faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras di sumatera

73
ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DI SUMATERA UTARA TESIS Oleh: HASMAN HASYIM 057018009 S E K O L A H P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 7 Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Upload: vuongtram

Post on 25-Jan-2017

228 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN

BERAS DI SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh:

HASMAN HASYIM 057018009

S E K O L A H P A S C A S A R J A N A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 7

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 2: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN

BERAS DI SUMATERA UTARA

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Megister Sains dalam program studi Ekonomi Pembangunan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh :

Hasman Hasyim 057018009/EP

S E K O L A H P A S C A S A R J A N A UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 3: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Judul Penelitian : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN

BERAS DI SUMATERAUTARA

Nama Mahasiswa : Hasman Hasyim

Nomor Pokok : 057018009

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

Drs. Iskandar Syarief, MA Dr. Sya,ad Afifuddin, SE. M.Ec Anggota Ketua Ketua Program Studi Direktur Dr. Murni Daulay, SE. M.Si Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc Tanggal Lulus 3 Juli 2007

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 4: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Telah di uji pada Tanggal : 3 Juli 2007 PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Sya ,ad Afifuddin, SE, M.Ec

Anggota : 1. Drs.Iskandar Syarief, MA

2. Dr. Murni Daulay. SE. M.Si

3. Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.S

4. Drs. Rujiman. MA

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 5: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Allah memberikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang dikehendakiNya, barang siapa mendapatkan hikmah itu, sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak, dan tiadalah yang menerima peringatan, melainkan orang orang yang berakal ( Al Baqarah : 269 )

Kupersembahkan buat :

Kedua orang tuaku Alm Bgd. H. Hasyim Zakaria Piliang dan

Alm Puteri Hj. Syarifah Aziz, Mdl.

Isteriku tercinta: Hj. Sri Sofiani Eba B.Sc.

Anak anakku tersayang :

Haryati Eka Puteri Hasman SP. Haryadi Dwi Putera Hasman

Haryani Tri Puteri Hasman Haryaji Catur Putera Hasman

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 6: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

ABSTRAK

Hasman Hasyim. Nomor Pokok 057018009/EP. Analisis Faktor Faktor Yang Menpengaruhi Ketersediaan Beras Di Sumatera Utara (Dr. Sya,ad Afifuddin, SE, M.Ec, selaku ketua pembimbing dan Drs. Iskandar Syarief, MA, selaku anggota pembimbing)

Penelitian bertujuan Untuk mengetahui pengaruh luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya terhadap ketersediaan beras di Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series) mulai tahun 1987 hingga 2006. Dalam penelitian ini, analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Alat bantu dalam mengolah data sekunder ini adalah Program Eviews versi 4.1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil estimasi dapat diperoleh

nilai koefisen determinasi (R2) sebesar 0.993 yang berarti bahwa variasi yang terjadi pada luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya dapat menjelaskan ketersediaan beras sebesar 99,3 % Secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel bebas yaitu luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap ketersediaan beras Secara parsial variabel luas panen dan variabel harga beras memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap ketersediaan beras sedangkan kedua variabel yaitu harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap ketersediaan beras.

Kata kunci : Ketersediaan beras, luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 7: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

ABSTRACT

Hasman Hasyim. Reg. Number Study. 057018009. The Analysis of Factors Influence on the Availability of Rice In Sumatera Utara (Dr. Syaad Afiruddin, SE, M.Ec, as Chairman and Drs. Iskandar Syarief, MA, as Member of the Advisory Committee).

The objective of this research is to know the influence of various factors,

namely, the acre of crop, rice price, maize price and availability of rice in the previous year, to the availability of rice in Sumatera Utara. Data used in this research is secondary data in the form of time series of 1987 - 2006. The method used is Ordinary Least Square (OLS). Data is processed by the Eviews Program version of 4.1.

The coefficient of determination (R2) - 0.993 result indicates that 99,3 %

of the availability of rice variation can be explained by the variation of acre crop, rice price, maize price and availability of rice in the previous year. Simultaneously, all of these variables significantly influence on the availability of rice. Partially, the acre crop, rice price very significantly influence, while maize price and availability of rice in the previous year are not significant to the availability of rice.

Key words : Availability of rice, acre crop, rice price, maize price and

availability of rice year before.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 8: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah

serta limpahan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul :

Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras Di Sumatera

Utara. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan tesis ini tidak

akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta kritikan

membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam kesempatan ini

dengan setulus hati, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih dan

penghargaan yang setinggi tingginya kepada :

1. Prof. dr Chairuddin P. Lubis. DTM &H. Sp. A.(k), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan memberi kesempatan,

fasilitas dan materi kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah berkenan memberi

Kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Murni Daulay, SE. M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Sya,ad Afifuddin, SE, M.Ec, selaku ketua pembimbing yang dengan

penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan arahan dan saran

kepada penulis sehingga bisa dapat diselesaikan tesis ini dengan baik.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 9: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

5. Drs. Iskandar Syarief, MA, selaku anggota pembimbing dengan penuh

perha-tian telah memberikan dorongan, semangat, kritikan baik isi maupun

redaksi-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

6. Para Dosen pengasuh mata kuliah pada program studi ekonomi

pembangunan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang

tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu penulis

dalam menyelesaikan kuliah dan tesis ini.

7. Seluruh staf administrasi dan pegawai program studi Ekonomi

Pembangunan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

8. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution M.Sc. PhD, selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang memberikan izin, dorongan

dan semangat kepada penulis sampai diselesaikannya tesis ini

9. Ibu Ir. Lily Fauzia M.Si. selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, yang memberikan

dorongan moril dan semangat kepada penulis sampai diselesaikannya tesis

ini

10. Bapak Ir. Bintara Taher M.Si, selaku Kepala Dinas Pertanian Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara, dimana dalam menyelesaikan tesis banyak

membantu memberikan data sekunder yang dibutuhkan pernulis

11. Kepada orang tua yang kucintai Bapanda almarhum Bgd. H. Hasyim

Zakaria Piliang dan ibunda almarhum Puteri Hj. Syarifah Aziz, Mdl.

kakanda almarhum Bgd. H. Hasymi Hasyim. Mdl,SE. Ak, Bgd. H. Haslim

Hasyim Mdl, SH, Ir. Bgd. H. Hasmawi Hasyim Mdl, MS, Dra. Hj Hasmah

Hasyim, Mdl, almarhum dr. Bgd. Hasrul Hasyim, Mdl, Dra Hasnani

Hasyim, Mdl, Hj. Hasnah Hasyim Mdl, SH. SPN, Dra Hasnifah

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 10: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Hasyim, Mdl, Hasmidah Hasyim Mdl, SH. SPN dan Dra Hasmawaty

Hasyim Mdl. Atas segala keikhlasannya dalam dukungan yang senantiasa

mendoakan dan memberikan dorongan semangat, perhatian dalam

mengikuti pendidikan sampai selesainya tesis ini pada Program Studi

Ekonomi Pembangunan di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara

12. Kepada isteri tercinta Hj. Sri Sofiani Eba B.Sc dan anak anak yang

kusayangi Haryati Eka Puteri Hasman SP, Haryadi Dwi Putera Hasman,

Haryani Tri Puteri Hasman dan Haryaji Catur Putera Hasman, yang telah

memberikan dukungan, dorongan, motivasi, semangat, pengorbanan dan

membantu serta mendampingi dengan setia sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Akhirnya penulis mendoakan kiranya Allah SWT menerima seluruh amal dan

ibadah mereka dengan membalas budi baik mereka dengan pahala berlipat ganda

semoga segala usaha dan niat baik yang telah kita lakukan mendapat ridha Allah

SWT. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi

maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima kritik,

saran dan masukan semua pihak. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini

bermanfaat bagi kita semua . Amin ya rabbal alamin.

Medan 6 Juni 2007

Penulis

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 11: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Keterangan Perorangan Nama lengkap : Ir. Bgd. H. Hasman Hasyim Mdl. M.Si NIP : 130 936 323 Pangkat dan golongan ruang : Pembina Utama Muda / IV C Jabatan : Lektor Kepala Pekerjaan : Staf Pengajar Departemen SEP FP USU Tempat lahir / tanggal lahir : Medan 11 Nopember 1954 Jenis kelamin : Pria Agama : Islam Alamat : Jl. Flamboyan VI no 8 Komp. IKIP kelurahan Tj.

Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan 20134 Kota Madya Medan, Sumatera Utara

Status perkawinan : Kawin Keterangan Pendidikan

1. Sekolah Dasar Katlia Medan Lulus Tahun 1968 2. Sekolah Menengah Pertama Negeri XI Medan Lulus Tahun 1970 3. Sekolah Menengah Atas Negeri VI Medan Lulus Tahun 1973 Jurusan Pal 4. Fakultas Pertanian USU Sarjana Muda Lengkap (B.Sc) Lulus Tahun 1977 Jurusan Produksi Perkebunan 5. Fakultas Pertanian USU Sarjana Lengkap (Ir) Lulus Tahun 1981 Jurusan Pemuliaan Tanaman 6. Sekolah Pascasarjana USU Megister Lulus Tahun 2007 Program Studi Ekonomi Pembangunan

Keterangan Pekerjaan

1. Pengatur muda tk I gol IIb pelaksana, Fakultas Pertanian USU terhitung. 1-3-1981 s/d 1-10-1982 SK. No.56/24/C0/3/81 tanggal 18-6-1981

2. Pembina Utama Muda IVc. lektor kepala, Fakultas Pertanian USU, terhitung 1-10-2005 s/d sekarang, SK. No. 23/k. tahun 2006, tanggal 11-4-2006

3. Pekerjaan proyek pengembangan perk Inti dan perk.rakyat (Nes) II Air Molek terhitung Januari s/d Maret 1983 SK. 04.7/ket/31/1984, tanggal 6 -7-1984

4. Staf ahli lembaga studi bidang penelitian dan teknik pertanian terhitung Desember1981 s/d 1985, Sk. No. 04/B/AP/3/82 tanggal 1-3-1982

5. Kepala SMA Ade Irma Nasution terhitung Januari s/d Desember 1988 Sk No. 176/P.4PP- RAISN/1988, tanggal 1-1-1988

6. Dosen Fak. Pertanian UMSU terhitung 21-12-88 s/d Juli 1990, SK. No. 15994/PT05/H.1/C.88. tanggal 21-12-1988

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 12: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

7. Dosen Fak. Pertanian UMA terhitung 21-12-91 s/d Juni 1994, SK. No. 1156/A/BAU/02/91. tanggal 21-2-1991

8. Dosen Fak. Pertanian Univ. Al Azhar terhitung 4-3-92 s/d Juni 1996, SK. No. 202/UAA/H.FP/C. 92. tanggal 4-3-1992

9. Dosen Fak. Pertanian UPMI terhitung Agustus 1991 s/d Januari 2002, SK. No. 04/02.B/UPMI/II/93. tanggal 10-2-1993

10. Dosen Akademi Penyuluhan Pertanian terhitung 20-2-1995 s/d Januari 1998, SK. No Dl.210/252. a./SK/II/95. tanggal 15-2-1995

11. Ketua Koperasi Sejahtera Fak.Pertanian USU.terhitung 1994s/d 1996 12. Ketua Tim Kerja Sama terhitung 18-2-2002 s/d 5-6-2002 SK.Rektor USU

No.182/905/SK/KP/2002 tanggal 18-2-2002 Keterangan Tanda Jasa/Penghargaan Penghargaan Satya Lencana Karya Satya X tahun Jakarta tanggal 30-4-1998 oleh Presiden Republik Indonesia Suharto Penghargaan Satya Lencana Karya Satya X X tahun Jakarta tanggal 24-4-2007 oleh Presiden Republik Indonesia DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono Keterangan Penataran/kursus

1. Short Course Extension Methodology tanggal 20 Juli s/d 10 Agustus 1983 Piagam 1983. BKSB Unri Pakan Baru

2. Kursus Penyegar Exploitasi Karet tanggal 17 s/d 22 Oktober 1983 Sertifikat 1983. LPP. Medan

3. Penataran Program NKK Dalam Rangka Peningkatan Masyarakat Akedemik tanggal 28 Nopember s/d 9 Desember 1983. Sertifikat 1983. USU Medan

4. Penataran P 4. Type A. Angkatan Gabungan II. Tanggal 28 Nopember s/d 15 Desember 1984. Piagam 1984 BP7 Tingkat I Sumut Medan

5. Penataran Penelitian Tingkat Madya Dalam Bidang Ilmu Ilmu Alamiah tanggal 16 Juli 1984 s/d 9 Januari 1985. Sertifikat 1985. Unsri Palembang, Unri Pakan Baru, Unja Jambi, Unila Lampung.

6. Penataran Tenaga Peneliti Tingkat Lanjut tanggal 3 s/d 8 Maret 1986 sertifikat 1986. USU Medan

7. Kursus Intensif Bahasa Inggeris tanggal 13 Oktober s/d 1986 10 Januari 1987 Surat Keterangan 1987. BKSB /Unsri Palembang

8. Kursus Pelatihan Pelatih Manajemen LSM SeSumatera tanggal 7 s/d 19 Desember 1987 Sertifikat 1087. WIM Medan

9. Course Manajemen Agri Business tanggal 11 s/d 30 Januari 1988. Sertifikat 1988 BKSB/ USU Medan

10. Course Advanced Agri Business Manajemen tanggal 23 Januari s/d 11 Februari 1989 Sertifikat 1989. BKSB/ Unila Lampung

11. Program Studi Dan Latihan Demografi Bagi Staf Peneliti /Staf Pengajar Perguruan Tinggi tanggal 13 Mei s/d 5 September 1990 Sertifikat 1990 LD FE UI. Jakarta

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 13: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

12. Penataran Teknik Evaluasi Pendidikan Bagi Dosen Penguji Ujian Negara Cicilan Kopertis Wilayah I, tanggal 29 s/d 30 Juli 1998,. Sertifikat 1998 Kopertis Wilayah I Medan

Keterangan Organisasi Profesi

1. Korps Pegawai Negeri (KORPRI ) Wilayah Sumatera Utara anggota terhitung dari thn 1981 s/d sekarang

Ketua Drs. Syarifuddin Harahap 2. Persatuan Insinyur Indonesia ( PII ) Cabang Sumatera Utara Pengurus

sekretaris III/Departemen Pengkajian IPTEK terhitung dari thn 1994 s/d 1999

Ketua Ir.D.Bangun 3. Perhimpunan ekonomi Pertanian (PERHEPI) Daerah Sumatera Utara

Bidang Hubungan Kerja Sama dan Publikasi terhitung dari thn 1996 s/d 1999

Ketua Ir. MB. Sirait 4. Himpunan Pengetahuan Ilmu Ilmu Sosial (HIPIIS) daerah Sumatera Utara

Anggota terhitung dari thn 1985 s/d sekarang Ketua DR. Mulyanto Suhardi 5. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Cabang Medan Anggota

terhitung dari thn 2000 s/d sekarang Ketua Drs. HM Soripada Rangkuti SH 6. Ikatan Sarjana Ekonomi (ISEI) Cabang Medan Anggota terhitung dari

Nopember 2006 s/d sekarang Ketua Prof. DR. Hj. Ade Fatma Lubis, MAFIS. MBA.Ak.

Keterangan Keluarga Isteri, Hj. Sri Sofiani Eba B.Sc. lahir di Jakarta 13-4-1960 pekerjaan lbu rumahtangga Anak- anak, 1. Haryati Eka Puteri Hasman SP. Lahir di Medan 23-9-1984 2. Haryadi Dwi Putera Hasman lahir di Jakarta 21-3-1987 Sem. V. Departemen ilmu komunikasi FISIP USU 3. Haryani Tri Puteri Hasman lahir di Jakarta 23-12-1988 Sem. I. Departemen ilmu Manajemen FE USU 4. Haryaji Catur Putera Hasman lahir di Medan 28-2-1992 Kelas X. 2. SMA Negeri 15 Medan

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 14: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................... i

KATA PENGANTAR......................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi

DAFTAR ISI........................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv

BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 7

1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 8

2.1. Teori Penawaran .......................................................................... 8

2.2. Ketersediaan Beras...................................................................... 13

2.3. Luas Lahan................................................................................... 14

2.4. Produktivitas Beras ......................................................................16

2.5 Harga Beras ................................................................................ 21

2.6. Penelitian Sebelumnya................................................................. 24

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 15: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

2.7. Kerangka Berfikir........................................................................ 28

2.8. Hipotesis ...................................................................................... 30

BAB III. METODE PENELITIAN .................................................................. 31

3.1. Ruang Lingkup Penelitian............................................................. 31

3.2. Jenis dan Sumber Data.................................................................. 31

3.3. Model Analisis .............................................................................. 31

3.4. Metode Analisis ............................................................................ 32

3.5. Uji kesesuaian (Test of Goodness of Fit)...................................... 32

3.5.1. Koefisien Determinasi (R2) .................................................32

3.5.2. Uji Serempak (Uji F -statistik) ........................................... 33

3.5.3. Uji Parsial ( Uji t -statistik)................................................. 33

3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik................................................. 33

3.6.1. Uji Normalitas ................................................................... 34

3.6.2. Uji Linieritas ...................................................................... 34

3.6.3. Uji Multikolinearitas ........................................................ 35

3.6.4. Uji Autokorelasi ............................................................... 35

3.7. Batasan Operasional ..................................................................... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 38

4.1. Analisis Perkembangan Luas Panen, Harga Beras, Harga Jagung

Dan Ketersediaan Beras Tahun 1987-2006 ................................. 38

4.2. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras...............40

4.3. Uji kesesuaian (Test of Goodness of Fit)....................................... 41

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 16: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

4.3.1. koefisien Determinasi (R2)................................................. 41

4.3.2. Uji Serempak ( Uji F -statistik). ........................................ 41

4.3.3. Uji Parsial ( Uji t -statistik). ............................................... 42

4.4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik.............................................. 44

4.4.1. Uji Normalitas .................................................................... 45

4.4.2. Uji Linieritas ..................................................................... 45

4.4.3. Uji Multikolinearitas ......................................................... 46

4.4.4. Uji Autokorelasi ..............................................................47

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 48

5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 48

5.2. Saran ................................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 49

LAMPIRAN......................................................................................................... 52

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 17: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Perkembangan Luas Panen, Harga Beras, Harga Jagung dan

Ketersediaan Beras Tahun 1987-2006 di Sumatera Utara ........................ 38

4.6.2. Hasil Uji Linieritas Ketersediaan Beras.................................................... 45

4.6.3. Hasil Uji Multikolinearitas Ketersediaan Beras........................................ 46

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 18: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Kurva Penawaran Produsen ............................................................. 9

2.2. Gerakan Sepanjang Kurva Penawaran dan Pergeseran

Kurva Penawaran................................................................................ 12

2.3. Skema Kerangka Berfikir, Analisis Faktor Faktor Yang

Mempengaruhi Ketersediaan Beras Di Sumatera Utara ..................... 29

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 19: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Penggunaan Produksi Gabah Kering Giling yang Akan Diolah

Menjadi Bibit, Pakan Ternak, Bahan Baku Industrl Bukan

Makanan, Susut, Limbah Produksi beras dan ketersediaan Beras

Tahun 1987-2006 .......................................................................................... 52

2. Hasil Regresi OLS Ketersediaan Beras di Sumatera Utara setelah dilag ..... 53

3. Hasil Uji Normalitas Ketersediaan Beras di Sumatera Utara...................... 54

4. Hasil Uji Linieritas Ketersediaan Beras di Sumatera Utara.......................... 55

5 Hasil Uji Multikolinearitas Untuk Variabel Luas Panen di Sumatera Utara.. 56

6. Hasil Uji Multikolinearitas Untuk Variabel Harga Beras di Sumatera Utara.. 57

7. Hasil Uji Multikolinearitas Untuk Variabel Harga Jagung di Sumatera Utara.58

8. Hasil Uji Multikolinearitas Untuk Variabel Ketersediaan Beras Tahun

Sebelumnya di Sumatera Utara.................................................................... 59

9. Hasil Uji Autokorelasi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara.................... 60

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 20: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang akan menghadapi

masalah pertanian, khususnya masalah pangan beras. Dimana pada tahun 1984-

1986 pernah menjadi swasembada beras, sekarang menjadi negara pengimpor

beras, sebab produksi beras dalam negeri tidak cukup mengatasi kebutuhan

konsumsi penduduk, dalam hal ini sangat lambat untuk meningkatkan produksi

dan produktivitas tanaman padi sedangkan laju pertumbuhan penduduk terus

meningkat.

Pembangunan pertanian tanaman pangan khususnya pangan beras adalah

untuk meningkatkan produksi dan produktivitas melalui peningkatan tersebut juga

ditingkatkan kualitas, agar pangan beras yang dimakan rasanya lebih enak, polen,

bergizi dan harum baunya. Sektor pertanian mampu memberikan pemulihan

dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi dan daya ransang petani untuk

berusahatani juga tinggi.dimana petani mempunyai potensi besar untuk berperan

sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional.

Ketahanan pangan suatu negara dikatakan baik jika semua penduduk

disuatu negara setiap saat dapat memiliki akses terhadap makanan dalam volume

dan mutu yang sesuai bagi suatu kehidupan yang produktif dan sehat. Akses

setiap individu terhadap pangan yang cukup merupakan hak azasi manusia yang

berlaku secara universal. Oleh sebab itu, sampai sejauh mana suatau negara

menghormati hak asasi warganya yang dapat diukur dari ketahanan pangan yang

dimilikinya, bahkan ketahanan pangan dijadikan salah satu indikator penting bagi

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 21: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

keberhasilan pembangunan nasional, disamping indikator pertumbuhan ekonomi

dan pemerataan pendapatan (Saragih, 2001).

Pangan beras mempunyai peran yang sangat strategis dalam pemantapan

ketahanan pangan, ketahanan ekonomi dan stabilitas politik nasional, dalam hal

ini perlu ditingkatkan pembangunannya, strategi pembangunan tanaman pangan

beras yang ditempuh selama ini adalah pembangunan irigasi teknis, penggunaan

varietas unggul, pemupukan yang intensif, pemberantasan hama & penyakit dan

pasca panen.

Tujuannya adalah :

1. Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

2. Untuk mengatasi kekurangan pangan beras pada masyarakat

3. Untuk menstabilkan harga pangan beras di pasar.

Undang-undang no 7 tahun 1996 tentang pangan mengamanatkan, bahwa

pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab mewujudkan ketahanan.

pangan pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian dan

pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah dan mutunya,

aman, bergizi, beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Selanjutnya masyarakat berperan dalam menyelenggarakan produksi dan

penyediaan, perdagangan dan distribusi serta sebagai konsumen yang berhak

memperoleh pangan yang aman dan bergizi (Lubis, 2005).

Kini persoalannya harus dikembalikan kepada kebijakan dasar pemerintah

tentang pangan khususnya dan pertanian umumnya. Jika kita ingin menjadi

bangsa yang mandiri, kita harus meningkatkan produksi beras agar bisa

berswasembada. Dalam kemandirian pangan ada kebijakan jangka pendek,

jangka menengah dan jangka panjang yang secara sistematis harus dilakukan

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 22: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

pemerintah pusat. Untuk meningkatkan produksi beras, usahatani beras harus

menguntungkan jika tidak menguntungkan maka tidak ada insentif bagi petani

untuk berproduksi beras (Sugema, 2006).

Indonesia berpotensi kehilangan produksi gabah kering giling sebesar

14.26 juta ton atau lebih dari 10 juta ton beras. Kemungkinan terjadi karena

pemerintah daerah telah mengajukan permohonan alih fungsi lahan sawah ke

Badah Pertanahan Nasional seluas 3.099 juta hektar pada tahun 2004. Konversi

lahan sawah secara besar besaran sebagian besar telah disetujui oleh DPRD

setempat dalam bentuk peraturan daerah. Hingga saat ini konversi lahan yang

direncanakan terus dilakukan. Lahan sawah yang rata rata berkualitas baik

dikonversi untuk membangun pusat perbelanjaan, pusat perkantoran, industri,

infrastruktur jalan, real estate, hingga lahan kuburan (Kompas, 9 April 2007).

Ancaman penurunan produksi padi di Indonesia semakin serius karena

petani mulai meninggalkan tanaman kebutuhan pokok, mereka beralih ketanaman

perkebunan kelapa dan kelapa sawit. Keinginan petani mengkonversikan lahan

sawah menjadi lahan perkebunan sulit dibendung karena lebih menjanjikan

pendapatan yang lebih tinggi (Hadi, 2004).

Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai sumber daya alam yang cukup

potensial, sudah sewajarnya harus mampu mencukupi kebutuhan pangan bagi

penduduknya, karena pangan mempengaruhi kebutuhan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya dan hankam.

Ketersediaan pangan beras secara umum bersumber dari produksi lokal, pasokan

dari luar provinsi, luar negeri (impor) serta dukungan stok/cadangan, kesemuanya

itu telah mampu memenuhi kebutuhan masyarakat (Lubis, 2005).

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 23: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Keputusan pemerintah mengimpor beras dengan alasan menekan harga

beras dan mengamankan stok nasional merupakan langkah yang kurang tepat

karena naiknya harga beras bukan disebabkan oleh persediaan yang menipis,

kenaikan itu justru disebabkan oleh melonjaknya ongkos produksi akibat naiknya

harga bahan bakar minyak (Kompas, 11 Januari 2006)

Sumatera Utara saat ini sudah mengimpor beras sebesar 14 000 ton dari

rencana secara nasional 70 050 ton dari negara Vietnam, Beras impor Bulog tidak

untuk dipasarkan, melainkan murni sebagai penyangga stok nasional, beras yang

ditangani bulog untuk cadangan nasional Sumut seperti terjadi bencana alam dan

beras miskin (raskin). Jadi asumsi masyarakat selama ini beras impor bulog

mengganggu petani dan pemasaran hal ini tidak benar, malahan bulog sendiri siap

membeli gabah petani kalau harganya jatuh di pasaran. Saat ini harga gabah

kering panen (GKP) lebih tinggi yakni Rp 1 500 - Rp 1 600 per kg sementara

harga penetapan pemerintah (HPP) Rp 1 330 per kg, maka bulog tidak

membelinya karena harga dipasaran lebih tinggi (Waspada, 2 Desember 2005).

Di Indonesia memang ada kecenderungan kuat sektor pertanian selalu

dituntut menyediakan beras dengan harga murah untuk mengamankan variabel

variabel makro (inflasi, pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan harga). Sektor

pertanian juga dituntut mendukung sektor industri dengan menyediakan beras

murah bagi para pekerja kota. Perlakuan ini tak lepas dari posisi strategis beras.

Saat ini 96 % penduduk negeri ini bergantung pada beras (Khudori, 2006).

Kebijakan stabilitas yang pernah dilaksanakan Indonesia dan banyak

negara berkembang lainnya dengan tujuan menjaga stabilitas harga pangan pokok,

mengurangi tingkat fluktuasi harga agar tidak terlalu besar dan mengurangi

disparitas harga yang terlalu lebar. Sejak tahun 1998 atau era dominasi IMF,

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 24: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Indonesia telah memperoleh tekanan untuk tidak lagi menggunakan instrumen

kebijakan“harga dasar” Indonesia berupaya menghadapi tekanan itu dengan masih

mempertahankannya dalam kebijakan perberasan pada inpres no 32/1998

(Arifin, 2006)

Untuk menjaga harga beras tetap terkendali produksi nasional harus tetap

seimbang dengan konsumsi nasional. Terjadinya peningkatan impor hanya akan

memicu kenaikan harga beras internasional, karena itu dalam jangka panjang

semakin besar ketergantungan terhadap impor semakin tidak terjamin pasokan

beras secara murah. Indonesia adalah net importer beras dalam pasar dunia,

intinya kebijakan impor hanya relevan untuk mengendalikan harga dalam jangka

pendek tetapi amatriskan dalam jangka panjang (Sugema, 2006)

Dalam inpres no 9/2002 istilah “harga dasar” disandingkan dan

“dikaburkan” dengan istilah harga dasar pembelian pemerintah (HDPP) yang

tentu saja tidak terlalu memiliki konsekuensi kewajiban pemerintah untuk

mengamankannya ”harga dasar“ akhirnya sama sekali hilang dalam inpres no

2/2005 karena telah berganti dengan istilah “harga pembelian pemerintah“

(HPP). Kebijakan terbaru inpres no 15/2005 hanya menyebut secara implisit

sebagai berikut “menjaga stabilitas harga beras dalam negeri melalui

pengelolaan cadangan beras pemerintah“ (Arifin, 2006)

Masyarakat Sumatera Utara mengkonsumsi bahan pangan umumnya

belum beragam, bergizi dan berimbang sesuai pola pangan harapan, dimana kalori

yang dihasilkan lebih kurang 60 % masih bersumber dari karbohidrat dengan

makanan pokok utama adalah beras dengan tingkat konsumsi lebih kurang 140

kg/kapita/tahun dan tergolong sebagai daerah konsumsi beras terbesar di

Indonesia karena rata rata nasional lebih kurag 112 kg/kapita/tahun (Lubis, 2005).

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 25: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Pangan sebagai kebutuhan azasi manusia haruslah ditingkatkan guna

mencukupi keperluan gizi. Untuk itu, penyediaannya harus selalu diutamakan,

karena dapat mempengaruhi sumber daya manusia serta upaya perbaikkan

ekonomi daerah dan nasional (Waspada, 1 Desember 2005).

Analisis faktor faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras di Sumatera

Utara dilaksanakan untuk mempelajari sejauh mana kemampuan luas panen, harga

beras, harga jagung (harga barang lain) dan ketersediaan beras tahun sebelumnya

dapat mempengaruhi ketersediaan beras di Sumatera Utara. Diharapkan hasil

analisis ini digunakan sebagai basis informasi bagi berbagai pemangku

kepentingan. Selanjutnya berdasarkan gambaran tersebut dapat dirumuskan

perumusan masalah.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, permasalahan yang dikemukakan dalam

penelitian ini adalah :

Berapa besar pengaruh luas panen, harga beras, harga jagung dan

ketersediaan beras tahun sebelumnya terhadap ketersediaan beras di

Sumatera Utara?

I.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian :

Untuk mengetahui pengaruh luas panen, harga beras, harga jagung dan

ketersediaan beras tahun sebelumnya terhadap ketersediaan beras di

Sumatera Utara

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 26: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Memberi masukan bagi pengambilan keputusan dalam ketersediaan beras di

Sumatera Utara.

2. Memberi masukan bagi pihak pihak yang membutuhkan, baik untuk

kepentingan akademis maupun non akademis

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang

berhubungan dengan ketersediaan beras di Sumatera Utara.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 27: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Penawaran

Konsep penawaran digunakan untuk menunjukkan perilaku para penjual di

suatu pasar. hal ini terdapat hubungan antara beberapa faktor yang mempengaruhi

penawaran suatu barang, antara lain harga barang itu sendiri, harga barang lain

dan harapan pada masa yang akan datang, tingkat teknologi digunakan dan lain

sebagainya. Hal ini dapat ditulis dalam formula sebagai berikut :

Sx = f (Px, E, Py, T, u)

Keterangan : Sx = Jumlah barang yang ditawarkan

Px = Harga barang itu sendiri

E = Harapan produsen

Py = Harga barang lain

T = Teknologi

U = Faktor faktor lainnya

Dengan asumsi bahwa hanya harga itu sendiri yang mempengaruhi jumlah

yang ditawarkan oleh seorang penjual, sementara faktor lain dianggap tetap. Para

penjual harus mampu menyediakan jumlah barang pada berbagai tingkat harga.

Semuanya itu ditunjukkan oleh fungsi penawaran. Jadi fungsi penawaran adalah

suatu kurva yang menunjukkan hubungan antara kuantitas suatu barang yang

ditawarkan pada berbagai tingkat harga, dengan asumsi ceteris paribus yaitu

faktor lain dianggap tetap. Pada sepanjang suatu kurva penawaran menunjukkan

perubahan harga dan kuantitas yang ditawarkan.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 28: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Kurva penawaran dapat dibentuk dengan menghubungkan titik titik

pasangan nilai harga pada sumbu tegak dan kuantitas yang ditawarkan penjual/

produsen pada sumbu datar, seperti terlihat pada Gambar 2.1.

P S K L N M O Q Gambar 2.1. Kurva Penawaran Produsen

Hubungan antara harga dan kuantitas yang ditawarkan adalah searah.

Konsekuensinya adalah jika harga naik, kuantitas barang yang ditawarkan

semakin meningkat. Sebaliknya jika harga turun maka kuantitas barang yang

ditawarkan semakin sedikit.

Hubungan Hukum penawaran menjelaskan hubungan antara harga suatu

barang dengan jumlah penawaran barang tersebut, yang berbunyi makin tinggi

harga suatu barang, maka makin banyak jumlah barang tersebut yang ditawarkan

oleh para penjual, sebaliknya makin rendah harga suatu barang maka makin

sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh penjual

(Joesron dan Fathorrozi, 2003).

Dasar analisis ekonomi yang paling utama adalah kekuatan permintaan

dan penawaran. Penawaran menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang

ditawarkan sebagai variabel tidak bebas dengan variabel bebas. Yang paling

penting untuk diketahui adalah hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 29: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

dengan harga barang yang bersangkutan bersifat positif. Semua faktor disamping

harga barang yang bersangkutan dianggap konstan, perubahan harga dapat

ditelusuri sepanjang kurva penawaran, sedangkan perubahan penawaran

disebabkan oleh adanya perubahan faktor lain selain harga barang yang

bersangkutan dan ditunjukkan oleh pergeseran kurva penawaran

(Suparmoko dan Suparmoko, 1998).

Hubungan antara sesuatu barang dengan berbagai jenis jenis barang

lainnya dapat dibedakan kepada tiga golongan yaitu

1. Barang pengganti adalah barang yang dapat menggantikan atau

digantikan barang lain apabila barang penggantinya sukar diperoleh

atau harganya meningkat.

2. Barang pelengkap adalah barang yang digunakan secara serentak

dengan barang lain.

3. Barang netral adalah barang yang bukan menjadi pengganti atau

pelengkap barang lain dan tidak bersaing dengan barang lain

(Sukirno, 2006).

Harga adalah sinyal dari pasar yang menunjukkan tingkat kelangkaan

produk secara relatif, harga tinggi cenderung mengurangi konsumsi dan

mendorong produksi. Elastisitas harga dari penawaran mengukur kepekaan

produsen terhadap perubahan harga. Elastisitas harga dari penawaran sama

dengan persentase perubahan jumlah ditawarkan dibagi dengan persentase

perubahan harga. Mengingat kenaikan harga biasanya mengakibatkan kenaikan

jumlah yang ditawarkan maka persentase perubahan kuantitas dan persentase

perubahan harga bergerak dalam arah yang sama sehingga elastisitas harga dari

penawaran biasanya positif (Eachern, 2001).

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 30: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Koefisien elastisitas suatu angka yang menunjukkan persentasi perubahan

penawaran sebagai akibat perubahan sebesar satu persen keatas faktor berikut

yaitu harga barang yang bersangkutan, harga barang lain dan pendapatan. Tingkat

elastisitas adalah penggolongan elastisitas kepada konsep elastisitas yaitu jika

nilai elastisitas lebih besar dari satu maka dikatakan elastis, nilai elastisitas lebih

kecil dari satu maka dikatakan tidak elastis dan jika elastisitas nilainya tak

terhingga maka dikatakan elastis sempurna.

Ada tiga faktor yang menyebabkan penawaran terhadap barang pertanian

bersifat tidak elastis yaitu :

1. Barang pertanian dihasilkan secara bermusim

2. Kapasitas memproduksi sektor pertanian cenderung untuk mencapai

tingkat yang tinggi dan tidak terpengaruh oleh perubahan permintaan

3. Beberapa jenis tanaman memerlukan waktu bertahun tahun sebelum

hasilnya dapat diperoleh ( Sukirno, 2006).

Seperti halnya dalam analisis mengenai penawaran perlu dibedakan antara

pengertian gerakkan sepanjang kurva penawaran dan pergeseran kurva

penawaran.

1. Perubahan harga menimbulkan gerakan sepanjang kurva penawaran.

2. Sedangkan perubahan faktor faktor lain di luar harga menimbulkan

pergeseran kurva tersebut.

Perhatikanlah kedua keadaan ini di Gambar 2.2. Dimisalkan pada

mulanya kurva penawaran adalah SS. Titik A menggambarkan bahwa pada waktu

harga adalah P, jumlah barang yang ditawarkan adalah Q. Sekiranya harga turun

menjadi P1 hubungan diantara harga dan jumlah yang ditawarkan pindah ketitik B.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 31: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Ini berarti jumlah yang ditawarkan hanyalah sebanyak Q1. perubahan ini

menggambarkan gerakan sepanjang kurva penawaran.

Perubahan dalam jumlah yang ditawarkan dapat pula berlaku sebagai

akibat dari pergeseran kurva penawaran.pergeseran dari SS menjadi S1S1 atau

S2S2 menggambarkan perubahan penawaran. Gambar 2.2. menunjukan pergeseran

kurva penawaran dari SS menjadi S1S1 menyebabkan jumlah yang ditawarkan

bertambah dari Q menjadi Q2 walaupun harga tetap sebesar P. Keadaan ini

ditunjukan oleh titik A1. Pergeseran SS menjadi S2S2 menggambarkan

pengurangan penawaran. Sebagai akibat dari pada pergeseran tersebut, seperti

ditunjukan oleh titik A2, pada harga P sekarang hanya sebanyak Q3 yang

ditawarkan para penjual, berbanding dengan sebanyak Q sebelum bergeser

(Sukirno, 2006).

harga S2 S S1 P A2 A A1 P1 B S2 S S1 Q2 Q1 Q Q3 Kuantitas

Gambar 2.2. Gerakan Sepanjang Kurva Penawaran dan Pergeseran Kurva Penawaran. 2.2. Ketersediaan Beras

Menurut undang undang RI nomor 7 tahun 1996 mendefinisikan

ketahanan pangan (food security) sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi

rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah

maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau (Lubis, 2005).

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 32: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Dari definisi tersebut dapat dikemukakan ada tiga hal penting yang terkait

dengan ketahanan pangan yaitu :

1. Ketersediaan (availability).

2. Stabilitas penawaran (Supply Stability).

3. Keterjangkauan (accessibility) (Sihombing, 2005).

Ketersediaan pangan disuatu negara yang tidak mencukupi kebutuhannya

dapat menciptakan ketidak stabilan ekonomi. Seperti berbagai gejolak sosial dan

politik dapat juga terjadi. Kondisi krisis ini bahkan dapat membahayakan

stabilisasi nasional yang dapat meruntuhkan pemerintah yang sedang berkuasa,

pengalaman telah membuktikan kepada kita bahwa gangguan pada ketahanan

seperti kenaikan harga beras pada waktu krisis moneter, dapat memicu kerawanan

sosial yang membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional.

Salah satu landasan kebijakan pembangunan pertanian 2001-2004 adalah

mengembangkan sistem ketahanan pangan yang berbasis pada keaneka ragaman

sumber daya bahan pangan, kelembagaan dan penduduk lokal dalam rangka

menjamin tersedianya pangan dan nutrisi dalam jumlah dan mutu yang diperlukan

pada tingkat harga terjangkau dengan memperhatikan peningkatan pendapatan

petani serta peningkatan produksi yang diatur dengan undang undang

(Saragih, 2001).

Kebijakan perberasan nasional pada garis besarnya mencakup lima

instrumen kebijakan yaitu

1. Kebijakan peningkatan produksi,

2. kebijakan diversifikasi,

3. Kebijakan harga,

4. Kebijakan impor

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 33: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

5. Kebijakan disteribusi beras untuk keluarga miskin (raskin).

Dengan demikian butir butir yang terkandung dalam inpres tersebut

merefleksikan bahwa pemerintah telah menerapkan kebijakan promosi dan

proteksi untuk mengembangkan ekonomi perberasan nasional. Melalui kebijakan

proteksi dan promosi, diharapkan ketahanan pangan nasional dapat dibangun atas

kemandirian pangan yang berkelanjutan (Suryana dan Hermanto, 2003).

2.3. Luas Lahan

Pertanian adalah sektor terbesar dalam hampir setiap ekonomi negara

berkembang. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya,

memberikan lapangan kerja bagi hampir seluruh angkatan kerja yang ada,

menghasilkan bahan mentah, bahan baku atau penolong bagi industri dan menjadi

sumber terbesar penerimaan devisa. (Silitonga, 1996).

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, dan skala usaha ini

pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian.

Sering kali dijumpai makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan

semakin tidak efisien lahan tersebut. Sebaliknya pada luasan lahan yang sempit,

upaya pengusahaan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik,

penggunaan tenaga kerja tercukupi dan tersedianya modal juga tidak terlalu besar,

sehingga usaha pertanian seperti ini sering lebih efisien, meskipun demikian

luasan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien

(Soekartawi, 1993).

Lahan sawah mempunyai arti yang terpenting dalam menentukan

ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan meliputi aspek ketersediaan bahan

pangan, aksesibilitas masyarakat terhadap bahan pangan dan keamanan pangan

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 34: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

(food Safety). Lebih dari 90 % beras yang dikonsumsi di Indonesia dihasilkan di

dalam negeri dan sekitar 95 % dari beras dalam negeri tersebut dihasilkan dari

lahan sawah. Kekurangan kebutuhan beras selama ini dipenuhi dengan beras

impor, jaminan ketersediaan beras impor lebih rendah dibandingkan dengan

ketersediaan beras di dalam negeri. Selain ditentukan oleh kondisi produksi dari

negara pengekspor, hubungan bilateral antara negara pengekspor dengan

Indonesia serta keamanan regional menentukan ketersediaan beras impor

(Susanto, 2004).

Terdapat kecenderungan bahwa konversi lahan pertanian menjadi lahan

non pertanian mengalami percepatan. Dari tahun 1981 sampai tahun 1999 terjadi

konversi lahan sawah di Jawa seluas 1 Juta ha dan 0,62 juta ha di luar Jawa.

Walaupun dalam priode waktu yang sama dilakukan percetakan sawah seluas 0,52

juta ha di Jawa dan sekitar 2,7 juta ha di luar pulau Jawa, namun kenyataannya

percetakaan lahan sawah tanpa diikuti dengan pengontrolan konversi, tidak

mampu membendung peningkatan ketergantungan Indonesia terhadap beras

impor. Selain itu, konversi lahan pertanian juga menyebabkan hilangnya berbagai

multifungsi pertanian lainnya (selain ketahanan pangan), terutama fungsi

lingkungan (Agus, 2004).

Konversi lahan sawah adalah suatu proses yang disengaja oleh manusia

(anthropogenic), bukan suatu proses alami. Kita ketahui bahwa percetakan sawah

dilakukan dengan biaya tinggi, namun ironisnya konversi lahan sulit dihindari dan

terjadi setelah sistem produksi pada lahan sawah tersebut berjalan dengan baik.

Contohnya berbagai sentra produksi beras di daerah pantura telah dijadikan

sebagai kawasan industri. Hal ini menunjukkan antara sektor pertanian dan

industri masih berjalan sendiri sendiri. Tidak ada penilaian seberapa banyak

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 35: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

kerugian ekonomi dan lingkungan akibat dikonversinya lahan sawah produktif.

Analisis ekonomi jangka pendek sering lebih mengemukakan walaupun

sebenarnya tidak cocok karena pengelolaan lahan menyangkut aspek kelestarian

sumberdaya alam (Anwar, 1993).

2.4. Produktivitas Beras

Sampai akhir 2002, Sumatera Utara masih merupakan daerah kelima

terbesar di Indonesia sebagai penghasil beras. Perestasi ini harus dipertahankan

mengingat bagian terbesar dari masyarakat Sumatera Utara mengandalkan

usahatani padi sebagian sumber pendapatan utama. Tetapi perkembangan

perpadian Sumatera Utara sepuluh tahun terakhir kurang mengembirakan, rata

rata peningkatan produktivitas hanya 0,62 % /tahun, peningkatan produksi lebih

parah lagi karena dibarengi oleh terjadinya penurunan luas areal pertanian,

sehingga timbul kekuatiran bahwa suatu saat nanti, Sumatera Utara tidak dapat

lagi memenuhi kebutuhan pangan sendiri, oleh karena itu berbagai upaya telah

dilakukan pengambil kebijakan, namun kondisi diatas telah menjadi kenyataan

(Sembiring dan Moehar (b). 2003).

Tanaman padi merupakan tanaman semusim, termasuk golongan rumput

rumputan dengan klasifikasi sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisio Spermatophyta

Sub-Divisio : Angiospermae

Class Monocotyledonae

Ordo : Graminales

Family Graminae (poaceae)

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 36: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Sub- Family : Orysidae

Genus : Oryza Linn

Species : Oryza sativa L (AAK, 1990 )

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman semusim termasuk

golongan rumput rumputan dengan famili Graminae. Tanaman padi dapat hidup

baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air atau di

daerah yang beriklim panas yang lembab ( Suparyono dan Agus. 1993) Strategi

pembangunan pertanian, khususnya bidang pangan akan lebih tepat apabila

dikaitkan dengan perubahan perubahan dalam memilih dan memanfaatkan

kekuatan dan sumber daya masyarakat secara efisien dan bijaksana untuk

mencapai swasembada pangan dalam arti luas (Noor, 1996).

Dalam hal ini beras di pasar dunia amat tipis hanya 4–7 % dari total

produksi, jauh lebih kecil dibanding dengan gandum 20 %, jagung 15 % dan

kedelai 30 %. Pasarnya jauh dari sempurna karena sekitar 80 % ekspor beras

dikuasai oleh 6 negara yaitu Thailand, Vietnam, Amerika Serikat, India, Pakistan

dan Cina. Beras yang dijual di pasar dunia merupakan sisa konsumsi domestik

(residual goods). Pasar yang tipis dan oligopolistik ini yang membuat harga beras

lebih tidak stabil dari pada gandum, jagung dan kedelai (Khudori, 2006).

Menurut teori Thomas Maltus jumlah populasi penduduk di suatu negara

akan meningkat sangat cepat pada deret ukur atau tingkat geometrik 1, 2, 4, 8, 16,

32 dan seterusnya, karena adanya proses pertambahan hasil yang semakin

berkurang dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap, usaha persediaan

pangan hanya akan meningkat menurut arimatik 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan seterusnya

oleh karena lahan yang dimiliki setiap anggota masyarakat semakin lama semakin

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 37: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

sempit maka kontribusi marjinalnya terhadap total produksi pangan akan semakin

menurun (Todaro, 2000).

Di Indonesia peningkatan produksi beras tidak sepesat peningkatan jumlah

penduduk, dimana jumlah penduduk pada tahun 2003 adalah sebesar 219,28 juta

jiwa dengan rata rata pertumbuhan penduduk sebesar 1,27 % .per tahun.

Sedangkan kebutuhan beras penduduk pada tahun 2003 adalah sebesar

29 383 juta ton, dengan tingkat konsumsi beras / kapita / tahun sebesar 134 kg

(Rusmarilin dan Asmin, 2005).

Di Sumatera Utara beras yang masih merupakan makanan pokok,

produksinya tumbuh dengan rata rata 3,21 % pada tahun 2001-2004, lebih tinggi

dibandingkan dengan priode pada tahun 1997-2000 sebesar 2,04 % . Tingginya

pertumbuhan produksi beras priode pada tahun 2001-2004 hal ini disebabkan oleh

adanya pencetakan sawah baru yang pada kurun waktu tersebut tumbuh sebesar

2,7 % dan diikuti kenaikan produktivitas sebesar 1,34 %. (Sihombing, 2005).

Jumlah kebutuhan beras dibandingkan dengan rata rata ketersediaan beras

selama lima tahun terakhir adalah sebesar 25.989 juta ton, maka akan terjadi

kekurangan beras sebesar 3,394 juta ton beras. Ketidak seimbangan antara

kebutuhan beras dengan ketersediaan beras dan dengan tidak diimbangi

peningkatan produksi pangan lain mengakibatkan terjadinya peningkatan dan

ketergantungan terhadap impor beras (Rusmarilin.dan Asmin, 2005).

. Dengan mengambil angka pertumbuhan penduduk sebesar 1,2 % maka

diperkirakan jumlah penduduk Sumatera Utara pada tahun 2005 adalah sebesar

12. 297. 405 jiwa. Menurut data Dinas Pertanian Sumatera Utara pada tahun 2004

dengan luas panen 823,210 ha (sawah seluas 742,866 ha dan ladang seluas 80,344

ha) terdapat surplus beras sebanyak 469,030 ton. Dengan konsumsi rata rata

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 38: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

sebesar 138,63 kg/kap/tahun, wilayah ini memerlukan beras sebanyak 4,6 ton per

hari. Secara nasional angka ini cukup tinggi dan berada diatas konsumsi nasional

sebesar 115 kg/kap/tahun, artinya penduduk Sumatera Utara terlalu banyak

memakan beras, walaupun produktivitas rata rata budidaya padi sawah hanya

sebesar 86,9 % dari potensi nasional, sub sektor ini masih mampu melayani

kebutuhan penduduk dan bahkan surplus. (Badan Ketahanan Pangan/Sekretariat

Dewan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Utara, 2005).

Data Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara menunjukkan, keberhasilan

pada sektor tanaman bahan pangan, terutama beras yang menunjukkan adanya

perbaikan, baik dari sisi luas panen dan produktivitas. Pada tahun 2001 luasan

padi sawah dan ladang tercatat seluas 801.948 ha. Pada tahun 2004 kurun waktu

tiga tahun luas panen 823 210 ha (sawah 742 866 ha, ladang 80 344 ha) berarti

ada penambahan luas panen sebesar 2,7 persen, dengan produktivitas rata rata

sebesar 42,51 Kwt / ha. Angka ini masih jauh di bawah produktivitas rata rata

nasional yaitu 46,3 kwt/ha (Sihombing, 2005).

Provinsi Sumatera Utara setiap tahun rata rata produksi beras mencapai

2,1 juta ton, itu datang dari berbagai daerah tingkat dua, sementara konsumsi

beras adalah 140 kg per kapita per tahun atau mencapai 1,7 juta ton per tahun dan

masih ada surplus beras 400 000 ton. Jika dihitung berdasarkan total konsumsi.

Sumatera Utara masih surplus sebab dari data Badan Ketahanan Pangan (BKP)

total konsumsi beras hanya 1,9 juta ton sudah termasuk beras yang digunakan

untuk kebutuhan industri, bibit dan keperluan lainnya dan masih ada surplus

200 000 ton (Waspada, 28 Januari 2006).

Dalam rangka usaha peningkatan produksi padi, pemerintah berdaya

upaya untuk mendapatkan jenis padi yang mempunyai sifat baik. Jenis padi

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 39: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

mempunyai sifat baik itu disebut dengan “jenis padi unggul”atau disebut varietas

unggul. Caranya adalah dengan mengadakan perkawinan silang antara jenis padi

yang satu mempunyai sifat baik dengan jenis padi yang lain mempunyai sifat

baik, sehingga didapatkan jenis padi yang mempunyai sifat unggul (Sugeng,

2001).

Jika ingin meningkatkan produksi dengan tetap menjaga keterjangkauan

harga dan menguntugkan petani satu satunya jalan melakukan efisiensi produksi

dan tataniaga. Untuk itu ada 4 hal yang harus dilakukan pemerintah.

1. Pembangunan infrastruktur fisik pertanian dan pedesaan harus ditingkatkan.

2. Adopsi bibit unggul yang baru sehingga produktivitas dapat ditingkatkan.

3. Harus ada reforma agraria dengan pemanfaatan lahan tidur dan tidak

produktif.

4. Harus dilakukan rekayasa ulang kelembagaan pangan (Sugema, 2006).

2.5. Harga Beras

Kebijakan harga pembelian pemerintah (hpp) bertujuan agar petani padi

menerima harga gabah yang layak, sehingga mereka manerima insentif untuk

meningkatkan produktivitas. Sebagai perwujudan dari keberhasilan kepada

petani, melalui inpres no. 9 tahun 2002 pemerintah menaikan hpp tersebut dari

Rp 1 500/kg menjadi Rp 1 725/kg di gudang bulog. Penetapan hpp tersebut

berdasarkan pertimbangan agar petani dapat menerima marjin keuntungan

minimal 28 % dari harga yang diterima. Marjin keuntungan tersebut dapat

dipandang sebagai insentif yang diberikan oleh pemerintah kepada petani untuk

meningkatkan produktivitas (Suryana dan Hermanto, 2003).

Disparitas harga gabah dan harga beras yang semakin melebar sejak

kejatuhan Presiden Soeharto menjadi persoalan tersendiri bagi ekonomi

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 40: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

perberasan, disamping dimensi politiknya yang juga semakin hangat. Laporan

Badan Statistik 1 Februari 2006 menyebutkan harga rata rata gabah kering

panen ditingkat petani bulan januari 2006 tercatat Rp. 1 990 per kg, harga rata

rata beras kualitas medium di seluruh Indonesia Rp 3 500 per kg dan Rp 4 200

per kg, bahkan lebih tinggi lagi di daerah pedalaman dan yang terisolasi. Harga

gabah dan beras tersebut sebenarnya masih berada di atas harga referensi atau

harga pembelian pemerintah (hpp), menurut instruksi Presiden no 15 tahun 2005

tentang kebijakan perberasan yang menetapkan untuk gabah kering panen (gkp)

Rp 1 730 per kg dan untuk beras Rp 3 550 per kg (Arifin, 2006).

Pergerakan harga beras terlihat dari laporan harian pemantau beras yang

dibuat PT. Food Station Tjipinang Jaya di Jakarta, harga beras IR 64 mutu rendah

dari Rp 5 200 /kg menjadi Rp 5 350, IR 64 Kualitas II Rp 5 700 dan IR 64

kualitas I Rp. 5 950. Untuk menghindari penyimpangan pola operasi pasar (op)

akan dimodifikasi dengan menerapkan tiga pola, pola pertama operasi pasar beras

dilakukan di pasar grosir atau pasar induk dengan jumlah 50 ton untuk setiap

tempat dengan harga Rp. 3 450./kg, pola kedua operasi pasar beras dilakukan di

pasar pasar tradisional dengan jumlah 5 ton untuk setiap tempat sedangkan harga

jualnya diatur sendiri antara grosir dan pasar, pola ketiga operasi pasar ditingkat

pengecer kecil atau rumah tangga dengan harga Rp 3 700 /kg

(kompas,16 Februari 2007).

Bulog Sumut, hingga kini sudah menyalurkan 1.938 ton beras. Dari

jumlah itu, sebanyak 838 ton disalurkan ke Medan, 104 ton ke Tebing Tinggi, 69

ton ke Pematang Siantar, 270 ton ke Rantau Prapat (Labuhan Batu), 130 ton ke

Padang Sidempuan, dan 225 ton ke Gunung Sitoli Kabupaten Nias. Medan

menjadi daerah terbanyak menerima penyaluran beras operasi pasar dari bulog.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 41: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Hal ini berdasarkan survei, menyebutkan konsumen pemakaian beras bulog paling

banyak ada di Medan dibanding dengan daerah lain (kompas, 22 Januari 2007).

Sebelum tahun 1998 marjin harga gabah dan harga beras hanya berkisar

Rp 400 per kg, kini marjin harga gabah dan harga beras telah berada di atas

Rp 1500 per kg bahkan lebih besar untuk daerah terpencil. Jika diperhitungkan

faktor inflasi dan upah buruh tani priode 1993–2006, disparitas harga itu bahkan

menunjukkan kesenjangan yang lebih buruk, artinya nilai tambah pengolahan dan

perdagangan beras tidak dinikmati petani dan konsumen, tetapi lebih banyak oleh

pedagang, pihak penggilingan padi dan pelaku lain, termasuk Perum Bulog yang

memperoleh penugasan pemerintah untuk menjaga stok pangan nasional. Para

ekonom pertanian telah lama yakin stabilitas harga menjadi salah satu dimensi

yang penting dalam ketahanan pangan karena dapat menimbulkan konsekuensi

ekonomi, politik dan sosial yang berat (Arifin, 2006).

Mengingat perekonomian nasional belum sepenuhnya pulih maka program

beras miskin (raskin) perlu dilanjutkan, namun perlu dikaitkan dengan program

pengurangan kemiskinan secara menyeluruh. Dengan demikian program raskin

dapat dikatakan berhasil jika besaran kegiatan itu menurun. Secara operasional,

program raskin dapat dipandang sebagai instrumen pelaksanaan dari kebijakan

yang bertujuan untuk menjamin ketersediaaan beras bagi kelompok masyarakat

miskin. Selama periode 1998-2003.

Melalui program raskin pemerintah telah menyalurkan sekitar 10 juta ton

beras atau rata rata sekitar 1,7 juta ton beras per tahun kepada sekitar 7 juta rumah

tangga miskin dengan harga yang sudah ditetapkan Rp 1 000 /kg Namun

demikian dalam pelaksanaannya di lapangan program raskin masih menghadapi

berbagai masalah antara lain rendahnya kualitas beras yang didistribusikan,

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 42: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

beragamnya harga yang harus dibayar oleh penerima raskin, kurangnya timbangan

beras, kurang tepatnya sasaran lokasi dan rumah tangga penerima raskin dan

timbulnya dampak program raskin yang menekan harga gabah petani di sentra

produsi pada saat panen raya (Suryana dan Hermanto, 2003).

Pagu beras miskin (raskin) tahun 2007 di Sumatera Utara mencapai 72 679

ton, naik dibanding tahun 2006 sebanyak 65 740 ton. Pendistribusian raskin

berlangsung selama 10 bulan, dimulai awal februari 2007 sebanyak 25

kabupaten/kota. Untuk Deli Serdang sebanyak 6 879 ton, Serdang Bedagai 3 517

ton, Langkat 7 432 ton, Tanah karo 2 434 ton, Dairi 2 329 ton Pakpak Barat 428

ton, Medan 6 681 ton, Binjai 581 ton, Tebing Tingggi 403 ton, Simalungun 5 026

ton, Tapanuli Utara 1 923 ton, Pematang Siantar 908 ton, Toba Samosir 1 415 ton,

Samosir 1 327 ton, Humbang Hasundutan 1 214 ton, Tanjung Balai 696 ton,

Labuhan Batu 4 432 ton, Mandailing Natal 3 255ton, Tapanuli Selatan 5 121, ton,

Tapanuli Tengah 2 801 ton, Nias Selatan 3 096 ton, Padang Sidempuan 797 ton,

Sibolga 345 ton dan Asahan 3 794 ton (Waspada, 2 Februari 2007).

2.6. Penelitian Sebelumnya

Pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (ptt) yang mensinergikan

komponen teknologi yaitu varietas unggul, spesifik lokasi, jumlah bibit 1-2

/lobang, jarak tanam rapat, pemupukan dan pemberian air berkala. Tujuannya

mengevaluasi prospek pengembangan ptt untuk meningkatkan produksi padi di

Sumatera Utara. Pendekatan ini mengutamakan rasionalisasi penggunaan input

Hasilnya selama priode 1996-2000 mengalami peningkatan dengan persentase

yang rendah. Persentase peningkatan produksi lebih besar 2,89 % dari pada

persentase peningkatan luas panen. Artinya disamping akibat peningkatan luas

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 43: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

panen, peningkatan produktivitas juga mempunyai kontribusi dalam peningkatan

produksi. Peningkatan luas panen berfluktuasi dari tahun ketahun dan yang cukup

menonjol terjadi pada tahun 1998 yaitu 3,28 % atau seluas 26 204 ha.

Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh :

1. Terjadinya pergeseran bulan tanam

2. Rangsangan harga gabah

3. Pemberdayaan lahan tidur.

Peningkatan produktivitas sepuluh tahun terakhir hanya sekitar 0,6 %.

(Sembiring dan Moehar (a), 2003 ).

Dengan menggunakan sampel 20 tahun (1987-2007) variabel yang

digunakan adalah tingkat kebutuhan beras nasional dan tingkat produksi beras,

dengan model diagram alir model simulasi penyediaan kebutuhan beras nasional.

Tujuannya sebagai salah satu upaya untuk mengantipasi dan mempridiksi

kebutuhan dan penyediaan beras Dari hasil simulasi terlihat sampai dengan tahun

2004 tidak terjadi defisit beras dalam sistem perberasan nasional, tetapi pada

kenyataannya dalam beberapa tahun terakhir kita telah melakukan impor beras

untuk mencukupi kebutuhan beras nasional (Akbar, 2002).

Dengan menggunakan sampel 25 tahun (1969-1993) variabel yang

digunakan adalah produksi beras neto, ekspor dan impor, perubahan stok Bulug,

konsumsi per kapita, harga gabah, harga urea, pendapatan per kapita dan jumlah

penduduk. Analisis model dilakukan dalam tiga tahap tahap pertama dengan

menggunakan fungsi Cobb-Douglas dengan OLS, tahap kedua analisis

keseimbangan Cobweb diformulasikan dalam bentuk matriks, tahap ketiga dengan

menggunakan formulasi matriks dari keseimbangan Cobweb. Hasil estimasi

parameter dapat diketahui bahwa kenaikan jumlah penawaran sebesar 1 % dalam

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 44: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

jangka pendek akan mengakibatkan penurunan harga sebesar 0,67 % atau

kenaikan penawaran beras sebesar 10 % akan menurunkan harga beras 6,7 %

sebaliknya kenaikan harga beras sebesar 1 % akan meningkatkan penawaran

sebesar 0,13 % atau kenaikan harga beras sebesar 10 % akan meningkatkan

penawaran beras sebesar 13 %. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka pendek

beras merupakan komoditas kebutuhan pokok yang tidak elastis terhadap

perubahan harga.

Dalam jangka panjang kenaikan harga pupuk sebesar 1 % akan

mengakibatkan turunnya penawaran beras sebesar 0,03 %. Selain itu kenaikan

harga pupuk tersebut juga mengakibatkan kenaikan harga beras sebesar 0,16 %.

Bahwa peningkatan pendapatan per kapita sebesar 1 % dalam jangka panjang

akan mengakibatkan meningkatnya permintaan beras sebesar 0,2 % dan

meningkatkan harga beras sebesar 1,48 %. Hal ini mencerminkan bahwa dalam

jangka panjang beras masih merupakan kebutuhan pokok yang tidak elastis baik

terhadap harga maupun terhadap peningkatan pendapatan perkapita.

Hasil analisis lainnya bahwa kenaikan pendapatan per kapita dan pertumbuhan

penduduk tidak mempengaruhi penawaran beras, tetapi keduanya mempengaruhi

permintaan beras. Hal ini tercermin dari pengaruh kedua peubah tersebut

terhadap kenaikan harga beras (Swastika, 1999).

Untuk menganalisis stabilitas system keseimbangan penawaran dan

permintaan beras di Indonesia serta dampak kebijakan harga dalam jangka pendek

dan jangka panjang. Analisis ini menggunakan model keseimbangan Cobweb.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikkan pendapatan per kapita dan

pertumbuhan penduduk tidak dipengaruhi penawaran beras, tetapi keduanya

mempengaruhi permintaan beras. Hal ini tercermin dari pengaruh kedua variabel

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 45: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

tersebut terhadap kenaikkan beras. Secara rinci, kenaikkan pendapatan per kapita

sebesar 1 % dalam jangka pendek akan meningkatkan permintaan beras sebesar

0,01 %. Selanjutnya, peningkatan jumlah penduduk sebesar 1 % dalam jangka

pendek akan meningkatkan permintaan beras sebesar 0,93 %. Pengaruh

peningkatan jumlah penduduk terhadap peningkatan beras lebih tinggi

dibandingkan pengaruh peningkatan pendapatan per kapita. Hal ini dapat

disebabkan karena peningkatan jumlah penduduk itu sendiri sekaligus akan

meningkatkan konsumsi beras per kapita, sehingga secara agregat berpengaruh

besar terhadap peningkatan permintaan beras.

Dalam jangka panjang harga riil yang diterima petani menurun, dengan

kata lain rasio harga beras terhadap harga pupuk urea samakin kecil, seperti

halnya dalam jangka pendek. Pengaruh jangka panjang kenaikan harga pupuk

urea terhap penawaran beras dan harga beras sangat kecil, hal ini disebabkan

karena petani tidak responsif terhadap kenaikkan harga pupuk urea yang selama

ini dikontrol pemerintah dan fluktuasi harga beras masih selalu dalam pengawasan

pemerintah agar tetap terjangkau oleh konsumen (Nuryanti, 2005).

Perhitungan kebutuhan penyediaan pangan provinsi “P” dengan jumlah

penduduk 8,5 juta orang, dengan komposisi pangan pokok beras (65 %), jagung

(30%) dan ubikayu (5%). Dengan menggunakan angka kebutuhan makan pokok

per hari per orang beras 370 gram, jagung 493 gram, dan ubi kayu 833 gram,

maka kebutuhan pangan satu tahun penduduk provinsi “P” setelah ditambah 10 %

adalah beras 820 600 ton, jagung 504 900 ton dan ubikayu 140 800 ton.

Untuk mencapai swasembada beras di provinsi “P” (yang berarti

swasembada pangan) diperlukan luasan sawah minimal 298 400 ha, sedang luas

sawah yang tersedia 275 615 ha atau kekurangan 22 785 ha. Lahan untuk jagung

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 46: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

dan ubikayu masing masing kelebihan 6 700 ha dan 170 ha, tetapi masih belum

dihitung kebutuhan jagung dan ubi kayu untuk industri pakan ternak

(Sumarno, 2006).

Permintaan terhadap beras digunakan variabel konsumsi di dalam rumah,

diluar rumah (di rumah makan dan hotel), konsumsi makanan hasil industri

pengolahan dan kebutuhan untuk cadangan rumah tangga. Dengan metode

bantuan Tabel input/output (BPS) tahun 1990 dan 1995. Data konsumsi beras di

dalam rumah diperoleh dari Susenas, kebutuhan beras untuk bahan baku industri

pengolahan diperoleh dari rasio angka transaksi antara konsumsi industri dan

konsumsi di dalam rumah. Hasilnya dapat diperkirakan komposisi penggunaan

beras pada tahun 1999 yaitu 79,6 % di dalam rumah, 10,8 % di luar rumah

(di rumah makan dan hotel) dan 9,6 % makanan hasil industri. Secara umum

terdapat kecenderungan penurunan konsumsi beras perkapita di dalam rumah

yang diiringi peningkatan konsumsi di luar rumah dan konsumsi produk produk

industri makanan (Pusat Pengembangan Ketersediaan Pangan, 2007).

2.7. Kerangka Berfikir

Beras sebagai bahan pangan pokok bagi penduduk, yang mengandung

karbohidrat sebagai sumber energi menyumbangkan sekitar 53 % kebutuhan

kalori dan juga memenuhi kebutuhan protein per hari menyumbangkan sekitar 47

%, ketergantungan penduduk terhadap pangan beras meningkat sampai saat ini.

Ketersediaan beras di provinsi Sumatera Utara secara umum dibatasi

bersumber dari produksi beras lokal, kesemuanya itu telah mampu untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi oleh penduduk. Ketersediaan beras yang berasal

dari produksi beras lokal belum merata setiap bulan dimana untuk priode Januari

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 47: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

sampai dengan April tingkat ketersediaan jauh melebihi kebutuhan, sedangkan

pada bulan yang lain, ketersediaan produksi jauh dibawah kebutuhan. stok

pangan beras yang dikuasai oleh pemerintah daerah guna mengatasi rawan pangan

transien masih relatif kecil.

Analisis faktor fahtor yang mempengaruhi ketersediaan beras dipengaruhi

oleh luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersedian beras tahun

sebelumnya. Hal ini dapat dianalisis selama dua puluh tahun priode tahun 1987

sampai dengan tahun 2006 di Sumatera Utara.

Dalam analisis ini melihat bagaimana luas panen, harga beras, harga

jagung dan ketersedian beras tahun sebelumnya. Dalam hal ini mempengaruhi

ketersediaan beras (Y) di Sumatera Utara, dapat dilihat pada Gambar 2.3.

KETERSEDIAAN BERAS

(PENAWARAN BERAS)(ton)

HARGA JAGUNG (rp)

HARGA BERAS

(rp)

LUAS PANEN

(ha)

KETERSEDIAAN BERAS

TAHUN SEBELUMNYA (ton)

Gambar 2. 3. Skema Kerangka Berfikir, Analisis Faktor Faktor Yang

Mempengaruhi Ketersediaan Beras Di Sumatera Utara

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 48: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

2.8. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka berfikir, maka hipotesis

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh positif luas panen (X1) terhadap ketersediaan beras di

Sumatera Utara (Y), ceteris paribus.

2. Terdapat pengaruh positif harga beras (X2) terhadap ketersediaan beras di

Sumatera Utara (Y). ceteris paribus.

3. Terdapat pengaruh positif, harga jagung (X3) terhadap ketersediaan beras di

Sumatera Utara (Y). ceteris paribus.

4. Terdapat pengaruh positif ketersediaan beras tahun sebelumnya Y(t-1)

terhadap ketersediaan beras di Sumatera Utara (Y). ceteris paribus.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 49: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berupaya menelaah ketersediaan beras (Y) di Sumatera

Utara. Secara spesifik penelitian ini mengidentifikasikan faktor faktor yang

mempengaruhi ketersediaan beras (Y) yakni luas panen (X1), harga beras (X2),

harga jagung (X3) dan ketersediaan beras tahun sebelumnya Y(t-1).

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun

waktu (time series) mulai tahun 1987 hingga 2006. Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan software Eviews Versi 4.1 dengan mengacu pada literatur

ekonometrika seperti Gujarati (1995).

Data bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian

Sumatera Utara, Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara

dan sumber lain, yaitu jurnal dan hasil hasil penelitian dan kemudian diolah sesuai

kebutuhan model. Data yang dikumpulkan mencakup semua variabel yang relevan

untuk keperluan estimasi.

3.3. Model Analisis

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras di

Sumatera Utara dalam penelitian ini digunakan model sebagai berikut :

Y = f (X1, X2, X3,Y(t-1)) .....................................................................(1)

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 50: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Persamaan tersebut dengan spesifikasi model ekonometrika setelah

dilogaritmakan

LY=α 0+α 1L X 1+α 2 L X2 +α 3 L X3 + α 4 LY ( t-1) +μ 1.................(2)

Dimana

Y = Ketersediaan Beras (ton)

X1 = Luas Panen (ha)

X2 = Harga Beras (rp/ton)

X3 = Harga Jagung (rp/ton)

Y( t-1) = Ketersediaan Beras Tahun Sebelumnya (ton)

α 0 = Konstanta/Koefisen intersep

α 1- α 2- α 3 α 4 = Koefisen regresi

μ 1 = kesalahan pengganggu

3.4. Metode Analisis

Dalam penelitian ini, analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least

Square (OLS). Alat bantu dalam mengolah data sekunder adalah Program Eviews

versi 4.1.

3.5. Uji kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

3.5.1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) yang bertujuan untuk melihat apakah variabel

bebas cukup memberikan arti dalam menjelaskan variabel terikat. Dengan kata

lain variasi yang terjadi pada variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat

sebesar (R2)

3.5.2. Uji Serempak ( Uji F -statistik).

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Uji F yang dilihat dari signifikan keseluruhan variabel bebas dalam

mempengaruhi variabel terikat, Pengujian arti keselurahan regresi sampel (over

all test) yaitu suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah

Page 51: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

koefisien regresi signifikan atau tidak secara serempak F tabel = K-1/n- k dimana

α = 5 % , n = 20 jadi F tabel = 5 -1 /20-5 = 4 / 15 Ftabel sebesar 3.06. Dari

keseluruhan variabel bebas secara serempak memberikan pengaruh yang sangat

signifikan Fhitung > Ftabel ( α = 0.05 ).

3.5.3. Uji Parsial ( Uji t -statistik).

Dimana uji ini adalah uji t untuk melihat signifikan dari masing

masing

variabel bebas, Uji t atau t-test (partial test); yaitu suatu pengujian yang bertujuan

untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak secara parsial.

adapun pengujian α = 5 % (0.05), n = 20 dimana t tabel = ± 1/2 α n-2

kemudian t tabel = ± 1/2 0.05 20-2 = 0.025 18 jadi nilai t tabel sebesar 2.101

(Gujarati, 1978).

3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik.

Pada umumnya ada beberapa permasalahan yang lazim terjadi dalam

model regresi linier dimana secara statistik permasalahan tersebut dapat

mengganggu model yang telah ditentukan. Bahkan dapat menyesatkan

kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Oleh karenanya perlu

dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik yang meliputi :

3.6.1. Uji Normalitas

Uji ini untuk mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan (μ 1). Uji

ini menggunakan hasil estimasi residual dan chisquare probability distribution.

Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Jarque-Bera

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 52: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Test atau sering disebut dengan JB Test, dengan cara membandingkan nilai JB

hitung terhadap vaiabel x2 tabel, dimana kriterianya adalah sebagai berikut :

1. Jika nilai JB hitung > nilai X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa

residual μ adalah berdistribusi normal ditolak.

2. Jika nilai JB hitung < nilai X2 tabel, maka hipotesis yang menyatakan bahwa

residual μ adalah berdistribusi normal tidak dapat ditolak.

3.6.2. Uji Linieritas

Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji Ramsey (Ramsey

RESET Test) yang dikembangkan oleh Ramsey (1969). Adapun kriterianya antara

lain :

1. Jika nilai F.hitung > nilai F-tabel maka hipotesis nol (H0) yang

mengatakan bahwa spesifikasi model digunakan dalam bentuk fungsi

linier adalah benar tidak diterima.

2. Jika nilai F.hitung < nilai F-tabel maka hipotesis nol (H0) yang

mengatakan bahwa spesifkasi model yang digunakan dalam bentuk

fungsi linier adalah benar diterima.

3.6.3. Uji Multikolinearitas

Uji ini diperkenalkan oleh Ragnar Frisch (1934). Menurut Frisch suatu

model regresi dikatakan menghadapi masalah multikolinearitas bila terjadi

hubungan linier yang perfect atau exact di antara beberapa atau semua variabel

bebas dari suatu model regresi. Akibatnya akan bias dalam melihat pengaruh

variabel penjelas terhadap vaiabel yang dijelaskan. Beberapa kaidah (rule of

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 53: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

thumb) yang lazim digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas

dalam satu model empiris antara lain:

1. Nilai R2 yang dihasilkan dari estimasi model empiris sangat tinggi,

tetapi tingkat signifikan variabel bebas berdasarkan uji t-statistik

sangat kecil bahkan tidak ada variabel bebas yang signifikan (high R2

but few significant t ratios). Jika nilai R2 tinggi maka nilai uji F akan

tidak diterima hipotesis nol bahwa nilai koefisien slope parsial secara

simultan sebenarnya sama dengan nol.

2. Menggunakan korelasi parsial (examination of partial correlations)

ataupun regresi bantuan (subsidiary or auxiliary regression) yang

disarankan oleh Farrar dan Glauber (1967).

3.6.4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefenisikan sebagai korelasi antara anggota

serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu seperti dalam data time

series. Sehingga terdapat saling ketergantungan antara faktor pengganggu yang

berhubungan dengan observasi yang dipengaruhi oleh unsur gangguan yang

berhubungan dengan pengamatan lainnya. Oleh sebab itu masalah autokorelasi

biasanya muncul dalam data time seriest meskipun tidak tertutup kemungkinan hal

ini juga dapat terjadi dalam data cross sectional. Untuk mengetahui apakah model

menghadapi masalah autokorelasi dalam model penelitian ini dapat dilakukan

pengujian dengan uji Lagrange Multiplier test (LM test) dengan membandingkan

nilai X2 hitung dengan X2

tabel dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

a. Jika nilai X2 hitung > nilai X2

tabel , maka hipotesis yang menyatakan bahwa

tidak ada autokorelasi dalam model empiris yang digunakan ditolak.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 54: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

b. Jika nilai X2 hitung < nilai X2

tabel, maka hipotesis yang menyatakan tidak

ada korelasi dalam model empiris yang digunakan tidak dapat ditolak.

3.7. Batasan Operasional

Untuk memudahkan pemahaman terhadap istilah dan variabel yang

digunakan dalam penelitian ini maka, perlu diberikan batasan operasional

sebagai berikut :

Ketersediaan beras (Y) adalah banyaknya beras yang berasal dari gabah

kering giling menjadi produksi beras untuk di Sumatera Utara yang

tersedia mengatasi permintaan total konsumsi beras (ton).

Luas panen (X1) adalah jumlah luas panen yang bisa dipanen di Sumatera

Utara dengan harapan kemampuan produksi mencapai 100 %.

Harga beras (X2) adalah harga barang itu sendiri yaitu variabel harga beras

pada tingkat produsen yang dihitung dalam rupiah/ton.

Harga jagung (X3 ) adalah harga barang pengganti yaitu variabel harga

jagung pada tingkat produsen yang dihitung dalam rupiah/ton.

Ketersediaan beras tahun sebelumnya (Yt-1) adalah banyaknya beras yang

berasal dari gabah kering giling menjadi produksi beras pada tahun

sebelumnya untuk di Sumatera Utara yang tersedia mengatasi permintaan

total konsumsi beras (ton)

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 55: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Perkembangan Luas Panen, Harga Beras, Harga Jagung dan Ketersediaan Beras Tahun 1987-2006

Kondisi perberasan di Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 1987-

2006 selama 20 tahun mengalami fluktuasi dan peningkatan dimana terjadi pada

peningkatan luas panen peningkatan harga beras, harga jagung dan peningkatan

ketersediaan beras, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Perkembangan Luas Panen, Harga Beras, Harga Jagung dan Ketersediaan Beras Tahun 1987-2006 Di Sumatera Utara

Tahun Luas Panen

(ha) Harga Beras

(Rp/ton) Harga Jagung

(Rp/ton) Ketersediaan Beras

(ton)

X1 X2 X3 Y

1987 567223 315000 179000 1553511, 621988 672885 330000 187000 1569216, 821989 679423 340000 215000 1605832, 371990 681798 475000 226000 1654420, 531991 713060 540000 215000 1725608, 381992 752636 580000 209000 1829762, 611993 754569 600000 233000 1844272, 061994 792514 668000 290000 1946534, 721995 795183 900000 313000 1981024, 861996 790051 1050000 411000 1982432, 321997 797545 1100000 331000 2030115, 461998 823749 2136000 735000 2098902, 971999 838626 2483000 697000 2181303, 762000 847610 2178000 759000 2221007, 902001 801948 2709000 936000 2080237, 482002 765161 3152000 920000 1992888, 762003 825188 2908000 897000 2150743, 402004 802145 2994000 1007000 2160670, 222005 822073 3635000 1398000 2178752, 38

2006 704715 4386000 1192000 1888948, 78

∑ 15128102 33479000 11350000 3867618, .37

x 756405,1 1673950 567500 1933809, 37Sumber : Dinas Pertanian Pemprovsu tahun 2007, Data Diolah

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 56: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Analisis ketersediaan beras dilaksanakan untuk mempelajari sejauh mana

kemampuan produksi beras Sumatera Utara dapat memenuhi dan surplus untuk

kebutuhan regional. Pada Tabel 4.1. berdasarkan data yang diperoleh selama 20

tahun mencakup data luas panen, harga beras, harga jagung dan ketersediaan

beras terhitung dari kurun waktu 1987-2006, dimana perkembangan luas panen,

harga beras, harga jagung dan ketersediaan beras berfluktuasi dan peningkatan

dimana luas panen yang terluas terdapat pada tahun 2000 seluas 847 610 ha

dengan rata rata luas 756 405, 1 ha, harga beras yang tertinggi terdapat pada tahun

2006 harga Rp 4 386 000/ton dengan rata rata harga Rp 1 673 950/ton, harga

jagung yang tertinggi terdapat pada tahun 2005 harga Rp 1 398 000/ton

dengan rata rata harga Rp 567 500/ton, dan ketersediaan beras yang tertinggi

terdapat pada tahun 2000 sebesar 2 221 007, 90 ton dengan rata rata ketersediaan

beras sebesar 1 933 809, 37 ton. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin

luas panen, produktivitas semakin tinggi dan harga beras semakin membaik maka

semakin tinggi ketersediaan beras di Sumatera Utara.

Lahan sawah mempunyai arti yang terpenting dalam menentukan

ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan meliputi aspek ketersediaan bahan

pangan, aksesibilitas masyarakat terhadap bahan pangan dan keamanan pangan

(food Safety). Lebih dari 90 % beras yang dikonsumsi di Indonesia dihasilkan di

dalam negeri dan sekitar 95 % dari beras dalam negeri tersebut dihasilkan dari

lahan sawah (Susanto, 2004).

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 57: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

4.2. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras

Untuk menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi ketersediaan beras

(Y) , di Sumatera Utara. maka dengan menggunakan sejumlah data yang telah

dikumpulkan selama 20 tahun dimulai dari tahun 1987- 2006, dari data skunder

tersebut dilakukan pengolahan data dengan metode Ordinary Least Square (OLS)

yang menggunakan alat bantu program Eviews versi 4.1. Dari hasil pengolahan

data tersebut diperoleh hasil estimasi faktor faktor yang mempengaruhi

ketersediaan beras di Sumatera Utara dengan metode OLS.

Pengujian Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat, dari hasil

analisis regresi linier berganda dengan menggunakan metode OLS dapat ditarik

suatu bentuk model persamaan untuk analisis faktor faktor yang mempengaruhi

ketersediaan beras di Sumatera Utara.

Y = f (X1, X2, X3,Y (t-1)) ............. .....................................................(1)

Persamaan tersebut dengan spesifikasi model ekonometrika setelah

dilogaritmakan

LY=α 0+α 1L X1+α 2 L X2 +α 3 L X3 + α 4 LY (t-1) +μ 1.....................(2)

Dimana

Y = Ketersediaan Beras (ton)

X1 = Luas Panen (ha)

X2 = Harga Beras (rp/ton)

X3 = Harga Jagung (rp/ton)

Y (t-1) = Ketersediaan Beras Tahun Sebelumnya (ton)

α 0 = Konstanta/Koefisen intersep

α 1- α 2- α 3 α 4 = Koefisen regresi

μ 1 = kesalahan pengganggu

Persamaan regresi untuk pengaruh luas panen, harga beras, harga jagung

dan ketersediaan beras tahun sebelumnya, terhadap variabel ketersediaan beras

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 58: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

(Y) setelah di lag dalam program eviews 4.1, maka hasilnya adalah sebagai

berikut :

LY = 0, 831 + 0, 979 LX 1 + 0, 041 LX2 - 0, 007 LX3 + 0,108 LY(t-1) Std Error = 0, 055, 0, 018 0, 018 0, 074 t-Statistic = 17, 856,*** 2, 269,* - 0, 430 1, 466 R2 = 0,993 F-statistic = 498, 301*** D-W = 1, 913

Sumber : Lampiran 2

*** Signifikansi padaα 5 % = 2,101

** Signifikansi pada α 10 % = 1,734

* Signifikansi pada α 20 % = 1,330

4.3. Uji kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

4.3.1. koefisien Determinasi (R2)

Dari hasil estimasi dapat diperoleh nilai koefisen determinasi (R2)

sebesar 0.993 yang berarti bahwa variasi yang terjadi pada luas panen (X1),

harga beras (X2,), harga jagung (X3) dan ketersediaan beras tahun sebelumnya

(Y(t-1)) dapat menjelaskan ketersediaan beras (Y) sebesar 99, 3 %.

4.3.2. Uji Serempak ( Uji F -statistik).

Dari keseluruhan variabel bebas yaitu luas panen (X1), harga beras (X2,),

harga jagung (X3) dan ketersediaan beras tahun sebelumnya (Y(t-1)) secara

serempak memberikan pengaruh yang sangat signifikan F hitung sebesar 498,

301 > Ftabel sebesar 3, 06 ( α = 0.05 ).

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 59: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

4.3.3. Uji Parsial ( Uji t -statistik).

Dengan melakukan pengujian secara parsial, maka pengaruh masing

masing variabel bebas yakni luas panen (X1), harga beras (X2). harga jagung (X3)

dan ketersediaan beras tahun sebelumnya (Y(t-1) terhadap variabel ketersediaan

beras (Y) dapat dilihat sebagai berikut.

Faktor luas panen (X1) tanda positif dari koefisen regresi bernilai 0, 979.

Hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata antara luas panen (X1),

dengan ketersediaan produksi beras (Y). Nilai signifikansi t- hitung sebesar 17, 856

adalah lebih besar dari nilai t- tabel 2, 101 ( α = 0.05 ) artinya sangat signifikan

dengan kata lain luas panen (X1) yang dimiliki dan dikelola mempunyai pengaruh

yang sangat nyata terhadap ketersediaan beras (Y).

Sedangkan tingkat elastisitas luas panen (X1) terhadap ketersediaan beras.

(Y). lebih kecil dari 1 (inelastis <1). Dengan demikian apabila luas panen (X1)

meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naikya ketersediaan beras

(Y1). Sebesar 0, 979 ton ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara luas panen (X1) dengan

ketersediaan beras (Y).

Faktor harga beras (X2) tanda positif dari koefisen regresi bernilai 0, 041

Hal ini menunjukkan berpengaruh nyata antara harga beras (X2) dengan

ketersediaan beras (Y). Signifikan t- hitung sebesar 2, 269 adalah lebih besar dari

nilai t- tabel 2.101 ( α = 0.05 ) artinya harga beras (X2) menunjukkan signifikan

dengan kata lain faktor harga beras (X2) mempunyai pengaruh yang nyata

terhadap ketersediaan beras (Y).

Sedangkan tingkat elastisitas harga beras (X2) terhadap ketersediaan

beras (Y) lebih kecil dari 1 (inelastis <1). Dengan demikian apabila harga beras

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 60: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

(X2) naik sebesar 1 % maka akan diimbangi dengan naiknya ketersediaan beras

(Y). sebesar 0, 041 ton ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara harga beras (X2)

dengan ketersediaan beras. (Y), makin tinggi harga beras maka makin tinggi

ketersediaan beras yang ditawarkan.

Faktor harga jagung (X3) barang subsitusi tanda positif dari koefisen

regresi bernilai -0.007 Hal ini menunjukkan pengaruh yang tidak nyata antara

harga jagung (X3) dengan ketersediaan beras (Y). Nilai signifikansi t- hitung

sebesar - 0, 430 adalah lebih kecil dari nilai t- tabel 2.101 ( α = 0.05 ) artinya

tidak terdapat pengaruh yang signifikan, dengan kata lain faktor harga jagung (X3)

terdapat pengaruh negatif yang tidak nyata terhadap ketersediaan beras (Y).

karena harga jagung lebih murah dibandingkan dengan harga beras maka

pengaruh harga jagung belum menunjukkan signifikan.

Sedangkan tingkat elastisitas harga jagung (X3) terhadap ketersediaan

beras (Y) lebih kecil dari 1 (inelastis <1). Dengan demikian apabila harga jagung

(X3) meningkat menghasilkan sebesar 1 % maka akan diimbangi dengan meng-

urangi ketersediaan beras (Y).sebesar -0.007 ton ceteris paribus. Berarti sesuai

dengan hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara

harga jagung (X3) dengan ketersediaan beras (Y).

Faktor ketersediaan beras tahun sebelumnya (Y(t-1)) tanda positif dari

koefisen regresi bernilai 0,108. Hal ini menunjukkan tidak ada berpengaruh

nyata antara ketersediaan beras tahun sebelumnya (Y (t-1) ) dengan ketersediaan

beras (Y). Nilai signifikansi t- hitung sebesar 1, 466 adalah lebih kecil dari nilai

t- tabel 2, 101 ( α = 0.05 ) artinya tidak signifikan dengan kata lain ketersediaan

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 61: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

beras tahun sebelumnya (Y(t-1)) yang dimiliki tidak mempunyai pengaruh yang

sangat nyata terhadap ketersediaan beras (Y).

Sedangkan tingkat elastisitas ketersediaan beras tahun sebelumnya (Y (t-1) )

terhadap ketersediaan beras. (Y). lebih kecil dari 1 (inelastis <1). Dengan

demikian apabila tingkat elastisitas ketersediaan beras tahun sebelumnya (Y (t-1) )

meningkat sebesar 1 %, maka akan diimbangi dengan naikya ketersediaan beras

(Y). Sebesar 0, 108 ton ceteris paribus. Berarti sesuai dengan hipotesis yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara ketersediaan beras tahun

sebelumnya (Y (t-1) ) dengan ketersediaan beras (Y).

4.4. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Pada umumnya ada beberapa permasalahan yang lazim terjadi dalam

model regresi linier dimana secara statistik permasalahan tersebut dapat meng-

ganggu model yang telah ditentukan, bahkan dapat menyesatkan kesimpulan

yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Oleh karenanya perlu dilakukan uji

penyimpangan asumsi klasik.

4.4.1. Uji Normalitas

Uji ini untuk mengetahui normal atau tidaknya faktor gangguan (ut). Uji

ini menggunakan hasil estimasi residual dan chisquare probability distribution.

Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Jarque-Bera

Test atau sering disebut dengan JB Test, dengan cara membandingkan nilai JB

hitung terhadap vaiabel x2 tabel, α = 0.05 x2 tabel = 31.53.

Berdasrkan hasil estimasi uji Jarque-Bera test (JB test) pada Lampiran 5,

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 62: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

maka diperoleh besarnya nilai Jarque – Bera test statistik adalah sebesar 2,461

kemudian bila dibandingkan dengan nilai X2 tabel sebesar 31.53 pada level

signifikan 5 %, bahwa nilai JB test hitung 2,461 lebih kecil dari nilai X2tabel 31.53

yang berarti model empiris yang digunakan dalam model tersebut mempunyai

residual atau faktor pengganggu yang berdistribusi normal, yang tidak dapat

ditolak dan tidak signifikan.

4.4.2. Uji Linieritas

Uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson d

Statistik (The Durbin-Watson d Statistic Test) dan uji Ramsey (Ramsey RESET

Test) yang dikembangkan oleh Ramsey (1969). Hal ini dapat dilihat Tabel 4.4.2.

Tabel 4.4.2 Hasil Uji Linieritas Ketersediaan Beras Ramsey RESET Test: F-statistic 26.65627 Probability 0.000116 Log likelihood ratio 20.42803 Probability 0.000006 Test Equation: Dependent Variable: LY Method: Least Squares Date: 07/10/07 Time: 18:30 Sample: 1987 2006 Included observations: 20

Sumber : Lampiran 4

Jadi nilai F.hitung sebesar 26.656 > nilai F-tabel sebesar 3.59 maka hipotesis

nol (H0) yang mengatakan bahwa spesifkasi model yang digunakan dalam bentuk

fungsi linier adalah benar tidak diterima.

4.4.3. Uji Multikolinearitas

Beberapa kaidah (rule of thumb) yang lazim digunakan untuk mendeteksi

ada tidaknya multikolinearitas dalam satu model estimasi, dilakukan dengan

melihat nilai R2 yang dihasilkan dari model estimasi R2 yang tinggi, yang disertai

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 63: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

dengan koefisen yang sebagian besar tidak signifikan biasanya menandakan

adanya multikolinearitas dalam satu model.

Tabel 4.4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Ketersediaan Beras Variabel R2

X1 = f (X2, X3 , Y (t-1) ) 0, 655

X2 = f (X3, Y (t-1) , X1) 0, 976

X3 = f (Y (t-1) , X1, X2) 0, 965

Y(t-1) = f(X1, X2, X3) 0, 925

Sumber : Lampiran 5 s/d 8

Dari Tabel 4.4.3. dapat dilihat bahwa nilai R2 Y= f (, X1, X2, X3, Y (t-1))

adalah 0, 993 lebih besar dari nilai R2 dalam regresi parsial untuk persamaan

X1 = f (X2, X3 , Y (t-1) ) adalah 0, 655, X2 = f (X3, Y (t-1) , X1) adalah 0, 976,

X3 = f (Y (t-1) , X1, X2) adalah 0.965, Y(t-1) = f (X1, X2, X3) adalah 0, 925,

Dapat disimpulkan bahwa dalam model ini tidak ditemukan adanya

multikolinearitas.

4.4.4. Uji Autokorelasi

Untuk mendiagnose ada tidaknya korelasi serial (autokorelasi) dapat

dilakukan uji Lagrange Multiplier test (L M test). Uji ini lebih baik dibandingkan

dengan uji Durbin Watson test karena lebih mudah diinterpretasikan.

Berdasarkan hasil LM test menunjukkan bahwa besarnya nilai X2 hitung

(Obs *R-squared) = 4.086 lebih kecil dari pada nilai X2 tabel = 31.53 α = 0.05

dengan demikian hipotesis nol (Ho) yang menyatakan bahwa tidak ada

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 64: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

autokorelasi diterima, artinya dalam model yang diestimasi tersebut tidak

mengandung korelasi serial (auto korelasi ) antar faktor pengganggu (error term)

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 65: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Variasi yang terjadi pada luas panen, harga beras, harga jagung dan

ketersediaan beras tahun sebelumnya dapat menjelaskan variasi ketersediaan beras

sebesar 99,3 % .

Dari keseluruhan variabel bebas yaitu luas panen, harga beras, harga

jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya secara serempak memberikan

pengaruh yang sangat signifikan.

Secara parsial menunjukkan bahwa variabel luas panen dan harga beras

memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap ketersediaan beras sedangkan

kedua variabel yaitu harga jagung dan ketersediaan beras tahun sebelumnya

menunjukkan pengaruh tidak nyata terhadap ketersediaan beras.

5.2. Saran

Peranan luas panen merupakan faktor yang paling besar mempengaruhi

ketersediaan beras hal ini dapat ditingkatkan lagi dengan pola ektensifikasi,

intensifikasi dan panca usahatani.

Harga beras merupakan faktor yang paling penting dan pemerintah harus

menyesuaikan harga, agar petani terus semangat meningkatkan produksi dan

produktivitas.

Sangat memungkinkan untuk dilakukan penelitian lanjutan permintaan

atau total konsumsi beras di Sumatera Utara agar dapat sebagai perbandingan.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 66: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

DAFTAR PUSTAKA AAK. 1990. Budi Daya Tanaman Padi. Kanisius, Yogyakarta. Agus. F. 2004. Konvensi dan Hilangnya Multi Fungsi Lahan Sawah, Balai

Penelitian Tanah, Bogor, dalam Tabloid Sinar Tani, 29 Januari 2204. Akbar, Arief RM. 2002. Model Simulasi Penyediaan Kebutuhan Beras Nasional.

Makalah Pengantar Falsafah Sains. LPB. Bogor. Anwar. A, 1993. dampak Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Lahan Non

Pertanian di Sektor Wilayah Pedesaan, Juyrnal Perencanaan Wilayah dan Kota No. 10, Institut Teknologi Bandung.

Ariani Mewa, dkk. 2001. Bagaimana Dampak Krisis Ekonomi Terhadap

Ketahanan Pangan Golongan Miskin. Buletein Agro ekonomi Volume 1 nomor 2.

Arifin, B. 2006. Analisis Ekonomi Disparitas Harga Gabah dan Harga Beras.

Kompas 13 Februari 2006. Kolom Head line. Jakarta. Badan Ketahanan Pangan / Sekretaris Dewan Ketahanan Pangan Propinsi

Sumatera Utara, 2005. Draft Rancangan Kebijakan dan Program Peningkatan Kebijakan Ketahanan Pangan tahun 2005. Medan

Eachern Mc William A. 2001. Ekonomi Mikro Pendekatan Konterporer Edisi

Pertama Salemba Empat. Jakarta Gujarati Damodar. 1978. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta Hadi, Nasrul, 2004. Mengganti Padi Dengan Kelapa Sawit. Jambi : Dinas

Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung Timur Joesron,Tati Suhartati dan Fathorrozi, M. 2003. Teori Ekonomi Mikro.

Dilengkapi Beberapa Bentuk Fungsi Produksi. Penebit Salemba Empat. Jakarta.

Khudori, 2006. Ekonomi Politik Beras. Kompas Kamis 5 januari 2006 Kolom

Opini. Jakarta. Kompas, 11 Januari 2006. Beras Kenaikan Harga Dipicu naiknya Biaya produksi.

Kolom Bisnis dan Keuangan. Jakarta. Kompas, 22 Januari 2007. Harga OP Tidak berubah. Kolom Sumetera Bagian

Utara. Jakarta. Kompas, 16 Februari 2007. Bulog Mengakui Adanya Penyimpangan OP Beras.

Head Line. Jakarta.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 67: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Kompas, 9 April 2007. 10 Juta Ton Beras Berpotensi Hilang . Konversi Lahan

Irigasi Mencapai 3. 099 Juta Ton. Kolom Bisnis dan Keuangan. Jakarta. Lubis, A.Efendi.,2005. Perencanaan Koorporasi Peningkatan Ketahanan Pangan

di Propinsi Sumatera Utara. Prosiding seminar Sehari Strategi Penguatan Ketahanan Pangan, tanggal 4 Juli 2005, Medan.

Noor, Muhammad, 1996. Padi Lahan Marjinal. Penerbit Swadaya. Jakarta. Nuryanti, Sri. 2005. Analisa Keseimbangan Sistem Penawaean Dan Permintaan

Beras Di Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi Volume 23 no 1. Pusat Pengembangan Ketersediaan Pangan, 2007. Analisis Permintaan Dan

Produksi Beras di indonesia, 2001-2004.Info Ketersediaan Pangan Web Provinsi.

Rusmarilin, H. dan Asmin P., 2005. Diversifikasi Pangan Sebagai Salah Satu

Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan. Prosiding Seminar Sehari Strategi Penguatan Ketahanan Pangan, tanggal 4 juli 2005. Medan.

Saragih, B.2001. Pembangunan Pertanian 2001-2004 Departemen Pertanian.

Jakarta. Sembiring, H dan Moehar Daniel. 2003 (a). Prospek Pengembangan Pengelolaan

Tanaman Terpadu Padi Sawah Di Sumatera Utara Tahun 2009. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan dan Agribisnis Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani dalam Era Globalisasi. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Sembiring, H dan Moehar Daniel. 2003 (b). Kontribusi PTT Dan Prediksi

Perpadian Sumut Lima Tahun Mendatang. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Spesifik Lokasi Mendukung Ketahanan Pangan dan Agribisnis Untuk Meningkatkan Pendapatan Petani dalam Era Globalisasi. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Sihombing, L., 2005. Food Security : Analisis Ketersediaan dan Akses ( Studi

Kasus Propinsi Sumatera Utara ). Prosiding Seminar Sehari Strategi Penguatan Ketahanan Pangan, tanggal 4 juli 2005. Medan.

Silitonga, C. 1996. Perkembangan Ekonomi nasional 1969-1995. PERHEPI.

Jakarta. Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi Edisi

Revisi, Jakarta : Rajawali. Sugema, I. 2005. Krisis Kebijakan Beras. Kompas Jumat 20 Januari 2006. Kolom

Opini. Jakarta.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 68: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Sugeng, 2001. Bercocok Tanaman Padi. Aneka Ilmu. Semarang. Sukirno Sadono. 2006 Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi ketiga. PT Raja

Grafindo Persada Jakarta Sumarno. 2006. Pentingnya Setiap Provinsi Berswasembada Beras. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Harian Sinar Tani Edisi 1-7 Maret no 3139.

Suparmoko Maria R dan Suparmoko M. 1998. Ekonomika Untuk Manajer (teori

dan soal-jawab) Penerbit BPFE- Jogyakarta Suparyono dan Agus Setyono, 1993. Padi, Penebar Swadaya. Jakarta. Suparmoko, Maria R dan M, Suparmoko. 1998. Ekonomika Untuk Manajer (Teori dan Soal –Jawab) edisi Pertama BPFE- Yogyakarta. Susanto. U, 2004. Retrospek Dan Prospek Peranan Pemuliaan Tanaman Padi

Dalam Dinamika Perkembangan Zaman. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Suryana, A dan Hermanto. 2003. Kebijakan Ekonomi Perberasan Nasional.

Ekonomi Padi dan Beras Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Swastika, DKS. 1999. Penerapan Model Dinamis Dalam Sistem Penawaran dan

Permintaan Beras di Indonesia Informatika Pertanian Volume 8 (Desember 1999)

Todaro, P., 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta. Waspada, 1 Desember 2005. Hasil Pertanian Tapsel di Atas Standar Nasional.

Kolom Bisnis dan Teknologi. Medan. Waspada, 2 Desember 2005. Sumut Impor Beras 14.000 ton. Kolom Bisnis dan

Teknologi. Medan. Waspada, 28 januari 2006. Kita Memang Harus Tolak Beras Impor. Tajuk

Rencana. Kolom Opini. Medan Waspada, 2 Februari 2007.25 Daerah Minta Jatah Raskin 2007. Kolom Bisnis dan

Teknologi.

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 69: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Lampiran 1. Penggunaan Produksi Gabah Kering Giling yang Akan Diolah Menjadi Bibit, Pakan Ternak, Bahan Baku Industrl Bukan Makanan, Susut, Limbah Produksi Beras dan Ketersediaan Beras Tahun 1987-2006

Tahun

Produksi Gabah Kering Giling (ton)

Bibit/benih

Pakan ternak

Bahan baku industri bukan makanan

Susut/tercecer

Limbah produksi beras

Kertersediaan beras

0,90% 0,44% 0,56% 5,40% 29,50% 63,20%1987 2458088 22122, 79 10815, 59 13765, 29 132736, 75 725135, 96 1553511, 621988 2482938 22346, 44 10924, 93 13904, 45 134078, 65 732466, 71 1569216, 821989 2540874 22867, 87 11179, 85 14228, 89 137207, 20 749557, 83 1605832, 371990 2617754 23559, 79 11518, 12 14659, 42 141358, 72 772237, 43 1654420, 531991 2730393 24573, 54 12013, 73 15290, 20 147441, 22 805465, 94 1725608, 381992 2895194 26056, 75 12738, 85 16213, 09 156340, 48 854082, 23 1829762, 611993 2918152 26263, 37 12839, 87 16341, 65 157580, 21 860854, 84 1844272, 061994 3079960 27719, 64 13551, 82 17247, 78 166317, 84 908588, 20 1946534, 721995 3134533 28210, 80 13791, 95 17553, 38 169264, 78 924687, 24 1981024, 861996 3136760 28230, 84 13801, 74 17565, 86 169385, 04 925344, 20 1982432, 321997 3212208 28909, 87 14133, 72 17988, 36 173459, 23 947601, 36 2030115, 461998 3321049 29889, 44 14612, 62 18597, 87 179336, 65 979709, 46 2098902, 971999 3451430 31062, 87 15186, 29 19328, 01 186377, 22 1018171, 85 2181303, 762000 3514253 31628, 28 15462, 71 19679, 82 189769, 66 1036704, 64 2221007, 902001 3291515 29623, 64 14482, 67 18432, 48 177741, 81 970996, 93 2080237, 482002 3153305 28379, 75 13874, 54 17658, 51 170278, 47 930224, 98 1992888, 762003 3403075 30627, 68 14973, 53 19057, 22 183766, 05 1003907, 13 2150743, 402004 3418782 30769, 04 15042, 64 19145, 18 184614, 23 1008540, 69 2160670, 222005 3447393 31026, 54 15168, 53 19305, 40 186159, 22 1016980, 94 2178752, 382006 2988843 26899, 59 13150, 91 16737, 52 161397, 52 881708, 69 1888948, 78

∑ 61196499 550768, 50 269264,60 342700, 40 3304611, 00 18052967, 50 38676187, 37 x 3059824,95 27538, 42 13463, 23 17135, 02 165230, 55 902648, 36 1933809, 37

Sumber : Dinas Pertanian Pemprovsu, Tahun 2007 Data Diolah Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 70: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Lampiran 2. Hasil Regresi OLS Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, Setelah Di Lag Dependent Variable: LY Method: Least Squares Date: 07/18/07 Time: 13:29 Sample(adjusted): 1988 2006 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.830903 0.755685 -1.099537 0.2901

LX1 0.978985 0.054826 17.85634 0.0000 LX2 0.041455 0.018270 2.269042 0.0396 LX3 -0.007912 0.018381 -0.430408 0.6735

LY(t-1) 0.107998 0.073666 1.466053 0.1647 R-squared 0.993025 Mean dependent var 14.47993 Adjusted R-squared 0.991032 S.D. dependent var 0.107746 S.E. of regression 0.010203 Akaike info criterion -6.111282 Sum squared resid 0.001457 Schwarz criterion -5.862745 Log likelihood 63.05718 F-statistic 498.3012 Durbin-Watson stat 1.913659 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 3. Hasil Uji Normalitas Ketersediaan Beras di Sumatera Utara

0

1

2

3

4

5

6

7

-0.01 0.00 0.01 0.02

Series: ResidualsSample 1988 2006Observations 19

Mean -1.58E-15Median 0.000112Maximum 0.023918Minimum -0.013682Std. Dev. 0.008998Skewness 0.726882Kurtosis 3.998023

Jarque-Bera 2.461673Probability 0.292048

Gambar 2. Histogram and stats uji normalitas Ketersediaan Beras di Sumatera Utara

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 71: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Lampiran 4. Hasil Uji Linieritas Ketersediaan Beras di Sumatera Utara Ramsey RESET Test: F-statistic 26.65627 Probability 0.000116 Log likelihood ratio 20.42803 Probability 0.000006

Test Equation: Dependent Variable: LY Method: Least Squares Date: 07/10/07 Time: 18:30 Sample: 1987 2006 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 190.1497 36.12244 5.264032 0.0001

LX1 -38.66466 7.632578 -5.065741 0.0001 LX2 -3.155640 0.623638 -5.060054 0.0001 LX3 0.370765 0.080120 4.627602 0.0003

FITTED^2 1.848929 0.358113 5.162971 0.0001 R-squared 0.981117 Mean dependent var 14.46874 Adjusted R-squared 0.976081 S.D. dependent var 0.116210 S.E. of regression 0.017973 Akaike info criterion -4.987622 Sum squared resid 0.004845 Schwarz criterion -4.738689 Log likelihood 54.87622 F-statistic 194.8401 Durbin-Watson stat 1.762461 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 5. Hasil Uji Multikolinearitas Untuk Variabel Luas Panen di Sumatera Utara Dependent Variable: LX1 Method: Least Squares Date: 07/18/07 Time: 13:35 Sample(adjusted): 1988 2006 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2.335301 3.507413 0.665819 0.5156

LX2 -0.026042 0.085778 -0.303603 0.7656 LX3 -0.031791 0.086176 -0.368908 0.7174

LY(t-1) 0.829295 0.272962 3.038135 0.0083 R-squared 0.655647 Mean dependent var 13.55365 Adjusted R-squared 0.586776 S.D. dependent var 0.074751 S.E. of regression 0.048052 Akaike info criterion -3.048406 Sum squared resid 0.034635 Schwarz criterion -2.849577 Log likelihood 32.95986 F-statistic 9.519970 Durbin-Watson stat 1.735577 Prob(F-statistic) 0.000911

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 72: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Lampiran 6. Hasil Uji Multikolinearitas Untuk Variabel Harga Beras di Sumatera Utara Dependent Variable: LX2 Method: Least Squares Date: 07/18/07 Time: 13:51 Sample(adjusted): 1988 2006 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -25.61004 8.386382 -3.053765 0.0080

LX3 0.897215 0.117546 7.632915 0.0000 LY(t-1) 2.151096 0.880547 2.442908 0.0274 LX1 -0.234519 0.772453 -0.303603 0.7656

R-squared 0.976881 Mean dependent var 14.05531 Adjusted R-squared 0.972257 S.D. dependent var 0.865734 S.E. of regression 0.144198 Akaike info criterion -0.850597 Sum squared resid 0.311895 Schwarz criterion -0.651768 Log likelihood 12.08068 F-statistic 211.2734 Durbin-Watson stat 1.816678 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 7. Hasil Uji Multikolinearitas Untuk Variabel Harga Jagung di Sumatera Utara Dependent Variable: LX3 Method: Least Squares Date: 07/18/07 Time: 13:54 Sample(adjusted): 1988 2006 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 12.95704 10.07392 1.286197 0.2179

LY(t-1) -0.588887 1.023528 -0.575350 0.5736 LX1 -0.282824 0.766651 -0.368908 0.7174 LX2 0.886358 0.116123 7.632915 0.0000

R-squared 0.965226 Mean dependent var 13.06079 Adjusted R-squared 0.958271 S.D. dependent var 0.701610 S.E. of regression 0.143323 Akaike info criterion -0.862773 Sum squared resid 0.308121 Schwarz criterion -0.663943 Log likelihood 12.19634 F-statistic 138.7847 Durbin-Watson stat 1.893791 Prob(F-statistic) 0.000000

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Page 73: Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera

Hasman Hasyim : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara, 2007 USU e-Repository © 2008

Lampiran 8. Hasil Uji Multikolinearitas Untuk Variabel Ketersediaan Beras Tahun Sebelumnya di Sumatera Utara Dependent Variable: LY(t-1) Method: Least Squares Date: 07/18/07 Time: 13:58 Sample(adjusted): 1988 2006 Included observations: 19 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 6.862914 1.968646 3.486109 0.0033

LX1 0.459353 0.151196 3.038135 0.0083 LX2 0.132313 0.054162 2.442908 0.0274 LX3 -0.036666 0.063728 -0.575350 0.5736

R-squared 0.925142 Mean dependent var 14.46964 Adjusted R-squared 0.910170 S.D. dependent var 0.119322 S.E. of regression 0.035763 Akaike info criterion -3.639162 Sum squared resid 0.019184 Schwarz criterion -3.440333 Log likelihood 38.57204 F-statistic 61.79290 Durbin-Watson stat 1.585717 Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 9. Hasil Uji Autokorelasi Ketersediaan Beras di Sumatera Utara Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.643883 Probability 0.233896 Obs*R-squared 4.086114 Probability 0.129632

Test Equation: Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 07/18/07 Time: 14:05 Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.524176 0.782051 0.670258 0.5154

LX1 -0.067759 0.064469 -1.051030 0.3140 LX2 0.014375 0.019680 0.730439 0.4791 LX3 -0.017440 0.020591 -0.846977 0.4136

LY(t-1) 0.029016 0.072666 0.399309 0.6967 RESID(-1) 0.049670 0.267616 0.185601 0.8559 RESID(-2) -0.616675 0.340114 -1.813145 0.0949

R-squared 0.215059 Mean dependent var 1.40E-15 Adjusted R-squared -0.177412 S.D. dependent var 0.008998 S.E. of regression 0.009764 Akaike info criterion -6.142902 Sum squared resid 0.001144 Schwarz criterion -5.794951 Log likelihood 65.35757 F-statistic 0.547961 Durbin-Watson stat 1.837721 Prob(F-statistic) 0.762878