evaluasi proses program terapi psikososial...

217
EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL BAGI KORBAN PENYALAHGUNA NAPZA DI BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNA NAPZA (BRSKPN) GALIH PAKUAN BOGOR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Maulida Farhani NIM: 11160541000093 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL

BAGI KORBAN PENYALAHGUNA NAPZA DI BALAI

REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNA

NAPZA (BRSKPN) GALIH PAKUAN BOGOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Maulida Farhani

NIM: 11160541000093

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/2020

Page 2: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan
Page 3: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Maulida Farhani

NIM : 11160541000093

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul EVALUASI PROSES

PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL BAGI KORBAN PENYALAHGUNA

NAPZA DI BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN

PENYALAHGUNA NAPZA (BRSKPN) GALIH PAKUAN BOGOR adalah

benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat

dalam penyusunannya. Adapuri kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini

telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia

melakukan proses yang sernestinya sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat

dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 20 Juni 2020

Maulida Farhani

NIM (11160541000093)

Page 4: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan
Page 5: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

iv

ABSTRAK

Maulida Farhani (11160541000093)

Evaluasi Proses Program Terapi Psikososial Bagi Korban Penyalahguna

NAPZA di Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahguna NAPZA

(BRSKPN) Galih Pakuan Bogor

Penyalahgunaan NAPZA merupakan permasalahan yang cukup serius

dan banyak dialami oleh remaja bahkan sampai orang dewasa. Penyebab

seseorang menggunakan NAPZA dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu

pola pikir dan lingkungan. Upaya penanganan penyalahgunaan NAPZA yaitu

dengan rehabilitasi sosial. Rehabilitasi sosial merupakan suatu proses kegiatan

pemulihan baik fisik, mental maupun sosial, agar mantan pecandu narkotika

dapat kembali menjalankan fungsi sosialnya dalam kehidupan masyarakat.

Lembaga yang memberikan pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban

penyalahguna NAPZA salah satunya adalah Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahguna NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor. Program unggulan

yang dimiliki oleh BRSKPN merupakan program terapi psikososial. Terapi

psikososial merupakan upaya untuk memulihkan kembali kemampuan

adaptasi penyalahguna atau ketergantungan NAPZA ke dalam kehidupan

sehari-hari.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan

data dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik

pemilihan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu sampel yang diambil berdasarkan kriteria yang telah

ditentukan oleh peneliti. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teori evaluasi proses. Evaluasi proses dilakukan berdasarkan empat kriteria

yaitu standar praktik terbaik (best practice standards), kebijakan lembaga,

tujuan proses (process goals), kepuasan klien.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang

digunakan untuk pelaksanaan program terapi psikososial sudah sesuai dengan

standar yang telah ditentukan oleh lembaga, namun perlu ditingkatkan. Program

yang diberikan juga sudah tepat sasaran sesuai dengan kebijakan lembaga.

Berdasarkan informasi dari para informan tujuan dari program terapi

psikososial ini sudah tercapai. Sejauh ini para petugas bersikap ramah, perhatian

dan peduli terhadap penerima manfaat, petugas sangat bisa diandalkan petugas

juga cepat tanggap dalam menangani permasalahan yang dialami penerima

manfaat, bukti fisik seperti fasilitas, peralatan yang diberikan dan penampilan

dari para petugas sudah sangat meyakinkan menunjukkan keseriusan dari para

petugas.

Kata Kunci: Evaluasi Proses, Terapi Psikososial, Penyalahgunaan

NAPZA, Rehabilitasi Sosial

Page 6: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil„alamin. Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah

swt. yang telah melimpahkan rezeki dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan baik dan lancar di tengah wabah

pandemi Corona. Skripsi yang berjudul “EVALUASI PROSES PROGRAM

TERAPI PSIKOSOSIAL BAGI KORBAN PENYALAHGUNA NAPZA DI

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNA NAPZA

(BRSKPN) GALIH PAKUAN BOGOR” ini dibuat untuk diajukan sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) di Program Studi

Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan

keterbatasan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti meminta maaf

dengan segala kerendahan hati dan sangat menerima kritik serta saran yang

bersifat membangun. Peneliti menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini

terdapat banyak pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan pelajaran

dan dukungan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin

mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada:

1. Bapak Dr. Suparto, S.Ag, M.Ed. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi. Ibu Dr. Siti Napsiyah, MSW. selaku Wakil Dekan bidang

Akademik, Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA. selaku Wakil Dekan bidang

Administrasi Umum, dan Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA. selaku

Wakil Dekan bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si. selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan

Sosial dan Ibu Nunung Khoriyah, M.Ag. selaku sekretaris Program Studi

Kesejahteraan Sosial, dan seluruh jajaran dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Page 7: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

vi

Jakarta yang telah memberikan pelajaran berharga sebagai bekal di masa

mendatang dari awal perkuliahan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ismet Firdaus, M.Si. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktunya dan dengan sabar mengarahkan dan membimbing

peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Para Dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan

ilmu dan wawasan yang berguna kepada peneliti selama menjadi

mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

5. Kepada Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan

seluruh Civitas Akademika di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Wahidin selaku Kepala Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahguna NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor beserta jajarannya

yang telah memberikan izin dan membantu jalannya proses penelitian.

7. Terima Kasih kepada kedua orang tua peneliti, Bapak Muhammad Darwin

dan Ibu Nursaida yang sudah membesarkan dan mendidik peneliti. Yang

senantiasa memberikan segala doa dan dukungan serta kasih sayang kepada

peneliti selama peneliti menimba ilmu.

8. Kepada kakak kandung peneliti Kakak Winda Utami dan adik kandung

peneliti Joy Husni yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada

peneliti. Serta keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

9. Kepada teman-teman SMP peneliti, Anisa Syafira, Nur Kamilah, Frasilia

Ambar, Tuti Wahyuni, Septya Marheni, Husna Ayu, Dinda Aulia, Nur

Anisyah, Tya Agustiani, Putri Cahyani, Jihan Luthfiyyah, atas segala

kebaikan, kebersamaan, dan dukungan yang diberikan.

10. Kepada teman-teman SMA peneliti, Rodhotul Jannah, Riska Julia, Melati

Pangestu, Nurul Aulia, Nisa Nabella, Aprilia Putri, Ahmad Syawaldi, atas

segala kebaikan, kebersamaan, kasih sayang dan dukungan yang diberikan

selama ini hingga ke depannya kelak.

Page 8: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

vii

11. Kepada teman-teman seperjuangan peneliti, Muhammad Assidiq Al-

Khopidh, Tias Dewi Septiani, Shifa Mutia, Rahmawati, Ghina Nadhifah,

Dea Defrilia, Tari Juniar, dan Luciana Dewita atas segala kebaikan,

kebersamaan, dan dukungan yang diberikan selama perkuliahan hingga ke

depannya kelak.

12. Teman-teman Kesejahteraan Sosial angkatan 2016 atas kerjasama dan

kontribusinya selama perkuliahan.

13. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung jalannya perkuliahan

hingga selesainya skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Demikianlah, ucapan terima kasih peneliti. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

Page 9: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA… .................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

ABSTRAK....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN ........................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Batasan Masalah ..................................................................................... 8

C. Rumusan Masalah .................................................................................. 8

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................................. 8

E. Tinjauan Kepustakaan ............................................................................ 9

F. Metodologi Penelitian .......................................................................... 11

G. Sistematika Penelitian .......................................................................... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 20

A. Landasan Teori ..................................................................................... 20

1. Evaluasi Program ................................................................................ 20

2. Terapi Psikososial ............................................................................... 29

3. Rehabilitasi Sosial .............................................................................. 33

4. Penyalahguna NAPZA ....................................................................... 36

Page 10: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

ix

B. Kerangka Berpikir ................................................................................ 38

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ........................... 40

A. Profil Lembaga ....................................................................................... 40

B. Visi, Misi dan Sasaran Pelayanan ........................................................... 42

C. Jenis Pelayanan Program Terapi ............................................................. 43

D. Struktur Organisasi ................................................................................. 44

E. Alur Pelayanan Proses Rehabilitasi Sosial .............................................. 46

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN......................................... 47

1. Standar Praktik Terbaik (Best Standar Practice) .................................... 47

2. Kebijakan Lembaga ................................................................................. 65

3. Tujuan Proses .......................................................................................... 73

4. Kepuasan Klien ....................................................................................... 76

BAB V PEMBAHASAN ............................................................................... 90

A. Evaluasi Proses Program Terapi Psikososial .......................................... 92

1. Standar Praktik Terbaik (Best Practice Standards) ................................. 93

2. Kebijakan Lembaga ................................................................................. 97

3. Tujuan Proses .......................................................................................... 99

4. Kepuasan Klien ..................................................................................... 100

BAB VI PENUTUP ..................................................................................... 107

A. Kesimpulan ....................................................................................... 107

B. Saran .................................................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 111

LAMPIRAN ................................................................................................. 113

Page 11: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rancangan Informan Peneliti ........................................................... 15

Tabel 3.2 Rincian Pelayanan Program Terapi................................................... 42

Tabel 4.3 Rencana Kegiatan Terapi Psikososial ............................................... 62

Tabel 4.4 Evaluasi Proses Program Terapi Psikososial… ................................84

Page 12: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Gedung BRSKPN Galih Pakuan Bogor… .................................. 41

Gambar 4.2 Gedung Entry-House .................................................................. 49

Gambar 4.3 Ruangan Entry-House ................................................................ 50

Gambar 4.4 Gedung Dormitory 1… .............................................................. 52

Gambar 4.5 Ruangan Dormitory 1 ................................................................. 53

Gambar 4.6 Gedung Dormitory 2… ............................................................... 55

Gambar 4.7 Ruangan Dormitory 2 ................................................................. 55

Gambar 4.8 Ruangan House Of Growth ......................................................... 57

Gambar 4.9 Gedung Re-Entry ........................................................................ 59

Gambar 4.10 Ruangan Re-Entry .................................................................... 59

Page 13: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Struktur Organisasi ....................................................................... 45

Bagan 3.2 Alur Pelayanan Proses Rehabilitasi Sosial… ................................46

Page 14: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya atau yang biasa

disebut dengan NAPZA saat ini sudah bukan hal yang tabu bagi

masyarakat. NAPZA pada awalnya digunakan untuk keperluan dan

kepentingan pengobatan di dalam dunia medis. Narkotika merupakan

zat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman yang dapat

menurunkan dan merubah kesadaran, menghilangkan rasa, mengurangi

bahkan menghilangkan rasa nyeri dan akan menimbulkan

ketergantungan. Psikotropika merupakan zat atau obat yang dapat

mempengaruhi susunan syaraf pusat sehingga menyebabkan perubahan

perilaku dan mental. Sedangkan zat adiktif adalah obat yang dapat

menimbulkan ketergantungan ingin menggunakan secara terus menerus

sulit dihentikan (Suradi 2016, 9). Menurut Undang-Undang Nomor 9

Tahun 1976 narkotika adalah bahan-bahan alamiah yang dapat

dijadikan pengganti morfin atau kokain yang ditetapkan oleh Menteri

Kesehatan apabila bahan-bahan tersebut disalahgunakan dapat

menimbulkan ketergantungan yang merugikan (Hamzah 1994, 83).

Saat ini NAPZA menjadi suatu permasalahan yang cukup serius.

munculnya permasalahan NAPZA akibat adanya penyalahgunaan dari

NAPZA itu sendiri. NAPZA digunakan dan dikonsumsi secara

berlebihan sehingga menimbulkan ketergantungan, kecanduan dan

halusinasi yang tinggi dapat mempengaruhi pusat susunan syaraf dan

menimbulkan perasaan yang dapat berubah-ubah dengan cepat seperti

merasakan gembira kemudian berubah menjadi sedih secara tiba-tiba.

Tentunya dampak dari penyalahgunaan NAPZA dapat merugikan diri

sendiri dan orang lain. Saat ini juga banyak perdagangan ilegal yang

Page 15: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

2

menjual obat-obatan terlarang dan tersebar luas di masyarakat bahkan

tanpa dicari banyak yang menawarkan.

Berdasarkan data prevalensi Badan Narkotika Nasional (BNN)

tahun 2019, jumlah pengguna narkoba di Indonesia menyentuh angka

4 juta orang dan mengalami peningkatan hingga dua kali lipat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Saat ini penyalahguna

NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan

narkotika di kalangan remaja sekitar 24 hingga 28 persen, bahkan anak

yang berusia antara 14 sampai 18 tahun pun rentan menjadi korban

narkoba (Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2019).

World Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United Nations Office

on Drugs and Crime (UNODC), menyatakan 275 juta penduduk di

dunia atau 5,6% dari penduduk dunia, usia 15 sampai 64 tahun pernah

mengonsumsi narkoba. Di Indonesia, BNN selaku focal point di bidang

Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap

Narkoba (P4GN) angka penyalahgunaan narkoba tahun 2017 sebanyak

3.376.115 orang pada rentang usia 10 sampai 59 tahun. Sedangkan

angka penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar tahun 2018

mencapai angka 2,29 juta orang. Salah satu kelompok masyarakat

yang rawan terpapar penyalahgunaan narkoba adalah mereka yang

berada pada rentang usia 15 sampai 35 tahun atau generasi milenial

(Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, 2019).

Di dalam Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah swt

memerintahkan Nabi untuk mengingatkan umat manusia agar tidak

mengonsumsi segala hal yang dapat memabukkan. Sebagaimana telah

diingatkan pada Surat Al-Baqarah ayat 219 yang berbunyi:

Page 16: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

3

م ل فيهما إث

يسر ق

مر وال

خ

ك عن ال

ىه

لمهما يسأ

اس وإث

افع للن

بير ومن

ك

م ك

ه ل

الل

ن لك يبي

ذ

ى ك

عف

ل ال

ق

ىن

فق

ا ين

ك ماذ

ىه

لعهما ويسأ

ف

بر من ه

ك

أ

آ

رونالك

ف

تم ت

ك

عل

٢١٩يات ل :

Artinya:“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi.

Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa

manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari

manfaatnya.” Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka

nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah

Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berfikir.”

Dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 219 ini memang tidak

dijelaskannya larangan NAPZA secara langsung akan tetapi

menjelaskan tentang perintah Allah swt yang melarang umat manusia

melakukan judi dan meminum-minuman keras seperti khamar karena

apabila mengonsumsi khamar akan membuat mabuk dan menjadi

lemah. Manusia yang berjudi dan mengonsumsi khamar akan

merasakan kepuasan terhadap dirinya dan kenikmatan bagi dirinya,

akan tetapi kepuasan dan kenikmatan tersebut tidaklah abadi dan akan

binasa, dan manusia itu mendapatkan dosa yang sangat besar, sama

halnya dengan mengonsumsi NAPZA yang dapat merusak fungsi otak

dan tubuh pengguna NAPZA, maka dari itu NAPZA sangat dilarang

untuk dikonsumsi karena dapat membahayakan diri sendiri.

Di Indonesia memiliki kebijakan pengaturan tentang narkotika

yaitu UU Nomor 22 Tahun 1997 dan UU Nomor 35 Tahun 2009.

Merujuk pada UU Nomor 22 Tahun 1997 dalam Pasal 45 dan Pasal 47

menjelaskan bahwa pecandu narkotika wajib menjalani pengobatan

atau perawatan dan hakim yang memutuskan pecandu untuk menjalani

pengobatan dan perawatan. Kebijakan Pemerintah dalam UU

Page 17: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

4

Nomor 35 Tahun 2009 yang membahas tentang kebijakan

pengobatan dan rehabilitasi dengan mengatur ketentuan tentang

pembinaan dan pengawasan narkotika, pengaturan penyidik,

kebijakan kriminal dalam sistem peradilan pidana, kebijakan pidana

dan pemidanaan berdasarkan penggolongan narkotika. Kebijakan

dalam pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika

dengan menggunakan strategi pengobatan dan rehabilitasi (Siswanto

2012, 12-29).

Hal ini mengandung pemikiran bahwa korban penyalahgunaan

narkotika, tidak hanya sekedar dianggap sebagai pelaku tindak pidana,

akan tetapi juga dianggap sebagai korban kejahatan yang memerlukan

penyembuhan dan rehabilitasi. Dalam UU RI No. 35 Tahun 2009,

rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara

terpadu, baik fisik, mental maupun sosial, agar mantan pecandu

narkotika dapat kembali menjalankan fungsi sosialnya dalam

kehidupan masyarakat (Rosdi 2018, 23).

Rehabilitasi sosial terhadap korban penyalahgunaan NAPZA

merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk mengintegrasikan

seseorang yang mengalami masalah sosial dengan memberikan

pelayanan sosial yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi

sosialnya, agar dapat kembali ke dalam kehidupan masyarakat dengan

adanya upaya penyesuaian diri terhadap keluarga maupun masyarakat

luar, menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam

dirinya, serta memberikan pembelajaran dan pengetahuan tentang

NAPZA. Pembelajaran yang mereka dapat pada saat mereka menjalani

rehabilitasi sosial dapat menjadi bekal mereka untuk sebuah harapan

hidup mereka. Di Indonesia memiliki lembaga rehabilitasi sosial

khusus bagi korban penyalahgunaan NAPZA yaitu Balai Rehabilitasi

Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan.

Page 18: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

5

Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

(BRSKPN) Galih Pakuan Bogor adalah UPT (Unit Pelaksana Teknis)

yang berada di bawah naungan Kementrian Sosial Republik Indonesia

(Kemensos RI) sebagai pusat rehabilitasi untuk korban

penyalahgunaan NAPZA. Pada tahun 2018 BRSKPN ini mendapatkan

penghargaan ISO (International Organization for Standarization)

9001:2015. BRSKPN Galih Pakuan Bogor ini dapat menjalankan multi

fungsi sebagai koordinator program regional, pusat penjangkauan

penerima manfaat lintas wilayah dan nasional, lembaga percontohan

rehabilitasi sosial terhadap korban penyalahgunaan NAPZA, pusat

penguatan kelembagaan dan pengembangan model pelayanan.

BRSKPN Galih Pakuan memiliki tugas pokok yang berpedoman pada

Permensos Nomor 106 Tahun 2009, yaitu membimbing, melayani

dalam rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif,

dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar, pendidikan fisik, mental,

sosial, bimbingan keterampilan, resosialisasi serta bimbingan lanjut

bagi eks korban narkotika dan pengguna psikotropika sindroma

ketergantungan agar mampu mandiri dan berperan aktif dalam

kehidupan masyarakat, serta pengkajian dan penyiapan standar

pelayanan dan rujukan (Rosdi 2018, 32-35).

Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahguna NAPZA

(BRSKPN) Galih Pakuan Bogor memiliki program-program

rehabilitasi berstandar internasional, salah satu program unggulan

BRSKPN yaitu terapi psikososial. Terapi psikososial merupakan terapi

kelompok yang dilakukan bersama dengan konselor dan pekerja sosial.

Kegiatan-kegiatan dalam terapi psikososial seperti morning meeting,

PAGE group, discussion group, encounter group, seminar. Kegiatan

ini dilakukan setiap hari berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

Tujuan dari terapi psikososial ini untuk menstimulasi peran-peran

Page 19: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

6

sosial di tengah masyarakat dan penerima manfaat mempraktikannya

secara langsung dengan berinteraksi, sharing, membiasakan dan

melatih penerima manfaat memegang banyak peran yang akan

dihadapi di tengah masyarakat.

Melihat data korban penyalahgunaan NAPZA yang semakin

meningkat setiap tahunnya, peneliti menganggap bahwa permasalahan

NAPZA sangat penting untuk dibahas dan adanya program terapi

psikososial ini peneliti juga tertarik untuk membahasnya. Oleh karena

itu peneliti berkeinginan untuk menggali lebih dalam dengan

melakukan evaluasi proses program terapi psikososial. Evaluasi

program merupakan kegiatan untuk melihat, menilai dan mengukur

apakah program tersebut telah dilaksanakan dan berjalan sesuai dengan

rencana dan mencapai tujuan.

Selain itu dengan melakukan evaluasi proses program dapat

melihat kekurangan yang ada di dalam program, dan mengidentifikasi

capaian target sasaran sesuai dengan rencana. Evaluasi proses

merupakan evaluasi formatif yang berfungsi mengukur kinerja

program untuk mengontrol pelaksanaan program. Menurut Michael

Scriven (1967) dalam (Wirawan 2011, 86) evaluasi formatif

merupakan loop balikan dalam memperbaiki produk. The Program

Evaluation standards (1994) mendefinisikan evaluasi formatif sebagai

evaluasi yang didesain dan dipakai untuk memperbaiki suatu objek,

terutama ketika objek tersebut sedang dikembangkan.

Adapun menurut data riset hasil penelitian mengenai Evaluasi

Program Therapeutic Community Terhadap Residen Korban

Penyalahgunaan NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra “Galih

Pakuan” Putat Nutug Bogor program yang dilakukan sudah tepat

sasaran, jadwal kegiatan terapi dan tahap pelaksanaan terapi,

pelaksanaan metode therapeutic community dilaksanakan sesuai

Page 20: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

7

jadwal. Pada evaluasi hasil terlihat adanya perubahan perilaku residen

kearah yang lebih positif. Sedangkan menurut hasil data riset mengenai

“Terapi Holistik terhadap Pecandu Narkoba” sistem terapi holistik

menggunakan sistem pengelompokkan pengobatan medis dan non

medis. Pengobatan medis dilakukan pada tahap detoxifikasi atau

pemutusan dan penstabilan zat adiktif di Entry-Unit. Untuk

pengobatan non medis dilakukan pada tahap primary dan re-entry.

Metode terapi yang digunakan yaitu therapeutic community.

Sedangkan menurut hasil penelitian dalam pembahasan Therapeutic

Community (TC) pada Residen Penyalah Guna Narkoba di Panti

Sosial Marsudiputra Dharmapala Inderalaya Sumatera Selatan

menyebutkan terjadinya perubahan tingkah laku, perkembangan

emosi, perkembangan intelektual, spiritual dan keterampilan kerja

setelah melakukan Therapeutic Community dengan menggunakan

beberapa layanan konseling seperti bimbingan kelompok, konseling

individual dan konseling kelompok dalam melatih mengontrol

stabilitas emosi, meningkatkan rasa persaudaraan, melatih kreativitas,

menghilangkan rasa stress belajar memahami permasalahan,

mengeskpresikan rasa ketidakpuasan, mencari penyelesaian suatu

masalah.

Dari permasalahan dan hal-hal yang telah dipaparkan, maka

peneliti tertarik untuk mencari tahu bagaimana proses pemberian

layanan program terapi psikososial bagi korban penyalahgunaan

NAPZA. Maka peneliti memberikan judul tentang “Evaluasi Proses

Program Terapi Psikososial Bagi Korban Penyalahguna Napza di

Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahguna NAPZA (BRSKPN)

Galih Pakuan Bogor”. Dari hasil evaluasi ini diharapkan mampu

memberikan masukan kepada pihak lembaga dalam meningkatkan

kualitas program terapi psikososial.

Page 21: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

8

B. Batasan Masalah

Peneliti membatasi masalah yang akan diteliti agar penelitian

dapat dikaji lebih dalam dan juga sebagai ruang lingkup dari penelitian.

Fokus penelitian ini dibatasi dengan evaluasi proses program terapi

psikososial bagi korban penyalahguna NAPZA di Balai Rehabilitasi

Sosial Korban Penyalahguna NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan

Bogor.

C. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah di atas dapat dilihat permasalahan yang dapat

dikaji dan dibahas dalam penelitian ini. Maka peneliti merumuskan

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana evaluasi proses program

terapi psikososial bagi korban penyalahguna NAPZA di Balai

Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahguna NAPZA (BRSKPN) Galih

Pakuan Bogor?

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan tersebut maka

tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan atau

mendeskripsikan evaluasi terhadap pelaksanaan program terapi

psikososial bagi korban penyalahguna NAPZA di Balai Rehabilitasi

Sosial Korban Penyalahguna NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan

Bogor.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat

untuk mengembangkan konsep-konsep dalam ilmu

kesejahteraan sosial.

b. Secara Praktis

1. Bagi Pihak Lembaga

Page 22: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

9

Sebagai sarana evaluasi untuk program terapi

psikososial sehingga mampu mengidentifikasipelaksanaan

program dan memperbaiki serta mengembangkan

program.

2. Bagi Peneliti.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengalaman dan pembelajaran bagi peneliti.

3. Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan penelitian ini menjadi sumber informasi

dan pengetahuan bagi masyarakat luas bahwa di Balai

Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

(BRSKPN) Galih Pakuan Bogor memiliki program terapi

psikososial dalam upaya membantu rehabilitasi korban

penyalahgunaan NAPZA.

E. Tinjauan Kepustakaan

Peneliti melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Utama UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menemukan beberapa penelitian

yang mengangkat permasalahan yang hampir mirip dengan judul yang

akan peneliti teliti. Penelitian-penelitian terdahulu tersebut dijadikan

bahan referensi oleh peneliti diantaranya:

1. Skripsi Yeni Nur Asisah (2017) yang berjudul “Evaluasi

Program Therapeutic Community Terhadap Residen Korban

Penyalahgunaan NAPZA di Panti Sosial Pamardi Putra

“Galih Pakuan” Putat Nutug Bogor.” Penelitian ini berfokus

pada evaluasi program therapeutic community, bagaimana

tingkat keberhasilan penerapan metode therapeutic community.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan

peneliti yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian

Page 23: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

10

pendekatan kualitatif jenis deskriptif, teknik pengambilan

subjek dengan purposive sampling, pengumpulan informasi

menggunakan teknik wawancara, observasi, dan studi

dokumentasi. Perbedaannya yaitu penelitian ini melakukan tiga

macam evaluasi yaitu input, proses, dan hasil sedangkan

Peneliti hanya fokus melakukan evaluasi proses saja.

2. Jurnal Mulkiyan dan Ach.Farid (2017) UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta dengan judul “Terapi Holistik terhadap Pecandu

Narkoba”. Persamaan dalam penelitian ini sama-sama

menggunakan metode kualitatif berjenis deskriptif, yaitu

mendeskripsikan tentang bagaimana proses terapi psikososial

bagi korban penyalahguna NAPZA. Perbedaannya terletak

pada lokasi dan waktu penelitian. Fokus dalam penelitian

Mulkiyan dan Ach Farid yaitu pada terapi holistik yang

meliputi aspek biologi, psikologi, sosial, dan spiritual dengan

menggunakan teori yang terdiri dari empat aspek seperti

organobiologik, psikofarmakologi, psikologik, sosiologik dan

spritual. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

hanya fokus kepada aspek psikososial saja. Peneliti berfokus

pada evaluasi proses terhadap aspek-aspek yang sudah

ditentukan, dimana aspek tersebut memiliki indikator penelitian

yang juga berfokus pada teori terapi psikososial yang sudah

dilakukan.

3. Jurnal Syarifuddin Gani (2013) dengan judul “Therapeutic

Community (TC) pada Residen Penyalah Guna Narkoba di

Panti Sosial Marsudiputra Dharmapala Inderalaya Sumatera

Selatan”. Di dalam penelitian ini mengatakan bahwa metode

therapeutic community menggunakan pendekatan psikososial.

Persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama melakukan

Page 24: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

11

penelitian dengan mengevaluasi program terapi kelompok

dengan pendekatan psikososial bagi korban penyalahguna

NAPZA dan menggunakan metode penelitian kualitatif.

Sedangkan ada beberapa perbedaan yang terletak pada

indikator evaluasi, latar tempat, waktu penelitian, aspek dan

hasil evaluasi proses program.

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif

dengan desain penelitian deskriptif analisis. Pendekatan

kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena

yang diteliti. Dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengevaluasi proses program terapi psikososial untuk melihat

bagaimana program tersebut berjalan dari mulai proses hingga

hasil.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Balai Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) Galih

Pakuan Bogor, Jalan H. Miing No.16, Karihkil,

Kecamatan Ciseeng, Bogor, Jawa Barat 16120. Adapun

alasan pemilihan lokasi ini yaitu:

a) Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor

merupakan tempat rehabilitasi sosial bagi para

pecandu NAPZA yang berada dibawah naungan

Page 25: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

12

Kementerian Sosial RI.

b) Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor ini sudah

menggunakan metode pelayanan program terapi,

salah satu terapi yang paling unggul yaitu terapi

psikososial.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian terhitung bulan Januari 2020

dilakukan sampai dengan Maret tahun 2020. Peneliti

melakukan riset berupa observasi, wawancara, dan studi

dokumentasi selama kurang lebih 2 bulan.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah petugas lembaga dan

penerima manfaat korban penyalahgunaan NAPZA yang

mengikuti program terapi psikososial di Balai Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan

Bogor. Sedangkan objek penelitian ini adalah program terapi

psikososial.

4. Sumber Data

Penelitian ini dilakukan dengan cara mempelajari dan

program menganalisa data-data penelitian yang dikelompokkan

menjadi dua bagian, yaitu:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil

observasi dan wawancara. Peneliti bersama dengan beberapa

informan yang terlibat dalam program terapi psikososial di

Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Napza

(BRSKPN) “Galih Pakuan” Bogor.

Page 26: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

13

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh langsung dari

sumber-sumber laporan yang berhubungan langsung dengan

judul penelitian ini, seperti dokumen, laporan hasil dari program-

program yang sudah dilakukan lembaga.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data di dalam suatu penelitian menggunakan

beberapa teknik. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu:

a. Observasi

Observasi menurut Young (1996) merupakan suatu

metode penelitian yang dilaksanakan secara sistematis dan

sengaja, dengan menggunakan alat panca indera sebagai alat

penangkap secara langsung kejadian-kejadian yang akan

diteliti. Sedangkan menurut Van Dalen (1962) observasi

dilakukan dengan alat indera, sesuatu yang dapat ditangkap

dengan alat indera dapat di observasi. Seseorang yang menjadi

observer harus sensitif dalam menangkap atau memilih data

(Walgito 2003, 30). Observasi juga dilakukan untuk merekam

pola perilaku manusia, objek penelitian. Melalui observasi

peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara

sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian.

Dalam hal ini peneliti menjadi observer dengan melakukan

pengamatan mengenai subjek dan objek yang akan diteliti

terutama terkait dengan penerima manfaat atau klien yang

menjalani program terapi psikososial di BRSKPN Galih

Pakuan Bogor.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu bentuk komunikasi secara

Page 27: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

14

langsung atau verbal sebagai teknik pengumpulan data untuk

keperluan triangulasi dengan menggunakan beberapa model

yang sesuai dengan kebutuhan pewawancara atau interviewer.

Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara semi

terstruktur, yaitu wawancara yang menggunakan panduan

wawancara dan memberikan kebebasan kepada pewawancara

dalam proses wawancara. Pertanyaan yang akan diajukan

dalam bentuk semi terstruktur adalah pertanyaan yang bersifat

terbuka, namun terdapat batasan dan alur pembicaraan.

Dalam penelitian ini peneliti menggali informasi dengan

melakukan wawancara sesuai dengan pedoman wawancara

kepada pihak lembaga yaitu pimpinan lembaga, pekerja sosial,

konselor dan pendamping yang berperan dalam program terapi

psikososial dan penerima manfaat untuk mendapatkan

informasi yang akan diteliti yaitu terkait proses yang dilakukan

dalam pelaksanaan program, tujuan program, faktor

pendukung serta faktor penghambat berjalannya program. Hal

ini lah yang akan menjadi bahan untuk dilakukannya evaluasi

proses dalam program terapi psikososial ini.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu bentuk teknik

pengumpulan data berupa tulisan, gambar, dokumen atau arsip

yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber data. Studi

dokumentasi ini bertujuan untuk melengkapi data dari hasil

wawancara dan observasi. Kemudian di dalam studi

dokumentasi peneliti akan melakukan pengkajian data-data

tersebut dengan mencocokkan hasil wawancara dan observasi

yang telah dilakukan oleh peneliti.

Page 28: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

15

6. Teknik Pemilihan Informan

Teknik pemilihan informan merupakan teknik yang digunakan

dalam penelitian kualitatif untuk dapat menentukan informan atau

subjek dalam penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teknik non probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap

informan. Untuk memfokuskan penelitian ini peneliti menggunakan

teknik purposive sampling adalah teknik pemilihan informan

dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan teknik purposive

sampling berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti.

Kriteria tersebut seperti pimpinan lembaga, pegawai atau pengurus

yang telah bekerja dalam kurun waktu kurang lebih tiga tahun,

pekerja sosial profesional yang bertugas dalam kurun waktu kurang

lebih tiga tahun, konselor yang sudah bertugas kurang lebih tiga

tahun dan klien yang sudah menjalani rehabilitasi sosial selama lima

bulan.

Tabel 1.1 Rancangan Informan Peneliti

No Informan Informasi yang

Dicari

Jumlah

1. Pimpinan Balai

Rehabilitasi Korban

Penyalahgunaan

NAPZA (BRSKPN)

“Galih Pakuan”

Bogor

Gambaran umum

lembaga

1

2. Pegawai/pengurus

lembaga

Gambaran umum

lembaga

1

Page 29: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

16

3. Pekerja sosial Peran pekerja

sosial dalam

terapi psikososial,

perubahan klien

dengan adanya

terapi psikososial,

intervensi yang

diberikan kepada

klien dalam terapi

Psikososial

2

4. Pekerja Sosial

Adiksi Pelaksanaan

program terapi

psikososial

1

5. Konselor Peran konselor

dalam program

terapi psikososial,

Pelaksanaan

terapi psikososial,

evaluasi program

1

6. Penerima manfaat/klien

Pelaksanaan

pemberian

layanan program

terapi psikososial

3

Sumber: Arsip Data BRSKPN Galih Pakuan Bogor 2018

7. Teknik Analisis Data

Menurut Sutopo (2003: 8) analisis data model interaktif terdiri

dari tiga hal utama yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan (verifikasi), dengan penjelasannya:

Page 30: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

17

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

tertulis di lapangan. Selama pengumpulan data berlangsung,

terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan,

mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat

partisi, membuat memo).

2. Penyajian data

Data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian-penyajian yang baik

merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang

valid meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan

bagan.

3. Kesimpulan

Tahap terakhir yang berisikan proses pengambilan

keputusan yang menjurus pada jawaban dari pertanyaan

penelitian yang diajukan dan mengungkap sebuah pertanyaan

dari temuan penelitian tersebut.

8. Teknik Keabsahan Data

Menurut Denzin dalam (Moleong 2004, 330) triangulasi

dibedakan menjadi empat yaitu dengan memanfaatkan penggunaan

sumber, metode, penyidik dan teori. Dalam penelitian ini teknik

keabsahan data yang peneliti gunakan yaitu teknik triangulasi

sumber. Sedangkan menurut Patton dalam (Moleong 2004, 330-

331) teknik triangulasi sumber merupakan cara untuk

membandingkan dan mengecek kembali kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

Page 31: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

18

dalam penelitian kualitatif (Patton, 1987, 331). Berdasarkan teknik

triangulasi sumber ini peneliti akan membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan

keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan mereka, membandingkan hasil wawancara dengan

studi dokumentasi yang berkaitan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini secara sistematis

Penelitiannya dibagi ke dalam enam bab, yang terdiri dari sub-sub bab.

Adapun sistematikanya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang, batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan kajian terdahulu,

metode penelitian, sistematika Penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Teori evaluasi, bentuk-bentuk evaluasi, jenis evaluasi,

teori terapi psikososial, teori rehabilitasi, teori

penyalahguna NAPZA.

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELTIAN

Balai Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan NAPZA

(BRSKPN) Galih Pakuan adalah UPT (Unit Pelaksana

Teknis) yang berada di bawah naungan Kementerian

Sosial RI (Kemensos RI) sebagai pusat rehabilitasi untuk

korban penyalahgunaan NAPZA.

BAB IV DATA DAN TEMUAN ANALISIS

Berisi uraian penyajian data dan temuan penelitian.

BAB V PEMBAHASAN

Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang,

Page 32: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

19

teori, dan rumusan teori baru dari penelitian.

BAB VI PENUTUP

Simpulan, implikasi, dan saran.

Page 33: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Evaluasi Program

a. Pengertian Evaluasi Program

Menurut King dalam (Wirawan 2011, 64) evaluasi

sebagai suatu proses penelitian sistematik untuk menyediakan

informasi yang dapat dipercaya mengenai karakteristik,

aktivitas, atau keluaran (outcome) program atau kebijakan

untuk tujuan penelitian. Sedangkan menurut Ralph Tyler

(1950) dalam (Arikunto 2013) evaluasi merupakan sebuah

proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana,

dalam hal apa, dan bagian mana tujuan sudah tercapai. Eisner

berpendapat bahwa evaluasi adalah mengenai membuat

penilaian nilai mengenai kualitas sejumlah objek, situasi atau

proses (Wirawan 2011, 50). Sedangkan program adalah

kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan

kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas.

Kebijakan bersifat umum dan untuk merealisasikan kebijakan

disusun berbagai jenis program.

Evaluasi program adalah metode sistematik untuk

mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk

menjawab pertanyaan dasar mengenai program (Wirawan

2011, 17). Evaluasi Program menurut Ralph Tyler (1950)

adalah proses untuk mengetahui apakah suatu tujuan sudah

dapat terealisasikan. Definisi yang lebih diterima masyarakat

luas dikemukakan oleh dua orang ahli evaluasi

Page 34: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

21

yaitu Cronbach dan Stufflebeam. Mereka mengemukakan

bahwa evaluasi program adalah sebuah upaya yang dilakukan

untuk menyediakan informasi yang nantinya akan disampaikan

kepada pengambil keputusan (Arikunto 2004).

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi program

merupakan suatu proses penelitian untuk mengumpulkan data

dan melakukan penilaian terhadap suatu objek atau program

untuk mengetahui apakah program berjalan sesuai dengan

rencana dan mengetahui tingkat keberhasilan program.

b. Tujuan Evaluasi Program

Menurut Stufflebeam dan Srinkfield (2007) dalam

(Wirawan 2011, 39) mengemukakan bahwa Suchman

mendukung pendapat Bigman mengenai tujuan evaluasi ada

enam yaitu:

1. Menemukan apakah dan seberapa baik objektif program

terpenuhi.

2. Menentukan alasan sukses atau kegagalan program.

3. Membuka prinsip-prinsip yang membuat program sukses.

4. Mengarahkan proses eksperimen-eksperimen dengan

teknik-teknik untuk meningkatkan efektivitasnya.

5. Meletakkan dasar penelitian berikutnya mengenai alasan-

alasan sukses relatif teknik-teknik alternatif.

6. Untuk mendefinisikan kembali alat-alat yang dipakai untuk

mendapatkan objektif dan bahkan untuk mendefinisikan

subtujuan-subtujuan dalam kaitan temuan penelitian.

c. Manfaat Evaluasi

Feurstein (1990) dalam (Adi 2001, 127-128) menyatakan 10

alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan:

Page 35: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

22

a. Sebuah pencapaian. Untuk melihat apa saja yang telah

dicapai.

b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dari program

yang sedang berjalan.

c. Meningkatkan pemantauan. Tercapainya manajemen

yang lebih baik.

d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat

memperkuat program itu sendiri.

e. Melihat apakah usaha yang sudah dilakukan secara

efektif. Melihat perbedaan apa yang terjadi setelah

diterapkan suatu program.

f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang

dikeluarkan cukup masuk akal.

g. Mengumpulkan informasi. Merencanakan dan mengelola

kegiatan program secara lebih baik.

h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain agar

tidak terjebak dalam kesalahan yang sama, ataupun

mengajak orang lain untuk ikut melaksanakan.

i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan

dampak yang lebih luas.

j. Memungkinkan terciptanya perencanaan yang lebih

baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan

masukan dari masyarakat, komunitas fungsional dan

komunitas lokal.

d. Jenis Evaluasi

Notoatmodjo (2009) dalam (Nurliana, 2012, 61) mengatakan

bahwa evaluasi dapat dibedakan berdasarkan atas kapan

dilakukannya evaluasi tersebut, yaitu:

Page 36: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

23

a. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan selama

program itu berjalan untuk memberikan informasi yang

berguna kepada pembuat program untuk perbaikan

program. Evaluasi ini dilakukan dalam proses kegiatan

berlangsung, yang bertujuan untuk mengetahui kesalahan

yang terjadi saat program berjalan.

b. Evaluasi sumatif (Summative Evaluation) menurut

Notoatmodjo (2009) dalam (Nurliana, 2012, 61) dilakukan

pada akhir proses kegiatan atau akhir program untuk

memberi informasi kepada pembuatan program atau

kebijakan tentang manfaat atau kegunaan dari suatu

program.

e. Model Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan desain atau

konstelasi evaluasi. Menurut Rowley (2002) dalam (Wirawan

2011, 147) desain penelitian merupakan logika yang

menghubungkan data yang akan dikumpulkan dan kesimpulan-

kesimpulan yang harus ditarik ke arah pertanyaan-pertanyaan

dari studi, desain penelitian memastikan terjadinya perpaduan.

Cara lain memandang suatu desain penelitian adalah

melihatnya sebagai rencana tindakan untuk memperoleh dari

pertanyaan ke kesimpulan. Desain penelitian harus

memastikan adanya pandangan yang jelas apa yang harus

dicapai. Desain evaluasi terdiri dari model evaluasi dan metode

penelitian. Model evaluasi menentukan jenis evaluasi apa saja

yang harus dilakukan dan bagaimana proses melaksanakan

tersebut.

Page 37: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

24

Menurut Pietrzak, Ramler, Renner, Ford dan Gilbert (1990)

(Adi 2001, 128-129) menjelaskan ada tiga tipe evaluasi, yaitu:

(1) Evaluasi Input; (2) Evaluasi Proses; (3) Evaluasi Hasil.

a. Evaluasi Input

Menurut Pietrzak dkk (1990) dalam (Adi 2001, 128)

evaluasi input memiliki tiga unsur utama yang dapat

menentukan komponen-komponen terkait dengan standar

layanan program, sumber daya program, dan sumber

penunjang lainnya. Pietrzak juga mengemukakan bahwa di

evaluasi input ada 4 kriteria yang dapat dikaji, baik sendiri-

sendiri maupun secara keseluruhan, yaitu adanya tujuan dan

objektif, penilaian terhadap kebutuhan sumber daya manusia,

standar dari suatu praktik yang terbaik dan biaya per unit

layanan.

b. Evaluasi Proses

Menurut Pietrzak, et.al dalam (Adi 2001, 129) tipe evaluasi

proses ini menganalisis sistem pemberian layanan suatu

program. Dalam upaya mengkaji nilai komponen pemberian

layanan, hasil analisis harus dikaji berdasarkan kriteria yang

relevan seperti standar praktik terbaik (best practice

standards), kebijakan lembaga, tujuan proses (proses goals)

dan kepuasan klien. Evaluasi proses ini dapat menentukan

pelayanan dan kualitas pemberian pelayanan suatu program,

termasuk melihat dinamika internal yang terjadi dalam

pelaksanaan program. Terfokus pada aktivitas-aktivitas

program yang melibatkan interaksi langsung antara klien,

staff, dan merupakan pusat dari pencapaian sasaran program.

Evaluasi proses dimulai ketika program mulai

dilaksanakan. Faktor-faktor yang dinilai antara lain, layanan

Page 38: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

25

dari program, pelaksanaan layanan, pemangku kepentingan

(stakeholder) yang dilayani, sumber-sumber yang

dipergunakan, pelaksanaan program dibandingkan dengan

yang diharapkan dalam rencana, dan kinerja pelaksanaan

program. Diidentifikasi juga dalam evaluasi proses

perkembangan pengaruh dari program terhadap pemangku

kepentingan program. Evaluasi proses merupakan evaluasi

formatif yang berfungsi mengukur kinerja program untuk

mengontrol pelaksanaan program. Salah satu cakupannya

adalah mengukur apakah terjadi penyimpangan dalam

pelaksanaan program jika terjadi penyimpangan dari yang

direncanakan, diputuskan apa yang harus dilakukan untuk

mengontrol ketimpangan dan mengembalikan pelaksanaan

program seperti kinerja yang diharapkan, penggunaan man

money, material, machine, dan method yang dipergunakan

untuk melaksanakan program (Wirawan 2011, 21).

Menurut Dale (2004) dalam (Sardjo 2017, 14) evaluasi

formatif seringkali digunakan sebagai “review”. Cakupan

dari evaluasi formatif yaitu melakukan evaluasi sebuah

program yang direncanakan dan diimplementasikan pada

saat program masih berlangsung. Hasil dari evaluasi

formatif ini dapat bermanfaat terutama bagi pengelola

program (stakeholders) untuk memperbaiki proses

menyusun rancangan dan implementasi program yang

akhirnya bermuara kepada tercapainya tujuan program bagi

kelompok sasaran.

c. Evaluasi Hasil

Menurut Piertzak, et.al (1990) dalam (Adi 2001, 129)

evaluasi hasil lebih diarahkan pada dampak secara

Page 39: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

26

keseluruhan dari suatu program terhadap penerima layanan.

Seorang evaluator dalam evaluasi hasil membuat kriteria

keberhasilan dari suatu program. Kriteria keberhasilan

program ini disesuaikan dengan kemajuan program tersebut.

Evaluasi hasil juga dapat melihat dan menentukan dampak

atau pengaruh yang dihasilkan layanan program terhadap

sasaran secara keseluruhan. Menilai efek (pengaruh) dari

program terhadap klien.

f. Indikator Evaluasi

Berdasarkan penjelasan model evaluasi di atas, peneliti

akan melakukan evaluasi terhadap program yang ada di

lembaga BRSKPN Galih Pakuan khususnya program terapi

psikososial. Namun peneliti hanya akan berfokus pada evaluasi

prosesnya saja. Hal ini peneliti lakukan karena program terapi

psikososial masih berjalan dan supaya pembatasan masalah

tidak terlalu meluas. Peneliti akan mengevaluasi proses

program berdasarkan indikator yang terdiri dari 4 kriteria:

1. Standar Praktik Terbaik (Best Standard Practice)

Standar praktik terbaik atau yang biasa dikenal dengan

Standar Operating Procedur merupakan suatu tata cara atau

prosedur yang mengatur pelaksanaan program dalam suatu

organisasi. Prosedur operasional ini digunakan untuk

memastikan setiap langkah dan keputusan maupun tindakan

berjalan efektif, konsisten, sesuai standar, dan sistematis

(Tambunan 2008, 3).

Kriteria standar praktik terbaik menekankan pada

proses berpikir kreatif yang bertujuan agar perbaikan yang

Page 40: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

27

dilakukan tidak hanya untuk mengulang perbaikan tetapi

digunakan untuk meningkatkan kualitas produk atau jasa,

tetapi juga melakukan perubahan manajemen organisasi

suatu perusahaan atau lembaga dapat tetap maju dan

berkembang (Kusnoto 2001, 2).

Dari penjelasan di atas, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa standar praktik terbaik adalah sebuah peraturan

dalam suatu lembaga atau organisasi yang dijadikan sebagai

acuan dasar agar dapat melakukan perubahan dan

meningkatkan kualitas yang ada.

Dua jenis standar yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah:

1) Standar sarana dan prasarana, peralatan serta kondisi

dimana suatu pelayanan diberikan dan juga apa saja unsur

yang menunjang pelayanan tersebut.

2) Standar proses mencakup tentang urutan kegiatan.

2. Kebijakan

Kebijakan atau yang disebut policy dalam bahasa

Inggris yang berarti sebuah alat ukur kegiatan baik itu

menyangkut government maupun governance yang

menyentuh kebijakan publik. Pada dasarnya kebijakan

adalah sebuah keputusan atau pilihan tindakan yang dapat

mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya

alam, keuangan, dan manusia demi kepentingan yang

menyangkut publik seperti rakyat, penduduk atau warga

negara (Suharto 2013, 3).

Page 41: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

28

Kriteria kebijakan lembaga yang akan dibahas dalam

penelitian ini memfokuskan kriteria sumber daya manusia

1. Kriteria klien

Penerima manfaat yang mengikuti program terapi

psikososial di Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahguna NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan

Bogor.

2. Kriteria petugas

Pada indikator ini yang akan dibahas yaitu terkait

petugas-petugas yang bekerja dalam memberikan

program.

3. Tujuan Proses (Process Goal)

Menurut Katz & Kahn (1987) dalam jurnal Manajemen

Pendidikan mengemukakan bahwa dalam suatu organisasi,

sebuah tujuan diartikan sebagai rencana penulisan atau

kerangka kerja yang terdiri dari perilaku tertentu dan

tindakan yang sesuai dengan arahan pimpinan dalam sebuah

organisasi (Subarino 2012, 53). Tujuan harus dibuat

sistematis, fleksibel, perumusan jelas, dan dapat dirancang

untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang (Fattah

2016, 49).

4. Kepuasan Klien

Kepuasan klien merupakan suatu bentuk tanggapan

maupun sikap secara keseluruhan yang ditunjukan oleh

klien. Tanggapan tersebut berupa tanggapan positif maupun

negatif atas suatu barang atau jasa yang telah mereka

gunakan (Mowen 2002, 89).

Page 42: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

29

Menurut Martin (1993) dalam buku (Adi 2001, 126)

mengemukakan bahwa ada lima dimensi kualitas pelayanan,

yaitu:

1. Kenyamanan (Assurance) yaitu kemampuan para staf

untuk memunculkan rasa nyaman pengetahuan, sopan

santun dan kemampuan yang dimiliki dalam memberikan

layanan.

2. Empati (Emphaty), yaitu kemampuan untuk membangun

rasa kepedulian dan perhatian kepada orang lain dan tidak

mensamaratakan setiap orang.

3. Keandalan (Reability), yaitu kemampuan untuk

memberikan jasa dengan sikap konsisten dan dapat

diandalkan.

4. Ketanggapan (Responsive), yaitu kemampuan untuk

bersikap cepat dan tanggap dalam melayani.

5. Bukti Langsung (Tangible), yaitu berupa fasilitas fisik,

peralatan, serta tenaga kerja yang memberikan pelayanan.

2. Terapi Psikososial

a. Pengertian Terapi Psikososial

Terapi merupakan suatu bentuk perlakuan dan pengobatan

yang yang ditujukan kepada penyembuhan suatu kondisi yang

menyimpang (patologis) pada diri seseorang (Chaplin 2006).

Tujuan terapi menurut Jung (1996) dalam (Jones 2011, 105)

sebagai adaptasi normal untuk mengatasi neurosis yang

berhubungan dengan penyusutan kembali ke tugas-tugas

Page 43: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

30

kehidupan konkret. Terapi terutama difokuskan pada mencapai

tujuan-tujuan tertentu, mengatasi kompleks-kompleks, dan

memperkuat kesadaran dan fungsi ego.

Psikologi sosial menurut Baron dan Byrne (1984:6)

dalam (Walgito 2011, 1) merupakan bidang ilmiah yang

berupaya memahami sifat dan penyebab perilaku individu

dalam situasi sosial. Psikososial mengalami perkembangan,

menurut Erik H. Erikson dalam (Zahrotun 2006, 55)

Perkembangan psikososial dalam dua hal secara budaya

dianggap relatif. Psikososial terus berkembang berdasarkan

pada prinsip epigenetis. Istilah epigenetik berasal dari kata epi

yang berarti “berdasar” dan genesis yang berarti “timbul”.

Kepribadian semakin terdiferensiasi dan secara hirarki

terorganisasi karena suatu kepribadian tidak dapat dimodifikasi

dan dibentuk oleh lingkungan tertentu.

Menurut pandangan psikososial, kematangan fisik

mempengaruhi kepribadian dan potensi sosial seseorang.

Menurut Erik Erikson (1950) mengatakan bahwa manusia lebih

berkembang dalam tahap psikososial daripada tahap

psikoseksual. Erikson juga menekankan perubahan

perkembangan sepanjang kehidupan manusia, bukan hanya

dalam lima tahun pertama kehidupan. Tiap tahap terdiri dari

tugas perkembangan yang unik yang menghadapkan seseorang

sebuah krisis yang harus dihadapi. Terapi psikososial menurut

Francis Tuner dalam (Albert 2008, 168) merupakan terapi

dalam proses perawatan untuk memulihkan kondisi psikis

korban yang mengalami masalah psikososial yang dilakukan

oleh praktisi dengan menggunakan pendekatan psikologis,

afeksi, dukungan moral dan spiritual, serta pembinaan

Page 44: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

31

hubungan sosial dengan tujuan mengembalikan keberfungsian

sosial seseorang.

Terapi psikososial menurut Hawari dalam (Hawari 2006)

adalah upaya untuk memulihkan kembali kemampuan adaptasi

penyalahguna atau ketergantungan NAPZA ke dalam

kehidupan sehari-hari. Akibat penyalahgunaan atau

ketergantungan NAPZA adalah gangguan mental dan perilaku

yang bercorak anti-sosial. Dengan terapi psikososial ini

diharapkan perilaku anti-sosial tersebut dapat berubah menjadi

perilaku secara sosial dapat diterima (adaptive behavior).

b. Tujuan Terapi Psikososial

Menurut Francis Turner terapi psikososial bertujuan untuk

membantu individu dalam mencapai tingkat tertinggi dari

kemampuan mereka melalui pemahaman akan masa lalu

mereka, masa kini dan potensinya. Dalam (Rosdi 2018, 93)

terapi psikososial memiliki tujuan yaitu:

1. Memberikan kegiatan harian yang didisain untuk

peningkatan kemampuan dalam mengelola urusan pribadi

dan sosial untuk mengikis sikap buruk, dan memupuk

kebiasaan baik.

2. Untuk membuat seseorang beranjak menjadi manusia yang

memiliki kapabilitas individu (self capability), mengerti dan

mampu menjalankan fungsi sosialnya (Social function) dan

memiliki tanggung jawab sosial (social responsibility) serta

kapabilitas sosial (social capability).

c. Konsep Dasar Terapi Psikososial

Pada dasarnya terapi psikososial merupakan suatu sistem

terbuka yang mengintegrasikan gagasan-gagasan baru dari

Page 45: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

32

teori-teori lain yang mendorong praktik pekerjaan sosial

kontemporer. Dalam (Albert 2008, 170) Terapi psikososial juga

memiliki konsep-konsep dasar seperti:

1. Pengakuan atas ketidaksadaran. Ketidaksadaran yang dapat

mempengaruhi kepribadian tetapi tidak menentukan segi-

segi keberfungsian kepribadian manusia.

2. Kesadaran diri untuk bertanggung jawab. Ketidaksadaran klien

dan praktisi juga dapat mempengaruhi klien. Reaksi atau

tanggapan praktisi kepada klien harus sesuai dan tidak

berlebihan.

3. Pentingnya supervisi dan konsultasi. Untuk menjaga

objektivitas dalam menghadapi klien.

4. Kekuatan relasi terapeutik. Berisi unsur-unsur relasi yang

signifikan dari masa lalu klien.

5. Menyadari hakikat patologi. Memahami klien dan keluarga.

6. Pentingnya diagnosis psikososial. Petimbangan praktisi

terkait dengan klien dan situasinya yang akan menjadi

landasan bagi tindakan yang harus dilakukan.

7. Pentingnya penanganan tidak langsung. Interaksi dari

praktisi dengan berbagai sistem dalam kehidupan klien

untuk mencapai perubahan-perubahan yang dapat membantu

klien memperoleh tujuannya.

8. Fokus pada kehidupan. Pemahaman bahwa masa lalu dapat

dijadikan pembelajaran dan fokus memperbaiki kesalahan-

kesalahan di masa lalu.

9. Penggunaan waktu yang strategis. Dalam melaksanakan

terapi psikososial waktu yang digunakan sangat efektif dan

efisien.

10. Komitmen. Praktisi atau klien bertanggungjawab dan

Page 46: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

33

bekerjasama dalam proses pelaksanaan terapi psikososial.

d. Bentuk-Bentuk Terapi Psikososial

1. Pelatihan Keterampilan Sosial

2. Terapi Berorientasi Keluarga

3. Support Group

4. CBT

5. Psikoedukasi

6. Terapi Kelompok

7. Self-help Group

8. Konseling

9. Terapi Psikomotor

10. Terapi Rekreasi

11. Terapi Seni (Art therapy)

3. Rehabilitasi Sosial

a. Pengertian Rehabilitasi Sosial

Pada Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 2017 Tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Bagi

Pecandu Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika,

Dan Zat Adiktif Lainnya pasal 1 ayat 3 menjelaskan bahwa

rehabilitasi merupakan sebuah proses refungsionalisasi agar

seseorang mampu menjalankan fungsi sosialnya dalam

kehidupan masyarakat. Sedangkan di dalam Undang-Undang RI

No. 35 Tahun 2009 rehabilitasi sosial adalah suatu proses

kegiatan pemulihan fisik, mental, maupun sosial agar mantan

pecandu narkotika dapat kembali menjalankan fungsi sosialnya

dalam kehidupan masyarakat. Menurut Soeparman (2003) dalam

(Rosdi 2018, 23-24) rehabilitasi merupakan fasilitas atau tempat

yang memberikan pengetahuan, wawasan, pelatihan.

Page 47: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

34

b. Tujuan Rehabilitasi Sosial bagi Korban Penyalahguna

NAPZA

1. Untuk memberikan rehabilitasi sosial dan bantuan sosial

bagi korban penyalahguna NAPZA agar mampu

melaksanakan keberfungsian sosialnya yang meliputi

kemampuan dalam melaksanakan peran, memenuhi

kebutuhan, memecahkan masalah dan aktualisasi diri.

2. Untuk memberikan rehabilitasi sosial dan bantuan sosial

bagi korban penyalahguna NAPZA agar dapat kembali ke

masyarakat dan berkontribusi atau berperan secara langsung dan

memberikan dampak yang positif bagi dirinya, keluarga dan

masyarakat tanpa adanya ancaman, tekanan, penelantaran,

maupun kekerasan.

c. Sasaran Rehabilitasi

Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018,

target sasaran rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA

adalah:

1. Korban penyalahguna NAPZA dewasa adalah seseorang

yang berusia di atas 18 tahun baik laki-laki atau perempuan

yang menggunakan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif

lainnya tanpa sepengetahuan dan pengawasan dokter dengan

maksud bukan untuk pengobatan atau penelitian.

2. Korban penyalahguna NAPZA anak adalah seseorang yang

berusia di bawah 18 tahun yang menggunakan narkotika,

psikotropika, dan zat adiktif lainnya tanpa sepengetahuan

dan pengawasan dokter dengan maksud bukan untuk

pengobatan atau penelitian.

Page 48: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

35

d. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Pada Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 2017 Tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Bagi

Pecandu Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika,

Dan Zat Adiktif Lainnya pasal 68 dijelaskan bahwa sumber daya

manusia penyelenggara rehabilitasi sosial bagi pecandu dan

penyalahguna NAPZA terdiri dari:

1. Petugas inti:

a) Pekerja Sosial

b) Tenaga Kesejahteraan Sosial atau relawan

c) Konselor Adiksi

d) Perawat

2. Petugas Tambahan

a) Psikiater

b) Psikolog

c) Dokter

d) Instruktur keterampilan

e) Pembimbing rohani

e. Standar Sarana dan Prasarana

Pada Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 9

Tahun 2017 Tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Bagi

Pecandu Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika,

Dan Zat Adiktif Lainnya pasal 71 tertulis aturan tentang standar

minimum sarana dan prasarana pusat rehabilitasi. Berikut isi dari

pasal tersebut:

a. Perkantoran yang terdiri atas ruang pimpinan, ruang kerja

staf, ruang rapat, ruang tamu, ruang dokumentasi, ruang data

dan informasi, ruang perpustakaan, kamar mandi, dan dapur.

b. Ruang pelayanan teknis yang terdiri atas ruang asrama,

Page 49: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

36

ruang pengasuh, ruang diagnosa, ruang konseling

psikososial, ruang observasi, ruang instalasi produksi, ruang

olahraga dan pembinaan fisik, ruang bimbingan mental dan

sosial, ruang praktik keterampilan, dan ruang kesenian.

c. Ruang pelayanan umum yang terdiri atas ruang makan,

ruang belajar, ruang ibadah, ruang kesehatan, aula, pos

keamanan, ruang tamu, gudang, kamar mandi, tempat

parkir, dan rumah dinas.

d. Peralatan lembaga rehabilitasi sosial bagi pecandu dan

korban penyalahgunaan NAPZA yang terdiri atas peralatan

penunjang perkantoran, peralatan komunikasi, penerangan,

instalasi air dan air bersih, peralatan bantu bagi penerima

pelayanan, peralatan penunjang pelayanan teknis.

e. Alat transportasi yang terdiri atas alat transportasi

perkantoran dan alat transportasi penerima pelayanan

f. Sandang dan pangan bagi penerima pelayanan

4. Penyalahguna NAPZA

a. Pengertian Penyalahguna NAPZA

Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba di

luar indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter, secara

teratur atau berkala sekurang-kurangnya selama 1 bulan.

Korban penyalahgunaan NAPZA biasanya akan mengalami

ketergantungan dari zat yang ada di NAPZA tersebut (BNN

2011, 13).

Ketergantungan fisik, seseorang yang mengalami

ketergantungan fisik akan merasakan beberapa gejala fisik

yang tidak enak bila jenis narkoba tersebut tidak dipakai dalam

jangka waktu tertentu. Diagnosis ketergantungan narkoba

Page 50: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

37

memerlukan adanya sindrom putus atau toleransi.

1. Gejala putus zat adalah gejala yang terjadi akibat

penghentian atau pengurangan dosisnya.

2. Sakauw adalah gejala putus zat karena penggunaan putauw

(heroin), dan gejala sakauw umumnya berlangsunghingga

4-5 hari setelah penggunaan dihentikan.

b. Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan NAPZA

1. Faktor Kepribadian

2. Faktor Keluarga

3. Faktor Lingkungan

4. Faktor Gender

5. Faktor Pendidikan

6. Faktor Masyarakat dan Komunitas Sosial

7. Faktor populasi yang rentan

c. Akibat Penyalahgunaan NAPZA

Menurut Romeal (2009) dalam (Suradi 2016, 10) akibat dari

penyalahgunaan NAPZA adalah:

1. Terhadap Mental

Timbulnya sugesti untuk menginginkan kembali

menggunakan NAPZA. Pikiran dan perilaku obsesif

kompulsif dan impulsif.

2. Terhadap Fisik

Badan terasa pegal-pegal, kram otot, ngilu, sakit pada

persendian, katup jantung bocor, paru-paru bolong, liver

rusak, inveksi virus hepatitis C dan HIV/AIDS.

3. Terhadap Emosional

Sering terjadinya perubahan mood yang ekstreem

sehingga menimbulkan sikap agresif yang berlebihan,

Page 51: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

38

mudah melakukan kekerasan, emosinya sangat labil, dan

depresi yang mendalam.

4. Terhadap Spiritual

Tidak ingin mengikuti kegiatan yang produktif dan

positif, tidak ingin sekolah, serta meninggalkan kewajiban

dalam hal ibadah.

5. Retardasi

Korban penyalahguna NAPZA tidak memiliki pola

pikir dan kestabilan emosi

B. Kerangka Berpikir

Menurut Sudjarwo dan Basrowi (Basrowi 2009, 69) yang perlu

diperhatikan dalam menulis kerangka berpikir adalah:

1. Menjelaskan argumentasi peneliti untuk menghubungkan

variabel-variabel penelitian (pada umumnya hubungan variabel

bebas atau independen dengan variabel terikat atau dependen).

2. Menyatakan adanya dugaan hubungan antara variabel-variabel

penelitian (variabel independen dan variabel dependen).

Page 52: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

39

Page 53: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

40

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Profil Lembaga

1. Sejarah Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan

Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

(BRSKPN) Galih Pakuan merupakan lembaga rehabilitasi bagi

korban penyalahguna NAPZA yang berlokasi di jalan H. Miing

No.71 Putat Nutug Ciseeng Bogor. Awal berdiri pada tahun 1983

sebagai lembaga Rehabilitasi Sosial ANKN (Anak Nakal dan

Korban Narkoba) Innabah Ciseeng Bogor, kemudian berganti

nama menjadi Panti Rehabilitasi Sosial Korban Narkotika

(PRSKN) Putat Nutug Parung Bogor yang berada dibawah proyek

Seksi RPS ANKN Kantor Wilayah Departemen Sosial Provinsi

Jawa Barat. Pada tahun 1983-1986 (PRSKN) dipimpin oleh Bapak

Tatang Sumantri, BSW dan dibantu oleh 7 (tujuh) orang PNS dan

7 (tujuh) orang honorer. Pada bulan Agustus 1986 melakukan

kerjasama dengan PLN Cabang Depok untuk mengalirkan listrik

demi pelayanan terhadap klien, dan melakukan perluasan lahan

seluas 2,5 Ha, sehingga luas lahan menjadi 7,5 Ha.

Metode rehabilitasi sosial yang digunakan pada saat itu adalah

TQN (Toreqat Qodiriyah Naqsabandiyah) seperti mandi malam,

dzikir, sholat wajib dan sunah, pendekatan pekerjaan sosial,

praktik belajar kerja. Pada periode selanjutnya dipimpin oleh

Bapak Letkol Pol. Dr. Soeseno dan terjadi penambahan 3 orang

Pegawai Negeri Sipil serta beberapa tenaga honorer. Di periode ini

pula terjadinya kerjasama antara panti dengan pihak kepolisian

Page 54: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

41

resort bogor yaitu adanya personel kepolisian. Saat itu jumlah

klien yang ditangani sebanyak 100 orang. Pengoptimalisasian

terhadap fungsi gedung poliklinik yang bekerjasama dengan

puskesmas.

PRSKN bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor,

Kepolisian Resort Bogor, Puskesmas Ciseeng Bogor, Dinas Sosial

di lingkugan Jawa Barat, dan Departemen Tenaga Kerja

Kabupaten Bogor, penjalinan kerjasama ini dilakukan untuk

mengembangkan program-program yang ada di PRSKN.

Dikeluarkan SK Dirjen Bin-Rehsos nomor: (6/KEP/BRS/IV/1994)

pada tanggal 26 April 1994 PRSKN Putat Nutug berubah nama

menjadi PSPP “Galih Pakuan” Bogor. PSPP “Galih Pakuan”

Bogor mengalami perubahan nomenklatur pada tanggal 9 Agustus

2018 menjadi Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA (BRSKPN) “Galih Pakuan” di Bogor.

Gambar 3.1

Gedung BRSKPN Galih Pakuan Bogor

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2020

Page 55: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

42

B. Visi, Misi dan Sasaran Pelayanan

1. Visi

Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahguna NAPZA

(BRSKPN) Galih Pakuan Bogor sebagai pusat pelayanan,

perlindungan, dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan

NAPZA, yang berstandar nasional, profesional, dan berkualitas.

2. Misi

a. Menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial

penyalahgunaan NAPZA dengan pendekatan multi-intervensi

holistik sistematik.

b. Menyelenggarakan pengkajian pengembangan model layanan

rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.

c. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi terkait wilayah

cakupan kerja balai.

d. Melaksanakan penjangkauan penerima manfaat lintas wilayah

dan lintas nasional.

e. Menyelenggarakan Rakor, Bimtap, dan Bimtek bagi IPWL dan

masyarakat sebagai bentuk penguatan kapasitas kelembagaan.

f. Menyelenggarakan layanan respon kasus.

3. Sasaran Pelayanan

Menurut Afriadi Rosdi dalam (Rosdi 2018, 52) sasaran

pelayanan rehabilitasi sosial di Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahguna NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor terdiri

atas:

a. Korban penyalahguna NAPZA yang dirujuk dari dinas atau

instansi terkait (Dinas Sosial, BNN, Kepolisian, Dinas

Kesehatan, Kejaksaan dan instansi terkait lainnya).

b. Korban Penyalahguna NAPZA hasil penjangkauan.

Page 56: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

43

c. Korban Penyalahguna NAPZA yang datang dengan keinginan

sendiri mengikuti program rehabilitasi sosial.

d. Usia dewasa 18 tahun sampai 50 tahun

e. Jenis kelamin laki-laki

C. Jenis Pelayanan Program Terapi

Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahguna NAPZA

(BRSKPN) Galih Pakuan Bogor memiliki program yang terdiri dari

empat menu utama terapi yang terdiri dari:

Tabel 3.2 Rincian Pelayanan Program Terapi

NO PELAYANAN

PROGRAM KEGIATAN

1. Terapi Fisik

1. Mandi teratur

2. Makan teratur

3. Pemeriksaan kesehatan

4. Membereskan tempat tidur

5. Olahraga teratur

6. Menjaga kebersihan

lingkungan

2. Terapi

Psikososial

1. Morning meeting

2. PAGE group

3. Discussion group

4. Encounter grup

5. Seminar

Page 57: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

44

3. Terapi Mental

Spiritual

1. Sholat berjamaah

2. Pengajian (Muhadhoroh)

3. Yasinan

4. Kebaktian

5. Beribadah teratur sesuai

agama masing-masing

4. Terapi Penghidupan

(Livelihood)

1. Kepemimpinan

2. Disiplin

3. Manajemen waktu

4. Vokasional (pelatihan

keterampilan)

5. Mengerti tujuan hidup

Sumber: Arsip Data BRSKPN Galih Pakuan Bogor 2018

D. Struktur Organisasi

Balai Rehabilitasi Sosial (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor

memiliki struktur organisasi. Tujuan dibuatnya struktur organisasi

untuk memperjelas jalur hubungan para petugas dalam melakukan

tanggung jawab pekerjaannya. Struktur organisasinya sebagai

berikut:

Page 58: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

45

Bagan 3.1

Sumber: Arsip Data BRSKPN Galih Pakuan Bogor 2018

Page 59: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

46

E. Alur Pelayanan Proses Rehabilitasi Sosial

Bagan 3.2

Sumber: Arsip Data Lembaga Tahun 2018

Page 60: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

47

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Dalam pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan

NAPZA tidak terlepas dari adanya proses perkembangan psikososial. Ada

beberapa program yang dibuat secara khusus dalam pelayanan rehabilitasi

sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA. Salah satunya program terapi

psikososial yang dilaksanakan di Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor. Dalam

penelitian ini akan dilakukan evaluasi proses terhadap program terapi

psikososial tersebut.

Evaluasi proses yang dimaksud merupakan suatu upaya pengkajian

untuk menilai dan menganalisa pemberian layanan suatu program yang

sedang berjalan dengan menggunakan empat kriteria yang relevan

diantaranya ialah standar praktik terbaik (Best Standar Practice),

kebijakan, tujuan proses, kepuasan klien.

1. Standar Praktik Terbaik (Best Standar Practice)

Standar praktik terbaik merupakan suatu aturan yang dijadikan

pedoman atau acuan sumber daya manusia didalam suatu lembaga.

Tujuan dibuatnya standar praktik untuk menjaga konsistensi, dan

memberikan ukuran dalam penilaian mutu kerja atau penilaian

sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan. Berikut ini yang akan

dibahas ialah mencakup standar sarana dan prasarana dan standar

proses pelayanan.

a. Standar Sarana dan Prasarana

Standar sarana dan prasarana ini mencakupi ruangan dan juga

peralatan yang digunakan dalam program terapi psikososial di

Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

Page 61: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

48

(BRSKPN) Galih Pakuan Bogor. Berikut pembahasannya:

1. Ruangan Entry-House

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti

ruangan Entry-House merupakan ruangan yang digunakan

untuk menstabilisasi dari putus zat, dan untuk orientasi

program terapi psikososial. Di dalam ruangan ini juga

penerima manfaat melaksanakan pre test terkait dengan

program rehabilitasi. Setelah penerima manfaat stabil secara

emosional maka penerima manfaat dipindahkan ke asrama

yang telah ditentukan oleh lembaga berdasarkan hasil

screening dan assessment. Kemudian penerima manfaat

diizinkan untuk mengikuti terapi psikososial secara langsung.

Berikut ini dijelaskan oleh Ibu Lastri selaku pekerja sosial

adiksi tujuan adanya ruangan Entry-House tersebut:

“Tujuan dari asrama Entry-House itu adalah untuk

detoks atau untuk hmm.. mengeluarkan zat-zat yang

ada di dalam tubuh si penerima manfaat hmm.. seperti

pengaruh zat narkoba yang digunakannya, dan hmm..

tujuan dari asrama Entry-House juga emm.. untuk

asesmen hmm.. jadi si klien ini atau si penerima

manfaat ini cocoknya di tempatkan di asrama mana,

setelah itu tujuan dari Entry-House juga dimana

penerima manfaat di tempatkan awalnya adalah

emm.. untuk hm... mensosialisasikan program-

program atau terapi psikososial yang akan diterima

oleh penerima manfaat. Setelah itu biasanya kurang

lebih seminggu di Entry-House setelah itu sesuai

dengan hasil asesmen yang dilakukan oleh staf Entry-

House maka emm.. PM akan dipindahkan ke asrama

selanjutnya. Iya selama mereka di Entry-House staf di

Entry-House akan emm.. mensosialisasikan misalnya,

kalo di asrama dormitori satu maupun dormitori dua

hmm.. grup-grup terapi atau terapi psikososial yang

akan mereka terima itu seperti apa, terus hmm.. untuk

di Entry-House sendiri karena memang tujuannya

Page 62: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

49

hanya untuk detoks gitu jadi belum ada terapi

psikososial nanti terapi psikososial akan mereka

terima pada saat mereka sudah dipindah asrama.”

(Ibu Lastri, 20 April 2020).

Sedangkan menurut bu Asti selaku pengurus lembaga

mengatakan bahwa ruangan Entry-House digunakan untuk

observasi dan discreening berikut penjelasannya:

“Di Entry-House diobservasi discreening lagi nah

nanti dicari kira-kira klien tersebut hmm.. kondisi

penyalahgunaannya, tingkat ktergantungan terhadap

NAPZAnya berat, ringan, atau sedang”

(Ibu Asti, 18 April 2020).

Gambar 4.2

Gedung Entry-House

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2020

Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa ruangan

Entry-House tersebut memang dirancang untuk tahapan awal

yaitu detoks atau mengeluarkan zat-zat yang ada didalam

Page 63: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

50

tubuh penerima manfaat. Saat di ruangan ini juga penerima

manfaat di assesment dan discreening untuk mengetahui

tingkat ketergantungan penerima manfaat menggunakan

NAPZA tersebut.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti

melihat bahwa kondisi ruangan Entry-House ini sangat

tertutup, dan bangunannya pun terlihat sudah lama. Di dalam

ruangan Entry-House terdapat aula untuk mensosialisasikan

terapi psikososial dan memberikan motivasi kepada penerima

manfaat untuk mengikuti kegiatan terapi psikososial.

Ruangan aula ini dinamakan dinning hall, dan memiliki

ukuran 6x13 m2. Ruang dinning hall ini bersih dan ada

beberapa barang-barang yang berserakan di meja. Dinding

ruangan ini dipenuhi dengan jendela-jendela yang

memberikan cahaya sinar matahari secara langsung sehingga

jika siang hari tidak perlu menyalakan lampu. Kondisi jendela

juga masih bagus dan tampak baru di renovasi.

Gambar 4.3

Ruangan Entry-House

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2020

Page 64: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

51

Ibu Yulia selaku pekerja sosial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor menjelaskan kondisi ruangan Entry-House sebagai

berikut:

“Untuk yang di Entry-House tidak seluas primary

kondisinya, biasanya untuk ruang terapinya itu ada di

letaknya ada di sebelah ruangan staf dan untuk

kegiatan terapi kelompok seperti halnya di primary

juga dilaksanakan cuma karena mengingat jumlah

penerima manfaat di asrama Entry-House itu tidak

sebanyak di asrama primary jadi luasnya pun tidak

seluas di asrama primary.”

(Ibu Yulia, 27 Maret 2020).

Sedangkan menurut Ibu Erni selaku pekerja sosial

mengatakan bahwa:

“Hehe.. hmm.. Kalau kondisi-kondisinya ya baik lah

gitu kan ya, hm.. bisa di fungsikan gitu kan bisa di

fungsikan cuman ya itu tadi nih nih makanya kalo saya

jujur-jujuran aja gitu kan ya hm.. belum memadai

gitu, belum memadai dalam istilahnya. Belum

memadai gitu, itupun kadang-kadang saya juga suka

duh suka gimana ya suka geregetan gitu geregetan

kalo aduh nih ruangan gitu.”

(Ibu Erni, 3 April 2020).

Dari hasil wawancara dan observasi diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa ruangan yang digunakan untuk detoks dan

mensosialisasikan serta memberikan motivasi cukup baik dan

tidak terlalu luas seperti ruangan lainnya tetapi cukup untuk

menampung penerima manfaat yang baru mulai di

rehabilitasi. Untuk cahaya yang dibutuhkan dalam

menjalankan rehabilitasi pada siang hari yaitu sinar matahari

langsung yang menembus jendela-jendela pada ruangan.

Ruangan ini cukup bersih hanya saja kondisinya yang kurang

Page 65: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

52

rapi karena banyaknya barang-barang yang berserakan.

2. Ruang Dormitory 1

Ruang dormitory 1 atau yang biasa disebut dengan

asrama primary merupakan ruangan yang digunakan untuk

melaksanakan program terapi psikososial. Dormitory 1

merupakan tempat seseorang dengan penggunaan zat yang

tingkat ketergantungannya tinggi.

Gambar 4.4

Gedung Dormitory 1

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2020

Berdasarkan hasil observasi peneliti melihat bahwa

ruangan dormitory 1 ini sangat luas bahkan lebih luas

dibandingkan ruangan-ruangan lainnya. Ruangan ini

berukuran 20x13 m2 dan dapat menampung seratus penerima

manfaat. Ruangan ini memiliki dua lantai. Jarak ruang ini

cukup jauh dari ruangan Entry-House karena ruangan

Page 66: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

53

dormitory 1 terletak di belakang. Posisinya yang cukup jauh

dari jalan raya membuat suasana ruangan ini sunyi tidak

adanya kebisingan dari kendaraan di luar sehingga saat

melakukan terapi psikososial kondusif. Peneliti melihat di

ruangan dormitory 1 keadaannya cukup ramai oleh penerima

manfaat yang sedang berkumpul. Di dormitory 1 ini juga

memiliki ruangan aula yang digunakan untuk terapi

psikososial. Ruangannya juga cukup luas, bersih dan rapi.

Gambar 4.5

Ruangan Dormitory 1

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2020

Kondisi ruangan dormitory ini juga disampaikan oleh Ibu

Yulia selaku pekerja sosial sebagai berikut:

“Kalau untuk ruang terapi di asrama primary itu

kondisi ruangannya hmm.. sebetulnya tidak terlalu

banyak peralatan khusus jadi itu hanya berupa

ruangan saja yang luas, ruangannya luas karena

harus mengakomodir atau menampung hmm.. dari

jumlah penerima manfaat yang cukup banyak untuk

kegiatan terapi kelompok sendiri. Jadi hmm.. Untuk

kondisinya hanya bisa digambarkan mungkin dari

segi luasnya saja itu cukup luas, itu untuk yang terapi

Page 67: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

54

yang ada di primary.”

(Ibu Yulia, 27 Maret 2020).

Hal ini juga didukung oleh pernyataan dari Ibu Asti

selaku pengurus lembaga sebagai berikut:

“Sarana dan prasarana yang tersedia dalam program

terapi psikososial di Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA, terbilang sudah cukup

memadai, luas kapasitas dorm 1, dorm 2 itu bisa

menampung dalam jumlah banyak PM secara

keseluruhan.”

(Ibu Asti, 18 April 2020).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas dapat

disimpulkan bahwa ruangan dormitory 1 cukup luas untuk

melakukan terapi psikososial, kondisi ruangannya juga cukup

baik karena bersih dan rapi. Ruangan ini cukup memadai

untuk melakukan terapi psikososial. Hanya saja perlu adanya

peningkatan.

3. Ruang Dormitory 2

Ruang dormitory 2 ini digunakan untuk terapi

psikososial. Untuk menempatkan penerima manfaat dalam

ruangan ini para petugas melihat berdasarkan tingkat

ketergantungannya, ruangan dormitory 2 ini merupakan

tempat bagi penerima manfaat yang memiliki tingkat

ketergantungan tinggi atau berat sama halnya dengan

dormitory 1.

Page 68: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

55

Gambar 4.6

Gedung Dormitory 2

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2020

Berdasarkan hasil observasi peneliti melihat bahwa ruang

dormitory 2 ini letaknya berseberangan dengan gedung

dormitory 1. Ruangan ini berukuran lebih luas dibandingkan

dengan dormitory 1 yaitu 25x15 m2. Gedung ruangan ini

terlihat masih baru dan bagus. Jika dilihat kondisi ruangan

dormitory 2 tidak jauh berbeda dengan dormitory 1. Di dalam

ruangan ini juga terlihat bersih dan rapi, tidak ada sampah dan

peralatan yang berserakan satupun.

Gambar 4.7

Ruangan Dormitory 2

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2020

Page 69: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

56

Kondisi ruangan ini juga disampaikan oleh Bapak

Wahidin selaku kepala balai berikut penjelasannya:

“Kondisi ruangan terapi psikososial sangat layak

yang ada di asrama masing-masing, maupun

dilaksanakan di luar gedung juga, karena disitu juga

bisa berinteraksi langsung sama pekerja sosial,

konselor, langsung berinteraksi langsung kepada

penerima manfaat tersebut, bisa individu bisa

kelompok, kelompok kecil kelompok besar juga bisa

digunakan di asrama yang ada di Galih Pakuan, tapi

kalau gedung khusus, khusus untuk terapi psikososial

belum ada di Galih Pakuan.”

(Bapak Wahidin, 6 April 2020).

Hal ini juga didukung oleh pernyataan Ibu Lastri selaku

pekerja sosial adiksi sebagai berikut:

“Kalau untuk saat ini kondisi ruangannya cukup

baik.”

(Ibu Lastri, 20 April 2020).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti

ruangan dormitory 2 ini diisi oleh penerima manfaat dengan

tingkat ketergantungan zatnya tinggi. Ruangan dormitory 2

ini juga cukup memadai untuk melakukan terapi psikososial.

Selain ruangannya luas juga dapat menampung para penerima

manfaat ruangan ini juga bersih dan rapi dapat menimbulkan

kenyamanan para penerima manfaat dan mencegah timbulnya

penyakit yang disebabkan oleh ruangan yang kotor.

Page 70: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

57

4. Ruangan House Of Growth (HOG)

Berdasarkan hasil observasi peneliti melihat bahwa

ruangan HOG terletak di dekat ruang Re-Entry. Pelaksanaan

program terapi psikososial ini dilakukan di ruangan aula HOG

yang memiliki luas 6x13 m2 ruangan ini cukup luas dan bisa

menampung penerima manfaat untuk menjalani terapi

psikososial. Kondisi ruangan ini juga bersih dan rapi.

Gambar 4.8

Ruangan House Of Growth

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2020

Ibu Asti juga menyatakan pendapatnya mengenai kondisi

ruangan terapi psikososial sebagai berikut:

“Hog itu luas kapasitasnya itu sudah memadai dengan

jumlah klien ya ditampungnya gitu ya. Jadi secara

keseluruhan sudah memadai sih.”

(Ibu Asti, 18 April 2020).

Page 71: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

58

Hal ini juga diyakini oleh pernyataan dari Ibu Lastri

sebagai berikut:

“Sejauh ini sarana dan prasarana yang disediakan

sama pihak balai sudah cukup mendukung dalam

menjalankan terapi psikososial bagi penerima

manfaat yang ada di balai, hanya saja perlu

ditingkatkan.”

(Ibu Lastri, 20 April 2020).

Jika dilihat dari hasil observasi dan wawancara diatas

ruangan HOG ini juga digunakan sebagaimana mestinya.

Ruangan ini cukup memadai untuk melaksanakan program

terapi psikososial. Karena kondisi ruangannya yang tidak

terlalu besar dan penerima manfaat yang berada di ruangan

HOG ini tidak terlalu banyak dapat membuat proses

pelaksanaan program berjalan dengan kondusif. Ruangan

HOG ini cukup rapi dan bersih.

5. Ruangan Re-Entry

Pada tahapan Re-Entry ini penerima manfaat

dipersiapkan untuk memasuki kembali kehidupan normal di

mayarakat. Dari hasil observasi ruangan Re-Entry ini

memiliki ukuran 6x13 m2. Ruangan ini berada di dekat ruang

Entry-House. Ruangannya tidak terlalu besar seperti ruangan

dormitory 1 dan dormitory 2 tetapi cukup untuk menampung

penerima manfaat yang sudah melewati tahapan-tahapan

sebelumnya dan siap untuk menjalankan peran-perannya

yang ada di masyarakat. Ruangan Re-Entry ini kondisinya

Page 72: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

59

cukup baik, bersih dan juga rapi.

Gambar 4.9

Gedung Re-Entry

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2020

Gambar 4.10

Ruangan Re-Entry

Sumber: Dokumentasi Pribadi 2020

Page 73: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

60

Kondisi ruangan tersebut terlihat bersih dan rapi. Hal ini

disampaikan oleh Ibu Yulia sebagai berikut:

“Re-Entry sama Hog sedikit banyak sama kayak di

Entry-House, ruangannya tidak terlalu besar”

(Ibu Yulia, 27 Maret 2020).

Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Ilyas sebagai

berikut:

“Ruangan ini kondisinya baik ya, hanya saja perlu

ditingkatkan lagi”

(Bapak Ilyas, 25 April 2020).

Berdasarkan hasil Observasi dan wawancara dapat

disimpulkan bahwa ruangan Re-Entry memiliki ukuran yang

cukup luas dan sama seperti ruang HOG dan Entry-House.

Ruangan Re-Entry ini cukup memadai karena selain luas dan

dapat menampung penerima manfaat, ruangan ini juga bersih

dan rapi.

6. Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam proses rehabilitasi sosial

disesuaikan dengan Peraturan Menteri Sosial Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Pasal 71 tentang sarana dan

prasarana fisik rehabilitasi sosial yang menyebutkan bahwa

peralatan lembaga rehabilitasi sosial bagi pecandu dan korban

penyalahgunaan NAPZA terdiri dari peralatan penunjang

perkantoran, peralatan komunikasi, penerangan, instalasi air

dan air bersih, peralatan bantu bagi penerima layanan, dan

peralatan penunjang layanan teknis.

Page 74: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

61

Berdasarkan hasil observasi peneliti melihat bahwa

peralatan yang digunakan dalam program terapi psikososial

tidak ada peralatan khusus. Para penerima manfaat hanya

menggunakan alat tulis seperti kertas dan pulpen. Untuk

peralatan lainnya seperti kursi, meja, lampu, dan kipas angin.

Hal ini disampaikan oleh Bapak Ilyas selaku konselor adiksi.

Berikut penjelasannya:

“Peralatan yang dipakai meja, kursi, ada juga

clipboard, kertas, pulpen, spidol, yaaa semacam

itulah kita belajar sekolah, itu juga salah satu alatnya.

Tapi yang paling utama sih meja dan kursi ya.”

(Bapak Ilyas, 25 April 2020).

Ibu Erni juga menyebutkan peralatan yang digunakan

untuk terapi psikososial sebagai berikut:

“Kalau untuk alatnya ya biasa lah kita paling kita ada

kertas ada pulpen gitu, terus biasanya saya suka minta

izin juga sama PM saya kalo memang dirasa perlu

gitu kan merekam gitu kan bisa aja saya perekam juga

pakai handphone aja, terus ya paling itu sih untuk

peralatan ngga ada yang lain yang setiap hari kita

gunakan sih paling itu aja.”

(Ibu Erni, 3 April 2020).

Hal senada juga dijelaskan oleh Ibu Lastri sebagai

berikut:

“Alat yang digunakan untuk terapi psikososial ya

seperti kertas, alat tulis, kursi gitu aja sih.”

(Ibu Lastri, 20 April 2020).

Page 75: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

62

Dari hasil data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

peralatan yang digunakan untuk melaksanakan program

terapi psikososial tidak memerlukan peralatan yang khusus.

Peralatan yang digunakan cukup simple dan mudah. Karena

terapi psikososial merupakan terapi kelompok yang dimana

kegiatannya menggambarkan kehidupan sehari-hari di

masyarakat. Kegiatan terapi psikososial juga mengandalkan

pemikiran dan panca indra karena pada terapi ini penerima

manfaat dilatih untuk berfikir, mendengarkan, dan berbicara.

Jika dilihat berdasarkan observasi peralatan yang

digunakan seperti kursi, meja, alat tulis, kipas angin, lampu

masih dapat berfungsi dengan baik, hanya saja ada kipas

angin yang mengalami kerusakan. Hal ini juga disampaikan

oleh Ibu Erni sebagai berikut:

“Kalau untuk peralatan ya kadang saya juga mikir

duh anak-anak juga di dalam asrama gitu kan

terkadang mungkin ya ACnya yang suka naik turun,

kipas angin juga suka ada yang mati terus mati lampu

gitu, hmm... terus juga penerangan untuk yang di

dalamnya sendiri tuh kayaknya agak sumpek gitu kan

ya dengan kalau kapasitas anak yang banyak gitu,

jadinya ada beberapa hal sih gitu kan ya, tapi ya

selama ini sih gitu ya itu tadi ya so far alhamdulillah

lah lumayan gitu cuman belum memadai gitu.

(Ibu Erni, 3 April 2020).

Sedangkan menurut pendapat Ibu Yulia sebagai berikut:

Hmm.. kondisinya masih dalam keadaan yang baik,

Page 76: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

63

soalnya kalau misalkan ada peralatan yang sudah

tidak berfungsi itu biasanya SOPnya itu harus segera

dilaporkan ke sub bagian tata usaha dan tata usaha

segera menindaklanjutinya, apakah itu dengan

memperbaiki atau dengan mengganti menariknya

kemudian mengganti, dan itu berlaku untuk semua

barang-barang yang ada hm.. fasilitas yang ada

sarana prasarana yang ada di Galih Pakuan termasuk

untuk perlengkapan yang ada di ruangan terapi

psikososial.

(Ibu Yulia, 27 Maret 2020).

Bapak Ilyas juga mengatakan bahwa:

“Kondisi peralatan cukup baik, selalu apa.. update

terus. Untuk saat ini tidak ada kerusakan sih karena

baru apa ya… ganti. Banyak yang sudah diganti.”

(Bapak Ilyas, 25 April 2020).

Dari hasil observasi dan wawancara di atas dapat

disimpulkan bahwa kondisi peralatan terapi psikososial cukup

baik dimana setiap alat masih berfungsi sebagaimana

mestinya. Jika peralatan mengalami kerusakan maka petugas

langsung bertindak untuk memperbaiki atau menggantinya,

dan semua peralatan sudah sesuai dengan standar yang ada.

b. Standar Proses

Standar proses adalah standar spesifikasi pemberian layanan

yang digunakan sebagai acuan atau urutan kegiatan pemberian

layanan. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 bahwa standar

Page 77: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

64

proses yang akan dibahas mencakup urutan kegiatan. Urutan

kegiatan dalam hal ini dilihat dari jadwal kegiatan pelaksanaan

terapi psikososial. Jadwal kegiatannya sebagai berikut:

Tabel 4.3 Rencana Kegiatan Terapi Psikososial

NO. KEGIATAN WAKTU KEGIATAN

Hari Jam

1. Morning meeting Senin-Jumat 09.00-11.30

2. Page Group Senin 14.00-15.30

3. Seminar Selasa 13.00-15.00

4. Discussion Group Rabu 14.00-15.30

5. Encounter Group Kamis 14.00-15.30

Sumber: Arsip Data Tahun 2018 BRSKPN Galih Pakuan Bogor

Dari hasil observasi peneliti melihat bahwa terapi psikososial

dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Waktu

pelaksanaan kegiatan juga melihat situasi dan kondisi yang ada,

hal ini telah dibuktikan oleh peneliti pada saat peneliti ingin

melakukan observasi dalam kegiatan page group tetapi kegiatan

tersebut digantikan oleh religius class karena pembimbing religius

class hanya bisa datang pada hari itu, sehingga kegiatan page

group direschedule.

Ibu Asti selaku pengurus lembaga menyatakan hal sebagai

berikut:

“Sejauh ini pelaksanaan terapi psikososial di asrama

sudah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.

Jadi, masing-masing kegiatan itu sudah on schedule

lah istilahnya. Kalaupun misalkan ada perubahan

karena alasan tertentu biasanya itu langsung di follow

up sama pendampingnya, dan nanti diganti di lain

hari misalkan seperti itu.”

Page 78: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

65

(Ibu Asti, 18 April 2020).

Ibu Erni juga mengatakan hal yang sama bahwa:

“Kalau untuk pelaksanaannya kita diusahakan sesuai

jadwal ya kita usahakan sesuai jadwal untuk yang

grup-grup gitu kan, tapi kadang ada kendala juga,

kita fleksible sih gitu, mungkin waktunya diundur atau

waktunya dimajuin atau mungkin di skip gitu, itu

biasanya seperti itu jadi tidak yang mutlak atau

misalkan ini harus gitu, sebisa mungkin schedule

berjalan.”

(Ibu Erni, 3 April 2020).

Hal ini juga dijelaskan oleh Ibu Yulia bahwa:

“Pelaksanaannya juga sudah dilaksanakan sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan tapi kalau

misalkan ada beberapa kegiatan yang hm.. sifatnya

hm.. perlu menyesuaikan itu diperbolehkan tetapi

kalau untuk standar jadwal itu sudah disusun.”

(Ibu Yulia, 27 Maret 2020).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diatas peneliti

membuat kesimpulan bahwa para petugas telah membuat jadwal

kegiatan pelaksanaan terapi psikososial. Pelaksanaan terapi

psikososial ini sudah sesuai dengan jadwal, hanya saja terkadang

ada suatu halangan yang menyebabkan jadwal terapi psikososial

direschedule.

2. Kebijakan Lembaga

Kebijakan yang dibahas dalam penelitian ini adalah kebijakan

lembaga dalam program terapi psikososial yang berkaitan dengan

sumber daya manusia.

a. Kriteria Klien

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti,

Page 79: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

66

peneliti melihat bahwa para klien yang mengikuti terapi

psikososial di Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor merupakan klien dewasa

dan berjenis kelamin laki-laki. Pelayanan program rehabilitasi

khususnya program terapi psikososial ini ditujukan untuk orang-

orang yang mengalami penyalahgunaan NAPZA. Seperti yang

dijelaskan oleh Ibu Asti selaku pengurus lembaga terkait kriteria

yang harus dimiliki oleh klien agar dapat mengikuti program

terapi psikososial:

“Tentu saja ada, pertama ketika klien datang pertama

kali ke balai ini juga pertama kriteria yang harus dia

miliki misalkan ya, dia harus korban penyalahguna

NAPZA, kalau bukan merupakan korban

penyalahguna NAPZA dia tidak bisa disini misalkan

dengan diagnosa yang lain ada juga biasanya yang

seperti itu kita tidak bisa terima gitu ya, jadi kita

screening dulu. Jadi semua klien discreening apakah

memenuhi kriterianya dengan terapi psikososial yang

kita berikan disini apakah pelayanan rehab kita cocok

dengan klien tersebut. Kemudian setelah masuk ke

kita juga setelah lolos screening itu klien juga

discreening lagi di assessment lagi jadi terus di

assessment, misalkan ketika lolos screening dia masuk

ke Entry-House, di Entry-House di observasi

discreening lagi nah nanti dicari kira-kira klien

tersebut hmm.. kondisi penyalahgunaannya, tingkat

ketergantungan terhadap NAPZAnya berat, ringan,

atau sedang, nah itu kriteria itu juga harus

diperhatikan, misalkan, ketika di observasi si klien itu

ternyata hmm.. pengguna berat misalkan berarti si

klien itu harus masuk ke asrama dorm dia harus ikut

program primary ya. kemudian kalau misalkan yang

ringan misalkan nah dia juga masuk ke program

primary tetapi asramanya di House of Growth

misalkan dia belum terlalu lama pakai atau misalkan

frekuensi penggunaannya dia itu misalkan masih

jarang gitu ya atau misalkan cuma sekali atau dua kali

Page 80: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

67

misalkan gitu ya, nah itu dia masuk ke house of growth

yang durasi programnya itu tidak terlalu lama

dibandingkan dengan primary asrama di dorm 1 dan

dorm 2 seperti itu. Nah ketika misalkan dari dorm juga

misalkan nih ya misalkan si anak ini dia rencana

kedepannya ingin melanjutkan ke program vokasional

nah itu discreening lagi juga untuk program

vokasional itukan di Re-Entry nah apakah si klien

tersebut memenuhi kriterianya untuk melanjutkan ke

Re-Entry. Pokoknya setiap tahapan setiap fase itu

misalkan di dorm juga ketika dalam program primary

untuk fase itu kan ada younger middle older nah setiap

fase itu ketika dia mau naik ke fase selanjutnya itu

harus ada kriterianya juga seperti itu. Jadi selalu ada

screening gitu ya apakah klien sesuai dengan kriteria

hm.. terhadap hm.. terapi psikososial yang akan

diberikan gitu. Jadi semuanya untuk sejauh ini sih

sesuai ya kriteria yang dimiliki klien dengan terapi

psikososial yang diberikan gitu. Jadi, kriteria klien ini

disesuaikan dengan prosedur pengasramaan.”

(Ibu Asti, 18 April 2020).

Hal ini juga dijelaskan oleh Ibu Lastri selaku pekerja sosial

adiksi sebagai berikut:

“Hmm.. Kriterianya yang pertama dia harus hmm..

pemakai narkoba, karena terapi yang kita laksanakan

memang khusus untuk penerima manfaat yang

menggunakan narkoba, yang kedua dari segi kriteria

umum kita itu hm.. penerima manfaatnya itu usianya

hm.. di sekitar 18 tahun sampai 50 tahun, terus harus

bisa baca tulis karena memang ada beberapa grup

yang mengharuskan mereka untuk menulis dan

membaca juga, terus hmm.. yang ketiga harus hmm..

sehat secara jasmani maupun rohani dan tidak

mengalami gangguan dual diagnosis. Untuk penerima

manfaat yang baru diterima di BRSKPN Galih

Pakuan dia harus melalui beberapa tahapan

diantaranya yang pertama dia harus masuk asrama

Entry-House tujuan dari asrama Entry-House itu

adalah untuk detoks atau untuk hmm.. mengeluarkan

zat-zat yang ada di dalam tubuh si penerima manfaat

Page 81: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

68

hmm.. seperti pengaruh zat narkoba yang

digunakannya, dan hmm.. tujuan dari asrama Entry-

House juga hmm.. untuk assessment hmm.. jadi si

klien ini atau si penerima manfaat ini cocoknya di

tempatkan di asrama mana, setelah itu tujuan dari

Entry-House juga dimana penerima manfaat di

tempatkan awalnya adalah hmm.. untuk hmm..

mensosialisasikan program-program atau terapi

psikososial yang akan diterima oleh penerima

manfaat. Setelah itu biasanya kurang lebih seminggu

di Entry-House setelah itu sesuai dengan hasil

assessment yang dilakukan oleh staf Entry-House

maka hmm.. PM akan dipindahkan ke asrama

selanjutnya. Iya selama mereka di Entry-House staf di

Entry-House akan hmm.. mensosialisasikan misalnya,

kalo di asrama dormitori satu maupun dormitori dua

hmm.. grup-grup terapi atau terapi psikososial yang

akan mereka terima itu seperti apa, terus hmm.. untuk

di Entry-House sendiri karena memang tujuannya

hanya untuk detoks gitu jadi belum ada terapi

psikososial nanti terapi psikososial akan mereka

terima pada saat mereka sudah dipindah asrama.”

(Ibu Lastri, 20 April 2020).

Selain itu kriteria klien yang berhak menerima pelayanan

program terapi psikososial juga dijelaskan oleh Bapak Ilyas selaku

konselor adiksi:

“Semua klien bisa ikut terapi psikososial karena dari

depan sudah kita screening dan assessment lebih

lanjut.”

(Bapak Ilyas, 25 April 2020).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas dapat

ditarik kesimpulan bahwa pecandu atau korban penyalahgunaan

NAPZA yang berusia dewasa sekitar 18 sampai 50 tahun

merupakan target sasaran Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor.

Page 82: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

69

Pecandu atau korban penyalahgunaan NAPZA yang sudah

terdaftar di Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan

NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor harus melewati tahapan-

tahapan awal agar bisa mengikuti program terapi psikososial.

Tahapan awalnya seperti screening dan assessment selama 2

minggu, di tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah penerima

manfaat tidak memiliki dual diagnosis dan apakah pelayanan

rehabilitasi sosial di BRSKPN Galih Pakuan ini cocok dengan

penerima manfaat atau klien tersebut. Setelah penerima manfaat

lolos screening dan assessment penerima manfaat di tempatkan di

Entry-House.

Screening dan assessment masih terus dilakukan untuk

mengetahui tingkat ketergantungan terhadap NAPZA yang

digunakannya berat, sedang atau ringan. Hasil screening dan

assessment ini bertujuan untuk menentukan tempat pengasramaan

penerima manfaat. Di asrama inilah penerima manfaat

mendapatkan program terapi psikososial. Kriteria yang juga

diperlukan dalam program terapi psikososial ini penerima manfaat

harus bisa membaca dan menulis karena pada saat kegiatan terapi

psikososial penerima manfaat diharuskan untuk membaca dan

menulis. Jadi, penerima manfaat yang telah melewati tahapan

screening dan assessment selama 2 minggu dapat mengikuti terapi

psikososial di tempat asrama yang telah ditentukan oleh lembaga

berdasarkan hasil screening dan assessment saat di Entry-House.

b. Kriteria Petugas

Berdasarkan observasi dan wawancara para petugas yang

saat ini bekerja di Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor untuk

Page 83: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

70

program terapi psikososial sebagian besar berlatar belakang

pendidikan ilmu sosial. Selain itu juga terdapat konselor yang

berlatar belakang pendidikan SMA dan memiliki riwayat

penyalahgunaan NAPZA. Konselor tersebut juga harus pernah

menjalani proses rehabilitasi sosial. Hal ini dijelaskan oleh Ibu

Lastri selaku pekerja sosial adiksi sebagai berikut:

“Untuk kriterianya kita ada konselor adiksi, untuk

konselor adiksi kriterianya yang pertama dia harus

mantan pengguna narkoba, terus hmm.. latar

belakang pendidikannya SMA, dan harus memiliki

pengalaman pernah menjalani program rehabilitasi

dan pernah melaksanakan pelayanan untuk penerima

manfaat bagi pecandu narkoba, yang kedua pekerja

sosial adiksi sama hmm.. non addict tapi terus dia

harus latar belakangnya sarjana sosial dan harus

memiliki pengalaman juga pernah melayani penerima

manfaat pecandu narkoba.”

(Ibu Lastri, 20 April 2020).

Kriteria-kriteria yang harus dimiliki oleh petugas dalam

program terapi psikososial juga dijelaskan oleh Ibu Yulia selaku

pekerja sosial sebagai berikut:

“Oke tentang kriteria petugas ya.. Petugas di Galih

Pakuan untuk pelaksanaan terapi psikososial ini kan

ada beberapa macam, ada pekerja sosial, kemudian

ada hmm.. tenaga IPWL, tenaga IPWL itu terdiri dari

peksos adiksi sama konselor-konselor. Nah pertama

untuk yang kriteria pekerja sosial ASNnya, yang ASN

ya ini tidak ada kriteria khusus, jadi semua fungsional

pekerja sosial itu memang diharuskan untuk bisa

memberikan terapi psikososial bagi semua penerima

manfaat di semua asrama jadi mereka harus punya

kapabilitas untuk hmm.. memberikan teknik-teknik

terapi psikososial itu untuk ASN. Nah kemudian untuk

yang tenaga IPWL yang terdiri dari peksos adiksi

ataupun konselor hmm.. sama sih sebetulnya mereka

juga harus punya skill dan kapabilitas untuk

memberikan teknik-teknik terapi psikososial. Nah

Page 84: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

71

untuk konselor ini biasanya ada beberapa spesifikasi

khusus untuk pelayanan terhadap penerima manfaat

korban penyalahgunaan NAPZA, di kalangan

konselor itu ada pengetahuan-pengetahuan khusus

yang mengacu pada colombo plan namanya. Jadi,

hmm.. colombo plan itu salah satu badan hmm apa

ya.. Salah satu wadah dibawah PBB badan dibawah

PBB gitu ya, untuk menangani masalah adiksi di

seluruh dunia, nah jadi si konselor ini dia mempunyai

beberapa kurikulum pengetahuan yang mengacu ke

colombo plan tersebut. Hmm mulai dari farmakologi

untuk penyalahgunaan zat, kemudian teknik konseling

dasar untuk korban penyalahgunaan NAPZA,

kemudian assessment khusus yang diberikan kepada

korban penyalahgunaan NAPZA, nah mereka

harusnya idealnya itu memiliki kompetensi di bidang

ilmu-ilmu tersebut untuk konselor. Nah ini juga

sebetulnya berlaku bagi para pekerja sosial yang

ASN, bahkan ada ASN-ASN pekerja sosial yang di

Galih Pakuan itu yang sudah hmm.. mengikuti

beberapa sesi kurikulum colombo plan untuk

menambah pengetahuan mereka supaya teknik terapi

psikososialnya itu benar-benar khas atau spesifik

khusus bagi para penerima manfaat korban

penyalahgunaan NAPZA.”

(Ibu Yulia, 27 Maret 2020).

Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ibu Asti selaku

pengurus lembaga sebagai berikut:

“Ada, petugas harus punya pengetahuan dan skill

khususnya terapi psikososial yang cocok untuk korban

penyalahgunaan NAPZA itu seperti apa. Nah,

biasanya ada standar khusus nih yang dari colombo

plan itu loh dalam pemberian treatment tapi itu juga

harus disesuaikan dengan pendekatan pekerja sosial.

Nah, konselor disini juga banyak yang ikut colombo

plan ya, pelatihan colombo plan itu. Kemudian dalam

Page 85: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

72

pelatihan tersebut itu keterampilan yang dipelajarin

itu yang harus dikuasai itu macem-macem sih

misalkan bagaimana keterampilan cara screening dan

assessment gitu ya, kemudian bagaimana misalkan

dari segi farmakologinya, dari segi kesehatannya

seperti apa itu pengetahuannya itu harus dikuasain

juga, kemudian bagaimana cara untuk berelasi

dengan peer group, dengan significant outhersnya

seperti family itu harus dikuasain juga. Pokoknya

harus diketahuinlah yang pokoknya hal-hal yang

berhubungan dengan treatment ke korban

penyalahgunaan NAPZA dan disesuaikan dengan

pendekatan pekerja sosial kalau disini ya itu harus

dikuasai.”

(Ibu Asti, 18 April 2020).

Dari hasil observasi dan wawancara di atas kriteria petugas

yang dibutuhkan dalam program terapi psikososial merupakan

pekerja sosial dan tenaga IPWL yang terdiri dari pekerja sosial

adiksi dan konselor. Petugas-petugas tersebut harus memiliki ilmu

pengetahuan, keahlian, kapabilitas dan pengalaman dalam

memberikan pelayanan rehabilitasi sosial bagi pecandu atau

korban penyalahgunaan NAPZA, serta mengerti dan memahami

teknik-teknik yang akan digunakan dalam memberikan terapi

psikososial. Konselor memiliki standar atau spesifikasi khusus

yang di dalamnya terdapat pengetahuan-pengetahuan khusus dan

pelatihan-pelatihan khusus yang mengacu kepada colombo plan.

Colombo plan merupakan suatu wadah yang bekerja sama antar

Page 86: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

73

negara yang salah satu tujuan dari pembentukannya adalah

menangani permasalahan adiksi dengan cara memberikan

pelatihan-pelatihan seperti screening dan assessment, teknik

konseling, farmakologi dan dari segi kesehatannya. Selain

konselor, pekerja sosial ASN juga sudah mulai mengikuti colombo

plan tersebut.

3. Tujuan Proses

Tujuan yang ingin dicapai oleh program terapi psikososial di Balai

Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) Galih

Pakuan Bogor yaitu merubah perilaku seseorang untuk menjadi pribadi

yang lebih baik. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Wahidin selaku kepala

lembaga sebagai berikut:

“Tujuan untuk pemberian terapi psikososial kepada

penerima manfaat dimana kita harus mengubah

perilaku seseorang yang sudah dianggap buruk untuk

lebih baik kembali karena kita lihat setiap manusia

atau individu pasti punya masalah dan masalah

tersebut pasti ada jalan penyelesaiannya. Kenapa?

Karena setiap orang bisa berubah, kelompok bisa

mendukung untuk berubah, setiap individu harus

bertanggung jawab, adanya partisipasi aktif dari klien

tersebut dalam pelaksanaan kegiatan terapi

psikososial. Dalam pencapaian terapi psikososial

yang kita laksanakan disini, minimal ada perubahan

setiap hari, setiap minggu, atau bulannya, makanya

kita ada namanya catatan perkembangan harian,

bulanan, mingguan, kepada penerima manfaat.

Program yang kita laksanakan harus terstruktur

dapat menyediakan lingkungan aman dan kondusif

bagi perubahan penerima manfaat tersebut. Jadi,

kalau masalah tercapai saya yakin banyak

tercapainya karena kita melaksanakan terapi

psikososial tersebut sesuai dengan petunjuk, sesuai

dengan jadwal, anak yang ada di Galih Pakuan pasti

Page 87: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

74

ada perubahan maupun individu, maupun di

kelompoknya dan sebagainya. Tapi kalau di luar

setelah keluar dari Galih Pakuan itulah tugas

keluarga masing-masing penerima manfaat.”

(Bapak Wahidin, 6 April 2020).

Ibu Erni juga menyampaikan pendapatnya tentang tujuan

dari terapi psikososial sebagai berikut:

“Iya, maksutnya kalau tujuannya sendiri itu

diharapkan si PM itu ada perubahan perilaku gitu kan

ya, karena dari awal dia masuk itu kan dia banyak

mengalami hm.. permasalahan gitu kan ya,

permasalahan khususnya dalam penyalahgunaannya

gitu yang biasanya itu diiringi juga dengan

permasalahan juga, pekerjaan, keluarga, hm.. Ya

dengan apa namanya tuh? Dengan orang tua, ya istri

anaknya gitu. Nah disini diharapkan si PM ini dia bisa

bagaimana dia bisa bertanggung jawab terhadap

dirinya sendiri, lingkungan keluarga, dengan

perubahan yang ada gitu, terus juga hm.. Bagaimana

dia nanti bisa dapat berfungsi sosial seperti semula

gitu kan ya misalkan kalo dia sebagai anak, sebagai

ayah, sebagai hm.. Orang tua gitu. Terus bagaimana

dia bisa memecahkan masalahnya sendiri, karena

rata-rata biasanya para penyalahgunanya tuh

biasanya mereka tuh males untuk menghadapi

masalahnya biasanya ogah gitu. Hmm... Biasanya

mereka menghindari itu masalah yang akhirnya apa

untuk menyelesaikan masalahnya itu biasanya apa

timpah dengan pakai lagi pakai lagi gitu. Nah kita

berusaha bagaimana cooping skill dia, bagaimana dia

bisa memecahkan masalahnya, tau solusinya gitu,

hm.. dengan atau tanpa bantuan orang lain gitu,

karena kan orang lain itu hanya sebagai sarana

doang gitu. Dia secara mandiri bisa memerangi

kebosanannya dia gitu supaya dia melakukan hal-hal

yang positif gitu. Selain itu juga bagaimana dia bisa

hm.. melakukan nilai-nilai atau etika-etika yang ada

di masyarakat yang sebelumnya mereka langgar,

mereka dobrak gitu kan ya, mereka ga peduli, mereka

cuek gitu, mereka bisa paham lagi terhadap aturan-

Page 88: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

75

aturan itu gitu. Tujuannya seperti itu bertanggung

jawab terhadap dirinya sendiri, itu dulu deh gitu kan

ya yang paling utama sih itu gitu

(Ibu Erni, 3 April 2020).

Tercapainya tujuan proses pemberian layanan juga

dijelaskan oleh Ibu Yulia sebagai berikut:

“Pencapaian tentang tujuan terapi psikososial berarti

ini kaitannya sama evaluasi ya, nah untuk evaluasinya

sendiri jadi gini, sebetulnya untuk mulai tahun ini

diberlakukan sebuah alat ukur yang kita susun saya

dan teman-teman peksos susun hmm.. jadi ada

semacam pre test dan post test untuk melihat

keberhasilan dari terapi psikososial hmm.. yang

diberikan di Galih Pakuan. Jadi ini masih on going

process ya untuk pencapaian tahun ini gitu, cuma

kalau untuk tahun-tahun sebelumnya hmm hasil

pengukurannya itu hasil evaluasinya itu belum

berpatokan atau merujuk pada satu proses

pengukuran yang baku, kalau untuk tahun kemarin

karena baru mulai diberlakukan tahun ini si alat

ukurnya itu. Jadi untuk tahun-tahun kemarin sejauh

ini evaluasinya hanya berkisar antara apakah terapi

psikososial ini sudah dilalui semuanya oleh penerima

manfaat dari fase younger, middle, older apakah

mereka sudah menjalani ke semua fase itu gitu dan

rata-rata mereka yang sudah pulang, kalau yang

kasusnya bukan kabur atau split ya mereka komplit

program sampai pada tahap older. Jadi kalau ditanya

pencapaiannya terapi psikososialnya bagaimana

sejauh ini yang dilakukan tahun kemarin itu masih

berdasarkan pada aspek apakah penerima manfaat

sudah melalui keseluruhan tahapan program

jawabannya iya, tapi kalau untuk mengukur efektivitas

sejauh mana keberhasilan terapi psikososial ini yang

justru akan jadi project di Galih Pakuan sebetulnya

untuk tahun ini untuk mengukur keberhasilan tersebut

gitu. Kalau untuk alat ukurnya sudah tersedia tahun

ini.”

(Ibu Yulia, 27 Maret 2020).

Page 89: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

76

Bapak Ilyas selaku konselor adiksi juga memberikan

tanggapannya terkait dengan pencapaian tujuan proses program

terapi psikososial:

“Tujuan layanan menurut saya pribadi sudah cukup

tercapai, kalau presentasinya sekitar 70%, 30%nya

masih banyak kekurangan-kekurangan yang harus di

evaluasi.”

(Bapak Ilyas, 25 April 2020).

Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pemberian layanan sudah cukup tercapai dan tepat sasaran

walaupun masih ada kekurangan-kekurangan yang harus di

evaluasi. Pada tahun ini Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor terus

berupaya melakukan evaluasi dengan menggunakan sebuah alat

ukur khusus yang berfungsi untuk melihat pencapaian hasil dari

pemberian layanan program terapi psikososial bagi penerima

manfaat. Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya untuk melihat

pencapaian dari program terapi psikososial tersebut pihak lembaga

melakukan evaluasi terkait dengan pemberian layanan kepada

penerima manfaat yang dilaksanakan mulai dari penerima manfaat

berada di fase younger, middle sampai berada di fase older.

Pencapaian ini juga dilihat dari perubahan-perubahan dan

perkembangan penerima manfaat setiap harinya, setiap minggu

dan setiap bulan yang tertera pada catatan petugas lembaga.

4. Kepuasan Klien

a. Kenyamanan (Assurance)

Kenyamanan yang dimaksud dalam hal ini meliputi sikap

Page 90: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

77

ramah, sopan santun, pengetahuan dan kemampuan petugas untuk

menimbulkan rasa nyaman dari penerima manfaat dalam proses

pemberian layanan program terapi psikososial.

Hal ini disampaikan oleh WP selaku penerima manfaat atau

klien yang sudah menjalankan program terapi psikososial selama

kurang lebih enam bulan. WP mengatakan mengenai keramahan

petugas sebagai berikut:

“Hmm… yang saya alami sampai saat ini semua

petugas dan staf-staf yang ada disini sudah bersikap

sangat ramah dan bertindak sebagaimana mestinya.”

(WP, 7 Mei 2020).

WP juga mengutarakan rasa nyamannya terhadap para

petugas sebagai berikut:

“Hmm.. saya merasa sangat nyaman yah dengan

keberadaan mereka, karena dengan keberadaan

mereka juga bisa banyak membantu pemulihan saya

disini, bisa banyak memberikan feedback dan juga

support untuk bagaimana bersikap untuk menghadapi

pemulihan saya, dimana kan penyakit adiksi ini

adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan hanya

bisa pulih. Mereka memberikan banyak sekali

memberikan support dan dukungan juga masukan-

masukan yang sangat berguna untuk saya.”

(WP, 7 Mei 2020).

Hal senada juga disampaikan oleh MB bahwa:

“Oke.. Para petugas disini saya lihat cara kerjanya

profesional juga baik, ramah, ya kalo bilang bagus

lah gitu”

(MB, 7 Mei 2020).

MB memperkuat argumennya dengan mengatakan bahwa:

“Sangaaat merasa nyaman sih.. karena apa? kalau

staf misalnya ada disini gitu, kita sangat membantu

pemulihan klien disini juga residen disini juga gitu.

Page 91: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

78

Jadi kita ada apa-apa butuh punya masalah apa,

karena kan konselor staf atau disini itu apa ya.. dia

sebagai jembatan buat kita ke orang tua gitu. Jadi kita

punya masalah apa kita cerita sama staf yang disini

gitu.”

(MB, 7 Mei 2020).

Berdasarkan hasil wawancara dengan penerima manfaat

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan dan

pengalaman serta sikap profesional yang dimiliki oleh petugas

mampu membuat penerima manfaat merasa nyaman saat

menjalani rehabilitasi. Penerima manfaat juga percaya bahwa para

petugas dapat menolong mereka membantu dalam proses

pemulihan. Kepercayaan tersebut timbul dari adanya dukungan

dan motivasi-motivasi yang selalu diberikan kepada penerima

manfaat, dan petugas juga selalu ada di saat penerima manfaat

membutuhkan bantuan para petugas.

b. Empati (Emphaty)

Kemampuan para petugas untuk menunjukkan rasa empati

atau kepeduliannya dengan memberikan perhatian, dukungan, dan

memahami penerima manfaat atau klien. Hal ini sangat diperlukan

bagi para petugas, karena dengan adanya sikap perhatian dan

dukungan yang diberikan kepada penerima manfaat akan

membantu proses berjalannya rehabilitasi. Penerima manfaat atau

klien akan merasakan kepedulian tersebut sehingga penerima

manfaat merasa bahwa ia tidak sendirian dan banyak yang ingin

membantu serta memberikan dukungan agar penerima manfaat

Page 92: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

79

dapat pulih kembali.

WP menyampaikan terkait rasa empati para petugas sebagai

berikut:

“Semua pertugas disini dan staf-stafnya sangat peduli

hm.. terhadap diri saya dan juga terhadap family yang

lain.”

(WP, 7 Mei 2020).

Hal ini juga disampaikan oleh MB sebagai berikut:

“Peduli banget dia sama.. misal saya punya masalah

atau kalau saya lagi konseling lagi itu dia sangat

perhatian, pokoknya peduli banget lah..”

(MB, 7 Mei 2020).

Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan dari Bapak Wahidin

selaku ketua lembaga bahwa:

“Sumber daya manusia yang ada di Galih Pakuan 44

pegawai PNS, 21 konselor, honorer kurang lebih 34,

sangat-sangat mempunyai rasa kepedulian dan

perhatian kepada penerima manfaat. Bukan cuma

pekerja sosial yang harus empati kepada penerima

manfaat, tapi semua pegawai yang ada di Galih

Pakuan mulai dari pimpinan sampai tukang kebun

harus peduli, harus mempunyai tanggung jawab,

harus perhatian kepada penerima manfaat, karena

kita merasa kita satu keluarga, kita merasa sama-

sama untuk menjaga nama baik Galih Pakuan

bersama-sama untuk memulihkan residen yang ada di

Galih Pakuan.”

(Bapak Wahidin, 6 April 2020).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa para petugas sampai saat ini selalu bersikap

peduli dan memberikan perhatian serta dukungan kepada seluruh

penerima manfaat.

Page 93: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

80

c. Keandalan (Reliability)

Kemampuan petugas untuk memberikan pelayanan dengan

bersikap konsisten dan dapat diandalkan. Hal ini dijelaskan oleh

Bapak Wahidin sebagai berikut:

“Petugas sangat konsisten, dan sangat-sangat

diandalkan dalam pelayanan bagi penerima manfaat

dimana banyak ilmu dia miliki, terutama pekerja

sosial yang begitu dekat kepada penerima manfaat.

Begitupun dengan konselor adiksi, dimana saya lihat

tidak kenal siang, tidak kenal pagi, tidak kenal malam,

untuk memberikan pelayanan kepada penerima

manfaat, melaksanakan kegiatan-kegiatan di dalam

asrama maupun di luar asrama sesuai dengan tata

tertib yang ada di Galih Pakuan dengan jadwal

kegiatan yang kita sudah susun dari mulai anak masuk

di Galih Pakuan, sampai penerima manfaat tersebut

keluar dari Galih Pakuan atau selesai mengikuti

rehabilitasi sosial di Galih Pakuan.”

(Bapak Wahidin, 6 April 2020).

Hal ini juga diperkuat oleh Ibu Asti bahwa:

“Sejauh ini petugas mampu bersikap konsisten untuk

mendukung kepulihan klien. Misalkan konsisten

dalam proses naik fase, kalau si klien itu belum

memenuhi kriteria untuk naik fase, maka itu tidak

akan diizinkan si klien tersebut naik fase, atau

misalkan refelar ke asrama selanjutnya gitu. Jadi

petugas disini harus konsisten karena kalau tidak

konsisten itu tidak akan maksimal pelayanan rehab

yang diberikan gitu. Jadi, konsistensi ini penting untuk

mendorong kepulihan klien kalau tidak konsisten ya

program terapi psikososial yang diberikan ya akan

sia-sia.”

(Ibu Asti, 18 April 2020).

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa para petugas

sangat bisa diandalkan dalam memberikan pelayanan, petugas

juga selalu berusaha konsisten terhadap tugas yang menjadi

Page 94: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

81

tanggung jawab mereka dan konsisten dalam mematuhi peraturan

atau tata tertib yang diberlakukan oleh lembaga. Bersikap

konsisten dalam memberikan pelayanan menjadi hal yang harus

dimiliki oleh para petugas untuk membantu proses pemulihan

penerima manfaat.

Program terapi psikososial di Balai Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor

dinilai telah tepat sasaran, penerima manfaat yang menjadi target

sasaran pemberian layanan program telah berhasil ditangani oleh

petugas. Sebagaimana penjelasan yang diberikan oleh Ibu Asti:

“Sejauh ini pemberian layanan sudah tepat sasaran.

Pemberian layanan diberikan pada korban

penyalahgunaan NAPZA sesuai kriteria keparahan

pemakaiannya.”

(Ibu Asti, 18 April 2020).

Keandalan para petugas dalam mencapai target sasaran juga

dapat dilihat dari pemberian pelayanan kepada masyarakat dengan

memberikan edukasi dan sosialisasi seperti yang dijelaskan oleh

Ibu erni sebagai berikut:

“Kalau untuk tujuan pemberian layanan hm.. Insya

Allah sih sudah tepat sasaran yah selain dari PM kita

sendiri yang ada di Galih Pakuan, kita juga layanan

kita juga biasanya ada ke masyarakat melalui edukasi

melalui sosialisasi ke sekolah-sekolah ya itu tadi

melalui penyuluhan-penyuluhan gitu. Jadi, sepertinya

sih sudah tepat sasaran mudah-mudahan yah gitu.

Terus juga ada warga binaan dari lapas-lapas kita

pernah ada sosialisasi ada assessment malah kita

pernah juga ada di mana itu gunung sindur kalau

ngga salah gitu ada program hm.. yang kita buat

disana gitu, mudah-mudahan sih sudah.”

(Ibu Erni, 3 April 2020).

Page 95: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

82

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

dapat ditarik kesimpulan bahwa para petugas cukup dapat

diandalkan dan konsisten dalam melaksanakan tugasnya. Para

petugas juga selalu berusaha memberikan yang terbaik kepada

penerima manfaat dan masyarakat lainnya. Pemberian program

pelayanan yang diberikan telah sesuai dengan kriteria penerima

manfaat dimana penerima manfaat merupakan seorang laki-laki

yang berumur sekitar 18 sampai 50 tahun yang mengalami

permasalahan penyalahgunaan NAPZA dengan tidak dual

diagnosis, selain itu pemberian pelayanan seperti edukasi dan

sosialisasi juga diberikan kepada masyarakat yang berada di dalam

lembaga maupun di luar lembaga. Hal ini menunjukkan bahwa

pemberian pelayanan program telah tepat sasaran.

d. Ketanggapan (Responsiveness)

Ketanggapan yang dimaksud dalam hal ini merupakan

kemampuan para petugas dalam hal cepat dan tanggap untuk

memberikan pelayanan dan membantu penerima manfaat disaat

penerima manfaat mendapatkan permasalahan. Hal ini dijelaskan

oleh Bapak Ilyas sebagai berikut:

“Petugas khususnya konselor ada di facility atau di

asrama selama 24 jam, setiap kali ada masalah

langsung di follow up.”

(Bapak Ilyas, 25 April 2020).

Hal senada juga disampaikan oleh MA selaku penerima

manfaat di tingkat older sebagai berikut:

“Untuk selama ini yang saya rasakan untuk

penanganan masalah yang saya rasakan sangat jelas

ya, karena staf pun ada yang stay di facility untuk

penanganan langsung dilaksanakan.”

Page 96: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

83

(MA, 7 Mei 2020).

Penerima manfaat juga menyampaikan tentang kepuasan

penerima manfaat terhadap ketanggapan dan keterandalan para

petugas. Hal ini disampaikan oleh MB sebagai berikut:

“Sangat-sangat puas, karena.. terapi psikososial yang

ada di Galih Pakuan ini sangat-sangat membantu

untuk pemulihan saya di luar gitu.”

(MB, 7 Mei 2020).

WP juga menjelaskan hal serupa:

“Untuk ketanggapan dan kesigapannya saya merasa

puas yah kalau misalnya harus diberi poin saya beri

poin 85 dari skala 100.”

(WP, 7 Mei 2020).

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa para petugas dirasa telah cepat tanggap karena

para petugas selalu berada di setiap asrama dan selalu cepat

menanggapi permasalahan-permasalahan yang dialami oleh

penerima manfaat.

e. Bukti Langsung (Tangibles)

Tangibles atau bukti konkret yang dimaksud merupakan

kemampuan lembaga untuk menunjukkan yang terbaik bagi klien

atau penerima manfaat dari segi fisik seperti fasilitas yang

digunakan pada saat pemberian program pelayanan terapi

psikososial yang bisa dirasakan langsung oleh penerima manfaat

tersebut. Fasilitas yang digunakan pada saat terapi psikososial

tidak ada fasilitas khusus. Peneliti melihat bahwa kondisi ruangan

terapi psikososial cukup bersih, rapi dan sesuai dengan kapasitas

penerima manfaat yang ada di asrama tersebut. Peralatan yang

digunakan memang tidak terlalu banyak dan kondisi peralatannya

Page 97: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

84

masih dapat berfungsi, hanya saja ada beberapa yang mengalami

kerusakan. Hal ini juga disampaikan oleh MB bahwa:

“Menurut saya, peralatan yang disini sih cukup

lengkap dan sangat membantu sih menurut saya.

Peralatan yang rusak banyakan sih kursi gitu, kursi

sama kipas angin cuma beberapa sih, mungkin itu

doang. Kalau ruangan sih menurut saya masih bisa,

masih bisa dipakai cuman.. mungkin harus di cat

ulang aja gitu biar suasananya baru.”

(MB, 7 Mei 2020).

Melalui data wawancara yang disebutkan oleh MB dapat

diketahui bahwa fasilitas yang ada cukup membantu penerima

manfaat dalam menjalani terapi psikososial walaupun ada

beberapa peralatan yang tidak dapat berfungsi secara normal.

Memberikan inovasi warna ruangan juga dibutuhkan penerima

manfaat untuk mendukung adanya suasana baru. Hal tersebut juga

didukung oleh penjelasan WP sebagai berikut:

“Untuk ketersediaan fasilitas menurut saya sudah

cukup, e… walaupun di beberapa sisi, di beberapa

bagian masih ada beberapa kekurangan. Ya

keterbatasan juga mungkin karena ada keterbatasan

dari pihak.”

(WP, 7 Mei 2020).

Berdasarkan penjelasan WP tersebut dapat disimpulkan

bahwa ketersediaan fasilitas fisik juga sudah cukup membantu

dalam proses pelayanan terapi psikososial walaupun masih ada

kekurangan di dalamnya.

Selain dari fasilitas fisik dalam proses pemberian layanan

penampilan petugas juga harus diperhatikan. Selama peneliti

melakukan observasi, peneliti melihat bahwa para petugas

khususnya petugas ASN berpakaian seragam dan untuk pekerja

Page 98: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

85

sosial adiksi dan konselor tidak menggunakan seragam tetapi tetap

berpakaian formal dan dilengkapi juga dengan atribut lainnya

seperti alas kaki atau sepatu. Penampilan para petugas selalu

bersih, dan sopan hal itu menunjukkan bahwa para petugas bekerja

dengan profesional dan mengikuti aturan yang sudah ditetapkan

oleh lembaga. Hal ini juga disampaikan oleh Ibu Lastri selaku

pekerja sosial adiksi sebagai berikut:

“Kalau baik konselor adiksi maupun pekerja sosial

adiksi sampai sekarang hm.. belum punya seragam

gitu, tapi pada saat jam kerja kita diwajibkan untuk

pakai kemeja, pakai celana panjang, pakai sepatu.”

(Ibu Lastri, 20 April 2020).

MA selaku penerima manfaat menyampaikan pendapatnya

mengenai penampilan para petugas saat memberikan layanan,

berikut pernyataannya:

“Untuk penampilann.... bagi staf saat duty sangaaat

sopan dan rapi.”

(MA, 7 Mei 2020).

Hal senada juga disampaikan oleh WP sebagai berikut:

“Penampilan petugas sangat rapi ya memakai

seragam dan sopan juga.”

(WP, 7 Mei 2020).

Dari semua penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa pihak lembaga telah memberikan bukti secara langsung

mengenai pemberian layanan program rehabilitasi dengan

menunjukkan bukti fisik seperti fasilitas, peralatan dan

penampilan dari para petugas yang selalu sopan, rapi, dan sikap

atau tindakan yang mencerminkan mereka telah bekerja secara

profesional. Adanya bukti fisik tersebut menunjukkan keseriusan

pihak lembaga untuk memberikan pertolongan kepada penerima

manfaat.

Page 99: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

86

Tabel 4.4 Evaluasi Proses Program Terapi Psikososial

Evaluasi Proses Program Terapi Psikososial

Kriteria Indikator Keterangan

Standar Praktik

Terbaik

Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana yang

digunakan dalam program terapi

psikososial dapat dikatakan cukup

memadai. Ruangan yang

digunakan untuk menjalankan

program terapi psikososial terdiri

dari ruangan Entry-House,

Dormitory 1, Dormitory 2, House

Of Growth, Re-Entry. Ruangan-

ruangan yang diberikan cukup luas

sehingga dapat menampung semua

penerima manfaat. Semua ruangan

ini digunakan dengan baik dan

sebagaimana mestinya oleh

penerima manfaat dan juga

petugas sehingga kondisinya rapi

dan bersih. Dalam melakukan

terapi psikososial tidak

menggunakan peralatan khusus.

Peralatan yang digunakan terdiri

dari kursi, kipas angin, meja, alat

tulis, dan lampu. Kondisi

Page 100: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

87

peralatannya cukup baik dan

memadai hanya saja ada beberapa

kipas angin dan lampu yang rusak.

Urutan Kegiatan

Jadwal kegiatan terapi psikososial

terdiri dari kegiatan morning

meeting yang dilakukan pada hari

senin pukul 09.00-11.30, dan page

group 14.00-15.30. Seminar hari

selasa pukul 13.00-15.00,

discussion group rabu pukul

14.00-15.30, dan encounter group

hari kamis pukul 14.00-15.30.

Kegiatan yang dilaksanakan sudah

sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan dan jika ada perubahan

atau kendala dapat direschedule.

Kebijakan Lembaga

Kriteria Klien

Penerima manfaat yang dapat

menjalani rehabilitasi sosial yaitu

seseorang yang menjadi korban

penyalahguna NAPZA, berumur

18 tahun sampai 50 tahun, berjenis

kelamin laki-laki.

Kriteria Petugas

Petugas yang memberikan

pelayanan terdiri dari pekerja

sosial profesional yang memiliki

pendidikan dan pengetahuan

dalam menangani permasalahan

korban penyalahguna NAPZA,

Page 101: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

88

pekerja sosial adiksi dan konselor

yang memiliki pengetahuan dan

pengalaman menangani korban

penyalahguna NAPZA.

Tujuan Proses

Hasil Pemberian Layanan

Tujuan pemberian layanan yaitu

merubah perilaku penerima

manfaat kearah positif,

mengajarkan, dan melatih

penerima manfaat agar dapat

menjalankan perannya di

masyarakat Tujuan terapi

psikososial sudah cukup tercapai

dilihat dari perkembangan

penerima manfaat setaip harinya.

Program terapi psikososial juga

sudah tepat sasaran yaitu kepada

orang-orang yang mengalami

permasalahan penyalahgunaan

NAPZA.

Kepuasan Klien

Kenyamanan

Pengetahuan dan pengalaman serta

sikap profesional yang dimiliki

oleh petugas mampu membuat

penerima manfaat merasa nyaman

dan meyakini penerima manfaat

bahwa para petugas dapat

membantu memulihkan mereka.

Empati Para petugas selalu peduli,

perhatian, dan memberikan

Page 102: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

89

dukungan kepada seluruh

penerima manfaat.

Keterandalan

Para petugas sangat dapat

diandalkan dalam memberikan

pelayanan, petugas juga cukup

konsisten dan bertanggung jawab.

Ketanggapan

Para petugas cepat dan tanggap

dalam menangani permasalahan

yang dialami penerima manfaat.

Bukti Langsung

Pihak lembaga telah berupaya

memberikan yang terbaik untuk

penerima manfaat. Dapat dilihat

bahwa bukti langsung mengenai

pemberian layanan seperti

fasilitas, peralatan dan penampilan

para petugas menunjukkan

keseriusan pihak lembaga untuk

membantu proses pemulihan

penerima manfaat.

Page 103: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

90

BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti akan mendeskripsikan bagaimana hasil dari

penelitian evaluasi proses program terapi psikososial bagi korban

penyalahgunaan NAPZA di BRSKPN Galih Pakuan Bogor. Hasil

penelitian ini dikaitkan dengan latar belakang masalah serta teori yang

peneliti tulis pada bab 2 mengenai tiga model evaluasi menurut Pietrzak,

Ramler, Forf, Gilbert (1996) dalam (Adi 2001, 128) yang pertama evaluasi

input, yaitu melibatkan tiga variabel utama yang terdiri dari staf, sumber

daya program, klien, dan sumber daya penunjang lainnya. Evaluasi input

menggunakan empat kriteria yaitu tujuan dan objektif, penilaian kebutuhan

klien, standar dari praktik terbaik serta biaya per unit layanan. Selanjutnya

yang kedua yaitu evaluasi proses, evaluasi proses fokus kepada aktivitas

program yang melibatkan adanya interaksi secara langsung antara klien dan

staf atau petugas. Untuk melakukan pengkajian evaluasi proses

menggunakan empat aspek seperti standar praktik terbaik (best practice

standards), kebijakan lembaga, tujuan proses (process goals), dan

kepuasan klien. Selanjutnya model evaluasi ketiga, yaitu evaluasi hasil.

Evaluasi hasil bertujuan untuk mengetahui apakah suatu program sudah

berjalan dan berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, dan perubahan

yang dirasakan klien setelah menjalankan suatu program.

Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa peneliti hanya berfokus

pada evaluasi proses terhadap program terapi psikososial yang ada di Balai

Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) Galih

Pakuan Bogor. Program terapi psikososial secara garis besar bertujuan

untuk memulihkan kondisi psikis dan sosial agar mampu melaksanakan

fungsi sosialnya di dalam keluarga maupun masyarakat. Program terapi

Page 104: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

91

psikososial ini ditujukan untuk korban penyalahgunaan NAPZA yang

berusia 18 sampai 50 tahun berjenis kelamin laki-laki. Dalam terapi

psikososial terdapat kegiatan-kegiatan diantaranya morning meeting,

PAGE group, discussion group, encounter group, seminar. Morning

meeting merupakan kegiatan yang dilakukan penerima manfaat setiap pagi

hari untuk membahas tentang isu-isu suatu peristiwa yang dialami oleh

penerima manfaat. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih rasa kepedulian

mereka terhadap teman-temannya dan lingkungan asrama, sehingga

mereka dapat memperbaiki sikap dan perilaku mereka. Dalam kegiatan ini

juga dilakukan pembacaan janji atau komitmen dari para penerima manfaat

untuk melaksanakan program terapi psikososial.

Page group merupakan peer accountability group evaluation dan

personal accountability group evaluation kegiatan ini bertujuan untuk

mengevaluasi sisi positif dan sisi negatif dari diri sendiri dan penerima

manfaat lainnya, untuk mengintrospeksi dan memperbaiki diri. Discussion

group merupakan kegiatan diskusi dua kelompok pro dan kontra terkait

dengan tema yang diberikan oleh konselor maupun pekerja sosial. Tujuan

dari kegiatan ini untuk memberikan kesempatan kepada penerima manfaat

dalam berbicara supaya bisa mengeluarkan dan mengekpresikan apa yang

ada di pikirannya, mengasah wawasan dan kemampuan bicara atau analisis

terhadap tema yang diberikan. Encounter group adalah kegiatan untuk

melepaskan keluhan, unek-unek, atau konflik yang dialami oleh penerima

manfaat. Selanjutnya kegiatan seminar merupakan kegiatan pemberian

edukasi yang diberikan oleh konselor, pekerja sosial, ataupun penyuluh

sosial. Tema dan materi yang disampaikan menyangkut tentang adiksi,

pencegahan relapse, menjaga kepulihan dan sebagainya. Tujuan dari

seminar ini adalah meningkatkan pengetahuan penerima manfaat tentang

dunia adiksi dan meningkatkan motivasi serta kepercayaan diri.

Page 105: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

92

Menurut Hawari (2016) dalam (Rosdi 2018, 22) Pecandu NAPZA akan

terganggu sistem transmisi (neuro-transmitter) pada susunan syaraf pusat

yang mengakibatkan gangguan pada fungsi kognitif seperti daya pikir dan

memori, fungsi afektif perasaan dan mood, psikomotorik atau perilaku

gerak, komplikasi medik terhadap fisik seperti jantung, paru-paru, ginjal,

dan sebagainya. Seperti yang telah dijelaskan oleh peneliti pada bab 2 ada

beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menyalahgunakan NAPZA.

Salah satunya yaitu faktor kepribadian yang ditimbulkan karena distorsi

pikiran. Dinamika kehidupan manusia yang beragam dan cara manusia

menanggapinya juga berbeda-beda, ada yang menanggapi dengan positif

ada pula yang negatif.

Dampak yang dirasakan pertama kali setelah menggunakan NAPZA

yaitu merasa senang, percaya diri bertambah, mampu menghilangkan rasa

takut, tegang, cemas dan melupakan masalah-masalah yang dialami.

Dampak tersebut membuat mereka berfikir bahwa NAPZA memberikan

dampak positif dan dapat dijadikan solusi untuk mengatasi permasalahan

mereka, dan membantu mereka dalam mengerjakan pekerjaannya,

sehingga terjadi pengulangan pemakaian NAPZA terus menerus dan

menyebabkan ketergantungan. Selanjutnya merupakan faktor lingkungan.

Berada di dalam suatu lingkungan yang merupakan pengguna atau bahkan

pengedar menyebabkan mereka ingin mencoba NAPZA dan dilakukan

secara berulang-ulang sehingga menjadi sebuah kebiasaan dan

ketergantungan. Secara fisiologis mereka merasa bahwa dirinya tidak bisa

menghentikan pemakaian zat tersebut karena jika berhenti akan berdampak

buruk bagi dirinya, sehingga NAPZA terus menerus digunakan.

A. Evaluasi Proses Program Terapi Psikososial

Secara garis besar evaluasi proses digunakan untuk menilai, dan

menganalisa program yang sedang berjalan. Evaluasi juga dapat

Page 106: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

93

membantu mengidentifikasi dan mengontrol proses pemberian layanan

apakah sesuai dengan standar yang telah ditentukan, dan dapat

meningkatkan mutu pelayanan serta memperbaiki kekurangan dari

program tersebut (Adi 2001, 129). Evaluasi proses dikaji dengan

menggunakan empat kriteria yang relevan yaitu standar praktik terbaik

(best standard practice), kebijakan lembaga, tujuan proses, kepuasan

klien. Berikut pembahasannya:

1. Standar Praktik Terbaik (Best Practice Standards)

Standar praktik terbaik (best practice standards) merupakan

sebuah aturan tata cara yang dijadikan acuan terkait pelaksanaan

dalam pelaksanaan program yang digunakan untuk memastikan

seluruh tindakan berjalan efektif, sesuai dengan standar, konsisten

dan sistematis. Standar praktik terbaik (best practice standards)

pada penelitian ini membahas tentang sarana dan prasarana serta

standar proses yang meliputi urutan kegiatan terapi psikososial.

Berikut Pembahasannya:

a. Standar Sarana dan Prasarana

Pada bab sebelumnya telah dibahas sarana dan prasarana

yang digunakan untuk menjalankan program terapi psikososial.

Jika melihat Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Standar Nasional Rehabilitasi

Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika,

Psikotropika, dan zat adiktif lainnya pasal 71 (lihat bab 2, p.

35) peneliti memfokuskan kepada ruangan pelayanan teknis

khususnya ruangan konseling psikososial. Ruangan

pelaksanaan program terapi psikososial ini sudah terpenuhi.

Berikut pembahasannya:

Page 107: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

94

Ruangan pertama merupakan ruangan Entry-House. Pada

bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa ruangan Entry-House

merupakan tempat pertama kali korban penyalahgunaan

NAPZA menjalani rehabilitasi sosial. Kondisi ruangan Entry-

House cukup minimalis, rapi dan bersih. Ruangan Entry-House

ini sangat tertutup karena disinilah penerima manfaat menjalani

proses stabilisasi dari putus zat. Ruangan Entry-House ini

cukup baik dan memadai.

Ruangan kedua merupakan ruangan dormitory 1.

Ruangan tersebut memiliki ukuran yang cukup luas yaitu

20x13m2. Ruangan ini dapat menampung banyak penerima

manfaat dengan kapasitas daya tampung sekitar 100 penerima

manfaat. Posisi ruangan dormitory 1 ini berada di belakang.

Kondisi ruangan dormitory 1 cukup bersih dan rapi. Para

penerima manfaat yang selalu menjaga ruangan tersebut

sehingga pelaksanaan terapi psikososial berjalan dengan

kondusif.

Ketiga, ruangan dormitory 2. Ruangan ini berukuran

25x15m2. Jika dilihat dari segi luasnya ruangan ini dapat

menampung penerima manfaat dengan kapasitas daya

tampung sekitar 100 orang penerima manfaat. Posisi ruangan

dormitory 2 ini berseberangan dengan ruang dormitory 1.

Kondisi ruangan tersebut tidak jauh berbeda dengan ruangan

dormitory 1 yaitu cukup bersih, dan rapi. Ruangan ini dapat

dikatakan ideal dan layak untuk tempat pelaksanaan program

terapi psikososial. Hal ini tidak terlepas dari adanya kerjasama

antara penerima manfaat dan para petugas untuk menjaga

ruangan- ruangan yang ada di lembaga.

Page 108: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

95

Ruangan yang keempat adalah asrama HOG yang dimana

di dalamnya terdapat penerima manfaat yang tingkat

ketergantungan dan kecanduannya masih dapat dikatakan

ringan. Pelaksanaan program terapi psikososial ini dilakukan

di ruangan aula HOG yang memiliki luas 6x13 m2 ruangan

ini cukup luas dan bisa menampung penerima manfaat untuk

menjalani terapi psikososial. Kondisi ruangan ini juga bersih

dan rapi.

Ruangan terakhir yaitu ruangan Re-Entry, pada ruangan

ini memiliki ukuran tidak jauh berbeda dengan ruangan HOG

yaitu 6x13m2. Kondisi ruangan cukup baik dan layak

digunakan untuk memberikan program terapi psikososial

kepada penerima manfaat yang sedang mempersiapkan diri

untuk kembali ke kehidupan normal di masyarakat.

Prasarana yang dimaksud merupakan peralatan yang

digunakan untuk melaksanakan terapi psikososial.

Peralatannya terdiri dari alat tulis, kursi, meja, kipas angin dan

lampu. Semua peralatan yang digunakan masih dapat berfungsi

secara normal. Kondisi peralatan juga cukup baik dan sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan. Hanya saja perlu

ditingkatkan. Peralatan untuk terapi psikososial juga digunakan

dengan baik oleh sumber daya manusia yang ada di lembaga.

Dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang

tersedia di BRSKPN Galih Pakuan Bogor untuk melaksanakan

program terapi psikososial sudah sesuai dengan Peraturan

Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017

Tentang Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Bagi Pecandu

Dan Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat

Page 109: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

96

Adiktif Lainnya pasal 71. Ruangan terapi psikososial tersebut

cukup memadai dan sesuai dengan apa yang dibutuhkan

penerima manfaat. Hal ini juga dipengaruhi oleh para petugas

yang selalu tanggap jika ada sarana dan prasarana yang rusak

dan langsung menggantinya. Selain itu, penerima manfaat yang

juga menjaga sarana dan prasarana yang mereka gunakan.

b. Standar Proses

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

bahwa standar proses yang dibahas dalam penelitian ini adalah

urutan kegiatan terapi psikososial. Dapat disimpulkan bahwa

proses yang dilakukan dalam program terapi psikososial ini

sudah cukup maksimal dikarenakan dalam proses pelaksanaan

berpacu dengan jadwal yang telah ditetapkan. Jadwal kegiatan

yang telah disusun oleh para petugas. Para petugas selalu

berusaha melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan, hanya saja terkadang ada suatu halangan yang

menyebabkan jadwal terapi psikososial direschedule (lihat bab

4, p. 54).

Dapat dilihat bahwa standar sarana dan prasarana serta

standar proses dalam pemberian layanan terapi psikososial di

Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahguna NAPZA

(BRSKPN) Galih Pakuan Bogor sudah sesuai dengan indikator

standar praktik terbaik dengan teori Tambunan (2008) yang

mengatakan bahwa Standar Operating Procedur merupakan

suatu tata cara atau prosedur yang mengatur pelaksanaan

program dalam suatu organisasi. Prosedur operasional ini

digunakan untuk memastikan setiap langkah dan keputusan

Page 110: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

97

maupun tindakan berjalan efektif, konsisten, sesuai standar,

dan sistematis. Dilihat berdasarkan kriteria standar praktik

terbaik menurut (Kusnoto 2001, 2) yang menekankan pada

proses berpikir kreatif yang bertujuan agar perbaikan yang

dilakukan tidak hanya untuk mengulang perbaikan tetapi

digunakan untuk meningkatkan kualitas produk atau jasa, tetapi

juga melakukan perubahan manajemen organisasi suatu

perusahaan atau lembaga dapat tetap maju dan berkembang

(lihat bab 2, p.26-27).

2. Kebijakan Lembaga

a. Penerima Manfaat

Kebijakan dalam penelitian ini membahas tentang

kriteria yang harus dimiliki oleh penerima manfaat supaya

dapat mengikuti terapi psikososial dan sumber daya manusia

yang bertugas dalam program terapi psikososial.

Dalam bab sebelumnya peneliti telah menjelaskan

mengenai kriteria penerima manfaat yang menjalankan

program terapi psikososial merupakan korban penyalahgunaan

NAPZA berjenis kelamin laki-laki berusia sekitar 18 sampai 50

tahun dengan tidak dual diagnosis. Hal ini sesuai dengan

kebijakan yang dibuat oleh pihak lembaga (lihat bab 3, p. 42).

Peneliti juga melihat bahwa para penerima manfaat dapat

membaca dan menulis. Untuk menentukan kriteria tersebut

penerima manfaat discreening dan assessment secara berulang-

ulang oleh petugas (lihat bab 4, p. 41-42).

b. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang bertugas pada program terapi

Page 111: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

98

psikososial dapat dikatakan sesuai dengan Peraturan Menteri

Sosial Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang

Standar Nasional Rehabilitasi Sosial Bagi Pecandu Dan Korban

Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif

Lainnya pasal 68 (lihat bab 2, p. 34-35) Bahwa sumber daya

yang dibutuhkan berlatar belakang pendidikan dan memiliki

pengalaman dalam penanganan rehabilitasi sosial korban

penyalahgunaan NAPZA. Jika dilihat dari pembahasan pada

bab sebelumnya kriteria sumber daya manusia yang bertugas

sudah cukup relevan. Pada program terapi psikososial yang

bertugas memberikan pelayanan adalah pekerja sosial, pekerja

sosial adiksi, dan konselor adiksi. Pekerja sosial profesional

memiliki kapabilitas dan kepedulian serta rasa tanggung jawab

yang tinggi diperoleh dari bidang pendidikan, pelatihan dan

pengalaman praktik pekerja sosial. Konselor adiksi juga

memiliki kapabilitas dan kepedulian serta tanggung jawab yang

diperoleh dari pengalamannya menjadi seorang pecandu,

pengalaman menjadi penerima manfaat, dan mendapatkan

pelatihan-pelatihan seperti screening dan asessment yang

mengacu kepada colombo plan (lihat bab 4, p. 50).

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya perihal

kebijakan lembaga tentang kriteria penerima manfaat dan para

petugas dirasa sudah cukup relevan. Dimana untuk penerima

manfaat memiliki kualifikasi umur 18 sampai 50 tahun dan

berjenis kelamin laki-laki dengan permasalahan

penyalahgunaan NAPZA atau pcandu. Sedangkan untuk

petugas yang memberikan terapi psikososial saat ini merupakan

pekerja sosial profesional yang memiliki kompetensi yang

Page 112: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

99

diperoleh dari pendidikan, pelatihan serta pengalaman praktik

pekerja sosial untuk menangani permasalahan sosial khususnya

rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan NAPZA dan

pekerja sosial adiksi serta konselor yang telah dilatih dan

dididik untuk menjalankan tugas pelayanan dan penanganan

masalah sosial.

3. Tujuan Proses

Tujuan merupakan suatu target yang ingin dicapai oleh suatu

organisasi atau lembaga. Pada latar belakang telah dijelaskan bahwa

tujuan utama dari program terapi psikososial adalah untuk

menstimulasi peran-peran sosial di tengah masyarakat dan penerima

manfaat mempraktikannya secara langsung dengan berinteraksi,

sharing, membiasakan dan melatih penerima manfaat memegang

banyak peran yang akan dihadapi di tengah masyarakat.

Untuk melihat tercapainya tujuan program dapat diukur dengan

penerima manfaat sudah melalui seluruh tahapan program terapi

psikososial dimulai dari fase younger, middle, dan older, dilihat

juga dari perubahan-perubahan penerima manfat setiap hari,

minggu, dan bulan menuju pribadi yang lebih baik. Balai

Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN)

Galih Pakuan Bogor juga berupaya membangun dukungan orang

tua kepada penerima manfaat dan menanamkan sikap peduli. Hal

ini dapat membantu penerima manfaat dalam menjalani proses

rehabilitasi.

Dapat disimpulkan bahwa para petugas selalu berupaya

memberikan pelayanan yang terbaik untuk penerima manfaat dan

membantu meningkatkan kesadaran dan rasa peduli orang tua atau

Page 113: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

100

keluarga agar rasa keinginan penerima manfaat untuk pulih semakin

meningkat dan rasa semangat menjalani program terapi psikososial

juga terus meningkat. Pada program terapi psikososial inilah dilihat

perkembangan-perkembangan penerima manfaat, dan pada fase ini

penerima manfaat sudah betul-betul putus dari zat. Kegiatan-

kegiatan terapi psikososial yang dilakukan setiap hari juga sangat

membantu memberikan kesibukan penerima manfaat dengan hal-

hal positif sehingga penerima manfaat dapat membiasakan dirinya

tidak menggunakan zat terlarang dan menyadari kesalahan-

kesalahan yang pernah dilakukan oleh penerima manfaat tersebut.

Hal ini sesuai dengan teori Francis Turner yang mengatakan bahwa

terapi psikososial bertujuan untuk membantu individu dalam

mencapai tingkat tertinggi dari kemampuan mereka melalui

pemahaman akan masa lalu mereka, masa kini dan potensinya (lihat

bab 2, p. 31).

4. Kepuasan Klien

Kepuasan klien merupakan suatu keadaan pemberian

pelayanan yang sesuai dengan harapan mereka. Jika pemberian

layanan sesuai dengan harapan mereka maka mereka akan merasa

puas dan merasakan manfaat dari pelayanan tersebut, sedangkan

jika pelayanan yang diberikan tidak memenuhi atau tidak sesuai

dengan harapan mereka maka mereka akan merasa tidak puas dan

mereka tidak menerima manfaat dari pelayanan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian observasi dan wawancara kepada

informan, peneliti mendapatkan respon positif dari mereka dan

mereka merasa puas dan terbantu dengan pelayanan yang diberikan

oleh para petugas.

Page 114: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

101

Menurut Martin (1993) dalam (Adi 2001, 125-126) meyakini

bahwa ada lima dimensi kualitas pelayanan yang harus

dipertimbangkan dan dipertahankan petugas dalam memberikan

pelayanan untuk meningkatkan kepuasan klien diantaranya adalah

kenyamanan (assurance), empati (empathy), keterandalan

(keterandalan), ketanggapan (responsiveness), bukti langsung atau

hal-hal yang dapat diraba dan dirasakan secara langsung (tangibles).

a. Kenyamanan (Assurance)

Kenyamanan adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh

petugas untuk menimbulkan rasa nyaman dari penerima manfaat

dalam proses pemberian layanan program terapi psikososial.

Kamampuan yang dimaksud seperti memiliki pengetahuan,

bersikap ramah, sopan santun, dan sifat lain yang dapat

memunculkan kenyamanan penerima manfaat.

Berdasarkan hasil penelitian peneliti melihat bahwa para

petugas menerapkan ilmu yang dimiliki yang diperoleh dari

pendidikan dan pelatihan-pelatihan yang diikuti. Selain ilmu

pengetahuan hal lain yang berpengaruh dalam timbulnya

kenyamanan klien adalah sikap sopan santun, dan keramahan

para petugas. Berdasarkan penilaian penerima manfaat sejauh ini

para petugas telah bersikap sopan dan ramah kepada penerima

manfaat. Penerima manfaat merasa nyaman dengan para

petugas, penerima manfaat juga percaya bahwa para petugas

dapat membantu proses pemulihan dimana para petugas selalu

memberikan dukungan kepada penerima manfaat. Karena

kenyamanannya penerima manfaat juga menganggap bahwa

para petugas merupakan jembatan yang menghubungkan

Page 115: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

102

penerima manfaat dengan orang tua atau keluarga. Penerima

manfaat juga menjadi lebih terbuka kepada para petugas untuk

menceritakan permasalahan yang dialaminya dan mereka yakin

petugas dapat menolongnya.

b. Empati (Emphaty)

Empati (emphaty) merupakan kemampuan para petugas

memberikan perhatian dan kepedulian kepada penerima

manfaat. Para petugas memahami kebutuhan dan keinginan

penerima manfaat secara individual tidak mensamaratakan

karena setiap penerima manfaat memiliki kebutuhan dan

keinginan yang berbeda-beda.

Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan beberapa

informan menunjukkan bahwa mereka merasakan perhatian dan

kepedulian yang diberikan oleh para petugas. Seperti halnya

pernyataan WP bahwa para petugas sangat peduli terhadap

dirinya dan juga terhadap penerima manfaat lainnya tanpa ada

perbedaan antara satu dan lainnya. Dari hasil wawancara lainnya,

MB menyatakan bahwa para petugas juga sangat peduli, jika MB

memiliki masalah dan melakukan konseling para petugas selalu

memberikan perhatian dan kepedulian kepada MB sehingga MB

merasa dirinya terbantu dan mampu menghadapi permasalahan

yang dialami MB.

Dari kedua contoh pernyataan di atas terlihat bahwa

kepedulian dan perhatian yang diberikan petugas sama rata

artinya tidak ada yang dibeda-bedakan. Para petugas juga selalu

berupaya untuk merangkul semua penerima manfaat agar

penerima manfaat dapat mengikuti program terapi psikososial

dengan baik sehingga penerima manfaat dapat pulih dan

Page 116: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

103

mencegah dari adanya relapse.

c. Keterandalan (Reliability)

Keterandalan (reliability) adalah kemampuan petugas

untuk memberikan pelayanan dengan bersikap konsisten dan

dapat diandalkan.

Berdasarkan hasil temuan penelitian sejauh ini para

petugas cukup dapat diandalkan dalam memberikan pelayanan

kepada penerima manfaat. Para petugas juga selalu

mempertahankan konsistensi terhadap tanggung jawab para

petugas. Konsisten para petugas dapat dilihat dari cara mereka

menentukan kriteria penerima manfaat untuk naik fase ke tingkat

younger, middle, older, apabila penerima manfaat belum

memenuhi kriteria fase tersebut maka petugas bersikap tegas

untuk tidak mengizinkan kenaikan fase tersebut. Selain itu para

petugas juga tegas dalam memberikan pelayanan dan

menjalankannya sesuai tupoksinya masing-masing. Keandalan

para petugas dalam memberikan program terapi psikososial

sudah tepat sasaran yaitu kepada korban penyalahgunaan

NAPZA ditentukan berdasarkan kriteria atau tingkat keparahan

pemakaian NAPZA.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa program

terapi psikososial berjalan dengan baik, sesuai rencana dan tepat

sasaran karena adanya kerja keras dari para petugas yang selalu

berupaya membantu penerima manfaat agar dapat pulih dan

tidak terjerumus ke lubang yang sama dengan menggunakan

nilai-nilai, norma-norma, dan prinsip-prinsip yang dipegang

teguh oleh para petugas. Penerima manfaat merasa terbantu oleh

para petugas yang cukup handal dan konsisten dalam

Page 117: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

104

memberikan arahan serta saran pada saat menjalankan program

terapi psikososial.

d. Ketanggapan (Responsiveness)

Ketanggapan (responsiveness) adalah ketanggapan dan

ketersediaan para petugas dalam memberikan pelayanan

terhadap penerima manfaat. Pada bab sebelumnya beberapa

informan menyampaikan pendapatnya mengenai ketanggapan

dan ketersediaannya para petugas dalam memberikan pelayanan

program terapi psikososial. Berdasarkan hasil wawancara

dengan penerima manfaat yaitu MA terkait dengan ketanggapan

dan ketersediaan para petugas program terapi psikososial dapat

dikatakan cepat tanggap karena ketika penerima manfaat

mendapatkan suatu masalah petugas langsung membantu

penerima manfaat dengan sigap. Keberadaan petugas pada

asrama sangat membantu agar bisa mengontrol penerima

manfaat setiap saat.

Pendapat lain disampaikan oleh MB dan WP terkait

ketanggapan dari para petugas program terapi psikososial yang

mengatakan bahwa mereka sangat puas dengan ketanggapan

para petugas dalam membantu permasalahan yang dialami oleh

mereka.

e. Bukti Langsung (Tangibles)

Bukti Langsung (Tangibles) dalam hal ini seperti yang

dijelaskan oleh peneliti pada bab 2 bukti fisik yang dimaksud

merupakan sebuah upaya lembaga untuk menunjukkan yang

terbaik bagi klien atau penerima manfaat dari segi fisik seperti

fasilitas, peralatan dan penampilan para petugas.

Page 118: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

105

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti,

fasilitas yang digunakan dalam terapi psikososial dinilai cukup

baik karena kondisi ruangannya luas dan cukup menampung

penerima manfaat dengan jumlah banyak, bersih, dan rapi.

Kondisi peralatannya juga cukup baik masih dapat berfungsi

sebagaimana mestinya akan tetapi ada beberapa peralatan yang

rusak seperti kipas angin yang tidak menyala dan kursi yang

rusak. Seperti pernyataan salah satu penerima manfaat berinisial

“MB” pada saat sesi wawancara mengatakan bahwa peralatan

yang digunakan terapi psikososial cukup lengkap hanya saja ada

yang rusak, kalau terkait ruangan masih dapat digunakan hanya

saja di cat ulang agar menciptakan suasana yang baru.

Selanjutnya mengenai penampilan para petugas.

Berdasarkan observasi peneliti biasanya para petugas

menggunakan seragam yang menunjukkan identitas petugas

dengan jelas. Tetapi untuk tenaga IPWL yang terdiri dari pekerja

sosial adiksi dan konselor adiksi belum memiliki seragam tetapi

tetap menggunakan pakaian formal seperti kemeja, celana

panjang, dan sepatu. Menurut hasil wawancara dengan pekerja

sosial adiksi yaitu Ibu Lastri terkait dengan penampilan para

petugas beliau juga mengatakan bahwa konselor adiksi maupun

pekerja sosial adiksi sampai sekarang belum punya seragam,

pada saat bertugas diwajibkan menggunakan kemeja, celana

panjang, dan sepatu. Salah satu penerima manfaat berinisial

“MA” mengatakan bahwa penampilan petugas sangat sopan dan

rapi.

Dapat disimpulkan bahwa bukti fisik yang terdiri dari

fasilitas, peralatan dan penampilan para petugas sudah

Page 119: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

106

menunjukkan bahwa Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) di Galih Pakuan Bogor

berupaya memberikan yang terbaik untuk penerima manfaat.

Page 120: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

107

A. Kesimpulan

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan penjelasan yang telah peneliti uraikan, maka dapat

ditarik kesimpulan mengenai hasil peneliti berdasarkan empat kriteria

evaluasi pada program terapi psikososial. Peneliti menjabarkan

kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut:

Evaluasi Proses Program Terapi Psikososial

1. Standar Praktik Terbaik (Best Standard Practice)

Dalam penelitian ini terbagi menjadi dua indikator yaitu

sarana dan prasarana yang membahas ruangan dan peralatan yang

digunakan dalam pelaksanaan terapi psikososial. Kemudian

urutan kegiatan yang membahas jadwal kegiatan terapi

psikososial. Beberapa ruangan yang tersedia untuk program terapi

psikososial antara lain ruangan Entry-House, Dormitory 1,

Dormitory 2, House of Growth (HOG), dan Re-Entry. Kondisi

ruangan terapi psikososial cukup luas, bersih dan rapi. Peralatan

yang digunakan seperti kursi, kipas angin, dan alat tulis. Kondisi

peralatannya masih bagus dan dapat berfungsi secara normal,

hanya saja ada beberapa yang mengalami kerusakan. Untuk urutan

kegiatan pelaksanaan dilihat dari jadwal kegiatan yang diawali

pada hari senin dengan kegiatan morning meeting pada pagi hari

sekitar pukul 09.-11.30, page group pukul 14.00-15.30, kemudian

seminar pada hari selasa pukul 13.00-15.00, selanjutnya hari rabu

pukul 14.00-15.30 kegiatan discussion group dan hari terakhir

kamis pukul 14.00-15.30 kegiatan encounter group. Kegiatan ini

dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, jika ada

perubahan jadwal maka kegiatan akan direschedule.

Page 121: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

108

2. Kebijakan Lembaga

Kebijakan dalam penelitian ini mencakup terhadap kriteria

penerima manfaat dan petugas. Program terapi psikososial di

BRSKPN Galih Pakuan Bogor menetapkan target sasaran

penerima layanan yaitu korban penyalahgunaan NAPZA yang

berusia 18 sampai 50 tahun berjenis kelamin laki-laki. Sementara

untuk kebijakan kriteria petugas yang dibutuhkan yaitu pekerja

sosial, pekerja sosial adiksi dan konselor yang memiliki

pengetahuan, pengalaman dalam menangani permasalahan

penyalahgunaan NAPZA.

3. Tujuan Proses

Tujuan utama dari program terapi psikososial ini adalah

merubah perilaku penerima manfaat dari perilaku negatif menjadi

perilaku positif. Dapat kembali keberfungsian sosialnya dalam

menjalani kehidupannya di masyarakat. Agar lebih bertanggung

jawab setiap perbuatan yang mereka lakukan, dan belajar dari

kesalahan-kesalahan yang dilakukan sehingga tidak mengulangi

perbuatannya dan jatuh ke permasalahan penyalahgunaan

NAPZA. Tujuan terapi psikososial sudah cukup tercapai jika

dilihat dari perkembangan penerima manfaat yang mengalami

peningkatan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan setiap

penerima manfaat selalu menaiki fase ke tingkat yang lebih tinggi.

Sejauh ini layanan program terapi psikososial yang diberikan juga

sudah tepat sasaran yaitu kepada orang-orang yang mengalami

penyalahgunaan NAPZA.

4. Kepuasan Klien

Kepuasan klien yang dibahas dalam penelitian ini adalah

kenyamanan (assurance), yang menjelaskan apakah para petugas

Page 122: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

109

memberikan layanan dengan ramah, empati (emphaty) petugas

memberikan perhatian dan peduli kepada penerima manfaat,

keterandalan (reliability) yang membahas apakah para petugas

dapat diandalkan dan konsisten, ketanggapan (responsiveness)

ketanggapan dan ketersediaan para petugas, dan yang terakhir

bukti langsung (tangible) yang membahas bukti yang diberikan

kepada penerima manfaat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, peneliti

memberikan saran untuk pihak-pihak yang terkait, diantaranya:

1. Umum

a. Pemerintah

Pemerintah harus lebih tegas lagi dalam menangani

permasalahan penyalahgunaan NAPZA yang semakin lama

korbannya semakin meningkat

b. Keluarga/Orang Tua

Peneliti berharap pihak keluarga memberikan dukungan

dan perhatian kepada penerima manfaat agar keinginan

penerima manfaat untuk pulih terus meningkat dan rasa

semangat untuk menjalankan proses rehabilitasinya juga

semakin meningkat. Orang tua harus lebih mengawasi

penerima manfaat agar tidak terjerumus dalam NAPZA.

2. Penelitian Lanjutan

a. Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA

(BRSKPN) Galih Pakuan Bogor

Page 123: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

110

Pihak lembaga harus meningkatkan kualitas pelayanan

terutama dalam pemberian layanan program terapi

psikososial, mulai dari sarana dan prasarana serta sumber

daya manusia yang bertugas. Meningkatkan keamanan untuk

meminimalisir penerima manfaat yang kabur. Peneliti

berharap para petugas memfollow up penerima manfaat yang

telah dikembalikan ke masyarakat untuk melihat

perkembangan penerima manfaat.

b. Penerima Manfaat

Penerima manfaat harus mampu meningkatkan tekad

untuk pemulihan dirinya karena pihak lembaga telah

berupaya memenuhi kebutuhan penerima manfaat dengan

memberikan sarana dan prasarana agar penerima manfaat

dapat menjalankan program terapi psikososial, para petugas

juga berusaha menimbulkan dan mempertahankan rasa

nyaman penerima manfaat, bersikap empati, dapat

diandalkan, cepat dan tanggap. Peneliti berharap perilaku

dan sikap positif tidak hanya di dalam lembaga rehabilitasi

BRSKPN Galih Pakuan melainkan dapat diterapkan di

keluarga dan masyarakat.

Page 124: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

111

DAFTAR PUSTAKA

Adi, I. R. (2001). Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan

Intervensi Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran Dan Pendekatan

Praktis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Ui.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. (2011). Pencegahan

Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja. Jakarta.

Fattah, Nanang. (2016). Manajemen Stratejik Berbasis Nilai. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Hamzah, Andi. (1994). Kejahatan Narkotika Dan Psikotropika. Jakarta:

Sinar Grafika.

Hawari, Dadang. (2006). Penyalahgunaan Dan Ketergantungan Napza

(Narkoti, Alkohol, Dan Zat Adiktif). Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Kementerian Sosial. (2017). Peraturan Menteri Sosial Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Standar Nasional

Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan

Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya. Jdih.kemsos.go.id

Kusnoto, Hendro. (2001). Praktik Manajemen Terbaik di Dunia. Bogor:

IN MEDIA

Nihayah, Zahrotun Dkk. (2006). Psikologi Perkembangan. Jakarta:

Lembaga Penelitian UIN Jakarta, UIN Jakarta Press.

Robert, Albert. (2008). Buku Pintar Pekerja Sosial Jilid 1. Jakarta: Bpk

Gunung Mulia.

Page 125: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

112

Rosdi, Afriadi Dkk. (2018). Rehabilitasi Sosial Holistik Sistematik

Terhadap Korban Penyalahgunaan Napza Di BRSKPN Galih

Pakuan: BRSKPN Galih Pakuan, Bogor.

Siswanto. (2012). Politik Hukum Dalam Undang-Undang Narkotika

(UU Nomor 35 Tahun 2009). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Subarino. (2012). Jurnal Manajemen Pendidikan. Penetapan Tujuan dan

Keadilan Organisasi serta Dampaknya terhadap Efektivitas Sekolah.

Sebuah Kajian Eksplorasi. 1, , 53.

Sudjarwo Dan Basrowi. (2009). Manajemen Penelitian Sosial. Bandung:

Cv. Mandar Maju.

Suharto, Edi. (2013). Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik.

Bandung: Alfabeta.

Suradi. (2016). Rehabilitasi Sosial Korban NAPZA di Sleman. Jakarta:

P3KS Press.

Tambunan, Rudi M. (2008). Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Majestas

Persada.

Walgito, Bimo. (2011). Teori-Teori Psikologi Sosial. Yogyakarta: C.V

Andi Offset.

Wirawan, Msl. (2011). Evaluasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Page 126: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

113

LAMPIRAN

Page 127: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

114

Lampiran 1

Pernyataan Lulus Ujian Seminar Proposal

Page 128: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

115

Lampiran 2

Surat Permohonan Bimbingan Skripsi

Page 129: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

116

Lampiran 3

Surat Izin Penelitian

Page 130: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

117

Lampiran 4

Surat Pemberian Izin Penelitian

Page 131: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

118

PEDOMAN OBSERVASI

A. Standar Praktik Terbaik

1. Sarana dan Prasarana

A : Ada

Ta : Tidak Ada

B : Baik

Tb : Tidak Baik

SARANA DAN PRASARANA

Ruangan

Pelayanan

Teknis

Ruangan Terapi

Psikososial

Hasil Observasi

Ketersediaan

Ruangan

Kondisi

Ruangan

Keterangan

A TA B TB

1. Entry-House

2. Dormitory 1

3. Dormitory 2

4. House Of Growth

5. Re-Entry

Peralatan

Pelayanan

Teknis

Hasil Observasi

Peralatan Terapi

Psikososial

Ketersediaan

Peralatan

Kondisi

Peralatan Keterangan

A TA B TB

1. Alat Tulis

2. Kursi

5. Meja

4. Kipas Angin

5. Lampu

Page 132: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

119

2. Standar Proses

S : Sesuai

TS : Tidak Sesuai

STANDAR PROSES

Jadwal Kegiatan S TS

Keterangan

Nama Kegiatan Waktu Kegiatan

1. Morning meeting 09.00-11.30

2. Page Group 14.00-15.30

3. Seminar 13.00-15.00

4. Discussion group 14.00-15.30

5. .Encounter group 14.00-15.30

Page 133: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

120

PEDOMAN WAWANCARA KEPALA LEMBAGA

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal :

Waktu :

Nama Informan :

Jabatan :

1. Berapa lama bapak menjadi kepala lembaga di Balai Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) “Galih Pakuan” Bogor?

2. Apakah yang menyebabkan adanya perubahan nama pada lembaga?

3. Apa saja perubahan yang terjadi ketika adanya perubahan nama lembaga

tersebut pak?

4. Apakah ada standar pelayanan dalam sarana dan prasarana untuk

memenuhi program terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan Bogor?

5. Ada berapakah ruangan terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

6. Bagaimana kondisi ruangan terapi psikososial?

7. Apa saja peralatan yang digunakan untuk memenuhi proses pelaksanaan

terapi psikososial?

8. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia dalam terapi psikososial?

9. Bagaimana tanggapan bapak mengenai sarana dan prasarana yang

tersedia dalam program terapi psikososial?

10. Apakah ada jadwal pelaksanaan program terapi psikososial?

11. Apakah pelaksanaan terapi psikososial sudah sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan?

12. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh klien agar dapat mengikuti

Page 134: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

121

terapi psikososial?

13. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh petugas dalam memenuhi

program terapi psikososial?

14. Apakah tujuan pemberian layanan telah tercapai?

15. Apakah pemberian layanan sudah tepat sasaran?

16. Apakah para petugas cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan

yang timbul dari klien?

17. Apakah para petugas memiliki kepedulian dan perhatian kepada orang

lain terutama kepada penerima manfaat?

18. Apakah para petugas konsisten dan dapat diandalkan dalam pemberian

layanan kepada klien?

Page 135: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

122

PEDOMAN WAWANCARA PENGURUS BALAI REHABILITASI

SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA (BRSKPN)

GALIH PAKUAN BOGOR

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Nama Informan :

Jabatan :

1. Apakah ada standar pelayanan dalam sarana dan prasarana untuk

memenuhi program terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan Bogor?

2. Ada berapakah ruang terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

3. Bagaimana kondisi ruangan terapi psikososial?

4. Apa saja peralatan yang digunakan untuk memenuhi proses pelaksanaan

terapi psikososial?

5. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia dalam terapi psikososial?

6. Bagaimana tanggapan ibu mengenai sarana dan prasarana yang tersedia

dalam program terapi psikososial di Balai Rehabilitasi Sosial Korban

Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor?

7. Apakah ada jadwal pelaksanaan terapi psikososial?

8. Apakah pelaksanaan terapi psikososial sudah sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan?

9. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh klien agar dapat mengikuti

terapi psikososial?

10. Apakah ada kriteria petugas dalam memenuhi program terapi

psikososial?

11. Apakah tujuan pemberian layanan telah tercapai?

12. Apakah pemberian layanan sudah tepat sasaran?

Page 136: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

123

13. Bagaimana cara para petugas cepat tanggap dalam menghadapi

permasalahan yang timbul dari klien?

14. Apakah para petugas memiliki kepedulian dan perhatian kepada orang

lain?

15. Apakah para petugas konsisten dan dapat diandalkan dalam pemberian

layanan kepada klien?

Page 137: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

124

PEDOMAN WAWANCARA PEKERJA SOSIAL

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Nama Informan :

Jabatan :

1. Apakah ada standar pelayanan dalam sarana dan prasarana untuk

memenuhi program terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan Bogor?

2. Ada berapakah ruangan terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

3. Bagaimana kondisi ruangan terapi psikososial?

4. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia dalam terapi psikososial?

5. Apakah pelaksanaan terapi psikososial sudah sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan?

6. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh klien agar dapat mengikuti

terapi psikososial?

7. Apakah ada kriteria petugas dalam memenuhi program terapi

psikososial?

8. Apakah tujuan dari pemberian layanan telah tercapai?

9. Apakah pemberian layanan sudah tepat sasaran?

10. Apakah peran pekerja sosial dalam program terapi psikososial?

11. Apakah perbedaan dari kegiatan morning meeting, page group, seminar,

discussion group, encounter group dalam terapi psikososial?

12. Kegiatan manakah yang lebih menekankan ke arah hubungan sosial dan

mengajarkan klien untuk bertanggung jawab?

Page 138: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

125

13. Apakah makna keberfungsian sosial menurut bapak/ibu?

14. Apakah standar ukuran klien dapat dianggap kembali keberfungsian

sosialnya?

15. Apakah ada komitmen yang dibangun antara pekerja sosial dengan

klien?

Page 139: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

126

PEDOMAN WAWANCARA PEKERJA SOSIAL

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal :

Waktu :

Nama Informan :

Jabatan :

1. Apakah ada standar pelayanan dalam sarana dan prasarana untuk

memenuhi program terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan Bogor?

2. Ada berapakah ruangan terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

3. Bagaimana kondisi ruangan terapi psikososial?

4. Apa saja peralatan yang digunakan untuk memenuhi proses pelaksanaan

terapi psikososial?

5. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia dalam terapi psikososial?

6. Apakah pelaksanaan terapi psikososial sudah sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan?

7. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh klien agar dapat mengikuti

terapi psikososial?

8. Apakah ada kriteria petugas dalam memenuhi program terapi psikososial?

9. Apakah tujuan pemberian layanan telah tercapai?

10. Apakah pemberian layanan sudah tepat sasaran?

11. Apakah peran pekerja sosial dalam program terapi psikososial?

12. Apakah perbedaan dari kegiatan morning meeting, page group, seminar,

discussion group, encounter group dalam terapi psikososial?

13. Kegiatan manakah yang lebih menekankan ke arah hubungan sosial dan

mengajarkan klien untuk bertanggung jawab?

14. Apakah makna keberfungsian sosial menurut bapak/ibu?

Page 140: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

127

15. Apakah standar ukuran klien dapat dianggap kembali keberfungsian

sosialnya?

16. Apakah ada komitmen yang dibangun antara pekerja sosial dengan klien?

Page 141: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

128

PEDOMAN WAWANCARA PEKERJA SOSIAL ADIKSI

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal :

Waktu :

Nama Informan :

Jabatan :

1. Apakah ada standar pelayanan dalam sarana dan prasarana untuk

memenuhi program terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan Bogor?

2. Ada berapakah ruangan terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

3. Bagaimana kondisi ruangan terapi psikososial?

4. Apa saja peralatan yang digunakan untuk memenuhi proses pelaksanaan

terapi psikososial?

5. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia dalam terapi psikososial?

6. Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai sarana dan prasarana yang

tersedia dalam program terapi psikososial?

7. Apakah pelaksanaan terapi psikososial sudah sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan?

8. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh klien agar dapat mengikuti

terapi psikososial?

9. Apakah ada kriteria petugas dalam memenuhi program terapi psikososial?

10. Apakah tujuan pemberian layanan telah tercapai?

11. Apakah pemberian layanan sudah tepat sasaran?

12. Bagaimana cara pekerja sosial adiksi cepat tanggap dalam menghadapi

permasalahan yang timbul dari klien?

13. Apakah ada aturan-aturan yang berlaku untuk para petugas?

14. Apakah perbedaan dari kegiatan morning meeting, page group, seminar,

Page 142: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

129

discussion group, encounter group dalam terapi psikososial?

15. Apakah peran pekerja sosial adiksi dalam program terapi psikososial?

16. Apakah makna keberfungsian sosial dan apakah standar ukuran klien

dapat dianggap kembali keberfungsian sosialnya?

Page 143: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

130

PEDOMAN WAWANCARA KONSELOR ADIKSI

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Nama Informan :

Jabatan :

1. Apakah ada standar pelayanan dalam sarana dan prasarana untuk

memenuhi program terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan Bogor?

2. Ada berapakah ruangan terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

3. Bagaimana kondisi ruangan terapi psikososial?

4. Apa saja peralatan yang digunakan untuk memenuhi proses pelaksanaan

terapi psikososial?

5. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia dalam terapi psikososial?

6. Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai sarana dan prasarana yang

tersedia dalam program terapi psikososial?

7. Apakah ada jadwal pelaksanaan terapi psikososial?

8. Apakah pelaksanaan terapi psikososial sudah sesuai dengan jadwal yang

telah ditentukan?

9. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh klien agar dapat mengikuti

terapi psikososial?

10. Apakah ada kriteria petugas dalam memenuhi program terapi psikososial?

11. Apakah tujuan pemberian layanan telah tercapai?

12. Apakah pemberian layanan sudah tepat sasaran?

13. Apakah para petugas cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan

yang timbul dari klien?

14. Apakah para petugas memiliki kepedulian dan perhatian kepada orang

Page 144: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

131

lain?

15. Apakah peran konselor dalam program terapi psikososial?

16. Apakah yang dimaksud dari kegiatan morning meeting, page group,

seminar, discussion group, encounter group dalam terapi psikososial?

17. Apakah makna keberfungsian sosial dan apakah standar ukuran klien dapat

dianggap kembali keberfungsian sosialnya?

18. Apakah ada komitmen yang dibangun antara konselor dengan klien?

Page 145: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

132

PEDOMAN WAWANCARA PENERIMA MANFAAT/KLIEN

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Nama Informan :

Usia :

Pekerjaan :

1. Apakah para petugas bersikap ramah kepada bapak?

2. Apakah bapak merasa nyaman dengan para petugas?

3. Apakah para petugas perhatian dan peduli terhadap bapak?

4. Apakah bapak merasa terbantu oleh kehadiran para petugas?

5. Apakah para petugas cepat dan tanggap dalam menangani permasalahan

yang dialami oleh bapak atau penerima manfaat lainnya?

6. Apakah bapak puas dengan ketanggapan para petugas?

7. Bagaimana tanggapan bapak mengenai fasilitas dan peralatan yang tersedia

dalam program terapi psikososial?

8. Bagaimana tanggapan bapak terhadap penampilan para petugas?

9. Apakah ada perubahan yang bapak rasakan setelah mengikuti program

terapi psikososial?

10. Apa yang menyebabkan bapak menggunakan NAPZA

11. Apa akibat yang bapak rasakan setelah menggunakan NAPZA?

Page 146: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

133

PEDOMAN WAWANCARA PENERIMA MANFAAT/KLIEN

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Nama Informan :

Usia :

Pekerjaan :

1. Apakah para petugas bersikap ramah kepada bapak?

2. Apakah bapak merasa nyaman dengan para petugas?

3. Apakah para petugas perhatian dan peduli terhadap bapak?

4. Apakah bapak merasa terbantu oleh kehadiran para petugas?

5. Apakah para petugas cepat dan tanggap dalam menangani permasalahan

yang dialami oleh bapak atau penerima manfaat lainnya?

6. Apakah bapak puas dengan ketanggapan para petugas?

7. Bagaimana tanggapan bapak mengenai fasilitas dan peralatan yang tersedia

dalam program terapi psikososial?

8. Bagaimana tanggapan bapak terhadap penampilan para petugas?

9. Apakah ada perubahan yang bapak rasakan setelah mengikuti program

terapi psikososial?

10. Apa yang menyebabkan bapak menggunakan NAPZA

11. Apa akibat yang bapak rasakan setelah menggunakan NAPZA?

Page 147: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

134

PEDOMAN WAWANCARA PENERIMA MANFAAT/KLIEN

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Nama Informan :

Usia :

Pekerjaan :

1. Apakah para petugas bersikap ramah kepada bapak?

2. Apakah bapak merasa nyaman dengan para petugas?

3. Apakah para petugas perhatian dan peduli terhadap bapak?

4. Apakah bapak merasa terbantu oleh kehadiran para petugas?

5. Apakah para petugas cepat dan tanggap dalam menangani permasalahan

yang dialami oleh bapak atau penerima manfaat lainnya?

6. Apakah bapak puas dengan ketanggapan para petugas?

7. Bagaimana tanggapan bapak mengenai fasilitas dan peralatan yang tersedia

dalam program terapi psikososial?

8. Bagaimana tanggapan bapak terhadap penampilan para petugas?

9. Apakah ada perubahan yang bapak rasakan setelah mengikuti program

terapi psikososial?

10. Apa yang menyebabkan bapak menggunakan NAPZA

11. Apa akibat yang bapak rasakan setelah menggunakan NAPZA?

Page 148: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

135

TRANSKIP WAWANCARA KEPALA LEMBAGA

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal : Senin, 6 April 2020

Waktu : 09.00

Nama Informan : Wahidin

Jabatan : Kepala Lembaga

1. Berapa lama bapak menjadi kepala lembaga di Balai Rehabilitasi

Sosial Korban Penyalahgunaan Napza (BRSKPN) “Galih Pakuan”

Bogor? Alhamdulillah saya jadi pimpinan di Balai Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan Napza Galih Pakuan di Bogor kurang lebih satu

tahun tiga bulan.

2. Apakah yang menyebabkan adanya perubahan nama pada lembaga?

Mengacu kepada Undang-Undang No 23 tahun 2014, tentang

pemerintahan daerah, dimana ada dua pembagian, wewenang pemerintah

pusat dengan wewenang daerah atau Kabupaten Kota, dimana Kabupaten

Kota merehabilitasi atau membina PMKS, dengan dasarnya pemerintah

pusat khususnya di Kementerian Sosial sebagai rehabilitasi lanjutannya.

Rehabilitasi sosial tingkat dasar dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten

Kota rehabilitasi sosial tingkat lanjut dilaksanakan di Kementerian Sosial.

3. Apa saja perubahan yang terjadi ketika adanya perubahan nama

lembaga tersebut pak?

Perubahannyaaa… atau membedakan dari panti menjadi balai yaitu

merehabilitasi sosial dengan holistik sistematik dan terstandar. Jadi ada

standar-standar yang kita gunakan dalam pelayanan di balai dengan

mempergunakan menu 1 bantu atau bantuan bertujuan, kedua terapi,

ketiga sosial care, keempat family support.

Page 149: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

136

4. Apakah ada standar pelayanan dalam sarana dan prasarana untuk

memenuhi program terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

Oke terimakasih.. Standar pelayanan yang dilaksanakan dalam pelayanan

psikososial, yang dilaksanakan oleh pekerja sosial maupun konselor adiksi,

dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan tiap hari, mulai dari residen

bangun pagi, sampai residen tidur kembali dengan standar-standar

pelayanan yang telah dipelajari atau mengikuti diklat yang terlaksanakan,

yang kedua sarana prasarana kalau dalam pelayanan atau pemberian terapi

psikososial kita tidak menggunakan khusus sarana prasarana seperti

ruangan khusus tapi kita dimanapun bisa dilaksanakan maupun dia selama

dikantor, maupun di ruangan-ruangan yang tersedia di Balai Galih Pakuan,

kenapa karena psiko… karena terapi psikososial ini bisa dilaksanakan

secara individu maupun berkelompok, dan lebih bagusnya di ruangan

terbuka supaya residen tersebut bisa mengutarakan apa yang dia ingin

sampaikan kepada konselor maupun peksosnya. Begitupun dengan pekerja

sosialnya atau konselornya bisa menggali sumber-sumber apa yang ada di

dalam penerima manfaat tersebut.

5. Ada berapakah ruangan terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

Baik, kalau ruangan khusus untuk masalah terapi psikososial kita mengikut

di asrama klien tersebut. Disitu ada tempat kayak aula mini, disana ada

ruang makannya, ada musiknya, ada serba kayak apa sih namanya ya?

Kayak ruangan serbaguna beda kalau di keterampilan, beda kalau terapi

penghidupan, terapi penghidupan disana kita ada memang khusus ruangan,

khsus untuk mengembangkan kreatif penerima manfaat atau khsusunya

yang sudah di Re-Entry dia minatnya di keterampilan apa saja, kebetulan

di kami di Galih Pakuan ada 4 keterampilan itu keterampilan otomotif,

keterampilan komputer, keterampilan desain grafis, dan keterampilan

Page 150: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

137

pembuatan roti. Jadi kalau masalah terapi psikososial, tidak ada gedung

yang standar di Galih Pakuan, tapi Insya Allah pada tahun ini kalau Tuhan

mengizinkan kita akan membuat laboratorium sosial, disitu kita bisa

gunakan ruangan tersebut. Kalau sementara ini kita masih menggunakan di

asrama maupun di luar asrama.

6. Bagaimana kondisi ruangan terapi psikososial?

Kondisi ruangan terapi psikososial sangat layak yang ada di asrama

masing-masing, maupun dilaksanakan di luar gedung juga, karena disitu

juga bisa berinteraksi langsung sama pekerja sosial, konselor, langsung

berinteraksi langsung kepada penerima manfaat tersebut, bisa individu bisa

kelompok, kelompok kecil kelompok besar juga bisa digunakan di asrama

yang ada di Galih Pakuan, tapi kalau gedung khusus, khusus untuk terapi

psikososial belum ada di Galih Pakuan.

7. Apa saja peralatan yang digunakan untuk memenuhi proses

pelaksanaan terapi psikososial?

Kalau masalah pelaksanaan, terapi psikososial alat yang digunakan tidak

begitu banyak, yang cuma digunakan disini ada pulpen, kertas, ada spidol,

ada kertas apa sih namanya yang agak besar itu? nah jadi terapi psikososial

disini kita untuk memberikan penguatan kepada penerima manfaat untuk

meningkatkan pengetahuannya, untuk bisa diterima di masyarakat maupun

di keluarganya, yang penting kita berusaha untuk memeningkatkan fungsi

sosialnya, beda kalau terapi penghidupan, kalau terapi penghidupan disini

banyak kita gunakan peralatan, tapi kalau di khususnya di terapi psikososial

kita cuma bisa menggali sejauh mana sih penerima, penerima, penerima

manfaat tersebut untuk bisa melaksanakan kehidupan sehari-harinya di

asrama tersebut, karena disana banyak diajarkan tentang kehiduan nyata

yang ada dirumah masing-masing.

Page 151: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

138

8. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia dalam terapi psikososial?

Kalau berbicara masalah terapi psikososial kita tidak menggunakan

peralatan cara pelaksanaannya, mungkin beda dengan terapi-terapi di

tempat lain kalau kita betul-betul ketemu individu dengan individu karena

kita akan cuma menggali, menggali apa yang dimiliki penerima manfaat

tersebut atau masalah apa yang dihadapi penerima manfaat tersebut, jadi

kalau masalah alat kita atau peralatan cuma kita menggunakan pensil,

pulpen, buku maupun kertas, jadi tidak ada peralatan yang kita gunakan

pada kegiatan tersebut.

9. Bagaimana tanggapan bapak mengenai sarana dan prasarana yang

tersedia dalam program terapi psikososial?

Oke masalah sarana dan prasarana yang ada di Balai Galih Pakuan, kita

sangat.. apa namanya ya? Sangat bisa memungkinkan untuk dilaksanakan

kegiatan terapi psikososial dimana kita memunyai beberapa gedung dibalai

sini, ada kita punya, ada aula yang kita bisa gunakan, ada ruang data juga

bisa kita gunakan, ada dorm 1 dorm 2 yang bisa kita gunakan yang

didalamnya bisa kita laksanakan, maupun di saung-saung yang ada di Galih

Pakuan, begitupun tempat-tempat yang enak, atau yang sejuk kita gunakan,

seperti kita laksanakan dibawah pohon atau kalau malam atau abis maghrib

kita laksanakan di.. di… depan dorm 1 dorm 2 maupun di asrama lainnya,

kenapa karena pelaksanaan terapi psikososial tidak mesti dilaksanaan di

dalam ruangan.

10. Apakah ada jadwal pelaksanaan terapi psikososial?

Iya ada, di setiap asrama memiliki jadwal masing-masing.

11. Apakah pelaksanaan terapi psikososial sudah sesuai dengan jadwal

yang telah ditentukan?

Oke, jadwal terapi psikososial kita memang terjadwalkan dengan baik,

karena kegiatan tersebut dilaksanakan oleh konselor maupun pekerja sosial,

dimana jadwalnya disusun, oleh teman-teman di seksi pelayanan

Page 152: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

139

rehabilitasi sosial dimana kegiatan mulai bangun tidur sampai malam,

kenapa karena kita di Galih Pakuan memakai empat unsur terapi yang kita

gunakan untuk setiap hari yaitu terapi fisik, terapi psikososial, terapi mental

spiritual, terapi livelihood atau terapi penghidupan. Dimana jadwalnya

tersusun dari pagi sampai malam dari hari senin sampai hari jumat.

12. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh klien agar dapat

mengikuti terapi psikososial?

Serasa kalau anak untuk mengikuti terapi psikososial tidak ada kriterianya,

yang penting anak tersebut sudah terdaftar sebagai penerima manfaat di

Galih Pakuan. Jadi aturan yang ada di Galih Pakuan anak harus laksanakan,

contohnya disini terapi psikososial, mungkin sudah dijelaskan sama pekerja

sosial ada beberapa salah satunya disini, morning meeting, page group,

discussion group dan sebagainya. Itu yang harus dijalankan semua

penerima manfaat yang ada di Galih Pakuan. Dengan, psiko.. terapi

psikososial kita juga tidak memberikan kepada penerima manfaat tersebut,

tapi kita juga memberikan kepada keluarganya, penguatan keluarga,

kenapa, karena kita tidak bisa mendampingi terus menerus di kehidupan

anak tersebut, kita cuma bisa sampai 5 atau 9 bulan, keluarga yang banyak

mendampingi, nanti kalau sampai dirumah penerima manfaat tersebut. Jadi

kita harus memberikan penguatan-penguatan tentang bagaimana sih tata

cara penanganan napza dalam lingkungan keluarga tersebut.

13. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh petugas dalam

memenuhi program terapi psikososial?

Oke terimakasih.. untuk kriteria petugasnya dalam pelaksanaan terapi

psikososial, kriterianya tidak terlalu ada, yang penting kalau di Galih

Pakuan seorang pekerja sosial pasti ilmu dia sudah dapatkan di bangku

sekolah, bangku kuliah, maupun di alumni STKS maupun alumni KS

lainnya, begitupun pelatihan-pelatihan yang sering atau pernah dia ikuti,

atau kita memanggil tutor dari luar, seperti dari Universitas-Universitas

Page 153: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

140

baik dari program KS maupun dari lainnya, begitupun dengan konselor

Adiksi, kita mengikuti juga atau memberikan peningkatan sdm kita

mengirim ke tempat pelatihan-pelatihan untuk mengikuti jenjang yang

lebih bagus dimana hal tersebut ada di dalam buku e… yang digunakan,

kebetulan disini ada silabus digunakan atau ada petunjuk yang digunakan

dimana seorang pekerja sosial maupun konselor adiksi harus paham betul

cara dalam pemberian terapi psikososial, jadi ada modul-modul yang

dipelajari modul 1 sampai modul 8 yang sering digunakan pada rehabilitasi

sosial korban penyalahgunaan NAPZA.

14. Apakah tujuan pemberian layanan telah tercapai?

Terimakasih.. yaitu tujuan untuk pemberian terapi psikososial kepada

penerima manfaat dimana kita harus mengubah perilaku seseorang yang

sudah dianggap buruk untuk lebih baik kembali karena kita lihat setiap

manusia atau individu pasti punya masalah dan masalah tersebut pasti ada

jalan penyelesaiannya. Kenapa? karena setiap orang bisa berubah,

kelompok bisa mendukung untuk berubah, setiap individu harus

bertanggung jawab, adanya partisipasi aktif dari klien tersebut dalam

pelaksanaan kegiatan terapi psikososial. Dalam pencapaian terapi

psikososial yang kita laksanakan disini, minimal ada perubahan setiap hari,

setiap minggu, atau bulannya, makanya kita ada namanya catatan

perkembangan harian, bulanan, mingguan, kepada penerima manfaat.

Program yang kita laksanakan harus terstruktur dapat menyediakan

lingkungan aman dan kondusif bagi perubahan penerima manfaat tersebut.

Jadi, kalau masalah tercapai saya yakin banyak tercapainya karena kita

melaksanakan terapi psikososial tersebut sesuai dengan petunjuk, sesuai

dengan jadwal, anak yang ada di Galih Pakuan pasti ada perubahan maupun

individu, maupun di kelompoknya dan sebagainya. Tapi kalau di luar

setelah keluar dari Galih Pakuan itulah tugas keluarga masing-masing

penerima manfaat.

Page 154: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

141

15. Apakah pemberian layanan sudah tepat sasaran?

Yang pastinya dalam pelayanan terapi psikososial pasti tetap tepat sasaran

pada penerima manfaat korban penyalahgunaan napza untuk menguatkan

kembali karena pasti korban tersebut dijauhi dari keluarga, dijauhi dari

tetangga, dijauhi dari masyarakat, untuk memulihkan kembali kepercayaan

dirinya sebelum kita kembalikan lagi ke keluarganya, kembalikan lagi ke

daerah, atau lingkungan tempat tinggalnya.

16. Apakah para petugas cepat tanggap dalam menghadapi permasalahan

yang timbul dari klien?

Oke terimakasih.. Petugas sangat tanggap dalam pelayanan rehabilitasi

sosial korban penyalahgunaan napza. Kenapa? karena kita membagi

pekerja sosial dalam satu asrama kita siapkan atau kita menempatkan

beberapa pekerja sosial, beberapa konselor, dan beberapa peksos adiksi,

dimana untuk cepat memberikan layanan kepada penerima manfaat

tersebut.

17. Apakah para petugas memiliki kepedulian dan perhatian kepada

orang lain terutama kepada penerima manfaat?

Terimakasih.. Sumber daya manusia yang ada di Galih Pakuan 44 pegawai

PNS, 21 konselor, honorer kurang lebih 34, sangat-sangat mempunyai rasa

kepedulian dan perhatian kepada penerima manfaat. Bukan cuma pekerja

sosial yang harus empati kepada penerima manfaat, tapi semua pegawai

yang ada di Galih Pakuan mulai dari pimpinan sampai tukang kebun harus

peduli, harus mempunyai tanggung jawab, harus perhatian kepada

penerima manfaat, karena kita merasa kita satu keluarga, kita merasa sama-

sama untuk menjaga nama baik Galih Pakuan bersama-sama untuk

memulihkan residen yang ada di Galih Pakuan.

Page 155: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

142

18. Apakah para petugas konsisten dan dapat diandalkan dalam

pemberian layanan kepada klien?

Petugas sangat konsisten, dan sangat-sangat diandalkan dalam pelayanan

bagi penerima manfaat dimana banyak ilmu dia miliki, terutama pekerja

sosial yang begitu dekat kepada penerima manfaat. Begitupun dengan

konselor adiksi, dimana saya lihat tidak kenal siang, tidak kenal pagi, tidak

kenal malam, untuk memberikan pelayanan kepada penerima manfaat,

melaksanakan kegiatan-kegiatan di dalam asrama maupun di luar asrama

sesuai dengan tata tertib yang ada di Galih Pakuan dengan jadwal kegiatan

yang kita sudah susun dari mulai anak masuk di Galih Pakuan, sampai

penerima manfaat tersebut keluar dari Galih Pakuan atau selesai mengikuti

rehabilitasi sosial di Galih Pakuan.

Page 156: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

143

TRANSKIP WAWANCARA PENGURUS BALAI REHABILITASI

SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN NAPZA (BRSKPN)

GALIH PAKUAN BOGOR

Hari/Tanggal : Sabtu, 18 April 2020

Waktu : 10.00

Nama Informan : Asti Mustikaati, S. ST

Jabatan : Pengurus dan Penyuluh Sosial Pertama

1. Apakah ada standar pelayanan dalam sarana dan prasarana untuk

memenuhi program terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

Ada, e… standar pelayanan itu untuk rehabilitasi sosial itu ada di peraturan

No 9 Tahun 2017 itu tentang standar nasional rehabilitasi sosial bagi

pecandu dan korban penyalahgunaan NAPZA, nah disitu hm.. standar

sarana dan prasarana itu yang dimaksud meliputi sarana dan prasarana fisik

dan yang kedua itu adalah instrumen teknis rehabilitasi sosial, nah itu kalo

misalkan apa namanya.. dijabarkan ya sarana dan prasarana fisik itu ya

seperti perkantoran, misalkan kayak ruang kerja staff, ruang rapat, ruang

tamu, ruang pelayanan teknis, hmm ruang asrama disitu ya ada ruang

pelayanan umum juga misalkan kayak ruang belajar, ruang ibadah, ruang

kesehatan, atau kita bilang ruang poli klinik, dan lain-lain, sport center itu

sarana dan prasarana fisik. Nah untuk yang keduanya itu instrumen teknis

rehabilitasi sosial, instrumen ini yaitu seperti tools ya, tools ketika

menjalankan apa.. terapi psikososial rehab ini kan kita pake tools nah itu

instrument teknis itu termasuk dalam salah satu sarana dan prasarana yang

sesuai standar rehabilitasi sosial.

Page 157: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

144

2. Ada berapakah ruang terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

Untuk ruangan terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan Bogor atau

yang kita bilang hm.. asrama ya, itukan asrama itu adalah tempat dimana

kita melakukan terapi psikososial ya yang bisa menampung PM disini. Ada

lima asrama yang pertama Enrty--House yang kedua Dormitory 1, yang

ketiga Dormitory 2, yang keempat HOG atau House Of Growth, dan Re-

Entry

3. Bagaimana kondisi ruangan terapi psikososial?

Kondisi ruangan terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan Bogor

Alhamdulillah sekarang dalam kondisi yang baik ya, semua peralatan yang

ada di ruangan tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

4. Apa saja peralatan yang digunakan untuk memenuhi proses

pelaksanaan terapi psikososial?

Peralatan yang dipakai dalam proses pelaksanaan terapi psikososial itu

biasanya itu kursi, white board, ATK ya ATK itu termasuk kayak alat tulis

klien, kemudian alat tulis white board ya spidol gitu, kemudian instrument

atau form.

5. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia dalam terapi psikososial?

Peralatan yang tersedia dalam keadaan baik dan dapat digunakan

sebagaimana mestinya, paling kalau misalkan kalau habis itu nanti

pendampingnya itu akan merequest ke Tata Usaha untuk penambahan

ketersediaannya.

6. Bagaimana tanggapan ibu mengenai sarana dan prasarana yang

tersedia dalam program terapi psikososial di Balai Rehabilitasi Sosial

Korban Penyalahgunaan NAPZA (BRSKPN) Galih Pakuan Bogor?

Sarana dan prasarana yang tersedia dalam program terapi psikososial di

Balai Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan NAPZA, terbilang sudah

cukup memadai, luas kapasitas dorm 1, dorm 2 itu bisa menampung dalam

Page 158: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

145

jumlah banyak PM secara keseluruhan dan begitupun asrama yang lain ya

seperti Entry-House, Re-Entry dan Hog itu luas kapasitasnya itu sudah

memadai dengan jumlah klien ya ditampungnya gitu ya. Jadi secara

keseluruhan sudah memadai sih. Kemudian untuk sarana dan prasarana

itukan termasuk tools juga ya, tools juga disitu sudah memadai di setiap

asrama karena mungkin kalau di kita sih tidak memerlukan tools yang

banyak ya lebih banyaknya itu grup terapi oleh karena itu kayak tools-tools

yang itu cukup lah memadai dan sejauh ini tidak ada masalah, karena kalau

pun misalkan ada permasalahan dengan sarana dan prasarana, misalkan

hm.. ada peralatan yang rusak atau peralatan yang habis itu sudah pasti

lembaga sudah menyediakan.

7. Apakah ada jadwal pelaksanaan terapi psikososial?

Ada, jadwalnya sudah ada setiap asrama itu punya jadwal ya, dan

jadwalnya itu disesuaikan dengan kegiatan asrama masing-masing yang

bersangkutan. Jadi misalkan, jadwalnya dorm itu dorm 1 dorm 2 nah kalau

untuk jadwal dorm 1 dan dorm 2 itu sama jadwalnya karena kan

programnya sama primary ya, nah akan tetapi pasti berbeda dengan jadwal

yang Re-Entry karena Re-Entry kan istilahnya dia lebih banyak belajar di

vokasional, berbeda juga dengan Hog, dan di Entry-House juga berbeda

seperti itu, disesuaikan dengan kegiatan masing-masing.

8. Apakah pelaksanaan terapi psikososial sudah sesuai dengan jadwal

yang telah ditentukan?

Sejauh ini pelaksanaan terapi psikososial di asrama sudah sesuai dengan

jadwal yang telah ditentukan. Jadi, masing-masing kegiatan itu sudah on

schedule lah istilahnya. Kalaupun misalkan ada perubahan karena alasan

tertentu biasanya itu langsung di follow up sama pendampingnya, dan nanti

diganti di lain hari misalkan seperti itu.

Page 159: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

146

9. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh klien agar dapat

mengikuti terapi psikososial?

Tentu saja ada, pertama ketika klien datang pertama kali ke balai ini juga

pertama kriteria yang harus dia miliki misalkan ya, dia harus korban

penyalahguna NAPZA, kalau bukan merupakan korban penyalahguna

NAPZA dia tidak bisa disini misalkan dengan diagnosa yang lain ada juga

biasanya yang seperti itu kita tidak bisa terima gitu ya, jadi kita screening

dulu. Jadi semua klien discreening apakah memenuhi kriterianya dengan

terapi psikososial yang kita berikan disini apakah pelayanan rehab kita

cocok dengan klien tersebut. Kemudian setelah masuk ke kita juga setelah

lolos screening itu klien juga discreening lagi diassesment lagi jadi terus

diassesment, misalkan ketika lolos screening dia masuk ke Entry-House, di

Entry-House di observasi discreening lagi nah nanti di cari kira-kira klien

tersebut hm.. kondisi penyalahgunaannya, tingkat ketergantungan terhadap

NAPZAnya berat, ringan, atau sedang, nah itu kriteria itu juga harus

diperhatikan, misalkan, ketika di observasi si klien itu ternyata hm..

pengguna berat misalkan berarti si klien itu harus masuk ke asrama dorm

dia harus ikut program primary ya. kemudian kalau misalkan yang ringan

misalkan nah dia juga masuk ke program primary tetapi asramanya di

House of Growth misalkan dia belum terlalu lama pakai atau misalkan

frekuensi penggunaannya dia itu misalkan masih jarang gitu ya atau

misalkan cuma sekali atau dua kali misalkan gitu ya, nah itu dia masuk ke

house of growth yang durasi programnya itu tidak terlalu lama

dibandingkan dengan primary asrama di dorm 1 dan dorm 2 seperti itu. Nah

ketika misalkan dari dorm juga misalkan nih ya misalkan si anak ini dia

rencana kedepannya ingin melanjutkan ke program vokasional nah itu

discreening lagi juga untuk program vokasional itukan di Re-Entry nah

apakah si klien tersebut memenuhi kriterianya untuk melanjutkan ke Re-

Entry. Pokoknya setiap tahapan setiap fase itu misalkan di dorm juga ketika

Page 160: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

147

dalam program primary untuk fase itu kan ada younger middle older nah

setiap fase itu ketika dia mau naik ke fase selanjutnya itu harus ada

kriterianya juga seperti itu. Jadi selalu ada screening gitu ya apakah klien

sesuai dengan kriteria hm.. terhadap hm.. terapi psikososial yang akan

diberikan gitu. jadi semuanya untuk sejauh ini sih sesuai ya kriteria yang

dimiliki klien dengan terapi psikososial yang diberikan gitu. Jadi, kriteria

klien ini disesuaikan dengan prosedur pengasramaan.

10. Apakah ada kriteria petugas dalam memenuhi program terapi

psikososial?

Ada, petugas harus punya pengetahuan dan skill khususnya terapi

psikososial yang cocok untuk korban penyalahgunaan NAPZA itu seperti

apa. Nah, biasanya ada standar khusus nih yang dari Colombo Plan itu loh

dalam pemberian treatment tapi itu juga harus disesuaikan dengan

pendekatan pekerja sosial. Nah, konselor disini juga banyak yang ikut

colombo plan ya, pelatihan colombo plan itu. Kemudian dalam pelatihan

tersebut itu keterampilan yang dipelajarin itu yang harus dikuasai itu

macem-macem sih misalkan bagaimana keterampilan cara screening dan

asesmen gitu ya, kemudian bagaimana misalkan dari segi farmakologinya,

dari segi kesehatannya seperti apa itu pengetahuannya itu harus dikuasain

juga, kemudian bagaimana cara untuk berelasi dengan peer group, dengan

significant outhersnya seperti family itu harus dikuasain juga. Pokoknya

harus diketahuinlah yang pokoknya hal-hal yang berhubungan dengan

treatment ke korban penyalahgunaan NAPZA dan disesuaikan dengan

pendekatan pekerja sosial kalau disini ya itu harus dikuasai.

11. Apakah tujuan pemberian layanan telah tercapai?

Tujuan pemberian layanan cukup tercapai ya.

Page 161: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

148

12. Apakah pemberian layanan sudah tepat sasaran?

Sejauh ini pemberian layanan sudah tepat sasaran. Pemberian layanan

diberikan pada korban penyalahgunaan NAPZA sesuai kriteria keparahan

pemakaiannya.

13. Bagaimana cara para petugas cepat tanggap dalam menghadapi

permasalahan yang timbul dari klien?

Para petugas hm.. sejauh ini sudah cepat tanggap dalam mengahadapi

permasalahan yang timbul dari klien. Jadi ketika ada permasalahan nih ada

kasus klien petugas itu akan segera melaksanakan case conference untuk

mencari solusi permasalahan tersebut.

14. Apakah para petugas memiliki kepedulian dan perhatian kepada

orang lain?

Hmm.. Dalam hal ini para petugas Balai Rehabilitasi Korban Penyalahguna

NAPZA di Galih Pakuan memang dituntut untuk memiliki kepedulian dan

perhatian serta bersikap ramah baik itu kepada klien ataupun kepada orang

lain misalkan pihak lain ya. Misalkan nih, kalau misalkan ketika saat

memberikan terapi psikososial petugas itu tidak memiliki kepedulian dan

perhatian dan tidak ada keramahan nah itu akan menghambat proses

pemulihan dari klien itu sendiri. Begitu juga dengan misalkan orang lain

disini itu tamu yang datang untuk konsultasi misalkan ya atau misalkan

masyarakat yang ingin mencari informasi mengenai layanan rehab disini,

nah sudah pasti kalau misalkan petugas tidak memiliki kepedulian dan

perhatian itu bisa jadi orang lain itu tidak akan istilahnya peka dan peduli

terhadap keberadaan hm.. rehab korban penyalahgunaan NAPZA Galih

Pakuan.

15. Apakah para petugas konsisten dan dapat diandalkan dalam

pemberian layanan kepada klien?

Sejauh ini petugas mampu bersikap konsisten untuk mendukung kepulihan

klien. Misalkan konsisten dalam proses naik fase, kalau si klien itu belum

Page 162: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

149

memenuhi kriteria untuk naik fase, maka itu tidak akan diizinkan si klien

tersebut naik fase, atau misalkan refelar ke asrama selanjutnya gitu. Jadi

petugas disini harus konsisten karena kalau tidak konsisten itu tidak akan

maksimal pelayanan rehab yang diberikan gitu. Jadi, konsistensi ini penting

untuk mendorong kepulihan klien kalau tidak konsisten ya program terapi

psikososial yang diberikan ya akan sia-sia.

Page 163: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

150

TRANSKIP WAWANCARA PEKERJA SOSIAL

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal : Jumat, 27 Maret 2020

Waktu : 11.00

Nama Informan : Yulia Herlina, S. Sos,Mps,Sp

Jabatan : Pekerja Sosial Pertama

1. Apakah ada standar pelayanan dalam sarana dan prasarana untuk

memenuhi program terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

Berkaitan dengan standar pelayanan dari aspek sarana dan prasarana

untuk program terapi psikososial di Galih Pakuan itu ada. Jadi, terapi

psikososial yang dilaksanakan itukan berupa grup-grup terapi, nah untuk

hm.. memfasilitasi pelaksanaan terapi-terapi kelompok atau grup terapi

tersebut, itu dilakukan di sebuah ruangan yang bisa mengakomodir dari

jumlah penerima manfaat yang ada. Jadi mungkin kalau untuk berkaitan

standar pelayanan itu berkaitan dengan ketersediaan daya tampung atau

kapasitas yang hm.. bisa memfasilitasi para penerima manfaat dalam

jumlah banyak untuk melakukan terapi-terapi kelompok atau grup terapi

sebagai bentuk dari terapi psikososial yang ada di Galih Pakuan

2. Ada berapakah ruangan terapi psikososial di BRSKPN Galih

Pakuan Bogor?

Ruang terapi psikososial itu yang sekarang ada hm. jadi masing-masing

asrama itu ada satu ruang kegiatan, mungkin itu yang dikatakan hm..

ruang terapi psikososialnya. Untuk di Galih Pakuan sendiri itu ada asrama

primary sebanyak dua, berarti ada dua ruangan, kemudian Entry-House

satu, tiga, hog empat sama Re-Entry lima, ada lima berarti ada lima

ruangan terapi psikososial, satu ruangan berada di masing-masing asrama.

Page 164: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

151

Nah untuk kedepannya sebetulnya sudah ada wacana untuk pendirian

sebuah ruangan atau tempat semacam laboratorium terapi gitu, tapi itu

belum bisa di realisasikan dalam waktu dekat ini, kemarin itu sudah pada

sampai tahap untuk pengajuan lis-list kebutuhan fasilitas sarana dan

prasarananya saja, tetapi untuk realisasinya belum dilaksanakan. Jadi

sejauh ini yang ada atau bisa dikatakan sebagai ruangan terapi psikososial

di Galih Pakuan itu adanya di gedung asrama masing-masing, dua asrama

primary, satu asrama Entry-House, satu asrama Re-Entry, dan satu asrama

house of growth. Jadi totalnya lima ruangan terapi psikososial.

3. Bagaimana kondisi ruangan terapi psikososial?

Kalau untuk ruang terapi di asrama primary itu kondisi ruangannya

sebetulnya tidak terlalu banyak peralatan khusus jadi itu hanya berupa

ruangan saja yang luas, ruangannya luas karena harus mengakomodir atau

menampung dari jumlah penerima manfaat yang cukup banyak, untuk

kegiatan terapi kelompok sendiri sebetulnya juga tidak memerlukan

adanya property atau peralatan-peralatan khusus, jadi mereka hanya

sekedar sharing, melingkar kemudian mereka melaksanakan kegiatan

therapeuticnya. Jadi untuk kondisinya hanya bisa digambarkan mungkin

dari segi luasnya saja itu cukup luas, itu untuk yang terapi yang ada di

primary. Nah kemudian untuk yang di Entry-House tidak seluas primary

kondisinya, biasanya untuk ruang terapinya itu ada di letaknya ada di

sebelah ruangan staf dan untuk kegiatan terapi kelompok seperti halnya

di primary juga dilaksanakan cuma karena mengingat jumlah penerima

manfaat di asrama Entry-House itu tidak sebanyak di asrama primary jadi

luasnya pun tidak seluas di asrama primary, untuk peralatan-peralatan

khusus tidak ada, hanya saja mungkin terapi kelompok biasanya kadang,

suka ada tambahan peralatan misalnya, papan tulis atau flip chart untuk

menulis beberapa poin yang perlu dituliskan dalam kegiatan seminar

misalnya, hmm.. kemudian ada peralatan-peralatan lain seperti alat tulis

Page 165: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

152

alat tulis yang dipegang oleh masing-masing atau beberapa dari penerima

manfaat bisa juga seperti itu. Kemudian untuk asrama Entry.. Entry-

House tadi udah ya.. Re-entry sama hog sedikit banyak sama kayak di

Entry-House ruangannya tidak terlalu besar, dan kalau pun ada properti-

properti itu cuma sebatas ya papan tulis, alat tulis kayak gitu-gitu aja,

untuk alat-alat khusus terapi itu tidak ada.

4. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia dalam terapi psikososial?

Hmm.. kondisinya masih dalam keadaan yang baik, soalnya kalau

misalkan ada peralatan yang sudah tidak berfungsi itu biasanya SOPnya

itu harus segera dilaporkan ke sub bagian tata usaha dan tata usaha segera

menindaklanjutinya, apakah itu dengan memperbaiki atau dengan

mengganti menariknya kemudian mengganti, dan itu berlaku untuk semua

barang-barang yang ada fasilitas yang ada sarana prasarana yang ada di

Galih Pakuan termasuk untuk perlengkapan yang ada di ruangan terapi

psikososial.

5. Apakah pelaksanaan terapi psikososial sudah sesuai dengan jadwal

yang telah ditentukan?

Pelaksanaannya juga sudah dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan tapi kalau misalkan ada beberapa kegiatan yang sifatnya hm..

perlu menyesuaikan itu diperbolehkan tetapi kalau untuk standar jadwal

itu sudah disusun.

6. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh klien agar dapat

mengikuti terapi psikososial?

Kriteria yang harus dimiliki oleh klien kriteria tertentu sih ngga ada ya,

cuma mungkin hm.. jenis dari terapi psikososial yang hm. dilaksanakan

itu sesuai dengan tempat asrama yang ada sesuai dengan keberadaan

penerima manfaat itu, misalnya gini, untuk penerima manfaat yang ada di

Entry-House itu berarti siapapun yang ada di Entry-House itu hm..

Page 166: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

153

mengikuti kegiatan terapi di asrama tersebut, begitupun ketika misalkan

dia sudah di asrama primary.

7. Apakah ada kriteria petugas dalam memenuhi program terapi

psikososial?

Oke tentang kriteria petugas ya.. Petugas di Galih Pakuan untuk

pelaksanaan terapi psikososial ini kan ada beberapa macam, ada pekerja

sosial, kemudian ada tenaga IPWL, tenaga IPWL itu terdiri dari peksos

adiksi sama konselor-konselor. Nah pertama untuk yang kriteria pekerja

sosial ASNnya, yang ASN ya ini tidak ada kriteria khusus, jadi semua

fungsional pekerja sosial itu memang diharuskan untuk bisa memberikan

terapi psikososial bagi semua penerima manfaat di semua asrama jadi

mereka harus punya kapabilitas untuk memberikan teknik-teknik terapi

psikososial itu untuk ASN. Nah kemudian untuk yang tenaga IPWL yang

terdiri dari peksos adiksi ataupun konselor sama sih sebetulnya mereka

juga harus punya skill dan kapabilitas untuk memberikan teknik-teknik

terapi psikososial. Nah untuk konselor ini biasanya ada beberapa

spesifikasi khusus untuk pelayanan terhadap penerima manfaat korban

penyalahgunaan NAPZA, di kalangan konselor itu ada pengetahuan-

pengetahuan khusus yang mengacu pada colombo plan namanya. Jadi,

colombo plan itu salah satu badan hmm apa ya.. Salah satu wadah

dibawah PBB badan dibawah PBB gitu ya, untuk menangani masalah

adiksi di seluruh dunia, nah jadi si konselor ini dia mempunyai beberapa

kurikulum pengetahuan yang mengacu ke colombo plan tersebut. Hmm

mulai dari farmakologi untuk penyalahgunaan zat, kemudian teknik

konseling dasar untuk korban penyalahgunaan NAPZA, kemudian

asesmen khusus yang diberikan kepada korban penyalahgunaan NAPZA,

nah mereka harusnya idealnya itu memiliki kompetensi di bidang ilmu-

ilmu tersebut untuk konselor. Nah ini juga sebetulnya berlaku bagi para

pekerja sosial yang ASN, bahkan ada ASN-ASN pekerja sosial yang di

Page 167: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

154

Galih Pakuan itu yang sudah mengikuti beberapa sesi kurikulum colombo

plan untuk menambah pengetahuan mereka supaya teknik terapi

psikososialnya itu benar-benar khas atau spesifik khusus bagi para

penerima manfaat korban penyalahgunaan NAPZA.

8. Apakah tujuan dari pemberian layanan telah tercapai?

Pencapaian tentang tujuan terapi psikososial berarti ini kaitannya sama

evaluasi ya, nah untuk evaluasinya sendiri jadi gini, sebetulnya untuk

mulai tahun ini diberlakukan sebuah alat ukur yang kita susun saya dan

teman-teman peksos susun hm.. jadi ada semacam pre test dan post test

untuk melihat keberhasilan dari terapi psikososial yang diberikan di Galih

Pakuan. Jadi ini masih on going process ya untuk pencapaian tahun ini

gitu, cuma kalau untuk tahun-tahun sebelumnya hmm hasil

pengukurannya itu hasil evaluasinya itu belum berpatokan atau merujuk

pada satu proses pengukuran yang baku, kalau untuk tahun kemarin

karena baru mulai diberlakukan tahun ini si alat ukurnya itu. Jadi untuk

tahun-tahun kemarin sejauh ini evaluasinya hanya berkisar antara apakah

terapi psikososial ini sudah dilalui semuanya oleh penerima manfaat dari

fase younger, middle, older apakah mereka sudah menjalani ke semua

fase itu gitu dan rata-rata mereka yang sudah pulang, kalau yang kasusnya

bukan kabur atau split ya mereka komplit program sampai pada tahap

older. Jadi kalau ditanya pencapaiannya terapi psikososialnya bagaimana

sejauh ini yang dilakukan tahun kemarin itu masih berdasarkan pada

aspek apakah penerima manfaat sudah melalui keseluruhan tahapan

program jawabannya iya, tapi kalau untuk mengukur efektivitas sejauh

mana keberhasilan terapi psikososial ini yang justru akan jadi project di

Galih Pakuan sebetulnya untuk tahun ini untuk mengukur keberhasilan

tersebut gitu. Kalau untuk alat ukurnya sudah tersedia tahun ini.

Page 168: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

155

9. Apakah pemberian layanan sudah tepat sasaran?

Sudah cukup tepat sasaran ya. Terapi psikososial ini memang

dikhususkan untuk korban penyalahgunaan NAPZA yang menjalani

rehabilitasi di BRSKPN Galih Pakuan ini.

10. Apakah peran pekerja sosial dalam program terapi psikososial?

Pekerja sosial dalam kegiatan terapi psikososial di Galih Pakuan itu dapat

berperan sebagai tenaga konselornya sendiri maksudnya tenaga atau

terapis yang memberikan terapi psikososialnya pertama, dan kedua juga

pekerja sosial itu bisa berperan sebagai supervisor untuk para konselor

adiksi dan peksos adiksi dalam melaksanakan pelayanannya itu paling

perannya. Jadi, satu sebagai terapisnya sendiri, dua dia sebagai supervisor

bagi para konselor adiksi dalam pelayanan yang diberikan oleh konselor

adiksi terhadap penerima manfaat.

11. Apakah perbedaan dari kegiatan morning meeting, page group,

seminar, discussion group, encounter group dalam terapi psikososial?

Perbedaannya gini, kalau morning meeting itu grup yang paling pertama

kali dilakukan pada saat pagi hari dan itu ada format bakunya morning

meeting itu. Ada tentang bagaimana menyampaikan isu-isu asrama dan

lain sebagainya. Kalau page itu lebih kepada si penerima manfaat itu

menilai sisi positif dan negatif masing-masing diantara mereka. Kalau

seminar itu sifatnya edukasi, pemberian transfer knowledge pemberian

pengetahuan. Discussion group itu membahas tentang tema-tema tertentu

atau isu-isu yang e… bisa dipilih dari si konselor atau peksos. Peksos

maunya bicara fokusnya itu tentang apa, misalnya tetang COVID-19 atau

bagaimana cara kencegah kepulihan itu di lempar ke forum mereka

kemudian membahas itu, ada yang pro terhadap isu itu ada yang kontra

terhadap isu itu. Jadi mereka discuss gitu. Kalau encounter itu jadi lebih

kepada melepaskan keluhan melepaskan unek-unek yang ada di dalam

diri mereka. Hmm.. cuma kalo ngga salah itu ada penggantian nama

Page 169: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

156

menjadi CRJ kalo ngga salah Conflict Resolution Group jadi itu lebih

kepada bagaimana caranya supaya penerima manfaat dapat mengatasi

konflik di dalam dirinya, bagaimana cara dia meluapkan unek-unek atau

perasaan atau konflik yang ada dalam dirinya.

12. Kegiatan manakah yang lebih menekankan ke arah hubungan sosial

dan mengajarkan klien untuk bertanggung jawab?

Semua grup terapi itu semuanya mengajarkan para penerima manfaat

untuk meningkatkan kedisiplinan dan tanggung jawab. Jadi semua semua

terapi kelompok memang memang dirancang untuk bisa meningkatkan

responsibility dari diri mereka jadi untuk pertanyaan grup mana yang

paling meningkatkan tanggung jawab mereka sepertinya semua grup

memang hm.. diarahkan untuk meningkatkan tanggung jawab mereka.

Sesuai dengan fungsinya terapi kelompok itu untuk meningkatkan

hubungan sosial salah satunya, jadi manakah yang lebih meningkatkan

hubungan sosial, itu ya jelas itu semua grup itu memang bisa

meningkatkan hubungan sosial mereka karena dengan mengikuti program

terapi kelompok itu otomatis mereka harus mempunyai skill atau

kemampuan berkomunikasi, berhubungan, berinteraksi, dan semakin

sering mereka mengikuti grup terapi berarti semakin terasah pula

kemampuan itu sehingga nanti kualitas hubungan yang dihasilkan pun

akan hm.. lebih bermanfaat lebih terasa.

13. Apakah makna keberfungsian sosial menurut bapak/ibu?

Indikator keberfungsian sosial itu biasanya dirumuskan di masing-masing

Direktorat ya, kalau untuk Direktorat disabilitas dibawah Kementerian

Sosial mereka itu sudah menyusun indikator keberfungsian sosial mereka

untuk penerima manfaatnya. Nah kebetulan untuk di Direktorat NAPZA

itu belum ada dicantumkan secara jelas dalam suatu indikator

keberfungsian sosial dari penerima manfaat korban penyalahgunaan

NAPZA. Jadi, sejauh ini kita masih berpatokan kepada keberfungsian

Page 170: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

157

sosial hm.. yang dilihat dari tiga poin ya, pertama bagaimana seorang

penerima manfaat memecahkan masalahnya, kedua bagaimana penerima

manfaat memenuhi kebutuhannya, dan ketiga bagaimana penerima

manfaat menjalankan fungsi sosialnya fungsi dan perannya.

14. Apakah standar ukuran klien dapat dianggap kembali keberfungsian

sosialnya?

Memecahkan masalahnya itu berkaitan dengan bagaimana dia berusaha

untuk menghandle perilaku adiksinya bagaimana dia untuk bisa menjaga

kepulihannya, dan bagaimana dia bisa mencegah kembalinya perilaku

penyalahgunaan NAPZA atau mencegah adanya relapse, kemudian

bagaimana dia memenuhi kebutuhannya melalui bagaimana dia bisa

kembali beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,

kebutuhannya itu bisa berarti kebutuhan dasarnya, kebutuhan

pendidikannya, atau kebutuhan dalam hal pekerjaan. Nah menjalankan

fungsi perannya itu ketika dia kembali ke masyarakat dia kembali

berperan sebagai anggota masyarakat atau di lingkungan keluarga dia

berperan sebagai anak misalnya atau sebagai kepala keluarga kalau yang

sudah menikah seperti itu. Nah sekedar tambahan ada lagi beberapa

patokan yang diberlakukan di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi

Sosial Kementerian Sosial jadi untuk semua penerima manfaat di balai-

balai unit pelaksanaan teknis rehabilitasi sosial itu adanya sebuah tolak

ukur yang dinamakan kapabilitas sosial dan tanggung jawab sosial. Jadi,

semua penerima manfaat ketika sudah mendapatkan pelayanan di

balainya masing-masing itu diharapkan dapat memenuhi kapabilitas

sosialnya. Kapabilitasi sosialnya itu terdiri dari kapabilitas fisik,

kapabilitas psikososial, kapabilitas mental spiritual, dan kapabilitas dalam

segi livelihood atau penghidupannya, dan dia juga selain kapabilitas sosial

juga memenuhi atau diharapkan dapat mencapai social responsibility atau

tanggung jawab sosialnya ini tediri dari tanggung jawab sosialnya

Page 171: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

158

terhadap diri sendiri, tanggung jawab sosialnya terhadap keluarga atau

masyarakat, dan tanggung jawab sosialnya terhadap lingkungan misalkan

lingkungan pendidikan atau lingkungan pekerjaannya.

15. Apakah ada komitmen yang dibangun antara pekerja sosial dengan

klien?

Komitmen yang dibangun antara pekerja sosial dengan klien. Hm..

biasanya diawal layanan emm.. itu ada inform concent untuk diisi oleh

para klien atau penerima manfaat, isinya tentang ketersediaan dari mereka

untuk mengikuti setiap tahapan rehabilitasi yang ada di Galih Pakuan

mulai dari asesmen. Nah, secara tertulis itu tertuang dalam inform concent

tersebut, kemudian komitmen-komitmen lain yang tidak tertulis itu

berkaitan dengan bagaimana pekerja sosial memiliki kesepakatan dengan

para klien atau penerima manfaat supaya mereka bisa cooperative atau

bekerja sama ketika melaksanakan program rehabilitasi. Misalnya yang

sering saya lakukan itu kepada klien itu berusaha untuk kasih saran kasih

masukan ke mereka untuk berbicara selepas mungkin karena pastikan

untuk pastikan bahwa kita adalah posisinya sebagai helper atau penolong.

Jadi, biasanya kan kalau untuk kasus penyalahgunaan NAPZA itu

dipandang dari segi aspek kriminalitas juga nah kita sebagai pekerja sosial

meyakinkan kepada klien atau penerima manfaat supaya mereka dapat

melihat kita itu bukan kayak melihat polisi yang berbicara salah atau

benar, tetapi mereka melihat kita itu sebagai seorang profesi yang akan

menolong mereka. Jadi, mereka dipersilakan untuk mengeluarkan apa

yang mereka rasakan, apa yang mereka alami tanpa harus mereka

ketakutan akan di judge oleh kita benar atau salah sikapnya, justru kita

memposisikan diri untuk membantu mereka gitu. Kemudian komitmen

lainnya supaya pekerja sosial dan penerima manfaat itu berada pada

perannya masing-masing. Artinya hubungan therapeutic yang dibangun

itu memiliki batas-batas ke profesionalitasan. Trust building itu

Page 172: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

159

diperbolehkan sebagai wujud komitmen tadi itu adanya trust building ya

dari penerima manfaat atau klien kepada pekerja sosial itu sangat

diperlukan, dan itu merupakan modal awal yang sangat signifikan, yang

sangat mempunyai pengaruh besar dalam proses terapi psikososial, tetapi

trust building ini juga harus pada batas-batas ke profesionalitasan. Pekerja

sosial sebagai profesi terapis dan klien sebagai penerima manfaatnya.

Artinya, meskipun ada kedekatan antara pekerja sosial dengan penerima

manfaat itu konteksnya dalam hubungan therapeutic tidak boleh ada

hubungan di luar hubungan therapeutic karena itu sudah menyalahi ke

profesionalitasannya, komitmen itupun perlu dibangun dan di bicarakan,

bukan di bicarakan sih, secara secara eksplisit ya itu dilakukan tanpa harus

diomongkan juga komitmen-komitmen itu harus tetap dipatuhi.

Page 173: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

160

TRANSKIP WAWANCARA PEKERJA SOSIAL

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal : Jumat, 3 April 2020

Waktu : 10.00

Nama Informan : Erni Novianti,S.ST

Jabatan : Pekerja Sosial Muda

1. Apakah ada standar pelayanan dalam sarana dan prasarana untuk

memenuhi program terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

Untuk standar pelayanan di Galih Pakuan ini untuk sarana dan

prasarananya kita memang e…. kepengennya gitu kan ya kepengennya ada

standar pelayanan yang apa namanya tuh yang baku yang seperti misalkan

untuk tempat penerimaan gitu kan, tempat asesmen gitu kan, kita

kepengennya ada suatu tempat dimana itu nanti hm.. pada saat si klien

masuk itu tuh hm.. klien bisa pada saat penerimaan terus udah gitu asesmen

terus nanti bagaimana kita bisa CC juga ada disitu, cuman mungkin kalau

untuk yang tempatnya yang nyaman atau yang kayak gimana kita ini

sedang dalam inilah dalam proses gitu, tapi pada dasarnya kita sebisa

mungkin menyiapkan hal-hal itu sehingga supaya terapinya gitu kan ya

atau prosesnya itu tuh berlangsung nyaman gitu seperti juga untuk terapi

apa namanya seperti di dalam asrama kita dimungkinkan kepengennya

anak-anak ada lah ruangan tersendiri yang setidaknya ruangan konseling

khusus gitu kan ya, atau yang bisa kita idealnya sih kita kepengennya

seperti itu gitu kan ya, tapikan terkadang banyak hal yang kita kepengennya

seperti ini gitu kan ya tapi oke dari lembaganya hanya bisa seperti itu gitu

kan ya. Jadi kalo dibilang ada standar kepengennya ada gitu kan ya

Page 174: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

161

kepengennya ada standar pelayanan gitu tapi disini kita memaksimalkan

sarana dan prasarana yang ada gitu, yang mungkin dibilang belum memadai

saya bilang sih belum yah belum memadai belum memenuhi sih gitu kan

ya, tapi ya Alhamdulillah ya gitu kan yah dengan apa namanya tuh kondisi

yang sekarang ini proses itu bisa berjalan sih mungkin itu sih.

2. Ada berapakah ruangan terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

Kalo dibilang ya ada berapa gitu kan ya paling kita ada yang ruang asesmen

ya yang ada di ruang data itu, terus paling kalau untuk konseling-konseling

gitu sih biasanya kita ada di ruangan myer on duty ya gitu, itu biasanya kita

kalau melakukan konseling gitu, terus juga paling untuk grup-grup yang

ada di asrama kita ada menhol di masing-masing asrama biasanya ada gitu

kan, itu bisa untuk dipakai morning meeting gitu kan diskusi gitu pokoknya

itu ada disitu. Jadi, ya itu tadi seperti saya bilang kalau untuk ruangannya

itu teh yang ruang konseling khusus gitu kan ya supaya ada kayak

laboratorium atau kayak gimana kita memang belum ada gitu.

3. Bagaimana kondisi ruangan terapi psikososial?

Hehe.. Hmm. Kalau kondisi-kondisinya ya baik lah gitu kan ya, bisa di

fungsikan gitu kan bisa di fungsikan cuman ya itu tadi nih nih makanya

kalo saya jujur-jujuran aja gitu kan ya belum memadai gitu, belum

memadai dalam istilahnya untuk Ya seperti ruang asesmen lah gitu kan ya,

kayak ruang tunggu untuk yang keluarga gitu kan ya Misal kan keluarga

mau istirahat bukan istirahat dalam artian gimana ya gitu maksutnya kan

ruang tunggunya kan nyaman atau kayak gimana gitu, itu menurut saya gitu

kan ya, menurut saya belum memadai gitu. Makanya nih saya buka-bukaan

aja gitu ya nanti terserah mba mau apa namanya mengapresiasinya kayak

gimana gitu. Belum memadai gitu, itupun kadang-kadang saya juga suka

duh suka gimana ya suka geregetan gitu geregetan kalo aduh nih ruangan

gitu.

Page 175: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

162

4. Apa saja peralatan yang digunakan untuk memenuhi proses

pelaksanaan terapi psikososial?

Kalau untuk alatnya ya biasa lah kita paling kita ada kertas ada pulpen gitu,

terus bisanya saya suka minta izin juga sama PM saya kalo memang dirasa

perlu gitu kan merekam gitu kan bisa aja saya perekam juga pakai

handphone aja, terus ya paling itu sih untuk peralatan ngga ada yang lain

yang setiap hari kita gunakan sih paling itu aja

5. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia dalam terapi psikososial?

Kalau untuk peralatan ya kadang saya mikir duh anak-anak juga di dalam

asrama gitu kan terkadang mungkin ya ACnya yang suka naik turun, mati

lampu gitu, terus juga penerangan untuk yang di dalamnya sendiri tuh

kayaknya agak sumpek gitu kan ya dengan kalau kapasitas anak yang

banyak gitu, jadinya ada beberapa hal sih gitu kan ya, tapi ya selama ini sih

gitu ya itu tadi ya so far alhamdulillah lah lumayan gitu cuman belum

memadai gitu. Ya kalau untuk terapi psikososial dalam program sih gitu

kan misalkan ada nih pada saat inisial interview gitu kan, itu ada ya ada

bukan alat sih ya kita biasa memakai apasih kalau inisial interview tuh itu

biasanya hm.. Duh panjang sih kalau untuk ceritain ininya ya gitu, jadi

pada saat inisial interview terus ya kalau pada saat grup-grup juga gitu

paling yang digunakan ya itu tadi sih cuma ada kertas, paling papan jalan

itu kan terus pulpen ya paling itu sih kali ya untuk peralatan,

6. Apakah pelaksanaan terapi psikososial sudah sesuai dengan jadwal

yang telah ditentukan?

Kalau untuk pelaksanaannya kita diusahakan sesuai jadwal ya kita

usahakan sesuai jadwal untuk yang grup-grup gitu kan, tapi kadang ada

kendala juga, kita fleksible sih gitu, mungkin waktunya diundur atau

waktunya dimajuin atau mungkin di skip gitu, itu biasanya seperti itu jadi

tidak yang mutlak atau misalkan ini harus gitu, sebisa mungkin schedule

berjalan. Nah kalau untuk yang konselingnya sendiri itu tergantung dari

Page 176: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

163

treatment plannya si PM jadi itu konselor biasanya kalau ada hal-hal yang

urgent atau apa gitu atau si kliennya ngerasa oh nih saya perlu konseling

gitu, biasanya klien sendiri yang meminta waktu gitu kapan bisa konseling

gitu dan itu pun fleksible gitu. Jadi kalau untuk waktu sih hm.. tidak harus

baku juga harus sesuai jadwal dan di usahakan dengan adanya jadwal itu

jadi inilah situasi rumah kondusif mungkin itu gitu, terus juga waktu time

apa namanya tuh? Time frame yang diharuskan oke dari jam sekian sampai

jam sekian itu bisa terlaksana gitu tidak jadi tidak ada out tanding mungkin

itu sih gitu.

7. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh klien agar dapat

mengikuti terapi psikososial?

Ya kalau untuk kriterianya yang pasti dia harus PM BRSKPN Galih Pakuan

Bogor, terus juga bermasalah dengan penyalahgunaan NAPZA, terus

Tidak memiliki apa namanya tuh ada dual diagnosis itu sih paling

kriterianya gitu jadi ngga ada kriteria. Semua PM yang ada di itu memang

harus ya harus mengikuti terapi psikososial gitu, kalau syarat-syaratnya sih

itu.

8. Apakah ada kriteria petugas dalam memenuhi program terapi

psikososial?

Kalau untuk petugasnya sendiri kriterianya hm... Ya seharusnya untuk

kriteria sendiri kan yang memenuhi syarat berarti dia yang oke jam

terbangnya gitu kan ya, terus juga hm.. dia yang sudah ini uji kompetensi

gitu, terus yang memiliki wawasan, terus juga memahami kode etik gitu,

jujur, ya dapat dipercaya sih gitu untuk hal-hal ideal seperti itu gitu kan ya,

idealnya seperti itu. Tapi itu kan secara keseluruhan maksutnya hm..

seharusnya seperti itu gitu, tapi untuk di ya di Galih Pakuan sendiri itu kita

kan memang-memang memang kita harus melaksanakan tugas fungsinya

kita, misalkan untuk konselor apa tugasnya, ya untuk pekerja sosial apa

tugasnya walaupun mungkin si pekerja sosialnya itu sendiri dia engan ada

Page 177: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

164

yang masih ada yang latar belakangnya bukan kessos gitu kan ya, terus juga

belum memiliki apa namanya tuh? Sertifikasi uji kompetensi gitu, tapi

karena hm.. dia tugas hm.. pokok dan fungsinya dia memang harus

melakukan hal itu gitu kan, dan dia di sebagai ASN pekerja sosial ya mau

tidak mau memang harus melakukan gitu, tapi kalau untuk kriteria ideal

dan seharusnya ya itu tadi seperti yang sebelumnya saya bilang gitu,

mungkin itu aja.

9. Apakah tujuan pemberian layanan telah tercapai?

Iya, maksutnya kalau tujuannya sendiri itu diharapkan si PM itu ada

perubahan perilaku gitu kan ya, karena dari awal dia masuk itu kan dia

banyak mengalami permasalahan gitu kan ya, permasalahan khususnya

dalam penyalahgunaannya gitu yang biasanya itu diiringi juga dengan

permasalahan juga, pekerjaan, keluarga ya dengan apa namanya tuh?

Dengan orang tua, ya istri anaknya gitu. Nah disini diharapkan si PM ini

dia bisa bagaimana dia bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri,

lingkungan keluarga, dengan perubahan yang ada gitu, terus juga

bagaimana dia nanti bisa dapat berfungsi sosial seperti semula gitu kan ya

misalkan kalo dia sebagai anak, sebagai ayah, sebagai orang tua gitu. Terus

bagaimana dia bisa memecahkan masalahnya sendiri, karena rata-rata

biasanya para penyalahgunanya tuh biasanya mereka tuh males untuk

menghadapi masalahnya biasanya ogah gitu. Hmm.. Biasanya mereka

menghindari itu masalah yang akhirnya apa untuk menyelesaikan

masalahnya itu biasanya apa timpah dengan pakai lagi pakai lagi gitu. Nah

kita berusaha bagaimana cooping skill dia, bagaimana dia bisa

memecahkan masalahnya, tau solusinya gitu, dengan atau hm tanpa

bantuan orang lain gitu, karena kan orang lain itu hanya sebagai sarana

doang gitu. Dia secara mandiri bisa Memerangi kebosanannya dia gitu

supaya dia melakukan hal-hal yang positif gitu. Selain itu juga bagaimana

dia bisa melakukan nilai-nilai atau etika-etika yang ada di masyarakat yang

Page 178: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

165

sebelumnya mereka langgar, mereka dobrak gitu kan ya, mereka ga peduli,

mereka cuek gitu, mereka bisa paham lagi terhadap aturan-aturan itu gitu.

Tujuannya seperti itu bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, itu dulu

deh gitu kan ya hm.. yang paling utama sih itu gitu. Nah kalau tujuannya

sudah tercapai atau belum gitu, kita biasanya ada yang namanya setelah PM

keluar itu tuh ada yang namanya bimbingan lanjut, ada monitoring dan

evaluasi, jadi setiap klien yang atau setiap PM yang sudah keluar dari Galih

Pakuan minimal enam bulan lah itu akan kita binjut untuk melihat

kondisinya sekarang, apakah dia sudah menjalankan fungsi sosialnya

dengan baik, setidaknya dia clean aja dia tidak memakai berarti dia bisa

menjalani kehidupannya secara normal, terus kalo di monitoring dan

evaluasi biasanya setelah PM setahun keluar dari Galih Pakuan kita datang

lagi untuk melihat bagaimana kondisinya gitu. Jadi ya secara berkala sih

kita pantau terus atau mungkin biasanya kalau saya pribadi anak-anak yang

udah keluar dari Galih Pakuan itu bisanya kita kontak-kontakan lewat IG,

lewat WA, lewat facebook gitu kan ya, bagaimana mereka situasi mereka

di luar, bagaimana mereka bersosialisasi dengan masyarakat di luar,

bagaimana dia bisa mengaplikasikan apa yang sudah didapatnya di Galih

Pakuan gitu itu kita pantaunya seperti itu gitu hm.. walaupun tanpa dari

lembaga pun kadang kan kalo dari lembaga kan terbatas ya gitu, tapi kalo

kita secara pribadi bisa mereka bisa ini, setidaknya mereka tidak kehilangan

circlenya mereka tidak kehilangan komunitasnya, jadi biasanya kalau

mereka sudah los dari minimal media sosial lah gitu kan ya, itu pasti ini ada

apa nih apakah itu handphonenya di jual kah atau memang dia sudah pakai

kah atau apa, biasanya rata-rata gejalanya seperti itu, polanya sepertu itu

gitu. Tapi kalau yang masih oke komunikasi masih ni mereka mau

menerima motivasi gitu kan, atau mereka hanya sekedar sharing saja gitu,

itu biasanya kita melalui sarana-sarana media sosial.

Page 179: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

166

10. Apakah pemberian layanan sudah tepat sasaran?

Kalau untuk tujuan pemberian layanan Insya Allah sih sudah tepat sasaran

yah selain dari PM kita sendiri yang ada di Galih Pakuan, kita juga layanan

kita juga biasanya ada ke masyarakat melalui edukasi melalui sosialisasi ke

sekolah-sekolah ya itu tadi melalui penyuluhan-penyuluhan gitu. Jadi,

sepertinya sih sudah tepat sasaran mudah-mudahan yah gitu. Terus juga ada

warga binaan dari lapas-lapas kita pernah ada sosialisasi ada asesmen

malah kita pernah juga ada di mana itu gunung sindur kalau ngga salah gitu

ada program yang kita buat disana gitu, mudah-mudahan sih sudah.

11. Apakah peran pekerja sosial dalam program terapi psikososial?

Untuk perannya, sebagai motivator, sebagai pembimbing kelompok

sebagai asesor, sebagai mediator, advokator, terus konselor juga, terus juga

sebagai apa ya emm.. sebagian besar sih itu, apalagi ya.. sebagai oke yang

asesor kan ya pada saat awal kan kita mengasesmen asesmen lanjutan gitu,

di kelompok dimana kita Ada disitu ketika si PM itu melakukan kegiatan

grup yah, terus juga sebagai mediator bagaimana kita menghubungkan

klien lah apa namanya.. Menghubungkan PM drngan keluarga ketika ada

isu-isu yang harus di follow up terus juga bagaimana kita sebagai MK

manajer kasus gitu ketika kita menghubungkan klien dengan lembaga

seperti rumah sakit atau instansi lain dimana klien membutuhkan atau ke

psikiatri gitu kan ya.. Terus juga hmm.. Iya itu juga sebagai apa ya..

Edukator gitu kan ya yang berikan Apa namanya tuh pendidikan ya ketika

mereka membutuhkan informasi-informasi tentang ya bagaimana

penanggulangan-penanggulangan misalkan bagaimana mereka kecanduan

gitu, terus juga sebagai preuner bersama-sama dengan konselor bagaimana

kita menyusun treatment kepada PM selama PM di Galih Pakuan treatment

apa nih yang cocok untuk PM gitu, dengan ada durasi waktunya time

framenya dari awal bagaimana terus kita evaluasi kita lihat

perkembangannya sampai si PM itu terminasi gitu.

Page 180: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

167

12. Apakah perbedaan dari kegiatan morning meeting, page group,

seminar, discussion group, encounter group dalam terapi psikososial?

Nah kalau di morning meeting itu bagaimana kita mengevaluasi Kegiatan-

kegiatan yang ada di Asrama ya. Misalkan pada saat itu kan kalau di saya

itu kan pakainya kan ya tapi kalau untuk di TCnya sendiri tuh gini

bagaimana keadaan rumah pada saat kemarin-kemarinnya gitu kan terus di

evaluasi apakah ada hal-hal atau isu-isu atau awareness-awareness yang

mesti dibahas, misalkan isu tuh keadaan rumah seperti apa nih gitu apa

yang menjadi permasalahan krusial gitu contohnya misalkan seperti PM

yang masih banyak yang kurang peduli gitu kurang peduli terhadap

kebersihan gitu itu dibahas, terus pada apa namanya tuh.. Ada penghargaan

terhadap PM yang dia melakukan sesuatu hal yang positif gitu biar jadi

motivasi juga buat yang lain, terus pull up-pull up contohnya jika ada

beberapa PM yang melakukan kesalahan-kesalahan seperti contohnya

membuang sampah sembarangan. Jadi disini morning meeting itu

diharapkan mempunyai tanggung jawab gitu terhadap situasi rumah,

terhadap keberadaan rumah, terhadap aturan-aturan yang ada di rumah gitu,

dan disitu biasanya kan ada conductnya gitu jadi conductnya itu yang dia

yang hm.. Menjadi juru bicara lah seolah-olah ya gitu kan ya gitu jadi kayak

jadi moderator kayak gitu lah dalam morning meeting itu jadi morning

meeting itu diikuti oleh seluruh gitu. Jadi pada saat mengawali hari itu,

semua PMnya tuh berkumpul gitu kan, dan bagaimana juga hm.. si PM

akan menghadapi hari itu gitu apa nih yang harus dilakukan hal-hal apa

yang harus di follow up, hal-hal apa yang harus di benahi hm.. Yang harus

ditindak lanjuti gitu, jadi sampai pada saat si PM tidur, jadi itu dibahas juga

disitu, kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan itu apa aja gitu itu morning

meeting gitu kan ya sebagian besar sih seperti itu hm.. Seluruh gitu seluruh

PM bertanggung jawab terhadap keberadaan rumah. Kalau untuk page

group sendiri pagenya itu tuh kan hm.. peer atau personal accountability

Page 181: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

168

group evaluation dimana kalau untuk yang peernya itu tuh hm.. Bagaimana

si PM ini mengevaluasi teman-temannya gitu kan ya teman-temannya

bagaimana dia hm.. mengevaluasi sisi buruk ehh bukan sisi buruk yah sifat

negatif dan positif dari PM yang lain gitu. Jadi disini kita bisa memberikan

pandangan objektif kepada PM itu supaya si PM itu kan ya ada berubah.

Contohnya misalkan oke kepada PM A hm.. Bahwa hari ini ternyata kamu

itu kok terlihatnya seperti malas-malasan tidak mau aktif dalam grup, tidak

mau aktif dalam kegiatan-kegiatan gitu itu mungkin dari ininya ya apa

namanya tuh sisi negatifnya, nah kalau sisi positifnya mungkin sudah mau

apa namanya tuh membantu temannya si A ehh si B gitu, jadi ada sisi positif

dan negatifnya, jadi disini diharapkan si PM itu bisa memberikan

pandangan-pandangan terhadap sikap-sikap PM lain dalam upayanya ya itu

tadi untuk perubahan si PM yang di evaluasi gitu. Jadi bukan-bukan seperti

ada dendam pribadi atau kayak gimana ngga gitu, jadi memang-memang

harus objektif gitu, bukan berarti juga ada oh ini karena satu suku, satu

wilayah engga. Jadi kita berharap disini PM yang di evaluasi ini tuh

mengerti dan paham bahwa oh iya bahwa saya berarti tidak boleh seperti

ini, oh iya saya berarti harus berubah, oh iya ternyata saya nih hidup ngga

sendiri gitu kan ya hm.. Bersama dengan teman-teman lainnya gitu. Nah

kalau personal itu, itu bagaimana si PM mengevaluasi dirinya sendiri gitu,

mengevaluasi dirinya sendiri itu dia juga harus objektif gitu kan, oh iya

saya memang mungkin kurang peduli hm.. Dalam membantu teman gitu,

oh iya memang saya masih malas nih dalam membersihkan pakaian-

pakaian saya, itu secara personal dia mengevaluasi dirinya sendiri itu page

ya.. Nah kalau untuk encounter, encounter itu tuh grup dimana sama sih

hm.. tujuannya untuk memberikan perubahan kepada PM lain gitu, tapi

kalau ini biasanya hm.. Oke kalau dulu ya kalau dulu agak keras gitu kan

ya secara menegurnya itu tuh menegurnya secara keras gitu kan ya, karena

mungkin kesalahannya ini secara berulang-ulang gitu, si PMnya juga yang

Page 182: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

169

di tegurnya itu ngga ada perubahan gitu, jadi ini hm.. Tapi kalau untuk

sekarang itu sih udah soft ya udah ngga udah ngga terlalu ada bentakan

kayak gimana gitu. Maksutnya kenapa disini seperti itu jadinya hm.. Ya

untuk mengingatkan gitu untuk mengingatkan si PM yang di tegur yang di

konfrontasi gitu setiap kesalahan-kesalahan yang itu kan kalau mereka itu

kan harus diingatkan kalau tidak diingatkan tuh seolah-olah mereka oh saya

benar gitu, itu kalau encounter ya, apalagi ya.. Kalau seminar yah kalau

seminar hm..Bagaimana kita memberikan edukasi-edukasi kepada PM

tentang apapun gitu kan ya tentang apapun seperti tadi tentang bagaimana

menjaga pola hidup sehat bagaimana apa namanya tuh menjaga hubungan

baik dengan keluarga, biasanya ada materi-msteri tertentu yang

disampaikan gitu.

13. Kegiatan manakah yang lebih menekankan ke arah hubungan sosial

dan mengajarkan klien untuk bertanggung jawab?

Hm.. Kalau untuk kegiatan apa ya, jadi semua kegiatannya itu

berkesinambungan gitu, jadi semua unsur kegiatan yang ada itu tuh

memang diharapkan si PM itu dia dapat memperbaiki hubungan sosialnya

gitu, contohnya misalkan dia yang biasanya antipati, ngga peduli gitu kan

masa bodo gitu dengan lingkungannya dengan orang lain gitu nah di dalam

TC itu atau dalam terapi psikososial yang ada di hm.. Galih Pakuan itu

diharapkan dia bisa setidaknya berempati gitu kan, dia bersimpati, dia bisa

sedikit peduli bukan sedikit yah maksutnya bisa bertanggung jawab juga

gitu, karena ya semua kegiatan-kegiatannya itu tuh saling-saling

berhubungan karena pada awal dateng kan si PM itu tuh mereka jarang lah

yang karena kemauannya sendiri gitu, biasanya mereka tuh dipaksa dan

biasanya mereka kurang accept low accepten terhadap rehabilitasi gitu

terhadap programnya gitu, menyepelekan menganggap remeh,

menganggap bahwa tidak ada manfaatnya apa namanya ada sedikit apa ya

apa namanya.. kayak ini tuh ah ngga mungkin, ngga mungkin gue bisa

Page 183: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

170

dipulihkan atau di sembuhkan atau di ini lah, biasanya seperti itu

pemikiran-pemikiran mereka, tapi seiringnya waktu seiringnya proses hm..

Banyak gitu tidak sedikit mereka yang merasa dengan adanya. Program ini

atau terapi psikososial yang mereka jalani di domitori di asrama membawa

perubahan-perubahan terhadap diri mereka, ada aware nya mereka

terhadap teman terus ketika mereka menjalankan kegiatan-kegiatan itu tuh

pedulinya mereka terhadap family yang lain itu banyak, banyak perubahan

yang terjadi perubahan-perubahan. Selain itu juga hubungan mereka

dengan keluarga juga yang pelan-pelan di jembatani oleh konselor gitu kan

ya dengan di fasilitasi oleh pekerja sosial juga disitu, itu lambat laun. Ada

perubahan gitu walaupun mungkin banyak juga yang tidak hm.. ngga

signifikan berubah total atau kayak gimana gitu, tapi setidaknya pelan-

pelan keluarga paham keluarga mengerti, dengan adanya konseling

keluarga family therapy family dialogue gitu. Nah terus kalau tanggung

jawab-tanggung jawab mereka tuh, seperti kan mereka ada diberikan

tanggung jawab status older, di dalam status older itu ada peran-peran yang

harus mereka jalankan seperti dirumah mereka sendiri. Seperti kayak chief

gitu kan ya dia berperan seperti kepala keluarga. ada HOD dia berperan

sebagai ibu gitu kan ya, terus expeditor dia berperan sebagai kakak lah

disitu, jadi peran-peran itu memberikan mereka tanggung jawab bagaimana

mereka mengelola rumah, bagaimana mereka menjaga Rumah itu supaya

kondusif, jika ada familynya yang sakit, oh yang bertugas siapa nih HOD

sebagai ibu nih, atau jika ada family yang melanggar oh ini tugasnya siapa

nih, kadang mungkin expeditornya dulu baru nantu lapor ke chief gitu,

Terus bagaimana mereka belajar hierarki, bagaimana mereka belajar

Belajar untuk communicate terhadap mayor on duty jadi ga sembarang-

sembarang, banyak lah tanggung jawab yang mereka pelajari kayak gitu,

dan pada akhirannya, pada akhirannya mereka merasakan sendiri oh

ternyata sebagai ayah nih susah nih ya ngatur-ngatur anak sekian nih tuh

Page 184: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

171

susah, oh berarti ayah gue nih waktu ngurus gua juga susah gitu nih ibu

peran sebagai ibu atau HOD nih anak-anaknya pada ngeyel gitu kan ya, oh

mungkin waktu saya sebagai anak ibu saya juga berpikiran seperti itu, jadi

kita berpikiran kita kembalikan gitu kita balikan apa namanya tuh peran

mereka tuh supaya mereka ngalamin juga gitu dan ini biasanya selalu ada

evaluasi-evaluasi dalam setiap kegiatan-kegiatan yang ada

14. Apakah makna keberfungsian sosial menurut bapak/ibu?

Oke, Hm.. Keberfungsian sosialnya disini tuh bagaimana dia bisa

menjalankan tugas dan fungsinya secara baik yah gitu, bisa bertanggung

jawab, bagaimana dia bisa menjalankan peran-perannya dalam keluarga

dalam masyarakat, dalam kehidupan-kehidupannya dia gitu, bagaimana dia

bisa mengatasi permasalahan-permasalahannya. Nah kalau untuk yang si

PM korban penyalahguna napza itu dengan dia tudak memakai saja, dengan

dia cleand and sober dengan dia bisa apa menjaga recoverynya dia itu, itu

udah ya progress lah lumayan gitu. Terus juga kan namanya permasalahan

mereka itu tuh terkadang banyak gitu kan ya terkadang banyak di satu sisi

mungkin yang ini sudah di selesaikan, ada lagi masalah yang lain gitu

dengan dia sudah bisa bertahan atau sabar saja dalam menghadapai masalah

itu sudah bagus gitu.

15. Apakah standar ukuran klien dapat dianggap kembali keberfungsian

sosialnya?

Kalau standarnya ya kalau standarnya sih bagaimana dia bisa memecahkan

masalahnya sendiri gitu, bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri,

bagaimana dia busa menjaga hubungan baik dengan keluarga dengan

lingkungannya, sebenarnya standarnya gitu. Kalau untuk hal-hal yang

kayak gimana, karena tidak tidak tidak semua juga yang terminasi suda

memenuhi syarat itu kan ya, biasanya kan ada juga yang memang PM itu

tuh harus tiga bulan disana karena dia dapat izin dari kantornya segitu,

padahal mungkin itu belum cukup gitu waktunya tuh belum cukup. Atau

Page 185: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

172

ada juga si PM tidak sedikit yang dipaksa, bukan dipaksa ya, yang orang

tuanya meminta untuk PMnya pulang atau ada permasalahan-

permasalahan, atau juga ya PMnya kabur gitu tapi kalau misalkan untuk

standarnya itu sendiri ya itu tadi bagaimana dia bisa ada perubahan-

perubahan dalam dirinya. Bagaimana dia bisa mengatasi permasalahannya,

bagaimana dia bisa mencari solusi dari permasalahannya itu tuh gimana

gitu kan ya, bagaimana dia bisa mandiri gitu, Standarnya sih itu aja sih.

16. Apakah ada komitmen yang dibangun antara pekerja sosial dengan

klien? Ya pastinya ada lah ada komitmen gitu, biasanya kan disitu

komitmennya itu tadi berupa treatment plan gitu. Jadi treatment plan nya

nih hm.. Misalkan pada saat dua minggu sekian gitu kan apa yang harus

dilakukan gitu, terus nanti di evaluasi hm.. Bagaimana gitu kan hal-hal yang

udah dilakukannya itu terus kan pada saat sebulan pada saat si klien masuk

itu kan itu ngga boleh ada ngga boleh telfon keluar gitu kan ya, kalaupun

ada ya telfon masuk dari keluarga itu telfon, terus nanti ada bussiness plan

klien bisa keluar selama 8 jam atau klien bisa nanti home live gitu itu ada

komitmen-komitmen tersendiri gitu, itu sih biasanya.

Page 186: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

173

TRANSKIP WAWANCARA PEKERJA SOSIAL ADIKSI

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal : Senin, 20 April 2020

Waktu : 13.00

Nama Informan : Lastri Y.R Sitompul, S.Sos

Jabatan : Pekerja Sosial Adiksi

1. Apakah ada standar pelayanan dalam sarana dan prasarana untuk

memenuhi program terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

Pasti ada..

2. Ada berapakah ruangan terapi psikososial di BRSKPN Galih

Pakuan Bogor?

Kita punya asrama yang pertama dormitori satu, yang kedua dormitori

dua, yang ketiga Entry-House, yang keempat HOG, yang kelima Re-

Entry.

3. Bagaimana kondisi ruangan terapi psikososial?

Kalau untuk saat ini kondisi ruangannya cukup baik.

4. Apa saja peralatan yang digunakan untuk memenuhi proses

pelaksanaan terapi psikososial?

Alat yang digunakan untuk terapi psikososial ya seperti kertas, alat tulis,

kursi gitu aja sih.

5. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia dalam terapi psikososial?

Untuk peralatan yang disediakan saat ini di balai cukup bagus ya, cukup

baik lah, cukup memadai untuk saat ini.

Page 187: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

174

6. Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai sarana dan prasarana

yang tersedia dalam program terapi psikososial?

Sejauh ini sarana dan prasarana yang disediakan sama pihak balai sudah

cukup mendukung dalam menjalankan terapi psikososial bagi penerima

manfaat yang ada di balai, hanya saja perlu ditingkatkan.

7. Apakah pelaksanaan terapi psikososial sudah sesuai dengan jadwal

yang telah ditentukan?

Hmm.. setiap hari kita melaksanakan terapi psikososial sesuai dengan

jadwal yang ditetapkan oleh balai.

8. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh klien agar dapat

mengikuti terapi psikososial?

Hmm... Kriterianya yang pertama dia harus emm.. pemakai narkoba,

karena terapi yang kita laksanakan memang khusus untuk penerima

manfaat yang menggunakan narkoba, yang kedua dari segi kriteria umum

kita itu penerima manfaatnya itu usianya di sekitar 18 tahun sampai 50

tahun, terus harus bisa baca tulis karena memang ada beberapa grup yang

mengharuskan mereka untuk menulis dan membaca juga, terus hm.. yang

ketiga harus sehat secara jasmani maupun rohani dan tidak mengalami

gangguan dual diagnosis. Untuk penerima manfaat yang baru diterima di

BRSKPN Galih Pakuan dia harus melalui beberapa tahapan diantaranya

yang pertama dia harus masuk asrama Entry-House tujuan dari asrama

Entry-House itu adalah untuk detoks atau untuk mengeluarkan zat-zat

yang ada di dalam tubuh si penerima manfaat seperti pengaruh zat

narkoba yang digunakannya, dan tujuan dari asrama Entry-House juga

untuk asesmen jadi si klien ini atau si penerima manfaat ini cocoknya di

tempatkan di asrama mana, setelah itu tujuan dari Entry-House juga

dimana penerima manfaat di tempatkan awalnya adalah untuk hm..

mensosialisasikan program-program atau terapi psikososial yang akan

diterima oleh penerima manfaat. Setelah itu biasanya kurang lebih

Page 188: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

175

seminggu di Entry-House setelah itu sesuai dengan hasil asesmen yang

dilakukan oleh staf Entry-House maka PM akan dipindahkan ke asrama

selanjutnya. Iya selama mereka di Entry-House staf di Entry-House akan

mensosialisasikan misalnya, kalo di asrama dormitori satu maupun

dormitori dua grup-grup terapi atau terapi psikososial yang akan mereka

terima itu seperti apa, terus untuk di Entry-House sendiri karena memang

tujuannya hanya untuk detoks gitu jadi belum ada terapi psikososial nanti

terapi psikososial akan mereka terima pada saat mereka sudah dipindah

asrama.

9. Apakah ada kriteria petugas dalam memenuhi program terapi

psikososial?

Untuk kriterianya kita ada konselor adiksi, untuk konselor adiksi

kriterianya yang pertama dia harus mantan pengguna narkoba, terus latar

belakang pendidikannya SMA, dan harus memiliki pengalaman pernah

menjalani program rehabilitasi dan pernah melaksanakan pelayanan

untuk penerima manfaat bagi pecandu narkoba, yang kedua pekerja sosial

adiksi sama non addict tapi terus dia harus latar belakangnya sarjana

sosial dan harus memiliki pengalaman juga pernah melayani penerima

manfaat pecandu narkoba.

10. Apakah tujuan pemberian layanan telah tercapai?

Sejauh pemberian pelayanan yang kita berikan, sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan oleh balai cukup tercapai bagi penerima manfaat.

11. Apakah pemberian layanan sudah tepat sasaran?

Sejauh ini pemberian pelayanan cukup tepat sasaran.

12. Bagaimana cara pekerja sosial adiksi cepat tanggap dalam

menghadapi permasalahan yang timbul dari klien?

Iya kita memang dituntut untuk cepat tanggap, maka dari situ kita standby

24 jam. Jadi, ada staf di asrama yang tinggal dan mereka standby 24 jam.

Page 189: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

176

13. Apakah ada aturan-aturan yang berlaku untuk para petugas?

Hmm.. pasti ada kita mempunyai aturan-aturan yang membatasi kerjaan

ataupun pemberian pelayanan bagi penerima manfaat. Aturannya yang

pertama kita tidak boleh melakukan kekerasan fisik terhadap penerima

mnafaat yang kedua hm.. baik konselor maupun peksos adiksi tidak boleh

menerima uang dari orang tua kecuali uang itu untuk keperluan pribadi

penerima manfaat, karena di balai sendiri semua pelayanan yang

diberikan gratis hanya saja untuk rokok itu ditanggung oleh keluarga,

terus wajib untuk melakukan duty setiap hari, wajib menulis atau

menyusun laporan progress report penerima manfaat yang didampingi

oleh setiap konselor maupun peksos adiksinya. Kalau baik konselor adiksi

maupun pekerja sosial adiksi sampai sekarang belum punya seragam gitu,

tapi pada saat jam kerja kita diwajibkan untuk pakai kemeja, pakai celana

panjang, pakai sepatu.

14. Apakah perbedaan dari kegiatan morning meeting, page group,

seminar, discussion group, encounter group dalam terapi psikososial?

Kalau untuk grup morning meeting itu sendiri tujuannya adalah untuk

meningkatkan partisipasi setiap penerima manfaat dengan cara mereka

harus mengobservasi seharian kejadian apa yang terjadi dirumah dan

mereka akan mengangkat isu, mengangkat permasalahan serta mencari

jalan keluar yang mereka hadapi pada saat di asrama pada saat

menjalankan morning meeting. untuk page group sendiri, page group ini

tujuannya adalah untuk yang pertama untuk mengasesmen diri kita sendiri

PM sendiri maupun PM yang lain mengenai kelebihan dan kekurangan

mereka masing-masing. Untuk seminar grup ya seperti biasa ini setiap

minggu hari selasa temanya berbeda-beda tapi tidak keluar dari tema

pemulihan atau recovery terus untuk discussion group kalau untuk

discussion group ini tujuannya adalah untuk melatih partisipasi dari setiap

PM juga agar mereka mampu atau terbiasa untuk mengeluarkan

Page 190: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

177

pendapatnya biasanya di grup discussion group ini conduct atau yang

membawakan grup akan mengangkat satu tema dan akan dibagi dua siapa

yang pro dan siapa yang kontra nanti mereka akan menjelaskan alasannya

kenapa mereka kontra terhadap tema yang diangkat atau kenapa mereka

pro terhadap tema yang diangkat, terus untuk encounter group adalah

tujuannya adalah untuk merilis atau melepaskan atau menjelaskan feeling

mereka yang mereka tidak suka terhadap sesama mereka jadi dalam satu

minggu itu pasti mereka ada gesekan antara PM yang satu dengan PM

yang lain, di encounter group ini adalah kesempatan mereka untuk satu

sama lain mengeluarkan keluh kesah mereka terhadap sesama PM.

15. Apakah peran pekerja sosial adiksi dalam program terapi

psikososial?

Untuk peran konselor sendiri adalah bahwa konselor yang akan

membawakan setiap grup terapi yang akan dilaksanakan di asrama, jadi

setiap hari secara bergantian konselor akan duty dan siapapun konselor

maupun peksos adiksi yang duty mereka yang bertanggung jawab untuk

membawakan grup pada hari mereka duty.

16. Apakah makna keberfungsian sosial dan apakah standar ukuran

klien dapat dianggap kembali keberfungsian sosialnya?

Oke.. kalau untuk di Galih Pakuan sendiri kan berbeda dengan BNN,

tujuan kita di Galih Pakuan dari awal adalah memberikan program

rehabilitasi kepada PM dengan tujuan untuk mengembalikan

keberfungsian sosial mereka, makanya selama di rehabilitasi di balai

Galih Pakuan itu terapi psikososial yang kita lakukan adalah bertujuan

untuk meningkatkan keberfungsian sosial mereka makanya dari beberapa

PM yang ada disini setelah menjalankan program primary di asrama

dormitori satu maupun di dormitory dua mereka akan kita hm.. kita

arahkan untuk pindah ke asrama Re-Entry untuk mendapatkan program

keterampilan atau vokasional yang dilaksanakan di balai. Biasanya

Page 191: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

178

vokasional itu ada vokasional bengkel mobil, motor maupun desain grafis

atau sablon, nah itu adalah salah satu kita untuk mengembalikan

keberfungsian sosial bagi PM, karena melalui vokasional tersebut PM

akan memperoleh keterampilan nanti yang akan digunakan pada saat

mereka menyelesaikan program dan kembali ke masyarakat.

Page 192: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

179

TRANSKIP WAWANCARA KONSELOR ADIKSI

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN

PENYALAHGUNAAN NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal : Sabtu, 25 April 2020

Waktu : 15.30

Nama Informan : Muhammad Ilyas

Jabatan : Konselor Adiksi

1. Apakah ada standar pelayanan dalam sarana dan prasarana untuk

memenuhi program terapi psikososial di BRSKPN Galih Pakuan

Bogor?

Untuk standar sarana prasarana tentu ada, dan itu yang mengatur pihak

tata usaha di Galih Pakuan. Nah jadi yang lebih jelasnya apa saja itu pihak

tata usaha yang lebih mengetahui secara inci. Tapi yang pasti, tentu ada.

2. Ada berapakah ruangan terapi psikososial di BRSKPN Galih

Pakuan Bogor?

Ruangan terapi psikososial kita ada resident room, ruangan IC Individual

Conseling, ruangan living room untuk nonton tv segala macem, ada ruang

daining hall, e… kadang dipakai aula ya kadang dipakai makan juga sama

kita, itu untuk satu asrama. Ada aula atas untuk grup terapi, itu aja.

3. Bagaimana kondisi ruangan terapi psikososial?

Kondisi ruangan dalam keadaan baik tapi ada sebagian yang rusak ringan,

seperti ACnya ga hidup, sama apa ruang untuk ventilasi.

4. Apa saja peralatan yang digunakan untuk memenuhi proses

pelaksanaan terapi psikososial?

Peralatan yang dipakai meja, kursi, ada juga clipboard, kertas, pulpen,

spidol, yaaa semacam itulah kita belajar sekolah, itu juga salah satu

alatnya. Tapi yang paling utama sih meja dan kursi ya.

Page 193: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

180

5. Bagaimana kondisi peralatan yang tersedia dalam terapi psikososial?

Kondisi peralatan cukup baik, selalu apa, update terus. Untuk saat ini

tidak ada kerusakan sih karena baru apa ya… ganti. Banyak yang sudah

diganti.

6. Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai sarana dan prasarana

yang tersedia dalam program terapi psikososial?

Sarana prasarana disini cukup baik, cukup memadai dan itu menunjang

proses terapi psikososial di Galih Pakuan.

7. Apakah ada jadwal pelaksanaan terapi psikososial?

Jadwal ada dari senin sampai minggu.

8. Apakah pelaksanaan terapi psikososial sudah sesuai dengan jadwal

yang telah ditentukan?

Jadwal sudah sesuai dengan yang ditentukan, sesuai hari dan jamnya.

9. Apakah ada kriteria yang harus dimiliki oleh klien agar dapat

mengikuti terapi psikososial?

Semua klien bisa ikut terapi psikososial karena dari depan sudah kita

screening dan assessment lebih lanjut.

10. Apakah ada kriteria petugas dalam memenuhi program terapi

psikososial?

Kriteria petugas sesuai arahan dari Kementerian Sosial, yang pertama dari

pekerja sosial ASN, terus pekerja sosial adiksi yang non ASN, konselor

adiksi, e… dan instruktur yang mumpuni sesuai bidangnya.

11. Apakah tujuan pemberian layanan telah tercapai?

Tujuan layanan menurut saya pribadi sudah cukup tercapai, kalau

presentasinya sekitar 70%, 30%nya masih banyak kekurangan-

kekurangan yang harus di evaluasi.

12. Apakah pemberian layanan sudah tepat sasaran?

Selama ini pemberian layanan sudah tepat sasaran.

Page 194: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

181

13. Apakah para petugas cepat tanggap dalam menghadapi

permasalahan yang timbul dari klien?

Petugas khususnya konselor ada di facility atau di asrama selama 24 jam,

setiap kali ada masalah langsung di follow up.

14. Apakah para petugas memiliki kepedulian dan perhatian kepada

orang lain?

Petugas dituntut untuk memiliki rasa empati atau kepedulian yang lebih

terhadap klien, karena hal itu yang bisa membantu pemulihan klien salah

satunya itu.

15. Apakah peran konselor dalam program terapi psikososial?

Mendampingi klien, asesmen lanjutan, asesmen penerimaan, memberikan

rencana intervensi, rencana terapi, piket sesuai jadwal.

16. Apakah yang dimaksud dari kegiatan morning meeting, page group,

seminar, discussion group, encounter group dalam terapi psikososial?

Pertama, morning meeting, morning meeting adalah suatu pertemuan

yang merupakan komponen utama yang dilaksanakan setiap pagi, pagi

hari untuk mengawali kegiatan residen dan diikuti oleh seluruh residen.

Nah kegiatan morning meeting ini diarahkan untuk membawa perubahan-

perubahan, yang pertama, perubahan klien untuk dapat mengungkapkan

perasaannya, terus klien juga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya,

klien dapat mulai menumbuhkan sikap jujur dan tanggung jawab terus

klien juga dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap familynya ataupun

lingkungannya. Untuk page group itu suatu pertemuan kelompok yang

mengajarkan klien kita untuk memberikan suatu penilaian positif atau

negatif terhadap dirinya sendiri ataupun familynya dalam kehidupan

sehari-harinya di asrama. Kegiatan ini diarahkan untuk membawa

perubahan, perubahan pertama residen itu diarahkan untuk mendapatkan

masukan dari residen lain sehingga dapat merubah perilakunya, terus

residen juga diarahkan untuk berani untuk mengevaluasi dirinya ataupun

Page 195: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

182

orang lain, terus juga residen itu menyadari kekurangan dan kelebihan

dirinya, dan ada lagi komunitas dalam rumah ini atau klien disini itu

supaya dapat berjalan dengan sehat dengan adanya page group ini.

Adapula encounter group yang diadakan pada hari kamis siang, itu suatu

pertemuan kelompok yang diikuti oleh seluruh klien untuk

mengungkapkan perasaan kesal, marah atau emosi terhadap klien lain

dengan cara yang apa.. dengan ada caranya tersendiri, lebih sopan.

Kegiatan ini membawa perubahan antara lain, diarahkan untuk pertama

menghindari adanya bentuk kekerasan fisik sesama anggota komunitas,

terus menghilangkan rasa kesal klien, marah, atau emosi, atau juga

dendam antar sesama klien, terus juga klien diarahkan untuk mampu

mengendalikan perasaannya, dan ada juga klien untuk bisa mampu

melihat suatu kondisi secara objektif dalam komunitas. Adapun seminar,

seminar itu bentuk pertemuan kelompok juga diikuti oleh seluruh klien

untuk membahas suatu topik yang berkaitan dengan kehidupan adiksi dan

program yang ada disini. Nah kegiatan ini juga diarahkan untuk

membawa perubahan antara lain, klien agar lebih memahami kehidupan

addict dan cara menghadapi setelah selesai dari program, terus juga apa..

klien diarahkan untuk memaham terhadap program yang akan dijalaninya

dan juga residen atau klien diarahkan untuk memahami pencegahan-

pencegahan relapse. Terakhir discussion group itu suatu pertemuan juga

diikuti oleh semua klien untuk mendiskusikan suatu permasalahan atau

topik yang ditentukan oleh conduct dalam hal ini staff atau fasilitator atau

konselor. Pembahasannya itu yang ada kaitannya dengan perjalanan

recovery atau perjalanan pemulihan. Nah kegiatan ini juga diarahkan

untuk membawa perubahan, membawa perubahan atau untuk klien bisa

membiasakan diri untuk mengemukakan isi hati, berani untuk

mempertahankan pendapat terus juga berani membahas suatu topik dari

berbagai aspek.

Page 196: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

183

17. Apakah makna keberfungsian sosial dan apakah standar ukuran

klien dapat dianggap kembali keberfungsian sosialnya?

Keberfungsian sosial itu klien apa.. menunjukkan sikap atau norma-

norma yang berlaku di masyarakt, bisa menjalankan ya itu norma-norma.

Standar keberfungsian sosial melingkupi behavior atau perilaku, terus

psikologis klien juga dinyatakan siap dalam arti dia disini udah

melaksanakan bimbingan mental spiritual dan juga dia bisa jalankan tanpa

banyak arahan, high initiative atau inisiatif yang tinggi, terus juga tidak

paling penting juga untuk livelihoodnya keterampilan dia ketika nanti di

masyarakat.

18. Apakah ada komitmen yang dibangun antara konselor dengan klien?

Tidak ada.

Page 197: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

184

TRANSKIP WAWANCARA PENERIMA MANFAAT/KLIEN

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal : Kamis, 7 Mei 2020

Waktu : 14.00

Nama Informan : MB

Usia : 20 Tahun

Pekerjaan : Petugas Rehabilitasi Rumah Adiksi Indonesia

1. Apakah para petugas bersikap ramah kepada bapak?

Oke.. Para petugas disini saya lihat cara kerjanya profesional juga baik,

ramah, ya kalo bilang bagus lah gitu.

2. Apakah bapak merasa nyaman dengan para petugas?

Sangaaat merasa nyaman sih.. karena apa? kalau staf misalnya ada disini

gitu, kita sangat membantu pemulihan klien disini juga residen disini juga

gitu. Jadi kita ada apa-apa butuh punya masalah apa, karena kan konselor

staf atau disini itu apa ya.. dia sebagai jembatan buat kita ke orang tua gitu.

Jadi kita punya masalah apa kita cerita sama staf yang disini gitu.

3. Apakah para petugas perhatian dan peduli terhadap bapak?

Peduli banget dia sama.. misal saya punya masalah atau kalau saya lagi

konseling lagi itu dia sangat perhatian, pokoknya peduli banget lah..

4. Apakah bapak merasa terbantu oleh kehadiran para petugas?

Sangat terbantu karena apa.. dia.. apa ya.. terbantu lah sangat-sangat

terbantu kalau misal staf ada disini.

5. Apakah para petugas cepat dan tanggap dalam menangani

permasalahan yang dialami oleh bapak atau penerima manfaat

lainnya?

Page 198: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

185

Para petugas sangat cepat tanggap ya dalam membantu jika saya ada

masalah.

6. Apakah bapak puas dengan ketanggapan dan ketersediaan petugas

dalam memberikan pelayanan program terapi psikososial?

Sangat-sangat puas, karena.. terapi psikososial yang ada di Galih Pakuan

ini sangat-sangat membantu untuk pemulihan saya di luar gitu.

7. Bagaimana tanggapan bapak mengenai fasilitas dan peralatan yang

tersedia dalam program terapi psikososial?

Menurut saya, peralatan yang disini sih cukup lengkap dan sangat

membantu sih menurut saya. Peralatan yang rusak banyakan sih kursi gitu,

kursi sama kipas angin cuma beberapa sih, mungkin itu doang. Kalau

ruangan sih menurut saya masih bisa, masih bisa dipakai cuman.. mungkin

harus di cat ulang aja gitu biar suasananya baru.

8. Bagaimana tanggapan bapak terhadap penampilan para petugas?

Bersih hm.. terus rapi selalu memakai seragam

9. Apakah ada perubahan yang bapak rasakan setelah mengikuti

program terapi psikososial?

Perubahan sih banyak sih.. karena yang pertama ya itu saya bisa bersikap

di depan orang banyak, berani ngomong di circle group itu, sangat banyak

sih perubahan yang saya rasakan.

10. Apa yang menyebabkan bapak menggunakan NAPZA?

Kenapa saya menggunakan NAPZA itu terutama faktor lingkungan, karena

lingkungan saya itu kebanyakan penjual narkoba gitu, jadi ingin coba-coba

aja sih pertamanya, ingin coba-coba ya kan. Terus udah coba eh

berkelanjutan gitu. Pada intinya sih faktor lingkungan.

11. Apa akibat yang bapak rasakan setelah menggunakan NAPZA?

Akibat dari pengunaan NAPZA saya itu banyak. Yang pertama, secara

emosional saya ngga stabil , sering marah-marah, dan keluarga atau teman

dekat itu semuanya menjauh. Banyak sih akibatnya.. Pekerjaan saya

Page 199: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

186

terbengkalai, keluarga sudah mulai ngga percaya sama saya, kan karena

mungkin… rasa peduli sama keluarga tuh udah nggak ada akibat saya pakai

narkoba itu, sering pulang malem, mungkin itu.

Page 200: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

187

TRANSKIP WAWANCARA PENERIMA MANFAAT/KLIEN

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal : Kamis, 7 Mei 2020

Waktu : 16.00

Nama Informan : WP

Usia : 30 Tahun

Pekerjaan : IT Consultant Programer

1. Apakah para petugas bersikap ramah kepada bapak?

E… Yang saya alami sampai saat ini semua petugas dan staf-staf yang ada

disini sudah bersikap sangat ramah dan bertindak sebagaimana mestinya.

2. Apakah bapak merasa nyaman dengan para petugas?

E… Saya merasa sangat nyaman yah dengan keberadaan mereka, karena

dengan keberadaan mereka juga bisa banyak membantu pemulihan saya

disini, bisa banyak memberikan feedback dan juga support untuk

bagaimana bersikap untuk menghadapi pemulihan saya, dimana kan

penyakit adiksi ini adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan hanya bisa

pulih. Mereka memberikan banyak sekali memberikan support dan

dukungan juga masukan-masukan yang sangat berguna untuk saya.

3. Apakah para petugas perhatian dan peduli terhadap bapak?

Semua pertugas disini dan staf-stafnya sangat peduli terhadap diri saya dan

juga terhadap family yang lain.

4. Apakah bapak merasa terbantu oleh kehadiran para petugas?

Jelas kehadiran petugas sangat-sangat membantu saya ya, jadi saya merasa

sangat terbantu dengan keberadaan mereka. Mereka sudah banyak

memberikan semua yang saya butuhkan dalam pemulihan saya.

Page 201: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

188

5. Apakah para petugas cepat dan tanggap dalam menangani

permasalahan yang dialami oleh bapak atau penerima manfaat

lainnya?

Selama saya disini sih para petugas cepat dan tanggap ya menangani

permasalahan saya, misal saya lagi sedang ada masalah petugas langsung

cepat mengambil tindakan.

6. Apakah bapak puas dengan ketanggapan dan ketersediaan petugas

dalam memberikan pelayanan program terapi psikososial?

Untuk ketanggapan dan kesigapannya saya merasa puas yah kalau misalnya

harus diberi poin saya beri poin 85 dari skala 100.

7. Bagaimana tanggapan bapak mengenai fasilitas dan peralatan yang

tersedia dalam program terapi psikososial?

Untuk ketersediaan fasilitas menurut saya sudah cukup, e… walaupun di

beberapa sisi, di beberapa bagian masih ada beberapa kekurangan. Ya

keterbatasan juga mungkin karena ada keterbatasan dari pihak Galih

Pakuannya. Tapi over all semuanya masih bisa dikatakan cukup baik.

8. Bagaimana tanggapan bapak terhadap penampilan para petugas?

Penampilan petugas sangat rapi ya memakai seragam dan sopan juga

9. Apakah ada perubahan yang bapak rasakan setelah mengikuti

program terapi psikososial?

E… Untuk masalah perubahan saya bisa katakan banyak sekali perubahan

yang saya rasakan ya.. Dari mulai keteraturan pola hidup, cara memanage

emosi dengan baik, menempatkan emosi sesuai pada tempatnya,

menggunakan segala fasilitas yang ada di dalam tools of the house di terapi

psikososial ini ya menurut saya untuk sampai saat ini yang saya rasakan

perkembangannya cukup banyak. Hm.. Dari pribadi saya yang tidak pernah

bangun pagi atau tidak pernah bisa mengatur diri, jadi bisa berubah menjadi

manusia yang lebih bisa mengatur diri sendiri.

Page 202: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

189

10. Apa yang menyebabkan bapak menggunakan NAPZA?

Alasan saya menggunakan NAPZA kalau untuk jenis sabu-sabu alasan saya

karena pekerjaan saya ya.. Karena pekerjaan saya membutuhkan waktu

yang lebih jadi seperti saya gunakan seperti dopping aja ya kalau untuk

sabu-sabu, dan untuk jenis ekstasi disitu baru saya menggunakannya untuk

having fun bersenang-senang mendapatkan kesenangan, untuk ganja saya

tidak menggunakannya jadi saya tidak terlalu mendapatkan efeknya ya.

Kalau untuk alkohol hanya terkadang disaat ingin santai baru saya

mengonsumsi alkohol. Untuk faktor lain mungkin lebih ke faktor

lingkungan kerja ya, dimana rekan-rekan satu tim saya dalam bekerja juga

emang rata-rata pengguna. hm.. untuk faktor lain masalah dengan keluarga

atau dan lain-lain itu ngga ada ya untuk masalah penggunaan saya memang

murni dari lingkungan kerja saya yang memang kurang sehat.

11. Apa akibat yang bapak rasakan setelah menggunakan NAPZA?

Untuk akibat negatifnya yang saya rasakan saat ini sih banyak ya.. Dimulai

dari kurangnya waktu yang saya luangkan untuk ibu saya ya. Hm…

Dimana saya ngga punya lagi quality time dengan keluarga semenjak saya

menggunakan narkoba, saya hanya fokus kepada pekerjaan-pekerjaan dan

bersenang-senang saja. Lalu, dampak yang lainnya adalah pola hidup saya

yang menjadi tidak teratur, pola tidur tidak teratur, pola makan juga tidak

teratur, dan aktivitas saya di luar juga jadi tidak teratur. Terus yang lain

adalah dampak dari segi religi yang juga saya rasakan dimana semenjak

saya menggunakan NAPZA saya hampir tidak pernah untuk menjalankan

ibadah-ibadah ke agamaan saya ya, yang seharusnya saya sholat lima waktu

menjadi terbengkalai semuanya. E… mungkin itu aja sih dampak-dampak

yang saya rasakan. Oh iya.. satu lagi dampak yang juga saya rasakan adalah

dampak perubahan emosional dimana saya menjadi orang yang menjadi

sedikit tempramen dan sensitif terhadap masalah, menghadapi segala

sesuatunya dengan emosi semenjak saya menggunakan NAPZA.

Page 203: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

190

TRANSKIP WAWANCARA PENERIMA MANFAAT/KLIEN

BALAI REHABILITASI SOSIAL KORBAN PENYALAHGUNAAN

NAPZA (BRSKPN) “GALIH PAKUAN” BOGOR

Hari/Tanggal :Senin, 11 Mei 2020

Waktu : 14.00

Nama Informan : MA

Usia : 25 Tahun

Pekerjaan : -

1. Apakah para petugas bersikap ramah kepada bapak?

Untuk selama ini yang saya rasakan petugas terhadap penerima manfaat

ramah

2. Apakah bapak merasa nyaman dengan para petugas?

Yang saya rasakan selama saya di Galih Pakuan selama lima bulan lebih

untuk staf disini Alhamdulillah terasa nyaman, enak untuk diajak berbicara,

sopan dalam berbicara juga, mungkin itu yang saya rasakan. Terimakasih..

3. Apakah para petugas perhatian dan peduli terhadap bapak?

Peduli.. Peduli udah pasti, apalagi terhadap anak-anak dalam statiknya.

Yang saya rasakan selama ini konselor saya pun sangat peduli untuk

menjamin permasalahan di dalam facility maupun di luar facility.

4. Apakah bapak merasa terbantu oleh kehadiran para petugas?

Bagi saya pribadi sangat terbantu banget ya untuk kedatangan kehadiran

staf, karena saya disini menjalani mendalami program butuh bantuan-

bantuan beliau, beliau yang memberi saran ngasih arahan buat saya sendiri.

Bagi saya sangat membantu.

5. Apakah para petugas cepat dan tanggap dalam menangani

permasalahan yang dialami oleh bapak atau penerima manfaat

lainnya?

Page 204: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

191

Untuk selama ini yang saya rasakan untuk penanganan permasalahan yang

saya rasakan sangat jelas ya.. karena staf pun ada yang stay di dalam facility

untuk penanganan langsung dilaksanakan.

6. Apakah bapak puas dengan ketanggapan petugas dalam memberikan

pelayanan program terapi psikososial?

Yang saya rasakan selama ini dalam penanganan staf dan konselor sangat

berkomiten dengan ucapannya yang saya rasakan seperti itu.

7. Bagaimana tanggapan bapak mengenai fasilitas dan peralatan yang

tersedia dalam program terapi psikososial?

Untuk peralatan dan fasilitas sangat menjamin ya.. karena selama saya

disini lima bulan lebih saya lihat untuk fasilitas ketika ada yang rusak pun

langsung di add back ke depan langsung diperbaiki. Untuk peralatan dan

fasilitas mulai dari tempat tidur dan sarana lainnya sangat bagus.

8. Bagaimana tanggapan bapak terhadap penampilan para petugas?

Untuk penampilan.. bagi staf saat duty sangat sopan dan rapi

9. Apakah ada perubahan yang bapak rasakan setelah mengikuti

program terapi psikososial?

Untuk perubahan dalam kepribadian saya sangat banyak berubah ya, untuk

selama saya lima bulan lebih disini banyak perubahan dari yang positif-

positifnya lah.

10. Apa yang menyebabkan bapak menggunakan NAPZA?

Bagi saya pribadi kenapa saya terjun menggunakan narkoba awalnya dari

lingkungan setempat dan teman-teman saya.

11. Apa akibat yang bapak rasakan setelah menggunakan NAPZA?

Akibat yang saya rasakan setelah saya menggunakan narkoba, emosi saya

tidak teratur, pola makan , pola tidur semuanya tidak teratur. Ngga seperti

sebelum saya menggunakan narkoba.

Page 205: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

192

Catatan Observasi Penelitian

Tanggal : 8 Januari 2020

Waktu : 13.00

Fokus Observasi : Ruang Entry-House

Hasil Observasi

A : Ada

TA : Tidak Ada

B : Baik

TB : Tidak Baik

SARANA DAN PRASARANA

Ruangan

Pelayanan

Teknis

Ruangan

Terapi

Psikososial

Hasil Observasi

Ketersediaan

Ruangan

Kondisi

Ruangan

Keterangan

A TD B TB

Entry-House

Ruang Entry-House ini terlihat

sangat tertutup, keadaan ruangan

ini juga cukup sunyi, tidak terlihat

penerima manfaat yang lalu-lalang

di sekitar area luar ruangan ini.

Dalam ruangan Entry-House

terdapat ruangan seperti aula yang

dinamakan dinning hall disinilah

tempat dilaksanakannya sosialisasi

program terapi psikososial. Ruang

dinning hall ini cukup luas dengan

ukuran 6x13m2 dan cukup untuk

menampung penerima manfaat

yang berada di Entry-Hose.

Page 206: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

193

Peralatan

Pelayanan

Teknis

Peralatan

Terapi

Psikososial

Hasil Observasi

Ketersediaan

Peralatan

Kondisi

Peralatan Keterangan

A TA B TB

Alat Tulis

Alat tulis yang digunakan oleh

penerima manfaat ini seperti kertas

dan pulpen. Serta ada tambahan

perlatan yang digunakan oleh

petugas seperti form-form

asesmen dan rencana intervensi.

Kursi

Kursi yang tersedia dalam ruangan

ini ada tiga (3) buah kursi

berwarna putih silver.

Meja

Di Entry-House ini terdapat meja

berukuran panjang dan lebar. Meja

ini digunakan untuk menaruh

peralatan seperti tv dan

sebagainya. Meja ini terletak di

sebelah kiri dispenser dan galon.

Kipas Angin

Di dalam ruangan ini terdapat

enam (6) buah kipas angin.

Kondisi kipas angin ini masih baik

dan dapat berfungsi normal.

Lampu

Lampu yang digunakan dalam

ruangan ini ada empat (4) buah

lampu. Kondisi lampu menyala

semua.

Page 207: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

194

Tanggal : 13 Januari 2020

Waktu : 09.00

Fokus Observasi : Ruang Dormitory 1

Hasil Observasi

A : Ada

TA : Tidak Ada

B : Baik

TB : Tidak Baik

SARANA DAN PRASARANA

Ruangan

Pelayanan

Teknis

Ruangan

Terapi

Psikososial

Hasil Observasi

Ketersediaan

Ruangan

Kondisi

Ruangan

Keterangan

A TD B TB

Dormitory 1

Ruangan dormitory 1 posisinya

berada paling belakang. Jarak

ruangan ini cukup jauh dari ruang

Entry-House. Ruangan dormitory

1 juga lebih luas dibandingkan

ruang Entry-House. Luas ruangan

tersebut sekitar 20x13m2. Kondisi

ruangan ini cukup bersih dan rapi

tidak ada sampah atau barang-

barang berserakan.

Peralatan

Pelayanan

Teknis

Peralatan

Terapi

Psikososial

Hasil Observasi

Ketersediaan

Peralatan

Kondisi

Peralatan Keterangan

A TA B TB

Alat Tulis

Alat tulis yang digunakan oleh

penerima manfaat ini seperti kertas

Page 208: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

195

dan pulpen. Serta ada tambahan

perlatan yang digunakan oleh

petugas seperti form-form

asesmen dan rencana intervensi.

Kursi

Dalam ruangan ini tersedia 60

(enam puluh) kursi berukuran

sedang yang berwarna merah

untuk penerima manfaat

melakukan kegiatan PAGE group,

dan seminar. Kondisi kursi masih

cukup baik untuk digunakan.

Meja

Di ruangan ini juga terdapat meja

untuk pekerja sosial dan konselor.

Diatas meja tersebut terdapat

banyak file atau dokumen-

dokumen yang berisi laporan

harian, tools dan file dokumen

lainnya. Kondisi meja ini masih

bagus dan kelihatan kuat karena

terbuat dari kayu.

Kipas Angin

Di ruangan tersebut juga tersedia 9

(sembilan) kipas angin. Kondisi

kipas angin ini masih baik dan

dapat berfungsi hanya saja ada dua

(2) kipas angin yang rusak.

Lampu

Di ruangan tersebut terdapat

sepuluh (10) buah lampu

kondisinya masih baik dan bagus

karena semua lampunya bisa

menyala dan berfungsi.

Page 209: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

196

Tanggal : 16 Januari 2020

Waktu : Pukul 13.00

Fokus Observasi : Ruangan House Of Growth (HOG)

Hasil Observasi

A : Ada

TA : Tidak Ada

B : Baik

TB : Tidak Baik

SARANA DAN PRASARANA

Ruangan

Pelayanan

Teknis

Ruangan

Terapi

Psikososial

Hasil Observasi

Ketersediaan

Ruangan

Kondisi

Ruangan

Keterangan

A TD B TB

House Of

Growth

(HOG)

Berdasarkan hasil observasi

peneliti melihat bahwa ruangan

HOG terletak di dekat ruang Re-

Entry. Pelaksanaan program terapi

psikososial ini dilakukan di

ruangan aula HOG yang memiliki

luas 6x13 m2 ruangan ini cukup

luas dan bisa menampung

penerima manfaat untuk menjalani

terapi psikososial. Kondisi

ruangan ini juga bersih dan rapi.

Peralatan

Pelayanan

Teknis

Peralatan

Terapi

Psikososial

Hasil Observasi

Ketersediaan

Peralatan

Kondisi

Peralatan Keterangan

A TA B TB

Page 210: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

197

Alat Tulis

Alat tulis yang digunakan oleh

penerima manfaat ini seperti kertas

dan pulpen. Serta ada tambahan

perlatan yang digunakan oleh

petugas seperti form-form

asesmen dan rencana intervensi.

Kursi

Dalam ruangan ini tersedia tujuh

buah (7) kursi berukuran sedang

yang berwarna biru silver. Kondisi

kursi masih cukup baik untuk

digunakan.

Meja

Di ruangan ini juga terdapat meja

yang dilingkari kursi-kursi. Meja

ini cukup luas dan lebar. Kondisi

meja ini masih bagus dan kelihatan

kuat karena terbuat dari kayu.

Kipas Angin

Di ruangan tersebut juga tersedia 4

(empat) buah kipas angina.

Kondisi kipas angin ini masih baik

dan dapat berfungsi dengan baik.

Lampu

Di ruangan tersebut terdapat 4

(empat) buah lampu yang

kondisinya masih baik dan bagus

karena semua lampunya bisa

menyala dan berfungsi

sebagaimana mestinya.

Page 211: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

198

Tanggal : 20 Januari 2020

Waktu : Pukul 14.00

Fokus Observasi : Ruangan Dormitory 2

Hasil Observasi

A : Ada

TA : Tidak Ada

B : Baik

TB : Tidak Baik

SARANA DAN PRASARANA

Ruangan

Pelayanan

Teknis

Ruangan

Terapi

Psikososial

Hasil Observasi

Ketersediaan

Ruangan

Kondisi

Ruangan

Keterangan

A TD B TB

Dormitory 2

Ruangan dormitory 2 posisinya

berseberangan dengan ruang

dormitory 1. Jarak ruangan antara

dormitory 1 dan dormitory 2 tidak

terlalu jauh. Luas ruangan ini lebih

besar dari ruang dormitory 1.

Ruangan tersebut berukuran

25x15m2. Bangunan ruangan

tersebut terlihat masih baru.

Kondisi di dalam ruangan ini

cukup bersih dan rapi. Ruangan ini

juga cukup ramai seluruh

penerima manfaat yang sedang

melakukan kegiatan Page Group.

Peralatan

Pelayanan

Peralatan

Terapi

Hasil Observasi

Ketersediaan Kondisi Keterangan

Page 212: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

199

Teknis Psikososial Peralatan Peralatan

A TA B TB

Alat Tulis

Alat tulis yang digunakan oleh

penerima manfaat ini seperti kertas

dan pulpen. Serta ada tambahan

perlatan yang digunakan oleh

petugas seperti form-form

asesmen dan rencana intervensi.

Kursi

Dalam ruangan ini peralatan yang

tersedia juga sama dengan

dormitory 1 seperti 60 (enam

puluh) kursi berukuran sedang

yang berwarna merah untuk

penerima manfaat melakukan

kegiatan PAGE group, dan

seminar

Meja

Di ruangan terdapat meja untuk

pekerja sosial dan konselor. Diatas

meja tersebut terdapat banyak file

atau dokumen-dokumen yang

berisi laporan harian, tools dan

sebagainya. Kondisi meja ini

masih bagus dan kelihatan kuat

karena terbuat dari kayu.

Kipas Angin

Di ruangan tersebut juga tersedia 9

(sembilan) kipas angin yang

menempel di plafond. Kondisi

kipas angin masih bagus dan baik.

Masih dapat berfungsi dan tidak

ada yang rusak.

Page 213: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

200

Lampu

Di ruangan ini terdapat 10

(sepuluh) buah lampu yang

kondisinya masih baik dan bagus

karena semua lampunya bisa

menyala dan berfungsi

sebagaimana mestinya.

Page 214: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

201

Tanggal : 6 februari 2020

Waktu : Pukul 13.00

Fokus Observasi : Ruangan Re-Entry

Hasil Observasi

A : Ada

TA : Tidak Ada

B : Baik

TB : Tidak Baik

SARANA DAN PRASARANA

Ruangan

Pelayanan

Teknis

Ruangan

Terapi

Psikososial

Hasil Observasi

Ketersediaan

Ruangan

Kondisi

Ruangan

Keterangan

A TD B TB

Re-Entry

Ruang Re-Entry berada di dekat

ruang Entry-House. Dalam

ruangan Re-Entry juga terdapat

ruang aula untuk melaksanakan

program terapi psikososial. Luas

ruangan tersebut tidak jauh

berbeda dengan ruangan Entry-

House dan House Of Growth

(HOG) sekitar 6x13 m2. Kondisi

ruangan tersebut terlihat bersih

dan rapi. Karena di ruangan inilah

penerima manfaat mendalami

peran-perannya yang ada di

masyarakat.

Page 215: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

202

Peralatan

Pelayanan

Teknis

Peralatan

Terapi

Psikososial

Hasil Observasi

Ketersedia-an

Peralatan

Kondisi

Peralatan Keterangan

A TA B TB

Alat Tulis

Alat tulis yang digunakan oleh

penerima manfaat ini seperti kertas

dan pulpen. Serta ada tambahan

perlatan yang digunakan oleh

petugas seperti form-form

asesmen dan rencana intervensi.

Kursi

Kursi yang tersedia dalam ruangan

ini ada lima (5) buah kursi

berwarna putih silver.

Meja

Di Entry-House ini terdapat meja

berukuran panjang dan lebar. Meja

ini digunakan untuk menaruh

peralatan seperti tv dan

sebagainya. Meja ini terletak di

sebelah kiri dispenser dan galon.

Kipas Angin

Di dalam ruangan ini terdapat

tujuh (7) buah kipas angin.

Kondisi kipas angin ini masih baik

dan dapat berfungsi normal.

Lampu

Lampu yang digunakan dalam

ruangan ini ada lima (5) buah

lampu. Kondisi lampu menyala

semua.

Page 216: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

203

S : Sesuai

TS : Tidak Sesuai

STANDAR PROSES

Jadwal Kegiatan S TS Keterangan

Nama Kegiatan Waktu Kegiatan

Morning meeting 09.00-11.30

Page Group 14.00-15.30

Seminar 13.00-15.00

Discussion group 14.00-15.30

.Encounter group 14.00-15.30

Page 217: EVALUASI PROSES PROGRAM TERAPI PSIKOSOSIAL ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51775...NAPZA tidak lagi memandang umur. Peningkatan penyalahgunaan narkotika di kalangan

202