etnobotani masyarakat suku bunaq (studi kasus di … fileetnobotani masyarakat suku bunaq (studi...

92
ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur) AGUSTINA ROSWITA ATOK DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Upload: vuongtu

Post on 18-Mar-2019

355 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ

(Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu,

Provinsi Nusa Tenggara Timur)

AGUSTINA ROSWITA ATOK

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

SUMMARY

AGUSTINA ROSWITA ATOK. E34051530. The Ethnobotany of Bunaq Ethnic

Community (Case Study at Dirun Village, Lamaknen Subdistrict, Belu Regency,

the Province of East Nusa Tenggara). Under supervision of AGUS HIKMAT

and ERVIZAL A. M. ZUHUD

The traditional life of community has close relation to the naturalresources and environmental. One of their interactions is related of the plants utilization. This interaction is an experience from traditional knowledge which has been inherited by the ancestors, generation to generation. That knowledge is lather developed by adapting to the environmental in order to keep the survival. This study is aimed to understand and explore traditional knowledge of Bunaq ethnic in using plants The result of this study hopefully can be information material to the development, utilization and preservation of useful plants sustainably and based on local wisdom. This study was conducted at Dirun Village, Lamaknen Subdistrict, Belu Regency, the Province of East Nusa Tenggara during 2 months, July to September 2009. The material that used in his study were documents, report from certain institutions, herbarium, alcohol 70%, while the tools that used were camera, secondary newspapers, plastics, wattle, tally sheet, questioner, tape recorder, label and stationary. The data collected during this study were primary and secondary data. The primary data consisted of species of useful plants, habitus, usages, parts of plants that are usually used, traditional processing, traditional application and cultivation methods of plants. The secondary data consisted of general condition of study location, history, location and width of study areas, topography, geology, soil, climate and hydrology data, flora, fauna, social condition, education and ethnic characteristic (occupation). There were 3 phases in this study; those were literature study, field survey and data processing and analyzing. The utilization of biodiversity at Dirun Village can be classified into 12 groups of utilization. The local people use 41 species of plants for food, 69 species for medicinal purpose, 43 species for cattle feeding, 33 species for building materials, 10 species for firewood, 20 species for plaited materials and handicraft, 7 species for toxic, 5 species for colouring materials, 5 species for tannin, 17 species for aromatic purpose, 21 species for ornamental plants, 5 species for cultural purpose and 8 species for other utilization. The local people of Bunaq ethnic have close relation to culture and nature regarding on recognizing, classifying and using the plants surround them. The utilization of plants is not for economical purpose only but for spiritual purpose also. The utilization for spiritual purpose is aimed to keep balance of the natural recourses. Keywords: traditional people, local wisdom, Bunaq ethnic

Page 3: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

RINGKASAN

Agustina Roswita Atok. E34051530. Etnobotani Masyarakat Suku Bunaq (Studi

Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa

Tenggara Timur). Dibimbing oleh Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F dan Dr. Ir.

Ervizal A. M. Zuhud, MS

Kehidupan masyarakat tradisional mempunyai interaksi yang sangat dekat dengan sumberdaya alam dan lingkungannya. Salah satunya adalah interaksi yang berhubungan dengan pemanfaatan tumbuhan. Interaksi yang ada tersebut merupakan sebuah pengalaman dari sebuah pengetahuan tradisional yang secara turun-temurun diwariskan dari para leluhur ke generasi-generasi selanjutnya serta mengembangkan pengetahuan tersebut dengan mengadaptasikannya terhadap lingkungan untuk tetap bertahan hidup. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk pengembangan, pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan berguna secara lestari yang berbasis kepada kearifan lokal masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan di desa Dirun Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur selama 2 bulan yaitu pada bulan Juli hingga September 2009. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen atau laporan dari instansi tertentu, tumbuhan untuk pembuatan herbarium, alkohol 70%, sedangkan alat yang digunakan kamera, kertas Koran, kantong plastik, sasak, tally sheet, kuisioner, tape recorder, label gantung dan alat tulis-menulis. Adapun jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari spesies-spesies tumbuhan yang dimanfaatkan, habitusnya, kegunaannya, bagian tumbuhan yang digunakan, cara pengolahan, cara pemakaiannya hingga cara pembudidayaannya. Sedangkan untuk data sekunder terdiri dari kondisi umum lokasi, sejarah, letak dan luas, topografi, geologi dan tanah, iklim dan hidrologi, flora, fauna, kondisi sosial masyarakat, pendidikan, dan karakteristik etnik (mata pencaharian). Tahapan penelitian yang dilakukan melalui tiga tahap yakni kajian literatur, survey lapangan serta pengolahan dan analisis data. Pemanfaatan keanekaragaman hayati di Desa Dirun ditemukan sebanyak 12 kelompok kegunaan. Masyarakat memanfaatkan tumbuhan sebagai penghasil pangan sebanyak 41 spesies, tumbuhan obat 69 spesies, pakan ternak 43 spesies, bahan bangunan 33 spesies, kayu bakar 10 spesies, tali, anyaman dan kerajinan 20 spesies, racun 7 spesies, pewarna dan tannin 5 spesies, aromatik 17 spesies, hias 21 spesies, adat 5 spesies, dan kegunaan lain 8 spesies. Kecenderungan memanfaatkan tumbuhan tidak hanya terbatas pada keperluan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan spiritual yang juga diutamakan guna menjaga keseimbangan dengan sumber-sumber daya alam yang ada di lingkungannya. Kata kunci : Masyarakat tradisional, kearifan lokal, suku Bunaq

Page 4: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)
Page 5: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ

(Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu,

Provinsi Nusa Tenggara Timur)

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan Pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

AGUSTINA ROSWITA ATOK

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 6: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

Judul Skripsi : ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ

(Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen

Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

Nama : Agustina Roswita Atok

NIM : E34051530

Menyetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Agus Hikmat, M.Sc.F Dr. Ir. Ervizal A. M.Zuhud, MS NIP 196209181989031002 NIP 195906181985031003

Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS

NIP 195809151984031003

Tanggal Lulus:

Page 7: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Etnobotani Masyarakat

Bunaq (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi

Nusa Tenggara Timur) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan

dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan

tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 2009

Agustina Roswita Atok

NRP E34051530

Page 8: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wedomu, Kecamatan Tasifeto Timur

Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur pada tanggal 14 Agustus

1986. Penulis merupakan anak keenam dari enam bersaudara

pasangan Servasius Atok dan Martha Lika dan berketurunan

Bunaq asli.

Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis, yaitu

pendidikan Sekolah Dasar di SDI Wedomu pada tahun 1992-1998. Kemudian penulis

melanjutkan ke Sekolah Lanjutan tingkat Pertama di SLTP Negri Tas-Tim pada tahun

1998–2001 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negri Weluli tahun 2002–2005 dan

pada tahun yang sama lulus masuk IPB melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD)

Pemerintah daerah Kabupaten Belu.

Selama kuliah di Fakultas Kehutanan, penulis aktif mengikuti berbagai

kegiatan organisasi, di antaranya UKM KEMAKI (Kesatuan Mahasiswa Katholik

IPB), Anggota GAMANUSRATIM (Keluarga Mahasiswa Nusa Tenggara Timur di

IPB) Anggota Kelompok Pemerhati Flora Rafflesia (Himpunan Profesi) dan pernah

menjadi bendahara selama satu periode (2007-2008). Penulis juga pernah menjadi

panitia Gebyar HIMAKOVA Departemen Konservasi sumberdaya Hutan dan

Ekowisata (2007), Sekretaris Pelatihan Kultur Jaringan Biro Kewirausahaan

HIMAKOVA 2008. Penulis juga mengikuti kegiatan HIMAKOVA lainnya yakni

SURILI (Studi Konservasi Lingkungan) di Taman Nasional Bantimurung-

Bulusaraung (2007) dan Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (2008) serta pada

tahun yang sama mengikuti Eksplorasi Flora Fauna di CA Yan Lappa dan Rafflesia

di Cagar Alam Gunung Simpang.

Pada tahun 2007 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan

jalur Linggarjati-Indramayu. Pada tahun 2008 mengikuti Praktek Umum Konservasi

Ex-situ (PUKES) jalur Jonggol-Kebun Raya Bogor. Pada tahun 2009 penulis

melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Ujung Kulon,

Propinsi Banten.

Untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan di IPB, penulis menyelesaikan

skripsi dengan judul “Etnobotani Masyarakat suku Bunaq (Studi Kasus di Desa

Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Propinsi Nusa Tenggara Timur)” di

bawah bimbingan Dr. Ir Agus hikmat MSc.F dan Dr. Ir. Ervizal A. M. Zuhud, MS.

Page 9: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur yang tak terhingga ke hadirat Tuhan

Yang Maha Kuasa lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya yang

berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik. Tema

yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli-September 2009

adalah etnobotani dengan judul “Etnobotani Masyarakat suku Bunaq (Studi Kasus di

Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)”

yang bertujuan untuk mengetahui dan menggali pengetahuan tradisional masyarakat

suku Bunaq dalam pemanfatan tumbuhan.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk

pengembangan, pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan berguna secara lestari yang

berbasis kepada kearifan lokal masyarakat khususnya di Kabupaten Belu, Nusa

Tenggara Timur.

Penulis menyadari “ Tak ada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan dan pengembangan penelitian

selanjutnya. Harapan penulis, sebuah karya kecil ini kelak dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membutuhkannya. Amin.

Bogor, Desember 2009

Penulis

Page 10: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

i

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................. i DAFTAR GAMBAR .................................................................................... iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1 1.2 Tujuan .................................................................................. 2 1.3 Manfaat ................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Etnobotani ............................................................................... 3 2.1.1 Defenisi ........................................................................ 3 2.1.2 Ruang Lingkup ............................................................ 3 2.2 Kearifan Tradisional .............................................................. 4 2.3 Pemanfaatan Tumbuhan ..................................................... 4 2.3.1 Tumbuhan penghasil pangan ........................................ 5 2.3.2 Tumbuhan obat ............................................................. 5 2.3.3 Tanaman hias ................................................................ 6 2.3.4 Tumbuhan aromatik ...................................................... 6 2.3.5 Tumbuhan penghasil warna .......................................... 6 2.3.6 Tumbuhan penghasil pakan ternak ............................... 7

2.3.7 Tumbuhan penghasil pestisida nabati ........................... 7 2.3.8 Tumbuhan untuk kegunaan adat ................................... 7 2.3.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar .................................. 7 2.3.10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan ..... 8

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 9 3.2 Alat dan Bahan ..................................................................... 9 3.3 Jenis data yang dikumpulkan ................................................. 10 3.4 Tahapan Penelitian ................................................................ 10 3.4.1 Kajian literatur ............................................................. 10 3.4.2 Survey lapangan .......................................................... 10 3.4.2.1 Penentuan responden ..................................... 10 3.4.2.2 Wawancara .................................................... 11 3.4.2.3 Pembuatan herbarium .................................. 11 3.4.3 Pengolahan dan analisis data ....................................... 12

Page 11: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

ii

ii

3.4.3.1 Pengklasifikasian kelompok kegunaan ................................................... 12 3.4.3.2 Persentase bagian dan habitus yang digunakan ............................................. 13 3.4.3.3 Tingkat kegunaan tumbuhan ........................ 13 3.4.3.4 Telaah aksi konservasi masyarakat ................ 13

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas ...................................................................... 14 4.2 Topografi dan Iklim .............................................................. 14 4.3 Geologi dan Tanah ................................................................. 15 4.4 Hidrologi ................................................................................ 16 4.5 Kondisi Flora dan Fauna ....................................................... 16 4.5.1 Flora ............................................................................. 16 4.5.2 Fauna ........................................................................... 17 4.6 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat ...................................... 17 4.6.1 Bahasa .......................................................................... 17 4.6.2 Mata pencaharian ......................................................... 18 4.6.3 Pendidikan ................................................................... 19 4.6.4 Sejarah ......................................................................... 19 4.6.5 Sistem religi dan ritualnya ........................................... 20 4.6.6 Nama panggilan anak secara adat ................................ 21

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Pemanfaatan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan .............. 22 5.1.1 Jumlah spesies dan famili tumbuhan berguna ............. 22 5.1.2 Keanekaragaman spesies tumbuhan berdasarkan habitusnya ............................................... 24 5.1.3 Bagian tumbuhan yang digunakan .............................. 25 5.1.4 Persentase asal tumbuhan ............................................ 26 5.1.5 Keanekaragaman manfaat tumbuhan berguna ............. 27 5.1.5.1 Tumbuhan penghasil pangan ......................... 28 5.1.5.2 Tumbuhan penghasil pakan ternak ................ 30 5.1.5.3 Tumbuhan obat .............................................. 31 5.1.5.4 Tumbuhan penghasil bahan bangunan........... 33 5.1.5.5 Tumbuhan penghasil kayu bakar ................... 34

5.1.5.6 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan ....................................................... 36

5.1.5.7 Tumbuhan penghasil racun ............................ 38 5.1.5.8 Tumbuhan aromatik ....................................... 39 5.1.5.9 Tumbuhan penghasil warna dan tannin ......... 41 5.1.5.10 Tumbuhan hias ............................................ 42

Page 12: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

iii

iii

5.1.5.11 Tumbuhan untuk acara adat ......................... 43 5.1.5.12 Tumbuhan untuk kegunaan lain .................. 45 5.1.5.13 Tingkat kegunaan tumbuhan ....................... 46 5.2. Praktek konservasi masyarakat suku Bunaq .................. 47 5.2.1 Hutan adat (Zobuq por) .................................... 47 5.2.2 Kawasan dilindungi (Natal gol mil) ................. 49 5.2.3 Aturan larangan (Gole obon) ............................ 49 5.2.4 Pengontrol kelestarian sumberdaya alam .............................................. 50 5.2.5 Penggunaan lahan ............................................. 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ............................................................................ 53 6.2 Saran ...................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 54 LAMPIRAN .................................................................................................. 57

Page 13: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

iv

iv

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Denah lokasi penelitian ............................................................................. 9

2 Desa Dirun dan padang savana Fulan Fehan ............................................. 15

3 Sumber air Fatumutin ................................................................................ 16

4 Hubungan antara jumlah spesies dan famili yang ditemukan ................... 23

5 Bagian tumbuhan yang digunakan ............................................................ 25

6 Persentase asal tumbuhan .......................................................................... 26

7 Kelompok kegunaan tumbuhan pada masyarakat Bunaq .......................... 27

8 Pao lelo (Phaseolus lunatus) dan kontas (Canna edulis)....... ................... 30

9 Pemberian pakan ternak dan lokasi penggembalaan liar .......................... 31

10 Maria Ili (dukun pengobatan tradisional) .................................................. 33

11 Rumah suku dan rumah kebun .................................................................. 34

12 Pengambilan kayu bakar ............................................................................ 36

13 Taka dan opa, nawa, hutus morok, kuni .................................................... 37

14 Liana sebagai pengikat dan tali balanda (Agave cantula) ......................... 38

15 Bako (Nicotiana tabacum) dan Mebu zab (Girardinia sp) ....................... 39

16 U rikit (Hydrocotyle sibthorpiodes)

dan nilam (Pogostemon cablin)................................................. ................ 41

17 Si koe (Kalanchoe pinnata) ....................................................................... 43

18 Sirih dan pinang dalam budaya “molo pu”dan

sebagai pelengkap sesaji ............................................................................ 44

19 Zobuq por dan bosok .................................................................................. 48

20 Natal gol mil .............................................................................................. 49

Page 14: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

v

v

21 Gole obon .................................................................................................. 50

22 Penggunaan lahan ...................................................................................... 51

Page 15: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

vi

vi

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Persentase habitus yang digunakan ........................................................... 24

2 Perbandingan antara etnobotani suku Bunaq dan suku Dawan ................. 28

3 Beberapa spesies tumbuhan penghasil pangan yang ada di Desa Dirun ... 29

4 Beberapa spesies tumbuhan pakan ternak yang ada di Desa Dirun .......... 30

5 Beberapa spesies tumbuhan obat yang ada di Desa Dirun .................... di 32

6 Beberapa spesies tumbuhan penghasil bahan bangunan yang ada di Desa Dirun ................................................................................................. 33

7 Beberapa spesies tumbuhan penghasil kayu bakar yang ada di Desa Dirun ................................................................................................ 35

8 Beberapa spesies tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan yang ada di Desa Dirun ............................................................................. 36

9 Beberapa spesies tumbuhan racun yang ada di Desa Dirun ...................... 39

10 Beberapa spesies tumbuhan aromatik yang ada di Desa Dirun ................. 40

11 Beberapa spesies tumbuhan penghasil warna dan tanninyang ada di

Desa Dirun ................................................................................................. 41

12 Beberapa spesies tumbuhan hias yang ada di Desa Dirun......................... 42

13 Beberapa spesies tumbuhan untuk keperluan upacara adat yang ada di Desa Dirun ................................................................................................. 43

14 Tingkat kegunaan tumbuhan ..................................................................... 46

Page 16: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

vii

vii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Daftar famili teridentifikasi ....................................................................... 58

2 Daftar spesies tumbuhan berdasarkan kelompok kegunaan ...................... 59

3 Daftar spesies tumbuhan yang ditemukan di tempat penelitian ................ 67

4 Daftar responden kajian etnobotani masyarakat suku Bunaq .................... 74

5 Daftar kuisoner etnobotani ........................................................................ 75

Page 17: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari hubungan langsung antara

manusia dengan tumbuhan dalam kegiatan pemanfaatannya secara tradisional.

Kehidupan masyarakat tradisional yang sangat dekat dengan sumberdaya alam dan

lingkungan, yang salah satunya adalah interaksi yang berhubungan dengan

pemanfaatan tumbuhan merupakan pengalaman dari sebuah pengetahuan tradisional

yang secara turun-temurun diwariskan dari para leluhur ke generasi-generasi

selanjutnya.

Dalam sejarah perkembangan manusia, tumbuhan telah memainkan peranan

yang sangat penting dalam perkembangan budaya mereka. Suku-suku bangsa telah

mengembangkan dan mengadaptasikan pengetahuannya terhadap lingkungannya,

antara lain tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di sekitarnya yang merupakan keperluan

pokok akan pangan, sandang, papan dan keperluan lainnya.

Ada pun masyarakat tradisional yang dalam kehidupannya tertanam nilai-nilai

kearifan dalam pemanfaatan tumbuhan dan memandang perlunya menjaga alam,

salah satunya adalah masyarakat suku Bunaq yang berada di Propinsi Nusa Tenggara

Timur. Dalam kehidupannya, mereka membentuk perkampungan-perkampungan

yang terpencar di antara bukit-bukit dan dengan berbekal pengetahuan yang

diwariskan secara turun-temurun, mereka mampu memanfaatkan berbagai hal dari

alam, salah satunya adalah dari ekosistem liar di sekitarnya. Pengetahuan tersebut

merupakan salah satu aset budaya bangsa, sehingga perlu dipelajari dan diwariskan

kepada generasi berikutnya.

Namun dalam perkembangannya, pengetahuan tradisional yang masih

terbelakang atau sering dianggap primitif ini mengalami keterancaman akibat

masuknya budaya asing yang menyebabkan gejala pergeseran pengetahuan lokal atau

bahkan bisa hilang sama sekali sebelum pengetahuan taradisional tersebut sampai

pada generasi berikutnya. Hal ini dikarenakan sifat dari pengetahuan tradisional itu

Page 18: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

2

sendiri yang bersifat lisan (dari mulut ke mulut). Sehubungan dengan itu melaui

kajian etnobotani, diharapkan pengetahuan masyarakat Suku Bunaq dalam

pemanfaatan tumbuhan dapat terdokumentasi dan diwariskan kepada generasi

mendatang, sehingga pengetahuan tersebut tidak punah.

1.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggali pengetahuan

tradisional masyarakat suku Bunaq dalam pemanfatan tumbuhan.

1.2 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi untuk

pengembangan, pemanfaatan dan pelestarian tumbuhan berguna secara lestari yang

berbasis kepada kearifan lokal masyarakat, khususnya di Kabupaten Belu, Nusa

Tenggara Timur.

Page 19: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etnobotani

2.1.1 Definisi

Menurut Soekarman dan Riswan (1992) dan Harsberger (1895) diacu dalam

Soekarman dan Riswan (1992), etnobotani merupakan ilmu yang mempelajari

hubungan manusia dengan tumbuhan dalam kegiatan pemanfaatannya secara

tradisional juga oleh suku-suku bangsa yang masih primitif atau terbelakang.

Etnobotani berasal dari dua kata Yunani yaitu ethos yang berarti bangsa dan botany

yang berarti tumbuh-tumbuhan.

Etnobotani dapat didefinisikan pula sebagai suatu studi yang mempelajari

konsep-konsep pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan yang merupakan hasil

perkembangan kebudayaan suatu masyarakat. Dinamika perubahan akan mewarnai

perubahan kebudayaan sebagai sistem ide. Konsep-konsep mengenai tumbuhan dan

pemanfaatan, pelestarian, dan konservasi secara tradisi lambat laun akan mengalami

penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Dalam hal ini diantaranya

adalah pengetahuan tradisional mengenai berbagai jenis tumbuhan, sifat-sifat yang

menyertai dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, serta perlakuan terhadap

tumbuhan baik secara ritual maupun non ritual (Darnaedi 1998).

2.1.2 Ruang lingkup

Pengkajian etnobotani dibatasi oleh ruang lingkup bahwa etnobotani adalah

cabang ilmu pengetahuan yang mendalami tentang persepsi dan konsepsi masyarakat

tentang sumber daya habati di lingkungannya. Dalam hal ini kajian diarahkan dalam

upaya untuk mempelajari kelompok masyarakat dalam mengatur sistem pengaturan

anggotanya menghadapi tumbuhan dalam lingkungannya yang digunakan tidak saja

untuk keperluan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan spritual dan nilai budaya

lainnya. Pemanfaatan yang dimaksudkan disini adalah baik sebagai bahan obat,

sumber pangan, dan sumber kebutuhan hidup manusia lainnya. Disiplin ilmu lain

Page 20: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

4

yang terkait dalam penelitian etnobotani adalah antara lain anthropologi, sejarah,

pertanian, ekologi, kehutanan, geografi tumbuhan (Sudarsono & Waluyo 1992).

2.2 Kearifan Tradisional Masyarakat

Bangsa Indonesia yang mendiami di seluruh pulau-pulau yang tersebar dari

Sabang hingga Merauke terdiri dari suku-suku yang masing-masing mempunyai

kebudayaan dan adat istiadat yang berkembang dan diwariskan secara turun-temurun

dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kehidupan suku-suku tersebut terutama

yang mempunyai interaksi dekat dengan sumberdaya dan lingkungannya secara

turun-temurun pula mewarisi pola hidup tradisional yang dijalani oleh leluhurnya.

Masyarakat setempat yang hidup secara tradisional tersebut dikenal dengan istilah-

istilah tribal people (masyarakat suku), indigenous people (orang asli), native people

(penduduk asli) atau tradisional people (masyarakat tradisional) (Primack et al. 1998)

diacu dalam (Afrianti 2000).

Telah lama masyarakat tradisional hidup secara berdampingan dengan

keanekaragaman hayati atau sumber daya alam yang ada di sekelilingnya. Di

sebagian besar tempat, ternyata mereka tidak melakukan perusakan-perusakan besar-

besaran terhadap sumber daya alam yang ada di sekitarnya tersebut. Masyarakat

tradisional telah berhasil memanfaatkan metode-metode irigasi yang bersifat inovatif,

misalnya dengan melakukan panen yang bervariasi. Metode tersebut telah

memungkinkan kehidupan manusia dengan populasi yang tinggi tanpa menimbulkan

kerusakan lingkungan maupun komunitas biologis di sekelilingnya. Namun, saat ini

masyarakat tradisional sedang dihadapkan pada perubahan lingkungan secara besar-

besaran akibat meningkatnya interaksi masyarakat dengan dunia luar, yang seringkali

timbul perbedaan tajam antara generasi tua dan muda (Primack et al. 1998) diacu

dalam (Afrianti 2000).

2.3 Pemanfaatan Tumbuhan

Pengelompokkan penggunaan tumbuhan oleh Purwanto dan Walujo (1992)

meliputi tumbuhan sebagai bahan sandang, pangan, bangunan, alat rumah tangga, dan

Page 21: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

5

alat pertanian, tali temali, anyam-anyaman, pelengkap upacara adat, obat-obatan dan

kosmetika, kegiatan sosial dan kegunaan lain.

2.3.1 Tumbuhan pangan

Tumbuhan pangan menurut Kamus bahasa Indonesia, adalah segala sesuatu

yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun, dan dapat dimakan atau

dikonsumsi oleh manusia (apabila dimakan oleh hewan maka disebut pakan).

Contohnya yaitu buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan tumbuhan yang

mengandung sumber karbohidrat.

Buah-buahan adalah jenis buah-buahan tahunan yang dapat dimakan, baik

dalam keadaan segar maupun yang telah dikeringkan, umumnya dikonsumsi dalam

keadaan mentah (Kartikawati 2004). Sebagian kecil jenis buah yang umum dikenal

masyarakat Indonesia antara lain durian (Durio zibethinus), mangga (Mangifera

indica), salak (Zalacca salacca) dan jambu (Psidium guajava).

2.3.2 Tumbuhan obat

Tumbuhan obat adalah semua tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan

maupun yang belum dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai obat, berkisar dari

yang terlihat mata hingga yang nampak di bawah mikroskop (Rostiana diacu dalam

Mujenah 1993). Sedangkan menurut Suyono (1991), tumbuhan obat adalah tumbuhan

yang bagian tumbuhannya (akar, batang, kulit, daun umbi biji dan getah) mempunyai

khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat

modern atau tradisional.

Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui mempunyai

khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi : (1) Tumbuhan obat tradisional, yaitu

spesies tumbuhan yang diketahui dan dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat

dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional ; (2) Tumbuhan obat modern

, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa

atau bahan bioaktif dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis;

dan (3) Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung

Page 22: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

6

senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum secara ilmiah atau

penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit dielusuri (Zuhud 2004).

2.3.3 Tanaman hias

Tanaman hias merupakan salah satu komoditi holtikultura non pangan yang

digolongkan sebagai holtikultura dan pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-

hari, komoditas ini biasanya dibudidayakan untuk dinikmati keindahannya (Arafah

2005). Tanaman hias merupakan tanaman apapun yang mempunyai nilai hias baik

hias bunga dan tajuk, cabang, batang, buah maupun hias aroma.

2.3.4 Tumbuhan aromatik

Tumbuhan aromatik dapat pula disebut sebagai tumbuhan penghasil minyak

atsiri. Tumbuhan penghasil minyak atsiri ini biasanya memiliki ciri bau dan aroma

karena fungsinya yang paling luas dan umum diminati adalah sebagai pengharum,

baik sebagai parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi,

pemberi rasa makanan ataupun produk rumah tangga lainnya. Minyak atsiri dapat

diperoleh dengan cara ekstraksi atau penyulingan dari bagian-bagian tumbuhan

(Kartikawati 2004).

Sementara itu, menurut Heyne (1987), tumbuhan yang menghasilkan minyak

atsiri, antara lain : akar wangi (Andropogon zizinoides), kulit kayu manis

(Cinnamomum burmanni), jahe (Zingiber officinale), sirih (Piper betle), cendana

(Santalum album) dan kenanga (Cananga odorata).

2.3.5 Tumbuhan penghasil warna

Tumbuhan penghasil zat warna adalah tumbuhan yang memiliki zat warna

seperti kunyit (Curcuma domestica) yang digunakan untuk mewarnai makanan

sehingga berwarna orange dan daun suji (Pleomele angustifolia) untuk warna hijau

(Kartikawati 2004). Di samping itu, selain untuk pewarna makanan, ada pula yang

digunakan untuk mewarnai rotan dan bahan lainnnya.

Page 23: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

7

2.3.6 Tumbuhan penghasil pakan ternak

Pakan ternak adalah makanan yang diberikan kepada ternak. Menurut

Kartikawati (2004), tanaman pakan ternak adalah tanaman yang memiliki konsentarsi

nutrisi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa

herbivora. Tanaman ini dapat diolah dan dibudidayakan meskipun ada pula yang

tumbuh liar seperti alang-alang.

2.3.7 Tumbuhan penghasil pestisida nabati

Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari

tumbuhan yang dapat digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu

tumbuhan. Pestisida nabati ini dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas

(pemandul), pembunuh, dan bentuk lainnya. Secara umum pestisida nabati diartikan

sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan yang relatif

mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas (Arafah 2005).

2.3.8 Tumbuhan untuk kegunaan adat

Beberapa tumbuhan memiliki sifat spiritual, magis, dan ritual. Penggunaan

tumbuhan untuk adat dapat berupa bentuk penggunaan dalam berbagai upacara adat

terutama yang berkenaan dengan upacara daur hidup (Kartiwa & Wahyono 1992).

2.3.9 Tumbuhan penghasil kayu bakar

Menurut Sutarno (1996), jenis pohon yang ditujukan untuk pemenuhan kayu

bakar, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) Beradaptasi pada rentangan kondisi lingkungan yang luas

b) Pertumbuhan cepat, volume hasil kayu maksimal tercapai dalam waktu

yang singkat

c) Tidak merusak tanah dan menjaga kesuburannya

d) Tahan penyakit dan hama

e) Pengelolaannya singkat waktunya

f) Tahan terhadap kekeringan dan toleran iklim yang lain

Page 24: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

8

g) Pertumbuhan tajuk baik, siap tumbuh pertunasan yang baru

h) Memiliki manfaat lain yang menguntungkan pertanian

i) Menghasilkan percabangan dengan diameter yang cukup kecil untuk

dipotong dengan peralatan tangan dan mudah pengangkutannya

j) Menghasilkan kayu yang mudah dibelah

k) Kadar air rendah dan relatif cepat dikeringkan

l) Tidak memercikkan api dan cukup aman apabila dibakar

m) Menghasilkan kayu yang padat dan lebih lama dibakar

2.3.10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan

Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan adalah tumbuhan yang biasa

digunakan untuk membuat tali, anyaman maupun kerajinan. Beberapa tumbuhan yang

sering digunakan oleh masyarakat untuk membuat anyaman adalah jenis rotan dan

bambu.

Menurut Isdijoso (1992), tanaman yang termasuk dalam kelompok sumber

bahan sandang, tali temali dan anyaman antara lain: kapas (Gossypium hirsutum),

kenaf (Hibiscus cannabinus), rosella (Hibiscus sabdariffa), yute (Corchorus

capsularis dan C. olitorius), rami (Boehmeria nivea), abaca (Musa textilis), dan

agave/sisal (Agave sisalana dan A. Cantula).

Page 25: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

9

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di desa Dirun Kecamatan Lamaknen Kabupaten

Belu, Propinsi Nusa Tenggara Timur selama 2 bulan yaitu pada bulan Juli hingga

September 2009. Adapun denah lokasi penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Denah Lokasi Penelitian (Sumber : Friedberg, 1990)

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen atau laporan

dari instansi tertentu, tumbuhan untuk pembuatan herbarium, alkohol 70%,

Page 26: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

10

sedangkan alat yang digunakan kamera, kertas Koran, kantong plastik, sasak, tally

sheet, kuisioner, tape recorder, label gantung dan alat tulis-menulis.

3.3 Jenis data yang dikumpulkan

Adapun jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer

dan data sekunder. Data primer terdiri dari spesies-spesies tumbuhan yang

dimanfaatkan, habitusnya, kegunaannya, bagian tumbuhan yang digunakan, cara

pengolahan, cara pemakaiannya hingga cara pembudidayaannya.

Sedangkan untuk data sekunder terdiri dari kondisi umum lokasi, sejarah,

letak dan luas, topografi, geologi dan tanah, iklim dan hidrologi, flora, fauna, kondisi

sosial budaya masyarakat, pendidikan, dan karakteristik etnik (mata pencaharian).

3.4. Tahapan penelitian

3.4.1 Kajian literatur

Kegiatan ini betujuan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi dasar

mengenai kondisi umum (mencakup fisik, biotik dan sosial budaya masyarakat), data

mengenai spesies tumbuhan berguna yang ada di lokasi penelitian guna verifikasi

(cek silang) berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Pengumpulan data ini

dilakukan melalui dua tahap yakni sebelum dan sesudah penelitian di lapangan.

3.4.2 Survey lapangan

3.4.2.1 Penentuan responden

Penentuan responden sebagai perwakilan contoh ditentukan secara terpilih

(metode purposive sampling). Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak

25 responden. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan responden adalah

mereka yang diduga memiliki pengetahuan banyak tentang pemanfaatan tumbuhan

berguna dalam kehidupan yang meliputi dukun, tokoh masyarakat/tetua adat, ibu

rumah tangga, dan anggota masyarakat lainnya.

Page 27: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

11

3.4.2.2 Wawancara

Dalam tahapan wawancara yang ditanyakan adalah spesies tumbuhan yang

dimanfaatkan berdasarkan kegunaannya sebagai tumbuhan penghasil pangan, obat,

pakan ternak, bahan bangunan, kayu bakar, tali anyaman dan kerajinan, aromatik,

racun, pewarna, hias, upacara adat, dan spesies tumbuhan untuk kegunaan lainnya. Di

samping ditanyakan juga mengenai cara pengolahan, cara pemakaian, hingga cara

budidaya dan tingkat kegunaan spesies tumbuhan yang dimanfaatkan tersebut.

Wawancara dilakukan secara semi terstruktur dengan menggunakan kuisioner,

dengan pendalaman pertanyaan sesuai keperluan. Di samping wawancara ini

sekaligus dilakukan verifikasi dari hasil wawancara tersebut yang berupa sampel-

sampel tumbuhan untuk didokumentasikan.

3.4.2.3 Pembuatan herbarium

Pengambilan sampel/contoh herbarium ditujukan untuk pengkoleksian

spesimen tumbuhan yang terdiri dari bagian-bagian tumbuhan (ranting lengkap

dengan daun, serta bunga dan buahnya jka ada) serta untuk penentuan nama

ilmiahnya. Contoh herbarium dibuat dengan cara kering. Adapun tahapan dalam

pembuatan herbarium ini adalah :

1. Mengambil contoh herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan

daunnya, serta bunga dan buah jika ada dengan menggunakan gunting

daun, dipotong dengan panjang ± 40 cm.

2. Contoh herbarium yang telah diambil tersebut dimasukkan ke dalam

kertas Koran dengan memberikan etiket yang berukuran (3x5) cm. Etiket

berisi keterangan tentang nomor spesies, nama lokal, lokasi pengumpulan,

dan nama pengumpul/kolektor.

3. Penyusunan herbarium pada sasak yang terbuat dari bambu dan disemprot

dengan alkohol 70%, dan kemudian dijemur pada panas matahari.

4. Herbarium yang sudah kering, disimpan untuk diidentifikasi selanjutnya

di Laboratorium Konservasi Tumbuhan, Fakultas Kehutanan IPB atau

Herbarium Bogoriense, LIPI Bogor.

Page 28: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

12

Pembuatan herbarium ini tidak dilakukan pada semua spesies yang

ditemukan tetapi hanya dikhususkan untuk spesies yang belum diketahui jenis dan

familinya pada saat melakukan pengamatan serta identifikasi di lapangan.

3.4.3 Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data primer maupun sekunder dilakukan dengan cara manual

maupun komputerisasi guna menyajikan data tentang: nama spesies, family, habitus,

bagian tumbuhan berguna yang digunakan, manfaat/kegunaan, data atau informasi

lainnya tentang tumbuhan berguna, hasil identifikasi spesies tumbuhan berguna

disusun berdasarkan famili dan spesies. Setiap spesies dianalisis mengenai potensi,

bentuk hidup dan manfaatnya serta bagian yang digunakan.

3.4.3.1. Pengklasifikasian kelompok kegunaan

Tumbuhan memiliki berbagai kegunaan. Agar mempermudah dalam

penyajian, dilakukan pengelompokkan berdasarkan kegunaan masing-masing spesies

tumbuhan (Waluyo 1987, Waluyo et al 1992) diacu dalam (Waluyo 1992) sebagai

berikut :

1. Tumbuhan penghasil pangan

2. Tumbuhan obat

3. Tumbuhan penghasil pakan ternak

4. Tumbuhan penghasil bahan bangunan

5. Tumbuhan penghasil kayu bakar

6. Tumbuhan penghasil bahan tali, anyaman dan kerajinan

7. Tumbuhan penghasil racun

8. Tumbuhan aromatik

9. Tumbuhan penghasil bahan pewarna dan tannin

10. Tumbuhan hias

11. Tumbuhan untuk upacara adat

12. Tumbuhan untuk kegunaan lain

Page 29: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

13

3.4.3.2 Persentase bagian dan habitus tumbuhan yang digunakan

Dari tumbuhan berguna yang ditemukan, dibuat persentase untuk setiap

bagian dari tumbuhan yang ditemukuan dan dimanfaatkan oleh masyarakat dan

dihitung persentase keanekaragaman tingkat habitusnya. Penentuan persentase

tersebut dibuat seperti berikut:

Persentase habitus tertentu yang digunakan

Persentase bagian tertentu yang digunakan x 100%

3.4.3.3 Tingkat kegunaan tumbuhan

Tingkat kegunaan tumbuhan merupakan analisis sederhana dimana tingkat

kegunaan suatu tumbuhan dihitung berdasarkan pada berapa jumlah kegunaan yang

diperoleh dari suatu spesies tumbuhan.

3.4.3.5 Telaah praktek konservasi masyarakat

Telaah aksi konservasi pada masyarakat mengacu kepada praktek-praktek

konservasi yang secara turun-temurun telah diwariskan dan dijalankan yang bertolak

dari 3 kelompok stimulus amar (alamiah, manfaat dan religius) yang mendorong

sikap dan perilaku konservasi tertentu (Amzu 2007). Adapun ketiga stimulus tersebut

antara lain:

� Stimulus alamiah, yang berkaitan dengan kelangkaan, karakteristik populasi

dan regenerasi dari spesies tertentu yang dimanfaatkan oleh masyarakat.

� Stimulus manfaat, yang berkaitan dengan manfaat ekonomi, obat ataupun

manfaat lain dari spesies tertentu.

� Stimulus religius, yang berkaitan dengan nilai-nilai kerelaan berkorban,

spritual, etika dan norma-norma.

Page 30: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

14

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak dan Luas

Desa Dirun dengan luas 15,40 km2 terletak di Kecamatan Lamaknen dalam

wilayah administrasi Pemerintah Daerah Kabupaten Belu dengan luas wilayah adalah

21.431 ha yang terdiri dari dataran 940 ha, lereng/bukit 19.419,5 ha dan pemukiman

1.071,5 ha. Dengan demikian diketahui Kecamatan Lamaknen sebagian besar

lereng/perbukitan 90,5%, dataran 4,5% dan pemukiman 5%. Adapun batas-batasnya

sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Raihat

Sebelah Selatan : Negara Timor Leste

Sebelah Timur : Negara Timor Leste

Sebelah Barat : Kecamatan Lasiolat dan Tasifeto Timur.

4.2 Topografi dan Iklim

Topografi Desa Dirun dan Kecamatan Lamaknen pada umumnya didominasi

oleh pegunungan, perbukitan, bergelombang dengan variasi lereng-lereng yang curam

dengan kemiringan 8-40% dan melengkung membentuk lembah serta lahan yang

datar sangat jarang dijumpai seperti terlihat pada Gambar 2 dengan ketinggian 600-

800 mdpl. Sementara itu, berdasarkan pembagian tipe iklim Schmidt & Ferguson

(Orneling 1955) pulau Timor pada umumnya yang termasuk pula Kecamatan

Lamaknen di dalamnya adalah termasuk tipe iklim E & F. Iklim ini dipengaruhi oleh

iklim Australia yang ditandai oleh kekeringan yang terjadi hampir sepanjang tahun.

Adapun lamanya musim kemarau adalah 7-9 bulan, musim hujan hanya selama 3-5

bulan. Pada tipe iklim ini, seperti di wilayah Kecamatan Lamaknen dapat ditemukan

adanya padang savana Fulan Fehan yang berada dalam kawasan hutan Lindung

Kelompok Gunung Lakaan seperti terlihat pada Gambar 2.

Air merupakan salah satu faktor utama yang menentukan keberhasilan

budidaya pertanian. Sebagian besar wilayah ini adalah lahan kering, oleh karenanya

Page 31: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

15

sangat membutuhkan curah hujan yang memadai baik intensitas maupun

distribusinya selama setahun. Bagi daerah perbukitan/lereng tingginya curah hujan

dalam suatu waktu tertentu bisa berakibat erosi maupun tanah longsor. Sebaliknya

curah hujan yang kurang dari 3 bulan atau tidak menentu akan mengakibatkan gagal

panen jagung, padi ladang, kacang-kacangan dan umbi-umbian.

Gambar 2 Desa Dirun dan padang savana Fulan Fehan

4.3 Geologi dan tanah

Dalam peta Geologi NTT yang bersumber pada “Geological survey

Washingfton D.C 1985”, kawasan Kecamatan Lamaknen didentifisir ke dalam

formasi batuan Bobonaro, namun berdasarkan hasil survey geologi Indonesia dan

data-data lapangan oleh Morton (1975), kawasan tersebut dan daerah sekitarnya

diindikasikan sebagai tanah Napal tercampur batuan pasir dan lumpur, yang proses

kejadiannya diperkirakan sejak zaman Miosin Atas hingga kini (sejak 30 tahun

hingga sekarang). Menurut peta tanah bagan yang bersumber pada lembaga penelitian

tanah bogor (LPT Bogor), maka jenis tanah yang terdapat di wilayah Kecamatan

Lamaknen adalah jenis tanah litosol. Warna tanah bervariasi antara coklat gelap (dark

brown) dan coklat sangat gelap (very dark brown) hingga hitam. Tingkat keasaman

tanah (ph) di dalam kawasan yang berkisar antara 6-7 (normal).

Page 32: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

16

4.4 Hidrologi

Menurut hasil pengamatan lapangan yang dilakukan oleh panitia penyusunan

revisi umum Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) ibukota Kecamatan Lamaknen

Kabupaten Belu tahun 2003-2013 ternyata di Wilayah Kecamatan Lamaknen terdapat

beberapa mata air yang diantaranya berdebit kurang dari 1 liter/detik dan beberapa

keluarga secara pribadi memasang pipa untuk mengalirkan air dari sumber air yang

ada.

Sementara itu, sumur-sumur galian tidak ditemukan karena hingga sekarang,

kebutuhan air bersih masih dipenuhi dari sumber air yang ada. Salah satu contohnya

adalah pada masyarakat kampung Berloo yang mengalirkan air untuk memenuhi

kebutuhannya dari sumber air yang berada di kaki bukit Fatumutin (Gambar 3).

Gambar 3 Sumber Air Fatumutin

4.5 Kondisi Flora dan Fauna

Keanekaragaman spesies-spesies flora maupun fauna yang ditemukan di Desa

Dirun merupakan suatu bentuk adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya yang

kering dan khas.

4.5.1 Flora

Konsekuensi dari iklim kering menyebabkan terciptanya flora maupun

vegetasi yang khas pula. Jenis-jenis tumbuhan yang menata flora Timor telah

Page 33: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

17

menelusuri suatu rangkaian seleksi alam yang keras sepanjang jalur evolusinya. Tidak

banyak jenis yang ada di kawasan ini yang bersifat evergreen atau hijau sepanjang

tahun. Adapun vegetasi yang dapat dijumpai adalah ampupu (Eucalyptus urophylla ),

pohon putih (Eucalyptus alba, ) cemara gunung (Casuarina junghuniana), bambu

(Bambusa spp.), gewang (Corypha sp.), kesambi (Schleichera oleosa) serta jenis

lainnya dari family Fabaceae. Di samping itu terdapat pula tumbuhan yang

menghambat pertumbuhan tumbuhan lain seperti u lakar (Boerhavia erecta), siol

(Lantana camara) dan an in (Vetiveria zizanioides).

4.5.2 Fauna

Satwa-satwa liar yang dapat dijumpai di Desa Dirun adalah satwa-satwa yang

berasal dari dalam kawasan Hutan Lindung Ekosistem Gunung Lakaan seperti babi

hutan (Sus vittatus), kera (Macaca irus), kakatua (Cacatua galarita), ayam hutan

(Callus galius varius) dan rusa (Cervus timorensis).

4.6. Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

Masyarakat yang mendiami Desa Dirun memiliki hubungan yang sangat erat.

Hal ini disebabkan karena adanya perkawinan antar kerabat yang telah terwariskan

secara turun-temurun. Di Desa Dirun terdapat ± 20 suku yang mendiami 9 dusun

yang ada di desa tersebut yang berjumlah 674 KK. Sedangkan pada dusun yang

berada di pusat kecamatan telah banyak para pendatang yang bekerja sebagai tenaga

pendidik, perawat ataupun tenaga jasa lainnya juga adanya para pengungsi Timor

Leste yang telah menetap di Desa Dirun tersebut.

4.6.1. Bahasa

Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi antar suku adalah bahasa Bunaq

Kata “Bunaq” tidak mempunyai arti khusus, melainkan kata yang dipakai oleh suku

bangsa Bunaq sendiri, untuk menyebut suku bangsa Bunaq dan bahasa Bunaq. Suku

Bunaq ini merupakan salah satu suku dari 3 suku besar yang mendiami wilayah

Kabupaten Belu. Bahasa Bunaq ini memilki keunikan tersendiri dari vokal-vokalnya.

Page 34: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

18

Dalam bahasa Bunaq ditemukan arti dari setiap huruf vokal yang terdiri dari huruf-

huruf A, I, U, E, O. Huruf A mempunyai arti makan. Huruf vokal I berarti kita dan

arti kedua atau arti lain dari vokal I adalah menggigit. Huruf vokal U berarti rumput

atau arti lain hidup. Huruf vokal E berarti garam. Vokal O artinya udang. Gabungan

huruf dua huruf vokal juga mempunya arti tersendiri. Misalnya AI artinya tanta. AU

artinya bambu. AE artinya memberi makan kepada. AO artinya memanah. IA artinya

memakan Anda. IU artinya berulat. IE artinya milikmu. IO artinya kotoranmu atau

tahimu. UA artinya jejakmu. UI artinya ulat. UE artinya memukul. EA artinya

memberi makan kepadamu. EI artinya mereka. OE artinya rotan.

4.6.2 Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat Desa dirun pada umumnya adalah bertani.

Hanya sebagian kecil saja yang memiliki mata pencaharian sebagai swasta atau

pegawai negri. Hal ini disebabkan karena kegiatan berladang merupakan kegiatan

utama untuk memenuhi kebutuhan mereka dan sudah menjadi budaya yang sulit

ditinggalkan. Sesuai dengan keadaan ekosistemnya maka di Desa Dirun komoditas

yang cocok adalah padi yang hanya terpusat di pusat kecamatan dan palawija serta

tanaman pangan di seluruh wilayah Desa Dirun seperti jagung, ubi kayu, bawang

merah dan bawang putih yang bernilai ekonomi tinggi dan sebagai sumber

pendapatan utama. Meskipun di Desa Dirun cocok untuk budidaya lorong, terasering

dengan pengembangan tanaman perkebunan (kopi, kemiri), kehutanan (jati, mahoni),

tanaman umbi-umbian dan tanaman obat-obatan yang bisa hidup di bawah pepohonan

yang menjadi makanan alternatif masyarakat bila terjadi musim paceklik di lahan

sawah maupun di lahan kering boleh dikatakan belum beraturan. Hal ini ada berkaitan

dengan tingkat kebutuhan petani yang didasarkan pada kebutuhan mendesak atau

tidaknya. Di samping itu diakibatkan oleh kebiasaan peternak yang membiarkan

ternaknya berkeliaran ketika selesai panen. Hal lain ialah petani kurang sadar akan

pentingnya penerapan pola tanam karena para petani selalu merasa puas dengan hasil

yang ada kendati kenyataan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga (Paso

2003).

Page 35: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

19

4.6.3 Pendidikan

Masyarakat di Desa Dirun dilihat dari tingkat pendidikannya telah banyak

yang bersekolah atau menikmati pendidikan dikarenakan telah adanya kesadaran akan

pentingnya pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya anggota masyarakat yang

telah menyekolahkan anak-anaknya hingga jenjang perguruan tinggi. Meskipun

demikian, pada umumnya masyarakat di Desa Dirun hanya berpendidikan SD atau

bahkan tidak pernah menikmati bangku pendidikan sama sekali. Fenomena inilah

yang secara teoritis menggambarkan adanya korelasi positif dengan peluang kerja.

Sehubungan dengan itulah maka di Desa Dirun dijumpai pada umumnya masyarakat

bermatapencaharian sebagai petani.

4.6.4 Sejarah

Nama Bunaq sebagai nama asli dari suku bangsa ini baru saja diperkenalkan

dan dilasimkan oleh bekas Raja Lamaknen A.A.Bere Tallo, sejak tahun 1950-an.

Bahasa Bunaq dipakai oleh Suku Bangsa Bunaq, yang mendiami bekas swapraja

Lamaknen di wilayah Timor Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Banyak orang

Bunaq yang juga mendiami wilayah-wilayah yang berbahasa Tetum seperti Kedesaan

Aitoun, Litamali, Kamanasa, Suai, Kletek, Sukabinawa dan Babulu. Di samping itu

suku bangsa Bunaq mendiami wilayah yang luas pula di Timor-Timur yakni Wilayah

Daerah Tingkat II Bobonaro (bekas keliuraian Lolotoi, Lakus, Bobonaru, Aiasa,

Memu, Maliana dan Hoololo). Di samping itu terdapat pula di Kecamatan Fatululi

dalam wilayah Kabupaten Kobalima. Baik orang-orang Bunaq di Timor-Timur

maupun Belu mempunyai leluhur yang sama dan hubungan darah langsung yaitu

semuanya berasal dari Timor-Timur. Suku Bunaq adalah satu suku bangsa yang

mendiami pegunungan Lamaknen dan sekitar jajaran bukit Lakus dan Nabilwa. Ia

mempunyai banyak perbedaannya dengan suku Bangsa Belu yang berbatasan

dengannya, dalam hal bahasa dan kebudayaannya. Mereka ini juga merupakan salah

satu dari suku-suku bangsa yang tua yang lebih dahulu mendiami Pulau Timor.

Masyarakat Bunaq tidak termasuk di dalam kelompok bangsa-bangsa Melayu, karena

Page 36: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

20

tempurung tengkorak kepalanya yang lebih besar dan memperlihatkan segala ciri-ciri

dari bangsa Irian (Friedberg 1990).

4.6.5 Sistem Religi dan ritualnya

Pada masa sekarang dapat dikatakan , 100 % suku bangsa Bunaq di Lamaknen

pada umumnya telah memeluk agama Katholik. Namun demikian , para pemeluk

agama Katholik ini pada hakekatnya belum melepaskan konsep-konsep dan adat

istiadat keagamaan yang berasal dari religi asli tersebut. Unsur penting dalam religi

asli itu adalah adanya kepercayaan bahwa ada satu keadaan yang Tertinggi, disebut

“Hot” atau “Hot Esen”. Dalam syair mitologis Hot Esen disebut “ Masaq Giral

Kereq, Boal Gepal Uen” yang artinya Yang Agung bermata tunggal dan bertelinga

tunggal yang berarti pula Yang Agung Maha Sempurna.

Kepercayaan yang lain ialah menurut syair itu adalah

Hot Esen berdiam di Esen Hitu, As Hitu (pada tujuh ketinggian). Kegelapan meliputi

seluruh alam raya. Untuk menghalau kegelapan, Hot menciptakan bintang, bulan dan

matahari. Ternyata di bawah Esen Hitu, As Hitu, hanya ada air tidak terbatas. Hot

menjatuhkan satu gumpalan tanah, ternyata hanya menjadi air. Dijatuhkan lagi

gumpalan 3 buah namun hanya kelihatan binatang bergerak dalam air. Dijatuhkan

lagi 5 gumpalan sehingga terpisahlah daratan dengan air, tetapi tanah hanya dalam

keadaan rata, tidak bergunung dan berbukit, dan hanya penuh ditumbuhi rumput

“tese” dan “sibil”. Dijatuhkan lagi 7 gumpalan, bermunculanlah pegunungan dan

pebukitan, tetapi masih bergoyangan di atas air. Dengan menurunkan pohon “ge”,

mantaplah tanah daratan ciptaan itu. Untuk menggilas rumput “tese” dan “sibil”

diturunkan kambing, babi, kerbau maka tergilaslah rerumputan itu. Diturunkan lagi

kera untuk menghuni hutan, serta burung gagak dan burung “koak” untuk memberi

tanda tibanya siang dan malam. Bumi disebut ligi hitu nual hitu yang berarti tujuh

yang dibawah. Kemudian ternyata bintang, bulan dan matahari melahirkan manusia.

Inilah sebabnya manusia disebut “Hot Gol”-“Hul Gol” yang berarti anak matahari

dan bulan. Di samping itu bintang-bintang melahirkan pula roh-roh jahat pembawa

malapetaka bagi manusia dan roh baik membawa kemakmuran, keberanian,

Page 37: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

21

kepandaian bagi manusia. Manusia ini berdiam di Esen Hitu, As Hitu akan tetapi

sejak kecil nakal, suka berkelahi, sesudah dewasa, juga mulai mencuri, merusakkan

barang milik orang, lalu Hot memerintahkan mereka itu, untuk mendiami bumi.

Sehubungan dengan itu, religi yang dilakukan pada saat membangun rumah

suku baru atau rumah adat ditujukan untuk memulihkan kembali keseimbangan

antara para anggota suku yang membuat rumah dengan kayu, rumputan. Berdasarkan

pemikiran masyarakat Bunaq, bahwa kayu dan bahan lainnya yang digunakan adalah

sesama makhluk yang sama dan sederajat dengan manusia, sehingga harus diadakan

perdamaian kembali dengan mereka.

Sementara itu, terdapat ritual mengenai bahan makanan yakni kayu cendana

dan lilin (lebah). Hal ini berdasarkan syair mitologis, bahwa bahan makanan, kayu

cendana dan lebah adalah hasil penjelmaan seorang putera dan puteri bernama Dasi

Bau Maliq dan Dasi Bui Maliq. Dasi Bui Maliq menjadi lebah dan Dasi Bau Maliq

menjelma menjadi bahan makanan dan kayu cendana. Kemudian, darah dagingnya

menjelma menjadi padi-padian, giginya menjadi jagung, lidahnya menjadi tebu, biji

matanya menjadi kacang-kacangan, perutnya menjadi labu, pantatnya menjadi ubi.

Berdasarkan kepercayaan itu, maka ada berbagai upacara yang dilakukan yang

berkaitan dengan bahan makanan yang ditujukan untuk menghindarkan bencana

alam, pemusnah makanan, melancarkan curah hujan, menambah kesuburan tanah

serta memberikan hasil panen yang berlimpah (Mali 2009).

4.6.6 Nama panggilan anak secara adat

Dalam kehidupan masyarakat suku Bunaq, setiap anak memiliki panggilan

secara adat. Adapun panggilan untuk anak laki-laki maka panggilan apa’ untuk

memanggil anak sulung, pou untuk anak kedua, uju untuk anak ketiga dan uka untuk

anak bungsu. Apabila anak laki-laki berjumlah lebih dari empat orang maka anak

kelima disebut sebagai anak sulung dengan panggilan apa’ dan seterusnya. Panggilan

untuk anak perempuan sama halnya panggilan adat yang diberikan kepada anak laki-

laki hanya berbeda pada panggilan yang diberikan bagi anak sulung yakni pada anak

perempuan diberi nama aiba.

Page 38: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

22

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Potensi Keanekaragaman Spesies Tumbuhan

Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara yang dilakukan dengan

masyarakat suku Bunaq di Desa Dirun diperoleh bahwa dalam kehidupannya mereka

memanfaatkan sebanyak 257 spesies tumbuhan dari 71 famili seperti yang tersaji

pada Lampiran 1. Perolehan data ini menunjukkan bahwa dalam kesehariannya,

masyarakat suku Bunaq memiliki interaksi yang sangat dekat dengan tumbuhan-

tumbuhan di sekitarnya dan memiliki potensi sebagai tumbuhan berguna untuk

menunjang kehidupan mereka.

Berikut ini dikemukakan klasifikasi keanekaragaman tumbuhan berguna

berdasarkan (1) Jumlah spesies dan famili tumbuhan berguna, (2) Keanekaragaman

spesies tumbuhan berdasarkan habitusnya, (3) Bagian tumbuhan yang digunakan, (4)

Persentase asal tumbuhan, dan (5) Keanekaragaman manfaat tumbuhan berguna.

5.1.1. Jumlah spesies dan famili tumbuhan berguna

Keanekaragaman spesies dan famili yang digunakan sebagai tumbuhan

berguna dalam kehidupan masyarakat suku Bunaq di Desa Dirun adalah sebanyak

257 spesies dari 71 famili. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan adapun

famili dengan spesies tumbuhan terbanyak adalah Fabaceae yang ditemukan

sebanyak 25 spesies, diikuti Poaceae sebanyak 17 spesies dan Euphorbiaceae

sebanyak 19 spesies. Pada Gambar 4 hanya terdapat 17 famili yang memiliki jumlah

spesies lebih besar sama dengan tiga sedangkan daftar famili dengan jumlah spesies

lebih besar sama dengan dua dan daftar selengkapnya secara keseluruhan dapat

dilihat pada Lampiran 1.

Page 39: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

23

Gambar 4 Hubungan antara jumlah spesies dan famili yang ditemukan

Famili Fabaceae merupakan famili yang memiliki spesies terbanyak yang

ditemukan sebagai tumbuhan berguna pada kehidupan masyarakat di Desa Dirun.

Menurut Anonim (2006) Fabaceae adalah nama botani untuk sebuah famili tumbuhan

yang besar. Spesies-spesies anggota Fabaceae kebanyakan berupa kacang-kacangan

yang merupakan sumber makanan yang paling bernilai, contohnya kacang tanah.

Spesies lain yang merupakan sumber pakan ternak termasuk Cassia, lamtorogung dan

kacang-kacangan pada umumnya yang merupakan sumber protein utama dari

Nitrogen yang dihasilkan dari simbiosis pada akar spesies tumbuhan dari family

Fabaceae ini. Sementara itu, genus seperti Laburnum, Robinia, Gleditsia, Acacia,

Mimosa, dan Delonix merupakan tanaman hias. Spesies-spesies yang lain mempunyai

sifat pengobatan atau insektisida atau menghasilkan bahan-bahan yang penting seperti

gam arab, tanin, pewarna atau damar. Terdapat juga tanaman khusus, satu spesies

Asia timur yang pernah ditanam di bagian tenggara Amerika serikat untuk perbaikan

tanah dan sebagai makanan lembu. Penanaman spesies ini telah dihentikan karena

tanaman ini telah menjadi gulma yang tumbuh dimana-mana.

Page 40: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

24

5.1.2. Keanekaragaman spesies tumbuhan berdasarkan habitusnya

Tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat jika ditinjau dari habitusnya sangat

beragam sehingga dikelompokkan spesies-spesies tumbuhan berguna yang ditemukan

berdasarkan tingkat habitusnya masing-masing seperti yang terekapitulasi pada Tabel

1 di bawah ini.

Tabel 1 Persentase jumlah spesies yang digunakan masyarakat berdasarkan habitus

No Nama Habitus Jumlah Spesies Berdasarkan

Habitusnya

Presentase (%)

1 Herba 97 37,6

2 Perdu 18 6,98

3 Semak 33 12,8

4 Pohon 99 38,37

5 Liana 8 3,48

6 Epifit 2 0,77

Jumlah 257 100

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa spesies terbanyak yang dimanfaatkan

masyarakat adalah yang berhabitus pohon. Hal ini dikarenakan di daerah ini yang

terletak pada ketinggian 600-800 mdpl merupakan salah satu hutan musim dataran

rendah yang memiliki struktur satu lapis saja dengan tinggi pohon jarang melebihi 25

meter, berdahan rendah, jarang berbatang silindris dan menjulang serta komposisi

jenisnya adalah campuran tetapi miskin jenis dan sering dominan setempat. Pohon

mempunyai nilai yang paling tinggi karena pada jenis hutan dataran rendah yang

mendominasi adalah tingkat pohon. Di samping itu, daya tahan hidup pohon lebih

lama dibandingkan dengan habitus lainnya sehingga pemanfaatanya bisa lebih

berkelanjutan. Di samping habitus pohon, terdapat spesies-spesies berhabitus herba

yang juga banyak dimanfaatkan masyarakat. Hal ini dikarenakan spesies-spesies

tumbuhan dari habitus ini merupakan tumbuh-tumbuhan yang sering dijumpai dan

banyak terdapat di sekitar lingkungan masyarakat dan pada umumnya adalah tanaman

hasil budidaya seperti bahan pangan, obat dan untuk kegunaan lainnya.

Page 41: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

25

5.1.3 Bagian tumbuhan yang digunakan

Spesies-spesies yang digunakan oleh masyarakat Bunaq biasanya lebih dari

satu bagian pada tumbuhan tersebut yang dimanfaatkan mereka. Dari total spesies

yang diperoleh dapat dilihat adanya perbandingan bagian tumbuhan yang digunakan.

Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan oleh masyarakat

dalam potensinya untuk berbagai kegunaan. Hal ini bagi masyarakat Bunaq

merupakan suatu pengetahuan atau pewarisan pengetahuan secara turun-temurun dari

leluhur dan sebagai contohnya adalah penggunaan daun bagi manusia didasarkan

pada penggunaannya sebagai pakan ternak atau pun pengobatan ternak. Masyarakat

dapat menilai kegunaan tumbuhan tersebut berdasarkan efek pemberian tumbuhan

tersebut bagi ternak. Di samping itu, pengambilan bagian tumbuhan seperti daun

merupakan salah satu upaya konservasi karena tidak menimbulkan pengaruh yang

besar terhadap pertumbuhan suatu spesies tumbuhan dibandingkan dengan bagian

batang atau pun akar dari tumbuhan tertentu tersebut. Hal ini dikarenakan daun

memiliki regenerasi yang tinggi untuk kembali bertunas dan tidak memberi pengaruh

yang besar terhadap pertumbuhan suatu tanaman meskipun daun merupakan organ

utama produsen fotosintesis.

Gambar 5 Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan

Page 42: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

26

5.1.4 Persentase asal tumbuhan

Dilihat dari asalnya tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat

dikelompokkan menjadi dua yakni yang berasal dari hasil budidaya dan tumbuhan

liar yang persentasenya seperti tersaji pada Gambar 6.

Gambar 6 Persentase asal tumbuhan

Berdasarkan persentase asal tumbuhan seperti pada Gambar 6 terlihat bahwa

spesies tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah

tumbuhan yang hidup liar. Dalam hal ini tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tidak

ditanam atau tanpa campur tangan manusia karena keberadaannya melimpah dan

tumbuh liar di sekitar lingkungan masyarakat baik di hutan ataupun yang tumbuh di

pinggir-pinggir jalan. Di samping itu, masyarakat berpandangan bahwa pada dasarnya

alam telah menyediakan segala sesuatu untuk kehidupan manusia. Pemanfaatan

tumbuhan yang dilakukan manusia merupakan salah satu wujud keikutsertaan

manusia dalam menjaga keseimbangan dan keharmonisan dengan alam sekitarnya.

Adapun jumlah tumbuhan yang ditemukan di pinggir-pinggir jalan adalah sebanyak 4

Page 43: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

27

spesies dengan presentase 2 % dan tumbuh di hutan sebanyak 178 dengan

presentasenya adalah 98 % dari total 182 spesies yang tumbuh liar.

Pada dasarnya budidaya yang dilakukan dengan alasan tumbuhan-tumbuhan

tersebut merupakan tumbuhan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-

sehari seperti bahan pangan atau jenis kegunaan lainnya yang tidak dijumpai pada

ekosistem liar di sekitarnya serta bukan merupakan spesies asli daerah setempat.

Spesies-spesies yang dibudidayakan dikelompokkan menjadi dua yakni yang ditanam

di sekitar pekarangan rumah yang mana ditemukan sebanyak 36 spesies dengan

dengan presentase 53 % dan yang ditanam di kebun sebanyak 40 spesies dengan

presentasenya adalah 47 % dari total 76 spesies yang dibudidayakan.

5.1.5 Keanekaragaman manfaat tumbuhan berguna

Tumbuhan memiliki berbagai macam manfaat dan kegunaan sehingga

spesies-spesies yang ditemukan dalam kehidupan masyarakat suku Bunaq

dikelompokkan ke dalam 12 kelompok kegunaan. Adapun jumlah spesies tumbuhan

berdasarkan kegunaannya dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 7 Kelompok kegunaan pada masyarakat Bunaq

Page 44: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

28

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa spesies tumbuhan berguna yang paling

banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah tumbuhan obat, pangan, pakan ternak

dan lain sebagainya yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Apabila dibandingkan

dengan penelitian serupa yang dilakukan pada masyarakat Dawan di Pulau Timor

(Waluyo 1992) dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Kedua suku ini sama-sama

berada di daratan Pulau Timor yang mana suku Bunaq terletak di ujung Pulau Timor

bagian barat yang sering dikenal dengan sebutan Timor Barat sedangkan suku Dawan

berada di tengah dari arah utara Pulau Timor yang dikenal dengan Timor Tengah

Utara.

Tabel 2 Perbandingan antara etnobotani suku Bunaq dan Dawan

Kategori pemanfaatan spesies

No Etnobotani Suku/masyarakat

Pangan Sandang Papan Obat Adat Tali temali, anyaman dan

kerajinan

Sumber

1 Dawan 16 2 7 12 4 10 Waluyo, 1992

2 Bunaq 41 1 32 69 6 20 Penelitian ini (2009)

Berdasarkan Tabel 2 di atas diperoleh bahwa spesies tumbuhan yang

dimanfaatkan oleh masyarakat Bunaq lebih banyak dibandingkan dengan spesies

yang digunakan oleh suku Dawan. Meskipun demikian, terdapat kesamaan spesies

yang dimanfaatkan oleh kedua suku tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kelompok

kegunaan penghasil pangan. Banyaknya spesies tumbuhan penghasil pangan yang

ditemukan pada suku Dawan dapat dijumpai semuanya dalam kehidupan suku Bunaq.

Artinya, pengetahuan dari kedua suku ini kurang lebih memiliki kesamaan.

5.1.5.1 Tumbuhan penghasil pangan

Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh 41 spesies tumbuhan yang

dijadikan oleh masyarakat Suku Bunaq sebagai tumbuhan penghasil pangan.

Beberapa tumbuhan yang digunakan sebagai bahan pangan tersebut seperti tersaji

pada Tabel 3.

Page 45: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

29

Tabel 3 Beberapa spesies tumbuhan penghasil pangan yang ada di Desa Dirun

No Nama

Lokal

Nama Ilmiah Famili Bagian Yang

Digunakan

Kegunaan

1 Pao Lelo Phaseolus lunatus Fabaceae Biji Makanan pokok

2 Same' Discorea hispida Discoreaceae Umbi Makanan

3 Kontas Canna edulis Cannaceae Umbi Makanan pokok

4 Balo Colocasia esculenta Araceae Umbi Makanan pokok

5 Paol Zea mays Poaceae Biji Makanan pokok

6 Diq Kaka giri

Dioscorea esculenta Discoreaceae Umbi Makanan pokok

7 Molo Piper amboinensis Piperaceae Buah Upacara adat

8 Pu Arecha catechu Arecaceae Buah Upacara adat

9 Diq Hotel Manihot esculenta Euphorbiaceae Umbi dan daun

Makanan pokok

10 Sekal Ipomea batatas Convolvulaceae Umbi Makanan pokok

Masyarakat Bunaq mengenal berbagai spesies tumbuhan bahan pangan baik

yang liar maupun yang telah lama dibudidayakan. Ada pun spesies penghasil

karbohidratnya sehari-sehari yang terutama adalah paol/jagung (Zea mays). Spesies

tumbuhan ini dikenalkan pertama kali oleh bangsa Portugis ketika mengadakan

perjalanan mencari rempah-rempah (Waluyo 1992) pada abad XVIII. Selain jagung,

masyarakat juga diperkenalkan dengan ubi jalar (Ipomea batatas), diq hotel (Manihot

esculenta) yang kurang disukai. Hal ini disebabkan karena sebelumnya, masyarakat

telah mengenal dan memanfaatkan same’ (Discorea hispida), diq kaka giri (Discorea

esculenta), rik tali (Discorea bulbifera) dan diq kira pana (Discorea alata) dan me

(Amorphophalus campanulatus). Masuknya spesies tumbuhan dari luar menyebabkan

kurangnya fungsi dari umbi-umbian tersebut sehingga banyak ditemukan tumbuh liar

dan hanya sebagai makanan pengganti ketika terjadi paceklik. Di samping itu, jenis

umbi-umbian lain yang juga dikenal adalah kontas (Canna edulis) pada Gambar 8,

balo (Colocasia esculenta) yang juga ditanam di ladang.

Selain umbi-umbian sebagai pengganti jagung ada pula jenis kacang-

kacangan yang tumbuh liar dan berfungsi sebagai makanan tambahan ketika terjadi

paceklik adalah pao lelo (Phaseolus lunatus) pada Gambar 8. Pengolahannya

Page 46: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

30

membutuhkan waktu yang lama karena mengandung senyawa beracun. Adapun

prosesnya adalah dimasak atau dikenal dengan istilah “Hail” sebanyak sepuluh kali

untuk menghilangkan senyawa beracun yang dikandungnya sehingga aman

dikonsumsi. Pengambilan jenis pao dilakukan pada musim kemarau baik yang telah

lepas dari polongnya ataupun yang belum terlepas dari polongnya.

Gambar 8 Pao lelo (Phaseolus lunatus) dan kontas (Canna edulis)

5.1.5.2 Tumbuhan penghasil pakan ternak

Tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat guna memenuhi kebutuhan

ternak-ternaknya sebanyak 43 spesies seperti terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Beberapa spesies tumbuhan pakan ternak yang ada di Desa Dirun

No Nama

Lokal

Ilmiah Famili Bagian

Yang

Digunakan

Kegunaan

1 Buah Moras Morus alba Moraceae Daun Pakan Ternak

2 Jati Belis Gmelina arborea Verbenaceae Daun Pakan ternak

3 Tese Saccharum spontaneum Poaceae Daun Pakan ternak

4 Lamtoro Leucaena leucocephala Fabaceae Daun Pakan ternak

5 Sibil Phragmites karka Cyperaceae Daun Pakan ternak

6 Kaleq Sesbania grandiflora Fabaceae Daun Pakan ternak

7 Mantalin Cyperus brevifolius Cyperaceae Daun Pakan ternak

8 Su kaqut Cyperus sp Cyperaceae Daun Pakan Ternak

9 An Paral Setaria faberii Poaceae Daun Pakan Ternak

10 Kura sisal Acanthospermum

hispidum Acanthaceae Daun Pakan Ternak

Page 47: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

31

Tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat, sebagai pakan ternak

biasanya diambil di sekitar lingkungannya yang tumbuh liar di sekitar tempat tinggal

mereka seperti tese (Saccharum spontaneum), sibil (Phragmites karka). Meskipun

demikian guna mengatasi ketersediaan pakan ternak seperti kambing, sapi dan kuda

di musim kemarau, masyarakat membudidayakan tumbuhan seperti kaleq (Sesbania

grandiflora) pada Gambar 9 serta lamtorogung (Leucaena leucocephala), jati belis

(Gmelina arborea) di sekitar pekarangan rumah atau pun di kebun mereka. Namun

pada umumnya masyarakat Desa Dirun khususnya kampung Berloo dan Lookun

melepasliarkan ternak (sapi dan kuda) di padang savanna yang berada dalam kawasan

kelompok hutan Lakaan yang hanya dikontrol oleh pemiliknya tiga hari sekali.

Gambar 9 Pemberian pakan ternak dan lokasi penggembalaan liar

5.1.5.3 Tumbuhan obat

Tumbuhan obat merupakan kelompok kegunaan yang paling banyak

ditemukannya jenisnya dari keseluruhan jenis tumbuhan yang ditemukan. Dari hasil

ini dapat dilihat bahwa masyarakat suku Bunaq masih berhubungan erat dengan

tumbuhan dalam mengobati sakit yang dideritanya. Berdasarkan hasil wawancara

yang dilakukan masyarakat pada umumnya mengkonsumsi tumbuhan obat sebagai

pertolongan pertama ketika menderita sakit sebelum dirujuk ke Puskesmas atau

Polindes terdekat. Mereka juga memiliki bahan keringan dari berbagai tumbuhan

yang bermanfaat yang menjadi stok bagi mereka sebagai tanda kewaspadaan terhadap

sakit yang datangnya tak menentu. Spesies-spesies tumbuhan obat yang digunakan

oleh masyarakat biasanya diambil di sekitar pekarangan rumah ataupun di ekosistem

Page 48: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

32

liar di sekitarnya dan spesies-spesies yang sering digunakan oleh masyarakat adalah

seperti pada Tabel 5.

Tabel 5 Beberapa spesies tumbuhan obat yang ada di Desa Dirun

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian

Yang

Digunakan

Kegunaan

1 Up Bule'en Saccharum officinarum Poaceae Akar Mengatasi Muntah darah

2 Mahoni Swietenia machrophylla Meliaceae Biji Obat malaria

3 Hotel guzu Picrasma javanica Simaroubaceae Kulit Obat tumor dan sakit ginjal

4 Nenuq Morinda citrifolia Rubiaceae Kulit Batang

Obat sakit asma

5 Mok luan Musa paradisiaca Musaceae Akar Obat diabetes

6 Taun zon Tephrosia zollingeri Fabaceae Akar Obat kencing Putih dan Darah

7 In Bule'en Zon

Curculigo villosa Liliaceae Umbi Obat Disentri

8 Patal Muq Piper retrofractum Piperaceae Seluruh Bagian

Pembersih darah bagi ibu melahirkan

9 Ukaq Calotropus gigantea Ascleipiadaceae Daun Obat Sakit gigi

10 Delima Punica granatum Punicaceae Kulit Batang

Obat Kembung

Dalam pemanfaatan tumbuhan obat guna mengobati penyakit tertentu

biasanya dibuatkan ramuan dari beberapa spesies tumbuhan yang dikenal dengan

istilah “uer gol dara” oleh masyarakat yang pengetahuannya khusus untuk

pengobatan penyakit tertentu atau dukun pengobatan tradisional (Gambar 10) .

Adapun proses pengolahannya dengan cara direbus serta menggunakan tungku

berbahan bakar kayu api yang digunakan khusus untuk merebus ramuan tersebut.

Artinya tungku dan kayu bakar yang ada tidak boleh dipakai untuk keperluan lain.

Air rebusan biasanya dianjurkan oleh dukun untuk diminum tiga kali sehari. Setelah

tiga hari air rebusan diganti dengan air yang baru serta air yang telah lama diganti

serta tidak boleh ditumpahkan di sembarangan tempat dan tidak boleh dilanggar oleh

manusia ataupun satwa. Hal ini dikarenakan akan mengurangi khasiat dari tumbuhan

obat tersebut dan sebagai ungkapan penghormatan terhadap spesies tumbuhan yang

telah dipakai.

Page 49: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

33

Gambar 10 Maria Ili

Dukun pengobatan tradisional

5.1.5.4 Tumbuhan penghasil bahan bangunan

Tumbuhan penghasil bahan bangunan yang sering digunakan oleh masyarakat

suku Bunaq dalam kehidupannya sehari-hari guna memenuhi kebutuhan akan papan

berdasarkan wawancara dan verifikasi yang dilakukan adalah sebanyak 32 spesies

seperti terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6 Beberapa spesies tumbuhan penghasil bahan bangunan yang ada di Desa

Dirun

No Nama

Lokal

Nama Ilmiah Famili Bagian Yang

Digunakan

Kegunaan

1 Tal Eucalyptus urophylla Myrtaceae Batang Kayu bangunan

2 Pie Eucalyptus alba Myrtaceae Batang Kayu bangunan

3 Hur Casuarina junghuniana Casuarinaceae Batang Kayu bangunan

4 Hoza Cocos nucifera Arecaceae Batang Kayu bangunan

5 Mah Bambusa spp Poacea Batang Kayu bangunan

6 Siba Leboq

Syzygium polyanthum Myrtaceae Batang Kayu bangunan

7 Wauk Garuga floribunda Burseraceae Batang Kayu bangunan

8 Nitu Garuga sp. Burseraceae Batang Kayu bangunan

9 Besak Acacia leucophloea Fabaceae Batang Kayu bangunan

10 Hut Imperata cylindrical Poaceae Daun Atap bangunan

Page 50: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

34

Masyarakat pada umumnya memilih bahan bangunan untuk membuat rumah

tempat tinggal ataupun rumah suku sesuai dengan fungsiya seperti untuk tiang utama

menggunakan bahan kayu yang kuat dan tahan lama yakni tal (Eucalyptus urophylla),

pie (Eucalyptus alba), hur (casuarinas junghuniana), dan siba leboq (Syzygium

polyanthum) serta atapnya dari hut (Imperata cylindrica) pada Gambar 11. Sementara

itu, untuk rumah kebun biasanya beratapkan daun kelapa (Cocos nucifera) dengan

tiang-tiangnya terbuat dari bambu (Bambusa sp.) dan kayu lainnya.

Namun dalam perkembangannya, baik rumah suku maupun tempat tinggal

masyarakat di Desa Dirun sebagian besar telah dibuat permanen dengan beratapkan

seng. Adapun hal yang mendasar dalam pergeseran budaya ini adalah keamanan dari

suatu bangunan tersebut dari terjadinya kebakaran yang disebabkan faktor sengaja

ataupun tidak sengaja karena atapnya yang berasal dari hut (Imperata cylindrica)

yang mudah terbakar.

Gambar 11 Rumah suku dan rumah kebun

5.1.5.5 Tumbuhan penghasil kayu bakar

Dalam keseharian hidup, masyarakat Desa Dirun pada umumnya

menggunakan sumber energi utama yang berasal dari kayu bakar dan ditemukan

sebanyak 10 spesies tumbuhan penghasil kayu bakar. Adapun spesies yang sering

digunakan adalah seperti pada Tabel 7.

Page 51: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

35

Tabel 7 Beberapa spesies tumbuhan penghasil kayu bakar yang ada di Desa Dirun

No Nama

Lokal

Nama Ilmiah Famili Bagian

Yang

Digunakan

Kegunaan

1 Ai Rawan Scleichera oleosa Sapindaceae Batang Kayu Bakar

2 Tomol Cassia timoriana Fabaceae Batang Kayu Bakar

3 Lamtoro Leucaena leucocephala Fabaceae Batang Kayu Bakar

4 Tal Eucalyptus urophylla Myrtaceae Batang Kayu Bakar

5 Pie Eucalyptus alba Myrtaceae Batang Kayu Bakar

6 Hur Casuarina junghuniana Casuarinaceae Batang Kayu Bakar

7 Nor Nigi A Putrajiva roxburghii Sapotaceae Batang Kayu Bakar

8 Nor Nigi B Payena leerii Anacardiaceae Batang Kayu Bakar

9 Mokza Solanum verbascifolium Solanaceae Batang Kayu Bakar

10 Ai turis Myrsine avenis Myrsinaceae Batang Kayu Bakar

Kayu bakar yang digunakan oleh masyarakat adalah berasal dari jenis

tumbuhan yang multifungsi seperti kesambi (Scleichera oleosa), tomol (Cassia

timoriana), lamtoro (Leucaena leucocephala), tal (Eucalyptus urophylla) dan pie

(Eucalyptus alba) yang merupakan penghasil bahan bangunan dan juga pakan. Alasan

pengambilan spesies kayu bakar ini adalah karena memiliki kadar air yang rendah

sehingga relatif mudah dikeringkan. Masyarakat biasanya mengambil kayu bakar di

kawasan hutan lindung dari ranting–ranting yang kering dan terjatuh. Kayu bakar

yang ada di lahan pertanian biasanya tidak dijadikan kayu bakar oleh mereka tetapi

dibiarkan oleh mereka di lahan tersebut hingga musim penggarapan lahan tiba dan

kayu-kayu tersebut nantinya dibakar guna mendapatkan kandungan zat-zat yng

terbentuk dari hasil pembakaran yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman yang

akan ditanam nantinya serta menghambat pertumbuhan gulma yang menganggu

tanaman budidaya mereka. Karena kayu bakar merupakan sumber energi utama bagi

masyarakat di Desa Dirun sehingga untuk mengantisipasi ketersediaan kayu bakar di

musim hujan maka masyarakat melakukan pengambilan kayu secara intensif pada

musim kemarau atau menjelang akhir musim kemarau (Gambar 12).

Page 52: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

36

Gambar 12 Pengambilan kayu bakar

5.1.5.6 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan

Tumbuhan berguna yang berfungsi sebagai penghasil tali, anyaman dan

kerajinan dalam kehidupan masyarakat Bunaq di Desa Dirun adalah sebanyak 20

spesies. Beberapa spesies tumbuhan yang sering digunakan oleh masyarakat untuk

keperluan tersebut adalah seperti tercantum pada Tabel 8.

Tabel 8 Beberapa spesies tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan yang ada

di Desa Dirun

No Nama

Lokal

Nama Ilmiah Famili Bagian

Yang

Digunakan

Kegunaan

1 Heran Pandanus tectorius Arecaceae Daun Anyaman

2 Go' Apa Gossypium sp. Malvaceae Buah Tenunan

3 Mah Bambusa sp. Bambusaceae Batang Kerajinan

4 Hak Corypha gebanga Arecaceae Daun Tali dan anyaman

5 Kersen Muntingia calabura Elaeocarpaceae Kulit Batang

Tali

6 Tali Balanda

Agave cantula Agavaceae Kulit Batang

Tali

7 Mun Tumel

Elaegnus triflora Acanthaceae Batang Tali

8 Tilon Asa Caesalpinia furfurea Fabaceae Batang Tali

9 Kibu guzu Urena lobata sp. Malvaceae Kulit batang Tali

10 Bon Entada phaseoloides Fabaceae Kulit batang Tali

Page 53: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

37

Pada umumnya masyarakat membuat anyaman seperti tikar, wadah makanan,

sirih ketika ada upacara adat pada umumnya yang disebut “Taka,opa”, wadah ketika

memanen hasil seperti toluk dan nawa dengan berbahan dasar heran (Pandanus

tectorius) serta hak (Corypha gebanga) dan juga membuat tenunan dengan berbahan

buluh kapas (Gossypium sp.), yang dikenal dengan istilah “Hutus morok” yang

prosesnya dilakukan secara sederhana (Gambar 13). Masyarakat juga membuat

kerajinan menggunakan bambu seperti gelas bertutup yang dapat dengan mudah

dibawa ketika sedang berpergian yang dikenal dengan istilah “Kuni” (Gambar 13).

Gambar 13 Taka dan opa, toluk dan nawa, hutus morok, kuni.

Membuat kerajinan berupa anyam-anyaman serta tenunan merupakan tugas

pokok atau syarat utama bagi para remaja putri sebelum memasuki jenjang

perkawinan dan dalam tradisinya akan menjadi aib bagi keluarga jika remaja putri

tidak bisa memintal dan menenun kain. Waktu pengerjaannya biasanya dilakukan

ketika waktu luang dan musim hujan di saat tidak banyak membutuhkan tenaga di

ladang atau kebun. Namun seiring dengan perkembangannya, pewarisan pengetahuan

dari budaya ini telah perlahan terkikis dan tidak banyak dijumpai remaja putri dan

Page 54: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

38

ibu-ibu rumah tangga yang bisa membuat anyam-anyaman dan menenun. Hal ini

dapat dilihat selama penelitian yakni kegiatan tersebut hanya dijumpai pada ibu-ibu

rumah tangga yang usianya 40 tahun ke atas.

Sementara itu, masyarakat pada umumnya menggunakan batang tumbuhan

liana untuk keperluan tali temali seperti mun tumel (Elaegnus triflora), tali balanda

(Agave cantula dan tilon asa (Caesalpinia furfurea) seperti terlihat pada Gambar 14.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dahulunya tumbuhan-tumbuhan liana

sangat diperlukan ketika membangun suatu rumah. Namun seiring dengan masuknya

perkembangan dengan munculnya bahan-bahan bangunan seperti paku dan sejenisnya

maka kebutuhan akan tumbuhan-tumbuhan ini pun mulai berkurang fungsinya dan

hanya digunakan sebagai pengikat kayu pada rumah-rumah kebun, dan kandang-

kandang ternak dan pengikat bawaan seperti kayu bakar dan juga pakan yang diambil

dari hutan.

Gambar 14 Liana sebagai pengikat dan tali balanda (Agave cantula)

5.1.5.7 Tumbuhan penghasil racun

Tumbuhan penghasil racun yang sering digunakan oleh masyarakat suku

Bunaq dalam kehidupannya, baik sebagai racun ataupun menyebabkan masyarakat

terkena racun dari tumbuhan itu sendiri adalah sebanyak 7 spesies seperti terdapat

pada Tabel 9.

Page 55: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

39

Tabel 9 Beberapa spesies tumbuhan racun yang ada di Desa Dirun

No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian Yang

Digunakan

Kegunaan

1 Zul Albizia procera Fabaceae Daun Penyebab iritasi

2 E Albizia chinensis Fabaceae Daun Sebagai Racun

3 Mebu zab Girardinia sp. Urticaceae Daun Penyebab iritasi

4 Bako Nicotiana tabacum

Solanaceae Daun Racun Ular

5 Liwas Mucuna sp. Fabaceae Kulit Batang Penyebab iritasi

6 Katal Tetrastiqma lanceolarium Vitaceae Kulit Batang Penyebab iritasi

7 Balo Sai Katoq

Colocassia esculenta Araliaceae Umbi Penyebab iritasi

Tumbuhan racun yang sering dijumpai oleh masyarakat adalah e (Albizia

chinensis) yang menyebabkan kematian ternak ketika daun dari tumbuhan ini

dijadikan pakan dan tumbuhan yang sering digunakan sebagai racun bagi ular berbisa

adalah bako (Nicotiana tabacum) pada Gambar 15. Selain itu dijumpai adanya

tumbuhan yang mengandung racun sehingga menyebabkan iritasi pada kulit adalah

mebu zab (Girardinia sp) pada Gambar 15, liwas (Mucuna sp), dan balo sai katoq

(Colocassia esculenta).

Gambar 15 Bako (Nicotiana tabacum) dan Mebu zab (Girardinia sp.)

5.1.5.8 Tumbuhan aromatik

Spesies tumbuhan aromatik yang pada masyarakat suku Bunaq ditemukan

sebanyak 18 spesies. Beberapa spesies tumbuhan yang sering digunakan masyarakat

Page 56: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

40

sebagai tumbuhan penghasil aromatik adalah seperti pada Tabel 10 dan pada

Lampiran 3.

Tabel 10 Beberapa spesies tumbuhan aromatik yang ada di Desa Dirun

No Nama

Lokal

Nama Ilmiah Famili Bagian

Yang

Digunakan

Kegunaan

1 Huraq Equisetum sp. Equisetaceae Batang Pasta gigi

2 Barut Aquilaria moluccana Euphorbiaceae Buah Minyak rambut

3 U rikit Hydrocotyle

sibthorpiodes

Umbelliferae Daun Shampoo alami

4 In Ma Zingiber officinale Zingiberaceae Umbi Penyedap Rasa

5 Laus Languas galanga Zingiberaceae Umbi Penyedap Rasa

6 Bonak Pandanusa

amaryllifolius

Pandanaceae Daun Penyedap dan pewangi

7 Sirih Piper betle Piperaceae Daun Menghilangkan bau badan

8 Silasih Ocimum basilicum Labiatae Daun Penyedap

9 Kahaq Zon

Ocimum sp. Labiatae Daun Penyedap Rasa

10 Sikon Kaempferia

galanga

Zingiberaceae Umbi Penyedap Rasa

Masyarakat menggunakan tumbuhan dalam kehidupannya untuk berbagai

keperluan. Adapun tumbuhan yang digunakan masyarakat sebagai pasta gigi adalah

huraq (Equisetum sp.) yang merupakan tumbuhan semak dan biasanya tumbuh di

tempat-tempat yang berair. Masyarakat menggunakannya guna memutihkan gigi yang

berwarna merah kecoklatan karena mengkonsumsi sirih dan pinang. Di samping itu,

para ibu-ibu dan remaja putri menggunakan barut (Aquilaria moluccana), dan kelapa

(Cocos nucifera) sebagai minyak rambut dari buahnya yang dibakar serta ditumbuk

hingga halus dan juga menggunakan daun u rikit (Hydrocotyle sibthorpiodes) pada

Gambar 16 yang telah dihancurkan pula daunnya dan biasanya spesies tumbuhan

ditemukan di sepanjang aliran sungai ataupun parit-parit yang dibuat untuk mengairi

kebun. Sementara itu, untuk penyedap rasa makanan masyarakat menggunakan umbi

dari in ma (Zingiber officinale), laus (Languas galanga). Di samping itu, masyarakat

telah membudidayakan jenis tanaman yang dijadikan sebagai parfum yakni nilam

(Pogostemon cablin) (Gambar 16).

Page 57: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

41

Gambar 16 U rikit (Hydrocotyle sibthorpiodes) dan nilam (Pogostemon cablin)

5.1.5.9 Tumbuhan penghasil warna dan tannin

Tumbuhan penghasil warna dan tannin yang ditemukan dalam kehidupan

masyarakat Bunaq adalah sebanyak 6 spesies tumbuhan seperti tersaji pada tabel 11.

Tabel 11 Beberapa spesies tumbuhan penghasil warna dan tannin yang ada di Desa

Dirun

No Nama

Lokal

Nama Ilmiah Famili Bagian

Yang

Digunakan

Kegunaan

1 Taun Zon

Tephrosia zollingeri Fabaceae Daun Pewarna tenunan (Ungu)

2 Taun lotu

Ammannia baccifera Lythraceae Daun Pewarna tenunan (Ungu)

3 Kirun Curcuma longa Zingiberaceae Umbi Pewana makanan (Kuning)

4 Silel Pleomele augustifolia Liliaceae Daun Warna Hijau

5 Nenuq Morinda citrifolia Rubiaceae Akar Warna Kecoklatan

6 Ai Rawan

Scleichera oleosa Sapindaceae Akar Warna Kecoklatan

Zat warna yang digunakan untuk mewarnai tenunan adalah taun zon

(Tephrosia zollingeri) dan taun lotu (Ammannia baccifera) yang menghasilkan warna

ungu, akar nenuq (Morinda citrifolia) dan ai rawan (Scleichera oleosa) menghasilkan

warna kecoklatan. Kebutuhan akan tumbuhan ini mulai berkurang dikarenakan telah

berkurangnya pula masyarakat yang membuat tenunan. Sementara itu, sebagai

pewarna makanan digunakan tumbuhan kirun (Curcuma longa), untuk warna hijau

Page 58: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

42

dan silel (Pleomele angustifolia). Namun, untuk saat ini spesies tumbuhan yang

digunakan sebagi pewarna tenunan tidak lagi dimanfaatkan. Hal ini dikarenakan

sudah sangat jarang masyarakat yang membuat tenunan.

5.1.5.10 Tumbuhan Hias

Tumbuhan hias merupakan tanaman apapun yang mempunyai nilai hias baik

hias bunga dan tajuk, cabang, batang, buah maupun hias aroma dan biasanya

dibudidayakan untuk dinikmati keindahannya. Dalam kehidupan masyarakat suku

Bunaq dijumpai sebanyak 21 spesies tumbuhan yang sering dijadikan sebagai

tanaman hias dan hanya beberapa spesies saja yang merupakan spesies asli di tempat

ini. Adapun spesies-spesies tanaman hias yang sering dibudidayakan oleh masyarakat

seperti yang tercantum pada Tabel 12.

Tabel 12 Beberapa spesies tumbuhan hias yang ada di Desa Dirun

No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian

yang

digunakan

Kegunaan

1 Anggrek hutan Vandopsis gigantea Orchidaceae Bunga Tanaman Hias

2 Mun Gipe Pandorea pandorana Bignoniaceae Bunga Tanaman Hias

3 Si koe Kalanchoe pinnata Crassulaceae Bunga Tanaman Hias

4 Gubug kuning Taraxacum officinale Asteraceae Bunga Tanaman Hias

5 Talas Homalomena occulta Araceae Daun Tanaman Hias

6 Nanas kerang Rhoeo discolor Commelinaceae Daun Tanaman Hias

7 Pacar air Impatiens balsamina Balsaminaceae Bunga Tanaman Hias

8 Bunga pukul empat

Portulaca grandiflora Portulacaceae Bunga Tanaman Hias

9 Bunga ungu Talinum triangulare Portulacaceae Bunga Tanaman Hias

10 Gubuq belis Hemigraphis colorata Acanthaceae Bunga Tanaman Hias

Tumbuhan hias yang digunakan biasanya berfungsi ganda seperti si koe

(Kalanchoe pinnata) (Gambar 17) yang bunganya berfungsi sebagai tumbuhan hias

dan dapat digunakan sebagai obat penurun panas dan diambil dari ekosistem liar di

sekitarnya. Tumbuhan hias lainnya seperti terdapat pada Lampiran 2. Adapun spesies

yang mereka kenal dan gunakan tersebut bukanlah merupakan jenis asli pulau Timor.

Page 59: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

43

Arah dan gejala pergeseran pengetahuan tentang tumbuhan hias ini diperkirakan

karena terbukanya peluang percampuran budaya serta lajunya perkembangan arus

informasi dewasa ini (Waluyo 1989) diacu dalam (Waluyo 1992).

Gambar 17 Si koe (Kalanchoe pinnata)

5.1.5.11 Tumbuhan untuk acara adat

Masyarakat memanfaatkan tumbuhan tidak hanya untuk kepentingan

ekonomis tetapi juga untuk kepentingan spritualnya. Hal ini dapat dilihat dari spesies

yang digunakan oleh masyarakat dalam ritual tertentu. Terdapat 6 spesies tumbuhan

yang sering digunakan oleh masyarakat sebagai tumbuhan untuk keperluan upacara

adat seperti tersaji pada Tabel 13.

Tabel 13 Beberapa spesies tumbuhan untuk acara adat yang ada di Desa Dirun

No Nama

Lokal

Nama ilmiah Famili Bagian Yang

Digunakan

Kegunaan

1 Molo Piper betle Piperaceae Daun Upacara adat

2 Pu Arecha catechu Arecaceae Buah Upacara adat

3 Mok luan Musa paradisiacal Musaceae Buah Makanan adat

4 Hoja Cocos nucifera Arecaceae Buah dan daun Upacara adat

5 Ai rawan Scleichera oleosa Sapindaeace Buah Upacara adat

6 Goya' Syzygium sp Myrtaceae Buah Upacara adat

Menurut Gennep (1965) diacu dalam Kartiwa dan Martowikrido (1992)

upacara-upacara ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat dibedakan atas tiga tujuan

pokok yakni pertama, memisahkan misalnya dalam upacara kematian. Dalam upacara

Page 60: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

44

tersebut bertujuan untuk memisahkan orang yang sudah meninggal dari orang-orang

yang masih hidup. Sehubungan dengan ritual ini dalam kehidupan masyarakat Bunaq

adanya ritual yang dikenal dengan istilah “Lo lai” yang merupakan suatu ritual yang

dilakukan terutama bagi orang yang meninggal karena kecelakaan tertentu. Ritual ini

dimaksudkan agar kecelakaan yang dialami oleh orang yang telah meninggal tersebut

tidak lagi terjadi bagi anggota atau orang-orang yang sesuku dengannya. Tumbuhan

yang digunakan pada ritual ini adalah kelapa (Cocos nucifera) yakni daunnya

dijadikan sebagai ketupat yang digantung pada sebuah tiang dan sebagai simbol dari

ritual ini adalah dengan penghancuran ketupat-ketupat tersebut.

Kedua, menyatukan misalnya dalam upacara perkawinan. Menyatukan antara

pasangan pengantin laki-laki dengan pengantin perempuan dan keluarganya.

Berkaitan dengan ritual ini yang menjadi simbol menyatukan kedua pihak tersebut

adalah menyertakan sirih (Piper betle) atau sirih buah (Piper amboinensis) dan

pinang (Areca catechu) atau irisannya yang telah kering juga kapur sirih yang dikenal

dengan budaya “ molo-pu” yang artinya budaya makan sirih dan pinang (Gambar 18).

Di samping itu pula, makan sirih dan pinang ini menjadi satu kebiasaan untuk

menghormati tamunya. Adapun makna dari perjamuan tersebut adalah sebagai simbol

persaudaraan. Pengguna pinang untuk makan sirih adalah laki-laki maupun

perempuan, tua ataupun muda. Kebiasaan menyertakan sirih dan pinang ini pun

sebagai pelengkap sesaji dalam acara-acara ritual tertentu merupakan kebiasaan yang

dilakukan secara turun temurun dari orang tua dan pelajaran dari para leluhurnya

(Gambar 18).

Gambar 18 Sirih dan pinang dalam budaya “molo pu”dan

sebagai pelengkap sesaji

Page 61: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

45

Ketiga, tradisi atau peralihan misalnya dalam upacara khitanan yaitu upacara

peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa atau remaja, nuju bulan dari masa

sebelum mempunyai anak, mengandung hingga melahirkan bayi. Kekuatan magis

dari tumbuhan-tumbuhan yang digunakan seringkali kekuatannya ditentukan sendiri

oleh manusia karena di dalam diri manuia selalu ada harapan-harapan sedangkan

tumbuhan atau sifat tumbuhan itu adalah seperti harapan manusia tersebut. Adapun

spesies tumbuhan yang digunakan dalam ritual bagi bayi yang baru lahir yang

dikenal dengan istilah uor said sagal yang menggunakan pisang luan (Musa

paradisiaca) karena kharakteristik buahnya yang selalu hijau ketika masih muda

hingga matang sekalipun direbus. Hal ini nantinya mengindikasikan sifat dan karakter

bayi yang hendak dibentuk sejak dini sesuai dengan harapan-harapan orang tua dan

sanak keluarga sehingga sampai dewasa pun tetap bertahan layaknya buah pisang

yang selalu hijau. Masyarakat meyakini karakter dan sifat dari orang yang melakukan

ritual ini akan nantinya diturunkan kepada si bayi tersebut. Sehubungan dengan itu,

biasanya diundang sanak keluarga yang memiliki sifat dan karakter seperti yang

diinginkan kedua orang tuanya dan keluarga pada umumnya. Sehubungan dengan

itu, dalam ritual ini biasanya masyarakat mensimulasikan berbagai kegiatan berguna

yang dilakukan dalam keseharian hidup sehingga kelak bayi tersebut ketika dewasa

dapat melakukan semuanya itu. Ada juga ritual yang dilakukan ketika memasuki usia

remaja guna menghindari sakit dan malapetaka besar yang disebut sebagai “Hotel hut

palakter” dengan menggunakan kayu-kayu keras seperti goya’ (Syzygium sp),

kesambi (Scleichera oleosa), hur (Casuarina junghuniana).

5.1.5.12 Tumbuhan untuk kegunaan lain

Tumbuhan penghasil kegunaan lain yang ditemukan adalah sebanyak 6

spesies diantaranya adalah spesies tumbuhan yang berfungsi sebagai pengasah atau

menajamkan pisau adalah adalah erol guzu dengan mengosokkan mata pisau tau

parang pada kulit kayu tersebut. Di samping itu, terdapat tumbuhan yang digunakan

sebagai penangkal sakit atau penolak malapetaka biasanya masyarakat menggunakan

Page 62: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

46

in ma buleen (Curcuma officinale), dila (carica papaya), dan iu (Cordia dichotoma)

yang buahnya dijadikan sebagai bahan lem. Ada pula tumbuhan yang diyakini

masyarakat untuk mengantisipasi kekuatan lawan bicara ketika terjadi perdebatan

dalam suatu forum dan menjadi pandai bicara yakni mun mauhale dan aikerelelun

(tidak teridentifikasi jenisnya).

5.1.5.13 Tingkat kegunaan tumbuhan

Setiap spesies tumbuhan memiliki manfaat atau tingkat kegunaan yang

berbeda-beda. Berdasarkan jumlah kegunaannya, spesies tumbuhan yang memiliki

tingkat kegunaan tertinggi adalah pu/pinang (Areca catechu). Tingkat kegunaan

tumbuhan pada masyarakat Bunaq seperti terlihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Tingkat kegunaan tumbuhan

No Nama Lokal Nama Ilmiah ∑Kegunaan Keterangan

1 Pu Arecha catechu 4 Pangan, adat, obat, bangunan

2 Molo Piper betle 3. komoditi, shampoo alami, obat.

3 Paol Zea mays 3 Pangan, adat, obat

4 Barut Aleurites moluccana 3 komoditi, shampoo alami, obat.

5 Kopi Coffea Arabica 3 Obat, pangan, ekonomi

6 In belis Alium sativum 3 Obat, pangan, ekonomi

7 Ho'i Arachis hypogaea 2 Pangan, ekonomi

8 In buleen Alium cepa 2 Pangan, ekonomi

9 Diq hotel Manihot esculenta 2 Pangan, ekonomi

10 Ho gapa Vigna radiate 2 Pangan, ekonomi

Spesies tumbuhan yang memiliki tingkat kegunaan yang tinggi adalah pinang

yang dalam kehidupan masyarakat Bunaq memegang peranan yang penting dalam

kehidupan berbudaya, sebagai bahan campuran ramuan obat khususnya ramuan yang

pengolahannya dikunyah secara langsung dan cara pemakaiannya adalah dioleskan

pada organ-organ atau bagian tubuh lainnya yang sakit atau luka. Selain itu kebiasaan

mengunyah biji pinang ini diyakini pula sebagai obat untuk menahan haus dan lapar

dan juga pemberi kekuatan agar dapat berjalan dengan cepat serta tidak mudah lelah

ketika melakukan suatu perjalanan sarana budaya tradisional. Bagian tanaman pinang

Page 63: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

47

yang digunakan sebagai bahan bangunan adalah batangnya. Batangnya tersebut

dibelah dan dijadikan sebagai dinding rumah juga kayunya dijadikan sebagai lata

seng. Batang pinang yang baik untuk bangunan adalah batang pinang yang telah tua.

Dari informasi yang diperoleh mutu dari batang pinang adalah di bawah mutu batang

kelapa. Selain batangnya, pelepah daun yang telah kering dijadikan sebagai atap

pondok-pondok kebun. Bagian tanaman pinang yang digunakan dalam permainan

anak-anak adalah pelepah daun yang telah gugur tetapi masih segar yang dikenal

dengan istilah “pu komaq”. Permainan ini oleh anak-anak disebut kereta-keretaan.

Cara penggunaanya adalah beberapa anak duduk di bagian pelepah yang lebar atau

“pu komaq” sedang sebagian lagi menarik di bagian ujung pertulangan daun.

5.2. Praktek Konservasi Masyarakat Suku Bunaq

Kehidupan masyarakat suku Bunaq memiliki hubungan yang erat dengan

sumber daya alam sekitarnya menjadikan alam sekitarnya tidak hanya sekedar tempat

berlindung dan mencari makan tetapi juga bermakna kultural. Sehubungan dengan hal

tersebut, munculah konsep tentang keselarasan dalam pemanfaatan sumber daya alam

yang dikaitkan dengan kekuatan religius yang kemudian diwujudkan dalam berbagai

kepercayaan dan bentuk-bentuk praktek konservasi sebagai berikut.

5.2.1 Hutan adat (Zobug por)

Zobuk por ini merupakan istilah bagi tempat-tempat yang biasanya dijadikan

oleh masyarakat sebagai tempat “pemali” atau tempat-tempat keramat yang dipakai

dalam acara ritual keagamaan versi Bunaq. Masyarakat meyakini tempat tersebut

merupakan sarana bagi masyarakat suku Bunaq untuk memuliakan Sang khalik,

Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi, sehingga tempat ini dianggap sebagai

tempat keramat dan yang memimpin ritual di tempat ini hanyalah tokoh adat atau

Na’i yang ada. Tempat-tempat tersebut adalah tempat yang tidak boleh terjamahkan

oleh manusia dalam hal ini tidak boleh ada pengambilan apapun dan ada aktivitas lain

selain ritual adat sehingga dijadikan sebagai hutan adat. Di samping itu, bisanya di

tempat ini terdapat Bosok (Gambar 19) yang djadikan sebagai tempat menyimpan

Page 64: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

48

sesajian dan pemotongan hewan yang dikurbankan. Keyakinan mereka, ketika terjadi

gangguan terhadap hutan ini, misalnya pengambilan atau penebangan pohon di

tempat ini maka akan terjadi malapetaka yang besar seperti hujan dan angin yang

besar sehingga keberadaan hutan ini tetap lestari.

Gambar 19 Zobug por dan bosok

Tempat-tempat lain seyogianya zobuq por yang dijaga kelestarian oleh

mereka adalah tempat-tempat yang di dalamnya terdapat sumber-sumber air yang

dikenal dengan istilah “Il por/ Il giral”. Tumbuhan –tumbuhan yang ada di sekitar

sumber air tidak boleh ditebang. Pada umumnya di lokasi Dirun terdapat banyak

sumber mata air dan tempat-tempat tersebut yang terdapat di lahan milik suku

tertentu maka di dalamnya terdapat Bosok sebagai tempat ritual suku tersebut. Il por

ini diyakini sebagai sumber daya kehidupan Suku. Melalui Il giral ini mereka melihat

suatu keajaiban yaitu kehidupan dialirkan kepada mereka.

Pengalaman dan aktivitas ritual di tempat-tempat tersebut berkembang secara

terus-menerus dari generasi ke generasi hingga saat ini, sehingga seolah-olah telah

menjadi “Tulang rusuk” bagi masyarakat setempat. Tempat-tempat tersebut

merupakan tempat memohon kesembuhan dari sakit yang berkepanjangan, memohon

kekuatan dan berkah yang cukup dalam hidupnya.

Page 65: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

49

5.2.2 Kawasan dilindungi (Natal gol mil)

Istilah ini digunakan untuk menyebut tempat-tempat yang banyak ditumbuhi

pinang (Areca catechu) dan sirih (Piper betle) baik yang sengaja ditanami ataupun

tumbuh dengan sendirinya sehubungan dengan kegunaannya yang sangat tinggi. Ada

pun tempat-tempat yang sengaja ditanami pinang (Areca catechu) adalah tempat-

tempat dekat mata air atau sepanjang aliran sungai yang dimaksudkan untuk menjaga

erosi akibat aliran air yang deras. Hal ini merupakan suatu bentuk praktek konservasi.

Gambar 20 Natal gol mil

5.2.3 Aturan larangan (Gole Obon)

Gole obon ini merupakan bentuk larangan dari kalangan masyarakat yang

telah dipahami bersama baik berupa kelompok atau perorangan terhadap hak

miliknya agar tidak dirusak ataupun diambil orang. Pada umumnya masyarakat

membuat larangan terhadap sumberdaya alam berupa pengambilan spesies-spesies

tanaman tertentu pada areal lahan yang dimiliknya yang diperuntukkan guna

pendewasaan/pemasakan tanah di bawahnya. Larangan ini berupa penggantungan

daun dari jenis tanaman yang tidak boleh diambil. Kemudian, apabila pelanggaran

dilakukan pada tanaman-tanaman berbuah pada umumnya maka pada gole obon

tersebut biasanya diberitahukan bentuk penyakit yang akan diderita oleh

Page 66: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

50

pelanggarnya dan penyembuhannya hanya bisa disembuhkan oleh pihak yang

membuat larangan tersebut dan pada gole obon biasanya disertakan sepasang kaki

kambing atau sapi yang artinya bahwa apabila ada pelanggaran, maka dikenakan

sanksi berupa ternak seperti yang dipasang gole obon tersebut.

Gambar 21 Gole obon

5.2.4 Pengontrol kelestarian sumberdaya alam (Maq legat)

Maq legat adalah orang yang ditunjuk dan dilantik oleh kepala dusun untuk

menjaga keutuhan sumberdaya alam seperti hutan-hutan adat, sumber-sumber air

yang ada di wilayah tersebut dari perusakan-perusakan baik oleh manusia ataupun

hewan peliharaan berupa sapi atau kuda akibat kelalaian masyarakat.

Di samping itu pula, maq legat bertugas mengontrol pengambilan hasil

tanaman milik masyarakat tanpa sepengetahuan pemiliknya. Semua pelanggaran yang

ada dikenakan sanksi sesuai dengan berat ringannya kerusakan yang terjadi akibat

kelalaian tersebut.

5.2.5 Penggunaan lahan

Setiap anggota masyarakat memiliki lahannya masing-masing yang dijadikan

sebagai tempat bercocok tanam. Dalam penggunaan lahan ini dibagi menjadi dua

bagian yakni pekarangan (kolun) dan kebun (mar). Kolun merupakan lahan yang

letaknya dekat dengan tempat tinggal dan digarap setiap tahunnya dengan luasan

Page 67: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

51

yang relatif kecil sedangkan mar adalah lahan yang letaknya minimal 1 km dari

tempat tinggal dan penggarapannya adalah 2-3 tahun sekali. Hal ini dimaksudkan

untuk pemulihan kembali lahan seperti semula atau hatak yang mengandung humus

yang tinggi yang baik untuk pertumbuhan tanaman nantinya.

Gambar 22 Kolun dan mar

Pengolahan lahan untuk bertani pun tidaklah sekedar menanam bibit,

memelihara dan memanen hasil tetapi lebih jauh terkait nilai-nilai kultural religius

atau kepercayaannya. Dalam pembukaan lahan dilangsungkan ritual yang

dmaksudkan sebagai pemberitahuan kepada leluhur dan perwujudan simbolisme

pendinginan dan tanah dan proses penyuburannya. Dalam kaitannya dengan

pemaknaan tersebut, kepercayaan terhadap keberhasilan dari pertanaman dan

pertumbuhan tergantung dari tingkat kesucian. Kesucian akan terwujud jika semua

kegiatan dilakukan atas dasar ketaatan terhadap tata cara atau adatnya. Menurut

kepercayaan mereka, konsep pensucian dapat dilakukan dengan darah, api dan air.

Darah selain sebagai pensuci juga bermakna pada kesuburan, sedangkan air sebagai

pendingin dan api memiliki karakter panas. Oleh karena itu ada suatu kewajiban pada

awal kegiatan bertani harus didahului dengan upacara korban untuk mendapatkan

darah, dan biasanya yang mereka lakukan adalah menyembelih hewan piaraan seperti

ayam atau babi. Darah hewan inilah yang digunakan sebagai prasyarat dalam

Page 68: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

52

pensucian bibit. Selanjutnya penggunaan api dalam proses penyiapan lahan akan

mengakibatkan tanah menjadi panas sehingga disucikan dan didinginkan dengan air.

Upacara-upacara dan pemaknaan kultural ini pada dasarnya merupakan perwujudan

atas rasa kekhawatirannya terhadap ketidakpastian iklim serta besarnya resiko

kegagalan terhadap usaha taninya.

Page 69: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

53

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Masyarakat suku Bunaq memiliki hubungan yang erat antara budaya dengan

alam lingkungannya dalam hal mengenali dan menggolongkan manfaat tumbuhan di

sekitarnya, yakni sebanyak 257 spesies dari 71 famili kedalam 12 kelompok

kegunaan yang meliputi pangan 41 spesies, pakan ternak 43 spesies, obat 69 spesies,

bangunan 33 spesies, kayu bakar 10 spesies, tali, anyaman dan kerajinan 20 spesies,

racun 7 spesies, aromatik 18 spesies, pewarna dan tannin 6 spesies, hias 21 spesies,

adat 6 spesies dan kegunaan lain sebanyak 7 spesies.

Kecenderungan memanfaatkan tumbuhan tidak hanya terbatas pada

keperluan ekonomi tetapi juga untuk kepentingan budaya spiritual yang juga

diutamakan guna menjaga keseimbangan dengan sumber-sumber daya alam yang ada

di lingkungannya serta dalam kehidupan bermasyarakat. Tradisi masyarakat Bunaq

merupakan bukti kearifan yang diwariskan secara turun-temurun dan menjadi salah

satu kebudayaan Indonesia dan sebagai acuan pengungkapan kebhinekaan suku-suku

dalam mengenali dan memanfaatkan sumberdaya lingkungannya sehingga menjadi

dasar pengetahuan yang kokoh dalam membangun sumber daya manusianya.

6.2 Saran

1. Perlu dikembangkan keanekaragaman spesies unggulan lokal yang ada pada

masyarakat Bunaq sesuai kegunaannya, seperti pangan, tumbuhan obat, tali,

anyaman/kerajinan dan lainnya yang berguna bagi peningkatan kemandirian

kesejahteraan masyarakat sehingga menjadi keunggulan dan keunikan dari

masyarakat Suku Bunaq.

2. Sangat berpotensi untuk dikembangkannya ekowisata budaya untuk masyarakat

sehingga nantinya dapat meningkatkan martabat dan kesejahteraan masyarakat

lokal yang dikelola dan dikembangkan dengan berbasis kearifan lokal serta

didukung oleh IPTEK yang tepat.

Page 70: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

54

DAFTAR PUSTAKA

Afrianti, U. R. 2007. Kajian Etnobotani dan Aspek Konservasi Sangkubak [(Pycnarrhena cauliflora) (Miers.) Diels.] di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. (Tidak diterbitkan).

Anonim. 2006. Family Fabaceae. http//www.freewebs/arl_ipb_2006.

[7 November 2009].

Arafah, D. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan Taman Nasional Bali Barat. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas kehutanan IPB. Bogor (Tidak diterbitkan).

Cotton, C.M. 1997. Ethnobotany Principles and Application. John Wiley and Sons

Ltd, New York. Dalimartha, Setiawan.2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Jakarta : Puspa

Swara. Darnaedi,S.Y. 1998. Sentuhan Etnosains dalam Etnobotani : Kebijakan Masyarakat

Lokal dalam mengelola dan Memanfaatkan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI. Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal : 53-55. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI. Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal : 328-334.

Friedberg, Claudine. 1990. Le savoir botanique des Bunaq percevoir et classer dans le

Hatu Lamaknen (Timor, Indonesie). Paris. Editions Du Museum. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV (Terjemahan : de Nuttige

Planten van Indonesie). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Isdijoso, S.H. 1992. Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Sandang, Tali Temali, dan

Anyam-Anyaman. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Kartikawati, S. M. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat

Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pengunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai tengah. Tesis pada sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan).

Kartiwa, S. dan Wahyono. 1992. Hubungan Antara Tumbuhan dan Manusia dalam

Upacara Adat di Indonesia. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional

Page 71: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

55

Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI. Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal : 14-155.

Mal i , Beny .2009.Kebudayaan Suku Bunaq.

ht tp: / /www.benymal i .blogspot .com/[Oktober 2009. Mannetje, L.’T, Jones, R.M. 1992. Forages. Plant Resources of South East Asia.

Prosea Foundation, Bogor.

Martin, G. I. 1998. Etnobotani. M. Mohamed, Penerjemah. Gland Switzerland : Kerjasama Natural History Publication (Borneo), Kota Kinabalu dan World Life Fund for Nature.

Munawaroh, E, Astuti, I.P, Hidayat, S, Arsana, I.B.K. Peran Pinang (Areca catechu

L) dalam Kehidupan Masyarakat di Jawa & Sumba. 1998. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI. Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal : 75-80.

Mujenah.1993. Interaksi Masyarakat dengan Tumbuhan Obat di Kawasan Taman

Nasional Meru Betiri [Skripsi]. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan).

Nurhayati, I. 2006. Studi Pengetahuan Tradisional Masyrakat di sekitar Kawasan

Hutan lindung Gunung Lumut, Kabupaten pasir, Provinsi Kalimantan Timur : Kajian Pemanfaatan Tumbuhan. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan).

Paso, P. 2003. Penyusunan Revisi Umum Rencana Tata ruang (RUTR) Ibukota Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu Tahun 2003-2013. Executive Sumary Resume. Lamaknen.

Purwanto, Y, E. B. Waluyo, 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem Irian

Jaya : Suatu Telaah tentang Pengetahuan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Tumbuhan. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI. Perpustakaan Nasional RI. Bogor. Hal : 132-148.

Saepudin, R. J. 2005. Etnobotani pada Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul,

Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Konservasi

Page 72: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

56

Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan).

Soekarman, S. Riswan. 1992. Status Pengetahuan Etnobotani di Indonesia. Prosiding Seminar Etnobotani. Bogor. Sutarno. 1996. Paket Modul Partisipatif : Pemberdayaan Jenis Pohon dalam Sistem

Wanatani. Prosea Indonesia-Yayasan prosea. Bogor. Waluyo, E. B. 1992. Tumbuhan dalam Kehidupan Tradisional Masyarakat Dawan

Timor. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Etnobotani I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Departemen Pertanian RI, LIPI. Perpustakaan Nasional RI. Bogor.Hal : 216-224.

Yulianingsih, D. 2002. Etnobotani Pada Masyarakat Adat Kampong Naga, Desa

Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas kehutanan IPB. Bogor. (Tidak diterbitkan).

Zuhud, E.A.M. 1994. Hutan Tropika Indonesia sebagai Sumber Keanekaragaman

Plasma Nutfah Tumbuhan Obat, pp. 1-15 Dalam : E.A.M. Zuhud, (ed) Pelestarian Pemanfaatan Keanekaragaman Tumbuhan Obat Hutan Tropika Indonesia. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Lembaga Alam Tropka Indonesia.

_____ 2007. Sikap Masyarakat dan Konservasi : Suatu Analisis Kedawung (Parkia

timoriana) (DC) Merr.) sebagai Stimulus Tumbuhan Obat Bagi Masyarakat, Kasus di Taman Nasional Meru Betiri. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. (Tidak diterbitkan).

Page 73: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

57

LAMPIRAN

Page 74: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

58

Lampiran 1 Daftar famili teridentifikasi

No Famili Jumlah No Famili Jumlah

1 Araceae 4 37 Malvaceae 6

2 Acanthaceae 5 38 Meliaceae 3

3 Agaveceae 1 39 Moraceae 11

4 Amaranthaceae 1 40 Musaceae 3

5 Anacardiaceae 3 41 Myrtaceae 4

6 Annonaceae 1 42 Nyctaginaceae 2

7 Annonaceae 1 43 Oleaceae 2

8 Apiaceae 1 44 Orchidaceae 1

9 Apocynaceae 2 45 Pandanaceae 1

10 Araliaceae 3 46 Passifloraceae 1

11 Arecaceae 4 47 Piperaceae 3

12 Ascleipiadaceae 1 48 Pittosporaceae 1 13 Asteraceae 11 49 Poaceae 17

14 Balsaminaceae 1 50 Polygonaceae 1

15 Bignoniaceae 1 51 Plumbaginaceae 1

16 Bombacaceae 1 52 Polypodiaceae 2

17 Boraginaceae 1 53 Portulacaceae 2

18 Burseraceae 2 54 Punicaceae 1

19 Cannaceae 2 55 Rosaceae 1

20 Caricaceae 1 56 Rubiaceae 4

21 Casuarinaceae 1 57 Rutaceae 6

22 Celasteraceae 1 58 Santalaceae 1

23 Commelinaceae 1 59 Sapindaceae 2

24 Convolvulaceae 2 60 solanaceae 3

25 Crassulaceae 1 61 Sterculiaceae 1

26 Cucurbitaceae 3 62 Schizaeaceae 1

27 Cyperaceae 2 63 Urticariaceae 1

28 Discoreaceae 5 64 Verbenaceae 5

29 Elaeocarpaceae 1 65 Zingiberaceae 5

30 Equisetaceae 1 66 Lauraceae 2

31 Euphorbiaceae 19 67 Simaroubaceae 1

32 Fabaceae 25 68 Sapotaceae 3

33 Labiatae 4 69 Myrsinaceae 1

34 Lecythidaceae 1 70 Datiscaceae 1

35 Liliaceae 4 71 Tiliaceae 1

36 Loganiaceae 1

Page 75: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

59

Lampiran 2 Daftar spesies tumbuhan berdasarkan kelompok kegunaan No Nama Lokal Nama Ilmiah Famili

Pangan

1 Pur Buleen Ficus religiosa (Bodhi). Moraceae

2 Digirai Schizaea dichotoma (L.) Sm. Schizaeaceae

3 Pao Lelo Phaseolus lunatus Linn. Fabaceae

4 Same' Discorea hispida Dennst. Discoreaceae

5 Upu Pachyrrhizus erosus (L.) Ex Dc. Fabaceae

6 Kaleq Sesbania grandiflora Linn. Fabaceae

7 Kulo Zon Artocarpus sp. Moraceae

8 Kontas Canna edulis Ker. Cannaceae

9 Balo Colocasia esculenta L. Schott. Araceae

10 Jala Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

11 Rik Tali Discorea bulbifera L. Discoreaceae 12 In Belis Alium cepa L. Liliaceae

13 In Bule'en Alium sativai L. Liliaceae

14 Me Amorphophalus campanulatus (Blumei). Araceae

15 Tir Cajanus cajan Druce. Fabaceae

16 Ipi Oryza sativa Linn. Poaceae

17 Paol Zea mays L. Poaceae

18 Sekal Ipomea batatas (L.) Convolvulaceae

19 Diq Kaka giri Dioscorea esculenta (Lour) Burk. Discoreaceae

20 Dik Kira Pana Dioscorea alata L. Discoreaceae

21 Mok Luan Legul

Musa sp Musaceae

22 Deloq Citrus hystrix DC. Rutaceae

23 Iter Coix lachryma Jobi L. Poaceae

24 Rambua Citrus maximai (Burm.) Merr. Rutaceae

25 Diq Hotel Manihot utilisima Pohl. Euphorbiaceae

26 Keliq Glycine soya Max. Fabaceae

27 Bako Nicotiana tabacum L. Solanaceae

28 Ho Vigna unguiculata L. Fabaceae

29 Bukas Sorghum bicolor (L) Moench. Poaceae

30 Ope Cucurbita moschata Duchense. Cucurbitaceae

31 Ai Ata Annona zquomosa L. Annonaceae

32 Diti Luli Citrus reticulata Blanco. Rutaceae

33 Jo Hiu Mangifera sp Anacardiaceae

34 Jo Loi Mangifera indica L. Anacardiaceae

35 Molo Piper amboinensis (Miq) D.C. Piperaceae

36 Pu Arecha catechu L. Arecaceae

37 Kopi Coffea arabica L. Rubiaceae

Page 76: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

60

38 Mok Susu Musa acuminata Musaceae

39 Mok Kapuk Musa balbisiana Musaceae

40 Patal Capsicum sp. Solanaceae

41 Dila Carica papaya Caricaceae

Tumbuhan Obat

1 Taun zon Tephrosia zollingeri Backer. Fabaceae

2 Delima Punica granatum L. Punicaceae

3 Liu zumuk Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

4 Kibu Belis Sida rhombifolia L. Malvaceae

5 Hili Talin Pasifflora foetida L. Passifloraceae

6 Alul Jatropha curcas L. Euphorbiaceae

7 Kabaru Bauk Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

8 Atit Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

9 Zat Corchorus capcularis L. Tiliaceae

10 Heruk belis Maclura cochinchinensis (Lour.) Corner. Moraceae

11 Dini Hezer Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

12 Matahari Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

13 In Bule'en Zon Curculigo villosa Wall. Liliaceae

14 Pate' Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

15 Hotel Guzu Picrasma javanica Bl. Simaroubaceae

16 Moruk Belis Leucas lavandufolia Smith. Labiatae

17 Up Bule'en Saccharum officinarum L. Poaceae

18 Mok Luan Musa paradisiaca Linn. Musaceae

19 Taun Tephrosia sp. Fabaceae

20 Sil Tol Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

21 Nenuq Morinda citrifolia L. Rubiaceae

22 Kahaq Zon Ocimum sp. Labiatae

23 Julo miil Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

24 Patal Muq Piper retrofractum Vahl Piperaceae

25 Si Koe Kalanchoe pinnata [Lamk. ] Pers. Crassulaceae

26 Siol Lantana camara Linn. Verbenaceae

27 Miel Timonius timon (Spreng) Merr. Rubiaceae

28 Mama buah Sauropus sp. Euphorbiaceae

29 Mama buah belis

Sauropus androgynus (L.) Merr. Euphorbiaceae

30 Gaulele Emilia sonchifolia DC. Asteraceae

31 Bulis Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

32 Kibu Siba Sida sp. Malvaceae

33 Wanna Melochia umbellatai(Houtt.) Stapf. Euphorbiaceae

34 Kabokeq Ficus septica Burm.f. Moraceae

Page 77: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

61

35 Mahoni Swietenia machrophylla King. Meliaceae

36 Lien Melia azedarach Linn. Meliaceae

37 Sekal Zon Belis

Stictocardia neglecta Convolvulaceae

38 Nenuq Zon Belis

Morinda sp. Rubiaceae

39 Le Keki Buddleja asiatica Lour. Loganiaceae

40 Bau Heku Ficus hispida L.f. Moraceae

41 Molo Loi Piper betle L. Piperaceae

42 Ukaq Calotropus gigantea Willd. Ascleipiadaceae

43 Sambiloto Andrographis paniculata [aburm.f.] Nees. Acanthaceae

44 Gela Vitex ceiba Bombacaceae

45 U Rikit Hydrocotyle sibthorpiodes Lamk. Umbelliferae

46 An Mami Cymbopogon nardus (L.) Rendle. Poaceae

47 Zoil Guzu Alstonia spectabilis R.Br. Apocynaceae

48 Hut Imperata cylindrical Poaceae

49 Kibu Guzu sael gio

Malvastrum coromandelianum (L.) Garcke. Malvaceae

50 Ai Rawan Schleichera oleosa Merr. Sapindaceae

51 Ager Vitex trifolia L. Verbenaceae

52 Goya' Syzygium sp. Myrtaceae

53 Obuk Macaranga tanarius Muell. Arg. Euphorbiaceae

54 Wesel Gol Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

55 Tomol Cassia timoriana Fabaceae

56 Kalan Phyllanthus reticulatus Poir. Euphorbiaceae

57 Apa Sakan Elephantopus scaber L. Asteraceae

58 Bui Guzu Asystasia nemorum Nees. Acanthaceae

59 Hotel Nuka Clerodendron sp Verbenaceae

60 Megeq Exocarpus latifolius R.Br. Santalaceae

61 Ulu Pegur Datura metel Linn. Solanaceae

62 Apa Gie Pil Dioscorea hispida Dennst. Discoreaceae

63 Gomiq Dioscorea bulbifera L. Discoreaceae

64 Ematala Mone Euphorbia barnhartii Cruiz . Euphorbiaceae

65 Mi Selek Plumbago zeylanica L. Plumbaginaceae

66 U Hoto Buleqen

Polyganum chinense L. Polygonaceae

67 Taun Lotu Ammannia baccifera L. Lythraceae

68 Arus Cassia sp. Fabaceae

69 Tale Claoxylon glabrifolium Miq. Euphorbiaceae

Pakan ternak

1 Lewer Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

2 Ma'u Guzu Ellatostachys verrucosa (Bl.) Radlk. Sapindaceae

Page 78: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

62

3 Dila Zon Aegle marmelos L. Rutaceae

4 Zo'u Litsea glutinosa (Lour.) C.B.Rob. Lauraceae

5 Ziek Pittosporum moluccanum (Lam.) Miq Pittosporaceae

6 Jati Belis Gmelina arborea Roxb. Verbenaceae

7 Erol Belis Ficus sp.3 Moraceae

8 Teor Ficus variegata BL. Moraceae

9 Su Beteq Omalanthus giganteus Zoll.& Moritzi. Euphorbiaceae

10 Kilu Schefflera elliptica (Bl.) Harms. Araliaceae

11 Zalo Tetrameles nudiflora R.Br.ex Benth. Datiscaceae

12 An Natal Themeda villosa Durand. Jackson. Poaceae

13 Manuk Hiptage benghalensis (L.) Kurz. Malvaceae

14 Ii Moghania strombilifera (L.) St. Hil.ex O.K. Fabaceae

15 Hepa Albizia tomentalla Fabaceae

16 Tese Saccharum spontaneum Poaceae

17 Mape Giri Gynura pseudochina (L) DC. Asteraceae

18 Lamtoro Leucaena leucocephalaLam de Wit. Fabaceae

19 Kau Miit Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

20 Beko Syzygium sp. Myrtaceae

21 Kibu Lotu Urena sp. Malvaceae

22 Sie kelen Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

23 Gure Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

24 Kura sisal Acanthospermum hispidum DC. Acanthaceae

25 Buah Moras Morus alba L. Moraceae

26 U Suil Euphorbia prunifolia Jack. Euphorbiaceae

27 Bau Koles Tithonia sp. Asteraceae

28 Sibil Phragmites karka (Retz.) Poaceae

29 Meal Chrysopogon aciculatus (Retz.) Poaceae

30 Silikagut Bidens Pilosa L Poaceae

31 Wate' Eulalia leschenaultiana Poaceae

32 Mantalin Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk. Cyperaceae

33 Su kaqut Cyperus sp. Cyperaceae

34 An Paral Setaria faberii Herrm. Poaceae

35 Piraku Taraxacum mongolicum Hand-Mazz. Asteraceae

36 Toko Gomil Eleusine indica (L.) Gaertn. Poaceae

37 U sael qizil Dichrocephala auriculata (Thunb.) Druce Asteraceae

38 Orel Gie Pu Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

39 An Lawal Themeda gigantea (Cav.) Hack. Poaceae

40 An Balibo Pennisetum polystachyon (L.) Schult. Poaceae

41 Kaleq Sesbania grandiflora (Linn). Fabaceae

42 Sobo Ficus sp.2 Moraceae

43 Jenis C Calopogonium sp. Fabaceae

Page 79: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

63

Bangunan

1 Mau Hal Bischofia javanica BL. Euphorbiaceae

2 Pili Pokoi Litsea timoriana Span. Lauraceae

3 Ai Sawal Tamarindus indica L. Fabaceae

4 Pie Hoto Go' Tidak teridentifikasi Anacardiaceae

5 Tal Eucalyptus urophylla ST. Blake. Myrtaceae

6 Pie Eucalyptus alba Myrtaceae

7 Ai Barut Shirakiopsis indica (Willd.) Esser. Euphorbiaceae

8 Apa Gotok Glochidion lancifolium C.B.Rob. Euphorbiaceae

9 Jenis A Glochidion sp. Euphorbiaceae

10 Jenis B Tidak teridentifikasi Fabaceae

11 Hur Casuarina junghuniana Miq. Casuarinaceae

12 Hoza Cocos nucifera L. Arecaceae

13 Ai We Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

14 Wauk Garuga floribunda Dacne. Burseraceae

15 Nitu Garuga sp. Burseraceae

16 Besak Acacia leucophloea Willd. Fabaceae

17 Nor Beka Planchonella duclitan (Blanco) Bakh.f. Sapotaceae

18 Mah Bambusa spp. Poaceae

19 Tueq Kubus Arenga pinnata Merr. Arecaceae

20 Hotel Suil Planchonella duclitan (Blanco) Bakh.f. Sapotaceae

21 Hotel Ewi Mallotus philippensis Muell Arg. Euphorbiaceae

22 Beko Lotu Euonymus javanicus Bl. Celasteraceae

23 Lese Planchonia valida Bl. Lecythidaceae

24 Koban Albizia lebbekoides (DC.) Benth. Fabaceae

25 Siba Leboq Syzygium polyanthum Wight) Walp. Myrtaceae

26 Kabanasaq Planchonia timoriensis Blume. Lecythidaceae

27 Oe Daemonorops sp. Arecaceae

28 Ai Asa Milingtonia hortensis L.f. Bignoniaceae

29 Mazoq Pterocarpus indicus Willd. Fabaceae

30 Bane Sterculia foetida L. Sterculiaceae

31 Tau Ficus recemosa L. Moraceae

32 Hotel Gubuk Tithonia diversifolia Hemsley) A. gray Asteraceae

33 Tilon Asa Caesalpinia furfurea Fabaceae

Kayu bakar

1 Ai Rawan Scleichera oleosa Merr. Sapindaceae

2 Tomol Cassia timoriana Fabaceae

3 Lamtoro Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit. Fabaceae

4 Tal Eucalyptus urophylla St. Blake. Myrtaceae

Page 80: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

64

5 Pie Eucalyptus alba Myrtaceae

6 Hur Casuarina junghuniana Miq. Casuarinaceae

7 Nor Nigi A Putrajiva roxburghii Wall. Sapotaceae

8 Nor Nigi B Payena leerii (T.et B.) Kurz. Anacardiaceae

9 Mokza Solanum verbascifolium L. Solanaceae

10 Ai turis Myrsine avenis (Bl.) DC. Myrsinaceae

Tali, anyaman, kerajinan

1 Tupa Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

2 Kibu guzu Urena lobata sp. Malvaceae

3 Hak Corypha gebanga Blume. Arecaceae

4 Kersen Muntingia calabura L. Elaeocarpaceae

5 Silel Pleomele angustifolia Roxb. Liliaceae

6 Tali Balanda Agave cantula Roxb. Agavaceae

7 Ematala Mun Neoalsomitra podagrica Steenis. Cucurbitaceae

8 Bon Entada phaseoloides Bentoh(Jav). Fabaceae

9 Mun Tumel Elaegnus triflora Roxb. Acanthaceae

10 Heran Pandanus tectorius Arecaceae

11 Kulo Zon Artocarpus heterophyllus Lam. Moraceae

12 Kusar Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi

13 Go' Apa Abelmoschus moschatus L. Medi. Malvaceae

14 Dilu Borassus pandanus L. Arecaceae

15 Tal Eucalyptus urophylla S.T. Blake. Myrtaceae

16 Jati belis Gmelina arborea Roxb. Verbenaceae

17 Mah Bambussa sp. poaceae

18 Tilon asa Caesalpinia furfurea Fabaceae

19 Kubus Arenga pinnata Merr. Arecaceae

20 Hur Casuarina junghuniana Miq. Casuarinaceae

Racun

1 Zul Albizia procera Benth. Fabaceae

2 E Albizia chinensis L. Fabaceae

3 Mebu zab Girardinia sp. Urticaceae

4 Bako Nicotiana tabacum L. Solanaceae

5 Liwas Mucuna sp. Fabaceae

6 Katal Tetrastiqma lanceolarium Planch. Vitaceae

7 Balo sai katoq Colocassia esculenta L. Araliaceae

Pewarna dan tannin

1 Taun Zon Tephrosia zollingeri Backer. Fabaceae

2 Taun lotu Ammannia baccifera L. Lythraceae

Page 81: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

65

3 Kirun Curcuma longifolia L. Zingiberacee

4 Silel Pleomele augustifolia N.E.Br. Liliaceae

5 Nenuq Morinda citrifolia L. Rubiaceae

6 Ai Rawan Scleichera oleosa Merr. Sapindaceae

Aromatik

1 Kirun Curcuma longifolia Linn. Zingiberaceae

2 Sikon Kaempferia galanga L. Zingiberaceae

3 Huraq Equisetum sp. Equisetaceae

4 Barut Aleurites moluccana Miq. Euphorbiaceae

5 Turul Santalum album L. Santalaceae

6 Dowol Acorus calamus L. Araceae

7 In Ma Zingiber officinale Roxb. Zingiberaceae

8 Laus Languas galanga L. Zingiberaceae

9 Hotel Tie Gio Micromelum minutum (Forst.)Wight. &. Arn. Rutaceae

10 Sege Belis Jasminum sp. Oleaceae

11 Nilam Pogostemon cablin Benth. Poaceae

12 Sirih Piper betle L. Piperaceae

13 Kelapa Cocos nucifera L. Arecaceae

14 U rikit Hydrocotyle sibthorpiode Lamk. Umbelliferae

15 Bonak Pandanusa amaryllifolius Roxb. Pandanaceae

16 Silasih Ocimum basilicum L. Labiatae

17 Kahaq Zon Ocimum sp. Labiatae

Hias

1 Anggrek Hutan Vandopsis gigantea (Lour.) C.B.Rob. Orchidaceae

2 Mun Gipe Pandorea pandorana (Andrews) Steenis. Bignoniaceae

3 Si koe Kalanchoe pinnata Pers. Crassulaceae

4 Mako Nothopanax scutellarium Merr. Araliaceae

5 U pagar Eupatorium triplinerve Vahl. Asteraceae

6 Pecah piring Catharanthus roseus [L.] G. Don Apocynaceae

7 Mawar Rosa L.. Rosaceae

8 Melati Jasminum . Oleaceae

9 Beluntas Pluchea indica [L.] Less. Asteraceae

10 Talas Homalomena occulta [Lour.] Schott. Araceae

11 Nanas kerang Rhoeo discolor [L.Her.] Hance. Commelinaceae

12 Pacar air Impatiens balsamina Linn. Balsaminaceae

13 Bunga pukul empat

Portulaca grandiflora Hook. Portulacaceae

14 Bunga ungu Talinum triangulare (Jacq.) Willd. Portulacaceae

15 Gubuq belis Hemigraphis colorata Hall.f. Acanthaceae

Page 82: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

66

16 Bunga tahi ayam

Tagetes erecta Linn. Asteraceae

17 Bunga desember

Canna indica L. Cannaceae

18 Kenop Gomphrena globosa L. Amaranthaceae

19 Bunga pengantin

Clerodendrum japonicum [Thunb.] Sweet. Verbenaceae

20 Mayana Coleus scutellariodes [L.] Benth. Labiatae

21 Gubug kuning Taraxacum officinale Weber et Wiggers. Asteraceae

Adat

1 Molo Piper betle Linn. Piperaceae

2 Pu Arecha catechu L. Arecaceae

3 Mok luan Musa paradisiaca Linn. Musaceae

4 Hoja Cocos nucifera L. Arecaceae

5 Ai rawan Scleichera oleosa Merr. Sapindaeace

6 Goya' Syzygium sp. Myrtaceae

Kegunaan lain

1 Erol guzu Ficus sp.1 Moraceae

2 Mun mauhale Argyreia mollis (Burm.f.) Choisy. Convolvulaceae

3 Ai kerelelun Tidak terindentifikasi Tidak terindentifikasi

4 Dila Carica papaya Caricaceae

5 In ma buleen Curcuma officinale Rosc. Zingiberaceae

6 Pate' Belum terindentifikasi Belum teridentifikasi

7 Iu Cordia dichotoma Forst. f. Boraginaceae

8 Malaka Ricinus communis Willd. Euphorbiaceae

Page 83: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

67

Lampiran 3 Daftar spesies tumbuhan yang ditemukan di tempat penelitian

No Nama Ilmiah Nama lokal Famili Habitus

1 Abelmoschus moschatus L. Medic. Go' Apa Malvaceae Semak

2 Acacia leucophloea Willd. Besak Fabaceae Pohon

3 Acanthospermum hispidum DC. Kura sisal Acanthaceae Herba

4 Acorus calamus L. Dowol Araceae Herba

5 Aegle marmelos L. Dila Zon Rutaceae Pohon

6 Agave cantula Roxb. Tali Balanda Agavaceae Herba

7 Albizia chinensis E Fabaceae Pohon

8 Albizia lebbekoides (DC.) Benth. Koban Fabaceae Pohon

9 Albizia procera Benth. Zul Fabaceae Pohon

10 Albizia tomentalla L. Hepa Fabaceae Pohon

11 Aleurites mollucana Miq. Barut Euphorbiaceae Pohon

12 Alium cepa L. In Belis Liliaceae Herba 13 Alium sativai L. In Bule'en Liliaceae Herba

14 Alstonia spectabilis R.Br. Zoil Guzu Apocynaceae Pohon

15 Ammannia baccifera L. Taun Lotu Lythraceae Herba

16 Amorphophalus campanulatus (Blumei). Me Araceae Herba

17 Andrographis paniculata [aburm.f.] Nees. Sambiloto Acanthaceae Semak

18 Annona zquomosa L. Ai Ata Annonaceae Pohon

19 Arachis hypogaea L. ho'i Fabaceae Herba

20 Arecha catechu L Pu Arecaceae Pohon

21 Arenga pinnata Merr Tueq Kubus Arecaceae Pohon

22 Argyreia mollis (Burm.f.) Choisy. Mun Mauhale Convolvulaceae Liana

23 Artocarpus heterophyllus Lam. Kulo Zon Moraceae Pohon

24 Artocarpus sp Kulo Zon Moraceae Pohon

25 Asparagus racemosus Loa gie tapil Liliaceae Perdu

26 Asystasia nemorum Nees. Bui Guzu Acanthaceae Semak

27 Bambusa spp. Mah Poaceae Semak

28 Bidens pilosa L. Silikagut Poaceae Semak

29 Bischofia javanica BL. Mau Hal Euphorbiaceae Pohon

30 Blumea balsamifera Bako zon Asteraceae Herba

31 Borassus pandanus L. Dilu Arecaceae Pohon

32 Buddleja asiatica Lour. Le Keki Loganiaceae Pohon

33 Caesalpinia furfurea Tilon Asa Fabaceae Pohon

34 Cajanus cajan Druce. Tir Fabaceae Perdu

35 Calotropus gigantean Willd Ukaq Ascleipiadaceae Semak

36 Canna edulis Ker. Kontas Cannaceae Herba

37 Canna indica L. Bunga desember Cannaceae Herba

38 Capsicum sp. Patal Solanaceae Herba

Page 84: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

68

39 Carica papaya L. Rila Caricaceae Perdu

40 Cassia sp. Arus Fabaceae Pohon

41 Cassia timoriana Tomol Fabaceae Pohon

42 Casuarina junghuniana Miq. Hur Casuarinaceae Pohon

43 Catharanthus roseus [L.] G. Don. Pecah piring Apocynaceae Herba

44 Chrysopogon aciculatus (Retz.) Meal Poaceae Semak

45 Citrus aurontifolia [Christm. & Panz] Swingle. Masin Rutaceae Pohon

46 Citrus hystrix DC. Deloq Rutaceae Pohon

47 Citrus maxima (Burm.) Merr. Rambua Rutaceae Pohon

48 Citrus reticulata Blanco. Diti Luli Rutaceae Pohon

49 Clerodendron sp. Hotel Nuka Verbenaceae Semak

50 Clerodendrum japonicum [Thunb.] Sweet. Bunga pengantin Verbenaceae Herba

51 Cocos nucifera L. Hoza Arecaceae Pohon

52 Coffea arabica L. Kopi Rubiaceae Perdu

53 Coix lachryma Jobi L. Iter Poaceae Semak

54 Coleus scutellariodes [L.] Benth. Mayana Labiatae Herba

55 Colocasia esculenta L. Schott. Balo Araceae Herba

56 Colocassia esculenta L. Schott. Balo Sai Katoq Araliaceae Herba

57 Cordia dichotoma Iu Boraginaceae Pohon

58 Corypha gebanga Blume. Hak Arecaceae Pohon

59 Cucurbita moschata Duchense. Ope Cucurbitaceae Herba

60 Curculigo villosa Wall. In Bule'en Zon Liliaceae Herba

61 Curcuma longafolia L. Kirun Zingiberaceae Herba

62 Cymbopogon nardus (L.) Rendle. An Mami Poaceae Herba

63 Cyperus brevifolius (Rottb.) Hassk. Mantalin Cyperaceae Semak

64 Cyperus sp. Su kaqut Cyperaceae Semak

65 Daemonorops sp. Oe Arecaceae Pohon

66 Datura metel Linn. Ulu Pegur Solanaceae Perdu

67 Dichrocephala auriculata (Thunb.) Druce. U sael qizil Asteraceae Herba

68 Dioscorea alata L. Dik Kira Pana Discoreaceae Herba

69 Dioscorea bulbifera L. Gomiq Discoreaceae Herba

70 Dioscorea esculenta (Lour) Burk. Diq Kaka giri Discoreaceae Herba

71 Dioscorea hispida Dennst. Apa Gie Pil Discoreaceae Herba

72 Discorea bulbifera L. Rik Tali Discoreaceae Herba

73 Discorea hispida Dennst. Same' Discoreaceae Herba

74 Dysoxylum gaudichaudianum Emar Meliaceae Pohon

75 Elaegnus triflora Roxb. Mun Tumel Acanthaceae Liana

76 Elephantopus scaber L. Apa Sakan Asteraceae Herba

77 Eleusine indica (L.) Gaertn. Toko Gomil Poaceae Semak

78 Ellatostachys verrucosa (Bl.) Radlk. Ma'u Guzu Sapindaceae Pohon

79 Emilia sonchifolia DC. Gaulele Asteraceae Herba

Page 85: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

69

80 Entada phaseoloides Bentoh (Jav). Bon Fabaceae Liana

81 Equisetum sp. Huraq Equisetaceae Semak

82 Erythrina sp. Lawal Fabaceae Pohon

83 Eucalyptus alba Pie Myrtaceae Pohon

84 Eucalyptus urophylla ST. Blake. Tal Myrtaceae Pohon

85 Eulalia leschenaultiana Wate' Poaceae Semak

86 Euonymus javanicus Bl. Beko Lotu Celasteraceae Pohon

87 Eupatorium triplinerve Vahl. U pagar Asteraceae Herba

88 Euphorbia barnhartii Cruiz. Ematala Mone Euphorbiaceae Semak

89 Euphorbia prunifolia Jack. U Suil Euphorbiaceae Herba

90 Exocarpus latifolius R.Br. Megeq Santalaceae Pohon

91 Ficus glomerata Tau Belis Moraceae Pohon

92 Ficus hispida L.f. Moraceae Pohon

93 Ficus recemosa L. Tau Moraceae Pohon

94 Ficus religiosa (Bodhi). Pur Buleen Moraceae Pohon

95 Ficus septic Burm.f. Kabokeq Moraceae Pohon

96 Ficus sp 2 Erol guzu Moraceae Pohon

97 Ficus sp 2 Sobo Moraceae Pohon

98 Ficus sp 3 Erol Belis Moraceae Pohon

99 Ficus variegata BL. Teor Moraceae Pohon

100 Garuga floribunda Dacne. Wauk Burseraceae Pohon

101 Garuga sp. Nitu Burseraceae Pohon

102 Girardinia sp. Mebu Zab Urticaceae Perdu

103 Glochidion lancifolium C.B.Rob. Pohon

104 Glochidion sp. Jenis A Euphorbiaceae Pohon

105 Glycine soya Max. Keliq Fabaceae Herba

106 Gmelina arborea Roxb. Jati Belis Verbenaceae Pohon

107 Gomphrena globosa L. Kenop Amaranthaceae Herba

108 Gynura pseudochina (L) DC. Mape Giri Asteraceae Herba

109 Hemigraphis colorata Hall.f. Gubuq belis Acanthaceae Herba 110 Hiptage benghalensis (L.) Kurz. Manuk Malvaceae Liana

111 Homalomena occulta [Lour.] Schott. Talas Araceae Herba

112 Hydrocotyle sibthorpiodes Lamk. U Rikit Umbelliferae Herba

113 Impatiens balsamina Linn. Pacar air Balsaminaceae Herba

114 Imperta cylindrical L. Hut Poaceae Semak

115 Ipomea batatas L. Sekal Convolvulaceae Herba

116 Jasminum sp. Melati Oleaceae Perdu

117 Jasminum sp. Sege Belis Oleaceae Perdu

118 Jatropha curcas L. Alul Euphorbiaceae Pohon

119 Kaempferia galanga L. Sikon Zingiberaceae Herba

120 Kalanchoe pinnata [Lamk. ] Pers. Si Koe Crassulaceae Herba

Page 86: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

70

121 Languas galanga L. Laus Zingiberaceae Herba

122 Lantana Camara Linn. Siol Verbenaceae Herba

123 Leucaena leucocephala Lam de Wit. Lamtoro Fabaceae Pohon

124 Leucas lavandufolia Smith. Moruk Belis Labiatae Herba

125 Litsea glutinosa (Lour.) C.B.Rob. Zo'u Lauraceae Pohon

126 Litsea timoriana Span. Pili Pokoi Lauraceae Pohon

127 Macaranga tanarius Muell. Arg. Obuk Euphorbiaceae Pohon

128 Maclura cochinchinensis (Lour.) Corner). Heruk belis Moraceae Perdu

129 Mallotus philippensis Muell Arg. Hotel Ewi Euphorbiaceae Pohon

130 Malvastrum coromandelianum (L.) Garcke. Kibu Guzu sael gio Malvaceae Herba

131 Mangifera indica L. Jo Loi Anacardiaceae Pohon

132 Mangifera sp. Jo Hiu Anacardiaceae Pohon

133 Manihot utilisima Pohl. Diq Hotel Euphorbiaceae Perdu

134 Melia azedarach Linn. Lien Meliaceae Pohon

135 Melochia umbellate (Houtt.) Stapf. Wanna Euphorbiaceae Pohon

136 Micromelum minutum (Forst.) Wight. &. Arn. Hotel Tie Gio Rutaceae Semak

137 Milingtonia hortensis L.f. Ai Asa Bignoniaceae Pohon

138 Moghania strombilifera (L.) St. Hil.ex O.K. Ii Fabaceae Perdu

139 Morinda citrifolia L. Nenuq Rubiaceae Pohon

140 Morinda sp. Nenuq Zon Belis Rubiaceae Pohon

141 Morus alba L. Buah Moras Moraceae Pohon

142 Mucuna sp. Liwas Fabaceae Liana

143 Muntingia calabura L. Kersen Elaeocarpaceae Pohon

144 Musa acuminata Mok Susu Musaceae Herba

145 Musa balbisiana Mok Kapuk Musaceae Herba

146 Musa paradisiaca Linn. Mok Luan Musaceae Herba

147 Musa sp Mok Luan Legul Musaceae Herba

148 Myrsine avenis (Bl.) DC. Ai turis Myrsinaceae Pohon

149 Neoalsomitra podagrica Steenis. Ematala Mun Cucurbitaceae Liana

150 Nicotiana tabacum L. Bako Solanaceae Herba

151 Nothopanax scutellarium Merr. Mako Araliaceae Perdu

152 Ocimum basilicum L. Silasih Labiatae Herba

153 Ocimum sp. Kahaq Zon Labiatae Herba

154 Omalanthus giganteus Zoll.& Moritzi. Su Beteq Euphorbiaceae Pohon

155 Oryza sativa Linn. Ipi Poaceae Semak

156 Pachyrrhizus erosus (L.) Ex Dc. Upu Fabaceae Herba

157 Pandanus tectorius Heran Arecaceae Pohon

158 Pandanusa amaryllifolius Roxb. Bonak Pandanaceae Herba

159 Pandorea pandorana Mun Gipe Bignoniaceae Herba

160 Pasifflora foetida L. Hili Talin Passifloraceae Herba

161 Payena leerii (T.et B.) Kurz. Nor Nigi B Sapotaceae Pohon

Page 87: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

71

162 Pennisetum polystachyon (L.) Schult. An Balibo Poaceae Semak

163 Phaseolus lunatus Linn. Pao Lelo Fabaceae Herba

164 Phragmites karka (Retz.) Sibil Poaceae Semak

165 Phyllanthus reticulatus Poir. Kalan Euphorbiaceae Herba

166 Phymatodes, nigrescens (Bl.) J. Sm. Tie gas Polypodiaceae Epifit

167 Picrasma javanica Bl. Hotel Guzu Simaroubaceae Pohon

168 Piper amboinensis (Miq) D.C. Molo Piperaceae Herba

169 Piper betle L Molo Loi Piperaceae Herba

170 Piper retrofractum Vahl. Patal Muq Piperaceae Herba

171 Pisonia grandis R. Br. Kai Sahe Nyctaginaceae Pohon

172 Pittosporum moluccanum (Lam.) Miq. Ziek Pittosporaceae Pohon

173 Planchonella duclitan (Blanco) Bakh.f. Hotel Suil Sapotaceae Pohon

174 Planchonella duclitan (Blanco) Bakh.f. Nor Beka Sapotaceae Pohon

175 Planchonia timoriensis Blume. Kabanasaq Lecythidaceae Pohon

176 Planchonia valida Bl. Lese Lecythidaceae Pohon

177 Pleomele angustifolia Roxb. Silel Liliaceae Hera

178 Pluchea indica [L.] Less. Beluntas Asteraceae Perdu

179 Plumbago zeylanica L. Mi Selek Plumbaginaceae Herba

180 Pogostemon cablin Benth. Nilam Poaceae Herba.

181 Polyganum chinense L. U Hoto Buleqen Polygonaceae Herba

182 Portulaca grandiflora Hook. Bunga pukul empat Portulacaceae Herba

183 Pterocarpus indicus Willd. Mazoq Fabaceae Pohon

184 Punica granatum L. Delima Punicaceae Perdu

185 Putrajiva roxburghii Wall. Nor Nigi A Euphorbiaceae Pohon

186 Rhoeo discolor [L.Her.] Hance. Nanas kerang Commelinaceae Herba

187 Ricinus communis Willd. Malaka Euphorbiaceae Perdu

188 Rosa L. Mawar Rosaceae Semak

189 Saccharum officinarum L. Up Bule'en Poaceae Semak

190 Saccharum spontaneum. Tese Poaceae Semak

191 Santalum album L. Turul Santalaceae Pohon

192 Sauropus sp. Mama buah Euphorbiaceae Herba

193 Sauropus androgynus (L.) Merr. Mama buah belis Euphorbiaceae Herba

194 Schefflera elliptica (Bl.) Harms. Kilu Araliaceae Pohon

195 Schizaea dichotoma (L.) Sm. Digirai Schizaeaceae Herba

196 Schleichera oleosa Merr. Ai Rawan Sapindaceae Pohon

197 Sechium edule (Jacq.) Sw. labu jepang Cucurbitaceae Herba

198 Sesbania grandiflora Linn. Kaleq Fabaceae Pohon

199 Setaria faberii Herrm. An Paral Poaceae Semak

200 Shirakiopsis indica (Willd.) Esser. Ai Barut Euphorbiaceae Pohon

201 Sida rhombifolia L. Kibu Belis Malvaceae Semak

202 Sida sp. Kibu Siba Malvaceae Semak

Page 88: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

72

203 Sorghum bicolor (L) Moench. Bukas Poaceae Semak

204 Sterculia foetida L. Bane Sterculiaceae Pohon

205 Stictocardia negleta Sekal Zon Belis Convolvulaceae Herba

206 Swietenia machrophylla King . Mahoni Meliaceae Pohon

207 Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Siba Leboq Myrtaceae Pohon

208 Syzygium sp. Beko Myrtaceae Pohon

209 Syzygium sp. Goya' Myrtaceae Pohon

210 Tagetes erecta Linn. Bunga tahi ayam Asteraceae Herba

211 Talinum triangulare (Jacq.) Willd. Bunga ungu Portulacaceae Herba

212 Tamarindus indica L. Ai Sawal Fabaceae Pohon

213 Taraxacum mongolicum Hand-Mazz. Piraku Asteraceae Herba

214 Taraxacum officinale Weber et Wiggers Gubug kuning Asteraceae Herba

215 Tephrosia sp. Taun Fabaceae Herba

216 Tephrosia zollingeri Backer. Taun zon Fabaceae Herba

217 Tetrameles nudiflora R.Br.ex Benth. Zalo Datiscaceae Pohon

218 Themeda gigantean (Cav.) Hack. An Lawal Poaceae Semak

219 Themeda villosa Durand. Jackson. An Natal Poaceae Semak

220 Tidak teridentifikasi Ai We Tidak teridentifikasi Pohon

221 Tidak teridentifikasi Atit Tidak teridentifikasi Herba

222 Tidak teridentifikasi Bulis Tidak teridentifikasi Herba

223 Tidak teridentifikasi Dini Hezer Tidak teridentifikasi Herba

224 Tidak teridentifikasi Gure Tidak teridentifikasi Herba

225 Tidak teridentifikasi Jala Tidak teridentifikasi Herba

226 Tidak teridentifikasi Jenis B Fabaceae Pohon

227 Tidak teridentifikasi Julo miil Tidak teridentifikasi Pohon

228 Tidak teridentifikasi Kabaru Bauk Tidak teridentifikasi Liana

229 Tidak teridentifikasi Kau Miit Tidak teridentifikasi Herba

230 Tidak teridentifikasi Kusar Tidak teridentifikasi Pohon

231 Tidak teridentifikasi Lewer Tidak teridentifikasi Pohon

232 Tidak teridentifikasi Liu zumuk Tidak teridentifikasi Herba

233 Tidak teridentifikasi Matahari Tidak teridentifikasi Perdu

234 Tidak teridentifikasi Ma'ut Belis tidak teridentifikasi Pohon

235 Tidak teridentifikasi Ma'ut Buleen Tidak teridentifikasi Pohon

236 Tidak teridentifikasi Orel Gie Pu Tidak teridentifikasi Herba

237 Tidak teridentifikasi Pate' Tidak teridentifikasi Herba

238 Tidak teridentifikasi Pie Hoto Go' Anacardiaceae Pohon

239 tidak teridentifikasi Sie kelen Tidak teridentifikasi Herba

240 Tidak teridentifikasi Sil Tol Tidak teridentifikasi Herba

241 Tidak teridentifikasi Tahan Tolu Tidak teridentifikasi Pohon

242 Tidak teridentifikasi Tupa Tidak teridentifikasi Liana

Page 89: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

73

243 Tidak teridentifikasi Wesel Gol Tidak teridentifikasi Herba

244 Tidak teridentifikasi Zat Tidak teridentifikasi Perdu

245 Timonius timon (Spreng) Merr. Miel Rubiaceae Pohon

246 Tithonia diversifolia (Hemsley) A. gray. Hotel Gubuk Asteraceae Pohon

247 Tithonia sp. Bau Koles Asteraceae Semak

248 Urena lobata sp. Kibu guzu Malvaceae Herba

249 Urena sp. Kibu Lotu Malvaceae Herba

250 Vandopsis gigantea (Lour.) C.B.Rob. Anggrek hutan Orchidaceae Epifit

251 Vigna radiata (L.) R. ho gapa Fabaceae Herba

252 Vigna unguiculata L. Ho Fabaceae Herba

253 Vitex ceiba Gela Bombacaceae Pohon

254 Vitex trifolia L. Ager Verbenaceae Semak

255 Zea mays L. Paol Poaceae Perdu

256 Zingiber officinale Roxb. In Ma Zingiberaceae Herba

257 Zingiber officinale Linn. In Ma Buleen Zingiberaceae Herba

Page 90: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

74

Lampiran 4 Daftar responden kajian etnobotani masyarakat suku Bunaq di Desa Dirun No Nama Umur (Thn) Alamat

1 Maria Ili 45 Desa Dirun

2 Rosalia Leu 94 Desa Dirun

3 Martinus Musu 98 Desa Dirun

4 Mathias Leki 56 Desa Dirun

5 Pankras Bele 54 Desa Dirun

6 Vinsensius Bou 55 Desa Dirun

7 Makrina 54 Desa Dirun

8 Eme Ikun 67 Desa Dirun

9 Fabianus Lau 34 Desa Dirun

10 Agustina Leu 31 Desa Dirun

11 Benyamin Bere 89 Desa Dirun

12 Dominikus Bele 60 Desa Dirun

13 Monika 59 Desa Dirun

14 Martha 60 Desa Dirun

15 Lin Bia 48 Desa Dirun

16 Okto Manu 26 Desa Dirun

17 Maria 51 Desa Dirun

18 Frans M 49 Desa Dirun

19 Seli 48 Desa Dirun

20 Beatrix 30 Desa Dirun

21 Martha 62 Desa Dirun

22 Blandina 52 Desa Dirun

23 Petronela 36 Desa Dirun

24 Yasintha Motu 49 Desa Dirun

25 Martina 31 Desa Dirun

Page 91: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

75

Lampiran 5 Daftar Kuisioner Etnobotani

DAFTAR KUISIONER ETNOBOTANI

1. Data Pribadi

a. Nama : b. Umur : c. Jenis Kelamin : d. Pendidikan : e. Status :

2. Dalam satu minggu berapa kali saudara masuk ke hutan/ekosistem liar? a. Satu b. Dua c. Tiga d. Empat e. Setiap hari

3. Kegiatan apa saja yang dilakukan di dalam hutan? a. berburu b. Mencari tumbuhan d. Mencari madu e. Lainnya 4. Jenis-jenis tumbuhan apa yang saudara ambil dari hutan :

1. …………………….. 2. ……………………... 3. …………………….. 4. …………………….. 5. ……………………..

5. Jenis-jenis tersebut digunakan untuk : 1. Bahan bangunan 2. Bahan pangan 3. Bahan pakan 4. Bahan obat 5. Bahan racun 6. Bahan pakan 7. Bahan pewarna 8. Lainnya………….

6. Apakah tumbuhan tersebut didibudidayakan? a.Ya b. Tidak

7. Untuk apa tumbuhan berguna yang diambil? a. Digunakan sendiri b. dijual c. Sebagian dijual

8. Jika dijual dalam bentuk apa? a. Ikat b. bungkus c.

9. Bagaimanakah cara pengambilan tumbuhan di alam? a. Musiman b. Tidak tergantung musim c. Lainnya………….

10. Berapa kali saudara mengambil tumbuhan berguna dari alam?

a. Satu minggu b. Dua minggu

Page 92: ETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di … fileETNOBOTANI MASYARAKAT SUKU BUNAQ (Studi Kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)

76

c. satu bulan d. Lainnya……….. 11.Bagian tumbuhan berguna yang dimanfaatkan?

a.Buah b.Akar c.Bunga d. Batang e.Akar

12. Bagaiman cara pengolahan tumbuhan berguna? a. Tumbuhan obat b. Tumbuhan hias c. Tumbuhan pangan d. Kebutuhan bangunan e. Upacara adat f. Lainnya

13. Apakah ada persediaan tumbuhan berguna di rumah? a. Ada b. Tidak ada

14. Kalau ada, disimpan dalam bentuk apa? a. Serbuk b. Simplisia basah c. Simplisia kering

15. Jenis-jenis tumbuhan berguna yang dibudidayakan masyarakat? a. Tumbuhan hias e. Bahan bangunan

1. Nama lokal 1.Nama lokal 2. Asal 2. Asal

b. Tumbuhan obat f.Pakan ternak 1.Nama Lokal 1.Nama Lokal 2. Asal 2. Asal

c. Tumbuhan pangan g. Anyaman/tali temali 1. Nama lokal 1. Nama Lokal 2. Asal 2. Asal

d. Bahan Bangunan h. Lainnya 1. Nama lokal 1. Nama lokal 2. Asal 2.Asal