ergonomic asessment

35
Observasi Lapangan 1 Identifikasi Masalah Analisis stasiun kerja mana yang masalahnya paling kritis Pemilihan Objek Masalah-masalah di semua stasiun kerja Observasi Lapangan 2 Pemilihan stasiun kerja yang paling kritis sebagai objek pengamatan selanjutnya A FLOWCHART Ergonomic Assesment

Upload: arbelladelianti

Post on 23-Jun-2015

346 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ergonomic Asessment

Observasi Lapangan 1

Identifikasi Masalah

Analisis stasiun kerja mana yang masalahnya paling kritis

Pemilihan Objek

Masalah-masalah di semua stasiun kerja

Observasi Lapangan 2

Pemilihan stasiun kerja yang paling kritis sebagai objek pengamatan selanjutnya

A

FLOWCHART

Ergonomic Assesment

Page 2: Ergonomic Asessment

Apresiasi dan kritik dari masing-masing point dilihat dari factor

antropometri, biomekanika, visual display, dan kondisi lingkungan kerja

Apresiasi dan kritik

Pencarian solusi dari masalah yang ada

Rancangan produk, lingkungan kerja, dan

metode kerja yang baru

Analisis data

Pengambilan data berupa foto, data kuantitatif, dan wawancara objek dari metode kerja,

lungkungan kerja dan produk

A

Apakah perancangan sudah baik ?

yan

FINISH

Page 3: Ergonomic Asessment

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Umum Fasilitas

Fasilitas yang kami jadikan objek penelitian pada ergonomic assessment ini adalah Kantin Barat Laut ITB yang disebut KBL. Kantin ini dinamakan Kantin Barat Laut karena memang posisinya berada di barat laut dari gerbang utama ITB di jalan Ganesha. Kantin ini berada di antara gedung TI,matematika,dan SBM. Kantin ini menyediakan berbagai macam menu pilihan yaitu menu pesan dan prasmanan yang dapat diambil sendiri oleh customer (self service). Khusus pada menu pesan setelah memesan anda akan diberikan tanda nomor berwarna merah yang relative kecil sebagai penanda pesanan.

KBL terdiri dari dua lantai, lantai bawah untuk dapur makanan,prasmanan dan pemesanan manu pesan sednagkan di atas untuk dapur minuman. KBL memiliki kurang lebih 12 pegawai. 1 sebagi kasir, 1 untuk melayani menu pesan, 3 orang untuk mengantar pesanan, 4 bekerja di dapur masak, dan 3 orang untuk membuat pancake maupun jenis2 minuman. 3 orang yang mengantar pesanan ini selalu bermobilisasi naik dan turun terutama pada jam-jam sibuk yaitu pukul 11-13 saat istirahat siang. Mereka bisa naik dan turun tanpa henti.

Kantin ini dapat diakses melalui dua cara yaitu tangga besar yang menuju ke atas maupun ke bawah dan tangga kecil yang cukup curam untuk akses menuju ke lantai atas saja. KBL berkapasitas kurang lebih sekitar 100 orang.

1.2 Tujuan

Tujuan dari tugas Ergonomic Assesment ini adalah :

1. Mampu memanfaatkan keilmuan ergonomi dalam kehidupan sehari-hari.2. Mampu melakukan evaluasi ergonomi terhadap suatu obyek dalam kehidupan sehari-

hari3. Mampu menggunakan alat-alat evaluasi ergonomi secara tepat4. Mampu menganalisis aspek-aspek penyebab munculnya permasalahan pada ergonomi5. Mampu merancang perbaikan suatu obyek menjadi lebih ergonomis

1.3 Sistematika PenulisanLaporan ini ditulis berdasar sistematika yang terdapat pada modul. Laporan ini terdiri dari 5 Bab : Bab pertama berisi pendahuluan, Deskripsi singkat dari objek yang dijadikan objek penelitian, tujuan penelitian dan sistematika penulisan.

Page 4: Ergonomic Asessment

Bab kedua akan menjelaskan tentang evaluasi kondisi existing atau masalah yang akan dibahas saat ini dengan kondisi yang ada. Berisi deskripsi kondisi objek saat ini dengan disertai foto objek yang bersangkutan.

Bab ketiga berisi tentang perancangan, yaitu analisis mengenai kondisi objek penelitian saat ini dari sisi ergonomi. Misalnya dapat dilihat dari Visual Display, Anthropometri,Biomekanika, dan dianalisis masing-masing sekaligus dengan saran perbaikannya.

Bab ke-empat akan menjelaskan analisis perbandingan kondisi sekarang dengan saran perbaikan yang peneliti sarankan pada bab 3 dan masing-masing dianalisis per objek.

Bab ke-lima berisi kesimpulan dari keseluruhan tugas ergonomic asessment ini.

Yang terakhir adalah Daftar Pustaka yang menjelaskan tentang sumber dari literatur dan referensi bagi peneliti.

BAB II

Page 5: Ergonomic Asessment

EVALUASI KONDISI EXISTING

2.1 Antropometri

2.1 Deskripsi kondisi saat ini

KBL dibuka dari pagi sekitar pukul 8.00 wib. Dari waktu tersebutlah kasir berada pada tempat kasir berada, di mana ada meja (dengan laci sebagai tempat penyimpanan uang usaha), tisue, kalkulator, kursi, dll.

Dari aspek antropometri, kami mengambil tempat duduk / kursi dari kasir Kantin Barat Laut (KBL) ITB sebagai objek. Kami memilih kursi tersebut karena kami melihat bentuk dan dimensi dari kursi tersebut yang kurang pas / kurang ideal bagi semua orang pada umumnya, dan bagi kasir KBL khususnya.

Kursi yang digunakan untuk kasir KBL ini memiliki beberapa kekurangan dalam aspek Antropometri sehingga bisa dikatakan tidak Ergonomis untuk penggunanya. Kekurangan / ketidaksesuaian kursi tersebut, antara lain :

Tinggi polipteal (Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha) yang cukup tinggi yaitu 51 cm

Tidak memiliki sandaran punggung yang sebenarnya termasuk elemen penting dalam benda seperti kursi

Lebar alas kursi yang berukuran 26,7 cm yang berarti memiliki ukuran yang cukup kecil jika dibandingkan dengan lebar pinggul rata-rata orang pada umumnya dan kasir KBL pada khususnya

Panjang alas kursi yang berukuran 26,7 cm memiliki ukuran yang cukup kecil untuk ukuran tinggi pantat polipteal rata-rata tiap orang

Kursi dari kasir tersebut memiliki banyak kekurangan yang sangat tidak ergonomis yang dapat menyebabkan bahaya (unsafety) dan ketidaknyamanan (uncomfort) bagi penggunanya. Kerugian-kerugian yang mungkin muncul dari akibat penggunaan kursi kasir tersebut adalah :

Kasir beresiko mengalami cedera punggung karena selama duduk berjam-jam, tidak ada yang menyangga punggungnya

Tempat duduk yang memiliki luas relatif lebih kecil sehingga tidak memadai untuk rata-rata dimensi tubuh orang-orang pada umumnya dan kasir KBL pada khususnya. Alas kursi yang seharusnya menjadi penopang tubuh pengguna menjadi kurang nyaman saat digunakan karena ada sebagian tubuh yang tidak tertopang.

Tinggi kursi yang tidak sesuai dengan ukuran tinggi popliteal juga merugikan pengguna, dalam hal ini kasir KBL. Kursi yang ada di KBL membuat kaki kasir menggantung saat duduk diatasnya. Hal ini bisa justru menimbulkan rasa lelah dan pegal karena kedua kaki tidak bisa ditopang oleh lantai.

Page 6: Ergonomic Asessment

Ketidaknyamanan yang kemungkinan besar dirasakan oleh pengguna antara lain, yaitu :

Duduk sering berpindah-pindah posisinya karena pegal pada paha dan bagian pinggul yang tidak mendapatkan alas kursi secara langsung

Pengguna dalam hal ini kasir, cenderung lebih senang berdiri dalam melayani pembeli maupun berada di tempat lain saat tidak ada pembeli dari pada duduk di kursi tersebut

Tidak bisa santai dan nyaman jika duduk dalam kursi tersebut karena beberapa dimensinya tidak sesuai

Kursi tersebut seharusnya menjadi salah satu sarana untuk mengurangi beban kerja kasir yang selama sekitar 8 jam akan berada di tempat tersebut. Ketidaksesuaian aspek antropometri dalam kursi tersebut dapat menurunkan tingkat EASNE (Efektif, Aman, Sehat, Nyaman, dan Efisien) yang berarti akan berdampak kepada kesehatan pekerja dan juga mengurangi produktifitas kasir KBL.

2.2 Foto Objek

2.2 Biomekanika Kerja

Biomekanika kerja adalah subdisiplin dari biomekanik yang mengkaji interaksi fisik dari pekerja, worktool, mesin dan meterial sehingga meningkatkan produktifitas kerja dan sekaligus resiko yang ditimbulkan dari interaksi tersebut.

Objek biomekanika yang kami ambil dari KBL adalah Pak Tata. Pekerjaan yang dilakukan adalah mencuci semua piring kotor di KBL. Pekerjaan ini sangat penting, terutama saat kantin sedang ramai, karena piring-piring bersih sangat dibutuhkan untuk menyajikan pesanan berikutnya. Pada saat seperti itu, Pak Tata harus bekerja extra cepat dan dengan frekuensi yang berulang-ulang. Gerakan yang dilakukanpun mengandung beberapa risk factor seperti repetitiveness, forceful exertion dan posture. Risk factor reptitiveness dialami Pak Tata saat mencuci piring karena ia harus melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang dengan frekuensi hingga 50 kali per menit. Sedangkan risk factor forceful exertion bisa dialami Pak Tata karena petugas pencuci piring hanya ada satu orang di

Page 7: Ergonomic Asessment

KBL sehingga dapat dibayangkan betapa banya piring yang harus dicuci Pak Tata setiap harinya. Posture yang buruk adalah risk factor berikutnya. Sebelum kami menilai pekerjaan tersebut dengan tool tertentu, dalam hal ini RULA, dengan sekilas kami dapat melihat adanya postur yang kurang baik dalam melakukan pekerjaan tersebut. Dari pengamatan inilah kami menduga adanya bahaya yang bisa mencederai Pak Tata saat ia melakukan pekerjaannya.

2.2.1 Deskripsi Kondisi Saat ini

Pak Tata bekerja dengan durasi jam kerja Senin-Jumat jam 09.00 sampai 15.00. Dengan durasi waktu pekerjaan selama 6 jam, Pak Tata hanya mendapat jatah istirahat 15-20 menit untuk sholat dan makan siang. Sempitnya waktu istirahat ini dikarenakan tuntutan persediaan piring bersih yang harus cepat dan bisa dibutuhkan sewaktu-waktu serta jumlah pegawai pencuci piring yang hanya satu orang. Pada saat sedang kantin sedang ramai (pada jam makan siang), Pak Tata bisa mencuci piring terus-menerus setiap menitnya. Urut-urutan dari pekerjaannya adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan piring-piring kotor dari setiap meja2. Membawa tumpukan piring kotor ke bak penyabunan3. Menyabuni dan menghilangkan sisa-sisa makanan dengan sabut4. Menumpuk piring yang telah diberi sabun di bak pembilasan 5. Setelah semua piring diberi sabun, Pak Tata membilas piring6. Meletakkan piring bersih di bagian pengeringan yang terletak di sebelah kiri bak pembilasan.7. Mengeringkan piring-piring yang basah dengan lap8. Membawa tumpukan piring bersih ke ke luar dapur

Keterangan : pekerjaan tahap ke-3 hingga tahap ke-5 dilakukan denga posisi berdiri di tempat yang sama, yakni di depan bak pencucian. Dari beberapa rincian kegiatan yang dilakukan oleh Pak Tata, kami mengambil tahap pekerjaan ke-6, yakni: meletakkan piring bersih di tempat pengeringan. Tahap ini kami ambil karena kami menilai bahwa pekerjaan itu adalah pekerjaan dengan frekuensi paling tinggi dan gerakan yang paling extrim yang dilakukan Pak Tata. Gerakan meletakkan piring di bagian pengeringan yang terletak disebelah kiri bak pencucian dikatakan ekstrim karena dengan posisi berdiri yang sama dengan semula, yakni didepan bak pencucian, Pak Tata yang memiliki jangkauan tangan sepanjang 69 cm harus menjangkau tempat pengeringan yang berjarak 130.4 cm. Untuk bisa melakukan itu, Pak Tata harus memutar tubuh bagian atas dan mengulurkan tangan melebihi posisi normal. Selain itu, gerakan ini tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali saja namun hingga 50 kali per menit. Dari fakta-fakta inilah kami menyimpulkan gerakan pada tahap itulah yang paling beresiko menimbulkan cedera bagi pekerja dan untuk memastikan hipotesa kami, kami melakukan analisa menggunakan RULA Employee Assessment Worksheet.

2.2.2 Foto Objek (dengan peraga)

Page 8: Ergonomic Asessment

2.3 Visual Display

2.3.1 Deskripsi Kondisi Saat ini

Yang menjadi objek penelitian kami tentang visual display adalah papan nomor pesanan. Papan ini diberikan untuk customer yang melakukan pemesanan makanan. Setelah memesan makanan yang diinginkan di kasir, kemudian pelanggan akan ditanya duduk dimana, kemudian baru diberikan papan pesanan dengan kode A untuk Atas dan B untuk Bawah. Papan ini sendiri berukuran panjang 7cm x lebar 4cm x tinggi 9cm. Berwarna merah dengan tulisan putih. Papan ini berisi informasi nomor pesanan dengan format X-YY (X adalah penanda tempat duduk di atas atau di bawah, A adalah atas dan B adalah bawah. sedangkan Y adalah angka nomor pesanan) dengan font ukuran dimensi lebar 1 cm, tinggi 2 cm, dan tebal tulisan 0,3 cm dengan warna putih. Selain itu ada pula tulisan KBL atau Kantin barat laut dan beberapa produk sponsor minuman. Setelah sampai di meja customer meletakkan tanda nomor ini di atas meja. Kemudian pengantar makanan dari dapur akan mengantarkan pesanan ke meja sesuai nomor yang tertera di papan.

2.3.2 Foto Objek

2.4 Aspek Mental

Kantin Barat Laut (KBL) ITB melayani dua metode penyajian makanan, yaitu metode prasmanan dan pesanan. Metode prasmanan mempersilahkan konsumen mengambil makanan yang telah

Page 9: Ergonomic Asessment

disediakan dalam meja-meja pemanas. Metode prasmanan mempersilahkan konsumen untuk memilih makanan yang mereka inginkan sesuai dengan apa yang telah tertera dalam daftar menu makanan yang dapat dipesan.

Dalam metode pesanan terdapat beberapa pekerja dengan tugas yang berbeda antara lain koki, pencatat makanan yang dipesan yang sekaligus berperan sebagai kasir, dan pengantar pesanan makanan ke meja konsumen. Pengantar pesanan makanan inilah yang menjadi objek pengukuran beban mental pada tugas ini. Pengantar pesanan makanan di KBL terdiri dari dua orang, yaitu Dadan Handani dan Dede. Dalam metode kerja pengantaran makanan ini, tidak terdapat pembagian shift kerja yang jelas. Pekerja secara acak mengantar makanan yang dipesan oleh konsumen. Jam bekerja pengantaran makanan sesuai dengan jam operasional KBL. Dari hasil wawancara dengan pekerja, rentang jam sibuk pengantaran makanan adalah antara jam 10.00 hingga jam 14.30. Masalah-masalah yang kadang terjadi saat aktivitas kerja ini adalah ketidakcocokan antara makanan yang diantar dengan makanan yang sebenarnya dipesan konsumen dan waktu yang dibutuhkan untuk makanan sampai di meja konsumen.

Page 10: Ergonomic Asessment

BAB III

PERANCANGAN

3.1 Antropometri

3.1.1 Analisis Kondisi Existing

Dengan bentuk dan ukuran kursi saat ini, sepertinya benar-benar menyebabkan tujuan EASNE tidak tercapai. Pekerja akan terkena dampaknya begitu juga dengan daya produksi maksimal yang seharusnya bisa dihasilkan oleh kasir di KBL tersebut.

Beberapa masalah dalam aspek Antropometri dari kursi kasir KBL ini dapat dilihat dari adanya ketidaksesuaian dimensi-dimensi kursi dan adanya dimensi – dimensi dalam kursi tersebut yang seharusnya ada karena cukup penting dari segi EASNE untuk pengguna namun karena kursi tersebut tidak sesuai maka dimensi tersebut tidak ada. Adapun dimensi-dimensi yang kurang tepat ukurannya dan dimensi-dimensi yang tidak ada dalam kursi tersebut ada dalam tabel di bawah ini :

dimensi

ada / tidak dalam kursi

awal (ukuran) keterangan

lebar pinggul

Ada (26.7 cm)Subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pinggul sisi kiri sampai bagian terluar pinggul sisi kanan.

tinggi popliteal

Ada (51 cm) Ukur jarak vertikal dari lantai sampai bagian bawah paha.

Lebar bahutidak

Ukur jarak horizontal antara kedua lengan atas. Subjek duduk tegak dengan lengan atas merapat ke badan dan lengan bawah direntangkan ke depan.

tinggi pantal

poliptealAda (26.7 cm)

Subjek duduk tegak. Ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

tinggi sandaran punggung

tidakSubjek duduk tegak, ukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk sampai pucuk belikat bawah.

Walaupun secara sekilas sudah dapat dilihat bahwa kursi tersebut tidaklah ergonomis, namun analisa harus dilakukan dengan data-data yang valid. Oleh karena itu, kami mencari berapa ukuran atau dimensi kursi yang seharusnya digunakan untuk mendesain kursi yang ergonomis. Hal itu dilakukan dengan berbagai tahap, antara lain :

1. Menentukan dimensi tubuh apa saja yang berkaitan dengan perancangan sebuah kursi

Page 11: Ergonomic Asessment

Dimensi-dimensi yang berkaitan antara lain : Lebar pinggul untuk menentukan lebar alas duduk Tinggi popliteal untuk menentukan tinggi kaki kursi Lebar bahu untuk menetukan lebar sandaran Tinggi pantat popliteal untuk menentukan panjang alas duduk Tinggi sandaran punggung untuk menentukan panjang sandaran

2. Penentuan jenis persentil yang digunakan

Setiap dimensi memiliki persentil-persentil tertentu, tergantung pada penggunaannya, ada yang 5, 50 dan 95. Persentil 5 memiliki makna jika suatu ukuran / dimensi diperbesar maka ketidaksesuaian terjadi bagi orang yang memilki dimensi yang kecil (disesuaikan dengan dimensi yang dibandingkan), ini berarti memperhatikan orang kecil. Persentil 50 memiliki arti bahwa suatu dimensi diperbesar maka orang kecil (dalam jenis dimensi yang sama)akan tidak sesuai dengan dimensi tersebut dan juga jika dimensi diperkecil maka ketidaksesuaian terjadi pada orang besar (memperhatikan orang besar dan kecil). Terakhir persentil 95 berarti jika suatu dimensi produk diperkecil akan menyebabkan ketidaksesuaian pada orang yang besar ( memperhatikan orang besar saja).

Dari penjelasan tentang persentil-persentil di atas, didapat data-data seperti di bawah ini :

dimensi Persentillebar pinggul 95%

tinggi popliteal 50%Lebar bahu 95%

tinggi pantal popliteal 50%tinggi sandaran

punggung95%

3. Menentukan ukuran yang seharusnya dengan menggunakan data-data yang ada dan persentil yang sudah ditentukan

Berikut adalah data – data dari lima dimensi yang dikaji, diantaranya ada dalam tabel di bawah ini :

No lb lp Tpo tpp tsp1 25,0 24,5 32,0 42 342 26,0 25,1 32,0 42,6 37,13 28,0 25,2 33,0 42,8 384 30,0 25,5 35,0 43,3 38

Page 12: Ergonomic Asessment

5 32,3 25,6 35,043,5 38,5

6 32,4 26,0 35,544 39,4

7 33,0 26,0 36,0 44,5 408 33,0 26,0 36,0 44,7 40,49 33,4 26,5 36,0 44,9 41

10 34,0 27,0 36,4 45 41,511 34,0 27,1 36,5 45,5 4212 34,0 27,5 36,5 45,5 4213 34,3 27,7 37,0 46 42,514 35,0 27,8 37,0 46,2 4315 35,0 28,0 37,5 46,3 43,316 35,0 28,0 38,0 46,7 4417 35,0 28,0 38,2 47 44,518 35,0 28,0 38,3 47,2 44,719 35,5 28,7 38,5 47,5 4520 36,0 28,8 38,5 47,5 4521 36,0 29,0 38,9 48 45,522 36,0 29,0 39,0 48 45,523 36,0 29,0 39,0 48,0 45,524 36,0 29,0 39,0 48,4 4625 36,0 29,0 39,0 48,5 46,526 36,5 29,0 39,0 49 46,527 36,9 30,0 39,0 49 47,028 37,0 30,0 39,5 49 4729 37,0 30,0 40,0 49 4730 37,0 30,0 40,0 49,3 47,431 37,0 30,0 40,0 50,3 47,532 37,1 30,0 40,0 51 47,533 37,3 30,0 40,0 51,5 47,634 38,0 30,4 40,1 51,5 4835 38,0 31,0 40,1 51,8 48,036 38,0 31,0 40,3 53,5 48,237 38,0 31,5 40,6 56 6038 38,0 31,7 41,039 38,0 32,0 41,040 38,0 32,0 41,041 38,2 32,0 41,042 39,0 32,0 41,043 39,0 32,0 41,044 39,0 32,0 42,045 39,0 33,0 42,0

Page 13: Ergonomic Asessment

46 39,6 33,0 42,047 39,7 33,0 42,048 40,0 33,3 42,049 40,0 34,0 42,050 40,0 34,0 42,451 40,0 34,5 42,652 40,0 34,5 42,953 40,0 34,5 42,954 40,0 34,5 43,055 40,0 35,0 43,056 40,0 35,6 43,057 40,5 36,0 43,358 41,0 36,0 43,559 41,0 36,0 44,060 41,0 37,0 44,061 41,0 37,0 44,062 41,2 37,0 44,063 42,0 37,5 44,064 42,0 38,0 44,065 42,5 38,0 44,066 42,5 39,0 44,067 43,2 39,0 44,068 44,0 39,0 44,069 44,0 40,0 44,070 44,0 40,0 45,071 45,0 40,0 45,072 45,0 40,0 45,073 46,0 41,0 45,074 46,0 42,0 46,075 46,0 42,0 46,076 48,0 42,0 47,077 50,0 46,0 48,7

Keterangan : Lb = lebar bahuLp = lebar pinggulTpo = tinggi poliptealTpp = tinggi pantat poliptealTsp = tinggi sandaran punggung

Dengan mengolah data melalui prosedur berikut ini, yaitu :

Page 14: Ergonomic Asessment

Pengolahan Data Antropometri Panduan untuk pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Uji seragam

Urutkan data, asumsikan data berdistribusi normal (jelaskan pada praktikan bahwa seharusnya data harus diuji normal terlebih dahulu), maka prosedur yang digunakan adalah:

a. Hitung nilai rata2 b. Hitung nilai standar deviasi c. Hitung nilai batas control d. Plot data pada peta control e. Jika ada data yang outlier, maka data tersebut dibuang kemudian dilakukan pengujian data seragam kembali sampai semua data in control. f. Data yang digunakan adalah data individu sehingga n = jumlah data

2. Uji cukup

Gunakan tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% Jika data yang diperoleh ternyata tidak cukup, asumsikan cukup.

3. Perhitungan Persentil bisa aja pake kurva normal

Hitung persentil untuk keseluruhan data antropometri. Masukkan hasil perhitungan persentil terhadap dua poin data antropometri (ditentukan asisten) ke dalam laporan.

Persentil i = batas bawah kelas + [panjang kelas x ((i x n)-fk-1)/fi]

Jumlah kelas = 1+3,3 log n Range kelas = datamax - datamin

Panjang kelas = range kelas/jumlah kelas Batas bawah kelas ke-i= datamin + (i-1)*panjang kelas Batas atas kelas ke-i= datamin + i*panjang kelas fk = frekuensi kumulatif data pada kelas ke-i fi = frekuensi data pada kelas ke-i n = jumlah data

Dari prosedur di atas, didapat bahwa seharusnya ukuran yang sesuai adalah sebagai berikut :

Dimensi lb lp tpo

tpp

tsp

Ukuran(cm)

46,15234

41,39766

40,72277

47,1

47,89571

Page 15: Ergonomic Asessment

Dari kelima ukuran yang diperoleh, benar dugaan kami bahwa ukuran kursi yang ada sekarang tidak layak untuk dipergunakan. Ukuran alas yang seharusnya adalah 46,15234 x 47,1 sedangkan yang ada sekarang adalah 26.7 x 26.7. Sangat jauh perbedaan yang ada diantara keduanya, oleh karena itu, luas kursi harus segera diubah. Selain itu, tinggi kursi lama lebih tinggi sekitar 9 cm dibanding ukuran yang seharusnya. Perbedaan ini juga cukup signifikan, oleh karena itu, ketinggian kursi juga perlu diperbaiki. Berikutnya adalah mengenai sandaran duduk, kami menilai bahwa guna sandaran sangat penting mengingat pekerjaan kasir yang cenderung statis selama 8 jam. Sandaran dibutuhkan untuk mengurangi rasa lelah pada punggung.

3.1.2 Perbaikan yang Dapat Dilakukan

Dilihat dari tabel hasil perhitungan di atas, di usulkan :

Luas alas kursi disesuaikan dengan lebar pinggul x tinggi pantat polipteal menjadi 41,39766 cm x 47,1 cm

Tinggi alas kursi dari tanah disesuaikan dengan ketinggian popliteal menjadi 40,72277 cm x 40,72277 cm

Dipasang / dibangunnya sandaran punggung dengan ketinggian 47,89571 cm dari alas kursi

Sandaran punggung memiliki lebar sekitar 46,15234 cm disesuaikan lebar bahu.

Berikut adalah gambaran hasil rancangan kursi yang baru :

VI Analisis perbandingan kondisi existing dengan usulan

Page 16: Ergonomic Asessment

Dengan adanya penyesuaian tiga ukuran dimensi agar sesuai dengan semua orang pada umunya dan kasir pada khususnya. Serta dua dimensi tambahan yang digunakan untukmenambah komponen pada kursi yaitu sandaran punggung yang gunanya juga cukup penting, yaitu menahan tubuh penggunanya.

Diharapkan proses perbaikan kursi tersebut dapat dipertimbangkan karena aspek antropometri ini sangatlah berpengaruh bagi kondisi pekerja atau pemakainya serta produktivitasnya dalam melakukan pekerjaan sehari-hari.

3.2 Biomekanika Kerja

3.2.1 Analisis Kondisi Existing

Analisis kondisi existing dilakukan dengan menggunakan bantuan tool RULA Employee Assessment Worksheet. Kami memilih menggunkan tool ini karena kami mengamati bahwa pekerjaan mencuci piring seperti yang dilakukan Pak Tata seluruhnya menggunakan tubuh bagian atas. Tubuh bagian bawah statis dan hanya berfungsi untuk menopang.

Pada metoda RULA, tubuh bagian atas dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu :

Page 17: Ergonomic Asessment

Lengan dan Pergelangan TanganAnalisis lengan dan pergelangan tangan dibagi lagi menjadi beberapa langkah,yakni :

Langkah 1 gerakan lengan bagian atasKami memberikan nilai poin +3 untuk gerakan lengan bagian atas karena Pak Tata mengangkat lengannya sebesar 450-900. Kami juga menambahkan poin tambahan sebesar +1 karena lengan bagian atas pekerja digerakan menjauhi perut.Langkah 2 gerakan lengan bagian bawah Pada tahap ini kami memberikan nilai +1 karena lengan kiri Pak Tata digerakkan ke arah kiri depan setiap kali meletakkan piring ke bagian pengeringan. Selain itu kami memberikan poin +1 tambahan karena lengan digerakkan menjauhi sisi tubuhLangkah 3 gerakan pergelangan tanganSaat meletakkan piring, Pak Tata mengangkat pergelangan tangannya sebesar 00-150, oleh karena itu kami memberikan skor +1 serta tambahan sebesar +1 karena pergelangan tangan ditekuk saat melakukan gerakan tersebut.Langkah 4 Perputaran pergelangan tanganUntuk langkah perputaran pergelangan tangan, kami memberikan nilai +1 karena perputaran yang dilakukan masih didalam mid-range.Langkah 5 Menjumlah skor tahap 1-4Dengan menggunakan tabel A, kami melakukan penentuan nilai posture berdasarkan keempat langkah diatas. Hasil yang diperoleh adalah 4.Langkah 6 Penggunaan ototKami memberikan nilai +1 karena Pak Tata melakukan gerakan meletakan piring bersih di ke tempat pengeringan berulang-ulang lebih dari 4 kali per menit.Langkah 7 besar beban yang dibawaBerat dari piring yang dibawa adalah sekitar 0.25 kg. Berat ini kurang dari 2 kg, oleh karena itu, kami memberikan poin +0.Langkah 8 menjumlah skor untuk bagian lengan dan pergelangan tanganSkor final dari bagian lengan dan pergelangan tangan adalah jumlah dari nilai-nilai pada langkah 5,6 dan 7. Skor finalnya adalah 5.

Leher, tubuh bagian atas dan kakiLangkah 9 posisi leherKetika mencuci, leher Pak Tata selalu menunduk sekitar 100-200. Hal ini wajar dilakukan saat mencuci piring karena objek pekerjaan berada bawah pandangan lurus mata normal. Oleh karena itu, kami memberi nilai +2. Serta skor tambahan sebesar +1 karena leher Pak Tata juga melakukan putaran karena mengikuti perpindahan dari piring. Langkah 10 gerakan tubuh bagian atasPada tahap ini, yang dilihat adalah seberapa besar gerakan membungkuk yang dilakukan pekerja saat melakukan pekerjaan. Untuk menjangkau tempat pengeringan yang relative

Page 18: Ergonomic Asessment

jauh dari posisi tubuhnya, Pak Tata harus membungkuk 00-200 untuk mencapainya. Selain membungkuk, Pak Tata juga harus memutar tubuhnya saat meletakkan piring di tempat pengeringan yang terletak di sebelah kiri tubuhnya dan berjarak horizontal sejauh 103 cm.Total nilai pada langkah ini adalah +3Langkah 11 posisi kakiKami memberikan skor +1 untuk posisi kaki karena kedua kaki Pak Tata bertugas untuk mendukung dan menyeimbangkan gerakan yang dilakukan tubuh bagian atasLangkah 12 Penentuan skor total dari tahap 9,10,11Penentuan skor dilakukan dengan melihat tabel B.Nilai yang diperoleh adalah Langkah 13 penggunaan ototSama seperti langkah 6Langkah 14 besar beban yang dibawaSama seperti langkah 7Langkah 15 Penentuan skor finalSebelum menentukan skor final, kami terlebih dahulu menjumlahkan skor untuk bagian leher, tubuh bagian atas dan kaki, yakni skor pada langkah 12, 13,14. Skor yang diperoleh adalah 6.Menggunakan tabel C, kami mendapatkan bahwa skor final dari metoda RULA untuk pekerjaan mencuci piring yang dilakukan Pak Tata adalah sebesar 6.

Nilai 6 menunjukan bahwa pekerjaan itu harus ditinjau lebih lanjut dan diubah secepatkan karena beresiko terhadap kesehatan pekerja.

3.2.2 Perbaikan yang Dapat Dilakukan

Melihat dari permasalahan yang ada, kami mengajukan beberapa saran perbaikan yang mungkin dilakukan untuk menghindari dampak yang lebih buruk pada masa yang akan datang.

Saran Perbaikan 1

Perbaikan pertama yang kami ajukan sangatlah sederhana, yakni dengan menggeser posisi berdiri dari Pak X. Jika mula-mula Pak X selalu berdiri di depan bak penyabunan yang mengakibatkan ia harus melakukan usaha lebih untuk meletakkan piring di tempat pengeringan, yakni mengulurkan tangan dan melakukan perputaran badan (twisting) demi menjangkau lokasi tersebut. Maka, perbaikan yang dilakukan adalah memindahkan posisi berdiri Pak X menjadi di depan bak pembilasan. Hal ini bertujuan agar bak penyabunan dan tempat pengeringan masih berada dalam jangkauan tangan normal Pak X.

Page 19: Ergonomic Asessment

Saran Perbaikan 2

Alternatif perbaikan lainnya adalah dengan cara memindahkan lokasi tempat pengeringan tidak lagi disebelah kiri bak pembilasan melainkan tepat di depan bak pembilasan. Hal ini bertujuan agar Pak X tidak melakukan perputaran posisi tubuh (twisting) berkali-kali selain itu, jangkauan tangan yang harus dicapai juga tidak begitu jauh.

Page 20: Ergonomic Asessment

Saran Perbaikan 3

Alternatif yang ketiga adalah menambah jumlah pekerja pencucian piring. Hal ini bertujuan untuk menurunkan frekuensi Pak Tata dalam melakukan gerakan-gerakan beresiko yang bisa mengakibatkan cedera pada tubuhnya.

Page 21: Ergonomic Asessment

3.3 Visual Display

3.3.1 Analisis Kondisi Existing

Analisis dari kondisi yang sekarang adalah Tulisan pada nomor pemesanan ini sulit dilihat oleh pegawai pembawa pesanan. Karena menurut mereka ukuran font tanda itu terlalu kecil, terutama pada jam-jam sibuk sekitar pukul 11.00-13.00 yang pengunjungnya sedang padat, dengan tinggi penanda yang 9cm, dianggap terlalu pendek. Sehingga penanda nomor pesanan tertutup oleh pengunjung, hal ini menyebabkan pembawa pesanan harus berputar-putar mencari nomor pesanannya. Hal ini menyebabkan pesanan lama sampai ke meja pengunjung atau bahkan pesanan diantarkan ke meja yang salah. Ini menyebabkan banyak terjadi complain dari pelanggan bahkan terkadang ada pelanggan yang bosan menunggu lama lalu pergi begitu saja meninggalkan makanan pesannannya. Tentu saja hal ini merugikan KBL maupun customer itu sendiri. Lalu kontras warna antara tulisan dan latar belakang yang kurang. Warna merah memang memungkinkan untuk terlihat dari jauh namun tulisan warna bening di atas warna merah akan sulit jika dibaca dari jauh.

3.3.2 Rancangan Perbaikan (deskripsi dan gambar rancangan)

Deskripsi perbaikan adalah dengan mengganti desain papan nomer pemesanan. Desain yang baru adalah dengan menggunakan tiang setinggi 20cm. Dibuat tinggi adalah supaya pembawa pesanan dapat melihat tanda nomor tersebut dari jauh dan tidak tertutupi oleh pengunjung jika sedang ramai. Lalu di atas tiang itu dijepitkan kertas yang dilaminating bertuliskan nomor pesanan. Kertas tersebut berukuran lebar 17cm dan tinggi 20cm.Selain itu tulisan pada papan tersebut diubah menjadi lebih besar dan tebal. Kami menyarankan warna hitam dengan dasar putih. Dengan dimensi tulisan tinggi 10cm, lebar 3cm, dan tebal 0,6 cm sehingga lebih mudah dilihat dari jauh dan tidak membuat pembawa pesanan bingung dengan lokasi pemesanan.

Gambar rancangan :

3.4 Aspek Mental

3.4.1 Analisis kondisi existing

Pengukuran beban mental pada aktivitas pengantaran makanan di KBL dilakukan dengan menggunakan kuesioner NASA TLX. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

1. Penjelasan indikator beban mental yang akan diukur kepada objek.2. Pembobotan.

Pada bagian ini, objek diminta untuk melingkari salah satu dari dua indikator yang dirasakan lebih dominan menimbulkan beban kerja mental terhadap pekerjaan tersebut. Kuesioner yang diberikan berbentuk perbandingan berpasangan yang terdiri dari 15 perbandingan berpasangan.

Page 22: Ergonomic Asessment

Dari kuesioner ini dihitung jumlah tally dari setiap indikator yang dirasakan paling berpengaruh. Jumlah tally ini kemudian akan menjadi bobot untuk tiap indikator beban mental.

3. Pemberian rating. Pada bagian ini, objek diminta untuk member rating terhadap keenam indikator beban mental. Rating yang diberikan adalah subjektif tergantung pada beban mental yang dirasakan oleh responden tersebut.

Untuk mendapatkan skor beban mental NASA TLX, bobot dan rating untuk setiap indikator dikalikan kemudian dijumlahkan dan dibagi 15 ( jumlah perbandingan berpasangan ).

Berikut ini adalah pengukuran beban mental yang telah dilakukan terhadap pekerja pengantar pesanan makanan di KBL.

Pekerja I ( Dadan Handani )

Hari/Tanggal : Selasa, 12 Mei 2009

Stasiun kerja : Pengantaran pesanan makanan

Pemberian Rating

SKALA RATING KETERANGANMENTAL DEMAND ( MD )

Rendah, Tinggi Seberapa besar aktivitas mental yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat, dan mencari. Apakah pekerjaan tersebut mudah atau sulit, sederhana atau kompleks, longgar atau ketat.

PHYSICAL DEMAND ( PD )

Rendah, Tinggi Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan ( mis. mendorong, menarik, mengontrol putaran,dll. )

TEMPORAL DEMAND ( TD )

Rendah, Tinggi Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang dirasakan selama elemen pekerjaan berlangsung. Apakah pekerjaan perlahan atau santai atau cepat dan melelahkan.

PERFORMANCE ( OP )

Tidak tepat, Sempurna

Seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya.

FRUSTATION LEVEL ( FR )

Rendah, Tinggi Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu, dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman, dan kepuasan diri yang dirasakan.

EFFORT ( EF ) Rendah, Tinggi Seberapa keras kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk meyelesaikan pekerjaan.

Pembobotan

PD / MD TD / PD TD / FR

TD / MD OP / PD TD / EF

OP / MD FR / PD OP / FR

FR / MD EF / PD OP / EF

Page 23: Ergonomic Asessment

EF / MD TD / OP EF / FR

Page 24: Ergonomic Asessment

Kategori Tally Jumlah

MD I 1PD III 3

TD III 3

OP I 1FR IIII 4

EF III 3 Rating

PERTANYAAN SKALAMenurut anda seberapa besar usaha mental yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini?

MD Low HighNilai yang diberikan : 100

Menurut anda seberapa besar usaha fisik yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini?

PD

Low HighNilai yang diberikan : 100

Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda rasakan berkaitan dengan waktu untuk melakukan pekerjaan ini?

TD

Low HighNilai yang diberikan : 100

Menurut anda seberapa besar tingkat keberhasilan anda dalam melakukan pekerjaan ini?

OP

Low HighNilai yang diberikan : 60

Menurut anda seberapa besar kecemasan, perasaan tertekan, dan stress yang anda rasakan dalam melakukan pekerjaan ini?

FR

Low HighNilai yang diberikan : 100

Menurut anda seberapa besar kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini?

EF

Low HighNilai yang diberikan : 100

Page 25: Ergonomic Asessment

Skor rata-rata = ∑ (bobot ×rating)15

= 146015

= 97.33

Pekerja II ( Dede )

Hari/Tanggal : Selasa, 12 Mei 2009

Stasiun kerja : Pengantaran pesanan makanan

Pemberian Rating

SKALA RATING KETERANGANMENTAL DEMAND ( MD )

Rendah, Tinggi Seberapa besar aktivitas mental yang dibutuhkan untuk melihat, mengingat, dan mencari. Apakah pekerjaan tersebut mudah atau sulit, sederhana atau kompleks, longgar atau ketat.

PHYSICAL DEMAND ( PD )

Rendah, Tinggi Jumlah aktivitas fisik yang dibutuhkan ( mis. mendorong, menarik, mengontrol putaran,dll. )

TEMPORAL DEMAND ( TD )

Rendah, Tinggi Jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang dirasakan selama elemen pekerjaan berlangsung. Apakah pekerjaan perlahan atau santai atau cepat dan melelahkan.

PERFORMANCE ( OP )

Tidak tepat, Sempurna

Seberapa besar keberhasilan seseorang di dalam pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya.

FRUSTATION LEVEL ( FR )

Rendah, Tinggi Seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu, dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman, dan kepuasan diri yang dirasakan.

EFFORT ( EF ) Rendah, Tinggi Seberapa keras kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk meyelesaikan pekerjaan.

Pembobotan

Page 26: Ergonomic Asessment

PD / MD TD / PD TD / FR

TD / MD OP / PD TD / EF

OP / MD FR / PD OP / FR

FR / MD EF / PD OP / EF

EF / MD TD / OP EF / FR

Kategori Tally Jumlah

MD III 3PD III 3

TD III 3

OP II 2FR - 0

EF IIII 4

Rating

PERTANYAAN SKALAMenurut anda seberapa besar usaha mental yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini?

MD Low HighNilai yang diberikan : 50

Menurut anda seberapa besar usaha fisik yang dibutuhkan untuk pekerjaan ini?

PD

Low HighNilai yang diberikan : 75

Menurut anda seberapa besar tekanan yang anda rasakan berkaitan dengan waktuuntuk melakukan pekerjaan ini?

TD

Low HighNilai yang diberikan : 80

Menurut anda seberapa besar tingkat keberhasilan anda dalam melakukan pekerjaan ini?

OP

Low HighNilai yang diberikan : 75

Menurut anda seberapa besar kecemasan, perasaan tertekan, dan stress yang anda rasakan dalam melakukan pekerjaan ini?

FR

Low HighNilai yang diberikan : 60

Menurut anda seberapa besar kerja mental dan fisik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini?

EF

Low HighNilai yang diberikan : 75

Yudi Adrian (13407010) 26Arbella Delianti (13407055)Merlin Chrisantya P. (13407099)Agung Ary P.S (13407145)

Page 27: Ergonomic Asessment

Skor rata-rata = ∑ (bobot ×rating)15

= 106515

= 71

Dari pengukuran beban mental untuk kedua pekerja tersebut, diperoleh skor rata-rata untuk pekerja I yaitu Sdr. Dadan Handani sebesar 97.33 dan untuk pekerja II yaitu Sdr. Dede sebesar 71.

Dari angka di atas, dapat diperoleh informasi bahwa pekerja I yaitu Sdr. Dadan Handani menerima beban mental yang lebih berat. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa hal yaitu :

Tidak adanya pembagian proporsi pekerjaan yang pasti sehingga memungkinkan pekerja I bekerja lebih berat daripada pekerja II.

Berkaitan dengan hal diatas, karena pekerjaan yang lebih berat, pekerja I mengalami lebih banyak tekanan dalam melakukan aktivitas kerjanya. Hal ini disebabkan adanya tekanan dari konsumen. Sebagai contoh adalah saat pekerja mengantar pesanan makanan yang ternyata tidak sesuai dengan makanan yang sebenarnya dipesan oleh konsumen, konsumen akan melayangkan komplain kepada pekerja yang akan menyebabkan adanya tekanan kepada pekerja tersebut. Selain itu juga adanya kendala dalam pengantaran makanan karena papan nomor makanan yang kurang jelas atau tidak terlihat sehingga pekerja harus bolak-balik mencari konsumen yang memesan.

Yudi Adrian (13407010) 27Arbella Delianti (13407055)Merlin Chrisantya P. (13407099)Agung Ary P.S (13407145)

Page 28: Ergonomic Asessment

BAB V

KESIMPULAN

Visual DisplaySetelah menganalisis di lokasi KBL kami menganggap bahwa objek papan pesanan adalah suatu masalah. Hal ini diindikasikan banyak terjadi keluhan diakibatkan oleh lamanya pengantaran pesanan dikarenakan papan pesanan yang tidak terlihat. Setelah dianalisis hal ini terjadi karena ukuran papan pesanan itu sendiri yang kurang memadai untuk dilihat dari jauh baik ukuran maupun kontras warnanya. Kemudian kami memberikan saran perbaikan yaitu mengubah desain dari papan itu sendiri caranya dengan memperbesar ukuran papan itu sendiri dan jenis tulisannya sehingga dari jauh mudah terlihat, serta mengubah kontras warna menjadi hitam-putih sehingga lebih kontras dan mudah terbaca dari jauh. Hal ini dilakukan supaya dari sisi visual display menjadi lebih ergonomis.

Yudi Adrian (13407010) 28Arbella Delianti (13407055)Merlin Chrisantya P. (13407099)Agung Ary P.S (13407145)

Page 29: Ergonomic Asessment

Daftar Pustaka

Yudi Adrian (13407010) 29Arbella Delianti (13407055)Merlin Chrisantya P. (13407099)Agung Ary P.S (13407145)