faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa...

203
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI PADA PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN KARAWANG Oleh: NUGRAHA ARIEF A14104123 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: phungkhue

Post on 06-Mar-2019

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI PADA

PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN KARAWANG

Oleh: NUGRAHA ARIEF

A14104123

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

RINGKASAN

NUGRAHA ARIEF. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang. Di bawah bimbingan MUHAMMAD FIRDAUS.

Beras merupakan komoditi terpenting di Indonesia dan berlaku sebagai makanan pokok (staple food) bagi lebih dari 95 persen penduduk. Tingkat konsumsi beras per kapita masyarakat Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia. Data Susenas (2006) menyebutkan bahwa tingkat konsumsi beras per kapita mayarakat Indonesia sebesar 139,15 kilogram per tahun. Beras juga menjadi industri yang strategis bagi perekonomian nasional dengan sumbangan industri beras terhadap GDP pertanian mencapai 28,8 persen, dengan menyerap tenaga kerja sebesar 28,79 persen dari total penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian atau setara dengan 12,05 juta jiwa.

Selain Bulog, pengusahaan penggilingan padi juga memiliki tanggungjawab dalam upaya penyediaan beras. Balitbang Deptan (2006) menyatakan bahwa jumlah penggilingan di Indonesia pada tahun 2005 berjumlah 110.611 unit, 70 persen diantaranya adalah penggilingan berskala kecil (rice milling unit), sisanya adalah penggilingan berskala sedang dan besar. Penggilingan memiliki peranan penting antara lain (1) sebagai penyedia kebutuhan pangan masarakat, (2) menjadi titik sentral dari suatu kawasan industri produksi padi, karena mampu berfungsi sebagai titik pertemuan antara perubahan bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas beras, (4) tingkat harga dan pendapatan yang diperoleh petani serta tingkat harga yang harus dibayar oleh konsumen, (5) mampu membuka lapangan pekerjaan di daerah perdesaan.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) membandingkan karakteristik pengusahaan penggilingan padi, (2) menghitung tingkat pendapatan penggilingan padi, (3) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatan antara pengusahaan penggilingan padi berpendapatan tinggi dan rendah, dan (4) menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2008, dengan menggunakan data primer yang bersumber dari wawancara terstruktur berpedoman pada kuesioner dengan pengusaha penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Penarikan sampel dilakukan dengan metode judgement sampling yang membagi penggilingan ke dalam dua kelompok, yaitu penggilingan padi besar dan kecil. Penggilingan padi besar adalah penggilingan padi dengan kapasitas produksi beras sama dengan atau lebih dari 20 ton per hari, sedangkan penggilingan kecil memiliki kapasitas produksi beras kurang dari 20 ton per hari. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat aktivitas produksi penggilingan padi, karakteristik pengusahaan penggilingan padi dan hal-hal terkait lain. Analisis kuantitatif dilakukan untuk menghitung tingkat pendapatan, faktor-faktor pembeda pendapatan, dan analisis efisiensi penggunaan faktor produksi pada pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Ms. Excel, Minitab 14, dan SPSS 13.

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

Penggilingan besar memiliki kapasitas produksi beras yang lebih besar dibandingkan penggilingan padi kecil. Rata-rata penggilingan padi besar memiliki kapasitas produksi beras per hari rata-rata sebesar 29,23 ton, sedangkan penggilingan padi kecil memiliki rata-rata kapasitas produksi 5,9 ton beras per hari. Penggilingan besar memiliki kapasitas lebih besar karena didukung oleh modal yang lebih besar untuk membeli gabah serta ditunjang oleh kapasitas mesin yang digunakan dan luas gudang penyimpanan yang lebih besar. Penggilingan besar sebagian menggunakan mesin dan alat-alat produksi yang mampu mengeliminasi tenaga manusia (mekanisasi), sedangkan penggilingan kecil masih mengandalkan tenaga manusia dalam proses produksinya. Pengalaman usaha pemilik penggilingan padi besar yang lebih lama mampu menentukan keberhasilan usaha dibandingkan dengan pengalaman pengusaha penggilingan padi kecil. Penggilingan padi besar hampir seluruhnya melakukan kemitraan dengan Bulog karena dianggap menguntungkan dan meminjam modal usaha ke bank, sementara penggilingan padi kecil tidak melakukannya.

Pengusahaan penggilingan padi besar memiliki pendapatan atas biaya total sebesar Rp 15.738.069 dengan nilai rasio R/C atas biaya total sebesar 1,117, yang artinya setiap Rp 1.000 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan Rp 1.117 penerimaan. Penggilingan padi kecil memiliki pendapatan atas biaya total sebesar Rp 4.629.912 dengan rasio R/C atas biaya total sebesar 1,174, artinya setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.174. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pengusahaan pengilingan padi kecil lebih efisien daripada penggilingan padi besar. Rasio R/C yang lebih tinggi dari satu menunjukkan bahwa pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang telah menguntungkan.

Analisis diskriminan mampu menunjukkan faktor yang berpengaruh nyata dalam membedakan penggilingan padi berpendapatan tinggi dan rendah antara lain kapasitas produksi penggilingan, modal yang dimiliki, kapasitas mesin penggilingan, kemitraan penggilingan dengan Bulog, dan tingkat pendidikan pengusaha penggilingan. Model diskriminan yang dibentuk oleh kelima faktor tersebut mampu menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelompok penggilingan berpendapatan tinggi dan rendah.

Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi menghasilkan tiga faktor produksi yang berpengaruh nyata dan positif terhadap jumlah beras yang dihasilkan pengusahaan penggilingan padi, yaitu jumlah GKP, jumlah Solar, dan modal usaha. Dari ketiga faktor tersebut, faktor yang dianalisis dalam efisiensi penggunaan faktor produksi adalah faktor produksi yang bersifat fisik dan dapat dinilai dengan satuan rupiah yaitu jumlah GKP dan jumlah solar. Analisis efisiensi penggunaan faktor produksi pengusahaan penggilingan padi menunjukkan kondisi belum efisien. Jumlah GKP perlu dikurangi sedangkan jumlah solar perlu ditambah untuk mencapai kondisi optimal. Kombinasi optimal jumlah GKP adalah 21,33 ton sedangkan jumlah solar optimal adalah 2.463,15 liter. Kombinasi optimal solar yang perlu ditambah kurang sesuai dengan pengurangan jumlah GKP dan peningkatan harga solar dewasa ini. Skala produksi penggilingan padi berada pada skala kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to scale).

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI PADA

PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN KARAWANG

Oleh: NUGRAHA ARIEF

A14104123

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

Judul Skripsi : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan

dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan

Padi di Kabupaten Karawang

Nama : Nugraha Arief

NRP : A14104123

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

Tanggal Kelulusan:

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERBEDAAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI PADA

PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN

KARAWANG” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN

TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN

MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA

MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA

SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG

PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN

KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM

NASKAH.

Bogor, Juli 2008

Nugraha Arief A14104123

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Nugraha Arief, dilahirkan di Karawang pada

tanggal 5 Juni 1985. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan

Didi Sumardi dan Mulyati. Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan

dasar di SDN Rengasdengklok Utara II. Kemudian, pada tahun 2001 penulis

menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTPN 1 Rengasdengklok,

Banjarnegara dan menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAN 1

Karawang pada tahun 2004.

Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) tahun 2004 dengan program studi

Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

pertanian. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis aktif diberbagai organisasi

kemahasiswaan seperti BEM TPB (2004-2005), BEM Fakultas Pertanian (2005-

2006), IAAS (2006-2008), dan terakhir di MISETA (2007-2008).

Penulis juga aktif mengikuti berbagai kompetisi tingkat nasional seperti

Student Technopreneurship (2006), PKMP-PIMNAS (2006), LIIM (2006),

Danone International Business Simulation TRUST by Danone (2007), KPKM

Bidang Ekonomi (2007), Dale Carnegie Fundamental Leadership Training (2008),

dan Leadership Scholarship 2nd Nutrifood (2008). Beberapa diantaranya berhasil

menorehkan prestasi sebagai pemenang. Penulis pernah menjadi asisten praktikum

mata kuliah Sosiologi Umum selama satu semester. Penulis juga pernah bekerja

pada PT Nutrifood Indonesia dengan posisi Marketing Promotion Executive

(MPE), kemudian mengundurkan diri karena alasan melanjutkan studi.

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya bagi Allah Rabb jagat raya dan Penjaga hati atas

anugerah, rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi pada Pengusahaan Penggilingan

Padi di Kabupaten Karawang” dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai persyaratan

menyelesaikan Program Sarjana pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik pengusahaan

penggilingan padi di Kabupaten Karawang, menganalisis tingkat pendapatan dan

faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatan penggilingan padi, serta

menganalisis efisiensi produksi pengusahaan penggilingan padi di Kabupaen

Karawang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan ini masih terdapat

kekurangan dan jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Namun dengan segala

keterbatasan yang ada, skripsi ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

dalam pembangunan pertanian Indonesia.

Bogor, Juli 2008

Penulis

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan hati menunduk penulis panjatkan segala puji dan syukur kepada

Allah SWT atas cinta dan sayang-Nya, skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis

sampaikan penghargaan tertinggi pada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Didi

Sumardi dan Ibunda Mulyati atas doa yang tak kunjung henti mengalir dalam

darah penulis, kalian inspirator sepanjang masa. Terima kasih juga penulis

sampaikan pada kakak-kakak, Verry Iskandar, Anita Fatmawati, Yuliawati, dan

Nanang Kosim, atas segala bantuan, motivasi, dan doa serta untuk kedua

keponakan tercinta Azelia dan Yudha.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan pada berbagai pihak

yang telah membantu dalam persiapan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini

baik berupa bimbingan, dukungan dan masukan, terutama kepada:

1. Muhammad Firdaus, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi, atas semua

masukan, transfer ilmu, bimbingan dan arahan yang sangat berharga bagi

penulis selama menyusun skripsi ini.

2. Ir. Popong Nurhayati, MM., selaku dosen penguji utama yang telah berkenan

memberikan kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

3. Rahmat Yanuar, SP., selaku dosen penguji wakil departemen atas segala

kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi.

4. Dra. Yusalina, MSi. selaku dosen pembimbing akademik atas segala

bimbingan, ilmu, dan pelajaran hidup. Terima kasih ibu.

5. Yeka Hendra Fatika, SP atas diskusi yang santai dan menyenangkan selama

penyusunan skripsi. Terima kasih atas pelajaran hidupnya, Mas.

6. Bapak Yusuf dan para pengusaha penggilingan padi, serta Bapak Yanto

(Bulog) atas bantuan dan diskusi panjang mengenai penggilingan padi.

7. Manajemen PT Nutrifood Indonesia: Felix Abednego (HRD Director), Nina

Agustriana dan Dian Mariani (Manager), Andi Handoyo dan Yuliana

Tanoewidjaja (Associate), Mas Opan. Terima kasih atas semuanya, dua bulan

yang penuh makna, persahabatan, dan pelajaran hidup.

8. Sahabat-sahabat di AGB’41 yang tak bisa disebutkan satu persatu. Atas

segala persahabatan, kenangan, perjuangan, dan asa untuk mencapai impian.

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ...................................................................................................... i DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... v I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 12 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 12 1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ......................................... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Padi ........................................................................... 14 2.2 Gambaran Umum Gabah dan Beras ....................................................... 16 2.3 Alat Pengolahan Padi ............................................................................. 18 2.4 Penggilingan Padi .................................................................................. 20 2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................................... 24

2.5.1 Penelitian Mengenai Produksi Penggilingan Padi ....................... 24 2.5.2 Penelitian Mengenai Tingkat Pendapatan dan Efisiensi.............. 26 2.5.3 Penelitian Mengenai Analisis Diskriminan ................................. 27

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................. 29

3.1.1 Konsep Usahatani ......................................................................... 29 3.1.2 Konsep Pendapatan....................................................................... 30 3.1.3 Imbangan Penerimaan dan Biaya ................................................. 32 3.1.4 Analisis Diskriminan .................................................................... 33 3.1.5 Konsep Fungsi Produksii .............................................................. 37 3.1.6 Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi ......................................... 41

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................... 45

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 49 4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 49 4.3 Metode Penarikan Sampel...................................................................... 50 4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 51

4.4.1 Analisis Pendapatan ..................................................................... 52 4.4.2 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya .................................. 54 4.4.3 Analisis Diskriminan ................................................................... 54 4.4.4 Analisis Fungsi Produksi ............................................................. 59 4.4.5 Pengujian Fungsi Produksi .......................................................... 65 4.4.6 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi .......................... 68 4.4.7 Definisi Operasional .................................................................... 69

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

5.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian ...................................................... 73 5.2 Keadaan Demografis Penduduk ............................................................. 74 5.3 Karakteristik Pengusahaan Penggilingan Padi ....................................... 77 5.3.1 Pemilik Penggilingan Padi........................................................... 77 5.3.2 Kapasitas Produksi ...................................................................... 82 5.3.3 Mesin dan Alat Penggilingan Padi .............................................. 83 5.3.4 Modal Usaha ................................................................................ 89 5.3.5 Gabah dan Beras .......................................................................... 91 5.3.6 Tenaga Kerja, Lantai Jemur, dan Bangunan ................................ 94 5.3.7 Mitra dengan Bulog ..................................................................... 99 5.3.8 Aktivitas Pengusahaan Penggilingan Padi .................................. 100

VI. ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI 6.1 Penerimaan Penggilingan Padi ............................................................... 112 6.1.1 Penggilingan Padi Besar .............................................................. 113 6.1.2 Penggilingan Padi Kecil .............................................................. 113 6.1.3 Penggilingan Padi Agregat .......................................................... 114 6.2 Pengeluaran Penggilingan Padi .............................................................. 115 6.2.1 Penggilingan Padi Besar .............................................................. 117 6.2.2 Penggilingan Padi Kecil .............................................................. 119 6.2.3 Penggilingan Padi Agregat .......................................................... 120 6.3 Analisis Pendapatan dan Imbangan Penerimaan dan Biaya .................. 121

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN PENDAPATAN PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

7.1 Validasi Data .......................................................................................... 124 7.1.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh Secara Signifikan

dalam Membedakan Penggilingan Berdasarkan Tingkat Pendapatan .................................................................................. 125

7.1.2 Pemilihan Faktor sebagai Prediktor Terbaik Model Diskriminan ................................................................................. 127

7.2 Interpretasi Model Diskriminan ............................................................. 132

VIII. ANALSIS EFISIENSI PRODUKSI PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

8.1 Analisis Fungsi Produksi ....................................................................... 137 8.2 Pengaruh Faktor-Faktor Produksi .......................................................... 144 8.3 Analisis Skala Usaha .............................................................................. 146 8.4 Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi .................................................. 147 8.5 Kombinasi Optimal Faktor-Faktor Produksi .......................................... 148

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan ............................................................................................ 152 9.2 Saran ....................................................................................................... 153 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 155 LAMPIRAN ....................................................................................................... 159

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Rata-Rata Konsumsi Komoditas Pangan di Indonesia Tahun 2006 ............. 1

2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi di Kabupaten Karawang Tahun 2002-2005 ..................................................................................................... 8

3. Standardisasi Kualitas Gabah oleh Bulog di Indonesia Tahun 2007 ............ 16

4. Persyaratan Kualitas Beras Tahun 2007 ....................................................... 18

5. Hubungan antara Analisis Varians, Regresi, dan Diskriminan ..................... 35

6. Jumlah dan Jenis Penggilingan pada Lokasi Penelitian ................................ 51

7. Faktor Pembeda dalam Skala Interval .......................................................... 56

8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................ 75

9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia ....................................................... 75

10. Komposisi Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha .................................... 76

11. Jumlah Pemilik Penggilingan Padi Berdasarkan Umur ................................ 77

12. Tingkat Pendidikan Pemilik Penggilingan Padi ............................................ 78

13. Jumlah Pemilik Penggilingan Padi Berdasarkan Pengalaman Usaha ........... 80

14. Jumlah Pemilik Berdasarkan Persepsi terhadap Pekerjaan sebagai Pemilik Penggilingan Padi ......................................................................................... 81

15. Jumlah Pemilik Berdasarkan Sumber Modal ................................................ 89

16. Jumlah Pemilik Penggilingan yang Bermitra dengan Bulog ........................ 99

17. Penerimaan Bersih Pengusahaan Penggilingan Padi per Hari ...................... 112

18. Biaya-Biaya yang Dikeluarkan Pengusahaan Penggilingan Padi per Hari ... 117

19. Analisis Pendapatan dan Imbangan Penerimaan dan Biaya Pengusahaan Penggilingan Padi per Har ............................................................................ 122

20. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Membedakan Penggilingan Padi Berdasarkan Tingkat Pendapatan .................................................................. 125

21. Pemasukan Variabel pada Kelompok Penggilingan ..................................... 134

22. Analisis Ragam Produksi Beras pada Pengusahaan Penggilingan Padi ....... 138

23. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Beras pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang .................................................. 139

24. Rasio NPM dan BKM pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang ...................................................................................................... 148

25. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang .................................................. 150

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Produktivitas Padi Nasional Tahun 1997-2007 ............ 3

2. Grafik Perkembangan Jumlah Impor Beras Tahun 1986-2006 ............. 4

3. Langkah-Langkah Melakukan Analisis Diskriminan ............................ 35

4. Kurva Fungsi Produksi dan Hubungannya dengan Produk Marjinal dan Produk Rata-Rata .................................................................................. 40

5. Efisiensi Produksi .................................................................................. 42

6. Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................... 48

7. Mesin Husker pada Penggilingan Padi .................................................. 84

8. Mesin Polisher pada Penggilingan Padi ................................................ 85

9. Mesin Penggerak Husker dan Polisher .................................................. 86

10. Mesin Shining dan Cera Tester ............................................................. 86

11. Lantai Jemur pada Penggilingan Padi ................................................... 97

12. Gudang Penyimpanan dan Kantor pada Penggilingan Padi .................. 98

13. Tahap-Tahap Pengolahan Beras ............................................................ 108

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Karakteristik Pengusaha Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang .. 159

2. Harga Faktor Produksi dan Biaya Aktivitas Produksi Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang ............................................................... 160

3. Pengeluaran (Biaya) Produksi Penggilingan Padi di Kabupaten .......... 161

4. Penerimaan Bersih Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang ........... 162

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan Penggilingan Padi ........................................................................................................ 163

6. Penggunaan Faktor Produksi Penggilingan Padi Kabupaten Karawang 164

7. Analysis Case Processing Summary...................................................... 165

8. Test Of Equality Of Group Means ........................................................ 165

9. Variables Not in the Analysis ................................................................ 166

10. Wilks’ Lambda ...................................................................................... 168

11. Eigenvalues ............................................................................................ 168

12. Canonical Discriminant Function Coefficients ..................................... 168

13. Functions at Group Centroids ................................................................ 168

14. Classification Result .............................................................................. 169

15. Structure Matrix ..................................................................................... 169

16. Analisis Regresi Model Cobb-Douglas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Poduksi Penggilingan Padi ........................................... 170

17. Normalitas Model Cobb-Douglas .......................................................... 171

18. Uji Normalitas Residual Model Cobb-Douglas ..................................... 172

19. Uji Homoskedastisitas Model Cobb-Douglas ....................................... 173

20. Kuesioner ............................................................................................... 174

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia

untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Sebagai makhluk bernyawa, tanpa

pangan manusia tidak mungkin dapat melangsungkan hidup dan kehidupannya

untuk berkembang biak dan bermasyarakat. Bagi bangsa Indonesia jenis tanaman

pangan yang terpenting adalah padi yang kemudian dikonsumsi dalam bentuk

beras.

Beras merupakan komoditi terpenting di Indonesia dan berlaku sebagai

makanan pokok (staple food) masyarakat. Tingkat konsumsi per kapita

masyarakat Indonesia terhadap beras merupakan yang tertinggi di dunia. Data

Susenas (2006) menyebutkan bahwa tingkat konsumsi beras per kapita mayarakat

Indonesia sebesar 139,15 kilogram per tahun (Tabel 1.). Nilai ini jauh lebih tinggi

daripada konsumsi ideal sebesar 80-90 kilogram per kapita per tahun.

Tabel 1. Rata-Rata Konsumsi Komoditas Pangan di Indonesia Tahun 2006 No Komoditas Pangan Konsumsi per Kapita per Tahun (kg) 1 Beras 139,15 2 Jagung 5,32 3 Ketela Pohon 15,04 4 Ayam 4,07 5 Daging 7,10 6 Telur 6,12 7 Susu 6,50 8 Ikan 18,58 9 Buah-buahan 50,78 10 Gula 15,6 11 Kedelai 7,78 12 Sayur-sayuran 9,60

Sumber: Susenas, 2006

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

2

Beras sebagai sebuah industri juga menjadi kekuatan yang strategis bagi

perekonomian nasional. Amang dan Sawit (2001) menyatakan sumbangan

industri beras terhadap GDP pertanian mencapai 28,8 persen, dengan menyerap

tenaga kerja sebesar 28,79 persen dari total penyerapan tenaga kerja di sektor

pertanian atau setara dengan 12,05 juta jiwa.

Beras merupakan bahan pangan pokok bagi lebih dari 95 persen penduduk

Indonesia. Usahatani padi menyediakan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber

pendapatan bagi sekitar 21 juta rumah tangga pertanian (Suryana, 2002).

Apriyantono (2006) menambahkan bahwa beras juga merupakan komoditas

politik yang sangat strategis, sehingga produksi beras dalam negeri menjadi tolak

ukur ketersediaan pangan bagi Indonesia1. Oleh karena itu, tidaklah

mengherankan jika campur tangan pemerintah Indonesia sangat besar dalam

upaya peningkatan produksi dan stabilitas harga beras. Kecukupan pangan

(terutama beras) dengan harga yang terjangkau telah menjadi tujuan utama

kebijakan pembangunan pertanian. Swastika, et.al (2007) mengatakan bahwa

kekurangan pangan bisa menyebabkan kerawanan ekonomi, sosial, dan politik

yang dapat menggoyahkan stabilitas nasional.

Usaha pemerintah dalam menyediakan pangan bagi rakyat salah satunya

ditunjukkan oleh usaha peningkatan produktivitas padi. Gambar 1. menunjukkan

perkembangan produktivitas padi tahun 1997-2007. Mengacu pada data BPS

(2007), produktivitas padi pernah mengalami penurunan tajam pada tahun 1998-

1999 akibat krisis ekonomi dan adanya bencana El-Nino dan La-Nina yang

merusak sebagian besar persawahan di beberapa sentra padi sehingga produksi 1Apriyantono, Anton. 2006. Beras Komoditas Penuh Tantangan. Harian Seputar Indonesia Edisi 18 Desember 2006. http://www.seputar-indonesia.com/edisi cetak/index.php/ [diakses tanggal 1 Mei 2008]

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

3

turun sekitar 3,2 persen. Produksi kemudian terus mengalami kenaikan yang

cukup signifikan sampai tahun 2007. Tercatat pada tahun 2006 produktivitas padi

sebesar 54,45 kuintal per hektar, dan pada tahun 2007 menunjukkan posisi 57,05

kuintal per hektar. Pertumbuhan produktivitas padi nasional pada periode tahun

2000-2004 sebesar 0,76 persen, sementara pada periode tahun 2005-2007

menunjukkan angka pertumbuhan sebesar 1,25 persen.

Gambar 1. Perkembangan Produktivitas Padi Nasional Tahun 1997-2007 Sumber: BPS, 2007 (diolah)

Kemampuan produksi nasional kurang lebih 54,1 juta ton gabah kering

giling (GKG) atau setara dengan 30,91 juta ton beras, sementara secara nasional

kebutuhan untuk konsumsi dan industri pada tahun 2005 mencapai 54,86 juta ton

beras (Departemen Pertanian, 2005). Defisit penyediaan beras nasional seringkali

diantisipasi oleh pemerintah dengan melakukan kebijakan impor beras dari negara

lain. Gambar 2. menunjukkan perkembangan impor beras nasional tahun 1986-

2006.

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

4

Gambar 2. Grafik Perkembangan Jumlah Impor Beras Tahun 1986-2006 Sumber: BPS, 2007 (diolah)2

Pada Gambar 2. di atas terlihat bahwa impor beras tertinggi terjadi pada

periode tahun 1995-2000, bahkan pada tahun 1999, impor beras nasional

mencapai angka 4,8 juta ton (BPS, 2007). Krisis ekonomi yang menimpa

Indonesia pada tahun 1997 menyebabkan produksi padi nasional menurun secara

signifikan karena kondisi ekonomi, politik, dan keamanan pada saat itu yang tidak

kondusif ditambah adanya bencana El-Nino pada tahun 1998 yang merusak

sebagian areal pertanian produktif di wilayah sentra beras. Hal tersebut

mendorong terjadinya kekhawatiran akan kurangnya stok pangan untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri. Produksi padi turun sampai dengan dua juta

ton. Pemerintah juga melakukan liberalisasi perdagangan dengan membebaskan

tarif impor hingga nol persen akibat tekanan IMF dan WTO sehingga pada

periode tersebut angka impor beras melonjak tinggi.

Badan Urusan Logistik (Bulog) yang ditugaskan oleh pemerintah untuk

menjaga penyediaan beras, memiliki kapasitas gudang (divre dan subdivre) 2 Disampaikan oleh INDEF pada Seminar Pertanian Nasional tanggal 2 Desember 2007 di Kampus IPB Darmaga.

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

5

sebesar 3,9 juta ton di berbagai tempat yang tersebar di 1.500 lokasi. Kemampuan

Bulog sangat dibutuhkan dalam upaya mengelola kondisi permintaan masyarakat

terhadap beras dan suplai gabah dari petani guna memenuhi permintaan konsumsi

beras nasional. Bulog menguasai dua sampai tiga juta ton beras setiap tahunnya

(Saifullah, 2001).

Bulog bertanggungjawab terhadap mekanisme distribusi beras dan impor

beras dalam rangka menjamin ketahanan pangan rakyat dan keamanan stok

pangan nasional. Bulog melalui berbagai peraturan pemerintah juga bertugas

untuk menjaga stabilitas harga beras dalam negeri melalui penerapan harga HPP

dan ceiling price. Abu Bakar (2007) menyatakan Bulog yang berbentuk sebagai

perusahaan umum memiliki setidaknya empat tugas publik yang terkait beras,

yaitu (1) jaminan harga pembelian pemerintah untuk gabah dan beras, (2)

stabilitas harga, (3) pengelolaan beras miskin (raskin), dan (4) cadangan atau stok

pangan nasional3.

Upaya penyediaan beras untuk memenuhi kebutuhan konsumsi beras

nasional bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, namun dapat

juga dilakukan oleh swasta-swasta atau individu-individu yang memiliki orientasi

bisnis seperti pengusahaan penggilingan padi. Balitbang Departemen Pertanian

(2005) menyatakan bahwa jumlah penggilingan di Indonesia pada tahun 2004

berjumlah 110.611 unit. Dari jumlah tersebut 70 persen diantaranya adalah

penggilingan berskala kecil (rice milling unit), sisanya adalah penggilingan

berskala sedang dan besar.

3 Abu Bakar, Mustofa. 2007. Orasi Ilmiah Direktur Bulog di Kampus IPB. http://www.ipb.ac.id/ [diakses tanggal 1 Mei 2008]

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

6

Berbagai penggilingan padi yang tersebar di Indonesia memiliki peranan

penting dalam hal penyediaan kebutuhan pangan masarakat Indonesia akan beras.

Penggilingan beras juga menjadi titik sentral dari suatu kawasan industri produksi

padi, karena mampu berfungsi sebagai titik pertemuan antara perubahan bentuk

padi menjadi hasil olahan utama berupa beras.

Peranan lainnya yang dimiliki oleh pengusahaan penggilingan padi adalah

kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

beras yang dikonsumsi masyarakat. Selain itu, tingkat harga dan pendapatan yang

diperoleh petani serta tingkat harga yang harus dibayar oleh konsumen turut

ditentukan oleh keberadaan penggilingan padi ini. Seperti kegiatan usaha lainnya,

pengusahaan penggilingan padi mampu membuka lapangan pekerjaan di daerah

perdesaan. Melihat begitu besarnya peranan penggilingan padi dan didukung oleh

kondisi luasnya areal persawahan dengan produktivitasnya yang semakin

meningkat, maka pengusahaan penggilingan padi masih berpotensi untuk

dikembangkan.

Peluang pengembangan mekanisasi pertanian di Indonesia masih terbuka

lebar. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa di subsektor tanaman pangan,

khususnya padi, dari alur aktivitas kegiatan usaha tani padi mulai dari pengolahan

lahan hingga penggilingan, hanya ada dua kegiatan yang penerapan

mekanisasinya sudah mencapai 100 persen, yaitu pengendalian hama penyakit dan

penggilingan padi. Usaha penggilingan padi yang terkait langsung dalam

mendukung pengembangan beras, juga memberikan keuntungan yang cukup

menarik bagi para pelakunya. Usaha penggilingan padi memiliki rasio keuntungan

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

7

dan biaya (R/C) sebesar 1,29 dengan payback period 2,65 tahun (Balitbang

Deptan, 2005).

Perkembangan jasa penggilingan padi makin meluas, industri mesin

penggilingan padi makin maju, namun demikian kualitas beras yang dihasilkan

tidak seiring dengan kemajuan teknologi. Dari hasil studi diketahui bahwa kondisi

yang mengkhawatirkan adalah tingkat rendemen beras4 yang semakin menurun

dari tahun ke tahun. Dari 70 persen pada tahun 1970-an menjadi hanya 65 persen

pada tahun 1985, kemudian 63,2 persen pada tahun 1999, dan pada tahun 2000

paling tinggi hanya 62 persen. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian

pada studi penggilingan padi tahun 2004 bahkan memperkirakan rendemen beras

hanya 60 persen5 saja (Balitbang Deptan, 2005). Malian (2004) mencatat bahwa

dalam kurun waktu 50 tahun telah terjadi penurunan redemen beras sebesar 7,5

persen karena pada tahun 1950-an tingkat rendemen mencapai 70 persen.

Usaha penggilingan padi dapat dikatakan unik, karena selain terdapat

masalah penurunan rendemen dan penggunaan alat dan mesin yang relatif

berumur tua, penggilingan padi juga tidak terlepas dari hubungannya dengan

petani. Banyak penggilingan terutama penggilingan padi kecil yang berproduksi

ketika panen, namun berhenti saat masa paceklik. Keterbatasan modal untuk

membeli gabah dan kondisi alam juga turut menjadi kendala pengusahaan

penggilingan padi.

4 Rendemen beras adalah faktor konversi padi ke beras akibat proses pengolahan (Rosmawanty, 2007). 5 Angka 60 persen menunjukkan konversi dari padi ke beras, artinya terdapat 40 persen hasil konversi yang hilang dalam proses tersebut.

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

8

1.2 Perumusan Masalah

Kabupaten Karawang adalah salah satu sentra produksi beras yang berada

di Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Karawang memiliki luas wilayah mencapai

175.327 hektar dengan luas areal persawahan sekitar 93.494 hektar dan terbagi

atas 30 kecamatan6. Pada tahun 2002-2005, luas areal panen dan produksi padi

mengalami laju pertumbuhan masing-masing sebesar 0,09 persen dan 2,32 persen,

sementara laju pertumbuhan produktivitas padi (kuintal per hektar) di Karawang

adalah sebesar 2,27 persen. Jika dilihat per tahun, luas areal panen cenderung

menurun dari tahun ke tahun, bahkan pada tahun 2003 luasan panen berkurang

menjadi 166.773 hektar. Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh faktor

konversi lahan pertanian ke industri, akibatnya pada tahun tersebut produktivitas

dan produksi padi menurun. Tabel 2. menunjukkan gambaran luas panen,

produksi, dan produktivitas padi di Kabupaten Karawang tahun 2002-2005.

Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi di Kabupaten Karawang Tahun 2002-2005

Tahun Luas Panen (ha) Produksi (ton) Produktivitas (Kuintal/Ha)

2002 183.985 1.098.714 59,72 2003 166.773 1.035.330 62,08 2004 187.685 1.184.411 63,11 2005 182.319 1.164.478 63,87

Laju Pertumbuhan (%/thn) 0,09 2,32 2,27

Sumber: Distan Hutbun Kabupaten Karawang, 2006

Sebagai salah satu daerah sentra padi terbesar di Indonesia, pembangunan

pertanian di Kabupaten Karawang tidak terlepas dari peran industri penggilingan

padi. Banyak penggilingan padi yang berkembang dan tersebar di setiap

kecamatan. Data Distan Hutbun Kabupaten Karawang (2006) menyebutkan

6 http://www.karawang.go.id/ [diakses tanggal 10 April 2008]

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

9

bahwa terdapat penggilingan di seluruh kecamatan di Kabupaten Karawang.

Penggilingan kecil dapat ditemukan di tiap kecamatan, dengan jumlah total

penggilingan kecil sebesar 1.120, sedangkan jumlah penggilingan padi besar di

Kabupaten Karawang adalah 66 penggilingan yang tersebar hanya di 12

kecamatan.

Usaha penggilingan padi erat kaitannya dengan petani. Penggilingan padi

tidak mampu bertahan tanpa adanya petani. Sebaliknya, petani juga sangat

membutuhkan adanya penggilingan padi untuk memproses hasil panen menjadi

beras7. Kegiatan usaha penggilingan padi bergantung ada atau tidaknya panen.

Hal tersebut juga terjadi pada penggilingan padi di Kabupaten Karawang.

Bagi penggilingan kecil hal tersebut dapat menjadi kendala besar, karena

tidak memiliki cukup modal untuk membeli gabah di daerah lain yang mengalami

panen. Bagi penggilingan besar, ketiadaan panen di suatu daerah dapat diatasi

dengan membeli gabah di daerah lain karena modal yang mencukupi, ditambah

kemampuan penggilingan besar untuk melakukan stok gabah di gudang-gudang

penyimpanannya. Penggilingan besar dapat tetap beroperasi di saat penggilingan

kecil kesulitan mencari gabah, bahkan seringkali penggilingan kecil membeli

gabah dari penggilingan besar, walaupun dengan harga yang relatif lebih tinggi.

Kondisi alam memang menjadi kendala bagi penggilingan kecil yang tidak

memiliki modal yang cukup.

Keberhasilan pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang

salah satunya ditentukan oleh tingkat pendapatan yang diterima pengusaha

melalui aktivitas penggilingan padi. Tingkat pendapatan yang tinggi akan mampu

7 Usaha Pengilingan Padi Saling Sikut. Sriwijaya Post 5 Maret 2007

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

10

memberikan insentif bagi pengusaha untuk memproduksi beras dengan volume

dan kualitas yang lebih baik. Dalam prakteknya, tingkat pendapatan pengusaha

penggilingan padi bergantung pada kualitas gabah yang dipanen oleh petani dan

mesin yang memiliki teknologi yang baik.

Kualitas gabah kering panen dari petani dapat dilihat dari kadar air gabah.

Distan Hutbun Kabupaten Karawang (2006) menyatakan nilai gabah jatuh apabila

kandungan kadar air tinggi (lebih dari 26 persen), karena berat gabah akan

meningkat namun tidak memberikan keuntungan karena produksi beras akan

turun ditambah biaya pengeringan yang lebih tinggi. Sebaliknya, gabah dengan

kadar air baik (kurang dari 26 persen) memiliki nilai tinggi, karena penggilingan

akan menghasilkan mutu beras dengan kuantitas yang baik.

Teknologi mesin yang digunakan penggilingan ikut menentukan

pendapatan penggilingan. Mesin berteknologi baik mampu menghasilkan beras

dengan mutu baik dan memiliki nilai jual yang tinggi. Tidak banyak penggilingan

di Kabupaten Karawang yang memiliki mesin dengan teknologi baik. Sebagian

besar penggilingan padi menggunakan mesin yang sudah berumur tua, bahkan

beberapa menggunakan mesin yang sudah habis umur ekonomisnya. Hal itu

terjadi karena penggilingan tidak memiliki banyak modal untuk berinvestasi pada

mesin berteknologi (Rosmawanty, 2007).

Kualitas gabah yang baik dan mesin yang memiliki teknologi tinggi

menjadi faktor dominan dalam menghasilkan beras dengan tingkat rendemen yang

baik. Tingkat rendemen yang tinggi menyebabkan peningkatan hasil produksi

sehingga akan menguntungkan penggilingan. Sebaliknya, penurunan penghasilan

penggilingan akan terjadi apabila tingkat rendemen menurun. Tingkat rendemen

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

11

beras bahkan menjadi perhatian pemerintah, karena berdampak secara agregat

terhadap produksi beras nasional. Menurut Amang dan Sawit (2001), setiap

penurunan rendemen beras sebesar satu persen, beras yang “hilang” mencapai 0,5

juta ton. Berdasarkan penelitian di Pantura Jawa Barat, diperkirakan rendemen

pada tahun 1998 hanya 62 persen.

Masalah kualitas gabah yang erat kaitannya dengan faktor alam dan

teknologi mesin yang terkait dengan modal yang dimiliki merupakan masalah

yang dihadapi industri penggilingan termasuk di Kabupaten Karawang. Masalah

lainnya adalah harga gabah dan beras yang sangat fluktuatif sehingga banyak

penggilingan yang tidak mau mengambil resiko untuk memutuskan berproduksi.

Banyak ditemukan penggilingan yang beroperasi sesekali sementara menunggu

harga gabah dan beras yang menguntungkan, namun banyak pula yang masih

bertahan terutama penggilingan besar dengan modal yang besar8.

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini

adalah:

1. Bagaimanakah karakteristik pengusahaan penggilingan padi besar dan

kecil di Kabupaten Karawang?

2. Apakah pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang sudah

menguntungkan?

3. Faktor apa sajakah yang mampu mempengaruhi perbedaan pendapatan

antara penggilingan padi yang berpendapatan tinggi dan rendah?

4. Apakah penggilingan padi di Kabupaten Karawang sudah efisien dalam

menggunakan faktor-faktor produksinya?

8 Usaha Pengilingan Padi Terseok. Harian Pikiran Rakyat Edisi 25 Mei 2008. http://www.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=16196/ [diakses tanggal 1 Juni 2008]

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

12

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membandingkan karakteristik pengusahaan penggilingan padi besar dan

kecil di Kabupaten Karawang.

2. Menghitung tingkat pendapatan pengusahaan penggilingan padi di

Kabupaten Karawang.

3. Menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatan antara

penggilingan padi berpendapatan tinggi dan rendah.

4. Menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam

pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembuat

kebijakan dalam bidang pertanian, peneliti, dan pembaca. Bagi pengambil

kebijakan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, hasil penelitian ini

dapat menjadi informasi tambahan dalam merumuskan dan menentukan kebijakan

yang berhubungan dengan bidang pertanian, terutama yang diarahkan pada

pemecahan masalah perberasan baik di tingkat lokal maupun nasional. Bagi

penulis sendiri diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai aplikasi dari ilmu

yang didapat selama menuntut ilmu di IPB dan menambah pengalaman. Bagi

pembaca, penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat sebagai tambahan

informasi, literatur dan bahan penelitian selanjutnya.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

13

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mencoba mengetahui keragaman

pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang dari segi pendapatan dan

produksi. Pengambilan data dilakukan di tiga kecamatan yaitu Kecamatan

Rengasdengklok, Telagasari, dan Tirtajaya. Data yang dikumpulkan dari

pengusahaan penggilingan padi adalah data yang mendukung terhadap analisis

pendapatan, faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pengusahaan

penggilingan padi, dan faktor-faktor produksi yang digunakan. Penggilingan yang

menjadi responden meliputi penggilingan padi yang baru berdiri ataupun yang

telah lama berdiri dan berada di Kabupaten Karawang. Jenis penggilingan padi

yang diteliti adalah penggilingan padi besar dan kecil. Dalam penelitian ini,

penggilingan padi terpadu dikelompokkan ke dalam penggilingan padi skala

besar, sedangkan penggilingan padi sederhana dikelompokkan ke dalam

penggilingan padi kecil.

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Padi

Padi termasuk family Graminae, subfamily Oryzidae, dan genus Oryzae.

Dari 20 spesies anggota genus oryzae yang sering dibudidayakan adalah Oryzae

sativa L. dan O.glabarima steund. Pada dasarnya tanaman padi terdiri dari dua

bagian utama, yaitu bagian vegetatif (akar, batang, daun) dan bagian generatif

berupa malai dan bunga.

1. Bagian vegetatif tanaman padi

Organ-organ tanaman yang berfungsi mendukung proses pertumbuhan

adalah bagian vegetatif. Termasuk dalam bagian ini adalah akar, batang, dan

daun.

a. Akar

Akar padi tergolong akar serabut. Akar yang tumbuh dari kecambah biji

disebut akar utama (primer, radikula). Akar lain yang tumbuh di dekat buku

adalah akar seminal. Akar tanaman padi berfungsi untuk menopang batang,

menyerap nutrisi dan air, serta untuk pernapasan.

b. Batang

Secara fisik batang padi berguna untuk menopang tanaman secara

keseluruhan yang diperkuat oleh pelepah daun. Secara fungsional, batang

berfungsi untuk mengalirkan nutrisi dan air ke seluruh bagian tanaman.

Batang padi bentuknya bulat, berongga, dan beruas-ruas, antara ruas

dipisahkan oleh buku.

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

15

c. Daun

Daun padi umbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Jumlah

daun per tanaman tergantung varietas. Varietas unggul umumnya memiliki

14-18 daun.

2. Bagian generatif tanaman padi

Organ generatif padi terdiri dari malai, bunga, dan buah padi (gabah). Awal

fase generatif diawali dengan fase primordial bunga yang tidak sama untuk

setiap varietas.

a. Malai

Malai terdiri dari 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer.

Dari buku pangkal malai umumnya hanya muncul satu cabang primer, dan

dari cabang primer itu akan muncul lagi cabang-cabang sekunder. Panjang

malai diukur dari buku terakhir sampai butir gabah paling ujung.

b. Bunga

Bunga padi berkelamin dua dan memiliki enam buah benang sari dengan

tangkai sari pendek dua kandung serbuk di kepala sari. Bunga padi juga

memiliki dua tangkai putik dengan dua buah kepala putik yang berwarna

putih atau ungu.

c. Buah padi

Buah padi (gabah) terdiri dari bagian luar yang disebut sekam dan bagian

dalam yang disebut karyopsis. Sekam terdiri dari lemma dan palea. Biji

yang sering disebut beras pecah kulit adalah karyopsis yang terdiri dari

lembaga (embrio) dan endosperm. Endosperm diseliputi oleh lapisan

aleuron, tegmen, dan perikarp (Suparyono dan Setyono, 1993).

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

16

2.2 Gambaran Umum Gabah dan Beras

Gabah adalah biji tanaman padi yang telah dilepas dari tangkainya dengan

cara dirontokkan tetapi belum sampai pada proses penggilingan. Struktur gabah

secara lengkap terdiri dari 1) sekam, yang disusun oleh palea dan lemma, baik

dengan bulu maupun tanpa buli, 2) kulit dalam yang terdiri dari lima lapisan

mikroskopis, 3) endosperm, dan 4) lembaga. Butiran gabah sendiri disusun oleh

sekam, periokarp, lapisan aleuron, lembaga, dan endosperm.

Pengertian klasifikasi gabah menjadi tiga, yaitu gabah yang baru dipanen di

sawah disebut gabah kering panen (GKP), sedangkan gabah yang sudah melalui

proses pengeringan disebut gabah kering sawah (GKS). Apabila GKS melalui

proses pembersihan dan pengeringan lanjutan maka disebut dengan gabah kering

giling (GKG). Pemerintah melalui Bulog (2007) telah menetapkan standar ukuran

kuantitatif untuk jenis gabah-gabah tersebut yang ditunjukkan pada Tabel 3. di

bawah ini.

Tabel 3. Standardisasi Kualitas Gabah oleh Bulog di Indonesia Tahun 2007

Persyaratan Grade Kualitas (%) GKG GKS GKP

Kadar Air 14 18 25 Hampa Kotoran 3 6 10 Butir Hujau/Mengapur 5 7 10 Butir Kuning Rusak 3 3 3 Butir Merah 3 3 3

Sumber: Bulog, 2007 Keterangan: GKG : Gabah Kering Giling GKS : Gabah Kering Sawah GKP : Gabah Kering Panen

Beras memiliki banyak karakteristik yang unik, tidak saja bagi bangsa

Indonesia, tetapi juga sebagian bangsa-bangsa Asia (Amang dan Sawit, 2001).

Selain merupakan komoditi yang hampir 90 persen produksi dan konsumsinya

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

17

dilakukan di Asia, beras juga merupakan komoditi yang pasarnya sangat tipis di

dunia, yaitu hanya sekitar empat sampai lima persen dari total produksi. Hal ini

berbeda dengan tanaman pangan lainnya seperti gandum, jagung, dan kedelai

yang masing-masing mencapai 20 persen, 15 persen, dan 30 persen dari total

produksi (Surono, 2001).

Beras merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia.

Rachmawati (2003) mengemukakan bahwa konsumsi beras per kapita per hari

masyarakat Indonesia mencapai 285 gram. Oleh karena itu, beras termasuk

komoditas strategis karena ketahanan pangan Indonesia bertumpu pada produksi

beras dengan jumlah yang aman, harga terjangkau, dan bergizi. Untuk itu,

pemenuhan kebutuhan pokok ini bergantung pada produksi beras dalam negeri

namun bila kekurangan produksi maka pemerintah akan melakukan impor agar

kebutuhan beras dalam negeri tetap terpenuhi.

Beras sebagai bahan pangan pokok merupakan komoditas yang inelastis

terhadap perubahan harga9. Naik atau turunnya harga beras akan berpengaruh

relatif sangat kecil terhadap perubahan permintaan beras. Hal ini disebabkan

orang tidak akan secara signifikan menambah atau mengurangi konsumsi beras

walau harga berfluktuasi. Konsumsi beras juga relatif tidak sensitif terhadap

perubahan pendapatan10. Peningkatan pendapatan seseorang tidak akan

meningkatkan kuantitas beras tetapi lebih pada meningkatkan kualitas beras yang

dikonsumsi. Dengan demikian porsi pengeluaran untuk beras cenderung

9 Manurung, Martin. Mengupas Tuntas Masalah Beras. Artikel 21 Februari 2007. http://www. indoprogress.co.id/ [diakses tanggal 1 Mei 2008] 10 Prawira, Daniel. Konsumsi Beras sebagai Ukuran Sederhana Kesejahteraan Masyarakat. Mei 2003. http://www.smeru.co.id/ [diakses tanggal 1 Mei 2008]

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

18

berbanding terbalik dengan tingkat kesejahteraan seseorang, proporsi pengeluaran

untuk beras cenderung semakin kecil dan sebaliknya.

Beras dikenal memiliki rasa yang enak, sesuai dengan selera dan lidah

masyarakat Indonesia serta memiliki kandungan gizi (kalori dan protein) yang

cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Beras yang dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai jenis dan kualitas tertentu. Tabel 4.

menunjukkan persyaratan kualitas beras yang baik dengan standar tertentu.

Kualitas beras diantaranya dapat dilihat dari derajat sosoh, kadar air, beras kepala,

bulir utuh, butir putih, butir menir, butir kuning/rusak,butir mengapur, benda

asing, butir gabah, dan campuran lainnya.

Tabel 4. Persyaratan Kualitas Beras Tahun 2007 Komponen Kualitas Kualitas Beras (%)

Derajat sosoh (min) 95 Kadar air (max) 14 Beas Kepala 78 Butir Utuh (min) 35 Butir Putih (max) 20 Butir Menir (max) 2 Butir Merah (max) 2 Butir Kuning/Rusak (max) 2 Butir Mengapur (max) 3 Benda Asing (max) 0,02 Butir Gabah (max) 1 Campuran Lain (max) 5

Sumber: Bulog, 2007

2.3 Alat Pengolahan Padi

Tata cara pengolahan beras sebenarnya telah diketahui oleh masyarakat

petani Indonesia sejak dahulu. Seiring dengan semakin pesatnya kemampuan

teknologi yang mampu diadaptasi bangsa Indonesia, pengolahan beras saat ini

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

19

semakin modern. Bantacut (2005)11 mengatakan pada dasarnya ada dua cara

pengolahan untuk merubah gabah menjadi beras, yaitu:

1. Secara tradisional atau kovensional dengan cara ditumbuk. Gabah yang akan

dijadikan beras ditumbuk dengan sebuah alat tumbuk tertentu. Pengolahan

dengan cara seperti ini sudah sangat jarang ditemukan kecuali di daerah-

daerah yang terpencil.

2. Secara modern dengan menggunakan alat-alat atau mesin-mesin. Alat atau

mesin tersebut merupakan adaptasi dari teknologi modern. Alat pengolahan

modern yang biasa dikenal dengan huller atau engelberg.

Alat pengolah padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok

padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras, dan

mesin pencacah kulit gabah (BPS, 2002).

Berbagai macam alat pengolah padi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Perontok Padi (Thresher)

adalah alat yang digunakan untuk merontokkan butiran padi dari tangkainya.

Berdasakan penggeraknya dibedakan menjadi pedal thresher dan power

thresher

2. Pengering Padi (Dryer)

adalah alat untuk menurunkan kadar air padi atau gabah dengan hembusan

udara luar atau udara yang dipanaskan.

11 Bantacut, Tajuddin. Teknologi Pengolahan Padi Terintegrasi Berwawasan Lingkungan. Makalah. Disampaikan pada Lokakarya Nasional ”Peningkatan Dayasaing Beras Melalui Perbaikan Kualitas” Gedung Pertemuan Oryza Bulog, Jakarta, 13 September 2006.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

20

3. Pembersih Gabah (Cleaner)

adalah alat untuk memisahkan gabah dari kotoran-kotoran yang tidak

diinginkan seperti potongan jerami, kerikil dan benda-benda asing.

4. Penyosoh Beras (Polisher)

adalah suatu jenis alat yang berfungsi untuk menyosoh beras pecah kulit

menjadi beras putih.

5. Pemecah Kulit Gabah (Husker)

adalah alat pengolah padi yang digunakan untuk mengupas kulit luar

(sekam) gabah menjadi beras pecah kulit.

2.4 Penggilingan Padi

Proses pengolahan padi di penggilingan padi, terdapat dua fase pengolahan

sehingga gabah menjadi beras. Fase pertama adalah melepaskan kulit atau sekam

dari caryopsis-nya yang menghasilkan beras pecah kulit. Beras pecah kulit ini

sebenatrnya memiliki kandungan vitamin B yang sangat tinggi, tepatnya pada

bagian periocarp, namun berasnya kurang enak dimakan dan tidak dapat disimpan

lama karena mudah bau apek. Fase kedua adalah lapisan periocarp pada caryopsis

dikikis dengan jalan menyosohnya. Derajat kejernihan dari beras yang keluar dari

mesin penyosoh itu tergantung pada setelan mesin penyosoh sesuai dengan mutu

beras yang diinginkan. Semakin jernih beras, maka semakin banyak bagian-bagian

yang sebenarnya mengandung zat gizi, akan terbuang dan menjadi dedak. Justru

penampakkan beras menjadi semakin menarik bila dilihat oleh konsumen.

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

21

Suismono dan Damardjati (2000) menyatakan bahwa pengusahaan

penggilingan padi dapat dibedakan berdasarkan teknik penggilingan yang

digunakan dalam proses produksi, antara lain:

1. Sistem penggilingan padi diskontinyu adalah sistem penggilingan padi yang

menggunakan mesin pemecah kulit dan penyosohan yang manual, yang

masih digerakkan oleh tenaga manusia.

2. Sistem penggilingan padi sistem modifikasi kontinyu adalah sistem

penggilingan padi dengan proses pemecahan kulit berasnya secara kontinyu,

tetapi proses penyosohannya dilakukan secara manual.

3. Sistem penggilingan konitinyu adalah sistem penggilingan padi yang terdiri

dari satu unit mesin penggilingan padi yang secara kontinyu (langsung atau

ban berjalan) kapasitas 1000 kilogram per jam yang dilengkapi mesin-mesin

pembersih gabah, pemecah kulit, pengayak beras pecah kulit, penyosoh

beras, dan ayakan beras

Sistem penggilingan kontinyu maupun modifikasi kontinyu dapat

meningkatkan efisiensi kerja, kapasitas produksi dan mutu beras (penampakkan

beras lebih jernih). Usaha untuk menigkatkan mutu penampakkan beras dapat

dilakukan dengan cara pemolesan beras giling. Proses pemolesan adalah proses

penyosohan beras disertai pengkabut uap agar penampakkan beras lebih

mengkilap. Beras yang diolah sampai pada proses ini disebut beras Kristal

(Suismono dan Damardjati, 2000).

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

22

Widowati (2001) membagi pengusahaan penggilingan padi berdasarkan

kapasitas mesin yang dimiliki, antara lain:

1. Penggilingan Padi Besar (PPB)

PPB menggunakan tenaga penggerak lebih dari 60 HP (Horse Power) dan

kapasitas produksi lebih dari 1.000 kg/jam, baik menggunakan sistem

kontinyu maupun diskontinyu. PPB sistem kontinyu terdiri dari satu unit

penggiling padi lengkap, semua mesin pecah kulit, ayakan, dan penyosoh

berjalan secara kontinyu, dengan kata lain masuk gabah keluar beras giling.

PPB diskontinyu minimal terdiri dari empat unit mesin pemecah kulit dan

empat unit mesin penyosoh yang dioperasikan tidak sinambung atau masih

menggunakan tenaga manusia Penggilingan kapasitas besar biasanya

dilengkapi grader sehingga menir langsung dipisahkan dari beras kepala.

2. Penggilingan Padi Sedang/Menengah (PPS)

PPS menggunakan tenaga penggerak 40-60 HP, dengan kapasitas produksi

700-1.000 kg/jam. Umumnya PPS terdiri dari dua unit mesin pemecah kulit

dan dua unit mesin penyosoh. PPS ini menggunakan sistem semi kontinyu,

yaitu mesin pecah kulitnya kontinyu, sedangkan mesin sosohnya masih

manual. Proses pemindahan bahan dari satu alat ke alat yang lain ada yang

menggunakan elevator dan sebagian besar lainnya menggunkan tenaga

manusia.

3. Penggilingan Padi Kecil (PPK)

PPK menggunakan tenaga penggerak 20-40 HP, dengan kapasitas produksi

300-700 kg/jam. Penggilingan padi manual yang terdiri dari dua unit mesin

pemecah kulit dan dua unit mesin penyosoh ini sering disebut Rice Milling

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

23

Unit (RMU). Di pedesaan masih terdapat Huller, yaitu penggilingan padi

yang menggunakan tenaga penggerak kurang dari 20 HP dan kapasitasnya

kurang dari 300 kg/jam. Huller terdiri dari satu unit mesin pemecah kulit

dan satu unit penyosoh. Beras yang dihasilkan mutu gilingnya kurang baik,

umumnya untuk dikonsumsi sendiri di perdesaan.

Bulog (2007) membagi penggilingan padi atas empat kelompok berdasarkan

sarana yang dimiliki dan kemampuan produksi beras, sebagai berikut:

1. Penggilingan Padi Terpadu (PPT)

PPT merupakan gabungan dari beberapa mesin yang menjadi satu kesatuan

utuh yang berfungsi sebagai pengolah gabah menjadi beras, dengan

kapasitas lebih besar dari PPB serta terintegrasi dengan mesin pengering dan

silo penyimpanan oleh elevator dan conveyor.

2. Penggilingan Padi Besar (PPB)

PPB memiliki unit peralatan teknik yang merupakan gabungan dari dari

beberapa mesin menjadi satu kesatuan dengan kapasitas antara tiga sampai

sepuluh ton GKG per jam atau setara dengan 20 sampai 60 ton beras per

hari. Sistem pengolahan PPB minimum harus melalui empat proses utama,

yaitu proses pembersihan gabah, proses pecah kulit, proses pemisahan gabah

dengan beras pecah kulit, dan proses pemutihan beras pecah kulit secara

berulang dua sampai empat kali.

3. Penggilingan Padi Kecil (PPK)

PPK memiliki unit peralatan teknik gabungan dari beberapa mesin menjadi

satu kesatuan utuh dengan kapasitas lebih kecil dari satu sampai tiga ton

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

24

GKG per jam atau sekitar lima sampai 20 ton beras per hari. Sistem PPK

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu tipe sederhana dan tipe lengkap.

4. Penggilingan Padi Sederhana (PPS)

PPS merupakan unit peralatan teknik baik merupakan satu unit tersendiri

maupun merupakan gabungan dari beberapa mesin, dimana proses satu sama

lain dihubungkan dengan tenaga manusia dengan kapasitas 0,5 sampai satu

ton GKG per jam atau kurang dari lima ton beras per hari. Penggilingan

dikatakan sederhana karena teknologi yang digunakan sudah dikenal sejak

mulai menggunakan mesin penggilingan padi sampai saat ini secara turun

temurun tanpa perubahan berarti. Beberapa jenis penggilingan sederhana,

antara lain mesin tipe engelberg dan kombinasi dari beberapa mesin

khususnya husker, separator, dan polisher.

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

2.5.1 Penelitian Mengenai Produksi Penggilingan Padi

Masroh (2005) dalam penelitiannya mampu menghasilkan kombinasi

kuantitas pengadaan dari kelima jenis produk beras dan bekatul pada Unit

Penggilingan Padi (UPP) Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat. Kombinasi tersebut

antara lain beras super diproduksi sebanyak 22.776,94 kg per bulan, beras kepala

sebanyak 144.223,06 kg per bulan, beras medium sebesar 40.063,4 kilogram per

bulan, beras medium BJ sebanyak 12.945,88 kg per bulan, dan beras broken

sebanyak 26.404,05 kg per bulan. Untuk menghasilkan kombinasi kuantitas

pengadaan sama dengan kombinasi kuantitas optimal maka kuantitas pengadaan

beras super harus aktual diturunkan sebesar 1,28 persen, beras medium diturunkan

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

25

sebesar 5,27 persen. Penelitian Masroh (2005) dilakukan dengan menggunakan

metode linear programming.

Tahun 2005, Purwoko dalam penelitiannya menyatakan bahwa pola data

produksi beras kualitas PT Pertani tidak stasioner, memiliki unsur tren dan

musiman. Proyeksi produksi beras kualitas sebesar 26.792.589 kg pada tahun

2004. Jika dibandingkan dengan target penjualan (40 ribu ton), maka sebesar

66,98 persen, beras yang akan dijual PT Pertani adalah beras kualitas. Purwoko

(2005) mampu meramalkan proyeksi produksi beras kualitas PT Pertani hanya

sekitar 0,096 persen dari potensi pasar beras kualitas.

Studi kelayakan usaha terhadap pengusahaan penggilingan padi dilakukan

oleh Rosmawanty pada tahun 2007 di Kabupaten Karawang. Dalam penelitiannya,

Rosmawanty (2007) menyebutkan bahwa penusahaan penggilingan padi skala

besar adalah yang paling menguntungkan dibandingkan penggilingan skala

sedang dan skala kecil. Hal tersebut terjadi karena pengusahaan penggilingan padi

besar memiliki tingkat rendemen yang tinggi sehingga penerimaan yang diperoleh

dari penjualan beras giling lebih besar. Penggilingan padi sedang memiliki tingkat

keuntungan yang tidak lebih kecil dari penggilingan padi kecil kerena hasil

sampingan berupa dedak atau menir tergabung dan dijual dengan harga yang lebih

murah sehingga berpengaruh pada penerimaan pendapatan yang lebih rendah.

Persamaan penelitian ini dengan ketiganya adalah objek yang diteliti sama

yaitu penggilingan padi. Sedangkan, perbedaan penelitian ini dengan ketiga

penelitian di atas adalah bahwa penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat

pendapatan penggilingan padi dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

26

2.5.2 Penelitian Mengenai Tingkat Pendapatan dan Efisiensi

Penelitian yang dilakukan oleh Retmawati (2005) menjelaskan mengenai

usahatani padi sawah di Kecamatan Mojowongso yang memiliki rasio R/C atas

biaya total sebesar 1,55 sedangkan nilai rasio R/C atas biaya total usahatani padi

ladang sebesar 1,44. Tahun 2003, Nasution menghitung nilai rasio R/C atas biaya

tunai dan biaya total usahatani padi program PTT di Kabupaten Karawang

masing-masing sebesar 1,91 dan 1,14. Namun penelitian yang dilakukan Purba

(2005) menyatakan bahwa nilai rasio R/C atas biaya total padi ladang di

Kabupaten Karawang sebesar 0,76. Penelitian Purba (2005) sama halnya dengan

penelitian Brahmana (2005) mengenai usahatani padi lahan kering di Kecamatan

Tanggeung dan penelitian Herdiansyah (2003) tentang usahatani padi organik di

Kecamatan Bogor Barat, keduanya menghasilkan rasio R/C atas biaya total

kurang dari satu, sehingga dapat dikatakan kedua usahatani di daerah tersebut

tidak efisien dan tidak menguntungkan petani.

Pada tahun 2007, Astuti meneliti penerapan teknologi system of rice

intensification (SRI) di Desa Margahayu Tasikmalaya. Hasil analisis pendapatan

usahatani menunjukan bahwa pendapatan bersih usahatani padi SRI sebesar

Rp 3.757.200 dengan rasio R/C atas biaya total sebesar 1,43, sehingga dapat

disimpulkan bahwa usahatani padi SRI efisien dari sisi pendapatan. Penggunaan

faktor produksi lahan, mol pertumbuhan, dan tenaga kerja tanpa panen tidak

efisien sehingga perlu dikurangi. Sementara penggunaan faktor produksi benih,

pupuk organik padat, mol buah dan pestisida organik belum efisien, sehingga

perlu ditambah. Penggunaan faktor produksi yang tepat dalam usahatani padi SRI

akan menentukan pendapatan yang akan diperoleh petani SRI.

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

27

Rachmawati (2003) menghitung pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh

petani pemilik penggarap pada usahatani dan pemasaran beras pandan wangi di

Kabupaten Cianjur, Jawa Barat sebesar Rp 16.139.323 per tahun, sedangkan

petani penggarap sebesar Rp 412.394 per tahun. Pendapatan atas biaya total

pemilik penggarap Rp 6.795.076 per tahun, sedangkan petani penggarap sebesar

Rp 3.279.444 per tahun. Nilai rasio R/C atas biaya tunai pemilik penggarap adalah

3,14, sedangkan rasio R/C penggarap sebesar 1,19 yang menunjukkan bahwa

keduanya menguntungkan dan bisa lebih dikembangkan sebagai mata

pencaharian. Rasio R/C biaya total nilainya masing-masing petani pemilik sebesar

1,55 dan penggarap 1,18. Dari perhitungan pendapatan dan analisis rasio R/C,

tampak bahwa usahatani yang dilakukan oleh kedua jenis strata sama-sama

menguntungkan. Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian di atas

adalah objek penelitian yaitu penggilingan padi, walaupun juga membahas tingkat

pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor produksi

2.5.3 Penelitian Mengenai Analisis Diskriminan

Fadlillah (2006) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara konsumen yang sering berkunjung dan jarang berkunjung pada Restoran

Sari Idaman. Hal tersebut ditunjukkan melalui analisis diskriminan dengan

melihat angka Chi-square sebesar 69,639 dan angka signifikansi 0,0000. Dari 16

atribut restoran yang diteliti, hanya terdapat lima peubah independen paling

berpengaruh sebagai pembeda antargrup antara lain atribut rasa, ranggapan

terhadap keluhan, desain, keragaman menu, dan harga sebesar 58,37 persen

varians dari peubah dependen dapat dijelaskan oleh model yang terbentuk dari

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

28

lima peubah independen tersebut, sedangkan ketepatan prediksi model sebesar

86,9 persen.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Fadlillah (2006) adalah

menggunakan analisis diskriminan. Perbedaannya adalah pada objek penelitian

yaitu pengusahaan penggilingan padi dengan terlebih dahulu menganalisis tingkat

pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi. Analisis diskriminan

dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi perbedaan pendapatan pengusahaan penggilingan padi di

Kabupaten Karawang antara penggilingan padi berpendapatan tinggi dan

berpendapatan rendah.

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

29

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsep Usahatani

Usahatani merupakan organisasi dari alam, tenaga kerja, modal dan

pengelolaan yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Menurut

Soeharjo dan Patong (1973), usahatani adalah suatu kegiatan yang

mengorganisasikan alam, tenaga kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi

di bidang pertanian. Organisasi ini dalam pelaksanaanya berdiri sendiri dan

sengaja diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial,

baik yang terikat genologis, politis, maupun territorial sebagai pengelolanya.

Soekartawi, et. al. (1986) mengungkapkan pada umumnya ciri-ciri

usahatani di Indonesia adalah berlahan sempit, modal relatif kecil, pengetahuan

petani yang terbatas serta kurang dinamis, dan rendahnya pendapatan petani.

Lahan yang sempit merupakan cerminan terbatasnya sumberdaya dasar tempat

petani berusahatani. Terlebih lagi, lahan petani kecil umumnya tidak subur dan

terpencar-pencar dalam beberapa petak. Selain itu, mereka menghadapi pasar dan

harga yang yang tidak stabil dan tidak cukup menerima dukungan penyuluhan.

Petani memiliki tujuan yang berbeda dalam melaksanakan usahatani.

Usahatani yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga disebut

usahatani pencukup kebutuhan keluarga (subsistence farm). Di sisi lain, usahatani

yang berjalan didasari tujuan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya disebut

usahatani komersial (commercial farm). Hernanto (1995) menyatakan bahwa

keberhasilan usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor-faktor pada

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

30

usahatani itu sendiri (intern) dan faktor-faktor di luar usahatani (ekstern). Adapun

faktor intern antara lain petani-petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja,

modal, tingkat teknologi, jumlah keluarga dan kemampuan petani dalam

mengaplikasikan penerimaan keluarga. Di sisi lain, faktor ekstern yang

berpengaruh pada keberhasilan usahatani adalah tersedianya sarana trasnportasi

dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan

usahatani (harga hasil, harga saprodi, dan lain-lain), fasilitas kredit, dan sarana

penyuluhan bagi petani.

3.1.2 Konsep Pendapatan

Menurut Soeharjo dan Patong (1973), pendapatan adalah balas jasa dari

kerjasama faktor-faktor produksi seperti GKP, bahan bakar, tenaga kerja, modal,

dan jasa pengelolaan. Pendapatan usaha tidak hanya berasal dari kegiatan

produksi saja tetapi juga diperoleh dari hasil menyewakan atau menjual unsur-

unsur produksi, misalnya menjual kelebihan alat-alat produksi, menyewakan

kendaraan, mesin, dan lain sebagainya.

Soekartawi, et.al. (1986) mengemukakan beberapa definisi yang berkaitan

dengan ukuran pendapatan dan keuntungan:

1. Penerimaan tunai merupakan nilai yang diterima dari penjualan produk

hasil proses produksi.

2. Pengeluaran tunai adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian

barang dan jasa bagi dalam proses usaha.

3. Pendapatan tunai adalah produk yang dihasilkan dalam jangka waktu

tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

31

4. Pengeluaran total merupakan nilai semua yang habis terpakai atau

dikeluarkan dalam kegiatan produksi termasuk biaya penyusutan

penggunaan mesin atau alat (biaya yang diperhitungkan).

5. Penerimaan total adalah selisih antara penerimaan kotor dengan

pengeluaran total.

Pendapatan juga dapat diartikan sebagai sisa dari pengurangan nilai

penerimaan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang

diharapkan tentu saja memiliki nilai positif dan semakin besar nilainya maka

semakin baik, meskipun besar pendapatan tidak selalu mencerminkan efisiensi

yang tinggi karena pendapatan yang besar mungkin saja diperoleh dari investasi

yang jumlahnya besar pula.

Salah satu cara yang dilakukan untuk mengukur keberhasilan usaha adalah

dengan melakukan analisis pendapatan usaha. Analisis pendapatan usaha mampu

mengetahui gambaran keadaan aktual usaha sehingga dapat melakukan evaluasi

dengan perencanaan kegiatan usaha pada masa yang akan datang.

Dalam melakukan analisis pendapatan usaha diperlukan informasi

mengenai keadaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.

Penerimaan usaha merupakan nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu

tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga

satuan dari hasil produksi tersebut, sementara yang disebut pengeluaran usaha

adalah nilai penggunaan faktor-faktor produki dalam melakukan proses produksi

selama usaha berlangsung.

Biaya dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan. Biaya tunai adalah pengeluaran yang dikeluarkan oleh pengusaha

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

32

penggilingan, sedangkan biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran yang

secara tidak tunai dikeluarkan pengusaha penggilingan. Biaya yang

diperhitungkan dapat berupa faktor produksi yang digunakan pengusaha

penggilingan tanpa megeluarkan uang tunai seperti penggunaan tenaga kerja

keluarga, penggunaan hasil produksi sendiri dan penyusutan dari sarana produksi

berupa alat atau mesin yang digunakan.

Pengeluaran meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel

cost). Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh jumlah

produksi yang dihasilkan. Biaya variabel adalah biaya yang sifatnya dipengaruhi

oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Semakin besar produksi maka semakin

besar pula biaya variabel. Biaya variabel meliputi biaya untuk pembelian GKP,

pembelian bahan bakar berupa minyak tanah atau solar, dan upah tenaga kerja

atau buruh borongan.

Pendapatan terbagi atas pendapatan kotor usaha dan pendapatan bersih

usaha. Pendapatan kotor mengukur pendapatan kerja pengusaha penggilingan

tanpa memasukkan biaya yang diperhitungkan sebagai komponennya. Pendapatan

kotor merupakan selisih antara penerimaan usaha dengan biaya tunai usaha,

sedangkan pendapatan bersih usaha mengukur pendapatan kerja pengusaha

penggilingan dari seluruh biaya usaha atau produksi yang dikeluarkan.

Pendapatan bersih usaha diperoleh dari selisih penerimaan usaha dengan biaya

total usaha.

3.1.3 Imbangan Penerimaan dan Biaya

Suatu usaha dikatakan layak apabila memiliki tingkat efisiensi penerimaan

yang diperoleh atas setiap biaya yang dikeluarkan hingga mencapai perbandingan

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

33

tertentu. Soeharjo dan Patong (1973) menjelaskan bahwa pendapatan yang besar

bukanlah berarti pertanda bahwa suatu usaha sudah efisien. Salah satu untuk

mengukur kelayakan kegiatan usaha adalah dengan menggunanakan analisis

imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis).

Analisis rasio R/C mampu menunjukkan besar penerimaan usaha yang

akan diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha.

Semakin besar nilai R/C maka semakin besar pula penerimaan usaha yang

diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa kegiatan usaha tersebut menguntungkan untuk dilaksanakan.

Kegiatan usaha dapat dikatakan layak apabila nilai rasio R/C lebih besar

dari satu, artinya setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan

tambahan penerimaan yang lebih besar daripada tambahan biayanya.

Sederhananya, kegiatan usaha tersebut menguntungkan. Sebaliknya, apabila nilai

rasio R/C lebih kecil dari satu, artinya tambahan biaya menghasilkan tambahan

penerimaan yang lebih kecil sehingga kegiatan usaha dapat dikatakan tidak

menguntungkan. Sedangkan jika nilai rasio R/C sama dengan satu, maka kegiatan

usahatani memperoleh keuntungan normal (Tjakrawiralaksana, 1983).

3.1.4 Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan adalah sebuah teknik yang menganalisis data ketika

kriteria atau variabel tidak bebas bersifat kategoris dan prediktor atau variabel

bebas bersifat metrik (Simamora, 2005). Analisis diskriminan pada prinsipnya

bertujuan untuk mengelompokkan setiap objek atau kelompok berdasar pada

kriteria sejumlah variabel bebas. Malhotra (2005) mengemukakan tujuan

dilakukannya analisis diskriminan sebagai berikut:

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

34

1. Pengembangan fungsi diskriminan, atau kobinasi linear prediktor atau

variabel bebas, akan mendiskriminankan yang terbaik antara kategori-

kategori variabel tidak bebas (kelompok).

2. Pengujian apakah terdapat perbedaan signifikan di antara kelompok-

kelompok dalam hal variebel-variabel prediktor.

3. Penentuan variabel prediktor mana yang memberi sumbangan terbesar

kepada perbedaan antarkelompok.

4. Klasifikasi kasus-kasus pada satu di antara kelompok-kelompok

berdasarkan nilai variabel-variabel prediktor.

5. Evaluasi akurasi klasifikasi.

Teknik analisis diskriminan dijelaskan dengan sejumlah kategori yang

dimiliki oleh variabel tidak bebas. Bila variabel tidak bebas mempunyai dua

kataegori maka teknik analisisnya dikenal sebagai analisis diskriminan dua

kelompok. Jika terdapat dua atau lebih kategori, teknik analisisnya dikenal dengan

analiss diskriminan majemuk. Perbedaan utama kedua jenis teknik ini adalah

bahwa dalam analisis dua variabel, dimungkinkan untuk menurunkan hanya satu

fungsi diskriminan. Dalam analisis diskriminan majemuk, dapat dihitung lebih

dari satu fungsi (Malhotra, 2005).

Analisis diskriminan memiliki hubungan dengan analisis varians

(ANOVA), dan analisis regresi. Hubungan ketiga analisis tersebut digambarkan

dengan persamaan dan perbedaan yang meliputinya. Persamaan ketiga analisis

tersebut antara lain pada jumlah variabel dependen dan independennya. Variabel

tidak bebas berjumlah satu sementara variabel bebasnya berjumlah banyak.

Perbedaan ketiga analisis tersebut pada sifat variabelnya. Sifat variabel dependen

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

35

pada analisis varians dan regresi adalah metrik sementara pada analisis

diskriminan bersifat kategoris. Sedangkan sifat variabel independen pada analisis

diskriminan dan regresi adalah metrik, sementara pada analisis varians bersifat

kategoris. Tabel 5. di bawah ini menunjukkan hubungan tersebut.

Tabel 5. Hubungan antara Analisis Varians, Regresi dan Diskriminan ANOVA REGRESI DISKRIMINAN

Kesamaan Jumlah variabel dependen Jumlah variabel independen

Satu

Banyak

Satu

Banyak

Satu

Banyak Perbedaan

Sifat variabel dependen Sifat Variabel independen

Metrik

Kategoris

Metrik Metrik

Kategoris

Metrik Sumber: Malhotra, 2005

Langkah-langkah yang termasuk ke dalam analisis diskriminan terdiri dari

formulasi estimasi, penentuan signifikansi, penafsiran, dan validasi. Langkah-

langkah ini dibahas dan diilustrasikan ke dalam konteks analisis diskriminan dua

atau beberapa kelompok. Langkah-langkah tersebut diilustrasikan dalam Gambar

3. berikut.

Gambar 3. Langkah-Langkah Melakukan Analisis Diskriminan Sumber: Malhotra, 2005

Buat estimasi koefisien fungsi diskriminan

Formulasikan masalah

Tetapkan signifikansi fungsi diskriminan

Tafsirkan hasil

Menilai validitas analisis diskriminan

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

36

Pengelompokkan dalam analisis diskriminan ini bersifat mutually exclusive

dan collectively exhaustive, dalam artian jika suatu objek sudah masuk kelompok

satu maka objek tersebut tidak mungkin juga dapat menjadi anggota kelompok

dua. Analisis kemudian dapat dikembangkan pada variabel mana saja yang

membuat kelompok satu berbeda dengan kelompok dua, berapa persen yang

masuk kelompok satu, dan berapa persen yang masuk kelompok dua.

Dalam analisis diskriminan ini terdapat sejumlah variabel bebas, maka

akan terdapat satu variabel tidak bebas (bergantung). Ciri analisis diskriminan

adalah jenis data dari variabel dependen bertipe nominal (kategori) seperti kode 0

dan 1, atau kode 1, 2, dan 3 serta kombinasi lainnya. Menurut Malhotra (2005)

jika variabel variabel tidak bebas menggunakan skala interval atau rasio, maka

variabel-variabel tersebut harus lebih dahulu dikonversikan ke dalam kategori-

kategori. Alternatif lainnya adalah kita dapat membagi distribusi variabel

dependen dan membentuk kelompok-kelompok dengan ukuran yang sama lewat

penentuan titik potong yang sesuai untuk setiap kategori. Variabel-variabel

prediktor harus dipilih berdasarkan model teoritis atau riset sebelumnya, atau

dalam kasus explanatory research, pemilihan variabel tersebut didasarkan pada

pengelaman peneliti.

Secara alamiah analisis diskriminan lebih bersifat eksploratif sebagai suatu

prosedur pemisahan. Analisis diskriminan sering digunakan dengan landasan satu

waktu untuk memeriksa perbedaan yang diamati. Untuk kasus yang sederhana,

analisis diskriminan dapat diterapkan pada dua grup, dalam hal ini grup adalah

contoh dari populasi yang telah diterapkan sebelumnya. Sejumlah variabel dua

grup, maka akan terbentuk kombinasi linear dari variabel-variabel bebas tersebut.

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

37

Analisis diskriminan dapat dipakai untuk mengetahui variabel-variabel

penciri yang membedakan kelompok populasi yang ada, juga dapat digunakan

sebagai kriteria pengelompokkan (Gasperz dalam Setyantoro, 2001). Analisis

diskriminan dilakukan berdasarkan perhitungan statistik terhadap kelompok yang

terlebih dahulu diketahui secara jelas dan mantap pengelompokkannya. Untuk

menentukan peubah-peubah yang dimasukkan ke dalam fungsi diskriminan dapat

menggunakan analisis diskriminan bertatar (stepwise discriminant). Peubah-

peubah independen dimasukkan ke dalam model secara bertahap didasarkan atas

kemampuan peubah independen tersebut dalam mendiskriminasikan

antarkelompok. Metode ini cocok digunakan jika banyak peubah independen yang

dilibatkan, dan peneliti ingin menyederhanakan model dengan memilih peubah

independen yang terbaik untuk dimasukkan ke dalam model (Malhotra, 2005).

3.1.5 Konsep Fungsi Produksi

Produksi adalah proses menciptakan barang atau jasa ekonomi dengan

menggunakan dua macam atau lebih barang atau jasa lainnya. Produksi

berhubungan dengan usaha untuk menciptakan dan menambah kegunaan suatu

barang atau jasa.

Proses produksi yang terjadi selalu melibatkan faktor-faktor yang memiliki

hubungan erat dalam menghasilkan suatu produk (Nicholson, 2002). Tidak ada

suatu barang atau jasa yang diproduksi dengan hanya menggunakan satu faktor

produksi. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi besar-kecilnya produk yang

dihasilkan. Proses produksi dibedakan atas tiga periode waktu yaitu jangka sangat

pendek, jangka pendek, dan jangka panjang. Jangka sangat pendek dicirikan

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

38

dengan semua inputnya adalah tetap sementara jangka panjang memiliki minimal

satu input yang yang merupakan input variabel.

Doll dan Orazem (1984) mendefinisikan fungsi produksi sebagai suatu

fungsi yang menggambarkan hubungan teknis antara faktor produksi (input) dan

produksi (output) yang ditandai dengan jumlah output maksimal yang dapat

diproduksi dengan satu set kombinasi tertentu. Soekartawi (1990) menambahkan

bahwa fungsi produksi secara sederhana dapat digambarkan sebagai hubungan

fisik atau hubungan teknis antara jumlah faktor produksi yang digunakan dengan

jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu. Fungsi produksi

menggambarkan hubungan input-output yaitu berapa sumber daya yang

ditransformasikan menjadi produk. Penggunaan fungsi produksi haruslah dapat

dipertanggungjawabkan, memiliki dasar yang logis secara fisik maupun ekonomi,

mudah dianalisis, dan mempunyai implikasi ekonomi.

Secara matematis, fungsi dapat dinyatakan sebagai berikut (Doll dan

Orazem, 1984):

Y = f (X1, X2,…, Xn)

Keterangan:

Y = Jumlah produksi yang dihasilkan dalam proses produksi

X1, X2,…, Xn = Faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi

f = Bentuk hubungan yang ditransformasikan faktor-faktor

produksi ke-n dalam hasil produksi

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

39

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam fungsi produksi, antara lain:

1. Kepastian

Dalam pertanian, hasil produksi yang lalu mungkin kurang baik untuk

mengestimasi hasil produksi hasil tahun sekarang, sedangkan dalam bisnis

yang menggunakan mesin buatan mungkin hasil produksi yang lalu dapat

digunakan untuk mengestimasi hasil produksi sekarang. Permasalahan

dalam pertanian muncul karena masa depan tidak dapat diketahui atau

diperkirakan. Hal ini disebut resiko dan ketidakpastian. Oleh karena itu

digunakan asumsi perpect certainty.

2. Tingkat Teknologi

Sebuah produk atau output dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Oleh

karena itu, pengusaha penggilingan harus menggunakan cara atau teknik

yang paling efisien.

3. Panjang Periode Waktu

Fungsi produksi menggambarkan output yang dihasilkan dari proses

produksi selama periode waktu tertentu. Input tetap jumlahnya tidak

berubah selama periode produksi, sementara input variabel mengalami

perubahan selama proses produksi berlangsung.

Fungsi produksi klasik menunjukkan tiga daerah produksi yang berbeda

dalam penggunaan sumberdaya meliputi daerah produksi kenaikan, penurunan,

dan negatif penerimaan marjinal. Daerah-daerah tersebut dibedakan berdasarkan

elastisitas produksi, yaitu perubahan produk yang dihasilkan karena perubahan

faktor produksi yang digunakan (Doll dan Orazem, 1984). Pada Gambar 4.,

daerah-daerah tersebut ditunjukkan oleh daerah I, daerah II, dan daerah III.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

40

Gambar 4. Kurva Fungsi Produksi dan Hubungannya dengan Produk

Marjinal dan Produk Rata-Rata Sumber: Doll dan Orazem, 1984

Daerah produksi I yang terletak di antara 0 dan X2, memiliki nilai

elastisitas lebih dari satu, artinya bahwa setiap penambahan faktor produksi

sebesar satu satuan, akan menyebabkan petambahan produksi yang lebih besar

dari satu satuan. Pada kondisi ini, keuntungan maksimum belum tercapai karena

produksi masih dapat diperbesar dengan mengunakan faktor produksi yang lebih

banyak. Daerah produksi I disebut juga daerah irasional.

Daerah produksi II yang terletak di antara X2 dan X3, memiliki nilai

elastisitas produksi antara nol dan satu, artinya setiap penambahan faktor produksi

X (faktor produksi)

PM atau PR

X (faktor produksi)

Fungsi produksi

Daerah III

PM (produk marjinal)

PR (produk rata-rata)

Daerah I Daerah II

X1 X2 X3 0

Y (produksi)

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

41

sebesar satu satuan akan menyebabkan penambahan produksi paling besar satu

satuan dan paling kecil nol satuan. Daerah ini menunjukkan tingkat produksi

memenuhi syarat keharusan tercapainya keuntungan maksimum. Daerah ini juga

dicirikan dengan penambahan hasil produksi yang semakin menurun (diminishing

return). Pada tingkat tertentu dari penggunaan faktor-faktor produksi di daerah ini

akan memberikan keuntungan maksimum. Hal ini menunjukkan penggunaan

faktor-faktor produksi telah optimal sehingga daerah ini disebut daerah rasional

(rational region atau rational stage of production).

Daerah produksi III adalah daerah dengan elastisitas produksi lebih kecil

dari nol. Pada daerah ini produksi total mengalami penurunan yang ditunjukkan

oleh produk marginal yang bernilai negatif yang berarti setiap penambahan faktor

produksi akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan.

Penggunaan faktor produksi pada daerah ini sudah tidak efisien sehingga disebut

daerah irasional (Irrational region atau irrational stage of production).

3.1.6 Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi

Suatu usaha efisien secara teknis jika menghasilkan output tertinggi yang

memungkinkan dari pemakaian sejumlah input pada produksi, sementara efisiensi

alokatif terjadi jika suatu usaha menggunakan kombinasi input yang

menghasilkan keuntungan maksimum. Dua pengukuran ini kemudian

dikombinasikan untuk mengukur efisiensi ekonomi12.

Gambar 5. menunjukkan garis produksi TP1 dan TP2 dengan garis rasio

harga. Titik A menunjukkan kondisi efisiensi alokatif karena garis harga

menyinggung garis produksi total. Efisiensi teknis tidak tejadi pada titik A karena 12 Alber, D. 2007. The Era Of Economic Growth. http://450-aers.psu.edu/economics-poor.cfm/ [diakses tanggal 1 Mei 2008]

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

42

jumlah output yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan jumlah output

yang berada pada TP2 atau dengan kata lain, ada cara lain yang lebih baik

menghasilkan output lebih tinggi. Titik C hanya menunjukkan terjadinya efisiensi

teknis dan titik D tidak menunjukkan adanya efisiensi alokatif dan teknis.

Sedangkan, titik B menunjukkan kedua kondisi, baik efisiensi alokatif dan teknis.

Gambar 5. Efisiensi Produksi Sumber: Doll dan Orazem, 1984

Terdapat dua syarat untuk mencapai efisiensi ekonomi, yaitu syarat

keharusan (necessary condition) dan syarat kecukupan (sufficient condition) (Doll

dan Orazem, 1984). Syarat keharusan bagi penentuan efisiensi dan tingkat

produksi optimum adalah hubungan fisik antara faktor produksi dengan produksi

harus diketahui. Dalam analisis fungsi produksi, syarat keharusan dipenuhi jika

produsen berproduksi pada daerah II yaitu pada saat elastisitas produksinya

bernilai antara nol dan satu (0 < Ep < 1). Tidak seperti syarat keharusan yang

bersifat objektif, syarat kecukupan ditujukan untuk nilai dan tujuan individu atau

kelompok. Syarat kecukupan dapat secara alami berbeda antara satu individu

dengan yang lainnya. Dalam teori abstrak, kondisi ini biasa disebut indikator

pilihan (choice indicator).

A

B

C

D Garis Rasio Harga

TP1

TP2

Y

X

YB

YD

YC YA

XB XC XA XD

• • •

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

43

Usahatani akan mencapai efisiensi ekonomi jika tercapai keuntungan

maksimum. Syarat untuk mencapai kuntungan maksimum adalah turunan pertama

dari fungsi keuntungan terhadap masing-masing faktor produksi sama dengan nol

(Doll dan Orazem, 1984). Fungsi keuntungan yang diperoleh usahatani dapat

dinyatakan sebagai berikut:

���

���

+−= � TFCXPxYP iiy ..π

Keterangan:

� = Pendapatan usahatani

i = 1, 2, 3, …, n

Pxi = Harga pembelian faktor produksi ke-i

TFC = Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total)

Py = Harga per unit produksi

Y = Hasil produksi

Dengan demikian, untuk memenuhi syarat tercapainya keuntungan

maksimum, maka turunan pertama dari fungsi keuntungan adalah:

� 0=−∂∂=

∂∂

iii

PxXY

PyXπ

ii

PxXY

Py =∂∂

Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa level penggunaan faktor

produksi ke-i yang efisien merupakan fungsi dari harga output, harga faktor

produksi ke-i dan jumlah output yang dihasilkan, atau secara matematis dapat

dituliskan sebagai berikut:

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

44

Xi = f (Py, Px, Y)

Dengan mengetahui iX

Y∂∂

sebagai marginal product (MPxi) faktor produksi

ke-i, maka persamaan di atas menjadi:

Py.MPx = Px

Sesuai dengan prinsip keseimbangan marjinal (equi-marginal principle),

bahwa untuk mencapai keuntungan maksimal, tambahan nilai produksi akibat

tambahan penggunaan faktor produksi ke-i (Py.MPxi) harus lebih besar dari

tambahan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian faktor produksi ke-i tersebut

(Pxi), penambahan penggunaan faktor produksi berhenti ketika Py.MPxi = Pxi.

Pada saat inilah keuntungan maksimum tercapai.

Secara matematis keuntungan maksimum dari penggunaan faktor produksi

ke-i dinyatakan sebagai berikut:

� 1.

=i

i

PxMPxPy

Keterangan:

Py.MPxi = Nilai produk marjinal (NPM) faktor produksi ke-i

Pxi = Biaya korbanan marjinal (BKM) faktor produksi ke-i

Artinya keuntungan maksimum tercapai pada saat tambahan nilai produksi

akibat penambahan pengunaan faktor produksi ke-i tersebut atau resiko keduanya

sama dengan satu.

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

45

Jadi secara umum keuntungan maksimum dari penggunaan n faktor

produksi akan diperoleh pada saat:

1.

.........

=====n

n

i

i

i

i

i

i

PxMPxPy

PxMPxPy

PxMPxPy

PxMPxPy

Dengan asumsi Py dan Px merupakan nilai konstan, maka hanya ix

Y∂∂

yang

mengalami perubahan. Ketika Py.MPxi > Pxi, maka penggunaan faktor produksi

harus ditambah agar tercapai keuntungan maksimum. Sebaliknya jika Py.MPxi <

Pxi, maka penggunaan faktor produksi harus dikurangi.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kabupaten Karawang merupakan salah satu sentra produksi beras terbesar

di Indonesia. Salah satu fokus pembangunan pemerintah Kabupaten Karawang

adalah pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian selain bertujuan untuk

kesejahteraan rakyat juga ditujukan untuk ikut dalam upaya penyediaan beras bagi

daerah-daerah lain di Indonesia. Pembangunan pertanian di Kabupaten Karawang

tidak terlepas dari peranan penggilingan padi sebagai industri pengolahan padi

menjadi beras.

Terdapat sekitar 1.120 penggilingan kecil dan sebanyak 66 penggilingan

besar yang beroperasi di Kabupaten Karawang. Penggilingan-penggilingan

tersebut tersebar hampir di setiap kecamatan di wilayah ini. Dalam

operasionalnya, penggilingan padi dapat berusaha sendiri maupun mengadakan

kerjasama dengan Bulog dalam bentuk kemitraan yang saling menguntungkan.

Usaha penggilingan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan petani.

Petani sebagai penghasil gabah adalah pihak yang menjual gabahnya ke

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

46

penggilingan. Penggilingan tidak akan mampu bertahan tanpa adanya peran

petani, begitu juga sebaliknya petani membutuhkan penggilingan untuk

memproses hasil panen manjadi beras. pada saat panen semua penggilingan ralatif

dapat melakukan proses produksi, akan tetapi pada saat terjadi gagal panen, hanya

ditemukan beberapa penggilingan tertentu yang berproduksi. Penggilingan yang

tetap berproduksi pada saat gagal panen memiliki modal yang lebih besar

sehingga penggilingan besar dapat membeli gabah dari daerah lain yang surplus

beras. Cuaca yang buruk juga dapat menjadi kendala bagi banyak penggilingan,

sehingga penggilingan berhenti produksi untuk sementara.

Masalah pada penggilingan di Kabupaten Karawang tidak terbatas pada

masalah yang ada hubungannya dengan petani dan alam. Penggilingan di

Kabupaten Karawang juga mengalami masalah penurunan rendemen beras seperti

pada rata-rata penggilingan lainnya di Indonesia. Penurunan rendemen beras dapat

mengakibatkan menurunnya hasil produksi beras yang merupakan faktor

penerimaan utama penggilingan. Menurunnya hasil produksi dapat berdampak

pada menurunnya pendapatan yang diterima oleh penggilingan padi. Selain itu,

faktor mesin dan alat yang digunakan penggilingan belum optimal dalam

menghasilkan beras dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Banyak

penggilingan yang masih menggunakan mesin dan alat yang berumur tua dengan

teknologi rendah. Mesin dan alat berteknologi tinggi hanya terdapat pada

penggilingan yang memiliki modal besar.

Berdasarkan kondisi tersebut, menarik untuk diteliti bagaimana

karakteristik pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Analisis

dilakukan dengan mengetahui karakteristik pengusaha sebagai pemilik

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

47

penggilingan dan aktivitas pengusahaan penggilingan padi. Analisis mengenai

karakteristik dilakukan pada kedua kelompok penggilingan padi dalam penelitian

ini, yaitu penggilingan padi besar dan kecil, sehingga diharapkan mampu

menggambarkan kedua kelompok tersebut berikut perbedaan karakteristiknya.

Penelitian kemudian diarahkan untuk mengetahui seberapa

menguntungkan pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Analisis

pendapatan dilakukan dengan menghitung pendapatan tunai dan total, serta

menghitung rasio R/C dari aktivitas penggilingan yang telah dilakukan. Dugaan

sementara dari penelitian ini bahwa pendapatan antara satu penggilingan dengan

yang lainnya dapat berbeda. Satu penggilingan dapat memiliki pendapatan lebih

tinggi atau lebih rendah dibandingkan penggilingan lainnya.

Penggilingan yang memiliki pendapatan di atas rata-rata dikelompokkan

ke dalam penggilingan berpendapatan tinggi, sedangkan penggilingan

berpendapatan di bawah rata-rata dikelompokkan ke dalam penggilingan

berpendapatan rendah. Penelitian kemudian dilanjutkan dengan melakukan

analisis diskriminan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

perbedaan pendapatan penggiingan padi.

Informasi yang diperoleh melalui analisis di atas akan dilanjutkan dengan

meneliti tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi. Faktor-faktor tersebut

antara lain jumlah GKP, jumlah solar, tenaga kerja, jam kerja mesin, kapasitas

mesin, modal, mitra Bulog, pendidikan pemilik, dan pengalaman usaha. Fungsi

produksi yang terbentuk juga akan melihat skala usaha pengusahaan penggilingan

padi dan rasio antara NPM dan BKM. Gambar 6. menunjukkan kerangka

pemikiran operasional penelitian ini.

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

48

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional

Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

Analisis Pendapatan

Pendapatan Rasio R/C

Total Tunai

Analisis Diskriminan

Atribut-Atribut Diskriminan: - Kapasitas Produksi - Tenaga kerja - Jam kerja mesin - Kapasitas mesin - Jumlah GKP - Kadar air gabah - Luas gudang simpan - Luas lantai jemur - Tingkat rendemen beras - Pengalaman usaha - Pendidikan pengusaha - Modal - Kemasan - Grading beras - Mitra Bulog - Sumber modal - Umur pengusaha - Jumlah solar - Pengalaman usaha - Pendidikan

• Keterkaitan sangat erat dengan petani dan kondisi alam • Tingkat rendemen beras yang menurun • Kondisi dan teknologi mesin dan alat produksi • Fluktuasi harga gabah dan harga beras • Modal penggilingan padi

Analisis Efisiensi Produksi

Faktor-Faktor Produksi: − Jumlah GKP -Kapasitas mesin − Tenaga Kerja -Modal − Bahan Bakar -Mitra Bulog − Jam Kerja Mesin -Pendidikan − Pengalaman

Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi

Karakteristik Pengusahaan Penggilingan Padi

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

49

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil tempat di Kabupaten

Karawang Propinsi Jawa Barat. Pengumpulan data dilakukan selama dua bulan

yang berlangsung dari bulan Februari 2008 sampai dengan bulan Maret 2008.

Pemilihan lokasi dilakukan dengan secara sengaja (purposive) dengan

mempertimbangkan Kabupaten Karawang sebagai salah satu wilayah sentra beras

di Jawa Barat. Selain itu, usaha penggilingan padi terdapat cukup banyak di

kabupaten yang dikenal sebagai lumbung beras ini. Pengambilan data dilakukan di

tiga kecamatan yang memiliki jumlah penggilingan padi yang relatif banyak yaitu,

Kecamatan Rengasdengklok, Telagasari, dan Tirtajaya.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian yang dilakukan ini menggunakan dua jenis data, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara terstruktur

berpedoman kepada kuesioner yang telah ditentukan sebelumnya. Wawancara

langsung dilakukan dengan para pengusaha penggilingan padi yang berada di

Kabupaten Karawang. Pengamatan langsung di lapangan dilakukan untuk melihat

aktivitas pengusahaan pengilingan padi. Data sekunder diperoleh melalui

penelusuran kepustakaan melalui buku, jurnal ilmiah, media massa, kumpulan

makalah, seminar, browsing internet, dan penelusuran literatur lainnya yang

berkaitan dengan topik penelitian ini. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

50

Pusat Studi Sosial Ekonomi Pertanian Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota

Bogor dan Kabupaten Karawang serta Dinas Pertanian Kabupaten Karawang.

4.3 Metode Penarikan Sampel

Pengumpulan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik judgement sampling. Teknik ini menurut Nazir (2003) merupakan teknik

penarikan sampel berdasarkan pertimbangan objektif dan kriteria tertentu yang

ditentukan oleh peneliti. Sampel dalam penelitian ini adalah para pengusaha

penggilingan padi baik yang telah melakukan usaha sejak lama ataupun

pengusaha penggilingan padi yang baru berdiri. Pengusaha penggilingan padi

yang menjadi responden pada penelitian ini adalah pengusaha yang memiliki

usaha dan beroperasi di Kabupaten Karawang. Jumlah responden yang

diwawancarai adalah 35 pengusaha penggilingan padi.

Daerah sebaran kuesioner meliputi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan

Regasdengklok, Kecamatan Telagasari, dan Kecamatan Tirtajaya. Mengacu pada

data Distan Hutbun Kabupaten Karawang (2006), ketiga kecamatan tersebut

dipilih dengan pertimbangan jumlah pengusahaan penggilingan padi yang relatif

banyak. Adapun jumlah responden tiap kecamatan ditentukan secara proporsional

sesuai dengan proporsi jenis penggilingan yang akan diwawancarai. Tabel 6.

menunjukkan jumlah penggilingan yang diambil tiap kecamatan lokasi penelitian.

Skala dan besarnya usaha penggilingan padi dalam penelitian ini terbagi ke

dalam dua kelompok, yaitu penggilingan padi besar dan penggilingan padi kecil.

Pembagian tersebut merupakan penyesuaian dari pembagian penggilingan padi

berdasarkan pada Bulog (2007) yang membagi penggilingan ke dalam empat

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

51

klasifikasi, yaitu PPT, PPB, PPK, dan PPS dengan kriteria sarana dan kapasitas

produksi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penelitian dengan mengacu pada

kriteria yang ditetapkan Bulog (2007) sulit dilakukan karena keterbatasan jumlah

penggilingan padi klasifikasi PPT dan informasi yang sulit untuk diakses.

Penelitian ini mengambil nilai batas bawah untuk penggilingan padi

klasifikasi PPB dan nilai batas atas untuk penggilingan padi klasifikasi PPK dari

kapasitas produksi menurut penggilingan klasifikasi Bulog. Kapasitas produksi

yang dimaksud dan menjadi acuan dalam penelitian ini adalah kapasitas produksi

beras penggilingan sebesar 20 ton per hari. Penggilingan padi yang memiliki

kapasitas produksi beras per hari lebih besar atau sama dengan 20 ton

digolongkan ke dalam penggilingan padi besar, sedangkan penggilingan padi kecil

adalah penggilingan dengan kapasitas produksi kurang dari 20 ton beras per hari

Jumlah penggilingan padi besar dan kecil dapat dilihat pada Tabel 6. di bawah ini.

Tabel 6. Jumlah dan Jenis Penggilingan pada Lokasi Penelitian Kecamatan Penggilingan Padi Besar Penggilingan Padi Kecil

Rengasdengklok 5 8 Telagasari 4 7 Tirtajaya 4 7

Jumlah 13 22

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan analisis

kuantitatif berdasarkan data primer dan sekunder dari hasil penelitian. Analisis

kualitatif dilakukan untuk melihat aktivitas produksi penggilingan padi dan hal-

hal yang terkait diuraikan secara deskriptif. Untuk menyederhanakan data agar

mudah dibaca, data kualitatif disajikan dengan menggunakan tabel, persentase,

grafik, dan diagram. Data yang telah terkumpul kemudian mengalami tahapan

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

52

pengeditan, pengolahan, dan penyusunan dalam bentuk tabulasi untuk selanjutnya

dianalisis. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan alat hitung

dan menggunakan software Microsoft Excel 2007, program Minitab Realease 14,

dan program SPSS 13.

4.4.1 Analisis Pendapatan

Analisis pendapatan dilakukan dengan mencatat seluruh penerimaan dan

pengeluaran penggilingan padi sesuai dengan kemampuan kapasitas produksi

beras per hari. Penerimaan total adalah nilai produk total dalam jangka waktu

tertentu. Pengeluaran total adalah nilai semua input yang dikeluarkan dalam

proses produksi. Pengeluaran total dibagi menjadi dua bagian, yaitu biaya tunai

dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara

tunai, sedangkan biaya diperhitungkan mencakup biaya yang secara tidak

langsung dikeluarkan pengusaha seperti biaya penyusutan, sementara pendapatan

adalah selisih antara total penerimaan dan total pengeluaran.

Semua komponen biaya dan penerimaan dalam penelitian ini, kecuali

penyusutan alat-alat atau mesin, banguanan dan modal lainnya dikonversi ke

dalam rata-rata kapasitas produksi beras per hari masing-masing jenis

penggilingan. Hal ini unik karena biaya yang dikeluarkan penggilingan padi

masing-masing relatif sama untuk tiap aktivitas produksi dengan membayar buruh

atau tenaga kerja sejumlah rupiah tertentu dari setiap kilogram gabah atau beras

yang diproses. Selain itu, karakteristik penggilingan padi yang mirip perusahaan

dengan siklus produksi yang relatif cepat dan tanpa terputus, menyulitkan untuk

menggunakan satuan lain selain pendapatan pengusahaan penggilingan padi per

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

53

hari baik penggilingan besar, kecil, maupun secara agregat walauupun diketahui

bahwa tidak semua penggilingan melakukan produksi setiap hari.

Biaya penyusutan alat-alat atau mesin-mesin, gudang penyimpanan, dan

bangunan diperhitungkan sebagai biaya penggunaan per hari produksi dengan

membagi selisih antara nilai pembelian dengan sisa yang ditafsirkan dengan

lamanya modal dipakai, dengan menggunakan metode penyusutan garis lurus

dengan perhitungan sebagai berikut:

Biaya Penyusutan = (Nb-Ns) / n

Nb = Nilai pembelian, dalam rupiah

Ns = Tafsiran nilai sisa, dalam rupiah

N = Jangka usia ekonomi, dalam hari produksi

Setelah itu dilakukan perhitungan pendapatan atas biaya tunai atau

pendapatan kotor dan perhitungan pendapatan atas biaya total atau pendapatan

bersih. Secara matematis pendapatan atas biaya tunai (Bt) dapat dituliskan sebagai

berikut:

� tunai = TR – Bt

Keterangan:

� tunai = Pendapatan tunai atau keuntungan tunai

TR = Penerimaan total (total revenue)

Bt = Biaya tunai

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

54

Sementara pendapatan atas biaya total (BT) dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

� total = TR – BT

Keterangan:

� total = Pendapatan total atas keuntungan total

BT = Biaya total (biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan)

4.4.2 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya

Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis) merupakan

alat untuk mengetahui kriteria kelayakan dari kegiatan usaha yang dilakukan.

Rasio R/C membandingkan antara nilai output terhadap nilai inputnya atau

perbandingan antara penerimaan usahatani (TR) dengan pengeluaran usaha.

Analisis rasio R/C dilakukan berdasarkan jenis biaya yang dikeluarkan, yaitu

biaya tunai (Bt) dan biaya total (BT). Rumus Rasio R/C atas biaya tunai adalah

sebagai berikut:

BtTR

CRRasio =/

Sedangkan rasio R/C atas biaya total dapat dituliskan sebagai berikut:

BTTR

CRRasio =/

4.4.3 Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan dipakai dalam penelitian ini karena variabel tidak

bebas (dependen) penelitian adalah variabel kategoris yaitu bila variabel

penelitian menggunakan skala ordinal atau nominal sedangkan variabel bebas

(independen) menggunakan skala metrik (interval dan rasio). Variabel tidak bebas

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

55

berupa dua kategori, dimana dalam penelitian ini responden atau objek terbagi

atas dua kategori, yakni pengusahaan penggilingan padi yang memiliki

pendapatan tinggi dan pengusahaan penggilingan padi berpendapatan rendah.

Penggilingan berpendapatan tinggi adalah penggilingan yang memiliki

pendapatan lebih besar dari rata-rata pendapatan penggilingan padi secara agregat,

sedangkan penggilingan berpendapatan rendah memiliki pendapatan lebih kecil

dari rata-rata pendapatan penggilingan padi secara agregat. Data mengenai

besarnya pendapatan diperoleh setelah melakukan analisis pendapatan kemudian

dipisahkan berdasarkan kelompok di atas.

Metode analisis diskriminan yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan analisis diskriminan bertahap (stepwise discriminant), dimana

variabel-variabel bebas dimasukkan ke dalam model secara bertahap berdasarkan

kemampuan variabel bebas tersebut dalam melakukan diskriminasi

antarkelompok. Metode ini cocok digunakan jika banyak variabel bebas yang

dilibatkan dan peneliti ingin menyederhanakan model dengan memilih variabel

terbaik untuk dimasukkan ke dalam model (Malhotra, 2005).

Adapun variabel-variabel bebas yang diduga menunjukkan perbedaan

antara kedua kelompok tersebut antara lain 1) Kapasitas produksi beras; 2)

Kapasitas mesin; 3) Tenaga kerja; 4) Jam kerja mesin; 5) Jumlah GKP; 6) Kadar

air gabah; 7) Luas gudang penyimpanan; 8) Luas lantai jemur; 9) Rendemen

beras; 10) Pengalaman pengusaha; 11) Pendidikan pengusaha; 12) Modal

pengusaha; 13) Kemasan beras; 14) Grading beras; 15) Mitra Bulog; 16) Sumber

modal pengusaha; 17) Umur pengusaha; dan 18) Jumlah solar. Lima faktor

pembeda dalam perhitungan analisis diskriminan ini dikelompokkan ke dalam

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

56

skala interval (Tabel 7.). Variabel bebas (faktor-faktor) tersebut diduga dapat

menunjukkan perbedaan antara kedua kelompok penggilingan padi berdasarkan

tingkat pendapatannya.

Tabel 7. Faktor Pembeda dalam Skala Interval No Atribut Satuan Ukuran 1. Mitra Bulog 1 = Penggilingan bermitra

2 = Penggilingan tidak bermitra 2. Sumber Modal 1 = Modal sendiri

2 = Modal pinjaman 3. Kemasan Beras 1 = Menggunakan merek sendiri

2 = Menggunakan merek pasar 4. Grading Beras 1 = Melakukan grading beras

2 = Tidak melakukan grading 5. Pendidikan Pengusaha 1 = SMA – S1

2 = SD – SMP

Dengan memilih variabel-variabel bebas yang terbaik sebagai prediktor

(pembeda) pada setiap tahapannya, maka variabel-variabel bebas yang tidak

berguna sebagai prediktor antarkelompok akan dikeluarkan dari model. Model

diskriminan yang berisi variabel-variabel bebas terpilih tadi sama baiknya, bahkan

terkadang lebih baik, dibandingkan model yang berisi keseluruhan variabel bebas

yang digunakan dalam penelitian (Hair, et.al., 1998).

Prosedur pemilihan variabel bebas terbaik dilakukan dalam beberapa tahap

(step) sehingga disebut dengan analisis diskriminan bertahap (stepwise

discriminant analysis). Metode ini akan memasukkan variabel satu-persatu

berdasarkan kemampuan mereka dalam membedakan kelompok. Pada setiap

tahapan stepwise discriminant, pemilihan variabel tersebut didasarkan atas nilai

Mahalanobis Distance (Min D square) yang terbesar disertai dengan nilai Sig. of

F to Enter yang terkecil. Jika kedua kriteria tersebut terpenuhi, maka atribut yang

bersangkutan secara signifikan dapat berfungsi sebagai pembeda kelompok dan

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

57

dapat dimasukkan ke dalam model. Namun apabila tidak terpenuhi maka proses

dihentikan (Myers dan Mullet, 2003).

Model diskriminan yang terbentuk dapat dikatakan mampu membedakan

perilaku kedua kelompok secara nyata jika angka Chi-square tinggi dengan

tingkat signifikansi di bawah 0.05, makin besar nilai Chi-square dan makin

rendah nilai signifikansi, menggambarkan bahwa perilaku antarkelompok secara

nyata berbeda.

Hair, et.al. (1998) menyatakan bahwa model diskriminan adalah

kombinasi linear dari variabel-variabel bebas yang merupakan hasil analisis

diskriminan. Bentuk model tersebut yaitu:

Zjk = a + W1X1k + W2X2k + … +WnXnk

Keterangan

Zjk = Z skor diskriminan (discriminant Z score)

a = Intersep

W = Bobot diskriminan

X = Variabel bebas

Dengan mengabaikan tanda, tiap-tiap pembobot menggambarkan

kontribusi relatif dari variabel bebas yang bersangkutan terhadap model

diskriminan yang terbentuk. Variabel bebas dengan bobot yang lebih besar

memberikan kontribusi yang lebih baik sebagai prediktor (pembeda) perilaku

antarkelompok kepada model diskriminan, dibandingkan variabel bebas yang

memiliki bobot lebih kecil.

Model diskriminan akan mengestimasi koefisien W, sehingga nilai Z

(discriminant Z score) setiap kelompok sedapat mungkin berbeda. Berdasarkan

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

58

perbandingan nilai Z (discriminant Z score) dengan angka Z kritis (cutting Z

score), yaitu nilai yang perbatasan antarkelompok, keanggotaan anggota

kelompok (penggilingan) diprediksi. Dalam penelitian ini, jumlah antar kedua

kelompok tidak sama sehingga untuk mendapatkan angka Z kritis diperoleh

melalui rumus yang dikemukakan oleh Hair, et.al. (1998) sebagai berikut:

NbNaZbNbZaNa

Z cu ++= ..

Keterangan:

Zcu = Angka kritis untuk kelompok yang tidak sama ukurannya

Na = Jumlah anggota kelompok a

Nb = Jumlah anggota kelompok b

Za = Centroid kelompok a

Zb = Centroid kelompok b

Tahap terakhir adalah mengidentifikasi ketepatan prediksi dari model

diskriminan, yaitu dengan menunjukkan kasus yang secara tepat diprediksi oleh

model baik dari kelompok penggilingan berpendapatan tinggi dan penggilingan

padi berpendapatan rendah kemudian dibagi jumlah kasus secara keseluruhan.

Menurut Hair, et.al. (1998) batas minimal ketepatan prediksi untuk model

diskriminan yang tidak sama ukuran kelompoknya diperoleh dengan rumus:

22 )1( ppCpro −+=

Keterangan

Cpro = Batas minimal ketepatan prediksi

p = Proporsi dari kelompok 1

(1 - p) = Proporsi dari kelompok 2

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

59

Jika model diskriminan dengan ukuran kelompok yang tidak sama

memiliki ketepatan prediksi di atas nilai Cpro, maka ketepatan prediksi model

tersebut termasuk kategori ketepatan klasifikasi tinggi. Sesuai dengan batasan

penelitian ini, maka tahap analisis hanya dilakukan sampai tahap mengetahui

faktor-faktor apa saja yang menjadi pembeda perilaku kedua kelompok.

4.4.4 Analisis Fungsi Produksi

Fungsi produksi yang digunakan untuk menjelaskan parameter Y dan X

dalam penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Menurut Soekartawi

(1990) fungsi produksi Cobb-Douglas memliki beberapa kelebihan antara lain 1)

penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dan sederhana

dibandingkan dengan fungsi yang lain karena dapat ditransformasikan ke dalam

bentuk linear sederhana; 2) koefisien pangkatnya sekaligus menunjukkan

besarnya elastisitas produksi yang optimum dari pemakaian faktor-faktor

produksi; 3) jumlah elastisitas dugaan dari masing-masing faktor produksi

merupakan pendugaan skala usaha (return to scale) atas perubahan faktor-faktor

produksi yang digunakan dalam proses produksi yang sedang berlangsung.

Kondisi return to scale didefinisikan sebagai respon dari perubahan

jumlah output jika terjadi perubahan penggunaan semua input secara proporsional.

Skala usaha perlu diketahui apakah kegiatan dari suatu yang diteliti tersebut

mengikuti kaidah increasing, constant, atau decreasing return to scale. Jika

jumlah elastisitas produksi dari fungsi Cobb-Douglas dilambangkan dengan �bi,

kondisi usahatani dapat dibedakan menjadi:

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

60

a. Jika �bi > 1, kondisi usahatani berada pada kondisi increasing return to

scale, artinya setiap penambahan faktor produksi akan menghasilkan

tambahan produksi dengan proporsi yang lebih besar.

b. Jika �bi = 1, usahatani berada pada kondisi constant return to scale, artinya

penambahan faktor produksi akan proporsional dengan penambahan

produksi.

c. Jika �bi < 1, usahatani berada pada kondisi decreasing return to scale,

artinya penambahan faktor produksi melebihi proporsi penambahan

produksi.

Fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:

Y = b0X1b1X2

b2X3b3X4

b4……Xnbn eu

Keterangan:

Y = Produksi

b0 = Intersep

bi = Koefisien regresi penduga variabel ke-i

Xi = Jenis faktor produksi ke-I, dimana I = 1, 2, 3,…,n

e = Bilangan natural (e = 2,7182)

u = Unsur sisa (galat)

Soekartawi (1990) menambahkan bahwa syarat dalam menggunakan

fungsi produksi Cobb-Douglas adalah tidak ada nilai pengamatan yang bernilai

nol atau negatif karena logaritma dari nol adalah suatu bilangan yang besarnya

tidak berhingga (infintif), namun sulit untuk menghindarkan hal tersebut dalam

kenyataan di lapang. Hal tersebut memerlukan cara untuk memperbaiki

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

61

pendugaan yang menggunakan suatu data, yaitu dengan cara mengganti

pengamatan yang bernilai nol tersebut dengan bilangan yang lebih kecil sekali.

Persyaratan lainnya adalah dalam faktor produksi, perlu mengambil asumsi bahwa

tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan serta perbedaan lokasi

dalam fungsi produksi sudah tercakup pada faktor kesalahan.

Variabel-variabel dugaan yang digunakan dalam menganalisis fungsi

produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi penggilingan padi adalah faktor-

faktor yang diduga berhubungan secara langsung dengan produksi dan ditambah

faktor yang signifikan dalam analisis diskriminan yang telah dilakukan. Faktor-

faktor tersebut antara lain::

1. Jumlah GKP

Jumlah gabah dalam satu musim diukur dalam satuan kilogram. Jumlah

gabah yang digiling diduga memiliki pengaruh positif terhadap produksi

penggilingan padi, semakin banyak gabah yang digiling maka akan

meningkatkan produksi sebesar nilai elastisitasnya (cateris paribus).

2. Bahan Bakar (solar)

Penggunaan bahan bakar dalam proses produksi diukur dalam satuan liter.

Bahan bakar berupa solar diduga berpengaruh secara positif terhadap

produksi penggilingan padi, semakin besar penggunaan solar, semakin

meningkat produksi sebesar nilai elastisitasnya (cateris paribus).

3. Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja diukur dalam satuan hari orang kerja (HOK).

Tenaga kerja yang dimaksudkan di sini adalah tenaga kerja yang ikut serta

dalam kegiatan penggilingan (proses pengolahan) saja. Tenaga kerja

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

62

diduga berpengaruh positif terhadap produksi, secara teori bila jumlah

tenaga kerja yang digunakan bertambah satu satuan, maka akan

meningkatkan produksi sebesar nilai elastisitasnya (cateris paribus).

4. Jam Kerja Mesin

Penggunaan mesin per hari dalam aktivitas penggilingan dapat diukur

dalam satuan jam per hari (jam/hari). Jam kerja mesin adalah total

penggunaan seluruh mesin yang digunakan selama produksi dalam satu

hari. Jam kerja mesin diduga berpengaruh positif terhadap produksi, secara

teori apabila jumlah jam kerja mesin bertambah satu satuan, maka akan

meningkatkan produksi sebesar nilai elastisitasnya (cateris paribus).

5. Kapasitas Mesin

Kapasitas mesin diukur dengan kemampuan mesin atau daya mesin dalam

satuan horse power (HP) atau juga disebut dengan power kuda (PK). Daya

mesin mampu menentukan kecepatan giling dan jumlah beras yang

digiling, sehingga kapasitas mesin diduga berpengaruh positif terhadap

produksi. Secara teori, apabila jumlah jam kerja mesin bertambah satu

satuan, maka akan meningkatkan produksi sebesar nilai elastiistasnya

(cateris paribus).

6. Modal

Modal merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin berjalannya

suatu produksi penggilingan. Modal digunakan untuk membiayai seluruh

aktivitas produksi, dari mulai pembelian gabah sampai pada penjualan

beras. Modal diduga berpengaruh positif terhadap produksi. Semakin

banyak modal yang digunakan, maka semakin banyak pula jumlah

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

63

produksi yang dihasilkan. Secara teori, apabila modal bertambah sebesar

satu satuan, maka akan meningkatkan produksi sebesar nilai elastisitasnya

(cateris paribus).

7. Mitra dengan Bulog

Kerjasama yang dilakukan oleh penggilingan padi dengan Bulog dalam hal

pengadaan beras, diduga berpengaruh positif terhadap produksi. Kemitraan

dengan Bulog menuntut produksi yang berkelanjutan dengan kuantitas dan

kualitas yang telah ditentukan oleh Bulog. Faktor ini merupakan faktor

boneka (dummy).

8. Pendidikan

Pendidikan pemilik penggilingan diduga berpengaruh positif terhadap

produksi beras penggilingan. Pendidikan mampu menggambarkan kualitas

dan cara pandangan pemilik terhadap usaha yang dijalankannya. Semakin

tinggi pendidikan, semakin luas pula pengetahuan dan wawasan pemilik.

Faktor ini merupakan faktor boneka (dummy).

9. Pengalaman Pemilik

Pengalaman pemilik dalam menjalankan usaha penggilingan diduga

menjadi faktor yang berpengaruh positif terhadap produksi. Pemilik yang

berpengalaman telah mengetahui usaha penggilingan secara luas.

Seringkali, pemilik dengan pengalaman banyak dan luas menjadi pedoman

bagi pemilik lain dalam menjalankan aktivitas usahanya.

Identifikasi variabel dilakukan dengan mendaftar faktor-faktor produksi

yang digunakan dalam proses penggilingan padi. Faktor-faktor produksi tersebut

antara lain jumlah GKP, bahan bakar, tenaga kerja, jumlah jam kerja mesin,

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

64

kapasitas mesin, modal, pendidikan, mitra, dan pengalaman. Faktor-faktor

tersebut merupakan variabel independen (bebas) yang akan diuji pengaruhnya

terhadap variabel dependen (tidak bebas) yaitu hasil produksi.

Dalam analisis fungsi produksi digunakan pendekatan fungsi produksi

Cobb-Douglas, sebagai berikut::

Y = b0X1b1X2

b2X3b3X4

b4 X5b5 X6

b6 X7b7 X8

b8 X9b9eu

Model tersebut ditransformasikan dapat ke dalam bentuk linear

logaritmatik untuk menduga fungsi produksi:

lnY = ln b0 + b1lnX1 + b2lnX2 + b3lnX3 + b4lnX4 + b5lnX5 + b6lnX6 + b7lnX7

+ b8lnX8 + b9lnX9 + u

Keterangan:

Y = Produksi beras penggilingan padi (kg/hari)

X1 = Jumlah GKP (kg)

X2 = Bahan bakar yang digunakan (liter)

X3 = Tenaga kerja yang digunakan (HOK)

X4 = Jumlah jam kerja mesin per hari (jam/hari)

X5 = Kapasitas mesin giling (HP)

X6 = Modal usaha (juta rupiah)

X7 = Mitra dengan Bulog (faktor dummy; 1: bermitra, 2; tidak)

X8 = Pendidikan pengusaha (faktor dummy; 1: SMA-S1, 2: SD-SMP)

X9 = Pengalaman usaha (umur)

b0 = Intersep

bi = Koefisien regresi dari peubah bebas dengan I = 1. 2, 3,.. n

u = Galat

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

65

Berdasarkan analisis regresi sederhana logaritmatik akan diperoleh

besarnya nilai t-hitung, F-hitung, dan R2. Nilai t-hitung digunakan untuk menguji

apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas (X) yang digunakan

secara terpisah berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Y). Nilai F-

hitung berguna untuk melihat apakah variabel-variabel bebas (X1, X2, X3, X4, X5,

X6, X7, X8 dan X9) tersebut secara bersma-sama memiliki pengaruh nyata terhadap

variabel tidak bebas (Y). Sementara nilai R2 berguna untuk melihat sejauh mana

keragaman yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas (X) terhadap variabel tidak

bebas (Y).

4.4.5 Pengujian Fungsi Produksi

Hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dalam produksi

dianalisis dengan menggunakan analisis regresi dengan metode Ordinary Least

Square (OLS). Menurut Gujarati (1995), metode ini dapat dipakai dengan asumsi-

asumsi sebagai berikut:

1. Variasi unsur sisa menyebar normal

2. Nilai rata-rata dari unsur sisa sama dengan nol

3. Tidak ada korelasi berangkai/autokorelasi antara nilai-nilai sisa pada setiap

pengamatan

4. Homokedastiitas atau ragam merupakan bilangan tetap

5. Tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas

6. Tidak ada korelasi diri (multikolinearitas).

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

66

Pengujian-pengujian yang dilakukan adalah pengujian model penduga dan

pengujian terhadap parameter regresi.

1. Pengujian terhadap model penduga

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah model penduga

yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter dalam fungsi

produksi.

Hipotesis:

H0 : bi = bo = …… = b8 = 0

H1 : minimal ada satu b � 0

Uji statistik yang digunakan adalah uji F;

F-hitung = ( )

( ) ( )knRkR

−−−

/11/

2

2

F tabel = F (k-1, n-k)

dimana,

K = jumlah variabel, tetapi tidak termasuk konstanta

n = jumlah pengamatan/responden

Kriteria uji:

F-hitung > F-tabel (k-1, n-k) : tolak Ho

F-hitung > F-tabel (k-1, n-k) : terima Ho

Apabila kriteria uji menunjukkan penolakan Ho, maka parameter bebas

yang digunakan dalam analisis tersebut secara bersama-sama berpengaruh

nyata terhadap parameter tidak bebas. Sebaliknya apabila kriteria uji

menunjukkan terima Ho, maka parameter bebas yang digunakan dalam

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

67

analisis secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap parameter

tidak bebas.

Setelah itu, dilakukan penghitungan nilai koefisien determinasi (R2) agar

dapat memperkuat pengujian tersebut. Nilai koefisien determinasi akan

mampu menunjukkan seberapa jauh keragaman dapat dijelaskan oleh

parameter penjelas yang terpilih. Koefisien determinasi dapat dituliskan

sebagai berikut:

R2 = )()(

SSTtotalkuadratjumlahSSRregresikuadratjumlah

R2 = ��

��

�− 2

2

1i

i

Y

e

2. Pengujian untuk masing-masing parameter regresi

Pengujian ini berguna untuk mengetahui apakah masing-masing parameter

bebas yang bepengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas.

Hipotesis:

H0 : bi = 0

H1 : bi � 0

Uji statistik: Uji t

t-hitung = ( )biSbi 0−

t-tabel = t(�/2, n-k)

Kriteria uji:

t-hitung > t-tabel (�/2, n-k) : tolak Ho

t-hitung < t-tabel (�/2, n-k) : terima Ho

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

68

dimana:

k = jmlah variabel bebas

n = jumlah pengamatan/responden

S(bi) = simpangan baku keofisien regresi

Jika Ho ditolak artinya peubah bebas berpengaruh nyata terhadap parameter

tidak bebas dalam model, sebaliknya jika terima Ho maka parameter bebas

tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas (Sarwoko, 2005).

4.4.6 Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi

Pengujian terhadap efisiensi dilakukan untuk mengetahui tingkat

pencapaian ekonomi pada pengusahaan penggilingan padi, apakah faktor-faktor

produksi yang digunakan telah dikombinasikan secara optimal, sehingga dapat

diketahui apakah kegiatan tersebut telah mencapai keuntungan maksimum.

Analisis yang digunakan untuk melihat hal tersebut adalah analisis efisiensi

alokatif (allocative efficiency) atau juga disebut efisiensi harga (price efficiency)

berdasarkan penggunaan input. Efisiensi alokatif dicapai pada saat nilai produk

marjinal (NPM) sama dengan biaya korbanan marjinal (BKM) atau dengan kata

lain rasio NPM dengan BKM sama dengan satu.

Rasio NPM dan BKM sama dengan satu untuk semua faktor produksi

menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi berada pada kondisi

optimal dan telah mencapai keuntungan maksimal. Jika rasio NPM dan BKM

lebih besar dari satu, maka penggunaan faktor produksi belum efisien dan perlu

ditingkatkan agar optimal. Rasio NPM dan BKM yang kurang dari satu

menunjukkan bahwa penggunaan faktor produksi telah melebihi batas optimal

sehingga penggunaan harus dikurangi.

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

69

Nilai Produk Marjinal (NPM) merupakan hasil kali harga rata-rata output

dengan produk marjinalnya (PM). Produk marjinal merupakan hasil kali antara

koefisien regresi dengan rata-rata produksi per rata-rata penggunaan masing-

masing faktor produksi. Koefisien regresi yang digunakan adalah koefisien regresi

yang diperoleh dari hasil pendugaan dan pengujian fungsi produksi. Faktor-faktor

produksi yang akan dianalisis tingkat efisiensinya adalah faktor-faktor produksi

yang berpengaruh nyata terhadap produksi beras berdasarkan hasil uji t,

sedangkan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) didapat dari harga rata-rata dari

masing-masing faktor produksi yang digunakan.

4.4.7 Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk menghindari adanya perbedaan

pengertian terkait istilah-istilah dalam penelitian ini.

1. Bahan bakar atau solar digunakan untuk menggerakkan mesin diesel

sebagai penggerak mesin giling.

2. Bangunan termasuk investasi penggilingan yang berkaitan secara langsung

dalam proses produksi seperti kantor, namun tidak termasuk rumah tempat

tinggal.

3. Biaya diperhitungkan dalam penelitian ini meliputi biaya penyusutan alat

dan mesin giling, kendaraan, lantai jemur, dan bangunan.

4. Calo atau tengkulak merupakan orang kiriman atau yang ditugaskan secara

khusus oleh penggilingan untuk mencari dan membeli gabah petani di

daerah yang sedang panen.

5. Dedak atau bekatul merupakan salah satu hasil samping dari pengolahan

gabah menjadi beras yang dapat dijual kembali.

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

70

6. Gabah kering panen (GKP) adalah gabah yang baru dipanen oleh petani di

sawah dan belum mengalami proses penjemuran. GKP merupakan jenis

gabah yang paling banyak dibeli penggilingan dibandingkan gabah kering

sawah (GKS) atau gabah kering giling (GKG).

7. Grading beras merupakan kegiatan memisahkan beras berdasarkan

kualitasnya. Grading beras dapat dilakukan dari mulai menggiling sampai

pada tahap pengemasan beras.

8. Gudang penyimpanan merupakan tempat yang digunakan untuk

menyimpan gabah yang belum dikeringkan ataupun siap digiling. Gudang

juga biasa digunakan untuk menyimpan beras yang sudah digiling.

9. Harga gabah dan harga beras merupakan harga kesepakatan yang terjadi

melalui tawar-menawar antara penggilingan (calo) dengan petani

berdasarkan keadaan pasar pada saat itu.

10. Jam kerja mesin merupakan total jam yang menjadi beban bagi mesin

untuk menggiling gabah selama satu hari produksi.

11. Jumlah beras yang dijual merupakan jumlah total dari kapasitas

penggilingan per hari dihitung dalam satuan ton.

12. Jumlah stok beras atau gabah merupakan jumlah total stok beras atau

gabah yang dimiliki penggilingan dan disimpan di gudang Jumlah stok

beras atau gabah dihitung dalam satuan ton.

13. Kadar air gabah merupakan jumlah kandungan air yang terdapat dalam

gabah, biasa diukur dalam satuan persentase. Kadar air diukur secara

subjektif oleh pengusaha dengan menggunakan intuisi atau perasaan

berdasarkan pengalaman. Alat untuk mengukur kadar air adalah cera

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

71

tester, namun hanya ditemukan dua penggilingan yang memiliki alat

tersebut.

14. Kapasitas mesin giling menunjukkan kemampuan sebuah mesin giling

dalam mengolah gabah menjadi beras, biasa diukur dalam satuan ton beras

per jam.

15. Kapasitas produksi merupakan kemampuan produksi beras sebuah

penggilingan padi per hari.

16. Kemasan beras dapat berupa kemasan yang berasal dari penggilingan

dengan merek sendiri ataupun kemasan yang menggunakan merek yang

sudah dikenal oleh konsumen di pasaran.

17. Kemitraan dengan Bulog merupakan kerjasama yang dilakukan oleh

penggilingan padi dengan Bulog dalam hal pengadaan beras. Penggilingan

padi yang bermitra dengan Bulog kemudian disebut mitra Bulog.

18. Kendaraan merupakan aktiva lancar yang digunakan untuk operasional

penggilingan, dapat berupa truk atau mobil pick-up.

19. Lantai jemur merupakan tempat berupa lapang terhampar yang telah

diplester dengan semen, berbentuk undakan ataupun datar yang digunakan

untuk menjemur gabah.

20. Menir atau jitai merupakan salah satu hasil samping dari pengolahan

gabah menjadi beras yang dapat dijual kembali dengan harga yang lebih

tinggi daripada dedak atau bekatul.

21. Modal usaha merupakan sejumlah rupiah yang dibutuhkan untuk

melakukan satu kali proses produksi dan menjamin satu proses produksi

selanjutnya.

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

72

22. Pendidikan pengusaha merupakan tingkat pendidikan formal terakhir yang

ditempuh oleh pengusaha pemilik penggilingan

23. Pengalaman usaha merupakan ukuran lamanya seorang menjalankan usaha

penggilingan padi yaitu sejak memulai usaha penggilingan atau

meneruskan usaha keluarga hingga saat penelitian dilakukan

24. Pengusaha atau pemilik penggilingan merupakan individu atau ketua suatu

kelompok yang memiliki usaha penggilingan padi di Kabupaten

Karawang.

25. Persepsi terhadap pekerjaan merupakan pandangan atau anggapan seorang

pengusaha terhadap profesinya sebagai pengusaha penggilingan padi,

apakah sebagai pekerjaan utama atau pekerjaan sampingan.

26. Sumber modal menunjukkan dari mana modal yang diperoleh pengusaha

penggilingan dalam menjalankan usahanya. Modal dapat berasal dari

meminjam dari bank ataupun modal sendiri.

27. Tenaga kerja aatu buruh yang digunakan merupakan tenaga kerja atau

buruh borongan dengan bayaran tertentu sesuai dengan kerja yang

dilakukan.

28. Tingkat rendemen beras merupakan faktor konversi dari jumlah gabah

yang digiling menjadi beras. Rendemen diukur secara subjektif dengan

menggunakan perasaan atau intuisi pengusaha berdasarkan

pengalamannya. Alat ukur rendemen hanya terdapat di Bulog kecamatan

atau kabupaten.

29. Umur pengusaha dihitung sampai pada saat wawancara dengan pengusaha

dilakukan.

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

73

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

5.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian

Kabupaten Karawang merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian

antara 0 meter sampai 50 meter di atas permukaan laut. Secara geografis,

Kabupaten Karawang terletak di antara 107 derajat 2 menit Bujur Timur sampai

dengan 107 derajat 40 menit Bujur Timur dan 5 derajat 56 menit sampai dengan 6

derajat 34 menit Lintang Selatan.

Wilayah Kabupaten Karawang meliputi wilayah bukit Sanggabuana di

Kecamatan Pangkalan hingga ke tepi Laut Jawa di Kecamatan Cilamaya,

Pakisjaya, dan Cibuaya. Sebelah timur Kabupaten Karawang berbatasan dengan

Kabupaten Purwakarta dan Subang. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

Bekasi dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Cianjur.

Kabupaten Karawang merupakan salah satu wilayah lumbung padi di

wilayah Pantura Propinsi Jawa Barat. Kabupaten ini memilik luas wilayah sekitar

175.327 hektar, yang terbagi atas lahan perkampungan dan pemukiman seluas

33.038 hektar, persawahan 93.494 hektar, kebun campuran 6.329 hektar, tegalan

2.419 hektar, perkebunan 1.279 hektar, semak belukar 1.701 hektar, hutan 11.396

hektar, tambak, kolam atau rawa 13.973 hektar, industri 9.502 hektar dan lahan

lain-lain seluas 2.196 hektar.

Lahan sawah di Kabupaten Karawang umumnya ditanam padi dua kali

setahun. Sejumlah kecil lahan persawahan lainnya ada yang ditanam tiga kali

dalam setahun. Hal ini sehubungan dengan program intensifikasi padi (IP-300)

yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan jumlah produksi beras

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

74

secara nasional. Pola tanam yang umum dipraktekkan petani adalah padi-padian

dan palawija. Tanaman palawija yang ditanam adalah kedelai, kacang ijo atau

sayuran buncis. Masa tanam padi puncaknya pada bulan April-Juni dan

Nopember-Januari, dengan puncak masa panen padi pada bulan Februari-April

dan Juli-September. Panen padi untuk lokasi sawah yang melaksanakan tiga kali

masa tanam adalah pada bulan Oktober dan November, namun jumlah yang

dihasilkan tergolong kecil karena hanya sebagian kecil lahan sawah yang

menggunakan metode tersebut. Jumlah produksi yang dihasilkan hanya sekitar 15

persen dari total produksi yang dihasilkan pada bulan biasanya.

5.2 Keadaan Demografis Penduduk

Penduduk Kabupaten Karawang umumnya adalah suku Sunda yang

menggunakan Bahasa Sunda, tetapi di Kabupaten Karawang terdapat beberapa

bahasa dan budaya diantaranya budaya dan bahasa Betawi di daerah utara

Karawang tepatnya sebagian Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya serta

bahasa Jawa Cirebonan di jalur Utara Kecamatan Tempuran Kecamatan Cilamaya.

Jumlah Penduduk Kabupaten Karawang mencapai 2.017.367 jiwa pada tahun

2006, dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 2,26 persen.

Berikut adalah komposisi penduduk Kabupaten Karawang.

1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk Kabupaten Karawang menurut jenis kelamin pada

tahun 2006 sebagai berikut jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.007.124 jiwa

dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.010.243 jiwa. Total penduduk

Kabupaten Karawang pada tahun 2006 berjumlah 2.017.367. Dengan demikian

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

75

berdasarkan jenis kelamin dapat dikatakan seimbang dengan rasio jumlah laki-laki

dan perempuan sebesar 49,9: 50,1. Tabel 8. di bawah ini menggambarkan keadaan

tersebut.

Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

Laki-Laki 1.007.124 49,90 Perempuan 1.010.243 50,10

Total 2.017.367 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Karawang, 2006

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Struktur Usia

Komposisi penduduk Kabupaten Karawang berdasarkan usia pada tahun

2006 sangat bervariasi. Mayoritas penduduknya berusia 5-9 tahun sebesar 213.684

jiwa atau sekitar 10,59 persen dan 10-14 tahun sebesar 203.800 jiwa atau sekitar

10.10 persen. Data pada Tabel 9. juga memperlihatkan bahwa jumlah penduduk

terbanyak berada pada usia sekolah dasar, sedangkan jumlah penduduk usia

produktif atau usia 15-64 tahun sebesar 1.395.633 jiwa atau sekitar 69,18 persen.

Tabel 9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia Kelompok Usia (tahun) Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

< 4 125.769 6,23 5-9 213.684 10,59

10-14 203.800 10,10 15-64 1.395.633 69,18 > 65 78.481 3,9 Total 2.017.367 100,00

Sumber: BPS Kabupaten Karawang, 2006

Komposisi piramida penduduk dapat menunjukkan angka beban

ketergantungan (dependency ratio) sebagai perbandingan penduduk usia produktif

15-64 tahun (diukur dari penduduk usia kerja) dengan penduduk usia tidak

produktif (usia kurang dari 15 tahun atau usia lebih dari 64 Tahun). Pada tahun

2006, nilai dependency ratio menunjukkan angka 45 persen yang berarti bahwa

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

76

dari seratus orang usia produktif menanggung beban sekitar 45 orang yang tidak

produktif. Jika dibandingkan dengan angka dependency ratio pada tahun 2005

sebesar 50 persen (100 orang menanggung beban sekitar 50 orang) sehingga

memperlihatkan perubahan tingkat beban ketergantungan yang semakin baik.

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha

Pada tahun 2006 jumlah penduduk bekerja berdasarkan lapangan usaha

sebanyak 728.775 orang. Dari Jumlah tersebut sebesar 258.047 orang atau sekitar

35,41 persen bekerja pada lapangan usaha pertanian dan perikanan. Pada lapangan

usaha perdagangan memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja sebesar

174.872 orang atau sekitar 24,54 persen, sedangkan pada lapangan usaha industri

menyerap tenaga kerja sebesar 125.539 orang atau sekitar 17,23 persen. Tabel 10

menyajikan data mengenai komposisi penduduk Kabupaten Karawang

berdasarkan lapangan usaha.

Tabel 10. Komposisi Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha Lapangan Usaha Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

Pertanian dan Peternakan 258,047 35,41 Perdagangan 178,872 24,54 Industri 125,539 17,23 Pemerintahan dan lainnya 166,317 22,82

Total 728,775 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Karawang, 2006

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sektor pendidikan merupakan salah satu program prioritas pembangunan.

Hal ini tidak terlepas dari kondisi tingkat pendidikan masyarakat yang masih

relatif rendah, padahal kualitas sumberdaya manusia masyarakat merupakan

faktor determinan dalam keberhasilan pembangunan. Jumlah penduduk usia 10

tahun ke atas yang berpendidikan kurang atau setara SD berjumlah 1.160.736

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

77

orang atau 69 persen dari total jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas. Hal ini

juga mengindikasikan bahwa rata-rata lama sekolah (RLS) di Kabupaten

Karawang masih dalam tingkat sekolah dasar.

5.3 Karakteristik Pengusahaan Penggilingan Padi

Karakteristik pengusahaan penggilingan padi dalam penelitian ini

mengkaji dan membandingkan penggilingan padi besar dan kecil. Karakteristik

tersebut terdiri atas karakteristik pemilik penggilingan, kapasitas produksi

penggilingan, mesin dan alat penggilingan, modal usaha, kemitraan dengan

Bulog, gabah dan beras, serta karakteristik tenaga kerja, lantai jemur dan

bangunan yang dimiliki, serta gambaran umum aktivitas pengusahaan

penggilingan padi di Kabupaten Karawang.

5.3.1 Pemilik Penggilingan Padi

a. Umur Pemilik

Berdasarkan umur, responden pemilik penggilingan padi dalam penelitian

ini dikelompokkan ke dalam empat kelompok umur, yaitu kelompok umur 30-39

tahun, kelompok umur 40-49 tahun, kelompok umur 50-59 tahun, dan kelompok

umur lebih dari 59 tahun. Jumlah dan persentase dari tiap kelompok tersebut dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Pemilik Penggilingan Berdasarkan Umur

Umur Pemilik (tahun)

Penggilingan Padi Besar

Penggilingan Padi Kecil

Penggilingan Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % 30-39 0 0,0 2 9,1 2 5,7 40-49 6 46,2 11 50,0 17 48,6 50-59 5 38,5 7 31,8 12 34,3 >59 2 15,4 2 9,1 4 11,4

Jumlah 13 100,0 22 100,0 35 100,0

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

78

Tabel 11. menunjukkan bahwa jumlah terbesar pemilik berada pada

kelompok umur 40-49 tahun, yaitu sebanyak 17 pemilik atau 48,6 persen dari total

pemilik. Jumlah pemilik pada kelompok umur 50-59 tahun adalah 12 pemilik

(34,3 persen), sementara jumlah reponden pada kelompok umur lebih dari 59

tahun dan kelompok umur 30-39 tahun, masing-masing sebanyak empat pemilik

(11,4 persen) dan dua pemilik (5,7 persen).

Sama seperti pemilik penggilingan padi besar, jumlah pemilik

penggilingan padi kecil paling banyak berada pada kelompok umur 40 sampai 49

tahun. Tidak terdapat pemilik penggilingan padi besar yang berumur kurang dari

40 tahun, sedangkan terdapat dua pemilik yang berumur kurang dari 40 tahun.

Terdapat dua pemilik dari masing-masing kelompok penggilingan yang berumur

lebih dari 59 tahun Hal ini menunjukkan bahwa pemilik penggilingan padi besar

secara umum berusia lebih tua dari pemilik penggilingan padi kecil. Secara tidak

langsung usia menunjukkan kematangan pemilik dalam mengelola kegiatan usaha

penggilingannya selain juga karena faktor pengalaman usaha pemilik.

b. Tingkat Pendidikan Pemilik

Berdasarkan tingkat pendidikan, pemilik terbagi ke dalam variasi tingkat

pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai pada pendidikan tinggi. Tabel 12.

menunjukkan tingkat pendidikan pemilik penggilingan padi.

Tabel 12. Tingkat Pendidikan Pemilik Penggilingan Padi

Pendidikan Pemilik

Penggilingan Padi Besar

Penggilingan Padi Kecil

Penggilingan Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Lulus SD 1 7,7 10 45,5 11 31,4 Lulus SMP 6 46,2 6 27,3 12 34,3 Lulus SMA 4 30,8 5 22,7 9 25,7 Lulus Sarjana 2 15,4 1 4,5 3 8,6 Jumlah 13 100,0 22 100,0 35 100,0

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

79

Tabel 12. menunjukkan bahwa semua pemilik pernah mengikuti

pendidikan formal, mulai dari sekolah dasar sampai dengan tingkat sarjana.

Sebanyak 11 pemilik atau 31,4 persen pernah menyelesaikan pendidikan sekolah

dasar. Pemilik yang berhasil menyelesaikan pendidikan formal di tingkat

SMP/Sederajat adalah sebanyak 12 pemilik atau 34,3 persen. Terdapat 9 pemilik

atau 25,7 persen pernah menyelesaikan pendidikan formal di tingkat

SMA/Sederajat, sementara tiga pemilik atau 8,6 persen berhasil menyelesaikan

pendidikan sarjana.

Pemilik penggilingan padi besar paling banyak menempuh dan

menyelesaikan pendidikan sampai pada tingkat SMP, sedangkan pemilik

penggilingan padi kecil sebagian besar hanya menyelesaikan tingkat pendidikan

SD. Uniknya terdapat dua pemilik penggiingan padi besar yang berhasil

menempuh pendidikan sarjana, sementara terdapat satu pemilik penggilingan padi

kecil yang menyelesaikan pendidikan sarjana. Dua pemilik penggilingan besar

berpendidikan sarjana mengakui bahwa usaha penggilingan padi yang dilakukan

sekarang bukan merupakan usaha yang dirintis sejak awal berdiri, namun

meneruskan usaha orang tua yang sudah meninggal atau berusia lanjut. Satu

pemilik penggilingan padi kecil yang berpendidikan sarjana merupakan orang

yang belum lama memulai usaha penggilingan. Pemilik yang sebagian hanya lulus

SD atau SMP bukan berarti merendahkan arti penting pendidikan, namun karena

tidak adanya kesempatan untuk mengecap pendidikan lebih tinggi sebelumnya.

c. Pengalaman Usaha Pemilik

Pengalaman usaha yang dimiliki oleh seorang pemilik dianggap memiliki

pengaruh yang cukup kuat bagi keberhasilan usaha penggilingan padi miliknya.

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

80

Pemilik yang telah lama menjalani usaha penggilingan padi biasanya menjadi

acuan bagi pemilik lainnya karena dianggap memiliki pengetahuan yang

diperolehnya selama menjalankan usahanya. Tabel 13. memperlihatkan jumlah

pemilik berdasarkan lamanya berusaha di penggilingan padi.

Tabel 13. Jumlah Pemilik Berdasarkan Pengalaman Usaha Pengalaman

Usaha (tahun)

Penggilingan Padi Besar

Penggilingan Padi Kecil

Penggilingan Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % 0 – 9 0 0,0 3 13,6 3 8,6

10 – 19 2 15,4 14 63,6 16 45,7 20 – 29 6 46,2 5 22,7 11 31,4 30 -39 4 30,8 0 0,0 4 11,4

>39 1 7,7 0 0,0 1 2,9 Jumlah 13 100,0 22 100,0 35 100,0

Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa jumlah pemilik terbesar, yaitu 16

pemilik (45,7 persen) telah menjalankan usaha penggilingan padi selama 10-19

tahun. Jumlah pemilik terbesar kedua, yaitu 11 pemilik (31,4 persen) memiliki

pengalaman usaha 20-29 tahun. Sebanyak empat pemilik (11,4 persen) dan tiga

pemilik (8,6 persen), masing-masing memiliki pengalaman 30-39 tahun dan 0-9

tahun. Sementara satu pemilik (2,9 persen) telah lebih dari 39 tahun menjalankan

usaha penggilingan padi.

Pemilik penggilingan padi besar paling banyak memiliki pengalaman

usaha selama 20 sampai 29 tahun, dan sebagian kecil lainnya telah menjalankan

bisnis penggilingan selama lebih dari 30 tahun. Berbeda dengan pemilik

penggilingan padi besar, pemilik penggilingan padi kecil rata-rata memiliki

pengalaman usaha selama 10 sampai 19 tahun, dan tidak terdapat pemilik yang

menjalankan usahanya lebih dari 29 tahun.

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

81

Pengalaman, bagi pemilik dianggap sebagai hal yang mampu menentukan

keberhasilan bisnis penggilingan padi. Pemilik yang lebih berpengalaman lebih

mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas penggilingan

berikut hal-hal yang menjadi rahasia tersendiri bisnis ini. Pemilik yang lebih

berpengalaman biasa menjadi acuan dan tempat bertanya. Seringkali, pemilik

dengan pengalaman minim berpedoman pada aktivitas pemilik yang lebih

berpengalaman, misalnya mengenai harga gabah atau beras, pembelian gabah,

sistem stok dan lain sebagainya.

d. Persepsi Pemilik Penggilingan Padi terhadap Pekerjaan

Persepsi pemilik terhadap pekerjaan yang dilakukan dapat berbeda satu

sama lain. Hal tersebut terjadi karena biasanya pemilik memiliki lebih dari satu

pekerjaan sebagai mata pencahariannya. Persepsi terhadap pekerjaan dapat berupa

pekerjaan utama atau pekerjaan sampingan. Tabel 14. menunjukkan persepsi

pemilik terhadap pekerjaan sebagai pemilik penggilingan padi.

Tabel 14. Jumlah Pemilik Berdasarkan Persepsi terhadap Pekerjaan sebagai Pemilik Penggilingan Padi

Persepsi Terhadap Pekerjaan

Penggilingan Padi Besar

Penggilingan Padi Kecil

Penggilingan Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Pekerjaan Utama 12 92,3 12 54,5 24 68,6 Pekerjaan Sampingan 1 7,7 10 45,5 11 31,4 Jumlah 13 100,0 22 100,0 35 100,0

Berdasarkan Tabel 14., terdapat 24 pemilik atau 68,6 persen yang

menyatakan bahwa usaha penggilingan padi yang dijalankan adalah sebagai

pekerjaan utama. Sisa pemilik yaitu sebanyak delapan pemilik (31,4 persen)

menyatakan bahwa usaha penggilingan padi yang dijalankan dianggap sebagai

pekerjaan utama.

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

82

Pemilik penggilingan padi besar dan kecil memiliki kesamaan mengenai

persepsi terhadap pekerjaan sebagai pemilik penggilingan padi. Pemilik

menganggap bahwa penggilingan padi yang dimiliki adalah mata pencaharian

utama. Beberapa pemilik memiliki pekerjaan utama sebagai pemilik tambak

ikan/udang, wiraswasta, atau karyawan swasta. Sebanyak sepuluh pemilik

penggilingan kecil juga berprofesi sebagai petani dan pemilik lahan pertanian.

Sepuluh pemilik tersebut menganggap usaha penggilingan tidak lebih utama dari

pekerjaan mereka sebagai petani atau pemilik lahan. Pemilik yang menganggap

penggilingan padi adalah pekerjaan sampingan tidak memungkiri bahwa bisnis di

penggilingan padi mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap

kesejahteraan pemilik.

5.3.2 Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi merupakan salah satu karakteristik yang membedakan

antara satu penggilingan padi dengan penggilingan yang lain. Kapasitas produksi

mengacu pada kemampuan suatu penggilingan padi dalam memproduksi beras

selama satu hari. Kapasitas produksi erat kaitannya dengan kemampuan yang

dimiliki mesin, modal, jumlah gabah yang dimiliki dan faktor-faktor terkait

lainnya.

Kapasitas produksi penggilingan padi besar adalah di atas atau sama

dengan 20 ton beras per hari. Rata-rata kapasitas produksi penggilingan padi besar

dalam penelitian ini sebesar 29,23 ton beras per hari. Kapasitas produksi terkecil

penggilingan besar sebesar 20 ton beras per hari, sedangkan yang paling besar

adalah 60 ton beras per hari. Kemampuan produksi yang besar ini dapat

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

83

dimaklumi karena penggilingan besar memiliki kemampuan untuk membeli gabah

dalam jumlah banyak, tentunya dengan didukung oleh modal yang besar pula.

Berbeda dengan penggilingan besar, penggilingan kecil memiliki kapasitas

produksi beras per hari kurang dari 20 ton. Rata-rata kapasitas produksi

penggilingan padi kecil adalah 5,91 ton beras per hari. Dalam penelitian ini,

kapasitas penggilingan padi kecil terendah sebesar 2 ton beras per hari, sedangkan

yang tertinggi sebesar 15 ton beras per hari. Jumlah tersebut lebih relatif lebih

rendah dibandingkan penggilingan padi besar karena penggilingan padi kecil tidak

memiliki jumlah gabah yang banyak, dengan mesin yang berumur tua, dan modal

yang terbatas. Pemaparan mengenai gabah, mesin, dan modal disampaikan pada

uraian berikutnya.

5.3.3 Mesin dan Alat Penggilingan Padi

Mesin yang digunakan oleh penggilingan dalam penelitian ini memiliki

umur yang relatif tua. Mesin yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mesin

husker, polisher, dan mesin penggerak (mesin diesel). Rata-rata umur mesin pada

penggilingan padi besar dan kecil adalah 10-12 tahun, sementara umur ekonomis

mesin diprediksi hanya berkisar 5-6 tahun. Pemilik penggilingan sebenarnya

mengetahui hal ini, namun beberapa menganggap pergantian atau up grade mesin

tidak perlu dilakukan selama mesin masih dapat digunakan, selain juga karena

modal yang dimiliki terutama penggilingan kecil relatif terbatas. Pemilik hanya

melakukan perawatan dengan mengganti spare part atau suku cadang mesin yang

rusak seperti rubber roll dan as mesin. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan Rosmawanty (2007) pada analisis kelayakan usaha pengusahaan

penggilingan padi di Kabupaten Karawang.

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

84

Mesin husker yang biasa digunakan oleh penggilingan semuanya

merupakan mesin buatan China. Merek mesin yang mendominasi adalah Dong

Fang Hong dengan tipe LM 24-2 C. Gambar 7. dibawah menunjukkan mesin

tersebut. Mesin ini berumur 5 tahun dan dapat dibeli dipasaran dengan harga per

unit Rp 3.000.000 sampai Rp 3.500.000. Mesin ini memiliki kapasitas giling

sebesar 1500 kg gabah per jam dan berfungsi sebagai alat pemecah kulit gabah

menjadi beras setengah jadi yang akan dikumpulkan untuk proses selanjutnya.

Gambar 7. Mesin Husker pada Penggilingan Padi

Mesin lain yang biasa digunakan adalah mesin polisher. Mesin polisher

berfungsi untuk membuang kulit ari beras supaya beras putih sehingga

berpenampilan lebih baik dan siap dikonsumsi. Sebagian besar penggilingan padi

baik besar maupun kecil menggunakan mesin polisher bermerek Ichi dengan tipe

N 70 sampai dengan N 100. Mesin ini merupakan mesin buatan China dan

memiliki kapasitas sebesar 700-1000 kg gabah per jam. Mesin ini dapat dengan

mudah ditemukan di pasaran alat dan mesin pertanian dengan harga beli

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

85

Rp 3.500.000 sampai Rp 5.000.000. Mesin Ichi ini diduga memiliki umur

ekonomi 5-6 tahun. Gambar 8. di bawah ini menunjukkan salah satu mesin Ichi

bertipe N 70 dengan kapasitas produksi 700 gabah per jam.

Gambar 8. Mesin Polisher pada Penggilingan Padi

Mesin husker dan polisher tidak dapat berfungsi apabila tidak digerakkan

oleh mesin penggerak atau diesel. Kapasitas mesin penggerak selain dari

kemampuan menggiling gabah juga dapat dilihat dari ukuran daya mesin. Daya

mesin penggerak dapat diukur dengan satuan horse power (HP) atau biasa disebut

power kuda (PK). Penggilingan padi besar memiliki daya mesin di atas 80 PK,

dengan rata-rata daya sebesar 95,38 PK. Penggilingan padi kecil memiliki daya

mesin rata-rata 63,64 PK, sebagian memiliki mesin berdaya 40 PK, 60 PK, dan

sebagian kecil berdaya 80 PK. Daya mesin mempengaruhi kecepatan dan jumlah

gabah yang digiling atau beras yang dapat dihasilkan dari proses penggilingan

tersebut.

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

86

Mesin penggerak yang biasa digunakan penggilingan padi dapat bermacam-

macam, bergantung pada jenis, merek, harga, dan kapasitas mesinnya. Beberapa

penggilingan menggunakan mesin merek Kubota buatan Indonesia (gambar

nomor 1), merek Chang Fa Hwang buatan China (gambar nomor 2), dan ada pula

yang menggunakan merek Mitsubishi buatan Jepang (gambar nomor 3). Di lokasi

penelitian, mesin Kubota yang digunakan bertipe KND 250 DI yang berfungsi

untuk menggerakkan husker atau polisher. Mesin ini memiliki daya maksimum

60-80 PK atau sekitar 4800 RPM. Mesin ini dapat ditemukan di pasaran dengan

harga Rp 22.000.000, relatif mahal dan banyak ditemukan di penggilingan besar,

dan memiliki umur ekonomis 6-8 tahun. Gambar 9. menunjukkan mesin-mesin

penggerak tersebut.

Gambar 9. Mesin Penggerak Husker dan Polisher

1

2

3

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

87

Mesin Chang Fa Hwang yang digunakan bertipe CFZS 1115G dengan

daya 40 PK atau 4000 RPM. Mesin ini dapat ditemukan di pasaran dengan harga

Rp 2.500.000, biasa ditemukan di penggilingan kecil. Mesin ini memiliki umur

ekonomi sekitar 5 tahun. Mesin buatan Jepang, Mitsubishi bertipe GD15-04 hanya

dimiliki oleh beberapa penggilingan padi, karena sebagian besar lebih

mempercayai mesin penggerak buatan China. Harga beli mesin ini adalah

Rp 17.500.000 sampai dengan Rp 20.000.0000 dengan umur ekonomis 8 tahun.

Semua mesin penggerak di atas menggunakan bahan bakar solar dalam

aktivasinya.

Inventaris lain yang dimiliki oleh penggilingan adalah mesin Shining dan

Cera Tester. Kedua alat tersebut hanya dimiliki oleh tiga penggilingan padi besar

karena relatif mahal sehingga tidak semua penggilingan memiliki alat-alat ini.

Mesin Shining yang dimiliki bermerek Satake tipe KB 403 buatan Jepang yang

berfungsi membuat beras lebih bersinar dan bercahaya. Mesin ini berkapasitas

2500 kg per jam dan berherga Rp 17.500.000 dengan umur ekonomis 5 tahun.

Cera Tester salah satunya adalah buatan Foss Electric Denmark dengan tipe TCT

berfungsi untuk menguji kadar air. Mesin ini bernilai Rp 10.000.000 dengan umur

ekonomis 10 tahun. Gambar 10. adalah gambar mesin shining dan cera tester.

Gambar 10. Mesin Shining dan Cera Tester

1 2

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

88

Solar yang digunakan sebagai bahan bakar penggerak mesin dapat berbeda

satu penggilingan padi dengan yang lainnya. Rata-rata penggunaan solar

penggilingan besar adalah 291,54 liter, sementara penggilingan padi kecil rata-rata

69,09 liter. Produktivitas penggilingan padi besar adalah satu liter solar

menghasilkan beras sejumlah satu ton, sedangkan penggilingan padi kecil mampu

menghasilkan 0,86 ton beras dengan penggunaan satu liter solar. Hal ini terjadi

karena perbedaan teknologi mesin penggerak yang digunakan masing-masing

penggilingan padi, baik besar maupun kecil.

Tiap penggilingan memiliki satu atau lebih mesin giling. Penggilingan

padi kecil sebagian besar memiliki satu unit mesin giling (mesin husker, polisher,

dan diesel), sementara penggilingan padi besar memiliki 4-6 unit. Beberapa

penggilingan padi besar memiliki sistem kontinyu dan mengeliminasi peran

tenaga manusia dalam proses produksinya sebagian lain semi kontinyu, dengan

masih melibatkan tenaga manusia dalam prosesnya. Penggilingan padi kecil

sepenuhnya masih menggunakan mesin secara manual dengan menggunakan

tenaga manusia.

Mesin-mesin tersebut di atas selalu digunakan setiap hari selama proses

produksi berlangsung. Ketiganya digunakan selama sehari produksi sekitar 8-10

jam per hari. Dengan menggabungkan seluruh mesin yang dimiliki oleh

penggilingan padi, hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata jam kerja

mesin (JKM) per hari penggilingan padi besar adalah 26,92 jam, sedangkan

penggilingan padi kecil sebesar 16,13 jam. Perbedaan ini terjadi karena

penggilingan padi besar memiliki jumlah unit mesin yang lebih banyak daripada

yang dimiliki penggilingan padi kecil. JKM berhubungan erat dengan produksi

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

89

beras yang dihasilkan. Semakin banyak JKM yang digunakan, maka semakin

banyak pula jumlah beras yang dihasilkan oleh suatu penggilingan padi. Dapat

dilihat bahwa produksi beras penggilingan padi besar lebih tinggi daripada

penggilingan padi kecil.

Alat-alat lain yang digunakan selain mesin dalam penggilingan merupakan

alat ringan seperti ayakan, timbangan besar atau kecil, mesin jahit besar atau kecil,

dan mesin press kecil atau besar. Alat-alat tersebut merupakan buatan dalam

negeri, dengan harga yang relatif murah dan umur ekonomis yang kurang dari dua

tahun.

5.3.4 Modal Usaha

Modal yang dimiliki oleh pemilik dipergunakan untuk menjalankan

kegiatan produksi dalam penggilingan padi. Semakin banyak modal yang dimiliki

oleh pemilik, semakin banyak aktivitas produksi yang bisa dilakukan. Modal yang

dimiliki dapat berupa modal yang berasal dari sendiri atau modal yang berasal

dari pihak lain. Tabel 15. menunjukkan jumlah pemilik berdasarkan sumber

modal.

Tabel 15. Jumlah Pemilik Berdasarkan Sumber Modal

Sumber Modal Usaha

Penggilingan Padi Besar

Penggilingan Padi Kecil

Penggilingan Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Modal Sendiri 4 30,8 16 72,7 20 57,1 Modal Pinjaman 9 69,2 6 27,3 15 42,9 Jumlah 13 100,0 22 100,0 35 100,0

Tabel 15. memperlihatkan bahwa pemilik yang memiliki modal sendiri

dan modal yang berasal dari pinjaman berjumlah hampir sama. Sebanyak 20

pemilik (57,1 persen) menggunakan modal sendiri tanpa melakukan peminjaman,

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

90

sementara 15 pemilik lainnya (42,9 persen) melakukan pinjaman pada pihak lain

sebagai modal usahanya.

Pemilik penggilingan padi besar lebih dari sebagian melakukan pinjaman

ke bank untuk aktivitasnya. Pinjaman ini biasa digunakan oleh pemilik untuk

melakukan investasi dalam hal mesin dan alat produksi, juga digunakan untuk

persiapan menghadapi masa paceklik untuk membeli gabah. Pemilik yang

meminjam menyatakan bahwa dengan meminjam, pemilik dapat mengatasi

kendala keterbatasan dana untuk pengembangan bisnis. Pemilik penggilingan padi

kecil sebagian besar tidak meminjam modal dari bank, karena kekhawatiran akan

resiko yang mereka hadapi jika mengalami kegagalan usaha. Pemilik yang tidak

meminjam pada bank cenderung lebih merasa aman menggunakan uang sendiri

ditambah sulitnya pengurusan dan syarat untuk meminjam pada bank. Semua

pemilik yang meminjam menyatakan mendapat pinjaman modal dari Bank BRI.

Besarnya modal yang dimiliki menentukan keberhasilan penggilingan padi

dalam aktivitas produksinya. Modal yang besar dapat memungkinkan

penggilingan membeli gabah lebih besar dan melakukan perbaikan serta

kemempuan untuk membeli alat dan mesin giling. Modal dapat digunakan untuk

melakukan aktivitas pembelian gabah, pengeringan gabah, pengolahan beras,

penjualan beras, dan penyimpanan gabah atau beras.

Penggilingan padi besar rata-rata memiliki modal untuk melakukan

produksi sebesar Rp 136,57 juta, sementara penggilingan padi kecil memiliki rata-

rata modal untuk kegiatan produksi sebesar Rp 27,04 juta. Modal ini selain

digunakan untuk proses menggiling juga digunakan untuk melakukan pembelian

sementara proses menggiling sedang berlangsung. Penggilingan besar memiliki

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

91

kemampuan lebih besar untuk membeli gabah dalam jumlah besar, sehingga dapat

menjual beras dan memperoleh keuntungan lebih besar dibandingkan

penggilingan kecil. Penggilingan besar yang memiliki modal besar memiliki

kesempatan lebih besar untuk berinovasi dan melakukan terobosan dalam proses

produksi penggilingan. Dua penggilingan saat ini sedang mengembangkan bahan

bakar dari batu bara untuk menggantikan peran solar dan minyak tanah sebagai

bahan bakar. Inovasi ini dianggap dapat meminimalisir biaya yang menjadi beban

penggilingan, terlebih saat ini harga solar turut naik akibat krisis energi yang juga

menimpa Indonesia. Berbeda dengan penggilingan kecil yang terbatas modal

usahanya.

5.3.5 Gabah dan Beras

Gabah yang dibeli penggilingan dari petani adalah berupa gabah kering

panen (GKP). GKP lebih dipilih oleh penggilingan dibandingkan gabah kering

sawah (GKS) karena penggilingan tidak mau menanggung biaya pengeringan di

sawah yang dilakukan oleh petani. Penggilingan biasa membeli gabah melalui

perantara atau calo yang merupakan orang kiriman penggilingan ataupun calo di

luar penggilingan yang menawarkan gabah. Penggilingan padi besar rata-rata

membeli GKP sebanyak 50,31 ton, sedangkan penggilingan padi kecil sebanyak

10 ton. Jumlah pembelian GKP bergantung pada besarnya modal yang dimiliki

oleh penggilingan padi, termasuk dengan mempertimbangkan lokasi pembelian

gabah yang tentunya memerlukan biaya transportasi.

Jenis gabah yang paling banyak digiling oleh penggilingan di Kabupaten

Karawang adalah jenis Ciherang, karena jenis ini paling banyak diproduksi oleh

petani Karawang dan cocok dengan karakteristik tanah pertanian Karawang.

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

92

Varietas lainnya juga ikut di giling seperti Muncul, IR 64, IR 42, dan Pandan

Wangi, namun karena jumlahnya sedikit dan tidak semua penggilingan

memproduksinya, maka penelitian ini membatasi pada pembahasan varietas

Ciherang saja.

Kadar air gabah adalah hal yang perlu diperhatikan oleh penggilingan

selain jenis varietas,. Kadar air mampu menentukan harga, kualitas, dan kuantitas

hasil. Kadar air rata-rata penggilingan padi besar dan kecil relatif sama yaitu 26

persen. Hal ini terjadi karena cuaca yang mendukung pada saat penelitian

sehingga kadar airnya normal. Kadar air yang terlalu besar akan menyebabkan

berat gabah bertambah sementara isinya tidak terlalu bagus, sehingga harga gabah

dengan kadar air tinggi akan menjadi rendah. Penggilingan juga terbebani oleh

proses pengeringan yang relatif sulit dan berbiaya tinggi apabila kadar air gabah

tinggi, ditambah hasil yang tidak begitu baik dibandingkan gabah dengan kadar

air rendah.

Proses pengeringan gabah dilakukan agar gabah memiliki kadar air sesuai

dengan yang diinginkan. Bagi penggilingan padi yang bermitra dengan Bulog,

kualitas gabah harus memenuhi persyaratan beras yang ditetapkan oleh Bulog,

seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4. Syarat kadar air yang berlaku adalah 14

persen. Walaupun syarat ini tidak berlaku bagi penggilingan padi yang tidak

bermitra dengan Bulog, akan tetapi penggilingan padi harus tetap memperhatikan

hal ini karena berkaitan erat dengan kualitas beras.

Hasil produksi berupa beras juga menunjukkan tingkat rendemen beras

yang terjadi. Rata-rata penggilingan padi besar memiliki tingkat rendemen beras

58,5 persen, sedangkan penggilingan padi kecil sebesar 59,75 persen. Angka

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

93

tersebut menunjukkan persentase hasil produksi beras dari sejumlah GKP yang

digiling. Baik kadar air maupun tingkat rendemen beras diketahui pemilik

penggilingan melalui intuisi semata dengan berbekal pengalaman, karena sebagian

besar tidak memiliki alat untuk mengukur kadar air dan tingkat rendemen. Pemilik

hanya menggenggam beberapa sampel dari gabah atau beras, kemudian

ditentukan besarnya kadar air dan tingkat rendemen. Hal tersebut memang

subjektif, namun bagi pemilik berpengalaman, hasil perkiraan melalui intuisi

seringkali tepat dengan ukuran sebenarnya apabila menggunakan alat ukur.

Volume beras yang dihasilkan oleh penggilingan sebagian besar

berkualitas medium. Kualitas lain yang biasa diproduksi penggilingan antara lain

beras kepala, beras super, dan broken, akan tetapi jumlahnya terbatas dan hanya

diproduksi apabila telah terdapat konsumen yang terbiasa memesan beras kualitas

lain selain beras medium. Penggilingan yang bermitra dengan Bulog

memproduksi beras kualitas medium, walaupun juga memproduksi beras kualitas

lain.

Beras yang telah dihasilkan melalui proses penggilingan kemudian di

kemas dalam kemasan atau karung. Sebagian besar penggilingan padi

menggunakan kemasan yang telah dikenal luas oleh masyarakat sebagai merek

pasar, seperti Slyp, Cap Melati dan lain sebagainya. Beberapa penggilingan padi

juga memiliki merek sendiri dengan kualitas yang menjadi standar tertentu. Merek

sendiri biasa digunakan apabila beras tersebut sudah dikenal oleh masyarakat atau

ada pesanan atau permintaan khusus dari konsumen. Permintaan khusus tersebut

biasa berasal dari institusi atau lembaga yang memesan beras untuk

diperjualbelikan kembali, misalnya hypermarket seperti Carrefour atau Giant,

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

94

yang menggunakan merek Beras Carrefour atau Beras Giant sedangkan beras

tersebut diproduksi oleh penggilingan, bukan oleh institusi tersebut. Beberapa

penggilingan sudah melakukan kerjasama dengan hypermarket tersebut.

Penggilingan padi, dalam prakteknya, juga melakukan grading dalam hal

penjualan beras. Penggilingan meng-grading beras kualitas medium, broken, dan

kepala. Seringkali penggilingan juga melakukan pencampuran atau oplos beras

kualitas tertentu dengan yang kualitas lainnya, atau bahkan varietas tertentu

dengan varietas lainnya. Tindakan pengoplosan beras diakui oleh pemilik

penggilingan merupakan kecurangan atau penipuan, terlebih apabila dilakukan

oplos varietas, misalnya varietas Pandan Wangi dioplos dengan Ciherang, namun

beras diakui sebagai beras Pandan Wangi dengan harga lebih tinggi.

Tindakan pengoplosan juga dapat dianggap lumrah dan bukan bentuk

kecurangan, karena ternyata banyak konsumen yang mencari beras oplos.

Konsumen ingin menikmati beras Ciherang namun berbau Pandan Wangi, karena

mungkin membeli beras Pandan Wangi membutuhkan biaya yang relatif mahal,

sehingga pengoplosan dianggap oleh sebagian konsumen sebagai peluang

menikmati beras “rasa Pandan Wangi” dengan harga yang lebih murah.

5.3.6 Tenaga Kerja, Lantai Jemur, dan Bangunan

Kegiatan produksi dan aktivitas pengusahaan penggilingan padi termasuk

ke dalam kegiatan yang padat karya karena melibatkan banyak tenaga kerja di

dalamnya, sehingga tidak heran adanya anggapan pengusahaan penggilingan di

perdesaan dapat membuka lapangan pekerjaan. Peran tenaga kerja dibutuhkan

oleh penggilingan padi dalam aktivitas mulai dari pembelian gabah sampai pada

penjualan hasil olahan berupa beras kepada para konsumen.

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

95

Tenaga kerja yang digunakan oleh penggillingan sebagain besar berupa

buruh borongan, seperti pada kegiatan pembelian gabah, pengeringan,

pengolahan, dan pengangkutan. Pada proses pembelian gabah, tenaga kerja

borongan dibutuhkan dalam proses kemas gabah, timbang, dan angkut gabah dari

tempat pembelian gabah ke tempat penggilingan serta membongkarnya. Jumlah

tenaga kerja dapat bervariasi bergantung pada jumlah gabah yang dibeli. Semakin

banyak gabah yang dibeli, maka semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan

untuk aktivitas tersebut. Dalam proses ini, satu orang buruh dapat melakukan

kegiatan kemas, muat, timbang, dan bongkar pada satu ton gabah yang dibeli

salama satu hari. Produktivitas buruh per jam-nya berkisar antara 80-100 kg

gabah.

Proses pengeringan dan pengolahan gabah yang terjadi di tempat

penggillingan juga memerlukan tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan adalah

buruh borongan yang dibayar sejumlah tertentu per kg gabah atau beras yang

dihasilkan. Dalam penelitian ini, hanya kedua kegiatan ini dapat diamati dan

dihitung hari orang kerja (HOK), tidak seperti pada kegiatan awal yang terjadi di

luar tempat penggilingan dan sulit diamati.

Dalam proses pengeringan gabah, rata-rata jumlah HOK yang digunakan

oleh penggilingan padi besar adalah 129,31 HOK, sementara penggilingan padi

kecil rata-rata menggunakan 25,47 HOK. Jumlah ini berbeda karena penggilingan

padi besar menggunakan jumlah buruh yang lebih banyak walaupun jam kerja

buruhnya sama. Produktivitas buruh untuk kegiatan ini adalah satu orang dapat

menangani 50-80 kg gabah atau beras per jam-nya sehingga kebutuhan akan

buruh dapat diperkirakan dari produktivitas tersebut.

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

96

Tenaga kerja penggilingan padi besar dalam proses pengolahan beras

(giling) dan pengemasan memiliki rata-rata HOK sebesar 80 HOK, sedangkan

penggilingan padi kecil rata-rata sebesar 16,13 HOK. Produktivitas giling setiap

satu orang buruh adalah sebesar 47-60 kg beras per jam. Jumlah ini dapat berbeda

satu penggilingan dengan yang lainnya, bahkan dengan penggilingan yang

menggunakan sistem kontinyu dan terintegrasi yang mampu meminimalisir tenaga

manusia.

Sebagian kecil penggilingan besar atau tiga penggilingan sebenarnya

memiliki tenaga kerja tetap. Tenaga kerja tetap tersebut mengurusi masalah

administrasi atau menjadi orang kepercayaan pemilik penggilingan dan

memperoleh penghasilan tetap tiap bulan dengan tambahan insentif tertentu.

Sebagian besar penggilingan lainnya menganggap tidak membutuhkan tenaga

kerja tetap, mengingat skala usaha penggilingan yang tidak sebesar penggilingan

yang memiliki tenaga kerja tetap.

Dalam proses penjualan beras, buruh dibutuhkan untuk aktivitas angkut,

timbang, dan bongkar beras di tempat konsumen. Produktivitas satu orang dalam

melakukan kegiatan ini adalah sebesar 95-110 kg beras per jam. Rata-rata

penggunaan HOK penggilingan padi besar adalah 39,13 HOK, sedangkan

penggilingan padi kecil 7,88 HOK. Perbedaan jumlah ini terjadi karena jumlah

beras yang dihasilkan penggilingan padi besar lebih banyak dibandingkan

penggilingan padi kecil, sehingga membutuhkan lebih banyak buruh.

Inventaris lain yang dimiliki oleh penggilingan padi yang dapat diamati

sebagai karakteristik adalah lantai jemur, gudang penyimpanan, dan bangunan

yang dimiliki penggilingan padi. Ketiganya membutuhkan investasi yang relatif

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

97

besar. Lantai jemur digunakan oleh penggilingan untuk mengeringkan gabah

dengan menggunakan panas matahari. Lantai jemur merupakan lapangan yang

terbuat dari semen yang diplester, ada yang berbentuk datar, namun ada pula yang

bergelombang. Gambar 11. di bawah ini menunjukkan gambar lantai jemur, baik

yang relatif luas maupun sempit.

Gambar 11. Lantai Jemur pada Penggilingan Padi

Luas lantai jemur tiap penggilingan dapat berbeda satu sama lain karena

pertimbangan kebutuhan dan kemampuan berinvestasi. Luasan satu meter persegi

lantai jemur dapat digunakan untuk menjemur 10-15 kg gabah. Rata-rata luasan

lantai jemur yang dimiliki oleh penggilingan padi besar adalah 4.880,77 m2,

sedangkan penggilingan padi kecil rata-rata memiliki luas lantai jemur 984,09 m2.

Penggilingan padi besar memiliki lantai jemur yang relatif luas dan biasanya

terfragmentasi, terpisah satu sama lain, tidak seperti lantai jemur yang dimiliki

penggilingan padi kecil yang relatif sempit sehingga biasanya hanya terdapat di

satu tempat. Nilai lantai jemur yang dimiliki penggilingan padi diprediksi sebesar

Rp 30.000 per meter persegi dengan umur ekonomis 10 tahun, namun tidak

mengenal penyusutan pada tanah. Tindakan perbaikan pada lantai jemur

dilakukan dengan melakukan plester ulang apabila permukaan lantai jemur telah

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

98

rusak atau terkelupas. Kerusakan terjadi karena proses produksi dan akibat panas

matahari.

Bangunan yang terdapat pada penggilingan padi dapat berupa bangunan

kantor atau administrasi dan gudang penyimpanan gabah atau beras. Kantor dalam

penelitian ini berbeda dan terpisah dengan rumah tempat tinggal. Penggilingan

yang memiliki kantor relatif sedikit, dan hanya dimiliki oleh tujuh penggilingan

padi besar. Penggilingan lainnya biasa melakukan kegiatan administrasi di gudang

dengan menyisakan sebagian tempat untuk hal tersebut. Luas rata-rata kantor yang

dimiliki oleh penggilingan padi besar sebesar 40 meter persegi.

Gudang digunakan untuk menyimpan hasil produksi atau gabah yang siap

untuk dijemur atau digiling. Luas gudang tentunya bergantung pada kebutuhan

dan kemampuan penggilingan padi. Apabila gabah dan hasil produksinya besar,

maka gudang yang dibutuhkan untuk menyimpannya harus memiliki luas yang

cukup besar. Rata-rata luasan gudang penyimpanan yang dimiliki penggilingan

padi besar adalah 100,62 meter persegi, sementara penggilingan padi kecil

memiliki rata-rata luas gudang penyimpanan sebesar 25,73 meter persegi.

Penggilingan padi besar biasa memiliki gudang lebih dari satu bangunan. Gambar

12. di bawah ini menunjukkan gudang dan kantor yang terdapat pada

penggilingan padi.

Gambar 12. Gudang Penyimpanan dan Kantor pada Penggilingan Padi

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

99

5.3.7 Mitra dengan Bulog

Pemilik penggilingan padi, selain melakukan perdagangan dengan pembeli

umum, juga memiliki kesempatan untuk bekerjsama dengan Badan Urusan

Logistik (Bulog) setempat. Kerjasama antara Bulog dan pemilik terjadi dalam

bentuk kemitraan dalam upaya penyediaan beras untuk kebutuhan nasional

maupun regional, namun tidak semua pemilik mendapatkan kesempatan tersebut

karena Bulog menyaratkan kapasitas produksi tertentu yang dimiliki oleh sebuah

penggilingan padi.

Tabel 16. Jumlah Pemilik Penggilingan yang Bermitra dengan Bulog

Mitra Bulog Penggilingan Padi

Besar Penggilingan Padi

Kecil Penggilingan Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Ya 11 84,6 4 18,2 15 42,9 Tidak 2 15,4 18 81,8 20 57,1 Jumlah 13 100,0 22 100,0 35 100,0

Tabel 16. menunjukkan pemilik penggilingan padi yang bermitra dengan

Bulog berjumlah 15 orang atau 42,9 persen sementara 20 orang pemilik lainnya

atau 57,1 persen tidak bermitra dengan Bulog. Pemilik penggilingan padi besar

hampir semua bermitra dengan Bulog, sedangkan sebgaian besar pemilik

penggilingan padi kecil tidak melakukan kerjasama dengan Bulog dalam hal

kemitraan.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu penggilingan untuk dapat

bermitra dengan bulog terdiri dari persyaratan administrasi, teknis, dan kinerja

penggilingan. Persyaratan yang bagi beberapa penggilingan sulit menjadi kendala

selain kapasitas produksi penggilingan padi yang tidak bermitra dengan Bulog

padahal beberapa dari pemilik menginginkan kerjasama tersebut. Kerjasama

dengan Bulog dianggap menguntungkan karena tidak bersifat mengikat, artinya

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

100

pemilik bebas untuk menjual berasnya ke pihak luar Bulog saat harga tinggi,

sementara Bulog akan membeli beras pemilik dengan harga pembelian pemerintah

(HPP) saat harga jatuh di pasaran. Bulog dapat membeli beras yang dihasilkan

oleh penggilingan atau penggilingan dapat berperan sebagai mitra giling dari

gabah yang dimiliki Bulog

5.3.8 Aktivitas Pengusahaan Penggilingan Padi

Kegiatan pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang

dilakukan mulai dari kegiatan pembelian gabah di suatu daerah tertentu yang

kemudian akan diproses menjadi beras sampai pada aktivitas penjualan hasil

olahan berupa beras ke konsumen. Aktivitas tersebut dapat berlangsung setiap hari

sepanjang tahun selama pemilik memiliki cukup modal dan hasil panen petani

yang tersedia sepanjang tahun. Biasanya penggilingan padi di Kabupaten

Karawang hanya melakukan kegiatan pengeringan dan pengolahan selama 9-10

bulan setahun, sisanya dimanfaatkan untuk menyimpan stok gabah dan membeli

kembali untuk proses berikutnya karena pada dua atau tiga bulan dalam satu tahun

tersebut petani mengalami masa istirahat atau paceklik.

Gabah yang sudah dibeli kemudian dikeringkan melalui proses

penjemuran atau pengeringan dengan mesin dryer. Mesin dryer hanya digunakan

saat cuaca tidak mendukung untuk menjemur di bawah sinar matahari. Tidak

semua penggilingan memiliki mesin dryer karena biaya investasi dan biaya

operasionalnya mahal. Setelah proses pengeringan, gabah kemudian diproses

kembali untuk digiling. Proses penggilingan biasa berlangsung seharian

bergantung jumlah gabah dan kapasitas penggilingan. Proses penggilingan dapat

berlangsung lebih dari sekali untuk mendapatkan kualitas beras yang diinginkan.

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

101

Pasca proses penggilingan, beras yang dihasilkan kemudian dikemas.

Beberapa penggilingan melakukan grading terlebih dahulu berdasarkan kualitas

berasnya untuk kemudian dikemas. Beras yang sudah dikemas dalam karung

kemudian dijual pada pedagang induk baik yang ada di dalam kabupaten ataupun

di luar kabupaten. Selain beras, penggilingan menerima tambahan pendapatan dari

penjualan hasil olahan gabah menjadi beras berupa dedak, sekam, atau jitai.

Penjelasan yang lebih lanjut dari tahap-tahap tersebut dapat dilihat di bawah ini.

a. Pembelian Gabah

Kegiatan pembelian gabah adalah kegiatan awal yang dilakukan oleh

penggilingan padi. Kegiatan ini berlangsung setiap hari selama penggilingan

memiliki modal untuk membeli gabah yang dihasilkan oleh petani. Hampir jarang

ditemukan di lapangan, seorang pemilik penggilingan padi secara langsung

melakukan pembelian gabah ke petani tanpa perantara. Perantara dapat berupa

orang khusus kiriman pemilik penggilingan padi atau tengkulak dari luar

penggilingan yang menjual gabahnya pada penggilingan tersebut.

Daerah pembelian gabah dapat mencakup daerah-daerah sentra padi,

bukan hanya di dalam kabupaten, tetapi seringkali dilakukan oleh sampai ke luar

propinsi. Di daerah Jawa Barat sendiri, banyak pemilik yang sering membeli

gabah di Subang, Cianjur, atau Indramayu. Sementara di luar propinsi, daerah

pembelian dapat mencapai Propinsi Lampung, Banten, atau Demak. Pembelian

gabah di daerah yang jauh dari Karawang biasa dilakukan apabila terjadi

kelangkaan gabah (paceklik) atau karena harga gabah di luar lebih murah,

tentunya saja hal ini dimungkinkan apabila penggilingan padi memiliki modal

yang besar untuk melakukan pembelian. Semakin jauh jarak atau daerah

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

102

pembelian akan berdampak pada biaya transportasi. Dengan asumsi daerah

pembelian berada di Kabupaten Karawang dan sekitarnya, rata-rata biaya

transportasi adalah sebesar Rp 40 per kg gabah. Biaya tersebut sudah termasuk

sopir, bahan bakar dan biaya lainnya.

Penggilingan padi besar adalah penggilingan yang biasanya mampu untuk

membeli gabah dalam jumlah yang banyak dan bahkan dari daerah lain pada saat

paceklik. Hal tersebut mampu dilakukan karena penggilingan padi besar memiliki

modal yang cukup besar, berbeda dengan penggilingan kecil yang tidak memiliki

modal besar. Penggilingan kecil bahkan dalam beberapa kasus membeli gabah

dari penggilingan besar yang memiliki stok gabah yang besar.

Pembelian gabah biasa dilakukan di tempat penjual gabah. Transaksi

pembelian dilakukan secara tunai (cash) dengan harga yang menjadi kesepakatan

antara pembeli dan penjual berdasarkan harga pasar yang saat itu berlaku.

Varietas padi/gabah yang paling banyak digiling adalah varietas Ciherang.

Varietas lain seperti Pandan Wangi atau Muncul turut diproduksi, tetapi karena

jumlahnya yang sedikit, maka penelitian ini hanya akan mengkaji varietas

Ciherang saja.

Harga pembelian gabah rata-rata adalah Rp 2.400 per kg yang ditentukan

berdasarkan harga di pasar pada saat itu. Harga gabah juga bergantung pada

kualitas kadar air gabah tersebut. Sejauh pengamatan di lapangan, kadar air gabah

berkisar pada angka 25 sampai 30 persen. Pengukuran kadar air dapat dilakukan

dengan alat yang disebut cera tester. Alat ini relatif mahal dan hanya ditemukan

di beberapa penggilingan besar, sedangkan sebagian besar lainnya menggunakan

perasaan untuk mengukur kadar air. Semakin besar kadar air, maka harga gabah

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

103

akan semakin rendah, sebaliknya semakin kecil kadar air maka harga gabah

cenderung tinggi. Oleh sebab itu, pada masa paceklik dimana hasil panen tidak

terlalu baik karena musin hujan harga gabah di tingkat petani cenderung turun.

Pemilik penggilingan juga mengeluarkan biaya lain meliputi biaya karung

(kemasan), biaya komisi/calo, dan biaya kemas, timbang, muat, dan bongkar.

Biaya karung (kemasan) rata-rata sebesar Rp 5 per kg. Biaya ini relatif lebih

murah dari biaya kemasan untuk menjual beras, karena pemilik cenderung

menggunakan kemasan yang sama sebanyak 10 sampai 15 kali. Biaya komisi/calo

yang dikeluarkan di daerah tersebut rata-rata sebesar Rp 45 per kg. Biaya ini

dikeluarkan untuk memperlancar aktivitas pembelian gabah. Sementara, biaya

kemas, timbang, muat, dan bongkar rata-rata sebesar Rp 30 per kg yang biasanya

dibayarkan secara borongan. Komponen biaya ini relatif sama antara penggilingan

padi besar dan kecil.

b. Pengeringan Gabah

Gabah yang sudah dibeli kemudian sampai di penggilingan untuk

dilakukan proses selanjutnya, yaitu pengeringan. Proses pengeringan gabah

bergantung pada keadaan cuaca pada saat itu dan dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu menggunakan lantai jemur dan mesin dryer. Lantai jemur dipakai

apabila cuaca mendukung dan cukup sinar matahari sebagai panas untuk

mengeringkan gabah. Sementara mesin dryer digunakan apabila cuaca mendung

atau hujan. Kombinasi kedua cara tersebut dapat juga dilakukan bergantung pada

kondisi cuaca pada saat itu.

Penggunaan lantai jemur lebih efisien daripada mesin dryer, karena

dengan mesin dryer selain biaya investasi yang mahal, biaya operasional yang

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

104

relatif tinggi berupa penggunaan solar dan minyak tanah. Bagi pemilik dengan

modal besar, kemampuan memiliki mesin dryer dapat menguntungkan saat

kondisi cuaca yang buruk. Pemilik penggilingan dapat menjual beras dengan

kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih tinggi dibandingkan penggilingan

yang tidak memiliki mesin dryer. Dalam penelitian ini, hanya terdapat empat

pemilik penggilingan padi besar yang memiliki mesin dryer sehingga asumsi yang

digunakan untuk menyederhanakan penelitian adalah hanya mengkaji

penggilingan yang menggunakan lantai jemur untuk mengeringkan gabahnya.

Asumsi penggunaan solar dan minyak tanah untuk mengeringkan sepuluh ton

gabah dengan mesin dryer adalah 47 liter solar dan 33 liter minyak tanah.

Banyaknya gabah yang dijemur bergantung pada luasnya lantai jemur

yang dimiliki. Semakin luas lantai jemur maka semakin banyak gabah yang

mungkin untuk dijemur. Rata-rata penggilingan memiliki kapasitas lantai jemur

satu meter persegi untuk 10 kg gabah jemur. Penggilingan padi besar memiliki

rata-rata lantai jemur seluas 4880,8 m2 sedangkan penggilingan kecil hanya

memiliki lantai jemur seluas 984,1 m2. Lantai jemur merupakan salah satu

investasi terbesar penggilingan padi karena dibutuhkan biaya yang sangat besar

untuk membuat lantai jemur. Semakin luas lantai jemur, maka biaya investasi

yang dikeluarkan akan semakin besar. Besarnya investasi juga sebanding dengan

umur ekonomis penggunaan lantai jemur yang relatif sangat lama. Perbaikan

hanya dilakukan apabila terdapat bagian lantai yang rusak atau terkelupas.

Pengeringan gabah dilakukan karena gabah yang dibeli dari petani adalah

gabah kering panen (GKP) yang masih mengandung kadar air relatif tinggi

sehingga harus dijemur untuk memperoleh beras dengan kualitas baik pada proses

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

105

penggilingan berikutnya. Kadar air yang umum terjadi pada saat penggilingan

membeli gabah dari petani berkisar antara 25 sampai 32 persen. Pengeringan

dilakukan untuk menguragi kadar air sampai sekitar 14 sampai 15 persen sehingga

memudahkan dan mengurangi kerusakan dalam penyosohan dan proses

selanjutnya. Kadar air yang terlalu tinggi menyebabkan kerusakan (pecah atau

hancur) karena tekstur yang lunak.

Proses penjemuran ini dilakukan dengan menghamparkan gabah di lantai

jemur kemudian diratakan agar mendapat panas yang sama. Saat hujan turun,

hamparan gabah dapat ditutup dengan terpal atau dipindahkan ke tempat yang lain

bila perlu. Buruh atau tenaga kerja yang digunakan untuk proses ini biasanya

adalah buruh borongan dengan rata-rata biaya tenaga kerja yang dikeluarkan

sebesar Rp 40 per kg gabah. Biaya ini relatif sama antara penggilingan padi besar

dan kecil. Dalam proses ini tidak dilakukan penimbangan ulang karena dianggap

tidak efisien dalam hal biaya. Proses ini berlangsung seharian bahkan dapat

dilanjutkan di hari kemudian ketika dirasa kadar air gabah kering giling (GKG)

yang diinginkan belum tercapai. Pada proses penjemuran juga dilakukan aktivitas

pemisahan kotoran dari padi karena masih banyak terbawa kotoran lain seperti

jerami, daun, batang, bahkan benda lain yang tidak lazim seperti batu dan pasir.

Kotoran ini akan mengganggu proses pengeringan terutama penyerapan kalori dan

penghambatan proses pergerakan padi pada tahap berikutnya.

Gabah yang telah selesai dijemur kemudian disebut sebagai gabah kering

giling (GKG) atau gabah yang siap untuk digiling. Gabah yang telah digiling

biasanya disimpan di dalam gudang penyimpanan untuk kemudian digiling. Luas

gudang penyimpanan tiap penggilingan berbeda satu sama lain. Setiap satu meter

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

106

persegi luas gudang biasa digunakan untuk menyimpan gabah atau beras sebesar

300 sampai 400 kg. Penggilingan besar rata-rata memiliki gudang untuk

menyimpan gabah atau beras seluas 100,62 m2, sedangkan penggilingan padi kecil

memiliki rata-rata luasan gudang 50 m2.

c. Pengolahan Beras

Aktivitas penggilingan gabah atau pengolahan gabah menjadi beras

dilakukan ketika GKG dengan kadar air yang inginkan diperoleh. Penggilingan

padi melakukan aktivitas ini sepanjang hari apabila terdapat persediaan gabah

untuk digiling dan tidak terpengaruh cuaca karena dilakukan di ruang tertutup.

Proses pengolahan biasanya dapat berlangsung lebih dari satu kali dengan

menggunakan mesin pemecah kulit gabah (husker), penyosoh beras (polisher),

dan pencahaya beras (shining). Mesin-mesin tersebut digerakkan oleh mesin

penggerak (mesin diesel) dengan bahan bakar berupa solar. Tidak semua

penggilingan memiliki ketiga alat tersebut. Biasanya husker dan polisher adalah

mesin yang umum terdapat di penggilingan baik besar maupun kecil, sementara

mesin shining relatif mahal sehingga tidak dapat ditemukan di setiap

penggilingan.

Kapasitas mesin masing-masing penggilingan dapat berbeda satu sama

lain, bergantung besarnya modal yang dimiliki. Berdasarkan pengamatan,

penggilingan padi biasanya memiliki mesin dengan daya sebesar 40 sampai 120

HP (horse power). Penggilingan padi besar menggunakan mesin berdaya 80 HP

dan beberapa menggunakan mesin berdaya 120 HP. Penggilingan padi kecil

menggunakan mesin dengan daya 40 sampai 60 HP, dan beberapa menggunakan

mesin berdaya 80 HP. Semakin besar kapasitas mesin, maka beras yang dihasilkan

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

107

juga akan lebih cepat, sehingga semakin besar pula biaya investasi yang perlu

dikeluarkan oleh penggilingan. Pengaturan pada mesin (setelan mesin) juga

mempengaruhi hasil output (beras) yang diperoleh. Pemilik terutama yang

berpengalaman biasanya memiliki pengaturan tersendiri dan dapat berbeda

dengan pemilik penggilingan padi lainnya.

Proses pengolahan beras dilakukan beberapa tahap. Proses tersebut diawali

dengan memasukkan gabah siap giling ke dalam husker sesuai kapasitasnya.

Mesin husker akan memecahkan kulit gabah untuk mendapatkan beras. Beras

yang masih terdapat kulit gabah akan diproses kembali di husker pertama. Beras

kemudian akan dimasukkan ke husker kembali untuk menghilangkan sisa

kulitnya. Demkian seterusnya sampai tingkat kualitas yang diharapkan tercapai.

Beras yang sudah terkelupas kulit arinya (beras pecah kulit), kemudian disiapkan

untuk proses penyosohan beras.

Proses penyosohan berfungsi untuk menyosoh beras pecah kulit menjadi

beras putih. Alat yang digunakan dalam proses penyosohan adalah polisher. Beras

pecah kulit kemudian dimasukkan ke dalam polisher dan dapat berlangsung lebih

dari sekali untuk mendapatkan putih beras yang diinginkan. Derajat kejernihan

dari beras yang keluar dari mesin penyosoh itu tergantung pada setelan mesin

penyosoh sesuai dengan mutu beras yang diinginkan. Semakin jernih beras, maka

semakin banyak bagian-bagian yang sebenarnya mengandung zat gizi, akan

terbuang dan menjadi dedak atau bekatul.

Penggilingan seringkali menambahkan zat tertentu pada tahap ini sesuai

dengan kebiasaannya. Tiap penggilingan padi memiliki formula sendiri dalam

melakukan proses ini. Proses ini dikhawatirkan oleh banyak pihak dapat

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

108

membahayakan kesehatan sehingga keluar peraturan Menteri Pertanian No.

32/Permentan/OT.140/3/2007 mengenai pelarangan penggunaan bahan kimia

berbahaya pada proses pengolahan beras. Peraturan ini mewajibkan penggilingan

padi untuk menghindari beberapa zat kimia yang dianggap berbahaya dan dilarang

penggunaannya.

Gambar 13. Tahap-Tahap Pengolahan Beras

Sebagian besar penggilingan hanya melakukan tahap seperti tergambar

pada Gambar 13. Namun, beberapa penggilingan terutama penggilingan padi

besar melajutkan proses pengolahan dengan menggunakan mesin shining. Mesin

Masukkan gabah ke Husker 1

Oprimalisasi Husker I

Tampung Beras PEcah Kulit (PK) I

Masukkan PK I ke Husker II

Optimalisasi Husker II

Tampung beras PK II

Beras PK tidak sempurna

Masukkan ke ayakan PK II

Beras PK sempurna

Tampung

Tahap 1 Tahap 2

Masukkan beras PK sempurna ke Polisher

Oprimalisasi Polisher I

Tampung beras polisher I

Masukkan beras ke Polisher II

Oprimalisasi Polisher II

Tampung beras

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

109

shining membutuhkan biaya investasi yang besar, sehingga hanya dimiliki oleh

beberapa penggilingan padi. Proses pencahayaan beras dengan mesin shining

dilakukan untuk menigkatkan mutu penampakkan beras dengan cara pemolesan

beras giling.

Proses pemolesan adalah proses penyosohan beras disertai pengkabut uap

agar penampakkan beras lebih mengkilap. Beras yang diolah sampai pada proses

ini disebut beras Kristal. Beras dengan kualitas seperti ini memiliki harga yang

tinggi dan biasanya untuk konsumen dengan segmentasi tertentu. Perkembangan

permintaan beras tanpa kerusakan yang meningkat mendorong perkembangan

teknologi yang semakin canggih seperti teknologi pemisah kotoran.

Seluruh proses di atas dapat terjadi lebih dari satu kali. Hampir semua

penggilingan besar bahkan sudah tidak menjalankan mesin tersebut secara manual

dan mengurangi beban buruh. Mesin-mesin yang terdapat pada penggilingan besar

sebagian besar telah terintegrasi dan kontinyu dengan adanya conveyor, elevator,

sekaligus grader. Biaya untuk proses pengolahan pada penggilingan padi besar

lebih rendah daripada penggilingan padi kecil yang membutuhkan banyak buruh.

Penggilingan yang menggunakan mesin yang belum terintegrasi, rata-rata

biaya giling adalah Rp 40 per kg beras yang dihasilkan pada proses akhirnya.

Biaya tersebut sudah termasuk biaya air dan listrik, namun sebagian besar

porsinya untuk upah buruh giling. Biaya lainnya adalah biaya bahan bakar berupa

solar untuk menggerakkan mesin diesel yaitu sebesar Rp 35 per kg gabah yang

digiling. Sementara rata-rata rendemen beras yang dihasilkan adalah 58 persen,

artinya dari 100 ton gabah, beras yang dihasilkan adalah 58 ton.

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

110

d. Penjualan Beras

Beras yang dihasilkan kemudian dikemas dengan karung umumnya untuk

kapasitas beras 25 kg dan 50 kg dengan biaya kemasan rata-rata sebesar Rp 25 per

kg beras. Penggilingan padi besar melakukan grading beras (penyortiran) terlebih

dahulu sebelum dikemas, namun sebagian besar penggilingan padi kecil lainnya

tidak melakukan grading beras. Kemasan yang dipakai dapat berupa karung beras

bercap tertentu yang dapat dibeli di pasaran, atau juga ada beberapa penggilingan

yang mengemasnya dengan merek sendiri atau kemasan pesanan dari pembeli

baik perorangan maupun instansi atau swasta.

Beras hasil giling tidak langsung dikemas sampai sisa panas akibat

penggilingan hilang. Pengemasan harus memperhatikan besar isinya. Fakta yang

perlu diperhatikan dalam memilih jenis kemasan adalah kekuatan kemasan dan

bahan kemasan agar tidak mencemari produk beras, kedap udara atau pori-pori

penyerapan uap air dari luar tidak mengganggu peningkatan kadar air beras dalam

kemasan. Beberapa penggilingan baik besar maupun kecil memiliki label atau

merek sendiri selain menggunakan kemasan dengan label atau merek yang biasa

terdapat di pasaran beras.

Harga jual rata-rata beras yang telah dikemas adalah Rp 4.978 per kg.

Selain beras, proses produksi pengolahan gabah menjadi beras juga menghasilkan

hasil samping lain berupa dedak atau bekatul dan menir atau yang biasa disebut

dengan jitai. Jumlah dedak atau bekatul yang dihasilkan adalah sebesar persen

dari produksi beras, sedangkan menir atau jitai sebesar dua persen dari produksi

beras. Hasil samping tersebut memiliki nilai jual dan dapat berkontribusi terhadap

penerimaan penggilingan padi. Harga rata-rata dedak atau bekatul adalah Rp

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

111

1.464 per kg, sedangkan harga rata-rata menir atau jitai adalah Rp 3.366 per kg.

Hasil samping lain berupa sekam tidak memiliki nilai ekonomis, bahkan lebih

bersifat sampah dan residu tak terpakai. Biasanya penggilingan mengizinkan

apabila ada masyarakat yang mau memanfaatkan sekam hasil produksi tanpa

dipungut biaya, sementara penggilingan diuntungkan dengan tidak mengeluarkan

biaya tambahan untuk membuang sekam.

Beras akan dimuat setelah beras dikemas ke dalam truk atau mobil bak

terbuka. Beras akan didistribusikan langsung ke pasar induk atau konsumen

lainnya. Pasar induk yang biasa didistribusikan adalah pasar induk kabupaten,

selain itu juga didistribusikan ke daerah Jakarta dan daerah lain. Rata-rata biaya

transportasi yang dikeluarkan oleh penggilingan untuk daerah pemasaran

Kabupaten Karawang dan sekitarnya adalah sebesar Rp 40 per kg beras, termasuk

biaya supir dan bahan bakar. Sementara biaya untuk aktivitas muat dan bongkar

beras adalah masing-masing Rp 10 per kg beras. Seringkali penggilingan

dibebankan oleh biaya calo/komisi dengan rata-rata Rp 20 per kg beras untuk

memperlancar jalannya penjualan beras dari penggilingan ke pasar sehingga biaya

yang dikeluarkan untuk calo dianggap wajar.

Beras yang tidak langsung dijual akan disimpan di gudang penyimpanan.

Kondisi gudang yang harus aman dari pencurian dan tikus, bersih, dan bebas

kontaminasi hama dan penyakit gudang. Karung beras biasa diletakkan di atas

bantalan kayu yang disusun berjejer dengan jarak 50 cm untuk pengaturan

sirkulasi udara, tidak langsung kontak dengan lantai untuk menghindari

kelembaban, memudahkan pengendalian hama (fumigasi), dan teknik

penumpukan beras.

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

112

VI . ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

6.1 Penerimaan Penggilingan Padi

Penerimaan yang diperoleh penggilingan padi dalam melakukan aktivitas

usaha berasal dari hasil penjualan berupa produk utama dan produk samping.

Produk utama yang dihasilkan adalah beras, sedangkan produk samping yang

mampu memberikan kontribusi dalam penerimaan penggilingan padi berupa

dedak atau bekatul dan menir atau disebut juga jitai (broken). Sebenarnya

penggilingan padi juga menghasilkan produk samping lain berupa sekam, namun

sekam tidak dijual sehingga tidak berkontribusi terhadap penerimaan.

Penjualan beras memiliki kontribusi yang paling besar terhadap total

penerimaan baik pada penggilingan padi besar maupun kecil. Kontribusi

penjualan beras terhadap total penerimaan adalah 96 persen, sedangkan kontribusi

bekatul dan menir masing-masing adalah tiga persen dan satu persen terhadap

total penerimaan penggilingan padi. Tabel 17. menunjukkan kondisi penerimaan

penggilingan padi. Gambaran mengenai masing-masing penggilingan akan

disampaikan dalam subbab di bawah ini.

Tabel 17. Penerimaan Bersih Pengusahaan Penggilingan Padi per Hari

Komponen Penerimaan Penggilingan Besar

Penggilingan Kecil

Penggilingan Agregat

Penjualan Beras (Rp) 144.346.154 30.004.545 72.474.286 Penjualan Bekatul (Rp) 4.107.692 883.182 2.080.857 Penjualan Menir (Rp) 1.986.923 394.182 985.771 Total Penerimaan (Rp) 150.440.769 31.281.909 75.540.914

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

113

6.1.1 Penggilingan Padi Besar

Penggilingan padi besar memiliki rata-rata kapasitas produksi yang lebih

tinggi dibandingkan dengan penggilingan padi kecil. Rata-rata kapasitas produksi

penggilingan besar adalah 29,23 ton beras per hari. Harga jual beras rata-rata yang

berlaku pada saat itu adalah Rp 4.938 per kg. sehingga penjualan beras adalah

Rp 144.346.154. Penjualan beras mampu memberikan kontribusi sebesar 96

persen terhadap total penerimaan penggilingan padi besar.

Tabel 17. menunjukkan hasil penjualan bekatul dan menir (broken).

Bekatul dan menir adalah produk samping dari aktivitas pengolahan beras. Jumlah

bekatul adalah sepuluh persen dari total produksi, sementara menir adalah dua

persen dari total produksi beras. Jumlah bekatul atau dedak yang dihasilkan rata-

rata sebesar 2,92 ton, sedangkan menir atau jitai yang dihasilkan penggilingan

padi besar adalah 585 kg. Harga rata-rata bekatul adalah Rp 1.400 per kg

sedangkan menir adalah Rp 3.400 per kg. Penerimaan dari penjualan bekatul dan

menir masing-masing sebesar Rp 4.107.092 dan Rp 1.986.923. Dengan

menjumlahkan penjualan beras, bekatul, dan menir, maka diperoleh total

penerimaan penggilingan padi besar, yaitu sebesar Rp 150.440.769 per hari.

6.1.2 Penggilingan Padi Kecil

Penerimaan yang diperoleh penggilingan kecil berasal dari komponen

penjualan beras, penjualan bekatul, dan penjualan menir. Bedanya dengan

penggilingan besar, penggilingan padi kecil memiliki rata-rata kapasitas produksi

beras per hari yang lebih kecil daripada penggilingan padi kecil, yaitu 5,9 ton per

hari. Penjualan beras yang diperoleh penggilingan padi kecil adalah sebesar

Rp 30.004.545 dengan tingkat harga beras Rp 5.031 per kg.

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

114

Penggilingan kecil juga menghasilkan produk samping berupa bekatul dan

menir. Bekatul yang dihasilkan sebesar sepuluh persen dari total produksi beras,

yaitu sebesar 588 kg. Harga jual rata-rata bekatul atau dedak pada saat itu sebesar

Rp 1.464 per kg, sehingga penjualan bekatul adalah Rp 883.182. Menir yang

dihasilkan sebesar dua persen dari total produksi beras, yaitu sebesar 118 kg. Jika

harga menir per kg pada saat itu adalah Rp 3.341, maka penjualannya adalah Rp

394.182. Dengan menjumlahkan penjualan beras, penjualan bekatul, dan

penjualan menir, maka diperoleh total penerimaan bersih penggilingan padi kecil,

sebesar Rp 31.281.909 per hari (Tabel 17.).

6.1.3 Penggilingan Padi Agregat

Penerimaan penggilingan padi secara agregat merupakan penerimaan yang

diperoleh dengan menggabungkan seluruh kelompok penggilingan padi baik

penggilingan padi besar maupun kecil. Seluruh komponen penerimaan dan total

penerimaan penggilingan secara agregat cenderung berada di tengah diantara

penggilingan padi besar dan kecil.

Pada Tabel 17. penjualan beras seluruh penggilingan padi secara agregat

adalah Rp 72.474.286, sementara penjualan bekatul dan menir masing-masing

sebesar Rp 2.080.857 dan Rp 394.182. Jika seluruh komponen penjualan tersebut

dijumlahkan maka akan diperoleh Rp 75.540.914 sebagai total penerimaan per

hari penggilingan secara agregat. Penjualan beras tetap memegang kontribusi

terbesar terhadap total penerimaan.

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

115

6.2 Pengeluaran Penggilingan Padi

Aktivitas usaha yang dilakukan oleh penggilingan padi dalam tiap

tahapannya memiliki resiko biaya yang ditanggung oleh penggilingan. Biaya

tersebut terbagi atas biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai dikeluarkan

oleh penggilingan meliputi biaya pembelian GKP, biaya pengeringan gabah, biaya

pengolahan, dan biaya penjualan, sedangkan biaya tidak tunai adalah biaya

diperhitungkan (biaya penyusutan) akibat penggunaan alat-alat dan mesin-mesin

dalam tiap aktivitasnya.

Biaya tunai menjadi beban penggilingan dihitung dengan mengonversi ke

dalam satuan kilogram, baik itu pembelian GKP, kemasan, maupun upah dalam

tiap tahap aktivitasnya. Biaya pembelian GKP terdiri dari biaya GKP, karung,

calo/komisi, transportasi, dan upah kemas, timbang, muat, bongkar (KTMB).

Biaya pembelian dihitung dengan mengalikan biaya per kilogram (Rp/kg) tiap

aktivitas dengan jumlah gabah yang dibeli (kg). Perhitungan seperti itu juga

berlaku untuk semua aktivitas tersebut di atas. Seluruh biaya pembelian GKP,

upah jemur dan solar juga dihitung dengan mengalikan jumlah gabah (kg) dengan

biaya per kilogramnya (Rp/kg), sementara upah giling dan seluruh biaya

penjualan dihitung dengan mengalikan jumlah beras yang dihasilkan (kg) dengan

biaya per kilogramnya (Rp/kg).

Biaya diperhitungkan merupakan biaya penyusutan alat-alat dan mesin-

mesin akibat dipergunakan dalam proses produksi dan penyusutan stok gabah.

Alat-alat dan mesin-mesin tersebut antara lain husker (mesin pemecah kulit

gabah), polisher (mesin penyosoh beras), mesin diesel (mesin penggerak), dryer

(mesin pengering gabah), cera tester (mesin pengukur kadar air gabah), shining

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

116

(mesin pencahaya beras), moda transportasi seperti truk dan mobil pick-up (mobil

kap terbuka) dan alat-alat tambahan pendukung produksi. Tidak semua

penggilingan memiliki semua mesin tersebut, hanya beberapa saja dari

penggilingan besar yang memiliki semua alat dan mesin tersebut.

Penggilingan padi pada umumnya memiliki husker dan polisher dengan

tambahan mesin diesel sebagai penggeraknya. Semua alat dan mesin tersebut

diamati penggunaannya dalam produksi dan dihitung penyusutannya dalam satu

hari. Selain itu penyusutan alat-alat dan mesin-mesin produksi juga

diperhitungkan. Asumsi yang digunakan antara lain penggunaan alat dan mesin

tersebut adalah delapan bulan dalam setahun, dan tiap bulan hanya digunakan 28

kali dalam sehari. Penyusutan tiap alat dan mesin berbeda bergantung pada nilai

dan umur ekonomisnya. Penysutan inventaris penggilingan padi juga

memperhitungkan lantai jemur, gudang penyimpanan, dan gedung operasional

penggilingan. Penyusutan stok gabah adalah 0,3 persen dari total produksi per

hari. Biaya diperhitungkan kemudian diperoleh dengan menjumlahkan penyusutan

per hari dari riap-tiap alat dan mesin serta investasi penggilingan padi tersebut

ditambah penyusutan stok.

Biaya diperhitungkan ata penyusutan pengusahaan penggilingan padi per

hari dapat ditentukan setelah mengidentifikasi biaya tunai dan tidak tunai.

Masing-masing penggilingan padi besar, kecil dan penggilingan secara agregat

akan dihitung biaya total dan disajikan lebih terperinci di subbab berikutnya.

Tabel 18. menunjukkan perhitungannya.

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

117

Tabel 18. Biaya-Biaya yang Dikeluarkan Pengusahaan Penggilingan Padi per Hari

Komponen Biaya Penggilingan Besar

Penggilingan Kecil

Penggilingan Agregat

Biaya Tunai Biaya Pembelian GKP GKP (Rp) 120.542.308 24.000.455 59.858.857 Karung (Rp) 139.154 26.614 68.414 Calo/Komisi (Rp) 2.301.923 422.841 1.120.786 Transportasi (Rp) 2.006.538 401.232 997.489 Upah KTMB (Rp) 1.513.077 301.977 751.814 Biaya Pengeringan Upah Jemur (Rp) 2.040.385 398.159 1.008.129 Biaya Pengolahan Upah Giling (Rp) 846.154 235.909 462.571 Solar (Rp) 1.635.231 205.182 736.343 Biaya Penjualan Transportasi (Rp) 1.171.154 227.273 577.857 Kemasan (Rp) 730.769 147.727 364.286 Upah Muat Bongkar (Rp) 578.846 115.455 287.571 Calo/Komisi (Rp) 582.692 116.818 289.857 Total Biaya Tunai (Rp) 134.088.231 26.599.641 66.523.974 Biaya Tidak Tunai Biaya Diperhitungkan (Rp) 614.470 52.356 261.141 Total Biaya Tidak Tunai (Rp) 614.470 52.356 261.141 Total Biaya (Rp) 134.702.701 26.652.997 66.785.115

6.2.1 Penggilingan Padi Besar

Penggilingan padi besar memiliki kapasitas produksi yang lebih besar

dibandingkan penggilingan kecil. Rata-rata kapasitas produksi penggilingan besar

adalah 29,23 ton beras per hari. Rata-rata harga gabah yang berlaku pada saat itu

adalah Rp 2.392 per kg, sehingga biaya GKP dapat dihitung sebesar

Rp 120.542.308 atau sama dengan 89 persen dari total biaya. Biaya karung adalah

Rp 139.154, lebih rendah daripada biaya kemasan sebesar Rp 730.769, karena

karung yang digunakan pada proses pembelian gabah dapat digunakan berulang

kali sebanyak delapan sampai sepuluh kali. Penggilingan padi besar dalam

melakukan pembelian GKP seringkali menggunakan dan memanfaatkan jasa calo

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

118

atau bahkan untuk membayar iuran ilegal rata-rata sebesar Rp 2.301.923. Biaya

transportasi yang menjadi beban penggilingan padi besar adalah Rp 2.006.538.

Jumlah tersebut sudah termasuk supir dan bahan bakar, sedangkan upah kemas,

timbang, muat dan bongkar (KTMB) dan upah jemur masing-masing adalah

Rp 1.513.007 dan Rp 2.040.385. Tabel 18. menunjukkan kondisi tersebut.

Biaya solar untuk proses pengolahan gabah menjadi beras adalah sebesar

Rp 1.635.231. Rata-rata penggunaan solar adalah 10 liter per jam dengan

produktivitas satu liter mampu menghasilkan satu ton beras, dengan catatan

bahwa perhitungan biaya solar didasarkan pada jumlah gabah yang digiling. Upah

giling atas penggunaan tenaga buruh adalah Rp 846.154. Jumlah ini tergolong

rendah karena terdapat lima penggilingan yang memiliki mesin husker dan

polisher yang telah terintegrasi dengan tambahan elevator dan conveyor sehingga

menyebabkan pekerjaan buruh lebih mudah. Beban kerja yang lebih rendah

menyebabkan upah giling juga lebih rendah, sekitar Rp 20 per kg. Upah giling

juga telah mengakomodasi beban biaya karena listrik dan air. Biaya penjualan

terdiri dari Biaya trasportasi, kemasan, upah muat bongkar, dan calo/komisi

dengan total biaya penjualan sebesar Rp 3.063.462.

Biaya penyusutan yang terjadi relatif lebih besar dibandingkan

penggilingan kecil. Hal ini terjadi karena alat dan mesin yang dimiliki

penggilingan besar relatif lebih banyak dengan nilai yang lebih tinggi, misalnya

husker dan polisher yang lebih banyak dan terintegrasi, jumlah truk dan mobil

pick-up yang lebih banyak. Biaya penyusutan juga terjadi karena proses

penyimpanan gabah atau beras, sehingga perlu dipertimbangkan penyusutan

sebesar 0,3 persen. Penggilingan besar juga memiliki luasan lantai jemur dan

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

119

gudang penyimpanan yang lebih luas, serta beberapa penggilingan besar memiliki

kantor sebagai pusat kegiatan administrasi penggilingan Berdasarkan perhitungan

diperoleh besarnya biaya penyusutan penggilingan padi besar adalah Rp 486.951

per hari.

Semua biaya tunai dan tidak tunai yang telah diidentifikasi dijumlahkan

maka dapat diketahui total biaya penggilingan padi besar. Total biaya tunai dan

total biaya tidak tunai masing-masing adalah Rp 134.088.231 dan Rp 486.951,

sehingga total biaya penggilingan padi adalah Rp 134.575.181.

6.2.2 Penggilingan Padi Kecil

Berbeda dengan penggilingan padi besar, penggilingan padi kecil memiliki

kapasitas produksi yang lebih kecil. Rata-rata jumlah GKP yang dibeli dalam tiap

kali produksi adalah 10 ton, dengan harga gabah pada saat transaksi terjadi

sebesar Rp 2.423 per kg, sehingga biaya pembelian adalah Rp 24.000.455. Biaya

pembelian karung adalah Rp 26.614 dan karung dapat digunakan delapan sampai

sepuluh kali. Biaya yang dikeluarkan untuk calo/komisi, transport, dan KTMB

berturut-turut adalah Rp 422.841, Rp 401.232, dan Rp 301.977 (Tabel 18.).

Seluruh penggilingan kecil melakukan pengeringan di lantai jemur dengan

upah jemur Rp 40 per kg dengan biaya pengeringan sebesar Rp 398.159. Tidak

ada penggilingan padi kecil yang memiliki mesin giling yang terintegrasi satu

sama lain, sehingga upah giling yang dikeluarkan lebih tinggi, yaitu Rp 40 per kg

dengan rata-rata upah giling total Rp 235.909. Biaya penjualan beras berjumlah

total Rp 607.273 yang terdiri dari biaya transportasi, kemasan, upah muat

bongkar, dan calo/komisi.

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

120

Biaya diperhitungkan dalam penggilingan kecil relatif lebih kecil

dibandingkan dengan biaya diperhitungkan pada penggilingan besar. Hal ini dapat

dipahami karena penggilingan kecil memiliki alat-alat dan mesin-mesin yang

terbatas jumlahnya. Sebagian besar hanya memiliki satu atau dua paket mesin

husker dan polisher ditambah dengan diesel sebagai mesin penggerak. Tidak

semua penggilingan kecil memiliki truk atau mobil pick-up sendiri. Selain itu,

luas lantai jemur dan gudang penyimpanan yang selalu bersatu dengan bangunan

tempat produksi tidak terlalu luas. Total biaya diperhitungkan adalah Rp 35.536

per hari termasuk biaya penyusutan stok gabah 0,3 persen dari total GKP.

Total biaya diperoleh dengan menjumlahkan total biaya tunai dan total

biaya tidak tunai. Total biaya tunai dan tidak tunai penggilingan padi kecil

berturut turut adalah Rp 26.599.641 dan Rp 52.356 sehingga total biaya yang

terjadi adalah Rp 26.665.177. Tabel 18. menunjukkan biaya-biaya yang

dikeluarkan oleh penggilingan padi kecil.

6.2.3 Penggilingan Padi Agregat

Pengeluaran padi secara agregat adalah rataan dari seluruh pemilik baik

penggilingan padi besar maupun kecil. Semua komponen pengeluaran

penggilingan padi secara agregat berada relatif di antara penggilingan padi besar

dan kecil. Total biaya tunai dan tidak tunai secara agregat masing-masing adalah

Rp 66.523.974 dan Rp 261.141. Apabila total biaya tunai dan tidak tunai

dijumlahkan, maka diperoleh total biaya secara agregat yaitu Rp 66.785.115.

Biaya pembelian GKP terdiri dari biaya GKP, karung, calo/komisi,

transportasi, dan KTMB. Total biaya pembelian GKP dan biaya pengeirngan

berupa upah jemur masing-masing adalah Rp 62.797.360 dan Rp 1.008.129.

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

121

Biaya pengolahan terdiri dari upah giling dan biaya solar, sedangkan biaya

penjualan terdiri dari biaya transportasi, kemasan, upah muat bongkar, dan

calo/komisi. Total biaya pengolahan dan total biaya penjualan berturut-turut

Rp 1.198.914 dan Rp 1.519.571, sedangkan total biaya diperhitungkan berjumlah

Rp 203.204. Tabel 18. menggambarkan kondisi tersebut secara lebih detail.

6.3 Analisis Pendapatan dan Imbangan Penerimaan dan Biaya

Analisis pendapatan dilakukan untuk menentukan nilai yang diperoleh

penggilingan padi dari aktivitas-aktivitas produksi. Analisis pendapatan meliputi

analisis pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total.

Analisis pendapatan atas biaya tunai hanya mempertimbangkan biaya tunai

sementara analisis pendapatan atas biaya total dengan mengikutsertakan

komponen biaya diperhitungkan ke dalam analisis.

Perhitungan pandapatan penggilingan padi dilakukan pada penggilingan

padi besar, penggilingan padi kecil, dan secara agregat untuk melihat gambaran

keseluruhan penggilingan padi. Perhitungan dilakukan untuk rata-rata kapasitas

produksi penggilingan padi mengingat penggilingan padi memliliki sifat seperti

layaknya sebuah perusahaan dan memiliki siklus produksi yang relatif cepat.

Penerimaan berasal dari penjualan hasil produksi berupa beras dan hasil

samping berupa bekatul dan menir. Sementara biaya dihasilkan dari aktivitas-

aktivitas pengusahaan penggilingan padi mulai dari pembelian GKP sampai pada

penjualan produk ke konsumen. Data penerimaan dan biaya pada Tabel 19. di

bawah ini berasal dari perhitungan pada Tabel 17. dan Tabel 18.

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

122

Tabel 19. Analisis Pendapatan dan Imbangan Penerimaan dan Biaya Pengusahaan Penggilingan Padi per Hari

Komponen Penerimaan Penggilingan Besar

Penggilingan Kecil

Penggilingan Agregat

Total Penerimaan 150.440.769 31.277.727 75.538.286 Total Biaya Tunai 134.088.231 26.599.641 66.523.974 Total Biaya Diperhitungkan 614.470 52.356 261.141 Biaya Total 134.702.701 26.651.997 66.785.115 Pendapatan Atas Biaya Tunai 16.352.538 4.682.268 9.016.940 Pendapatan Atas Biaya Total 15.738.069 4.629.912 8.755.799 R/C Atas Biaya Tunai 1,122 1,176 1,136 R/C Atas Biaya Total 1,117 1,174 1,131

Pada Tabel 19. di atas, total penerimaan penggilingan padi besar adalah

Rp 150.440.769. Total biaya yang menjadi beban penggilingan besar adalah

Rp 134.702.701, yang berasal dari total biaya tunai Rp 134.088.231 ditambah

total biaya diperhitungkan sebesar Rp 614.470. Pendapatan atas biaya tunai dan

pendapatan atas biaya total berturut-turut sebesar Rp 16.352.538 dan

Rp 15.738.069.

Efisiensi penggilingan padi besar dapat dilihat dari perbandingan

penerimaan dan biaya (rasio R/C). Rasio R/C atas biaya tunai adalah 1,122,

artinya setiap Rp 1.000 yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan

Rp 1.122. Sedangkan, rasio R/C atas biaya total sebesar 1,117, yang artinya setiap

Rp 1.000 yang dikeluarkan akan menghasilkan Rp 1.117. Rasio R/C atas biaya

tunai dan atas biaya total relatif tidak jauh berbeda. Hal ini terjadi karena jumlah

biaya diperhitungkan relatif kecil dengan persentase yang tidak signifikan.

Penggilingan padi kecil memiliki penerimaan sebesar Rp 31.277.727 yang

berasal dari penjualan beras dan hasil sampingnya. Total biaya tunai yang menjadi

beban penggilingan kecil sebesar Rp 26.651.997, sedangkan biaya total sebesar

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

123

Rp 26.651.997. Pendapatan penggilingan padi kecil atas biaya tunai adalah

Rp 4.682.268, sedangkan pendapatan atas biaya total adalah Rp 4.629.912.

Efisiensi penggilingan padi kecil dapat diketahui dengan melihat rasio R/C

atas biaya tunai sebesar 1.176, artinya setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan

akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.176. Sedangkan rasio R/C atas biaya

total adalah 1.174, artinya setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.174.

Sama seperti penggilingan besar, penggilingan padi memiliki nilai rasio

R/C yang tidak terlalu jauh berbeda antara R/C atas biaya tunai atau atas biaya

total. Berdasarkan perbandingan antara penggilingan padi besar dan kecil pada

Tabel 19, dapat diketahui bahwa penggilingan padi kecil lebih efisien dari

penggilingan padi besar, walaupun tidak signifikan. Hal ini terjadi karena

penggilingan padi kecil mengeluarkan biaya diperhitungkan yang lebih sedikit

dengan memiliki mesin dan alat yang tidak memerlukan investasi yang besar,

sementara harga per aktivitas penggilingan padi baik besar maupun kecil relatif

sama.

Penggilingan padi secara agregat memiliki rasio R/C atas biaya tunai

sebesar 1,136, yang artinya setiap Rp 1.000 biaya yang dikeluarkan akan

menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.136. Sedangkan, rasio R/C atas biaya total

penggilingan secara agregat adalah 1,131, artinya setiap Rp 1.000 biaya yang

dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1.131. Selengkapnya

dapat dilihat pada Tabel 19.

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

124

VII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN PENDAPATAN PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

Analisis diskriminan digunakan dalam penelitian untuk menjawab

permasalahan tentang ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara penggilingan

berpendapatan tinggi dan rendah. serta faktor-faktor yang paling membedakan

kedua kelompok tersebut. Penggilingan berpendapatan tinggi adalah penggilingan

yang memiliki pendapatan lebih besar dari rata-rata pendapatan penggilingan padi

secara agregat, sedangkan penggilingan berpendapatan rendah memiliki

pendapatan lebih kecil dari rata-rata pendapatan penggilingan padi secara agregat.

Data mengenai besarnya pendapatan diperoleh setelah melakukan analisis

pendapatan. Analisis pendapatan menunjukkan bahwa terdapat tiga penggilingan

padi kecil yang ternyata memiliki pendapatan yang lebih tinggi dari pendapatan

agregat penggilingan padi sehingga ketiganya dimasukkan ke dalam kelompok

penggilingan padi berpendapatan tinggi. Pada penggilingan padi besar terdapat

dua penggilingan yang termasuk dalam kelompok penggilingan berpendapatan

rendah, karena memiliki pendapatan kurang dari rata-rata pendapatan agregat

penggilingan padi.

7.1 Validasi Data

Analisis dilakukan terhadap 18 faktor yang dianggap berpengaruh pada

tinggi rendahnya pendapatan penggilingan padi. Semua faktor tersebut diperoleh

melalui pengamatan dan ditinjau kembali melalui diskusi dengan pemilik

penggilingan padi. Semua data yang diperoleh dalam kajian ini adalah bersifat

rasio. Setelah diolah dengan menggunakan program SPSS 13.0 for Windows,

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

125

menunjukkan bahwa keseluruhan data yang dimasukkan valid. Hal tersebut berarti

dari 35 data yang dimasukkan ke dalam program SPSS 13.0 for Wndows tidak ada

data yang hilang satupun dengan tingkat validasi 100 persen. Validasi data dapat

dilihat pada Lampiran 12 Tabel Analysis case processing summary.

7.1.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh Secara Signifikan dalam Membedakan Penggilingan Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Setelah melakukan proses validasi, analisis dilanjutkan dengan

mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap dua

kelompok penggilingan berpendapatan tinggi dan rendah dengan mengetahui

faktor-faktor apa saja yang secara signifikan membedakan kedua kelompok. Tabel

20. menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh dalam membedakan

penggilingan padi berdasarkan tingkat pendapatan.

Tabel 20. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Membedakan Penggilingan Padi Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Faktor Nilai F Signifikansi Kapasitas Produksi 43,821 0,000 Kapasitas Mesin 31,301 0,000 Tenaga Kerja 43,265 0,000 Jam Kerja Mesin 24,146 0,000 Gabah Kering Panen (GKP) 41,681 0,000 Kadar Air 1,295 0,263 Luas Gudang Penyimpanan 41,681 0,000 Luas Lantai Jemur 42,618 0,000 Rendemen Beras 3,898 0,057 Pengalaman Pemilik 21,679 0,000 Pendidikan Pemilik 3,419 0,015 Modal 18,184 0,000 Kemasan 9,314 0,073 Grading Beras 18,184 0,000 Mitra Bulog 18,184 0,000 Sumber Modal 9,314 0,004 Umur 3,658 0,064 Solar 40,313 0,000

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

126

Berpedoman pada nilai signifikansi dan F test, jika nilai signifikansi lebih

dari 0,05 (sig. > 0,05), maka faktor tersebut tidak dapat menjadi pembeda antar

kelompok, sedangkan jika nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan 0,05

(sig. < 0,05), maka faktor tersebut dapat menjadi pembeda antar kelompok. Tabel

18. menunjukkan signifikansi faktor terhadap pembeda dua kelompok.

Berdasarkan Tabel 18. dari 18 faktor awal yang dianggap mampu

membedakan kedua kelompok, ternyata terdapat empat faktor yang tidak

signifikan menjadi pembeda antarkelompok. Keempat faktor tersebut antara lain

kadar air, rendemen beras, kemasan, dan umur. Keempatnya akan dikeluarkan

dari analisis dan tidak diikutsertakan dalam tahap analisis berikutnya.

Kadar air tidak signifikan dalam membedakan kelompok karena antara

kelompok penggilingan berpendapatan tinggi dan rendah memberikan penilaian

yang relatif sama terhadap faktor tersebut. Hal ini terjadi karena rata-rata

penggilingan membeli gabah dari petani dengan kadar air 26 persen, baik

penggilingan berpendapatan tinggi dan rendah. Selain itu, pada saat wawancara

dengan pemilik penggilingan, kondisi cuaca memang mendukung sehingga

tingkat kadar air relatif baik di tingkat petani.

Tingkat rendemen beras dan kemasan yang digunakan penggilingan padi

dalam Tabel 18. menunjukkan hasil yang tidak signifikan dalam membedakan dua

kelompok. Berdasarkan input yang dimasukkan ke dalam program SPSS 13.0 for

Windows, kedua faktor ini tersebar hampir secara merata terdapat pada kedua

kelompok penggilingan. Rendemen beras yang tinggi tidak hanya terdapat pada

penggilingan yang berpendapatan tinggi tetapi juga terdapat pada penggilingan

berpendapatan rendah, begitu juga sebaliknya. Rendemen yang rendah bukan saja

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

127

menjadi masalah bagi penggilingan kecil, tetapi juga bagi penggilingan besar.

Kemasan yang digunakan penggilingan padi juga tidak signifikan karena dalam

tiap kelompok banyak ditemukan penggilingan yang menggunakan merek sendiri

juga sekaligus menggunakan merek pasar.

Begitu pula yang terjadi pada faktor umur pemilik. Tidak ada jaminan

pemilik yang masuk ke dalam kelompok penggilingan berpendapatan tinggi

adalah pemilik berumur tua. Hal ini dapat dipahami karena umur tersebar di antara

dua kelompok. Berbeda dengan pengalaman pemilik yang memiliki hasil

signifikan dalam membedakan kedua kelompok, umur pemilik memiliki nilai

yang tidak signifikan sehingga harus dikeluarkan dalam analisis berikutnya.

7.1.2 Pemilihan Faktor sebagai Prediktor Terbaik Model Diskriminan

Setelah dilakukan tahap pengujian terhadap keseluruhan faktor, diperoleh

14 faktor yang diteliti secara signifikan menjadi pembeda antara kelompok

penggilingan berpendapatan tinggi dan penggilingan berpendapatan rendah.

Kemudian lebih jauh diteliti faktor-faktor manakah yang paling baik dan memiliki

pengaruh yang besar sebagai pembeda antarkelompok, sehingga metode yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis diskriminan bertahap

(stepwise discriminant).

Metode analisis diskriminan bertahap merupakan teknik analisis

diskriminan dengan memasukkan variabel bebas (faktor-faktor yang dianggap

menjadi pembeda) ke dalam model secara bertahap (satu per satu) berdasarkan

kemampuan variabel bebas tersebut dalam melakukan diskriminasi

antarkelompok. Selanjutnya, akan diperoleh model yang lebih sederhana dan

berisi faktor-faktor terbaik sebagai pembeda antarkelompok.

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

128

Tata cara pemilihan faktor terbaik dilakukan dalam beberapa tahap (step).

Pada setiap tahap pemilihan faktor tersebut dilakukan atas dasar nilai

Mahalanobis Distance (Min D Square) terbesar dengan nilai Sig. of F to Enter <

0,05. Apabila kedua kriteria tersebut terpenuhi, maka faktor yang bersangkutan

dapat dimasukkan ke dalam model. Jika kedua kriteria tersebut tidak terpenuhi,

maka proses dihentikan.

Pada tahap 0 (Lampiran 9.), semua faktor masih dipertimbangkan untuk

dimasukkan ke dalam model diskriminan. Pada tabel Variables Not In The

Analysis, terlihat nilai Mahalanobis Distance (Min D Square) yang terbesar

adalah 5,112 (faktor kapasitas produksi) dengan nilai Sig. of F to Enter 0,000. Hal

ini berarti faktor kapasitas produksi dapat dimasukkan ke dalam model

diskriminan.

Pada tahap 1, semua faktor kecuali faktor kapasitas produksi masih

dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam model diskriminan. Terlihat pada

nilai Mahalonobis Distance (Min D Square) yang terbesar adalah 7,974 yang

diwakili oleh faktor modal, dengan nilai Sig. of F to Enter 0,003. Artinya faktor

modal dapat dimasukkan ke dalam model diskriminan dan tidak diikutsertakan

pada tahap 2.

Pada tahap 2, semua faktor kecuali faktor kapasitas produksi dan modal

masih dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam model diskriminan. Terlihat

pada nilai Mahalanobis Distance (Min D Square) yang terbesar adalah 10,305

yang diwakili oleh faktor pendidikan. Nilai Sig. of F to Enter untuk faktor

pendidikan pemilik adalah 0,019, artinya faktor pendidikan pemilik dimasukkan

ke dalam model diskriminan dan hilang pada tahap selanjutnya.

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

129

Pada tahap 3, kecuali faktor kapasitas produksi, modal, dan pendidikan

pemilik, semua faktor masih dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam model

diskriminan. Pada nilai Mahalanobis Distance (Min D Square) yang terbesar

adalah 13,076 dengan nilai Sig. of to F Enter adalah 0,022 yang diwakili oleh

faktor kapaitas mesin. Faktor ini memenuhi kriteria sehingga faktor kapasitas

mesin dimasukkan ke dalam model diskriminan.

Pada tahap 4, semua faktor masih dipertimbangkan untuk dimasukkan ke

dalam model diskriminan kecuali faktor kapasitas produksi, modal, pendidikan,

dan kapasitas mesin. Terlihat pada tahap 4 ini, nilai Mahalanobis Distance (Min D

Square) yang terbesar adalah 16,514 dengan nilai Sig. of F to Enter sebesar 0,022

yang diwakili oleh faktor kemitraan dengan Bulog. Faktor kemitraan dengan

Bulog memenuhi kriteria sehingga dapat dimasukkan ke dalam model

diskriminan.

Proses pemilihan faktor tetap berlangsung sampai tidak mampu memenuhi

kriteria. Pada tahap 5, semua faktor masih dipertimbangkan, namun terlihat dari

nilai Sig. of F to Enter sudah lebih dari 0,05. Hal ini berarti tidak ada lagi faktor

yang memenuhi syarat untuk dimasukkan ke dalam model diskriminan. Dengan

demikian tahap pemilihan faktor berhenti dan model diskriminan yang terbentuk

terdiri dari faktor kapasitas produksi, modal, pendidikan pemilik, kapasitas mesin,

kemitraan dengan Bulog.

Lampiran 10. menunjukkan hasil pengujian apakah ada perbedaan yang

nyata atau tidak antara penggilingan berpendapatan tinggi dan rendah. Setelah

dilakukan analisis diskriminan dengan berdasar pada nilai Chi-square sebesar

50,804 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan adanya

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

130

perbedaan yang signifikan antara kelompok penggilingan padi berpendapatan

tinggi dan rendah

Nilai Cannonical Correlation pada Lampiran 11. dari hasil analisis

diskriminan adalah 0,901, jika dikuadratkan menjadi 0,811801. Hal ini berarti

sebesar 81,18 persen varians dari peubah tidak bebas pendapatan penggilingan

padi dapat dijelaskan oleh model yang terbentuk dari lima peubah bebas yaitu

kapasitas produksi, modal, pendidikan pemilik, kapasitas mesin, dan mitra Bulog.

Selanjutnya, perlu diketahui seberapa besar ketepatan model diskriminan yang

terbentuk dalam memprediksi atau mengelompokkan penggilingan ke dalam

kelompok mana. Hal ini diperlukan karena jika ketepatan prediksi termasuk ke

dalam prediksi yang tinggi, maka model diskriminan yang terbentuk mampu

menggambarkan keadaan aktual dengan baik. Lampiran 12. menunjukkan hasil

ketepatan prediksi dan model disriminan yang terbentuk.

Teknik pengklasifikasian atau pengelompokkan pada bagian original

adalah teknik pengklasifikasian pendapatan penggilingan padi dengan

menggunakan model diskriminan yang diturunkan dari seluruh data yang dimiliki.

Berdasarkan Lampiran 14, Tabel Classification result pada bagian original

terlihat data awal yang tergolong kelompok penggilingan padi berpendapatan

tinggi berjumlah 15 penggilingan padi dan 20 penggilingan padi berpendapatan

rendah. Sementara menurut model diskriminan, sebanyak satu penggilingan padi

yang awalnya berada di kelompok penggilingan berpendapatan tinggi ternyata

menjadi kelompok penggilingan berpendapatan rendah. Pada kelompok

penggilingan berpendapatan rendah tidak terdapat perbedaan antara data awal

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

131

dengan hasil model diskriminan. Dengan demikian ketepatan prediksi model

adalah (14+20) / 35 = 0,97 atau 97 persen.

Cross-validated adalah teknik pengukuran ketepatan prediksi yang

digunakan sebagai penguat hasil produksi yang ditampilkan pada bagian original,

dengan cara membandingkan keseluruhan penggilingan padi kecuali penggilingan

padi yang sedang diteliti dengan model diskriminan yang terbentuk. Pada

Lampiran 14. bagian cross-validated terlihat bahwa penggilingan yang pada data

awal tergolong kelompok penggilingan padi berpendapatan tinggi sebanyak 15

penggilingan, sedangkan menurut model diskriminan yang tergolong kelompok

penggilingan berpendapatan tinggi adalah 12 penggilingan, dan tiga penggilingan

dianggap salah prediksi dan dimasukkan ke kelompok penggilingan

berpendapatan rendah. Sama seperti pada bagian original, kelompok penggilingan

padi berpendapatan rendah tidak terdapat perbedaan antara data awal dengan hasil

model diskriminan. Dengan demikian ketepatan prediksi model adalah sebesar

(12+20) / 35 = 0,9143 atau 91,43 persen. Batas minimal ketepatan prediksi dan

model diskriminan yang terbentuk dalam penelitian ini adalah:

Cpro = p2 + (1-p)2

= (0,15)2 + (1-0,15)2

= 0,745 atau 74,5 %

Hasil perhitungan batas minimal ketepatan prediksi model diskriminan di

atas menunjukkan bahwa ketepatan prediksi dari model diskriminan yang

terbentuk termasuk ke dalam ketepatan prediksi yang tinggi. Hal ini berarti model

diskriminan tersebut mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya dengan

baik.

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

132

7.2 Interpretasi Model Diskriminan

Interpretasi dilakukan dengan melihat model diskriminan yang terbentuk,

centroids (nilai rata-rata skor diskriminan), dan cutting Z score (batas skor

diskriminan) antara penggilingan padi berpendapatan tinggi dan penggilingan padi

berpendapatan rendah. Model diskriminan yang terbentuk adalah:

Z = 1,669 – 0,001 X1 – 0,056 X2 + 1,023 X3 + 0,297 X4 + 1,356 X5

Dimana:

Z = Skor diskriminan

X1 = Skor penilaian terhadap faktor kapasitas produksi

X2 = Skor penilaian terhadap faktor kapasitas mesin

X3 = Skor penilaian terhadap faktor pendidikan pemilik

X4 = Skor penialain terhadap faktor modal

X5 = Skor penilaian terhadap faktor kemitraan dengan Bulog

Model di atas menunjukkan bahwa pendidikan pemilik penggilingan,

modal yang dimiliki, dan status penggilingan sebagai mitra Bulog memiliki

hubungan yang positif dengan skor diskriminan. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin tinggi skor penilaian terhadap pendidikan, modal, dan mitra Bulog, maka

skor diskriminan yang dihasilkan juga semakin tinggi. Begitu juga sebaliknya,

semakin rendah skor penilaian terhadap pendidikan pemilik penggilingan, modal

yang dimiliki, dan status penggilingan sebagai mitra Bulog, maka skor

diskriminan yang dihasilkan semakin rendah.

Untuk mengetahui pada skor berapa penggilingan dapat dikatakan

berpendapatan tinggi dan rendah, maka dapat dilihat pada Tabel Function at

Group Centroids (Lampiran 13.). Berdasarkan tabel tersebut diketahui centroids

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

133

(nilai rata-rata skor diskriminan) kelompok penggilingan berpendapatan tinggi

adalah -2,322 dan centroids (rata-rata skor diskriminan) kelompok penggilingan

padi berpendapatan rendah adalah 1,742. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok

penggilingan padi berpendapatan tinggi berada pada skor diskriminan negatif,

sedangkan kelompok penggilingan padi berpendapatan rendah berada pada skor

diskriminan positif. Dengan demikian, penggilingan dapat dikatakan

berpendapatan tinggi ketika memiliki skor diskriminan negatif, dan dapat

dikatakan berpendapatan rendah ketika memiliki skor diskriminan positif.

Untuk mengetahui lebih jelas berapa batas skor diskriminan (cutting Z

score), sehingga suatu penggilingan padi dapat dikatakan berpendapatan tinggi

dan rendah, maka dilakukan perhitungan dengan rumus sebagai berikut:

NbNaZbNbZaNa

Z cu ++= ..

( ) ( )2015

742,120322,215++−= xx

Z cu

Zcu = 0.000286

Perhitungan di atas menunjukkan bahwa batas skor diskriminan (cutting Z

score) yang dihasilkan adalah 0,000286. Berpedoman pada nilai rata-rata skor

diskriminan kelompok penggilingan padi berpendapatan tinggi yang negatif, dan

kelompok penggilingan padi berpendapatan rendah yang positif, maka hasil

perhitungan tersebut memiliki arti yaitu, jika skor diskriminan di atas 0,000286,

maka penggilingan dapat dikatakan memiliki pendapatan rendah, sedangkan jika

berada di bawah 0,000286, maka penggilingan dapat dikatakan memiliki

pendapatan tinggi. Dengan kata lain, semakin rendah penilaian yang diberikan

Page 148: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

134

terhadap kapasitas produksi, kapasitas mesin, pendidikan pemilik, modal yang

dimiliki, dan status penggilingan sebagai mitra Bulog, maka penggilingan

cenderung memiliki pendapatan yang tinggi. Begitu juga sebaliknya, semakin

tinggi penilaian terhadap kapasitas produksi, kapasitas mesin, tingkat pendidikan

pemilik, modal yang dimiliki, dan status penggilingan sebagai mitra Bulog, maka

penggilingan cenderung memiliki pendapatan rendah.

Interpretasi juga dapat dilakukan dengan melihat nilai rata-rata

diskriminan khususnya perbandingan faktor kapasitas produksi, modal, kapasitas

mesin, mitra Bulog, dan pendidikan. Nilai tersebut kemudian dibandingkan

dengan angka yang ada pada structure matrix (Lampiran 15.)

Tabel 21. Pemasukkan Variabel pada Kelompok Penggilingan

Faktor

Penggilingan Berpendapatan

Tinggi (nilai rata-rata)

Penggilingan Berpendapatan

Rendah (nilai rata-rata)

Matriks Struktur

Kapasitas Produksi 29.231 5.909 -0,556 Modal 137 27 -0,534 Kapasitas Mesin 95 74 -0,470 Mitra Bulog 1,08 1,82 0,358 Pendidikan 1,54 1,77 0,216

Tabel 21. menunjukkan pemasukan variabel pada kedua kelompok.

didasarkan skor pada tiap faktor, skor lebih tinggi yang akan terpilih. Faktor

kapasitas produksi (29.231), modal (137), dan kapasitas mesin (95) masuk ke

dalam kelompok penggilingan padi berpendapatan tinggi, sedangkan faktor

kemitraan penggilingan dengan Bulog (1,82) dan pendidikan (1,77) masuk ke

dalam kelompok penggilingan padi berpendapatan rendah. Dengan demikian

penggilingan berpendapatan tinggi lebih dipengaruhi (bersifat positif) oleh

kapasitas produksi penggilingan, modal yang dimiliki, dan kapasitas mesin

Page 149: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

135

penggilingan, sedangkan penggilingan berpendapatan rendah lebih dipengaruhi

(bersifat positif) oleh status penggilingan sebagai mitra Bulog dan tingkat

pendidikan pemilik.

Kemampuan kapasitas produksi penggilingan, modal yang dimiliki, dan

kapasitas mesin penggilingan lebih mempengaruhi kelompok penggilingan

berpendapatan tinggi secara positif. Hal ini dapat dipahami karena berdasarkan

pengamatan di lokasi penelitian, penggilingan yang memiliki ketiga faktor di atas

memiliki peluang untuk sukses dan menghasilkan pendapatan yang lebih besar

dibandingkan penggilingan lain yang tidak memiliki ketiga faktor tersebut.

Kemampuan kapasitas produksi yang baik dapat menjadi faktor utama

karena penjualan utama penggilingan adalah beras hasil produksi. Apabila

kapasitas produksi besar, maka lebih banyak beras yang dapat dijual sehingga

mampu menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

penggilingan lain dengan kapasitas produksi lebih rendah.

Modal yang dimiliki penggilingan sangat berpengaruh dalam melakukan

pembelian gabah dalam jumlah yang besar dan investasi dalam mesin-mesin dan

alat-alat produksi dengan teknologi tinggi. Penggilingan dengan modal kuat dapat

tetap melakukan aktivitas produksi walaupun kondisi alam tidak memungkinkan,

karena dengan modal yang kuat penggilingan mampu memiliki cadangan (stok)

gabah.

Kapasitas mesin yang dimiliki penggilingan mampu menentukan

produktivitas produksi dalam sehari. Semakin cepat dan semakin banyak gabah

yang digiling maka keuntungan yang diperoleh penggilingan dapat lebih besar

dibandingkan penggilingan lainnya. Kapasitas mesin yang besar mampu

Page 150: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

136

menghasilkan beras yang lebih besar dalam waktu yang relatif efisien

dibandingkan penggilingan berpendapatan rendah.

Kerjasama yang dilakukan penggilingan dengan Bulog dalam bentuk

kemitraan dan pendidikan pemilik lebih mempengaruhi kelompok penggilingan

berpendapatan rendah secara positif. Kerjasama dengan Bulog dalam pengadaan

beras dianggap menguntungkan, sehingga kelompok penggilingan berpendapatan

rendah menilai positif kerjasama tersebut. Sebenarnya kelompok penggilingan

berpendapatan tinggi, juga banyak yang menjadi mitra Bulog, namun karena

sudah bertahun-tahun menjalin kerjasama dengan Bulog, hal tersebut sudah

dianggap lumrah, sehingga kemitraan penggilingan dengan Bulog ini lebih

berasosiasi dengan kelompok penggilingan berpendapatan rendah.

Tingkat pendidikan pemilik, dianggap positif oleh kelompok penggilingan

berpendapatan rendah karena pendidikan dapat mempercepat proses inovasi dan

transfer teknologi. Kelompok penggilingan berpendapatan tinggi tidak terlalu

menganggap tingkat pendidikan yang dimiliki pemilik sebagai penentu, karena

pengalaman lebih dianggap positif dalam kaitannya dengan bisnis penggilingan.

Page 151: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

137

VIII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PENGUSAHAAN PENGGILINGAN PADI

8.1 Analisis Fungsi Produksi

Fungsi produksi menggambarkan suatu hubungan antara faktor-faktor

produksi dengan hasil produksinya. Berdasarkan asumsi awal bahwa produksi

beras di penggilingan padi di Kabupaten Karawang diduga dipengaruhi oleh

sembilan variabel yaitu jumlah GKP, jumlah solar, tenaga kerja yang digunakan,

jam kerja mesin, kapasitas mesin, modal, mitra Bulog, pendidikan, dan

pengalaman pemilik. Dari sembilan faktor tersebut, empat faktor diantaranya

merupakan faktor yang secara signifikan mempengaruhi perbedaan pendapatan

antara pengusahaan penggilingan padi. Semua faktor-faktor produksi tersebut

merupakan peubah bebas yang akan menduga produksi beras sebagai peubah

tidak bebas. Dalam penelitian ini, semua seluruh faktor produksi digabung baik

penggilingan besar maupun penggilingan kecil. Data penggunaan faktor-faktor

produksi dapat dilihat pada Lampiran 6.

Model fungsi produksi yang digunakan untuk menduga fungsi produksi

dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Faktor-faktor

produksi yang diduga berpengaruh dalam produksi penggilingan padi adalah

jumlah GKP, jumlah solar, tenaga kerja yang digunakan, jam kerja mesin (JKM),

kapasitas mesin, modal, mitra Bulog, pendidikan, dan pengalaman pemilik. Hasil

pendugaan model dan hubungan antara variabel bebas (faktor-faktor produksi)

dan variabel tidak bebas (produksi beras) dapat dilihat pada Tabel 22.

Page 152: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

138

Tabel 22. Analisis Ragam Produksi Beras pada Penggusahaan Penggilingan Padi

Sumber Ragam

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah F-hitung Peluang

Regresi 9 32,3304 3,5923 5758,44 0,000 Galat 25 0,0156 0,0006 Total 34 32,3460

Berdasarkan pendugaan model produksi yang diperoleh pada Tabel 22,

terlihat nilai F-hitung sebesar 5758,4 yang signifikan pada taraf kepercayaan 95

persen (� = 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang

digunakan dalam model secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

produksi beras penggilingan padi.

Hasil pendugaan yang diperoleh untuk fungsi produksi Cobb-Douglas

adalah:

Ln Produksi = 1.23 + 0.709 ln GKP + 0.146 ln Solar + 0.0180 ln TK

- 0.0156 ln Jam - 0.0475 ln KapMes + 0.143 ln Modal

- 0.0041 ln Mitra - 0.0166 ln Pend + 0.0229 ln pengalaman

Berdasarkan hasil pendugaan diperoleh koefisien determinasi (R2) sebesar

98,8 persen. Nilai R2 sebesar 98,8 persen menunjukkan bahwa 98,8 persen dari

variasi produk beras dapat dijelaskan oleh variasi faktor-faktor seperti jumlah

GKP, jumlah solar, tenaga kerja, jam kerja mesin, kapasitas mesin, modal, mitra

Bulog, pendidikan, dan pengalaman. Sisanya, variasi sebesar 1,2 persen dijelaskan

oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Hasil analisis model

produksi dapat dilihat pada Tabel 23. dan Lampiran 8.

Page 153: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

139

Tabel 23. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Beras pada Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

Variabel Koefisien Regresi

Simpangan Baku

Koefisien

T-hitung Nilai-P VIF

Konstanta 1,2292 0,07650 2,85 0,009 Ln GKP 0,70911 0,07650 9,27 0,000 152,2 Ln Solar 0,14574 0,06039 2,41 0,023 156,2 Ln TK 0,01800 0,06039 0,72 0,480 9,3 Ln JKM -0,01558 0,02410 -0,65 0,524 7,3 Ln KapMesin -0,04754 0,03712 -1,28 0,212 7,1 Ln Modal 0,14304 0,05706 2,51 0,019 174,3 Ln Mitra -0,00412 0,01785 -0,23 0,819 2,1 Ln Pendidikan -0,01661 0,01513 -1,10 0,283 1,3 Ln Pengalaman 0,02286 0,01421 1,61 0,120 2,2

Pengaruh faktor-faktor produksi secara parsial juga dapat dilihat dengan

menggunakan uji t. Hasil uji t menunjukkan bahwa faktor produksi jumlah GKP,

jumlah solar, dan modal pemilik berpengaruh nyata dan signifikan terhadap

produksi beras. Jumlah GKP berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99

persen, sementara variabel jumlah solar dan modal pemilik penggilingan padi

berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 persen. Uji t pada variabel tenaga

kerja (TK), jam kerja mesin (JKM), kapasitas mesin, mitra Bulog, pendidikan, dan

pengalaman menunjukkan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki nilai t yang

kecil dan kurang dari t-tabel sehingga tidak nyata dan tidak signifikan pada taraf

kepercayaan 95 persen.

Variabel tenaga kerja memiliki pengaruh tidak nyata karena hanya

mengukur tenaga kerja yang digunakan pada proses pengolahan dan pengeringan

saja, sementara tenaga kerja yang melakukan pekerjaan lainnya seperti pembelian

gabah dan penjualan sulit diidentifikasi sehingga tidak termasuk dalam model.

JKM tidak nyata karena mesin yang biasa digunakan di penggilingan padi

umumnya dijalankan delapan sampai sepuluh jam per hari dan telah mencapai

Page 154: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

140

kapasitas optimalnya. Selain itu, umur mesin yang digunakan relatif tua sehingga

kinerjanya tidak begitu baik. Apabila jam kerja ditingkatkan maka dibutuhkan

mesin yang memiliki teknologi yang lebih baik dan kapasitas giling yang lebih

besar daripada yang saat ini digunakan.

Variabel kapasitas mesin menjadi tidak nyata karena beberapa

penggilingan yang memiliki mesin dengan kapasitas yang sama, namun berbeda

dalam hasil produksi, selain itu tiap penggilingan memiliki jumlah unit mesin

giling yang berbeda. Variabel mitra Bulog menjadi tidak signifikan karena

kemitraan penggilingan dengan Bulog tidak menjadikan penggilingan padi yang

bermitra menambah produksinya. Kemitraan dilakukan lebih kepada keuntungan

yang diperoleh penggilingan yang melakukan kemitraan dengan kemampuan

produksi yang dimiliki.

Variabel pendidikan dan pengalaman juga tidak berpengaruh secara

signifikan, karena tidak ada hubungan khusus yang kuat antara pendidikan dengan

produksi beras penggilingan. Tinggi atau rendahnya pendidikan pemilik tidak

mempengaruhi kemampuan kapasitas produksi penggilingan. Begitu juga dengan

pengalaman, karena terdapat banyak pemilik yang berumur muda meneruskan

usaha orang tuanya di penggilingan yang memang sudah memiliki kapasitas

produksi tinggi, walaupun pengalaman dianggap hal yang penting.

Pengujian fungsi produksi dapat dilihat dengan menganalisis kesesuaian

dengan asumsi OLS. Suatu model terbaik harus memenuhi beberapa asumsi OLS

antara lain adalah normalitas (kenormalan sisaan), homoskedastisitas

(kehomogenan ragam), tidak terdapat multikolinearitas (hubungan antar variabel)

dan autokorelasi. Pada Lampiran 17. dapat dilihat bahwa pada model Cobb-

Page 155: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

141

Douglas asumsi normalitas terpenuhi. Asumsi ini terpenuhi karena tebaran sisaan

model Cobb-Douglas membentuk suatu garis lurus. Sebenarnya, gambar pada

Lampiran 17. belum dapat diputuskan dengan tegas bahwa residual model Cobb-

Douglas yang dibuat telah mengikuti distribusi normal yang diinginkan sesuai

dengan asumsi model regresi karena gambar pada Lampiran 18. dan Lampiran 17.

secara grafik tidak memiliki perbedaan yang cukup signifikan antara keduanya,

sehingga perlu dilakukan uji kenormalan residual model dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov (Iriawan dan Astuti, 2006).

Pada Lampiran 18. terdapat informasi mengenai rata-rata, standar deviasi,

dan jumlah pengamatan yang masing-masing bernilai -3,01981 x 10-15, 0,02142,

dan 35. Hasil statistik Kolmogorov-Smirnov adalah 0,114 dengan p-value

melebihi 15 persen. Terlihat bahwa nilai KS-hitung lebih kecil dari KS-tabel

(0,224) dan tolak H0 jika nilai Kolmogorov-Smirnov (KS) lebih besar dari KS1-�.

Kesimpulan hasil uji kenormalan residual adalah residual model regresi Cobb-

Douglas yang dibuat telah mengikuti distribusi normal.

Asumsi homoskedastisitas pada model Cobb-Douglas juga terpenuhi

karena penyebaran nilai-nilai residual model Cobb-Douglas tidak membentuk

suatu pola tertentu. Uji homoskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 19. dimana

nilai-nilai residual tidak membentuk suatu pola tertentu. Pengujian terhadap gejala

autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW).

Pada Lampiran 16. dapat dilihat bahwa nilai DW adalah 2,29628 (d*). Pengujian

dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat masalah autokorelasi atau tidak.

Model tidak memiliki masalah autokorelasi apabila nilai d* berada pada selang

pengujian du < d* < 4-du (1,77 < d* < 2,33). Berdasarkan hal tersebut, dapat

Page 156: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

142

diketahui bahwa model fungsi Cobb-Douglas yang diperoleh tidak terdapat

masalah autokorelasi.

Salah satu asumsi yang terdapat pada persamaan regresi klasik adalah

tidak terdapatnya masalah multikolinearitas. Multikolinearitas dapat terbagi atas

multikolinearitas sempurna dan tidak sempurna. Multikolinearitas sempurna

jarang sekali ditemukan dan jika ada mudah dihindari. Sementara

multikolinearitas tidak sempurna sering dihadapi dalam estimasi.

Multikolinearitas dapat didefinisikan sebagai hubungan fungsional yang bersifat

linear antara dua atau lebih variabel independen yang kuat sehingga secara

signifikan berpengaruh terhadap koefisien hasil estimasi, koefisien regresi dari

variabel independen itu (Gujarati, 1995).

Sarwoko (2005) menambahkan bahwa multikolinearitas terdapat pada

setiap persamaan regresi. Tidak mungkin contoh riil dalam dunia nyata

menemukan serangkaian variabel-variabel penjelas yang sama sekali tidak

berkorelasi satu sama lainnya. Selain itu, harus disadari bahwa multikolinearitas

adalah sebuah fenomena sampel dan fenomena teori.

Terdapat banyak cara untuk mendeteksi adanya multikolinearitas, namun

tidak ada kesepakatan umum tentang uji-uji multikolinearitas yang benar. Ada dua

cara mendeteksi multikolinearitas yang paling banyak digunakan yaitu koefisien

korelasi sederhana yang tinggi, dan nilai VIF (variance inflation factors) yang

tinggi. Untuk memudahkan, dalam bagian ini hanya akan dilihat nilai VIF yang

terdapat pada model Cobb-Douglas. Nilai VIF yang lebih dari 10

mengindikasikan adanya hubungan antar variabel-variabelnya. Tabel 23.

menunjukkan nilai VIF masing-masing faktor produksi. Terdapat tiga variabel

Page 157: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

143

bebas yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, yang berarti dalam model Cobb-

Douglas ini menunjukkan adanya gejala mulikolinearitas. Variabel-variabel

tersebut adalah jumlah GKP, jumlah solar dan modal. Tabel 20. menunjukkan

nilai VIF dalam model Cobb-Douglas.

Masalah multikolinearitas yang terdapat pada model Cobb-Douglas dapat

diatasi dengan beragam cara antara lain (1) mengeluarkan variabel bebas yang

berkolinear (berhubungan) dari model (Nachrowi dan Usman, 2006), (2)

mentrasformasikan variabel berkolinear, dan (3) mencari data tambahan atau

menambah ukuran sampel. Gujarati (1995) menyatakan bahwa setiap perbaikan

terhadap masalah multikolinearitas memiliki suatu kekurangan karena

multikolinearitas adalah sebuah fenomena yang bersifat grey issue karena dapat

berubah dari sampel ke sampel bahkan untuk spesifikasi yang serupa dari sebuah

persamaan regresi. Oleh karena itu, tindakan tanpa melakukan perbaikan

seringkali menjadi solusi yang bijak.

Alasan tidak mengambil tindakan apapun terhadap masalah

multikolinearitas dalam sebuah persamaan tidak akan selalu mengurangi nilai t

sehingga menjadi tidak signifikan atau merubah koefisien variabel pada model

sehingga nilai tersebut berbeda dengan yang diharapkan. Tabel 23. menjelaskan

bahwa variabel GKP, jumlah Solar, dan modal yang berkorelasi kuat memiliki

nilai t yang signifikan dan koefisien variabel yang sesuai dengan yang diharapkan.

Hal ini semakin memperkuat alasan bahwa eksistensi multikolinearitas dalam

model Cobb-Douglas tidak memiliki arti sehingga tindakan perbaikan tidak

diperlukan. Jika perbaikan tetap dilakukan maka dapat menyebabkan persoalan

lain yang mungkin lebih parah pada model tersebut.

Page 158: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

144

Alasan lainnya mengabaikan perbaikan dalam masalah multikolinearitas

adalah bahwa menghapuskan sebuah variabel multikolinear yang dimiliki sebuah

persamaan dapat membahayakan karena akan muncul bias spesifikasi. Menghapus

variabel semacam itu berarti secara sengaja menciptakan bias spesifikasi tersebut.

Oleh karena itu, banyak ahli ekonometrika yang tidak menghilangkan variabel

berkorelasi dalam model walaupun nilai t-nya rendah. Gujarati (1995)

memberikan penjelasan yang baik dengan asosiasi berikut, jika multikolinearitas

adalah sebuah penyakit dan tindakan perbaikan adalah obatnya, maka obatnya

mungkin lebih buruk dari penyakitnya dalam beberapa situasi.

8.2 Pengaruh Faktor-Faktor Produksi

Analisis regresi fungsi Cobb-Douglas dapat menunjukkan pengaruh

masing-masing faktor produksi terhadap produksi beras. Pengaruh masing-masing

faktor produksi dapat diketahui berdasarkan nilai elastisitas produksi yang dilihat

dari koefisien masing-masing faktor produksi. Informasi mengenai pengaruh

masing-masing faktor produksi terhadap hasil produksi dapat dijadikan dasar

dalam pengalokasian faktor-faktor produksi secara tepat. Pengaruh masing-

masing faktor produksi terhadap produksi beras dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Jumlah GKP

GKP merupakan faktor penting dalam pengusahan penggilingan padi.

GKP sangat signifikan terhadap produksi karena tanpa GKP, tidak mungkin

penggilingan padi dapat berproduksi. Berdasarkan analisis regresi, jumlah GKP

mempunyai pengaruh yang positif dan nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen.

Hasil ini sesuai dengan sentralnya peran GKP dalam aktivitas penggilingan padi

Page 159: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

145

yang mampu meningkakan produksi beras. Tingkat elastisitas GKP ditunjukkan

oleh nilai koefisien regresi yaitu sebesar 0,709, yang berarti bahwa apabila jumlah

GKP ditingkatkan sebesar satu persen, maka produksi beras akan mengalami

peningkatan sebesar 0,709 persen, dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap

(cateris paribus).

b. Jumlah Solar

Solar merupakan bahan bakar yang diperlukan untuk menggerakkan mesin

giling yang akan mengolah GKP menjadi beras. Tanpa solar sebuah penggilingan

padi tidak dapat berproduksi sebanyak apapun gabah yang dimiliki. Pengaruhnya

yang signifikan juga dibuktikan oleh analisis regresi bahwa solar berpengaruh

nyata dan positif pada selang kepercayaan 95 persen. Tingkar elastisitas solar

dapat diketahui melalui nilai koefisien regresi sebesar 0,146, artinya setiap

peningkatan penggunaan solar dalam produksi sebesar satu persen, akan mampu

meningkatkan produksi beras sebesar 0,146 persen, dengan asumsi faktor-faktor

lain tetap (cateris paribus).

c. Modal

Modal dianggap sebagai hal yang sangat penting dalam produksi dan

menjalankan aktivitas pengusahaan penggilingan padi. Modal mengaktivasi

kegiatan di penggilingan antara lain pembelian gabah, pengeringan gabah,

pengolahan beras, penjualan beras, dan kegiatan penyimpanan beras atau gabah.

Modal yang dimiliki penggilingan padi dapat menjamin penggilingan untuk tetap

berproduksi. Modal juga mampu memberikan keamanan terhadap kerugian yang

disebabkan oleh kegiatan produksi. Kemampuan penggilingan padi untuk

melakukan inovasi dan pengembangan usaha juga ditentukan oleh modal.

Page 160: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

146

Sentralnya peran modal bagi penggilingan padi juga dapat ditunjukkan oleh

analisis statistic. Modal memepngaruhi produksi beras penggilingan padi di

Kabupaten Karawang secara nyata dan signifikan pada selang kepercayaan 95

persen. Tingkat elastisitas modal dalam model produksi dapat diketahui melalui

koefisien regresi yang bernilai 0,143, yang berarti bahwa setiap tambahan satu

satuan penambahan modal, mampu meningkatkan produksi beras penggilingan

sebesar 0,143 satuan, dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap tetap (cateris

paribus).

Faktor produksi yang berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi

beras di penggilingan padi adalah jumlah GKP, jumlah solar, dan modal. Jika

dilihat dari besaran nilai elastisitasnya, maka faktor produksi yang paling

responsif terhadap produksi beras di penggilingan padi adalah penggunaan GKP

dengan nilai elastisitas sebesar 0,709. Jumlah GKP adalah faktor yang paling

menentukan produksi beras di penggilingan padi.

8.3 Analisis Skala Usaha

Analisis skala usaha digunakan untuk mengetahui apakah produksi beras

dapat lebih besar, sama, atau lebih kecil dibandingkan kenaikan faktor-faktor

produksi jika penggunaannya ditambah secara proporsional. Increasing return to

scale terjadi apabila kenaikan produksi lebih besar. Apabila lebih kecil, maka

disebut decreasing return to scale, dan apabila sama, maka disebut constant

return to scale. Dalam model fungsi produksi Cobb-Douglas, nilai koefisien

regresi merupakan nilai elastisitas dari masing-masing variabel, sedangkan

Page 161: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

147

penjumlahan dari nilai-nilai elastisitas tersebut dapat digunakan untuk menduga

keadaan skala usaha produksi.

Hasil pendugaan dan pengujian fungsi produksi Cobb-Douglas diperoleh

jumlah nilai elastisitas seluruh faktor produksi sebesar 0,9549. Karena nilai

tersebut lebih kecil dari satu, maka dapat disimpulkan bahwa produksi beras pada

penggilingan padi berada pada skala kenaikan hasil yang menurun (decreasing

return to scale). Nilai ini mengandung pengertian bahwa penambahan satu persen

dari masing-masing faktor produksi secara bersama-sama akan meningkatkan

produksi sebesar 0,9549 persen. Pada skala usaha ini, peningkatan jumlah

produksi yang disebabkan oleh penambahan penggunaan faktor-faktor produksi

lebih besar daripada peningkatan hasil produksinya. Salah satu yang

menyebabkan hal ini adalah karena adanya faktor rendemen dalam aktivitas

mengubah dan menggiling gabah menjadi beras. Tidak semua gabah yang digiling

menjadi beras seutuhnya. Selain faktor rendemen, “kehilangan” kuantitas juga

terjadi dari mulai aktivitas pembelian gabah, pengeringan gabah sampai pada

proses penjualan.

8.4 Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi

Tingkat efisiensi ekonomi dari penggunaan faktor-faktor produksi dapat

dilihat dari besarnya rasio Nilai Marjinal Produk (NPM) dan Biaya Korbanan

Marjinal (BKM). Faktor-faktor produksi yang dapat dianalisis adalah faktor-faktor

produksi yang bersifat fisik dan dapat dinilai dengan satuan rupiah. Faktor-faktor

produksi tersebut antara lain faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata

terhadap produksi beras berdasarkan hasil uji t, yaitu jumlah GKP dan Solar.

Page 162: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

148

Rata-rata kapasitas produksi beras per hari yang dihasilkan penggilingan

padi secara agregat di Kabupaten Karawang adalah 14.571,43 kg, dengan harga

jual rata-rata Rp 4.979 per kg. Penggunaan rata-rata GKP per hari adalah

24.974,29 kg dan penggunaan solar rata-rata per hari 152,97 liter. Harga rata-rata

GKP per kg adalah Rp 2.411, sementara harga rata-rata untuk solar adalah

Rp 4.300 per liter. Informasi mengenai penggunaan rata-rata masing-masing

faktor produksi dan harga rata-rata digunakan untuk menduga besarnya rasio

NPM dan BKM. Tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi pada

penggilingan padi secara agregat di Kabupaten Karawang dapat dilihat pada

Tabel 24.

Tabel 24. Rasio NPM dan BKM pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

Faktor Produksi

Penggunaan Rata-Rata

Aktual

Koefisien Regresi

NPM BKM Rasio NPM/BKM

GKP (kg) 24.974,29 0,709 2.480,685 2.411 0,854 Solar (liter) 152,97 0,146 67.899,84 4.300 16,102

Tabel 24. menunjukkan penggunaan faktor-faktor produksi aktual dan

rasio Nilai Produk Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) pada

penggilingan padi di Kabupaten Karawang. Rasio NPM dan BKM pada setiap

faktor produksi menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi dalam

pengusahaan penggilingan padi di Kabupaten Karawang tidak efisien secara

ekonomi, karena nilai-nilai rasio NPM dan BKM tidak ada yang sama dengan

satu. Rasio ini juga berarti bahwa penggunaan faktor-faktor produksi pada

penggilingan padi belum optimal pada jumlah produksi yang sama.

GKP memiliki NPM sebesar 2.480,685 yang artinya bahwa setiap

penambahan penggunaan satu kilogram GKP, akan memberikan tambahan

Page 163: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

149

penerimaan sebesar Rp 2.480,685. Rasio NPM dan BKM diperoleh sebesar 0,854

dengan harga rata-rata GKP sebesar Rp 2.411 per kilogram dan koefisien regresi

sebesar 0,709. Rasio NPM dan BKM GKP yang kurang dari satu menunjukkan

bahwa penggunaan GKP sudah melampaui batas optimal, karena penambahan

biaya lebih besar daripada tambahan penerimaannya. sehingga penggilingan padi

harus mengurangi penggunaan GKP agar tercapai kondisi yang efisien dan

optimal. Penggunaan GKP yang melampaui batas ini disebabkan oleh antisipasi

yang dilakukan penggilingan padi dalam mengolah gabah menjadi beras. Hal ini

terjadi karena adanya penyusutan yang baik kehilangan kuantitas gabah selama

proses ataupun pengaruh dari tingkat rendemen yang mengkonversi gabah

menjadi beras.

Solar memiliki NPM sebesar 67.899,84, yang artinya bahwa setiap

penambahan penggunaan satu liter solar, akan memberikan tambahan penerimaan

sebesar Rp 67.899,84. Harga rata-rata solar adalah Rp 4.300 per liter dengan

koefisien regresi sebesar 0,146. Rasio NPM dan BKM yang paling besar adalah

pada penggunaan faktor produksi solar sebesar 16,102. Berdasarkan nilai tersebut,

maka penggunaan faktor produksi solar memerlukan penambahan yang relatif

besar agar tercapai tingkat efisien. Dengan rasio NPM dan BKM sebesar itu, maka

penggunaan solar perlu ditambah dalam jumlah yang relatif besar agar

penggunaanya efisien dan optimal.

8.5 Kombinasi Optimal Faktor-Faktor Produksi

Rasio NPM dan BKM pada analisis efisiensi faktor produksi sebelumnya

memiliki nilai tidak sama dengan satu, yang berarti menunjukan bahwa

Page 164: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

150

penggunaan faktor-faktor produksi belum efisien. Penggunaan faktor produksi

GKP masih berlebihan sehingga harus dikurangi, sedangkan faktor produksi solar

harus ditambah agar tercapai efisiensi. Kedua faktor tersebut harus mencapai

kondisi optimal agar efisiensi tercapai. Kondisi efisiensi tercapai apabila rasio

NPM dan BKM masing-masing faktor produksi bernilai sama dengan satu.

Penggunaan faktor-faktor produksi beras penggilingan padi di Kabupaten

Karawang saat kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Kombinasi Optimal Penggunaan Faktor-Faktor Produksi pada Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

Faktor Produksi

NPM BKM Rasio NPM/BKM

Kondisi Optimal

GKP (kg) 2.480,685 2.411 0,854 21.329,40 Solar (liter) 67.899,84 4.300 16,102 2.463,15

Kondisi efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi beras pada

penggilingan padi dicapai apabila penggunaan jumlah GKP dikurangi sebesar

3.644,88 kg menjadi 21.329,4 kg. Pengurangan penggunaan jumlah GKP

bertujuan agar tercapai kondisi efisien. Penggunaan GKP dalam produksi beras

penggilingan padi yang melebihi batas ooptimal ini disebabkan oleh tindakan

antisipasi pemilik penggilingan terhadap kehilangan yang terjadi dalam proses

produksi.

Kehilangan tersebut dapat terjadi karena penyusutan gabah yang disimpan

yang mencapai sampai tiga persen dan proses pembelian, pengangkutan, dan

proses penjemuran yang mengurangi berat kotor tonase GKP. Pemiliki juga tidak

melakukan penimbangan ulang setelah membeli gabah dari petani atau calo,

karena dianggap penimbangan ulang akan menambah beban biaya dan

pemborosan waktu. Seringkali kehilangan ini baru dapat diketahui secara pasti

Page 165: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

151

setelah beras diproduksi. Hal ini membutuhkan kecermatan dan pengalaman

pemilik dalam menentukan dan mengantisipasi proses kehilangan gabah tersebut

agar tidak menambah biaya untuk GKP yang memiliki persentase terbesar dalam

struktur biaya penggilingan padi. Penggunaan GKP yang dilakukan secara tepat

dan teliti diharapkan dapat mengurangi biaya produksi.

Penggunaan faktor produksi solar dalam produksi beras penggilingan

harus ditambah agar memiliki rasio NPM dan BKM yang sama sehingga tercapai

efisiensi. Penggunaan solar dapat ditambah sebesar 2.310,18 liter menjadi

2.463,15 liter. Kondisi ini tidak sesuai dengan pengurangan jumlah GKP pada

kondisi optimal, karena pengurangan penggunaan GKP seharusnya dapat

mengurangi jumlah solar yang digunakan sebagai bahan bakar untuk menggiling

gabah. Semakin sedikit gabah yang digiling, maka solar yang dibutuhkan semakin

sedikit.

Kondisi optimal solar yang membutuhkan penambahan juga tidak sesuai

dengan kenaikan harga BBM terutama solar, dari Rp 4.300 per liter menjadi

Rp 5.500 per liter pada bulan Mei 2008. Penambahan solar akan mengakibatkan

peningkatan biaya yang sangat besar, sehingga akan merugikan penggilingan.

Perhitungan dengan harga solar baru (Rp 5.500 per liter) juga tidak sesuai karena

penggunaan solar tetap harus ditambah sebesar 1.772,77 liter menjadi 1.925,74

liter. Jumlah ini akan merugikan pemilik penggilingan padi.

Page 166: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

152

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, maka kesimpulan

yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Kapasitas produksi beras merupakan faktor utama yang membedakan

antara penggilingan padi besar dengan yang kecil. Penggilingan padi besar

lebih unggul dibandingkan penggilingan padi kecil dari segi modal yang

dimiliki, kapasitas dan teknologi mesin, luas lantai jemur dan gudang

penyimpanan. Penggilingan padi besar memiliki pengalaman lebih lama,

melakukan kemitraan dengan Bulog dan meminjam modal usaha ke bank,

sementara penggilingan padi kecil sebaliknya.

2. Pengusahaan penggilingan padi besar memiliki nilai rasio R/C atas biaya

total sebesar 1,117 sedangkan rasio R/C atas biaya total pengusahaan

penggilingan padi kecil adalah 1,174. Artinya, pengusahaan pengilingan

padi kecil lebih efisien daripada penggilingan padi besar. Rasio R/C yang

lebih tinggi dari satu menunjukkan bahwa pengusahaan penggilingan padi

di Kabupaten Karawang sudah menguntungkan.

3. Faktor yang berpengaruh nyata dalam membedakan penggilingan padi

berpendapatan tinggi dan rendah antara lain kapasitas produksi

penggilingan, modal yang dimiliki, kapasitas mesin penggilingan,

kemitraan penggilingan dengan Bulog, dan tingkat pendidikan pemilik

penggilingan. Model diskriminan yang dibentuk oleh kelima faktor

tersebut mampu menunjukkan perbedaan yang signifikan antar kelompok.

Page 167: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

153

4. Terdapat tiga faktor produksi yang berpengaruh nyata dan positif terhadap

jumlah beras yang dihasilkan pengusahaan penggilingan padi, yaitu

jumlah GKP, jumlah solar, dan modal. Skala produksi penggilingan padi

berada pada skala kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to

scale). Dari segi efisiensi, pengusahaan penggilingan padi belum efisien

sehingga faktor jumlah GKP harus dikurangi, sementara jumlah solar

harus ditambah agar tercapai kondisi.

9.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat disampaikan antara lain:

1. Penggilingan besar harus lebih memperhatikan efisiensi biaya karena tidak

lebih efisien dibandingkan penggilingan kecil walaupun memiliki

penerimaan yang jauh lebih besar. Dengan modal yang kuat, penggilingan

besar harus mampu melakukan inovasi agar biaya yang dikeluarkan pada

aktivitas tertentu dalam penggilingan dapat diminimalisasi.

2. Efisiensi penggunaan faktor produksi perlu diperhatikan secara seksama

oleh penggilingan padi karena berada pada decreasing return to scale.

Faktor produksi jumlah GKP dapat dikurangi agar tercapai kondisi

optimal, begitu juga dengan penggunaan faktor produksi solar.

3. Perbaikan mekanisasi penggilingan diperlukan mengingat mesin dan alat

yang digunakan memiliki umur ekonomis yang hampir habis dengan

teknologi yang tidak terlalu baik. Pemerintah, institusi keilmuan, dan

lembaga keuangan seperti bank dapat membantu penggilingan dengan

Page 168: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

154

memberikan kredit dan teknologi optimalisasi produksi sehingga dapat

tercapai produksi yang diharapkan.

4. Untuk penelitian lanjutan, perlu melakukan pengujian efisiensi

penggunaan faktor produksi tiap jenis penggilingan. Penelitian dapat

dilakukan dengan mengambil beberapa sampel tiap jenis penggilingan

berdasarkan klasifikasi dari Bulog, kemudian membandingkannya secara

langsung (apple to apple). Dengan begitu akan terlihat lebih jelas tingkat

efisiensi masing-masing penggilingan. Penelitian lanjutan juga dapat

diarahkan pada analisis efisiensi teknis dan ekonomi faktor produksi yang

optimal untuk memperoleh keuntungan yang optimal.

Page 169: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

155

DAFTAR PUSTAKA

Amang, B. dan M. H. Sawit. 2001. Kebijakan Beras dan Pangan Nasional: Pelajaran dari Orde Baru dan Orde Reformasi Edisi Kedua. Penerbit IPB Press Bogor.

Astuti, R.B. 2007. Penerapan Teknologi System of Rice Intensification di Desa Margahayu Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis: Dukungan Aspek Teknologi Pascapanen. Departemen Pertanian RI. Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian. Departemen Pertanian RI. Jakarta.

Badan Urusan Logistik. 2007. Pedoman Umum Pengadaan Gabah dan Beras Dalam Negeri Tahun 2007. Divisi Pengadaan Perum Bulog. Jakarta.

Brahmana, M.C. 2005. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis Usahatani Padi Lahan Kering dengan Pendekatan Stochastic Frontier (Di Desa Tanggeung, Kecamatan Tanggeung, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Skrpsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Dinas Pertanian Kehutanan Dan Perkebunan Kabupaten Karawang, 2006. Laporan Tahunan Distan Hutbun Kabupaten Karawang Tahun 2006. Kabupaten Karawang

Doll, J.P dan Orazem. 1984. Production Economics Theory with Applications Second Edition. John Wiley and Sons, Inc. Singapore.

Fadlillah, U. 2006. Analisis Diskriminan Perilaku Konsumen Terhadap Atribut-Atribut Restoran Sari Idaman. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gujarati, D.N. 1995. Basic Econometrics Third Edition. Mcgraw-Hill Incorporation.

Hair, J.F., et. al. 1998. Multivariate Data Analysis. Prentice Hall. New Jersey.

Herdiansyah, I. 2003. Analisis Aspek Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Sistem Usahatani Padi Organik (Studi Kasus Pertanian Padi Organik Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 170: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

156

Hernanto, F. 1995. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Iriawan, N. dan Astuti. 2006. Mengolah Data Statistik dengan Mudah Menggunakan Minitab 14. Penerbit Andi. Yoyakarta.

Malhotra, N.K. 2005. Riset Pemasaran Pendekatan Terapan. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta

Malian, A.H. 2004. Kebijakan Perdagangan Internasional Komoditas Pertanian Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Vol. 2. No.2, Juni 2004. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Masroh, A.H. 2005. Minimisasi Biaya Pengadaan Beras Pada Strategic Business Unit (SBU) Perberasan PT Pertani (Persero) (Kasus Pada Unit Penggilingan Padi Haurgeulis, Indramayu). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Myers, J.H. dan Mullet, 2003. Managerial Applications Of Multivariate Analysis In Marketing. Thomson Business and Professional Publishing. Mason. USA.

Nachrowi, N.D. dan Usman, H. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. UI-Press. Jakarta.

Nasution, M.I. 2003. Studi Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Padi Program PTT dengan Petani Non-Program (Kasus Implementasi Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) di Kabupaten Karawang, Jawa Barat). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nicholson, W. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Erlangga. Jakarta

Purba, H.M. 2005. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabang Usahatani Padi Ladang di Kabupaten Karawang. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Purwoko, E. 2005. Peramalan Produksi Beras Kualitas pada Strategic Business Unit Perberasan PT Pertani Persero. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rachmawati, S. 2003. Analisis Usahatani dan Pemasaran Beras Pandan Wangi Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Page 171: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

157

Retmawati. L. 2005. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Padi Sawah dan Padi Ladang (Studi Kasus Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Rosmawanty. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Penggilingan Padi (Kasus Beberapa Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saifullah, A. 2001. Peran Bulog Dalam Kebijakan Perberasan Nasional. Bunga Rampai Ekonomi Beras. Editor Achmad Suryana Dan Sudi Mardianto. Tim Pengkajian Perberasan Nasional Hal. 83-97. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM-UI). Jakarta.

Sarwoko. 2005. Dasar-Dasar Ekonometrika. Penerbit Andi. Yoyakarta.

Setyantoro, B. 2001. Analisis Diskriminan Bertatar untuk Mengklasifikasikan Kelapa Hibrida Genjah Salak dan Induknya dari Karakter Morfometriknya. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Simamora, B. 2005. Analisis Multivariat Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Soeharjo, A dan Patong. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Soekartawi, et.al. 1986. Ilmu Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Suismono dan D.S. Damardjati. 2000. Teknologi Produksi Beras Kristal Dan Beras Instan. Majalah Pangan No. 35/X/Juli 2000. BULOG. Jakarta

Suparyono dan Setyono. 1993. Padi. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Surono, S. 2001. Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Impor Beras Serta Kebijakan Pemerintah untuk Melindungi Petani. Dalam Bunga Rampai Ekonomi Beras. Tim Pengkajian Perberasan Nasional. A. Suryana, S. Mardianto, dan M. Ikhsan (Eds). Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM-UI) Hal 41-58.

Swastika, D.. et.al. 2007. Analisis Kebijakan Peningkatan Produksi Padi Melalui Efisiensi Pemanfaatan Lahan Sawah Di Indonesia. Analisis Kebijakan Pertanian. Volume 5 No. 1 Maret 2007:36-52. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Page 172: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

Lampiran 1. Karakteristik Pengusaha Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

No Nama Responden Umur (tahun)

Pendidikan Terakhir

Pengalaman Usaha (tahun)

Persepsi Pekerjaan

Sumber Modal

Mitra Bulog

Kapasitas Prod/hari (kg/hari)

1 Umar 73 SMP 45 utama sendiri ya 600002 Susendar 55 SMA 30 utama pinjam ya 350003 H. Syafei 55 SMP 30 utama pinjam ya 450004 Isphandie 46 SMA 15 sampingan pinjam ya 250005 Syahroni 45 SMP 25 utama pinjam ya 350006 H. Makmun 48 SMA 25 utama pinjam ya 350007 Asep 50 S1 30 utama sendiri ya 200008 H. Abdul Latif 62 SMP 28 utama pinjam ya 200009 Aam Sutisna 45 SD 23 utama sendiri ya 20000

10 Dadang 55 S1 25 utama sendiri ya 2500011 Yanto 48 SMP 24 utama pinjam tidak 2000012 Nanang S. 56 SMA 30 utama pinjam ya 2000013 Tati S. 43 SMP 18 utama sendiri ya 20000

Penggilingan Kecil (PK)14 Wari 60 SD 24 utama sendiri tidak 400015 Zahri 40 STM 15 utama pinjam tidak 1500016 Sarma 30 SD 10 utama sendiri tidak 800017 Kadim 45 SD 13 utama sendiri tidak 800018 Aning 42 SD 9 sampingan pinjam tidak 400019 H. Yahya 60 SD 10 sampingan sendiri tidak 200020 Karim 42 SD 8 utama sendiri tidak 400021 H Ridwan 53 SMA 24 utama sendiri tidak 400022 H. Asan 55 SD 15 utama sendiri tidak 600023 Yusuf 45 SMA 16 utama sendiri ya 800024 Samtangaran 50 SMP 15 utama sendiri tidak 1000025 Kitot 52 SD 20 utama sendiri tidak 1000026 Nanang K. 32 S1 5 sampingan sendiri tidak 400027 Nana Suryana 40 SMP 15 sampingan pinjam tidak 200028 Gunawan 43 SMA 12 sampingan sendiri tidak 400029 Ajat Sudrajat 51 SD 18 utama sendiri tidak 1500030 Budi 45 SMP 16 sampingan sendiri tidak 400031 Anwar 40 SMP 15 sampingan pinjam ya 400032 H. Muk. Hasan 50 SMA 15 sampingan sendiri tidak 400033 Iswari 53 SMP 22 utama sendiri ya 400034 Komariah 43 SMP 15 sampingan sendiri tidak 200035 Sobari 48 SD 20 sampingan sendiri ya 4000

Penggilingan Besar (PB)

Page 173: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

Lampiran 2. Harga Faktor Produksi dan Biaya Aktivitas Produksi Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

Karung Calo Transport KTMB Upah Solar Transport Kemasan Upah MB

1 Umar 60000 57 105000 2400 5000 3 50 40 30 45 20 32 40 25 202 Susendar 35000 56 62000 2400 4750 3 40 40 30 40 20 30 35 25 153 H. Syafei 45000 58 78000 2400 4900 3 50 35 25 40 20 32 40 25 204 Isphandie 25000 57 44000 2300 5200 2 40 40 35 45 40 30 45 25 205 Syahroni 35000 58 60000 2400 4900 3 50 40 25 40 20 32 40 25 206 H. Makmun 35000 57 61000 2500 5000 3 40 45 35 40 20 35 45 25 257 Asep 20000 61 33000 2300 5000 3 50 40 30 35 40 35 40 25 208 H. Abdul Latif 20000 57 35000 2400 5100 3 40 40 30 40 40 35 40 25 209 Aam Sutisna 20000 62 32500 2500 4900 2 50 35 30 40 40 32 35 25 15

10 Dadang 25000 58 43000 2300 4800 2 40 40 35 35 40 34 40 25 2511 Yanto 20000 62 32500 2400 5100 3 40 40 30 40 40 32 35 25 2012 Nanang S. 20000 60 33500 2300 4900 2 50 40 30 40 40 32 40 25 1513 Tati S. 20000 58 34500 2500 5100 3 50 45 30 40 40 34 45 25 20

29231 58 50308 2392 4973 3 45 40 30 40 32 33 40 25 20

14 Wari 4000 62 6500 2500 4800 3 40 40 30 40 40 35 40 25 2015 Zahri 15000 60 25000 2400 5200 3 40 45 30 45 45 35 40 25 2016 Sarma 8000 57 14000 2500 4900 2 40 40 25 40 40 35 35 25 2517 Kadim 8000 61 13200 2300 5000 2 50 35 30 40 40 33 40 25 1518 Aning 4000 59 6800 2400 4900 3 50 40 25 40 40 35 40 25 2019 H. Yahya 2000 63 3200 2600 5100 3 50 38 30 35 35 35 40 25 2020 Karim 4000 62 6500 2400 4900 2 40 40 30 40 40 35 35 25 2021 H Ridwan 4000 62 6500 2500 5000 3 50 40 30 45 45 35 40 25 1522 H. Asan 6000 60 10000 2400 4900 3 40 35 30 40 40 35 35 25 2023 Yusuf 8000 59 13500 2300 5000 3 40 40 30 40 40 35 40 25 2024 Samtangaran 10000 58 17200 2400 5100 3 40 45 25 35 35 35 40 25 1525 Kitot 10000 57 17500 2300 5000 2 40 40 35 40 40 35 35 25 2026 Nanang K. 4000 61 6600 2400 4800 3 40 45 30 40 40 35 40 25 25

Nama Responden

Kapasitas Prod./Hari (kg/Hari)

Tk. Ren-demen Beras

Harga Gabah (Rp/kg)

Harga Beras

(Rp/kg)

Biaya Pengeringan

(Rp/kg)

GKP (kg)

Biaya Pembelian (Rp/kg) B. Pengolahan (Rp/kg)

Penggilingan Besar (PB)

Penggilingan Kecil (PK)

Rata-rata P.B.

Biaya Penjualan (Rp/kg)No

Page 174: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

27 Nana Suryana 2000 63 3200 2500 5000 2 40 40 30 35 35 35 35 25 2028 Gunawan 4000 58 6900 2300 4900 2 45 40 25 40 40 35 40 25 2029 Ajat Sudrajat 15000 57 26500 2400 5000 3 40 35 35 35 35 35 40 25 2030 Budi 4000 57 7000 2300 4900 2 50 40 30 40 40 35 40 25 2531 Anwar 4000 62 6500 2400 5000 3 40 40 30 40 40 35 35 25 2032 H. Muk. Hasan 4000 59 6800 2500 5000 3 40 45 25 40 45 30 40 25 1533 Iswari 4000 62 6500 2600 5000 2 50 40 50 45 45 35 35 25 2034 Komariah 2000 63 3200 2600 5200 3 50 40 25 45 40 35 35 25 1535 Sobari 4000 57 7000 2300 5000 3 40 40 25 40 40 35 40 25 20

5909 60 10005 2423 4982 3 43 40 30 40 40 35 38 25 20

14571.43 59 ####### 2411 4979 3 44 40 30 40 37 34 39 25 20Rata-rata Agregat

Rata-rata P.K.

Page 175: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

Calo

2025201520202015202520152020

20202020152020252020152020

Page 176: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

20202025202520201520

20

Page 177: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

Lampiran 3. Pengeluaran (Biaya) Produksi Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

GKP Karung Calo Transport KTMB Upah Giling

Solar Transport Kemasan Upah MB

Calo

1 Umar 252000000 315000 5250000 4200000 3150000 4725000 1200000 3360000 2400000 1500000 1200000 1200000 1977679 2805000002 Susendar 148800000 186000 2480000 2480000 1860000 2480000 700000 1860000 1225000 875000 525000 875000 914286 1643460003 H. Syafei 187200000 234000 3900000 2730000 1950000 3120000 900000 2496000 1800000 1125000 900000 900000 1035714 2072550004 Isphandie 101200000 88000 1760000 1760000 1540000 1980000 1000000 1320000 1125000 625000 500000 375000 654464 1132730005 Syahroni 144000000 180000 3000000 2400000 1500000 2400000 700000 1920000 1400000 875000 700000 700000 700214 1597750006 H. Makmun 152500000 183000 2440000 2745000 2135000 2440000 700000 2135000 1575000 875000 875000 700000 914286 1693030007 Asep 75900000 99000 1650000 1320000 990000 1155000 800000 1155000 800000 500000 400000 400000 373214 851690008 H. Abdul Latif 84000000 105000 1400000 1400000 1050000 1400000 800000 1225000 800000 500000 400000 300000 212625 933800009 Aam Sutisna 81250000 65000 1625000 1137500 975000 1300000 800000 1040000 700000 500000 300000 400000 212616 90092500

10 Dadang 98900000 86000 1720000 1720000 1505000 1505000 1000000 1462000 1000000 625000 625000 625000 191225 11077300011 Yanto 78000000 97500 1300000 1300000 975000 1300000 800000 1040000 700000 500000 400000 400000 269643 8681250012 Nanang S. 77050000 67000 1675000 1340000 1005000 1340000 800000 1072000 800000 500000 300000 300000 262500 8624900013 Tati S. 86250000 103500 1725000 1552500 1035000 1380000 800000 1173000 900000 500000 400000 400000 269643 96219000

120542308 139154 2301923 2006538 1513077 2040385 846154 1635231 1171154 730769 578846 582692 614470 134088231

14 Wari 16250000 19500 260000 260000 195000 260000 160000 140000 160000 100000 80000 80000 14755 1796450015 Zahri 60000000 75000 1000000 1125000 750000 1125000 675000 525000 600000 375000 300000 300000 92946 6685000016 Sarma 35000000 28000 560000 560000 350000 560000 320000 280000 280000 200000 200000 160000 83086 3849800017 Kadim 30360000 26400 660000 462000 396000 528000 320000 264000 320000 200000 120000 160000 118750 3381640018 Aning 16320000 20400 340000 272000 170000 272000 160000 140000 160000 100000 80000 60000 37946 1809440019 H. Yahya 8320000 9600 160000 121600 96000 112000 70000 70000 80000 50000 40000 40000 23661 916920020 Karim 15600000 13000 260000 260000 195000 260000 160000 140000 140000 100000 80000 80000 14755 1728800021 H Ridwan 16250000 19500 325000 260000 195000 292500 180000 140000 160000 100000 60000 100000 14755 1808200022 H. Asan 24000000 30000 400000 350000 300000 400000 240000 210000 210000 150000 120000 120000 13071 26530000

Biaya Pembelian (Rp)Nama RespondenNo

Penggilingan Besar (PB)

Penggilingan Kecil (PK)

Total Biaya Tunai

Rata-rata P.B.

B. Pengering

an (Rp)

B. Pengolahan (Rp) Biaya Penjualan (Rp)Biaya Tunai Biaya

Diperhitungkan

(Rp)

Page 178: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

23 Yusuf 31050000 40500 540000 540000 405000 540000 320000 280000 320000 200000 160000 160000 75893 3455550024 Samtangaran 41280000 51600 688000 774000 430000 602000 350000 350000 400000 250000 150000 150000 153571 4547560025 Kitot 40250000 35000 700000 700000 612500 700000 400000 350000 350000 250000 200000 200000 92027 4474750026 Nanang K. 15840000 19800 264000 297000 198000 264000 160000 140000 160000 100000 100000 80000 37946 1762280027 Nana Suryana 8000000 6400 128000 128000 96000 112000 70000 70000 70000 50000 40000 40000 25446 881040028 Gunawan 15870000 13800 310500 276000 172500 276000 160000 140000 160000 100000 80000 80000 37946 1763880029 Ajat Sudrajat 63600000 79500 1060000 927500 927500 927500 525000 525000 600000 375000 300000 300000 191071 7014700030 Budi 16100000 14000 350000 280000 210000 280000 160000 140000 160000 100000 100000 100000 14757 1799400031 Anwar 15600000 19500 260000 260000 195000 260000 160000 140000 140000 100000 80000 80000 14755 1729450032 H. Muk. Hasan 17000000 20400 272000 306000 170000 272000 180000 120000 160000 100000 60000 100000 39732 1876040033 Iswari 16900000 13000 325000 260000 325000 292500 180000 140000 140000 100000 80000 80000 14755 1883550034 Komariah 8320000 9600 160000 128000 80000 144000 80000 70000 70000 50000 30000 40000 25446 918160035 Sobari 16100000 21000 280000 280000 175000 280000 160000 140000 160000 100000 80000 60000 14757 17836000

24000455 26614 422841 401232 301977 398159 235909 205182 227273 147727 115455 116818 52356 26599641

59858857 68414 1120786 997489 751814 1008129 462571 736343 577857 364286 287571 289857 261141 66523974

380

Rata-rata Agregat

Rata-rata P.K.

Page 179: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

282477679165260286208290714113927464160475214170217286

855422149359262590305116

110964225870821438651150096488643

134702701

1797925566942946385810863393515018132346

9192861173027551809675526543071

Biaya Total

Page 180: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

34631393456291714483952717660746

8835846176767467033807118008757173092551880013218850255

92070461785075726651997

66785115

Page 181: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

Lampiran 4. Penerimaan Bersih Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang

Jumlah (Kg)

Harga (Rp/Kg) Total (Rp) Jumlah

(Kg)Harga

(Rp/Kg) Total (Rp) Jumlah (Kg)

Harga (Rp/Kg

)Total (Rp)

1 Umar 60000 4800 288000000 6000 1300 7800000 1200 3400 4080000 2998800002 Susendar 35000 4900 171500000 3500 1400 4900000 700 3600 2520000 1789200003 H. Syafei 45000 5000 225000000 4500 1500 6750000 900 3300 2970000 2347200004 Isphandie 25000 5100 127500000 2500 1450 3625000 500 3500 1750000 1328750005 Syahroni 35000 4800 168000000 3500 1600 5600000 700 3300 2310000 1759100006 H. Makmun 35000 5000 175000000 3500 1400 4900000 700 3300 2310000 1822100007 Asep 20000 5000 100000000 2000 1400 2800000 400 3400 1360000 1041600008 H. Abdul Latif 20000 4900 98000000 2000 1450 2900000 400 3500 1400000 1023000009 Aam Sutisna 20000 5000 100000000 2000 1300 2600000 400 3200 1280000 103880000

10 Dadang 25000 5100 127500000 2500 1450 3625000 500 3300 1650000 13277500011 Yanto 20000 4700 94000000 2000 1300 2600000 400 3600 1440000 9804000012 Nanang S. 20000 5200 104000000 2000 1450 2900000 400 3500 1400000 10830000013 Tati S. 20000 4900 98000000 2000 1200 2400000 400 3400 1360000 101760000

29231 4954 144346154 2923 1400 4107692 585 3408 1986923 150440769

14 Wari 4000 5200 20800000 400 1500 600000 80 3300 264000 2166400015 Zahri 15000 5300 79500000 1500 1400 2100000 300 3300 990000 8259000016 Sarma 8000 4900 39200000 800 1600 1280000 160 3300 528000 4100800017 Kadim 8000 4900 39200000 800 1400 1120000 160 3400 544000 4086400018 Aning 4000 4800 19200000 400 1700 680000 80 3400 272000 2015200019 H. Yahya 2000 5000 10000000 200 1450 290000 40 3300 132000 1042200020 Karim 4000 5000 20000000 400 1500 600000 80 3500 280000 2088000021 H Ridwan 4000 4900 19600000 400 1500 600000 80 3300 264000 2046400022 H. Asan 6000 5000 30000000 600 1700 1020000 120 3300 396000 31416000

Rata-rata P.B.

Penjualan Beras

Penggilingan Besar (PB)

Penjualan Dedak/BekatulNama

Responden

Penggilingan Kecil (PK)

Penjualan Jitai/MenirTotal Penerimaan

(Rp)No

Page 182: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

23 Yusuf 8000 5200 41600000 800 1600 1280000 160 3300 528000 4340800024 Samtangaran 10000 4900 49000000 1000 1300 1300000 200 3400 680000 5098000025 Kitot 10000 5000 50000000 1000 1600 1600000 200 3300 660000 5226000026 Nanang K. 4000 5000 20000000 400 1500 600000 80 3300 264000 2086400027 Nana Suryana 2000 5400 10800000 200 1450 290000 40 3200 128000 1121800028 Gunawan 4000 5000 20000000 400 1400 560000 80 3300 264000 2082400029 Ajat Sudrajat 15000 5200 78000000 1500 1500 2250000 300 3300 990000 8124000030 Budi 4000 5000 20000000 400 1450 580000 80 3500 280000 2086000031 Anwar 4000 5100 20400000 400 1600 640000 80 3300 264000 2130400032 H. Muk. Hasan 4000 5300 21200000 400 1400 560000 80 3500 280000 2204000033 Iswari 4000 5000 20000000 400 1500 600000 80 3300 264000 2086400034 Komariah 2000 5400 10800000 200 1600 320000 40 3400 136000 1125600035 Sobari 4000 5200 20800000 400 1400 560000 80 3300 264000 21624000

5909 5077 30004545 591 1502 883182 118 3341 394182 31281909

14571 5031 72474286 1457 1464 2080857 291 3366 985771 75540914Rata-rata Agregat

Rata-rata P.K.

Page 183: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas
Page 184: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas
Page 185: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

Lampiran 5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan Penggilingan Padi

1 Umar 0 60000 120 159.57 60.00 105000 26 210 10000 57 45 2 285 2 2 1 1 73 600.00

2 Susendar 0 35000 120 93.09 30.00 62000 25 124 6000 56 30 1 167 1 1 1 2 55 350.00

3 H. Syafei 0 45000 120 119.68 40.00 78000 26 156 7500 58 30 2 211 2 1 1 2 55 450.00

4 Isphandie 0 25000 80 66.49 20.00 44000 26 88 4500 57 15 1 116 1 1 1 2 46 240.00

5 Syahroni 0 35000 120 93.09 30.00 60000 27 120 6000 58 25 2 162 2 1 1 2 45 350.00

6 H. Makmun 0 35000 120 93.09 30.00 61000 26 122 6000 57 25 1 172 2 1 1 2 48 380.00

7 Asep 0 20000 80 53.19 20.00 33000 28 66 3000 61 30 1 87 2 1 1 1 50 180.00

8 H. Abdul Latif 1 20000 80 53.19 20.00 35000 30 70 3500 57 28 2 95 2 2 1 2 62 180.00

9 Aam Sutisna 0 20000 80 53.19 20.00 32500 25 65 3250 62 23 2 92 2 1 1 1 45 220.00

10 Dadang 0 25000 80 66.49 20.00 43000 26 86 4300 58 25 1 113 2 1 1 1 55 240.00

11 Yanto 0 20000 80 53.19 20.00 32500 25 65 3200 62 24 2 89 2 1 2 2 48 200.00

12 Nanang S. 0 20000 80 53.19 20.00 33500 26 67 3000 60 30 1 88 2 1 1 2 56 180.00

13 Tati S. 0 20000 80 53.19 20.00 34500 25 69 3200 58 18 2 98 2 2 1 1 43 220.00

0 29230.77 95.38 77.74 26.92 50307.69 26.23 100.62 4880.77 58.50 26.77 1.54 136.57 1.85 1.23 1.08 1.62 52.38 291.54

14 Wari 0 4000 60 10.64 10.00 6500 25 13 650 62 24 2 18 2 2 2 1 60 45.00

15 Zahri 0 15000 120 39.89 20.00 25000 27 50 2500 60 15 1 68 2 1 2 2 40 175.00

16 Sarma 0 8000 60 21.28 20.00 14000 28 28 1400 57 10 2 39 2 1 2 1 30 95.00

17 Kadim 0 8000 60 21.28 10.00 13200 25 26.4 1300 61 13 2 34 2 2 2 1 45 90.00

18 Aning 0 4000 60 10.64 10.00 6800 25 13.6 650 59 9 2 18 2 2 2 2 42 48.00

19 H. Yahya 0 2000 40 5.32 10.00 3200 26 6.4 300 63 10 2 9 2 2 2 1 60 28.00

20 Karim 0 4000 60 10.64 10.00 6500 25 13 650 62 8 2 18 2 2 2 1 42 50.00

21 H Ridwan 0 4000 60 10.64 10.00 6500 28 13 650 62 24 1 18 2 2 2 1 53 45.00

22 H. Asan 0 6000 60 15.96 20.00 10000 25 20 1000 60 15 2 27 2 1 2 1 55 75.00

23 Yusuf 0 8000 80 21.28 20.00 13500 25 27 1300 59 16 1 35 1 2 1 1 45 95.00

24 Samtangaran 0 10000 80 26.60 20.00 17200 26 34.4 1700 58 15 2 46 1 1 2 1 50 120.00

25 Kitot 0 10000 80 26.60 20.00 17500 25 35 1750 57 20 2 45 2 2 2 1 52 110.00

26 Nanang K. 0 4000 60 10.64 10.00 6600 25 13.2 650 61 5 1 18 2 2 2 1 32 46.00

27 Nana Suryana 0 2000 40 5.32 10.00 3200 29 6.4 300 63 15 2 9 2 2 2 2 40 20.00

28 Gunawan 0 4000 60 10.64 10.00 6900 25 13.8 650 58 12 1 18 2 2 2 1 43 40.00

Penggilingan Kecil (PK)

Sumber Modal

Umur (thn)

JKM (jam/h

ari)No Pengalaman

(thn)Pendidika

nGKP (Kg) Kadar

Air (%)Gudang

(m2)Lt. Jemur

(m2)

Rata-rata P.B.

TK (HOK)

Nama Responden Kap. Prod. (Kg)

Kap. Mesin (PK)

D

Penggilingan Besar (PB)

Solar (ltr)

Rendemen (%)

Modal (Rp juta)

Kemasan

Mitra Bulog

Grading

Page 186: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

29 Ajat Sudrajat 0 15000 80 39.89 20.00 26500 25 53 2500 57 18 2 71 1 1 2 1 51 175.00

30 Budi 0 4000 60 10.64 10.00 7000 26 14 700 57 16 2 18 2 2 2 1 45 48.00

31 Anwar 0 4000 60 10.64 10.00 6500 25 13 650 62 15 2 18 2 2 1 2 40 45.00

32 H. Muk. Hasan 0 4000 60 11.70 10.00 6800 25 13.6 700 59 15 2 19 2 2 2 1 50 50.00

33 Iswari 0 4000 60 12.77 10.00 6500 26 13 650 62 22 2 19 2 2 1 1 53 55.00

34 Komariah 0 2000 40 6.91 10.00 3200 25 6.4 300 63 15 2 9 2 2 2 1 43 25.00

35 Sobari 0 4000 60 14.89 10.00 7000 25 14 700 57 20 2 18 2 1 1 1 48 40.00

0 5909.09 63.64 16.13 13.18 10005 25.73 20.01 984.09 59.75 15.09 1.77 27.04 1.86 1.73 1.82 1.18 46.32 69.09

0 14571.43 75.43 39.01 18.29 24974 25.91 49.95 2431.43 59.29 19.43 1.69 67.72 1.86 1.54 1.54 1.34 48.57 151.71

Variabel keteranganD 1 = Pendapatan Tinggi 2 = Pendapatan rendahMitra Bulog 1 = ya 2= tidakAsal modal 1 = sendiri 2 = pinjamKemasan 1 = merek sendiri 2 = merek pasarGrading 1 = ya 2= tidakpendidikan 1 = SMA-S1 2 = SMP-SD

Rata-rata P.K.

Rata-rata Agregat

Page 187: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

Lampiran 6. Penggunaan Faktor Produksi Penggilingan Padi Kabupaten Karawang

1 Umar 60000 105000 600.00 159.57 60.002 Susendar 35000 62000 350.00 93.09 30.003 H. Syafei 45000 78000 450.00 119.68 40.004 Isphandie 25000 44000 240.00 66.49 20.005 Syahroni 35000 60000 350.00 93.09 30.006 H. Makmun 35000 61000 380.00 93.09 30.007 Asep 20000 33000 180.00 53.19 20.008 H. Abdul Latif 20000 35000 180.00 53.19 20.009 Aam Sutisna 20000 32500 220.00 53.19 20.00

10 Dadang 25000 43000 240.00 66.49 20.0011 Yanto 20000 32500 200.00 53.19 20.0012 Nanang S. 20000 33500 180.00 53.19 20.0013 Tati S. 20000 34500 220.00 53.19 20.00

29230.77 50308 291.54 78 27

14 Wari 4000 6500 45.00 10.64 10.0015 Zahri 15000 25000 175.00 39.89 20.0016 Sarma 8000 14000 95.00 21.28 20.0017 Kadim 8000 13200 90.00 21.28 10.0018 Aning 4000 6800 48.00 10.64 10.0019 H. Yahya 2000 3200 28.00 5.32 10.0020 Karim 4000 6500 50.00 10.64 10.0021 H Ridwan 4000 6500 45.00 10.64 10.0022 H. Asan 6000 10000 75.00 15.96 20.0023 Yusuf 8000 13500 95.00 21.28 20.0024 Samtangaran 10000 17200 120.00 26.60 20.0025 Kitot 10000 17500 110.00 26.60 20.0026 Nanang K. 4000 6600 46.00 10.64 10.0027 Nana Suryana 2000 3200 20.00 5.32 10.0028 Gunawan 4000 6900 40.00 10.64 10.0029 Ajat Sudrajat 15000 26500 175.00 39.89 20.0030 Budi 4000 7000 48.00 10.64 10.0031 Anwar 4000 6500 45.00 10.64 10.0032 H. Muk. Hasan 4000 6800 50.00 11.70 10.0033 Iswari 4000 6500 55.00 12.77 10.0034 Komariah 2000 3200 25.00 6.91 10.0035 Sobari 4000 7000 40.00 14.89 10.00

5909.09 10004.55 69.09 16.13 13.18

14571.43 24974.29 151.71 39.01 18.29

Jam Kerja Mesin (jam/hari)

Penggilingan Besar (PB)

No Nama Responden

Produksi/Hari (Kg)

Jumlah GKP (Kg)

Bahan Bakar (liter)

Tenaga Kerja (HOK)

Rata-rata P.B.

Penggilingan Kecil (PK)

Rata-rata P.K.

Rata-rata Agregat

Page 188: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

165

Lampiran 7. Analysis Case Processing Summary

Analysis Case Processing Summary

Unweighted Cases N Percent Valid 35 100.0 Excluded Missing or out-of-range

group codes 0 .0

At least one missing discriminating variable 0 .0

Both missing or out-of-range group codes and at least one missing discriminating variable

0 .0

Total 0 .0 Total 35 100.0

Lampiran 8. Tests of Equality of Group Means

Tests of Equality of Group Means

Wilks'

Lambda F df1 df2 Sig. KapProd .430 43.821 1 33 .000 KapMes .513 31.301 1 33 .000 TK .433 43.265 1 33 .000 JKM .577 24.146 1 33 .000 GKP .442 41.681 1 33 .000 KadarAir .962 1.295 1 33 .263 Gudang .442 41.681 1 33 .000 LtJemur .436 42.618 1 33 .000 Rendemen .894 3.898 1 33 .057 Pengalaman .604 21.679 1 33 .000 Pendidikan .833 6.615 1 33 .015 Modal .450 40.387 1 33 .000 Kemas .906 3.419 1 33 .073 Grading .645 18.184 1 33 .000 Mitra .645 18.184 1 33 .000 Sumber .780 9.314 1 33 .004 Umur .900 3.658 1 33 .064 Solar .450 40.313 1 33 .000

Page 189: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

166

Lampiran 9. Variables Not in the Analysis

Variables Not in the Analysis

Step Tolerance Min.

Tolerance Sig. of F to

Enter Min. D

Squared Between Groups

0 KapProd 1.000 1.000 .000 5.112 1 and 2 KapMes 1.000 1.000 .000 3.652 1 and 2 TK 1.000 1.000 .000 5.048 1 and 2 JKM 1.000 1.000 .000 2.817 1 and 2 GKP 1.000 1.000 .000 4.863 1 and 2 KadarAir 1.000 1.000 .263 .151 1 and 2 Gudang 1.000 1.000 .000 4.863 1 and 2 LtJemur 1.000 1.000 .000 4.972 1 and 2 Rendemen 1.000 1.000 .057 .455 1 and 2 Pengalaman 1.000 1.000 .000 2.529 1 and 2 Pendidikan 1.000 1.000 .015 .772 1 and 2 Modal 1.000 1.000 .000 4.712 1 and 2 Kemas 1.000 1.000 .073 .399 1 and 2 Grading 1.000 1.000 .000 2.121 1 and 2 Mitra 1.000 1.000 .000 2.121 1 and 2 Sumber 1.000 1.000 .004 1.087 1 and 2 Umur 1.000 1.000 .064 .427 1 and 2 Solar 1.000 1.000 .000 4.703 1 and 2 1 KapMes .690 .690 .148 5.727 1 and 2 TK .001 .001 .461 5.269 1 and 2 JKM .182 .182 .115 5.847 1 and 2 GKP .002 .002 .016 6.928 1 and 2 KadarAir .997 .997 .337 5.379 1 and 2 Gudang .002 .002 .016 6.928 1 and 2 LtJemur .006 .006 .562 5.208 1 and 2 Rendemen .849 .849 .677 5.162 1 and 2 Pengalaman .641 .641 .581 5.200 1 and 2 Pendidikan .935 .935 .008 7.381 1 and 2 Modal .003 .003 .003 7.974 1 and 2 Kemas .968 .968 .055 6.221 1 and 2 Grading 1.000 1.000 .008 7.384 1 and 2 Mitra .903 .903 .144 5.739 1 and 2 Sumber .999 .999 .077 6.049 1 and 2 Umur .865 .865 .721 5.149 1 and 2 Solar .015 .015 .260 5.481 1 and 2 2 KapMes .615 .002 .029 9.987 1 and 2 TK .001 .001 .461 5.269 1 and 2 JKM .181 .003 .246 8.507 1 and 2 GKP .001 .001 .462 8.186 1 and 2 KadarAir .996 .003 .357 8.308 1 and 2 Gudang .001 .001 .462 8.186 1 and 2 LtJemur .005 .002 .414 8.236 1 and 2 Rendemen .763 .002 .592 8.086 1 and 2 Pengalaman .616 .003 .944 7.976 1 and 2

Page 190: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

167

Pendidikan .935 .003 .019 10.305 1 and 2 Kemas .909 .002 .020 10.271 1 and 2 Grading .978 .003 .048 9.594 1 and 2 Mitra .900 .003 .158 8.772 1 and 2 Sumber .988 .003 .071 9.306 1 and 2 Umur .859 .003 .588 8.088 1 and 2 Solar .011 .002 .585 8.090 1 and 2 3 KapMes .602 .002 .022 13.076 1 and 2 TK .001 .001 .461 5.269 1 and 2 JKM .175 .003 .512 10.514 1 and 2 GKP .001 .001 .236 10.994 1 and 2 KadarAir .996 .003 .409 10.636 1 and 2 Gudang .001 .001 .236 10.994 1 and 2 LtJemur .005 .002 .496 10.530 1 and 2 Rendemen .753 .002 .812 10.333 1 and 2 Pengalaman .611 .003 .901 10.313 1 and 2 Kemas .899 .002 .056 12.164 1 and 2 Grading .978 .003 .072 11.942 1 and 2 Mitra .893 .003 .274 10.890 1 and 2 Sumber .986 .003 .089 11.763 1 and 2 Umur .834 .003 .906 10.312 1 and 2 Solar .011 .002 .458 10.573 1 and 2 4 TK .001 .001 .461 5.269 1 and 2 JKM .165 .002 .259 13.849 1 and 2 GKP .001 .001 .186 14.148 1 and 2 KadarAir .966 .002 .262 13.841 1 and 2 Gudang .001 .001 .186 14.148 1 and 2 LtJemur .005 .002 .617 13.225 1 and 2 Rendemen .717 .002 .790 13.118 1 and 2 Pengalaman .578 .002 .529 13.312 1 and 2 Kemas .868 .002 .172 14.220 1 and 2 Grading .881 .002 .306 13.709 1 and 2 Mitra .667 .002 .022 16.514 1 and 2 Sumber .980 .002 .169 14.238 1 and 2 Umur .819 .002 .852 13.096 1 and 2 Solar .007 .002 .509 13.336 1 and 2 5 TK .001 .001 .461 5.269 1 and 2 JKM .159 .002 .541 16.792 1 and 2 GKP .001 .001 .221 17.653 1 and 2 KadarAir .957 .002 .224 17.637 1 and 2 Gudang .001 .001 .221 17.653 1 and 2 LtJemur .005 .002 .590 16.730 1 and 2 Rendemen .703 .002 .589 16.731 1 and 2 Pengalaman .555 .002 .897 16.526 1 and 2 Kemas .866 .002 .255 17.495 1 and 2 Grading .868 .002 .504 16.847 1 and 2 Sumber .975 .002 .276 17.411 1 and 2 Umur .818 .002 .814 16.555 1 and 2 Solar .007 .002 .655 16.662 1 and 2

Page 191: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

168

Lampiran 10. Wilks' Lambda

Wilks' Lambda

Test of Function(s) Wilks'

Lambda Chi-square df Sig. 1 .189 50.804 5 .000

Lampiran 11. Eigenvalues

Eigenvalues

Function Eigenvalue % of Variance Cumulative % Canonical Correlation

1 4.289(a) 100.0 100.0 .901 a First 1 canonical discriminant functions were used in the analysis.

Lampiran 12. Canonical Discriminant Function Coefficients

Canonical Discriminant Function Coefficients

Function

1 KapProd -.001 KapMes -.056 Pendidikan 1.023 Modal .297 Mitra 1.356 (Constant) 1.669

Unstandardized coefficients

Lampiran 13. Functions at Group Centroids

Functions at Group Centroids

D

Function

1 1 -2.322 2 1.742

Unstandardized canonical discriminant functions evaluated at group means

Page 192: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

169

Lampiran 14. Classification Result Classification Results(b,c) � � ��������������

�� �������� �����

�� �� ��

� �������� ����� �� ��� �� ���

� � �� �� ��� ���

� �� �� !"!� #"$� ���"��

� � �� �� ���"�� ���"��

����%&��������� ����� �� ��� !� ���

� � �� �� ��� ���

� �� �� '�"�� ��"�� ���"��

� � �� �� ���"�� ���"��

a Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation, each case is classified by the functions derived from all cases other than that case. b 97,1% of original grouped cases correctly classified. c 91,4% of cross-validated grouped cases correctly classified. Lampiran 15. Structure Matrix

Structure Matrix

Pooled within-groups correlations between discriminating variables and standardized canonical discriminant functions Variables ordered by absolute size of correlation within function. a This variable not used in the analysis.

Function

1 TK(a) -.558 KapProd -.556 Gudang(a) -.551 GKP(a) -.551 Solar(a) -.542 LtJemur(a) -.541 Modal -.534 KapMes -.470 JKM(a) -.465 Pengalaman(a) -.371

Mitra .358 Rendemen(a) .262 Grading(a) .226 Pendidikan .216 KadarAir(a) .159 Umur(a) -.116 Kemas(a) -.071 Sumber(a) -.026

Page 193: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

170

Lampiran 16. Analisis Regresi Model Cobb-Douglas Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Penggilingan Padi

Regression Analysis: ln Produksi versus ln GKP, ln Solar, ... The regression equation is ln Produksi = 1.23 + 0.709 ln GKP + 0.146 ln Solar + 0.0180 ln TK - 0.0156 ln Jam - 0.0475 ln KapMes + 0.143 ln Modal - 0.0041 ln Mitra - 0.0166 ln Pend + 0.0229 ln pengalaman Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant 1.2292 0.4316 2.85 0.009 ln GKP 0.70911 0.07650 9.27 0.000 315.4 ln Solar 0.14574 0.06039 2.41 0.023 156.2 ln TK 0.01800 0.02513 0.72 0.480 14.3 ln Jam -0.01558 0.02410 -0.65 0.524 7.3 ln KapMes -0.04754 0.03712 -1.28 0.212 7.1 ln Modal 0.14304 0.05706 2.51 0.019 174.3 ln Mitra -0.00412 0.01785 -0.23 0.819 2.1 ln Pend -0.01661 0.01513 -1.10 0.283 1.3 ln pengalaman 0.02286 0.01421 1.61 0.120 2.2 S = 0.0249765 R-Sq = 98.8% R-Sq(adj) = 98.8% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression 9 32.3304 3.5923 5758.44 0.000 Residual Error 25 0.0156 0.0006 Total 34 32.3460 Source DF Seq SS ln GKP 1 32.3205 ln Solar 1 0.0032 ln TK 1 0.0002 ln Jam 1 0.0005 ln KapMes 1 0.0006 ln Modal 1 0.0028 ln Mitra 1 0.0007 ln Pend 1 0.0004 ln pengalaman 1 0.0016 Unusual Observations Obs ln GKP ln Produksi Fit SE Fit Residual St Resid 11 10.4 9.9035 9.8584 0.0120 0.0451 2.06R 27 8.1 7.6009 7.5555 0.0144 0.0454 2.22R R denotes an observation with a large standardized residual. Durbin-Watson statistic = 2.29628

Page 194: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

171

Lampiran 17. Normalitas Model Cobb-Douglas

��������

����

���������������������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

������������� ���� ���� ������������ ������������������������

Page 195: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

172

Lampiran 18. Uji Normalitas Residual Model Cobb-Douglas

�����

����

���������������������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

����

������

������������

!"�# ������

$ ��

% ����

��&����

������� ���� ���������$��'���

Page 196: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

173

Lampiran 19. Uji Homoskedastisitas Model Cobb-Douglas

�� ��������

��������

���������������������������

����

���

����

����

����

����

�����

�����

�����

����

���������������� ����� ��������� ������������������������

Page 197: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

174

Lmapiran 20. Kuesioner

KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN PENDAPATAN DAN EFISIENSI PRODUKSI PADA PENGUSAHAAN

PENGGILINGAN PADI DI KABUPATEN KARAWANG

I. Identitas (Profil) Pribadi Pengusaha Penggilingan Padi 1. Nama : 2. Umur : tahun 3. Pengalaman Usaha : tahun 4. Pendidikan Terakhir : 5. Pekerjaan utama : 6. Pekerjaan sampingan : (sebutkan) 7. Besar pendapatan non penggilingan : 8. Karakteristik anggota keluarga1 :

No Nama Hub dlm klrg Umur Pendidikan Jenis Pekerjaan Utama Sampingan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

1anggota keluarga adalah semua anggota keluarga yang termasuk dalam satu unit anggaran belanja (termasuk anak yang sedang sekolah atas biaya rumah tangga, maupun orang lain yang sebagian besar biaaya hidupnya menjadi tanggungan keluarga)

II. Keragaan Penggilingan Padi 1. Kemana saja membeli gabah?

a. Dalam kecamatan dan luar kecamatan b. Dalam kabupaten dan luar kabupaten, sebutkan…………... c. Dalam propinsi dan luar propinsi, sebutkan………………..

2. Bagaimana cara membeli gaba tersebut? a. Beli langsung c. beli melalui perantara b. Beli melalui pedagang desa/kec d. lainnya, sebutkan……

3. Bagaimana penetapan harga beli gabah? a. Sepihak oleh penjual d. ditentukan pembeli b. Tawar menawar d. lainnya, sebutkan……

4. Bagaimana sistem pembayarannya? Tunai/tunda? Jelaskan………. 5. Varietas padi yang digiling? Sebutkan:………….. 6. Berapa rata-rata tingkat rendemen?

Page 198: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

175

7. Bagaimana cara mengukur tingkat rendemen tersebut? Dengan alat atau perasaan (insting)?

8. Rata-rata pembelian gabah dalam sebulan/seminggu terakhir: Varietas Volume (ton) Harga Beli (Rp/ton) Tempat Beli

9. Bagaimana ketentuan penetapan harga jual beras?

a. Ditentukan penjual c. ditentukan pembeli b. Tawar-menawar d. lainnya, sebutkan……….

10. Bagaimana cara pembayaran oleh pembeli beras? Tunai/tunda? Jelaskan….. 11. Rata-rata penjualan beras dalam sebulan/seminggu terakhir:

Varietas Volume (ton) Harga Beli (Rp/ton) Tempat Beli

12. Banyak penggilingan padi di kecamatan ini?..........unit

13. Bagaimana tingkat persaingan antarpenggilingan di daerah Anda?

Sehat/tidak sehat? Ketat/tidak ketat?

14. Apakah terdapat persatuan (paguyuban) penggilingan di wilayah Anda?

15. Asal sumber modal: Sendiri/pinjaman? 16. Bagaimana saluran pemasaran gabah dan beras yang Bapak alami:

17. Berapa bulan dalam satu tahun penggilingan beroperasi? 18. Berapa hari dalam sebulan penggilingan beroperasi?

19. Berapa jam dalam satu hari penggilingan beroperasi?

20. Kapasitas total produksi beras di penggilingan per hari?

21. Jumlah stok yang tersedia per bulan/musim tanam/tahun?

22. Penyusutan stok gabah per bulan/musim tanam/tahun?

Page 199: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

176

III. Penerimaan dan Biaya 1. Penerimaan total penggilingan padi:

Produksi Penggilingan Padi Produk Produksi Total

(Kg) Dikonsumsi Sendiri (Kg)

Jumlah Dijual (Kg)

Harga Jual (Rp/Kg)

Beras Dedak Sekam Bekatul Lainnya: 1……… 2………

2. Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam aktivitas penggilingan padi:

a) Pembelian GKP 1.1 Harga GKP Rp 1.2 Karung Rp 1.3 Kemas, timbang, muat, bongkar Rp 1.4 Ongkos angkut Rp 1.5 Komisi/calo Rp

b) Biaya Pengeringan

2.1 Upah Pengeringan Rp 2.2 Solar Rp 2.3 Minyak tanah Rp 2.4 Biaya lainnya Rp

c) Biaya Pengolahan (penggilingan) 3.1 Upah giling (upah tenaga kerja) Rp 3.2 Solar Rp 3.3 Biaya pemakaian alat Rp 3.4 Biaya lainnya Rp

d) Biaya pasca pengolahan (penjualan)

4.1 Kemasan Rp 4.2 Upah muat/bongkar Rp 4.3 Komisi/calo Rp 4.4 Transportasi Rp 4.5 Biaya lainnya Rp

3. Biaya investasi

Jenis Jumlah/ Luas (m2)

Nilai (Rp) Umur (tahun)

Penyusutan/ tahun

Penggunaan (Jam/hari)

Mesin-Mesin 1. Pengering padi (Dryer) 2. Pembersih gabah (Cleaner) 3. Penyosoh beras (Polisher) 4. Pemecah kulit gabah (Husker) 5. Pencahaya beras (Shining) 6. Cera Tester

Page 200: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

177

Pajak (PBB) Rp B. perawatan mesin Rp Iuran Desa Rp

IV. Satu Siklus Produksi 1. Berapa kapasitas produksi 1 unit mesin giling (gabah optimum yang

digunakan untuk sekali giling)? 2. Waktu, Tenaga kerja, bahan bakar, dan biaya

a. Aktivitas angkut, bongkar, muat Berapa jam = Biaya = Jumlah tenaga kerja =

b. Aktivitas pengeringan lantai jemur Berapa jam = Biaya = Jumlah tenaga kerja =

c. Aktivitas pengeringan dalam dryer Berapa jam = Biaya = Jumlah tenaga kerja = Jmlh liter solar=

d. Aktivitas penggilingan Berapa jam = Biaya = Jumlah tenaga kerja = jmlh liter solar=

e. Aktivitsd kemas dan angkut Berapa jam = Biaya = Jumlah tenaga kerja =

7. Mesin Jahit 8. Mesin Press 10. Diesel 11. Ayakan 11. Timbangan 12. Peralatan lain:

- …… - ……

Bangunan Gudang Penyimpanan Lap Pengeringan Kendaraan 1. Motor 2. Mobil

Lainnya: 1…………. 2………….

Page 201: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

178

V. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan 1. Berapa banyak jenis mesin yang dimiliki oleh penggilingan Anda?

a. Kurang dari 4 (empat) buah c. 6 (enam) buah b. 5 (lima) buah) d. 7 (tujuh) buah

2. Jumlah tenaga kerja (luar dan dalam keluarga) yang terlibat dalam kegiatan

penggilingan? a. 5 (lima) orang c. 11 – 15 orang b. 6 – 10 orang d. lebih dari 16 orang

3. Jumlah gabah yang diproduksi menjadi beras dalam satu musim tanam? a. Kurang dari 40 ton c. 81 – 120 ton b. 41 – 80 ton d. lebih dari 120 ton

4. Bagaimana dengan rata-rata kualitas kadar air gabah yang dijual petani/perantara dalam satu musim terakhir? a. Gabah basah c. Gabah kering sawah (GKS) b. Gabah kering panen (GKP) d. Gabah kering giling (GKG)

5. Berapa luas gudang penyimpanan beras/gabah yang dimiliki? a. Kurang dari 10 m2 c. 21 – 30 m2 b. 11 – 20 m2 d. lebih dari 30 m2

6. Berapa jumlah pemasok/petani/perantara yang menjual gabahnya ke penggilingan Anda? a. Kurang dari 5 (lima) orang c. 11 – 15 orang b. 6 – 10 orang d. lebih dari 15 orang

7. Bagaimana dengan rata-rata kualitas beras yang dihasilkan dalam satu musim terakhir? a. Kualitas rendah (broken) c. Kualitas beras kepala b. Kualitas sedang (medium) d. Kualitas beras super

8. Produk sampingan yang dihasilkan dari proses penggilingan? a. Tidak ada c. cukup b. Ada, namun sedikit sekali d. banyak

9. Jumlah pembeli beras setia (loyal)? a. Kurang dari 5 (lima) orang c. 11 – 15 orang b. 6 – 10 orang d. lebih dari 16 orang

10. Bagaimana dengan aktivitas pengemasan beras? a. Tidak dikemas c. kemasan dengan merek lain b. Kemasan kecil tanpa merek d. kemasan merek sendiri

11. Apakah Anada melakukan grading beras? a. Tidak di-grading c. grading dan mencampur b. Kadang-kadang di-grading d. grading murni tanpa mencampur

Page 202: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

179

12. Rata-rata besarnya tingkat rendemen beras dalam musim tanam terakhir? a. Kurang dari 55 persen c. 61 – 65 persen b. 56 – 60 persen d. 66 – 70 persen

13. Berapa besar kapasitas produksi yang dimiliki oleh penggilingan Anda? a. Kurang dari 40 ton c. 81 – 120 ton b. 41 – 80 ton d. lebih dari 121 ton

14. Berapa jenis varietas padi yang digiling? a. 1 (satu) jenis saja c. 3 (tiga) jenis b. 2 (dua) jenis d. lebih dari 4 jenis Sebutkan…..

15. Jumlah penggilingan pesaing dalam satu kecamatan Anda?

a. Kurang dari 5 (lima) penggilingan c. 11 – 15 penggilingan b. 6 – 10 penggilingan d. lebih dari 16 penggilingan

16. Jumlah pembeli beras secara umum (yang sering ataupun yang jarang)? a. Kurang dari 15 orang c. 31 – 45 orang b. 16 – 30 orang d. lebih dari 46 orang

17. Pengalaman usaha di penggilingan? a. Kurang dari 5 (lima) tahun c. 16 – 30 tahun b. 6 – 15 tahun d. lebih dari 31 tahun

18. Pendidikan terakhir pengusaha penggilingan? a. Tidak lulus SD c. lulus SMP b. Luluas SD d. lulus SMA/SMK

Page 203: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEDAAN … · bentuk padi menjadi hasil olahan utama berupa beras, (3) kontribusinya dalam menentukan jumlah ketersediaan beras, mutu dan kualitas

158

Tjakrawiralaksana, A. 1983. Usahatani dan Undang-Undang Pokok Agraria. Departemen Imu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Widowati, S. 2001. Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi dalam Menunjang SIstem Agroindustri di Pedesaan. Buletin AgroBio 4 (1): 33-38. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor.