energiapep edisi 9.pdf

44
EKSPLORASI ON THE RIGHT TRACK SUKSES STRATIGRAFIC PLAY DI JATI ASRI Exploration - Appraisal Project Jawa 2 berhasil menemukan cadangan cukup besar dengan metode stratigrafi yang baru pertama kali terbukti secara siknifikan di Pertamina. Tak lagi terkungkung pada “structural play”. Membangkitkan optimisme baru untuk penambahan produksi. EDISI TAHUN I VOL 09

Upload: tranxuyen

Post on 31-Dec-2016

258 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

EKSPLORASI ON THE RIGHT TRACK

SUKSES STRATIGRAFIC PLAY DI JATI ASRIExplo ra tion - Appraisal Project Jawa 2 berhasil menemukan cadangan

cukup besar dengan metode stratigrafi yang baru pertama kali terbukti

secara siknifi kan di Pertamina. Tak lagi terkungkung pada “structural

play”. Membangkitkan optimisme baru untuk penambahan produksi.

EDISI TAHUN I VOL 09

Page 2: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

2 TAHUN I VOLUME 08pep.pertamina.com

Implementasi BPMS

Page 3: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

3VOLUME 09 TAHUN I

WHAT’S in a name, kata sastrawan masyhur yang karyanya abadi di segala zaman, Shakespeare. Tapi bagi kami, nama tetap penting. Untuk itu, kami memilih nama BALANCE untuk media yang diniatkan sebagai ajang komunikasi Pertamina EP dengan stake holder. Dengan BALANCE kami mencoba menangkap spirit perusahaan untuk tetap menjaga harmoni antara pertumbuhan perusahaan, dengan alam dan lingkungan masyarakat. Tanpa terasa BALANCE sudah terbit delapan edisi dengan spektrum liputan yang luas, mulai dari produksi sampai kepedulian terhadap keaneka ragaman hayati.

Jika sekarang, untuk edisi kesembilan dan seterusnya, kami harus menanggalkan BALANCE bukan berarti nama itu sudah tidak berarti lagi. Pergantian menjadi Energia semata-mata untuk kepentingan komunikasi. Pertamina sebagai perusahaan yang bertekad mewujudkan visi world class company merumuskan strategi “one brand” untuk penerbitan media. Baik untuk holding maupun anak perusahaan harus menggunakan nama Energia dengan tagline Energizing Asia.

Energia dipungut dari bahasa Yunani energeia, yaitu en bermakna di dalam, dan ergon bermakna kerja. Energia bermakna kapasitas atau daya dalam mengerjakan sesuatu. Manusia pada hakikatnya adalah sumber energi, yang punya kekuatan untuk mengerjakan sesuatu, mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang semestinya lebih berarti.

Kekuatan ini oleh penyair Taufi k Ismail dipersonifi kasikan dalam sosok Aura Energia lewat buku “Pertamina Dari Puing-Puing ke Masa Depan Refl eksi & Visi 1957-1997”. Aura Energia adalah sosok imajinatif yang diciptakan untuk menggambarkan fi gur ideal insan Pertamina abad XXI. Mewakili visi, kerja keras, usaha yang terus-menerus, dan cita-cita Pertamina yang senantiasa bertransformasi dan bergerak menggapai masa depan gemilang bangsa dan negara Indonesia tercinta.

Semangat inilah yang coba kami tularkan lewat berbagai tema tulisan, baik saat bernama BALANCE maupun Energia. Seperti nomor ini kami mengangkat success story Jati Asri, Menjelang akhir tahun 2013, Exploration - Appraisal Project Jawa 2 berhasil menemukan cadangan migas yang cukup besar dari sumur wildcat Jati Asri (JAS)-1 melalui pengembangan konsep stratigrafi (stratigraphic play) yang terbilang baru pertama kali terbukti secara signifi kan di Pertamina. Sumur-sumur lain juga pernah menerapkan konsep ini tetapi belum terbukti secara signifi kan dari hasil uji kandung lapisan.

Temuan ini sangat berarti bagi Pertamina EP karena merupakan awal untuk tidak lagi terkungkung pada “structural play”. Hal ini membangkitkan optimisme baru untuk penambahan cadangan dan produksi di Pertamina EP.

Tanpa kerja keras dan usaha yang terus menerus tanpa kenal lelah, serta semangat untuk terus bertransformasi menggapai masa depan gemilang, penemuan migas di Jati Asri, juga tempat lain hanyalah mimpi di siang bolong. Selamat Membaca!

ENERGIA

cover : Aktivitas pengeboran PT Pertamina EP Jati Ibon.

Difoto oleh Tatan Agus RST.

D A R I R E D A K S I

Page 4: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

4 TAHUN I VOLUME 08

Pemimpin Redaksi: Aji Prayudi (VP Legal Relations) Wakil Pemimpin Redaksi: Arya Dwi Paramita (Pjs PR Manager) Redaktur Pelaksana: Arya Dwi Paramita, Panjie Galih Anoraga Redaksi: Hidayat Tantan, Tatan Agus RST, Sigit Widihardono, Humas Asset 1, Humas Asset 2, Humas Asset 3, Humas Asset 4, Humas Asset 5, Humas Pangkalan Susu, Humas Rantau, Humas Lirik, Humas Jambi, Humas Adera, Humas Ramba, Humas Pendopo, Humas Prabumulih, Humas Limau, Humas Tambun, Humas Jatibarang, Humas Subang, Humas Cepu, Humas Tarakan, Humas Sangatta, Humas Sangasanga, Humas Tanjung, Humas Bunyu, Humas Sorong.Alamat Redaksi: Menara Standard Chartered, Lantai 21-29, Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164 Jakarta Selatan email: [email protected]

Mewujudkan Ketahanan Energi NasionalPADA 9 April 2014 lalu, kita baru saja melakukan pemi-lihan umum legislatif (Pileg) dan selanjutnya akan melaku-kan pemilihan Presiden (Pilpres) yang akan berlangsung pada 9 Juli 2014. Memilih anggota legislatif dan juga Presiden artinya kita memilih wakil dan pemimpin dalam 5 tahun ke depan. Ketika memilih wakil rakyat dan pemim-pin tersebut, artinya kita memercayakan berbagai persoa-lan bangsa ini kepada mereka.

S U R A T P E M B A C A

Redaksi menerima kiriman artikel dan foto seputar kegiatan dunia migas dan hal yang berkaitan, maksimal 6.000 karakter. Kirim ke: [email protected]

KEBIJAKAN QUALITY, HEALTH, SAFETY, SECURITY & ENVIRONMENT (Q H S S E)

KEBIJAKAN QUALITY, HEALTH, SAFETY, SECURITY & ENVIRONMENT (Q H S S E)

Salah satu persoalan yang mengemuka dan krusial adalah terkait kemandirian dan ketahanan energi. Kemandirian dan ketahanan energi merupakan pilar pen-ting ketahanan ekonomi dan bermuara pada ketahanan nasional. Karena itu membangun sistem kemandirian dan ketahanan energi sangat penting bagi sebuah negara. Selain sebagai kemampuan merespon dinamika perubahan energi global (eksternal) juga sebagai kemandirian untuk menjamin ketersediaan energi nasional (internal).

Untuk menyelamatkan ketahan an energi kita, maka ketergantungan terhadap minyak harus dikurangi. Anugerah yang dimiliki Indonesia berupa keragaman sum-ber energi harus dimanfaatkan. Salah satunya dengan fokus dan mengoptimalkan gas alam dan gas-gas non kon-vensional lainnya. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral memperkirakan, bahwa Indonesia mempunyai sumber daya gas sebesar 335 triliun cubic feet, setara de-ngan 59,6 miliar barrel minyak.

Kemudian juga menciptakan energi mix yang terdi-versifi kasi melalui energi terbarukan. Tren dalam meng-gunakan hidrokarbon seperti minyak, gas dan batubara diprediksi akan tetap mendominasi energi konsumsi kita di masa depan.

Kemudian juga mengoptimalkan sumber energi terba-rukan dan berkelanjutan. Salah satunya adalah panas bumi. Potensi panas bumi di Indonesia sangat besar karena letak geografi s yang berada di cincin api Asia Pacifi k. 40 persen sumber energi panas bumi di dunia, berada di Indonesia. tetapi pemanfaatannya di dalam negeri, tidak lebih dari 5 persen.

Selain itu, sumber energi terbarukan seperti biofuel dan bioethanol, layak untuk dipertimbangkan juga sebagai bagian dari diversifi kasi energi nasional, juga termasuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Langkah lain untuk menciptakan kemandirian energi yaitu denan mengurangi subsidi minyak dan mengalokasikan dana subsidi tersebut ke wilayah-wilayah yang lebih penting.

Ibnu AbdullahMampang-Jakarta

Email: [email protected]

Page 5: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

5VOLUME 09 TAHUN I

Indonesia masih memiliki potensi sumberdaya migas sangat besar, namun cadangannya sedikit. Masih harus dieksplorasi dengan membutuhkan waktu, biaya yg mahal dan perlu usaha yang keras untuk menemukannya.

ALARM BAHAYA SDM MIGAS

24

WAWANCARA:

Rovicky Dwi PutrohariKETUA UMUM IKATAN AHLI GEOLOGI INDONESIA

ISTI

ME

WA

“Where oil is fi rst found, in the fi nal analysis, is in the minds of men (and women), -Wallace E, Pratt, 1952.”

PEOPLE BEHIND JATI ASRI

15

32WISATA: Kepulauan Derawan: Sensasi Ubur-ubur Akrobat

TATA

N A

GU

S R

ST

TATA

N A

GU

S R

ST

Dalam lima tahun terakhir, eksplorasi Pertamina EP membukukan temuan 818 juta barrel setara minyak. Ada 1.250 miliar barrel setara minyak yang siap dimonetitasi. Produksi akan meningkat dalam dua-tiga tahun mendatang.

Di tengah produksi yang kurang menggembirakan, hasil sumur eksplorasi Jati Asri (JAS)-1 ibarat setetes air di pandang tandus. Menjelang akhir tahun 2013, Explo ra tion - Apprais al Project Jawa 2 berhasil menemukan cadangan migas yang cukup besar dari sumur wildcat.

ASA DARI JATI ASRI

EKSPLORASI ON THE RIGHT TRACK

◆ Awas! Bahaya Benzene 18

◆ Inspirasi: Kamus Berjalan Tuntung 20

◆ Rana: Di Perkampungan Nelayan 28

◆ Lensa Peristiwa 36

◆ Seni: Tegak Sejak Remuknya Tembok Berlin 39

D A F T A R I S I

6

11

H. T

AN

TAN

Page 6: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

6 TAHUN I VOLUME 08

Dalam lima tahun terakhir, eksplorasi EP membukukan temuan

818 juta barrel setara minyak. Ada 1.250 miliar barrel setara

minyak yang siap dimonetitasi. Produksi

akan meningkat dalam dua-tiga

tahun mendatang.

EKSPLORASI ON THE RIGHT TRACK

TATA

N A

GU

S R

ST

L A P O R A N U T A M A

Page 7: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

7VOLUME 09 TAHUN I

RIG D /, milik Pertamina Driling Ser-vice (PDSI) masih ber-diri tegak di Lapang-an Jati Ibon, di Desa Hanjatan, Kecamatan

Patrol, Kabupaten Indramayu. Sudah lebih dari seratus hari rig yang serba elektronis itu berada di kawasan yang bersisian dengan Laut Jawa tersebut. Ini adalah lapangan keempat yang me-makai jasa rig berkekuatan . tenaga kuda ini. “Pengeboran sudah selesai. Dalam satu dua hari akan release.” ujar Sapto Edy Nugroho. Asisten Manajer Drilling Pertamina EP saat Energia PEP ber kunjung ke sana akhir Maret lalu.

Jati Ibon adalah sumur penge-boran yang diinisiasi Appraisal Project Jawa 2, Hasilnya, meski bukan dry hole, masih jauh di bawah Jati Asri (lihat ba-gian 2: Asa Dari Jati Asri). Baik Jati Ibon maupun Jati Asri sudah mening-galkan “structural play”. Penge borannya mendasarkan pada stratigrafi , “Bekal data selama pengeboran akan kita eva-luasi untuk menyempurnakan metode stratigrafi ,” ujar Tri Widyokunto, Senior Manager Aprraisal Project Jawa 2.

Sebelumnya, pengeboran Perta-mina EP lebih mendasarkan pada struc-ture play. Hampir semua wilayah kerja

sudah digarap dengan pola pengeboran seperti itu. Jika tak menggunakan cara baru, pengeboran bisa dipastikan akan makan angin alias tak menghasilkan apa-apa. Padahal, jika ingin survive pe-ngeboran harus berhasil seperti ung-kapan yang sudah jadi jargon para pe-main migas: setiap tetes yang keluar dari perut bumi harus diganti dengan satu tetes temuan eksplorasi. Kalau umur mau lebih panjang dan perusa-haan ingin growth pengantinya tentu-nya tak hanya satu tetes, tapi harus bertetes-tetes.

Resep ini diistilahkan dengan re-serve to replacement ratio. Perusahaan migas rela menghabiskan dana berju-ta-juta dollar untuk pengeboran. Pada-hal, upaya itu tak selalu membuahkan hasil. Mereka harus siap gagal dan in-vestasi berjuta-juta dollar am blas ditelan bumi. “Untuk greenfi eld, keber-hasilan pengeboran rata-rata perusa-haan migas hanya 30%,” ujar Nanang Abdul Manaf, profesional migas yang sudah lebih dari dua puluh tahun bergelut dengan dunia eksplorasi di Pertamina.

Meski rasio sukses kecil, perusa-haan-perusahaan migas berani men-gambil risiko. Mereka terus mengge-rakkan rig-rig ke wilayah-wilayah

yang ditengarai mengandung harta karun emas hitam dan gas, sampai ke laut dalam. Mereka paham, jika tak di-lakukan, iba rat ATM yang diambil terus tanpa pernah diisi, lama-lama akan terkuras. Saldo tak bersisa. Perusahaan pun akhir nya hanya ting-gal sejarah. “Rule of game-nya kalau mau main di migas memang seperti itu. Ini bisnis yang high risk.” Nanang menambahkan.

Untuk industri migas Indonesia, apa boleh buat penambahan ca-dangan kurang menggembirakan. Angkanya dari tahun ke tahun terus turun. Da lam catatan SKK Migas re-serve to re place ment ratio 2013 ter-catat 63%, me nurun dibandingkan 2012 sebesar 75%.

Reserve to replacement ratio akan berpengaruh pada reserve to production ratio. Di Indonesia, cadangan yang proven sekarang tinggal 3,6 miliiar BOE (barel oil equivalent) barrel. Dengan tingkat produksi seperti sekarang in-dustri migas hanya akan bertahan untuk 10 tahun sampai 11 tahun, jika eksplorasi gagal total. “Best practices yang dilakukan perusahaan-perusahan mempertahankan reserve to production 15-20 tahun”.

PEP sebetulnya berpotensi mem-bukukan reserve to replacement ratio yang positif. Tak hanya mengemba-likan satu setetes, yang dikembalikan bisa lebih. Dari lima tahun kegiatan eksplorasi (2009-2013) yang dilakukan anak perusahaan Pertamina yang ber-gerak di sektor hulu ini, mampu mem-bukukan penemuan rata-rata setiap tahun 164 juta barel setara minyak per tahun, biasa ditandai dengan satuan MMBOE. Sementara yang diproduksi Pertamina EP sekitar 100-105 MMBOE. Rinciannya minyak 40-45 MMBOE per tahun, gas 365 TCF per tahun.

“Tapi penemuan itu kebanyakan masih contigent resources belum menja-di reserve,” ujar Nanang Abdul Manaf, yang selama tiga tahun (2011-Maret 2014) menjabat sebagai VP Eksplorasi Pertamina EP, sebelum di pindah tugas-kan sebagai VP Business Initiatives &

Nanang Abdul Manaf.

WA

HY

U

Page 8: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

8 TAHUN I VOLUME 08

Valuation, Upstream Business Develop-ment, Dit. PIMR.

Dengan target produksi yang terus ditambah, wajar jika sementara ka-langan mempertanyakan mengapa temuan eksplorasi yang lumayan besar itu tak segera dimonetisasi dengan segera menjadikannya sebagai reserve. Secara sederhana untuk memonetisasi hasil temuan sumur eksplorasi harus ada PODnya (Plan of Development) atau sekurang-kurangnya POP (Put on Production), dengan catatan POP ini hanya untuk sementara waktu sambil menunggu tambahan sumur delineasi atau appraisal dalam rangka mengkon-fi rmasi besarnya cadangan dari struk-tur temuan eksplorasi tersebut.

Monetisasi itu tak bisa sebentar. “Dalam pengalaman kita, dari discovery sampai POD bisa mencapai tiga tahun,” kata Nanang. Alumnus ITB Jurusan Geologi ini mencontohkan Lapangan Pondok Makmur. Sejak ditemukan pada 2007, baru bisa on stream pada 2010 (POD tahap pertama). Kalau la-pangan gas bisa lebih lama lagi. “Minyak lebih lebih mudah dibanding gas,” ujarnya. Waktu monetisasi se-buah lapangan juga bisa lebih cepat jika dekat dengan fasilitas produksi.

Nanang menyebutkan keterlam-batan itu disebabkan bagian eksplo-rasi tidak fokus. Di satu sisi, dituntut memenuhi target RJPP yang mengha-ruskan penambahan sumber daya con-tingent. Di sisi lain, dituntut segera mengkonversi sumber daya contigent ke reserve. “Padahal, dana terbatas,” ujar Nanang. Tiap tahun dianggarkan dana sekitar 200-300 juta dollar. Karena pongeboran semakin dalam, satu sumur umumnya membutuhkan biaya 15-20 juta dollar. Artinya, bujet yang disediakan paling-paling hanya cukup untuk 15 sumur.

“Tiap tahun kita bingung mengalo-kasi mau dibelanjakan berapa untuk wildcat, dan berapa untuk deli neasi,” ujar Nanang. Wildcat adalah istilah untuk sumur-sumur “perawan” yang dibor pertama kali untuk mendapat-

STRUCTURAL VS STRATIGRAPHIC PLAY

kan contigent resources, sedangkan de-lineasi ditujukan untuk sumur yang di-tingkatkan statusnya dari kontigensi ke reserve. Ini ditandai dengan status sumur yang menjadi POP. Untuk pengembang an sebuah lapangan, harus ada beberapa sumur POP sebe-lum status dinaikkan menjadi POD.

Sebagai solusi menurut Nanang, harus ada breakthrough, misalnya in-vestasi eksplorasi difokuskan kepada penambahan contigent resources se-perti diamanatkan RJPP sementara tugas delineasi dikerjakan bagian pe-ngembangan atau dengan mengguna-kan bujet pengembangan sehingga

TATA

N A

GU

S R

ST

L A P O R A N U T A M A

STRUCTURAL

STRATIGRAPHIC

Page 9: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

9VOLUME 09 TAHUN I

MELAKUKAN eksplorasi Indonesia jauh lebih rumit dibandingkan di negara lain. Tak sekadar memastikan subsur-face bagus, tapi juga harus mengaman-kan surface. Sementara di negara lain umumnya hanya konsentrasi pada pe-kerjaan subsurface karena jebakan migas umumnya di daerah steril, jauh dari pemukiman ataupun penggunaan lain.

Amerika, misalnya sekarang dengan leluasa mengembangkan shale gas ka-rena wilayah pengembangan benar-benar jauh dengan penduduk. Pompa-pompa raksasa dengan berat sampai 60 ton tanpa kesulitan ditempatkan di la-pangan-lapangan potensial. Sementara di Indonesia jangankan peralatan “giant” seperti itu, rig yang berukuran lebih kecil kerap tak bisa mauk lokasi karena dipor-tal penduduk

“Contoh lain, di Libya misalnya, eks-plorasi dilakukan di daerah gurun yang tak ada penduduknya,” ujar Nanang Abdul Manaf. Alumnus ITB Jurusan Geo logi ini pernah selama dua tahun (2009-2011) menjadi GM Pertamina

Lybia. Pekerjaan eksplorasi sebetulnya lancar tanpa ada gangguan sampai akhir-nya terjadi krisis politik di Libya yang berakhir dengan terbunuhnya Presiden Moamar Khadafy. Saat itu, semua ekspa-triat termasuk Nanang dievakuasi. Ka-rena pertimbangan keamanan. sampai kini proyek belum diteruskan. Beberapa ekspatriat dari negara lain memang ada yang nekad kembali ke sana. Itu pun de-ngan pengamanan ekstra ketat.

Nanang menyebutkan, banyak wilayah kerja Pertamina EP yang poten-sial tak bisa dibor karena sudah dikepung pemukiman penduduk ataupun beriri-san dengan penggunaan lain, seperti perkebunan dan pertambangan. Sema-kin kompleks dengan munculnya UU No 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Berdasarkan beleid tersebut, pem bebasan lahan di atas 1 Ha harus me lalui BPN. Untuk pengeboran biasa-nya dibutuhkan 2 Ha. Celakanya, bi-rokrasi pengurusan di BPN terlalu pan-jang. Peng ada an lahan pun cenderung

berlarut-larut.Persoalan ini sebetulnya tak hanya

dialami Pertamina EP. Perusahaan de-ngan status world class seperti Exxon Mobil terhambat problem serupa untuk mengembangkan Lapangan Cepu. Mereka akhirnya terpaksa membebas-kan lahan yang sangat luas Ini tentunya berimbas pada biaya operasi yang sema-kin membengkak.

Alhasil, sampai sekarang lapangan yang mulai digarap sejak 2004 belum juga bisa optimal. Produksinya masih 20 ribuan barrel. Padahal, Exxon sempat memproyeksikan produksi sampai 165.000 barrel.

Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pe-laksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Gde Pradnyana, menyebutkan ada tiga ken-dala utama yang menghambat eksplorasi migas di Indonesia yakni perpajakan, perizinan, dan kepastian hukum. “Per pa-jakan belum beres, peralatan yang masuk masih dikenakan pajak,” ujarnya dalam sebuah seminar di Jakarta baru-baru ini.

Sementara untuk perizinan, ada 281 jenis izin yang harus dipenuhi inves-tor. Banyaknya perizinan yang diper-syaratkan, kata Pradnyana, menjadi pe-nyebab banyak upaya pengeboran ter-tunda. Perizinan yang harus dipenuhi, sebut dia, sampai ke tingkat pemerintah daerah. Beberapa izin tersebut adalah pemakaian genset, pinjam pakai kawas-an hutan, dan penggunaan alat berat. “Belum lagi, pro sesnya lama.”

Sedangkan soal kepastian hukum salah satunya terkait dengan revisi UU Migas yang sampai sekarang belum di-rampungkan DPR sehingga postur re-gulasi belum jelas.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Rovicky Dwi Putohari menyebutkan ba-nyak perusahaan migas sekarang ini me-milih tak melakukan eksplorasi me-nunggu revisi tersebut selesai.

RUMITNYA EKSPLORASI DI INDONESIA

dua-duanya bisa jalan. Alternatif lain, legowo melepaskan target contigent dan fokus melakukan monetisasi.

Menurut Nanang, kasus Lapangan Benggala sebetulnya bisa menjadi con-toh ideal percepatan monetisasi. Begitu selesai satu sumur ekplorasi langsung di POP. Ini dilakukan paralel dengan

penyelesaian eksplorasi sumur kedua dan ketiga. Biasanya POP dilakukan se-telah pengeboran sumur delineasi kedua dan ketiga selesai.

Tekanan eksternal untuk mengalir-kan gas dari lapangan Benggala sangat besar. Provinsi Sumatera Utara di am-bang krisis. Listrik kerap mati karena

pembangkitnya kurang pasokan gas. Begitupun dengan kalangan industri. Manajemen Pertamina EP merespon-nya dengan mempercepat pengaliran gas agar segera dimanfaatkan masyara-kat, Se ka rang ini dari satu sumur baru bisa dialirkan 4 MMSCF. Kalau sudah full development, bisa mencapai 6-10

Tim eksplorasi Pertamina EP di lapangan minyak Jati Asri.

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 10: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

10 TAHUN I VOLUME 08

SUKSES RASIO PENGEBORAN PEP

tensial,” ujar Nanang Abdul Manaf.Keberhasilan eksplorasi sangat

bergantung dengan banyaknya jumlah pengeboran. Dengan pengeboran yang banyak, kemungkinan mendapatkan minyak atau gas semakin besar.

Pada 2012, dengan pengeboran sampai 24 sumur, di atas target RKAP yang hanya 22 sumur bisa mencatatat-kan penemuan sebesar 229 MMBOE, Ini terbesar sepanjang sejarah ekplora-si Pertamina EP. Sebaliknya, jika penge-boran sedikit, hasilnya pun minim pula. Seperti terlihat pada 2011. Sumur yang diselesaikan hanya 12 sumur dari target 24. Perolehannya hanya 93 MMBOE, terendah dalam eksplorasi lima tahun terakhir (lihat grafis –Jumlah Pengeboran dan Temuan Cadangan PEP). Pada 2012, penge-boran banyak terkendala dengan per-soalan pengadaan lahan.

Riwayat eksplorasi Pertamina EP dimulai seiring dengan berdirinya

perusahaan pada 2005. Dalam dua tahun, boleh dibilang masa trial and error. Sukses rasionya masih rendah. Pada tahun pertama tercatat 57%. Tahun kedua malah lebih buruk lagi, dari empat sumur yang dibor, tiga di-antaranya dry hole atau sukses rasio hanya 25%. Tahun-tahun berikutnya mulai membaik selalu di atas 70%. Malah pada 2002, sukses rasio menca-pai 92%. “Sukses rasio ekplorasi EP rata-rata 72%,” ujar Nanang Abdul Manaf. (lihat grafis Sukses Rasio Eksplorasi PEP.

Angka ini boleh dibilang besar di-bandingkan rasio sukses eksplorasi di ta taran global. “Mungkin karena kita ngebor di lapangan yang sudah mature. Jadi sukses rasionya relatif tinggi,” kata Nanang. Untuk pengeboran di green fi eld, di percaturan global sukses rasio tidak lebih dari 30%. Bisa dikata-kan eksplorasi Pertamina EP on the right track.

MMSCF per sumur. Kalau ada sepuluh sumur, gas yang dialirkan lumayan besar, 60-100 MMSCF. “Kalau mau cepat monetisasi ha rus fokus dan dedi-cated team,” ujarnya.

Nanang menyebutkan SDM bukan kendala untuk melakukan percepatan monetisasi. Menurut dia, kompetensi karyawan EP sudah teruji dalam me-ngerjakan beberapa proyek pengem-bangan. Pertamina EP sekarang ini me-ngerjakan beberapa proyek pengem-bangan, antara lain Pondok Makmur, Paku gajah, Matindok dan Gas Jawa.

Proyek-proyek itu sudah hampir selesai dan siap diserahkan pengelola-annya kepada Asset. “SDM-nya bisa diputar untuk mengerjakan perce-patan monetisasi,”ujar Nanang. me-nambahkan Bagaimana dengan bujet? “Bujet harus tersendiri, terpisah dari bujet rutin eksplorasi,” ujarnya.

Top manajamen PEP menyadari handicap yang dihadapi tim eksplorasi. Untuk itu pada 2013, dialokasikan dana khusus untuk percepatan sumur delineasi. Semula tahun 2014 hanya di-targetlan 12 sumur, tapi kemudian di-tambah 8 sumur delineasi dengan dana terpisah di luar bujet rutin eksplorasi.

Monetisasi eksplorasi memang men jadi prioritas Presiden Direktur Per tamina EP, Adriansyah. Dalam wa-wancara dengan Energia PEP, mantan Presiden Direktur Pertamina Geo-thermal ini menyebutkan monetisasi eksplorasi menjadi salah satu strategi untuk mengejar target produksi 128.000 BOPD yang dibebankan PT Per tamina (Persero) sebagai induk perusahaan. Per cepatan itu salah satu nya akan dilakukan pada lapang-an Jati Asri.

Nanang Abdul Manaf menyebut temuan ekplo rasi yang siap dimoneti-sasi sekitar 1.250 miliar barrel setara minyak. Jika separuhnya saja bisa di-POP-kan, dengan mengacu pada pro-duksi Per ta mina EP sekarang se kitar 100-105 MMBOE per tahun, masa produksi Pertamina EP bertambah 5-6 tahun. “Pertamina EP masih sangat po-

Page 11: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

11VOLUME 09 TAHUN I

MENJELANG akhir tahun , Explo-ra tion - Apprais al Project Jawa ber-hasil menemukan cadangan migas

yang cukup besar dari sumur wild-cat Jati Asri (JAS)- melalui pengem-bangan konsep stratigrafi (stratigraphic play) yang terbilang baru pertama kali terbukti secara signifi kan di Pertamina. (sumur-sumur lain juga pernah mene-rapkan konsep ini namun belum ter-bukti secara signifikan berdasarkan hasil uji kandung lapisan). Temuan ini sangat berarti bagi Pertamina EP ka-rena merupakan awal untuk tidak lagi terkungkung pada “structural play”.

Hal ini membangkitkan optimisme baru untuk penambahan cadangan dan produksi di Pertamina EP.

Di tengah produksi yang kurang menggembirakan, hasil sumur eksplo-rasi Jati Asri (JAS) -1 ibarat setetes air di padang tandus. Tak hanya untuk internal PEP, tapi juga industri migas Indonesia. Mendapatkan 1.000 barrel dari satu sumur sekarang ini, seperti yang akan diproduksikan dari JAS-1 susah tak kepalang. Untuk itu SKK Migas sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung pada pengelolaan hulu migas meminta pengembangan lapangan Jati Asri dipercepat.

“Dalam perencanaan kami tadinya Lapangan Jati Asri full scale baru 2019.

ASA DARI JATI ASRIDalam rapat terakhir SKK Migas minta dipercepat 2016”, ujar Tri Widyo Kunto, Senior Manager Appraisal Project Jawa 2 Pertamina EP. Explora tion Ap-praisal Project Jawa 2 boleh dibilang “ibu kandung” yang melahirkan JAS-1. “Tapi ini bukan hanya hasil tim kami dari eksplorasi, Jati Asri itu hasil total football, sumbangsih fungsi lain juga besar,” kata Tri. Fungsi ini se be lumnya bernama Project Area Fo kus Eksplo rasi (PAFE) Area Melandong.

Awalnya bola memang berasal dari bagian eksplorasi yang mengusul-kan sumur. Merekalah yang mengi-dentifi kasi tutupan yang mengandung hidrokarbon, baik yang terperangkap secara struktural ataupun stratigrafi .

Anggota tim drilling dan eksplorasi Jati Asri di depan rig Jati Ibon.

TATA

N A

GU

S R

ST

L A P O R A N U T A M A

Page 12: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

12 TAHUN I VOLUME 08

Berbekal data survei seismik 3D, data sumur eksplorasi sebelumnya, serta pengembangan konsep geologi yang baru, mereka mengidentifi kasi pros-pek dan lead baru, serta memutuskan lokasi layak untuk dibor.

Usulan ini terlebih dahulu harus diuji Tim Funelling, melibatkan Advisor dan Technical Support dari in-ternal Pertamina EP, serta UTC (Up-stream Technology Centre) dari Direk-torat Hulu, mereka semua sebagai as-sessor yang menilai suatu usulan pe-ngeboran eksplorasi menjadi Pros pek Siap Bor. Semuanya sudah banyak makan asam garam di jagad pengebor-an minyak dan gas “Challenge-nya tak mudah. Kalau konsepnya gak kuat tak mungkin lolos”, ujar Tri Widyo, kini 49 tahun. Se telah persetujuan didapat dari Tim Fun neling, masuk ke Fungsi Pe ren ca naan dan Evaluasi Eks plorasi (Explo ra tion Planning & Eva luation) untuk dilakukan pemeringkatan dari sekian banyak usulan sumur eksplo-rasi yang lolos dari Tim Funneling yang akan menjadi WP&B dan RKAP tahun berikutnya. Tentunya semua sumur Eks plo rasi yang akan diusul-kan di WP&B dan RKAP harus disetu-jui oleh VP Exploration sebagai pejabat tertinggi di Fungsi Eksplorasi PEP. Demikian pula target penemuan ca-dangan/sumberdaya menjadi salah satu KPI Explo ration & New Discovery Project Director, bahkan sampai pada President Director PEP, SVP Eks plo-rasi, Direktur Hulu dan Direktur Utama. “Kami juga di challenge oleh BOD dan SVP Eksplorasi terkait usul-an sumur dan Strategi Eks plorasi,” ungkap Tri. Lolos dari Tim Funelling dan Pe rencanaan & Ope rasi Eksplo-rasi, ujian berikutnya dari SKK Migas. “Kami juga harus bolak-balik menjelaskan ke SKK Migas,” Tri menambahkan.

Eksekusinya sendiri melibatkan Fungsi Operasi Eksplorasi, Drilling, Supply Chain Management, dan Legal & Relation serta Aset-3, terkait perizinan, penyiapan lokasi, pembebasan lahan

untuk kontruksi sebelum rig masuk, pembuatan Drilling Program, dan peng-adaan material dan jasa pengebor an. Saat pengeboran berlangsung monitor-ing dan controlling dilakukan bersama antara Fungsi Exploration Ap prais al Project Jawa 2, Operasi Eksplo rasi dan Drilling. Para Explora tionist muda Appraisal Project Jawa 2 sebagai Wellsite Geologist selalu melaporkan setiap saat pagi siang sore bahkan tengah malam selama pengeboran berlangsung apa-bila ada hal-hal penting untuk men-gambil keputusan dari lokasi penge-boran, koordinasi dan sinergi anta ra Fungsi terkait menjadi suatu keha-rusan untuk setiap kegiatan yang ber-investasi jutaan dollar.

Setelah pengeboran berlangsung dilakukan evaluasi masing-masing fungsi sesuai tugas dan tanggung ja-wabnya. Evaluasi Subsurface dilaku-kan oleh Fungsi Aset Appraisal Project Jawa 2, hasil akhirnya adalah perhi-tungan cadangan/sumberdaya baru hasil temuan eksplorasi, kemudian di-lakukan perencanaan untuk tindak lanjutnya apakah diperlukan sumur delineasi, apakah akan diproduksikan

secara POP (put on pduction) atau di POD (plan of development) kan, tak salah jika Tri menyebutkan Jati Asri digarap secara total football.

Jati Asri untuk kesekian kali membuktikan bahwa di dunia ekplora-si tak pernah ada kata menyerah. Dia buah dari kegigihan dan ketelitian. Tim tak boleh lelah membolak-balik data, kemudian menganalisanya untuk menghasilkan terobosan baru. Exploration Appraisal Project Jawa 2 se-betulnya jauh dari komposisi ideal. Tim hanya berkekuatan tujuh orang, termasuk Tri Widyo, masih ada dua posisi yang belum terisi.

Prospek Jati Asri yang masuk dalam area Melandong ini semula tak pernah dilirik. Setiap kali diusulkan ke tim Funelling, selalu ditolak karena dianggap mempunyai sumberdaya kecil kalah prioritas dengan prospek lain. “Ketika usulan masih dengan konsep lama, konsep stuktural, pros-pek ini beberapa kali ditolak,” ujar Manajer Sub surface Muharram Jaya Panguriseng yang ikut mendampingi Tri Widyo Kunto saat memberikan penjelasan kepada Energia PEP.

L A P O R A N U T A M A

MEMINIMALKAN RISIKO DENGAN FUNELLING

INDUSTRI migas adalah industri high risk. Salah satu yang paling rawan ada-lah masa eksplorasi. Duit berjuta-juta dollar amblas ditelan bumi adalah risiko yang harus dihadapi perusahaan migas. Untuk meminimalkan risiko yang ada, serta untuk memperkecil tingkat ketidakpastian, Fungsi Exploration

PEP, secara periodik melakukan proses review terhadap seluruh usulan program/kegiatan eksplorasi, Proses itu disebut proses funelling. Ini merupakan kelanjutan proses technical review yang sudah secara rutin dilakukan di Fungsi Exploration.

Pada 2004, sebagai salah satu upaya proses standarisasi dan dokumentasi, khususnya kegiatan review terhadap usulan kegiatan eksplorasi, dilakukan work-shop eksplorasi. Dari kegiatan ini dihasilkan pedoman kegiatan eksplorasi yang digunakan hingga tahun 2009. Pada tahun tersebut dilakukan review terhadap pedoman eksplorasi untuk penyempurnaan dan update dari proses yang ada. Review tersebut berujung pada pembuatan Exploration Business Process Online, yang digunakan untuk mendokumentasikan dan memonitor setiap usulan prog-ram maupun kegiatan eksplorasi.

Sejak tahun 2009 tersebut, kegiatan review terhadap semua usulan kegiatan eksplorasi dinamakan sebagai proses funneling. Kegiatan funneling di samping sebagai proses review dan assessment terhadap kegiatan eksplorasi, juga dituju-kan untuk melihat potensi-potensi eksplorasi, dan penerapan proses bisnis. Dalam menjalankan proses funneling, juga ditunjuk tim asesor yang terdiri dari advisor yang ada di lingkungan eksplorasi, technical support, serta asesor dari Direktorat Hulu.

Page 13: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

13VOLUME 09 TAHUN I

lesai dibor pada akhir Maret. Mengapa Jati Asri baru ditemukan sekarang? “Dulu berpikirnya masih dengan konsep struk tural, dan semua tu tupan struk-tural di area ini sudah d i b o r , ” M u h a r r a m menegaskan.

Masa pengeboran Jati Asri tak selamanya lancar. Se telah sumur mencapai TD (total depth) di keda-laman 3540 mku, sempat terjadi hambatan saat me-lakukan logging MDT (Mo-dular Dynamic Tester) di ke-dalaman 2771m di mana per alatan terjepit akibat differential sticking. Alat MDT sepanjang 15,23 me-ter ini digunakan untuk

meng ambil data tekanan formasi dan sampel minyak. Setelah di pancing se-lama sembilan hari, fi sh yang terjepit di dalam tak kunjung dapat ditarik, akhirnya diputuskan, MDT ditinggal dan dilakukan penyemenan. Penge-boran selanjutnya dilakukan secara side track dengan jarak sekitar 21 meter dari lubang lama. Insiden “tertinggal ikan” adalah salah satu risiko yang ha-rus dihadapi dalam pengeboran. Harga peralatan tersebut lumayan mahal, kalau baru sekitar 800 ribu dollar.

Setelah seratusan hari mengebor, dugaan bahwa sumur menyimpan ca-dangan hidrokarbon terbukti. Pada Uji Kandung Lapisan (UKL) sumur JAS-1 menyemburkan minyak dan gas yang besar, di luar dugaan crew pengeboran. “Tangki tes dengan kapasitas 150 barel yang kita siapkan sampai tidak cukup, untungnya kita mendapatkan bantuan dua tangki dengan kapasitas masing-masing 270 barel dari Aset-3” ujar Sapto Edy Nugroho, Asisten Manager Drilling Eksplorasi Pertamina EP.

Dari empat selang Uji Kandung Lapisan (UKL) yang disetujui SKK Migas pada sumur JAS-1 tiga selang

Akhirnya, pada Desember 2011 maju dengan konsep baru, konsep stratigrafi , prospek Jati Asri akhirnya disetujui sebagai Prospek Siap Bor. “Secara keilmuan, statigrafi play bukan-lah hal baru. Seperti juga konsep struk-tural telah diajarkan di Per guru an Tinggi akan tetapi belum banyak disen-tuh oleh praktisi di kebanyakan per-usahaan migas di Indo ne sia, termasuk di PEP, karena umumnya kita bermain pada lapisan batu pasir yang tipis se-hingga membutuhkan data seismik 3D yang berkualitas untuk dapat meng-karakterisasinya”, ujar Muharram.

“Usulan konsep baru itu sekaligus dengan nama prospek baru,” Tri Widyo Kunto menambahkan. Sebe lumnya prospek ini bernama Bojong Gede. Per-gantian ini sebagai siasat agar usulan tak langsung ditolak saat masuk tim funelling, tetapi diberi kesempatan presentasi.

Konsep stratigrafi diusulkan seba-gai konsep eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) yang bersifat transfor-matif yang mengubah pandangan dalam melihat potensi sumberdaya dalam cekungan migas. Konsep ini

menjelaskan bahwa jebakan migas tidak hanya ditentukan berdasarkan keberadaan geometri tutupan (struc-tural) tetapi yang utama adalah mem-pertimbangkan variasi lapisan batuan (tatanan stratigrafi ) yang membentuk sistem pembentukan migas (petro-leum system) di dalam bumi.

Minyak dalam pola struktural ter-perangkap seperti mangkok terbalik sehingga mudah dikenali dengan sur-vei seismik dua dimensi sekalipun. Sedangkan stratigrafi adalah akumu-lasi minyak yang terjebak karena ada lapisan permeable yang dicover lapisan impermeable. Hanya survei seismik 3D yang bisa mengenalinya dengan baik.

Luas lahan Eksplorasi Area Ap-praisal Project Jawa 2 seluas 477 km2 sudah tercover semua oleh survei seis-mik 3D. “Data survei seismik 3D sudah ada sejak tahun 2001”, ujar Muharram. Selain struktur Jati Asri, masih ada dua struktur lain yang dipelototi Appraisal Project Jawa 2, masing-ma-sing Jati Sinta yang penajakannya akan dimulai pada tahun ini dan struktur Jati Ibon yang merupakan sumur Perdana di tahun 2014 diharapkan se-

RENCANA PERCEPATAN DISCOVERY AREA MELANDONG 20142019P

ERTA

MIN

A E

P

Page 14: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

14 TAHUN I VOLUME 08

UKL menghasilkan migas, yang terbe-sar adalah UKL-3 pada channel sand Formasi Cibulakan Bawah yang pada jepitan 52/64” mampu mengalirkan minyak 3110 BOPD (API 35.6o), gas 11.013 Mmscfd, kadar air 0% pada te-kanan kepala sumur 1325 psi. Extended fl ow UKL-3 pada jepitan 28/64” meng-alirkan minyak 1670 BOPD, gas 3.643 Mmscfd, KA 0%, dengan tekanan ke-pala sumur sebesar 2223 psi. Temuan Eksplorasi Jati Asri-1 diperkirakan me-nyimpan sumberdaya terambil (2C) sekitar 67 MMBOE, terbilang sebagai temuan eksplorasi paling besar tahun 2013. “Angka ini masih mungkin berubah karena analisanya baru dari satu sumur,” ujar Tri Widyo. Perhi-tung an bisa lebih akurat kalau datanya didapat dari beberapa sumur.

Alumnus ITB Jurusan Geologi ini menyebutkan timnya mendesain sumur delineasi dan pengembangan dengan sistem cluster di mana ada 5 (lima) cluster yang direncanakan. Semula direncanakan pengeboran deli-neasi 2 sumur pada tahun 2014 – 2015 untuk selanjutnya menyusun POD pada tahun 2016, dan diharapkan on stream full scale pada 2019 dengan total 11 sumur produksi di Lapangan Jati Asri, namun PEP ditantang untuk dapat mempercepat produksi. “SKK Migas minta dipercepat, agar bisa POD akhir 2014, full scale bisa lebih cepat dua-tiga tahun kalau pengeborannya

dipercepat,” Tri menambahkan.Aset-3 telah menyusun program

untuk mem-POP (Put on Production)-kan sumur JAS-1 dari UKL-3 dan UKL-4 pada pertengahan tahun 2014 ini. Meski bisa berproduksi sampai 3.000-an barrel per day, produksi sumur JAS-1 untuk sementara hanya akan di maintain pada angka 1000 BOPD ter-gantung dari tekanan dan GOR (Gas Oil Ratio). Jika langsung digenjot, de-ngan membuka choke yang besar, dari beberapa kasus di sumur lain milik PEP, sumur akan cepat kehilangan te-naga pendorong, biasanya berupa as-sociated gas sehingga minyak tak bisa lagi diangkat secara sembur alam.

Pengembangan Jati Asri lebih mu-dah dibandingkan lapangan lain, jara-knya relatif dekat dari Jalan Raya Pan-tura dan lapangan-lapangan yang su-dah eksisting sehingga memudahkan pengadaan logistik. Sumur JAS-1 ha-nya berjarak ± 3 km dari jalur trunk line pipa minyak dan gas Jawa Barat Utara. Dari sumur lain yang sudah ek sist ing pun relatif dekat, misalnya hanya ber-jarak 5,2 km dari Karang Enggal-1, 4.3 km dari Jati Rimba-1, 6.1 Km dari Ka-rang Baru-1, dan 9.6 Km dari Melan-dong-1. Kedua sumur terakhir sudah menjadi Lapangan produk si Melan-dong–Karang Baru. Kedekatan lokasi dengan lapangan lain akan me mu dah-kan penyediaan fasilitas produksi.

Pengadaan lahan juga relatif tidak

bermasalah. Dari citra satelit areal Jati Asri tidak berada di daerah pe mukiman ataupun kawasan hutan, tapi di areal persawahan. Dengan begitu pembe-basan lahan diharapkan lebih mudah.

Lebih dari sekadar mengucurkan minyak dan gas, sumur JAS-1 membe-rikan asa baru kepada insan Pertamina EP, terutama para explorationist. Strati-graphic play yang selama ini hanya dike-nal di bangku kuliah terbukti bisa dian-dalkan untuk menambah cadangan minyak dan gas. Dari semua Wilayah Kerja PEP, jika tetap mengandalkan eksplorasi pada play struktural seperti-nya bakal makan angin. “Semua orang bisa melihat prospek yang struktural, sehingga sudah banyak dilakukan pe-ngeboran eksplorasi pada prospek ini,” ujar Tri Widyo Kunto. Ia berharap pe-nemuan JAS-1 menjadi pemicu bagi PEP untuk menemukan cadangan-ca-dangan baru yang lebih besar dari stratigrafi c play. Penemuan ini juga me-lengkapi keberhasilan Tim Continuous Improvement Program (CIP) Melandong (Appraisal Project Jawa 2) pada Temu Karya Mutu dan Produktivitas Nasio-nal (TKMPN) ke XVII tahun 2013 di Medan. Tim Melandong berhasil mem-p e r s e m b a h k a n p e n g h a r g a a n DIAMOND pertama bagi PT Pertamina (Persero) dengan judul CIP “Meningkatkan Potensi Sumberdaya Hidrokarbon Dengan Penerapan Kon-sep Stratigrafi di Area Melandong, PT. Pertamina EP”. Kompetisi tingkat Na-sio nal tersebut dilalui setelah meraih penghargaan GOLD dan The Best Suggestion System CIP pada Annual Pertamina Quality (APQ) Award 2013 di Internal Pertamina.

Khusus untuk Appraisal Project Jawa 2, selain prospek siap bor Kom-pleks Jati Asri, perhatian juga diarah-kan pada prospek siap bor Kompleks Jati Sinta, prospek siap bor Jati Sukma, prospek Kompleks Jati Ibon, dan Kom-pleks Jati Keling, Jati Besar dan Jati Ombo (lihat Peta Ren cana Pengem-bangan Struktur Area Melandong 2014-2019).

Sebagian Tim Exploration - Appraisal Project Jawa 2 di depan sumur JAS-1.

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 15: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

15VOLUME 09 TAHUN I

PE N E M U A N J a t i Asri berbuah ber-b a g a i p e n g h a r -gan. Tim Continuous Improvement Program ( C I P ) M e l a n d o n g

(Appraisal Project Jawa ) pada Temu Karya Mutu dan Produktivitas Nasional (TKMPN) ke XVII tahun di Medan berhasil memperse-mbahkan penghargaan DIAMOND pertama bagi PT Pertamina (Persero).

Karya ber judul “Meningkatkan Potensi Sumberdaya Hidrokarbon Dengan Penerapan Kon sep Stratigrafi di Area Melandong, PT Pertamina EP” dianggap berharga untuk me-macu produktivitas perusahaan. Kompetisi tingkat Nasional tersebut dilalui setelah meraih peng hargaan GOLD dan The Best Suggest ion System CIP pada Annual Pertamina Quality (APQ) Award di Internal Pertamina.

PEOPLE BEHIND JATI ASRI“Where oil is fi rst found, in the fi nal analysis, is in the minds of men (and women)” - Wallace E, Pratt (1952).

Dari depan searah jarum jam: Cut Syarlitha, Muharram, Rendhy, Syahdan, Sri Sulistiani, dan Tri Widyo.

TA

TA

N A

GU

S R

ST

L A P O R A N U T A M A

Page 16: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

16 TAHUN I VOLUME 08

Berikut, Profil Anggota Tim Appraisal Project Jawa 2:

Angga Direzza,31 tahun, Appraisal Geoscientist.

Jati Asri membawa Angga Direzza ke berbagai forum ilmiah, baik di dalam dan luar negeri. Dia didapuk mewakili team Appraisal Project Jawa 2 menjelas-kan lika-liku penemuan di wilayah ter-sebut. Dibanding dengan anggota team yang lain, Pria kelahiran Bandung 7 September 1983 ini memang lebih lama memelototi Jati Asri. Awal penugasan-nya di Pertamina EP pada 2007-2009 alumnus Geofi sika ITB ini langsung di-tempatkan sebagai Ahli G&G Jtb Cipunegara, yang mengcover Jati Asri.

Setelah itu selama 2009-2010, Angga mendapat tugas belajar S2 di Jurusan Teknik Geologi UGM. Setelah tamat, dia ditempatkan sebagai G&G Jawa Timur, sebelum akhirnya dipin-dahkan kembali ke FAPE Melandong, yang belakangan berubah nama men-jadi Ap praisal Project Jawa 2.

“Alhamdulillah, atas berkat rahmat Allah SWT, minyak dan gas berhasil di-temukan di sumur Jati Asri (JAS)01.

Penemuan sangat membanggakan ka-rena selain membuktikan konsep eks-plorasi “stratigraphic play”, sumur JAS-01 dapat berproduksi sampai 3.696 BOPD untuk minyak dan 13,2 MMSCF dan diperkirakan menyimpan cadang-an terambil sekitar 67 MMBOE, terbi-lang paling besar dibandingkan pene-muan eksplorasi Pertamina EP saat ini.

Tentunya hal ini tidak terlepas dari peran semua pihak yang terkait khu-susnya rekan-rekan Eksplorasi, Drilling, dan Asset 3. Dengan adanya penemu-an ini, diharapkan kita sebagai Geo-scient ist dapat lebih giat lagi untuk re-visit dan mengintensifkan eksplorasi stratigraphic play ini di sekitar lapangan existing di tahun-tahun mendatang, dan dapat menjadi salah satu main-stream Fungsi Eksplorasi Pertamina EP dalam meningkatkan temuan cadang-an dan Reserves to Production (R to P)-nya.”

Muhammad Syahdan Khubbi, 27 tahun, Junior Appraisal Geoscientist.

Teman-temannya di tim Appraisal Project Jawa 2 memanggilnya dengan sebutan “si bungsu”. Bukan karena

usianya paling muda, tapi yang paling terakhir bergabung pada April 2013. Sebelum bergabung dengan Perta-mina, alumnus Jurusan Geologi UGM ini sempat bekerja di perusahaan per-tambangan. Pria kelahiran Klaten 30 April 1987 ini merasa beruntung bisa ikut terlibat dalam penemuan Jati Asri.

“Jati Asri (JAS)–1 merupakan pen-capaian yang mengembirakan yang wajib kita syukuri bersama di tengah-tengah minimnya penemuan cadangan baru minyak dan gas bumi. Penemuan cadangan dengan konsep stratigraphy trap tersebut dapat membuka harapan baru dan peluang baru untuk penemu-an cadangan besar lainnya, serta me-nambah keyakinan para pencari mi-nyak bumi/geoscientist akan keber-adaan stratigraphy trap dalam usaha-nya mengeksplorasi keberadaan mi-nyak dan gas di perut bumi ini.”

Th eodorus Rendhi Aryosito Iswa, 32 tahun, Senior Appraisal Geoscientist.

Pria kelahiran Yogyakarta ber-gabung dengan Pertamina pada Maret 2010. Alumnus S1 Teknik Geologi UGM dan S2 Teknik Perminyakan ITB

Angga Direzza saat menerima penghargaan pajda Ajang TKMPN ke XVII di Medan.

DO

K.

PER

TAM

INA

EP

L A P O R A N U T A M A

Page 17: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

17VOLUME 09 TAHUN I

ini ditempatkan sebagai Ahli Geologi Operasi Eksplorasi. Sebelumnya, dia sempat bekerja di perusahan jasa migas multinasional, Ally Burton. Sejak Maret 2013, pria yang akrab di-panggil Rendhi tersebut menjabat Senior Appraisal Geoscientist.

“Penemuan Jati Asri – 1 merupa-kan buah pemikiran konseptual yang tidak umum dan merefleksikan se-buah sinergi team work yang solid dari seluruh fungsi yang terlibat di dalamnya. Meminjam istilah Wallace E. Pratt, seorang explorasionist kenama an dari Amerika Serikat, pe-nemuan ini seolah penegasan kem-bali bahwa ternyata minyak itu me-mang pertama kali justru ditemukan di dalam pemikiran kita (Where oil is fi rst found, in the fi nal analysis, is in the minds of men (and women), -Wallace E, Pratt, 1952).”

Cut Syarlitha Rahmayuna, 27 tahun, Appraisal Geoscientist.

Perempuan berdarah Aceh yang lahir di Jakarta ini tak ragu memilih dunia migas yang selama ini diidentik-kan dengan dunia laki-laki sebagai ladang pengabdian. Alumnus ITB Jurusan Geologi ini bergabung dengan Pertamina pada Mei 2011. Dia ditem-patkan sebagai Ahli G&G Sula wesi – Papua selama dua tahun. Cut Syarlitha kini menjabat sebagai Ap prais al Geo-scientist pada Appraisal Project Jawa 2.

“Turut merasa bangga dan ber-syukur atas keberhasilan penemuan hidrokarbon di struktur Jati Asri. Se-moga penemuan hidrokarbon di struk tur Jati Asri ini merupakan lang-kah awal kita untuk membuka pe-luang-peluang lainnya dalam rangka membuktikan konsep “stratigraphic play” baik di area Melandong mau pun area-area lainnya.”

Muharram Jaya Panguriseng, Manager Subsurface Appraisal Project Jawa 2.

Muharram bergabung dengan Pertamina pada Maret 2008 sebagai

Ahli G&G Musi Benakat. Setahun ke-mudian dipercaya menjabat Asisten Manager Regional & Basin Evaluation. Pada Mei 2012 diangkat menjadi Manajer Subsurface Proyek Pengem-bangan Gas Matindok. Sejak Agustus 2013, almnus S1 Teknik Geologi ITB dan S2 Jurusan Reservoir Geofi sika UI ini menjabat Manajer Subsurface Ap praisal Project Jawa 2.

“Saya bersyukur bisa terlibat dalam discovery Jati Asri. Tak sekadar berhasil menemukan cadangan yang relatif besar, penemuan ini juga mem-berikan sumbangsih terhadap pe-ngembangan keilmuan. Selama ini stratigraphy play meski diajarkan di perguruan tinggi, di tataran praktis, khususnya di Perta mina EP masih menjadi wacana. Ber beda dengan strucutural play yang sudah umum dipakai.

Mengacu pada keberhasilan Jati Asri, sebagai eksplorationist jangan ragu untuk mencoba sesuatu yang baru dalam pencarian migas. Saya se-makin percaya dengan ungkapan bahwa cadangan migas tidak ada di kertas, tapi ada di pikiran kita”.

Tri Widyo Kunto, 50 tahun, Senior Manager Appraisal Peoject Jawa 2.

Hampir seperempat abad, pria ke-lahiran Magelang 29 Agustus 1964 ini mengabdikan diri di Pertamina. Selama itu pula, penugasannya selalu berkelindan dengan disiplin Geologi, ilmu yang dipelajarinya semasa menuntut ilmu S1 di ITB dan S2 di ITB. Dalam rentang waktu panjang tersebut sudah banyak suka dan duka yang dialaminya. “ Lebih banyak su-kanya, Di mana pun ditugaskan saya menjalaninya dengan ikhlas,” ujar Tri Widyo Kunto yang akrab dipanggil Tri tersebut.

Tri kini dipercaya mengoman-dani Appraisal Project Jawa 2 sebagai Senior Manager. Jabatan ini diemban-nya sejak Agustus 2013. Sebelumnya, dia pernah dipercaya menjabat

Manajer Subsurface Proyek Pengem-bangan Gas Jawa Bagian Timur (2006-2009) dan Manajer Eksplorasi KTI (2011-2013).

“Suatu anugerah yang perlu kita syukuri bersama sehingga berhasil mendapat cadangan baru minyak dan gas, dengan tidak cepat berpuas diri akan hasil yang dicapai saat ini tetapi harus dibarengi dengan tindak lanjut yang terintegrasi di antara Fungsi-fungsi terkait di Pertamina EP.

Perkembangan konsep dan tek-nologi kita coba implementasikan se-hingga dapat mengurangi risiko eks-plorasi dengan terus melakukan pembelajaran dan perbaikan yang berkelanjutan, semoga usaha yang telah dilakukan bersama diridhoi oleh Allah SWT, Amin Ya Robbal Alamin”.

Sri Sulistyani, Senior Reservoir Specialist

Sebagai Senior Reservoir Specialist, wanita berjilbab ini sangat memban-tu dalam evaluasi reservoir Jati Asri-1 dan sumur –sumur lainnya di Area Melandong, Sulis demikian panggi-lan akrabnya bergabung di Eksplorasi sejak Maret 2013, sebelumnya Sulis adalah Reservoir Engineer di UBEP Limau. Alumnus Teknik Perminyakan UPN Yogyakarta ini bergabung de-ngan Pertamina EP sejak Maret 2009. Peran Reservoir Engineer sangatlah penting di Eksplorasi yang banyak di-dominasi oleh Geologist dan Geo-physic ist, pengetahuan tentang reser-voir tidak lagi hanya bersifat deskrip-tif batuan ataupun rock physics dari sisi geofisika tetapi menjadi lebih detil lagi terkait karakterisasi reser-voir (porositas, permeabilitas, te-kanan formasi, drive mechanism dan lain-lain).

“Saya bersyukur atas karunia yang diberikan oleh Allah SWT dapat ber-gabung dengan Eksplorasi yang mem-punyai konsep geologi “stratigraphic play” untuk dikembangkan menjadi reservoir modeling. “

Page 18: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

18 TAHUN I VOLUME 08

PADA Tahun , PT Pertamina EP be-kerja sama dengan Universitas Indonesia melakukan Baseline Assessment aspek Industrial Hygiene untuk memotret dan mengidentifi kasi bahaya fi sik, kimia, dan biologi di kegiatan operasi produksi PEP

yang berpotensi berdampak negatif kepada pekerja. Untuk memberikan gambaran yang representative dipi-lih beberapa lapangan sebagai sampel yaitu Field Sanga-Sanga, Field Jambi, Field Cepu, Field Jatibarang dan Field Limau. Benzene, salah satu bahaya kimia yang diukur.

Apa itu Benzene (C6H6)?

Benzene merupakan senyawa organik aromatik yang awalnya banyak digunakan sebagai pelarut (khususnya untuk tinta, karet, dan penghilang cat). Saatini, benzene banyak digunakan sebagai bahan baku pada industri kimia organic dan pabrik plastik. Benzene banyak ditemukan pada kandungan bahan bakardan minyak mentah. Khusus untuk kegiatan operasi produksi Migas, benzene terlepas ke udara bersamaan dengan penguapan fraksi ringan dari minyak mentah.

Bahaya Kesehatan Benzene

Benzene dikenal luas bersifat karsinogenik A1 (penyebab kanker). Pajanan benzene dapat menimbulkan berbagai macam efek, yaitu:◆ Efeknarkotik, berupamual, sakitkepala, mabuk,

gangguan emosi dan gangguan memori

◆ Efek iritasi pada saluran pernafasan dan mata◆ Efek hematologik berupa anemia aplastik dan

leukemia.American Conference of Governmental Industrial

Hygienist (ACGIH) tahun 2012 memberikan panduan tentang nilai ambang batas (NAB) semua zat kimia berbahaya.NAB Benzene adalah 0,5 ppm, artinya konsentrasi maksimum orang boleh terpapar 0,5 ppm selama 8 jam per hari. Sedangkan Nilai ambang batasj angka pendeknya 2,5 ppm, artinya konsentrasi maksimum orang boleh terpapar 2,5 ppm selama 15 menit dan maksimal hanya boleh diulangsebanyak 4 kali per hari.

Sedangkan panduan untuk menentukan tingkat risiko kesehatan dari bahan kimia yang terukur, menurut OSHA dapat digunakan perbandingan antara hasil pengukuran dengan nilai ambang batas, regulasi, atau peraturan perundangan yang berlaku. Perbandingan hasil pengukuran dengan standar mengacu pada pola pajanan 8 jam. Kriteria tingkat risiko bahaya kimia adalah sebagaiberikut:

AWAS! BAHAYA BENZENE

S A F E T Y

Tabel: Penentuan Tingkat RisikoKesehatan

PERBANDINGAN DENGAN NAB TINGKAT RISIKO KODEWARNA

< 0,2 RENDAH HIJAU

0,2 - 0,5 SEDANG KUNING

> 0,5- 1 TINGGI ORANGE

> 1 SANGATTINGGI MERAH

Sumber : OSHA

Oleh : Wenny Ipmawan, Occupational Health & Industrial Hygiene-HSSE

Page 19: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

19VOLUME 09 TAHUN I

Pengukuran benzene menggunakan metode NIOSH Manual of Analytical Methods–USA 1501 dan analisa laboratorium menggunakan alat Gas Chromatography. Hasil pengukuran adalah sebagai berikut :

Minimum konsentrasi benzene di area kerja yang terukur adalah 0.09 ppm dan maksimum 121 ppm yang bersumber dari minyak mentah. Dari hasil peng ukuran terhadap 25 titik tersebut dapat diperoleh sebaran risiko seperti terlihat padagambar 2.

Dapatdi simpulkan bahwa berdasarkan kadar benzene yang ada di Stasiun Pengumpul dan PPP di 5 fi eld di PT Pertamina EP, 60% berada pada tingkat risiko tinggi bahaya kesehatan. Data ini menunjukan perlunya pengendalian teknis dan administrasi untuk menurunkan tingkat risiko tersebut.

Apa penyebab Konsentrasi Tinggi pada Benzene?

Berdasarkan kondisi di lapangan adanya kadar benzene yang sangat signifi kan di sekitarsumber adalah akibat terbukanya akses antara sumber bahaya dengan atmosfi r tempat operator bekerja. Ada beberapa kondisi dan prilaku tidak aman yang ditemukan di lapangan antara lain :◆ Setiap selesai melakukan pengukuran, dip hatch tidak

pernah ditutup kembali sehingga uap benzene dengan mudah keluar dari tangki.

◆ Ada beberapa roof tank yang sudah bocor◆ Kondisi permukaan oil catcher atau oil pit pada

umumnya tidak tertutup sehingga terbuka akses uap benzene keluar oil catcher.

◆ Beberapa breather valve sebagian ada yang tidak berfungsi dan mengalami passing.

◆ Proses separasi minyak dan gas yang tidak sempurna.

Bagaimana meminimasi bahaya Benzene?

Untuk meminimasi bahaya benzene di area StasiunPengumpul dan PPP dapat dilakukan sesuai hirarki berikut ini :✔ Pengendalian Teknis, menutup jalur keluar uap

crude oil dari sumbernya.◆ Untuk lubang-lubang ukur yang normally closed,

setelah dilakukan pengukuran wajib untuk ditutup kembali.

◆ Menambahkan penutup di permukaan oil catcher dan oil pit.

◆ Memperbaiki roof tank, breather valve, sambungan pipa yang rusak dan bocor.

◆ Memperbaiki proses separasi minyak dan gas✔ PengendalianAdministrasi, melakukan training

dan HSE Briefi ng kepada seluruh operator dan pengawas terkait mengenai bahaya benzene dan cara pencegahannya serta melakukan rotasi pekerja untuk mengurangi paparan.

✔ Alat pelindung diri (APD) berupa organic vapor masker wajib dipakai setiap pekerja di lokasi terpapar benzene terutama pada saat mengambil sampel minyak dan melakukan pengukuran level cairan pada tangki.

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

6%

34%

17%

43%

Menurut konsep diamond NFPA tingkat bahaya kesehatan benzene ditunjukkan dengan angka yang berada pada kode warna biru yaitu level 2. Level 2 artinya benzene berada pada level Hazardous atau Berbahaya. Level bahaya kesehatan menurut NFPA berada pada range 0-4. Untuk level 0 tidak berbahaya dan level 5 Sangat Berbahaya.

Gambar 1. Grafi k Hasil Pengukuran Kadar Benzene (C6H6) dalam ppm

Gambar 2. Diagram Prosentase Risiko Kesehatan Seluruh Lokasi.

Page 20: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

20 TAHUN I VOLUME 08

ABUBAKAR Abdul L atif tak ubah-nya kamus berjalan Tuntung. Laki-laki asli Aceh ini tahu dari A sampai Z kebiasaan

hewan dari spesies kura-kura yang hampir punah tersebut. Anda tanya apa saja, dia bisa menjawabnya dengan runtut. Kapan musim Tuntung berte-lur? “Yang paling banyak Desember, bulan berikutnya sudah berkurang dan Februari hanya tinggal sisa-sisa,” ujar Abubakar, kini tahun kepada Energia PEP di penghujung Februari . Meski sudah sepuh, dia masih sigap. Tubuhnya masih liat. Dia masih kuat berhari-hari berburu telur Tuntung.

Kini tak banyak spot, tempat Tuntung bertelur di kawasan Aceh Tamiang. Pantai Genting dan Pantai Pusong Cium, termasuk yang masih didatangi indukan Tuntung. Tentu de-ngan jumlah terbatas.

Menjadi sukarelawan penyelamat Tuntung sebagai penebus dosa

kepada generasi mendatang. “Saya tak ingin, anak cucu hanya

mengetahui Tuntung dari buku dan cerita, tanpa pernah melihat

aslinya,” ujar Abubakar Abdul Latif.

KAMUS BERJALAN TUNTUNG

FOTO

-FO

TO: T

ATA

N A

GU

S R

ST

Tuntung biasa naik ke pantai pada bulan terang. Abubakar berpesan, jika ingin menemukan telur Tuntung, ja-ngan merokok jika angin sedang ber-tiup ke arah laut. Tapi kalau seba-liknya, silakan. “Tuntung tak akan jadi naik kalau mencium asap, “Abubakar menegaskan. Setiap ekor Tuntung bertelur antara 18-24 buah di tiap lubang.

Tuntung termasuk spesies langka. Dia terdaftar dalam red list yang dikelu-arkan International Union for Conser-vation of Nature (IUCN). Tuntung Laut (batagur borneoensis) yang sebelumnya dikenal sebagai callagur borneoensis, menurut lembaga tersebut terancam punah seperti terdaftar dalam CITES appendix 2. Hewan ini masuk dalam zero kuota untuk perdagangan komer-sial sebagai Top 25 spesies terancam punah di tingkat global.

Tuntung terbilang unik jika di-bandingkan dengan kura-kura pada

umumnya. Telurnya tidak bulat, tapi oval seperti telur unggas. Siripnya juga berkuku. Selain itu, habitatnya juga bukan laut tapi sungai. Dia bere-nang di air asin, hanya saat menuju pantai untuk bertelur

Untuk menyelamatkan Tuntung dari kepunahan, Field Rantau Pertamina EP menggandeng Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia, lembaga nirlaba yang didirikan khusus untuk menyelamatkan Tuntung Laut di ling-kungan pesisir.

Kerjasama itu direncanakan ber-langsung dalam lima tahun dari 2013-2017 meliputi survei lanjutan, penye-diaan fasilitas penangkaran dan pem-besaran, sosialisasi ke masyarakat dan anak sekolah, penyediaan makanan, obat-obatan, vitamin sampai dokter hewan. Selama kerja sama ditarget-kan minimal dilakukan pelepasliaran sejumlah 600 tukik spesies Tuntung Laut ke habitat asli.

I N S P I R A S I

Page 21: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

21VOLUME 09 TAHUN I

beranggapan Tuntung itu tak ada yang memiliki karena menemukan di sungai. Penjelasan Abubakar bahwa Tuntung satwa langka yang tak boleh dipelihara tak digubris. Abubakar pun mengadu ke Yayasan dan dipe-rintahkan untuk melapor ke polisi.

Berbekal laporan itu, kemudian dia menghubungi istri yang ber-sangkutan. Dia terangkan kalau sua-minya tak melepaskan Tuntung akan ditahan polisi. Usaha itu ter-nyata efektif. “Tuntung dilepaskan lagi ke sungai. Saya sempat diomeli Yayasan karena belum sempat motret Tuntung tersebut,” ujar Abubakar. Bagi lembaga penyela-matan satwa langka, pendokumen-tasian satwa sangat berarti.

Pengetahuan yang luas tentang Tuntung tak didapat begitu saja. Abubakar membaui Tuntung hampir sepanjang hidupnya. Di tempat kela-hirannya di Kampung Bendahara, Tuntung adalah teman berenang anak-anak di sungai. “ Pada 1985 sam-pai 1995, telur Tungtung sangat ber-limpah,” ujar Abubakar. Pada era itu Abubakar tak ubahnya penguasa pan-tai. Kawan-kawan sesama nelayan segan kepadanya yang dianggapnya sudah putus urat takut.

Abubakar mengaku saat itu me-mang berangasan. Tangan dengan mudah terayun bila ada yang meng-usiknya. Otot dianggapnya sebagai sa-tu-satunya alat untuk menyelesaikan masalah. Sumbu amarahnya yang pendek pula yang membawanya jadi orang laut.

Dia sempat bergabung dengan salah satu perusahaan migas di Aceh seusai menamatkan sekolah mene-ngah saat perusahaan itu mulai mem-buka Ladang Migas Arun. Tapi, ka-rena sebab yang sepele dia berkelahi dengan warga sekitar. “Saya memilih pulang,” ujarnya. Per usahaan sebe-narnya tak mengeluarkannya. Tapi Abubakar merasa jika dia tetap berta-han akan membahayakan nyawanya.

Khusus untuk survei lanjutan akan meneruskan survei pendahulu-an yang pernah dilakukan Yayasan Satu Cita Lestari Indonesia pada 2012 bekerja sama dengan Field Rantau yang menghasilkan temuan populasi Tuntung di sekitar Pantai Pusong Cium dan Pantai Ujung Tamiang Provinsi Aceh, hanya sekitar 144 ekor.

Dalam misi penyelamatan itulah, Yayasan merekrut Abubakar sebagai salah seorang sukarelawan. Dia men-jadi penuntun jalan setiap kali perbu-ruan telur dilakukan. Pengetahuaanya yang luas tentang Tuntung sangat membantu seperti ditunjukkannya dalam setiap perburuan

Untuk menyelamatkan Tuntung, memang harus diawali dari pencarian telur. Kalau tak diamankan, telur bisa tak bersisa. Jangan harap bisa sampai menetas. Kalau tak dikepit manusia, bisa juga dilahap habis babi yang masih berkeliaran di situ. Alhasil, induk Tuntung bisa makin tak bersisa. “Bisa juga dimakan harimau,” ujar Abubakar nyaris tanpa ekspresi.

Meski tak pernah memasuki per-kampungan penduduk, Abubakar yakin harimau masih tersisa di ka-wasan tersebut. Beberapa tahun silam saat telur Tuntung masih banyak be-berapa kali, dia bersirobok dengan satwa langka tersebut. (lihat: Berbagi Telur dengan Harimau).

Hasil perburuan dikumpulkan, kemudian ditetaskan. Setelah cukup umur, tukik dilepasliarkan. Pada tahun pertama Yayasan Satu cita me-lepasliarkan sekitar 77 tukik. Pada periode kedua, kemungkinan yang dilepaskan lebih banyak lagi. Pada perburuan Desember silam, telur yang dihasilkan mencapai 300–an. “Yang jadi tukik antara 70% sampai 80%,” ujar Abubakar.

Sebagai sukarelawan, Abubakar tak hanya terlibat pada pencarian telur, Juga harus menjaga kelestarian induknya. Pernah satu ketika, dia bersitegang dengan tetangganya yang membawa indukan Tuntung ke ru mahnya untuk dipelihara. Orang itu bersikukuh tak mau melepas. Ia

Abubakar Abdul Latif dengan telur-telur Tuntung.

Page 22: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

22 TAHUN I VOLUME 08

Setelah kembali ke kampung hala-mannya, dia memilih laut sebagai ladang hidupnya. Selain ikan dan udang, di malam hari, bersama nela-yan lainnya dia menyusuri pantai, me-mungut telur Tuntung. “Jumlahnya berlimpah,” ujarnya. Setiap musim Tuntung bertelur, hampir semua pen-duduk di sekitar Pantai Genting ber-buru. Tak ada yang pulang dengan tangan kosong. Semua kebagian. Saat itu ada pengepul yang khusus me-nampung telur Tuntung dengan harga Rp 500 per butir, jumlah yang besar untuk ukuran saat itu.

Karena permintaan besar, di an-tara pengepul pun saling bersaing. Mereka berlomba menaikkan harga beli. “Ada pengepul yang turun lang-sung ke pantai, dan berani beli Rp 700 per butir,” ujar Abubakar. Dengan

harga bagus seperti itu, penduduk pun berlomba mencari Tuntung. Rezeki itu berakhir sepuluh tahun ke-mudian. Pada 1995, karena terus di-buru, populasi telur menyusut drastis. “Karena telur mulai susah. Indukannya pun saya sikat,” ujar Abubakar. Saat itu kebetulan ada penadahnya.

Kabarnya, indukan Tuntung itu setelah terkumpul dikirim ke luar ne-geri. Setelah berlangsung beberapa lama kegiatan ini kepergok petugas keamanan. Kapal si Tauke disergap dan ditahan. Tuntung pun akhirnya menghilang dari perairan Aceh Tamiang, khsususnya Genting. Anak-anak yang lahir belakangan hanya ke-bagian ceritanya saja tentang Tuntung yang jadi sumber rezeki.

Abubabakar pun kembali pada ru-tinitas sebagai nelayan yang hanya

mengandalkan pada hasil tangkapan ikan dan udang. Ini pun akhirnya di-tanggalkan. Abubakar terpaksa me-ninggalkan laut yang dicintainya. “Keberanian saya hilang,” ujarnya. Nyalinya pergi saat meletup konflik antara Pemerintah RI dengan GAM. Saat di pantai dia sempat diinterogasi sampai lima hari. Dia memang boleh pulang tiap hari untuk menengok ke-luarga, tapi cuma sebentar.

“Setiap diinterogasi, saya ingat betul pistol menempel di jidat dan bayonet di pingggang,” ujarnya. Saat itu sipil biasa kerap terjepit di tengah pusaran konflik. Tentara mencuri-gainya sebagai antek GAM. Sebaliknya GAM pun menyangkanya sebagai kaki tangan tentara. “Hanya karena perto-longan Allah, saya bisa selamat,” ujar Abubakar.

Abubakar Abdul Latif di antara anak dan istrinya.

FOTO

-FO

TO: T

ATA

N A

GU

S R

ST

I N S P I R A S I

Page 23: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

23VOLUME 09 TAHUN I

Setelah konflik berakhir, pada 2008 Abubakar memutuskan selamat tinggal pada laut. Ia pindah ke darat, bekerja serabutan untuk membiayai istri dan sembilan anaknya. Karena terbilang terlambat menikah, anaknya yang paling kecil masih balita.

Di saat-saat senggang, memori nya

suka memutar kejadian-kejadian silam yang pernah dialaminya, termasuk Tuntung yang diburunya sampai tan-das. “Saya ingin betul melihat Tuntung,” ujarnya. Untuk mengobati kerinduannya, dia kerap menyusuri su-ngai dan pantai. Toh yang dicarinya tidak ada. Sampai akhirnya pada 2012,

Yustiono dari Yayasan Satu Cita meng-ajaknya bergabung. Meski honornya tak seberapa, Abubakar menyambut-nya dengan girang. “Hitung-hitung penebus dosa saya kepada generasi mendatang,” katanya. Ia tak ingin, anak cucunya hanya mengetahui Tuntung dari buku dan cerita.

IBARAT three musketeers yang tak terpisahkan, Hasan, Abubakar, dan seorang teman lainnya selalu bersama saat berburu Tuntung. Ketiganya terkenal karena kebe-

raniannya. JIka yang lain berkelompok dan tak penah mencari jauh-jauh, keti-ganya menyusurinya ke titik terjauh. Dan untuk itu perlu bekal nyali yang cukup. Di perjalanaan sangat mungkin bersirobok dengan pemburu yang lain. Selain manusia, babi dan harimau ter-nyata juga menyenangi telur Tuntung. “Saya pernah ketemu harimau sampai tiga kali,” ujar Abu bakar.

Suatu malam di penghujung tahun 1993, saat bulan terang, three muskke-teers menyusuri pantai. Di depan, me-reka menemukan jejak. Masih basah, tanda yang punya tapak baru lewat. Dari jejaknya, tak syak lagi, itu kaki

harimau. Bukannya ciut, seorang dari tiga serangkai itu langsung menyeru.

“Saat itu si bos langsung mengajak Si Harimau berbicara,” ujar Abubakar. Bos yang dimaksud adalah Hasan. Dia dipanggil begitu karena usianya paling tua. Seperti kepada kawan yang lama tak jumpa, Hasan meminta Harimau untuk menunggu. “Kau tunggu saja. Jangan sampai ada babi. Nanti kalau kami dapat, Kau kubagi,” ujarnya.

Malam itu mereka menemukan Tuntung di beberapa lubang. Sesuai de-ngan yang dijanjikan kepada Harimau, beberapa di tinggalkan di dalam lubang. Esok harinya, lubang-lubang itu dipe-riksa. Ternyata sudah kosong. “Kami yakin diambil Harimau bukan babi,” ujar Abubakar. Faktanya, saat bertemu dengan harimau lagi pada perburuan berikutnya, kalimat yang sama masih

ampuh dipakai untuk “bertegur sapa” dengan sang penguasa rimba.

Saat itu bulan gelap, dari jarak be-berapa puluh meter, terlihat kilatan sinar. Abubakar pun lantas membalas-nya dengan kilatan senter. Si bos meng-hardiknya. Jika yang di sana Harimau, kilatan senter cukup untuk meman-cingnya mendekat. Benar saja. Sinar yang tadinya terlihat satu semakin dekat menjadi dua bersisian. “Tak syak lagi itu mata Harimau,” ujarnya. Tak menunggu lama si bos langsung mene-gur untuk berbagi dan tidak saling menggangu. “Kami tidur, dia pun tidur. Sama-sama menunggu Tuntung,” Abubakar menambahkan.

Kini, three musketeers sudah tak lengkap lagi. Sang bos sudah meninggal. Bukan diterkam harimau, tapi karena se-buah penyakit yang dideritanya.

BERBAGI TELUR DENGAN HARIMAU

Page 24: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

24 TAHUN I VOLUME 08

ALARM BAHAYA SDM MIGAS

Rovicky Dwi PutrohariKETUA UMUM IK ATAN AHLI GEOLOGI INDONESIA

Indonesia masih memiliki potensi sumberdaya migas sangat besar, namun cadangannya sedikit. Masih harus dieksplorasi dengan membutuhkan waktu, biaya yg mahal dan perlu usaha yang keras untuk menemukannya.

TATA

N A

GU

S R

ST

W A W A N C A R A

Page 25: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

25VOLUME 09 TAHUN I

JALAN hidup seseorang tak selamanya dimu-lai dari kecintaan pada sesuatu. Bisa juga se-baliknya. Atau kedua-nya seperti yang dialami

Rovicky Dwi Putrohari saat memulai perjalanan panjang karir profesional-nya sebagai seorang geolog. Dia me-milih kuliah di jurusan Geologi ka-rena sejak sekolah menengah, menyu-kai naik gunung, Hobi membaui alam, menurut Rovicky, bisa tersalurkan di jurusan tersebut yang memang kerap keluar masuk hutan dan gunung.

“Saya juga masuk Geologi karena paling sedikit matematikanya diban-dingkan jurusan teknik yang lain,” ujar laki-laki berusia 51 tahun ini. Entah mengapa, ia kurang begitu suka dengan pelajaran Matematika. “Saat S2 pun, saya sampai mengulang tiga kali,” ujar Rovicky. Ia menamatkan program master di Jurusan Geo Fisika Universitas Indonesia pada 1998.

Sejak kuliah, Rovicky terus meman-tapkan hatinya untuk menjadi geolog profesial. Lebih dari tiga puluh tahun, dia menyibak inchi demi inchi lapisan bumi. Berbagai jebakan migas sudah dia pelototi. Tak hanya di Indonesia, dia sudah menjelajahi seluruh kawasan Asean, Australia, Timur Tengah—biasa disebut Austral Asia, dan Afrika untuk mencari minyak. “Yang belum Amerika,” ujar laki-laki ramah ini.

Petualangannya sebagai seorang geolog dimulai saat bergabung dengan Hudbay Oil seusai menyelesaikan pen-didikannya di Jurusan Geologi UGM pada 1987. Kemudian berganti men-jadi Lasmo dan akhirnya dibeli Kondur Petroleum. Delapan belas tahun ke-mudian, Rovicky mulai mencicipi tan-tangan bekerja di luar negeri. “Tak ada pilihan lain karena saat itu di Indonesia tak ada pekerjaan eksplo-rasi,” ujarnya. Sampai 2003, dia men-jual keahliannya di Brunei Darussalam pada perusahaan Shell. Kemudian, dia balik ke tanah air. Selama setahun ber-gabung dengan Total E& P Indonesia

di Balikpapan.Setelah itu, pada 2004 bergabung

dengan Murphy Oil Corp di Kuala Lumpur, Setahun kemudian, masih di negeri jiran Rovicky bergabung dengan Hess Oil and Gas Kuala Lumpur.

Baru pada 2010, dia kembali ke Jakarta. Bekerja untuk HESS Oil and Gas Jakarta. Baru-baru ini HESS me-mutuskan untuk mengakhiri seluruh operasinya di Indonesia. Alasannya, ingin berkonsentrasi pada proyek-proyek unconventional gas yang lagi booming di Amerika.

Dengan perjalanan karir yang pan-jang dengan beragam penugasan di dalam dan luar negeri, tak salah jika ri-buan geologi di tanah air mendapuknya sebagai Ketua Umum Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI).

Berkaca dari pengalaman dan per-gaulannya selama puluhan tahun be-kerja di dunia migas, Rovicky yakin ke-mampuan SDM Migas Indonesia, tak kalah oleh yang lainnya. “Di Malaysia saja ada sekitar 400 geolog dan engi-neer dari Indonesia. Belum di Middle East, dan negara lainnya,” ujarnya. Suasana ini menjadi paradok. Di satu sisi, banyaknya yang bekerja di luar ne-geri merupakan pengakuan terhadap kompetensi SDM. Di sisi lain kondisi menjadi alarm bahaya bagi perusahaan migas di Indonesia.

Dengan banyaknya yang beker-ja di luar negeri, Apakah bahaya-nya bagi industri migas tanah air?

Sangat mungkin terjadi technical gap karena kekurangan SDM dengan experience 10 tahun sampai 20 tahun. Yang bekerja di luar negeri rata-rata pada rentang pengalaman seperti itu,. Demandnya memang begitu. Mereka dianggap sudah matang dan sudah mampu mengerjakan proyek sendiri.

Dalam industri migas, orang de-ngan pengalaman 10-20 tahun boleh disebut usia emas. Di atas 20 tahun umumnya sudah bekerja di level mana-jerial. Yang 0-5 tahun periode belajar, 5-10 tahun mengarah kepada keahlian yang lebih spesial, apakah sebagai spe-

sialis reservoir, spesialis geologi atau yang lainnya.

Kasihan dong perusahaan-per-usahaan yang sudah susah payah mendidik karyawannya dari nol?

Tak banyak perusahaan yang mempunyai program untuk fresh grad-uate. Umumnya perusahaan-perusah-an besar masih mempertahankannya seperti Pertamina dengan program BPS (Bimbingan Profesi Sarjana). Ini sebenarnya bagus untuk industrinya, tapi terasa kurang adil bagi perusahaan karena karyawannya setelah jadi justru dibajak perusahaan lain. Per usahaan tak bisa menghalang-halangi. Yang harus dilakukan menawarkan oppurtu-nity sehingga karyawan tak tergiur ta-waran bekerja di luar negeri.

Dari sisi psikologis orang-orang Indonesia senang jika bekerja sebagai ekspatriat. Ini sebenarnya yang harus diantisipasi. Perusahaan-perusahaan migas Indonesia harus mulai melebar-kan sayapnya ke luar negeri untuk mengakomodasi kecenderungan ini. Medco dan Pertamina sudah berada di jalur yang benar dengan melakukan akuisisi blok-blok di luar negeri.

Penyebab utama mereka lebih memilih bekerja di luar?

Kalau kita lihat 10 tahun terakhir penemuan jarang sekali sehingga pe-kerjaan tidak banyak. Kuncinya kalau ada pekerjaan mereka akan balik. Bukan hanya orangnya tapi juga inves-tasi. Sekarang ini boleh dibilang masa kritis. Karena Pemilu, banyak yang menunggu.

Kalau ada pekerjaan otomatis akan balik?

Tidak otomatis juga. Remunerasi juga harus diperhitungkan. Tapi untuk Region, remunerasi yang dita-warkan perusahaan migas dalam ne-geri sudah cukup kompetitif. Dari sisi non teknis adalah kenyamanan. Ini yang masih harus diperbaiki. Sekarang ini, KL dan Brunei dianggap lebih nya-man dibandingkan bekerja di Jakarta.

Dari blok-blok yang dilelang, tak banyak investor yang bermi-

Page 26: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

26 TAHUN I VOLUME 08

nat, Apakah ini menandakan Indonesia sudah tidak kondusif untuk investasi di sektor migas?

Bukan peminatnya kurang. Investor masih menunggu konfi gurasi hasil Pemilu seperti apa. Apakah termnya masih sama. Mereka juga menunggu kepastian revisi UU Migas. Sebetulnya, sekarang ini tak efektif kalau pemerintah melelang blok-blok baru. Sampai dua tahun ke depan lebih baik kalau pemerintah melakukan eva-luasi terhadap data-data eksplorasi, terutama yang menyangkut data re-gional. Eksplorasi itu butuh waktu, bisa sampai lima belas tahun baru dike-tahui hasilnya. Harus ada yang mena-nam biar anak cucu kelak yang menikmati.

Banyak yang mengeluh karena izin yang harus diurus terlalu banyak?

Eksplorasi itu menyangkut timing. Izin sampai ratusan kalau bisa cepat selesai gak masalah. Di sini persoalan-nya, penyelesaian tak jelas. Kalau se-paruh cycle ekplorasi dihabiskan untuk perizinan tentunya problem, waktu ekplorasinya tak cukup. Padahal waktunya hanya dibatasi 2 x 3 tahun.

Badan Geologi melakukan eks-plorasi yang intensif di wilayah Papua dan baru-baru ini mempubli-kasikan ke publik tentang kemung-kinan adanya cadangan migas yang besar di wilayah tersebut? Bagai-mana Anda melihat hal tersebut?

Indonesia Wilayah Timur meru-pakan daerah yang “relatif” belum ter-jamah dibandingkan Wilayah Barat. Me lihat penemuan migas di wilayah Aus tralia serta berlimpahnya migas di Pa pua Timur, sangat jelas mengindi-kasikan bahwa Wilayah Timur ini (ter-masuk Papua Barat) merupakan dae-rah yang memiliki potensi migas cukup besar.

Dengan demikian tidaklah keliru bila Badan Geologi menyatakan bahwa Wilayah Indonesia Timur masih me-nyimpan potensi migas yang cukup besar. Kegiatan eksplorasi yang “men-

janjikan” penemuan besar secara logis ada di daerah ini.

Yang perlu diingat adalah kegiatan eksplorasi migas tidak dapat hanya dalam satu periode eksplorasi yang saat ini (2x3) tahun saja. Pengalaman selama ini rata-rata 2-4 kali periode eksplorasi (10-15 tahun) baru akan menemukan sebuah lapangan yang signifikan volumenya. Artinya kalau off shore Papua baru satu kali periode ini dan daerahnya dikembalikan ke ne-gara, harus segera ditawarkan ulang se-telah bertambahnya data-data baru, sumur baru maupun data seismik baru. “Exploration re-Cycle” merupa-kan salah satu strategi eksplorasi yang berkesinambungan wajib dijalankan supaya tidak kehilangan momentum dan gairah eksplorasi ini.

Setelah penemuan cadangan besar di Cepu untuk Onshore di Indonesia tak lagi ada penemuan lain. Apakah masih memungkinkan temuan-temuan besar di wilayah Onshore di Indonesia?

Wilayah onshore sebetulnya belum jenuh. Di Sumatera, misalnya sumur-su mur ekplorasinya masih sangat ja-rang, sangat jauh jika dibandingkan de-ngan wilayah lain di luar negeri yang sudah digarap habis-habisan dengan sumur-sumur eksplorasi yang sangat rapat.

Wilayah darat/onshore masih ba-nyak menyimpan potensi migas teru-tama dengan jenis jebakan baru serta jebakan lebih dalam (deepening). Jenis jebakan baru misalnya jebakan strati-grafi yang relatif lebih rumit konfi g-urasi geometrinya. Dengan teknologi 3Dseismic resolusi tinggi, serta teknik geofi sika yg moderen, memungkinkan untuk mengidentifi kasi serta mengu-rai kerumitannya.

Kesuksesan mengejar potensi pada jebakan lebih dalam (deepening), salah satunya adalah penemuan Lapangan Cepu. Di mana diketemu-kan jebakan lain dibawah reservoir dari lapangan-lapangan tua yang sudah umum diketemukan sebelum-

nya. Konsekuensinya adalah, kegiatan eksplorasi ini me merlu kan “biaya’ eks-plorasi yang lebih ma hal. Serta adanya permasalahan tumpang tindih peng-gunaan lahan dan tum pang tindih aturan menyulitkan kegiatan eksplo-rasi dengan metode diatas.

Bagaimana dengan Off shore?Wilayah Offshore juga memiliki

tantangan teknologi, khususnya di laut dalam. Indonesia ma sih memiliki potensi sumber daya migas yang sa-ngat besar, namun Indo ne sia me mi-liki sedikit cadangan migas. Arti nya migas di Indonesia itu masih harus dieksplorasi dengan membutuhkan waktu, biaya yg mahal dan perlu usa-ha yang keras untuk menemukannya.

Apa yang harus dilakukan untuk menggairahkan eksplorasi migas di Indonesia?

Selain tantangan teknologi dan tantangan alami (laut dalam serta re-servoir lebih dalam), untuk menggai-rahkan kegiatan eksplorasi ini diper-lukan usaha keras serta koordinasi untuk mengurangi tumpang tindih pemanfaatan lahan dan tumpang tin-dih kepentingan sektoral. Baik sek-toral antar kementrian maupun sek-toral antara kepentingan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Dari sisi keprofesian ahli geologi, salah satu tantangan untuk menggai-rahkan eksplorasi adalah adanya ke-terbukaan data. Dengan kebijakan ketertutupan data saat ini, menyulit-kan evaluasi regional yang dilakukan oleh perusahaan yang tidak mampu “membeli” lisensi data. Juga ketertu-tupan data ini menjadikan kajian ge-ologi selalu lokal dan mengesamping-kan kondisi regional. Kajian regional sangat diperlukan dalam kegiatan kesplorasi sedangkan kajian lokal lebih banyak dipergunakan untuk pe-ngembangan skala lapangan. Semakin banyak data yang terbuka akan sema-kin banyak potensi-potensi jebakan dan “play” baru yang akan berkem-bang. Tentunya ini akan menggairah-kan kegiatan eksplorasi migas.

W A W A N C A R A

Page 27: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

PUBLIK, terutama di jagat maya tak mengenalnya se-bagai tukang insinyur pen-cari minyak. Laki-laki kela-hiran Yogyakarta, 12

Maret 1963 ini lebih masyhur sebagai “tukang dongeng”. Rovicky Dwi Putohari mengampu blog “Dongeng Geologi” yang dibuatnya sejak 1998 lalu. Saat itu masih alakadarnya. Formatnya html yang hanya melulu berisi tulisan, tak bisa dipercantik gam-bar ataupun grafi k.

Sejak itu, dia menulis nyaris tanpa jeda. Mengabarkan apa saja tentang ge-ologi. Saat sedang di luar negri pun, ia tak absen. Saat mendongeng tsunami yang menghantam Aceh 2004 silam, dia sedang bekerja di Kuala Lumpur. Tulisan di blognya ketika itu menjadi referensi utama, diburu pengunjung yang ingin tahu lebih dalam tentang tsunami.

Rovicky lancar menulis karena sudah menyenanginya dari dulu. Semasa sekolah menengah dan kuliah, dia kerap mengirimkan tulisan ke berbagai surat khabar. “Lebih banyak gak dimuatnya,” ujarnya ngakak. Tapi dari situlah, dia be-lajar menulis yang menarik untuk kon-sumsi puhblik. Kata Rovicky, editor surat khabar dulu masih rajin-mencorat-coret naskah yang tidak dimuat dan menunjukkan kekurangannya di mana. Ketelatenan itu tak didapatnya seka-rang. Kini sekadar pemberitahuan apa-kah naskah dimuat atau ditolak.

Seperti laiknya pendongeng, Rovicky menulis dunia geologi dengan bahasa yang sederhana. Dia tahu persis seorang pendongeng harus memen-tingkan audiennya. Barangkali karena itulah “Dongeng Geologi “ menjadi po-pular. Sudah jutaan orang mengun-junginya. Blog ini selalu dijadikan ru-jukan informasi saat bencana terjadi. Hitnya langsung berada di atas. Saat Gunung Kelud meletus beberapa waktu lalu, blognya dikunjungi tak kurang dari 90.000 pengunjung.

Rovicky menulis berbeda dengan yang tersaji di media massa, yang kerap

menonjolkan dramatisasinya. Ia lebih mengungkap mengapa sebuah bencana terjadi dan bagaimana menyikapinya.

Saking seringnya bersinggungan dengan persoalan bencana, Rovicky ter-tarik menekuni pendidikan kebenca-naan untuk S3, melenceng jauh dari pendidikan sebelumnya. Rovicky me-namatkan pendidikan S1 di jurusan Geologi Universitas Gadjah Mada pada 1983 dan S2 pada Jurusan Geofisika ITB tahun 1998. Ia merasa pendidikan kebencanaan di Indonesia belum ba-nyak dilirik. Yang ada masih tambal sulam, nyaris tanpa konsep. Ketika tsu-nami selesai, bidang ini diajarkan di semua sekolah, tak peduli ada laut atau tidak. “Siswa SMA di Kalimantan dipak-sa belajar tsunami. Padahal melihat laut saja belum pernah,” ujar Rovicky. Seha-rusnya pendidikan kebencanaan dise-suaikan dengan karakter khas masing-masing daerah.

Apakah Rovicky akan pensiun seba-gai geolog? “Seorang geolog tak menge-nal pensiun. Lagipula dari situ saya cari duitnya,” ujar Rovicky yang mengaku tak berniat me-monetisasi blognya meski peluangnya ada. “Biar saja seperti seka-

rang. Cari duitnya saya dari migas saja,” ujar Rovicky. Ia dengan senang hati merelakan jika media massa mau me-mindahkan tulisan di blognya ke hala-man cetak, tanpa kompensasi apapun.

Apakah erupsi beberapa gu-nung berapi yang terjadi bela-kangan berpengaruh pada kondisi geologis Indonesia, khususnya ca-dangan migas ? Apakah perlu ad-justment terhadap data-data eksplorasi?

Aktifi tas tektonik serta aktivitas gunungapi tidak secara langsung me-mengaruhi kondisi dan tatanan geolo-gi. Kondisi geologi Indonesia ini diben-tuk dalam ribuan bahkan jutaan tahun. Sehing ga terjadinya proses geo-logis (gempa dan gunung api) tidak serta-merta mengubah tatanan geolo-gi didaerah itu. Struktur lapangan serta pengisian cadangan migas di dalam jebakan lapangan-lapangan migas diperkirakan terkumpul dalam

periode waktu ribuan dan jutaan tahun. Kita tidak perlu risau adanya per-ubahan tatanan dalam skala lapangan, juga mungkin tidak signifikan per-ubahan cadangan migas yang sudah diketemukan.

Walaupun secara teoritis adanya getaran-getaran gempa ini dapat me-ningkatkan perolehan migas. Di Indo-nesia juga kebetulan lapangan-lapangan migasnya tidak berada pada daerah de-ngan tektonik aktif maupun patahan aktif ini sehingga dampaknya tidak signifi kan.

Namun dengan adanya aktivitas tektonik serta aktivitas gunung api ini memberikan tambahan pemahaman kondisi geologi regional daerah itu. Misalnya, diketahuinya patahan-patah-an aktif serta pergerakan lempengnya menjadikan ahli struktur geologi region-al dan tektonik mudah mengetahui dan mengoreksi bila perlu dengan lebih baik. Pengetahuan inilah yang memberikan ilmu serta pemahaman baru dalam mer-ekonstruksi ulang kondisi masa lampau saat terbentuk dan terkumpulnya migas di dalam jebakan.

INSPIRASI DONGENG GEOLOGI

ISTI

ME

WA

27VOLUME 09 TAHUN I

Page 28: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

“Bapaknya lagi babang.” Tutur seorang ibu yang sedang menggendong anaknya sambil memandang kearah laut, saat ditanya kemana suaminya. Memang saat angin barat, banyak nelayan di Pulau Lancang melakukan babang – melaut berhari-hari jauh ke pulau lainnya.

Umumnya suasana di kampung-kampung nelayan, tempat tinggal mereka kebanyakan berdinding bilik serta berlantai tanah, sangat sederhana. Seperti di rumah Azwar, nelayan dengan dua orang anak ini, masih berdinding bilik dengan lantai tanah keras. Berbeda dengan rumah para juragan ikan dan rajungan yang rumahnya terlihat megah.

Sudah seminggu perkampungan nelayan ini ditinggal para lelaki untuk melaut, setiap sore para wanita, anak-anak, dan mereka yang tidak melaut menunggu di pinggir laut sambil memandang ke arah ombak, melihat adakah anjungan kapal yang terlihat.

Sore itu istri dan anak-anak Azwar bersorak karena terlihat ada perahu yang muncul tenggelam di tengah ombak, dan semakin mendekat kearahnya. Menjelang magrib tampak para nelayan itu membongkar hasil tangkapan, sambil menapaki jembatan bambu mereka menuju pelelangan ikan tuk ditukar dengan lembaran rupiah.

Teks dan Foto: Tatan Agus RST.

Di Perkampungan Nelayan

R A N A

28 TAHUN I VOLUME 08

Page 29: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

29VOLUME 09 TAHUN I

Page 30: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

30 TAHUN I VOLUME 08

R A N A

Page 31: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

31VOLUME 09 TAHUN I

Page 32: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

32 TAHUN I VOLUME 08

Kepulauan Derawan menjadi buruan para pelancong. Destinasi favorit

penggila diving dan snorkeling. Ada kura-kura sedang konferensi dan danau

purba berumur 2 juta tahun.

KEPULAUAN DERAWAN

SENSASI UBURUBUR

AKROBAT

MESKI sudah browsing berjam-jam dan me-ngunyah lusin-an artikel, hati tetap sangsi.

Bagaimana bisa berenang dengan ubur-ubur? Otak sudah terlanjur menggandengkan kata ubur-ubur de-ngan racun. Tak sekadar bikin bentol, tapi juga membuat mata ogah ter-pejam. Kulit yang tersengat, sudah gatah, perih dan pedih pula

Saat kawan-kawan lain nyebur ke danau, saya hanya mematung di ujung dermaga kayu yang luasnya tak seberapa itu. Untunglah, seorang teman mendorong tubuh saya. Jika tidak, saya lebih memilih balik kanan dan tetap dengan pikiran bahwa ubur-ubur itu binatang beracun di mana pun dan sampai kapan pun

Setelah tercebur kepalang basah. Tangan saya mulai mengayuh, sam-bil mematut peralatan snorkeling.. Satu dua ubur-ubur mulai mendekat, sampai akhirnya tubuh saya seperti dipagari ubur-ubur. Tentakelnya mulai terasa mengelus kulit. Lembut. Jika ingin lebih merasakan sentuhannya, kita harus mengikuti geraknya, seperti

Teks: Hidayat Tantan

W I S A T A

ISTI

ME

WA

LATI

TUD

ES.N

U

Danau Kakaban

H. T

AN

TAN

Page 33: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

33VOLUME 09 TAHUN I

boleh bangga. Di dunia ini, ubur-ubur yang tak beracun hanya bisa ditemukan di dua tempat, Di Danau Kakaban, tempat saya menghabiskan waktu senja, beberapa waktu lalu Satu lagi di Palau, Kepulauan Mikronesia. Keduanya danau berair payau.

Cuma, Danau Kakaban koleksi ubur-uburnya lebih kaya. Jika Palau hanya punya dua jenis, di Danau Kakaban ada empat, (Cassiopeia orna-ta, Mastigias papua, Aurelia aurita dan Tripedalia cystophora), Dari keempat-nya, Cassiopeia paling-paling atraktif. Saya lebih suka menyebutnya “Ubur-ubur akrobat”. Jika yang lain meng-hela tubuhnya dengan tertelungkup, Si Cassiopeia, berenang dengan kaki di atas. Jadi, seperti payung terbalik. Si akrobat ini kerap ditemukan berbaring di dasar danau yang dangkal untuk mendapatkan sinar matahari untuk memproses makanan

Danau Kakaban, terletak di Pulau Kakaban yang tak berpeng-huni. Untuk mencapainya, kita harus masuk melalui gerbang Pulau, kemu-dian mendaki dan menuruni tangga dari kayu ulin yang khusus dibuat Pemerintah Daerah untuk memu-dahkan wisatawan Berbagai literarur

View dari atas Pulau Lamma.

pedansa pria mengikuti gerakan pa-sangannya di lantai dansa

Kalau ubur-ubur beracun, biasa-nya setelah nempel, badan langsung gatal. Tapi di Kakaban ini, setelah sekian lama ditunggu, ternyata baik-baik saja. Perlahan, saya mulai meng-amini, memang ada ubur-ubur yang tak menyengatkan racun

Untuk urusan ubur-ubur ini, kita

menyebutkan, Danau Kakaban me-rupakan danau purba yang terbentuk sejak dua juta tahun lalu.

Pada mulanya,gugusan karang, biasa disebut atol terhampar di dasar danau. Selama beribu-ribu tahun, sedikit demi sedikit terjadi proses pengangkatan, Karang itu naik di atas permukaan laut, membentuk dinding yang membetengi wilayah tersebut. Air laut pun terperangkap di area se-luas lima km persegi tersebut. Dengan penambahan curah hujan, dan rem-besan air tanah secara perlahan-lahan laut yang asin itu tertawarkan.

Makluk hidup di sana pun berevo-lusi mengikuti perubahan ekosistem agar bisa bertahan hidup, termasuk ubur-ubur. Perangkat organ penghasil racunnya yang biasa ditemukan ubur-ubur yang hidup di pekatnya garam air laut, akhirnya tanggal.

Pulau Kakaban kini menjadi salah satu unggulan pariwisata Kalimantan Timur. Berenang dengan ubur-ubur menjadi salah satu magnet penarik wisatawan, baik wisnu (wisatawan nusan tara) maupun wisman (wisata-wan mancanegara). Selain itu, “Pulau Kakaban salah satu favorit diver,” ujar salah seorang eksekutif, penggila diving.

LATI

TUD

ES.N

U

H. T

AN

TAN

H. T

AN

TAN

Page 34: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

34 TAHUN I VOLUME 08

Di sana, para penyelam dengan mudah bercengkerama dengan rom-bongan barracuda yang jumlahnya bisa mencapai ribuan, atau mengelus hiu jenis white strip, berukuran 2 sampai 3 meter. “Itu hiu jinak se-lama kita menyelamnya tidak sradak sruduk,” ujar pria berusia 35 tahun.

Di sana juga ada spot penguji nyali. Eksekutif itu menyebutnya jalur “cave dive”. Di sisi sebelah Barat Pulau Kakaban, ada palung dengan keda-laman 45 meter. “Keluarnya langsung ke laut lepas,” ujarnya. “Menyelamnya harus didampingi dive master,” pria itu menambahkan. Selain harus didam-pingi dive master, lisensi menyelam juga mutlak dibutuhkan.

Saya yang kebetulan tak punya li-sensi sempat merayu petugas di resort Maratua Paradise, tempat saya meng-inap. Saya tawarkan harga dua kali lipat. Ia bergeming bak batu karang. “Gak berani Mas, bisa ditutup resort

ini,” katanya. Dari Maratua ke Pulau Kakaban, ditempuh dengan waktu sekitar 20 menit dengan speedboat. “Snorkeling aja. Anda pasti puas.” ujarnya menghibur.

Betul juga. Pulau Kakaban, selain berpasir putih, juga berkarang indah. Mata benar-benar terbuai dengan ikan warna-warni yang berlompatan dari sela-sela karang. “Amazing,” ujar Firman, seorang teman yang ikut bersnokeling.

Kalau belum puas, Anda bisa melanjutkan memanjakan mata di Pulau lain yang jaraknya tak ter-lampau jauh dari situ. Ada pulau Sangalaki. Di situ, Anda bisa me-nyaksikan kepakan ikan manta, pari raksasa yang lebar tubuhnya mencapai dua meter berlebih, Di situ juga, bisa disaksikan penyu bertelur. Pulau Sangalaki termasuk kawasan konservasi Penyu. Cuma, karena kawasan konservasi untuk masuk ke

situ harus ada Surat Izin Memasuki Kawasan Konservasi.

Pulau Kakaban dan Pulau Sangalaki merupakan bagian dari gugusan Kepulauan Derawan. Secara Geografi s terletak di Laut Sulawesi, pada pesisir Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, menghadap ke mulut muara Sungai Kelai dan dike-nal dengan Delta Berau.

Selain kedua pulau tadi, pulau lainnya yang cukup besar adalah Pulau Derawan, Pulau Maratua, Pulau Panjang, Pulau Samama, serta bebe-rapa pulau kecil dan gugusan karang. Terdapat 21 pulau di kepulauan ini. Gugus Kepulauan Derawan hanyalah sebagian kecil dari ratusan pulau di pesisir timur Kaltim yang berjumlah 248 pulau.

Dari jumlah itu, 138 pulau belum mempunyai nama, dua pulau di antaranya Sipadan dan Ligitan hi-lang, menjadi milik Malaysia. Pulau

LA

TIT

UD

ES

.NU

W I S A T A

Page 35: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

35VOLUME 09 TAHUN I

Maratua termasuk termasuk salah satu Pulau terluar dari seluruhnya yang berjumlah 92 Pulau.

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur kini sedang mengusulkan Kepulaau Derawan untuk menjadi daerah tujuan wisata nasional, se-perti kawasan bahari lain, misalnya Sail Wakatobi, ataupun Sail Bunaken. Pada 2010 wisatawan mancanegara yang datang sebanyak 24.410 orang dengan rata-rata lama tinggal delapan hari, sementara wisatawan nusantara 1.174.626 orang dengan lama tinggal rata-rata empat hari. Kunjungan wis-man rata-rata naik 3.000 orang per tahun sedangkan wisnu 30.000 per tahun.

Pulau Derawan dan Maratua biasanya jadi “home base” para wisatawan karena sudah dilengkapi fasilitas wisata, seperti resor ataupun rumah-rumah penduduk yang dise-wakan, Keduanya menawarkan pan-orama menawan. Pasir putih dengan air laut yang bening. Dengan mata telanjang Anda bisa menikmati kura-kura berukuran raksasa, dan ikan warna-warni tak ubahnya akuarium raksasa. Kalau Anda beruntung, di Maratua Anda bisa menemukan kura-kura sedang “konferensi”. Ini sebutan yang biasa dilontarkan para pemadu wisata karena Maratua merupakan perlintasan migrasi kura-kura dari berbagai pelososok dunia

Di Derawan Anda juga bisa mengintip penyu bertelur. Di sana WWF punya perwakilan khsuus. Ada petugas yang memunguti telur, ke-

mudian menetaskannya. Kalau sudah cukup umur kemudian tukik dilepas-kan ke pantai. Saya beruntung saat di sana bertepatan dengan pelepasliar-an. Tak jarang wisatawan asing, se-perti yang sempat saya jumpai secara khusus datang untuk sekadar berfoto dengan tukik, menimangnya, kemu-dian melepaskannya ke pantai.

Untuk mencapai Derawan, bisa dicapai dengan beragam jalan. Jika Anda dari Jakarta, bisa naik pe-sawat langsung Jakarta-Balikpapan-Tarakan, dengan memakai airline yang menawarkan tiket murah meriah, sekitar 1,7 juta PP. Dari situ memakai speedboat dengan sewa tiga juta. Kapasitasnya untuk 6 orang.

Bisa juga Jakarta-Balikpapan-Berau, degan penerbangan murah sekitar 2,4 juta PP. Dari Bandara Berau dilanjutkan ke pelabuhan Batu dengan menyewa mobil inova atau

Kijang. Biayanya Rp 800 juta sam-pai Rp 1 juta PP. Waktu tempuhnya sekitar 3 jam Kemudian dilanjutkan ke Pulau Derawan dengan speedboat. Wakktu tempuhnya sekitar 30 menit dengan biaya sekitar 500 ribu. Kalau kocek Anda tebal bisa langsung me-nyewa speedboat dari Tanjung Redeb, tanpa harus ke Pelabuhan Batu. Cuma kapalnya jarang. Sudah begitu harganya pun mahal.

Di Derawan penginapan ba-nyak pilihan, mulai dari 50 ribu per malam, 250 ribu permalam sampai 400 ribu permalam (cottage), lokasi berada di pinggir laut bisa langsung mancing dari depan kamar atau bere-nang sama penyu di sana.

Dari Derawan, Anda bisa melan-jutkan jalan-jalan ke Pulau Kakaban, Pulau Sangalaki, dan Pulau Maratua. Yang punya penginapan, biasanya menyediakan speedboat untuk mem-bawa berkeliling ke pulau tersebut. Biaya biasanya hitungan paket, seki-tar 500 – 1 juta untuk 3 pulau ter-sebut, tergantung kepandaian Anda menawar

Anda juga bisa memilih, me-mulai petualangan dari Maratua. Suasananya lebih sepi dari Pulau Derawan. Pantainya relatif lebih bersih karena belum seramai seperti Derawan. Jarak keduanya, tidak terlalu jauh Kalau ditempuh dengan speedboat paling-paling 30 menit

Apapun pilihannya, saya berani bertaruh Anda akan merindukan tempat ini dan berharap kembali satu ketika. Entah kapan.

Apapun pilihannya, saya berani bertaruh

Anda akan merindukan

tempat ini dan berharap kembali satu

ketika. Entah kapan.

LATI

TUD

ES.N

U

IST

IME

WA

Page 36: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

36 TAHUN I VOLUME 08

UNTUK mengoptimalkan kinerja, top manajemen Pertamina EP rutin melaku-kan Management Walk Th rough (MWT). Dalam satu dua bulan bisa dua sampai tiga kali mengunjungi lapangan ber-beda, tak terkecuali Presiden Direktur

Adriansyah, Jika lapangannya berdekatan kunjungan itu dilakukan hanya selang hari. Misalnya Pada April Presdir berkunjung ke Field Tarakan, setelah sehari se-belumnya melakukan kegiatan serupa di Field Bunyu.

Di Tarakan Adriansyah mengatakan harapannya ke-pada seluruh pekerja Pertamina EP Field Tarakan untuk tetap menjaga semangat dalam bekerja. “Kita harus kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas,” kata Adriansyah

Sementara di Bunyu, Adriansyah yang dite-mani Operations Director Benny J. Ibradi, para manajer di Kantor Pusat dan Asset, serta para Field Manager di Asset 5 langsung menuju lokasi B-1408 dalam rangka pemeriksaan tahap penyiapan lokasi pengeboran, kemudian dilanjutkan dengan kun-jungan ke Early Production Facility (EPF) dan SKG Nibung Pertamina EP Field Bunyu dan lokasi B-1307 yang juga dalam tahap well site preparations.

Dalam kunjungan MWT ini, Adriansyah dan Benny J. Ibradi banyak memberikan masukan-masuk-an atas beberapa pemeriksaan langsung di lapangan secara detail baik dari aspek operasional, manajerial dan HSE. “Bunyu merupakan lapangan yang memi-liki karakteristik yang unik, produksi dapat naik de-ngan cepat akan tetapi diikuti dengan decline rate yang cukup tinggi. Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi secara signifi kan maka harus dilakukan pe-

ngeboran secara agresif dan masif,” ujar Adriansyah saat mengunjungi salah satu lokasi pengeboran.

Berbeda dengan lapangan-lapangan lain yang di-miliki Pertamina EP, Field Bunyu memiliki lapangan dengan karakteristik reservoir berbentuk lances se-dangkan kebanyakan lapangan lain yang ada memiliki karakteristik reservoir berbentuk cekungan. Hal inilah yang menjadikan produksi Bunyu bisa naik secara cepat akan tetapi bisa segera turun dengan cepat pula.

Dalam kesempatan ini, Adriansyah juga menant-ang segenap pekerja Pertamina EP Field Bunyu untuk mencapai target produksi 10.000 BOPD pada tahun 2014 ini, serta menjanjikan fasilitas day off hingga ke Pulau Jawa bagi seluruh pekerja di Field Bunyu. Tantangan ini disambut para pekerja Field Bunyu dengan jawaban bernada semangat: “Bisa!” ketika ditanya mengenai kesanggupan dalam pen-capaian target produksi tersebut. Maklum saja, selama ini fasilitas day off hanya diberikan kepada pekerja sampai kota Balik papan selama 2 hari.

Sebelum ke Kalimantan, pada akhir Februari, Adriansyah melakukan MWT di Lapangan Prabumulih bersama Production & Operation Director PT Pertamina EP Benny J Ibradi, GM Asset 2 Tubagus Nasiruddin, mana-jemen pusat dan segenap pekerja di lingkungan Asset 2.

Ia menyebutkan insan-insan Pertamina yang punya visi meraih world class company dituntut bisa menjadi role model bagi penegakan HSSE. Bagaimana kita menilai dan menjalankan iklim usaha yang terbaik dari segalanya dengan penuh tanggung jawab. Semua pekerja PT Pertamina EP harus menjadi role model, bagaimana be-kerja dengan aman, pola pikir yang jelas fokusnya untuk mencapai target produksi yang telah ditargetkan.

PACU KINERJA DENGAN MWT

L E N S A A S E T

ZA

KY

AR

SY

ZA

KY

AR

SY

Presiden Direktur Adriansyah berdialog dengan saat melakukan peninjauan di salah satu Lapangan Prabumulih.

Presdiden Direktur Adriansyah mengecek kesiapan Lapangan Bunyu untuk delapan pengeboran baru.

Page 37: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

37VOLUME 09 TAHUN I

SATULAGI kisah sukses ditorehkan PT Pertamina EP Asset I. Kali ini berita gem-bira itu datang dari Pertamina EP Field Rantau yang berhasil menyelesaikan penge boran Sumur RNT-DZ Struktur Rantau di Kecamatan Rantau, Aceh Tamiang. Dari

sumur tersebut, PT Pertamina EP berhasil mendapatkan tambahan minyak sebanyak barel per hari (BOPD) sesuai dengan target pengeboran yang sudah ditetapkan.

Dengan penambahan produksi tersebut semakin memperkuat optimisme Field Rantau menuju target pro-duksi 3.500 BOPD. “Dengan tim yang solid, kami optimis bisa mencapai target,” ujar Field Manager Rantau Agus Amperianto

Sumur RNT-DZ7 sendiri merupakan sumur penge-boran keenam dari total 12 sumur pengeboran yang di-rencanakan pada 2014. Keenam sumur tersebut, terdiri dari 3 sumur bor EPT dan 3 sumur EOR Lima sumur bor sebelumnya masih membutuhkan upaya lanjutan untuk bisa memproduksikan minyak sesuai dengan target mas-ing – masing sumur.

“ Kami berharap pada pengeboran berikutnya di Field Rantau mampu menghasilkan minyak maupun gas dengan hasil yang signifi kan melebihi dari sumur RNT – DZ7 ini sehingga produksi Field Rantau dapat terus meningkat” ujar Arya Dwi Paramita Pjs Public Relation Manager PT Pertamina EP.

Field Rantau merupakan lapangan yang mature. Secara alamiah produksinya, mengalami decline rate yang cukup tinggi. Oleh karena itu tahap pengurasan lapangan Rantau sudah di tahap secondary recovery. Pada tahap ini pengurasan dibantu dengan injeksi waterfl ood guna menjaga pressure reservoir sehingga dapat menam-bah recovery minyak.

Untuk beberapa sumur di Rantau malah sudah melewati tahap secondary recovery dan memasuki tertier recovery. Field Rantau tahun ini mulai melakukan ujicoba pengurasan dengan injeksi chemical. Pada tahap tertier recovery injeksi bukan lagi dengan air (waterfl ood), tapi menggunaskan chemical, steamfl ood, ataupun CO2, atau-pun MEOR tergantung dengan jenis reservoirnya. Field Rantau tahun ini mulai melakukan ujicoba pengurasan dengan injeksi chemical.

“Untuk lapangan Rantau, produksi tambahan 120 BOPD sangat besar karena lapangan Rantau memiliki angka penurunan produksi alami sekitar 43% per tahun mengingat mayoritas sumur yang telah diproduksikan sejak lama dan memiliki kadar air yang sangat tinggi,” ujar Arya Dwi Paramita.

Penajakan sumur RNT – DZ7 ini, memakan waktu selama 18 hari dengan titik kedalaman mencapai 809 m menggunakan Rig SkyTop milik PT. Pertamina Drilling Service Indonesia (PDSI) dengan target produksi minyak 120 BOPD dari Zona Z-800 Blok A1. Berdasarkan hasil test produksi Sumur RNT-DZ7 / P-441 dapat menga-lirkan minyak mencapai 333.21 BOPD dengan jepitan 7/64 inch, tekanan kepala sumur 620 psi, dan sumur berproduksi secara sembur alam (natural fl ow) dengan kadar air 0%.

“Pembuktian melalui uji produksi tersebut menegas-kan optimisme bahwa Struktur Rantau Zona Z-800 Blok A1 masih sangat potensial untuk dikembangkan dan mengandung minyak yang sangat ekonomis,” kata Arya. Lebih lanjut hasil produksi Minyak dari Field Rantau jenis sweet light crude dengan API 42-43 ini kemudian dikirimkan ke Pangkalan Susu, untuk selanjutnya diolah ke Kilang Balikpapan dan Kilang Cilacap.

Pihak Pertamina EP menyakini keberhasilan penge-boran RNT-DZ7 /P-441 merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, serta doa dan kerja keras banyak pihak termasuk masyarakat sekitar area operasi, MUSPIDA, pekerja Pertamina EP Asset 1, Pekerja Field Rantau, Drilling Dept. EP dan juga engineer yang bertugas di la-pangan termasuk Tim PDSI.

Sebagaimana diketahui, PT Pertamina EP Field Rantau pada 11 Maret 2014 telah melakukan sosiasilasi tajak Sumur RNT-DZ7. Bertepatan dengan kegiatan so-sialisasi tersebut, Pertamina EP juga memberi santunan kepada 150 orang anak yatim-piatu dan kaum dhuafa di Desa Kebun Rantau, Alur Manis dan Alur Cucur.

Fasilitas produksi Field Rantau.

RANTAU TAMBAH PRODUKSI

TATA

N A

GU

S R

ST

Page 38: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

38 TAHUN I VOLUME 08

mendukung Yayasan Owa jawa, “ ujar Yosi Ardilla, Assisten Manager L&R Pertamina EP Asset 3.

Dukungan terhadap penyelamatan hewan langka memang sudah menjadi garis kebijakakan Pertamiina EP yang berkomitmen untuk tumbuh bersama lingkungan dan msayarakat. Selain Pertamina EP Asset 3, beberapa wilayah kerja sudah menjalankan program konservasi bekerja sama dengan instansi terkait untuk melestarikan spesies-spesies yang terancam punah, antara lain Field Rantau yang be-kerja sama dengan Taman National Gunung Leuser (TNGL) melakukan konservasi Orang Utan Sumatera, Field Sangatta bekerja sama dengan Taman Nasional Kutai (TNK) melaku-kan konservasi Orang Utan Kalimantan.

Kemudian Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM) di Luwuk bekerja sama dengan SM Bakiriang melakukan Konservasi burung endemik Sulawesi Maleo dan di Field Tarakan yang bekerja sama dengan pemerin-tah kota Tarakan melestarikan satwa Bekantan di Hutan Kota Tarakan.

Ketua pengurus Yayasan Owa Jawa, Dr. Noviar Andayani menekankan bahwa upaya konservasi Owa Jawa di tengah tekanan pembangunan ekonomi Pulau Jawa bukanlah perkara mudah. “Diperlukan dukungan semua pihak untuk menyelamatkan primata ini dari kepunahan. Program konservasi ini diharapkan dapat menjadi contoh kemitraan yang kuat antara penggiat konservasi dengan sektor bisnis, pemerintah daerah, dan masyarakat,” Dr. Noviar Andayani menegaskan.

Owa Jawa (Hylobates moloch) merupakan satwa liar endemik Pulau Jawa yang hanya hidup di Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah dengan populasi yang sedikit. Ia termasuk primata yang berukuran kecil dengan panjang tubuh hanya sekitar 80 cm. Tubuhnya lebih pendek, lang-sing, dan seksi dibandingkan dengan kera lainnya yang cenderung gendut. Pada bagian tubuh Owa Jawa ditutupi dengan bulu yang berwarna abu-abu keperakan sedangkan pada bagian muka berkulit hitam pekat. Owa jawa tidak mempunyai ekor.

SETELAH menjalani proses rehabilitasi se-lama enam tahun, satu keluarga Owa Jawa yang terdiri dari sepasang induk jantan dan betina dan dua anaknya dapat dikemba-likan ke habitat alaminya di kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar, Bandung, Jawa

Barat (/). Program pelepasliaran yang melibatkan satu unit keluarga Owa Jawa belum pernah dilakukan sebelumnya. Peristiwa unik ini tidak saja menggam-barkan keberhasilan program keberhasilan rehabilitasi Owa Jawa, tetapi juga memberikan kesempatan emas

bagi para pene-liti dan peng-giat konservasi untuk mengkaji proses adaptasi satwa langka ini di habitat aslinya setelah bertahun-tahun hidup dengan manusia.

Pelepas-liaran dilakukan

pada akhir Maret lalu. Owa Jawa adalah spesies asli Indonesia yang terncam punah. Organisasi konservasi (International Union for Conservation of Nature/IUCN) me-masukkannya ke dalam kategori EN (endangered), yakni spesies terancam punah. Owa Jawa juga masuk dalam daftar Apendix 1 yang berarti haram diperjualbelikan.

Kawasan Hutan Lindung Gunung Malabar dipilih sebagai tempat pelestarian Owa Jawa setelah melalui serangkaian survei kelayakan habitat untuk memastikan ketersediaan pohon, pakan, dan keamanannya. Kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani tersebut diharap-kan dapat menjadi rumah yang aman bagi Owa Jawa di tengah maraknya ancaman perburuan dan kerusakan hutan di pulau Jawa saat ini.

Pelepasliaran tersebut merupakan keberhasilan proses panjang program rehabilitasi yang dilakukan Yayasan Owa Jawa dengan dukungan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, Conservation International Indonesia, Universitas Indonesia, Silvery Gibbon Project, dan PT Pertamina EP Asset 3 Field Subang.

“Melihat keadaan hewan primata Owa Jawa yang semakin berkurang dan menjadi hewan langka dan di-lindungi negara, kami dari Pertamina EP khususnya Subang Field merasa harus ikut turun bergerak dengan

PELEPASLIARAN OWA JAWA

ZA

KY

AR

SY

L E N S A A S E T

Page 39: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

39VOLUME 09 TAHUN I

DIDIRIKAN tahun oleh tujuh foto-grafer di Berlin, Ostkreuz termasuk agen-si foto penting di Jerman. Namanya ter-kenal di majalah nasional, internasional, maupun surat kabar, serta berbagai pa-meran dan publikasi internasional para

anggotanya. Nama Ostkreuz sendiri berasal dari Ostkreuz, pusat transportasi di daerah yang sama di Berlin.

Gagasan pendiriannya lahir di Istana Elysee, Paris, menyusul jatuhnya tembok Berlin. Saat itu Di musim semi 1990, Presiden Francois Mitterand lah yang telah mengundang sekitar 200 seniman dari eks GDR (Germany Democratic Republic atau Jerman Timur). Tujuh orang di antaranya adalah mereka yang membidani kelahiran

Berdarah Jerman namun dicetuskan di Prancis,

menyusul runtuhnya Tembok Berlin. Di situasi baru itu, dengan kepala batu Osktreuz lahir dan

membuktikan bahwa fotografi tidak hanya terus

untuk sekadar mencari nafkah.

TEGAK SEJAK REMUKNYA TEMBOK BERLIN

S E N I

Suasana Pembukaan Pameran “Kota: Tentang Kebangkitan dan Keruntuhan” di Jakarta.

Page 40: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

40 TAHUN I VOLUME 08

Osktreuz. Mereka ada-lah Sibylle Bergemann, Ute and Werner Mahler, Jens Rötzsch, Harald Hauswald, Th omas Sandberg and Harf Zimmermann yang meru-pakan fotografer signifi -kan di GDR.

Setelah 20 tahun berlalu agensi ini menjadi masyhur yang dijalankan secara independen oleh fotografer. Tidak ada lem-

baga lain di Jerman yang dijalankan secara mandiri oleh fotografer, menikmati reputasi yang baik tersebut dan berhasil seperti Ostkreuz di Berlin. Dengan foto jurnalis-tik sebagai elang yang sensitif, volume fotografi yang am-bisius, dan pameran berfokus pada status quo masyarakat global. Ostkreuz terbilang berhasil untuk menasbihkan dirinya sebagai “mata publik”.

Kini agensi kolektif ini memiliki 18 anggota. Mereka telah memenangkan penghargaan foto jurnalistik, dan disamping serangkaian pameran, diterbitkan pula foto dengan kualitas volume yang tinggi, seperti atmosfer

perjalanan melalui 24 h Berlin (2009).Prioritas agensi berorientasi kepada penulis foto-

grafi bekerja pada bidang potret, reportase, landscape, arsitektur, perjalanan, dan fashion. Ostkreuz adalah fotografer paling sukses lembaga swakelola di Jerman. Di tahun 2013, beberapa fotografernya menerima penghar-gaan dari Konrad-Wolf-Preis verliehen.

Adapun beberapa fotografer terkenal mereka se-

perti Sibylle Bergemann, Ute Mahler, Werner Mahler, Harald Hauswald, Annette Hauschild, Andrej Krementschouk dan Th omas Meyer.

Gaya dan sentuhan fotografi Sibylle Bergemann, di sisi lain merupakan salah satu yang berpengaruh di-antara tujuh pendiri Ostkreuz lainnya. Di tahun-tahun awal pendiriannya, sebagai suatu pengecualian penting. Dengan gambar yang luar biasa sensitif dalam medium warna hitam dan putihnya untuk majalah fashion Jerman Timur. Dia dengan sederhana menggambar-kan bagaimana seseorang bisa bergaya stylish walaupun kondisi saat itu ada di bawah kerasnya rezim GDR.

Di tahun 2004, Ostkreuz bermitra dengan Weissensee mendirikan Th e Ostkreuzschule, privat fotografi dan de-sain di Berlin.Fokus dari pendidikan tiga setengah tahun ini adalah pelatihan visi fotografi pengembangan dan pro-mosi photography signature dan penanganan yang aman dari medium artistic fotografi .Pengetahuan ini disedikan baik untuk fotografi analog maupun digital dalam praktik dan teori. Kelas pertamanya lulus di tahun 2007, karya-karya mereka diterbitkan di web-site khusus maupun dibawah akuisisi pa-meran tertentu.

***Salah satu proyek yang paling ambisius dari Ostkereuz

adalah melakukan penjelahan untuk mencari intisari realitas perkotaan masa kini. Kota, sejatinya merupakan tempat lahirnya kebudayaan, tempat meleburnya kebuda-yaan, mentalitas, agama dan gagasan – kota adalah tem-pat berkumpulnya hasrat akan keamanan, kebebasan, dan kemakmuran. Di sini terjadi perjumpaan antara hal-hal yang dapat saling menghindari atau pun takkan pernah bertemu di kawasan rural.

Kota melepaskan belenggu asal-usul dan keluarga, memaksakan dan mendukung pencapaian luar biasa di bi-dang budaya dan sosial.Kota mengumpulkan kemiskinan

OlUJHSZpk

bms

S E N I

Foto karya Maurice Weiss.

Foto karya Fanny Octavianus.

Foto karya Th omas Meyer.

Foto karya Heinric Vorkel.

Page 41: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

41VOLUME 09 TAHUN I

Pameran “Kota: Tentang Kebangkitan dan Keruntuhan” pertama kali disajikan di Postfuhramt, Berlin. Karya-karya yang disajikan merupakan hasil dari mata Para fotografer Ostkreuz yang melayang kesemua tempat di delapan penjuru mata angin. Dengan mata yang difokuskan pada fenomena social, Ostkreuz men-cari semacam penghormatan terhadap objek, keaslian, jati diri sang fotografer, kepekaan, keterlibatan dengan manusia, dan sikap terhadap waktu. Waktu dan uang.

Khusus untuk penyelenggaraannya di Jakarta, turut dipamerkan sejumlah karya dari fotografer Indonesia, Fanny Octavianus. Dalam karya yang diam-bil dalam kurun waktu tujuh tahun kebe-lakang selama Fanny bekerja di Kantor Berita Antara, Jakarta, ia mengumpul-kan perspektif-nya sendiri ten-tang ibu kota. Absurditas, kompleksitas, dan ketegangan pengalamannya terlihat secara visual dalam proyek ini.

Ada foto seorang anak perempuan tengah menyisir rambut boneka Barbie di balik reruntuhan bangunan dan jalan layang. Ada foto pasar kumuh dengan konstruksi gedung pencakar langit dibelakangnya, ada bus Trans Jakarta tengah melintas di Bundaran HI.

Lainnya jeperetan lensa Maurice Weiss yang memotret Ordos. Letaknya delapan ratus kilometer se-belah barat laut Beijing, tepi gurun Gobi. Ia merupakan

yang amat sangat, namun sering kali juga merupakan satu-satunya kesempatan untuk melepaskan diri dari cengkeramannya. Di kota, setiap orang merupakan bagian dari suatu keselu-ruhan yang bermakna, te-tapi sekaligus hanya men-jadi salah satu komponen kecil yang tidak penting. Kota menawarkan ke-dekatan dan menciptakan anonimitas. Kota adalah

segala sesuatu dan sekaligus kebalikannya – pada waktu yang sama, di tempat yang sama. Kota menyimpan masa depan dunia.

Para fotografer merancang proyek ini bersama-sama dan mengumpulkan foto mengenai kebangkitan dan keruntuhan urban dari 22 kota di seluruh dunia. “Die Stadt - Vom Werden und Vergehen” (Kota - Tentang Kebangkitan dan Keruntuhan) menjadi sebuah proyek jangka panjang yang hingga saat ini belum ada duanya mengenai tema ini.

Mereka, Sibylle Bergemann, Jörg Brüggemann, Espen Eichhöfer, Annette Hauschild, Harald Hauswald, Pepa Hristova, Andrej Krement-schouk, Ute Mahler, Werner Mahler, Dawin Meckel, Julian Röder,

Th omas Meyer, Frank Schinski, Jordis Antonia Schlösser, Anne Schönharting, Linn Schröder, Heinrich Völkel dan Maurice Weiss menggali apa sesungguhnya hakikat kota. Foto-foto meruka bercerita tentang kota dengan segala permasahannya dan yang terjadi di 22 kota di dunia, se-perti Tokyo, dan Manila, Lagos, Las Vegas, Berlin, Minsk, dan Gaza.

Sejak 2010, proyek ini dipamerkan di banyak Negara, termasuk salah satunya Indonesia, pada Februari 2014 lalu di Galeri Nasional.Pameran tersebut sekaligus menjadi perayaan hari jadi ke-20 bagi agensi fotografer termasyhur di Jerman ini.

yssucsbrtjkKd

n

taa a,, --

n-

n a

EicAAnAAHHHHaHHHHaHHHHaPPPeepAAnnKKKrressscchMMMMaWWWeMMMMaDDawJul

Foto karya Maurice Weiss.

Foto karya Jordis Antonia Chlosser.

Foto karya Julian Roder.

Foto karya Espen Eichhofer.

Page 42: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

42 TAHUN I VOLUME 08

bagian dari suatu rencana besar untuk mendirikan sentra-sentra urban di ber-bagai provinsi Cina yang tertinggal dan berpenduduk jarang.

Ordos adalah kota yang masih bayi, bahkan embrio. Ia dibangun dari nol, dengan tujuan untuk membendung arus pengungsi yang berduyun-duyun men-datangi kota Beijing dan Shanghai.

Maurice banyak memilih objek kaum pekerja, di benaknya mungkin saja takkan ada yang mengingat mereka nanti. Tapi bagaimana pun merekalah yang membangun seluruh kota dari nol, seakan-akan tidak ada hambatan. Potret para pekerja merupakan titik awal baginya untuk mendapatkan akses ke dunia yang jauh dan asing, yang mempunyai bahasa dan budaya yang tidak ia kenal, namun tetap ia usahakan untuk memahaminya.

Ada pula foto karya Th omas Meyer yang menampil-kan pembangunan gedung bertingkat di Kota Dubai yang padat dengan beton-beton menjulang. Dubai, sebuah kota di Timur Tengah dengan perubahan yang cukup cepat. Di sana Th omas Meyer berdiri dan mengelilingi kota itu untuk menangkap esensi Dubai dengan lensanya. Ia tinggal dan mengelilingi kota lama di Dubai Creek. Ada sebuah laguna yang menjorok ke tengah gurun.

Sementara itu Julian Roder memotret Lagos, di mana terjadi interaksi kekacauan dan keteraturan di kota yang tumbuh demikian pesatnya. Dan pengalaman itu langsung ia saksikan sejak hari pertama ia berada disana.

Lagos adalah kota terbesar di Nigeria dan telah men-jadi magnet bagi seluruh Afrika Barat, terutama karena minyak bumi yang dihasilkan di negeri itu. Sekarang kota tersebut telah berpenduduk sepuluh juta jiwa, dan angka itu terus bertambah. Kota itu terus tumbuh, te-tapi tidak mempunyai tempat untuk itu karena terletak di dua semenanjung sempit yang mengapit sebuah la-guna, seperti jempol dan telunjuk pada tangan.

Di karya foto jurnalistik lainnya, hasil jepretan Espen Eichhofer, memotret gambaran masyarakat Quezon suatu perkampungan di Filipina, yang mirip sekali dengan Jakarta. Misalnya ada foto bajir dan perkampungan kumuh di samping bantar kali di Manila, di sana spanduk kampanye digunakan untuk penutup atap.

Perkampungan yang ia kunjungi terletak di tepi anak sungai Pasik, yang melintasi Manila, dan berada di tengah kota Wuezon, yang termasuk kawasan metro-politan Manila. Perkampungan itu hanya satu di Antara lusinan pemukiman liar yang muncul di mana-mana. ”Penyerobot lahan”, demikian julukan bagi orang-orang yang menduduki tanah kosong untuk didiami, entah di

tepi sungai, di pelabuhan, atau di pinggir jalan. Hampir semuanya pindah dari desa ke kota.

Selama empat minggu ia hampir setiap hari me-nyambangi kawasan itu. Luasnya tidak lebih dari tiga ratus kali empat ratus meter, tetapi menjadi tempat tinggal bagi beberapa ribu jiwa. Gubuk-gubuk dibangun bertingkat, dan gang-gang serba gelap dan semrawut. Setiap keluarga dihuni oleh beberapa keluarga, yang seringkali masih ber hu bungan saudara. Jarang ada ke-luarga yang menempati lebih dari satu ruangan. Satu-satunya Kasur yang ada disandarkan ke dinding dan baru diturunkan pada malam hari.

Foto Heinric Vorkel menampilkan Gaza yang terlihat mencekam sekaligus terselip kedamaian juga semangat hidup di dalamnya. Sementara itu Jordis Antonia Chlosser merekam sebuah kota di balik dinding jeruji besi Moabit, Berlin. Disana lebih dari dua ribu tahanan menanti pro-ses pengadilan masing-masing, dan lebih dari seratus sipil mengawasi mereka.

Sejak awal Jordis menganggap tembok yamg mengeli-lingi rumah tahanan itu sebagai tembok (pertahanan kota). Baginya rumah tahanan itu bagaikan kota. Di dalam terda-pat banyak hal juga ada di luar, mulai dari macam-macam usaha, tukang kebun, tukang jahit, tukang kayu. Ada berba-gai layanan – dapur, pos, bank, tukang cukur. Yang tidak ha-nyalah hiburan, misalnya bioskop, teater, atau konser, semua itu digantikan oleh pesawat televisi yang terdapat di hampir setiap sel, sama seperti tempat tinggal orang-orang di luar.

Jordis memotret hal yang begitu mengejutkan, bahwa betapa miripnya perlengkapan yang tersedia di udara bebas dan di balik jeruji. Hanya ada beberapa hal kecil yang meng-ubah semuanya. Itulah yang ia cari, misalnya saja pakaian tahanan, yang sepintas lalu terlihat bahwa manusia di kota ini terbagi ke dalam dua kelas. Banyak hal yang diatur sebagai daur di kota ini, namun sebagai daur yang tidak memerlukan dunia luar. Kita hampir bisa lupa bahwa dunia luar itu ada, tetapi kemudian kita mengalihkan pandangan dan melihat jeruji besi.

S E N I

Page 43: EnergiaPEP Edisi 9.pdf
Page 44: EnergiaPEP Edisi 9.pdf

pep.pertamina.com

Safety is

Everybody’s Business