etik farmasi

Upload: agung-perkasa

Post on 06-Mar-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

e

TRANSCRIPT

1. Seorang teman sejawat apoteker bekerja sama dengan seorang dokter untuk mendirikan apotek. Sang dokter sebagai pemilik bangunan dan teman saya yang menyediakan apotek dengan segala kelengkapannya. Keuntungan disetujui dengan sistem bagi hasil. Satu tahun pertama, kerja sama antara keduanya tidak ada masalah. Mulai masuk tahun kedua, pemasukan resep dari dokter yang bersangkutan mengalami penurunan walau pasiennya tetap banyak . Awalnya, teman saya tidak curiga, tetapi ketidakjujuran akan tetap terungkap. Seorang pasien yang baru keluar dari ruang praktek dokter bertanya kepada apoteker tentang obat yang menurutnya kurang jelas. Sang apoteker kaget, mendapatkan ada pelayanan obat didalam ruang praktek dokter. Apoteker langsung mengajukan protes karena oknum dokter jelas-jelas melakukan dispensing. Akhirnya, setelah melalui proses yang alot, apoteker menuntut oknum dokter untuk mengganti semua biaya perlengkapan apotek dan mengambil alih kepemilikan apotek. Apoteker hendak melaporkan kejadian ini, tapi mau melaporkan kemana? IDI? atau IAI? trus, jika telah dilaporkan, apakah tindakan mereka kemudian? apakah ada sanksi yang berlaku agar dapat memberikan efek jera.

2. Jakarta, myRMnews. Sejumlah macam obat kedaluwarsa beredar di apotek.Dinas Kesehatan Makassar sendiri sudah membentuk tim khusus untuk menelusuri masalah ini.Seorang warga bernama Marwah mengaku menjadi korban obat kedaluwarsa. Warga Kelurahan Sudiang ini menuturkan, dia membeli obat seperti itu di salah satu apotek di Daya. Dia mencari obat diare. Saat itu, kata Marwah, dirinya hendak membeli Lacto B, suplemen makanan. Namun, oleh penjaga apotek, jenis obat tersebut dinyatakan habis. Penjaga apotek tersebut, kemudian menawarkan Dialac yang tersimpan di dalam lemari pendingin. Menurut penjaga apotek tersebut, Dialac memiliki komposisi dan kegunaan yang sama dengan Lacto B."Karena tak ada apotek lain yang buka, saya ambil obat itu, apalagi anak saya yang berumur satu tahun, mencret terus-menerus," ungkap Marwah, Minggu (9/11).Marwah mengatakan, setelah obat tersebut diminumkan ke anaknya dengan cara mencampur ke susu, si buah hatinya mengalami muntah hingga lima kali.Marwah mengaku panik. Dia pun kemudian membaca seksama sampul Dialac tersebut. Hasinya, suplemen makanan dengan nomor registrasi POM SI.044 216 731 tersebut memiliki masa kedaluwarsa 19 November 2008 sebagaimana yang tercantum di pembungkus obat."Kami meminta kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Makassar untuk melakukan pemeriksaan terhadap apotek tersebut, supaya tidak ada lagi korban," harap Marwah.Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar Naisyah Tun Azikin, mengaku sudah membentuk tim khusus yang bertugas melakukan pemantauan secara berkala obat-obat kedaluwarsa ke sejumlah toko obat dan apotek. Meski demikian, Naisyah mengaku tetap meminta informasi dari masyarakat."Tolong SMS (pesan singkat via telepon seluler, red) saya alamat apotek tersebut. Nanti saya perintahkan tim untuk turun," tegas Naisyah. [hta

3. Semarang, CyberNews. Akibat pelanggaran perizinan pendistribusian serta pengelolaan obat-obatan khususnya narkotika, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) di Semarang menutup Apotek Pekunden di Jl Pekunden Timur serta Pedagang Besar Farmasi (PBF) Nadya Indah di Jl Jolotundo II/ 52 Kelurahan Sambirejo Kecamatan Gayamsari, Rabu (21/11).Kepala BPOM di Semarang Maringan Silitonga mengungkapkan, pemilik sarana apotik (PSA) di Pekunden tersebut menyalahi peran dalam pengadaan dan pendistribusian obat khususnya narkotika. Kewenangan itu ada pada apoteker atau asisten apotekernya semua ada tata caranya. Bukan berarti PSA di Pekunden yang merupakan dokter ahli anestesi berhak atas pengelolaan utamanya narkotika, jelas Maringan yang ditemui di kantornya Rabu (21/11).Prosedur administrasi dan pengelolaan yang dilanggar ini menurut Maringan akan dikenai sanksi penutupan selama 1 bulan sampai si pemilik memperbaiki sistem pendistribusian obat-obatan ini. Kalau memang yang berwenang seperti apotekernya ikut terlibat ya sanksinya bisa dicabut izin praktiknya, tapi kita akan beri kesempatan mereka memperbaiki.Selain Apotek Pekunden, BPOM juga terpaksa menutup kantor Pedagang Besar Farmasi (PBF) Nadya Indah di Jl Jolotundo. Penutupan ini menurut Maringan, sudah yang ketiga kalinya dilakukan. Selama tiga bulan ke depan, PBF ini untuk sementara tidak bisa beroperasi. Beberapa pelanggaran yang dilakukan adalah mendistribusikan obat kepada salesman tanpa tujuan jelas, pengadaan obat-obatan daftar G dalam jumlah besar yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, seperti super tetra dan CTM. Selain itu, tidak ada tugas dan tanggungjawab yang jelas oleh apoteker dan asisten apotekernya. PBF ini sudah tiga kali ditutup untuk kasus yang sama di tahun 2006 dan bulan April dan November tahun ini. Kalau tidak ada perubahan maka kita bisa cabut izin PBF milik H Santosa ini, imbuhnya.

4. P, apoteker praktek di sebuah kota kecil, didekati oleh organisasi penelitian agar ikut serta dalam uji klinik suatu obat AINS untuk osteoartritis. Dia ditawari sejumlah uang untuk setiap pasien yang dia ikut sertakan dalam uji tersebut. Wakil organisasi tersebut meyakinkan bahwa penelitian ini telah mendapatkan semua ijin yang diperlukan termasuk dari Komite Etik Kedokteran. Apoteker P belum pernah ikut serta dalam uji klinik sebelumnya dan merasa senang dengan kesempatan ini, terutama dengan uang yang ditawarkan. Dia menerima tawaran tersebut tanpa lebih jauh lagi menanyakan aspek etis dan ilmiah dari penelitian tersebut.

5. Apoteker M menjadi penanggungjawab apotek di Kota W yang sekaligus sebagai pemilik sarana apotek. Suatu saat ia mendapatkan tawaran untuk menjadi penanggungjawab PBF PP dan ia menerima tawaran tersebut. Tanpa melepas status sebagai APA, ia menjadi penanggungjawab PBF PP. Untuk mencapai target yang telah ditetapkan perusahaan (PBF PP), apoteker M melakukan kerjasama dengan apotek miliknya untuk mendistribusikan obat ke klinik dan balai pengobatan atau rumah sakit-rumah sakit. Apotek akan mendapatkan fee dari kerjasama ini sebesar 2% faktur penjualan. Semua administrasi dapat ia kendalikan dan lengkap (surat pesanan, faktur pengiriman, faktur pajak, tanda terima, surat pesanan klinik dan balai pengobatan atau rumah sakit ke apotek, pengiriman dari apotek ke sarana tersebut dll.). Semua disiapkandengan rapi sehingga setiap ada pemeriksaan Badan POM tidak terlihat adanya penyimpangan secara administrasi.