epidemiologi

19

Click here to load reader

Upload: okti-dewi-chaidir

Post on 07-Nov-2015

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

epidemiologi penyakit jantung

TRANSCRIPT

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Epidemiologi Penyakit Jantung Koroner (PJK)

    PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena PJK

    meskipun kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65

    tahun ke atas, ditemukan 20 % PJK pada laki-laki dan 12 % pada wanita.

    Pada tahun 2002, WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang

    meninggal tiap akibat penyakit kardiovaskuler, terutama PJK (7,2 juta) dan

    stroke (5,5 juta). (WHO, 2002)

    Secara umum angka kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) di

    Indonesia belum diteliti secara akurat. Di Amerika Serikat pada tahun 1996

    dilaporkan kematian akibat PJPD mencapai 959.277 penderita, yakni 41,4 %

    dari seluruh kematian. Setiap hari 2600 penduduk meninggal akibat penyakit

    ini. Meskipun berbagai pertolongan mutakhir telah diupayakan, namun setiap

    33 detik tetap saja seorang warga Amerika meninggal akibat penyakit ini.

    Dari jumlah tersebut 476.124 kematian disebabkan oleh Penyakit Jantung

    Koroner. Huon, keith D, john M, lain A (2002) dalam ( Supriyono, 2008)

    Tabel 2.1. Penyebab Utama Kematian di Amerika Serikat, Tahun 1996. No Jenis Penyakit Kejadian Jumlah Kematian

    1 Penyakit Jantung Koroner 476.124

    2 Penyakit jantung dan pembuluh

    darah lain

    483.103

    3 Carsinoma 539.533

    4 Kecelakaan 94.948

    5 AIDS 31.130

    Jumlah 1.624.838

    Universitas Sumatera Utara

  • Kenyataan lain menunjukkan bahwa, di Inggris penyakit kardiovaskuler

    membunuh satu dari dua penduduk dalam populasi, dan menyebabkan

    hampir sebesar 250.000 kematian pada tahun 1998. Satu dari empat laki-laki

    dan satu dari lima perempuan meninggal setiap tahun karena PJK, yang

    merepresentasikan sekitar setengah kematian akibat penyakit

    kardiovaskuler. Merupakan konsep yang salah bahwa PJK jarang terjadi

    pada perempuan, faktanya tidak banyak perbedaan antara perempuan

    dibandingkan laki-laki dalam insiden penyakit ini dihitung berdasarkan

    harapan hidup yang lebih panjang. Massie and Amidon (2003) dalam

    Supriyono (2008)

    4.2. Pengertian

    Menurut WHO (1997), Penyakit Jantung Koroner (coronary heart diseases)

    merupakan ketidaksanggupan jantung akut maupun kronik yang timbul

    karena kekurangan suplai darah pada miokardium sehubungan dengan

    proses penyakit pada system nadi koroner.

    Menurut American Heart Assosiation (AHA 1980), Penyakit Jantung

    Koroner merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh darah arteri

    koroner dimana terdapat penebalan dalam dinding dalam pembuluh darah

    disertai adanya plak yang mengganggu aliran darah ke otot jantung yang

    akibatnya dapat mengganggu fungsi jantung.

    Penyakit Jantung Koroner (PJK) bervariasi tergantung pada derajat aliran

    dalam arteri koroner. Bila aliran koroner masih mencukupi kebutuhan

    jaringan tak akan timbul keluhan atau manifestasi klinik, dalam keadaan

    normal, dimana areteri koroner tidak mengalami penyempitan atau spasme,

    peningkatan kebutuhan jaringan otot miokard dipenuhi oleh peningkatan

    aliran darah, sebab aliran darah koroner dapat ditingkatkan sampai 5 kali

    dibandingkan saat istirahat, yaitu dengan cara meningkatkan frekuensi

    denyut jantung dan isi sekuncup seperti pada saat melakukan aktifitas fisik,

    Universitas Sumatera Utara

  • bekerja atau olah raga. Mekanisme pengaturan aliran koroner

    mengusahakan agar pasok maupun kebutuhan jaringan terpenuhi, sehingga

    setiap jaringan mampu melakukan fungsi secara optimal. (Rilantono, 1996)

    Penyakit Jantung Koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang

    berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan

    pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita,

    riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat

    istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset

    klinis PJK.

    1. Asimptomatik (Silent Myocardial Ischemia)

    2. Angina Pektoris

    a. Angina Pectoris Stabil

    b. Angina Pectoris tidak Stabil

    c. Variant Angina (Prinzmetal Angina)

    3. Infark Miokard Akut

    4. Dekompensasi kordis

    5. Aritmia Jantung

    6. Mati mendadak (suddent death)

    7. Syncope. (Joewono, 2003)

    4.3. Faktor Risiko PJK

    Faktor-faktor risiko mayor-independen PJK terdiri dari. Kebiasaan,

    merokok, Hipertensi, tingginya kadar kolesterol total dan kolesterol-LDL

    serum, rendahnya kadar kolesterol- HDL serum, diabetes-melitus dan umur

    tua. Berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa factor-faktor itu

    bersifat aditif. Jadi jumlah risiko total seseorang ditemukan oleh factor

    risiko keseluruhan (global) yang dipunyainya.

    Faktor risiko kondisional berhubungan dengan peningkatan risiko PJK,

    walaupun kontribusinya tehadap risiko PJK belum jeas dibuktikan. Factor

    Universitas Sumatera Utara

  • risiko pencetus adalah factor-faktor yang jelas memperburuk pengaruh

    factor risiko mayor-independen. Dua diantaranya, yaitu obesitas sentral dan

    aktifitas fisik yang rendah. (Santoso, dkk, 2009)

    4.3.1. Hiperkolesterolemia. Hiperkolesteromia merupakan factor risiko untuk PJK. Hubungan erat

    antara hiperkolesterolemia dan atherosclerosis sudah diketahui dengan baik.

    Penelitian terhadap binatang yang diberikan makan kolesterol menunjukkan

    bahwa vasodilatasi endothelium-dependent berkurang baik pada pembuluh

    darah sedang maupun pembuluh darah resisten setelah histology yang

    terjadi terbukti sebagai lesi atherosclerosis. Mirip dengan relaksasi vascular

    endhotelial-dependent yang akan menurun pada pasien hiperkolesterolemia,

    baik ada maupun tidak adanya factor risiko koroner yang lain. Disfungsi

    endotel (menurunnya efek vascular NO) akan mempercepat onset

    atherosclerosis koroner yang terjadi lebih dini sebagai factor predisposisi

    terjadinya vasospasme pada arteri koroner. (Sargowo, 2003)

    a. Kolesterol Total. Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah ( 200 mg/dl) bila > 200 mg/dl

    berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat.

    Tabel 2.2. kadar kolesterol total Kadar kolesterol total

    Normal Agak tinggi Tinggi

    240 mg / dl

    b. LDL Kolesterol. LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis kolesterol yang

    bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol): karena kadar LDL yang

    meninggi akan rnenyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar

    Universitas Sumatera Utara

  • LDL kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK

    dari pada kolesterol total.

    Tabel 2.3. Kadar LDL kolesterol Kadar LDL kolesterol

    Normal Agak tinggi Tinggi

    < 130 mg /dl 130 - 159 mg / dl > 160 mg / dl

    c. HDL Koleserol : HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol yang

    bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) : karena mengangkut

    kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk di buang sehingga

    mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya

    proses arterosklerosis.

    Tabel 2.4. Kadar HDL kolesterol Kadar HDL kolesterol

    Normal Agak tinggi Tinggi

    < 45 mg /dl 35 - 45 mg / dl > 35 mg / dl

    Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan

    terjadinya PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi

    berat badan, menambah exercise dan berhenti merokok.

    d. Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol Rasio kolesterol total: HDL kolesterol sebaiknya (4.5 pada laki-laki dan 4.0

    pada perempuan). makin tinggi rasio kolesterol total : HDL kolesterol makin

    meningkat resiko PJK.

    Universitas Sumatera Utara

  • e. Kadar Trigliserida. Trigliserid didalam yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu Lemak jenuh, Lemak

    tidak tunggal dan Lemak jenuh ganda. Kadar triglisarid yang tinggi

    merupakan faktor resiko untuk terjadinya PJK.

    Tabel 2.5. Kadar trigliserid Kadar trigliserid

    Normal Agak tinggi

    (sedang)

    Tinggi Sangat

    sedang

    < 150 mg/dl 150-250 mg/dl 250 500 mg/dl >500 mg/dl

    Kadar trigliserid perlu diperiksa pada keadaan sbb : Bila kadar kolesterol total

    > 200 mg/dl, PJK, ada keluarga yang menderita PJK < 55 tahun, ada riwayat

    keluarga dengan kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM & pankreas.

    (Djohan, 2004)

    4.3.2. Merokok Di Amerika Serikat,merokok berhubungan erat bagi sekitar 325.000

    kematian premature atau dini setiap tahunnya. Setiap jumlah kematian

    tersebut terdapat kematian akibat pjk dan lebih dari satu kematian pjk itu

    karena merokok, merokok sigaret tinggi nikotin menyebabkan peningkatan

    frekuensi denyut jantung istirahat serta meningkatkan tekanan darah

    sistolik dan diastolic sehingga meningkatkan kebutuhan kebutuhan

    oksigen myokardium.

    Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak akibat pjk pada

    laki-laki perokok 10 kali lebih besar dari pada bukan perokok pada

    perempuan perokok 4,5 kali lebih besar dari pada bukan perokok

    Universitas Sumatera Utara

  • Apabila berhenti merokok penurunan risiko pjk akan berkurang 50% pada

    akhir tahun pertama setelah berhenti merokok dan kembali seperti yang

    tidak merokok setelah berhenti merokok 10 tahun.(Yanti, 2009)

    4.3.3. Obesitas Terdapat saling keterkaitan antara obesitas dengan risiko peningkatan PJK,

    Hipertensi, angina, stroke, diabetes dan merupakan beban penting pada

    kesehatan jantung dan pembuluh darah. Data dari Framingham

    menunjukkan bahwa apabila setiap individu mempunyai berat badan

    optimal, akan terjadi penurunan insiden PJK sebanyak 25 % dan

    stroke/cerebro vascular accident (CVA) sebanyak 3,5 %. Penurunan berat

    badan diharapkan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki

    sensitivitas insulin, pembakaran glukosa dan menurunkan dislipidemia.

    Hal tersebut ditempuh dengan cara mengurangi asupan kalori dan

    menambah aktifitas fisik. Disamping pemberian daftar komposisi makanan

    , pasien juga diharapkan untuk berkonsultasi dengan pakar gizi secara

    teratur.

    Tabel 2.6. Klasifikasi berat lebih dan obesitas pada orang dewasa berdasarkan IMT Menurut WHO

    No Klasifikasi IMT (kg/m2)

    1 < 18.5 BB kurang

    2 18.5-24.9 BB Normal

    3 >25 BB lebih

    4 25,0-29,9 Pra-obes

    5 30.0 34.9 Obesitas I

    6 35.0 39.9 Obesitas II

    7 > 40 Obesitas III

    Sumber :WHO, 2000

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.4. Hipertensi Sistemik Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kalalembang dan Alfrienti dengan

    judulFaktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Penyakit Jantung

    Koroner di RSUKanujoso Djatiwibowo Balikpapan menyimpulkan

    bahwa 4 (empat) faktor risiko yangmempunyai pengaruh bermakna (p <

    0,05) adalah tekanan darah (Hipertensi), umur,riwayat PJK pada orang tua

    dan olah raga.

    Tabel 2.7. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (18 tahun keatas) Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

    Normal < 120 160 >100

    Sember: JNC VII, 2003

    2.3.5. Umur Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.

    Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan

    meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada laki-laki

    dan perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol

    meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause (

    45-0 tahun ) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama.

    Setelah menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih

    tinggi dari pada laki-laki.

    2.3.6. Jenis kelamin. Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1

    dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini berarti bahwa laki-laki

    mempunyai resiko PJK 2-3 X lebih besar dari perempuan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.7. Geografis. Resiko PJK pada orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang

    paling rendah di dunia. Akan tetapi ternyata resiko PJK yang meningkat

    padta orang jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan Califfornia .

    Hal ini menunjukkan faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya dari pada

    genetik.

    2.3.8. Ras Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun

    bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi . Di Amerika

    serikat perbedaan ras perbedaan antara ras caucasia dengan non caucasia (

    tidak termasuk Negro) didapatkan resiko PJK pada non caucasia kira-kira

    separuhnya.

    2.3.9. Diet. Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di

    dalam susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika rata-

    rata mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar

    kolesterol cendrung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi

    dan sayur-sayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar

    kolesterol rendah dan didapatkan resiko PJK yang lebih rendah dari pada

    Amerika.

    Beberapa peetunjuk diet untuk menurunkan kolesterol :

    1. Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar lemak

    jenuh tinggi.

    2. Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak tak

    jenuh.

    3. Makanan harus mengandung rendah kolesterol.

    4. Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung dan

    Berserat

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan

    diturunkan padta obesitas dan memperbanyak exercise.

    2.3.10. Diabetes. Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi

    penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang

    menderita DM resiko PJK 50 % lebih tinggi daripada orang normal,

    sedangkan pada perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.

    2.3.11. Exercise. Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki

    kolaterol koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi. Exercise

    bermanfaat karena :

    1. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian oksigen ke miokard

    2. Menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang

    bersama-sama dengan menurunkan LDL kolesterol.

    3. Membantu menurunkan tekanan darah

    4. Meningkatkan kesegaran jasmani.

    2.3.12. Perilaku dan Kebiasaan lainnya. Dua macam perilaku seseorang telah dijelaskan sejak tahun 1950 yaitu :

    Tipe A dan Tipe B. Tipe A umumnya berupaya kuat untuk berhasil, gemar

    berkompetisi, agresif, ambisi, ingin cepat dapat menyelesaikan pekerjaan

    dan tidak sabar.Sedangkan tipe B lebih santai dan tidak terikat waktu .

    Resiko PJK pada tipe A lebih besar daripada tipe B.

    2.3.13. Perubahan Keadaan Sosial Dan stress. Perubahan angka kematian yang menyolok terjadi di Inggris dan Wallas .

    Korban serangan jantung terutama terjadi pada pusat kesibukan yang

    banyak mendapat stress. (Djohan, 2004)

    Universitas Sumatera Utara

  • Penelitian Supargo dkk ( 1981-1985 ) di FKUI menunjukkan orang yang stress 1

    1/2 X lebih besar mendapatkan resiko PJK stress disamping dapat menaikkan

    tekanan darah juga dapat meningkatkan kadar kolesterol darah.

    2.4. Arteriosklerosis dan Kematian Otot Jantung. Arteriosklerosis berasal dari bahasa yunani, yaitu athero berarti sejenis

    bubur atau pasta dan sclerosis berarti pengerasan, hal itu digambarkan

    sebagai penumpukan bahan lemak, dan kolesterol dengan konsistensi lunak

    dan/atau kalsium yang mengeras sepanjang dinding arteri. Bentukan ini

    disebut plak aterosklerosis. Plak ini menyumbat sebagian atau seluruh

    lumen arteri. (Santoso, dkk, 2009)

    Pembuluh koroner terdiri dari 3 lapisan, yaitu tunika intima (lapisan dalam),

    tunika media (lapisan tengah), dan tunika adventisia (lapisan luar), tunika

    intima terdiri dari 2 bagian, lapisan tipis sel-sel endotel merupakan lapisan

    yang memberikan permukaan licin antara darah dan dinding arteri serta

    lapisan subendhotelium, sel-sel endhotel ini memproduksikan zat-zat seperti

    prostaglandin, heparin dan activator plasminogen yang membantu mencegah

    agregasi trombosit dan vasokonstriksi. Selain itu endotel juga mempunyai

    daya regenerasi cepat untuk memelihara daya anti trombogenik arteri.

    Jaringan ikat menunjang lapisan endotel dan memisahkannya dengan

    lapisan yang lain.

    Tunika media merupakan lapisan otot di bagian tengah dinding arteri yang

    mempunyai 3 bagian: bagian sebelah dalam disebut membrane elastic

    internal, kemudian jaringan fibrus otot polos dan sebelah luar membrane

    jaringan elastic eksterna. Lapisan tebal otot polos dan jaringan kolagen,

    memisahkan jaringan membrane elastic eksterna. Dan yang terakhir ini

    memisahkan tunika media dengan adventisia. Tunika adventisia umumnya

    mengandung jaringan ikat dan dikelilingi oleh vasa vasorum yaitu jaringan

    arteriol. (Rilantono, 1996)

    Universitas Sumatera Utara

  • Timbul berbagai pendapat yang saling berlawanan sehubungan dengan

    patogenesis aterosklerosis pembuluh darah koroner. Namun perubahan

    patologis yang terjadi pada pembuluh yang mengalami kerusakan dapat

    disimpulkan sebagai berikut :

    1. Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang

    tampak

    bagaikan garis lemak.

    2. Penimbunan lemak terutama beta-lipoprotein yang mengandung

    banyak

    kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian dalam.

    3. Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosa.

    4. Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari

    lemak,

    jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.

    5. Perubahan degeneratif dinding arteria.

    Sklerosis pada arteri koroner atau pembuluh darah jantung secara khas akan

    menimbulkan tiga hal penting yang sangat ditakuti oleh siapapun, yaitu

    serangan jantung, angina pectoris, serta gangguan irama jantung. Anis

    (2006) dalam Supriyono (2009 )

    2.5. Gejala Penyakit Jantung Manifestasi iskemia miokard, biasanya akibat penyampitan atau

    penyumbatan arteri koroner paling sering adalah

    1. Asimptomatik (silent Myocardial Ischemia)

    2. Angina Pektoris

    Angina Pectoris tidak Stabil

    Variant Angina (Prinzmetal Angina)

    3. Infark Miokard Akut

    4. Dekompensasi kordis

    5. Aritmia Jantung

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.5.1. Asimptomatik (silent Myocardial Ischemia)

    Kadang penderita Penyakit Jantung Koroner diketahui secara kebetulan

    misalnya saat dilakukan check up kesehatan. Kelompok penderita ini tidak

    pernah mengeluh adanya nyeri dada (angina) baik pada saat istirahat

    maupun saat aktifitas. Secara kebetulan penderita menunjukkan adanya

    iskemia saat dilakukan uji beban latihan. Ketika EKG menunjukkan

    depresi segmen ST, penderita tidak mengeluh adanya nyeri dada.

    Pemeriksaan fisik, foto dada dan lain-lain dalam batas-batas normal.

    Mekanisme silent iskemia diduga oleh karena: ambang nyeri yang

    meningkat, neuropati otonomik (pada penderita diabetes), meningkatnya

    produksi endomorfin, derajat stenosis yang ringan. (Joewono, 2003)

    2.5.2. Angina Pectoris.

    Adanya Angina Pectoris dapat dikenal secara:

    1. Kwalitas nyeri dada yang khas yaitu perasaan dada tertekan, merasa

    terbakar atau susah bernafas.

    2. Lokasi nyeri yaitu restrosternal yang menjalar keleher, rahang atau

    mastoid dan turun ke lengan kiri.

    3. Faktor pencetus seperti sedang emosi, bekerja, sesudah makan atau

    dalam udara dingin.

    2.5.3. Angina Pectoris Stabil

    Kebutuhan metabolik otot jantung dan energi tak dapat dipenuhi karena

    terdapat stenosis menetap arteri koroner yang disebabkan oleh proses

    aterosklerosis. Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu pekerjaan.

    sesuai dengan berat ringannya pencetus dibagi atas beberapa tingkatan :

    1. Selalu timbul sesudah latihan berat.

    2. Timbul sesudah latihan sedang ( jalan cepat 1/2 km)

    3. Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m)

    4. Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)

    Diagnosa

    1. Pemeriksaan EKG

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Uji latihan fisik (Exercise stress testing dengan atau tanpa

    pemeriksaan radionuclide)

    3. Angiografi koroner. (Djohan, 2004)

    2.5.4. Angina Pectoris Tak Stabil Yang dimaksud kedalam angina tak stabil yaitu: 1. Pasien dengan

    anginayang masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat dan

    frekuensi cukup sering, lebih dari 3 kali per hari. 2. Pasien dengan angina

    yang makin bertambah berat, sebelumnya angina stabil, lalu serangan

    angina timbul lebih sering, dan lebih berat sakit dadanya, sedangkan factor

    presipitasi makin ringan. 3. Pasien dengan serangan angina pada waktu

    istirahat.

    Beratnya angina:

    1. Kelas I: angina yang berat untuk pertama kali, atau makin bertambah

    beratnya nyeri dada.

    2. Kelas II:Angina pada waktu istirahat dan terjadinya subakut dalam

    1bulan, tapi tak ada seran gan angina dalam waktu 48 jam terakhir.

    3. Kelas III: adanya serangan angina waktu istirahat dan erjadinya secara

    akut baik sekali atau lebih, dalam waktu 48 jam terakhir. (Sudoyo,

    Setiyohadi, Alwi, Simadibrata K, Setiati, 2006)

    2.5.5. Infark miokard akut (IMA)

    Kebanyakan pasien dengan infark miokard akut mencari pengobatan

    karena rasa sakit didada. Namun demikian ,gambaran klinis bisa bervariasi

    dari pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada

    pasien yang merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat

    berkembang menjadi syok dan eadem pulmonal, dan ada pula pasien yang

    baru saja tampak sehat lalu tiba-tiba meninggal.

    Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti

    angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa

    penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya

    Universitas Sumatera Utara

  • kematian. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan angina

    ,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina

    sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang

    biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat

    ,sering pada jam-jam awal dipagi hari. Nitrogliserin tidaklah

    mengurangkan rasa sakitnya yang bisa kemudian menghilang berkurang

    dan bisa pula bertahan berjam-jam malahan berhari-hari. Nausea dan

    vomitus merupakan penyerta rasa sakit tsb dan bisa hebat, terlebih-lebih

    apabila diberikan martin untuk rasa sakitnya.

    Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam, mencekik,

    mencengkeram atau membor. Paling nyata didaerah subternal, dari mana ia

    menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah

    atas (sehingga ia mirip dengan kolik cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus

    peptikum akut atau pancreatitis akut). (Djohan, 2004)

    2.5.6. Gangguan irama Jantung.

    Gangguan irama jantung dapat menimbulkan kematian secara mendadak.

    Gejalanya berupa hilangnya kesadaran dengan cepat, yang sering kali

    didahului nyeri dada. Disamping itu secara umum penderita biasanya

    tampak cemas, gelisah, pucat dan berkeringat dingin. Denyut nadi

    umumnya cepat (takhikardi), irama tidak teratur, tetapi dapat pula denyut

    nadi lambat (bradikardia). Hipertensi maupun hipotensi dapat terjadi pada

    penderita ini. Meskipun kadang-kadang kurang jelas pada pemeriksaan

    fisik pada jantung, tetapi pemeriksaan menggunakan EKG

    (elektrokardiografi) akan sangat membantu memberi informasi. Huon H,

    dkk, (2002) dalam Supriyono, 2008),

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.6. Hipertensi Faktor usia dan Hipertensi keduanya dapat mengakibatkan stroke dan

    penyakit jantung iskemik, hal ini bisa mengakibatkan kematian. (Kaplan,

    2006).

    Menurut penelitian Framingham Heart Study dalam Kaplan dan Flynn,

    penyakit Hipertensi berkembang menjadi 90%, pada umur 75 atau 85 tahun

    setelah dilakukan follow up selama 20 tahun, pada orang yang menderita

    normotensiv pada umur 55 atau 65.

    Hipertensi adalah peninggian tekanan darah diatas normal. Ini termasuk

    golongan penyakit yang terjadi akibat suatu mekanisme kompensasi

    kardiovaskuler untuk mempertahankan metabolisme tubuh agar berfungsi

    normal, Mekanisme tersebut terjadi melalui sistem neurohumoral dan

    kardiovaskular. Rilantono, Baraas, Karo, Roebiono, (1996)

    Meningkatnya tekanan darah dapat mengakibatkan Penyakit Jantung

    Koroner. Menurut Joint National Committe on Detection Evaluation and

    Treatment of High Blood Pressure JNC VII tahun 2003, Hipertensi dapat

    diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah penderita, batasan Hipertensi

    sebagai berikut:

    Tabel 2.9. Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa (18 tahun keatas) Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

    Normal < 120 160 >100

    Sumber: JNC VII, 2003

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.6.1. Etiologi dan Patofisiologi

    Berdasarkan etiologinya, Hipertensi dibagi atas Hipertensi primer/ esensial

    dan Hipertensi skunder. Dikatakan Hipertensi primer bila penyebab

    timbulnya Hipertensi tidak diketahui, dan Hipertensi jenis ini dijumpai

    pada 95 % kasus Hipertensi. Hal ini dibuktikan pada beberapa penelitian

    menurut Kaplan (2006) dalam Anggraini (2008). Dimana Hipertensi

    esensial menjadi penyebab pada 89 - 95 % penderita Hipertensi. Mengenai

    patofisiologi Hipertensi masih banyak terdapat ketidakpastian. Beberapa

    mekanisme fisiologis terlibat dalam mempertahankan tekanan darah yang

    normal, dan gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya

    Hipertensi esensial. Mungkin banyak faktor yang saling berkaitan ikut

    berperan dalam terjadinya peningkatan tekanan darah, dan faktor-faktor ini

    dapat berbeda pada masing-masing pasien.

    Pada kebanyakan bentuk Hipertensi, tinggiya tekanan darah dihubungkan

    dengan penurunan relaksasi endothelium-dependent. Defek tersebut

    memperlihatkan kejadian munculnya tekanan darah tinggi dan selalu lebih

    berakibat daripada penyebab Hipertensi sendiri. Pokok persoalan dalam

    Hipertensi, disfungsi endotel pada hipertesi dapat mendukung peningkatan

    tahanan pembulh perifer (khususnya jika hal itu terjadi dalam tahanan

    arteri) dan komplikasi-komplikasi penyakit pembulih darah (jika terjadi

    dalam arteri yang berukuran besar dan medium). (Sargowo, 2003)

    Universitas Sumatera Utara

  • Penelitian Framingham menunjukkan LVH akan meninggikan PJK 4 5 kali pada penderita usia lanjut.

    Sumber: Limacher (1992) dalam Supriyono, (2008)

    2.6.2. Sistem Renin-Angiotensin

    Angiotensin II berperan baiksebagai hormon sirkulasi maupun sebagai

    hormon lokal jaringan dan juga sebagai neuromodulator pada central

    nervous system. Penelitian ini, dengan menggunakan teknik molekul dan

    biokimia, menunjukkan bahwa ACE jaringan lokal memiliki mekanisme

    regulasi yang berbeda-beda pada pembuluh darah, jantung, otak, dan

    ginjal, serta bahwa ACE jaringan lokal merupakan dasar yang paling

    penting bagi dinding pembuluh darah koroner. Penelitian biokimia

    menunjukkan bahwa 90 sampai 99% dari ACE pada tubuh ditemukan

    dalam jaringan,dengan 10% atau kurang ditemukan didalam sirkulasi.

    Vanhoutte (1989) dalam sargowo (2003)

    Kematian mendadak

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.6.3. Sistem Saraf Otonom

    Stimulasi sistem saraf otonom dapat menyebabkan konstriksi arteriol dan

    dilatasi arteriol. Jadi sistem saraf otonom mempunyai peranan yang

    penting dalam mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga

    mempunya peranan penting dalam memediasi perubahan yang berlangsung

    singkat pada tekanan darah sebagai jawaban terhadap stres dan kerja fisik.

    2.6.4. Disfungsi Endotel

    Sel endotel mampu memproduksi zat vasoaktif yang kuat, termasuk

    molekul vasodilator oksida nitrogen dan peptida vasokonstriktor endotelin.

    Diduga disfungsi endotelium berperan pada Hipertensi esensial.

    2.6.4. Zat Vasoaktif

    Banyak sistem vasoaktif lain yang mekanismenya mempengaruhi

    transportasi garam dan tonus vaskular yang terlibat dalam

    mempertahankan tekanan darah yang normal. Bradikinin adalah

    vasodilator kuat yang dapat diinaktivasi oleh ACE. Endotelin yang

    merupakan vasokonstriktor endotelial vaskular kuat, yang dapat

    meningkatkan tekanan darah yang sensitif garam serta mengaktivasi sistem

    renin- angiotensin lokal. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretik

    peptide/ ANP) yang merupakan hormon yang diproduksi atrium jantung

    bila terdapat peningkatan volume darah dengan efek meningkatkan

    ekskresi garam dan air dari ginjal, bila ada gangguan pada sistem ini dapat

    mengakibatkan retensi cairan dan Hipertensi. Lumbantobing (2008) dalam

    Anggraini (2010)

    Universitas Sumatera Utara