epidemiologi
DESCRIPTION
abcdTRANSCRIPT
1.1 EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK) PJK tidak hanya menyerang laki-
laki saja, wanita juga berisiko terkena PJK meskipun kasusnya tidak sebesar pada laki-
laki. Pada orang yang berumur 65 tahun ke atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki
dan 12 % pada wanita. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta
orang meninggal tiap akibat penyakit kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan stroke
(5,5 juta).1
Tanda dan gejala PJK banyak dijumpai pada individu-individu dengan usia yang
lebih tua, secara patogenesis permulaan terjadinya PJK terjadi sejak usia muda namun
kejadian ini sulit untuk diestimasi. Diperkirakan sekitar 2 % – 6 % dari semua kejadian
PJK terjadi pada individu dibawah usia 45 tahun.Jumlah Kejadian Kematian Jenis
penyakit 7,2 jt 5,5 jt 0,3 jt 0,4 jt 0,9 jt 2,4 jt Pemeriksaan yang dilakukan pada usia
dewasa muda dibawah usia 34 tahun, dapat diketahui terjadinya atherosklerosis pada
lapisan pembuluh darah (tunika intima) sebesar 50 %. Berdasarkan literatur yang ada
hal tersebut banyak disebabkan karena kebiasaan merokok dan penggunaan kokain serta
diabates mellitus dan dislipidemia yang dianggap merupakan faktor risiko dalam
perkembangan lebih awal terjadinya atherosclerosis.2,3
1.2 DEFINISI
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung dan pembuluh darah
yang disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Penyempitan pembuluh darah
terjadi karena proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya.4
Aterosklerosis yang terjadi karena timbunan kolesterol dan jaringan ikat pada
dinding pembuluh darah secara perlahan-lahan hal ini sering ditandai dengan keluhan
nyeri pada dada. Pada waktu jantung harus bekerja lebih keras terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal inilah yang menyebabkan
nyeri dada. Kalau pembuluh darah tersumbat sama sekali, pemasokan darah ke jantung
akan terhenti dan kejadian inilah yang disebut dengan serangan jantung.4
1
Secara klinis, untuk mendiagnosis infark miokard diperlukan 2 (dua) dari 3
(tiga) kriteria sebagai berikut :
1. Terdapat riwayat klinis : perasaan tertekan dan nyeri pada dada (ulu hati),
selama 30 menit atau lebih.
2. Perubahan gambaran ECG : segmen ST elevasi lebih dari 0,2 mV paling
sedikit 2 (dua) precordial leads, depresi segmen ST lebih besar dari 0,1
mV paling sedikit 2 (dua) leads, ketidaknormalan gelombang Q atau
inversi gelombang T paling sedikit 2 (dua) leads.
3. Peningkatan konsentrasi serum kreatinin kinase 2 (dua) kali lebih besar
dari nilai normal pada pemeriksaan laboratorium.5
Penyumbatan pembuluh darah koroner terjadi akibat adanya proses
ateroskelosis, yang diawali dengan penimbunan lemak pada lapisan-lapisan
pembuluh darah tersebut. Proses aterosklerosis sebenarnya sudah dimulai sejak
masa kanakkanak, tetapi baru manifes pada usia dewasa, usia pertengahan atau usia
lanjut.5
Selain proses aterosklerosis ada juga proses lain, yakni spasme
(penyempitan) pembuluh darah koroner tanpa adanya kelainan anatomis, yang
secara tersendiri atau bersama-sama memberikan gejala iskemia. Pemeriksaan yang
paling terpercaya untuk mengetahui penyumbatan arteri koronaria adalah angiografi
koroner, juga disebut kateterisasi jantung. 5
Penyakit Jantung Koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang
berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan
pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita, riwayat
perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat istirahat, foto dada,
pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset klinis PJK.6
1. Asimptomatik (Silent Myocardial Ischemia)
2
2. Angina Pektoris
a. Angina Pectoris Stabil
b. Angina Pectoris tidak Stabil
c. Variant Angina (Prinzmetal Angina)
3. Infark Miokard Akut
4. Dekompensasi kordis
5. Aritmia Jantung
6. Mati mendadak (suddent death)
7. Syncope. 6
1.3 FAKTOR RESIKO
Pola timbulnya penyakit PJK menarik para ahli peneliti medis. Diantaranya dari
Framingham Heart Study, USA, suatu institusi yang amat terkenal dalam penyakit
kardiovaskuler, mereka berpendapat bahwa PJK bukanlah penyakit manusia lanjut usia
(manula) atau nasib buruk yang tidak dapat dihindari.7
Dalam hubungan ini dikenal adanya “Faktor Risiko PJK”, yaitu kondisi yang
berkaitan dengan meningkatnya risiko timbulnya PJK. Faktor risiko tersebut
diantaranya adalah tekanan darah, merokok, lipid, diabetes mellitus, obesitas, dan
riwayat kelurga dengan penyakit jantung.7
1.4 MANIFESTASI KLINIS
Gejala Penyakit Jantung. Seseorang kemungkinan mengalami serangan jantung,
karena terjadi iskemia miokard atau kekurangan oksigen pada otot jantung, yaitu
jika mengeluhkan adanya nyeri dada atau nyeri hebat di ulu hati (epigastrium) yang
bukan disebabkan oleh trauma, terjadi pada laki-laki berusia 35 tahun atau
perempuan berusia di atas 40 tahun. Sindrom koroner akut ini biasanya berupa nyeri
3
seperti tertekan benda berat, rasa tercekik, ditinju, ditikam, diremas, atau rasa
seperti terbakar pada dada. Umumnya rasa nyeri dirasakan dibelakang tulang dada
(sternum) disebelah kiri yang menyebar ke seluruh dada. 8
Rasa nyeri dapat menjalar ke tengkuk, rahang, bahu, punggung dan lengan
kiri. Keluhan lain dapat berupa rasa nyeri atau tidak nyaman di ulu hati yang
penyebabnya tidak dapat dijelaskan. Sebagian kasus disertai mual dan muntah,
disertai sesak nafas, banyak berkeringat, bahkan kesadaran menurun. Tiga bentuk
penyakit jantung ini adalah serangan jantung, angina pectoris, serta gangguan irama
jantung.8
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan terjadi
sebagai respon, terhadap suplai oksigen yang tidak adekuat ke sel-sel miokardium.
Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke punggung, ke rahang, atau ke
daerah abdomen.9
Adapun jenis-jenis angina yakni:
a. Angina stabil
Disebut juga angina klasik, terjadi jika arteri koroner yang arterosklerotik
tidak dapat berdilatasi untuk meningkatkan alirannya sewaktu kebutuhan oksigen
meningkat. Peningkatan jantung dapat menyertai aktivitas misalnya berolahraga
atau naik tangga.9
b. Angina prinzmental
Terjadi tampa peningkatan jelas beban kerja jantung pada kenyataannya
sering timbul pada waktu beristirahat atau tidur. Pada angina prinzmental terjadi
spasme arteri koroner yang menimbulkan iskemi jantung di bagian hilir. Kadang-
kadang tempat spasme berkaitan dengan arterosklerosis.9
c. Angina tak stabil
4
Adalah kombinasi angina stabil dengan angina prinzmental ; dijumpai pada individu
dengan perburukan penyakit arteri koroer. Angina ini biasanya menyertai peningkatan
beban kerja jantung; hal ini tampaknya terjadi akibat arterosklerosis koroner, yang ditandi
oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.9
2. Infark miokardium
Terlepasnya plak arteriosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian
tersangkut di bagian hilir sehingga menyumbat aliran darah ke seluruh miokardium yang di
perdarahi oleh pembuluh tersebut. Infark miokardium juga dapat terjadi jika lesi trombosit
yang melekat di arteri menjadi cukup besar untuk menyumbat total aliran ke bagian hilir,
atau jika suatu ruang jantung mengalami hipertrofi berat sehingga kebutuhan oksigen tidak
dapat terpenuhi.9
1.5 PATOFISIOLOGI
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (plaque) yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau
permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar,
jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit
jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia
miokard seperti angina pectoris.10,11
Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan
menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah
kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein)
dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan
merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati,
tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat
diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan jumlah total
dan kadar kolesterol LDL-nya.10,11
1. Angina pectoris
5
Jika beban kerja suatu jaringan menigkat maka kebutuhan oksigen juga
meningkat pada jantung yang sehat, arteria koroner berdilatasi dan mengalirkan lebih
banyak darah dan oksigen ke oto jantung namun jika arteria koroner mengalami
kekauan atau menyempit akibat arterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai
respon peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemi miokardium, sel- sel
miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi
mereka. Cara ini tidak efesien dan menyebabkan terbentuknya asam laktat. Asam laktat
menurunkan pH miokardium dan menimbulkan nyeri yang berkaitan dengan nagina
pectoris. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka suplai oksigen
menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali ke proses fosforilasi oksidatif untuk
membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan hilangnya
penimbunan asam laktat, maka nyeri angina pectoris mereda. Dengan demikian angina
pectoris merupakan suatu keadaan yang berlangsung singkat.10,11
2. Infark miokardium
Tanpa ATP, pompa natrium kalium berhenti dan sel terisi ion natrium dan air
yang akhirnya menyebabkan sel pecah (lisis). Dengan lisis sel melepaskan simpanan
kalium intra sel dan enzim intra sel yang menyederai sel-sel di sekitarnya. Protein intra
sel mulai mendapat akses ke sirkulasi sistemik dan ruang intertisial dan ikut
menyebabkan edema dan pembengkakan intertisial di sekitar miokardium, akibat
kematianj sel, tercetus reaksi inflamsi . di tempat inflamsi, terjadi penimbunan
trombosit dfan pelepasan faktor pembekuan. Terjadi degranulasi sel mast yang
menyebabkan pelepasan histamine dan berbagai prostaglandin. Sebagian bersifat
vasokontriktif dan sebagian merangsang pembekuan (tromboksan). 10,11
Secara singkat semakin bayak arah (peningkatan preload) di salurkan ke
jantung, jantung akan memompa lebih cepat untuk melawan arteri yang menyempit
(peningkatan afterload). Hasil netto dari pengaktifan semua refleks tersebut, terjadi
akibat penurunan kontaktilitas jantung dan tekanan darah, adalah meningkatnya beban
kerja jantung yang telah rusak. Kebutuhan oksigen jantung meningkat. Apabila
kebutuhan oksigen dari lebih banyak sel tidak dapat di penuhi, maka terjadi peluasan
daerah sel yang cedera dan iskemia di sekitar zona nekrotik (mati). Sel- sel yang
6
mengalami cedera dan iskemia ini beresiko ikut mati. Kemampuan memompa jantung
semakin berkurang dan terjadi hipoksia semua jaringan dan organ, termasuk bagian
jantung yang masih sehat. Akhirya, karena darah di pompa secara tidak efektif, dan
kacau maka darah mulai mengalir secara lambat dalam pembuluh jantung. Hal ini,
disertai akumulasi trombosit dan factor pembekuan lainnya yang meningkatkan resiko
pembentukan bekuan darah. 10,11
3. Payah Jantung (Ischemic Heart Disease)
Pada prinsipnya iskemik yang terjadi pada Penyakit Jantung Koroner
disebabkan oleh karena terjadinya gangguan keseimbangan antara suplai kebutuhan
oksigen miokardium. Dengan adanya atherosclerosis maka aliran darah koroner akan
berkurang, terutama pada saat kebutuhan meningkat (saat aktivitas) sehingga terjadilah
payah jantung. 10,11
4. Mati Mendadak (Sudden Cardiac Death)
Pada peristiwa ini jantung mendadak berhenti yang sering disebut dengan
cardiac arrest. Penyebab yang paling sering adalah karena detak jantung terlalu cepat
atau iramanya tidak teratur yang disebabkan oleh kerusakan pada sistem listrik jantung.
Peristiwa seperti ini dapat ditolong bila pasien mendapat pertolongan dalam beberapa
menit. 10,11
Kematian mendadak terjadi pada 50% penderita yang tanpa keluhan
sebelumnya, sedangkan yang selebihnya disertai keluhan yang dirasakan 6 jam
sebelumnya. Proses dimulai dengan thrombosis pembuluh darah koroner yang disusul
dengan nekrosis yang disertai aritmia ventrikel.
1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. EKG : Menunjukan peninggian gelombang S-T, iskemia berarti penurunan atau datanya
7
gelombang T, menunjukan cedera dan adanya gelombang Q, nekrosis berarti.
2. Elektrolit : Ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat mempengaruhi
3. Sel darah putih : Leukosit (10.000-20.000). biasanya tampak pada hari kedua setelah IM
sehubungan dengan proses inflamasi.
4. Kolesterol/trregliserida serum : meningkat, menunjukan arteriosklesis sebagai penyebab
IM
5. Foto dada : mungkin normal atau menunjukan pembesaran jantung diduga GJK atau
aneurisme ventrikuler.
1.7 PENATALAKSANAAN
a. Farmokologi12
Analgetik yang diberikan biasanya golongan narkotik (morfin) diberikan secara
intravena dengan pengenceran dan diberikan secara pelan-pelan. Dosisnya awal
2,0 – 2,5 mg dapat diulangi jika perlu
Nitrat dengan efek vasodilatasi (terutama venodilatasi) akan menurunkan venous
return akan menurunkan preload yang berarti menurunkan oksigen demam. Di
samping itu nitrat juga mempunyai efek dilatasi pada arteri koroner sehingga
akan meningkatakan suplai oksigen. Nitrat dapat diberikan dengan sediaan spray
atau sublingual, kemudian dilanjutkan dengan peroral atau intravena.
Aspirin sebagai antitrombotik sangat penting diberikan. Dianjurkan diberikan
sesegera mungkin (di ruang gawat darurat) karena terbukti menurunkan angka
kematian.
Trombolitik terapi, prinsip pengelolaan penderita infark miokard akut adalah
melakukan perbaikan aliran darah koroner secepat mungkin (Revaskularisasi /
Reperfusi).Hal ini didasari oleh proses patogenesanya, dimana terjadi
penyumbatan / trombosis dari arteri koroner. Revaskularisasi dapat dilakukan
(pada umumnya) dengan obat-obat trombolitik seperti streptokinase, r-TPA
(recombinant tissue plasminogen ativactor complex), Urokinase, ASPAC
( anisolated plasminogen streptokinase activator), atau Scu-PA (single-chain
urokinase-type plasminogen activator).Pemberian trombolitik terapi sangat
8
bermanfaat jika diberikan pada jam pertama dari serangan infark. Dan terapi ini
masih masih bermanfaat jika diberikan 12 jam dari onset serangan infark.
Betablocker diberikan untuk mengurangi kontraktilitas jantung sehingga akan
menurunkan kebutuhan oksigen miokard. Di samping itu betaclocker juga
mempunyai efek anti aritmia.
b. Non-farmakologi12
Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok
Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolateral
koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat karena :
Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miokard
Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang berlebih berkurang
bersama-sama dengan menurunnya LDL kolesterol
Menurunkan tekanan darah
Diet merupakan langkah pertama dalam penanggulangan hiperkolesterolemi.
DAFTAR PUSTAKA
9
1. Yusnidar, Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian PJK pada wanita
usia > 45 tahun, Tesis, PPS Magister Epidemiologi UNDIP, Semarang, 2007.
2. Navas-Necher EL, Colangelo L, Beam C, Greenland P, Risk factors for coronary
heart disease in men 18 to 39 years of age, Ann Intern Med, 2001;134:433- 439.
3. Batalla A, Reguero JR, Hevia S, et al, Mild hypercholesterolemia and premature
heart disease, J Am Call Cardiol, 2001;37:331
4. K Kinjo, H Sato, I Shiotani, T Kurotobi, Y Ohnishi, Group, Variation during the
week in the incidence of acute myocardial infraction : increased risk for Japanese
women on saturdays, Cardiovasculair Medicine, Heart 2003; 89; 398-403.
5. Anna Ulfa, Gejala awal dan deteksi dini penyakit jantung koroner, Artikel Ilmiah
PERSI, Jakarta, 2000.
6. Joewono, B.S. (2003). Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Universitas Airlangga.
7. K Kinjo, H Sato, I Shiotani, T Kurotobi, Y Ohnishi, Group, Variation during the
week in the incidence of acute myocardial infraction : increased risk for Japanese
women on saturdays, Cardiovasculair Medicine, Heart 2003; 89; 398-403.
8. Huon H. Gray, Keith D. Dawkins, John M. Morgan, Iain A. Simpson, Lecture notes
cardiology, Edisi 4, Erlangga Medical Series, Jakarta, 2002, 107-150
9. Corwin J. Elizabeth, ( 2009 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit :
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
10. Mansjoer Arif dkk.2001. “Kapita Selekta Kedokteran”. Edisi III, Jakarta, Media
Aesculapius, Hal. 437
11. Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson. 2005. “Patofisiologi Konsep Klinis,
Proses-proses, dan Penyakit” Edisi 6. Jakarta. EGC. Hal. 576
12. Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Rahadja Kirana. 2007. “Obat-obat Penting” Edisi VI.
Jakarta, Elex Media Komputindo. Hal.528
10