media indonesia impor beras bukan untuk cari …...cara mengendalikan harga beras di pasar. untuk...

1
Wawancara | 19 SENIN, 6 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Pembelian impor dilakukan secara komersial, dijualnya juga komersial, tapi dalam rangka stabilisasi. Impor Beras bukan untuk Cari Untung D ALAM dua minggu terakhir ini perso- alan beras kembali menjadi sorotan publik. Harganya yang terus melambung membuat sebagian masyarakat menjerit. Bah- kan bagi sebagian masyarakat lainnya, lonjakan harga beras ini telah memaksa mereka mengganti konsumsi beras dari kualitas sedang menjadi rendah. Lonjakan harga ini pun membuat pemerintah melalui Perum Bulog cukup kesulitan untuk menyerap beras dari petani. Pasalnya, harga be- ras di tingkat petani ternyata juga sudah melampaui harga pembelian pemerintah (HPP). Akibatnya cadangan di Bulog pun harus terpakai untuk me- lakukan operasi pasar sebagai cara mengendalikan harga beras di pasar. Untuk menambal cadangan beras hingga 1,5 juta ton seperti yang diproyeksikan pemerin- tah, Bulog mengajukan penam- bahan impor di luar kesepa- katan impor sebanyak 600 ribu ton yang sudah ditentukan. Untuk mengetahui seperti apa sebetulnya Bulog melihat karut-marut perberasan ini, berikut penuturan Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso kepada wartawan Media Indonesia Asni Harismi di Cisarua, Bogor, akhir pekan lalu. Sebenarnya berapa stok be- ras pemerintah sekarang ini? Stok beras saat ini masih 490 ribuan ton. Dari operasi pasar sejauh ini cuma keluar 9.000 ton, diambil dari beras impor Vietnam yang sudah datang sebanyak 300 ribu ton. Jumlah keseluruhan beras yang diimpor dari Vietnam totalnya sebanyak 550 ribu ton. Yang dari Thailand 50 ribu ton belum datang sama sekali. Apakah rencana mengimpor beras tambahan di luar 600 ribu ton sudah pasti? Pak Menko Perekonomi- an (Hatta Rajasa) kan sudah mengumumkan bahwa kita akan impor tambahan dari Thailand, juga jumlahnya su- dah diberi tahu. Masak Pak Menko bohong, ya benar dong. Kita tambah impor karena Pak Menko sudah bilang begitu. Berapa jumlah pastinya? Pak Menko mengatakan 250 ribu ton. Itu adalah yang kita minta kemarin, tapi yang sudah deal betul 230 ribu ka- rena yang 20 ribu itu harganya masih di atas harga yang kami minta. Jadi sisanya itu sampai sekarang kami belum mau ambil, masih nego. Semua kan harus dinegosiasikan. Sisa 20 ribu ton itu kapan akan didatangkan? Tergantung dia (Thailand). Dia menawarkan terlalu mahal. Kalau dia masih terlalu mahal, kita kemungkinan tidak jadi ambil. Yang 230 ribu ton saja bisa dengan harga sekian, kok sisanya malah mahal sekali. Perbedaan harganya itu kira- kira US$12 per ton, makanya kita tidak mau. Kalau tetap segitu ya mending tidak usah. Apakah sesuai dengan janji Kementerian Perdagangan, untuk rencana kali ini juga dibebaskan dari bea impor? Ya, kita sudah minta bea im- por dibebaskan karena harga beras di dalam negeri sudah terlalu tinggi. Menteri Per- dagangan prinsipnya sudah setuju karena surat resminya sudah dikirim ke Menteri Ke- uangan. Apakah impor ini tidak akan menjatuhkan harga jual petani ketika panen raya nanti? Oh, tidak. Karena beras itu yang mengimpor hanya Bulog dan untuk stabilisasi. Kita tidak melibatkan swasta siapa pun. Pembeliannya memang se- cara komersial, dijualnya juga komersial, tapi dalam rangka stabilisasi, bukan cari untung. Harga pasti beras impor ini berapa? Lihat saja harga patokannya, pokoknya kita beli di bawah itu supaya tidak merugikan. Apa komentar Anda menge- nai pengaturan ulang HPP di Instruksi Presiden (Inpres) No 7/2009 yang tengah digodok? Inpres itu jangan dilihat hanya (dari sisi) HPP karena inpres itu mencakup banyak hal termasuk eksibilitasnya nanti bagaimana. Juga kalau Bulog harus menjadi stabilisa- tor bagaimana. Apakah inpres ini juga akan mengatur Bulog harus keluar dari wilayah abu-abu antara menjadi stabilisator dan se- bagai BUMN? Ya, tentunya. Sebagai BUMN, kalau ada risiko rugi berarti ti- dak akan diambil. Tapi kalau sebagai stabilisator, mesti ada konsekuensi risiko rugi. Risiko rugi itu harus sharing dengan pemerintah dong. Makanya nanti di Inpres itu akan diatur mengenai masalah itu. Selama ini pemerintah tam- paknya belum berani meng- ambil risiko rugi? Bukan begitu. Persoalannya sebagai BUMN tidak boleh rugi. Tapi karena kita meme- gang fungsi stabilisator, suatu saat bisa saja kita harus rugi. Kalau tidak boleh rugi, peme- rintah seharusnya menyedia- kan anggaran untuk menutup ruginya sehingga tidak rugi lagi. Apa tanggapan Anda ten- tang HPP beras premium? Ya, tuntutan masyarakat ini kan sekarang beras juga di atas kualitas medium. Yang pre- mium pun bisa menyebabkan inasi karena kalau premium naik, medium juga ikutan naik. Sekarang ada pemikiran su- paya Bulog memiliki cadangan beras multikualitas. Ini harus ada aturannya sehingga tidak salah. Pada dasarnya kalau Bu- log beli di atas HPP, Bulog bisa disalahkan karena bisa memicu naiknya harga. Menurut Bulog, berapa se- harusnya besarnya HPP Pre- mium itu? Tergantung dari harga me- diumnya nanti berapa. Kan HPP medium juga akan dinaik- kan sehingga nanti dihitung lagi selisihnya berapa. Harga pastinya terserah pemerin- tah yang membuat kebijakan saja, kita hanya bisa usul. Ber- dasarkan harga di lapangan selama setahun ini, memang HPP medium seharusnya naik. Minimum menyesuaikan in- asi, pokoknya harus di atas inasi. (E-3) [email protected] Nama: Ir SUTARTO ALIMOESO, MM Tempat,Tanggal Lahir : Pacitan, 25 Juni 1949 Pendidikan : • Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (1974) • Magister Manajemen, STIE - IPWI, Jakarta (1997) Riwayat Pekerjaan : • Direktur Jenderal Tanaman Pangan • Komisaris PT Pupuk Kalimantan Timur • Direktur Utama Perum Bulog (November 2009-sekarang) MI/LILIEK DHARMAWAN

Upload: others

Post on 02-Feb-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEDIA INDONESIA Impor Beras bukan untuk Cari …...cara mengendalikan harga beras di pasar. Untuk menambal cadangan beras hingga 1,5 juta ton seperti yang diproyeksikan pemerin-tah,

Wawancara | 19 SENIN, 6 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Pembelian impor dilakukan secara komersial, dijualnya juga komersial, tapi dalam rangka stabilisasi.

Impor Beras bukan untuk Cari Untung

DALAM dua minggu terakhir ini perso-alan beras kembali menjadi sorotan

publik. Harganya yang terus melambung membuat sebagian masyarakat menjerit. Bah-kan bagi sebagian masyarakat lainnya, lonjakan harga beras ini telah memaksa mereka mengganti konsumsi beras dari kualitas sedang menjadi rendah.

Lonjakan harga ini pun membuat pemerintah melalui Perum Bulog cukup kesulitan untuk menyerap beras dari petani. Pasalnya, harga be-ras di tingkat petani ternyata juga sudah melampaui harga pembelian pemerintah (HPP). Akibatnya cadangan di Bulog pun harus terpakai untuk me-lakukan operasi pasar sebagai cara mengendalikan harga beras di pasar.

Untuk menambal cadangan beras hingga 1,5 juta ton seperti yang diproyeksikan pemerin-tah, Bulog mengajukan penam-bahan impor di luar kesepa-katan impor sebanyak 600 ribu ton yang sudah ditentukan.

Untuk mengetahui seperti apa sebetulnya Bulog melihat karut-marut perberasan ini, berikut penuturan Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso kepada wartawan Media Indonesia Asni Harismi di Cisarua, Bogor, akhir pekan lalu.

Sebenarnya berapa stok be-ras pemerintah sekarang ini?

Stok beras saat ini masih 490 ribuan ton. Dari operasi pasar sejauh ini cuma keluar 9.000 ton, diambil dari beras impor Vietnam yang sudah datang sebanyak 300 ribu ton. Jumlah keseluruhan beras yang diimpor dari Vietnam totalnya sebanyak 550 ribu ton. Yang dari Thailand 50 ribu ton belum datang sama sekali.

Apakah rencana mengimpor beras tambahan di luar 600

ribu ton sudah pasti?Pak Menko Perekonomi-

an (Hatta Rajasa) kan sudah mengumumkan bahwa kita akan impor tambahan dari Thailand, juga jumlahnya su-dah diberi tahu. Masak Pak Menko bohong, ya benar dong. Kita tambah impor karena Pak Menko sudah bilang begitu.

Berapa jumlah pastinya?Pak Menko mengatakan

250 ribu ton. Itu adalah yang kita minta kemarin, tapi yang sudah deal betul 230 ribu ka-rena yang 20 ribu itu harganya masih di atas harga yang kami minta. Jadi sisanya itu sampai sekarang kami belum mau ambil, masih nego. Semua kan harus dinegosiasikan.

Sisa 20 ribu ton itu kapan akan didatangkan?

Tergantung dia (Thailand). Dia menawarkan terlalu mahal. Kalau dia masih terlalu mahal, kita kemungkinan tidak jadi ambil. Yang 230 ribu ton saja bisa dengan harga sekian, kok sisanya malah mahal sekali. Perbedaan harganya itu kira-kira US$12 per ton, makanya kita tidak mau. Kalau tetap segitu ya mending tidak usah.

Apakah sesuai dengan janji Kementerian Perdagangan, untuk rencana kali ini juga dibebaskan dari bea impor?

Ya, kita sudah minta bea im-por dibebaskan karena harga

beras di dalam negeri sudah terlalu tinggi. Menteri Per-dagangan prinsipnya sudah setuju karena surat resminya sudah dikirim ke Menteri Ke-uangan.

Apakah impor ini tidak akan menjatuhkan harga jual petani ketika panen raya nanti?

Oh, tidak. Karena beras itu yang mengimpor hanya Bulog dan untuk stabilisasi. Kita tidak melibatkan swasta siapa pun. Pembeliannya memang se-cara komersial, dijualnya juga komersial, tapi dalam rangka stabilisasi, bukan cari untung.

Harga pasti beras impor ini berapa?

Lihat saja harga patokannya, pokoknya kita beli di bawah itu supaya tidak merugikan.

Apa komentar Anda menge-nai pengaturan ulang HPP di Instruksi Presiden (Inpres) No 7/2009 yang tengah digodok?

Inpres itu jangan dilihat hanya (dari sisi) HPP karena inpres itu mencakup banyak hal termasuk fl eksibilitasnya nanti bagaimana. Juga kalau Bulog harus menjadi stabilisa-tor bagaimana.

Apakah inpres ini juga akan mengatur Bulog harus keluar dari wilayah abu-abu antara menjadi stabilisator dan se-bagai BUMN?

Ya, tentunya. Sebagai BUMN,

kalau ada risiko rugi berarti ti-dak akan diambil. Tapi kalau sebagai stabilisator, mesti ada konsekuensi risiko rugi. Risiko rugi itu harus sharing dengan pemerintah dong. Makanya nanti di Inpres itu akan diatur mengenai masalah itu.

Selama ini pemerintah tam-paknya belum berani meng-ambil risiko rugi?

Bukan begitu. Persoalannya sebagai BUMN tidak boleh rugi. Tapi karena kita meme-gang fungsi stabilisator, suatu saat bisa saja kita harus rugi. Kalau tidak boleh rugi, peme-rintah seharusnya menyedia-kan anggaran untuk menutup ruginya sehingga tidak rugi lagi.

Apa tanggapan Anda ten-tang HPP beras premium?

Ya, tuntutan masyarakat ini kan sekarang beras juga di atas kualitas medium. Yang pre-mium pun bisa menyebabkan infl asi karena kalau premium naik, medium juga ikutan naik. Sekarang ada pemikiran su-paya Bulog memiliki cadangan beras multikualitas. Ini harus ada aturannya sehingga tidak salah. Pada dasarnya kalau Bu-log beli di atas HPP, Bulog bisa disalahkan karena bisa memicu naiknya harga.

Menurut Bulog, berapa se-harusnya besarnya HPP Pre-mium itu?

Tergantung dari harga me-diumnya nanti berapa. Kan HPP medium juga akan dinaik-kan sehingga nanti dihitung lagi selisihnya berapa. Harga pastinya terserah pemerin-tah yang membuat kebijakan saja, kita hanya bisa usul. Ber-dasarkan harga di lapangan selama setahun ini, memang HPP medium seharusnya naik. Minimum menyesuaikan in-fl asi, pokoknya harus di atas infl asi. (E-3)

[email protected]

Nama: Ir SUTARTO ALIMOESO, MM Tempat,Tanggal Lahir : Pacitan, 25 Juni 1949

Pendidikan : • Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (1974) • Magister Manajemen, STIE - IPWI, Jakarta (1997)

Riwayat Pekerjaan : • Direktur Jenderal Tanaman Pangan • Komisaris PT Pupuk Kalimantan Timur • Direktur Utama Perum Bulog (November 2009-sekarang)

MI/LILIEK DHARMAWAN