faktor-faktor yang mendorong australia menyetujui … · proses pengerjaan proposal skripsi. 7....
TRANSCRIPT
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG AUSTRALIA
MENYETUJUI AUSTRALIA-CHINA FREE TRADE AGREEMENT 2015
(AChFTA 2015)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
oleh:
Habibi Fahmi
1112113000036
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang Berjudul :
“Faktor-faktor yang Mendorong Australia Menyetujui Australia-China Free
Trade Agreement 2015 (AChFTA 2015) ”
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Maret 2018
Habibi Fahmi
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi Menyatakan bahwa Mahasiswa:
Nama : Habibi Fahmi
NIM : 1112113000036
Program Studi : Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:
“FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG AUSTRALIA MENYETUJUI
AUSTRALIA-CHINA FREE TRADE AGREEMENT 2015 (AChFTA 2015)”
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 16 Maret 2018
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Ahmad Alfajri, MA
NIP.
A. Syaifuddin Zuhri, S.IP., LM.
NIP.
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
“FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG AUSTRALIA MENYETUJUI
AUSTRALIA-CHINA FREE TRADE AGREEMENT 2015 (AChFTA 2015)”
Oleh
Habibi Fahmi
1112113000036
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal ..... Mei
2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program Hubungan Internasional.
Ketua Sidang, Sekretaris Sidang,
Ahmad Alfajri
NIP.
Penguji I, Penguji II,
Nazaruddin Nasution, S.H., M.A. Robi Sugara, M.Sc
NIP. NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 3 Mei 2018.
Ketua Program Studi,
Ahmad Alfajri, MA
NIP.
v
ABSTRAK
Skripsi ini akan membahas mengenai berbagai faktor yang membuat Australia
menandatangani AChFTA dengan Cina pada Desember 2015. Adapun penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat Australia
menandatangani perjanjian tersebut. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian
ini melalui studi pustaka.
Dalam pembahasanannya bahwa proses tercapainya perjanjian ini sangat panjang.
Dimana Cina selalu meminta kepada Australia untuk melakukan kerjasama
ekonomi. Namun, Australia selalu melakukan penolakan selama satu dekati
terhadap tawaran Cina. Barulah pada Desember 2015 Australia menyetujui untuk
menandatangani AChFTA dengan Cina. Dimana penandatanganan perjanjian
tersebut pertama kali dilakukan oleh kedua negara tersebut.
Perspekti dalam penelitian ini mengacu pada neorealisme sebagai dasar
pemikirannya. Melalui perspektif tersebut terdapa beberapa konsep turunannya,
meliputi kepentingan nasional, kebijakan luar negeri, rational choice, dan kerja
sama internasional. Hasil penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa
penandatangan Australia terhadap AChFTA dipengaruhi beberapa faktor, yakni
faktor kepentingan ekonomi Australia, faktor pilihan rasional Australia terhadap
keuntungan dengan Cina, dan faktor terbentuknya kerjasama Australia-Cina.
Kata Kunci: Australia, Tiongkok, AChFTA, rational choice, kerja sama,
kebijakan luar negeri.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena Berkat, Rahmat, dan
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat teriring
salam semoga senantiasa terlimpah pada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, para sahabatnya dan kita sebagai umatnya hingga akhir zaman kelak,
amin.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar sarjana pada program studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu
Sosial Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Judul
yang penulis ajukan adalah “FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG
AUSTRALIA MENYETUJUI AUSTRALIA-CHINA FREE TRADE
AGREEMENT 2015 (AChFTA 2015)”.
Dalam Penyusunan Skripsi Ini Tidak Terlepas dari bantuan, bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Muhammad Adian Firnas, S.IP, M.Si Selaku Ketua Program Studi
Ilmu Hubungan Internasional yang mengesahkan secara resmi Judul
Skripsi Penulis, sehingga dapat diselesaikan dengan lancar.
3. Ibu Eva Mushoffa, MA selaku Sekertaris Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional yang telah memberikan semangat penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ahmad Alfajri, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional yang menjabat, yang memberikan dorongan pada penulis
yang sebelumnya judul skripsi ini menjadi tugas pada mata kuliah Metode
Penelitian HI agar dilanjutkan menjadi skripsi.
5. Bapak Ahmad Syaifuddin Zuhri, S.IP., L.M Selaku Pembimbing skripsi
yang telah tempat penulis berkeluh kesah dan memberikan nasehat selama
penulisan skripsi ini.
vii
6. Bapak Robi Sugara, M.Sc selaku dosen pengampu matakuliah proposal
skripsi yang memberikan saran, masukan, arahan kepada penulis selama
proses pengerjaan proposal skripsi.
7. Bapak Bakir Ihsan selaku wakil dekan II bidang Administrasi, yang telah
memberikan saran, arahan serta nasehat selama masa kuliah.
8. Staf Dosen FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membekali
penulis dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir
penulisan skripsi.
9. Staf tata usaha FISIP UIN Syarif Hidayatullah yang telah banyak
membantu penulis selama masa perkuliahan hingga akhir masa penulisan
skripsi.
10. Ayahanda Drs. Zulfahmi Amir dan Bunda Ir. Helmawati Amir kedua
orang tua penulis yang memberikan semangat ruhani dan jasmani bagi
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Saudara, sahabat, rekan-rekan Mata Air foundation, Indonesia Youth
Forum dan PMII KOMFISIP Senior Muhammad Abdul Idris M.Ikom
selaku mentor, kak Nurul Latifah, Ahmad Andi Wibowo, Ahmad Wari,
Abdurrahman Soleh Fauzi, Nusron Wahid, Muhammad Khirzul Alim,
Umar Sena, Alam Hadi, Ginda Sutanto, Yuzron Hadi, Isidora Happy
Apsari, Rosyid Jazuli, Wachid Ervanto, Nasrul Maarif, Rida Fauzia
Qinvi, Muhammad Ikhsan, Fikri Mahir Lubis, Ahmad Syahrul Fadhil,
Miftahussurur, Arkan, Amanda Affan, Laras Narpaduita, Irma
Roudlotushofia, Victoriana Melati, Ratna Utami, Sarah Hajar Mahmuda.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
viii
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya.
Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun amat penulis
hargai dan terima dengan senang hati. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita
serahkan segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi kita semua.
Jakarta, 16 Maret 2018
Habibi Fahmi
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
I.A Pernyataan Masalah ................................................................................ 1
I.B Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 9
I.C Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 9
I.D Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 9
I.E Kerangka Konseptual .............................................................................. 13
I.E.1 Kepentingan Nasional .............................................................. 14
I.E.2 Kebijakan Luar Negeri ............................................................. 16
I.E.3 Kerjasama Internasional ........................................................... 18
I.E.4 Rational Choice ........................................................................ 19
I.F Metode Penelitian .................................................................................... 20
I.G Sistematika Penulisan ............................................................................. 22
BAB II KEBIJAKAN EKONOMI AUSTRALIA
II.A Kebijakan Ekonomi Masa Pemerintahan Kevin Rudd (2007-2013) ..... 24
II.B Kebijakan Ekonomi Masa Pemerintahan Tony Abbott (2013-2015) .... 29
II.C Kebijakan Ekonomi Masa Pemerintahan Malcolm Turnbull
(2015-Sekarang) ..................................................................................... 33
BAB III KERJASAMA EKONOMI AUSTRALIA-TIONGKOK
III.A Sejarah Hubungan Australia-Tiongkok ................................................ 37
III.B Hubungan Ekonomi Australia-Tiongkok ............................................. 42
III.C Stabilitas Ekonomi Tiongkok ............................................................... 45
BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI
AUSTRALIA MENANDATANGANI ACHFTA
IV.A Kepentingan Nasional Australia .......................................................... 49
IV.B Rational Choice Australia terhadap Perkembangan
Ekonomi Tiongkok ....................................................................................... 53
IV.C Kerjasama Ekonomi Austalia-Tiongkok .............................................. 57
x
BAB V PENUTUP
V.A Kesimpulan ............................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ ix
Lampiran
xi
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Konsumsi Energi Tahun 2013-2016 .................................................. 31
Tabel III.1 Perdagangan Australia-Cina pada 1995-2005 .................................. 43
Tabel IV.1 Keuntungan dan Kerugian Penandatanganan AChFTA ................... 56
xii
DAFTAR SINGKATAN
AChFTA Australia China Free Trade Agreement
DWP Defence White Paper
HAM Hak Asasi Manusia
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PDB Produk Domestik Bruto
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.A Pernyataan Masalah
Kerjasama ekonomi dan perdagangan yang terjalin antara Cina dan
Australia yang bertujuan memperkuat kerjasama antara kedua negara termasuk
memperkuat perekonomian masing-masing negara di bidang investasi dan juga
ekonomi tentuny. Maksudnya melalui perdagangan tersebut Australia
mendapatkan pasar baru, penurunan biaya tarif, dan mengedepankan penghapusan
hambatan non-tarif dalam perjanjian tersebut sebagai cara terhadap penguatan
ekonomi.1 Begitupun dengan Cina yang mendapatkan pasar baru di kawasan
benua Australia.
Pasar baru, penghapusan hambatan non-tarif, dan rendahnya biaya tarif
adalah modal utama dalam mendapatkan keuntungan ekspor suatu produk.
Penguatan ekonomi Australia melalui AChFTA terbukti dengan pernyataan
Andrew Robb sebagai Menteri Perdagangan dan Investasi Australia menyebutkan
bahwa sebanyak 96 persen berbagai produk Australia akan masuk ke Cina tanpa
hambatan dan minim biaya tarif.2
Kemudian disetujuinya perjanjiang tersebut Cina juga mengekspor
beberapa barangnya ke Australia dengan minimnya biaya tarif produk seperti
1
Andrew Mackenzie, Cina Australia Free Trade Agreement, Artikel diakses pada 5
Desember 2017 dari www.bhp.com/media-and-insights/reports-and-presentations/2015/08/cina-
australia-free-trade-agreement
2 Minister for Trade and Investment. Histric China-Australia FTRA Enters int Force.
Artikel dapat diakses pada 5 Desember 2017 dari
http://trademinister.gov.au/releases/Pages/2015/ar_mr_151220a.aspx
2
produk pakaian dan elektronik dengan biaya lebih murahh.3 Nantinya perjanjian
tersebut mempengaruhi serikat buruh yang mengkritisi disetujuinya para buruh
imigran yang diperbolehkan bekerja di Australia. Berkaitan dengan kerjasama
perdagangan ini tentunya mengalami dinamika yang juga mempengaruhi proses
hingga disetujuinya kerjasama antar kedua negara. Fakta dan dinamika yang
terjadi menimbulkan perdebatan baik di dalam dan luar negeri Australia sendiri.
Pada 2015 teradi aksi demonstrasi yang dilakukan Serikat Pekerja
Australia terhadap persutujuan AChFTA. Sebanyak 2000 orang lebih ikut serta
dalam unjuk rasa terkait permasalahan tersebut. Mereka menilai keputusan
tersebut tidak adil dikarenakan nantinya Perjanjian FTA ini memungkinkan
perusahaan Cina dan pekerja migran lebih mudah masuk ke Australia. Perusahaan
yang memiliki proyek di Australia bernilai lebih dari $ 115 juta akan diizinkan
membawa pekerja dari Cina.4
Pada 2017 aksi tersebut terus berlanjut secara berkala dengan isu yang
dibangun Tony Abbott sebagai aktor utama terjadinya persetujuan kerjasama
ekonomi tersebut. Tentunya ini akan berdampak pada Australia dengan
meningkatnya angka pekerja migran dari Cina yang akan juga berimbas pada
3 Minister for Trade and Investment, China-Australia FTA Benefits Set to Flow from 20
December, Artikel dapat diakses pada 5 Desember 2017 dari
http://trademinister.gov.au/releases/Pages/2015/ar_mr_151220a.aspx
4 “Ribuan Pekerja Australia Protes Kesepakatan Perdagangan Bebas Cina – Australia”,
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2015-07-27/ribuan-pekerja-australia-protes-
kesepakatan-perdagangan-bebas-Cina-australia/1474578
3
angka tenaga kerja Australia yang akan menjadi pengangguran dikarenakan
lapangan pekerjaan yang dipenuhi pekerja asal Cina.5
Sejak perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak dan
ditandatangani oleh Perdana Menteri Australia Tony Abott dan juga Presiden Cina
Xin Jiang ping dan masih adanya klausul-klausul yang menjadi perhatian dari
Parlemen Australia terkait kerjasama terutama adanya buruh migran yang
nantinya dapat bekerja di perusahaan Cina yang berada di Australia. Australia-
Cina Free Trade Agreement mengalami perundingan panjang selama kurang lebih
perundingan satu dekade. Menjadi penting hingga akhirnya Perdana Menteri
Australia Tony Abott menandatangani perjanjian kerjasama perdagangan ini.
Dibangunnya kerjasama perdagangan antara Cina dan Australia yang
ditandatangani pada 20 Desember 2015.6 Ini menjadi langkah penting bagi
Australia untuk membuka pasar dan peningkatan ekspor komoditasnya di pasar
Cina termasuk produk produk hasil pertanian dan dalam bidang jasa pelayanan
pendidikan.7 Cina sendiri berharap terjalinnya kerjasama perdagangan ini
tentunya akan semakin meningkatkat investasi Cina dalam bidang perdagangan.
Kerjasama ini akan berlangsung lama dan memiliki potensi yang
menguntungkan diantara kedua negara tersebut. Terbukti Perdana Menteri
5 “Buruh Aussie Juga Cemas dengan Serbuan Pekerja Cina”, Artikel diakses pada 10
Desember 2017 dari https://www.eramuslim.com/berita/buruh-australia-juga-cemas-dengan-
serbuan-pekerja-dari-cina.htm#.Wi7fwLBx3Dc
6 “News Release”, http://fta.mofcom.gov.cn/topic/enaustralia.shtml, diakses pada 12
Juni 2016
7 The Cina-Australia Free Trade Agreement, http://www.abc.net.au/news/2015-08-
12/Cina-free-trade-agreement-cost-australian-jobs-fact-check/6653214, Diakses pada 27 april
2016 pukul 01.35
4
Australia, Kevin Rudd dalam pernyataannya bahwa hubungan Australia-Cina
sudah berlangsung lama dan adanya kerja sama yang kuat di masa depan.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam Australia-Cina Economic and Trade
Forum di Canberra pada senin 21 juni 2010.8 Pernyataan ini didukung dengan
neraca perdangan antara Cina dan Australia pada 2009 mencapai angka USD 85,1
miliar.
Perjanjian ini tentunya tidak terlepas dari sejarah Cina yang melakukan
reformasi ekonomi. Dengan masuknya era baru atau reformasi ekonomi Cina
dibawah pemimpin baru Deng Xiao Ping. Pergeseran kebijakan ekonomi yang
awalnya bercorak Sosialisme Komunis yang terencana bergeser menjadi lebih
berorientasi pada perkembangan pasar. Masuknya investasi asing sejak tahun
1979 memberikan Cina angin segar dalam bentuk investasi dana yang dapat
dimanfaatkan Cina dalam pembangunan infrastruktur. Pembangunan industri yang
awalnya terfokus juga pada sektor pertanian dan agraris secara sentral dihapuskan,
pihak swasta diberikan keleluasaan dalam melakukan kegiatan ekonomi. Hal lain
keterbukaan Cina bagi pasar global adalah dibukanya bursa saham Cina pada
tahun 1990 di Shanghai.
Penerapan kebijakan ekonomi terbuka inilah yang menjadi kunci awal
perkembangan ekonomi Cina yang terbilang pesat. Di sisi lain walaupun
terbukanya pasar Cina tetap mempertahankan corak politik sosialisnya. Ciri unik
yang dimiliki Cina ini juga yang membantu Cina dalam menghadapi pasar global.
8 Australia-Cina kerjasama perdagangan USD 8,8 miliar, dikutip dalam laman
Blommberg, http://internasional.kontan.co.id/news/australia-Cina-kerja-sama-us-88-miliar-1,
diakses pada 27 april 2016 pukul 00.53
5
Pemerintah Cina sendiri tetap konsisten pada kebijakan reformasi. Hal ini dengan
kebijakan Dewan Eksekutif Partai Komunis Cina yang menghapuskan kebijakan
ekonomi yang terpusat sehingga terjadi liberalisasi produk pada tahun 1978.
Dalam reformasi ekonomi Cina yang membuka diri pada pasar, Cina juga
menerapkan kebijakan luar negeri yang lebih terbuka dan aktif demi membuka
peluang kerjasama internasional. Keikutsertaan Cina dalam pasar global juga
diharapkan menjadi faktor pendorong pertumbuhan perekonomian Cina yang
cepat.
Tercatat dalam volume total perdagangan yang dilakukan Cina pada 2004
dengan jumlah USD 1154,8 Miliar. Total perdagangan ini mengalami peningkatan
35,7 persen setiap tahunnya. Jumlah total ini juga diikuti dengan jumlah ekspor
USD 593,4 miliar dan juga jumlah impor yag mencapai USD 561, 4 Miliar.
Perdagangan tersebut dilakukan Cina dengan beberapa negara di Asia, seperti
Indonesia, Korea Selatan, dan Jepang.9
Menurut statistik awal Departemen Jenderal Bea dan Cukai Cina selama
10 bulan pertama tahun 2005, tercatat total volume perdagangan sebesar USD
1148.61 miliar, ditandai dengan peningkatan 24 persen setiap tahun. Total ekspor
Cina pada periode ini diperkirakan mencapai USD 614.49 miliar dan total impor
sebesar USD 534.12 milyar, 31,1 persen dan 16,7 persen lebih tinggi dibanding
9 Cina‟s Statistics Department-General, released on 28 February 2005 (People‟s
Daily)Beijing
6
periode yang sama tahun lalu pada 2004. Perdagangan tersebut merupakan total
kerjasama Cina dengan Amerika. 10
Dengan pembangunan pesat dan gencarnya pembangunan ekonomi Cina
dan perkembangan pasar global Cina juga mulai menjajaki kerjasama
perdagangan dengan banyak negara salah satu diantaranya Australia. Pembahasan
kerjasama ekonomi dengan Australia diawali pada tahun 2008 dalam perundingan
ke-12 The Sino-Australian yang diadakan di Beijing dengan point point yang yang
menjadi pokok pembahasan meliputi market access in cargo trade, finance and
education services, intellectual property, investment, non-tariff measures, rules of
origin, customs procedures, inspection and quarantine, dispute settlement11
.
Perundingan awal inilah yang menjadi dasar terbukanya kerjasama perdagangan
yang dibangun antara Cina dan Australia.
Australia sendiri sebagai salah negara dengan sistem ekonomi yang kuat
dengan PDB perkapita mecapai angka USD 37.828,25 juta pada 201412
dengan
angka peningkatan ekonomi riil yang tumbuh rata-rata 3,3 persen pertahun.
Dengan kuatnya ekonomi Australia ini menjadikan Dollar Australia menjadi nilai
mata uang yang digunakan dibeberapa negara pasifik seperti Nauru, Tuvalu, dan
Kiribati.
10 Cina‟s Statistics Department-General, released on 28 February 2005 (People‟s Daily)
Beijing
11
“Cina FTA Network”, fta.mofcom.gov.cn, market access in cargo trade, finance and
education services, intellectual property, investment, non-tariff measures, rules of origin, customs
procedures, inspection and quarantine, dispute settlement, diakses pada 26 April 2016 pukul 18.41
12
PDB per Kapita Australia tahun 2014, market access in cargo trade, finance and
education services, intellectual property, investment, non-tariff measures, rules of origin, customs
procedures, inspection and quarantine, dispute settlement, diakses pada 26 april 2016 pukul 18.54
7
Pemerintah Australia dalam mengembangkan ekonominya
mengedepankan beberapa bidang tertentu, meliputi pertambangan, peternakan,
pertanian, teknologi informasi, dan telekomunikasi. Pada 1970 Australia
melakukan reformasi terhadap sistem kelembagaan secara sistematis dan
struktural. Reformasi struktur ini sebagai modal Australia untuk mendapatkan
kepercayaan p asar global untuk menanamkan investasi dalam negaranya.
Dengan kokohnya sistem perekonomian yang dibangun Australia,
Australia menjaring hubungan kerjasama perdagangan dengan banyak negara
seperti Jepang, Amerika Serikat, Inggris dan Cina. Hubungan kerjasama
perdagangan yang dibangun ini menghasilkan keuntungan yang besar bagi
Australia dengan total keuntungan perdagangan dua arah yang mencapai angka
USD 443,6 milyar pada tahun 2006-2007.13
Ekspor barang dan jasa Australia
memiliki peningkatan pada angka 16 persen dan angka tertinggi mencapai USD
215,8 milyar pada tahun 2006-2007 atau setara dengan 21 persen GDP Australia.
Dan komoditas bidang pengembangan ekonomi Australia adalah salah satu
pesaing terkuat di dunia internasionl dalam bidang ekspor.
Pembahasan panjang yang dilakukan kedua negara hingga akhirnya
disetujui untuk ditanda-tangani bersama. Sejak pertemuan ke-11 dikenal dengan
The Sino-Australian FTA Talks antara Perdana Menteri Australia, Tonny Abbott
dengan Presiden Cina, Xin Jinping. Pertemuan tersebut dilakukan di Canberaa
13 PDB per Kapita Australia tahun 2014, http://id.tradingeconomics.com/australia/gdp-
per-capita-ppp, diakses pada 26 april 2016 pukul 18.54
8
pada 17 November 2014. Pertemuan tersebut membicarakan tentang pentingnya
kerjasama yang terbangun antara Australia dan Cina.14
Secara khusus Tonny Abbott dan Xin Jinping menyinggung kerjasama
yang dibangun harus mencakup beberapa bidang, meliputi infrastruktur,
aglikultur, finansial, dan investasi.15
Pada awalanya The Sino-Australian FTA
Talks yang pertama kali dilakukan di Beijing. Dimana tercatat sudah melakukan
20 pertemuan dalam beragam diskusi dan pertemuan yang diselenggarakan kedua
negara sejak tahun 2008-2015.
Terkait dengan penjelasan di atas bahwa disepakatinya perjanjian
kerjasama antara Australia dan Cina merupakan momen langka. Mengingat
Australia yang selalu menolak untuk menyetujui perjanjian tersebut dari 2008
hingga menyetujuinya pada 2015. Meskipun Australia mendapatkan tekanan dari
kelompok buruh di negaranya dimana perjanjian tersebut merugikan mereka. Oleh
karena itu penelitian ini akan memfokuskan pada faktor pendorong Australia
menyetujui kerjasama perdagangan dengan Cina dalam Cina-Australia Freetrade
Agreement pada tahun 2015.
14 Xinhua New Agency, Sino-Australian Compherensive Strategic Partnership Forged,
FTA Talked Concluded, Artikel diakses pada 7 November 2017 dari
www.bjreview.com.cn/se/txt/2014-11/18/content_653467.htm
15 Xinhua New Agency, Sino-Australian Compherensive Strategic Partnership Forged,
FTA Talked Concluded, Artikel diakses pada 7 November 2017 dari
www.bjreview.com.cn/se/txt/2014-11/18/content_653467.htm
9
I.B Pertanyaan penelitian
Berdasarkan pernyataan masalah di atas dengan pendahuluan di atas maka
dapat diambil suatu pertanyaan penelitian, yakni :
1. Apa faktor-faktor yang mendorong Australia menyetujui AChFTA
2015 ?
I.C Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
melatarbelakangi Australia menandatangani AChFTA. Nantinya akan dikaitkan
dengan proses persetujuan Australia terhadap perjanjian tersebut. Kemudian akan
mengetahui pengaruh yang diperoleh dari Australia akan penandatanganan
AChFTA. Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat Australia
menandatangani AChFTA.
b. Mengetahui pengaruh AChFTA terhadap bidang perdagangan atau
ekonomi Australia.
2. Manfaat Praktis
Memperkaya literatur mengenai faktor-faktor Australia
menandatangani AChFTA.
10
I.D Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ini akan memaparkan berbagai penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya untuk memberikan deskripsi tentang signifikansi topik
penelitian yang akan diambil. Dalam beberapa penelitian belum ada yang fokus
menjelaskan tentang faktor pendukung kerjasama perdagangan yang dilakukan
antara Australia dan Cina. Beberapa dari tulisan yang ada menjelaskan keadaan
dan dampak secara ekonomi bagi Australia maupun Cina jika kerjasama
perdagangan ini terjadi, namun tidak spesifik menjelaskan bagaimana proses
kerjasama menuju disepakatinya kerjasama perdagangan dan aspek-aspek
pendorong hingga Australia dan Cina sepakat dalam menandatangani kerjasama
perdagangan.
Pertama, jurnal yang ditulis oleh Dr. Yinhua MAI dan tim Centre of Policy
Studies dengan judul “Modelling The Potential Benefits of an Australian-Cina
Free Trade Agreement”, Centre of Policy Studies tahun 2005. Penelitian ini
membahas tentang keuntungan yang didapat Australia dari kerjasama
Perdagangan yang akan dilakukan dengan Cina. Analisa yang dilakukan dengan
menggunakan prespektif Australia dan kerangka pemikiran yang digunakan
adalah model simulasi yang dilandasi oleh tiga aspek dalam Free Trade
Agreement diantaranya, Removal of border protection on merchandise, investment
liberalisation, dan removal of barriers to service trade. Dalam penerapanya dan
kesimpulan yang dihasilkan Dr. Yinhua dan tim menyatakan bahwa dengan
dibangunnya kerjasama anatara Australia dan Cina ini akan menaikkan GDP
Australia sejak tahun 2005 senilai 0,039%.
11
Selain pertumbuhan GDP tentunya bagi Australia adalah teralokasinya
jumlah lapangan pekerjaan, menguatnya industri bagi komoditas gandum, wool,
mineral dan sektor lain selain mineral, serta Cina juga diuntungkan dengan
berkembangnya industri manufaktur. Ditambah Dr. Yinhua menyarankan agar
kedua negara mempercepat implementasi kebijakan kerjasama ini langsung pada
tahun 2006 guna mendapatkan hasil yang secepatnya dari implementasi kebijakan
kerjasama.
Kedua, penelitian selanjutnya adalah Jurnal yang ditulis oleh Tony English
dan tim dalam “An Australian-Cina Free Trade Agreement Managing an
Elephant”. Dalam pembahasannya juga membahas tentang keuntungan dan
kerugian dari kerjasama yang dibangun antara kedua negara Australia dan Cina.
Namun yang menjadi perhatian adalah bagaimana Tony mengkritisi Australia,
terkait Australia harus menyeimbangkan faktor politik dan ekonomi nasional dan
luar negeri.
Tony memandang hal ini dari kerjasama antara Australia dan Amerika
serikat terkait dukungan Australia terhadap Invasi AS ke Iraq. Di sisi lain Cina
memiliki kontribusi terhadap perkembangan ekonomi di Australia. Dalam hal ini
Tony berpendapat bahwa seharusnya Australia dapat menjaga iklim politik yang
baik dalam melakukan kerjasam dikarenakan hubugan anatara AS dan Cina
seringkali tegang. Australia dituntut dapat menyeimbangkan antara keuntungan
politik mana yang dapat menguntungkan juga bagi kondisi perekonomian nasional
Australia.
12
Ketiga, penelitian ini berbentuk jurnal yang dilakukan oleh John McEwen
pada 2005 dengan judul Australia-Cina Free Trade Agreement: Joint Feasebility
Study. Jurnal tersebut membahas tentang dampak yang dihasilkan dari kerjasama
perdagangan tersebut misalkan liberalisasi dan invesatasi. Membahas juga
berbagai kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh kedua negara tersebut.
Kemudian melalui jurnal tersebut menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari
kerja sama bilateral.
Secara garis besar jurnal ini membahas gambaran umum kerjasama
ekonomi Australia-Cina dalam konteks dampak dan kebijakan. Metode penelitian
yang dilakukan bersifat kualitatif. Adapun teori atau konsep yang digunakan
adalah teori-teori ekonomi, seperti teori perdagangan internasional khususnya
hambatan perdagangan, investasi, liberalisasi, dan demokrasi ekonomi.
Keempat, jurnal yang ditulis oleh suatu instansi dikenal dengan Australian
Government pada 2017 yang berjudul Cina-Australia Free Trade Agreement
menjelaskan tentang perjanjian secara terperinci. Mulai dari apa saja yang akan
didapat oleh Australia melalui perdagangan tersebut, seperti emas, besi, tembaga,
minyak mentah, dan lainnya. Jurnal tersebut secara garis besar membahas
Australia sebagai objek yang diteliti.
Selain itu memberikan informasi juga bahwa dalam AChFTA terdapat
kerjasama dalam tenaga kerja dan investasi. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif berupa gambaran dan data-data yang berbentuk deskriptif-analisis. Teori
13
atau konsepnya pun cenderung melihat kerjasama tersebut dari sudut pandang
ekonomi internasional.
Kelima, artikel yang berbentuk laporan ditulis oleh Andrew Mackenzie
pada 2015 dengan judul Cina Australia Free Trade Agreement. Dimana artikel
tersebut menjelaskan dukungan atau dampak positif yang akan dialami oleh
Australia melalui AChFTA. Penghapusan hambatan non-tarrif juga antara
Australia dan Cina sebagai salah satu pembahasan dalam artikel ini. Australia juga
menginginkan pasar baru yang kuat dan menguntungkan melalui perdagangan ini
mengingat Cina sebagai salah satu negara ekonomi terbesar di dunia. Hampir
sama dengan tinjauan pustaka lainnya dengan meggunakan beberapa pendekatan
ekonomi interasional, seperti hambatan non-tarif dan perdagangan internasional.
Bedasarkan beberapa tinjauan diatas dapat disimpulkan bahwa
pembahasan tentang kerjasama perdagangan yang dibangun antara Australia dan
Cina seringkali membahas terkait untung rugi antara kedua negara. Karena
penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Maka
penelitian lebih menekankan pada faktor-faktor pendorong Australia menyetujui
kerjasama perdagangan dengan Cina. Secara detail Dr.
Kemudian penelitian ini juga berfokus pada ekonomi politik Australia
dalam penandatanganan ChAFTA dengan Cina. Dimana secara langsung akan
menganalisis pergeseran kepentingan ekonomi menjadi kepentingan politik
Australia dalam melihat penandatanganan perjanjian tersebut. Beberapa
pendekatan dan konsep yang digunakan penelitian ini berasal dari neo realisme
14
dengan konsep turunannya, meliputi kepentingan nasional, kebijakan nasional,
power, rational choice, dan kerjasama.
I.E Kerangka Konseptual
Menganalisa bahasan hubungan kerjasama perdagangan yang dijalin
antara Australia dengan Cina dalam Australia-Cina Free Trade Agreement 2015.
Penulis menggunakan perspektif neorealis sebagai dasar dalam menjelaskan
beberapa konsep, meliputi kepentingan nasional, kebijakan luar negeri, rational
choice, dan kerjasama internasional.
Asumsi besarnya dalam kerangka konseptual bahwa kondisi sistem
internasional yang bersifat anarkis dan aktor negara memiliki pilihan rasional
dalam mencapai kepentingannya. Namun tidak dapat dipungkiri kerjasama
internasional dapat terbentuk diantara negara-negara dunia, khususnya Australia-
Cina dalam AChFTA. Lebih jauh dalam menganalisa kerjasama perdagangan
yang dijalin antara Australia dan Cina dapat menggunakan konsep kebijakan luar
negeri suatu negara.
I.E.1 Kepentingan Nasional (National Interest)
Secara jelas konsep kepentingan nasional atau nasional interest
menjelaskan tentang bagaimana kepentingan nasional menjadi kebutuhan yang
akan di capai oleh negara. Seperti yang dijelaskan Yanyan Mochamad Yani dalam
tulisan Politik Luar negeri mengutip Mochtar Mas‟oed yang menjelaskan
kepentingan nasional adalah suatu konsep yang tepat dalam menganalisa
hubungan antar negara. Dimana para pembuat kebijakan luar negeri merancang
15
rencana tindakan yang nantinya digunakan untuk menghadapi negara lain maupun
aktor internasional lainnya. Dan tindakan-tindakan ini dituangkan dalam
terminologi kepentingan nasional.16
Kepentingan nasional sendiri dengan aktor negara sebagai penentu
kebijakan dalam pengambilan keputusan memiliki peranan penting demi menjaga
hubungan dengan aktor lain dalam hubungan internasional. Tujuan pencapaian
kepentingan nasional sendiri sebagai pemenuhan atas apa yang menjadi
kesejahteraan bagi masyarakat dalam lingkungan negara. Inilah yang menjadikan
faktor internal berpengaruh atas rancangan kepentingan nasional. Faktor-faktor
internal yang menjadi pengaruh atas dirancangnya kepentingan nasional suatu
negara meliputi kondisi ekonomi, politik, keamanan, maupun sosial dan budaya
negara tersebut. Di sisi lain kepentingan nasional tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor internal negara. Pemenuhan kebutuhan atas power dalam hal ini
pengakuan negara lain terhadap negara juga menjadi asas terbentuknya rancangan
kepentingan nasional sebuah negara.
Peneliti internasional lain seperti Holsti menambahkan bahwa kepentingan
nasional merupakan semua tindakan yang dilakukan suatu negara atau aktor
negara terhadap faktor-faktor eksternal dalam upaya pemenuhan kepentingan
nasional dan memperoleh keuntungan dari lingkungan ekternal tersebut.17
lebih
jauh kepentingan nasional juga dipandang sebagai bentuk keberpihakan atau
16 Jack C. Plano dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung:
Abardin, hal. 5.
17
K.J. Holsti, 1992. Politik International: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Bina
Cipta, hal. 21.
16
tidaknya suatau aktor internasional seperti negara dan diwujudkan dalam bentuk
kebijakan luar negeri aktor tersebut dalam hal ini negara.
Lebih jelas Holsti menjabarkan yang menjadi kepentingan nasional suatu
negara dibagi atas tiga hal. Core values, adalah apa-apa yang menjadi sesuatu
yang penting dalam pemenuhan kepentingan nasional suatu negara dan ini terkait
atas eksistensi negara tersebut, kedua adalah middle range objectives yang mana
pemenuhan kebutuhan negara tersebut didasari atas perbaikan dan peningkatan
usaha perekonomian, ketiga adalah long range goals yang terkait dengan hal-hal
idealistik yang mana bahasan ini lebih kepada upaya-upaya yang dilakukan aktor
negara dalam menjaga kemanan dan ketertiban dunia.
Dengan menggunakan konsep yang dijabarkan oleh Holsti maka konsep
kepentingan nasional mampu menjadi sebuah konsep yang digunakan dalam
menganalisa Kerjasama perdagangan Australia-Cina Freetrade Agreement 2015.
Konsep yang digunakan terkait upaya Australia dalam meningkatkan nilai
ekonominya, meskipun melalui proses negosiasi yang panjang hingga sejak tahun
2008 terkait rencana kerjasama yang akan dilaksanakan. Meskipun mendapatkan
penolakan oleh masyarakat Australia dalam hal ini Partai Buruh.
I.E.2 Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy)
Dalam menganalisa hubungan internasional, kebijakan luar negeri juga
menjadi hal yang penting untuk dianalisa. Dalam hal ini kebijakan luar negeri
Australia dalam upayanya untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Kebijakan
luar negeri sendiri memberikan pedoman bagaimana menjelaskan negara dalam
17
membuat kebijakan menghadapi kondisi ekternal yang kemudian kondisi ini
menuntut negara melakukan tindakan atas kondisi tersebut demi mempertahankan
kelangsungan negara.18
Kebijakan luar negeri merupakan segala bentuk tindakan yang dilakukan
para pengambil kebijakan dan negara dalam merespon lingkungan eksternal.
Tindakan yang dilakukan tersebut didasari oleh pedoman negara yang telah
dijabarkan dalam sasaran-sasaran pencapaian yang lebih spesifik. 19
Negara dalam menjalankan kebijakan luar negeri secara garis besar hal-hal
yang diperhatikan dibagi atas 4 hal. Pertama keamanan atau security, yang
mencakup bahasan tentang kekuatan militer dan diplomasi, kedua kesejahteraan
atau welfare, yang mencakup bahasan tentang pemenuhan kebutuhan demi
kesejahteraan masyarakat, dengan terpenuhi apa-apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat secara sosial dan peningkatan derajat ekonomi. Ketiga, autonomy atau
otonomi, pembahasan tentang cakupan kebijakan yang mengarah pada kebijakan
negra tersebut dalam tingkat domestik, regional maupun global. Keempat adalah
Statue and prestige, dengan tercapainya ketiga capaian sebelumnya yang meliputi
keamanan, kesejahteraan dan otonomi maka ini akan menjadi citra baik bagi
negara tersebut dalam hubungannya dengan negara lain dan eksistensi negara
tersebut di dunia internasional.20
18 James N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976. World Politics: An
Introduction. New
19 Ibid
20
K.J. Holsti, 1992. Politik International: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Bina Cipta, hal.
84
18
Dalam kebijakan luar negeri yang dilakukan oleh Australia dan Cina
dengan terjalinnya hubungan kerjasama perdagangan dalam Australia-Cina Free
Trde Agreement 2015. Menjadikan tujuan ekonomi dan kesejahteraan sebagai
salah satu faktor yang melatar belakangi Australia dalam kebijakan luar negerinya
untuk menyetujui kerjasama perdagangan dengan Cina. Namun penolakan terjadi
dari pihak partai buruh sebagai bagian dari element masyarakat Australia.
I.E.3 Konsep Kerjasama Internasional
Perspektif neorealis melalui asumsinya bahwa kerjasama internasional
sulit tercapai. Namun kerjasama internasional dapat tercapai meskipun
peluangnya kecil. Kesamaan dalam kepentingan nasional serta adanya keuntungan
yang diperoleh merupakan syarat terjadinya kerjasama internasional. Ditambah
adanya kenyataan bahwa kerjasama internasional dilihat sebagai cara efektif
dalam menyelesaikan berbagai masalah ekonomi, politik, dan sosial.
Axelrod dan Keohane menyebutkan terdapat tiga kondisi dimana suatu
negara diharuskan melakukan kerjasama, yakni mutuality of interest, shadow of
future, dan numbers of players. Pertama, kondisi mutuality of interest dimana
negara-negara di dunia akan melakukan kerja sama ketika terdapat kepentingan
yang sama. Kedua, shadow of future sebagai ekspetasi di masa depan yang akan
lebih baik jika melakukan kerja sama.21
Dengan kata lain shadow of future melihat kerjasama sebagai cara untuk
membentuk kepentingan nasional yang sama. Kemudian terdapat tiga faktor yang
21
Robert Axelrod dan Robert Keohane, World Politics, (America: The Johns Hopkins
University Press, 1985), Hal. 226.
19
membentuk kondisi shadow of future, yakni long time horizon (potensi kerjasama
jangka panjang), regularity of stakes (peraturan yang berlaku), reliability of
information about others action (mendapatkan informasi suatu negara), dan quick
feedback (keputusan yang cepat dan positif).22
Ketiga, kondisi numbers of players membentuk kerjasama atas dasar
banyak atau tidaknya aktor negara yang terlibat. Kerjasama yang terbentuk dalam
kondisi ini biasanya berupa organisasi atau institusi internasional. Berbagai
kepentingan yang ada dari aktor negara yang terlibat membentuk suatu institusi
internasional nantinya akan melahirkan kepentingan baru atas kesepakatan
institusi itu sendiri.23
Konsep ini dipilih untuk memberikan gambaran terhadap faktor kerjasama
sebagai penyebab Australia menandatangani AChFTA. Kemudian secara
mendalam akan menganalisis dasar pembentukan kerjasama tersebut melalui
pendekatan yang dipaparkan oleh Axelrod dan Keohane.
I.E.4 Konsep Rational Choice
Pada dasarnya konsep ine merupakan gabungan antara ilmu ekonomi dan
ilmu politik. Peter Abell menjelaskan rational choice muncul disebabkan tindakan
aktor negara memaksimalkan berbagai pilihan terhadap kondisi tertentu. Beberapa
pertimbangan terkait pengambilan rational choice, meliputi kejelasan konsep
22 Ibid., Hal. 255.
23 Robert Axelrod dan Robert Keohane, World Politics, (America: The Johns Hopkins
University Press, 1985), Hal. 226.
20
tujuannya, ketelitian perhitungan kemungkinan, dan penerapan pengetahuan
terkait cara dan sumberdaya yang tersedia dengan tepat.
Rational choice dapat dinyatakan proses pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh negara sebagai aktor tunggal. Dasar pemikirannya adalah
perhitungan cost-benefit maksudnya melihat keuntungan dan kerugiannya jika
memilih salah satu pilihan dibandingkan dengan pilihan lainnya. Selain itu
mengedepankan value-maximizing yang maksudnya mendapatkan keuntungan
sebesar-besarnya.24
Mintz dan DeRouen beberapa faktor yang mempengaruhi proses
terbentuknya rational choice dalam pengambilan kebijakan luar negeri, meliputi
akuntabilitas, resiko, ambiguitas, keterbatasan informasi, keterbatasan waktu,
setting interaktif, setting dinamis dan statis, serta kesamaan. Sebenarnya konsep
rational choice itu merupakan salah satu bagian dari pembentukan kebijakan luar
negeri menurut Graham T. Allison. Adapun dua lainnya selain rational choice
adalah proses organisasi dan politik-birokratik. 25
Dalam menganalisis penelitian ini konsep rational choice digunakan untuk
menjelaskan bagaimana suatu negara mengambil keputusan tertentu. Dimana
keputusan tersebut sebagai pilihan rasionalnya terhadap beberapa pilihan alternatif
lainnya. Selain itu pemilihan konsep ini berdasarkan kebutuhan untuk melihat
perilaku suatu negara dalam sistem internasional sesuai pendekatan untung-
24 G. Allison dan P. Zelikow, Essence of Decision Explaining the Cuban Missile Crisis,
(London: Longman, 1999). Hal. 56.
25
Alex Mintz dan Karl Derouen, Understanding Foreign Policy Making Decision, (New
York: Cambridge University Press, 2010). Hal. 45.
21
ruginya. Dalam konteks ini akan menganalisis penandatanganan yang dilakukan
oleh Australia terhadap AChFTA sebagai bentuk rational choice dari berbagai
alternatif yang ada.
I.F Metodologi Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif dan
bersifat deskriptif analisis. Dalam pengertiannya metode kualitatif diartikan
sebagai sebuah penelitian yang bedasarkan latar ilmiah dan tujuan dari penelitian
tersebut adalah menjelaskan fenomena yang terjadi dengan langkah-langkah
ilmiah. Metode kualitatif yang penulis gunakan dirasa tepat untuk menganalisis
faktor-faktor yang melatarbelakangi Australia dalam menyetujui Australia-Cina
Free Trade Agreement.
Data yang menjadi sumber dari penelitian yang menggunakan metode
kualitatif adalah data diperoleh dari sumber yang didapat melalui wawancara
selain itu sumber tertulis yang berupa berita, jurnal, artikel menjadi data
tambahan. Maka dari itu penulis dalam hal ini mencari data tambahan yang
dipandang relevan dalam melengkapi penelitan dan memantau perkembangan
kasus yang menjadi objek penelitian yang didapat melalui kumpulan jurnal, koran
dan media cetak, media berita online, dokumen resmi yang dikeluarkan
pemerintah australia melalui Australian White Paper.
Dalam penelitian yang penulis lakukan sumber data primer bersumber dari
wawancara yang dilakukan bersama peneliti LIPI sebagai bahan pertimbangan
bagi analisis penelitian. Ditambah dengan Direktur Bidang Kerjasama untuk Asia
22
Timur Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia dan Direktur Kerjasama
Australia. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari analisis studi pustaka
yang bersumber dari buku, jurnal, artikel, website internet, dan dokumen resmi
yang dikeluarkan oleh masing-masing negara seperti Australian White Paper.
Dalam melakukan pencarian referensi guna studi pustakan data diperoleh dari
beberapa perpustakaan seperti perpustakaan FISIP UIN Jakarta, Perpustakaan
Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Kementrian Luar Negeri RI, dan Perpustakaan
Universitas Indonesia. Selebihnya analisis jurnal menggunakan website portal
jurnal yang dapat diakses melalui jaringan kampus FISIP UIN Jakarta. Untuk
memantau perkembangan dari object penelitian penulis memantau berita terkini
melalui website resmi pemerintah Australia dan Cina serta mengikuti pemberitaan
melalui portal berita internasional yang berada di laman website.
I.G Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi dalam lima bab, dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab I merupakan bab pendahuluan meliputi pernyataan masalah, pertanyaan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran,
metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II membahas tentang kebijakan ekonomi Australia berdasarkan perdana
menteri yang menjabat dari tiga periode sebelumnya sampai sekarang. Ketiga
perdana menteri tersebut, yakni masa Kevin Rudd (Periode 2013), masa Tony
Abbot (2013-2015), dan masa Malcolm Turnbull (2015-sekarang). Perdana
23
Menteri yang menjabat dari Partai Liberal lebih cenderung mendukung kerjasama
dengan Cina. Sebaliknya Partai Buruh melalui Perdana Menterinya menolak
untuk berkerjasama dengan Cina.
Bab III membahas terkait kerjasama ekonomi antara Australia dengan Cina.
Dalam sub babnya akan menjelaskan sejarah hubungan Australia-Cina, hubungan
ekonomi Australia-Cina, dan dikaitkan dengan stabilitas ekonomi Cina.
Bab IV menjelaskan tentang analisis dari kosep kepentingan nasional, kebijakan
luar negeri, rational choice, dan kerjasama internasional yang dikaitkan dengan
beberapa sub bab, meliputi kepentingan nasional Australia, rational choice
Australia, dan kerjasama Australia-Cina.
Bab V kesimpulan
24
BAB II
KEBIJAKAN EKONOMI AUSTRALIA
Bagian ini akan menjelaskan berbagai kebijakan ekonomi dari ketiga
perdana menteri Australia. Dimana setiap perdana menteri memiliki beragam dan
fokus masing-masing pada kebijakan ekonominya. Perdana Menteri tesebut
adalah Kevin Rudd (2007-2013), Tony Abbott (2013-2015), dan Malcolm
Turnbull (2015-sekarang). Dijelaskan juga dinamika ekonomi yang terjadi di
setiap perdana menterinya.
Dalam penjelasannya juga dari ketiga perdana menteri tersebut dikaitkan
dengan hubungan kerjasama dengan Cina. Secara tidak langsung akan berkaitan
kontestasi antara Partai Buruh dan Partai Liberal sebagai dua partai besar yang
sangat mempengaruhi kebijakan dari ketiga perdana menteri tersebut. Nantinya
akan melihat perkembangan hubungan ekonomi dengan Cina dari setiap
periodenya.
II.A Kebijakan Ekonomi Masa Pemerintahan Kevin Rudd (2007-2013
Kevin Michael Rudd Perdana mentri Australia yang terpilih pada 2007.
Lahir di Desa Nambour. Dirinya mulai memutuskan untuk berpolitik ketika
bergabung dengan Partai Buruh pada 1972. Pada Pemilihan Umum (Pemilu)
2007 Kevin Rudd mendapatkan kemenangan mutlak dari lawannya, yakni John
Howard. Kevin Rudd merupakan perwakilan dari Partai Buruh dengan dukungan
yang begitu tinggi di masyarakat Australia. Partai Buruh memperoleh 823 kursi,
Partai Liberal dengan 55 kursi, dan Partai Nasional sebanyak 10 kursi.
25
Terpilihnya Kevin Rudd sebagai Perdana Menteri yang baru secara langsung
mengakhiri dominasi kelompok konservatif dengan pimpinan John Howard
selama 11 tahun.26
Australia dibawah kepemimpinannya sangatlah terbuka terhadap negara-
negara Asia. Dimana kebijakan yang cenderung kepada Asia berbeda dengan
pemimpin sebelumnya. Dapat dikatakan Kevin Rudd melunak terhadap beberapa
negara Asia, seperti Tiongkok, Indonesia, Jepang, dan lainnya. Bahkan sebagian
besar masyarakat Australia mengetahui bahwa Kevin Rudd memiliki kepribadian
dekat terhadap Asia. Dengan kata lain tidak selamanya mengacu pada koalisinya
dengan Amerika.27
Dalam kebijakan ekonominya pemerintahan Kevin Rudd memiliki fokus
pada produktivitas nasional melalui kerja sama dalam bidang bisnis, serikat
pekerja, dan antar pemerintah. Ditegaskan juga bahwa kerjasama dengan negara-
negara Asia terkait sumber daya energi mampu mengatasi masalah ekonomi
Australia.28
Mengingat pertumbuhan ekonomi pada masa pemerintahannya
bergantung pada sektor pertambangan.
Kevin Rudd sangat berhati-hati dalam kebijakan ekonominya apakah harus
tetap berkoalisi dengan Amerika atau menjalin hubungan perdagangan dengan
26 Australian Electoral Commission, 2007 Federal Election House of Representation First
Preferences by Party, diakses pada 17 Desember 2017 dari
http://results.aec.gov.au/13745/Website/HouseDownloadsMenu-1375-csv.htm
27 Michael Wesley, The Howard Paradox: Australia Diplomacy in Asia 1996-2006,
(Sydney: ABC Books, Australia), 2007.
28 Priyambodo, “Usai Lompatan Ekonomi Cina, Australia di Persimpangan Jalan,”
Artikel diakses pada 18 Desember 2017 dari https://www.antaranews.com/berita/384839/usai-
lompatan-ekonomi-china-australia-di-persimpangan-jalan
26
Cina sebagai cara untuk memperbaiki ekonomi negaranya. Tetapi Kevin Rudd
cenderung ingin bekerjasama dengan negara Asia, terkhusus Cina. Dirinya
menilai dengan mengekspor hasil tambangnya ke Cina akan meningkatkan
ekonomi Australia.29
Beberapa kebijakan ekonominya secara internasional dengan
beberapa negara Asia, seperti Australia-Indonesia pada 2010, Australia-Malaysia
pada 2011, dan Australia-Cina pada 2010 meskipun tidak mendapatkan titik
temunya.30
Pada Mei 2010 pemerintahan Australia menandatangani kerjasama
ekonomi dengan Cina di sektor pertambangan sebesar 10 miliar dollar Amerika.
Cina juga melakukan investasi terhadap sektor pertambangan Australia mencapi
60 miliar dollar Amerika. Pemerintahan Kevin Rudd menilai Cina sebagai mitra
dagang terbesar bagi Australia. Terbukti nilai perdagangan Australia-Cina
mencapai 17 persen dari total perdagangannya.31
Kerjasama ekonomi tersebut juga meliputi beberapa sektor, seperti
pengadaan barang dan jasa, konstruksi, rel kereta api, pelabuhan, dan
telekomunikasi. Fortescue Metals Group Ltd dengan China Gezhouba Group Co
adalah kerjasama bidang pengadaan barang dan jasa serta konstruksi. Karara
Mining Ltd dengan China Development Bank Corp sebagai kerjasama
29 Harry Bhaskara, “Majalah The Economist Dukung Kevin Rudd,” Artikel diakses pada
1 Desember 2017 dari
ekonomi.kompas.com/read/2013/08/31/1021261/Majalah.The.Economist.Dukung.Kevin.Rudd
30
“Mengharapkan Kevin Rudd,” Artikel diakses pada 18 Desember 2017 dari
hangga.staff.uii.ac.id/2013/06/25/mengharapkan-kevin-rudd-2-0/
31 “Australia-Cina Kerjasama US 8,8 Miliar,” Artikel ini diakses pada 17 Desember 2017
dari http://internasional.kontan.co.id/news/australia-china-kerja-sama-us-88-miliar-1
27
pembangunan rel kereta api dan pelabuhan di Oakajee, Australia Barat senilai
US$ 1,2 miliar.32
Operator telekomunikasi terbesar di Australia, Telstra Corp., menunjuk
ZTE Corp. sebagai pemasok handset-nya. China juga bakal menggerjakan proyek
tambang batubara senilai US$ 8 miliar di Bowen, Queensland yang setiap tahun
bisa mengekspor batubara senilai AU$ 4 miliar hingga 25 tahun ke depan.33
Sedangkan secara domestik Kevin Rudd dalam kebijakan ekonominya
dikenal dengan „Pakta Produktivitas Nasional‟ dengan tujuan menjaga
pertumbuhan ekonomi Australia sebesar 2 persen. Penerapan kebijakan
ekonominya dilakukan dengan memberikan dana tambahan kepada para
pengangguran dan orang tua tunggal. Disamping itu juga berfokus pada
pengurangan angka PHK di Queensland. Wilayah Queensland memiliki angka
pengangguran tertinggi dari lainnya sebesar 6,4 persen.34
Kerjasama dengan negara Asia, terkhusus Cina dengan harapan mampu
memperbaiki keadaan ekonominya. Terbukti dengan disetujuinya kerjasama
dalam berbagai sektor, terkhusus sektor pertambangan. Mengingat sektor
pertambangan sebagai andalannya maka pada masa pemerintahannya melakukan
32 “Australia-Cina Kerjasama US 8,8 Miliar,” Artikel ini diakses pada 17 Desember 2017
dari http://internasional.kontan.co.id/news/australia-china-kerja-sama-us-88-miliar-1
33 “Australia-Cina Kerjasama US 8,8 Miliar,” Artikel ini diakses pada 17 Desember 2017
dari http://internasional.kontan.co.id/news/australia-china-kerja-sama-us-88-miliar-1
34 Radio Australia, “Rudd Pertimbangkan Tambah Dana bagi Pengangguran untuk
Tandingi Oposisi,” Artikel diakses pada 19 Desember 2017 dari
m.radioaustralia.net.au/indonesia/2013-07-11/rudd-pertimbangkan-tambah-dana-bagi-
pengangguran-untuk-tandingi-oposisi-/115998
28
ekspor ke Cina. Ditambah dengan beberapa sektor lain yang dinilai memiliki
potensi.
Penandatanganan Kyoto Protokol sangat berkaitan kuat dengan kemajuan
atau kemunduran perekonomian Australia. Setelah meratifikasi perjanjian tersebut
Kevin Rudd membuat kebijakan terkait pajak karbon yang berlaku bagi 75.000
pengusaha penghasil emisi dengan jumlah yang banyak. Namun kebijakan
tersebut mendapat kritikan dari berbagai kalangan, seperti Pemerintah Oposisi dan
Partai Liberal. Dimana kebijakan tersebut justru membuat harga kebutuhan pokok
mengalami kenaikan sebab seluruh perusahaan membebankan pajak kepada
konsumen.35
Pada 13 November 2013 Kevin Rudd mengundurkan diri sebagai perdana
Menteri Australia. Beberapa kemajuan besar yang dilakukan pada masa
pemerintahannya, yakni meratifikasi Kyoto Protokol, membuka kerjasama
ekonomi dengan beberapa negeri Asia terkhusus Cina, dan berhasil mengeluarkan
Australia dari krisis global pada 2008.36
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kebijakan ekonomi masa
pemerintahan Kevin Rudd berfokus pada peningkatan pertumbuhan ekonomi
negaranya. Peningkatannya dilakukan secara domestik dan internasional.
Penambahan dana terhadap pengangguran, orang tua tunggal, dan penurunan PHK
sebagai target perbaikan domestiknya. Sedangkan secara internasional dilakukan
35
Yuliasih, Amalia. Dampak Politik dan Ekonomi Penghapusan Pajak Karbon pada Masa
Pemerintahan Tony Abbott Tahun 2014. eJournal Hubungan Internasional. 6 (1) 181-194, 2016.
36
L. Sastra Wijaya, “Kevin Rudd: Politisi Paling Populer dan Paling Kontroversial,”
Artikel diakses pada 19 Desember 2017 dari m.radioaustralia.net.au/indonesia/2013-11-1/kevin-
rudd-politis-paling-populer-dan-paling-kontroversial/1219562
29
melalui kerjasama ekonomi dengan beberapa negara Asia dan meratifikasi
Protokol Kyoto.
II.B Kebijakan Ekonomi Masa Pemerintahan Tony Abbot (2013-2015)
Tony Abbott terpilih sebagai Perdana Menteri Australia ke-28 dengan
kemenangan 65 persen dari lawannya. Pemimpin Partai Liberal Australia, Tony
Abbott menyingkirkan Partai Buruh yang mengusung Kevin Rudd. Dalam
kampanyenya Abbott untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi berfokus pada
pemotongan pajak, membuat (Anggaran, Pendapatan, Belanja, dan Negara)
APBN Australia Surplus, dan memangkas anggaran bantuan luar negeri
Australia.37
Pengalaman dirinya di dunia politik yang banyak, seperti pada 1996
sebagai Sekretaris Parlemen untuk Menteri Tenaga Kerja, Pendidikan, Pelatihan,
dan Urusan Pemuda. Pada Pemilu 1998 pernah menjadi Menteri Layanan
Ketenagakerjaan. Diangkat sebagai Menteri Tenaga Kerja, Hubungan Kerja, dan
Bisnis Kecil pada 2001. Pemilu 2007 diangkat menjadi Menteri Kesehatan dan
sebelum menjadi perdana menteri sempat menjadi pemimpin oposisi pada 2009.38
Dalam kebijakannya pemerintahan Tony Abbott akan menghemat
pengeluarannya sebesar 46 milyar Dollar. Terkait permasalahan produksi karbon
dari seluruh perusahaan membuat Abbot menghapus pajak karbon yang disetujui
37 “2013: Abbott Terpilih Menjadi PM Australia,” Artikel diakses pada 21 Desember
2017 dari http://mediaindonesia.com/news/read/7065/2013-abbott-terpilih-menjadi-pm-
australia/2015-09-07
38
Edwin Renaldi, “Sosok Tony Abbott, Perdana Menteri Australia ke-28,” Artikel
diakses pada 21 Desember 2017 dari http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-09-
07/sosok-tony-abbott-perdana-menteri-australia-ke28/1187391
30
oleh parlemen. Tetapi dirinya telah menggantikan pajak karbon dengan kebijakan
ekonomi lainnya yang dinilai lebih efektif. Kebijakan tersebut dikenal sebagai
Carbon Farming Initiative Amandement Bill 2014 yang memungkinkan seluruh
perusahaan dapat beroperasi kembali tanpa memikirkan gas emisi. Dimana
kebijakan tersebut mampu memperbaiki ekonomi Australia.39
Pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan Australia kepada pemerintah
sebesar 23 dollar Australia per ton. Tepatnya kebijakan ini dimulai pada 30 Juni
2014. Adapun sektor perusahaan yang wajib membayar pajak karbon, meliputi
sektor listrik, limbah, pertambangan, gas, penerbangan, transportasi, dan
penggunaan mesin dingin.40
Kebijakan pajak karbon sebenarnya memiliki
kesamaan dengan ratifikasi Kyoto Protokol oleh Kevin Rudd. Namun Abbott
lebih memilih menghapusnya dan menggantikannya dengan kebijakan pajak
lainnya.
Permasalahan emisi di Australia memiliki dimensi politik dan ekonomi.
Penghapusan atau penurunan pajak karbon yang dicanangkan oleh Abbott
diharapkan mampu memperbaiki ekonomi domestik Australia. Terbukti beberapa
dampak positif dari penurunan pajak, meliputi terjadinya penurunan biaya hidup
rata-rata sebesar 550 dollar Australia, pengurangan harga lisrik, dan gas.
Berdampak positif juga terhadap usaha bisnis di Australia berupa penghilangan
39 Amalia Yuliasih, Dampak Politik dan Ekonomi Penghapusan Pajak Karbon pada
Masa Pemerintahan Tony Abbott Tahun 2014, eJournal Hubungan Internasional, 6 (1) 181-194,
2016.
40 Amalia Yuliasih, Dampak Politik dan Ekonomi Penghapusan Pajak Karbon pada
Masa Pemerintahan Tony Abbott Tahun 2014, eJournal Hubungan Internasional, 6 (1) 181-194,
2016.
31
biaya administrasi dan kewajiban lainnya sebanyak 85 miliar dollar Australia
setiap tahunnya.41
Di samping itu terjadi peningkatan konsumsi energi yang diikuti dengan
menaiknya produk yang dihasilkan. Peningkatan konsumsi energi dan produk
dihasilkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Australia tanpa dikenakan
pajak yang tinggi. Berikut adalah rincian konsumsi energi dari sektor industri di
Australia, sebagai berikut :
Tabel II.1 Konsumsi Energi Tahun 2013-2016
Sumber : Australia Government-Department of Industry, Innovation, and
Science, Australian Energy Update 2013-2016, Artikel diakses
pada 25 Desember 2017 dari http://www.industry.gov.au/Office-
41 Australia Goverment-Department of Environment and Energy, Artikel diakses pada 25
Desember 2017 dari http://www.environment.gov.au/climate-change/emissions-reduction-
fund/publications/what-it-means-for-you
32
of-the-Chief-Economist/Publications/Pages/Australian-Energy-
Statics.aspx#>
Sesuai dengan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa peningkatan
penggunaan energi pada beberapa sektor dari 2012-2015. Sektor transportasi dan
listrik sebagai tingkat tertinggi dalam penggunaan sumber energi di Australia.
Sedangkan sektor pembangunan dan lain-lain sangat rendah dalam pemanfaatan
energi. Ini dapat diindikasikan kebijakan Tony Abbot mampu memaksimalkan
energi untuk kebutuhan masyarakat Australia.
Kebijakan luar negeri Tony Abbott dalam bidang ekonomi adalah dengan
mengadakan pertemuan G-20 pada 2014. Pertemuan tersebut Australia
menginginkan adanya penciptaan lapangan kerja, mengatasai penyelewangan
pajak, dan penguatan ekonomi global. Dimana Tony Abbott dalam pertemuan
tersebut enggan untuk membahas permasalahan iklim yakni pengurangan gas
karbon. Hal tersebut akan merugikan perekonomian Australia secara domestik.
Terbukti dengan adanya kritikan dari Cina dan Amerika terhadap Australia yang
tidak ingin mengurangi gas karbon dan emisi.42
Secara garis besar kebijakan ekonomi masa pemerintahan Tony Abbot
berfokus pada kebijakan penghapusan pajak karbon untuk memperbaiki
perekonomian Australia. Dimana kebijakan tersebut berhasil menurunkan biaya
pengeluaran masyarakat Australia dan meningkatkan produksi dari sebagian besar
industri. Tony Abbot tidak memperdulikan isu lingkungan yang sedang terjadi di
Australia, yakni pengurangan emisi karbon.
42 “Isu Ekonomi Fokus Pertemua G-20”, Artikel diakses pada 21 Desember 2017 dari
https://nasional.sindonews.com/read/924583/149/isu-ekonomi-fokus-pertemuan-g-20-1416029708
33
Di sisi lainnya justru kebijakan penghapusan pajak karbon membuat
hubungan Australia dengan Cina, Amerika, dan beberapa negara Asia yang
terlibat dalam Kyoto Protokol semakin renggang. Hal tersebut disebabkan
Australia tidak mengimplementasikan esensi Kyoto Protokol berupa pengurangan
emisi karbon sebesar 5 persen. Sedangkan pada masa sebelumnya, yaitu Kevin
Rudd berfokus pada masalah iklim di Australia dan menjaga hubungan baik
dengan Amerika, Cina, dan negara Asia lainnya melalui ratifikasi Kyoto Protokol.
II.C Kebijakan Ekonomi Masa Pemerintahan Malcolm Turnbull (2015-
Sekarang)
Malcom Turnbull menjadi Perdana Menteri Australia ke-29. Sebelumnya
Malcolm sempat menggeser posisi Tony Abbott dalam internal Partai Liberal.
Mengundurkan diri dari Menteri Komunikasi dan lebih memilih untuk menantang
Tony Abbott di Pemilihan Umum 2015.43
Awal karir politik dimulai ketika
terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Setelah itu menjabat
sebagai Menteri Lingkungan dan Air pada masa pemerintahan Kevin Rudd.44
Pada 2008 Turnbull berhasil menjabat sebagai pemimpin Partai Liberal.
Selama kampanyenya berfokus pada kritik terhadap kegagalan Tony Abbott untuk
menjaga hubungan dengan Cina. Sedangkan Turnbull mengatakan kepada
43
Ardyan Mohamed, „‟Malcolm Turnbull jadi PM Australia, Apa Dampaknya buat
İndonesia, ‟‟ Artikel ini diakses pada 22 Desember 2017 dari
https://www.merdeka.com/dunia/malcolm-turnbull-jadi-pm-australia-apa-dampaknya-buat-
indonesia.html 44
Amanda Puspitasarı, „‟Lima Hal Soal Perdana Menteri Baru,‟‟ Artikel diakses pada 22
Desember 2017 dari https://www.cnnindonesia.com/internasional/20150915115439-113-
78815/lima-hal-soal-perdana-menteri-baru-australia/
34
masyarakat akan menjaga hubungan baik kembali dengan Cina dan Amerika.45
Masa pemerintahannya sangat menitikberatkan pada pembangunan domestik,
seperti pengurangan pengangguran dan dukungan terhadap berbagai usaha
bisnis.46
Kebijakan luar negeri Australia dalam bidang ekonomi adalah
penyeimbangan hubungan antara aliansi lama (Amerika Serikat) dengan aliansi
baru (Cina). Hal tersebut dilakukan sebab hubungan Cina-Australia sempat
memanas pada masa Tony Abbott. Hal tersebut tertuang dalam buku putih
kebijakan luar negeri Australia. Secara tidak langsung Australia menghargai
Amerika dengan kekuatan militer yang masih kuat. Sedangkan permasalahan
ekonomi Australia bergantung pada Cina.47
Nampak sangat pragmatis kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh
Turnbull untuk mengamankan Australia. Berbeda dengan masa pemerintahan
Kevin Rudd yang langsung beralih memperkuat hubungan dengan Cina dan
mengurangi hubungannya dengan Amerika. Ada kecemasan tersendiri bagi
45
Ardyan Mohamed, „‟Malcolm Turnbull jadi PM Australia, Apa Dampaknya buat
İndonesia, ‟‟ Artikel ini diakses pada 22 Desember 2017 dari
https://www.merdeka.com/dunia/malcolm-turnbull-jadi-pm-australia-apa-dampaknya-buat-
indonesia.html 46
Veherdimanto, „‟Malcolm Turnbull Fokus pada Perbaikan Ekonomi Australia,‟‟ Artıkel
diakses pada 22 Desember 2017 dari http://www.zonalima.com/artikel/4746/Malcolm-Turnbull-
Fokus-pada-Perbaikan-Ekonomi-Australia/ 47
Farid M. İbrahim, „‟Australia Umumkan Buku Putih Kebijakan Luar Negerinya,‟‟
Artikel diakses pada 24 Desember 2017 dari
http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/australia-umumkan-buku-putih-kebijakan-luar-
negerinya/9185396
35
Turnbull untuk berkerjasama dengan Cina. Disebabkan Cina menganut sistem
otoritarianisme yang cenderung sulit untuk diprediksi.48
Puncak kerjasama ekonomi Australia-Cina ketika ditandatanganinya
Australia-China Free Trade Agreement (AChFTA) pada 2015. Terdapat
kesamaan dengan perdana menteri sebelumnya, yakni Kevin Rudd untuk menjalin
dan memperkuat hubungan dengan beberapa negara ASEAN, terkhusus İndonesia
dan Singapura dalam kerjasama ekonomi. Terbukti dengan dilaksanakannya
pertemuan Australia-ASEAN pada 2016. Dimana pertemuan tersebut akan
dilakukan kembali pada 2018 dengan Australia sebagai tuan rumahnya.49
Dalam pidatonya di Laos pada 2016 Malcom Turnbull menyebutkan
adanya penguatan hubungan ekonomi Australia-ASEAN diantara kalangan
pebisnis, sektor swasta, dan mitra strategis.50
Hubungan ekonomi Australia-
ASEAN itu sendiri merupakan pertama kali dilaksanakan. Biasanya kerjasama
ekonomi dilakukan hanya antara Australia dengan satu atau beberapa negara
ASEAN tapi tidak terlibat secara institusi.51
48
Farid M. İbrahim, „‟Australia Umumkan Buku Putih Kebijakan Luar Negerinya,‟‟
Artikel diakses pada 24 Desember 2017 dari
http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/australia-umumkan-buku-putih-kebijakan-luar-
negerinya/9185396 49
„‟PM Turnbull Undang Pemimpin Negara ASEAN ke Australia,‟‟ Artikel diakses pada
27 Desember 2017 dari http://kabarkampus.com/2016/09/pm-turnbull-undang-pemimpin-negara-
asean-ke-australia/ 50
„‟PM Turnbull Undang Pemimpin Negara ASEAN ke Australia,‟‟ Artikel diakses pada
27 Desember 2017 dari http://kabarkampus.com/2016/09/pm-turnbull-undang-pemimpin-negara-
asean-ke-australia/ 51
„‟PM Australia Mengundang Para Pemimpin ASEAN Menghadiri KTT Istimewa di
Canberra pada 2018,‟‟ Artikel diakses pada 24 Desember 2017 dari http://vovworld.vn/id-
ID/berita/pm-australia-mengundang-para-pemimpin-asean-menghadiri-ktt-istimewa-di-canberra-
pada-tahun-2018-468249.vov
36
Kebijakan ekonomi masa pemerintahan Malcolm Turnbull cenderung
memperkuat hubungan kembali dengan Cina sebagai mitra dagang terbesar.
Dimana kerjasama tersebut terganggu masa pemerintahan Tony Abbott. Selain itu
Australia juga menjaga hubungan baik dengan Amerika sebagai bentuk
pengamanan negaranya. Sedangkan secara domestik Turnbull berfokus pada
pengurangan pengangguran dan dukungan terhadap berbagai usaha bisnis.
Jadi, ketiga perdana menteri tersebut memiliki perbedaan dalam
menentukan kebijakan ekonominya. Kevin Rudd cenderung berkerjasama dengan
negara-negara Asia, khususnya Cina. Tony Abborr berfokus pada penghapusan
Kyoto Protokol yang membuat hubungan ekonomi dengan Cina dan Amerika
memburuk. Malcolm Turnbull membuka hubungan ekonomi kembali dengan
Cina tetapi tetap menjaga hubungan baik dengan Amerika.
37
BAB III
KERJASAMA EKONOMI AUSTRALIA-CINA
Pada bab ini akan memberikan gambaran berupa awal mula atau sejarah
hubungan Australia-Cina dimulai. Dimulai dari terbukanya politik isolasi Cina
hingga sekarang. Dilanjutkan dengan kerjasama ekonomi Australia-Cina dengan
pemaparan melalui sejarah juga. Dikaitkan dengan stabilitas ekonomi Cina baik
secara global maupun regional.
III.A Sejarah Hubungan Australia-Cina
Terbukanya politik isolasi Cina dari peristiwa Revolusi Budaya 1971
membuat beberapa negara ingin membuka hubungan baru dengan Cina, seperti
Italia, Kanada, dan khususnya Australia. Proses tercapainya kesepakatan
Australia-Cina untuk melakukan hubungan sangatlah panjang. Terdapat dua
permasalahan yang harus diselesaikan oleh Australia untuk membuka hubungan
dengan Cina, yakni pengakuan One China Policy (tidak mengakui Taiwan) dan
dukungan Cina menjadi anggota PBB dan menyingkirkan Taiwan.52
Australia akan mengakui kebijakan One China jika Beijing mengakui
Deklarasi Universal HAM dan pelarangan penggunaan kekerasan. Cina dipandang
penting oleh Australia sebagai penyeimbang ekonomi dan militer di kawasan
Asia-Pasifik selain Amerika. Hal tersebut yang membuat Australia melakukan
52 Edmund S.K Fung, Australia China Policy in Tatters 1971-1972, The Australian
Journal of Chinese Affairs, No. 10, Juli 1983. Hal. 59.
38
normalisasi hubungannya dengan Cina. Keinginan Australia membuka hubungan
dengan Cina direspon baik terbukti dengan adanya suatu pertemuan.
Pertemuan dilakukan dua kali di Paris pada 27 Mei dan 2 Juli 1971 antara
Duta Besar Australia untuk Perancis, Alan Renouf serta Duta Besar Cina, Huang
Zhen. Dalam pertemuan tersebut Duta Besar Cina mengkritik Australia yang
selalu mengikuti keputusan Amerika dan berpartisipasi aktif dalam Perang
Vietnam. Selain itu Cina juga menginginkan Australia memutuskan hubungan
dengan Taiwan. Adapun Australia akan mendukung Two China Policy di PBB.
Nantinya akhir dari pertemuan tersebut tidak menghasilkan suatu kesepakatan.53
Two China Policy adalah kebijakan yang dinyatakan oleh Amerika dan
diikuti negara lain termasuk Australia untuk mengakui Taiwan sebagai negara
berdaulat bukan bagian dari Cina.54
Kaitan Australia dan Cina terhadap Two Cina
Policy adalah berupa renggangnya hubungan kedua negara tersebut terkait
pengakuan kedaulatan Taiwan.
Nyatanya pada Februari 1972 Australia justru mengakui kebijakan One
China tetapi tetap tidak memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan.
Pertimbangan Australia mengakui Taiwan, yakni sudah dibukanya kantor
Kedutaan Besar Australia di Taiwan pada 1966, Taiwan memiliki kontribusi di
kawasan Asia Pasifik, dan Australia-Taiwan memiliki kerjasama ekonomi yang
53 Alan Renouf, The Frightened, (Macmillan: Melbourne, 1979). Hal. 328.
54 1949: Two Chinas, Artikel diakses pada 9 Mei 2018 dari
https://www.nationalgeographic.org/thisday/dec8/two-chinas/
39
menguntungkan. Keputusan Australia hanya membuat Cina semakin tidak ingin
berunding dengan Australia.55
Bulan berikutnya, 23 Maret 1972 Renouf sebagai Dutar Besar Australia
untuk Perancis bertemu dengan Huang Zhen di Kedutaan Besar Cina di Perancis.
Renouf menyampaikan beberapa keputusan dari pemerintah Australia yang
menginginkan normalisasi hubungan dengan Cina. Australia mengakui Cina
sebagai pemerintahan legal atas rakyat Cina, Australia memutuskan hubungan
diplomatik dengan rezim Chiang Kai-Shek di Taiwan, dan mengakui One China
Policy.56
Hubungan diplomatik Australia-Cina sudah dimulai pada 1972. Tepat
pada 21 Desember 1972 di Paris Australia-Cina menandatangani suatu keputusan.
Dimana berisikan suatu dokumen singkat yang terdiri dari lima paragraf tentang
pengakuan satu Cina yang menandakan dimulainya suatu hubungan antarnegara.57
Sedangkan pada 1978 hubungan ekonomi Australia-Cina barulah dimulai
bersamaan dengan penerapan kebijakan modernisasi Cina. Kebijakan tersebut
berupa keputusan Cina untuk membuka diri terhadap negara-negara kapitalisme,
termasuk Australia. Setelah terbentuknya Republik Rakyat Cina, perdagangan
Australia-Cina masih terbilang kecil dan hanya mencakup kerjasama non-
55
Fung, Edmund S.K, Australia China Policy in Tatters 1971-1972, The Australian
Journal of Chinese Affairs, No. 10, Juli 1983. Hal. 10.
56 Alan Renouf, The Frightened, (Macmillan: Melbourne, 1979). Hal. 302.
57
“Australia dan Cina Rayakan 40 Tahun Hubungan Diplomatik,” Artikel diakses pada 1
Januari 2018 dari http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2012-12-13/australia-dan-cina-
rayakan-40-tahun-hubungan-diplomatik/1060100
40
pemerintahan. Namun kuantitas impor Cina mengalami peningkatan dari
Australia, terkhusus impor gandum.58
Impor tersebut dilakukan oleh Cina sebab krisis pangan yang terjadi pada
1950. Kemudian peningkatan impor dilakukan Cina pada 1961 untuk memenuhi
kebutuhan negaranya. Pada 1967 Cina mengımpor kembali dari Australia sebesar
243 juta dollar Australia. Sedangkan Cina mengekspor ke Australia sebanyak 24,3
juta dollar Australia. Setelah perekonomian Cina membaik terjadi peningkatan
ekspor Australia 832 juta dollar Australia pada 1978.59
Periode 2000-an atau pasca Perang Dingin hubungan Australia-Cina mulai
membaik ketika adanya keinginan dari Australia untuk menerima eksistensi Cina
di Asia Pasifik. Bukti tersebut tertuang pada Defense White Paper 2009 dan
Defense White Paper 2013 menyebutkan Cina bukanlah sebuah ancaman militer.
Australia justru melihat Cina sebagai teman dalam hubungan antarnegara.60
Bersamaan dengan itu Australia mengadakan latihan militer bersama dan
melakukan pengembangan teknologi bersama Cina. Latihan militer bersama
dilaksanakan di Australia merupakan pertama kalinya dalam hubungan Australia-
Cina.61
58
Hou Minyue, China-Australia Trade: How İmportant and Compultary Is It ?, The
Journal of East Asian Affairs, Vol. 20, No. 1 Spring/Summer, 2006. Hal. 155-179 59
Hou Minyue, China-Australia Trade: How İmportant and Compultary Is It ?, The
Journal of East Asian Affairs, Vol. 20, No. 1 Spring/Summer, 2006. Hal. 155-179 60
Departemen Pertahanan Australia, Defence White Paper 2013, (Commonwealth of
Australia: Canberra, 2013), Hal. 61. 61
R. Medclaff, Australia-US-China Military Exercise Challenges Assumptions, Artikel
diakses pada 29 Desember 2017 darı <http://www.lowinterpreter.org/post/2014/10/09/Australia-
Us-China-military-exercise-challenges-assumptions.aspx?COLLCC=1097935118&>
41
Defense White Paper 2013 memiliki poin penting terkait pembahasan ini,
yakni Australia mulai melakukan ekspansi ekonomi ke kawasan Asia Pasifik dan
mulai memperbaiki perekonomiannya sebagai efek dari krisis ekonomi dunia.
Beberap garis besar pada Defense White Paper 2009 adalah Australia melibatkan
diri pada kebangkitan ekonomi Cina melalui pemanfaatan perdagangan dan
investasi.62
Kedua Defense White Paper tersebut terdapat perbedaan dimana pada
2009 Australia memiliki keinginan untuk membangun hubungan ekonomi dengan
Cina. Pada 2013 cenderung pada tujuan Australia untuk menguasai ekonomi di
kawasan Asia Pasifik bukan hanya berfokus pada Cina.
Dapat dikatakan sejarah hubungan Australia-Cina dimulai dari 1971-1972.
Pada masa itu terjadi proses tarik ulur antara kedua negara terkait kepentingan
negaranya. Kepentingan Australia untuk mengakui Taiwan sebagai negara yang
berdaulat dan Cina harus mengakui Deklarasi Universal HAM. Berbanding
terbalik dengan Cina menginginkan Australia tidak mengakui Taiwan baik secara
kedaulatan maupun keanggotaan di PBB. Proses yang begitu panjang melalui
berbagi pertemuan atau konferensi antarnegara akhirnya memutuskan suatu
ketentuan bahwa Australia mengakui One China Policy.
Selain itu juga Australia melakukan pemutusan hubungan diplomatik
dengan Taiwan sebagai bentuk dukungan One China Policy. Keputusan Australia
tersebut sebagai titik awal terbukanya hubungan dengan Australia secara
diplomatik pada 1972. Dilanjutkan dengan kerjasama ekonomi pada 1978 yakni
62
Defence White Paper 2013, Artikel ini diakses pada 10 Mei 2018 dari
https://www.aph.gov.au/About_Parliament/Parliamentary_Departments/Parliamentary_Library/pu
bs/rp/rp1516/DefendAust/2013
42
kegiatan ekspor-impor. Hubungan Australia-Cina secara mendasar mengalami
pasang-surut mulai dari 1971 sampai setelah Perang Dingin, seperti ketegangan
politik dan hambatan perdagangan antarnegara.
III.B Hubungan Ekonomi Australia-Cina
Kebijakan program modernisasi yang mulai diberlakukan oleh Cina pada
1978 merupakan titik awal hubungan Australia-Cina secara ekonomi mulai
terjalin. Hubungan ekonomi Australia-Cina terbagi dalam tiga tahapan, yakni
tahap perintisan (1979-1989), tahap ekspansi (1990-1999), dan tahap percepatan
(awal 2000-an). Pada tahap awal kerjasama ekonomi Australia-Cina masih
stagnan maksudnya tidak tinggi dan tidak rendah. Angka tersebut berkisar 1.14
miliar dollar Australia pada 1979. Tahap kedua perdagangan Australia-Cina
mengalami peningkatan dari sebelumnya. Peningkatan kedua berawal dari 1.61
miliar dollar Australia pada 1990 menjadi 6.31 miliar dollar Australia pada
1999.63
Dapat dikatakan bahwa keuntungan perdagangannya melebihi 10 miliar
dollar Australia. Ditambah dengan beberapa peningkatan setelahnya atau disebut
tahap ketiga yakni 2000-2002 sebesar 20 miliar dollar Australia da 2003-2005
meningkat dengan nilai 30 miliar dollar Australia. Berikut adalah tabel
peningkatan perdagangan Austalia-Cina :
63 Editorial board of ACFERT, ACFERT (Almanac of Chinas Foreign Economic
Relations and Trade), Beijing, 1984. Hal. 299.
43
Tabel III.1 Perdagangan Australia-Cina pada 1995-2005
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
6.99 % 8.00 % 8.72 % 9.61 % 10.70 % 15.08 % 17.90 % 21.21 % 23.33 % 25.67 % 34.06 %
Sumber : Australias Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), Artikel
diakses pada 30 Desember 2017 dari
www.dfat.gov./geo/china/proc_fs.html
Dalam tabel tersebut mengindikasikan bahwa perdagangan dua negara
mengalami keuntungan atau disebut dengan win-win solution. Hal tersebut yang
menjadikan Cina sebagai lima besar mitra dagang bagi Australia disamping
Amerika, Jepang, dan Korea Selatan. Australia mendominasi sektor agrikultural
dan mineral untuk diekspor ke Cina. Sedangkan Cina mengekspor barang
manufaktur ke Australia. Perdangan kedua negara secara nyata bersifat
komplementar atau saling melengkapi.64
Pada 2005 Perdana Menteri Cina, Wen Jiabao mengunjungi Canberra
untuk membicarakan perjanjian perdagangan bebas. Pertemuan tersebut tidak
bersifat formal hanya kunjungan biasa dan masih bersifat negosiasi terhadap
konsep perdagangan bebas itu sendiri. Tahun sebelumnya dalam pertemuan 10+3
Summit di Laos 2004 Hu Jintao sebagai Presiden Cina menyebutkan bahwa
pemerintah dan masyarakat Cina melihat Australia memiliki peranan konstruktif
dalam penyatuan ekonomi di Cina.65
64
EAU (Economic Analytical Unit, DFAT), China Embraces the World Market.
EAU, 2002. Hal. 62.
65 Foreign Ministry of China, Premier Wen Jiabao Meets Leaders of 10+3 Nations,
Artikel diakses pada 1 Januari 2018 dari www.fmprc.gov.cn/chn/zxxx/t172582.htm
44
Pada 2009 Australia menjadikan Cina sebagai mitra dagang pertama yang
menggeser posisi Jepang sebagai negara ekspor dan Amerika sebagai negara
impornya. Produk yang diekspor ke Cina sebesar 58.4 miliar dollar Australia dan
sebanyak 39.3 miliar dollar Australıa mendapatkan impor dari Cina.66
Pada 2010
produk utama Australia yang diekspor ke Cina, meliputi biji besi (25 miliar dollar
Australia), batubara (5 miliar dollar Australia), tembaga (1,7 miliar dollar
Australia), dan wol (1,5 miliar dollar Amerika).
Puncak hubungan ekonomi Australia-Cina adalah ditandatanganinya
China-Australia Free Trade Agreement (ChAFTA) pada 2015. Dimana
kesepakatan tersebut akan membuka keterlibatan lanjutan sebagai bentuk
implementasi perjanjian tersebut. Perdagangan tersebut berdampak pada stabilitas
ekonomi Australia dan Cina. Secara keseluruhan pada 2017 ekspor Australia ke
Cina sebesar 37.4 miliar dollar Australia. Sedangkan jumlah impor Australia dari
Cina sebanyak 22.25 miliar dollar Australia.67
Perlu diketahui bahwa penandatanganan ChAFTA 2015 merupakan bagian
dari serangkaian panjang dari 2005. Dimana Cina selalu terbuka untuk
berkerjasama tetapi Australia lebih memilih untuk menolaknya. Hambatan atau
rintangan yang membuat Australia baru ingin menandatangani kesepakatan
tersebut pada 2015 disebabkan beberapa faktor, meliputi kebijakan dumping Cina
yang merugikan Australia, penolakan domestik melalui Partai Buruh terhadap
66
Christopher Findlay, Australia-China Economic Relations, (Australia: ANU Press,
2011), Hai. 181.
67
“Hubungan Ekonomi China Australia Menguat,” Artikel ini diakses pada 31 Desember
2017 dari http://www.javabelajarforex.com/2017/09/19/hubungan-ekonomi-china-australia-
menguat/
45
kerjasama dengan Cina, dan penerapan hambatan non tarif yang masih
diberlakukan oleh Cina kepada Australia.68
Persetujuan kerjasama tersebut merupakan sejarah besar bagi kedua
negara. Penandatanganan dilakukan Perdana Menteri Australia, Tony Abbott dan
Menteri Perdagangan Cina, Gao Hucheng di Canberra pada 2015. Kesepakatan
tersebut mulai dijalankan pada November 2015. Secara garis besar perjanjian
tersebut menghapus seluruh biaya masuk barang diantara Australia dan Cina
sehingga hambatan tarif dapat diselesaikan.69
Berdasarkan gambaran di atas bahwa hubungan Australia-Cina terbangun
bersifat komplementar atau saling melengkapi dan produknya bersifat heterogen.
Cina mengekspor berbagai produk konsumen sedangkan ekspor Australia ke Cina
berupa kebutuhan industri Cina, seperti produk manufaktur. Kedua negara
tersebut saling menguntungkan dalam kerjasamanya. Adapun puncak
kerjasamanya yakni ditandatanganinya ChAFTA 2015 sebagai bentuk keseriusan
kedua negara tersebut.
III.C Stabilitas Ekonomi Cina
Pembangunan ekonomi Cina tidak lepas dari berbagai kebijakan yang
sudah diterapkan ke beberapa negara asing. Secara historis pun Cina dalam
68
Chapter 11: The Proposed Australia-China Free Trade Agreement, Artikel diakses
pada 11 Mei 2018 dari
https://www.aph.gov.au/Parliamentary_Business/Committees/Senate/Foreign_Affairs_Defence_an
d_Trade/Completed_inquiries/2004-07/china/report01/c11
69
Dan Conifer, “Australia dan China Teken Perjanjian Perdagangan Bebas,” Artikel
diakses pada 30 Desember 2017 dari http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2015-06-
17/australia-dan-china-teken-perjanjian-perdagangan-bebas/1459548
46
menghadapi permasalahan kemiskinan dan kelaparan melalui bantuan Kanada,
Amerika, dan Australia. Namun pada perkembanganya Cina mulai melepaskan
pengaruh atau bantuan dari negara asing. Dimana keputusan tersebut membuat
Cina menjadi salah satu negara yang mempengaruhi perekonomian dunia. 70
Sebenarnya sejak dahulu Cina memiliki perekonomian yang kuat. Sekitar
1839-1842 dan 1856-1860 (Masa Perang Candu) Cina sebagai negara dengan
perekonomian terkuat di dunia. Dimana PDB Cina sebesar 32.9 % sedangkan
Inggris 5.2 % dan Perancis 5.1 %. Namun perekonomian yang kuat tidak diikuti
dengan kekuatan militer sangatlah rentan terhadap serangan dari negara lain. Hal
tersebut yang membuat İnggris, Perancis, Jepang, dan Amerika melakukan
ekspansi ke Cina. Pada 1820-1870 barulah Cina mengalami penurunan drastis
seperti peningkatan kemiskinan dan harga barang.71
Terlepasnya dari politik isolasinya Cina melakukan reformasi dan
liberalisasi ekonominya dari 1978 hingga sekarang. Kebijakan tersebut telah
mendorong pertumbuhan Cina bahkan krisis Asia pada 1998 perekonomian Cina
tetap membaik. Pertumbuhan ekonomi Cina sebesar 9% (1978-1994), 8.3%
(1996-2000), 7.9% (2000), 7.3% (2003), dan 6.8% (2004).72
70 Grover Clark, China’s Economic Emergency, The Annals of American Academics of
Political and Social Sciences, Vol. 168, American Policy in The Pacific, Juli 1993. Hal. 84. 71
Elsafah Pakpahan, „‟Pembangungan Ekonomi Tiongkok Pasca Deng Xiaopıng,‟‟
Artikel diakses pada 5 Januari 2018 dari
https://elpakpahan.wordpress.com/2013/09/19/pembangunan-ekonomi-cina-pasca-deng-xiaoping/ 72
Elsafah Pakpahan, „‟Pembangungan Ekonomi Tiongkok Pasca Deng Xiaopıng,‟‟
Artikel diakses pada 5 Januari 2018 dari
https://elpakpahan.wordpress.com/2013/09/19/pembangunan-ekonomi-cina-pasca-deng-xiaoping/
47
Peningkatan drastis terjadi pada 2010 dengan pertumbuhan 9.5 % setiap
tahunnya. Tingkat kemiskinan mengalami penyusutan dari 41 % menjadi 5 % dari
1978-2001. Pada 2010 juga PDB Cina sebesar 5.739 dollar Amerika atau 9,16 %
dari total PDB di dunia. Dengan kata lain Cina menggeser posisi Jepang sebagai
kekuatan ekonomi kedua di dunia. Bersumber dari Fortune Global 500
menyebutkan terdapat 3 perusahaan Cina yang masuk dalam 10 besar, yakni
Sinopec, China National Petroleum, dan State Grid.73
Kebangkitan Cina di berbagai sektor terkhusus ekonomi memunculkan
beberapa asumsi dari pengamat ekonomi internasional. Robyn Meredith
menyebutkan bahwa militer dan ekonomi Cina tidak bisa dipandang sebelah mata.
Cina akan memiliki kapasitas militer yang setara dengan Amerika. Sedangkan
secara ekonomi Cina berhasil menyelesaikan permasalahan kemiskinan dengan
pendapatan perkapita 1.290 dollar Amerika.74
Cina melakukan ekspansi ekonomi dengan produk yang murah di seluruh
dunia. Terbukti dengan ditandatanganinya ASEAN-China Free Trade Agreement
(ACFTA) di Laos pada 2004. Pada 2015 Cina sudah menyetujui perjanjian dengan
Australia dikenal ChAFTA.75
dengan Pencapaian Produk Domestik Bruto (PDB)
73
Afandri Adya, „‟Kebangkitan Tiongkok dan Jaringan China Perantauan,‟‟ Artikel
diakses pada 6 Januari 2018 dari https://www.kompasiana.com/afandri_adya/kebangkitan-
tiongkok-dan-jaringan-china-perantauan_55185d46a333118107b66476 74
Roberth Meredith, The Elephant and the Dragon: Fenomena Kebangkitan India dan
Cina yang Luar Biasa serta Pengaruhnya terhadap Kita, (Bandung: Quacana, 2008). Hal. 38. 75
„‟Stabilitas Asia dalam Bayang-Bayang Ambisi Global Cina,‟‟ Artikel diakses pada 5
Januari 2018 dari https://nusantaranews.co/53743-2/
48
pada kuartal 2017 adalah 6.9% lebih baik dari sebelumnya, yakni 6.8%. Data
tersebut berasal dari Biro Statistik Nasional Cina.76
Kebangkitan ekonomi Cina di Asia bersamaan dengan kemunduran
Amerika yang tidak mampu menyeimbanginya. Dampaknya Amerika menarik
diri dari Kemitraan Trans-Pasifik (TPP).77
Selain itu banyak perusahaan di Eropa,
Asia, dan Amerika Serikat. Perekonomian Cina mampu menghantam perdagangan
Amerika
Jadi stabilitas ekonomi Cina tercipta melalui serangkaian proses yang
berawal pada 1978. Bermula dari berbagai pinjaman dana asing berlanjut ke
liberalisasi perdagangan hingga sekarang yang berdampak pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi Cina. Stabilitas Cina terbentuk tidak lepas dari
pengaruhnya di seluruh benua seperti Asia Tenggara melalui ACFTA dan
Australia dengan ChAFTA.
76
„‟Pertumbuhan Ekonomi Cina di Kuartal 2017 Lampaui Prediksi Ekonom.‟‟ Artikel
diakses pada 5 Januari 2018 dari
http://ekonomi.kompas.com/read/2017/04/17/131500226/pertumbuhan.ekonomi.china.di.kuartal.i.
2017.lampaui.prediksi.ekonom 77
„‟Stabilitas Asia dalam Bayang-Bayang Ambisi Global Cina,‟‟ Artikel diakses pada 5
Januari 2018 dari https://nusantaranews.co/53743-2/
49
BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI AUSTRALIA
MENANDATANGANI ACHFTA
Pada bab ini akan menjelaskan analisis terhadap permasalahan yang
sedang diteliti. Penggunaan perspektif atau teori dan konsep dalam bagian ini
akan digunakan sebagai metode untuk menjawab pertanyaan penelitian. Beberapa
konsep yang digunakan dalam bab ini, meliputi kepentingan nasional, kebijakan
luar negeri, rational choice, dan kerjasama internasional dalam memahami
berbagai faktor yang membuat Australia menandatangani AChFTA.
IV.A Kepentingan Nasional Australia
Pada dasarnya berbagai dinamika internasional seperti perubahan sikap
negara dapat dilihat dari kepentingan nasionalnya. Coulumbus dan Wolfe
menjelaskan kepentingan nasional sebagai prediksi untuk mengetahui perilaku
negara di tingkat internasional.78
Senada dengan tersebut Papp melihat
kepentingan nasional merupakan kepentingan negara dan metode untuk
mencapainya melalui kebijakan nasional atau kebijakan luar negeri.79
Kebijakan
luar negeri itu sendiri adalah serangkaian tindakan yang diambil oleh pengambil
keputusan dalam merespon lingkungan eksternal.80
78
Theodore Coulumbus dan James Wolfe, Introductıon to Internatıonal Relatıons, (New
Jersey: Prentice Hall, 1986). Hal. 107. 79
Daniel S. Popp, Contemporary International Relations: Framework for Understanding,
(Madison: Allyn and Bcon, 1997). Hal. 38. 80
James S. Rosenau, World Politics: An Introduction. 1976.
50
Holsti menyebutkan salah satu tujuan dari kepentingan nasional adalah
middle range objectives. Dımana pemenuhan kebutuhan negara atas dasar
perbaikan atau peningkatan ekonomi.81
Kemudian Coulumbus dan Wolfe
menegaskan beberapa penyebab kemunculan kepentingan nasional diantaranya
interdepedensi ekonomi dan kemajuan teknologi.82
Tidak dapat dipungkiri bahwa Australia sebagai sekutu Amerika dimana
dalam kebijakannya berkaitan erat dengan Amerika. Di sisi lain kemunculan Cina
sebagai pesaing Amerika dalam konteks ekonomi memberikan pilihan kepada
Australia menentukan keputusannya. Dalam konteks ini bisa dinyatakan juga
bahwa Australia sebagai sekutu Amerika bermusuhan dengan Cina. Australia-
Cina juga mengalami persaingan terkait ekonomi. Namun kedua negara ini justru
melaksanakan kerjasama ekonomi. Terjalinnya kerjasama kedua negara ini
disebabkan adanya kepentingan nasional.
Kepentingan nasional Australia terbentuk atas dasar ketergantungan
ekonomi terhadap Cina. Holsti menegaskan perbaikan ekonomi suatu negara akan
mempengaruhi kebijakan luar negeri Australia. Implementasi kepentingan
Australia dalam kebijakan luar negeri adalah dengan menandatangani AChFTA
dengan Cina. Papp melihat penandatangan AChFTA oleh Australia sebagai
metode untuk mendapatkan kepentingan ekonomi berupa perbaikan dalam negeri.
Dengan kata lain, melalui pernyataan Holsti bahwa kesejahteraan masyarakat
81
K.J Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, (Bandung: Bina Cipta,
1992). Hal. 22. 82
Theodore Coulumbus dan James Wolfe, Introductıon to Internatıonal Relatıons, (New
Jersey: Prentice Hall, 1986). Hal. 115.
51
Australia melalui perbaikan ekonomi justru mempengaruhi kepentingan politik
Australia untuk menandatangani AChFTA.
Tidak dapat dipungkiri kebijakan Australia terhadap Cina mengandung
kepentingan ekonomi dan politik. Namun tetap diawali dari kepentingan ekonomi
melalui AChFTA yang merambat ke kepentingan politik. Ditegaskan juga
kerjasama Australia-Cina melalui AChFTA bahwa aktor negara masih memiliki
peranan besar dalam sistem internasional. Kepentingan ekonomi sebagai faktor
utama Australia menandatangani AChFTA bersifat mendasar. Dimana
kepentingan ekonomi sangat mempengaruhi sebagaian besar masyarakat di dunia,
terkhusus masyarakat Australia.
Morghentau menyebutkan bahwa tujuan dari kepentingan nasional itu
sendiri adalah power. Pada perkembangannya berbicara mengenai power bukan
hanya permasalahan militer melainkan kepentingan ekonomi sebagai power yang
harus dipenuhi olehs setiap negara. Hal tersebut disebabkan salah satu dimensi
kepentingan nasional adalah kepentingan ekonomi. Paul Seabury menegaskan
bahwa kepentingan nasional sebagai serangkaian cita-cita setiap negara dimana
cara mencapainya melalui hubungan dengan negara lain.83
Kepentingan nasional setiap negara itu sendiri memiliki dua sisi berbeda,
yakni sebagai pemecah atau pemersatu. Selain ıtu bisa dilihat juga sebagai
dorongan dari negara untuk melakukan interaksi baik perang maupun kerjasama.
83
Karlina Wahyu Kristiani, Kepentingan Nasional dalam Hubungan Internasional,
Artikel diakses pada 10 Maret 2018 dari http://karlinawk-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-
60606-Pengantar%20Hubungan%20Internasional-
Kepentingan%20Nasional%20dalam%20Hubungan%20Internasiona.html
52
Morghentau juga menyebutkan bahwa kekacauan di dunia ini akan bisa
diselesaikan ketika sedikit demi sedikit setiap kepentingan negara-negara di dunia
akan memiliki kesamaan.
Berkaitan dengan keputusan Australia yang akhirnya menandatangani
AChFTA dengan Cina setelah satu dekade tidak lepas dari proses penyesuaian
kepentingan sesuai pernyataan Morghentau. Dimana kesamaan kepentingan
ekonomi Australia-Cina mulai memiliki kesamaan ketika satu dekade kemudian
tepatnya pada Desember 2015. Berawal dengan kepentingan yang saling
bertentangan hingga memiliki kesamaan kepentingan ekonomi.84
Nincic dalam bukunya menjelaskan beberapa prinsip yang membentuk
kepentingan nasional dari suatu negara. Beberapa prinsip tersebut adalah prinsip
ınclusive dan prinsip external relevance. Prinip ınclusive menjelaskan bagaimana
kepentingan nasional terbentuk atas dasar kepentingan sebagian besar masyarakt
dalam negaranya.85
Penandatanganan Australia terhadap AChFTA dengan Cina
merupakan bentuk kepentingan sosial yang terbentuk atas dasar kebutuhan
sebagian besar masyarakat Australia, yakni penurunan ekonomi dan kebutuhan
dalam negeri.
84
Karlina Wahyu Kristiani, Kepentingan Nasional dalam Hubungan Internasional,
Artikel diakses pada 10 Maret 2018 dari http://karlinawk-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-
60606-Pengantar%20Hubungan%20Internasional-
Kepentingan%20Nasional%20dalam%20Hubungan%20Internasiona.html 85
Miroslav Nıncıc, The National Interest and Its and Interpretation” The review of
Politics, Vol.61, No.1, 1999, Hal. 55.
53
Kemudian prinsip external relevance membentuk kepentingan nasional
yang dipengaruhi permasalahana atau kondisi internasional.86
Permasalahan
internasional yang dihadapi Australia pada masa sekarang terkait ketidakpapstian
perekonomian global, seperti aktivitas ekspor-ımpor. Hal tersebut yang
memutuskan Australia menyetujui AChFTA dengan Cina sebagai respon terhadap
permasalahan internasional.
Jadi persetujuan Australia terhadap AChFTA dengan Cina disebabkan
faktor kepentingan nasional Australia dalam bidang ekonomi. Adapun
terbentuknya kepentingan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh prinsip ınclusive dan
eksternal relevance. Implementasi kepentingan ekonomi Australia dilaksanakan
melalui kebijakan luar negeri yang mengedepankan perbaikan ekonomi dalam
negeri Australia.
IV.B Rational Choice Australia terhadap Perkembangan Ekonomi Cina
Konsep ini muncul tidak lepas dari adanya asumsi bahwa negara sebagai
aktor dominan di samping aktor non negara akan bertindak rasional dalam
mencapai kepentingan nasional. Perhitungan terkait untung atau rugi sangat
melekat pada rational choice. Mulai dari pilihan untuk berkerjasama atau tidak
dengan negara lain hingga dampak positif atau negatif dari hasil rational choice-
nya.
Begitupun dengan rational choice Australia untuk menandatangani
AChFTA dengan Cina pada Desember 2015. Keputusan tersebut atas dasar
86
Ibıd., Hal. 55.
54
perhitungan matang Australia terkait untung-rugi. Maksudnya Kerjasama
Australia dengan Cina melalui AChFTA akan menguntungkan perekonomian
Australia. Rational choice Australia nampak pada masa Kevin Rudd yang
mempertimbangkan kerjasa ekonomi dengan Cina secara berhati-hati menjaga
hubungannya dengan Amerika.
Kevin Rudd menilai kerjasama dengan Cina akan meningkatkan ekspor
pertambangannya sebesar 10 miliar dollar Amerika.87
Senada dengan itu masa
Turnbull Malcolm sebagai Perdana Menteri Australia berfokus pada membuka
hubungan ekonomi kembali dengan Cina sebaga aliansi baru tetapi tetap menjaga
hubungan aliansi lamanya, yaitu Amerika.88
Dengan kata lain Australia melihat
Cina dan Amerika dalam aspek untung-rugi dimana dalam bidang militer
Australia berkerjasama dengan Amerika. Sedangkan kerjasama ekonomi
cenderung dengan Cina sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar
di dunia.
Peter Abell menyebutkan rational choice sebagai tindakan untuk
memaksimalkan berbagai pilihan terhadap kondisi tertentu. Beberapa
pertimbangan terkait pengambilan rational choice, meliputi kejelasan konsep
tujuannya, ketelitian perhitungan kemungkinan, dan penerapan pengetahuan
terkait cara dan sumberdaya yang tersedia dengan tepat. Pilihan rasional
87
Harry Bhaskara, „‟Majalah The Economist Dukung Kevin Rudd.‟‟ Artikel diakses pada
2 Maret 2018 dari
ekonomi.kompas.com/read/2013/08/31/102126/Majalah.TheEconomist.Dukung.Kevin.Rudd 88
Ardyan Mohamed, „‟Malcolm Turnbull jadi PM Australia, Apa Dampaknya buat
İndonesia, ‟‟ Artikel ini diakses pada 22 Desember 2017 dari
https://www.merdeka.com/dunia/malcolm-turnbull- jadi-pm- australia-apa- dampaknya-buat-
indonesia.html
55
memandang hubungan antar negara akan terjalin berdasarkan pendekatan
pragmatis suatu negara, seperti keuntungan dan kerugian. Adapun implementasi
dari pilihan rasional dalam hubungan antar negara bisa berupa kerjasama atau
konflik (peningkatan kapasitas militer, embargo ekonomi, dan lainnya).
Kondisi ekonomi domestik dan perkembangan internasional yang ada
membuat Australia memaksimalkan pilıhan yang ada, seperti apakah harus
bekerjasama atau tıdak dengan Cına, bagaimana hubunganya dengan Amerika,
dan pilihan lainnya. Tentunya keputusan Australia untuk menandatangani
AChFTA sesuai pernyataan Peter Abell sudah memiliki tujuan jelas dan
perhitungan yang matang yakni peningkatan ekonomi domestik. Faktor
perhitunga dan tujuan jelaslah yang membuat Australia memilih kerjasama
dibandingkan pilihan lainnya, misalkan memutuskan hubungan Cina, embargo
ekonomi, dan lainnya.
Adapun komoditas yang diunggulkan pada kesepakatan AChFTA adalah
berupa ekspor hasil barang tambang (besi, batu bara, dan emas) dan pertanian
Australia kepada Cina. Di sisi lain komoditas unggulan Cina berupa peralatan
perusahaan, seperti alat telekomunikasi dan komputer.
Adapun efek dari penandatanganan AChFTA mengharuskan Australia
menerima kedatangan buruh daari Cina dengan jumlah besar. Berbagai produk
Cina juga akan membanjiri Australia. Hal tersebut sesuai dengan kesepakatan dari
AChFTA yang meghilangkan hambatan tarif dan non tarif serta kebebasan
56
ekspor-impor dalam jumlah yang besar. Berikut adalah tabel secara spesifik
terkait keuntungan dan kerugian dalam penandatanganan AChFTA, yakni :
Tabel IV.1 Keuntungan dan Kerugian Penandatanganan AChFTA
Sebelum Penandatanganan
AChFTA
Setelah Penandatanganan
AChFTA
Keuntungan Kerugian Keuntungan Kerugian
Tidak ada kedatangan
buruh Cina dengan
jumlah yang cukup
banyak.
Tingginya tarif yang
diterapakan Cina
kepada barang impor
Australia sebesar 3-
10 % untuk bahan
mentah, daging
hewan sebesar 30 %,
dan produk lainnya
sebesar 3-14 %.
Peningkatan ekspor
bahan mentah,
seperti besi (44.3
miliar dollar), emas
(8.1 miliar dollar),
dan batu bara (9.3
miliar dollar), dan
tembaga (2.1 miliar
dollar)
Kedatangan buruh
Cina di Australia
sebesar 1.800 orang
sebagai penyedia jasa
peralatan, mesin, dan
lainnya selama lebih
dari tiga bulan
Tidak ada produk
Cina dengan harga
murah yang
membanjiri pasar
Australia sehingga
menciptakan
persaingan sehat
diantara para penjual.
Tidak ada bantuan
dana berupa
investasi pada sektor
kesehatan,
khususnya
pembangunan rumah
sakit di beberapa
provinsi.
Penghapusan tarif
terhadap berbagai
barang ekspor
Australia ke Cina.
Banyaknya produk
Cina yang dijual di
Australia dengan
harga murah, meliputi
pakaian (5.1 miliar
dollar), peralatan
komunikasi (4.9
miliar dollar),
komputer (4.8 miliar
dollar), dan mainan
(1.8 miliar dollar).
Terdapat hambatan
tarif yang dikenakan
kepada berbagai
produk impor Cina
dengan rentang 5-30
%.
Tidak mengalami
peningkatan ekspor
bahan mentah dan
produk pertanian ke
Cina.
Bantuan dana untuk
pembangunan
lembaga kesehatan,
seperti rumah sakit.
Tidak ada hambatan
tarif dan non tarif bagi
seluruh barang import
Cina. Sehingga segala
bentuk barang Cina
bisa masuk ke
Australia dengan
mudah.
Sumber: China-Australia Free Trade Agreement: Pros and Cons, Artikel diakses
pada 11 Mei 2018 dari http://www.abc.net.au/news/2015-06-17/china-
australia-free-trade-agreement-pros-and-cons/6553680
57
Keputusan Australia sebagai implementasi pilihan rasional tentunya
berdampak pada kondisi politik baik secara nasional maupun internasional.
Dampak politik nasional adalah terjadinya pergesekan antara Partai Buruh dengan
Partai Liberal pada masa Malcolm di parlemen terhadap banyaknya buruh Cina
yang akan membanjiri Australia. Partai Buruh menilai kesepakatan tersebut akan
merugikan para buruh lokal di negaranya. Dimana lapangan pekerjaan untuk
buruh lokal akan dikuasai oleh buruh Cina. Sedangkan secara internasional
berdampak pada kemunculan Australia-Cina sebagai kekuatan politik yang
diperhitugkan di kawasan pasifik.89
Dapat disimpulkan bahwa penandatanganan AChFTA oleh Australia pada
Desember 2015 merupakan ımplementasi rational choice Australia. Dimana
Australia sudah memperhitungkan berbagai cost-benefit dari berbagai pilihan
yang ada. Terbukti rational choice tersebut berdampak positif bagai Australia,
meliputi sebanyak 96 persen produk Australia dapat masuk ke Cina tanpa
hambatan, peningkatan investasi Australia, dan terpenuhinya berbagai kebutuhan
industri dalam negeri Australia.
IV.C Kerjasama Ekonomi Australia-Cina
Penjelasan dan konsep kerjasama dalam kajian internasional dapat ditarik
dari perspektif liberalis, neo liberalis, atau neo realis. Dalam menganalisis
penandatanganan Australia terhadap AChFTA menggunakan kerangka neo realis
dalam memandang kerjasama ekonomi Australia-Cina melalui perjanjian tersebut.
89
Chaoying Qi dan James Xiaohe Zhang, The Economics Impact of the China-Australia
Free Trade Agreement, Newcastle Business School, University of Australia, 2018.
58
Dimana kondisi anarkis dalam sistem internasional sangat melekat pada perspektif
ini. Namun sistem anarkis dalam neo realis memungkinkan akto negara
melakukan kerjasama internasional dalam bidang militer.
Tidak dapat dipungkiri kerjasama menurut neorealisme yang dipaparkan
Keohane sangatlah sulit tercapai dalam kondisi anarkis. Namun jika sudah
berbicara kepentingan kerjasama dapat tercapai meskipun berkerja sama dengan
musuh. Terbukti Australia sebagai representasi kepentingan Amerika di dunia
telah memutuskan untuk menandatangani AChFTA dengan Cina sebagai bentuk
kerjasama ekonomi. Keputusan tersebut tidak lepas dari faktor the shadow of the
future dimana masa depan ekonomi Australia sangat dipengaruhi kuat oleh Cina
dibandingkan dengan Amerika.
Dengan kata lain Australia justru berkerja sama dengan salah satu musuh
Amerika, yakni Cina atas dasar masa depan perkonomian yang lebih baik. Dapat
dilihat dari bentuk implementasi AChFTA yang disahkan pada 2015. Pasca
ditandatanganinya stabilitas ekonomi Australia mengalami peningkatan sebesar
37.4 miliar dollar dari total ekspor ke Cina.90
Ditambah hambatan tarrif dan non
tarrif ekspor Australia ke Cina dihapuskan secara keseluruhan sehingga Australia
bisa mengirimkan berbagai produk dengan jumlah dan keuntungan besar.91
90 “Hubungan Ekonomi China Australia Menguat,” Artikel ini diakses pada 31 Desember
2017 dari http://www.javabelajarforex.com/2017/09/19/hubungan-ekonomi-china-australia-
menguat/
91 Dan Conifer, “Australia dan China Teken Perjanjian Perdagangan Bebas,” Artikel
diakses pada 30 Desember 2017 dari http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2015-06-
17/australia-dan-china-teken-perjanjian-perdagangan-bebas/1459548
59
Pada perkembangan sebelumnya redaksi terkait AChFTA sudah dilakukan
oleh Cina bernegosiasi dengan Australia dari 20 tahun lalu. Namun baru 2015
Australia menandatangani AChFTA atas dasar buruknya perekonomian dalam
negeri Australia, seperti pengangguran, kebutuhan industri dalam negeri,
kebutuhan pokok, dan lainnya. Selain itu Australia melihat Cina bukan sebagai
ancaman di kawasannya melainkan sebagai mitra kerjasama ekonomi masa depan
bagi Australia.
Jika mengacu pada Defense White Paper (DWP) 2009 dan Defense White
Paper 2013 menegaskan bahwa Cina tidak lagi sebagai ancaman militer bagi
Australia. Australia justru melihat Cina sebagai teman dalam hubungan
antarnegara dan potensi kerja sama dalam bidang ekonomi.92
Pada 2009 sampai
2013 melalui Defense White Paper Australia menerima Cina sebagai hubungan
antar negara barulah pada 2015 Australia menandatangani AChFTA.
Sedangkan Defense White Paper sebelum tahun 2009 melihat Cina
sebagai ancaman, khususnya militer dan ekonomi sebab sudah mulai
menancapkan pengaruhnnya di Kepulauan Fiji dan Selandia Baru. Pengaruh
tersebut berupa kerjasam ekonomi dan bantuan lainnya kepada kedua negara di
Benua Australia tersebut.93
Dengan kata lain sebelum 2009 melalui Defense White
Paper Australia melihat Cina sebagai ancaman sedangkan setalah 2009 sampai
2013 merupakan partner perdagangan di kawasan.
92
Departemen Pertahanan Australia, Defence White Paper 2013, (Commonwealth of
Australia: Canberra, 2013), Hal. 61.
93 Philip Dorling dan Richard Barker, China Fury at Defence Paper, Artikel diakses
pada 10 Mei 2018 dari https://www.smh.com.au/national/chinas-fury-at-defence-paper-20101209-
18rel.html
60
Kembali pada faktor the shadow of the future terbagi dalam empat faktor
yang membentuknya, meliputi long time horizon, regularity of stakes, reliability
of information about the others, dan quick feedback about changes in the others.94
Keempat faktor tersebut sebagai dasar suatu negara melakukan kerjasama dengan
negara lain meskipun negara tersebut merupakan musuhnya.
Pertama, long time horizon, maksudnya kerjasama yang terbangun
berpotensi dalam jangka waktu panjang. Tentunya kerjasama ekonomi Australia-
Cina akan memiliki jangka panjang yang positif dan sangat kuat di masa depan
sesuai dengan pernyataan Kevin Rudd sebagai salah satu Perdana Menteri
Australia pada Australia-Cina Economic and Trade Forum di Canberra pada
2010. 95
Kedua, regularity of stakes sebagai bentuk interaksi antar negara secara
terus menerus. Ini sangat jelas interaksi Australia-Cina sebelum
ditandatanganinya AChFTA pada Desember 2015 sudah berinteraksi secara terus
menerus dari 1995. Pasca penandatanganan perjanjian tersebut interaksi ditandai
dengan aktivitas ekspor-impor yang saling menguntungkan diantara Australia-
Cina. Interaksi Australia-Cina sebanyak 20 pertemuan dalam bentuk diskusi atau
pertemuan formal sejak tahun 2008-2015. 96
94
R. Axelrod dan Keohane, Achieving Cooperation Under Anarchy: Strategies and
Institutions, 1985. Hal. 226.
95
Australia-Cina kerjasama perdagangan USD 8,8 miliar, dikutip dalam laman
Blommberg, http://internasional.kontan.co.id/news/australia-Cina-kerja-sama-us-88-miliar-1,
diakses pada 27 april 2016 pukul 00.53
96
Xinhua New Agency, Sino-Australian Compherensive Strategic Partnership Forged,
FTA Talked Concluded, Artikel diakses pada 7 November 2017 dari
www.bjreview.com.cn/se/txt/2014-11/18/content_653467.htm
61
Ketiga, reliability of information terkait memperoleh informasi tentang
tindakan aktor lain. Secara tidak langsung kerjasama ekonomi antar negara
khususnya Australia-Cina akan mendapatkan informasi tindakan kedua negara
tersebut. Dimana Australia memperoleh informasi terkait kondisi ekonomi dalam
negeri Cina.
Keempat, quick feedback menghasilkan kebijakan dan hasil yang cepat.
Dalam konteks ini kebijakan yang cepat berupa keputusan Australia untuk
mengekspor atau mengimpor terhadap Cina. Keputusan tersebut dilakukan secara
cepat oleh Australia-Cina dan dampaknya menguntungkan kedua negara tersebut.
Bisa dilihat dari perusahaan Cina di Australia akan mengizinkan para pekerja atau
buruh Cina bekerja di Australia.97
Jadi penandatanganan AChFTA oleh Australia pada Desember 2015
disebabkan faktor adanya Australia ingin melakukan kerja sama dengan Cina.
Melalui analisis Keohane dan Axelrod menjelaskan bahwa kerja sama Australia
terhadap Cina atas dasar the shadow of the future. Dimana Australia memandang
Cina melalui AChFTA sebagai bagian dari masa depan Australia dalam
memperbaiki perekonomian dalam negerinya.
97 “Ribuan Pekerja Australia Protes Kesepakatan Perdagangan Bebas Cina – Australia”,
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2015-07-27/ribuan-pekerja-australia-protes-
kesepakatan-perdagangan-bebas-Cina-australia/1474578
62
BAB V
PENUTUP
Bagian ini merupakan terakhir dalam penelitian ini. Dimana hanya
menjelaskan ringkasanya terkait penelitian yang sudah dilakukan dalam bentuk
kesimpulan
V.A Kesimpulan
Keputusan Australia untuk menandatangani AChFTA dengan Cina pada
Desember 2015 merupakan momentum bersejarah bagi kedua negara tersebut.
Pembicaraan terkait perjanjian tersebut sudah berjalan selama satu dekade namun
Australia baru menyetujuinya pada Desember 2015 dengan berbagai faktor
pertimbangannya.
Hubungan kedua negara tersebut sebenarnya sudah terjalin sejak lama.
Pasang-surut hubungan kedua negara tersebut tidak dapat dihindari. Hal tersebut
dapat dilihat pada masa pemerintahan Kevin Rudd, Tonny Abbott, dan Turnbull
Malcolm. Pada masa Turnbull Malcolm AChFTA ditandatangani oleh Australia
sebagai bentuk kerja sama ekonomi.
Keputusan Australia untuk menandatangani AChFTA sebagai bentuk
implementasi kepentingan nasional. Selain itu rational choice dan power sebagai
salah satu unsur yang berperan penentuan Australia untuk menyetujui kesepakatan
dengan Cina. Kemudian proses keputusan Australia yang akhirnya menandatangai
AChFTA dengan Cina merupakan serangkaian integrasi. Melalui kerjasama
63
Australia-Cina tentunya berdampak positif, seperti total ekspor mencapai 37.4
miliar dollar ke Cina dan penghapusan hambatan tarif serta non tarif.
Terlepas dari beberapa faktor penyebab Australia melakukan
penandatanganan AChFTA bahwa terdapa beberapa dampak yang ditimbulkan
dalam perjanjian tersebut. Australia harus menerima kedatangan buruh Cina
dengan jumlah besar yang akan bekerja di perusahaan Cina yang ada di Australia.
Tentunya kedatangan buruh tersebut akan mempersempit buruh lokal di Australia.
Terbukti banyaknya buruh yang melakukan demonstrasi tentang kedatangan
buruh Cina. Keputusan tersebut juga mendapatkan protes keras dari Partai Buruh
sebagai oposisi pemerintah.
Selain itu berbagai produk Cina dengan harga murah akan memenuhi
pasar Australia. Tidak dipungkiri sebagian besar produk Cina di seluruh dunia,
khususnya di Australia terbilang murah atau harga jauh dibawah produk Australia.
Nantinya berbagai produk Cina akan menggeser berbagai produk Australia dan
menimbulkan persaingan ekonomi yang tidak sehat.
ix
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Allison, G dan Zelikow, P. Essence of Decision Explaining the Cuban Missile
Crisis. London: Longman, 1999.
Axelrod, Robert dan Keohane, Robert. World Politics. America: The Johns
Hopkins University Press, 1985.
Findlay, Christopher. Australia-China Economic Relations. Australia: ANU Press,
2011.
Mai, Yinhua, et al. Modelling the Potential Benefits of an Australia-China Free
Trade Agreement. An Independent Report Prepared for The Australia–
China FTA Feasibility Study by the Centre of Policy Studies, Monash
University, 2005.
Meredith, Roberth. The Elephant and the Dragon: Fenomena Kebangkitan India
dan Cina yang Luar Biasa serta Pengaruhnya terhadap Kita. Bandung:
Quacana, 2008.
Mintz, Alex dan Derouen, Karl.Understanding Foreign Policy Making Decision.
New York: Cambridge University Press, 2010.
Song, Ligang. Rising China: Global Challenges and Opportunities. ANU E Press,
2011.
Patricio, Kristine. The Welfare Impact of An Australia-China Free Trade
Agreement. The University of New South Wales Bachelor Degree Paper,
2011.
Renouf, Alan. The Frightened. Macmillan: Melbourne, 1979.
Wesley, Michael. The Howard Paradox: Australia Diplomacy in Asia 1996-2006.
Sydney: ABC Books, 2007.
Jurnal
Albinski, Henry S. Australia Faces China. Asian Survey (1962): 16-28.
Australias Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT). Artikel diakses
pada 30 Desember 2017 dari www.dfat.gov./geo/china/proc_fs.html
Australia Goverment-Department of Environment and Energy, Artikel diakses
pada 25 Desember 2017 dari http://www.environment.gov.au/climate-
change/emissions-reduction-fund/publications/what-it-means-for-you
x
Australia Government-Department of Industry, Innovation, and Science.
Australian Energy Update 2013-2016. Artikel diakses pada 25 Desember
2017 dari http://www.industry.gov.au/Office-of-the-Chief-
Economist/Publications/Pages/Australian-Energy-Statics.aspx#>
Clark, Grover. China’s Economic Emergency. The Annals of American
Academics of Political and Social Sciences, Vol. 168, American Policy in
The Pacific, Juli 1993.
Departemen Pertahanan Australia. Defence White Paper 2013. Commonwealth of
Australia: Canberra, 2013.
EAU (Economic Analytical Unit, DFAT). China Embraces the World Market.
EAU, 2002.
Editorial board of ACFERT. ACFERT (Almanac of Chinas Foreign Economic
Relations and Trade). Beijing, 1984.
Fung, Edmund S.K. Australia China Policy in Tatters 1971-1972. The Australian
Journal of Chinese Affairs, No. 10, Juli 1983.
Hayden, Bill. Australia's China Policy Under Labor. The Australian Journal of
Chinese Affairs 11 (1984): 83-97.
Mackenzie, Andrew. Cina Australia Free Trade Agreement. Artikel diakses pada
5 Desember 2017 dari www.bhp.com/media-and-insights/reports-and-
presentations/2015/08/cina-australia-free-trade-agreement
McEwen, John. Australia-China Free Trade Agreement: Joint Feasebility.
Department of Foreign Affairs and Trade. 2005.
Medclaff, R. Australia-US-China Military Exercise Challenges Assumptions.
Artikel diakses pada 29 Desember 2017 darı
<http://www.lowinterpreter.org/post/2014/10/09/Australia-Us-China-
military-exercise-challenges-assumptions.aspx?COLLCC=1097935118&>
Minister for Trade and Investment. Historic China-Australia FTRA Enters int
Force. Artikel dapat diakses pada 5 Desember 2017 dari
http://trademinister.gov.au/releases/Pages/2015/ar_mr_151220a.aspx
Minister for Trade and Investment, China-Australia FTA Benefits Set to Flow
from 20 December, Artikel dapat diakses pada 5 Desember 2017 dari
http://trademinister.gov.au/releases/Pages/2015/ar_mr_151220a.aspx
MINYUE, HOU. China-Australia Trade: How Important and Complementary Is
It?. The Journal of East Asian Affairs (2006): 155-179.
xi
Nıncıc, Miroslav. The National Interest and Its and Interpretation. The review of
Politics. Vol.61. No.1, 1999.
Song, Guoyou, and Wen Jin Yuan. China's Free Trade Agreement Strategies. The
Washington Quarterly 35.4 (2012): 107-119.
Qi, Chaoying dan Zhang, James Xiaohe. The Economics Impact of the China-
Australia Free Trade Agreement. Newcastle Business School. University
of Australia, 2018.
Xinhua New Agency. Sino-Australian Compherensive Strategic Partnership
Forged, FTA Talked Concluded. Artikel diakses pada 7 November 2017
dari www.bjreview.com.cn/se/txt/2014-11/18/content_653467.htm
Yuliasih, Amalia. Dampak Politik dan Ekonomi Penghapusan Pajak Karbon pada
Masa Pemerintahan Tony Abbott Tahun 2014. eJournal Hubungan
Internasional. 6 (1) 181-194, 2016.
Website
1949: Two Chinas, Artikel diakses pada 9 Mei 2018 dari
https://www.nationalgeographic.org/thisday/dec8/two-chinas/
Adya, Afandri. „‟Kebangkitan Tiongkok dan Jaringan China Perantauan.‟‟ Artikel
diakses pada 6 Januari 2018 dari
https://www.kompasiana.com/afandri_adya/kebangkitan-tiongkok-dan-
jaringan-china-perantauan_55185d46a333118107b66476
“2013: Abbott Terpilih Menjadi PM Australia,” Artikel diakses pada 21
Desember 2017 dari http://mediaindonesia.com/news/read/7065/2013-
abbott-terpilih-menjadi-pm-australia/2015-09-07
“Australia-Cina Kerjasama US 8,8 Miliar,” Artikel ini diakses pada 17 Desember
2017 dari http://internasional.kontan.co.id/news/australia-china-kerja-
sama-us-88-miliar-1
“Australia dan Cina Rayakan 40 Tahun Hubungan Diplomatik,” Artikel diakses
pada 1 Januari 2018 dari
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2012-12-13/australia-dan-
cina-rayakan-40-tahun-hubungan-diplomatik/1060100
Australian Electoral Commission, 2007 Federal Election House of Representation
First Preferences by Party, diakses pada 17 Desember 2017 dari
http://results.aec.gov.au/13745/Website/HouseDownloadsMenu-1375-
csv.htm
xii
“Buruh Aussie Juga Cemas dengan Serbuan Pekerja Cina”, Artikel diakses pada
10 Desember 2017 dari https://www.eramuslim.com/berita/buruh-
australia-juga-cemas-dengan-serbuan-pekerja-dari-
cina.htm#.Wi7fwLBx3Dc
Chapter 11: The Proposed Australia-China Free Trade Agreement, Artikel
diakses pada 11 Mei 2018 dari
https://www.aph.gov.au/Parliamentary_Business/Committees/Senate/Forei
gn_Affairs_Defence_and_Trade/Completed_inquiries/2004-
07/china/report01/c11
China-Australia Free Trade Agreement: Pros and Cons, Artikel diakses pada 11
Mei 2018 dari http://www.abc.net.au/news/2015-06-17/china-australia-
free-trade-agreement-pros-and-cons/6553680
Dorling, Philip dan Barker, Richard. China Fury at Defence Paper. Artikel
diakses pada 10 Mei 2018 dari https://www.smh.com.au/national/chinas-
fury-at-defence-paper-20101209-18rel.html
Foreign Ministry of China, Premier Wen Jiabao Meets Leaders of 10+3 Nations,
Artikel diakses pada 1 Januari 2018 dari
www.fmprc.gov.cn/chn/zxxx/t172582.htm
Harry Bhaskara, “Majalah The Economist Dukung Kevin Rudd,” Artikel diakses
pada 1 Desember 2017 dari
ekonomi.kompas.com/read/2013/08/31/1021261/Majalah.The.Economist.
Dukung.Kevin.Rudd
“Hubungan Ekonomi China Australia Menguat,” Artikel ini diakses pada 31
Desember 2017 dari
http://www.javabelajarforex.com/2017/09/19/hubungan-ekonomi-china-
australia-menguat/
İbrahim, Farid M. „‟Australia Umumkan Buku Putih Kebijakan Luar Negerinya,‟‟
Artikel diakses pada 24 Desember 2017 dari
http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/australia-umumkan-buku-
putih-kebijakan-luar-negerinya/9185396
“Isu Ekonomi Fokus Pertemua G-20”, Artikel diakses pada 21 Desember 2017
dari https://nasional.sindonews.com/read/924583/149/isu-ekonomi-fokus-
pertemuan-g-20-1416029708
Kristiani, Karlina Wahyu. “Kepentingan Nasional dalam Hubungan
Internasional”. Artikel diakses pada 10 Maret 2018 dari http://karlinawk-
fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-60606
xiii
Pengantar%20Hubungan%20Internasional-
Kepentingan%20Nasional%20dalam%20Hubungan%20Internasiona.html
“Mengharapkan Kevin Rudd,” Artikel diakses pada 18 Desember 2017 dari
hangga.staff.uii.ac.id/2013/06/25/mengharapkan-kevin-rudd-2-0/
Mohamed, Ardyan. „‟Malcolm Turnbull jadi PM Australia, Apa Dampaknya buat
İndonesia,‟‟ Artikel ini diakses pada 22 Desember 2017 dari
https://www.merdeka.com/dunia/malcolm-turnbull-jadi-pm-australia-apa-
dampaknya-buat-indonesia.html
National Archieves of Australia. About Kevin Rudd. Artikel diakses pada 17
Desember 2017 dari
http://primeministers.naa.gov.au/primeministers/KevinRudd/.
Pakpahan, Elsafah. „‟Pembangungan Ekonomi Tiongkok Pasca Deng Xiaopıng,‟‟
Artikel diakses pada 5 Januari 2018 dari
https://elpakpahan.wordpress.com/2013/09/19/pembangunan-ekonomi-
cina-pasca-deng-xiaoping/
„‟Pertumbuhan Ekonomi Cina di Kuartal 2017 Lampaui Prediksi Ekonom.‟‟
Artikel diakses pada 5 Januari 2018 dari
http://ekonomi.kompas.com/read/2017/04/17/131500226/pertumbuhan.eko
nomi.china.di.kuartal.i.2017.lampaui.prediksi.ekonom
„‟PM Australia Mengundang Para Pemimpin ASEAN Menghadiri KTT Istimewa
di Canberra pada 2018,‟‟ Artikel diakses pada 24 Desember 2017 dari
http://vovworld.vn/id-ID/berita/pm-australia-mengundang-para-pemimpin-
asean-menghadiri-ktt-istimewa-di-canberra-pada-tahun-2018-468249.vov
„‟PM Turnbull Undang Pemimpin Negara ASEAN ke Australia.‟‟ Artikel diakses
pada 27 Desember 2017 dari http://kabarkampus.com/2016/09/pm-
turnbull-undang-pemimpin-negara-asean-ke-australia/
Priyambodo. “Usai Lompatan Ekonomi Cina, Australia di Persimpangan Jalan.”
Artikel diakses pada 18 Desember 2017 dari
https://www.antaranews.com/berita/384839/usai-lompatan-ekonomi-
china-australia-di-persimpangan-jalan
Puspitasari, Amanda. „‟Lima Hal Soal Perdana Menteri Baru,‟‟ Artikel diakses
pada 22 Desember 2017 dari
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20150915115439-113-
78815/lima-hal-soal-perdana-menteri-baru-australia/
Radio Australia. “Rudd Pertimbangkan Tambah Dana bagi Pengangguran untuk
Tandingi Oposisi.” Artikel diakses pada 19 Desember 2017 dari
xiv
m.radioaustralia.net.au/indonesia/2013-07-11/rudd-pertimbangkan-
tambah-dana-bagi-pengangguran-untuk-tandingi-oposisi-/115998
„‟Stabilitas Asia dalam Bayang-Bayang Ambisi Global Cina,‟‟ Artikel diakses
pada 5 Januari 2018 dari https://nusantaranews.co/53743-2/
Edwin Renaldi, “Sosok Tony Abbott, Perdana Menteri Australia ke-28,” Artikel
diakses pada 21 Desember 2017 dari
http://www.radioaustralia.net.au/indonesian/2013-09-07/sosok-tony-
abbott-perdana-menteri-australia-ke28/1187391
Veherdimanto, „‟Malcolm Turnbull Fokus pada Perbaikan Ekonomi Australia,‟‟
Artıkel diakses pada 22 Desember 2017 dari
http://www.zonalima.com/artikel/4746/Malcolm-Turnbull-Fokus-pada-
Perbaikan-Ekonomi-Australia/
Wijaya, L. Sastra. “Kevin Rudd: Politisi Paling Populer dan Paling
Kontroversial,” Artikel diakses pada 19 Desember 2017 dari
m.radioaustralia.net.au/indonesia/2013-11-1/kevin-rudd-politis-paling-
populer-dan-paling-kontroversial/1219562