eritrosin
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mutu suatu bahan pangan biasanya ditentukan oleh beberapa
faktor yaitu cita rasa, tekstur, dan nilai gizinya, serta sifat
mikrobiologisnya. Tetapi sebelum mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut, faktor warna dari bahan pangan tersebut biasanya dilihat terlebih
dahulu dan kadang-kadang juga sangat menentukan. [1]
Selain sebagai faktor yang menentukan mutu, warna juga dapat
menentukan kesegaran atau kematangan dari suatu bahan pangan.
Warna juga dapat menunjukkan baik tidaknya pencampuran atau cara
pengolahan. [1]
Zat warna alami seperti dari daun suji untuk pewarna hijau dan
kunyit untuk pewarna kuning sudah dikenal dan digunakan sejak lama.
Sekarang telah dikembangkan zat warna sintesis yang penggunaannya
lebih praktis dan lebih murah. [1]
Suatu pangan menjadi bewarna karena adanya zat pewarna
dalam bahan pangan tersebut. Ada dua macam zat pewarna berdasarkan
sumbernya, yaitu zat pewarna alami dan zat pewarna buatan. [1]
Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat
memperhaiki atau memberi warna pada makanan. [2]
Dari banyaknya zat pewarna sintesis, salah satu zat pewarna
sintesis yang diizinkan penggunaannya adalah eritrosin (erythrosine).
1
1.2 Tinjauan Masalah
1.2.1 Bagaimana ciri-ciri zat pewarna sintetis eritrosin?
1.2.2 Apa kegunaan dari zat pewarna sintetis eritrosin?
1.2.3 Apa resiko kesehatan dari penggunaan zat pewarna sintetis
eritrosin ini?
1.2.4 Bagaimana regulasi penggunaan zat pewarna sintetis eritrosin?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui ciri-ciri pewarna sintetis eitrosin.
1.3.2 Untuk mengetahui penggunaan zat pewarna sintetis eritrosin.
1.3.3 Untuk mengetahui resiko kesehatan dari penggunaan zat pewarna
sintetis eritrosin.
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana regulasi penggunaan zat pewarna
sintetis eritrosin.
1.4 Manfaat Penulisan
1.4.1 Makalah ini dapat digunakan sebagai referensi mengenai eritrosin.
2
BAB II
ISI
2.1 Deskripsi Umum
Eritrosin adalah sebuah senyawa iodo-anorganik terutama
turunan dari flor. Zat pewarna ini merupakan senyawa sintetis warna
cherry-pink. Biasanya digunakan sebagai pewarna makanan. Serapan
maksimumnya terjadi pada panjang gelombang 530 nm dalam larutan
dengan akuades. [3]
Gambar 1 [4]
Eritrosin bernama kimia 9-(o-karboksifenil)-6-hidroksi-2,4,5,7-
tetraiodo-3-isoxanthone monohidrat garam dinatrium. Zat pewarna ini larut
dalam air dan ethanol. Ketika dilarutkan di air, terdapat kurang dari 0,2%
bahan yang tidak larut. Zat pewarna ini mengandung seng (Zn) tidak lebih
dari 50mg/kg dan mengandung timbal (Pb) kurang dari 2mg/kg. Melalui
pengeringan pada suhu 1350C, terjadi kehilangan bahan kurang dari 13%
bersama dengan klorida dan sulfat yang dihitung sebagai garam natrium.
Eritrosin juga mengandung iodium anorganik sebesar tidak lebih dari 0,1%
yang dihitung sebagai natrium iodida. [5]
3
Zat pewarna ini berupa tepung coklat, larutannya dalam alkohol
95% menghasilkan warna merah yang berfluoresensi, sedangkan
larutannya dalam air berwarna merah cherry tanpa fluoresensi. Larut
dalam gliserol dan glikol, bersifat kurang tahan terhadap cahaya dan
oksidator, tetapi tahan terhadap reduktor dan NaOH. Mudah diendapkan
oleh asam, karena itu tidak dapat dipakai dalam produk minuman
(beverages). Eritrosin juga dapat diendapkan oleh tawas dan FeSO4.
Logam Cu hanya sedikit berpengaruh terhadap warna larutan. [6]
Zat pewarna ini terdaftar dengan nama sebagai berikut.[3]
FD&C Red No. 3
E number E127 (Food Red 14)
Color Index no. 45430 (Acid Red 51)
Indian Standards No. 1697
Eritrosin juga direferesikan sebagai pewarna xanthene. Pewarna
xanthene adalah sekelompok pewarna florescent yang warnanya berkisar
pada kuning menjadi merah hingga merah kebiruan. Disebut pewarna
xanthene karena zat ini mengandung sebuah molekul xanthene sebagai
dasarnya. Rumus kimia unutk xanthene adalah C13H10O, yang berarti ada
13 atom karbon, 10 atom hidrogen, dan sebuah atom oksigen. Atom-atom
tersebut tersusun seperti berikut.[7]
Gambar 2 [7]
Sedangkan struktur kimia dari eritrosin sendiri adalah sebagai
berikut.[7]
4
Gambar 3 [7]
2.2 Penggunaan
Eritrosin biasanya digunakan untuk mewarnai makanan. Buah ceri
yang ditempatkan dalam toples, seperti ceri maraschino, biasanya
diwarnai dengan eritrosin. Makanan lain yang diwarnai dengan pewarna
sintetik ini termasuk cake icing, kerang pistachio berwarna, makan siang,
hot dog, pâté, dan salmon spread. Zat pewarna ini juga digunakan pada
obat gigi yang meninggalkan noda merah pada gigi untuk mengindikasi
area dimana adanya plak gigi. Selain itu, eritrosin juga sering digunakan
oleh industri percetakan untuk berbagai jenis tinta merah atau cherry-pink. [8]
Gambar 4 [9] Gambar 5 [10] Gambar 6 [11]
5
Dulunya zat pewarna ini digunakan sebagai sensitizer untuk film
fotografi ortokromatik. [3]
2.3 Resiko Kesehatan
Manfaat kesehatan dari eritrosin termasuk meningkatnya produksi
susu pada ibu menyusui. Mengonsumsi eritrosin dalam dosis tinggi dapat
bersifat kasinogen. Selain itu juga dapat mengakibatkan reaksi alergi
seperti nafas pendek, dada sesak, sakit kepala, dan iritasi kulit.[12]
Efek samping lainnya adalah pada beberapa kasus berakibat
pada meningkatnya hiperaktivitas, juga adanya kemungkinan hubungan
dengan mutagenisitas. Eritrosin mengakibatkan kenaikan sensitivitas
cahaya pada orang yang sensitif terhadap sinar matahari. Pada
konsentrasi yang tinggi, eritrosin mengganggu metabolism iodium. Akan
tetapi, konsentrasi tinggi ini tidak dapat dicapai melalui konsumsi makanan
yang mengandung eritrosin. [13]
Zat pewarna ini aman dikonsumsi oleh orang yang vegetarian atau
tidak. [13]
2.4 Regulasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
722/MENKES/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan,
penggunaan eritrosin didasarkan pada makanan yang akan diberi warna.[2]
Tabel 1. Jenis Makanan dan Batas Penggunaan Eritrosin[2]
No Jenis Bahan Pangan Batas Penggunaan
1. Es krim dan sejenisnya 100 mg/kg produk akhir (total
campuran pewarna
6
300mg/kg)
2. Buah pir kalengan
200 mg/kg, tunggal atau
campuran dengan pewarna
lain
3. Buah prem (plum) kalengan
300 mg/kg, tunggal atau
campuran dengan Ponceau
4R, hanya untuk buah prem
merah atau ungu
4.Selai dan jeli; saus apel
kalengan
200 mg/kg, tunggal atau
campuran dengan Ponceau
4R
5. Udang kalengan
30 mg/kg, tunggal atau
campuran dengan pewarna
lain
6. Udang beku
30 mg/kg, tunggal atau
campuran dengan pewarna
lain, hanya pada produk yang
telah dipanaskan
7.
Yoghurt beraroma dan produk
yang dipanaskan setelah
fermentasi
27 mg/kg, berasal dari aroma
yang digunakan
8. Irisan daging 15 mg/kg
9. Makanan lain
300 mg/kg, tunggal atau
campuran dengan pewarna
lain
7
Tabel 2. Perbandingan antara ADI dan Jumlah yang Diserap Tubuh [6]
Zat pewarna
Jumlah maksimum ADI Perkiraan jumlah
maksimum yang
diserap tubuh
(mg/hari/kapita)mg/kg
mg/70kg berat
badan
FD & C Red no. 3 1,25 87 1,9
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Eritrosin merupakan zat pewarna sintetis yang digunakan sebagai
pewarna makanan. Eritrosin juga termasuk senyawa kimia dengan
beberapa sifat-sifat kimianya. Zat ini dapat menimbulkan efek samping
negatif apabila dikonsumsi dengan kadar yang tidak tepat.
Di Indonesia, zat ini diperbolehkan penggunaannya dengan batas
penggunaan yang sudah diatur oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
722/MENKES/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan.
3.2 Saran
Penggunaan zat pewarna sintetis memang lebih praktis dan
harganya lebih murah daripada zat pewarna alami. Akan tetapi,
penggunaan zat pewarna sintetis ini, terutama eritrosin, perlu diperhatikan
batas pemakaian dalam bahan makanan.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. Cahyadi, Wisnu. 2008. Bahan Tambahan Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.
2. SNI_01-0222-1995_Bahan_Tambahan_Makanan (pdf). Tersedia dari
http://agri.sucofindo.co.id/Extra/PDF/SNI_01-0222-
1995_Bahan_Tambahan_Makanan.pdf (diunduh pada 31 Mei 2012)
3. Erythrosine. Tersedia dari http://en.wikipedia.org/wiki/Erythrosine (diakses
pada 1 Juni 2012)
4. Erythrosine Lake. Tersedia dari
http://www.21food.com/products/erythrosine-lake-650522.html (diakses
pada 1 Juni 2012)
5. Addictive-174 (pdf). Tersedia dari
www.fao.org/ag/agn/jecfa-additives/specs/Monograph1/Additive-174.pdf
(diunduh pada 1 Juni 2012)
6. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
7. What is Erythrosine? Tersedia dari
http://foodconstrued.com/2012/05/erythrosine/ (diakses pada 1 Juni 2012)
8. What is Erythrosine? Tersedia dari http://www.wisegeek.com/what-is-
erythrosine.htm (diakses pada 1 Juni 2012)
9. Sour Cherry Pickin’ Los Angeles Style. Tersedia dari
http://lastcrumb.com/2009/06/26/sour-cherry-pickin-los-angeles-style/
(diakses pada 9 Juni 2012)
10. How can I reuse or recycle pistachio shells? Tersedia dari
http://www.recyclethis.co.uk/20060424/how-can-i-reuse-or-recycle-
pistachio-shells (diakses pada 4 Juni 2012)
11. Simply Delicious Appetizers. Tersedia dari
http://www.plu.edu/~lairdcc/Appetizer.html (diakses pada 4 Juni 2012)
12. What is Erythrosine Used For? Health Benefits and Side Effects of
Erythrosine in Food. Tersedia dari http://www.kaycircle.com/What-is-
10
Erythrosine-Used-For-Health-Benefits-and-Side-Effects-of-Erythrosine-in-
Food (diakses pada 4 Juni 2012)
13. E127: Erythrosine. Tersedia dari http://www.food-info.net/uk/e/e127.htm
(diakses pada 4 Juni 2012)
14. Erythrosine (WHO Food Additives Series: 44). Tersedia dari
http://www.inchem.org/documents/jecfa/jecmono/v44jec17.htm (diakses
pada 3 Juni 2012)
11