evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs...

124
i EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI YOGYAKARTA ANTARA PASIEN YANG DIBERI INFORMASI versus INFORMASI plus ALAT BANTU KETAATAN SERTA DAMPAK TERAPINYA PERIODE JUNI-JULI 2009 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Saluran Pernafasan) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Shielanita Eulampia NIM : 068114101 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

Upload: lycong

Post on 30-Apr-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

i

EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI

YOGYAKARTA ANTARA PASIEN YANG DIBERI INFORMASI versus

INFORMASI plus ALAT BANTU KETAATAN SERTA DAMPAK

TERAPINYA PERIODE JUNI-JULI 2009

(Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Saluran Pernafasan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Shielanita Eulampia

NIM : 068114101

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Page 2: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

ii

Page 3: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

iii

Page 4: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

iv

Karya kecilku ini kupersembahkan untuk :

Allah Bapa di surga yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria,

Papa dan Mama atas kasih sayang, doa dan dukungannya baik moral dan materiil

Kakak dan adikku tersayang

Sahabat-sahabatku tercinta dan

Almamaterku…

iv

Page 5: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

v

v

Page 6: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

rahmat dan kasih karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS Panti

Rini Yogyakarta Antara Pasien Yang Diberi Informasi Versus Informasi Plus

Alat Bantu Ketaatan Serta Dampak Terapinya Periode Juni-Juli 2009 (Kajian

terhadap Penggunaan Obat Golongan Saluran Pernafasan)” ini dengan baik

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) pada

Fakultas Farmasi, Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas

dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh sebab itu, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :

1. Direktur Rumah Sakit RS Panti Rini Yogyakarta yang telah memberikan ijin

untuk melakukan penelitian di RS Panti Rini.

2. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata

Dharma dan sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran, arahan,

kritikan yang membangun selama penyusunan skripsi ini.

3. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan

sabar membimbing dan memberikan arahan, saran, kritikan serta dukungan

kepada penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini.

4. dr. Fenty, M.Kes., SpPK. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran,

arahan, kritikan yang membangun selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Hari Budiarto, selaku kepala bagian Rekam Medis RS Panti Rini yang

telah mengijinkan dan membantu penulis selama pengambilan data.

vi

Page 7: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

vii

6. Ibu Bety Husadani, S.Si., Apt selaku apoteker di instalasi Farmasi RS Panti Rini

yang dengan senang hati memberikan bantuan dan arahan selama penulis

melakukan penelitian di RS Panti Rini.

7. Seluruh pasien rawat jalan RS Panti Rini yang telah bersedia mengikuti

penelitian ini dan atas penerimaan yang baik saat penulis melakukan home visit

serta dukungan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Papa dan mama tercinta atas kasih sayang, doa, dukungan semangat, pengertian

serta bantuan finansial hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

9. Kakak dan adikku yang telah memberikan semangat, dukungan, serta doa hingga

terselesaikannya skripsi ini.

10. Teman-teman kelompok payung, yaitu Tiara, Oline, Vero, May, Mbak Rian,

Dewi dan Arum yang telah saling menguatkan, memberikan semangat dan

bantuan kepada peneliti serta bersama-sama menjalani suka dan duka selama

menjalankan penelitian ini.

11. Sahabatku Reyni, Rosa, dan Sekar yang telah memberikan dorongan semangat

dan banyak membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

12. Teman-teman kelas B dan FKK angkatan 2006, terima kasih atas

kebersamaannya dan pengalaman yang tak terlupakan selama menjalani kuliah

dan praktikum serta dorongan semangat yang telah diberikan kepada peneliti

selama penyusunan skripsi ini.

13. Dan seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu disini, baik

secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu hingga

terselesaikannya skripsi ini.

vii

Page 8: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

viii

viii

Page 9: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

ix

INTISARI

Ketaatan dalam penggunaan obat merupakan hal yang sangat menentukankeberhasilan suatu terapi dan peningkatan kualitas hidup pasien. Gangguan saluranpernafasan merupakan salah satu penyakit yang membutuhkan ketaatan dalampengobatannya untuk menurunkan morbiditas penyakit serta mencegah kekambuhan.Rata-rata ketidaktaatan pasien dengan gangguan saluran pernafasan kronis lebihbesar daripada pasien penyakit kronis. Pemberian edukasi dan informasi obat secaraverbal saja tidak menjamin seorang pasien paham akan pengobatannya dengan benar.Oleh karenanya, perlu dibuat suatu alat bantu yang dapat meningkatkan ketaatanpasien dalam pengobatan.

Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi ketaatan pasien yang diberi informasidan informasi plus alat bantu ketaatan serta dampak terapinya. Penelitian initermasuk eksperimental semu dengan rancangan pola searah. Pengambilan datadilakukan dengan melihat data Rekam Medis (RM) dan home visit ke rumah pasien.Analisis data menggunakan uji Mann Whitney, Chi Square, Fisher’s sertaKolmogorov-Smirnov dengan taraf kepercayaan 90%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketaatan berdasarkan jumlah obat yangdigunakan memiliki perbedaan tidak bermakna, ketaatan berdasarkan aturan pakaimenunjukkan perbedaan tidak bermakna serta ketaatan berdasarkan jumlahkeseluruhan obat yang diterima pasien menunjukkan perbedaan tidak bermaknaantara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Selain itu, dampak terapi yangdirasakan pasien berbeda tidak bermakna.

Kata kunci : ketaatan, alat bantu ketaatan, obat golongan saluran pernafasan

ix

Page 10: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

x

ABSTRACT

Compliance in the drug usage is crucial to the success of a therapy andimproved quality of life of patients. Respiratory disorders is a disease that requirestreatment compliance in order to reduce morbidity and prevent recurrence of disease.The average non-compliance of patients with chronic respiratory disorders is greaterthan the patient’s chronic disease. Providing of education and verbal informationdoes not guarantee a patient use the medication correctly. Therefore, it needs an aidto increase understanding of patient and improve patient compliance duringtreatment.

The purpose of this study was to evaluate the compliance of patients whowere given information and information plus compliance aids with impact therapy.This research is a quasi-experimental with direction pattern design. Data retrieval isdone by seeing the patients medical record (MR) and home visit. Data analysis usingMann Whitney Test, Chi Square, Fisher’s and Kolmogorov-Smirnov with 90%confidence level.

The results showed that the compliance based on the number of drugs usedhave no significant differences, according to the regimen dosage showed nosignificant differences as well as compliance based on the total number of patientsreceived the drug showed no significant differences between treatment groups andcontrol groups. In addition, the impact therapy have no significant differences.

Keyword : compliance, compliance aids, respiratory drugs

x

Page 11: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….. ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH…………………... v

PRAKATA……………………………………………………………..….. vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………….….. vii

INTISARI………………………………………………………………..… ix

ABSTRACT……………………………………………………………...…x

DAFTAR ISI…………………………………………………………..…... xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………..…... xv

DAFTAR GAMBAR………………………………………………….…... xvii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….…… xviii

BAB I PENGANTAR……………………………………………….....….. 1

A. Latar Belakang……………………………………………….................1

1. Perumusan masalah……………………………………………….. 4

2. Keaslian penelitian………………………………………………... 4

3. Manfaat penelitian…………………………………………………5

B. Tujuan Penelitian……………………………………………………..... 5

1. Tujuan umum……………………………………………………... 5

2. Tujuan khusus…………………………………………………….. 5

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA……………………………………... 6

A. Pharmaceutical Care…………………………………………………. 6

B. Drug Therapy Problems (DTPs)……………………………………… 7

C. Ketaatan Penggunaan Obat (Patient Compliance)…………………… 9

D. Anatomi Sistem Pernafasan…………………………………………… 12

1. Sistem pernafasan bagian atas……………………………………. 12

xi

Page 12: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

xii

2. Sistem pernafasan bagian bawah…………………………………. 13

E. Gangguan Saluran Pernafasan………………………………………… 14

1. Gangguan ventilasi obstruktif…………………………………….. 15

2. Gangguan ventilasi restriktif……………………………………… 15

F. Asthma (Asma)………………………………………………………… 15

1. Definisi……………………………………………………………. 15

2. Epidemiologi……………………………………………………… 16

3. Etiologi……………………………………………………………. 16

4. Patofisiologi………………………………………………………..17

5. Manifestasi klinik………………………………………………….17

6. Strategi terapi…………………………………………...………… 17

G. Bronchitis (Bronkhitis)………………………………………………… 20

1. Definisi……………………………………………………………. 20

2. Epidemiologi……………………………………………………… 20

3. Etiologi……………………………………………………………. 20

4. Patofisiologi………………………………………………………. 21

5. Manifestasi klinik………………………………………………….21

6. Strategi terapi……………………………………………………... 22

H. Cough (Batuk)………………………………………………………… 23

1. Definisi……………………………………………………………. 23

2. Epidemiologi……………………………………………………… 23

3. Etiologi……………………………………………………………. 23

4. Patofisiologi………………………………………………………..24

5. Manifestasi klinik………………………………………………….24

6. Strategi terapi……………………………………………………... 25

I. Landasan Teori………………………………………………………… 26

J. Hipotesis………………………………………………………………. 27

BAB III METODE PENELITIAN………………………………………... 28

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………. 28

B. Variabel dan Definisi Operasional……………………………………. 29

xii

Page 13: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

xiii

C. Subyek Penelitian……………………………………………………… 31

D. Bahan Penelitian………………………………………………………. 32

E. Instrumen Penelitian…………………………………………………… 32

F. Tempat Penelitian……………………………………………………… 33

G. Tata Cara Pengumpulan Data…………………………………………. 33

H. Tata Cara Analisis Data………………………………………………. 36

I. Kesulitan Penelitian…………………………………………………… 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………....... 41

A. Profil Pasien yang Menggunakan Obat Golongan Saluran Pernafasan.. 41

1. Berdasarkan umur pasien………………...……………………….. 42

2. Berdasarkan jenis kelamin………………………………………....43

3. Berdasarkan tingkat pendidikan…………………………………... 43

4. Berdasarkan diagnosis utama……………………………………... 44

B. Profil Penggunaan Obat Gangguan saluran Pernafasan………………...45

1. Berdasarkan jumlah obat yang diresepkan…………...……………45

2. Berdasarkan golongan obat saluran pernafasan yang diterima........ 46

3. Berdasarkan golongan obat selain golongan saluran pernafasan

yang diterima....................................................................................49

4. Berdasarkan bentuk sediaan obat golongan saluran pernafasan...... 51

C. Evaluasi Ketaatan Pasien yang Menerima Obat Golongan Saluran

Pernafasan serta Dampak Terapinya………………………................…53

1. Berdasarkan jumlah obat yang digunakan……………….......…….54

2. Berdasarkan jumlah keseluruhan obat yang diterima.......………....55

3. Berdasarkan aturan pakai obat……………………......................... 56

4. Evaluasi Dampak Terapi…………………………………….......... 58

D. Evaluasi Peresepan Obat yang Digunakan Pasien……………………...59

E. Rangkuman Pembahasan……………………………………………..... 65

xiii

Page 14: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

xiv

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………... . 69

A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 69

B. Saran………………………………………………………………….... 70

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….... 71

LAMPIRAN………………………………………………………………. .73

BIOGRAFI……………………………………………………………....... 106

xiv

Page 15: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Penyebab-penyebab drug therapy problems (DTPs)……......... 8

Tabel II. Profil Pasien Rawat Jalan (Baseline) yang Menerima

Obat Golongan Saluran Pernafasaan di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009............................................ 42

Tabel III. Profil Jumlah Keseluruhan Obat yang Diterima Pasien

Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009………………………...……………….46

Tabel IV. Profil Jumlah Obat Golongan Saluran Pernafasan

yang Diterima Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009……………………..…….. 46

Tabel V. Profil Golongan Obat Saluran Pernafasan yang Diterima

Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009…………………………………………49

Tabel VI. Profil Golongan Obat Selain Obat Saluran Pernafasan

yang Diterima Pasien Kelompok Perlakuan Dan Kontrol

Periode Juni-Juli 2009…………………………………………50

Tabel VII. Profil Bentuk Sediaan Obat Golongan Saluran Pernafasan

yang Diterima Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009……………………….…... 52

Tabel VIII. Ketaatan Berdasarkan Jumlah Obat yang Digunakan Pasien

Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009……………………………….……….. 54

Tabel IX. Ketaatan Berdasarkan Jumlah Keseluruhan Obat yang

Digunakan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009……………………………………….... 56

Tabel X. Ketaatan Berdasarkan Aturan Pakai Obat yang Digunakan

Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009…………………………………….…...57

xv

Page 16: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

xvi

Tabel XI. Presentase Dampak Terapi yang Dirasakan Oleh Pasien

Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009………………………………………….59

Tabel XII. Kelompok Kasus ADR pada Pasien Rawat Jalan

di RS Panti Rini Yogyakarta yang Menggunakan Obat

Golongan Saluran Pernafasan Periode Juni-Juli 2009………... 60

Tabel XIII. Kelompok Kasus Interaksi Obat pada Pasien Rawat Jalan

di RS Panti Rini Yogyakarta yang Menggunakan Obat

Golongan Saluran Pernafasan Periode Juni-Juli 2009…………61

Tabel XIV. Kelompok Kasus Non-compliance pada Pasien Rawat Jalan

RS Panti Rini Yogyakarta yang Menggunakan Obat

Golongan Saluran Pernafasan Periode Juni-Juli 2009…........... 64

Tabel XV. Presentase Kasus yang Terjadi pada Pasien Rawat jalan

di RS Panti Rini Yogyakarta yang Menggunakan Obat

Golongan Saluran PernafasanPeriode Juni-Juli 2009................ 65

xvi

Page 17: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Saluran pernafasan.................................................. 14

Gambar 2. Alat Bantu Ketaatan Minum Obat (pil dispencer)………….33

xvii

Page 18: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent.................................................................... 74

Lampiran 2: Panduan Wawancara.............................................................. 76

Lampiran 3. Daftar Obat Sistem Saluran Pernapasan Yang Digunakan

Pasien di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009...78

Lampiran 4. Daftar Obat Selain Obat Sistem Saluran Pernapasan

Yang Digunakan Pasien di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009............................................................. 79

Lampiran 5. Profil Jumlah Obat Golongan Saluran Pernafasan yang

Diterima Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009............................................................. 80

Lampiran 6. Statistika Profil Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009......................................... 81

Lampiran 7. Statistika Profil Obat Pasien Rawat Jalan

di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009.............. 86

Lampiran 8. Statistika Ketaatan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 Berdasarkan Jumlah

Obat yang Digunakan..............................................................87

Lampiran 9. Statistik Ketaatan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 Berdasarkan

Jumlah Keseluruhan Obat yang Diterima............................... 88

Lampiran 10. Statistik Ketaatan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009

Berdasarkan Aturan Pakai....................................................... 90

Lampiran 11. Data Pasien Kelompok Perlakuan yang Menjalani

Rawat Jalan di RS Panti Rini Periode Juni-Juli 2009...............92

Lampiran 12. Data Pasien Kelompok Kontrol yang Menjalani

Rawat Jalan di RS Panti Rini Periode Juni-Juli 2009..............99

xviii

Page 19: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

1

BAB 1

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Ketaatan dalam mengkonsumsi obat merupakan hal yang sangat penting

dalam menentukan keberhasilan terapi yang dilakukan oleh pasien. Kesalahan atau

kurangnya informasi mengenai obat yang digunakan dapat mendorong terjadinya

ketidaktaatan pasien dalam mengkonsumsi obat. Hal ini dapat terjadi karena lebih

dari 50% Farmasis tidak berada di tempat pada jam buka Apotek (Febrianti, 2008).

Ketidaktaatan pasien dalam mengkonsumsi obat merupakan masalah utama

dalam pengobatan di Amerika Serikat. Sebanyak lima puluh hingga tujuh puluh

persen pasien tidak taat dalam pengobatannya. Rasio ketidaktaatan ini lebih besar

terjadi pada pasien penyakit kronis, karena mereka seringkali mendapatkan

pengobatan dalam jangka waktu yang lama, dan obat yang kompleks (Wertheimer &

Santella, 2006). Sebanyak tiga puluh tiga hingga enam puluh sembilan persen

penerimaan Rumah Sakit yang berhubungan dengan obat di Amerika Serikat adalah

karena rendahnya kepatuhan terhadap pengobatan, dengan biaya resultan sekitar $

100 miliar per tahun (Osterberg & Blaschke, 2005).

Gangguan saluran pernafasan pada tahun 2007 merupakan 10 penyakit

terbanyak yang terjadi di Yogyakarta. Dengan penyakit infeksi saluran pernafasan

akut (ISPA) menduduki peringkat pertama, yang diikuti dengan faringitis akut serta

bronkhitis, emfisema dan penyakit paru lainnya menduduki posisi nomor 5 dan 9

(Anonim, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Abula dan Worku (2001)

menunjukkan bahwa rata-rata ketidaktaatan pasien dengan penyakit gangguan

Page 20: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

2

saluran pernafasan kronis seperti asma dan tuberculosis lebih tinggi daripada pasien

penyakit kronis.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Buston & Wood (2000)

mengenai ketidaktaatan pada pasien remaja yang memiliki penyakit asma, ditemukan

bahwa dari 49 pasien yang diinterview, 45 diantaranya tidak taat dalam pengobatan

dengan alasan lupa, merasa obat yang digunakan tidak efektif, sulit menggunakan

inhaler, ketakutan akan terjadi efek samping, dan kemalasan. Ketidakpatuhan

penderita asma dalam menggunakan obat turut mendorong meningkatnya penderita

asma di Indonesia (Toto, 2002).

Menurut hasil survei Response (Respiratory Patients Opinion Survey) di

Eropa, sebanyak 42% penderita asma berhenti menggunakan kortikosteroid inhalasi

yang diresepkan dokter karena merasa kondisinya membaik. Hal ini mengakibatkan

jumlah keseluruhan penderita asma dalam waktu 20 tahun terus meningkat (Toto,

2002). Konsekuensi dari ketidaktaatan antara lain tidak terkontrolnya gejala pada

siang dan malam hari, keterbatasan gaya hidup, dan membutuhkan pertolongan

emergency oleh dokter bedah atau rumah sakit, penggunaan obat yang berlebihan

yang berarti efek samping yang dihasilkan juga semakin besar serta meningkatkan

biaya pengobatan untuk mendapatkan regimen terapi yang baru (Dinwiddie &

Muller, 2002).

Untuk mengatasi masalah ini, farmasis menjalankan Pharmaceutical Care

yaitu dengan cara memberikan pelayanan informasi dan edukasi tentang obat yang

digunakan secara tepat dan lengkap, sehingga dapat mencegah dan meminimalkan

terjadinya Drug Related Problems (khususnya kejadian ketidaktaatan). Pemberian

Page 21: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

3

informasi tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan

mendemonstrasikan menggunakan alat visual, multimedia, verbal dan form

kepatuhan. Namun pemberian informasi verbal saja tidak dapat menjamin seorang

pasien dapat memahami obat yang digunakan dengan benar, sehingga dibutuhkan

suatu kombinasi menggunakan alat bantu sederhana yang dapat membantu

meningkatkan ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat.

Rumah Sakit Panti Rini merupakan sarana pelayanan kesehatan tipe D.

Rumah Sakit ini dipilih karena letaknya di pinggiran kota, dekat dengan perbatasan

Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan tingkat mobilitas kendaraan dan penduduk

tinggi. Dengan tingginya mobilitas kendaraan, menyebabkan tingkat polusi udara di

daerah tersebut semakin tinggi. Dan penduduk yang berdomisili di sekitar daerah

tersebut setiap harinya banyak yang bekerja menuju kota yang berarti kemungkinan

untuk terpapar polutan akibat polusi udara semakin besar. Semakin sering seseorang

terpapar polutan, maka resiko terjadinya gangguan saluran pernafasan juga semakin

besar. Berdasarkan data rekam medis selama periode 1999-2005, gangguan saluran

pernafasan merupakan 10 penyakit terbanyak yang terjadi di RS Panti Rini dan

jumlahnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun (Anonim, 2006).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan sebuah penelitian yang

mengevaluasi tingkat ketaatan pasien yang menerima obat golongan saluran

pernafasan yang diberi tambahan alat bantu serta dampak terapinya. Kemudian

membandingkan ketaatan pasien tersebut dengan pasien yang tidak diberi tambahan

alat bantu atau hanya diberi informasi saja.

Page 22: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

4

1. Perumusan Masalah

a. Apakah ada perbedaan profil pasien yang menggunakan obat golongan

saluran pernafasan antara pasien yang diberi informasi dengan pasien yang diberi

informasi plus alat bantu ketaatan?

b. Apakah ada perbedaan profil obat yang digunakan antara pasien kelompok

kontrol dengan pasien kelompok perlakuan?

c. Seperti apakah perbedaan ketaatan serta dampak terapi antara pasien

kelompok kontrol dengan pasien kelompok perlakuan?

d. Seperti apakah masalah peresepan obat pada pasien yang menggunakan obat

golongan saluran pernafasan, baik pasien kelompok kontrol dengan pasien kelompok

perlakuan?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai Evaluasi Perbedaan Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS

Panti Rini Antara Pasien yang Diberi Informasi versus Informasi plus Alat Bantu

Ketaatan Serta Dampak Terapinya (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan

Saluran Pernafasan) belum pernah dilakukan. Belum ditemukan penelitian terkait

ketaatan pasien yang diberi informasi vs informasi plus alat bantu oleh peneliti lain.

Namun penelitian dengan tema ketaatan untuk obat-obat golongan saluran

pernafasan sudah pernah dilakukan yaitu :

a. Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat Pada

Fase Intensif Pada Penderita TB Di Puskesmas Pracimantoro Wonogiri

Jawa Tengah (Warsito, 2009).

b. Adolescent Treatment Compliance in Asthma (Dinwiddie, Muller, 2002).

Page 23: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

5

c. Non-compliance Amongst Adolescent With Asthma : Listening to What They

Tell Us About Self-management (Buston & Wood, 2000).

3. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan

keputusan oleh farmasis dalam mempraktekkan pharmaceutical care, secara khusus

di RS Panti Rini dan secara umum di Rumah Sakit di Indonesia serta dapat

meningkatkan kualitas pelayanan terapi obat.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengamati ketaatan penggunaan obat pasien

setelah pemberian informasi yang menggunakan alat bantu dibandingkan dengan

pasien dengan pemberian informasi tanpa alat bantu.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini juga bertujuan untuk :

a. Mengetahui perbedaan profil pasien yang menggunakan obat golongan

saluran pernafasan antara pasien yang diberi informasi dengan pasien yang diberi

informasi plus alat bantu.

b. Mengetahui perbedaan profil obat yang digunakan antara pasien kelompok

kontrol dengan pasien kelompok perlakuan.

c. Mengevaluasi perbedaan ketaatan dan dampak terapi pasien kelompok

kontrol dengan pasien kelompok perlakuan.

d. Mengevaluasi peresepan obat pasien kelompok kontrol dan pasien kelompok

perlakuan.

Page 24: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pharmaceutical Care

Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian adalah suatu praktek

kefarmasian yang berorientasi kepada pasien, dilakukan dengan memikul tanggung

jawab atas kebutuhan obat individu pasien dan diselenggarakan berdasarkan

komitmen tanggung jawab tersebut. Tanggung jawab tersebut dapat dikelompokkan

menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Menjamin semua terapi yang diterima oleh individu pasien sesuai (appropriate),

paling efektif (the most effective possible), paling aman (the safest available), dan

praktis (convenient enough to be taken as indicatead)

2. Mengidentifikasi, memecahkan, dan mencegah permasalahan yang berhubungan

dengan terapi obat yang menghambat pelaksanaan tanggung yang pertama (Cipolle

& Strand, 2004).

Kedua tanggung jawab tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memberikan

perlindungan kepada pasien sehingga pasien mendapatkan jaminan kualitas

kehidupan yang lebih baik lagi. Dalam memberikan perlindungan terhadap pasien,

dapat diidentifikasi bahwa fungsi dari pharmaceutical care adalah menyediakan

informasi tentang obat-obatan kepada tenaga kesehatan lainnya yang bertujuan untuk

mengidentifikasikan hasil pengobatan dan tujuan akhir pengobatan, agar pengobatan

dapat diterima untuk terapis, agar diterapkan penggunaan secara rasional, memantau

efek samping obat, menentukan metode penggunaan obat. Selain itu, fungsi lain dari

Page 25: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

7

pharmaceutical care yaitu mendapatkan rekam medis yang dapat digunakan untuk

pemilihan obat yang tepat (Bahfen, 2009).

Dalam praktek Pharmaceutical care, seorang farmasis dapat melakukan suatu

proses pengambilan keputusan rasional yang disebut Pharmacotherapy Workup

untuk membuat suatu penilaian tentang kebutuhan obat pasien, mengidentifikasi

Drug Therapy Problems (DTPs), membuat perencanaan pengobatan, dan

mengadakan evaluasi untuk memastikan bahwa semua obat yang digunakan efektif

dan aman untuk terapi (Cipolle et.al., 2004).

B. Drug Therapy Problems (DTPs)

Drug Therapy Problems adalah suatu kejadian atau efek yang tidak

diharapkan yang dialami pasien selama proses terapi dengan obat dan secara aktual

dan potensial terjadi bersamaan dengan outcome yang diharapkan pada saat

mendapat pengobatan terhadap penyakit tertentu (Cipolle et.al., 2004).

Menurut Cipolle et.al., (2004), DTPs digolongkan menjadi 7 yaitu 1)

unnecessary drug therapy (ada obat tanpa indikasi), 2) additional drug therapy

needed (ada indikasi tanpa obat), 3) ineffective drug (obat tidak perlu), 4) dosage too

low (dosis terlalu rendah), 5) adverse drug reaction (efek obat merugikan), 6) dosage

too high (dosis terlalu tinggi) dan 7) noncompliance (ketidaktaatan pasien). Sejak

pertama kali Pharmaceutical care dijalankan, telah terjadi 3995 kasus DTPs yang

berhasil diidentifikasi dan dipecahkan dari 5136 total pasien. Drug Therapy

Problems yang paling banyak terjadi adalah indikasi tanpa obat (31,6%), dosis terlalu

rendah (21,0%), efek obat merugikan (14,3%) serta ketidaktaatan (14,3%).

Page 26: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

8

Presentase ini akan meningkat pada pasien dengan umur lebih dari 65 tahun (Cipolle

et.al., 2004).

Tabel I. Penyebab-penyebab drug therapy problems (DTPs)(Cipolle et.al., 2004)

No Jenis DRP Contoh Penyebab DRP

1

Ada obat tanpa

indikasi

(unnecessary

drug therapy)

Terapi yang diperoleh sudah tidak valid saat itu

Terapi dengan dosis toksik

Penyalahgunaan obat, merokok, dan alkohol

Terapi sebaiknya non-farmakologi

Polifarmasi yang sebaiknya terapi tunggal

Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan

dengan yang lebih aman

2

Ada indikasi

tanpa obat

(additional drug

therapy needed)

Timbulnya kondisi medis baru memerlukan tambahan obat baru

Kondisi kronis memerlukan terapi lanjutan terus-menerus

Kondisi yang memerlukan terapi kombinasi

Pasien potensial timbul kondisi medis baru yang perlu terapi profilaksi.

3

Pemilihan obat

salah (wrong

drug)

Obat yang digunakan bukan yang efektif /paling efektif

Pasien alergi atau kontraindikasi

Obat efektif tetapi relative mahal atau bukan yang paling aman

Obat sudah resisten terhadap infeksi

Kondisi sukar sembuh dengan obat yang sudah pernah diperoleh perlu

mengganti obat

Kombinasi obat yang salah.

4

Dosis terlalu

rendah (dose too

low)

Dosis terlalu rendah untuk mendapat respon yang diinginkan

Waktu pemberian yang tidak tepat, misalnya profilaksis antibiotika untuk

operasi

Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien

5

Efek obat

merugikan

(adverse drug

reaction) dan

interaksi obat

Obat diberikan terlalu cepat

Risiko yang sudah teridentifikasi karena obat tertentu

Pasien alergi atau reaksi indiosinkrasi

Bioavalibilitas atau efek obat diubah oleh obat lain atau makanan.

Interaksi obat karena induksi atau inhibisi enzim, penggeseran dari tempat

ikatan, atau dengan hasil laboratorium

6

Dosis terlalu

tinggi (dose too

high)

Dosis terlalu besar, kadar obat dalam plasma melebihi rentang terapi yang

diharapkan

Dosis dinaikkan terlalu cepat

Obat akumulasi karena terapi jangka panjang

Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien

Dosis dan interval pemberian misalnya analgesik bila perlu diberikan terus

7Ketaatan pasien

(compliance)/

gagal menerima

obat

Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena medication error

Pasien tidak menuruti aturan yang ditetapkan secara sengaja maupun

karena tidak mengerti maksudnya

Pasien tidak sanggup menebus obat karena biaya

Page 27: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

9

C. Ketaatan Penggunaan Obat (Patient Compliance)

Kepatuhan (ketaatan) pada regimen obat didefinisikan sebagai sejauh mana

pasien mengambil obat yang diresepkan oleh penyedia layanan kesehatan. Kata

"kepatuhan" lebih disukai oleh banyak penyedia layanan kesehatan, karena

kepatuhan menunjukkan bahwa pasien secara pasif mengikuti perintah dokter dan

bahwa rencana pengobatan tidak didasarkan pada kelompok terapeutik atau kontrak

yang dibangun antara pasien dan dokter (Osterberg & Blaschke, 2005).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), istilah kepatuhan dapat

didefinisikan sebagai sejauh mana perilaku seseorang (misalnya minum obat,

mengikuti diet dan/atau mengubah gaya hidup) disepakati sesuai dengan

rekomendasi dari ahli kesehatan, yaitu bagaimana pasien mengikuti pengobatan

mereka. Kepatuhan atau ketaatan adalah penting untuk mencapai hasil terapeutik

yang optimal, yang mana dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Ketidakpatuhan

biasanya menyebabkan peningkatan morbiditas (sakit), kegagalan pengobatan,

eksaserbasi penyakit, lebih sering mengunjungi dokter, meningkatkan tingkat

perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian (Devyani, 2009).

Adapun jenis ketidaktaatan (ketidakpatuhan) pada terapi obat adalah

1. Tidak menebus resep obatnya, hal ini terjadi karena pasien merasa tidak

memerlukan obat atau tidak menghendaki mengambilnya. Namun ada pula pasien

yang tidak menebus resepnya karena tidak mampu membelinya.

2. Kesalahan saat mengkonsumsi obat, yaitu obat dikonsumsi tidak tepat dikaitkan

dengan waktu makan, serta teknik penggunaan Metered Dose Inhaler (MDI) yang

tidak tepat.

Page 28: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

10

3. Penghentian pemberian obat sebelum waktunya, yang biasanya terjadi pada

penggunaan antibiotik karena pasien merasa gejala yang dirasakan sudah

hilang/merasa telah sembuh (Hussar, 2005).

Masalah ketidakpatuhan sering terjadi pada pasien usia lanjut karena banyak

dari mereka memperoleh regimen terapi yang rumit. Ketidakpatuhan secara

signifikan berkaitan dengan penggunaan lebih dari lima obat yang ditulis,

ketidakmampuan membaca resep dan etiket tambahan serta kesulitan membuka tutup

wadah. Ketidakpatuhan juga dapat terjadi pada pasien pediatrik. Hal ini dapat terjadi

dikarenakan orang tua memberikan obat kurang dari dosis yang tertulis (penggunaan

sendok teh yang memiliki berbagai volume yang berbeda), penghentian obat sebelum

waktunya, dan pengetiketan yang tidak benar. Pasien rawat jalan juga rentan

terhadap ketidakpatuhan dikarenakan kurangnya pengawasan selama terapi, tidak

mengerti instruksi penggunaan dengan benar, dan ada yang salah

menginterpretasikan (Hussar, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktaatan antara lain :

1. Penyakit, contohnya pasien dengan penyakit kronik, seperti pasien TB yang

seringkali menjadi tidak taat terhadap pengobatan selanjutnya (pengobatan

berlangsung secara lama).

2. Regimen terapi

a. Terapi multi obat, makin banyak jenis dan jumlah obat yang digunakan

pasien, maka semakin tinggi risiko ketidakpatuhan.

Page 29: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

11

b. Frekuensi pemberian dan durasi obat, pemberian obat pada jangka waktu

yang sering dan lama (seperti pada penyakit kronis), membuat ketidakpatuhan lebih

mungkin terjadi.

c. Efek merugikan dan rasa obat, adanya efek samping yang dirasakan membuat

pasien merasa lebih buruk daripada sebelum terapi, sehingga akan menghentikan

pengobatan. Rasa obat yang tidak enak juga mendorong ketidakpatuhan terutama

pada pasien pediatrik.

d. Pasien asimtomatik (tidak ada gejala) atau gejala sudah reda, pada pasien

yang tidak menunjukkan gejala sebelumnya akan sulit untuk menyakinkan mengenai

nilai terapi dari suatu obat karena pasien tidak merasakan perbedaan setelah terapi

sehingga pasien akan menghentikan pengobatannya. Selain itu, beberapa pasien

setelah merasa lebih baik maka akan menghentikan pengobatannya.

e. Harga obat, harga obat yang mahal juga dapat mempengaruhi ketidakpatuhan

(tidak menebus resepnya).

3. Interaksi pasien dengan professional kesehatan, pasien cenderung lebih mematuhi

instruksi seorang dokter yang mereka kenal betul dan dihormati, serta dari siapa saja

mereka memperoleh informasi dan kepastian tentang kesakitan dan obat-obat mereka

(Hussar, 2005).

Ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ketaatan penggunaan

obat, yaitu: metode langsung maupun tidak langsung. Metode langsung (direct

methods) yaitu : (1) observasi terapi secara langsung; (2) mengukur kadar obat atau

metabolit dalam darah; (3) mengukur penanda biologi dalam darah. Sedangkan

metode tidak langsung yaitu : (1) daftar pertanyaan kepada pasien atau laporan

Page 30: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

12

pribadi pasien; (2) penghitungan pil; (3) penilaian terhadap respon klinis pasien; (4)

monitor pengobatan secara elektronik; (5) mengukur penanda psikologis (contohnya

kecepatan jantung pada pasien yang menggunakan beta-blockers); (6) diary pasien

(Osterberg & Blaschke, 2005).

D. Anatomi Sistem Pernafasan

Pernafasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang

diperlukan untuk mengubah sumber energi menjadi energi dan membuang CO2

sebagai sisa metabolisme. Sistem pernafasan dibagi menjadi dua yaitu sistem

pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah (Martini & Timmons, 1997).

1. Sistem pernafasan bagian atas terdiri atas :

a. Hidung dan rongga hidung

Di dalam rongga hidung terdapat rambut yang berfungsi untuk

menangkap partikel/benda asing yang besar dan untuk menyaring udara. Udara juga

dihangatkan dan disesuaikan kelembabannya sewaktu bergerak melalui cavum

nasalis.

b. Faring

Merupakan organ yang digunakan bersama oleh sistem pencernaan dan

pernafasan. Faring dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

1) Nasofaring : terletak pada faring bagian atas, dilapisi epithelium yang

khas, serta terdapat faringeal tonsil (adenoid) dibagian belakang dinding nasofaring.

2) Orofaring (merupakan awal refleks menelan, dengan menimbulkan dua

perubahan, makanan terdorong masuk ke saluran pencernaan (esofagus) dan secara

simultan katup menutup laring untuk mencegah makanan masuk ke dalam saluran

pernapasan).

Page 31: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

13

3) Laringofaring : terletak pada faring bagian bawah, dindingnya dilapisi

oleh epithelium squamous terstratifikasi yang dapat menahan abrasi mekanikal,

serangan kimia, dan invasi patogenik (Martini & Timmons, 1997).

2. Sistem pernafasan bagian bawah terdiri atas :

a. Laring

Laring menghubungkan trakhea dengan faring. Terdiri atas sistem

kartilago dan otot yang rumit, yang memungkinkan udara masuk ke dalam trakhea,

dengan epiglottis yang mencegah jalannya makanan masuk ke dalam paru, dan juga

memproduksi suara untuk berbicara (Underwood, 2000).

b. Trakhea

Merupakan pipa elastis yang mempunyai panjang sekitar 10 cm dengan

penampang sebesar pangkal jari telunjuk. Didalamnya terdapat pseudostratified

ciliated columnar epithelium yang memiliki sel goblet yang mensekresikan mukus

serta cilia yang memicu terjadinya refleks batuk/bersin. Trakhea mengalami

percabangan menjadi bronkhus kiri dan kanan (Basthmajian & Slonecker, 1995).

c. Paru-paru

Paru-paru kanan dan kiri merupakan jaringan elastik yang bekerja seperti

bunga karang dan teraba seperti karet spons. Paru kanan dibagi atas tiga lobus,

sedangkan paru kiri dibagi atas dua lobus. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru

mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas

untuk tempat permukaan/pertukaran gas (Basthmajian & Slonecker, 1995).

Page 32: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

14

d. Bronkhus

Bentuknya sama seperti trakhea, memiliki cabang-cabang yang kembali

bercabang dan bercabang lagi seperti pohon. Diameter bronkhus berkurang hingga

1,0 mm yang disebut bronkhiolus. Bronkhiolus- bronkhiolus terminal bercabang lagi

menjadi sejumlah 2 sampai 11 duktus alveolar yang berakhir pada kantong-kantong

udara yang melebar, yaitu sakus-sakus alveolar yang di dalamnya terdapat anyaman

rapat pembuluh kapiler untuk pertukaran O2 dan CO2 (Basthmajian & Slonecker,

1995).

Gambar 1. Anatomi Saluran pernafasan (Anonim, 2009b)

E. Gangguan Saluran Pernafasan

Menurut Price & Wilson (2006), penyakit atau gangguan saluran pernafasan

diklasifikasikan berdasarkan disfungsi ventilasi yaitu gangguan ventilasi obstruktif

dan gangguan ventilasi restriktif. Klasifikasi ini dipilih karena uji spirometri dan

fungsi ventilasi lain dilakukan hampir secara rutin dan sebagian besar penyakit

pernafasan memerlukan ventilasi.

Page 33: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

15

1. Gangguan ventilasi obstruktif (penyakit paru obstruktif kronik)

Penyakit paru obstruktif kronik (COPD) merupakan suatu istilah yang

digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh

peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologis

utamanya. Penyakit yang termasuk COPD adalah bronkhitis kronik, emfisema paru

dan asma bronkhial.

Emfisema paru merupakan suatu perubahan anatomi parenkim paru yang

ditandai oleh pembesaran alveolus dan duktus alveolaris yang tidak normal, serta

desktruksi dinding alveolar.

2. Gangguan ventilasi restriktif (penyakit pernafasan restriktif)

Gangguan ventilasi restriktif ditandai dengan peningkatan kekakuan paru,

toraks atau keduanya, akibat penurunan semua volume paru, termasuk kapasitas

vital. Kerja pernafasan meningkat untuk mengatasi daya elastik alat pernafasan,

sehingga nafas menjadi cepat dan dangkal. Akibat fisiologis ventilasi yang terbatas

ini adalah hipoventilasi alveolar dan ketidakmampuan mempertahankan tekanan gas

darah normal. Yang termasuk dalam gangguan ventilasi restriktif adalah gangguan

ekstrapulmonal, termasuk gangguan neurologik, neuromuskular, dan gangguan pada

rangka toraks dan penyakit-panyakit yang menyerang pleura dan parenkim paru.

F. Asthma (Asma)

1. Definisi

Asma adalah gangguan saluran napas yang berupa inflamasi kronis akibat

pengaruh sel-sel, seperti sel mast, eosinofil dan limfosit T. Pada orang-orang yang

rentan, proses inflamasi ini dapat menimbulkan gejala wheezing (nafas berbunyi atau

Page 34: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

16

mengi), sesak napas, nyeri dada dan batuk terutama pada malam dan pagi hari.

Gejala-gejala ini biasanya dapat meluas, akan tetapi serangan dapat kembali secara

sendirinya atau dengan pengobatan (Kelly & Sorkness, 2005).

2. Epidemiologi

Asma bronkhial merupakan penyakit umum yang dapat diderita oleh anak

maupun dewasa. Di Amerika Serikat, asma merupakan penyakit kronis yang banyak

terjadi pada 5 juta anak-anak. Dalam kurun lebih dari 20 tahun, prevalensi asma pada

anak meningkat 232 % atau meningkat 113% daripada kondisi kronis lainnya yang

biasa diderita anak-anak. Pada anak yang lebih muda (umur 0-10 tahun), resiko

terjadinya asma lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan,

dan menjadi sama hingga masa pubertas, serta lebih banyak terjadi pada wanita

daripada pria (Kelly & Sorkness, 2005).

3. Etiologi

Asma merupakan bagian dari sindrom hereditas yang kompleks, yang

membutuhkan interaksi gen-lingkungan untuk menghasilkan ekspresi fenotip. Tiga

puluh lima hingga tujuh puluh persen pasien yang rentan terhadap asma disebabkan

oleh faktor genetik. Faktor resiko dari lingkungan yang dapat menyebabkan asma

yaitu status sosial-ekonomi, ukuran keluarga, pemaparan asap tembakau secara tidak

langsung pada masa pertumbuhan dan dalam kandungan, pemaparan alergen,

urbanisasi. Infeksi saluran perafasan oleh virus tetap merupakan salah satu

presipitant yang signifikan menimbulkan asma kronis pada anak dan trigger penting

pada orang dewasa. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan terjadinya asma adalah

polusi udara, sinusitis, obat, dan pengawet makanan (Kelly & Sorkness, 2005).

Page 35: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

17

4. Patofisiologi

Asma terjadi akibat inflamasi yang diperantarai oleh sel mast, eosinofil, sel

limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel akibat adanya alergen yang masuk ke

dalam saluran pernafasan. Kelainan patologi yang terjadi adalah obstruksi saluran

napas, hiperesponsivitas saluran napas, kontraksi otot polos bronkhus, hiperesekresi

mukus, keterbatasan aliran udara yang ireversibel, eksaserbasi, asma malam dan

analisis gas darah (Kelly & Sorkness, 2005).

5. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik asma kronis adalah dispnea episodik, wheezing (mengi),

batuk (terutama pada malam hari), dada sesak, atau whistling sound (bersuara siul)

saat bernafas. Sedangkan untuk asma akut adalah wheezing ketika ekspirasi dan

inspirasi, batuk kering, tachypnea, tachycardia, muka pucat atau sianosis (kulit

membiru), dan hiperinflasi dada (Kelly & Sorkness, 2008).

6. Strategi Terapi

a. Terapi non farmakologi

1) Memberikan edukasi dan mengajarkan keterampilan bagaimana cara

untuk melakukan penanganan sendiri ketika terjadi serangan asma.

2) Menghindari agen penyebab alergi yang dapat menimbulkan gejala,

mengurangi penggunaan obat, dan menurunkan BHR (bronchial

hyperresponsiveness).

3) Pada pasien dengan asma akut yang berat, dapat diberikan terapi oksigen

untuk memelihara saturasi oksigen arteri diatas 90% (Kelly & Sorkness, 2008).

Page 36: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

18

b. Terapi farmakologi

1) β2

agonis : β2

agonis merupakan bronkodilator yang paling efektif.

Stimulasi pada reseptor β2

adrenergic menyebabkan aktivasi adenyl siklase, yang

akan memproduksi siklik adenosine monofosfat intraseluler dalam jumlah besar. Hal

ini menyebabkan relaksasi otot polos, stabilitasi membran sel mast, dan stimulasi

otot skelet. Contohnya albuterol, salbutamol, formoterol, terbutaline.

2) Kortikosteroid : mekanisme kerjanya dengan meningkatkan jumlah

reseptor β2

adrenergic dan memperbaiki kemampuan stimulasi reseptor β2

adrenergic, yang akan mengurangi produksi dan hipersekresi mukus, mengurangi

BHR, dan mengurangi edema jalan nafas dan eksudasi. Contohnya adalah

budesonida, flutikason, beklometason.

3) Derivat xantin (metilxantin) : contohnya teofilin bekerja dengan

menghasilkan bronkodilator dengan cara menghambat fosfodiesterase, yang akan

menghasilkan antiinflamasi dan aktivitas selain bronkodilator yang dilanjutkan

dengan mengurangi pelepasan mediator sel mast, mengurangi pelepasan eosinofil

basis protein, mengurangi profilasi T-limfosit, mengurangi pelepasan sel T-sitokin

dan mengurangi eksudasi plasma. Metilxantin tidak efektif jika diberikan secara

aerosol dan harus diberikan secara sistemik.

4) Antikolinergik : contohnya ipratropium bromide dan tlotropium bromide

yang merupakan inhibitor kompetitif dari reseptor muskarinik, yang hanya

menghasilkan bronkodilator pada bronkokontriksi kolinergik menengah.

Page 37: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

19

Antikolinergik efektif sebagai bronkodilator tetapi tidak sepoten β2

agonis karena

obat golongan antikolinergik hanya melemahkan, tetapi tidak memblok.

5) Stabilizer sel mast : contohnya kromolyn sodium dan nedokromil sodium

yang memiliki efek yang dipercaya dapat menstabilkan membran sel mast. Obat

golongan ini, menghambat respon serangan alergen seperti EIB (exercise-induced

bronchospasm), tetapi tidak menyebabkan bronkodilatasi. Agen ini efektif hanya jika

diberikan secara inhalasi dan cocok dalam bentuk MDI (Metered Dose Inhalers),

kromolin juga dapat diberikan dalam bentuk solusio nebulizer. Kedua obat ini tidak

toksik, namun dapat menyebabkan batuk dan wheezing setelah pemberian secara

inhalasi, dan pemberian nedokromil memberikan rasa yang tidak enak dan sakit

kepala.

6) Modifikasi leukotrien : contohnya adalah zafirlukast dan montelukast

yang merupakan antagonis reseptor leukotrien, yang dapat mengurangi proinflamasi

(meningkatkan permeabilitas mikrovaskuler dan edema jalan nafas), dan efek

bronkhokonstriksi yang dihasilkan leukotrien D4.

7) Omalizumab : merupakan anti-antibodi IgE yang diakui untuk

pengobatan asma alergi, namun kontrolnya tidak sebaik oral atau inhalasi

kortikosteroid. Karena harganya yang mahal, maka pengobatan dengan omalizumab

hanya diindikasikan pada pengobatan step 5 atau 6 untuk pasien yang memiliki alergi

dan asma persisten berat yang kontrolnya inadekuat dengan kombinasi inhalasi

kortikosteroid dosis tinggi dan β2

agonis aksi panjang (Kelly & Sorkness, 2008).

Page 38: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

20

G. Bronchitis (Bronkhitis)

1. Definisi

Bronkhitis merupakan kondisi inflamasi pada elemen yang kecil maupun

yang luas pada batang tracheobronkial. Proses infamasi yang terjadi tidak mencapai

alveoli. Bronkhitis dapat dibagi menjadi bronkhitis akut dan kronis. Bronkhitis akut

dapat terjadi pada semua umur, sedangkan bronkhitis kronis biasanya hanya muncul

pada dewasa (Kelly & Sorkness, 2005).

2. Epidemologi

Bronkhitis kronis merupakan penyakit nonspesifik yang sering diderita

oleh orang dewasa. Antara 10% - 25% populasi orang dewasa yang berumur 40

tahun atau lebih menderita bronkhitis kronis. Sama dengan bronkhitis akut,

bronkhitis kronis banyak terjadi pada musim dingin, iklim lembab, tingkat polusi

yang tinggi. Bronkhitis kronis lebih banyak diderita oleh pria dibandingkan wanita

(Kelly & Sorkness, 2005).

3. Etiologi

Bronkhitis akut dapat disebabkan oleh virus, dan bakteri seperti

mycoplasma pneumoniae. Bronkhitis kronis dapat terjadi karena berbagai faktor,

misalnya merokok, pemejanan debu atau bahan yang berbahaya, asap, dan berbagai

polutan serta infeksi bakteri maupun virus. Berbagai faktor tadi baik secara tunggal

ataupun kombinasi dapat menyebabkan bronkitis kronis, namun mekanismenya tidak

diketahui. Asap rokok dapat mengiritasi saluran napas dan dipercaya sebagai faktor

predominan bronkitis kronis (Kelly & Sorkness, 2005).

Page 39: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

21

4. Patofisiologi

Pada bronkhitis kronis, dinding bronkhus menjadi tebal dan terjadi sekresi

mukus secara berlebihan oleh sel goblet di permukaan epitelium pada bronkhus yang

besar dan kecil akibat adanya iritasi bahan berbahaya. Secara normal, sel goblet tidak

muncul pada bronkus yang kecil. Akibat peningkatan jumlah sel goblet tersebut,

menyebabkan terjadinya hipertropi dari kelenjar mukus dan dilatasi dari kelenjar

duktus mukus. Bronkhitis kronis terjadi akibat banyaknya mukus pada saluran napas

sehingga mengganggu kerja paru secara normal, serta terjadi metaplasia sel

skuamosa pada permukaan epitel, edema dan peningkatan vaskularitas dari membran

saluran napas dan inflamasi kronis pada sel infiltrasi. Hasil akhir dari semua proses

ini adalah obstruksi dan kelemahan dinding bronkus (Kelly & Sorkness, 2005).

Bronkhitis akut terjadi akibat infeksi pada trakhea dan bronkhi yang

menyebabkan hiperemik dan edema membran mukus dengan peningkatan sekresi

bronkhial. Peningkatan sekresi mukus menyebabkan bronkhial menjadi tebal dan

kuat, yang dapat menggangu aktifitas mukosiliari. Hal ini dapat menyebabkan

kerusakan jalan nafas yang permanent (Kelly & Sorkness, 2005).

5. Manifestasi Klinik

Bronkhitis akut biasanya dimulai dengan infeksi saluran pernafasan atas

dengan keluhan tidak spesifik, batuk produktif dengan dahak yang dihasilkan oleh

mukopurulent. Penanda bronkhitis kronis yaitu batuk produktif ringan hingga berat.

Biasanya batuk dan produksi dahak akan meningkat pada pagi hari. Warna sputum

bervariasi mulai dari putih hingga kuning kehijauan. Pada tahap bronkitis kronis

Page 40: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

22

yang progresif, ditemukan cor pulmonale, hepatomegali, edema pada anggota gerak

bagian bawah (Kelly & Sorkness, 2005).

6. Strategi Terapi

a. Terapi non farmakologi

1) Mengindarkan pasien dari bahan-bahan yang dapat mengiritasi, seperti

asap rokok.

2) Minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi dan menurunkan

kekentalan dahak.

b. Terapi farmakologi

Analgesik-antipiretik dosis rendah (aspirin, acetaminophen atau

ibuprofen) sering membantu dalam meredakan gejala lethargy, malaise, dan demam.

Pada anak-anak, penggunaan aspirin harus dihindari karena adanya hubungan antara

penggunaan aspirin dengan pengembangan Reye’s syndrome. Penggunaan Ibuprofen

pada bayi < 3 bulan dan pasien geriartri yang memiliki gangguan fungsi ginjal perlu

diperhatikan. Pada kasus yang parah, batuk yang terjadi terus menerus dapat

mengganggu tidur sehingga dapat digunakan obat sedatif-hipnotis dosis rendah yang

dapat digunakan bersama obat pereda batuk yang lain. Namun penggunaan antitussif

harus hati-hati ketika batuk produktif. Dextromethorfan dapat digunakan untuk batuk

ringan, dan batuk berkepanjangan, namun untuk batuk yang berat dapat digunakan

kodein (Kelly & Sorkness, 2005).

Pasien yang pernapasannya terbatas dapat diberikan bronkodilator

misalnya salbutamol inhalasi dengan dosis 3-4 kali sehari 1-2 semprot, jika produksi

Page 41: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

23

dahaknya berlebih dan sulit untuk dikeluarkan dapat digunakan agen mukolitik

misalnya N-asetil sistein (Kelly & Sorkness, 2005).

H. Cough (Batuk)

1. Definisi

Cough (batuk) adalah reflex pertahanan sistem pernafasan yang penting, yang

secara signifikan berpotensi merugikan fisik, dan psikologi dan berpengaruh secara

ekonomi (Tietze, 2006). Batuk merupakan gejala umum penyakit pernafasan, yang

disebabkan oleh stimulasi reflex batuk oleh benda asing yang masuk ke dalam laring

dan akumulasi sekret pada saluran nafas bawah. Ada jenis batuk kering (tanpa

sputum) yang terjadi khas pada penyakit paru interstisial atau hanya menghasilkan

sputum pada proses yang menyerang jalan nafas dan alveolus (Taylor &

Chandrasoma, 1994).

2. Epidemologi

Batuk merupakan gejala yang banyak di derita pasien yang datang ke Rumah

Sakit. Kira-kira satu dari lima pasien yang datang ke dokter, instalasi rawat jalan, dan

instalasi gawat darurat (emergency) menderita penyakit batuk (infeksi saluran

pernafasan atas akut, rhinitis alergi, rhinitis kronis, asma, bronkhitis kronis). Sejak

banyak pasien mulai mengobati sendiri batuk yang diderita, maka insidensi

terjadinya batuk semakin tinggi (Tietze, 2006).

3. Etiologi

Berdasarkan durasi terjadinya, batuk diklasifikasikan menjadi akut (dengan

durasi kurang dari 3 minggu), subakut (dengan durasi 3-8 minggu) dan kronis

(dengan durasi lebih dari 8 minggu) dengan bermacam-macam gejala baik infeksius

Page 42: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

24

maupun noninfeksius. Batuk akut biasanya lebih disebabkan oleh virus yang

menginfeksi saluran pernafasan atas. Batuk subakut penyebabnya karena infeksi,

bakteri sinusitis dan asma. Sedangkan penyebab dari batuk kronis pada orang dewasa

yang tidak merokok adalah Postnasal Drip Syndrome (PNDS), asma, dan

Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) (Tietze, 2006).

4. Patofisiologi

Reseptor terletak di sepanjang saluran pernafasan yang akan merespon

rangsangan bahan kimia dan mekanik (iritan) dan inflamasi serta mediator

imunologik. Batuk disebabkan oleh iritasi reseptor yang terletak pada mukosa jalan

nafas. Ketika diaktivasi, reseptor batuk akan meneruskan impuls ke brainstem reflex

pathway, voluntary cerebral cortex pathway atau keduanya. Batuk dimulai dengan

inspirasi yang dalam, diikuti penutupan glottis dan kontraksi yang kuat dari dinding

dada, dinding perut dan otot diafragma yang berlawanan dengan penutupan glottis.

Ketika glottis terbuka, lendir, sel debris dan material asing akan didorong keluar dari

sistem pernafasan (Tietze, 2006).

5. Manifestasi Klinik

Batuk produktif (chesty cough atau batuk berdahak) mengeluarkan sekret

(lendir) dari saluran pernafasan bawah yang jika ditahan dapat menggangu ventilasi

dan kemampuan paru untuk melawan infeksi. Sekret dapat berbentuk encer

(bronkhitis), bernanah (infeksi bakteri), berwarna kuning (penyakit inflamasi), atau

berbau tidak sedap (infeksi bakteri anaerob). Sedangkan batuk tidak produktif

(hacking cough atau batuk kering) tidak bermanfaat secara psikologi (Tietze, 2006).

Page 43: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

25

6. Strategi Terapi

a. Terapi non farmakologi

1) Mengkonsumsi lozenges non-obat untuk mengurangi iritasi tenggorokan

dan mengurangi batuk.

2) Humidifiers meningkatkan jumlah moisture udara yang dihirup, yang

dapat menyejukkan saluran nafas yang teriritasi (Tietze, 2006).

b. Terapi farmakologi

1) Antitusif

Digunakan untuk mengobati batuk tidak produktif yang disebabkan

bahan kimia atau mekanik yang mengiritasi saluran pernafasan. Obat golongan ini

bekerja secara sentral pada medulla dan akan meningkatkan ambang batuk.

Contohnya yaitu kodein, dextromethorfan dan difenhidramin. Kodein merupakan

turunan dari morfine, sedangkan dextromethorfan merupakan non opioid tanpa efek

sedatif, analgesik, depressant saluran nafas maupun ketergantungan. Difenhidramin

(bukan antitusif baris pertama) adalah antihistamin non-selektif yang memiliki efek

sedatif dan antikolinergik (Tietze, 2006).

2) Protussif (ekspektoran)

Mekanisme kerjanya yaitu dengan melonggarkan dan mengencerkan

sekret dari saluran pernafasan bagian bawah, meminimalkan produktifitas batuk

produktif. Contohnya guaifenesin (gliseril guaiakolat), ambroksol, bromheksin

(Tietze, 2006).

Page 44: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

26

3) Antitusif topikal

Walaupun mekanisme kerjanya tidak dapat dijelaskan, inhalasi vapors

dari cream atau ointment topikal, inhalasi uap, patches topikal atau oral lozenges

akan menstimulasi sensor saraf di dalam hidung dan mukosa, menghasilkan sensasi

anestesi lokal dan memperbaiki jalan nafas. Akan tetapi bukti objektif mengenai efek

klinis masih sedikit (Tietze, 2006).

I. Landasan Teori

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta

interaksi dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan

tindakan. Dalam hal penggunaan obat, faktor lingkungan yang berperan adalah

komunikasi, informasi dan edukasi mengenai obat yang diberikan oleh tenaga

kesehatan. Penggunaan obat oleh pasien bergantung dari informasi yang diperoleh,

terkadang pasien tidak menggunakan obat secara tepat karena kurangnya informasi

maupun referensi tertulis dari tenaga kesehatan. Dan perilaku pasien dalam

penggunaan obat akan menentukan keberhasilan dari suatu terapi.

Farmasis merupakan tenaga kesehatan yang bertanggung jawab memberikan

informasi obat kepada pasien. Sesuai dengan tujuan yaitu patient oriented,

pemberian informasi oleh farmasis dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu

informasi verbal, demonstrasi dengan alat visual, multimedia, maupun dengan form

kepatuhan. Pemberian informasi secara verbal saja, tidak menjamin pasien

memahami obat yang digunakan dengan benar, sehingga dibutuhkan suatu kombinasi

menggunakan alat bantu sederhana yang dapat membantu meningkatkan ketaatan

pasien dalam mengkonsumsi obat.

Page 45: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

27

Obat-obat yang membutuhkan ketaatan dalam penggunaannya adalah obat

yang biasa digunakan untuk pengobatan penyakit kronis (membutuhkan pengobatan

yang lama). Dan contohnya adalah obat golongan saluran pernafasan seperti obat

untuk penyakit Asma, Bronkhitis, dan Tubercoulosis. Prevalensi ketiga penyakit

tersebut semakin hari semakin meningkat, sehingga pasien dengan tiga penyakit

tersebut diharapkan selalu taat dalam mengkonsumsi obat agar penyakit pasien tidak

semakin parah, terjadi resistansi obat dan pada akhirnya dapat meningkatkan biaya

pengobatan bahkan kematian pasien.

Pemberian informasi disertai alat bantu ketaatan dan form kepatuhan

diharapkan dapat lebih mempermudah pemberian informasi dan meningkatkan

pemahaman pasien tentang penggunaan obat yang tepat. Sehingga dapat mengurangi

kemungkinan ketidaktaatan dalam penggunakan obat, meminimalkan terjadinya

Drug Therapy Problems (DTP), serta meningkatkan kualitas hidup pasien.

J. Hipotesis

Terdapat perbedaan ketaatan dan dampak terapi yang dirasakan antara pasien

yang diberi informasi versus pasien yang diberi informasi plus alat bantu ketaatan.

Page 46: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai Evaluasi Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini

Yogyakarta Antara Pasien Yang Diberi Informasi versus Informasi Plus Alat Bantu

Ketaatan Serta Dampak Terapinya Periode Juni-Juli 2009 (Kajian Terhadap

Penggunaan Obat Sistem Saluran Pernafasan) merupakan eksperimental semu

dengan rancangan penelitian analitik pola searah. Penelitian eksperimental semu

(kuasi) merupakan suatu penelitian yang observasinya dilakukan terhadap efek dari

manipulasi peneliti terhadap satu atau sejumlah ciri (variabel) subyek penelitian,

dimana kontrol terhadap variabel-variabel luar yang berpengaruh terhadap

eksperimen tidak dilakukan sehingga respon yang dihasilkan tidak sepenuhnya oleh

pengaruh perlakuan. Hal ini dapat terjadi karena eksperimen ini banyak dilakukan di

masyarakat (Pratiknya, 1986).

Desain ini tidak memiliki pembatasan yang ketat terhadap randomisasi, dan

pada saat yang sama dapat mengontrol ancaman-ancaman validitas. Penelitian kuasi

eksperimental belum atau tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen yang

sebenarnya, sehingga validitas penelitian ini menjadi kurang cukup untuk disebut

sebagai eksperimental sebenarnya (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan setting tempat, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (di

komunitas), sedangkan berdasarkan bidang ilmu, penelitian ini merupakan penelitian

klinis komunitas, dan terkait dengan mata kuliah Farmasi Klinis, Farmasi Sosial,

Farmakoterapi, serta Komunikasi dan Konseling. Metode pengumpulan data yang

Page 47: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

29

digunakan yaitu dengan pemberian perlakukan dengan alat bantu/alat ketaatan

dibandingkan dengan kontrol, dan observasi pasien dilakukan dengan mengunjungi

pasien dirumah (home visit) serta wawancara dengan pasien.

B. Variabel dan Definisi operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian tambahan alat bantu

ketaatan (pil dispencer).

b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah ketaatan pasien dalam

mengkonsumsi obat.

2. Definisi Operasional

a. Ketaatan penggunaan obat yang dimaksud disini adalah ketaatan khusus

untuk obat dengan bentuk sediaan oral padat. Evaluasi ketaatan penggunaan obat

dilihat berdasarkan jumlah obat yang digunakan, jumlah keseluruhan obat yang

diterima, serta aturan pakai yang dibandingkan antara kelompok perlakuan dan

kontrol. Pasien yang memiliki persentase ketaatan 100% dikategorikan taat,

sedangkan pasien dengan persentase ketaatan < 100% dikategorikan tidak taat.

b. Penentuan obat yang masuk ke dalam golongan saluran pernafasan, dilakukan

berdasarkan diagnosis penyakit saluran pernafasan yang dilakukan oleh dokter dan

berdasarkan jenis obat yang tertulis di dalam resep yang masuk ke dalam obat

golongan saluran pernafasan. Obat yang digunakan pasien merupakan obat yang

dikonsumsi rutin (bukan obat yang diminum jika perlu/sakit).

c. Alat bantu ketaatan berupa kotak obat yang dirancang sedemikian rupa, untuk

mempermudah pasien setiap kali mengkonsumsi obat, dan dilengkapi dengan tabel

Page 48: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

30

ketaatan yang dicentang setiap pasien meminum obat agar pasien menjadi lebih taat

dalam mengkonsumsi obat yang diterima.

d. Kelompok perlakuan ialah kelompok pasien yang setuju mengikuti penelitian

ini (telah mengisi inform consent) dan diberi alat bantu ketaatan yang dirancang

sedemikian rupa, selanjutnya peneliti akan melakukan home visit ke rumah pasien

minimal dua kali.

e. Kelompok kontrol ialah kelompok pasien yang setuju mengikuti penelitian ini

(telah mengisi inform consent), namun tidak diberi alat bantu ketaatan. Kemudian

peneliti akan melakukan home visit ke rumah pasien satu kali saat obat habis dan

digunakan sebagai pembanding kelompok perlakuan.

f. Profil pasien meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan diagnosis

utama.

g. Profil obat meliputi jumlah keseluruhan obat yang diterima; jumlah obat

saluran pernafasan yang diterima (dilihat berdasarkan jumlah bentuk sediaannya),

obat golongan saluran pernafasan yang diterima, golongan obat selain obat saluran

pernafasan yang diterima, serta bentuk sediaan obat saluran pernafasan yang

diterima.

h. Dampak terapi (outcome) dalam penelitian ini dievaluasi berdasarkan ada

tidaknya kekambuhan penyakit pasien serta kondisi pasien pada masa observasi

menggunakan obat (membaik atau sembuh jika gejala dan keluhan pasien telah

berkurang/hilang, atau pasien tidak merasakan perubahan kondisi).

Page 49: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

31

i. Evaluasi peresepan obat meliputi ada atau tidaknya 1) dossage too high (dosis

terlalu tinggi), 2) dossage too low (dosis terlalu rendah), 3) adverse drug reaction

(ADR), 4) interaksi obat dan 5) non-compliance.

j. Home visit adalah pengamatan ketaatan penggunaan obat dan kondisi pasien

di rumah pasien tanpa melakukan intervensi.

k. Periode Juni-Juli 2009 yang dimaksud pada penelitian ini yaitu tanggal 8 Juni

2009 – 28 Juli 2009.

C. Subyek penelitian

Subyek penelitian meliputi pasien dewasa (berumur minimal 17 tahun)

menjalani rawat jalan di Panti Rini Yogyakarta. Kriteria inklusi subyek adalah pasien

rawat jalan di RS Panti Rini periode Juni-Juli 2009; menerima salah satu atau lebih

golongan obat saluran pernafasan, mendapatkan obat dengan bentuk sediaan oral

padat; menggunakan obat yang memerlukan ketaatan atau aturan pakai berdurasi

lama (30 hari) atau penggunaan terus-menerus untuk mencapai tingkat keberhasilan

terapi; bersedia bekerja sama berdasarkan persetujuan dengan informed-consent.

Kriteria eksklusi adalah pasien yang telah mengikuti program edukasi atau mendapat

informasi serta pasien yang tidak dapat dimonitor sisa obat dan kondisinya (pasien

tidak dapat dikunjungi disebabkan oleh sesuatu hal).

Penelitian ini merupakan sub judul dari Penelitian Payung yang terdiri dari 6

kajian golongan obat dan 2 penelitian sosial, sehingga jumlah keseluruhan pasien

yang didapatkan sebanyak 198 pasien. Namun selama penelitian terdapat beberapa

pasien yang mengalami eksklusi seperti pasien sedang pergi ke luar kota dalam

waktu yang lama sehingga tidak dapat dilakukan monitoring kondisi dan jumlah sisa

Page 50: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

32

obat pasien, pasien masuk RS (menjalani rawat inap), meninggal dunia dan lain-lain.

Oleh sebab itu jumlah pasien yang mengikuti penelitian ini berjumlah 156 yang

terdiri atas 78 pasien kontrol dan 78 pasien perlakuan. Untuk kajian golongan obat

saluran pernafasan sendiri pada awalnya berjumlah 47 pasien, kemudian 2 orang

pasien tereksklusi karena sebab-sebab diatas. Sebanyak tiga orang pasien dari 45

pasien yang tersisa, hanya mendapatkan obat dengan bentuk sediaan oral cair dan

inhalasi saja sehingga pasien tersebut tereksklusi. Oleh karenanya, jumlah pasien

menjadi 42 orang yaitu 21 pasien kontrol dan 21 pasien perlakuan.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar catatan medik pasien rawat

jalan atau pulang rawat inap yang menerima obat golongan saluran pernafasan yang

dilayani oleh farmasi klinis Rumah Sakit Panti Rini periode Juni-Juli 2009 yang

ditulis oleh dokter, perawat, dan apoteker mengenai data klinis pasien. Hasil home

visit pasien berupa hasil wawancara terstruktur yang dilakukan minimal dua kali

untuk perlakuan dan sekali untuk kontrol, digunakan untuk membantu

menggambarkan ketaataan pasien dalam menggunakan obat serta dampak terapinya.

E. Instrumen Penelitian

1. Alat sederhana yang dirancang untuk membantu ketaatan penggunaan obat

pasien berupa pil dispenser dan tabel ketaatan.

2. Form pemantauan pasien dan penggunaan obat pasien.

3. Panduan wawancara terstruktur kepada pasien.

Page 51: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

33

Gambar 2. Alat Bantu Ketaatan Minum Obat (pil dispencer)

F. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Instalasi Farmasi dan di ruang tunggu pasien RS

Panti Rini, kemudian dilanjutkan di rumah pasien untuk pemantauan (home visit).

G. Tata Cara Pengumpulan Data

1. Analisis Situasi

a. Analisis situasi meliputi diskusi dengan pihak manajemen RS Panti Rini

mengenai ketidaktaatan pasien yang sering muncul dan studi pustaka serta menyusun

teknis pelaksanaan dengan unit Farmasi.

b. Penetapan subyek penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi

penelitian. Penentuan subyek penelitian berdasarkan kriteria inklusi/eksklusi secara

prospektif selama 2-3 bulan (Juni-Juli 2009) untuk memenuhi kuota penelitian.

2. Pembuatan Alat Bantu Ketaatan

a. Perancangan alat bantu ketaatan berdasarkan studi pustaka dan wawancara

dengan beberapa ahli. Alat bantu yang dirancang adalah pil dispencer, berupa kotak

bersekat. Kotak dibagi menjadi 21 bagian agar dapat digunakan untuk pengobatan

sebanyak 3 kali sehari selama 7 hari. Alat ini dilengkapi dengan tabel ketaatan

bergambar ayam berkokok (pagi hari), matahari (siang hari) dan bulan (malam hari)

yang harus diberi tanda (√) setelah pasien minum obat.

Page 52: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

34

b. Sebelum digunakan, alat bantu diuji cobakan pada beberapa orang yang

memiliki beberapa kriteria menyerupai subyek uji.

3. Pembuatan Wawancara Terstruktur

Pembuatan wawancara terstruktur berisi pertanyaan dengan bahasa

sederhana, pertanyaan digunakan untuk mengetahui kondisi pasien setelah menjalani

terapi, ada atau tidaknya kekambuhan/serangan asma (khusus pasien asma), serta

untuk mengetahui apakah pasien meminum obat sesuai dengan aturan pakai yang

diberikan.

4. Pengumpulan Data

a. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada pasien

dan medical record pasien. Data yang dikumpulkan meliputi identitias, riwayat

penyakit, riwayat keluarga, dan riwayat pengobatan; data medis berupa diagnosis dan

terapi. Bila diperlukan data dapat dikonfirmasi dengan wawancara kepada

pasien/keluarga dan/atau tenaga kesehatan. Teknik (aturan main) yang digunakan

dalam pengambilan subyek uji adalah kuota, dimana pasien yang ditemui pada

minggu pertama digunakan sebagai perlakuan dan pasien yang ditemui minggu

berikutnya sebagai kontrol begitu seterusnya secara bergantian.

b. Pasien yang terpilih sebagai subjek uji, sebelumnya diminta mengisi

informed-consent sebagai tanda persetujuan mengikuti penelitian. Informed-consent

ditanda tangani oleh subjek uji dan saksi (keluarga/kerabat dekat, namun jika tidak

ada saat itu, peneliti bisa menjadi saksi).

c. Pasien yang telah setuju, untuk perlakuan diberi alat bantu ketaatan seperti

kotak tempat obat dan tabel ketaatan lalu peneliti membantu pasien menatakan obat

Page 53: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

35

yang telah diterima kedalam kotak obat dan meminta pasien untuk mencentang tabel

ketaatan setiap selesai minum obat. Sedangkan untuk kontrol tidak diberi alat bantu

cukup informasi verbal mengenai ketaatan penggunaan obat. Ketaatan pasien dapat

dilihat dari jumlah obat yang digunakan (jumlah obat yang tersisa), apakah sesuai

dengan aturan yang seharusnya atau tidak serta ketaatan yang dilihat berdasarkan

jumlah keseluruhan obat yang diterima pasien.

5. Wawancara

Wawancara terstruktur dilakukan terhadap pasien kelompok perlakuan

maupun kontrol pada saat home visit, mengenai kondisi pasien setelah menjalani

terapi, ada atau tidak kekambuhan/serangan asma (khusus pasien asma) selama

menjalani terapi, serta untuk mengetahui apakah pasien meminum obat sesuai

dengan aturan pakai yang diberikan.

6. Tahap Penyelesaian Data

a. Pengolahan data

Semua data yang diperoleh dikumpulkan menjadi satu selanjutnya

dikelompokkan lagi untuk memperoleh data dengan kajian golongan obat saluran

pernafasan. Data tersebut memuat data rekam medis pasien, hasil wawancara pasien

mengenai perkembangan kondisi pasien, obat yang diterima, dosis obat, aturan pakai

dan untuk melihat ketaatan pasien dihitung dari jumlah yang obat yang tersisa, serta

ketaatan menjalankan aturan pakai. Data tersebut dibandingkan antara kelompok

perlakuan dan kontrol.

Page 54: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

36

b. Evaluasi Data

Statistik yang digunakan parametrik atau non parametrik ditentukan oleh

sebaran data. Bila sebaran data normal menggunakan statistik parametrik (uji T) dan

bila sebaran data tidak normal menggunakan statistik non parametrik (Mann

Whitney, Chi Square) (Pratiknya, 1986). Dalam penelitian ini, semua data yang

didapat sebarannya tidak normal sehingga analisisnya menggunakan statistik non

parametrik. Untuk jumlah macam obat yang diterima dianalisis menggunakaan Mann

Whitney karena variabelnya numerik. Sedangkan profil pasien yaitu umur, jenis

kelamin, tingkat pendidikan, diagnosis utama, evaluasi ketaatan berdasarkan jumlah

macam obat yang diterima, ketaatan berdasarkan jumlah obat yang digunakan serta

ketaatan berdasarkan aturan pakai dianalisis menggunakan Chi Square, Fisher’s dan

Kolmogorov karena variabelnya merupakan variabel kategorik.

c. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan ketaatan penggunaan obat pasien yang diberi

informasi dan informasi plus alat bantu yang menggunakan obat golongan saluran

pernafasan berdasarkan uji statistik dengan taraf kepercayaan 90%.

H. Tata Cara Analisis Data

Pembahasan data dibagi menjadi 4 bagian, yaitu pembahasan mengenai profil

pasien, profil obat pasien, evaluasi ketaatan pasien dan dampak terapinya serta

evaluasi peresepan obat yang dibahas secara deskriptif dengan bantuan tabel atau

gambar.

Page 55: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

37

1. Pembahasan profil pasien

a. Persentase usia pasien, perhitungan persentase dengan cara mengelompokkan

pasien berdasarkan umur, kemudian menghitung jumlah pasien pada tiap kelompok

umur dan dibagi dengan jumlah keseluruhan pasien setiap kelompok uji, dan

dikalikan 100%.

b. Persentase jenis kelamin pasien dikelompokkan menjadi pasien dengan jenis

kelamin laki-laki dan perempuan, dihitung dengan cara menghitung jumlah pasien

tiap kelompok jenis kelamin baik kelompok perlakuan maupun kontrol, dibagi

jumlah keseluruhan pasien setiap kelompok uji, kemudian dikalikan 100%

c. Persentase tingkat pendidikan dihitung dengan cara menghitung jumlah

pasien pada tiap tingkat pendidikan baik kelompok perlakuan maupun kelompok

kontrol, dan dibagi jumlah keseluruhan pasien tiap kelompok uji, kemudian dikalikan

100%.

d. Persentase diagnosis utama dihitung dengan cara menghitung jumlah pasien

pada setiap diagnosis baik kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol, kemudian

dibagi dengan jumlah keseluruhan pasien setiap kelompok uji, dan dikalikan 100%.

2. Pembahasan profil obat

Profil obat berdasarkan jumlah obat yang diterima baik keseluruhan

maupun golongan saluran pernafasan saja, golongan obat saluran pernafasan yang

diterima pasien, golongan obat selain obat saluran pernafasan yang diterima pasien

serta bentuk sediaan obat saluran pernafasan yang diterima.

a. Persentase jumlah keseluruhan obat yang diterima dengan mengelompokkan

berdasarkan jumlah obat yang diterima, kemudian dihitung jumlah pasien pada setiap

Page 56: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

38

kelompok, dan dibagi jumlah keseluruhan pasien. Selanjutnya dikalikan 100%, hal

ini dilakukan untuk setiap kelompok uji.

b. Persentase jumlah obat saluran pernafasan yang diterima dengan

mengelompokkan berdasarkan jumlah obat saluran pernafasan yang diterima,

kemudian dihitung jumlah pasien pada setiap kelompok dan dibagi dengan jumlah

keseluruhan pasien. Selanjutnya dikalikan 100%, hal ini dilakukan untuk setiap

kelompok uji.

c. Persentase obat golongan saluran pernafasan dihitung dengan

mengelompokkan berdasarkan golongan obat saluran pernafasan yang diterima,

kemudian dihitung jumlah pasien pada setiap kelompok, dan dibagi jumlah

keseluruhan obat saluran pernafasan yang diterima. Selanjutnya dikalikan 100%, hal

ini dilakukan untuk setiap kelompok uji.

d. Persentase golongan obat selain obat saluran pernafasan dihitung dengan

mengelompokkan berdasarkan golongan obat selain obat saluran pernafasan yang

diterima, kemudian dihitung jumlah pasien pada setiap kelompok, dan dibagi jumlah

keseluruhan obat selain saluran pernafasan yang diterima. Selanjutnya dikalikan

100%, hal ini dilakukan untuk setiap kelompok uji.

e. Persentase bentuk sediaan obat saluran pernafasan dihitung dengan cara

menghitung tiap jenis bentuk sediaan, dibagi jumlah pasien pada setiap kelompok uji,

kemudian dikalikan 100%.

3. Evaluasi ketaatan pasien serta dampak terapi yang dirasakan pasien.

a. Persentase ketaatan berdasarkan jumlah obat yang digunakan dihitung dengan

cara menghitung jumlah obat golongan saluran pernafasan yang digunakan/diminum

Page 57: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

39

pasien, dibagi dengan jumlah total obat saluran pernafasan yang diterima, kemudian

dikalikan 100%. Selanjutnya pasien dikelompokkan menjadi taat dan tidak taat, dan

jumlah pasien tiap kelompok dibagi dengan jumlah subjek uji setiap kelompok

kemudian dikali 1000%. Hal ini dilakukan untuk masing-masing kelompok uji.

b. Persentase ketaatan berdasarkan jumlah keseluruhan obat yang diterima

dikelompokkan menjadi taat dan tidak taat, kemudian dihitung jumlah pasien pada

masing-masing kelompok jumlah obat yang diterima, dibagi dengan jumlah pasien

pada kelompok taat atau tidak taat, kemudian dikalikan 100%. Hal ini dilakukan

pada kedua kelompok uji.

c. Persentase ketaatan berdasarkan aturan pakai dikelompokkan menjadi

kelompok taat dan tidak taat, kemudian dihitung jumlah pasien pada masing-masing

aturan pakai kelompok tersebut, dibagi dengan jumlah pasien yang pada masing-

masing kelompok taat atau tidak taat, selanjutnya dikalikan dengan 100%. Ini

dilakukan pada kedua kelompok uji.

d. Persentase dampak terapi pasien dihitung dengan cara menghitung jumlah

pasien yang merasakan perubahan kondisi menjadi lebih baik/sembuh dan pasien

yang tidak merasakan perubahan kondisi, dibagi dengan jumlah seluruh pasien,

kemudian dikalikan 100%. Hal ini dilakukan untuk masing-masing kelompok uji.

4. Evaluasi peresepan yang diterima pasien

Identifikasi masing-masing permasalahan yang terjadi, kemudian masing-

masing permasalahan yang ditemukan disajikan dalam bentuk persentase, dihitung

dengan cara menghitung jumlah permasalahan yang ditemukan pada setiap kelompok

uji, dibagi jumlah keseluruhan kasus kemudian dikalikan 100%.

Page 58: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

40

I. Kesulitan Penelitian

Selama penelitian terdapat beberapa kesulitan antara lain saat pengambilan

data, beberapa pasien yang tidak bersedia mengikuti penelitian dengan berbagai

alasan. Untuk mengatasi kesulitan ini, peneliti menggunakan bahasa yang menarik

serta pemberian souvenir. Pada saat home visit, kesulitan yang sering ditemui adalah

pencarian alamat pasien dan pengaturan penggunaan alat yang akan digunakan untuk

untuk memonitoring tanda vital. Keterbatasan bahasa menjadi kendala dalam

melakukan wawancara.

Kesulitan yang menjadi kelemahan penelitian ini ialah ketidakjujuran pasien

dan untuk mengatasi hal tersebut, sejak awal peneliti telah memberi informasi

kepada pasien agar bila lupa minum obat tidak perlu takut, atau berusaha menutupi,

justru obat yang lupa diminum tetap diletakkan di kotak obat yang telah disiapkan

tersebut. Kesulitan lain yang sering dijumpai yaitu pasien gugur dikarenakan pasien

meninggal, menjalani rawat inap, maupun alamat yang tidak dapat ditemukan. Oleh

karena itu peneliti berusaha memperoleh data pasien selengkap-lengkapnya agar

pasien mudah dihubungi dan ditemukan.

Page 59: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Evaluasi Ketaatan Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta

Antara Pasien yang Diberi Informasi versus Informasi plus Alat Bantu Ketaatan

Serta Dampak Terapinya Periode Juni-Juli 2009 (Kajian terhadap Penggunaan Obat

Golongan Saluran Pernafasan), merupakan sub judul dari penelitian payung yang

dilakukan oleh Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Dari keseluruhan

subyek uji, didapatkan 42 pasien yang masuk kedalam kajian golongan saluran

pernafasan dengan perbandingan 21 pasien masuk kedalam kelompok perlakuan dan

21 pasien masuk kedalam kelompok kontrol. Kelompok kontrol disini digunakan

sebagai pembanding ketaatan pasien jika hanya diberi informasi saja tanpa

pemberian alat bantu ketaatan. Penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan sebesar

90%, dikarenakan banyak faktor lain yang tidak dapat dikendalikan satu persatu oleh

peneliti.

A. Profil Pasien Rawat Jalan (Baseline) yang Menggunakan Obat Golongan

Saluran Pernafasan

Profil pasien yang menerima obat golongan saluran pernafasan di RS Panti

Rini akan dibahas berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

serta diagnosis utama pasien. Hal ini dilakukan untuk menggambarkan kondisi awal

(baseline) pasien antara kelompok perlakuan dan kontrol. Diharapkan dalam baseline

ini tidak terdapat perbedaan yang bermakna sehingga saat dilakukan penelitian tidak

mempengaruhi hasil yang didapat.

Page 60: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

42

Tabel II. Profil Pasien Rawat Jalan (Baseline) yang Menerima Obat GolonganSaluran Pernafasaan di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009Kelompok Perlakuan

(n=21)Kelompok Kontrol

(n=21)Klasifikasi

JumlahPersentase

(%)Jumlah

Persentase(%)

Nilai p

Umur (tahun)17 – 35 5 23,80 8 38,1036 – 55 7 33,30 6 28,6056 – 75 8 38,10 6 28,60≥ 76 1 4,80 1 4,80

0,983

Jenis KelaminLaki-laki 10 47,60 9 42,90

Perempuan 11 52,40 12 57,100,757

PendidikanTidak Sekolah 2 9,50 2 9,50

SD 1 4,80 1 4,80SLTP 5 23,80 1 4,80SLTA 7 33,30 8 38,10

Perguruan Tinggi 6 28,60 9 42,90

0,841

Diagnosis UtamaISPA 6 28,6 8 38,10

Bronkhitis 2 9,50 2 9,50Asma 8 38,10 3 14,30

Diagnosis lainnya 5 23,80 8 38,10

0,591

1. Berdasarkan umur pasien

Umur pasien yang menggunakan obat golongan saluran pernafasan

dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu umur 17-35 tahun, 36-55 tahun, 56-75

tahun dan ≥ 76 tahun. Tabel diatas menunjukkan bahwa pasien yang menerima obat

golongan saluran pernafasan terbanyak berada pada kelompok 56-75 tahun.

Kelompok umur tersebut termasuk dalam kelompok geriatri, dimana resiko

timbulnya penyakit terutama gangguan saluran pernafasan semakin besar. Nilai p

yang didapat adalah 0,983 dengan taraf kepercayaan 90%, sehingga dapat

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan umur yang tidak bermakna antara pasien

kelompok perlakuan dan kontrol.

Page 61: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

43

2. Berdasarkan jenis kelamin

Pasien yang menerima obat golongan saluran pernafasan baik pada

kelompok perlakuan maupun kontrol, dikelompokkan menjadi 2 yaitu pasien laki-

laki dan perempuan. Pada kelompok perlakuan, terdapat pasien perempuan sebanyak

11 orang dan pasien laki-laki sebanyak 10 orang. Kelompok kontrol memiliki jumlah

pasien perempuan sebanyak 12 orang dan pasien laki-laki sebanyak 10 orang.

Secara keseluruhan, penelitian ini memiliki jumlah pasien perempuan lebih

banyak daripada pasien laki-laki dan terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara

kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol (p = 0,757). Dalam penelitian ini,

peneliti tidak dapat menghubungkan secara langsung pengaruh jenis kelamin

terhadap penggunaan obat golongan saluran pernafasan karena dalam

penggunaannya tidak ada pembedaan jenis dan dosis obat yang digunakan untuk

pasien laki-laki maupun perempuan.

3. Berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan pasien dikelompokkan menjadi 5 yaitu kelompok tidak

sekolah, SD, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi. Data yang didapat menunjukkan

bahwa pada kelompok perlakuan, pasien lebih banyak berpendidikan SLTA

(33,30%); kemudian diikuti oleh tingkat perguruan tinggi, SLTP, tidak sekolah, dan

SD. Persentase terbanyak untuk kelompok kontrol adalah perguruan tinggi (42,90%),

kemudian diikuti kelompok SLTA, tidak sekolah, SD dan SLTP. Hasil yang didapat

menunjukkan ada perbedaan tingkat pendidikan, tetapi perbedaan tersebut tidak

bermakna secara statistik (p = 0,841).

Page 62: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

44

4. Berdasarkan diagnosis utama

Seluruh pasien yang mengikuti penelitian ini, dikelompokkan menjadi

empat kelompok berdasarkan diagnosis utama yang diberikan oleh dokter. Kelompok

tersebut adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), bronkhitis, asma dan

diagnosis lainnya. Yang dimaksud kelompok diagnosis lainnya adalah pasien

tersebut tidak memiliki diagnosis penyakit saluran pernafasan pada catatan Rekam

Medis (RM), namun didalam resep yang diberikan oleh dokter terdapat obat

golongan saluran pernafasan. Contohnya pasien dengan penyakit kronis yang sedang

kontrol rutin, ternyata pada saat kontrol tersebut pasien juga mengalami batuk

sehingga dalam resepnya dokter memberikan obat batuk yang termasuk dalam kajian

obat saluran pernafasan.

Data diatas menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan, pasien dengan

diagnosis asma memiliki persentase terbanyak yaitu (38,10%), kemudian untuk

kelompok kontrol, persentase tertinggi adalah penyakit ISPA dan diagnosis lainnya

(38,10%). Berdasarkan uraian diatas, maka disimpulkan bahwa pada periode Juni-

Juli 2009, pasien yang berobat rawat jalan di RS Panti Rini lebih banyak yang

mengalami penyakit ISPA dan asma. Hal ini dikarenakan pada bulan tersebut

merupakan musim pancaroba dan suhu udaranya rendah (hawa dingin), sehingga

banyak pasien asma yang mengalami sesak nafas (serangan asma) dan infeksi saluran

pernafasan akut yang ditandai dengan gejala batuk dan demam. Nilai p yang didapat

adalah 0,591 sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna

antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

Page 63: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

45

B. Profil Penggunaan Obat Golongan Saluran Pernafasan

Profil obat golongan saluran pernafasan yang digunakan oleh pasien rawat

jalan di RS Panti Rini dikelompokkan berdasarkan jumlah obat yang diterima yaitu

jumlah keseluruhan obat maupun jumlah obat saluran pernafasan yang diterima

(dilihat berdasarkan jumlah bentuk sediaannya), obat golongan saluran pernafasan

yang diterima, golongan obat selain obat saluran pernafasan yang diterima, serta

bentuk sediaan obat saluran pernafasan yang diterima.

1. Berdasarkan jumlah obat yang diterima

Seluruh obat yang digunakan oleh pasien dalam penelitian ini,

dikelompokkan menjadi 2 yaitu jumlah keseluruhan obat yang diterima dan jumlah

obat golongan saluran pernafasan yang diterima oleh pasien. Berdasarkan data,

diketahui bahwa jumlah obat yang diterima saat berobat paling banyak berjumlah 7

macam obat dan paling sedikit berjumlah 1 macam obat untuk kelompok perlakuan.

Kelompok kontrol pasien lebih banyak menerima 5 macam obat dan paling sedikit

menerima 2 macam obat. Banyaknya obat yang diterima pasien disebabkan oleh

kompleksnya penyakit yang diderita pasien (pasien memiliki lebih dari satu penyakit

kronis dan telah diderita sejak lama).

Khusus untuk obat golongan saluran pernafasan, pasien pada kelompok

perlakuan maupun kelompok kontrol lebih banyak menerima 3 macam obat, dan

paling sedikit menerima 1 macam obat. Sepuluh pasien pada kelompok perlakuan

menerima obat saluran pernafasan sebanyak 2 macam obat dan 12 pasien dari 22

pasien kontrol mendapatkan 1 macam obat. Hal ini dikarenakan pada kelompok

kontrol, banyak pasien yang hanya mendapatkan obat untuk meredakan batuk saja,

Page 64: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

46

sedangkan pada kelompok perlakuan banyak pasien yang mendapatkan kombinasi 2

macam obat.

Nilai p yang diperoleh sebesar 0,383 untuk kelompok jumlah keseluruhan

obat yang diterima dan untuk jumlah obat golongan saluran pernafasan nilai p=

0,265. Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat perbedaan jumlah obat yang

tidak bermakna antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

Tabel III. Profil Jumlah Keseluruhan Obat yang Diterima Pasien Rawat Jalandi RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009

Kelompok Perlakuan(n=21)

Kelompok Kontrol(n=21)Jumlah

obatJumlah

Persentase(%)

JumlahPersentase

(%)

Nilaip

1 1 4,80 - -2 - - 3 14,303 8 38,10 8 38,104 9 42,90 8 38,105 1 4,80 2 9,506 1 4,80 - -7 1 4,80 - -

Total 21 100 21 100

0,383

Tabel IV. Profil Jumlah Obat Golongan Saluran Pernafasan yang DiterimaPasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009Kelompok Perlakuan

(n=21)Kelompok Kontrol

(n=21)Jumlah

ObatRespirasi Jumlah

Persentase(%)

JumlahPersentase

(%)

Nilai p

1 8 38,10 11 52,402 10 47,60 9 42,903 3 14,30 1 4,80

Total 21 100 21 100

0,265

2. Berdasarkan golongan obat saluran pernafasan yang diterima

Obat golongan saluran pernafasan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah golongan ekspektoran, antitusif, mukolitik, nasal dekongestan, agonis β2,

derivat xantin, kortikosteroid serta kombinasi antara ekspektoran-antitusif,

Page 65: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

47

ekspektoran-antitusif-nasal dekongestan, serta kombinasi untuk asma. Tabel data

menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan dan kontrol jenis obat yang banyak

digunakan adalah Intunal® dan golongan kortikosteroid (deksametason). Hal ini

dikarenakan pada kedua kelompok ini, sebagian besar pasien mengalami demam dan

batuk sehingga didiagnosis mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

Pasien yang mengalami ISPA, diberikan kombinasi obat antara antibiotik, obat flu,

dan kortikosteroid. Antibiotik digunakan untuk membunuh agen infeksi, obat flu

(Intunal®) untuk mengobati flu, demam dan batuk, serta kortikosteroid digunakan

untuk mengurangi edema jalan nafas yang terjadi dan rasa nyeri yang timbul. Dalam

penelitian ini, antibiotik tidak akan dibahas lebih lanjut karena telah dibahas pada sub

judul penelitian yang lain.

Pada kelompok kontrol selain Intunal® dan kortikosteroid, obat lain yang

juga banyak digunakan adalah antitusif dan ekspektoran untuk mengobati batuk tidak

produktif dan batuk produktif. Untuk kelompok perlakuan, pasien juga banyak

mendapatkan obat anti-asma, dimana beberapa pasien selain menggunakan obat per

oral juga menggunakan obat secara inhalasi untuk mengatasi serangan asma yang

dapat terjadi secara tiba-tiba. Sebanyak lima orang pasien dengan diagnosis asma dan

1 pasien dengan diagnosis lainnya mendapatkan obat secara inhalasi.

Obat anti-asma yang banyak digunakan adalah derivat xantin seperti

teofilin dan aminofillin, serta golongan β2 agonis seperti salbutamol yang lebih

banyak digunakan dalam bentuk inhaler maupun nebulizer. Sebanyak tiga orang

pasien asma pada kelompok perlakuan menggunakan obat racikan yang dimasukkan

kedalam kapsul. Obat racikan tersebut merupakan campuran dari derivat xantin

Page 66: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

48

(aminofillin dan teofilin), kortikosteroid (metil prednison, prednison) dan CTM.

Namun untuk dua pasien asma yang lain ditambahkan efedrin dan juga kodein.

Derivat xantin digunakan untuk menghasilkan efek bronkodilatasi

dikarenakan obat golonngan ini dapat menghambat fosfodiesterase sehingga tidak

terjadi pelepasan mediator-mediator inflamasi yang dapat menyebabkan terjadinya

inflamasi pada jalan nafas. Sedangkan kortikosteroid sendiri berfungsi untuk

meningkatkan jumlah dan respon reseptor β2 adrenergik, sehingga terjadi penurunan

produksi dan sekresi mukus, serta mengurangi hiperresponsivitas bronkhus.

Penambahan efedrin dapat meningkatkan efek bronkodilatasi yang dihasilkan

teofilin, namun peningkatan kadar teofilin tersebut dapat menyebabkan

meningkatkan toksisitas yang dapat membahayakan pasien tersebut sehingga

penggunaannya perlu dimonitoring. Penambahan kodein dimaksudkan untuk

mengobati/menekan gejala batuk yang menyertai.

Page 67: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

49

Tabel V. Profil Golongan Obat Saluran Pernafasan yang Diterima PasienRawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009

Kelompok Perlakuan(n=21)

Kelompok Kontrol(n=21)Golongan

ObatNama Generik

JumlahPersentase

(%)Jumlah

Persentase(%)

Agonis β2 Salbutamol 5 13,16 1 2,94Kodein 1 2,63 3 8,82

AntitusifDextrometorfan 4 10,53 7 20,59

Derivat xantin Teofilin 5 13,16 3 8,82K guaiacosulfonat +

ammon Cl- - 1 2,94

Gliseril guaiakolat 2 5,26 - -EkspektoranSuccus liquiritae +

ammon Cl1 2,63 - -

Gliseril guaiakolat +kodein

- - 1 2,94

Intunal® 5 13,16 7 20,59Aminofillin + CTM+ metil prednisone

2 5,26 - -Kombinasi

Aminofillin + CTM+ efedrin + kodein +

prednison1 2,63 - -

Metil prednisolon 3 7,89 2 5,88Kortikosteroid

Deksametason 4 10,53 7 20,59Ambroksol HCl 3 7,89 - -N-asetil sistein - - 2 5,88Mukolitik

Erdosteine 1 2,63 - -Nasal

dekongestanPseudoefedrin +

tripolidine1 2,63 - -

Total 38 100 34 100Keterangan :

Kombinasi = terdiri atas dua atau lebih obat golongan saluran pernafasan

Intunal® = dextrometorfan+ Gliseril guaiakolat+fenilefrin HCl

3. Berdasarkan golongan obat selain obat saluran pernafasan yang diterima

Selain obat golongan saluran pernafasan, pasien juga mendapatkan obat-

obat lain yang mendukung untuk mempercepat proses penyembuhan, mengobati

gejala/penyakit lain yang menyertai serta meningkatkan daya tahan tubuh pasien.

Adapun golongan obat tersebut ditampilkan dalam tabel dibawah ini.

Page 68: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

50

Tabel VI. Profil Golongan Obat Selain Obat Saluran Pernafasan yang Diterima

Pasien Kelompok Perlakuan Dan Kontrol Periode Juni-Juli 2009Kelompok Perlakuan

(n=21)Kelompok Kontrol

(n=21)Golongan Obat Nama Generik

JumlahPersentase

(%)Jumlah

Persentase(%)

Spyramicin 1 2,38 - -Cefadroxil 3 7,14 1 2,70

Ciprofloxacin 3 7,14 2 5,40Amoxicillin 3 7,14 8 21,60

Roxithromycin 1 2,38 - -Pefloxacin 1 2,38 - -

Antibiotik

Cefprozil 1 2,38 - -Anti alergi CTM 1 2,38 - -

Elektrolit/mineral KCl 1 2,38 1 2,70Metformin 1 2,38 1 2,70

Insulin - - 1 2,70EndokrinGliclazide - - 1 2,70

Diltiazem HCl 2 4,76 2 5,40Nifediphine 1 2,38 - -

Hydrochlorothiazide 2 4,76 - -Asam traneksamat 1 2,38 - -

Furosemid 1 2,38 2 5,40Digoxin 1 2,38 1 2,70

Lisinopril 1 2,38 - -Fenofibrate - - 1 2,70Simvastatin - - 1 2,70

Asam asetilsalisilat - - 1 2,70Valsartan - - 2 5,40

Kardiovaskular

Gemfibrozil 1 2,38 - -Metil Prednisolon 1 2,38 - -

KortikosteroidFluocinolon asetonide - - 1 2,70

Vitamin B1 + vitamin B6 +vitamin B12

5 11,91 1 2,70

Vitamin E + vitamin C + vitaminB1 + vitamin B2 dan lain-lain

3 7,14 2 5,40Multivitamin

Adenosine triphosphoric aciddisodium + vitamin B6

- - 1 2,70

Meloxicam 15 1 2,38 - -Asam mefenamat - - 1 2,70

K-diklofenak - - 3 8,10Glukosamin 1 2,38 - -

Neuromuskuler

Parasetamol 1 2,38 1 2,70Nutrisi Pure Natural Astaxantin 1 2,38 - -

Famotidin+Cacarbonat+Mg(OH)2

- - 1 2,70

Domperidon 1 2,38 - -Pancreatin + activateddimethylpolysiloxane

1 2,38 - -

Omeprazole - - 1 2,70

Saluran Cerna

Lanzoprazole 1 2,38 - -Total 42 100 37 100

Page 69: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

51

Obat selain golongan saluran pernafasan yang banyak digunakan oleh

pasien kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol adalah obat golongan

antibiotik, golongan kardiovaskuler dan multivitamin. Golongan antibiotik yang

banyak digunakan adalah antibiotik spektrum luas seperti amoksisillin, sedangkan

obat golongan kardiovaskuler yang paling banyak digunakan adalah obat anti-

hipertensi seperti diltiazem, furosemid, dan HCT. Penggunaan multivitamin disini

bertujuan untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh pasien sehingga bisa cepat

sembuh dan tidak mudah sakit.

Berdasarkan data yang diperoleh, baik kelompok perlakuan maupun

kelompok kontrol, banyak pasien yang menerima obat golongan antibiotik dan

kardiovaskuler dikarenakan pasien yang mengikuti penelitian ini banyak yang

mengalami infeksi yang ditandai dengan adanya demam serta memiliki penyakit

selain gangguan saluran pernafasan seperti penyakit kardiovaskuler (gangguan

saluran pernafasan merupakan penyakit penyerta pada saat pasien kontrol rutin).

4. Berdasarkan bentuk sediaan obat golongan saluran pernafasan

Seluruh obat golongan saluran pernafasan yang digunakan pasien dalam

penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan bentuk sediaannya. Obat-obat

tersebut dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan oral padat, sediaan oral cair dan

sediaan inhalasi. Penggolongan ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk sediaan

dan rute pemberiaan yang paling banyak digunakan oleh pasien.

Page 70: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

52

Tabel VII. Profil Bentuk Sediaan Obat Golongan Saluran Pernafasan yang

Diterima Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009Kelompok Perlakuan (n=

21)Kelompok Kontrol

(n= 21)BentukSediaan

Nama GenerikJumlah

Persentase(%)

JumlahPersentase

(%)Gliseril guaiakolat 2 9,50 - -

Kodein 1 4,80 3 14,30Dextrometorfan 4 19,00 7 33,30Ambroksol HCl 3 14,30 - -N-asetil sistein - - 2 9,50

Erdosteine 1 4,80 - -

Gliseril guaiakolat + kodein - - 1 4,80

Intunal®5 23,80 7 33,30

Pseudoefedrin + tripolidine 1 4,80 - -

Salbutamol - 1 4,80

Teofilin 5 23,80 3 14,30

Metil Prednisolon 3 14,30 2 9,50

Deksametason 4 19,00 7 33,30

Aminofillin + CTM +

Metil Prednison2 9,50 - -

Oral Padat(Kapsul dan

Tablet)

Aminofillin + CTM +

efedrin + kodein +

prednison

1 4,80 - -

Jumlah sediaan oral padat 32 142,40 33 161,90

K guaiacosulfonate - - 1 4,80Oral Cair Succus liquiritae + ammon

klorida1 4,80 - -

Jumlah sediaan oral cair 1 4,80 1 4,80Inhalasi

(inhaler &nebulizer)

Salbutamol 5 23,80 - -

Jumlah sediaan inhalasi 5 23,80 - -Total 38 171,40 34 166,70

Bentuk sediaan yang paling banyak digunakan pada kedua kelompok

adalah sediaan oral padat dengan persentase sebesar 142,40% untuk kelompok

perlakuan dan untuk kelompok kontrol sebesar 161,90%. Bentuk sediaan oral cair

persentasenya 4,76% (kelompok perlakuan dan kelompok kontrol), sedangkan

persentase bentuk sediaan inhalasi sebesar 23,80% (kelompok perlakuan).

Banyaknya penggunaan sediaan oral padat dikarenakan sediaan tersebut lebih praktis

Page 71: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

53

penggunaannya (mudah diminum dan dibawa bepergian) serta dari segi ekonomi

lebih murah, sehingga dokter lebih banyak meresepkan obat dalam bentuk sediaan

oral padat.

Bentuk sediaan inhalasi yang digunakan pada kelompok perlakuan berupa

inhaler maupun nebulizer yang digunakan pada saat terjadi serangan asma yang

dapat terjadi sewaktu-waktu. Sediaan inhalasi ini digunakan untuk mengatasi

serangan asma karena efek bronkodilatasi yang dihasilkan bersifat lokal sehingga

onsetnya lebih cepat daripada obat dengan bentuk sediaan oral sistemik lainnya. Dari

segi ekonomis, bentuk sediaan ini lebih mahal daripada bentuk sediaan oral padat

dan cair dikarenakan proses pembuatannya yang sangat rumit.

C. Evaluasi Ketaatan Pasien Yang Menerima Obat Golongan SaluranPernafasan Serta Dampak Terapinya

Penelitian ini mengevaluasi tingkat ketaatan pasien yang diberi alat bantu

ketaatan (kelompok perlakuan) serta pasien yang tidak diberi alat bantu (kelompok

kontrol). Diharapkan kelompok perlakuan memiliki ketaatan lebih tinggi daripada

kelompok kontrol. Semakin taat pasien, maka dampak terapi yang dihasilkan juga

semakin baik. Evaluasi ketaatan dilakukan berdasarkan jumlah obat yang digunakan,

jumlah keseluruhan obat yang diterima, serta aturan pakai obat. Pasien dengan

persentase ketaatan 100% dikategorikan taat dalam mengkonsumsi obat, sedangkan

pasien dengan persentase ketaatan < 100% dikategorikan tidak taat dalam

mengkonsumsi obat.

Page 72: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

54

1. Berdasarkan jumlah obat yang digunakan

Evaluasi ketaatan pasien berdasarkan jumlah obat yang digunakan

dinyatakan dengan persentase ketaatan yang dihitung dengan cara membagi jumlah

obat yang digunakan dengan jumlah obat keseluruhan kemudian dikalikan dengan

100%. Evaluasi ini ditujukan untuk obat-obat dengan bentuk sediaan oral padat

karena lebih mudah untuk menghitung jumlah obat yang tersisa.

Untuk kedua kelompok uji, sebanyak empat belas pasien taat dalam

mengkonsumsi obatnya (tidak terdapat sisa obat atau obat diminum hingga habis),

sedangkan 7 pasien lainnya tidak taat dalam mengkonsumsi obat. Hal ini dapat

terjadi karena pasien merasa kondisinya sudah membaik dan dapat melakukan

kegiatan rutinnya seperti biasanya sehingga pasien lupa untuk meminum obatnya.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan ketaatan yang tidak

bermakna (p= 1,000).

Tabel VIII. Ketaatan Berdasarkan Jumlah Obat yang Digunakan Pasien Rawat

Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009

Kelompok Perlakuan(n=21)

Kelompok Kontrol(n=22)

KetaatanJumlah

Persentase(%)

JumlahPersentase

(%)

Nilaip

Taat 14 66,67 14 66,67

Tidak taat 7 33,33 7 33,331,000

Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa alat bantu yang

digunakan dalam penelitian ini tidak membantu meningkatkan ketaatan pasien

karena berdasarkan uji statistik menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal

ini dapat terjadi dikarenakan persentase terbesar penyakit yang diderita pasien adalah

ISPA, dimana untuk obat saluran perrnafasan yang digunakan hanya untuk

Page 73: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

55

penggunaan jangka pendek, sehingga pasien akan selalu ingat untuk meminum obat

(pasien tidak terlalu membutuhkan alat bantu ketaatan) dan pasien akan

menghentikan pengobatan jika kondisinya telah membaik.

2. Berdasarkan jumlah keseluruhan obat yang diterima

Tujuan evaluasi ini adalah untuk melihat apakah banyaknya jumlah obat

yang digunakan pasien mempengaruhi ketaatan pasien tersebut, karena menurut

Hussar (2005) semakin banyak jenis dan jumlah obat yang digunakan maka semakin

tinggi risiko ketidaktaatan. Pasien akan dikelompokkan berdasarkan jumlah obat

(bentuk sediaannya) yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 macam obat, tergantung dari penyakit

yang dideritanya.

Terdapat satu pasien yang mendapatkan obat sebanyak 7 macam obat

dikarenakan pasien tersebut memiliki 2 penyakit kronis dengan pengobatan

kompleks serta membutuhkan pengobatan rutin. Selain itu, ada seorang pasien yang

mendapatkan obat racikan dalam bentuk kapsul sehingga dikategorikan mendapatkan

1 macam obat. Pasien pada kelompok perlakuan yang menerima obat berjumlah 3

macam lebih banyak yang taat daripada pasien yang tidak taat, sedangkan pasien

yang menerima obat sebanyak 4 macam lebih banyak yang tidak taat. Untuk

kelompok kontrol, pasien yang menerima obat berjumlah 3 macam dan 4 macam

lebih banyak yang taat dalam mengkonsumsi obat daripada yang tidak taat.

Menurut statistik, ketaatan maupun ketidaktaatan pasien anatara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol tidak berbeda bermakna (nilai p= 0,999 dan 0,203).

Kesimpulan yang dapat diambil adalah semakin banyak jumlah obat yang diterima

pasien tidak mempengaruhi ketaatan pasien tersebut dalam mengkonsumsi obat. Hal

ini tercermin dari data, dimana pasien yang mendapat 7 macam, 6 macam, dan 5

Page 74: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

56

macam obat tetap taat dalam mengkonsumsi obat dan jumlah pasien taat yang

menggunakan 4 macam obat lebih banyak daripada pasien yang mendapat 3 macam

obat. Pasien tersebut telah memiliki kesadaran akan pentingnya ketaatan dalam terapi

agar mendapatkan dampak terapi yang diharapkan, sehingga pasien akan mematuhi

aturan pakai tersebut walaupun pasien mendapatkan obat dalam jumlah banyak.

Tabel IX. Ketaatan Berdasarkan Jumlah Keseluruhan Obat yang DiterimaPasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009.

KelompokPerlakuan

(n=21)

Kelompok Kontrol(n=21)Ketaatan Jumlah

ObatJumlahPasien

Persentase(%)

JumlahPasien

Persentase(%)

Nilaip

1 1 7,14 - -

2 - - 1 7,14

3 7 50,00 5 35,71

4 3 21,44 6 42,86

5 1 7,14 2 14,29

6 1 7,14 - -

Taat

7 1 7,14 - -

Jumlah 14 100 14 100

0,999

2 - - 2 28,57

3 1 14,30 3 42,86Tidaktaat

4 6 85,70 2 28,57

Jumlah 7 100 7 100

0,203

3. Berdasarkan aturan pakai obat

Evaluasi ketaatan berdasarkan aturan pakai dilakukan dengan cara

mengelompokkan pasien yang taat dan pasien yang tidak taat, kemudian pasien dari

masing-masing kelompok tersebut dikelompokkan lagi berdasarkan aturan pakai obat

yang digunakan. Tujuan dari pengelompokkan ini adalah untuk melihat apakah

banyaknya frekuensi minum obat yang digunakan pasien mempengaruhi ketaatan

Page 75: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

57

pasien tersebut. Karena menurut Osterberg & Blaschke (2005), semakin banyak

frekuensi minum obat, maka ketaatannya akan semakin rendah.

Tabel X. Ketaatan Berdasarkan Aturan Pakai Obat yang Diterima Pasien

Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009.

Kelompok Perlakuan(n=21)

Kelompok Kontrol(n=21)Ketaatan Aturan

Pakai Obat JumlahPasien

Persentase(%)

JumlahPasien

Persentase(%)

Nilai p

1 x sehari 5 22,73 3 12,50

2 x sehari 7 31,82 7 29,17Taat

3 x sehari 10 45,45 14 58,33

Jumlah 22 100 24 100

0,991

2 x sehari 3 33,30 2 28,57Tidak taat

3 x sehari 6 66,70 5 71,43

Jumlah 9 100 7 100

1,000

Seluruh obat pasien dikelompokkan kedalam aturan pakai 1 x sehari, 2 x

sehari, dan 3 x sehari. Jumlah pasien yang menerima obat dengan aturan pakai 3 x

sehari lebih banyak daripada aturan pakai yang lain. Data diatas menunjukkan bahwa

pasien yang taat pada setiap kelompok aturan pakai lebih banyak daripada yang tidak

taat, dan semakin banyak frekuensi minum obat jumlah pasiennya juga semakin

meningkat. Selain itu, secara statistik ketaatan pasien pada kelompok perlakuan dan

kontrol memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p=0,991). Kesimpulan yang dapat

diambil dari data diatas adalah semakin banyak frekuensi minum obat tidak

mempengaruhi ketaatan pasien.

Adapun salah satu penyebab pasien tidak taat pada aturan pakai adalah

pasien salah menjalankan aturan yang telah disampaikan oleh petugas Apotek,

sehingga obat yang harusnya diminum jika perlu diminum rutin setiap hari dan obat

yang seharusnya diminum rutin hanya diminum jika perlu saja (saat mengalami

Page 76: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

58

serangan asma). Oleh sebab itu, perlu dibuat suatu langkah yang dapat

meminimalkan kejadian tersebut dan salah satunya dengan meminta pasien untuk

mengulang kembali informasi yang baru saja disampaikan.

4. Evaluasi dampak terapi

Dampak terapi yang dirasakan pasien setelah menjalankan terapi perlu

dimonitoring untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari terapi yang sudah

dijalankan. Sebanyak dua puluh satu pasien pada kelompok perlakuan (100%)

merasakan kondisinya sudah membaik daripada sebelum minum obat. Hal ini dapat

terjadi karena sebagian besar pasien dalam kelompok perlakuan memiliki ketaatan

yang tinggi. Begitu juga dengan kelompok kontrol, dari 21 pasien dalam kelompok

tersebut, 20 pasien (95,24%) menyatakan bahwa kondisinya membaik setelah

melakukan pengobatan secara rutin sehingga pasien merasakan perubahan kondisi

menjadi lebih baik. Pada kelompok kontrol, terdapat satu orang pasien yang merasa

tidak ada perubahan kondisi setelah mengkonsumsi obat dan setelah ditelusuri lebih

lanjut, ternyata pasien tersebut tidak taat dalam meminum obat sehingga dampak

terapi yang didapat tidak sebaik pasien lain yang memiliki ketaatan minum obat yang

tinggi.

Khusus untuk pasien asma, dampak terapi juga dilihat dari ada atau

tidaknya serangan asma/kekambuhan selama dilakukan kunjungan. Dari tiga belas

pasien yang mendapat obat anti-asma, terdapat 3 pasien yang mengalami serangan

asma selama penelitian berlangsung. Penyebab terjadinya serangan asma adalah

pasien kelelahan bekerja dan cuaca yang dingin di pagi hari sehingga pasien

merasakan sesak nafas, namun pasien segera mengatasinya dengan menggunakan

Page 77: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

59

obat inhalasi. Kekambuhan tersebut akan sering terjadi jika cuaca berubah menjadi

dingin, sehingga kekambuhan tersebut terjadi bukan karena pasien tidak taat minum

obat tetapi lebih dikarenakan faktor lingkungan yang tidak dapat dikendalikan oleh

pasien.

Dari pengamatan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

tingkat ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat yang diresepkan, maka dampak

terapi yang dihasilkan semakin baik pula. Dan setelah dianalisis secara statistik,

dampak terapi yang dirasakan pasien kelompok perlakuan dan kontrol berbeda tidak

bermakna (p=1,000).

Tabel XI. Persentase Dampak Terapi yang Dirasakan Oleh Pasien Rawat Jalandi RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009

Kelompok Perlakuan (n=21) Kelompok Kontrol (n=21)

KondisiJumlah

Persentase

(%)Jumlah

Persentase

(%)

Nilai

P

Membaik/sembuh 21 100 20 95,24

Tidak ada perubahan

kondisi- - 1 4,76

1,000

Total 21 100 21 100

D. Evaluasi Peresepan Obat Yang Diterima Pasien

Evaluasi peresepan obat yang diterima pasien di RS Panti Rini Yogyakarta

dilakukan berdasarkan studi pustaka. Evaluasi peresepan tersebut meliputi ada atau

tidaknya dosage too high (dosis terlalu tinggi), dossage too low (dosis terlalu

rendah), adverse drug reaction (ADR), interaksi obat dan non-compliance.

Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat 22 pasien (30

kasus) mengalami masalah dalam peresepan obatnya, dengan perincian terdapat 15

kasus interaksi obat (7 pasien perlakuan dan 8 pasien kontrol), 1 kasus ADR (pasien

perlakuan), dan 14 kasus ketidaktaatan (non-compliance; masing-masing 7 pasien

untuk setiap kelompok).

Page 78: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

60

Penggunaan beberapa obat sekaligus dapat meningkatkan resiko terjadinya

ADR (Adverse drug reaction). Umumnya ADR bersifat individual, dimana efek

samping yang timbul pada masing-masing orang tidak sama (dengan obat dan dosis

yang sama, satu orang pasien dapat mengalami efek samping namun pada pasien

yang lain efek samping tersebut tidak muncul) dan hal tersebut memberikan dampak

yang merugikan bagi pasien. Semakin banyak obat yang digunakan pasien, maka

kemungkinan terjadinya ADR akan semakin besar pula.

Tabel XII. Kelompok Kasus ADR pada Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini

Yogyakarta yang Menggunakan Obat Golongan Saluran Pernafasan

Periode Juni-Juli 2009Kode Jenis Obat Penilaian Rekomendasi

P 13Ambroksol

dan GG(Intunal®)

Pasien mengalami nyeri padaperut seperti maag, padahal

pasien tidak memiliki riwayatmaag sebelumnya. Hal ini

dapat disebabkan karena efeksamping dari ambroksol dan

GG yaitu efek samping ringanpada GI dan stomach pain..

Telusuri kembali cara penggunaanobat pasien serta riwayat penyakitpasien. Jika memang terjadi efeksamping, maka segera hentikanpengobatan dan konsultasikan

dengan dokter untuk mendapatkanpenggantian obat.

Dalam penelitian ini, terdapat satu orang pasien yang mengalami nyeri pada

perut seperti maag. Menurut pustaka, ambroksol dapat menimbulkan efek samping

ringan pada gastrointestinal ringan, sedangkan gliseril guaiakolat (yang terdapat pada

Intunal®) memiliki efek samping stomach pain. Hasil penelusuran yang telah

dilakukan adalah pasien telah mengkonsumsi obat sesuai aturan pakainya dan tidak

memiliki riwayat maag sebelumnya, sehingga disimpulkan bahwa pasien tersebut

mengalami efek samping. Karena adanya efek samping tersebut maka pasien

menghentikan pengobatannya. Oleh karena itu, disarankan agar pasien

mengkonsultasikan hal tersebut dengan dokter, agar mendapatkan penggantian obat

yang lain sehingga terapi yang dilakukan dapat maksimal.

Page 79: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

61

Tabel XIII. Kelompok Kasus Interaksi Obat pada Pasien Rawat Jalan di RSPanti Rini Yogyakarta yang Menggunakan Obat Golongan Saluran Pernafasan

Periode Juni-Juli 2009Kode Jenis Obat Penilaian Rekomendasi

P 53Kortikostreroiddan antibiotik

golongan makrolid

Penggunaan Kortikostreroidbersama dengan antibiotikgolongan makrolid, dapat

meningkatkan kadar dan efektoksik dari kortikosteroid

(menimbulkan efek hipokalemik)

Monitoringkeadaan pasien

selama pengobatan.

K 64,K 65,K 70,K85

Kortikosteroid danNSAID

Penggunaan kortikosteroidbersamaan dengan NSAID

potensial meningkatkan resikoefek samping pada GI, seperti

nausea, peptic ulcer.

Monitoringkeadaan pasien

selama pengobatan.

K 16,K 70,P 3,P 48

Teofilin dankortikosteroid

Penggunaan teofillin bersamakortikosteroid dapat

meningkatkan kadar teofilindalam darah

Evaluasipengobatan yangtelah dilakukanserta monitoringkeadaan pasien

selama pengobatan.

K 51

Efedrin dan agensimpatomimetik

(salbutamol) sertateofilin

Penggunaan efedrin bersamateofilin atau efedrin bersama

salbutamol dapat meningkatkanefek toksik (cardiac stimulation)

Monitoringkeadaan pasien

selama pengobatan.

K 51,

P 4,

P 5,

P 29,

P 63

Derivat xantin dan

salbutamol

Penggunaan derivat xantin

bersama salbutamol dapat

meningkatkan efek salbutamol

Monitoring

keadaan pasien

selama pengobatan.

Jika salbutamol

diberikan secara

inhalasi maka

penggunaannya

jangan berlebih

agar efek yang

dihasilkan tidak

berlebihan.

Selain Adverse drug reaction (ADR), penggunaan beberapa obat sekaligus

juga dapat menyebabkan terjadinya interaksi obat yang dapat merugikan pasien

tersebut. Kasus interaksi obat yang terjadi dalam penelitian ini adalah interaksi obat

yang bersifat potensial, dimana interaksi tersebut berpotensi terjadi pada pasien

Page 80: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

62

namun pada saat ini belum terjadi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah peringatan

akan kemungkinan terjadinya interaksi obat.

Interaksi yang terjadi pada penelitian ini adalah penggunaan kortikosteroid

yang dikombinasikan dengan obat lain. Seperti kortikosteroid dan antibiotik

golongan makrolid yang digunakan bersamaan dapat menyebabkan peningkatan

kadar kortikosteroid dalam darah sehingga dapat meningkatkan meningkatkan

toksisitasnya (efek hipokalemik). Interaksi kedua obat tersebut memiliki tingkat

keparahan yang ringan serta onset yang lambat. Jika kortikosteroid digunakan

bersama dengan NSAID akan meningkatkan resiko efek samping pada

gastrointestinal seperti GI hemorrahage, GI perforation, nausea, pancreatitis, peptic

ulcear.

Selain itu, jika kortikosteroid digunakan bersama dengan teofilin, dapat

meningkatkan kadar teofillin di dalam darah, yang berarti resiko toksisitas juga

semakin besar. Efek yang dihasilkan dari interaksi antara kortikosteroid dengan

teofilin berlangsung dengan cepat dan memiliki tingkat keparahan sedang. Data

diatas menunjukkan bahwa kejadian interaksi obat lebih banyak terjadi akibat

penggunaan kortikosteroid, maka perlu adanya monitoring keadaan pasien selama

pengobatan agar tidak membahayakan kondisi pasien.

Obat lain yang juga mengalami interaksi obat adalah efedrin yang

digunakan bersama dengan teofilin dan agen simpatomimetik seperti salbutamol

yang dapat meningkatkan efek toksik cardiac stimulation. Interaksi antara efedrin

dan teofilin memiliki signifikansi 5, terjadi secara lambat dengan tingkat keparahan

yang rendah, namun mekanisme dari interaksi ini tidak diketahui.

Page 81: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

63

Interaksi lain yang terjadi adalah penggunaan derivat xantin bersama

salbutamol yang dapat meningkatkan efek dari salbutamol itu sendiri, sehingga jika

pasien yang mendapat obat asma berupa racikan yang berisi aminofillin/teofilin,

metil prednisolon, efedrin dan ditambah salbutamol secara inhalasi, maka

penggunaan salbutamol tidak boleh berlebihan agar tidak terjadi peningkatan kadar

teofilin yang pada akhirnya dapat menyebabkan efek toksik yang tidak diinginkan.

Terdapat satu kasus lain yaitu ketidaktaatan (non-compliance), dimana

terdapat 14 pasien yang tidak taat dalam mengkonsumsi obat yang telah diberikan

oleh dokter. Ketaatan sendiri dipengaruhi oleh jumlah obat yang diterima serta aturan

pakai obat tersebut. Semakin banyak jumlah obat yang diterima dan semakin

banyak/sering frekuensi penggunaan obat menyebabkan ketaatan semakin menurun.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama penelitian, ketidaktaatan

yang terjadi antara lain pasien lupa minum obat yang dipengaruhi oleh faktor usia

pasien yang sudah tua (berumur diatas 60 tahun), pasien sibuk bekerja dan pasien

merasa kelelahan setelah bekerja seharian sehingga pasien biasanya akan langsung

beristirahat, serta ada juga pasien yang sering tertidur saat menyusui anaknya yang

masih berumur 5 bulan sehingga pasien tersebut sering lupa untuk minum obat.

Ketidaktaatan yang lain disebabkan karena pasien merasa kondisinya sudah membaik

(sembuh) sehingga menghentikan pengobatannya dan ada pula pasien yang salah

menjalankan aturan penggunaan obat yang telah diberikan oleh petugas Apotek.

Page 82: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

64

Tabel XIV. Kelompok Kasus Non-compliance pada Pasien Rawat Jalan RSPanti Rini Yogyakarta yang Menggunakan Obat Golongan Saluran Pernafasan

Periode Juni-Juli 2009Kode Jenis Obat Penilaian Rekomendasi

P 5 Obat Racikan 1Pasien tidak minum obat karena

lupa (usia pasien sudah tua)

Karena obat tersebut penting untukpemeliharaan asma, sehingga

diharapkan ada anggota keluargayang mengingatkan pasien.

P 13Ambroksol dan

intunal®

Pasien menghentikan pengobatankarena pasien merasakan nyeri

pada perut seperti maag.

Pasien sebaiknyamengkonsultasikan hal tersebutdengan dokter untuk mendapat

penggantian obat.

P 23Intunal® dan

deksametasonPasien menghentikan pengobatan

karena merasa sudah sembuh.Obat dihentikan jika memang telah

sembuh benar.

P 42 GGPasien menghentikan pengobatankarena pasien mengalami BAB

berdarah.

Konsultasikan kepada dokterterlebih dahulu, karena pasienmemiliki penyakit hemoroid.

P 47 GGPasien lupa minum obat karena

ketiduran.Obat tetap diminum hingga penyakit

pasien benar-benar sembuh.

P 53 AmbroksolPasien lupa minum obat karena

sibuk bekerjaObat tetap diminum hingga penyakit

pasien benar-benar sembuh.

P 89 DekstrometorfanPasien lupa minum obat karena

sibuk bekerjaObat tetap diminum hingga penyakit

pasien benar-benar sembuh.

K 51 SalbutamolPasien salah menjalankan aturan

yang diberikan oleh petugasApotek.

Pasien menanyakan aturanpenggunaan sejelas-jelasnya

sebelum meninggalkan Apotek,sehingga tidak terjadi kesalahan

dalam mengkonsumsi obat.

K 65 DeksametasonDalam minum obat pasien sangattergantung pada anggota keluarga

yang lain.

Diperlukan dukungan keluargauntuk membantu pasien dalam

mengkonsumsi obat.

K 82 AmbroksolPasien lupa minum obat karena

ketiduran.

Diperlukan dukungan keluargauntuk mengingatkan pasien minum

obat.

K 85 Intunal® Pasien lupa minum obat karenasibuk bekerja.

Diperlukan alat pengingat minumobat yang praktis dibawa pergi,

sehingga pasien tidak lupa minumobat.

K 86 AmbroksolPasien lupa minum obat karena

sibuk bekerja.

Diperlukan alat pengingat minumobat yang praktis dibawa pergi,

sehingga pasien tidak lupa minumobat.

K 92Intunal® dan N-

asetil sistein

Pasien tidak teratur minum obatkarena pada awalnya pasien

kurang nafsu makan.

Diperlukan obat tambahan untukmeningkatkan nafsu makan pasien.

K 93 DekstrometorfanPasien tidak minum obat karena

lupa (usia pasien sudah tua)

Diperlukan dukungan anggotakeluarga untuk mengingatkan

pasien.

Selain beberapa faktor penyebab ketidaktaatan diatas, terdapat satu orang

pasien yang mengalami perdarahan setiap buang air besar (pasien mempunyai

Page 83: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

65

penyakit hemoroid) sehingga pasien merasa takut dan menghentikan pengobatannya.

Seharusnya pasien tersebut mengkonsultasikan kondisinya terlebih dahulu dengan

dokter yang menanganinya sebelum menghentikan pengobatannya karena pasien

memang memiliki riwayat hemoroid dan kemungkinan perdarahan yang terjadi

dikarenakan panyakit hemoroidnya sedang kambuh sehingga memerlukan obat lain

untuk mengatasi perdarahan tersebut.

Untuk mengatasi ketidaktaatan yang disebabkan oleh kesalahan dalam

menjalankan aturan penggunaan obat, maka salah satu cara yang dapat dilakukan

adalah dengan meminta pasien untuk mengulang kembali aturan penggunaan obat

yang baru saja disampaikan. Dengan demikian diharapkan dapat meminimalkan

terjadinya ketidaktaatan dalam menjalankan aturan penggunaan obat.

Tabel XV. Persentase Kasus yang Terjadi pada Pasien Rawat jalan di RS PantiRini yang Menggunakan Obat Gangguan Saluran Pernafasan

Periode Juni-Juli 2009Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

Jenis KasusJumlah

Persentase

(%)Jumlah

Persentase

(%)

Interaksi obat 7 46,67 8 53,33

Adverse Drug Reaction (ADR) 1 6,66 - -

Non-Compliance 7 46,67 7 46,67

Total 15 100 15 100

E. Rangkuman Pembahasan

Terdapat 42 pasien rawat jalan di RS Panti Rini yang menggunakan obat

golongan saluran pernafasan selama periode Juni-Juli. Dari profil pasien (Baseline)

diketahui bahwa umur dan jenis kelamin pasien paling banyak berada pada kelompok

umur 56-75 tahun dan berjenis kelamin perempuan, sedangkan tingkat pendidikan

yang terbanyak adalah SLTA dan perguruan tinggi. Berdasarkan diagnosisnya,

Page 84: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

66

pasien banyak yang menderita asma, ISPA dan diagnosis selain gangguan saluran

pernafasan. Profil pasien (Baseline) yang menggunakan obat golongan saluran

pernafasan antara kelompok perlakuan dan kontrol memiliki perbedaan tidak

bermakna. Nilai p yang didapat berturut-turut adalah 0,983 (umur); 0,757 (jenis

kelamin); 0,841 (tingkat pendidikan); 0,951 (diagnosis utamanya).

Untuk profil obat yang digunakan, diketahui bahwa pasien lebih banyak

menerima 3 dan 4 jenis obat (p=0,383), sedangkan untuk obat golongan saluran

pernafasan lebih banyak mendapatkan 1 jenis dan 2 jenis obat (p=0,265). Golongan

obat saluran pernafasan yang banyak diterima pasien adalah golongan antitusif,

ekspektoran, kortikosteroid serta kombinasi antitusif-ekspektoran-nasal dekongestan

(Intunal®). Kortikosteroid disini digunakan secara kombinasi dengan derivat xantin

maupun Intunal® untuk mengobati asma dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA).

Selain obat golongan saluran pernafasan, obat lain yang banyak digunakan

yaitu obat golongan antibiotik, golongan kardiovaskuler serta multivitamin. Pasien

paling banyak menerima obat dengan sediaan oral padat karena bentuk sediaan

tersebut realtif lebih mudah digunakan, lebih praktis dan lebih murah. Dari analisis

profil obat ini, diketahui bahwa terdapat perbedaan profil obat yang digunakan,

namun perbedaan tersebut tidak berbeda bermakna secara statistik sehingga tidak

mempengaruhi hasil.

Evaluasi ketaatan dilakukan berdasarkan jumlah obat yang digunakan,

jumlah keseluruhan obat yang diterima, serta aturan pakai obat. Hasil evaluasi

ketaatan berdasarkan jumlah obat yang digunakan menunjukkan bahwa terdapat

Page 85: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

67

perbedaan ketaatan yang tidak bermakna antara pasien perlakuan dan kontrol

(p=1,000). Dan dapat disimpulkan bahwa alat bantu ketaatan yang digunakan tidak

membantu meningkatkan ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obat-obatan.

Evaluasi ketaatan lain yang dilakukan adalah berdasarkan jumlah

keseluruhan obat yang diterima pasien. Hasilnya adalah jumlah pasien pada masing-

masing kelompok jumlah obat lebih banyak yang taat daripada yang tidak taat. Nilai

p yang didapat adalah 0,984 dan 0,203 yang menunjukkan terdapat perbedaan

ketaatan yang tidak bermakna. Kesimpulannya adalah semakin banyak jumlah obat

yang diterima pasien tidak mempengaruhi ketaatan pasien tersebut dalam

mengkonsumsi obat.

Hasil evaluasi ketaatan berdasarkan aturan pakai adalah jumlah pasien yang

taat pada setiap kelompok aturan pakai lebih banyak daripada yang tidak taat, dan

semakin banyak frekuensi minum obat jumlah pasien yang taat juga semakin

meningkat. Secara statistik ketaatan pasien antara kelompok perlakuan dan kontrol

memiliki perbedaan yang tidak bermakna (p=0,991). Kesimpulan yang dapat diambil

dari data diatas adalah semakin banyak frekuensi minum obat tidak mempengaruhi

ketaatan pasien.

Adapun salah satu penyebab pasien tidak taat pada aturan pakai adalah

pasien salah menjalankan aturan yang telah disampaikan oleh petugas Apotek,

sehingga obat yang harusnya diminum jika perlu diminum rutin setiap hari dan obat

yang seharusnya diminum rutin hanya diminum jika perlu saja (saat mengalami

serangan asma).

Page 86: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

68

Sebanyak empat puluh satu pasien dari 42 pasien, menyatakan bahwa

kondisinya membaik setelah menjalani pengobatan dan hanya terdapat 1 pasien yang

tidak mengalami perubahan kondisi dikarenakan pasien tersebut tidak taat dalam

mengkonsumsi obat. Evaluasi peresepan yang dilakukan dengan melihat apakah

terjadi masalah dalam peresepan obat yang diberikan. Hasil dari evaluasi tersebut

adalah terdapat 30 masalah dalam peresepan obat, dengan perincian 15 kasus

interaksi obat (7 pasien perlakuan dan 8 pasien kontrol), 1 kasus ADR (Adverse drug

reaction) pada pasien perlakuan serta 14 kasus ketidaktaatan (non-compliance) (7

pasien kelompok perlakuan dan 7 pasien kelompok kontrol).

Page 87: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pasien lebih banyak berasal dari kelompok umur 56-75 tahun (p=0,983), berjenis

kelamin perempuan (p=0,757), berlatar pendidikan SLTA dan perguruan tingi

(p=0,841), serta memiliki diagnosis ISPA, asma dan diagnosis lainnya (p=0,591).

Profil pasien ini memiliki perbedaan tidak bermakna antara pasien yang diberi

informasi dengan pasien yang diberi informasi plus alat bantu ketaatan.

2. Obat golongan saluran pernafasan yang banyak digunakan pasien berjumlah 1

dan 2 macam obat (p=0,265), serta keseluruhan obat yang diterima berjumlah 3

dan 4 macam obat (p=0,383). Golongan saluran pernafasan yang paling banyak

digunakan adalah golongan antitusif, kortikosteroid dan kombinasi beberapa

golongan obat. Pasien juga banyak menggunakan obat golongan antibiotik,

kardiovaskular dan multivitamin, serta bentuk sediaan obat yang paling banyak

digunakan adalah sediaan oral padat. Pada penelitian ini terdapat perbedaan profil

obat yang tidak bermakna antara pasien kelompok kontrol dengan pasien

kelompok perlakuan.

3. Evaluasi ketaatan berdasarkan jumlah obat yang digunakan memiliki perbedaan

tidak bermakna (p=1,000), ketaatan berdasarkan aturan pakai menunjukkan

perbedaan tidak bermakna (p=0,991) serta ketaatan berdasarkan jumlah

keseluruhan obat yang diterima pasien menunjukkan perbedaan tidak bermakna

antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p=0,999). Dampak terapi

Page 88: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

70

yang dirasakan antara pasien kelompok perlakuan dan kontrol terdapat perbedaan

yang tidak bermakna (p=1,000).

4. Masalah peresepan obat pada pasien yang menggunakan obat golongan saluran

pernafasan, baik pada pasien kelompok kontrol dan pasien kelompok perlakuan

berjumlah 30 kasus yang terdiri dari 15 kasus interaksi obat (7 pasien perlakuan

dan 8 pasien kontrol), 1 kasus ADR (Adverse Drug Reaction) pada pasien

perlakuan, dan 14 kasus compliance (7 pasien perlakuan dan 7 pasien kontrol).

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian yang serupa, khususnya untuk penyakit-penyakit

saluran pernafasan yang sangat membutuhkan ketaatan pasien dalam meminum

obat (penyakit-penyakit kronis seperti bronkhitis, asma dan TB).

2. Perlu dilakukan standarisasi penilaian dampak terapi yang dirasakan pasien.

3. Perlu dilakukan perancangan alat bantu ketaatan khusus untuk mengukur

ketaatan obat-obat dengan bentuk sediaan cair.

Page 89: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

71

DAFTAR PUSTAKA

Abula T., Worku A., 2001, Patient Non-compliance with Drug Regimens for ChronicDiseases in Northwest Ethiopia,http://ajol.info/index.php/ejhd/article/view/9874/31236, diakses pada tanggal16 September 2009

Anonim, 2006, Profil Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta, Rumah Sakit Panti Rini,Yogyakarta

Anonim, 2008, Profil Kesehatan Propinsi DIY Tahun 2008, 29, Dinas KesehatanPropinsi DIY, Yogyakarta

Anonim, 2009a, Kelainan dan Penyakit Pada Sistem Peranafasan Manusia,http://www.smallcrab.com/kesehatan/25-healthy/626-kelainan-dan-penyakit-pada-sistem-pernafasan-manusia, diakses pada tanggal 1 September 2009

Anonim, 2009b, Anatomi Dan Fisiologi Respirasi Atas, http://cupu.web.id/anatomi-dan-fisiologi-respirasi-atas, diakses pada tanggal 19 September 2009

Bahfen F., 2009, Aspeklegal Layanan Farmasi Komunitasdengan KonsepPharmaceutical Care, http://www.isfinational.or.id/artikel/25/74-aspek-legal-layanan-farmasi-komunitas.html, diakses pada tanggal 16 Agustus 2009

Basthmajian J. V., Slonecker C. E., 1995, Grant Metode Anatomi Berorientasi PadaKlinik, edisi 11, 55-56, Binarupa Aksara, Jakarta

Tietze K. J., 2006, Cough, 229-235, American Pharmacists Association, WashingtonDC

Hussar D.A., 2005, Patient Compliance, 1782-1787, Lippincott William andWilkins, Philadelphia

Buston K.M., Wood S.F., 2000, Non-compliance amongst adolescents with asthma:listening to what they tell us about self-management,http://fampra.oxfordjournals.org/cgi/reprint/17/2/134, diakses pada tanggal 18September 2009

Cipolle, R.J and Strand, L.M., 2004, Pharmaceutical Care Practice The Clinician’sGuide, Second Edition, 2, 40, 178-179, McGraw-Hill, New York

Devyani , 2009, Patient Compliance, http://www.pharmainfo.net/devyani/patient-compliance, diakses pada tanggal 13 Oktober 2009

71

Page 90: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

72

Dinwiddie R., Muller W.G., 2002, Adolescent Treatment Compliance in Asthma,www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11823547, diakses pada tanggal 16September 2009

Kelly H.W., Sorkness C.A., 2005, Asthma, , 503-532, 1945-1949, McGrawHill,Medical Publishing Division, New York

Kelly H.W., Sorkness C.A., 2008, Asthma, 463-465, 472-490, McGrawHill, MedicalPublishing Division, New York

Febrianti I., 2008, Tinjauan Sosiologis Terhadap Pangaturan Mengenai PekerjaanKefarmasian di Apotek, http://www.apotekkita.com/2008/07/tinjauan-sosiologis-terhadap-pengaturan-mengenai-pekerjaan-kefarmasian-di-apotek/,diakses pada tanggal 20 Agustus 2009

Osterberg L., Blaschke B., 2005, Adherence to Medication,http://content.nejm.org/cgi/reprint/353/5/487.pdf?ijkey=f73001a10dfd9618ec5653458b7bf853e36dc641, diakses pada tanggal 28 Agustus 2009

Martini F. H., Timmons M. J., 1997, Human Anatomy, 599-613, Prentice Hall Intern,New Jersey

Notoatmodjo S., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, edisi revisi, PenerbitRineka Cipta, Jakarta

Pratiknya, A.W., 1986, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran danKesehatan, CV Rajawali, Jakarta

Price S. A., Wilson L. M., 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit, edisi 6, Penerbit EGC, Jakarta

Taylor C. R., 1994, Ringkasan Patologi Anatomi, edisi 2, diterjemahkan olehChandrasoma P., 465, Penerbit EGC, Jakarta

Toto, A. W., 2002, LABACS Atasi Asma Sedang dan Berat, www.suaramerdeka.com,diakses pada tanggal 11 Juli 2009

Underwood J. C. E, 2000, Patologi Umum dan Siatematik, editor Sarjadi, 380-381,Penerbit EGC, Jakarta

Wertheimer A. I., Santella T. M., 2006, Medication Compliance Research: Still SoFar to Go, http://www.jarcet.com/articles/Vol3Iss3/Wertheimer.htm diaksespada tanggal 28 Agustus 2009

Page 91: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

73

LAMPIRAN

Page 92: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

74

Lampiran 1. Informed Consent

KERJASAMA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

DENGAN RS PANTI RINI YOGYAKARTA

Penjelasan Mengenai Penelitian Perbandingan Pemberian Informasi Versus

Informasi plus Alat Bantu terhadap Ketaatan Penggunaan Obat

Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni – Juli 2009

Tim peneliti dari Fakultas Farmasi Sanata Dharma bekerja sama dengan RS

Panti Rini Yogyakarta melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana respon

pasien pada Perbandingan Pemberian Informasi Versus Informasi plus Alat Bantu

terhadap Ketaatan Penggunaan Obat Pasien Rawat Jalan RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni – Juli 2009.

Anda merupakan pasien RS Panti Rini periode Juni-Juli 2009, oleh karena itu

diminta ikut serta dalam penelitian ini.

Bila bersedia ikut, tim peneliti akan melakukan wawancara kepada anda

seputar penggunaan obat yang anda terima melalui kunjungan ke rumah anda. Pada

saat kunjungan akan dilakukan wawancara dan pengukuran tanda vital dan beberapa

tes lain bila diperlukan. Pengukuran tanda vital yang dilakukan antara lain tekanan

darah, kadar gula darah, frekuensi nadi, frekuensi nafas dan suhu tubuh. Data-data

yang didapatkan dari proses tersebut akan digunakan sebagai data penelitian.

Anda bebas menolak ikut dalam penelitian ini. Bila anda telah memutuskan

untuk ikut, anda juga bebas untuk mengundurkan diri setiap saat.

Semua data penelitian ini akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak

memungkinkan orang lain menghubungkannya dengan anda.

Selama anda ikut dalam penelitian, setiap informasi baru yang dapat

mempengaruhi pertimbangan anda untuk terus ikut atau berhenti dari penelitian ini

akan segera disampaikan kepada anda.

Bila anda tidak mentaati instruksi yang diberikan oleh para peneliti, anda

dapat dikeluarkan setiap saat dari penelitian ini.

Anda diberi kesempatan untuk menanyakan semua hal yang belum jelas

sehubungan dengan penelitian ini kepada tim peneliti.

Page 93: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

75

Surat pernyataan kesediaan sebagai Responden penelitian

Bahwa saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Alamat :

No telp/HP :

Menyatakan kesanggupan sebagai responden dalam penelitian yang berjudul

"PERBANDINGAN PEMBERIAN INFORMASI VERSUS INFORMASI plus

ALAT BANTU TERHADAP KETAATAN PENGGUNAAN OBAT PASIEN

RAWAT JALAN RS PANTI RINI YOGYAKARTA PERIODE JUNI – JULI

2009".Semua penjelasan diatas telah disampaikan kepada saya. Saya mengerti

bahwa bila masih memerlukan penjelasan, saya akan mendapat jawaban dari tim

peneliti.

Demikian surat pernyataan kesanggupan saya sebagai responden dalam

penelitian ini.

Yogyakarta,

Mengetahui

Saksi Responden/pasien

( ) ( )

Pengukuran yang dilakukan*:

( ) Kadar gula darah ( ) Tekanan darah

( ) Kolesterol ( ) Frekuensi nadi

( ) Suhu tubuh ( ) Frekuensi nafas

*Tandai yang diperlukan

Page 94: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

76

Lampiran 2. Panduan Wawancara

Anda dimohon untuk enjawab pertanyaan di bawah ini dengan mengisi atau

memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai

1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur :

4. Jenis Kelamin :

5. Pendidikan terakhir :

a. Tidak ada

b. SD

c. SLTP

d. SMA

e. Perguruan tinggi

6. Pekerjaan :

a. Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI

b. Pegawai Swasta

c. Wiraswasta/Pedagang

d. Petani/Buruh

e. Lainnya (sebutkan) ........................

7. Penghasilan :

a. ≤ Rp 500.000

b. > Rp 500.000 – Rp 1.000.000

c. > Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000

d. > Rp 2.000.000 – Rp 5.000.000

e. > Rp 5.000.000

Page 95: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

77

Pretest:

1. Jelaskan kembali cara pakai obat anda!

2. Apakah pernah salah minum obat?

Ceritakan kapan dan bagaimana?

Penyebabnya?

Pengatasannya?

3. Paling sering tahu cara pakai obat dari siapa? Dokter/Petugas Apotek?

Selanjutnya, bagi kelompok perlakuan, dijelaskan:

Kita ingin memberikan alat bantu ketaatan, jelaskan cara pakai alatnya!

Postest:

1. Jelaskan kembali cara pakai obat anda!

2. Khusus kelompok perlakuan:

Bagaimana tanggapan anda tentang alat bantu ketaatan?

Apakah bermanfaat/tidak?

Page 96: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

78

Lampiran 3. Daftar Obat Sistem Saluran Pernapasan Yang Digunakan

Pasien di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009

Komposisi Nama Dagang

SalbutamolSalbutamol; Ventolin® Inhaler;

Ventolin® Nebulizer

Fenoterol Berotec® Inhaler

Kodein Kodein 10 mg; Codipront®

Dextrometorfan Dextrometorfan; Tuzalos®

Teofilin Euphyllin®; Retaphyl®

K guaiacosulfonat +

Difenhydramin Sanadryl®

Gliseril guaiakolat Gliseril guaiakolat

Succus liquiritae + DifenhydraminOBH Sirup

Gliseril guaiakolat + kodeinCodipront cum expectorant®

Dextrometorfan + Gliseril

guaiakolat + parasetamol +

fenilefrin HCl + dexchlorfeniraminIntunal®

Metil prednisolon Metil prednisolon; Sanexon®

Dexamethason Cortidex®

Ambroxol HCl Ambroxol; Epexol®

N-asetil sistein Pectocil®

Erdosteine Vectrin®

Pseudoefedrin + tripolidineTremenza®

Aminofillin 200mg + CTM 1 tablet

+ metil prednison 2 mg -

Aminofillin 200mg + CTM 4g +

efedrin 12,5mg + kodein 10mg +

prednison 5mg-

Page 97: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

79

Lampiran 4. Daftar Obat Selain Obat Sistem Saluran Pernapasan Yang

Digunakan Pasien di RS Panti Rini Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009Golongan Obat Komposisi Nama Dagang

Spyramicin Spyramicin

Cefadroxil Cefadroxil 500Ciprofloxacin Ciprofloxacin

AmoxicillinAmoxicillin; Farmoxyl

500®, Ethimox®

Roxithromycin Uplores®

Pefloxacin Noflexin®

Antibiotik

Cefprozil Lisor®

Anti alergi Chlorfeniramin maleat CTM®

Elektrolit mineral KCl KSR®

Metformin Metformin 500

Insulin Humulin®Endokrin

Gliclazide Glucodex®

Diltiazem HCl Herbesser CD 100®

Nifediphine Adalat Oros®

Hydrochlorothiazide HCTAsam traneksamat Asam traneksamat

Furosemid Farsix®; FurosemidDigoxin Digoxin

Lisinopril Noperten®

Fenofibrate Evothyl®

Gemfibrozil GemfibrozilAsam asetilsalisilat Farmasal®

Kardiovaskular

Valsartan ValsartanKortikosteroid Fluocinolon acetonide Dermasolon salep®

Vitamin B1, vitamin B6, vitaminB12

Neurodex®

Vitamin E, vitamin C, vitaminB1, vitamin B2 dan lain-lain

Megazing®Multivitamin

Vitamin B6 + asam adenosintrifosforik disodium

Myoviton®

Meloxicam Meloxicam 15Glukosamin Glukosamin

Parasetamol Sanmol®

Asam mefenamat Asam mefenamat

Neuromuskuler

K-diklofenak Cataflam®

Nutrisi Pure Natural Astaxanthine Asthin forte®

Domperidon DomperidonPancreatin + activateddimethylpolysiloxane

Trypansym®

Lanzoprazole LanzoprazoleFamotidin+Ca

carbonat+Mg(OH)2Magard FA®

Dimenhidrinat Dimenhidrinat

Saluran cerna

Omeprazole Omevell®

Page 98: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

80

Lampiran 5. Profil Jumlah* Obat Golongan Saluran Pernafasan yang DiterimaPasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol

JumlahObat

Nama Generik JumlahPasien

Presentase(%)

JumlahPasien

Presentase(%)

Dextrometorfan 2 9,53 5 20,83Gliseril guaiakolat 1 4,76 - -

Ambroxol 1 4,76 - -Salbutamol - - 2 8,33Fenoterol - - 1 4,17Kodein 1 4,76 3 12,49

Racikan 1 1 4,76 - -Intunal® 2 9,53 - -

Gliseril guaiakolat + kodein - - 1 4,17N-asetil sistein - - 1 4,17

1 Obat

(K guaiacosulfonat + ammonklorida)

- - 1 4,17

Jumlah 8 38,10 14 58,33Ambroxol & (Succus liquiritae

+ ammon Cl)1 4,76 - -

Kodein & dexamethason 1 4,76 2 8,33Teofilin & salbutamol 1 4,76 - -

Intunal® & dexamethason 2 9,53 5 20,83Racikan 2 & salbutamol 2 9,53 - -Ambroxol & Intunal® 1 4,76 - -

Gliseril guaiakolat & teofilin 1 4,76 - -Ambroxol & metil prednisone 1 4,76 - -

Intunal® & N-asetil sistein - - 1 4,17

2 Obat

Teofilin & metil prednisone - - 1 4,17Jumlah 10 47,62 9 37,50

Dexamethason & erdostein &teofilin

1 4,76 - -

Teofilin & salbutamol(inhaler) & salbutamol

(nebulizer)1 4,76 - -

Teofilin & metil prednison &(Pseudoefedrin + tripolidin)

1 4,76 - -3 Obat

Teofilin & metil prednison &(K guaiacosulfonat + ammon

klorida)- - 1 4,17

Jumlah 3 14,28 1 4,17Total 21 100 24 100

Keterangan :

*= jumlah obat dilihat berdasarkan bentuk sediaannya

Racikan 1 = aminofillin 200 mg + CTM 4g + efedrin 12,5mg + kodein 10mg

+ prednison 5mg

Intunal® = Dextrometorfan + Gliseril guaiakolat + fenilefrin HCl + deklorfeniramin

Racikan 2 = Aminofillin 200mg + CTM 1 tablet + metil prednison 2 mg

Page 99: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

81

Lampiran 6. Statistika Profil Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini Yogyakarta

Periode Juni-Juli 2009

Descriptives

Kelompoksubjekuji Statistic Std. Error

Mean 52.14 4.069

Lower Bound 45.1290% Confidence Interval forMean

Upper Bound 59.16

5% Trimmed Mean 52.44

Median 53.00

Variance 347.729

Std. Deviation 18.647

Minimum 19

Maximum 80

Range 61

Interquartile Range 32

Skewness -.268 .501

perlakuan

Kurtosis -1.028 .972

Mean 46.19 4.668

Lower Bound 38.1490% Confidence Interval forMean

Upper Bound 54.24

5% Trimmed Mean 45.41

Median 44.00

Variance 457.662

Std. Deviation 21.393

Minimum 20

Maximum 87

Range 67

Interquartile Range 44

Skewness .338 .501

Umur

Control

Kurtosis -1.244 .972

Page 100: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

82

kelompoksubjekuji * klasifikasiumur Crosstabulation

klasifikasiumur

17-35 36-55 56-75 > 76 Total

Count 5.0 7.0 8.0 1.0 21.0perlakuan

Expected Count 6.5 6.5 7.0 1.0 21.0

Count 8.0 6.0 6.0 1.0 21.0

Kelompok

subjekuji

kontrol

Expected Count 6.5 6.5 7.0 1.0 21.0

Count 13.0 13.0 14.0 2.0 42.0Total

Expected Count 13.0 13.0 14.0 2.0 42.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 1.055a 3 .788

Likelihood Ratio 1.062 3 .786

Linear-by-Linear

Association.709 1 .400

N of Valid Cases 42

a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.00.

Test Statisticsa

klasifikasiumur

Absolute .143

Positive .000

Most Extreme Differences

Negative -.143

Kolmogorov-Smirnov Z .463

Asymp. Sig. (2-tailed) .983

a. Grouping Variable: kelompoksubjekuji

Page 101: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

83

kelompoksubjekuji * jeniskelamin Crosstabulation

Jeniskelamin

laki-laki Perempuan Total

Count 10 11 21perlakuan

Expected Count 9.5 11.5 21.0

Count 9 12 21

Kelompok

subjekuji

kontrol

Expected Count 9.5 11.5 21.0

Count 19 23 42Total

Expected Count 19.0 23.0 42.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .096a 1 .757

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .096 1 .757

Fisher's Exact Test 1.000 .500

Linear-by-Linear

Association.094 1 .759

N of Valid Casesb 42

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count

is 9.50.

b. Computed only for a 2x2 table

kelompoksubjekuji * pendidikan Crosstabulation

pendidikan

tidak

sekolah SD SLTP

SLT

A

Perguruan

Tinggi Total

Count 2 1 5 7 6 21perlakua

n Expected

Count2.0 1.0 3.0 7.5 7.5 21.0

Count 2 1 1 8 9 21

Kelompo

k

Subjekuji

kontrol

Expected

Count2.0 1.0 3.0 7.5 7.5 21.0

Count 4 2 6 15 15 42Total

Expected

Count4.0 2.0 6.0 15.0 15.0 42.0

Page 102: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

84

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 3.333a 4 .504

Likelihood Ratio 3.582 4 .466

Linear-by-Linear

Association.749 1 .387

N of Valid Cases 42

a. 6 cells (60.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.00.

Test Statisticsa

pendidikan

Absolute .190

Positive .190

Most Extreme Differences

Negative .000

Kolmogorov-Smirnov Z .617

Asymp. Sig. (2-tailed) .841

a. Grouping Variable: kelompoksubjekuji

kelompoksubjekuji * diagnosis Crosstabulation

diagnosis

ISPA bronkhitis

diagnosis

lainnya asma Total

Count 6 2 5 8 21perlakuan

Expected Count 7.0 2.0 6.5 5.5 21.0

Count 8 2 8 3 21

Kelompok

Subjekuji

Control

Expected Count 7.0 2.0 6.5 5.5 21.0

Count 14 4 13 11 42Total

Expected Count 14.0 4.0 13.0 11.0 42.0

Page 103: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

85

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 3.251a 3 .355

Likelihood Ratio 3.344 3 .342

Linear-by-Linear

Association1.307 1 .253

N of Valid Cases 42

a. 2 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 2.00.

Test Statisticsa

diagnosis

Absolute .238

Positive .000

Most Extreme Differences

Negative -.238

Kolmogorov-Smirnov Z .772

Asymp. Sig. (2-tailed) .591

a. Grouping Variable: kelompoksubjekuji

Page 104: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

86

Lampiran 7. Statistika Profil Obat Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Jumlahjenisobat .232 42 .000 .880 42 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Test Statisticsa

Jumlahjenisobat

Mann-Whitney U 188.000

Wilcoxon W 419.000

Z -.872

Asymp. Sig. (2-tailed) .383

a. Grouping Variable: kelompoksubjekuji

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Jumlahjenisobatrespirasi .289 42 .000 .763 42 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Test Statisticsa

Jumlahjenisobatr

espirasi

Mann-Whitney U 180.500

Wilcoxon W 411.500

Z -1.115

Asymp. Sig. (2-tailed) .265

a. Grouping Variable: kelompoksubjekuji

Page 105: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

87

Lampiran 8. Statistika Ketaatan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 Berdasarkan Jumlah Obat yang Digunakan

kelompoksubjekuji * persenketaatan Crosstabulation

persenketaatan

taat tidak taat Total

Count 14 7 21perlakuan

Expected Count 14.0 7.0 21.0

Count 14 7 21

Kelompok

subjekuji

kontrol

Expected Count 14.0 7.0 21.0

Count 28 14 42Total

Expected Count 28.0 14.0 42.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(2-sided)

Exact Sig.

(1-sided)

Pearson Chi-Square .000a 1 1.000

Continuity Correctionb.000 1 1.000

Likelihood Ratio .000 1 1.000

Fisher's Exact Test 1.000 .628

Linear-by-Linear

Association.000 1 1.000

N of Valid Casesb42

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

7.00.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 106: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

88

Lampiran 9. Statistik Ketaatan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 Berdasarkan Jumlah Keseluruhan Obat

yang Diterima

Kelompok taat

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 5.667a 6 .462

Likelihood Ratio 7.239 6 .299

Linear-by-Linear

Association.025 1 .874

N of Valid Cases 28

a. 12 cells (85.7%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is .50.

Test Statisticsa

jumlahjenisobat

Absolute .143

Positive .143

Most Extreme Differences

Negative -.143

Kolmogorov-Smirnov Z .378

Asymp. Sig. (2-tailed) .999

kelompoksubjekuji * jumlahjenisobat Crosstabulation

Jumlahjenisobat

kel 1

jenis

obat

kel 2

jenis

obat

kel 3

jenis

obat

kel 4

jenis

obat

kel 5

jenis

obat

kel 6

jenis

obat

kel 7

jenis

obat Total

Count 1 0 7 3 1 1 1 14perlakuan

Expected Count .5 .5 6.0 4.5 1.5 .5 .5 14.0

Count 0 1 5 6 2 0 0 14

Kelompok

subjekuji

kontrol

Expected Count .5 .5 6.0 4.5 1.5 .5 .5 14.0

Count 1 1 12 9 3 1 1 28Total

Expected Count 1.0 1.0 12.0 9.0 3.0 1.0 1.0 28.0

Page 107: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

89

Kelompok tidak taat

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 5.000a 2 .082

Likelihood Ratio 5.912 2 .052

Linear-by-Linear

Association4.500 1 .034

N of Valid Cases 14

a. 6 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 1.00.

Test Statisticsa

jumlahjenisobat

Absolute .571

Positive .000

Most Extreme Differences

Negative -.571

Kolmogorov-Smirnov Z 1.069

Asymp. Sig. (2-tailed) .203

a. Grouping Variable: kelompoksubjekuji

kelompoksubjekuji * jumlahjenisobat Crosstabulation

jumlahjenisobat

kel 2 jenis

obat

kel 3jenis

obat

kel 4 jenis

obat Total

Count 0 1 6 7perlakuan

Expected Count 1.0 2.0 4.0 7.0

Count 2 3 2 7

Kelompok

subjekuji

kontrol

Expected Count 1.0 2.0 4.0 7.0

Count 2 4 8 14Total

Expected Count 2.0 4.0 8.0 14.0

Page 108: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

90

Lampiran 10. Statistik Ketaatan Pasien Rawat Jalan di RS Panti Rini

Yogyakarta Periode Juni-Juli 2009 Berdasarkan Aturan Pakai

Kelompok taat

kelompokuji * aturanpakai Crosstabulation

aturanpakai

1xsehari 2xsehari 3xsehari Total

Count 5 7 10 22perlakuan

Expected Count 3.8 6.7 11.5 22.0

Count 3 7 14 24

Kelompok

Uji

Control

Expected Count 4.2 7.3 12.5 24.0

Count 8 14 24 46Total

Expected Count 8.0 14.0 24.0 46.0

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Pearson Chi- Square 1.082a 2 .582

Likelihood Ratio 1.088 2 .580

Linear-by-Linear

Association1.043 1 .307

N of Valid Cases 46

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum

expected count is 3.83.

Test Statisticsa

aturanpakai

Absolute .129

Positive .000

Most Extreme Differences

Negative -.129

Kolmogorov-Smirnov Z .436

Asymp. Sig. (2-tailed) .991

a. Grouping Variable: kelompokuji

Page 109: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

91

Kelompok tidak taat

kelompokuji * aturanpakai Crosstabulation

aturanpakai

2x sehari 3x sehari Total

Count 3 6 9perlakuan

Expected Count 2.8 6.2 9.0

Count 2 5 7

Kelompokuji

kontrol

Expected Count 2.2 4.8 7.0

Count 5 11 16Total

Expected Count 5.0 11.0 16.0

Chi-Square Tests

Value dfAsymp. Sig.(2-sided)

Exact Sig.(2-sided)

Exact Sig.(1-sided)

Pearson Chi-Square .042a 1 .838

Continuity Correctionb.000 1 1.000

Likelihood Ratio .042 1 .838

Fisher's Exact Test 1.000 .635

Linear-by-LinearAssociation

.039 1 .844

N of Valid Casesb16

a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is2.19.

b. Computed only for a 2x2 table

Test Statisticsa

Aturanpakai

Absolute .048

Positive .048

Most Extreme Differences

Negative .000

Kolmogorov-Smirnov Z .094

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

a. Grouping Variable: kelompokuji

Page 110: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

92

Lampiran 11. Data Pasien Kelompok Perlakuan yang Menjalani Rawat Jalan di RS Panti Rini Periode Juni-Juli 2009P 31.

Nama : STI Jenis Kelamin : perempuan Pendidikan : SD Umur : 48 th

Keluhan : sesak nafas Diagnosis : riwayat AsmaTanda Vital Tgl periksa: 08-06-09 Homevisit akhir : 13-06-09 Ketaatan

Suhu 36,70C 350C Aturan pakai Obat yang digunakanNama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakaneufilin retard

metil prednisolontremenza

spiramisin

2x1 p.c2x1 p.c2x1 p.c2x1 a.c

666

10

666

10

taattaattaattaat

taattaattaattaat

Outcome : membaik, tidak ada serangan asma Alat bantu : cukup membantu karena obat yang akan diminum sudah tersedia di dalamkotak.

P4Nama : SHJ Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : SLTP Umur : 80 th

Keluhan : sesak nafas pada malam hari Diagnosis : asmaTanda Vital Tgl periksa: 08-06-09 homevisit akhir : 01-07-09 Ketaatan

TD 130/80 mmHg 153/91 mmHg Aturan pakai Obat yang digunakanNama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanNeurodex®

Aminofillin 200 mgCTM 1 tab

Metil prednisolon 2 mgVentolin® nebulizer

1x1 p.c.

3x1 p.c.

-

30

90

1

24

90

-

Taat

Taat

Taat

Taat

Taat

Taat

2.

Outcome : membaik (pasien sudah tidak sesak) Alat bantu : bermanfaat, label tidak membingungkan

P 5

Nama : SMR Jenis Kelamin : perempuan Pendidikan : tidak sekolah Umur : 75 th

Keluhan : kontrol, riwayat asma Diagnosis : Hipertensi, AsmaTanda Vital Tgl periksa: 08-06-09 Homevisit akhir : 01-07-09 Ketaatan

TD 198 / 126 mmHg 149 / 131 mmHg Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

Herbesser CD 100Adalat Oros

Racikan ( Aminofilin, CTM,metilprednisolon)Ventolin nebulizer

1x1 sehari p.c.1x1 sehari p.c.3x1 sehari p.c.

303090

10

238

67

-

Tidak taatTidak taatTidak taat

Tidak taatTidak taatTidak taat

3.

Outcome : membaik, TD normal Alat bantu : sangat membantu, pasien malas mencontreng label

92

Page 111: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

93

P12

Nama : FXS Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : Perguruan Tinggi Umur : 80 th

Keluhan : nyeri pada tulang, sering pusing Diagnosis : Hipertensi, OsteoartritisTanda Vital Tgl periksa: 08-06-09 homevisit akhir : 05-07-09 Ketaatan

TD 125 / 70 mmHg 144 / 82 mmHg Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

Herbesser CD 100HCTNeurodexDekstrometorfanMeloksikam

1x1 p.c.1x 1/2 p.c.1x1 p.c.3x1 p.c.1x1 p.c.

303030206

303030206

TaatTaatTaatTaatTaat

TaatTaatTaatTaatTaat

4.

Outcome : membaik dan tidak ada keluhan Alat bantu : cukup bermanfaat bagi pasien

P13

Nama : END Jenis Kelamin : perempuan Pendidikan : Perguruan Tinggi Umur : 40 th

Keluhan : pusing, mual, batuk, pilek Diagnosis : -Tanda Vital Tgl periksa: 08-06-09 Homevisit akhir : 14-06-

09Ketaatan

Suhu 36,50C 360C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

Ambroxoldomperidonsefadroksilintunal

3x1 p.c3x1 a.c2x1 a.c2x1 p.c

10101012

5101010

Tidak taatTaatTaatTaat

Tidak TaatTaatTaatTaat

5.

Outcome : membaik (gejala telah sembuh) Alat bantu : bermanfaat, tetapi sulit diaplikasikan

P23

Nama : SGY Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : SLTA Umur : 35 th

Keluhan : batuk, flu Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 12-06-09 homevisit akhir : 17-06-

09Ketaatan

Suhu 36,80C 35,50C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

Megazingcortidexsiprofloksasinintunal

1x1 p.c2x1 p.c2x1 a.c3x1 p.c

6101012

47105

Tidak taatTidak taatTaatTidak taat

Tidak taatTidak taatTaatTidak taat

6.

Outcome : membaik (keluhan hilang) Alat bantu : bermanfaat

93

Page 112: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

94

P29

Nama : SHR Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : Tidak Ada Umur : 61 thKeluhan : pusing, terkadang sesaknya kambuh Diagnosis : DM, asmaTanda Vital Tgl periksa: 12-06-09 homevisit akhir : 12-06-09 Ketaatan

GDS 176 85 Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanMetformin 500Retaphyl

Ventolin inhalerVentolin NebulizerNeurodex

Glucosamin

1x1 sewaktu1x1 p.c--1x1 p.c1x1 p.c

3030--3030

3030--3030

taattaattaattaattaattaat

taattaattaattaattaattaat

7.

Outcomes : baik Alat bantu : bermanfaat dan membantu

P34

Nama : NGJ Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : SLTA Umur : 66 th

Keluhan : sesak nafas dan batuk Diagnosis : asmaTanda Vital Tgl periksa: 22-06-09 homevisit akhir : 02-07-09 Ketaatan

- - - Aturan pakai Obat yang digunakanNama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

AminofillinCTMEfedrinCodeinPrednison

3x1 p.c. 30 30

Taat Taat

8.

Outcome : membaik (pasien sudh tidak sesak) Alat bantu : bermanfaat, label tidak membingungkan

P42

Nama : SPH Jenis Kelamin : perempuan Pendidikan : SLTP Umur : 24 thKeluhan :bronchitis, parakardial, dahak (-), berdarah saat BAB Diagnosis : bronchitis, hemoroidTanda Vital Tgl periksa: 23-06-09 homevisit akhir : 16-07-09 Ketaatan

Suhu 36,50C 32,20C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

CTMGGAmoksisillinAsam traneksamat

3x1 p.c.3x1 p.c.3x1 a.c.3x1 p.c.

20202015

2092015

TaatTaatTaatTaat

TaatTidak taatTaatTaat

9.

Outcome : membaik (pasien sudh tidak sesak) Alat bantu : bermanfaat, label tidak membingungkan

94

Page 113: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

95

P47Nama : HSM Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : SLTP Umur : 72 thKeluhan : lemas, sesak Diagnosis : Hipertensi dan asthmaTanda Vital Tgl periksa: 23-06-09 homevisit akhir : 24-07-

09Ketaatan

TD 120/80 mmHg 130/84 mmHg Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

RetaphylGGHCTNeurodex

1x1 p.c.2x1 p.c.1x1 p.c.1x1 p.c.

30603030

30583028

TaatTidak taatTaatTidak taat

TaatTidak taatTaatTidak taat

10.

Outcomes : membaik sehingga obat tidak diminum lagi alat: sangat membantu karena memudahkan pasien dalam minum obat

P48Nama : DH Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 43 thKeluhan : batuk, sesak bernafas Diagnosis : asmaTanda Vital Tgl periksa: 24-06-09 homevisit akhir : 28-06-09 Ketaatan

Suhu 35,60C 36,30CAturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanSiprofloksasincortidexeufilinvectrin

2x1 a.c3x1 p.c2x1 p.c3x1 p.c.

10101010

10101010

taattaattaat

taattaattaat

11.

Outcomes : membaik alat: membantu dan rajin mencontreng

P53Nama : STO Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SLTP Umur : 65 th

Keluhan : Batuk, pilek Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 25-06-

09homevisit akhir : 29-06-09

Ketaatan

Suhu 360C 360CAturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanUplorestuzalossanexon

2x1 p.c3x1 p.c2x1 p.c

101010

101010

taattaattaat

taattaattaat

12

Outcomes : membaik tapi kadang masih batuk alat: cukup membantu

95

94

Page 114: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

96

P55

Nama : YN Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 19 thKeluhan : diare, mual, muntah,flu Diagnosis : ISCTanda Vital Tgl periksa: 25-06-09 homevisit akhir : 29-06-

09Ketaatan

Suhu 35,20C 35,10C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanNoflexinintunaltripanzim

1x1 a.c3x1 p.c3x1 p.c

51010

51010

taattaattaat

taattaattaat

14.

Outcomes : membaik alat: membantu sehingga lebih taat

P58

Nama : SKN Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 55 th

Keluhan : - Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 25-06-09 homevisit akhir : 29-06-09 Ketaatan

Suhu 35,70C 36,10CAturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanfarmoxil 500intunalmegazing

3x1 a.c3x1 p.c1x1 p.c

15105

15105

taattaattaat

taattaattaat

15.

Outcomes : membaik tapi kadang masih batuk alat: cukup membantu, namun disarankan agar alat dibuat lebih luas

P54

Nama : SSK Jenis Kelamin : perempuan Pendidikan : SLTP Umur : 74 th

Keluhan : badan lemas, pinggang pegal, tidak nafsu makan, badan terasa kaku, kontrol Diagnosis : SOPTTanda Vital Tgl periksa: 25-06-09 Homevisit akhir : 8-07-09 Ketaatan

- - - Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

Sanexon®

Epexol®

Asthin Forte®

1x1p.c.1x1p.c.1x1p.c.

151515

151515

TaatTaatTaat

TaatTaatTaat

13.

Outcome : kondisi membaik (batuk berkurang) Alat bantu : bermanfaat sekali, membuat obat tidak berceceran ke mana-mana

96

Page 115: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

97

P61

Nama : ISM Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 21 th

Keluhan : demam, batuk, pilek, pusing, tenggorokan sakit Diagnosis : ISPA

Tanda Vital Tgl periksa: 26-06-09 homevisit akhir : 30-06-09 Ketaatan

Suhu 400C 350C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

siprofloksasin 500

cortidex

intunal

2x1 p.c

3x1 p.c

3x1 a.c

10

15

16

10

15

16

taat

taat

taat

taat

taat

taat

16.

Outcomes : membaik tapi kadang masih batuk alat: cukup membantu

P63

Nama : SPM Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 62 th

Keluhan : sesak dan kontrol DC, riwayat Hipertensi Diagnosis : Hipertensi dan asthma

Tanda Vital Tgl periksa: 26-06-09 homevisit akhir : 24-07-

09Ketaatan

TD 150/90 mmHg 160/94 mmHg Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

Furosemide

KSR

Digoxin

Interphyl

Retaphyl

Neurodex

Ventolin Inhaler

1x1 p.c.

1x1 p.c.

2x ½ p.c.

2x ½ p.c.

1x1 p.c.

1x1 p.c.

2x1 puff

30

30

30

30

30

30

1

20

22

27

14

28

22

Tidak taat

Tidak taat

Tidak taat

Tidak taat

Tidak taat

Tidak taat

Tidak taat

Tidak taat

Tidak taat

Tidak taat

Tidak taat

Tidak taat

17.

Outcomes : membaik dan tidak ada keluhan alat: bermanfaat dan praktis

P83

Nama : FBS Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : PT Umur : 26 th

Keluhan : panas, batuk, pilek Diagnosis : ISPA

Tanda Vital Tgl periksa: 9 Juli 2009 homevisit akhir : 14 Juli

2009Ketaatan

Suhu 390C 36,20C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

Tuzalos

amoksisilin 500

cortidex

megazing

3x1 p.c

3x1 a.c

2x1 p.c

1x1 a.c

12

15

7

6

12

15

7

6

taat

taat

taat

taat

taat

taat

taat

taat

18.

Outcomes : membaik tapi kadang masih batuk alat: bermanfaat sekali

97

Page 116: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

98

P84

Nama : SL Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 51 th

Keluhan : Batuk, sesak nafas, pernah mengalami batuk berdahak 1 tahun yang lalu, sudah selesai pengobatan rutin Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa:9-7-09 homevisit akhir : 20-7-09 Ketaatan

Suhu 35,80C 35,90C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

sefadroxil 500ambroxolOBH sirup

2x1 p.c3x1 p.c3 dd 10cc

10151

1015habis

taattaattaat

taattaattaat

19.

Outcomes : membaik alat: bagus untuk kedisiplinan minum obat

P89

Nama : BBG Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 53 thKeluhan : Batuk, perut sakit Diagnosis : -Tanda Vital Tgl periksa:31-7-09 homevisit akhir : 31-8-09 Ketaatan

Suhu 35,70C 36,50CAturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanLanzoprasolGemfibrozilsefadroksilDMP

1x1 a.c1x1 p.c2x1 a.c3x1 p.c

15121020

1312719

taattaattaattaat

tidak taattadak taattidak taattidak taat

20.

Outcomes : membaik , pasien sering lupa minum obat alat: bermanfaat sebab tinggal ambil

P90

Nama : YA Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : Perguruan Tinggi Umur : 42 thKeluhan : batuk, meriang Diagnosis : BronkhitisTanda Vital Tgl periksa:31-7-09 homevisit akhir : 31-8-09 Ketaatan

Suhu 35,70C 36,50C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanLyzorSanmolCodipront

2x1 a.c3x1 p.c2x1 a.c

101510

10210

Taat Taat

21.

Outcomes : membaik , pasien sering lupa minum obat alat: bermanfaat sebab tinggal ambil

98

Page 117: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

99

Lampiran 12. Data Pasien Kelompok Kontrol yang Menjalani Rawat Jalan di RS Panti Rini Periode Juni-Juli 2009

K 16

Nama : SGM Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : SD Umur : 70 th

Keluhan : batuk, control Diagnosis : asmaTanda Vital Tgl periksa: 15-06-09 homevisit akhir : 19-06-

09Ketaatan

- - - Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

Euphylin®

Metil prednisolonSanadryl®

2x1 p.c.2x1 p.c.2x1 p.c.

881

88-

TaatTaatTaat

TaatTaatTaat

1.

Outcome : kondisi membaik, batuk berkurang

K 51

Nama : SNH Jenis Kelamin : perempuan Pendidikan : perguruan tinggi Umur : 50 th

Keluhan : kontrol, sesak Diagnosis : asmaTanda Vital Tgl periksa: 29-06-09 Homevisit akhir : 29-07-

09Ketaatan

- - - Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

Teofilin 200mgCTM 4mgEfedrin 5 mgKodein 60Salbutamol

1x1 p.c. sprn

2x1 p.c.

60

10

30

4

Taat

Tidak taat

Taat

Tidak taat

2.

Outcome : kondisi membaik, tidak ada serangan asma

K53

Nama : BR Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : PT Umur : 48 thKeluhan : pusing, flu Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 29-06-09 homevisit akhir : 3-07-09 Ketaatan

Suhu 35,70C 36,10C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanSanmolfarmoxiltuzalosmegazing

3x1 p.c3x1 p.c3x1 p.c1x1 p.c

71576

51475

taattaattaattaat

tidak taattidak taattaattidak taat

3.

Outcomes : membaik

99

Page 118: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

100

K60

Nama : WRY Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : tidak berpendidikan Umur : 70 th

Keluhan : kontrol HT dan batuk Diagnosis : HTTanda Vital Tgl periksa: 30-06-09 homevisit akhir : 29-07-

09TD 120/80 mmHg 174/100 mmHg Ketaatan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan Aturan pakai Obat yang digunakan

FarsikDigoxinFarmasal

Codein 10

1x1 p.c.2x1/2 p.c.1x1 p.c.1x1p.c.

30303030

27262729

taattaattaattaat

tidak taattidak taattidak taattidak taat

4.

Outcomes : membaik

K62

Nama : MJY Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 47 th

Keluhan : batuk Diagnosis : ISPA, DM, HTTanda Vital Tgl periksa: 24-06-09 homevisit akhir : 6-07-09 Ketaatan

TDGDSuhu

140/150 mmHg173 mg/dL36,40C

165/85 mmHg165 mg/dL35,30C

Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanHumulinvalsartansiprofloksasinkodein

2x1 p.c1x1 p.c2x1 a.c3x1 p.c

-301020

-301020

taattaattaattaat

taattaattaattaat

5.

Outcomes : membaik

K64

Nama : WDN Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 28 th

Keluhan : gatal pada leher, pilek, nyeri dan demam Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 1-07-09 homevisit akhir : 6-07-09 Ketaatan

Suhu 36,60C 360C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanfarmoxil 500intunalcortidexcataflam 50

3x1 p.c3x1 p.c2x1 p.c2x1 p.c

157107

157107

taattaattaattaat

taattaattaattaat

6.

Outcomes : membaik

100

Page 119: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

101

K65

Nama : TKM Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SD Umur : 70 thKeluhan : pusing, mual, batuk, pilek Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 1-07-09 homevisit akhir : 6-07-09 Ketaatan

Suhu 35,50C 34,40C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanintunal fortecortidexfarmoxilcataflam 50

3x1 p.c2x1 p.c3x1 p.c2x1 p.c

1210156

12886

taattaattaattaat

taattidak taattidak taattaat

7.

Outcomes : tidak ada perubahan

K70

Nama : JYS Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 87 th

Keluhan : kontrol rutin, kadang-kadang pusing Diagnosis :HT, asmaTanda Vital Tgl periksa: 2-07-09 homevisit akhir : 31-07-09 Ketaatan

TD 148/89 151/93 Aturan pakai Obat yang digunakanNama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

FurosemidKSRRetaphilMethyl prednisolonAsam mefenamat

1x1 p.c1x1 p.c1x1 p.c1x1 p.c1x1 p.c

3030303010

3030303010

TaatTaatTaatTaatTaat

Taat

8.

Outcomes : membaik

K72Nama : WND Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 65 th

Keluhan : kontrol HT, batuk Diagnosis : HTTanda Vital Tgl periksa: 2-07-09 homevisit akhir : 31-07-09

TD 130/80 148/99Ketaatan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan Aturan pakai Obat yang digunakan

R/ Herbesser CD 100R/ Simvastatin 10R/ Codipront Cum Expect

1x1 p.c.1x1 p.c.2x1 p.c.

303010

303010

Taattaattaat

tidak taattidak taattidak taat

9.

Outcomes : membaik

101

Page 120: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

102

K 76

Nama : AGA Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : SLTA Umur : 23 th

Keluhan : kontrol sehabis operasi, batuk Diagnosis : pmt DHFTanda Vital Tgl periksa: 02-07-09 homevisit akhir : 09-07-09 Ketaatan

TDSGOTSGPT

110/60 mmHg109,873,4

---

Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

HP-PROCodipront

3x12x1

2010

2010

TaatTaat

TaatTaat

10.

Outcome : kondisi menbaik, kerongkongan agak gatal

K82

Nama : VN Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 26 th

Keluhan : Flu, batuk, pilek, pusing Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 14-07-09 homevisit akhir : 17-07-09 Ketaatan

Suhu 36,50C 34,20C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakan

Tuzalosethimoxcortidex

3x1 p.c3x1 p.c3x1 p.c

101510

6116

taattaattaat

tidak taattidak taattidak taat

11.

Outcome: membaik

K83Nama : JMN Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMP Umur : 71 thKeluhan : - Diagnosis : DMTanda Vital Tgl periksa: 14-07-09 homevisit akhir : 3-08-09 Ketaatan

TDGDS

130/80162

169/100189

Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanHerbesser CD100GlucodexMetforminNeurodexDextrometrophan

1x1 p.c.2x1 a.c.3x1 swkt makan1x1 p.c.3x1 p.c.

3060903020

2140612020

taattaattaattaattaat

tidak taattidak taattidak taattidak taattaat

12.

Outcomes : baik

102

Page 121: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

103

K85

Nama : SND Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : PT Umur : 40 th

Keluhan : batuk, pilek, pusing, demam Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 16-07-09 homevisit akhir : 20-07-09 Ketaatan

Suhu 360C 35,60C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanIntunalfarmoxilcataflamcortidex

3x1 p.c3x1 a.c2x1 a.c2x1 p.c

715610

71269

taattaattaattaat

taattidak taattaattidak taat

13.

Outcomes : membaik

K86

Nama : HP Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : PT Umur : 25 thKeluhan : pusing, mual Diagnosis : dyspepsiaTanda Vital Tgl periksa: 16-07-09 homevisit akhir : 21-07-09 Ketaatan

Suhu 36,60C 36,60C Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanTuzalossiprofloksasinmagard FA

3x1 p.c2x1 a.c2x1 a.c(dikunyah)

151010

81010

taattaattaat

tidak taattaattaat

14.

Outcomes : tidak ada perubahan

K88

Nama : LST Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 20 th

Keluhan : batuk, pilek, pusing, demamDiagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 17-07-09 homevisit akhir : 21-07-09 Ketaatan

SuhuTD

370C100/60

36,40C-

Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanFarmoxilintunalmegazingcortidex

3x1 a.c3x1 p.c3x1 p.c3x1 p.c

1510510

1510510

taattaattaattaat

taattaattaattaat

15.

Outcomes : membaik

103

Page 122: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

104

K90

Nama : ED Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : Perguruan Tinggi Umur : 30 th

Keluhan : batuk, perut tidak enak Diagnosis : -Tanda Vital Tgl periksa: 21-07-09 homevisit akhir : 27-07-09 Ketaatan

- - - Aturan pakai Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanOmevelMyovitonDMP

1x1 a.c1x1 p.c3x1 p.c

71015

71015

Taat Taat

16.

Outcomes : membaik

K91

Nama : AAT Jenis Kelamin : laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 32 th

Keluhan : batuk, demam, kontrol kolesterol Diagnosis : DislipidemiaTanda Vital Tgl periksa: 21-07-09 homevisit akhir : 27-0709 Ketaatan

- - - Aturanpakai

Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanEvotilIntunalPectocil

1x13x1 p.c Kp3x1 p.c

201015

8815

Taat Taat

17.

Outcomes : membaik

K92

Nama : TM Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : SMA Umur : 44 thKeluhan : batuk, demam, sesak nafas Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 21-07-09 homevisit akhir : 23-07-09 Ketaatan

Suhu 36,70C 35,90C Aturanpakai

Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakansefadroksil 500intunalpectocil

2x1 p.c3x1 p.c3x1 p.c

101215

81112

taattaattaat

tidak taattidak taattidak taat

18.

Outcomes : membaik

104

Page 123: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

105

K93

Nama : SBN Jenis Kelamin : Laki-laki Pendidikan : Perguruan Tinggi Umur : 74 thKeluhan : batuk Diagnosis : -Tanda Vital Tgl periksa: 21-07-09 homevisit akhir : 27-07-09 Ketaatan

- - - Aturanpakai

Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanValsartanDMP

1x1 p.c3x1 p.c

3020

717

Tidak taatTidak taat

Tidak taatTidak taat

19.

Outcomes : membaik

K96

Nama : NF Jenis Kelamin : perempuan Pendidikan : SMA Umur : 20 thKeluhan : batuk, pusing, tengorokan sakit,badan sakit semua Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 21-07-09 homevisit akhir : 27-07-09 Ketaatan

- - - Aturanpakai

Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanEyhimoxTuzalosCortidex

3x1 p.c3x1 p.c3x1 p.c

151010

151010

TaatTaatTaat

TaatTaatTaat

20.

Outcomes : membaik

K97

Nama : SFK Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA Umur : 20 th

Keluhan : batuk kering, pusing, demam, perut sakit Diagnosis : ISPATanda Vital Tgl periksa: 24-07-09 homevisit akhir : 28-07-09 Ketaatan

Suhu 360C 36,70C Aturanpakai

Obat yang digunakan

Nama Obat Aturan Pakai Jumlah obat Obat yang digunakanfarmoxil 500intunalcortidexdermasolon salep

3x1 a.c3x1 p.c3x1 p.c-

151010-

151010-

taattaattaattaat

taattaattaattidak taat

21.

Outcome: membaik

105

Page 124: EVALUASI KETAATAN PASIEN RAWAT JALAN RS PANTI RINI ... · i evaluasi ketaatan pasien rawat jalan rs panti rini yogyakarta antara pasien yang diberi informasi versus informasi plus

92

BIOGRAFI PENULIS

Shielanita Eulampia merupakan anak kedua dari tiga

bersaudara pasangan Agustinus Djoko Agoes dan Kristina

Hoo nanik Atik. Lahir di Yogyakarta pada tanggal 12

Oktober 1987. Penulis memulai pendidikan di Taman

Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Tarakanita Bumijo

Yogyakarta pada tahun 1992-2000. Selanjutnya penulis

menempuh pendidikan di SMPN 15 Yogyakarta pada tahun

2000-2003. Pada tahun 2006, penulis menamatkan pendidikan di SMA BOPKRI 1

Yogyakarta. Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma hingga saat ini.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah mengikuti kegiatan kepanitiaan

antara lain : Panitia Pekan Suci Campus Ministry, Panitia Sumpahan Apoteker, serta

Panitia Seminar Enterpreneurship yang diadakan di kampus Sanata Dharma. Selain

kegiatan dilingkungan kampus, penulis juga aktif dalam organisasi kepemudaan di

lingkungan tempat tinggal dan pernah menduduki posisi sebagai bendahara periode

2008-2009.

106