peraturan daerah kabupaten belu nomor 6 tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten belu...

123
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELU NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BELU TAHUN 2011 - 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELU, Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Belu dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, dan berkelanjutan dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun diperlukan adanya penataan ruang wilayah kabupaten; b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011-2031. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik

Upload: pustaka-virtual-tata-ruang-dan-pertanahan-pusvir-trp

Post on 21-Jan-2016

195 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Tanpa Keterangan

TRANSCRIPT

Page 1: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELUNOMOR 6 TAHUN 2011

T E N T A N G

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BELU TAHUN 2011 - 2031

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BELU,

Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Belu dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, dan berkelanjutan dalam kurun waktu 20 (dua puluh) tahun diperlukan adanya penataan ruang wilayah kabupaten;

b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka perlu disusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011-2031.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649);

2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);

3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 3469);

4. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) Sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas

Page 2: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

5. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 4169);

6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

7. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

10. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4925);

11. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

12. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara

2

Page 3: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 511);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2010 tentang Tata Cara Penetapan Kawasan Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5125);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 Tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;

23. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penentuan Daya Dukung Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah;

24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi Penataan Ruang Daerah;

25. Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 1 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Belu Tahun 2008 Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Belu Nomor 17);

26. Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 3 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Belu Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Belu Tahun 2009 Nomor 03, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Belu Nomor 27);

27. Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 15 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Belu Tahun 2009–2014 (Lembaran Daerah Kabupaten Belu Tahun 2009 Nomor 15, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Belu Tahun 2009 Nomor 19);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BELU dan

BUPATI BELU

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BELU TAHUN 2011-2031.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal IDalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :1. Daerah adalah Kabupaten Belu.

3

Page 4: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Belu.3. Bupati adalah Bupati Belu.4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD adalah DPRD Kabupaten

Belu.5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk

ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistim jaringan prasarana

dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkhis memiliki hubungan fungsional.

8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu yang selanjutnya disingkat RTRW adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah daerah yang menjadi pedoman bagi penataan wilayah yang merupakan dasar dalam penyusunan program pembangunan.

11. Wilayah Daerah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional.

12. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.

13. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

14. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.15. Pusat Kegiatan Strategis Nasional selanjutnya disebut PKSN adalah kawasan perkotaan

yang di tetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara.16. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. 17. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi yang selanjutnya disebut PKWp adalah kawasan

perkotaan yang akan dipromosikan untuk menjadi PKW dengan fungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

18. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.

19. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah kawasan perkotaan yang akan dipromosikan untuk menjadi PKL dengan fungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.

20. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.

21. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan sekala antar desa.

22. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.

23. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untukdibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.

24. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengolahan sumber daya alam tertentu yang ditunjukan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.

25. Kawasan Minapolitan adalah suatu kawasan yang sebagian besar masyarakatnya memperoleh pendapatan dari kegiatan minabisnis atau kegiatan perikanan.

4

Page 5: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

26. Kawasan strategis Nasional atau disingkat KSN adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.

27. Kawasan strategis provinsi atau disingkat KSP adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan.

28. Kawasan strategis kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan.

29. Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

30. Peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.

31. Kawasan pesisir adalah kawasan yang merupakan peralihan antara darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

32. Masyarakat adalah orang peseorangan, kelompok orang, termasuk masyarakat hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam penyelenggaraan penataan ruang.

33. Peran Masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

34. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional yang selanjutnya disebut BKPRN adalah badan yang dibentuk dengan Keputusan Presiden yang bertugas untuk mengkoordinasikan penataan ruang Nasional.

35. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Propinsi Nusa Tenggara Timur yang selanjutnya disebut BKPRD Provinsi adalah Badan yang dibentuk dengan Keputusan Gubernur yang bertugas untuk mengkoordinasikan penataan ruang wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur.

36. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang di Kabupaten Belu dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

37. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang digunakan untuk kepentingan pertahanan.

38. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

39. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu kesatuan lainnya tidak dapat dipisahkan.

40. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah.41. Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh, ditanam dan dikelola di atas tanah yang

dibebani hak milik atau pun hak lainnya dan arealnya berada diluar kawasan hutan negara. Hutan Rakyat dapat dimiliki oleh orang baik sendiri maupun bersama orang lain atau badan hukum.

42. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

43. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah.

44. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

45. Kawasan hutan suaka adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.

46. Kawasan hutan pelestarian alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

5

Page 6: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

47. Izin pemanfaatan ruang adalah ijin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfataan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.

48. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.49. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang

penataan ruang.50. Kawasan peruntukan pertambangan (KPP) adalah wilayah yang memiliki potensi sumber

daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya sebagian atau seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi, operasi produksi/eksploitasi dan pasca tambang, baik diwilayah daratan maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budidaya maupun lindung.

51. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.

52. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis.

BAB II

TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH

Bagian kesatuTujuan Penataan Ruang Wilayah

Pasal 2Penataan Ruang Daerah bertujuan untuk mewujudkan ruang daerah yang produktif dan berwawasan lingkungan sebagai pusat distribusi barang dan jasa pada kawasan perbatasan negara yang berbasis pertanian.

Bagian keduaKebijakan Penataan Ruang Wilayah

Pasal 3

(1) Untuk menjadikan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten tercapai perlu disusun kebijakan penataan ruang kabupaten.

(2) Kebijakan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :a. pengembangan pusat-pusat pelayanan secara berhirarki dan bersinergis antara pusat

pengembangan utama di ibukota kabupaten dan perkotaan lainnya serta pengembangan sistem permukiman perdesaan berbasis agropolitan;

b. pendistribusian persebaran penduduk sesuai dengan kebijakan pusat-pusat pelayanan;

c. pengembangan kelengkapan prasarana wilayah meliputi: transportasi, energi, telekomunikasi dalam mendukung pengembangan distribusi barang dan jasa secara terpadu dan efisien;

d. pemantapan fungsi kawasan lindung dengan meminimalkan alih fungsi kawasan;e. pengembangan kawasan budidaya melalui optimasi fungsi kawasan pada kawasan

pertanian, perkebunan, kehutanan, pariwisata, industri, pertambangan dalam mendorong ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat serta melalui pelestarian sumber daya pesisir dan mendorong perkembangan fungsi budidaya pesisir untuk perikanan, permukiman, pariwisata, dan prasarana perhubungan untuk memperlancar pendistribusian barang dan jasa;

f. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan, meliputi:1) mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus

pertahanan dan keamanan di perbatasan negara RI-RDTL;

6

Page 7: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

2) mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;

3) mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun disekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya terbangun;dan

4) turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.g. pengembangan sistem agropolitan berbasis pertanian dan perkebunan diarahkan di 2

(dua) kawasan, meliputi :1) Kawasan Agropolitan Malaka yang terdiri dari Kecamatan Malaka Tengah,

Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Weliman, Kecamatan Wewiku, Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Rinhat; dan

2) Kawasan Agropolitan Haekesak yang terdiri dari Kecamatan Raihat, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Lasiolat, Kecatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Raimanuk;

h. pengembangan kawasan pertambangan yang berbasis pada teknologi yang ramah lingkungan;

i. pengembangan kawasan minapolitan dengan meningkatkan produksi dan nilai tambah produk perikanan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya melalui sentra pengolahan hasil perikanan yang diarahkan di 2 (dua) kawasan, meliputi ;1) kawasan minapolitan perikanan budidaya yang terdiri dari Kecamatan Wewiku,

Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Kakuluk Mesak; dan

2) kawasan minapolitan perikanan tangkap yang terdiri dari Kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur.

j. pengembangan kawasan wisata bahari terpadu;k. pengembangan kawasan usaha peternakan dengan meningkatkan produk dan nilai

tambah peternakan;l. pengembangan kawasan industri dan perdagangan Antar Negara RI – RDTL;m. pengembangan kawasan untuk kepentingan sosial budaya;n. pengembangan kawasan pendayagunaan sumber daya alam dan/ atau teknologi

tinggi; dano. pengembangan kawasan penyelamatan lingkungan hidup di kabupaten.

Bagian KetigaStrategi Penataan Ruang Wilayah

Pasal 4(1) Untuk melaksanakan kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

ditetapkan strategi penataan ruang wilayah.(2) Strategi pengembangan pusat-pusat pelayanan secara berhirarki dan bersinergis antara

pusat pengembangan utama di ibukota kabupaten dan perkotaan lainnya serta pengembangan sistem permukiman perdesaan berbasis agropolitan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf a, meliputi :a. meningkatkan fungsi kawasan perkotaan dan perdesaan secara berhirarki sebagai

pusat perkotaan dan pusat pengembangan agropolitan; dan b. meningkatkan interaksi desa-kota dalam meningkatkan efisiensi pengembangan

agropolitan. (3) Strategi pendistribusian persebaran penduduk sesuai dengan kebijakan pusat-pusat

pelayanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf b, meliputi:a. mendistribusikan persebaran penduduk dengan pengembangan sarana – prasarana

dan pada kawasan pusat pertumbuhan baru; danb. memeratakan persebaran penduduk dengan perbaikan sarana-prasarana dan

infrastruktur di kawasan perdesaan atau kawasan kurang berkembang guna mengurangi urbanisasi.

(4) Strategi pengembangan kelengkapan prasarana wilayah meliputi: transportasi, energi, telekomunikasi dalam mendukung pengembangan distribusi barang dan jasa secara terpadu dan efisien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c, meliputi :

7

Page 8: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

a. mengembangkan sistem transportasi secara intermoda sampai ke pusat produksi pertanian dan pelayanan pariwisata; dan

b. meningkatkan jumlah, mutu dan jangkauan pelayanan komunikasi serta kemudahan mendapatkannya yang diprioritaskan untuk mendukung pengembangan pertanian, pariwisata dan industri.

(5) Strategi pemantapan fungsi kawasan lindung dengan meminimalkan alih fungsi kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf d, meliputi:a. memantapkan fungsi kawasan hutan lindung melalui peningkatan kelestarian hutan

untuk keseimbangan tata air dan lingkungan hidup;b. meningkatkan kualitas kawasan yang memberi perlindungan di bawahnya berupa

kawasan resapan air untuk perlindungan fungsi lingkungan;c. memantapkan kawasan perlindungan setempat melalui upaya konservasi alam,

rehabilitasi ekosistem yang rusak, pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup serta penetapan kawasan lindung spiritual;

d. memantapkan fungsi dan nilai manfaatnya pada kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;

e. menangani kawasan rawan bencana alam melalui pengendalian dan pengawasan kegiatan perusakan lingkungan terutama pada kawasan yang berpotensi menimbulkan bencana alam (longsor dan banjir), serta pengendalian untuk kegiatan manusia secara langsung; dan

f. memantapkan kawasan lindung lainnya sebagai penunjang usaha pelestarian alam.(6) Strategi pengembangan kawasan budidaya melalui optimasi fungsi kawasan pada

kawasan pertanian, kehutanan, pariwisata, industri, pertambangan dalam mendorong ekonomi dan kesejahteraan masyarakat; serta melalui pelestarian sumber daya pesisir dan mendorong perkembangan fungsi budidaya pesisir untuk perikanan, permukiman, pariwisata, dan prasarana perhubungan untuk memperlancar pendistribusian barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e, meliputi:a. mengembangkan kawasan hutan produksi untuk meningkatkan produktivitas lahan

dengan memperhatikan keseimbangan lingkungan;b. menetapkan dan mengembangkan kawasan hutan rakyat dalam mendukung

penyediaan hutan oleh rakyat;c. mengamankan lahan pertanian berkelanjutan dan menjaga suplai pangan dalam

sistem agropolitan;d. mengembangkan komoditas-komoditas unggul perkebunan di setiap wilayah;e. meningkatkan produk dan nilai tambah perikanan baik ikan tangkap dan budidaya

melalui sentra pengolah hasil ikan dalam wadah Minapolitan; f. mengembangkan kawasan pertambangan yang berbasis pada teknologi yang ramah

lingkungan;g. menata dan mengendalikan kawasan dan lokasi Industri yang ramah lingkungan;h. meningkatkan pengembangan pariwisata berbasis ekowisata dengan tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan, pelestarian budaya leluhur dan melibatkan peran serta masyarakat;

i. meningkatkan kawasan permukiman perkotaan secara sinergis dengan permukiman perdesaan; dan

j. mengembangkan zona kawasan pesisir dan laut yang potensial di Kabupaten.(7) Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf f, meliputi:a. menetapkan kawasan perbatasan RI–RDTL dengan fungsi khusus pertahanan dan

keamanan;b. mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis

nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan;c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tak terbangun di

sekitar kawasan perbatasan sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya terbangun; dan

d. turut serta memelihara dan menjaga aset – aset pertahanan/TNI.(8) Strategi pengembangan sistem agropolitan berbasis pertanian dan perkebunan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf g, meliputi:a. memantapkan sentra-sentra produksi pertanian unggulan sebagai penunjang

agropolitan;

8

Page 9: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

b. meningkatkan produksi, pengolahan dan pemasaran produk pertanian unggulan sebagai satu kesatuan sistem;

c. mengembangkan infrastruktur penunjang agropolitan; d. mengembangkan kelembagaan penunjang agropolitan;e. mengembangkan industri berbasis agro pada sentra-sentra produksi; danf. mengembangkan keterkaitan antara industri berbasis agro dengan pasar regional dan

nasional.(9) Strategi pengembangan kawasan pertambangan yang berbasis pada teknologi yang

ramah lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf h, meliputi:a. menetapkan lokasi potensi komoditas pertambangan dan penggalian yang tersebar di

wilayah Kabupaten meliputi emas, marmer, magnesium, asbes, nikel, gipsum, tembaga (copper), rembesan minyak dan mangan;

b. menetapkan lokasi potensi mineral yang bisa dikategorikan sebagai komoditas pertambangan yang tersebar di Wilayah Kabupaten meliputi batugamping, batulempung, garam dapur, batu setengah permata, pyrite (FES), agate (S1O2), gabro dan diorit;

c. mengelola kawasan bekas penambangan diantaranya melalui rehabilitasi/ reklamasi lahan bekas penambangan;

d. meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran pada pengolahan hasil pertambangan;

e. menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari kegiatan sebelum, saat dan setelah kegiatan penambangan, sekaligus disertai pengendalian yang ketat; dan

f. memanfaatkan lahan bekas tambang yang merupakan lahan marginal untuk pengembangan komoditas lahan dan memiliki nilai ekonomis.

(10) Strategi pengembangan kawasan minapolitan dengan meningkatkan produk dan nilai tambah perikanan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya melalui sentra pengolah hasil perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf i, meliputi:a. meningkatkan daya saing produk perikanan;b. mengupayakan perlindungan nelayan serta peningkatan penyadaran untuk tetap

menjaga kelestarian sumberdaya ikan;c. mengembangkan, meningkatkan dan mengoptimalkan kegiatan budidaya perikanan

di wilayah pesisir, berdasarkan potensi yang tersebar di wilayah utara dan selayan; dan

d. meningkatkan bantuan permodalan usaha kepada kegiatan usaha masyarakat pertambakan.

(11) Strategi pengembangan kawasan wisata bahari terpadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf j, yaitu: mengembangkan kawasan wisata bahari pantai utara meliputi pantai di Kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur serta Kawasan wisata bahari pantai selatan meliputi pantai di Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat dan Kecamatan Kobalima.

(12) Strategi pengembangan kawasan usaha peternakan dengan meningkatkan produk dan nilai tambah peternakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf k, meliputi:a. mengembangkan, meningkatkan dan mengoptimalkan kegiatan peternakan yang

dilakukan dengan cara peningkatan jumlah ternak, penggemukan ternak, pembibitan ternak, penyediaan pakan ternak, dan pengembangan industri pengolahan hasil ternak, berdasarkan potensi yang tersebar di Kawasan Usaha Peternakan Kapitanmeo berada di Kecamatan Laenmanen, Kawasan Usaha Peternakan Solis Laloran/Bakustulama berada di Kecamatan Tasifeto Barat, Kawasan Manumutin Silole berada di Kec Sasitamean dan Kec Io Kufeu , Kawasan Wekakoli berada di Kecamatan Malaka Tengah dan Rinhat, Kawasan Laloren berada di Kecamatan Kobalima, Malaka Timur dan Raimanuk , dan Kawasan Sadi berada di Kecamatan Tasifeto Timur; dan

b. meningkatkan bantuan permodalan usaha kepada kegiatan usaha masyarakat peternak.

(13) Strategi pengembangan kawasan industri dan perdagangan Antar Negara RI – RDTL sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf l, meliputi :a. menetapkan kawasan pengembangan I yang terdiri atas Kecamatan Raihat,

Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Lamaknen dan Kecamatan Lamaknen Selatan dengan pusat pengembangan di Haekesak/Kecamatan Raihat, kawasan

9

Page 10: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

pengembangan II yang terdiri atas Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Kakuluk Mesak dengan pusat pengembangan khusus perdagangan di Lakafehan dan pusat industri di Desa Kenebibi/Kecamatan Kakuluk Mesak, kawasan pengembangan III yang terdiri atas Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Nanaet Dubesi dengan pusat pengembangan di Kinbana/Kecamatan Tasifeto Barat, kawasan pengembangan IV yang terdiri atas Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Kobalima Timur dengan pusat pengembangan di Rainawe/Kecamatan Kobalima sebagai kawasan strategis industri dan perdagangan Antar Negara RI – RDTL; dan

b. menetapkan PKSN Perkotaan Atambua dan PKLp Perkotaan Betun sebagai pusat distribusi barang dan jasa Antar Negara RI – RDTL.

(14) Strategi pengembangan kawasan untuk kepentingan sosial budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf m, meliputi :a. mengembangankan kawasan yang memiliki rumah adat, perkampungan adat dan

peninggalan jaman penjajahan berupa benteng. Adapun tempat-tempat tersebut antara lain yaitu: 1. Rumah Adat Matabesi di Kecamatan Atambua Barat;2. Rumah Adat Loe Gatal di Kecamatan Lamaknen;3. Rumah Adat Nualain di Kecamatan Lamaknen Selatan;4. Rumah Adat Loro Dirma di Kecamatan Malaka Timur;5. Rumah adat Wesey Wehali di Kecamatan Malaka Barat;6. Ksadan Takirin di Kecamatan Tasifeto Timur;7. Perkampungan Adat Kamanasa di Kecamatan Malaka Tengah;8. Perkampungan Adat Bolan di Kecamatan Malaka Tengah;9. Perkampungan Adat Haitimuk di Kecamatan Weliman;10. Perkampungan Adat Fatuketi di Kecamatan Kota Atambua; dan11. Benteng Makes di Kecamatan Lamaknen.

b. melakukan pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai sejarah, situs purbakala dan kawasan dengan geomorfologi tertentu dengan membuat ketentuan-ketentuan yang perlu perhatian. Rencana pengembangan kawasan sosio-budaya sekitar rumah adat dan benteng yaitu berupa zonasi kawasan pengembangan di sekitar rumah adat dan benteng. Pembagian zonasi kawasan bertujuan untuk menjaga nilai historis dan menjaga kelestarian dan kealamian dari benda-benda bersejarah yang ada di dalamnya.

(15) Strategi pengembangan kawasan pendayagunaan sumber daya alam dan/ atau teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf n, meliputi :a. mendukung Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Au Fuik Desa

Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak dengan luas 30,9 Ha; danb. mendukung pemenuhan kebutuhan energi listrik yang terus berkembang, khususnya

di Nusa Tenggara Timur serta dalam rangka meningkatkan keandalan di bidang ketenagalistrikan Jawa Bali dan Nusa Tenggara. Kawasan strategis ini merupakan kawasan strategis kabupaten yang kewenangannya berada di bawah Pemerintah Kabupaten.

(16) Strategi pengembangan kawasan penyelamatan lingkungan hidup di kabupaten adalah hutan lindung, cagar alam dan suaka margasatwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf o, meliputi :a. memelihara Kawasan hutan lindung yang terletak menyebar hampir di seluruh

wilayah kecamatan dalam wilayah administratif Kabupaten terutama di sepanjang daerah perbatasan dengan Timor Leste yaitu yang termasuk dalam Daerah Lini I (pertama) selebar 1 Km, kecuali Kecamatan Rinhat, Kecamatan Sasitamean, Kecamatan Laenmanen, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Weliman, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Wewiku, dan Kecamatan Raihat dimana luasan untuk kawasan lindung tersebut adalah 50.153,78 Ha;

b. memelihara Kawasan cagar alam yang terletak di pantai selatan Kabupaten Belu yang terletak dalam wilayah Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Wewiku dengan luas 3.246 Ha;

c. memelihara Kawasan suaka margasatwa terletak di wilayah Kecamatan Malaka Tengah dan dalam wilayah Kecamatan Sasitamean dengan luas 4.669,32 Ha;

d. mendukung kebijakan penghentian sementara pengusahaan kayu yang berpotensi merusak lingkungan (moratorium logging) dalam kawasan hutan serta mendorong

10

Page 11: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

berlangsungnya investasi bidang kehutanan yang diawali dengan kegiatan penanaman/rehabilitasi hutan;

e. mengembangkan produksi hasil hutan kayu dari hasil kegiatan budidaya tanaman hutan dalam kawasan hutan produksi;

f. mengembangkan produksi hasil hutan kayu yang berasal dari hutan alam, dari kegiatan penggunaan dan pemanfaatan kawasan hutan dengan izin yang sah;

g. mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh) dari luas kawasan perkotaan;

h. menyediakan ruang terbuka hijau dengan luas paling sedikit antara 15-25 % dalam setiap rencana pengembangan kawasan baru untuk permukiman/ industry;

i. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan;

j. mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;

k. membatasi perkembangan kawasan terbangun pada kawasan perkotaan dengan mengoptimalkan pemanfaaatan ruang secara vertikal dan tidak sporadis untuk mengefektifkan tingkat pelayanan infrastruktur dan sarana kawasan perkotaan serta mempertahankan fungsi kawasan perdesaan;

l. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; dan

m. mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

BAB IIIRENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Bagian KesatuUmumPasal 5

(1) Rencana struktur ruang wilayah meliputi :a. pusat-pusat kegiatan;b. sistem jaringan prasarana utama; danc. sistem jaringan prasarana lainnya.

(2) Rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KeduaPusat-Pusat Kegiatan

Pasal 6Pusat-pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a terdiri atas:a. PKWp yaitu Perkotaan Atambua yang meliputi :

1. Kecamatan Kota Atambua;2. Kecamatan Atambua Barat; dan3. Kecamatan Atambua Selatan.

b. PKSN yaitu Perkotaan Atambua yang meliputi :1. Kecamatan Kota Atambua;2. Kecamatan Atambua Barat; dan3. Kecamatan Atambua Selatan.

c. PKLp yaitu Perkotaan Betun ibu kota Kecamatan Malaka Tengah;

d. PPK meliputi Haekesak (Kecamatan Raihat), Kimbana (Kecamatan Tasifeto Barat), Eokpuran (Kecamatan Laen Manen) dan Raihenek (Kecamatan Kobalima); dan

e. PPL meliputi Umarese (Kecamatan Kakuluk Mesak), Wedomu (Kecamatan Tasifeto Timur), Halibete (Kecamatan Lasiolat), Piebulak

11

Page 12: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

(Kecamatan Lamaknen Selatan), Weluli (Kecamatan Lamaknen), Teteseban (Kecamatan Nanaet Duabesi), Webora (Kecamatan Raimanuk),Maroma Rai (Kecamatan Kobalima Timur), Fatuao (Kecamatan Io Kufeu), Kaputu (Kecamatan Sasitamean), Sarina (Kecamatan Botin Leo Bele), Boas (Malaka Timur), Besikama (Kecamatan Malaka Barat), Biudukfoho (Kecamatan Rinhat), Kmilaran (Kecamatan Weliman), dan Hanamasin (Kecamatan Wewiku).

Bagian KetigaSistem Jaringan Prasarana Utama

Pasal 7Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)huruf b meliputi :a. sistem jaringan transportasi darat;b. sistem jaringan transportasi laut; danc. sistem jaringan transportasi udara.

Paragraf 1Sistem Jaringan Transportasi Darat

Pasal 8(1) Rencana pengembangan sistem transportasi darat sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 huruf a terdiri atas :a. jaringan lalu lintas dan angkutan jalan yang terdiri atas jaringan jalan, dan jaringan

prasarana lalu lintas; danb. jaringan transportasi penyeberangan.

(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas :a. rencana pengembangan jalan arteri primer, meliputi :

1. ruas Jalan Atambua/Kecamatan Kota Atambua–Weluli/Kecamatan Lamaknen (P.87) sebagai penghubung antara Perkotaan Atambua sebagai PKSN menuju ke Pintu Lintas Batas RI – RDTL pada Pintu Lintas Batas II Turiskain;

2. ruas Jalan Webua/Kecamatan Malaka Tengah–Motamasin/Kecamatan Kobalima Timur (P.125) sebagai penghubung menuju Pintu Lintas Batas RI–RDTL pada Pintu Lintas Batas III Motamasin;

3. ruas Jalan Atambua/Kecamatan Kota Atambua – Haliwen/Kecamatan Perkotaan Atambua – Salore/Kecamatan Tasifeto Timur (P.85) sebagai penghubung antara Kecamatan Perkotaan Atambua dan akses menuju Pintu Lintas Batas RI–RDTL pada Pintu Lintas Batas I Motaain; dan

4. ruas jalan yang mengalami peningkatan kelas dari kolektor menjadi arteri yaitu ruas jalan yang menghubungkan Kupang–RDTL (Timor Leste), melalui Kupang– TTS–TTU–Sp.Halilulik–Boas–Uarau–Wemasa–Motamasin-Timor Leste; danruas jalan Motaain-Atapupu-Anleu–Biboki-Wini–RDTL (Oekusi) sebagai ruas jalan yang menghubungkan Pintu Lintas Batas I dengan RDTL.

b. rencana pengembangan jalan kolektor primer meliputi:1. ruas jalan yang menghubungkan Malaka Tengah–Weliman–Biudukfoho–Nunfutu -

Boking–Kolbano–Amanuban Selatan–Amarasi–Kupang Barat (Selatan Timor); dan2. ruas jalan Rainino–Kaputu–Umasakaer sebagai penghubung antara perbatasan

Kabupaten Belu dengan Kabupaten TTU menuju PKlp Betun.c. rencana pengembangan jalan lokal primer meliputi:

1. penghubung jalan-jalan dalam Kota Atambua; dan2. penghubung jalan-jalan yang menghubungkan antar desa dalam kecamatan, antar

kecamatan;d. rencana pengembangan jaringan jalan lingkar meliputi:

1. ruas jalan yang mengelilingi Perkotaan Atambua yang terdiri dari lingkar barat yang menghubungkan Naekasa – Tukuneno – Fatuketi - Umanen dan lingkar timur yang menghubungkan Naekasa – Derokfaturene - Manleten; dan

2. peningkatan jalan sabuk perbatasan yang menghubungkan 3 Pintu Lintas Batas yaitu Pintu Lintas Batas I Motaain, Pintu Lintas Batas II Turiskain dan Pintu Lintas

12

Page 13: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Batas III Metamauk meliputi ruas jalan Motaain – Silawan – Salore- Haliwen – Sadi–Maneikun –Baudaok – Asumanu; Cbg.Lalu – Haekesak– Turiskain; ruas jalan Haekesak – Rusan – Builalu– Fulur– Kewar; ruas jalan Fulur – Henes; ruas jalan Wedomu – Nualain; ruas jalan Wedomu–Dafala– Lookeu – Fatubesi - Laktutus– Fatusakar– Metamauk;

(3) Jaringan prasarana lalu lintas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, yaitu rencana pengembangan terminal, meliputi:a. perbaikan dan peningkatan pelayanan terminal penumpang tipe A di Pintu Lintas

Batas Motaain Kecamatan Tasifeto Timur dan Terminal Tipe B di Kecamatan Atambua Selatan;

b. pengembangan terminal penumpang tipe B di ibu kota Kecamatan Malaka Tengah dan terminal penumpang tipe C untuk masing – masing ibukota kecamatan lainnya di Kabupaten Belu;

c. peningkatan pengelolaan di setiap terminal penumpang yang ada; d. memisahkan lokasi terminal yang tergabung dengan fasilitas perdagangan dan jasa

sehingga tidak berdampak terhadap arus masuk dan keluar kendaraan; dane. pengembangan terminal angkutan barang di Kecamatan Kakuluk Mesak dan

Perkotaan Atambua sebagai sarana distribusi barang dalam mendukung kegiatan perdagangan baik skala lokal, regional maupun internasional.

(4) Jaringan transportasi penyeberangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu rencana pengembangan prasarana dan sarana penyeberangan dan feri menuju Kisar, Alor, Lembata dan Flores Timur.

Paragraf 2

Sistem Jaringan Transportasi LautPasal 9

Rencana pengembangan sistem transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b meliputi :a. pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/provinsi berada di Teluk Gurita dengan alur

pelayaran meliputi: Teluk Gurita –Kalabahi/Alor, Teluk Gurita –Waibalun/Flores Timur dan Teluk Gurita – Lewoleba/Lembata, Teluk Gurita – Kisar/Provinsi Maluku;

b. pelabuhan pengumpul berada di Atapupu dengan alur pelayaran regional meliputi: Jalur Kupang – Naikliu – Wini – Atapupu – Ende – Umbu Haramburu Kapita;

c. pelabuhan pengumpul berada di Atapupu dengan alur pelayaran internasional meliputi: Atapupu – Timor Leste (RDTL);

d. rencana pengembangan pelabuhan Atapupu dan pelabuhan Teluk Gurita sebagai pelabuhan penyeberangan dan pelabuhan barang; dan

e. rencana pengembangan sarana dan prasarana penunjang pelabuhan sesuai dengan standar kebutuhan fasilitas pelabuhan.

Paragraf 3Sistem Jaringan Transportasi Udara

Pasal 10(1) Rencana pengembangan sistem transportasi udara sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 7 huruf c mengacu pada rencana induk Bandar udara Haliwen.(2) Sistem transportasi udara sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)

meliputi :a. tatanan kebandarudaraan; danb. ruang udara untuk penerbangan.

(3) Tatanan kebandarudaraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, berupa bandar udara Haliwen sebagai bandar udara pengumpul skala pelayanan tersier.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai ruang udara untuk penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diatur dalam Rencana Induk Bandar Udara.

Bagian KeempatSistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 11Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf c meliputi:

13

Page 14: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

a. sistem jaringan energi;b. sistem jaringan telekomunikasi;c. sistem jaringan sumber daya air; dand. sistem jaringan prasarana lingkungan.

Paragraf 1Sistem Jaringan Energi

Pasal 12(1) Rencana pengembangan sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 11 Ayat (1) huruf a meliputi :a. pembangkit Listrik;b. gardu induk; c. jaringan transmisi tenaga listrik; dand. pengembangan pelayanan energi listrik.

(2) Rencana pengembangan sistem jaringan energi melalui pembangkit listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) di Atambua;b. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Au Fuik Desa Dualaus Kecamatan Kakuluk

Mesak dengan kapasitas 4 X 6 MW; c. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di Kecamatan Lamaknen,

Kecamatan Lasiolat dan Kecamatan Raihat;d. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kecamatan Lamaknen Selatan; dane. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di seluruh wilayah Kabupaten terutama pada

daerah–daerah yang belum terlayani energi listrik.(3) Rencana pengembangan sistem jaringan energi melalui gardu induk

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu Gardu Induk (GI) Atambua dan seluruh ibu kota kecamatan dengan kapasitas 20 MW dan tegangan 70/20 KV.

(4) Rencana pengembangan sistem jaringan energi melalui jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :a. jaringan transmisi tenaga listrik nasional berupa saluran udara tegangan tinggi (SUTT)

dengan tegangan 150 KV menghubungkan Kota Kupang – Oelmasi – Soe – Kefamenanu – Atambua;

b. jaringan transmisi tenaga listrik tegangan 70/20 KV menghubungkan Kefamenanu – Atambua; dan

c. jaringan transmisi tenaga listrik tegangan 70/20 KV yang menghubungkan Kota Atambua dengan seluruh ibu kota kecamatan.

(5) Pengembangan pelayanan energi listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (4), meliputi:

a. peningkatan pemenuhan kebutuhan energi listrik untuk penerangan jalan umum (PJU) pada jaringan-jaringan; dan

b. untuk wilayah terisolasi dan tidak layak secara ekonomis untuk dibangun jaringan distribusi tenaga listrik diprioritaskan dibangun sistim pembangkit tenaga listrik Hybrid.

Paragraf 2Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 13(1) Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b adalah

perangkat komunikasi yang diarahkan pada upaya meningkatkan pelayanan telekomunikasi secara memadai dan merata ke seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten.

(2)Sistem jaringan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas :a. jaringan tererterial; b. jaringan satelit; danc. jaringan telekomunikasi lainnya.

(3)Jaringan teresterial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a tersebar di ibu kota Kabupaten yaitu Atambua dan di ibu kota Kecamatan Malaka Tengah yaitu Betun.

(4)Jaringan satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, meliputi:a. penyediaan infrastruktur telekomunikasi tower BTS

(Base Transceiver Station) bagi wilayah di Kabupaten yang belum terlayani; dan

14

Page 15: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

b. kerja sama pengembangan telekomunikasi dengan provider yang khususnya belum melayani wilayah Kabupaten melalui pelayanan menara bersama telekomunikasi.

(5)Jaringan telekomunikasi lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, meliputi:a. penyediaan layanan internet;b. rencana pengembangan telekomunikasi untuk penanganan bencana;c. rencana pengembangan jaringan stasiun televisi lokal hingga ke desa – desa; dand. rencana pengembangan jaringan stasiun radio lokal hingga ke desa – desa.

(6)Arahan pengelolaan jaringan telekomunikasi berada di bawah otoritas tersendiri sesuai dengan peraturan perundangan.

Paragraf 3Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 14(1) Rencana sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c

meliputi :a. wilayah sungai (WS);b. cekungan air tanah (CAT);c. daerah irigasi (DI);d. prasarana air baku untuk air minum; dane. sistem pengendalian banjir.

(2) Sistem jaringan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud ayat 1 direncanakan melalui pendekatan wilayah sungai dan cekungan air tanah serta keterpaduaanya dengan pola ruang dengan memperhatikan keseimbangan pemanfaatan sumber daya air permukaan dan air tanah.

(3) Rencana pengembangan prasarana/jaringan sumber daya air meliputi aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.

(4) Wilayah Sungai (WS) sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a meliputi :a. WS Benenain yang merupakan WS lintas negara yang melintasi wilayah Kabupaten

Belu dengan negara Timor Leste (RDTL), dimana kewenangannya menjadi kewenangan pemerintah; dan

b. Daerah aliran sungai (DAS) pada WS tersebut yang berada di Kabupaten terdiri atas: 1. DAS Talau;2. DAS Masin;3. DAS Babulu;4. DAS Benain;dan5. DAS Tomutu;

(5) Cekungan air tanah (CAT) sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b meliputi CAT Aroki, CAT Besikama, dan CAT Oemeo.

(6) Daerah Irigasi (DI) sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c meliputi :a. DI Malaka (6.700 ha) dan DI Haekesak (3.400 ha) yang menjadi DI kewenangan

pemerintah;b. DI Alas (1650 ha), DI Fatubesi (1650 ha), DI Maubusa (1350 ha), DI Obor (1815 ha)

yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi NTT; danc. DI Ainiba (150 ha), DI Bakateu (100 ha), DI Bauatok (100 ha), DI Buitasik (150 ha),

DI Derok 9 (100 ha), DI Eturaifou (125 ha), DI Haekesak (600 ha), DI Halileki (450 ha), DI Halilulik (200 ha), DI Haliwen (299 ha), DI Holeki (450 ha), DI Lakekun I & II (250 ha), DI Nobelu (128 ha), DI Raimea (400 ha), DI Raimetan (150 ha), DI Salore (150 ha), DI Seonpasar (100 ha), DI Taeksoruk (150 ha), DI Takirin (120 ha), DI Teun (100 ha), DI Tolok (600 ha), DI Tubaki (300 ha), DI Wemaromak (200 ha), DI Webua (100 ha), DI Webuni (100 ha), DI Wematek (200 ha), DI Weoan (100 ha), DI Kimbana (50 ha), DI Lalosuk (50 ha), DI Wekari Lalosuk (50 ha), DI Weliman (1000 ha), DI Hasimetan (250 ha), DI Lahurus (175 ha), DI Dualasi (200 ha), DI Lawalu (250 ha), DI Webot (250 ha), DI Beabo (235 ha), DI Buburlaran (350 ha), DI Mausaka (450 ha), DI Weharani (230 ha), DI Raiikun (350 ha), DI Halimodok (125 ha), DI Maudemu (100 ha), DI Lelowai (138 ha), DI Halioan (75 ha), DI Daris (60 ha), DI Kala Mesak (65 ha) dan DI Ekin (50 ha) yang merupakan kewenangan pemerintah Kabupaten.

15

Page 16: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

(7) Prasarana air baku untuk air minum sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d meliputi :a. pendayagunaan sumber daya air untuk air minum tetap mengutamakan

pemanfaatan sumber daya air yang berasal dari air permukaan;b. rencana sistem air minum yang dilayani suatu perusahaan air minum dan non

perusahaan air minum (Hippam);c. pemenuhan kebutuhan akan air minum baik dari suatu perusahaan air minum dan

irigasi dilakukan dengan peningkatan jaringan sampai ke wilayah yang belum terjangkau, sedangkan irigasi dengan peningkatan saluran dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi irigasi teknis;

d. upaya penanganan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih yaitu dengan pengembangan sistem jaringan air minum yang dilayani dari Embung Haikrit, Embung Sirani dan embung lainnya serta waduk, dam dan sumber daya air lainnya yang potensial;dan

e. upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih dengan pemanfaatan air tanah dengan mengutamakan pemanfaatan air permukaan di daerah dilakukan dengan cara:1. perlindungan terhadap sumber-sumber air dan daerah resapan air;2. perluasan daerah tanggapan air; dan3. pengadaan program pembinaan daerah tangkapan air dan pelestarian sumber

air di dalam pemanfaatan sumber air bawah tanah.(8) Sistem Pengendalian Banjir sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e meliputi :

a. upaya konservasi lahan;b. penetapan zona banjir; danc. pembangunan sarana dan prasarana banjir.

Paragraf 4Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan

Pasal 15(1) Rencana sistem jaringan prasarana lingkungan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 11 huruf d meliputi rencana pengelolaan persampahan dan rencana penanganan limbah.

(2) Rencana pengelolaan limbah persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di wilayah perkotaan meliputi pengembangan:a. penetapan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di KecamatanTasifeto Barat dan

Kecamatan Kakuluk Mesak sebagai TPA untuk penanganan sampah Perkotaan Atambua dan sekitarnya;

b. penetapan lokasi TPA di Kecamatan Malaka Tengah sebagai TPA untuk penanganan sampah Perkotaan Betun dan sekitarnya;

c. penambahan jumlah Tempat Penampungan Sementara (TPS), dan perluasan jangkauan pelayanan; dan

d. sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah dengan menggunakan sistem controlled landfill dan sanitary landfill.

(3) Rencana penanganan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penanganan limbah padat rumah tangga (black water) dilakukan dengan konsep

septic tank, dan untuk kawasan permukiman padat digunakan sistem septic tank komunal;

b. penanganan limbah untuk kawasan ekonomi, sistem gabungan antara sistem individual dan cara kolektif; dan

c. penanganan limbah untuk kawasan Industri dengan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) terutama untuk kawasan industri terencana dengan proses pengelolaan secara kimia dan biologis (disarankan memakai proses lumpur aktif)

BAB IVRENCANA POLA RUANG WILAYAH

Bagian KesatuUmum

Pasal 16(1) Rencana pola ruang wilayah dilaksanakan berdasarkan arahan

perencanaan:

16

Page 17: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

a. rencana pengembangan kawasan lindung dengan luas kurang lebih 74.085,10 Ha dan

b. rencana pengembangan kawasan budidaya dengan luas kurang lebih 121.559,65 Ha.

(2) Rencana pola ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian KeduaKawasan Lindung

Pasal 17(1) Rencana pengelolaan kawasan

lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Ayat (1) huruf a meliputi semua upaya perlindungan, konservasi, dan pelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungannya guna mendukung kehidupan secara serasi yang berkelanjutan dan tidak dapat dialihfungsikan menjadi kawasan budidaya.

(2) Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Ayat (1) huruf a meliputi :a. kawasan hutan lindung;b. kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya;c. kawasan perlindungan setempat;d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; dane. kawasan rawan bencana alam.

(3) Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a adalah seluas kurang lebih 50.153,78 Ha meliputi: Kawasan hutan lindung persebarannya terletak pada kelompok hutan Selie seluas 853,8 Ha, Tukubesi seluas 268,95 Ha, Bifennasi-Sonmahole seluas 15.591,27 Ha, Lakaan Mandeu seluas 31.166,27 Ha , Fatusakar seluas 2.273,6 Ha.

(4) Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b berupa kawasan bergambut dan kawasan resapan air, yaitu: kawasan resapan air meliputi: seluruh kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi.

(5) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:a. kawasan sempadan sungai, dilakukan pengelolaan sungai yaitu :

1. kegiatan pinggir sungai yang mampu melindungi, memperkuat, dan mengatur aliran air yaitu dengan tanaman keras dan rib pengendali saluran air;

2. daerah sempadan untuk sungai besar sekurang-kurangnya 100 meter (seratus) di kiri dan kanan sungai besar dijadikan kawasan lindung;

3. daerah sempadan untuk sungai kecil masing-masing selebar 50 meter (lima puluh) dijadikan kawasan lindung pada kawasan non pemukiman dan selebar 10 meter (sepuluh) untuk sungai yang melewati pemukiman; dan

4. sungai yang terdapat di tengah pemukiman dapat dilakukan dengan membuat jalan inspeksi dengan lebar jalan 10 meter.

b. kawasan sekitar danau atau waduk diarahkan ke sekitar Bendung Benenai di Kecamatan Malaka Tengah, dan Embung Haekrit serta Embung Sirani di Kecamatan Tasifeto Timur;

c. kawasan mata air, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya radius 150 m dari mata air dan tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten yaitu di Kecamatan Laenmanen 10 titik, Kecamatan Tasifeto Barat 33 titik, Kecamatan Tasifeto Timur 15 titik, Kecamatan Kakuluk Mesak 3 titik, Kecamatan Atambua Barat 4 titik, Kecamatan Atambua 2 titik, Kecamatan Raihat 16 titik, Kecamatan Sasitamean 7 titik, Kecamatan Lasiolat 22 titik, Kecamatan Raimanuk 7 titik, Kecamatan Weliman 4 titik, Kecamatan Malaka Tengah 5 titik, dan Kecamatan Malaka Timur 3 titik, Kecamatan Kobalima 11 titik, Kecamatan Lamaknen Selatan 2 titik, Kecamatan Botin Leobele 1 titik, Kecamatan Kobalima Timur 12 titik, Kecamatan Rinhat 2 titik, Kecamatan, dan Kecamatan Lamaknen 17 titik;

17

Page 18: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

d. sempadan pantai, Kawasan sempadan pantai ditetapkan pada kawasan sepanjang tepian pantai sejauh 100 meter dari pasang tertinggi secara proporsional sesuai dengan bentuk, letak dan kondisi fisik pantai; dan

e. ruang terbuka hijau kota, kawasan hutan kota yang berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) dikembangkan pada Ibukota Kabupaten dan ibukota kecamatan.

(6) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi:

a. kawasan suaka margasatwa Kateri terletak di Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Botin Leobele, dan Kecamatan Kobalima dengan luas kurang lebih 4.669,32 Ha;

b. kawasan cagar alam (CA) yang berada di wilayah Kabupaten yaitu Cagar Alam Maubesi dengan luas kurang lebih 3.246 Ha;

c. kawasan pantai berhutan bakau meliputi kawasan pantai di bagian utara dan selatan yaitu di Kecamatan Malaka Tengah seluas kurang lebih 3.125 Ha, Kecamatan Kobalima seluas kurang lebih 3.246 Ha, Kecamatan Malaka Barat seluas kurang lebih 2.042,3 Ha, Kecamatan Tasifeto Timur seluas kurang lebih 226 Ha, dan Kecamatan Kakuluk Mesak seluas 553,7 Ha;

d. kawasan cagar budaya antara lain meliputi :1. Rumah Adat Matabesi di Kecamatan Atambua Barat;2. Rumah Adat Loe Gatal di Kecamatan Lamaknen;3. Rumah Adat Nualain di Kecamatan Lamaknen Selatan;4. Rumah Adat Loro Dirma di Kecamatan Malaka Timur;5. Rumah adat Wesey Wehali di Kecamatan Malaka Barat;6. Ksadan Takirin di Kecamatan Tasifeto Timur;7. Perkampungan Adat Kamanasa di Kecamatan Malaka Tengah;8. Perkampungan Adat Bolan di Kecamatan Malaka Tengah;9. Perkampungan Adat Haitimuk di Kecamatan Weliman;

10. Perkampungan Adat Fatuketi di Kecamatan Kota Atambua; dan11. Benteng Makes di Kecamatan Lamaknen.

(7) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e meliputi:a. kawasan rawan bencana tanah longsor atau zona gerakan tanah kerentanan tinggi

meliputi meliputi, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Malaka Timur, Kecamatan Raimanuk, Kecamatan Nanaet Duabesi, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan Lamaknen, dan Kecamatan Lamaknen Selatan;

b. kawasan rawan bencana banjir meliputi Kecamatan Kobalima, Kecamatang Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Wewiku, dan Kecamatan Weliman; dan

c. kawasan rawan abrasi pantai di Desa Silawan Kecamatan Tasifeto Timur dan Desa Jenilu Kecamatan Kakuluk Mesak.

Bagian KetigaKawasan Budidaya

Pasal 18Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b sebagai berikut :

a. kawasan peruntukan hutan produksi;b. kawasan peruntukan pertanian;c. kawasan peruntukan perikanan;d. kawasan peruntukan pertambangan;e. kawasan peruntukan permukiman;f. kawasan peruntukan industri;g. kawasan peruntukan pariwisata; danh. kawasan peruntukan lain.

Paragraf 1Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Pasal 19

18

Page 19: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a terdiri atas:a. kawasan hutan produksi terbatas;b. kawasan hutan produksi tetap; danc. kawasan hutan produksi yang dapat di konversi.

(2) kawasan peruntukan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi Kecamatan Sasitamean, Kecamatan Laenmanen, dan Kecamatan Io Kufeu dengan luasan kurang lebih 155,88 Ha.

(3) kawasan peruntukan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi Kecamatan Tasifeto Barat dengan luasan kurang lebih 199,51 Ha dan Kecamatan Rinhat dengan luasan kurang lebih 2.241,97 Ha sehingga total luasan kawasan kurang lebih 2.441,48 Ha.

(4) Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat di konversi sebagaimana dimaksud pada huruf c meliputi Kecamatan Laenmanen dengan luasan kurang lebih 1.140 Ha.

Paragraf 2Kawasan Peruntukan Pertanian

Pasal 20(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b meliputi :

a. kawasan pertanian tanaman pangan;b. kawasan pertanian hortikultura;c. kawasan perkebunan; dan d. kawasan peternakan.

(2) Kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi daerah irigasi malaka, Kecamatan Raimanuk, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Weliman, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Raihat, dan Kecamatan Lamaknen dengan luas kurang lebih 31.946 Ha.

(3) Kawasan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi buah-buahan advokat, belimbing, semangka, jeruk keprok soe, jeruk besar, jambu biji, jambu air, nangka, papaya, nenas, pisang, salak, sawo, markisa, sirsak, sukun, dan sayur-sayuran kubis, sawi, bawang merah, bawang putih, kentang, wortel, kacang panjang, cabe besar, cabe rawit, tomat, terung, kangkung yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten dengan luas kurang lebih 56.436 Ha.

(4) Kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi perkebunan kapuk, kemiri, kelapa, kopi, jambu mente, kakao, pinang, tembakau, vanili, siri, dan nilam yang diarahkan di setiap kecamatan di wilayah Kabupaten disesuaikan dengan ketersediaan lahan kecamatan yang bersangkutan, dengan luas kurang lebih 19.244,59 Ha.

(5) Kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi : a. kawasan Usaha Peternakan Kapitanmeo berada di Kecamatan Laenmanen meliputi

Desa Kapitanmeo, Desa Tesa, Desa Teun dan Desa Tasain seluas 310 Ha;b. kawasan Usaha Peternakan Solis Laloran/Bakustulama seluas 500 Ha berada di

Kecamatan Tasifeto Barat meliputi Desa Bakustulama, Desa Derokfaturene, Desa Naekasa;

c. kawasan Usaha Peternakan Manumutin Silole seluas 750 Ha berada di Kecamatan Sasitamean meliputi Desa Manumutin Silole, Desa Fatuaruin, Desa Naibone dan Kecamatan Io Kufeu meliputi Desa Ikan Tuanbeis, Desa Bani-Bani , Desa Fatoin dan Desa Kufeu;

d. kawasan Usaha Peternakan Wekakoli seluas 1000 Ha berada di Kecamatan Malaka Tengah meliputi Desa Kakaniuk, Desa Barene dan Kecamatan Rinhat meliputi Desa Nanebot, Desa Alala;

e. kawasan Usaha Peternakan Laloren seluas 500 Ha berada di Kecamatan Kobalima yaitu Desa Babulu, Kecamatan Malaka Timur yaitu Desa Raiulun dan Kecamatan Raimanuk yaitu Desa Renrua; dan

f. kawasan Sadi seluas 300 Ha berada di Kecamatan Tasifeto Timur meliputi Desa Sadi, Desa Sarabau, Desa Bauho dan Desa Manleten.

19

Page 20: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

(6) Penetapan kawasan peruntukan lahan pertanian sebagai lahan sawah berkelanjutan diatur dengan Peraturan Daerah.

Paragraf 2Kawasan Peruntukan Perikanan

Pasal 21(1) Kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 huruf c meliputi : a. Kawasan peruntukan perikanan tangkap; danb. Kawasan peruntukan perikanan budidaya.

(2) Kawasan peruntukan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas:a. Kawasan perikanan tangkap di laut; danb. Kawasan perikanan tangkap di perairan umum.

(3) Kawasan perikanan tangkap di laut sebagaimana yang dimaksud pada Ayat (2) huruf a diarahkan pada wilayah perairan laut di kawasan pesisir pantai utara, meliputi Kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur; dan kawasan pesisir pantai selatan meliputi Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Wewiku, dan Kecamatan Malaka Tengah; dengan pelabuhan pendaratan ikan, pelabuhan perikanan di Atapupu.

(4) Kawasan perikanan tangkap di perairan umum sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf b diarahakan di sekitar Bendung Benenai di Kecamatan Malaka Tengah, dan Embung Haekrit serta Embung Sirani di Kecamatan Tasifeto Timur.

(5) Kawasan peruntukan perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, terdiri atas:a. Kawasan perikanan budidaya air tawar;b. Kawasan perikanan budidaya air payau; danc. Kawasan perikanan budidaya air laut.

(6) Kawasan perikanan budidaya air tawar sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a diarahkan di:b. Kecamatan Lamaknen seluas 4 Ha;c. Kecamatan Raihat seluas 30,5 Ha;d. Kecamatan Lasiolat seluas 7 Ha;e. Kecamatan Tasifeto Timur seluas 6 Ha;f. Kecamatan Raimanuk seluas 9 Ha;g. Kecamatan Tasifeto Barat seluas 3,5 Ha;h. Kecamatan Laenmanen seluas 5,05 Ha;i. Kecamatan Malaka Timur seluas 3 Ha;j. Kecamatan Sasitamean seluas 2 Ha;k. Kecamatan Malaka Tengah seluas 2,5 Ha;l. Kecamatan Rinhat seluas 2,05 Ha;m. Kecamatan Weliman seluas 0,02 Ha;n. Kecamatan Wewiku seluas 1 Ha; o. Kecamatan Kobalima seluas 21 Ha;p. Kecamatan Kota seluas 3 Ha; q. Kecamatan Atambua Selatan 4 Ha;danr. Kecamatan Atambua Barat 3 Ha.

(7) Kawasan perikanan budidaya air payau sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b diarahkan di Kecamatan Wewiku seluas 393 Ha, Kecamatan Malaka Tengah seluas 1300 Ha, Kecamatan Kobalima seluas 745 Ha dan Kecamatan Kakuluk Mesak seluas 100 Ha.

(8) Kawasan perikanan budidaya air laut sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c diarahkan pada wilayah perairan laut di kawasan pesisir pantai utara, meliputi Kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur; dan kawasan pesisir pantai selatan meliputi Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Wewiku, dan Kecamatan Malaka Tengah.

(9) Jenis komuditas perikanan sebagaimana dimaskud dalam pasal 18 huruf c meliputi tuna, Cakalang, Tongkol, Tenggiri, Alu-Alu, Gergahing,

20

Page 21: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Kakap Merah, Kakap Putih, Kerapu Lumpur, Kerapu Karang, Kerapu Balong, Kerapu Sunu, Kerapu Bebek, Cendro, Bandeng, Tetengkek, Kembung, Terbang, Belanak, Tembang, Tembang Kobi, Tembang Kaleng, Julung-Julung (Nipi), Golok-Golok, Terubuk, Lemuru, Lemadang, Lencam, Biji Nangka, Kurisi, Swanggi, Serinding Tembakau, Layang, Kwee, Talang-Talang, Pinjalo, Jenaka, Bentong, Gerot-Gerot, Selanget, Baronang, Selar, Teri, Paperek, Pari, Manyung, Merah Bambangan, Kakap/Baramundi Bream, Ekor Kuning, Cucut, Layar, Parang-Parang, Madidihang, Karpel, Nila, Lele dan rumput laut.

Paragraf 3Kawasan Peruntukan Pertambangan

Pasal 22(3) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 18 huruf d meliputi : a. Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam nikel tersebar di Kecamatan

Kakuluk Mesak (Desa Maudemu), emas sekunder (placer) tersebar di Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Raihat, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Raimanuk, tembaga (copper) tersebar di Kecamatan Lamaknen dan Kecamatan Kakuluk Mesak;

b. Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam asbes tersebar di Kecamatan Kakuluk Mesak, gypsum di Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Malaka Timur dan Kecamatan Raimanuk, dan magnesium tersebar di Kecamatan Raimanuk;

c. Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi di Kecamatan Kobalima, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Nanaet Duabesi, Kecamatan Raimanuk, Kecamatan Laenmanen, Kecamatan Malaka Timur, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Io Kufeu, Kecamatan Sasitamean, Kecamatan Botin Leobele, Kecamatan Rinhat, Kecamatan Weiliman, dan Kecamatan Wewiku;

d. Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam mangan tersebar di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten kecuali di Kecamatan Malaka Barat; dan

e. Kawasan peruntukan pertambangan batu marmer di Kecamatan Malaka Timur, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Raimanuk, dan Kecamatan Laenmanen, batulempung di Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Malaka Timur, Kecamatan Kota Atambua, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Weliman, batugamping koral tersebar di Kecamatan Laenmanen, Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Raimanuk, batu setengah permata dan Kristal kuarsa di Desa Sanleo Kecamatan Malaka Timur, Kecamatan Raihat dan Kecamatan Kakuluk Mesak; serta pasir dan batu kali tersebar di seluruh kecamatan.

(4) Izin pertambangan yang telah diterbitkan dan masih berlaku, tetap diakui sampai masa berlakunya habis dan perpanjangannya menyesuaikan dengan ketentuan peraturan daerah ini.

Paragraf 4Kawasan Peruntukan Permukiman

Pasal 23Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf e dikembangkan di daerah yang datar sampai bergelombang dengan kelerengan lahan 0%-25%, bukan lahan irigasi teknis, bukan kawasan lindung, bukan kawasan rawan bencana, aksesibilitas baik dan tersedia air bersih yang cukup.

Paragraf 5Kawasan Peruntukan Industri

Pasal 24(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal

18 huruf f adalah industri rumah tangga.(2) Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

21

Page 22: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

a. Kawasan industri kecil hasil pertanian dan kehutanan berupa makanan ringan (snack), perabot rumah tangga dan kayu, ukiran kayu dan kerajinan kayu cendana, pengolahan dan pengawetan daging, industri kopi bubuk, kasur dan bantal, industri tahu dan tempe, dan industri gula aren tersebar di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten kecuali di Kecamatan Weliman, Botin Leobele, Io Kufeu, Kobalima, Kakuluk Mesak, Atambua Selatan, Atambua Barat, dan Kecamatan Lasiolat;

b. Industri minyak nilam yaitu di Desa Lakmaras, Desa Henes, Desa Lo’onuna Kecamatan Lamakenen Selatan, Desa Maudemi Kecamatan Lamaknen serta Desa Fafoe Kecamatan Malaka Barat;

c. Kawasan industri kecil hasil perikanan diarahkan tersebar di tiap Kecamatan yang termasuk dalam kawasan peruntukkan perikanan/minapolitan yaitu Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Kakuluk Mesak;

d. Kawasan industri aneka berupa industri tenun, anyaman lontar, anyaman tali gewang, anyaman lidi kelapa, anyaman dari tali sisal, industri kapok, alat musik tradisional, serta industri pakaian jadi dari tekstil tersebar di Kecamatan Botin Leobele, Io Kufeu, Raimanuk, Kobalima Timur, Kakuluk Mesak, Atambua Selatan, Atambua Barat, Tasifeto Timur, dan Kecamatan Lamaknen Selatan; dan

e. Kawasan industri logam, mesin, dan kimia berupa sentra gerabah di Kecamatan Wewiku Desa Webriamata dan Kecamatan Malaka Timur Desa Wemeda, Industri Marmer di Desa Sanleo Kecamatan Malaka Timur, Industri Garam Rakyat di Desa Badarai Kecamatan Wewiku, Desa Silawan Kecamatan Tasifeto Timur serta Desa Kenebibi Kecamatan Kakuluk Mesak.

(3) Rencana pengelolaan kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 6Kawasan Peruntukan Pariwisata

Pasal 25Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf g diarahkan pada :a. kawasan wisata budaya antara lain meliputi :

1. Rumah Adat Matabesi di Kecamatan Atambua Barat;2. Rumah Adat Loe Gatal di Kecamatan Lamaknen;3. Rumah Adat Nualain di Kecamatan Lamaknen Selatan;4. Rumah Adat Loro Dirma di Kecamatan Malaka Timur;5. Rumah adat Wesey Wehali di Kecamatan Malaka Barat;6. Ksadan Takirin di Kecamatan Tasifeto Timur;7. Perkampungan Adat Kamanasa di Kecamatan Malaka Tengah;8. Perkampungan Adat Bolan di Kecamatan Malaka Tengah;9. Perkampungan Adat Haitimuk di Kecamatan Weliman;10. Perkampungan Adat Fatuketi di Kecamatan Kota Atambua; dan11. Benteng Makes di Kecamatan Lamaknen.

b. kawasan wisata alam meliputi : 1.Masin Lulik, Cagar Alam Maubesi, Hutan Sahulu, dan Kelelawar Hasan Maubesi di

Kecamatan Kobalima;2. Panorama Gunung Mandeu di Kecamatan Raimanuk;3. Panorama Gunung Lakaan dan Air Terjun Lesutil di Kecamatan Lamaknen;4. Sumber Air We Bot dan Gua Kelelawar Toheleten di Kecamatan Raihat;5. Mata Air Weliman dan Pantai Taberek di Kecamatan Weliman;6. Danau Mantasik di Kecamatan Botin Leobele;7.Pantai Teluk Gurita, Pantai Aufuik, Pantai Sukaerlaran, Pantai Pasir putih dan Kolam

Susuk di Kecamatan Kakuluk Mesak;8. Pantai Motaain (Perbatasan Timor Leste) di Kecamatan Tasifeto Timur; 9. Pantai Motadikin di Kecamatan Malaka Tengah;10. Pantai Beirasi dan Pantai Abudenok di Kecamatan Malaka Barat;11. Obyek Wisata Nanebot di Kecamatan Rinhat; dan12. Gua Peninggalan Raja Dubesi Nanaet dan Kolam We Babotok/ Halimea di

Kecamatan Tasifeto Barat.

22

Page 23: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

c. kawasan wisata buatan meliputi :1. Embung Sirani dan Embung Haekrit di Kecamatan Tasifeto Timur;2. Gua Maria Ratu Dualilo di Kecamatan Kakuluk Mesak;3. Gua Lourdes Kamanasa di Kecamatan Malaka Tengah;4. Gua Maria Loro Haitimuk di Kecamatan Weliman; dan

d. Kolam Renang Tirta di Kecamatan Atambua Selatan.

Paragraf 6Kawasan Peruntukan Lainnya

Pasal 26(1) Kawasan peruntukan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf h terdiri atas:

a. kawasan perdagangan dan jasa;b. kawasan pusat pemerintahan;c. kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; d. kawasan khusus pengembangan sektor informal; dane. kawasan pertahanan dan keamanan Negara.

(2) Kawasan peruntukan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diarahkan di Kecamatan Kota Atambua dan Kawasan perkotaan di setiap kecamatan.

(3) Kawasan peruntukan pusat pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terletak pada Kecamatan Kota Atambua & Kecamatan Malaka Tengah;

(4) Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi :a. kawasan pesisir pantai utara, meliputi Kecamatan Kakuluk Mesak seluas kurang lebih

47 Ha dan Kecamatan Tasifeto Timur seluas kurang lebih 3 Ha; danb. kawasan pesisir pantai selatan meliputi Kecamatan Malaka Barat seluas kurang lebih

1.195 Ha, Kecamatan Kobalima seluas kurang lebih 1.000 Ha, Kecamatan Wewiku seluas kurang lebih 700 Ha, dan Kecamatan Malaka Tengah seluas kurang lebih 690 Ha.

(5) Kawasan khusus pengembangan sektor informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d diarahkan di Kecamatan Kota Atambua dan Kecamatan Malaka Tengah.

(6) Kawasan pertahanan dan keamanan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf e meliputi:a. Kodim 1605 Belu yang berlokasi di Kecamatan Kota Atambua;b. Koramil yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten ;c. Batalyon 744 yang berlokasi di Kecamatan Tasifeto Timur;d. Markas Komando (MAKO) Satuan tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas)

yang berlokasi di Kecamatan Atambua Barat;e. Markas Komando (MAKO) Brimob yang berlokasi di Kecamatan Tasifeto Barat; danf. Pos–pos pengamanan perbatasan (Pos Pamtas) yang tersebar di sepanjang garis

batas pada kawasan perbatasan RI – RDTL.

BAB VPENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

Pasal 27(1) Penetapan Kawasan Strategis ditetapkan sesuai dengan prioritas kebutuhan dan

kegunaannya.(2) Penetapan kawasan strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. kawasan strategis nasional yang berada di wilayah Kabupaten;b. kawasan strategis provinsi yang berada di wilayah Kabupaten; danc. kawasan strategis kabupaten.

(3) Rencana kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 28(1) Kawasan strategis nasional yang berada di wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 27 ayat (2) huruf a adalah kawasan perbatasan darat Republik Indonesia dengan Negara Republik Demokratic of Timor Leste.

23

Page 24: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

(2) Kawasan strategis provinsi yang berada di wilayah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf b adalah kawasan strategis kepentingan ekonomi daratan pada Wilayah Pengembangan I yaitu Kawasan Benenain.

(3) Kawasan strategis kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2) huruf c terdiri atas : a. kawasan strategis dengan sudut kepentingan ekonomi;b. Kawasan strategis dengan sudut kepentingan lingkungan hidup;c. Kawasan strategis dengan sudut kepentingan sosial budaya;d. kawasan strategis dengan sudut kepentingan pertahanan dan keamanan; dane. kawasan strategis dengan sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam

dan/atau teknologi tinggi.

Pasal 29(1) kawasan strategis dengan sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 28 ayat (3) huruf a meliputi :a. kawasan agropolitan yang diarahkan di 2 (dua) kawasan, meliputi :

1. kawasan agropolitan Malaka yang terdiri dari Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Weliman, Kecamatan Wewiku, Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Rinhat; dan

2. kawasan agropolitan Haekesak yang terdiri dari Kecamatan Raihat, Kecamatan Tasifeto Timur, Kecamatan Lasiolat, Kecatan Lamaknen, Kecamatan Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Raimanuk;

b. kawasan pertambangan emas terdapat di Kecamatan Lamaknen, marmer terdapat di Kecamatan Malaka Timur dan Kobalima, magnesium, asbes, nikel terdapat di Kecamatan Kakulukmesak, gipsum terdapat di Kecamatan Tasifeto Timur, cooper terdapat di Kecamatan Raihat, rembesan minyak terdapat di Kecamatan Kobalima (Pantai Selatan, Malaka Tengah dan Malaka Barat), mangan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Belu, bahan asbes di sepanjang Pantai Utara ( Pantai Atapupu), batu gamping di Kecamatan Malaka Timur dan Malaka Tengah, batu lempung di Kecamatan Tasifeto Timur dan Lamaknen, garam dapur di Pantai Utara Desa Fatuketi, batu setengah permata di Desa Sanleo;

c. kawasan minapolitan yang diarahkan di 2 (dua) kawasan, meliputi ;1. kawasan minapolitan perikanan budidaya yang terdiri dari Kecamatan Wewiku

dengan areal budidaya tambak 393 Ha, Kecamatan Malaka Tengah dengan areal budidaya tambak 1300 Ha, Kecamatan Kobalima dengan areal budidaya tambak 745 Ha dan Kecamatan Kakuluk Mesak dengan areal budidaya tambak 100 Ha; dan

2. kawasan minapolitan perikanan tangkap di sepanjang garis pantai utara 32,22 km yang terdiri dari Kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur yang berpusat di kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI ) Atapupu.

d. kawasan usaha peternakan, meliputi :1. kawasan usaha peternakan utama yang terdiri dari 2 (dua) pusat pengembangan

yaitu :a). Kawasan Usaha Peternakan Kapitan Meo di Kecamatan Laenmanen seluas

kurang lebih 310 Ha;b). Kawasan Usaha Peternakan Sonis Laloran/Bakustulama di Kecamatan Tasifeto

Barat seluas kurang lebih 500 Ha, yang didukung;2. kawasan usaha peternakan lainnya yang mendukung 2 (dua) kawasan utama

adalah Kawasan Manumutin Silole di Kecamatan Sasitamean dan Kecamatan Io Kufeu seluas kurang lebih 750 Ha, Kawasan Wekakoli di Kecamatan Malaka Tengah dan Rinhat seluas kurang lebih 1.000 Ha, Kawasan Laloren di Kecamatan Kobalima, Kecamatan Malaka Timur, dan Kecamatan Raimanuk seluas kurang lebih 500 Ha, Kawasan Sadi di Kecamatan Tasifeto Timur seluas kurang lebih 300 Ha dengan jenis ternak yang diusahakan meliputi kuda, sapi, kerbau, kambing, babi, ayam kampung, dan itik;dan

e. kawasan wisata bahari pantai utara meliputi pantai di Kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur serta Kawasan Wisata Bahari Pantai Selatan meliputi pantai di Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat dan Kobalima;

f. kawasan strategis industri dan perdagangan antar Negara RI – RDTL adalah Kawasan yang merupakan pintu perbatasan RI – RDTL yang meliputi :

24

Page 25: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

1. Kawasan Pengembangan I yang terdiri atas Kecamatan Raihat, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Lamaknen dan Kecamatan Lamaknen Selatan dengan pusat pengembangan di Haekesak/Kecamatan Raihat;

2. Kawasan Pengembangan II yang terdiri atas Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Kakuluk Mesak dengan pusat pengembangan khusus perdagangan di Lakafehan dan pusat industri di Desa Kenebibi/Kecamatan Kakuluk Mesak;

3. Kawasan Pengembangan III yang terdiri atas Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Nanaet Dubesi dengan pusat pengembangan di Kinbana/Kecamatan Tasifeto Barat;

4. Kawasan Pengembangan IV yang terdiri atas Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Kobalima Timur dengan pusat pengembangan di Rainawe/Kecamatan Kobalima sebagai kawasan strategis industri dan perdagangan Antar Negara RI – RDTL; dan

5. PKSN Atambua dan PKLp Betun/Kecamatan Malaka Tengah sebagai pusat distribusi barang dan jasa Antar Negara RI – RDTL.

(2) kawasan strategis dengan sudut kepentingan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf b meliputi :a. kawasan hutan lindung di wilayah Kabupaten seluas 50.153,78 Ha yaitu Selie di

Kecamatan Kobalima seluas 853.8 Ha, Tukubesi di Kecamatan Tasifeto Timur seluas 268.95 Ha, Bifemnasi – Sonmahole di Kecamatan Kakuluk Mesak, Kecamatan Atambua Barat, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Laenmanen dan Kecamatan Sasitamean seluas 15.591,27 Ha, Lakaan Mandeu di Kecamatan Nanaet Duabesi, Kecamatan Raimanuk, Kecamatan Malaka Timur, Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Lasiolat seluas 31.166,27 Ha, dan Fatukasar di Kecamatan Kobalima Timur seluas 2.273,6 Ha;

b. kawasan cagar alam di wilayah Kabupaten yaitu kawasan Cagar Alam Maubesi yang terletak di Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima,Kecamatan Wewiku dengan luas 3.246 Ha; dan

c. kawasan suaka margasatwa di wilayah Kabupaten yaitu kawasan Suaka Margasatwa Kateri yang terletak di Wilayah Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Sasitamean dan Kecamatan Kobalima seluas 4.669,32 Ha.

(3) kawasan strategis dengan sudut kepentingan sosial budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf c meliputi:a. Rumah Adat Matabesi di Kecamatan Atambua Barat;b. Rumah Adat Loe Gatal di Kecamatan Lamaknen;c. Rumah Adat Nualain di Kecamatan Lamaknen Selatan;d. Rumah Adat Loro Dirma di Kecamatan Malaka Timur;e. Rumah adat Wesey Wehali di Kecamatan Malaka Barat;f. Ksadan Takirin di Kecamatan Tasifeto Timur;g. Perkampungan Adat Kamanasa di Kecamatan Malaka Tengah;h. Perkampungan Adat Bolan di Kecamatan Malaka Tengah;i. Perkampungan Adat Haitimuk di Kecamatan Weliman;j. Perkampungan Adat Fatuketi di Kecamatan Kota Atambua; dank. Benteng Makes di Kecamatan Lamaknen.

(4) kawasan strategis dengan sudut kepentingan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf d meliputi:a. kawasan perbatasan antara RepubIik Indonesia – Republik Democratic Of Timor

Leste (RDTL);b. kawasan perbatasan di wilayah Kabupaten meliputi 2 (dua) kawasan yaitu kawasan

Perbatasan Utara Motaain dan Kawasan Perbatasan Selatan Motamasin; danc. panjang garis batas negara darat RI-RDTL disektor wilayah Kabupaten adalah 149,1

km (seratus empat puluh sembilan koma satu), berada pada 9 (sembilan) wilayah Kecamatan dari utara ke selatan meliputi Kecamatan Kakuluk Mesak, KecamatanTasifeto Timur, Kecamatan Lasiolat, Kecamatan Raihat, Kecamatan Lamaknen, Lamaknen Selatan, Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Nanaet Duabesi, Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Kobalima Timur.

(5) kawasan strategis dengan sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (3) huruf e meliputi kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Dualaus Kecamatan Kakuluk Mesak.

25

Page 26: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

(6) Kawasan Strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur lebih lanjut melalui Rencana rinci dengan Peraturan Daerah.

BAB VIARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

Pasal 30(1) Arahan Pemanfaatan ruang meliputi indikasi program utama, indikasi lokasi, indikasi

sumber pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan dan waktu pelaksanaan.(2) Indikasi program utama pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:a. indikasi program utama perwujudan struktur ruang;danb. indikasi program utama perwujudan pola ruang.

(3) Indikasi lokasi pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(4) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas dana Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten.

(5) Indikasi pelaksana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, BUMN, swasta, dan masyarakat.

(6) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas 4 (empat) tahapan jangka lima tahunan, yaitu: a. tahap pertama, lima tahun pertama (2012–2016) yang terbagi atas program

tahunan;b. tahap kedua, lima tahun kedua (2017–2021);c. tahap ketiga, lima tahun ketiga (2022–2026); dand. tahap keempat, lima tahun keempat (2027–2031).

(7) Indikasi program utama, indikasi sumber pendanaan, indikasi pelaksana kegiatan, dan waktu pelaksanaan yang lebih rinci diwujudkan dalam Tabel Indikasi Program Utama Tahunan dan Lima Tahunan Periode Tahun 2012 – 2031 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(8) Pemanfaatan ruang mengacu pada fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang dilaksanakan dengan mengembangkan penatagunaan tanah, penatagunaan air dan penagunaan sumberdaya alam lain.

BAB VIIKETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian KesatuUmum

Pasal 31(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang digunakan sebagai acuan dalam

pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan dengan cara :

a. ketentuan umum peraturan zonasi;b. ketentuan perizinan;c. ketentuan umum mengenai insentif dan disinsentif; dand. ketentuan sanksi.

Bagian KeduaKetentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 32(1) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf a, digunakan

sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang, serta berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang.

(2) Dalam peraturan zonasi sesuai dengan rencana rinci tata ruang dimaksud, meliputi:a. indikasi arahan pengaturan sistem perkotaan dan perdesaan daerah;b. indikasi arahan pengaturan sistem jaringan transportasi daerah;c. indikasi arahan pengaturan sistem jaringan energi daerah;d. indikasi arahan pengaturan sistem jaringan sumber daya air daerah;e. indikasi arahan pengaturan sistem jaringan telekomunikasi daerah;

26

Page 27: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

f. indikasi arahan pengaturan sistem prasarana lingkungan daerah;g. indikasi arahan pengaturan kawasan lindung daerah; h. indikasi arahan pengaturan kawasan budi daya; dani. indikasi arahan pengaturan kawasan strategis.

(3) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat tentang hal-hal yang harus ada, hal-hal yang boleh dan apa yang tidak boleh.

Pasal 33(1) Indikasi arahan pengaturan zonasi pada sistem perkotaan daerah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 32 ayat (2) huruf a, meliputi : a. fungsi kawasan; b. kawasan lindung; danc. kawasan budidaya.

(2) Pengaturan zonasi untuk fungsi kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah:a. boleh dilakukan pengembangan secara terbatas, yakni pada zona yang

tidak termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi tetapi fungsi utama zona harus tetap, dalam arti perubahan hanya boleh dilakukan sebagian saja, yakni maksimum 25% (dua puluh lima) dari luasan zona yang ditetapkan;

b. dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya; dan

c. penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk fungsi yang bertentangan, misalnya permukiman digabung dengan industri polutan.

(3) Pengaturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, di perkotaan baik kawasan lindung berupa ruang terbuka, misalnya lindung setempat, diarahkan untuk :a. tidak dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat digunakan untuk

kepentingan lain selama masih menunjang fungsi lindung seperti wisata alam, jogging treck tepi sungai dengan ditata secara menarik;

b. tetap dilakukan upaya konservasi pada kawasan lindung yang berupa bangunan, dan dapat dilakukan nilai tambah misalnya dengan melakukan revitalisasi, rehabilitas, dan sebagainya;

c. kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH di kawasan perkotaan harus tetap dilindungi sesuai dengan fungsi RTH masing-masing, dan tidak boleh dilakukan alih fungsi; dan

d. kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau tetapi bukan sebagai bagian dari RTH di kawasan perkotaan (misalnya tegalan di tengah kawasan perkotaan) pada dasarnya boleh dilakukan alih fungsi untuk kawasan terbangun dengan catatan komposisi atau perbandingan antara kawasan terbangun dan RTH tidak berubah sesuai RDTR Kawasan Perkotaan masing-masing.

(4) Pengaturan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, harus mengupayakan untuk:a. mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun

melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi masing-masing ibukota kecamatan dengan tetap menjaga harmonisasi intensitas ruang yang ada;

b. pada setiap kawasan terbangun yang digunakan untuk kepentingan publik juga harus menyediakan ruang untuk pejalan kaki dengan tidak mengganggu fungsi jalan;

c. pada setiap kawasan terbangun untuk berbagai fungsi terutama permukiman padat harus menyediakan ruang evakuasi bencana sesuai dengan kemungkinan timbulnya bencana yang dapat muncul;

d. perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu (misalnya pada zona permukiman sebagian digunakan untuk fasilitas umum termasuk ruko) boleh dilakukan sepanjang saling menunjang atau setidaknya tidak menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan;

e. tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan diluar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari ruang milik jalan atau ruang pengawasan jalan, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah ditetapkan, kecuali diikuti

27

Page 28: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

ketentuan khusus sesuai dengan kaidah design kawasan, seperti diikuti pemunduran bangunan, atau melakukan kompensasi tertentu yang disepakati oleh stake holder terkait;

f. pada setiap lingkungan permukiman yang dikembangkan harus disediakan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai sesuai kebutuhan masing-masing;

g. pada setiap pusat-pusat kegiatan masyarakat harus dialokasikan kawasan khusus pengembangan sektor informal;

h. pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan abadi di kawasan perkotaan harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi;

i. pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan abadi pangan di kawasan Perkotaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan; dan

j. pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat komunikasi dan jaringan pengaman SUTT tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dalam radius keamanan dimaksud.

Pasal 34Indikasi arahan pengaturan zonasi pada sistem perdesaan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf a, meliputi: a. pengaturan pada rencana kawasan terbangun dengan fungsi: perumahan,

perdagangan-jasa, industri, dan berbagai peruntukan lainnya di perdesaan dapat dilakukan penambahan fungsi yang masih saling bersesuaian, tetapi harus ditetapkan besaran dan/atau luasan ruang setiap zona dan fungsi utama zona tersebut;

b. pengaturan pada kawasan tidak terbangun atau ruang terbuka untuk pertanian yang produktif harus dilakukan pengamanan khususnya untuk tidak dialihfungsikan non pertanian;

c. mengefisienkan ruang yang berfungsi untuk pertanian dan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun hanya dilakukan secara infitratif pada permukiman yang ada dan harus menggunakan lahan yang kurang produktif;

d. pengembangan permukiman perdesaan harus menyediakan sarana dan prasarana lingkungan permukiman yang memadai sesuai kebutuhan masing-masing;

e. pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan abadi di kawasan perdesaan harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi;

f. kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH di kawasan perdesaan (misalnya taman lingkungan permukiman) harus tetap dilindungi sesuai dengan fungsi RTH masing-masing, dan tidak boleh dilakukan alih fungsi;

g. pada kawasan lindung yang ada di perdesaan diarahkan untuk tidak dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat ditambahkan kegiatan lain selama masih menunjang fungsi lindung seperti wisata alam, penelitian, kegiatan pecinta alam dan yang sejenis;

h. pada kawasan lindung berupa bangunan, harus tetap dilakukan upaya konservasi baik berupa situs, bangunan bekas peninggalan belanda, bangunan/monumen perjuangan rakyat, dan sebagainya;

i. perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada kawasan terbangun di perdesaan (misalnya pada zona permukiman sebagian digunakan untuk fasilitas umum, termasuk kegiatan industri kecil, pasar desa, dsb) boleh dilakukan sepanjang saling menunjang atau setidaknya tidak menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan;

j. kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau produktif di perdesaan pada dasarnya boleh dilakukan alih fungsi untuk kawasan terbangun secara terbatas dan hanya dilakukan pada lahan yang produktivitasnya kurang tinggi, dengan catatan komposisi atau perbandingan antara kawasan terbangun dan ruang terbuka hijau tidak berubah sesuai rdtr kawasan perdesaan masing-masing;

k. dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya, sesuai rdtr kawasan perdesaan masing-masing;

l. penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk fungsi yang bertentangan, misalnya sawah atau permukiman digabung dengan gudang pupuk yang memiliki potensi pencemaran udara;

m. pada kawasan terbangun di perdesaan yang lokasinya terpencar dalam jumlah kecil tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dengan intensitas tinggi yang tidak serasi dengan kawasan sekitarnya;

28

Page 29: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

n. pada lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau produktif di perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;

o. pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan pangan abadi di kawasan perdesaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;

p. pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan untuk keselamatan penerbangan baik terkait fungsi ruang, intensitas ruang maupun ketinggian bangunan yang telah dietapkan tidak boleh melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ketentuan zona masing-masing; serta

q. pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat komunikasi dan jaringan pengaman SUTT tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dalam radius keamanan dimaksud.

Pasal 35(1) Indikasi arahan pengaturan zonasi pada sistem jaringan transportasi daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf b, yaitu peraturan zonasi untuk jaringan jalan nasional/provinsi/kabupaten.

(2) Peraturan zonasi untuk jaringan jalan nasional/provinsi/kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan memperhatikan:a. pemanfaatan ruang di sepanjang sisi jalan nasional/provinsi/kabupaten

dengan tingkat intensitas menengah hingga tinggi yang kecenderungan pengembangan ruangnya dibatasi sesuai dengan fungsinya dan ketentuan yang berlaku;

b. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan yang berfungsi lindung di sepanjang sisi jalan nasional; dan

c. penetapan garis sempadan bagunan di sisi jalan nasional/provinsi/kabupaten yang memenuhi ketentuan ruang pengawasan jalan.

Pasal 36Indikasi arahan pengaturan zonasi pada sistem jaringan energi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf c, meliputi: a. keberadaan pembangkit listrik disusun dengan memperhatikan pemanfaatan

ruang di sekitar pembangkit listrik dengan memperhatikan jarak aman dari kegiatan lain;b. ketentuan zonasi untuk jaringan transmisi tenaga listrik disusun dengan

memperhatikan ketentuan pelanggaran pemanfaatan ruang bebas di sepanjang jalur transmisi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. di bawah jaringan tegangan tinggi tidak boleh ada fungsi bangunan yang langsung digunakan masyarakat;

d. dalam kondisi di bawah jaringan tinggi terdapat bangunan maka harus disediakan jaringan pengamanan; dan

e. Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji tidak diletakkan di kawasan permukiman dan disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Pasal 37Indikasi arahan pengaturan zonasi pada sistem jaringan sumber daya air daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf d, meliputi : a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan tetap

menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksud

untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; d. penetapan lebar sempadan sungai sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dane. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas negara dan lintas provinsi

secara selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di negara /provinsi yang berbatasan.

Pasal 38Arahan pengaturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf e, disusun dengan memperhatikan pemanfaatan

29

Page 30: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

ruang untuk penempatan menara pemancar telekomunikasi yang memperhitungkan aspek keamanan dan keselamatan aktifitas kawasan disekitarnya.

Pasal 39Indikasi arahan pengaturan zonasi pada sistem prasarana lingkungan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf f, meliputi : a. arahan pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan lintas

wilayah secara administratif dengan kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan;

b. pengalokasian lokasi pengelolaan akhir sesuai dengan persyaratan teknis;c. pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan

kaidah teknis dan dengan konsep 3R (Reuse, Reduce dan Recycle); d. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung

lingkungan; dane. penyediaan ruang untuk TPS dan/atau TPA terpadu.

Pasal 40(1) Indikasi arahan pengaturan zonasi pada kawasan lindung daerah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 32 ayat (2) huruf g, meliputi: a. kawasan hutan lindung;b. kawasan resapan air;c. kawasan sempadan sungai dan kawasan sekitar danau/waduk;d. kawasan sempadan mata air;e. kawasan sempadan pantai;f. ruang terbuka hijau kota;g. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;h. kawasan rawan tanah longsor; dani. kawasan rawan banjir;

(2) Peraturan zonasi kawasan hutan lindung kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah sebagai berikut :a. pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;b. pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan

hutan dan tutupan vegetasi; danc. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan

bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.

(3) Peraturan zonasi untuk kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, disusun dengan memperhatikan:a. pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya tidak

terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang

sudah ada; danc. penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya

terbangun yang diajukan izinnya.(4) Peraturan zonasi untuk sempadan sungai dan kawasan sekitar danau/waduk

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, disusun dengan memperhatikan:a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;b. ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang

dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman

rekreasi; dand. penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.(5) Peraturan zonasi untuk kawasan sempadan mata air sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf d, disusun dengan memperhatikan:a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; danb. pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap

mata air.(6) Peraturan zonasi untuk kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf e, disusun dengan memperhatikan:

30

Page 31: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; danc. penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(7) Peraturan zonasi untuk RTH kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, disusun dengan memperhatikan:a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan;c. penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dand. pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud diatas.

(8) Peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, disusun dengan memperhatikan:a. pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; danb. pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan

fungsi kawasan.(9) Peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf h, disusun dengan memperhatikan :a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan

ancaman bencana;b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; danc. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan

ancaman bencana dan kepentingan umum.(10) Peraturan zonasi untuk kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf i, disusun dengan memperhatikan:a. pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan

ancaman bencana;b. penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk;c. pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan

ancaman bencana dan kepentingan umum;d. penetapan batas dataran banjir;e. pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan pembangunan

fasilitas umum dengan kepadatan rendah; danf. ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman

dan fasilitas umum penting lainnya.

Pasal 41(1) Indikasi arahan pengaturan zonasi pada kawasan budidaya daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf h, meliputi : a. kawasan hutan produksi;b. kawasan peruntukan pertanian;c. kawasan peruntukan perikanan;d. kawasan peruntukan pertambangan;e. kawasan peruntukan industri;f. kawasan peruntukan pariwisata; dang. kawasan peruntukan permukiman.

(2) Peraturan zonasi untuk kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, disusun dengan memperhatikan:a. pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga kestabilan neraca sumber daya

kehutanan; danb. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil

hutan.(3) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf b, disusun dengan memperhatikan:a. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan rendah;

danb. ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budi daya non

pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama.(4) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf c, disusun dengan memperhatikan:a. pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dan/atau nelayan dengan

kepadatan rendah;

31

Page 32: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

b. pemanfaatan ruang untuk kawasan pemijahan dan/atau kawasan sabuk hijau; dan

c. pemanfaatan sumber daya perikanan agar tidak melebihi potensi lestari.(5) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf d, disusun dengan memperhatikan:a. keseimbangan antara biaya dan manfaat serta keseimbangan antara resiko

dan manfaat; b. pengaturan bangunan lain disekitar instalasi dan peralatan kegiatan

pertambangan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan memperhatikan kepentingan daerah;

c. Kewajiban melakukan pengelolaan lingkungan selama dan setelah berakhirnya kegiatan penambangan;

d. Kegiatan penambngan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi AMDAL yang dilengkapi dengan RPL dan RKL untuk yang berskala besar, atau UKL dan UPL untuk yang berskala kecil (tambang rakyat);

e. Tidak diperbolehkan menambang batuan di perbukitan yang di bawahnya terdapat mata air penting atau permukiman;

f. Tidak diperbolehkan menambang bongkah-bongkah batu dari dalam sungai yang terletak di bagian hulu dan di dekat jembatan;

g. Percampuran kegiatan penambangan dengan fungsi kawasan lain diperbolehkan sejauh mendukung atau tidak merubah fungsi utama kawasan; dan

h. Penambangan pasir atau sirtu di dalam badan sungai hanya diperbolehkan pada ruas-ruas tertentu yang dianggap tidak menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan.

(6) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, disusun dengan memperhatikan:a. pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan

kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya; dan

b. pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan industri.

(7) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, disusun dengan memperhatikan:a. pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan daya

tampung lingkungan;b. perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau; danc. pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata.

(8) Peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g, disusun dengan memperhatikan:a. penetapan tema arsitektur bangunan;b. penetapan kelengkapan bangunan dan lingkungan; dan c. penetapan jenis dan syarat penggunaan bangunan yang diizinkan.

Pasal 42(1) Indikasi arahan pengaturan zonasi pada kawasan strategis daerah sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 32 ayat (2) huruf i, meliputi: a. kawasan penunjang ekonomi;b. kawasan sosio-kultural; danc. kawasan yang memiliki fungsi lingkungan.

(2) Arahan peraturan zonasi pada kawasan penunjang ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, adalah sebagai berikut:a. kawasan penunjang ekonomi dalam skala besar umumnya berupa kawasan

perkotaan, terutama yang memiliki fungsi: perumahan, perdagangan-jasa, industri, transportasi dan berbagai peruntukan lainnya yang menunjang ekonomi wilayah dan kawasan ini harus ditunjang sarana dan prasarana yang memadai sehingga menimbulkan minat investasi yang besar;

b. pada setiap bagian dari kawasan strategis ekonomi ini harus diupayakan untuk mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi kawasan masing-masing;

32

Page 33: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

c. pada kawasan strategis ecara ekonomi ini harus dialokasikan ruang atau zona secara khusus untuk industri, perdagangan – jasa dan jasa wisata perkotaan sehingga secara keseluruhan menjadi kawasan yang menarik. pada zonasi ini hendaknya mengalokasikan kawasan khusus pengembangan sektor informal pada pusat-pusat kegiatan masyarakat;

d. pada zona dimaksud harus dilengkapi dengan ruang terbuka hijau untuk memberikan kesegaran ditengah kegiatan yang intensitasnya tinggi serta zona tersebut harus tetap dipertahankan;

e. pada kawasan strategis ekonomi ini boleh diadakan perubahan ruang pada zona yang bukan zona inti (untuk pergadangan – jasa, dan industri) tetapi harus tetap mendukung fungsi utama kawasan sebagai penggerak ekonomi dan boleh dilakukan tanpa merubah fungsi zona utama yang telah ditetapkan;

f. perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu pada ruang terbuka di kawasan ini boleh dilakukan sepanjang masih dalam batas ambang penyediaan ruang terbuka (tetapi tidak boleh untuk rth kawasan perkotaan);

g. dalam pengaturan kawasan strategis ekonomi ini zona yang dinilai penting tidak boleh dilakukan perubahan fungsi dasarnya;

h. pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai permukiman bila didekatnya akan diubah menjadi fungsi lain yang kemungkinan akan mengganggu (misalnya industri) permukiman harus disediakan fungsi penyangga sehingga fungsi zona tidak boleh bertentangan secara langsung pada zona yang berdekatan; dan

i. untuk menjaga kenyamanan dan keamanan pergerakan maka pada kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan diluar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija atau ruwasja, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah ditetapkan.

(3) Peraturan zonasi pada kawasan sosio-kultural sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah sebagai berikut:a. kawasan sosio-kultural terdiri atas kawasan peninggalan sejarah yakni candi, arca,

museum. secara umum kawasan ini harus dilindungi dan salah satu fungsi yang ditingkatkan adalah untuk penelitian dan wisata budaya. untuk itu pada radius tertentu harus dilindungi dari perubahan fungsi yang tidak mendukung keberadaan candi atau dari kegiatan yang intensitasnya tinggi sehingga mengganggu estetika dan fungsi monumental;

b. bila sekitar kawasan ini sudah terdapat bangunan misalnya perumahan harus dibatasi pengembanganya;

c. untuk kepentingan pariwisata boleh ditambahkan fungsi penunjang misalnya shouvenir shop atau atraksi wisata yang saling menunjang tanpa menghilangkan identitas dan karakter kawasan;

d. pada zona ini tidak boleh dilakukan perubahan dalam bentuk peningkatan kegiatan atau perubahan ruang disekitarnya yang dimungkinkan dapat mengganggu fungsi dasarnya;

e. penambahan fungsi tertentu pada suatu zona ini tidak boleh dilakukan untuk fungsi yang bertentangan, misalnya perdagangan dan jasa yang tidak terkait museum dan pariwisata; dan

f. pada sekitar zona ini bangunan tidak boleh melebihi ketinggian duapertiga dari museum dan bangunan bersejarah yang ada.

(4) Arahan pengaturan zonasi pada kawasan yang memiliki fungsi lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, adalah sebagai berikut:a. pada kawasan ini yang termasuk dalam katagori zona inti harus dilindungi dan tidak

dilakukan perubahan yang dapat mengganggu fungsi lindung;b. pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi lingkungan dan terdapat

kerusakan baik pada zona inti maupun zona penunjang harus dilakukan pengembalian ke rona awal sehingga kehidupan satwa langka dan dilindungi dapat lestari;

c. untuk menunjang kelestarian dan mencegah kerusakan dalam jangka panjang harus melakukan percepatan rehabilitasi lahan;

d. pada zona-zona ini boleh melakukan kegiatan pariwisata alam sekaligus menanamkan gerakan cinta alam;

e. pada kawasan yang didalamnya terdapat zona terkait kemampuan tanahnya untuk peresapan air maka boleh dan disarankan untuk pembuatan sumur-sumur resapan;

33

Page 34: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

f. pada kawasan hutan lindung yang memiliki nilai ekonomi tinggi atau fungsi produksi tertentu (misalnya terdapat komoditas durian, manggis, damar, rotan) boleh dimanfaatkan buah atau getahnya tetapi tidak boleh mengambil kayu yang mengakibatkan kerusakan fungsi lindung;

g. pada zona ini tidak boleh melakukan alih fungsi lahan yang mengganggu fungsi lindung apalagi bila didalamnya terdapat kehidupan berbagai satwa maupun tanaman langka yang dilindungi; dan

h. pada zona inti maupun penunjang bila terlanjur untuk kegiatan budidaya khususnya permukiman dan budidaya tanaman semusim, tidak boleh dikembangkan lebih lanjut atau dibatasi dan secara bertahap dialihfungsikan kembali ke zona lindung.

Bagian KetigaKetentuan Perizinan

Pasal 43(1) Perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf b, adalah perizinan yang

terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.

(2) Setiap usaha dan / atau kegiatan yang membutuhkan perizinan hendaknya mengajukan perizinan dan mengacu pada perizinan lingkungan.

(3) Kegiatan perizinan mencakup kegiatan :a. izin lokasi/fungsi ruang;b. kualitas ruang; danc. kawasan pengendalian ketat (high controlled zone).

(4) Kegiatan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah.

(5) Khusus untuk kawasan pengendalian ketat (High Control Zone) yang merupakan kawasan yang memerlukan pengawasan secara khusus dan dibatasi pemanfaatannya untuk mempertahankan daya dukung, mencegah dampak negatif dan menjamin proses pembangunan yang berkelanjutan.

(6) Pemanfaatan ruang yang dibatasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) meliputi pemanfaatan ruang di sekitar kawasan perdagangan regional, wilayah aliran sungai, kawasan yang berhubungan dengan aspek pelestarian Iingkungan hidup meliputi kawasan resapan air atau sumber daya air, kawasan konservasi hutan bakau/mangrove, serta transportasi terkait kawasan jaringan jalan, area/lingkup kepentingan pelabuhan, kawasan di sekitar jalan arteri, prasarana wilayah dalam skala regional lainnya seperti area di sekitar jaringan SUTET dan TPA terpadu, kawasan rawan bencana, kawasan Iindung prioritas dan pertambangan skala regional, dan kawasan konservasi alami, budaya yang bersifat unik dan khas.

(7) Perizinan untuk pemanfaatan ruang di sekitar kawasan-kawasan khusus dengan skala pelayanan regional sebagaimana dimaksud pada ayat (6), meliputi :a. harus mendapatkan izin dari gubernur;b. permohonan izin sebagaimana dimaksud pada huruf a dilaksanakan

sebelum pelaksanaan pembangunan fisik;c. harus dilampiri dengan gambar teknis arsitektural (site plan, denah, tampak,

potongan dan situasi); gambar teknis konstruksi sipil; data pendukung berupa penguasaan tanah, lokasi bangunan berupa sertifikat hak milik atau bukti perjanjian sewa; dan

d. pemanfaatan ruang yang dimohonkan harus memenuhi syarat zoning yang akan diatur lebih lanjut dengan peraturan tersendiri.

Bagian KeempatKetentuan Umum Insentif dan Disinsentif

Pasal 44(1) Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf

c, adalah:a. insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan

terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang; dan

34

Page 35: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

b. disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.

(2) Pemberian insentif dapat berbentuk:a. keringanan pajak daerah, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa

ruang, dan urun saham;b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;c. kemudahan prosedur perizinan; dan/ataud. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah daerah.

(3) Pemberian disinsentif dapat berbentuk :a. pengenaan pajak daerah yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang

dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan/atau

b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan penalti.

Bagian KelimaKetentuan Sanksi

Pasal 45Ketentuan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf d merupakan acuan dalam pengenaan sanksi terhadap:a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang

wilayah kabupaten;b. pelanggaran ketentuan arahan peratuan zonasi;c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW

Kabupaten; d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan

berdasarkan RTRW Kabupaten; e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang yang

diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten; f. pemanfataan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan

perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dang. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.

Pasal 46(1) Setiap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf a, huruf b, huruf d,

huruf e, huruf f, dan huruf g, dikenakan sanksi administratif berupa:a. peringatan tertulis;b. penghentian sementara kegiatan;c. penghentian sementara pelayanan umum;d. penutupan lokasi;e. pencabutan izin;f. pembatalan izin;g. pembongkaran bangunan;h. pemulihan fungsi ruang; dani. denda administratif.

(2) Setiap pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 huruf c, dikenakan sanksi administratif berupa:a. peringatan tertulis;b. penghentian sementara kegiatan;c. penghentian sementara pelayanan umum;d. penutupan lokasi;e. pembongkaran bangunan;f. pemulihan fungsi ruang; dang. denda administratif.

Pasal 47Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 48

35

Page 36: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Selain sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (2), pelanggaran terhadap Peraturan Daerah ini dikenakan sanksi pidana merujuk pada ketentuan perundang - undangan.

BAB VIII PERAN MASYARAKAT

Bagian kesatuHak

 Pasal 49Dalam kegiatan penataan ruang wilayah, masyarakat berhak :a. berperanserta dalam proses perencanaan dan penyusunan tata ruang, pemanfaatan

ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;b. mengetahui secara terbuka rencana tata ruang wilayah Kabupaten Belu;c. menikmati manfaat ruang dan/atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari

penataan ruang;d. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialaminya sebagai akibat

pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang; dane. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai

dengan rencana tata ruang.

Bagian keduaKewajiban Pasal 50

Setiap orang berkewajiban :a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang

berwenang;c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam izin pemanfaatan ruang; d. memberikan akses yang seluas-luasnya ke ruang yang dinyatakan oleh peraturan

perundang-undangan sebagai milik umum; dane. menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan meningkatkan

kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.

BAB IXKELEMBAGAAN

Pasal 51(1) Dalam rangka mengkoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama

antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah.

(2) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan keputusan bupati.

BAB XKETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 52(1) Untuk operasionalisasi RTRW Kabupaten disusun RDTR Kawasan

Perkotaan Kabupaten dan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.(2) Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Kabupaten dan

Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Pasal 53Rencana tata ruang wilayah Kabupaten menjadi pedoman untuk:a. penyusunan rencana pembangunan jangka panjang daerah;b. penyusunan rencana pembangunan jangka menengah daerah;c. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten;

36

Page 37: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

d. mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor;e. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; danf. penataan ruang kawasan strategis Kabupaten.

Pasal 54(1) Jangka waktu RTRW Kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali 1

(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala

besar dan/atau perubahan batas teritorial wilayah kabupaten yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan, RTRW Kabupaten dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan apabila terjadi perubahan kebijakan propinsi dan strategi yang mempengaruhi pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika internal kabupaten.

BAB XIKETENTUAN PERALIHAN

Pasal 55(1) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka semua peraturan pelaksanaan

yang berkaitan dengan penataan ruang Daerah yang telah ada dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan Peraturan Daerah ini.

(2) Pada saat Peraturan Daerah ini mulai belaku, maka:a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan

ketentuan Peraturan Daerah ini ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan

ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan: 1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan

dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini; 2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan ruang

dilakukan sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini; dan

3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yang layak; dan

4. Ketentuan dan tata cara pemberian penggantian yang layak sebagaimana dimaksud pada angka 3 diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

c. pemanfaatan ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan Daerah ini;

d. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin ditentukan sebagai berikut:1. yang bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, pemanfaatan ruang

yang bersangkutan ditertibkan dan disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan

2. yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

BAB XIIKETENTUAN PENUTUP

Pasal 56Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Belu. 

37

Page 38: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Ditetapkan di Atambuapada tanggal 2 Agustus 2011

BUPATI BELU,

JOACHIM LOPEZ

Diundangkan di Atambuapada tanggal 2 Agustus 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BELU,

PETRUS BERE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELU TAHUN 2011 NOMOR 06.

38

Page 39: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

PENJELASANATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELU

NOMOR 6 TAHUN 2011

TENTANGRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BELU TAHUN 2011-2031

I. UMUM1. Ruang Wilayah Kabupaten Belu sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia, pada hakikatnya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus dikembangkan dan dilestarikan pemanfaatannya secara optimal agar dapat menjadi wadah bagi kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya secara berkelanjutan demi kelangsungan hidup yang berkualitas. Pancasila merupakan dasar negara dan falsafah negara, yang memberikan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian dan keseimbangan, baik dalam hubungannya dengan kehidupan pribadi, hubungan manusia dengan manusia lain, hubungan manusia dengan alam sekitarnya maupun hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional mewajibkan agar sumberdaya alam dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kemakmuran tersebut haruslah dapat dinikmati oleh generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.

2. Ruang sebagai sumberdaya alam tidaklah mengenal batas wilayah, karena ruang pada dasarnya merupakan wadah atau tempat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya untuk hidup dan melakukan kegiatannya, akan tetapi jika ruang dikaitkan dengan pengaturannya, haruslah mengenal batas dan sistemnya. Dalam kaitan tersebut, ruang wilayah Kabupaten Belu meliputi tiga matra, yakni ruang daratan, ruang lautan dan ruang udara.Ruang wilayah Kabupaten Belu sebagai unsur lingkungan hidup, terdiri atas berbagai ruang wilayah yang masing-masing sebagai sub sistem yang meliputi aspek alamiah (fisik), ekonomi, sosial budaya dengan corak ragam dan daya dukung yang berbeda satu dengan lainnya. Pengaturan pemanfaatan ruang wilayah yang didasarkan pada corak dan daya dukungnya akan meningkatkan keselarasan, keseimbangan sub sistem, yang berarti juga meningkatkan daya tampungnya. Pengelolaan sub-sistem yang satu akan berpengaruh kepada kepada sub-sistem yang lain, yang pada akhirnya akan mempengaruhi sistem ruang secara keseluruhan. Oleh karena itu, pengaturan ruang menuntut dikembangkan suatu sistem dengan keterpaduan sebagai ciri utamanya.Ada pengaruh timbal balik antara ruang dan kegiatan manusia. Karakteristik ruang menentukan macam dan tingkat kegiatan manusia, sebaliknya kegiatan manusia dapat merubah, membentuk dan mewujudkan ruang dengan segala unsurnya. Kecepatan perkembangan manusia seringkali tidak segera tertampung dalam wujud pemanfaatan ruang, hal ini disebabkan karena hubungan fungsional antar ruang tidak segera terwujud secepat perkembangan manusia. Oleh karena itu, rencana tata ruang wilayah yang disusun, haruslah dapat menampung segala kemungkian perkembangan selama kurun waktu tertentu.

3. Ruang wilayah Kabupaten Belu, mencakup wilayah kecamatan yang merupakan satu kesatuan ruang wilayah yang terdiri atas satuan-satuan ruang yang disebut dengan kawasan. Dalam berbagai kawasan terdapat macam dan budaya manusia yang berbeda, sehingga diantara berbagai kawasan tersebut seringkali terjadi tingkat pemanfaatan dan perkembangan yang berbeda-beda. Perbedaan ini apabila tidak ditata, dapat mendorong terjadinya ketidakseimbangan pembangunan wilayah. Oleh karena itu, rencana tata ruang wilayah, secara teknis harus mempertimbangkan : (i) keseimbangan antara kemampuan ruang dan kegiatan manusia dalam memanfaatkan serta meningkatkan kemampuan ruang ; (ii) keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam pemanfaatan antar kawasan dalam rangka meningkatkan kapasitas produktivitas masyarakat dalam arti luas.

39

Page 40: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

4. Meningkatnya kegiatan pembangunan yang memerlukan lahan, baik tempat untuk memperoleh sumber daya alam mineral atau lahan pertanian maupun lokasi kegiatan ekonomi lainnya, seperti industri, pariwisata, pemukiman dan administrasi pemerintahan, potensial meningkatkan terjadinya kasus-kasus konflik pemanfaatan ruang dan pengaruh buruk dari suatu kegiatan terhadap kegiatan lainnya. Berkenaan dengan hal tersebut, diperlukan perencanaan tata ruang yang baik dan akurat, agar perkembangan tuntutan berbagai kegiatan pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang terdapat di dalamnya dapat berfungsi secara optimal, terkendali, selaras dengan arah pembangunan Daerah Kabupaten Belu.

5. Kendatipun perencanaan tata ruang sepenuhnya merupakan tindak pemerintahan atau sikap tindak administrasi negara, dalam proses penyusunan sampai pada penetapannya perlu melibatkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dalam perencanaan tata ruang menjadi penting dalam kerangka menjadikan sebuah tata ruang sebagai hal yang responsif (responsive planning), artinya sebuah perencanaan yang tanggap terhadap preferensi serta kebutuhan dari masyarakat yang potensial terkena dampak apabila perencanaan tersebut diimplementasikan. Tegasnya, dalam konteks perencanaan tata ruang, sebenarnya ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama, kewajiban Pemerintah untuk memberikan informasi, Kedua, hak masyarakat untuk di dengar (the right to be heard). Dalam praktek, pada dasarnya dua aspek ini saling berkaitan karena penerapannya menunjukkan adanya jalur komunikasi dua arah. Dengan kewajiban pemerintah untuk memberi informasi yang menyangkut rencana kegiatan/perbuatan administrasi, dan adanya hak bagi yang terkena (langsung maupun tidak langsung) oleh kegiatan/perbuatan pemerintah, mengandung makna bahwa mekanisme itu telah melibatkan masyarakat dalam prosedur administrasi negara, di pihak lain dapat menunjang pemerintahan yang baik dan efektif, karena dengan mekanisme seperti itu pemerintah dapat memperoleh informasi yang layak sebelum mengambil keputusan. Mekanisme seperti itu dapat menumbuhkan suasana saling percaya antara pemerintah dan rakyat sehingga dapat mencegah sengketa yang mungkin terjadi serta memungkinkan terjadinya penyelesaian melalui jalur musyawarah.

6. Secara normatif, perencanaan tata ruang dimaksud perlu diberi status dan bentuk hukum agar dapat ditegakkan, dipertahankan dan ditaati oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Hanya rencana yang memenuhi syarat-syarat hukumlah yang dapat melindungi hak warga masyarakat dan memberi kepastian hukum, baik bagi warga maupun bagi aparatur pemerintah termasuk didalamnya administrasi negara yang bertugas melaksanakan dan mempertahankan rencana, yang sejak perencanaannya sampai penetapannya memenuhi ketentuan hukum yang berlaku. Apabila suatu rencana telah diberi bentuk dan status hukum, maka rencana itu terdiri atas atas susunan peraturan-peraturan yang pragmatis, artinya segala tindakan yang didasarkan kepada rencana itu akan mempunyai akibat hukum.

7. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada Pasal 78 mengamanatkan bahwa Peraturan Daerah Kabupaten tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten disusun atau disesuaikan paling lambat dalam waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diberlakukan. Dengan demikian maka Pemerintah Daerah Kabupaten Belu harus segara menyusun dan menetapkan peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu yang sesuai dengan Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

8. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun Peraturan Daerah yang akan menjadi acuan dalam pelaksanaan program-program pembangunan di daerah serta mendorong percepatan perkembangan masyarakat secara tertib, teratur dan berencana. Peraturan Daerah sendiri merupakan bagian tak terpisahkan dari kesatuan sistem perundang-undangan secara nasional, oleh karena itu peraturan daerah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau bertentangan dengan kepentingan umum. Kepentingan umum yang harus diperhatikan bukan saja kepentingan rakyat banyak Daerah yang bersangkutan, melainkan kepentingan Daerah lain dan kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Ini berarti, pembuatan peraturan peraturan perundang-undangan tingkat daerah, bukan sekedar melihat batas kompetensi formal atau kepentingan Daerah yang

40

Page 41: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

bersangkutan, tetapi harus dilihat pula kemungkinan dampaknya terhadap daerah lain atau kepentingan nasional secara keseluruhan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1Cukup jelas

Pasal 2 Cukup Jelas

Pasal 3Cukup jelas

Pasal 4Cukup jelas

Pasal 5 Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Cukup jelasHuruf f

Cukup jelasHuruf g

Cukup jelasHuruf h

Cukup jelasHuruf i

Cukup jelasHuruf j

Cukup jelasHuruf k

Cukup jelasHuruf l

Cukup jelasHuruf m

Cukup jelasHuruf n

Cukup jelasHuruf o

Cukup jelas

Pasal 6Ayat (1)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

41

Page 42: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Cukup jelasAyat (3)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Ayat (4) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Cukup jelasHuruf f

Cukup jelasAyat (5)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf iCukup jelas

Huruf jCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Ayat (6) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelas

Ayat (7) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelas

42

Page 43: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Huruf cCukup jelas

Huruf dCukup jelas

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Ayat (8) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasHuruf e

Cukup jelasHuruf f

Cukup jelas

Ayat (9) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelas

Ayat (10) Huruf a

Cukup jelas

Ayat (11) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelas

Ayat (12) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelas

Ayat (13) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelas

Ayat (14) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelas

43

Page 44: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Ayat (15) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelasHuruf d

Cukup jelasMoratorium Logging artinya penghentian sementara penebangan hutan

Huruf eCukup jelas

Huruf fCukup jelas

Huruf gCukup jelas

Huruf hCukup jelas

Huruf iCukup jelas

Huruf jCukup jelas

Huruf kCukup jelas

Huruf lCukup jelas

Huruf mCukup jelas

Pasal 7Yang dimaksud dengan “rencana struktur ruang” dalam ketentuan ini adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai pada akhir tahun rencana, yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang akan dikembangkan.Rencana struktur ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan sistem perkotaan dalam wilayah kabupaten dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan sistem jaringan sumberdaya air.

Pasal 8Cukup Jelas

Pasal 9Cukup Jelas

Pasal 10Cukup Jelas

Pasal 11Cukup Jelas

Pasal 12 Cukup Jelas

Pasal 13Cukup jelas

44

Page 45: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Pasal 14Cukup jelas

Pasal 15Ayat (1)

Cukup jelas Ayat (2)

Huruf aCukup jelas

Huruf bCukup jelas

Huruf cCukup jelas

Huruf dsistem pengelolaan TPA yang dikembangkan dengan menggunakan sistem controlled landfill dan sanitary landfill adalah merupakan konsep terpadu dengan cara ditimbun atau dibakar yang dilengkapi sarana sistem draenase pembuangan gas dari proses dekomposisi sampah, penyediaan pipa akibat cairan yang ditimbulkan sampe pada pembuangan.

Ayat (3) Huruf a

Cukup jelasHuruf b

Cukup jelasHuruf c

Cukup jelas

Pasal 16Cukup Jelas

Pasal 17Cukup Jelas

Pasal 18Cukup Jelas

Pasal 19Cukup jelas

Pasal 20Cukup Jelas

Pasal 21Cukup Jelas

Pasal 22Cukup Jelas

Pasal 23Cukup Jelas

Pasal 24Cukup Jelas

Pasal 25Cukup Jelas

Pasal 26Cukup Jelas

45

Page 46: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Pasal 27Cukup Jelas

Pasal 28Cukup Jelas

Pasal 29Cukup Jelas

Pasal 30Ayat (1)

Cukup JelasAyat (2)

Yang dimaksud dengan Indikasi program utama dalam ketentuan ini menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah provinsi. Selain itu, juga terdapat kegiatan lain, baik yang dilaksanakan sebelumnya, bersamaan dengan, maupun sesudahnya, yang tidak disebutkan dalam Peraturan Daerah ini.

Ayat (3)Cukup Jelas

Ayat (4)Cukup Jelas

Ayat (5)Cukup Jelas

Ayat (6)Cukup Jelas

Ayat (7)Cukup Jelas

Pasal 31Cukup Jelas

Pasal 32Cukup Jelas

Pasal 33Cukup Jelas

Pasal 34Cukup Jelas

Pasal 35 Cukup Jelas

Pasal 36Cukup Jelas

Pasal 37 Cukup Jelas

Pasal 38Cukup Jelas

46

Page 47: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Pembangunan menara sesuai dengan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor: 02/PER/M. KOMINFO/ 3/2008 tentang Pedoman Pembangunan dan Penggunaan Menara Bersama Telekomunikasi, Pembangunan Menara harus sesuai dengan standar baku tertentu untuk menjamin aspek keamanan dan keselamatan aktivitas kawasan di sekitarnya dengan memperhitungkan faktor-faktor yang menentukan kekuatan dan kestabilan konstruksi Menara, antara lain:a. tempat/space penempatan antena dan perangkat telekomunikasi untuk

penggunaan bersama;b. ketinggian Menara;c. struktur Menara;d. rangka struktur Menara;e. pondasi Menara; danf. kekuatan angin.

Pasal 39Cukup Jelas

Pasal 40Cukup Jelas

Pasal 41Cukup Jelas

Pasal 42Cukup Jelas

Pasal 43 Cukup Jelas

Pasal 44Yang dimaksud dengan insentif dalam ketentuan ini kemudahan yang diberikan terhadap pemberian izin pemanfaatan ruang untuk mendorong tercapainya perlindungan terhadap kawasan perencanaan.Yang dimaksud dengan disinsentif dalam ketentuan ini adalah pengekangan yang dilakukan terhadap pemberian izin pemanfaatan ruang untuk membatasi kecenderungan perubahan dalam pemanfaatan ruang.

Pasal 45 Cukup Jelas

Pasal 46Cukup Jelas

Pasal 47Cukup Jelas

Pasal 48Cukup Jelas

Pasal 49Cukup Jelas

Pasal 50Cukup Jelas

Pasal 51Cukup Jelas

Pasal 52

47

Page 48: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

Cukup Jelas

Pasal 53Cukup Jelas

Pasal 54Cukup Jelas

Pasal 55Cukup Jelas

Pasal 56Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELU TAHUN 2011 NOMOR 63.

48

Page 49: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

LAMPIRAN I

LAMPIRAN I.1 STRUKTUR RUANG I.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan TransportasiI.1.1.1 sistem jaringan transportasi darat di kabupaten Belua. Jalan Nasional

1. Eksisiting

2. Rencana Pengembangan Menjadi Jalan Nasional

b. Jalan Provinsi1. Eksisting

49

No

No. Ruas/Link

Ruas JalanPanjang

(km)±Sistem

Jaringan

1 N.065 Batas TTU - Spg.Halilulik 16.500 Lintas Utama P. Timor

2 N.066 Spg.Halilulik – Atambua 21.000 Lintas Utama P. Timor

3 N.067 Atambua – Motaain 35.500 Lintas Utama P. Timor

Total 73.000

No

No. Ruas/Link

Ruas JalanPanjang

(km)±Sistem

Jaringan

1 K.12 Boas – Kotabot 21,000 Lintas Utama P. Timor

2 K.13 Wemasa – Uarau 16,000 Lintas Utama P. Timor

3K.71 Salore-Silawan-Motaain 13.000

Lintas Utama P. Timor

4 P.085 Spg.Halilulik – Besikama (melalui ruas jalan Spg.Halilulik - Boas )

27,000 Lintas Utama P. Timor

5 P.086 Atambua - Haliwen –Selore 9,400 Lintas Utama P. Timor

6 P.087 Atambua – Weluli 40,800 Lintas Utama P. Timor

Total 127,200

Page 50: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

No.

No. Ruas/Link

Ruas JalanPanjang

(km) Status

1 P.085 Spg.Halilulik – Besikama

70.800 Lintas Utama P. Timor

2 P.086 Atambua - Haliwen –Selore

9.400 Lintas Utama P. Timor

3 P.087 Atambua – Weluli 40.800 Lintas Utama P. Timor

4 P.123 Spg.Berluli - Teluk Gurita

7.000 Lintas Utama P. Timor

5 P.124 Besikama – Wanibesak

13.400 Lintas Utama P. Timor

No.

No. Ruas/Link

Ruas JalanPanjang

(km) Status

6 P.125 Webua – Motamasin 23.000 Lintas Utama P. Timor

7 P.126 Lakafehan – Kalitin 5.200 Lintas Utama P. Timor

Total 169.600

2. Rencana Pengembangan Menjadi Jalan Propinsi

No.

No. Ruas/Link

Ruas JalanPanjang

(km)

1 K.01 Rainino – Kaputu 19.8002 K.44 Umasakaer - Kaputu 15.800

Total 35.600

c. Jalan Kabupaten

No No.Ruas/Link

Ruas JalanPanjang

(Km)

11 K.01 Rainino – Kaputu 19.800

12 K.02 Kakase – Biudukfoo 28.000

13 K.03 Fatukbesi - Fatuknutuk 12.500

14 K.04 Weliman - Biudukfoho 20.000

15 K.05 Numponi – Uabau 10.500

16 K.06 Spg.Haitimuk - Webrimata 10.800

17 K.07 Besikama – Fahiluka 4.000

18 K.08 Betun – Fahiluka 12.800

19 K.09 Umakatahan - Besikama 8.300

20 K.10 Motamauk - Fatusakar 26.000

21 K.11 Kada - Spg.Kotabot 18.000

22 K.12 Boas – Kotabot 21.000

23 K.13 Wemasa – Uarau 16.000

24 K.14 Motaoe – Dafala 8.000

25 K.15 Halilulik – Fatubesi 21.000

26 K.16 Wedomu - Spg.Dafala 7.600

50

Page 51: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

27 K.17 Wilaen – Rusan 8.400

28 K.18 Builalu – Fulur 7.200

29 K.19 Spg.Builalu – Holeki 2.000

30 K.20 Spg.Fulur – Kewar 1.550

31 K.21 Weluli – Nuawain 4.000

32 K.22 Sp.Weluli – Fulur 5.600

33 K.23 Sp. Fulur – Henes 15.200

34 K.26 Haliwen – Sadi 5.300

35 K.27 Sadi - Fulanmonu 6.000

No No.Ruas/Link

Ruas JalanPanjang

(Km)

36 K.30 Berluli - Fatuatis 6.000

37 K.33 Sp.Wedomu - Sadi 11.500

38 K.34 Fatubenao - Debubot 8.000

39 K.35 Nenuk – Dafala 15.700

40 K.36 Webua – Kletek 6.200

41 K.37 Atambua - Taektoo 5.000

42 K.38 Nenuk – Tala 19.000

43 K.39 Tubakioan - Kotafoun 7.700

44 K.41 Lebur – Uarau 25.000

45 K.42 Haekesak - Turiskain 4.900

46 K.43 Nenuk - Kimbana 12.000

47 K.44 Umasakaer - Kaputu 15.800

48 K.46 Fatuknuktuk - Koka 7.000

49 K.47 Koka - Biudukfoho 13.000

50 K.49 Haitiumuk - Kakaniuk 8.000

51 K.50 Atambua – Tala 2.200

52 K.51 Kereana - Kaputu 15.500

53 K.53 Wilaen - Halileki 12.400

54 K.54 Wedomu - Nualain 23.800

55 K.55 Weluli - Holsues 5.000

56 K.56 Kada - Maubesi 3.000

57 K.57 Wemasa - Masinlulik 5.350

58 K.58 Haekesak - Wilaen 5.500

59 K.59 Fatusakar -- Laktutus 8.000

60 K.60 Sp. Nenuk - Lookeu 8.000

61 K.61 Nubelu - Ksadan Takirin 5.000

62 K.62 Biudukfoho - Tafuli 10.500

63 K.63 Sp.Liakai-Lewalu-Ekin 6.000

64 K.64 Dalam Kota Atambua 36.815

65 K.65 Leunklot - Wekmidar 9.000

66 K.66 Umasakaer - Biudukfehan 5.000

67 K.67 Wederok-Umaklolok 6.000

68 K.68 Seon – Kakuun 8.000

69 K.69 Wanibesak - Alkani 12.000

70 K.70 Lalu-Rusan-Halileki 22.400

51

Page 52: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

71 K.71 Salore-Silawan-Motaain 13.000

Total 686.815

d. Jalan Lingkar/Sabuk Perbatasan RI – RDTL Kabupaten Belu

No. Ruas JalanStatus Jalan Saat

iniPanjang

(km)1 Motaain – Silawan – Salore

HaliwenKab. 17,00

2 Haliwen – Sadi Kab. 5,303 Sadi – Maneikun – Baudaok –

AsumanuDesa 35,00

4 Sarabau – Cbg.Lalu – Haekesak

Kab. 30,00

5 Haekesak – Turiskain Kab. 4,906 Haekesak – Rusan - Builalu Kab. 12,007 Builalu – Fulur Kab. 7,208 Fulur – Kewar Kab. 1,559 Fulur – Henes Kab. 15,20

10 Wedomu – Nualain Kab. 23,8011 Wedomu–Dafala– Lookeu –

FatubesiDesa 32,00

12 Fatubesi - Laktutus Desa 11,0013 Laktutus – Fatusakar Kab. 15,0014 Fatusakar – Metamauk Kab. 26,00

  Total 235,95

I.1.1.2 Sistem Jaringan Transportasi Lauta. Rincian Pengembangan Pelayaran Lintas Negara

No. Nama Alur Pelayaran Internasional

1. Atapupu – Timor Leste (RDTL)

b. Rincian Pengembangan Pelayaran Regional

No. Nama Alur Pelayaran Regional

1. Kupang – Naikliu – Wini – Atapupu – Ende – Umbu Haramburu Kapita

c. Rincian Pengembangan Penyeberangan Lintas Provinsi

No. Nama Lintas Penyeberangan Provinsi

1. Teluk Gurita – Kisar (Provinsi Maluku)

52

Page 53: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

d. Rincian Pengembangan Penyeberangan Lintas Kabupaten/Kota

No. Nama Lintas Penyeberangan Kabupaten/Kota

1.

2.

3.

Teluk Gurita – Kalabahi (Kabupaten Alor);

Teluk Gurita –Waibalun (Kabupaten Flores Timur); dan

Teluk Gurita – Lewoleba (Kabupaten Lembata).

I.1.1.3 Sistem Jaringan Transportasi Udaraa. Status/Fungsi Banda Udara

No. Nama Bandara Fungsi/Status

1.

Bandara Haliwen Pengumpul Tersier

b. Rute Penerbangan Nasional

No. Nama Rute Penerbangan Nasional

(sesuaikan dengan jalur/rute penerbangan dari luar provinsi menuju Bandara Haliwen di Atambua)

c. Rincian Pengembangan Rute Penerbangan Provinsi

No. Nama Rute Penerbangan Provinsi

(sesuaikan dengan jalur/rute penerbangan lokal antar kabupaten dalam provinsi)

I.1.2 Rencana Sistem Jaringan Energi Di Kabupaten Belu

a. Pembangkit Listrik

No Jenis Pembangkit Jumlah Beban

Terpasang Tambahan

53

Page 54: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

I Pembangkit

PLTD - -

PLTU - 4 X 6 MW

PLTM - -

NoJenis Pembangkit

Jumlah Beban

Terpasang Tambahan

PLTS - -

Sub Total -

II Transmisi (Kms)

70 KV - -

No. JENIS PEMBANGKIT

KETERANGAN

1. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

- PLTD Atambua - PLTD Betun - PLTD Besikama - PLTD Naitimu- PLTD Silawan - PLTD Lamaknen- PLTD Manleten - PLTD Kobalima- PLTD Boas- PLTD Kaputu- PLTD Biudukfoho- PLTD Haekesak

2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

- PLTU 4 X 6 MW Au Fuik Desa Dualaus

3. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

Lamaknen Selatan

4. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

Lamaknen, Lasiolat dan Raihat

5. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

Seluruh wilayah Kabupaten Belu yang belum terlayani energi listrik.(yang sudah terlayani PLTS Tersebar adalah di 21 Kecamatan yaitu di 104 desa dan PLTS Terpusat di Desa Nualain Kecamatan Lamaknen Selatan)

b. Jaringan transmisiNo. Jaringan

TransmisiKETERANGAN

1. Gardu Induk GI Atambua (Kab. Belu) GI di selurah ibu kota kecamatan (Kab. Belu)

c. Rencana Kebutuhan Listrik

54

Page 55: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

No PenggunaanKebutuhan (Watt)

2011 2016 2021 2026 2031

1

Rumah Tangga Kapling Besar

2172882 2574783 3051022 3615346 4284049

2

Rumah Tangga Kapling Sedang

4512908 5347627 6336737 7508795 8897641

3Rumah Tangga Kapling Kecil

4512908 5347627 6336737 7508795 8897641

4Jumlah Perumahan

11198699 13270037 15724496 18632937 22079330

5Komersial 15%

1679805 1990506 2358674 2794941 3311900

6 Sosial 15% 1119870 13270037 1572450 1863294 2207933

7 Daya Hilang 10%

1119870 1327004 1572450 1863294 2207933

8Cadangan 10%

1119870 1327004 15724496 1863294 2207933

9Penerangan Jalan 1,5%

4479480 5308015 6289798 7453175 8831732

Total 9518894 23222565 27517868 15837996 18767431

I.1.3 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Telekomunikasi

Tingkat Pelayanan Sambungan Telepon

No PenggunaanKebutuhan saluran

2016 2021 2026 2031

1Telepon Pribadi

9903 11735 13905 16477

2Telepon Umum

99 117 139 165

3 Wartel 413 489 579 687

4 Jumlah 10415 12341 14624 17328

I.1.4 Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air Kabupaten Belu

a. Sistem Jaringan Wilayah Sungai

No. Nama Sungai (WS) Panjang (Km) Kecamatan

1. Benenain 100 Malaka Barat

2. Motadelek 15 Wewiku

3. Baen 30 Malaka Tengah

4. Wedik 10 Malaka Tengah

5. Talimetan 8 Malaka Timur

6. Motahoar 7 Malaka Timur

7. Motabuik 41 Tasbar

8. Luradik 10 Tasbar

9. Baukama 45 Tastim

10. Baukoek 10 Tastim

11. Motamoru 15 Tastim

55

Page 56: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

No. Nama Sungai (WS) Panjang (Km) Kecamatan

12. Malibaka 50 Raihat

13. Weluli 18 Lamaknen

14. Motabalu 28 Kobalima

15. Talau 50 Kota Atambua

b. Rencana Status Daerah Irigasi Yang Menjadi Kewenangan dan Tanggung Jawab Pemerintah, Propinsi serta Kabupaten

NO Daerah Irigasi Luas (Ha) Kewenangan Keterangan1. DI Malaka 6.700 Pusat2. DI Haekesak 3.400 Pusat3. DI Alas 1650 Provinsi4. DI Fatubesi 1650 Provinsi5. DI Maubusa 1350 Provinsi6. DI Obor 1815 Provinsi7. DI Ainiba 150 Kabupaten

8. DI Bakateu 100 Kabupaten9. DI Bauatok 100 Kabupaten10. DI Butasik, 150 Kabupaten11. DI Derok 100 Kabupaten12. DI Eturaifou 125 Kabupaten13. DI Haekesak 600 Kabupaten14. DI Halileki 450 Kabupaten15. DI Halilulik 200 Kabupaten16. DI Haliwen 299 Kabupaten17. DI Holeki 450 Kabupaten18. DI Lakekun I & II 250 Kabupaten19 DI Nobelu 128 Kabupaten20 DI Raimea 400 Kabupaten21. DI Raimetan 150 Kabupaten22. DI Salore 150 Kabupaten23. DI Seonpasar 100 Kabupaten24. DI Taeksoruk 150 Kabupaten25. DI Takirin 120 Kabupaten26. DI Teun 100 Kabupaten27. DI Tolok 600 Kabupaten28. DI Tubaki 300 Kabupaten29. DI wemaromak 200 Kabupaten30. DI Webua 100 Kabupaten31. DI Webuni 100 Kabupaten32. DI Wematek 200 Kabupaten33. DI Weon 100 Kabupaten34. DI Kimbana 50 Kabupaten35. DI Lalosuk 50 Kabupaten36. DI Wekari 50 Kabupaten37. DI Weliman 100 Kabupaten38. DI Hasimetan 250 Kabupaten39. DI Lahurus 175 Kabupaten40. DI Dualasi 200 Kabupaten41. DI Lawalu 250 Kabupaten42. DI Webot 250 Kabupaten43. DI Beabo 235 Kabupaten44. DI Buburlaran 350 Kabupaten45. DI Mausaka 450 Kabupaten46. DI Weharani 230 Kabupaten47. DI Raiikun 350 Kabupaten48. DI Halimodok 125 Kabupaten49. DI Maudemu 100 Kabupaten50. DI Lelowai 138 Kabupaten51. DI Halioan 75 Kabupaten

56

Page 57: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

52. DI Daris 60 Kabupaten53. DI Kala Mesak 65 Kabupaten54. DI Ekin 50 Kabupaten

57

Page 58: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

I.1.6 Rencana Sistem Jaringan Prasarana Air Bersih Kabupaten Belu

a.Rencana Pengembangan Sumber Air Bersih

a.

Rencana Kebutuhan Air Bersih

No Tahun

Jumlah Penduduk

Kebutuhan (Liter/hari)

Total

Peru-mahan Ekonomi Sosial

Perkan-toran Industri

Kebo-coran

Cada-ngan

Terlayani (Jiwa) 120 60% 35% 15% 10% 2% 5%

1 2016 490.750 58.890.000 294.450 171.763 73.613 49.075 9.815 24.538 203.093.7792 2021 562.994 67.559.280 337.796 197.048 84.449 56.299 11.260 28.150 235.100.4493 2026 635.239 76.228.680 381.143 222.334 95.286 63.524 12.705 31.762 273.271.5164 2031 707.483 84.897.960 424.490 247.619 106.122 70.748 14.150 35.374 318.987.274

LAMPIRAN 1.2 POLA RUANG1.2.1 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Kabupaten Belu1.2.1.1 Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Belu

NO KAWASAN HUTAN KECAMATAN LUAS (HA)

1 Selie Kobalima 853.8

3 Tukubesi Tasifeto Timur 268.95

4 Bifennasi-Sonmahole Kakuluk Mesak, Atambua Barat, Tasifeto Barat, Laenmanen, Sasita Mean

15.591.27

5 Lakaan Mandeu Nanaet Dubesi, Raimanuk, Malaka Timur, Lamaknen, Lasiolat

31.166.16

6 Fatusakar Kobalima Timur 2.273.6

Total 50.153.78

1.2.1.2 Kawasan yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya1.2.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat

No Kawasan Lindung Luas (Ha)1 Hutan Mangrove 9,1932 Sempadan Sungai 4,5203 Sempadan Pantai 2,3034 Waduk Belum Terhitung5 Sempadan Mata Air Belum Terhitung

Jumlah 16.016

58

No. Jenis Pengembangan Kecamatan1. Mata Air Seluruh Kecamatan yang potensial2. Sumur Bor Seluruh Kecamatan yang potensial

3. Air Sungai Seluruh Kecamatan yang potensial yang lialiri air dari sungai – sungai : Sungai Motadelek, Sungai Baen, Sungai Medik, Sungai Talimetan, Sungai Motahoar, Sungai Motabuik, Sungai Luradik, Sungai Baukama, Sungai Baukoek, Sungai Motamoru, Sungai Welulik, Sungai Malibaka, Sungai Motabulu dan Sungai Talau

Page 59: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

1.2.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar BudayaNo Kawasan Lindung Luas (Ha)1 Suaka Margasatwa Kateri 4,669.322 Cagar Alam Maubesi 3,246

Jumlah 7,915.32

1.2.2 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya di Kabupaten Belu

Luasan Kawasan Budidaya

No Kawasan Budidaya Luasan (Ha)

1 Kawasan Hutan Produksi 3,737.36

2 Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

31,946

3 Kawasan Pertanian Tanaman Holtikultura

56,436

4 Kawasan Peruntukan Perkebunan 19,244.59

5 Kawasan Peruntukan Peternakan 3,360

6 Kawasan Budidaya Perikanan 2,609.12

7 Kawasan Pesisir 3,635

Total 120,968.07

1.2.2.1 Luas Hutan Produksi di Kabupaten BeluNo Hutan Produksi Kecamatan Luas

(Ha)1 Hutan Produksi

TerbatasSasitamean, Laenmanen, Io Kufeu

155,88

2 Hutan produksi Tetap

Tasifeto Barat 199,51Rinhat 2.241,97

3Hutan produksi Konversi

Laenmanen, Raimanuk

1.140

Total 3.737,36

1.2.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian

Pertanian Holtikultura (Buah-buahan)No Jenis Buah Kecamatan1 Advokat Kec. Malaka Barat, Rinhat,

Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Kobalima, Tasifeto Timur, Raihat, Lamaknen, Lamaknen Selatan dan Lasiolat

2 Belimbing Kec. Kobalima, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat

3 Jeruk Keprok Soe Henes dan Lakmaras Kecamatan Lamaknen dan Kecamatan Lamaknen Selatan

59

Page 60: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

No Jenis Buah Kecamatan4 Jeruk Besar Rinhat, Wewiku, Weliman,

Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kota Atambua, Raihat

5 Jambu Biji di seluruh wilayah di Kabupaten Belu

6 Jambu Air Malaka Barat, Weliman, Malaka Tengah, Tasifeto Barat, Kota Atambua, Raihat

7 Mangga harummanis

Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lamaknen

8 Nangka/Cempedak Malaka Barat, Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat,Lamaknen

9 Pepaya Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen

10 Nenas Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen

11 Pisang Seluruh kawasan Malaka, Kecamatan Raimanuk, dan Kecamatan Tasifeto Barat

12 Salak di seluruh Kabupaten Belu terutama di daerah irigasi

13 Sawo wilayah Kabupaten Belu14 Markisa/Konyal wilayah Kabupaten Belu15 Sirsak Malaka Barat ,Rinhat, Weliman,

Malaka Timur, Raimanuk, Kobalima, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lamaknen

16 Sukun wilayah Kabupaten Belu

Tanaman Holtikultura (Sayur-sayuran)No Jenis Sayuran Kecamatan1 Bawang Merah Malaka Barat, Malaka

Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen,

60

Page 61: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

No Jenis Sayuran KecamatanRaimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen dan Lamaknen Selatan

2 Bawang Putih Malaka Tengah, Malaka Timur, Raimanuk, Kobalima, Raihat, Lasiolat, Lamaknen dan Lamaknen Selatan

3 Kentang Lamaknen dan Lamaknen Selatan

4 Kubis Kabupaten Belu5 Petsai/Sawi Kabupaten Belu6 Wortel Kabupaten Belu7 Kacang Panjang Kabupaten Belu8 Cabe Besar Kabupaten Belu9 Cabe Rawit Kabupaten Belu

10 Tomat Kabupaten Belu11 Terung Malaka Barat, Rinhat,

Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat

12 Kangkung Kabupaten Belu13 Semangka Kabupaten Belu

Kawasan Peruntukan PerkebunanNo Jenis Perkebunan Kecamatan1 Kelapa Malaka Barat, Rinhat,

Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Atambua Selatan, Atambua Barat, Io Kufeu, Botin Leobele, Lamaknen Selatan, Kobalima Timur, Dubesi Nanaet

2 Kelapa dalam Wewiku, weliman, Malaka Barat, Malaka Tengah, (Kawasan Besikama), Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur (Alkani sampai Alas Selatan)

3 Jambu Mente Rinhat, Sasita Mean (bagian bawah), Malaka Timur, Laenmanen,

61

Page 62: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

No Jenis Perkebunan KecamatanRaimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Atambua Selatan, Atambua Barat, Io Kufeu, Botin Leobele, Lamaknen Selatan, Kobalima Timur, Dubesi Nanaet

4 Kopi Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Atambua Selatan, Atambua Barat, Io Kufeu, Botin Leobele, Lamaknen Selatan, Kobalima Timur, Dubesi Nanaet

5 Kopi Arabica Lamaknen, Lamaknen Selatan dan Lasiolat

6 Kakao Besikama Kecamatan Malaka Barat

7 Kemiri Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Atambua Selatan, Atambua Barat, Io Kufeu, Botin Leobele, Lamaknen Selatan, Kobalima Timur, Dubesi Nanaet

8 Kapuk Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Atambua Selatan, Atambua Barat, Io Kufeu, Botin Leobele, Lamaknen Selatan, Kobalima Timur, Dubesi Nanaet

9 Pinang Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk

62

Page 63: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

No Jenis Perkebunan KecamatanMesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Atambua Selatan, Atambua Barat, Io Kufeu, Botin Leobele, Lamaknen Selatan, Kobalima Timur, Dubesi Nanaet

10 Vanili Tasifeto Timur, Lasiolat, Sasitamean, Botin Leo Bele, Io Kufeu, Lamaknen, Lamaknen Selatan, Kobalima Timur

11 Jarak Pagar seluruh Kecamatan di Kabupaten Belu kecuali kawasan Besikama

12 Siri Daun/siri buah Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Laenmanen, Raimanuk, Lasiolat, Io Kufeu, Botin Leobele, Dubesi Nanaet

13 Tembakau Malaka Barat, Wewiku, Weliman, Sasita Mean, Io Kufeu, Botin Leobele

14 Nilam Malaka Barat, Lamaknen, Lamaknen Selatan

Kawasan Peruntukan PeternakanNo Jenis Peternakan Kecamatan1 Ternak hewan besar

(Kuda, Sapi, Kerbau) dan kecil (Kambing, Babi)

Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasitamean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen

2 Ternak unggas (Ayam Kampung dan Itik)

Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasitamean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima, Tasifeto Barat, Kakulukmesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur, Raihat, Lasiolat, Lamaknen

Kawasan-kawasan Pengembalaan UmumNo Kawasan Pengembalaan

UmumKecamatan Luasa

(Ha)1 Kawasan Kapitan Meo Laenmanen 3102 Kawasan Sonis

Laloren/BakustulamaKecamatan Tasifeto Barat

500

3 Kawasan Manumutin Silole

Sasitamean dan Io Kufeu

750

4 Kawasan Wekakoli Malaka Tengah dan Rinhat

1000

5 Kawasan Laloren Kobalima, Malaka 500

63

Page 64: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

No Kawasan Pengembalaan Umum

Kecamatan Luasa (Ha)

Timur dan Raimanuk6 Kawasan Sadi Tasifeto Timur 300

1.2.2.3 Peruntukan Budidaya PerikananNo Kawasan Budidaya

PerikananKecamatan Luasa (Ha)

1 Budidaya ikan air tawar

Lamaknen 4Rinhat 35Lasiolat 7Tasifeto Timur 6Tasifeto Barat 3,5Raimanuk 9Laenmanen 5,05Malaka Timur 3Sasita Mean 2Malaka Tengah 2,5Rinhat 2,05Weliman 0,02Wewiku 1Kobalima 21Kota Atambua 3,00

Atambua Selatan 4,00Atambua Barat 3,00

2 Budidaya tambakWewiku 393Malaka Tengah 1300Kobalima 745Kakuluk Mesak 100

1.2.2.4 Potensi Pertambangan di Kabupaten BeluNo Jenis Tambang Kecamatan1 Mineral Logam

a. Nikel Kakuluk Mesak dan Lamaknen

b. Emas Sekunder (Placer)

Lamaknen, Raihat, Tasifeto Barat, Tasifeto Timur dan Raimanuk

c. Tembaga (Cooper)

Lamaknen dan Kakuluk Mesak

2 Mineral Bukan Logama. Asbes Kakuluk Mesakb. Gypsum Tasifeto Timur,

Lamaknen, Malaka Timur dan Raimanuk

3 Batuana. Magnesium Raimanukb. Rembesan Minyak Kobalima (pantai selatan-

kada), Malaka tengah dan Malaka Barat

c. Mangan Kabupaten Belu kecuali

64

Page 65: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

No Jenis Tambang KecamatanKecamatan Malaka Barat

d. Batu Marmer Raimanuk, Laenmanen, Malaka Timur, Tasifeto Barat, Kota Atambua dan Kakuluk Mesak

e. Batu Lempung Kabupaten Beluf. Batu Gamping Koral Tasifeto Barat, Raimanuk

dan Laenmaneng. Batu Setengah

Permata dan Kristal Kuarsa

Malaka Timur, Kakuluk Mesak dan Raihat

1.2.2.5 Obyek-Obyek Wisata di Kabupaten BeluNo Kecamatan Potensi Pariwisata

1 Kakuluk Mesak Kolam Susuk, Pantai Teluk Gurita, Pasir Putih, gua Maria Ratu Dualilo

2

 

Malaka Tengah

 

Pantai Motadikin, Kampung Adat Bolan, Kampung Adat Kamanasa, Gua Lourdes Kamanasa

3 Kobalima Saluhu, Lumpur Dingin Masin Lulik dan Kelelawar Hasan Maubesi

4 Malaka Barat Pantai Beirasi & Pantai Abudenok

5 Weliman Kampung Adat Haitimuk & Gua Maria Loro Haitimuk

6 Wewiku Pantai Taberek

7 Rinhat Obyek Wisata Nanebot

8 Malaka Timur Ksadan Loro Dirma

9 Tasifeto Barat Gua Peninggalan Raja Dubesi Nanaet dan kolam We Babotok/ Halimea

10 Lamaknen Benteng Makes, Rumah Adat Kewar dan Air Terjun Lesutil

11 Raihat Gua Kelelawar di Tohe

12 Lamaknen Selatan

Kampung adat Nualain

13 Tasifeto Timur Ksadan Takirin

14 Kota Atambua Kampung adat Fatuketi

15 Atambua Selatan

Kolam Renang Tirta

16 Atambua Barat Ksadan Matabesi

65

Page 66: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

LAMPIRAN II

Indikasi Program

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

I. PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG

A. Perwujudan Pusat KegiatanA1. PKSN dan PKWp Atambua

1. Pengembangan Bandara Haliwen menjadi Bandara pengumpul dan Bandara khusus dengan fungsi pertahanan dan keamanan

Bandara Haliwen

APBN, APBD Provinsi

Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan

V V V V V V

2. Pengembangan RSUD Atambua menjadi rumah sakit tipe B

Perkotaaan Atambua

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab

Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan

V V

3. Pengembangan fasilitas perdagangan sebagai pusat distribusi barang dan jasa berksala internasional

Perkotaaan Atambua

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.,Swasta

Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Dinas Perindag

V V V V V V

4. Pengembangan fasilitas pendidikan berskala internasional

Perkotaaan Atambua

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.,Swasta

Kementerian Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan

V V V V V V

66

Page 67: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

II-67

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

5. Pengembangan fasilitas perkantoran pelayanan publik

Perkotaaan Atambua

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab

Kementerian Dalam Negeri, Sekretariat Daerah

V V V V V V

6. Pengembangan fasilitas rekreasi, olahraga dan wisata

Perkotaaan Atambua

V V V V V V

7. Peningkatan kualitas pelayanan fungsi terminal tipe B

Perkotaaan Atambua

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab

Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan

V V V

A2. PKLp Malaka Tengah1. Pengembangan fasilitas

perdagangan sebagai pusat distribusi barang dan jasa berskala regional dalam mendukung pengembangan kawasan agropolitan dan minapolitan

Perkotaan Betun

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab

Kementerian Pertanian,Kementerian Kelautan dan Perikanan Kementerian Perindustrian,Kementerian Perdagangan

V V V V V V

2. Pengembangan fasilitas pendidikan berskala regional

Perkotaan Betun

APBD Provinsi, APBD Kab., Swasta

Dinas Pendidikan, Swasta

V V V V V V

3. Pengembangan fasilitas perkantoran pelayanan publik

Perkotaan Betun

APBD Provinsi, APBD Kab.

Sekretariat Daerah

V V

Page 68: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

4. Peningkatan kualitas pelayanan fungsi terminal tipe B

Terminal Betun APBD Provinsi, APBD Kab.

Dinas Perhubungan

V V

5. Peningkatan pelayanan kesehatan

Rumah Sakit Betun

APBN,APBD Provinsi, APBD Kab.,Swasta

Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan,Swasta

V V

A3. PPK Raihat, Tasifeto Barat, Laenmanen, Malaka Timur, Raimanuk, Kobalima

1. Peningkatan kualitas pelayanan fungsi terminal tipe C

Terminal Naresa

APBD Kab. Dinas perhubungan

V V V V V

2. Pembangunan terminal tipe C Raihat, Laenmanen, Malaka Timur, Raimanuk, Kobalima

APBD Kab. Dinas perhubungan

V V V V V

3. Pengembangan Pasar skala kecamatan

Raihat, Tasifeto Barat, Laenmanen, Malaka Timur, Raimanuk, Kobalima

APBD Kab. Dinas Pendapatan

V V V V

4. Pengembangan fasilitas Raihat, Tasifeto APBD Kab. Sekretariat V V V V

68

Page 69: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

II-69

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

perkantoran pelayanan publik skala kecamatan

Barat, Laenmanen, Malaka Timur, Raimanuk, Kobalima

Daerah

5. Pengembangan fasilitas kesehatan skala kecamatan

Raihat, Tasifeto Barat, Laenmanen, Malaka Timur, Raimanuk, Kobalima

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kesehatan, Dinas kesehatan

V V V V

6. Pengembangan fasilitas pendidikan skala kecamatan

Raihat, Tasifeto Barat, Laenmanen, Malaka Timur, Raimanuk, Kobalima

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.,Swasta

Kementerian Pendidikan, Dinas Pendidikan, swasta

V V V V

A4. PPL Kakuluk Mesak, Tasifeto Timur, lasiolat, Lamaknen Selatan, Lamaknen, Nanaet Dubesi, Kobalima Timur,Io Kufeu, Sasita Mean, Botin Leobele, Malaka Barat,

Page 70: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Rinhat, Weliman, Wewiku

1. Pengembangan Pasar Desa APBD Kab. Dinas Pendapatan

V V V V V

2. Pengembangan fasilitas perkantoran

APBD Kab. Sekretariat Daerah

V V V V V

3. Pengembangan fasilitas dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan (Pustu,Polindes,Poskesdes)

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan

V V V V V

4. Pengembangan fasilitas pendidikan

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.,swasta

Kementerian Pendidikan, Dinas Pendidikan, Swasta

V V V V V

B. Perwujudan Prasarana WilayahB1. Perwujudan Sistem Transportasi:

1. Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Primer

Kabupaten Belu APBN Kementerian PU

V V V V V V V

2. Pengembangan Jalan Kolektor Primer

Kabupaten Belu APBD Prov. Dinas PU V V V V V V V

3. Pengembangan Jalan Lokal Primer Kabupaten Belu APBD Kab. Dinas PU V V V V V V V4. Pengembangan Jaringan Jalan

LingkarKabupaten Belu APBN, APBD

Prov.,APBD Kab.

Kementerian PU, Dinas PU

V V V V V V V

5. Pengembangan Terminal Penumpang di setiap pusat

Ibu kota Kabupaten &

APBN,APBD Provinsi,

Kementerian Perhubungan,

V V V V V V V

70

Page 71: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

II-71

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

pelayanan Ibu Kota Kecamatan

APBD Kab. Dinas Perhubungan

6. Pengembangan Sarana dan Prasarana Penyeberangan

Pelabuhan Teluk Gurita, Kecamatan Kakuluk Mesak

APBN,APBD Provinsi

Kementerian Perhubungan, Dinas Perhubungan, ASDP

V V V V V V V

7. Pengembangan Bandar Udara Bandara Haliwen & Uabau

APBN Kementerian Perhubungan

V V V V V V V

8. Pengembangan pelabuhan Atapupu dengan fungsi pengumpul yang melayani pelayaran regional dan internasional

Pelabuhan Atapupu, Kecamatan Kakuluk Mesak

APBN Kementerian Perhubungan

V V V V V V V

B2. Perwujudan Jaringan Energi dan Kelistrikan:1. Pengembangan sistem jaringan

energi pembangkit listrik meliputi :

a. Tenaga Diesel

Atambua PLN PLN V V V V V

b. Tenaga Uap

Kabupaten Belu PLN PLN V V V V V

c. Tenaga Mikro Hidro

Lamaknen APBN,APBD Provinsi, APBD Kabupaten

Kementerian ESDM, Dinas Pertambangan dan Energi

V V V V V

d. Tenag Lamaknen APBN,APBD Kementerian V V V V V

Page 72: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

a Bayu Selatan Provinsi, APBD Kabupaten

ESDM, Dinas Pertambangan dan Energi

e. Tenaga Surya

Seluruh Kabupaten Belu

APBN,APBD Provinsi, APBD Kabupaten

Kementerian ESDM, Dinas Pertambangan dan Energi

V V V V V

2. Pengembangan gardu induk Ibu Kota Kecamatan

PLN PLN V V V V V V

3. Pengembangan Transmisi Ibu Kota Kecamatan

PLN PLN V V V V V V

B3. Perwujudan Sistem Jaringan Telekomunikasi :1. Pengembangan jaringan saluran

tetap telekomunikasi yang terpasang di pusat ibukota dan ibukota kecamatan

Kabupaten Belu APBN, Swasta,

Kementerian Kominfo, Swasta

V V V V V V

2. Pengembangan infrastruktur telekomunikasi BTS

Kabupaten Belu APBN, Swasta,

Kementerian Kominfo, Swasta

V V V V V V

3. Penyediaan pelayanaan internet Ibu Kota Kecamatan

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.,Swasta,

Kementerian Kominfo, Dinas Perhubungan Kominfo, Swasta

V V V V V V

4. Pengembangan telekomunikasi untuk penanganan bencana

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.,

Kementerian Kominfo, BNPB, Dinas

V V V V V V

72

Page 73: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

II-73

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Perhubungan Kominfo, BDPB

5. Pengembangan jaringan stasiun televisi lokal hingga ke desa-desa

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab., Swasta

Kementerian Kominfo, Dinas Perhubungan Kominfo,TV Belu

V V V V V V

6. Pengembangan jaringan stasiun radio lokal hingga ke desa-desa

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab., Swasta

Kementerian Kominfo, Dinas Perhubungan Kominfo,RPD

V V V V V V

B4. Perwujudan Sistem Jaringan Sumberdaya Air1. Pengembangan Wilayah Sungai

(WS) Lintas NegaraWS. Benenain APBN Kementerian

PUV V V V V V V

2. Pengembangan Wilayah Sungai (WS) Lintas Kecamatan/Desa

Kabupaten Belu APBD Provinsi, APBD Kab.

Dinas PU V V V V V V V

3. Pengembangan Sistem Jaringan Irigasi Kabupaten meliputi Pengembangan Bendungan (Dam/Embung/Cekdam).

Kabupaten Belu APBN ,APBD Provinsi, APBD Kab.

Dinas PU, Kementerian PU

V V V V V V V

4. Pengembangan Daerah Irigasi Kabupaten Belu APBN ,APBD Provinsi, APBD Kab.

Dinas PU, Kementerian PU

V V V V V V V

5. Pengembangan Sistem Jaringan Air Bersih Kabupaten meliputi

Kabupaten Belu APBN ,APBD Provinsi,

Dinas PU, Kementerian

V V V V V V V

Page 74: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Rencana Pengembangan Jaringan Perpipaan air Minum yang dilayani perusahaan air minum , Saluran perpipaan air baku.

APBD Kab. PU

6. Pengembangan Jaringan Air Bersih melalui Bendung/Dam/Embung dan pemanfaatan air tanah

Kabupaten Belu APBN ,APBD Provinsi, APBD Kab.

Dinas PU, Kementerian PU, Kementerian ESDM, Dinas Pertambangan dan Energi

V V V V V V V

7. Pengembangan system Pengendalian Banjir

Kabupaten Belu APBN ,APBD Provinsi, APBD Kab.

Dinas PU, Kementerian PU

V V V V V V V

B5. Perwujudan Jaringan Prasarana Lingkungan

V V V V V V V

1. Pengembangan Sistem Pengelolaan Limbah Persampahana. Penetapan Lokasi TPA Kecamatan

Kakuluk Mesak & Malaka Tengah

APBN ,APBD Provinsi, APBD Kab.

Dinas PU, Kementerian PU

V V V V

b. Penambahan Jumlah TPS Ibu Kota Kecamatan

APBN ,APBD Provinsi, APBD Kab.

Dinas PU, Kementerian PU

V V V V

2. Penanganan Limbah meliputi Limbah Rumah Tangga, Kawasan Ekonomi dan Kawasan Industri

Kabupaten Belu APBN ,APBD Provinsi, APBD Kab.

Dinas PU, BLHD, Kementerian

V V V V V V V V

74

Page 75: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

II-75

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

PUII. PERWUJUDAN POLA RUANGC Perwujudan Kawasan LindungC1. Perlindungan dan Rehabilitasi

Kawasan Lindung1. Kawasan Lindung Kabupaten Belu APBN ,APBD

Provinsi, APBD Kab.

Kementerian PU, BLHD, Dinas Kehutanan

V V V V V V V V

2. Kawasan Resapan Air Kabupaten Belu APBN ,APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian PU, BLHD, Dinas Kehutanan

V V V V V V V V

C2. Perlindungan dan Rehabilitasi Kawasan Perlindungan Setempat 1. Kawasan Sempadan Sungai Kabupaten Belu APBN ,APBD

Provinsi, APBD Kab.

Kementerian PU, BLHD, Dinas Kehutanan

V V V V V V V V

2. Kawasan Sempadan Pantai Kabupaten Belu APBN ,APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian PU, BLHD, Dinas Kehutanan

V V V V V V V V

3. Kawasan Sekitar Danau/waduk Kabupaten Belu APBN ,APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian PU, BLHD, Dinas Kehutanan

V V V V V V V V

4. Kawasan Sekitar Mata Air Kabupaten Belu APBN ,APBD Kementerian V V V V V V V V

Page 76: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Provinsi, APBD Kab.

PU, BLHD, Dinas Kehutanan

5. Ruang Terbuka Hijau Kabupaten Belu APBN ,APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian PU, BLHD, Dinas Kehutanan

V V V V V V V V

C3. Perlindungan dan Pemantapan Kawasan Konservasi1. Cagar Alam Maubesi Kecamatan

Malaka Barat, Kobalima, Malaka Tengah

APBN Kementerian Kehutanan

V V V V V V V V

2. Suaka Margasatwa Kateri Kecamatan Malaka Tengah, botin Leobele, Kobalima

APBN Kementerian Kehutanan

V V V V V V V V

3. Hutan Mangrove (Bakau) Wilayah pesisir pantai utara & Selatan

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan

V V V V V V V V

4. Cagar Budaya Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata

V V V V V V V V

C4. Pengelolaan Kawasan Rawan

76

Page 77: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

II-77

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Bencana1. Kawasan Rawan Bencana Longsor Kabupaten Belu APBN, APBD

Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan

V V V V V V

2. Kawasan Rawan Bencana Banjir Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan

V V V V V V

3. Kawasan Rawan Abrasi Pantai Ds. Silawan ,Ds. Jenilu

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kehutanan

V V V V V V

D Perwujudan Pengembangan Kawasan Budidaya

D1. Pemantapan Kawasan Hutan Produksi APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan

1. Inventarisasi Kawasan Hutan Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan

V V V V

2. Revitalisasi Pemanfaatan Hutan Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi,

Kementerian Kehutanan,

V V V V

Page 78: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

APBD Kab. Dinas Kehutanan

3. Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan

V V V V V V V V

D2. Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Hutan Produksi1. Rehabilitasi Kawasan Hutan

ProduksiHP Udukama, Oenunu, Uabau Atapupu,Wemata

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan

V V V V

2. Pengembangan Pengelolaan Hutan Produksi secara Berkelanjutan (Manajemen Restorasi)

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan

V V V V

3. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan

V V V V V V V V

4. Penguatan Kelembagaan Kehutanan

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan

V V V V V V

D3. Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Pertanian1. Pengendalian Kawasan Pertanian

Tanaman PanganKabupaten Belu APBN, APBD

Provinsi, Kementerian Pertanian,

V V V V V V V V

78

Page 79: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

II-79

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

APBD Kab. Dinas Pertanian

2. Pengembangan Kawasan Pertanian Tanaman Holtikultura

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian

V V V V V V V V

3. Rehabilitas dan pengembangan kawasan perkebunan

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian

V V V V V V V V

4. Rehabilitas dan pengembangan kawasan peternakan

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Pertanian, Dinas Pertanian

V V V V V V V V

D4. Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Budidaya Perikanan1. Rehabilitasi kawasan budidaya

perikananKecamatan Kakuluk Mesak, Wewiku, Malaka Tengah,Kobalima

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Perikanan

V V V V V V V

2. Pengembangan kawasan budidaya perikanan

Kecamatan Kakuluk Mesak, Wewiku, Malaka Tengah,Kobalima, Malaka Barat, Kobalima Timur

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Perikanan

V V V V V V V

D5. Rehabilitas dan Pengembangan

Page 80: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kawasan Pertambangan1. Rehabilitas kawasan

pertambanganKabupaten Belu APBN, APBD

Kab., SwastaKementerian ESDM, Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Kehutanan, BLHD

V V V V V

2. Konservasi lahan pasca tambang Kabupaten Belu APBN, APBD Kab., Swasta

Kementerian ESDM, Dinas Pertambangan dan Energi, Dinas Kehutanan, BLHD

V V V V V

D6. Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Industri1. Pengembangan kawasan industri Kecamatan

Kakuluk Mesak, Kota Atambua, Tasifeto Timur

APBN, APBD Kab., Swasta

Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Dinas Perindag, Dinas Koperasi

V V V V V V

2. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung

Kabupaten Belu APBN, APBD Kab., Swasta

Kementerian PU, Kementerian Perhubungan, Dinas PU,

V V V V V V

80

Page 81: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

II-81

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Dinas Perhubungan

D7. Rehabilitas dan Pengembangan Kawasan Pariwisata1. Rehabilitas kawasan pariwisata Kabupaten Belu APBN, APBD

Provinsi, APBD Kab, swasta

Kementerian Pariwisata, Dinas Pariwisata, swasta

V V V V V V

2. Pengembangan kawasan pariwisata

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab, swasta

Kementerian Pariwisata, Dinas Pariwisata, swasta

V V V V V V

3. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab, swasta

Kementerian PU, Kementerian Perhubungan, Dinas PU, Dinas Perhubungan

V V V V V V

D8. Pengembangan kawasan permukiman1. Penyediaan lahan siap bangun Kabupaten Belu APBN, APBD

Provinsi, APBD Kab, swasta

Kemeterian PU, Kementerian Sosial, Kementerian Nakertrans,

V V V V

Page 82: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Dinas PU, Dinas Sosial Nakertrans

2. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung

Kabupaten Belu APBN, APBD Provinsi, APBD Kab, swasta

Kementerian PU, Kementerian Perhubungan, Dinas PU, Dinas Perhubungan

V V V V V

D9. Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa 1. Revitalisasi kawasan perdagangan

dan jasaKabupaten Belu APBN, APBD

Kab., SwastaKementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Dinas Perindag, Dinas Koperasi

V V V V V

2. Pengembangan sarana dan prasarana pendukung

Kabupaten Belu APBN, APBD Kab., Swasta

Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Dinas Perindag, Dinas Koperasi

V V V V V V V V

D10. Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Perkantoran

82

Page 83: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

II-83

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1. Revitalisasi kawasan perkantoran Kabupaten Belu APBN, APBD Kab

Kementerian Dalam Negeri, Sekretariat Daerah

V V V V V V V V

2. Pengembangan kawasan perkantoran

Kabupaten Belu APBN, APBD Kab

Kementerian Dalam Negeri, Sekretariat Daerah

V V V V V V V V

D11. Revitalisasi sektor informal (PKL)1. Penyediaan sarana dan prasarana

pendukungKota Atambua & Betun

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Perindustrian, kementerian Perdagangan, kementerian koperasi, dinas Perindag, Dinas Koperasi

V V V V V V V V

D12. Revitalisasi dan Pengembangan Kawasan Pesisir1. Revitalisasi kawasan pesisir Wilayah pesisir

pantai utara & selatan

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian

V V V V V V V V

2. Pengembangan kawasan pesisir Wilayah pesisir pantai utara & selatan

APBN, APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian

V V V V V V V V

III. PERWUJUDAN PENGEMBANGAN

Page 84: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

KAWASAN STRATEGISE Pengembangan Kawasan Strategis

dari Kepentingan EkonomiE1. Pengembangan Kawasan Agropolitan

1. Pemantapan dan pengembangan sentra-sentra produksi

Kecamatan Malaka Tengah, Wewiku, Weliman, Malaka Barat, Kobalima, Rinhat

APBN,APBD Prrovinsi, APBD Kab.

Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi, Dinas Perindag, Dinas Koperasi

V V V V V V V

2. Pengembangan infrastruktur penunjang

Kecamatan Malaka Tengah, Wewiku, Weliman, Malaka Barat, Kobalima, Rinhat

APBN,APBD Prrovinsi, APBD Kab.

Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi, Kementerian PU,Dinas Perindag, Dinas Koperasi,Dinas PU

V V V V V V V

3. Peningkatan dan pengembangan produksi, pengolahan dan pemasaran berbasis agro pada sentra-sentra produksi

Kecamatan Malaka Tengah, Wewiku, Weliman, Malaka Barat, Kobalima, Rinhat

APBN,APBD Prrovinsi, APBD Kab.

Kementerian Perindustrian, Kementerian Koperasi,Kementerian Pertanian, Dinas Perindag,

V V V V V V V

84

Page 85: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

II-85

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Dinas Koperasi,Dinas Pertanian

E2. Pengembangan Kawasan Pertambangan1. Pemantapan lokasi potensi

komoditas pertambanganKabupaten Belu APBD Kab Dinas

Pertambambangan dan energy

V V V V

2. Pengelolaan kawasan bekas pertambangan melalui rehabilitasi/reklamasi lahan

Kabupaten Belu APBN,APBD Provinsi, APBD Kab.,swasta

Kementerian ESDM,Kementerian Kehutanan, Dinas Pertambangan, Dinas Kehutanan

V V V V

E3. Pengembangan Kawasan Minapolitan1. Mengembangkan, meningkatkan

dan mengoptimalkan kegiatan budidaya perikanan di wilayah pesisir

Kecamatan Kakuluk Mesak, Wewiku, Malaka Tengah,Kobalima

APBN,APBD Provinsi, APBD Kab.,swasta

Kementerian Kelautan dan Perikanan,Dinas Perikanan

V V V V V V V V

2. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung

Kecamatan Kakuluk Mesak, Wewiku, Malaka Tengah,Kobalima

APBN,APBD Provinsi, APBD Kab.,swasta

Kementerian Kelautan dan Perikanan,Dinas Perikanan Dinas PU

V V V V V V V V

Page 86: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

E4. Pengembangan Kawasan Peternakan1. Mengembangkan, meningkatkan

dan mengoptimalkan kegiatan peternakan pada sentra pengembangan peternakan

Kawasan Usaha Peternakan Kapitan Meo, Bakustulama, Manumutin, Wekakoli, Laloren dan Sadi

APBN,APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Pertanian,Dinas Peternakan

V V V V V V V V

2. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung

Kawasan Usaha Peternakan Kapitan Meo, Bakustulama, Manumutin, Wekakoli, Laloren dan Sadi

APBN,APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Pertanian, Dinas Peternakan

V V V V V V V V

E5. Pengembangan Kawasan Wisata Bahari Terpadu1. Revitalisasi destinasi kawasan

wisata bahari terpaduWilayah pesisir pantai utara & selatan

APBN,APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Pariwisata,Dinas Pariwisata

V V V V V V V V

2. Penyediaan Sarana dan prasarana pendukung

Wilayah pesisir pantai utara & selatan

APBN,APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Pariwisata,Dinas Pariwisata

V V V V V V V V

F Pengembangan Kawasan Strategis Industri dan Perdagangan Antar Negara

86

Page 87: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

II-87

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1. Pengembangan pusat-pusat kawasan strategis industri dan perdagangan antar Negara

Kecamatan Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Lamaknen Selatan, Tasifeto Timur, Kakuluk Mesak, Tasifeto Barat, Nanaet Dubesi dan Kobalima Timur

APBN,APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Perindustrian,kementerian perdagangan,Dinas Perindag

V V V

2. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung

Kecamatan Raihat, Lasiolat, Lamaknen, Lamaknen Selatan, Tasifeto Timur, Kakuluk Mesak, Tasifeto Barat, Nanaet Dubesi dan Kobalima Timur

APBN,APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Perindustrian,kementerian perdagangan,Dinas Perindag

V V V

G Pengembangan Kawasan Strategis untuk kepentingan Sosial Budaya1. Revitalisasi obyek-obyek wisata

berupa rumah adat, perkampungan adat dan peninggalan bersejarah lainnya

Kabupaten Belu APBN,APBD Provinsi, APBD Kab

Kementerian Pariwisata,Dinas Pariwisata

V V V V

Page 88: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

2. Penyediaan Sarana dan prasarana pendukung

Kabupaten Belu APBN,APBD Provinsi, APBD Kab

Kementerian Pariwisata,Dinas Pariwisata

V V V V

H Pengembangan Kawasan Strategis Pendayagunaan Sumberdaya Alam dan/atau Teknologi tinggi 1. Penyediaan sarana dan

prasarana pendukungAu Fuik, Ds. Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak

APBN,BUMN, APBD Provinsi, APBD Kab

Kementerian PU,PLN,Dinas PU

I Pengelolaan dan pengembangan Kawasan Strategis dari Kepentingan Lingkungan Hidup1. Rehabilitas dan pemantapan tata

batas kawasan hutan lindung, cagar alam dan suaka margasatwa

Kawasan HL : Bifennasi-Sonmahole, Lakaan Mandeu, Selie, Fatusakar, Tukubesi.Kawasan CA Maubesi dan Kawasan SM Kateri

APBN,APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan

V V V V V V V V

2. Mengembangkan RTH minimal 30 % dari luas Kawasan-kawasan perkotaan di Kabupaten Belu

Wilayah Kabupaten Belu

APBN,APBD Provinsi, APBD Kab.

Kementerian Kehutanan, Kementerian PU,Dinas

V V V

88

Page 89: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

II-89

NOINDIKASI USULAN PROGRAM UTAMA

LOKASIINDIKASI SUMBER

PENDANAAN

INSTANSI PELAKSANA/

KOORDI-NATOR

JANGKA WAKTU PELAKSANAANI II III IV

2012 2013 2014 2015 20162017

-2021

2022-

2026

2027-

20311 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kehutanan/PU

Page 90: Peraturan Daerah Kabupaten Belu Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2011 - 2031

LAMPIRAN III

Lampiran III

Peta-Peta