epidemiologi px diagnostik penataaksanaan ade
DESCRIPTION
Epidemiologi Px Diagnostik PenataaksanaanTRANSCRIPT
Epidemiologi
Tahun 2013, kurang lebih 478.000 pasien diindonesia didiagnosa penyakit jantung koroner.
Saat ini, prevalensi STEMI meningkat dari 25% ke 40% dari presentasi infark myokard
Infark myokard akut merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering dinegara maju.
Laju mortalitas awal (30hari) pada IMA adaah 30% dengan lebih dari separuh kematian
terjadi sebelum pasien sampai di Rumah Sakit. Angka kejadian NSTEMI lebih sering
dibandingkan dengan STEMI. (Bassand,2007)
Pemeriksaan Diagnostik
1. Eektrokardiografi ; perubahan EKG yang terjadi pada fase awal adanya gelombang T tinggi
dan simetris. Seteah ini terdapat elevasi segmen ST. Perubahan yang terjadi kemudian
adanya gelombang Q/QS yang menandakan adanya nekrosis.
2. Biomarker kerusakan jantung
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah Creatini Kinase (ck) MB dan Cardiac Spesific Troponin
(cTn)T atau cTnI dan diakukan secara serial. Peningkatan nilai enzim diatas 2x nilai normal
menunjukkan ada nekrosis jantung.
CKMB ; meningkat setelah 3 jam bila ada infark miokard dan mencapai puncak
dalam 10-24jam dan kembali normal dalam 2-4hari
cTn ; ada 2 jenis cTn yaitu cTnT dan cTnI. Enzim ini meningkat setelah 2jam bila ada
infark miokard dan mencapai puncak dalam 10-24jam dan cTnT masih dapat
dideteksi setelah 5-14hari, sedangkan cTnI seteah 5-10hari.
Brunner dan Suddarth.2000. keperawatan Medikal Bedah. Jakarta ; EGC
Penatalaksanaan
Reperfusi dengan trombolisis atau PCI primer diindikasikan dalam waktu kurang dari
12jam sejak onset nyeri dada.
a. Trombolisis dipilih jika pasien segera dirawat dalam 3jam pertama setelah onset .
streptokinase merupakan terapi pertama untuk mengembalikan aliran darah
kearteri koroner yang mengalami trombolisis. Trombolisis tidak diberikan jika ;
Pendarahan aktif
Resiko tinggi pendarahan
Gangguan koaguasi
Hipertensi berat
Kehamilan
Kompikasi obat trombolisis antara lain reaksi alergi yang bersifat minor sampai
mayor anafiaksis. Hemoragik yang memerlukan transfusi jarang terjadi, tetapi
pendarahan pada lokasi suntikan merupakan komplikasi yang sering dijumpai.
b. PCI primer ; memasukkan kateter (melalui arteri femoral) kedalam arteri koroner.
Visualisasi dilakukan dengan sinar x dengan bantuan injeksi medium kontras radio-
opaque melalui kateter. Ketika pembuluh darah koroner sudah dapat dilihat,
identifikasi definitif arteri yang trombosis dapat dilakukan dan arteri dapat dibuka
menggunakan balon pada ujung kateter sehingga terjadi reperfusi miokard yang
mengalami infark. PCI primer merupakan pilihan yang lebih baik untuk pasien MI
akut yang dapat dilakukan dalam waktu 90menit sejak kontak medik pertama. Jika
lebih 90menit, PCI primer masih merupakan terapi pilihan apabila trombolisis
dikontrindikasikan
Firdaus.2011. Pharmacoinvasive strategy in acute STEMI Jurna kardiologi
indonesia. 2011;32;266-71 ISSN 0126/3733