ensefalitis q

9
LAPORAN PENDAHULUAN ENSEFALITIS A. Definisi Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS (Central Nervus Sistem) yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent. Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme (Hassan, 2006). Pada encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis. B. Etiologi Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab Ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu. Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah: Infeksi virus yang bersifat endemik 1. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO. 2. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis. Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic

Upload: mithpuryana

Post on 19-Nov-2015

226 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

ensefalitis

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANENSEFALITIS

A. Definisi

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS (Central Nervus Sistem) yang disebabkan oleh virus atau mikro organisme lain yang non purulent.Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam mikroorganisme (Hassan, 2006). Pada encephalitis terjadi peradangan jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula spinalis.

B. Etiologi

Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan Ensefalitis, misalnya bakteria, protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab Ensefalitis adalah Staphylococcus aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain adalah keracunan arsenik dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.

Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:

Infeksi virus yang bersifat endemik

1. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus ECHO.

2. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis encephalitis, Eastern equine encephalitis, Japanese B encephalitis, Russian spring summer encephalitis, Murray valley encephalitis.

Infeksi virus yang bersiat sporadik : rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili, pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia, pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak spesifik.(Robin cit. Hassan, 1997)

C. Patofisiologi

Virus / Bakteri

Mengenai CNS

Insevalitis

Tik Kejaringan Susu Non Saraf Pusat Panas/Sakit kepala

Muntah- muntah

Kerusakan- kerusakan susunan Rasa Nyaman

Mual

Saraf Pusat

BB Turun

- Gangguan Penglihatan Kejang Spastik

- Gangguan Bicara

Nutrisi Kurang

- Gangguan Pendengaran Resiko Cedera

- Kekemahan Gerak Resiko Contuaktur

- Gangguan Sensorik

MotorikD. Tanda dan Gejala Ensefalitis

Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis Ensefalitis lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria diagnosis. Secara umum, gejala berupa Trias Ensefalitis yang terdiri dari demam, kejang dan kesadaran menurun. (Mansjoer, 2000). Adapun tanda dan gejala Ensefalitis sebagai berikut :

Data Obyektif :

1. Suhu yang mendadak naik, seringkali ditemukan hiperpireksia

2. Kesadaran dengan cepat menurun

3. Muntah

4. Kejang-kejang, yang dapat bersifat umum, fokal atau twitching saja (kejang-kejang di muka)

5. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau paralisis, afasia, dan sebagainya (Hassan, 1997

Inti dari sindrom Ensefalitis adalah adanya demam akut, dengan kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau koma, aphasia, hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda Babinski, gerakan involunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot wajah.E. Penatalaksanaan Ensefalitis Isolasi Isolasi bertujuan mengurangi stimuli/rangsangan dari luar dan sebagai tindakan pencegahan.

Terapi antimikroba, sesuai hasil kultur Obat yang mungkin dianjurkan oleh dokter :

1. Ampicillin : 200 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis

2. Kemicetin : 100 mg/kgBB/24 jam, dibagi 4 dosis

3. Bila encephalitis disebabkan oleh virus (HSV), agen antiviral acyclovir secara signifikan dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas HSV encephalitis. Acyclovir diberikan secara intravena dengan dosis 30 mg/kgBB per hari dan dilanjutkan selama 10-14 hari untuk mencegah kekambuhan (Victor, 2001).

4. Untuk kemungkinan infeksi sekunder diberikan antibiotika secara polifragmasi.

Mengurangi meningkatnya tekanan intracranial, manajemen edema otak

1. Mempertahankan hidrasi, monitor balans cairan; jenis dan jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan anak.

2. Glukosa 20%, 10 ml intravena beberapa kali sehari disuntikkan dalam pipa giving set untuk menghilangkan edema otak.

3. Kortikosteroid intramuscular atau intravena dapat juga digunakan untuk menghilangkan edema otak.

Mengontrol kejang Obat antikonvulsif diberikan segera untuk memberantas kejang. Obat yang diberikan ialah valium dan atau luminal.

1. Valium dapat diberikan dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/kali

2. Bila 15 menit belum teratasi/kejang lagi bia diulang dengan dosis yang sama

3. Jika sudah diberikan 2 kali dan 15 menit lagi masih kejang, berikan valium drip dengan dosis 5 mg/kgBB/24 jam.

Mempertahankan ventilasi Bebaskan jalan nafas, berikan O2 sesuai kebutuhan (2-3l/menit).

Penatalaksanaan shock septik

Mengontrol perubahan suhu lingkungan

Untuk mengatasi hiperpireksia, diberikan kompres pada permukaan tubuh yang mempunyai pembuluh besar, misalnya pada kiri dan kanan leher, ketiak, selangkangan, daerah proksimal betis dan di atas kepala. Sebagai hibernasi dapat diberikan largaktil 2 mg/kgBB/hari dan phenergan 4 mg/kgBB/hari secara intravena atau intramuscular dibagi dalam 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan antipiretikum seperti asetosal atau parasetamol bila keadaan telah memungkinkan pemberian obat per oral.(Hassan, 1997)F. Pengkajian

1. Identitas

Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.

2. Keluhan utama

Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.

3. Riwayat penyakit sekarang

Mula-mula anak rewel, gelisah, muntah-muntah, panas badan meningkat kurang lebih 1-4 hari, sakit kepala.

4. Riwayat penyakit dahulu

5. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus, contoh : Herpes dll. Bakteri, contoh : Staphylococcus Aureus, Streptococcus, E. Coli, dll.

6. Imunisasi

Kapan terakhir diberi imunisasi DPT. Karena ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.

Pertumbuhan dan perkembangan

G. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Kebiasaan

Sumber air yang digunakan dari PAM atau sumur, kebiasaan buang air besar di WC, lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh).

Status ekonomi

Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Menyepelekan anak yang sakit, tanpa pengobatan dan pemenuhan nutrisi

Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makanan dan cairan dalam jumlah kurang dari kebutuhan tubuh.

Pasien dengan ensefalitis biasanya ditandai

Adanya mual, muntah, kepala pusing, dan kelelahan.

Status gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh

Postur tubuh biasanya kurus, rambut merah karena kekurangan vitamin A, berat badan kurang dari normal. Pengetahuan tentang nutrisi biasanya pada orang tua anak yang kurang pengetahuan tentang nutrisi. Yang dikatakan gizi kurang bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal.

3. Pola eliminasi

Kebiasaan defekasi sehari-hari

Biasanya pada pasien ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.

Kebiasaan miksi sehari-hari

Biasanya pada pasien ensefalitis kebiasaan miksi normal frekuensi normal jika kebutuhan cairan terpenuhi. Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi urine akan menurun, konsentrasi urine pekat.

4. Pola tidur dan istirahat

Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien ensefalitis tidak dapat dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.5. Pola aktifitas

Aktifitas sehari-hari : biasanya terjadi gangguan pada klien karena klien ensefalitis dengan gizi buruk mengalami kelemahan.

Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak dilakukan latihan positif.

6. Pola hubungan dengan peran

Interaksi dengan keluarga/orang lain biasanya pada kien dengan ensefalitis kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.

7. Pola persepsi dan pola diri

Pada klien ensefalitis umur >4, pada persepsi dan konsep diri yang meliputi body image, seef eslum, identitas deffusion deper somalisasi belum bisa menunjukkan perubahan.

8. Pola sensori dan kuanitif

Sensori : daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya penglihatan, daya pendengaran.

9. Pola reproduksi seksual

Bila anak laki-laki apakan testis sudah turun, fimosis tidak ada.

10. Pola penanggulangan stress

Pada pasien ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran : Stress fisiologgi (biasanya anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja, tidak bisa menangis dengan keras/rewel karena terjadi afasia).

H. Pemeriksaan diagnostik

1. Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak begitu membantu. Biasanya berwarna jernih, jumlah sel 50-200 dengan dominasi limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih dalam batas normal.

2. Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (akibat lambat bilateral). Bila terdapat tamda klinis fokal yang ditunjang daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis fokal, biopsi dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus herpes simpleks.

3. Pemeriksaan serologik dengan complement fixation test, hemaglutination test dan neutralization test yang dilakukan pada akut dan rekonvalesen lebih memberikan hasil positip.

4. Biakan darah, biasanya sukar untuk mendapatkan hasil yang positip, karena viraemia hanya berlangsung sebentar, biakan virus dapat dilakukan dari cairan serebrospinal atau jaringan otak (post mortem).

5. Biakan feses sering ditemukan jenis enterovirus.6. Foto toraks dan tengkorak, dan bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan EEG, CT Scan atau MRI.I. Diagnosa Keperawatan1. Resiko tinggi infeksi b.d. daya tahan terhadap infeksi turun

2. Resiko tinggi terhadap trauma b.d. aktifitas kejang umum

3. Nyeri b.d. adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah

4. Gangguan mobilitas b.d. penurunan kekuatan oto yang ditandai dengan ROM terbatas

5. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. mual muntahJ. Rencana Keperawatan

a) Resiko tinggi infeksi b.d. daya tahan terhadap infeksi turun

Tujuan :

Tidak terjadi infeksi

Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen

Intervensi :

1. Pertahankan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat baik peetugas atau pengunjung. Pantau dan batasi pengunjung.

2. Abs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.

3. Berikan antibiotika sesuai indikasi.

Rasional :

1. Menurunkan resiko pasien terkena infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami infeksi saluran nafas atas.

2. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan.

3. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.

b) Resiko tinggi terhadap trauma b.d. aktifitas kejang umumTujuan :

Tidak terjadi trauma Tidak mengalami kejang/penyerta cedera lainIntervensi :

1. Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi bantalan penghalang tempat tidur dan berikan pengganjal mulut, jalan nafas tetap bebas.2. Pertahankan tirah baring dalam fase akut

3. Kolaborasi : berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valium.

4. Observasi tanda-tanda vital

Rasional :

1. Melindungi pasien jika terjadi kejang, pengganjal mulut agar lidah tidak tergigit.

Catatan : memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi.

2. Menurunkan resiko terjatuh/traauma saat terjadi vertigo.

3. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.

4. Deteksi dini terjadi kejang agar dapat dilakukan tindakan lanjutan.