9 cm sebanyak 20

mL.

21

3. Uji penegasan kemurnian isolat bakteri uji Uji ini bertujuan untuk menegaskan bahwa bakteri uji yang digunakan

telah murni. Isolat bakteri uji yang di peroleh diamati morfologi koloni dan

morfologi selnya.

a. Pengamatan morfologi koloni

Pengamatan morfologi koloni meliputi bentuk, elevasi, tepi, dan warna

dilakukan dengan terlebih dahulu menumbuhkan isolat bakteri pada medium NA

(Nutrient Agar) dan di inkubasi selama 24 jam (Benson, 2001).

b. Pengamatan morfologi sel

Pengamatan morfologi sel dilakukan dengan pengecatan Gram.

Pengecatan Gram dilakukan untuk membedakan bakteri yang bersifat Gram

positif atau Gram negatif, bentuk sel, dan susunan sel. Langkah-langkah

dalam pengecatan Gram yaitu sebanyak 1 ose koloni bakteri diambil secara

aseptik dan diletakkan pada gelas benda yang telah dibersihkan dengan alkohol

kemudian dikering anginkan di atas nyala lampu spiritus. Larutan cat crystal

violet kemudian dibubuhkan sebanyak 2-3 tetes dan didiamkan selama 20 detik.

Selanjutnya dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan selama 2 detik.

Setelah kering kemudian ditetesi dengan larutan iodin dan dibiarkan selama 1

menit. Setelah dicuci dengan air mengalir dan dikering anginkan, selanjutnya

dicuci dengan alkohol selama 10-20 detik kemudian dicuci kembali dengan air

mengalir dan dikering anginkan selama 2 detik. Preparat kemudian di tetesi

larutan cat safranin selama 20 detik, kemudian dicuci kembali dengan air

mengalir dan dikering anginkan selama 2 detik. Preparat diamati dengan

mikroskop setelah ditetesi minyak imersi. Bakteri Gram positif berwarna violet

dan Gram negatif berwarna merah (Benson, 2001).

4. Peremajaan biakan bakteri uji Peremajaan ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri uji yang

masih aktif dalam pertumbuhan dan metabolismenya. Bakteri uji dari persediaan

induk (stok) diambil sebanyak satu ose, dimasukkan ke dalam tabung reaksi

yang berisi medium Nutrien Broth (NB) dan diinkubasi pada suhu 370C selama

24 jam.

5.Penentuan jumlah bakteri uji

22

Jumlah bakteri yang akan diuji dihitung berdasarkan perhitungan

kekeruhan yang disetarakan dengan Mc Farland 0,5 dengan jumlah bekteri 150 x

106 /mL. Sebanyak 1 ose kultur bakteri uji dalam NaCl fisiologis dikocok sampai

kekeruhanya sama dengan larutan Mc Farland 0,5 sehingga diperoleh jumlah

bakteri uji sebesar 150 juta/mL.

2. Pembuatan konsentrasi larutanKonsentrasi larutan yang digunakan adalah konsentrasi dalam persen

volume pervolume (V/V) dengan konsentrasi yaitu 100% (1 mL asap cair sekam

padi grade 1 /0 mL aquades), 75% (0,75 mL asap cair sekam padi grade 1/0,25

mL aquades), 50% (0,50 mL asap cair sekam padi grade 1/0,50 mL aquades),

25% (0,25 mL asap cair sekam padi grade 1/0,75 mL aquades), 10% (0,10 mL

asap cair sekam padi grade 1/0,90 mL aquades), dan 5% (0,5 mL asap cair

sekam padi grade 1/0,95 mL aquades). Sedangkan perlakuan konsentrasi pada

Streptomisin, Tetrasiklin, dan Kloramfenikol sebagai kontrol positif digunakan

dalam persen weight pervolume (W/V), dengan konsentrasi tiap-tiap antibiotik

yaitu sebesar 2% (2 gr antibiotik /98 mL aquades).

3. Pelaksanaan Uji Aktivitas AntibakteriPengujian aktivitas antibakteri dari asap cair dilakukan dengan metode

sumuran. Kapas swab dimasukkan ke dalam NaCl yang telah dicampur dengan

kultur bakteri dan disetarakan dengan Mc Farland 0,5, ditekan pada bagian

dinding tabung agar cairan pada kapas swab tidak terlalu banyak. Setelah itu di

goreskan secara merata pada medium MHA. Kemudian, dibuat lubang pada

media dengan diameter 0,5 cm. Setiap sumuran dipipetkan asap cair sekam padi

grade 1 sebanyak 100 L dari tiap-tiap konsentrasi yang telah dibuat. Setelah itu,

diinkubasi pada suhu 37°C selama 24-72 jam. Penghambatan pertumbuhan

bakteri uji diukur dengan mengukur zona bening disekitar sumuran dengan

menggunakan penggaris dalam satuan mm (Djafar dkk, 1996).

Dalam uji ini digunakan 2 kontrol, yaitu kontrol negatif dan kontrol positif.

Kontrol negatif bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pelarut

aquades pada zona hambat pertumbuhan bakteri uji yang terbentuk dari

berbagai konsentrasi asap cair sekam padi grade 1. Sedangkan kontrol positif

adalah antibiotik Streptomisin, Tetrasiklin, dan Kloramfenikol dengan tujuan

untuk membandingkan pola hambatan pertumbuhan bakteri uji serta sebagai

23

pembanding kemampuan aktivitas antibakteri dari asap cair sekam padi dalam

menghambat bakteri uji.

F. Analisis Data Data hasil uji antibakteri yang diperoleh ditampilkan dalam bentuk tabel,

gambar, dan grafik. Data dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam

(ANOVA) dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) berpola faktorial dengan dua

faktor (faktor pertama perlakuan konsentrasi dan faktor kedua waktu inkubasi),

dan dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.

DAFTAR PUSTAKA

24

Alphaprint, A., Hants. 1990. The Oxoid Manual 6th Edition 1990, Publish by

Unipath Limited, Wade Road, Basingstoke, Hamspire, RG 24 OPW,

England.

Amritama, D., 2007. Asap Cair (Liquid smoke). Didownload dari http://alcoconut.

Multiply.com/journal. Tanggal 5 Agustus 2009, pukul 14.15 WITA.

Astuti, 2000. Pemanfaatan Asap Cair. Didownload dari http://alcoconut.

Multiply.com/journal. Tanggal 12 Mei 2010, pukul 10.15 WITA.

Benson, 2001. Microbiological Aplication : Laboratorium Manual in General

Microbiology, Eight Edition.

Darmadji, P., 1994. Produksi Asap Cair dan Sifat-Sifat Antimikrobia,Antioksidan

serta Sensorisnya, Laporan Penelitian Mandiri, DPP-UGM, 1996, 19; 11-15.

Darmadji, P., 1996. Aktivitas Antibakteri Asap Cair yang Diproduksi dari

Bermacam-Macam Limbah Pertanian, Laporan Penelitian Mandiri, DPP-

UGM, 1996, 16: 19-22.

Darmadji, 1999. Aktivitasi Antibakteri Asap Cair Yang Diproduksi Dari

Bermacam-Macam Limbah Pertanian, Agritech, Vol 16, No 4. Fakultas

Teknologi Pertanian UGM, yogyakarta.

Demarco, 1998. Technology of Mead And Mead Products. Ellis Horwood, New

York.

Djafar, T.F., E.S., Rahayu, D. Wibowo, dan S. Sudarmaji, 1996. Antimicrobial

Substance Produce by Lactobacillus sp. TGR-2 Isolated from Growol.

Indonesiam Food and Nutrition Progress. Food and Nutrition

development and Research Center. Gadjah mada University Press,

Yogyakarta.

Fardiaz, S., 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan, Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Ihwan, M.K., 2008. Pembuatan Asap Cair dari Asap Pembakaran Batu-Bata

Menjadi Pestida dan Pengawet Organik. Laporan Kegiatan Inisiatif Lokal-

25

Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI), Lombok

Timur.

Irianto, K. 2007. Mikrobiologi, Menguak Dunia Mikroorganisme. Yrama Widya.

Bandung.

Jawetz, E., J.C. Melnick dan E.A. Adelberg, 2001. Mikrobiologi Kedokteran,

Salemba Medika, Jakarta.

Lucky, H.M., Suharto, Karniasih, dan Mardiastuti, 1993. Batang Negatif Gram

dalam Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta.

Lucky, H.M., Suharto, Karsinah, dan Mardiastuti, H.W., 1994. Mikrobiologi

Kedokteran Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta.

Maga, J.A., 1987. Smoke In Food Procesing, CRC press, Incorparated, Boca

Raton, Florida.

Mashuri, 2008. Pemurnian Asap Cair Dengan Destilasi. Didownload dari

http://www. Pontianakpost. Com,Tanggal 10 Januari 2010 pukul 17.45

WITA.

Megawati,Y.K., 2002. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica

Val.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif.,

Skripsi S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram,

Mataram.

Muslimin, L.W., 1996. Mikrobiologi Lingkungan, Unhas Press, Makasar.

Oramahi, H.A,, 2009. Asap Cair Sebagai Alternatif Pengawet Makanan,

Didownload dari http://www. Pontianakpost. Com,Tanggal 10 April 2009

pukul 08.05 WITA.

Pelczar, J.M., dan E.C.S. Chan, 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Press,

Jakarta.

Ruiter, A., 1979. Color Of Smoked Foods, Food Technology, 33, 54-63.

45

26

Sulaiman, S., 2004. Penjernihan Asap Cair Hasil Pirolisis Tempurung Kelapa

Menggunakan Kolom Kromatografi dengan Zeolit Alam Teraktivasi Sebagai

Fasa Diam, Skripsi, FMIPA, UGM, Yogyakarta.

Supardi, I., dan Sukamto, 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan Keamanan

Pangan, Penerbit Aumni, Bandung.

Tranggono dan Purnama D., 1996. Identifikasi Asap Cair Di Berbagai Jenis Kayu

Dan Tempurung Kelapa, Fakultas Teknologi Pertanian UGM.

Vaughn, S.F., and Gardner, H.W., 1993. Lipoxygenase-derived Aldehydes Inhibit

Fungi Pathogenic on Soybean, J. Chem. Ecol., 19 (10): 2337-2345.

Volk, A.W., dan M.F. Wheeler, 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid 1, Erlangga,

Jakarta.