es krim_anastasia putri k._13.70.0151_a1_unika soegijapranata

14
Acara II ES KRIM LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU Disusun oleh:  Nama : Anastasia Putri Kristiana  NIM : 13.70.0151 Kelompok A1 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2016

Upload: praktikum-tpsusu

Post on 05-Jul-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 1/14

Acara II

ES KRIM 

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU

Disusun oleh:  Nama : Anastasia Putri Kristiana

 NIM : 13.70.0151

Kelompok A1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2016

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 2/14

 

1

1.  PENDAHULUAN

1.1. Topik

Topik praktikum kali ini adalah Es Krim yang dilakukan pada hari Selasa, 17 Mei 2016

di Laboratorium Rekayasa Pangan pada pukul 15.00 WIB. Pada praktikum ini dibuat 2

 jenis es krim, yaitu es krim tanpa custard   ( Philadelphia Ice Cream/ American Ice

Cream) dan es krim dengan custard ( French Ice Cream/Custadr Ice Cream). Es krim

yang telah dibuat kemudian diamati karakteristik fisik (kenampakan, tekstur, overrun)

dan karakteristik organoleptiknya (flavor dan rasa).

1.2. 

Tujuan

Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan es krim dengan bahan dasar

yang berbeda (dengan custard   dan tanpa custard ), serta untuk mengetahui perbedaan

kedua jenis es krim tersebut berdasarkan karakteristik fisik (kenampakan, tekstur,

overrun) serta karakteristik organoleptiknya (flavor dan rasa).

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 3/14

 

2

2.  HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan es krim dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan Es Krim

Kel. Formula Waktu* Flavor Rasa Tekstur Overrun (%)

A1  Mix 1 Setelah penyimpanan 18 jam +++ Kuat, manis Kasar57,143

Setelah proses pemecahan kristal es +++ Kuat, manis Halus

A2  Mix 1 Setelah penyimpanan 18 jam +++ Kuat, manis Kasar48

Setelah proses pemecahan kristal es +++ Kuat, manis Halus

A3  Mix1 Setelah penyimpanan 18 jam +++ Kuat, manis Halus68

Setelah proses pemecahan kristal es ++++ Kuat, manis Halus

A4  Mix 2 Setelah penyimpanan 18 jam +++ Tidak kuat, sangat manis Halus-15,385

Setelah proses pemecahan kristal es +++ Tidak kuat, sangat manis Halus

A5  Mix 2 Setelah penyimpanan 18 jam ++ Tidak kuat, sangat manis Kasar-23,077

Setelah proses pemecahan kristal es ++ Tidak kuat, tidak manis Kasar

  Pengamatan khusus dilakukan pada tekstur saja

  Pengamatan untuk flavor dan rasa dilakukan setelah es krim melalui proses pemecahan kristal es

Keterangan :Rasa : meliputi rasa susu (kuat/tidak) dan tingkat kemanisan (tidak manis/agak manis/manis/sangat manis)

Tekstur : ukuran kristal es saat dirasakan (kasar/halus)

Flavor :Tidak creamy  : +

Agak creamy  : ++

Creamy  : +++

Sangat creamy  : ++++ 

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 4/14

3

Tabel 1 di atas menunjukkan perbandingan karakteristik antara es krim mix 1 (tanpa custard ) pada kelompok A1-A3 dengan es krim mix 2

(dengan custard ) pada kelompok A4 dan A5. Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada es krim mix 1, karakteristik es krim

yang dihasilkan adalah memiliki flavor  creamy (kecuali kelompok A3 sangat creamy) , rasa susu kuat dan manis. Tekstur es krim mix 1

setelah penyimpanan 18 jam adalah kasar dan berubah menjadi halus setelah proses pemecahan kristal es (kecuali pada kelompok A3 yang

tekstur sebelum dan sesudah pemecahan kristal es tetap halus). Overrun es krim mix 1 berkisar 48-68%, dengan overrun tertinggi ada pada

kelompok A3 sebesar 68%. Karakteristik es krim mix 2 yang dihasilkan kelompok A4 memiliki flavor creamy dengan rasa susu tidak kuat

dan sangat manis, sedangkan pada kelompok A5 memiliki flavor agak creamy  dengan rasa susu tidak kuat dan tidak manis setelah

 pemecahan kristal es. Tekstur es krim mix 2 kelompok A4 setelah disimpan 18 jam dan sesudah pemecahan kristal es adalah tetap halus,

sedangkan pada kelompok A5 tekstur es krim mix 2 tetap kasar. Overrun es krim mix 2 menunjukkan hasil yang negatif. Jika dibandingkan

secara keseluruhan antara es krim mix 1 dengan es krim mix 2, maka es krim mix 1 memiliki flavor yang lebih creamy, rasa yang lebih kuat

dan manis, tekstur yang lebih halus, dan overrun  yang lebih tinggi dibandingkan es krim mix 2. Dengan demikian hasil pengamatan

menunjukkan bahwa es krim tanpa custard  memberikan karakteristik fisik dan organoleptik yang lebih baik dibandingkan es krim yang

menggunakan custard .

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 5/14

 

4

3.  PEMBAHASAN

Es krim merupakan salah satu makanan beku yang terbuat dari susu atau produk olahan

susu dengan persentase lemak susu tertentu dan dicampur dengan air, gula, flavor, dan

 bahan tambahan lain serta pewarna tertentu sehingga lebih menarik (Walstra et al.,

2006). Es krim dapat dibuat dari kombinasi susu dengan kandungan lemak susu 10-

20%, dicampur telur dan bahan penegas cita rasa lainnya (Arbuckle, 1986 dalam

Masykuri et al.,  2012). Bahan-bahan pokok dalam pembuatan es krim adalah susu,

krim, gula, bahan flavor, bahan penstabil dan pengemulsi (Astawan & Astawan 1988).

Menurut Buckle et al. (1987), lemak dari krim dan susu akan memberikan flavor dan

tekstur pada produk. Penambahan kandungan lemak akan membuat tekstur menjadi

lebih baik dan es krim menjadi tidak cepat leleh. Tambahan oleh Yavus et al. (2012)

 bahwa kandungan lemak dan gula pada es krim akan memberikan tekstur creamy dan

melty. Menurut Susrini (2003) dalam Putri et al., (2014), bahan penstabil yang

digunakan untuk membuat es krim bertujuan untuk meningkatkan kualitas es krim

seperti mencegah pembentukan kristal es yang besar, memberi keseragaman produk,

memperbaiki tekstur, dan menurunkan kecepatan leleh. Darma et al. (2013) dalam

 penelitiannya menambahkan bahwa zat penstabil berperan dalam menstabilkan udara

dalam adonan es krim, mengentalkan es krim, serta mampu mengikat lemak, air, dan

udara. Beberapa contoh zat penstabil dalam pembuatan es krim adalah gelatin dan CMC

(Carboxymethil cellulose), alginat, dan karagenan.

Pada praktikum ini ada 2 macam es krim yang dibuat, yaitu es krim mix 1 tanpa custard  

dan es krim mix 2 dengan custard . Pada pembuatan es krim mix 1 tanpa custard, bahan

yang digunakan adalah 284 ml susu  full cream, 284 ml whipping cream, 100 g icing sugar , dan 3 tetes essens vanila. Semua bahan tersebut dicampur dalam wadah plastik

dan diratakan dengan solet. Beri tanda batas pada wadah untuk menghitung volume

sebelum pengocokan. Susu  full cream  dan whipping cream  dipilih sebagai bahan es

krim karena memiliki kandungan lemak yang tinggi, lemak yang tinggi berkontribusi

 pada flavor, massa dan tekstur es krim, sehingga semakin banyak kandungan lemak

maka semakin baik tekstur es krim dan es krim tidak cepat leleh (Bennion & Hughes,

1975). Selain itu, whipping cream memiliki kandungan whey  protein yang merupakan

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 6/14

5

 bahan padatan bukan lemak sebagai pengikat air (Kim, 2002). Adonan kemudian

dikocok dengan mixer   kecepatan tinggi hingga tercampur rata, lembut dan

mengembang, dan didapatkan volume setelah pengocokan. Menurut Potter & Hotchkiss

(1996), pengocokan dengan mixer   berfungsi untuk mencampur bahan dan meratakan

globula lemak lebih sempurna sehingga tekstur es krim lebih baik dan homogen.

Kemudian adonan tersebut disimpan dalam  freezer   selama 18 jam dalam kondisi

tertutup, lalu dikocok lagi, sebanyak 3 kali pengulangan sampai es krim menjadi lembut

untuk kemudian diamati karakteristik fisik (kenampakan, tekstur, overrun) dan

karakteristik organoleptiknya (flavor dan rasa). Susrini (2003) menyatakan bahwa

 proses pembekuan es krim akan mempengaruhi teksturnya. Semakin cepat proses

 pembekuan, maka semakin kecil kristal es yang terbentuk sehingga tekstur es krim

semakin halus. Menurut Buckle et al.  (1987), penyimpanan dalam  freezer  bertujuan

untuk meningkatkan volume es krim. Suhu yang baik untuk pembekuan es krim adalah

sekitar -180C (Marzieh & Tehrani, 2008 dalam Handayani et al., 2014). Proses

 pengocokan pada pembuatan es krim yang dilakukan berulang-ulang bertujuan untuk

memperoleh kristal es yang kecil dan tekstur es krim yang lembut. Kristal es yang kecil

 juga dapat diupayakan dengan cara quick freezing dengan suhu rendah (Bennion &

Hughes, 1975).

Pada pembuatan es krim mix  2 dengan custard , bahan yang digunakan hampir sama

dengan es krim tanpa custard , hanya saja gula yang digunakan adalah gula castor  dan

ada tambahan kuning telur. Proses pembuatan es krim dengan custard  diawali dengan

 pengocokan whipping cream dalam wadah di atas es batu hingga mengembang tanpa

 berubah menjadi butter (adonan 1). Menurut Walstra et al.  (2006), suhu rendah pada

 pengocokan  whipping cream  dapat mempercepat pembentukan tekstur krim yangkokoh, sehingga udara terperangkap dan tidak dapat lepas. Adonan 1 tersebut kemudian

disimpan dalam chiller . Pada wadah lain, gula castor , kuning telur, dan essens vanilla

dikocok dengan mixer hingga mengembang. Menurut Potter & Hotchkiss (1996) kuning

telur berfungsi sebagai bahan emulsifier , karena kandungan lesitinnya akan membantu

 penyebaran globula lemak dan meningkatkan overrun. Kuning telur juga berfungsi

untuk memperbaiki tekstur, meningkatkan stabilitas emulsi, dan memperbaiki sifat es

krim (Marshall & Arbuckle, 1996), sedangkan menurut Gaman & Sherrington (1994),

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 7/14

6

 penambahan kuning telur sebagai bahan pengemulsi bertujuan untuk membantu

 pembentukan tekstur yang halus dan stabil.

Adonan 2 dibuat dengan cara mencampurkan  single cream yang sudah dipanaskan

hingga mendidih dengan campuran gula castor , kuning telur, dan essens vanilla yang

telah dikocok hingga mengembang. Adonan 2 (custard ) dipanaskan hingga mengental,

lalu dituang ke dalam wadah plastik dan biarkan hingga dingin di suhu ruang. Beri

tanda pada wadah untuk menghitung volume sebelum pengocokan. Pemanasan akan

mengubah protein susu, membentuk lapisan lemak pada susu dan akan mengakibatkan

 pecahnya lapisan protein yang berada di sekitar globula lemak. Pecahnya lapisan pada

 bahan pengemulsi akan mengakibatkan globula lemak menyatu (Bennion & Hughes,

1975). Selain itu, pemanasan juga dilakukan untuk membunuh bakteri patogen, serta

meningkatkan rasa dan aroma pada susu (Potter & Hotchkiss, 1996). Setelah dingin,

adonan custard kemudian dimasukkan ke dalam chiller   selama 1 jam. Setelah itu,

adonan 1 dan adonan 2 dicampur dan diratakan menggunakan solet lalu dikocok dengan

mixer kecepatan tinggi hingga lembut dan mengembang, dan dihitung volumenya

sebagai volume setelah pengocokan. Adonan es krim mix 2 lalu disimpan di dalam

freezer selama 18 jam lalu dikocok lagi, sebanyak 3 kali pengulangan sampai es krim

menjadi lembut untuk kemudian diamati karakteristik fisik (kenampakan, tekstur,

overrun) dan karakteristik organoleptiknya (flavor dan rasa). Masing-masing formulasi

es krim dihitung volume pengembangannya (overrun).

Berdasarkan hasil pengamatan karakteristik sensori, flavor pada es krim mix  1 (tanpa

custard ) maupun pada es krim mix  2 (dengan  custard ) cenderung sama, yaitu dari

creamy hingga sangat creamy. Pada kelompok A3, flavor es krim mix 1 creamy setelah penyimpanan dan menjadi sangat creamy  setelah pemecahan kristal es. Hal ini

dikarenakan pada kelompok A3 menggunakan lebih banyak krim, sehingga kandungan

lemaknya lebih tinggi yang akan semakin membuat es krim menjadi creamy dan melty 

(Yavus et al., 2012), dan saat dilakukan pemecahan kristal es terjadi penyebaran lemak

yang lebih merata dan membuat flavor es krim menjadi sangat creamy (Potter &

Hotchkiss, 1996).

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 8/14

7

Rasa es krim mix  1 (tanpa custard ) pada kelompok A1-A3 adalah kuat dan manis,

sedangkan rasa es krim mix 2 (dengan custard ) pada kelompok A4-A5 berkisar tidak

kuat tidak manis hingga tidak kuat sangat manis. Perbedaan rasa manis pada es krim

mix 1 dan es krim mix 2 disebabkan adanya perbedaan jenis gula yang ditambahkan.

Pada es krim mix 2, gula yang digunakan adalah gula castor , yang memiliki ukuran

 butiran lebih halus daripada gula pasir dan mudah larut dalam bahan lain sehingga rasa

 produk lebih manis. Gula castor  juga bertujuan untuk mempercepat proses pengocokan

telur, sedangkan icing sugar   berbentuk halus dan ada yang mengandung pati jagung

sehingga rasa manis yang dihasilkan tidak terlalu manis seperti gula pada umumnya

(Suter, 1996). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa es krim mix 2 memiliki rasa

yang lebih manis dibandingkan es krim mix 1.

Dari segi tekstur, es krim yang telah mengalami proses pemecahan kristal cenderung

memiliki tekstur yang lebih halus dibandingkan sebelum mengalami pemecahan kristal

es, kecuali pada kelompok A5 yang tekstur es krimnya tetap kasar. Tekstur es krim

yang lebih lembut terjadi karena adanya pemecahan kristal es akibat pengocokan

 berulang-ulang, sehingga ukuran kristal es menjadi lebih kecil (Bennion & Hughes,

1975). Ada ketidaksesuaian hasil pengamatan pada tekstur es krim mix 2 kelompok A5

yang tetap kasar setelah pemecahan kristal es. Seharusnya, tekstur es krim mix 2 lebih

lembut bila dibandingkan dengan es krim mix  1, karena adanya penambahan kuning

telur sebagai emulsifier  yang membantu penyebaran globula lemak sehingga tekstur es

krim lebih lembut dan stabil (Gaman & Sherrington, 1994). Menurut Suprayitno et al.

(2001) dalam Putri et al. (2014), tekstur es krim dipengaruhi oleh ukuran kristal es,

gelembung udara, komposisi es krim, pengolahan dan penyimpanan es krim. Tekstur es

krim yang baik adalah lembut, tidak keras, dan tampak mengkilap (Padaga & Sawitri,2005 dalam Putri et al.,  2014). Nilai overrun  berpengaruh terhadap tekstur. Semakin

rendah nilai overrun  maka tekstur es krim akan semakin kasar (Suryani, 2006 dalam

Putri et al., 2014). Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan kelompok A5 dengan tekstur

kasar karena nilai overrun-nya terendah.

 Nilai overrun es krim mix 1 lebih besar dibandingkan nilai overrun es krim mix 2. Hasil

tersebut kurang sesuai dengan Potter & Hotchkiss (1996), bahwa seharusnya nilai

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 9/14

8

overrun es krim mix 2 adalah yang lebih tinggi karena adanya penambahan kuning telur

yang dapat memerangkap udara dalam bentuk buih, sehingga dapat meningkatkan nilai

overrun. Nilai overrun  es krim mix  1 berkisar antara 48-68%, sedangkan overrun  es

krim mix  2 bernilai negatif. Hasil tersebut belum sesuai dengan pustaka yang

menyatakan bahwa standar overrun es krim yang baik adalah 100-120% (Saleh, 2004).

Hal tersebut dapat terjadi karena ada beberapa faktor, antara lain:

  Bahan Pengemulsi

Pengemulsi seperti kuning telur dapat meningkatkan overrun.

  Penggunaan Cream

Pengembangan cream  bertujuan untuk meningkatkan penggumpalan lemak dan

meningkatkan viskositas, yang akan meningkatkan pengembangan pada cream.

  Gula

Jika gula ditambahkan sebelum proses whipping , maka akan menurunkan volume

dan meningkatkan waktu yang dibutuhkan untuk pengembangan cream.

(Bennion & Hughes, 1975)

Arbuckle (1986) dalam Masykuri et al. (2012) menyatakan bahwa pada skala industri

 besar, overrun es krim yang baik berkisar 80-120% karena didukung oleh penginjeksian

udara saat proses  frezzing . Hasil overrun  yang tidak sesuai dengan teori juga dapat

disebabkan oleh proses pembekuan lambat, yakni selama 18 jam. Menurut Saleh

(2004), overrun yang baik dapat dicapai dengan pembekuan cepat sekitar 2 jam untuk

mencegah terbentuknya kristal es yang kasar. Hasil overrun  yang negatif pada

kelompok A4 dan A5 dapat disebabkan karena adanya pengocokkan adonan es krim

yang terlalu lama, sehingga krim mengalami collapse dan tidak mampu menahan udara

lebih lama yang akhirnya dapat menurunkan kemampuan untuk mengembang (Walstraet al., 2006). Faktor lain yang mempengaruhi nilai overrun  diantaranya adalah

komposisi gula dan lemak dalam es krim. Penambahan gula yang semakin banyak akan

menurunkan nilai overrun karena adanya peningkatan jumlah padatan dalam adinan es

krim (Faridah, 2005 dalam Handayani et al., 2014).

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 10/14

 

9

4.  KESIMPULAN

  Bahan-bahan utama yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah lemak susu,

 padatan susu tanpa lemak, gula, penstabil, pengemulsi dan penegas rasa. 

  Penambahan kuning telur berfungsi sebagai pengemulsi. 

  Senyawa pengemulsi berperan dalam menghasilkan tekstur es krim yang lebih

lembut dan overrun yang lebih tinggi. 

  Es krim yang menggunakan custard  akan menghasilkan es krim dengan flavor yang

lebih creamy, tekstur yang lebih halus, dan overrun yang lebih tinggi.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi parameter penilaian es krim di antaranya adalah

ada tidaknya bahan pengelmusi, dan jenis dan jumlah gula yang digunakan.

  Pemecahan kristal es dengan cara mixer  akan memperkecil ukuran kristal es sehingga

menghasilkan tekstur es krim yang lembut.

  Overrun es krim yang baik berkisar 100-120%. 

  Overrun es krim dipengaruhi oleh cara dan lama pengocokan, lama pembekuan, serta

kandungan lemak dan gula dalam adonan es krim.

  Secara garis besar, seharusnya es krim dengan custard  memiliki karakteristik rasa,

flavor, tekstur, dan overrun yang lebih baik dibandingkan dengan es krim tanpa

custard karena ada penambahan kuning telur sebagai pengemulsi. 

Semarang, 25 Mei 2016Praktikan, Asisten Dosen

Anastasia Putri Kristiana Beatrix Restiani

13.70.0151

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 11/14

 

10

5.  DAFTAR PUSTAKA

Arbuckle, W.S. (1986). Ice Cream. The AVI Publishing Co.Inc. London.

Astawan, M. & M.W. Astawan. (1988). Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat

Guna. CV Akademika Pressindo. Jakarta.

Bennion, M. & O. Hughes. (1975).  Introductory Foods. Macmillan Publishing Co, Inc.

 New York.

Buckle, K.A, R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wootton. (1987). Ilmu Pangan.

Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Darma, G.S., Diana Puspitasari, Endang Noerhartati. (2013). Pembuatan Es Krim

Jagung Manis Kajian Jenis Zat Penstabil, Konsentrasi Non-Dairy Cream serta

Aspek Kelayakan Finansial. Jurnal REKA Agroindustri Vol. 1 No. 1.

Faridah, Z. (2005). Kekerasan dan Overrun Es Krim yang Dibuat Menggunakan Susu

Sapi Maupun Susu Kambing dengan Persentase Gula yang Berbeda. Skripsi.

Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Peternakan. Purwokerto.

Gaman, P. M. & Sherrington, K. B. (1994). Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan

Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Handayani, N., Mardiyati Sulistyowati dan Juni Sumarmono. (2014). Overrun, Waktu

Leleh dan Kesukaan Es Krim Yogurt Susu Sapi dengan Persentase Gula yang

Berbeda. Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 1-7.

Kim, J. (2002). Separation of Whey Protein by Anion Exchange Membrane. Korean

Jurnal Chem Eng ; Vol 20(3). 538-41.

Marshall, R. T., and W. S. Arbuckle. (1996). Pages 59, 151 – 185, 263 – 267, 319 in IceCream. 5th ed. International Thomson Publ., New York.

Marzieh, M. and M. M. Tehrani. (2008). Effect of some Stabilizer on Physico Chemical

and Sensory Properties of Ice Cream Type Frozen Yogurt.  Journal Agriculture. 4:

584 - 589.

Masykuri, Y.B. Pramono, D. Ardilia. (2012). Resistensi Pelelehan, Overrun,dan Tingkat

Kesukaan Es Krim Vanila yang terbuat dari Bahan Utama Kombinasi Krim Susu

dan Santan Kelapa. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 1 No. 3, 2012. 

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 12/14

11

Padaga, M. Ch, dan M. E. Sawitri. 2005.  Membuat Es Krim yang Sehat . Tekno Pangan.

Jakarta.

Potter, N.N. & J.H. Hotchkiss. (1996).  Food Science 5th Edition. CBS Publishers and

Distributors. New Delhi.

Putri, V.N., Bambang Susilo, Yusuf Hendrawan. (2014). Pengaruh Penambahan tepung

Porang ( Amorphallus onchophyllus) pada Pembuatan Es Krim Instan Ditinjau dari

Kualitas Fisik dan Organoleptik.  Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan

 Biosistem Vol. 2 No. 3: 188-197.

Saleh, E. (2004). Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Universitas

Sumatera Utara.

Suprayitno, E, H, Kartikaningsih, dan S, Rahayu. 2001. Proses pembuatan Es Krim

dengan Menggunakan Stabilisator Natrium Alginat dari Sargassum sp. Jurnal

Makanan Tradisional Indonesia. 1 (3): 23-27

Suryani, T. D. 2006. Pengaruh Tingkat Penggunaan Starter Yoghhurt Terhadap

Overrun, Kecepatan Meleleh, dan Mutu Organoleptik Fermented Ice Cream.

Susrini. 2003. Pengantar Teknologi Pengolahan Susu. Fakultas Peternakan Universitas

Brawijaya. Malang.

Suter, I K. (1996).  Perubahan Gula dan Asam Organik Pengantar Teknologi Pangan.

PT. Gramedia. Jakarta.

Walstra, P., J.T.M. Wouters and T.J. Geurts. (2006). Dairy Science and Technology 2nd 

Ed. Taylor & Francis Group, LLC. Boca Raton. 

Yavuz T. dan Ahmet S.U. (2012). Turkish consumers’ purchase attitude and behaviours

towards Kahramanmaras type ice cream as a local branded product. African

Journal of Business Management. Vol. 6(34), pp. 9695-9703.

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 13/14

 

12

6.  LAMPIRAN

6.1. Perhitungan

Rumus:

Volume = p × l × t  

=(volume setelah pengocokan − volume sebelum pengocokan)

volume sebelum pengocokan  × 100% 

Kelompok 1

Volume sebelum pengocokan = 18 × 11,5 × 3,5 = 724,5 cm 

Volume setelah pengocokan = 18 × 11,5 × 3,5 = 1138,5 cm 

=(1138,5 − 724,5)

724,4  × 100% = 57,143% 

Kelompok 2

Volume sebelum pengocokan = 24,5 × 11,5 × 2,5 = 704,375 cm 

Volume setelah pengocokan = 24,5 × 11,5 × 3,7 = 1042,475 cm 

=

(1042,475 − 704,375)

704,375   × 100% = 48% 

Kelompok 3

Volume sebelum pengocokan = 25,5 × 16 × 2,5 = 1020 cm 

Volume setelah pengocokan = 25,5 × 16 × 4,2 = 1713,6 cm 

=(1713,6 − 1020)

1020  × 100% = 68% 

Kelompok 4

Volume sebelum pengocokan = 25 × 12 × 3,9 = 1170 cm 

Volume setelah pengocokan = 25 × 12 × 3,3 = 990 cm 

=(990 − 1170)

1170  × 100% = −15,385% 

Kelompok 5

8/16/2019 Es Krim_Anastasia Putri K._13.70.0151_A1_Unika Soegijapranata

http://slidepdf.com/reader/full/es-krimanastasia-putri-k13700151a1unika-soegijapranata 14/14

13

Volume sebelum pengocokan = 16 × 10,5 × 6,5 = 1092 cm 

Volume setelah pengocokan = 16 × 10,5 × 5 = 840 cm 

=

(1092 − 840)

1092   × 100% = −23,077% 

6.2. Foto

Gambar 1. Hasil pembuatan es krim kelompok A1 hingga A5 (dari kiri ke kanan)

6.3. Abstrak Jurnal

6.4. Laporan Sementara