ergonomic chapter iii-vii

91
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Ergonomi Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum alam dan dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. 1 Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibuthkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai “Human Factors”. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli/profesional pada bidangnya misalnya : ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerja, psikologi, dan teknik industri. Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan mudah diterapkan (dimengeri dan digunakan) pada sejumlah populasi masyarakat tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/resiko dalam penggunaannya. Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja Universitas Sumatera Utara

Upload: temter

Post on 24-Jan-2016

91 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

ergonomi di pbik gula

TRANSCRIPT

Page 1: Ergonomic Chapter III-VII

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata

yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum alam dan dapat

didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,

manajemen dan desain/perancangan.1 Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi,

efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di

rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibuthkan studi tentang sistem

dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan

tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi

disebut juga sebagai “Human Factors”. Ergonomi juga digunakan oleh berbagai

macam ahli/profesional pada bidangnya misalnya : ahli anatomi, arsitektur,

perancangan produk industri, fisika, fisioterapi, terapi pekerja, psikologi, dan

teknik industri.

Penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah

untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah dapat dengan

mudah diterapkan (dimengeri dan digunakan) pada sejumlah populasi masyarakat

tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/resiko dalam penggunaannya.

Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya

disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian antara pekerja dan lingkungan kerja

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Ergonomic Chapter III-VII

secara menyeluruh termasuk peralatan kerja. Hubungan antara manusia pekerja

dan mesin serta peralatan-peralatan dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai

hubungan yang unik karena interaksi antara hal-hal di atas yang membentuk

sistem kerja tidak terlampau sederhana bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu,

salah satunya ilmu tentang tubuh manusia. Ilmu-ilmu terapan yang banyak

berhubungan dengan fungsi tubuh manusia adalah anatomi dan fisiologi. Selain

itu juga diperlukan pengetahuan dasar tentang sistem dan fungsi kerangka otot

dan dimensi tubuh manusia.

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan

cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,

mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontrak

sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun

setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis,

ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan

sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

3.1.1. Keluhan Musculoskeletal

Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal

yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Ergonomic Chapter III-VII

sakit.3 Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang

lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen

dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan

keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem

muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996). Secara garis besar keluhan

otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot

menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang

apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.

Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot

masih terus berlanjut.

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan

dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah

otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari,

punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Di antara keluhan otot skeletal

tersebut, yang banayk dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (low back

pain =LBP).

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena konstraksi otot yang

berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi

pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi

apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20 % dari kekuatan otot

maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20 %, maka peredaran darah

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Ergonomic Chapter III-VII

ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya

tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme

karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang

menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.

Peter Vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal adalah :

1. Peregangan Otot yang Berlebihan

Peregangana otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering

dikeluhkan oleh pekerja di mana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan

tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan

menahan beban yang berat.

2. Aktivitas Berulang

Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus

seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat-angkut dsb.

Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara

terus menerus tanpa memperoleh kesempatan unutk relaksasi.

3. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi

bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan

tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat. Semakin

jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula

resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Ergonomic Chapter III-VII

umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja

tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.

Berdasarkan rekomendasi dari Occupational Safety and Health

Administration (OSHA), tindakan ergonomik untuk mencegah adanya sumber

penyakit adalah melalui dua cara, yaitu rekayasa teknik (desain stasiun dan alat

kerja) dan rekayasa manajemen (kriteria dan organisasi kerja). Langkah preventif

ini dimaksudkan untuk mengeleminir overexertion dan mencegah adanya sikap

kerja tidak alamiah.

1. Rekayasa Teknik

Rekayasa teknik pada umumnya dilakukan melalui pemilihan beberapa

alternatif sebagai berikut :

a. Eliminasi, yaitu dengan menghilangkan sumber bahaya yang ada. Hal ini

jarang bisa dilakukan mengingat kondisi dan tuntutan pekerjaan yang

mengharuskan untuk menggunakan peralatan yang ada.

b. Substitusi, yaitu mengganti alat/bahan lama dengan alat/bahan baru yang

aman, menyempurnakan proses produksi dan menyempurnakan prosedur

penggunaan peralatan.

c. Partisi, yaitu melakukan pemisahan antara sumber bahaya dengan pekerja,

sebagai contoh, memisahkan ruang mesin yang bergetar dengan ruang

kerja lainnya, pemasangan alat peredam getaran.

d. Ventilasi, yaitu dengan menambah ventilasi untuk mengurangi resiko

sakit, misalnya akibat suhu udara yang terlalu panas.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Ergonomic Chapter III-VII

2. Rekayasa Manajemen

Rekayasa manajemen dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan sebagai

berikut :

a. Pendidikan dan Pelatihan

Melalui pendidikan dan pelatihan, pekerja menjadi lebih memahami

lingkungan dan alat kerja sehingga diharapkan dapat melakukan

penyesuaian dan inovatif dalam melakukan upaya-upaya pencegahan

terhadap resiko sakit akibat kerja.

b. Pengaturan Waktu Kerja dan Istirahat yang Seimbang

Pengaturan waktu kerja dan istirahat yang seimbang, dalam arti

disesuaikan dengan kondisi lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan,

sehingga dapat mencegah paparan yang berlebihan terhadap sumber

bahaya.

c. Pengawasan yang Intensif

Melalui pengawasan yang intensif dapat dilakukan pencegahan secara

lebih dini terhadap kemungkinan terjadinya resiko sakit akibat kerja.

3.1.2.PLIBEL : Suatu Metode Penilaian untuk Identifikasi Resiko Ergonomi

3.1.2.1.Latar Belakang

Swedish Work Environment Act menetapkan bahwa pemberi kerja harus

menyelidiki bahaya dalam pekerjaan, menyusun rencana tindakan dan

mengorganisir dan mengevaluasi modifikasi-modifikasi pekerjaan. Oleh sebab itu,

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Ergonomic Chapter III-VII

hal ini juga menjadi perhatian untuk Inspektorat Tenaga Kerja Pemerintah untuk

mempelajari kondisi-kondisi dan perbaikan-perbaikan di dalam tempat kerja.

“Metode untuk mengidentifikasi faktor-faktor ketegangan musculoskeletal

yang dapat menyebabkan dampak yang merugikan” (PLIBEL) dirancang untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan seperti itu. PLIBEL sudah digunakan di dalam

beberapa penelitian ergonomi dan sebagai suatu alat di bidang pendidikan.

PLIBEL sudah diperkenalkan ke berbagai bagian dari dunia dan diterjemahkan ke

dalam beberapa bahasa (Kemmlert, 1995, 1996a, 1996b, 1997).

PLIBEL merupakan suatu alat checklist yang sederhana untuk memeriksa

penyebab utama resiko musculoskeletal serta hubungannya dengan penilaian

tempat kerja. Aspek waktu, lingkungan dan organisasi juga turut menjadi

pertimbangan dalam metode ini sebagai faktor-faktor pengubah.

Checklist tersebut dirancang agar setiap item yang biasanya diperiksa pada

suatu penilaian tempat kerja terhadap resiko ergonomi akan tercatat dan

dihubungkan dengan lima bagian tubuh. Hanya karakteristik pekerjaan tertentu

yang digambarkan dan didokumentasikan seperti resiko ergonomi pada jurnal dan

buku teks yang terdaftar. Jika terdapat suatu pertanyaan yang tidak relevan

terhadap suatu daerah tubuh tertentu, dan/atau jika dokumentasi yang ada tidak

ditemukan di dalam literatur, hal tersebut ditunjukkan pada bidang abu-abu dalam

daftar dan tidak perlu dijawab.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Ergonomic Chapter III-VII

Tabel 3.1. Form PLIBEL

Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai. 2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko

cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher,

Bahu,

Punggung

Bagian

Atas

Siku,

Lengan

Bawah,

dan

Tangan

Kaki Lutut

dan

Pinggul

Punggung

Bagian

Bawah

1: Apakah permukaan berjalan tidak seimbang, miring, tidak berpegas/ulet atau licin?

2: Apakah ruang terlalu terbatas untuk pergerakan kerja atau material kerja?

3: Apakah perkakas dan peralatan dirancang tidak sesuai untuk pekerja atau pekerjaan?

4: Apakah tinggi kerja tidak sesuai?

5: Apakah kursi kerja dirancang kurang baik atau tidak sesuai?

6: Jika pekerjaan dilakukan dengan berdiri, apakah tidak ada kemungkinan untuk duduk dan beristirahat?

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Ergonomic Chapter III-VII

Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai. 2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko

cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher,

Bahu,

Punggung

Bagian

Atas

Siku,

Lengan

Bawah,

dan

Tangan

Kaki Lutut

dan

Pinggul

Punggung

Bagian

Bawah

7: Apakah kelelahan pada pijakan kaki terjadi?

8: Apakah kelelahan kaki pada saat bekerja terjadi? Seperti:...

a) Pijakan yang berulang pada bangku, langkah, dll.

b) Lompatan-lompatan yang berulang, berjongkok lama atau berlutut?

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Ergonomic Chapter III-VII

Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai. 2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko

cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher,

Bahu,

Punggung

Bagian

Atas

Siku,

Lengan

Bawah,

dan

Tangan

Kaki Lutut

dan

Pinggul

Punggung

Bagian

Bawah

c) Satu kaki digunakan lebih sering untuk menyokong tubuh?

9: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada saat punggung:

a) Agak bungkuk ke depan?

b) Sangat bungkuk ke depan?

c) Bengkok menyamping atau agak membelit?

d) Sangat membelit?

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Ergonomic Chapter III-VII

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko

cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher,

Bahu,

Punggung

Bagian

Atas

Siku,

Lengan

Bawah,

dan

Tangan

Kaki Lutut

dan

Pinggul

Punggung

Bagian

Bawah

10: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada leher:

a) Bungkuk ke depan?

b) Bengkok menyamping atau agak membelit?

c) Sangat membelit?

d) Lurus ke belakang?

11: Apakah beban diangkat secara manual? Catatan faktor-faktor yang penting:

a) Periode pengangkatan yang berulang

b) Berat dari beban

c) Genggaman yang tidak alami pada beban

d) Lokasi yang tidak alami pada beban di awal atau akhir pengangkatan

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Ergonomic Chapter III-VII

2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko

cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher,

Bahu,

Punggung

Bagian

Atas

Siku,

Lengan

Bawah,

dan

Tangan

Kaki Lutut

dan

Pinggul

Punggung

Bagian

Bawah

e) Pengangkatan melebihi tinggi lengan bawah

f) Pengangkatan di bawah tinggi lutut

g) Pengangkatan di atas bahu

12: Apakah pekerjaan berulang, pengangkatan yang tidak nyaman, mendorong atau menarik beban terjadi?

13: Apakah pekerjaan terjadi pada saat salah satu lengan menjangkau ke depan atau ke samping tanpa sokongan?

14: Adakah terdapat pengulangan pada:

a) Gerakan-gerakan kerja yang serupa?

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai. 2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Ergonomic Chapter III-VII

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko

cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher,

Bahu,

Punggung

Bagian

Atas

Siku,

Lengan

Bawah,

dan

Tangan

Kaki Lutut

dan

Pinggul

Punggung

Bagian

Bawah

b) Gerakan-gerakan kerja yang serupa melebihi jarak jangkauan yang nyaman?

15: Apakah pekerjaan manual yang berulang terjadi? Faktor-faktor yang penting seperti:

a) Berat/beban dari material kerja atau perkakas

b) Genggaman yang tidak alami pada material kerja atau perkakas

16: Apakah ada tuntutan yang tinggi untuk kapasitas visual?

17: Apakah pengulangan kerja dengan lengan bawah dan tangan terjadi dengan:

a) Gerakan-gerakan membelit?

b) Gerakan-gerakan yang kuat?

c) Posisi tangan yang tidak nyaman?

d) Saklar atau papan tombol?

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Skor Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Ergonomic Chapter III-VII

Leher,

Bahu,

Punggung

Bagian

Atas

Siku,

Lengan

Bawah,

dan

Tangan

Kaki Lutut

dan

Pinggul

Punggung

Bagian

Bawah

Jumlah

Persentase

Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi

18: Apakah tidak ada kemungkinan untuk

istirahat dan berhenti?

19: Apakah tidak ada kemungkinan untuk

memilih pesanan dan jenis pekerjaan atau

langkah pekerjaan?

20: Apakah pekerjaan dilakukan di bawah

waktu pesanan atau stres psikologi?

21: Dapatkah pekerjaan memiliki situasi yang

tidak biasa atau diharapkan?

22. Di bawah ini apakah terjadi:

a) Dingin

b) Panas

c) Aliran udara

d) Bising

Tabel 3.1. Form PLIBEL (lanjutan)

Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi

e) Masalah kondisi visual

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Ergonomic Chapter III-VII

f) Hentakan, goncangan, atau getaran

Skor Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi

Jumlah

Persentase

3.1.2.2.Prosedur

Penilaian tempat kerja dengan menggunakan PLIBEL dimulai dengan

wawancara pengantar dengan karyawan atau dengan suatu pengamatan

pendahuluan. Penilaian berfokus pada bagian dari pekerjaan yang mewakili,

tugas-tugas yang dilaksanakan paling banyak dari waktu kerja, dan tugas-tugas

yang dianggap pekerja dan peneliti sebagai pekerjaan yang terutama sekali

menyebabkan ketegangan sistem musculoskeletal. Dengan demikian form

PLIBEL mungkin harus diisi oleh masing-masing karyawan. Penilaian tersebut

harus dihubungkan dengan kapasitas setiap individu yang diamati. Cara-cara yang

tidak biasa dan bersifat pribadi juga direkam.

Ketika suatu resiko ergonomi diamati, bidang yang dinomori pada form

tersebut dicentang atau catatan pendek dibuat. Di dalam laporan akhir, tafsiran

jawaban disusun berdasarkan kepentingan, kutipan-kutipan dari daftar resiko

ergonomi dapat digunakan. Perubahan faktor waktu, organisasi atau lingkungan

juga turut menjadi pertimbangan.

Biasanya PLIBEL digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko

yang merugikan musculoskeletal pada suatu daerah tubuh tertentu, dan hanya

pertanyaan-pertanyaan yang relevan untuk daerah tubuh yang perlu dijawab.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Ergonomic Chapter III-VII

Untuk menggunakan PLIBEL, pertama-tama menempatkan daerah tubuh

yang cedera, lalu ikuti bidang putih di sebelah kanan dan periksa faktor resiko

yang diamati untuk tugas pekerjaan. Penilaian dilanjutkan lebih sulit, karena

memerlukan pertimbangan pertanyaan-pertanyaan a sampai f . Hal ini dapat

meningkatkan mutu atau menyederhanakan masalah. Tambahan penjelasan

mengenai resiko tidak disebutkan dalam daftar, tetapi tetap dicatat.

Sebagai contoh, tidak ada kriteria durasi untuk catatan PLIBEL, dengan

demikian baik kejadian yang berlangsung singkat atau kejadian yang jarang juga

dapat dicatat. Sebenarnya, tujuan dari wawancara dengan pekerja pada

pengamatan pendahuluan adalah untuk membuat beberapa aspek dari tugas yang

diberikan.

Analisis dari kemungkinan terjadi resiko ergonomi dilaksanakan di tempat

kerja, dan hanya informasi tentang resiko yang relevan dari penilaian saja yang

dipertimbangkan. Persoalan-persoalan yang diidentifikasi sebagai resiko diubah

berdasarkan kepentingan. Kesimpulan dari laporan memberikan suatu gambaran

mengenai kondisi kerja secara ergonomi.

3.1.2.3.Keuntungan

Metode PLIBEL adalah suatu metode penilaian yang umum dan tidak

dimaksudkan untuk pekerjaan tertentu. PLIBEL mengamati bagian tubuh maupun

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Ergonomic Chapter III-VII

keseluruhan dari tubuh dan meringkas identifikasi resiko ergonomi yang terjadi

dalam beberapa kalimat.

PLIBEL adalah suatu metode investigasi awal untuk peninjau tempat kerja

dalam mengidentifikasi resiko ergonomi, dan dapat juga dilampirkan dengan

pengukuran yang lain seperti beban dan waktu atau pengamatan dari penelitian

yang lain.

Meski dicoba untuk menambahkan item dalam checklist, untuk

memperoleh suatu ukuran kuantitatif dan sederhana dari kondisi ergonomi setelah

penilaian tempat kerja, PLIBEL tidak harus dimodifikasi atau digunakan dengan

cara ini. Resiko-resiko ergonomi yang berbeda tidak mempunyai pengaruh yang

sama pada cedera yang dialami pekerja, dan permasalahan tertentu dapat muncul

dengan lebih banyak faktor resiko di dalam checklist.

3.1.2.3.Kerugian

Metode PLIBEL adalah suatu metode penilaian yang umum dan tidak

dimaksudkan untuk setiap pekerjaan tertentu. Banyak metode lainnya

dimaksudkan untuk pekerjaan tertentu atau bagian tubuh tertentu dan dapat

mencatat jawaban yang lebih rinci. Jika perlu, metode-metode yang lebih spesifik

ini dapat dengan mudah digunakan untuk melengkapi PLIBEL.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Ergonomic Chapter III-VII

Gambar 3.1. Contoh Posisi Kerja yang Menyebabkan Resiko Ergonomi yang

Dianalisis Menggunakan PLIBEL

3.1.2.4.Standar dan Regulasi

PLIBEL dirancang untuk memenuhi kebutuhan tentang suatu metode

praktis dan standar untuk mengidentifikasi resiko-resiko ergonomi dan untuk

suatu penilaian pendahuluan atas faktor-faktor resiko. Suatu alat pemeriksaan

ergonomi, untuk penilaian atas kondisi-kondisi yang ergonomi di tempat kerja,

sudah diusulkan sebagai suatu instrumen yang layak oleh peneliti-peneliti lain.

Lebih dari itu, PLIBEL cukup berharga untuk memiliki suatu metode

penilaian yang sistematis ketika melakukan tindak lanjut dan ketika menganalisis

bagaimana intervensi setelah terjadi cedera musculoskeletal bisa dibuat lebih

efektif.

PLIBEL mengikuti standar dan peraturan-peraturan saat ini, dan meskipun

merupakan suatu yang cukup jelas, metoda penilaian subjektif, terdaftar hanya

pada suatu tingkatan dikotom, PLIBEL memerlukan suatu pemahaman ergonomi

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Ergonomic Chapter III-VII

yang kuat. Untuk menggunakan metode ini dengan mahir, praktek tertentu sangat

dianjurkan.

3.1.2.5.Pelatihan Terdekat dan Waktu Aplikasi

Mengidentifikasi suatu situasi yang tidak alami bukanlah suatu hal yang

sulit, maupun apakah itu sulit untuk menemukan situasi seperti itu dengan bantuan

dari checklist. PLIBEL cukup cepat untuk digunakan dan mudah untuk dipahami,

dan para pemakai akan menjadi terbiasa dengan alat ini dalam beberapa jam.

Bagaimanapun, meski PLIBEL adalah suatu metode penilaian subjektif yang

cukup jelas yang membuat penilaian-penilaian dikotom tentang resiko, PLIBEL

memerlukan suatu pemahaman ergonomi yang kuat, dan keahlian penggunaan

dari metode-metode yang praktis.

3.1.2.6.Realibilitas dan Validitas

Suatu studi realibilitas dan validitas dari metode sudah dilaksanakan

menurut Carmines dan Zeller (1979). Hal tersebut diuji (Kemmlert, 1995) untuk:

− Membangun validitas

− Kriteria validitas

− Realibilitas

− Aplikabilitas

Apakah isi dari PLIBEL dan himpunan dari materi konsisten dengan perkiraan

teoritis yang diperoleh?

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Ergonomic Chapter III-VII

Dapatkah kejadian dari kriteria (resiko ergonomi) telah valid oleh perbandingan

metode yang lain?

Apakah hasil dari para pemakai yang berbeda dari metode PLIBEL konsisten

ketika mengamati situasi kerja yang sama?

Bagaimana metode itu digunakan? Apakah merupakan pengalaman?

PLIBEL sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa

Inggris, Belanda, Prancis, Spanyol (Serratos-Pérez dan Kemmlert, 1998), dan

Yunani (Serratos-Pérez dan Kemmlert, 1998).

Penemuan-penemuan penelitian sudah menyediakan suatu dasar untuk

perbaikan-perbaikan yang direkomendasikan, untuk diskusi permasalahan

ergonomi, dan untuk pendidikan. Lebih dari itu, PLIBEL sudah digunakan untuk

pendidikan ergonomi baik dalam industri maupun di dalam sistem pendidikan

Swedia.

3.1.3.Standard Nordic Questioner (SNQ)

Melalui standart nordic questioner dapat diketahui bagian-bagian otot

yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman

(agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett,1992)

Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh (NBM), maka dapat

diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.

Cara ini sangat sederhana namun kurang teliti karena mengandung subjektivitas

yang tinggi. Untuk menekan bias yang mungkin terjadi, maka sebaiknya

Universitas Sumatera Utara

Page 21: Ergonomic Chapter III-VII

pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah melakukan aktivita kerja (pre and

post test).

Dari uraian tentang berbagai metode untuk mengukur dan mengenali

sumber keluhan otot skeletal tersebut di atas, terlihat bahwa masing-masing

metode memiliki kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, sebelum memilih dan

menetapkan metode yang akan digunakan,hendaknya dikaji terlebih dahulu

karakteristik dari aktivitas kerja yang diukur, selanjutnya barulah ditetapkan

metode yang cocok untuk kondisi dan karakteristik aktivitas kerja yang ada.

3.2. Postur Kerja

Pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat

membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur

kerja berdiri, duduk maupun postur kerja lainnya. Pada beberapa jenis pekerjaan

terdapat postur kerja yang tidak alami dan berlangsung dalam jangka waktu yang

lama. Hal ini akan mengakibatkan keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk

bahkan cacat tubuh. Berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan

dengan postur tubuh saat bekerja :

a. Semaksimal mungkin mengurangi keharusan operator untuk bekerja dengan

postur membungkun dengan frekuensi kegiatan yang sering atau dalam

jangka waktu yang lama.

b. Operator seharusnya tidak menggunakan jangkauan maksimum. Pengaturan

postur kerja dalam hal ini dilakukan dalam jarak jangkauan normal.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: Ergonomic Chapter III-VII

Ada beberapa alasan untuk melakukan pengukuran kerja operator, antara

lain :

a. Menentukan apakah postur kerja yang ada sekarang dapat diterima dari segi

kesehatan.

b. Membangun suatu dasar untuk mengevaluasi efektivitas perlakuan yang

diberikan.

c. Mengidentifikasi atribut-atribut pekerjaan yang berhubungan dengan postur

kerja yang buruk.

d. Evaluasi efektivitas perlakuan dengan membandingkannya dengan landasan

dasar yang tealah dibangun.

Hambatan dalam melakukan pengukuran postur kerja antara lain :

a. Pengukuran postur kerja memerlukan perekaman posisi sendi-sendi tubuh

secara simultan.

b. Sudut – sudut sendi dan posisi tubuh dapat berubah dengan cepat.

c. Ukuran tubuh mempengaruhi postur kerja seseorang.

d. Perlu dilakukan pengumpulan data postur dan data pekerjaan pada saat

bersamaan.

e. Patokan untuk membedakan postur yang dapat diterima atau yang tidak dapat

diterima sangat sedikit.

f. Pengumpulan data sangat memakan waktu.

Universitas Sumatera Utara

Page 23: Ergonomic Chapter III-VII

3.2.1. REBA

Metode pengukuran postur kerja yang digunakan pada penelitian ini

adalah REBA (Rapid Entire Body Assessment). REBA (Rapid Entire Body

Assessment) merupakan suatu metode penilaian postur untuk menilai faktor risiko

gangguan tubuh keseluruhan. Untuk masing-masing tugas, dinilai faktor postur

tubuh dengan penilaian pada masing-masing grup yang terdiri atas 2 grup yaitu:

1. Grup A yang terdiri dari postur tubuh kiri dan kanan dari batang tubuh (trunk),

leher (neck), dan kaki (legs).

2. Grup B yang terdiri atas postur tubuh kanan dan kiri dari lengan atas (upper

arm), lengan bawah (lower arm), dan pergelangan tangan (wrist).

Pada masing-masing grup diberikan suatu skala postur tubuh dan suatu

pernyataan tambahan. Diberikan juga faktor beban/kekuatan dan coupling.

Berikut ini adalah faktor-faktor yang dinilai pada metode REBA.

Grup A:

a. Batang tubuh (trunk)

Gambar 3.2. Postur Batang Tubuh REBA

Universitas Sumatera Utara

Page 24: Ergonomic Chapter III-VII

Tabel 3.2. Skor Batang Tubuh REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1

+1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk

0-200 (ke depan dan belakang) 2 <-200 atau 20-600 3 >600 4

b. Leher (neck)

Gambar 3.3. Postur Leher REBA

Tabel 3.3. Skor Leher REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-200 1 +1 jika leher berputar/bengkok

>200-ekstensi 2

c. Kaki (legs)

Gambar 3.4. Postur Kaki REBA

Universitas Sumatera Utara

Page 25: Ergonomic Chapter III-VII

Tabel 3.4.Skor Kaki REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi normal/seimbang

(berjalan/duduk) 1 +1 jika lutut antara 30-600

+2 jika lutut >600 Bertumpu pada satu kaki lurus 2

d. Beban (load)

Tabel 3.5. Skor Beban REBA

Pergerakan Skor Skor Pergerakan

<5 kg 0

+1 jika kekuatan cepat 5-10 kg 1

>10 kg 2

Grup B:

a. Lengan atas (upper arm)

Gambar 3.5. Postur Lengan Atas REBA

Universitas Sumatera Utara

Page 26: Ergonomic Chapter III-VII

Tabel 3.6. Skor Lengan Atas REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

200 (ke depan dan belakang) 1 +1 jika bahu naik

+1 jika lengan berputar/bengkok

-1 miring, menyangga berat lengan

>200 (ke belakang) atau 20-450 2

45-900 3

>900 4

b. Lengan bawah (lower arm)

Gambar 3.6. Postur Lengan Bawah REBA

Tabel 3.7. Skor Lengan Bawah REBA

Pergerakan Skor

60-1000 1

<600 atau >1000 2

c. Pergelangan tangan (wrist)

Gambar 3.7. Postur Pergelangan Tangan REBA

Universitas Sumatera Utara

Page 27: Ergonomic Chapter III-VII

Tabel 3.8. Skor Pergelangan Tangan REBA

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-150 (ke atas dan bawah) 1 +1 jika pergelangan tangan putaran

menjauhi sisi tengah >150 (ke atas dan bawah) 2

d. Coupling

Tabel 3.9. Coupling

Coupling Skor Keterangan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Sedang 1 Pegangan bagus tapi tidak ideal atau kopling

cocok dengan bagian tubuh

Kurang baik 2 Pegangan tangan tidak sesuai walaupun

mungkin

Tidak dapat

diterima 3

Kaku, pegangan tangan tidak nyaman, tidak

ada pegangan atau kopling tidak sesuai

dengan bagian tubuh

Tabel 3.10. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam

Pengulangan +1 Tindakan berulang-ulang

Ketidakstabilan +1 Tindakan menyebabkan jarak yang besar dan cepat

pada postur (tidak stabil)

Universitas Sumatera Utara

Page 28: Ergonomic Chapter III-VII

Untuk menentukan level tindakan REBA, kita membutuhkan tambahan

data apakah akan menggunakan tubuh bagian kiri atau kanan. Berikut ini nilai

level tindakan REBA.

Tabel 3.11. Nilai Level Tindakan REBA

Skor REBA Level Risiko Level Tindakan Tindakan

1 Dapat diabaikan 0 Tidak diperlukan

2-3 Kecil 1 Mungkin diperlukan

4-7 Sedang 2 Perlu

8-10 Tinggi 3 Segera

11-15 Sangat tinggi 4 Sekarang juga

3.3. Anthropometri

Perubahan waktu secara perlahan-lahan telah merubah manusia dari

keadaan primitif/tradisional menjadi manusia yang berbudaya/modern. Manusia

berusaha mengadaptasikan dirinya menurut situasi dan kondisi lingkungannya.

Hal ini terlihat pada perubahan rancangan peralatan yang dipergunakan manusia

untuk mempermudah pekerjaannya. Tujuan pokok manusia untuk selalu

mengadakan perubahan rancangan peralatan yang dipakai adalah untuk

memudahkan dan memberi kenyamanan dalam operasi penggunaannya. Dalam

sistem kerja, manusia berperan sentral yaitu: sebagai perencana, perancang,

pelaksana, pengendali, dan pengevaluasi sistem kerja yang bekerja secara

keseluruhan agar diperoleh hasil kerja yang baik. Ilmu yang mempelajari manusia

beserta perilakunya di dalam sistem kerja disebut Ergonomi.

Banyak penerapan ergonomi yang hanya berdasarkan sekedar common

sense (dianggap suatu hal yang sudah biasa terjadi), dan hal itu benar, jika

Universitas Sumatera Utara

Page 29: Ergonomic Chapter III-VII

sekiranya suatu keuntungan yang besar bisa didapatkan hanya dengan sekedar

penerapan suatu prinsip yang sederhana. Hal ini biasanya merupakan kasus

dimana ergonomi belum dapat diterima sepenuhnya sebagai alat untuk proses

desain, akan tetapi masih banyak ergonomi yang jauh dari kesadaran manusia.

Karakteristik fungsional dari manusia seperti kemampuan penginderaan, waktu

respon/tanggapan, daya ingat, posisi optimum tangan dan kaki untuk efisiensi

kerja otot, dan lain-lain merupakan suatu hal yang belum sepenuhnya dipahami

oleh masyarakat awam. Agar diperoleh suatu perancangan pekerjaan maupun

produk yang optimum bisa dilakukan dengan trial and error.

Di dalam ergonomi terdapat dua cabang ilmu yang mempunyai sasaran

penyelidikan tentang manusia, yaitu Biomekanika dan Anthropometri.

Biomekanika adalah aplikasi ilmu mekanika teknik untuk analisis sistem

kerangka-otot-manusia yang mempelajari manusia dari segi kemampuannya

seperti kekuatan, daya tahan, kecepatan, dan ketelitian. Sedangkan Anthropometri

menyelidiki manusia dari segi keadaan dan ciri-ciri fisiknya seperti dimensi linier,

volume, dan berat.

Anthropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah

satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh

manusia ukuran, bentuk, dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk

penanganan masalah desain. Penerapan data anthropometri akan dapat dilakukan

jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya dari suatu

distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean

(rata-rata) dan SD (standar deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang

Universitas Sumatera Utara

Page 30: Ergonomic Chapter III-VII

menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya

sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya: 95% populasi adalah

sama dengan atau lebih rendah dari 95 persentil; 5% dari populasi berada sama

dengan atau lebih rendah dari 5 persentil.

Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah sebagai berikut:

1. Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai dengan kira-

kira umur 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Kemudian ukuran

tubuh manusia akan berkurang setelah umur 60 tahun.

2. Jenis kelamin

Pada umumnya pria memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali dada

dan pinggul. Pria dianggap lebih panjang dimensi segmen badannya daripada

wanita. Oleh karenanya data anthropometri untuk kedua jenis kelamin tersebut

selalu disajikan secara terpisah.

3. Suku bangsa (Ethnic Variability)

Variasi akan terjadi karena pengaruh etnis. Meningkatnya jumlah migrasi dari

satu negara ke negara lain akan mempengaruhi anthropometri secara nasional.

4. Jenis Pekerjaan

Aktivitas manusia sehari-hari menyebabkan perbedaan ukuran tubuh manusia.

Misalnya buruh dermaga atau pelabuhan harus mempunyai postur tubuh yang

relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.

Apalagi jika dibandingkan dengan jenis pekerjaan militer.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: Ergonomic Chapter III-VII

5. Pakaian

Karena terjadi perbedaan musim, pada musim dingin orang memakai pakaian

yang lebih tebal dan ukuran yang relatif lebih besar.

6. Faktor kehamilan pada wanita

Terjadi perbedaan dimensi tubuh yang signifikan antara wanita hamil dan tidak

hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan produk (APP) dan

analisis perancangan kerja (APK).

7. Cacat tubuh secara fisik

Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu dengan

diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk

para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka dapat ikut serta

merasakan “kesamaan” dalam penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomi di

dalam pelayanan untuk masyarakat.

Postur yang baik merupakan kebutuhan dasar dalam merancang ruang

kerja. Gambar 3.8. menunjukkan sebuah kerangka kerja untuk kharakteristik

postur kerja, yang mengutamakan aturan 3(tiga) variabel dan utnuk lebih jelasnya

dapat juga dilhat pada Tabel 3.11. Kerangka kerja ini menekankan bahwa

merancang ergonomik pada sebuah parabot sangat dibutuhkan.

Tugas Pekerjaan

Postur Kerja

Perancangan Tempat Kerja Faktor-faktor Individu

Gambar 3.8. Segitiga Postural

Universitas Sumatera Utara

Page 32: Ergonomic Chapter III-VII

Postur kerja seseorang dihasilkan dari tugas pekerjaan, perancangan

tempat kerja dari karakteristik individu seperti ukuran tubuh, bentuk dan

pandangan. Pertimbangan untuk semua komponen dibutuhkan analisis postur dan

perancangan tempat kerja.

Tabel 3.12. Contoh Faktor-faktor yang Mempengaruhi Postur Kerja

No. Faktor Contoh

1. Karakteristik Pengguna Umum, Anthropometri, Berat Badan

Olah Raga

Pergerakan Sendi (Arah Gerakan)

Masalah Kerangka Otot

Luka Lama atau Ilmu Bedah

Pandangan, Ketangkasan, Kegemukan

2. Tugas Pekerjaan Tugas Penglihatan

Kebutuhan Manual (Kekuatan Posisi)

Perputaran Waktu, Periode Istirahat

Langkah Kerja

3. Perancangan Tempat Kerja Dimensi Duduk

Dimensi Permukaan Kerja

Rancangan Duduk

Dimensi Ruang Kerja (kepala, kaki,

betis), Privasi

Kualitas dan Tingkat Iluminasi

Universitas Sumatera Utara

Page 33: Ergonomic Chapter III-VII

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap operator yang bekerja pada bagian boiler

di PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Sei Semayang yang memproduksi

gula. Pabrik Gula Sei Semayang berlokasi di Jl. Medan – Binjai Km. 12,5.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan Januari

2010.

4.2. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk menyelidiki secara terperinci

aktifitas dan pekerjaan manusia dan hasil penelitian tersebut dapat memberikan

rekomondasi – rekomondasi untuk keperluan masa yang akan datang.

4.3. Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah hanya operator yang bekerja pada

bagian boiler di Pabrik Gula Sei Semayang.

Universitas Sumatera Utara

Page 34: Ergonomic Chapter III-VII

4.5. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan terdiri dari :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian

secara langsung di lapangan. Data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

a. Wawancara pengantar dengan operator pada bagian boiler dan melakukan

pengamatan pendahuluan menggunakan Nordic Body Map.

b. Data-data elemen kegiatan operator pada bagian boiler.

c. Data Atropometri.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur dan

referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. Studi literatur ini

juga bermanfaat sebagai landasan logika berpikir dalam menyelesaikan

masalah secara ilmiah. Selain itu juga data yang diperoleh dari perusahaan,

yaitu gambaran umum dan sejarah perusahaan, serta organisasi dan

manajemen serta data antropometri sekunder.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk

pengumpulan data di lapangan. Instrumen penelitian yang dipergunakan di dalam

penelitian ini adalah :

1. Kamera Digital

Universitas Sumatera Utara

Page 35: Ergonomic Chapter III-VII

Berfungsi untuk memfoto sikap kerja para operator yang ada di bagian boiler.

2. Alat Tulis

Berfungsi untuk mencatat data – data yang diperlukan dalam pengolahan

data, seperti data fase kerja, beban kerja.

3. Kuisioner Standard Nordic Questionaire

Berfungsi untuk mengidentifikasi postur yang mengalami keluhan

Musculoskeletal Disorders (MSDs)

4. Form isian PLIBEL untuk mengidentifikasi faktor-faktor ketegangan

musculoskeletal yang dapat menyebabkan dampak yang merugikan.

5. Human Body Martin untuk mengukur data antropometri.

4.6. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan di

lapangan untuk dapat melaksanakan penelitian yang telah direncanakan. langkah-

langkah yang ditempuh di dalam melaksanakan penelitian di lapangan adalah

sebagai berikut :

a. Melaksanakan studi literatur.

b. Melakukan pengamatan langsung terhadap objek penelitian.

c. Mengidentifikasi permasalahan dan tujuan.

d. Mengidentifikasi keluhan musculoskeletal dengan menggunakan Standard

Nordic Questioner/SNQ.

e. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan ketegangan

musculoskeletal dengan menggunakan PLIBEL.

Universitas Sumatera Utara

Page 36: Ergonomic Chapter III-VII

f. Mengidentifikasi elemen-elemen kegiatan operator pada bagian boiler.

Prosedur pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Block Diagram

prosedur penelitian pada Gambar 4.1. di bawah ini.

Latar Belakang

Perumusan Masalah

Tujuan

Sasaran

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Gambar 4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 37: Ergonomic Chapter III-VII

4.7. Kerangka Pemecahan Masalah

Adapun langkah-langkah pemecahan masalah adalah sebagai berikut :

Identifikasi Faktor-Faktor Ketegangan

Musculoskeletal

Identifikasi Keluhan MSDs (Musculoskeletal

Disorder)

Identifikasi Postur Kerja

Analisis Pembahasan Hasil

Kesimpulan

Saran

Alat : PLIBEL

Alat : SNQ

Alat : REBA

Gambar 4.2. Blok Diagram Kerangka Pemecahan Masalah

4.8. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan, kemudian diolah agar dapat digunakan

didalam penelitian. Pengolahan data dilakukan sesuai dengan prosedur-prosedur

dengan tahapan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 38: Ergonomic Chapter III-VII

a. Mengidentifikasi faktor-faktor ketegangan musculoskeletal dengan

menggunakan form PLIBEL.

b. Menentukan bagian tubuh yang mengalami keluhan Musculoskeletal

Disorder (MSDs) dengan menggunakan Standard Nordic Questioner (SNQ).

c. Mengidentifikasi postur kerja dengan menggunakan metode REBA.

4.9. Analisa Data

Di dalam tahapan ini akan dilakukan penganalisaan terhadap hasil

pengolahan data. Analisis dilakukan

1. Analisis keluhan MSDs.

2. Analisis beban kerja fisik.

3. Analisis pengaruh lingkungan fisik terhadap beban kerja.

4. Perbaikan alat bantu.

5. Perbaikan metode kerja berdasarkan alat bantu.

4.10. Kesimpulan dan Saran

Pada proses analisis data yang tealah dilakukan akan diperoleh kesimpulan

berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian yang harus

dicapai. Berdasarkan kesimpulan, maka diuraikan saran lebih lanjut yang

bermanfaat bagi perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 39: Ergonomic Chapter III-VII

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan dan memberikan

kuisioner kepada operator bagian boiler, dari pengumpulan data didapatkan data

sebagai berikut :

5.1. Pengumpulan dan Pengolahan Data Form Isian PLIBEL

Di bawah ini dapat dilihat hasil dari data form isian PLIBEL untuk dapat

mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan ketegangan musculoskeletal.

Tabel 5.1. Form PLIBEL

Bagian I: Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal Metode-metode Aplikasi: 1) Temukan bagian tubuh yang sakit, jawab ya atau tidak pada pertanyaan yang sesuai. 2) Jawab pertanyaan, kemudian nilai bagian-bagian tubuh yang berpotensi untuk resiko cedera.

Pertanyaan-pertanyaan seputar resiko cedera musculoskeletal

Bagian-bagian Tubuh

Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas

Siku, Lengan Bawah, dan Tangan

Kaki Lutut dan Pinggul

Punggung Bagian Bawah

Tabel 5.1. Form PLIBEL (Lanjutan)

1: Apakah permukaan berjalan tidak seimbang, miring, tidak berpegas/ulet atau licin?

X X X

2: Apakah ruang terlalu terbatas untuk pergerakan kerja atau material kerja?

X X X X X

3: Apakah perkakas dan peralatan dirancang X V X X X

Universitas Sumatera Utara

Page 40: Ergonomic Chapter III-VII

tidak sesuai untuk pekerja atau pekerjaan? 4: Apakah tinggi kerja tidak sesuai?

X X

5: Apakah kursi kerja dirancang kurang baik atau tidak sesuai?

X X

6: Jika pekerjaan dilakukan dengan berdiri, apakah tidak ada kemungkinan untuk duduk dan beristirahat?

V V X

7: Apakah kelelahan pada pijakan kaki terjadi?

X X

8: Apakah kelelahan kaki pada saat bekerja terjadi? Seperti:...

a) Pijakan yang berulang pada bangku, langkah, dll.

X X X

b) Lompatan-lompatan yang berulang, berjongkok lama atau berlutut?

X X X

c) Satu kaki digunakan lebih sering untuk menyokong tubuh?

V V V

9: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada saat punggung:

a) Agak bungkuk ke depan?

V V

b) Sangat bungkuk ke depan?

V V

c) Bengkok menyamping atau agak membelit?

X X

Tabel 5.1. Form PLIBEL (Lanjutan)

10: Apakah pekerjaan berulang terjadi pada leher:

a) Bungkuk ke depan?

V

b) Bengkok menyamping atau agak membelit?

X

c) Sangat membelit?

X

d) Lurus ke belakang?

X

11: Apakah beban diangkat secara manual?

Universitas Sumatera Utara

Page 41: Ergonomic Chapter III-VII

Catatan faktor-faktor yang penting: a) Periode pengangkatan yang berulang

X X

b) Berat dari beban

X X

c) Genggaman yang tidak alami pada beban

X X

d) Lokasi yang tidak alami pada beban di awal atau akhir pengangkatan

X X

e) Pengangkatan melebihi tinggi lengan bawah

V X

f) Pengangkatan di bawah tinggi lutut

X X

g) Pengangkatan di atas bahu

X X

12: Apakah pekerjaan berulang, pengangkatan yang tidak nyaman, mendorong atau menarik beban terjadi?

V V X

13: Apakah pekerjaan terjadi pada saat salah satu lengan menjangkau ke depan atau ke samping tanpa sokongan?

V

14: Adakah terdapat pengulangan pada:

a) Gerakan-gerakan kerja yang serupa?

V V

b) Gerakan-gerakan kerja yang serupa melebihi jarak jangkauan yang nyaman?

V V

15: Apakah pekerjaan manual yang berulang terjadi? Faktor-faktor yang penting seperti:

Tabel 5.1. Form PLIBEL (Lanjutan)

a) Berat/beban dari material kerja atau perkakas

X V

b) Genggaman yang tidak alami pada material kerja atau perkakas

X X

16: Apakah ada tuntutan yang tinggi untuk kapasitas visual?

V

17: Apakah pengulangan kerja dengan lengan bawah dan tangan terjadi dengan:

a) Gerakan-gerakan membelit?

X

Universitas Sumatera Utara

Page 42: Ergonomic Chapter III-VII

b) Gerakan-gerakan yang kuat?

V

c) Posisi tangan yang tidak nyaman?

X

d) Saklar atau papan tombol?

X

Skor Faktor-faktor Resiko Musculoskeletal

Leher, Bahu, Punggung Bagian Atas

Siku, Lengan Bawah, dan Tangan

Kaki Lutut dan Pinggul

Punggung Bagian Bawah

Jumlah 9 6 2 2 3 Persentase 25 % 16,67 % 5,56 % 5,56 % 8,33 %

Tabel 5.2. Form PLIBEL Pada Pengamatan di Stasiun Gudang Ampas

Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi 18: Apakah tidak ada kemungkinan untuk istirahat dan berhenti?

X

19: Apakah tidak ada kemungkinan untuk memilih pesanan dan jenis pekerjaan atau langkah pekerjaan?

X

20: Apakah pekerjaan dilakukan di bawah waktu pesanan atau stres psikologi?

X

21: Dapatkah pekerjaan memiliki situasi yang tidak biasa atau diharapkan?

V

22. Di bawah ini apakah terjadi: a) Dingin X b) Panas V c) Aliran udara X d) Bising X e) Masalah kondisi visual X f) Hentakan, goncangan, atau getaran X

Universitas Sumatera Utara

Page 43: Ergonomic Chapter III-VII

Skor Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi Jumlah 2 Persentase 20 %

Tabel 5.2. Form PLIBEL Pada Pengamatan di Stasiun Dapur Boiler

(Lanjutan)

Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi 18: Apakah tidak ada kemungkinan untuk istirahat dan berhenti?

X

19: Apakah tidak ada kemungkinan untuk memilih pesanan dan jenis pekerjaan atau langkah pekerjaan?

X

20: Apakah pekerjaan dilakukan di bawah waktu pesanan atau stres psikologi?

X

21: Dapatkah pekerjaan memiliki situasi yang tidak biasa atau diharapkan?

V

22. Di bawah ini apakah terjadi: a) Dingin X b) Panas V c) Aliran udara V d) Bising V e) Masalah kondisi visual V f) Hentakan, goncangan, atau getaran V

Skor Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi Jumlah 6 Persentase 60 %

Universitas Sumatera Utara

Page 44: Ergonomic Chapter III-VII

Tabel 5.2. Form PLIBEL Pada Pengamatan di Stasiun Pengontrolan/Control

Panel (Lanjutan)

Bagian II: Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi 18: Apakah tidak ada kemungkinan untuk istirahat dan berhenti?

X

19: Apakah tidak ada kemungkinan untuk memilih pesanan dan jenis pekerjaan atau langkah pekerjaan?

X

20: Apakah pekerjaan dilakukan di bawah waktu pesanan atau stres psikologi?

X

21: Dapatkah pekerjaan memiliki situasi yang tidak biasa atau diharapkan?

V

22. Di bawah ini apakah terjadi: a) Dingin X b) Panas X c) Aliran udara X d) Bising X e) Masalah kondisi visual V f) Hentakan, goncangan, atau getaran X

Skor Faktor-faktor Resiko yang Berhubungan dengan Lingkungan / Organisasi Jumlah 2 Persentase 20 %

5.2. Pengumpulan dan Pengolahan Data Standard Nordic Questioner

Penyebaran kuisioner SNQ ini dilakukan hanya pada operator bagian

boiler di setiap stasiun kerja yang ada. Pada bagian boiler terdapat tiga stasiun

kerja yang terdiri dari, stasiun gudang ampas, stasiun dapur boiler, stasiun

pengawasan/control panel. Di bawah ini dapat dilihat tabel Standard Nordic

Questioner yang digunakan di dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: Ergonomic Chapter III-VII

Tabel 5.3. Standard Nordic Questioner

No Jenis Keluhan TINGKAT KELUHAN

Tidak Sakit

Agak Sakit Sakit Sangat

Sakit 0 Sakit kaku di leher

bagian atas

1 Sakit kaku di bagian leher bagian bawah

2 Sakit di bahu kiri 3 Sakit di bahu kanan 4 Sakit lengan atas kiri 5 Sakit di punggung 6 Sakit lengan atas kanan 7 Sakit pada pinggang 8 Sakit pada bokong 9 Sakit pada pantat 10 Sakit pada siku kiri 11 Sakit pada siku kanan 12 Sakit pada lengan bawah

kiri

13 Sakit pada lengan bawah kanan

14 Sakit pada pergelangan tangan kiri

15 Sakit pada pergelangan tangan kanan

16 Sakit pada tangan kiri 17 Sakit pada tangan kanan 18 Sakit pada paha kiri 19 Sakit pada paha kanan 20 Sakit pada lutut kiri 21 Sakit pada lutut kanan 22 Sakit pada betis kiri 23 Sakit pada betis kanan 24 Sakit pada pergelangan

kaki kiri

25 Sakit pada pergelangan kaki kanan

26 Sakit pada kaki kiri 27 Sakit pada kaki kanan

Dari kuisioner Standard Nordic diperoleh hasil rekapitulasi sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

Page 46: Ergonomic Chapter III-VII

Tabel 5.5. Keterangan Dari No Item/Bagian Tubuh Pada Rekapitulasi

Kuisioner Standard Nordic

No Bagian Tubuh 0 Leher bagian atas 1 Leher bagian bawah 2 Bahu kiri 3 Bahu kanan 4 Lengan atas kiri 5 Pinggang 6 Lengan atas kanan 7 Punggung 8 Bokong 9 Pantat 10 Siku kiri 11 Siku kanan 12 Lengan bawah kiri 13 Lengan bawah kanan 14 Pergelangan tangan kiri 15 Pergelangan tangan kanan 16 Tangan kiri 17 Tangan kanan 18 Paha kiri 19 Paha kanan 20 Lutut kiri 21 Lutut kanan 22 Betis kiri 23 Betis kanan 24 Pergelangan kaki kiri 25 Pergelangan kaki kanan 26 Kaki kiri 27 Kaki kanan

Dari hasil rekapitulasi dari Standard Nordic Questioner dapat diketahui

bahwa keluhan musculoskeletal (MSDs) terbesar dialami pada operator bagian

dapur boiler.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: Ergonomic Chapter III-VII

5.3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Postur Kerja Dengan Menggunakan

Metode REBA.

Data-data yang diperlukan dalam pengolahan postur kerja adalah data

setiap elemen-elemen kerja operator pada bagian boiler,dimana stasiun yang

terpilih berdasarkan identifikasi menggunakan Standard Nordic Questioner

adalah stasiun dapur boiler.

5.3.1.Identifikasi Elemen-Elemen Kerja Pada Stasiun Dapur Boiler yang

Dikerjakan Secara Manual

Elemen-elemen kerja pada stasiun dapur boiler yang dikerjakan secara

manual antara lain adalah :

1. Pengontrolan pengapian/pembakaran pada dapur boiler.

2. Perataan bahan bakar pada tungku dapur boiler.

3. Mengatur bahan bakar ampas ke dapur boiler.

4. Membuka keran blow down yang berada di lower drum.

5. Pembersihan pipa luar pada boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler.

5.3.2. Identifikasi Postur Kerja Operator Pada Stasiun Kerja Dapur Boiler

Identifikasi postur kerja operator dilakukan dengan cara mengamati secara

langsung postur kerja operator pada saat melakukan kegiatan – kegiatan di dalam

fase – fase dari operasi pada bagian boiler di Pabrik Gula Sei Semayang

Perkebunan Nusantara II. Postur kerja dari operator pada bagian boiler pada saat

melakukan kegiatan operasinya dapat dilihat pada gambar – gambar berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

Page 48: Ergonomic Chapter III-VII

Gambar 5.1. Pengontrolan Pengapian/Pembakaran pada Dapur Boiler

Universitas Sumatera Utara

Page 49: Ergonomic Chapter III-VII

Gambar 5.2. Perataan Bahan Bakar pada Tungku Dapur Boiler

Gambar 5.3. Mengatur Bahan Bakar Ampas ke Dapur Boiler

Universitas Sumatera Utara

Page 50: Ergonomic Chapter III-VII

Gambar 5.4.Membuka Keran Blow Down yang Berada di Lower Drum

Gambar 5.5. Pembersihan Pipa Luar Dengan Cara Mengoperasikan

Soot Boiler

Universitas Sumatera Utara

Page 51: Ergonomic Chapter III-VII

5.3.3. Penilaian Postur Kerja Operator Dengan Menggunakan Metode REBA

1. Pengontrolan pengapian/pembakaran pada dapur boiler.

Gambar 5.6. Pengontrolan Pengapian/Pembakaran Pada Dapur Boiler

Dari gambar yang diamati maka dapat dilakukan penilaian postur kerja

berdasarkan metode REBA sebagai berikut :

Grup A :

a. Batang Tubuh (Trunk)

Tabel 1. Skor batang tubuh (Truck) Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-20°

(ke depan maupun ke belakang)

2

b. Leher (Neck)

Tabel 2. Skor Leher (neck) Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-20° 1

Universitas Sumatera Utara

Page 52: Ergonomic Chapter III-VII

c. Kaki (Legs)

Tabel 3. Skor Kaki (legs) Pergerakan Skor Skor Perubahan

Bertumpu pada satu kaki lurus 2 +2

d. Beban (Load)

Tabel 4. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan

< 5 kg 0

Group B : a. Lengan Atas (Upper arm)

Tabel 5. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

45-90º 3

b. Lengan Bawah (Lower arm)

Tabel 6. Skor Lengan Bawah (Lower arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

<60 atau >100º 2

c. Pergelangan Tangan (Wrist)

Tabel 7. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-15º 1

d. Coupling

Tabel 8. Coupling Coupling Skor Skor Perubahan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Universitas Sumatera Utara

Page 53: Ergonomic Chapter III-VII

Tabel 9. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur Statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam

Pengaruh otot = 1

TABEL A Trunk

1 2 3 4 5

Neck Legs

1

1 1 2 2 3 4

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

4 4 5 6 7 3

2

1 1 3 4 5 6

2 2 4 5 6 7

3 3 5 6 7 8

4 4 6 7 8 9

3

1 3 4 5 6 7

2 3 5 6 7 8

3 5 6 7 8 9

4 6 7 8 9 9

Universitas Sumatera Utara

Page 54: Ergonomic Chapter III-VII

TABEL B

Upper Arm

1 2 3 4 5 6

Lower Arm Wrist

1

1 1 1 3 4 5 7

2 2 2 4 5 7 8

3 3 3 5 5 8 8

2

1 1 2 4 5 7 8

2 2 3 5 5 8 9

3 3 4 5 7 8 9

TABEL C

SCORE A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

SCORE B

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 5 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Universitas Sumatera Utara

Page 55: Ergonomic Chapter III-VII

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Tabel 10. Skor Aktivitas Posisi Statis Pengulangan Ketidakstabilan

+1 +1 +1

Nilai Reba = 3 + 1 + 2 = 5

Tabel Nilai Level Tindakan REBA Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

4-7 Sedang 2 Perlu

2. Perataan bahan bakar pada tungku dapur boiler

Gambar 5.7.Perataan Bahan Bakar Pada Tungku Dapur Boiler

Grup A :

a. Batang Tubuh (Trunk)

Tabel 1. Skor batang tubuh (Truck) Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-20°

(ke depan maupun ke belakang)

2

Universitas Sumatera Utara

Page 56: Ergonomic Chapter III-VII

b. Leher (Neck)

Tabel 2. Skor Leher (neck) Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-20° 1

c. Kaki (Legs)

Tabel 3. Skor Kaki (legs) Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi Normal 1 +1 jika lutut antara 30-60°

d. Beban (Load)

Tabel 4. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan

< 5 kg 0

Group B : e. Lengan Atas (Upper arm)

Tabel 5. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

45-90º 3

f. Lengan Bawah (Lower arm)

Tabel 6. Skor Lengan Bawah (Lower arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

60-100º 1

g. Pergelangan Tangan (Wrist)

Tabel 7. Skor Pergelangan Tangan (Wrist)

Universitas Sumatera Utara

Page 57: Ergonomic Chapter III-VII

Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-15º 1

h. Coupling

Tabel 8. Coupling Coupling Skor Skor Perubahan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Tabel 9. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur Statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam

Pengaruh otot = 1

TABEL A Trunk

1 2 3 4 5

Neck Legs

1

1 1 2 2 3 4

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

4 4 5 6 7 3

2

1 1 3 4 5 6

2 2 4 5 6 7

3 3 5 6 7 8

4 4 6 7 8 9

1 3 4 5 6 7

2 3 5 6 7 8

Universitas Sumatera Utara

Page 58: Ergonomic Chapter III-VII

3

3 5 6 7 8 9

4 6 7 8 9 9

TABEL B

Upper Arm

1 2 3 4 5 6

Lower Arm Wrist

1

1 1 1 3 4 5 7

2 2 2 4 5 7 8

3 3 3 5 5 8 8

2

1 1 2 4 5 7 8

2 2 3 5 5 8 9

3 3 4 5 7 8 9

TABEL C SCORE A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

SCORE B

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 5 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Universitas Sumatera Utara

Page 59: Ergonomic Chapter III-VII

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Tabel 10. Skor Aktivitas Posisi Statis Pengulangan Ketidakstabilan

+1 +1 +1

Nilai Reba = 2 + 1 + 1 = 4

Tabel Nilai Level Tindakan REBA Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

4-7 Sedang 2 Perlu

3. Mengatur bahan bakar ampas ke dapur boiler

Gambar.5.8.Pengaturan Bahan Bakar Ampas ke Dapur Boiler

Universitas Sumatera Utara

Page 60: Ergonomic Chapter III-VII

Grup A :

a. Batang Tubuh (Trunk)

Tabel 1. Skor batang tubuh (Truck) Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-20°

(ke depan maupun ke belakang)

2

b. Leher (Neck)

Tabel 2. Skor Leher (neck) Pergerakan Skor Skor Perubahan

>20°-ekstensi 2

c. Kaki (Legs)

Tabel 3. Skor Kaki (legs) Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi Normal 1

d. Beban (Load)

Tabel 4. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan

< 5 kg 0

Group B : e. Lengan Atas (Upper arm)

Tabel 5. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

Universitas Sumatera Utara

Page 61: Ergonomic Chapter III-VII

>90° 4

f. Lengan Bawah (Lower arm)

Tabel 6. Skor Lengan Bawah (Lower arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

<60° atau >100º 2

g. Pergelangan Tangan (Wrist)

Tabel 7. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) Pergerakan Skor Skor Perubahan

>15º (ke atas maupun ke bawah)

2

h. Coupling

Tabel 8. Coupling Coupling Skor Skor Perubahan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Tabel 9. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur Statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam

Pengaruh otot = 1

Universitas Sumatera Utara

Page 62: Ergonomic Chapter III-VII

TABEL A

Trunk

1 2 3 4 5

Neck Legs

1

1 1 2 2 3 4

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

4 4 5 6 7 3

2

1 1 3 4 5 6

2 2 4 5 6 7

3 3 5 6 7 8

4 4 6 7 8 9

3

1 3 4 5 6 7

2 3 5 6 7 8

3 5 6 7 8 9

4 6 7 8 9 9

TABEL B

Upper Arm

1 2 3 4 5 6

Lower Arm Wrist

1

1 1 1 3 4 5 7

2 2 2 4 5 7 8

Universitas Sumatera Utara

Page 63: Ergonomic Chapter III-VII

3 3 3 5 5 8 8

2

1 1 2 4 5 7 8

2 2 3 5 5 8 9

3 3 4 5 7 8 9

TABEL C SCORE A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

SCORE B

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 5 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Tabel 10. Skor Aktivitas Posisi Statis Pengulangan Ketidakstabilan

+1 +1 +1

Nilai Reba = 4 + 1 = 5

Tabel Nilai Level Tindakan REBA

Universitas Sumatera Utara

Page 64: Ergonomic Chapter III-VII

Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

4-7 Sedang 2 Perlu

4. Membuka keran blow down yang berada di lower drum

Gambar 5.9. Membuka Keran Blow Down yang Berada di Lower Drum

Grup A :

a. Batang Tubuh (Trunk)

Tabel 1. Skor batang tubuh (Truck) Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-20°

(ke depan maupun ke belakang)

2 +1 jika batang tubuh berputar/bengkok/bungkuk

b. Leher (Neck)

Tabel 2. Skor Leher (neck) Pergerakan Skor Skor Perubahan

0-20° 1

Universitas Sumatera Utara

Page 65: Ergonomic Chapter III-VII

c. Kaki (Legs)

Tabel 3. Skor Kaki (legs) Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi Normal 1

d. Beban (Load)

Tabel 4. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan

< 5 kg 0

Group B : e. Lengan Atas (Upper arm)

Tabel 5. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

>20° (kebelakang) atau 20-45°

2

f. Lengan Bawah (Lower arm)

Tabel 6. Skor Lengan Bawah (Lower arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

60° -100º 1

g. Pergelangan Tangan (Wrist)

Tabel 7. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) Pergerakan Skor Skor Perubahan

>15º (ke atas maupun ke bawah)

2

h. Coupling

Tabel 8. Coupling

Universitas Sumatera Utara

Page 66: Ergonomic Chapter III-VII

Coupling Skor Skor Perubahan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Tabel 9. Skor Aktivitas Aktivitas Skor Keterangan

Postur Statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam

Pengaruh otot = 1

TABEL A

Trunk

1 2 3 4 5

Neck Legs

1

1 1 2 2 3 4

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

4 4 5 6 7 3

2

1 1 3 4 5 6

2 2 4 5 6 7

3 3 5 6 7 8

4 4 6 7 8 9

1 3 4 5 6 7

2 3 5 6 7 8

Universitas Sumatera Utara

Page 67: Ergonomic Chapter III-VII

3

3 5 6 7 8 9

4 6 7 8 9 9

TABEL B

Upper Arm

1 2 3 4 5 6

Lower Arm Wrist

1

1 1 1 3 4 5 7

2 2 2 4 5 7 8

3 3 3 5 5 8 8

2

1 1 2 4 5 7 8

2 2 3 5 5 8 9

3 3 4 5 7 8 9

TABEL C SCORE A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

Universitas Sumatera Utara

Page 68: Ergonomic Chapter III-VII

SCORE B

7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 5 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Tabel 10. Skor Aktivitas Posisi Statis Pengulangan Ketidakstabilan

+1 +1 +1

Nilai Reba = 2 +1+1 = 4

Tabel Nilai Level Tindakan REBA Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

4-7 Sedang 2 Perlu

5. Pembersihan pipa luar pada boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler

Universitas Sumatera Utara

Page 69: Ergonomic Chapter III-VII

Gambar 5.10.Pembersihan Pipa Luar Pada Boiler Dengan Cara

Mengoperasikan Soot Boiler

Grup A :

a. Batang Tubuh (Trunk)

Tabel 1. Skor batang tubuh (Truck) Pergerakan Skor Skor Perubahan

Posisi Normal (tegak lurus) 1

b. Leher (Neck)

Tabel 2. Skor Leher (neck) Pergerakan Skor Skor Perubahan

>20°-ekstensi 2

c. Kaki (Legs)

Tabel 3. Skor Kaki (legs) Pergerakan Skor Skor Perubahan

Bertumpu pada satu kaki lurus 2

d. Beban (Load)

Tabel 4. Skor Beban (Load) Pergerakan Skor Skor Perubahan

< 5 kg 0

Group B : e. Lengan Atas (Upper arm)

Tabel 5. Skor Lengan Atas (Upper arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

>90° 2 + 1 jika bahu naik

Universitas Sumatera Utara

Page 70: Ergonomic Chapter III-VII

f. Lengan Bawah (Lower arm)

Tabel 6. Skor Lengan Bawah (Lower arm) Pergerakan Skor Skor Perubahan

<60° atau >100º 2

g. Pergelangan Tangan (Wrist)

Tabel 7. Skor Pergelangan Tangan (Wrist) Pergerakan Skor Skor Perubahan

>15º (ke atas maupun ke bawah)

2

h. Coupling

Tabel 8. Coupling Coupling Skor Skor Perubahan

Baik 0 Kekuatan pegangan baik

Tabel 9. Skor Aktivitas

Aktivitas Skor Keterangan

Postur Statik +1 1 atau lebih bagian tubuh statis/diam

Pengaruh otot = 1

TABEL A Trunk

1 2 3 4 5

Neck Legs

1

1 1 2 2 3 4

2 2 3 4 5 6

3 3 4 5 6 7

Universitas Sumatera Utara

Page 71: Ergonomic Chapter III-VII

4 4 5 6 7 3

2

1 1 3 4 5 6

2 2 4 5 6 7

3 3 5 6 7 8

4 4 6 7 8 9

3

1 3 4 5 6 7

2 3 5 6 7 8

3 5 6 7 8 9

4 6 7 8 9 9

TABEL B

Upper Arm

1 2 3 4 5 6

Lower Arm Wrist

1

1 1 1 3 4 5 7

2 2 2 4 5 7 8

3 3 3 5 5 8 8

2

1 1 2 4 5 7 8

2 2 3 5 5 8 9

3 3 4 5 7 8 9

TABEL C

SCORE A

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 1 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12

2 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

3 1 2 3 4 4 6 7 8 9 10 11 12

Universitas Sumatera Utara

Page 72: Ergonomic Chapter III-VII

SCORE B

4 2 3 3 4 5 7 8 9 10 11 11 12

5 3 4 4 5 6 8 9 10 10 11 12 12

6 3 4 5 6 7 8 9 10 10 11 12 12

7 4 5 6 7 8 9 9 10 11 11 12 12

8 5 5 7 8 8 9 10 10 11 12 12 12

9 6 6 7 8 9 10 10 10 11 12 12 12

10 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

11 7 7 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

12 7 8 8 9 9 10 11 11 12 12 12 12

Tabel 10. Skor Aktivitas Posisi Statis Pengulangan Ketidakstabilan

+1 +1 +1

Nilai Reba = 2 +1+1 = 4

Tabel Nilai Level Tindakan REBA Skor REBA Level Resiko Level Tindakan Tindakan

4-7 Sedang 2 Perlu

Berdasarkan hasil penilaian postur kerja, diperoleh bahwasanya kegiatan

yang ada pada bagian dapur boiler mengalami level resiko sedang dan perlu

dilakukan perbaikan pada postur kerjanya. untuk memperbaiki postur kerja

operator, maka diperlukan fasilitas kerja dimana fasilitas kerja yang dibutuhkan

adalah alat bantu berupa tuas yang akan digunakan untuk membantu kegiatan

dalam pengaturan bahan bakar ampas yang masuk ke dapur boiler dan kegiatan

pembersihan pipa luar boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler. Adapun

Universitas Sumatera Utara

Page 73: Ergonomic Chapter III-VII

fungsi dari alat bantu ini adalah digunakan untuk meringankan beban,

mempermudah suatu pekerjaan pada stasiun dapur boiler.

Berdasarkan fasilitas kerja yang telah diusulkan untuk memperbaiki

postur kerja, maka diperoleh dimensi tubuh yang sesuai dengan perancangan

fasilitas kerjanya yaitu dimesnsi tubuh berupa tinggi siku berdiri dan lebar tangan

yang dapat dilihat pada Tabel 5.6 di bawah ini.

Tabel 5.6. Data Dimensi Tubuh Operator

No TSB (cm)

LT (cm)

1 107 7,13 2 106 7,35 3 109 7,50 4 105 6,87 5 102 6,20 6 109 7,42 7 108 7,00 8 112 6,83 9 115 6,87 10 113 7,35 11 105 6,50 12 106 7,01 13 105 7,13 14 105 7,47 15 105 6,70 16 105 7,10 17 106 6,93 18 105 7,50 19 108 7,30 20 110 6,84 21 116 6,80 22 115 7,02 23 120 7,07

Universitas Sumatera Utara

Page 74: Ergonomic Chapter III-VII

24 112 6,73 25 115 7,30 26 115 7,00 27 112 7,63 28 114 6,81 29 115 7,13 30 116 7,50

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dimensi tubuh untuk mendapatkan data

yang dibutuhkan pada perancangan fasilitas. Adapun tahapan pengolahan datanya

adalah sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata

nX

nXXX

X nn ∑=+++=

....21

Dimana : n = banyaknya pengamatan

ΣXn = total n pengamatan

X = X rata-rata

Contoh :

Nilai rata-rata untuk data TSB adalah :

30

116...106107 +++=X = 109,87

2. Nilai standar deviasi

Untuk menentuan nilai standar deviasi pada masing-masing pengukuran

dapat ditentukan dengan rumus seperti di bawah ini :

Universitas Sumatera Utara

Page 75: Ergonomic Chapter III-VII

σ = 1

)( 2

−∑n

XXi = 4,70

3. Nilai maksimum dan minimum

Nilai maksimum dan minimum adalah nilai terbesar dan terkecil pada data

hasil pengukuran setelah data tersebut diurutkan.

contoh : Nilai maksimum = 120, Nilai minimum = 102

4. Uji Keseragaman Data

Kemudian dilakukan pengujian keseragaman data. Uji keseragaman data

digunakan untuk pengendalian proses bagian data yang ditolak atau tidak seragam

karena tidak memenuhi spesifikasi. Apabila dalam satu pengukuran terdapat satu

jenis atau lebih data yang tidak seragam maka data tersebut akan langsung ditolak

dan dilakukan revisi data yang tidak seragam dengan cara membuang data yang

out of control tersebut dan melakukan perhitungan kembali. Pada percobaan ini

digunakan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%.

Untuk menguji keseragaman data digunakan peta kontrol dengan

persamaan berikut : σ2+= XBKA σ2−= XBKB

Jika X min > BKB dan Xmax < BKA maka Data Seragam

Jika X min < BKB dan Xmax > BKA maka Data Tidak Seragam

Contoh :

Hasil uji keseragaman data adalah :

Universitas Sumatera Utara

Page 76: Ergonomic Chapter III-VII

)7,4(287,1092 +=+= σXBKA = 119,26 cm

)7,4(287,1092 −=−= σXBKB = 100,48 cm

5. Uji Kecukupan Data

Uji kecukupan data digunakan untuk menganalisis jumlah pengukuran

apakah sudah representatif, dimana tujuannya untuk membuktikan bahwa data

sampel yang diambil sudah mewakili populasi.

Untuk uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat

keyakinan 95% digunakan persamaan :

( )

22240

'

−=

∑∑ ∑

XXXN

N

Jika, N’<N maka data sudah cukup untuk melakukan perancangan

N`>N maka data belum cukup untuk melakukan perancangan.

Kesimpulan: N’ = 2,61< Ndata = 30

Maka data hasil pengukuran yang dilakukan telah mencukupi untuk

dilakukan perancangan produk.

Untuk mengetahui hasil perhitungan pada data yang lainya dapat dilihat

pada Tabel 5.7.berikut ini.

Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Data Dimensi Tubuh

No TSB (cm)

LT (cm)

1 107 7,13 2 106 7,35 3 109 7,5 4 105 6,87

Universitas Sumatera Utara

Page 77: Ergonomic Chapter III-VII

5 102 6,2 6 109 7,42 7 108 7 8 112 6,83 9 115 6,87 10 113 7,35 11 105 6,5 12 106 7,01 13 105 7,13 14 105 7,47 15 105 6,7 16 105 7,1 17 106 6,93 18 105 7,5

Tabel 5.7. Hasil Perhitungan Data Dimensi Tubuh (Lanjutan)

No TSB (cm)

LT (cm)

19 108 7,3 20 110 6,84 21 116 6,8 22 115 7,02 23 120 7,07 24 112 6,73 25 115 7,3 26 115 7 27 112 7,63 28 114 6,81 29 115 7,13 30 116 7,5

Jumlah 3296,00 211,99 Rata-rata 109,87 7,07 X max 120,00 7,63 X min 102,00 6,20 Std. Deviasi 4,70 0,33 BKA 119,26 7,72 BKB 100,48 6,41 Ket. Seragam Seragam N 30,00 30,00 N' 2,61 3,08 Ket. Cukup Cukup

6. Uji Kenormalan Data dengan Chi-Square

Universitas Sumatera Utara

Page 78: Ergonomic Chapter III-VII

Salah satu syarat penggunaan data antropometri yang akan diaplikasikan

pada perancangan fasilitas untuk populasi tertentu adalah data harus berdistribusi

normal, sehingga perlu dilakukan uji normalitas. Pada penelitian ini pengujian

kenormalan data dilakukan dengan metode Chi-Square menggunakan software

SPSS 17.0 for windows. Metode Chi-Square digunakan karena data antropometri

yang digunakan adalah data parametrik yang dapat diketahui nilai

parameter/statistik data (rata-rata, standar deviasi, dan sebagainya), merupakan

data kontiniu (hasil pengukuran), dan ukuran sampel memenuhi (30 sampel)

sehingga metode Chi-Square dapat digunakan untuk melakukan uji kenormalan

data. Hasil seluruh pengujian dinyatakan normal karena chi kuadrat (X2) hitung <

chi kuadrat (X2) tabel. Pengujian kenormalan data dapat dilihat pada lampiran dan

hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini.

Tabel 5.8. Uji Kenormalan Data dengan Chi-Square

No Dimensi Chi kuadrat (X2) hitung Keterangan

1 TSB 17,67 Normal 2 LT 6,667 Normal

7. Penetapan Prinsip Perancangan

Data antropometri digunakan sebagai data untuk perancangan fasilitas

kerja. Tiga prinsip antropometri yang digunakan dalam perancangan suatu produk

adalah :

1. Prinsip penggunaan data antropometri yang ekstrem

2. Prinsip penggunaan data antropometri rata-rata

3. Prinsip penggunaan data antropometri yang dapat disesuaikan.

Universitas Sumatera Utara

Page 79: Ergonomic Chapter III-VII

Adapun penetapan prinsip perancangan yang disunakan untuk penetapan data

antropometri yang akan digunakan dalan perancangan fasilitas kerja adalah dapat

dilihat pada Tabel 5.9 berikut ini.

Tabel 5.9. Penetapan Ukuran yang Digunakan Untuk Perancangan Fasilitas

No Dimensi yang Digunakan

Prinsip Perancangan yang digunakan

Data yang Digunakan (cm)

1 TSB Ekstrim kecil 102 2 LT Ekstrim besar 7,63 ≈ 8

5.4. Data Suhu Ruangan Dan Denyut Nadi Operator

Data suhu ruangan dan denyut nadi operator diukur dalam waktu yang

bersamaan. Adapun data suhu ruangan dan denyut nadi operator dapat dilihat pada

Tabel 5.10 berikut ini.

Tabel 5.10. Data Suhu Ruangan dan Denyut Nadi operator

No Stasiun Suhu

ruangan (0C)

Operator Denyut

nadi (dpm)

Usia Jenis kelamin

1 Gudang Ampas 30,2 1 113 46 Laki-Laki 2 118 40 Laki-Laki

2 Dapur Boiler 38,7 1 127 27 Laki-laki 2 127 28 Laki-laki 3 125 30 Laki-laki

3 Pengawasan/Contol Panel 28,5 1 95 37 Laki-laki 2 90 39 Laki-laki

5.5. Penilaian Beban Kerja Fisik Berdasarkan Denyut Nadi Operator

Penilaian beban kerja fisik dapat ditinjau dari konsumsi energi yang

dikeluarkan. Dalam penentuan konsumsi energi biasanya digunakan suatu bentuk

hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung yaitu sebuah persamaan

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 80: Ergonomic Chapter III-VII

Y = 1,0841 – 0,229038 X + 4,71733x10-4 X2

Dimana:

Y = Energi (kcal/menit)

X = Denyut Jantung (denyut/menit)

Untuk penilaian beban kerja berdasarkan enegi yang dikeluarkan adalah sebagai

berikut:

Beban kerja ringan : 100 – 200 Kilo kalori/jam

Beban kerja sedang : > 200 – 350 Kilo kalori/jam

Beban kerja berat : > 350 – 500 Kilo kalori/jam

Sebagai contoh, untuk operator pada stasiun gudang ampas:

X = 113 dpm

Y = 1,0841 – 0,229038 (113) – 4.71733x10-4 (113)2

Y = 4,52 kkal/menit

Y = 271,17 kkal/jam

Termasuk pada beban kerja ringan

Untuk hasil perhitungan beban kerja operator lainnya dapat dilihat pada

Tabel 5.11 berikut ini.

Tabel 5.11. Beban Kerja yang Dialami Operator

Stasiun Operator Denyut Nadi

(dpm)

Y (kkal/menit)

Y (kkal/jam)

Beban Kerja

Gudang Ampas 1 113 4,52 271,17 Sedang 2 118 4,95 296,99 Sedang

Dapur Boiler 1 127 5,78 347,03 Sedang 2 127 5,78 347,03 Sedang 3 125 5,59 335,52 Sedang

Pengawasan/Control Panel

1 95 3,17 189,94 Ringan 2 90 2,84 170,63 Ringan

Universitas Sumatera Utara

Page 81: Ergonomic Chapter III-VII

BAB VI

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Keluhan Musculoskeletal (MSDs) Pada Operator Bagian Boiler

Berdasarkan dari hasil pengamatan dengan menggunakan PLIBEL maka

didapatkan stasiun kerja yang paling banyak mengalami keluhan Musculoskeletal

(MSDs) yaitu pada stasiun dapur boiler, sedangkan berdasarkan penilaian dengan

menggunakan Standard Nordic Questioner didapatkan stasiun kerja yang paling

banyak mengalami keluhan musculoskeletal yaitu stasiun kerja dapur boiler.

Keluhan-keluhan yang dialami oleh operator berdasarkan pengamatan

menggunakan PLIBEL dengan persentase yang paling besar adalah bagian

leher,bahu,punggung bagian atas sebesar 25 %, kemudian bagian siku, lengan

bawah, dan tangan sebesar 16,67 % dan bagian tubuh lainnya seperti

kaki,lutut,pinggul besar sebesar 5,56 %. Keluhan-keluhan yang didapat

berdasarkan pengamatan dengan menggunakan SNQ adalah terdapat pada bagian

leher, lengan, punggung, tangan, dan kaki.

Universitas Sumatera Utara

Page 82: Ergonomic Chapter III-VII

Pada stasiun kerja yang terpilih yaitu stasiun dapur boiler terdapat lima

elemen kerja, dimana dari kelima elemen kerja tersebut didapat dua elemen kerja

yang perlu diperbaiki berdasarkan penilaian postur kerja REBA. Elemen kerja

tersebut adalah elemen kerja pada saat pengaturan bahan bakar ke dapur boiler

dan pembersihan pipa luar pada boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler.

Perbaikan yang dilakukan adalah dengan cara penambahan fasilitas kerja untuk

kedua kegiatan tersebut, sedangkan identifikasi berdasarkan PLIBEL dapat

diketahui bagian tubuh yang meyebabkan keluhan musculuskeletal diantaranya

adalah bagian leher,bahu,punggung bagian atas sebesar 25 %, bagian siku, lengan

bawah, dan tangan sebesar 16,67 %, bagian kaki,lutut, dan pinggul sebesar 5,56 %

sedangkan untuk bagian punggung bagian bawah sebesar 8,33 %. Untuk

identifikasi faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan lingkungan/organisasi

didapatkan stasiun kerja yang paling mempunyai pengaruh besar terhadap

lingkungan/organisasi yaitu stasiun kerja dapur boiler sebesar 60%.

6.2. Analisis Kelelahan Fisik Operator Bagian Boiler Berdasarkan Kegiatan

Fisiologi

Berdasarkan pengumpulan denyut nadi yang dilakukan secara bersama-

sama terhadap ketujuh orang operator didapat jumlah kebutuhan kalori dari

masing-masing operator tersebut. Dari perhitungan jumlah kalori setiap operator

diketahui bahwa beban kerja yang dialami oleh operator tersebut masih termasuk

dalam beban kerja sedang. Kebutuhan kalori kerja sangat ditentukan dengan jenis

aktivitas kerja yang dilakukan atau berat ringannya pekerjaan. Selain berat

Universitas Sumatera Utara

Page 83: Ergonomic Chapter III-VII

ringannya pekerjaan itu sendiri,juga dipengaruhi oleh lingkungan tempat

bekerja,cara dan sikap kerja serta stasiun kerja yang digunakan selama bekerja.

Berdasarkan penilaian PLIBEL diketahui stasiun kerja dapur boiler mempunyai

pengaruh besar terhadap lingkungan/organisasi sebesar 60 %. Salah satu faktor

lingkungan yang mempengaruhi kebutuhan kalori operator adalah temperatur di

lingkungan dapur boiler dengan suhu ruangan 38,7° Celcius.

6.3. Perbaikan Postur Kerja dan Fasilitas Kerja

Dari penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA dapat

dilihat elemen-elemen kerja yang perlu dilakukan perbaikan terhadap postur kerja

operator. Perbaikan ini dilakukan dengan cara menambah fasilitas kerja operator

untuk kegiatan pengaturan bahan bakar dan pembersihan pipa luar boiler. Data

antropometri yang diperlukan untuk membuat fasilitas kerja ini adalah Tinggi

Siku Berdiri (TSB) dan Lebar Tangan (LT) dimana fasilitas kerja yang akan

dibuat adalah berupa tuas penggulung yang berfungsi untuk mempermudah

pekerjaan operator dalam menarik beban kerja sehingga keluhan musculoskeletal

dapat berkurang. Gambar tuas penggulung dapat dilihat pada Gambar 6.1. berikut

ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 84: Ergonomic Chapter III-VII

Gambar 6.1. Tuas Penggulung Dua Dimensi

6.4. Perancangan Metode Kerja Usulan Berdasarkan Fasilitas Kerja Usulan

Setelah dilakukan perancangan alat bantu kerja operator berupa tuas

penggulung, dapat dilihat perbedaan postur kerja operator dalam melakukan

pekerjaan sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan metode kerja. Sebelum

dilakukan perbaikan metode kerja operator saat melakukan pekerjaan dengan cara

menarik beban dengan jarak 5 meter dengan posisi batang tubuh sedikit

membungkuk, lengan atas membentuk sudut lebih dari 45 derajat dan leher

menyungak ke atas. Setelah dilakukan perbaikan metode kerja operator bekerja

dengan sikap kerja posisi batang tubuh normal (tegak lurus), kaki dalam keadaan

lurus,lengan atas membentuk sudut 45 derajat, pekerja melakukan dengan sikap

kerja yang normal dengan demikian keluhan musculoskeletal dapat berkurang.

Universitas Sumatera Utara

Page 85: Ergonomic Chapter III-VII

Gambar postur kerja operator sebelum dan sesudah diperbaiki dapat dilihat pada

Gambar 6.2. dan Gambar 6.3. berikut ini.

Gambar 6.2. Postur Kerja Operator Sebelum Dilakukan Perbaikan

Universitas Sumatera Utara

Page 86: Ergonomic Chapter III-VII

Gambar 6.3. Postur Kerja Operator Setelah Dilakukan Perbaikan

Universitas Sumatera Utara

Page 87: Ergonomic Chapter III-VII

6.5. Perancangan Standard Operation Procedure /SOP berdasarkan Metode

Kerja Usulan

Berikut ini adalah Standard Operation Procedure /SOP metode kerja

kegiatan yang ada pada bagian boiler dapat dilihat pada Gambar 6.4. dan

Standard Operation Procedure /SOP berdasarkan Metode Kerja Usulan dapat

dilihat pada Gambar 6.5. berikut ini.

Operator memasukkan bahan bakar berupa ampas tebu dari gudang ampas

Dapur boiler dihidupkan untuk melakukan pembakaran

Dilakukan pembakaran di dapur boiler

Operator pada bagian dapur boiler melakukan pengontrolan pengapian/pembakaran

Operator meratakan bahan bakar yang ada

Operator melakukan pemeriksaaan uap air dari control panel yang ada di ruang pengawasan

Operator mengatur penambahan bakar bakar untuk dilakukan pembakaran

Membuka keran blow down yang berada di lower drum

Mengoperasikan soot blowing untuk pembersihan pipa luar

Mengeruk abu sisa pembakaran

Pembersihan keseluruhan boiler

Gambar 6.4. Standard Operation Procedure /SOP

Universitas Sumatera Utara

Page 88: Ergonomic Chapter III-VII

Mengoperasikan soot blowing untuk pembersihan pipa luar

Operator Menarik Tuas Penggulung

Pipa Luar Terbuka

Abu sisa Pembakaran Keluar

Operator Menarik Tuas Penggulung

Pipa Luar Tertutup

Gambar 6.5. Standard Operation Procedure /SOP Berdasarkan Metode Kerja

Usulan

Universitas Sumatera Utara

Page 89: Ergonomic Chapter III-VII

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bagian boiler di Pabrik Gula Sei

Semayang PTPN.II Medan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :

1. Identifikasi metode PLIBEL menunjukkan bahwa stasiun kerja yang paling

dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan/organisasi adalah stasiun kerja

dapur boiler sebesar 60 %, selain itu juga dapat dilihat bagian tubuh yang

paling banyak menyebabkan ketengangan musculoskeletal adalah bagian

leher,bahu,punggung bagian atas sebesar 25 % dan siku,lengan bawah,tangan

sebesar 16,67 % serta punggung bagian bawah sebesar 8,33%.

2. Berdasarkan dari hasil identifikasi Standard Nordic Questioner (SNQ) dapat

diketahui stasiun kerja yang paling banyak mengalami keluhan

musculoskeletal adalah stasiun kerja dapur boiler dan keluhan terbesar

terdapat pada bagian leher,lengan,punggung,tangan, dan kaki.

3. Dari penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA diketahui

elemen yang membutuhkan perbaikan fasilitas kerja yaitu pada elemen kerja

pada saat pengaturan bahan bakar ke dapur boiler dan pembersihan pipa luar

pada boiler dengan cara mengoperasikan soot boiler.

4. Berdasarkan postur kerja yang diperbaiki maka dirancang fasilitas kerja

berupa tuas penggulung..

Universitas Sumatera Utara

Page 90: Ergonomic Chapter III-VII

5. Metode kerja usulan berdasarkan fasilitas kerja usulan adalah dengan sikap

kerja posisi batang tubuh normal (tegak lurus), kaki dalam keadaan

lurus,lengan atas membentuk sudut 45 derajat, pekerja melakukan dengan

sikap kerja yang normal dengan demikian keluhan musculoskeletal dapat

berkurang.

6. Perancangan Standard Operation Procedure /SOP berdasarkan metode kerja

usulan adalah sebagai berikut :

a. Operator memasukkan bahan bakar berupa ampas tebu dari gudang

ampas.

b. Dapur boiler dihidupkan untuk melakukan pembakaran.

c. Dilakukan pemabakaran di dapur boiler.

d. Operator pada bagian dapur boiler melakukan pengontrolan

pengapian/pembakaran.

e. Operator meratakan bahan bakar yang ada.

f. Operator melakukan pemeriksaan uap air dari control panel yang ada di

ruang pengawasan.

g. Operator mengatur penambahan bahan bakar untuk dilakukan

pembakaran dengan menggunakan tuas penggulung.

h. Membuka keran blow down yang berada di lower drum.

i. Mengoperasikan soot blowing untuk pemeriksaan pipa luar dengan

menggunakan tuas penggulung.

j. Mengeruk abu sisa pembakaran.

k. Pembersihan keseluruhan boiler.

Universitas Sumatera Utara

Page 91: Ergonomic Chapter III-VII

7.2. Saran

Untuk memberikan manfaat bagi Pabrik Gula Sei Semayang PTPN.II

Medan dan untuk penelitian sejenis di mas depan, ada beberapa saran yang dapat

diberikan.

1. Pabrik Gula Sei Semayang PTPN.II Medan khususnya pada bagian boiler

perlu melakukan perancangan Standard Operation Procedure yang baru

sesuai dengan fasilita kerja usulan.

2. Pihak perusahaan hendaknya melakukan perbaikan sistem kerja dengan

merancang alat bantu sehingga dapat menciptakan suatu lingkungan kerja

yang efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien.

3. Pada penelitian postur kerja di masa depan, sebaiknya operator yang menjadi

objek pengamatan hanya 1 orang.

4. Untuk lebih menunjukkan ketepatan penilaian postur kerja dengan metode –

metode penilaian yang ada, analisis sebaiknya mempertimbangkan juga

adanya pengaruh lamanya durasi kerja yang dilakukan, dan bila perlu

dilakukan analisis tambahan untuk mengetahui besarnya gaya otot yang

dikeluarkan dengan menggunakan prinsip – prinsip biomekanika kerja.

Universitas Sumatera Utara