analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor beras …
TRANSCRIPT
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
IMPOR BERAS DI INDONESIA
OLEH
ASTRY ARIDHANA
160501039
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa
Skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor
Beras di Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud
belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam
konteks penulisan Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi
yang diperoleh telah dinyatakan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian
hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh
pihak Universitas Sumatera Utara.
Medan, 08 September 2020
Penulis,
Astry Aridhana
160501039
Universitas Sumatera Utara
i
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR
BERAS DI INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Produksi Beras,
Konsumsi Beras, Harga Beras Dalam Negeri, Harga Beras Luar Negeri, Kurs dan
Stok Beras baik secara parsial maupun simultan terhadap Impor Beras di
Indonesia.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series yakni
tahun 1980-2019. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
OLS (Ordinary Least Square). Data bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Bank Indonesia, World Bank, dan International Rice Research Institute (IRRI).
Hasil dari penelitian menunjukkan secara simultan variabel independen
yaitu produksi beras, konsumsi beras, harga beras dalam negeri, harga beras luar
negeri, kurs dan stok beras berpengaruh secara serempak dan signifikan terhadap
variabel dependen yaitu impor beras. Secara parsial variabel konsumsi beras,
harga beras dalam negeri dan stok beras memiliki pengaruh positif signifikan
terhadap impor beras, produksi beras dan kurs memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap impor beras, dan harga beras luar negeri memiliki pengaruh
negatif tidak signifikan terhadap impor beras di Indonesia.
Kata Kunci : Impor Beras, Produksi Beras, Konsumsi Beras, Harga Beras
Dalam Negeri, Harga Beras Luar Negeri, Kurs dan Stok Beras
Universitas Sumatera Utara
ii
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING RICE IMPORT IN INDONESIA
This study aims to determine the effect of rice production, rice
consumption, domestic rice prices, foreign rice prices, exchange rates and rice
stocks, both partially and simultaneously on rice imports in Indonesia.
The data used in this study are time series data from 1980-2019. The
analytical method used in this research is OLS (Ordinary Least Square). Data
sourced from the Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia, World Bank, and
the International Rice Research Institute (IRRI).
The results of the study show that simultaneously the independent
variables, rice production, rice consumption, domestic rice prices, foreign rice
prices, exchange rates and rice stocks have a simultaneous and significant effect
on the dependent variable, rice imports. Partially, the variable rice consumption ,
domestic rice price and rice stock had a positive and significant effect on rice
imports, rice production and exchange rate had a negative and significant effect
on rice imports, and foreign rice prices have a negative and insignificant effect on
rice imports in Indonesia.
Keywords : Rice Import, Rice Production, Rice Consumption, Domestic Rice
Prices, Foreign Rice Prices, Exchange Rates and Rice Stocks.
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah Tuhan semesta alam,
yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga peneliti telah mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Impor Beras di Indonesia”.
Pada kesempatan ini peneliti juga menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Prof Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Coki Ahmad Syahwier, SE., MP., selaku Ketua Program Studi S-1
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, M.Si., selaku Sekretaris Program
Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan masukan serta arahan kepada saya dalam
penyusunan skripsi ini dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.
5. Bapak Coki Ahmad Syahwier, SE., MP., selaku Dosen Pembanding I yang
telah membantu peneliti memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan
skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
iv
6. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Dosen Pembanding II
yang telah membantu peneliti memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara yang telah membagi ilmu pengetahuan yang akan
bermanfaat bagi saya.
8. Seluruh Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
yang telah membantu saya dalam penyelesaian kelengkapan administrasi.
9. Kedua orang tua tercinta, Ayah Andalas Putra, SE dan Ibu Nurilma, S.Pd
yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, kasih sayang dan
motivasi kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
10. Adik kandung saya Muthia Arisasmita dan Fachri Riandha Ardi yang
selalu memberikan dorongan dan semangat dan meluangkan waktunya
menemani saya dalam proses pengerjaan skripsi ini.
11. Wani dan Tante, Wani Dra. Rosnani dan Tante Indrawati Laili, SH yang
selalu memberikan doa, dukungan, semangat, kasih sayang dan motivasi
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
12. Sahabat seperjuangan stambuk Ekonomi Pembangunan Nanda Syafni
Mahjoenis yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungan
kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
v
13. Sahabat seperjuangan stambuk Ekonomi Pembangunan Tobat Gang
Anggita Salsabila, Rizka A Khalisha, Revina Amanda, Gemi Nastiti
Swifa, Cut Mutia Fahira, Fatima Karmila, Aldo Prawana, dan Rizki
Ma’arif yang selalu memberikan semangat kepada saya sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
14. Dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi atas penulisan skripsi
ini yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Saya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat
baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Akhir
kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu.
Medan, September 2020
Penulis
Astry Aridhana
NIM. 160501039
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ......................................................... 8
2.1.1 Teori Permintaan ............................................. 8
2.1.2 Teori Penawaran .............................................. 12
2.1.3 Perdagangan Internasional .............................. 15
2.1.3.1 Pengertian Perdagangan Internasional 15
2.1.3.2 Manfaat Perdagangan Internasional .... 15
2.1.3.3 Faktor Pendorong Perdagangan Inter-
nasional ............................................... 16
2.1.4 Teori Perdagangan Internasional ..................... 18
2.1.4.1 Teori Klasik Keunggulan Mutlak ....... 18
2.1.4.2 Teori Keunggulan Komparatif ............ 19
2.1.4.3 Teori Modern Keunggulan Komparatif 20
2.1.5 Impor Beras ..................................................... 21
2.1.5.1 Pengertian Impor ................................. 21
2.1.5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Impor ................................................... 22
2.1.5.3 Kebijakan Impor Beras ....................... 23
2.1.6 Produksi Beras ................................................. 23
2.1.7 Konsep Harga Beras ........................................ 24
2.1.8 Kurs ................................................................. 25
2.2 Penelitian Terdahulu................................................. 27
2.3 Kerangka Konseptual ............................................... 31
2.4 Hipotesis ................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ......................................................... 33
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ........................................ 33
3.3 Jenis Variabel Penelitian .......................................... 33
Universitas Sumatera Utara
vii
3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................... 33
3.5 Definisi Operasional ................................................. 34
3.6 Analisis Data ............................................................ 35
3.7 Teknik Analisa Data ................................................. 36
3.7.1 Uji Asumsi Klasik ........................................... 36
3.7.1.1 Uji Normalitas ..................................... 36
3.7.1.2 Uji Heteroskedastistas ......................... 37
3.7.1.3 Uji Multikolinearitas ........................... 37
3.7.2 Uji Statistik ...................................................... 38
3.7.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R2) ........... 38
3.7.2.2 Uji t ..................................................... 39
3.7.2.3 Uji F .................................................... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian ..................... 41
4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik ........................................... 47
4.3 Hasil Analisis Regresi .............................................. 50
4.4 Hasil Uji Statistik ..................................................... 51
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian.................................... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................... 59
5.2 Saran ......................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 62
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Impor Beras di Indonesia Tahun 2010-2019 3
1.2 Stok Beras di Indonesia Tahun 2010-2019 4
2.2 Penelitian Terdahulu 27
4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas 48
4.2 Hasil Uji Multikolinearitas 49
4.3 Hasil Analisis Regresi 50
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kurva Permintaan 9
2.2 Kurva Permintaan Elastis 10
2.3 Kurva Permintaan Inelastis 10
2.4 Kurva Permintaan Unitary Elastis 11
2.5 Kurva Permintaan Inelastis Sempurna 11
2.6 Kurva Permintaan Elastis Sempurna 11
2.7 Kurva Penawaran 12
2.8 Kurva Penawaran Elastis ................................................. 13
2.9 Kurva Penawaran Inelastis .............................................. 14
2.10 Kurva Penawaran Unitary Elastis .................................... 14
2.11 Kurva Penawaran Inelastis Sempurna ............................. 14
2.12 Kurva Penawaran Elastis Sempurna ................................ 15
2.13 Kerangka Konseptual 31
4.1 Produksi Beras di Indonesia tahun 1980-2019 ................ 41
4.2 Konsumsi Beras di Indonesia tahun 1980-2019 .............. 42
4.3 Harga Beras Dalam Negeri di Indonesia tahun 1980-2019 43
4.4 Harga Beras Luar Negeri di Indonesia tahun 1980-2019 44
4.5 Kurs di Indonesia tahun 1980-2019 ................................ 45
4.6 Stok Beras di Indonesia tahun 1980-2019 ....................... 46
4.7 Impor Beras di Indonesia tahun 1980-2019 .................... 47
4.8 Hasil Uji Normalitas 48
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
1 Data Penelitian
2 Hasil Regresi dengan Eviews
3 Hasil Uji Normalitas
4 Hasil Uji Heteroskedastisitas
5 Hasil Uji Multikolinearitas dalam bentuk first difference
Universitas Sumatera Utara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang mana banyak
penduduknya yang bermata pencaharian sebagai petani. Salah satu produk tani
yang juga menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia adalah beras. Beras
merupakan komoditi strategis yang memiliki kedudukan yang paling utama
diantara komoditi lainnya. Beras yang merupakan bahan pangan penghasil
karbohidrat yang paling besar ini berperan penting dalam mencukupi bahan
pangan nasional.
Produksi beras di Indonesia telah menjadikan Indonesia menduduki posisi
ketiga sebagai negara penghasil beras terbesar setelah Cina dan India. Produksi
beras Indonesia dapat dilihat meningkat sepanjang tahunnya. Meskipun Indonesia
menduduki posisi ketiga sebagai penghasil beras terbesar di dunia tetapi Indonesia
tidak pernah absen dari kegiatan mengimpor beras sejak tahun 1980-an.
Kegiatan impor beras ini dimaksudkan oleh pemerintah sebagai kebutuhan
untuk menambah cadangan beras di dalam negeri. Selain sebagai cadangan dalam
negeri, alasan lain yang membuat pemerintah melakukan impor beras adalah
terjadinya defisit beras di beberapa provinsi yang disebabkan karena penyaluran
pasokan beras yang terhambat dan luasan panen sawah yang menurun
dikarenakan cuaca ekstrem.
Indonesia telah berusaha untuk mendorong peningkatan produksi beras
dalam negeri serta pengelolaan stok beras agar dapat menjaga stabilitas harga
Universitas Sumatera Utara
2
beras dalam negeri. Produksi beras di Indonesia dilihat mengalami peningkatan
setiap tahunnya, dan tidak menutup kemungkinan Indonesia melakukan kegiatan
ekspor. Namun, peningkatan produksi beras tersebut juga diikuti dengan
peningkatan konsumsi beras yang berfluktuasi setiap tahunnya, sehingga
mengakibatkan beberapa provinsi mengalami defisit beras.
Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementan, Suwandi, terdapat
beberapa wilayah yang mengalami defisit beras yaitu Kepulauan Riau, Bangka
Belitung, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, sebagian Papua Barat, dan
sebagian Papua. Hal ini disebabkan distribusi beras yang belum merata dari
provinsi-provinsi yang panen sehingga mengakibatkan terjadinya keterlambatan
distribusi di 7 provinsi tersebut. Suwandi mengatakan penanganan defisit beras di
provinsi tersebut dilakukan dengan mengonsolidasikan pasokan beras di tiga
provinsi yang mengalami surplus, yakni Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan
Kalimantan Timur. Adapun stok yang digunakan untuk menutupi defisit tersebut
merupakan sisa stok beras nasional yang tersebar di pedagang, penggilingan padi
dan Perum BULOG. Defisit tersebut juga disebabkan karena produksi beras
didalam negeri yang terbatas, sedangkan permintaan didalam negeri tinggi. Impor
beras dianggap pemerintah sebagai kebijakan yang tidak bisa dihindari, karena
kegiatan impor beras merupakan salah satu langkah yang dilakukan Indonesia
untuk dapat mencukupi kebutuhan pangan nasional.
Berikut jumlah impor beras di Indonesia sepanjang tahun 2010-2019 dapat
dilihat pada tabel 1.1 dibawah.
Universitas Sumatera Utara
3
Tabel 1.1
Impor Beras di Indonesia Tahun 2010-2019 No Tahun Impor (Ton)
1 2010 687.581,5
2 2011 2.750.476,2
3 2012 1.810.372,3
4 2013 472.664,7
5 2014 844.163,7
6 2015 861.601,0
7 2016 1.283.178,5
8 2017 305.274,6
9 2018 2.253.824,5
10 2019 444.508,8
Sumber : Badan Pusat Statistik (2020)
Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah impor beras setiap
tahunnya berfluktuasi. Dimana pada tahun 2010, Indonesia melakukan impor
beras dengan total 687.581,5 ton, ditahun 2011 mengalami kenaikan menjadi
2.750.476,2 ton. Di tahun 2012, impor beras Indonesia mengalami penurunan
menjadi 1.810.372,3. Yang paling terlihat adalah pada tahun 2013 dimana impor
beras mengalami penurunan drastis dari tahun 2012, yakni menjadi 472.664,7.
Penurunan ini disebabkan karena produksi beras nasional mengalami surplus.
Namun, impor beras Indonesia mengalami peningkatan kembali di tahun 2014
hingga tahun 2016. Impor kembali mengalami penurunan di tahun 2017 menjadi
305.274,6 dan kembali meningkat di tahun 2018 menjadi 2.253.824,5 dan
mengalami penurunan kembali di tahun 2019 menjadi 444.508,8 ton.
Ketersediaan beras di Indonesia dikatakan surplus pada tahun 2018 tetapi
pemerintah melalui BULOG tetap melakukan impor. Menurut Direktur Pengadaan
Perum Badan Urusan Logistik (BULOG), Bachtiar, alasan dilakukannya impor
beras tersebut meski beras surplus adalah untuk mengantisipasi jika terdapat
bencana alam, el nino, kekeringan, gagal panen dan lainnya, sehingga Indonesia
tetap memiliki stok beras. Besar kecilnya stok beras dipengaruhi oleh beberapa
Universitas Sumatera Utara
4
faktor, diantaranya harga beras, besarnya permintaan dan penawaran beras,
jumlah penduduk, besarnya impor beras dan stok tahun sebelumnya. Dari
berbagai faktor tersebut yang paling dominan mempengaruhi jumlah stok adalah
surplus yang dipasarkan oleh petani (Widodo dkk, 1992, dalam Taufiq dkk, 2009)
Data stok beras Indonesia tahun 2010 – 2019 terpapar sebagai berikut.
Tabel 1.2
Stok Beras di Indonesia Tahun 2010-2019 No. Tahun Stok Beras (ton/tahun)
1 2010 6.577.000
2 2011 7.131.000
3 2012 7.403.000
4 2013 6.476.000
5 2014 5.501.000
6 2015 4.111.000
7 2016 3.509.000
8 2017 2.915.000
9 2018 3.913.000
10 2019 3.300.000
Sumber : IRRI (2020)
Pada tabel 1.2 diatas, dapat dilihat bahwa stok beras mengalami fluktuasi
setiap tahunnya. Stok beras di Indonesia terbanyak terdapat pada tahun 2012 yaitu
sebesar 7.403.000 ton. Dan terendah pada tahun 2017 yaitu sebesar 2.915.000 ton.
Secara historis beras di Indonesia selalu mengalami surplus, tetapi jumlah
permintaan terhadap beras melebihi surplus tersebut. Sehingga Indonesia masuk
sebagai salah satu negara konsumen beras terbesar didunia dengan konsumsi beras
mencapai 111,58 kg/kapita/tahun. Tercatat di BPS, Indonesia mengimpor beras
dari beberapa negara yaitu Vietnam, Thailand, Tiongkok, India, Pakistan,
Amerika Serikat, Taiwan, dan beberapa negara lainnya.
Vietnam dan Thailand merupakan negara yang menempati posisi pertama
dan kedua yang menjadi negara langganan Indonesia mengimpor beras, yang
tercatat dari Vietnam sebesar 767.180,9 ton pada tahun 2018 dan dari Thailand
Universitas Sumatera Utara
5
sebesar 795.600,1 ton pada tahun 2018. Indonesia mengimpor beras dari Vietnam
dan Thailand dikarenakan harga jual beras yang ditawarkan lebih murah, tercatat
menurut Food and Agriculture Organizations (FAO), harga internasional beras
ekspor kualitas bawah (varitas white rice 25% broken) dari Vietnam sekitar Rp.
5.324 per kg (data Juni 2019). Kemudian, harga beras dengan kualitas yang sama
dari Thailand sekitar Rp. 5.395 per kg. Faktor tersebut membuat negara Indonesia
masih melakukan kegiatan impor, dilihat dari data Pusat Informasi Harga Pangan
Strategis Nasional (PIHPS Nasional), harga beras dalam negeri per Desember
2019 yang termurah di Sulawesi Barat yakni sebesar Rp. 9.850 per kg.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti
merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul penelitian
“Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Impor Beras di Indonesia”.
1. 2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka peneliti
merumuskan perumusan masalah yang akan diteliti, yaitu :
a. Apakah produksi beras berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia ?
b. Apakah konsumsi beras berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia ?
c. Apakah harga beras dalam negeri berpengaruh terhadap impor beras di
Indonesia ?
d. Apakah harga beras luar negeri berpengaruh terhadap impor beras di
Indonesia ?
e. Apakah kurs berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia ?
f. Apakah stok beras berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia ?
Universitas Sumatera Utara
6
1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui pengaruh produksi beras terhadap impor beras
di Indonesia.
b. Untuk mengetahui pengaruh konsumsi beras terhadap impor
beras di Indonesia.
c. Untuk mengetahui pengaruh harga beras dalam negeri terhadap
impor beras di Indonesia.
d. Untuk mengetahui pengaruh harga beras luar negeri terhadap
impor beras di Indonesia.
e. Untuk mengetahui pengaruh kurs terhadap impor beras di
Indonesia.
f. Untuk mengetahui pengaruh stok beras terhadap impor beras di
Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
a. Bagi peneliti
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai
impor beras di Indonesia.
b. Bagi pengambil keputusan
Universitas Sumatera Utara
7
Memberikan masukan bagi pengambil keputusan dalam
membuat kebijakan impor beras di Indonesia.
c. Bagi pihak lain, khususnya almamater Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
penelitiannya.
Universitas Sumatera Utara
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Permintaan
Menurut Ida (2009:11), permintaan yaitu bagaimana seseorang atau
konsumen membeli suatu barang di pasar pada tingkat harga tertentu. Dalam
prakteknya, permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu barang atau
jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah :
a. Harga barang itu sendiri
b. Harga barang-barang lain (substitusi atau komplementer)
c. Pendapatan rata-rata masyarakat
d. Selera masyarakat
e. Jumlah penduduk
f. Ramalan keadaan di masa mendatang.
Dalam analisa ekonomi, permintaan terhadap suatu barang atau jasa
terutama dipengaruhi oleh harga barang atau jasa itu sendiri. Sifat perkaitan antara
permintaan terhadap suatu barang dan harganya tersebut dijelaskan dalam hukum
permintaan. Hukum permintaan berbunyi : “Jika harga suatu barang turun , maka
permintaan terhadap barang tersebut akan bertambah, sebaliknya jika harga suatu
barang naik, maka permintaan terhadap barang tersebut akan berkurang”. Syarat
utama dalam hukum permintaan ini adalah faktor-faktor lain yang mempengaruhi
permintaan tetap dan tidak berubah (ceteris paribus). (Kurva permintaan
menggambarkan hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta.
Universitas Sumatera Utara
9
Gambar 2.1
Kurva Permintaan Sumber : Mas Malik (2019). Hukum Permintaan dan Penawaran : Pengertian, Elastisitas, Teori,
Contoh.
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa lereng atau kemiringan kurva
permintaan adalah negatif. Jadi, jika harga barang X naik, maka jumlah barang X
yang diminta akan berkurang, dan sebaliknya jika harga barang X turun, maka
jumlah barang X yang diminta akan bertambah.
Fungsi permintaanya dapat dirumuskan sebagai berikut :
Qd = f(P)
Rasul dkk (2013:35) menjelaskan bahwa elastisitas permintaan (demand
elasticity) menjelaskan perssentase perubahan jumlah barang yang diminta
sebagai akibat dari persentase perubahan beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Elastisitas permintaan dapat juga didefinisikan sebagai kepekaan faktor-faktor
yang mempengaruhi permintaan terhadap jumlah barang yang diminta oleh
konsumen.
Elastisitas permintaan terhadap harga adalah koefisien yang menjelaskan
persentase jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari persentase perubahan
harga. Secara matematika dapat dirumuskan sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
10
Ed = 𝑄𝑑2−𝑄𝑑1
𝑄𝑑1 / 𝑃2−𝑃1
𝑃1
Ed = ∆𝑄𝑑
∆𝑃 ×
𝑃
𝑄𝑑
Dimana : Ed = Koefisien elastisitas permintaan terhadap harga
∆Qd = Perubahan terhadap jumlah permintaan
∆P = Perubahan harga
Qd = jumlah permintaan awal
P = harga awal
Penafsiran koefisien elastisitas permintaan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Jika Ed > 1 disebut elastis (∆Qd > ∆P). Dalam bentuk kurva dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.2
Kurva permintaan elastis (Ed > 1) Sumber : Ramdhani, dkk (2017). Elastisitas Permintaan dan Penawaran
b. Jika Ed < 1 disebut inelastis (∆Qd < ∆P). Dalam bentuk kurva dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.3
Kurva permintaan inelastis (Ed < 1) Sumber : Ramdhani, dkk (2017). Elastisitas Permintaan dan Penawaran
Universitas Sumatera Utara
11
c. Jika Ed = 1 disebut unitary elastis (∆Qd = ∆P). Dalam bentuk kurva dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.4
Kurva permintaan unitary elastis (Ed = 1) Sumber : Ramdhani, dkk (2017). Elastisitas Permintaan dan Penawaran
d. Jika Ed = 0 disebut inelastis sempurna (∆Qd = 0). Dalam bentuk kurva dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.5
Kurva permintaan inelastis sempurna (Ed = 0) Sumber : Ramdhani, dkk (2017). Elastisitas Permintaan dan Penawaran
e. Jika Ed = ~ disebut elastis sempurna (∆Qd = ~). Dalam bentuk kurva dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.6
Kurva permintaan elastis sempurna (Ed = ~) Sumber : Ramdhani, dkk (2017). Elastisitas Permintaan dan Penawaran
Universitas Sumatera Utara
12
2.1.2 Teori Penawaran
Menurut Rasul dkk (2013:57), penawaran (supply) dapat didefinisikan
sebagai jumlah barang dan atau jasa yang ditawarkan oleh produsen pada berbagai
tingkat harga. Dalam konteks perubahan penawaran produsen bisa mengikuti
hukum penawaran (the law of supply). Hukum penawaran menyatakan “jika harga
turun, maka jumlah barang yang ditawarkan cenderung menurun, sebaliknya jika
harga naik, maka jumlah barang ditawarkan cenderung meningkat, dengan asumsi
faktor-faktor lain diluar harga konstan.” (ceteris paribus).
Gambar 2.7
Kurva Penawaran Sumber : Mas Malik (2019). Hukum Permintaan dan Penawaran : Pengertian, Elastisitas, Teori,
Contoh.
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa kurva penawaran memiliki kemiringan
(slope) positif. Ini berarti bahwa antara harga barang X dan jumlah penawaran
barang X mempunyai hubungan searah. Jadi, jika harga barang X mengalami
kenaikan, makan jumlah barang X yang ditawarkan akan bertambah, dan
sebaliknya jika harga barang X mengalami penurunan, maka jumlah barang X
yang ditawarkan akan berkurang. Fungsi penawaran dapat dituliskan sebagai
berikut.
Qs = f(P)
Universitas Sumatera Utara
13
Rasul dkk (2013:63) menyatakan bahwa elastisitas penawaran terhadap
permintaan adalah koefisien yang menjelaskan perentase perubahan jumlah
barang yang ditawarkan sebagai akibat dari persentase perubahan permintaan.
Secara matematika dapat dirumuskan sebagai berikut.
Es = 𝑄𝑠2−𝑄𝑠1
𝑄𝑠1 ×
𝑃2−𝑃1
𝑃1
Es = ∆𝑄𝑠
∆𝑃 ×
𝑃
𝑄𝑠
Dimana : ∆𝑄𝑠 = perubahan jumlah penawaran
∆𝑃 = perubahan harga barang
P = harga barang mula-mula
Q = jumlah penawaran mula-mula
Es = elastisitas penawaran
Penafsiran koefisien elastisitas penawaran dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Jika Es > 1 dinamakan elastis. Dalam bentuk kurva dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 2.8
Kurva penawaran elastis (Es > 1) Sumber : Ramdhani, dkk (2017). Elastisitas Permintaan dan Penawaran
b. Jika Es < 1 dinamakan inelastis. Dalam bentuk kurva dapat digambarkan
sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
14
Gambar 2.9
Kurva penawaran inelastis (Es < 1) Sumber : Ramdhani, dkk (2017). Elastisitas Permintaan dan Penawaran
c. Jika Es = 1 dinamakan unitary elastis. Dalam bentuk kurva dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.10
Kurva penawaran unitary elastis (Es = 1) Sumber : Ramdhani, dkk (2017). Elastisitas Permintaan dan Penawaran
d. Jika Es = 0 dinamakan inelastis sempurna. Dalam bentuk kurva dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.11
Kurva penawaran inelastis sempurna (Es = 0) Sumber : Ramdhani, dkk (2017). Elastisitas Permintaan dan Penawaran
Universitas Sumatera Utara
15
e. Jika Es = ~ dinamakan elastis sempurna. Dalam bentuk kurva dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.12
Kurva penawaran elastis sempurna (Ed = ~) Sumber : Ramdhani, dkk (2017). Elastisitas Permintaan dan Penawaran
2.1.3 Perdagangan Internasional
2.1.3.1 Pengertian Perdagangan Internasional
Menurut Ekananda (2015), perdagangan internasional dapat didefinisikan
sebagai aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan
penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk negara yang
dimaksud adalah merupakan individu dengan individu, antara individu dengan
pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara
lain.
Perbedaan kekayaan sumber alam membedakan corak perekonomian
negara-negara didunia. Karena masing-masing negara saling membutuhkan hasil
produksi negara-negara lainnya, timbulah perdagangan internasional.
2.1.3.2 Manfaat Perdagangan Internasional
Adanya kerjasama internasional di bidang perdagangan dapat memberikan
beberapa manfaat dan keuntungan yang bisa didapatkan dari masing-masing
negara yang melakukan kerja sama dalam bidang perdagangan.
Universitas Sumatera Utara
16
Manfaat perdagangan internasional, menurut Sadono Sukirno (dalam
Apridar, 2018:67) adalah sebagai berikut :
a. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi dinegeri sendiri. Banyak
faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi disetiap negara.
Faktor-faktor tersebut diantaranya : kondisi geografi, iklim, tingkat
penguasaan iptek dan lain-lain.
b. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi. Sebab utama kegiatan perdagangan
luar negeri adalah untuk memperoleh keuntungan yang diwujudkan oleh
spesialisasi. Walaupun suatu negara dapat memproduksi suatu barang yang
sama jenisnya dengan yang diproduksi negara lain, tapi ada kalanya lebih
baik apabila negara tersebut mengimpor barang dari luar negeri.
c. Memperluas pasar dan menambah keuntungan. Terkadang pengusaha tidak
menjalankan mesin-mesinnya (alat produksinya) dengan maksimal karena
khawatir akan terjadi kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya
harga produk mereka. Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha
dapat menjalankan mesin-mesinnya secara maksimal, dan menjual kelebihan
produk tersebut keluar negeri.
d. Transfer teknologi modern. Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu
negara mempelajari teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara
manajemen yang lebih modern.
2.1.3.3 Faktor Pendorong Perdagangan Internasional
Kerjasama internasional di bidang perdagangan terjadi karena adanya
beberapa faktor pendorong yang mengharuskan suatu negara mengadakan
Universitas Sumatera Utara
17
kerjasama di bidang perdagangan. Karena setiap negara tidak dapat sepenuhnya
memenuhi kebutuhan negaranya sendiri tanpa adanya sumber daya dari negara
lain, bisa dari sumber daya alamnya, sumber daya manusia, pemodalan maupun
dalam hal teknologi.
Menurut Ekananda (2015), faktor yang mendorong suatu negara melakukan
perdagangan internasional, diantaranya sebagai berikut :
a. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan keterampilan, ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi.
b. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk
menjual produk tersebut.
c. Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi.
d. Adanya keberagaman selera terhadap suatu barang yang dihasilkan pada
negara lain sehingga terbentuk transaksi perdagangan untuk memenuhi
kebutuhan ini.
e. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri yang dapat
diberikan dan ditawarkan oleh negara lain.
f. Untuk memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara dari
perdagangan ekspor dan impor.
g. Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara
lain sebagai konsekuensi adanya era globalisasi sehingga tidak satu negara
pun di dunia dapat hidup sendiri.
Universitas Sumatera Utara
18
2.1.4 Teori Perdagangan Internasional
2.1.4.1 Teori Klasik Keunggulan Mutlak (Absolute Advantage : Adam Smith)
Teori absolute advantage dikemukakan oleh Adam Smith (1776) dalam
bukunya The Wealth of Nations. Adam Smith menganjurkan bahwa perdagangan
bebas sebagai kebijakan yang mampu mendorong kemakmuran suatu negara.
Adam Smith mengatakan bahwa perdagangan diantara dua negara
didasarkan pada keunggulan absolut (absolute advantage). Jika suatu negara lebih
efisien dan memiliki keunggulan absolut daripada negara lain dalam memproduksi
komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan
dengan cara melakukan spesialisasi dalam memperoleh suatu komoditi. Berarti
negara yang memiliki keunggulan absolut, akan menukarkannya dengan komoditi
lain yang memiliki kerugian absolut. Melalui kegiatan ini, sumber daya kedua
negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien. Komoditi produksi pun
akan meningkat. Peningkatan produksi tersebut menjadi ukuran keuntungan dari
spesialisasi produksi untuk kedua negara yang melakukan perdagangan.
Smith yakin bahwa seluruh negara dapat menikmati keuntungan dengan
adanya perdagangan internasional antarnegara. Smith menganjurkan, kebijakan
laissez faire (yaitu suatu kebijakan yang menyarankan sesedikit mungkin
intervensi pemerintah terhadap perekonomian). Melalui perdagangan
internasional, sumber daya yang dimiliki dunia dapat digunakan secara efisien dan
dapat memaksimalkan kesejahteraan seluruh dunia. (dalam Ekananda, 2015)
Universitas Sumatera Utara
19
2.1.4.2 Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage : David
Ricardo)
Teori perdagangan internasional yang lain dan lebih maju diperkenalkan
oleh David Richardo. Teorinya dikenal dengan nama Teori Keunggulan
Komparatif (Comparative Advantage). Teori David Richardo yang dikemukakan
tahun 1817 ini merupakan salah satu hukum dalam ekspor-impor yang penting
dan belum mendapat banyak tantangan dalam aplikasi dan praktik perdagangan
internasional.
Teori ini menjelaskan bahwa perdagangan internasional dapat saling
menguntungkan jika salah satu negara tidak memiliki keunggulan absolut (atas
suatu komoditi seperti yang diungkapkan Adam Smith), namun cukup memiliki
keunggulan komparatif (yaitu harga untuk suatu komoditi dinegara yang satu
dengan yang lainnya relatif berbeda).
David Richardo mendasarkan hukum keunggulan komparatifnya pada
beberapa asumsi, yaitu bahwa : (1) hanya terdapat dua negara (bilateral) dan dua
komoditi, (2) terdapat perdagangan bebas (free trade), dan (3) adanya mobilitas
tenaga kerja yang sempurna (perfect mobility), biaya produksi konstan, tidak ada
biaya transportasi, (4) teknologi tetap, serta (5) menggunakan terapan teori nilai
tenaga kerja. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan memproduksi suatu
barang yang dapat dihasilkan dengan murah dan negara akan mengimpor barang
yang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar.
Pemikiran Ricardo didasarkan pada beberapa asumsi yang disederhanakan,
bahkan sangat sederhana. Salah satunya adalah teori nilai tenaga kerja (labor
theory of value). Teori ini juga sering disampaikan sebagai cost comparative
Universitas Sumatera Utara
20
advantage. Teori ini menyatakan bahwa biaya dari satu komoditi adalah jumlah
komoditi kedua yang harus dikorbankan agar diperoleh faktor-faktor produksi
(sumber daya yang memadai) untuk menghasilkan satu unit tambahan dari
komoditi pertama.
Suatu negara yang mempunyai biaya lebih rendah satu suatu komoditi
(misalkan beras), berarti mempunyai keunggulan komparatif dalam komoditi
tersebut (beras) dan kerugian komparatif dalam komoditi lain (selain beras).
Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu negara akan
memperoleh manfaat dari perdagangann internasional apabila melakukan
spesialisasi produksi (dan mengekspor barang) dimana negara tersebut dapat
berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut
berproduksi relatif kurang/tidak efisien.
Keunggulan komparatif suatu negara terhadap negara lain dapat dilihat
juga dari segi biaya tenaga kerjanya. Apabila ongkos tenaga kerja rendah, maka
harga output akan rendah pula. Suatu negara akan memproduksi suatu produk
yang harganya relatif lebih rendah, ini berarti mereka mendapat keuntungan
komparatif dalam proses produksi produk tersebut. (dalam Ekananda, 2015)
2.1.4.3 Teori Modern Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)
dari Model Heckscher & Ohlin)
Menurut teori H-O, perdagangan Internasional terjadi disebabkan oleh
opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain. Opportunity
cost adalah biaya yang dikorbankan dari memproduksi satu barang untuk
memproduksi barang lainnya karena memiliki nilai tertinggi.
Universitas Sumatera Utara
21
Menurut teori Heckscher – Ohlin atau H-O, perbedaan opportunity cost
suatu produk antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya
perbedaan jumlah atau proporsisi faktor produksi yang dimiliki (endowment
factors) masing-masing negara. Perbedaan opportunity cost tersebut yang
menimbulkan terjadinya perdagangan internasional. Negara-negara yang memiliki
faktor produksi yang relatif banyak/murah dalam memproduksinya akan
melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barangnya. Sebaliknya, negara
akan mengimpor barang tertentu jika negara tersebut memiliki faktor produksi
yang relatif langka/mahal dalam memproduksinya.
Dalam analisisnya, teori modern H-O menggunakan dua kurva. Pertama
adalah kurva isocost, yaitu kurva yang menggambarkan biaya produksi yang sama
dan kurva isoquant, yaitu kurva yang menggambarkan total kualitas produk yang
sama. Menurut teori ekonomi mikro, kurva isocost akan bersinggung dengan
kurva isoquant pada titik optimal. Jadi, dengan biaya tertentu akan diperoleh
produk yang maksimal, atau dengan biaya yang minimal akan diperoleh sejumlah
produk tertentu.
2.1.5 Impor Beras
2.1.5.1 Pengertian Impor
Impor adalah suatu kegiatan pembelian dan memasukkan barang/jasa atau
komoditas dari luar negeri ke dalam negeri secara legal melalui proses
perdagangan. Menurut Susilo Utomo (2008:101), impor adalah suatu kegiatan
memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean di dalam negeri
Universitas Sumatera Utara
22
yang dilakukan oleh perwakilan dari kedua negara, baik perorangan maupun
perusahaan.
Suatu negara melakukan kegiatan impor biasanya karena adanya
kebutuhan akan produk tertentu di dalam negeri yang tidak dapat dipenuhi sendiri,
atau untuk menambah cadangan. Impor merupakan bagian penting dari
perdagangan internasional.
2.1.5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Impor
Impor merupakan salah satu jenis kegiatan mendatangkan barang atau
produk dari negara lain. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar di
suatu negara. Kegiatan Impor juga dilakukan oleh negara kita, Indonesia.
Ada beberapa alasan yang membuat suatu negara melakukan impor, antara lain :
a. Melengkapi Produk atau Barang
Ada beberapa negara yang tidak memiliki komoditas atau produk yang
diinginkan oleh konsumen, sehingga negara tersebut harus melakukan impor
untuk pemenuhan barang atau produk yang belum ada.
b. Mendapatkan Barang atau Produk Berkualitas
Salah satu tujuan melakukan impor adalah mendapatkan produk yang lebih
berkualitas. Pasti kita pernah tahu suatu negara yang mendatangkan produk dari
lain negara meskipun negaranya juga mampu menghasilkan sendiri. Hal ini
sering terjadi karena produk lokal kalah dengan produk luar. Contohnya adalah
Indonesia, negara ini memiliki kawasan pertanian yang sangat luas, namun tetap
impor beras dari Thailand, hal ini terjadi karena teknologi untuk pengolahan
beras kurang sehingga mendatangkan beras dari luar yang lebih berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
23
(http://gurupintar.com/threads/jelaskan-alasan-suatu-negara-melakukan-impor.1628/)
2.1.5.3 Kebijakan Impor Beras
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar penduduk nya bermata
pencaharian sebagai petani. Akan tetapi, seperti yang diketahui bahwa petani
Indonesia bukan lah mereka yang memiliki tingkat kesejahteraan yang tinggi.
Terlebih petani sering dirugikan oleh masalah kebijakan perberasan yang
dilakukan oleh pemerintah.
Kebijakan pemerintah yang mengeluarkan izin impor beras mangatakan
alasannya bahwa jika importasi tidak dilakukan, maka dikhawatirkan harga beras
bergejolak dengan asumsi stok nasional tidak mencukupi. Bagi petani, kebijakan
pemerintah yang mengeluarkan izin impor beras hingga 1 juta ton tidak berpihak
pada mereka. Harga gabah kering panen yang dikhawatirkan menurun, akan
membuat petani merugi.
(https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4180211/kebijakan-impor-beras-
bagai-pisau-bermata-dua)
2.1.6 Produksi Beras
Meskipun Indonesia adalah negara terbesar ketiga yang memproduksi
beras terbanyak di dunia, Indonesia masih tetap perlu mengimpor beras hampir
setiap tahun (walau biasanya hanya untuk menjaga tingkat cadangan beras).
Situasi ini disebabkan karena para petani menggunakan teknik-teknik pertanian
yang tidak optimal ditambah dengan konsumsi per kapita beras yang besar (oleh
populasi yang besar). Bahkan, Indonesia memiliki salah satu konsumsi beras per
kapita terbesar di seluruh dunia. Konsumsi beras per kapita di Indonesia tercatat
Universitas Sumatera Utara
24
mencapai 111,58 kg/kapita/tahun. Selama beberapa dekade Indonesia telah
berjuang untuk mencapai swasembada beras namun hanya berhasil di pertengahan
1980-an dan 2008-2009. Pada beberapa tahun terakhir Indonesia perlu mengimpor
sekitar 3 juta ton beras setiap tahunnya, terutama dari Thailand dan Vietnam,
untuk mengamankan cadangan beras negara. Impor ini dilaksanakan oleh Badan
Urusan Logistik.
(https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/beras/item183?)
2.1.7 Konsep Harga Beras
Menurut Saptana (2017), harga merupakan suatu nilai barang dan jasa
yang mencerminkan keinginan konsumen membayar berdasarkan nilai utilitasnya
dan curahan sumber daya yang digunakan produsen untuk menghasilkannya.
Dalam perdagangan, harga ditentukan oleh : (a) kesediaan pembeli untuk
membayar (willingness to pay) barang/jasa, (b) kesediaan penjual untuk menerima
pembayaran (willingness to accept) atas barang/jasa, dan (c) kesediaan pesaing
untuk melepas barang/jasa.
Dalam upaya mewujudkan stabilitas harga gabah dan beras, salah satu
instrumen kebijakan harga yang diterapkan pemerintah adalah kebijakan harga
dasar dan harga maksimum. Harga dasar ditujukan untuk melindungi petani
sebagai produsen dari jatuhnya harga gabah saat panen raya, sedangkan harga
maksimum ditujukan untuk melindungi konsumen terutama dari lonjakan harga
saat musim paceklik. Konsep harga dasar selanjutnya disesuaikan menjadi harga
dasar pembelian pemerintah (HDPP) per 1 Januari 2002 dan kemudian menjadi
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) pada tahun 2005 (Maulana, 2012). Konsep
Universitas Sumatera Utara
25
harga maksimum kemudian dituangkan dalam kebijakan Harga Eceran Tertinggi
(HET) yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan No.
57/MDAG/PER/8/2017 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi Beras.
2.1.8 Kurs
Menurut Ekananda (2015), nilai tukar atau kurs (foreign exchange rate)
dapat didefinisikan sebagai harga mata uang suatu negara relatif terhadap mata
uang negara lain atau dengan kata lain nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu
mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara
lain.
Cornelius Lucas (1995) dalam bukunya yang berjudul “Trading in the
Global Currrency Analysis” menyatakan : “An exchange rate is the price of one
currency in terms of another”
Sementara itu, Frank J. Fabozzi dan Franco Modigliani (1992) (dalam
Ekananda, 2015:168) memberikan definisi mengenai nilai tukar sebagai berikut :
“An exchange rate is defined as the amount of one currency that can be
exchanged per unit of another currency, or the price of one currency in terms of
another currency”
Kurs adalah harga mata uang suatu negara berhubungan dengan mata uang
negara lain (Lindert, 1994) (dalam Ekananda, 2015:168).
Menurut Ekananda (2015), dalam praktik bisnis keuangan internasional
terdapat berbagai jenis nilai tukar. Tujuan penentuan berbagai jenis nilai tukar
sesuai dengan kepentingan para agen ekonomi untuk menyepakati transaksi nilai
tukar dengan koleganya di belahan dunia lainnya. Pergerakan kurs mata uang
Universitas Sumatera Utara
26
yang selalu berubah-ubah akan mempengaruhi perusahaan multinasional sebab
kurs dapat mempengaruhi jumlah arus kas masuk yang diterima dari ekspor dan
juga mempengaruhi jumlah arus kas keluar yang digunakan untuk membayar
impor. Kurs nilai tukar mengukur nilai satuan mata uang terhadap mata uang lain.
Penurunan nilai pada suatu mata uang tersebut disebut dengan depresiasi dan
peningkatan nilai pada suatu mata uang tersebut disebut sebagai apresiasi. Berikut
beberapa istilah nilai tukar tetapi bukan cara menentukan nilai tukar.
a. Nilai Tukar Nominal
Nilai tukar nominal adalah harga relatif mata uang diantara dua negara,
dinyatakan dalam nilai mata uang domestik per mata uang asing (misalnya, 1 US$
= Rp. 14.146,23, total rata-rata kurs tahun 2019).
b. Nilai Tukar Rill
Nilai tukar rill adalah harga relatif dari suatu barang diantara dua negara.
Dengan demikian, nilai tukar rill menunjukkan suatu nilai tukar barang disuatu
negara dengan negara lain (term of trade). Kenaikan nilai tukar rill atau depresiasi
rill berarti bahwa harga-harga diluar negeri yang dinyatakan dalam satuan mata
uang kita telah meningkat relatif terhadap harga-harga barang yang diproduksi
didalam negeri. Ini berarti bahwa, apabila faktor-faktor lainnya dianggap tetap,
kita memiliki daya saing keluar yang lebih tinggi. Artinya, barang kita menjadi
lebih murah relatif terhadap barang-barang impor, baik bagi kita maupun
masyarakat luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
27
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul
Penelitian Variabel
Peneltian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
1 Ratih Kumala Sari (2014). Universitas Negeri Semarang
Analisis Impor Beras di Indonesia
Independen : Produksi beras, konsumsi beras, harga beras dalam negeri, dan kurs. Dependen : Impor Beras
Regresi linier berganda, time series.
1. Produksi beras dalam negeri berpengaruh negatif terhadap impor beras di Indonesia.
2. Konsumsi beras dalam negeri berpengaruh positif terhadap impor beras di Indonesia.
3. Harga beras
domestik
berpengaruh
positif terhadap
impor beras di
Indonesia.
4. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpengaruh negatif terhadap impor beras di Indonesia.
2 Angga Satria, Rulianda P Wibowo, Emalisa (2019). Universitas Sumatera Utara
Pengaruh Produksi Beras Terhadap Impor Beras Di Sumatera Utara
Independen : PDB, harga beras di pasar internasional, harga beras di Sumatera Utara, jumlah produksi beras, jumlah permintaan beras, tingkat inflasi
Regresi linier berganda, time series.
Faktor-faktor yang mempengaruhi impor Beras di Sumatera Utara adalah harga beras di pasar internasional, harga beras Sumatera Utara, permintaan beras Sumatera Utara dan
Universitas Sumatera Utara
28
No Nama
Peneliti Judul
Penelitian Variabel
Peneltian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Dependen : Impor Beras
tingkat inflasi Sumatera Utara.
3 Ike Susanti (2017). Universitas Islam Lamongan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Volume Beras Impor di Jawa Timur
Independen : Jumlah penduduk, produksi beras, harga beras lokal, harga jagung, harga ubi kayu Dependen : Impor Beras
Regresi linier berganda, time series.
1. Produksi padi dan harga beras lokal memiliki pengaruh signifikan terhadap volume impor beras.
2. Variabel harga beras lokal mempunyai pengaruh paling dominan terhadap volume beras impor di Jawa Timur.
4 Yona Namira, Iskandar Andi Nuhung, Mudatsir Najamuddin (2017). UIN Jakarta
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Impor Beras di Indonesia
Independen : Produksi beras, konsumsi beras, stok beras, harga beras domestik, harga beras internasional, dan kurs. Dependen : Impor Beras
Regresi linier berganda, time series
1. Variabel produksi beras, konsumsi beras, stok beras, harga beras domestik, harga beras internasional dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memiliki pengaruh signifikan terhadap impor beras di Indonesia.
2. Variabel konsumsi beras, stok beras, harga beras domestik dan harga beras internasional memiliki pengaruh positif
Universitas Sumatera Utara
29
No Nama
Peneliti Judul
Penelitian Variabel
Peneltian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia.
5 Rikho Zaeroni, Surya Dewi Rustariyuni (2016). Universitas Udayana
Pengaruh Produksi Beras, Konsumsi Beras dan Cadangan Devisa Terhadap Impor Beras di Indonesia
Independen : Produksi Beras, Konsumsi Beras, Cadangan Devisa Dependen : Impor Beras
Regresi Linier Berganda
1. Secara simultan produksi beras, konsumsi beras, dan cadangan devisa berpengaruh signifikan terhadap impor beras di Indonesia tahun 2000-2014.
2. Secara parsial variabel produksi beras dan konsumsi beras tidak berpengaruh terhadap impor beras di Indonesia tahun 2000-2014.
3. Variabel cadangan devisa berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia tahun 2000-2014.
6 Desiane Maria Rungkat (2014). Universitas Sam Ratulangi
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Beras di Sulawesi Utara
Independen : Produksi Beras di Sulawesi Utara, Konsumsi Penduduk Sulawesi Utara, Stok
Regresi Linier Berganda, time series
1. Impor beras di Sulawesi Utara 86,5% dipengaruhi oleh produksi beras, konsumsi penduduk, stok beras dan kurs.
Universitas Sumatera Utara
30
No Nama
Peneliti Judul
Penelitian Variabel
Peneltian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Beras di Sulawesi Utara, Kurs Dependen : Impor Beras di Sulawesi Utara
Sedangkan 13,5% dipengaruhi oleh faktor lainnya.
2. Produksi beras, konsumsi penduduk, stok beras dan kurs secara parsial dan serentak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap impor beras.
7 Malyda Husna Salsyabilla (2010). Universitas Trisakti
Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengar-uhi Impor Beras di Indonesia Periode 2000-2009
Independen : Produksi Beras, Harga Relatif, Kebijakan Tarif, Pendapatan per Kapita, Kurs, Harga Beras Lokal. Dependen : Impor Beras
ECM, time series
1. Pendapatan per kapita mempunyai pengaruh positif dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Kurs dan harga relatif Thailand mempunyai pengaruh negatif terhadap impor beras baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Produksi beras berpengaruh negatif terhadap impor beras.
8 I Kadek Agus Dwipayana, Wayan Wita Kesumajaya (2014). Universitas Udayana
Pengaruh Harga, Cadangan Devisa dan Jumlah Penduduk Terhadap
Independen : Harga Beras Dunia, Cadangan Devisa Indonesia, Jumlah
Regresi linier berganda, time series
1. Harga beras dunia berpengaruh secara parsial terhadap impor beras di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
31
No Nama
Peneliti Judul
Penelitian Variabel
Peneltian Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Impor Beras Indonesia
Penduduk Indonesia Dependen : Impor Beras Indonesia
periode 1997-2012.
2. Cadangan devisa berpengaruh secara parsial dan signifikan terhadap impor beras Indonesia periode 1997-2012. Jumlah penduduk tidak berpengaruh secara parsial terhadap Impor beras Indonesia periode 1997-2012.
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan dari latar belakang yang ada, maka peneliti menyusun
kerangka konseptual yang berhubungan dengan latar belakang sebagai berikut.
Gambar 2.13
Kerangka Konseptual Sumber : Olahan Penulis
Harga beras dalam negeri (X3)
Stok beras (X6)
Kurs (X5)
Harga beras luar negeri (X4)
Konsumsi Beras (X2)
Produksi beras (X1)
Impor beras (Y)
Universitas Sumatera Utara
32
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut.
a. Variabel produksi beras berpengaruh negatif terhadap variabel impor beras
b. Variabel konsumsi beras berpengaruh positif terhadap variabel impor beras
c. Variabel harga beras dalam negeri berpengaruh positif terhadap variabel
impor beras
d. Variabel harga beras luar negeri berpengaruh negatif terhadap variabel impor
beras
e. Variable kurs berpengaruh negatif terhadap variabel impor beras
f. Variabel stok beras berpengaruh positif terhadap variabel impor beras
Universitas Sumatera Utara
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif adalah jenis penelitian yang sistematis, terstruktur, dan cenderung
penelitian ini menggunakan analisis angka-angka. Dan metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif.
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yaitu mengkaji pengaruh antara produksi beras,
konsumsi beras, harga beras dalam negeri, harga beras luar negeri, kurs dan stok
beras terhadap impor beras selama kurun waktu 1980 – 2019.
3.3 Jenis Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam menganalisis permasalahan dalam
penelitian diatas terdiri dari dua bagian, yaitu variabel dependen (terikat) dan
variabel independen (bebas). Variabel dependen dari penelitian diatas adalah
impor beras. Sedangkan variabel independen dari penelitian diatas adalah
produksi beras, konsumsi beras, harga beras dalam negeri, harga beras luar negeri,
kurs dan stok beras.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunkan data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui
data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), International Rice
Research Institute (IRRI), World Bank, dan menggunakan studi pustaka dengan
cara mempelajari berbagai referensi seperti jurnal, internet browsing, skripsi
Universitas Sumatera Utara
34
terdahulu, dan buku literature yang berhubungan dengan skripsi ini. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dengan kurun waktu 39
tahun (1980 – 2019).
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional untuk masing-masing variabel dalam penelitian ini
adalah :
a. Variabel impor beras, merupakan jumlah impor beras Indonesia dalam
satuan ton (ton/tahun)
b. Variabel produksi beras, merupakan jumlah produksi beras yang
dihasilkan setiap tahun dalam satuan ton (ton/tahun).
c. Variabel konsumsi beras, merupakan jumlah beras yang dikonsumsi
penduduk Indonesia dalam satuan ton per tahun (ton/tahun)
d. Variabel harga beras dalam negeri, yaitu harga beras yang diukur dalam
satuan rupiah per ton (Rp/ton, nilai rata-rata harga beras dalam negeri
per tahun).
e. Variabel harga beras luar negeri, yaitu harga beras di pasar dunia yang
diukur dalam satuan US$/ton (nilai rata-rata harga beras luar negeri per
tahun)
f. Variabel kurs, yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika per
tahun
g. Variabel stok beras, yaitu jumlah beras yang disimpan didalam negeri
yang diukur dalam satuan ton per tahun. (ton/tahun)
Universitas Sumatera Utara
35
3.6 Analisis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data time series dan
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan
metode OLS (Ordinary Least Square). Menurut Gio (2015), regresi linier
berganda (multiple linear regression) merupakan suatu teknik statistika yang
menghasilkan suatu persamaan linier. Persamaan linier tersebut menerangkan atau
menjelaskan hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen. Untuk mengetahui pengaruh produksi beras, konsumsi beras, harga
beras dalam negeri, harga beras luar negeri, kurs dan stok beras terhadap impor
beras maka digunakan persamaan :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6 X6 μi
Dimana :
Y = Impor beras (ton)
X1 = Produksi beras (ton)
X2 = Konsumsi beras (ton)
X3 = Harga beras dalam negeri (Rp/ton)
X4 = Harga beras luar negeri (US$/ton)
X5 = Kurs (Rp/US$)
X6 = Stok beras (ton)
α = Konstanta
μi = error term
Universitas Sumatera Utara
36
3.7 Teknik Analisa Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
bantuan program Eviews 9. Data diolah menggunakan bantuan Eviews dan
dilanjutkan dengan menganalisis data. Peneliti menggunakan uji asumsi terlebih
dahulu sebagai persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis regresi
linier berganda yang berbasis OLS (Ordinary Least Square)
3.7.1 Uji Asumsi Klasik
3.7.1.1 Uji Normalitas
Menurut Gujarati (2003:107) (dalam Gio, 2015), mengemukakan dalam
penggunaan metode estimasi ordinary least squares (OLS) pada regresi linier
berganda untuk tujuan pengujian hipotesis terhadap estimasi-estimasi parameter
dikenakan asumsi normalitas. Asumsi normalitas yang dimaksud adalah distribusi
dari error (e) menyebar secara normal.
Untuk menguji asumsi normalitas dapat menggunakan pendekatan analisis
grafik, yakni Q-Q (quantile-quantile) plot atau dengan uji Jarque-Bera (JB). Pada
penelitian ini digunakan uji Jarque-Bera (JB) untuk melihat apakah data
terdistribusi normal atau tidak.
Dalam pendekatan Jarque-Bera (JB), pengujian normalitas dilakukan
dengan menggunakan data residual. Untuk pengambilan keputusan terhadap
hipotesis, dapat dibandingkan antara nilai probabilitas dari uji Jarque-Bera (JB)
dan tingkat sig yang digunakan (α = 0,05). Jika nilai prob > 0,05, maka dapat
disimpulkan residual menyebar normal, dan jika nilai prob < 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa residual menyebar tidak normal.
Universitas Sumatera Utara
37
3.7.1.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi atau terdapat ketidaksamaan varians dari residual dari satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedatisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu jika terjadi
homoskedatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139).
Pada penelitian ini, uji yang digunakan adalah White test (Uji White).
Untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas perhatikan nilai Obs*R-squared
atau χ2 hitung dan juga nilai probability-nya. Apabila nilai probability lebih rendah
dari 0,05 berarti terdapat heteroskedastisitas pada hasil estimasi. Sebaliknya,
apabila nilai probabilitynya lebih tinggi dari 0,05, maka hasil estimasi bebas dari
heteroskedastisitas. (Pratomo dan Hidayat, 2010:104)
3.7.1.3 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas merupakan hubungan linier antara variabel independen
di dalam regresi linier berganda (Widarjono, 2010:75). Uji multikolinearitas ini
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel independen.
Pendeteksian multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance
Inflation Factors (VIF) pada hasil pengujian. Kriteria pengujiannya yaitu apabila
nilai VIF < 10 maka tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel independen,
Universitas Sumatera Utara
38
dan sebaliknya jika menunjukkan nilai VIF > 10, maka asumsi model tersebut
mengandung multikolinearitas.
Jika pada data terjadi multikolinearitas, maka cara yang dapat digunakan
untuk mengatasinya adalah dengan melakukan transformasi variabel. Beberapa
bentuk transformasi yang umum digunakan adalah first difference, ratio
transformation (seperti pada WLS) dan bentuk log. (Ariefianto, 2012)
3.7.2 Uji Statistik
3.7.2.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Gio (2016), nilai dari koefisien determinasi (R2) digunakan untuk
mengukur kemampuan persamaan regresi linier dalam mencocokkan atau
menyesuaikan (fits) data.
Nilai koefisien determinasi berkisar diantara 0 dan 1. Nilai koefisien
determinasi yang bernilai 1 berarti persamaan regresi linier secara sempurna
mencocokkan data. Sedangkan nilai koefisien determinasi yang semakin
mendekati 0, berarti kemampuan persamaan regresi linier semakin tidak baik
dalam mencocokkan data. Dengan kata lain, kemampuan variabel-variabel
independen yang digunakan dalam persamaan regresi linier secara bersamaan atau
simultan kurang mampu dalam hal menjelaskan variabel dependen.
Semakin tinggi nilai koefisien determinasi (mendekati 1), maka akan
semakin baik suatu persamaan regresi linier dalam mencocokkan data. Dengan
kata lain, kemampuan variabel-variabel independen yang digunakan dalam
persamaan regresi linier secara bersamaan atau simultan semakin baik dalam
menjelaskan variabel dependen (Gujarati,1993:87) (dalam Gio, 2016)
Universitas Sumatera Utara
39
3.7.2.2 Uji t (Pengujian Secara Parsial)
Menurut Gio (2016), uji t digunakan untuk menguji signifikansi dari
masing-masing koefisien regresi populasi.
Untuk pengambilan keputusan terhadap hipotesis, dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai statistik dari uji t (t-hitung) terhadap nilai t-tabel. Sebelum
menghitung nilai t-tabel, terlebih dahulu menghitung nilai derajat. Berikut rumus
untuk menghitung nilai derajat bebas.
Derajat bebas = n – k
Perhatikan bahwa n menyatakan jumlah pengamatan atau sampel,
sedangkan k menyatakan jumlah variabel. Berikut aturan pengambilan keputusan
terhadap hipotesis berdasarkan uji t.
a. Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak (tidak terdapat
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen)
b. Jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima (terdapat pengaruh
antara variabel independen terhadap variabel dependen)
3.7.2.3 Uji F
Menurut Gio (2015), Uji F digunakan untuk menguji signifikansi
kecocokan model regresi linier berganda terhadap data. Dengan kata lain, uji F
menguji signifikansi seluruh koefisien regresi secara simultan atau bersamaan.
Untuk pengambilan keputusan hipotesis, dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai statistik dari uji F-hitung terhadap F-tabel. Sebelum
menghitung nilai kritis F, terlebih dahulu menghitung nilai derajat bebas
pembilang dan derajat bebas penyebut.
Universitas Sumatera Utara
40
Berikut rumus untuk menghitung nilai derajat beras pembilang dan
penyebut.
Derajat bebas pembilang (d1) = k – 1
Derajat bebas penyebut (d2) = n – k
Perhatikan bahwa k menyatakan jumlah variabel, sedangkan n menyatakan
jumlah pengamatan atau jumlah sampel. Berikut aturan pengambilan keputusan
berdasarkan uji F.
a. Jika F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak
b. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Universitas Sumatera Utara
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Variabel Penelitian
4.1.1 Produksi Beras di Indonesia
Beras merupakan komoditi yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia.
Dari tahun ke tahun dapat dilihat bahwa produksi beras di Indonesia terus
meningkat. Perkembangan produksi beras di Indonesia sejak tahun 1980-2019
dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1
Produksi Beras di Indonesia tahun 1980-2019 Sumber : IRRI, 2020 (diolah)
Gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwa setiap tahunnya produksi beras di
Indonesia berfluktuasi sepanjang tahun 1980 hingga tahun 2019. Produksi beras
tertinggi terlihat pada tahun 2017 yaitu sebesar 50.693.526,5 ton dan produksi
beras terendah terlihat pada tahun 1980 yaitu sebesar 19.777.820 ton. Penurunan
0
10000000
20000000
30000000
40000000
50000000
60000000
Pro
du
ks
i B
era
s (
To
n)
Tahun
Universitas Sumatera Utara
42
produksi beras di tahun 2018 dan 2019 disebabkan kecilnya produktivitas padi
dan terjadi penurunan luas panen dikarenakan cuaca yang ekstrem.
4.1.2 Konsumsi Beras di Indonesia
Konsumsi beras di Indonesia sangatlah tinggi. Hal ini yang membuat
Indonesia harus mengimpor beras agar dapat menutupi kekurangan beras yang ada
di Indonesia serta sebagai stok beras di Indonesia. Perkembangan konsumsi beras
tahun 1980-2019 di Indonesia dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut.
Gambar 4.2
Konsumsi Beras di Indonesia tahun 1980-2019 Sumber : IRRI, 2020 (diolah)
Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa konsumsi beras berfluktuasi
sepanjang tahun 1980 hingga tahun 2019. Sepanjang tahun 1980-1996 konsumsi
beras terus mengalami peningkatan. Namun pada tahun 1997, konsumsi beras
berkurang menjadi 34.584.650 ton. Konsumsi beras terbanyak tercatat pada tahun
2013 yaitu sebesar 38.500.000 ton. Sedangkan konsumsi beras terendah tercatat
pada tahun 1980 yaitu sebesar 20.092.550 ton. Dapat dilihat pada gambar, bahwa
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
30000000
35000000
40000000
45000000
Ko
ns
um
si
Bera
s (
To
n)
Tahun
Universitas Sumatera Utara
43
konsumsi beras mengalami penurunan di tahun 2019. Menurut Dwi Andreas
Santosa selaku Guru Besar Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), penurunan
ini terjadi dikarenakan adanya pergeseran pola konsumsi dari beras ke gandum,
yang mana perlu diperhatikan mengingat Indonesia bukan produsen gandum.
4.1.3 Harga Beras Dalam Negeri
Harga beras dalam negeri dapat dikatakan lebih mahal dibandingkan harga
beras luar negeri. Salah satu faktornya ialah karena produksi beras masih
dilakukan secara konvensional. Berikut harga beras dalam negeri tahun 1980-2019
dapat dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3
Harga Beras Dalam Negeri di Indonesia tahun 1980-2019 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2020 (diolah)
Dari gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa harga beras dalam negeri
berfluktuasi sepanjang tahun 1980 hingga tahun 2019. Harga tertinggi beras dalam
negeri terjadi pada tahun 2018 yaitu sebesar Rp. 11.788.680 per ton. Sedangkan
0
2000000
4000000
6000000
8000000
10000000
12000000
14000000
HB
DN
(R
p/t
on
)
Tahun
Universitas Sumatera Utara
44
harga beras dalam negeri terendah terjadi pada tahun 1980 yaitu sebesar Rp.
180.000 per ton.
4.1.4 Harga Beras Luar Negeri
Harga beras luar negeri yang relatif murah membuat Indonesia melakukan
impor setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan beras di Indonesia. Berikut
harga beras luar negeri tahun 1980-2019 dapat dilihat pada gambar 4.4.
Gambar 4.4
Harga Beras Luar Negeri di Indonesia tahun 1980-2019 Sumber : World Bank, 2020 (diolah)
Dapat dilihat dari gambar 4.4 diatas bahwa harga beras luar negeri berfluktuasi
sepanjang tahun 1980 hingga tahun 2019. Harga beras terendah berada di tahun
2001 yaitu sebesar 172,84 US$ per ton dan harga beras tertinggi berada di tahun
2008 yaitu sebesar 650,19 US$ per ton.
4.1.5 Kurs
Kurs merupakan pertukaran mata uang ketika melakukan sebuah transaksi antara
satu negara dengan negara lain. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah
0
100
200
300
400
500
600
700
HB
LN
(U
S$
/to
n)
Tahun
Universitas Sumatera Utara
45
kurs Indonesia terhadap USD pada tahun 1980-2019. Data dapat dilihat pada
gambar 4.5 berikut.
Gambar 4.5
Kurs di Indonesia tahun 1980-2019 Sumber : Bank Indonesia, 2020 (diolah)
Dari gambar 4.5 diatas terlihat bahwa pergerakan kurs rupiah terhadap
dollar Amerika selalu mengalami fluktuasi. Pada tahun 1998 saat Indonesia
mengalami krisis moneter, kurs Indonesia mengalami perubahan drastis yaitu
sebesar Rp. 8.025,-. Hal ini jelas meningkat dua kali lipat dari tahun 1997 yaitu
sebesar Rp. 4.650,-.
4.1.6 Stok Beras
Stok beras di Indonesia disimpan untuk memenuhi perubahan yang tidak
diinginkan salah satunya permintaan akan beras tiap tahunnya. Data stok beras
pada penelitian ini diambil dari situs IRRI pada tahun 1980-2019.
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
Ku
rs (
Rp
/US
$)
Tahun
Universitas Sumatera Utara
46
Gambar 4.6
Stok Beras di Indonesia tahun 1980-2019 Sumber : IRRI, 2020 (diolah)
Dari gambar 4.6 diatas dapat dilihat stok beras mengalami fluktuasi
sepanjang tahun 1980 hingga tahun 2019, stok beras terbanyak terdapat pada
tahun 2012 yaitu sebesar 7.403.000 ton dan stok beras terendah terdapat pada
tahun 1994 yaitu sebesar 1.724.000 ton.
4.1.7 Impor Beras di Indonesia
Impor memiliki arti suatu kegiatan pembelian dan memasukkan barang/jasa
atau komoditas dari luar negeri ke dalam negeri secara legal melalui proses
perdagangan. Impor beras sendiri memiliki artian membeli dan memasukkan beras
dari luar negeri yang dilakukan dalam proses perdagangan. Data impor beras yang
digunakan dalam penelitian ini menggambil data yang bersumber dari Badan
Pusat Statistik dengan periode tahun 1980-2019.
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
8000000S
tok
Bera
s (
To
n)
Tahun
Universitas Sumatera Utara
47
Gambar 4.7
Impor Beras di Indonesia tahun 1980-2019 Sumber : Badan Pusat Statistik (2020)
Pada gambar 4.6 menunjukkan bahwa impor beras di Indonesia mengalami
fluktuasi sepanjang tahun 1980 hingga tahun 2019. Impor beras tertinggi terjadi
pada tahun 1999 yaitu sebesar 4.751.398 ton beras. Sedangkan impor beras
terendah terjadi pada tahun 1980 yaitu sebesar 20.117 ton beras.
4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik
4.2.1 Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau
tidak. Pada pengujian ini, menggunakan uji Jarque-Bera. Pengambilan keputusan
terhadap hipotesis dengan melihat nilai probabilitas dari uji JB. Jika nilai prob >
taraf sig 0,05, maka dapat dikatakan bahwa model terdistribusi secara normal.
Sebaliknya jika nilai prob < taraf sig 0,05, maka dapat dikatakan model tidak
terdistribusi secara normal.
0
500000
1000000
1500000
2000000
2500000
3000000
3500000
4000000
4500000
5000000Im
po
r (T
on
)
Tahun
Universitas Sumatera Utara
48
Gambar 4.8
Hasil Uji Normalitas Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9 (2020)
Pada gambar 4.8 diatas menunjukkan nilai probabilitas dari uji Jarque-Bera.
Diketahui nilai probabilitas dari uji JB adalah 0,861432 yang mana lebih besar
daripada taraf sig 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
normal.
4.2.2 Uji Heteroskedastisitas
Dalam pengujian ini untuk melihat ada tidaknya heteroskedastisitas dalam
model regresi adalah dengan menggunakan uji White. Syarat adanya masalah
heteroskedastisitas adalah dengan melihat nilai Prob-Chi square. Jika nilai pro-chi
square < 0,05 maka terdapat masalah heteroskedastisitas pada model. Sedangkan
jika nilai prob-chi square > 0,05 maka model terbebas dari masalah
heteroskedastisitas.
Tabel 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9 (2020)
Universitas Sumatera Utara
49
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai prob.chi-square sebesar 0,5405 yang
mana lebih besar dari taraf sig 0,05. Berarti model regresi diatas terbebas dari
masalah heteroskedastisitas.
4.2.3 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Cara mendeteksi
ada tidaknya masalah multikolinearitas dalam model adalah dengan melihat nilai
VIF. Jika nilai VIF > 10 maka model tersebut mengandung masalah
multikolinearitas, sedangkan jika nilai VIF < 10 maka model tersebut bebas dari
masalah multikolinearitas. Pada penelitian ini nilai VIF variabel produksi beras
(X1), harga beras dalam negeri (X3), dan kurs (X5) memiliki nilai VIF > 10.
Sedangkan nilai VIF pada variabel konsumsi beras (X2), harga beras luar negeri
(X4), dan stok beras (X6) memiliki nilai VIF < 10.
Masalah multikolinearitas ini dapat diatasi dengan menambahkan huruf d
pada setiap variabel estimasi. Maksud penambahan d pada setiap variabel estimasi
menunjukkan bahwa variabel dibuat pada pembeda pertama (first difference).
Dengan demikian diperoleh nilai VIF < 10. Berikut hasil estimasi persamaannya.
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9 (2020)
Universitas Sumatera Utara
50
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai centered VIF setiap variabel < 10 sehingga
model regresi tersebut terbebas dari masalah multikolinearitas.
4.3 Hasil Analisis Regresi
Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda
dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Fungsi regresi linier berganda
adalah untuk menjelaskan pengaruh hubungan antara variabel dependen (impor
beras) dengan variabel independen (produksi beras, konsumsi beras, harga beras
dalam negeri, harga beras luar negeri, kurs dan stok beras). Berdasarkan tabel 4.3
didapatkan hasil regresi sebagai berikut.
Tabel 4.3
Hasil Analisis Regresi
Sumber : Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 9 (2020)
Y = -324781,1 – 0,142024X1 + 0,317987X2 + 1,298528X3 – 373,3322X4 –
286,2797X5 + 0,341731X6 + μi
Keterangan :
α = -324781,1, artinya apabila produksi beras, konsumsi beras, harga beras dalam
negeri, harga beras luar negeri, kurs dan stok beras sama dengan nol, maka impor
beras akan mengalami penurunan.
Universitas Sumatera Utara
51
β1 = -0,142024, artinya apabila produksi beras mengalami kenaikan 1 ton, maka
akan terjadi penurunan impor beras sebesar 142,024 kg dengan asumsi variabel
lainnya bersifat tetap.
β2 = 0,317987, artinya apabila konsumsi beras mengalami kenaikan 1 ton, maka
akan meningkatkan impor beras sebesar 317,987 kg dengan asumsi variabel
lainnya tetap.
β3 = 1,298528, artinya apabila harga beras dalam negeri mengalami kenaikan 1 Rp
per ton, maka akan meningkatkan impor beras sebesar 1.298,528 kg dengan
asumsi variabel lainnya tetap.
β4 = -373,3322, artinya apabila harga beras luar negeri mengalami kenaikan 1 US$
per ton maka akan terjadi penurunan impor beras sebesar 373.332,2 kg dengan
asumsi variabel lainnya bersifat tetap.
β5 = -286,2797, artinya apabila kurs mengalami kenaikan 1 Rp/US$ maka akan
terjadi penurunan impor beras sebesar 286.279,7 kg dengan asumsi variabel
lainnya bersifat tetap.
β6 = 0,341731, artinya apabila stok beras mengalami kenaikan 1 ton maka akan
meningkatkan impor beras sebesar 341,731 kg dengan asumsi variabel lainnya
bersifat tetap.
4.4 Hasil Uji Statistik
4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan hasil estimasi regresi linier berganda pada tabel 4.3, dapat dilihat
bahwa nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,698192. Hal ini berarti variabel
independen yaitu produksi beras, konsumsi beras, harga beras dalam negeri, harga
Universitas Sumatera Utara
52
beras luar negeri, kurs, dan stok beras mampu menjelaskan variabel dependen
yaitu impor beras sebesar 69,81% sedangkan sisanya sebesar 30,19% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
4.4.2 Hasil Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen
secara nyata.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan antara nilai t-hitung dengan
t-tabel dengan taraf sig 5% (0,05). Jika t-hitung > t-tabel maka H1 diterima
(signifikan), sedangkan jika t-hitung < t-tabel maka H1 ditolak (tidak signifikan).
Pada penelitian ini didapatkan df = 33 (n-k = 40 - 7 = 33) dengan taraf sig
5% (0,05), maka diperoleh t-tabel = 2,035.
Berdasarkan hasil output pada tabel 4.3, dapat dijelaskan pengaruh
masing-masing variabel indepeden terhadap variabel dependen sebagai berikut.
a. Variabel produksi beras memiliki nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-
3,363604 < 2,035) dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf sig 5% (0,0020 <
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel produksi beras berpengaruh
negatif signifikan terhadap impor beras.
b. Variabel konsumsi beras memiliki nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel
(4,018192 > 2,035) dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf sig 5% (0,0003 <
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel konsumsi beras berpengaruh
positif signifikan terhadap impor beras.
Universitas Sumatera Utara
53
c. Variabel harga beras dalam negeri memiliki nilai t-hitung lebih besar dari t-
tabel (4,418809 > 2,035) dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf sig 5%
(0,0001 < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga beras dalam
negeri berpengaruh positif signifikan terhadap impor beras.
d. Variabel harga beras luar negeri memiliki nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel
(-0,245205 < 2,035) dan nilai sig yang lebih besar dari taraf sig 5% (0,8079 >
0,05). Hal ini menunjukkan bahwa variabel harga beras luar negeri
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap impor beras.
e. Variabel kurs memiliki nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-2,678813 <
2,035) dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf sig 5% (0,0116 < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel kurs berpengaruh negatif signifikan terhadap
impor beras.
f. Variabel stok beras memiliki nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,799190 >
2,035) dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf sig 5% (0,0086 < 0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa variabel stok beras berpengaruh positif signifikan
terhadap impor beras.
4.4.3 Hasil Uji F
Uji F digunakan untuk membuktikan apakah masing-masing variabel
independen mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel pada
taraf sig 5% (0,05). Pada penelitian ini didapat df1 = k-1 = 7-1 = 6 dan df2 = n-k =
40 - 7 = 33, maka diperoleh F-tabel sebesar 2,39.
Universitas Sumatera Utara
54
Dari hasil output tabel 4.3, didapat nilai F-hitung > F-tabel (15,65132 >
2,39), sehingga berdasarkan hasil estimasi dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel independen yaitu produksi beras, konsumsi beras, harga beras dalam
negeri, harga beras luar negeri, kurs dan stok beras berpengaruh sigfinikan secara
simultan terhadap impor beras pada taraf sig 5% (0,05).
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
4.5.1 Pengaruh Produksi Beras Terhadap Impor Beras di Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi regresi linier berganda, diperoleh nilai
koefisien dari regresi variabel produksi beras sebesar -0,142024, artinya apabila
produksi beras mengalami kenaikan 1 ton, maka akan terjadi penurunan impor
beras sebesar 142,024 kg dengan asumsi variabel lainnya bersifat tetap.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh variabel produksi beras
berpengaruh negatif signifikan terhadap impor beras. Dilihat dari nilai t-hitung
lebih kecil dari t-tabel (-3,363604 < 2,035) dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf
sig 5% (0,0020 < 0,05).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ammani
(2012), bahwa produksi beras berpengaruh negatif terhadap impor beras di
Indonesia tahun 1994-2013.
4.5.2 Pengaruh Konsumsi Beras Terhadap Impor Beras di Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi regresi linier berganda, diperoleh nilai
koefisien dari regresi variabel konsumsi beras sebesar 0,317987, artinya apabila
konsumsi beras mengalami kenaikan 1 ton, maka akan meningkatkan impor beras
sebesar 317,987 kg dengan asumsi variabel lainnya tetap.
Universitas Sumatera Utara
55
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel konsumsi
beras berpengaruh positif signifikan terhadap impor beras. Dilihat dari nilai t-
hitung lebih besar dari t-tabel (4,018192 > 2,035) dan nilai sig yang lebih kecil
dari taraf sig 5% (0,0003 < 0,05).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratih
Kumala Sari (2014), bahwa konsumsi beras berpengaruh positif terhadap impor
beras di Indonesia.
4.5.3 Pengaruh Harga Beras Dalam Negeri Terhadap Impor Beras di
Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi regresi linier berganda, diperoleh nilai
koefisien dari regresi variabel harga beras dalam negeri sebesar 1.298528, artinya
apabila harga beras dalam negeri mengalami kenaikan 1 Rp/ton, maka akan
meningkatkan impor beras sebesar 1.298,528 kg dengan asumsi variabel lainnya
tetap.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh bahwa variabel harga
beras dalam negeri berpengaruh positif signifikan terhadap impor beras. Dilihat
dari nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (4,418809 > 2,035) dan nilai sig yang
lebih kecil dari taraf sig 5% (0,0001 < 0,05).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Namira dkk
(2017), bahwa harga beras dalam negeri berpengaruh positif signifikan terhadap
impor beras di Indonesia tahun 1994-2013.
Universitas Sumatera Utara
56
4.5.4 Pengaruh Harga Beras Luar Negeri Terhadap Impor Beras di
Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi regresi linier berganda, diperoleh koefisien dari
regresi variabel harga beras luar negeri sebesar -373,3322, artinya apabila harga
beras luar negeri mengalami kenaikan 1 US$/ton maka akan terjadi penurunan
impor beras sebesar 373.332,2 kg dengan asumsi variabel lainnya bersifat tetap.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh variabel harga beras luar
negeri berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap impor beras. Dilihat dari nilai
t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-0,245205 < 2,035) dan nilai sig yang lebih besar
dari taraf sig 5% (0,8079 > 0,05).
Faktor harga beras luar negeri menunjukkan bahwa harga beras
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap impor beras di Indonesia, hal ini
dapat berarti jika harga beras luar negeri meningkat, maka impor beras yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia akan menurun.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Salsyabilla
(2010), bahwa harga relatif Thailand tidak mempunyai pengaruh positif terhadap
impor beras dalam jangka pendek maupun jangka panjang di Indonesia periode
tahun 2000-2009.
4.5.5 Pengaruh Kurs Terhadap Impor Beras di Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi regresi linier berganda, diperoleh koefisien dari
regresi variabel kurs sebesar -286,2797, artinya apabila kurs mengalami kenaikan
1 Rp/US$ maka akan terjadi penurunan impor beras sebesar 286.279,7 kg dengan
asumsi variabel lainnya bersifat tetap.
Universitas Sumatera Utara
57
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh variabel kurs berpengaruh
negatif signifikan terhadap impor beras. Dilihat dari nilai t-hitung lebih kecil dari
t-tabel (-2,678813 < 2,035) dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf sig 5% (0,0116
< 0,05).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Rungkat
(2014), bahwa kurs mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap impor beras
di Sulawesi Utara tahun 2002-2011.
Peningkatan kurs (nilai tukar mata uang asing) membuat suatu negara
harus mengeluarkan jumlah rupiah yang lebih banyak dari sebelumnya untuk
membayar beras yang di impor sehingga berdampak pada menurunnya volume
impor beras di Indonesia. Sebaliknya, jika kurs stabil, maka akan menyebabkan
harga barang-barang impor turun atau murah, dalam hal ini, yaitu beras. Kurs
yang stabil akan menyebabkan harga beras yang diimpor menjadi lebih murah,
sehingga pemerintah akan melakukan kegiatan impor beras.
4.5.6 Pengaruh Stok Beras Terhadap Impor Beras di Indonesia
Berdasarkan hasil estimasi regresi linier berganda, diperoleh koefisien dari
regresi variabel stok beras sebesar 0,341731, artinya apabila stok beras mengalami
kenaikan satu ton maka akan meningkatkan impor beras sebesar 341,731 kg
dengan asumsi variabel lainnya bersifat tetap.
Berdasarka hasil pengujian hipotesis, diperoleh variabel stok beras
berpengaruh positif signifikan terhadap impor beras. Dilihat dari nilai t-hitung
lebih besar dari t-tabel (2,799190 > 2,035) dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf
sig 5% (0,0086 < 0,05)
Universitas Sumatera Utara
58
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Namira dkk
(2017), bahwa stok beras berpengaruh positif signifikan terhadap impor beras di
Indonesia tahun 1994-2013.
Universitas Sumatera Utara
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian dengan
menggunakan uji regresi linier berganda mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Impor Beras Di Indonesia, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Produksi beras memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap impor beras di
Indonesia. Dapat dilihat dari nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-3,363604
< 2,035) dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf sig 5% (0,0020 < 0,05).
2. Konsumsi beras memiliki pengaruh positif signifikan terhadap impor beras di
Indonesia. Dapat dilihat dari nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (4,018192 >
2,035 ) dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf sig 5% (0,0003 < 0,05).
3. Harga beras dalam negeri memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
impor beras di Indonesia. Dapat dilihat dari nilai t-hitung lebih besar dari t-
tabel (4,418809 > 2,035) dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf sig 5%
(0,0001 < 0,05).
4. Harga beras luar negeri memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap
impor beras di Indonesia. Dapat dilihat dari nilai t-hitung lebih kecil dari t-
tabel (-0,245205 < 2,035) dan nilai sig yang lebih besar dari taraf sig 5%
(0,8079 > 0,05).
5. Kurs memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap impor beras di Indonesia.
Dapat dilihat dari nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-2,678813 < 2,035)
dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf sig 5% (0,0116 < 0,05).
Universitas Sumatera Utara
60
6. Stok beras memiliki pengaruh positif signifikan terhadap impor beras di
Indonesia. Dapat dilihat dari nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (2,799190 >
2,035) dan nilai sig yang lebih kecil dari taraf sig 5% (0,0086 < 0,05).
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti dari hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Produksi beras meningkat setiap tahunnya. Namun produksi beras tersebut
belum cukup untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Untuk itu
pemanfaatan teknologi diperlukan untuk meningkatkan produktivitas padi di
Indonesia. Saat ini terdapat 3 teknologi peningkatan produksi padi yang telah
diperkenalkan oleh Kementrian Pertanian, yaitu SMARt, AWD (Alternate
Wetting and Drying) dan mesin pasca panen. (Pak Tani Digital, 2018)
2. Kurangnya efisiensi produksi beras dalam negeri dapat mengakibatkan harga
beras dalam negeri menjadi mahal. Untuk itu peran pemerintah sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan pengembangan dan penelitian terhadap
kualitas bibit agar dapat menghasilkan beras dengan kualitas lebih baik.
Selain itu dengan dilakukannya pengembangan dan penelitian tersebut,
Indonesia dapat dengan mudah menambah jumlah produksi padinya sehingga
dapat mengurangi angka impor beras di Indonesia
3. Indonesia dapat meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi saat ini. Indonesia sendiri sudah memiliki beberapa
teknologi yang dapat meningkatkan produktivitas hasil panen, seperti
transplanter dan Indo combine harvester. Kedua teknologi tersebut jika
Universitas Sumatera Utara
61
dimanfaatkan secara maksimal dapat meningkatkan produktivitas padi dan
dapat mengurangi angka impor beras di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
62
DAFTAR PUSTAKA
Apridar, (2018). Ekonomi Internasional : Sejarah, Teori, Konsep dan
Permasalahan dalam Aplikasinya, Edisi 2, Expert,Yogyakarta.
Azhar, Muhammad, Tavi Supriana, Diana Chalil, (2013). “Hubungan Impor
Beras Dengan Harga Domestik Beras Dan Produksi Beras Di
Sumatera Utara”, Jurnal Agribisnis, Volume 2, Nomor 6, Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia Berbagai Tahun. Jakarta
Christianto, Edward, (2013). “Faktor Yang Memengaruhi Volume Impor
Beras Di Indonesia”, Jurnal JIBEKA, Volume 7, Nomor 2, Universitas
Ma Chung, Malang.
Dwipayana, I Kadek Agus dan Wayan Wita Kesumajaya, (2014). “Pengaruh
Harga, Cadangan Devisa, dan Jumlah Penduduk Terhadap Impor
Beras Indonesia”, E-Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 3, Nomor 4,
Universitas Udayana, Denpasar.
Ekananda, Mahyus, (2015). Ekonomi Internasional, Erlangga, Jakarta.
Gio, Prana Ugiana, (2015). Belajar Olah Data Dengan Eviews, USU Press,
Medan.
Hermanto, Saptana, (2017). “Kebijakan Harga Beras Ditinjau Dari Dimensi
Penentu Harga”, Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 35, Nomor 1,
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.
Kompas. (2018). Pasokan Beras Surplus Tapi Masih Impor, Ini Kata Bulog.
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/24/172750926/pasokan-beras-
surplus-tapi-masih-impor-ini-kata-bulog (17 November 2020)
Kumalasari, Ratih, (2014). “Analisis Impor Beras Di Indonesia”, Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Volume 3, Nomor 2, Universitas Negeri
Semarang, Semarang.
Lidyana, Vadhia. (2019). Kenapa Harga Beras RI Lebih Mahal dari
Internasional ? https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
4617170/kenapa-harga-beras-ri-lebih-mahal-dari-internasional
(3 Maret 2020)
Namira, Yona, Iskandar Andi Nuhung dan Mudatsir Najamuddin, (2017).
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Beras Di
Universitas Sumatera Utara
63
Indonesia”, Jurnal Agribisnis, Volume 11, Nomor 6, hal 183-201, UIN
Jakarta, Jakarta.
Nuraini, Ida, (2009). Pengantar Ekonomi Mikro, UMM Press, Malang.
______, Pengertian IMPOR: Arti, Tujuan, Manfaat, Jenis, dan Contoh
Impor
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-impor.html
(29 November 2019)
Rasul, Agung Abdul, Nuryadi Wijiharjono, Tupi Setyowati, (2013). Ekonomi
Mikro Dilengkapi Sistim Informasi Permintaan, Edisi 2, Mitra Wacana
Media, Jakarta.
Salsyabilla, Malyda Husna, (2010). “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Impor Beras Di Indonesia Periode 2000-2009”, Jurnal
Media Ekonomi, Volume 18, Nomor 2, Universitas Trisakti, Jakarta.
Satria, Angga, Rulianda P Wibowo, Emalisa, (2019). “Pengaruh Produksi Beras
Terhadap Impor Beras Di Sumatera Utara”, Jurnal Agribisnis, Volume
10, Nomor 1, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Susanti, Ike, (2017). “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Beras
Impor Di Jawa Timur”, Jurnal Penelitian Ekonomi dan Akuntansi,
Volume 11, Nomor 1, Universitas Islam Lamongan, Jawa Timur.
Suparmoko, M dan Eleonora Sofilda, (2016). Pengantar Ekonomi Makro, Edisi
5, In Media, Jakarta.
Rungkat, Desiane Maria, (2014). “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Impor Beras Di Sulawesi Utara”, Jurnal Pertanian,
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Taufiq, Eka Rostartina, Abukosim, (2009). “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Stok Beras di Sumatera Selatan”, Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Volume 7, Nomor 1, Universitas Sriwijaya, Palembang.
Tri Basuki, Agus dan Nano Prawoto, (2016). Analisis Regresi Dalam Penelitian
Ekonomi & Bisnis : Dilengkapi Aplikasi SPSS & Eviews, Edisi 1,
Rajawali Pers, Jakarta.
Pratomo, Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, (2010). Pedoman Praktis Penggunaan
Eviews Dalam Ekonometrika, Edisi 2, USU Press, Medan
Universitas Sumatera Utara
64
World Bank. (2020). Commodity Price Data
Zaeroni, Rikho dan Surya Dewi Rustariyuni, (2016). “Pengaruh Produksi Beras,
Konsumsi Beras Dan Cadangan Devisa Terhadap Impor Beras Di
Indonesia”, E-Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 5, Nomor 9,
Universitas Udayana, Denpasar.
. (2020). Defisit Beras di Tujuh Provinsi.
https://www.republika.id/posts/6495/defisit-beras-di-tujuh-provinsi
(17 November 2020)
. (2019). 5 Teknologi Pertanian yang Diterapkan di Indonesia.
https://kumparan.com/techno-geek/5-teknologi-pertanian-yang-diterapkan-
di-indonesia-1552762206695143071/full (17 November 2020)
. (2018). 3 Teknologi Peningkatan Produksi Padi.
https://paktanidigital.com/artikel/teknologi-peningkatan-produksi-
padi/#.X7TPxcj7TIU (18 November 2020)
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Lampiran 1
Tahun Impor Beras
(ton)
Produksi Beras (ton)
Konsumsi Beras (ton)
HBDN (Rp/ton)
HBLN (US$/to
n)
Kurs (Rp/US$)
Stok Beras (ton)
1980 20.117,00 19.777.820 20.092.550 180.000 410,74 688,16 1.764.000
1981 538.300,00 21.860.380 21.494.850 203.460 458,74 763,60 3.025.000
1982 309.600,00 22.400.330 23.080.140 222.810 272,48 740,61 3.077.000
1983 1.168.300,00 23.547.110 23.211.100 261.120 256,80 1.062,55 3.472.000
1984 414.300,00 25.437.010 24.125.360 275.000 232,50 1.202,86 4.364.000
1985 338.000,00 26.034.970 25.512.370 268.610 196,93 884,88 4.475.000
1986 27.000,00 26.497.750 25.385.220 293.210 186,25 1.641,00 4.563.000
1987 55.000,00 26.732.150 27.291.030 325.670 214,61 1.650,00 3.203.000
1988 327.000,00 27.798.010 28.375.730 397.450 277,47 1.686,00 2.289.000
1989 262.000,00 29.831.960 29.499.010 401.170 299,16 1.763,00 2.918.000
1990 49.577,00 30.134.230 30.203.600 438.300 270,85 1.884,00 2.951.000
1991 170.994,00 29.807.060 30.008.360 435.920 293,28 1.954,20 2.064.000
1992 611.697,00 32.176.080 31.749.020 568.700 268,22 2.032,80 3.115.000
1993 24.317,00 32.136.780 32.174.120 639.720 235,41 2.089,40 2.608.000
1994 43.294,00 31.109.880 32.250.490 727.360 267,59 2.200,00 1.724.000
1995 1.807.875,00 33.179.340 35.389.010 936.120 320,96 2.308,00 4.216.000
1996 2.149.758,00 34.084.700 35.153.820 983.170 338,88 2.383,00 5.051.000
1997 349.681,00 32.934.500 34.584.650 1.095.270 303,51 4.650,00 4.063.000
1998 2.895.118,00 32.840.880 35.905.450 2.249.360 304,16 8.025,00 6.279.000
1999 4.751.398,00 33.927.880 38.647.440 2.809.050 248,42 7.100,00 7.122.000
2000 1.355.666,00 34.615.970 36.076.400 2.432.170 202,40 9.595,00 6.022.000
2001 644.733,00 33.657.350 34.915.040 2.670.310 172,84 10.400,00 4.605.000
2002 1.805.380,00 34.343.630 36.170.440 2.994.070 191,87 8.940,00 4.683.000
2003 1.428.506,00 34.775.780 36.422.080 2.917.180 197,62 8.465,00 4.344.000
2004 236.867,00 36.077.010 36.468.430 2.903.350 237,67 9.290,00 4.018.000
2005 189.616,60 36.118.780 36.274.170 3.630.270 286,27 9.830,00 3.448.000
2006 438.108,50 36.321.440 36.780.680 4.228.640 304,88 9.020,00 3.207.000
2007 1.406.847,60 38.124.010 37.695.090 4.944.500 326,43 9.419,00 4.607.000
2008 289.689,40 40.187.460 37.100.000 5.790.880 650,19 10.950,00 5.607.000
2009 250.473,20 42.954.060 38.000.000 6.137.930 554,99 9.400,00 7.057.000
2010 687.581,50 44.335.080 38.044.000 7.175.630 488,91 8.991,00 6.577.000
2011 2.750.476,20 43.859.850 38.188.000 8.126.820 543,03 9.068,00 7.131.000
2012 1.810.372,30 46.060.440 38.127.000 8.858.120 562,98 9.670,00 7.403.000
2013 472.664,70 47.543.570 38.500.000 9.198.360 505,89 12.189,00 6.476.000
2014 844.163,70 44.257.787 38.300.000 9.730.460 422,83 11.879,48 5.501.000
2015 861.601,00 47.101.031 37.850.000 10.713.260 386,00 13.392,00 4.111.000
2016 1.283.178,50 49.572.923 37.800.000 11.189.620 396,17 13.307,40 3.509.000
2017 305.274,60 50.693.527 38.000.000 11.182.950 398,92 13.384,07 2.915.000
2018 2.253.824,50 37.900.182 38.200.000 11.788.680 420,67 14.249,66 3.913.000
2019 444.508,80 34.957.502 31.310.000 11.739.480 418,00 14.146,23 3.300.000
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2
Hasil Regresi Dengan Eviews
Lampiran 3
Hasil Uji Normalitas
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 5
Hasil Uji Multikolinearitas Dalam Bentuk First Difference
Universitas Sumatera Utara