faal 1
DESCRIPTION
faal 1TRANSCRIPT
1.1 Latar Belakang Teori
1.1.1 Sistem Saraf Perifer
System saraf perifer terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal yang
menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara
fungsional sistem saraf perifer dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Saraf Aferen (sensorik)
Mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke sistem saraf pusat.
2. Saraf Eferen (motorik)
Mentransmisi informasi dari sistem saraf pusat ke otot dan kelenjar.
Sistem ini mempunyai dua subdivisi, yaitu:
a. Divisi Somatik (volunter)
Berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan pembentukan
respons motorik volunter pada otot rangka.
b. Divisi Otonom (involunter)
Mengendalikan seluruh respons involunter pada otot polos, otot jantung,
dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur, yaitu:
( i ) Saraf Simpatis
Berasal dari areal toraks dan lumbal pada medulla spinalis.
( i i ) Saraf Parasimpatis
Berasal dari area otak dan sakral pada medulla spinalis.
(Sloane,2003)
1.1.2 Morfologi Otot Lurik
Otot lurik atau otot rangka adalah sejenis otot yang menempel pada rangka
tubuh dan digunakan untuk pergerakan. Otot ini disebut otot lurik karena pada
otot ini tampak daerah gelap (miosin) dan terang (aktin) yang berselang-seling.
Disebut juga otot rangka, karena melekat di rangka dan juga otot sadar, karena
bekerja di bawah kesadaran kita. Setiap sel otot lurik berbentuk silindris
panjang berinti banyak , terletak di tepi sel. Membrane sel otot disebut
sarkolema yang dibungkus endomesium yaitu jaringan otot yang banyak
mengandung kolagen, reticulum dan elastin.
1.1.3 Mekanisme Umum Kontraksi Otot (Guyton, 1997)
Tahap-tahap kontraksi otot adalah sebagai berikut :
a. Pada serat otot, suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf
motorik sampai pada ujungnya.
b. Pada setiap ujung, saraf mensekresi substansi neutransmiter yaitu
asetilkolin dalam jumlah sedikit.
c. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serat otot untuk
membuka saluran bergerbang asetilkolin melalui molekul-molekul protein
dalam membran serat otot.
d. Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion
natrium untuk mengalir ke bagian dalam membran serat otot pada titik
terminal saraf. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi dalam
serat otot.
e. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membran serat otot dalam cara
yang sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang membran saraf.
f. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot pada
tempat dimana potensial aksi menyebabkan retikulum sarkoplasma
melepaskan sejumlah besar ion kalsium yang telah disimpan di dalam
retikulum ke dalam miofibril.
g. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan tarik-menarik antara filamen
aktin dan miosin yang menyebabkan kedua filamen tersebut bergerak
bersama-sama dan menghasilkan proses kontraksi.
h. Setelah kurang dari satu detik ion kalsium dipompa kembali ke dalam
retikulum sarkoplasma (tempat ion-ion ini disimpan sampai potensial aksi
otot yang barn datang lagi). Pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan
menyebabkan kontraksi otot terhenti.
1.1.4 Faktor yang mempengaruhi kontraksi otot
1. Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang
kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa
detik.
2. Sumasi, berbeda dengan treppe , pada summasi tiap otot berkontaksi dengan
kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan
(sumasi unit motor berganda dan sumasi bergelombang)
3. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karna pekerjaan itu sendiri.
4. Tetani adalah peningktan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada
peningkatan tegangan kontraksi
1.1.5 Potensial Aksi Saraf
Sinyal saraf dihantarkan melalui potensial aksi yang merupakan perubahan
cepat pada potensial membran. Tiap potensial aksi dimulai dengan perubahan
mendadak dari potensial negatif istirahat normal menjadi potensial membran positif
(depolarisasi) dan kemudian dengan kecepatan yang hampir sama kembali ke
potensial negatif (repolarisasi). Untuk menghantarkan sinyal saraf, potensial aksi
bergerak di sepanjang serat saraf sampai tiba di ujung saraf.
Perubahan potensial elektris disebabkan perubahan konsentrasi elektrolit di
dalam maupun di luar sel. Transmembran potensial pada akson antara di dalam dan
luar sel pada keadaan istirahat adalah -70 mV sampai -90 mV, yang menunjukkan
potensial elektris di dalam sel lebih negatif dibandingkan di luar sel. Elektrolit
utama yang berperan terhadap perbedaan potensial antara dalam dan luar sel
membran eksitabel adalah natrium, kalium, dan chlor.
Pada keadaan istirahat, ion natrium (sodium) jauh lebih banyak di luar daripada
di dalam sel. Sebaliknya ion kalium (potassium) jauh lebih banyak di dalam
daripada di luar sel. Rangsangan adekuat pada sel eksitabel akan memberi jawaban
berupa suatu potensial aksi. Potensial aksi yang terjadi akan mengikuti hukum “all
or none” dan akan dirambatkan ke semua arah (propagation), yang dapat direkam
dengan osiloskop. Rangsangan yang tidak mencapai nilai ambang/treshold hanya
menimbulkan suatu potensial lokal yang tidak akan disebarkan dan mengikuti
hukum sumasi. Rangsangan yang mencapai nilai ambang, baik yang besar maupun
yang kecil, akan menimbulkan potensial aksi sama besar. Artinya, potensial aksi
tidak dapat bertambah besar walaupun rangsangan diperbesar.
Oleh karena rangsangan yang adekuat maka permeabilitas membran terhadap
ion natrium meningkat sehingga masuk ke dalam (influx), oleh karena natrium
membawa muatan positif maka di dalam sel menjadi lebih positif dibanding di luar
sel. Fase ini disebut depolarisasi. Selanjutnya ion kalium keluar sehingga di luar
sel kembali lebih positif dan keadaan ini disebut fase repolarisasi. Membran sel
yang sedang mengalami potensial aksi berarti dalam keadaan refrakter, apabila
dirangsang tidak akan menghasilkan aksi.
Urutan tahap potensial aksi terdiri dari :
· Tahap istirahat. Tahap ini adalah tahap potensial membran istirahat sebelum
terjadinya potensial aksi.
Tahap depolarisasi. Pada tahap ini membran tiba-tiba menjadi permeabel terhadap
ion natrium, sehingga banyak ion natrium bermuatan positif mengalir ke dalam
akson. Keadaan polarisasi normal sebesar -90 mV akan hilang dan potensial
meningkat dengan cepat dalam arah positif (keadaan di dalam sel menjadi lebih
positif).
· Tahap repolarisasi. Dalam waktu yang sangat singkat sekali (sekitar satu per
beberapa puluh ribu detik) sesudah membran menjadi sangat permeabel terhadap
ion natrium, saluran natrium mulai menutup dan saluran kalium mulai terbuka
lebih daripada normal. Selanjutnya difusi ion kalium yang berlangsung cepat ke
bagian luar akan membentuk kembali potensial membran istirahat negatif yang
normal.
1.1.6 Kontraksi After Loaded
After loaded artinya setelah otot berkontraksi akibat rangsangan barulah otot
mendapat pembebanan (after stimulated loaded).
1.1.7 Kontraksi Pre Loaded
Kontraksi ini terjadi apabila otot diberi beban terlebih dahulu sebelum
dirangsang untuk berkontraksi.
1.1.8 Kontraksi Tetani
Bila otot di rangsang ber ulang-ulang, dimana rangsangan berikutnya terjadi
sebelum fase relaksasi, maka akan di hasilkan suatu kontraksi maksimum yang
dikenal sebagai Tetani.
1.1.9 Rangsangan berdasarkan intensitas dan frekuensi rangsangan
1. Rangsangan subliminal : rangsangan dengan intensitas lebih kecil dari nilai
ambang yang hanya mengakibatkan terjadinya respon berupa potensial lokal.
2. Rangsangan liminal : rangsangan terkecil yang sudah dapat menimbulkan
potensial aksi, oleh karena rangsangan tersebut mencapai nilai ambang.
3. Rangsangan supraliminal : rangsangan yang intensitasnya melebihi liminal, tapi
responnya juga menimbulkan potensial aksi yang sama besar dengan potensial
aksi akibat rangsangan liminal (mengikuti hukum all or none).
4. Rangsangan submaksimal : rangsangan dengan intensitas lebih rendah dari
rangsangan maksimal tapi dapat mengaktifkan hampir semua sel saraf.
5. Rangsangan maksimal : rangsangan terkecil yang dapat mengaktifkan semua
serat saraf untuk menimbulkan potensial aksi maksimal.
6. Rangsangan supramaksimal : rangsangan dengan intensitas lebih tinggi dari
rangsangan maksimal tetapi kekuatan yang dihasilkan sama dengan rangsangan
maksimal.