evaluasi kebijakan pembangunan fly over dalam …digilib.unila.ac.id/54600/2/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN FLY OVER DALAM
MENGATASI KEMACETAN LALULINTAS
(Studi Kasus: Fly Over Di Jalan Gajah Mada-Antasari Bandar Lampung)
(Skripsi)
Oleh
SELVIANA FIKRI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN FLY OVER DALAM
MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS
(Studi Kasus: Fly Over Di Jalan Gajah Mada-Antasari Bandar Lampung)
Oleh
Selviana Fikri
Kemacetan Di Kota Bandar Lampung disebabkan oleh semakin meningkatnya
jumlah volume kendaraan pribadi baik itu roda dua maupun roda empat. Dari
permasalah tersebut pemerintah membuat kebijakan pembangunan fly over untuk
mengatasi kemacetan, salah satunya adalah Fly Over Gajah Mada-Antasari yang
mengacu pada Keputusan Wali Kota Bandar Lampung No. 666.I/III.20/2016
tentang izin lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi atau melakukan
penilaian apakah pembangunan Fly Over di jalan Gajah Mada-Antasari Bandar
Lampung dapat mengatasi kemacetan. Tipe penelitian adalah deskriptif kualitatif.
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi. Teknik observasi dilakukan dengan pengamatan langsung di lokasi
penelitian yaitu Fly Over di jalan Gajah Mada-Antasari Bandar Lampung.Teknik
wawancara dilakukan terhadap informan penelitian. Peneliti mengunakan
triangulasi sumber. Peneliti mengunakan tiga kriteria evaluasi kebijakan pertama
kriteria efektifitas dengan 3 indikator ukuran yaitu pencapaian tujuan kebijakan,
pencapain sasaran kebijakan dan pencapaian hasil kebijakan. Kedua kriteria
responsivitas dengan 3 indikator ukuran yaitu pencapaian kriteria efektifitas,
efisiensi, kecukupan dan kesamaan. Selanjutnya pencapaian kebutuhan sasaran
kebijakan dan pencapaian respon baik dari sasaran kebijakan. Ketiga kriteria
ketepatan dengan 3 indikator ukuran yaitu pencapaian keberhasilan kebijakan
mengatasi permasalahan, pencapaian kebijakan sesuai tujuannya dan pencapaian
kebijakan tepat sasaran. Hasil penelitian menunjukkan dari tiga kriteria evaluasi
kebijakan dengan indikator ukurannya yaitu efektifitas, responsivitas dan
ketepatan menunjukkan bahwa fly over dapat mengatasi kemacetan, adalah
kriteria evaluasi ketepatan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan data rasio
kemacetan yang dimiliki Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung. Sejak ada fly
over, kemacetan di jalan Gajah Mada-Antasari berkurang meskipun tidak 100%
karena kemacetan pada pagi dan sore hari masih terjadi.
Kata Kunci: Kemacetan, Fly Over, Evaluasi Kebijakan
ABSTRACT
EVALUATION OF FLY OVER DEVELOPMENT POLICY IN
RESOLVING THE TRAFFIC JAM
(Case Study: Fly Over on Gajah Mada Street-Antasari Bandar Lampung)
By
Selviana Fikri
The Traffic Jam in Bandar Lampung is caused by increasing the volume of private
vehicles including two-wheeled and four-wheeled vehicles. Due to the problems,
the government establish a policy of fly over development to resolve the traffic
jam, one of the policy is Gajah Mada-Antasari’s Fly Over which refers to the
Decrees of the Mayor of Bandar Lampung No. 666.I / III.20 / 2016 about
environmental permits. In this research, the construction of the Fly Over on Gajah
Mada-Antasari Bandar Lampung can resolve the traffic jam is discussed, include
evaluation and assessment. The type of research is qualitative descriptive. Data
collection is done through observation, interview and documentation techniques.
The observation technique was carried out by direct observation at the research
location, namely the Fly Over on Gajah Mada-Antasari Road, Bandar Lampung.
The interview technique was carried out on the research informants. The
researcher used source triangulation. The researcher uses the first three policy
evaluation criteria for effectiveness criteria with 3 measurement indicators,
namely achieving policy objectives, achieving policy objectives and achieving
policy outcomes. The two criteria are responsiveness with 3 size indicators,
namely the achievement of criteria for effectiveness, efficiency, adequacy and
similarity. Furthermore, the achievement of policy target needs and the
achievement of responses both from policy objectives. The three criteria are
accuracy with 3 size indicators, namely the achievement of success in overcoming
problems, achieving policies according to their objectives and achieving policies
on target. This can be proven by the traffic jam ratio data of the Bandar Lampung
City Transportation Department. Since the fly over is used, traffic jam on Gajah
Mada-Antasari road is reduced even though not 100% because traffic jam still
happen in the morning and evening.
Keyword : Traffic Jam, Fly over, Policy Evaluation
EVALUASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN FLY OVER DALAM
MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS
(Studi Kasus: Fly Over Di Jalan Gajah Mada-Antasari Bandar Lampung)
Oleh :
SELVIANA FIKRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis adalah Selviana Fikri, penulis
dilahirkan di Banjar Negeri pada tanggal 7 November
1994. Penulis merupakan anak ke dua (2) dari empat (4)
bersaudara. Penulis merupakan anak dari pasangan Bpk.
Eli Kasim dan Ibu Nurwahidah. Penulis mengawali
pendidikan formal pertama kali pada taman kanak-kanak
Raudhatul Athfal Darussalam diselesaikan pada tahun
2001, setelah itu penulis melanjutkan Sekolah Dasar Negeri 1 Banjar Negeri
diselesaikan pada tahun 2007, lalu melanjutkan Sekolah Menengah Pertama
Negeri 1 Natar Lampung Selatan diselesaikan pada tahun 2010, dan dilanjutkan
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Natar Lampung Selatan diselesaikan pada
tahun 2013.
Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada tahun 2016 penulis melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Margasari Kecamatan Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung Timur selama 60 hari.
MOTTO
Jadikan kesalahan sebagai dorongan,
Untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi...
(Selviana Fikri)
Libatkanlah doa Ibu,
Dalam setiap masalah yang kita hadapi...
(Selviana Fikri)
Manusia memang wajib berusaha, namun bukan wajib berhasil.
Manusia bisa berencana, namun hasil akhir adalah hak Sang
Pemilik Takdir.
Karena apapun yang Allah takdirkan untuk mu,
Tak akan Allah biarkan menjadi milik orang lain...
(Lola Diara Fidya)
PERSEMBAHAN
Dengan Segala Kerendahan Hati dan Rasa Syukur Kupersembahkan Karya
Kecilku Ini Kepada:
Kepada Kedua Orang Tuaku
Eli Kasim (Ayah) terima kasih untuk semua kasih sayang dan dukungan yang
selalu diberikan demi terwujudnya keberhasilanku.
Nurwahidah (Ibu) terima kasih untuk semua kasih sayang dan doa yang selalu
diberikan untuk kelancaran terwujudnya keberhasilanku.
Kepada Kakak dan Adikku
Lutviana Fitri (Kakak) terima kasih untuk semua dukungan dan motivasi yang
selalu diberikan untuk menyemangatiku.
Umi Lutviatus Soleha (Adik ) dan M. Rasya Alfat (Adik) terima kasih telah
menghibur dan menyemangatiku saat sedih.
Kepada Nenekku
Terima kasih kasih untuk doa dan perhatianmu terhadap cucumu ini.
Kepada Penyemangatku
Terima kasih kasih untuk Danil Kasogi yang selalu menyemangatiku dan selalu
ada saat aku membutuhkan bantuan.
Kepada Sahabat
Terima kasih kasih untuk sahabatku yang dengan tulus dan sabar menemaniku.
Almamater Tercinta Universitas Lampung
Tempatku memperoleh ilmu, sahabat, dan merancang semua mimpi dan tujuanku
sebagai langkahku menuju kesuksesan.
SANWACANA
Alhamdulillahirrobil’ alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas
limpahan berkah, rahmat dan hidayahnya dari Allah SWT Tuhan Semesta Alam
Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Kebijakan
Pembangunan Fly Over Dalam Mengatasi Kemacetan Lalu Lintas (Studi
Kasus: Fly Over Di Jalan Gajah Mada-Antasari Bandar Lampung)” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi
ini, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini. Pada penulis
skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai
pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Pada
kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
yang sebesar-besarnya terhadap:
1. Bapak Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP. selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
serta Dosen Pembahas dan Penguji yang telah memberikan kritik, saran
dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Hi. Aman Toto D, M.H. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
sabar membimbing dan memberikan saran demi terciptanya skrispi ini.
Terima kasih atas semangat dan motivasi sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Kris Ari Suryandari, S.IP. M.IP. selaku Dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan waktunya, memberikan arahan, masukan, nasihat dan
perhatian selama proses penyelesaian skripsi.
5. Teristimewa untuk kedua orangtuaku ayahanda Eli Kasim dan ibunda
Nurwahidah, yang telah memberikan perhatian, kasih sayang, doa,
semangat dan dukungan yang diberikan selama ini. Terima kasih atas
segalanya, semoga nana bisa membahagiakan, membanggakan dan
menjadi anak yang berbakti untuk papah dan mamah.
6. Kakakku tersayang (Lutviana Fitri) terima kasih untuk omelan dan
perhatianmu terhadapku, sehingga aku bisa bangkit dari kesedihan dan
keluh kesah yang aku hadapi.
7. Adikku Umi Lutviatus Soleha dan M. Rasya Alfat, terima kasih adik-adiku
tersayang yang telah menghiburku saat aku lelah, ka nana sayang kalian.
8. Nenekku tersayang tercinta dan tersegalanya terima kasih jat selalu
mendoakan dan selalu ngingetin nana buat makan, makasih nenekku
pahlawanku.
9. Calon imamku (Danil Kasogi), terima kasih banyak untuk semua
ketulusan yang kau berikan kepadaku, terimakasih selalu ada dan
menemaniku sampai aku mencapai gelarku, I Love You.
10. Sahabatku tersayang, tertulus, terbaik dan tersegalanya terima kasih.
Terimakasih Tanti, Adit, Eka tanpa kalian aku gakada temen. Sahabat dari
awal masuk kuliah dan insyaallah akan menjadi sahabat sampai maut yang
memisahkan so sweet kan.
11. Temanku Dwi, Yeyen, Citra terima kasih sudah mau menjadi temanku
dengan segala kekurangan yang aku miliki.
12. Teman seperjuangan dan teman berbagi semangatku Amandan dan
Yolanda terima kasih.
13. Temanku Yones, Iqbal dan Rangga terima kasih sudah membantuku
menjawab semua pertanyaan yang aku tanyakan tentang skripsi ini
terimakasih.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah
diberikan pada penulis. Akhir kata penulis menyadari, masih terdapat
kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan,
akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan
mengamalkan ilmu pengetahuan.
Bandar Lampung, 26 November 2018
Penulis,
Selviana Fikri
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 12
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 12
D. Kegunaan Penelitian.......................................................................... 12
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Evaluasi Kebijakan .............................................. 14
1. Pengertian Evaluasi Kebijakan ................................................... 14
2. Tipe-Tipe Evaluasi Kebijakan..................................................... 16
3. Tujuan Evaluasi Kebijakan ........................................................ 17
4. Kriteria Evaluasi Dampak Kebijakan Publik .............................. 19
B. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik ................................................. 24
1. Pengertian Kebijakan Publik ....................................................... 24
2. Ciri-Ciri Kebijakan Publik .......................................................... 27
3. Proses Kebijakan Publik ............................................................. 29
C. Tinjauan Tentang Fungsi Pemerintah ............................................... 34
D. Tinjauan Tentang Pembangunan Infrastruktur.................................. 35
1. Pembangunan Infrastruktur ........................................................ 35
2. Manfaat Pembangunan Infrastruktur .......................................... 39
E. Tinjauan Tentang Fly Over ............................................................... 39
1. Pengertian Fly Over .................................................................... 39
2. Fungsi Dan Manfaat Fly Over .................................................... 40
F. Kerangka Pikir Penelitiam ................................................................ 40
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe Penelitian .................................................................................. 43
B. Fokus Penelitian ................................................................................ 44
C. Lokasi Penelitian ............................................................................... 45
D. Informan Penelitian ........................................................................... 45
E. Jenis Data .......................................................................................... 47
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 48
G. Teknik Pengolahan Data ................................................................... 51
H. Teknik Analisis Data ......................................................................... 52
I. Teknik Keabsahan Data .................................................................... 53
IV. GAMBARAN UMUM
A. Kota Bandar Lampung..................................................................... 55
B. Gambaran Geografi ......................................................................... 56
C. Gambaran Demografi ...................................................................... 57
D. Gambaran Pendidikan...................................................................... 58
E. Gambaran Kesehatan ....................................................................... 59
F. Gambaran Jalan dan Transportasi.................................................... 61
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 69
B. Pembahasan ..................................................................................... 93
VI. SIMPULAN DAN PEMBAHASAN
A. Simpulan .......................................................................................... 99
B. Saran ................................................................................................ 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Jumlah Kendaraan Roda 2 (R2) danRoda 4 (R4)
Tahun 2013-2017...................... ................................................................ 3
2. Fly Over Di Kota Bandar Lampung .......................................................... 7
3. Rasio Kemacetan Di Kota Bandar Lampung Tahun 2015 ........................ 9
4. Penelitian Terdahulu...................... ........................................................... 11
5. Kriteria Evaluasi Dampak Kebijakan Publik
Dalam Dunn (2013:610) ........................................................................... 23
6. Jenis Data Primer Penelitian...................... .............................................. 47
7. Jenis Data Sekunder Penelitian ................................................................ 48
8. Pelaksanaan Penelitiaan Melalui Wawancara...................... ..................... 50
9. Pelaksanaan Penelitian melalui Dokumentasi........................................... 51
10. Nama dan Peeriode Wali Kota Bandar Lampung ..................................... 56
11. Kecamatan dan Luas Wilayahnya di Kota Bandar Lampung
tahun 2016 (km2) ...................................................................................... 57
12. Jumlah Penduduk Per Kecamatan Di Kota Bandar Lampung
tahun 2016 ................................................................................................ 58
13. Daftar Sekolah Di Kota Bandar Lampung tahun 2016 ............................ 59
14. Banyaknya Sarana Kesehatan menurut Kecamatan di Kota
Bandar Lampung Tahun 2016 .................................................................. 60
15. Fly Over Di Kota Bandar Lampung tahun 2018 ....................................... 61
16. Kondisi Jalan Di Kota Bandar Lampung 2016 ......................................... 61
17. Alat Transportasi Di Kota Bandar Lampung 2016 ................................... 62
18. Triangulasi Sumber.......................... ......................................................... 64
19. Nama Fly Over Di Bandar Lampung ........................................................ 89
20. Rasio Kemacetan Di Kota Bandar Lampung Tahun 2017 ........................ 98
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir .......................................................................................... 42
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemacetan merupakan situasi atau keadaan lalu lintas yang disebabkan oleh
banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak
terjadi di kota-kota besar, terutama yang tidak mempunyai transportasi publik
dengan baik atau memadai dan tidak seimbang antara kebutuhan jalan dengan
jumlah kendaraan yang semakin meningkat jumlahnya. Kemacetan lalu lintas
sudah menjadi semacam ciri khusus kota-kota besar. Semakin hari kemacetan
di Ibu Kota semakin tak terhindarkan, banyaknya aktivitas masyarakat
membuat transportasi di kota-kota terutama pada pagi hari saat masyarakat
mulai beraktivitas dan sore hari saat masyarakat selesai beraktivitas atau
sepulang kerja menjadi padat.
Pemandangan lalu lintas yang macet sudah menjadi hal yang wajar bagi Ibu
Kota, tak terkecuali Kota Bandar Lampung Ibu Kota Provinsi Lampung.
Setiap hari masyarakat yang berada di Ibu Kota Provinsi Lampung berlalu
lalang melintasi setiap jalan yang ada untuk menjalankan rutinitas
kesehariannya, baik itu pengguna kendaraan pribadi maupun pengguna jasa
kendaraan umum seperti bus, angkutan kota, dan jenis angkutan umum
lainnya. Kota Bandar lampung merupakan pusat Kota Provinsi Lampung
2
yang memiliki pusat perbelanjaan, pendidikan dan perkantoran yang terpusat
di Kota Bandar Lampung.
Banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan, menjadi penyebab
terjadinya kemacetan di Kota Bandar Lampung, dikarenakan semakin
meningkatnya jumlah volume kendaraan pribadi baik itu roda dua maupun
roda empat, khususnya di jam sibuk seperti pagi hari saat masyarakat mulai
beraktivitas dan selesai beraktivitas pada sore hari. Penyebab kemacetan bisa
beragam. Salah satunya perbandingan jumlah kendaraan yang tidak diimbangi
dengan jumlah luas jalan. Pertambahan panjang jalan tidak mungkin
mengikuti jumlah kendaraan. Selain itu, ketidaktertiban dan ketidakpatuhan
penguna jalan terhadap rambu-rambu lalu linta menyebabkan terjadinya
kemacetan, baik itu penguna kendaraan umum maupun kendaraan pribadi.
Pra riset yang dilakukan peneliti pada 4 September 2017 di Badan
Pendapatan Daerah Provinsi Lampung (Bappeda) diperoleh data, kendaraan
baik itu roda dua maupun roda empat, mengalami peningkatan yang
signifikan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 sesuai data terakhir
yang dimiliki Bappeda. Sedangkan ruas jalan yang hanya beberapa meter saja
mengalami perubahan tidak setiap tahun tetap saja menyebabkan
penumpukan volume kendaraan bertambah setiap harinya sehingga
mempengaruhi keamanan dan ketertiban serta kelancaran lalu lintas di
wilayah Kota Bandar Lampung terutama di jalan protokol. Data jumlah
kendaraan di Bandar Lampung dapat dilihat pada tabel berikut:
3
Tabel 1. Jumlah Kendaraan Roda 2 (R2) dan Roda 4 (R4) Tahun 2013- 2017
No Tahun R2 R4
1. 2013 96.133 83.315
2. 2014 135.701 96.632
3. 2015 167.603 109.049
4. 2016 197.369 122.579
5. 2017 218.323 139.521
Jumlah 815.129 551.096
Sumber: Bappeda Provinsi Lampung , tahun 2018
Menurut jurnal penelitian tentang Pemecahan Kemacetan Lalu Lintas Kota
Besar Oleh Ofyar Z. Tamin (Jurnal PWK- 12 Nomor 4/Triwulan
II/Juni1992). Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kemacetan di ibu kota, diantaranya dengan meredam atau memperlambat
tingkat pertumbuhan transportasi, dan meningkatkan pertumbuhan
transportasi terutama memaksimalkan pemanfaatan prasarana yang ada dan
belum berfungsi semestinya dan memperlancar sistem pergerakan melalui
penerapan kebijakan rekayasa dan manajemen lalu lintas.
Jurnal kedua tentang Analisis Kinerja Jalan Dalam Upaya Mengatasi
Kemacetan Lulu Lintas Pada Ruas Simpang Bersinyal Di Kota Palu (Jurnal
SMARTek , Vol. 9 No. 4 November 2011: 327-336). Kemacetan lalu lintas
terjadi akibat volume kendaraan mendekati kapasitas jalan sesuai dengan
standar manual kapasitas jalan Indonesia. Selain itu hambatan samping
seperti parkir sembarangan dan adanya pedagang kaki lima juga dapat
menyebabkan kemacetan. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar
arus lalu lintas adalah dengan manajemen lalu lintas seperti membuat jalan
satu arah, membatasi kendaraan tertentu melewati ruas jalan tersebut, selain
itu memperlebar jalan mengevaluasi waktu siklus lampu lalu lintas.
4
Sedangkan jurnal ketiga tentang tentang Studi Kelayakan Pembangunan Fly
Over Di Simpang Gedangan Sidoarjo Di Tinjau Dari Segi Lalu Lintas Dan
Ekonomi Jalan Raya (Jurnal Teknik ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-
3539 (2301-9271 Print). Beberapa solusi yang telah diterapkan untuk
mengatasi kemacetan antara lain pelebaran jalan dan pembaruan sistem trafic
light. Akan tetapi kedua alternatif masih belum bisa mengatasi kemacetan.
Karena, volume kendaraan yang memang cukup besar. Sehingga diperlukan
alternatif antara lain yaitu fly over, fly over dianggap tepat menjadi solusi
mengatasi permasalahan simpang gedangan sidoarjo, tetapi perlu dilakukan
studi kelayakan pembangunan Fly Over pada simpang Gedangan Sidoarjo.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah kemacetan
lalu lintas, diantaranya adalah pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh
Pemerintah. Kebijakan merupakan sebuah kegiatan pemahaman manusia
mengenai pemecahan masalah. Kebijakan dibuat untuk membuat solusi akan
problematika manusia yang bermacam-macam. Pemerintah merupakan
lembaga tinggi negara yang merupakan pengambil alih kebijakan bagi
rakyatnya, akan tetapi kadang kala kebijakan tersebut dapat diterima dan
kadang kalaupun ditolak oleh masyarakat. Setiap kebijakan yang dikeluarkan
atau ditetapkan oleh pemerintah pasti memiliki tujuan yang baik bagi
masyarakat.
Menurut Jurnal keempat tentang Strategi Dinas Perhubungan Dalam
Mengatasi Kemacetan Di Kota Bandar Lampung oleh Africo Ramadhan dan
Meiliyana (Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3,No.1,
5
Januari juni 2012), strategi yang dilakukan Dinas Perhubungan Kota Bandar
lampung adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kapasitas jalan dengan melakukan pelebaran jalan pada
beberapa ruas jalan dan di daerah persimpangan.
2. Membuat fly over (jembatan layang) dan membuat under pass (jalan
bawah).
3. Membuat pendestrian area (area pejalan kaki).
4. Membangun fasilitas perhubungan.
5. Melakukan survey lalu lintas.
6. Melakukan pengendalian dan pengamanan parkir liar.
7. Penerapan Bus Rapid Transit (BRT).
8. Mengoptimalisasikan kapasitas jalan dengan menghilangkan hambatan
samping seperti pedagang kaki lima (PKL), parkir, dan pejalan kaki.
9. Melakukan manajemen lalu lintas dan menempatkan petugas untuk
mengatur lalu lintas dan titik rawan kemacetan.
Namun strategi di atas hanya ada beberapa saja yang dilakukan khususnya
pada periode tahun 2011. Strategi yang dilakukan diantaranya yaitu
meningkatkan kapasitas jalan dengan melakukan pelebaran jalan pada
beberapa ruas jalan dan di daerah persimpangan, kemudian dinas perhubungan
kota Bandar Lampung menerapkan Bus Rapid Trasit (BRT) dengan fasilitas
yang nyaman dan aman dengan tujuan agar dapat mengurangi kemacetan di
Kota Bandar Lampung, melakukan survey lalu lintas, dan menghilangkan
hambatan samping seperti PKL, parkir yang menggunakan badan jalan, dan
lain-lain.
“Kabar24.com, BANDARLAMPUNG-Kemacetan lalu lintas di seputar
kota Bandar lampung yang merupakan ibu kota Provinsi Lampung,
makin meluas dan parah. Karena itu sejumlah warga pengguna kendaraan
bermotor di Kota Bandar lampung berharap kemacetan lalu lintas yang
terjadi pada sejumlah ruas jalan utama dapat segera teratasi agar dapat
mendukung kelancaran aktivitas perekonomian. Mereka menilai, upaya
rekayasa lalu lintas yang telah dilakukan Pemkot Bandar lampung baru-
baru ini belum sepenuhnya mampu mengatasi kemacetan lalu lintas.
(Sumber:http://kabar24.bisnis.com/read/20160327/78/531654/kemacetan
-kota-bandarlampung-makin-parah diakses pada10/12/2017 pukul:
10:00wib).
6
“Bandar lampung (ANTARA Lampung) - Masalah kemacetan arus lalu
lintas menjadi "momok" waga kota besar hampir di seluruh tanah air,
namun sebagian pemerintahnya setidaknya mampu menyiasati guna
mengurangi persoalan tersebut. Begitu pun hampir seluruh warga Kota
Bandar lampung atau kabupaten/kota lainnya yang ada di Provinsi
Lampung bahkan pendatang dari luar provinsi di ujung selatan Sumatera
itu mengeluhkan kemacetan di ibu kota provinsi tersebut. Kemacetan
arus lalu lintas dipicu tingginya volume kendaraan namun penambahan
infrastruktur jalan tidak bisa mengimbanginya serta munculnya pusat-
pusat perbelanjaan baru yang mengakibatkan kemacetan semakin parah”
(Sumber:htps://lampung.antaranews.com?berita/293665?kemacetan-
dibandarlampung-belum-teratasi diakses pada 10/12/17 pukul 10.00wib).
Jurnal kelima tentang Perencanaan Fly Over Simpang Pelabuhan Panjang
Bandar Lampung (Jurnal Karya Teknik Sipil, Volume 6, Nomer 4, Tahun
2017). Kesimpulan dalam jurnal tersebut adalah pembangunan fly over
dilakukan dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah kemacetan,
hambatan samping tinggi, tidak adanya pembangunan jalan lingkar dan
alternatif di Kota Bandar Lampung, menghindari perlintasan sebidang dan
estetika di Kota Bandar Lampung. Dengan adanya pembangunan fly over
pada perlintasan tersebut diharapkan arus lalu lintas yang melalui jalan
tersebut menjadi lancar dan menambah estetika di Kota Bandar Lampung.
Menurut jurnal penelitian dan berita di atas, penyebab kemacetan bisa
beragam dan beberapa upaya telah dilakukan untuk mengatasi kemacetan.
Pemerintah Kota Bandar Lampung kemudian membuat beberapa terobosan
untuk mengatasi kemacetan tersebut. Mulai dari rekayasa lalu lintas hingga
pembangunan infrastruktur, diantaranya pembangunan Jalan layang (fly over)
diantara persimpangan jalan yang menjadi pusat kemacetan dalam mengatasi
stagnansi kemacetan yang terjadi.
7
Wali Kota Bandar Lampung Herman HN, mempunyai cara atau solusi
tersendiri untuk mengatasi kemacetan di Kota Bandar Lampung. Herman HN
menjabat Wali Kota Bandar Lampung dalam dua periode, yaitu pada tahun
2010-2015 dan 2016-2021. Menurut Wali Kota Herman HN, fly over dirasa
tepat untuk mengatasi kemacetan di kota Bandar Lampung. Jalan layang (fly
over) adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang menghindari
daerah atau kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan. Data
fly over yang telah dibangun di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 2. Fly Over Di Kota Bandar Lampung
No Letak Panjang Peresmian
1. Jln. SultanAgung-Ryacudu 180 M 8 Juli 2013
2. Jln. Antasari-Tirtayasa 180 M 8 Juli 2013
3. Jln. Gajah Mada-Juanda 585 M 1 Januari 2014
4. Jln. Kimaja-Ratu Dibalau 278, 85 M 1 Januari 2016
5. Jln. Gajah Mada- Antasari 310 M 26 Desember 2016
6. Jln. ZA PagarAlam-Tengku Umar 477 M 31 Desember 2017
7. Jln. Pramuka-Cikditiro 369 M 25 Januari 2018
8. Jln. Pramuka- Indra Bangsawan 140,7 M 25 Januari 2018
Sumber: Diolah oleh peneliti, tahun 2018
Keberadaan infrastruktur yang memadai sangat diperlukan seiring dengan
kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks terhadap kebutuhan sarana
transportasi terutama di Kota Bandar Lampung yang merupakan pusat dari
kegiatan ekonomi, pendidikan, perdagangan, kesehatan, dan lain-lain.
Kerangka kebijakan regulasi dan investasi diharapkan akan meningkatkan
ketersediaan fasilitas dan layanan infrastruktur. Pemerintah kemudian
membuat beberapa terobosan. Diantaranya pembuatan Jalan layang (fly over),
pembangunan fly over ini bertujuan untuk memperlancar arus yang tadinya
8
macet di suatu tempat. Kemajuan ini tentunya akan sangat membantu
kelancaran aktivitas penduduk Kota Bandar Lampung.
Jalan layang (fly over) adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang
menghindari daerah/kawasan yang selalu mengahadapi permasalahan
kemacetan lalu lintas. Pembangunan fly over yang dikebut sejak masa
kepemimpinan periode pertama Herman HN sebagai Walikota Bandar
Lampung, pembangunan ini berada diantara dua sisi mata uang yang berbeda
ada warga yang mendukung karena dinilai dapat memperlancar arus
kendaraan dan ada pula yang menolak karena dianggap mematikan
perekonomian, terutama yang berada di sekitar fly over itu. Terhitung hingga
sampai saat ini ada delapan fly over yang telah dibangun dan diresmikan
oleh Herman HN dengan tujuan untuk mengatasi kemacetan.
Kebijakan pembangunan fly over memang memiliki tujuan yang baik bagi
pengguna jalan, yaitu untuk mengatasi kemacetan dan memperlancar arus
kendaraan di Kota Bandar Lampung, salah satunya Fly Over di jalan Gajah
Mada-Antasari. Padatnya lalu lintas di jalan Gajah Mada-Antasari membuat
pemerintah melakukan pembangunan fly over, hal ini disebabkan di daerah
tersebut terdapat sarana pendidikan yaitu SMP 5 Bandar Lampung, sarana
kesehatan yaitu RS.Graha Husada, pasar yaitu pasar tugu dan KPU (Komisi
Pemilihan Umum) Provinsi Lampung. Sehingga arus lalu lintas di jalan Gajah
Mada-Antasari sering terjadi kemacetan terutama dipagi hari saat masyarakat
mulai beraktivitas dan pada sore hari saat masyarakat selasai beraktivitas.
9
Pembangunan Fly Over Gajah Mada-Antasari yang mengacu pada Keputusan
Wali Kota Bandar Lampung Nomor: 660.1/III.20/HK/2016 Tentang Izin
Lingkungan. Kegiatan Pembangunan Fly Over Gajah Mada-Antasari, dimulai
sejak Juli 2016 dan diresmikan pada 26 Desember 2016. Anggaran
pembangunan Fly Over Gajah Mada-Antasari bersumber dari Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandar Lampung 2016.
Pembangunan fly over yang dikerjakan Perseroan Terbatas Sang Bima Ratu
(PT.SBR) menghabiskan dana sekitar Rp. 38 Miliar. Kemacetan yang terjadi
di jalan Gajah Mada-Antasari Bandar Lampung dapat kita lihat pada data
tabel rasio kemacetan yang dimiliki Dinas Perhubungan Kota Bandar
Lampung tahun 2015.
Tabel 3. Rasio Kemacetan Di Kota Bandar Lampung Tahun 2015
No Ruas Jalan Volume Capasitas V/C Rasio
1. Sultan Agung 446,50 1322,11 0,30
2. Antasari 2767,00 5890,00 0,47
3. Gajah Mada 2347,00 1693,35 1,39
4. Kimaja 1235,00 1873,56 0.66
5. ZA Pagar Alam 1848,00 2605,68 0,71
6. Pramuka 647,55 2644,00 0,24
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, tahun 2015
Berdasarkan tabel rasio kemacetan Kota Bandar Lampung tahun 2015, dilihat
dari enam titik ruas jalan yang dibangun fly over, sebelum adanya Fly Over di
jalan Gajah Mada-Antasari, dapat kita lihat di ruas jalan Gajah Mada
menempati urutan pertama ruas jalan yang mengalami padat kendaraan atau
mengalami kemacetan yaitu 1,39. Suatu jalan dapat dikatakan padat
kendaraan apabila rasio jalan yang dihitung dari volume kendaraan bermotor
dan kapasitas jalan protokol di Kota Bandar Lampung ≥ 0,70.
10
Jalan Gajah Mada-Antasari Bandar Lampung merupakan jalan protokol yang
berarti kewenangan dan perizinan pembangunan berada pada Pemerintah
Kota dalam hal ini Wali Kota Bandar Lampung Herman HN. Wali Kota
Bandar Lampung bersama Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar lampung
memberikan izin pembangunan Fly Over di jalan Gajah Mada-Antasari
karena telah memenuhi syarat pembangunan fly over yaitu memiliki dokumen
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup (UKL-UPL). Wali Kota Bandar Lampung memilih membangun Fly
Over di jalan Gajah Mada-Antasari karena selain terjadi kemacetan di jalan
tersebut, jalan Gajah Mada-Antasari telah memiliki syarat pembangunan fly
over.
Evaluasi atau penilaian terhadap kebijakan pembangunan Fly Over Gajah
Mada-Antasari yang bertujuan untuk mengatasi kemacetan dapat dilihat dan
dirasakan setelah kebijakan tersebut sudah berjalan cukup waktu. Dari sisi
pengguna jalan pembangunan fly over memberikan dampak positif karena
sedikit banyak dapat mengatasi permasalahan kemacetan. Tetapi disisi lain,
pembangunan fly over memberikan dampak yang cukup merugikan bagi
masyarakat sekitar karena usaha mereka yang berada tepat dibawah fly over
menjadi mati dan sepi pembeli, hal ini mengakibatkan banyak masyarakat
sekitar menutup usahanya.
Kebijakan mau tidak mau pastilah menimbulkan dampak, baik itu dampak
positif maupun negatif. Dampak positif dimaksudkan sebagai dampak yang
memang diharapkan akan terjadi akibat sebuah kebijakan dan memberikan
11
manfaat yang berguna bagi lingkungan kebijakan. sedangkan dampak negatif
dimaksudkan sebagai dampak yang tidak memberikan manfaat bagi
lingkungan kebijakan dan tidak diharapkan terjadi. Evaluasi atau penilaian
terhadap sebuah kebijakan dapat dilihat dengan berbagai indikator atau
kriteria evaluasi kebijakan. Berdasarkan dengan penelitian ini maka peneliti
menemukan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan
diteliti ini.
Tabel 4. Penelitian Terdahulu
N0 Nama Tahun Judul Penelitian
1. Arif Kurniawan 2014 Analisis Dampak Lalu Lintas Akibat
Pembangunan Fly Over Pada Ruas Jalan
Sultan Agung-Ryacudu Kota Bandar Lampung
2. Juliandi Franata
Sinuhaji
2016 Analisi aAnalisis Aspek Sosial Terhadap Pembangunan
Fly Over Bandar Lampung (Studi Kasus: Pada
Masyarakat di Jln. Gajah Mada-Jln. Antasari)
Sumber: digilib.unila.ac.id, tahun 2018
Berdasarkan tabel di atas maka perbedaan utama peneliti dengan penelitian
terdahulu adalah peneliti pertama mengkaji mengenai dampak lalu lintas
akibat pembangunan fly over sedangkan peneliti kedua mengkaji mengenai
proses pembangunan infrastruktur Fly Over Gajah Mada-Antasari. Baik
dalam prosesnya maupun dampak yang ditimbulkan dari kebijakan
pembangunan infrastruktur yang bertujuan untuk mengatasi kemacetan
tersebut.
Peneliti saat ini mengkaji evaluasi atau penilaian terhadap kebijakan yang
dilakukan Pemerintah Kota Bandar Lampung yaitu membangun Fly Over di
jalan Gajah Mada-Antasari Bandar Lampung untuk mengatasi kemacetan.
Dari latar belakang masalah di atas, peneliti mengambil judul penelitian
12
Evaluasi Kebijakan Pembangunan Fly Over Dalam Mengatasi Kemacetan
Lalu Lintas (Studi Kasus: Fly Over Di Jalan Gajah Mada-Antasari Bandar
Lampung) peneliti menggunakan beberapa kriteria evaluasi kebijakan
menurut Wiliam Dunn yang dianggap relevan dan dapat menjawab
permasalahan peneliti. Kriteria-kriteria evaluasi kebijakan tersebut adalah
kriteria efektifitas, responsivitas dan ketepatan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah kebijakan pembangunan Fly over di jalan
Gajah Mada-Antasari Bandar Lampung mengatasi kemacetan” ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah pembangunan Fly Over
di jalan Gajah Mada-Antasari Bandar Lampung dapat mengatasi kemacetan.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini merupakan salah satu kajian Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
yang diharapkan mampu membantu pemahaman, khususnya mengenai
kebijakan pembangunan infrastruktur fly over dalam mengatasi
kemacetan lalu lintas di Jalan Gajah Mada-Antasari Kota Bandar
13
Lampung dengan evaluasi kebijakan menurut Wiliam Dunn (kriteria
efektifitas, responsivitas dan ketepatan).
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Pemerintah
Kota Bandar Lampung dalam upaya mengatasi kemacetan lalu lintas.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Evaluasi Kebijakan
1. Pengertian Evaluasi Kebijakan
Istilah evaluasi mempunyai arti yang berhubungan, masing-masing
menunjuk pada aplikasi beberapa skala nilai terhadap hasil kebijakan dan
program. Menurut Wiliam Dunn dalam Mulyadi ( 2016: 85-86) secara
umum istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal),
pemberian angka (rating) dan penilaian (assessment), kata-kata yang
menyatakan usaha untuk menganalisis hasil kebijakan dalam arti satuan
nilainya. Dalam arti yang lebih spesifik, evaluasi berkenaan dengan
produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan. Ketika
hasil kebijakan pada kenyataannya mempunyai nilai, karena itu hasil
tersebut memberi sumbangan pada tujuan atau sasaran.
Evaluasi dalam hal ini dapat dikatakan bahwa kebijakan atau program
telah mencapai tingkat kinerja yang bermakna, yang berarti bahwa
masalah masalah kebijakan dibuat jelas atau diatasi. Subarsono
(2015:119) evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu
kebijakan. Evaluasi baru dapat dilakukan kalau suatu kebijakan sudah
berjalan cukup waktu. Memang tidak ada batasan waktu yang pasti kapan
15
sebuah kebijakan harus dievaluasi. Untuk mengetahui outcome dan
dampak suatu kebijakan sudah tentu diperlukan waktu tertentu. Sebab
jika evaluasi dilakukan terlalu dini, maka outcome dan dampak dari
suatu kebijakan belum tampak.
Menurut Hamdi (2014:107) evaluasi atau penilaian kebijakan
menyangkut pembahasan kembali terhadap implementasi kebijakan.
Tahap ini berfokus pada identifikasi hasil-hasil dan akibat-akibat dari
implementasi kebijakan. Dengan fokus tersebut, evaluasi kebijakan akan
menyediakan umpan balik bagi penentuan keputusan mengenai apakah
kebijakan yang ada perlu diteruskan atau dihentikan. Namun terdapat
pandangan berbeda sebagaimana dinyatakan oleh Thomas R. Dye bahwa
evaluasi kebijakan merupakan pembelajaran mengenai konsekuensi dari
kebijakan publik. Berbeda dengan pendapat Abidin dalam Mulyadi
(2016:86) pengertian evaluasi mencakup 3 pengertian, yaitu:
a. evaluasi awal, yaitu dari proses perumusan kebijakan sampai saat
sebelum diimplementasikan (ex-ante evaluation),
b. evaluasi dalam proses implementasi atau monitoring,
c. evaluasi akhir yang dilakukan setelah selesai proses implementasi
kebijakan (ex- post evaluation).
Sedangkan menurut Dye dalam Mulyadi (2016: 100) menyatakan “police
evaluation is the assessment assessment of relative effectiveness of two
or more programs meeting common objectives”. Uraian Dye tersebut
menjelaskan bahwa evaluasi menilai secara luas atau umum keefektifan
16
program program Negara baik itu dua atau lebih yang memiliki
efektifitas yang relatif. Evaluasi memberikan informasi yang falid
mengenai kinerja dari kebijakan. Informasi falid bersifat objektif yang
dapat diperoleh dari perbandingan dengan kebijakan sebelumnya ataupun
pengamatan secara langsung di lapangan. Evaluasi kebijakan dapat
mencakup tentang isi kebijakan, pelaksanaan kebijakan, dan dampak
kebijakan.
Berdasarkan pengertian pengertian Evaluasi Kebijakan di atas, maka
evaluasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai satu tingkatan dalam
proses kebijakan publik. Melalui kegiatan evaluasi kita dapat menilai
suatu kebijakan atau program apakah berjalan dengan baik atau tidak.
Evaluasi kebijakan dapat mencakup tentang isi kebijakan, pelaksanaan
kebijakan, dan dampak kebijakan.
2. Tipe- Tipe Evaluasi Kebijakan
Menurut Anderson dalam Winarno (2008: 229) membagi evaluasi
kebijakan dalam tiga tipe, masing- masing tipe evaluasi yang
diperkenalkan ini didasarkan pada pemahaman para evaluator terhadap
evaluasi, sebagai berikut:
a. Tipe pertama, evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan
fungsional. Bila evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan
fungsional, evaluasi kebijakan dipandang sebagai kegiatan yang sama
pentingnya dengan kebijakan itu sendiri.
17
b. Tipe kedua, merupakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada
bekerja nya kebijakan atau program program tertentu. Tipe evaluasi
ini lebih membicarakan sesuatu mengenai kejujuran atau efisiensi
dalam melaksanakan program.
c. Tipe ketiga, Tipe evaluasi kebijakan sistematis, tipe kebijakan ini
melihat secara obyektif program program kebijakan yang dijalankan
untuk mengukur dampaknya bagi masyarakat dan melihat sejauh
mana tujuan tujuan yang telah dinyatakan tersebut tercapai.
Berdasarkan ketiga tipe tersebut yang paling sesuai dalam penelitian ini
adalah tipe yang ketiga, yakni tipe evaluasi kebijakan sistematis, dimana
peneliti ingin melihat sejauh mana pelaksanaan Kebijakan Pembangunan
Fly Over, dengan mencari tahu apakah kebijakan yang dijalankan telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3. Tujuan Evaluasi Kebijakan
Evaluasi memiliki beberapa tujuan yang dapat dirinci, tujuan evaluasi
dalam Subarsono (2015:120-121) adalah sebagai berikut:
a. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka
dapat diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
b. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga
dapat diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
c. Mengukur tingkat keluaran (outcome) suatu kebijakan. Salah satu
tujuan evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas
pengeluaran atau output dari suatu kebijakan.
18
d. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut, evaluasi
ditunjukkan untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak
positif maupun negatif.
e. Untuk mengetahui apabila ada penyimpangan. Evaluasi juga bertujuan
untuk mengetahui adanya penyimpangan penyimpangan yang
mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan
sasaran dengan pencapaian target.
f. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang.
Tujuan akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi
proses kebijakan ke depan agar dihasilkan kebijakan yang lebih baik.
Adanya evaluasi baik yang di lakukan oleh intern ataupun ekstern dari
suatu kebijakan/ program, di harapkan kebijakan-kebijakan ke depan
akan lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama.
Berikut ini beberapa alasan pentingnya evaluasi di lakukan dalam
Mulyadi (2016: 92- 93).
a. Untuk mengetahui tingkat efektifitas suatu kebijakan, yakni seberapa
jauh suatu kebijakan mencapai tujuan.
b. Mengetahui apakah suatu kebijakan berhasil atau gagal. Dengan
melihat pada tingkat efektifitas nya, maka dapat di simpulkan apakah
suatu kebijakan berhasil atau tidak.
c. Memenuhi aspek akuntabilitas publik. Dengan melakukan penilaian
kinerja suatu kebijakan, maka dapat di pahami sebagai bentuk
pertanggungjawaban pemerintah kepada publik sebagai pemilik dana
dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah.
19
d. Menunjukkan pada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Apabila
tidak di lakukan evaluasi terhadap suatu kebijakan, para stakeholders,
terutama kelompok sasaran tidak mengetahui secara pasti manfaat dari
suatu kebijakan atau program.
e. Agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Pada akhirnya evaluasi kebijakan bermanfaat untuk memberikan
masukan bagi proses pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak
mengulangi kesalahan yang sama, dan diharapkan lebih baik.
4. Kriteria Evaluasi Dampak Kebijakan Publik
Hasil atau dampak kebijakan pada dasarnya berkaitan dengan perubahan
kondisi masyarakat yang menjadi kelompok sasaran kebijakan atau
program, yaitu dari kondisi awal yang tidak dikehendaki menuju ke
kondisi baru yang lebih dikehendaki. Dampak yang terjadi tentu sangat
tergantung dengan kebijakan maupun program nya, dalam realita di
lapangan, merumuskan indikator dampak tidak mudah dilakukan. Hal ini
disebabkan oleh setidaknya dua hal, yaitu luasnya cakupan kebijakan dan
tujuan kebijakan sering kali tidak spesifik.
Menurut Wiliam Dunn dalam Mulyadi (2016: 124- 125) terdapat enam
kriteria yang dapat digunakan untuk menilai sebuah kinerja berhasil atau
tidak berhasil, yaitu:
a. Effectiveness atau keefektifan, yaitu berkenaan dengan apakah suatu
alternatif mencapai hasil (akibat) yang diharapkan, atau mencapai
tujuan dari diadakan nya tindakan. Winarno (2008:184) efektifitas
20
berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapai nya
keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas
disebut juga hasil guna. Efektifitas selalu terkait dengan hubungan
antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai.
Efektifitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin
besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan,
maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Ditinjau dari
pengertian segi efektifitas usaha tersebut, maka dapat diartikan bahwa
efektifitas adalah sejauh mana dapat mencapai tujuan pada waktu
yang tepat dalam pelaksanaan tugas pokok, kualitas produk yang
dihasilkan dan perkembangan. Efektifitas merupakan daya pesan
untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan untuk mempengaruhi.
Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran
efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhi nya mengenai
sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu, menunjukkan pada
tingkat sejauh mana organisasi, program/ kegiatan melaksanakan
fungsi fungsinya secara optimal.
b. Efficiency atau efisiensi, yaitu berkenaan dengan jumlah usaha yang
diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu. Winarno
(2008:185) Efisiensi yang merupakan sinonim dari rasionalitas
ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektivitas dan usaha,
yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter. Efisiensi
biasanya ditentukan melalui perhitungan biaya per unit produk atau
21
layanan. Kebijakan yang mencapai efektifitas tertinggi dengan biaya
terkecil dinamakan efisiensi.
c. Adequacy atau kecukupan, yaitu berkenaan dengan seberapa jauh
tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang
menumbuhkan adanya masalah. Winarno (2008:186) kecukupan
dalam kebijakan publik dapat dikatakan tujuan yang telah dicapai
sudah dirasakan mencukupi dalam berbagai hal. Kecukupan
berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan
kebutuhan, nilai, atau kesempatan yang menumbuhkan adanya
masalah. Kecukupan masih berhubungan dengan efektivitas dengan
mengukur atau memprediksi seberapa jauh alternatif yang ada dapat
menyelesaikan masalah yang terjadi.
d. Equity atau kesamaan, yaitu erat berhubungan denga rasionalitas legal
dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara
kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Winarno
(2008:187) kriteria kesamaan erat berhubungan dengan rasionalitas
legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara
kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang
berorientasi pada kesamaan adalah kebijakan yang akibatnya atau
usaha secara adil didistribusikan. Suatu program tertentu mungkin
dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya manfaat sama atau
merata.
22
e. Responsiveness atau ke tanggapan, yaitu berkenaan dengan seberapa
jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau
nilai masyarakat. Winarno (2008: 189) responsivitas dalam kebijakan
publik dapat diartikan sebagai respon dari suatu aktivitas, yang berarti
tanggapan sasaran kebijakan publik atas penerapan suatu kebijakan.
Responsivitas berkenaan seberapa jauh kebijakan dapat memuaskan
kebutuhan, preferensi, atau nilai kelompok-kelompok masyarakat
tertentu.
Keberhasilan kebijakan dapat dilihat melalui tanggapan masyarakat
yang menanggapi pelaksanaan setelah terlebih dahulu memprediksi
pengaruh yang akan terjadi jika kebijakan akan dilaksanakan, juga
tanggapan masyarakat setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat
dirasakan dalam bentuk dukungan/ berupa penolakan. Kriteria
responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan
semua kriteria lainnya (efektifitas, efisiensi, kecukupan, kesamaan).
f. Appropriateness atau ketepatgunaan, yaitu yang berhubungan dengan
rasionalitas substantif, karena pertanyaan tentang hal ini tidak
berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi dua atau lebih kriteria
secara bersama-sama. Winarno (2008: 184) ketepatan merujuk pada
nilai atau harga dari tujuan program dan pada kuat nya asumsi yang
melandasi tujuan tujuan tersebut. Kriteria yang dipakai untuk
menyeleksi sejumlah alternatif untuk dijadikan rekomendasi dengan
menilai apakah hasil dari alternatif yang direkomendasikan tersebut
merupakan pilihan tujuan yang layak.
23
Tabel 5. Kriteria Evaluasi Dampak Kebijakan Publik Dalam Dunn
(2013:610)
Tipe Kriteria Pertanyaan Ilustrasi
Efektifitas
Apakah hasil yang diinginkan
telah dicapai?
Unit pelayanan
Efisiensi
Seberapa banyak usaha
diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan?
Unit biaya Manfaat
bersih Rasio biaya
manfaat
Kecukupan
Seberapa jauh pencapaian hasil-
hasil yang diinginkan
memecahkan masalah ?
Biaya tetap (masalah
tipe I) Efektifitas
tetap ( masalah tipe
II)
Perataan
Apakah biaya dan manfaat
didistribusikan dengan merata
kepada kelompok-kelompok
yang berbeda ?
Kriteria
ParetoKriteria
Kaldor- Hicks
Kriteria Rawls
Responsivitas
Apakah hasil kebijakan
memuaskan kebutuahn,
preferensi atau nilai kelompok-
kelompok tertentu?
Konsistensi dengan
survei warga negara
Ketepatan
Apakah hasil (tujuan) yang
diingingkan benar- benar-
berguna atau bernilai?
Program publik harus
merata dan efisien
Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud dengan evaluasi dampak
kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu penilaian
terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah diberlakukan oleh organisasi
atau pemerintah, dengan cara mengevaluasi aspek aspek dampak kebijakan
yang meliputi efektifitas, efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas dan
ketepatan pelaksanaan kebijakan tersebut ditinjau dari aspek masyarakat
sebagai sasaran kebijakan tersebut.
24
B. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik
1. Pengertian Kebijakan Publik
Menurut Syafiie dalam Tahir (2015:20) mengemukakan bahwa kebijakan
(policy) hendaknya dibedakan dengan kebijaksanaan (wisdom) karena
kebijaksanaan merupakan pengejaantahan aturan yang sudah ditetapkan
sesuai situasi dan kondisi setempat oleh person pejabat yang berwenang,
untuk itu Syafiie mendefinisikan kebijakan publik adalah semacam
jawaban terhadap suatu masalah karena akan merupakan upaya
memecahkan, mengurangi, dan mencegah suatu keburukan serta
sebaliknya menjadi penganjur, inovasi dan pemuka terjadinya kebaikan
dengan cara terbaik dan tindakan terarah.
Menurut Keban dalam Tahir (2015: 20) memberikan pengertian dari sisi
kebijakan publik, menurut nya “Public Policy dapat dilihat dari konsep
filosofis, sebagai suatu produk, sebagai suatu proses dan sebagai suatu
kerangka kerja. Sebagai suatu konsep filosofis, kebijakan merupakan
serangkaian prinsip. Sebagai suatu produk, kebijakan dipandang sebagai
serangkaian kesimpulan atau rekomendasi. Sebagai suatu proses,
kebijakan dipandang suatu cara untuk mengetahui apa yang diharapkan
dari nya dan sebagai suatu kerangka kerja, kebijakan merupakan suatu
proses tawar menawar dan negoisasi untuk merumuskan isu-isu dan
metode implmentasinya”.
25
Sedangkan Menurut Anderson dalam Tahir (2015: 21), kebijakan adalah
suatu tindakan yang mempunyai tujuan yang dilakukan seseorang pelaku
atau sejumlah pelaku untuk memecahkan masalah. Selanjutnya Anderson
mengklasifikasikan kebijakan (policy), menjadi dua yaitu substantif dan
prosedural. Kebijakan substantif yaitu apa yang harus dikerjakan oleh
pemerintah sedangkan kebijakan prosedural yaitu siapa dan bagaimana
kebijakan tersebut diselenggarakan. Hal ini berarti, kebijakan publik
adalah kebijakan kebijakan yang dikembangkan oleh badan badan dan
pejabat-pejabat pemerintah.
Kebijakan publik Menurut Thomas Dye dalam Subarsono (2015:2)
adalah apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan. Konsep tersebut sangat luas karena kebijakan publik
mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah disamping yang
dilakukan pemerintah ketika pemerintah menghadapi suatu masalah
publik. Definisi kebijakan publik dari Thomas Dye tersebut mengandung
makna bahwa (1) kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan
pemerintah, bukan organisasi swasta; (2) kebijakan publik menyangkut
pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan
pemerintah.
Suharno (2013: 5) Kebijakan publik adalah keputusan pemerintah guna
memecahkan masalah publik. Keputusan itu bisa berimplikasi pada
tindakan maupun bukan tindakan. Kata public dapat berarti masyarakat
dan perusahaan, bisa juga berarti negara sistem politik serta administrasi.
26
Sementara pemerintah adalah orang atau sekelompok orang yang diberi
mandat oleh seluruh anggota suatu sistem politik untuk melakukan
pengaturan terhadap keseluruhan sistem. Menurut Dye dan Anderson
dalam Suharto (2015:44-45) Literatur mengenai kebijakan publik telah
banyak menyajikan beberapa definisi kebijakan publik, baik dalam arti
luas maupun sempit.
Dye yang dikutip Young dan Quinn memberikan definisi kebijakan
publik secara luas, yakni sebagai “ whatever governments choose to do
or not to do”. Sementara itu, Anderson yang juga dikutip oleh Young dan
Quinn, menyampaikan definisi kebijakan publik yang lebih spesifik,
yaitu sebagai “a purposive course of action followed by an actor or set of
actors in dealing with a problem or matter of concern”. Untuk memahami
beberapa definisi kebijakan publik, beriku beberapa konsep kunci yang
termuat dalam kebijakan publik. Sebuah reaksi terhadap kebutuhan dan
masalah dunia nyata. Kebijakan publik berupaya merespon masalah atau
kebutuhan kongkrit yang berkembang di masyarakat.
a. Seperangkat tindakan yang berorientasi pada tujuan. Kebijakan publik
biasanya bukanlah sebuah keputusan tunggal, melainkan terdiri dari
beberapa pilihan tindakan atau strategi yang dibuat untuk mencapai
tujuan tertentu demi kepentingan orang banyak.
b. Sebuah keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Kebijakan publik pada umum nya merupakan tindakan kolektif untuk
memecahkan masalah sosial. Namun, kebijakan publik bisa juga
dirumuskan berdasarkan keyakinan bahwa masalah sosial akan dapat
27
dipecahkan oleh kerangka kebijakan yang sudahadadan karenanya
tidak memerlukan tindakan tertentu.
c. Sebuah justifikasi yang dibuat oleh seorang atau beberapa orang
aktor. Kebijakan publik berisi sebuah pernyataan atau justifikasi
terhadap langkah langkah atau rencana tindakan yang telah
dirumuskan, bukan sebuah maksud atau janji yang belum dirumuskan.
Keputusan yang telah dirumuskan dalam kebijakan publik bisa dibuat
oleh sebuah badan pemerintah, maupun oleh beberapa perwakilan
lembaga pemerintah.
Berdasarkan pengertian pengertian kebijakan publik di atas, maka
kebijakan publik dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai serangkaian
tindakan pemerintah yang bersifat mengatur dalam rangka merespon
permasalahan yang dihadapi masyarakat dan mempunyai tujuan tertentu,
berorientasi kepada kepentingan publik (masyarakat) dan bertujuan untuk
mengatasi masalah, memenuhi keinginan dan tuntutan seluruh anggota
masyarakat.
2. Ciri-Ciri Kebijakan Publik
Kebijakan publik itu pada hakikatnya merupakan sebuah aktifitas yang
khas, dalam artian mempunyai ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh
kebijakan jenis lain. Ciri-ciri khusus yang melekat pada kebijakan
kebijakan publik bersumber pada kenyataan bahwa kebijakan itu
lazimnya dipikirkan, didesain, dirumuskan dan diputuskan oleh mereka
28
orang-orang yang memiliki otoritas (public authorities ) dalam sistem
politik. Menurut Wahab (2016: 17-23) Ciri-ciri kebijakan publik :
a. Kebijakan publik lebih merupakan tindakan yang sengaja dilakukan
dan mengarah pada tujuan tertentu, sekedar sebagai bentuk perilaku
atau tindakan menyimpang yang serba acak, asal-asalan, dan serba
kebetulan.
b. Kebijakan pada hakikatnya terdiri atas tindakan tindakan yang saling
berkait dan berpola, mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan
oleh pejabat-pejabat pemerintah, dan bukan keputusan-keputusan
yang berdiri sendiri. Misalnya, kebijakan tidak hanya mencakup
keputusan untuk membuat undang-undang dalam bidang tertentu,
melainkan diikuti dengan keputusan-keputusan, petunjuk-petunjuk
teknis pelaksanaan yang lebih detail, bersangkut paut dengan proses
implementasi pemaksaan pemberlakuannya.
c. Kebijakan itu ialah apa yang nyata dilakukan pemerintah dalam
bidang-bidang tertentu. Dalam arti setiap kebijakan pemerintah itu
diikuti dengan tindakan tindakan kongkrit.
d. Kebijakan publik mungkin berbentuk positif, mungkin pula negatif.
Dalam bentuknya yang positif, kebijakan publik mungkin akan
mencakup beberapa bentuk tindakan pemerintah yang dimaksud kan
untuk memengaruhi penyelesaian atas masalah tertentu. Sementara
dalam bentuknya yang negatif, ia kemungkinan meliputi keputusan-
keputusan pejabat-pejabat pemerintah untuk tidak bertindak, atau
29
tidak melakukan tindakan apa pun dalam masalah masalah dimana
campur tangan pemerintah itu sebenarnya justru amat diperlukan.
3. Proses KebijakanPublik
Proses kebijakan publik dapat dipahami sebagai serangkaian tahap atau
fase kegiatan untuk membuat kebijakan publik umumnya proses
pembuatan kebijakan publik dapat dibedakan kedalam lima tahap
berikut: penentuan agenda (agenda setting),perumusan alternatif
kebijakan (policy formulation), penetapan kebijakan (policy
legitimation), pelaksanaan atau implementasi kebijakan (policy
implementation), dan penilaian atau evaluasi kebijakan (policy
evaluation).
a. Penentuan Agenda
Santoso (2010:72) Istilah agenda-setting mengandung dua kata kunci,
yaitu „agenda‟ dan „setting‟ (aktifitas penyiapan nya). Agenda bisa
dikatakan berisi berbagai hal atau kegiatan yang dianggap penting dan
layak mendapatkan prioritas dari si pemilik agenda. Hamdi (2014:80)
Istilah agenda dalam kebijakan publik, diartikan sebagai daftar perihal
atau masalah untuk mana pejabat pemerintah, dan orang-orang diluar
pemerintah yang terkait erat dengan para pejabat tersebut,
memberikan perhatian serius pada saat tertentu.
Menurut Mulyadi (2016:5) isu kebijakan ini akan menjadi embrio
awal bagi munculnya masalah masalah publik dan bila masalah
tersebut mendapat perhatian yang memadai maka ia akan masuk
30
kedalam agenda kebijakan. Namun demikian, karena pada dasarnya
masalah masalah kebijakan mencakup dimensi yang luas, maka suatu
isu tidak akan secara otomatis bisa masuk agenda kebijakan. Isu-isu
yang beredar akan bersaing satu sama lain untuk mendapatkan
perhatian dari para elit politik sehingga isu yang mereka perjuangkan
dapat masuk kedalam agenda kebijakan.
b. Formulasi Kebijakan
Formulasi Kebijakan menunjuk pada proses perumusan pilihan
pilihan atau alternatif kebijakan yang dilakukan dalam pemerintahan.
Menurut Schattschneider dalam Hamdi (2014:87) sangat menggaris
bawahi signifikasi tahap ini dengan menyatakan bahwa definisi
alternatif kebijakan adalah istrumen kekuasaan yang sangat hebat.
Menurut Kraft & Furlong dalam Hamdi (2014:87) menyatakan
pengertian formulasi kebijakan sebagai desain dan penyusunan
rancangan tujuan kebijakan serta strategi untuk pencapaian tujuan
kebijakan tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, terdapat dua aktifitas utama dari
formulasi kebijakan. Pertama, perancangan tujuan kebijakan. Aktifitas
tersebut tentu saja sangat berkaitan dengan rumusan masalah
kebijakan. Sejalan dengan dinamika yang umumnya terdiri atas
pejabat-pejabat pemerintah, kelompok pemikir, dan wirausaha.
Kedua, formulasi kebijakan sekaligus juga menyangkut strategi
pencapaian tujuan kebijakan. Dengan aktifitas tersebut, termuat
31
penegasan bahwa dalam setiap alternatif kebijakan, sejak awal perlu
dirumuskan langkah langkah yang semestinya dilakukan apabila
alternatif tersebut dipilih menjadi kebijakan.
c. Penetapan Kebijakan
Menurut Kraft dan Furlong Dalam Hamdi (2014:94) Penetapan
Kebijakan pada dasarnya adalah pengambilan keputusan terhadap
alternatif kebijakan yang tersedia. Penetapan kebijakan (policy
legitimation) merupakan mobilisasi dari dukungan politik dan
penegasan (enactment) kebijakan secara formal termasuk justifikasi
untuk tindakan kebijakan. Paling tidak, terdapat dua makna dari
penetapan kebijakan.
Pertama, penetapan kebijakan merupakan proses yang dilakukan
pemerintah untuk melaksanakan suatu pola tindakan tertentu atau
sebaliknya, untuk tidak melakukan tindakan tertentu. Kedua,
penetapan kebijakan berkaitan dengan pencapaian konsensus dalam
pemilihan alternatif alternatif yang tersedia. Tahap ini juga berkenaan
dengan legitimasi dari alternatif yang dipilih, yakni berupa suatu
rancangan tindakan tindakan yang ditetapkan menjadi peraturan
perundang-undangan. Mulyadi (2016: 11) Bentuk bentuk legitimasi
kebijakan publik ini biasanya tertuang dalam aturan hukum seperti:
1. Undang Undang.
2. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU).
3. Peraturan Pemerintah (PP).
32
4. Peraturan Presiden (Penpres).
5. Peraturan Daerah (Perda).
d. Pelaksanaan Kebijakan
Hamdi (2014:97) Pelaksanaan atau implementasi kebijakan
bersangkut paut dengan ikhtiar ikhtiar untuk mencapai tujuan dari
ditetapkan nya suatu kebijakan tertentu. Tahap ini pada dasarnya
berkaitan dengan bagaimana pemerintah bekerja atau proses yang
dilakukan oleh pemerintah untuk menjadikan kebijakan menghasilkan
keadaan yang direncanakan. Dalam hal ini, pelaksanaan kebijakan
dapat hanya berupa suatu proses sederhana untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Mulyadi (2016:12-13) Dalam tataran praktis, implementasi adalah
proses pelaksanaan keputusan dasar. Proses tersebut terdiri atas
beberapa tahapan yakni:
1. Tahapan pengesahan peraturan perundangan.
2. Pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana.
3. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan.
4. Dampak nyata keputusan baik yang dihendaki maupun tidak.
5. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi
pelaksana.
6. Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan.
33
Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa hal
penting yakni:
1. Penyiapan sumber daya, unit dan metode.
2. Penerjemah kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat
diterima dan dijalankan.
3. Penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin.
Berdasarkan serangkaian kegiatan penelitian, yang dilakukan oleh
para ahli maka dapat dipetakan apa sebenarnya factor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan ataupun kegagalan implementasi suatu
kebijakan, berbagai peta tentang faktor faktor tersebut terakumulasi
menjadi apa yang disebut sebagai model implementasi kebijakan.
Model implementasi ini pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk
menyederhanakan implementasi kebijakan yang rumit menjadi lebih
sederhana yaitu sebagai hubungan sebab akibat antara keberhasilan
implementasi dengan faktor faktor yang diduga mempengaruhi
keberhasilan implementasi tersebut.
e. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi atau penilaian kebijakan menyangkut pembahasan kembali
terhadap implementasi kebijakan. Tahap ini berfokus pada identifikasi
hasil hasil dan akibat akibat dari implementasi kebijakan. Dengan
fokus tersebut, evaluasi kebijakan akan menyediakan umpan balik
bagi penentuan keputusan mengenai apakah kebijakan yang ada perlu
diteruskan atau dihentikan. Namun terdapat juga pandangan bahwa
34
evaluasi kebijakan tidak sekedar menentukan berhasil tidaknya suatu
implementasi kebijakan. Evaluasi kebijakan dapat menyangkut
perspektif yang lebih luas, antara lain sebagaimana dinyatakan oleh
Thomas R. Dye dalam Hamdi (2014:107).
C. Tinjauan Tentang Fungsi Pemerintah
Pemerintah merupakan lembaga yang dibentuk untuk mewujudkan cita-cita
masyarakat suatu bangsa, membuat dan melaksanakan keputusan bersama
untuk mencapai cita-cita itu. Pemerintah memiliki berbagai macam peranan
pokok yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Menurut Ndraha
dalam Hamdi (2011:35-36) pemerintah memiliki dua fungsi dasar yaitu:
a. Fungsi primer atau fungsi pelayanan, fungsi primer yaitu fungsi
pemerintah sebagai provider jasa-jasa publik yang tidak dapat
diprivatisasikan termasuk jasa hankam (pertahanan dan keamanan),
layanan sipil, dan layanan birokrasi.
b. Fungsi sekunder atau fungsi pemberdayaan, fungsi sekunder yaitu
sebagai provider kebutuhan dan tuntutan yang diperintah akan barang
dan jasa yang mereka tidak mampu penuhi sendiri karena masih lemah
dan tak berdaya (powerless) termasuk penyediaan dan pembangunan
sarana dan prasarana.
Selanjutnya menurut Soewargono dan Djohan dalam Hamdi (2011:37) Salah
satu fungsi utama dari pemerintah yaitu membuat kebijakan publik.
Argumentasi terpenting dalam hal ini adalah bahwa semua warga negara
akan senantiasa bersentuhan dengan kebijakan publik yang dikeluarkan oleh
35
pemerintah karena yang diatur oleh kebijakan publik tentunya yang
menyangkut kepentingan umum. Pemerintah memiliki peranan penting dalam
pemenuhan atau pelayanan kebutuhan hidup masyarakat. Eksistensi
pelayanan pemerintah terhadap masyarakat merupakan suatu kebutuhan dan
keharusan karena masyarakat pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan
atas negara.
Nawawi (2013:25) tujuan utama di bentuknya pemerintah adalah untuk
menjaga suatu sistem ketertiban dimana masyarakat bisa menjalani kehidupan
nya secara wajar. Pemerintah dibentuk untuk melayani atau sebagai pelayan
masyarakat atau istilah yang lebih gagah adalah abdi negara. Sebagai abdi
masyarakat atau abdi negara ini pejabat pemerintah mendapat tugas antara
lain menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat
mengembangkan kemajuan dan kreativitas nya demi mencapai kemajuan
bersama.
D. Tinjauan Tentang Pembangunan Infrastruktur
1. Pembangunan Infrastruktur
Siagian (1994:2) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai
“Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan 34
pemerintah, menuju modernitas alam rangka pembinaan bangsa (nation
building)”. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu
roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Keberadaan
infrastruktur yang memadai sangat diperlukan. Sarana dan prasarana
36
fisik, atau atau sering disebut dengan infrastruktur, merupakan bagian
yang sangat penting dalam sistem pelayanan masyarakat.
Fasilitas fisik merupakan hal yang vital guna mendukung berbagai
kegiatan pemerintahan perekonomian, industri dan kegiatan sosial di
masyarakat dan pemerintahan. Pembangunan Infrastruktur dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan dan tingkat kepentingan, sehingga diperlukan
skala prioritas pembangunan nya, ada yang cukup untuk dilaksanakan
sekali saja dengan perawatan yang berlanjut, namun juga ada yang
sifatnya dinamis dan berpeluang berkembang.
Setiap pembangunan jenis infrastruktur tidak dapat terlepas begitu saja
terhadap infrastruktur yang sudah ada maupun kemungkinan nya untuk
rencana pengembangan ke depan, sehingga perlu nya dibuat Rencana
Umum Tata Ruang (RUTR), RUTR adalah acuan yang perlu dipahami
dan secara konsisten harus dapat dilaksanakan sesuai yang
ditetapkan.Pembangunan infrastruktur merupakan suatu strategi dalam
penyediaan sarana yang utama. Seperti yang diungkapkan dalam
Infrastruktur Indonesia, Kadin Indonesia Jetro (2006:16), yaitu Prinsip
Dasar Penyediaan Infrastruktur Secara Keseluruhan antara lain :
a. Infrastruktur merupakan katalis bagi pembangunan. Ketersediaan
infrastruktur dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber
daya sehingga dapat meningkatkan produktifitas dan efisiensi dan
pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Hampir
dalam semua aktifitas masyarakat dan pemerintah, keberadaan
37
infrastruktur merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan
dan sudah menjadi kebutuhan dasar.
b. Keterkaitan Infrastruktur dengan berbagai aspek. Agar peran
infrastruktur dalam pembangunan menjadi optimal, maka
keberadaan pembangunan infrastruktur harus terkait dengan:
1. Bangkitan bangkitan pembangunan yang lainnya.
2. Pembangunan pertanian, perkebunan, budi daya pantai,
kelautan, industri, perdagangan, jasa, pariwisata, pertambangan,
migas dan sebagainya.
3. Masyarakat yang akan menjadi kelompok sasaran pelayanan
infrastruktur tersebut dan kemampuan dalam membayar jasa
layanan infrastruktur.
4. Institusi pengelola nya, misalnya peran pemerintah dalam
pengelolaan atau pemeliharaan serta memberi arahan dalam
bentuk regulasi sebagai bentuk layanan public.
c. Perencanaan kebutuhan infrastruktur harus dilakukan melalui
kombinasi antara perencanaan yang digagas Pemerintah Pusat
dengan yang digagas Pemerintah Daerah. Seiring dengan
diimplementasikan nya desentralisasi fiskal dan diberikan nya
kewenangan yang lebih luas bagi daerah, setiap daerah diharapkan
mampu lebih mengembangkan potensi daerahnya. Oleh karena itu
pembangunan yang dilakukan di daerah harus didasarkan pada
kebutuhan daerah masing-masing.
38
Berdasarkan hal tersebut, perlu kerangka pembangunan yang digagas
Pemerintah Daerah, disamping kerangka model yang digagas
Pemerintah Pusat yang selama ini digunakan, yang dimaksud dengan
adanya perencanaan yang digagas Pemerintah Daerah adalah
terdapat rencana indikasi kebutuhan infrastruktur secara lokal dan
regional, sehingga perencanaan tersebut ditentukan oleh Pemerintah
Daerah berdasarkan kebutuhan daerah. Sedangkan rencana
pembangunan infrastruktur yang bersifat digagas Pemerintah Pusat
dan dikoordinasikan oleh kantor Menko Perekonomian.
d. Keberhasilan kerjasama pemerintah dan swasta memerlukan kondisi
yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Stabilitas kerangka ekonomi makro.
2. Sektor keuangan yang efisien dan berkembang.
3. Kerangka kebijakan yang mantap.
4. Penerimaan proyek yang berkelanjutan.
5. Mekanisme arbitrase atau penyelesaian penyelisihan yang jelas.
6. Undang-Undang perbankan yang berkembang dengan baik.
7. Investasi pendamping dari pinjaman pemerintah/ ekuitas/
subsidi (Kewajiban Sektor publik).
e. Penyediaan infrastruktur harus memperhatikan aspek keberlanjutan.
Pembangunan infrastruktur harus memperhatikan aspek
keberlanjutan, sehingga dalam jangka panjang keberadaan
infrastruktur tidak menyebabkan kerusakan lingkungan.
39
f. Mekanisme penyediaan infrastruktur harus mendasarkan pada
prinsip- prinsip akuntabilitas, transparansi, serta memperhatikan
aspek efisiensi dan keadilan.
2. Manfaat Pembangunan Infrastruktur
Purwanto dan Kurniawan (2009:1432) Pembangunan maupun
pemeliharaan infrastruktur jalan mempunyai beberapa manfaat, yaitu:
a. Perubahan biaya relatif dari sarana transportasi tertentu terhadap
sarana transportasi lainnya.
b. Peningkatan pendapatan per kapita masyarakat.
c. Peningkatan ketersediaan sarana transportasi.
d. Peningkatan kualitas perjalanan (kecepatan, kenyamanan,
kepercayaan) yang dihasilkan dari peningkatan kualitas sarana
maupun teknologi infrastrukturnya.
e. Pengaruh pada tata guna lahan akibat migrasi antar daerah dan
perubahan pola pemukiman.
f. Peningkatan aktivitas ekonomi yang pada akhirnya juga
mempengaruhi timbulnya perubahan pola dan struktur konsumsi
masyarakat.
E. Tinjauan Tentang Fly Over
1. Pengertian Fly Over
Fly over (Jalan Layang) adalah suatu alan yang dibangun tidak sebidang
melayang menghindari daerah/kawasan yang selalu menghadapi
permasalahan kemacetan lalu lintas, melewati persilangan kereta api
40
untuk meningkatkan keselamatan lalu lintas dan efisiensi jalan layang
merupakan perlengkapan jalan bebas hambatan untuk mengatasi
hambatan. (sumber:http/id.wikipedia.org/jalan-layang diakases pada
09/09/2017 pukul 09.00 wib).
2. Fungsi Dan Manfaat Fly Over
Fungsi dan manfaat jalan layang dapat di uraikan sebagai berikut:
a. Jalan layang/ Fly over dibangun untuk mengatasi kemacetan besar
suatu daerah/ kawasan yang tidak dapat diatasi dengan penggunaan
lampu merah sebagai pengaturannya.
b. Dapat meningkatkan efisiensi lalu li ntas dan mengurangi resiko
kecelakaan pada kawasan yang melewati persilangan kereta api.
c. Jalan layang merupakan struktur bangunan perlengkapan jalan yang
bebas hambatan dari konflik di persimpangan. (Sumber:
http://www.mikihidayat.tk/2016/01/jalan-layang-flyover.html
diakses pada 09/09/2017 pukul:09:00wib).
F. Kerangka Pikir Penelitian
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi permasalahan
kemacetan yang ada di Kota Bandar Lampung adalah dengan membuat
kebijakan pembangunan fly over. Kebijakan Pembangunan Fly Over Di Jalan
Gajah Mada-Antasari Bandar Lampung mengacu pada Keputusan Wali Kota
Bandar Lampung Nomor: 660.1/III.20/HK/2016 Tentang Izin Lingkungan
Kegiatan Pembangunan Fly Over Di Jalan Gajah Mada-Antasari Bandar
Lampung.
41
Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi kebijakan pembangunan Fly
Over Pemerintah Kota Bandar Lampung di Jalan Gajah Mada-Antasari
Bandar Lampung yang bertujuan untuk mengatasi kemacetan. Penelitian ini
menggunakan kriteria evaluasi kebijakan menurut Wiliam Dunn dalam
Mulyadi (2016: 124-125) namun, peneliti hanya akan mengunakan tiga
kriteria yang dianggap relevan dan dapat menjawab permasalahan peneliti.
Kriteria-kriteria evaluasi kebijakan tersebut yaitu kriteria efektifitas,
responsivitas dan ketepatan.
Tiga kriteria evaluasi kebijakan yang dipilih peneliti bertujuan, untuk
membatasi ruang lingkup bahasan agar tidak terlalu luas dan sesuai dengan
sub indikator yang dibuat. Selain itu, evaluasi kebijakan pada penelitian ini
bertujuan melihat tercapai atau tidaknya kebijakan yang dilakukan
Pemerintah Kota Bandar Lampung mengatasi kemacetan di Jalan Gajah
Mada-Antasari Bandar Lampung. Untuk lebih jelasnya dapat di gambarkan
dalam kerangka pikir dibawah ini:
42
Gambar 1. Kerangka Pikir
Kriteria Evalusi Kebijakan Pembangunan Fly Over Menurut
W. Dunn
1. Efektifitas, dapat dilihat dari :
a. Pencapaian tujuan kebijakan
b. Pencapaian sasaran kebijakan
c. Pencapaian hasil kebijakan
2. Responsivitas , dapat dilihat dari :
a. Pencapaian kriteria efektifitas, efisiensi, kecukupan dan kesamaan
b. Pencapaian kebutuhan sasaran kebijakan
c. Pencapaian respon baik dari sasaran kebijakan
3. Ketepatan , dapat dilihat dari:
a. Pencapaian keberhasilan kebijakan mengatasi permasalahan
b. Pencapaian kebijakan sesuai tujuannya
c. Pencapaian kebijakan tepat sasaran
Evaluasi Kebijakan Pembangunan Fly Over Di Jalan Gajah
Mada-Antasari
(Kewali Kota Bandar Lampung no.666.I/III.20/2016)
Tecapai Tidak Tercapai
Mengatasi Kemacetan
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Fuad
(2014:54) mendefinisikan metode kualitatif yaitu sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Pengunaan metode kualitatif
dilaksanakan sesuai karakteristik yang ada yaitu secara langsung terlibat
dilokasi penelitian. Penelitian kualitatif menekankan proses dari pada hasil
dari objek penelitiannya.
Menurut Widi (2010:84) metode deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang menggambarkan semua data atau keadaan subyek atau obyek penelitian
(seorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) kemudian dianalisis dan
dibandingkan berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung pada saat ini
dan selanjutnya mencoba untuk memberikan pemecahan masalahnya.
Penelitian deskriptif mempelajari masalah masalah dalam masyarakat, baik
itu menyangkut tata cara, situasi, hubungan, sikap, perilaku, cara pandang dan
pengaruh pengaruh dalam suatu kelompok masyarakat. Selain itu metode
deskriptif juga ingin mempelajari norma-norma atau standar-standar yang
berlaku, sehingga terkadang metode ini disebut juga sebagai survei normatif.
44
Sedangkan Afifuddin dan Saebanie (2012:56-57) penelitian kualitatif adalah
jenis penelitian yang temuan temuannya tidak diperoleh melalui prosedur
statistik atau bentuk hitungan lainnya. Selanjutnya, penelitian kualitatif
dipilih karena kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya
dan metode kualitatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang
fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.
B. Fokus Penelitian
Rianse dan Abdi (2009:9) dalam penelitian kualitatif rumusan masalah sering
diistilahkan dengan fokus penelitian, dari fokus ini biasanya diturunkan
beberapa pertanyaan penelitian. Penelitian kualitatif ada batas kajian
penelitian yang ditentukan oleh fokus. Penelitian kualitatif menghendaki
ditetapkannya batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai
masalah penelitian, sehingga seorang peneliti kualitatif dapat dengan mudah
menentukan data yang terkait dengan topik penelitiannya.
Fokus dalam penelitian ini adalah Evaluasi Kebijakan Pembangunan Fly
Over Di Jalan Gajah Mada-Antasari yang bertujuan untuk mengatasi
kemacetan. Peneliti menggunakan beberapa kriteria evaluasi kebijakan
menurut Wiliam Dunn dalam Mulyadi (2016: 124-125) yang dianggap
relevan dan dapat menjawab permasalahan peneliti. Kriteria evaluasi
kebijakan tersebut adalah kriteria efektifitas, responsivitas dan ketepatan.
Dengan indikator ukurannya sebagai berikut:
45
1. Efektifitas, dapat dilihat dari:
a. Pencapaian tujuan kebijakan
b. Pencapaian sasaran kebijakan
c. Pencapaian hasil kebijakan
2. Responsivitas, dapat dilihat dari:
a. Pencapaian kriteria efektifitas, efisiensi, kecukupan dan kesamaan
b. Pencapaian kebutuhan sasaran kebijakan
c. Pencapaian respon baik dari sasaran kebijakan
3. Ketepatan, dapat dilihat dari:
a. Pencapaian keberhasilan kebijakan mengatasi permasalahan
b. Pencapaian kebijakan sesuai tujuannya
c. Pencapaian kebijakan tepat sasaran
C. Lokasi Penelitian
Moleong ( 2001:86) dalam penentuan lokasi penelitian cara yang baik
ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif menjajaki
lapangan untuk mencari kesesuaian. Sebagai pertimbangan dalam
menentukan lokasi penelitian. Lokasi penelitian merupakan tempat-tempat
yang akan dijadikan tempat dalam proses pengambilan data. Berdasarkan hal
tersebut lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Fly Over di jalan Gajah
Mada-Antasari Bandar Lampung.
D. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif pada umumnya mengambil jumlah informan yang lebih
kecil dibandingkan dengan bentuk penelitian lainnya. Moleong (2005:114),
dalam penelitian ini informan peneliti dengan teknik purposive sampling,
yaitu pengambilan informan secara tidak acak, tetapi dengan pertimbangan
dan kriteria tertentu, yaitu sebagai berikut:
46
1. Informan merupakan subyek telah lama dan intensif menyatu dengan
kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian
peneliti dan ini biasanya ditandai dengan kemampuan memberikan
informasi mengenai suatu yang ditanya peneliti.
2. Informan merupakan subyek yang masih terkait secara penuh aktif pada
lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran dan perhatian peneliti.
3. Informan merupakan subyek yang dalam memberikan informasi tidak
cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu.
Berdasarkan ketentuan tersebut maka informan dalam penelitian ini adalah:
1. Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung
Nama : Nirma Thano, S.Si. T,MM.
Jabatan : Kasi Mrll
2. Dinas Bina Marga Kota Bandar Lampung
Nama : Ir. Yatmi Handayani, MT.
Jabatan : Kasi Perencanaan
3. Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung
Nama : Devi Ariefani, ST. MT.
Jabatan : Kasubag Perencanaan dan Informasi
4. Polisi Lalu Lintas Kota Bandar Lampung
Nama : Albarkah Yasib
Jabatan : Polisi Lalu Lintas Kota Bandar Lampung
5. Masyarakat (Masyarakat sekitar Fly Over Gajah Mada-Antasari dan
penguna jalan Gajah Mada-Antasari).
1. Sumiyati (Pemilik Toko Sembako)
2. Mujahidin (Pemilik Percetakan)
3. Norman (Pemilik Taylor)
4. Aji Putra (Pemilik Bengkel)
5. Sita (Pelajar SMP)
47
6. Nurul (Pelajar SMP)
7. Boy (Supir Angkutan Umum)
8. Yudi (Ojek Online)
9. Iwan (Ojek Online)
10. Abu Sopyan (Wiraswasta)
E. Jenis Data
Sarwono (2006:209) Jika dilihat dari jenisnya, maka kita dapat membedakan
data kualitatif sebagai data primer dan sekunder:
1. Data Primer
Data ini berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui wawancara
dengan informan yang sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data
dapat direkam atau dicatat oleh peneliti.
Tabel 6. Jenis Data Primer Penelitian
Teknik
Pengambilan
Data Primer
Informan Waktu
Pelaksanaan
Wawancara Pegawai Dinas Perhubungan Kota
Bandar Lampung (Kasi Mrll)
13 Juli 2017
Pegawai Dinas Bina Marga Kota
Bandar Lampung (Kasi Perencanaan)
13 Juli 2018
Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kota
Bandar Lampung Kota Bandar
(Kasubag Perencanaan dan Informasi)
7-15 Mei 2018
Polisi Lalu Lintas Kota Bandar
Lampung
18 Juli 2018
Masyarakat (Masyarakat sekitar fly
over dan penguna jalan Gajah Mada-
Antasari)
20 Agustus- 11
September 2018
Sumber: Diolah peneliti, tahun 2018
2. Data Sekunder
Data sekunder berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh
oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan. Data ini
48
biasanya berasal dari data primer yang sudah diolah oleh peneliti
sebelumnya. Termasuk dalam kategori data tersebut ialah:
a. Data bentuk teks: dokumen, pengumuman, surat-surat, spanduk.
b. Data bentuk gambar: foto, animasi, billboard.
c. Data bentuk suara: hasil rekaman kaset.
d. Kombinasi teks, gambar dan suara: film, vidio, iklan di televisi.
Tabel 7. Jenis Data Sekunder Penelitian
No Keterangan Data Sekunder Waktu Pengambilan
1. Data Bappeda Provinsi Lampung
TentangJumlah KendaraanRoda 2 (R2)
danRoda 4 (R4) Tahun 2013-2017.
4 September 2017
2. Data Dinas Perhubungan Kota Bandar
Lampung Tentang Rasio Kemacetan
Kota Bandar Lampung 2015 dan 2017
3 Mei2018
3. Keputusan Wali Kota Bandar Lampung
Nomor: 660.1/III.20/2016 Tentang Izin
Lingkungan Kegiatan Pembangunan
Fly Over Di jalan Gajah Mada-
Antasari Bandar Lampung
30 April 2018
Sumber: Diolah peneliti, tahun 2018
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Menurut
Sugiyono (2017:224-225) dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
dilakukan padtural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan
teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta
49
(participant observation), wawancara mendalam (in dept interview) dan
dokumentasi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan
mengunakan:
1. Observasi
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2017:226) menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya
dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan
yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan sering dengan
bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang
sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat di observasi dengan jelas.
Sedangkan menurut Marshall dalam Sugiyono (2017:226) melalui
observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku
tersebut.
2. Wawancara
Sugiyono (2017:231) Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.
Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau selft-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi.
50
Tabel 8. Pelaksanaan Penelitiaan Melalui Wawancara
Nama Informan Narasumber Waktu
Wawancara
Nirma Thano, S.Si. T.MM. Kasi Mrll Dinas
Perhubungan Kota
Bandar Lampung
5 Juli 2018
Ir Yatmi Handayani. MT. Kasi Perencanaan
Bidang Bina Marga
7 Mei 2018
Devi Ariefani ST. MT.
Kasubag Perencanaan
Dan Informasi Dinas
Pekerjaan Umum Kota
Bandar Lampung
13Mei 2018
Albarkah Yasib Polisi Lalu Lintas 18 Juli 2018
1. Sumiyati
2. Mujahidin
3. Norman
4. Aji Putra
5. Sita
6. Nurul
7. Boy
8. Yudi
9. Iwan
10. Abu Sopyan
Masyarakat sekitar fly
over dan penguna jalan
Gajah Mada-Antsari
20 Agustus-11
September 2018
Sumber: Diolah oleh peneliti, tahun 2017
3. Dokumentasi
Sugiyono (2017:240) Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya
karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap
dari pengunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.
51
Tabel 9. Pelaksanaan Penelitian melalui Dokumentasi
No Teknik
Pengumpulan
Data
Keterangan Data Waktu
Pelaksanaan
1. Dokumentasi Data Bappeda Provinsi
Lampung Tentang Jumlah
Kendaraan Roda 2 (R2) dan
Roda 4 (R4) Tahun 2013-
2017.
18 Oktober 2017
2. Dokumentasi Data Dinas Perhubungan
Kota Bandar Lampung
Tentang Rasio Kemacetan
Kota Bandar Lampung 2015
dan 2017
4 Juli 2018
3. Dokumentasi Keputusan Wali Kota Bandar
Lampung Nomor:
660.1/III.20/2016 Tentang
Izin Lingkungan Kegiatan
Pembangunan Fly Over
Dijalan Gajah Mada-
Antasari Bandar Lampung
11 Mei 2018
Sumber: Diolah peneliti tahun, 2018
G. Teknik Pengolahan Data
Teknik Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut
1. Editing
Tahap ini dilakukan dengan mengedit data dan memeriksa kembali data
yang telah diperoleh pada pelaksanaan penelitian. Kegiatan yang
dilakukan adalah melakukan pemeriksaan data yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi sesuai dengan hasil penelitian.
2. Interpretasi
Tahap ini dilakukan dengan memberikan interpretasi atau penjabaran
berbagai data yang diperoleh sesuai dengan fokus penelitian. Kegiatan
52
yang dilakukan adalah menguraikan jawaban informan dalam deskripsi
kalimat sesuai dengan pokok bahasan penelitian.
H. Teknis Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2015:91-99) mengemukakan
bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan
berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,
semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis
data melalui reduksi data.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi
data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini,
dengan memberikan kode-kode pada aspek aspek tertentu.
53
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisny. Menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2015: 95)
menyatakan”the most frequent form of display data for qualitative
research data in the past has been narrative tex”. Yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman adalah penarikan kesimpulan data verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
I. Teknik Keabsahan Data
Tenik keabsahan data atau kredibilitas data adalah cara menyelaraskan antara
data yang dilaporkan peneliti dengan data yang terjadi pada obyek penelitian.
Penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data dengan cara uji
kredibilitas melalui proses triangulasi. Sugiyono (2012:273) triangulasi
54
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara
dan berbagai waktu. Triangulasi dibagi menjadi tiga yaitu triangulasi sumber,
triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.
Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber adalah
teknik menguji data dan informasi dengan cara mencari data yang sama
dengan informan satu dan lainnya. Data dari informan dikompilasikan dengan
hasil dokumentasi yang memiliki kesamaan informasi. Teknik triangulasi
sumber bertujuan untuk memperoleh data yang sama dan memiliki tingkat
validitas yang tinggi.
IV. GAMBARAN UMUM
A. Kota Bandar Lampung
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 14 Tahun
1964, keresidenan Lampung yang sebelumnya berlaku hingga 18 Maret 1964
berakhir dan meningkat menjadi Provinsi Lampung dengan ibukotanya
Tanjung Karang-Teluk Betung diganti namanya menjadi Kotamadya Daerah
Tingkat II Bandar Lampung terhitung sejak tanggal 17 Juni 1983, dan sejak
1999 berubah nama menjadi Kota Bandar Lampung.
Berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1975 dan Peraturan Pemerintah
No.3 Tahun 1982 tentang perubahan wilayah maka Kota Bandar Lampung
dimekarkan dari 4 kecamatan 30 kelurahan, menjadi 9 kecamatan dengan 58
kelurahan. Berdasarakan surat keputusan Gubernur/KDH Tingkat I Lampung
nomor G/185.B.111/Hk/1988 tanggal 6 Juli 1988 serta Surat Persetujuan
MENDAGRI nomor 140/1799/PUOD tanggal 19 Mei 1987 tentang
pemekaran kelurahan di wilayah Kota Bandar Lampung, maka Kota Bandar
Lampung dimekarkan menjadi 9 kecamatan dan 84 Kelurahan. Pemekaran
terus terjadi hingga saat ini, Kota Bandar Lampung terdiri dari 20 kecamatan
dan 126 kelurahan. Sejak tahun 1956 sampai saat ini Kota Bandar Lampung
telah dijabat oleh beberapa walikota/KDH tingkat II berturut-turut sebagai
berikut:
56
Tabel 10. Nama dan Periode Walikota Bandar Lampung
No Nama Periode
1. Sumarsono 1956-1957
2. H. Zainal Abidin P.A. 1957-1963
3. Alimudin Umar, S.H. 1963-1969
4. Drs. H.M Thabrani Daud 1969-1976
5. Drs. Fauzi Saleh 1976-1981
6. Drs. H. Zulkarnain Subing 1981-1986
7. Drs. H. A Nurdin Muhayat 1986-1995
8. Drs. H. Sunarto 1996-2005
9. Drs. H. Herman HN, MM. 2005-2015
10. Drs. H. Herman HN, MM. 2015-2020
Sumber: BPS, tahun 2016
B. Gambaran Geografi
Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada koordinat 5°20’ - 5°30’
Lintang Selatan dan 105°28’ - 105°37’ Bujur Timur, dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
1. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten
Lampung Selatan.
2. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Lampung.
3. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan
Padang Cermin Pesawaran.
4. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang
Kabupaten Lampung Selatan.
Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah 197,22 km2 yang terdiri dari 20
kecamatan dari 126 kelurahan, dengan luas wilayah masing masing
kecamatan sebagai berikut:
57
Tabel 11. Kecamatan Dan Luas Wilayahnya Di Kota Bnadar Lampung
No Kecamatan Luas Wilayah (km2)
1. Teluk Betung Barat 11,02 km2
2. Teluk Betung Timur 14,83 km2
3. Teluk Betung Selatan 3,79 km2
4. Bumi Waras 3,75 km2
5. Panjang 15,75 km2
6. Tanjung Karang Timur 2,03 km2
7. Kedamaian 8,21 km2
8. Teluk Betung Utara 4,33 km2
9. Tnjung Karang Pusat 4,05 km2
10. Enggal 3,49 km2
11. Tanjung Karang Barat 14,99 km2
12. Kemiling 24,24 km2
13. Langkapura 6,12 km2
14. Kedaton 4,79 km2
15. Rajabasa 13,53 km2
16. Tanjung Seneng 10,63 km2
17. Labuhan Ratu 7,97 km2
18 Sukarame 14,75 km2
19. Sukabumi 23,60 km2
20. Way Halim 5,35 km2
Sumber: BPS, tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas dari 20 kecamatan yang ada di Kota Bandar
Lampung, kecamatan dengan luas wilayah terluas adalah Kecamatan
Kemiling dengan luas wilayah 24,24 km2, sedangkan kecamatan dengan luas
tersempit adaalah Kecamatan Tanjung Karang Timur dengan luas wilayah
2,03 km2.
C. Gambaran Demografi
Secara Demografis Kota Bandar Lampung terdiri dari banyak etnik, sehingga
dapat dikatakan Kota Bandar Lampung bersifat heterogen dengan jumlah
penduduk sebesar 997.728 jiwa, dengan data per kecamatan sebagai berikut:
58
Tabel 12. Jumlah Penduduk per Kecamatan Di Kota Bandar Lampung
NO Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1. Teluk Betung Barat 15.650 14.715 30.365
2. Teluk Betung Timur 21.796 20.643 42.439
3. Teluk Betung Selatan 20.332 19.771 40.103
4. Bumi Waras 29.490 28.333 57.823
5. Panjang 38.438 37.278 75.716
6. Tanjung Karang Timur 18.867 18.948 37.815
7. Kedamaian 27.079 26.514 53.593
8. Teluk Betung Utara 25.772 25.784 51.556
9. Tnjung Karang Pusat 25.733 26.365 52.098
10. Enggal 13 940 14.680 28.620
11. Tanjung Karang Barat 28.241 27.509 55.750
12. Kemiling 33.292 33.593 66.885
13. Langkapura 17.448 17.139 34.587
14. Kedaton 24.952 25.038 49.990
15. Rajabasa 24.928 24.013 48.941
16. Tanjung seneng 23.327 23.320 46.647
17. Labuhan Ratu 23.027 22.669 45.696
18 Sukarame 29.018 28.987 58.005
19. Sukabumi 29.904 28532 58.436
20. Way Halim 31.184 31479 62.663
Jumlah 502.418 495.310 997.728
Sumber: Bps, tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas dari 20 kecamatan yang ada di Kota Bandar
Lampung, jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Panjang dengan
jumlah penduduk 75.716 Jiwa, sedangkan yang paling sedikit berada di
Kecamatan Enggal dengan jumlah penduduk 28.620 Jiwa.
D. Gambaran Pendidikan
Pendidikan menjadi sebuah tolak ukur suatu daerah dalam menciptakan
sumber daya manusia yang mampu bersaing secara global. Sebagai Ibu Kota
Provinsi Lampung pendidikan di Kota Bandar Lampung sudah dapat
terbilang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari banyaknya sekolah yang ada di
Kota Bandar Lampung.
59
Tabel 13. Daftar Sekolah Di Kota Bandar Lampung
Negeri Swasta Jumlah
SD 194 57 251
Madrasah Ibtidaiyah 12 51 63
SMP 31 91 122
Madrasah Tsnawiyah 2 29 31
SMA 17 45 62
Madrasah Aliyah 2 13 15
SMK 10 54 64
Jumlah 608
Sumber: BPS, tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas jumlah sekolah negeri dan swasta Kota Bandar
Lampung tahun 2016 baik dari jenjang SD, Madrasah Ibtidaiyah, SMP,
Madrasah Tsanawiyah, SMA, Madrasah Aliyah dan SMK berjumlah 608
sekolah. Sekolah dengan jumlah terbanyak berada pada sekolah negeri
dengan jenjang SD yang berjumlah 194 sekolah, sedangkan sekolah dengan
jumlah paling sedikit yaitu sekolah negri dengan jenjang SMK yang
berjumlah 2 sekolah.
E. Gambaran Kesehatan
Pada tahun 2014, di Kota Bandar Lampung terdapat 17 Rumah Sakit, 3
rumah bersalin, 49 balai pengobatan dan posyandu sebanyak 675. Jumlah
puskesmas pada tahun 2014, dari 80 unit puskesmas dapat dikategorikan
menjadi puskesmas sebanyak 30 unit dan puskesmas pembantu sebanyak 50
unit.
60
Tabel 14. Banyaknya Sarana Kesehatan menurut Kecamatan di Kota Bandar
Lampung Tahun 2012-2016
Kecamatan Rumah
Sakit Puskesmas
Puskesmas
Pembantu
Klinik
Bersalin Klinik Posyandu
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Teluk Betung
Barat
- 1 4 - 2 26
Teluk Betung
Timur
- 2 2 - - 30
Teluk Betung
Selatan
1 1 1 - 7 40
Bumi Waras - 1 3 - - 40
Panjang - 1 2 - 6 51
Tanjung Karang
Timur
1 1 - - 1 31
Kedamaian - 1 3 - 3 31
Teluk Betung
Utara
3 2 1 - - 42
Tanjung Karang
Pusat
2 2 1 - 10 34
Enggal 3 1 1 - 4 23
Tanjung Karang
Barat
- 2 3 1 - 34
Kemiling 2 3 8 - 2 42
Langkapura 1 1 2 - 2 25
Kedaton 2 1 1 - 4 31
Rajabasa 1 1 5 - 3 37
Tanjung Senang - 1 5 - - 28
Labuhan Ratu 1 1 1 1 3 28
Sukarame 1 3 2 1 - 35
Sukabumi - 3 2 - 2 48
Way Halim 2 1 3 - 3 38
Tahun
2016 20 30 50 3 52 694
2015 17 30 50 3 49 675
2014 17 28 52 8 15 651
2013 17 28 52 8 10 623
2012 15 28 53 20 86 630
Sumber: BPS, tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas sarana kesehatan yaitu rumah sakit, puskesmas,
puskesmas pembantu, klinik bersalin, klinik dan posyandu yang ada di Kota
Bandar Lampung dari 20 kecamatan diketahui bahwa, tahun 2012 sampai
dengan tahun 2016 sarana kesehatan mengalami kenaikan dan penurunan
jumlah sarana kesehatan.
61
F. Gambaran Jalan Dan Transportasi
Bandar Lampung merupakan kota besar yang terletak paling selatan di
pulauSumatera yang otomatis merupakan gerbang masuk pulau Sumatera dari
pulau Jawa melalui jalur darat. Jalan Lintas Sumatera yang melewati kota ini
dinamakan Jalan Soekarno Hatta. Sejak tahun 2013, pemerintah kota resmi
membuka jembatan layang (fly over). Jembatan layang yang sudah dibangun
di Bandar Lampung yaitu:
Tabel 15. Fly Over Di Kota Bandar Lampung
No Letak Panjang Peresmian
1. Jln. SultanAgung- Jln. Ryacudu 180 M 8 Juli 2013
2. Jln. Antasari- JlnTirtayasa 180 M 8 Juli 2013
3. Jln. Gajah Mada- Jln. Juanda 585 M 1 Januari 2014
4. Jln. Kimaja- Jln. Ratu Dibalau 278, 85 M 1 Januari 2016
5. Jln. Gajah Mada- Jln. Antasari 310 M 26 Desember 2016
6. Jln. ZA Pagar Alam-Tengku Umar 477 M 31 Desember 2017
7. Jln. Pramuka- Cikditiro (Kemiling) 369 M 25 Januari 2018
8. Jln. Pramuka- Indra Bangsawan 140,7 M 25 Januari 2018
Sumber: Diolah oleh peneliti, tahun 2018
Kondisi jalan di Kota Bandar lampung sangat bervariasi mulai dari kondisi
sangat baik hingga rusak bisa dilihat melalui table di bawah ini.
Tabel 16. Kondisi Jalan Di Kota Bandar Lampung
Kondisi
Tahun Baik Sedang Rusak Rusak
Berat
Tidak
Dirinci
Jumlah
2012 414,420 411,850 43,085 23,500 12,135 904,990
2013 452,280 373,990 41,630 22,625 14,465 904,990
2014 470,250 368,030 40,595 21,135 14,980 904,990
2015 512,044 330,630 30,220 15,720 12,870 901,484
2016 854,188 - 46,132 - - 900,320
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung, tahun 2016
62
Alat transportasi yang ada di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 17. Alat transportasi di Kota Bandar Lampung
No Alat Transportasi
1. Bus
2. Kereta Api
3. Angkutan Umum
4. Bus Rapid Transit
Sumber: Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, tahun 2016
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan kriteria evaluasi kebijakan dapat dilihat
sebagai berikut:
1. Efektifitas, adanya Fly Over Gajah Mada-Antasari efektif mengatasi
kemacetan meskipun pada pagi dan sore hari kemacetan masih terjadi.
2. Responsivitas, Fly Over Gajah Mada-Antasari mendapat respon baik dari
penguna jalan Gajah Mada-Antasari, meskipun masyarakat sekitar yang
membuka usaha di bawah fly over mengeluhkan omset mereka yang
menurun sejak ada fly over.
3. Ketepatan, Fly Over Gajah Mada-Antasari tepat dilakukan untuk
mengatasi kemacetan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan data rasio
kemacetan yang dimilki Dishub Kota Bandar Lampung tahun 2017. Sejak
ada fly over kemacetan berkurang di jalan tersebut.
Dari tiga kriteria evaluasi kebijakan, disimpulkan kriteria evaluasi pada
penelitian ini yang menunjukkan bahwa Fly Over Gajah Mada-Antasari dapat
mengatasi kemacetan adalah kriteria evaluasi ketepatan. Hal tersebut dapat
dibuktikan dengan data rasio kemacetan sebelum dan sesudah adanya fly
over, kemacetan berkurang meskipun tidak 100%.
100
B. Saran
Evaluasi kebijakan dapat dilakukan jika kebijakan tersebut sudah berjakan
cukup waktu untuk dinilai apakah kebijakan tersebut dapat mengatasi
permasalahnnya, sesuai dengan tujuan yang ingin di capai dalam kebijakan
tersebut. Dalam penelitian ini tujuan kebijakan Fly Over Gajah Mada-
Antasari adalah untuk mengatasi kemacetan. Untuk itu saran dari peneliti
terkait kebijakan Fly Over Gajah Mada-Antasari untuk mengatasi kemacetan
yaitu:
1. Untuk pemerintah hendaknya berkordinasi dengan Polantas Bandar
Lampung dan Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung, untuk mengatur
lalu lintas pada jam sibuk seperti pagi dan sore hari, di ruas-ruas jalan
yang mengalami kemacetan seperti jalan Gajah Mada-Antasari agar
kemacetan dapat terurai.
2. Selain itu hendaknya pemerintah merelokasi masyarakat sekitar yang
membuka usaha di bawah Fly Over Gajah Mada-Antasari, agar
masyarakat tidak mengelukan omset mereka yang menurun sejak ada fly
over.
3. Sebaiknya pemerintah melakukan evaluasi terhadap dampak negatif fly
over agar kedepannya dampak negatif adanya fly over dapat dikurangi atau
bahkan dihilangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin. Saebani, Ahmad. Beni. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: Pustaka Setia.
Fuad, Anis. Sapto Kandung. 2014. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan Publik Proses, Analisis Dan Partisipasi. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2001,2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyadi, Deddy. 2016. Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik. Bandung:
Alfabeta.
Nawawi, Zaidan. 2013. Manajemen Pemerintah. Jakarta: Grafindo Persada.
N. Dunn, William. 2013. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.
Yogyakarta: Gadjah Mada Universiti Press.
Purwanto, Agus, Erwan. 2009, 2015. Implementasi Kebijakan Publik Konsep Dan
Aplikasinya Di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media.
Rianse, Abdi. 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Bandung:
Alfabeta.
Santoso, Purwo. 2010. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: JPP.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Siagian, Sondang P. 1994. Manajemen Sumber Daya Manusia, Kepemimpinan
dan Perilaku Administrasi, Jakarta: Bumi Aksara.
Subarsono, 2015. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono, 2015, 2017. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suharno, 2013. Dasar- Dasar Kebijakan Publik. Yogyakarta: Ombak.
Suharto, Edi. 2015. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Tahir, Arifin. 2015. Kebijakan Publik Dan Transparansi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah. Bandung: Alfabeta.
Wahab, Abdul, Solichin. 2016. Analisis Kebijakan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Widi, Kartiko, Restu. 2010. Asas Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Winarno, Budi. 2008. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Jakarta: PT Buku Kita.
Dokumen:
Data Bapenda Provinsi Lampung Tentang Jumlah Kendaraan Roda 2 (R2) dan
Roda 4 (R4) Tahun 2013-2017.
Data Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung Tentang Rasio Kemacetan Kota
Bandar Lampung 2015 dan 2017.
Keputusan Wali Kota Bandar Lampung Nomor: 660.1/III.20/2016 Tentang Izin
Lingkungan Kegiatan Pembangunan Fly Over Dijalan Gajah Mada-
Antasari Bandar Lampung.
Penelitian Terdahulu:
Analisis Aspek Sosial Terhadap Pembangunan Fly Over Bandar Lampung ( Studi
Kasus Pada Masyarakat Di Jln.Gajah Mada- Jln.Antasari) Oleh Juliandi
Franata Sinuhaji 2016.
Analisis Dampak Lalu Lintas Akibat Pembangunan Fly Over Pada Ruas Jalan
Sultan Agung-Ryacuda Kota Bandar Lampung Oleh Arif Kurniawan
2014.
Jurnal:
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol.3,No.1, Januari juni
2012.
Jurnal Karya Teknik Sipil, Volume 6, Nomer 4, Tahun 2017.
Jurnal PWK- 12 Nomor 4/Triwulan II/Juni1992.
Jurnal SMARTek , Vol. 9 No. 4 November 2011: 327-336.
Jurnal Teknik ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print.
Website:
digilib.unila.ac.id
http://kabar24.bisnis.com/read/20160327/78/531654/kemacetan-kota-
bandarlampung-makin-parah diaksespada10/12/2017 pukul:10:00wib.”
https://lampung.antaranews.com/berita/293665/kemacetan-di-bandarlampung-
belum-teratasi diaksespada10/12/2017 pukul:10:00wib.
https://curcoleksentrik96.wordpress.com/2015/12/02/bedanya-jalan-tol-flyover-
terowongan-jembatan-tol-underpass-by-pass-ring-road-jembatan-biasa-
jlnt/ diakses pada 09/09/2017 pukul:09:00wib.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jalan_layang diakses pada 09/09/2017
pukul:09:00wib.
http://www.mikihidayat.tk/2016/01/jalan-layang-flyover.html diakses pada
tanggal 09/09/2017) pukul 09:00wib.
Tambunan, Tulus, 2006. Iklim Investasi di Indonesia: Masalah, Tantangan dan
Potensi; Kadin- Indonesia- Jetro. www.kadin.indonesia.or.id diakses
pada 10/09/17.