epidemiologi

2
Epidemiologi (Hogan, 2014) Di Amerika, dermatitis kontak iritan biasa terjadi pada pekerjaan yang pekerjanya banyak melakukan cuci tangan, material makanan, dan iritan lainnya. Pekerja pembersih, pelayanan kesehatan penyediaan makanan, dan penata rambut termasuk dalam pekerjaan dengan risiko tinggi terhadap penyakit ini. Pada pelayanan kesehatan, prevalensi sebesar 55,6% di 2 UGD dan 69,7% pada pekerja dengan risiko terpapar iritan yang tinggi. Selain itu, cuci tangan lebih dari 35 kali per giliran kerja juga sangat berhubungan dengan risiko kejadian ini. In Denmark, cleaners comprise the greatest number of affected workers, but culinary workers have the highest incidence. A higher proportion of prolonged sick leave is seen among those in food-related occupations compared with those in wet occupations.[11] Begitu pula di Jerman, insiden dermatitis kontak iritan lebih tinggi, yaitu sebesar 4,5% per 10.000 pekerja dibandingkan dengan kejadian dermatitis kontak alergen dengan kejadian 4.1% per 10.000 pekerja. Tingkat insiden yang tinggi didapatkan pada penata rambut (46,9% per 10.000 pekerja per tahun), pekerja pemanggangan (23,5% per pekerja per tahun), dan pekerja kuliner lainnya (16,9% per pekerja per tahun). Bila dihubungkan dengan jenis kelamin, perempuan lebih berisiko terkena penyakit ini bila dibandingkan dengan laki- laki. Tingginya angka kejadian pada perempuan dikarenakan faktor lingkungan, bukan faktor genetik. Dermatitis kontak iritan akibat kerja mengakibatkan perempuan 2 kali lebih berisiko, berbeda dengan penyakit akibat kerja lainnya yang dominant menyerang laki-laki. Perempuan lebih sering terkena iritasi kulit karena perempuan melakukan pekerjaan rumah dan merawat anak, juga sebagai tambahan melakukan hairdressing dan perawatan. Dermatitis kontak iritan dapat terjadi pada semua usia. Banyak kasus dermatitis iritan akibat penggunaan popok merupakan dermatitis kontak iritan hasil dari iritan kulit langsung yang terdapat pada urin dan terutama feses. Pada orang yang lebih tua/lansia memiliki kulit yang lebih kering dan lebih tipis sehingga tidak mentoleransi sabun dan bahan pelarut sebaik orang dewasa. Dermatitis iritan akibat kerja sering dihubungjan dengan dermatitis persistent dan penyakit

Upload: aldy-sungkar

Post on 06-Nov-2015

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Epidemiologi (Hogan, 2014)

Di Amerika, dermatitis kontak iritan biasa terjadi pada pekerjaan yang pekerjanya banyak melakukan cuci tangan, material makanan, dan iritan lainnya. Pekerja pembersih, pelayanan kesehatan penyediaan makanan, dan penata rambut termasuk dalam pekerjaan dengan risiko tinggi terhadap penyakit ini. Pada pelayanan kesehatan, prevalensi sebesar 55,6% di 2 UGD dan 69,7% pada pekerja dengan risiko terpapar iritan yang tinggi. Selain itu, cuci tangan lebih dari 35 kali per giliran kerja juga sangat berhubungan dengan risiko kejadian ini.

In Denmark, cleaners comprise the greatest number of affected workers, but culinary workers have the highest incidence. A higher proportion of prolonged sick leave is seen among those in food-related occupations compared with those in wet occupations.[11]

Begitu pula di Jerman, insiden dermatitis kontak iritan lebih tinggi, yaitu sebesar 4,5% per 10.000 pekerja dibandingkan dengan kejadian dermatitis kontak alergen dengan kejadian 4.1% per 10.000 pekerja. Tingkat insiden yang tinggi didapatkan pada penata rambut (46,9% per 10.000 pekerja per tahun), pekerja pemanggangan (23,5% per pekerja per tahun), dan pekerja kuliner lainnya (16,9% per pekerja per tahun).

Bila dihubungkan dengan jenis kelamin, perempuan lebih berisiko terkena penyakit ini bila dibandingkan dengan laki-laki. Tingginya angka kejadian pada perempuan dikarenakan faktor lingkungan, bukan faktor genetik. Dermatitis kontak iritan akibat kerja mengakibatkan perempuan 2 kali lebih berisiko, berbeda dengan penyakit akibat kerja lainnya yang dominant menyerang laki-laki. Perempuan lebih sering terkena iritasi kulit karena perempuan melakukan pekerjaan rumah dan merawat anak, juga sebagai tambahan melakukan hairdressing dan perawatan.

Dermatitis kontak iritan dapat terjadi pada semua usia. Banyak kasus dermatitis iritan akibat penggunaan popok merupakan dermatitis kontak iritan hasil dari iritan kulit langsung yang terdapat pada urin dan terutama feses. Pada orang yang lebih tua/lansia memiliki kulit yang lebih kering dan lebih tipis sehingga tidak mentoleransi sabun dan bahan pelarut sebaik orang dewasa. Dermatitis iritan akibat kerja sering dihubungjan dengan dermatitis persistent dan penyakit menahun, dengan keparahan yang lebih besar antara pasien dengan dermatitis kontak iritan akibat kerja dan dermatitis atopik dan yang berumur lebih dari 50 tahun.