es krim_dea widyaningtyas_13.70.0160_a1_unika soegijapranata

15
Acara III ES KRIM LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU Disusun oleh: Dea Widyaningtyas 13.70.0160 Kelompok A1 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2016

Upload: praktikum-tpsusu

Post on 09-Jul-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Es krim merupakan salah satu jenis makanan berbentuk beku yang dibuat dengan cara membekukan campuran produk susu, gula, penstabil, pengemulsi dan bahan-bahan lainnya yang telah dipasteurisasi dan dihomogenisasi untuk memperoleh hasil yang seragam.

TRANSCRIPT

Page 1: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

Acara III

ES KRIM

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU

Disusun oleh: Dea Widyaningtyas

13.70.0160

Kelompok A1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2016

Page 2: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

2

1. TOPIK DAN TUJUAN

Topik dalam praktikum teknologi pengolahan susu adalah Es krim. Dimana praktikum

ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan ice cream dengan bahan dasar yang

berbeda (dengan custard dan tanpa custard) serta mengetahui kedua jenis ice cream

tersebut berdasarkan karakteristik fisik (kenampakan, tekstur dan overrun) serta

karakteristik organoleptiknya. Praktikum ini dimulai pada pukul 15.00 WIB hingga

selesai sekitar pukul 19.00 WIB keesokan harinya. Metode yang digunakan

menggunakan dua mix yaitu dengan custard dan tanpa custard.

Page 3: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

3

2. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan

Kel. Formula Waktu Flavor Rasa Tekstur Overrun (%)

1 Mix 1 Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Kuat, manis Kasar

57,143 Setelah proses pemecahan kristal es +++ Kuat, manis Halus

2 Mix 1 Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Kuat, manis Kasar

48 Setelah proses pemecahan kristal es +++ Kuat, manis Halus

3 Mix 2 Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Kuat, manis Halus

68 Setelah proses pemecahan kristal es ++++ Kuat, manis Halus

4 Mix 2 Setelah penyimpanan 4-6 jam +++ Tidak kuat, sangat manis Halus

-15,385 Setelah proses pemecahan kristal es +++ Tidak kuat, sangat manis Halus

5 Mix 2 Setelah penyimpanan 4-6 jam ++ Tidak kuat, sangat manis Kasar

-23,077 Setelah proses pemecahan kristal es ++ Tidak kuat, tidak manis Kasar

Keterangan:

Rasa : meliputi rasa susu (kuat atau tidak) dan tingkat kemanisan (tidak manis, agak manis, manis, atau sangat manis)

Tekstur : ukuran kristal es saat dirasakan (kasar atau halus)

Flavor :

Tidak creamy : +

Agak creamy : ++

Creamy : +++

Sangat crieamy : ++++

Berdasarkan tabel hasil pengamatan diatas menunjukan kelompok A1 dan A2 membuatn es krim mix 1, serta kelompok A3, A4 dan A5

membuat es krim mix 2. Flavor yang dihasilkan setelah penyimpanan 4-6 jam dan setelah proses pemecahan kristal es pada mix 1 sama

yaitu creamy. Untuk hasil sensori rasa tidak berubah yaitu tetap rasanya kuat dan manis. Sedangkan pada sensori tekstur berubah dari kasar

Page 4: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

Acara III

menjadi halus. Untuk overrun es krim pada kelompok A1 sebesar 57,143% dan pada kelompok A2 sebesar 48%. Pada kelompok yang

membuat es krim mix 2, hasilnya sensori dan overrun yang didapat juga berbeda tiap kelompok. Pada kelompok A3 flavor yang dihasilkan

berubah dari creamy menjadi sangat creamy, untuk rasa tetap yaitu kuat dan manis serta teksturnya pun juga tetap yaitu halus. Lalu hasil

perhitungan overrun nya sebesar 68%. Pada kelompok A4 flavor yang dihasilkan tetap yaitu creamy, untuk rasa tetap yaitu tidak kuat dan

sangat manis serta teksturnya pun juga tetap yaitu halus. Lalu hasil perhitungan overrun nya sebesar -15,385%. Pada kelompok A5 flavor

yang dihasilkan tetap yaitu agak creamy, untuk rasa tetap yaitu tidak kuat dan sangat manis serta teksturnya pun juga tetap yaitu kasar. Lalu

hasil perhitungan overrun nya sebesar -23,077%.

Page 5: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

5

3. PEMBAHASAN

Menurut Darma, Geovani Surya; Diana Puspitasari & Endang Noerhartati (2013), es

krim merupakan salah satu jenis makanan berbentuk beku yang dibuat dengan cara

membekukan campuran produk susu, gula, penstabil, pengemulsi dan bahan-bahan

lainnya yang telah dipasteurisasi dan dihomogenisasi untuk memperoleh hasil yang

seragam. Bahan baku es krim pada umumnya adalah susu sapi, dikarenakan susu sapi

mengandung laktosa yang merupakan karbohidrat utama susu sapi dan banyak orang

yang alergi terhadap laktosa dalam susu sapi maka banyak orang yang beralih ke susu

nabati. Es krim nabati hampir sama dengan es krim pada umumnya, bedanya hanya

terletak dari bahan yang digunakan yaitu tidak menggunakan susu sapi sehingga rendah

lemak. Lemak nabati ini tidak menyebabkan kegemukan (obesitas). Salah satu produk

susu nabati yaitu es krim jagung manis.

Menurut Masykuri, Y. B. Pramono, D. Ardilia (2012), es krim merupakan produk

pembekuan yang terbuat dari kombinasi susu dengan prosentase lemak susu 10-20%

dan dicampur dengan telur, ditambah dengan bahan penegas cita rasa manis dan

pewarna. Bagi sebagian orang es krim tidak bisa digunakan untuk makanan diet. Es

krim yang terbuat dari kombinasi 50% krim susu dengan 50% krim santan dapat

digunakan untuk pengembangan industri es krim yang berbahan baku utama krim susu

dan krim santan kelapa.

Unsur-unsur pokok dalam es krim adalah susu, krim, gula, bahan flavor, bahan penstabil

dan pembentuk emulsi. Adapun komposisi bahan-bahan tersebut adalah sebagai berikut

: air (63%), protein (4,6%), lemak (11,5%), laktosa (5%), sukrosa / dekstrosa (15,0%),

bahan penstabil (0,25-0,5%), bahan flavor, abu (0,9%). Karena susu dan krim saja tidak

cukup memberikan padatan bukan lemak, maka bahan harus dilengkapi dengan padatan

yang bukan lemak kering. Lemak yang berasal dari krim dan susu memberikan flavor,

masa dari tekstur pada produk. Dengan bertambahnya kandungan lemak, tekstur

menjadi lebih baik dan es krim menjadi semakin tahan terhadap proses pencairan

(Buckle et al., 1987).

Page 6: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

Acara III

Pada praktikum kali ini kelompok A1 dan A2 membuat es krim dengan menggunakan

mix 1, dimana pembuatan es krim tanpa custard. Tahap pembuatan es krim ini diawali

dengan semua bahan yang berupa 284 ml whipping cream cair,100 gram icing sugar,

284 ml susu full cream dan 3 tetes essens vanilla) ke dalam wadah kemudian adonan

diratakan dengan sendok kayu. Setelah itu adonan dimasukkan ke dalam wadah

berukuran 1 liter dan diberi tanda pada batas volume adonan untuk mengukur volume

adonan sebelum pengocokan. Kemudian adonan dikocok dengan menggunakan mixer

kecepatan tinggi hingga bercampur rata, lembut dan mengembang. Setelah dilakukan

pengocokan diberi batas lagi volume adonan dan dijadikan volume setelah pengocokan.

Setelah itu adonan dimasukkan ke dalam freezer dalam kondisi tertutup selama 4-6 jam

hingga es krim membeku secara parsial. Setelah penyimpanan di freezer, es krim

dikocok lagi dengan menggunakan mixer untuk mendispersi kristal es yang terbentuk.

Setelah itu es krim disimpan lagi ke dalam freezer, dan ulangi pengocokan lagi hingga 3

kali supaya tekstur es krim menjadi lembut.

Pada kelompok A3, A4 dan A5 melakukan pembuatan es krim dengan menggunakan

formula fix 2. Tahap pembuatannya dimulai dengan whipping cream sebanyak 368 ml

dikocok dalam wadah diatas es batu hingga mengembang dan menjadi adonan 1.

Kemudian adonan 1 ditetapkan di atas es batu dan tutup dengan aluminium foil serta

disimpan di dalam chiller. Pada wadah lain, 100 gram gula castor, 3 butir kuning telur,

3 tetes essens vanilla dicampur dan dikocok hingga adonan mengembang dan warnanya

menjadi agak keputihan. Setelah itu single cream dipanaskan di dalam panic enamel

hingga mendidih, api dikecilkan dan campurkan adonan telur sambil diaduk dengan

sendok kayu secara perlahan dan jadilah adonan 2 (adonan custard). Adonan 2

dipanaskan hingga mengental dan jangan sampai overcooked agar tekstur custard tidak

rusak, lalu api dimatikan. Saat memanaskan susu sebaiknya jangan sampai mendidih

karena menurut Bennion & Hughes (1975), akan menyebabkan rasa hambar. Hal ini

dikarenakan pecahnya lapisan protein yang berada di sekitar globula lemak pada saat

susu dipanaskan. Pecahnya lapisan pada bahan pengemulsi akan mengakibatkan globula

lemak menjadi keras dan menyatu. Namun Potter & Hotchkiss (1995), menambahkan

Page 7: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

Acara III

bahwa pentingnya proses pasteurisasi karena menghilangkan mikroorganisme yang

biasanya tahan terhadap suhu tinggi.

Setelah itu custard dituang diwadah dan dibiarkan mendingin di suhu ruang. Pada saat

ini dihitung volume sebelum pengocokan. Setelah dingin, adonan 1 dan 2 dicampurkan

dengan menggunakan sendok kayu dan dimasukkan kedalam wadah plastik 1 liter.

Setelah itu adonan dimasukkan ke dalam mangkok lalu dikocok dengan kecepatan

tinggi hingga tercampur rata, lembut dan mengembang. Setelah itu adonan dimasukkan

ke dalam wadah dan diukur batas volume setelah pengocokan. Kemudian adonan es

krim di simpan dalam freezer selama 4-6 jam. Setelah disimpan es krim diambil dan

dikocok lagi, begitu seterusnya hingga pengocokan hingga 3 kali supaya tekstur menjadi

lembut. Volume sesudah dan setelah pengocokan digunakan untuk menghitung overrun

es krim.

Dilakukan pengocokan es krim berulang kali hingga mencapai 3 kali agar ukuran

Kristal es dapat diperkecil setelah dibekukan dalam freezer. Hal ini sesuai dengan

pernyataan oleh Bennion & Hughes (1975), bahwa proses mixer yang berulang kali dan

adanya proses pembekuan yang cepat dengan menggunakan temperatur yang rendah,

maka terbentuklah kristal es kecil-kecil pada es krim. Potter & Hotchkiss (1995),

menambahkan bahwa diperlukan homogenisasi karena akan memecah antara globula-

globula lemak dengan gumpalan globula lemak, dan bersama dengan emulsifier dapat

mencegah pecahnya lemak menjadi granula-granula yang menyerupai mentega, selama

masa pembekuan sehingga dapat meningkatkan penampakan akhir dan tekstur dari es

krim tersebut (Friberg & Larsson, 1997).

Dihasilkan tekstur yang halus pada es krim yang menggunakan telur yaitu pada

kelompok A3 dan A4 jika dibandingkan es krim pada kelompok A1 dan A2. Hal ini

dikarenakan menurut Bennion & Hughes (1975), lemak yang ditambahkan dapat

berfungsi untuk meningkatkan struktur body dan tekstur yang kompak dan lembut pada

es krim. Serta menurut Buckle (1987) disebabkan karena pada es krim yang diberi

penambahan lemak tambahan, maka akan memperkecil ukuran kristal es, sehingga

struktur es krim yang dihasilkan akan lebih lembut dan seragam. Namun pada kelompok

Page 8: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

Acara III

A5 tekstur esnya kasar mungkin dikarenakan metode yang dilakukan salah, jadi

seharusnya adonan telur dicampukan pada single cream yang lagi dipanaskan pada saat

sudah mendidih, namun dilakukan sebelum mendidih. Hal ini mungkin membuat ada

adonan telur yang telah overcooked sehingga teksturnya menjadi kasar. Serta hal ini

diperkuat oleh pernyataan Anonim (2000), bahwa tekstur es krim yang jelek dapat

berupa berpasir, ber-sponge, seperti salju, atau seperti pasta, dan cepat mencair. Hal ini

dapat terjadi karena adanya kesalahan terutama pada proses pencampuran dan

komposisi bahan yang digunakan (baik bahan baku maupun emulsifier)

Menurut Bennion & Hughes (1975), peranan kuning telur adalah sebagai emulsifier

sehingga teksturnya dapat menjadi lebih lembut. Penggunaan kuning telur dapat proses

pembuatan ice cream seperti dalam percobaan berfungsi untuk menstabilkan ice cream

karena mengikat viskositas, serta mencegah pengerasan pada saat ice cream dibekukan

dan disimpan. Selain itu, telur juga digunakan untuk mengikat udara, karena susu

merupakan emulsi dari cairan dan udara. Faktor yang mempengaruhi dalam pembuatan

makanan beku adalah lemak dan telur. Telur mengikat viskositas dan mengikat udara.

Tidak hanya penggunaan kuning telur saja yang membuat tekstur es krim menjadi

lembut, namun penambahan whipping cream (sebagai lemak susu) juag mempunyai

fungsi sebagai penguat rasa serta memberikan tekstur yang lebih lembut pad es krim

(Potter & Hotchkiss, 1995). Maka benar bahwa kelompok A3 dan A4 teksturnya halus

dibanding kelompok yang tidak menggunakan whipping cream lebih sedikit. Dan dilihat

pada parameter rasa, rasa pada es krim mix 2 lebih manis dan kuat dibanding mix 1. Hal

ini sesuai dengan pernyataan diatas karena pada mix 2 terdapat tambahan lemak yang

berasal dari kuning telur dan jumlah whipping cream yang lebih banyak disbanding mix

1. Rasa manis dari es krim juga dihasilkan dari adanya penambhan gula. Menurut

Herschdoerfer (1986), gula berfungsi untuk membentuk struktur dari es krim karena

berpengaruh pada laju pembekuan.

Flavor yang dihasilkan pada es krim pada kelompok A1 sampai A4 itu berupa creamy,

sedangkan pada kelompok A5 flavornya kurang creamy/agak creamy. Menurut Bennion

& Hughes (1975), aroma creamy dapat ditimbulkan dari whipping cream yang terlalu

Page 9: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

Acara III

banyak jika komposisi susu yang ditambahkan lebih banyak maka aroma yang timbul

lebih beraroma milky. Flavor didapatkan dari campuran berbagai komponen flavor.

Komponen utama flavor pada susu dan produk-produk olahannya berasal dari dua

sumber. Beberapa diproduksi dari protein susu, lemak susu, atau laktosa selama proses.

Komponen flavor yang digunakan dalam lemak susu meliputi aldehid, metil keton,

asam lemak, ester, laktosa, dan komponen sulfur (Welch et al., 1997).

Pada hasil overrun yang didapatkan pada masing-masing kelompok tidak mencapai

70%. Menurut Buckle et al, (1987), bahwa kenaikan volume es krim selama pembekuan

dikarenakan adanya penyatuan gelembung udara yang halus dalam proses pembuihan.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi overrun antara lain adalah :

Bahan Pengemulsi

Bahan pengemulsi membantu menyebarkan globula lemak selama pengocokan dan

mencegah agar tidak menggumpal. Bahan pengemulsi juga meningkatkan busa untuk

mendapatkan overrun yang diinginkan.

Penggunaan Cream

Selama proses pengocokan, udara yang masuk akan membentuk busa dan partikel –

partikel lemak akan bergabung menghasilkan karakteristik kaku atau kestabilan

Whipped Cream. Gelembung – gelembung udara yang terbentuk akan bertahan karena

adanya lapisan tipis protein yang menutupi permukaan partikel lemak. Tujuan dari

pengembangan cream antara lain adalah untuk meningkatkan penggumpalan dari

partikel lemaknya dan pada suhu rendah juga meningkatkan viskositas, yang akan

meningkatkan sifat pengembangan pada cream.

Gula

Penambahan gula akan menurunkan volume dan kekerasan dan meningkatkan waktu

yang dibutuhkan untuk pengembangan cream, jika gula tersebut ditambahkan sebelum

proses Whipping

Proses pendinginan

Pendinginan berfungsi memberikan tekstur yang baik pada es krim dan menyebabkan

overrun yang tinggi.

(Bennion & Hughes, 1975).

Page 10: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

Acara III

Menurut Handayani, Niken; Mardiati Sulistyowati & Juni Sumarmono (2014), es krim

merupakan salah satu bagian dari produk olahan susu yang dibuat dalam bentuk semi

beku dengan proses membuat udara terperangkap dalam adonan pada saat pencampuran

bahan dengan bantuan mixer. Udara dibekukan pada suhu dibawah suhu beku air. Udara

yang terperangkap pada es krim memberikan kesan ringan dan dapat memberikan

volume lebih. Es krim digemari karena rasanya yang manis dan terbuat dari bahan dasar

susu, serta kandungan nutrisi es krim juga lebih tinggi dibandingkan dengan produk

asalnya karena telah mengalami proses penambahan bahan. Es krim tidak hanya

menggunakan bahan baku susu segar, namun dapat juga berasal dari susu fermentasi

yaitu yogurt.

Menurut Dewi, Tansari (2014), es krim nabati juga bisa berasal dari kombinasi wortel

dengan tomat. Bahan yang digunakan untuk membuat es krim adalah sayuran dan buah

dikarenakan makanan tersebut yang jarang diminati oleh masyarakat meskipun

memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kombinasi wortel dan tomat pada pembuatan es

krim memberikan perbedaan kualitas berupa peningkatan kadar betakaroten dan kadar

sukrosa. Perbandingan wortel dan tomas sebesar 3:3 pada pembuatan es krim

menunjukan kualitas terbaik berdasarkan kadar betakaroten dan tingkat kesukaan

panelis.

Menurut Putri, Vita Noeravila; Bambang Susilo & Yusuf Hendrawan (2014), dalam era

globalisasi yang terjadi saat ini menuntut untuk adanya kepraktisan untuk pengolahan

dalam penyajian es krim. Salah satu inovasi produk es krim yang mulai berkembang

pada masyarakat modern saat ini adalah dengan adanya produk es krim instan.

Permasalahan yang sering timbul pada proses pembuatan es krim ini adalah viskositas

rendah, overrun rendah dan kecepatan meleleh yang relatife rendah. Terdapat cara

untuk meningkatkan kualitas es krim instan tersebut yaitu dengan penambahan tepung

porang sebagai bahan penstabil pada proses pembuatan es krim.

Page 11: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

11

4. KESIMPULAN

Es krim merupakan salah satu jenis makanan berbentuk beku yang dibuat dengan

cara membekukan campuran produk susu, gula, penstabil, pengemulsi dan bahan-

bahan lainnya

Bahan baku es krim pada umumnya adalah susu sapi

Proses pasteurisasi dapat menghilangkan mikroorganisme yang biasanya tahan

terhadap suhu tinggi.

Proses mixer yang berulang kali dan adanya proses pembekuan yang cepat dengan

menggunakan temperatur yang rendah, maka terbentuklah kristal es kecil-kecil pada

es krim.

Homogenisasi akan memecah antara globula-globula lemak dengan gumpalan

globula lemak, dan bersama dengan emulsifier dapat mencegah pecahnya lemak

menjadi granula-granula yang menyerupai mentega, selama masa pembekuan

sehingga dapat meningkatkan penampakan akhir dan tekstur dari es krim.

Lemak yang ditambahkan dapat berfungsi untuk meningkatkan struktur body dan

tekstur yang kompak dan lembut pada es krim.

Tekstur es krim yang jelek dapat berupa berpasir, ber-sponge, seperti salju, atau

seperti pasta, dan cepat mencair.

Kuning telur dapat digunakan sebagai emulsifier sehingga teksturnya dapat menjadi

lebih lembut. Penggunaan

Rasa manis dari es krim dihasilkan dari adanya penambahan gula

Gula berfungsi untuk membentuk struktur dari es krim karena berpengaruh pada laju

pembekuan.

Komponen flavor yang digunakan dalam lemak susu meliputi aldehid, metil keton,

asam lemak, ester, laktosa, dan komponen sulfur

Semarang, 26 Mei 2016

Praktikan, Asisten Dosen

Beatrix Restiani

Dea Widyaningtyas

13.70.0160

Page 12: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

12

5. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2000). Ice Cream Defects : Dairy Science and Technology. University

of Guelph. USA.

Bennion, M . O. Hughes. (1975). Introductory Foods. Macmillan Publishing Co,

Inc. New York.

Buckle, K. A.; R. A. Edwards; G. H. Sheet & M. Wootton. (1987). Ilmu Pangan.

Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Darma, Geovani Surya; Diana Puspitasari & Endang Noerhartati. (2013).

Pembuatan Es Krim Jagung Manis Kajian Jenis Zat Penstabil, Konsentrai Non Dairy

Cream serta Aspek Kelayakan Finansial. Jurnal vol. I No. 1.REKA Agroindustri Media

Teknologi dan Manajemen Agroindustri Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Dewi, Tansari. (2014). Kualitas Es Krim dengan Kombinasi Wortel (Daucus

carota L.) dan Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Jurnal Fakultas Teknobiologi,

Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.

Friberg & K. Larsson. (1997). Food Emulsion. Marcel Dekker, Inc. New York.

Handayani, Niken; Mardiati Sulistyowati & Juni Sumarmono.(2014). Overrun,

Waktu Leleh, dan Kesukaan Es Krim Yogurt Susu Sapi dengan Persentase Gula yang

Berbeda. Jurnal Ilmiah Peternakan 2(1): 1-7. Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

Herchdoerfer, S. M. (1986). Quality Control in The Food Industry Volume 2.

Academic Press. London.

Masykuri, Y. B. Pramono, D. Ardilia.(2012). Resistensi Pelelehan, Over-run dan

Tingkat Kesukaan Es Krim Vanilla yang Terbuat dari Bahan Utama Kombinasi Krim

Susu dan Santan Kelapa. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan Vol. 1 No. 3.

Potter, N. N. & J. H. Hotchkiss. (1995). Food Science Fifth Edition. Chapman &

Hall, Inc. New York.

Putri, Vita Noeravila; Bambang Susilo & Yusuf Hendrawan.(2014). Pengaruh

Penambahan Tepung Porang (Amorphophallus onchophyllus) pada Pembuatan Es Krim

Instan Ditinjau dari Kualitas Fisik dan Organoleptik. Jurnal Keteknikan Pertanian

Tropis dan Biosistem Vol. 2 No. 3;188-197. Universitas Brawijaya. Malang.

Page 13: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

Acara III

Welch, R. A. A.; D. J. W. Burns; S. R. Davis; Al. Popay & C. G. Prosser. (1997).

Milk Composition Production and Biotechnology. CAB International. Wallingford.

Page 14: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

14

6. LAMPIRAN

6.1. Perhitungan

Rumus:

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

Page 15: Es Krim_Dea Widyaningtyas_13.70.0160_A1_Unika Soegijapranata

Acara III

Kelompok 5

6.2. Foto

Gambar 1. Hasil pembuatan es krim kelompok A1 hingga A5 (dari kiri ke kanan)

6.3. Abstrak

6.4. Laporan Sementara