evaluasi kemungkinan implementasi just in time...
TRANSCRIPT
EVALUASI KEMUNGKINAN IMPLEMENTASI JUST IN TIME PRODUKSI
Studi Kasus pada CV. Komunika Karya Anteronusa Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Al. Catur Budi Setiawan
NIM : 002114121
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2009
EVALUASI KEMUNGKINAN IMPLEMENTASI JUST IN TIME PRODUKSI
Studi Kasus pada CV. Komunika Karya Anteronusa Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Oleh:
Al. Catur Budi Setiawan
NIM : 002114121
PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
ii
iii
iv
HALAMAN MOTO dan PERSEMBAHAN
Hambatan adalah pintu menuju jalan yang sebetulnya, jalan menuju keberhasilan
kita - yang sering tersembunyi dibalik hambatan - hambatan yang selama ini kita
keluhkan.
Sesungguhnya, kehidupan kita dibentuk oleh masalah-masalah kita. Dengannya,
hanya orang lemah yang mengharapkan kehidupan tanpa masalah.
Mario Teguh
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Ayah dan Ibu yang tercinta
Kakakku Eko Abdi Prabowo
Kakakku Antonius Dwi Nugroho
Kakakku Heru Tri Prasetyo
v
vi
ix
ABSTRAK
EVALUASI KEMUNGKINAN IMPLEMENTASI JUST IN TIME PRODUKSI
Studi Kasus pada CV. Komunika Karya Anteronusa Yogyakarta
Al. Catur Budi Setiawan
002114121 Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2009
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui proses produksi yang diterapkan oleh CV Komunika Karya Anteronusa. (2) Mengetahui kemungkinan penerapan sistem produksi Just In Time pada CV Komunika Karya Anteronusa. Latar belakang penelitian ini adalah sistem proses produksi Just In time menawarkan proses produksi yang efektif dan efisien tanpa harus menanggung pemborosan biaya persediaan dan menjamin pemanfaatan waktu produksi dengan sebaik-baiknya. Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan melakukan wawancara secara langsung, observasi, serta dokumentasi. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis komparatif yaitu teknik yang digunakan untuk membandingkan objek penelitian dengan teori sebagai konsep pembanding.Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan syarat-syarat sistem produksi Just In Time yang dipenuhi oleh perusahaan adalah: (1) Layout proses produksi, (2) Pelatihan tim dan karyawan, (3) Sistem aliran produksi, (4) Zero Inventory pada produksi pupuk padat & cair, (5) Visibilitas atau pengendalian visual, (6) Eliminasi kemacetan, (7) Pemeliharaan Mesin, dan (8) Pemasok. Sedangkan syarat-syarat sistem produksi Just In Time yang tidak terpenuhi antara lain berupa: (1) Penggunaan kartu kanban, (2) Zero Inventory pada produksi pupuk bubuk kristal, (3) Ukuran lot produksi dan waktu setup, (4) Kemampuan proses, Statistical Process Controling dan perbaikan berkesinambungan. Namun apabila perusahaan di masa yang akan datang semakin besar dan komplek maka syarat-syarat sistem produksi Just In Time yang tidak terpenuhi berupa: (1) Penggunaan kartu kanban, (2) Zero Inventory pada produksi pupuk bubuk kristal, (3) Ukuran lot produksi dan waktu setup, (4) Kemampuan proses, Statistical Process Controling dan perbaikan berkesinambungan dimungkinkan dapat terpenuhi.
vii
ABSTRACT
AN EVALUATION OF THE POSSIBILITY OF IMPLEMENTATION OF PRODUCTION JUST IN TIME
A Case Study at CV Komunika Karya Anteronusa Yogyakarta
Al. Catur Budi Setiawan 002114121
Sanata Dharma University Yogyakarta
2009
The aims of this study were to find out: (1) the process of production which was implemented by CV Komunika Karya Anteronusa and (2) the possibility of implementation of production system of Just In Time at CV Komunika Karya Anteronusa. The background of this research was the production system of Just In Time offered an effective and efficient production process without bearing the wasting of inventory and ensuring production time utilization at best.
The kind of this study was a case study. The data used in this research were obtained by direct interview, observation, and documentation. The data analysis technique used was comparative analysis, the technique that was used for comparing the research object and the theory as a comparing concept. This research was qualitative research.
The result of research showed that the conditions of production system of Just In Time fulfilled by the enterprise were (1) production process layout, (2) team and employees training, (3) production circulation system, (4) Zero Inventory in solid and liquid fertilizer production, (5) Visibility or visual controlling, (6) Elimination of congestion, (7) Machine maintenance, and (8) supplier. While the conditions of production system of Just In Time that were not fulfilled by the enterprise were (1) the use of kanban card, (2) Zero Inventory in crystal fertilizer production, (3) the production lot size and setup time, (4) process ability, Statistical Process Controlling and sustainable repair. But if the enterprise in the future was bigger and more complex, the conditions of production system of Just In Time that were not fulfilled by the enterprise were (1) the use of kanban card, (2) Zero Inventory in crystal fertilizer production, (3) the production lot size and setup time, (4) process ability, Statistical Process Controlling and sustainable repair could be fulfilled.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Bapa di surga atas segala berkat dan
rahmat-Nya dari awal hingga terselesainya penyusunan skripsi yang berjudul
“EVALUASI KEMUNGKINAN IMPLEMENTASI JUST IN TIME
PRODUKSI”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada program studi Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terlaksana dengan baik tanpa
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait, oleh karena itu penulis
dengan segala kerendahan hati dalam kesempatan ini menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. Yohanes Pembaptis Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., selaku Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
memberikan bantuan baik teknis maupun non teknis.
2. Bapak Drs. Yusef Widya Karsana, Akt., M.Si., QIA., selaku Kepala Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
yang telah banyak memberikan bantuan baik teknis maupun non teknis.
3. Bapak Drs. Edi Kustanto, M.M., selaku Dosen Pembimbing I yang telah
berkenan untuk memberikan bimbingan, masukan, semangat, nasehat, dan
saran kepada penulis dalam menulis skripsi ini.
x
4. Ibu M. Trisnawati Rahayu, S.E., M.Si., Akt., QIA., selaku Dosen Pembimbing
II yang telah berkenan untuk memberikan bimbingan, masukan, semangat,
dan saran kepada penulis dalam menulis skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan
bimbingan, bantuan, dan kerjasama yang baik selama penulis belajar di
Universitas Sanata Dharma.
6. Bapak Hidayat Sumbodo, selaku pimpinan dan pemilik CV. Komunika Karya
Anteronusa Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian di CV. Komunika Karya Anteronusa Yogyakarta.
7. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang dengan penuh perhatian selalu
memberikan doa, semangat, dorongan, nasehat, serta telah mengorbankan
segalanya demi kelangsungan dan terselesaikannya studi penulis.
8. Kakakku Heru Tri Prasetyo beserta istri, yang tidak ada putus dan hentinya
selalu memberikan semangat, nasehat, masukan, kritikan, omelan sehingga
penulis sadar dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Kakakku Eko Abdi Prabowo beserta istri dan pasukan kecilnya Dhita dan
Pipit, yang selalu memberikan semangat, nasehat yang berarti bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Kakakku Antonius Dwi Nugroho, yang selalu memberikan semangat dan
dorongan sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Agnes Widyawati yang selalu memberikan semangat penulis hingga skripsi
ini dapat selesai.
xi
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ........................ v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR................................................................ viii
HALAMAN DAFTAR ISI .............................................................................. xi
HALAMAN DAFTAR GAMBAR.................................................................. xiv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN............................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... 3
C. Batasan Masalah ...................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
F. Sistematika Penulisan............................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Produksi Just In Time ................................................... 7
xiii
1. Kalkulasi Biaya Produk Tradisional.................................... 7
2. Keterbatasan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional ............. 9
3. Kalkulasi Biaya Produk Berdasarkan Aktivitas .................. 10
4. Just In Time ......................................................................... 13
5. Pembelian Just In Time ....................................................... 15
6. Produksi Just In Time .......................................................... 16
7. Tujuan Just In Time ............................................................. 16
8. Manfaat Just In Time ........................................................... 17
9. Hambatan Penerapan Sistem Just In Time ......................... 18
10. Keuntungan dan Kerugian Implementasi
Pemanufakturan Just In Time ............................................ 19
11. Syarat-syarat Implementasi dalam Sistem
Pemanufakturan Just In Time ............................................. 21
12. Perbedaan JIT dengan Tradisional ..................................... 26
B. Penelitian Terdahulu................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 30
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 30
C. Subjek dan Objek Penelitian..................................................... 30
D. Metode Pengambilan Data ...................................................... 31
E. Teknik Analisis Data ................................................................ 31
xiv
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ................................... 34
B. Lokasi Perusahaan .................................................................... 36
C. Struktur Organisasi ................................................................... 37
D. Proses Produksi ....................................................................... 42
E. Pemasaran ................................................................................. 46
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Proses Produksi ........................................................................ 48
B. Perbandingan Proses Produksi dengan
Syarat-Syarat Just In Time ....................................................... 59
C. Pembahasan ............................................................................... 64
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................... 69
B. Keterbatasan Penelitian ...........................................................
70
C. Saran. ....................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 72
LAMPIRAN..................................................................................................... 74
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1. Perbedaan JIT dengan Tradisional ........................................... 27
Gambar 4.1.Struktur Organisasi CV. Komunika Karya Anteronusa ........... 38
Gambar5.1: Sistem Aliran Produksi Pupuk Cair ......................................... 51
Gambar5.2: Sistem Aliran Produksi Pupuk Kristal ..................................... 53
Gambar5.1: Sistem Aliran Produksi Pupuk Solid ....................................... 54
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 2 Daftar Pertanyaan Just In Time
Lampiran 3 Daftar Pertanyaan Panduan Observasi
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semenjak terjadi revolusi industri, banyak perusahaan melakukan
produksi secara besar-besaran untuk memenuhi permintaan pasar yang sangat
besar dari sisi kuantitas. Akan tetapi ketika persaingan usaha menjadi semakin
ketat, konsumen memerlukan produk dengan kualitas yang tinggi dan berharga
murah. Keadaan ini mendorong perusahaan-perusahaan untuk memperbaiki
proses produksinya agar menghasilkan produk dengan kualitas tinggi dan biaya
produksi menjadi semakin efisien. Efektifitas dan efisiensi menjadi hal yang
mutlak diperlukan sebuah perusahaan jika mau bertahan hidup dalam situasi yang
semakin sulit.
Efektifitas dan efisiensi proses produksi sebuah perusahaan menentukan
masa depan perusahaan tersebut. Ketika proses produksi suatu perusahaan tidak
dikelola dengan baik, dapat dipastikan resiko pemborosan sumber daya,
tingginya produk cacat dan usang yang tidak layak jual, dan pencurian bahan
baku ataupun barang jadi akan semakin tinggi. Hal ini akan berakibat perusahaan
mengalami kerugian.
Konsep proses produksi modern harus mengandung efektifitas dan
efisiensi agar mampu untuk menjawab tuntutan jaman dengan segala batasan dan
peluangnya. Oleh karena itu, Taiichi Ohno (1995: 1) menciptakan suatu konsep
1
2
proses produksi yang dikenal dengan istilah Just in Time. Menurut Taiichi Ohno
Just In Time merupakan suatu rangkaian proses produksi dimana suku cadang
yang diperlukan untuk perakitan tiba pada ujung lini rakit pada waktu yang
diperlukan.
Persediaan juga dapat menimbulkan biaya yakni biaya penyimpanan. Jika
persediaan bahan baku menjadi berlebihan, biaya penyimpanan persediaan
tersebut juga akan naik. Hal ini disebabkan karena membutuhkan tempat
penyimpanan yang lebih besar atau banyak, bertambahnya biaya tenaga kerja
untuk mengawasi barang-barang tersebut, dan juga semakin banyak waktu pula
yang terbuang untuk mengurusi persediaan. Dari segi waktu, proses produksi
yang memakan waktu lama juga akan menimbulkan banyak biaya. Biaya tenaga
kerja, biaya sumber daya produksi seperti listrik dan bahan bakar juga menjadi
tinggi, juga ada resiko konsumen harus menunggu relatif lebih lama untuk
menikmati hasil produksi tersebut.
Adanya persediaan yang nilainya relatif tinggi dianggap sebagai
pemborosan yang berdampak negatif pada semangat kompetitif perusahaan.
Biaya-biaya yang tidak bernilai tambah tersebut akan dibebankan pada harga
produk sehingga menjadikannya tidak kompetitif dibandingkan dengan produk
yang lain. Agar harga jual lebih kompetitif, perusahaan harus menghilangkan
aktivitas yang tidak bernilai tambah dalam biaya produksi. Untuk memangkas
biaya produksi, diperlukan suatu sistem produksi yang efisien dan efektif. Sistem
proses produksi Just In Time menawarkan proses produksi yang efektif dan
3
efisien tanpa harus menanggung pemborosan biaya persediaan dan menjamin
pemanfaatan waktu produksi dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya, konsep
Just In Time ini tidak mudah untuk diterapkan disemua perusahaan, karena
adanya hambatan-hambatan yang dijumpai, seperti contohnya: budaya kerja,
ketersediaan bahan baku yang berkualitas, kemampuan pekerja, kemampuan
mesin produksi.
Dengan mempertimbangkan manfaat-manfaat penerapan sistem proses
produksi Just In Time, dan persyaratan-persyaratan sistem proses produksi
tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengevaluasi kemungkinan penerapan
sistem Just In Time dalam proses produksi di CV. Komunika Karya Anteronusa.
B. Rumusan Masalah
Dalam merumuskan permasalahan penelitian, peneliti merumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses produksi yang diterapkan di CV Komunika Karya
Anteronusa?
2. Apakah sistem Just In Time produksi dapat diterapkan di CV Komunika
Karya Anteronusa?
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya membatasi permasalahan pada penerapan sistem Just
In Time dalam proses produksi.
4
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitan adalah untuk menjawab rumusan masalah yang telah
ditentukan oleh peneliti mengenai bagaimana proses produksi yang diterapkan
oleh CV Komunika Karya Anteronusa dan apakah sistem produksi Just In Time
dapat diterapkan di perusahaan tersebut?
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penelitian ini, perusahaan dapat menggunakan hasil
evaluasi penelitian sebagai bahan pertimbangan dalam menjalankan proses
produksi, khususnya proses produksi Just In Time.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menerapkan teori kedalam
praktek yang sesungguhnya bagaimana menjalankan proses produksi
secara Just In Time.
3. Bagi Universitas
Melalui penelitian ini, peneliti dapat memberikan sumbangan pengetahuan
yang berkenaan dengan implementasi Just In Time produksi.
5
F. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar
pembahasan permasalahan yang ada dan ditujukan sebagai landasan
untuk mengolah data.
BAB III METODA PENELITIAN
Bab ini akan dijelaskan tentang jenis penelitian, tempat dan waktu
penelitian, subyek dan obyek penelitian, data yang digunakan, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini menjelaskan tentang deskripsi sejarah berdirinya perusahaan
dan perkembangan perusahaan, struktur organisasi perusahaan,
personalia, proses produksi dan pemasaran.
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang evaluasi data yang terdapat pada
perusahaan dan pembahasan hasil penelitian mengenai kemungkinan
implementasi Just In Time produksi.
6
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan yang telah
dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran-saran yang diberikan
kepada perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Produksi Just In Time
1. Kalkulasi Biaya Produk Tradisional
Kalkulasi biaya produk tradisional hanya membebankan biaya produksi
pada produk. Seperti telah dijelaskan, pembebanan biaya langsung dan tenaga
kerja langsung ke produk tidak memiliki tantangan secara khusus. Biaya-
biaya ini dapat dibebankan ke produk dengan menggunakan penelusuran
langsung atau penelususran penggerak yang sangat akurat. Sistem biaya yang
paling tradisional dirancang untuk memastikan hal ini dapat terjadi. Biaya
overhead sebaliknya memiliki masalah berbeda, hubungan input output yang
dapat diobservasi secara fisik antara tenaga kerja langsung, bahan baku
langsung, dan produk tidak tersedia untuk overhead. Pembebanan overhead
harus bergantung pada penelusuran penggerak dan alokasi titik.
Pada sistem biaya tradisional, hanya penggerak aktivitas tingkat unit
digunakan untuk membebankan biaya kepada produk. Penggerak aktivitas
tingkat unit (unit level activity drivers) adalah faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang
diproduksi. Penggunaan hanya penggerak berdasarkan unit untuk
membebankan biaya overhead ke produk mengasumsikan bahwa overhead
yang dikonsumsi produk berkorelasi tinggi dengan jumlah unit yang
7
8
diproduksi. Penggerak aktivitas berdasarkan unit membebankan overhead
kepada produk melalui penggunaan tarif pabrik secara menyeluruh atau
departemental. Contoh penggerak tingkat unit yang secara umum digunakan
untuk membebankan overhead meliputi:
1. Unit yang diproduksi
2. Jam tenaga kerja langsung
3. Jumlah rupiah tenaga kerja langsung
4. Jam mesin
5. Bahan langsung
Setelah mengidentifikasi penggerak (drivers) tingkat unit yang mungkin,
maka harus memprediksi tingkat output yang diukur oleh drivers tersebut.
Walaupun setiap tingkat yang wajar dari setiap aktivitas dapat dipilih, masih
diperlukan pula aktivitas aktual yang diharapkan dan aktivitas normal.
Tingkat aktivitas yang diharapkan (expected activity level) adalah output
aktivitas yang diharapkan dicapai oleh perusahaan pada tahun yang akan
datang. Tingkat aktivitas normal (normal activity level) adalah output aktivitas
rata-rata yang merupakan pengalaman perusahaan dalam jangka panjang
(volume normal dihitung selama lebih dari satu tahun). Dari dua pilihan
tersebut, aktivitas normal memiliki keunggulan berupa penggunaan tingkat
aktivitas yang sama dari tahun ke tahun. Sebagai akibatnya hal ini
mengakibatkan rendahnya fluktuasi dari tahun ke tahun dalam pembebanan
overhead per unit.
9
2. Keterbatasan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional
Tarif pabrik secara menyeluruh dan tarif departemental telah digunakan
selama beberapa dekade dan terus digunakan secara sukses oleh banyak
organisasi. Pada beberapa situasi tarif tersebut tidak cocok dan dapat
menimbulkan distorsi biaya produk yang parah. Untuk perusahaan yang
beroperasi dalam lingkungan produksi canggih akan menimbulkan distorsi
biaya yang parah yang ditunjukkan dengan kompetensi yang tinggi pada
tingkat dunia, perbaikan yang terus menerus, manajemen mutu total (TQM),
kepuasan total pelanggan, dan teknologi canggih. Setelah perusahaan
beroperasi pada lingkungan canggih dengan mengadopsi strategi-strategi baru,
untuk mencapai keuanggulan kompetitif, sistem akuntansi biaya seringkali
pula harus berubah. Secara khusus kebutuhan akan biaya produk yang lebih
akurat telah memaksa banyak perusahaan untuk memperhatikan secara serius
prosedur kalkulasi biaya. Sistem biaya yang cocok pada masa lalu belum tentu
cocok digunakan saat ini. Berikut ini merupakan ciri-ciri sistem biaya yang
ketinggalan jaman (Hansen & Mowen, 2000:159):
1) Hasil dari penawaran sulit dijelaskan
2) Harga pesaing nampak sedemikian rendah sehingga tidak masuk akal
3) Produk yang sulit diproduksi menunjukkan laba yang tinggi
4) Manajer operasional ingin menghentikan produk-produk yang
kelihatanya menguntungkan.
5) Margin laba sulit untuk dijelaskan
10
6) Perusahaan menghasilkan keuntungan yang tinggi hanya bagi
perusahaan sendiri
7) Pelanggan tidak mengeluh atas naiknya harga
8) Departemen akuntansi menghabiskan banyak waktu untuk memberikan
data biaya bagi proyek khusus.
9) Beberapa departemen menggunakan sistem akuntansinya sendiri
10) Biaya produk berubah karena perubahan peraturan pelaporan keuangan
Dua faktor utama yang menyebabkan ketidakmampuan tarif pabrik
menyeluruh dan departemental berdasarkan unit untuk membebankan biaya
overhead secara tepat adalah berupa: (1) proporsi biaya overhead yang tidak
berkaitan dengan unit terhdap total biaya overhead adalah besar, dan (2)
tingkat keragaman produk besar.
3. Kalkulasi Biaya Produk Berdasarkan Aktivitas
Sistem biaya produk berdasarkan aktivitas (activity based costing
=ABC) pertama-tama yang dilakukan adalah menelusuri biaya aktivitas dan
kemudian ke produk. Oleh sebab itu ABC juga merupakan proses dua tahap,
tetapi pada tahap pertama menelusuri biaya overhead ke aktivitas bukan ke
unit organisasi seperti pabrik atau departemen. Dalam sistem ABC atau
tradisional tahap kedua meliputi pembebanan biaya ke produk. Namun sistem
ABC menekanan penelusuran langsung dan penelusuran penggerak
11
(menekanan hubungan sebab akibat). Sedangkan sistem biaya tradisional
cenderung intensif alokasi (sangat mengabaikan hubungan sebab akibat).
Perbedaan utama dari perhitungan antara dua metode tersebut adalah
pada sifat dan jumlah penggerak biaya yang digunakan. ABC menggunakan
penggerak biaya aktivitas berdasarkan unit maupun non unit. Penggerak ini
harus mencerminkan hubungan sebab akibat. Dalam istilah praktis, penggerak
harus menjelaskan perubahan biaya aktivitas dalam prosentase yang cukup
besar. Menurut Hansen & Mowen (2000:160) kriteria ini dapat diuji dengan
mempersiapkan rumus biaya untuk setiap aktivitas dan menggunakan
penggerak aktivitas yang memiliki R2 yang tinggi. Pada umumnya jumlah
penggerak lebih banyak dibandingkan jumlah penggerak berdasarkan unit
yang umumnya digunakan pada sistem tradisional. Sebagai hasilnya metode
ABC menghasilkan kalkulasi biaya produk yang semkain akurat. Namun dari
perspektif manajerial sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi
biaya produk yang akurat. Sistem ABC juga menyediakan informasi tentang
biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat menlusuri biaya-
biaya secara akurat ke obyek biaya selain produk. Misalnya pelanggan dan
saluran distribusi. Sebagai contoh dengan mengetahui biaya aktivitas
pentingnya bagi organisasi, dan seberapa efektif melaksanakannya seorang
manajer untuk berfokus pada aktivitas yang mungkin menawarkan
kesempatan penghematan biaya aktivitas tersebut telah disederhanakan,
dilakukan dengan lebih efisien, dan dileminasi.
12
Keakuratan kalkulasi biaya produk sistem ABC ditingkatkan dengan
menciptakan kelompok biaya dan mengidentifikasikan penggerak aktivitas
yang dapat digunakan untuk membebanakan biaya ke setiap kelompok.
Karena sejumlah besar aktivitas overhead dikonsumsi secara bersama oleh
produk, upaya dan beban dari sistem ABC dapat dipertimbangkan.
Perusahaan dengan produk tunggal dan berbagai macam produk memiliki
masalah dengan keakuratan biaya. Semua aktivitas dan biaya overhead secara
langsung dapat ditelusuri dengan produk tunggal.
Manfaat dari kalkulasi biaya produk yang sama ditemukan dalam
lingkungan produk tunggal yang menerapkan proses produksi Just In Time.
Manfaat ini direalisasikan karena produksi Just In Time pendekatan yang
lebih terfokus dari pada yang ditemukan pada produksi tradisional. Penerapan
proses produksi Just In Time kalkulasi biaya produk karena berpengaruh pada
kemampuan suatu biaya untuk dapat ditelusuri, meningkatkan keakuratan
kalkulasi biaya produk, menghilangkan kebutuhan akan alokasi biaya pusat
jasa dan mengubah perilaku serta kepentingan relatif dari biaya tenaga kerja
langsung. Dengan demikian untuk memahami pengaruh tersebut, maka
dibutuhkan pemahaman fundamental mengenai proses produksi Just In Time
dan bagaimana perbedaanya dengan produksi tradisional.
Tujuan proses produksi Just In Time adalah untuk menghilangkan
pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya jika diperlukan
dan hanya dalam kuantitas yang diminta pelanggan. Permintaan produk ini
13
melalui proses produksi. Setiap operasi menghasilkan hanya apa yang
diperlukan untuk memenuhi permintaan dari operasi berikutnya. Tidak ada
produksi yang dilakukan sampai ada sinyal dari proses produksi berikutnya
yang mengidikasikan kebutuhan untuk berproduksi. Komponen dan bahan
baku tiba pada saat akan digunakan dalam produksi. Proses produksi Just In
Time mengasumsikan semua biaya selain bahan langsung digerakkan oleh
waktu dan ruang. Proses produksi Just In Time memfokuskan pada eliminasi
pemborosan dengan menekan waktu dan ruang. Keberhasilan implementasi
proses produksi Just In Time membawa perbaikan secara signifikan seperti
kualitas yang lebih baik, meningkatkan produktivitas, memngurangi tenggang
waktu, mengurangi sebagai besar persediaan, mengurangi waktu persiapan,
menurunkan biaya produksi dan meningkatkan produksi.
4. Just In Time
Menurut Taiichi Ohno (1995:4) :
Just In Time merupakan suatu rangkaian proses produksi dimana suku cadang yang diperlukan untuk perakitan tiba pada ujung lini rakit pada waktu yang diperlukan.
Gaspersz (1997:128) mendefinisikan :
Just In Time adalah suatu konsep dasar produksi dengan cara memproduksi produk yang diperlukan pada waktu dibutuhkan oleh konsumen, dalam jumlah sesuai kebutuhan konsumen, pada setiap tahap proses dalam sistem produksi, dengan cara yang paling ekonomis atau paling efisien.
14
Sistem Just In Time merupakan sistem produksi yang komprehensif dan
sistem manajemen persediaan dimana bahan dan suku cadang dibeli dan
diproduksi sebanyak yang dibutuhkan dan pada saat yang tepat pada setiap
tahap proses produksi (Blocher, Chen dan Lin,1999: 90).
Menurut Henri Simamora seperti yang dikutip oleh Nasution (2004: 2)
mengatakan bahwa suatu keseluruhan filosofi manajemen dimana segenap
sumber daya, termasuk bahan baku suku cadang, personalia, dan fasilitas
dipakai sebatas diperlukan. Tujuannya untuk mengangkat produktivitas dan
mengurangi pemborosan. Lebih lanjut lagi, Just In Time didasarkan pada
konsep proses yang berkelanjutan.dan mensyaratkan setiap bagian proses
produksi bekerja sama dengan komponen-komponen lainnya
Dalam Tjiptono dan Diana (2003: 292) Just In Time mempunyai empat
aspek pokok, yaitu:
a. Menghilangkan semua aktivitas atau sumber-sumber yang tidak memberikan
nilai tambah terhadap produk atau jasa.
b. Komitmen terhadap kualitas yang prima.
c. Mendorong perbaikan berkesinambungan untuk meningkatkan efisiensi
d. Memberikan tekanan pada penyederhanaan aktivitas dan peningkatan
visibilitas aktivitas yang memberikan nilai tambah.
15
5. Pembelian Just In Time
Pembelian Just In Time mensyaratkan pemasok untuk mengirimkan suku
cadang dan bahan baku tepat waktu yang akan digunakan dalam produksi.
Pasokan suku cadang harus terkait dengan produksi yang juga terkait dengan
permintaan. Solusi Just In Time adalah memanfaatkan hubungan pemasok
dengan negosiasi kontrak jangka panjang dan dalam jumlah pemasok yang
sedikit serta jarak lokasi sedekat mungkin dengan fasilitas produksi, selain itu
keterlibatan pemasok lebih ekstensif. Dalam pembelian Just In Time pemasok
yang dipilih tidak hanya berdasarkan harga. Kinerja kualitas komponen,
kemampuan untuk mengirimkan komponen tersebut tepat waktu dan komitmen
pada pembelian Just In Time merupakan pertimbangan yang sangat penting
(Hansen dan Mowen, 1997: 373-374).
6. Produksi Just In Time
Just In Time produksi berdasarkan logika bahwa tidak ada produk yang
akan diproduksi sampai produk tersebut dibutuhkan. Jumlah unit yang
diproduksi sesuai dengan yang dibutuhkan dan pada saat diperlukan. Segala
sesuatu yang memilliki jumlah yang melebihi jumlah minimum yang
dibutuhkan dipandang sebagai pemborosan, pekerjaan yang dilakukan dan
bahan yang dikeluarkan untuk sesuatu yang tidak dibutuhkan saat ini tidak
dapat dimanfaatkan saat ini juga.
16
Produksi Just In Time tidak mengijinkan adanya kontingensi. Setiap
bagian diharapkan tepat pada saat diterima. Setiap mesin diharapkan tersedia
saat dibutuhkan dalam proses produksi. Setiap komitmen pengiriman
diharapkan tepat waktu sesuai dengan jadwal (Chase dan Aquilano,1992: 258,
264 dan 266).
7. Tujuan Just In Time
Menurut Zulian Yamit, (2000:200) sistem Just In Time pada dasarnya
memiliki enam tujuan antara lain :
a. Mengintegrasikan dan mengoptimumkan langkah-langkah dalam proses
pemanufakturan.
b. Menghasilkan produk yang berkualitas sesuai dengan keinginan pelanggan.
c. Menurunkan biaya pengolahan secara terus-menerus..
d. Menghasilkan produk hanya berdasarkan permintaan pelanggan
e. Mengembangkan dan mempertahankan komitmen tinggi bekerjasama
dengan pemasok dan pelanggan.
Sesuai dengan tujuan tersebut maka sasaran utama yang akan dicapai
dalam proses produksi Just In Time adalah peniadaan persediaan dalam pabrik
(zero inventories), peniadaan produk cacat (zero defect), serta peniadaan
gangguan pada jadwal produksi (zero schedule interruption) (Tjahjono, 2002:
48).
17
8. Manfaat Just In Time
Rangkaian manfaat yang diperoleh dengan penerapan Just In Time
menurut Schonberger dalam Monden (1995) Sistem Produksi Toyota: Suatu
Ancangan Terpadu untuk Penerapan Just In Time yaitu:
a. Penerapan Just In Time memungkinkan pengurangan persediaan dengan
meringkaskan jumlah produk yang akan dihasilkan tiap batch (lot size)
akibatnya kebutuhan ruang dan waktu akan menurun drastis, sehingga
manfaat yang dapat dirasakan adalah berkurangnya jumlah persediaan
b. Meningkatnya pengendalian mutu yang menyebabkan jumlah produk cacat
menjadi semakin kecil.
c. Penghematan tenaga kerja karena tidak perlu mengurangi produk yang tidak
sempurna (rework).
d. Penghematan bahan baku.
e. Kesalahan yang dilakukan dapat dengan cepat diketahui karena terbatasnya
jumlah produk yang dihasilkan tiap lot, dan umpan balik dapat segera
diberikan kepada pekerja.
f. Kepekaan pekerja meningkat dalam menghadapi masalah-masalah yang ada
dan dapat merangsang timbulnya gagasan untuk meningkatkan pengaturan
kerja dan mengatur kembali jadwal demi peningkatan efisiensi.
g. Peningkatan kesadaran terhadap penyebab ketidakaturan output yang
mendorong adanya gagasan-gagasan untuk perbaikan output mengakibatkan
laju output lebih lancar.
18
h. Adanya penghematan biaya secara tidak langsung, terutama biaya untuk
menimbun persediaan, biaya ruang dan peralatan untuk menyimpan
persediaan, upaya pengendalian persediaan dan sebagainya.
9. Hambatan Penerapan Sistem Just In Time
Dalam sistem Just In Time biaya pengiriman akan lebih mahal jika sering
terjadi pengiriman dalam ukuran kecil, meskipun besar kecilnya biaya
transportasi juga dipengaruhi oleh jauh dekatnya jarak antara pemasok ke lokasi
pabrik perakitan dan jenis fasilitas transportasi yang digunakan. Dalam banyak
hal, kenaikan biaya pengiriman dapat menjadi hambatan dalam penyerahan
komponen ke pabrik perakitan.
Hambatan lain yang perlu dipertimbangkan adalah hilangnya kesempatan
untuk memperoleh potongan rabat, karena potongan hanya diberikan kepada
pembeli dengan jumlah yang besar. Penerapan sistem Just In Time yang
konsisten menuntut agar sumber suku cadang baik yang berasal dari dalam
pabrik maupun yang berasal dari luar (pemasok), memproduksi suku cadang
sesuai dengan jadwal penyerahan yang dihasilkan oleh sistem Just In Time dari
pabrik perakitan. Jika tidak, maka akan terjadi pemindahan biaya pengiriman
dari pemasok, kepada pabrik perakitan atau kepada para penjual yang berakibat
kegagalan dalam mencapai tujuan sistem Just In Time.
19
10. Keuntungan dan Kerugian Implementasi Pemanufakturan Just In Time
Dalam Nahmias (1993: 747) terdapat tiga faktor utama yang
mempengaruhi keuntungan dan kerugian dari sistem pemanufakturan Just In
Time yaitu:
a. Jumlah persediaan barang dalam proses yang sedikit
Keuntungan:
1) Mengurangi biaya persediaan
Biaya yang timbul karena adanya barang dalam proses dapat ditekan
seminimal mungkin. Sedikitnya barang dalam proses berkaitan dengan
sistem pemanufakturan bersel-sel.
2) Meningkatkan efisiensi produksi
3) Permasalahan mengenai kualitas dapat dipecahkan secara cepat.
Dengan jumlah persediaan barang dalam proses yang sedikit
pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan cepat karena kesalahan
dan kerusakan produk dapat dideteksi lebih cepat sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk memperbaiki produk juga lebih cepat.
Kerugian:
1) Memungkinkan peningkatan waktu menganggur bagi para pekerja
dapat disebabkan permintaan produksi sedikit. Hal ini dapat terjadi
karena pemanufakturan Just In Time hanya akan berproduksi bila ada
permintaan dan pasar.
20
2) Menurunkan rasio produksi, karena dalam penghitungan rasio
produksi persediaan barang dalam proses juga merupakan faktor
pembanding. Dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
andimanfaatk yangMasukkan andimanfaatk yangSatuan produksi Rasio =
b. Sistem aliran Kanban
Keuntungan:
1) Menyajikan efisiensi lot yang dapat ditelusuri. karena ukuran lot yang
kecil.
2) Merupakan alat yang murah dalam pengimplementasian Just In Time.
3) Dengan sistem aliran kanban diperbolehkan untuk menetapkan tingkat
persediaan barang dalam proses sejumlah yang tercantum dalam kartu
kanban.
Kerugian:
1) Reaksinya lambat terhadap perubahan permintaan.
2) Mengabaikan informasi mengenai pola permintaan masa depan.
c. Koordinasi persediaan dan pembelian.
Keuntungan:
1) Pengurangan persediaan.
2) Meningkatkan koordinasi antara sistem yang berbeda.
3) Meningkatkan hubungan dengan pemasok.
21
Kerugian:
1) Mengurangi pemanfaatan berbagai macam sumber daya.
2) Membutuhkan reaksi pemasok yang lebih cepat.
3) Membutuhkan kepercayaan dari pemasok yang lebih tinggi.
11. Syarat-syarat Implementasi dalam Sistem Pemanufakturan Just In Time
Dalam Tjiptono dan Diana, (2001:314-322) terdapat beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi dalam penerapan Just In Time antara lain:
a. Organisasi Pabrik
Pabrik dengan sistem Just In Time berusaha untuh mengatur layout
berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk
tertentu diletakkan dalam satu lokasi. Just In Time menggunakan sel kerja
(work cell) dengan ukuran lot yang kecil, serta menggunakan kanban untuk
produksi, maka tidak ada waktu untuk antri sebelum diproses dan waktu
siklus dalam Just In Time kurang dari setengah waktu siklus yang sama
dalam sistem tradisional. Sebelum mengatur layout pabrik dalam sistem Just
In Time, proses-proses yang diperlukan untuk suatu produk harus diketahui
lebih dahulu. Yang paling sulit adalah menentukan seberapa banyak suatu
proses diperlukan dan berapa lama suatu proses digunakan untuk produk
tertentu.
22
b. Pelatihan/Tim/Ketrampilan
Karyawan diberi pelatihan mengenai bagaimana menghadapi
perubahan yang dilakukan dari sistem tradisional, bagaimana cara kerja Just
In Time, apa yang diharapkan dari Just In Time dan bagaimana akibat Just In
Time. Dalam Just in Time karyawan pekerja dalam suatu tim yang alami.
Tim tersebut bertanggungjawab terhadap produk total, dari proses produksi
pertama sampai produk dikirim. Masing-masing memiliki tugas khusus,
tetapi mereka bekerja bersama, saling mendukung, memecahkan masalah
dan memeriksa pekerjaan yang memerlukan pelatihan dan kecakapan.
c. Membentuk Aliran Penyederhanaan
Untuk membentuk aliran produksi suatu lini produksi yang baru
dapat di set up sebagai batu ujian menyeimbangkan aliran tersebut dan
memecahkan masalah awal.
d. Kanban Pull System
Kanban merupakan sistem manajemen atau pengendalian, oleh
karena itu kanban memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan antara
lain:
1) Jangan mengirim produk rusak ke proses berikutnya, sebaliknya hentikan
proses, temukan mengapa terjadi kerusakan produk, kemudian hilangkan
penyebabnya.
2) Proses berikutnya hanya mengambil apa yang dibutuhkan pada saat
dibutuhkan. Tidak ada pengambilan tanpa kanban jumlah item yang
23
diambil harus sesuai dengan jumlah yang disetujui dalam kanban. Sebuah
job kanban harus mendampingi setiap item.
3) Memproduksi hanya sejumlah yang diambil oleh proses berikutnya.
Produksi juga harus sesuai dengan urutan yang ada pada kanban.
4) Meratakan beban produksi. Aliran produksi dari suatu proses ke proses
berikutnya perlu dilakukan dalam jarak waktu dan kuantitas yang teratur.
Jika tidak diratakan, proses sebelumnya akan memiliki kelebihan
kapasitas (peralatan dan tenaga kerja) untuk memenuhi proses berikutnya
yang merupakan pemborosan.
5) Menaati instruksi kanban pada saat fine tuning. Kanban merupakan alat
yang berguna dalam proses fine tuning. Semua instruksi produksi dan
transportasi yang berkaitan dengan kapan, seberapa banyak, dimana dan
sebagainya dirancang dengan kanban.
6) Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses, selain itu instruksi/ metode
kerja juga harus disederhanakan dan dibakukan
e. Visibilitas Pengendalian Visual
Sistem Just In Time merupakan sistem visual. Pabrik diatur
sedemikian rupa sehingga mudah diketahui apakah proses produksi berjalan
normal atau memiliki masalah. Visual scan yang dapat memperlihatkan
adanya kemacetan atau kelebihan kapasitas. Just In Time mendukung
digunakannya papan informasi agar para pekerja mengetahui informasi
mengenai status, masalah, kualitas dan lain-lain.
24
f. Eliminasi Kemacetan (Bottleneck)
Dalam pabrik Just In Time, semua proses dapat menjadi sumber
kemacetan potensional karena hanya terdapat sedikit kapasitas lebih dan
tidak ada persediaan besi sebagai cadangan bila mesin atau proses
berhenti/mati. Untuk mengatasinya, semua proses dalam Just In Time terus-
menerus diteliti dengan cermat dan seksama.
g. Ukuran Lot Kecil dan Pengurangan Waktu Set Up
Manfaat utama dari waktu setup yang singkat dan ukuran lot yang
kecil adalah orientasi pelanggan, fleksibilitas pemanukfaturan, kualitas yang
lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah.
h. Total Productive Maintenance
Total productive maintenance merupakan suatu keharusan dalam
sistem Just In Time, dimana mesin-mesin dibersihkan dan diberi pelumas
secara rutin yang biasanya dilakukan oleh operator yang menjalankan mesin
tersebut. Tugas pemeliharaan preventif yang lebih teknis dikerjakan oleh
para pakar pada jangka waktu tertentu Mesin-mesin di upgrade dan
dimodifikasi terus-menerus agar dapat mengurangi batas toleransi,
mempercepat setup dan mengurangi penyetelan/penyesuaian.
i. Kemampuan Proses, Stastitical Process Control (SPC), dan Perbaikan
Berkesinambungan
Permasalahan yang dihadapi dalam proses produksi dapat diatasi
dengan memahami proses secara menyeluruh serta mengoptimalkan dan
25
mengendalikan proses dengan metode statistik. Statistical Process Control
merupakan metode statistik yang memisahkan varian sebagai akibat dari
penyebab khusus dengan varian alamiah sehingga penyebab khusus tersebut
dapat dihilangkan dan konsistensi dapat tercapai serta dipertahankan dalam
proses, selain itu memungkinkan adanya perbaikan proses. Penerapan
konsep statistical process control dilakukan dengan berbagai alat seperti
diagram Pareto, diagram sebab akibat, stratifikasi, check sheets, histogram,
scatter diagram, run chart, control chart, flowchart dan desain eksperimen.
Kemampuan proses, Stastitical Process Control (SPC), dan
perbaikan berkesinambungan harus ada dalam pemanukfaturan Just In Time
karena beberapa hal, antara lain:
1) Segala sesuatunya harus bekerja sesuai dengan harapan dan mendekati
sempurna.
2) Dalam Just In Time tidak ada persediaan besi sebagai cadangan untuk
kemacetan atau kerusakan proses.
3) Semua proses termasuk mesin dan orangnya harus beroperasi dalam
kondisi prima sepanjang waktu.
h. Pemasok
Pemanufakturan Just In Time berupaya menjalin hubungan yang
saling menguntungkan dengan pemasok. Cara yang. ditempuh antara lain:
1) Mengurangi jumlah pemasok.
26
2) Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan
pemasok karena adanya persetujuan jangka panjang mengenai persyaratan
pembelian, yang meliputi aspek harga, kualitas dan penyerahan.
3) Memberikan bantuan-bantuan teknis kepada pemasok.
4) Melibatkan pemasok pada tahap perancangan produk dan proses sehingga
material yang dibeli dari pemasok dapat langsung digunakan dan sedikit
memerlukan inspeksi.
12. Perbedaan JIT dengan Tradisional
Terdapat perbedaan dalam filosofi antara pemanufakturan Just In Time
dengan pemanufakturan yang dilakuakan secara konvensional seperti yang
diterangkan oleh Tjiptono dan Diana (2001) seperti berikut :
27
Aspek pebedaan Filosofi JIT Filosofi Tradisional Kualitas Kualitas diperoleh dengan mengerjakan
segala sesuatu dengan benar sejak awal Untuk menghasilkan produk yang berkualitas dibutuhkan biaya
Keahlian 1.para pekerja adalah orang ahli 2.manajer dan insinyur melayani mereka
Manajer dan insinyur adalah orang ahli. Para pekerja dapat melayani apa yang mereka kerjakan yang berkaitan dengan bagaimna melakukan pekerjaan benar sejak awal.
Kesalahan Kesalahan merupakan pelajaran untuk dapat menghasilkan perbaikan. Kesalahan nol merupakan standar yang harus di penuhi.
Kesalahan adalah hal yang dihindari dan tidak harus ditelaah. Semua orang adalah tidak sempurna dan sangat mungkin melakukan kesalahan
Sediaan Sediaan hanya menyembunyikan masalah yang sesungguhnya muncul dipermukaan. Adanya kelebihan sediaan untuk diproses menimbulkan godaan untuk menghindari bekerja sempurna. Kelebihan sediaan bias dimanfaatkan untuk memperbaiki produk yang cacat.
Sediaan berguna untuk menjamin kelancaran produksi, yaiut sebagai penyangga terhadap kerusakan atau msalah lain (kekurangan bahan baku, keterlambaan pengiriman)
Ukuran lot Ukuran lot haruskecil, diharapkan satu. Lot size kecil akan mengurangi waktu tenggang.
Ukuran lot harus ekonomis yaitu menggunakan prinsip EOQ
Antrian Produksi JIT tidak boleh ada antrian panjang work in process
Antrian work in process dibutuhkan untuk menunjukkan utilitas mesin yang tinggi.
Aliran material Material harus ditarik kedalam pabrik.(pull system)
Material harus dikoordinir dan ditarik keluar pabrik.(push system)
Nilai otomatisasi Otomatisasi bernilai karena memungkinkan terjadinya konsistensi kualitas
Otomatisasi bernilai karena dapat mengurangi tenaga kerja dalam proses produksi.
Sumber pengurangan biaya
Pengurangan biaya diperoleh dari mempercepat aliran produk di dalam pabrik. Waktu proses yang singkat adalah sangat bernilai
Pengurangan biaya dilakukan dengan mengurangi penggunaan tenaga kerja.
Fleksibilitas Fleksibilitas berasal dari memadatkan semua lead times waktu proses pabrik, waktu pengembangan produk baru, dan sebagainya.
Fleksibilitas membutuhkan biaya kelebihan kapasitas, peralatan yang bersifat kapasitas, peralatan yang bersifat umum, sediaan, overhead dsb.
Peran overhead Setiap pekera yang tidak meberi nilai tambah secara langsung adalah pemborosan
Fungsi-fungsi overhead adalah esensial. Fungsi2 overhead seperti pembeliaan, industrial engineering dimaksudkan sebagai aspek koordinasi dari proses.
Biaya tenaga kerja Biaya tenaga kerja merupakan biaya tetap. Bila terjadi penurunan permintaan pekerja akan dimanfaatkan untuk melakukan perawatan.
Biaya tenaga kerja merupakan biaya variable.tenaga kerja bias dikurangi bila permintaan turun.
Sumber: Tjiptono dan Diana, 2001
Gambar2.1. Perbedaan JIT dengan Tradisional
28
B. Review Penelitian
Di Indonesia penelitian tentang Just In Time dengan judul penerapan sistem
Kanban dan JIT studi kasus PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (2007) telah
dilakukan oleh Oktafiani (2007) dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
penerapan Just In Time dapat dilihat melalui bagaimana kebutuhan- kebutuhan dalam
Just In Time yang meliputi supplier, layout, persediaan dapat diterapkan oleh
perusahaan. Penerapan Just In Time untuk supplier dilakukan melalui Just In Time
patnership. Salah satu bentuk Just In Time patnership dari perusahaan ini dilakukan
melalui sebuah sistem yang disebut e-Kanban, yang mana sistem tersebut akan
memudahkan supplier dalam memenuhi order dan bagi perusahaan juga dapat
membantu tercapaianya efisiensi. Layout bagi perusahaan mengikuti standar yang
telah ditetapkan oleh seluruh produk Toyota di dunia. Layout ini dibuat dalam sebuah
Just In Time layout yang mana dalam layout tersebut dibuat seminimal mungkin
pergerakan material sehingga pemborosan pergerakan material dapat terkurangi.
Sedangkan persediaan Just In time tidak dapat sepenuhnya dihilangkan namun
jumlahnya tetap dikendalikan agar persediaan tidak terlalu lama di pabrik dan harus
habis pada waktu yang telah ditentukan.
Penelitian lain tentang Just In Time juga telah dilakukan Wardani (1999)
mengenai pengaruh praktik TQM dan JIT terhadap kinerja kualitas perusahaan
dengan hasil yang menunjukkan bahwa praktik Just In Time, hanya pengurangan
waktu set up yang secara signifikan mempengaruhi kinerja kualitas perusahaan. Hal
ini memperlihatkan bahwa praktik Just In Time belum dapat diterapkan oleh
29
perusahaan secara sempurna. Ketidaksempurnaan penerapan praktik Just In Time
oleh perusahaan di Indonesia, kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut:
1. Variabel dukungan manajemen terhadap kedua praktik manajemen yang tidak
signifikan berpengaruh terhadap kinerja kualitas menunjukkan bahwa
komitmen manajamen terhadap pelaksanaan praktik Just In Time masih
kurang atau bahkan belum ada.
2. Variabel hubungan dengan pemasok sebagai salah satu kunci keberhasilan
praktik Just In Time ternyata tidak signifikan mempengaruhi kinerja kualitas .
Kondisi ini menunjukkan masih terdapat hubungan yang tidak sempurna
antara pemasok dengan perusahaan, sehingga praktik Just In Time belum
dapat dialaksanakan secara sempurna.
3. Variabel umpan balik terhadap informasi yang tidak signifikan dalam
mempengaruhi kinerja kualitas menunjukkan bahwa aliran informasi yang
ada di perusahaan tidak sempurna. Ketidaksempurnaan aliran informasi ini
menjadi salah satu penyebab munculnya ketidakberesan proses administrasi
di dalam atau di luar perusahaan.
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang terjadi pada suatu
perusahaan sebagai objek penelitian dan membandingkan dengan teori yang
digunakan sebagai landasan pembanding utama.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian : CV Komunika Karya Anteronusa terletak di Jalan
Kaliurang Km 7,8 Gg Melati 4 no 37 A Yogyakarta.
2. Waktu penelitian : Bulan Juni-Agustus 2008
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian yang ditetapkan oleh peneliti adalah CV Komunika Karya
Anteronusa yang terdiri dari pemilik dan karyawan yang bekerja pada CV
Komunika Karya Anteronusa sesuai dengan struktur organisasi CV Komunika
Karya Anteronusa. Sedangkan objek penelitiannya adalah proses produksi yang
dilakukan oleh CV Komunika Karya Anteronusa, meliputi proses produksi pupuk
cair, Pupuk Bubuk Kristal dan pupuk solid atau kompos serta sistem pemasaran
yang dilakukan CV Komunika Karya Anteronusa.
30
31
D. Metode Pengambilan Data
Untuk mendapatkan data-data tersebut, peneliti akan mengadakan
wawancara dan observasi langsung ke CV Komunika Karya Anteronusa.
Wawancara dan observasi akan dipandu oleh lembar kerja yang berupa susunan
pertanyaan-pertanyaan yang disusun berdasarkan syarat-syarat implementasi
produksi just in time. Observasi ini dilakukan dengan menggunakan panduan-
panduan pertanyaan yang ditetapkan oleh peneliti seperti yang terdapat pada
lampiran.
E. Teknik Analisis Data
Peneliti menggunakan analisis komparatif yakni teknik yang digunakan
untuk membandingkan objek penelitian dengan teori sebagai konsep pembanding.
Teori yang digunakan sebagai pembanding adalah syarat-syarat implementasi
konsep Just In Time. Perbandingan yang dilakukan adalah proses produksi yang
dilakukan oleh CV Komunika Karya Anteronusa.
Untuk mengetahui kemungkinan penerapan sistem Just In Time pada CV
komunika karya Anteronusa, Peneliti menetapkan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Melakukan observasi di CV Komunika Karya Anteronusa tentang bagian-
bagian yang berkaitan dengan syarat penerapan sistem produksi Just In Time
yaitu:
a. Layout pabrik
32
b. Pelatihan tim dan karyawan
c. Sistem aliran produksi
d. Penggunaan kartu kanban
e. Visibilitas pengendalian visual
f. Ukuran lot produksi dan waktu set up
g. Pemeliharaan mesin
h. Kemampuan proses, stastical process contro,l dan perbaikan
berkesinambungan
i. Pemasok
2. Melakukan pembandingan sistem produksi yang terdapat pada perusahaan
yang telah diperoleh pada langkah pertama dengan syarat-syarat implementasi
sistem produksi Just In Time. Sistem Just In Time. Syarat-syarat tersebut
adalah:
a. Layout pabrik berdasarkan produk
b. Adanya pelatihan tim yang dilakukan secara rutin
c. Sistem aliran produksi sederhana dengan memperhatikan kesesuaian
antara waktu proses, waktu tunggu, pekerja, lini produksi, ruang produksi,
kemudahan komunikasi antar operator dan set up produksi.
d. Perusahaan menggunakan sistem pull system dalam sistem aliran
produksinya yang diatur mengunakan kartu kanban.
e. Layout pabrik diatur sedemikian rupa untuk mempermudah pengendalian
secara visual.
33
f. Menghapus kemacetan produksi dengan menerapkan suatu pendekatan
yang melibatkan tim fungsi silang.
g. Ukuran lot produksi kecil dan waktu set up singkat.
h. Pemeliharaan mesin dilakukan secara rutin
i. Ada pencatatan statistik atas pelaksanaan kegiatan produksi sebagai
petunjuk untuk melakukan perbaikan berkesinambungan
j. Jumlah pemasok sedikit. Dipilih yang benar-benar mampu mensuplai
barang berkualitas baik, tepat waktu dengan frekuensi kedatangan yang
tinggi.
3. Peneliti melakukan wawancara dengan pihak perusahaan tentang kemampuan
perusahaan dalam menerapkan syarat-syarat Just In Time yang beluim
terlaksana. Jika semua syarat proses produksi Just In Time yang belum
terlaksana dapat dipenuhi oleh perusahaan, dapat dikatakan bahwa proses
produksi Just In Time memungkinkan untuk diterapkan dalam proses
produksi CV Komunika Karya Anteronusa.
Bab IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
CV. Komunika Karya Anteronusa telah berdiri selama enam tahun ini yaitu
sejak 25 Juli 2002 sampai dengan tahun 2008 ini. Perusahaan ini didirikan oleh
Bapak Hidayat sendiri karena sebuah keprihatinan akan kondisi pertaniaan yang
ada di Indonesia khususnya Jawa. Keprihatinan itu bersumber dari penggunaan
pupuk kimia yang hanya mementingkan kuantitas bahan pangan tetapi tidak
memperhatikan kualitas tanah. Penggunaan pupuk kimiawi yang terus menerus
untuk mengejar kuantitas tertentu sangat merugikan kondisi tanah. Tanah dipaksa
untuk terus memproduksi tanaman akhirnya keseimbangan unsur hara di dalam
tanah tidak terkendali. Hasil produk yang didapatkan dari penggunaan pupuk
kimiawi tersebut dapat dikatakan meracuni konsumen karena pupuk-pupuk
kimiawi yang terkandung dalam buah atau sayur mengandung zat-zat yang dapat
menjadi pemicu kanker dan jenis penyakit lainnya.
Melihat kondisi yang memperhatinkan ini, Bapak Hidayat yang juga sekaligus
pengusaha pemasok sayuran dan buah-buahan, melakukan berbagai macam uji
coba dengan bekerja sama dengan beberapa ahli biologi dan pangan menciptakan
pupuk-pupuk yang diolah dari bahan baku alami dan tanpa menggunakan zat
kimiawi buatan. Tujuan dari penggunaan pupuk ini adalah untuk mengembalikan
34
35
kekayaan unsur hara yang ada di dalam tanah dan menghasilkan produk sayuran
dan buah-buahan yang aman dikonsumsi. Dari hasil uji coba, dihasilkanlah
pupuk-pupuk organik yang mampu untuk mengembalikan kekayaan unsur hara di
dalam tanah dan menjaga kualitas sayuran dan buah-buahan yang dihasilkannya.
Pasang surut perusahaan telah dialami oleh perusahaan ini. Perusahaan ini
merupakan perusahaan perseorangan yang pengelolaannya dilakukan oleh
keluarga pemilik namun memiliki karyawan-karyawan tersendiri untuk berbagai
macam jenis kegiatan. CV. Komunika Karya Anteronusa bergerak dibidang
produksi pupuk organik dengan mengandalkan bahan-bahan alami yang
kemudian diolah menjadi berbagai varian produk pupuk yang berguna untuk
berbagai kepentingan.
Produk pupuk yang dihasilkan oleh perusahaan dibagi menjadi tiga varian
produk berdasarkan bentuk produknya. Produk pupuk tersebut adalah produk cair,
kristal powder dan solid atau berbentuk kompos. Kemudian, produk-produk ini
masih dikelompokan lagi sesuai dengan kegunaan pupuk. Pada tahun-tahun
pertama, perusahaan hanya mampu untuk menghasilkan 5000 liter pupuk cair
selama 3 bulan. Namun, perkembangan bioteknologi yang diterapkan oleh
perusahaan menghasilkan 50.000 liter pupuk cair dalam waktu 3 bulan pada
tahun terakhir ini (tahun 2008).
Selain melakukan penjualan produk, Bapak Hidayat juga bekerjasama dengan
dinas pemerintah seperti Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanian juga sering
melakukan kampanye untuk menggunakan produk pupuk organik dan
36
mengajarkan kepada petani-petani tentang pentingnya menjaga unsur hara dan
mengelola siklus tanam agar para petani tidak merugi dikemudian hari akibat
tanah yang sudah terlanjur rusak atau melimpahnya stock suatu barang di pasaran
yang akan menurunkan harga jual.
B. Lokasi Perusahaan
CV. Komunika Karya Anteronusa terletak di Jalan Kaliurang Km 7,8 Gg
Melati 4 No. 37 A Yogyakarta.
C. Struktur Organisasi
Struktur organisasi CV. Komunika Karya Anteronusa seperti terlihat dalam
gambar adalah struktur organisasi garis/lini. Dalam bentuk organisasi garis ini
saluran perintahnya merupakan garis lurus dari pucuk pimpinan sampai kepada
karyawan. Jadi karyawan harus bertanggung jawab kepada pimpinan atas tugas
yang diberikan kepadanya.
Alasan CV. Komunika Karya Anteronusa menggunakan bentuk organisasi garis
karena organisasinya masih kecil, jumlah karyawan masih sedikit dan saling kenal
serta spesialisasi kerja masih belum begitu tinggi. Adapun Struktur organisasi
CV. Komunika Karya Anteronusa dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut :
37
STRUKTUR ORGANISASI
CV. KOMUNIKA KARYA ANTERONUSA
Gambar IV.1.Struktur Organisasi CV. Komunika Karya Anteronusa
Pimpinan
Kabag Keuangan Kabag Produksi Kabag Riset dan Pengembangan
Produk
Staf Pengadaan Bahan Baku dan
Pengiriman
Staf Produksi Staf Gudang
Sales dan Marketing
Staf Produk Pupuk Cair
Staf Produk Bubuk Kristal
Staf Produk Pupuk Padat
38
Adapun tugas dan wewenang masing-masing bagian dalam organisasi adalah
sebagai berikut :
1. Pimpinan mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Melaksanakan kebijakan pokok perusahaan.
b. Mengamankan semua kekayaan, inventaris dan surat berharga milik
perusahaan.
c. Membina hubungan baik antar perusahaan, masyarakat dan pemerintah.
d. Bertindak sebagai penanggung jawab utama atas semua kegiatan dan usaha
untuk mencapai tujuan perusahaan.
2. Bagian Keuangan yang dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
kepada pimpinan. Tugas dari bagian keuangan adalah :
a. Menyelenggarakan penjualan barang yang meliputi hasil produksi, waste,
serta barang yang tidak terpakai.
b. Melakukan pencatatan (pembukuan) kekayaan dan hutang perusahaan dan
membuat laporan keuangan.
c. Menghitung kebutuhan biaya rutin seperti biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung yang dipergunakan dalam penentuan standar.
d. Menyelenggarakan administrasi bagian keuangan.
e. Mengelola sistem dan mengatur penyelenggaraan penggajian, pemberian
jaminan sosial dan kesejahteraan karyawan.
39
f. Mengatur pelaksaan pemberhentian karyawan dan menyelesaikan hak-hak
serta kewajiban nya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Bagian Produksi mempunyai tugas :
a. Mengatur dan melaksanakan proses produksi dari bahan baku menjadi
barang jadi sesuai order produksi.
b. Mengatur dan merawat mesin-mesin produksi sehingga mesin-mesin
produksi selalu dalam keadaan standar untuk operasi.
c. Membuat rencana kebutuhan bahan baku, bahan penolong, spare part dan
alat-alat serta bahan lainnya yang berhubungan dengan tugasnya.
d. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan bila terjadi penyimpangan
dari standar yang telah ditetapkan.
e. Memberikan rekomendasi atas barang yang akan dipergunakan untuk
keperluan produksi.
f. Menyelenggarakan administrasi bagian produksi
g. Bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban barang-barang dan
peralatan yang berada di bagian produksi/teknik.
h. Merencanakan, mengatur, dan mengawasi agar produksi berjalan seefisien
mungkin sesuai dengan waktu, jenis dan kualitas produksi.
4. Bagian Pemasaran, bertugas :
a. Melaksanakan penerimaan pesanan/pembelian dari pelanggan.
b. Merencanakan dan mengatur pendistribusian produk kepada pemesan atau
pembeli.
40
c. Mengatur dan membuat laporan administrasi penjualan.
d. Melaksanakan survei penjualan.
5. Bagian Riset dan Pengembangan Produk, bertugas :
a. Melakukan penelitian dan percobaan-percobaan secara berkala terhadap
pengembangan varian produk.
b. Melakukan pengecekan terhadap standar keamanan produk ketika proses
produksi.
c. Melakukan administrasi bagian riset dan pengembangan produk.
6. Staf Pengadaan Bahan Baku dan Pengiriman
a. Melaksanakan penerimaan pesanan/pembelian kepada pemasok.
b. Melakukan pengecekan terhadap persediaan bahan baku.
c. Bertanggung jawab terhadap pengiriman barang dari suplier maupun ke
pelanggan.
7. Staf Produksi
a. Melaksanakan proses produksi dari bahan baku menjadi barang jadi sesuai
order produksi.
b. Merawat mesin-mesin produksi sehingga mesin-mesin produksi selalu
dalam keadaan standar untuk operasi.
c. Membuat rencana kebutuhan bahan baku, bahan penolong, spare part dan
alat-alat serta bahan lainnya yang berhubungan dengan tugasnya.
d. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan bila terjadi penyimpangan
dari standar yang telah ditetapkan.
41
e. Memberikan rekomendasi atas barang yang akan dipergunakan untuk
keperluan produksi.
f. Menyelenggarakan administrasi bagian produksi
g Bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban barang-barang dan
peralatan yang berada di bagian produksi/teknik.
h. Merencanakan, mengatur, dan mengawasi agar produksi berjalan seefisien
mungkin sesuai dengan waktu, jenis dan kualitas produksi.
8. Staf Gudang
a. Bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban keluar masuknya
barang-barang dari dan ke dalam gudang.
b. Bertanggung jawab atas kerusakan dan kualitas produk yang ada di
gudang.
D. Proses Produksi
CV. Komunika Karya Anteronusa memproduksi tiga varian produk berdasarkan
bentuknya yakni pupuk cair, pupuk berbentuk bubuk kristal dan pupuk berbentuk
solid atau kompos. Untuk kepentingan rahasia perusahaan, jenis-jenis bahan yang
digunakan tidak dapat disebutkan dalam penjelasan alur proses produksi. Proses
produksi untuk masing-masing varian produk di atas yang dilakukan oleh CV
Komunika Karya Anteronusa dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut :
1. Produk Pupuk Cair
Proses produksi untuk produk pupuk cair adalah sebagai berikut :
42
a. Tahap pemilahan bahan baku
Bahan-bahan yang digunakan dalam proses produksi menggunakan
bahan-bahan yang terdapat di alam seperti beberapa jenis daun-daunan,
buah-buahan, umbi-umbian dan juga beberapa akar-akaran. Namun, tidak
semua bahan baku yang disediakan oleh bagian pengadaan dipakai dalam
proses produksi. Bahan-bahan tersebut dipilah-pilah terlebih dahulu untuk
mendapatkan bahan-bahan yang benar-benar berkualitas.
b. Tahap Penyulingan
Bahan-bahan yang telah dipilah-pilah kemudian disuling. Proses
penyulingan dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Bahan-bahan yang talah diseleksi ditaruh dalam bak khusus besar
kemudian dicampur dengan bakteri-bakteri pengurai kemudian
didiamkan selama beberapa hari yang ditentukan.
2. Setelah terurai sempurna, bahan-bahan tersebut kemudian disuling
dengan memanaskan bak tersebut.
c. Tahap Penstabilan
Setelah dilakukan penyulingan, bahan tersebut kemudian distabilkan
dengan cara dialirkan dari bak penyulingan ke bak penstabilan yang
tertutup rapat secara hati-hati. Proses penstabilan membutuhkan waktu
yang cukup lama yakni sekitar 2-4 minggu tergantung dari kondisi cuaca
dan perlakuan terhadap bak penstabilan.
43
Selama proses penstabilan, bak tersebut perlu dibuka 2 jam sehari
yang dilakukan antara jam 8 pagi sampai jam 10 pagi untuk menghindari
ledakan bak akibat aktivitas bakteri didalamnya. Jika prosedur ini tidak
dipatuhi, resiko yang terjadi adalah meledaknya bak penstabilan tersebut.
d. Tahap Pendinginan dan Pengepakan
Untuk masuk dalam tahap pengepakan, cairan pupuk yang telah
distabilkan perlu didinginkan terlebih dahulu sebelum dimasukkan dalam
packing. Hal ini dilakukan untuk memastikan bakteri yang terdapat
didalamnya telah stabil dan mati suri. Proses pendinginan dilakukan
dengan cara mengalirkan secara hati-hati pupuk cair dari bak penstabilan
ke bak pendinginan. Jika proses pengaliran tidak dilakukan dengan hati-
hati, bakteri yang sudah stabil akan menjadi aktif lagi dan akan
mengakibatkan ledakan.
Setelah 1 hari proses pendinginan, cairan pupuk ini sudah dapat di-
packing dan disimpan di dalam gudang untuk kemudian didistribusikan.
Namun, proses penyimpanan dalam gudang pun harus hati-hati dan
menggunakan standar tertentu yang ditetapkan oleh perusahaan.
2. Produk Pupuk Bubuk Kristal
Proses produksi yang dilakukan untuk menghasilkan pupuk berbentuk
bubuk kristal tidak serumit produksi pupuk cair. Proses produksi hanya
menggunakan satu proses yakni proses pemanasan bahan baku. Bahan baku
44
yang digunakan dalam proses ini bahan-bahan tambang mineral. Bahan-bahan
ini berbentuk bongkahan-bongkahan seperti bongkahan kapur.
Setelah bahan-bahan ini dimasukan dalam tangki pemanas, proses
pemanasan dimulai. Bahan tersebut dipanaskan hingga mencapai suhu 800
derajat celcius selama 5 jam. Bahan bakar yang digunakan menggunkan
gamping. Setelah itu, sisa pemanasan yang terdapat didalam tangki kemudian
diambil dan dihaluskan hingga menyerupai garam dapur kasar. Setelah itu
langsung dapat di packing tanpa perlakuan khusus.
3. Produk Pupuk Solid/Padat (Kompos)
Produk pupuk solid yang diproduksi oleh CV. Komunika Karya
Anteronusa merupakan pupuk kompos organik yang berasal dari kotoran
hewan yang diolah menggunakan fermentor khusus hasil sampingan dari
proses produk cair. Namun, kotoran hewan yang diolah juga harus berasal dari
hewan, khususnya sapi, yang juga mengkonsumsi pakan organik tanpa
sedikitpun mengkonsumsi makanan dari bahan kimia buatan lain.
Proses produksinya cukup sederhana. Tahap pertama, kotoran hewan
diseleksi terlebih dahulu mana yang menunjukkan kotoran hewan yang
mengkonsumsi makanan organik mana yang tidak. Hewan yang
mengkonsumsi pakan organik menghasilkan kotoran yang baunya tidak
menyengat dan berwarna hijau. Hewan yang mengkonsumsi pakan berbahan
kimia menunjukkan hal sebaliknya.
45
Tahap kedua adalah, proses pengeringan. Proses ini bertujuan untuk
meminimalkan kandungan air yang terdapat pada kotoran tersebut. Proses ini
dilakukan dengan cara menjemur kotoran hewan tersebut selama dua hari.
Tahap ketiga adalah proses pengkayaan. Proses ini dilakukan dengan dibantu
oleh dua zat fermentor hasil proses sampingan produk cair. Proses ini
memakan waktu enam hari. Tujuan dari proses ini adalah untuk menambah
jumlah bakteri dan mengaktifkan bakteri-bakteri yang berguna bagi kesuburan
tanah atau media tanam yang nantinya digunakan.
Setelah proses tersebut dilalui, tahap berikutnya adalah tahap packing
yakni membungkus pupuk tersebut dan menyimpannya di gudang untuk
kemudian didistribusikan.
E. Pemasaran
Daerah pemasaran CV. Komunika Karya Anteronusa dapat dibagi menjadi
dua daerah pemasaran, yaitu :
1. Daerah Jawa, meliputi kota-kota di Jawa Tengah dan Kota-kota di Jawa
Timur.
2. Daerah Luar Jawa, meliputi kota-kota di Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
Proses pemasaran dan distribusi produk-produk CV. Komunika Karya
Anteronusa adalah melalui program-program penyuluhan kelompok tani di daerah-
46
daerah tujuan pemasaran. Selain itu juga dilakukan penawaran produk ke toko-
toko alat-alat dan bahan pertanian dan koperasi-koperasi tani.
Bab V
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Untuk menilai apakah CV. Komunika Karya Anteronusa layak untuk
menerapkan sistem produksi Just In Time, diperlukan gambaran tentang proses
produksi yang saat ini diterapkan oleh perusahaan dengan menggunakan syarat-syarat
yang terdapat dalam proses produksi Just In Time. Seperti yang telah diketahui di
bagian sebelumnya, CV. Komunika Karya Anteronusa memproduksi tiga jenis
produk pupuk yang berbeda menurut bentuk fisik yakni produk pupuk cair, produk
pupuk bubuk kristal, dan produk pupuk kompos.
A. Proses Produksi
1. Layout Produksi
a. Produksi Pupuk Cair
Lokasi produksi pupuk cair terdapat di dua tempat yakni di dalam
bangunan utama dan di luar bangunan utama. Tahap pemilahan bahan baku
terdapat dibangunan utama yang berhubungan langsung dengan garasi atau
dock barang. Kemudian, bahan baku tersebut diolah di tiga tangki atau bak
proses yang terdapat diluar bangunan utama. Jarak antara bangunan utama
dengan tangki tidak begitu jauh. Jaraknya kurang lebih 10 meter.
Pengangkutan bahan baku ke pipa tangki menggunakan troli. Ketiga tangki
47
48
atau bak proses tersebut berdekatan dan dihubungkan oleh pipa-pipa yang
akan mengalirkan cairan pupuk ke tiap tangki untuk masing-masing tahap-
tahap produksi.
b. Produksi Pupuk Bubuk Kristal
Proses produksi untuk produksi pupuk bubuk kristal sepenuhnya berada di
luar area bangunan utama. Proses produksi dilakukan dengan menggunakan
tangki pemanas. Bahan baku yang berupa bahan-bahan tambang mineral
langsung dimasukan ke dalam tangki pemanas untuk kemudian dilakukan
proses pembakaran yang menggunakan bahan bakar gamping. Proses
pengepakan langsung dilakukan ketika bubuk-bubuk kristal yang telah
terbentuk sudah dingin.
c. Produksi Pupuk Bubuk Solid
Lokasi tempat produk pupuk solid ditempatkan agak jauh di luar gedung
utama. Proses produksi dilakukan dengan melakukan pengeringan bahan baku
utama yakni kotoran hewan dan kemudian dilakukan proses pengkayaan
menggunakan 2 zat fermentor. Setelah itu, pupuk siap dipacking di lokasi itu
juga dan kemudian ditempatkan di gudang penyimpanan produk.
2. Pelatihan Tim dan Karyawan
Pelatihan tim dan karyawan terjadi ketika terdapat formula-formula baru
untuk olahan produk cair ini. Hal-hal yang dilatihkan kepada karyawan adalah
49
a. Jenis bahan yang akan digunakan
b. Waktu yang diperlukan dalam proses produksi, misalnya saja waktu
untuk membuka tangki pada tahap penstabilan.
c. Cara untuk mengalirkan cairan pupuk dari tahap penstabilan ke tahap
pendinginan.
Proses pelatihan dilakukan secara berkala untuk menjaga agar tidak terjadi
kesalahan produksi yang mengakibatkan terjadinya ledakan pada tangki akibat
bakteri yang terkandung dalam pupuk tidak stabil.
Dalam proses produksi untuk produksi pupuk bubuk kristal dan pupuk
solid tidak ada pelatihan khusus. Hanya saja, perusahaan memberikan standar
panas pembakaran dalam proses produksi pupuk bubuk kristal dan standar
bahan baku dan waktu pemberian fermentor pada proses produksi pupuk
solid.
3. Sistem Aliran Produksi
Aliran produksi dalam proses produksi pupuk cair yang dilakukan oleh
CV. Komunika Karya Anteronusa cukup sederhana dan tidak rumit seperti
yang terlihat pada bagan aliran produksi pada gambar di bawah ini:
50
Tahap Pendinginan dan
Pengepakan
Gudang
Tahap Penstabilan
Tahap Penyulingan
Tahap Distribusi
Sumber: Data CV. Komunika Karya Anteronusa, 2008
Gambar 5.1: Sistem Aliran Produksi Pupuk Cair
Tahap Pemilahan
Bahan Baku
Dock Barang
Dalam proses produksi pupuk bubuk kristal dan proses produksi pupuk solid,
tidak terdapat suatu perlakuan khusus dalam aliran produksi seperti yang terjadi
pada proses produksi pupuk cair. Aliran produksi kedua jenis produk ini cukup
sederhana. Perbedaannya hanya terdapat pada jenis perlakuan terhadap bahan
baku. Untuk pupuk bubuk kristal dilakukan pemanasan sedangkan untuk pupuk
solid dilakukan dengan proses pengkayaan. Untuk aliran produksinya
tampaksebagaiberikut:
Aliran produksi berawal dari kedatangan bahan baku di dock barang,
pemilahan bahan baku, tahap penyulingan, tahap penstabilan dan berakhir di
tahap pendinginan dan pengepakan. Jarak antara satu proses dengan proses
yang lain tidak jauh sehingga memudahkan karyawan yang bertugas di bagian
ini tidak mengalami kesulitan dalam perpindahan proses tersebut.
51
52
Pengepakan Barang
Pendinginan Bahan
Proses Pemanasan Pada Tangki Khusus
Bahan Baku Tiba Di Lokasi
Gudang
Tahap Distribusi
Gambar 5.2: Sistem Aliran Produksi Pupuk Bubuk Kristal
Sumber: Data CV. Komunika Karya Anteronusa, 2008
53
Pengepakan Barang
Proses Pengayakan
Proses Pengeringan
Bahan Baku Tiba Di Lokasi
Gudang
Tahap Distribusi
Sumber: Data CV. Komunika Karya Anteronusa, 2008
Gambar 5.3: Sistem Aliran Produksi Pupuk Solid
54
4. Penggunaan Kartu Kanban
Proses produksi pupuk yang dilakukan oleh CV. Komunika Karya
Anteronusa tidak mengenal kartu kanban. Yang biasanya digunakan dalam
proses produksi hanyalah catatan-catatan yang dibuat oleh supervisor
produksi tentang berapa jumlah bahan baku yang digunakan dan kapan setiap
tahapan produksi untuk masing-masing produksi pupuk terjadi.
5. Persediaan
Tujuan utama dari sistem Just In Time adalah membuat persediaan nol
(zero inventory). Pada CV. Komunika Karya Anteronusa zero inventory
belum sepenuhnyaa dapat tercapai. Untuk pembuatan pupuk cair dan padat
zero inventory telah dapat dilakukan, karena bahan baku yang bersifat alami
dan dapat diaperoleh dengan mudah di sekitar lokasi perusahaan. Namun
dalam pembuatan pupuk bubuk kristal zero inventory belum dapat dipenuhi
karena perusahaan pada praktiknya tetap memerlukan persediaan mengingat
di Indonesia khususnya keterlambatan maupun ketidakdisiplinan pengiriman
karena kendala waktu dan jarak yang jauh dari Yogyakarta dengan Jawa Barat
sebagai pemasok, sehingga apabila persediaan dihilangkan sama sekali maka
kemungkinan terjadinya terhentinya produksi dalam jangka waktu yang
pendek akan terjadi dan justru hal tersebut akan menimbulkan kerugian besar
bagi perusahaan. Namun persediaan selalu dibuat seminimal mungkin dan
55
perusahaan juga selalu menargetkan untuk mengurangi persediaan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Persediaan pada CV. Komunika Karya Anteronusa bahan baku pupuk
bubuk kristal memang tetap belum dapat dihilangkan sepenuhnya oleh
perusahaan, akan tetapi persediaan tetap dikendalikan jumlahnya agar
persediaan tidak menjadi suatu pemborosan bagi perusahaan. Di setiap
bulannya persediaan yang ada akan selalu dievaluasi, sehingga dari h
6. Visibilitas atau Pengendalian Visual
Lokasi yang berdekatan dan tempat yang tidak terlalu besar memudahkan
supervisor produksi dapat melihat keseluruhan proses produksi yang
dilakukan oleh karyawan perusahaan. Sehingga kegiatan pengontrolan proses
produksi dapat dilakukan secara optimal.
7. Eliminasi Kemacetan
CV. Komunika Karya Anteronusa tidak pernah mengalami kemacetan
produksi seperti yang terdapat pada industri yang lain, yang kadangkala
terjadi adalah kegagalan produksi akibat kesalahan personal akibat kelalaian
seperti ketidaktepatan dalam perlakuan pada tahap penstabilan dan
ketidakhati-hatian dalam mengalirkan cairan pupuk dari tangki penstabilan ke
tangki pendinginan. Hal ini berakibat fatal yakni meledaknya tangki sehingga
56
proses produksi berhenti total selama 2-3 bulan menunggu proses perbaikan
keseluruhan tangki.
Dalam proses produksi pupuk solid dan bubuk kristal tidak terdapat
kemacetan dalam produksi. Hal ini terjadi karena bahan baku yang selalu
tersedia tepat waktu dalam jumlah yang dibutuhkan dan relatif mudahnya
proses produksi yang dilakukan.
8. Ukuran Lot Produksi dan Waktu Set Up
Jumlah produksi yang ditetapkan oleh CV. Komunika Karya Anteronusa
disesuaikan dengan kapasitas tangki dan jumlah penjualan produk. Dalam
sekali proses produksi, CV. Komunika Karya Anteronusa dapat memproduksi
pupuk cair sebesar 15.000 liter pupuk cair. Waktu yang diperlukan untuk
proses produksi ini adalah 2 bulan. Sedangkan untuk produksi pupuk bubuk
kristal dan solid dapat dilakukan setiap hari. Untuk waktu persiapan setiap
proses produksi juga tidak rumit karena tidak ada mesin-mesin khusus untuk
mengolah produk-produk ini.
9. Pemeliharaan Mesin
Proses pemeliharan alat produksi dilakukan secara berkala selama tiga
bulan sekali. Proses pemeliharaan meliputi pembersihan tangki dari sisa-sisa
produksi dan pengecekan kondisi tangki. Jika terdapat kebocoran atau terjadi
57
karat segera diperbaiki agar nantinya tidak mengganggu kelancaran proses
produksi.
10. Kemampuan Proses, Process Statistical Control dan Perbaikan
Berkesinambungan
Saat ini, CV. Komunika Karya Anteronusa belum dapat menerapkan
analisa tentang proses produksi secara statistikal. Karena terbatasnya
karyawan yang bekerja di perusahaan. Pengendalian produk hanya dilakukan
oleh para karyawan yang bekerja di laboratorium. Namun, pengendalian
secara keseluruhan tidak dapat dilakukan secara intensif.
11. Pemasok
Selama ini, CV. Komunika Karya Anteronusa tidak mengalami kesulitan
dengan pemasok. Hal ini dikarenakan bahan-bahan yang digunakan tidak sulit
didapatkan karena menggunakan bahan-bahan alami. Namun, jika benar-benar
membutuhkan bahan-bahan khusus, perusahaan juga memberikan syarat
bahwa bahan tersebut juga ditanam secara organik.
B. Perbandingan Proses Produksi dengan Syarat-Syarat Just In Time
Perusahaan dapat menerapkan sisitem produksi Just In Time jika syarat-
syarat sistem produksi Just In Time terpenuhi. Oleh karena itu, proses produksi
yang dilakukan oleh CV. Komunika Karya Anteronusa akan dibandingkan
58
dengan syarat-syarat sistem produksi Just in Time yang harus dipenuhi. Adapun
hasil perbandingan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Layout Pabrik
Jika melihat tata letak lokasi produksi, CV. Komunika Karya Anteronusa
dapat menerapkan sistem produksi Just In Time. Dengan demikian apabila
Just In Time diterapkan pada CV Komunika Karya Anteronusa maka layout
pabrik sudah terpenuhi. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan berikut:
a. Bahan baku yang datang langsung diproses dan setelah diproses dapat
langsung dikemas..
b. Tidak terjadi penumpukan bahan baku.
c. Gudang hanya merupakan tempat sementara bahan jadi yang kemudian
langsung didistribusikan.
d. Lokasi yang berdekatan antara satu proses produksi dengan proses yang
lain tidak berjauhan sehingga memudahkan dalam aliran proses produksi.
2. Pelatihan Tim dan Karyawan
Pelatihan karyawan secara berkala yang dilakukan oleh CV.
Komunika Karya Anteronusa terutama dalam produksi pupuk cair bertujuan
untuk meminimalkan atau bahkan meniadakan kegagalan produksi. Hal ini
menunjukkan bahwa CV. Komunika Karya Anteronusa telah memenuhi
syarat pelatihan tim dan karyawan secara berkala.
59
3. Sistem Aliran Produksi
CV. Komunika Karya Anteronusa menerapkan sistem produksi yang
sederhana dalam proses produksinya sehingga syarat aliran sistem produksi
yang sederhana terpenuhi. Dengan demikian apabila Just In Time diterapkan
pada CV. Komunika Karya Anteronusa syarat aliran sistem produksi telah
terpenuhi. dengan baik.
4. Penggunaan Kartu Kanban
CV. Komunika Karya Anteronusa tidak menggunakan sistem kartu
kanban seperti yang disyaratkan dalam sistem produksi Just In Time.
CV. Komunika Karya Anteronusa hanya menggunakan catatan-catatan
sederhana untuk mencatat setiap proses produksi yang dijalankan. Informasi
tentang produk tidak dijelaskan dalam setiap perpindahan proses produksi.
5. Zero Inventory
CV. Komunika Karya Anteronusa belum sepenuhnya menggunakan
persediaan nol (zero inventory). Penggunaan zero inventory baru terlaksana
pada produksi jenis pupuk padat dan cair, tetapi belum tercapai pada
produksi pupuk bubuk kristal dikarenakan kendala jarak pemasok yang
berada di Jawa Barat sehingga memerlukan waktu pengiriman, walaupun
kedisiplinan pengiriman para pemasok selalu tepat waktu. Namun demikian
persediaan selalu dievaluasi agar tidak terjadi keterlambatan produksi dan
60
pemborosan bagi perusahaan. Oleh karena itu penerapan Just In Time
berdasarkan zero inventory pada CV. Komunika Karya Anteronusa sudah
terlaksana untuk produksi jenis pupuk padat dan cair, tetapi belum tercapai
pada produksi pupuk bubuk kristal.
6. Visibilitas dan Pengendalian Visual
Setiap proses produksi yang dijalankan dapat diawasi secara visual.
Meskipun setiap lokasi produksi untuk masing-masing produk tidak terdapat
dalam satu lokasi, namun lokasi tersebut saling berdekatan sehingga
pengendalian proses produksi dapat dilakukan tanpa kesulitan yang berarti.
7. Eliminasi Kemacetan
Pada proses produksi yang dialami oleh CV. Komunika Karya
Anteronusa jarang terjadi kemacetan, sehingga bila Just In Time diterapkan
pada CV. Komunika Karya Anteronusa sudah terlaksana. Hal ini disebabkan
karena beberapa hal sebagai berikut :
a. Bahan baku datang dalam jumlah dan tepat pada waktunya.
b. Jarang terjadi kegagalan produksi akibat dari kerusakan alat produksi
c. Pupuk yag telah jadi dapat langsung didistribusikan
61
8. Ukuran Lot Produksi dan Waktu Set Up
CV. Komunika Karya Anteronusa tidak menetapkan standar lot
produksi dan waktu set up. Proses produksi dilakukan secara sederhana
sehingga perusahaan tidak membutuhkan standar tersebut. Oleh karena itu,
perusahaan tidak memenuhi syarat ini. Dengan demikian penerapan Just In
Time berdasarkan ukuran lot produksi dan waktu set up pada CV. Komunika
Karya Anteronusa belum terpenuhi.
9. Pemeliharaan Mesin
Pemeliharaan alat-alat produksi dilakukan CV. Komunika Karya
Anteronusa secara berkala. Hal ini dilakukan untuk menghindari kegagalan
produksi karena kebocoran tangki atau tersumbatnya pipa-pipa pengaliran.
Syarat pemeliharaan mesin secara berkala dipenuhi oleh CV. Komunika
Karya Anteronusa. Hal ini menunjukkan perusahaan sudah dapat memenuhi
ketentuan Just In Time.
10. Kemampuan Proses, Statistical Process Controling dan Perbaikan
Berkesinambungan
CV. Komunika Karya Anteronusa tidak melakukan proses
pengendalian produksi secara statistikal. Hal ini disebabkan karena
terbatasnya tenaga yang mampu melakukan hal ini. Pengendalian hanya
dilakukan secara manual. Pengendalian produksi hanya dilakukan di dalam
62
laboratorium dalam kapasitas yang kecil namun tidak dapat digunakan
secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan perusahaan belum dapat
memenuhi ketentuan ini.
11. Pemasok
Hubungan perusahaan dengan pemasok terjalin dengan baik. Pemasok
yang ditunjuk tidak banyak. Untuk kebutuhan bahan baku pupuk cair dan
solid, perusahaan menunjuk beberapa kelompok tani sekitar saja untuk
penyediaan bahan baku. Untuk kebutuhan bahan baku pupuk bubuk kristal,
perusahaan hanya menunjuk satu suplier yang bertanggungjawab atas
pengadaan bahan baku tambang mineral. Bahan baku ini diperoleh dari
Jawa Barat.
Pelatihan kepada pemasok, terutama bagi pemasok bahan baku pupuk
solid juga dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan bahan baku yang
digunakan dapat sepenuhnya organik. Pelatihan tersebut dilakukan dengan
mengadakan penyuluhan ke kelompok-kelompok tani tentang penggunaan
pakan organik bagi hewan peliharaanya khususnya sapi. Hal ini
menunjukkan perusahaan dapat memenuhi syarat mengenai pemasok dalam
sistem produksi Just In Time.
63
C. Pembahasan
Dari data yang didapat dari hasil observasi langsung dan wawancara dengan
pemimpin perusahaan, peneliti mengelompokkan beberapa data sebagai berikut :
1. Syarat-syarat sistem produksi Just In Time yang dipenuhi oleh perusahaan:
a. Layout proses produksi
b. Pelatihan tim dan karyawan
c. Sistem aliran produksi
d. Zero inventory pada produksi pupuk padat & cair
e. Visibilitas atau pengendalian visual
f. Eliminasi kemacetan
g. Pemeliharaan mesin
h. Pemasok
2. Syarat-syarat sistem produksi Just In Time yang tidak terpenuhi :
a. Penggunaan kartu kanban
b. Zero inventory pada produksi pupuk bubuk kristal
c. Ukuran lot produksi dan waktu se tup
d. Kemampuan proses, statistical process controling dan perbaikan
berkesinambungan.
Dari hasil ini, dapat dilihat bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi semua
syarat yang ditentukan untuk penerapan sistem produksi Just In Time tetapi
memungkinkan bila sistem Just In Time ini diimplementasikan pada CV.
64
Komunika Karya Anteronusa di masa yang akan datang, hal ini dapat dilakukan
dan dapat dipenuhi oleh perusahaan apabila:
1. Syarat penggunaan kartu kanban di masa yang akan datang dapat dilakukan
dan dipenuhi oleh CV. Komunika Karya Anteronusa karena dengan semakin
besarnya perusahaan, semakin meningkatnya pesanan & penjualan produk,
dan semakin banyaknya inovasi produk yang ditawarkan kepada konsumen
tentu perusahaan akan semakin komplek dalam memproduksi barang tersebut,
sehingga akan dibutuhkan penggunaan kartu kanban ini sebagai alat
pengendali dan pengawasan terhadap produksi suatu barang menuju efisiensi
perusahaan.
2. Di masa yang akan datang zero inventory pada produksi pupuk bubuk kristal
dapat terpenuhi dan dilaksanakan apabila bahan baku untuk produksi pupuk
bubuk kristal ini dapat dengan mudah ditemui di daerah lokal tanpa harus
mendatangkan bahan baku dari Jawa Barat. Hal ini dapat terjadi karena
semakin banyaknya pemasok yang muncul karena semakin pesatnya
pengguna pupuk bubuk kristal, serta semakin meningkatnya penjualan pupuk
bubuk kristal karena bersifat organik dan bersahabat dengan lingkungan
sehingga semakin banyak orang akan memanfaatkan peluang tersebut untuk
menjadi pemasok bahan baku untuk produksi pupuk bubuk kristal. Dengan
demikian maka akan semakin mudah diperoleh baku untuk produksi pupuk
65
bubuk kristal ini tanpa harus menyediaan persediaan bahan baku sehingga
zero Inventory pada produksi pupuk bubuk kristal dapat terpenuhi.
3. Ukuran Lot Produksi dan Waktu Set Up
CV. Komunika Karya Anteronusa di masa yang akan datang dapat
menetapkan standar lot produksi dan waktu set up apabila perusahaan
semakin besar maka akan semakin meningkat pesanan & penjualan produk,
dan semakin banyaknya inovasi produk yang ditawarkan kepada konsumen
tentu perusahaan akan semakin komplek dalam memproduksi barang tersebut.
4. Kemampuan Proses, Statistical Process Controling dan Perbaikan
Berkesinambungan.
CV. Komunika Karya Anteronusa di masa yang akan datang dapat melakukan
proses pengendalian produksi secara statistikal. Hal ini disebabkan karena
dengan semakin besarnya perusahaan, semakin meningkatnya penjualan,
semakin pesatnya pesanan, semakin inovasi produknya, serta semakin
kompleknya proses produksi, tentu akan menambah jumlah tenaga kerja
dengan sumber daya manusia yang lebih profesional serta mampu melakukan
pengendalian produksi secara statistikal baik dilakukan di dalam laboratorium
maupun secara keseluruhan.
Perusahaan berusaha dapat memenuhi harapan filosofi dari Just In Time
seperti pada tabel berikut ini:
66
Pelaku Kegiatan Yang Dilakukan
Usaha Yang Dilakukan Untuk Menghilangkan Pemborosan
Manfaat
Pekerja 1. Berpartisipasi dalam perbaikan kegiatan dan pemecahan masalah
2. Berpartisipasi dalam pembuatan keputusan
3. Mangasumsikan kegiatan pada tanggung jawab untuk mencapai kualitas terbaik
4. mengembangkan keahlian baru
Manajer 1. Mempengaruhi karyawan dan pemasok
2. Mendukung usaha karyawan & Pemasok melalui pembuatan kebijakan dan pengalokasian sumber daya
3. Menunjukkan komitmen pada just in time
Pemasok 1. Bertanggung
jawab terhadap kepastian
1. Mengurangi waktu set up
2. Mengurangi ukuran lot produksi
3. Penyederhanaan aliran dan penanganan bahan
4. Mengurangi persediaan
5. Menghindari kerusakan yang terjadi selama proses
1. Peningkatan Produksi
2. Mengurangi waktu tunggu
3. Perbaikan kualitas produk
4. Perbaikan pelayanan terhadap pelanggan
67
pengadaan dan kualitas bahan
2. Berpartisasi dalam setiap kegiatan perbaikan
Gambar 5.1: FILOSOFI JUST IN TIME
Sumber : Golhar dan Stamm, 1991 dalam Wardani, 1999
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kemungkinan
penerapan Just In Time pada CV. Komunika Karya Anteronusa, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa proses produksi yang diterapkan
di CV. Komunika Karya Anteronusa menghasilkan produk berupa pupuk cair,
pupuk bubuk kristal, dan pupuk solid. Produk pupuk cair proses produksinya
melalui beberapa tahapan sebagai berikut: tahap pemilahan bahan baku, tahap
penyulingan, tahap penstabilan, tahap pendinginan dan pengepakan. Produk
pupuk bubuk kristal menggunakan proses pemanasan bahan baku hingga
mencapai suhu 800 derajat celcius selama 5 jam. Produk pupuk padat/solid
(kompos) melalui proses fermentasi kotoran hewan yang menggunakan
fermentor khusus sampingan dari proses pupuk cair melalui tahapan
penyeleksian kotoran hewan, proses pengeringan dan proses pengkayakan.
2. Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan menunjukkan bahwa CV.
Komunika Karya Anteronusa belum dapat menerapkan sistem Just In Time
dalam proses produksinya karena masih ada persyaratan-persyaratan yang
belum terpenuhi. Persyaratan yang sudah ada adalah sebagai berikut: (1)
Layout proses produksi yang disesuaikan dengan kapasitas tangki dan jumlah
68
69
penjualan produk. Dalam sekali proses produksi, CV. Komunika Karya
Anteronusa dapat memproduksi pupuk cair sebanyak 15.000 liter pupuk cair.
Waktu yang diperlukan untuk proses produksi ini adalah 2 bulan, sedangkan
untuk produksi pupuk bubuk kristal dan solid dapat dilakukan setiap hari. (2)
Pelatihan tim dan karyawan yang dilakukan secara berkala dilakukan oleh
CV. Komunika Karya Anteronusa terutama dalam produksi pupuk cair
bertujuan untuk meminimalkan kegagalan produksi (3) Sistem aliran produksi
sederhana dalam proses produksinya (4) Zero Inventory pada produksi pupuk
padat & cair, (5) Visibilitas atau pengendalian visual, (6) Eliminasi kemacetan
di CV. Komunika Karya Anteronusa jarang terjadi kemacetan (7)
Pemeliharaan Mesin dan (8) Pemasok. Sedangkan syarat-syarat sistem
produksi Just In Time yang belum dapat dipenuhi adalah antara lain berupa:
(1) Penggunaan kartu kanban belum dapat dipenuhi karena selama ini dalam
produksi hanya menggunakan catatan-catatan sederhana (2) Zero Inventory
pada produksi pupuk bubuk kristal, (3) Ukuran lot produksi dan waktu setup,
(4) Kemampuan proses Statistical Process Controling dan perbaikan
berkesinambungan.
Apabila perusahaan di masa yang akan datang semakin besar dan kompleks
maka syarat-syarat sistem produksi Just In Time yang tidak terpenuhi berupa:
(1) Penggunaan kartu kanban, (2) Zero Inventory pada produksi pupuk bubuk
kristal, (3) Ukuran lot produksi dan waktu setup, (4) Kemampuan proses,
Statistical Process Controling dan perbaikan berkesinambungan diharapkan
70
dapat terpenuhi, dengan demikian dimasa yang akan datang CV. Komunika
Karya Anteronusa dapat menerapkan sistem Just In Time.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan.
Keterbatasan tersebut adalah:
1. Penelitian menggunakan studi kasus yang memiliki keterbatasan yang antara
lain berupa hasil yang diperoleh menjadi kurang obyektif karena adanya data
yang bersifat rahasia sehingga tidak bisa diungkapkan dengan optimal.
2. Banyak data kuantitatif yang ada tidak dapat terdokumentasikan dengan baik
dan sistematis, padahal dengan data kuantitatif yang lengkap penelitian ini
akan mengungkapkan lebih dalam dan lebih tegas.
3. Bukti-bukti mengenai penerapan sistem Just In Time tidak dapat
terdokumentasikan secara lengkap, hal tersebut dikarenakan keterbatasan bagi
peneliti untuk memperoleh dokumentasi tersebut.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan data yang diperoleh dengan ini penulis
menyampaikan saran sebagai berikut:
1. Melihat begitu besar manfaat dari penerapan Just In Time sebaiknya pihak
manajemen CV. Komunika Karya Anteronusa mempertimbangkan untuk
memulai menerapkan sistem Just In Time.
71
2. CV. Komunika Karya Anteronusa di masa yang akan datang agar tercapai
keinginan dan tujuan perusahaan dengan baik untuk selalu meningkatkan
kinerja perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bismoko, J dan A. Supratiknya. (1998). Pedoman Penulisan Skripsi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Edisi Kedua, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Blocher, Edward J. Kung H. Chen dan Thomas W, Lin. (1999). Cost Managament a Strategic Emphasis, Newyork: The McGraw Hill Companies, Inc.
Chase, Richard B dan Nicholas J. Aquilano. (1992). Production and Operation Management. Sixth Edition, Boston:Irwin.
Gaspersz, Vincent. (1997). Manajemen Kualitas Penerapan Konsep-konsep Kuplitas dalam Manajemen Bisnis Total, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. (1997). Management Accounting. Second Edition, Cincinnati Ohio: South-Western Publishing Co.
Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. (1997). Cost Management: Accounting and Control, Cincinnati Ohio: South-Western Publishing Co.
Monden, Yasuhiro. (1995). Sistem Produksi Toyota: Suatu Ancangan Terpadu untuk Penerapan Just InTime, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.
Nahmias, Steven. (1993). Production and Operation Analysis. Second Edition, Boston: RR. Donelly and Sons Co.
Nasution, Fahmi Natigor (2004).Just In time dan Perkembangannya dalam Industri. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara: Sumatra Utara
Ohno, Taiichi. (1995). Just In Time dalam Sistem Produksi Toyota. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.
Oktafiani, Tristin (2007). Penerapan Sistem Kanban dan JIT Studi Kasus PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Skripsi, Tidak dipublikasikan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy. dan Diana, Anastasia. (2003). Total Quality Management – edisi
revisi, Yogyakarta:Andi.
Wardani, Shita Lusi (1999). Pengaruh Praktik TQM dan JIT terhadap Kinerja Kualitas Perusahaan, Tesis Pasca Sarjana, Tidak dipublikasikan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Zamit, Yulian. (2002). Manajemen Produksi dan Operasi, Yogyakarta:Ekonosia.
Lampiran 2
DAFTAR PERTANYAAN JUST IN TIME Bagian produksi
1. Apakah perusahaan dapat membuat jadwal atau schedule kebutuhan bahan
baku untuk beberapa waktu kedepan agar perusahaan membeli bahan baku
dengan jumlah yang tepat?
2. Jenis produk apa yang dihasilkan?
3. Bagaimana perusahaan memenuhi permintaan pasar yang beraneka ragam?
4. Bagaimana proses produksi dari bahan baku menjadi barang jadi?
5. Apakah bagian produksi dapat langsung memproses bahan baku yang dikirim
langsung dengan spesifikasi yang memenuhi standard dan kualitas yang
ditetapkan oleh perusahan dengan kuantitas dan yang efisien dan waktu yang
tepat?
6. Apakah bagian produksi dapat langsung memproses bahan baku yang
dikirim?
7. Apakah bagian proses produksi dapat mengurangi waktu set up dan ukuran lot
yang kecil?
8. Apakah perusahaan memiliki operator yang handal yang dapat melakukan
pemeliharaan mesin secara preventif?
9. Apakah bagian produksi dapat mengeliminasi kemacetan sehingga tidak
menggangu proses produksi?
10. Bagaimana letak peralatan dalam proses produksi?
Bagian Pembelian
1. Apakah perusahaan dapat mengurangi jumlah pemasok menjadi sedikit
sehingga mengurangi sumber-sumber yang dikeluarkan dalam negosiasi?
2. Apakah perusahaan dapat memilih pemasok yang dapat dipercaya (reliable)
atau mapan (termasuk pengiriman yang tepat waktu oleh pemasok)?
3. Apakah perusahaan dapat memilih pemasok yang dekat sehingga dapat
dilakukan pengiriman yang sering dan dalam jumlah waktu yang sedikit?
4. Apakah perusahaan dapat mengadakan kerjasama dengan pemasok (kerjasama
jangka panjang)?
5. Apakah perusahaan dapat menggunakan gerak bahan sistem pembelian (yakni
pemasok ke penanganan barang dan langsung ke pembeli)?
6. Apakah memilih pemasok yang relatif dekat dengan tujuan dapat melakukan
pengirima yang sering dengan jumlah waktu yang sedikit?
7. Apakah menerapkan sistem kontrak jangka panjang?
8. Apakah perusahaan melakukan komunikasi secara detail dengan pemasok
mengenai kualitas dan spesifikasi pengiriman?
9. Apakah perusahaan melibatkan pemasok dalam pembuatan keputusan
pembelian material?
10. Apakah kedatangan barang terjadwal?
Bagian persediaan
1. dimana letak gudang persediaan bahan baku digunakan?
2. apakah perusahaan mampu mengurangi penggunaan ruang untuk gudang?
3. bagaimna proses pemindahan barang dari gudang ke pengolahan?
4. biaya apa saja yang tmbul dengan adanya persediaan?
Lampiran 3 Daftar Pertanyaan Panduan Observasi
No Syarat-syarat implementasi dan pertanyaan-pertanyaan
pemandu Jawaban Pemenuhan Keterangan
ada tidak Syarat
Implementasi
A Organisasi pabrik
1 Apakah produksi untuk salah satu produk ditempatkan dalam satu lokasi?
2
Apakah terdapat kartu proses yang menunjukkan informasi mengenai proses sebelumnya?
3 Apakah terdapat unit-unit (sel-sel ) kerja untuk memproses suatu produk?
B Pelatihan Tim dan Karyawan
1 Apakah terdapat pelatihan yang terjadwal bagi karyawan produksi?
2
Apakah karyawan diberi kewenangan untuk mengevaluasi produk yang diterimanya dari unit lain?
3 Apakah perusahaan mempunyai operator yang handal untuk melakukan perawatan preventif?
C Membentuk Aliran
1 Apakah perusahaan sering melakukan perubahan proses produksi?
2 Jika perusahaan sering melakukan perubahan, apakah aliran produksi menjadi semakin cepat?
3 Apakah bagian produksi dapat langsung memproses bahan baku dengan kuantitas,
kualitas dan waktu yang tepat?
D Kanban Pull System
1 Apakah sering terjadi produk yang rusak atau cacat?
2 Bagaimana perlakuan terhadap setiap produk yang rusak atau cacat?
3 Apakah terjadi penumpukkan bahan baku dalam setiap unit produksi?
4 Apakah terjadi perpindahan yang teratur dari tiap unit produksi ke unit produksi yang lainnya?
5 Apakah dalam setiap perpindahan tersebut disertai dengan kartu proses?
E Visibilitas
1
Apakah pengawas produksi dapat memperhatikan secara keseluruhan tiap proses produksi?
2
Apakah terdapat papan informasi yang menunjukkan status dan permasalahan produksi?
F Eliminasi kemacetan
1 Apakah sering terdapat kemacetan dalam unit produksi tertentu?
2 Apakah terdapat pemeriksaan rutin dan berkala pada setiap mesin produksi?
3 Apakah karyawan diberikan kesempatan untuk berdiskusi untuk mengatasi kemacetan?
G Ukuran Lot Kecil dan Pengurangan Waktu Setup
1 Apakah terdapat kesulitan untuk mempersiapkan alat-alat produksi?
2 Apakah terdapat batasan jumlah bahan baku tertentu yang akan digunakan dalam suatu unit
produksi? H Total Productive Maintenance
1 Apakah terdapat jadwal perawatan dan service untuk tiap-tiap mesin produksi?
2
Apakah mesin-mesin produksi selalu ditingkatkan kinerjanya dengan meng-upgrade mesin?
I Kemampuan Proses, Stastical Process Control dan Perbaikan Berkesinambungan
1 Apakah manajemen mengontrol proses produksi secara statistikal?
2
Apakah manajemen melakukan evaluasi terus menerus tentang pengembangan proses-produksi?
J Pemasok 1 Apakah pemasok bahan baku cukup tersedia?
2 Apakah bahan baku dikirim dalam jangka waktu yang lama?
3 Apakah terjadi penumpukan bahan baku di gudang?
4
Apakah manajemen juga melakukan pelatihan dan bantuan-bantuan teknis kepada para pemasok?
5 Apakah manajemen juga melakukan inspeksi kepada para pemasok?
6 Apakah manajemen melakukauan standarisasi bahan baku?
7 Apakah perusahaan membuat jadwal kebutuhan bahan baku untuk jangka panjang?