evaluasi
TRANSCRIPT
Evaluasi untuk nanopartikel :
1. Ukuran partikel dan zeta potensial
Partikel suspensi dicampur dalam 5 mM Hepes pH 7,4 hingga dispersi yang sedikit opalescent
diperoleh. Diameter hidrodinamik (rata-rata dan PDI) dan zeta potensial ditentukan dengan
Nanosizer ( Malvern Instrument,UK) dengan scattering lampu dinamis dan laser Doppler
elektroforesis .(1)
2. Loading efficiency
Untuk menentukan efisiensi loading, TT sebagai isi dari nanopartikel sama seperti
supernatant, ditentukan dengan menggunakan pengujian uji protein asam mikro bichinconinic
(mBCA) (Pierce, Etten Leur, The Netherland) sesuai dengan petunjuk pabrik. Untuk
menentukan efisiensi enkapsulasi dari MDP, MDP yang telah dilabel dengan pewarna tertentu
dimasukkan dan jumlahnya ditentukan dalam supernatant sama seperti dalam formulasi
partikel menggunakan spektroskopi fluoresensi (FS920 flurometer,UK;eksitasi 495 nm, emisi
520 nm, band widths 5 nm).(1)
3. Stabilitas partikel dan Pelepasan antigen secara in vitro
TMC/MDP/TT-Senyawa label diencerkan hingga konsentrasi partikel akhir dalam dapar
tertentu (dalam penelitian yang menggunakan OVA digunakan fosfat 10 mM (PBS) pH 7,4
yang mengandung 0,01% tween 20 dan disimpan dalam beberapa aliquot pada suhu 37oC).
Pada waktu yang berbeda ukuran nanopartikel ditentukan dengan DLS setelah disperse
disentrifugasi (10 menit 14000 g) dan supernatant dikumpulkan untuk kuantifikasi pelepasan
TT-Senyawa label dengan spektroskopi fluorosen (eksitasi 495 nm, emisi 520 nm, band
widths 5 nm).(1)
4. Imunogenisitas
- Nasal vaksinasi
Mencit betina BALB/c umur 8 minggu diberikan 3 dosis TT atau yang ekuivalen dengan
dosis TT yang dienkapsulasi dengan interval 3 minggu. Mencit diberikan MDP melalui
nasal sebanyak, baik dalam larutan dengan TT atau dalam suspensi nanopartikel
TMC/MDP/TT. 3 injeksi TT diberikan secara im sebagai kontrol. Untuk pemberian nasal,
formulasi diberikan dalam volume tertentu. Untuk pemberian im, diinjeksikan pada tigh
muscle. Sampel darah diambil 2 minggu setelah dosis booster yang terakhir. Setelah
hewan coba dikurbankan, bagian limpa diambil dan nasal washes dikumpulkan.
- Penentuan serum IgG, IgG1, IgG2a dan secret IgA
Antibody spesifik TT (IgG, IgG1, IgG2a) dalam sera dan sIgA dalam nasal washes
ditentukan dengan ELISA. Plat dilapisi semalaman dengan jumlah tertentu TT. Setelah
diblok, 2 seri fold sera yang diencerkan dari mencit kemudian diletakkan pada plat. HRP-
konjugat antibody terhadap IgG, IgG1, IgG2a atau IgA ditambahkan dan dideteksi dengan
TMB. Absorbansi kemudian diukur pada panjang gelombang 450 nm dengan mikro plate
reader EL808 (Bio-Tek Instruments, Germany). Titer antibody yang dinyatakan sebagai
kebalikan dari pengenceran sampel yang sama dengan setengah dari serapan maksimum
dari kurva S absorbansi lengkap. (2)
- Aktivasi T-cell
Suspensi sel tunggal disiapkan dengan menggiling limpa dengan saringan pada ukuran
tertentu dan dibilas dengan medium limpa (RPMI 1640 yang ditambahkan dengan 10%
v/v FBS, 15 v/v glutamit, 1% v/v P/s dan 0,05 mM 2-mercaptoethanol). Splenocyt
kemudian distimulasi kembali dengan dengan TT dan dibiakan selama 5 hari pada suhu
37oC dan 5% CO2. Level IFN-γ dalam kultur supernatan ditentukan dengan menggunakan
BDOpteia IFN-γ ELISA sesuai dengan petunjuk pabrik. (1)
5. Sifat bioadhesif
Evaluasi sifat bioadhesif adalah utama dalam pengembangan bentuk system
penghantaran bioadhesif. Pengujian ini juga penting untuk menyaring banyaknya bahan dan
mekanismenya. Beberapa metode telah dikembangkan untuk studi mukoadhesi. Karena tidak
ada standar alat yang tersedia untuk pengujian kekuatan bioadhesi, hasil pengujian yang tidak
seragam antar metode sering tidak terhindarakan. Walaupun demikian, tiga metode pengujian
utama yang dikenal adalah tensile test, shear strength, dan peel strength.
Teknik yang paling popular yang digunakan untuk menentukan kekuatan penyebaran
pada pengujian bioadhesif adalah menggunakan kekuatan yang tegak lurus dengan jaringan
atau permukaan adhesive selama tensile stress diatur. Tetapi selama shear stress, arah
kekuatan yang diberikan diubah menjadi sepanjang permukaan. Pada kedua model pengujian
tensile dan shear, tekanan yang sama didistribusikan sepanjang daerah kontak.(3)
Pengujian peel didasarkan pada perhitungan energi yang dibutuhkan untuk melepaskan patch
dari substrat, oleh karena itu pengujian ini terbatas hanya jika system bioadhesifnya
diformulasi sebagai patch.(4)
Pada percobaan yang menggunakan metode pengujian tensile dan shear, tekanan yang
diberikan secara seragam didistribusikan sepanjang bagian adhesif , dimana pada metode peel
tekanan difokuskan pada bagian tepi. Selanjutnya tensile dan shear mengukur sifat mekanik
dari system, sedangkan peel mengukur resistensi peeling force.
6. Residence time
Waktu tinggal atau residence time dari sediaan nasal diukur berdasarkan prosedur yang
telah digambarkan oleh Hagenaars yaitu menggunakan mencit BALAB/c yang berumur 8
sampai 10 minggu yang dianastesi ringan menggunakan isofluorane. Hidung mencit
dibersihkan dengan handuk, dan dengan cepat intensitas fluorosensinya (eksitasi 710 nm,
emisi 760, 780, 800, 820, dan 840 nm) diukur dengan menggunakan spectrum IVIS . Setiap
15 menit anastesi diberikan kembali dan intensitas fluoresensi ditentukan seperti prosedur
sebelumnya. Diantara waktu pengukuran, mencit disadarkan. Untuk menghitung fluoresensi
rata-rata dalam rongga hidung, sinyal pewarna IR spesifik 800 CW dipisahkan dari
background fluoresensi oleh spectrum yang tidak bercampur menggunakan Living Image 3.1
software (Caliper Life Sciences). Regions of interest (ROI) diatur sepanjang
rongga hidung mencit, dan intensitas pixel rata-rata dalam ROI dihitung
menggunakan software yang sama. Intensitas fluoresensi pada t = 0
ditetapkan pada 100%.(5)
Pustaka evaluasi :
1. Slutter Bram, Jiskoot Wim.,2010., Dual Role of CPG as Immune Modulator and Physical Crosslinker in Ovalbumin Loaded N-trimethyl chitosan (TMC) nanoparticles for Nasal Vaccination., LACDR ,The Netherlands.
2. Bal Suzanne M., 2011., Adjuvanted, Antigen Loaded N-trimethyl chitosan nanoparticles for Nasal and Intradermal Vaccination: Adjuvant and Site-Dependent Immunogenicity in Mice., Utrecht, The Netherlands.
3. Park K, Park H. 1990., Test methods of bioadhesion, Bioadhesive drug delivery systems.. Boca Raton: CRC Press Florida.
4. McCarron PA, Donnelly RF, Zawislak A, Woolfson AD, Price JH, McClelland R. 2005., Evaluation of a Water-soluble Bioadhesive patch for photodynamic therapy of vulval lesions. Int J Pharm.;293:11–23. [PubMed]
5. Slutter Bram, Jiskoot Wim.,2010., Antigen-Adjuvant Nanoconjugates for Nasal Vaccination: An Improvement over the Use of Nanoparticles?., LACDR, The Netherlands.