faktor-faktor yang mempengaruhi impor biji kakao di …

103
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI INDONESIA Oleh: Qoriyana Nurselvi Prihatini 11150920000013 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1441 H

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO

DI INDONESIA

Oleh:

Qoriyana Nurselvi Prihatini

11150920000013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1441 H

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

ii

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI

INDONESIA

Qoriyana Nurselvi Prihatini

11150920000013

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1441 H

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

iii

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

iv

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama : Qoriyana Nurselvi Prihatini

Tempat, Tanggal

Lahir : Jakarta, 09 September 1997

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl. Galur No.49 RT.05/06,

Krukut, Limo, Depok

Telepon : 081511392663

Email : [email protected]

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

vi

RIWAYAT PENDIDIKAN

Formal

2003 – 2009 SDN Cipete Selatan 04 Pagi

2009 – 2012 SMP Negeri 12 Jakarta

2012 – 2015 SMA Negeri 97 Jakarta

2015 –

Sekarang

Mahasiswi Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan

Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI

(*diurutkan dari yang paling baru)

2019 Wakil Sekretaris Dewan Eksekutif

Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam

Syarif Hidayatullah Jakarta

2018 Wakil Ketua Dewan Eksekutif

Mahasiswa (DEMA) Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Syarif

Hidayatullah Jakarta

2017 Kepala Departemen Komunikasi dan

Informasi (KOMINFO) Dewan

Eksekutif Mahasiswa (DEMA)

Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Syarif Hidayatullah

Jakarta

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

vii

2017 Koordinator Div. Acara Closing

Ceremony Pekan Raya Saintek (PRS),

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2017 Koordinator Div. Humas Pengenalan

Budaya Akademik Kampus, Fakultas

Sains dan Teknologi, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2017 Penanggungjawab Pelatihan Jurnalistik,

Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2016 Anggota Departemen Ekonomi dan

Bisnis (EKOBIS) Dewan Eksekutif

Mahasiswa (DEMA) Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

2016 Anggota SSC Basketball Fakultas Sains

dan Teknologi, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2016 Anggota Div. Humas KPPS FST –

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2016 Anggota Div. Humas AGRICAMP,

HMJ AGRIBISNIS, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

viii

2016 Koordinator Div. Acara AGRI’S

EVENT, HMJ AGRIBISNIS,

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta Jakarta

2016 Anggota Div. Keamanan Orientasi

Pengenalan Akademik Kampus

Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2016 Anggota Div. Humas Duta Saintek

2017, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2016 Anggota Div. Sponsorship FST

Entrepreneurship Week (FEW),

Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2016 Anggota Div. Acara Olimpiade Saintek

2016, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta

2015 Anggota Div. Humas, Rujakustik

Agribisnis, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

ix

PENGALAMAN KERJA

(*diurutkan dari yang paling baru)

2019 Data Entry, Arif & Susanto Law Firm,

Kuningan, Jakarta

2018 Bagian Produksi Ikan Koi, Balai Benih

Ikan Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

x

RINGKASAN

Qoriyana Nurselvi Prihatini, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor

Biji Kakao di Indonesia. Di bawah bimbingan Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM

dan Puspi Eko Wiranthi, SE, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) Menganalisis pengaruh variabel penelitian

terhadap impor biji kakao di Indonesia secara parsial (Ceteris Paribus), 2)

Menganalisis pengaruh variabel penelitian terhadap impor biji kakao di Indonesia

secara simultan. Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada biji kakao di Indonesia

dengan kode Harmonized System (HS) 1801. Data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data primer dan sekunder berupa data time series mulai tahun 2001

hingga tahun 2017. Data bersumber dari UN Comtrade, World Bank, Badan Pusat

Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian

Perindustrian, The International Cocoa Organization (ICCO), website-website lain

yang relevan, serta beberapa penelitian terdahulu dari tahun 2013 – 2018. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yang

diolah menggunakan alat analisis SPSS 20.

Variabel independent yang digunakan pada penelitian ini adalah produksi

nasional biji kakao (X1), harga dunia biji kakao (X2), kurs rupiah terhadap dollar

Amerika (X3), GDP Indonesia (X4), dan kebijakan perdagangan (X5). Berdasarkan

hasil Uji F yang telah dilakukan, seluruh variabel independent memiliki pengaruh

yang erat dan memiliki signifikansi terhadap variabel dependent penelitian yaitu

volume impor biji kakao (Y). Nilai F-hitung 22.125 lebih besar dari nilai F-tabel

3.20 dan hasil uji F memiliki nilai signifikansi sebesar .000 yang lebih kecil dari

0.05. Adapun hasil Uji T yang juga telah dilakukan bahwa variabel produksi

nasional biji kakao (X1), berpengaruh positif dengan nilai koefisien 117.051 dan

nilai signifikansi 0.091. Harga dunia (X2), berpengaruh positif dengan nilai

koefisien 20.867 dan nilai signifikansi 0.137. Nilai tukar (X3), berpengaruh positif

dengan nilai koefisien 15.338 dan nilai signifikansi 0.001. GDP (X4), berpengaruh

negatif dengan nilai koefisien -19.515 dan nilai signifikansi 0.000. Kebijakan (X5),

berpengaruh positif dengan nilai koefisien 77.054 dan nilai signifikansi 0.002.

Kata Kunci: Impor Kakao, Produksi Nasional Kakao, Harga Dunia Kakao, GDP

Indonesia, Kurs, Kebijakan Perdagangan.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

xi

ABSTRACT

Qoriyana Nurselvi Prihatini, Factors Affecting the Import Volume of Cocoa

Beans in Indonesia. Under the guidance of Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM and

Puspi Eko Wiranthi, SE, M.Si.

This study aims to 1) Analyze the effect of research variables on the import

of cocoa beans in Indonesia partially (Ceteris Paribus), 2) Analyze the effect of

research variables on the import of cocoa beans in Indonesia simultaneously. The

scoupe of this research focuses on cocoa beans in Indonesia wih Harmonized

System (HS) code 1801. Data used in this study are primary and secondary data in

the form 2001 to 2017. Data sourced from UN Comtrade, World Bank, Central

Statistics Agency (BPS), Ministry of Agriculture, Ministry of Trade, Ministry of

Industry, The International Cocoa Organization (ICCO), other relevant websites,

as well as some previous studies from 2013 to 2017. The method used in this study

is multiple linear regression analysis which is processed using SPSS 20 analysis

tool.

The independent variables used in this research is the national production

of cocoa beans (X1), world prices of cocoa beans (X2), rupiah exchange rates against

the US dollar (X3), Indonesian GDP (X4), and trade policy (X5). Based on the result

of the F-Test that have been done, all independent variables have a close

relationship and have significance on the dependent variable of the study, namely

the volume of imported cocoa beans (Y). F-test value of 22,125 is greater than the

F-table value of 3.20 and the F-test result has a significance value of 000 wich is

smaller than 0.05. The T-test result have also been carried out that the national

cocoa bean production variable (X1), has a positive effect on the coefficient of

117.051 and a significance value of 0.091. World price (X2), has a positive effect

on the coefficient of 20.567 and a significance value of 0.137. Exchange value (X3),

has a positive effect on the coefficient of 15.338 and a significance value of 0.001.

GDP (X4), has a negative effect on the coefficient of -19.515 and a significance

value of 0.000. Policy (X5), has a positive effect on the coefficient of 77.054 and a

significance value of 0.002.

Keywords: Cocoa Import, Cocoa National Production, Cocoa World Prices,

Indonesian GDP, Exchange Rates, Trade Policy.

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

xii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia,

dan hidayah-Nya, shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita

Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat-Nya. Penyusunan

skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Biji Kakao di

Indonesia” dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas

Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada

semua pihak yang telah ikut membantu serta menjadi motivasi penulis, yaitu

kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya E.P, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains

dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta

jajarannya.

2. Ibu Dr. Siti Rochaeni, M.Si, selaku Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Ibu Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM, selaku Sekretaris Program Studi

Agribisnis Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta serta selaku dosen

pembimbing I dan Ibu Puspi Eko Wiranthi, SE, M.Si. selaku dosen

pembimbing II atas setiap bimbingan, arahan, saran, motivasi, waktu, dan

pemikiran yang telah diberikan disela-sela kesibukan Ibu hingga selesainya

skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan untuk Ibu.

Aamiin.

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

xiii

4. Seluruh dosen Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat

disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat atas ilmu dan

pelajaran yang diberikan dalam perkuliahan atau di luar perkuliahan.

5. Keluarga tercinta Ibunda Yuli Marantasari, Ayahanda Alm. Endang

Suryana, Kakung Rusman, Uti Alm. Sunarti, Ayah Mahyudin, Mama Sita,

Mama Sinta, Abim, Mega dan Byan yang telah mencurahkan kasih sayang

yang tiada henti, perhatian, dukungan moril maupun materil, nasihat yang

tak ternilai, dan doa yang tak pernah putus, serta adik-adik ku Bilal Suryana

dan Visal Syaivi yang selalu menghibur dan mendukung penuh.

Terimakasih, semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan untuk

kalian hingga penulis dapat meraih kesuksesan untuk membahagiakan

kalian. Aamiin.

6. Anggi, Dwi, Azhia, Riri, Maya, Indri, Maria, Rista, Cindy, Yashel, David,

Donni, Rizki, Andhika yang selalu memberikan semangat dan perhatiannya

agar penulis tidak patah semangat sehingga dapat segera menyelesaikan

penulisan penelitian ini. Terimakasih, semoga Allah SWT membalas segala

kebaikan dan semoga dalam perlindungan Allah SWT. Aamiin.

7. Putnav, Disti, Faishal, Redno, Ribby, Fadjri, Beta, Nungky, Farah, Sarah,

Ferinna, Tyas, Kun, Shoffan, Luthfan, Mail, Firas kakak dan sahabat

perjuangan dalam mengerjakan skripsi dan sebagai tempat bertukar pikiran

yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi dalam penelitian ini.

Semoga Allah membalas segala kebaikan kalian. Aamiin.

8. Sultan, Ari, Syita, Diana, Ridwan, Firman, Mizan, Sony, Alfi, Hasanu,

Syauqi, Milzam, Panglima sahabat seperjuangan dan adik yang selalu

mensupport, mendoakan serta memberikan masukan yang positif sehingga

penulis merasa beruntung dipertemukan dalam waktu yang singkat. Semoga

Allah SWT membalas segala kebaikan kalian. Aamiin.

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

xiv

9. Teman-teman Agribisnis 2015 yang selalu memberikan semangat dan

informasi dalam mengerjakan penelitian penulis. Semoga Allah SWT

memudahkan langkah kita menuju kebaikan. Aamiin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun semua pihak

yang membutuhkan. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Jakarta, April 2020

Penulis

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

xv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...................................................................................... xii

ABSTRAK ........................................................................................................ x

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 7

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perdagangan Internasional ..................................................................... 9

2.2 Produksi .................................................................................................. 11

2.3 Nilai Tukar ............................................................................................. 11

2.4 Harga ...................................................................................................... 12

2.5 GDP (Gross Domestic Product) ............................................................. 13

2.6 Kebijakan Perdagangan Impor Kakao .................................................... 14

2.7 Penelitian Terdahulu .............................................................................. 17

2.8 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 19

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

xvi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 21

3.2 Variabel Penelitian ................................................................................. 21

3.3 Metode Analisis Data ............................................................................. 22

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.1 Agribisnis Biji Kakao ............................................................................. 32

4.1.1 Perkembangan Luas Areal Kakao Indonesia .............................. 33

4.1.2 Perkembangan Produksi dan Produktivitas Kakao

Indonesia..................................................................................... 35

4.2 Perkembangan Volume Impor Kakao Indonesia ................................... 37

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Biji Kakao di Indonesia

secara Simultan ...................................................................................... 39

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Biji Kakao di Indonesia

secara Parsial ......................................................................................... 40

5.2.1 Pengaruh Produksi Nasional Biji Kakao (X1) terhadap

Volume Impor Biji Kakao di Indonesia ..................................... 42

5.2.2 Pengaruh Kurs Rupiah (X3) terhadap Volume Impor Biji

Kakao di Indonesia ..................................................................... 44

5.2.3 Pengaruh GDP (X4) terhadap Volume Impor Biji Kakao

di Indonesia ................................................................................ 46

5.2.4 Pengaruh Kebijakan (X5) terhadap Volume Impor Biji Kakao

di Indonesia ................................................................................ 48

5.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) .................................................... 50

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ............................................................................................ 51

6.2 Saran ....................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 52

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia ............................................. 3

2. Jenis Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar ... 6

3. Kebijakan Bea Keluar dan Bea Masuk Biji Kakao Indonesia .................... 16

4. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 17

5. Hasil Uji Multikolinieritas .......................................................................... 24

6. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov .................................................................. 25

7. Hasil Uji Glejser ......................................................................................... 27

8. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................................ 28

9. Hasil Uji Run Test ....................................................................................... 29

10. Rata-Rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal Kakao ....................... 34

11. Rata-Rata Pertumbuhan dan Kontribusi Produksi Kakao ........................... 36

12. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F) .......................................................... 39

13. Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji T) .............................................................. 40

14. Produksi Nasional dan Volume Impor Biji Kakao di Indonesia ................. 43

15. Kurs dan Volume Impor Biji Kakao ........................................................... 46

16. GDP Indonesia dan Volume Impor Biji Kakao di Indonesia...................... 48

17. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ......................................................... 50

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Perkembangan Luas Areal Kakao .................................................................... 1

2. Perbandingan Luas Areal Kakao................................................................. 2

3. Volume dan Nilai Impor Kakao .................................................................. 5

4. Kurva Ekspor dan Kurva Impor .................................................................. 9

5. Skema Kerangka Pemikiran ........................................................................ 20

6. Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual .................. 25

7. Grafik Scatterplot ........................................................................................ 26

8. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia ............................................. 35

9. Volume Impor dari Negara Asal Impor Biji Kakao Indonesia ................... 38

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Perkembangan Luas Areal Kakao ............................................................... 54

2. Perbandingan Luas Areal Kakao................................................................. 55

3. Volume dan Nilai Impor Kakao .................................................................. 56

4. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia ............................................. 57

5. Volume Impor dari Negara Asal Impor Biji Kakao Indonesia ................... 58

6. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov .................................................................. 59

7. Hasil Uji Multikolinearitas.......................................................................... 60

8. Hasil Uji Glejser ......................................................................................... 61

9. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................................ 62

10. Hasil Uji Run Test ....................................................................................... 63

11. Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................................. 64

12. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F) .......................................................... 65

13. Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji T) .............................................................. 66

14. Transkrip Wawancara Kementerian Pertanian Republik Indonesia ........... 67

15. Transkrip Wawancara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia ...... 72

16. Transkrip Wawancara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Bagian 2 ...................................................................................................... 74

17. Transkrip Wawancara Dewan Kakao Indonesia ......................................... 76

18. Transkrip Wawancara Kementerian Perindustrian Republik Indonesia ..... 78

19. Curriculum Vitae Narasumber Kementerian Pertanian .............................. 79

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

xx

20. Curriculum Vitae Narasumber Kementerian Perdagangan ......................... 80

21. Curriculum Vitae Narasumber Dewan Kakao Indonesia ............................ 81

22. Curriculum Vitae Narasumber Kementerian Perindustrian ........................ 83

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai

Gading dan Ghana. Tidak hanya itu, kakao juga berperan bagi pengembangan

wilayah dan pengembangan agroindustri. Perkembangan perkebunan kakao

meningkat pada tahun 2002, areal perkebunan kakao Indonesia tercatat seluas

914.051 ha. Gambar 1 menjelaskan perkembangan luas areal perkebunan kakao

mengalami fluktuatif, pada tahun 2014 luas areal mengalami penurunan hingga

akhir tahun 2017. Penurunan ini terjadi dikarenakan beberapa petani sudah beralih

ke tanaman lain. Hal ini disebabkan sulitnya bagi petani untuk merawat tanaman

kakao dan petani tidak memiliki penghasilan yang menjanjikan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari (Kementerian Pertanian, 2017).

Gambar 1. Perkembangan Luas Areal Kakao Tahun 2000-2017 Sumber: Kementerian Pertanian (2017)

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

2,000,000

Ha

Tahun

PR PBN PBS INDONESIA

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

2

Gambar 2. Perbandingan Luas Areal Kakao Tahun 2015 Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia Kakao (2016)

Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa menurut usahanya perkebunan kakao

Indonesia dikelompokkan dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu perkebunan rakyat,

perkebunan besar negara, dan perkebunan besar swasta dimana perkembangan luas

areal kakao di tiap tahunnya mengalami fluktuatif. Presentasi perkembangan luas

areal biji kakao pada jenis perkebunan berbeda. Perkebunan rakyat sebesar (97%)

mengelola sebagian besar kakao Indonesia dengan sentra produksi utama berada di

Provinsi Sulawesi, Lampung, Aceh dan Sumatera, perkebunan besar negara sebesar

(1%), serta yang perkebunan besar swasta (2%) (Kementerian Pertanian, 2017).

Produksi kakao tiap tahun meningkat, tetapi tetap tidak dapat memenuhi

kebutuhan industri dalam negeri. Agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi

berbagai masalah kompleks antara lain produktivitas kebun masih rendah akibat

serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk masih rendah serta

masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu

tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk mengembangkan usaha dan

meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao (Kementerian

Perindustrian, 2019).

PR PBN PBS

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

3

Tabel 1. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia

TAHUN PR

(ton)

PBN

(ton)

PBS

(ton)

Indonesia

(ton)

2000 363,628 34,790 22,724 421,142

2001 476,924 33,905 25,975 536,804

2002 511,379 34,083 25,693 571,155

2003 634,877 32,075 31,864 698,816

2004 636,783 25,830 29,091 691,704

2005 693,701 25,494 29,633 748,828

2006 702,207 33,795 33,384 769,386

2007 671,370 34,643 33,993 740,006

2008 740,681 31,130 31,783 803,594

2009 741,981 34,604 32,998 809,583

2010 772,771 34,740 30,407 837,918

2011 644,688 34,737 33,170 712,231

2012 687,247 23,837 29,429 740,513

2013 665,401 25,879 29,582 720,862

2014 698,434 11,438 18,542 728,414

2015 562,346 11,616 19,369 593,331

2016 622,516 12,859 21,442 656,817

2017 652,397 13,477 22,471 688,345

Sumber: Kementerian Pertanian (2017)

Produksi kakao nasional umumnya merupakan kakao non-fermentasi

sedangkan kebutuhan industri merupakan jenis kakao yang sudah terfermentasi.

Ketidakseimbangan antara kebutuhan industri dengan kapasitas produksi kakao

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

4

lokal mendorong pemerintah untuk melakukan impor. Produksi kakao lokal seakan

tidak berdaya dalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri lokal. Pelaku

industri kakao menyatakan saat ini tengah menghadapi kendala berupa kurangnya

pasokan bahan baku dari dalam negeri. Kekurangan bahan baku menyebabkan

pemanfaatan kapasitas industri menjadi kurang maksimal. Industri membutuhkan

747.000 ton/tahun kapasitas. Kebutuhan industri hanya sebagian yang dapat

dipenuhi dari hasil perkebunan lokal, sedangkan sisanya Indonesia mengimpor dari

Pantai Gading dan Ghana (Kementerian Perindustrian, 2019). Pada tahun 2010

ketika produksi kakao sebesar 837,918 ton masih belum memenuhi kebutuhan

kapasitas terpasang industri sebesar 747.000 ton. Volume impor yang terjadi pada

saat itu sebesar 47.453 ton. Hal ini menunjukkan adanya kelebihan impor. Maka

dapat kita lihat dari tabel diatas bahwa adanya kecenderungan peningkatan produksi

juga diiringi oleh peningkatan volume impor didalamnya.

Kegiatan impor biji kakao untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku

industri. Kondisi nilai tukar rupiah dan dollar Amerika juga memiliki keterkaitan

dalam kegiatan impor kakao. Nilai tukar yang mengalami apresiasi ataupun

depresiasi hal ini berdampak pada kegiatan impor. Pada perdagangan internasional

nilai tukar dibutuhkan untuk memperlancar kegiatan jual beli. Selain nilai tukar,

perkembangan harga kakao Indonesia dan dunia juga dipengaruhi oleh jumlah

permintaan dan penawaran konsumen. Pengambilan keputusan harga patokan

berasal dari CIF New York dan juga dari dalam negeri yaitu dari Kementerian

Perdagangan serta Kementerian Perindustrian (Kementerian Perdagangan, 2014).

Kegiatan ekspor selalu mendapat perhatian lebih dibanding kegiatan impor, dimana

seharusnya impor juga mendapat perhatian yang sama dengan ekspor dikarenakan

kedaulatan ekonomi suatu negara merupakan cermin dari kegiatan impor yang

dilakukan negara tersebut. Berikut merupakan volume dan nilai impor biji kakao

selama beberapa tahun terakhir.

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

5

Gambar 3. Volume dan Nilai Impor Kakao Tahun 2001 - 2017 Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kakao (2018)

Gambar 3 menjelaskan impor biji kakao mengalami fluktuatif dari tahun ke

tahun. Jumlah terbesar dari volume dan nilai impor biji kakao tertinggi berada pada

tahun 2014 yaitu memiliki volume sebesar 139.990 ton dan nilai sebesar US$

469.005 seperti yang dapat kita lihat pada Gambar 3. Berdasarkan data Badan Pusat

Statistik (2018) pada tahun 2017 impor biji kakao Indonesia mengalami

peningkatan menjadi 270.172 ton. Besarnya jumlah impor biji kakao tersebut

mengindikasikan produksi kakao lokal tidak mampu mengimbangi peningkatan

kebutuhan bahan baku industri kakao lokal.

Pada tahun 2017 pemerintah mengeluarkan kebijakan Bea Keluar (BK) dalam

rangka mengembangkan industri pengolahan kakao. Kebijakan tersebut tertuang

dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 13 Tahun 2017 tentang Penetapan

Barang Ekspor yang Dikenakan BK dan Tarif BK. Peraturan tersebut diterapkan

secara progresif. Tujuan kebijakan ini adalah untuk menjamin pasokan kakao dalam

negeri agar industri-industri kakao di dalam negeri berkembang baik. Besaran tarif

BK dan harga patokan ekspor biji kakao ditentukan berdasarkan harga referensi biji

kakao. Harga referensi dimaksud adalah harga rata-rata internasional yang

berpedoman pada harga rata-rata CIF terminal New York (Kementerian

Perdagangan, 2019).

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

500,000T

ON

TAHUN

Volume Nilai

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

6

Tabel 2. Jenis Barang Ekspor yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar

Berupa Biji Kakao

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan (2018)

Selain menetapkan kebijakan bea keluar, pemerintah juga menerapkan

kebijakan tarif bea masuk atas impor biji kakao. Kebijakan ini merupakan salah

satu kebijakan pendukung selain kebijakan bea keluar. Impor biji kakao dan produk

kakao olahan dalam tingkat tarif bea masuk Most Favoured Nation (MFN) dinilai

telah mengalami eskalasi dalam pembebannya. Besaran tarif bea masuk sebesar 5%

merupakan bukti dari kebijakan penetapan tarif bea masuk MFN atas impor biji

kakao yang dimulai pada tahun 2014 hal tersebut saat ini dijadikan sebagai

instrumen kebijakan untuk melindungi petani dalam negeri dari serbuan impor biji

kakao dan menjadikan insentif bagi petani untuk tetap menanam pohon kakao.

Penerapan bea keluar dan bea masuk pada kebijakan perdagangan telah membantu

menurunkan volume impor yang ada di Indonesia. Adanya penentuan kuota tarif

5% tersebut yang menjadikan para pelaku impor menjadi lebih berhati-hati dalam

menentukan jumlah impor yang akan dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori

menurut Sudjarmoko (2013) yaitu untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam

negeri, melindungi kelestarian sumber daya alam, mengantisipasi kenaikan harga

yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional atau

menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri.

Namun apabila dicermati persoalan fenomena besarnya impor biji kakao

tidak hanya berkaitan dengan faktor pemenuhan bahan baku biji kakao lokal saja.

Adapun kebutuhan terhadap biji kakao blending. Kakao yang di impor memiliki

ciri khas yang berbeda dari kakao yang diproduksi di Indonesia. Kakao yang berasal

dari Afrika memiliki rasa milky. Hal ini juga menjadi faktor impor biji kakao. Rasa

yang dimiliki kakao impor dapat di blend dengan kakao lokal yang memiliki rasa

fruity sehingga menghasilkan rasa yang unik. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa

No. Uraian

Termasuk

dalam Pos

Tarif

Tarif Bea Keluar (%)

Kolom

1

Kolom

2

Kolom

3

Kolom

4

1. Biji Kakao

1801.00.00 0 5 10 15

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

7

faktor produksi biji kakao lokal bukan merupakan satu-satunya faktor yang

mempengaruhi besarnya volume impor biji kakao lokal di Indonesia sehingga perlu

dilakukan penelitian untuk membahas faktor-faktor yang mempengaruhi impor biji

kakao secara keseluruhan. Penelitian ini membahas dan berfokus dengan faktor-

faktor yang mempengaruhi volume impor biji kakao seperti harga kakao dunia, kurs

rupiah, produksi kakao domestik, Gross Domestic Product (GDP), serta kebijakan

perdagangan pemerintah yang mempengaruhi jalannya kegiatan impor biji kakao

Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh produksi nasional biji kakao, harga dunia biji

kakao, nilai tukar, Gross Domestic Product (GDP) per kapita, dan

kebijakan perdagangan terhadap volume impor biji kakao di Indonesia

secara simultan?

2. Bagaimana pengaruh produksi nasional biji kakao, harga dunia biji

kakao, nilai tukar, Gross Domestic Product (GDP) per kapita, dan

kebijakan perdagangan terhadap volume impor biji kakao di Indonesia

secara parsial?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai

berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh produksi nasional biji kakao, harga dunia

biji kakao, nilai tukar, Gross Domestic Product (GDP) per kapita, dan

kebijakan perdagangan terhadap volume impor biji kakao di Indonesia

secara simultan.

2. Untuk menganalisis pengaruh produksi nasional biji kakao, harga dunia

biji kakao, nilai tukar, Gross Domestic Product (GDP) per kapita, dan

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

8

kebijakan perdagangan terhadap volume impor biji kakao di Indonesia

secara parsial.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai

pihak, antara lain:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai:

a. Perbandingan dan acuan untuk penelitian selanjutnya.

b. Syarat untuk lulus strata satu di Program Studi Agribisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna bagi:

a. Pelaku industri untuk memberikan informasi tentang kondisi yang

sedang terjadi, sehingga dapat mengambil langkah yang tepat untuk

tetap maju dan untung secara finansial.

b. Pemerintah untuk memberikan informasi yang dapat

dipertimbangkan dalam pengambilan kebijakan tentang impor

kakao serta dapat memberikan keadilan bagi seluruh pihak terkait.

1.5 Ruang Lingkup

Pembahasan diatas memiliki batasan penelitian, yaitu:

1. Penelitian ini berfokus pada biji kakao di Indonesia dengan kode HS

(Harmonized System) 1801. Kode HS 1801 membahas tentang biji

kakao, utuh atau pecah, mentah atau panggang.

2. Penelitian ini menggunakan data pada tahun 2001 sampai dengan 2017.

Pada kurun waktu 17 tahun data yang digunakan masih relevan untuk

dijadikan penelitian dan sudah memenuhi asumsi statistik untuk analisis

regresi linier berganda yang digunakan sebagai metode penelitian.

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perdagangan Internasional

Menurut Christianto (2013) pengertian perdagangan internasional secara

sederhana menurut kamus ekonomi yaitu perdagangan yang terjadi antara dua

negara atau lebih. Perdagangan luar negeri merupakan aspek penting bagi

perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional menjadi semakin penting

tidak hanya dalam pembangunan negara yang berorientasi keluar akan tetapi juga

dalam mencari pasar di negara lain bagi hasil-hasil produksi di dalam negeri serta

pengadaan barang-barang modal guna mendukung perkembangan industri di dalam

negeri. Teori perdagangan internasional mulai muncul sejak abad ke 17 dan 18

dimana pada saat itu dikenal sebagai era merkantilisme. Setelah itu muncul

pemikiran Adam Smith yang menyatakan bahwa perdagangan dua negara

didasarkan pada keunggulan absolut. Kedua negara tersebut dapat memperoleh

keuntungan dengan cara setiap negara melakukan spesialisasi dalam memproduksi

komoditi yang memiliki keunggulan absolut, dan menukarkan komoditi lain yang

mempunyai kerugian absolut sehingga setiap negara dapat memperoleh

keuntungan.

Gambar 4. Kurva Ekspor dan Kurva Impor Sumber: Salvatore (2014)

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

10

Menurut Salvatore (2014) pada Gambar 4 diatas terdapat perdagangan

internasional antara negara A dan negara B. Perdagangan internasional antara

negara A sebagai negara pengekspor dan negara B sebagai negara pengimpor terjadi

keseimbangan harga komoditi relatif. Selain itu perdagangan internasional terjadi

akibat kelebihan penawaran pada negara A dan kelebihan permintaan pada negara

B. Pada negara A harga suatu komoditas sebesar Pa, dan di negara B harga

komoditas B harga komodita tersebut sebesar Pb, Ceteris Paribus. Pada pasar

internasional harga yang dimiliki oleh negara A akan lebih kecil yaitu berada pada

harga P* sehingga negara A akan mengalami kelebihan penawaran (excess supply)

di pasar internasional.

Pada negara B, terjadi harga yang lebih besar dibandingkan harga pada pasar

internasional sehingga akan terjadi kelebihan permintaan (excess demand) di pasar

internasional. Keseimbangan di pasar internasional kelebihan penawaran harga A

menjadi penawaran pada pasar internasional yaitu pada kurva ES sedangkan

kelebihan permintaan negara B menjadi permintaan pada pasar internasional yaitu

sebesar ED. Kelebihan penawaran dan permintaan tersebut akan menyebabkan

keseimbangan harga sebesar P*. Peristiwa tersebut akan mengakibatkan negara A

mengekspor, dan negara B mengimpor komoditas tertentu dengan harga sebesar P*

di pasar internasional. Penjelasan di atas didapat bahwa perdagangan internasional

(ekspor-impor) terjadi karena terdapat perbedaan antara harga domestik (Pa dan

Pb), dan harga internasional (P*); permintaan (ED), dan penawaran (ES) pada

komoditas tertentu. Selain itu, nilai tukar mata uang (exchange rate) pada pasar

internasional antara suatu negara dengan negara lain secara tidak langsung akan

menyebabkan ekspor dan impor pada suatu negara.

Manfaat perdagangan internasional adalah meningkatkan kemakmuran, yaitu

dengan memberikan kesempatan kepada setiap negara untuk berspesialisasi dalam

memproduksi barang dan jasa yang relatif efisien. Efisiensi relatif suatu negara

dalam memproduksi produk tertentu dapat dijelaskan dari jumlah produk alternatif

lain yang dapat diproduksi dengan input yang sama. Bila ditinjau dari pengertian

ini, efisiensi relatif digambarkan sebagai keuntungan komparatif. Semua negara

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

11

secara bersama-sama dapat memperoleh hasil dari eksploitasi keuntungan

komparatifnya, juga dari skala produksi yang lebih besar dan pilihan produk yang

lebih beragam yang semuanya dimungkinkan oleh adanya perdagangan

internasional (Christianto, 2013).

2.2 Produksi

Produksi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan optimalisasi dari

faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, dan keahlian oleh suatu perusahaan

sehingga menghasilkan suatu produk berupa barang maupun jasa. Kegiatan

produksi yaitu kegiatan yang melakukan proses, pengolahan, dan mengubah faktor-

faktor produksi menjadi sesuatu yang memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi.

Kegiatan produksi tidak bisa dilakukan jika tidak ada bahan-bahan yang

memungkinkan dilakukannya proses produksi. Bahan yang dibutuhkan untuk

melakukan proses produksi antara lain sumber daya manusia, sumber daya alam,

modal serta keahlian. Menurut Joesron (2012) menjelaskan bahwa produksi

merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan

beberapa masukan atau input untuk menghasilkan output. Faktor-faktor produksi

adalah hal-hal yang sangat berpengaruh agar hasil suatu produksi dapat

menghasilkan kualitas yang baik dengan mengetahui hasil produksi

2.3 Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang (kurs) memiliki peranan penting dalam hubungan

perdagangan internasional. Hal ini disebabkan karena perdagangan yang dilakukan

antara dua negara selalu memakai dua mata uang yang berbeda, untuk menghindari

perbedaan dan mata uang tersebut, maka digunakan nilai tukar sebagai tolak ukur

harga suatu nilai mata uang antar dua negara. Kurs antara dua negara adalah tingkat

harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan

(Mankiw, 2006).

Nilai tukar atau kurs merupakan harga mata uang suatu negara yang

dinyatakan dalam mata uang lain yang dapat dibeli dan dijual. Kegiatan

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

12

perdagangan internasional antara suatu negara dengan negara lain sangat

dipengaruhi oleh nilai tukar atau kurs valuta asing. Kurs valuta asing memiliki

peranan yang cukup penting dalam menentukan harga relatif dari barang maupun

jasa di negara lain lebih murah atau lebih mahal dibandingkan dengan barang

maupun jasa yang diproduksi didalam negeri.

2.4 Harga

Faktor lain yang mempengaruhi volume impor suatu komoditi adalah harga

komoditi tersebut. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas sesuatu

produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-

manfaat karena memiliki atau meggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler dan

Amstrong, 2010). Harga merupakan hal yang terpenting dalam kegiatan bisnis,

karena suatu barang yang dijual harus ditentukan harganya terlebih dahulu sehingga

seluruh pihak bisa memperoleh keuntungan dan mendapakan hasil yang

memuaskan dengan penetapan harga yang disetujui. Harga adalah sejumlah uang

yang dibebankan atas sesuatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar

konsumen atas mannfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau

jasa tersebut.

Harga memainkan peranan penting bagi perkonomian secara makro

konsumen dan perusahaan (Tjiptono, 2008). Terdapat peranan harga terhadap

perekonomian, konsumen dan perusahaan sebagai berikut:

1. Bagi perekonomian. Tingkat upah, sewa, bunga dan laba mempengaruhi

harga produk. Harga merupakan regulator dasar dalam sistem perekonomian

karena harga berpengaruh terhadap alokasi faktor-faktor produksi seperti

tenaga kerja, tanah, modal dan kewirausahaan.

2. Bagi konsumen. Mayoritas konsumen agak sensitif terhadap harga, namun

juga mempertimbangkan faktor lain (seperti citra, merek, lokasi toko, layanan,

nilai (value) dan kualitas). Selain itu, persepsi konsumen terhadap kualitas

produk sering kali dipengaruhi oleh harga. Dalam beberapa kasus, harga yang

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

13

mahal dianggap mencerminkan kualitas tinggi, terutama dalam kategori

(specialty products).

3. Bagi perusahaan. Harga produk adalah determinan utama bagi permintaan

pasar atas produk bersangkutan. Harga mempengaruhi posisi bersaing dan

pangsa pasar perusahaan. Dampaknya, harga berpengaruh pada pendapatan

dan laba bersih perusahaan. Dalam kata lain, perusahaan mendapatkan uang

melalui harga yang dibebankan atas produk atau jasa yang dijualnya.

2.5 Gross Domestic Product (GDP)

Gross Domestic Product (GDP) suatu negara juga mempengaruhi kegiatan

jual beli komoditas yang ada. Gross Domestic Product (GDP) adalah suatu

cerminan akan keadaan perekonomian negara yang bersangkutan. Ketika Gross

Domestic Product (GDP) suatu negara semakin besar, maka menunjukkan keadaan

perekonomian suatu negara tersebut semakin baik dengan diiringi oleh pendapatan

negara tersebut yang semakin meningkat. Ketika terjadi peningkatan dalam Gross

Domestic Product (GDP) suatu negara, maka akan semakin meningkatkan

kemampuan kedua negara tersebut dalam kegiatan perdagangan internasional.

Kondisi ini sesuai dengan teori permintaan yang menyatakan bahwa peningkatan

pendapatan per kapita konsumen akan meningkatkan permintaan terhadap

komoditas yang diperdagangkan (Pindyck dan Rubenfield, 2009).

Gross Domestic Product (GDP) merupakan indikator yang mengukur jumlah

output final barang (goods) dan jasa (services) yang dihasilkan oleh perekonomian

suatu negara, dalam wilayah negara tersebut, baik oleh penduduknya (warga

negara) sendiri maupun bukan penduduk (misal: perusahaan asing), tanpa

memandang apakah produksi output tersebut nantinya akan dialokasikan ke pasar

domestik atau luar negeri (Todaro dan Smith, 2003). Gross Domestic Product

(GDP) per kapita dapat mengukur kemampuan suatu negara untuk melakukan

pembelian barang dan jasa. Ketika Gross Domestic Product (GDP) per kapita

penduduk suatu negara meningkat, maka daya beli negara tersebut akan meningkat,

dan pada saat yang bersamaan permintaan penduduk di negara tersebut atas sebuah

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

14

komoditas impor pun meningkat. Hal ini akan mengakibatkan meningkatnya ekspor

suatu komoditas dari negara mitra dagangnya (Mankiw, 2006).

2.6 Kebijakan Perdagangan Impor Kakao

Perdagangan Internasional merupakan salah satu hal yang dapat membantu

perekonominan negara. Kebijakan ini mengatur jalannya perdagangan internasional

di Indonesia. Berikut merupakan kebijakan perdagangan untuk mengurangi impor

di Indonesia, yaitu:

a. Kebijakan Bea Keluar

Kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menghambat ekspor biji kakao

dan meningkatkan ekspor kakao olahan. Kebijakan bea keluar menetapkan bahwa

besaran tarif bea keluar (BK) dan harga patokan ekspor biji kakao ditentukan

berdasarkan harga referensi biji kakao. Harga referensi yang dimaksud adalah harga

rata-rata internasional yang berpedoman pada harga rata-rata cost insurance freight

(CIF) terminal New York. Besaran harga referensi berikut harga patokan ekspor

(HPE) ditetapkan setiap bulan oleh Menteri Perdagangan. Dasar hukum yang

digunakan: PMK No. 75 Tahun 2012 tentang Penetapan Barang Ekspor Yang

Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. Tujuan adanya kebijakan ini adalah

pengenaan bea keluar biji kakao dalam rangka penyediaan bahan baku industri

pengolahan kakao dalam negeri; meningkatkan nilai tambah produk pertanian

primer. Instrumen Bea Keluar sebagaimana ditetapkan oleh PP No. 55 Tahun 2008

tentang Pengenaan Bea Keluar terhadap barang ekspor, dimaksudkan untuk

menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri; melindungi kelestarian sumber

daya alam; mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor

tertentu di pasaran internasional; atau menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di

dalam negeri (Sudjarmoko, 2013).

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

15

b. Kebijakan Bea Masuk

Industri pengolahan kakao domestik menghadapi kendala keterbatasan atas

pasokan biji kakao sehingga memaksa untuk melakukan importasi dari luar negeri.

Besaran tarif bea masuk tersebut saat ini dijadikan sebagai instrument kebijakan

untuk melindungi petani di dalam negeri dari serbuan impor biji kakao dan

menjadikan insentif bagi petani untuk tetap menanam pohon kakao. Tarif bea

masuk MFN atas impor biji kakao Indonesia pada tahun 2014 ditetapkan sebesar

5% (Kementerian Perdagangan, 2014).

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

16

Tabel 3. Kebijakan Bea Keluar dan Bea Masuk Biji Kakao Indonesia

No. Bea Keluar Bea Masuk

1.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

No.67/PMK.011/2010 tentang

Penetapan Barang Ekspor yang

dikenakan BK dan Tarif BK. Peraturan

ini diterapkan secara progresif. Besaran

tarif BK dan harga patokan ekspor biji

kakao ditentukan berdasarkan harga

referensi biji kakao. Harga referensi

yang dimaksud adalah harga rata-rata

internasional CIF terminal New York.

Besaran harga referensi berikut harga

patokan ekspor (HPE) ditetapkan setiap

bulan oleh Menteri Perdagangan.

Peraturan Menteri Keuangan

(PMK) No.208/PMK.011/2012

tentang Penetapan Tarif Bea

Masuk dalam Rangka ASEAN-

CHINA FREE TRADE AREA

(ACFTA).

2.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

No.75/PMK.011/2012 tentang

Penetapan Barang Ekspor yang

dikenakan BK dan Tarif BK.

Peraturan Menteri Keuangan

(PMK) No.25/PMK.010/2017

tentang Penetapan Tarif Bea

Masuk dalam Rangka ASEAN

TRADE IN GOODS

AGREEMENT.

3.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

No.13/PMK.010/2017 tentang

Penetapan Barang Ekspor yang

dikenakan BK dan Tarif BK.

Bea Masuk Most Favoured

Nation (MFN) atas impor biji

kakao dan produk olahan kakao

dinilai telah mengalami eskalasi

dalam pembebannya. Kebijakan

penetapan tarif bea masuk MFN

atas impor biji kakao Indonesia

pada tahun 2014 yang ditetapkan

sebesar 5%

4.

Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

No.164/PMK.010/2018 tentang

Penetapan Barang Ekspor yang

dikenakan BK dan Tarif BK.

Sumber: Peraturan Menteri Keuangan (PMK), Kementerian Keuangan (2018)

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

17

2.7 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh para peneliti

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dan impor dari beragam

komoditas. Perbedaan dari penelitian ini mulai dari komoditas yang dikaji, metode

pengumpulan data, serta alat analisisnya. Berikut merupakan beberapa penelitian

terdahulu yang dijelaskan pada Tabel 4.

Tabel 4. Penelitian Terdahulu

No Penelitian Terdahulu

1.

Nama Diah Ayu Iswandari

Tahun 2018

Judul Analisis Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Impor Kedelai

di Indonesia Periode 1997 – 2015

Perbedaan Data yang digunakan mulai dari 1997 – 2015; Metode yang

digunakan adalah Error Correction Model (ECM);

Komoditas yang diteliti adalah Kedelai.

Persamaan Variabel yang digunakan yaitu produksi dan kurs.

2.

Nama Doni Hernadi

Tahun 2016

Judul Analisis Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Impor Jagung

Indonesia Periode 1995 – 2014

Perbedaan Data yang digunakan mulai dari 1995 – 2014; Komoditas

yang diteliti adalah Jagung; Metode yang digunakan adalah

Augmented Dicky Fuller (ADF), Error Correction Model

(ECM).

Persamaan Variabel yang digunakan yaitu harga dunia, produksi, kurs,

PDB per kapita.

3.

Nama Ridwan Umar Hanafi, Netti Tinaprilla

Tahun 2014

Judul Daya Saing Komoditas Kakao Indonesia di Perdagangan

Internasional

Perbedaan Metode yang digunankan: Indeks Spesialisasi Perdaangan

(ISP), Revealed Comparative Advantage (RCA), Export

Products Dynamic (EPD), Herfindahl-Hirschman Index

(HHI), Concentration Ratio (CR); Menganalisa kondisi

ekspor kakao

Persamaan Komoditas yang digunakan yaitu Kakao

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

18

Lanjutan Tabel 4. Penelitian Terdahulu

No Penelitian Terdahulu

4.

Nama Christianto

Tahun 2013

Judul Faktor yang Mempengaruhi Volume Impor Beras di

Indonesia

Perbedaan Fokus yang dibahas yaitu jumlah permintaan dan tingkat

konsumsi beras per kapita per tahun. Alat analisis yang

digunakan adalah OLS (Ordinary Least Square)

Persamaan Perhatian terhadap harga komoditas di dunia dengan

pengaruh impor yang dilakukan

5.

Nama Malyda Husna Salsyabilla

Tahun 2010

Judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor

Beras di Indonesia Periode 2000 – 2009

Perbedaan Alat analisis yang digunakan adalah DEA (Data

Envelopment Analysis)

Persamaan Memiliki variabel yang sama yaitu kurs, harga kakao

dunia

6.

Nama Malisa Rachma Handayani

Tahun 2010

Judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Durian

di Indonesia

Perbedaan Data yang digunakan tahun 2000 – 2013; Menganalisa

kondisi impor durian di Indonesia; Menggunakan harga

durian lokal menjadi variabel penelitian

Persamaan Metode yang digunakan Analisis Regresi Linier Berganda

7.

Nama Raditya Audayuda

Tahun 2010

Judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Jagung

di Indonesia

Perbedaan Data yang digunakan tahun 1990 – 2014; Menganalisa

kondisi impor jagung di Indonesia; Menggunakan

konsumsi jagung dan harga jagung domestik menjadi

variabel penelitian

Persamaan Metode yang digunakan Analisis Regresi Linier Berganda

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

19

2.8 Kerangka Pemikiran

Pengidentifikasian kondisi kebutuhan komoditas serta hubungan antar

variabel-variabelnya merupakan salah satu cara untuk merumuskan kerangka

pemikiran operasional. Berdasarkan hubungan tersebut maka kita dapat

menentukan metode yang akan digunakan. Pemenuhan kebutuhan bahan baku biji

kakao untuk menjalankan industri yang telah banyak berkembang di Indonesia

merupakan langkah awal untuk meningkatkan perekonomian Indonesia, sehingga

hal ini menjadi hal yang perlu diperhatikan. Informasi yang didapatkan kemudian

divalidasi dengan lembaga terkait. Kerangka pemikiran penelitian ditunjukkan pada

Gambar 5.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

20

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran

Peningkatan Impor Biji Kakao di Indonesia akibat kebutuhan industri

dalam negeri untuk blending.

Variabel Penelitian:

Y : Volume Impor Biji Kakao di Indonesia

X1: Produksi Nasional Biji Kakao

X2: Harga Dunia Biji Kakao

X3: Kurs

X4: GDP Indonesia

X5: Kebijakan Perdagangan (Dummy Variable)

Data Primer:

Wawancara

Terbuka

Data Sekunder:

Tinjauan Pustaka,

ICCO, UN

COMTRADE,

FAO,

DEKAINDO, dan

BPS.

Analisis Deskriptif

Analisis Regresi Linier

Berganda

Pengaruh produksi nasional biji kakao, harga dunia

biji kakao, nilai tukar Rupiah-Dollar, GDP per kapita,

dan kebijakan perdagangan terhadap volume impor

biji kakao di Indonesia

Faktor-faktor pendorong peningkatan volume impor biji kakao di Indonesia.

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian

Pertanian Republik Indonesia, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia,

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Dewan Kakao Indonesia, World

Bank, The International Cocoa Organization (ICCO), UNComtrade, serta beberapa

penelitian terdahulu dari tahun 2010 – 2018. Penelitian ini juga menggunakan

metode wawancara terbuka. Hal ini dilakukan untuk validasi data yang telah

didapat dari berbagai sumber diatas. Responden wawancara penelitian bersama

Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Perindustrian

yang terletak masing-masing di Jakarta. Wawancara ini berlangsung selama 1 – 2

jam bersama narasumber yang berkaitan dengan biji kakao maupun kegiatan

perdagangan internasionalnya.

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan

menggunakan analisis deskriptif untuk menganalisis pengaruh produksi nasional

biji kakao, harga kakao dunia terhadap impor, nilai tukar rupiah terhadap dollar

(kurs), GDP negara importir serta kebijakan perdagangan terkait meningkatnya

impor kakao Indonesia. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deret

waktu (time series) periode waktu 17 tahun yaitu dari tahun 2001 – 2017. Pemilihan

metode time series untuk melihat perkembangan impor biji kakao dari tiap

tahunnya.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Variabel yang

terdapat dalam penelitian ini adalah:

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

22

1. Variabel Independent atau Variabel Bebas, variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab timbulnya variabel dependent (terikat). Pada

penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu produksi nasional biji kakao

(X1), harga dunia biji kakao (X2), kurs rupiah terhadap Dollar Amerika (X3),

GDP Indonesia (X4), dan kebijakan perdagangan impor biji kakao (X5) yang

menggunakan variabel dummy untuk mengetahui kaitannya, yakni bernilai

0 sebelum pemerintah mengeluarkan kebijakan perdagangan impor biji

kakao dan bernilai 1 sesudah pemerintah mengeluarkan kebijakan

perdagangan impor biji kakao.

2. Variabel Dependent atau Variabel Terikat, variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah volume impor biji kakao.

3.3 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan statistik inferensial

menggunakan analisis regersi linier berganda. Analisis deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendiskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono,

2008). Analisis inferensial digunakan untuk menjelaskan pengaruh antara variabel

yang satu dengan variabel yang lainnya. Analisis regresi linier berganda digunakan

dalam pengolahan data time series. Alat yang digunakan untuk melakukan analisis

ini adalah SPSS 20 pada alat ini kita dapat mengetahui metode yang cocok dengan

peneltian yang kita lakukan. Secara matematis, model yang digunakan pada

penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + е

Keterangan:

Y = Volume impor biji kakao di Indonesia

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

23

X1 = Produksi nasional biji kakao

X2 = Harga dunia biji kakao

X3 = Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika

X4 = Gross Domestic Product (GDP)

X5 = Kebijakan perdagangan (Dummy Variabel)

е = Error

Langkah-langlah estimasi model regresi liner berganda adalah sebagai berikut:

1. Uji Asumsi Klasik, Gujarati (2003) mengemukakan beberapa asumsi

klasik yang harus dipenuhi untuk suatu hasil estimasi regresi linier agar hasil

tersebut dapat dikatakan baik dan efisien. Agar suatu model dikatakan baik maka

dilakukan beberapa pengujian yang meliputi:

a. Uji Multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Uji ini

digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi

antar perubah bebas. Multikolinieritas adalah keadaan jika suatu variabel bebas

berkorelasi dengan satu atau lebih variabel bebas lainnya. Jika terjadi korelasi,

maka dinamakan masalah multikolinieritas. Cara untuk mengetahui adanya

multikolinieritas dapat dilihat dari nilai variance inflationfactors (VIF). Apabila

VIF > 1 maka terjadi korelasi antar peubah bebas. Semakin besar nilai VIF

menunjukkan bahwa kolinieritas semakin besar (Ghozali, 2011). Pada penelitian

ini hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 5. Kriteria untuk

mengujinya adalah:

H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai VIF > 1;

H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai VIF < 1;

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

24

Tabel 5. Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber: Kementerian Pertanian (2017), SPSS (diolah)

Tabel 5 memperlihatkan bahwa nilai tolerance untuk produksi, harga dunia, kurs,

GDP, dan kebijakan memiliki nilai tolerance lebih dari 0.10 dan nilai VIF kurang

dari 10. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas dalam

data penelitian ini, artinya bahwa variabel independent tidak saling mengganggu

atau mempengaruhi.

b. Uji Normalitas Residual bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,

2011). Uji normalitas data dilakukan dengan memperhitungkan penyebaran data

(titik) pada normal p plot of regression residual variabel independent dimana:

1. Jika data menyebar digaris diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

Model regresi yang baik adalah yang mempunyai distribusi data normal atau

mendekati normal. Hal tersebut dapat diketahui dengan melihat penyebaran data

pada grafik Normal P-P plot of Regression Standarized Residual dengan

menggunakan program SPSS versi 20 dan diperoleh hasil sebagai berikut:

Variabel Independent Colinierity Statistics

Tolerance VIF

Produksi 0.546 1.833

Harga Dunia 0.283 3.534

Kurs 0.520 1.924

GDP 0.347 2.883

Kebijakan 0.245 4.079

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

25

Gambar 6. Grafik Normal P-P plot of Regression Standardized Residual

Sumber: Kementerian Pertanian (2017), SPSS (diolah)

Gambar 6 menjelaskan bahwa data pada grafik menyebar di sekitar garis

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal pada grafik Normal P-P plot of

Regression Standardized Residual. Penelitian ini membuktikan bahwa data telah

memenuhi syarat normal probability plot, sehingga dapat disimpulkan asumsi

normalitas telah terpenuhi. Uji Normalitas dapat dilakukan juga dengan

menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Suatu model regresi

terdistribusi secara normal atau tidak, dapat dilihat apabila nilai signifikansi lebih

besar daripada 0,05 maka dapat disimpukan bahwa data terdistribusi normal,

sedangkan jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka data terdistribusi tidak

normal (Ghozali, 2011). Hasil uji Kolmogorov-Smirnov untuk penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Sumber: Kementerian Pertanian (2017), SPSS (diolah)

Unstandardized Residual

N 17

Kolmogorov-Smirnov 0.811

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.527

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

26

Tabel 6 menunjukkan data hasil Uji Kolmogorov-Smirnov bahwa nilai Asymp. Sig.

adalah sebesar 0.527. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikansinya lebih besar

daripada 0.05 yang artinya seluruh data pada model regresi terdistribusi secara

normal.

c. Uji Heteroskedastisitas, bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi

heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel

terikat (dependent) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada

tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola

tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y

adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y

sesungguhnya) yang telah di-studentized. Grafik Scatterplot pada Gambar 7

menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas.

Gambar 7. Grafik Scatterplot

Pada Gambar 7 dijelaskan bahwa titik-titik yang ada tidak membentuk

suatu pola yang teratur dan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,

dapat disimpulkan bahwa hal tersebut data dalam penelitian ini tidak terjadi

Sumber: Kementerian Pertanian (2017), SPSS (diolah)

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

27

heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan

menggunakan uji glejser. Uji glejser dilakukan dengan meregresikan nilai absolute

residual terhadap variabel independent lainnya yang apabila nilai signifikansinya

diatas 0.05 maka tidak terdapat masalah heteroskedastisitas (Widarjono, 2013).

Hasil uji glejser dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Glejser

Sumber: Kementerian Pertanian (2017), SPSS (diolah)

Tabel 7 menjelaskan bahwa variabel independent semuanya memiliki nilai

signifikansi diatas 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hal ini tidak terdapat

masalah heteroskedastisitas pada model regresinya, yang berarti semua variabel

independent pada model regresi ini memiliki sebaran varian yang sama atau

homogen.

d. Uji Autokorelasi biasanya terjadi pada data deret waktu (time series),

namun dapat pula terjadi pada data lintas ruang (cross-section). Observasi dari

error term dilakukan secara independent atau dengan yang lainnya. Dalam

aplikasi ekonomi, asumsi ini merupakan yang terpenting dalam model-model

runtun waktu. Adapun penyebab autokorelasi adalah:

1. Kelembaman baisanya terjadi fenomena ekonomi dimana sesuatu akan

mempengaruhi sesuatu mengikuti siklus bisnis atau saling kait mengait.

2. Terjadi bias dalam spesifikasi yaitu ada beberapa variabel yang tidak

termasuk dalam model.

Variabel Independent t Sig.

(Constant) -0.453 0.659

Produksi 0.779 0.452

Harga Dunia -0.53 0.607

Kurs 0.38 0.711

GDP 0.61 0.554

Kebijakan 0.662 0.552

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

28

3. Bentuk fungsi yang digunakan tidak tepat seperti semestinya bentuk nonlinier

digunakan linier atau sebaliknya.

Dalam konteks model runtun waktu, asumsi ini menyatakan bahwa suatu

peningkatan error term dalam periode i = 1 sama sekali tidak mempengaruhi error

term pada periode lain. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Serial

Correlation LM test. Test yang disebut juga dengan Breusch-Godfrey test sebagai

penyempurnaan unit yang dibuat oleh Durbin yaitu h test untuk menguji serial

korelasi. Kriteria pengujiannya adalah:

H0: tidak ada masalah autokorelasi

Ha: ada masalah autokorelasi

H0 ditolak dan Ha diterima, jika Obs*R-square yang merupakan chi-square (X)

hitung lebih besar dari nilai kritis chi-square (X) pada derajat kepercayaan tertentu

(alpha), ini menunjukkan adanya masalah autokorelasi pada model.

Tabel 8. Hasil Uji Autokorelasi

Sumber: Kementerian Pertanian (2017), SPSS (diolah)

Pada penelitian ini memiliki jumlah sampel n = 17, α = 0.05 dan jumlah

variabel independent k = 5, sehingga didapatkan nilai kritis dL = 0.664 dan dU =

3.336. Maka hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 8 diatas, menyajikan nilai Durbin-Watson sebesai 3.088 yang berarti nilai

dW berada diantara dL (0.664) dan dU (3.336) sehingga dL < dW < dU. Hal ini

disimpulkan bahwa dalam penelitian ini masalah autokorelasi tidak dapat

disimpulkan atau berada dalam keragu-raguan (Ghozali, 2011). Adapula cara untuk

melihat autokorelasi dengan melihat signifikansi menggunakan run test. Apabila

dari run test didapatkan nilai signifikansi lebih dari 0.05 maka tidak terjadi masalah

autokorelasi. Tabel 9 menyajikan hasil run test.

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Durbin-

Watson

1 0.954a 0.91 0.868 18.733 3.088

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

29

Tabel 9. Hasil Uji Run Test

Sumber: Kementerian Pertanian (2017), SPSS (diolah)

Tabel 9 menjelaskan bahwa nilai Asymp. Sig. sebesar 0.308, nilai signifikansi yang

dihasilkan lebih besar dari 0.05 yang memiliki arti bahwa tidak adanya gangguan

autokorelasi pada penelitian ini, sehingga dapat disimpulkan variabel independent

tidak terganggu atau terpengaruhi oleh variabel pengganggu.

e. Uji Hipotesis terdiri dari:

1. Koefisien Determinasi (R2), koefisien regresi digunakan untuk mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi-variasi

terikat. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali,

2011). Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai

adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2=1, maka

adjusted R2=R2=1, sedangkan jika nilai R2=0, maka adjusted R2 = (1 – k)(n

– k). Jika k > 1, maka adjusted R2 akan bernilai positif (Gujarati, 2003).

Menurut Sugiyono (2012) untuk melakukan proporsi atau persentase

sumbangan variabel independent yang diteliti terhadap variasi naik turunnya

variabel dependent, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Kd = r2xy x 100%

Keterangan:

Kd = Koefisien determinasi

r2xy = Koefisien kuadrat korelasi agenda

Kriteria untuk analisis koefisien determinasi adalah:

Unstandardized Residual

Test Valuea 2.85170

Cases < Test Value 8

Cases >= Test Value 9

Total Cases 17

Number of Runs 12

Z 1.020

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.308

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

30

a. Jika Kd mendekati (0), berarti pengaruh variabel dependent terhadap

independent lemah.

b. Jika Kd mendekati (1), berarti pengaruh variabel independent terhadap

dependent kuat.

2. Uji t (Uji Parsial), digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh antara

variabel X dan variabel Y secara parsial atau dapat dikatakan uji t pada

dasarnya menunjukan seberapa jauh satu variabel independent secara

individual dalam menerangkan variasi-variasi dependent (Ghozali, 2011).

Menurut Sugiyono (2012), uji t digunakan untuk menguji sendiri-sendiri

secara signifikan pemgaruh antara variabel independent (variabel X) dengan

variabel dependent (variabel Y), dengan taraf signifikansi 95% (α = 0,05)

dengan syarat:

a. Jika t hitung > t Tabel, maka variabel independent mempunyai keeratan

pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent.

b. Jika t hitung < t Tabel, maka variabel independent tidak mempunyai

keeratan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent.

Rumus: t = r ቂξ𝑛−2

ξ1−12ቃ

Keterangan:

r : Korelasi data

n : jumlah tahun

3. Uji F, pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel terikat (Ghozali, 2011). Pengujian hipotesis ini

menggunakan statistik dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai

berikut:

a. Dengan membandingkan nilai F Tabel dengan F hitung,

Apabila FTabel > Fhitung, maka Ho diterima dan Ha ditolak,

Apabila FTabel < Fhitung, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

31

b. Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi,

Apabila probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha

ditolak, jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Rumus: F = 𝑅2 𝑘⁄

(1−𝑅2)/(𝑛−𝑘−1)

Keterangan:

F : Pendekatan distribusi probabilitas (fischer)

R2 : Koefisien korelasi berganda

K : Jumlah variabel bebas

n : Banyaknya sampel

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

32

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Agribisnis Biji Kakao

Salah satu komoditas perkebunan yaitu Kakao (Theobrema cacao L.)

memiliki peranan yang cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya

sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Peran

lainnya kakao juga mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan

agroindustri. Perkembangan perkebunan kakao di Indonesia mengalami

peningkatan yang cukup pesat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, pada tahun

2015 luas areal tercatat seluas 1,72 juta ha sebagian besar dikelola oleh perkebunan

rakyat dengan sentra produksi utama adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Lampung, dan Sumatera Utara (Kementerian

Pertanian, 2017). Adapun kondisi dari Agribisnis kakao saat ini:

1. Kondisi tanaman perkebunan kakao yang sudah tua berdampak pada

penurunan kualitas dan mutu produksi biji kakao yang dihasilkan. Di sisi lain

permasalahan mengenai hama penyakit yang tumbuh subur disekitar kawasan

perkebunan menjadikan pengurangan produktivitas tanaman. Pemerintah

sudah memiliki antisipasi pada kondisi seperti ini dengan cara

mengintegrasikan perkebunan dengan peternakan. Ketika terjadi gagal panen

maka petani masih mendapatkan penghasilan dari ternak yang dipelihara serta

limbah perkebunan tidak terbuang dikarenakan digunakan sebagai pakan

ternak.

2. Pada kondisi pasca panen petani cenderung lebih memilih untuk menjual biji

kakao non-fermentasi daripada biji kakao yang sudah di fermentasi.

Perbedaan harga biji kakao non-fermentasi dengan yang tidak hanya Rp.

3.000,- dan jika melakukan fermentasi petani memerlukan 5-6 hari agar biji

terfermentasi dengan baik. Biji kakao non-fermentasi dapat langsung

diperjual-belikan tanpa harus menunggu 5-6 hari sehingga petani

mendapatkan penghasilan lebih cepat ketika menjual biji kakao non-

fermentasi.

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

33

3. Tataniaga yang ada pada perkebunan kakao di Indonesia belum terbentuk

dengan baik. Sentra kakao yang tersebar membuat para industri memilih

untuk berinteraksi dengan pedagang pasar daripada berinteraksi langsung

dengan petani perkebunan kakao. Masalah yang timbul merupakan semakin

panjang rantainya maka marginnya juga semakin berbeda. Pada posisi ini

petani berada di posisi yang kurang menguntungkan. Harga tinggi yang

diberikan para pedagang kepada industri tidak dapat dinikmati petani yang

tidak bisa memberikan harga yang tinggi ketika menjual hasil panennya.

4. Beberapa kelompok tani tanaman kakao belum memiliki kelembagaan yang

kuat, sehingga sulit mendapat pinjaman dari bank untuk memenuhi kebutuhan

perkebunan yang di kelola. Pemerintah juga belum mampu memberikan

bantuan hibah/gratis kepada 1,6 juta petani yang ada di Indonesia. Terkait

kelembagaan Kementerian Pertanian memiliki program Penguatan

Kelembagaan Petani Melalui Lembaga Ekonomi Masyarakat. Tujuannya

supaya petani dalam berusaha tani menggunakan skala ekonomi dan

pengelolaannya serupa dengan perusahaan, memiliki jobdesk yang jelas,

sehingga produksinya dapat seragam dan skala ekonomi kebunnya bagus

serta merata. Adanya kelembagaan berbadan hukum yang dibentuk, akan

memudahkan petani untuk meminjam uang kepada bank.

4.1.1 Perkembangan Luas Areal Kakao Indonesia

Pola perkembangan luas areal kakao di Indonesia pada tahun 2000 – 2017

cenderung meningkat, hal ini dapat dilihat pada Gambar 2. Perkebunan kakao di

Indonesia dibagi menjadi 3 menurut status pengusahanya yaitu Perkebunan Rakyat

(PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Pada

Tabel 10 di bawah dapat diketahui bahwa lima tahun terakhir periode 2013-2017

ketiga status pengusahaan mengalami penurunan yaitu PR sebesar 0,51%, PBN

sebesar 12,5% dan PBS sebesar 7,62% (Kementerian Pertanian, 2017).

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

34

Tabel 10. Rata-Rata Pertumbuhan dan Kontribusi Luas Areal Kakao di Indonesia,

Tahun 1980-2017

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan (2017)

Penurunan luas areal kakao Indonesia disebabkan oleh tanaman kakao yang

rusak, iklim, serta hama penyakit. Pada tahun 2009-2011 Kementerian Pertanian

melalui Direktorat Jenderal Perkebunan menyusun Program Gerakan Nasional

Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) untuk memperbaiki

tanaman kakao. Banyaknya kondisi tanaman yang tua, rusak, tidak produktif dan

terkena serangan hama sehingga program ini mengacu pada hasil indentifikasi

lapangan pada tahun 2008 dengan luas areal seluas 70.000 ha. Tanaman kakao yang

perlu dilakukan rehabilitasi karena kurang produktif dan terkena serangan hama dan

penyakit dengan tingkat serangan sedang sebanyak 235.000 ha dan Intensifikasi

tanaman kakao yang tidak terawat dan kurang pemeliharaan sebanyak 145.000 ha

(Kementerian Pertanian, 2017).

Tahun Luas Areal

PR PBN PBS Indonesia

Pertumbuhan (%)

1980-2017 15.33 0.95 4.86 11.12

1980-2012 17.81 3.05 6.81 13.01

2013-2017 -0.51 -12.51 -7.62 -0.95

Kontribusi (%)

1980-2017 88.95 5.29 5.76 100.00

1980-2012 85.94 6.82 7.24 100.00

2013-2017 97.13 1.14 1.73 100.00

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

35

4.1.2 Perkembangan Produksi dan Produktivitas Kakao Indonesia

Produksi kakao Indonesia berfluktuasi dan cenderung meningkat. Produksi

tertinggi selama periode tahun 2000-2017 terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar

837.918 ton. Selama lima tahun terakhir periode 2013-2017, rata-rata pertumbuhan

produksi kakao turun sebesar 0.93% per tahun. Gambar 8 menunjukkan

perkembangan produksi kakao di Indonesia secara rinci.

Gambar 8. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia, Tahun 2000-2017

Sumber: Kementerian Pertanian (2017)

Produksi PR, PBN, PBS dalam kurun waktu lima tahun terakhir periode tahun

2013-2017 mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,44%, 6,03%, dan

3,37% per tahun. Produksi kakao Indonesia juga di dominasi oleh PR dengan

kontribusi terbesar dalam kurun waktu lima tahun terakhir periode 2013-2017 yaitu

94,49%, PBN sebesar 2,22% dan PBS 1,73% dari seluruh produksi kakao di

Indonesia (Kementerian Pertanian, 2017).

Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk menangani

permasalahan yang terjadi pada perkebunan kakao, salah satu diantaranya solusi

untuk perbaikan kebun yang didapat dalam hasil wawancara yaitu Kementerian

Pertanian memiliki 4 program. Pertama, peremajaan yang bertujuan untuk

menggantikan tanaman kakao yang sudah tua. Kedua, perluasan areal dengan

0

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

200020012002200320042005200620072008200920102011201220132014201520162017

kg /

ha

Tahun

PR PBN PBS Indonesia

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

36

mengalih-fungsikan lahan yang semula bukan tanaman kakao menjadi ditanami

dengan tanaman kakao, tetapi masih sesuai dengan agroklimatnya. Ketiga,

rehabilitasi, hal ini dilakukan pada tanaman yang masih produktif tetapi tidak

ditebang melainkan disambung atau dicangkok. Jika tanaman tidak menghasilkan,

maka batang lama harus ditebang. Supaya supply nutrisi dapat dialihkan ke batang

yang baru tumbuh. Rehabilitasi dengan kata lain adalah mempertahankan batang

utama dari batang yang lama, rehabilitasi hanya dilakukan pada cabang-cabang

batang tertentu. Keempat, pemerintah memberikan bantuan untuk pembelian

pupuk, pengendalian hama dan penyakit. Keempat syarat ini diperuntukkan dalam

satu kawasan perkebunan. Pertumbuhan dan kontribusi produksi kakao dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-Rata Pertumbuhan dan Kontribusi Produksi Kakao di Indonesia,

1980-2017

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2017)

Pada tahun 2006-2017 perkembangan produktivitas kakao di Indonesia cenderung

berfluktuasi, hal ini dapat dilihat pada Gambar 12 Produktivitas kakao pada tahun

2006 sebesar 849 kg/ha kemudian tahun 2015 menjadi 797 kg/ha dan tahun 2017

turun menjadi 785 kg/ha. Pada periode 2006-2016 produktivitas terbesar terjadi

pada tahun 2008 yaitu sebesar 889 ton/ha. Tahun-tahun berikutnya produktivitas

kakao Indonesia belum mampu menandingi produktivitas kakao tahun 2008.

Tahun Luas Areal

PR PBN PBS Indonesia

Pertumbuhan (%)

1980-2017 22,90 3,21 12,27 13,40

1980-2012 26,55 4,65 14,71 15,64

2013-2017 -0,44 -6,03 -3,37 -0,93

Kontribusi (%)

1980-2017 88,13 6,56 5,76 100,00

1980-2012 86,39 7,75 7,24 100,00

2013-2017 94,49 2,22 1,73 100,00

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

37

4.2 Perkembangan Volume Impor Kakao Indonesia

Pada periode 2000-2017 perkembangan volume impor kakao Indonesia

tampak berfluktuatif dengan kode HS 1801; biji kakao, utuh atau pecah, mentah

atau digongseng. Volume impor pada tahun 2000 sebesar 19,31 ribu ton dan pada

2016 naik menjadi 105,15 ribu ton. Negara asal impor kakao pada tahun 2016

berasal dari 52 negara dengan volume impor kakao sebesar 84,44 ribu ton.

Indonesia dalam memenuhi kebutuhan industri memerlukan pasokan bahan baku

dari negara pendukung penghasil biji kakao dengan kuota yang sudah ditentukan.

Meningkatkan volume impor pada tiap tahunnya dikarenakan pertumbuhan industri

pengolahan kakao semakin bertambah namun produksi kakao nasional tak kunjung

meningkat. Kualitas rasa yang dimiliki kakao negara lain juga menjadi faktor

negara kita untuk mengimpor. Beberapa perusahaan mencampur biji kakao lokal

dan luar negeri untuk menghasilkan kualitas dan rasa yang unik. Gambar 9

menunjukkan bahwa Pantai Gading merupakan negara asal impor kakao Indonesia

terbesar dengan jumlah 4.176.901 ton. Tingginya volume impor biji kakao dari

Pantai Gading dikarenakan produsen utama biji kakao dunia serta biji kakao yang

dihasilkan dari wilayah Afrika terutama Pantai Gading menjadi salah satu biji kakao

yang memiliki kualitas yang tinggi dan memiliki rasa milky yang dibutuhkan

sebagai bahan blending dalam industri kakao olahan dalam negeri, sehingga hal ini

juga menjadi alasan tingginya tingkat impor biji kakao dari negara terebut.

Sementara negara lain asal impor kakao Indonesia adalah Malaysia, Ghana,

Kamerun, Singapura, Papua Nugini, dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

38

Gambar 9. Volume Impor dari Negara Asal Impor Biji Kakao Indonesia,

Tahun 2001-2017 Sumber: UN COMTRADE (2019)

0

10000000

20000000

30000000

40000000

50000000

60000000

70000000

20012002200320042005200620072008200920102011201220132014201520162017

ton

Tahun

Pantai Gading Malaysia Ghana

Singapura Kamerun Papua Nugini

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

39

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Biji Kakao di Indonesia

secara Simultan

Uji statistik F menunjukan apakah semua variabel independent dalam model

regresi mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependent

yang diuji pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2011). Variabel independent

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent apabila

nilai F-hitung lebih besar daripada F-Tabel atau nilai signifikansinya dibawah 0,05.

Hasil uji F dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F)

Sumber: Kementerian Pertanian (2017), SPSS (diolah)

Tabel 12 menjelaskan bahwa nilai F-hitung sebesar 22,125. Taraf

signifikansi 95% dan degree of freedom (df) sebesar k = 5 dan derajat bebas

penyebut (df2) sebesar n-k-1 (17-5-1 = 11) adalah sebesar 3,20. Apabila F-hitung

dan F-Tabel dibandingkan maka dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama

atau simultan variabel independent memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependent-nya. Hal ini dikarenakan nilai F-hitung (2,125) lebih besar

daripada F-Tabel (3,20). Angka ini menjelaskan bahwa produksi nasional, harga

dunia biji kakao, kurs rupiah terhadap dollar Amerika, GDP dan kebijakan

perdagangan memiliki signifikansi atau pengaruh terhadap volume impor biji kakao

di Indonesia.

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig

1 Regression 38819.799 5 7763.96 22.125 .000b

Residual 3860.083 11 350.917

Total 42679.882 16

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

40

5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Biji Kakao di Indonesia

secara Parsial

Uji statistik t menunjukan ada atau tidaknya dan seberapa jauh pengaruh

satu variabel independent secara individual dalam menerangkan variasi variabel

dependent yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2011). Hasil uji t

dapat dilihat dari nilai signifikansinya atau melakukan perbandingan antara nilai T-

hitung dengan T-Tabelnya. Jika T-Tabel lebih kecil daripada T-hitung atau nilai

signifikansinya diatas 0,05 maka dapat disimpulkan variabel independent secara

individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent. Pada

penelitian ini hasil Uji T disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 13. Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji T)

Sumber: Kementerian Pertanian (2019), SPSS (diolah)

Tabel 13 menjelaskan bahwa terdapat nilai t-hitung yang diperoleh dari

setiap variabel. Sebelum membuat kesimpulan, hal yang perlu diketahui adalah

nilai t-Tabel yang akan digunakan. Nilai t-Tabel bergantung pada besarnya df dan

tingkat signifikansi yang digunakan. Taraf signifikansi dalam penelitian ini sebesar

90% serta nilai degree of freedom (df) sebesar n-k (17-5 = 12), maka nilai t-Tabel

pada taraf signifikansi 90% sebesar 1,782. Hal ini dapat dilihat dari model

persamaan regresi linier berganda:

Model

Unstandardized

Coefficients Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error

1 (Constant) -164.422 53.662 -3.064 0.011

Produksi 117.051 63.176 0.227 1.853 0.091

Harga

Dunia 20.867 13.017 0.273 1.603 0.137

Kurs 15.338 3.536 0.546 4.337 0.001

GDP -19.515 2.538 -1.184 -7690 0.000

Kebijakan 77.054 18.384 0.768 4.191 0.002

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

41

Y = (-164,422) + 117,051 X1 + 20,867 X2 + 15,338 X3 + (-19,515) X4 + 77,054 X5

+ e

Pada pengujian pengaruh setiap variabel independent (X1, X2, X3, X4, dan X5)

terhadap variabel dependent (Y) selama periode 2001 – 2017 adalah sebagai

berikut:

1. Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel produksi nasional biji kakao (X1)

dengan nilai 117,051 memiliki arti bahwa setiap mengalami kenaikan sebesar

1 kg akan menaikan volume impor biji kakao (Y) sebesar 117,051 kg dengan

asumsi variabel independent lainnya tetap. Memiliki nilai t-hitung sebesar

1,853 yang lebih kecil dari t-Tabel yaitu 2,178 tetapi lebih besar dari 1,782.

Angka signifikan untuk variabel produksi nasional biji kakao sebesar 0,091

yang lebih kecil dari 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel produksi

nasional biji kakao memiliki pengaruh yang signifikan pada taraf signifikansi

90% terhadap volume impor biji kakao di Indonesia.

2. Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel harga dunia biji kakao (X2)

dengan nilai 20,867 memiliki arti bahwa setiap mengalami kenaikan sebesar 1

rupiah per kg akan menaikan volume impor biji kakao (Y) sebesar 20,867 kg

dengan asumsi variabel independent lainnya tetap. Memiliki t-hitung sebesar

1,603 yang lebih kecil dari 1,782. Angka signifikan untuk variabel harga dunia

biji kakao sebesar 0,137 yang lebih besar dari 0,1, sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel harga dunia biji kakao tidak memiliki pengaruh yang signifikan

pada taraf signifikansi 90% terhadap volume impor biji kakao di Indonesia.

3. Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel kurs rupiah terhadap dollar

Amerika (X3) dengan nilai 15,338 memiliki arti bahwa setiap mengalami

kenaikan 1 Rp / US$ akan menaikan volume impor biji kakao (Y) sebesar

15,338 kg dengan asumsi variabel independent lainnya tetap. Memiliki t-hitung

sebesar 4,337 yang lebih besar dari 2,178. Angka signifikan untuk variabel kurs

rupiah terhadap dollar Amerika sebesar 0,001 yang lebih kecil dari 0,1

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kurs rupiah terhadap dollar

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

42

Amerika memliki pengaruh yang signifikan pada taraf signifikansi 90%

terhadap volume impor biji kakao di Indonesia.

4. Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel GDP (X4) dengan nilai -19,515

memiliki arti bahwa setiap mengalami kenaikan GDP sebesar 1 rupiah akan

menurunkan volume impor biji kakao (Y) sebesar 19,515 kg dengan asumsi

variabel independent lainnya tetap. Memiliki t-hitung sebesar 7,690 yang lebih

besar dari 1,782. Angka signifikan untuk variabel GDP sebesar 0,000 yang

lebih kecil dari 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel GDP memiliki

variabel yang signifikan pada taraf signifikansi 90% terhadap volume impor

biji kakao di Indonesia.

5. Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel kebijakan perdagangan (X5)

dengan nilai 77,054 memiliki arti jika ada kebijakan perdagangan bea keluar

maupun bea masuk maka akan menaikan impor sebesar 77,054 kg dengan

asumsi variabel independent lainnya tetap. Memiliki t-hitung sebesar 4,191

yang lebih besar dari 2,178. Angka signifikan untuk variabel kebijakan

perdagangan sebesar 0,002 yang lebih kecil dari 0,1 sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel kebijakan perdagangan memiliki variabel yang

signifikan pada taraf signifikansi 90% terhadap volume impor biji kakao.

Berdasarkan pemenuhan asusmsi klasik diatas yang telah dilakukan.

Pembahasan kali ini untuk melihat dengan jelas pengaruh dari tiap-tiap variabel

yang digunakan. Penyesuaian variabel dengan hasil olahan serta teori, penelitian

terdahulu dan kondisi lapangan yang mendukung adanya penelitian ini.

5.2.1. Pengaruh Produksi Nasional Biji Kakao (X1) Terhadap Volume Impor

Biji Kakao Di Indonesia

Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel produksi nasional biji kakao

(X1) menghasilkan nilai t-hitung sebesar 1,853 yang lebih besar dari t-Tabel yaitu

1,782. Angka signifikan untuk variabel produksi nasional biji kakao sebesar 0,091

yang lebih kecil dari 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel produksi

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

43

nasional biji kakao memiliki pengaruh positif yang signifikan pada taraf

signifikansi 90% terhadap volume impor biji kakao di Indonesia. Hasil penelitian

ini tidak sejalan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa produksi

berpengaruh negatif terhadap impor dan hipotesis ini bermakna bila produksi naik

maka impor akan turun. Perbedaan penelitian juga terlihat pada penelitian yang

dilakukan oleh Diah Ayu (2018) bahwa diketahui produksi kedelai berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap volume impor kedelai di Indonesia dan juga seperti

pada penelitian Raditya (2010) bahwa diketahui produksi jagung memiliki

pengaruh negatif dan signifikan terhadap impor jagung di Indonesia.

Tabel 14. Produksi Nasional Biji Kakao Indonesia dan Volume Impor Biji Kakao

Sumber: UNComtrade (2019) & Badan Pusat Statistik (BPS) (2018)

Adapun penelitian yang memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu

pada penelitian Malyda (2010) bahwa diketahui produksi beras berpengaruh positif

terhadap volume impor kedelai di Indonesia serta menurut Joesron (2012) bahwa

produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan

Tahun Produksi Nasional Biji

Kakao Indonesia

Volume Impor Biji

Kakao

2001 536,804 11,841

2002 571,155 36,603

2003 698,816 39,226

2004 691,704 46,974

2005 748,828 52,353

2006 769,386 47,939

2007 740,006 43,528

2008 803,594 53,331

2009 809,583 46,356

2010 837,918 47,453

2011 712,231 43,685

2012 740,513 48,220

2013 720,862 63,191

2014 728,414 139,990

2015 593,331 84,438

2016 658,399 105,152

2017 585,246 270,172

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

44

memanfaatkan beberapa masukan atau input untuk menghasilkan output,

sebagaimana yang terjadi pada realitas kondisi kakao yang ada bahwa produksi

nasional biji kakao memiliki peran dalam impor biji kakao, apabila terjadi

penurunan produksi didalam negeri akan menyebabkan tidak dapat mencukupi

kebutuhan bahan baku industri kakao dalam negeri. Pada Tabel 14 diketahui tahun

2011 – 2014 produksi biji kakao nasional meningkat diikuti dengan volume impor

yang meningkat. Peningkatan volume impor dan produksi yang dihasilkan

perkebunan nasional disebabkan karena jenis biji kakao Indonesia memang dapat

digunakan untuk memenuhi bahan baku industri olahan dengan rasanya yang fruity.

Rasa fruity yang dimiliki kakao Indonesia tidak cukup untuk memenuhi selera

konsumen pada industri kakao olahan. Jenis biji kakao yang memiliki rasa milky

tidak mampu atau tidak dapat diproduksi dalam negeri namun dibutuhkan oleh

pasar domestik juga menyebabkan adanya impor biji kakao yang dilakukan

pemerintah untuk tetap dapat memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi pasar.

Blending biji kakao juga merupakan salah satu faktor yang menjadikan Indonesia

mengimpor biji kakao.

Produksi biji kakao Indonesia belum mampu untuk menciptakan rasa unik

tanpa dicampur oleh biji kakao impor. Kakao Indonesia memiliki kelebihan yang

tidak dimiliki oleh kakao impor yaitu rasa fruity yang terdapat didalamnya dan

tingkat leleh yang tinggi sehingga mempermudah untuk diolah. Hal ini tidak cukup

untuk menjadikan kakao Indonesia menjadi salah satu yang diolah untuk memenuhi

cita rasa yang sesuai dengan konsumen. Apabila negara terus menerus melakukan

impor tentu akan membuat pengeluaran devisa negara yang besar secara terus

menerus yang seharusnya devisa negara tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan

lain yang kiranya lebih di perlukan (Kementerian Perdagangan, 2014).

5.2.2. Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika (X3) Terhadap

Volume Impor Biji Kakao Di Indonesia

Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel kurs rupiah terhadap dollar

Amerika (X3) memiliki t-hitung sebesar 4,337 yang lebih besar dari 2,178. Angka

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

45

signifikan untuk variabel kurs rupiah terhadap dollar Amerika sebesar 0,001 yang

lebih kecil dari 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kurs rupiah terhadap

dollar Amerika memliki pengaruh positif dan signifikan pada taraf signifikansi 90%

terhadap volume impor biji kakao di Indonesia. Hasil penelitian ini tidak sejalan

dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa nilai tukar berpengaruh negatif

terhadap impor dan hipotesis ini bermakna bila nilai tukar naik maka impor akan

turun. Perbedaan penelitian juga terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh

Mallisa (2010) bahwa nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap impor durian di Indonesia.

Adapun penelitian yang memiliki persamaan dengan penelitian ini yaitu pada

penelitian Diah Ayu (2018) bahwa hasil Kurs berpengaruh positif dan signifikan

terhadap volume impor kedelai di Indonesia dan penelitian yang dilakukan Doni

Hernadi (2016) bahwa kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor

jagung di Indonesia, serta menurut Mankiw (2006) bahwa nilai tukar (kurs)

memiliki peranan penting dalam hubungan perdagangan Internasional. Aktivitas

perdagangan ini selalu menggunakan dua mata uang yang berbeda, untuk

menghindari perbedaan dan mata uang tersebut maka digunakan nilai tukar sebagai

tolak ukur harga suatu nilai mata uang antar dua negara. Nilai tukar yang mengalami

depresiasi menyebabkan pelemahan pada nilai tukar rupiah sehingga barang impor

menjadi lebih mahal dibandingkan dengan barang lokal, sehingga terjadi

pengurangan impor dari luar negeri. Perbedaan hasil penelitian ini dengan hipotesis

dan penelitian sebelumnya dikarenakan tingginya ketergantungan impor biji kakao

akibat kebutuhan pemenuhan bahan baku industri tinggi yang tidak diimbangi

dengan peningkatan produksi dan produktivitas serta pengelolaan biji kakao dalam

negeri.

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

46

Tabel 15. Kurs dan Volume Impor Biji Kakao

Sumber: Bank Indonesia (2019) & Badan Pusat Statistik (BPS) (2018)

Tabel 15 menunjukan nilai tukar mata uang antara suatu negara dengan negara

lain memiliki keterkaitan yang erat pada aktivitas perdagangan internasional salah

satunya impor. Pada tahun 2015-2017 nilai tukar mengalami depresiasi dan terjadi

peningkatan volume impor biji kakao. Tingginya permintaan industri terhadap

pemenuhan bahan baku biji kakao, maka fluktuasi kurs atau nilai tukar pada

perekonomian tidak sepenuhnya pertimbangan dalam impor biji kakao. Hal ini

menyebabkan volume impor meningkat beriringan dengan nilai tukar yang

meningkat.

5.2.3. Pengaruh Gross Domestic Product (GDP) (X4) terhadap volume impor

biji kakao di Indonesia

Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel Gross Domestic Product

(GDP) (X4) memiliki t-hitung sebesar 7,690 yang lebih besar dari 1,782. Angka

Tahun Kurs Volume Impor Biji

Kakao

2001 9,440 11,841

2002 10,382 36,603

2003 9,013 39,226

2004 8,617 46,974

2005 9,352 52,353

2006 9,844 47,939

2007 8,995 43,528

2008 9,417 53,331

2009 11,005 46,356

2010 9,377 47,453

2011 9,021 43,685

2012 9,171 48,220

2013 9,733 63,191

2014 12,303 139,990

2015 12,536 84,438

2016 13,967 105,152

2017 13,552 270,172

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

47

signifikan untuk variabel Gross Domestic Product (GDP) sebesar 0,000 yang lebih

kecil dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Gross Domestic Product

(GDP) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan pada tingkat signifikansi

90% terhadap volume impor biji kakao di Indonesia. Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa Gross Domestic

Product (GDP) berpengaruh positif terhadap impor dan hipotesis ini bermakna bila

Gross Domestic Product (GDP) naik maka impor akan naik. Perbedaan penelitian

juga terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Mallisa (2010) bahwa Gross

Domestic Product (GDP) suatu negara berpengaruh positif dan signifikan terhadap

impor durian di Indonesia dan menurut hasil penelitian dari Doni Hernadi (2016)

bahwa Gross Domestic Product (GDP) perkapita Indonesia memiliki hubungan

yang positif dan signifikan, serta menurut Mankiw (2006) ketika Gross Domestic

Product (GDP) per kapita penduduk suatu negara meningkat, maka daya beli

negara tersebut akan meningkat dan pada saat yang bersamaan permintaan

penduduk di negara tersebut atas sebuah komoditas impor pun meningkat.

Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa pada tahun 2005 – 2007 Gross Domestic

Product (GDP) mengalami kenaikan tetapi volume impor biji kakao menurun.

Semakin bertambahnya industri, semakin bertambah pula pendapatan negara.

Meningkatnya pendapatan negara membuat Indonesia mampu untuk melakukan

kegiatan perdagangan internasional, salah satunya impor untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku industri. Hal ini dikarenakan bertambahnya pendapatan

negara yang dialokasikan untuk bekerjasama dengan industri pengolahan untuk

membantu mengembangkan potensi petani kakao Indonesia untuk mengadakan

pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan produksi, produktivitas hingga mutu

biji kakao lokal sehingga dapat membantu menurunkan volume impor biji kakao di

Indonesia.

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

48

Tabel 16. Gross Domestic Product (GDP) Indonesia dan Volume Impor Biji Kakao

di Indonesia

Sumber: World Bank (2019) dan UN Comtrade (2019)

Hasil pengujian menerangkan bahwa variabel kebijakan perdagangan (X5)

memiliki t-hitung sebesar 4,191 yang lebih besar dari 2,178. Angka signifikan

untuk variabel kebijakan perdagangan sebesar 0,002 yang lebih kecil dari 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kebijakan perdagangan memiliki

pengaruh yang positif dan signifikan pada tingkat 90% terhadap volume impor biji

kakao. Data ini diolah dengan bantuan variabel dummy yaitu 1 untuk adanya

kebijakan dan 0 untuk tidak adanya kebijakan pada tahun tersebut.

Pemerintah menetapkan kebijakan perdagangan ini sejak tahun 2010.

Kemudian beberapa revisi dilakukan untuk meminimalisir kerugian antar petani

Tahun GDP Volume Impor Biji

Kakao

2001 19,922 11,841

2002 20,538 36,603

2003 21,231 39,226

2004 22,002 46,974

2005 22,946 52,353

2006 23,888 47,939

2007 25,070 43,528

2008 26,228 53,331

2009 27,080 46,356

2010 28,383 47,453

2011 29,731 43,685

2012 31,100 48,220

2013 32,391 63,191

2014 33,570 139,990

2015 34,764 84,438

2016 36,071 105,152

2017 37,456 270,172

5.2.4. Pengaruh Kebijakan Perdagangan (X5) terhadap volume impor biji

kakao di Indonesia

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

49

dan pelaku industri. Kebijakan ini diterapkan untuk mengontrol banyaknya volume

impor biji kakao yang dilakukan. Walaupun sebelum diterapkan kebijakan ini sudah

ada kegiatan impor biji kakao di Indonesia untuk menciptakan rasa yang unik pada

coklat yang oleh atau dalam kata lain untuk kebutuhan blending. Hasil dalam

perhitungan diatas menjelaskan bahwa hubungan kebijakan dengan volume impor

berpengaruh positif dan signifikan. Hal ini dikarenakan dengan adanya bea keluar

terhadap biji kakao memang membuat impor biji kakao menurun tetapi adanya

kebijakan bea masuk belum sepenuhnya mengurangi impor biji kakao di Indonesia.

Pengenaan tarif bea masuk atas impor biji kakao yang berasal dari negara-negara

Afrika, Amerika Latin, Papua Nugini dan Eropa sebesar 5%, tetapi untuk bea masuk

dari negara mitra dagang Free Trade Area (FTA) besaran tarif bea masuk preferensi

atas Impor Biji Kakao dari negara mitra dagang FTA (baik dalam ASEAN Trade

in Goods Agreement (ATIGA), ASEAN-China FTA (ACFTA), ASEAN-Korea

FTA (AKFTA), Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA),

ASEAN-India FTA (AIFTA), maupun ASEAN-Australia-New Zealand FTA

(AANZFTA) telah mencapai 0% (Kementerian Perdagangan, 2014).

Industri mengambil jalan lain untuk dapat mengimpor bahan baku melalui

negara Free Trade Area (FTA). Hal ini dikonfirmasi oleh wawancara yang telah

dilakukan bersama Divisi Industri Minuman, Penyegar dan Tembakau di

Kementerian Perindustrian. Negara tersebut menjadi tempat transit untuk produk

dari negara-negara yang berasal dari Afrika, Amerika Latin, dan sebagainya supaya

barang yang akan di impor ke Indonesia tidak terkena tarif bea masuk melalui

beberapa negara yang sudah termasuk dalam Free Trade Area (FTA).

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

50

5.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model regresi dapat menerangkan variasi variabel dependent (Ghozali,

2011). Regresi dengan lebih dari dua variabel independent digunakan Adjusted R2

sebagai koefisien determinasinya. Hasil pengujian koefisien determinasi dalam

penelitian dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Sumber: Kementerian Pertanian, SPSS (diolah)

Tabel 15 menunjukan bahwa nilai Adjusted R2 sebesar 0,868 sehingga

memiliki arti 86,6% variabel independent yaitu produksi nasional biji kakao, harga

dunia biji kakao, kurs, GDP, dan kebijakan perdagangan dapat menjelaskan

variabel dependent-nya yaitu volume impor biji kakao di Indonesia. Sisa sebesar

13,4% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam model. Korelasi yang

terjadi antara variabel independent dengan variabel dependent-nya berada dalam

kategori pengaruh yang kuat dilihat dari besaran nilai Adjusted R2 yaitu 0,868.

Produksi biji kakao lokal, harga dunia biji kakao, kurs, Gross Domestic

Product (GDP) dan kebijakan bea keluar (BK) dan bea masuk (BM) memiliki

pengaruh yang kuat terhadap volume impor biji kakao. Hal ini diketahui bahwa

seluruh variabel memiliki peran tersendiri sehingga menimbulkan pengaruh

terhadap peningkatan volume impor. Adanya faktor-faktor tersebut dapat

menjelaskan besar pengaruh yang disebabkan pada kegiatan impor biji kakao di

Indonesia.

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 0.954a 0.910 0.868 18.733

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

51

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang diuraikan pada bab 5 (lima), maka dari hasil

tersebut dapat dirumuskan dan diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengaruh variabel penelitian terhadap impor biji kakao di Indonesia secara

simultan memiliki hasil nilai F-hitung sebesar 22,125. Faktor-faktor ini

saling berkaitan satu dengan yang lainnya sehingga menjadikan satu

kesatuan yang berpengaruh terhadap volume impor biji kakao yang

dilakukan Indonesia.

2. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap impor biji kakao secara

parsial adalah produksi (X1) (koefisien= 117,051; p-value= 0,091), kurs

(X3) memiliki (koefisien= 15,338; p-value= 0,001), GDP (X4) (koefisien= -

19,515; p-value= 0,000) dan kebijakan perdagangan (X5) (koefisien=

77,054; p-value= 0,002). Pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa nilai

Adjusted R2 sebesar 0,868 sehingga berarti 86% variabel independent yaitu

produksi nasional biji kakao, harga dunia biji kakao, kurs, GDP, dan

kebijakan perdagangan memiliki pengaruh yang kuat dan dapat

menjelaskan variabel dependent-nya yaitu volume impor biji kakao di

Indonesia.

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka saran untuk penelitian

selanjutnya adalah diharapkan pada penelitian selanjutnya untuk membahas

variabel kebijakan bea masuk dan kebijakan bea keluar terhadap volume impor biji

kakao di Indonesia maupun volume impor komoditas lainnya secara spesifik.

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

52

DAFTAR PUSTAKA

Christianto, Edward. 2013. Faktor yang mempengaruhi volume impor beras di

Indonesia. Jurnal ilmiah ilmu-ilmu ekonomi dan bisnis. Vol 7(2): 38-43.

Malang: Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat

(LP3M) STIE ASIA MALANG.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometri Dasar. Terjemahan: Sumarno Zain,

Jakarta: Erlangga

Hendaryati. DD., Arianto. Y. (eds) 2017. Statistik Perkebunan Indonesia 2015-

2017. Jakarta : Sekertariat Direktorat Jendral Perkebunan. Kementrian

Petanian.

Joesron, Tati Suhartati, M. Fathorrazi. 2012. Teori Ekonomi Mikro.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kementerian Pertanian. 2019. Outlook Pertanian. Jakarta : PUSDATIN

Kotler. P, Armstrong. 2010. Principles of Marketing, thirteen edition. New Jersey:

Prentice-Hall,Inc.

Mankiw N, Gregory. 2006. Makro Ekonomi, Terjemahan: Fitria Liza, Imam

Nurmawan. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2006,195

Menteri Keuangan Republik Indonesia. 2018. Penerapan Barang Ekspor yang

dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. Jakarta: Kementerian

Keuangan Republik Indonesia.

Nickyta, dkk. 2017. Pengaruh Nilai Tukar Harga Kakao Internasional dan

Produksi Kakao Domestik Terhadap Total Volume Ekspor Kakao di

Indonesia. Malang : Universitas Brawijaya.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

53

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. 164/PMK.010/2018

Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor.

13/PMK.10/2017 Tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan Bea

Keluar dan Tarif Bea Keluar

Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri. 2014. Laporan Akhir Analisis

Pembebasan Bea Masuk Biji Kakao. Jakarta : Kementerian Perdagangan

Republik Indonesia.

Pindyck, R., Daniel L. Rubinfeld. 2007. Mikroekonomi edisi keenam.

Jakarta: Indeks

Salvatore, D. 2014. Ekonomi Internasional. Jakarta : Salemba Empat.

Sudjarmoko. B. 2013. State Of The Art Industrialisasi Kakao Indonesia. Vol 1. No

1. Sukabumi: SIRINOV.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Susanti, AA., Akbar, A. (eds) 2017. Kementerian Pertanian. Jakarta : Pusat Data

dan Sistem Informasi Pertanian. Kementrian Pertanian.

Sub Direktorat Statistik Tanaman Perkebunan. 2018. Statistik Kakao Indonesia

2018. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Tjiptono, F. 2008. Strategi Bisnis Pemasaran. Yogyyakarta: Andi

Todaro, M. P. dan S. C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid

1. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya. Jakarta:

Ekonosia.

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

54

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perkembangan Luas Areal Kakao Tahun 2000 – 2017

TAHUN PR PBN PBS INDONESIA

2000 641,133 52,690 56,094 749,917

2001 710,044 55,291 56,114 821,449

2002 798,628 54,815 60,608 914,051

2003 861,099 49,913 53,211 964,223

2004 1,003,252 38,668 49,040 1,090,960

2005 1,081,102 38,295 47,649 1,167,046

2006 1,219,633 48,930 52,257 1,320,820

2007 1,272,781 57,343 49,155 1,379,279

2008 1,326,784 50,584 47,848 1,425,216

2009 1,491,808 49,489 45,839 1,587,136

2010 1,558,421 48,932 43,268 1,650,621

2011 1,638,329 48,935 45,377 1,732,641

2012 1,693,337 38,218 42,909 1,774,463

2013 1,660,767 37,450 42,396 1,740,612

2014 1,686,178 15,171 26,088 1,727,437

2015 1,667,337 15,171 26,776 1,709,284

2016 1,659,598 15,101 26,652 1,701,351

2017 1,649,827 15,012 26,495 1,691,334

Keterangan :

PR : Perkebunan Rakyat

PBN : Perkebunan Besar Negara

PBS : Perkebunan Besar Swasta

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

55

Lampiran 2. Perbandingan Luas Areal / Area (ha)

Perkebunan Rakyat 97%

Perkebunan Besar Negara 1%

Perkebunan Besar Swasta 2%

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

56

Lampiran 3. Volume dan Nilai Impor Kakao Tahun 2000-2017

Tahun Volume Nilai

2001 11,841 15,699

2002 36,603 64,001

2003 39,226 76,205

2004 46,974 77,023

2005 52,353 82,786

2006 47,939 74,185

2007 43,528 82,786

2008 53,331 113,381

2009 46,356 119,321

2010 47,453 164,607

2011 43,685 175,549

2012 48,220 177,022

2013 63,191 204,730

2014 139,990 469,005

2015 84,438 293,780

2016 73,154 242,496

2017 105,152 350,372

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

57

Lampiran 4. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia, Tahun 2000-2017

TAHUN PR PBN PBS Indonesia

2000 363,628 34,790 22,724 421,142

2001 476,924 33,905 25,975 536804

2002 511,379 34,083 25,693 571155

2003 634,877 32,075 31,864 698816

2004 636,783 25,830 29,091 691704

2005 693,701 25,494 29,633 748828

2006 702,207 33,795 33,384 769386

2007 671,370 34,643 33,993 740006

2008 740,681 31,130 31,783 803594

2009 741,981 34,604 32,998 809583

2010 772,771 34,740 30,407 837918

2011 644,688 34,737 33,170 712231

2012 687,247 23,837 29,429 740513

2013 665,401 25,879 29,582 720862

2014 698,434 11,438 18,542 728414

2015 562,346 11,616 19,369 593331

2016 622,516 12,859 21,442 656817

2017 652,397 13,477 22,471 688345

Keterangan :

PR : Perkebunan Rakyat

PBN : Perkebunan Besar Negara

PBS : Perkebunan Besar Swasta

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

58

Lampiran 5. Volume Impor dari Negara Asal Impor Biji Kakao Indonesia, Tahun

2000-2017

Pantai Gading Malaysia Ghana Singapura Kamerun Papua Nugini

2001 10588375 50000 4100000 0 0 8068302

2002 7050978 748875 4625000 90000 0 7188868

2003 10316437 399937 1649667 163125 0 7406750

2004 20121613 113269 3150649 265000 0 6654968

2005 16630648 1268 2200751 55000 24760 8753938

2006 11013883 58 7207006 45000 1906118 5836253

2007 11086075 9000 1925000 99903 1307144 4861251

2008 13013000 703500 300000 122 4380500 3561000

2009 3407439 120000 10875000 0 1591048 8362004

2010 6401487 0 7946054 0 1988865 4439844

2011 4214150 378306 4300683 0 3065581 3279979

2012 5514147 2070706 3349938 1609691 3892372 5250000

2013 8241025 976330 8250000 0 2941544 5472645

2014 60069043 5231869 9115062 50696 6355787 8586610

2015 25168991 2839312 6200000 367 6141003 4058610

2016 6550208 10500361 10500361 0 1815423 8190713

2017 57358888 55850164 4176901 0 29173857 3408919

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

59

Lampiran 6. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Unstandardized Residual

N

Normal Parametersa.b Mean

Std. Deviation

Most Extreme Differences Absolute

Positive

Negative

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

17

0E-7

15.53239167

.197

.197

-.128

.811

.527 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

60

Lampiran 7. Hasil Uji Multikolineritas

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

PRODUKSI

HARGA

DUNIA

KURS

GDP

KEBIJAKAN

-164.422

117.051

20.867

15.338

-19.515

77.054

53.662

63.176

13.017

3.536

2.538

18.384

.227

.273

.546

-1.184

.768

-3.064

1.853

1.603

4.337

-7.690

4.191

.011

.091

.137

.001

.000

.002

.546

.283

.520

.347

.245

1.833

3.534

1.924

2.883

4.079

a. Dependent Variable: VOLUME

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

61

Lampiran 8. Hasil Uji Glejser

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std.

Error Beta

1 (Constant)

PRODUKSI

HARGA DUNIA

KURS

GDP

KEBIJAKAN

-13.853

28.041

-3.931

.765

.882

6.932

30.570

35.989

7.415

2.015

1.446

10.473

.270

-.255

.135

.265

.342

-.453

.779

-.530

.380

.610

.662

.659

.452

.607

.711

.554

.522 a. Dependent Variable: Abs_Res

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

62

Lampiran 9. Hasil Uji Autokorelasi

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .954a .910 .868 18,733 3.088 a. Predictors: (Constant), KEBIJAKAN, PRODUKSI, KURS, GDP, HARGA DUNIA

b. Dependent Variable: VOLUME

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

63

Lampiran 10. Hasil Uji Run Test

Unstandardized Residual

Test Valuea

Cases < Test Value

Cases >= Test Value

Total Cases

Number of Runs

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

2.85170

8

9

17

12

1.020

.308 a. Median

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

64

Lampiran 11. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model R R

Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .954a .910 .868 18,733 3.088 a. Predictors: (Constant), KEBIJAKAN, PRODUKSI, KURS, GDP, HARGA DUNIA

b. Dependent Variable: VOLUME

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

65

Lampiran 12. Hasil Uji Hipotesis Simultan (Uji F)

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression

Residual

Total

38819.799

3860.083

42679.882

5

11

16

7763.960

350.917

22.125 .000b

a. Dependent Variable: VOLUME

b. Predictors: (Constant), KEBIJAKAN, PRODUKSI, KURS, GDP, HARGA DUNIA

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

66

Lampiran 13. Hasil Uji Hipotesis Parsial (Uji T)

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

Collinearity Statistics

B Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

PRODUKSI

HARGA DUNIA

KURS

GDP

KEBIJAKAN

-164.422

117.051

20.867

15.338

-19.515

77.054

53.662

63.176

13.017

3.536

2.538

18.384

.227

.273

.546

-1.184

.768

-3.064

1.853

1.603

4.337

-7.690

4.191

.011

.091

.137

.001

.000

.002

.546

.283

.520

.347

.245

1.833

3.534

1.924

2.883

4.079

Dependent Variable: VOLUME

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

67

Lampiran 14. Transkrip Wawancara Kementerian Pertanian Republik Indonesia

Transkrip Wawancara

No Pertanyaan & Jawaban

1 Bagaimana perkembangan kondisi komoditas Kakao Indonesia saat ini?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Turunnya luas areal kakao disebabkan oleh tanaman yang sudah tua.

Tanaman tua dikarenakan hampir 97% perkebunan kakao milik rakyat,

sehingga dengan teknologi yang sederhana saprodi artinya pupuk yang

cukup kurang, dan dari segi tanaman yang sudah tua itu yang

menyebabkan kondisi tanaman yang tidak terawat. Implikasinya

produksi akan menurut, tanaman tidak terawat, hama penyakit akan

tumbuh subur kemudian input pupuk untuk pembuahan tidak ada,

sehingga tanaman berkurang produktivitasnya. Itu kondisi kakao saat ini

ya. Belum lagi perubahan iklim, dengan cuaca yang tidak menentu

berdampak pada perkembangbiakan OPT (Organisme Pengganggu

Tanaman). Ada mutasi-mutasi perubahan gen di OPT itu yang semula

tahan jadi gak tahan, yang gak tahan jadi tahan, gitu.

2 Apa saja tantangan yang dihadapi Kakao Indonesia, sehingga tingkat

impor meningkat?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Sekarang ini sejak tahun 2010 ada pemberlakuan penerapan Bea Keluar

Biji Kakao Ekspor. Dengan itu sekarang untuk mengekspor biji kena

pajak 5%, 5% ini dikenakan apabila angkanya antara 2000 sampai 3000

harga internasional ada gradenya. Demikian akhirnya investasi masuk

sehingga orang luar membangun pabrik membesarkan kapasitas.

Harapannya pabrik tidak dijual ke luar negeri tapi diolah di dalam

negeri, kan gitu. Cuma sekarang dengan kondisi tanaman yang tua. Pada

kapasitas yang sudah besar, tapi produktivitas menurun. Ini yang

menjadi tantangan kekurangan bahan baku. Padahal di satu sisi

industri kan tugasnya mengolah nih, makanya dia membutuhkan

bahan baku dengan impor. Jadi, sebenarnya waktu kita belum ada

pemberlakuan bea keluar itu impor juga sudah ada, kenapa? Karena

produk kita tidak bisa diolah untuk hasilkan produk sendiri. Karena apa?

Ada blending. Pencampuran antara keunggulan kakao kita dengan

kakao lain. Jadi walaupun kapasitas rendah dulu tetap ada impor juga,

hanya sekarang kebutuhan bahan baku kurang semakin meningkatkan

impor. Ada dan tidak ada bea keluar impor tetap ada.

3 Apa saja permasalahan terkini yang dialami oleh Kakao Indonesia baik

secara internal maupun eksternal?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

68

Internal, ya jelas tadi kondisi tanaman, umur, kemudian masih banyak

tanaman yang menggunakan klon-klon jaman dulu belum unggul; rata-

rata tanaman kita turun menurun, rata-rata petani kita meneruskan

warisan orang tua. Orang tua dulu asal biji jatuh numbuh, itu yang

digunakan. Padahal secara perbenihan aturan main itu tidak bisa

dijadikan bahan tanam. Karena tidak diyakini mutu tanamannya.

Kemudian dari sisi kelembagaan; petani masih individual, disatu sisi

dengan adanya hama kakao. Hama menyerang kan satu lingkungan,

kalau petani hanya mengendalikan kebun A saja padahal di B,C-nya itu

sama juga tidak efektif. Artinya untuk melakukan budidaya tidak cukup

hanya petani individu, harus dengan kelembagaan. Satu kawasan kalau

pengendalian, semua juga pengendalian. Supaya dapat memutus siklus

OPT (Organisme Pengganggu Tanaman); Kedua dapat meringankan

biaya atau tenaga kerja untuk mengolah; Ketiga, terkait dengan pasca

panen, para petani memilih untuk menjual biji non-fermentasi

dibandingkan dengan biji yang sudah di fermentasi. Karena untuk

memfermentasikan biji kakao diperlukan waktu 5 (lima) hingga 6

(enam) hari sebelum dapat dijual. Petani cenderung memilih untuk

menjual kakao yang belum di fermentasi, karena cepat mendapatkan

uang dan hasil penjualan dapat langsung digunakan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari. Kondisi seperti ini membuat petani tidak

memikirkan kualitas yang dibutuhkan oleh industri, keadaan seperti ini

cenderung membuat petani untuk mendistribusikan biji campuran,

sedangkan industri sendiri membutuhkan biji kakao yang telah disortir.

Dari sisi penanganan pasca-panen-nya petani belum bagus; Keempat,

tataniaga. Karena industri kita tersebar dibeberapa titik. Padahal sentra

kakao kita tersebar dari Aceh hingga Papua. Keadaan seperti ini

membuat industri tidak ingin repot dengan turun langsung ke sentra

produksi. Industri akan menjalin silahturahmi dengan pedagang-

pedagang desa. Nah, masalahnya dengan rantai yang semakin panjang

marginnya juga makin berbeda. Petani berada diposisi yang tidak

menguntungkan; Kelima, pembiayaan. Petani kita masih sulit untuk

mendapatkan bantuan pinjaman. Pemerintah sendiri memberikan

bantuan hibah/gratis. Gratis itu kan ada batasannya tidak mampu

menjangkau seluruh 1.6 juta petani yang ada di Indonesia. Harapan

pemerintah sendiri disamping adanya bantuan yang belum dapat

bantuan kita bantu akses pinjaman kredit dari bank. Permasalahannya

beberapa petani belum memiliki sertifikat tanah, sehingga mempersulit

bahkan tidak bisa mengajukan pinjaman. Padahal uang pinjaman seperti

ini sangat dibutuhkan oleh petani untuk pemeliharaan kebun (beli pupuk,

obat-obatan untuk pengendalian). Jadi, akses untuk pendanaan

sebenarnya ada lembaga yang mau membiayai namun prosesnya

terkendala dengan sertifikat tanah. Lalu beralih ke faktor eksternal, ya.

Kakao merupakan komoditi pasar bebas internasional ya. Harga lokal

sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga di tingkat internasional. Artinya

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

69

walaupun kita memberikan acuan harganya tetapi nasib harga

internasional selalu bergantung dengan supply dan demand juga.

4 Bagaimana upaya ………………. Dalam menangani permasalahan

yang muncul pada Kakao Indonesia?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Kalau untuk perbaikan kebun, kita ada 4 program. Pertama adalah

peremajaan, menggantikan tanaman yang tua. Kedua adalah perluasan,

artinya areal yang sebelumnya bukan tanaman kakao kita tanami dengan

tanaman kakao, tetapi masih sesuai dengan agroklimatnya. Ketiga

adalah rehabilitasi, tanaman masih produktif tapi tidak ditebang, kita

sambung atau kita cangkok. Begitu tanaman tidak menghasilkan batang

lama harus ditebang, supaya supply nutrisinya dapat dialihkan ke

tanaman yang baru. Batang utama tetap yang lama, itu yang dinamakan

rehabilitasi. Lalu intensifikasi, yaitu bantuan untuk pembelian pupuk,

pengendalian hama dan penyakit. Ke empat syarat ini harus dalam satu

kawasan perkebunan. Terkait kelembagaan kita memiliki program

Penguatan Kelembagaan Petani Melalui Lembaga Ekonomi

Masyarakat. Tujuannya supaya petani dalam berusaha tani

menggunakan skala ekonomi dan pengelolaannya mirip seperti

perusahaan, memiliki jobdesk yang jelas, sehingga produksinya dapat

seragam dan skala ekonomi kebunnya bagus serta merata. Kemudian

kalau tataniaga kita mendorong petani untuk bermitra, kita pertemukan.

Tetapi kelembagaan terbentuk terlebih dahulu untuk siap dipertemukan

dengan industri, lalu untuk bank kita jembatani dengan membentuk

penjamin, walaupun tidak ada sertifikat. Dengan adanya kelembagaan

yang berbadan hukum tadi, sehingga begitu negosiasi pinjam itu, bukan

individu yang pinjam namun kelembagaan tersebut. Jadi bank lebih enak

jika dengan lembaga. Muaranya bahwa lembaga bank itu percaya bahwa

ada yang dipegang sebagai jaminan. Kalau dampak iklim kita antisipasi

dengan perubahan pola tanam. Artinya selama ini kalau monokultur

ketika ada serangan hama langsung habis, kan. Nah, sekarang kita

terapkan dengan ada beberapa cara yaitu integrasi dengan ternak

harapannya jika tanamannya tidak berhasil maka masih ada penghasilan

dari ternak yang dipelihara. Kedua positifnya kotoran ternak dapat

dijadikan pupuk. Ketiga, ternak masih bisa diberi pakan dari limbah-

limbah kakao; teknologi pola tanam, jarak tanam dibikin rapat. Di

integrasikan dengan tanaman-tanaman yang menghasilkan fungsinya

sebagai penaung tapi juga mempunyai nilai ekonomi tinggi. Supaya ada

alternatif pendapatan ketika tanaman kakao tidak menghasilkan tetapi

masih ada hasil dari tanaman lainnya.

5 Apa saja keunggulan yang dimiliki Kakao Indonesia?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Keunggulan dari karakteristik biji kakao Indonesia adalah memiliki titik

leleh yang tinggi dan memiliki rasa fruity (buah).

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

70

6 Bagaimana perbandingan Standarisasi Nasional Kakao Indonesia

dengan Standarisasi Internasional Kakao?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

SNI biji kakao memang berbeda. Walaupun terdapat perbandingan

dengan standar internasional tetapi biji kakao lokal masih banyak

diminati oleh perusahaan.

7 Bagaimana kriteria Kakao yang di Ekspor dan Impor?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Kriteria kita ini ya minimal SNI masih bisa ekspor. Standar internasional

untuk bisa di ekspor hanya kadar air dengan kontminasi.

8 Negara apa saja yang menjadi pemasok biji kakao di Indonesia?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Negara asal impor biji kakao Indonesia adalah Afrika (Pantai Gading

dan Ghana). Impor ada 2 (dua) macam. Impor olahan atau biji. Kalau

impor biji itu pasti dari luar Malaysia. Malaysia bisa jadi transit karena

ASEAN ada free trade area. Biji kakao yang dari Afrika transit dulu di

Malaysia. Seolah-olah kita impor dari Malaysia. Kedua, Malaysia itu

merupakan negara pengolah terbesar. Jadi, kita juga mengimpor bahan

setengah jadi seperti pupuk, powder, menteganya itu nanti kita olah jadi

produk makanan.

9 Bagaimana hubungan dagang antara Indonesia dengan negara pemasok

biji kakao di Indonesia?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Hubungannya apabila menguntungkan pasti, artinya ada kecenderungan

harga impor biji kakao lebih murah dibanding harga produksi biji kakao

Indonesia. Hal ini disebabakan biaya produksinya tinggi, tenaga kerja

tinggi, pupuk tinggi akhirnya harga jual kita lebih tinggi. Makanya

industri sekarang lagi berusaha untuk menurunkan bea impor supaya

banjir impor dari luar. Padahal itu merupakan hal yang kita jaga, kita

ingin meningkatkan produksi dari dalam negeri tapi kalau dibuka keran

impor upaya kita pasti gagal. Karena pasti petani kalah bersaing.

Makanya kita bertahan tidak menurunkan bea impor tersebut.

10 Dimana letak sentra kakao di Indonesia?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Sentara kakao utamanya berada di Sulawesi. Itu sudah hampir 65% area

dan produksi kita di supply dari Sulawesi.

11 Bagaimana teknik pembagian kuota ekspor biji kakao dan untuk

pemenuhan bahan baku industri dalam negeri?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

71

Tidak ada pembagian kuota ekspor. Itu merupakan mekanisme pasar

bebas. Artinya yang penting petani membanjiri pasar dengan produk-

produk mereka. Tetapi begitu di pasar mau di ekspor atau di dalam

negeri itu merupakan urusan dari produsen biji kakao sendiri.

12 Apa yang menyebabkan nilai Impor Kakao meningkat?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Penyebab nilai impor biji kakao meningkat pastinya harga, kemudian

kebutuhan. Industri sekarang mengklaim ada sekitar 747.000 ton

kapasitasnya, namun kemampuan mengolahnya hanya 59% artinya

masih kurang 41% untuk pemenuhan kebutuhan. Industri juga mencari

untuk blending bukan semata-mata menjadi bahan baku dasar.

13 Mengapa hal tersebut dapat terjadi?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Volume impor meningkat setelah tahun 2010. Karena adanya penerapan

bea keluar.

14 Adakah kebijakan terkait impor biji kakao Indonesia?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Kebijakan terkait impor biji kakao yaitu bea masuk sekitar 5%. Kita

bukan menghalangi industri untuk mengimpor karena kita proteksi

terhadap petani.

15 Apa saja indikator yang digunakan untuk membuat kebijakan tersebut?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Indikatornya yaitu untuk melindungi petani dari keterpurukan.

Asumsinya kalau impor dibuka membanjir pasti harga kakao petani

kalah bersaing. Akhirnya petani daya beli turun, tidak mendapat

penghasilan. Berdampak dengan petani tidak mau mengelola kebun lagi.

Kalau tidak dikelola tanaman tidak terawat, jika tidak dirawat tanaman

akan rusak lama-lama semakin habis tanamannya.

16 Bagaimana perbandingan harga kakao nasional dengan dunia?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Jadi kita sekitar 85% dari harga internasional yang dipegang petani.

Karena sekarang merupakan free trade.

17 Apakah perbedaan harga menjadi salah satu penyebab untuk lebih

banyak produksi biji kakao di ekspor?

Bapak Bagus, Kementerian Pertanian Republik Indonesia:

Perbedaan harga tidak berpengaruh terhadap ekspor, tetapi berpengaruh

terhadap produktivitas kebun.

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

72

Lampiran 15. Transkrip Wawancara Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia

Transkrip Wawancara

No Pertanyaan & Jawaban

1 Bagaimana kondisi perdagangan interasional biji kakao di Indonesia?

Bapak Rozak, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia:

Kalau secara impor karena produksinya kurang, kemudian petani

setelah ada pengaturan BK (bea keluar). Dari mulai 3 bulan yang lalu

sampai sekarang BK (Bea Keluar)-nya baru 5%. Padahal sebetulnya

BK bisa dari 0%, 5%, 10% sampai 15% sehingga dengan BK ini petani

merasa keberatan. Karena seharusnya tidak bayar BK petani juga

terkena BK. Secara tidak langsung pengumpul yang mengumpulkan

biji kakao terkena BK juga. Secara industri pengolahan sebenarnya

sudah bagus. Di Indonesia sendiri sudah ada 20 industri kakao. Untuk

hilirisasi BK itu bagus tetapi untuk petani ini merupakan hambatan

karena harus membayar 5%.

2 Adakah kebijakan terkait impor biji kakao Indonesia?

Bapak Rozak, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia:

Kebijakan terkait impor biji kakao Indonesia dari mulai adanya harga

patokan tahun 2010. Dari tahun 2000 – 2009 belum ada kebijakan yang

mengatur impor biji kakao di Indonesia.

3 Mengapa kebijakan pemerintah terkait perdagangan Internasional

mengalami perubahan selama beberapa tahun tertentu?

Bapak Rozak, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia:

Karena kebijakan itu fluktasional. Istilahnya pemerintah harus

mengambil kebijakan seperti sekarang ini ada bea keluar dan bea

masuk, ini dalam rangka untuk melindungi industri dalam negeri. Jadi

jangan sampai bahan bakunya kalau tidak diatur, semuanya di ekspor.

Padahal didalam negeri membutuhkan bahan baku, hal ini harus diatur

sedemikian rupa. Dalam situasi tertentu pemerintah harus mengatur

kebijakan. Rangka menjaga atau melindungi ketersediaan bahan baku

untuk pengolahan didalam negeri. Industri dalam negeri pun juga

sudah banyak berinvestasi seperti tenaga kerja, waktu. Jadi,

pemerintah tidak langsung merubah kebijakan, filosofi dari perubahan

kebijakan juga ada, tidak sembarang. Kebijakan itu istilahnya jika ada

keadaan yang bergejolak didalam negeri maka pemerintah langsung

mengambil kebijakan lain untuk meredam.

4 Bagaimana perbandingan harga kakao nasional dengan dunia?

Bapak Rozak, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia:

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

73

Ketika mengambil keputusan harga patokan, referensinya mengambil

dari CIF New York dan juga dari dalam negeri yaitu dari Kementerian

Perdagangan juga Kementerian Perindustrian. Jadi nanti di rata-

ratakan baru nanti keluar namanya harga patokan. Jika kita lihat seperti

kakao, ketika kakao diharga dibawah Rp.2000 per metrik ton

dikenakan bea keluar sebesar 0%. Kemudian di angka Rp.2000,- –

Rp.2740,- per metrik ton dikenakan bea keluar sebesar 5%. Lalu di

angka Rp.2750,- - Rp.3.500,- per metrik ton dikenakan bea keluar

sebesar 10%. Diatas Rp.3.500,- per metrik ton dikenakan bea keluar

sebesar 15%. Kebijakan ini progresif dan tidak tetap. Hal ini dilakukan

untuk menjaga ke stabilan harga dan menjaga pasokan biji kakao serta

mendorong hilirisasi. Supaya mereka lebih banyak mengekspor

produk olahan.

5 Adakah hubungan GDP dengan impor biji kakao di Indonesia?

Bapak Rozak, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia:

GDP berpengaruh dengan impor karena ketika tingkat pendapatan

masyarakat meningkat maka impor juga ikut meningkat, hal ini

menyebabkan kakao yang ada di petani tidak menyerap, harganya

murah. Sehingga dengan harganya murah maka kesejahteraan dari

petani berkurang. Kita berharap yang ditingkatkan ekspor, karena

dengan ditingkatkannya ekspor maka petani semakin sejahtera. Kalau

dihasil pertanian itu ada namanya mata rantai, rangkaian yang sudah

ada tidak bisa terputus. Karena petani memiliki anak sekolah, petani

perlu makan. Sedangkan kakao panennya beberapa bulan sekali,

sehingga untuk memenuhi kebutuhan harus meminjam uang dengan

pengumpul. Disini terjadi semacam kesepakatan, secara tidak langsung

pengumpul ini telah membantu petani. Karena pemerintah tidak ada

yang menyediakan sebelum panen itu diberi uang. Akhirnya petani

dibantu dengan pengumpul, dengan catatan ketika petani tersebut

panen hasil tersebut harus dijual ke pengumpul terkait dengan harga

yang sedikit kurang bagus.

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

74

Lampiran 16. Transkrip Wawancara Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia – Bagian 2.

Transkrip Wawancara

No Pertanyaan & Jawaban

1

Pada tahun 2015 – 2017 dimana adanya kenaikan kurs diiringi dengan

peningkatan volume impor biji kakao di Indonesia. Apa yang terjadi

dengan kondisi lapang terkait hal tersebut?

Pak Rozak, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia:

Ya, hal ini dikarenakan importasi biji kakao murah dan untuk pemenuhan

bahan baku industri sendiri memang perlu mengimpor. Hal ini tidak

sepenuhnya membuat industri rugi, namun hal ini dapat menjadi peluang

bagi industri juga. Karena ketika biji kakao sudah diolah kemudian

diekspor dalam bentuk setengah jadi maupun jadi. Harga dari kakao

tersebut menjadi lebih tinggi dari harga yang dikeluarkan untuk impor biji

kakao sebagai bahan baku sehingga industri dapat meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan dari hasil kakao yang sudah diolah tersebut.

Kondisi seperti ini masih signifikan bagi industri yang mengimpor bahan

baku.

2

Pada tahun 2011 – 2014 adanya peningkatan produksi biji kakao lokal dan

peningkatan volume impor biji kakao secara bersamaan. Apakah

pengaruh kebutuhan akan bahan baku biji kakao blending juga

mempengaruhi hal tersebut?

Pak Rozak, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia:

Ya, karena kakao yang diolah dalam negeri bukan hanya kakao lokal saja.

Tetapi juga dengan adanya campuran dari kakao luar yang memiliki rasa

milky didalamnya.

3 Pada tahun 2015 – 2017 adanya peningkatan GDP tetapi volume impor

menurun secara signifikan. Mengapa hal ini dapat terjadi?

Pak Rozak, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia:

Hal ini terjadi dikarenakan adanya kerjasama pemerintah dengan industri

untuk membantu mengembangkan potensi petani kakao Indonesia untuk

mengadakan pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan produksi,

produktivitas hingga mutu biji kakao lokal sehingga dapat membantu

menurunkan volume impor biji kakao di Indonesia dan adanya

peningkatan ekspor pada kakao olahan sehingga hal ini menjadi faktor

mengapa ketika adanya peningkatan GDP tetapi volume impor menurun.

4 Mengenai kebijakan bagaimana dengan kenyataan yang ada dilapangan?

Pak Rozak, Kementerian Perdagangan Republik Indonesia:

Jadi yang dikeluhkan oleh Asosiasi Industri Kakao Indonesia adalah

penerapan Bea Masuk sebesar 5% dianggap berat. Dari sisi industri

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

75

inginnya peniadaan bea masuk atau sebear 0% untuk pemenuhan bahan

baku industri kakao. Lalu untuk kebijakan bea keluar sendiri setiap yang

akan melakukan eksportasi biji kakao akan dikenakan bea keluar

berdasarkan HPE. Karena pemerintah mengharapkan para petani Kakao

Indonesia memiliki nilai tambah atau adanya pengolahan dari biji kakao

dahulu baru kemudian di ekspor, sehingga dari hal tersebut petani dapat

meningkatkan pendapatannya. Karena harga ekspor kakao olahan lebih

tinggi daripada ekspor biji kakao. Intinya pemerintah mengharapkan

untuk komoditas kakao yang di ekspor sudah dalam bentuk olahan

sehingga ada nilai tambahnya.

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

76

Lampiran 17. Transkrip Wawancara Dewan Kakao Indonesia

Transkrip Wawancara

No Pertanyaan & Jawaban

1 Apa saja tantangan yang dihadapi Kakao Indonesia, sehingga tingkat

impor meningkat?

Ibu Nani, Dewan Kakao Indonesia:

Tantangan yang dihadapi Kakao Indonesia adalah produktivitas rendah,

mutu rendah sehingga impor meningkat. Produktivitas rendah karena

pengelolaan tanaman kakao berbeda dengan tanaman lain, hal ini

menyebabkan sedikitnya perusahaan besar yang ingin berinvestasi pada

komoditas ini.

2 Apa saja permasalahan terkini yang dialami oleh Kakao Indonesia baik

secara internal maupun eksternal?

Ibu Nani, Dewan Kakao Indonesia:

Permasalahan terkini adalah tataniaga biji kakao masih terlalu panjang.

Produktivitas rendah, tanamannya sudah tua, banyak hama dan penyakit

yang menyerang. Lalu dari sisi kelembagaannya belum kuat dan mandiri,

kurangnya penyuluh dan pendampingan terhadap petani kakao. Segi

pascapanen, biji kakao belum terfermentasi, mutunya masih rendah.

Petani enggan untuk memfermentasi biji kakao karena selisih harga antara

biji kakao fermentasi dan non-fermentasi tidak signifikan. Perbedaannya

hanya Rp.3.000,- sedangkan petani sifatnya ingin mendapatkan uang

yang cepat, apabila di fermentasi diperlukan 5 – 6 hari agar biji

terfermentasi dengan baik. Menunggu hasil fermentasi dengan selisih

harga yang tidak signifikan membuat petani lebih memilih mengelola biji

kakao non-fermentasi. Karena dapat langsung diperjual belikan tanpa

harus menunggu 5 – 6 hari. Kalau di Afrika biji kakao fermentasi sudah

menjadi budaya.

3 Bagaimana upaya ………………. Dalam menangani permasalahan yang

muncul pada Kakao Indonesia?

Ibu Nani, Dewan Kakao Indonesia:

Upaya peningkatan produk dan produktivitas, kementerian pertanian

memberikan bantuan kepada petani berupa benih unggul, pupuk,

pelatihan poktan. Disini diperlukan adanya sinergitas antara pemerintah

pusat dengan pemerintah daerah, supaya bantuan dari kementerian

pertanian dapat terdistribusi dengan baik. Pendapingan, karena petani

harus didampingi untuk mengontrol perawatan serta kegiatan pascapanen

supaya dapat menghasilkan biji kakao yang baik. Peningkatan sinergitas

terhadap pelaku usaha terutama perbankan.

4 Apa saja keunggulan yang dimiliki Kakao Indonesia?

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

77

Ibu Nani, Dewan Kakao Indonesia:

Keunggulan kakao Indonesia memiliki rasa fruity, Afrika memiliki rasa

milky, dan biji kakao Indonesia memiliki melting point yang tinggi tidak

dimiliki oleh biji kakao negara lain.

5 Bagaimana perbandingan Standarisasi Nasional Kakao Indonesia dengan

Standarisasi Internasional Kakao?

Ibu Nani, Dewan Kakao Indonesia:

SNI biji kakao terdiri dari 3 macam. ST01, ST02, ST03 yang

mengakibatkan kita tidak fermentasi dengan wajib. Karena apabila

diwajibkan SNI penentuan kadar air, tingkat serangga dan lainnya harus

sesuai. Jika lebih dari ukuran yang telah ditentukan maka menjadi rumit

untuk diolah atau dijual karena belum sesuai dengan SNI.

6 Bagaimana kriteria Kakao yang di Ekspor dan Impor?

Ibu Nani, Dewan Kakao Indonesia:

Kriterianya karena biji kakao belum memiliki standar yang pasti. Biji

kakao grade apapun di ekspor. Biji kakao yang di ekspor lebih banyak

belum ada yang terfermentasi sedangkan yang terfermentasi hanya 10%

dari volume produksi yang dihasilkan. Biji kakao yang kita impor sudah

pasti terfermentasi. Karena asal negara biji kakao yang di impor berasal

dari Afrika (Pantai Gading, Ghana, Kamerun).

7 Bagaimana teknik pembagian kuota ekspor biji kakao dan untuk

pemenuhan bahan baku industri dalam negeri?

Ibu Nani, Dewan Kakao Indonesia:

Tidak ada pembagian kuota. Biji kakao Indonesia diutamakan untuk

memenuhi bahan baku kebutuhan industri dalam negeri terlebih dahulu,

lalu kemudian ekspor.

8 Apa yang menyebabkan volume impor Kakao meningkat?

Ibu Nani, Dewan Kakao Indonesia:

Volume impor biji kakao meningkat karena produksi biji kakao dalam

negeri menurun sehingga industri kekurangan bahan baku biji kakao

dalam negeri. Akibatnya untuk memenuhi kapasitas kebutuhan industri

dilakukannya impor.

9 Adakah kebijakan terkait impor biji kakao Indonesia?

Ibu Nani, Dewan Kakao Indonesia:

Sejak tahun 2010 ada bea keluar untuk ekspor biji kakao. Tujuannya

untuk membatasi ekspor biji kakao keluar supaya bahan baku industri

dalam negeri dapat terpenuhi.

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

78

Lampiran 18. Transkrip Wawancara Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia

Transkrip Wawancara

No Pertanyaan & Jawaban

1 Faktor-Faktor apa saja yang mempengaruhi impor biji kakao di

Indonesia?

Pak Yogi, Kementerian Perindustrian Republik Indonesia:

Faktor yang mempengaruhi impor biji kakao oleh industri pengolahan

kakao didalam negeri:

1. Cita rasa dan aroma. Industri membutuhkan campuran/blending biji

lokal dan impor untuk menghasilkan cita rasa dan aroma yang

diinginkan atau sesuai produk yang dihasilkan. Rata-rata impornya

20% - 30% dari kebutuhan masing-masing industri.

2. Kurangnya biji kakao lokal sebagai bahan baku industri kakao. Saat

ini industri mengalami kesulitan bahan baku untuk pemenuhan

kapasitas terpasang industri sebesar 747.000 ton/tahun sedangkan

pasokan biji kakao lokal hanya sekitar 200.000 – 300.000 ton. Rata-

rata kebutuhan biji kakao itu 80% dari kapasitas terpasang.

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

79

Lampiran 19. Curiculum Vitae Narasumber Kementerian Pertanian Republik

Indonesia

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

80

Lampiran 20. Curiculum Vitae Narasumber Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

81

Lampiran 21. Curiculum Vitae Narasumber Dewan Kakao Indonesia Kementerian

Pertanian Republik Indonesia

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

82

Lanjutan. Curiculum Vitae Narasumber Dewan Kakao Indonesia Kementerian

Pertanian Republik Indonesia

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BIJI KAKAO DI …

83

Lampiran 22. Curiculum Vitae Narasumber Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia