falsafah pengkaderan

Upload: syarifah-yasmin-assaggaf

Post on 04-Apr-2018

649 views

Category:

Documents


69 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 FALSAFAH PENGKADERAN

    1/3

    FALSAFAH PENGKADERAN

    Falsafah menurut KBBI adalah anggapan, gagasan, dan sikap batin yang

    paling dasar yang dimilii oleh orang atau masyarakat. Sedangkan pengkaderan

    berasal dari kata dasar kader yang berarti orang yang diharapkan akan memegang

    peranan penting di dalam pemerintahan, partai, atau organisasi. Pengkaderan

    adalah suatu proses mendidik untuk membentuk seseorang menjadi kader. Metode

    pengkaderan yang dilakukan disesuaikan dngn ideologi yang dianut dalam

    organisasi tersebut.

    Pengkaderan adalah suatu proses pembentukan karakter seseorang agar

    sepaham dengan ideologi suatu (wadah) kelompok, menumbuhkan aspek-aspek

    kepribadian seseorang menuju arah yang lebih bijak, penanaman nilai-nilai

    kemanusiaan agar tercipta regenerasi yang kelak akan berjalan bersama untuk

    mencapai tujuan kelompok tersebut. Ideal adalah keadaan dimana sesuatu berjalan

    sebagaimana mestinya.

    Tujuan pengkaderan dari definisi diatas jelas, untuk membentuk sebuah

    karakter dan menumbuhkan kearah yang lebih bijak. Sejalan dengan itu kader-kader

    yang terbentuk akan secara otomatis mengemban tanggung jawab, baik itu dalam

    kelompok ataupun sebuah tanggung jawab sosial. Karena seorang kader adalah

    gambaran dari sebuah wadah. Hakikatnya kemana seorang kader berada, disitu ia

    bawa nilai-nilai kelompok yang mewadahinya.

    Keadaaan yang ideal suatu pengkaderan sampai sekarang masih sebuah

    pencarian dan akan tetap seperti itu, konsep ataupun sistem akan terbentuk dan

    menyesuaikan dengan keadaan masa kini. Barangkali seperti itulah hakikat manusia

    yang terus mencari dan berusaha untuk mencapai kesempurnaan. Bagaimanapun

    sebuah pengkaderan dilaksanakan, seideal apapun hal itu diusahakan, kelak

    hasilnya akan kembali lagi kepada sang kader, sukses atau tidaknya pengkaderan

    akan tercermin dari perilaku sang kader. Apakah kemudian nilai-nilai mulia yang

    disampaikan dalam pengkaderan itu mampu diaplikasikan dengan konsisten..

    Ada manfaat yang dapat diperoleh dari sebuah kelompok ataupun organisasi

    resmi (wadah) jika menjadi bagian didalamnya. Pribadi-pribadi yang menjadi bagiandari suatu kelompok, dalam hal ini seperti institusi pendidikan misalnya universitas

    (mahasiswa baru), dihadapkan dalam sebuah pilihan. Pilihan untuk menjadi bagian

    dari keluarga mahasiswa, tentu dengan mengikuti prosesi pengkaderan bertahap

    yang diadakan. Yang diperlukan selanjutnya adalah kesadaran Maba (Mahasiswa

    Baru) dalam menentukan pilihan. Hal-hal diluar kesadaran pribadi misalnya

    pengaruh orang lain kemudian menjadi sebuah pilihan juga, entah kemudian tercipta

    sebuah kesadaran yang entah juga kemudian tercipta sebuah tanggungjawab.

    Mengikuti dan menyadari pentingnya proses pengkaderan bertahap tentu

    sangat bermanfaat bagi seorang Maba, selain untuk perkenalan universitas yangakan menjadi tempat bagi mereka untuk menuntut ilmu, juga sebagai salah satu

  • 7/29/2019 FALSAFAH PENGKADERAN

    2/3

    bentuk perkenalan dan pengakraban dengan Maba lain yang tentunya akan menjadi

    teman berinteraksi dalam beberapa tahun kedepan.

    Namun tidak sedikit juga pribadi-pribadi yang kemudian menjadi was-was dan

    bertanya-tanya dengan bagaimanakah pengkaderan itu. Pengalaman-pengalaman

    masa SMA ataupun gambaran-gambaran media mengenai pengkaderan, kemudian

    menciptakan rasa enggan untuk mengikuti pengkaderan dan mengabaikan manfaat-

    manfaat yang dapat diperoleh.Pengetahuan Maba mengenai sejarah-sejarah

    pengkaderan di universitas tertentu bahkan menciptakan rasa takut, takut terhadap

    senior dan pengkaderannya dan bayangan-bayangan intimidasi yang menghantui.

    Sehingga Maba yang terlanjur seperti itu kemudian menghindari senior.

    Bahkan timbul perasaan tidak nyaman berada dikampus sendiri karena

    perasaan-perasaan didiskriminasikan antara keluarga (ikut pengkaderan) dan bukan

    keluarga. Hal ini terus berlanjut, walaupun seperti kita ketahui antara kedua

    kelompok tersebut tentu memiliki hak-hak yang berbeda karena proses yang dilalui

    berbeda pula. Disini letak kekeliruannya, perbedaan-perbedaan karakter seseorang

    tidak kita sikapi dengan bersahabat.

    Sampai pada proses pengakaderan tingkat awal, hal yang ditanamkan berupa

    perkenalan yang bersifat akademis ataupun lifeskill. Kemudian berlanjut dengan

    hakikat mahasiswa yang semestinya. Pembentukan pola pikir secara bertanggung

    jawab dilakukan dengan penyampaian materi-materi bersangkutan.

    Tidak hanya sampai dengan penyampaian-penyampaian materi, dengan

    menjadi pelaksana suatu kegiatan pun mahasiswa dapat belajar dengan efektif

    dengan kegiatan-kegitan turun kejalan bersama bahkan akan lebih mudah

    mencerna nilai-nilai hakikat mahasiswa.

    Adapun penyimpangan-penyimpangan yang terjadi bukan diakibatkan dari

    sistem ataupun konsep yang diterapkan. Melainkan ulah segelintir oknum yang tidak

    memahami nilai-nilai bahkan arah pengkaderan tersebut. Sangatlah mulia orang-

    orang yang berusaha membentuk sebuah konsep yang ideal, memahami hendak di

    bawa kemana arah pengkaderan serta menjalankannya dengan niat yang baik

    semata-mata untuk memanusiakan manusia tanpa ditunggangi oleh nilai-nilai yanglain. Tentu saja, kita tidak ingin melihat nilai-nilai yang murni dicemari dengan hal-hal

    yang kurang terpuji. Sampai kapan hal tersebut akan berlanjut dalam sebuah proses

    pembentukan karakter, yang tentunya hanya akan mencemari dan kelak akan

    menjadi sebuah budaya yang tidak bertanggung jawab.

    MASALAH PENGKADERAN

    Permasalahan yang biasa/sering terjadi dalam realita adalah terjadinya

    perbedaan antara nilai-nilai kader dengan nilai-nilai kemanusiaan. sebagai seorang

    warga negara yang baik; Sesuai dengan yang tersirat dalam UUD 1945 yang kurang

    lebih maknanya dapat kita simpulkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa

  • 7/29/2019 FALSAFAH PENGKADERAN

    3/3

    bukanlah sebuah isapan jempol belaka. Cita-cita bangsa yang diamanahkan dalam

    UUD 1945 merupakan sebuah tonggak bagi lahirnya pola pengkaderan yang ideal

    bagi setiap manusia dalam NKRI.

    Namun, dalam konsep hukum dan hak asasi manusia yang dapat kita

    simpulkan bahwa setiap manusia berhak untuk memiliki pandangan tanpa adanya

    tekanan maupun intervensi dari manusia lainnya. Dari sini terjadi sebuah

    pertentangan dalam pola pengkaderan. Sering pula budaya-budaya kekerasan telah

    di klaim menjadi ciri organisasi sehingga hal yang demikian menjadi suatu hal yang

    berkesinambungan dan betul-betul telah menjadi ciri serta karakter organisasi,

    walaupun sebenarnya kita tahu bersama bahwa hal itu tidaklah sedemikian

    benarnya. Saya sepakat sekali dengan sebuah peribahasa: satu kebohongan yang

    berulang-ulang akan menjelma menjadi sebuah kebenaran yang mutlak.

    Maka terjadilah proses kembali untuk mencari dan menemukan konsep yang

    ideal dalam pola pengkaderan. Bagaimana pun, berbeda wadah maka dengan

    sendirinya berbeda pula pola konsepsi dalam menanggapi pola pengkaderan.

    Dengan sendirinya, pola pengkaderan dalam suatu wadah tentu saja akan diarahkan

    sesuai dengan cita-cita, visi dan misi dari wadah tersebut. Maka yang kemudian

    terjadi adalah pemaksaan karakter kepada setiap anggota baru yang ingin

    memasuki wadah tersebut. Pemaksaan yang dimaksudkan adalah sebuah

    kekerasan, maka yang kemudian terjadi adalah kekerasan Fisik dan kekerasan

    Psikis bagi setiap anggota baru.

    Ada satu hal yang (mungkin) dilupakan dalam hal ini, bahwa berbeda kepala,maka berbeda pula ciri, watak, serta karakter. jikalau pola pengkaderan yang

    dimaksudkan ideal adalah mencetak kader-kader yang sesuai dengan visi dan misi

    dalam suatu wadah, maka tak ubahnya wadah tersebut adalah sebuah wadah yang

    mencetak robot-robot berbentuk manusia yang dijalankan sesuai dengan keinginan

    pembuatnya

    Pengkaderan yang ideal adalah memanusiakan manusia dan bukan

    mencetak sebuah robot. Tentu saja manusia dicetak melalui proses pengalaman

    serta pengamalan yang mulia dan bertanggung jawab dan bukan melalui sebuah

    program yang di doktrinkan oleh segelintir oknum. Seandainya saja, dalam sebuahwadah bisa memahami perbedaan-perbedaan watak serta karakter yang ada di

    dalam sebuah wadah tersebut maka bukan tidak mungkin cita-cita tentang sebuah

    konsep pengkaderan yang ideal bisa terwujudkan.