faktor- faktor yang mempengaruhi impor bawang

114
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG MERAH DI INDONESIA SKRIPSI SAFITRA FIDA ALFIKA 1111092000048 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/ 1439 H

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

MERAH DI INDONESIA

SKRIPSI

SAFITRA FIDA ALFIKA

1111092000048

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/ 1439 H

Page 2: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

MERAH DI INDONESIA

SAFITRA FIDA ALFIKA

1111092000048

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018M/1439H

Page 3: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG
Page 4: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-

BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Maret 2018

SAFITRA FIDA ALFIKA

1111092000048

Page 5: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama: : Safitra Fida Alfika

Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 26 Maret 1993

Alamat : : Jalan Haji Raisan No.55a Rt.005/01,

Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan

E-Mail : [email protected]

No. Telp : 021-78893488 / 0896-9246-2964

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Tinggi/ Berat Badan : 154 Cm/ 40 Kg

Golongan Darah : A

Kewarganegaraan : Indonesia

PENDIDIKAN FORMAL

1998-1999 : Taman Kanak- kanak Birul Amin, Cipete

Selatan

1999-2005 : SDN 03 Pagi, Cipete Selatan

2005-2008 : Madrasah Tsanawiyah Negeri 2, Ciganjur,

Jakarta Selatan

Page 6: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

v

2008-2011 : SMA Negeri 97, Ciganjur, Jakarta Selatan

2011-2018 : Strata 1 Jurusan Agribisnis

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta,

Ciputat, Tangerang Selatan

PENGALAMAN KERJA

2013-2014 : Tenaga Pengajar di TPQ Ar-Rosyidiah

2014 : Praktek Kerja Lapang si CV Atom Indonesia

PENGALAMAN ORGANISASI

2006-2008 : Keanggotaan Osis MTS N 2, Ciganjur,

Jakarta Selatan

2008-2011 : Keanggotaan Rohis SMA N 97 Jakarta

2010-2011 : Kepala Bidang MSDM Rohis SMAN 97

Jakarta

Page 7: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

RINGKASAN

Safitra Fida Alfika, Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor Bawang Merah di

Indonesia. Di bawah bimbingan Edmon Daris dan Junaidi.

Penelitian ini berjudul Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor Bawang

Merah di Indonesia bertujuan untuk 1) Menganalisis pengaruh dari faktor- faktor

tersebut terhadap impor bawang merah di Indonesia. 2) Menghitung elastisitas

faktor- faktor yang mempengaruhi impor bawang merah di Indonesia . Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu

(time series) mulai tahun 2002 hingga tahun 2015. Data bersumber dari Badan

Pusat Statistik (BPS), Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan, FAO

(Food and Agriculture Organization of the United Nations) dan Bank Indoneria.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda

menggunakan software SPSS versi 22. Pengujian statistik dalam penelitian ini

menggunakan Uji R2, Uji- t dan Uji-F.

Hasil pengujian diperoleh nilai R2

sebesar 56%. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa impor bawang merah di Indonesia dapat dijelaskan oleh

variabel bebas yang digunakan dalam model penelitian ini yaitu permintaan

domestik bawang merah, harga riil bawang merah impor, dan nilai tukar riil

Rupiah terhadap Dollar Amerika. Sedangkan sisanya sebesar 44% dijelaskan oleh

variabel lain diluar model penelitian ini. Hasil pengujian simultan (uji-F) secara

bersama- sama menunjukkan variabel permintaan domestik bawang merah, harga

riil bawang merah impor, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika

berpengaruh terhadap impor bawang merah Indonesia. Hasil pengujian secara

parsial (uji-t) variabel permintaan domestik bawang merah memiliki pengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap impor bawang merah Indonesia, variabel

harga riil bawang merah impor memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan

dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika memiliki pengaruh negatif

dan signifikan terhadap impor bawang merah Indonesia.

Impor bawang merah bersifat elastis terhadap permintaan domestik

bawang merah, dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika yang artinya

impor bawang merah responsif terhadap perubahan permintaan domestik bawang

merah, dan nilai tukar riil rupiah terhadap Dollar Amerika. Impor bawang merah

bersifat inelastis terhadap harga riil bawang merah impor yang artinya impor

bawang merah tidak responsif terhadap harga riil bawang merah impor.

Keyword : Bawang Merah, Impor, Indonesia.

Page 8: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menyusun

dan menyelesaikan skrisi dengan judul “Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor

Bawang Merah di Indonesia”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada

junjungan nabi besar kita Muhammad SAW, menjadi panutan yang baik bagi

umat manusia.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana

Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini bukan hanya

hasil dari kerja keras penulis semata, melainkan juga bantuan tenaga maupun

waktu dan juga dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini

penulis menyampaikan rasa terimakasih yang mendalam atas dukungan dan

partisipasi yang telah diberikan. Penulis mengucapkan terimakasih yang berikan

kepada :

1. Kedua orang tua penulis, bapak Tri Mulyanto dan Ibu Siti Masruroh atas

dorongan semangat, cinta dan doa yang tulus yang telah diberikan selama

ini kepada penulis. Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu bakti

kepada kedua orang tua penulis dalam mendapatkan pendidikan yang lebih

baik.

2. Bapak Dr, Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, para Wakil Dekan

I,II,III beserta seluruh staf dan karyawan Fakultas Sains dan Teknlologi.

3. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku dosen

pembimbing skripsi, yang telah membimbing dan memberikan ilmu,

Page 9: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

viii

saran, dan arahan, serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini sampai akhir.

4. Bapak Dr. Ujang Maman, M.Si dan Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si selaku

dosen penguji skripsi, yang telah memberikan masukan, saran dan arahan

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga akhir.

5. Ibu Dr. Ir. Elpawati, MP selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis semasa perkuliahan

penulis.

6. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Dr. Iwan Aminudin, M.Si

selaku Ketua dan Sekertaris Program Studi Agribisnis yang telah

memberikan kesempatan bagi penulis dalam menyelesaikans skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta atas ilmu dan pembelajaran yang telah diberikan

selama ini kepada penulis.

8. Kakak penulis (Alfian Maulana Malik, Satrya Alfandi, Lisna Puji Lestari,

dan Rahma Cahyatri) dan adik penulis (Bagus Alfarizi) untuk semua do’a,

motivasi, nasehat, ide maupun saran yang diberikan untuk penulis.

9. Teman terdekat penulis Rinal Ferdian yang selalu memberikan semangat

dan juga memberikan waktu, maupun tenaga kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat penulis Priandari Kusandrina, Ryan Perdana Putera, Ilma Yuni

Rosita yang selalu memberikan dukungan dan membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman- teman MABES (Fajar Eko Daryanto, Dede Asep Sunarya,

Rasyidi Muharor, Apriansyah Ridwan Arif, Dimas Agung N, Fery

Perdian, Hasan Ashari, Fathi Adha Arrantisi, Rohmah Karimah, Isna

Yulia, Halimatus Sa’diyah san M. Satria) serta Rahmat Azizi dan Siti

Munipah yang telah memberikan pengalaman kebahagiaan dan keceriaan

yang menyenangkkan selama masa perkuliahan penulis.

Page 10: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

ix

12. Seluruh teman- teman Agribisnis angkatan 2011 khususnya kelas

Agribisnis A, B dan C yang telah membantu dan menjadi teman penulis

semasa kuliah.

13. Sahabat HBS (Desy Pusparini, Laili Andrilisa (Almh), dan Putri Nila Sari)

yang selama bertahun- tahun ini selalu memberikan semangat dan

persahabatan yang tidak tidak pernah berakhir bagi penulis.

14. Adik- adik kelas angkatan 2012 (Duding, Eeng, Wahyu, Todi, Candra,

Arizal) yang telah memberikan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis ucapkan

terimakasih.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih memiliki

kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila ada kata yang tidak

berkenan. Penulis juga mengharapkan atas kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini, semoga skripsi ini

dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pembaca.

Aamiin.

Jakarta, Maret 2018

Safitra Fida Alfika

Page 11: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….. vii

DAFTAR ISI…………………………………………………………. x

DAFTAR TABEL……………………………………………………. xiii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………… xiv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………… 1

1.2 Perumusan Masalah…….…………………………………….. 8

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………… 9

1.4 Manfaat Penelitian….………….……………………………… 10

1.5 Batasan Penelitian…………………………………………….. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………. 11

2.1 Landasan Teori..………………………………………………. 11

2.1.1 Bawang Merah………………………………………….. 11

2.1.2 Manfaat Bawang Merah………………………………… 11

2.1.3 Perdagangan Internasional…………………………….... 13

2.1.4 Impor……………………………………………………. 21

2.1.5 Permintaan ……………………………………………… 22

2.1.6 Harga ………………………………………………........ 24

2.1.7 Nilai Tukar Perdagangan (Kurs)………………………... 25

2.1.8 Model Regresi Linier …………………………………… 27

2.1.9 Elastisitas ……………………………………………….. 28

2.2 Penelitian Terdahulu………………………………………….. 30

2.3 Kerangka Pemikiran…………………………………………... 33

Page 12: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

xi

BAB III METODE PENELITIAN………..…………………….….. 36

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………..... 36

3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ……………………………. 36

3.3 Metode Pengolahan Data……………………………………… 36

3.4 Metode Analisis Data…………………………………………. 37

3.4.1 Analisis Deskriptif………………………………………. 37

3.4.2 Analisis Regresi Berganda……………………………… 37

3.4.2.1 Uji Asumsi Klasik…………………………….. 39

3.4.2.2 Uji Statistik……………………………………. 42

3.4.3 Analisis Elastisitas……………………………………… 44

3.5 Definisi Operasional……………….……………………….…. 45

BAB IV PERKEMBANGAN KOMODITI BAWANG MERAH

DI INDONESIA………...…………………………………..

47

4.1 Sentra Produksi dan Perkembangan Produksi Bawang Merah.. 47

4.2 Perkembangan Konsumsi dan Permintaan Bawang Merah…… 50

4.3 Perkembangan Impor Bawang Merah Indonesia………...…… 54

4.4 Perkembangan Harga Bawang Impor…...…………………….. 55

4.5 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika 56

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………...…………………… 58

5.1 Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor Bawang

Merah di Indonesia…………………………………………….

58

5.1.1 Hasil Uji Asumsi Klasik………………………………… 58

5.1.1.1 Uji Normalitas………………………………… 59

5.1.1.2 Uji Multikolinearitas………………………….. 60

5.1.1.3 Uji Heterokedastisitas………………………… 61

5.1.1.4 Uji Autokolerasi………………………………. 62

5.1.2 Hasil dan Model Regresi Linear Berganda……………... 64

5.1.3 Hasil Uji Statistik………………………….……………. 66

5.1.3.1 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)…………. 66

Page 13: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

xii

5.1.3.2 Hasil Uji F (Uji Simultan)……………………. 66

5.1.3.3 Hasil Uji t (Uji Parsial)……………………….. 67

5.2 Pembahasan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor

Bawang Merah di Indonesia…………………………………..

70

5.2.1 Permintaan Domestik Bawang Merah………………….. 70

5.2.2 Harga Riil Bawang Merah Impor……………………….. 72

5.2.3 Nilai Tukar Riil Rupiah Terhadap Dollar Amerika…….. 74

5.3 Analisis Elastisitas …………………………………………… 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….. 78

6.1 Kesimpulan……………………………………………………. 78

6.2 Saran………………………………………………………....... 78

DAFTAR PUSTAKA…….……………………………….…………. 80

LAMPIRAN ………………………………………………………… 83

Page 14: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

DAFTAR TABEL

1. Produksi, Permintaan, Konsumsi, dan Impor Bawang Merah

Indonesia Tahun 2002-2015 ...................................................................................... 5

2. Negara Asal Impor Bawang Merah Indonesia, Tahun 2014 .................................... 7

3. Produktivitas Bawang Merah Negara Produsen Utama Bawang Merah

Dunia (Kg/Ha) ........................................................................................................... 8

4. Kandungan Gizi Bawang Merah ............................................................................... 12

5. Penelitian- penelitian Terdahulu ............................................................................... 30

6. Hasil Uji Multikolinearitas ........................................................................................ 60

7. Hasil Uji Durbin- Watson .......................................................................................... 63

8. Hasil Regresi Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor bawang Merah

di Indonesia ............................................................................................................... 64

9. Hasil Pengujian Uji Koefisien Determinasi (R2) Faktor- faktor yang

Mempengaruhi Impor Bawang Merah di Indonesia .................................................. 66

10. Hasil Pengujian Uji F Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor

Bawang Merah di Indonesia ...................................................................................... 67

11. Hasil Pengujian Uji t Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor

Bawang Merah di Indonesia ...................................................................................... 68

12. Hasil Oleh Data Variabel Permintaan Domestik Bawang Merah ............................. 70

13. Hasil Olah Data Variabel Harga Riil Bawang Merah Impor .................................... 72

14. Hasil Olah Data Nilai Tukar Riil Rupiah Terhadap Dollar Amerika ....................... 74

15. Nilai Elastisitas Impor Bawang Merah di Indonesia ................................................. 76

Page 15: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

DAFTAR GAMBAR

1. Produksi dan Permintaan Bawang Merah Negara Indonesia Tahun

2002-2015 .................................................................................................................. 3

2. Harga Rata- rata Bawang Merah Tahun 2002-2015 ................................................. 4

3. Perdagangan Internasional ........................................................................................ 16

4. Kerangka Pemikiran .................................................................................................. 35

5. Produksi Bawang Merah di Indonesia tahun 2002-2015 .......................................... 48

6. Produksi Bawang Merah Indonesia Tahun 2002-2015 ............................................. 49

7. Konsumsi Bawang Merah Perkapita Tahun 2002-2015 ............................................ 50

8. Harga Bawang Merah Domestik Tahun 2002-2015 .................................................. 51

9. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2002-2015 ........................................................ 52

10. Permintaan Bawang Merah Negara Indonesia Tahun 2002-2015 ............................. 53

11. Impor Bawang Merah Negara Indonesia Tahun 2002-2015 ..................................... 54

12. Harga Bawang Merah Impor (Rp/kg) Tahun 2002-2015 .......................................... 55

13. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (Rp/US$) .......................................... 57

14. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual ................................................ 59

15. Scatterplot Hasil Uji Heterokedastisitas .................................................................... 61

Page 16: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

DAFTAR LAMPIRAN

1. Produksi Bawang Merah Menurut Provinsi Tahun 2002-2015 (Ton) ...................... 84

2. Produksi Bawang Merah Menurut Kabupaten di Jawa Tengah pada

Tahun 2002-2015 (Ton) ........................................................................................... 86

3. Produksi, Permintaan, Konsumsi, dan Impor Bawang Merah

Indonesia Tahun 2002-2015 ...................................................................................... 88

4. Data Penelitian Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor Bawang

Merah di Indonesia .................................................................................................... 89

5. Hasil Regresi Linear Berganda Faktor- faktor yang Mempengaruhi

Impor Bawang Merah di Indonesia ........................................................................... 90

6. Perhitungan Elastisitas Impor .................................................................................... 93

7. Kesepakatan Indonesia-India FTA ............................................................................ 95

8. Indeks Harga Konsumen Indonesia ........................................................................... 97

Page 17: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Sampai era reformasi sekarang ini, negara Indonesia memiliki sektor

pertanian yang merupakan sektor paling penting dalam pertumbuhan ekonomi

nasional. Kedudukan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional

cukup nyata, dilihat dari proporsinya terhadap pendapatan nasional. Pada tahun

2010, sumbangan sektor pertanian terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) adalah

13,93 %. Namun terjadi penurunan pada tahun 2011 menjadi 13,51 % dan juga

pada tahun 2012 dengan PDB menjadi 13,37 %, kembali sektor pertanian

menunjukkan peranannya dalam menyumbangkan PDB menjadi 13,39 % pada

tahun 2013. (Statistik Indonesia, BPS 2010, BPS 2011, BPS 2012, dan BPS 2013)

Selain kontribusi sektor pertanian melalui PDB, peran sektor pertanian

sebagai penyerap tenaga kerja cukup besar. Pada tahun 2010 dari sekitar 109 juta

jumlah tenaga kerja yang bekerja, sekitar 44 juta di antaranya bekerja di sektor

pertanian, pada tahun 2011 dari sekitar 112 juta tenaga kerja yang bekerja,

sebanyak 42 juta di antaranya bekerja pada sektor pertanian. Serta pada tahun

2012 dan 2013 dari sekitar 114 juta dan 115 juta jumlah tenaga kerja yang

bekerja, sekitar 41 juta dan 40 juta diantaranya bekerja dalam sektor pertanian.

(Survei Angkatan Kerja Nasional : Sakernas BPS 2010, BPS 2011, BPS 2012, dan

BPS 2013)

Page 18: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

2

Produk pertanian memilliki ciri khas bersifat musiman, mudah rusak,

beresiko tinggi, dan sangat dipengaruhi oleh iklim. Pada saat masa panen raya

jumlah produksi akan banyak dan saat musim paceklik jumlah produksi sedikit

dan bahkan dapat menurunkan mutu dan kualitas produk pertanian tersebut. Hal

ini dapat menyebabkan harga produk pertanian yang dipasarkan menjadi naik

turun atau berfluktuasi dari tahun ke tahun. Dalam sektor pertanian jenis tanaman

sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peranan penting dalam

pemenuhan kebutuhan manusia. Tanaman hortikultura mempunyai potensi yang

besar untuk dikembangkan. Selain itu permintaan akan produk hortikultura

semakin meningkat, hal ini disebaban kebutuhan masyarakat terhadap tanaman

hortikultura semakin meningkat. Khususnya sayuran, yang memiliki peran

penting dalam menyediakan gizi dan vitamin bagi tubuh kita.

Salah satu jenis tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh

petani yaitu bawang merah. Dalam masyarakat Indonesia, penggunaan bawang

merah oleh rumah tangga sangat luas, mulai dari penggunaan sebagai bumbu

dapur sampai digunakan sebagai obat herbal. Demikian pula dalam bidang

industri, bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang diperdagangkan

untuk mendapatakan keuntungan. Bawang merah mengandung berbagai zat yang

bermanfaat baik dalam mencegah dan mengobati penyakit hingga sebagai

penambah rasa dalam masakan. Oleh karena kegunaan dan manfaat yang dimiliki

bawang merah, banyak masyarakat yang mengkonsumsi atau menggunakan

bawang merah dalam keperluan dan kebutuhannya. Sehingga permintaan

masyarakat terhadap bawang merah semakin meningkat. Kebutuhan bawang

Page 19: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

3

merah yang semakin meningkat juga harus diimbangi dengan produksi bawang

merah, sehingga kebutuhan akan bawang merah dalam negeri dapat tercukupi.

Gambar 1. Produksi dan Permintaan Bawang Merah Negara Indonesia Tahun

2002-2015 Sumber : Kementrian Perdagangan 2016 (diolah).

Pada grafik diatas terlhat bahwa terjadi peningkatan permintaan bawang

merah negara Indonesia, namun peningkatan permintaan akan bawang merah di

Indonesia tidak dapat diimbangi dengan peningkatan produksi bawang merah

negara Indonesia. Oleh karena itu negara Indonesia melakukan impor bawang

merah untuk mencukupi permintaan bawang merah dalam negeri. Adanya

kegiatan impor bawang merah tentu akan mempengaruhi harga bawang merah di

masyarakat. Impor membuat adanya persaingan harga antara komoditas domestik

dan komoditas impor. Adanya persaingan harga antara harga bawang merah

impor dengan harga bawang merah dalam negeri dapat menyebabkan harga

bawang merah berfluktuasi. Penurunan harga impor bawang merah akan

menyebabkan peningkatan volume impor bawang merah. Namun, banyaknya

bawang merah impor yang masuk ke Indonesia akan mempengaruhi harga

Page 20: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

4

bawang merah dalam negeri. Disisi lain para petani bawang merah dihadapkan

pada harga impor bawang merah sehingga harga dipasaran menurun, hal ini dapat

merugikan petani.

Gambar 2. Harga Rata- rata Bawang Merah Tahun 2002-2015 Sumber : Kementrian Perdagangan 2016 (diolah).

Pada gambar 2 terlihat kenaikan dan penurunan harga bawang merah yang

mengidikasikan adanya ketidakseimbangan pasar bawang merah. Sangat terlihat

pada tahun 2012 harga bawang merah yaitu Rp14.349/kg melonjak cukup tajam

pada tahun 2013 sebesar Rp34.000/kg dan terjadi penurunan harga kembali pada

tahun 2014 menjadi Rp22.681/kg. Kenaikan harga pada tingkat tertentu

sebenarnya tidak menjadi masalah, sepanjang terkendali. Namun akan menjadi

suatu masalah jika kenaikan harga sudah tidak terkendali. Sehingga menimbulkan

dampak negatif yaitu menurunnya kesejahteraan masyarakat dan daya beli

masyarakat, serta kenaikan harga tersebut mengakibatkan angka inflasi yang

tinggi.

Page 21: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

5

Masalah yang ditimbulkan dari kenaikan harga bawang merah bukan

hanya dirasakan oleh konsumen bawang merah saja tetapi juga negara. Bagi

konsumen bawang merah, kenaikan harga bawang merah sangat dirasakan

terutama bagi kalangan masyarakat ekonomi kebawah. Kebutuhan komoditi

bawang merah sebagai bumbu dapur sangat sulit untuk dikurangi mengingat

bawang merah sudah menjadi bumbu wajib didapur. Ketidakseimbangan harga

tersebut dapat terjadi karena jumlah permintaan dan ketersediaan bawang merah

yang terlalu tinggi atau sebaliknya. Akibat dari ketidakseimbangan ini yaitu harga

bawang merah yang tidak menentu (fluktuatif).

Tabel 1. Produksi, Permintaan, Konsumsi, dan Impor Bawang Merah Indonesia

Tahun 2002-2015

Tahun

Produksi Permintaan

Konsumsi perkapita

per tahun Impor

(Ton) (Ton) (Ons) (Ton)

2002 776.572 809.502 22,056 32.930

2003 762.795 804.802 22,265 42.007

2004 757.399 806.329 21,952 48.930

2005 732.61 126.332 23,673 53.071

2006 794.931 873.393 20,857 78.462

2007 802.81 910.459 30,139 107.649

2008 853.615 981.63 27,427 128.015

2009 965.164 1.028.919 25,237 63.755

2010 1.048.934 1.119.507 25,289 70.573

2011 893.124 1.049.505 23,621 156.381

2012 964.072 1.059.228 27,636 95.156

2013 1.010.773 1.104.510 20,649 93.737

2014 1.233.984 1.308.887 24,872 74.903

2015 1.229.189 1.281.390 27,114 52.201 Sumber : Basis Data Kementrian Pertanian RI 2016 dan BPS 2016 (diolah).

Page 22: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

6

Pada tabel 1, terlihat bahwa produksi bawang merah mengalami

peningkatan hampir setiap tahunnya, Namun diikuti pula dengan peningkatan

jumlah permintaan bawang merah setiap tahunnya yang disertai dengan

meningkatnya jumlah konsumsi bawang merah di dalam negeri setiap tahunnya.

Hal tersebut mengakibatkan produksi bawang merah dalam negeri belum mampu

mengimbangi jumlah permintaan bawang merah di dalam negeri. Produksi

bawang merah Indonesia yang masih belum dapat memenuhi atau mencukupi

permintaan bawang merah di dalam negeri, menyebabkan negara Indonesia perlu

untuk melakukan Impor. Untuk itu sebagian kebutuhan bawang merah dipenuhi

melalui impor.

Dalam melakukan kegiatan impor, pemerintah membutuhkan alat tukar

yang digunakan dalam transaksi Internasional. Perubahan nilai tukar Rupiah

terhadap US$ dapat mempengaruhi volume impor bawang merah ke Indonesia.

Jika nilai tukar Rupiah terhadap US$ melemah maka volume impor bawang

merah akan menurun. Sedangkan kebutuhan bawang merah dalam negeri belum

mencukupi jika hanya berasal dari produksi dalam negeri. Oleh karenanya

dibutuhkan impor bawang merah. Sebaliknya jika, nilai tukar Rupiah terhadap

US$ menguat maka volume impor bawang merah akan meningkat hal ini juga

dapat menimbulkan dampak yaitu kegiatan impor yang berlebihan dapat

mengurangi devisa negara. Hal ini menimbulkan beberapa efek buruk terhadap

kegiatan dan kestabilan ekonomi negara yang akan mengakibatkan penurunan

dalam kegiatan ekonomi dalam negeri.

Page 23: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

7

Tabel 2. Negara Asal Impor Bawang Merah Indonesia, Tahun 2014

No. Negara Asal

2014

Volume Impor

(Ton)

Nilai Impor

(000 US$)

1 India 41.302 12.272

2 Thailand 20.512 9.716

3 Vietnam 11.166 5.373

4 Philipina 1.923 947

Total 74.903 28.308

Sumber : Kementrian Pertanian, 2015 (diolah).

Pada tabel diatas terlihat bahwa , pada tahun 2014 volume impor bawang

merah Indonesia sebesar 74.903 ton. Volume ini berasal dari 4 negara yaitu India,

Thailand, Vietnam, dam Philipina. Negara terbesar asal impor bawang merah

Indonesia adalah India yaitu sebesar 41.302 ton. Negara asal impor bawang merah

Indonesia berikutnya adalah Thailand sebesar 20.512 ton, Vietnam 11.166 ton dan

Philipina 1.923 ton.

Jika dibandingkan dengan negara produsen utama bawang merah dunia,

yaitu negara India (Tabel 3). Produktivitas bawang merah negara Indonesia masih

kalah dibandingkan dengan negara India. Produktivitas bawang merah negara

Indonesia dengan rata- rata tingkat pertumbuhan tahunan, tahun 2000-2010 yaitu

sebesar 0,3%. Sedangkan produktivitas bawang merah negara India yaitu sebesar

5,2%. Oleh karenanya produksi bawang merah negara Indonesia masih kalah

dibandingkan jumlah produksi bawang merah negara India, dan dapat dilihat pada

tabel 3, rata- rata tingkat pertumbuhan tahun 2000-2010 produktivitas bawang

merah dunia sebesar 1,3%. negara Indonesia hanya 0,3%. Oleh karena itu, rata-

rata pertumbuhan produktivitas bawang merah tahun 2000-2010, negara Indonesia

masih jauh dibawah rata- rata pertumbuhan produktivitas dunia tahun 2000-2010.

Page 24: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

8

Tabel 3. Produktivitas Bawang Merah Negara Produsen Utama Bawang Merah

Dunia (Kg/Ha)

Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton)

Produktivitas Bawang Merah

(Kg/Ha)

Dunia India Indonesia Dunia India Indonesia Dunia India Indonesia

2000 2.842,7 450,0 84,0 49.953,5 4.721,1 772,9 17.573 10.491 9.197

2006 3.665,5 768,0 89,2 67.713,1 10.847,0 794,9 18.473 14.124 8.913

2007 3.753,6 821,0 93,7 72.463,5 13.900,0 802,8 19.305 16.931 8.568

2008 3.712,6 834,0 91,8 73.682,5 13.565,0 853,6 19.846 16.265 9.301

2009 3.603,9 756,2 104,0 72.782,5 12.158,8 965,2 20.195 16.079 9.028

2010 4.033,9 1.064,0 109,6 78.534,9 15.118,0 1.048,9 19.469 14.209 9.568

Rata-

rata

tingkat

pertum

buhan

tahunan

(%)

3,5 8,6 2,6 4,9 14,2 2,3 1,3 5,2 0,3

Sumber : FAO,2012

Berdasarkan berbagai kondisi dan permasalaan yang ada terhadap

kebutuhan akan permintaan bawang merah nasional yang belum tercukupi, maka

peru dilakukan suatu pengkajian mengenai “Faktor- faktor yang Mempengaruhi

Impor Bawang Merah di Indonesia”.

1. 2. Perumusan Masalah

Bawang merah memiliki kegunaan yang sangat beragam sehingga banyak

masyarakat yang mengkonsumsi dan menggunakan bawang merah untuk

keperluan dan kebutuhannya. Hal ini menyebabkan permintaan bawang merah

meningkat yang disertai dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat

konsumsi bawang merah nasional. Peningkatan produksi bawang merah dalam

negeri hampir selalu terjadi setiap tahun. Namun hal tersebut belum mampu

memenuhi permintaan bawang merah dalam negeri. Kurangnya ketersediaan

bawang merah dalam negeri menyebabkan harga bawang merah dalam negeri

berfluktuasi. Sehingga untuk mengatasi kurangnya ketersediaan bawang merah di

dalam negeri, negara Indonesia melakukan kegiatan impor.

Page 25: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

9

Peningkatan permintaan bawang merah di Indonesia tidak dapat diimbangi

oleh peningkatan produksi bawang merah domestik, oleh sebab itu suatu

penelitian tentang faktor- faktor yang mempengaruhi impor bawang merah di

Indonesia perlu dilakukan.

Berdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini:

1. Bagaimana pengaruh permintaan domestik bawang merah, harga riil

bawang merah impor dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika

terhadap impor bawang merah di Indonesia?

2. Bagaimana respon permintaan domestik bawang merah, harga riil bawang

merah impor dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika terhadap

impor bawang merah di Indonesia?

1. 3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruh permintaan domestik bawang merah, harga riil

bawang merah impor dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika

terhadap impor bawang merah di Indonesia?

2. Menghitung elastisitas permintaan domestik bawang merah, harga riil

bawang merah impor dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika

terhadap impor bawang merah di Indonesia.

Page 26: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

10

1. 4. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah sebagai

bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan impor bawang merah untuk

menghentikan impor atau mengoptimalkan produksi bawang merah dalam

negeri atau mencari produk subtitusi pengganti untuk bawang merah.

2. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai aplikasi dari

perkuliahan yang telah diterima.

3. Dari segi ilmiah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dalam rangka

penelitian lanjutan atau penelitian sejenis dalam lingkup penelitian sosial

ekonomi pertanian.

1. 5. Batasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan satu variabel terikat yaitu volume impor

bawang merah Indonesia dan beberapa variabel bebas yang terkait tentang

permasalahan yaitu :

1) Permintaan domestik bawang merah

2) Harga riil bawang merah impor

3) Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dari tahun 2002

hingga tahun 2015 (14 tahun).

Page 27: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Landasan Teori

2.1.1. Bawang Merah

Bawang merah memiliki umbi lapis yang bervariasi. Ada yang berbentuk

bulat, ada yang bundar seperti gasing terbalik sampai pipih. Warna kulit umbi ada

yang putih, kuning, merah muda, hingga merah tua ataupun merah keunguan.

Baik bagian biji maupun umbi lapis dapat dipergunakan sebagai bahan

perbanyakan tanaman.

Tanaman bawang merah diperkirakan berasal dari kawasan Asia. Sebagian

refrensi menyebutkan secara spesifik bahwa bawang merah berasal dari Asia

Tengah, khususnya India. Ada juga yang menyebutkan bahwa asal- usul tanaman

ini adalah dari Asia Barat dan Mediterania, yang selanjutnya berkembang ke

Mesir dan Turki (Jaelani, 2007:15).

2.1.2. Manfaat Bawang Merah

Bawang merah lazim dikonsumsi sebagai bumbu atau pelengkap masakan.

Hampir semua jenis masakan ditanah air ini senantiasa menyertakan bawang

merah sebagai penambah cita rasa. Penggunaan lainnya yakni sebagai obat

tradisional dan kegunaan- kegunaan lain yang cukup penting. Bawang merah

mengandung senyawa asam glutamate, yang merupakan natural essence (penguat

rasa alamiah). Senyawa inilah yang menyebabkan masakan menjadi lebih enak

dan lezat. Selain itu terdapat juga senyawa propil disulfide dan propil metal-

Page 28: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

12

disulfida yang mudah menguap, apalagi jika mengalami pemanasan,

menimbulkan aroma yang mengundang selera.

Kandungan zat- zat gizi yang terdapat dalam bawang merah dapat

membantu sistem peredaran darah maupun sistem pencernaan tubuh. Hal ini

memungkinkan organ- organ dari jaringan tubuh dapat kembali berfungsi dengan

baik. Demikian juga dengan sistem ekskresi, regulasi, maupun koordinasi.

Senyawa aktif yang terkandung dalam bawang merah juga turut berperan

dalam menetralkan zat- zat toksik yang berbahaya, dan membantu

mengeluarkannya dari dalam tubuh. Dalam hal ini, manfaat yang cukup penting

dari umbi bawang merah adalah peranannya sebagai antioksidan alami, yang

mampu menekan efek karsinogenik dari senyawa radikal bebas. Kandungan gizi

bawang merah ditunjukkan dalam tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Gizi Bawang Merah

Zat Gizi Jumlah per 100 gram Umbi Bawang Merah

Kalori 39 kal

Protein 1,5 g

Lemak 0,3 g

Karbohidrat 10,2 g

Kalsium 36 mg

Fosfor 40 mg

Zat besi 0,8 mg

Vitamin B1 0,03 mg

Vitamin C 2,0 mg

Air 88 mg Sumber : Komposisi Zat Gizi bawang Merah Depkes RI, 1981.

Page 29: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

13

2.1.3. Perdagangan Internasional

Saat ini tidak ada negara yang dapat hidup tanpa berhubungan dengan

negara lain. Semua negara di dunia senantiasa berhubungan dengan negara lain

dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut tidak terbatas pada hubungan yang

dilakukan pemerintah saja, tetapi perusahaan dan perorangan. Hubungan antar

perusahaan terutama dalam bentuk perdagangan. Perdagangan yang melibakan

para pihak lebih dari satu negara disebut perdagangan internasional atau bisnis

internasional. Adanya hubungan dagang (tukar-menukar) barang dan jasa yang

saling menguntungkan diantara negara- negara menyebabkan terjadinya

perdagangan internasional.

Banyak definisi yang diberikan oleh ahli ekonomi (ekonom) tentang

perdagangan internasional. Namun secara umum, perdagangan internasional

diartikan sebagai hubungan tukar- menukar barang atau jasa yang saling

menguntungkan antara satu negara dan negara lain (Deliarnov, 2006:41).

Perdagangan internasional atau bisnis internasional terutama dilaksanakan

melalui perjanjian jual beli. Perjanjian jual beli internasional dikenal dengan

sebutan perjanjian ekspor-impor. Dalam jual beli semacam ini kegiatan jual

disebut ekspor dan kegiatan beli disebut impor. Pihak penjual disebut eksportir

dan pihak pembeli disebut importir. Secara ringkas kegiatan ini disebut kegiatan

ekspor- impor. Kata ekspor dipandang dari sudut pandang bahasa Indonesia

adalah perbuatan mengirimkan barang ke luar Indonesia. Sedangkan impor, yaitu

memasukkan barang luar negeri ke dalam Indonesia. Ruang lingkup perdagangan

internasional jauh lebih besar dengan perdagangan di dalam negeri. Selain itu,

Page 30: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

14

sistem dan birokrasi yang berlaku pada perdagangan internasional pun jauh lebih

kompleks. Misalnya, mengenai alat pembayaran yang digunakan dan jenis barang

dan jasa yang diperdagangkan (Deliarnov, 2006:41).

Dalam era perekonomian global dewasa ini, kegiatan ekonomi yang

melibatkan interaksi antar negara menjadi sangat penting. Diantara berbagai

kegiatan ekonomi internasional tersebut, kegiatan ekspor- impor barang dan jasa

merupakan aktivitas perekonomian yang dapat mempengaruhi kinerja

pembangunan suatu negara. Sedangkan kemampuan ekspor dan impor suatu

negara akan dipengaruhi oleh tingkat daya saing perekonomian dan nilai mata

uang yang terbentuk.

Dalam kaitannya dengan peranan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi

telah mendapatkan kajian baik secara teoritis maupun secara empiris. Secara

eksplisit dapat dilihat dari beberapa teori perdagangan internasional klasik. Seperti

teori perdagangan internasional Absolute Advantage (keunggulan absolut atau

mutlak) oleh Adam Smith dan teori teori perdagangan Comparative Advantage

(keunggulan komparatif) oleh David Ricardo. Berbagai teori perdagangan tersebut

menjelaskan tentang adanya manfaat dari kegiatan perdagangan internasional baik

melalui ekspor maupun impor.

Teori keunggulan mutlak atau absolut dari Adam Smith dikenal sebagai

teori murni perdagangan internasional. Inti dari teori ini adalah suatu negara akan

melakukan spesialisasi terhadap ekspor suatu jenis barang tertentu, yang negara

tersebut memiliki keunggulan mutlak dan tidak memproduksi atau melakukan

Page 31: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

15

impor jenis barang lain yang negara tersebut miliki keunggulan mutlak terhadap

negara lain yang memproduksi barang sejenis. Dengan kata lain, suatu negara

akan mengekspor (mengimpor) suatu jenis barang, jika negara tersebut dapat

(tidak dapat) memproduksinya lebih dan efisien atau lebih murah dibandingkan

negara lain. Suatu negara disebut memiliki keunggulan mutlak dari negara lain

jika negara tersebut memproduksi barang atau jasa yang tidak dapat diprosuksi

oleh negara lain. Contohnya, Indonesia memproduksi batik dan tidak

memproduksi kimono (pakaian tradisional Jepang). Sebaliknya, Jepang tidak

memproduksi pakaian tradisional Indonesia yaitu batik. Dengan demikian,

perdagangan internasional akan terjadi diantara keduanya bila Indonesia dan

Jepang bersedia saling menukarkan batik dengan kimono (Deliarnov, 2006:41).

Menurut teori keunggulan komparatif dari David Ricardo, suatu negara

disebut memiliki keunggulan komparatif dari negara lain jika negara tersebut

mampu memproduksi lebih banyak barang atau jasa dengan biaya yang lebih

murah dari pada negara lainnya. Suatu negara akan mengkhususkan diri pada

ekspor barang tertentu, apabila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif

terbesar, dan akan mengkhususkan diri pada impor barang, apabila negara tersebut

memiliki kerugian komparatif. Dengan kata lain, suatu negara akan melakukan

ekspor barang, jika barang tersebut dapat diproduksi dengan biaya lebih rendah,

dan akan melakukan impor, jika barang tersebut diproduksi dengan biaya lebih

tinggi (Deliarnov, 2006:41).

Page 32: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

16

Ada pula teori modern yang dikemukakan oleh Hecksher dan Ohlin (H-O)

mengenai ketersediaan faktor produksi yang menyatakan bahwa komoditas-

komoditas yang dalam produksinya memerlukan faktor produksi (yang melimpah)

dan faktor produksi (yang langka) diekspor untuk ditukar dengan komoditas yang

membutuhkan faktor produksi dalam proporsi yang sebaliknya. Jadi secara tidak

langsung faktor produksi yang melimpah diekspor dan faktor produksi yang

langka diimpor. Dengan kata lain suatu negara cenderung untuk mengekspor

barang yang menggunakan faktor produksi relatif melimpah di negara tersebut,

dan akan mengimpor barang yang menggunakan faktor produksi relatif langka.

Negara A (Eksportir) Perdagangan Internasional Negara B (Importir)

Sumber: Salvatore, 1997

Gambar di atas menjelaskan terjadi perdagangan internasional antara

negara A dan negara B. Sehingga pada perdagangan internasional antara negara A

sebagai negara pengekspor dan negara B sebagai negara pengimpor terjadi

keseimbangan harga komoditi. Perdagangan internasional terjadi akibat kelebihan

penawaran pada negara A dan kelebihan permintaan pada negara B. Pada negara

Gambar 3. Perdagangan Internasional

Page 33: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

17

A harga suatu komoditas sebesar Pa, dan di negara B harga komoditas sebesar Pb.

Pada pasar internasional harga yang dimiliki oleh negara A akan lebih kecil yaitu

berada pada harga P* sehingga negara A akan mengalami kelebihan penawaran di

pasar internasional.

Pada negara B, terjadi harga yang lebih besar dibandingkan harga pasar

internasional. Sehingga akan terjadi kelebihan permintaan di pasar internasional.

Pada keseimbangan di pasar internasional kelebihan penawaran negara A mejadi

penawaran pada pasar internasional yaitu pada kurva ES. Sedangkan kelebihan

permintaan negara B menjadi permintaan di pasar Internasional yaitu sebesar ED.

Kelebihan penawaran dan permintaan tersebut akan terjadi keseimbangan harga

pasar sebesar P*. Hal tersebut akan mengakibatkan negara A mengekspor, dan

negara B mengimpor komoditas tertentu dengan harga sebesar P* di pasar

Internasional. Maka perdagangan Internasional (ekspor-impor) terjadi karena

terdapat perbedaan antara harga domestik (Pa dan Pb), harga internasional (P*),

permintaan (ED), dan penawaran (ES) pada komoditas tetentu. Selain itu, nilai

tukar mata uang pada pasar internasional antara suatu negara dengan negara lain

secara tidak langsung akan menyebakan kegiatan ekspor- impor pada suatu

negara.

A. Faktor- faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan Internasional

Motif untuk melakukan perdagangan internasional adalah karena adanya

manfaat dari perdagangan yang diperoleh dari kedua negara. Menurut para

ekonom, penyebab utama dari perdagangan internasional terletak pada sisi

Page 34: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

18

produksi, yaitu karena suatu negara bisa menghasilkan barang tertentu secara

lebih efisien dari pada negara lain.

Beberapa faktor yang dapat mendorong terjadinya perdagangan

internasional, yaitu sebagai berikut (Deliarnov, 2006:43) :

1. Perbedaan sumber daya alam yang dimiliki

2. Efisiensi (penghematan biaya produksi).

3. Tingkat teknologi yang digunakan.

4. Selera

5. Sosial, budaya, politik, dan pertahanan keamanan.

Faktor- faktor lain penyebab perdagangan internasional, yaitu sebagai

berikut :

1. Teori Permintaan dan Penawaran

Perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan

penawaran antara dua negara. Perbedaan permintaan disebabkan adanya

perbedaan tingkat pendapatan dan selera masyarakat. Adapun perbedaan

penawaran, antara lain disebabkan adanya perbedaan kualitas dan kuantitas

faktor- faktor produksi yang dimiliki kedua negara.

2. Vent of Surplus

Konsep ini berasal dari Adam Smith. Menurut Smith, perdagangan

internasional terjadi Karena adanya daerah baru yang lebih luas bagi pasar

produk dalam negeri. Sumber- sumber dalam negeri yang semula berlebih

(surplus) sekarang memperoleh saluran (vent) untuk bisa dimanfaatkan.

Page 35: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

19

B. Kebijakan Perdagangan Internasional

Kebijakan perdagangan luar negeri merupakan salah satu dari kebijakan

ekonomi makro. Tujuan kebijakan luar negeri, yaitu sebagai berikut :

1. Melindungi kepentingan ekonomi nasional dari pengaruh buruk/negatif yang

berasal dari luar negeri, misalnya dampak inflasi di luar negeri terhadap

kestabilan harga di dalam negeri dan dampak resesi ekonomi dunia terhadap

pertumbuhan ekonomi melalui ekspor.

2. Melindungi industri nasional dari persaingan barang- barang impor.

3. Menjaga keseimbangan neraca pembayaran, sekaligus menjamin persediaan

cadangan valas yang cukup, terutama untuk pembayaran impor dan utang luar

negeri.

C. Prinsip- prinsip Dasar Perdagangan Internasional

Banyak alasan mengapa negara- negara terlibat dalam perdagangan

internasional. David Ricardo mengembangkan teori keunggulan komparatif untuk

menjelaskan perdagangan internasional atas dasar perbedaan kemampuan

teknologi antar negara. Eli Heckscher dan Bertil Ohlin berpandangan bahwa

perdagangan internasional terjadi karena adanya perbedaan kekayaan faktor

produksi yang dimiliki negara- negara. Perdagangan internasional juga bisa terjadi

karena perbedaan preferensi negara- negara terhadap barang dan jasa tertentu.

Apabila China memiliki permintaan lebih besar terhadap minuman bir dari pada

Indonesia, Indonesia bisa mengekspor jenis minuman tersebut ke China.

Keuntungan skala ekonomi dalam produksi juga dapat melahirkan perdagangan

Page 36: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

20

antar negara. Perdagangan antar negara bisa juga terpengaruh dampak penerapan

sebuah kebijakan perdagangan (Arifin, dkk, 2004:17).

D. Manfaat Perdagangan Internasional

Salah satu faktor pendorong negara melakukan perdagangan internasional

tentu saja karena adanya manfaat atau keuntungan yang diperoleh oleh masing-

masing negara yang terliat didalamnya. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh

dari negara- negara yang melakukan perdagangan internasional adalah sebagai

berikut (Deliarnov, 2006:44) :

1. Meningkatnya Kualitas Konsumsi

Melalui perdagangan internasional, penduduk suatu negara dapat memperoleh

dan mengkonsumsi barang atau jasa yang kualitasnya lebih baik dibandingkan

kualitas barang atau jasa yang dihasilkan di dalam negeri.

2. Menambah Devisa Negara

Perdagangan internasional, terutama dari hasil penerimaan ekspor merupakan

sumber devisa negara yang terpenting.

3. Menstabilkan Harga- harga

Jika suatu barang atau jasa dalam negeri mahal atau langka dipasar, maka

salah satu pemecahannya, barang atau jasa tersebut dapat diimpor membuat

harga barang atau jasa akan stabil dan permintaannya dapat terpenuhi.

Page 37: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

21

4. Memperluas Kesempatan Kerja

Perdagangan internasional dapat meningkatkan kesempatan kerja akibat

adanya pertumbuhan produksi di dalam negeri yang mengharuskan

perusahaan untuk menambah faktor produksi tenaga kerja.

5. Mempercepat Transfer Teknologi

Untuk menggunakan barang- barang yang diimpor, seringkali dibutuhkan

pengetahuan atau keterampilan tertentu. Oleh karena itu, para importir perlu

mengadakan pelatihan untuk menggunakan teknologi. Hal seperti ini akan

mempercepat terjadinya transfer teknologi (alih teknologi).

6. Adanya Diversifikasi Produk

Perdaganagn internasional dapat meningkatkan diversifikasi produk.

Misalnya, sebelum berorientasi ke pasar ekspor, sektor industri didalam negeri

hanya memproduksi jenis barang konsumsi sederhana saja. Akan tetapi setelah

membuka cabang di luar negeri jenis produksinya bertambah banyak tidak

hanya meliputi barang konsumsi sederhana saja.

2.1.4. Impor

Mankiw (2006:316) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi

impor, begitu pula dengan ekspor, yaitu:

a. Selera konsumen terhadap barang-barang produksi dalam negeri dan luar negeri

b. Harga barang-barang di dalam negeri

c. Besarnya nilai tukar yang menentukan jumlah mata uang domestik yang

dibutuhkan untuk membeli mata uang asing

Page 38: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

22

d. Ongkos angkut barang antar negara

e. Kebijakan pemerintah mengenai perdagangan internasional.

Sukirno (2005), menyatakan bahwa impor suatu negara juga ditentukan

oleh beberapa faktor penentu ekspor, yaitu daya saing negara lain di negara

tersebut, proteksi perdagangan yang dilakukan negara tersebut dan kurs valuta

asingnya. Walau bagaimanapun faktor- faktor ini bukanlah yang paling penting.

Penentu impor yang utama ialah pendapatan masyarakat suatu negara, semakin

tinggi pendapatan masyarakat semakin banyak impor yang akan dilakukan.

Sukirno (2004), dalam praktiknya barang luar negeri bukan hanya diimpor

oleh rumah tangga saja tetapi juga oleh perusahaan dan pemerintah. Perusahaan

mengimpor bahan mentah dan barang modal dari luar negeri. Pemerintah juga

mealakukan hal yang sama, yaitu menggunakan barang konsumsi dan barang

modal yang diimpor. Maka fungsi impor berhubungan dengan pendapatan

nasional. Selain itu perubahan cita rasa masyarakat yang lebih menyukai produksi

domestik ataupun produksi negara lain merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan perubahan volume impor. Dan juga inflasi dapat menyebabkan

keseluruhan barang buatan dalam negeri menjadi lebih mahal. Hal ini mendorong

masyarakat membeli lebih banyak barang impor.

2.1.5. Permintaan

Permintaan (demand) suatu barang dan jasa berkaitan dengan interaksi

antara pembeli dan penjual dipasar yang akan menentukan tingkat harga suatu

barang dan jasa yang berlaku dipasar serta jumlah barang dan jasa tersebut dapat

Page 39: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

23

diperjualbelikan. Teori permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli

pada suatu komoditas (barang dan jasa) dan juga menerangkan hubungan antara

jumlah yang diminta dan harga serta pembentukan kurva permintaan (Sugiarto

dkk, 2002:35).

Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada sesuatu barang

ditentukan oleh banyak faktor. Diantara faktor- faktor tersebut yang terpenting

adalah seperti yang dinyatakan di bawah ini (Sukirno, 2003:76) :

1. Harga Barang Itu Sendiri

2. Harga Barang Lainnya yang berkaitan erat dengan barang tersebut.

Menurut Sadono Sukirno (2010: 80) menyatakan bahwa, hubungan antara

suatu barang dengan berbagai barang jenis- jenis barang lainnya dapat

dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu :

a. Barang Pengganti

b. Barang Pelengkap

c. Barang Netral

3. Pendapatan Rumah tangga dan Pendapatan dalam Masyarakat.

Berdasarkan sifat perubahan permintaan yang akan berlaku apabila

pendapatan berubah, maka berbagai jenis barang dapat dibedakan (Sukirno,

2003:1) :

a. Barang inferior, merupakan barang yang banyak diminta oleh konsumen

berpendapatan rendah. Jika pendapatan bertambah, Maka permintaan

terhadap barang inferior juga berkurang, dan sebaliknya.

Page 40: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

24

b. Barang esensial, merupakan barang yang sangat penting artinya dalam

kehidupan masyarakat sehari-hari, sehingga barang tersebut akan tetap

dikonsumsi pada berbagai tingkat pendapatan.

c. Barang normal, merupakan barang yang akan mengalami kenaikan

permintaan jika pendapatan meningkat.

d. Barang mewah, merupakan jenis barang yang akan dibeli apabila

pendapatan konsumen sudah relatif tinggi.

4. Selera atau Cita Rasa Masyarakat

5. Jumlah Penduduk

6. Ekspektasi Masa Datang (Ramalan)

Menurut Mankiw (2006:229) impor sama dengan selisih antara kuantitas

permintaan domestik dengan kuantitas penawaran domestik berdasarkan harga

dunia atau harga yang berlaku dipasar internasional. Dimana jika permintaan

domestik meningkat maka kuantitas impor akan meningkat.

2.1.6. Harga

Harga suatu produk merupakan ukuran terhadap besar kecilnya nilai

kepuasan seseorang terhadap produk yang dibeli. Selain itu, harga suatu produk

juga pada dasarnya merupakan rangkuman dari sejumlah informasi yang

menyangkut ketersediaan sumberdaya, kemungkinan produksi dan preferensi

konsumen. Dalam menunjang kegiatan transaksi perdagangan, informasi harga

suatu komoditas merupakan faktor kunci besarnya penawaran dan permintaan.

Apabila suatu negara akan melakukan perdagangan dengan negara lain (ekspor

dan impor) maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Salah satu

Page 41: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

25

diantaranya adalah harga dari barang yang akan diperdagangkan karena harga

akan menentukan besar kecilnya jumlah barang yang akan diperdagangkan.

Makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan terhadap barang

tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang makin rendah permintaan

terhadap barang tersebut (ceteris paribus) (Sukirno, 2003:76).

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan

apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang- barang dalam negeri

yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan

apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga

barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya, kenaikan harga

barang impor akan mengurangi jumlah impor. (Sukirno, 2004 : 402)

2.1.7. Nilai Tukar Perdagangan (Kurs)

Para ekonom membedakan nilai tukar (kurs) menjadi dua yaitu kurs

nominal dan kurs riil. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah suatu nilai di

mana seseorang dapat memperdagangkan mata uang suatu negara dengan mata

uang negara lainnya. Sebagai contoh, jika antara Dolar Amerika Serikat dan Yen

Jepang adalah 120 yen per Dolar, maka orang Amerika Serikat bisa menukar 1

Dolar untuk 120 Yen di pasar uang. Sebaliknya orang Jepang yang ingin memiliki

Dolar akan membayar 120 Yen untuk setiap Dolar yang dibeli. Ketika orang-

orang mengacu pada kurs diantara kedua negara, mereka biasanya mengartikan

kurs nominal (Mankiw, 2006:128).

Kurs riil perdagangan (terms of trade) dari suatu negara merupakan rasio

harga komoditi ekspor terhadap harga komoditi impor. Dengan demikian, nilai

Page 42: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

26

tukar perdagangan dari suatu negara merupakan kebalikan dari nilai tukar

perdagangan negara lain yang menjadi mitra dagang. Rasio tersebut dikalikan

dengan seratus agar diperoleh hasil akhir dalam persentase yang mudah dipahami

(Salvatore, 1997:88).

Menurut Sukirno (2004) jika nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

melemah, dibutuhkan lebih banyak Rupiah untuk memperoleh satu Dollar

Amerika. Efek- efek yang ditimbukan yaitu :

1. Ekspor akan bertambah, karena dipasaran luar negeri ekspor negara menjadi

lebih murah.

2. Impor berkurang, karena barang luar negeri menjadi lebih mahal.

3. Kenaikan ekspor dan pengurangan impor akan memperbaiki neraca

pembayaran.

4. Pendapatan nasional atau devisa negara akan bertambah oleh :

a. Ekspor yang naik

b. Pengurangan impor

5. Inflasi berlaku apabila, kenaikan harga barang- barang impor akan mendorong

kepada kenaikkan harga barang-barang produksi dalam negeri.

Dalam sistem kurs mengambang, depresiasi atau apresiasi nilai mata uang

akan mengakibatkan perubahan ke atas baik ekspor maupun impor. Jika kurs

Dolar Amerika Serikat mengalami depresiasi, nilai mata uang dalam negeri

melemah dan berarti nilai mata uang asing menguat kursnya (harganya) akan

menyebabkan ekspor meningkat dan impor cenderung menurun. Jadi kurs valuta

asing mempunyai hubungan yang searah dengan volume ekspor. Apabila nilai

Page 43: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

27

kurs Dolar Amerika Serikat meningkat, maka volume ekspor juga akan

meningkat.

2.1.8. Model Regresi Linier Berganda

Menurut Nachrowi, N Djalal, dan Hardius Usman (2008) dalam bukunya

yang berjudul Penggunaan Teknik Ekonometri, Tidak semua model yang

digunakan merupakan bentuk hubungan antara satu variabel terikat dan satu

veriabel bebas. Padahal, dalam kenyataannya sehari- hari, suatu fenomena tidak

hanya dipengaruhi oleh satu faktor, melainkan oleh berbagai faktor. Contohnya

adalah produksi garmen. Rendah tinggnya produksi garmen tersebut akan

dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti besarnya investasi perusahaan,

banyaknya tenaga kerja yang digunakan, jumlah mesin yang tersedia,

keterampilan para pekerja, atau besarnya dukungan teknologi. Bila ingin dibuat

model yang mengakomodasi seluruh faktor yang mempengaruhi tersebut,

tentunya tidak dapat digunakan model regresi sederhana.

Model regresi yang digunakan untuk membuat hubungan antara satu

variabel terikat dan beberapa variabel bebas disebut model regresi berganda.

Adapun modelnya dituliskan sebagai berikut :

Keterangan :

Y = Variabel bebas

a = Konstanta (variabel konstan)

b1, b2, b3,….., bk = Koefisien regresi

i = 1,2,3,……,N = Banyaknya observasi

Y = a + b1X1i + b2X2i + b3X3i + ……..+ bkXki

Page 44: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

28

x1, x2,x3,……,xk = Variabel terikat

Prinsip- prinsip yang mendasari regresi linier berganda tidak berbeda

dengan regresi linier sederhana. Akan tetapi, dalam regresi linier berganda akan

dijumpai beberapa permasalahan, seperti multikolinearitas, heteroskedastisitas dan

autokorelasi.

2.1.9. Elastisitas

Pengaruh perubahan harga terhadap permintaan, menyebabkan elastisitas

permintaan. Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran mengenai perubahan

yang relatif terhadap sejumlah barang yang diminta karena perubahan harga.

Dengan kata lain, elastisitas permintaan adalah derajat kepekaan jumlah barang

yang diminta karena perubahan harga barang itu. Konsep elastisitas mengukur

sampai dimana responsifnya permintaan apabila harga mengalami perubahan

disebut elastisitas permintaan harga. Selain disebabkan oleh perubahan harga,

permintaan juga dapat berubah sebagai akibat dari perubahan faktor- faktor lain

(Sukirno, 2003:115).

Faktor yang dapat menimbulkan perbedaan dalam elastisitas Permintaan

berbagai barang, yang terpenting adalah :

1. Tingkat kemampuan barang- barang lain untuk menggantikan barang yang

bersangkutan.

2. Presentasi pendapatan yag akan dibelanjakan untuk membeli barang tersebut.

3. Jangka waktu di dalam mana permintaan itu dianalisis.

Page 45: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

29

Jenis- jenis Elastisitas Permintaan :

1. Permintaan Elastis (Ed > 1), maka permintaan dikatakan elastis. Hal ini berarti

konsumen peka terhadap perubahan harga barang atau perubahan harga

sebesar 1% menyebabkan terjadinya perubahan jumlah yang diminta lebih

dari 1%.

2. Permintaan Elastis Sempurna (Ed = ~), suatu barang disebut memiliki

elastisitas sempurna bila memiliki elastisitas tak terhingga. Hal ini berarti

harga tetap besarnya permintaan tak terhingga . dengan demikian pada harga

tertentu, jumlah yang diminta konsumen mencapai tak terhingga atau

seberapapun persediaan barang/ jasa yang ada akan habis diminta oleh

konsumen.

3. Permintaan Inelastis (Ed < 1), maka permintaan dikatakan inelastis. Hal ini

berarti konsumen kurang peka terhadap perubahan harga barang, meskipun

harga naik atau turun masyarakat akan tetap membelinya. Perubahan harga

sebesar 1% menyebabkan terjadinya perubahan jumlah yang diminta kurang

dari 1%.

4. Permintaan Inelastis Sempurna (Ed = 0), permintaan (jumlah barang yang

diminta) tidak berubah, berapapun tinggi rendahnya tingkat harga.

5. Permintaan Elastis satuan (Ed = 1), perubahan harga sebesar 1%

menyebabkan terjadinya perubahan jumlah barang yang diminta sebesar 1%.

Page 46: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

30

2. 2. Penelitian Terdahulu

Hasil- hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dan dapat dijadikan dasar, serta bahan

pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini.

Tabel 5. Penelitian- penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Metode

Penelitian

Variabel Penelitian Hasil & Kesimpulan

1.

Malisa

Rachma

Handayani

(2015)

“Analisis

Faktor-

Faktor yang

Mempengar

uhi Impor

Durian di

Indonesia”.

1) Analisis

Deskriptif

2) Analisis

Regresi

Berganda

3) Analisis

Elastisitas

1) Harga Durian

Impor

2) Harga Durian

Lokal

3) Nilai Tukar

Rupiah terhadap

Dollar Amerika

4) Produk Domestik

Bruto

1) Berdasarkan hasil perhitungan olah SPSS, faktor harga

durian impor berpengaruh secara tidak nyata dan

signifikan pada taraf kepercayaan 90%, faktor harga

durian lokal berpengaruh secara nyata dan signifikan pada

taraf kepercayaan 90%, faktor nilai tukar Rupiah terhadap

Dollar Amerika berpengaruh secara tidak nyata dan

signifikan pada taraf kepercayan 90%, sedangkan produk

domestik bruto (PDB) berpengaruh secara nyata dan

signifikan pada tingkat kepercayaan 95%.

2) Dari hasil analisis elastisitas dihasilkan bahwa faktor

harga durian impor, harga durian lokal, nilai tukar Rupiah

terhadap Dollar Amerika, dan produk domestik bruto

(PDB) memiliki sifat inelastis.

2. Tri

Purwanto

(2009)

“Analisis

Faktor-

Faktor yang

Mempengar

1) Analisis

Deskriptif

2) Analiasis

Regresi

1) Produksi

Kacang Kedelai

Nasional

2) Konsumsi

Hasil analisis menunjukkan dari enam faktor yaitu produksi

kacang kedelai nasional, konsumsi kacang kedelai nasional,

harga kacang kedelai lokal, harga kacang kedelai impor,

harga kacang kedelai dunia, dan nilai tukar Rupiah terhadap

Page 47: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

31

uhi Inpor

Kacang

Kedelai

Nasional

Periode

1987-2007”.

Linier

Berganda

Kacang Kedelai

Nasional

3) Harga Kacang

Kedelai Lokal

4) Harga Kacang

Kedelai Impor

5) Harga Kacang

Kedelai Dunia

6) Nilai Tukar

Rupiah terhadap

Dollar Amerika

US$, diperoleh tiga faktor yang berpengaruh secara

dignifikan yaitu faktor produksi kacang kedelai nasional,

konsumsi kacang kedelai nasional dan harga kacang kedelai

lokal. Faktor produksi berpengaruh negatif terhadap impor,

sedangkan konsumsi dan harga kedelai lokal berpengaruh

positif terhadap impor.

3. Gega

Indah

Arastika

(2016)

Analisis

Faktor-

faktor yang

Mempengar

uhi Impor

Gula di

Indonesia

1) Analisis

Deskriptif

2) Analiasis

Regresi

Linier

Berganda

1) Produksi gula

2) Konsumsi gula

3) Harga gula

domestik

4) Harga gula

internasional

5) Nilai tukar

Rupiah

terhadap US$

6) Produk

Domestik Bruto

7) Tarif impor

Variabel konsumsi, harga gula domestik dan PDB memiliki

penagaruh positif terhadap impor gula Indonesia, sedangkan

variabel produksi, harga gula internasional, nilai tukar Rupiah

terhadap US$ dan tarif impor memiliki pengaruh negatif

terhadap impor gula Indonesia.

Page 48: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

32

Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian- penelitian terdahulu

adalah pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang faktor- faktor

yang mempengaruhi impor bawang merah di Indonesia. Perbedaan lainnya adalah

penelitian ini selain menggunakan metode analisis regresi linier berganda tetapi

juga menggunakan metode analisis elastisitas yang digunakan untuk mengetahui

respon impor bawang merah di Indonesia terhadap perubahan permintaan

domestik bawang merah, harga riil bawang merah impor dan nilai tukar riil

Rupiah terhadap Dollar Amerika. Selain itu, adanya variabel permintaan domestik

bawang merah merupakan faktor pembeda dengan penelitian- penelitian

terdahulu. Penelitian inu menggunakan data time series dalam periode tahun 2002

sampai tahun 2015 (kurun waktu 14 tahun).

Persamaan penelitian ini dengan penelitian- penelitian terdahulu adalah

metode analisis regresi linier berganda. Selain itu, variabel- variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian ini memiliki persamaan dengan variabel- variabel

bebas dalam penelitian terdahulu. Variabel- variabel bebas tersebut adalah harga

riil bawang merah impor dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika.

Page 49: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

33

2. 3. Kerangka Pemikiran

Pada tahun 2010, sumbangan sektor pertanian terhadap PDB (Produk

Domestik Bruto) adalah 13,93 %. Namun terjadi penurunan pada tahun 2011

menjadi 13,51 % dan juga pada tahun 2012 dengan PDB menjadi 13,37 %,

kembali sektor pertanian menunjukkan peranannya dalam menyumbangkan PDB

menjadi 13,39 % pada tahun 2013. (Statistik Indonesia, BPS 2010, BPS 2011,

BPS 2012, dan BPS 2013) Selain kontribusi sektor pertanian melalui PDB, peran

sektor pertanian sebagai penyerap tenaga kerja cukup besar. Pada tahun 2010 dari

sekitar 109 juta jumlah tenaga kerja yang bekerja, sekitar 44 juta di antaranya

bekerja di sektor pertanian, pada tahun 2011 dari sekitar 112 juta tenaga kerja

yang bekerja, sebanyak 42 juta di antaranya bekerja pada sektor pertanian. Serta

pada tahun 2012 dan 2013 dari sekitar 114 juta dan 115 juta jumlah tenaga kerja

yang bekerja, sekitar 41 juta dan 40 juta diantaranya bekerja dalam sektor

pertanian. (Survei Angkatan Kerja Nasional : Sakernas BPS 2010, BPS 2011, BPS

2012, dan BPS 2013)

Dalam sektor pertanian jenis tanaman sayuran merupakan tanaman

hortikultura yang memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan

manusia. Permintaan akan produk hortikultura semakin meningkat, hal ini

disebaban kebutuhan masyarakat terhadap tanaman hortikultura semakin

meningkat. Salah satu jenis tanaman hortikultura yang banyak dibudidayakan oleh

petani yaitu bawang merah. Dalam masyarakat Indonesia, penggunaan bawang

merah oleh rumah tangga sangat luas, mulai dari penggunaan sebagai bumbu

dapur sampai digunakan sebagai obat herbal. Demikian pula dalam bidang

Page 50: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

34

industri, bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang diperdagangkan

untuk mendapatakan keuntungan. Kebutuhan bawang merah yang semakin

meningkat juga harus diimbangi dengan produksi bawang merah, sehingga

kebutuhan akan bawang merah dalam negeri dapat tercukupi.

Produksi bawang merah mengalami peningkatan hampir setiap tahunnya,

Namun diikuti pula dengan peningkatan jumlah permintaan bawang merah setiap

tahunnya yang disertai dengan meningkatnya jumlah konsumsi bawang merah di

dalam negeri setiap tahunnya. Hal tersebut mengakibatkan produksi bawang

merah dalam negeri belum mampu mengimbangi jumlah permintaan bawang

merah di dalam negeri untuk itu sebagian kebutuhan bawang merah dipenuhi

melalui impor. Kegiatan impor yang berlebihan dapat mengurangi devisa negara,

hal ini menimbulkan beberapa efek buruk terhadap kegiatan dan kestabilan

ekonomi negara yang akan mengakibatkan penurunan dalam kegiatan ekonomi

dalam negeri. Oleh sebab itu suatu penelitian tentang faktor- faktor yang

mempengaruhi impor bawang merah di Indonesia perlu dilakukan.

Faktor- faktor yang diduga mempengaruhi impor bawang merah di

Indonesia adalah permintaan domestik bawang merah, harga riil impor bawang

merah dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika. Masing- maing faktor

tersebut terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik serta uji hipotesis dan

kemudian dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan

SPSS, dan selanjutnya dilakukan analisis elastisitas. Kemudian dapat ditarik

kesimplan faktor- faktor yag mempengaruhi impor bawang merah di Indonesia.

Page 51: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

35

Gambar 4. Kerangka Pemikiran

Impor Bawang Merah di Indonesia

Faktor- faktor yang diduga berpengaruh :

x1 : Permintaan Domestik Bawang Merah

x2 : Harga Rill Bawang Merah Impor

x3 : Nilai Tukar Rill Rupiah Terhadap Dollar Amerika

Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

2. Analisis Regresi Berganda

3. Analisis Elastisitas

Hasil Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor Bawang Merah di Indonesia

Kebijakan Impor Bawang Merah

Page 52: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup negara Indonesia, dengan

pertimbangan negara Indonesia merupakan negara penghasil bawang merah.

Penelitian dilakukan dengan cara pengambilan data dari lembaga terkait (Badan

Pusat Statistik, Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan, Bank Indonesia).

Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga bulan Agustus 2017.

3. 2. Jenis Data dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data sekunder yang

berbentuk time series (data deret waktu) dalam kurun waktu selama 14 tahun yaitu

pada tahun 2002-2015. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik,

Kementrian Perdagangan, Bank Indonesia, serta Kementrian Pertanian. Sebagai

bahan referensi data diperoleh dari literatur- literatur dan penelitian terdahulu.

3. 3. Metode Pengolahan Data

Dalam pengolahan data digunakan analisis deskriptif dan analisis

kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan impor

bawang merah di Indonesia sedangkan analisis kuantitatif menggunakan

persamaan regresi linier berganda yang digunakan untuk menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi impor bawang merah. Alat yang digunakan dalam

analisis kuantitatif pada penelitian ini adalah dengan bantuan komputer

menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Product and Service

Solution (SPSS). Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan dilakukan

Page 53: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

37

analisis dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Metode ini

digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen

terhadap variabel dependen.

3. 4. Metode Analisis Data

3.4.1. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif merupakan kegiatan mengumpulkan, mengolah data

dan kemudian mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi (Sugiono, 2009:169).

Analisis deskriptif yang digunakan bertujuan untuk mengidentifikasi

faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi impor bawang merah di

Indonesia. Analisis yang dilakukan yaitu rata- rata, koefisien masing- masing

variabel, dan presentase menggunakan tabulasi data.

3.4.2. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi adalah suatu metode sederhana untuk melakukan

investigasi tentang hubungan fungsional diantara beberapa variabel. Pada model

regresi, variabel dibedakan menjadi dua bagian, yaitu variabel respons atau biasa

juga disebut variabel bergantung (dependent variable) serta variabel explanory

atau biasa juga disebut variabel penduga atau variabel bebas (independent

variable) (Nawari, 2010:1).

Page 54: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

38

Analisis regresi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui faktor-

faktor yang mempengaruhi impor bawang merah. Berikut merupakan rumus

matematis dari Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor Bawang Merah di

Indonesia :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Keterangan :

Y = Impor bawang merah

a = Konstanta (variabel konstan)

b1, b2, b3, = Koefisien regresi

X1 = Permintaan domestik bawang merah (Ton/Tahun)

X2 = Harga riil Bawang Merah Impor (US$/Kg)

X3 = Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika

(Rp/US$)

Hipotesis hubungan antar variabel diperoleh bahwa :

a. b1>0 = positif, artinya meningkatnya permintaan domestik bawang merah

akan mengakibatkan meningkatnya impor bawang merah di Indonesia

b. b2<0 = negatif, artinya kenaikan harga riil bawang merah impor akan

menyebabkan menurunnya volume impor bawang merah.

c. b3<0 = negatif, artinya melemahnya nilai tukar riil Rupiah terhadap US$ akan

mengakibatkan menurunnya impor bawang merah di Indonesia.

Page 55: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

39

Setelah bentuk persamaan regresi linier berganda diperoleh maka

selanjutnya dilakukan validasi model. Validasi model ini berfungsi untuk

mengetahui apakah hasil estimasi regresi linier berganda berbentuk logaritma

natural yang dilakukan benar- benar bebas adanya gejala heteroskedastisitas,

gejala multikolinearitas dan gejala autokorelasi.

Untuk mendapatkan hasil regresi terbaik maka perlu dilakukan uji statistik.

Pengujian hipotesis (uji statistik) dengan menggunakan program SPSS baik untuk

uji t maupun uji F dengan melihat tingkat signifikan (α) yaitu probabilitas

kesalahan menolak hipotesisi yang ternyata benar. Jika dikatakan α = 0,05 berarti

resiko kesalahan mengambil keputusan adalah 5%. Semakin kecil α maka

semakin mengurangi resiko terjadinya kesalahan. Pada program SPSS selalu

menggunakan α = 5% pada tingkat kepercayaan 95% (Singgih, Santoso, 2000:84).

Uji statistik sebagai berikut :

3.4.2.1. Uji Asumsi Klasik

1. Normalitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah persamaan

regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak. Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisa Normal

Probability Plot. Uji ini terpenuhi bila penyebaran data pada grafik tersebar

normal disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (Sunyoto,

2010:108).

Page 56: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

40

Pada Normal Probability Plot prinsip normalitas dapat dideteksi dengan :

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,

maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis

diagonal, maka asumsi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu keadaan dimana terdapatnya hubungan

yang linear atau mendekati linear diantara variabel- variabel bebas (Ghozali,

2006:95). Terjadi atau tidaknya multikolnearitas dapat dideteksi dengan

menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor), bila nilai VIF >10 untuk

masing- masing variabel hal ini berarti bahwa antar variabel- variabel bebas

terdapat multikolinearitas. Hipotesis untuk multikolinearitas ini adalah :

1. VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas antarvariabel bebas.

2. VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas antarvariabel bebas.

3. Heteroskedastisitas

Uji Heterokedastisitas digunakan untuk menguji ketidaksamaan varian

dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian residual dari

suatu pengamatan lain tetap, maka terjadi homokedastisitas namun apabila

berbeda maka terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini digunakan metode

grafik dengan melihat diagram pencar (scatterplot) untuk mendeteksi ada

tidaknya heteroskedastisitas. Jika titik- titik pada grafik scatterplot terlihat

Page 57: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

41

menyebar secara acak dan ada pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian

menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas. Jika pola tidak terbentuk dengan

jelas serta titik –titik tersebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y maka

tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 2006:146).

4. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan kondisi adanya korelasi antar variabel bebas.

Autokorelasi menyebabkan model menjadi tidak efisien karena tiidak mempunyai

varians terkecil dan uji signifikansi menjadi tidak andal. Autokorelasi

diidentifikasi melalui uji Durbin Watson. Uji Durbin Watson adalah dengan

mencocokkan nilai yang didapat dari perhitungan (d hitung) dengan aturan

keputusan uji d (Durbin Watson) (Yuwono, 2005:142).

du = batas atas Durbin Watson

dl = batas bawah Durbin Watson

Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai

berikut:

1) Jika d < dl atau d > (4 – dl) artinya terdapat autokorelasi.

2) Jika du < d < (4 – dl), artinya tidak terdapat autokorelasi

3) Jika dl < d < du atau (4 – du) < d < (4 – dl), artinya tidak menghasilkan

kesimpulan yang pasti.

Page 58: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

42

3.4.2.2. Uji Statistik

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur kemampuan

variable independent dalam menjelaskan keragaman variable dependent yang

diteliti. R2 memiliki range antara 0 ≤ R

2 ≤ 1. Apabila R

2 bernilai 1 / mendekati 1

maka garis regresi menjelaskan semakin baik hasil untuk model regresi tersebut

itu berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sedangkan jika R2

bernilai 0 / mendekati 0 itu berarti kemampuan variabel- variabel independen

tidak dapat menjelaskan variabel dependent. Semakin besar nilai R2 (mendekati

1), maka semakin baik model regresi yang diperoleh.

2. Uji Signifikasi Simutan (Uji F)

Uji F ditunjukkan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas

(independent variable) dalam model bersama- sama memiliki pengaruh yang

nyata terhadap variabel terikat (dependent variable) yang diteliti. Uji F statistik

dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung (hasil output) dengan nilai Ftabel

atau dengan membandingkan nilai signifikan dari Fhitung dengan nilai α.

Dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui permintaan domestik

bawang merah ,harga riil impor bawang merah, dan nilai tukar riil Rupiah

terhadap Dollar Amerika secara bersama- sama berpengaruh secara nyata

terhadap impor bawang merah di Indonesia. Dengan kriteria uji :

Ho : Variabel bebas (permintaan domestik bawang merah ,harga riil impor

bawang merah, dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika) secara

Page 59: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

43

bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (impor

bawang merah di Indonesia)

H1 : Variabel bebas (permintaan domestik bawang merah ,harga riil impor

bawang merah, dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika) secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (impor bawang

merah di Indonesia)

H0 diterima apabila : Fhitung< Ftabel atau Sig > α, derajat bebas tertentu

H0 ditolak apabila : Fhitung> F tabel atau Sig < α,derajat bebas tertentu

3. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji t ini dilakukan untuk mengetahui apakah masing- masing variabel

independen yang ditentukan dalam model memiliki pengaruh yang nyata

(signifikan) terhadap variabel dependen yang diteliti. Dalam penelitian ini yaitu

untuk mengetahui apakah permintaan domestik bawang merah, harga riil impor

bawang merah, dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika mempunyai

pengaruh secara nyata terhadap impor bawang merah. Uji t yang dilakukan

dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel.

Ho : Variabel bebas (permintaan domestik bawang merah ,harga riil impor

bawang merah, dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika) secara

parsial / individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (impor

bawang merah di Indonesia)

H1 : Variabel bebas (permintaan domestik bawang merah ,harga riil impor

bawang merah, dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika) secara

Page 60: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

44

parsial / individu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (impor

bawang merah di Indonesia)

Berdasarkan nilai t hitung dan t tabel

1. Jika nilai thitung > ttabel maka variabel bebas berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat, pada taraf kepercayaan 95%. (H0 ditolak, H1 diterima)

2. Jika nilai thitung < ttabel maka variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat pada taraf kepercayaan 95%. (H1 ditolak, H0 diterima)

Berdasarkan nilai signifikansi hasil output SPSS

1. Jika nilai sig. < α (0,05) maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat pada taraf kepercayaan 95%.

2. Jika nilai sig. > α (0,05) maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat pada taraf kepercayaan 95%.

3.4.3. Analisis Elastisitas

Analisis elastisitas digunakan untuk melihat derajat kepekaan variabel

bebas (variabel independen) pada suatu persamaan terhadap perubahan dari

variabel terikat (variabel dependen), dapat digunakan nilai elastisitasnya. Dalam

penelitian ini analisis elastisitas impor bawang merah dilakukan untk mengetahui

persentase kenaikan atau penurunan jumlah impor bawang merah di Indonesia

jika terjadi perubahan perhitungan, atau digunakan untuk mengukur derajat

kepekaan jumlah impor bawang merah terhadap perubahan salah satu faktor-

faktor yang mempengaruhinya dalam penelitian ini yaitu permintaan domestik

Page 61: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

45

bawang merah ,harga riil impor bawang merah, dan nilai tukar riil Rupiah

terhadap Dollar Amerika. Rumus elastisitas permintaan sebagai berikut :

Keterangan :

Ep = Elastisitas impor bawang merah di Indonesia

bx = Koefisien regresi

x = Rata- rata variabel bebas (independent variable)

y = Rata- rata variabel terikat (dependent variable)

3. 5. Definisi Operasional

1. Bawang merah yang diteliti ialah bawang merah yang sudah bersih dari

tanah dan serabut akar, serta siap untuk dipasarkan (umbi kering panen).

2. Impor bawang merah Indonesia adalah total volume impor bawang merah

di Indonesia yang tercatat BPS dan Kementrian Pertanian tidak termasuk

impor ilegal, dan diimpor dari berbagai negara dalam satuan ton per tahun.

Data yang digunakan merupakan data tahunan (time series) selama 14

tahun dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2015.

3. Permintaan domestik bawang merah adalah total permintaan bawang

merah negara Indonesia. Satuan yang digunakan (Ton/tahun), dengan

periode waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2015.

4. Harga riil bawang merah impor adalah harga bawang merah yang dibayar

Indonesia atas pembelian bawang merah kepada negara pengekspor dalam

satuan US$/kg. Harga riil bawang merah impor diperoleh dari pembagian

Page 62: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

46

antara Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar dengan Indeks Harga

Konsumen (IHK) Tahun Terbilang kemudian dikalikan dengan harga

nominal tahun terbilang, dengan periode waktu yang digunakan tahun

2002 sampai dengan tahun 2015.

5. Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika adalah nilai perbandingan

mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika (US$) yang berlaku setiap

tahunnya. Dengan satuan yang digunakan adalah Rp/US$ dengan periode

waktu yang digunakan tahun 2002 sampai dengan tahun 2015.

Page 63: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

BAB IV

PERKEMBANGAN KOMODITI BAWANG MERAH DI INDONESIA

4.1. Sentra Produksi dan Perkembangan Produksi Bawang Merah

Bawang merah merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peranan

penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia. Tanaman hortikultura mempunyai

potensi yang besar untuk dikembangkan. Selain itu permintaan akan produk

hortikultura semakin meningkat, hal ini disebaban kebutuhan masyarakat terhadap

tanaman hortikultura semakin meningkat. Khususnya sayuran, yang memiliki

peran penting dalam menyediakan gizi dan vitamin bagi tubuh kita.

Dari total provinsi di Indonesia, provinsi Jawa Tengah merupakan daerah

penghasil bawang merah terbesar di Indonesia. Selama 14 tahun terakhir yaitu

tahun 2002 hingga 2015, sebesar 39,91% produksi nasional bawang merah

tertinggi berasal dari provinsi Jawa Tengah. Daerah lain yang juga menyumbang

produksi cukup besar yaitu Jawa Timur dan Jawa Barat sebesar 23,86% dan

12,56%. Hal ini menunjukkan bahwa produksi bawang merah banyak berasal dari

provinsi di Jawa, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.

Seperti yang terlihat pada gambar 5, produksi bawang merah nasional

terbesar dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah. Dari total kabupaten di Jawa

Tengah, Kabupaten Brebes merupakan daerah penghasil bawang merah terbesar

pada tahun 2002- 2015. Kabupaten Brebes menyumbang produksi bawang merah

sebanyak 1.966.600 ton atau sekitar 67,76% dari total produksi bawang merah

provinsi Jawa Tengah 2,902,272 ton pada tahun 2002- 2015 . Kemudian penghasil

Page 64: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

48

kedua setelah Kabupaten Brebes yaitu Kabupaten Tegal yang menyumbang

produksi bawang merah sebesar 10,14%, dan disusul dengan kabupaten-

kabupaten lainnya di Jawa Tengah.

Gambar 5. Produksi Bawang Merah di Indonesia tahun 2002-2015

Sumber : Basis Data Kementrian Pertanian RI (diolah).

Keterangan :

Gambar a : produksi bawang merah berdasarkan provinsi di Indonesia dalam

persen (%)

Gambar b : produksi bawang merah berdasarkan kabupaten di Jawa Tengah dalam

persen (%)

a b

Page 65: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

49

Gambar 6. Produksi Bawang Merah Indonesia Tahun 2002-2015 Sumber : Badan Pusat Statistik 2016 (diolah).

Berdasarkan gambar, terlihat bahwa produksi bawang merah negara

Indonesia hampir tiap tahunnya mengalami peningkatan. Produksi bawang merah

nasional Indonesia pada tahun 2002 hingga 2015 mengalami fluktuasi. Produksi

bawang merah tertinggi adalah di tahun 2014 yaitu sebesar 1.233.984 ton,

sedangkan produksi bawang merah terendah adalah 732.610 ton di tahun 2005.

Produksi bawang merah yang mengalami fluktuasi disebabkan karena berbagai

macam faktor, diantaranya adalah produktivitas bawang merah Indonesia masih

jauh di bawah rata-rata pertumbuhan produktivitas dunia. Produktivitas yang

rendah disebabkan karena permasalahan ketersediaan benih bermutu, sarana dan

prasarana produksi yang terbatas.

Page 66: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

50

4.2. Perkembangan Konsumsi dan Permintaan Bawang Merah

Pada penelitian ini diketahui jumlah konsumsi bawang merah di Indonesia

dari tahun 2002-2015 sebagai berikut :

Gambar 7. Konsumsi Bawang Merah Perkapita Tahun 2002-2015 Sumber : Badan Pusat Statistik 2016 (diolah).

Tingkat konsumsi masyarakat terhadap bawang merah pada tahun 2002 –

2015 mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Terjadi peningkatan dan penurunan

dalam 14 tahun terakhir. Namun dapat terlihat bahwa semakin lama konsumsi

bawang merah semakin meningkat, seperti yang terlihat konsumsi bawang merah

tertinggi yaitu pada tahun 2007 sebesar 30,139 ons perkapita pertahun, sedangkan

untuk konsumsi bawang merah terendah yaitu pada tahun 2013 sebesar 20,649

ons per kapita per tahun.

Page 67: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

51

Gambar 8. Harga Bawang Merah Domestik Tahun 2002-2015 Sumber : Kementrian Perdagangan 2016 (diolah).

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui harga bawang merah pada

tahun 2002 hingga tahun 2015 mengalami fluktuasi. Terjadi penurunan dan juga

kenaikan harga. Harga bawang merah terendah terjadi pada tahun 2004 sebesar

Rp6.635,00/kg. Sedangkan dalam grafik dapat terlihat terjadi peningkatan harga

yang cukup tinggi pada tahun 2013 dengan harga bawang merah mencapai

Rp34.004/kg. Terjadinya peningkatan harga yang cukup tinggi pada tahun 2013

ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya yaitu tingkat konsumsi masyarakat

akan bawang merah yang semakin tinggi namun ketersedian bawang merah yang

tidak memadai. Akibat dari kelangkaan bawang merah tersebut membuat harga

bawang merah menjadi meningkat. Selain itu peningkatan produksi yang lambat

sementara konsumsi terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah

penduduk dan pendapatan masyarakat menjadikan ketersediaan bawang merah

untuk keperluan rumah tangga dan juga industri makanan seringkali kurang dari

Page 68: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

52

kebutuhan dan hal ini mendorong naiknya harga komoditas bawang merah

tersebut. Sebagai tanaman semusim, puncak produksi bawang merah hanya terjadi

pada bulan- bulan tertentu, sementara konsumsi bawang merah hampir digunakan

setiap hari dan bahkan jika pada hari- hari besar penggunaan bawang merah juga

lebih dari biasanya sehingga permintaannya cenderung melonjak.

Gambar 9. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2002-2015 Sumber : Badan Pusat Statistik 2016 (diolah).

Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di

Indonesia pada tahun 2002 – 2015 mengalami peningkatan tiap tahunnya. Terlihat

bahwa pada tahun 2002 jumlah penduduk Indonesia hanya sebesar 206.264.595

jiwa namun terjadi peningkatan hingga tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia

menjadi sebanyak 255.882.675 jiwa. Dengan bertambahnya jumlah penduduk

Indonesia setiap tahunnya hingga tahun 2015 dan perubahan pola konsumsi serta

selera masyarakat mempengaruhi tingkat konsumsi bawang merah di Indonesia.

Page 69: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

53

Gambar 10. Permintaan Bawang Merah Negara Indonesia Tahun 2002-2015 Sumber : Badan Pusat Statistik 2016 (diolah).

Permintaan seseorang atau suatu masyarakat terhadap suatu barang

ditentukan oleh berbagai faktor. Dalam hal ini permintaan bawang merah pada

tahun 2002 hingga tahun 2015 hampir mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Meningkatnya permintaan bawang merah tersebut dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya yaitu meningkatnya konsumsi bawang merah masyarakat,

dengan diiringi dengan meningkatnya jumlah penduduk negara Indonesia setiap

tahunnya, serta permintaan bawang merah dipengaruhi dengan harga bawang

merah domestik yang selalu mengalami fluktuasi.

Page 70: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

54

4.3. Perkembangan Impor Bawang Merah Indonesia

Perkembangan impor bawang merah Indonesia pada periode tahun 2002-

2015 mengalami fluktusi setiap tahunnya, dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 11. Impor Bawang Merah Negara Indonesia Tahun 2002-2015 Sumber : Kementrian Pertanian 201 (diolah).

Pada periode tahun 2002-2015 impor bawang merah terendah negara

Indonesia terjadi pada tahun 2002 yaitu impor hanya sebesar 32.930 Ton bawang

merah, sedangkan impor bawang merah terbesar terjadi pada tahun 2011 dengan

impor bawang merah sebanyak 156.381 Ton. Dengan meningkatnya permintaan

bawang merah Indonesia yang terjadi namun tidak diiringi dengan jumlah

produksi maupun ketersediaan bawang merah dalam negeri yang memadai. Oleh

karena itu negara Indonesia melakukan kegiatan impor bawang merah untuk

dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dapat terlihat pada grafik

perkembangan impor bawang merah Indonesia setiap tahunnya negara Indonesia

melakukan impor bawang merah. Jika hal ini terus dilakukan dan tanpa aturan

Page 71: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

55

maupun kebijakan pemerintah dalam mengatur kegiatan impor maka dapat

mengurangi devisa negara. Hal ini dapat menimbulkan beberapa efek buruk

terhadap kegiatan dan kestabilan ekonomi negara yang akan mengakibatkan

penurunan dalam kegiatan ekonomi dalam negeri.

4.4. Perkembangan Harga Bawang Merah Impor

Harga bawang merah impor pada setiap tahunnya mengalami perubahan

baik rendah maupun tinggi, hal ini disebabkan ketidakstabilan permintaan dan

penawaran terhadap komoditas tersebut. Harga yang mengalami kenaikan maupun

penurunan akan mempengaruhi jumlah permintaan dan penawaran komoditas

bawang merah tersebut. Selain itu, perubahan yang terjadi pada harga komoditas

khususnya bawang merah akan menciptakan daya saing komoditas bawang merah

terhadap perkembangan sektor hortikultura di pasar domestik maupun pasar

Internasional.

Gambar 12. Harga Bawang Merah Impor (Rp/kg) Tahun 2002-2015 Sumber : Kementrian Perdagangan RI 2016 (diolah).

Page 72: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

56

Harga bawang merah impor cenderung fluktuatif, terjadi kenaikan dan

juga penurunan harga pada tiap tahunnya. Namun terlihat kenaikan yang cukup

tinggi pada tahun 2013 hingga tahun 2014, yang semula harga bawang merah

impor pada tahun 2012 harga bawang merah impor yaitu Rp3.435/kg naik

menjadi Rp8.040/kg pada tahun 2013 dan menjadi Rp12.344/kg pada tahun 2014.

Kenaikan harga impor tersebut bisa disebabkan karena beberapa faktor,

diantaranya yaitu naiknya harga Dollar dan juga bisa disebabkan karena adanya

kenaikan tarif bea masuk atas barang impor yang ditetapkan oleh pemerintah.

Namun jika terus terjadi kenaikan harga bawang merah impor akan menimbulkan

dampak negatif bagi masyarakat karena masyarakat harus membayar lebih untuk

mendapatkan bawang merah dalam mencukupi kebutuhannya dan karena

tingginya harga bawang merah dapat membuat pembeli sepi sehingga pedagang

akan merasa rugi.

4.5. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

Nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerka ditentukan oleh mekanisme

pasar uang yang dapat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian dalam negeri dan

luar negeri. Perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika terjadi

fluktuasi. Perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pada periode

tahun 2002-2015 dapat dilihat pada gambar 13.

Page 73: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

57

Gambar 13. Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika (Rp/US$) Sumber : Bank Indonesia 2016 (diolah).

Perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika mengalami

fluktuasi terjadi kenaikan dan juga penurunan seperti yang terjadi pada tahun

2002 hingga tahun 2011 terjadi kenaikan dan juga penurunan nilai tukar Rupiah

terhadap Dollar Amerika yaitu pada tahun 2002 bernilai Rp5.950/US$ dan pada

tahun 2011 bernilai Rp8.773/US$. Namun pada tahun 2011 hingga tahun 2015

nilai tukar Rupiah terhadap US$ mengalami kenaikan setiap tahunnya hingga

pada tahun 2015 nilai tukar Rupiah terhadap US$ menjadi Rp13.457/US$.

Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika dapat terjadi

karena disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu penurunan hasil ekspor

dan melemahnya perekonomian negara Indonesia. Dampak yang dirasakan cukup

besar dengan terjadinya pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

adalah semakin mahalnya biaya untuk mencukupi kebutuhan pokok masyarakat.

Page 74: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor Bawang

Merah di Indonesia

Penelitian ini menggunakan analisis persamaan regresi linier berganda

yang betujuan untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi

impor bawang merah di Indonesia dan seberapa besar pengaruh permintaan

domestik bawang merah, harga riil bawang merah impor dan nilai tukar riil

Rupiah terhadap Dollar Amerika terhadap impor bawang merah Indonesia. Data

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakaan data deret waktu (time

series) selama 14 tahun, yang dimulai dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2015.

Sebelum membuat model regresi linier berganda yaitu melakukan uji asumsi

klasik terlebih dahulu agar penelitian tidak bias. Uji asumsi klasik yang dilakukan

yaitu uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas dan uji

autokorelasi. Selanjutnya penelitian ini juga menggunakan uji statistik yaitu uji F

(uji simultan), uji t (uji parsial), dan uji koefisien determinasi (R2).

5.1.1. Hasil Uji Asumsi Klasik

Variabel- variabel dalam penelitian diuji dengan uji asumsi klasik yaitu

data terdistribusi normal (uji normalitas), tidak terjadinya heterokedastisitas, tidak

terjadi multikolinearitas, dan tidak terjadi autokorelasi. Sehingga dapat diketahui

tidak ada gangguan pada model regresi linier berganda yang akan digunakan dan

dapat memenuhi persyaratan pada analisis linier berganda.

Page 75: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

59

5.1.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau

tidak. Model regresi yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal

dapat dikatakan baik. Uji normalitas yang dilakukan dengan melihat normal

probability plot. Jika distribusi data normal akan membentuk satu garis lurus

diagonal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti

garis diagonalnya. Hasil uji normalitas bisa dilihat dalam grafik Normal P-Plot di

bawah ini.

Gambar 14. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual Sumber : Data Sekunder (diolah).

Gambar 14 menunjukkan bahwa pada grafik Normal P-Plot titik- titik data

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga

dapat dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal sehingga model regresi

memenuhi asumsi normalitas. Menurut Sunyoto (2010:108) suatu data dikatakan

Page 76: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

60

terdistribusi normal jika garis data mengikuti garis diagonal, maka dapat

disimpulkan bahwa residual dalam model impor bawang merah di Indonesia

terdistribus secara normal.

5.1.1.2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui apakan dalam

penelitian ini ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (Ghozali, 2006:95).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diatara variabel bebas

(independen). Uji Multikolinearitas penelitian ini mendeteksi dengan

menggunakan nilai VIF (Variance Inflation Factor), bila nilai VIF ≤10 untuk

masing- masing variabel hal ini berarti bahwa antar variabel- variabel tidak

terdapat multikolinearitas. Setelah data diolah maka dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 6. Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Independen Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Permintaan Domestik Bawang Merah

(Ton) .384 2.604

Harga Riil Bawang Merah Impor

(Rp/kg) .276 3.620

Nilai Tukar Riil (Rp/US$) .584 1.714

Sumber : Data Sekunder (diolah).

Pada tabel diatas hasil pengujian multikolinearitas menunjukkan bahwa

semua variabel bebas atau variabel independen yaitu permintaan domestik

bawang merah, harga riil bawang merah impor, dan nilai tukar riil Rupiah

terhadap dollar memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10, dari nilai

Page 77: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

61

tolerance VIF ≤10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang

digunakan tidak terdapat masalah multikolinearitas.

5.1.1.3. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas pada model regresi dilakukan agar kesalahan

pengganggu konstan pada semua variabel bebas. Cara pendeteksian

heterokedastisitas dilakukan dengan melihat diagram pancar (scatterplot). Jika

titik-titik pada grafik scatterplot terlihat menyebar secara acak dan ada pola

tertentu (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka terjadi

heterokedastisitas. Jika pola tidak terbentuk dengan jelas serta titik- titik tersebar

diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas

(Gujarati, 2006:146). Hasil uji heterokedastisatas dalam penelitian ini disajikan

sebagai berikut :

Gambar 15. Scatterplot Hasil Uji Heterokedastisitas Sumber : Data Sekunder, diolah.

Page 78: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

62

Gambar 15 menunjukkan diagram scatterplot memperlihatkan titik- titik

tersebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada

sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa dalam pengujian data tidak terjadi

heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai.

5.1.1.4. Uji Autokolerasi

Uji Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi

terdapat kolerasi antara variabel yang diteliti dengan perubahan waktu.

Autokorelasi dapat diidentifikasi melalui uji Durbin Watson, yaitu dengan

mencocokkan nilai yang didapat dari perhitungan (d) dengan aturan keputusan uji

d (Durbin Watson) (Yuwono, 2005:142).

du = batas atas Durbin Watson

dl = batas bawah Durbin Watson

Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan seperti kriteria sebagai

berikut:

1) Jika d < dl atau d > (4 – dl) artinya terdapat autokorelasi.

2) Jika du < d < (4 – dl), artinya tidak terdapat autokorelasi

3) Jika dl < d < du atau (4 – du) < d < (4 – dl), artinya tidak menghasilkan

kesimpulan yang pasti.

Page 79: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

63

Uji Durbin Watson ditunjukkan sebagai berikut :

Tabel 7. Hasil Uji Durbin- Watson

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .746a .557 .423 38369.1332 2.061

Sumber : Data sekunder (diolah).

Berdasarkan hasil uji durbin watson diatas, diketahui nilai d =2,061,

selanjutnya nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel signifikansi 5%, N= 14 dan

jumlah variabel independen 3 (k= 3) = maka diperoleh nilai du =1,7788 dan nilai

dl= 0,7667 (tabel Durbin Watson). Maka nilai (4-du) = 2,2212 sedangkan nilai (4-

dl) = 3,2333. Dihasilkan yaitu :

1) d > dl (2,061 > 0,7667) dan d < 4-dl (2,061< 3,2333)

2) du < d < 4-dl (1,7788 < 2,061 < 3,2333

3) dl < d > du (0,7667 < 2,061 > 1,7788) atau 4-du < d > 4-dl (2,2212 > 2,061

<3,2333.)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam pengujian

tidak terdapat autokorelasi.

Page 80: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

64

5.1.2. Hasil dan Model Regresi Linear Berganda

Berdasarkan hasil perhitungan data yang diperoleh dengan menggunakan

alat bantu SPSS 22, dihasilkan data sebagai berikut :

Tabel 8. Hasil Regresi Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor bawang Merah

di Indonesia

Variabel

Independent

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 196451.315 100393.934 1.957 .079

Permintaan

Domestik Bawang

Merah (Ton)

.140 .097 .489 1.438 .181

Harga Riil

Bawang Merah

Impor (Rp/kg)

-10.180 7.513 -.543 -1.355 .205

Nilai Tukar Riil

(Rp/US$) -19.749 6.122 -.889 -3.226 .009

Sumber : Data sekunder (diolah).

Model regresi yang dihasilkan sebagai berikut :

Y = 196451.315 +0,140X1 -10,180X2 -19,749X3

Y = Impor bawang merah (Ton)

X1 = Permintaan domestik bawang merah (Ton)

X2 = Harga riil bawang merah impor (Rp/Kg)

X3 = Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika (Rp/US$)

Dari hasil perhitungan SPSS didapatkan hasil untuk nilai konstanta sebesar

196451.315. Hal ini menunjukkan apabila permintaan domestik bawang merah,

harga riil bawang merah impor dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar

Amerika sama dengan 0, maka impor bawang merah di Indonesia adalah sebesar

196451.315 ton. Terdapat satu koefisien regresi bertanda positif yaitu variabel

Page 81: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

65

permintaan domestik bawang merah (X1) dan dua koefisien regresi bertanda

negatif yaitu variabel harga riil bawang merah impor (X2) dan nilai tukar riil

Rupiah terhadap Dollar Amerika (X3). Tanda koefisien regresi positif memiliki

arti perubahan salah satu variabel bebas akan mengakibatkan perubahan variabel

bebas dengan arah yang sama dengan asumsi variabel bebas lainnya dianggap

konstan atau tetap. Sebaliknya tanda koefisien regresi negatif memiliki arti setiap

perubahan salah satu variabel bebas akan mengakibatkan perubahan variabel

terikat dengan arah yang berlawanan dengan asumsi variabel bebas lainnya

dianggap konstan atau tetap. Berikut hasil dari analisis persamaan regresi linier

berganda dalam penelitian :

1. Permintaan domestik bawang merah (X1) dengan nilai 0,14, menyatakan

bahwa setiap peningkatan permintaan domestik bawang merah sebesar 1

ton maka akan menaikkan impor bawang merah (Y) sebesar 0,14 ton

dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan atau tetap.

2. Harga riil bawang merah impor (X2) dengan nilai -10,18, menyatakan

bahwa setiap peningkatan harga riil bawang merah impor sebesar 1 Rp/kg,

maka akan menurunkan impor bawang merah (Y) sebesar 10,18 ton

dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan atau tetap.

3. Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika (X3) dengan nilai -19,749,

menyatakan bahwa setiap pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar

Amerika sebesar 1 Rp/US$, maka akan menurunkan impor bawang merah

(Y) sebesar 19,749 ton dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan atau

tetap.

Page 82: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

66

5.1.3. Hasil Uji Statistik

5.1.3.1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh

permintaan domestik bawang merah, harga riil bawang merah impor dan nilai

tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika terhadap impor bawang merah

Indonesia. Tabel di bawah ini akan menunjukkan hasil perhitungan koefisien

determinasi untuk faktor- faktor tersebut.

Tabel 9. Hasil Pengujian Uji Koefisien Determinasi (R2) Faktor- faktor yang

Mempengaruhi Impor Bawang Merah di Indonesia

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .746a .557 .423 38369.1332

Sumber : Data sekunder (diolah).

Dari tabel 9 dihasilkan nilai koefisien determinasi dari persamaan regresi

adalah sebesar 0,557 atau 56%, yang artinya variabel impor bawang merah

Indonesia dapat dijelaskan oleh variabel harga riil bawang merah impor, nilai

tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan permintaan domestik bawang

merah. Sedangkan 44% mampu dijelaskan oleh variabel-variabel di luar model

(yang tidak diteliti).

5.1.3.2. Hasil Uji F (Uji Simultan)

Uji F dilakukan untuk mengetahui harga riil bawang merah impor, nilai

tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan permintaan domestik bawang

merah secara bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap impor bawang

merah Indonesia, yaitu dengan membandingkan antara nilai Fhitung dengan Ftabel.

Hasil pengolahan Uji F dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut :

Page 83: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

67

Tabel 10. Hasil Pengujian Uji F Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor

Bawang Merah di Indonesia

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 18474855901.634 3 6158285300.545 4.183 .037b

Residual 14721903816.471 10 1472190381.647

Total 33196759718.104 13

Sumber : Data sekunder (diolah).

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 10 dihasilkan nilai Fhitung sebesar

4,183, sedangkan nilai Ftabel sebesar 3,71 (tabel F). maka nilai Fhitung lebih besar

dari Ftabel yaitu 4,183> 3,71 dengan nilai signifikansi 0,037 < 0,05 sesuai dengan

dasar pengambilan keputusan dalam uji F, maka dapat disimpulkan bahwa

variabel permintaan domestik bawang merah, harga riil bawang merah impor,

dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika, secara bersama- sama atau

simultan berpengaruh terhadap impor bawang merah Indonesia.

5.1.3.3. Hasil Uji t (Uji Parsial)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing- masing variabel bebas

(harga riil bawang merah impor, nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika,

dan permintaan domestik bawang merah) memiliki pengaruh yang nyata terhadap

variabel terikat (impor bawang merah Indonesia). Dasar pengambilan keputusan

dalam uji t :

Berdasarkan nilai t hitung dan t tabel

1. Jika nilai thitung > ttabel maka variabel bebas berpengaruh terhadap variabel

terikat.

Page 84: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

68

2. Jika nilai thitung < ttabel maka variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel

terikat.

Berdasarkan nilai signifikansi hasil output SPSS

1. Jika nilai sig. < α (0,05) maka variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat.

2. Jika nilai sig. > α (0,05) maka variabel bebas tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat.

Tabel 11. Hasil Pengujian Uji t Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor Bawang

Merah di Indonesia

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

(Constant) 196451.

315 100393.934 1.957 .079

Permintaan Domestik

Bawang Merah (Ton) .140 .097 .489 1.438 .181

Harga Riil Bawang

Merah Impor (Rp/kg) -10.180 7.513 -.543 -1.355 .205

Nilai Tukar Riil

(Rp/US$) -19.749 6.122 -.889 -3.226 .009

Sumber : Data sekunder (diolah).

Pada tabel 11 hasil pengujian uji t menunjukkan bahwa permintaan

domestik bawang merah dan harga riil bawang merah impor berpengaruh tidak

signifikan terhadap impor bawang merah Indonesia. Sedangkan nilai tukar riil

Rupiah terhadap Dollar Amerika berpengaruh signifikan terhadap impor bawang

merah Indonesia. Sehingga dapat dianalisis sebagai berikut :

1. Pada tingkat kepercayaan 95% permintaan domestik bawang merah dengan

nilai thitung sebesar 1,438 lebih kecil dibandingkan dengan ttabel yaitu 2,228, atau

memiliki nilai signifikansi sebesar 0,181 lebih besar dari nilai α (0,181 >

Page 85: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

69

0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa permintaan domestik

bawang merah (thitung<ttabel atau sig> α yang berarti bahwa permintaan

domestik bawang merah memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap

impor bawang merah Indonesia. Tanda positif menunjukkan permintaan

domestik bawang merah berpengaruh positif terhadap impor bawang merah di

Indonesia.

2. Pada tingkat kepercayaan 95% harga riil bawang merah impor dengan nilai

thitung sebesar -1,355. Tanda negatif menunjukkan bahwa harga riil bawang

merah impor berpengaruh negatif terhadap impor bawang merah Indonesia.

Harga riil bawang merah impor dengan nilai thitung lebih kecil dibandingkan

dengan ttabel yaitu 2,228, atau memiliki nilai signifikansi sebesar 0,205 lebih

besar dari nilai α (0,205 > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

harga riil bawang merah impor (thitung<ttabel atau sig> α) yang berarti bahwa

harga riil bawang merah impor memiliki pengaruh yang tidak signifikan

terhadap impor bawang merah Indonesia.

3. Pada tingkat kepercayaan 95% nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika

dengan nilai thitung sebesar -3,226, tanda negatif menunjukkan bahwa nilai

tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika berpengaruh negatif terhadap impor

bawang merah Indonesia. Nilai thitung nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar

Amerika lebih besar dibandingkan dengan ttabel yaitu 2,228, atau memiliki

nilai signifikansi sebesar 0,009 lebih kecil dari nilai α (0,009 < 0,05). Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar

Amerika (thitung>ttabel atau sig< α) yang berarti bahwa nilai tukar riil Rupiah

Page 86: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

70

terhadap Dollar Amerika memiliki pengaruh yang signifikan terhadap impor

bawang merah Indonesia.

5.2. Pembahasan Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor Bawang

Merah di Indonesia

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda dan hasil dari uji statistik

faktor- faktor yang mempengaruhi impor bawang merah di Indonesia dapat

dijelaskan pengaruh antara variabel permintaan domestik bawang merah, harga

riil bawang merah impor dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika

terhadap impor bawang merah Indonesia.

5.2.1. Permintaan Domestik Bawang Merah

Hasil oleh data variabel permintaan domestik bawang merah berdasarkan

regresi dan hasil uji t sebagai berikut :

Tabel 12. Hasil Oleh Data Variabel Permintaan Domestik Bawang Merah

Variabel Hasil Regresi thitung Sig. ttabel

Permintaan Domestik Bawang

Merah (Ton) .140 1.438 .181 2,228

Sumber : Data sekunder (diolah).

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel

permintaan domestik bawang merah sebesar 0,140 dan memiliki hubungan yang

positif terhadap impor bawang merah Indonesia, yang berarti bahwa peningkatan

permintaan sebesar 1 ton akan menaikkan impor bawang merah Indonesia sebesar

0,140 ton hal ini sesuai dengan hipotesis. Hasil uji t variabel permintaan domestik

bawang merah memiliki nilai thitung<ttabel (1,438 < 2,228) dan nilai sig> α (0,181 >

0,05), maka dapat disimpulkan variabel permintaan domestik bawang merah

Page 87: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

71

memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap impor bawang merah

Indonesia.

Permintaan domestik bawang merah pada tahun 2002 hingga tahun 2015

hampir mengalami peningkatan setiap tahunnya karena komoditas bawang merah

sudah menjadi kebutuhan pokok masyarakat, bukan hanya sebagai pelengkap

bumbu dapur tetapi komoditas ini juga merupakan sumber pendapatan dan

kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap

perkembangan ekonomi wilayah. Meskipun bawang merah bukan termasuk bahan

pokok, akan tetapi permintaannya sebagai bahan pangan terus meningkat dari

tahun ke tahun, sejalan dengan pertumbuhan penduduk, semakin berkembangnya

industri makanan jadi dan pengembangan pasar. Begitu juga dengan penawaran

bawang merah. Setiap tahun hampir selalu terjadi peningkatan produksi.

Meningkatnya permintaan domestik bawang merah tersebut dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya yaitu meningkatnya konsumsi bawang merah

masyarakat, dengan diiringi dengan meningkatnya jumlah penduduk negara

Indonesia setiap tahunnya, serta permintaan domestik bawang merah dipengaruhi

dengan harga bawang merah domestik yang selalu mengalami fluktuasi.

Pemenuhan kebutuhan akan bawang merah bisa dipenuhi melalui dua cara yaitu

melalui domestik dan impor. Banyak pihak dalam negeri berharap kebutuhan

bawang merah dipenuhi melalui produksi domestik dan impor hanya dilakukan

jika produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan bawang merah

dalam negeri. Pada lampiran 3 dapat dilihat produksi dalam negeri mengalami

Page 88: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

72

peningkatan. Peningkatan produksi ini seharusnya dapat mengurangi

ketergantungan akan impor, namun pada kenyatannya impor bawang merah masih

terus dilakukan dimana permintaan yang cenderung meningkat setiap tahunnya

yang dapat dipenuhi melalui impor.

5.2.2. Harga Riil Bawang Merah Impor

Hasil olah data variabel harga riil bawang merah impor berdasarkan

regresi dan hasil uji t sebagai berikut :

Tabel 13. Hasil Olah Data Variabel Harga Riil Bawang Merah Impor

Variabel Hasil Regresi thitung Sig. ttabel

Harga Riil Bawang Merah Impor

(Rp/kg) -10.180 -1.355 .205 2,228

Sumber : Data sekunder (diolah).

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel harga

riil bawang merah impor sebesar -10,180 dan memiliki hubungan yang negatif

terhadap impor bawang merah Indonesia, yang berarti bahwa peningkatan harga

bawang merah impor sebesar 1 Rp/kg akan menurunkan impor bawang merah

Indonesia sebesar 10,180 ton , hal ini sesuai dengan hipotesis. Hasil uji t variabel

harga riil bawang merah impor memiliki nilai thitung<ttabel (-1.355 < 2,228) dan

nilai sig> α (0,205 > 0,05), maka dapat disimpulkan variabel harga riil bawang

merah impor memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap impor bawang

merah Indonesia.

Bawang merah merupakan salah satu komoditas yang memiliki fluktuasi

harga yang relatif tinggi. Fluktuasi harga bawang merah dapat disebabkan oleh

pasokan dan harga impor bawang merah. Impor bawang merah menyebabkan

Page 89: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

73

turunnya harga bawang merah lokal serta dapat merugikan petani bawang merah,

termasuk petani- petani di sentra produksi bawang merah. Impor bawang merah

pada tahun- tahun tertentu dapat terjadi bentrok dengan masa panen bawang

merah. Dengan melimahnya pasokan bawang merah dikhawatirkan akan

menurunkan harga bawang merah, yang akan merugikan petani, namun jika tidak

dijual dengan harga murah maka bawang merah tidak akan laku dijual dan akan

membusuk.

Produki bawang merah Indonesia bersifat musiman seperti hasil pertanian

lainnya, produksi akan melimpah dimusim kemarau sedangkan akan berkurang

pada musim penghujan. Sementara kebutuhan akan bawang merah selalu

digunakan hampir setiap harinya. Seringkali kebutuhan bawang merah tidak

terpenuhi, maka dilakukanlah kegiatan impor bawang merah, dan begitu juga

sebaliknya ketika terjadi over stock akibat panen yang berlebih ditambah dari

impor bawang merah mengakibatkan harga bawang merah dalam negeri rendah.

Harga bawang merah impor pada tahun 2002- 2015 masih lebih murah

dibandingkan dengan harga bawang merah domestik. Hal ini bisa disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya perbedaan jumlah produksi dan permintaan yang

menyebabkan terjadinya gejolak harga.

Pemerintah berencana melakukan upaya kebijakan impor. Kebijakan ini

dilakukan untuk menekan harga yang ada di pasar agar semua kalangan

masyarakat mampu membeli bumbu dapur ini. Tetapi hal ini tentu menimbulkan

pro dan kontra baik itu di tingkat pemerintah sendiri maupun petani. Adanya

Page 90: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

74

kebijakan impor tentu saja mengancam keberlangsungan produksi bawang merah.

Ketika impor diberlakukan, maka akan menyebabkan harga bawang merah

nasional menjadi rendah dan ini mengakibatkan petani akan mengalami kerugian.

Selain itu tingginya harag bawang merah bukan hanya disebabkan karena jumlah

produksi yang sedikit, akan tetapi juga disebabkan karena distribusi (rantai

pemasaran) yang terlalu panjang dan banyaknya pedagang yang memainkan

harga. Sehingga harga bawang merah domestik lebih mahal dibandingkan harga

bawang merah impor. Jika terus seperti ini konsumen bawang merah akan beralih

mengkonsumsi bawang merah impor dibandingkan dengan bawang merah lokal.

Karena harga yang lebih terjangkau. Hal ini mengakibatkan bawang merah lokal

tidak akan laku di pasaran.

5.2.3. Nilai Tukar Riil Rupiah Terhadap Dollar Amerika

Hasil oleh data variabel nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika

berdasarkan regresi dan hasil uji t sebagai berikut :

Tabel 14. Hasil Olah Data Nilai Tukar Riil Rupiah Terhadap Dollar Amerika

Variabel Hasil Regresi thitung Sig. ttabel

Nilai Tukar Riil (Rp/US$) -19.749 -3.226 .009 2,228 Sumber : Data sekunder (diolah).

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa koefisien regresi nilai tukar riil

Rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar -19,749 dan memiliki hubungan yang

negatif terhadap impor bawang merah Indonesia, yang berarti bahwa pelemahan

nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika sebesar 1 Rp/US$ akan

menurunkan impor bawang merah Indonesia sebesar 19,749 ton, hal ini sesuai

Page 91: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

75

dengan hipotesis. Hasil uji t nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika

memiliki nilai thitung>ttabel ( 3,266 > 2,228) dan nilai sig< α (0,009 < 0,05), maka

dapat disimpulkan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap impor bawang merah Indonesia.

Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika memiliki pengaruh yang

nyata terhadap impor bawang merah Indonesia dikarenakan alat tukar yang

digunakan dalam jual beli antar negara atau disebut juga perdagangan

internasional yaitu menggunakan Dollar, sehingga bila terjadi pelemahan nilai

tukar Rupiah terhadap Dollar akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh

pemerintah dalam mengimpor bawang merah. Dampak dari melemahnya nilai

tukar Rupiah adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan pemerintah dalam

mengimpor bawang merah, pajak, bea cukai, biaya distribusi akan meningkat

karna biaya- biaya tersebut dibayarkan dalam bentuk Dollar.

Jika dilihat pada lampiran 4, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

pada tahun 2002- 2015 terus melemah, jika hal ini terus terjadi dan impor bawang

merah terus dilakukan secara berekelanjutan tanpa adanya batasan atau kuota

impor maka akan berdampak negatif bagi devisa negara. Selain itu hal ini

mengakibatkan naiknya biaya impor yang berpengaruh terhadap harga bawang

merah impor dan tingginya biaya transportasi ke Indonesia. Sebaliknya jika nilai

tukar Rupiah terhadap dollar menguat maka biaya impor yang dikeluarkan

mengecil. Selain itu jika harga bawang merah impor jauh lebih murah

dibandingkan harga bawang merah domestik maka akan mengakibatkan

Page 92: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

76

konsumen bawang merah beralih kepada bawang merah impor dan meninggalkan

bawang merah lokal yang harganya lebih mahal.

5.3. Analisis Elastisitas

Analisis elastisitas digunakan untuk mengukur respon atau derajat

kepekaan impor bawang merah di Indonesia terhadap perubahan salah satu faktor

yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini faktor- faktor yang digunakan yaitu

permintaan domestik bawang merah, harga riil bawang merah impor dan nilai

tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika. Berdasarkan model regresi yang sudah

didapat dari perhitungan maka dapat dihitung nilai elastisitas impor bawang

merah di Indonesia.

Tabel 15. Nilai Elastisitas Impor Bawang Merah di Indonesia

Variabel Bebas Nilai Elastisitas Jenis Elastisitas

Permintaan Domestik Bawang

Merah (Ton) 1,776 Elastis

Harga Riil Bawang Merah

Impor (Rp/kg) 0,580 Inelastis

Nilai Tukar Riil (Rp/US$) 2,350 Elastis

Sumber : Data sekunder (diolah).

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel permintaan domestik bawang

merah dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika bersifat elastis,

sedangkan harga riil bawang merah impor bersifat inelastis. Adapun nilai

elastisitas impor masing- masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Permintaan domestik bawang merah menunjukkan nilai elastisitas sebesar

1,776, artinya permintaan domestik bawang merah bersifat elastis, persentase

Page 93: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

77

perubahan jumlah impor bawang merah di Indonesia lebih besar dibandingkan

persentase perubahan permintaan domestik bawang merah domestik, sehingga

perubahan 1% permintaan domestik bawang merah akan mengakibatkan

perubahan permintaan impor bawang merah sebesar 1,776%.

2. Harga riil bawang merah impor menunjukkan nilai elastisitas sebesar 0,580,

artinya harga riil bawang merah impor bersifat inelastis, persentase perubahan

impor bawang merah di Indonesia lebih kecil dibandingkan persentase

perubahan harga riil bawang merah impor, sehingga perubahan 1% harga riil

bawang merah impor akan mengakibatkan perubahan permintaan impor

bawang merah kurang dari 0,580%.

3. Nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika menunjukkan nilai elastisitas

sebesar 2,350, artinya permintaan domestik bawang merah bersifat elastis,

persentase perubahan jumlah impor bawang merah di Indonesia lebih besar

dibandingkan persentase perubahan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar

Amerika, sehingga perubahan 1% nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar

Amerika akan mengakibatkan perubahan permintaan impor bawang merah

sebesar 2,350 %.

Page 94: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi linier berganda menghasilkan

variabel yang dominan baik dengan nilai koefisien regresi dan uji t, serta nilai

signifikansi yang baik yaitu variabel nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar

Amerika memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap impor bawang

merah Indonesia yang artinya jika terjadi pelemahan nilai tukar riil Rupiah

terhadap Dollar Amerika maka impor bawang merah Indonesia akan menurun.

2. Hasil penelitian berdasarkan hasil analisis elastisitas menyatakan bahwa

variabel impor bawang merah di Indonesia memiliki sifat elastis terhadap

variabel nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika, artinya impor

bawang merah responsif terhadap perubahan nilai tukar riil Rupiah terhadap

Dollar Amerika.

6.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan yaitu :

1. Dalam penelitian ini, dihasilkan variabel nilai tukar riil Rupiah terhadap

Dollar Amerika memiliki pengaruh yang kuat terhadap impor bawang merah

di Indonesia dan impor bawang merah Indonesia responsif terhadap perubahan

nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar Amerika. Diharapkan pemerintah dapat

mementukan kebijakan untuk menghentikan impor bawang merah karena nilai

Page 95: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

79

tukar khususnya Dollar Amerika (US$) akan terus meningkat sehingga negara

Indonesia akan membutuhkan lebih banyak Rupiah untuk mengimpor bawang

merah. Menghentikan impor bawang merah di Indonesia dapat dilakukan

dengan meningkatkan atau mengoptimalkan produksi bawang merah dalam

negeri sehingga dapat mencukupi permintaan domestik bawang merah

domestik, hal ini dapat mengurangi ketergantungan pada impor bawang merah

serta dapat menghemat devisa negara dan meningkatkan kesejahteraan petani

bawang merah di dalam negeri.

2. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel bebas yaitu permintaan

domestik bawang merah, harga riil bawang merah impor dan nilai tukar riil

Rupiah terhadap Dollar Amerika, dan penelitian ini dilakukan pada kurun

waktu empat belas tahun, yaitu pada tahun 2002-2015. Oleh karena itu

diharapkan ada penelitian lanjutan untuk mengembangkan model agar nilai

koefisien determinasi (R2) dapat ditingkatkan.

Page 96: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

DAFTAR PUSTAKA

Ahman, Eeng dan Epi Indriyani. Membina Kompetensi Ekonomi (Bandung:

Grafindo Media Pratama: Bandung, 2007).

Arastika, Gega Indah. Analisis Faktor- faktor yang mempengaruhi Impor Gula di

Indonesia. [Skripsi]. (Jakarta :UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas

Sains dan Teknologi, 2016).

Arifin, Syamsul, Dian Ediana RAE dan Charles P.R. Joseph. Kerjasama

Perdagangan Internasional. (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2004).

Berata, I Komang Oto. Panduan Praktis Ekspor Impor. (Jakarta : Raih Asa Sukses

(Penebar Swadaya Grup), 2014).

Deliarnov. Ilmu Pengetahuan Sosial Ekonomi. (Jakarta : Erlangga,2006).

Dominick, Salvatore. Ekonomi Internasional. Terjemahan oleh Haris Munandar

Ed.5 cetak 1. (Jakarta : Erlangga,1997).

Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. (Semarang

: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006)

Gujarati, Damodar N. Dasar- dasar Ekonometrika Jilid 1. (Jakarta : Erlangga,

2006).

Handayani, Malisa Rachma. Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Impor

Durian di Indonesia [Skripsi]. (Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Sains Dan Teknologi, 2015).

Jaelani. Khasiat Bawang Merah (Yogyakarta : Kasinius, 2007).

Lukman dan Indoyana Nasarudin. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. (Jakarta :

Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007).

Mankiw, N Greeory. Makroekonomi. Terjemahan oleh Fitria Liza dan Imam

Nurmawan Ed.6. (Jakarta : Erlangga, 2006).

Nachrowi, N Djalal, dan Hardius Usman. Penggunaan Teknik Ekonometri.

(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008).

Nawari. Analisis Regresi (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2010).

Pracoyo, Tri Kunawangsih dan Antyo Pracoyo. Aspek Dasar Ekonomi Mikro

(Jakarta : Grasindo , 2006).

Page 97: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

81

Purwanto, Tri. Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor Kacang

Kedelai Nasional Periode 1987-2007 [Skripsi]. (Bogor : Institut Pertanian

Bogor, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, 2009).

Rahayu, Estu Dan Nur Berlian V.A. Mengenal Varietas Unggul Dengan Cara

Budidaya Secara Kontinu “Bawang Merah” (Jakarta: PT Penebar

Swadaya, 2004).

Rasul, Agung Abdul, Nuryadi Wijiharjono dan Tupi Setyowati. Ekonomi Mikro

Ed.2. (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2013).

Raswati., Fitria Dewi. Faktor- faktor yang mempengaruhi impor tekstil dan

produk tekstil (TPT) Indonesia [Skripsi]. (Bogor : Indtitut Pertanian

Bogor, Fakultas Pertanian, 2008).

Singgih, Santoso. Latihan SPSS Statistik Parmetik. (Jakarta : Gramedia, 2000).

Sugiarto, Tedy Herlambang Dkk. Ekonomi Mikro “Sebuah Kajian Komperhensif”

(Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2002).

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung :

Alfabeta, 2009).

Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. (Jakarta : PT. Salemba Empat,

2003).

Sukirno, Sadono. Makroekonomi [Teori Pengantar] Ed.3. (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2004).

Sukirno, Sadono. Makroekonomi Modern [Perkembaangan Pemikiran Dari Klasik

Hingga Keynesian Baru] Ed.1. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

2005).

Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Ilmu Mikroekonomi. (Jakarta : PT. Raja

Grafindo Persada, 2010).

Sunyoto, Danang. Uji KHI Kuadrat dan Regresi untuk Penelitian. (Yogyakarta :

Graha Ilmu, 2010).

Suprayitno, Eko. Ekonomi Mikro Perspektif Islam (Yogyakarta : UIN- Malang

Press, 2008).

Sutedi, Adrian. Hukum Ekspor Impor. (Jakarta : Raih Asa Sukses (Penebar

Swadaya Grup), 2014).

Wahana Computer. Solusi Mudah Dan Cepat Menguasai SPSS 1.0 Untuk

Pengolahan Data Statistik (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2009).

Yuwono, Prapto. Pengantar Ekonometri. (Yogyakarta : CV. Ando Offset, 2005).

Page 98: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

82

Basis Data Kementrian RI. Konsumsi Bawang Merah di Indonesia Tahun 2005-

2014. http://www.pertanian.go.id/, 2 September 2015.

Basis Data Kementrian RI. Produksi Bawang Merah Menurut Provinsi di

Indonesia Tahun 2005-2014. http://www.pertanian.go.id/, 20 September

2015.

Basis Data Kementrian RI. Produksi Bawang Merah Menurut Kabupaten di Jawa

Tengah Tahun 2005-2014. http://www.pertanian.go.id/, 20 September

2015.

Kementrian Perdagangan RI. Harga Rata- rata Bawang Merah Nasional Tahun

2005-2014. http://www.kemendag.go.id/, 2 September 2015. Pk. 15.00

WIB.

Page 99: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

LAMPIRAN

Page 100: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

84

Lampiran 1. Produksi Bawang Merah Menurut Provinsi Tahun 2002-2015 (Ton)

Lokasi 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah %

Aceh 3.995 6.325 7.884 7856 7.494 6.222 5.949 2.868 3.615 2.6 4.385 3.711 6.707 5.738,8 51,407 0,55

Sumatera Utara 25.144 25.431 19.71 9.226 8.666 11.005 12.071 12.655 9.413 12.449 14.156 8.305 7.81 9.970,7 105,756 1,13

Sumatera Barat 10.736 8.157 13.873 19.118 20.037 18.17 20.737 21.985 25.058 32.442 35.838 42.791 61.335 61.567,5 297,511 3,19

Riau 0 0 0 0 0 0 51 0 0 0 0 12 59 140,1 122 0,01

Jambi 1.78 1.466 1.18 1.212 1.621 1.493 2.632 1.813 1.492 7.994 6.85 1.01 4.836 3.936,3 30,953 0,33

Sumatera Selatan 26 18 82 84 45 40 51 17 74 37 18 218 151 582,8 735 0,01

Bengkulu 652 2.089 352 290 443 513 1.08 938 602 506 696 699 460 445 6,227 0,06

Lampung 1.364 715 610 605 162 443 291 300 369 705 416 220 943 1.986,5 4,454 0,05

Kepulauan Bangka Belitung 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 21 0 3 15,2 31 0,01

Kepulauan Riau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,8 0 0

Jawa Barat 0 0 0 118.795 112.964 116.142 116.929 123.587 116.396 101.273 115.896 115.585 130.082 0 1,167,649 12,56

Jawa Tengah 96.619 120.219 121.194 202.692 253.411 268.914 379.903 406.725 506.357 372.256 381.813 419472 519.356 129.147,7 3,710,899 39,91

Daerah Istimewa Yogyakarta 215.601 231.052 230.976 21.444 24.511 15.564 16.996 19.763 19.95 14.407 11.855 9.541 12.36 471.169,1 166,391 1,79

Jawa Timur 27.038 24.81 18.818 233.098 232.953 228.083 181.517 181.49 203.739 198.388 222.862 243.087 293.179 8.798,5 2,218,396 23,86

Banten 223.147 213.818 224.971 218 159 247 158 668 351 421 1.228 1.836 1.675 277.120,9 6,961 0,07

Bali 357 211 222 11.29 9.915 9.668 7.76 11.554 10.981 9.319 8.666 7.977 11,884 686.7 99,017 1,06

Sumber : Basis Data Kementrian Pertanian RI 2016 (diolah).

Page 101: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

85

Lampiran 1. Lanjutan.

Lokasi 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah %

Nusa Tenggara Barat 12.502 12.61 12.697 81.37 85.68 90.18 68.7 133.95 104.32 78.3 100.99 101.6 117.51 10.147,2 962,678 10,35

Nusa Tenggara Timur 91.151 82.84 77.237 3.837 7.142 7.144 15.1 16.602 3.879 2.436 2.061 3.1 2.229 160.201,3 63,567 0,68

Kalimantan Barat 6.524 5.367 5.739 0 5 0 0 0 0 0 0 0 4 2.082,1 9 0,01

Kalimantan Tengah 0 0 0 0 0 129 0 0 0 0 1 56 125 15 311 0,01

Kalimantan Selatan 0 0 0 0 0 5 9 17 0 7 0 53 475 80,1 566 0,01

Kalimantan Timur 120 0 0 64 152 195 158 122 35 15 75 46 388 866,8 1,250 0,01

Sulawesi Utara 114 208 223 2.587 3.332 3.683 3.86 6.918 5.963 5.005 5.301 1.354 1.242 254,6 39,244 0,42

Sulawesi Tengah 0 0 0 2.285 8.659 8.369 5.77 6.49 10.301 10.824 7.272 4.4 6.923 0 71,296 0,77

Sulawesi Selatan 1.506 2.243 2.332 12.08 12.09 10.7 10.5 13.246 23.276 41.71 41.238 44,034 51.728 1.715,5 260,619 2,80

Sulawesi Tenggara 4.911 4.43 5.041 418 578 519 567 657 646 121 200 46 369 8.868,8 4,121 0,04

Gorontalo 41.053 18.3 11.056 374 334 415 307 405 240 172 199 229 122 69.888,6 2,797 0,03

Sulawesi Barat 972 158 309 0 1.334 2.908 240 881 348 280 406 134 542 344,4 7,073 0,08

Maluku 147 332 192 2.079 1.724 595 459 167 398 484 432 470 543 239,9 7,351 0,08

Maluku Utara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 441,5 0 0

Papua Barat 272 524 1.093 421 428 346 494 327 477 107 189 16 6 451,5 2,811 0,03

Papua 0 0 0 946 875 870 932 787 499 680 943 620 718 391,8 7,870 0,08

Sumber : Basis Data Kementrian Pertanian RI 2016 (diolah).

Page 102: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

86

Lampiran 2. Produksi Bawang Merah Menurut Kabupaten di Jawa Tengah pada Tahun 2002-2015 (Ton)

Lokasi 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah (%)

Kab. Cilacap 6 0 0 0 294 0 6 16 0 0 3 0 11 0 319 0,01

Kab. Banyumas 117 55 0 100 0 70 176 7 4 0 22 15 42 126.3 394 0,01

Kab. Purbalingga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kab. Banjarnegara 0 0 0 0 16 0 0 0 0 0 1 0 0 0 17 0,01

Kab. Kebumen 0 3 0 0 0 37 72 8 0 0 4 4 4 15.9 125 0,01

Kab. Purworejo 0 37 0 13 7 0 0 0 7 0 0 0 48 4.5 27 0,01

Kab. Wonosobo 0 0 0 0 50 0 0 0 4 0 50 29 36 26.4 133 0,01

Kab. Magelang 237 87 0 67 37.113 132 183 387 246 0 94 103 160 197,9 38.325 1,32

Kab. Boyolali 2.567 1.575 0 4.558 66 3.093 3.772 2.3 5.773 0 3.013 2.279 3.081 10.435,7 24.854 0,86

Kab. Klaten 14 521 0 35 234 187 0 3 0 0 0 15 13 0 474 0,02

Kab. Sukoharjo 0 387 0 109 587 269 15 12 0 0 122 85 459 43,9 1.199 0,04

Kab. Wonogiri 67 92 0 595 896 259 646 302 154 0 206 186 763 1.020,2 3.244 0,11

Kab. Karanganyar 96 1.166 0 631 595 1.084 880 830 820 0 1.409 969 1.583 2.088 7.218 0,25

Kab. Sragen 468 1.034 0 384 1.815 252 182 254 276 0 433 283 921 1.406 3.879 0,13

Kab. Grobogan 1.151 4.401 0 1.079 1.923 1.011 1.593 2.123 2.702 0 1.923 2.913 7.698 5.329,6 15.267 0,53

Kab. Blora 4.199 1.754 0 3.564 1.418 691 729 1.292 1.268 0 770 1.103 892 1.089,7 10.835 0,37

Kab. Rembang 1.326 1.389 0 951 5.41 215 435 608 536 0 525 702 1.283 2.557,8 9.382 0,32

Kab. Pati 1.334 8.97 0 3.764 0 6.533 3.743 10.777 12.018 0 25.997 21.654 23.229 22.100,8 84.486 2,91

Sumber : Basis Data Kementrian Pertanian RI 2016 (diolah).

Page 103: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

87

Lampiran 2. Lanjutan.

Lokasi 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Jumlah (%)

Kab. Kudus 20 85 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 205 160,8 470,8 0,02

Kab. Jepara 14 16 0 5 15.076 14 14 0 12 0 21 0 3 0 15.142 0.52

Kab. Demak 13.693 17.836 0 18 404 13.689 16.053 25.004 28.467 0 39.021 30.816 37.181 48.905,3 171.454 5,91

Kab. Semarang 338 503 0 430 1.777 256 220 197 126 0 185 99 270 67,1 3.29 0,11

Kab.

Temanggung 382 654 0 614 16.218 2.261 1.628 1.801 5.905 0 6.693 6.51 6.311 11.931,1 41.63 1,43

Kab. Kendal 6.027 10.214 0 14.896 192 15.293 18.325 28.608 20.908 0 19.554 20.022 25.425 25.499,3 137.798 4,75

Kab. Batang 306 314 0 124 116 30 33 49 278 0 0 144 200 49.2 774 0,03

Kab.

Pekalongan 9 95 0 76 4,190 241 439 277 51 0 40 8 17 32 5.322 0,18

Kab. Pemalang 6.679 3.664 0 3.715 17.032 2.99 4.149 5.835 3.392 0 4.662 1.965 3.314 3.076,2 43.74 1,51

Kab. Tegal 13.564 15.439 0 10.496 179.228 15.913 12.347 19.033 18.91 0 15.748 22.554 28.212 21.546,4 294.229 10,14

Kab. Brebes 153.964 193.108 0 183.905 0 202.058 310.672 305.707 400.501 0 259 304.757 37.5974 311.296,1 196.66 67,76

Kota Magelang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kota Surakarta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kota Salatiga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kota Semarang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kota

Pekalongan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 0 0

Kota Tegal 3.83 2.39 0 4.427 1.886 2.336 3.593 1.297 4 0 2.317 2.259 2.009 2.144,9 22.115 0,76

Sumber : Basis Data Kementrian Pertanian RI 2016 (diolah).

Page 104: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

88

Lampiran 3. Produksi, Permintaan, Konsumsi, dan Impor Bawang Merah

Indonesia Tahun 2002-2015

Tahun Produksi Permintaan

Konsumsi perkapita

per tahun Impor

(Ton) (Ton) (Ons) (Ton)

2002 776.572 809.502 22,056 32.930

2003 762.795 804.802 22,265 42.007

2004 757.399 806.329 21,952 48.930

2005 732.610 785.681 23,673 53.071

2006 794.931 873.393 20,857 78.462

2007 802.810 910.459 30,139 107.649

2008 853.615 981.630 27,427 128.015

2009 965.164 1.028.919 25,237 63.755

2010 1.048.934 1.119.507 25,289 70.573

2011 893.124 1.049.505 23,621 156.381

2012 964.195 1.059.351 27,636 95.156

2013 1.010.773 1.104.510 20,649 93.737

2014 1.233.984 1.308.887 24,872 74.903

2015 1.229.189 1.281.390 27,114 52.201

Sumber : Basis Data Kementrian Pertanian RI dan BPS 2016 (diolah).

Page 105: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

89

Lampiran 4. Data Penelitian Faktor- faktor yang Mempengaruhi Impor Bawang

Merah di Indonesia

Tahun Impor (Ton)

Permintaan

Domestik Bawang

Merah (Ton)

Harga Riil

Bawang

Merah

Impor

(Rp/kg)

Nilai Tukar

Riil (Rp/US$)

2002 32.930 809.502 2.564 5.098

2003 42.007 804.802 2.525 6.380

2004 48.930 806.329 2.601 7.279

2005 53.071 785.681 2.400 9.750

2006 78.462 873.393 3.224 9.141

2007 107.649 910.459 3.371 9.142

2008 128.015 981.630 4.476 9.771

2009 63.755 1.028.919 4.042 10.356

2010 70.573 1.119.507 4.844 9.078

2011 156.381 1.049.505 4.743 8.773

2012 95.156 1.059.351 3.435 9.418

2013 93.737 1.104.510 8.040 10.562

2014 74.903 1.308.887 12.344 11.884

2015 52.201 1.281.390 3.962 13.457 Sumber : Basis Data Kementrian Pertanian RI dan BPS 2016 (diolah).

Page 106: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

90

Lampiran 5. Hasil Regresi Linear Berganda Faktor- faktor yang Mempengaruhi

Impor Bawang Merah di Indonesia

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Impor (Ton) 65848.433 50533.1268 14

Permintaan Domestik Bawang Merah (Ton) 988511.571 176377.3450 14

Harga Riil Bawang Merah Impor (Rp/kg) 4469.357 2695.0942 14

Nilai Tukar Riil (Rp/US$)

8577.786 2275.3925 14

Page 107: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

91

Lampiran 5. Lanjutan.

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 18474855901.634 3 6158285300.545 4.183 .037b

Residual 14721903816.471 10 1472190381.647

Total 33196759718.104 13

a. Dependent Variable: Impor (Ton)

b. Predictors: (Constant), Nilai Tukar Riil (Rp/US$), Permintaan Bawang Merah (Ton), Harga Riil Bawang Merah Impor (Rp/kg)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficients

T Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero-

order Partial Part

Toleranc

e VIF

1 (Constant) 196451.3

15

100393.93

4

1.957 .079

Permintaan Domestk

Bawang Merah (Ton) .140 .097 .489 1.438 .181 .247 .414 .303 .384 2.604

Harga Riil Bawang Merah

Impor (Rp/kg) -10.180 7.513 -.543 -1.355 .205 .307 -.394 -.285 .276 3.620

Nilai Tukar Riil (Rp/US$) -19.749 6.122 -.889 -3.226 .009 .677 -.714 -.679 .584 1.714

a. Dependent Variable: Impor (Ton)

Page 108: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

92

Lampiran 5. Lanjutan,

Collinearity Diagnosticsa

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant)

Permintaan Domestik

Bawang Merah (Ton)

Harga Riil

Bawang Merah

Impor (Rp/kg)

Nilai Tukar Riil

(Rp/US$)

1 1

3.802 1.000 .00 .00 .00 .00

2 .152 5.004 .02 .00 .33 .01

3 .041 9.673 .01 .08 .01 .58

4 .005 27.394 .97 .92 .66 .41

a. Dependent Variable: Impor (Ton)

Page 109: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

93

Lampiran 6. Perhitungan Elastisitas Impor

A. Rumus Elastisitas

Keterangan :

Ep = Elastisitas impor bawang merah di Indonesia

bx = Koefisien regresi

x = Rata- rata variabel bebas (independent variable)

y = Rata- rata variabel terikat (dependent variable)

B. Kriteria Elastisitas

1. Elastis (Ep > 1)

2. Inelastis (Ep < 1)

3. Elastisitas satuan atau Elastisitas Uniter (Ep = 1)

4. Elastis Sempurna (Ed = 0)

5. Inelastis Sempurna (Ed = ~)

C. Perhitungan Elastisitas Impor Bawang Merah

1. Permintaan Domestik Bawang Merah,

( )

(Elastis)

Page 110: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

94

2. Harga Riil Bawang Merah Impor

( )

(Inelastis)

3. Nilai Tukar Riil Rupiah Terhadap Dollar Amerika

( )

(Elastis)

Page 111: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

95

Lampiran 7. Kesepakatan Indonesia-India FTA

Sulitnya mencapai konsensus dalam liberalisasi perdagangan di forum

multilateral dan regional, akibat banyaknya negara yang terlibat dengan berbagai

kepentingan dan kebutuhan yang tidak dapat terukur dan tidak optimal, telah

menyebabkan banyak negara membuat integrasi perdagangan. Perjanjian

Perdagangan Bebas (Free Trade Agreements/FTA) merupakan salah satu mekanisme

untuk membuka pasar luar negeri bagi ekspor Indonesia dan perkembangannya

diharapkan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Hal ini terjadi karena kesepakatan/persetujuan bilateral relatif lebih mudah,

fleksibel dan cepat dilakukan. FTA dilaksanakan dengan tujuan untuk

melonggarkan syarat persaingan perdagangan dan merendahkan harga barang, serta

dapat mewujudkan keseragaman peraturan dalam kerjasama perdagangan dua

negara, sehingga dapat meningkatkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara

anggota yang terlibat. Kinerja perdagangan Indonesia akan lebih baik seandainya

kesepakatan multilateral dan regional berjalan sesuai dengan yang direncanakan.

Salah satu FTA yang dilakukan oleh Indonesia adalah kerjasama

perdagangan Indonesia-India. Hal ini dilakukan mengingat India menempati urutan

ke-11 sebagai negara tujuan ekspor produk nonmigas Indonesia dengan nilai US$

1,05 milyar pada 2000 dan menjadi urutan ke-4 dengan nilai US$ 13,42 milyar pada

2011, atau meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 22,17% per tahun. Pada tahun

2000, India merupakan negara asal impor produk non migas Indonesia peringkat

ke-14 dengan nilai hanya US$ 440,30 juta naik menjadi peringkat ke-10 pada 2011,

dengan nilai sebesar US$ 4,02 milyar, atau meningkat dengan rata-rata

pertumbuhan sebesar 18,5% per tahun selama 2000-2011. India dengan penduduk

terbesar kedua di dunia ini merupakan pasar yang potensial untuk dikembangkan,

karena selain potensi konsumsinya yang besar, juga standar kualitas yang

diterapkan tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Oleh karena itu, pasar India relatif

lebih mudah ditembus dibandingkan dengan negara-negara maju yang cenderung

memiliki hambatan non tarif yang lebih banyak dan beragam.

Page 112: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

96

Dengan diberlakukannya perdagangan bebas antara Indonesia dan India

maka dari sisi Indonesia, hal ini akan mengakibatkan tidak hanya peningkatan

potensi pasar ekspor bagi komoditas-komoditas pertanian Indonesia ke India, tetapi

juga pada waktu yang bersamaan, ancaman dari komoditi pertanian India terhadap

komoditi pertanian Indonesia akan menurun. Namun demikian, perdagangan antara

Indonesia dan India sangat menjanjikan mengingat keduanya mempunyai penduduk

yang besar, pertumbuhan ekonomi tinggi, dan potensi kenaikan pendapatan per

kapita yang tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan konsumsi dari dua

negara tersebut akan memberikan kesinambungan bagi pertumbuhan ekonomi

masing-masing.

Free Trade Area (FTA) adalah kerjasama formal antara dua atau lebih

negara untuk mengurangi hambatan tarif dan non tarif diantara negara anggota.

Akan tetapi masing-masing negara anggota bebas menentukan tingkat tariff

individu dengan negara yang bukan anggota. FTA adalah salah satu bentuk reaksi

adanya globalisasi dan liberalisasi yang berimplikasi pada pengurangan dan

penghapusan berbagai hambatan dalam kegiatan perdagangan baik hambatan tarif

(tariff-barrier) maupun hambatan non tarif (non-tariff barier=NTB).

Negara-negara yang terlibat FTA memperdagangkan produk-produk orisinal

dari negara-negara terkait dan tidak dipungut bea masuk atau bebas bea masuk.

Dengan kata lain, “internal tariff” antara negara anggota menjadi 0 persen,

sedangkan masing-masing negara memiliki “external tariff”. Dampak dibukanya

perdagangan bebas tidak hanya akan dirasakan oleh ekonomi negara-negara yang

bermitra, namun juga akan dirasakan oleh perekonomian dunia secara keseluruhan.

Secara global, FTA mengakibatkan kesejahteraan dunia menurun, karena FTA akan

mengintervensi dan mendistorsi pasar dunia.

Page 113: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

97

Lampiran 8. Indeks Harga Konsumen Indonesia (2007=100)

Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

IHK 62,34 65,49 69,69 81,61 92,39 98,57 109,61 115,06 120,97 127,44 132,90 142,18 154,09 159,25

Sumber : Badan Pusat Statistik 2016 (diolah).

a. Cara mendapatkan nilai IHK pada waktu sebelumnya (teknik tarik maju)

( )

IHK t = Indeks Harga Konsumen (IHK) pada waktu t

IHK t-1 = Indeks Harga Konsumen (IHK) pada waktu t-1

Inflasi t = Inflasi pada waktu t

b. Cara mendapatkan nilai IHK pada waktu sebelumnya (teknik tarik mundur)

( )

IHK t = Indeks Harga Konsumen (IHK) pada waktu t

IHK t-1 = Indeks Harga Konsumen (IHK) pada waktu t-1

Inflasi t = Inflasi pada waktu t

Keterangan : Perhitungan IHK mengunakan teknik tarik mundur dari tahun 2008 hingga tahun 2002, dan menggunakan

teknik tarik maju dari tahun 2014 hingga tahun 2015.

Page 114: FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BAWANG

92