bab ii px salmonella fix

23
BAB II DASAR TEORI 2.1. Salmonella sp. Salah satu hal penting dalam persyaratan kualitas produk asal hewan adalah bebas patogen mikrobiologi termasuk Salmonella sp. Salmonelosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri Salmonella sp. Penyakit ini dapat menyerang unggas, hewan mammalia, dan manusia sehingga memiliki arti penting bagi manusia karena penyakit ini dapat terjadi akibat mengonsumsi makanan/air yang tercemar Salmonella sp. (DOYLE dan CLIVER, 1990). 2.1.1. Karakteristik Salmonella sp. Salmonella sp. adalah kuman bentuk batang dan bergerak, gram negative, fakultatif anaerob. Salmonella sp. telah dikenal sebagai penyebab penyakit lebih dari 100 tahun. Salmonella sp. ditemukan oleh seorang ilmuan Amerika, Daniel E Salmon. Terdapat lebih dari 2300 serotipe Salmonella sp. ( Salmi, 2006 ). Salmonella sp. adalah bakteri yang tidak berspora dan panjangnya bervariasi. Kebanyakan spesies bergerak, dengan flagel peritrih, kecuali Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarum ( Salmi, 2006 ). Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu antara 5 0 C – 60 0 C, dengan suhu optimum 35 0 C – 37 0 C. disamping itu Salmonella sp. Dapat tumbuh pada pH 4,1 – 9,0 dengan pH optimum 6,5 – 7,5 ( Salmi, 2006 ). 2.1.2. Klasifikasi Salmonella sp.

Upload: putu-mahendra

Post on 26-Oct-2015

100 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Px Salmonella Fix

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Salmonella sp.

Salah satu hal penting dalam persyaratan kualitas produk asal hewan adalah bebas

patogen mikrobiologi termasuk Salmonella sp. Salmonelosis adalah penyakit yang

disebabkan bakteri Salmonella sp. Penyakit ini dapat menyerang unggas, hewan mammalia,

dan manusia sehingga memiliki arti penting bagi manusia karena penyakit ini dapat terjadi

akibat mengonsumsi makanan/air yang tercemar Salmonella sp. (DOYLE dan CLIVER,

1990).

2.1.1. Karakteristik Salmonella sp.

Salmonella sp. adalah kuman bentuk batang dan bergerak, gram negative, fakultatif

anaerob. Salmonella sp. telah dikenal sebagai penyebab penyakit lebih dari 100 tahun.

Salmonella sp. ditemukan oleh seorang ilmuan Amerika, Daniel E Salmon. Terdapat lebih

dari 2300 serotipe Salmonella sp. ( Salmi, 2006 ).

Salmonella sp. adalah bakteri yang tidak berspora dan panjangnya bervariasi.

Kebanyakan spesies bergerak, dengan flagel peritrih, kecuali Salmonella pullorum dan

Salmonella gallinarum ( Salmi, 2006 ).

Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu antara 5 0C – 60 0C, dengan suhu optimum 350C –

37 0C. disamping itu Salmonella sp. Dapat tumbuh pada pH 4,1 – 9,0 dengan pH optimum 6,5

– 7,5 ( Salmi, 2006 ).

2.1.2. Klasifikasi Salmonella sp.

Berikut ini merupakan taksonomi dari bakteri Salmonella sp. ( Bonang, 1995 ) :

Phylum : Bacteria ( Eubacteria )

Class : Ptoteobacteria

Ordo : Eubacterials

Family : Enterobacterae

Genus : Salmonella

Spesies : Salmonella sp. terdiri dari 3 spesies utama yaitu :

Salmonella typhi terdiri dari 1 serotype.

Salmonella cholerasuis terdiri dari 1 serotype.

Salmonella enteritidis mempunyai lebih dari 3200 serotype

2.1.3. Struktur Antigen Salmonella sp.

Page 2: BAB II Px Salmonella Fix

Salmonella sp. memiliki antigen sebagai berikut ( Salmi, 2006 ) :

1. Antigen somatic atau antigen O

Antigen somatic atau antigen O adalah bagian dari diding sel bakteri yang tahan

terhadap pemanasan 100 :C, alcohol, dan asam. Struktur antigen somatic mengandung

lipopolisakarida. Beberapa diantaranya mengandung jenis gula yang spesifik. Antibody

yang terbentuk terhadap antigen O adalah IgM.

2. Antigen flagel atau antigen H

Antigen ini mengandung beberapa unsure imunologik. Pada Salmonella, antigen

ditemukan dalam 2 fase, yaitu fase 1 spesifik dan fase 2 tidak spesifik. Antigen H dapat

dirusak oleh asam, alcohol dan pemanasan di atas 60 :C. Antibody terhadap antigen H

adalah IgG.

3. Antigen Vi atau antigen kapsul

Antigen Vi atau antigen kapsul merupakan polimer polisakarida bersifat asam yang

terdapat di bagian paling luar bakteri. Antigen Vi dapat dirusak oleh asam, fenol, dan

pemanasan 60 :C selama satu jam.

Dua tipe S.enteritidis dan S.typhimurium merupakan penyebab kira-kira setengah dari

seluruh infeksi pada manusia. Semua Salmonella sp. menimbulkan penyakit yang pada

umumnya disebut Salmonellosis dibagi 4 golongan, yaitu ( Salmi, 2006 ) :

1. Golongan Bakterimia

Biasanya ini dihubungkan dengan S.cholerasuis, tetapi dapat disebabkan oleh

setiap serotip Salmonella. Invasi dini dalam darah setelah infeksi melalui mulut dengan

kemungkinan lesi fokal di paru-paru, tulang, selaput otak, dan sebagainya. Tetapi sering

tidak ada manifestasi usus, biakan darah tetap positif.

2. Golongan Gastroenteritis (food poisoning)

Misalnya oleh : S.enteritidis dan S.typhimurium, S.newport, S.dublin. Merupakan

gejala yang paling sering dari infeksi Salmonella sp., gejala ini terutama ditimbulkan

oleh S.enteritidis dan S.typhimurium. Biasanya terjadi demam, kejang perut dan diare

yang terjadi antara 12-72 jam setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi.

Penyakit tersebut dapat berlangsung selama 4-7 hari, dan kebanyakan sembuh

tanpa pengobatan/pemberian antibiotik, akan tetapi diare mungkin bertambah parah dan

mengharuskan penderita berobat ke rumah sakit terutama untuk penggantian cairan

elektrolit.

Penyakit ini berakibat fatal jika orang tua dan bayi yang kekebalannya rendah

mengkonsumsi kuman tersebut. Pada penderita ini, infeksi bisa menyebar dari usus ke

Page 3: BAB II Px Salmonella Fix

pembuluh dara dan kemudian ke seluruh jaringan tubuh dan dapat menyebabkan

kematian, kecuali jika penderita cepat memperoleh pengobatan antibiotik.

Pada awalnya kotrimoksazol merupakan obat pilihan untuk infeksi Salmonella sp.,

kemudian ampisilin, akan tetapi lama-kelamaan Salmonella sp. resisten terhadap obat-

obat tersebut. Trimetropin-sulfametoksazol merupakan obat pengganti kedua obat di atas.

3. Golongan Enteric Fever (Typhoid Fever/Typhus Abdominalis)

Gejala ini terutama ditimbulkan oleh S.typhi, S.paratyphi A dan S.schottmulleri.

Salmonella sp. yang termakan mencapai usus dan masuk ke kelenjar getah bening lalu

dibawa ke aliran darah. Kemudian kuman dibawa oleh darah menuju organ, termasuk

usu, dimana organisme ini berkembang biak dalam jaringan limfoid dan diekskresikan

dalam tinja.

Setelah masa inkubasi 10-14 hari, timbul demam, lemah, sakit kepala, konstipasi,

bradikardia dan mialgia. Demam sangat tinggi dan limfa serta hati menjadi besar. Pada

beberapa kasus terlihat binti-bintik merah (rose spots) yang berlangsung sebentar.

Jumlah sel darah putih normal atau rendah. Pada masa sebelum adanya antibiotika,

komplikasi utama enteric fever adalah perdarahan usus. Angka kematian adalah 10-15

%. Pengobatan dengan khloramfenicol atau ampisilin telah mengurangi angka kematian

kurang dari 1%.

4. Golongan Carrierstat

Merupakan golongan yang menyebabkan manusianya menjadi carrier, setelah

infeksi nyata atau sub klinik, beberapa orang dalam jaringannya terus terdapat organisme

ini selama waktu yang tidak terbatas, tiga persen dari penderita thypoid yang tetap hidup

menjadi pembawa kuman yang tetap, menyimpan kuman dalam kandung empedu,

salauran empedu, atau kadang-kadang dalam usu atau saluran air kemih.

2.2.4. Morfologi Koloni Salmonella Spp Pada Berbagai Media

Berikut ini adalah ciri – ciri pertumbuhan koloni bakteri Salmonella Spp pada

berbagai media pertumbuhan, yaitu (Castellani & Chalmers 1919) :

1) Pada Blood Agar Koloni : besar, bentuk bulat, permukaan agak cembung, licin,jernih.

2) Pada Mac Conkey : koloni tidak berwarna, tidak meragi laktosa.

3) Pada Agar Wilson Blair koloni : kuman berwarna hitam berkilat logam akibat

pembentukan H2S

Morfologi mikroskopiknya, meliputi (Castellani & Chalmers 1919):

1) gram negative

2) batang pendek

Page 4: BAB II Px Salmonella Fix

3) susunan tidak teratur

2.2.5. Prinsip Pemeriksaan Salmonella sp.

Penggunaan SIM, menunjukkan bahwa berkurangnya jumlah media akan

meningkatkan inkubasi untuk deteksi motilitas. SIM Medium dirancang untuk mendeteksi

tiga karakteristik biokimia dari bakteri melalui mekanisme berikut :

1. Motilitas: Ketika organisme yang menusuk ke agar semipadat dengan kawat lurus,

bakteri akan bermigrasi dengan menggunakan flagela jauh dari garis tusukan. Hal ini

menghasilkan kekeruhan seluruh media. Organisme Nonmotile tumbuh di sepanjang

garis menusuk meninggalkan media sekitarnya. Triphenyltetrazolium klorida (TTC)

adalah senyawa larut tergabung dalam medium. Ketika diambil oleh sel-sel bakteri,

substansi berkurang melepaskan formazan asam, merah sangat berpigmen, senyawa

larut. SIM Dengan TTC menunjukkan motilitas dengan menggunakan warna pink

menyebar di seluruh media. Organisme Nonmotile menghasilkan garis lurus merah

muda tanpa difusi sepanjang garis menusuk.

2. Hidrogen Sulfida (H2S): Sulfur dimasukkan ke dalam media dalam bentuk natrium

tiosulfat, dengan ferric indikator amonium sitrat. Jika H2S diproduksi, ia bereaksi

dengan natrium tiosulfat, untuk menghasilkan sulfida besi yang diendapkan di media,

menghasilkan warna kehitaman.

3. Indole: Tryptophan yang tergabung dalam medium dalam bentuk peptones. Jika

organisme menghasilkan tryptophanase, triptofan akan dipecah. Senyawa ini bereaksi

dengan aldehida dalam pereaksi Kovacs untuk membentuk merah atau keunguan-

warna merah. Sebuah reaksi negatif akan menunjukkan tidak ada perubahan warna

pink setelah penambahan reagen.

2.3. Media Biakan

Media merupakan suatu bahan yang terdiri dari campuran zat hara (nutrient) yang

berguna untuk membiakkan dan pertumbuhan mikroba. Fungsi media antara lain, untuk

isolasi, untuk memperbanyak, untuk pengujian sifat-sifat fisiologi, untuk perhitungan jumlah

mikroba. Agar mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak di dalam media,

diperlukan persyaratan tertentu bagi media, yaitu (Anonim, 2009):

1. Harus mengandung semua unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

perkembangan mikroorganisme.

2. Mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan ph yang sesuai dengan

kebutuhan mikroorganisme.

Page 5: BAB II Px Salmonella Fix

3. Dalam keadaan steril, artinya sebelum diinokulasi mikroorganisme yang dimaksud,

tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme yang tidak diinginkan.

2.3.1. Macam media menurut fungsinya

a. Media selektif

Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga

media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan

mikroba yang diinginkan.

b. Media diperkaya (enrichment)

Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk

pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah,serum, kuning

telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu.

c. Media diferensial

Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari bakteri lainnya yang sama-

sama tumbuh dalam media perbenihan berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada

media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih

Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di

sekeliling koloni, media Mac conkey agar merupakan media diferensial dan selektif karena

tidak dapat menumbuhkan bakteri gram positif

d. Media transport

Media yang digunakan sebagai transport spesimen untuk suatu pemriksaan

e. Media uji biokimia

Media untuk melihat karakteristik bakteri melalui reaksi biokimia

Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah

satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA).Media lain yang dapat digunakan

adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate

(XLD) agar. HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif

karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram

positif dan beberapa gram negatif, sehinggadiharapkan bakteri yang tumbuh hanya

Salmonella. Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan

bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat

pada media, yaitu laktosa,glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling

tinggi.Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan

hanya sedikit karenahanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan

Page 6: BAB II Px Salmonella Fix

koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi

dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.

Media Penyubur

a. Selenit Cystine Broth

Media ini digunakan untuk mengadakan isolasi spesies Salmonella dari spesimen-

spesimen seperti urin dan feses. Sodium selenit merupakan inhibator terhadap

Eschericia coli dan beberapa spesies dari Shigella. Media ini mengandung pepton dari

daging, laktosa, sodium selenitte, dipotassium hydrogen phospatase, potassium

dihidrogen phospatase, selenite menghambat pertumbuhan bakteri coliform enteric

dan enterocccus,sebagian besar pada saat 6-12 jam pertama dari inkubasi. Salmonella,

proteus, pseudomonas tidak dihambat. Adanya pertumbuhan pada media dapat dilihat

warna media yang menjadi keruh.

b. Gram Negative Broth ( GN Broth)

Media selektif gram negatif digunakan untuk pembiakan bakteri patogen saluran

pencernaan ( Salmonella spp dan Shigella spp) dari spesimen faeces dan rectal swab.

Larutan berisi beberapa bahan aktif termasuk natrium sitrat dan natrium deoksikolat

yang menghambat pertumbuhan organisme gram positif dan mempercepat

pertumbuhan bakteri gram negatif. Untuk mengoptimalkan selektfitas media, GN

broth setelah diinkubasi 6-8 jam setelah penanaman pertama harus diisolasi ulang dan

diinkubasikan kembali, apabila melewati waktu tersebut bakteri nonenterik patogen

akan tumbuh melampaui.

Media diferential

a. Media Mac Conkey ( MCA )

Media Mac Conkey adalah untuk menumbuhkan bermacam-macam kuman khususnya

untuk kuman gram negatif basil seperti Salmonella, Shigella, Hidrocolera, E.Coli.

1) Kandungan media

Pepton sebagai sumber nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri

Laktosa sebagai sumber energi dan bahan karbohidrat

Bile salt dan kristal violet sebagai penghambat tumbuhnya bakteri gram

positif (+)

NaCl sebagai pengatur keseimbangan tekanan osmosis pada media

Neutral red sebagai indikator untuk mengetahui terbentuk tidaknya asam

karena pemecahan karbohidrat

Page 7: BAB II Px Salmonella Fix

agar sebagai bahan pemadat media dan tempat tumbuhnya mikroba atau

bakteri

2) Komposisi :

a) Pepton 17 g

b) polipepton 3 g

c) Laktosa 10 g

d) Garam empedu 1,5 g

e) Natrium klorida 5 g, agar 13,5 g

f) Neutral red 0,03 g

g) Kristal violet 0,001 g

h) Aquadest s.d. 1 liter

i) pH 7,1

Media Selektif

a. Salmonella Shigella Agar (SSA)

Salmomella Shigella Agar adalah media selektif untuk mengisolasi kuman Salmonella

sp dan Shigella sp dari sampel feses,urin, dan makanan. Untuk khusus isolasi kuman

Shigella Media ini tidak disarankan karena beberapa strain Shigella akan terhambat.

1.) Media ini tersusun dari beberapa macam bahan yaitu :

Campuran Ekstrak daging dan pepton menyediakan kebutuhan nitrogen

Vitamin, mineral, dan asam amino diperlukan untuk pertumbuhan

Campuran bile salt, sodium sitrat, dan brilliant green menghambat bakteri

gram positif, sebagian besar bakteri coliform dan pertumbuhan swarming

dari Proteus sp. sehingga kuman Salmonella sp dan Shigella sp dapat

tumbuh dengan baik.

Neutral red sebagai indikator

Ferric citrate mendeteksi adanya H2S yang dihasilkan bakteri seperti Proteus

dan beberapa strain dari Salmonella akan terbentuk koloni dengan titik hitam

ditengah.

2) Komposisi ( g/l )

(1) Laktosa : 10,00

(2) Campuran bile salt : 8,50

(3) Natrium sitrat : 8,50

(4) Natrium thiosulfat : 8,50

(5) Ekstrak daging : 5,00

Page 8: BAB II Px Salmonella Fix

(6) Campuran pepton : 5,00(7) Fe (III) citrate : 1,00

(8) Neutral red : 0,02

(9) Brilliant Green : 0,0003

(10) Agar-agar bakteri : 12,

Media untuk Uji Biokimia

Media gula-gula

Media gula-gula digunakan dalam tes biokimia khususnya untuk melihat fermentasi

oleh kuman.

Kompoisi media :

Air Peptone :

Bacteriogical peptone 6 gr

Kegunaan : sebagai sumber nutrisi dan energi bagi mikroorganisme.

NaCl 3 gr

Kegunaan : sebagai sumber mineral.

Aquades 600 ml

Kegunaan : sebagai bahan pelarut.

Gula-gula “Glukosa”,”Maltosa”,”Sukrosa” masing-masing 1 gr

Kegunaan : untuk melihat kemampuan bakteri menfermentasikan karbohidrat.

Sulfit Indol Motility

SIM adalah media semisolid yang digunakan untuk identifikasi anggota

Enterobacteriaceae dengan mendeteksi pembentukan indole , produksi sulfida, dan

motilitas.

2.4 Sifat Biokimia

Salmonella sp. bersifat aerob dan anaerob falkultatif, pertumbuhan Salmonella sp.

pada suhu 37oC dan pada pH 6-8. Salmonella sp. memiliki flagel jadi pada uji motilitas

hasilnya positif , pada media BAP (Blood Agar Plate) menyebabkan hemolisis. Pada media

MC (Mac Conkey) tidak memfermentasi laktosa atau disebut Non Laktosa Fermenter (NLF)

tapi Salmonella sp. memfermentasi glukosa , manitol dan maltosa disertai pembentukan asam

dan gas kecuali S. typhi yang tidak menghasikkan gas. Kemudian pada media indol negatif,

MR positif, Vp negatif dan sitrat kemungkinan positif. Tidak menghidrolisiskan urea dan

menghasilkan H2S (Julius,1990).

2.4.1. Uji Biokimia

Page 9: BAB II Px Salmonella Fix

Terdapat beberapa uji biokimia yang biasanya digunakan untuk mengidentifikasi

adanya kuman Salmonella sp, yaitu (Fardiaz,1992) :

1. Fermentasi Karbohidrat

Kemampuan memfermentasikan berbagai karbohidrat dan produk fermentasi yang

dihasilkan merupakan ciri yang sangat berguna dalam identifikasi mikroorganisme.

Glukosa merupakan senyawa yang paling sering digunakan oleh mikroorganisme dalam

proses fermentasi itu. Selain itu terdapat pula media sukrosa dan laktosa. Fermentasi

merupakan proses oksidasi biologi dalam keadaan anaerob dimana yang bertindak

sebagai substrat adalah karbohidrat. Dimana hasil dari fermentase ini berbeda-beda

bergantung pada jenis bakterinya misalnya saja asam laktat, asam cuka, CO2 dan asam

tertentu lainnya. Uji fermentasi karbohidrat, yang akan dilihat adalah pembentukan asam

yang akan terlihat dari perubahan warna medium menjadi kuning dan pembentukan gas

yang terlihat dari adanya gas dalam tabung durham.

2. Uji MRVP

Uji metil red digunakan untuk menentukan adanya fermentasi asam campuran.

Dimana beberapa bakteri dapat memfermentasikan glukosa dan menghasilkan berbagai

produk yang bersifat asam sehingga akan menurunkan pH media pertumbuhannya

menjadi 5,0 atau lebih rendah. Tes IMViC ini digunakan untuk membedakan beberapa

bakteri golongan Enterobacteriaceae, berdasarkan kemampuannya dalam memfermentasi

glukosa dan laktosa, penguraian triptosan yang menghasilkan indol serta adanya enzim

sitrat permease yang mampu menguraikan natrium sitrat dari medium khusus yang

digunakan. Pada percobaan ini, penambahan indikator metil red pada akhir pengamatan

dapat menunjukkan perubahan pH menjadi asam. Metil red akan menjadi merah pada

suasana asam (pada lingkungan dengan pH 4,4) dan akan berwarna kuning pada suasana

basa (pada suasana lebih dari atau sama dengan 6,2). Uji ini berguna dalam identifikasi

kelompok bakteri yang menempati saluran pencernaan, seperti pada golongan coliform

dan enterobacteriaceae.

3. Uji Voges-Proskauer

Uji Voges-Proskauer merupakan salah satu pengujian dari kelompok tes IMViC. Uji

ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang melakukan fermentase

dengan hasil akhir 2,3 butanadiol. Pada uji VP ini dilakukan penambahan 40% KOH dan

5% larutan alfa naftol pada saat pengamatan. Hal ini dapat menentukan adanya asetoin

(asetil metal karbinol), suatu senyawa pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol. Dengan

adanya penambahan KOH 40 %, keberadaan setoin ditunjukkan dengan perubahan warna

Page 10: BAB II Px Salmonella Fix

medium menjadi merah, dan perubahan ini makin jelas dengan penambahan alfa naftol

beberapa tetes. Uji VP ini sebenarnya merupakan uji tidak langsung untuk mengetahui

adanya 2,3 butanadiol. Karena uji ini lebih dulu menentukan asetoin, dan seperti yang kita

ketahui bahwa asetoin adalah senyawa pemula dalam sintesis 2,3 butanadiol, sehingga

dapat dipastikan bahwa dengan adanya asetoin dalam media berarti menunjukkan adanya

produk 2,3 butanadiol sebagai hasil fermentasi.

4. Uji Produksi Indol

Mikroorganisme menggunakan asam amino sebagai pemuka protein, komponen sel

dan kadang kala sebagai sumber energi. Asam amino ini dimodifikasikan dengan

berbagai cara sewaktu metabolisme. Dalam percobaan diperlihatkan berbagai cara

mikroorganisme memodifikasikan asam amino. Dimana modifikasi asam amino dapat

digunakan untuk pengidentifikasian untuk suatu jenis bakteri. Untuk uji ini, digunakan

medium cair yang kaya akan triptofan yaitu dalam bentuk tripton 1% sebagai sumber

karbon. Indol yang terbentuk akan berwarna merah dengan penambahan reagen Kovach

atau Erlich yang mengandung p-dimetilbenzaldehid. Dikatakan positif apabila senyawa

ini menghasilkan senyawa para amino benzaldehid yang tidak larut dalam air dan

membentuk warna merah pada permukaan medium.

5. Penggunaan sitrat

Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme menggunakan sitrat

sebagai satu satunya sumber karbon dan energi. Untuk uji ini dapat digunakan medium

sitrat -Koser , berupa medium cair , atau medium simon sitrat  berupa medium padat.

Simons Citrat Agar merupakan medium sintetik dengan Na sitrat sebagai satu satunya

sumber karbon, NH4+ sebagai sumber N dan bromthymol blue sebagai indikator pH,

sedangkan medium sitrat koser tidak mengandung indikator. Bila mikroorganisme mampu

menggunakan sitrat, maka asam akan dihilangkan dari medium biakan, sehingga

menyebabkan peningkatan pH dan mengubah warna medium dari hijau menjadi biru.

Perubahan warna dari hijau menjadi biru menunjukkan bahwa , mikroorganisme mampu

menggunakan sitrat sebagai satu satunya sumber karbon, sedangkan pada medium sitrat

koser kemampuan menggunakan sitrat ditunjukkan oleh kekeruhan yang menandakan

adanya pertumbuhan.

6. Uji H2S

Pengujian ini menggunakan medium TSIA (Triple Sugar Iron Agar), uji ini

digunakan untuk membedakan antara anggota kelompok Enterobacteriaceae dan

membedakan kelompok Enterobacteriaceae dengan kelompok lainnya. H2S diproduksi

Page 11: BAB II Px Salmonella Fix

oleh beberapa jenis mikroorganisme melalui pemecahan asam amino yang mengandung

unsur belerang (S) seperti lisin dan metionin. H2S dapat juga diproduksi melalui reduksi

senyawa - senyawa belerang anorganik, misalnya : tiosulfat, sulfit atau sulfat. Adanya

H2S dapat diamati dengan menambahkan garam-garam logam berat ke dalam medium.

Dikatakan positif apabila H2S bereaksi dengan senyawa-senyawa ini ditandai dengan

terbentuknya logam sulfit yang berwarna hitam. Dan dikatakan negatif apabila tidak

terbentuk logam sulfit yang berwarna hitam karena bakteri yang berada dalam medium

tersebut tidak dapat menghidrolisis logam-logam berat yang terkandung dalam medium .

Slant merah (alkali) sedangkan butt kuning (asam) dengan atau tanpa produksi gas

H2S hanya terjadi fermentasi glukosa, sedangkan fermentasi laktosa dan sukrosa tidak

terjadi. Sel lebih memilih untuk mendegradasi glukosa terlebih dahulu karena glukosa

adalah monosakarida yang dapat langsung massuk ke dalam jalur metabolisme

(glikolisis). Media mengandung glukosa yang sangat sedikit (lebih sedikit dibanding

laktosa dan sukrosa) sehingga jumlah asam pada permukaan (slant) hilang secara cepat

menjadi basa, karena pada mulanya bagian slant telah menjadi kuning tapi dalam waktu

lebih dari 24 jam sel akan kehabisan glukosa dan memilih untuk memanfaatkan protein

sehingga media menjadi merah. .

Slant dan butt kuning (asam) dengan atau tidak adanya gas  telah terjadi fermentasi

glukosa, laktosa dan atau sukrosa karena laktosa dan sukrosa memiliki konsentrasi yang

lebih tinggi sehingga dapat dimanfaatkan untuk substrat fermentasi lanjutan (jika glukosa

habis) menghasilkan asam yang ditandai warna kuning setelah 24 jam.

Butt berwarna kehitaman adanya H2S yang bereaksi dengan senyawa besi FeSO4 pada

media menghasilkan FeS yang berwarna kehitam-hitaman. H2S ini merupakan hasil dari

metabolisme protein. Media pecah atau terangkat, timbul gas sebagai hasil samping

fermentasi.

7. SIM

SIM ( Sulfit Indol Motility ) digunakan untuk uji :

a) H2S

b) Indol

c) Motilitas bakteri

Hasil yang diperoleh pada uji ini adalah positif, hal ini terlihat adanya penyebaran

yang berwarna putih seperti akar disekitar inokulasi. Hal ini menunjukan adanya

pergerakan dari bakteri yang diinokulasikan, yang berarti bahwa bakteri ini memiliki

Page 12: BAB II Px Salmonella Fix

flagella. Dari uji juga terlihat ada warna hitam, yang berarti bakteri ini menghasilkan

Hidrogen Sulfit (H2S) .

2.5 Inokulasi

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan

bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat

tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar

semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril,hal ini agar

menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro, 1998).

Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptis ke dalam media steril baik pada

media padat maupun media cair. Inokula merupakan bahan yang mengandung mikroba atau

biakan mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat. (Dwijoseputro, 1998).

Biakan murni diperlukan untuk keperluan diagnostic, karakterisasi mikroorganisme,

industry farmasi atau kegiatan lain yang berkaitan dengan mikroorganisme. Nutrias dan

lingkungan yang menunjang pertumbuhan mikroorganisme serta suatu teknik kerja aseptis

yang dapat mencegah adanya kontaminan dalam biakan diperlukan unutk mendapatkan kultur

yang murni. (Dwijoseputro, 1998).

Identifikasi biakan mikroorganisme seringkali memerlukan pemindahan ke

biakan segar tanpa terjadi pencemaran. Pemindahan mikroorganisme ini dilakukan dengan

teknik aseptic untuk mempertahankan kemurnian biakan selama pemindahan berulangkali.

Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair atau padat. Kekeruhan dalam kaldu

menunjukkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme. Bila mikroorganisme menumpuk

pada dasar tabung maka akan membentuk sedimen, sedangkan pada permukaan kaldu

pertumbuhan terlihat sebagai partikel. (Dwijoseputro, 1998).

Teknis aseptis sangat diperlukan pada saat memindahkan biakan dari suatu tempat ke

tempat lainnya. Penggunaan teknik aseptis mencegah terjadinya kontaminasi dengan biakan

yang mungkin bersifat pathogen. Teknik kerja aseptis, teknik dekontaminasi, serta

penyelesaian pekerjaan secara cepat dan efisien perlu dipahami untuk menunjang pekerjaan

yang berkaitan dengan mikroorganisme. Semua pekerjaan pada praktikum ini dilakukan

dengan memperhatikan prosedur aseptic. (Dwijoseputro, 1998).

Prinsip utama menginokulasi mikroba pada media padat adalah menumbuhkan

mikroba tersebut dan mengamati karakteristik morfologinya. Inokulasi pada media padat

dapat dilakukan dengan teknik agar miring, teknik agar tegak dan teknik lempeng agar.

(Dwijoseputro, 1998).

Page 13: BAB II Px Salmonella Fix

Inokulasi mikroba dengan teknik lempeng agar dapat dilakukan dengan metode

(Winarni, 1997) :

a. Metode gores

Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi

memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang

sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan

media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara

garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh

menjadi koloni.

Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila

dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang

berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat

goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan .

Ada beberapa teknik dalam metode goresan, yakni :

a. Goresan T

b. Goresan kuadran

c. Goresan Radian

d. Goresan Sinambung

b. Metode tebar

Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petridish

dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan

dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan

kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa

pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah-pisah .

c. Metode tuang

Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan

pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya

ditemukan satu sel di dalam tabung .

d. Metode tusuk

Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum ose

yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media .

2.6 Bakteri Salmonella pada Sampel Feces

Page 14: BAB II Px Salmonella Fix

Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan

(foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ

pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang

yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam

setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah

demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica

adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. Enteritidis. S.typhi menyebabkan penyakit demam

tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis,

yang disebabkan oleh keracunan makanan / intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam,

mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia,

dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu

hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh

mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan

menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi. Patogenitas Salmonella bersifat invasif yakni

menyerang bagian epithelium dari ileum. Salmonella menghasilkan enterotoksin yang

menyebabkan diare berair. Bila selaput lendir menjadi rusak, diare yang terjadi disertai darah.

Ada 2000 serotipe Salmonella dan 6-10 di antaranya diketahui menimbulkan gastroenteritis.

Diare yang ditimbulkan biasanya disertai dengan gejala-gejala mual, demam dan nyeri perut.

Di samping menyebabkan diare berair, Salmonella juga menyebabkan mencret (exudative

diarrhoea) yang ditandai oleh hadirnya leukosit di dalam feses. Di beberapa negara telah

ditemukan strain Salmonella yang resisten terhadap ampisilin, khloramfenikol, dan

sulfametoxazol-trimet (Akhsan, 2011).

                Bakteri Salmonella masuk ke tubuh penderita melalui makanan atau minuman yang

tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan bila terinfeksi bakteriSalmonella adalah

peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Akibatnya penderita

akan mengalami diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan

baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan oleh

bakteri Salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi wanita bahkan yang

sedang hamilpun dapat mengalami keguguran (Akhsan, 2011).