evaluasi pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan ktsp

Upload: ahmad-yanwar

Post on 30-Oct-2015

362 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Jurnal Penelitian Tentang Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum

TRANSCRIPT

  • EVALUASI PELAKSANAAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

    Suatu Penelitian Evaluasi berdasar Stakes Countenance Model mengenai KTSP Pada Muatan Lokal Bahasa Mandarin

    di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya 2009/2010

    Maliki I, Lamidjan H Soesarno

    Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya

    [email protected]

    Abstrak: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006 yang operasional dirancang dan dilaksanakan oleh satuan pendidikan itu sendiri bertujuan untuk sekolah otonom. Surabaya sebagai daerah otonom dengan potensi sebagai kota industri dalam persaingan pasar global yang membuat orang simpati dengan investor Cina di Indonesia untuk berinfestasi, membuat SMA Muhammadiyah 2 Surabaya mencoba untuk bergabung dengan lingkungan perusahaan dengan mengambil mata pelajaran muatan lokal bahasa Mandarin. Sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 untuk melakukan bimbingan dan juga melakukan penilaian dan evaluasi terhadap pelaksanaan operasional KTSP, sehingga evaluasi diperlukan sebagai salah satu alat untuk refleksi dan belajar yang sesuai dengan peraturan akademik. Fokus evaluasi dalam penelitian ini adalah evaluasi intrinsik untuk mengevaluasi pelaksanaan KTSP yang meliputi komponen kurikulum dan mengetahui pemahaman guru dalam silabus perencanaan pembelajaran bahasa mandarin di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya. Untuk memperoleh data digunakan metode observasi pasif partisipatif, wawancara mendalam, studi dokumentasi. Untuk menguji objektivitas dan validitas data digunakan teknik triangulasi. Data kualitatif dianalisis dengan menggunakan Stake Countenance evaluation model, matriks dan matriks deskripsi untuk pertimbangan dan metode. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan operasional KTSP di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya dianggap independen dan sangat baik. Mulai operasional kesiapan sumber daya manusia, perencanaan ke dalam dokumen KTSP, membantu para pemangku kepentingan untuk guru, pemilihan muatan lokal atas dasar filsafat (Bahasa Mandarin adalah karakteristik daerah), terjalin dengan lembaga lain dan sekolah-sekolah, dan juga kemampuan guru dalam silabus menjadi rencana pelaksanaan pembelajaran dalam muatan lokal bahasa Mandarin.

    Kata Kunci: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Evaluasi, Muatan Lokal 1. PENDAHULUAN

    Masyarakat Indonesia dengan laju

    pembangunannya masih harus menghadapi masalah pendidikan yang berat terutama berkaitan dengan kualitas, relevansi dan efisiensi pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, sekarang pemerintah telah

    mempercepat perencanaan Millenium Development Goals (MDGs), era persaingan bebas siapa yang berkualitas yang akan menang. Untuk selalu menjaga keseimbangan kehidupan pendidikan dan menjamin adanya mutu pendidikan yang terus bergerak dinamis tersebut, maka harus dilakukan evaluasi untuk proses refleksi dari bagian pelaksanaan

    38

  • Maliki, Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat...

    kurikulum pendidikan. Dalam pengembangannya, kurikulum di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini sangat terpengaruh dengan keluarkannya UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Nomor 23 tentang Standar Kompetensi Lulusan, dan Nomor 24 tentang Pelaksanaannya.

    Demi mendukung keterlaksanaan kebijakan pemerintah dan membantu sekolah dalam pengembangan operasional kurikulum tersebut, Menteri Pendidikan Nasional juga mengeluarkan Surat Edaran yang ditujukan kepada semua Gubernur dan Bupati/Walikota untuk membentuk tim sosialisasi dan evaluasi. Maka disinilah dipandang perlu evaluator baik evaluator internal maupun eksternal sebagai salah satu alat dan kajian sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 dengan melakukan pendampingan dan sekaligus melakukan evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan operasional KTSP yang sekarang diterapkan semua satuan pendidikan.

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mulai akrab disebut Kurikulum 2006 yang diolah berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) produk Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sudah diresmikan pada tanggal 7 Juli 2006 (Mulyasa:2006). Kurikulum yang mengisyaratkan dengan adanya otonomi daerah maupun satuan pendidikan tersebut, membuat daerah-daerah berpacu cepat untuk selalu berinovasi dan berdifusi dalam pengembangan kurikulum (curriculum development). Seperti halnya, kota Surabaya yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang sudah mampu melaksanakan otonom beberapa tahun yang lalu, sangat menunjang sekali dalam hal kaitannya proses pelaksanaan KTSP. Di Surabaya, dalam menjalankan proses pembelajaran berbasis satuan pendidikan, semua sekolah baik swasta maupun negeri, tingkat SD sampai SMA sudah menerapkan apa yang dinamakan KTSP ini. Data yang diterima, sudah 100% sekolah-sekolah di Surabaya melaksanakan KTSP (dokumentasi: Kemendiknas kota Surabaya).

    Tidak terkecuali, SMA Muhammadiyah 2 Surabaya yang merupakan salah satu sekolah swasta di Surabaya yang mempunyai cukup nilai prestasi dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

    SMA Muhammadiyah 2 Surabaya yang terus berfikir proaktif karena harus memahami karakteristik lingkungan wilayah/daerah (sesuai prinsip KTSP), pada tahun 2008 memasukkan bahasa Mandarin sebagai program dari struktur komponen KTSP muatan lokal. Melihat dalam persaingan global kian menggencar, arus pasar yang tidak bisa terbendung lagi (terdominasi oleh investor Tiongkok) dan Surabaya merupakan tergolong kota industri nomor dua (setelah Jakarta) ini memberikan daya tarik para pengusaha asing untuk menanamkan modalnya.

    Evaluasi kurikulum dalam peningkatan hasil output sekolah adalah suatu realita yang tak terelakkan lagi bahwa itu menjadi salah satu tugas sekolah maupun praktisi pendidikan. Muatan lokal bahasa Mandarin di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya biarpun tidak tergolong mata pelajaran inti (mata pelajaran yang masuk UAN) dalam proses pelaksanaannya juga harus dievaluasi. Dari uraian singkat di atas, peneliti membentuk pandangan untuk melakukan penelitian Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Mandarin Di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya.

    2. KAJIAN PUSTAKA Secara sederhana evaluasi kurikulum

    dapat disamakan dengan penelitian, Evaluasi dan penelitian juga terdapat perbedaan yang mendasar, meskipun secara prinsip, antara kedua kegiatan ini memiliki metode yang sama yaitu menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan tersebut terletak pada tujuan pelaksanaannya, jika penelitian bertujuan untuk membuktikan sesuatu (prove) maka evaluasi bertujuan untuk mengembangkan (improve) sesuatu, evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data sebagai bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti, sedangkan penelitian

    39

  • Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.10 No.2, Oktober 2010 (38-46)

    memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru. Penelitian evaluasi, sebagaimana disampaikan oleh Sudharsono (1994 : 3) mengandung makna pengumpulan informasi tentang hasil yang telah dicapai oleh sebuah program yang dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan metodologi ilmiah sehingga darinya dapat dihasilkan data yang akurat dan obyektif.

    Pengertian evaluasi sendiri menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program.

    Dalam hubungan dengan kurikulum Cronbach:1980 dalam (Hasan, 2008:35) Evaluasi adalah evaluation. A systematic of determinining the extent to which curriculum objectives are achieved by pupils. (evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan kurikulum telah dicapai oleh siswa.)

    Menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Menurut Oliva dalam Hasan (2007:1) mengemukakan bahwa kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tantangan masyarakat. Undang-Undang RI nomor 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 menetapkan pengertian kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum yang diletakan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran, yakni sekolah atau satuan pendidikan. Secara

    umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum (Mulyasa 2006:22)

    Komponen-komponen KTSP yang tertuang pada dokumen kurikulum, yaitu:

    a. Tujuan satuan pendidikan (visi dan misi satuan pendidikan)

    b. Struktur dan muatan kurikulum c. Muatan lokal d. Beban belajar e. Ketuntasan belajar f. Kenaikan kelas dan kelulusan g. Penjurusan h. Standar kompetensi lulusan (SKL) i. Silabus j. RPP

    Struktur dan muatan KTSP pada

    jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam Standar Isi (SI) meliputi lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut:

    a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

    b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

    c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

    d. Kelompok mata pelajaran estetika e. Kelompok mata pelajaran jasmani,

    olahraga dan kesehatan Kelompok mata pelajaran tersebut

    dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran, muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan.

    Fokus evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada outcome dari kurikulum tersebut (outcomes based evaluation) dan juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic evaluation). fokus evaluasi intrinsic evaluation adalah seperti evaluasi komponen-komponen kurikulum, evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum, evaluasi sumber daya manusia untuk menunjang

    40

  • Maliki, Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat...

    kurikulum dan karakteristik guru dan siswa yang menjalankan kurikulum tersebut. Model Countenance Stakes

    Model Countenance adalah model

    pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan stake. Dalam suatu pengertian yang diterjemahkan Stake pertama, countenance adalah keseluruhan sedangkan dalam pengertian lain kata itu bermakna sesuatu yang disenangi (favourable). Stake mendasarkan modelnya pada evaluasi formal, dimana dikatakannya sebagai suatu kegiatan evaluasi yang sangat bergantung pada pemakaian checklist, structured visitation by peers, controlled comparisons, and standardized testing of students(Stake, 1972:93). Sebagaimana evaluasi formal adalah evaluasi yang dilakukan pihak luar yang tidak terlibat dengan evaluan. Model Countenance Stake terdiri atas dua matrik, yaitu:

    a. Matrik Deskripsi Kategori pertama dari matrik deskripsi adalah sesuatu yang direncanakan (intent) pengembang kurikulum atau program. Kategori kedua, dinamakan observasi, berhubungan dengan apa yang sesunggunya sebagai implementasi dari apa yang di inginkan pada kategori pertama. Kategori observasi ini terdiri atas antecedents, transaksi,dan hasil. Pada kategori ini evaluator harus melakukan observasi (pengumpulan data) mengenai antecedent, transaksi, dan hasil yang ada di satuan pendidikan.

    b. Matrik Pertimbangan Matrik pertimbagan terdiri atas kategori standard dan kategori pertimbangan, dan fokus antecedents, transaksi, dan outcomes (hasil yang diperoleh). Standar adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh suatu kurikulum atau program yang dijadikan avaluan. Standar tersebut dapat dikembangkan dari karakteristik yang dimiliki kurikulum (fidelity) tetapi dapat juga dikembangkan dari yang lain (pre-ordinate, mutually adaptive, proses). Kategori kedua adalah kategori pertimbangan

    Analisis pertama digunakan didalam memberikan pertimbangan mengenai keterhubungan antara persyaratan awal, transaksi, dan hasil dari kotak-kotak tujuan (intens). Analisis kedua adalah analisis empirik, dasar bekerjanya adalah sama dengan analisis logis tapi data yang digunakan adalah data empirik. Jadi dalam analisis ini evaluator harus mempertimbangkan keterhubungan tersebut berdasarkan data empirik yang telah dikumpulkannya. Tugas evaluator berikutnya adalah memberikan pertimbangan mengenai program yang sedang dikaji. Stake (1972:100) menganjurkan agar evaluator jangan mengevaluasi kurikulum secara mikroskop tapi harus dengan apanoramic view finder. Adanya beragam standar memberikan kesempatan kepada evaluator untuk menggunakan standar tersebut dengan teropong panorama dan bukan teropong mikroskop.

    Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang isinya disesuaikan dengan ciri khas, potensi, atau keunggulan daerah, yang materinya belum tertuang pada mata pelajaran yang ada. Penyusunan kurikulum atas dasar acuan keadaan masyarakat, (Dakir, 2004:100). Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran ketrampilan. Muatan lokal dapat berupa: bahasa daerah, b a h a s a m a n d a r i n , bahasa Inggris, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.

    Bahasa Mandarin merupakan mata pelajaran yang mengembangkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan untuk memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. (modul mulok untuk SMA dari puskur). Program pembelajaran bahasa mandarin di Indonesia memiliki tujuan agar para siswa berkembang dalam hal:

    a. Kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis secara baik;

    b. Pengetahuan mengenai ragam bahasa dalam konteks sehingga para siswa dapat menafsirkan isi berbagai bentuk teks lisan maupun tertulis pendek sederhana dan meresponnya dalam

    41

  • Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.10 No.2, Oktober 2010 (38-46)

    bentuk kegiatan yang beragam dan interaktif;

    c. Pengetahuan mengenai pola-pola kalimat yang dapat digunakan untuk mengkonstruksikan teks yang berbeda-beda dan mampu mengaplikasikan pengetahuannya itu ke dalam bentuk wacana lisan maupun tulisan;

    d. Pengetahuan yang luas mengenai sejumlah teks yang beraneka dan kemampuan untuk menghubungkan pengetahuannya itu dengan aspek sosial dan personal;

    e. Berbicara secara sederhana tapi efektif dalam berbagai konteks untuk menyampaikan informasi, pikiran dan perasaan, serta menjalin hubungan sosial dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif dan menyenangkan;

    f. Menafsirkan isi berbagai bentuk teks tulis pendek sederhana dan merespon dalam bentuk kegiatan yang beragam, interaktif, dan menyenangkan;

    g. Membaca buku bacaan fiksi dan non fiksi, serta menceritakan kembali inti sarinya secara global;

    h. Menulis kreatif meskipun pendek sederhana berbagai bentuk teks untuk menyampaikan informasi, mengungkapkan pikiran dan perasaan;

    i. Menghayati dan menghargai karya sastra.

    3. METODE PENELITIAN EVALUASI

    Pendekatan penelitian evaluasi yang

    digunakan untuk mengkaji pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran muatan lokal bahasa Mandarin di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya adalah metode kualitatif dan teori model evaluasi Countenance Stake. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara Purposive dan Snowball, teknik pengumpulan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    penelitian evaluasi kualitatif, karena pada permasalahannya belum jelas, holistik, dinamis, dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut diperoleh dengan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner, pedoman wawancara.

    Analisis berdasar model evaluasi Countenace Stake adalah Contingency terdiri atas contingency logis dan contingency empirik. Contingency logis adalah hasil pertimbangan evaluator terhadap keterkaitan atau keselarasan logis antara kotak antecedents dengan transaksi dan hasil. Evaluator juga memberikan pertimbangan keterkaitan empirik, berdasar data lapangan, antara antecedent, transaksi, dan hasil mengenai congruence atau perbedaan yang terjadi antara apa yang dikerjakan dengan apa yang terjadi di lapangan. Cara kerja model evaluasi Stake ini adalah sebagai berikut : evaluator mengumpulkan data mengenai apa yang diinginkan pengembang program baik yang berhubungan dengan kondisi awal (antecedents), transaksi, dan juga hasil. Data dapat dikumpulkan melalui studi dokumen tetapi dapat pula dilakukan dengan jalan wawancara.

    4. HASIL PENELITIAN EVALUASI

    SMA Muhammadiyah 2 Surabaya berada di lokasi jalan Pucang Anom nomor 91 Ngagel Surabaya. Sekolah dibawah naungan persyarikatan Muhammadiyah ini didirikan sejak 1 Januari 1975. lembaga pendidikan ini bertujuan sesuai kemuhammadiyahan yaitu Mewujudkan sekolah yang Islami, modern dan berprestasi yang menjadi jargon visi utama, hingga mempunyai motto The Excellen Islamic school . SMA Muhammadiyah 2 Surabaya mampu menampung kurang lebih 300 siswa tersebut dibagi dalam 10 kelas dengan komposisi 4 kelas masuk SBI (Sekolah Standar Internasional) dan 6 kelas masuk dalam kelas regular. Dalam setiap kelasnya untuk kelas SBI terdiri kurang lebih 30 siswa dan untuk kelas regular terdiri kurang lebih 35 siswa. Jadi SMA Muhammadiyah 2 Surabaya ini memiliki jumlah siswa kurang lebih ada 935 siswa dari kelas X-XII. Dalam mengemban tugasnya

    42

  • Maliki, Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat...

    mendidik siswa, SMA Muhammadiyah 2 Surabaya mempunyai 78 guru yang siap mentransformasikan ilmu kepada siswa. 79% berijazah S1 dan 19% berijazah S2, dan 2% berijazah Diploma.

    SMA muhammadiyah 2 surabaya sudah merintis KTSP sejak tahun 2004 dan mulai memberlakukannya sejak tahun ajaran 2006/2007. Pengelolaan pendidikan yang terencana, terarah, dan berkesinambungan ini merupakan bentuk dari implentasi UU nomor 20 tahun 2003 serta PP nomor 19 tahun 2005. Rambu-rambu peraturan dari pusat dan Majelis Pendidikan dari Persyarikatan yang menjadi acuan sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 2 Surabaya dalam mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan memiliki dasar-dasar ke-muhammadiyahan talim/transfer of knowledge, tarbiyah/transfer of value, dan taqdibul akhaq, serta memiliki tujuan kemuhammadiyahan misi khalifah, kerahmatan, dan risalah Islam tentunya.

    Didasari bahwa kemampuan dan kesiapan sumber daya para pemangku kepentingan menjadi salah satu penentu keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Berlandaskan hasil analisis peneliti dapat disimpulkan bahwa SMA Muhammadiyah 2 Surabaya memiliki kesiapan memanagerial dalam hal mengoperasioanalkan kurikulum maupun memobilisasi guru untuk terus dan selalu bergerak inovatif dalam hal pengembangan kurikulum. Di dalam Struktur Kurikulum SMA Muhammadiyah 2 Surabaya pemilihan muatan lokalnya adalah bahasa Mandarin dan English bussines. Bahasa mandarin dimasukan dalam kurikulum SMA Muhammadiyah 2 Surabaya dengan melihat kota Surabaya sebagai kota Industri dan banyak kalangan investor dunia dari Tiongkok yang menanamkan investasinya di Surabaya. SMA Muhammadiyah 2 Surabaya yang berwawasan global dengan menjaga kearifan lokal dalam pengembangan kurikulum sekolah mampu berancang-ancang untuk menelurkan hasil lulusan yang kompetitif dalam hal menjalin hubungan bisnis. Dalam bentuk praktis dari yang terkecil proses pendidikan, perencanaan pembelajaran guru dalam mengembangkan muatan lokal ini sangat bervariatif dengan keadaan lingkungan, karena dalam setiap tahunnya sekolah dalam menjaga kompetensi guru juga berstudy banding dengan

    pihak negara Tiongkok secara langsung. Muatan lokal tergolong juga mata pelajaran (Dakir, 2001), sehingga satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan. Dari rencana yang sudah tertuang dalam kurikulum terkait hal muatan lokal bahasa mandarin, SMA Muhammadiyah 2 Surabaya selalu menjaga konsisten terhadap reaktif lingkungan sekitar. Jalinan- jalinan dengan instansi lain mampu untuk dikomunikasikan hingga ke masyarakat luas. Karakteristik kondisi daerah yang kota industri nomor dua di Indonesia (setelah Jakarta) memang harus mampu dimanfaatkan dengan semaksimal mungkin.

    Analisis Model Evaluasi Countenance Stake.

    Keseluruhan konsep Countenance adalah Countingency dan Congruence, dimana evaluator membandingkan keadaan pada tahap rencana dengan proses pelaksanaannya, hingga memberikan pertimbangan dari hasil yang sudah ada.

    4.1. Antecedents (Input)

    a. Tujuan KTSP SMA Muhammadiyah 2

    Surabaya adalah mewujudkan Sekolah Islam yang Modern dan Berprestasi baik Akademik maupun non akademik.

    b. Struktur dan muatan kurikulum, direncanakan ada 5 kelompok mata pelajaran, yaitu;kelompok mata pelajaran Agama Islam dan Akhlak mulia, KMP Kewarganegaraan dan kepribadian, KMP Ilmu pengetahuan dan teknologi, KMP Estetika, KMP jasmani, olahraga dan kesehatan.

    c. Muatan lokal, yang dikembangkan adalah Bahasa Mandarin dan English for Bussiness. Pemilihan ini didasarkan pada visi dan misi SMA Muhammadiyah 2 Surabaya ke depan dalam menghadapi tantangan global.

    d. Beban belajar, dengan menggunakan sistem paket yaitu sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar setiap

    43

  • Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.10 No.2, Oktober 2010 (38-46)

    mata pelajaran dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran.

    e. Ketuntasan belajar, SMA Muhammadiyah 2 Surabaya dalam menentukan KKM dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam pembelajaran.

    f. Kenaikan kelas, kelulusan, dan penjurusan. Kenaikan kelas dilaksanakan pada akhir tahun pelajaran dengan kriteria sesuai dengan KKM. Kriteria kelulusan dilakukan setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran dan mengikuti semua ujian sekolah dan ujian nasional. Penjurusan didasarkan pada nilai akademis siswa dan hasil tes psykologi sebagai pertimbangan.

    g. Standar Kompetensi Lulusan (SKL), pada muatan lokal bahasa mandarin ada 4 SKL yang di rencanakan, yaitu: mampu dan bisa mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis dalambrntuk wacana kehidupan sehari-hari di sekolah, rumah, dan lingkungan.

    h. Pendidikan berwawasan keunggulan lokal dan global, berdasar visi-misi yang ada yaitu dapat memberikan bekal kepada peserta didik untuk dapat berperan aktif dalam hidup bermasyarakat di era global.

    i. Silabus, mengembangkannya apa yang sudah menjadi ketentuan dari SKL yang ditetapkan secara mandiri.

    j. RPP, menjabarkan lewat silabus yang sudah dikembangkan.

    4.2. Transaksi/Proses a. Menentukan tujuan pendidikan

    berdasar misi persyarikatan Muhammadiyah, dan permendiknas nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006.

    b. Dari struktur kurikulum yang ada, menambahkan jam pelajaran pada, mata pelajaran PAI yang semula 2 jam menjadi 4 jam pelajaran, kemuhammadiyahan 1 jam karena

    menjadi ciri persyarikatan,bahasa mandarin 2 jam pelajaran.

    c. Muatan lokal menjadi ciri khas daerah dan satuan pendidikan. Bahasa mandarin untuk muatan lokal sudah mulai berkembang sejak tahun 2008. Kerja sama dengan pihak instansi maupun perusahaan China sudah mulai berjalan hingga sekarang.

    d. Beban belajar, hari belajar siswa adalah 5 hari mulai hari senin-jumat, jam belajar siswa adalah 45 per jam pelajaran.

    e. Ketuntasan belajar siswa, pada mata pelajaran muatan lokal bahasa mandarin dalam satu semester khususnya di semester genap tahun 2009/2010 sudah menyelesaikan apa yang menjadi acuan SKL, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis bahasamandari secara fasih.

    f. Kenaikan kelas, semua program pembelajaran yang sudah di lewati, mulai perencanaan hingga program remedial, dari semua siswa kelas X lulus bahasa mandarin sebanyak 100% dan dikatakan lulus.

    g. Silabus dan RPP, garis-garis rencana pembelajaran yang sudah tertuang di atas kertas dan masuk dokumen KTSP SMA Muhammadiyah 2 Surabaya sudah menjadi landasan awal guru dalam membelajarkan siswa kelas. Standar isi sampai ke tahap penilaian juga sudah sepadan dengan apa yang sudah direncanakan tersebut.

    4.3. Hasil (output) a. Melihat apa yang sudah direncakan

    hingga proses berjalan, di sini juga didapatkan hasil bahwa tahap perencanaan yang meyakinkan dan proses berjalan hampir tidak ada kendala.

    b. Berdasar hasil teropong secara panorama, peneliti menemukan hasil dalam pelaksanaan kurikulum di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya tergolong sangat mampu,karena dari segi managerial SDM yang ada, pembiyaan, sarana prasarana, perencanaan hingga evaluasi

    44

  • Maliki, Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Tingkat...

    pengembangan kurikulum bisa dikatakan sekolah siap.

    c. Dalam keseharian menjalankan proses pembelajaran, semua elemen sekolah (guru dan siswa) merasa tidak ada beban (enjoy) dengan program dan isu yang ada.

    d. Baik guru, siswa, karyawan semuanya hampir tidak merasa tekanan dari pihak luar, entah itu faktor dari internal sekolah, internal persyarikatan, kondisi sosial ekonomi lingkungan sekitar. Karena satuan pendidikan sudah merencanakan dengan matang apa-apa saja akan menjadi kendala dari proses pelaksanaan kurikulum.

    e. Dengan prestasi yang ada, satuan pendidikan mampu menjalin komunikasi dengan pihak luar sebagai mitra partner.

    f. Bahasa mandarin yang menjadi salah satu muatan lokal punya karakteristik yang kuat, sehingga kolaborasi satuan pendidikan dengan pihak orang Tiongkok (yang melatarbelakangi munculnya muatan lokal bahasa mandarin di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya) terjaga dengan sehat.

    5. KESIMPULAN

    Berdasarkan penelitian evaluasi terhadap pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran muatan lokal bahasa Mandarin di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan:

    a. Pelaksanaan KTSP di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya sebagai bentuk operasional kurikulum dilaksanakan secara mandiri dan dikembangkan dengan memperhatikan potensi dan karakteristik daerah/wilayah, sekolah, serta persyarikatan, termasuk subtansi dari KTSP itu sendiri, yaitu menuju sekolah otonom.

    b. Kesiapan sekolah SMA Muhammadiyah 2 Surabaya dalam melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berdasar

    SDM pembuat kebijakan (kepala sekolah, wakasek kurikulum, dan pengawas sekolah), sarana prasarana, dan lain sebagainya sudah bisa dikatakan sekolah siap. Terbukti dalam pelaksanaannya mulai perencaaan hingga proses evaluasi terus dimonitoring oleh lembaga penjamin mutu, yaitu subbidang kurikulum dalam rentang waktu satu Kompetensi Dasar (KD) selesai (empat kali tatap muka pembelajaran) untuk meminimalisir kelemahan-kelemahan yang ada.

    c. Kemampuan guru mata pelajaran muatan lokal bahasa Mandarin kelas X dalam menjabarkan atau mengembangkan silabus ke RPP dilakukan secara mandiri.

    d. Satuan pendidikan maupun guru mata pelajaran bahasa Mandarin dalam mengembangkan muatan lokal mempunyai landasan yang kuat, yaitu mengembangkan kepribadian unggul berwirausaha dengan orang Tiongkok khususnya untuk jenjang kompetensi lulusan di kemudian kelak.

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, Suharsimi. 2004. Evaluasi Program

    Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur

    Penelitian Suatu Pendeketan Praktek, Edisis Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta.

    Baedhowi. 2007. Kebijakan Pengembangan Kurikulum. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional KTSP, UNNES, Semarang, 15 Maret 2007.

    Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.

    Depdiknas. (2005). Peraturan Pemerintah, Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan.

    Depdiknas. (2006). Permendiknas nomor 22, 23, dan 24. Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

    Drs. Asep Herry Hernawan, M.Pd dalam persentasi Evaluasi Kurikulum.Tanpa Tahun.(http://2.bp.blogspot.com/_oVec

    45

  • Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol.10 No.2, Oktober 2010 (38-46)

    Wm3RO7U/SSFn4AUKaTI/AAAAAAAAAMI/j8r4ocfM14E/s1600-h/2 Diakses Tanggal 24 Desember 2009).

    Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

    Hasan, Hamid. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    Hansiswany Kamarga dalam persentasi Evaluasi Kurikulum. Tanpa Tahun. UPI Bandung.(http://2.bp.blogspot.com/_oVecWm3RO7U/SSFn4AUKaTI/AAAAAAAAAMI/j8r4ocfM14E/s1600-h/2 Diakses Tanggal 24 Desember 2009 ).

    Kadir Abdul. (2001). Mencari Pijakan Awal Sistem Pendidikan Mengawali Otonomi Daerah. Diambil Tanggal 10 November 2007 dari http://www.depdiknas.go.id/jurnal.

    Lindeman, M. (2007). Program Evaluation. [Internet]. Available from: < www.tedi.uq.edu.au/conferences/A_conf/papers/Isaacs.html > Accessed 3 July 2009].

    Mangunwijaya, Forum. 2008. Kurikulum yang Mencerdaskan Visi 2030 dan Pendidikan Alternatif. Jakarta: Kompas penerbit buku.

    Miles, Mattew & Huberman Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta;UI-Press.

    Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

    Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

    Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah, dan Guru. Jakarta : PT Bumi Aksara.

    -----. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstekstual Panduan Bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta : PT Bumi Aksara.

    Purwanto, Ngalim. 2004. Prinsip-prinsip dan teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

    Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Laporan Hasil Pemantauan Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Komptensi Lulusan : Jakarta.

    Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. Model dan Contoh Muatan Lokal 2007; Jakarta.

    Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Laporan Akhir Evaluasi pelaksanaan KTSP oleh Satuan Pendidikan 2008: Jakarta.

    Sabarguna, Boy S. 2004. Analisis Data pada Penelitian Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

    Seels, Barbara B. dan Richey, Rita C. 1994. Teknologi Pembelajaran : Definisi dan Kawasannya. Terjemahan : Instructional tehnology, the definition and domains of the fiels. Washington, DC, AECT.

    SJ, Drost. 2005. Dari KBK sampai MBS esai-esai Pendidikan. Jakarta: Kompas Penerbit.

    Suryusubroto. 1990. Tata laksana Kurikulum. Jakarta;Rineka Cipta.

    Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

    Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

    Syukur, Fatah. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang; RaSAIL.

    Tri Rahayu, Iin & Ardi Ardani, Tristiadi. 2004. Observasi & Wawancara. Malang, Jatim: Bayumedia Publishing.

    46