essay ehk 1

9
ESSAY “MORAL COURAGE” DALAM MENYELESAIKAN DISTRESS MORAL DAN DILEMA ETIK PADA PRAKTEK KEPERAWATAN Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika dan Hukum dalam Keperawatan S2 Keperawatan Peminatan Jiwa PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

Upload: rendhut

Post on 06-Dec-2015

232 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tugas essay analisis peran moral dan nilai dalam praktek keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: ESSAY EHK 1

ESSAY

“MORAL COURAGE” DALAM MENYELESAIKAN DISTRESS MORAL DAN DILEMA ETIK PADA PRAKTEK KEPERAWATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika dan Hukum dalam KeperawatanS2 Keperawatan Peminatan Jiwa

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG2015

Page 2: ESSAY EHK 1

Paparan Masalah

Berbagai tindakan yang melanggar etik akhir-akhir ini sangat mudah ditemui. Sector pendidikan, politik, olahraga, perbangkan dan entertaintem tidak luput dari berbagai pelanggaran etik. Pekerja professional di dunia kesehatan mulai dari praktisi, peneliti, pendidik juga tidak kebal dengan pelanggaran etik. Dilemma etik selalu menjadi kondisi yang erat dengan kehidupan sehari-hari para professional kesehatan termasuk perawat. Berbagai masalah kesehatan dituntut untuk mampu diselesaikan secara tepat mendorong timbulnya singgungan-singgungan dari berbagai aspek nilai, moral dan etik. hal inilah yang akan memicu timbulnya dilemma etik (Murray, 2010).

Dilemma etik akan memicu respon dalam upaya menyelesaikannya. Respon tersebut tergantung dari pengalaman individu masing-masing dalam mengatasi masalah etik yang terjadi. Selain itu, respon juga dipengaruhi oleh pengalaman dan nilai moral yang dianut serta prinsip-prinsip etik yang diyakini (Murray, 2010). Dilemma etik dapat menempatkan perawat dalam kondisi distress moral. Hal ini dikarenakan perawat tidak mampu melakukan apa yang diyakininya sebagai sesuatu yang benar. Akumulasi perasaan tersebut muncul sebagai stressor yang menyerang perawat dan membuat perawat tersebut jatuh dalam kondisi distress moral (LaSala & Bjarnason, 2010).

Distress moral yang diakibatkan oleh dilemma etik, bukan merupakan satu-satunya respon moral yang terjadi pada masalah etik dalam keperawatan. Respon moral lain yang dapat muncul adalah moral courage. Moral courage merupakan kebalikan dari distress moral, karena pada moral courage perawat memiliki kekuatan untuk menyelesaikan dilemma etik yang dihadapinya. Pada moral courage rasa ketidakberdayaan yang terdapat pada distress moral diubah menjadi rasa ingin bangkit dan melakukan sesuatu sesuai nilai yang diyakininya benar dan terbaik untuk menyelesaikan masalah etik ataupun distress moral yang telah terjadi. Moral courage merupakan suatu sifat yang sangat terhormat, karena individu tersebut memutuskan untuk mengambil tindakan sesuai nilai moral dan etik yang diyakini untuk menyelamatkan orang lain yang sedang dalam dilemma etik walaupun mungkin dirinya sendiri juga berada dalam situasi yang sulit ataupun beresiko. Tujuan utama dari moral courage adalah menempatkan prinsip-prinsip etik sebagai pilihan dan melindungi nilai-nilai etika yang dianggap beresiko (Butts & Rich, 2013).

Paparan diatas menjadi dasar penulis untuk membahas lebih lanjut mengenai moral courage mulai dari cara mengenali atau menciptakannya hingga mengembangkannya untuk mengatasi dilemma etik ataupun distress moral dengan menggunakan literature review.

Pembahasan

Distress Moral telah didefinisikan sebagai masalah fisik dan emosional yang dialami ketika kendala internal atau eksternal mencegah seseorang untuk mengambil tindakan yang dipercaya benar. Dilema etik dalam praktek muncul ketika seseorang merasa berada pada posisi harus memilih untuk melakukan sesuatu dari pilihan yang tidak ingin dilakukannya. Hal ini akan menyebabkan perawat jatuh kedalam situasi yang penuh dengan stressor. Situasi ini menantang perawat untuk bertindak dengan keberanian moral atau moral courage untuk keluar dari situasi yang menekan dimana mereka tidak dapat melakukan pilihan yang mereka anggap benar dan mereka ingin lakukan (LaSala & Bjarnason, 2010). Hal yang senada juga diungkapkan oleh Gallagher (2011) yang menyebutkan bahwa distress moral adalah sebagai mengetahui apa yang harus dilakukan dalam situasi etis, tetapi tidak diizinkan untuk

Page 3: ESSAY EHK 1

melakukannya. Banyak contoh distres moral yang muncul di lahan klinis sehari-hari termasuk dukungan ventilator atau masalah weaning ventilator. Ketika situasi tidak lagi memungkinkan pasien untuk terus mendapat bantuan hidup, namun dengan komunikasi yang buruk maka akan dapat muncul masalah dengan keluarga dan dengan aspek lainnya. Hal ini dapat memicu ketidakberdayaan sehingga membuat perawat aau tenaga kesehatan lain sering terjebak dalam dilemma etik dan distress moral.

Sebelum memahami tentang moral courage perawat harus lebih dahulu memahami tentang moral arrogant dan moral certain. Istilah yang mirip namun sangat berbeda dengan moral courage adalah arogansi moral atau moral arrogant dan kepastian moral atau moral certain. Pada arogansi moral, individu tersebut meyakini bahwa nilai yang dianutnya, atau nilai yang dipercaya adalah nilai yang paling benar dan merupakan solusi terbaik dari masalah atau isu yang terjadi. Walaupun pandangan orang lain berbeda tentang nilai dari isu yang berkembang, individu tersebut merasa bahwa nilai yang diyakininyalah yang paling benar, sehingga muncul tindakan yang selalu meremehkan hasil pemikiran orang lain (Comer & Vega, 2011).

Moral courage sangat berbeda dengan moral certain atau kepastian moral. Pada moral certain, individu tersebut meyakini bahwa nilai yang dipercaya merupakan nilai yang paling benar dan tidak terbantahkan. Moral certain merupakan istilah untuk menggambarkan keyakinan yang sangat tegas pada nilai yang dianutnya. Individu tersebut akan tetap percaya bahwa keyakinannya adalah benar dan mutlak selagi tidak ada dampak yang merugikan dari keyakinannya tersebut (Murray, 2010).

Kedua keyakinan moral diatas (moral arrogant dan moral certain) akan menghambat dalam penyelesaian dilemma etik. hal ini diakibatkan oleh kedua keyakinan moral diatas akan menghambat dalam dialog terbuka dan penyamaan persepsi atau pengumpulan informasi mengenai isu yang berkembang. Karena pada dasarnya penyelesaian masalah etik harus didasarkan pada prinsip-prinsip etik bukan pada keyakinan atau preferensi pribadi yang dianut (Butts & Rich, 2013).

Apabila moral arrogant dan moral certain membawa efek buruk pada penyelesaian dilemma etik, berbeda halnya dengan moral courage yang justru menjadi kekuatan dalam menyelesaikan dilemma etik yang terjadi. Moral courage ditemukan pada individu ketika menghadapi dilemma etik, mereka mengeksplorasi tindakan berdasarkan keyakinan atau prinsip-prinsip etika yang mereka yakini. Mereka bertindak secara nyata untuk mengaplikasinya nilai-nilai etika tersebut tanpa melihat atau menghiraukan konsekuensi yang mungkin timbul. Moral courage umumnya terjadi ketika individu yang mempunyai standart etika yang tinggi dihadapkan pada masalah akut ataupun berulang yang menuntut mereka untuk bertindak bertentangan dengan nilai yang mereka anut atau percayai (Lachman, 2010).

Moral courage dapat dipelajari dan dikembangkan. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan moral courage adalah strategi yang disusun oleh Lachman (2010) yaitu metode CODE. CODE merupakan akronim dari “C” (Courage to be moral requires) atau dalam bahasa Indonesia berarti bijak dalam bermoral; “O” (Obligation to honour) yang mengacu pada perawat untuk menaati kode etik keperawatan; “D” (Danger managemet) atau manajemen bahaya yang mengacu kepada strategi kognitif untuk mengendalikan emosi saat menghadapi dilemma etik atau moral distress, sehingga muncul keberanian moral untuk bertindak dan mampu meminimalisir atau mencegah resiko yang mungkin terjadi dari tindakan yang diambil dan terakhir “E” (Expression and action) yaitu mengambil langkah nyata dalam mengimplementasikan nilai moral atau prinsip etik yang

Page 4: ESSAY EHK 1

diambil dalam hal ini adalah kemampuan komunikasi yang asertif dan kemampuan negosiasi yang baik.

Secara garis besar uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengembangkan moral courage adalah perawat harus mengetahui situasi atau isu yang berkembang (bijak dalam menganalisa situasi), perawat harus mampu mengendalikan emosi dalam menghadapi masalah etik yang terjadi sehingga diharapkan lebih objektif dalam menyelesaikannya, perawat mampu memanagemen resiko atau memperhitungkan segala resiko yang mungkin muncul dari tindakan yang ia pilih sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan dari resiko tersebut dan terakhir adalah kemampuan atau keberanian dalam mengambil langkah nyata dari tindakan yang telah ia susun dengan cara yang asertif (Lachman, 2010).

Moral courage memang bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, karena hampir semua perawat tahu nilai moral yang harus dijunjung sebagai perawat dan kode etik yang harus dilakukan sebagai perawat. Namun, keberanian untuk mengambil langkah belum tentu dapat dimunculkan oleh semua perawat bukan kaena mereka tidak tahu tetapi karena ketakutan akan hukuman atau dampak yang akan mereka terima dari resiko tindakan yang mereka ambil atau kurangnya percaya diri terhadap keputusan yang telah mereka ambil. Moral courage memang bukan hal yang mudah, namun banyak peneliti yang sepakan bahwa moral courage bisa diajarkan dengan panduan dan praktek, maka perawat dapat lebih percaya diri terhadap keputusan atau moral respon yang diambil (Gallagher, 2011).

Hambatan terbesar dalam melakukan moral courage adalah manajemen resiko. Ketidakmampuan dalam meprediksi resiko yang akan muncul dan ketakutan akan hukuman atau sanksi yang akan mereka terima jika ternyata resiko atau dampak yang tidak diinginkan tersebut muncul menjadi penghambat besar bagi perawat. Lachman (2010) berpendapat bahwa resiko merupakan toleransi dari suatu ketidakpastian, dan perawat sebenarnya mampu mengubah sesuatu yang bepotensi negative tersebut kearah yang positif. Apabila perawat telah mampu melawan atau resiko tersebut dan mengalahkan ketakutannya pada resiko negative dan mampu merubahnya kedalam pikiran yang positif maka hal tersebut akan sangat membantu dalam memfasilitasi keberanian dalam menyelesaikan masalah etik.

Hambatan dalam moral courage dapat diatasi dengan faktor pendorong munculnya moral courage. Faktor pertama yang dapat mendoronng moral courage adalah kemampuan dalam moral reasoning. Moral reasoning merupakan kemampuan perawat dalam menyusun alasan atau dasar dari nilai moral yang diambil. Kemampuan ini tergantung dari kemampuan kognitif perawat, kepribadian perawat, pengalaman dan lingkungan. Faktor kedua adalah menjunjung tinggi etika keperawatan. Inti dari etika keperawatan adalah perhatian, tanggung jawab, kompetensi dan responsive. Praktik keperawatan yang berdasarkan etika akan mendorong timbulnya moral courage hal ini dikarena dengan mengaplikasikan etika keperawatan maka perawat dapat menciptakan sebuah konsesus, mampu menjalin kerjasama interdisipliner atau kolaborasi dengan baik, serta keputusan yang diambil dengan mempertimbangkan etik tersebut akan membuat keputusan moral yang diambil lebih positif sehingga meminimalkan pertentangan (LaSala & Bjarnason, 2010).

Faktor utama lain yang berkontribusi besar dalam menumbuhkan moral courage adalah lingkungan. Lingkungan yang kondusif, akan menyediakan support system yang tepat sehingga dapat memfasilitasi semua tahap dalam mengembangkan kemampuan moral courage. Hal yang sebaliknya juga dapat terjadi, apabila seorang perawat berada pada lingkungan yang tidak kondusif, dimana visi, misi dan nilai yang dinut saling bertentangan, maka yang timbul adalah pertentangan dari lingkungan sehingga tindakan yang diambil tidak

Page 5: ESSAY EHK 1

akandapat terealisasikan.lingkungan yang kondusif dapat dibangun dengan komunikasi yang asertif serta kemampuan negosiasi yang baik yang dapat memfasilitasi munculnya keberanian moral bagi para tenaga kesehatannya (LaSala & Bjarnason, 2010).

Keberanian moral atau Moral courage merupakan senjata yang ampuh dalam mengatasi distress moral ataupun dilemma etik. hal ini dikarenakan untuk memiliki keberanian moral maka orang tersebut harus merubah pandangannya terhadap suatu masalah dan merubah hal yang negative menjadi hal yang positif. Merubah persepsi diri tidaklah mudah sehinggan keberanial moral atau moral courage juga merupakan terapi kognitif untuk merubah pola piker, merubah stressor menjadi sesuatu yang positif sehingga dapat dicari jalan keluar. Selain berkaitan dengan terapi kognitif, moral courage juga menuntut perawat untuk mampu memberi alasan yang tepat dalam semua keputusan yang diambilnya. Alasan atau justifikasi tersebut harus diberikan dengan tepat untuk meminimalisir resiko yang mungkin muncul dari tindakan yang dilakukannya. Selain itu keberanian moral juga melatih seorang perawat untuk lebih percaya diri dengan keputusan yang diambilnya. Selain itu perawat juga harus mengeluarkan pendapat tentang keputusan yang diambil dengan negosiasi dan komunikasi yang asertif, sehingga meminimalkan terjadinya penolakan. Selain itu kemampuan untuk mengelola resiko yang akan terjadi juga dikembangkan dalam keberanian mora. Sehingga dengan banyaknya faktor yang berkembang pada perawat dengan moral courage diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam mengatasi depresi moral dan dilemma etik yang terjadi (Comer & Vega, 2011).

Kesimpulan dan Saran

Artikel ini telah menyoroti kebutuhan penting bagi profesional kesehatan untuk memahami pentingnya keberanian moral di tempat kerja dan bersedia untuk mengambil tindakan ketika nilai-nilai etika sedang dikompromikan. Kesadaran akan pentingnya keberanian moral dan faktor-faktor yang mendukung atau menghambat keberanian moral dapat membantu tenaga kesehatan menunjukkan keberanian moral ketika mereka menghadapi tantangan etika. Keberanian moral atau moral courage itu penting karena adanya keberanian dalam mengeluarkan pendapat dan membela teman atau pasien yang mungkin dalam dilemma etik, ketika orang lain mungkin diam tanpa berbuat apapun, perawat yang mampu melakukan moral courage mempunyai keberanian tersendiri dalam menghadapi resiko.

Keberanian moral adalah kemampuan individu untuk mengatasi rasa takut dan mempertahankan nilai-nilai yang diyakininya dan kode etik yang dijunjungnya. Kewajiban profesional dijabarkan dalam Kode Etik untuk Perawat. Berbekal pemahaman tentang kewajiban mereka, perawat harus menilai risiko dalam berbicara atau bertindak dalam situasi yang beresiko dilemma etik. Kadang-kadang, risiko mungkin terlalu besar dan diperbolehkan melakukan analisis lebih lanjut pada masalah. Manajemen bahaya merupakan aspek penting dari keberanian moral. Penenangan diri dan kognitif dapat membantu mengelola bahaya dan mengendalikan respons emosional dalam situasi konflik. Meskipun preferensi pribadi perawat untuk menghindari konflik mungkin bertentangan dengan kewajiban peran mereka untuk advokasi pasien, namun keberanian moral diperlukan dari semua profesional keperawatan untuk mengambil tindakan yang seharusnya diambil untuk menyelesaikan dilemma etik. Mengatasi penghindaran risiko dan mengembangkan toleransi risiko dapat meningkatkan keberanian moral. Mengembangkan ketegasan dan negosiasi keterampilan juga memungkinkan perawat meningkatkan keberanian moralnya. Perawat dengan

Page 6: ESSAY EHK 1

keberanian moral memahami bahwa mungkin ada konsekuensi yang tidak diinginkan atas tindakan mereka, namun menyadari bahwa mempertahankan tingkat integritas yang tinggi lebih penting daripada menghindari konsekuensi ini.

Daftar Pustaka

Butts, J. B, & Rich, K. L. (2013). Nursing ethic: across the curiculum into practice (Vol. 3th). Burlington: Jones & Barlet t Learning.

Comer, D. R, & Vega, G. (2011). Moral courage in organizations: doing the right thing at work. Third Avenue, New York: Taylor&Francis.

Gallagher, A. (2011). Moral distress and moral courage in everyday nursing practice. OJIN: The Online Journal of Issues in Nursing, 16(2).

Lachman, V. D. (2010). Strategies necessary for moral courage. OJIN: The Online Journal of Issues in Nursing, 15(3).

LaSala, C. A, & Bjarnason, D. (2010). Creating workplace environments that support moral courage. The Online Journal of Issues in Nursing, 15(3).

Murray, C. J. S. (2010). Moral courage in healthcare: ethically even in the presence of risk. Online Journal of Issue in Nursing, 15.