faal 1

8
1. Latihan Naik Turun Bangku (Havardstep Test) Tujuan: Mengetahui pengaruh kerja fisik terhadap frekuensi denyut nadi Alat yang diperlukan: 1. Pengaruh waktu (arloji atau stopwatch) 2. Bangku setinggi 19 inci 3. fingo!ano!eter ". Metrono! (frekuensi 12#$!enit) %. tetoskop Cara Kerja : I. Percobaan naik turun bangku (harvard step test) 1. urulahorang perco&aan&erdiri !enghadap &angku setinggi 19 incisa!&il !endengarkan detakan se&uah !etrono! dengan frekuensi 12# kali per !enit. 2. urulah orang perco&aan !ene!patkan salah satu kakinya di &angku' tepat pada detakan !etrono!. 3. Pada detakan &erikutnya (dianggap se&agai detakan kedua) kaki lainnya dinaikk &angku sehingga orang perco&aan &erdiri tegak di atas &angku. ". Pada detakan ketiga' kaki yang perta!a kali naik diturunkan. %. Pada detakan kee!pat' kaki yang !asih di atas &engku diturunkan ulang sehi orang perco&aan &erdiri tegak lagi di depan &angku. . iklus terse&ut diulang terus !enerus sa!pai *P tidak kuat lagi tetapi tidak % !enit. +atatlah &erapa la!a perco&aan terse&ut dilakukan dengan !e se&uah stopwatch. ,. egera setelah itu *P disuruh duduk. -itunglah dan catatlah frekuensi denyut sela!a 3# detik se&anyak 3 kali !asing !'asing dari # 3# ' dari 1 13# d 2 2 3# . /. -itunglah indeks kesanggupan orang perco&aan serta &erikan penilaiannya !enur cara &erikut ini0 +ara la!&at0 ndeks kesanggupan &adan la!a naik turun dala! detik 1##

Upload: vivian-chow

Post on 04-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

fisiologi praktikum

TRANSCRIPT

I

1. Latihan Naik Turun Bangku (Havardstep Test)Tujuan: Mengetahui pengaruh kerja fisik terhadap frekuensi denyut nadiAlat yang diperlukan:

1. Pengaruh waktu (arloji atau stopwatch)

2. Bangku setinggi 19 inci

3. Sfingomanometer

4. Metronom (frekuensi 120/menit)5. StetoskopCara Kerja :I. Percobaan naik turun bangku (harvard step test)

1. Surulah orang percobaan berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil mendengarkan detakan sebuah metronom dengan frekuensi 120 kali per menit.2. Surulah orang percobaan menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada satu detakan metronom.3. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya dinaikkan ke bangku sehingga orang percobaan berdiri tegak di atas bangku.

4. Pada detakan ketiga, kaki yang pertama kali naik diturunkan.

5. Pada detakan keempat, kaki yang masih di atas bengku diturunkan ulang sehingga orang percobaan berdiri tegak lagi di depan bangku.

6. Siklus tersebut diulang terus-menerus sampai OP tidak kuat lagi tetapi tidak lebih dari 5 menit. Catatlah berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan mengunakan sebuah stopwatch.

7. Segera setelah itu OP disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekuensi denyut nadi selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-m,asing dari 0-30, dari 1-130 dan dari 2-230.

8. Hitunglah indeks kesanggupan orang percobaan serta berikan penilaiannya menurut 2 cara berikut ini:Cara lambat:

Indeks kesanggupan badan = lama naik-turun dalam detik x 100

2x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30

Penilaianya:

Kurang dari 55=kesanggupan kurang

55-64

= kesanggupan sedang

65-79

= kesanggupan cukup

80-89

= kesanggupan baik

Lebih dari 90= kesanggupan amat baik

Cara cepat:

Dengan rumus

Indeks kesanggupan badan=

lama naik turun dalam detikx100

5.5x harga denyut nadiselama 30 pertama

Petunjuk-petunjuk:

Carilah baris yang berhubungan dengan lama percobaan

Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknnya denyut nadi selama 30 pertama

Indeks kesangupan badan terdapat dipersilangkan baris dan lajur.

Penilaiannya:

Kurang dari 50= kurang

50-80

= sedang

Lebih dari 80

= baik

Hasil Percobaan :Percobaan naik turun bangku (harvard step test)OP = Fakhrurrozi PratamaDenyut nadi awal = 45x /30 detikKesanggupannya berhenti pada 1 menit 19 detik diubah ke detik menjadi 79 detik

Denyut setelah melakukan Harvard step test, sbb:

60x /30 detik 61x /30 detik 53x /30 detik Jadi, indeks kesanggupan badan OP dalam cara:

a. Cara lambat Lama naik turun dalam detik x 100

2 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30

79 detik x 100 22.7 2 x (60+61+53)

Sehingga kesanggupan OP kurang

b. Cara cepat Lama naik turun dalam detik x 100

5.5 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30

79 detik x 100 8.25 5.5 x (60+61+53)

Jadi kesanggupan OP kurangPembahasanI. Percobaan naik turun bangku (harvard step test)Pada percobaan ini kami melakukan percobaan naik-turun bangku (Harvard step test) untuk mengetahui pengaruh perubahan frekuensi denyut nadi terhadap aktivitas fisik yang dilakukan OP. Pertama kami mengukur denyut nadi normal OP, yaitu 45x /menit. Setelah itu, OP melakukan kerja fisik dengan cara naik-turun bangku setinggi 19 inchi sesuai dengan irama metronom dengan frekuensi 120 kali per menit. OP hanya sanggup melakukan kerja fisik ini selama 79 detik. Lalu, OP diukur frekuensi denyut nadinya selama 30 detik sebanyak 3 kali dengan jeda waktu pemeriksaan selama 30 detik. Hasil menunjukan, pada pemeriksaan pertama denyut nadi meningkat menjadi 60x /menit , pada pemeriksaan kedua menjadi 61x /menit, dan pada pemeriksaan ketiga 53x /menit. Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan curah jantung. Aktivitas yang meningkat menyebabkan kebutuhan jaringan akan oksigen meningkat untuk melakukan proses metabolisme. Oleh karena itu, curah jantung juga perlu ditingkatkan agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Karena peningkatan curah jantung inilah dimana darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana peningkatan ini mengakibatkan gelombang tekanan yang berjalan di sepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat.

Selain itu peningkatan curah jantung juga dipengaruhi oleh peningkatan aliran balik vena akibat dari meningkatnya tonus otot karena pergerakan fisik dan penurunan tekanan intratorak. Penurunan tekanan intratorak merupakan akibat dari reaksi tubuh yaitu inspirasi yang dalam pemenuhan kebutuhan O2 untuk menghasilkan energi. Udara mengalir dari atmosfir ke paru-paru juga karena tekanan di atmosfir lebih tinggi dibandingkan tekanan intratorak. Karena penurunan tekanan ini maka tekanan pada vena pada bagian ekstremitas bawah akan lebih tinggi sehingga akan meningkatkan aliran darah ke jantung.

Peningkatan curah jantung juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat. Stimulasi simpatis dan epinefrin meningkatkan kontraktilitas jantung, yang mengacu kepada kekuatan kontraksi pada setiap volume diastolik akhir; dengan kata lain jantung memeras lebih banyak darah yang dikandungnya. Selain tiu, stimulasi simpatis juga meningkatkan volume sekuncup tidak hanya dengan memperkuat kontraktilitas jantung, tetapi juga dengan meningkatkan aliran balik vena. Stimulasi simpatis menyebabkan konstriksi vena, yang memeras lebih banyak darah dari vena ke jantung, sehingga terjadi peningkatan volume diastolik akhir dan akhirnya peningkatan volume sekuncup lebih lanjut. Peningkatan volume sekuncup dan peningkatan kekuatan kontraksi menyebabkan denyut nadi meningkat.Pada percobaan ini juga, kami mengukur kesanggupan badan OP dengan cara menggunakan rumus seperti yang terdapat pada hasil percobaan. Hasil akhir menunjukan bahwa OP mendapat nilai dengan rumus lambat sebesar 22,7. Nilai ini menunjukan bahwa OP memiliki kesanggupan yang kurang sesuai dengan kriteria penilaian di atas. Dengan rumus cepat OP mendapat nilai 8,25. Hal itu menunjukan juga OP memiliki kesanggupan yang kurang sesuai dengan kriteria yang tampak di atas. Mungkin hal tersebut dapat terjadi karena OP jarang melakukan olahraga atau OP melakukannya dengan tidak konsentrasi.

Seorang atlit dan orang biasa memilki curah jantung yang sama. Akan tetapi, yang membedakan adalah pada kualitas volume sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan jantung setiap kontraksi). Setiap kali jantung berkontraksi akan menghasilkan darah yang lebih banyak dibandingkan orang biasa. Sehingga untuk menghasilkan curah jantung yang sama dengan atlit, jantung orang biasa akan lebih banyak berkontraksi. Seperti yang kita ketahui curah jantung didapatkan dari pengalian denyut jantung dengan volume sekuncup. Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa kontraksi jantung pada atlit lebih sedikit tetapi karena volume sekuncup lebih banyak sehingga bisa menyamai curah jantung dari orang biasa yang jantungnya lebih banyak berkontraksi, tetapi volume sekuncupnya lebih sedikit. Hal ini menunjukan bahwa orang yang lebih suka berolahraga cenderung memiliki kesanggupan badan dalam menangani aktivitas fisik lebih lama dan lebih kuat.Kesimpulan

Kerja fisik yang berat mengakibatkan kebutuhan jaringan akan O2 meningkat dan terjadi stimulasi simpatis pada jantung sehingga jantung meningkatkan curah jantungnya dan denyut nadi pun akan ikut meningkat.I. Pengukuran Tekanan Darah A.Brachialis Pada Sikap Berbaring, Duduk dan Berdiri.

Berbaring Telentang

1. Mintalah PS berbaring telentang dengan tenang selama 10 menit

2. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan kanan atas pasien simulasi

3. Carilah dengan palpasi denyut a. Brachialis pada fossa cubiti dan denyut a.radialis pada pergelangan tangan PS

4. Setelah PS berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase Korotkoff dalam pengukuran tekanan darah PS tersebut

5. Ulangilah pengukuran sub. 4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya

Duduk

6. Tanpa melepaskan manset, PS disuruh duduk.

Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah a. Brachialisnya dengan cara yang sama.

Ulangilah pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

Berdiri

7. Tanpa melepaskan manset PS disuruh berdiri.

Setelah ditunggu 3 menit ukurlah lagi tekanan darah a. Brachialisnya dengan cara yang sama.

Ulangilah pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan catatlah hasilnya.

8. Bandingkan hasil pengukuran tekanan darah PS pada ketiga sikap yang berbeda diatas.

Hasil Percobaan :OP : Hermita Octaviagnes BuarleleBerbaring telentangFase KorotkoffPercobaan 1 (dalam mmHg)Percobaan 2 (dalam mmHg)Percobaan 3 (dalam mmHg)Rata-Rata (dalam mmHg)

Fase 1110100100103.34

Fase 2100909595

Fase 390808083.34

Fase 470707070

Fase 560606060

Duduk

Fase KorotkoffPercobaan 1 (dalam mmHg)Percobaan 2 (dalam mmHg)Percobaan 3 (dalam mmHg)Rata-Rata (dalam mmHg)

Fase 1119110104111

Fase 2100100100100

Fase 390909090

Fase 470606063.34

Fase 560505053.34

BerdiriFase KorotkoffPercobaan 1 (dalam mmHg)Percobaan 2

(dalam mmHg)Percobaan 3 (dalam mmHg)Rata-Rata

(dalam mmHg)

Fase 1120 120120 120

Fase 2115110 107 110.67

Fase 380 100 100 93.34

Fase 465 65 6063.34

Fase 56060 55 58.34

II. Pengukuran Tekanan Darah Sesudah Kerja Otot1. Ukurlah tekana darah a. Brachialis PS dengan penilaian menurut metode baru pada sikap tubuh (PS tidak perlu yang sama pada Sub 1)

2. Tanpa melepaskan manset suruhlah PS berlari di tempat dengan frekuensi 120 loncatan/menit selama 2 menit. Segera setelah selesai, PS disuruh duduk dan ukurlah tekanan darahnya.

3. Ulangi pengukuran tekanan darah ini tiap menit sampai tekanan darahnya kembali seperti semula.

Catatlah hasil pengukuran tersebut.Hasil Percobaan :

OP : Ricky Djunaedi

1. Tekanan Awal : 130/90 mmhg

2. Tekanan Akhir : 170/40 mmhg

a. Menit pertama : 150/80 mmhgb. Menit kedua: 140/80 mmhg

c. Menit ketiga: 130/80 mmhgIII. Pengukuran Tekanan Darah A. Brachialis Dengan Cara Palpasi

1. Ukurlah tekanan darah a. brachialis PS pada sikap duduk dengan cara auskultasi (Sub.1)

2. Ukurlah tekanan darah a. brachialis PS pada sikap yang sama dengan cara palpasi.

Hasil Percobaan :

OP : Dewi Luckyta Manehu1. Auskultasi :

d. Fase I

: 100 mmhg

e. Fase II

: Tidak Terdengar

f. Fase III

: 90 mmhg

g. Fase IV

: 80 mmhg

2. Palpasi :

a. Fase I

: 100 mmhg

b. Fase II

: Tidak Terasac. Fase III

: 90 mmhg

d. Fase IV

: 80mmhge. Fase V

: 70 mmhg

Pemeriksaan denyut nadi dilakukan selang 30 detik

=

=

=

=

=

=